inisiasi pisang

27

Click here to load reader

Upload: rhinae-ningtyas

Post on 29-Jun-2015

490 views

Category:

Documents


50 download

TRANSCRIPT

Page 1: INISIASI PISANG

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Keberhasilan pertama dalam kultur in vitro dicapai dalam praktek kultur

organ. Menurut Shabde- Moses & Murashige (1979), Hanining, pada tahun 1904

telah berhasil mendapatkan kecambah tanaman jenis crucifer dari embrio-embrio

yang diisolasi dari biji yang belum matang (immature). Pertumbuhan organ yang

tidak terbatas di dalam kultur in vitro, pertama diperhatikan oleh White dalam kultur

akar tomat sekitar tahun 1934.

Kultur organ merupakan topik yang penting dalam penelitian antara tahun

1904-1960. setelah itu penelitian dalam bidang ini berkurang, kecuali kultur pucuk

atau meristem. Kultur pucuk atau meristem mempunyai aspek praktis sebagai cara

memperbanyak klon yang cepat dan bebas penyakit. Dewasa ini kultur meristem

sudah merupakan tindakan komersial yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan

pembibitan.

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,

mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang

dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui

proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus

berbagai macam makanan trandisional Indonesia.

Eksplan merupakan sumber kontaminasi kultur, di samping komponen media,

faktor manusia, dan lingkungan. Karena itu, sebelum ditanam secara aseptik dalam

media yang steril, eksplan harus dibersihkan dari kotoran terluar dan disterilisasi.

Sterilisasi eksplan hanya hanya sebatas sterilisasi permukaan atau disinfestasi

(menghilangkan infestasi kontaminan), bukan disinfeksi (menghilangkan infeksi

kontaminan eksplan). Dalam proses sterilisasi eksplan, yang dibersihkan adalah debu,

cendawan dan bakteri, atau kontaminan dari bagian permukaan eksplan, bukan yang

berada di bagian dalam eksplans.

Page 2: INISIASI PISANG

Eksplan yang telah disterilisasi di tanam dalam media tertentu dengan proses

inisiasi. Inisiasi adalah proses penanaman eksplan yang berasal dari alam bebas untuk

memperbanyak dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

I.2 Tujuan

Mengetahui bahan sterilisasi dan waktu sterilisasi yang digunakan untuk

mensterilisasi pisang sebelum proses inisiasi

Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan pisang dalam kondisi in vitro

I.3 Manfaat

Diketahui bahan dan waktu sterilisasi yang digunakan mensterilisasi pisang

sebelum proses inisiasi

Diketahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan pisang dalam kondisi in vitro

Page 3: INISIASI PISANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penyiapan Eksplan

Bahan tanaman yang dikulturkan lazim disebut eksplan. Dalam memperbanyak

tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan faktor penting penentu keberhasilan.

Umur fisiologis, umur ontogenik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil

merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan

digunakan sebagai bahan kultur awal.

Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplans adalah jaringan

muda yang masih tumbuh aktf. Jaringan tananaman yang masih muda mempunyai daya

regenerasi yang tinggi, sel-selnya masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih

(mengandung lebih sedikit kontaminan). Sementara itu, jaringan tanaman yang sudah tua

lebih sulit beregenerasi, dan biasanya mengandung lebih banyak kontaminan.

Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah biji atau bagian-

bagian biji seperti aksis embrio atau kotiledon, tunas pucuk, potongan batang satu buku

(nodal explant), potongan akar, potongan daun,potongan umbi batang, umbi akar,

empulur batang, umbi lapis dengan sebagian batang, dan bagian bunga. Ekspaln satu

buku pada tunas jati diambil dari trusan tunas yang baru tumbuh, sedangkan pada pisang

diambil bagian bongkol tempat anakan atau mata tunas muncul.

Ukuran eksplan juga berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan. Eksplan

yang berukuran besar beresiko kontaminasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

ukuran yang lebih kecil, tetapi kemampuan hidupnya lebih besar atau tubuhnya lebih

cepat. Sebaliknya, eksplan yang berukuran kecil (meristem atau tunas pucuk)

kemungkinan terkontaminasi lebih kecil, tetapi tumbuh lebih lambat.

Akibat dari keterbatasan tertentu, eksplan yang digunakan jumlahnya sangat

sedikit dan tidak bisa diinisiasi menjadi kultur yang aseptik. Maka, yang terpenting

adalah eksplan awal harus ditumbuhkan terlebih dahulu, walaupun terkontaminasi oleh

bakteri. Setelah itu pucuknya dipotong dengan hati-hati sebagai propagul atau eksplan

baru. Jika kultur berikutnya yang dipakai sebagai propagul adalah pucuknya lagi.

Demikian seterusnya sampai kultur terbebas dari kontaminasi. Namun, penyelamatan

Page 4: INISIASI PISANG

kultur sangat tidak dianjurkan jika kultur terkontaminasi oleh cendawanberspora, karena

hal ini sangat potensial untuk kontaminasi kultur dalam jumlah yang lebih banyak.

II.2 Sterilisasi Eksplan

A. Bahan Kimia yang Dipakai DAN Sterilisasi Eksplan

Eksplan merupakan sumber kontaminasi kultur, di samping komponen media,

faktor manusia, dan lingkungan. Karena itu, sebelum ditanam secara aseptik dalam

media yang steril, eksplan harus dibersihkan dari kotoran terluar dan disterilisasi.

Sterilisasi eksplan hanya hanya sebatas sterilisasi permukaan atau disinfestasi

(menghilangkan infestasi kontaminan), bukan disinfeksi (menghilangkan infeksi

kontaminan eksplan). Dalam proses sterilisasi eksplan, yang dibersihkan adalah debu,

cendawan dan bakteri, atau kontaminan dari bagian permukaan eksplan, bukan yang

berada di bagian dalam eksplans.

Bahan kimia sering dipakai untuk disinfeksi adalah alkohol seperti etil, metil, atau

isopropil-alkohpl dengan konsentrasi 70-80%; Ca-hipoklorit, dan Na-hipoklorit. Ca-

hipoklorit digunakan pada konsentrasi pada konsentrasi 35-100g/l, sedangkan Na-

hipoklorit (NaOCl) pada kisaran konsentrasi 0.5-2%. Sumber NaOCl yang sering

digunakan adalah pemutih pakaian yang kandungan bahan aktifnya adalah 5.25%

NaOCl. Untuk meningkatkan efektifitas sterilisasi, umumnya digunakan Tween-20,

Tween-80, atau deterjen cair yang lunak sebagai agen pembasah atau surfactant.

Satu hal yang penting dalam sterilisasi permukaan eksplan adalah

mengompromosikan antara usaha untuk mendapatkan eksplans yang steril dan menjaga

agar jaringan eksplan tidak rusak akibat tingginya konsentrasi desinfektan. Karena itu,

selain pengetahuan tentang bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan cara

sterilisasinya, diperlukan juga the art of propagation (seni memperbanyak tanaman).

B. Cara Mengatasi Kontaminasi yang Resisten

Cara-cara yang sering digunakan untuk mengatasi kontaminasi kultur yang

resisten sebagai berikut:

Page 5: INISIASI PISANG

1. Pencucin ulang dengan sodium hipoklorit konsentrasi rendah, seperti menggunakan

pemutih pakaian 5% (setara dengan 0.25%NaOCl). Pembuatan dilakukan dengan

cara melarutkan 5 ml pemutih pakaian dan 95 ml aqaudest.

2. Penggunaan mengandung antibiotik

3. penggunan eksplan berukuran kecil mungkin seperti meristem dengan beberapa

primordia daun

4. pemotongan bagian teratas eksplan yang telah tumbuh. Bagian teratas saja yang

disubkulturkan, sedangkan bagian bawahnya dibuangatau diaklimatisasi. Kegiatan

ini dilakukan secara berulang-ulang hingga kontaminasi teratasi.

II.3 Inisiasi Kultur

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama

harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanyak. Tanaman

tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya, serta harus sehat dan bebas dari

hama penyakit. Setelah ditentukan tanaman induk yang merupakan sumber eksplan,

kegiatan berikutnya adalah mempersiapkan dan mengondisikan tanaman induk

sedemikian rupa agar eksplan yang digunakan tumbuh baik pada waktu dikulturkan

secara in vitro.

Pentingnya lingkungan tanaman induk yang lebih higienis untuk mendapatkan

eksplan yang lebih berkualitas dan lebih bersih terbukti pada pembiakan in vitro

berbagai tanaman tropis, seperti jati, pisang, anggrek, vanili, dan pepaya. Tanaman

sumber eksplan sebaiknya dikondisikan di rumah kaca atau rumah plastik.

Pemeliharaan yang diperlukan meliputi pemangkasan, pemupukan, dan penyemperotan

dengan pestisida (Fungisida, bakteriosida, dan insektisida), sehingga tunas baru yang

tumbuh menjadi lebih bersih dan sehat dari kontaminan.

Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencoklatan

atau penghitaman bagian eksplan. Pada waktu jaringan terkena sters mekanik, seperti

perlukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk atau proses sterilisasi

eksplan, metabolisme senyawa berfenol ini sering bersifat toksik, menghambat

pertumbuhan, atau bahkan mematikan jaringan eksplan. Untuk mengatasi pencoklatan

di bagian eksplan, pengondisian tanaman induk di lingkungan yang bersih (sehat) pada

Page 6: INISIASI PISANG

tahap ini sangat membantu, karena tidak diperlukan sterilisasi yang terlalu kuat. Untuk

mengatasi atau mengurangi pencoklatan atau penghitaman jaringan, George dan

Sherrington (1984) menyarankan beberapa tindakan yang dapat dilakukan, yaitu

sebagai berikut:

a. mengurangi dan menyerap senyawa fenol yang dihasilkan dengan perlakuan

arang aktif atau PVP(polyvinylpyrrolidone)

b. memodifikasi potensial redoks dengan merendam atau menambahkan

antioksidan atau agen pereduksi ke dalam media. zat yang bisa digunakan di

antaranya campuran antara asam sitrat dan asam askorbat.

c. Menghambat aktivitas enzim fenolase dengan agen pengelat sepeeti EDTA

(ethylene diamine tetraacetic acid), DIECA( sodium diethyl dithiocarbamate),

8-HQ (8- hydroxyquinoline) dan phenylthiourea.

d. Mengurangi aktivitas fenolase dan ketersediaan substratnya dengan cara

perlakuan pH rendah dan inkubasi pada ruang gelap

e. menggunakan media tanpa Cu2+ dan Fe3+ pada tahap awal pengulturan

eksplan, karena kedua ion ini berperan awal dalam oksidasi fenol. Jika

pencoklatan sudah teratasi, eksplan dapat dipindahkan ke media normal yang

dilengkapi dengan kedua ion tadi.

Page 7: INISIASI PISANG

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari kamis sepanjang semester lima di

Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah, tepatnya di Lap. Fisiologi.

Pengamatan di lakukan seminggu sekali dengan mencatat perubahan yang terjadi.

III.2 Alat dan Bahan

Alat Yang Digunakan:

Botol Fido

Alat tanam

Beaker plastik

LAFC

Pisau

Stopwatch

Bahan Yang Digunakan:

Media MS

BAP

Pisang (Musa sp.)

Detergen

Fungisida

alkohol 70%

Clorox 30%

Clorox 20%

Antibiotik

Aquadest steril

Betadine

Page 8: INISIASI PISANG

III.3 Cara Kerja

A. INISIASI I

1. Pembuatan Media Inisiasi

Pembuatan media inisiasi dengan empat tipe media:

a. MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.1 mg/L

b. MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0. 5 mg/L

c. MS (1/2 makro MS) + ZPT BAP 0.1 mg/L

d. MS (1/2 makro MS) + ZPT BAP 0.5 mg/L

2. Sterilisasi Eksplan

Sterilisasi dilakukan dengan beberapa tahapan:

a. Di potong eksplan bongkol pisang menjadi bagian-bagian kecil, yang di

dalam bagian itu memiliki minimal satu tunas

b. Di cuci eksplans dengan menggunakan detergen dan air keran, eksplan

yang berasal dari tanah, seperti akar dapat di sikat dengan sikat hingga

bersih dari tanah. Hanya tahap ini yang dilakukan di luar LAFC

c. Di rendam sambil dikocok dengan Fungisida selama lebih dari 5 menit

d. Di rendam sambil dikocok dengan menggunakan alkohol 70% selama

lebih dari 2 menit

e. Di rendam sambil dikocok dengan menggunakan Clorox 30% selama

lebih dari 5 menit

f. Di rendam sambil dikocok dengan Clorox 20% selama lebih dari 3 menit

g. Di rendam sambil dikocok dengan Antibiotik dengan menggunakan 5

menit

h. Di bilas dengan aquadest steril sambil dikocok selama lebih dari 10

menit sebanyak 3 kali. Pada aquadest yang terakhir dicampur dengan

betadine.

3. Penanaman Ekplan

Penanaman eksplan dilakukan di LAFC dengan masing-masing botol fido berisi

satu atau dua eksplan.

Page 9: INISIASI PISANG

B. INISIASI II

1. Pembuatan Media Inisiasi

a. MS (1/2 makro MS) + ZPT 0.1 mg/L

b. MS (1/2 makro MS) + ZPT 0.5 mg/L

2. Sterilisasi Eksplan

Sterilisasi dilakukan dengan beberapa tahapan:

a. Di potong eksplan bongkol pisang menjadi bagian-bagian kecil, yang di

dalam bagian itu memiliki minimal satu tunas

b. Di cuci eksplans dengan menggunakan detergen dan air keran, eksplan

yang berasal dari tanah, seperti akar dapat di sikat dengan sikat hingga

bersih dari tanah. Hanya tahap ini yang dilakukan di luar LAFC

c. Di rendam sambil dikocok dengan menggunakan alkohol 70% selama

lebih dari 10 menit

d. Di rendam sambil dikocok dengan menggunakan Clorox 30% selama

lebih dari 13 menit

e. Di rendam sambil dikocok dengan Clorox 20% selama lebih dari 10

menit

f. Di rendam sambil dikocok dengan Dithane dengan menggunakan 8

menit

g. Di rendam sambil dikocok dengan antibiiotik dengan menggunakan 8

menit

h. Di bilas dengan aquadest steril sambil dikocok selama lebih dari 10

menit sebanyak 3 kali. Pada aquadest yang terakhir dicampur dengan

betadine.

3. Penanaman Ekspans

Penanaman eksplan dilakukan di LAFC dengan masing-masing botol fido berisi

satu atau dua eksplan

Page 10: INISIASI PISANG

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

I. Hasil Pengamatan Inisiasi I

Kontaminasi I

No. Media Keterangan

1 MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.5 mg/l Kontaminasi jamur

2 MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.1 mg/l Kontaminasi jamur

3 MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.1 mg/l Kontaminasi jamur

4 MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.5 mg/l Kontaminasi jamur

5 MS (1/4 makro MS) + ZPT BAP 0.5mg/l Kontaminasi jamur

6 MS (1/2 makro MS) + ZPT BAP 0.5 mg/l Kontaminasi jamur

7 MS (1/2 makro MS) + ZPT BAP 0.1 mg/l Kontaminasi jamur

II. Hasil Pengamatan Inisiasi II

Kontaminasi II

No. Media Keterangan

1 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.1 mg/l Kontaminasi Bakteri

2 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.1 mg/l Kontaminasi Bakteri

3 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.1 mg/l Kontaminasi Jamur

4 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.5 mg/l Kontaminasi Bakteri

5 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.5 mg/l Kontaminasi Bakteri

6 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.5 mg/l Kontaminasi Bakteri

7 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.5 mg/l Kontaminasi Bakteri

8 MS (1/2 makro MS) + Zpt BAP 0.5 mg/l Kontaminasi Bakteri

Page 11: INISIASI PISANG

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan inisiasi dengan menggunakan eksplan pisang

(Musa sp.). Dimana bagian pisang yang digunakan adalah bagian bongkol tempat anakan

atau mata tunas muncul. Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak

dikenal adalah kultur dengan eksplan bonggol. Apabila dibandingkan dengan jantung

pisang maka mendapatkannya lebih mudah dan jumlah eksplan yang didapat lebih

banyak bahkan mencapai 200 eksplan setiap jantung pisang, serta lebih kecil resikonya

terhadap kontaminasi sebab bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak(Nisa

dan Radimah,2005).

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral

dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung

pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi

alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam

makanan trandisional Indonesia.

Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang

pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak

ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang

tersedia.

Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat

disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat

sakit kencing dan penawar racun(Ristek.go.id)

Kendala pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulit mendapatkan

bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Salah satu

keunggulan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah sangat

dimungkinkan mendapatkan bahan tanam dalam jumlah besar dalam waktu singkat

(Priyono et al., 2000).

Sebelum dilakukan penanaman (inisiasi), terlebih dahulu dilakukan sterilisasi.

Sterilisasi pada inisiasi I dan II menggunakan bahan yang sama, yaitu Detergen,

Fungisida, alkohol 70%, Clorox 30%, Clorox 20%, Antibiotik, Aquadest steril, dan

Betadine yang dilakukan secara bertahap dan berurutan dengan waktu yang ditentukan.

Page 12: INISIASI PISANG

Eksplan yang berasal dari tanah waktu sterilisasi lebih lama dibandingkan dari bagian

lain, karena lebih besar kemungkinannya terjadi kontaminasi.

Sterilisasi pertama dengan menggunakan deterjen dan air keran yang digunakan

untuk mensterilisasi bagian liar eksplan dari kotoran-kotoran seperti tanah dan debu.

Selanjutnya dilakukan dengan menggunakan fungisida untuk sterilisasi eksplan dari fungi

atau jamur. Proses selanjutnya dengan menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70%

digunakan sebagai sterilisasi dari bakteri dan jamur. Setelah alkohol 70% dilakukan

sterilisasi pada chlorox 20% dan selanjutnya pada chlorox 30%. Chlorox digunakan

untuk sterilisasi eksplan sampai pada bagian epidermis. Langkah selanjutnya dilakukan

dengan menggunakan antibiotik, yang digunakan untuk sterilisasi dari bakteri yang

terdapat di eksplan. Proses dilanjutkan dengan membilas menggunakan aquadest steril

sebanyak tiga kali, yang pada bilasan terakhir ditambahkan betadin. Penggunaan aquadest

steril dilakukan untuk membersihkan eksplan yang sebelumnya telah disterilisasi,

sedangkan betadine digunakan untuk sterilisasi eksplan dan menyembuhkan luka pada

jaringan akibat proses sterilisasi.

Proses sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan kontaminan sehingga eksplan

menjadi lebih steril, sehingga mengurai proses kontaminasi pada proses penanaman pada

media agar. Namun sterilisasi juga dapat membuat eksplan pisang menjadi berwarna

kecoklatan.

Pencoklatan disebabkan oleh adanya gen B. Menurut Purwanto (1991)

keberadaan sejumlah genom B mempengaruhi tingkat kandungan fenol dan aktivitas

polyphenoloksidase, semakin banyak jumlah genom B semakin tinggi pula aktivitas

enzim polyphenoloksidase. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya produksi phenol pada

pisang kepok yang memiliki genom BBB dan pisang raja yang memiliki genom AAB,

sedangkan pada pisang mauli pencoklatan lebih kecil.

Fitriani (2003) mendapatkan bahwa warna coklat kalus menandakan sintesis

senyawa fenolik. Dalam penelitian ini, sel mengalami cekaman luka pada jaringan, selain

cekaman dari medium. Vickery & Vickery (1980) menyatakan bahwa sintesis senyawa

fenolik dipacu oleh cekaman atau gangguan pada sel tanaman.

Senyawa fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan.

Untuk mencegah timbulnya warna coklat (browning) pada luka bekas potongan tersebut

Page 13: INISIASI PISANG

dapat dilakukan dengan menggunakan Polivinylpyrrolidone (PVP) yang cukup efektif

mampu menyerap senyawa toksik dosis 1 ppm (Widiastoety, 2001). Terbukti bahwa

dalam percobaan ini polifenol dapat dikurangi, hal ini terlihat dengan kurangnya

pencoklatan yang terjadi, meskipun pada kultivar pisang kepok dan raja masih lebih

tinggi dibandingkan dengan pisang mauli.

Dari hasil inisiasi I, jumlah kontaminasi adalah tujuh media, yang disebabkan

oleh jamur. Jamur yang mengkontaminasi media dan eksplan adalah jamur yang biasa

ada di laboratorium seperti Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium sp (Setiyoko,

1995). Sedangkan pada inisiasi II jumlah kontaminasi adalah delapan media, yang tujuh

media terkontaminasi bakteri dan satu media terkontaminasi jamur. Bakteri menurut

Setiyoko (1995), yang mungkin berasal dari laboratorium adalah bakteri gram positif.

Menurut Purseglove (1981) bakteri yang semispesifik untuk pisang adalah Pseudomonas

solanacearum(Nisa dan Radimah,2005).

Kontaminasi pada bahan tanaman yang dikulturkan dapat terjadi karena adanya

infeksi secara eksternal maupun internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal

dilakukan dengan sterilisasi permukaan bahan tanaman. Infeksi internal tidak dapat

dihilangkan dengan sterilisasi permukaan.

Selain itu, faktor sterilitas ruangan juga sangat menentukan terhadap kontaminasi.

Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan,

sehingga dapat membawa masuknya bakteri dan jamur dari luar, serta dapat

meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme.

Pengambilan meristem sebagai eksplan harus dilakukan dalam ruang steril (aseptik) agar

tidak terkontaminasi.

Kontaminasi disebabkan oleh jamur, bakteri dan cendawan. Kontaminasi oleh

jamur terlihat jelas pada media, media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas

berwarna putih, sedangkan kontaminasi oleh bakteri, pada eksplan terlihat lendir

berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk gumpalan yang basah.

Jamur yang mengkontaminasi media dan eksplan adalah jamur yang biasa ada di

laboratorium seperti Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium sp (Setiyoko, 1995).

Bakteri menurut Setiyoko (1995), yang mungkin berasal dari laboratorium adalah bakteri

Page 14: INISIASI PISANG

gram positif. Menurut Purseglove (1981) bakteri yang semispesifik untuk pisang adalah

Pseudomonas solanacearum(Nisa dan Rodimah,2005).

Dalam menggunakan media, dilakukan pengurangan komposisi makro MS yaitu

menjadi setengah (1/2) atau sampai (1/4), hal ini dikarenakan pada media inisiasi

digunakan tanaman yang berasal dari tempat alami, dimana kandungan unsur hara makro

hanya sedikit dan tanaman harus mencari unsur hara tersebut sebelum akhirnya

digunakan untuk kebutuhan tanaman tersebut. Sehingga apabila di dalam media

kandungan unsur hara makro terlalu banyak akan menyebabkan tanaman menjadi kaget

dan dapat mengganggu metabolisme dari pertumbuhan tanaman tersebut.

Media yang digunakan ditambahkan dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) tertentu.

Hal tersebut karena jenis dan konsentrasi ZPT yang ditambahkan berpengaruh terhadap

jumlah tunas yang dihasilkan. ZPT yang digunakan adalah BAP(Benzyl amino purine)

atau biasa juga disebut BA (Benzyl Adenin) adalah zat pengatur tumbuh golongan

sitokinin dengan konsentrasi 0.1 mg/l dan 0.5 mg/l.

Salah satu komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan adalah

jenis dan konsentrasi ZPT yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada

tujuan dan tahap pengulturan. Contohnya, pada pengulturan untuk menumbuhkan dan

menggandakan tunas axilar atau merangsang tumbuhnya tunas advektif, ZPT yang

digunakan adalah sitokinin atau campuran sitokinin dengan auksin rendah. Jenis sitokinin

yang sering digunakan adalah BA (Benzyladenin) karena efektifitasnya tinggi dan

harganya relative murah. Sitokinin jenis lain yang dapat digunakan adalah kinetin

(furfuryl-aminopurine) dan 2iP. Namun kedua jenis sitokinin ini harganya lebih mahal

dan efektifitas lebih rendah dibanding BA(Yusnita,2003)

Dalam penelititan ini terdapat tunas tidak terbentuk. Saat tumbuh tunas

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor eksplan, media, dan lingkungan (Mante dan

Tepper, 1983). Eksplan bakal buah pisang kemungkinan memang sulit untuk

pembentukan tunas. Kultur Jaringan bakal buah pisang telah dilakukan oleh Ram et al.

(1964), namun eksplan tersebut hanya membentuk kalus dan tidak berkembang menjadi

organ. Martino (1997) manyatakan bahwa hormon yang dihasilkan oleh eksplan Seiring

dengan penyerapan ion mineral pada media, pH media meningkat hingga tidak sesuai lagi

dengan kebutuhan bahan tanaman. Salah satu ion mineral yang diserap eksplan adalah

Page 15: INISIASI PISANG

besi yang merupakan penyangga pH. Kalau besi sudah diserap oleh eksplan maka tidak

ada lagi penyangga pH untuk tetap dalam kondisi yang diinginkan oleh eksplan yaitu

sekitar5,8 (Wetherall, 1982). Perlu pemindahan eksplan ke media baru agar bisa

mengalami pertumbuhan(Nisa dan Radimah,2005).

Page 16: INISIASI PISANG

BAB V

KESIMPULAN

1. Bagian pisang yang digunakan adalah bagian bongkol tempat anakan atau mata tunas

muncul

2. Proses sterilisasi dilakukan untuk menghilangkan kontaminan sehingga eksplan

menjadi lebih steril

3. Penggunaan media inisiasi ½ atau ¼ untuk menghindari tanaman menjadi kaget yang

dapat mengganggu metabolisme dari tanaman tersebut.

4. BAP digunakan untuk menumbuhkan dan menggandakan tunas axilar atau

merangsang tumbuhnya tunas advektif

5. Kontaminasi biasanya disebabkan oleh bakteri dan jamur yang berasal dari infeksi

dan factor sterilisasi

6. Tunas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor eksplan, media, dan lingkungan

Page 17: INISIASI PISANG

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L.Winata.1992.Tekhnik Kultur Jaringan Tumbuhan. Dept.Pendidikan dan

kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

Bioteknologi IPB

Media Tanam Anthurium. http://www.duniaflora.com/anthurium_silang1.php. Di akses

tanggal 29 Desember 2008 jam 13.25

Nisa, Chatimatun dan Rodinah.2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang

(Musa Paradisiaca L.). Fakultas Pertanian Universitas Lambung

Mangkurat. Jurnal bioscientiae. Volume 2, Nomor 2, Juli 2005, Halaman

23-36. http://bioscientiae.tripod.com

Pisang (Musa sp.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Gedung II Lantai 6

BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340.

http://www.ristek.go.id. Di akses tanggal 29 Desember 2008 jam 13.30

Yusnita.2003.Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.

Jakarta:Agromedia Pustaka

Page 18: INISIASI PISANG

LAMPIRAN

Ket:→ = jamur yang tumbuh pada ekspan dalam medium