kia kb.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas
berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia,
khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)
Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab
dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka kematian ibu dan bayi di
Sumatera Barat masih belum mencapai target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu angka kematian bayi 23/1000 kelahiran hidup dan angka
kematian ibu 102/100.000 kelahiran hidup. Dari hasil Survey Dasar Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi di Sumatera Barat
mencapai 47/1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu mencapai
228/100.000. Data dari Puskesmas Ambacang dari bulan Januari hingga
September tahun 2012, ditemukan kematian bayi berjumlah 9 orang.
Oleh karena pentingnya kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu
indikator kesehatan, maka penulis mengangkatkan makalah Pelaksanaan
Program KIA dan KB di Puskesmas Ambacang sebagai perbandingan bagi
puskesmas lain dan sebagai evaluasi bagi Puskesmas Ambacang sendiri untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang KIA di masa yang akan
datang.
1
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dan struktur organisasi dalam program
KIA dan KB di Puskesmas.
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui program KIA dan KB di Puskesmas
2. Mengetahui struktur organisasi program KIA dan KB di Puskesmas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Program KIA KB
Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam
program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,
dan balita.
2.2 Tujuan Umum
1. Kesehatan Ibu dan Anak
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah:
a. Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbidity) di
kalangan ibu. Kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu selama kehamilan, pada saat persalinan, dan saat ibu
menyusui.
b. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi
dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Tujuan ini di tingkat Puskesmas harus dijabarkan lagi sesuai dengan masalah
kesehatan masyarakat dan faktor risiko yang berkembang di wilayah kerjanya
2. Keluarga Berencana
Tujuan jangka panjang program KB adalah untuk menurunkan angka
kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu. Sehingga di dalam keluarganya
akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
3
2.3 Sasaran
1. Kesehatan Ibu dan Anak
Sasaran kegiatan ini terbagi dua, yaitu:
a. Sasaran primernya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak–anak
sampai dengan usia lima tahun, yang jumlahnya didapatkan
berdasarkan:
1) Pendataan langsung, yang dilakukan oleh staf Puskesmas, baik
menggunakan survei maupun menggunakan kader kesehatan
setempat sebagai informan.
2) Perkiraan (estimasi), ditetapkan berdasarkan hasil perkalian
angka standar. Angka standar ini ditetapkan dalam bentuk
persentase oleh Depkes Pusat berdasarkan proporsi kelompok
penduduk dengan jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah.
Dalam panduan sistem stratifikasi Puskesmas, estimasi jumlah
penduduk sasaran program ini ditetapkan berdasarkan persentase
jumlah bayi dikalikan dengan jumlah seluruh penduduk, misalnya
di Bali:
a) Jumlah bayi 2,1% x jumlah penduduk setempat
b) Jumlah bayi lima tahun (balita) 4,6% x jumlah penduduk
setempat
c) Jumlah ibu hamil 3,6% x jumlah penduduk setempat
Jumlah penduduk estimasi ini jauh lebih tinggi dari data riilnya,
tetapi jarang lebih rendah. Penetapan dengan cara estimasi ini
lebih cocok untuk perencanaan di tingkat propinsi, terutama untuk
merencanakan besarnya kebutuhan dana sarana/prasarana
pelayanan
3) Pendekatan secara tidak langsung, dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan
catatan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang
melakukan survei PUS setiap tahun di wilayah kerjanya.
Berdasarkan jumlah PUS ini akan diketahui berapa yang menjadi
akseptor KB dan berapa yang tidak memakainya karena ingin
4
hamil atau sedang hamil. Penduduk sasaran KIA adalah yang
hamil, sedangkan yang belum hamil karena menghadapi masalah
infertilitas juga perlu dilayani dengan menyediakan pelayanan
kesehatan yang berbeda. Dari ibu yang hamil akan ada bayi yang
lahir, baik yang lahir mati, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
lahir dengan berat badan normal, dan ditolong oleh tenaga terlatih
atau bukan. Jumlah bayi yang hidup secara kumulatif akan
menjadi sasaran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk
diimunisasi dan ditimbang secara rutin berat badannya sampai
dengan usia lima tahun. Ibu–ibunya akan menjadi sasaran
pelayanan konseling pasca persalinan. Pendekatan secara tidak
langsung ini ditujukan agar Puskesmas dapat mengetahui jumlah
penduduk sasaran program KIA dan Keluarga Berencana (KB),
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P3M) melalui
imunisasi, gizi (melalui penimbangan dan pemberian sulfas
ferrosus), penyuluhan kesehatan masyarakat pada saat Posyandu.
b. Sasaran sekundernya adalah dukun bersalin dan kader kesehatan
setempat.
2. Keluarga Berencana
Jumlah PUS yang menjadi sasaran program KB ini, ditetapkan berdasarkan
survei PUS yang dilaksanakan setiap tahunnya dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh PLKB di masing–masing desa
2.4 Program Pokok pada Pelayanan KIA KB
Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota
yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas,
khususnya KIA KB harus meliputi sebagai berikut :
A. Pelayanan Antenatal
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Antenatal, yang terdiri dari :
5
a) Timbang berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (LILA)
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f) Pemberian imunisasi TT lengkap
g) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
h) Test laboratorium (rutin dan khusus)
i) Tatalaksana kasus
j) Temu wicara (konseling)
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada
triwulan ketiga.
B. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini
diutamakan untuk :
- Mencegah terjadinya infeksi
- Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi
- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
- Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir
C. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan
Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi
kebidanan.
Faktor resiko pada ibu hamil adalah :
- Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
6
- Anak > 4 orang
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun
- Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau
penambahan berat badan > 9 kg selama masa kehamilan
- Anemia dengan Hb < 11 g/dl
- TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan
sekarang.
- Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung,
ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan
- Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,
kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)
- Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi
vakum / forcep)
- Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)
- Kelainan besar janin
- Kelainan letak janin
D. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Pelayanan obstetri :
- Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
- Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
- Pencegahan dan penanganan infeksi
- Penanganan partus lama / macet
- Penanganan abortus
- Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan
Pelayanan neonatus :
- Pencegahan dan penanganan asfiksia
7
- Pencegahan dan penanganan hipotermi
- Penanganan BBLR
- Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus
ringan – sedang
- Pencegahan dan penangan gangguan minum
E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
- Kunjungan nifas pertama (KF1) : 6 jam – 3 hari pasca
persalinan
- Kunjungan nifas kedua (KF2) : 4 – 28 hari pasca persalinan
- Kunjungan nifas ketiga (KF3) : 29 – 42 hari pasca
persalinan
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan TD, nadi, respirasi dan suhu
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif
- Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah melahirkan dan 24
jam setelah pemberian pertama)
- Pelayanan KB pasca persalinan
F. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya
3 kali, selama periode 0 – 28 hari setelah lahir, yaitu:
- Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 ) : 6 - 48 jam setelah lahir
- Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 ) : hari ke 3 – 7 setelah lahir
- Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 ) : hari ke 8 – 28 setelah lahir
8
G. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecatatan dan
kematian oleh tenaga kesehatan.
Tanda- tanda neonatus dengan komplikasi :
- Tidak mau minum / menyusu atau memuntahkan semua yang masuk
kemulutnya
- Riwayat kejang
- Bergerak jika hanya dirangsang
- Frewensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit
- Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C
- Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat
- Ada pustul di kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
- BBLR atau ada masalah menyusu
- Berat menurut umur rendah
- Adanya kelainan kongenital
- Prematuritas
- Asfiksia
- Infeksi bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Diare
- Hipotermi
- Tetanus neonatorum
- Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll.
H. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29
hari sampai 11 bulan setelah lahir.
9
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb,
campak) sebelum usia 1 tahun
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
- Pemberian vitamin A (6 – 11 bulan)
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
– tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan
buku KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus jika perlu
- Penanganan dengan metoda MTBS
I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Masa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana terbentuk
dasar – dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental
intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pelayanan sesuai standar yang diberikan meliputi :
- Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun
- Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
- Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.
- Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
- Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan
pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
J. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan
tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih
baik), serta meningkatkan fertililitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Metode kontrasepsi meliputi :
- KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)
- Metode KB hormonal ( pil, suntik, susuk )
10
2.5 Struktur Organisasi Program KIA/KB di Puskesmas
Bidan Pelaksana
11
Kepala
Puskesmas
Tata
Usaha
Penanggung Jawab
Program KIA
Penanggung Jawab
Program Lain
Bidan Koordinator
KIA / KB
2.6 Porsi Kerja
A. Bidan Koordinator KIA / KB
a) Tugas Pokok
Tugas pokok bikor adalah :
1. Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan di
wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program
KIA
2. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara
horizontal dan vertical ke dinas kesehatan kabupaten/kota maupun pihak
lain yang terkait.
3. Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi puskesmas
maupun hubungannya dengan organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota,
serta organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
bidan.
b) Fungsi
Untuk menjalankan tugas pokok diatas, maka Bikor diharapkan menjalankan
fungsi:
1. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan.
2. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.
3. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk
penilaian terhadap prasarana dan logistik ( fasilitas pendukung ) , kinerja
klinis dan kinerja manajerial bidan di wilayah kerjanya.
4. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta
melaksanakan tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan mutu
pelayanan KIA.
5. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta
memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah
kerjanya.
6. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara
horizontal (pada tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kabupaten).
12
7. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian
penghargaan terhadap bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan
pendidikan dan pengembangan karir bidan.
c) Kualifikasi
Bidan Koordinator diharapkan memenuhi kualifikasi sebagai berikut :
Bidan koordinator puskesmas adalah bidan yang masih bertugas di
puskesmas.
Memiliki masa kerja klinis profesi minimal 5 tahun.
Mampu dan terampil dalam pelaksanaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi).
Dapat bekerja dalam tim.
d) Kegiatan
Pembinaan Bikor terhadap bidan di wilayah kerjanya mencakup klinis
profesi bidan dan manajemen program KIA pada aspek perencanaan,
pelaksanaan, penyeliaan, pemantauan dan evaluasi.
Dalam menjalankan fungsi manajemen, Bikor harus bekerja dalam tim baik di
tingkat puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten/kota. Kerjasama tim dan
dukungan pimpinan merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan fungsi
manajemen ini.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, diharapkan Bikor beserta tim
mampu:
1) Mengidentifikasi potensi dan permasalahan klinis profesi bidan
berdasarkan:
a. Kompetensi tenaga bidan.
b. Kelengkapan sarana, alat & bahan habis pakai di fasilitas
pelayanan
13
c. Dukungan kebijakan dan peraturan terkait.
d. Faktor sosial budaya yang mendukung dan menghambat
pelayanan.
2) Mengidentifikasi potensi dan permasalahan manajemen program
KIA berdasarkan:
a. Cakupan pelayanan (ibu hamil; ibu bersalin; bayi baru lahir
(BBL); nifas; penanganan komplikasi obstetri dan neonatal;
pemberian tablet Fe; vit A bufas, Inisiasi Menyusu Dini, salep mata
antibiotika pada BBL, vitamin K1, Hepatitis B0, imunisasi lengkap,
ASI eksklusif, KB, pemberian kapsul Yodium didaerah endemis,
pemeriksaan tanda bahaya pada BBL, bayi dan balita dan
penanganannya termasuk penanganan ISPA, Diare )
b. Hasil pencatatan dan pelaporan serta ketersediaan formulir-formulir
pencatatannya (Status ibu, Partograf, kohort ibu, kohort bayi, kohort
anak balita, kartu kunjungan bayi, status bayi, KMS, buku KIA,
register persalinan, status KB, status gizi balita, otopsi verbal
kematian ibu dan bayi, surat keterangan kelahiran, surat keterangan
kematian ibu dan bayi, formulir rujukan).
c. Hasil penilaian Daftar Tilik Penyeliaan Program KIA ( tingkat
kepatuhan terhadap standar input, kinerja klinis dan kinerja
manajerial serta identifikasi kebutuhan peningkatan mutu).
3) Analisis masalah
Analisis masalah dilakukan dengan membandingkan perbedaan antara
standar yang ditetapkan (standar input, proses dan output) atau keadaan yang
diharapkan dengan keadaan sebenarnya. Semakin besar kesenjangan antara
harapan (standar) dengan kenyataan, maka semakin besar masalah. Tentu
saja tidak semua masalah dapat diselesaikan saat itu, sehingga perlu
dilakukan penetapan prioritas masalah dengan melihat masalah apa yang
kesenjangannya paling besar, paling terkait langsung dengan kematian ibu
dan anak dan paling diselesaikan karena tersedianya sumber daya baik SDM,
sumber dana, peralatan atau mungkin juga factor sosial dan budaya.
14
4) Alternatif Pemecahan Masalah
5) Penyusunan Rencana Kerja
2. Pelaksanaan
15
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA, Bikor perlu memahami dan terampil berbagai
pendekatan dalam pembinaan , seperti:
a) Pertemuan Konsultatif
Bikor diharapkan mampu memanfaatkan pertemuan berkala di puskesmas
bersama bidan di desa sebagai sarana pembinaan dan penyampaian informasi
dua arah. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh Kepala Puskesmas, pengelola
program KIA dan petugas program terkait lainnya. Bahkan pada waktu tertentu
sebaiknya mengundang pengelola program KIA dan Bikor Kabupaten / Kota.
Pertemuan ini harus mempunyai agenda dengan tujuan yang jelas, merekam
seluruh proses dan kesepakatan yang dicapai serta mempunyai langkah tindak
lanjut yang jelas dengan penanggung jawab dan target waktu pencapaian.
Notulen rapat akan dibacakan pada pertemuan bulan berikutnya. Dengan
demikian pertemuan berkala di puskesmas ini akan memberi manfaat bagi
kemajuan program.
Materi bahasan pertemuan konsultatif dapat berupa;
Orientasi instrumen penyeliaan, pemantauan dan
evaluasi,
Penyajian hasil penilaian kegiatan penyeliaan, pemantauan dan evaluasi,
Rencana pengembangan pelayanan berbasis data,
Penyajian hasil kemajuan pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan,
Proses pembelajaran dan pendokumentasian keberhasilan.
Disamping pembahasan materi diatas yang mengarah pada upaya peningkatan
mutu kinerja klinis profesi bidan dan manajerial program KIA di wilayah kerja
puskesmas, pertemuan bulanan juga dapat digunakan untuk penyampaian
informasi baru terkait program, perubahan prosedur tetap dan kebijakan.
Pertemuan konsultatif sejenis juga perlu dilakukan di tingkat dinas kesehatan
kabupaten, paling tidak dalam periode 3 bulan sekali dengan dihadiri oleh seluruh
Bikor Puskesmas, Kepala Puskesmas dan pengelola program KIA.
16
Selain pertemuan konsultatif berkala, pertemuan konsultatif dapat dilakukan
secara insidentil pada keadaan tertentu, misalnya saat terjadi KLB atau kasus
kematian Ibu , Neonatal, bayi dan atau Anak balita
b) Penyeliaan Fasilitatif
Tugas dan fungsi Bikor sangat terkait dengan fungsi penyeliaan,
dibanding dengan fungsi pemantauan dan evaluasi yang lebih banyak merupakan
tugas dan fungsi jabatan diatasnya (Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten). Bikor berperan sebagai penyelia terhadap bidan di wilayah
kerjanya terutama terhadap bidan di desa. Penyeliaan yang baik adalah
penyeliaan yang dijalankan secara efektif dan bersifat fasilitatif, tidak
mengagetkan atau mencari-cari kesalahan. Penyeliaan fasilitatif menuntut
Bikor mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, membantu memecahkan
masalah, membangun kerjasama tim serta membimbing dan mengarahkan bidan
yang diselianya kearah praktek terbaik dan memenuhi standar.
Penyeliaan fasilitatif dilakukan secara terarah. Hal ini berarti kegiatan
penyeliaan membutuhkan alat bantu berupa daftar tilik penyeliaan sehingga
proses penyeliaan dapat dilakukan secara terukur dan sistematis. Daftar tilik
adalah kumpulan syarat esensial yang diterima/ disepakati untuk mengukur
tingkat kepatuhan terhadap standar (harapan) tertentu. Daftar tilik tidak ditujukan
untuk memastikan bahwa seluruh prosedur standar dipenuhi, namun pada syarat
esential dari prosedur tersebut. Dengan demikian, daftar tilik berisi syarat
terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu (terutama standar input dan
proses). Perubahan peningkatan mutu pelayananpun dapat dirasakan dan diukur
dengan baik. Penetapan dan pembandingan tingkat kinerja individu dan fasilitas
dapat dilakukan dengan sederhana.
Dalam penyeliaan bikor dapat menerapkan beberapa cara untuk menilai
kemampuan dan keterampilan serta kepatuhan bidan yang diselia.
Adapun cara – cara penilaian yang dapat dilakukan adalah :
1) Pengamatan langsung
17
Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas / sarana pendukung
(ruangan, obat dan alat ) dengan menggunakan daftar tilik yang telah
diisi.
Untuk penyeliaan ketrampilan klinis paling ideal bikor / penyelia melakukan
pengamatan langsung bidan yang diselia pada saat melaksanakan
pelayanan KIA sehingga penyelia tahu tingkat kepatuhan bidan yang
diselia.
Bila pengamatan langsung pada pasien tidak mungkin dilakukan, maka
pada saat pertemuan konsultatif dapat dimanfaatkan untuk melakukan
praktek / peragaan ketrampilan – ketrampilan yang diseliakan.
2) Kajian dokumen :
Mengkaji pencatatan hasil pelayanan kesehatan dengan menggunakan
rekam medis ( status ibu, partograf, status bayi atau yang lain yang telah
diisi )
Mengkaji kohort ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah laporan –
laporan yang ada.
3) Wawancara
Penyelia juga membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi petugas
dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang diselia
didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan.
Setelah selesai melaksanakan penyeliaan bikor harus membuat laporan
tertulis ( rekapitulasi hasil daftar tilik dan ringkasan laporan hasil
penyeliaan ) tentang semua temuan dalam kunjungan (kekurangan maupun
kelebihan/hal yang baik), tindakan / upaya untuk memperbaiki kekurangan dan
cara pemecahan masalah yang ditemui saat kunjungan penyeliaan. Hasil
kunjungan ini dapat juga digunakan oleh pengelola program untuk
melakukan perbaikan sesuai tanggung jawab masing-masing
18
Langkah Bikor dalam penyeliaan fasilitatif adalah:
1) Pra – penyeliaan :
Bikor puskesmas diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan
memberikan penyeliaan fasilitatif dan menguasai dengan benar daftar tilik
penyeliaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan penyeliaan
fasiltiatif atau belajar sendiri melalui buku acuan penyeliaan fasiltiatif.
2) Penyeliaan
Orientasi
Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan dan penjelasan daftar tilik
yang diterapkan melalui kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat ini juga
dilakukan kesepakatan tentang jadual dan operasional kegiatan
penyeliaan.
Kajian Mandiri
Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik dilakukan oleh
bidan di wilayah kerjanya. Bikor bersama tim juga melakukan kajian mandiri
terhadap program KIA dengan menggunakan daftar tilik yang ada.
Verifikasi
Verifikasi dilakukan oleh bikor terhadap bidan di wilayah kerjanya dengan
menggunakan daftar tilik yang telah diisi terlebih dahulu oleh bidan. Bikor
melakukan verifikasi untuk tiap komponen yang dianggapnya perlu
diverifikasi kebenaran dan kelengkapan pengisiannya. Bikor kemudian
melakukan rekapitulasi hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan memberikan
bimbingan untuk proses yang tidak memenuhi standar. Penyelia juga
memberikan umpan balik dan membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi
petugas dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang diselia
didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan. Hal
yang sama dilakukan pengelola program dinas kesehatan kabupaten/ kota
yang melakukan verifikasi ke puskesmas.
19
Pertemuan bulanan
Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan
terhadap standar maupun item-item yang tidak mematuhi standar. Pada
pertemuan ini juga dilakukan rencana tindak lanjut untuk mengatasi ketidak
patuhan. Tiap item dipilah; mana yang dapat dipenuhi oleh bidan, mana yang
dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan dipenuhi oleh dinas
kesehatan kabupaten. Proses bimbingan yang bersifat fasilitatif juga
dapat diberikan pada pertemuan bulanan ini.
Upaya peningkatan mutu
Berdasarkan temuan dari hasil penilaian daftar tilik, baik bikor maupun bidan di
selia membuat perencanaan peningkatan mutu layanan. Hasil pencapaian dan
peningkatan yang dilakukan akan dibicarakan pada pertemuan berkala periode
berikutnya. Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan penyeliaan
fasilitatif yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan secara
berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada menurunnya
angka kematian ibu dan anak diwilayah kerjanya.
3. Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan Bikor sebagai bagian dari tim
Puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten/kota. Bikor bersama tim diharapkan
dapat melakukan pemantauan dan evaluasi baik untuk kinerja klinis profesi
bidan maupun kinerja manajerial program KIA. Dari aspek waktu, kegiatan
pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan
dapat dilakukan setiap 3-4 bulanan, sedangkan evaluasi internal dapat
dilakukan 2 kali dalam setahun.
Tujuan utama pemantauan dan evaluasi adalah untuk menilai tingkat
pencapaian program. Kegiatan pemantauan (monitoring) lebih terfokus pada hasil
antara pencapaian pelayanan (cakupan pelayanan ibu hamil; ibu bersalin; neonatal;
nifas; bayi, anak balita , penanganan komplikasi obstetri dan neonatal termasuk
imunisasi lengkap; pemberian tablet Fe; vit A bufas, vit K1; pemberian ASI
20
segera dan ASI eksklusif; KB, pemberian kapsul Yodium didaerah endemis,dll ),
sedangkan kegiatan evaluasi lebih terfokus pada indikator keberhasilan
program KIA (sesuai Standar Pelayanan Minimal).
Hasil pencatatan (seperti Partograf, kohort ibu, kohort bayi, kartu
kunjungan bayi, status bayi, KMS, buku KIA, register persalinan, status KB,
status gizi balita, otopsi verbal kematian ibu dan bayi, surat keterangan
kelahiran, surat keterangan kematian ibu dan bayi, formulir rujukan) dan
pelaporan juga digunakan untuk memantau pencapaian program KIA.
Untuk pemantauan sistem penyeliaan dapat digunakan beberapa indikator
keberhasilan, antara lain :
- Persentase Puskesmas dengan Bikor yang dilatih penyeliaan
fasilitatif
- Persentase Bidan desa dan puskesmas yang mendapat kunjungan
penyeliaan
- Persentase Bidan Praktek Swasta dan bidan yang bekerja di RB yang
mendapat kunjungan penyeliaan
- Peningkatan tingkat kepatuhan polindes dan puskesmas terhadap
standar pelayanan KIA.
- Persentase Puskesmas yang melakukan pertemuan konsultatif secara
teratur.
Untuk evaluasi program KIA, Bikor bersama tim dapat menggunakan seluruh
data kegiatan penyeliaan, data kegiatan pemantauan ditambah informasi dari
para pemberi pelayanan (petugas kesehatan) dan penerima pelayanan
(masyarakat). Penguatan sistem penyeliaan dan peran Bikor diharapkan dapat
memberi dampak pada percepatan penurunan angka kematian bayi dan ibu.
Hasil penyeliaan, pemantauan dan evaluasi pada akhirnya sangat berguna
untuk dasar perencanaan tahunan berbasis data sehingga intervensi yang akan
dilakukan lebih mengena sasaran / menyelesaikan permasalahan yang ada
karena benar-benar berdasarkan bukti sebagai langkah perbaikan mutu
secara berkelanjutan.
21
B. Bidan Pelaksana
a) Tugas Pokok
Melaksanakan pelayanan kesehatan ibu,anak dan KB
b) Fungsi
Membantu dokter dalam melaksanakan kegiatan pelayanan KIA,KB
di puskesmas.
c) Uraian Tugas :
Bidan Pelaksana KIA
1. Mempersiapkan kelengkapan pelayanan di ruang KIA
2. Memanggil penderita sesuai antrian
3. Melakukan penimbangan anak balita
4. Melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang pada bayi dan balita
5. Melakukan pemeriksaan pada balita sakit
6. Memberikan terapi dan konseling pada balita sakit
7. Memeriksa kehamilan ,nifas dan kunjungan neonatal
8. Membuat pencatatan dan pelaporan
9. Melaksanakan koordinasi lintas program
10. Dalam hal melaksanakan tugas dokter sesuai kewenangan
(Pendelegasian tugas)
11. Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian ruang KIA.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas
Bidan Pelaksana KB
1. Mempersiapkan kelengkapan pelayanan di Klinik KB
2. Memanggil penderita sesuai antrian
3. Melakukan screning pada calon akseptor KB
4. Memasang alat kontrasepsi dan pencabuatan kontrasepsi sesuai
indikasi
5. Mengatur distribusi alat kontrasepsi
6. Menyediakan alat kontrasepsi dan stok yang ada
7. Membuat pencatatan dan pelaporan KB
22
8. Melaksanakan koordinasi lintas program
9. Dalam hal melaksanakan tugas dokter sesuai kewenangan
(Pendelegasian tugas)
10. Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian ruang KB
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas
c) Penyeliaan Fasilitatif
Sumber data yang digunakan dalam kegiatan penyeliaan terutama
komponen dari daftar tilik . Namun berbagai instrumen pemantauan dan
evaluasi internal dapat digunakan untuk peningkatan kualitas program
seperti :
1. PWS-KIA.
2. Laporan bulanan : KIA, LB3 Gizi, LB1 Penyakit dan laporan
imunisasi
3. Buku Register Kohort Ibu , kohort Bayi dan dan kohort anak balita
4. Pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak pada :
- Kartu/Status ibu (hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir / neonatal )
- Kartu/Status pemeriksaan kesehatan bayi dan anak balita
- Formulir MTBS dan MTBM yang sudah terisi
- Kartu/Status pelayanan KB
- Buku KIA / KMS
- Otopsi verbal kematian ibu dan bayi baru lahir.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program KIA KB yang ada di Puskesmas sesuai dengan pelayanan kesehatan
dasar dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota dari
kementrian kesehatan, yaitu :
a. Pelayanan KIA ibu
b. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Nifas
d. Penanganan komplikasi obstetric
e. Pelayanan KN 1, KN2, dan KN3
f. Penanganan komplikasi neonatus
g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari-12 bulan (Kunjungan Bayi)
h. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
i. Program keluarga berencana
Bikor mempunyai peran penting dalam pembinaan klinis profesi bidan dan
manajemen program KIA. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
seorang Bikor harus mampu bekerja sama dengan Kepala Puskesmas, Pengelola
Program KIA di tingkat puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,
serta organisasi profesi (IBI, POGI, IDAI, PPNI, IDI). Di samping itu Bikor juga
diharapkan dapat menampung aspirasi bidan di wilayah kerjanya.
3.2 Saran
Untuk menghasilkan pembinaan yang baik, diperlukan interaksi yang fasilitatif
dan produktif serta harmonis antara pembina dan yang dibina. Dengan dasar
interaksi yang baik inilah kemudian direncanakan strategi pembinaan yang
mantap dan terarah. Pembinaan yang efektif akan menghasilkan tenaga yang ber-
etika, terampil, efisien dan tangguh. Kualitas tenaga bidan yang demikian akan
mempunyai dampak dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
24
DAFTAR PUSTAKA
Data dan Informasi diunduh tanggal 22 November 2015 dari: www.depkes.go.id
MDGs 2015 diunduh tanggal 22 November 2015 dari : www.depkes.go.id
Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Indonesia diunduh tanggal 22 November 2015 dari :
www.kesehatananak.depkes.go.id
Pedoman Bidan Koordinator diunduh tanggal 22 November 2015 dari :
www.gizikia.depkes.go.id/
Program KIA KB di Puskesmas diunduh tanggal 22 November 2015 dari :
www.scribd.com
25