kontribusi penanganan covid 19...arahan dari menteri keuangan republik indonesia dan sesuai dengan...

24
KESEHATAN INFO BPJS MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83 BPJS Kesehatan Diberi Tugas Verifikasi Klaim Secara Akuntable dan Transparan Kontribusi Penanganan Covid 19

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

K E S E H ATA NINFOBPJS

MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

BPJS Kesehatan Diberi Tugas Verifikasi Klaim Secara Akuntable dan Transparan

Kontribusi Penanganan Covid 19

Page 2: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,
Page 3: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

3MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

CEO Message

Fachmi IdirisDirektur Utama

3MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Sebagai badan hukum publik yang juga merupakan bagian dari organ pemerintah, BPJS Kesehatan mengambil peran untuk ikut berkontribusi dalam penanganan COVID-19 ini. Meskipun berdasarkan

arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu, pembiayaan pasien COVID-19 tidak masuk dalam benefit Program JKN-KIS, tetapi BPJS Kesehatan tetap ambil bagian untuk menangani pandemi ini. Dalam hal ini, BPJS Kesehatan mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk menjalankan tugas khusus dalam penanganan COVID-19 ini, yaitu dengan melakukan proses verifikasi klaim kasus COVID-19 sedangkan pembiayannya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Kami patut berbangga karena dapat berkontribusi dalam penanganan pandemic COVID-19 dan amanat yang dipercayakan kepada kami akan kami laksanakan sebaik-baiknya. Untuk menjaga akuntabilitas dan penerapan good governance, kami melakukan proses verifikasi dengan tetap berpegang pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati dengan Kementerian Kesehatan. Selain itu, kami juga menghimbau kepada pihak rumah sakit untuk dapat melengkapi berkas sesuai dengan ketentuan.

Pada prinspinya, BPJS Kesehatan terbuka apabila rumah sakit mengalami kesulitan atau membutuhkan informasi lebih detail terkait verifikasi klaim kasus COVID-19 sehingga proses verifikasi dapat berjalan dengan lancar. Kami menyadari bahwa dalam proses verifikasi ini masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kami senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait dengan proses verifikasi ini.

Menutup CEO Message ini, saya berpesan kepada masyarakat agar dapat berkontribusi dalam pencegahan penyebaran COVID-19 dengan mengikuti anjuran pemerintah dan memastikan new normal atau adaptasi kehidupan baru berjalan dengan baik. Menerapkan 3 Disiplin Plus yaitu Disiplin menggunakan masker yang benar, Disiplin rajin mencuci tangan dengan sabun yang benar, Disiplin menjaga jarak yang benar, plus terus Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kontribusi yang kita lakukan mungkin sesederhana menggunakan masker, cuci tangan, menerapkan physical distancing serta perilaku hidup bersih dan sehat, namun apabila kita lakukan dengan konsisten, maka kita dapat menghindarkan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari COVID-19.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penyebaran virus Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah meluas ke hampir seluruh negara di dunia, bahkan telah menyebar juga di Indonesia. Jumlah pasien yang dinyatakan positif, baik secara global maupun di Indonesia terus bertambah sampai dengan saat ini. Dengan pesatnya penyebaran virus ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menetapkan wabah COVID-19 ini sebagai pandemi. Sementara di Indonesia, pemerintah telah menetapkan wabah ini sebagai Bencana Nasional dan membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 sebagai upaya untuk melakukan penanganan yang cepat, tepat, fokus, terpadu dan sinergis antar Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah.

Peran Serta BPJS Kesehatan dalam Penanganan COVID-19

Page 4: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

4 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

PENGARAHFachmi Idris

PENANGGUNG JAWABMira Anggraini

PEMIMPIN UMUM Kisworowati

PENASIHAT Nasihin Masha

PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf

SEKRETARIAT Rini Rahmitasari,Ni Kadek Manipuspaka Devi

REDAKTURMedianti Ellya PermatasariWidianti Utami,Rian AbdullahAsyraf MursainaDwi AsmariyantiTati Haryati DenawatiJuliana RamdhaniAngela Dian RatnasariDarusman Tohir

EDITORDiah IsmawardaniRanggi Larissa IzzatiAlhafiz

DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna,IfranMuhammad ArsyadImam Rahmat Muhtadin,Raden Paramita SucianiElmira Dwi BertiAmin Rahman Hardi

PENGEMBANGANAkhmad TasyrifanDidik DharmadiAnastasya Margaret

KILAS & PERISTIWA 5

CEO MESSAGE 3

FOKUS 6

BINCANG 10

BENEFIT 12

PELANGGAN 14

TESTIMONI 16

INSPIRASI 18

PERSEPSI 20

SEHAT & GAYA HIDUP 22

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

10 BINCANG

DAFTAR ISI

Kita harus pahami, bahwa dalam kondisi pandemi seperti ini risiko sakit akan semakin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat. Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat memastikan memiliki perlindungan sosial termasuk jaminan kesehatan, memastikan status kepesertaan aktif, sehingga apabila terjadi kondisi sakit dapat terlindungi baik dari sisi pelayanan kesehatan maupun pembiayaannya.

Kesadaran tersebut merupakan wujud kerjasama, gotong royong kita sebagai warga dalam menghadapi kondisi tak terduga yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia. Namun pada prinsipnya, pemerintah ingin pelayanan kesehatan kepada peserta JKN-KIS tidak terhambat, terutama memperhatikan kondisi sosial ekonomi saat ini di tengah pandemi Covid-19.

BPJS Kesehatan diberi penugasan khusus dari Pemerintah untuk melakukan proses verifikasi klaim rumah sakit atas pemberian pelayanan kesehatan akibat bencana wabah Covid-19. Kontribusi ini diharapkan mampu mendukung upaya negara ini menghadapi ujian pandemi. BPJS Kesehatan melalukan proses verifikasi klaim sesuai dengan ketentuan, akuntabel, transparan sesuai dengan prinsip good governance. Hal yang wajib dilakukan oleh BPJS Kesehatan sama halnya saat selama mengelola Program JKN-KIS.

Tentu hal ini harus menjadi perhatian kita bersama termasuk fasilitas kesehatan yang akan mengajukan klaim, walaupun dalam situasi darurat, kita tetap harus tetap taat pada tata kelola dan regulasi, karena setalah kondisi masa darurat berlalu kita dapat mempertanggungjawaban dengan baik.

Kami menyadari, untuk meningkatkan kualitas informasi yang ada dalam media ini kami masih membutuhkan masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Kami ucapkan terima kasih kepada pembaca yang budiman, atas atensi dan masukan membangun sehingga diharapkan media ini terus menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan masyarakat serta pembaca sekalian. Selamat beraktivitas.

Gotong Royong di Tengah Pandemi

SALAM REDAKSI

4 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Sejak ditemukannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, hingga kini penyebaran virus tersebut masih terus berlanjut bahkan telah mencapai seluruh provinsi di Indonesia.

PELAYANAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID-19

Pasien di Luar Covid-19 juga Perlu Perhatian

KESEHATANINFOBPJS

MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Dijamin Oleh PemerintahBPJS Kesehatan Ikut Berkontribusi

PEMBIYAAN COVID-19

Page 5: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

5MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

KILAS & PERISTIWA

Jakarta

Jakarta

Keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) berdampak pada peningkatan kohesi sosial dan inklusi sosial karena terdapat penurunan angka ketimpangan masyarakat. Keberhasilan ini, menjadikan Indonesia sebagai inisiator bagi negara lain yang akan memulai mengukur hal tersebut melalui pengelolaan program jaminan sosial kesehatan di masing-masing negara.

Hal ini disampaikan Direktur Utama BPJS Kesehatan saat memimpin Komisi Kesehatan dalam 14th Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance, yang diselenggarakan International Social Security Association (ISSA), Rabu (10/06). Komisi Kesehatan ISSA (TC Health) terdiri dari negara Algeria, Argentina, Belgia, Perancis, Gabon, Georgia, Hungaria, Indonesia, Iran, Kazakhstan, Korea, Peru, Rusia, Rwanda, Turki, dan Uruguay.

Dalam pertemuan tersebut, Dirut memaparkan terjadi peningkatan kohesi sosial dan inklusi sosial di masyarakat karena penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan di Indonesia berhasil menekan angka ketimpangan masyarakat. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) dan BPJS Kesehatan tahun 2017 mengkaji pada tahun 2015, keberadaan Program JKN-KIS dapat menekan koefisien GINI dari 0,395 menjadi

0,394. Kemudian pada tahun 2016, keberadaan JKN-KIS menekan koefisien GINI dari 0,384 menuju 0,383.

Selain itu, pada tahun 2016 keberadaan Program JKN-KIS telah menyelamatkan 1,16 juta orang dari kemiskinan. Tak hanya itu, Program JKN-KIS juga telah melindungi 14,5 juta orang miskin dari kondisi kemiskinan yang lebih parah.

Atas kajian tersebut, pada 14th Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance, 16 negara juga bersepakat memilih Indonesia sebagai acuan pada studi peran Program JKN-KIS terhadap peningkatan kohesi sosial yang diukur melalui penurunan gini ratio, sehingga negara lain juga dapat memulai riset tersebut.

BERHASIL TURUNKAN RASIO GINI, BPJS KESEHATAN JADI INISIATOR STUDI LINTAS NEGARA ANGGOTA ISSA

Jakarta – Terselenggaranya Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) selama lebih dari 6 tahun, tentu berdampak pada jumlah data yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengungkapkan, bahwa data kelolaan Program JKN-KIS merupakan aset yang dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal oleh negara untuk kemajuan kesehatan masyarakat Indonesia.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengapresiasi DJSN dalam penerbitan Buku Statistik JKN 2014-2018. Ia berharap dukungan BPJS Kesehatan berupa data-data statistik yang disajikan dalam buku ini

juga dapat menjadi sarana informasi bagi para pemangku kepentingan, akademisi, peneliti serta semua pihak yang hendak memperdalam tentang penyelenggaraan Program JKN-KIS.

Sementara itu, Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Pembangunan Muhadjir Effendy mengungkapkan dengan data dalam buku ini, akan ada kepastian tentang sumber data primer dan menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin berperan dalam membenahi, menyempurnakan dan memajukan Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia.

Selain itu, Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional TB Achmad Choesni menyampaikan buku Statistik JKN-KIS 2014-2018 adalah hasil kerjasama dengan BPJS Kesehatan kurang lebih 2 tahun.

“Patut disyukuri BPJS Kesehatan memiliki sistem dan alat rekam yang baik juga penyimpanan data yang baik, sehingga data dapat kita olah dengan baik dan data tersebut menjadi informasi berguna. DJSN bersyukur dapat menyajikan informasi yang menggambarkan JKN melalui buku ini. Kerjasama ini akan terus dilakukan secara rutin dan data statistik ini akan diterbitkan rutin untuk perbaikan kebijakan JKN selanjutnya,” kata Choesni.

DATA PENGELOLAAN JKN, ASET BERSAMA UNTUK KEMAJUAN BANGSA

5MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 6: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

6 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

FOKUS

6 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Dengan mempertimbangkan penyebaran Covid-19 yang bersifat luar biasa, ditandai dengan jumlah kasus dan jumlah kematian telah meningkat dan meluas lintas wiilayah dan lintas

negara serta berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, maka Presiden Joko Widodo menetapkan Kepres 11/2020 tentang penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19.

Kepala BNPB juga menetapkan status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor 13.A tahun 2020. Dengan keputusan ini, maka status keadaan tertentu berlaku selama 91 hari, terhitung sejak 29 Februari 2020 sampai dengan 29 Mei 2020.

SARS Cov-12 penyebab Corona Virus Disease (Covid-19) menyebabkan angka kesakitan dan kematian tinggi di banyak negara termasuk Indonesia. Sejak diumumkannya kasus positif pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, jumlah kasus terus bertambah hingga sekarang.

Dijamin Oleh PemerintahBPJS Kesehatan Ikut Berkontribusi

PEMBIYAAN COVID-19

Page 7: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

7MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

FOKUS

7MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Sejak merebaknya virus asal Wuhan, Tiongkok ini, banyak fasilitas kesehatan terutama rumah sakit (RS) melayani pasien Covid-19 baik mereka yang dicurigai terinfeksi yaitu orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) maupun yang konfirmasi positif. Yang memberikan layanan Covid-19 bukan hanya RS rujukan, tetapi juga non rujukan Covid-19 baik milik pemerintah maupun swasta.

Awalnya, berdasarkan Keputusan Menkes, ada sejumlah RS rujukan yang ditetapkan sebagai rujukan Covid-19. Tetapi karena adanya kecenderungan jumlah kasus yang terus meningkat, maka kapasitas RS rujukan tidak mampu menampung semua pasien. Selain itu, karena beberapa kasus Covid-19 diperberat oleh penyakit penyerta atau kormobid yang tidak mampu ditangani oleh RS rujukan yang ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, agar pelayanan terhadap pasien optimal, maka didorong keterlibatan seluruh RS yang mampu memberikan pelayanan Covid-19.

Pelayanan untuk pasien Covid-19 dibiayai oleh pemerintah. Ini berdasarkan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu. Untuk pembiayaan pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi emerging tertentu termasuk infeksi Covid-19 dapat diklaim ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan. Itu artinya, layanan Covid-19 tidak masuk dalam benefit Program JKN-KIS. Dengan kata lain, peserta JKN-KIS sekalipun yang mendapat pelayanan Covid-19 tidak dibayarkan biayanya oleh BPJS Kesehatan.

Hal ini pun ditegaskan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam sejumlah kesempatan ia mengatakan, pemerintah memastikan seluruh biaya pasien yang terkena atau positif terinfeksi Covid-19 yang dirawat di fasilitas kesehatan akan ditanggung oleh negara. Pembiayaannya disentralkan di Kementerian Kesehatan.

“Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan akan menanggung dengan verifikasi klaim BPJS Kesehatan,” kata Sri Mulyani saat press briefing di channel Youtube Kementerian Keuangan, Selasa (24/3/2020).

Hal senada juga disampaikan Menko PMK, Muhadjir Effendy. Menurut Menko, pemerintah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dalam mempercepat penyaluran dana yang akan dibayar kepada RS yang melakukan penanganan pasien Covid-19. Dalam hal ini BPJS Kesehatan mendapatkan penugasan khusus dari Menko PMK untuk melakukan verifikasi klaim layanan pasien Covid-19 oleh RS.

“ Menurut Sri Mulyani, wabah Covid-19 ini memang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, ia memastikan APBN dan APBD akan menanggungnya sehingga RS juga dapat kepastian pembayaran dari pasien Covid-19.”

“Karena memang selama ini BPJS Kesehatan sudah biasa melaksanakan verifikasi klaim RS. Kita putuskan secara teknokratik agar Dirut BPJS Kesehatan mendesain proses ini, bekerja sama dengan Kemenko PMK, Kemenkes, Kemenkeu dan BNPB, serta pemangku kepentingan lainnya,” kata Menko PMK.

Menko PMK melanjutkan, uang yang akan digunakan untuk pembayaran RS yang merawat pasien bukan bersumber dari BPJS Kesehatan atau Dana Jaminan Sosial (DJS), melainkan dana tambahan baru dari APBN maupun APBD. Dana ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih prima lagi.

Melalui Perppu 1/2020, pemerintah menggelontorkan anggaran sebesar Rp75 triliun untuk penanganan Covid-19 dari sisi kesehatan. Sebesar Rp 65,8 triliun di antaranya dialokasikan untuk subsidi penanganan kesehatan yang meliputi pengadaan alat kesehatan, sarana dan prasaran kesehatan, upgrade RS rujukan termasuk pembiayaan pasien Covid-19. Termasuk Rp3 triliun untuk bantuan iuran BPJS bagi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja yang besaran iurannya tidak jadi naik pasca putusan Mahkamah Agung.

Petunjuk Teknis

Untuk pelaksanaan pembayaran klaim layanan Covid-19, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menerbitkan Kepmenkes 238/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Bagi RS yang Menyelenggarakan Pelayanan Covid-19. Kepmenkes ini mengatur mulai dari kriteria pasien yang bisa diklaim biaya perawatannya, pelayanan yang dapat dibiayai, standar pelayanan, metode pembayaran, norma tarif, besaran tarif INA CBG, satuan biaya per hari, tata cara pengajuan klaim, tata cara verifikasi klaim hingga tata cara pembayaran.

Dalam artikel kali ini hanya akan membahas beberapa poin dari juknis tersebut. Di antaranya mengenai satuan biaya penggantian. Satuan biaya per hari yang diusulkan Menkes disetujui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan akhirnya ditetapkan dalam Kepmenkes 238.

Diatur bahwa untuk tarif jaminan pasien rawat jalan adalah menggunakan tarif INA CBG. Sedangkan tarif klaim pasien rawat inap dihitung menggunakan rumus tarif INA CBG ditambah jumlah LOS (Length of Stay) pasien dikalikan biaya per hari.

Besaran tarif INA CBG untuk pelayanan Covid-19 pelayanan rawat jalan menggunakan tarif RS kelas A regional 1. Sedangkan besaran tarif INA-CBG uuntuk pelayanan Covid-19 pelayanan rawat inap menggunakan tarif RS kelas A regional 1 dan kelas perawatan kelas 3.

Komponen yang dibiayai, yaitu administrasi pelayanan, akomodasi di ruang rawat inap, jasa dokter, pelayanan rawat jalan dan rawat inap di ruang gawat darurat, ruang isolasi biasa, ruang isolasi ICU dengan ventilator, ruang isolasi tekanan negatif non ventilator, pemeriksaan

Page 8: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

8 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

FOKUS

penunjang diasnostik (laboratorium dan radiologi sesuai indikasi medis), alat pelindung diri (APD), ambulans rujukan, dan pemulangan jenazah.

Adapun satuan biaya per hari untuk kriteria pasien ODP, PDP, dan konfirmasi positif tanpa komorbid/komplikasi sebagai berikut : layanan ICU dengan ventilator biayanya Rp15,5 juta, ICU tanpa ventilator Rp12 juta, isolasi tekanan negatif dengan ventilator Rp10,5 juta, isolasi tekanan negatif tanpa ventilator Rp7,5 juta, isolasi non tekanan negatif dengan ventilator Rp10,5 juta, dan isolasi non tekanan negatif tanpa ventilator Rp75 juta.

Sedangkan layanan untuk pasien ODP, PDP dan positif dengan kormobid, biayanya sebagai berikut : ICU dengan ventilator Rp16,5 juta, ICU tanpa ventilator Rp12,5 juta, isolasi tekanan negatif dengan ventilator Rp14,5 juta, isolasi tekanan negatif tanpa ventilator Rp9,5 juta, isolasi non tekanan negatif dengan ventilator Rp14,5 juta, dan isolasi non tekanan negatif tanpa ventilator Rp9,5 juta.

Untuk pemulasaran jenazah, biayanya adalah : pemulasaran jenazah Rp550.000, kantong jenazah Rp100.000, peti jenazah Rp1.750.000, plastik erat Rp260.000, disinfektan jenazah Rp100.000, transportasi mobil jenazah Rp500.000, dan disinfektan mobil jenazah Rp100.000.

Untuk RS yang mendapatkan bantuan APD dan obat-obatan dari pemerintah akan dilakukan pengurangan dari total klaim yang diterima. Untuk APD dan obat-obatan yang dibeli RS harus melampirkan faktur pembelian dan bantuan sumberlainnya.

RS yang merujuk pasien Covid-19 ke RA rujukan dan RS lain yang memberikan pelayanan pasien Covid-19 diberlakukan norma pembayaran sebagai berikut: yang merawat kurang dari 6 jam dibayar tarif INA CBG rawat jalan. Merawat di atas 6 jam sampai 2 hari dibayar 70 % dari tarif klaim. Merawat di atas 2 hari sampai 5 hari dibayar 80 % dari tarif klaim. Sedangkan yang merawat di atas 5 hari dibayar 100% dari tarif klaim. Sedangkan untuk pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh (status pulang) yang masih memerlukan perawatan, maka manfaat pelayanan selanjutnya berubah menjadi pelayanan JKN-KIS atau pelayanan umum.

Pasien yang dapat diklaim biaya perawatannya adalah, ODP usia di atas 60 tahun dengan atau tanpa penyakit penyerta dan kurang dari 60 tahun dengan penyakit penyerta, PDP, dan konfirmasi positif. Pelayanan yang bisa diklaim rumah sakit adalah pasien yang dirawat sejk 28 Januari 2020 hingga tidak ada lagi kasus Covid-19. Pasien yang dijamin adalah seluruh penduduk Indonesia baik yang peserta JKN-KIS maupun yang bukan. Bahkan WNA sekalipun yang sedang berada dan berobat di wilayah NKRI dijamin.

Untuk pengajuan klaim, RS mengajukan kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Cq Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan ditembuskan ke BPJS Kesehatan untuk verifikasi dan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota melalui email. Setelah menerima pengajuan klaim tersebut, Kemenkes dapat memberikan uang muka paling banyak 50% dari setiap jumlah klaim yang diajukan oleh RS. Sisanya dibayarkan setelah BPJS Kesehatan mengeluarkan Berita Acara Verifikasi kepada Kementerian Kesehatan.

8 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 9: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

9MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

FOKUS

9MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Kontribusi

Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan menjelaskan, Budi Muhammad Arief, menjelaskan, meskipun Covid-19 bukanlah merupakan bagian dari benefit Program JKN-KIS, tetapi pemerintah telah memberikan amanah kepada BPJS Kesehatan untuk turut serta menjadi bagian, dan berkontribusi dalam penanganan Covid-19 dengan melakukan verifikasi klaim. Verifikasi didasarkan pada beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam Kepmenkes 238 tahun 2020 dan Surat Edaran Menkes nomor 295 tahun 2020.

Saat ini secara regulasi maupun sistem informasi BPJS Kesehatan dan sosialisasi telah dipersiapkan dan dijalankan dengan baik kepada seluruh kantor cabang BPJS maupun RS.

“BPJS Kesehatan telah memberikan informasi secara detail sehingga diharapkan ke depan RS mampu menyampaikan pengajuan klaim secara benar dan mudah. Beberapa hal yang masih dibutuhkan perbaikan, BPJS Kesehatan terus melakukan koordinasi dengan Kemenkes agar ke depan proses pengajuan klaim menjadi semakin baik dari hari ke hari,” ujar Budi.

BPJS Kesehatan mengharapkan RS yang mengalami kesulitan dalam proses pengajuan klaim agar tidak ragu untuk menyampaikan ke kantor cabang BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan siap memberikan penjelasan dan dukungan kepada RS agar proses pengajuan tersebut berjalan lancar.

BPJS Kesehatan selaku verifikator akan berupaya menjalankan amanah ini sesuai dengan kaidah yang ada. Meskipun saat ini masih darurat pandemi Covid-19, tetapi Budi mengingatkan agar semua proses dijalankan dengan baik dengan mengedepankan prinsip good governance, sehingga suatu ketika apabila masa pandemi Covid-19 telah berakhir semua pihak terkait dapat memberikan pertanggungjawaban yang baik.

Budi meminta seluruh RS untuk mempersiapkan berkas-berkas secara lengkap sebelum mengajukan klaim ke Kemenkes. Terutama soal data terkait unsur pembentuk cos per day (biaya per hari). Mulai dari tempat perawatan di ICU, ruang isolasi dan penggunaan alat pendukung, semisal ventilator, hingga ruang isolasi bertekanan negatif. Harus dipastikan semua fasilitas ini dipakai atau tidak. Semua komponen ini akan berpengaruh besar terhadap besaran unit biaya per hari.

Ketika nanti BPJS meminta data RS ternyata tidak ada ventilator atau pun ruang bertekanan negatif, maka dipastikan klaim dengan layanan tersebut tidak diterima. Sebaliknya, jika sejak awal BPJS sudah mengantongi data fasilitas yang dimiliki RS tersebut, maka ketika mengajukan klaim langsung disetujui oleh BPJS. Jumlah fasilitas untuk merawat pasien Covid-19 pun harus terhitung. Jangan sampai muncul potensi moral hazard, misalnya RS mengklaim di hari yang sama menggunakan 10 ventilator, padahal menurut data BPJS, RS tersebut hanya memiliki 1 ventilator.

Kesiapan lainnya adalah data APD. APD, menurut Kepmenkes 238 tahun 2020 akan dilakukan pengurangan biaya klaim apabila RS yang bersangkutan sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Pertimbangannya adalah jangan sampai negara memberikan pembiayaan ganda.

RS diminta untuk inventarisir bantuan APD yang hanya berasal dari pemerintah. Sedangkan bantuan APD dari masyarakat atau swasta tidak masuk dalam bagian pengurangan biaya. Karena kalau pun RS mengggunakan APD donasi dari swasta tidak membuat pembiayaan pemerintah ganda.

“Ke depan BPJS Kesehatan terus melakukan evaluasi terhadap proses pengajuan klaim ini. Kami akan menginformasikan kepada seluruh RS apabila kami sudah bisa memberikan kemudahan pada RS,” kata Budi.

Page 10: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

10 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

BINCANG

PELAYANAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID-19Pasien di Luar Covid-19 juga Perlu Perhatian

Page 11: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

11MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)Tulus Abadi

BINCANG

Sejak ditemukannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, hingga kini

penyebaran virus tersebut masih terus berlanjut bahkan telah mencapai seluruh provinsi di Indonesia. Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengenai orang yang terinfeksi COVID-19 per tanggal 24 Juni 2020 yaitu sebanyak 49.009 kasus yang tersebar di seluruh kabupaten/kota dan 34 provinsi Indonesia. Dari total kasus positif tersebut, sebanyak 19,658 pasien telah dinyatakan sembuh berdasarkan kondisi klinis dan tidak lagi membutuhkan layanan kesehatan di rumah sakit. Sedangkan sebanyak 2.573 jiwa meninggal dunia akibat virus tersebut.

Orang dengan usia di atas 40 tahun adalah kelompok yang paling berisiko mengalami sakit parah ketika terinfeksi COVID-19. Risiko menjadi bertambah jika orang yang terinfeksi COVID-19 memiliki penyakit penyerta (comorbid) seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit paru baik itu asma maupun penyakit paru obstruktif seperti bronkitis kronis.

Perawatan pasien positif COVID-19, khususnya mereka yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) menuntut persiapan khusus dari fasilitas kesehatan. Mudahnya penularan COVID-19, mengakibatkan ruang isolasi di RS menjadi persyaratan mutlak. Banyak ruangan RS terpaksa “dikonversi” mendadak menjadi ruangan isolasi sehingga berpengaruh kepada daya tamping RS secara keseluruhan. Di sisi lain, RS tentunya harus tetap memberikan layanan kesehatan bagi pasien di luar diagnosa COVID-19, baik yang bersifat insidental maupun rutin.

Bagimana pelayanan kesehatan di masa pandemic COVID-19 dari sudut pandang pasien sebagai konsumen jasa pelayanan Kesehatan? Berikut ini adalah kutipan wawancara INFO BPJS Kesehatan dengan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengenai pelayanan kesehatan di rumah sakit pada masa pandemi Covid-19.

Sudah hampir dua bulan kasus Covid-19 mewabah di Indonesia, menurut pengamatan YLKI apakah ada catatan untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit terkait Covid-19 atau pun penyakit lain?

Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini di mana penularan virus begitu mudah dan masif, Rumah Sakit menjadi salah satu tempat yang berisiko tinggi terjadi penularan. Hal ini terutama karena banyak rumah sakit sudah merawat pasien Covid-19. Banyak masyarakat yang merasa khawatir untuk pergi ke rumah sakit karena takut tertular, padahal kondisinya mereka sangat membutuhkan. Ini yang harus dipikirkan agar masyarakat bisa mengakses fasilitas kesehatan tanpa takut tertular virus.

Saat ini layanan Telemedicine atau konsultasi kesehatan secara daring dengan menggunakan aplikasi lebih didorong agar masyarakat tidak perlu ke RS. Apakah pendapat YLKI terkait penggunaan layanan Telemedicine ini?

Mau tidak mau dalam kondisi seperti ini layanan Telemedicine menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan pasien untuk meminimalkan risiko tertular Covid-19. Pasien bisa berkonsultasi tanpa perlu ke rumah sakit. Namun demikian, layanan Telemedicine ini tentunya sangat terbatas.

Bayangkan pasien yang menderita penyakit serius, yang memerlukan tindakan seperti pemeriksaan darah, rontgen, dan sebagainya, mereka itu harus tetap ke rumah sakit. Ini yang harus dipikirkan solusinya. Kondisi pandemi COVID-19 tidak lantas meniadakan penyakit lainnya. Jangan sampai karena fokus pada pasien COVID-19, pasien diluar itu menjadi terabaikan. Banyak pasien non COVID-19 yang juga membutuhkan penanganan serius. Mereka perlu mendapat perhatian. Mayoritas RS saat ini memang sudah menerapkan protokol pelayanan kesehatan untuk mencegah penularan seperti pembatasan jarak saat antre, menunggu, dan saat konsultasi dengan dokter.

YLKI juga membuka posko pengaduan terkait layanan COVID-19, sejauh ini apa saja aduan yang paling banyak dilaporkan?

Untuk bidang kesehatan paling banyak aduan masyarakat soal sulitnya mendapatkan masker, hand sanitizer, dan produk multivitamin khususnya vitamin C. Selain barangnya langka, kalaupun ada harganya sangat tinggi. Selain itu juga soal akses masyarakat untuk mendapatkan rapid test yang disediakan pemerintah yang cenderung berbelit.

Saat ini banyak layanan daring yang menyediakan screening Covid-19, termasuk yang disediakan BPJS Kesehatan dalam aplikasi Mobile JKN. Bagaimana efektivitas skrining mandiri tersebut dalam upaya pencegahan?

Itu cukup bagus, dan sudah tepat dilakukan sebagai upaya deteksi dini kepada masyarakat tentang pencegahan Covid-19. Tapi yang penting screening tersebut harus diikuti oleh rekomendasi apa yang harus dilakukan selanjutnya dan akses untuk mendapatkan layanan Kesehatan yang dibutuhkan dengan aman.

11MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 12: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

12 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

BENEFIT

12 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Covid-19 memiliki gejala seperti demam disertai sakit kepala, batuk dan pilek, sakit tenggorokan, hingga menimbulkan gangguan pernafasan. Namun pada banyak kasus, Covid-19 bisa

tidak menimbulan gejala atau minim gejala, sehingga seseorang bisa berfikir kalau dirinya tidak terinfeksi virus Corona. Alhasil akan menularkan kepada orang lain jika tidak menjaga jarak aman.

Karenanya, penting sekali melakukan berbagai upaya pencegahan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Antara lain dengan menggunakan masker, sering mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga daya tahan tubuh, tetap di rumah, dan menerapkan physical distancing.

Yuk, Screening Mandiri Covid-19 di Aplikasi Mobile JKNMasyarakat di seluruh dunia saat ini tengah dibuat resah akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Penyakit ini sebabkan oleh jenis virus corona baru yang masih satu keluarga dengan virus penyebab MERS dan SARS, hanya saja memiliki struktur DNA yang berbeda, sehingga disebut novel coronavirus (nCoV).

Page 13: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

13MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83 13

BENEFIT

13MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Screening Mandiri

Untuk mengetahui apakah seseorang sudah terpapar virus corona atau belum, caranya dengan melakukan tes Covid-19. Sebelum pada tahap tersebut, umumnya juga dilakukan screening kesehatan untuk mengetahui potensi seseorang terpapar virus corona.

Sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19, BPJS Kesehatan melalui aplikasi Mobile JKN juga sudah menghadirkan fitur “Skrining Mandiri Covid-19” bagi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Fitur tersebut juga akan terus dikembangkan dan diharapkan peserta JKN-KIS dapat terpantau kondisi kesehatannya, serta dapat teridentifikasi perkembangan potensi penularan Covid-19.

Untuk menggunakan layanan ini, peserta JKN-KIS yang sudah mengunduh dan mengaktifkan aplikasi Mobile JKN melalui perangkat mobile mereka dapat langsung memilih fitur “Skrining Mandiri Covid-19”. Dari sana peserta dapat mengisi identitas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar Covid-19.

Pertanyaan yang diajukan antara lain perihal kondisi kesehatan terkini, riwayat perjalanan atau tinggal di negara/kota yang melaporkan transmisi lokal, riwayat kontak dengan kasus terkonfirmasi Covid-19, riwayat kesehatan anggota keluarga, riwayat tes Covid-19, hingga riwayat penyakit. Dalam fitur “Skrining Mandiri Covid 19”, juga akan terkoneksi dengan lokasi peserta (terdapat fitur GPS) dan disinergikan dengan data dan informasi status zona di wilayah masing-masing.

Screening Mandiri Covid-19 dalam aplikasi Mobile JKN ini selain dapat dilakukan sekali oleh peserta, juga bisa dilakukan setiap hari untuk mendapatkan data yang terkini serta akurat. Untuk notifikasi screening harian akan muncul setiap pukul 10.00 Wib.

Selain fitur “Skrining Mandiri Covid-19”, di dalam aplikasi Mobile JKN juga terdapat fitur “Skrining Riwayat Kesehatan”. Fitur ini bisa digunakan untuk mendeteksi gejala penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, gagal ginjal kronis dan jantung koroner.

Peran FKTP

Di masa pandemi ini, peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) juga telah diperkuat sebagai garda terdepan penanggulangan Covid-19. Apabila membutuhkan pelayanan kesehatan terkait Covid-19, peserta JKN-KIS tidak perlu ragu mengontak FKTP. BPJS Kesehatan juga telah mengirimkan surat himbauan kepada seluruh FKTP untuk lebih memberikan perhatian khusus terhadap peserta JKN-KIS yang menunjukan gejala-gejala yang terindikasi diagnosis penyakit Covid-19.

Sesuai dengan komitmen FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dalam masa pandemi ini FKTP diharapkan lebih proaktif untuk memantau kondisi kesehatan peserta JKN-KIS, mengingatkan serta memberikan edukasi terkait penerapan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penulara Covid-19. Terkait hal ini, Direktur BPJS Kesehatan Fachmi Idris juga telah melakukan kunjungan langsung ke sejumlah FKTP untuk memastikan pelaksanaan himbauan tersebut di lapangan.

Page 14: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

14 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

PELA

NG

GA

N

Pandemi virus corona baru atau Covid-19 di seluruh dunia turut membuat kehidupan sosial masyarakat di Indonesia berubah. Terlebih saat ini pemerintah telah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah provinsi dan kabupaten/kota yang membatasi pergerakan penduduk.

Sebagian besar orang terpaksa harus melakukan berbagai kegiatan dan mengurus bermacam hal dengan dilakukan dari rumah. Tak terkecuali bagi para peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang selama ini harus menyelesaikan beberapa administrasi di Kantor Cabang atau Kantor Kabupaten/ Kota BPJS Kesehatan.

Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan PSBB dari pemerintah, BPJS Kesehatan meluncurkan inovasi layanan baru yang memudahkan peserta untuk mendapatkan layanan administrasi dan informasi terkait program JKN-KIS melalui layanan CHIKA dan VIKA.

Kedua layanan ini memiliki keunggulan dapat diakses oleh peserta kapanpun dan dimanapun tanpa memandang waktu dan lokasi dengan hanya bermodalkan ponsel. Sehingga peserta JKN-KIS tidak perlu lagi keluar rumah untuk mengunjungi kantor BPJS Kesehatan pada saat membutuhkan layanan administrasi dan informasi.

CHIKA merupakan layanan informasi melalui chat atau pesan singkat yang direspons oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI). CHIKA dapat digunakan oleh peserta untuk mengetahui informasi seperti pengecekan status kepesertaan, mengecek tagihan BPJS Kesehatan, lokasi fasilitas kesehatan, lokasi kantor cabang, informasi publik seperti manfaat dan prosedur, prosedur pendaftaran, prosedur ubah data, mengubah data peserta, dan registrasi peserta.

Fitur CHIKA ini dapat diakses lewat beberapa aplikasi media sosial seperti Facebook Messenger di facebook/BPJSKesehatanRI/, aplikasi pesan Telegram di @BPJSKes_bot, serta aplikasi WhatsApp di nomor 08118750400. Ketiga media sosial tersebut dipilih karena sudah sangat umum dan banyak digunakan oleh hampir sebagian besar peserta JKN - KIS maupun penduduk Indonesia.

Peserta Program JKN-KIS dapat menghubungi CHIKA lewat pesan singkat di media sosial yang sudah tersedia dengan waktu layanan 24 jam. Selain itu, peserta tidak

harus menunggu lama karena respon pesan singkat di media sosial tersebut sangat cepat berkat sistem kecerdasan buatan.

Jika ingin mencari informasi terkait JKN-KIS yang tersedia, peserta hanya perlu memasukan nomor peserta BPJS Kesehatan atau nomor KTP (NIK). Selanjutnya, informasi akan didapatkan dan diproses dengan cepat.

Sementara VIKA adalah layanan informasi menggunakan mesin penjawab. Gunanya untuk mengecek status tagihan dan status kepersertaan melalui BPJS Kesehatan Care Center 1500 400.

Peserta hanya perlu menelpon 1500 400 dan kemudian akan dipandu oleh VIKA untuk mendapatkan informasi status kepesertaan JKN KIS dan pengecekan tagihan dengan cukup memasukan nomor peserta BPJS Kesehatan atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tercantum di KTP/KK.

Saat ini BPJS Kesehatan hanya memberikan pelayanan terbatas di kantor cabang dalam upaya mendukung pencegahan penyebaran virus COVID-19. Oleh karena itu peserta Program JKN-KIS diharapkan dapat memanfaatkan pelayanan tanpa tatap muka yang disediakan. Selain CHIKA dan VIKA peserta juga bisa memanfaatkan berbagai layanan dan mendapatkan informasi lebih banyak menggunakan aplikasi Mobile JKN.

Salah seorang peserta JKN-KIS Tiara Suci mengatakan layanan CHIKA dan VIKA sangat membantu dan memberikan pilihan dalam mendapatkan akses layanan dan informasi terkait JKN.

"Saya coba CHIKA dan responnya sangat cepat karena menggunakan kecerdasan buatan. Pilihan-pilihan layanan dan informasi yang diinginkan pun gampang hanya tinggal tekan atau masukan kode. Menurut saya ini cukup efektif dan efisien karena tidak usah keluar rumah di masa pandemi seperti sekarang ini. Ini juga jadi pilihan bagi banyak orang, apakah mau menggunakan lewat chat, telepon, atau aplikasi tanpa harus ke Kantor BPJS Kesehatan," kata Tiara.

Manfaatkan Layanan CHIKA dan VIKA

14 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 15: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

15MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83 15

PELANGGAN

URUS JKN-KIS #DIRUMAHAJA

15MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 16: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

16 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

TESTIMONI

Selain aplikasi Mobile JKN, ada juga layanan Chika dan Vika. Chika merupakan pelayanan informasi dan pengaduan melalui chat yang direspons oleh artificial intelligence (AI). Sementara Vika adalah

layanan informasi menggunakan mesin penjawab untuk mengecek status tagihan dan status kepersertaan melalui BPJS Kesehatan Care Center 1500 400.

Di saat pandemi Covid-19, berbagai kanal yang disediakan BPJS Kesehatan ini juga sangat membantu peserta. Apalagi sebagian wilayah di Indonesia juga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskannya tetap berada di rumah. Tanpa harus tatap muka dengan petugas BPJS Kesehatan, peserta JKN-KIS tetap bisa mendapatkan berbagai layanan yang dibutuhkan.

Peserta JKN-KIS Jadi Dimudahkan

BPJS KESEHATAN Sediakan Banyak Kanal Online,

Di era digital seperti saat ini, banyak hal bisa dilakukan dengan lebih mudah dan cepat melalui perangkat mobile. Begitu juga ketika ingin mengakses layanan Program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Melalui aplikasi Mobile JKN, peserta bisa melakukan banyak hal lewat perangat mobile mereka tanpa harus datang ke kantor BPJS Kesehatan.

16 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 17: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

17MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Peserta JKN-KISNovina Permana

TESTIMONI

Seperti pengakuan Novina, peserta JKN-KIS asal Bandung, Jawa Barat. Novina memanfaatkan layanan Chika untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya tanpa harus datang ke kantor cabang BPJS Kesehatan. Sebab layanan Chika dapat diakses melalui beberapa media sosial seperti Facebook Messenger, Telegram, dan juga Whatsapp melalui nomor 08118750400.

“Nomor telepon Chika sudah tersimpan di handphone saya, jadi sewaktu-waktu kalau butuh informasi tinggal Whatsapp saja. Seperti kemarin waktu mengecek tagihan iuran setelah ada informasi pembatalan kenaikan iuran,” kata Novina kepada Info BPJS.

Selain mengecek tagihan BPJS Kesehatan, informasi lain yang bisa diberikan Chika yaitu cek status peserta, lokasi fasilitas kesehatan, lokasi kantor cabang BPJS Kesehatan, ubah data peserta, dan registrasi peserta. Novina berharap ke depannya layanan yang diberikan Chika bisa semakin beragam, sehingga peserta JKN-KIS bisa semakin dimudahkan.

Aplikasi Mobile JKN juga banyak dimanfaatkan peserta, terlebih ada banyak layanan yang dihadirkan. Salah satunya informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Bagi Kurniawan, peserta JKN-KIS asal Bogor, Jawa Barat, informasi ini sangat membantunya ketika salah satu anggota keluarganya mengalami kondisi darurat dan harus segera dibawa di rumah sakit.

“Dengan aplikasi Mobile JKN, kita bisa tahu berapa banyak sisa tempat tidur di rumah sakit yang ingin kita

tuju. Selama ini kan seringkali ketika langsung datang ke rumah sakit, ternyata tepat tidurnya sudah penuh. Akhirnya harus pindah ke rumah sakit lain dan jadi buang-buang waktu,” kata Kurniawan.

Kurniawan juga memanfaatkan aplikasi Mobile JKN untuk melakukan perubahan data peserta seperti alamat rumah, dan juga pindah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

“Kebetulan saya baru pindah rumah dari sebelumnya tinggal bareng orang tua. Jadi untuk perubahan data seperti alamat rumah dan juga pindah FKTP saya lakukan langsung di aplikasi Mobile JKN,” ujar Kurniawan.

Kemudahan lainnya yang diberikan aplikasi Mobile JKN adalah pendaftaran pelayanan secara online. Bagi Bambang Mulyono, peserta JKN-KIS asal Kota Malang, adanya fitur antrean online ini sangat bermanfaat untuk menghindari antrean panjang yang sebelumnya kerap dijumpai ketika mengakses pelayanan di FKTP. Dengan fitur ini, peserta tidak perlu datang ke FKTP lebih awal untuk mendapatkan nomor urutan pertama, tapi bisa mendaftar di rumah masing-masing melalui aplikasi.

“Fiturnya bagus, jadi nggak lama-lama antre kalau ingin berobat,” kata Bambang Mulyono.

Selain ketiga layanan tersebut, layanan lainnya yang juga dihadirkan aplikasi Mobile JKN antara lain pendaftaran peserta, pendaftaran auto debit, tagihan iuran, riwayat pelayanan, konsultasi dokter, daftar obat ditanggung, screening kesehatan, pengaduan keluhan, hingga screening mandiri Covid-19.

Peserta JKN-KISKurniawan

17MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

Page 18: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

18 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

INSP

IRA

SI

18 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Sejak pertama kali teridentifikasi padi akhir Desember 2019 lalu di Wuhan China, virus corona tipe baru yang menyebabkan penyakit COVID-19 hingga saat ini masih menjadi musuh bersama

bagi seluruh negara di dunia tak terkecuali Indonesia.

Dari para korban jiwa yang meninggal dunia, tak sedikit pula para tenaga medis yang harus berpulang karena menjadi garda paling depan dalam memerangi virus corona baru tersebut. Tenaga medis baik itu dokter, perawat, bidan, petugas ambulans, peneliti di laboratorium, dan tenaga kesehatan lainnya menjadi sangat berisiko tinggi tertular virus karena harus berhadapan langsung dengan merawat pasien yang positif terinfeksi.

Salah satu permasalahan bersama bagi para tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di seluruh negara yang menghadapi serangan virus secara bersamaan adalah keterbatasan akan alat kesehatan untuk perawatan pasien dan juga alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan.

Tak terkecuali Indonesia, para tenaga kesehatan di Tanah Air sempat kekurangan dan kesulitan mendapatkan APD. Bahkan para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam melawan virus harus terpaksa merawat pasien terinfeksi COVID-19 dengan perlindungan seadanya. Tidak sedikit para tenaga medis terpaksa mengenakan jas hujan plastik sebagai pengganti karena benar-benar kehabisan APD yang layak.

BPJS Kesehatan bersama PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Harian Republika bekerja sama melakukan penggalangan dana bersama melalui Gerakan Gotong Royong Bantu Tenaga Kesehatan Cegah Corona (GEBAH CORONA). Tujuannya adalah untuk membantu memberikan dukungan kepada para tenaga medis dengan cara melindunginya dengan pemberian APD.

APD yang diberikan berupa masker bedah, baju pelindung medis, baju APD lengkap, hand sanitizer, dan kipas disinfektan yang nantinya akan didistribusikan kepada para tenaga medis yang bertugas di lapangan.

“Para tenaga medis sudah bekerja keras mempertaruhkan kesehatan, bahkan nyawanya, demi melindungi masyarakat. Saatnya kita bergerak juga melindungi tenaga medis,” kata Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris beberapa waktu lalu saat menyerahkan bantuan.

Fachmi mengatakan upaya gotong royong bersama tersebut merupakan wujud kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga medis yang bertugas

melayani masyarakat di tengah pandemi virus corona. Dia berharap langkah GEBAH CORONA tersebut bisa menginspirasi masyarakat luas dan instansi lainnya untuk turut bergerak mendukung kerja tenaga medis.

GEBAH Corona merupakan aksi berkelanjutan dari BPJS Kesehatan, PB IDI, dan Harian Republika dengan menggalang dana dan terus mendistribusikan APD ke berbagai rumah sakit yang membutuhkan. Aksi ini juga menyertakan partisipasi dari seluruh karyawan BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia sebagai bentuk kepedulian atas kondisi pandemi yang saat ini kita hadapi.

Bantuan APD dari GEBAH Corona disalurkan ke 10 rumah sakit yaitu RS Mintohardjo Jakarta Pusat, RSU Bhayangkara Tk. I R. Said Sukamto Jakarta Timur, RS Pelni Jakarta Barat, RSKD Duren Sawit Jakarta Timur, RS Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan, RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon, RS PKU Muhammadiyah Surakarta, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dan RSUD Kota Bekasi.

Direktur Utama RSUD Kabupaten Tangerang Naniek Isnaini mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi kepedulian dari berbagai pihak yang dilakukan dalam aksi gotong royong GEBAH Corona. Menurut Naniek, aksi penggalangan dana itu merupakan wujud nyata instansi dan masyarakat untuk membantu tenaga medis melawan Covid-19.

“Dengan bantuan APD ini, kami jadi merasa lebih tenang dalam bertugas. Kami juga bisa mengamankan petugas kami yang melayani pasien Covid-19. Kita tidak tahu kapan kasus ini akan menurun. Oleh karena itu, perlu komitmen, motivasi dan kebersamaan yang kuat dalam menghadapi Covid-19. Kita juga harus saling menyemangati, membekali tenaga medis dengan pengetahuan tentang Covid-19, serta dan semaksimal mungkin berupaya memenuhi sarana prasarana yang dibutuhkan,” kata dia.

GEBAH CORONAGotong Royong Bersama Melawan Corona

Page 19: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

19MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

PERSEPSI

19MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Perdebatan mengenai pembiayaan pasien Covid-19 sempat menjadi viral di sosial media maupun media arus utama. Perdebatan yang muncul adalah apakah pelayanan Covid-19 dijamin dalam

Program JKN-KIS? Apakah orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan pasien positif Covid-19 akan dibiayai BPJS Kesehatan? Fasilitas kesehatan yang sudah menangani pasien Covid-19 pun mengeluhkan mekanisme pembiayaan ini.

Mengacu pada sejumlah ketentuan pemerintah tentang kebencanaan, maka sudah jelas bahwa penyakit yang berpotensi wabah atau pandemi atau kejadian luar biasa (KLB) tidak merupakan benefit yang dijamin dalam Program JKN-KIS. Peraturan Presiden nomor 82 tahun 2018, salah satunya mengatur tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin Program JKN-KIS yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. Pada Pasal 52 Huruf O menyebutkan: pelayanan kesehatan yang tidak dijamin termasuk pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, KLB atau wabah.

Mengacu pada pasal, BPJS Kesehatan tidak dapat menjamin pelayanan kesehatan akibat wabah, karena biayanya ditanggung oleh pemerintah secara langsung. Ada dua lembaga sekaligus yang menetapkan Covid-19 sebagai wabah, yaitu Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Pada 4 Februari 2020, Pemerintah telah mengumumkan status KLB Covid-19. Menteri Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus sebagai Penyakit yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.

Pada poin kesatu ditulis: Menetapkan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) Sebagai Penyakit yang Dapat Menimbulkan Wabah. Selanjutnya poin keempat disebutkan bahwa segala bentuk pembiayaan dibebankan pada anggaran Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan/atau sumber dana lain yang sah. Sedangkan pada poin kelima lebih spesifik lagi, karena tertulis juga termasuk untuk “biaya perawatan bagi kasus suspek yang dilaporkan sebelum keputusan menteri ini mulai berlaku”.

BNPB melalui surat keputusan Kepala BNPB No 9.A/2020 tentang Penetapan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Corona di Indonesia juga telah ditetapkan Status Keadaan Tertentu.

Kemudian, Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keppres 7/2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada tanggal 13 Maret 2020. Gugus tugas yang diketuai oleh Kepala BNPB ini langsung di bawah Presiden.

Dalam Keppres memang tidak dijelaskan lebih detail tentang pembiayaan pelayanan kesehatan Covid-19.Tetapi sudah diatur dalam Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu. Untuk pembiayaan pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi emerging tertentu, termasuk infeksi Covid-19 dapat diklaim ke Kemenkes melalui Dirjen Pelayanan Kesehatan. Aturan ini menegaskan bahwa klaim layanan pasien Program JKN-KIS tidak dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.

Sementara itu, Menteri Keuangan juga mengeluarkan surat edaran SE-6/MK.02/2020 tentang Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran Kementerian/Lembaga dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Ini menegaskan bahwa negara memastikan pembiayaan untuk Covid-19 ditanggung pemerintah.

Hal ini pun secara rinci diatur dalam Kepmenkes 238 tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan Covid-19. Ketentuan ini mengatur bahwa proses pembayaran dilakukan Kemenkes dengan sumber dana berasal dari DIPA BNPB atau sumber lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Meski tidak dijamin dalam JKN-KIS, BPJS Kesehatan ikut berperan dan berkontribusi dalam penanganan Covid-19 melalui verifikasi klaim RS. Penugasan khusus ini berdasarkan amanah dari Menko PMK melalui surat S.22/MENKO/PMK/III/2020 tentang Penugasan Khusus Verifikasi Klaim Covid-19. Tugas verifikasi klaim ini diatur lebih detail dalam Kepmenkes 238 tahun 2020 di BAB II huruf H poin b.

Mengapa JKN Tidak Jamin Covid-19 ?

Page 20: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

20 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

SEHAT & Gaya Hidup

20 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

Hingga kini sebagian besar orang meyakini penyebaran Covid-19 bermula pada akhir 2019 ketika seseorang terjangkit virus tersebut dari hewan yang diperdagangkan di pasar seafood

Huanan, kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok. Tak butuh waktu lama, Covid-19 dengan cepat menyebar ke banyak negara dari manusia ke manusia. Di Indonesia, kasus Covid-19 pertamakali diumumkan pada 2 Maret 2020.

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan menyampaikan, virus corona penyebab Covid-19 merupakan jenis virus yang masih satu keluarga dengan virus penyebab MERS dan SARS, hanya saja memiliki struktur DNA yang berbeda, sehingga disebut novel coronavirus (nCoV).

Seluruh dunia saat ini tengah dipusingkan dengan penyebaran virus corona baru penyebab Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Sampai dengan awal juli 2020, virus ini telah menyebar ke 215 negara, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Maret 2020 lalu juga sudah menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.

A - ZTentang Covid-19

“Jika dilihat dari tingkat keparahannya, virus ini memang di bawah SARS dan MERS. Tetapi virus ini dianggap serius dan meresahkan karena kecepatan transmisinya. Semakin hari pasiennya makin banyak dan doubling time-nya cepat sekali,” kata Satgas Waspada dan Siaga nCoV Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) ini.

Seperti halnya jenis virus lainnya, Covid-19 juga menyerang saluran pernafasan. Gejalanya seperti demam disertai sakit kepala, batuk dan pilek, sakit tenggorokan, hingga menimbulkan gangguan pernafasan apabila virus ini sudah menyerang saluran nafas bagian bawah. Kondisi inilah yang kemudian meningkatkan risiko kematian.

Page 21: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

21MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

SEHAT & GAYA HIDUP

Basahi tangan seluruhnya dengan air mengalir.

Gosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari.

Bersihkan bagian bawah kuku-kuku.

Bilas tangan dengan air bersih mengalir.

Keringkan tangan dengan handuk atau tisu, atau dianginkan

Gunakan maskerPerhatikan cara penggunaan masker dan terapkan etika batuk atau bersin. Tutup mulut dan hidung menggunakan lengan atas bagian dalam atau tisu saat batuk atau bersin.

Jaga daya tahan tubuhJaga dan perkuat daya tahan tubuh dengan mengonsumsi gizi seimbang, rutin berlatih fisik, istirahat yang cukup, dan hindari stres. Dengan mengandalkan sistem imunitas tubuh, pada beberapa kasus penyakit ini bisa sembuh sendiri.

Tetap di rumahBelajar, bekerja dan beribadah dilakukan di rumah. Apabila di daerah tempat tinggal Anda sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), patuhi seluruh anjuran yang ditetapkan.

Physical distancingBila terpaksa harus ke luar rumah karena ada keperluan yang penting, terapkan physical distancing dengan menjaga jarak setidaknya satu sampai dua meter dari orang lain dan hindari kerumunan.

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya mencegah penularan Covid-19. Namun tidak asal mencuci tangan, tetapi ada aturan atau tata cara yang juga harus dipatuhi.

Adapun masa inkubasi virus ini sekitar 2-14 hari, artinya mulai dari seorang individu terpapar virus sampai menimbulkan gejala klinis atau ada keluhan membutuhkan waktu hingga 14 hari. Pada banyak kasus, Covid-19 juga bisa tidak menimbulan gejala atau minim gejala, namun tetap berpotensi besar untuk menyebar atau menular ke orang lain.

“Dari banyak kasus, pasien Covid-19 yang meninggal juga ada hubungannya dengan imunitas tubuh, orang tua atau lanjut usia, dan memang sudah memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, ginjal, dan stroke. Kelompok-kelompok inilah yang paling rentan,” kata Erlina.

Cara Penularan dan Pencegahan

Untuk penularan dari manusia ke manusia, Erlina menjelaskan virus ini ditransmisikan melalui droplet atau percikan cairan yang dikeluarkan orang yang sudah

terinfeksi virus corona baru penyebab Covid-19, misalnya ketika dia batuk atau bersin. Daya jangkau dari droplet tersebut sekitar 1 meter atau paling jauh 1,8 meter. Selain itu, virus ini juga bisa menyebar melalui kontak langsung.

“Virus ini masuk dengan cara terhirup melalui hidung, kemudian masuk ke saluran nafas bagian atas dan bisa terus sampai ke saluran nafas bawah tempat paru-paru. Virus juga ditularkan ketika Anda menyentuh cairan terinfeksi, lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut. Ketika virus ini menyerang jaringan paru dan menyebabkan terjadinya peradangan atau pneumonia, inilah yang harus diwaspadai. Pasien harus dirawat di ruang isolasi dengan monitoring yang ketat,” jelas Erlina.

Karenanya, penting sekali melakukan berbagai upaya pencegahan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Apa saja yang bisa kita lakukan?

1 2 3 4 5

Page 22: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,

22 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 83

JAWAB

JAWAB

22 MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 82

KO

NSU

LTA

SI

Saya dapat KIS di daerah, apakah bisa dipakai di Jakarta?IG : @ryansyahXXXX

KIS bersifat nasional, artinya dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Apabila peserta JKN-KIS membutuhkan pelayanan kesehatan ketika sedang berada di luar wilayah tempat Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)-nya terdaftar (misalnya dikarenakan sedang tugas/dinas/cuti/liburan/dll), maka peserta yang bersangkutan dapat dilayani di FKTP terdekat di lokasinya

saat itu dengan ketentuan maksimal 3 kali kunjungan dalam 1 bulan. Sementara dalam kondisi darurat, peserta dapat mengunjungi RS yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan terdekat di wilayah tersebut tanpa perlu rujukan dari FKTP.

Selama wabah corona ini, kantor BPJS buka tidak?IG : @annisafitriaXXXX

Selama pemerintah menetapkan masa tanggap darurat Covid-19, Kantor BPJS Kesehatan beroperasional dengan beberapa penyesuaian pelayanan. Pelayanan administrasi yang masih bisa dilakukan di Kantor Cabang dan Kantor Kabupaten/Kota antara lain: 1) perubahan data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) meliputi identitas, FKTP, dan bayi baru lahir, 2) pengaduan yang sifatnya urgen dan harus segera ditangani, dan 3) pendaftaran bayi

baru lahir yang sudah di luar fasilitas kesehatan atau RS. Untuk mencegah penularan Covid-19, pelayanan administrasi yang biasa dilakukan di Kantor Cabang dan Kantor Kabupaten/Kota, dialihkan ke aplikasi Mobile JKN, website BPJS Kesehatan, Media Sosial BPJS Kesehatan, dan Chat Assistant JKN (CHIKA) yang dapat diakses di Facebook Messenger, Telegram, atau WhatsApp di nomor 0811 8750 400.

Page 23: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,
Page 24: Kontribusi Penanganan Covid 19...arahan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dan sesuai dengan Permenkes 59/2016 tentang pembebasan biaya pasien penyakit infeksi emerging tertentu,