komplikasi ekstraksi vakum
TRANSCRIPT
Komplikasi Ekstraksi Vakum
Komplikasi maternal terkait dengan ekstraksi vakum sebanding dengan kelahiran
spontan. Komplikasi tidak beragam sesuai dengan tipe alat ekstraksi vakum.
Insiden trauma berat atau kematian bayi yang dilaporkan dari persalinan dengan ekstraksi
vakum cukup rendah yakni 0-1,3 kasus setiap 1.000 persalinan dengan ekstraksi vakum.
Perdarahan subgaleal merupakan komplikasi serius pada neonatus akibat ekstraksi
vakum. Perdarahan subgaleal terjadi karena ruptur vena-vena emisaria yaitu vena-vena
yang melewati foramen tengkorak dan mengalirkan darah dari sinus serebral ke
pembuluh di luar tengkorak. Perdarahan subgaleal sering dikaitkan dengan perdarahan
intrakranial dan atau sefalhematom. Perdarahan subgaleal sedang sampai berat terkait
dengan anemia, asidosis metabolik, kejang, syok, dan kematian. Komplikasi ini terjadi
kurang dari 1,0 – 3,8% pada ekstraksi vakum. Insiden yang dilaporkan berkisar 6-50
setiap 1000 persalinan dengan ekstraksi vakum. Angka tersebut merupakan overestimasi
dan tidak menggambarkan tingkat trauma pada praktik modern dengan ekstraktor soft cup
dan protokol yang ketat. Bayi dengan perdarahan subgaleal memiliki tanda scalp yang
lembek, bengkak sepanjang garis sutura dan lingkar kepala yang membesar. Juga
mungkin terdapat tanda hipovolemia, pucat, takikardia dan penurunan hematocrit.
Kondisi ini mengancam nyawa dengan tingkat mortalitas dilaporkan setinggi 22,8%.
Kira-kira setengah dari perdarahan subgaleal terkait dengan ekstraksi vakum, sisanya
terkait dengan ekstraksi cunam dan lebih jarang lagi terjadi pada persalinan spontan.
Perdarahan subgaleal dapat tidak terlihat secara klinis sampai beberapa jam post partum.
Sefalhematom merupakan komplikasi fetal lain. Insiden rata-rata 6% pada persalinan
dengan ekstraksi vakum.
Ekimosis dan ,jarang terjadi, laserasi skalp dapat terjadi akibat persalinan dengan
ekstraksi vakum. Sebagian besar terjadi akibat melebihi batas pemakaian (30 menit). Alat
juga tidak diperbolehkan digunakan untuk memutar karena dapat terjadi luka, rotasi akan
terjadi dengan sendirinya seiring turunnya kepala fetus. Jika penolong ingin mempercepat
proses ini maka rotasi manual dilakukan pada kepala (bukan alat), normalnya hal tersebut
tidak diperlukan.
Perdarahan intrakranial terjadi dalam 1 dari setiap 860 persalinan dengan ekstaksi vakum
dibandingkan dengan 1 dari setiap 1.900 kelahiran spontan. Namun demikian tingkat
komparatif perdarahan intrakranial tidak bermakna secara statisitik bila dibandingkan
antara ekstraksi vakum, ektraksi cunam dan operasi caesar. Terdapat kemungkinan bahwa
persalinan abnormal yang memerlukan persalinan dengan alatlah yang menjadi penyebab
pada sebagian morbiditas yang terjadi.
Perdarahan retina mungkin lebih sering pada persalinan dengan ekstraksi vakum namun
lebih sering terkait dengan durasi persalinan. Perdarahan ini akan reda dalam beberapa
minggu sehingga kemungkinannya kecil terkait dengan morbiditas jangka panjang.
Paralisis rektus lateral transien ditemukan terjadi lebih sering pada persalinan dengan
ekstraksi vakum (3,2%) dibandingkan ektraksi cunam (2,4%), persalinan spontan (0,1%)
dan operasi caesar (0%). Paralisis akan reda spontan sehingga tidk penting secara klinis.
Persalinan dengan ekstraksi vakum tidak ditemukan mengakibatkan gangguan intelektual
atau neurologis yang signifikan.
Daftar Pustaka
Putta LV, Spencer JP. Assisted Vaginal Delivery Using the Vacuum Extractor. Am Fam
Physician 2000;62:1316-20.
Pope CS, O’Grady JP. Vacuum Extraction. [disitasi tanggal 21 Januari 2006] Dari: URL:
http:/www.emedicine.com/med/topic3389.htm.
Modanlou HD. Neonatal Subgaleal Hemorrhage Following Vacuum Extraction Delivery.
The Internet Journal of Pediatrics and Neonatology. 2005. Volume 5 Number 2.