aborsi dan kpd

26
Learning objective (25 april 2015) 1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortus 2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens 3. Terapi pada abortus insipiens dan iminens 4. Pengertian inkompetensi serviks 5. Pengertian missed abortion 6. Pengertian blighted ovum 7.Hamil usia 18 minggu, terjadi pelepasan air ketuban, apa diagnosisnya 8. Pengertian amnion / korion 9. Pemberian kortikosteroid pada KPD 10. Penyebab perdarahan pervaginam pada KET 11. Tanda-tanda persalinan Jawaban 1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortus Kata aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion, sedangkan abortus merupakan istilah kedokteran yang berasal dari bahasa latin aboriri – keguguran. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram. 2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens Abortus iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Abortus insipiens adalah abortus yang tak terelakkan yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah 1

Upload: arini-indrayani

Post on 27-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Aborsi dan KPD

TRANSCRIPT

Learning objective (25 april 2015)1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortus2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens3. Terapi pada abortus insipiens dan iminens4. Pengertian inkompetensi serviks5. Pengertian missed abortion6. Pengertian blighted ovum7. Hamil usia 18 minggu, terjadi pelepasan air ketuban, apa diagnosisnya8. Pengertian amnion / korion9. Pemberian kortikosteroid pada KPD10. Penyebab perdarahan pervaginam pada KET11. Tanda-tanda persalinan

Jawaban1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortusKata aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion, sedangkan abortus merupakan istilah kedokteran yang berasal dari bahasa latin aboriri keguguran. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram.

2. Perbedaan abortus insipiens dan iminens Abortus iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Abortus insipiens adalah abortus yang tak terelakkan yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

3. Terapi pada abortus iminens dan insipiens Abortus iminens : tidak ada terapi yang efektif untuk abortus mengancam (abortus iminens). Tirah baring, meskipun sering dianjurkan, tidak mengubah perjalanannya. Analgesia dengan asetaminofen dapat diberikan untuk mengurangi nyeri. Abortus insipiens : jika terjadi pengeluaran cairan mendadak pada kehamilan dini sebelum nyeri, demam, atau perdarahan, pasien dapat dianjurkan untuk beristirahat dan diobservasi. Setelah 48 jam, jika tidak ada lagi cairan amnion yang keluar dan tidak ada perdarahan, demam, atau nyeri, kehamilan dilanjutkan. Namun jika keluarnya cairan diikuti oleh pendarahan, nyeri, atau demam, abortus harus dianggap insipiens, dan uterus dikosongkan.

4. Pengertian inkompetensi serviksInkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane kedalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.

5. Pengertian missed abortionMissed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.

6. Pengertian blighted ovumKehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana embrio tidak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Kehamilan biasanya akan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya sekitar 14 16 minggu akan terjadi abortus spontan. Diagnosis ditegakkan dengan USG pada usia kehamilan 7 8 minggu didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2.5 cm tidak disertai adanya gambaran embrio. Perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian, bila sama dan kantong gestasi membesar, dinyatakan kehamilan anembrionik. Penanganan dilakukan terminasi dengan dilatasi dan kuretase. 7. Hamil usia 18 minggu, terjadi pelepasan air ketuban, apa diagnosisnyaAbortus. Jika terjadi pengeluaran cairan mendadak pada kehamilan dini sebelum nyeri, demam, atau perdarahan, pasien dapat dianjurkan untuk beristirahat dan diobservasi. Setelah 48 jam, jika tidak ada lagi cairan amnion yang keluar dan tidak ada perdarahan, demam, atau nyeri, kehamilan dilanjutkan. Namun jika keluarnya cairan diikuti oleh pendarahan, nyeri, atau demam, abortus harus dianggap insipiens, dan uterus dikosongkan.

8. Pengertian amnion / korion Amnion adalah membran ekstraembrional yang melapisi korion dan didalamnya terdapat fetus dan cairan amnion Membran paling luar pada janin yang terdiri dari trofoblas dan dibatasi oleh mesoderm, lapisan ini membentuk vili, tervaskularisasi oleh pembuluh darah, dan membentuk bagian janin plasenta.

9. Pemberian kortikosteroid pada KPDPemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan paru janin, menurunkan insidensi respiratory distress syndrome (RDS) (Sindrom gawat napas pada neonatus, dalam bahasa inggris disebut neonatal repiratory distress sindrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hipernea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi. Bila didengar dengan stetoskop terdengar penurunan masukan udara ke dalam paru.), mencegah perdarahan intraventikular, yang akhirnya menurunkan kematian neonates. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan < 35 minggu.Obat yang diberikan adalah deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Siklus pemberian kortikosteroid adalah : Betametason : 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam Deksametason : 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam 10. Penyebab perdarahan pervaginam pada KETBeberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah: Abortus ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan rneiaiui ujung firnbrae tuba ke dalarn kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang.

Ruptur dinding tuba. Penyebab utama dan ruptur tuba adalah penembusan dinding viii korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada parsi ntersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.

11. Tanda-tanda persalinana. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.c. Dapat disertai ketuban pecah dini.d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.

Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.

Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.

Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

Learning objective (27 april 2015)1. Pengertian aborsi dan bedanya dengan abortusAborsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengguguran kandungan.Kata aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion, sedangkan abortus merupakan istilah kedokteran yang berasal dari bahasa latin aboriri keguguran. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau dengan janin memiliki berat lahir kurang dari 500 gram.

2. Pengertian inkompetensi serviksInkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Inkompetensi serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane kedalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.

3. Pengertian amnion / korionAmnion adalah membran ekstraembrional yang melapisi korion dan didalamnya terdapat fetus dan cairan amnionKorion adalah membran paling luar pada janin yang terdiri dari trofoblas dan dibatasi oleh mesoderm, lapisan ini membentuk vili, tervaskularisasi oleh pembuluh darah, dan membentuk bagian janin plasenta.

4. Induksi persalinanInduksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai terjadinya persalinan. Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane.Induksi diindikasikan hanya untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan berlanjut. Induksi persalinan mungkin diperlukan untuk menyelamatkan janin dari lingkungan intra uteri yang potensial berbahaya pada kehamilan lanjut untuk berbagai alasan atau karena kelanjutan kehamilan membahayakan ibu.

Adapun indikasi induksi persalinan yaitu Ketuban pecah dini Kehamilan lewat waktu Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kandungan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari dan belum terjadi persalinan.Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

Oligohidramnion Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Normal volume cairan amnion bertambah dari50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahangestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlahcairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.Menurut Lehn, jumlah air ketuban yang normal pada primigravida adalah 1 liter, pada multigravida sebanyak 1,5 liter, dan sebanyak banyaknya yang masih dalam batas normal adalah 2 liter.

Etiologi yang pasti belum jelas. Penyebab sekunder biasanya dikaitkan dengan : Pecahnya membran ketuban Penurunan fungsi ginjal atau terjadinya kelinan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urin janin berkurang, padahal urin janin termasuk salah satu sumber terbentuknya air ketuban Kehamilan post-term sehingga terjadinya penurunan fungsi plasenta. Gangguan pertumbuhan janin Penyakit yang diderita ibu seperti Hipertensi, Dibetes mellitus, gangguan pembekuan darah, serta adanya penyakit autoimmune seperti Lupus.

KorioamnionitisKeadaan pada perempuan hamil dimana korion, amnion, dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Penyebabnya adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus urogenitalis ibu. Koriomnionitis tidak selalu menimbulkan gejala. Bila timbul gejala antara lain demam, nadi cepat, berkeringat, uterus pada perabaan lembek, dan cairan berbau keluar dari vagina.Diagnosis korioamninitis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik, gejala-gejala tersebut di atas,kultur darah, dan cairan amnion.Korioamnionitis secara klinis bermanifestasi sebagai demam pada ibu dengan suhu 38celcius atau lebih, biasanya berkaitan dengan pecah ketuban. Demam pada ibu selama persalinanatau setelah ketuban pecah biasanya disebabkan oleh korioamnionitis kecuali dibuktikan lain.Demam sering disertai oleh takikardi ibu dan janin, lokia berbau busuk, dan nyeri tekan fundus.Leukositosis material semata-mata tidak dapat diandalkan untuk mendiagnosis korioamnionitis.

Preeklampsia berat Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria.

Kriteria preeklampsia ringan : Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.

Kriteria preeklampsia berat : Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik Oliguria < 400 ml / 24 jam. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur. Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula glisson. Edema paru dan sianosis. Hemolisis mikroangiopatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase. Trombositopenia (trombosit < 100.000 mm3). Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.

Hipertensi akibat kehamilan Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Intrauterine fetal death (iufd) Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.

Pertumbuhan janin terhambat (pjt) Insufisiensi plasenta Perdarahan antepartum Umbilical abnormal arteri doppler

Kontra indikasi induksi persalinan serupa dengan kontra indikasi untuk menghindarkan persalinan dan pelahiran spontan. Diantaranya yaitu: disproporsi sefalopelvik (CPD) plasenta previa gemelli polihidramnion riwayat sectio caesar klasik malpresentasi atau kelainan letak gawat janin plasenta previa hidrosefalus infeksi herpes genital aktif

Komplikasi atau risiko melakukan induksi persalinanKomplikasi dapat ditemukan selama pelaksanaan induksi persalinan maupun setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat ditemukan antara lain: atonia uteri, hiperstimulasi fetal distress prolaps tali pusat rupture uteri solusio plasenta hiperbilirubinemia hiponatremia infeksi intra uterin perdarahan post partum kelelahan ibu dan krisis emosional meningkatkan pelahiran caesar pada induksi elektif

Untuk dapat melaksanakan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi/persyaratan sebagai berikut:a. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)b. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis, hal ini dapat dinilai menggunakan tabel skor Bishop. Jika kondisi tersebut belum terpenuhi maka kita dapat melakukan pematangan serviks dengan menggunakan metode farmakologis atau dengan metode mekanis.c. Presentasi harus kepala, atau tidak terdapat kelainan letak janin.d. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga panggul.

Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria Bishop, yakni:a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor 35 tahun sampai perimenopausef. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopikg. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudarah. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

5. Kerugian atau Efek Sampinga. Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekalib. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktuc. Permasalahan berat badan merupakan efek samping terseringd. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaiane. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjangf. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas)g. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

6. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPAa. Usia reproduksib. Nulipara dan yang telah memiliki anakc. Menghendaki kontrasepsi jangka panjangd. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuaie. Setelah abortus atau keguguranf. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomig. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogenh. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin)i. Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan darah, anemia bulan sabit dan anemia defisiensi besi

7. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin/DMPAa. Hamil atau dicurigai hamilb. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnyac. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenoread. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudarae. Diabetes mellitus disertai komplikasi

8. Cara Pemberiana. Waktu Pemberian1) Setelah melahirkan : hari ke 3 - 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi2) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)3) Dalam masa haid : hari 1-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.b. Lokasi PenyuntikanDaerah bokong/pantat, DMPA diberikan setiap 3 bulan / IM.

19