islam pembebasan

27

Click here to load reader

Upload: empiris

Post on 20-Jun-2015

637 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayati 'I-Mustadz'afin... Hidup Kita Bersama Allah, dan Allah Berada Dalam Kehidupan Kaum Tertindas

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Pembebasan

ISLAMISLAM

PEMBEBASANPEMBEBASAN

Pendahuluan

Mencermati keadaaan Indonesia dewasa ini (: contoh kasus),

nampaknya belum pulih benar dari krisis multidimensional. Fenomena

kemiskinan, perbudakan, ketertindasan, dan ketidak-adilan semakin

nampak, sedangkan pertikaian dan potensi peperangan antar saudara

sebangsa semakin mencuat. Apakah semua hal tersebut termasuk

masalah agama??? Jika jawabannya Ya! Maka adakah ISLAM mampu

memberikan jawaban atas permasalahan tersebut. Atau ISLAM hanya

membina manusia menjadi saleh secara personal, dimana ketaqwaan

dipahami sebagai hasil sebuah proses ritualistik belaka???

KITA memandang sebagai sebuah ironi, bila Biro Perjalanan Haji

dan Umroh di Indonesia tumbuh pesat, justeru pada saat samudra

kemiskinan (pengangguran, anak jalanan, keluarga kurang makan,

pengungsi, dsb) yang kian menghebat. Sebagian besar petani Sawah,

petani tebu, peternak ayam, nelayan, kaum buruh, dan kaum urban

lainnya, telah lama mengalami proses pemiskinan dan perbudakan.

Para maling yang kelaparan di jalanan, yang mencuri demi sesuap

nasi bagi anak dan isterinya, telah dibunuh dan dibakar. Namun para

koruptor, komprador, perampok hutan HPH, penjual asset bangsa,

dan para pencolong dana BLBI (ratusan milyar bahkan triliun) tetap

boleh tersenyum. Ada juga ummat beragama yang mengatakan ajaran

Page 2: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

agamanya menjunjung kedamaian, keselamatan, dan kasih sayang,

ternyata malah mengobarkan permusuhan dan peperangan!!!

Sebagai penggugah pikir, patut diajukan sejumlah pertanyaan

serius. “Apakah Islam hanya tercermin dengan kopiah dan bangunan mesjid? Apakah Syahadat hanyalah bacaan ikrar tak bermakna? Apakah salam hanyalah ucapan sapaan semata? Apakah puasa hanyalah menahan lapar di siang hari, dan makan sepuasnya di malam hari? Apakah zakat hanyalah menyerahkan 3,5 liter beras dan sedikit harta yang mencapai nisab sebagai sikap dermawan? Apakah Idul Fitri hanyalah salam-salaman dan pakaian baru? Apakah haji mabrur hanyalah berwujud kopiah putih dan sorban? Apakah pakaian taqwa itu adalah baju gamis?”

“Apakah makna hakiki dari sejumlah istilah berikut: Islam, Iman,

Taqwa, Kufur, Nifaq, Syirik, Muslim, Mukmin, Muttaqin, Munafiqin,

Musyrikin, dan Kafirin. Apakah semua peristilahan tersebut masih

relevan menjawab tantangan realitas kemanusiaan kini??? Bukankah

Islam adalah kedamaian, kesetaraan, persaudaraan universal, dan

keadilan???”

Era Jahiliyyah Saat Itu

Tema diskusi kali ini adalah Islam sebagai Agama

Pembebasan, dalam pengertian Islam sebagai konsep ‘Teologi Pembebasan’. Pertanyaannya adalah mengapa Teologi

Pembebasan? Dan untuk apa gerangan? Dua pertanyaan ini perlu

dijawab agar Kita dapat melakukan gerakan pembebasan. Engineer

(1999: 41) menyatakan bahwa gerakan pembebasan selalu bergerak

dari pernahaman terhadap kondisi sosial, ekonomi, politik, agama,

dan tatanan budaya yang sedang berlangsung. Karena Muhammad

Saw. diangkat sebagai Rasul setelah melakukan kontemplasi

mendalam untuk mencoba memahami keadaan sosial-politik-ekonomi-

budaya masyarakat saat itu.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -2-

Page 3: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Oleh karena itu kita perlu mencermati lagi secara seksama

kondisi masyarakat Mekah pada era jahiliyyah sebelum Muhammad

diangkat sebagai Rasul. Ada beberapa hal yang menarik untuk

disimak, antara lain:

(1) Masyarakat Mekah saat itu adalah masyarakat buta huruf

dan tidak memandang penting belajar baca-tulis. Hanya

segelintir orang yang dapat membaca dan menulis. Namun

mereka sangat menggemari puisi sebagai sesuatu yang

dibacakan dan didengarkan, terutama dalam kesempatan

berziarah ke Ka’bah dan pasar Ukazh1. Sehingga bahasa Arab

hanyalah bahasa lisan.

(2) Pandangan sosial mereka sangat sempit dan sangat sulit

memahami orang lain di luar sukunya. Mereka membanggakan

nenek-moyangnya, dan jika perasaan kesukuannya sampai

tersinggung, maka akan terjadi pertumpahan darah

berkepanjangan. Orang tidak mengakui konsep kemananusiaan

di luar dirinya. Mereka hidup dalam tata aturan dan tradisi yang

tidak tertulis dan terbatas pada adat suku, serta cenderung

sangat menguntungkan bangsawan suku.2

(3) Kondisi ekonomi mengalami kesuraman tidak terperikan.

Dimana kehidupan ekonomi golongan masyarakat lemah sangat

mengkhawatirkan. Karena struktur ekonomi kesukuan telah

mengalami keruntuhan, digantikan oligarkisme perdagangan.

Oligarki tumbuh karena keserakahan terhadap materi dan

pelanggaran segala aturan. Sebagian besar harta kota hanya

dimiliki oleh segelintir anggota masyarakat, sehingga sangat

1 Pasar Ukazh adalah arena perdagangan terlengkap yang dikunjungi para raja, pangeran, elit pengusaha dari semenanjung Arab, Persia, Rum, dsb. Para pedagang melakukan transaksi semua komoditi. Para penyair melantunkan bait-bait puisi tentang kehormatan dan keturunan dan golongannya. Para pendeta berpidato tentang geraja dan kitabnya. Para wanita bangsawan melantunkan tembang tentang suaminya. Para tukang tenung berbicara tentang filsafat India dan Persia dengan kata-kata puitis. Para raja dan pangeran membicarakan segala permata dan barang langka. Para budak segala ras (Ethopia hitam, Rum putih, Persia merah, India dan Mesir coklat) diperjualbelikan. Para penghibur dan hostes menyediakan semua kesenangan laki-laki. Di tengah transaksi itulah rakyat jelata mengais rejeki (Asy Syarqowi, 1997)

2 Para Bangsawan kota adalah pembuat aturan hukum dan tradisi, yang tentu menguntungkan mereka. Contoh: bila ada pedagang asing meninggal di kota tersebut, maka harta bendanya diwariskan kepada kota (artinya kepada mereka/pemerintah kota). Bahwa yang berhutang harus memberikan jaminan yang besar, termasuk anak dan isteri, kepada pemberi hutang, selain juda dibebani bunga yang tinggi. Para pedagang yang pailit dan tak mampu membayar hutangnya, maka akan menjadi budak penuh dari si pemilik piutang. Jika pemilik piutang tidak membutuhkan budak laki-laki, mereka dapat mengambil isteri atau atau anak gadis pemilik utang tersebut (Asy Syarqowi, 1997)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -3-

Page 4: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

banyak kemiskinan dan perbudakan (baik laki-laki maupun

perempuan). Mereka tidak lagi memiliki harkat dan martabat

kemanusiaan3.

(4) Kehidupan keagamaan bahkan Iebih buruk, karena setiap

suku memiliki berhala sendiri, seh berjumlah tidak kurang dan

360 berhala yang diletakkan di Ka’bah. Tahayul bagi mereka

adalah nilai agama yang kuat, tidak ada orang yang berusaha

memperluas pengetahuannya, sehingga seluruh kehidupannya

dikendalikan oleh takhayul4.

(5) Posisi perempuan sangat tidak dihargai, mereka tidak

dapat memainkan peran independen dalam bidang sosial-

ekonomi-politik. Status perkawinan mereka Iebih buruk lagi,

sehingga harus hidup dengan seorang suami yang mempunyal

Iebih dan dua belas istri. Perempuan tidak dihargai sebagai

manusia, diturunkan derajatnya jadi sekedar alat pemuas

syahwat peria belaka. Perempuan dianggap sebagai beban

hidup, yang dalam banyak kasus telah dikuburkan hidup-hidup,

sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an surat 81: 8-9 (“bila bayi

perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanyai karena dosa apa

dia dibunuh ?) 5.

Demikian potret era jahiliyah itu, kota perdagangan

internasional amat strategis diantara Asia Tengah, Yordan, Yaman,

Mesir, India, Persia, Etiopia, dan Rum. Sentral lintasan ekonomi

perdagangan dan keuangan serta politik yang bernuansa kapitalistik

3 Berbagai peran dimainkan oleh penduduk kota. Sebagian bergerak dalam eksport-import dan perantara transaksi barang. Sebagian berperan dalam kegiatan perbankan dengan meminjamkankan atau menanam modal kepada pedagang kecil dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. Ada Juga pengusaha mengembangkan perkebunan kurma dan anggur, peternakan babi, dan produksi minuman keras yang berlokasi di pinggiran kota. Tetapi sebagian besar rakyat jelata hidup sebagai buruh dan kuli kasar di ladang perkebunan, di pusat perdagangan, dan di kegiatan perbankan. Banyak pula yang hidup sebagai gelandangan (Asy Syarqowi, 1997)

4 Di tengah kota terdapat sebuah bangunan atau rumah tua yang sangat dihormati, tempat sernua tuhan yang menjadi sesembahan segala suku bangsa yang datang untuk transaksi perdagangan. Semua tuhan dibuat, dijaga, dan dilayarii oleh para bangsawan kota. Mereka angkat para peramal dan tukang tenung yang bertugas khusus menafsirkan segala kehendak patung tuli yang disebut sebaga Tuhan. Setiap tahun tempat ini menjadi arena pertemuan besar antar bangsa untuk sebuah kegiatan ibadah; sekaligus transaksi perdagangan di semua pasar terutama di pasar Ukazh. Para bangsawan penjaga bangunan itu rnengeruk keuntungan materi yang berlipat ganda (Asy Syarqowi. 1997).

5 Selain itu para perempuan tersebut tidak hanya dijadikan pelampiasan seksual pemilik utang, tetapi juga dapat dikelola sebagal perempuan penghibur di rumah bordil yang mewah dan semerbak dupa yang dipenuhi derigan minuman keras. Di rumah bordil juga berkumpul perempuan dan segala warna kulit. Hampir semua laki-laki harus menundukkan kepala di hadapan kenyataari yang sangat hina ini, tetapi apa yang dapat mereka perbuat ??? (Asy Syarqowi, 1997)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -4-

Page 5: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

primitif, dipenuhi dengan perdagangan segala komoditi, termasuk

seks, perbudakan, perjudian, pemerasan, perampokan, dan

ketimpangan sosial. Kota dimana para pengusaha konglomerat

kapitalis berkolusi dengan aristokrat penguasa otoriter, yang

membuat dan mengimplementasikan undang-undang diskriminatif

yang berpihak kepada mereka sebagai instrumen memelihara posisi

para elit dan ketimpangan kelas masyarakat. Para elit hidup dalam

kesombongan dan kebanggaan segala pangkat dan kehormatan, di

tengah ummat proletar dan kaum perempuan yang tak memiliki hak

asasi, yang hidup dalam kemelaratan dan ketertindasan, tanpa

perlindungan hukum, tidak juga dan tuhan patung mereka. Sebuah

kota dengan multi dimensi ketimpangan.

Namun tidak semua penduduk kota menerima segala kondisi

pemerasan dan penjajahan masyarakat ini. Mereka yang

terpinggirkan dan hidup terisolir di pedalaman yang jauh dan

keramaian kota, meratapi dan mengutuk ketidakadilan. Mereka hidup

dengan ketajaman mata pedang sebagai begal jalanan yang

menerkam para kafilah dagang manca negara. Di sana mereka

menyusun kekuatan sambil mendekap luka penuh dendam kesummat,

yang melahirkan kerajaan gembel dengan tradisi prusianisme yang

meneriakkan cita-cita semu tentang sebuah keadilan. Adakah

gambaran tentang masa jahiliyah juga terdapat di Republik Indonesia

Serikat sekarang???

Justru di tengah merajalelanya kekejaman, dan kelamnya nuansa

kehidupan, serta rintih tangis penderitaan itulah, lahir insan sang

pembebas dan pembawa risalah penunjuk jalan: Muhammad bin

Abdullah bin Abdul Muttholib. Muhammad Saw. membebaskan

masyarakat dari penderitaan, takhayul, penindasan, perbudakan,

kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Pembebasan yang

mengangkat harkat mertabat manusia serta memberikan kebebasan

berfikir dan berbuat. Muhammad berjuang untuk membebaskan

masyarakat dengan berperan sebagai guru, filosof, pemimpin, aktivis

lapangan, dan juga sebagai pejuang perang yang penuh hikmah

(Engineer, 1999: 45).

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -5-

Page 6: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Indonesia Saat Ini

Dalam substansi yang relatif sama, namun dengan tingkat

kompleksitas jauh Iebih tinggi, Kuntowijoyo dalam ceramah

Ramadhan di Masjid Syuhada Yogyakarta 1987, mengemukakan

problem manusia modern. Manusia dalam masyarakat modern

menghadapi mekanisasi kerja yang ketat dan padat. Alat-alat produksi

yang dihasilkan oleh teknologi modern dengan proses mekanisasi,

otomatisasi, dan standarisasi temyata telah menyebabkan manusia

cenderung menjadi elemen yang mati dari proses produksi. Teknologi

yang sesungguhnya diciptakan untuk pembebasan manusia dari kerja

temyata telah menjadi alat perbudakan baru, yang memperbudak

manusia menjadi elemen produksi, dan memperbudak masyarakat

untuk mengkonsumsi segala bentuk produk sebagai kebutuhan-

kebutuhan semu (Kuntowijoyo, 1998 : 161 edisi pertama terbit tahun

1991).

Dalam masyarakat kapitalistik, manusia hanya menjadi elemen

pasar. Kualitas kerja manusia dan bahkan kualitas kemanusiaan itu

sendiri banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dalam masyarakat

komunis, manusia tidak menjadi elemen dari pasar tetapi menjadi

elemen birokrasi yang sentralistis. Bahkan menurut marxisme,

manusia dianggap tidak merdeka, karena kesadaran serta keberadaan

sosial dan eksistensialnya ditentukan oleh cara produksi dan posisi

ekonomi. Manusia hanyalah produk dan masyarakatnya dan tidak

mempunyai orientasi transendental. Demikianlah, di dalam kedua

sistem sosial masyarakat modern, fungsi manusia telah turun hanya

sekedar menjadi elemen (Kuntowijoyo, 1998: 162).

Kedudukan manusia dalam masyarakat modern telah

terdegradasi. Manusia yang pada zaman Renaisans digambarkan

sebagai pusat segala sesuatu, pada zaman modern telah tereduksi

kembali hanya sebagai unsur kecil di dalam sistem raksasa ekonomi

dan politik, bahkan telah terbelenggu oleh mekanisme dan sistem-

sistem yang dibangunnya sendiri tersebut. Dalam beberapa pemikiran

filsafat kontemporer Barat, kedudukan manusia digambarkan secara

absurd sekali, menderita kesepian yang amat sangat, mengalami

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -6-

Page 7: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

kesendirian, kebosanan, dan kesia-siaan. Suatu pandangan dan

gambaran yang pesimis tentang manusia6 (Kuntowijoyo, 1998: 162).

Kuntowijoyo menegaskan bahwa, Islam justru mengajarkan

pembebasan dan bukan pengekangan. Menurut Islam, aktualisasi diri

manusia hanya dapat terwujud dengan sempurna jika manusia

bersedia hidup di dalam pengabdian kepada penciptanya. lnilah misi

Islam yang paling besar, yaitu membebaskan manusia dan segala

belenggu. Dalam konteks dunia modern, berarti harus membebaskan

manusia dan kungkungan semua aliran pemikiran dan sistem yang

menyebabkan manusia tidak dapat mengaktualisasikan dirinya

sebagai makhluk yang merdeka dan mulia. Agaknya Islam harus

tampil sekali lagi memimpin peradaban dan melakukan Revolusi

Pembebasan Manusia dari kehampaan spiritual dan belenggu

dunia modern.

Indonesia hari ini, mungkin tidak sama persis dengan potret

peradaban kota Mekah abad VII di atas. Namun, dalam pandangan

KITA, unsur-unsur sosio-ekonomi, sosio-politik dan sosio-budaya dan

potret peradaban tersebut telah muncul secara amat kompleks.

Mungkin masih sangat relevan, bahkan menggemaskan, bila kita

simak tulisan Kuntowijoyo (Kuntowijoyo, 1998: 303), bahwa sebegitu

jauh banyak pemimpin Islam di Indonesia sebenamya hanya mengenal

konsep yang normatif mengenai masyarakat (ummat atau jamaah).

Mereka tidak pernah (sangat jarang) mengetahui kenyataan empiris

adanya stratafikasi, difrensiasi, maupun polarisasi sosial yang terjadi

dalam masyarakat. Di dalam kesadaran teologi semacam ml, mereka

lalu kehilangan orientasi objektif untuk menerapkan strategi gerakan

religio-sosio-politisnya.

6 Zaman Renaisans adalah zaman pencerahan Eropa pada abad X Masehi, sebagai konsekuensi dari pertemuan ilmu dan budaya dengan puncak kejayaan slam di Cordova dan Granada. Renasains dengan semangat rasionalisme yang tidak percaya bahwa hukum alam bersifat mutlak, telah memunculkan cara pandang antroposentnsme atau humanisme yang beranggapan bahwa kehidupan tidak berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa tetapi pada manusia. Manusialah yang menjadi penguasa realitas, menentukan nasibnya sendiri, dan menentukan kebenaran, bukan Tuhan atau para dewa, sehingga segala kitab suci tidak diperlukan lagi. Sebenarnya cita-cita Renaisans adalah merupakan upaya Eropa untuk mengembalikan lagi kedaulatan manusia, yang selama berbad-abad telah dirampas mitologi dan lembaga kepemimpinan gereja yang tiranik.Dernikianlah, Renaisans telah melahirkan revolusi pemikiran yang pada akhirnya menimbulken revoIusi ilmu pengetahuan. Tetapi revolusi tersebut berkembang dalarn sernangat non-agama bahkan anti-agania. Sehingga menghasilkan paham bahwa lImu pengetahuan secara inheren bersifat bebas nilai. lnilah kendaraan yang rnenciptakan dunia modern saat ini. Namun pada akhirnya manusia modern harus terjebak bahkan terbelenggu dalam kehampaan spiritual dan absurditas eksistensi dirinya sendiri (Kuntowijoyo 1998:159-160)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -7-

Page 8: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Dalam setting zaman kolonial, ketika terjadi polarisasi antara

kelas penjajah dan terjajah, para pemimpin agama masih mudah

melakukan pemihakan karena dapat mengidentifikasi kaum penjajah

sebagai kaum kafir (karena mereka tidak beragama Islam).

Identifikasi ini adalah identifikasi yang normatif sifatnya. Tetapi

siapakah kaum kafir pada zaman konglomerat saat ini?? Siapakah

yang harus dibela ketika ketidak-adilan struktural tampak begitu

abstrak??

Di dalam AI-Qur’an terdapat gagasan otentik bahwa kita hanus

membela kaum yang Iemah dan kelas yang tertindas, yang tentu saja

harus didefinisikan secara sosial, ekonomi, politik, dan bahkan

budaya. Tetapi karena para pemimpin agama cenderung tidak

memahami realitas sosial, maka mereka hampir tidak pernah

menganggap buruh industri massal di kota-kota besar, para buruh

petani di pedesaan dan nelayan miskin di pesisir pantai yang

mengalami proses penindasan bersifat struktural, sebagai golongan

masyarakat (ummat dan jamaah) yang harus dibela (Kuntowijoyo

(1998: 303).

Bahkan sejak tahun 1998 seiring dengan meluasnya krisis

ekonomi, nampak semakin luas kemiskinan dan ketertindasan, yang

terwujud dalam bentuk semakin meningkatnya jumlah anak jalanan,

perampokan, perempuan dewasa dan ABG jatuh ke dalam dunia

prostitusi dan sebagai pengedar narkoba demi sesuap nasi, dsb!!!

KITA yakin sepenuhnya bahwa kaum miskin dan tak berdaya tersebut

sebagian sangat besar pasti mengaku beragama Islam (mereka adalah

ummat Islam juga yang harus dibela !!!).

Kuntowijoyo (1998 : 304) menegaskan, bahwa yang dibuahkan

dan ketidak pekaan sosial para pemimpin agama ini adalah, bahwa

agama yang mereka khutbahkan lalu cenderung menjadi sesuatu yang

tidak fungsional. Agama hanya menjadi atribut kesalehan pnbadi, dan

tidak pernah menjadi kekuatan yang dapat memotivasi terjadinya

perubahan sosial untuk memperbaiki situasi objektif ummatnya.

Agama lalu mengalami isolasi struktural atau sekularisasi, yang

menyebabkan agama kehilangan kredibilitas untuk terlibat dan

menyelesaikan urusan dunia. Akibat kedua yang terjadi adalah Iebih

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -8-

Page 9: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

bersifat politis dimana kelas tertindas (mustadh’afin) dan golongan

miskin (dhu’afa) yang ditinggalkan oleh agama tersebut, bukan tidak

mungkin akan direkrut oleh gerakan-gerakan sosial lain (yang bukan

tidak mungkin bersifat anti agama) tetapi mempunyai program yang

jelas untuk memperbaiki nasib mereka. Dengan amat

mempnihatinkan, Kuntowijoyo (pada tahun 1988 tersebut) telah

mengatakan bahwa kedua akibat tersebut akan terjadi di indonesia

kelak.

Itu sebabnya, Kuntowijoyo sejak tahun 1988 dan Engineer

(1999), menekankan bahwa sejak dini kita harus memikirkan

bagaimana membuat Islam kembali fungsional sebagai gerakan sosial

yang membebaskan, sehingga dapat secara efektif membela mereka

yang terpinggirkan dan proses-proses struktural akibat perubahan

sosial. ltulah tugas baru yang menantang kita dewasa ini!!!

Agama Pembebasan

Jika agama dianggap sebagai kebaikan dan berdiri bersama

dengan perubahan zaman, maka tanpa mengabaikan pentingnya

peranan ibadah formal, agama harus dilepaskan dari aspek teologis

yang hanya bersifat dogmatis dan ritualistik yang tidak memiliki ruh,

dan yang hanya menjadi latihan intelektual-metafisis kalangan

menengah atas, serta tidak menyentuh kepentingan kaum miskin

tertindas. Agama harus menjadi sumber motivasi untuk menegakkan

humanisasi (kemanusiaan manusia), menegakkan emansipasi (hak

asasi kehidupan manusia), dan menegakkan liberasi (pembebasan

dari kekejaman kemiskinan ketertindasan struktural, keangkuhan

teknologi, kesombongan birokrasi, dan kekejaman ekonomi kapitalis),

serta menegakkan dimensi transendental dalam produk-produk

kebudayaannya (Kuntowijoyo, 1998). Sebagaimana tersurat dan

tersirat dalam Al-Qur’an surat Ali lmran ayat 1107.

7 “Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah (menegakkan dimensi transendental dalam produk-produk budayanya). Sekiranya Ahli Kitab beriman tentu itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S 3: 110)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -9-

Page 10: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Pembebasan Diskriminasi Ras

Seperti telah dikemukakan terdahulu, bahwa Arab jahiliyah

adalah bangsa yang terkungkung oleh cara pandang kesukuan atau

rasialis. Cara pandang ini kemudian dihapus secara keseluruhan oleh

Islam yang menekankan tentang kesatuan manusia. Islam menyatakan

bahwa semua manusia berasal dan keturunan yang sama, laki-laki dan

perempuan, tidak ada perbedaan sedikitpun satu sama lain yang

disebabkan oleh suku, bangsa, ras, atau wama kulit; sebagaimana

ditegaskan dalam Al-Qur’an8.

Ayat ini secara jelas membantah semua konsep superioritas

rasial, kesukuan, kebangsaan, atau keluarga, dengan satu penegasan

dan seruan akan pentingnya kesalehan dan ketaqwaan. Kesalehan

yang dimaksud bukan hanya kesalehan ritual individual namun

kesalehan sosial. “Berbuatlah adil, karena itu lebih dekat dengan

taqwa” (Q.S. 5: 8). Ini adalah konsep yang paling revolusioner dan

liberatif, bukan hanya bagi bangsa Arab saat itu tetapi untuk seluruh

bangsa-bangsa di dunia hingga nanti9.

Hal ini terkait langsung dengan konsep kemajemukan

(pluralisme) yang sejati dan bukan yang formal semata10. Pluralisme

harus difahami sebagai suatu pertalian sejati dari kebhinekaan dalam

ikatan-ikatan keadaban, dan sebagai suatu keharusan bagi

keselamatan ummat manusia secara keseluruhan, melalui mekanisme

penyeimbangan dan pengawasan11.

8 “Hai manusia! Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling taqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui”. (Q.S, 49: 13)

9 Perbedaan warna kulit dan ras adlah masalah yang sangat serius sekarang ini, sehingga PBB mencanangkan piagam deklarasi HAM tentang persamaan manusia yang terlepas dari perbedaan kasta, kepercayaan, dan warna kulit. Islam telah mengantisipasinya 14 abad yang lalu. Nabi menerapkan dengan mengankat Bilal si budak hitam sebagai pengumandang seruan kemenangan dari puncak Ka’bah (Engeneer, 1999:47)

10 Pluralisme tidak dapat dipahami dengan mengatakan bahwa masyarakat itu majemuk, terdiri dari beragam suku dan dan agama. Penggambaran seperti itu justeru hanya memberikan konsep fragmentasi dan bukan pluralisme. Penggambaran seperti itu sebenarnya hanya semata digunakan sebagai upaya untuk menyingkirkan fanatisme (Nurcholis Madjid, 1999)

11 Maha benar Allah dengan firman-Nya: ‘Seandainya Allah tidak mengimbangi (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, maka pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) kepeda semesta alam (Q.S. 2: 251)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -10-

Page 11: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Pembebasan Dari Takhayul

Engineer (1999: 48-50) berpendapat bahwa sebuah gerakan

yang revolusioner, radikal dan liberatif sangat menekankan

pentingnya peran akal, dan menentang takhayul atau kepercayaan

yang negatif. Karena akal menjadikan orang dapat bertanya dan

berpandangan kritis. Sementara takhayul mengakibatkan tidak

berfungsinya daya kritis manusia. AI-Qur’an berulang kali menyeru

manusia untuk berfikir dan menyebutnya sebagai Ulil Albab. Orang

yang hanya mengikuti tradisi nenek moyang tanpa mengkntisi disebut

a’ma (buta), sedangkan orang yang berfikir disebut basr (dapat

melihat). Seperti dinyatakan oleh Al-Qur’an dalam surat 6 : 5012. Al-

Qur sangat jeIas dan gamblang mengajak manusia untuk merenung

dan berfikir, bukan mengikuti tradisi secara buta. Ayat ini

sesungguhnya dapat memberikan dampak liberatif kepada ummat

manusia.

Pembebasan Perempuan dan Ketertindasan

Perempuan seperti disinggung di muka, sangat tidak berdaya di

dunia Arab dan di seluruh dunia. Namun demikian, Rasulullah Saw.

dengan Al-Qur’an (surat Al Baqarah: 228) mendeklarasikan hak-hak

perempuan, yang sebelumnya tidak pernah mereka dapatkan dalam

aturan yang legal. Pada saat Al-Qur’an turun itulah untuk pertama

kalinya keberadaan individu perempuan sebagal makhluk khidup

diterima tanpa ada persyaratan. Perempuan dapat melangsungkan

pernikahan, dapat meminta cerai kepada suaminya tanpa persyaratan

diskriminatif, dapat mewarisi harta ayah, ibu, dan saudaranya yang

lain, dapat memiliki harta sendiri dengan hak penuh, dapat merawat

anak-anaknya hingga dewasa, dan dapat mengambil keputusan

sendiri secara bebas (Engineer,1999: 50). Di Eropa, perempuan tidak

12 Katakan (wahai Muhammad) : Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku rnengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakaniah : apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (Q. S. 6 :50)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -11-

Page 12: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

berhak memiliki harta hingga akhir abad ke 19 sedangkan di Amerika,

perempuan baru mempunyai hak pilih pada sekitar tahun 1920.

Kalau perempuan dikatakan menderita karena suaminya boleh

menikah lebih dan satu wanita (sampai empat), itu hanya sebuah

stigma. Tidak dapat disangkal bahwa stigma itu memang

merendahkan status perempuan, yang sesungguhnya sederajat

dengan laki-laki. Tetapi laki-laki Arab mempunyai kebiasaan menikah

dengan banyak istri dan Islam datang membatasi hanya sampai

empat. Pemikahan lebih dan satu kali diizinkan dengan aturan yang

ketat, yaitu untuk melindungi janda-janda dan anak-anak yatim serta

harta mereka; sehingga bukan untuk kesenangan laki-laki semata.

Tetapi jika laki-laki kuatir tidak dapat berlaku adil, maka kawinlah

satu orang saja. Demikian pesan inti surat An-nisa : 3. Biarlah stigma

yang berlaku saat ini terkubur dalam sejarah seiring dengan semakin

meningkatkan kesadaran dan kecerdasan kaum perempuan.

Ketidak-berdayaan perempuan ini seharusnya juga dilihat dalam

konteks sosiologis. Jika masyarakat atau konteks berubah, maka

ketidak-berdadayaan ini harus ikut berubah. Prinsip dasar kebebasan

dan harkat individu perempuan (seperti isyarat Al Quran) adalah lebih

daripada ketidak-berdayaan secara sosiologis.

Pembebasan Sosial

Di atas telah disinggung bahwa Nabi Muhammad membuktikan

prinsip persamaan derajat sesama manusia kecuali atas dasar taqwa,

dengan cara meminta Bilal bekas budak hitam namun sangat

bertaqwa untuk mengumandangkan adzan shalat dari atas Ka’bah.

Hal ini adalah bahasa kiasan yang harus dicermati dengan teliti dan

seksama sehingga kita mampu menangkap intisari ajaranya. Saya

percaya kita semua mampu melakukannya dan bahkan telah

mempraktekannya. Namun demikian, mari kita simak tulisan Raif

Khoury yang sedemikian menggetarkan yang termuat dalam tulisan

Engineer (1999: 5), sebagai berikut:

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -12-

Page 13: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Betapa sering kita mendengar suara adzan dari menara kota-

kota Arab yang abadi ini: Allahu Akbar! Allahu Akbar! Betapa

sering kita membaca atau mendengar tentang Bilal, seorang

keturunan Abesinian mengumandangkan adzan untuk

pertama kalinya sehingga menggema di jazirah Arab ketika

Nabi mulai berdakwah dan menghadapi penganiayaan serta

hinaan dari orang-orang yang terbelakang dan bodoh. Suara

Bilal merupakan panggilan, seruan untuk memulai

perjuangan dalam rangka mengakhiri sejarah buruk bangsa

Arab dan menyongsong matahari yang terbit di pagi hari yang

cerah.

Namun apakah kalian sudah merenungkan apa yang

dimaksud dan apa isi dari panggilan itu? Apakah setiap

mendengarkan panggilan suci itu, kamu ingat bahwa Allahu

Akbar bermakna (dalam bahasa yang tegas): berilah sanksi

kepada para lintah darat yang tamak itu! Tariklah pajak dari

mereka yang menumpuk-numpuk kekayaan! Sitalah kekayaan

dari para tukang monopoli yang mendapatkan kekayaan

dengan cara mencuri! Sediakanlah makanan untuk rakyat

banyak! Bukalah pintu pendidikan lebar-lebar dan majukanlah

kaum perempuan! Hancurkanlah cecunguk-cecunguk yang

membodohkan dan memecah belah ummat! Carilah ilmu

sampai ke negeri Cina! Berilah kebebasan, bentuklah majelis

syura yang mandiri dan biarkan demokrasi yang sebenar-

benarnya bersinar !!!

Semua yang tertulis di atas itu benar, dan didukung oleh Al-

Qur’an dan Hadits. Periksa tentang Allah mencela orang yang

menumpuk-numpuk kekayaan secara berlebihan (Q.S. 104: 1-9) Allah

mengharamkan riba atau praktek ekspoloitasi (Q.S. 2: 278-279).

Keadilan adalah ukuran tertinggi suatu masyarakat (Q.S. 7: 29, 49: 9,

5: 8).

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -13-

Page 14: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Pembebasan dari Segala Bentuk Tiran/Thaghut

Islam sangat menekankan keadilan terlaksana dalam seluruh

aspek kehidupan, dan keadilan akan tercipta tanpa membebaskan

golongan masyarakat lemah dan marginal dari penderitaan. Al-qur’an

memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk berjuang

dan berperang membebaskan golongan masyrakat lemah dan

tertindas13.

Bahkan Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa Allah akan

memberi karunia kepada kaum tertindas di muka bumi dan hendak

menjadikan mereka sebagai pemimpin sertta mewarisi bumi14.

Menurut Engineer (1999) hal ini membuahkan teori yang disebut teori

“kekerasan yang membebaskan (liberative violence)”.

AI-Qur’an dengan tegas mengutuk kezaliman atau penindasan

(zulm) dan perbuatan jahat. Allah tidak menyukai kata-kata yang

kasar kecuali oleh atau dari orang-orang yang teraniaya15. Dan

sebaliknya Allah akan mengkabulkan do’a orang-orang tertindas.

Kesemuanya dapat diartikan bahwa Allah tidak memberi

toleransi terhadap struktur yang menindas dan menganiaya orang-

orang yang lemah. Penganiayaan ini dilakukan tidak lain kecuali oleh

para penindas (baik sebagai penguasa maupun pengusaha). Nabi

Musa telah ditunjuk menjadi pemimpin kaum tertindas dari Bani Israil

melawan kezaliman Fir’aun dan Haman, dan Nabi Muhammad adalah

pembebas bagi seluruh ummat manusia hingga akhir zaman.

Nabi Muhammad secara tegas mengecam para saudagar kaya

yang menimbun kekayaan, karena nafsu serakah ini akan mengarah

kepada eksploitasi dan penindasan. Penumpuk harta tersebut telah

13 Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang tertindas, baik laki-laki, perempuan-perempuan, maupun anak-anak, yang semuanya berdo’a: Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri yang penduduknya berbuat zalim, dan berilah Kami Pelindung dari sisi Engkau! (Q.S. 4: 75)

Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah, dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasannya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung dan sebaik-baik Penolong (Q.S. 8: 39-40)

14 Dan Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang mewarisi bumi. Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta balatentaranya apa yang selalu mereka khwatirkan dari mereka itu (Q.S. 28: 5-6)

15 “Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang-orang yang dianiaya (tertindas). Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. 4: 148)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -14-

Page 15: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

menyalakan api yang akan membakar dinnya sendiri16. Penumpukkan

harta itu akan melemparkan suatu masyarakat ke dalam api membara

dan mernecah belah mereka. Kecaman ini akan berlaku untuk seluruh

manusia di mana saja hingga akhir zaman.

Namun dengan adanya kecaman itu bukan berarti Islam

mengajarkan penolakan terhadap materi, justru menganjurkan

manusia dengan alasan rasional untuk menjadi kaya melalui cara-cara

yang benar dan adil, tidak menipu dan eksploitatif. Coba kita periksa

Qur’an Suci pada surat-surat berikut: 10: 93, 16: 73, 17: 70, 20 : 81,

23: 51, 40: 94, 45:16.

Dalam ayat-ayat tersebut kata kuncinya adalah konsep thayyib

yang secara literal berarti baik dan sehat ; namun harus ditafsirkan

sebagai kosep kesehatan dan kebaikan sosial (social health and good),

yang sangat berkaitan dengan konsep keadilan yang distributif

(distributive justice). Jika sebagian kecil orang kaya di suatu

masyarakat mengkonsumsi barang secara berlebihan sementara

sebagian besar rakyat lainnya mengalami kekurangan, maka Allah

akan menimpakan bencana kepada masyarakat tersebut. Dalam

bahasa lain ingin dikatakan, bahwa sebuah kota akan binasa jika

orang-orang kaya sampal melewati batas dalarn konsumsi sementara

sangat banyak orang yang miskin dan tak berdaya. Maka hanya

penerapan Keadilan distributif yang dapat mencegah bencana

tersebut17. lnilah pandangan Engineer (1999).

Bagaimanakah menciptakan keadilan sosial seperti ini? Dengan

cara sukarela atau pemaksaan? Islam menganjurkan keduanya. Kata

kuncinya adalah adanya kesetaraan (equality) pada seluruh manusia.

Pada zaman pertengahan, lembaga yang berfungsi mengelola

16 “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak!! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?, yaitu api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yaitu (membakar) sampai hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Q.S. 104: 1-9

17 “Makan dan minumlah (barang-barang yang baik yang telah Kami berikan kepadamu), dan janganlah kamu melampaui batas (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Q.S. 7: 31).

“Dan jika Karni hendak membinasakan suatu negeri. maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan (rnelanggar hukum) dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kernudian Karni hancuikan negeri itu sehancur-hancurnya”. (Q.S. 17: 16)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -15-

Page 16: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

sumbangan secara sukarela telah dapat menciptakan keadilan sosio-

ekonomi. Pada zaman modern ini, lembaga yang sama dapat

difungsikan, melalul kewenangan pemerintah atau perundangan-

undangan tertentu, tentu dengan proses dan mekanisme yang

djsesuaikan dengan kompleksitas dunia modern, sehingga dapat

memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat.

Allah menghapuskan pajak yang eksploitatif dan menetapkan

zakat sebagal kewajiban, dan Nabi mendirikan Baitul Mal negara

untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat guna membela

kesejahteraan mereka yang miskin dan tidak mempunyai sumberdaya

hidup. Jadi zakat bukanlah untuk memenuhi kesalehan pribadi

semata, tetapi merupakan sistem yang harus dikelola berdasarkan

prinsip-prinsip manajemen publik yang transparan, untuk menjamin

terlaksananya kesejahteraan sosial di suatu masyarakat.

lniIah inti pandangan sahabat Nabi yang mulia, Abu Dzar Al-

Ghifari, yang telah menangkap semangat revolusioner dari Islam.

Sahabat yang mulia ini sangat knitis dan memprotes keras terhadap

kebijakan pemerintahan Umayyah yang mengkapling-kapling tanah

dalam jumlah besar untuk kepentingan pribadi dan golongan, dan

merubah istilah mal al-muslimun (milik rakyat) menjadi mal al-Allah

(milik penguasa) yang diimplementasikan untuk kepentingan pribadi

tanpa pertanggungjawaban kepada ummat Islam. Dalam pandangan

Abu Dzar Al-Ghifari, Ukhuwah lslamiyyah tidak akan bermakna tanpa

pemerataan sosio-ekonomi di dalam masyarakat (Engineer, 1999).

Sikap Terhadap Agama Lain

Engineer (1999: 54-55) menyatakan bahwa keterbukaan,

toleransi18 dan menghormati agama-agama lain merupakan aspek

penting. Al-Qur’an menegaskan dengan jelas, bahwa tidak ada

18 Karena berbagai pengalaman kesejarahan di sana, masyarakat Barat sendiri akhirnya mengakui bahwa toleransi adalah “prinsip yang akan memberi kesempatan terbaik kepada keimanan yang benar untuk menang”. Prinsip ni setara dengan prinsip tidak dibenarkannya adanya peksaan dalam agama, karena yang benar jelas berbeda dan yang palsu, sehingga manusia pada akhimya dapat memilih dengan bebas dan penuh tanggungjawab. Maka ketika Piagam Madinah meletakkan pluralisme dan toleransi sebagai asas-asas penting, tentu dapat dipahami bahwa itulah prinsip dasar dalarn agarna yang diwahyukan Allah (Nurcholis Madjid, 1999)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -16-

Page 17: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

paksaan dalam agama19. Karena jelas bagimu agamamu dan bagiku

agamaku20. Al-Qur’an melarang berbantahan dengan para penganut

kitab suci, kecuali terhadap yang dzalim dari kalangan mereka21.

Al-Qur’an mengajarkan agar orang beriman menunjukkan rasa

hormat kepada semua Nabi, dan Nabi paling awal hingga paling

akhir, baik yang tercantum atau tidak tercantum namanya dalam Al-

Qur’an, karena Allah tidak membeda-bedakan Nabi-Nabi tersebut22.

Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan atau mengidentifikasi

ajaran serta ummat dari Nabi-Nabi tersebut sekarang ini.

Bila mengkaji mendalam terhadap Al-Qur’an akan sampai pada

kesimpulan, bahwa perbedaan-perbedaan sosial adalah suatu

sunnatullah dari kenyataan KITA dalam masyarakat, namun tidak

berarti Islam toleran terjadinya ketidakadilan sosial Justru setiap

muslim dituntut untuk menegakkan kesetaraan (egalitananisme) dan

keadilan sosial, bahkan dipandang sebagal memiliki nilai ibadah yang

sangat tinggi.

Pemihakan kepada kelas mustadh’afin bukan dalam rangka

untuk menghancurkan kelas mustakbirun (kaum penguasa), tetapi

lebih kepada pengertian untuk merombak struktur dan mekanisme

yang tidak adil yang diciptakan penguasa, dan tidak sekali-kali untuk

menghantarkan kelas musfadh’afin kembali menegakkan kediktatoran

baru. Dengan perspektif ini, maka perbedaan kepentingan antar kelas

tidaklah bersifat dikotomis tetapi fungsional-integratif. Sehingga

secara ideologis sistem sosial Islam harus menciptakan mekanisme

yang memungkinkan terjadinya kerjasama antar kelas, menuju

19 “Tidak ada paksaan dalam agama; sesungguhnya jalan hidup yang benar telah Jelas berbeda dari jalan hidup yang sesat. Maka barangsiapa ingkar kepada thagut/tirani dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. 2 : 256)

20 “Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (OS. 109 6)21 “Janganlah kamu berbantahan dengan para penganut kitab suci (Ahlul kitab) melainkan dengan sesuatu

yang lebih baik, kecuali terhadap yang zalim dan kalangan mereka. Dan nyatakan olehmu semua, kami beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kamu, dan Tuhan kamu adalah Esa, dan kita semua adalah oang-orang yang berserah din (muslim) kepada-Nya”. (Q.S.29 : 46)

“Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi !!. Maka apalah engkau (Muhammad) akan memaksa manusia sehingga mereka beriman semua?”. (Q.S. 10: 99)

22 “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan niemberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. 4: 152)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -17-

Page 18: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

tegaknya persaudaraan universal, kesetaraan manusia, keadilan dan

kesejahteraan sosial. Inilah makna Islam sebagai agama pembebasan.

Langkah ke Depan

Setelah lama sekali, sejak ditinggalkan khalifah rasyidah, Islam

banyak kehilangan karakter liberatif atau pembebasannya dan

menjadi bagian dari pemerintahan monarkhi yang mapan yang

dimulai sejak di bawah Bani Umayyah. Padahal Nabi selalu bersama-

sama dengan orang miskin, tertindas, para budak, serta tidak pernah

ragu-ragu untuk menderita bersama mereka.

Namun Khalifah Umayyah hidup bersama para tiran yang kuat

dan kejam. Jumlah budak berlipat ganda, perempuan dipaksa menjadi

harem (budak seks) yang dilecehkan, orang-orang non-Arab

diperlakukan secara diskniminatif, dan ajaran agama yang liberatif

diganti dengan ajaran fatalistik (jabariah). Dogma jabariah disebar

luaskan secara aktif, sedangkan pandangan qadariah diberangus.

Bersamaan dengan tumbuh-tumbuhnya nilai-nilai feodalistik yang

semakin kuat, sehingga kesamaan sosio-politik dilenyapkan, dan

hanya “muncul” ketika beribadah di masjid. Kaum wanita betul betul

dicampakkan dan status sosialnya yang tinggi. lnilah masa Islam

mengalami kemunduran yang sangat jauh dan kehilangan daya

dobraknya (Engineer, 1999: 56). Adakah Islam akan bangkit lagi ???

Sekarang Islam sebenarnya ditantang untuk merumuskan

kembali konsep dan strategi gerakan sosialnya, dalam rangka

melakukan transformasi menurut cita-cita normatifnya. Sebagai suatu

gerakan yang mempunyai asas atau dilihami oleh Islam, maka

pergerakan tersebut harus peka terhadap fenomena ketidakadilan

sosial. Sudah saatnya untuk menentukan keberpihakan kelas guna

menegakkan keadilan dan kesejahteraan ummat secara menyeluruh.

Adalah kini saatnya Warga Negara Islam Indonesia sebagai

elemen sosial strategis Negara Islam Indonesia berkenan memikul

amanah pembebasan yang bernilai ibadah sangat tinggi ini, lantas

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -18-

Page 19: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

menuangkannya ke dalam rumusan agenda aksi sosial-politik, untuk

kemudian mempelopori upaya pembebasan semesta dimaksud.

Wa ‘l-Lahu A’lamu bi’sh-shawwabi

Billahi Hayaatuna Wallahu Fii Hayati ‘l-Mus’tadz’afin

Kepustakaan

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -19-

Page 20: Islam Pembebasan

Islam Pembebasan

Asy Syarqowi, Abdurrahman, Muhammad Sang Pembebas,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Engineer, Asghar Ali, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Yogyakarta:

INSIST bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1999.

Engineer, Asghar Ali, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1999.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam lnterpretasi untuk Aksi, Bandung:

Mizan, 1998.

Madjid, Nurcholis, Pembinaan Masyarakat Madani dan Investasi

Demokrasi Tantangan dan Kemungkinan, Bandung: Makalah

disampaikan dalam Rakemas ICMI, 10 Juli 1999.

Maududi, Abul A’La, Dasar-Dasar Islam, Bandung: Pustaka Salman,

1984

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’l atas

Pelbagai Persoalan Ummat, Bandung: Mizan, 1997.

Syari’ati, Ali, Paradigma Kaum Tertindas, Jakarta: Islamic Center

Jakarta AL HUDA, 2001.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com/1428 H -20-