laporan pembebasan new

40
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA LAPORAN PRAKTIK DAN STUDI LAPANGAN PROSEDUR PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL UNTUK PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR NON BKC DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA Diajukan oleh: Nopia Setia Putra NPM: 111040500273 Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai

Upload: anpres22

Post on 11-Aug-2015

5.426 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pembebasan New

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA

LAPORAN PRAKTIK DAN STUDI LAPANGAN

PROSEDUR PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL

UNTUK PEMBUATAN BARANG HASIL AKHIR NON BKC

DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA

Diajukan oleh:

Nopia Setia Putra

NPM: 111040500273

Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan

Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai

Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

Dinyatakan Lulus Program Diploma 1 Keuangan

Tahun 2011/2012

Page 2: Laporan Pembebasan New

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA

PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK DAN STUDI LAPANGAN

NAMA : Nopia Setia Putra

NOMOR POKOK MAHASISWA : 111040500273

DIPLOMA 1 KEUANGAN

SPESIALISASI : Kepabeanan dan Cukai

BIDANG LAPORAN : Teknis Cukai

JUDUL LAPORAN : Prosedur Pembebasan Cukai Etil

Alkohol Untuk Pembuatan Barang

Hasil Akhir Non BKC di KPPBC

Tipe Madya Pabean B Surakarta

Mengetahui

Kepala Balai Diklat Keuangan Yogyakarta

Ririn Mardiyani, S.E., M.Si.NIP. 196803041994032002.

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Heru Djatmika SunindyaNIP. 196912181989121001

ii

Page 3: Laporan Pembebasan New

KATA PENGANTAR

Mahasiswa Program Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tahun akademik 2011/2012 yang khususnya berada

di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta III telah dinyatakan lulus ujian akhir semester

genap pada Selasa, 17 Juli 2012. Kemudian diikuti dengan tahap selanjutnya berupa

Praktik dan Studi Lapangan.

Praktik dan Studi Lapangan tersebut dilaksanakan dari 23 Juli-03 Agustus 2012.

Sebagai tugas akhirnya, mahasiswa harus membuat laporan hasil Praktik dan Studi

Lapangan berdasarkan bidang dan materi yang diteliti untuk memenuhi salah satu

syarat dinyatakan lulus.

Sebagai salah satu mahasiswa tersebut, penulis panjatkan puji syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan Praktik dan Studi Lapangan ini. Judul yang penulis ambil

adalah “Prosedur Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Pembuatan Barang Hasil

Akhir Non BKC di KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta”.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Kusmanadji, AK., MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program

Pendidikan.

2. Ibu Ririn Mardiyani, SE., M.Si. selaku Kepala Balai Diklat Keuangan Yogyakarta

III yang telah memberikan perhatian lebih kepada mahasiswa dalam mengikuti

Praktik dan Studi Lapangan.

iii

Page 4: Laporan Pembebasan New

3. Bapak Gatot Hartono selaku Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktik dan Studi

Lapangan di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.

4. Bapak Heru Djatmika Sunindya selaku pembimbing laporan Praktik dan Studi

Lapangan.

5. Seluruh pembimbing lapangan di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik dan Studi

Lapangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Harapan penulis dengan adanya laporan dan Praktik dan Studi Lapangan ini dapat

meningkatkan pengetahuan di bidang cukai, khususnya tentang prosedur pembebasan

cukai etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil

akhir non BKC, baik untuk penulis sendiri maupun kepada pembaca.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari sisi laporan maupun

pelaksanaan Praktik dan Studi Lapangan ini. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 09 Agustus 2012

Penulis

iv

Page 5: Laporan Pembebasan New

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 01

B. Tujuan Penulisan................................................................................................ 02

C. Metode Pengumpulan Data................................................................................ 02

D. Ruang Lingkup Pembahasan.............................................................................. 03

E. Sistematika Penulisan......................................................................................... 03

BAB II PEMBAHASAN

A. CUKAI ETIL ALKOHOL

1. Dasar Hukum...................................................................................................... 05

2. Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol.......................................................... 05

3. Gambaran Umum Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk

Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC......................................................... 06

B. PEMBEBASAN CUKAI ETIL ALKOHOL UNTUK PEMBUATAN

BARANG HASIL AKHIR NON BKC DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN

B SURAKARTA

1. Gambaran Umum KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta............................. 09

v

Page 6: Laporan Pembebasan New

2. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Barang Hasil Akhir Non BKC ........... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 20

B. Saran................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

vi

Page 7: Laporan Pembebasan New

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, menerapkan pungutan cukai

dalam rangka pembatasan dan pengawasan suatu produk dan sebagai salah satu

sumber penerimaan negara. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap

barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik tertentu yang

ditetapkan dalam Undang-Undang.

Menurut pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun 2007 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang cukai, ada beberapa barang kena cukai

(BKC) yang dapat diberikan fasilitas pembebasan dengan syarat tertentu. Salah

satunya adalah etil alkohol (EA) yang digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong

dalam pembuatan barang hasil akhir (BHA) non BKC. Barang tersebut dapat berupa

produk obat-obatan, kosmetika, parfum, pembersih lantai, dll.

Telah diketahui beberapa Pabrik BHA pengguna pembebasan cukai etil alkohol di

daerah Surakarta di bawah pengawasan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai

(KPPBC) tipe Madya Pabean B Surakarta. Penulis ingin mengamati secara langsung

untuk lebih mengetahui dan memahami jalannya prosedur Perusahaan mendapatkan

pembebasan cukai etil alkohol tersebut.

1

Page 8: Laporan Pembebasan New

2

B. Tujuan Penulisan

Laporan Praktik dan Studi Lapangan ini penulis susun dengan menggunakan

pendekatan positif, menyampaikan kenyataan di lapangan berdasarkan teori yang

telah dipelajari. Bagaimana kenyataan di lapangan akan prosedur mendapatkan

fasilitas pembebasan cukai etil alkohol yang digunakan sebagai bahan baku/bahan

penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC berdasarkan teori dan

peraturan yang telah ada, apakah sesuai atau tidak.

Tujuan dari laporan Praktik dan Studi Lapangan ini adalah:

1. Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat dinyatakan lulus dari Program

Diploma 1 Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai tahun ajaran 2011/2012.

2. Untuk lebih memahami dan mengetahui prosedur pembebasan cukai etil alkohol

yang digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang

hasil akhir yang bukan merupakan BKC.

3. Sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja.

C. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk mengumpulkan data atau

keterangan yang diperlukan, antara lain:

1. Studi Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk memperoleh data/keterangan dengan membaca

teori pada Undang-Undang, peraturan pelaksanaan, peraturan Menteri, keputusan

Menteri, peraturan Dirjen, modul atau sumber tertulis lainnya yang berkaitan

dengan pokok bahasan pada laporan Praktik dan Studi Lapangan.

Page 9: Laporan Pembebasan New

3

2. Metode Penelitian Lapangan

Metode ini dilakukan melalui pengamatan dan mengumpulkan data secara

langsung di lapangan. Obyek penelitiannya berupa dokumen-dokumen, catatan-

catatan, laporan-laporan dan proses kerja/kegiatan. Metode ini dilakukan dengan

beberapa cara:

a. Wawancara

Dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang

terkait, berkompeten dan dapat memberikan informasi secara akurat yang terkait

dengan pokok bahasan.

b. Observasi

Dengan mengamati secara langsung di lapangan, yaitu di KPPBC tipe Madya

Pabean B Surakarta dan perusahaan terkait tentang berbagai hal yang berkaitan

dengan pokok pembahasan pada laporan Praktik dan Studi Lapangan ini.

D. Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis hanya akan membahas prosedur pembebasan cukai etil alkohol sebagai

bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan

merupakan BKC agar materi tidak melebar. Namun demikian, hal-hal umum yang

berkaitan akan tetap dijelaskan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan, laporan Praktik dan Studi Lapangan ini

penulis susun dalam tiga bab. Bab pertama menguraikan secara singkat latar belakang

dan alasan tema yang dipilih, tujuan dan metode pengumpulan data dari penulisan

Page 10: Laporan Pembebasan New

4

laporan Praktik dan Studi Lapangan itu sendiri. Kemudian memaparkan ruang lingkup

yang akan dibahas dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah bahasan utama laporan ini, penulis membaginya dalam dua

pokok bahasan. Bahasan pertama adalah tentang cukai etil alkohol yang meliputi

dasar hukum yang digunakan, berbagai fasilitas yang diberikan pada etil alkohol dan

gambaran umum prosedur pembebasan cukai etil alkohol yang digunakan sebagai

bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC.

Sedangkan bahasan kedua penulis menyampaikan prosedur pembebasan cukai etil

alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non

BKC baik melalui proses produksi terpadu maupun melalui proses produksi non

terpadu di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.

Bab ketiga merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari uraian yang telah

dibahas pada bab sebelumnya. Dalam hal ini penulis juga akan memberikan sedikit

masukan dan saran atas berbagai hal tersebut.

Page 11: Laporan Pembebasan New

BAB II

PEMBAHASAN

A. Cukai Etil Alkohol

1. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam pembahasan mengenai pembebasan cukai

etil alkohol adalah:

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.04/2009 tentang Penimbunan,

Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara

Pembebasan Cukai.

d. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata

Cara Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol.

e. Peraturan DJBC Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan

Perusakan Etil Alkohol Yang Mendapat Pembebasan Cukai.

2. Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol

Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Cukai, etil alkohol baik dari

pabrik, tempat penyimpanan atau impor dapat diberikan pembebasan cukai apabila:

5

Page 12: Laporan Pembebasan New

6

a. Digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil

akhir non BKC.

b. Digunakan untuk keperluan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan atau

tujuan sosial.

c. Dirusak menjadi spiritus bakar sehingga tidak baik untuk diminum.

Ketiga hal tersebut mempunyai ketentuan yang berbeda, baik dari subyek yang

dapat diberikan pembebasan, prosedur perizinan maupun tindak lanjut setelah

diberikan pembebasan cukai.

3. Gambaran Umum Fasilitas Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk

Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC

Subyek yang dapat diberikan pembebasan cukai tersebut adalah Pengusaha

Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus

Pencampuran, atau Importir etil alkohol. Etil alkohol yang digunakan sebagai bahan

baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC tersebut dapat

dibuat dengan:

a. Melalui proses produksi terpadu.

b. Melalui proses produksi non terpadu.

Proses produksi terpadu merupakan suatu rangkaian proses produksi yang

dilakukan di pabrik etil alkohol, mulai dari pembuatan etil alkohol sebagai bahan

baku sampai dengan pembuatan barang hasil akhir yang bukan BKC. Untuk

memperoleh pembebasan etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong dalam

pembuatan barang hasil akhir non BKC secarat terpadu, Pengusaha Pabrik tersebut

dapat mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Page 13: Laporan Pembebasan New

7

melalui Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan dengan menggunakan contoh

format PMCK–1 (surat permohonan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan

barang hasil akhir dengan produksi terpadu).

Sedangkan dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC untuk proses produksi

non terpadu, etil alkohol diperoleh dari perusahaan/tempat lain. Untuk memperoleh

pembebasannya Pengusaha Pabrik, Pengusaha tempat Penyimpanan, Pengusaha

Tempat Penyimpanan Khusus Pencampuran atau Importir etil alkohol dapat

mengajukan dengan menggunakan PMCK-2 (surat permohonan pembebasan cukai

etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir dengan cara produksi non terpadu).

Beberapa Pabrik BHA yang menggunakan etil alkohol sebagai bahan baku atau bahan

penolong diantaranya adalah pabrik farmasi, pabrik kosmetika, pabrik bioetanol,

pabrik cat dan bahan bangunan, dll.

Secara jelas, prosedur mendapatkan pembebasan cukai etil alkohol yang

digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir

non BKC dengan proses secara terpadu maupun non terpadu adalah:

a. Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha tempat

Penyimpanan Khusus Pencampuran atau Importir etil alkohol mengajukan

permohonan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal melalui Kepala

Kantor Pengawasan dan Pelayanan dengan menggunakan contoh format PMCK–

1/PMCK-2. Untuk pengajuan pertama kali harus dilampiri:

1) Kopi surat atau izin produsen barang hasil akhir yang ditandasahkan oleh pejabat

instansi terkait.

2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) produsen barang hasil akhir.

Page 14: Laporan Pembebasan New

8

3) Kopi akte pendirian usaha apabila produsen barang hasil akhir merupakan badan

hukum.

4) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi pabrik barang hasil akhir dari KPPBC yang

mengawasi disertai gambar denah/lokasi pabrik.

5) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim.

6) Uraian tentang alur proses produksi dan penggunaan etil alkohol.

7) Contoh barang hasil akhir yang diproduksi.

b. Kepala KPPBC melakukan penelitian administrasi dan untuk permohonan

pertama kali wajib dilakukan pemeriksaan fisik lokasi tempat yang akan dipakai

menimbun etil alkohol di lokasi pabrik BHA.

c. Apabila permohonan telah lengkap dan layak diterima, Kepala Kantor membuat

rekomendasi mengenai permohonan yang diajukan.

d. Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuknya atas nama Menteri

Keuangan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari sejak permohonan diterima

secara lengkap dan benar, menetapkan keputusan atas permohonan yang diajukan

sebagaimana dimaksud diatas dan kepada pengusaha Barang Hasil Akhir

bersangkutan diberikan NPPP (Nomor Pokok Pengguna Pembebasan).

Produsen yang memperoleh pembebasan cukai etil alkohol untuk digunakan

sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan Barang Hasil Akhir

sebagaimana dimaksud diatas, wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Direktur

Jenderal melalui Kepala Kantor Pelayanan paling lama tanggal 10 pada bulan

berikutnya.

Page 15: Laporan Pembebasan New

9

B. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Untuk Pembuatan Barang Hasil Akhir Non

BKC di KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta

1. Gambaran Umum KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean

B Surakarta beralamat di Jalan L.U. Adisucipto Nomor 36, Colomadu, Karanganyar,

Surakarta. KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta saat ini dipimpin oleh Bapak

Gatot Hartono sebagai Kepala Kantor, dengan dibantu oleh 96 Pegawai Bea Cukai.

KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta ini paling banyak menangani bidang

kepabeanan, dan sedikit tentang cukai. Meskipun kegiatan yang ditangani di bidang

kepabeanan lebih banyak, namun dari segi penerimaan, bidang cukai memberikan

sumbangan yang lebih tinggi dari pada bidang kepabeanan. Total penerimaan negara

sampai dengan bulan Juli tahun 2012 ini menghasilkan penerimaan sebesar Rp

528.664.893.978,-. Penerimaan negara yang diperoleh dari bidang kepabeanan

sebesar Rp 7.583.490.678,- dan Penerimaan negara yang diperoleh dari bidang cukai

sebesar Rp 512.596.982.940,-, sisanya adalah penerimaan lainnya seperti Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP), Sanksi Administrasi dan Lain-lain.

Dalam melaksanakan pengawasan dan pelayanannya KPPBC tipe Madya Pabean

B Surakarta mempunyai visi, misi, dan srategi sebagai berikut :

a. Visi: menuju Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai bertaraf

Internasional dalam kinerja dan citra.

b. Misi: menciptakan pelayanan prima dengan memberikan yang terbaik, sepenuh

hati, dan profesional.

c. Strategi: kenyamanan, kecepatan dan profesional.

Page 16: Laporan Pembebasan New

10

Dalam pengawasan dan pelayanannnya KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta

juga memiliki semboyan, yaitu:

a. Best.

b. Terbaik untuk anda.

c. Leladi kanthi ati lan setiti.

d. Melayani dengan hati mengawasi dengan teliti.

Di samping ini adalah logo yang dibuat KPPBC tipe Madya

Pabean B Surakarta sebagai lambang dari semboyannya.

Dicantumkan kalimat “Leladi Kanthi Ati Lan Setiti” yang

ditulis dalam bahasa Jawa sebagai semangat pengawasan

dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta saat

ini.

Wilayah kerja KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta meliputi seluruh wilayah

eks-Karesidenan Surakarta dengan luas: ± 5.724 km2 meliputi Kabupaten/Kota:

a. Surakarta

b. Boyolali

c. Sukoharjo

d. Karanganyar

e. Wonogiri

f. Sragen

g. Klaten

Sedangkan pengawasan dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta

meliputi:

Page 17: Laporan Pembebasan New

11

a. Kawasan Pabean:

1) Kantor Pos Lalu Bea

2) Bandara Internasional Adi Sumarmo

b. Tempat Penimbunan Sementara:

1) PT Angkasa Pura I

2) PT Solo Segara Murni (Lapangan Penimbunan/Bandara)

c. Tempat Penimbunan Berikat:

d. Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

e. Pengusaha Pengurus Jasa Kepabeanan

f. Pabrik Etil Alkohol

g. Pabrik Minuman Mengandung Etil Alkohol

h. Pabrik Hasil Tembakau

i. Tempat Penjualan Eceran Etil Alkohol

j. Tempat Penjualan Eceran Minuman Mengandung Etil Alkohol

k. Penyalur Minuman Mengandung Etil Alkohol

2. Pembebasan Cukai Etil Alkohol Sebagai Bahan Baku/Bahan Penolong Untuk

Pembuatan Barang Hasil Akhir Non BKC

Terdapat beberapa pihak yang mengajukan pembebasan cukai etil alkohol di

KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Pihak tersebut adalah Pengusaha Pabrik,

Pengusaha Tempat Penyimpanan dan Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus

Pencampuran etil alkohol. Sedangkan untuk Importir etil alkohol, sampai saat ini

belum ada.

Page 18: Laporan Pembebasan New

12

Untuk mempermudah pelaporan, prosedur pembebasan cukai etil alkohol tersebut

dibagi ke dalam 2 kelompok:

a. Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non

BKC melalui proses produksi terpadu

Pembebasan cukai ini hanya diberikan kepada Pengusaha Pabrik etil alkohol, yang

dalam pembuatannya dimulai dari pembuatan etil alkohol sebagai bahan baku itu

sendiri sampai menjadi barang jadi berupa barang yang bukan merupakan BKC. Di

daerah Surakarta hanya terdapat 1 pabrik etil alkohol.

Ada beberapa produk yang diajukan pembebasan cukainya melalui proses

produksi terpadu ini, diantaranya adalah asam asetat dan etil asetat. Asam asetat

dihasilkan dengan proses oksidasi, yaitu uap etil alkohol dioksidasi dengan udara di

dalam reactor Fixed Bed dengan menggunakan katalisator padatan. Produk

acetaldehyde yang dihasilkan mempunyai kemurnian 99,99% bW. Acetaldehyde fasa

cair dioksidasi dengan udara di dalam reaktor gelembung dengan katalisator cair.

Sedangkan etil asetat dihasilkan dengan proses esterifikasi, yaitu dari reaksi

esterifikasi antara asam asetat dengan etil alkohol. Reaksi ini berlangsung di dalam

reactor Fixed Bed dengan katalisator berbentuk butiran. Etil asetat yang dihasilkan

mempunyai kemurnian 99,9%.

Kedua barang tersebut pada hasil akhirnya tidak terdapat etil alkohol dalam

keadaan bebas, sehingga ethanol yang digunakan tidak wajib campur. Hal tersebut

berarti syarat pembebasan cukai etil alkoholnya terpenuhi, karena barang hasil akhir

yang dibuat sudah bukan lagi etil alkohol dan bukan merupakan BKC.

Untuk prosedur perizinan mendapatkan pembebasan cukai tersebut adalah:

Page 19: Laporan Pembebasan New

13

Pengusaha Pabrik mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan c.q.

Direktur Jenderal melalui Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai tipe

Madya Pabean B Surakarta dengan menggunakan contoh format PMCK–1.

Pembebasan diajukan untuk 1 tahun ke depan, sehingga biasanya Pengusaha Pabrik

mengajukan PMCK-1 menjelang akhir tahun, antara bulan Oktober-Desember. Pada

bulan September 2010, Pengusaha Pabrik di Surakarta ini mengajukan pembebasan

cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non BKC melalui proses

produksi terpadu untuk pertama kalinya, sehingga harus melampirkan:

1) Kopi surat atau izin Pabrik yang ditandasahkan oleh pejabat instansi terkait.

2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi pabrik dari KPPBC tipe Madya Pabean B

Surakarta disertai gambar denah/lokasi pabrik. Ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi sebagai Pabrik etil alkohol, sehingga hal tersebut harus dilakukan

pemeriksaan lokasi, syarat tersebut adalah:

a) Memiliki luas minimal 5000 m2.

b) Lokasi pabrik dikelilingi pagar permanen dengan tinggi minimal 2 m.

c) Pada pabrik hanya terdapat 1 pintu utama yang berhubungan langsung dan dapat

dimasuki dari jalan umum. Sedangkan pintu lain hanya untuk evakuasi atau

keperluan tertentu dengan ketentuan ukuran tertentu.

d) Lokasi pabrik tidak berhubungan langsung dengan tempat tinggal.

Pada kenyataanya syarat-syarat lokasi tersebut pada waktu pemeriksaan

biasanya melebihi ketentuan minimal, baik dari luas pabrik, tinggi pagar, lokasi

pabrik, dll.

Page 20: Laporan Pembebasan New

14

4) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim (tahun 2011).

5) Uraian tentang alur proses produksi asam asetat dan etil asetat serta kebutuhan etil

alkoholnya.

6) Contoh asam asetat dan etil asetat.

Hal yang harus dilakukan selanjutnya oleh Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B

Surakarta adalah melakukan penelitian administrasi dari dokumen yang diajukan,

apakah sudah lengkap dan benar. Kemudian masih ada syarat fisik lagi yang harus

dipenuhi oleh pabrik tersebut, yaitu wajib melakukan pemisahan secara tegas dengan

batas-batas yang jelas wadah/tangki dan ruangan untuk menyimpan etil alkohol yang

telah dicampur dengan bahan pencampur. Selain itu Pabrik harus memiliki ruang

laboratorium berikut peralatan yang memadai. Atas persyaratan tersebut, untuk

pengajuan pertama kalinya juga harus diperiksa fisik lokasi tempat penimbunan etil

alkoholnya.

Apabila permohonan telah lengkap dan layak diterima, Kepala KPPBC tipe

Madya Pabean B Surakarta segera membuat rekomendasi mengenai permohonan

tersebut kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah

untuk diberikan keputusan pembebasan serta jumlah etil alkohol yang dibebaskan.

Keputusan tersebut ditetapkan dalam jangka waktu 10 hari sejak diterimanya surat

pengajuan secara lengkap dan benar di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta.

Apabila pengajuan diterima, maka Pengusaha Pabrik diberikan NPP (Nomor

Pokok Pembebasan). Pengusaha Pabrik tersebut diperbolehkan membuat asam asetat

dan etil asetat dengan bahan baku/bahan penolong berupa etil alkohol yang telah

dibebaskan cukainya sesuai jumlah yang ditetapkan untuk 1 tahun takwim (2011).

Page 21: Laporan Pembebasan New

15

Atas pembuatan barang tersebut, pencampuran etil alkoholnya harus diawasi oleh

Bea Cukai dan dibuatkan Berita Acara Pencampuran etil alkohol (BACK-7).

Sedangkan kewajiban Pengusaha Pabrik etil alkohol tersebut adalah harus membuat

laporan kepada Bea Cukai dengan LACK-3 (Laporan Penggunaan Etil Alkohol

Dengan Fasilitas Pembebasan Cukai Melalui Proses Produksi Terpadu) setiap bulan

dan diberitahukan kepada Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Sedangkan untuk pengajuan yang selanjutnya sudah tidak dilakukan pemeriksaan

fisik lokasi lagi. Pengusaha Pabrik mengajukan PMCK-1 yang cukup dilampiri:

1) Rencana produksi selama 1 tahun ke depan.

2) LACK-3 1 tahun takwim sebelumnya.

3) Kopi Surat Keputusan Pembebasan dari Kementerian Keuangan pada tahun

sebelumnya yang telah diberikan.

b. Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non

BKC melalui proses produksi non terpadu

Pembebasan cukai etil alkohol ini dapat diberikan kepada Pengusaha Pabrik,

Pengusaha Tempat Penyimpanan, Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus

Pencampuran atau Importir etil alkohol yang memasok/mengirim etil alkohol tersebut

kepada suatu Pabrik BHA sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan

barang hasil akhir non BKC Pabrik tersebut.

Di daerah Surakarta terdapat 5 Pabrik BHA yang mendapat pasokan/kiriman etil

alkohol dari beberapa Pengusaha Pabrik maupun Pengusaha Tempat Penyimpanan etil

alkohol dari berbagai daerah. Diantaranya dari Pengusaha Pabrik etil alkohol

Page 22: Laporan Pembebasan New

16

Surakarta dan Lawang, Pengusaha Tempat Penyimpanan dan Pengusaha Tempat

Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol dari Bogor.

Beberapa produk yang dihasilkan diantaranya adalah:

1) Obat-obatan berupa pil, tablet, sirup botol, sirup sachet, kapsul, dll.

2) Ekstrak jamu seperti jahe emprit, temulawak/curcuma, kunir/kunyit, antioxidant,

sambiloto, dll.

3) Kosmetik yang diantaranya body & baby talk, bedak, minyak kembang, dll.

4) Permen dan kembang gula.

Barang tersebut membutuhkan etil alkohol dengan jumlah dan kadar tertentu

sebagai bahan campurannya. Oleh karena barang yang dihasilkan bukan merupakan

barang kena cukai, maka Kementerian Keuangan memberikan fasilitas pembebasan

cukai.

Sedangkan prosedur perizinannya adalah Pengusaha Pabrik BHA mengajukan

pemesanan etil alkohol sebagai bahan baku/bahan penolong untuk pembuatan

produknya kepada Pengusaha Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan atau

Pengusaha Tempat Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol. Pengajuan

tersebut diteruskan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal melalui Kepala

KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta menggunakan PMCK-2 dengan dilampiri

selayaknya lampiran PMCK-1, yaitu:

1) Kopi surat atau izin Pabrik barang hasil akhir yang ditandasahkan oleh pejabat

instansi terkait.

2) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Page 23: Laporan Pembebasan New

17

3) Berita Acara Pemeriksaan Lokasi Pabrik, Tempat Penyimpanan atau Tempat

Penyimpanan Khusus Pencampuran etil alkohol dari KPPBC masing-masing

daerah.

4) Rencana kebutuhan etil alkohol dalam 1 tahun takwim.

5) Uraian tentang alur proses produksi barang hasil akhir non BKC serta kebutuhan

etil alkoholnya.

6) Contoh barang yang diproduksi.

Hal yang dilakukan selanjutnya sama seperti pengajuan pembebasan cukai etil

alkohol untuk pembuatan barang hasil akhir non BKC melalui proses terpadu, yaitu

Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta melakukan penelitian administratif

dan melakukan pemeriksaan fisik lokasi penimbunan etil alkohol terhadap Pabrik

BHA apabila pengajuan tersebut adalah yang pertama kali.

Apabila dokumen yang diajukan telah lengkap dan benar, segera diteruskan

kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dengan

memberikan pertimbangan dan pendapat tentang kelayakan permohonan tersebut

untuk diberikan pembebasan cukai. Keputusan atas jumlah cukai etil alkohol yang

dibebaskan ditetapkan dalam waktu 10 hari sejak pengajuan diterima secara lengkap

dan benar di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Permohonan pembebasan

pertama kali yang dikabulkan diberikan NPP (Nomor Pokok Pembebasan).

Atas pembuatan produk BHA, pencampuran etil alkoholnya harus diawasi oleh

Bea Cukai dan dibuatkan Berita Acara Pencampuran etil alkohol (BACK-7). Sebagai

pengawasannya Pengusaha Pabrik BHA tersebut harus membuat laporan kepada Bea

Cukai dengan LACK-4 (Laporan Penggunaan Etil Alkohol Dengan Fasilitas

Page 24: Laporan Pembebasan New

18

Pembebasan Cukai Melalui Proses Produksi Non Terpadu) setiap bulan dan

diberitahukan kepada Kepala KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya.

Pengajuan pembebasan cukai etil alkohol yang selanjutnya oleh Pengusaha

Pabrik, Pengusaha Tempat Penyimpanan, atau Pengusaha Tempat Penyimpanan

Khusus Pencampuran mengajukan PMCK-2 yang cukup dilampiri:

1) Surat Pemesanan dari Pabrik BHA beserta lampiran alur proses pembuatannya.

2) Rencana produksi selama 1 tahun ke depan dan penjelasan kebutuhan etil

alkholnya dari Pabrik BHA.

3) LACK-4 1 tahun takwim yang telah dilaksanakan Pabrik BHA.

4) Kopi Surat Keputusan Pembebasan dari Kementerian Keuangan pada tahun

sebelumnya yang telah diberikan kepada Pabrik BHA.

Pemakaian etil alkohol yang dibebaskan cukainya karena digunakan sebagai

bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir non BKC oleh

Pabrik BHA, baik dilaksanakan melalui proses produksi terpadu maupun non terpadu

selalu dipantau dan diawasi oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya LACK-3/4 dan BACK-7.

Selain itu, sebagai tindak pengawasan lebih lanjut, Bea Cukai KPPBC tipe Madya

Pabean B Surakarta selalu melakukan pencacahan setiap awal bulan. Pencacahan ini

dilakukan kepada Pabrik BHA untuk mengetahui secara fisik realisasi pencampuran

etil alkohol yang telah dilaksanakan oleh Pabrik tersebut. Hal ini merupakan

terobosan baru yang dilakukan oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta karena

Page 25: Laporan Pembebasan New

19

dalam peraturan DJBC sendiri pun belum ada. Namun pencacahan tersebut mendapat

tanggapan baik dari Kantor Wilayah supaya tetap dilanjutkan.

Dokumen-dokumen yang berkaitan tersebut kemudian disimpan oleh KPPBC tipe

Madya Pabean B Surakarta selama minimal 10 tahun. Begitu juga oleh perusahaan

yang berkaitan. Kewajiban ini harus dipenuhi karena apabila dilaksanakan audit, yang

kemudian terjadi suatu permasalahan yang membutuhkan dokumen beberapa tahun

sebelumnya, dokumen tersebut masih ada. Sehingga pengawasan yang dilakukan oleh

KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta terhadap para pengguna jasa termasuk

kategori sangat baik.

Page 26: Laporan Pembebasan New

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai prosedur pembebasan cukai etil alkohol yang

digunakan sebagai bahan baku/bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir

non BKC di KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta di atas dapat diambil 2

kesimpulan, yaitu:

1. Dalam hal melakukan pengawasan dan pelayanan, khususnya pembebasan cukai

etil alkohol oleh KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta telah sesuai dengan

Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata

Cara Pemberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol dan Peraturan Direktur Jenderal

Bea dan Cukai Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan

Perusakan Etil Alkohol Yang Mendapat Pembebasan Cukai.

2. KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta melakukan terobosan baru terhadap

pengawasan pembebasan cukai etil alkohol berupa pencacahan yang dilaksanakan

setiap awal bulan.

B. Saran

Meskipun pengawasan dan pelayanan KPPBC tipe Madya Pabean B Surakarta

sudah menunjukan prestasi baik, namun hal tersebut harus tetap dipertahankan dan

ditingkatkan. Terlebih terhadap sisi pengawasan agar tidak terjadi penyelewengan

terhadap pembebasan cukai etil alkohol.

20

Page 27: Laporan Pembebasan New

DAFTAR PUSTAKA

Surono, S.SOS, M.Si. 2009. Diklat Teknik Substansif Dasar Kepabeanan dan Cukai. Teknis Cukai. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 235/PMK.04/2009 tentang Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.04/2010 tentang Tata Cara Pembebasan Cukai.

Peraturan DJBC Nomor P-13/BC/2007 tentang Tata Cara Pemeberian Pembebasan Cukai Etil Alkohol.

Peraturan DJBC Nomor P-14/BC/2007 tentang Tata Cara Pencampuran dan Perusakan Etil Alkohol yang Mendapat Pembebasan Cukai.

21