kia kb.docx

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka kematian ibu dan bayi di Sumatera Barat masih belum mencapai target 1

Upload: yuniar-susilo-wati

Post on 31-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KIA KB.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina

peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas

berperan serta mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia,

khususnya di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six)

Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu

pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab

dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus,

bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Keberhasilan program KIA menurunkan Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu prioritas utama

pembangunan kesehatan di Indonesia. Angka kematian ibu dan bayi di

Sumatera Barat masih belum mencapai target Millenium Development Goals

(MDGs) 2015 yaitu angka kematian bayi 23/1000 kelahiran hidup dan angka

kematian ibu 102/100.000 kelahiran hidup. Dari hasil Survey Dasar Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi di Sumatera Barat

mencapai 47/1000 kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu mencapai

228/100.000. Data dari Puskesmas Ambacang dari bulan Januari hingga

September tahun 2012, ditemukan kematian bayi berjumlah 9 orang.

Oleh karena pentingnya kesehatan ibu dan anak sebagai salah satu

indikator kesehatan, maka penulis mengangkatkan makalah Pelaksanaan

Program KIA dan KB di Puskesmas Ambacang sebagai perbandingan bagi

puskesmas lain dan sebagai evaluasi bagi Puskesmas Ambacang sendiri untuk

memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang KIA di masa yang akan

datang.

1

Page 2: KIA KB.docx

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai Program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) dan Keluarga Berencana (KB) dan struktur organisasi dalam program

KIA dan KB di Puskesmas.

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui program KIA dan KB di Puskesmas

2. Mengetahui struktur organisasi program KIA dan KB di Puskesmas

2

Page 3: KIA KB.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Program KIA KB

Program Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA) merupakan salah satu dari enam

program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantapkan dan

meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien

meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi

kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,

dan balita.

2.2 Tujuan Umum

1. Kesehatan Ibu dan Anak

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah:

a. Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbidity) di

kalangan ibu. Kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga

kesehatan ibu selama kehamilan, pada saat persalinan, dan saat ibu

menyusui.

b. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi

dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat

dicegah dengan imunisasi dasar, sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Tujuan ini di tingkat Puskesmas harus dijabarkan lagi sesuai dengan masalah

kesehatan masyarakat dan faktor risiko yang berkembang di wilayah kerjanya

2. Keluarga Berencana

Tujuan jangka panjang program KB adalah untuk menurunkan angka

kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu. Sehingga di dalam keluarganya

akan berkembang Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

3

Page 4: KIA KB.docx

2.3 Sasaran

1. Kesehatan Ibu dan Anak

Sasaran kegiatan ini terbagi dua, yaitu:

a. Sasaran primernya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak–anak

sampai dengan usia lima tahun, yang jumlahnya didapatkan

berdasarkan:

1) Pendataan langsung, yang dilakukan oleh staf Puskesmas, baik

menggunakan survei maupun menggunakan kader kesehatan

setempat sebagai informan.

2)   Perkiraan (estimasi), ditetapkan berdasarkan hasil perkalian

angka standar. Angka standar ini ditetapkan dalam bentuk

persentase oleh Depkes Pusat berdasarkan proporsi kelompok

penduduk dengan jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah.

Dalam panduan sistem stratifikasi Puskesmas, estimasi jumlah

penduduk sasaran program ini ditetapkan berdasarkan persentase

jumlah bayi dikalikan dengan jumlah seluruh penduduk, misalnya

di Bali:

a)  Jumlah bayi 2,1%  x jumlah penduduk setempat

b)  Jumlah bayi lima tahun (balita) 4,6%  x jumlah penduduk

setempat

c)   Jumlah ibu hamil 3,6%  x jumlah penduduk setempat

Jumlah penduduk estimasi ini jauh lebih tinggi dari data riilnya,

tetapi jarang lebih rendah. Penetapan dengan cara estimasi ini

lebih cocok untuk perencanaan di tingkat propinsi, terutama untuk

merencanakan besarnya kebutuhan dana sarana/prasarana

pelayanan

3)   Pendekatan secara tidak langsung, dapat dilakukan dengan

menghitung jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan

catatan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang

melakukan survei PUS setiap tahun di wilayah kerjanya.

Berdasarkan jumlah PUS ini akan diketahui berapa yang menjadi

akseptor KB dan berapa yang tidak memakainya karena ingin

4

Page 5: KIA KB.docx

hamil atau sedang hamil. Penduduk sasaran KIA adalah yang

hamil, sedangkan yang belum hamil karena menghadapi masalah

infertilitas juga perlu dilayani dengan menyediakan pelayanan

kesehatan yang berbeda. Dari ibu yang hamil akan ada bayi yang

lahir, baik yang lahir mati, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

lahir dengan berat badan normal, dan ditolong oleh tenaga terlatih

atau bukan. Jumlah bayi yang hidup secara kumulatif akan

menjadi sasaran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk

diimunisasi dan ditimbang secara rutin berat badannya sampai

dengan usia lima tahun. Ibu–ibunya akan menjadi sasaran

pelayanan konseling pasca persalinan. Pendekatan secara tidak

langsung ini ditujukan agar Puskesmas dapat mengetahui jumlah

penduduk sasaran program KIA dan Keluarga Berencana (KB),

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P3M) melalui

imunisasi, gizi (melalui penimbangan dan pemberian sulfas

ferrosus), penyuluhan kesehatan masyarakat pada saat Posyandu.

b.      Sasaran sekundernya adalah dukun bersalin dan kader kesehatan

setempat.

2. Keluarga Berencana

Jumlah PUS yang menjadi sasaran program KB ini, ditetapkan berdasarkan

survei PUS yang dilaksanakan setiap tahunnya dan pelaksanaannya

dikoordinasikan oleh PLKB di masing–masing desa

2.4 Program Pokok pada Pelayanan KIA KB

Berdasarkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota

yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, maka program di puskesmas,

khususnya KIA KB harus meliputi sebagai berikut :

A. Pelayanan Antenatal

Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk

ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal

yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Antenatal, yang terdiri dari :

5

Page 6: KIA KB.docx

a) Timbang berat badan

b) Ukur tekanan darah

c) Nilai status gizi (LILA)

d) Ukur tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

f) Pemberian imunisasi TT lengkap

g) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.

h) Test laboratorium (rutin dan khusus)

i) Tatalaksana kasus

j) Temu wicara (konseling)

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,

yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada

triwulan ketiga.

B. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan

yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini

diutamakan untuk :

- Mencegah terjadinya infeksi

- Menerapkan metode persalinan yang sesuai dengan standar

- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang

lebih tinggi

- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

- Memberikan injeksi vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir

C. Deteksi Dini Faktor Resiko dan Komplikasi Kebidanan

Deteksi dini kehamilan dengan faktor resiko adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan komplikasi

kebidanan.

Faktor resiko pada ibu hamil adalah :

- Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun

6

Page 7: KIA KB.docx

- Anak > 4 orang

- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun

- Kurang energi kronis (KEK) dengan LLA < 23,5 cm atau

penambahan berat badan > 9 kg selama masa kehamilan

- Anemia dengan Hb < 11 g/dl

- TB < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang

belakang

- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau pada kehamilan

sekarang.

- Sedang menderita penyakit kronis antaranya : TBC, kelainan jantung,

ginjal, hati, kelainan endokrin, tumor dan keganasan

- Riwayat kehamilan buruk (abortus berulang, mola hidatidosa, KPD,

kehamilan ektopik, bayi dengan cacat kongenital)

- Riwayat persalinan dengan komplikasi (sectio cesaria, ekstraksi

vakum / forcep)

- Kelainan jumlah janin (kehamilan ganda)

- Kelainan besar janin

- Kelainan letak janin

D. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan

komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh

tenaga kesehatan yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Pelayanan obstetri :

- Penanganan pendarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas

- Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan

- Pencegahan dan penanganan infeksi

- Penanganan partus lama / macet

- Penanganan abortus

- Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan

Pelayanan neonatus :

- Pencegahan dan penanganan asfiksia

7

Page 8: KIA KB.docx

- Pencegahan dan penanganan hipotermi

- Penanganan BBLR

- Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus

ringan – sedang

- Pencegahan dan penangan gangguan minum

E. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan Ibu Nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai

standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:

- Kunjungan nifas pertama (KF1) : 6 jam – 3 hari pasca

persalinan

- Kunjungan nifas kedua (KF2) : 4 – 28 hari pasca persalinan

- Kunjungan nifas ketiga (KF3) : 29 – 42 hari pasca

persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah :

- Pemeriksaan TD, nadi, respirasi dan suhu

- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)

- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya

- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif

- Pemberian kapsul vit A sebanyak 2 kali (segera setelah melahirkan dan 24

jam setelah pemberian pertama)

- Pelayanan KB pasca persalinan

F. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya

3 kali, selama periode 0 – 28 hari setelah lahir, yaitu:

- Kunjungan Neonatus ke-1 ( KN 1 ) : 6 - 48 jam setelah lahir

- Kunjungan Neonatus ke-2 ( KN 2 ) : hari ke 3 – 7 setelah lahir

- Kunjungan Neonatus ke-3 ( KN 3 ) : hari ke 8 – 28 setelah lahir

8

Page 9: KIA KB.docx

G. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan

penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecatatan dan

kematian oleh tenaga kesehatan.

Tanda- tanda neonatus dengan komplikasi :

- Tidak mau minum / menyusu atau memuntahkan semua yang masuk

kemulutnya

- Riwayat kejang

- Bergerak jika hanya dirangsang

- Frewensi napas < 30 x / menit atau > 60 x / menit

- Suhu tubuh < 35,5 0C atau > 37,5 0C

- Tarikan dinding dada kedalam sangat kuat

- Ada pustul di kulit

- Nanah banyak di mata

- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

- BBLR atau ada masalah menyusu

- Berat menurut umur rendah

- Adanya kelainan kongenital

- Prematuritas

- Asfiksia

- Infeksi bakteri

- Kejang

- Ikterus

- Diare

- Hipotermi

- Tetanus neonatorum

- Trauma lahir, sindrom gangguan pernapasan, dll.

H. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29

hari sampai 11 bulan setelah lahir.

9

Page 10: KIA KB.docx

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1- 4, DPT / Hb,

campak) sebelum usia 1 tahun

- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)

- Pemberian vitamin A (6 – 11 bulan)

- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda

– tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan

buku KIA.

- Penanganan dan rujukan kasus jika perlu

- Penanganan dengan metoda MTBS

I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Masa balita merupaka masa keemasan atau golden periode dimana terbentuk

dasar – dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental

intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.

Pelayanan sesuai standar yang diberikan meliputi :

- Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun

- Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)

- Pemberian vitamin A dosis tinggi, 2 kali setahun.

- Kepemilikan dan pemamfaatan buku KIA oleh setiap anak balita

- Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menngunakan

pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

J. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan

dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan

tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih

baik), serta meningkatkan fertililitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.

Metode kontrasepsi meliputi :

- KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)

- Metode KB hormonal ( pil, suntik, susuk )

10

Page 11: KIA KB.docx

2.5 Struktur Organisasi Program KIA/KB di Puskesmas

Bidan Pelaksana

11

Kepala

Puskesmas

Tata

Usaha

Penanggung Jawab

Program KIA

Penanggung Jawab

Program Lain

Bidan Koordinator

KIA / KB

Page 12: KIA KB.docx

2.6 Porsi Kerja

A. Bidan Koordinator KIA / KB

a) Tugas Pokok

Tugas pokok bikor adalah :

1. Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan di

wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program

KIA

2. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara

horizontal dan vertical ke dinas kesehatan kabupaten/kota maupun pihak

lain yang terkait.

3. Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi puskesmas

maupun hubungannya dengan organisasi dinas kesehatan kabupaten/kota,

serta organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi

bidan.

b) Fungsi

Untuk menjalankan tugas pokok diatas, maka Bikor diharapkan menjalankan

fungsi:

1. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan.

2. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.

3. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk

penilaian terhadap prasarana dan logistik ( fasilitas pendukung ) , kinerja

klinis dan kinerja manajerial bidan di wilayah kerjanya.

4. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta

melaksanakan tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan mutu

pelayanan KIA.

5. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta

memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah

kerjanya.

6. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara

horizontal (pada tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kabupaten).

12

Page 13: KIA KB.docx

7. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian

penghargaan terhadap bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan

pendidikan dan pengembangan karir bidan.

c) Kualifikasi

Bidan Koordinator diharapkan memenuhi kualifikasi sebagai berikut :

Bidan koordinator puskesmas adalah bidan yang masih bertugas di

puskesmas.

Memiliki masa kerja klinis profesi minimal 5 tahun.

Mampu dan terampil dalam pelaksanaan klinis profesi bidan dan

manajemen program KIA (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi).

Dapat bekerja dalam tim.

d) Kegiatan

Pembinaan Bikor terhadap bidan di wilayah kerjanya mencakup klinis

profesi bidan dan manajemen program KIA pada aspek perencanaan,

pelaksanaan, penyeliaan, pemantauan dan evaluasi.

Dalam menjalankan fungsi manajemen, Bikor harus bekerja dalam tim baik di

tingkat puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten/kota. Kerjasama tim dan

dukungan pimpinan merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan fungsi

manajemen ini.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, diharapkan Bikor beserta tim

mampu:

1) Mengidentifikasi potensi dan permasalahan klinis profesi bidan

berdasarkan:

a. Kompetensi tenaga bidan.

b. Kelengkapan sarana, alat & bahan habis pakai di fasilitas

pelayanan

13

Page 14: KIA KB.docx

c. Dukungan kebijakan dan peraturan terkait.

d. Faktor sosial budaya yang mendukung dan menghambat

pelayanan.

2) Mengidentifikasi potensi dan permasalahan manajemen program

KIA berdasarkan:

a. Cakupan pelayanan (ibu hamil; ibu bersalin; bayi baru lahir

(BBL); nifas; penanganan komplikasi obstetri dan neonatal;

pemberian tablet Fe; vit A bufas, Inisiasi Menyusu Dini, salep mata

antibiotika pada BBL, vitamin K1, Hepatitis B0, imunisasi lengkap,

ASI eksklusif, KB, pemberian kapsul Yodium didaerah endemis,

pemeriksaan tanda bahaya pada BBL, bayi dan balita dan

penanganannya termasuk penanganan ISPA, Diare )

b. Hasil pencatatan dan pelaporan serta ketersediaan formulir-formulir

pencatatannya (Status ibu, Partograf, kohort ibu, kohort bayi, kohort

anak balita, kartu kunjungan bayi, status bayi, KMS, buku KIA,

register persalinan, status KB, status gizi balita, otopsi verbal

kematian ibu dan bayi, surat keterangan kelahiran, surat keterangan

kematian ibu dan bayi, formulir rujukan).

c. Hasil penilaian Daftar Tilik Penyeliaan Program KIA ( tingkat

kepatuhan terhadap standar input, kinerja klinis dan kinerja

manajerial serta identifikasi kebutuhan peningkatan mutu).

3) Analisis masalah

Analisis masalah dilakukan dengan membandingkan perbedaan antara

standar yang ditetapkan (standar input, proses dan output) atau keadaan yang

diharapkan dengan keadaan sebenarnya. Semakin besar kesenjangan antara

harapan (standar) dengan kenyataan, maka semakin besar masalah. Tentu

saja tidak semua masalah dapat diselesaikan saat itu, sehingga perlu

dilakukan penetapan prioritas masalah dengan melihat masalah apa yang

kesenjangannya paling besar, paling terkait langsung dengan kematian ibu

dan anak dan paling diselesaikan karena tersedianya sumber daya baik SDM,

sumber dana, peralatan atau mungkin juga factor sosial dan budaya.

14

Page 15: KIA KB.docx

4) Alternatif Pemecahan Masalah

5) Penyusunan Rencana Kerja

2. Pelaksanaan

15

Page 16: KIA KB.docx

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pembinaan klinis profesi bidan dan

manajemen program KIA, Bikor perlu memahami dan terampil berbagai

pendekatan dalam pembinaan , seperti:

a) Pertemuan Konsultatif

Bikor diharapkan mampu memanfaatkan pertemuan berkala di puskesmas

bersama bidan di desa sebagai sarana pembinaan dan penyampaian informasi

dua arah. Pertemuan ini sebaiknya dihadiri oleh Kepala Puskesmas, pengelola

program KIA dan petugas program terkait lainnya. Bahkan pada waktu tertentu

sebaiknya mengundang pengelola program KIA dan Bikor Kabupaten / Kota.

Pertemuan ini harus mempunyai agenda dengan tujuan yang jelas, merekam

seluruh proses dan kesepakatan yang dicapai serta mempunyai langkah tindak

lanjut yang jelas dengan penanggung jawab dan target waktu pencapaian.

Notulen rapat akan dibacakan pada pertemuan bulan berikutnya. Dengan

demikian pertemuan berkala di puskesmas ini akan memberi manfaat bagi

kemajuan program.

Materi bahasan pertemuan konsultatif dapat berupa;

Orientasi instrumen penyeliaan, pemantauan dan

evaluasi,

Penyajian hasil penilaian kegiatan penyeliaan, pemantauan dan evaluasi,

Rencana pengembangan pelayanan berbasis data,

Penyajian hasil kemajuan pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan,

Proses pembelajaran dan pendokumentasian keberhasilan.

Disamping pembahasan materi diatas yang mengarah pada upaya peningkatan

mutu kinerja klinis profesi bidan dan manajerial program KIA di wilayah kerja

puskesmas, pertemuan bulanan juga dapat digunakan untuk penyampaian

informasi baru terkait program, perubahan prosedur tetap dan kebijakan.

Pertemuan konsultatif sejenis juga perlu dilakukan di tingkat dinas kesehatan

kabupaten, paling tidak dalam periode 3 bulan sekali dengan dihadiri oleh seluruh

Bikor Puskesmas, Kepala Puskesmas dan pengelola program KIA.

16

Page 17: KIA KB.docx

Selain pertemuan konsultatif berkala, pertemuan konsultatif dapat dilakukan

secara insidentil pada keadaan tertentu, misalnya saat terjadi KLB atau kasus

kematian Ibu , Neonatal, bayi dan atau Anak balita

b) Penyeliaan Fasilitatif

Tugas dan fungsi Bikor sangat terkait dengan fungsi penyeliaan,

dibanding dengan fungsi pemantauan dan evaluasi yang lebih banyak merupakan

tugas dan fungsi jabatan diatasnya (Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Kabupaten). Bikor berperan sebagai penyelia terhadap bidan di wilayah

kerjanya terutama terhadap bidan di desa. Penyeliaan yang baik adalah

penyeliaan yang dijalankan secara efektif dan bersifat fasilitatif, tidak

mengagetkan atau mencari-cari kesalahan. Penyeliaan fasilitatif menuntut

Bikor mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, membantu memecahkan

masalah, membangun kerjasama tim serta membimbing dan mengarahkan bidan

yang diselianya kearah praktek terbaik dan memenuhi standar.

Penyeliaan fasilitatif dilakukan secara terarah. Hal ini berarti kegiatan

penyeliaan membutuhkan alat bantu berupa daftar tilik penyeliaan sehingga

proses penyeliaan dapat dilakukan secara terukur dan sistematis. Daftar tilik

adalah kumpulan syarat esensial yang diterima/ disepakati untuk mengukur

tingkat kepatuhan terhadap standar (harapan) tertentu. Daftar tilik tidak ditujukan

untuk memastikan bahwa seluruh prosedur standar dipenuhi, namun pada syarat

esential dari prosedur tersebut. Dengan demikian, daftar tilik berisi syarat

terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu (terutama standar input dan

proses). Perubahan peningkatan mutu pelayananpun dapat dirasakan dan diukur

dengan baik. Penetapan dan pembandingan tingkat kinerja individu dan fasilitas

dapat dilakukan dengan sederhana.

Dalam penyeliaan bikor dapat menerapkan beberapa cara untuk menilai

kemampuan dan keterampilan serta kepatuhan bidan yang diselia.

Adapun cara – cara penilaian yang dapat dilakukan adalah :

1) Pengamatan langsung

17

Page 18: KIA KB.docx

Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas / sarana pendukung

(ruangan, obat dan alat ) dengan menggunakan daftar tilik yang telah

diisi.

Untuk penyeliaan ketrampilan klinis paling ideal bikor / penyelia melakukan

pengamatan langsung bidan yang diselia pada saat melaksanakan

pelayanan KIA sehingga penyelia tahu tingkat kepatuhan bidan yang

diselia.

Bila pengamatan langsung pada pasien tidak mungkin dilakukan, maka

pada saat pertemuan konsultatif dapat dimanfaatkan untuk melakukan

praktek / peragaan ketrampilan – ketrampilan yang diseliakan.

2) Kajian dokumen :

Mengkaji pencatatan hasil pelayanan kesehatan dengan menggunakan

rekam medis ( status ibu, partograf, status bayi atau yang lain yang telah

diisi )

Mengkaji kohort ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah laporan –

laporan yang ada.

3) Wawancara

Penyelia juga membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi petugas

dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang diselia

didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan.

Setelah selesai melaksanakan penyeliaan bikor harus membuat laporan

tertulis ( rekapitulasi hasil daftar tilik dan ringkasan laporan hasil

penyeliaan ) tentang semua temuan dalam kunjungan (kekurangan maupun

kelebihan/hal yang baik), tindakan / upaya untuk memperbaiki kekurangan dan

cara pemecahan masalah yang ditemui saat kunjungan penyeliaan. Hasil

kunjungan ini dapat juga digunakan oleh pengelola program untuk

melakukan perbaikan sesuai tanggung jawab masing-masing

18

Page 19: KIA KB.docx

Langkah Bikor dalam penyeliaan fasilitatif adalah:

1) Pra – penyeliaan :

Bikor puskesmas diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan

memberikan penyeliaan fasilitatif dan menguasai dengan benar daftar tilik

penyeliaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan penyeliaan

fasiltiatif atau belajar sendiri melalui buku acuan penyeliaan fasiltiatif.

2) Penyeliaan

Orientasi

Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan dan penjelasan daftar tilik

yang diterapkan melalui kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat ini juga

dilakukan kesepakatan tentang jadual dan operasional kegiatan

penyeliaan.

Kajian Mandiri

Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik dilakukan oleh

bidan di wilayah kerjanya. Bikor bersama tim juga melakukan kajian mandiri

terhadap program KIA dengan menggunakan daftar tilik yang ada.

Verifikasi

Verifikasi dilakukan oleh bikor terhadap bidan di wilayah kerjanya dengan

menggunakan daftar tilik yang telah diisi terlebih dahulu oleh bidan. Bikor

melakukan verifikasi untuk tiap komponen yang dianggapnya perlu

diverifikasi kebenaran dan kelengkapan pengisiannya. Bikor kemudian

melakukan rekapitulasi hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan memberikan

bimbingan untuk proses yang tidak memenuhi standar. Penyelia juga

memberikan umpan balik dan membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi

petugas dalam menerapkan standar pelayanan yang berlaku. Bidan yang diselia

didorong untuk selalu mempelajari kembali petunjuk standar pelayanan. Hal

yang sama dilakukan pengelola program dinas kesehatan kabupaten/ kota

yang melakukan verifikasi ke puskesmas.

19

Page 20: KIA KB.docx

Pertemuan bulanan

Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan

terhadap standar maupun item-item yang tidak mematuhi standar. Pada

pertemuan ini juga dilakukan rencana tindak lanjut untuk mengatasi ketidak

patuhan. Tiap item dipilah; mana yang dapat dipenuhi oleh bidan, mana yang

dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan dipenuhi oleh dinas

kesehatan kabupaten. Proses bimbingan yang bersifat fasilitatif juga

dapat diberikan pada pertemuan bulanan ini.

Upaya peningkatan mutu

Berdasarkan temuan dari hasil penilaian daftar tilik, baik bikor maupun bidan di

selia membuat perencanaan peningkatan mutu layanan. Hasil pencapaian dan

peningkatan yang dilakukan akan dibicarakan pada pertemuan berkala periode

berikutnya. Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan penyeliaan

fasilitatif yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan secara

berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada menurunnya

angka kematian ibu dan anak diwilayah kerjanya.

3. Pemantauan dan Evaluasi

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan Bikor sebagai bagian dari tim

Puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten/kota. Bikor bersama tim diharapkan

dapat melakukan pemantauan dan evaluasi baik untuk kinerja klinis profesi

bidan maupun kinerja manajerial program KIA. Dari aspek waktu, kegiatan

pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan

dapat dilakukan setiap 3-4 bulanan, sedangkan evaluasi internal dapat

dilakukan 2 kali dalam setahun.

Tujuan utama pemantauan dan evaluasi adalah untuk menilai tingkat

pencapaian program. Kegiatan pemantauan (monitoring) lebih terfokus pada hasil

antara pencapaian pelayanan (cakupan pelayanan ibu hamil; ibu bersalin; neonatal;

nifas; bayi, anak balita , penanganan komplikasi obstetri dan neonatal termasuk

imunisasi lengkap; pemberian tablet Fe; vit A bufas, vit K1; pemberian ASI

20

Page 21: KIA KB.docx

segera dan ASI eksklusif; KB, pemberian kapsul Yodium didaerah endemis,dll ),

sedangkan kegiatan evaluasi lebih terfokus pada indikator keberhasilan

program KIA (sesuai Standar Pelayanan Minimal).

Hasil pencatatan (seperti Partograf, kohort ibu, kohort bayi, kartu

kunjungan bayi, status bayi, KMS, buku KIA, register persalinan, status KB,

status gizi balita, otopsi verbal kematian ibu dan bayi, surat keterangan

kelahiran, surat keterangan kematian ibu dan bayi, formulir rujukan) dan

pelaporan juga digunakan untuk memantau pencapaian program KIA.

Untuk pemantauan sistem penyeliaan dapat digunakan beberapa indikator

keberhasilan, antara lain :

- Persentase Puskesmas dengan Bikor yang dilatih penyeliaan

fasilitatif

- Persentase Bidan desa dan puskesmas yang mendapat kunjungan

penyeliaan

- Persentase Bidan Praktek Swasta dan bidan yang bekerja di RB yang

mendapat kunjungan penyeliaan

- Peningkatan tingkat kepatuhan polindes dan puskesmas terhadap

standar pelayanan KIA.

- Persentase Puskesmas yang melakukan pertemuan konsultatif secara

teratur.

Untuk evaluasi program KIA, Bikor bersama tim dapat menggunakan seluruh

data kegiatan penyeliaan, data kegiatan pemantauan ditambah informasi dari

para pemberi pelayanan (petugas kesehatan) dan penerima pelayanan

(masyarakat). Penguatan sistem penyeliaan dan peran Bikor diharapkan dapat

memberi dampak pada percepatan penurunan angka kematian bayi dan ibu.

Hasil penyeliaan, pemantauan dan evaluasi pada akhirnya sangat berguna

untuk dasar perencanaan tahunan berbasis data sehingga intervensi yang akan

dilakukan lebih mengena sasaran / menyelesaikan permasalahan yang ada

karena benar-benar berdasarkan bukti sebagai langkah perbaikan mutu

secara berkelanjutan.

21

Page 22: KIA KB.docx

B. Bidan Pelaksana

a) Tugas Pokok

Melaksanakan pelayanan kesehatan ibu,anak dan KB

b) Fungsi

Membantu dokter dalam  melaksanakan kegiatan  pelayanan KIA,KB

di puskesmas.

c) Uraian Tugas :

       Bidan Pelaksana KIA

1. Mempersiapkan kelengkapan pelayanan di ruang KIA

2. Memanggil penderita sesuai antrian

3. Melakukan penimbangan anak balita

4. Melaksanakan deteksi dini tumbuh kembang pada bayi dan balita

5. Melakukan pemeriksaan pada balita sakit

6. Memberikan terapi dan konseling pada balita sakit

7. Memeriksa kehamilan ,nifas dan kunjungan  neonatal

8. Membuat pencatatan dan  pelaporan

9. Melaksanakan koordinasi lintas program

10. Dalam hal melaksanakan tugas dokter sesuai kewenangan

(Pendelegasian tugas)

11. Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian ruang KIA.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas

Bidan Pelaksana KB

1. Mempersiapkan kelengkapan pelayanan di Klinik KB

2. Memanggil penderita sesuai antrian

3. Melakukan screning pada calon akseptor KB

4. Memasang alat  kontrasepsi dan pencabuatan kontrasepsi sesuai

indikasi

5. Mengatur distribusi alat kontrasepsi

6. Menyediakan alat kontrasepsi dan stok yang ada

7. Membuat pencatatan dan  pelaporan  KB

22

Page 23: KIA KB.docx

8. Melaksanakan  koordinasi lintas program

9. Dalam hal melaksanakan tugas dokter sesuai kewenangan

(Pendelegasian tugas)

10. Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian ruang KB

11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas

c) Penyeliaan Fasilitatif

Sumber data yang digunakan dalam kegiatan penyeliaan terutama

komponen dari daftar tilik . Namun berbagai instrumen pemantauan dan

evaluasi internal dapat digunakan untuk peningkatan kualitas program

seperti :

1. PWS-KIA.

2. Laporan bulanan : KIA, LB3 Gizi, LB1 Penyakit dan laporan

imunisasi

3. Buku Register Kohort Ibu , kohort Bayi dan dan kohort anak balita

4. Pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak pada :

- Kartu/Status ibu (hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir / neonatal )

- Kartu/Status pemeriksaan kesehatan bayi dan anak balita

- Formulir MTBS dan MTBM yang sudah terisi

- Kartu/Status pelayanan KB

- Buku KIA / KMS

- Otopsi verbal kematian ibu dan bayi baru lahir.

23

Page 24: KIA KB.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Program KIA KB yang ada di Puskesmas sesuai dengan pelayanan kesehatan

dasar dalam standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota dari

kementrian kesehatan, yaitu :

a. Pelayanan KIA ibu

b. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

c. Pelayanan Kesehatan Nifas

d. Penanganan komplikasi obstetric

e. Pelayanan KN 1, KN2, dan KN3

f. Penanganan komplikasi neonatus

g. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29 hari-12 bulan (Kunjungan Bayi)

h. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita

i. Program keluarga berencana

Bikor mempunyai peran penting dalam pembinaan klinis profesi bidan dan

manajemen program KIA. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

seorang Bikor harus mampu bekerja sama dengan Kepala Puskesmas, Pengelola

Program KIA di tingkat puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,

serta organisasi profesi (IBI, POGI, IDAI, PPNI, IDI). Di samping itu Bikor juga

diharapkan dapat menampung aspirasi bidan di wilayah kerjanya.

3.2 Saran

Untuk menghasilkan pembinaan yang baik, diperlukan interaksi yang fasilitatif

dan produktif serta harmonis antara pembina dan yang dibina. Dengan dasar

interaksi yang baik inilah kemudian direncanakan strategi pembinaan yang

mantap dan terarah. Pembinaan yang efektif akan menghasilkan tenaga yang ber-

etika, terampil, efisien dan tangguh. Kualitas tenaga bidan yang demikian akan

mempunyai dampak dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi

baru lahir, bayi dan anak balita.

24

Page 25: KIA KB.docx

DAFTAR PUSTAKA

Data dan Informasi diunduh tanggal 22 November 2015 dari: www.depkes.go.id

MDGs 2015 diunduh tanggal 22 November 2015 dari : www.depkes.go.id

Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di

Indonesia diunduh tanggal 22 November 2015 dari :

www.kesehatananak.depkes.go.id

Pedoman Bidan Koordinator diunduh tanggal 22 November 2015 dari :

www.gizikia.depkes.go.id/

Program KIA KB di Puskesmas diunduh tanggal 22 November 2015 dari :

www.scribd.com

25