kia akb

13
PENDAHULUAN Angka kematian ibu, bayi dan balita saat ini menjadi wacana yang terus berkembang di masyarakat kita. Kematian ibu, bayi, dan balita merupakan masalah besar di Negara berkembang seperti Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKI di Indonesia 228 per 100.000 KH (kelahiran hidup), AKB 34 per 1000 KH, dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 20 per 1000 KH. Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) 30,3%, dan penyebab utama kematian pada bayi adalah gangguan perinatal sebesar 34,7%. Melihat kecenderungan seperti ini, pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup akan sulit terwujud kecuali dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya pengendalian dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengalami hal yang sama mengenai masalah kematian ibu, bayi, dan balita. Angka Kematian Balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunnya angka kematian bayi (AKB). Bayi perempuan

Upload: rizka-nurul-firdaus

Post on 02-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KIA AKB

PENDAHULUAN

Angka kematian ibu, bayi dan balita saat ini menjadi wacana yang terus berkembang di

masyarakat kita. Kematian ibu, bayi, dan balita merupakan masalah besar di Negara berkembang

seperti Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

diperoleh AKI di Indonesia 228 per 100.000 KH (kelahiran hidup), AKB 34 per 1000 KH, dan

Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 20 per 1000 KH. Penyebab utama kematian neonatal

adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) 30,3%, dan penyebab utama kematian pada bayi adalah

gangguan perinatal sebesar 34,7%.

Melihat kecenderungan seperti ini, pencapaian target Millenium Development Goals

(MDGs) untuk menurunkan AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup akan sulit terwujud kecuali

dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya pengendalian

dan pencegahan yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan

pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik.

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga

mengalami hal yang sama mengenai masalah kematian ibu, bayi, dan balita. Angka Kematian

Balita (0-4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 0-4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Salah

satu ukuran keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunnya angka kematian bayi

(AKB). Bayi perempuan memiliki daya tahan yang lebih besar dibandingkan dengan bayi laki-

laki.

Data Nasional Angka Kematian Bayi memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1991, angka kematian bayi (AKB) mencapai 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Pada tahun 2002-2003, angka tersebut menurun menjadi 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup,

dan pada tahun 2007 AKB tercatat 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target capaian MDGs

secara nasional yang ditetapkan adalah 32 per 1000 kelahiran hidup dan diprediksi akan tercapai

pada tahun 2015. Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi DIY pada saat ini sebesar 19 per

kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka tersebut jauh lebih rendah dari angka nasional saat ini

maupun target nasional pada tahun 2015. Pencapaian ini tidak terlepas dari didukung cakupan

layanan persalinan oleh tenaga kesehatan maupun kondisi dan status kesehatan ibu. Dengan

mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut Provinsi DIY menetapkan target capaian angka

Page 2: KIA AKB

kematian bayi lebih rendah dari target nasional yaitu sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup dan

diprediksi akan tercapai pada tahun 2015.

Page 3: KIA AKB

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas

Nama : Bayi Ny. Dwi Sarwati

Usia : 33 tahun

Alamat : Jagan RT 04 Kasihan Bantul

Nama suami : Bp. Sunaryo (44 tahun)

B. Data Sekunder

Paritas : G1P0A0

UK 39 minggu

Kronologis Kasus

Tanggal 20 Mei 2012 jam 21.00 Ibu merasa kenceng-kenceng, datang ke BPS jam 02.00

tanggal 21 Mei 2012 jam 02.00. Kenceng-kenceng teratur, ketuban pecah. Dirujuk ke

Rumah Sakit Panembahan Senopati, kemudian Ibu diperiksa didapatkan Hb : 8 g/dL,

kemudian di tranfusi 1 kantong darah untuk perbaikan kondisi umum. Tanggal 22 Mei

2012 pukul 05.00 Ibu diinduksi, Jam 09.55 bayi lahir dengan berat badan 3500 gram,

jenis kelamin laki-laki, dengan asfiksia. Bayi di rawat di perinatal Rumah Sakit

Panembahan Senopati selama 22 hari. Tanggal 12 Juni 2012 bayi di rujuk ke Rumah

Sakit Sardjito. Tanggal 19 Juni 2012 jam 02.30 bayi dinyatakan meninggal dengan

diagnosis kelainan jantung bawaan. Bayi meninggal di usia 28 hari.

Page 4: KIA AKB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Selama ini telah dilakukannya beberapa upaya untuk dapat menekan Angka Kematian

Bayi (AKB) dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan dan hasilnya menunjukkan

perbaikan yang sangat berarti. Kota Medan dari tahun 1988 – 2007 AKB terus mengalami

penurunan, pada tahun 1995 terdapat 43 kematian per 1.000 kelahiran hidup, kemudian di tahun

2002 terdapat 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan terakhir data dari Badan Pusat Statistik

tahun 2007 menunjukkan 14 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Indonesia

pada tahun 2000 telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan oleh World Summit for

Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia juga sudah mengalami kemajuan

yang signifikan dalam upaya penurunan AKB dalam beberapa dekade terakhir. Namun walaupun

telah mencapai target namun, dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya tingkat kematian

bayi di Indonesia masih tergolong tinggi.

Angka kematian bayi pada Tahun 2011 sebanyak 8,5/1.000 Kelahiran Hidup, mengalami

penurunan dibanding Tahun 2010 9,8/1.000 Kelahiran Hidup. Perkembangan angka kematian

bayi di Kabupaten Bantul dari Tahun 2006 sampai dengan 2011 disajikan pada grafik 4 berikut

ini.

Page 5: KIA AKB

Grafik diatas menunjukkan kecenderungan penurunan Angka Kematian Bayi secara signifikan

pada empat tahun terakhir. Bahkan Kabupaten Bantul sudah bisa melampaui target MDG’s untuk

Angka Kematian Bayi pada tahun 2015 ditargetkan 16 per 1000 kelahiran hidup.

Page 6: KIA AKB

Kasus kematian bayi terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul.

Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 19

kasus dan Kecamatan Jetis dengan 15 kasus.

A.    Pengertian Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan

masyarakatnya.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum

berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar,

dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian

bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-

faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau

didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah

Page 7: KIA AKB

usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

B.    Penyebab Kematian

Sebab kematian pada anak. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi

andil bagi 75% kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah

dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. Pola

penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare,

penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.

1.    Faktor Ibu

a.    Masa Kehamilan

•    ANC

•    Infeksi ibu hamil : rubela, sifilis, gonorhoe, malaria

•    Gizi ibu hamil

•    Karakteristik ibu hamil : umur, paritas, jarak

b.    Persalinan

•    Partus macet/ lama : letak sunsang, bayi kembar, distocia

•    Tenaga Penolong Kehamilan

2.    Faktor Janin

•    Umur 0 – 7 hari : BBLR, Asfiksia

•    Umur 8 – 28 hari : pneumonia, diare, tetanus, sepsis, kelainan kogenital.

C.    Pencegahan

Angka kematian bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Upaya

penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, fasilitas sanitasi dan higienitas yang

memadai, serta pengendalian pencemaran udara mampu meredam jumlah bayi meninggal.

"Untuk itu pemerintah tidak lelah mengampanyekan pentingnya upaya kesehatan lingkungan dan

perilaku hidup sehat”. Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu (ASI) dapat menekan

AKB. Telah terbukti, pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian bayi dan bahkan

Page 8: KIA AKB

19/0 jika dikombinasikan dengan makanan tambahan bayi setelah usia 6 bulan.

D.    Cara Penanggulangan

Dari gambaran penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia, dan permasalahan kesehatan

neonatal yang kompleks dimana dipengaruhi oleh faktor medis, sosial dan budaya (sama dengan

permasalahan kesehatan maternal) maka:

1.    Bidan di desa atau petugas kesehatan harus mampu melakukan:

•    perawatan terhadap bayi neonatal,

•    promosi perawatan bayi neonatal kepada ibunya, serta

•    pertolongan pertama bayi neonatal yang mengalami gangguan atau sakit.

2.    Kepala Puskesmas dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan:

•    Deteksi dan penanganan bayi neonatal sakit

•    Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan

•    Pembinaan bidan di desa dan pondok bersalin di desa

•    PONED dengan baik dan lengkap (obat, infus, alat-alat emergensi)

•    Organisasi transportasi untuk kasus rujukan

3.    Kepala Dinkes Dati II dan atau RS Dati II dan jajarannya mempunyai komitmen yang tinggi

dalam melaksanakan:

•    Fungsi RS Dati II sebagai PONEK 24 jam

•    Sistem yang tertata sehingga memberi kesempatan kepada keluarga bayi neonatal dari

golongan tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan standar, termasuk pertolongan gawat

darurat di RS Dati II dengan biaya terjangkau

•    Pelayanan berkualitas yang berkesinambungan

•    Pembinaan teknis profesi kebidanan untuk bidan yang bekerja Puskesmas/desa melalui

pelatihan, penyegaran pengetahuan dan keterampilan, penanganan kasus rujukan.

4.    Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan neonatal emergency care di

Puskesmas dan RS Dati II.

Page 9: KIA AKB

BAB IIIPENUTUP

A.    Kesimpulan

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka

kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan

berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal

disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program

untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program

pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita

dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan

penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian

makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

B.    Saran

Meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan masyarakat baik dari masyarakat menengah keatas

dan khususnya masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu diharapkan seluruh elemen

masyarakat menyadari tentang status kesehatan ibu dan bayi, dll.

Page 10: KIA AKB

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005

Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006

Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.