klasifikasi karies dan tlm

25
Klasifikasi Karies 1. Pit dan Fissure Caries Jenis karies ini lebih sulit dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan lunak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya karies jenis ini adalah dengan melihat ada atau tidaknya stain (noda) pada bagian fissure dan pit. Cara ini dipilih karena sulitnya membedakan ketajaman lengkung fissure dan pit akibat adanya karies dengan keadaan anatominya sendiri.Tahapan proses karies yang terjadi pada tipe ini adalah : 1) Small Pit. Masa dimana mikroorganisme mulai menyerang salah satu bagian gigi yang rentan, yaitu bagian Pit. 2) Bluish-white Area. Karena dentin lebih lunak daripada enamel, maka dengan mudah mikroorganisme akan menyerang kearah dentinoenamel junction, yang menyebabkan warna keputihan pada bagian enamel. 3) Open Cavity. Seiring dengan penyerangan mikroorganisme kearah dentinoenamel junction, maka akan terlihat sebagai kavitas besar yang berwarna coklat muda. 4) Pulpitis. Pulpa mulai diserang, yang mengakibatkan infeksi, yang disebut dengan pulpitis. 5) Apical Abscess. Pada masa ini, pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak baik lagi karena pulpitis mulai merambah ke ligament periodontal.

Upload: sharon-nathania

Post on 13-Dec-2015

1.055 views

Category:

Documents


155 download

DESCRIPTION

karies

TRANSCRIPT

Klasifikasi Karies

1. Pit dan Fissure Caries

Jenis karies ini lebih sulit dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan

lunak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya karies jenis ini adalah dengan melihat

ada atau tidaknya stain (noda) pada bagian fissure dan pit. Cara ini dipilih karena sulitnya

membedakan ketajaman lengkung fissure dan pit akibat adanya karies dengan keadaan

anatominya sendiri.Tahapan proses karies yang terjadi pada tipe ini adalah :

1) Small Pit. Masa dimana mikroorganisme mulai menyerang salah satu bagian gigi

yang rentan, yaitu bagian Pit.

2) Bluish-white Area. Karena dentin lebih lunak daripada enamel, maka dengan mudah

mikroorganisme akan menyerang kearah dentinoenamel junction, yang menyebabkan

warna keputihan pada bagian enamel.

3) Open Cavity. Seiring dengan penyerangan mikroorganisme kearah dentinoenamel

junction, maka akan terlihat sebagai kavitas besar yang berwarna coklat muda.

4) Pulpitis. Pulpa mulai diserang, yang mengakibatkan infeksi, yang disebut dengan

pulpitis.

5) Apical Abscess. Pada masa ini, pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak baik lagi

karena pulpitis mulai merambah ke ligament periodontal.

Adapun tempat-tempat yang sangat rentan terserang karies adalah tempat-tempat

dengan posisi yang rumit, yaitu :

Enamel pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, buccal pit

pada molar, dan palatal pit pada insisivus atas

Permukaan enamel approximal pada bagian servical dari contact point

Enamel pada bagian cervical, koronal dari gingival margin

Pada pasien dimana penyakit periodontal terdapat di gingival recession. Area

plaque pada permukaan akar yang terlihat

Pada bagian yang direstorasi, misalnya pada permukaan gigi yang

bersebelahan dengan gigi tiruan dan bridge.

2. Smooth-Surface Karies

Karies jenis ini kebanyakan ditemukan pada bagian kontak interproksimal, namun

juga

dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain. Karies ini ditandai dengan adanya bercak

putih yang kemudian akan menghancurkan enamel. Jika berlanjut, keadaan ini akan

menyebabkan terbentuknya lubang. Perawatan/tindakan yang dapat dilakukan pada masa

awal karies adalah diet dan pemberian mineral untuk membantu proses remineralisai

enamel. Pada masa ini, karies masih bersifat reversible.

3. Root Surface Caries

Proses terbentuknya karies jenis ini berbeda dengan pit dan fissure caries. Letak

perbedaannya adalah pada tahap 1 dan 2 dari pit dan fissure. Masa awal karies ini adalah

rusaknya bagian cementum dan dentin sehingga terbentuk kavitas pada bagian tersebut.

Langkah berikutnya sama dengan tahapan pada pit dan fissure caries. Karies ini

kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

4. Secondary Caries

Karies sekunder menurut Tarigan (1995) merupakan salah satu kegagalan tumpatan

yaitu timbulnya proses karies baru di permukaan gigi, dinding kavitas, di tepi, dan

dibawah tumpatan. Sedangkan, menurut Tarigan Kidd dan Vechal, karies sekunder adalah

karies yang tetap terjadi dijaringan sekitar tumpatan sehingga menggagalkan tumpatan

tersebut. Karies sekunder biasa disebut karies rekuren. Karies ini dapat terjadi akibat :

preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang efektif, terdapat celah disekitar

tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Terjadinya karies sekunder

di bawah tambalan yang mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan sehingga

bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan kembali menyebabkan karies.

Klasifikasi Karies Yang Dibedakan Berdasarkan Cara Meluasnya Karies

Penetrirende Karies

Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara

penetrasi yaitu merembes kedalam.

Unterminirende Karies

Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga

disebut juga dengan undermind karies.

Karies Superficialis

Ialah karies yang baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.

Karies Media

Ialah karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Karies Profunda

Ialah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa. Karies ini dibagi lagi menjadi:

• Karies Profunda Stadium I: karies yang telah melewati setengah dentin, pulpa belum

meradang.

• Karies Profunda Stadium II: masih dijumpai lapisan yang membatasi karies dengan

pulpa, dan biasanya telah dijumpai radang pulpa.

• Karies Profunda Stadium III: pulpa telah terkena, dan terjadi bermacam-macam

radang pulpa.

Tipe karies yang lain adalah Rampant Caries, yang biasa terjadi pada anak-anak yang

suka mengonsumsi makanan kecil atau pasien yang mengalami Xerostomia sebagai hasil dari

radioterapi penyembuhan yang dilakukannya. Jenis karies dapat digolongkan berdasarkan

waktu terbentuknya, yaitu:

1. Karies primer : terbentuk pada lokasi yang belum memiliki riwayat karies

sebelumnya

2. Karies sekunder : terbentuk pada lokasi yang memiliki riwayat karies sebelumnya,

Biasanya terdapat pada tepi tumpatan yang kurang sempurna

3. Karies residual : karies yang tidak dihilangkan secara lengkap sebelum ditumpat

4. Karies radiasi: karies yang merupakan efek dari radiotherapi yang menyebabkan

Xerostomia

Jenis Karies Dapat Digolongkan Berdasarkan Tingkat Progresifitas

1. Karies akut: karies yang berkembang dan memburuk dengan cepat

2. Karies kronis: karies yang berkembang secara lambat

3. Karies terhenti (arrested caries): lesi tidak berkembang

Klasifikasi Kavitas Lesi Karies (Menurut G.J Mount dan W.R Hume)

Lesi karies hanya terjadi di tiga tempat (sites) pada mahkota atau akar gigi. Oleh karena itu,

parameter pertama untuk klasifikasi kavitas adalah tiga tempat:

- Site 1: Pit, fisura dan kerusakan enamel pada permukaan

oklusal dari gigi posterior atau permukaan halus lainnya

- Site 2 : Enamel Aproksimal, yang berkontak dengan gigi

di sebelahnya.

- Site 3: Sepertiga servikal mahkota, atau diikuti resesi gingiva, akar terekspos

Klasifikasi menurut G.V. Black

• Kelas I : Pada gigi anterior terdapat pada bagian singulum, sedangkan pada gigi posterior

terdapat pada permukaan oklusal

• Kelas II : Pada area interproksimal gigi posterior

• Kelas III : Pada area interproksimal gigi anterior

• Kelas IV : Pada incisal corner (sudut incisal edgenya lemah dan dapat menyebabkan

fraktur gigi)

• Kelas V : Pada area servical

• Kelas VI : Pada cusp tip

Ukuran Lesi

Ukuran lesi terbagi menjadi lima:

- Size 0 : Lesi paling awal yang dapat diidentifikasi sebagai tingkat

permulaan demineralisasi. Memerlukan perawatan non-invasif.

- Size 1: Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan

remineralisasi. Beberapa bentuk restorasi diperlukan untuk mengembalikan

permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak lebih lanjut.

- Size 2: Sedikit mengenai dentin. Kavitas ini masih menyisakan enamel yang disokong

dengan baik oleh dentin dan masih dapat beroklusi dengan normal. Struktur gigi yang

masih tersisa cukup kuat untu menyokong restorasi.

- Size 3: Lesitelah membesar. Struktur gigi yang tersisa telah lemah, cusp ataupun

incisal edge telah rusak, dan sudah tidak dapat beroklusi dengan baik.

- Size 4: Karies besar atau kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar.

Hubungan Klasifikasi Karies G.V Black dengan Konsep Site-Size (G.J Mount)

a. Site 1: Size 0, 1, 2, 3, 4 – pit and fissure caries

Kavitas di permukaan oklusal (posterior) atau incisal (anterior) dan kerusakan enamel pada permukaan halus gigi.Black Class I – diklasifikasikan ke dalam Site 1, Size 2 (1.2)

b. Site 2: Size 0, 1, 2, 3, 4 – aproximal caries

Kavitas di permukaan aproksimal gigi (kontak area antara 2 gigi) anterior maupun posterior Black Class II – lesi yang terbentuk di antara gigi posterior. Diklasifikasikan ke dalam Site 2, Size 2 (2.2).Black Class III – lesi yang terbentuk di antara gigi anterior (2.2).

Black Class IV – perluasan dari lesi Class III yang melibatkan incisal edge dari gigi anterior. Penyebabnya bisa karena fraktur. Diklasifikasikan ke dalam site 2, size 4 (2.4).

c. Site 3 : Size 0, 1, 2, 3, 4 – servikal caries

Black Class V – lesi erosi/abrasi atau kavitas kecil pada permukaan bukal atau lingual diklasifikasikan ke dalam site 3, size 0 (3.0). Jika diperlukan restorasi, berarti karies yang terjadi diklasifikasikan kedalam site 3, size 1 (3.1). Lesi karies yang lebih besar diklasifikasikan sebagai site 3, size 2 (3.2). Lesi interproximal dapat diklasifikasikan sebagai 3.3. Klasifikasi site 3, size 4 (3.4) mengacu pada lesi kompleks yang melibatkan lebih dari satu permukaan gigi.

Teori menurut ICDAS:

- D0. Tidak ada kelainan.

- D1. Lesi kering. Belum ada kavitas.

- D2. Lesi basah. Belum ada kavitas.

- D3. Karies email.

- D4. Karies dentin terbatas.

- D5. Karies dentin meluas.

- D6. Karies mencapai pulpa.

Klasifikasi Gigi Sulung :

Karies Email (KE)

Pertama kali terlihat secara klinis dan hanya mengenai permukaan email gigi. Pada

keries ini, terlihat bercak putih pada gigi.

Karies Dentin (KD)

Karies yang telah mengenai dentin hingga kedalaman lebih dari 2mm, terkadang

terasa nyeri pada saat makan dan minum terutama makanan dan minuman yang asam,

asin, dan dingin. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan kavitas yang terbatas pada

email gigi.

Karies Mencapai Pulpa Vital (KMPV)

Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atap pulpa yang terbuka, tampak adanya

perdarahan, dan ada reaksi berdenyut bila ada perangsangan.

Karies Mencapai Pulpa Non-Vital (KMPnV)

Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atas kamar pulpa yang terbuka, tidak ada

perdarahan, tidak ada rasa nyeri dan bila peradangan berlanjut kearah periodontal ->

abses akut/kronis.

Cara untuk mengetahui gambaran penyebaran karies gigi sulung yang dipakai di Jepang telah

dikemukakan oleh Ochiai (1963). Klasifikasi penyebab karies gigi sulung tersebut dinyatakan

sebagai berikut :

Kelas I : Ada karies di gigi molar sulung

Kelas II : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas

Kelas III : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas dan gigi molar

Kelas IV : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius bawah tanpa atau dengan

karies di gigi lain.

Identifikasi faktor resiko karies menggunakan Traffic Light - Matrix (TL-M)

Traffic Light – Matrix (TL-M) merupakan metode pemeriksaan

sistematis untuk mengukur faktor resiko karies. Traffic light system

membangun model penilaian resiko yang meliputi penilian motivasi dan

aktivitas gaya hidup pasien. Metode ini tidak mencoba untuk memprediksi

karies namun, lebih kepada tindakan peringatan dini yang

memperingatkan kepada operator medis (dokter gigi) tentang kehadiran

faktor resiko yang dapat mengubah keadaan lingkungan mulut. Sehingga

adanya satu atau lebih faktor resiko dapat dipertimbangkan untuk

diagnosa penyakit dan merumuskan rencana perawatan. Metode ini

berpatokan pada ambang batas untuk setiap kategorinya. Metode ini

memiliki dua elemen. Elemen pertama dari model TL-M adalah Traffic

Light. Model ini menyelidiki 16 faktor resiko dan diberi skor merah, kuning

muda, dan hijau muda tergantung dari kriteria yang sudah ditentukan. 16

subkategori faktor resiko dengan menggunakan TL-M:

a. Saliva

Kemampuan kelenjar saliva minor dalam memproduksi saliva

Konsistensi dari saliva yang tidak terstimulasi (unstimulated / resting

saliva)

pH unstimulated saliva

Laju aliran saliva terstimulasi

Kemampuan buffering saliva terstimulasi

b. Diet

Jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya

Jumlah asam yang dikonsumsi setiap harinya

c. Fluoride

Pemaparan fluoride

d. Oral Biofilm

Pewarnaan menggunakan disclosing gel

Komposisi

Aktivitas

e. Modifying Factors

Riwayat kesehatan gigi

Riwayat penyakit sistematik

Compliance

Gaya hidup

Status sosial ekonomi

Elemen kedua dari model TL-M adalah matriks. Matriks ini didesain

dengan maksud untuk menilai status penyakit pasien dan sikap pasien

untuk merawat kesehatan mulut mereka. Matriks ini merupakan penilaian

subjective operator medis (dokter gigi), namun, pengumpulan informasi

ini dalam periode waktu tertentu akan memberikan informasi yang sangat

berguna untuk mengukur kemampuan atau keinginan pasien untuk

mengikuti perawatan yang telah disiapkan. Sikap menuju kesehatan

mulut diberi skor A, B, atau C pada aksis vertikal. Status penyakit

sekarang diberi skor 1, 2 atau 3 pada aksis horizontal.

STATUS PENYAKIT

1 2 3

SIK

A

P

A

B

C

Kriteria penilaian:

Sikap

a) Self-Motivated Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan

mulut dan perawatannya menjadi prioritas tinggi

b) Dentally Aware Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan

mulut, namun masih bergantung pada dental team untuk

memotivasi dan membantu untuk tetap sehat

c) Unmotivated Mempunyai kesadaran yang rendah; kesehatan

gigi dan mulut mendapat prioritas yang rendah

Status Penyakit

1. No Apparent Disease Tidak memerlukan perawatan pada

waktu ini, tapi mungkin terdapat restorasi ataupun fakta-fakta

dari penyakit terdahulu

2. Controlled Disease Kemungkinan diperlukan perawatan untuk

alasan-alasan fungsional seperti restorasi yang rusak. Namun

tidak ada tanda-tanda penyakit aktif

3. Active Disease Penyakit aktif terlihat dengan jelas baik

sebagai lesi baru atau aktfitas penyakit di sekitar restorasi yang

telah ada

Penilaian Saliva

Saliva memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan rongga mulutdan modifikasi pada fungsi saliva dapat memberikan efek yang merugikan pada jaringan keras dan lunak dan juga dapat memberikan efek negative pada kualitas hidup pasien.

Saliva memiliki tiga fungsi utama:

1) Untuk membersihkan asam dan gula dari makanan di mulut2) Untuk memnjadi buffer terhadap asam yng diproduksi biofilm3) Untuk menyediakan reservoir ion untuk remineralisasi

Saliva secara umum terdiri dari campuran unstimulated saliva dan stimulated saliva. Sebuah investigasi menyatakan bahwa unstimulated saliva harus diambil sebelum test stimulated saliva.

1. Fungsi kelenjar saliva minor (hidrasi saliva)

Kelenjar Saliva Kontribusi

Submandibular 60%

Parotid 20%

Sublingual 5%

Minor 15%

Untimulated saliva sangat penting untuk kenyamanan oral karena

stimulated saliva hanya dihasilkan pada periode waktu yang pendek

saat mastikasi. Kelenjar saliva minor yang digunakan pada test ini

adalah kelenjar saliva yang memiiki lokasi di dalam mulut bawah,

hal ini karena tidak ada perubahan yang berhubungan dengan umur

seperti yang terjadi pada kelenjar minor yang ada di palatum.

a. Tahapannya klinis

Pasien didudukkan tegak lurus 900, tarik bibir bawah dan

keringkan

Ukur seberapa lama droplet saliva muncul dari sisi labial

yang kering

Taruh tisu untuk membantu melihat droplet saliva

b. Interpretasi

a)Merah Menandakan dengan jelas disfungsi kelenjar saliva

minor, yang dapat disebabkan:

- Dehidrasi berat

- Kerusakan kelanjar saliva akibat radioterapi atau patologi

- Ketidakseimbangan hormon

- Efek samping pengobatan

b)Kuning Menandakan penundaan produksi saliva, dapat

disebabkan oleh level ringan dari:

- Dehidrasi

- Efek samping pengobatan

c)Hijau Menandakan fungsi normal.

2. Konsistensi saliva tidak terstimulasiUnstimulaed saliva itu terdiri dari 99% air dan 1% protein dan

elektrolit sehingga harus terlihat bening, encer, sedikit saja mengandung bubble, memiliki kemampuan untuk melapisi seluruh bagian gigi, jaringan lunak dan keras.

a. Tahapannya

- Pasien duduk tegak lurus

- Minta pasien untuk tidak menelan saliva selama 30 detik

- Miringkan kepala pasien sedikit ke depan

- Buka mulut dan catat rupa /

penampakan dari saliva

- Minta pasien untuk menyentuh palatum

dengan menggunakan ujung lidah

- Cek penampakan mukosa pada lantai mulut dan formasi film

saliva

- Lakukan web test dan catat hasilnya

Interpretasi

Saliva yang kental memiliki kandungan air yang rendah

sehingga kurang protektif untut melindungi jaringan keras dan

lunak, mempunyai tingkat salivary clearance yang rendah, dan

tidak membentuk lapisan yang efektif pada permukaan gigi.

Tebal, kental, berbusa, web test besar Merah

Tidak terlihat penyatuan (pooling) saliva,

sedikit tebal

Kuning

Encer dengan penyatuan saliva, film tipis

berkilau pada lantai mulut

Hijau

3. Ph unstimulated saliva

pH saliva itu berkisar antara 5.3 sampai 7.8. Karena rongga

mulut itu paling lama dilapisi oleh unstimulated saliva, jadi

unstimulated saliva inilah yang dianggap setara dengan pH

mulut

a. Tahapannya

Ambil sampel dengan meminta pasien meludah

Taruh kertas pH ke saliva

Setalh 10 detik, lihat berapa pHnya

b. Interpretasi Critical HA itu 5.5 jadi semakin asam pH saliva

semakin menandakan demineralisasi. Lampu merah

menandakan lingkungan mulutnya sangat asam dan

berbahaya.

4. Laju aliran saliva

Komposisi stimulated saliva bergantung pada flow rate dan

kombinasi produksi dari kelenjar saliva mayor dan minor. Tingkat

sekresi dihitung dengan mili liter per menit. Saliva merupakan

cairan protektif di mulut, sehingga tingkat sekresi yang rendah

akan menyebabkan turunnya eliminasi mikroorganisme dan

bekas makanan, lemahnya netralisasi asam dan mengurangi

kemampuan untuk memperbaiki lesi awal enamel. Umumnya hal

ini diikuti oleh kapasitas buffer yang rendah dan peningkatan

jumlah streptococci dan lactobacilli.

- Tingkat normal sekresi unstimulated saliva pada orang

dewasa : 0,3 – 0,5 ml/min

- Tingkat normal sekresi stimulated saliva pada orang

dewasa : 1 – 2 ml/min

- Tingkat sekresi yang rendah dari stimulated saliva pada

orang dewasa : <0,7 ml/min

- Kekeringan mulut yang parah : <0,1 ml/min

a. Tahapannya

- Pasien duduk tegak lurus

- Minta pasien untuk mengunyah non-flavoured wax

- Keluarkan saliva pertama setelah 30 detik

- Atur waktu untuk 5 menit kemudian biarkan pasien terus

mengunyah

- Pasien harus tetap mengunyah selama 5 menit dan

mengeluarkan salivanya dalam gelas ukur plastik yang

disediakan

- Setelah 5 menit, ukur volume saliva yang telah dikumpulkan

- Siap-siap untuk melakukan tes buffer dan penghitungan

bakteri

b. Interpretasi

Ericson, dkk telah mengakategorikan flow rate stimulated

saliva dalam 3 grup yakni: sangat rendah, rendah, dan normal.

Ini telah diadaptasi pada sistem traffic light:

< 3,5 ml / 5 menit Merah

3,5 – 5 ml / menit Kuning

> 5 ml / 5 menit Hijau

5. Kemampuan buffering dari stimulated saliva

Kapasitas buffer adalah ukuran kemampuan saliva untuk

menetralkan asam dan ini bergantung pada konsentrasi

bikarbonat.

a. Tahapannya

- Ambil sampel saliva yang telah

dikumpulkan pada tes flow rate

- Teteskan saliva pada bantalan yang

terdapat pada test strip.

- Buang kelebihan saliva pada

bantalan dengan menempatkan strip dalam posisi 90 derajat

pada tissue untuk memastikan volumenya konstan.

- Diamkan strip selama 5 menit

- Amati perubahan warna pada bantalan strip dan bandingkan

dengan warna standar yang telah disediakan, kemudian beri

skor

b. Interpretasi

Ada dua sistem untuk menentukan kapasitas buffer dari

stimulated saliva yakni:

- CRT Buffer (Vivadent) Tinggi, sedang, rendah, dengan satu

test pad.

- Saliva Check Buffer (GC Corp) Ada tiga test pad yang

berbeda dengan level asam yang berbeda dengan sistem

scoring numerik dan sensitivitas tingkat tinggi.

Hasil dari kedua tes ini dapat ditransalasi dalam skala TL-M :

GC Corp Vivadent TL-M

Skor akhir 0-5 Rendah Merah

Skor akhir 6-9 Sedang Kuning

Skor akhir 10-12 Tinggi Hijau

Apabila pemeriksaan menunjukkan nilai yang rendah untuk

tingkat sekresi dan kapasitas buffer, tes sebaiknya diulang

untuk menentukan apakah nilai tersebut konstan atau tidak.

Apabila konstan, faktor penyebab harus ditentukan

Penilaian Biofilm

Bakteri yang umumnya berhubungan dengan proses karies

adalah S. mutans, S. Sobrinis dan Lactobacilli yang semuanya

mempunyai potensial kariogenik dan harus dapat diidentifikasi.

Hubungan antara jumlah S. mutans pada saliva dengan karies

gigi adalah:

1) Konsentrasi S. mutans pada stimulated saliva menggambarkan

konsentrasinya pada biofilm

2) Jumlah S. mutans yang rendah pada saliva menggambarkan

rendahnya aktivitas karies

3) Jumlah S. mutans yang tinggi pada saliva memberikan

kemungkinan tinggi/rendahnya aktivitas karies

Lactobacilli memerlukan tempat retensif yang dapat ditemukan

pada lesi yang dalam. Level populasinya banyak dipengaruhi oleh

konsumsi gula dan pada absennya lesi terbuka, level tinggi

menunjukkan tingginya diet karbohidrat.

Metode tes ini adalah dengan menaruh sampel saliva pada

medium kultur dan diikubasi selama 48 jam. Jumlah bakteri dapat

diperoleh dengan membandingkan kultur dengan sediaan tabel yang

ada.

Langkah-langkah Klinis:

- Ambil sampel saliva yang telah dikumpulkan pada tes flow rate

- Basahi kedua sisi test strip.

- Letakkan tablet NaHCO3 pada container.

- Tutup rapat container dan letakkan pada inkubator selama 48

jam.

- Lihat hasilnya dan buang stripnya.

Hasil dan Interpretasi:

Hasil dari tes ini harus dianggap semi kuantitatif dan

penghitungannya dapat subjektif. Warna merah untuk jumlah

S.mutans maupun Lactobacilli menunjukkan resiko karies tinggi.

S. mutans Lactobacilli

> 106 CFU > 105 CFU Merah

Tidak dapat

digunakan

Tidak dapat

digunakan

Kuning

< 105 CFU < 104 CFU Hijau

Penilaian diet gula dan asam

Ada bukti yang menunjukan bahwa frekuensi intake karbohidrat yang terfermentasi meningkatkan resiko karies dan individu yang memiliki diet gula tinggi secara konsisten menunjukan peningkatan level dari S. mutans dan Lactobacili. Sumber dietasam seperti soft drink, jus buah, dan minuman berenergi memiliki ph yang lebih rendah dari 5,5 dan dapat meningkatkan kemungkinan karies dan erosi.

Tahapan:

Pasien diminta untuk mencatat apa yang mereka konsumsi dalam 5 hari, contohnya 3 hari kerja dan 2 hari libur

Dianjurkan untuk tidak menggunakan term “diet analysis” karena pasien cederung tidak memasukan sumber gula dan asam seperti obat pada catatan mereka

Tandai pemaparan gula dan asam pada lembar Jumlah gula dan asam yang dikonsumsi dalam 5 hari akan digunakan

untuk mengklasifikasi profil resiko pasien.

Fluoride

Fluoride memberikan proteksi terhadap karies dalam tiga tingkatan:

Meningkatkan ketahanan enamel terhadap demineralisasi Meningkatkan Reservoir ion untuk remineraslisasi Ikut campur dengan metabolism sel bakteri di plak

Sejarah kesehatan gigi

Adanya restorasi dan karies aktif merupakan bukti yang sangat kuat yang menunjukan aktifitas karies walaupun masih pada tahap white spot.

Gaya Hidup

Walaupun gaya hidup tidak secara langsung menyebabkan karies, gaya hidup dapat mempredisposisi pasien melalui perilaku dan lingkungan yang dapat meningkatkan resiko karies. Ada beberapa hal yang harus diketahui dokter gigi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat: sejarah kesehatan (stress, Rheumatoid, diabetes), obat yang memiliki resep ( anti- depresan, anti-hipertensi, anti-cholinergics, anti-physcotics, diuretics, anti-parkinson), obat yang didapat di took, recreational drugs ( caffeine, tobacco, alcohol, marijuana, amphetamine,soft drink, energy drink).

Status sosio ekonomi

Factor sosioekonomi memiliki pengaruh pada kesehtan pada umumnya contohnya, seorang anak dari strata sosioekonomi yang rendah dengan orang tua yang memiliki level pedidikan yang rendah memiliki resiko karies yang tinggi. Namun, hal ini sulit untuk di nilai dan sangat tidak bijak untuk langsung mengambil kesimpulan.

Kepatuhan

Walaupun mengetahui tentang berbagai factor resiko sangat penting, namun yang lebih penting adalah pasien memiliki keinginan untuk melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk menghilanggkan atau memodifikasi factor-faktor yang dapat menyebabkan karies.