komoditas pisang

4
Komoditas Pisang Salah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar namun selama ini masih sedikit diperhatikan adalah buah pisang. Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia (Dimyati, 2007; Purwadaria, 2006). Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki tingkat produksi cukup tinggi di Indonesia dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Menurut data Biro Pusat Statistik (www.bps.go.id), produksi buah terbesar tahun 2013 adalah tanaman pisang. Total produksi untuk tanaman pisang mencapai 6.28 juta ton. Kenaikan produksi sebesar 1,46 persen dibandingkan tahun 2012. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi penghasil pisang terbesar dengan jumlah produksi sebesar 1.527.376 ton atau 24,32 persen dari total produksi pisang nasional. Varietas tanaman pisang yang dibudidayakan di Jawa Timur antara lain Pisang Hijau, Raja, Susu, Kepok, Mas, Ambon, Agung dan Cavendish dan varietas-varietas yang lebih sedikit seperti morosebo, Jerman dan Klutuk. Provinsi penghasil pisang terbesar berikutnya berturut-turut adalah Provinsi Jawa Barat (17,44 persen), Lampung (14,94 persen), Jawa Tengah (8,93 persen), Sumatera Utara (5,45 persen), Banten (5,02 persen) dan Bali (3,43 persen). Dilihat dari nilai kotor produksi dunia, pisang juga menempati urutan ke-empat untuk bahan pangan dunia yang paling penting untuk diperhatikan setelah beras, gandum, dan jagung (Arias et.al, 2003). Tanaman pisang dapat dimanfaatkan dari bagian daun hingga batangnya. Buah pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makana trandisional Indonesia. Batang pisang dapat digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak. Air umbi batang pisang digunakan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar dan air batang pisang dapat digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. Teknologi budidaya pisang meliputi: 1. Pemilihan bibit

Upload: agustindwil

Post on 17-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Salah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar namun selama ini masih sedikit diperhatikan adalah buah pisang. Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia

TRANSCRIPT

Komoditas PisangSalah satu komoditas Indonesia yang memiliki potensi besar namun selama ini masih sedikit diperhatikan adalah buah pisang. Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia (Dimyati, 2007; Purwadaria, 2006). Pisang merupakan tanaman hortikultura yang memiliki tingkat produksi cukup tinggi di Indonesia dan memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.

Menurut data Biro Pusat Statistik (www.bps.go.id), produksi buah terbesar tahun 2013 adalah tanaman pisang. Total produksi untuk tanaman pisang mencapai 6.28 juta ton. Kenaikan produksi sebesar 1,46 persen dibandingkan tahun 2012. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi penghasil pisang terbesar dengan jumlah produksi sebesar 1.527.376 ton atau 24,32 persen dari total produksi pisang nasional. Varietas tanaman pisang yang dibudidayakan di Jawa Timur antara lain Pisang Hijau, Raja, Susu, Kepok, Mas, Ambon, Agung dan Cavendish dan varietas-varietas yang lebih sedikit seperti morosebo, Jerman dan Klutuk. Provinsi penghasil pisang terbesar berikutnya berturut-turut adalah Provinsi Jawa Barat (17,44 persen), Lampung (14,94 persen), Jawa Tengah (8,93 persen), Sumatera Utara (5,45 persen), Banten (5,02 persen) dan Bali (3,43 persen). Dilihat dari nilai kotor produksi dunia, pisang juga menempati urutan ke-empat untuk bahan pangan dunia yang paling penting untuk diperhatikan setelah beras, gandum, dan jagung (Arias et.al, 2003).

Tanaman pisang dapat dimanfaatkan dari bagian daun hingga batangnya. Buah pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makana trandisional Indonesia. Batang pisang dapat digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak. Air umbi batang pisang digunakan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar dan air batang pisang dapat digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.

Teknologi budidaya pisang meliputi:

1. Pemilihan bibit

2. Pengolahan media tanam

3. Teknik penanaman

4. Pemeliharaan tanaman

5. Pengendalian hama penyakit, dan

6. Panen dan pascapanen

(Komaryati, 2012)

Pemilihan bibit pisang yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani pisang. Penyediaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi perbanyakan dengan kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar karena biaya investasi awal yang sangat mahal dan belum dapat memenuhi kebutuhan varietas lokal yang beragam jumlahnya (Mulyanti, et.al, 2008).

Pengolahan media tanam pisang dilakukan dengan cara pembukaan lahan, pembentukan sengkedan pada bagian tanah yang miring, serta pembuatan saluran pembuangan air. Lebar sengkedan yang dibentuk bergantung pada derajat kemiringan lahan. Selain itu, dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasok unsur hara N dan juga penahan angin (Prihatman, 2000).

Penanaman pisang sendiri dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober) agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan. Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap (setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan. Penanaman pertama menggunakan jarak tanam lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 10 kg/lubang dan dibiarkan selama 1-2 minggu (Mulyanti, et.al, 2008).

Teknologi pemeliharaan tanaman biasanya dilakukan dengan pemangkasan daun kering yang bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan dan melindungi buah dari goresan daun. Pengendalian gulma juga perlu dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan, terutama 3 bulan pertama agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Selain itu, dilakukan penjarangan anakan untuk mengurangi jumah anakan serta pembungkusan tandan buah dengan plastik biru untuk melindungi buah dari kerusakan oleh serangga. Agar tanaman tidak roboh sebelum buah dipanen, maka dapat ditopang dengan bambu atau dengan mengikat pangkal tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara barisan tanaman pisang (Mulyanti, et.al, 2008).

Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya adalah penyakit layu (layu fusarium dan layu bakteri), bercak daun dan virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV). Sedangkan hama yang banyak ditemukan adalah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus), penggerek batang (Odoiporus longicolis), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema). Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium tanaman pisang dapat diberi agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Pengendalian lainnya yang dapat dilakukan yaitu melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber bibit penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakanya atau dengan pengaplikasian insektisida secara bijaksana untuk membasmi hama (Mulyanti, et.al, 2008).

Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk tujuan konsumsi lokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang masak di pohon. Sedangkan untuk ekspor, pisang dipanen tidak terlalu tua (derajat ketuaan 75-85%)), tetapi sudah masak fisiologis (kadar patinya sudah maksimum). Pada keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai daya simpan cukup lama. Waktu panen buah pisang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar sampai siap dipanen atau dengan melihat bentuk buah. Buah yang tua biasanya sudut buah tumpul dan membulat, daun bendera mulai mengering, bekas putik bunga mudah patah. Cara pemanenan yaitu batang pisang dipotong kira-kira setengah diameter batang pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Tandan buah ditahan agar tidak jatuh ke tanah kemudian dipotong (Mulyanti, et.al, 2008).

Penanganan pascapanen buah pisang antara lain:

a. Sisir pisang dipotong dari tandannya

b. Sisir pisang diseleksi dan dicuci dari kotoran dan getahnya serta dilakukan seleksi buah

c. Sisir pisang disusun pada rak terbuka lalu dikeringanginkan

d. Sisir pisang dikemas pada kotak karton per 15 kg (3-5 sisir ukuran besar atau 6-9 sisir ukuran kecil)

e. Penyemprotan fungisida Al2(So4)3 (120 ml/15 kg pisang).

Daftar Pustaka

Arias, et.al. 2003.The World Banana Economy 1985-2002. USA: Food and Agriculture Organization of the United Nations.BPS. 2014. Statistik Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia 2013. Jakarta: BPS

Komaryati dan A. Suyatno. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Pisang Kepok (Musa Paradisiaca)Di Desa Sungai Kunyit Laut Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. J. Iprekas. Jan 2012: 53-61Mulyanti, et.al, 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Lampung: Badan Litbang PertanianPrihatman, Kemal. 2000. TTG Budidaya Pertanian: Pisang. Jakarta: BPPT Teknologi

Purwadaria, H. 2006. Issues and Solutions of Fresh Fruits Export in Indonesia. Bogor: IPB