keputusan nomor : /k/ stikes-mbp/xii/2016 tentang a ... · dalam arti bahwa spmi- ... tugas badan...
TRANSCRIPT
1
KEPUTUSAN
KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA BUNDA
PERSADA BATAM
Nomor : /K/ STIKes-MBP/XII/2016
Tentang
Pedoman Penjaminan Mutu STIKES Mitra Bunda Persada Batam
Menimbang :
a) Bahwa STIKes Mitra Bunda Persada perlu
menetapkan kinerja akademik sebagai bagian dari
cita - cita STIKes Mitra Bunda Persad sesuaai
peraturan yang berlaku.
b) Bahwa STIKes Mitra Bunda Persada perlu merevisi
kinerja akademik tersebut untuk mendapatkan
jaminan diperolehnya hasil pendidikan STIKes
Mitra Bunda Persada yang terukur dan memenuhi
syarat standar profesi.
c) Bahwa untuk kegiatan peningkatan kualitas
akademik di perlukan peningkatan standar muu
secara terus menerus.
d) Bahwa dalam mencapai tujuan tersebut diatas
badan penjamin mutu akademik STIKes Mitra
Bunda Persada telah menyiapkan pedoman
2
penjamin mutu akademik STIKes Mitra Bunda
Persada.
e) Bahwa pedoman penjamin mutu akademik STIKes
Mitra Bunda Persada dapat dijadikan acuan
peningkatan standar mutu di STIKes Mitra Bunda
Persada.
f) Bahwa pedoman penjaminan mutu akademik
STIKes Mitra Bunda Persada tersebut ditetapkan
dengan keputusan Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada.
g) Bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi harus
menjunjung tinggi nilai nilai mutu dan tuntutan
akuntabilitas sehingga menjadikan penjamin mutu
akademik yang tersistem merupakan kebutuhan
pokok
Mengingat :
a) Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
b) Undang - Undang RI No 14 Tahun 2005 Tentang Guru
Dan Dosen
c) Undang-undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
tinggi
3
d) Peraturan pemerintah No 37 tahun 2009 tentang Dosen
e) Peraturan pemerintah No 44 tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi
f) Peraturan pemerintah No 4 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan
perguruan tinggi
g) Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 124/D/O/2006 tentang Ijin
Operasional STIKes Mitra Bunda Persada Batam.
h) Keputusan Ketua Yayasan No...................Tentang
Pengangkatan Ketua STIKes Mitra Bunda Persada
i) Statuta Pendirian STIKes Mitra Bunda Persada
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Surat Keputusan Ketua STIKes Mitra Bunda Persada
Tentang Standar Mutu Perguruan Tinggi Mitra Bunda
Persada.
PERTAMA - Menetapkan Pedoman Penjamin Mutu Akademik
STIKes Mitra Bunda Persada Sebagai Acuan Untuk
Penyelenggaraaan Penjamin Mutu Di STIKes Mitra
Bunda Persada
4
- Memberlakukan Dokumen Standar Akademik Yang
Merupakan Bagian Tak Terpisahkan Dari Keputusan
Ini Di Lingkungan STIKes Mitra Bunda Persada
KEDUA - Penjabaran Standar - Standar Mutu Secara
Operasional Serta Upaya Peningkatan Standar Mutu
Secara Terus Menerus Dilakukan Di Tingkat Program
Studi.
KETIGA - Dengan berlakunya surat keputusan ini, maka surat
keputusan STIKes No 05/ K/ STIKes-MBP/II/2015
tidak berlaku lagi
KETIGA - Surat Keputusan Ini Berlaku Sejak Tanggal Di
Tetapkan Dengan Ketentuan Apabila Di Kemudian
Hari Terdapat Kekeliruan Dalam Keputusan Ini Akan
Di Adakan Perbaikan Sebagai Mana Mestinya.
Ditetapkan Di Batam
November 2016
STIKes Mitra Bunda Persada
Ketua
(dr.H.MAWARDI BADAR, MM)
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi yang penuh tantangan telah menimbulkan
persaingan antar bangsa semakin tajam terutama dalam bidang
ekonomi dan bidang ilmu pengetahuan serta teknologi. Dalam
rangka menghadapi persaingan yang semakin sulit dan agar dapat
berperan serta dalam pembangunan bangsa dan negara maka
perguruan tinggi melalui Direktorat Jenderal, Dikti Depdiknas
mencanangkan Higher Education Long Term Strategy (HELTS
2003 - 2010) dalam tiga kebijakan dan program pendidikan tinggi,
yaitu : (1). pemerataan dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing; (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas,
dan pencitraan publik. Berdasarkan pada kebijakan dan program
tersebut, proses pembelajaran merupakan esensi dari
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Peningkatan
kualitas, efektifitas, efisiensi, produktifitas merupakan aspek-aspek
mutlak yang harus dipenuhi demi mewujudkan suatu visi suatu
perguruan tinggi.
6
Paradigma baru manajemen pendidikan tinggi menekankan
pentingnya otonomi institusi yang berlandaskan pada akuntabilitas,
evaluasi, dan akreditasi dan bermuara pada tujuan akhir
peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Di pihak lain,
kecenderungan globalisasi, kebutuhan masyarakat dan tuntutan
persaingan yang semakin ketat menuntut komitmen yang tinggi
pada penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Penyusunan penjamin mutu STIKes Mitra Bunda Persada
mengacu kepada UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyatakan bahwa pemerintah menentukan
kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional. Dan permenristekdikti No
44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi
1.2 Tujuan Dan Fungsi
Buku pedman ini bertujuan untuk memberikan tuntunan bagi
program studi dalam melaksanakan manajemen mutu akademik di
lingkungn masing - masing. Selain itu buku ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengelola dalam menyelenggarakan kegiatan
akademik sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh
STIKes Mitra Bunda Persada.
7
1.3 Sasaran
Sasaran buku pedoman ini adalah penyelenggara kegiatan
akademik pada masing - masing program studi.
8
BAB II
KETENTUAN UMUM
2.1 Definisi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah Kegiatan sistemik
penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh
perguruan tinggi (internally driven), untuk mengawasi
penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara
berkelanjutan (continuous improvement). Dalam arti bahwa SPMI-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam dilaksanakan dan diawasi
secara mandiri oleh semua unit/komponen kerja yang ada di
STIKes Mitra Bunda Persada Batam melalui Badan Penjaminan
Mutu (Quality Assurance).
2.2 Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) STIKes Mitra
Bunda Persada Batam
Bagian unit kerja didalam institusi STIKes Mitra Bunda
Persada Batam yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua
STIKes.
9
2.3. Landasan hukum Badan Penjaminan Mutu (Quality
Assurance) STIKES Mitra Bunda Persada Batam
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas
b. Permenristekdikti No 44 tahun 2015 Tentang Standar Nasional
Perguruan Tinggi
c. Permen No 50 tahun 2014 tentang Sisiem Penjamin Mutu
Pendidikan Tinggi
d. Surat Keputusan yang Ketua STIKES Mitra Bunda Persada
Batam /K/ STIKes-MBP/XI/206 tentang Standar Mutu
Pendidikan Tinggi STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
2.4. Visi Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) STIKES
Mitra Bunda Persada Batam
Terbangunnya Sistem Penjaminan Mutu yang mampu
membawa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Bunda Persada
menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang unggul dan terdepan
dalam penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Bidang
Kesehatan.
Menjadikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Bunda
Persada sebagai lembaga pendidikan yang selalu mengutamakan
dan mengembangkan budaya mutu dalam setiap aktifitasnya.
10
2.5. Misi Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) STIKes
Mitra Bunda Persada Batam.
1. Menetapkan harkat mutu program studi di STIKes Mitra
Bunda Persada secara berkala.
2. Memberikan saran perbaikan terhadap proses Pendidikan,
Penelitian, Pelayanan dan Pengabdian pada Masyarakat
(P2M), serta program pengembangan akademik di STIKes
Mitra Bunda Persada;
3. Memberikan saran terhadap perbaikan dan peningkatan mutu
akademik secara bertahap dan berkelanjutan
4. Mendampingi persiapan program studi untuk akreditasi
5. Memberikan masukan terhadap masalah-masalah tertentu
yang dihadapi oleh pengelola STIKes Mitra Bunda Persada
berkaitan dengan penjaminan mutu
6. Mempersiapkan personil Badan Penjamin Mutu Akademik
yang kompeten dalam penjaminan mutu akademik.
2.6. Tugas Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) STIKES
Mitra Bunda Persada Batam sebagai berikut :
1. Menyiapkan data dari semua unit kerja yang ada di STIKes
Mitra Bunda Persada Batam
11
2. Merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan SPM-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam
3. Menyusun dokumen-dokumen mutu dan perangkat yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan SPM-STIKes Mitra
Bunda Persada Batam
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan SPM-STIKes Mitra
Bunda Persada Batam
5. Memantau, menilai, mengaudit dan mengevaluasi
pelaksanaan SPM-STIKES Mitra Bunda Persada Batam
Mitra Bunda Persada Batam
6. Melakukan kajian - kajian terhadap pelaksanaan penjaminan
mutu pada unit kerja dan menyampaikan hasil kajiannya
kepada ketua STIKES, dengan tembusan sebagai masukan
untuk Senat STIKES Mitra Bunda Persada Batam
7. Menyiapkan sumberdaya manusia yang kompeten
melaksanakan penjaminan mutu, maupun penjaminan mutu
(auditor internal) di STIKES Mitra Bunda Persada Batam
12
2.7. Fungsi Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) STIKES
Mitra Bunda Persada Batam sebagai berikut :
1. Memberikan informasi dan konsultasi terkait kegiatan pada
unit kerja keempat prodi di STIKes Mitra Bunda Persada
Batam Mitra Bunda Persada Batam
2. Badan Penjaminan Mutu bertanggungjawab
menyelenggarakan sistem penjaminan mutu secara
keseluruhan di STIKes Mitra Bunda Persada Batam dan
mencapai indikator - indikator kinerja sesuai target yang telah
ditetapkan.
3. Mengembangkan sistem penjaminan mutu yang berkelanjutan
(Continuous Quality Improvement) di STIKes Mitra Bunda
Persada Batam
4. Memberikan layanan konsultasi, pendampingan dan
kerjasama dalam bidang penjaminan mutu perguruan tinggi.
5. Mengembangkan sistem informasi penjaminan mutu yang
adaptif dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi.
13
2.8. Organisasi Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
STIKes Mitra Bunda Persada Batam
Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) adalah Suatu
lembaga didalam institusi STIKes Mitra Bunda Persada Batam,
yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua STIKes. Yang
bertugas menyelenggarakan sistem penjaminan mutu di STIKes
Mitra Bunda Persada Batam guna mencapai indikator kinerja
yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Sistem
penjaminan mutu dilaksanakan secara berjenjang mulai dari
tingkat STIKes, Prodi dan Unit Penunjang (perpustakaan,
laboratorium).
Badan Penjaminan Mutu/Quality Assurance STIKes Mitra
Bunda Persada Batam dilengkapi dengan unit – unit penunjang
antara lain :
1. Unit pelaksana pangkalan data
2. Unit pelaksana penjaminan mutu akademik
3. Unit pengembangan SDM
4. Unit pengelola sistem informasi dan soft skill akademik
5. Unit pengelola alumni
6. Unit sarana dan prasarana
Pada tingkat STIKES dipimpin oleh seorang Kepala Badan
dengan dibantu oleh seorang Sekretaris, serta Unit Tugas Badan
14
Penjaminan Mutu yaitu suatu tim yang dibentuk oleh Kepala
Badan untuk suatu penugasan tertentu. Kepala Badan Penjaminan
Mutu bertanggung jawab langsung kepada Ketua, serta
berkoordinasi dengan para Pembantu Ketua dan pimpinan unit-
unit kerja dalam pelaksanaan penjaminan mutu STIKES Mitra
Bunda Persada Batam .
Badan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) diangkat dan
diberhentikan oleh Ketua STIKes untuk masa jabatan tiga tahun
dan dapat diangkat kembali untuk maksimal 2 (dua) kali masa
jabatan berikutnya.. Mekanisme serupa berlaku pula untuk Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di STIKES Mitra Bunda Persada Batam,
dengan diketuai oleh Kepala unit kerja yang bersangkutan.
2.9. Mekanisme Sistem Penjaminan Mutu Internal STIKes Mitra
Bunda Persada
2.9.1. Sistem Penjaminan Mutu Berkelanjutan STIKes Mitra
Bunda Persada
Upaya peningkatan mutu secara terus menerus yang
dilakukan di STIKes Mitra Bunda Persada Batam
diharapkan akan menumbuhkan budaya mutu sehingga akan
tercapai peningkatan standar yang berkelanjutan (continous
quality improvement). Salah satu model manajemen kendali
15
mutu yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action), yang menghasilkan pengembangan yang
berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu
perguruan tinggi. Model manajemen kendali mutu berbasis
PDCA, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Manajemen Kendali Mutu Berbasis PDCA
SDC
A
P
D
C
A
P
D
C
A
P
D
C
A
SDC
A
SDC
A
SDC
A
Continous
Improvement/K
aizen
S =
Standard
D = Do
C =
Check
A =
Action
P = Plan
D = Do
C =
Check
A =
Action
16
Beberapa prinsip yang harus melandasi pola pikir dan pola
tindak semua pelaku manajemen kendali mutu berbasis
PDCA adalah :
a. Quality first yaitu Semua pikiran dan tindakan
pengelola perguruan tinggi harus memrioritaskan mutu
.
b. Stakeholder-in yaitu Semua pikiran dan tindakan
pengelola perguruan tinggi harus ditujukan pada
kepuasan para pemangku kepentingan (internal dan
eksternal).
c. The next process is our stakeholders yakni Setiap
orang yang menjalankan tugasnya dalam proses
pendidikan pada PT harus menganggap orang lain yang
menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya tersebut
sebagai pemangku kepentingan yang harus dipuaskan.
d. Speak with data yaitu Setiap pengambilan keputusan/
kebijakan dalam proses pendidikan pada PT
seyogianya didasarkan pada analisis data, bukan
berdasarkan pada asumsi atau rekayasa
e. Upstream management yaitu Setiap pengambilan
keputusan / kebijakan dalam proses pendidikan pada
17
PT seyogianya dilakukan secara partisipatif dan
kolegial, bukan otoritatif .
Sedangkan untuk proses peningkatan mutu secara skematis
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3. Skema Peningkatan Mutu Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mitra Bunda Persada.
MONITORING
KEBIJAKAN & STANDAR PELAKSANAAN KERJA
STANDAR BARU
PENINGKATAN MUTU
RUMUSAN
KOREKSI
AUDIT OLEH AMI
EVALUASI DIRI OLEH
UNIT KERJA
18
2.9.2. Menajemen Kendali Mutu dalam SPMI STIKes Mitra Bunda
Persada Batam
.
Gambar 2.4. Manajemen Kendali Mutu
PENENTUAN STANDAR MUTU
AUDIT BUTIR MUTU
KESENJANGAN
STANDAR MUTU
DAN HASIL AUDIT
IDENTIFIKASI ACTION UNTUK MEMENUHI
STANDAR MUTU
MELAKSANAKAN ACTION
GABUNGAN PADA PROSES PDCA BERIKUTNYA
EVALUASI PENINGKATAN
STANDAR
MUTU
YA
TIDAK
19
2.9.3 Menuju Pemenuhan Penjaminan Mutu STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
SPM-STIKES Mitra Bunda Persada Batam dilakukan
atas dasar Penjaminan Mutu Internal (PMI), Penjaminan
Mutu Eksternal (PME), dan Evaluasi Program Studi
Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) yang dikaitkan dengan
perijinan penyelenggaraan program studi.
PMI- STIKES Mitra Bunda Persada Batam adalah
penjaminan mutu yang dilakukan oleh STIKES Mitra Bunda
Persada Batam (internally driven). Sistem beserta parameter
dan metoda yang dilakukan untuk mengukur hasil ditetapkan
oleh STIKES Mitra Bunda Persada Batam dengan mengacu
pada visi dan misi STIKES Mitra Bunda Persada Batam dan
berdasarkan pada pemenuhan Standar Nasional Pendidikan.
PME-STIKES Mitra Bunda Persada Batam adalah
penjaminan mutu yang dilakukan oleh badan akreditasi
seperti BAN-PT atau lembaga lain dengan cara yang
ditetapkan oleh lembaga akreditasi yang melakukan.
Lembaga akreditasi mewakili masyarakat sehingga sifatnya
mandiri. Penjaminan mutu eksternal ini yang menghasilkan
akreditasi wajib dilakukan oleh program studi seperti yang
diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas. EPSBED adalah
20
bentuk pengawasan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang
dilakukan oleh pemerintah, sesuai dengan amanah Undang-
Undang Sisdiknas, dan dikaitkan dengan izin
penyelenggaraan program studi.
Dokumen ini terutama menuju pada Pemenuhan
Penjaminan Mutu Internal, STIKES Mitra Bunda Persada
Batam yang sejak dari awal berdirinya komit pada mutu,
melekatkan tugas ini pada tugas struktural. Sejalan dengan
perkembangannya dan sesuai dengan harapan dari
pemerintah, maka di samping Senat Akademik dalam badan
penjaminan mutu STIKES Mitra Bunda Persada Batam
terdapat Senat Akademik dan Unit Jaminan Mutu.
2.9.4. Sasaran Penjaminan Mutu Internal STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
Sasaran Penjaminan Mutu Internal STIKES Mitra Bunda
Persada Batam, Berdasarkan Permenristekdikti Nomor 44
Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
meliputi::
1. Standar Nasional Pendidikan
a. Standar kompetensi lulusan
b. Standar isi pembelajaran
21
c. Standar proses pembelajaran
d. Standar penilaian pembelajaran
e. Standar dosen dan tenaga kependidikan
f. Standar sarana dan prasarana pembelajaran
g. Standar pengelolaan pembelajaran
h. Standar pembiayaan pembelajaran
2. Standar Nasional Penelitian
a. Standar hasil penelitian
b. Standar isi penelitian
c. Standar proses penelitian
d. Standar penilaian penelitian
e. Standar peneliti
f. Standar sarana dan prasarana penelitian
g. Standar pengelolaan penelitian
h. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
3. Standar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
a. Standar hasil pengabdian kepada masyarakat
b. Standar isi pengabdian kepada masyarakat
c. Standar proses pengabdian kepada masyarakat
d. Standar penilaian pengabdian kepada masyarakat
e. Standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat
f. Standar sarana dan prasarana pengabdian kepada masyarakat
22
g. Standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat
h. Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada
masyarakat
STIKES Mitra Bunda Persada Batam menambahkan
sejumlah standar selain selain yang terdapat pada SNPT,
misalnya :
1. Standar identitas
2. Standar kerjasama
3. Standar kemahasiswaan
4. Standar pengelolaan
5. Standar suasana akademik
6. Standar Sarana dan prasarana
7. Standar lahan praktik
2.9.5. Perangkat Sistem Penjaminan Mutu STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
a. Visi, misi, dan tujuan
b. Kebijakan
c. Renstra
d. Renop dan Anggaran
e. Peraturan dan Prosedur ( SOP)
23
f. Laporan
g. Audit
2.9.6. Proses Penjaminan Mutu STIKES Mitra Bunda Persada
Batam
Untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan
akademik dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan
oleh organisasi, STIKES Mitra Bunda Persada Batam
mengatur melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama, berdasarkan visi, misi dan tujuan yang
telah ditetapkan STIKES Mitra Bunda Persada Batam
tersebut diatas, senat menetapkan kebijakan dan standar.
2. Tahap kedua, berdasarkan kebijakan dan standar yang
telah ditetapkan, pimpinan STIKES Mitra Bunda
Persada Batam menyusun renstra yang berisi rencana
kerja untuk kurun waktu 3 tahun. Penyusunan renstra
dilakukan melalui pembahasan pimpinan STIKES Mitra
Bunda Persada Batam dengan pimpinan Program Studi,
Unit Pelayanan Teknis (UPT) terkait. Pengesahan
renstra dilakukan oleh Senat STIKES Mitra Bunda
Persada Batam dan Pengurus Yayasan.
24
3. Tahap ketiga, berdasarkan renstra yang telah disahkan
oleh Senat STIKES Mitra Bunda Persada Batam dan
Pengurus Yayasan, Ketua STIKES Mitra Bunda
Persada Batam bersama Kepala Program Studi, UPT
terkait menyusun renop dan anggaran yang berisi
rencana kerja secara lebih rinci untuk kurun waktu 1
tahun. Pengesahan renop dan anggaran bidang akademik
dilakukan oleh Senat pimpinan Program Studi, UPT
terkait dan Pengurus Yayasan.
4. Tahap keempat, berdasarkan renop yang telah disahkan
oleh Senat STIKES Mitra Bunda Persada Batam dan
Pengurus Yayasan, STIKES Mitra Bunda Persada Batam
dengan pimpinan Program Studi, UPT terkait menyusun
standar operasional kegiatan akademik. Pengesahan
standar akademik ini dilakukan oleh Ketua STIKES
Mitra Bunda Persada Batam.
5. Tahap kelima, berdasarkan renop dan standar operasional
yang telah disahkan, pimpinan Program Studi, UPT
terkait, menyusun ketentuan dan peraturan akademik
serta Standard Operating Procedure (SOP) agar dapat
menjadi pedoman pelaksanaan di Program Studi, UPT
terkait.
25
6. Tahap keenam, secara periodik ( minimal setiap semester
) Pimpinan Program Studi, UPT terkait. membuat
laporan pelaksanaan kegiatan akademik beserta realisasi
anggarannya.
7. Tahap ketujuh, berdasarkan laporan pelaksanaan kegiatan
yang telah dilakukan oleh pimpinan Program Studi, UPT
terkait, Ketua STIKES melakukan evaluasi dengan
meminta UPT Penjaminan Mutu (UPT-JM) melakukan
audit. Laporan hasil audit oleh UPT-JM akan diserahkan
ke Ketua STIKES dengan tembusan pimpinan Program
Studi, UPT terkait. Laporan hasil audit dan rekomendasi
UPT-JM akan dijadikan dasar oleh Ketua STIKES
dengan tembusan pimpinan Program Studi, UPT terkait
melakukan tindak lanjut penyelesaian atau untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan
kebijakan, standar, dan peraturan/SOP dimasa
mendatang.
26
BAB III
STANDAR MUTU
3.1 Pengertian Standar Mutu STIKES Mitra Bunda Persada
Batam
Standar Mutu adalah :
Pernyataan berisi kriteria untuk menetapkan dan/atau
mengevaluasi mutu dari suatu hal (mis: mutu program studi,
mutu dosen, mutu lulusan).
Pernyataan berisi jabaran/rincian karakteristik dari suatu hal
(mis: kompetensi lulusan dan kualifikasi dosen).
Pernyataan berisi perintah untuk melakukan sesuatu.
Pernyataan tentang sesuatu yang harus terjadi atau cita-cita atau
ide
Standar Mutu STIKES Mitra Bunda Persada Batam Batam
adalah Pernyataan berisi kriteria untuk menetapkan dan/atau
mengevaluasi mutu dari suatu hal (mis: mutu program studi,
mutu dosen, mutu lulusan) di STIKES Mitra Bunda Persada
Batam Batam.
Contoh :
Paling lambat pada tahun 2015 tercapai rasio dosen dan
mahasiswa sebesar 1:20
27
Setiap dosen pada perguruan tinggi X paling
lambat pada tahun 2015 harus telah memiliki :
Setiap dosen gelar minimal magister
Setiap dosen jabatan akademik minimal asisten
ahli
Setiap dosen memiliki sertifikat dosen
3.2 Jumlah Standar Mutu STIKES Mitra Bunda Persada Batam
Batam
Tidak ada jumlah ideal standar mutu dalam SPMI, SPMI-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam Batam, berlandaskan pada
Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang Standar
Nasional Perguruan Tinggi menetapkan 3 standar mutu yang
wajib , yaitu :
1. Standar Nasional Pendidikan
2. Standar Nasional Penelitian
3. Standar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat
STIKES Mitra Bunda Persada Batam Batam menambah jumlah
standar minimum dengan cara :
Menambah jumlah standar secara horizontal Misal standar
penelitian ilmiah, kesejahteraan, kerjasama, sistem informasi
28
Menambah jumlah standar secara vertikal yaitu di atas
dielaborasi lebih rinci menjadi beberapa standar turunan.
Misal standar sarana dan prasarana dijabarkan menjadi standar
kebersihan dan standar pemeliharaan ,Sedangkan melampaui
secara kuantitatif berarti Stikes Mitra Bunda Persada Batam
menambahkan sejumlah standar yang dijabarkan pada visi
perguruan tinggi, misalnya :
1. Standar identitas
2. Standar kerjasama
3. Standar pengelolaan
4. Standar suasana akademik
5. Standar Sarana dan prasarana
6. Standar pembiayaan
3.3 Penetapan Standar STIKES Mitra Bunda Persada Batam
Batam
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
penetapan standar, yaitu: Standar adalah penjabaran visi, misi, dan
tujuan perguruan tinggi Kepatuhan pada peraturan perundang-
undangan yang relevan dengan bidang pendidikan tinggi
29
Kesesuaian standar dengan kebutuhan, tuntutan atau
harapan pemangku kepentingan. Untuk mengetahui hal tersebut
perlu dilakukan studi pelacakan (tracer study)
3.3.1. Teknik Perumusan Standar
Perumusan standar menggunakan kata kerja yang
dapat diukur, contoh: menetapkan, membuat,
menyusun, merancang, dan hindari kata kerja yang
tidak dapat diukur, contoh memahami, merasakan
Rumusan standar harus memenuhi unsur :
1. AUDIENCE
2. BEHAVIOR
3. COMPETENCE
4. DEGREE
Contoh Perumusan Standar
Standar
Pimpinan perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan
sesuai kewenangan masing-masing harus
melakukan rekrutasi, pembinaan, dan
pengembangan dosen tetap agar paling lambat
pada tahun 2015 tercapai rasio dosen dan
mahasiswa sebesar 1:25.
30
Contoh Perumusan Standar
Anatomi Standar
Audience (subjek yang harus melakukan
sesuatu): Pimpinan perguruan tinggi, fakultas,
dan jurusan sesuai dengan kewenangan masing
masing
Behavior (apa yang harus dilakukan/dicapai):
harus melakukan rekrutasi, pembinaan dan
pengambangan dosen tetap
Competence (kriteria, target, cita-cita): tercapai
rasio dosen mahasiswa sebesar 1:20
Degree (tingkat/level/periode/frekuensi dari
behavior ): paling lambat tahun 2015
3.3.2. Tahap Penetapan Standar
1. Tim dibentuk sesuai dengan jenis standar yang akan
disusun beranggota antara lain unsur pimpinan,
unsur dosen, tenaga kependidikan, dan eksternal
stakeholders , yang disetujui oleh perguruan tinggi
2. Analisis kebutuhan standar dilakukan oleh Tim.
Analisis bermanfaat untuk menentukan ruang
lingkup, jenis dan jumlah standar yang
31
dibutuhkan. Untuk perguruan tinggi yang telah
memiliki standar, analisis kebutuhan dilakukan
sebagai bagian dari tindak lanjut atas hasil evaluasi
penerapan standar.
3. Standar dirumuskan berdasarkan peraturan
perudang-undangan terkait, hasil evaluasi diri
tentang kinerja yang sedang berjalan, masukan
dari stakeholders , dan hasil studi pelacakan
(kalau diperlukan).
4. Alternatif standar dianalisis dengan
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan
perguruan tinggi dibandingkan dengan standar
yang telah ada, ataupun benchmarking . Standar
ditetapkan dengan meramu visi dengan
kebutuhan stakeholders .
5. Sebelum disahkan, konsep standar disosialisasikan
kepada seluruh sivitas akademika, umpan balik
(apabila ada) dan perumusan ulang oleh tim
6. Standar perlu disahkan oleh pimpinan
perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di masing masing perguruan tinggi.
32
3.3.3. Formulir
1. Dokumen/formulir (sebagai dokumen yang
dibutuhkan dalam rangka penerapan, SPMI),
dirancang bersamaan dengan perumusan standar
mutu.
2. Dokumen/formulir dapat berupa berbagai bentuk
dan jenis formulir, buku laporan, petunjuk
operasional (SOP), catatan tertulis dari pengguna
standar maupun pengelola SPMI (auditor)
33
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
4.1 Definisi
Tujuan utama dari penyelenggaraan program studi
(selanjutnya disebut prodi) yang terdapat pada STIKes Mitra
Bunda Persada Batam adalah menghasilkan lulusan sesuai
dengan criteria yang ditetapkan oleh Stikes sebagai pengelola
prodi itu. Kriteria kelulusan mahasiswa dari suatu prodi
lazimnya dirumuskan dalam bentuk standar Kompetensi
Lulusan. untuk jenjang pendidikan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, maupun
vokasi, keberadaan standar ini menjadi sangat mutlak dan
strategis sifatnya.
Pasal 5 butir 1 Permen no 49 tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi , menyebulkan bahwa "Standar
Kompetensi Lulusan merupakan k tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dinyatakan dalam capaian pembelajaran
lulusan". Pasal 5 butir 2 sampai dengan 3 dari peraturan yang
sama disebutkan bahwa :
1. Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan
34
capaian pembelajaran lulusan sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi pembelajaran, standar dosen tenaga pendidikan dan
standar sarana prasarana pembelajaran, standar pengelolaan
pembelajaran dan standar pembiayaan pembelajaran
2. Rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mengacu capaian pembelajaran
lulusan KKNI, memiliki kesetaraan dan jenjang kualifikasi
pada KKNI.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan,
keterampilan,kemandirian, dan sikap untuk menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni,
yang bermanfaat bagi kemanusiaan'. Terakhir, Pasal 27 ayat (2)
menegaskan bahwa "Standar Kompetensi lulusan pendidikan tinggi
ditetapkan oleh Stikes Mitra Bunda Persada Batam". Pada bagian
penjelasannya diketahui bahwa "Standar kompetensi lulusan
pendidikan tinggi dikembangkan oleh STIKes Mitra Bunda
Persada Batam sesuai dengan karakteristik progmm studi
akademik, vokasi, dan profesi".
35
Sementara itu Pasal 1 Keputusan Mendiknas No.
045/U12002 tentang Kurikulum lnti Pendidikan Tinggi,
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah
"seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung – jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan
tertentu". Kemudian, Pasal 2 ayat (1) menyebut bahwa
"Kompetensi hasildidik suatu program studilerdiri atas: (a).
kompetensi utama (b). kompetensi pendukung, (C) kompetensi
lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama”.
Kompetensi utama adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
lulusan suatu prodi yang membedakan dengan lulusan prodi
lainnya. Ayat 2 pada pasal yang sama hanya menyebutkan bahwa
elemen kompetensi terdiri atas :(a) landasan kepribadian, (b)
penguasaan ilmu dan keterampilan, (c) kemampuan berkarya,
(d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat kehalian
berdasaarkan ilmu dan keterampilan dikuasai, (e) pemahaman
kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan
keahlian dalam berkarya.
36
4.2 Mekanisme Penetapan Standar Kompetensi Lulusan
Berdasarkan keputisan Mendiknas tahun 2002 tentang
Kurikulum inti pendidikan Tinggi, sebagaimana dikutip diatas,
dapatlah dikatakan bahwa setiap perguruan tinggi perlu
mengidentifikasi terlebih dahulu jenis atau ragam kopetensi
lulusannya sesuai dengan tiga kategori kopetensi yang disebut
dalam Keputusan Mendiknas tersebut sebelum menyusun atau
merumuskan isi dari standar Kompetensi kelulsan. Oleh karena
peraturan perundang-undangan tersebut tidak menyebutkan criteria
tentang masing-masing kategori kopetensi ( kecuali kompetensi
utama yang disebut sebagai kompetensi yang membedakan lulusan
dari setiap prodi ), maka setiap perguruan tinggi memiliki
kebebasan untuk membuat criteria tersebut yang tentunya harus
sesuai atau sejalan dengan:
a. Visi misi dan tujuan dari perguruan tinggi ; dan
b. Visi, misi dan tujuan dari setiap fakultas / jurusan / program
studi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi tersebut
Oleh karena itu, kompetensi utama lulusan dari ilmu
kebidanan pasti berbeda dengan kompetensi utama lulusan dari
prodi keprawatan , prodi DIII keperawatan berbeda dengan prodi
S! keperawatan , dstnya walaupun semuannya adalah lulusan dari
Stikes Mitra Bunda Persada. Lebih lanjut terbuka juga
37
kemungkinan bahwa stikes mitra bunda persada menetapkan pula
kompetensi lulusan yang sifatnya lebih umum yang harus dimiliki
oleh para lulusan terlepas dari apapun prodinya. Dengan demikian
lulusan dari stikes mitra bunda persada tersebut harus memiliki
kompetensi yang khas atau sesuai dengan prodinya, dan
kompetensinya yang lebih umum sifatnya yang juga dimiliki oleh
rekanya lulusan dari prodi lain.
Sebagai contoh kompetensi lulusan yang sifatnya umum adalah
sebagai berikut :” setiap lulusan program Statra ! di Stikes mitra
bunda persada harus memiliki kecakapan berbahasa inggris yang
ditentukan berdasarkan nlai minimum TOEFEL 550”. Contoh lain
misalnya kompetensi yang menyangkut sikap atau perilaku yang
terbuka ( inklusif, demikratis, dan toleran ). Tentunya dapat
dipahami mengapa kompetensi berupa kecakapan berbahasa
inggris menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap lulusan
Stikes Mitra Bunda Persada apapun asal prodinya. Demikian juga
kompetensi berupa sikap dan perilaku yang peduli pada mereka
yang tersisih tidak cukup hanya disyaratkan bagi lulusan prodi
tertentu melainkan untuk lulusan semua prodi dari STIKES Mitra
Bunda Persada Batam tersebut. Kompetensi yang sifanya lebih
umum ini dapat diturunkan atau diolah dari nilai-nilai dasar ( basic
values ) yang menjiwai penyelenggaraan suatu STIKES Mitra
38
Bunda Persada batam. Sedangkan contoh kompetensi lulusan yang
sifatnya khusus / khas prodi ( atau kompetensi utama menurut
keputusan mentri diatas ) adalah sebagai berikut “ setiap lulusan
program studi ilmu kebidanan STIKES Mitra bunda persada batam
harus :
a. Memiliki kemahiran untuk pelayanan antenatal care
b. Memiliki kemahiran untuk membantu persalinan normal
c. Memiliki kemahiran untuk pelayanan setelah melahirkan
d. Memiliki kemahiran untuk merawat bayi baru lahir
e. memiliki pengalaman sebagai mahasiswa magang pada
pusat pelayanan ibu dan anak selama 3 bulan,dst
Sampai pada contoh ini memang dapat muncul
pertanyaan: bila mengacu pada Keputusan Mendiknas No.
045/U/2002, maka ke dalam kategori kompetensi apa rumusan
kompetensi umum di atas (misal kemampuan berbahasa
asing, bersikap toleran dan terbuka, dsbnya) Layak
dikategorikan? apakah masuk ke dalam kategori kompetensi
pendukung atau kompetensi lain yang bersifat khusus dan
gayut dengan kompetensi ulama? Jawabannya : terserah pada
masing-masing prodi dari setiap STIKES Mitra Bunda Persada
Batam untuk menatanya sendiri dengan memperhatikan
39
masukan dari masyarakat profesi dan dunia kerja sebagai
pengguna lulusan.
penataan atau penjabaran jenis kompetensi kedalam
beberapa kategori/ kelompok inidapat dilakukan bersamaan
misalnya dengan penataan kurikulum prodi termaksud. Perlu
diingat bahwa walaupun terdapat berbagai kategori
kompetensilulusan. namun semuanya tidak boleh saling
bertentangan atau tumpang tindih. Kompetensi lulusan tentunya
juga menyesuaikan dengan visi, misi, nilai dasar STIKes Mitra
Bunda Persada Batam. Sehingga bisa dirumuskan beberapa
pertanyaan sebelum menetapkan standar kompetensi lulusan :
apa yang menjadi visi dan misi STIKES Mitra Bunda Persada
Batam anda?
a) apa yang menjadi visi dan misi fakultas / jurusan / program
studi anda?
b) apa nilai-nilai dasar yang diyakini oleh STIKES Mitra
Bunda Persada Batam / fakultas / jurusan/
c) prodi anda? sudahkah fakultas / jurusan / program studi
anda mengidentifikasi kategori
d) kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusannya? sudahkah
fakultas / jurusan I program studi anda memperhatikan
keselarasan antara
40
e) visidan misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam,
fakultas/ jurusan / prodidengan kategori kompetensiyang
harus dimiliki oleh lulusan? apakah STIKES Mitra Bunda
Persada Batam anda juga mensyaratkan kompetensi yang
sifatnya umum
f) yang tidak hanya harus dimiliki oleh lulusan dari prodi
anda? bagaimana seluruh kompetensi lulusan tersebut
mendapat tempat di dalam isi
g) kurikulum fakultas / jurusan / prodi anda? sudahkah
kurikulum fakultas / jurusan / prodi anda diramu
sedemikian rupa
h) sehingga mendukung proses pembelajaran agar lulusannya
dapat menguasai seluruh kompetensi lersebut? siapa saja
yang bertanggungjawab untuk memenuhi
isistandarersebut (audiences),
i) apakah dosen, dekan, ketua jurusan, ketua prodi, atau
lainnya? siapa pemangku kepentingan (stakeholders)
yang harus dilibatkan dalam upaya
j) menetapkan kompetensi lulusan, dan bagaimana caranya?
41
4.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan
Agar memudahkan pelaksanaan atau pemenuhan isi
Standar Kompetensi Lulusan, maka sebaiknya dalam
merumuskan isi standar perlu diperhatikan bahwa:
1) Standar berupa pemyataan yang menggambarkan sesuatu
hal (dapat berupa kondisi,keadaan, atau lainnya) yang
diharapkan akan terjadi atau yang seharusnya terjadi
(what should be)
2) Agar standar tersebut dapat dilaksanakan atau diupayakan
pemenuhannya, maka rumusan standar sebaiknya
mengikuti rumus atau prinsip Audience, Behaviour,
Competence, dan Degree (ABCD).
Artinya, isi sebuah standar idealnya :
a. Menyebutkan siapa pengelolanya atau siapa yang ditugasi
untuk menjalankan atau menjamin terpenuhinya isi standar
(Audience). Bila dibandingkan dengan struktursebuah kalimat
lengkap, maka audience ini menunjuk pada subyek kalimat
b. Memuat kondisi/keadaan yang bersifat 'should be' yang selalu
harus dapat diukur. Hal yang dapat diukur ini lazimnya akan
berupa perilaku (Behaviour). Dalam struktur kalimat
lengkap,bagian ini dapat disamakan dengan predikat.
c. Memuat target I sasaran / tugas /materi / obyek , seperti
42
obyek dalam struktur sebuah kalimat lengkap. Bagian ini
disebut Competence
d. Memuat tingkatan / satuan waktu / periode yang disebut Degree.
Bagian ini mirip dengan kata keterangan dalam struktur
sebuah kalimat. Berikut ini beberapa contoh rumusan isi
Standar Kompetensi Lulusan yang memenuhi unsure ABCD
tersebut :
1)"Ketua program studi menetapkan kualifikasi kompetensi
rumusan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.', Dalam rumusan ini Audience nya adalah ketua
prodi, Behaviournya adalah menetapkan, competence nya
adarah kualifikasi kompetensi rurusan, dan Degree nya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2) "Ketua menetapkan kompetensi utama yang harus dimiriki oleh
lulusan dari prodi ilmu Teknik Sipil dengan syarat sebagai
berikut:
a) harus meliputi kompetensi daram ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
b) perbandingan bobot masing-masing kelompok
kompetensi pada butir “a” harus proporsional udiencenya
adalah Dekan Fakultas, Behaviournya menetapkan
kompetensi utama rumusan, competencenya kedua
43
syarat tersebut
3) "Untuk menentukan kompetensi utama lulusan dari prodi
ilmu keperawatan, Ketua program Studi berkonsultasi
dengan organisasi profesi". Audiencenya adalah Ketua
program Studi, Behaviournya berkonsultasi, competencenya
untuk menentukan
4) kompetensi utama lulusan.
5) "Setiap dosen pada setiap awal semester harus membuat
satuan Acara Perkuliahan untuk mata kuliah yang diasuhnya
dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) mengidentifikasi jenis kompetensi yang diharapkan
dapat dikuasai mahasiswa melalui mata kuliah tersebut.
b) menyebut metode pembelajarannya.
c) Dsbnya
6) ".Setiap dosen adalah Audience, harus membuat SAP adalah
Behaviour, seperangkat kriteria sebuah SAP adalah
competence, dan setiap awal semester adalah Degree.
4.4 Mekanisme Pengendalian Standar Kompetensi Lulusan
Mekanisme pengendalian Standar Kompetensi Lulusan
mensyaratkan agar setiap unit didalam lingkungan STIKes
Mitra Bunda Persada Batam harus mampu mengontrol dan
44
memantau penerapan standar secara konsisten di lapangan
atau pada kondisi faktual. Kemudian, bilamana perlu
pimpinan unit tersebut segera mengambil tindaka korektif
apa bila ditemukan adanya penyimpangan atau kesalahan.
Dengan kata lain, pesan utama dalam mekanisme ini
adalah agar unit yang bersangkutan selalu melakukan
pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi
atau telah ditaati. Sebagai pedoman, mekanisme pengendalian
standar ini harus mengacu pada aturan normatif (bila ada),
visi dan misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam dan/atau
fakultas/jurusan/prodi, serta keterkaitannya dengan isi standar
lain yang relevan di dalam SPMI- STIKes Mitra Bunda
Persada Batam. Untuk kepentinga pengembangan isi standar
pada siklus penjaminan mutu berikutnya (misalnya bila SPMI-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam tersebut dievaluasi
berkala setiap 5 tahun), maka sebaiknya pengelola Standar
Kompetensi Lulusan membuat catatan tertulis yang memuat
semua data dan informasi tentang pencapaian substansi standar,
penyebab terjadinya ketidaksesuaia antara tingkat pencapaian
dengan substansi standar, dan tindakan korektif yang diambil.
Sebagai contoh konkrit, isi Standar Kompetensi Lulusan yang
mewajibkan penguasaan kemampuan berbahasa lnggris setiap
45
mahasiswa ekuivalen dengan nilai TOEFL minimal 500,
dalam penerapannya temyata menghadapi kendala atau bahkan
gagal dicapai sebab terbukti misalnya hanya 40% dari jumlah
lulusan keseluruhan setiap tahun yang mampu meraih nilai
tersebut.
Apabila hal ini lerjadi maka Dekan Fakultas dan/atau
Kepata Prodi serta Pimpinan Universitas harus mampu
mencari penyebab kegagalan pencapaian isi standar mutu
tersebut dan kemudian mengambil tindakan korektif dengan
tepat sambil mencatat semua penemuan itu untuk kepentingan
penyempumaan standar mutu pada siklus berikutnya. Mungkin
saja, pejabat atau para pengelola standar mutu Kompetensi
Lulusan tersebut menemukan bahwa penyebab kegagalan
adalah (a). jumlah kelas terstruktur untuk matakuliah Bahasa
lnggris terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa
yang harus mengambil matakuliah tersebut, atau (b). metode
penyelenggaraan kursus Bahasa lnggris ternyata tidak tepat /
tidak sesuai dengan pola test TOEFL, atau (c). kualifikasi
pengajar Bahasa inggris temyata belum memenuhi standar
(unqualified), atau mungkin juga (d). mutu mahasiswanya yang
temyata jauh di bawah standar karena sistem rekruitasi calon
mahasiswa sejak awal yang tidak baik, dsbnya.
46
Pada akhirnya, mekanisme pengendalian Standar
Kompetensi Lulusan kemudian akan diikuti dengan
mekanisme pengembangan Standar Kompetensi Lulusan setelah
terlewatinya jangka waktu tertentu, misalnya 5 atau 7 tahun.
Tujuan dari mekanisme pengembangan standar ini adalah untuk
mengevaluasi sejauh-mana pencapaian isi standar oleh para
pengelola standar, dan menjajagi kemungkinan untuk
meningkatkan isi standar agar terjadi peningkatan mutu secara
bertahap dan berkelanjutan. Tahap inilah yang disebut sebagai
langkah akhir dari satu siklus penjaminan mutu secara utuh,
dan sekaligus menjadi langkah awal dari siklus berikutnya
Sebagai penutup, dapatditambahkan bahwa setiap STIKes
Mitra Bunda Persada Batam dapat memperluas isi dari Standar
Kompetensi Lulusan dengan misalnya memasukkan unsur-unsur
lain yang tetap berkaitan erat dengan kompetensi lulusan.
Sebagai contoh, misalnya dapat ditetapkan standar mutu
tentang peningkatan kemampuan para lulusan seperti
penyediaan informasi bagi para lulusan baru (fresh graduates)
untuk meniti karir, dan penyediaan kursus/pelatihan/pendidikan
berkela njutan dalam upaya meningkatkan kompetensi
lulusan. Dengan kata lain, isi standar mutu Kompetensi Lulusan
tidak hanya berhenti pada upaya peningkatan mulu para calon
47
lulusan saja, melainkan juga ditujukan untuk para alumni
STIKES Mitra Bunda Persada Batam yang bersangkutan
48
BAB V
STANDAR ISI PEMBELAJARAN
5.1 Definisi
Buku tentang Standar isi ini dimaksudkan untuk
memberi inspirasi STIKES Mitra Bunda Persada Batam dalam
melaksanakan SPMI, khususnya dalam hal menetapkan,
melaksanakan, dan mengendalikan Standar Isi. Tentunya,
pelaksanaan pemenuhan berbagai standar dalam SPMI- STIKes
Mitra Bunda Persada Batam, termasuk Standar Isi, perlu
bertahap sesuai dengan kesiapan STIKes Mitra Bunda
Persada Batam, namun sebaiknya perlu disusun kerangka
waktu yang jelas untuk pelaksanaannya atau perlu disusun Blue
Print.
Berdasarkan Buku Panduan Pelaksanaan Sistem
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (2006) ada beberapa
formulasi SPMI, tetapi apabila dicermati lebih dalam, maka
dapat dicatat beberapa kata kunci yang sama terkandung dalam
kegiatan tersebut, yaitu :
1. Penetapan standar
2. Pelaksanaan
3. Monitoring dan Evaluasi
49
4. Audit mutu Internal (AMI)
5. Peningkatan kualitas dan benchmarking
Pada prinsipnya, STIKES Mitra Bunda Persada Batam
apabila akan merumuskan dan menetapkan substansi dari
berbagai standar mutu dalam SPMI nya, dan khusus dalam hal
ini tentang Standar Isi, seyogjanya terlebih dahulu memahami
peraturan perundang-undangan yang mengatur, atau yang
relevan dengan, Standar Isi. Dalam konteks ini, peraturan
tersebut adalah (a). Permen No. 44 tahun 2015 tentang SNPT).
Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belajar Mahasiswa, dan (c). Keputusan Mendiknas
No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
5.2 Mekanisme Penetapan Standar Isi
Standar Isi Stikes Mitra Bunda Persada Batam adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi lulusan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata kuliah, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh mahasiswa pada Stikes Mitra Bunda
Persada Batam. Hal ini berarti bahwa substansi Standar Isi
tidak lain adalah tentang kurikulum, dan standar ini akan
berkaitan dengan standar mutu lain di dalam SPMI - Stikes
50
Mitra Bunda Persada Batam yaitu Standar Proses
Pembelajaran, Standar Penilaian pendidikan, dan Standar
Kompetensi Lulusan. Untuk memperjelas posisi Standar Isi
dalam kurikulum suatu program studi dan kaitannya dengan
Standar Proses dan Standar Penilaian Pendidikan dapat
dilihat skema kurikulum pada
Tabel 5.1
Kandungan dalam Kurikulum STIKES Mitra Bunda
Persada Batam
KURIKULUM
DOKUMEN
(CURRICULUM PLAN)
Serangkaian Mata Kuliah
Silabus
Program Kegiatan
Pembelajaran (RPS)
KEGIATAN NYATA
(ACTUAL CURRICULUM)
Proses Pembelajaran
Proses Evaluasi
(Assessment)
Penciptaan Suasana
Pembelajaran
Berdasarkan Tabel. dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan Standar Isi dalam SNP adalah dokumen kurikulum
51
(curriculum plan) suatu program studi. Kegiatan nyata
kurikulum (actual curriculum) yaitu proses pembelajaran
dan penciptaan suasana pembelajaran sama dengan standar
proses dalam SNP dan proses evaluasi (assessment) sama
dengan standar penilaian pendidikan dalam SNP.
Adapun kualifikasi kemampuan lulusan pendidikan tinggi
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
tercakup dalam kurikulum tersebut dinyatakan dalam standar
kompetensi lulusan dalam SNP. Berdasarkan informasi ini
dapat dinyatakan bahwa kurikulum merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu program studi karena menyangkut 4
butir standar dalam SNP. Untuk itu peningkatan mutu kurikulum
merupakan keniscayaan bagi suatu perguruan tinggi.
Karena Standar Isi merupakan bagian yang tidak dapat
terpisahkan dengan kurikulum maka untuk memperjelas maksud
Standar Isi dalam bab ini dituliskan definisi kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana clan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara
penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajarmengajar
diperguruan tinggi (SK Mendiknas No. 232/U/2000 Psl. 1
butir 6). Kurikulum dipahami sebagai dokumen dan sebagai
52
kegiatan nyata pendidikan tinggi yang menjadi dasar
penyelenggaraan program studi. Kurikulum tersusun atas dua
hal yaitu :
1. Kurikulum Inti yang mencirikan kompetensi utama.
2. Kurikulum Institusional yang merupakan bagian dari
kurikulum STIKes Mitra Bunda Persada Batam,
komplementer dengan Kurikulum Inti, disusun dengan
memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan
serta ciri khas STIKes Mitra Bunda Persada Batam
yang bersangkutan (SK Mendiknas No. 145/D/O/2009).
Kurikulum disusun berdasarkan atas elemen – elemen
kompentensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk
mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan
kompetensi lain. Proses penetapan Standar Isi perlu
dilakukan secara berjenjang dimulai di tingkat STIKes Mitra
Bunda Persada Batam dan tingkat program studi. Penetapan
standar mutu di tingkat yang lebih rendah perlu mengacu
kebijakan standar mutu ditingkat yang lebih tinggi dan
menyempurnakannya, sehingga standar mutu tersebut
menjadi sesuai untuk masing-masing unit kerja . Standar Isi
STIKes Mitra Bunda Persada Batam secara deduktif
merupakan penjabaran visi STIKes Mitra Bunda Persada
53
Batam dan secara induktif merupakan pemenuhan kebutuhan
stakeholders dari STIKES Mitra Bunda Persada Batam tersebut.
Proses penetapan Standar lsi perlu dilakukan secara
berjenjang dimulai ditingkat Stikes, kemudian dan tingkat
program studi. Penetapan standar mutu ditingkat yang lebih
rendah perlu mengacu kebijakan standar mutu ditingkat
yang lebih tinggi dan menyempumakannya, sehingga standar
mutu tersebut menjadi sesuai untuk masing-masing institusi.
Standar lsi perguruan tinggi secara deduKif merupakan
penjabaran visi perguruan tinggidan secara induktif merupakan
pemenuhan kebutuhan stakehalders dari perguruan tinggi
tersebut.
Apa substansi (atau kriteria) dari Standar lsi yang perlu
dirumuskan dan ditetapkan oleh STIKES Mitra Bunda Persada
Batam agar dapat dikatakan memenuhi kriteria dari SNP?
Jawabannya adalah dengan mempelajari isi dari Pasal 5, 9,15,
17 ayat (4), dan 18 dari Permenristekdikti No. 44 tahun 2015
sebagaimana telah dikutip di atas, dan berikut ini diulang
kembali dalam bentuk Tabel 4.l. Dalam Tabel l terlihat ada
substansi dari Standar lsi yang telah ditetapkan oleh PP. No.
19/2005 dan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas), tetapi ada juga yang perlu ditetapkan oleh
54
STIKES Mitra Bunda Persada Batam. Jumlah substansi standar
yang perlu ditetapkan oleh STIKES Mitra Bunda Persada
Batam relatif lebih banyak dari pada yang telah ditetapkan
oleh Permenristekdikti No. 44/2015 dan Permendiknas. Hal
ini dapat disikapi dengan suatu pemikiran yang positif bahwa
pemerintah memberi keleluasaan terhadap STIKES Mitra
Bunda Persada Batam untuk berkembang sesuai dengan
kondisi, kemampuan, dan budaya masing-masing. Suatu
perguruan tinggiwajib menetapkan dan melaksanakan secara
konsisten'dan bekelanjutan kandungan Standar lsitersebut. Hal
ini dimaksudkan agar perguruan tinggi dapat memenuhi SNP
bahkan selanjutnya dapal melampaui SNP baik dalam
jumlah maupun level dari substansi (kriteria) standar tersebut.
Dalam proses penetapan Standar lsi, tim atau satuan
tugas SPMl- STIKes Mitra Bunda Persada Batam perlu
memetakan dan merum uskan secaia lebih detil substansi dari
Standar lsi, baik yang secara minimal telah diatur oleh
Pemerintah melalui SNP seperti disebut di atas, ataupun
substansi Standar lsi yang melebihi standar minimal menurut
SNP itu. Berikut ini contoh dari pemetaan tersebut.
55
I. Substansi Standar Isi minimum berdasarkan SNP :
a. Substansi Standar Isi yang telah ditetapkan oleh PP. No.
19/2005:
1. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan , Bahasa Indonesia,
dan Bahasa Inggris, pada program sarjana dan
diploma.
2. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi program
sarjana dan diploma wajib memuat mata kuliah
yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta
mata kuliah Statistika, dan/atau Matematika
b. Substansi Standar isi yang telah ditetapkan oleh Per
mendiknas:
1. Beban sks minimal dan maksimal program
pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Permen (perlu
mengacu permen yang akan ada).
2. Kalender akademik untuk perguruan tinggi diatur
lebih lanjut dengan Permen (perlu mengacu
permen yang akan ada).
c. Substansi Standar Isi yang perlu ditetapkan oleh STIKES
56
Mitra Bunda Persada Batam :
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum STIKes
Mitra Bunda Persada Batam dikembangkan oleh
STIKES Mitra Bunda Persada Batam untuk setiap
program studi.
2. Dalam mengembangkan kerangka dasar dan
struktur kurikulum, STIKes Mitra Bunda Persada
Batam perlu melibatkan asosiasi profesi, instansi
pemerintah terkait, dan kelompok ahli yang
relevan.
3. Kurikulum tingkat STIKES Mitra Bunda Persada
Batam dan kedalaman muatannya diatur oleh Stikes
Mitra Bunda Persada Batam.
4. Beban sks efektif diatur oleh STIKES Mitra Bunda
Persada Batam.
5. Kurikulum tingkat pendidikan untuk setiap
program studi di Stikes Mitra Bunda Persada
Batam dikembangkan dan ditetapkan oleh STIKES
Mitra Bunda Persada Batam dengan mengacu
57
Tabel 4.2
Anatomi Standar Isi Menurut PP No.19 TAhun 2005
Tentang SNP
Diatur Oleh
PP.No.19 / 2005 Permen Diknas Perguruan
Tinggi
Kurikulum
tingkat
pendidikan
tinggi wajib
memuat mata
kuliah
pendidikan
agama,
pendidikan
kewarganegara
an, Bahasa
Indonesia, dan
Bahasa Inggris,
pada program
sarjaa dan
diploma.
Beban sks
minimal dan
maksimal
program
pendidikan
pada
pendidikan
tinggi
dirumuskan
oleh BNSP
dan
ditetapkan
dengan
Permen.
Kalender
akademik
Kerangka
dasar dan
struktur
kurikulum
pendidikan
tinggi
dikembangkan
oleh PT ybs.
Untuk setiap
program studi.
Dalam
mengembangk
an kerangka
dasar dan
struktur
kurikulum,
58
Kurikulum
tingkat
pendidikan
tinggi program
sarjana dan
diploma wajib
memuat mata
kuliah yang
bermuatan
kepribadian,
kebudayaan
serta mata
kuliah
Statistika,
dan/atau
Matematika.
untuk
perguruan
tinggi diatur
lebih lanjut
dengan
Permen.
perguruan
tinggi
melibatkan
asosiasi
profesi,
instansi
pemerintah
terkait, dan
kelompok ahli
yang relevan.
Kurikulum
Tingkat
pendidikan
tinggi dan
kedalaman
muatannya
diatur oleh
perguruan
tinggi masing-
masing.
Beban SKS
efektif
59
program
pendidikan
tinggi diatur
oleh masing-
masing
perguruan
tinggi.
Kurikulum
tingkat
pendidikan
untuk setiap
program studi
di perguruan
tinggi
dikembangkan
dan ditetapkan
oleh masing-
masing
perguruan
tinggi dengan
mengacu pada
SNPO.
60
II. Substansi Standar Isi yang melampaui SNP
Salah satu cara sederhana dan praktis dalam
perumusan substansi Standar Isi yang melampaui SNP
dapat dilakukan dengan Cara memperhatikan dua
aspek tersebut dan merujuk pada Standar Penjaminan
Mutu Eksternal (akreditasi atau sertifikasi) yang dicita -
citakan. Tim yang ditunjuk melakukan pencermatan
substansi yang sesuai dengan visi dan kebutuhan
stakeholders dan yang ada dalam Standar yang diacu
tersebut tetapi belum ada dalam SNP. Penetapan Standar
Isi seyogyanya secara bertahap sesuai dengan kemampuan
STIKES Mitra Bunda Persada Batam tersebut tetapi
terprogram dengan baik.
Tabel 4.3
Standar isi yang ditetapkan oleh per guruan tinggi
sesuai dengan SNP dan melampaui SNP
Standar Isi Suatu
Prodi sesuai dengan
SNP
Standar Isi Suatu Prodi
diluar
No Sub Kriteria No Sub Kriteria
1 Struktur 1 Kesesuaian
61
Kurikulum Kurikulum dengan
visi dan misi program
studi.
2 Cakupan
Kurikulum
2 Ketersediaan Peta
Kurikulum
3 Relevansi
Kurikulum
3 Urutan (sequence)
mata kuliah di dalam
peta kurikulum
4 Beban Kredit
Kurikulum
4 Urutan (sequence)
pelaksanaan mata
kuliah di dalam
kurikulum
dibandingkan peta
kurikulum
5 Integrasi
Kurikulum
5 Kesesuaian keahlian
dosen dengan mata
kuliah yang diajarkan
6 Fleksibilitas
Kurikulum
6 Relevansi peninjauan
kurikulum
7 Fleksibilitas mata
kuliah pilihan
8 Kesesuaian keahlian
62
dosen dengan
matakuliah yang
diajarkan
9 Kesesuaian Praktikum
10 Kecukupan modul
praktikum
5.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Isi
Mekanisme Pehan Standar Isi oleh STIKes Mitra Bunda
Persada Batam dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan
untuk mendapatkan standar isi sebagai mana yang diharapkan
oleh STIKes Mitra Bunda Persada Batam. Pemenuhan standar
isi dapat dinyatakan dalam tahapan kegiatan mulai dari
penyusunan, penyempurnaan atau peninjauan kurikulum oleh
STIKes Mitra Bunda Persada Batam yang menghasilkan
dokumen kurikulum.
63
Gambar 4.1. Diagram Alir Kegiatan Peninjauan Kurikulum
5.4 Mekanisme Pengendalian Standar Isi
Manejemen pengendalian standar isi mengandung dua
makna yaitu : evaluasi dan usaha peningkatan standar. Oleh
karena itu dalam tahap ini dilaksanakan kegiatan evaluasi
terhadap implementasi Standar Isi (Proses pembelajaran, Proses
evaluasi dan menciptakan suasana pembelajaran) yang selanjutnya
berdasarkan hasil evaluasi tersebut dilakukan usaha peningkatan
yang berkelanjutan (Continous Quality Improvement/CQI).
64
Secara umum kegiatan evaluasi pemenuhan standar isi
bertujuan mengetahui kesesuaian dan ketercapaian pelaksanaan
standar isi dibandingkan dengan standar isi yang telah
ditetapkan. Untuk itu, kegiatan evaluasi harus didasarkan atas
: (1) implementasi dokumen kurikulum, (2) kalender akademik
(proses pembelajaran, proses evaluasi dan penciptaan suasana
pembelajaran) (3) evaluasi penyempurnaan kurikulum yang
dilaksanakan secara terus menerus setiap akhir semester dan
(4). Evaluasi peninjauan kurikulum dilaksanakan setiap 4 – 5
tahun sekali.
65
Tabel 4.4.
Mekanisme manajemen pengendalian standar isi
Kegiatan Penanggung
jawab
Perumusan Standar Mutu Prodi :
Misi dan Visi Prodi dan Spesifikasi
Prodi dan Kompetensi Lulusan,
Kurikulum
Ket.Jurusan/Ka.Pro
di dan disyahkan
rapat jurusan . Bila
diperlukan
dibentuk tim
perumus
Pemenuhan standar
Kegiatan Akademik dan penunjang
Ket.Jurusan/Ka.Pro
di/Sek.Jurusan/Sek.
Prodi
Kegiatan Perkuliahan, Kerja Praktek,
Penelitian Mahasiswa dan Tugas Akhir
Sek.Jurusan/Sek.Pr
odi/Pembantu
Pengurus Jurusan 1
(PPJ 1)
Kegiatan kerjasama, penelitian dan
pengabdian masyarakat
Pembantu
Pengurus Jurusan 2
Kegiatan co-kurikuler :
Success skill training, personal
development programs, career
workshop, dll
Pembantu
Pengurus Jurusan 3
Pengendalian standar
Evaluasi Penyempurnaan Kurikulum
Sek.Jurusan/Sek.Pr
odi/PPJ
66
1/Dosen/Mahasisw
a
Pengendalian Standar
Evaluasi Peninjauan Kurikulum
Badan Penasehat,
Penguji dari luar,
Alumni, Pengguna,
Mahasiswa
67
BAB VI
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN
6.1 Definisi
Di dalam Pasal 1 Butir 10 Peraturan Mentri Pendidkan dan
Kebudayaan RI.No.44/2015 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tinggi, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Dilingkungan pendidikan tinggi, interaksi
tersebut terjadi antara mahasiswa dengan dosen. Dalam
interaksi yang berpusat pada mahasiswa (student Centered
Learning ) tersebut terjadi proses perubahan yang dialami
mahasiswa dalam empat ranah, yang disebut ranah
kognitif , yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran, ranah afektif yaitu
kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi
- reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran, misalnya
penerimaan, partisipasi, penentuan sikap ranah psikomotorik
yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani,
misalnya persepsi, kreativitas, ranah kooperatif, yaitu
kemampuan untuk bekerjasama.
Agar proses pembelajaran dapat rnenghasilkan perubahan
68
pada mahasiswa dalam empat ranah seperti dikemukakan di atas
dan bermutu (memenuhi standar kompetensi lulusan),
diperlukan standar mutu proses pemberajaran yang disusun
berdasarkan peraturan perundangan, visi dan misi perguruan
tinggi serta dengan memperhatikan kompetensi lulusan yang
dibutuhkan stakeholders. Pelaksanaan proses harus
memperhatikan jumlah maksimal peserta didik perkelas dan
beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal
buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal
jumlah peserta didik setiap pendidik. Dalam suatu proses
pembelajaran, terdapat berbagai komponen yang satu sama
lain saling berinteraksi dan berinterrelasi. Komponen –
komponen tersebut adalah dosen, mahasiswa, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode atau strategi
pembelajaran.
Komponen-komponen yang mempengaruhi kebesaran
proses pembejaran seperti dikemukakan di atas, (yang
ditetapkan, dilaksanakan dikendalikan oleh perguruan Tinggi,
perlu dikelola dengan baik agar menghasilkan mutu
pembelajaran yang baik pula. Untuk itulah diperlukan standar
mutu untuk berbagai komponen tersebut.
69
6.2 Mekanisme Penetapan Standar Proses Pembelajaran
Standar Penilaian Pembelajaran
Standar Proses Pembelajaran STIKes Mitra Bunda Persada
Batam adalah keseluruhan tolok ukur pencapaian Minimal pada
suatu siklus penjaminan mutu tentang seluruh proses kegiatan
pembelajaran pada setiap program studi yang diselenggarakan
oleh STIKES Mitra Bunda Persada Batam, serta
pengembangannya secara berkelanjutan.
Tujuan standar ini adalah menjamin pemenuhan mutu
seluruh proses pembelajaran di dalam lingkungan belajar yang
kondusif, inspiratif, kreatif yang mampu memotivasi dan
meningkatkan kemampuan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik, dan kooperatif, secara utuh, menyeluruh, dan
berkelanjutan di STIKES Mitra Bunda Persada Batam. Untuk
menetapkan Standar Proses Pembelajaran di STIKes Mitra Bunda
Persada Batam, dapat dilakukan melalui langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Melakukan studi pendahuluan penelusuran terhadap
ketentuan normatif yaitu peraturan perundangan yang
mengatur tentang proses pembelajaran. Selain ketentuan
normatif, harus pula diperhatikan visi dan misi STIKes
Mitra Bunda Persada Batam sebagai landasan sekaligus
70
tujuan dalam menentukan isi standar proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, tentukan standar
yang rnenggambarkan sesuatu (dapat berupa keadaan,
proses ) yang diharapkan akan terjadi atau yang seharusnya
terjadi.
2. Melakukan evaluasi diri dengan menerapkan SWOT analysis.
3. Melakukan studi lapangan untuk mengetahui kebutuhan
stakeholders tentang kompetensi lulusan.
4. Rumuskan standar dengan menggunakan rumus atau
prinsip Audience, Behaviour, Competence, dan Degree
(ABCD), dengan memperhatikan acuan normatif yaitu
perundang – undangan yang relevan, nilai – nilai dasar, visi,
misi, tujuan dan sasaran STIKES Mitra Bunda Persada
Batam, serla keterkaitan antar standar.
Penjelasan :
1. Studi Pendahuluan Penelusuran Terhadap Ketentuan Normatif
a. Pasal 1 Butir 10 Peraturan Mentri Pendidkan dan
Kebudayaan RI.No.49/2014 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Tinggi, dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
71
b. Pasal 35 ayat (1) UU No. 20/2O03 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang intinya bahwa standar
proses harus ditingkatkan secara berencana dan
berkara. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keunggulan lokal, kepentingan nasional, keadilan, dan
kompetisi antar bangsa dalam peradaban dunia.
c. Pasal 60 huruf b UU No. 14/2005 tentang Guru dan
Dosen, bahwa tugas keprofesionalan dosen adalah
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
d. Pasal 19 PP No- 19/2005 tentang standar Nasional
pendidikan, yang intinya:
1). Proses pembelajaran diserenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
2). Pendidik memberikan keteladanan.
3). Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses
72
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien,
e. Pasal 12 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional
pendidikan : Perencanaan proses pembelajaran meliputi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,dan
penilaian hasil belajar.
f. Pasal 21 PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional
pendidikan : Pelaksanaan proses pembelajaran harus
memperhatikan jumlah maksimal peserta didik
perkelas dan beban mengajar maksimal perpendidik,
rasio maksimal buku teks pelajaran setiap peserta
didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap
pendidik.
g. Pasal 23 PP No. 19/2005 tentang standar Nasional
pendidikan : Pengawasan proses pembelajaran meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan
73
Mekanisme penetapan standar proses pembelajaran adalah
tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan proses
pembelajaran oleh Prodi di STIKes Mitra Bunda Persada
Batam. Seluruh proses pembelajaran tersebut perlu
ditetapkan standar mutunya, yaitu:
a. Standar Perencanaan Proses Pembelajaran oleh STIKES
Mitra Bunda Persada Batam
b. Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran oleh STIKES
Mitra Bunda Persada Batam.
c. Standar Pengawasan Proses Pembelajaran oleh STIKES
Mitra Bunda Persada Batam
2. Evaluasi Diri Dengan Menerapkan SWOT Analysis
Setelah perumus standar mutu dalam SPMl- STIKES
Mitra Bunda Persada Batam menetapkan komponen atau
unsur – unsur apa saja yang sebaiknya ditetapkan di dalam
standar mutu tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan proses pembelajaran sesuai peraturan
perundangan sebagaimana dipaparkan di atas, maka
langkah berikutnya adalah melakukan analisis swot (
strengths, weaknesses, apportunities, and Threats )
dengan dukungan studi pelacakan.
74
Untuk aspek Strengths, yang harus menjadi fokus
analisis adalah berbagai hal yang menjadi kekuatan/
keunggulan dari STIKes Mitra Bunda Persada Batam,
sedangkan untuk aspek weaknesses, yang harus dianalisis
adalah berbagai hal yang menjadi kelemahan/ kekurangan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam tersebut. Jadi, analisis
terhadap kedua aspek ini lebih berupa analisis terhadap
faktor intemal STIKes Mitra Bunda Persada Batam, seperti
misalnya jumlah dosen, kualifikasi dosen, ketersediaan
ruangan dll. Sedangkan untuk aspek Opportunities dan
Threaths yang harus menjadi fokus analisis adalah
berbagai hal yang merupakan peluang dan ancaman bagi
STIKes Mitra Bunda Persada Batam yang bersangkutan.
Dengan demikian, analisis terhadap kedua aspek terakhir
harus diarahkan pada faktor eksternal STIKes Mitra Bunda
Persada Batam, misalnya perkembangan teknologi informasi,
peraturan Perundangan dll.
Dengan demikian, untuk merumuskan substansi
standar Perencanaan Proses Pembelajaran, Pelaksanaan
Proses Pembelajaran, dan Pengawasan Proses Pembelajaran,
harus mengetahui lebih dahulu kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman yang dihadapi STIKES Mitra
75
Bunda Persada Batam melalui analisis SWOT. Jika dilakukan
secara cermat, terarah sesuai cita-cita bersama, dan
melibatkan segenap potensi yang ada, maka analisis SWOT
dapat mengidentifikasi arah pengembangan STIKes Mitra
Bunda Persada Batam yang minimal dengan tingkat
akurasi yang sangat baik Hasil analisis SWOT yang
didukung dengan hasil kajian normative peraturan
perundangan yang relevan, kemudian diramu dengan visi
dan misi STIKES Mitra Bunda Persada Batam sehingga
menghasilkan rumusan substansi standar proses dari Stikes
Mitra Bunda Persada Batam.
3. Merumuskan standar dengan rumus ABCD
Penjabaran rumus ABCD ke dalam perumusan, bahasa,
standar mutu adalah sebagai berikut :
a. Siapa yang bertugas untuk menjalankan atau
menjamin terpenuhinya isi standar (Audience).
b. Kondisi atau keadaan atau proses yang diharapkan
terjadi. Kondisi tersebut sifatnya harus terukur.
(Behaviour).
c. Apa sasaran/ target tugas yang harus dicap ai
(Competence).
d. Tentukan periode atau satuan waktu, yang disebut
76
(Degree).
Contoh perumusan standar dengan rumus tersebut:
1). Setiap awal semester Dekan menentukan dan
mempersiapkan jadwal perkuliahan, jadwal ujian,
ruang kuliah, dan dosen pengampu matakuliah.
2). Setiap dosen wajib menyusun bahan ajar yang
dibagikan kepada mahasiswa pada awal perkuliahan.
3). Setiap awal tahun akademik, Dekan masing-masing
fakultas menyelenggarakan rapat dosen lengkap
untuk menentukan matakuliah yang akan
diselenggarakan dan dosen pengajamya.
4. Uji publik untuk mengetahui kebutuhan stakeholders
Setelah isi standar proses telah berhasil dirumuskan, maka
sebelum standar ter sebut resmi ditetapkan, lebih dahulu
disosialisasikan kepada publik, khususnya ke pada perwakilan
dari unsur pemangku hepentingan STIKes Mitra Bunda Persada
Batam. Tujuannya antara lain untuk memperkenalkan dan/atau
menguji sejauh mana tingkat akses STIKES Mitra Bunda Persada
Batam, abilitas dan akurasi dari isi standar tsb menurut penilaian
mereka, dan untuk memperoleh usulan – usulan yang konstruktif.
77
Dari hasil uji coba ini, bila perlu isi standar dapat
disempurnakan.
6.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran
1. Standar Perencanaan Proses Pembelajaran oleh Prodi di
STIKES Mitra Bunda Persada Batam Standar mutu tentang
perencanaan proses pembelajaran yang sekurang-kurangnya
mengatur berbagai hal berikut ini:
a. Penetapan matakuliah yang dilaksanakan pada semester
tersebut
b. Penunjukan PJMK
c. Jadwal perwalian akademik
d. Jadwal pendaftaran matakuliah (Kartu Rencana Studi)
oleh mahasiswa.
e. Penetapan kalender perkuliahan
f. Jadwal dan tempat perkuliahan
g. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar. Dan ditambahkan Kode matakuliah,
jumlah SKS dalam distribusi (Ceramah-
Diskusi,Praktika/Lab,Klinik), PJMK, Diskripsi
matakuliah, Waktu dan Tatap muka perkuliahan.
78
Demikian pula halnya dengan dosen, harus
merencanakan proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan proses pembelajaran yang telah ditetapkan oleh
STIKES Mitra Bunda Persada Batam (cq. program studi).
Untuk menetapkan standar mutu perencanaan proses
pembelajaran STIKES Mitra Bunda Persada Batam,
beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan :
a. Standar silabus, standar perwalian akademik, standar
Kartu Rencana Studi, standar pembelajaran, standar
penilaian harus mengacu pada visi - misi program
studi yang diturunkan dari v isi – misi STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
b. Menetapkan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan
stakeholders
c. Substansi matakuliah, yang sesuai dengan visi dan
misi program studi, kebutuhan stakeholders, dan
keunggulan lokal.
d. Strategi pemberajaran yang sesuai, agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, penyusunan langkah – langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
79
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas dan dapat
diukur keberhasilannya.
e. Metode pengajaran, yaitu untuk merealisasikan
strategi pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam
satu strategi pembelajaran dapat digunakan beberapa
metode, karena itu dosen harus dapat menerapkan
metode pengajaran yang efektif dan efisien.
2. Standar pelaksanaan proses pembelajaran STIKES Mitra Bunda
Persada Batam.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang sekurang – kurangnya
mengatur perihal :
a. Jumlah ± 40 mahasiswa/kelas
b. Beban megajar seorang dosen 8 SKS / equivalen 112
Jam / Semester, yang lain menyesuaikan kebijakan
institusi
c. Rasio jumlah mahasiswa untuk setiap dosen tetap : 1 : 20
d. Prasarana dan sarana perkuliahan : Kursi mahasiswa,
Meja-Kursi dosen-pengajar, White board-Spidolnya,
LCD projector, AC, Sound System.
Pelaksanaan perkuliahan :
80
a. Penguasaan Materi Kuliah oleh dosen/ pengajar
b. Kemampuan Menjelaskan Materi Kuliah
c. Sistematika menjelaskan kuliah
d. Kemampuan Membangkitkan minat belajar bagi
mahasiswa
e. Kemampuan memberi jawaban atas pertanyaan yang
diajukan
f. kedisiplinan (Kehadiran dan ketepatan waktu)
g. Kesediaan membantu mahasiswa diluar jam kuliah
h. Kepatuhan terhadap silabus
i. Kejelasan kompetensi yang akan diperoleh setelah
mengikuti kuliah
j. Kejelasan rangkaian mata kuliah ini dengan matakuliah
lainnya
k. Tugas yang diber ikan sesuai dengan beban kuliah
l. Manfaat kuliah bagi mahasiswa
m. Pemanfaatan sarana/fasilitas pendukung perkuliahan
3. Standar pengawasan proses pembelajaran STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
baik, terutama oleh dosen, maka perlu ada mekanisme
81
untuk mengawasinya dan mekanisme pengawasan ini perlu
dibuatkan standar mutunya. Standar mutu pengawasan proses
pembelajaran, meliputi :
a. Pemantauan
Adanya suatu kegiatan pengawasan secara terus
menerus oleh PJMK, Sekprodi, Kaprodi dan Ketua
dalam pelaksanaan proses pembelajaran
b. Supervisi
Adanya suatu kegiatan pengawasan secara berkala
oleh Sekprodi, Kaprodi dan Ketua dalam pelaksanaan
proses pembelajaran
c. Evaluasi
Kegiatan untuk mengetahui pencapaian tujuan
pembelajaran dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Evaluasi meliputi kegiatan mengukur dan
menilai.
d. Standar kegiatan mengukur : Ujian (UTS dan UAS, Ujian
Perbaikan), Tugas Presensi.
e. Standar pelaksanaan dan soal ujian :
1). Ujian boleh dilaksanakan bila jumlah tatap muka
perkuliahan mencapai 75 % dari rencana.
2). Menetapkan jadual ujian satu minggu sebelum ujian
82
dilaksanakan
3). Menetapkan pengawas dan tempat ujian satu
minggu sebelum ujian dilaksanakan.
4). Adanya tempat pengamanan soal ujian.
5). Melengkapi berita acara dan daftar hadir mahaiswa
dalam ujian.
6). PJMK diperkenankan memberikan kisi – kisi soal.
7). PJMK diharuskan menyerahkan soal maksimal
satu minggu sebelum ujian dilaksanakan.
8). Pembuatan soal disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran
f. Menilai (menentukan katagori kemampuan mahasiswa)
1). Penilaian PAP atau PAN
2). Nilai diserahkan maksimal dua minggu setelah ujian
dilaksanakan
6.4 Mekanisme Pengendalian Standar Proses Pembelajaran
Pemenuhan standar pada prinsipnya menuntut setiap
program studi danatau dosen sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing – masing berdasarkan struktur organisasi
STIKes Mitra Bunda Persada Batam yang bersangkutan
secara konsisten memenuhi atau melaksanakan Standar Proses
Pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian
83
pejabat atau pimpinan unit atau dosen harus menjadikan
standar ini sebagai tolok ukur dalam menjalankan tugas dan
fungsinya masing – masing. Dalam tahap ini, pimpinan unit
perlu melakukan sosialisasi isi Standar Proses Pembelajaran
kepada para pemangku kepentingan internal, khususnya
dosen dan tenaga kependidikan. Setelah upaya ini dilakukan,
pimpinan unit mulai bekerja untuk memenuhi atau
melaksanakan isi standar tersebut.
Pada tahap ini, pimpinan juga harus rnemperhatikan
semua ketentuan normatif yang relevan (bila ada), agar
upaya pemenuhan isi standar tidak melanggar peraturan
perundangan. sebagai bagian dari mekanisme pemenuhan
standar Proses Pembelajaran, pengelola standar harus pula
menyiapkan perangkat dokumen tertulis seperti formulir
borang, bagan checklist, tabel atau instrumen lain yang
relevan dengan isi standar ini.Untuk memudahkan
administrasi pelaksanaannya, maka semua instrument
Tertulis tersebut harus diberi nama dan kode numerasi tertentu.
Beberapa contoh dikemukakan di bawah ini.
Pemenuhan standar perencanaan proses pembelajaran,
termasuk juga administrasi kegiatan pendukung proses
pembelajaran dilakukan secara transparan dan akuntabel.
84
Program studi sesuai dengan kewenangan masing – masing
mempersiapkan administrasi kegiatan pendukung proses
pembelajaran, yang dapat dilakukan melalui :
Penyelenggaraan rapat dosen lengkap dengan acara :
1). Memahami kembali visi dan misi program studi
Penetapan standar administrasi kegiatan pendukung proses
pembelajaran, antara lain:
a). Jumlah tatap muka rata-rata persemester, Jika
semester sebelumnya mencapai 75 %, maka pada
semester berjalan ditargetkan meningkat menjadi 80
%'
b). Jumlah penugasan kepada mahasiwa rata - rata
persemester, jika semester sebelumnya mencapai 50
% dari tugas yang seharusnya diberikan, maka
pada semester berjalan ditargetkan 60 %.
c). Jumlah kelulusan dalam suatu mata kuliah, jika
semester sebelumnya mencapai rata - rata 90 %,
maka pada semester berjalan ditargetkan 95 %
dengan parameter yang sama dengan semester
sebelumnya.
d). Kualitas kelulusan mahasiswa dari suatu mata
kuliah, jika pada semester sebelumnya rata-rata
85
dominan pada nilai akhir c, maka pada semester
berjalan ditargetkan dorninasi nilai akhir B dengan
parameter yang sama dengan semester sebelumnya.
2). Koordinasi materi perkuliahan, termasuk evaluasi RPS
3). Pengembangan metode pengajaran (bila ada)
4). Manajemen kelas
Koordinasi metode evaluasi proses pembelajaran. dll
6.5 Pemenuhan Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Penyelenggraan proses pebelajaran terdiri dari kegiatan
tatap muka yang diselenggarakan selama 16 minggu termasuk
UTS dan UAS atau kegiatan lain yang setara dan bahkan lebih
baik dan alat bantu berupa :
a. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang dibagikan
kepada seluruh mahasiswa peserta suatu mata kuliah, untuk
memantau kelengkapan pemberian dan pentahapan materi
pembelajaran.
b. Berita acara tatap muka perkuliahan yang berisi data dan
informasi tentang materi pembelajaran, tugas yang telah
diberikan kepada mahasiswa, penggunaan alat bantu
pembelajaran.
c. presensi (daftar kehadiran) mahasiswa dan dosen untuk
memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen,
86
misalnya sebanyak 90 % dari 14 minggu tatap muka dalam satu
semester.
d. Pemberian tugas kepada mahasisrva untuk menunjang
keberhasilan kegiatan tatap muka, yang dapat terdiri atas
penyusunan makalah, praktek di laboratorium, kuliah kerja,
penelitian, workshop, dan lain – lain sesuai dengan
kebutuhan mata kuliah terkait.
Pemberian test formatif (test penyerapan) kepada mahasiswa,
untuk memantau tingkat penyerapan materi kuliah oleh
mahasiswa. Hasil test formatif digunakan oleh dosen untuk
menguatkan materi pembelajaran yang telah berhasil diserap
oleh mahasiswa, dan/atau memperbaiki pemberian materi
pembelajaran yang belum kurang/tidak dapat diserap oleh
mahasiswa hingga Tujuan lnstruksional Khusus (TlK) yang
dicantumkan dalam SAP dapat dicapai.
6.6 Pemenuhan Standar Pengawasan Proses Pembelajaran
a. Prodi menyiapkan berita acara tatap muka/ perkuliahan
yang berisi data dan informasi tentang materi
pembelajaran, tugas yang telah diberikan kepada
mahasiswa.
b. Prodi menyiapkan presensi (daftar kehadiran)
mahasiswa dan dosen untuk memantau standar
87
minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.
6.7 Mekanisme Pengendalian Standar Pengawasan Proses
Pembelajaran
Pengendalian Standar Proses Pembelajaran (tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses
pembelajaran) harus dilakukan oleh STIKES Mitra Bunda
Persada Batam yang dalam hal ini dilakukan oleh pejabat
yang berwenang (misalnya, Ketua dan Program Studi).
Tujuannya adalah untuk nemantau penerapan standar secara
konsisten pada kondisi Prodi. Bilamana perlu pejabat
tersebut segera mengambil tindakan korektif apabila
ditemukan adanya penyimpangan atau kesalahan. Jadi setiap
unit akademik (Prodi) yang bersangkutan selalu melakukan
pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi
atau telah ditaati.
Pengendalian Standar Perencanaan Proses Pembelajaran
yang dilakukan terhadap dosen:
a. Prodi mengecek pada dosen koordinator mata kuliah
sebelum suatu semester dimulai, apakah sudah
menyerahkan RPS mata kuliah yang dibinanya agar
dapat dibagikan kepada mahasiswa sebelum kuliah pada
awal semester dimulai.
88
b. Prodi mengecek pada Dosen apakah sudah mempersiapkan
diktat perkuliahan atau power point sebagai bahan ajar.
Pengendalian standar Pelaksanaan Proses pembelajaran
yang dilakukan terhadap dosen :
Pengendalian oleh ketua/program studi dilakukan dengan
pengisian daftar hadir dosen dan mahasiswa, pengisian
Berita Acara Perkuliahan, penyiapan bahan ajar dan
teknologi informasi , peralatan Up to date yang siap
digunakan.
Pengendalian oleh dosen:
a. Dosen memperhatikan mutu pembelajaran dengan
mengikut sertakan secara aktif mahasiswa (student
centered). Konsep pembelajaran berfungsi untuk
memfasiliiasi pembelajaran berdasarkan standar yang
telah ditetakan.
b. Dosen menciptakan lingkungan yang mendorong
pembelajaran kolaboratif (colaborative learning).
c. Dosen memenuhi standar kualitas pembelajaran, dengan:
mendorong mahasiswa belajar mandiri dan dapat
memilih sendiri pengembangan lebih lanjut model belajar
untuknya mendorong pengembangan kualitas pribadinya
memberi kemungkinan proses pemt-.elajaran
89
berlangsung dengan tujuan life long learning menjamin
bahwa mahasiswa aktif selama proses pernbelajaran,
yang dicerminkan dalam penguasaan teori,
pengalaman dan pengenalan problem nyata, dan
memiliki wawasan yang luas.
90
BAB VII
STANDAR PENILAIAN PEMBELAJARAN
7.1 Pendahuluan
Paradigm baru dalam system pendidikan tinggi yang di
tuangkan dalam HELTS 2003-2010 dan kemudian di jabarkan
dalam beberapa peraturan dan undang undang system
pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 ( Sisdiknas ) dan
peraturan pemerintah No. 19/2005 tentang standar Nasioanl
Pendidikan ( SNP ) telah memberikan wacana berkelanjutan.
Dalam PP tentang SNP, proses penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik ( dosen )
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
Penilaian hasil hasil belajar oleh pendidik ( dosen )
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan dan untuk mematau proses, kemajuan dan perbaikan
hasil dalam berbentuk tugas /test/ujian. Bahwa system penilaian
dan Sedangkan hasil penilaian pencapaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua kuliah.lebih lanjut, PP tersebut
juga menetapkan penjaminna standar mutunya di tetapkan oleh
91
masing – masing PT dengan tetap mengacu pada peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
7.2 Mekanisme Penetapan Standar Penilaian Pendidikan
Sebagaimana disebutkan di atas, standar penilaian
pendidikan pada intinya terdiri dari 2 ( dua ) standar turunan,
yaitu
a. Standar penilaian pendidikan oleh dosen
b. Standar penilaian pendidikan oleh PT
Kedua standar turunan di dalam kelompok standar penilaian
pendidikan ini betujuan untuk menetapkan tolok ukur minimum
penilaian atas hasil dari proses pembelajaran terhadap
mahasiswa.
1. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika
hendak menetapkan standar penilaian pendidikan
pertama hendaknya di pahami terlebih dahulu seluruh
peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang
system penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi. Peraturan perundang – undang tersebut dapat
berupa undang – undang, peraturan pemerintah, ataupun
keputusan menteri bpendidikan nasional. Tujuannya
92
agar substansi atau isi standar tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan normative yang berlaku
secara nasional itu.
Kedua, PT juga harus memastikan bahwa
substansibstandar benar – benar selaras dengan visi, misi
dan tujuan dari PT yang bersangkutan.
Ketiga, PT juga seyogianya mencari dan
memperhatiakan masukan/ konstribusi pemikiran dari
para stakeholders termasuk alumni, dan/ atau dari asosi.
Keempat, dalam proses penetapan standar penilaian
pendidikan terhadap empat aspek yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu:
1. validitas isi dan konsep penilaian pendidikan yang
sesuai dengan tujuan penilaian.
2. Reabilitas informasi dan konsistenssi penilaian
3. Kepraktisan prosedur dalam melakukan penalian
4. Memberikan efek terhadap system pendidikan secara
keseluruhan, khusunya pada improving quality of
education system.
2. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak
menetapkan standar turunan yaitu standar penilaian
pendidikan oleh dosen
93
Sejalan dengan paradigm dalam system pembelajaran di
PT yang mengacu pada pengembangan dan penerapan
kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ), ada pergeseran pada
aspek “ method of delivery “ atau dari “teacher – centered
learning “ menuju student – centered learning “membawa
konsekuensi pada perlunya perbaikan sistem penilaian
pendidikan yang dapat mencerminkan mutu kompetensi
lulusan sesuai dengan tuntutan pengguna ( market demand ).
If we wish to discover the truth about an educational system,
we must look into its assessment procedures, pertanyataan
tersebut memiliki arti yang cukup mendalam terkait dengan
arti pentinggnya dan peran suatu proses penilaian dalam
sistem pendidikan. Dilain pihak, masih banyak pertanyaan
yang muncul dalam prosess pendidikan, antara lain:
a. apakah yang di maksud dengan penilaian adalah
pemberian angka pada hasil belajar mahasiswa?
b. Ranah kemampuan apa yang akan di nilai dari
mahasiswa, kognitif psikomotorik dan efektif?
c. Apakah teknik penilaian paper / karangan, syair,
matematika, maket patung, ujian tulis, apakah
menggunakan cara yang sama?
94
d. Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu – satunya cara
yang tepat untuk melihat kemampuan mahasiswa?
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan di atas,
perlu rasanya kitasamakan persepsi tentang apa yang di
maksud dengan penilaian dan lingkup batasannya pada
pendidikan.
Berikut kita mencoba melihat lebih dalam lagi terkait
tujuan kita melakukan penilaian hasil belajar mahasiswa,
yaitu antara lain:
a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah di capai oleh
mahasiswa dalam suatu kurun waktu proses belajar
tertentu
b. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang
mahasiswa dalam kelompok.
c. Mengetahui tingkat usaha yang di lakukan oleh
mahasiswa dalam belajar.
d. Mengatahui hingga sejauh mana mahasiswa telah
mendaya gunakan dosen dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kegunaa lebih lanjut dari hasil penilaian
nantinya dapat mendudkung dalam proses pengambilan
keputusan – keputusan yang berhubungan dengan (i)
proses dan hasil pembelajaran, (ii )diagnosis dan usaha –
95
usaha perbaikan yang berkelanjutan, (iii)placement test
dan seleksi, (iv) bimingan dan konseling, (v) kurikulum
dan ( vi ) penilaian kelembagaan.
Ada beberapa model atau metode penilaian hasil pembelajaran
yang telah di kembangkan oleh para ajli pendidikan. Pada
umumnya yang dijadikan dasar pengembangan moel penilaian
adalah tujuan yang gendak dicapai dalam melakuka proses tersebut,
apa yang akan kita nilai? Metode penilaian yang lazim dilakukan
adalah seperti terlihat paga Gambar 1,
96
BAB VIII
STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
8.1 Definisi
Mengawali uraian tentang praktik baik yang telah dilakukan
oleh perguruan Tinggi (Stikes Mitra Bunda Persada Batam)
dalam menetapkan, melaksanakan (memenuhi), dan
mengendalikan standar pendidik dan Tenaga Kependidikan
sebagai bagian dari sistem penjaminan Mutu Internal , akan
dijelaskan terlebih dahulu pengertian darisebutan pendidik
dan tenaga kependidikan dalam bab ini.
Ketentuan umum dalam Undang – Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan
Nasional (UU sisdiknas) menyebutkan bahwa Tenaga
Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyerenggaraan
pendidikan; sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi seperti guru, dosen, konselor, pamong
penbelajaran, widya iswara, tutor, instruktur, fasilitator, serta
sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyerenggarakan pendidikan.
97
Namun kemudian, dalam pasal 39 disebutkan bahwa
Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan- Sedangkan pendidik merupakan tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, merakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi, Jadi, tampak ada sedikit inkonsistensi : di
satu sisi Tenaga Kependidikan seolah mempunyai arti yang
luas sebab mencakup Pendidik, namun di sisi lain Tenaga
Kependidikan diartikan hanyalah sebagai pelaksana
administratif dan teknis untuk menunjang proses pendidikan,
sehingga Pendidik terkesan 'dikeluarkan' dari pengertian itu.
Sementara itu, dalam PP No. 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan (PP SNP) walaupun ditemukan definisi dari
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu
pendidikan prajabaian dan kelayakan fisik maupun mental,
serta pendidikan dalam jabatan, tetapi tidak ditemukan
definisi dari sebutan Pendidik dan Tenaga Kependidikan itu
sendiri.
98
Lebih lanjut, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dengan tegas menggunakan istilah Dosen untuk
merujuk pada pengertian Pendidik pada jenjang pendidikan
tinggi, yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat
(Pasal 1). Oleh sebab itu, dalam bab ini digunakan istilah
Dosen dan Tenaga Kependidikan, dengan catatan bahwa yang
terakhir ini meliputi pula laboran, pustakawan, teknisi,
pegawai adminisirasi, sopir, hingga pekarya.
Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan dapat pula
disebut Standar Sumberdaya Manusia sebagaimana
disebutkan di dalam lnstrumen Akreditasi lnstitusi Badan
Akreditasi Nasional perguruan Tinggi (BAN-PT). merupakan
salah satu standar dari delapan standar yang terdapat di
dalarn PP tentanq SNP. Di dalam bab ini diuraikan praktik
baik yang berlaku pada STIKes Mitra Bunda Persada Batam
tentang bagaimana menetapkan, melaksanakan, dan
mengendalikan standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
sebagai bagian dalam SPMl-STIKES Mitra Bunda Persada
99
Batam. Perlu diingat bahwa standar yang diberlakukan di suatu
STIKES Mitra Bunda Persada Batam belum tentu cocok apabila
diterapkan pada STIKES Mitra Bunda Persada Batam lain
karena, bagaimanapun, visi dan misi adalah hal dasar yang
perlu diperhatikan didalam penetapan sebuah standar.
8.2 Mekanisme Penetapan Standar Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan
Seperti penetapan seluruh standar di dalam SPMl-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam, maka untuk nenetapkan
standar Dosen dan Tenaga Kependidikan ini sebaiknya
ditempuh langkah – langkah sebagai berikut:
1. Melakukan studi terlebih dahulu terhadap seluruh
ketentuan normative berupa peraturan perundang-
undangan yang mengatur lentang dosen dan nondosen.
2. Melakukan evaluasi diri dengan menerapkan SWOT
analysis.
3. Melakukan uji publik, apabila perlu, terhadap
rancangan isi standar dengan mengundang penvakilan
dari unsur-unsur para pemangku ke pentingan
(stakeholders) STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
100
A. Uraian rinci setiap langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Studi Pendahuluan Terhadap Ketentuan Normatif
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui
apakah pemerintah melalui perundang-undangan telah
menetapkan standar minimum nasional tentang Dosen
dan Tenaga Kependidikan. Apabila standar minimum
nasional itu temyata telah ada, maka setiap Stikes Mitra
Bunda Persada Batam harus terlebih dahulu memenuhi
standar nasional tersebut. Dengan demikian setiap
STIKES Mitra Bunda Persada Batam akan taat asas dan
patuh pada aturan nonnatif yang berlaku. Berikut ini uraian
detil tentang perundangundangan tersebut :
a) Hak – Hak normatif Dosen dan Tenaga Kependidikan
Setiap STIKes Mitra Bunda Persada Batam
dalam menetapkan standar mutu Dosen dan Tenaga
Kependidikan harus menjamin terpenuhinya semua
hak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 40 UU
Sisdiknas, yaitu:
1). Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang
pantas dan memadai
2). Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
101
3). Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas
4). Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
dan hak atas hasil kekayaan intelektual
5). kesempatan untuk menggunakan sarana,
prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Khusus Dosen, Pasal 51 UU Guru dan Dosen
menambahkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dosen berhak :
1). Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana
dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
2). Memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan
otonomi keilmuan;
3). Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian
dan menentukan kelulusan peserta didik; dan
4). Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.
b) Kewajiban normatif Dosen dan Tenaga Kependidikan
Setiap STIKes Mitra Bunda Persada Batam dalam
102
menetapkan standar mutu bagi Dosen dan Tenaga
Kependidikan harus pula memperhatikan kewajiban
normatif mereka sebagaimana secara minimum diatur
oleh pasar 40 UU Sisdiknas, sebagai berikut :
1). Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
2). Mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan
3). Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya.
Lebih jauh, UU Guru dan Dosen menambahkan
bahwa Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
wajib untuk :
1). Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat
2). Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
3). Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkeranjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni
103
4). Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras,
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
5). Menjunjung tinggi peraturan perundang_undangan,
hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan
etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.
Dapat saja Stikes Mitra Bunda Persada Batam
menambahkan kewajiban bagi Dosen dan Tenaga
Kependidikan untuk, misalnya, memberi perhatian
lebih pada masyarakat tersisih, apabila hal ini
memang sesuaidengan visi dan misi STIKES Mitra
Bunda Persada Batam tersebut.
c) Kualifikasi Akademik Dosen
Pasal 26 permen tentang SNPT menyatakan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kualifikasi
104
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yarg belaku. Kualifikasi pendidikan minimum menurut
Permen tersebut adalah :
1). Dosen proram diploma tiga dan diploma empat
harus berkualifikasi akademik paling rendah
magister atau magister terapan yang relevan
dengan program
2). Dosen proram sarjana harus berkualifikasi
akademik paling rendah magister atau magister
terapan yang relevan dengan program studi.
3). Dosen program profesi harus berkualifikasi
akademik paling rendah magister atau magister
terapan yang relevan dengan program studi.
4). Dosen yang bertugas di Program Vokasi atau
Program Profesi selain mempunyai ijazah, juga
harus mempunyai sertifikat kompetensi yang
sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang
diajarkan atau dihasilkan oleh STIKes Mitra
Bunda Persada Batam. Pasal 45 dan 46 UU
105
tentang Guru dan Dosen, menetapkan ketentuan
yang agak lebih tinggi yaitu dosen wajib memiliki
kualifikasi akademik kompetensi,bersertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan
memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan
satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dosen
tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi
program pascasarjana yang terakreditasi sesuai
dengan bidang keahlian Standar rninimum
kualifikasi akademik dosen menurut UU ini adalah
1). lulusan program rnagister untuk program
diploma atau program sarjana
2). lulusan program doktor untuk program
pascasarjana.
Dengan demikian, jumlah dan kualifikasi dosen
tetap untuk setiap program studi jenjang sarjana di
STIKES Mitra Bunda Persada Batam sekarang minimal
adalah 6 dosen tetap bergelar magister (bukan lagi 2
magister dan 4 sarjana seperti diatur dalam Keputusan
106
Mendiknas Nomor 234 N1206 Tentang Pedoman
Pendirian Stikes Mitra Bunda Persada Batam). Perlu
diingat pula bahwa gelar sarjana, magisler dan doktor
yang dimiliki oleh dosen harus sama/sesuai dengan
program studi/ jurusan yang menjadi tempat bertugas
dosen tersebut (Pasal 8 Keputusan tersebut). STIKES
Mitra Bunda Persada Batam yang menyelenggarakan
program studi jenjang pascasarjana tentu harus
mempunyai dosen tetap bergelar doktor lebih banyak.
Kondisi ideal, yaitu lebih dari 80% dosen tetap
bergelar minimal magister dan lebih dari 35% dosen
tetap bergelar doktor, sebagaimana tercantum di
daram lnstrumen Akreditasi institusi BAN-PT,
merupakan contoh praktik baik di perguruan tinggi
yang mempunyai program pascasarjana.
d) Sertifikasi Dosen
Pasal 3 UU tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa Dosen mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesionar pada jenjang pendidikan
tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundangan. pengakuan kedudukan dosen sebagai
tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan
107
sertifikat pendidik. Perlu dicatat bahwa sertifikat
pendidik yang dimaksud disini bukanlah sertifikat
kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen yang
bertugas di program vokasi atau program profesi,
melainkan sertifikasi yang diperoleh melalui
program sertifikasi dosen yang diselenggarakan oleh
PT yang penyelenggara sertifikasi Dosen.
e) Kompetensi Dosen
Kompetensi, menurut pasal 1 UU tentang
Guru dan Dosen, adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oreh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Uraian lebih
rinci tentang kompetensi, khususnya untuk guru,
justru terdapat di dalam pasal 28 PP tentang SNP,
yaitu kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Keempat ranah
kompetensi ini dapat saja diterapkan pada dosen,
namun dengan penyesuaian: kompetensi pedagogik
108
yang perlu diubah rnenjadi kompelensi andragogik
karena yang mengalami proses pembelajaran adalah
manusia dewasa (mahasiswa), bukan anak –anak
(siswa).
f) Jabatan Akademik Dosen
Tentang jabatan akademik dosen diatur dalam
pasal 48 Ayat 2 UU tentang Guru dan Dosen yang
menyebutkan bahwa jeniang jabatan akademik
dosen tetap terdiri atas asisten ahli, lektor, lektor
kepala, dan profesor. Kemudian ayat 4
menyebutkan bahwa STIKES MITRA BUNDA
PERSADA BATAM dapat mengatur kewenangan
jenjang jabatan akademik dan dosen tidak – tetap
sesuai dengan peraturan perUUan. Kewenangan
untuk masing-masing jenjang jabatan akademik yang
masih berlaku dapat dilihat di dalam :
1). Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang
Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomon
3B/Kep/Mk.Waspan/8/1999 Tentang Jabatan
Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya dan
2). Keputusan Menteri Pendidikan NasionaI
109
Nomor: 36/D/O/2001 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan
Dosen Perlu diperhatikan bahwa sesuai
penjelasan Pasal48, yang dimaksud dengan
dosen tetap adalah dosen yang bekerja penuh
waktu yang berstatus sebagai tenaga pendidik
tetap pada satuan pendidikan tinggi tertentu.
Jabatan akademik tertinggi, yaitu profesor, hanya
dapat dicapai oleh dosen dengan gelar akademik
doktor, sebagaimana dinyatakan di dalam Pasal
48 UU tentang Guru dan Dosen. Bergantung
pada visi dan misinya, STIKes Mitra Bunda
Persada Batam dapat saja menerapkan standar
lebih tinggi dari itu, misalnya untuk mencapai
jabatan akademik lektor kepala, seorang dosen
harus mempunyai gelar akademik doktor.
Sebagai pedoman, persentase ideal yang terdapat
didalam Instrumen Akreditasi Institusi BAN-
STIKES Mitra Bunda Persada Batam dapat
digunakan, yaitu dosen tetap berjabatan
akademik profesor lebih dari 20% (untuk
universitas, institut, atau sekolah tinggi) dan
110
dosen tetap berjabatan akademik lektor kepala
lebih dari 50 % (untuk politeknik dan akademi).
Sebagaimana ditetapkan di dalam Pasal 71 UU
tentang Guru dan Dosen, kualifikasi akademik dan
kompetensi dosen perlu dibina dan dikembangkan
oleh : Pemerintah (untuk STIKES PT/BHMN), dan
Perguruan Tinggi (STIKes Mitra Bunda Persada
Batam). Agar pembinaan dan pengembangan dosen
dapat dilakukan dengan baik, peta distribusi dosen di
STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
maupun di tingkat program studi, perlu ada.
g) Beban Tugas Dosen
Sesuai ketentuan pasal 72 UU tentang Guru
dan Dosen, beban kerja dosen mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
rnelaksanakan proses pembelajaran, melakukan
evaluasi pembelajaran, membimbjng dan melatih,
melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan,
serta melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Keseruruhan kegiatan dosen tersebut dapat
dirangkum menjadi kegiatan Tridharma Stikes Mitra
111
Bunda Persada Batam dan kegiatan penunjangnya.
Beban kerja tersebut sekurang – kurangnya
sepadan dengan 12 (dua beras) satuan kredit
semester dan sebanyak-banyaknya 16 (enam belas;
satuan kredit semester, yang besarnya diatur oleh
setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan
peraturan perundang – undangan. Komposisi
penugasan dosen didalam masing – masing kegiatan
sebaiknya diatur sesuai visi dan misi STIKES Mitra
Bunda Persada Batam. Stikes Mitra Bunda Persada
Batam dapat saja mengatur penugasan dosen
dengan titik berat pada dharma penelitian, apabila
visi dan misinya memang kearah tersebut. Sejumlah
Stikes Mitra Bunda Persada Batam yang melengkapi
formulir penugasan dosen (yang diisi disetiap awal
semester) dengan formulir kinerja dosen (yang diisi di
setiap akhir semester) merupakan contoh praktik baik
penjaminan mutu dosen.
h) Rasio Dosen Tetap : Mahasiswa
Agar seluruh proses pelaksanaan Tridharma
STIKES Mitra Bunda Persada Batam dapat terlaksana
112
dengan baik, bukan hanya kualifikasi dosen yang
harus memadai jumlah dosen, terutama dosen tetap,
harus memadai.
Rasio jumlah dosen ietap dan jumlah mahasiswa
yang ideal menurut lnstrumen Akreditasi lnstitusi
BAN-PT sebesar 1 : 15, dapat saja digunakan
sebagai standar mutu Stikes Mitra Bunda Persada
Batam, sejauh hal ini sesuai dengan kebutuhan
Stakeholders dan sesuai visi dan misi Stikes Mitra
Bunda Persada Batam tersebut. Perlu diperhatikan
bahwa didalam menetapkan rasio ini, STIKes Mitra
Bunda Persada Batam perlu memerhatikan pola
pembelajaran yang dilaksanakannya. Sebagai contoh,
dengan pola pembelajaran jarak jauh (e-learning)
mungkin saja rasio dosen tetap dibanding mahasiswa
1 : 100, atau lebih dari itu.
i) Rekrutasi Dosen
UU tentang Guru dan Dosen, Pasal 50
mengamanatkan bahwa STIKES Mitra Bunda Persada
Batam. harus melakukan proses rekrutasi dosen
dengan prinsip tanpa diskriminasi. Artinya, suku,
agama, ras, jenis kelamin, dan golongan tidak
113
dapat digunakan sebagai dasar di dalam rekrutasi
dosen. Stikes Mitra Persada Batam harus
menggunakan kualifikasi akademik, kompetensi, dan
pengalaman sebagai dasar rekrutasi dosen. Stikes
Mitra Bunda Persada Batam yang telah sangat maju
dengan misi research university dapat saja
mensyaratkan kualifikasi akademik berupa gelar
akademik doktor di dalam proses rekrutasinya.
j) Tenaga Kependidikan
PP tentang SNP dalam Pasal 36 menetapkan
bahwa tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi
harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan
sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi tersebut
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri. Sementara Peraturan Menteri dimaksud
belum ada, ketentuan yang ada di dalam Keputusan
Mendiknas tentang Pedoman Pendirian STIKES
Mitra Bunda Persada Batam sebagaimana ditunjukkan
didalam Tabel 4 dapat digunakan sebagai standar
minimum. Untuk peningkatan kompetensi tenaga
114
kependidikan, Stikes Mitra Bunda Persada Batam
perlu melakukan pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan, pustakawan, misalnya, harus mengikuti
pelatihan kepustakaan, terutama apabila gelar sarjana
yang diperolehnya bukan sarjana perpustakaan.
Bahkan, bidang tugas tenaga kependidikan tertentu
mungkin membutuhkan lulusan minimal magister,
misalnya pengembang sistem informasi perguruan
tinggi. Sertifikasi yang sesuai dengan bidang tugas
tenaga kependidikan merupakan amanat PP tentang
SNP. Kondisi ideal, sebagaimana disebutkan didalam
lnstrumen Akreditasi lnstitusi BAN-PT, adalah lebih
dari 70 % tenaga kependidikan (khususnya laboran,
teknisi, pustakawan, seperti pada standar Dosen,
rekrutasi yang tidak diskriminatif juga harus ada di
dalam standar Tenaga Kependidikan. Rekrutasi ini
harus memerhatikan kualifikasi, kompetensi,
sertifikasi, dan pengalaman tenaga kependidikan.
Dengan demikian, dari studi terhadap ketentuan
perundang – undangan sebagaimana diuraikan di atas
menunjukkan bahwa Pemerintah telah menetapkan
berbagai tolak ukur minimum yang harus dipenuhi
115
terlebih dahulu oleh Stikes Mitra Bunda Persada
Batam dalam menjalankan SPMI khususnya ketika
Stikes Mitra Bunda Persada Batam tersebut
menetapkan Standar Dosen dan Tenaga
Kependidikan. Apabila Stikes Mitra Bunda Persada
Batam menghendaki substansi standar yang lebih
tinggi dari ketentuan minimum tersebut tentu saja
hal itu akan lebih baik. Semakin tinggi
kriteria/ukuran/tolok ukur sebuah standar maka
tentunya mutunya akan lebih tinggi. Kecuali itu,
Stikes Mitra Bunda Persada Batam juga dapat
menambah jumlah standar mutu yang tergabung
dalam kelompok Dosen dan Tenaga Kependidikan
ini, misalnya, menetapkan standar mutu tentang
kinerja dosen dan tenaga kependidikan,
kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan,
pembinaan karir dosen dan tenaga kependidikan,
perjalanan dinas dosen, dan sebagainya.
k) Evaluasi Diri Menqgunakan SWOT Analysis
Setelah perumus standar mutu di dalam SPMI-STIKES
Mitra Bunda Persada Batam menetapkan substansi atau butir-
116
butir standar mutu apa saja yang masuk ke dalam lingkup
Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan
peraturan perundang undangan (seperti Kualifikasi, Kompetensi,
Rekrutasi, dan sebagainya, seperti dijelaskan di atas), maka
mulailah melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) dengan dukungan data. Untuk
merumuskan isi Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
dengan menggunakan analisis SWOT dibutuhkan adanya
kerjasama antara Stikes Mitra Bunda Persada Batam dengan
para pemangku kepentingan (stakehoLders) internal rnaupun
eksternal. Sebagaimana diketahui, untuk aspek Strengths dan
Weaknesses suatu Stikes Mitra Bunda Persada Batam, yang
harus dianalisis adalah berbagai hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan institusi tersebut, yang berarti analisis ini
berfokus pada factor internal institusi, seperti misalnya
ketersediaan dana, sarana, serta prasarana, faktor fungsional
dari unit-unit dalam institusi, dan sebagainya Untuk aspek
opportunities dan Threats Stikes Mitra Bunda Persada Batam,
yang harus dianalisis adalah berbagai hal yang menjadi
peluang dan ancaman institusi tersebut, yang berarti analisis
ini berfokus pada faktor ekstemal institusi tersebut, misalnya
keadaan perkembangan Stikes Mitra Bunda Persada Batam
117
lain, perkembangan teknologi informasi, perubahan peraturan
perundang-undangan, dan sebagainya.
Setelah melakukan analisis SWOT, barulah substansi
standar Dosen dan Tenaga Kependidikan dapat disusun.
Dengan cara demikian, suatu Stikes Mitra Bunda Persada Batam
tidak akan menetapkan suatu standar yang secara nyata tidak
dapat dipenuhinya. sebagai ilustrasi, tidak mungkin sebuah
Stikes Mitra Bunda Persada BAtam dapat mempunyai standar
80 % dosen-tetap bergelar doktor'', tanpa melakukan analisis
terlebih dahulu pada ketersediaan dana di Stikes Mitra Bunda
Persada Batam tersebut, tersedianya peluang mendapatkan
beasiswa studi lanjut doktor, pemetaan gelar akademik dosen
tetap, dan sebagainya.
B. Uji Publik Dengan Para pemangku Kepentingan
Apabila substansi/isi standar Dosen dan Tenaga
Kependidikan telah dirumuskan, maka sebelum standar itu
resmi dilaksanakan sebaiknya disosialisasikan terlebih dahulu
kepada publik, khususnya dari unsure pemangku kepentingan
Stikes Mitra Bunda Persada Batam. Tujuannya antara lain
adalah untuk memperkenalkan dan/atau menguji sejauhmana
tingkat aksesabilitas dan akurasi dari isi standar tersebut
118
menurut penilaian mereka, dan untuk memperoleh usulan –
usulan yang konstruktif. Dari hasil uji publik ini bila perlu isi
standar dapat lebih disempurnakan. Dengan demikian
diharapkan pada akhimya seluruh isi standar didalam SPMl-
Stikes Mitra Bunda Persada Batam dapat diterima sebagai
standar oleh seluruh unsur pemangku kepentingan STIKES
Mitra Bunda Persada Batam tersebut sebagai ilustrasi, apabila
standar tentang tenaga kependidikan pustakawan
mensyaratkan pendidikan minimal Magister di bidang
perpustakaan, maka pustakawan yang belum mencapai
standar ini harus siap untuk studi lanjut di bidang
Perpustakaan, atau siap untuk dipindahkan ke bidang tugas
lain yang sesuai, atau kemungkinan terburuk berupa pemutusan
hubungan kerja pensiun dini. Apabila sosialisasi telah dijalankan
dengan baik, maka apapun kemungkinan yang terjadi
diharapkan tidak akan menimbulkan gejolak di semua unsur
pemangku kepentingan.
8.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan
Dosen pada umumnya bekerja diunit akademik (urusan,
fakultas) sedangkan tenaga kependidikan ada yang bekerja di
119
unit akademik dan ada pula yang bekerja di unit penunjang
(biro, unit pelaksana teknis). Keseluruhan unit tersebut,
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing – masing didalam
struktur organisasi STIKES Mitra Bunda Persada Batam
tersebut, harus melakukan langkah – langkah untuk
pemenuhan Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan,
misalnya, persiapan administrative dan keuangan, sosialisasi
substansi standar, serta upaya pencapaian pemenuhan standar
secara konsisten. sebagaicontoh praktik baik, pada Tabel 5
ditunjukkan formulir/dokumen yang diperlukan untuk
mengukur pemenuhan Standar Dosen yang tentu saja dapat
diubah atau ditambah sesuai dengan kebutuhan suatu STIKES
Mitra Bunda Persada Batam. Sebagai ilustrasi, formulir
penugasan dosen, dalam hal ini dosen tetap, persemester dapat
dilihat di dalam Lampiran 1 Bab ini.
Tabel 8.1
Pemenuhan standar dosen dan tenaga kependidikan
STIKES Mitra Persada Batam
Standar Contoh Formulir / Dokumen Yang
dibutuhkan
120
Kualifikasi akademik
dosen
Ijazah, Transkip akademik setiap
dosen
Kompetensi dosen Formulir rekam jejak kompetensi
dosen
Sertifikasi dosen Daftar dosen yang sudah dan belum
mempunyai sertifikat dosen
Jabatan Akademik Dosen Foemulir pengusulan jabatan
akademik dosen, keputusan pihak
berwenang tentang jabatan
akademik setiap dosen.
Beban kerja dosen Formulir penugasan dosen
Rasio dosen tetap :
Mahasiswa
Peta komposisi dosen berdasarkan
gelar akademik dan jabatan
akademik ditingkat program studi
dan di tingkat perguruan tinggi.
Peta komposisi mahasiswa disetiap
program studi dan perguruan
tinggi,.
Rekrutasi Dosen Formulir penilaian wawancara
dosen, soal seleksi dosen, misalnya
tes potensi akademik dan bahasa
inggris.
121
Kualifikasi akademik dosen Ijazah, transkrip akademik setiap
dosen Kompetensi dosen Formulir rekam jejak kompetensi dosen
Sertifikasi dosen Daftar dosen yang sudah dan belum mempunyai
sertifikat dosen Jabatan akademik dosen Formulir pengusulan jabatan
akademik dosen, keputusan pihak berwenang tentang jabatan akademik
setiap dosen Beban kerja dosen Formulir penugasan dosen Rasio dosen
tetap : Peta komposisi dosen berdasarkan gelar akademik dan jabatan
akademik di tingkat program dan di tingkat perguruan tinggi. Peta
komposisi mahasiswa di setiap program studi dan di perguruan tinggi .
Rekruitasi Dosen Formulir penilaian wawancara dosen, soal seleksi
dosen, misalnya test potensi akademik dan bahasa inggris
8.4 Mekanisme Pengendalian Standar Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan
Maksud dari pengendalian standar, dalam hal ini
standar Dosen dan Tenaga kependidikan, adalah setiap unit
di STIKes Mitra Bunda Persada Batam harus mampu
memonitor dan mengevaluasi pemenuhan standar secara
konsisten dan pada kondisi faktual, untuk selanjutnya
mengambil tindakan korektif apabila ditemukan adanya
penyimpangan atau kesalahan. Hal terpenting adalah setiap unit,
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing – masing dalam
122
sruktur organisasidi perguruan tinggi, harus selalu melakukan
pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah
terpenuhi atau telah ditaati. Bila sebuah standar belum
terpenuhi, perlu dicari apa penyebabnya dan dapat segera
diketahui upaya untuk memenuhi standar tersebut.
Sebagai contoh, misalkan standar Kualifi kasi Akademik
Dosen menetapkan bahwa Dosen yang mengajar disuatu
program sarjana sebuah Stikes Mitra Bunda Persada Batam
minimal bergelar akademik magister. Apabila setelah
dilakukan pemantauan di Stikes Mitra Bunda Persada Batam
tersebut, ternyata di salah satu program sarjana ternyata ada
dosen tidak tetap yang belum bergelar magister, maka perlu
dicari penyebabnya. Apabila peyebabnya adalah idak ada
dosen tetap yang mempunyai bidang keahlian sama dengan
dosen tidak tetap ersebut (sebut saja bidang keahlian A),
maka beberapa alternatif upaya pemenuhan standar tersebut
adalah: (a) nencari dosen tidak tetap lain yang mepunyai
bidang keahlian A. namun bergelar magister, (b) melakukan
pengembangan, misalnya rekrutasi dosen tetap baru bergelar
minimal magister dengan yang mempunyai bidang keahlian A,
atau (e) memagangkan dosen tetap yang telah bergelar
magister kedosen tidak tetap dengan bidang keahlian A
123
tersebut. Altematif mana yang dipilih, bergantung pada tingkat
urgensi pemenuhan standarersebut. apabila setelah dievaIuasi
temyata seluruh program sarjana di Stikes Mitra Bunda
Persada Batam tersebut telah memenuhi standar Kualifikasi
Dosen sebagaimana disebutkan di atas, maka Stikes Mitra
Bunda Persada Batam dapat meningkatkan standarnya
menjadi, misalnya, 30% dosen yang mengajar di program
sarjana minimal bergelar akademik doktor dan sisanya
bergelar akademik magisler. Peningkatan standar secara
berkelanjutan seperti ini dikenal dengan continuous
improvement atau kaizen. Hal inilah yang diharapkan terjadi
didalam sistem penjaminan mutu STIKES Mitra Bunda Persada
Batam.
Pencatatan / pendokumentasian adalah bagian penting
didalam pengendalian standar. Stikes Mitra Bunda Persada
Batam dapat merancang dua formulir, masing-masing untuk
pemenuhan Standar dan pengendalian standar. Cara lain adalah
dengan menggunakan formulir yang sekaligus dapat dipakai
untuk kedua langkah tersebut. Sebagai contoh, di dalam
formulir penugasan dosen di suatu semester dapat dilengkapi
dengan kolom atau bagian yang menunjukkan proses
monitor dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dosen tersebut.
124
UntukTenaga Kependidikan, yang mencakup administrasi,
teknisi, laboran, dan pustakawan, formulir/dokumen yang
dibutuhkan untuk pemenuhan standar dan pengendalian
standar dapat berbeda-beda untuk masing-masing bidang
tugas tersebut. Untuk administrasi, misalnya, sertifikat
kemampuan menggunakan pengolah kata, dan pengolahan
basis data, mungkin dibutuhkan di suatu STIKES Mitra Bunda
Persada Batam. Untuk laboran, misalnya, sertifikat penggunaan
suatu alat uji serta pemeliharaannya, diperlukan di suatu
laboratorium. Untuk memastikan apakah penggunaan dan
pemeliharaan alat tersebut sesuai dengan standar yang ada,
dibutuhkan formulir pengendalian standar, yang tentu saja
tidak sama dengan formulir pengendalian yang digunakan pada
tenaga administrasi.
8.5 Monitoring, Evaluasi dan Kinerja Tenaga Pendidik
1. Monitoring Tenaga Pendidik
Pemantauan program merupakan upaya supervisi dan
review kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh
pengelola program, untuk melihat apakah pelaksanaan
program sudah sesuai dengan yang direncanakan.
125
Monitoring atau pemantauan sering kali disebut ”evaluasi
proses”.
Monitoring (pemantauan) dilingkungan STIKes Mitra
Bunda Persada dilakukan pada kegiatan proses belajar
mengajar pada, dan kegiatan pengabdian masyarakat.
Monitoring dilakukan untuk dosen dan untuk mahasiswa.
Format Monitoring Terlampir.
2. Evaluasi Tenaga Pendidik
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau
besarnya kesuksesan dalam mencapai tujuan yang sudah di
tetapkan sebelumnya. Evaluasi bukanlah tujuan, melainkan
alat dalam mencapai tujuan.
Evaluasi merupakan suatu proses yang memungkinkan
administrator mengetahui hasil programnya, dan
berdasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian
untuk mencapai tujuan secara efektif. Evaluasi dilakukan
dalam setiap kegiatan dan diperbaiki di setiap tahap proses
evaluasi. Evaluasi tenaga pendidik dilakukan berjenjang
sbb :
a. Evaluasi oleh mahasiswa
b. Evaluasi Tri Dharma Perguruan Tinggi
c. Penilaian Kinerja Dosen
126
Masing-masing Format Evaluasi terlampir.
3. Kinerja Tenaga Pendidik
Penilaian Kinerja Dosen yang mendukung Tri Dharma
Perguruan Tinggi di tuangkan dalam suatu daftar yang di
sebut Daftar Penilaian Kinerja Dosen (DPKD). Unsur -
unsur yang dinilai dan bobot dalam Daftar Penilaian
Kinerja Dosen (DPKD) terdiri dari :
a. Proses Belajar Mengajar
1. Memenuhi Jumlah Tatap muka sesuai dengan yang di
jadwalkan, termasuk hadir dan selesai tepat waktu
dengan bobot 10%
2. Membuat soal ujian, jawaban dan mengoreksi tepat
waktu dengan bobot 10%
3. Mengawas Ujian sesuai dengan penjadwalan dengan
bobot 5%
4. Menguji magang kerja dan skripsi sesuai penjadwalan
dengan bobot 5%
5. Hasil feed back/penilaian dari mahasiswa tentang
proses belajar mengajar dengan bobot 10%.
b. Bimbingan dan Konsultasi
1. Memberikan bimbingan magang kerja / KKN &
Skripsi dengan bobot 10%
127
2. Menjadi Penasehat akademik (Dosen Wali) dengan
bobot 10%
c. Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
1. Membuat karya ilmiah : penelitian, makalah, buku,
diktat, artikel di jurnal / majalah / koran dsb dengan
bobot 10%
2. Melakukan pengabdian masyarakat : Bakti sosial,
memberikan penyuluhan/pelatihan, termasuk
membina mahasiswa dengan bobot 10%
d. Tugas lain lain di luar tugas utama :
1. Bertugas sebagai panitia dengan bobot 5%
2. Menghadiri Kegiatan yang diselenggarakan STIKes
Mitra Bunda Persada Batam berupa seminar,
pelatihan, simposium, rapat kerja, upacara dsb. dengan
bobot 5%
e. Disiplin dan Kesehatan
1. Pemenuhan Jam Kerja dengan bobot 5%
2. Absensi (skit, ijin, alpha) dengan bobot 5%
f. Faktor Pengurang
1. Surat Teguran 1 dengan bobot -2%
2. Surat Teguran 2 dengan bobot -4%
3. Surat Teguran 3 dengan bobot -5%
128
4. Surat Peringatan 1 dengan bobot -10%
5. Surat Peringatan 2 dengan bobot -15%
6. Surat Peringatan 3 dengan bobot -20%
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk menentukan
kenaikan gaji. Tujuan jangka menengah dan panjangnya
adalah untuk menyusun program pelatihan, promosi dan
pengembangan karier, mutasi, demosi dan PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja).
Tujuan penilaian kinerja dalam kaitannya dengan
penentuan kenaikan gaji misalnya pada tahun 2003
manajemen/yayasan perguruan tinggi menetapkan kenaikan
maksimal adalah 20%. Agar tujuan ini dapat memotivasi
dosen, maka dapat dilakukan kenaikan secara proporsional
berdasarkan kinerja seorang dosen dibandingkan dengan
kenaikan yang telah ditetapkan perguruan tinggi. Pada hasil
penilaian kinerja di atas, kenaikan gaji dosen yang
bersangkutan ialah :
129
Tahapan terakhir dalam kaitannya dengan penilaian
kinerja ialah melakukan evaluasi terhadap penilaian kinerja
yang telah dilakukan. Evaluasi perlu dilakukan secara berkala
untuk terus menerus mendapatkan masukan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kinerja, termasuk alat ukur yang
dipakai, penilai, kesesuaian komponen yang dinilai dengan
kondisi pekerjaan dan perguruan tinggi. Evaluasi dapat
dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi maupun tim dosen
yang dibentuk. Tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk
memperoleh masukan mengenai pedoman penilaian kinerja
yang telah diterapkan.
Evaluasi penilaian kinerja yang efektif harus melibatkan
pihak yang dinilai dan penilai (Bernadin & Russell, 1993 :
399). Ada lima kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi
penilaian kinerja (Dessler, 1997 : 17) yaitu :
a. Faktor kejelasan : waktu pelaksanaan, tujuan, siapa yang
menilai, kriteria yang dinilai dan prosesdur penilaian.
b. Faktor motivasi : dampak terhadap promosi, kompensasi,
penghargaan dan keterlibatan penilai dan yang dinilai.
c. Faktor keadilan : objektif penilai, penilai adalah orang yang
tepat.
130
d. Faktor feed back : laporan/salinan hasil penilaian, hasil
penilaian dibicarakan dengan karyawan.
e. Faktor tindak lanjut : pembinaan terhadap dosen yang
kinerjanya kurang, evaluasi terhadap pedoman dan
pelaksanaan penilaian.
Untuk memudahkan evaluasi, faktor-faktor tersebut di
atas dapat dituangkan dalam bentuk pertanyaan atau kuesioner
yang diisi oleh dosen dan penilai. Berdasarkan hasil kuesioner
tersebut, manajemen dapat mengambil keputusan untuk
memperbaiki keseluruhan penilaian, mulai dari alat ukur,
proses penilaian sampai ke evaluasinya.
4. Kinerja Tenaga Kependidikan (Staff)
Penilaian pelaksanaan pekerjaan karyawan di tuangkan
dalam suatu daftar yang disebut Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Unsur – Unsur yang dinilai
dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah :
a. Kesetiaan.
Kesetiaan adalah ketaatan dan pengabdian kepada Pancasila,
UUD 1945, Negara, dan Pemerintah.
b. Prestasi Kerja.
131
Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang di capai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugas yang di bebankan
kepadanya.
c. Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah kesanggupan seorang karyawan
menyelesaikan pekerjaan yang di serahkan kepadanya dengan
sebaik baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko
atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang
dilakukannya.
d. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang karyawan untuk
mentaati segala peraturan perundang – undangan dan
peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati perintah
kedinasan yang di berikan atasan yang berwenang, serta
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang di
tentukan.
e. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang karyawan dalam
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah
gunakan wewenang yang di berikan kepadanya.
f. Kerjasama
132
Kerjasama adalah kemampuan seseorang karyawan untuk
bekerja bersama sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas yang di tentukan sehingga mencapai
daya guna dan hasil guna yang sebesar – besarnya.
g. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang karyawan untuk
mengambil keputusan, langkah – langkah atau melaksanakan
sesuatu tindakan yang di perlukan dalam melaksanakan tugas
pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.
h. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang karyawan untuk
meyakinkan orang lain sehingga dapat di kerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Penilaian unsur
kepemimpinan di kenakan kepada karyawan yang memangku
jabatan struktural.
Pejabat Penilai adalah atasan langsung karyawan yang
dinilai, dengan ketentuan serendah rendahnya kepala/ketua
Program Studi.
133
Skala ukur hasil evaluasi pembelajaran mahasiswa
dinyatakan sebagai berikut:
NO Nilai absolut Rentang Lambang
1 79-100 3,51-4,00 A
2 68-78 2,75 – 3,3 B
3 56 -67 2,00-2,74 C
4 41- 55 1,00-1,99 D
5 0-40 0,00-0,99 E
134
BAB IX
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
9.1 Definisi
Penjaminan mutu pendidikan tinggi sangat penting agar
lulusan pendidikan tinggi dapat menyelesaikan permasalahan
individu dan bangsa. Untuk menyelenggarakan pendidikan
tinggi diperlukan (1) tujuan yang jelas, (2) rencana mutu
keluaran dan perkiraan out comes, (3) proses pendidikan,
(4) input, (5) sumberdaya, (6) prasarana dan sarana.
Prasarana dan sarana adalah salah satu bagian input (
sedangkan input merupakan salah satu subsistem dari sistem
penjaminan mutu internal PT. Dengan demikian, didalam
SPMI-PT perlu dibuat standar mutu prasarana dan sarana
sesuai dengan kemampuan setiap PT sepanjang standar
minimum yang berlaku secara nasional dipenuhi oreh PT
yang bersangkutan. Khusus tentang sarana dan prasarana ini,
peraturan pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang Slandar
Nasionar pendidikan (SNP) menyatakan perlu adanya
standar mutu sebagai tolok ukur minimal untuk menilai
tingkat mutu penyediaan, pemanfaatan, pemeriharaan, dan
pengembangan sarana dan prasarana yang tersedia pada
135
setiap perguruan Tinggi. Memang, didalam PP tersebut
disebutkan bahwa standar nasional untuk sarana dan
prasarana masih harus ditetapkanpemerintah (menteri) namun
demikian peraturan yang rama hingga saat ini masih berlaku
yaitu Keputusan Mendiknas No.234/U/2000 tentang Pedoman
Pendirian Perguruan Tinggi (PT). Didalam peraturan ini
misalnya (pada bagian Lampiran), ditetapkan persyaratan
minimal sarana dan prasarana yang harus tersedia pada setiap
PT di lndonesia.
Sesuai dengan prinsip di dalam Sistem Penjaminan Mutu
lnternal Perguruan Tinggi (SPMl-PT) yaitu bahwa setiap PT
di lndonesia hendaknya memiliki seperangkat standar mutu
yang sangat esensial dan diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan tinggi, maka sangatlah wajar apabila salah satu
standar mutu tersebut adalah tentang Sarana dan prasarana.
Substansi atau isi dari standar mutu tersebut minimal sama
dengan standar minimal yang berlaku secara nasional, namun
di sisi lain PT memiliki otonomi yang luas untuk
meningkatkan / meninggikan / memperluas substansi standar
itu. Semakin tinggi tolok ukur yang dipakai untuk menilai
tingkat mutu, maka berarti semakin tinggi pula mutu institusi
itu. Standar mutu ini harus ditingkatkan secara berkelanjutan
136
agar tercapai peningkatan mutu berkelanjutan.
Bab ini menguraikan praktik baik yang berlaku di banyak
PT dalam melakukan penjaminan mutu khusus di bidang
sarana dan prasarana, baik yang berkaitan dengan proses
pembelajaran maupun yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan lain
yang menunjang seluruh tridharma PT. Uraian ini
dimaksudkan untuk memberikan inspirasi kepada
penyelenggara PT, bahwa kebijakan di bidang prasarana dan
sarana merupakan open ended solution. Artinya prasarana
dan sarana yang diperlukan tergantung situasi dan kondisi
terlentu, tetapi penyelenggara PTwajib melakukan yang
terbaik dalam keterbatasan yang ada. Agar terjadi
persamaan persepsi, maka dalam bab ini definisi tenlang Standar
Sarana dan Prasarana yang dipakai adalah definisi di dalam
PP tentang SNP, yaitu standar pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolah
raga, tempat beribadah, perpuslakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta
sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
137
9.2 Mekanisme Penetapan Standar Prasarana Dan Sarana
Dalam menetapkan Standar Sarana dan Prasarana perlu
diperhatikan beberapa hal penting berikut ini, yaitu :
a. Substansi atau isi dari Standar Sarana dan Prasarana harus
sesuai atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan
yang relevan dengan bidang sarana dan prasarana untuk
PT. Konkritnya, substansi standar tersebut minimaI
harus memenuhi terlebih dahulu ketentuan yang telah
diatur dalam perundang - undangan, setelah itu apabila PT
yang bersangkutan memang benar-benar sangat mampu
maka dapatlah dibuat standar dengan substansi yang
melebihi standar minimal nasional.
b. Substansl standar tersebut juga harus selaras dengan visi,
misi, dan tujuan dari PT yang bersangkutan dan bila perlu
juga harus selaras dengan visi, misi, dan tujuan dari unit –
unit di dalarn lingkungan PT seperti Prodi, jurusan, dan
program studi
c. Substansi standar tersebut juga harus sedapal mungkin
selaras dengan keinginan, masukan atau saran dari para
stakeholders PT Agar substansi Standar Sarana dan
Prasarana yang akan ditetapkan olehPT didalam SPMI nya
138
tidak bertentangan dengan ketentuan normatif yang
berlaku secara nasional, maka perlu dipahami terlebih
dahulu aturan tersebut yang antara lain terdapat dalam
PP tentang SNP dan Keputusan Mendiknas tentang
Pedoman Pendirian PT. sebagaimana disebut pada
bagian Pendahuluan. Pasal 42 hinqga 47 PP No. 19 lahun
2005 tentang SNP menegaskan bahwa setiap satuan
pendidikan, dalam konteks pendidikan tinggi adalah PT,
wajib mempunyai standar Mutu Sarana dan Prasarana, yang
mengalur tenlang :
a. Sarana dan prasarana apa saja yang minimal harus
dipunyai oleh setiap Perguruan Tinggi (PT).
b. Jenis dan jumlah peralatan minimal laboratorium yang
harus tersedia yang dinyatakan dalam rasio minimal
jumlah peralatan permahasiswa.
c. Jenis dan jumlah buku perpustakaan khususnya buku
teks yang dinyatakan dalam rasio rninimal jumlah buku
teks pelajaran untuk setiap mata kuliah permahasiswa
d. Jenis dan jumlah sumber belajar lainnya yang dinyatakan
dalam rasio jumlah minimal sumber belajar tersebui
permahasiswa.
e. Lahan untuk bangunan PT, lahan praktik, lahan untuk
139
prasarana penunjang, dan lahan pertamanan. yang
dinyatakan dalam rasio luas lahan permahasiswa.
f. Letak lahan bangunan PT juga harus memperhatikan,
antara lain, pertimbangan keamanan, kenyamanan,
kesehatan lingkungan, dan jarak tempuh maksimal
yang harus dilalui mahasiswa untuk menjangkau
bangunan tersebut.
g. Rasio luas ruang kuliah per mahasiswa.
h. Kualitas bangunan minimal yaitu kelas A dan/atau
bangunan tersebut harus tahan gempa khususnya
apabila terletak didaerah yang rawan gempa.
i. Fasilitas khusus untuk mahasiswa, dosen, dan tenaga
non-dosen yang memerlukan layanan khusus karena
keterbatasan fisik mereka (kaum difabel). Pemeliharaan
sarana dan prasarana secara berkala dan
berkesinambungan.
Dari kutipan PP di atas tampak bahwa substansi Standar
Sarana dan Prasarana yang harus dimiliki oleh setiap PT
sekurang – kurangnya harus : mengatur atau menetapkan
berbagai hal sebagaimana tercantum dalam butir “a” hingga ”
j” di alas Jadi, misalnya saja harusdapat ditetapkan standar
140
mutu yang menetapkan lolok ukur minimum yang berlaku
pada suatu PT tentang : (1). jenis sarana dan prasarana
apa saja yang harus disediakan oleh penyelenggara PT
yang bersangkutan (2). perlengkapan minimum yang harus
tersedia pada setiap laboratorium di dalam lingkungan PT yang
bersangkutan (3). rasio luas ruang kuliah untuk tiap
mahasiswa (4). Rasio buku teks untuk setiap matakuliah
untuk setiap mahasiswa yang harus tersedia di
perpustakaan PT dan seterusnya, hingga standar tentang
bagairnana PT tersebut harus memelihara seluruh sarana
dan prasarana yang tersedia secara berkala dan berkelanjutan.
Sebagai contoh berikut ini akan diuraikan secara
singkat beberapa standar mutu yang terdapat di dalam
kelompok Standar Sarana dan Prasarana berdasarkan
praktek baik pada beberapa PT :
1. Standar Prasarana dan Sarana bangunan, kesehatan serta
ketenangan lingkungan
2. Standar Prasarana dan Sarana sumber belajar (leaming
resources)
3. Standar pengadaan, pengoperasian, perawatan dan perbaikan
alat
4. Standar prasarana umum berupa air, listrik' dan telefon
141
Ad 1. Standar Prasarana dan Sarana (PS) bangunan,
kesehatan dan ketenangan lingkungan substansi standar ini
mencakup infrastruktur perguruan tinggi, harus memenuhi
persyaratan teknis dan peraturan bangunan, Serta kesehatan
lingkungan yang berlaku untuk daerah tersebut, dan
dengan memperhatikan pertumbuhan akademik. standar PS
fasilitas pembelajaran mencakup ruang kelas lengkap dengan
sarana dan cukup untuk melaksanakan kurikulum. Standar PS
laboratorium mencakup peralatan laboratorium, sesuai
dengan jenis laboratorium masing – masing program studi.
Dalam praktek baik, jumlah butir standar dalam setiap jenis
standar ditetapkan olehprogram studi, sesuai dengan visi,
kebutuhan stakeholders, serta urgensi dan kemampuan
program studi yang bersangkutan standar PS sumber belaiar
(leaming resources) antara lain terdiri atas peralatan,
bahan, dan teknologi informasi.
Ad 2. Standar Prasarana dan Sarana (PS) Sumber belajar
utama Substansi standar ini terdiri atas buku – buku teks
(perpustakaan/lainnya), laboratorium, jumal, majalah, lembar
informasi, intemet dan intranet, CDROM' dan citra satelit.
Sumber belajar harus diseleksi, dipilah, dan disinkronkan
dengan tujuan Pembelajaran.
142
Ad 3. Standar pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan
perbaikan alat Standar mutu ini sangat diperlukan agar
peralatan dapat dioperasikan dengan baik dan sesuai
fungsinya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan dan perawatan
dan apa bila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat
sehingga mengurangi waktu mati (down time) atau out of
work dari peralatan tertentu tersebut.
Ad 4. Standar Prasarana dan Sarana (PS) umum Standar
mutu tentang penyediaan dan ketersediaan air, listrik, dan
telefon merupakan bagian penting dalam kegiatan
perguruan tinggi, karena itu perlu dikelola dengan baik.
Untuk itu diperlukan tata kelola yang jelas dan pasti
sehingga penyediaan prasaran-sarana umum terselenggara
secara baik dengan keandalan tinggi.
Proses penyusunan standar PS tidak berdiri sendiri,
tetapi dilaksanakan bersama - sama dengan penyusunan
standar akademik secara keseluruhan dan lengkap. Hanya
saja tiap PT dapat menentukart butir mutu yang akan
diprioritaskan untuk dilaksanakan. Penyusunan Standar
dilakukan oleh suatu tim ad hoc yang diangkat oleh
pimpinan PT. Tim terdiri atas wakil-wakil tingkat perguruan
tinggi dan Prodi. Tim seperti ini terkadang dirasa terlalu
143
besar, sehingga dapat menurunkan efisiensi kerja dan
penyebabkan perlu waktu lama untuk menghasilkan standar.
Untuk menghindari tim yang terlalu besar, maka anggota tim
tidak diambil dari semua Prodi, tetapi diambil Dari wakil
cluster atau kelompok bidang ilmu.
Dalam pembuatan standar PS perlu dlpertimbangkan
standar PS untuk gedung. Standar PS gedung harus
memenuhi persyaralan teknis dan peraturan bangunan, serta
kesehatan lingkungan yang ditentukan oleh perguruan tinggi
dan departemen teknis terkait.Perlu juga diperhatikan
keamanan dan kenyamanan mahasiswa di dalam ruang
kuliah, diperpustakaan, dan di laboratorium.
Dalam penyusunan standar, panitia meminta masukan
dari Prodi, lembaga laboratorium, dan unit akademik lain
dilingkungan Stikes Mitra Bunda. Perlu dikemukakan
bahwa penyusunan standar tidak sama dengan penyusunan
daftar pengadaan barang. Penyusunan standar tidak
menghasilkan daftar yang sangat rinci, tetapi berupa patokan.
Yang harus diperhatikan dalam penyusunan standar PS
adalah agar PS dapat digunakan secara optimal dan harus
dirawat dengan baik, sehingga PS dapat dipakai secara
efektif dengan selalu memperhatikan keamanan
144
penggunanya Draf standar PS yang telah disusun oleh
panitia ad hoc STIKES Mitra Bunda Persada Batam dapat
dikirim ke Prodi untuk dikaji ulang, dikoreksi, dan
disempurnakan. Hasil kaji ulang ini dipakai oleh panitia
untuk menyusun draff akhir standar. Draff akhir dikirim ke
eksekutif yang akan mempelajari dan menyempurnakannya
lagi, sebelum dikirim untuk dibahas di Senat Akademik untuk
diolah dan disahkan menjadi standar mutu Sarana dan
Prasarana STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
9.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Prasarana Dan Sarana
Untuk melaksanakan manajemen kelembagaan tersebut diatas
diperlukan beberapa langkah utama sebagai berikut :
1. Pemenuhan Visi, Misi, Strategi, dan program
Untuk mencapai manajemen kelembagaan yang baik,
pada tahap awal diperlukan kejelasan visi dan misi
dengan memperhatikan aspirasi seluruh stakeholders
Stikes Mitra Bunda Persada. visi dan misi lersebut
menjadi tujuan dan sasaran pengembangan ke depan dan
memberikan gambaran atas bagaimana bentuk ideal
Stikes Mitra Bunda Persada dimasa yang akan datang.
145
2. Pemenuhan Mekanisme Kepemimpinan
Peran kepemimpinan menjadi sangat penting dalam
menerjemahkan visi dan misi tersebut dalam bentuk
suatu program kerja yang konkret, realistis, dan mampu
dicapai oleh perangkat kelembagaan yang ada. Seorang
pemimpin juga diharapkan mampu mernbangun motivasi
kerja dan lingkungan kerja yang dinamis agar pelaksanaan
program kerja dapat berjalan dengan suasana kerja yang
kondusif.
3. Penguatan Kelembagaan
Setelah suatu lembaga dibentuk sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dan visi/misi Stikes Mitra
Bunda Persada Batam, maka perangkat kelembagaan
tersebut perlu dilengkapi dengan beberapa instrumen
organisasi seperti :
a. Penetapan dasar hukum/aturan dan perundangan yang
ditetapkan pemerintah dandokumen-dokumen acuan
kerja yang sah, seperti Statuta, Renstra, Renop,
b. Penetapan deskripsi jabatan dan spesifikasi/
kuatifikasi jabatan yang dapat pelaksanakan tupoksi
tersebur. penetapan ini dapat dirangkum dalam
ketentuan Organisasidan Tata Kerja (OTK).
146
c. Penetapan standar operasi dan prosedur (SOP) baik
internal kelembagaan maupun antar lembaga dengan
sasaran utama memberikan layanan yang efisien dan
efeklif.
d. Pembakuan mekanisme kerja kelembagaan dan
mengupayakan suatu proses seitifikasi ekstemal yang
dapat memberikan pengakuan bahwa lembaga tersebut
telah mampu bekerja dan berkinerja yang optimal.
4. Pelatihan dan Sosialisasi
Untuk membangun suatu manajemen kelembagaan yang
kuat maka program pelatihan dan sosialisasi yang
dilaksanakaan Secara terus menerus mutlak diperlukan.
Sasaran program ini antara lain untuk membangun
kesadaran stakeholders internal untuk mencapai visi dan
misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam, membangun
kesadaran untuk mengikuti sistem dan mekanisme yang
telahditetapkan, membangunkesadaran atas peran masing –
masing jabatan daIam organisasi, serta membangun
kesadaran atas perlunya team-work dan komitmen bersama
untuk mencapai visi dan misi tersebut. Program pelatihan
dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan Secara
berjenjang, sebagai berikut.:
147
1. Tahap rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan
baru, yang merupakan tahap pengenalan organisasi
dan pendekatan terhadap Suasana kerja baru dan
sistem/mekanis medalam organisasi.
2. Tahap sebelum menduduki jabatan baru, yang
merupakan tahap pembekalan pada setiap pejabat yang
akan mulai bertugas terkait dengan tupoksi masing –
masing jabatan dan bagaimana harapan dari pimpinan
Stikes Mitra Bunda Persada Batam terhadap kinerja
masing - masing jabatan tersebut.
3. Tahap pembentukan dan penguatan lembaga baru
merupakan tahap pembekalan kepada pejabat lama/
baru terhadap perubahan / perluasan / penguatan
tupoksi suatu jabatan tertentu terkait dengan
perkembangan ke butuhan dan tuntutan masyarakat
5. Penguatan Suasana Kerja
Pada tahap implementasi suatu pelaksanaan manajemen
kelembagaan yang baik dapat menghasilkan suasana kerja
yang kondusif yang melibatkan seluruh stake holders yang
terkait dengan pelaksanaan tugas kelembagaan serta
secara dinamis mengikuti perkembangan dan tuntutan
masyarakat sebagai pengguna layanan. Keterlibatan setiap
148
anggota organisasi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program dapat
menghasilkan rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab
atas keberhasilan pelaksanaan program kerja. Peguruan
tinggi memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat
secara luas dan pemerintah. Membangun kepatuhan
tehadap peraturan dan perundangan yang menjadi dasar
hukum dalam proses pendidikan tinggi merupakan suatu
keharusan. Manajemen kelembagaan yang baik tetap
mempunyai tanggung jawab terhadap peraturan
perundangan yang berlaku dengan mendorong perilaku
kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk kesadaran internal
yang mengakar pada setiap individu dan organisasi.
9.4 Mekanisme Pengendalian Standar Prasarana Dan Sarana
Manajemen pengendalian standar pada dasarnya
diarahkan untuk mengoptimalkan berlangsungnya proses
peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Dalam hal ini
perlu diatur satu siklusSPMB-PS, dengan keyakinan
terjadinya peningkatan pada setiap tahun (rentang waktu
tertentu) dapat dijamin. Betapapun kecilnya peningkatan apa
bila selalu ada pada setiap tahun (rentang waktu tertentu),
149
SPMB-PS akan berlangsung baik. Suatu siklus SPMB-PS wajib
dirancang terintegrasi dengan SPMB keseluruhan. Sebagai satu
ilustrasi, untuk proses pembelajaran dapat dikembangkan
peraturan, pengaturan, dan kesepakatan menyangkut kata – kata
kunci berikut ini :
1. Pada tingkat perguruan tinggil/Prodi jurusan, standar PS
dinyatakan dalam daftar prasarana dan sarana, serta
tersedia organisasidan tata kerja (OTS) dalam
pemakaiannya.
2. Pada tingkat program studi, standar PS dinyatakan
dalam spesifikasi prasarana dan sarana yang lebih
spesifik, terkait dengan implementasi Rencana Program
Evaluasi dilakukan lerhadap utility factor dan unjuk hasil
kinerja pemakaian prasarana dan sarana. Berdasar hasil
evaluasi dengan siklus tahunan, setiap tahun Cilakukan
perbaikan standar dan penjaminan dalam SPMB-PS sebagai
bagian SPMB keseluruhan
150
BAB X
STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
10.1 Pendahuluan
1. Proses Utama Pendidikan Tinggi
STIKes Mitra Bunda Persada Batam merupakan
lembaga yang memiliki fungsi dan kompetensi dalam
menjalankan dan mengembangkan proses pendidikan
tinggi, mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), serta menerapkan keunggulan iptek
tersebut untuk kemanfaatan bagi masyarakat dan
kelestarian lingkungan. Disamping melaksanakan fungsi
tersebut di atas, STIKes Mitra Bunda Persada Batam
juga menjadi salah satu pilar dalam upaya menegakkan
demokrasi, menjaga nilai-nilai moral dan kemanusiaan,
serta menjunjung tinggi rasa keadilan bagi masyarakat.
Peran STIKES Mitra Bunda Persada Batam yang
demikian penting tersebut harus didukung dengan upaya-
upaya untuk selalu meningkatkan mutu, relevansi, daya
saing, tata kelola baik, akuntabilitas, pencitraan publik,
serta menjaga pemerataan dan perluasan akses atas
layanan pendidikan tinggi bagi masyarakat. Layanan
151
akademik lembaga pendidikan tinggi dicakup dalam istilah
tridarma STIKes Mitra Bunda Persada Batam yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dengan memperhatikan karakter pendidikan
tinggi dan tuntutan masyarakat atas peran strategis
STIKes Mitra Bunda Persada Batam, maka proses utama
pendidikan tinggi dapat ditunjukkan dengan diagram
sebagai berikut :
Untuk melaksanakan tridarma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam diperlukan serangkaian input yang
mencakup kurikulum, mahasiswa, tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, fasilitas fisik, informasi, dan
keuangan. Output kegiatan tridarma adalah lulusan, karya
penelitian, dan karya pengabdian kepada masyarakat.
Penggunaan outp ut kegiatan tridarma adalah kalangan
pemerintah maupun swasta.
Untuk mengelola keseluruhan proses dan berbagai
faktor input dan ouput diperlukan suatu manajemen
kelembagaan yang tepat. Ada suatu keyakinan bahwa
semakin baik output suatu STIKes Mitra Bunda Persada
Batam, maka penghargaan masyarakat terhadap STIKes
Mitra Bunda Persada Batam tersebut akan semakin baik
152
dan berdampak pada input yang semakin baik pula.
2. Manajemen Kelembagaan
Manajemen merupakan langkah dinamis dan
sistematis menuju pencapaian tujuan dengan
menggunakan dukungan sumber daya yang tersedia
sumberdaya manusia, bahan, peralatan, metode kerja,
modal, dan potensi besar). Kegiatan manajemen
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pemantauan,
dan evaluasi. Tujuan dalam manajemen pendidikan
tinggi memiliki target yang bergerak (moving target) yang
ditetapkan dengan melihat tuntutan kebutuhan internal
dan eksternal serta kesiapan sumber raya yang
dimiliki. Sehubungan dengan hal itu, pengembangan
manajemen perlu disertai dengan upaya penguatan terus-
menerus sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan secara berkelanjutan.
153
Gambar10.2 Prinsip Dasar Manajemen
Manajemen kelembagaan diharapkan dapat
menghasilkan layanan tridarma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam yang terwadahi oleh organisasi formal
yang memiliki kekuatan hukum. Dengan cara demikian
diharapkan masyarakat dapat memperoleh layanan
pendidikan tinggi secara berkelanjutan dengan rasa
aman dan kepercayaan tinggi. Selanjutnya dalam
GOAL
RESOURCES
MAN MATERIAL METHOD MARKET MACHINERY MONEY
SCOOPE OF MANAGEMENT
PLANNING DIRECTING CONTROLLING EVALUATING
154
kerangka hukum formal berbagai bentuk kesepakatan
antar pihak perlu dituangkan dalam perjanjian yang
bersifat tertulis sehingga mempunyai kekuatan hukum
formal.
3. Dasar Hukum dan Kebijakan Tentang Manajemen
Kelembagaan
Prinsip manajemen kelembagaan pendidikan tinggi
diatur dalam UU No.20/Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional (sisdiknas) :
Pasal 51 ayat 2 :
“Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan
berdasarkan atas prinsip otonomi, akuntabilitas,
jaminan mutu dan evaluasi yang transparan ".
Sesuai prinsip otonomi dan akuntabilitas tersebut
setiap STIKES Mitra Bunda Persada Batam diharapkan
dapat merumuskan visi dan misi yang diemban, proses
utama pendidikan yang diselenggarakan, dan wadah
kelembagaannya.
- Rencana Strategis pendidikan Nasional 2007 - 2025
Pilar pertama : pemerataan dan perluasan Akses
155
Pilar kedua : peningkatan mutu. Relevansi, dan
Daya Saing
PilarKetiga : penguatan Tata Kerola, Akuntabilitas,
dan pencitraan publik
- Higher Education LongTerm Strategy (HELTS) 2003 -
2010
Pokok Pikiran pertama : Nation Competitiveness
Pokok Pikiran Kedua : University Autonomy
Pokok Pikiran Ketiga : Organizational Health
Pokok pikiran ketiga dalam HELTS 2003 - 2010
tersebut menetapkan organization Health dengan beberapa
point penting antara lain : University Governance,
capacity Building, Hurnan Resources, Financial
performance, dan Quality Assurance sebagai pikiran
dasar tentang manajemen kelembagaan di STIKES Mitra
Bunda Persada Batam.
10.2 Mekanisme Penetapan Standar Pengelolaan
Standar disusun dengan rnemperhatikan proses utama
pendidikan tinggi, prinsip – prinsip manajemen kelembagaan
156
dan peraturan-peraturan yang berlaku serta kebijakan
manajemen STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
1. Penetapan Visi, Misi, Strategi dan Program Yang Jelas
Dalam mendirikan STIKes Mitra Bunda Persada
Batam para pendiri yang dapat berasal dari pemerintah
maupun masyarakat tentu memiliki alasan dan maksud yang
kuat. Perumusan alasan dan maksud tersebut perlu
dituangkan ke dalam visi, misi, nilai – nilai dan
strategi pengembangan STIKes Mitra Bunda Persada
Batam. Dokumen-dokumen yang memuat pokok
pemikiran dasar manajemen kelembagaan adalah
STATUTA bagi Stikes Mitra Bunda Persada Batam serta
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran.Rumah Tangga (ART)
bagi STIKES Mitra Bunda Persada Batam Konsep dasar
pendirian STIKes Mitra Bunda Persada Batam
selanjutnya perlu dijabarkan kedalam dokumen Rencana
Strategis (Renstra) dan dijabarkan lebih lanjut pada
tataran operasional ke dalam dokumen Rencana
Operasional (Renop) yang memuat sasaran-sasaran baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kedua
dokumen itu menjadi dasar pelaksanaan program kerja
157
oleh para pimpinan dan seluruh stakeholder Stikes
Mitra Bunda Persada Batam.
2. Penetapan Mekanisme Kepemimpinan Yang Efektif
STIKes Mitra Bunda Persada Batam harus memiliki
mekanisme kepemimpinan untuk melaksanakan ketentuan
– ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen statuta,
renstra, dan renop tersebut. Pemimpin STIKES Mitra
Bunda Persada Batam dipilih melalui suatu mekanisme
yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
Mekanisme kepemimpinan harus diselenggarakan
secara transparan dengan melibatkan sivitas akademika
STIKes Mitra Bunda Persada Batam. Penetapan pimpinan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam akan diikuti oleh
penetapan pimpinan lembaga/unit lain di lingkungan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam. Mekanisme
penetapan kepemimpinan tersebut menjadi dasar
legitimasi seorang pemimpin dalam mengarahkan dan
mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang dimiliki
STIKES Mitra Bunda Persada Batam dalam menjalankan
strategi dan program untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan
sasaran.
158
3. Pembentukan Kelembagaan Yang Efektif dan Efisien
Untuk melaksanakan statuta, renstra dan renop
diperlukan lembaga – lembaga atau unit – unit dengan
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang saling mendukung
dan melengkapi. Besar atau kecilnya lembaga/unit
disesuaikan dengan tupoksi dan pertimbangan efisiensi serta
efektifitas kinerja lembaga/unit tersebut. Bentuk
lembaga/unit tersebut harus mempertimbangkan
hubungan kerja vertikal ke atas dan ke bawah dan
hubungan horisontal dengan lembaga di sampingnya
untuk menjaga fungsi koordinasi dan komunikasi antar
lembaga di dalam maupun di luar organisasi.
Pembentukan kelembagaan harus didasarkan pada
suatu bentuk keputusan yang berkekuatan hukum formal
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan
yang berada di atasnya, misal: Undang – Undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri, Keputusan Dirjen, dll. Gambaran umum
tentang peran masing-masing tupoksi dan kelembagaan
dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi dapat
dilihat pada gambar di bawah ini
159
Gambar.10.3 Manejemen Kelembagaan Pendidikan Tinggi
a. Manajemen Akademik
Unsur utama manajemen akademik yaitu perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
SUMBER DAYA
MANAJEMEN AKADEMIK
MANAJEMEN
KEMAHASISWAAN
MANAJEMEN
KEMAHASISWAAN
MANAJEMEN
FASILITAS/INFRASTRUKT
UR
MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
MANAJEMEN KEUANGAN
MANAJEMEN SISTEM
INFORMASI
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
VISI/
MISI
MEKANISME
KEPEMIMPINAN
STRATEGI/P
ROGRAM
LEMBAGA
PELAKSANA
KOORDINASI/MO
NITORING
PENJAMINAN
MUTU
INTERNAL
AUDIT
SUMBER DAYA
PROSES PENDIDIKAN
PROSES PENELITIAN
PROSES PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT
TRI DHARMA
PERGURUAN
TINGGI
160
layanan sarana penunjang proses pembelajaran, dan
penjaminan mutu proses pembelajaran. Proses utama
manajemen akademik meriputi : seleksi calon mahasiswa
baru, pendaftaran, pembayaran SPP dan pengisian KRS,
pembelajaran di kelas dan di luar kelas (laboratorium,
workshop, studio dan perpustakaan) serta berbagai
kegiatan penunjang kemahasiswaan seperti : kegiatan
minat dan bakat, penalaran dan kesejahteraan mahasiwa.
Keseluruhan proses ini disusun dan dievaluasi dalam
kerangka acuan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi.
Pengembangan manajemen akademik tersebut akan
semakin kompleks dengan banyaknya jumlah mahasiswa
yang tercatat dalam STIKES Mitra Bunda Persada Batam,
sehingga sistem administrasi perlu dilaksanakan dengan
rapih dan didukung dengan sistem informasi yang
memadai. Kebijakan manajemen akademik ditetapkan
oleh pimpinan STIKES Mitra Bunda Persada Batam dan
operasionarisasinya dilaksanakan oleh beberapa
lembaga/unit yang relevan seperti : Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kepala Bagian
Akademik, Pusat Penjaminan mutu (PPM), pusat
pengkajian dan Pengembangan Akitifitas Instruksional
161
(P3AT), dan berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
untuk penunjang kegiatan akademik (seperti: UPT Multi
Media, UPT Perpustakaan, UPT Pusat Komputer, UPT
penerbita, dil).
b. Manajemen Kemahasiswaan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam perlu
mengembangkan berbagai layanan yang melengkapi
kegiatan mahasiswa selain proses – proses pembelajaran
di kelas dan laboratorium. Kegiatan kemahasiswaan antara
lain terdiri atas : pengembangan minat dan bakat,
pengembangan kegiatan penalaran dan pengembangan
fasilitas kesejahteraan untuk mahasiswa.
Kegiatan – kegiatan tersebut perlu didukung dengan
berbagai fasilitas penunjang dan organisasi yang
mengelolanya. Fasilitas tersebut dapat berupa: asrama
mahasiswa, fasilitas olahraga, kantin, berbagai toko yang
menyediakan kebutuhan mahasiswa, sarana kesehatan dll.
organisasi pengelola fasilitas tersebut perlu dibentuk
khusus dan dalam melaksanakan tugasnya harus
berupaya untuk dapat menampung berbagai aspirasi
mahasisara yang sangat beragam.
162
Manajemen kemahasiswaan tersebut secara kebijakan
di bawah pimpinan universitas dan secara operasional
dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang relevan seperti
: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan
(BAAK), Kepala Bagian Kemahasiswaan, dan berbagai Unit
pelaksana Teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan
kemahasiswaan (seperti: UPT Asrama, UPT Fasilitas Olah
raga, UPT Medical Centre, UPT SAC dit).
c. Manajemen Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Salah satu keluaran STIKES Mitra Bunda Persada
Batam adalah karya penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Karya tersebut merupakan hasil dari proses
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang
dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan kependidikan
beserta mahasiswa, sebagai respon atas kebutuhan yang
berkembang dimasyarakat dan tuntutan untuk SelaIu
mengembangkan iptek, Kegiatan tersebut memerlukan
dukungan sumber daya STIKES Mitra Bunda Persada
Batam yang harus dikelola secara profesional. Manajemen
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tersebut
Secara kebijakan di bawah pimpinan STIKES Mitra Bunda
163
Persada Batam dan secara operasional dilaksanakan oleh
beberapa lembaga yang relevan seperti : Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dan
berbagai unit untuk penunjang kegiatan penelitian
danpengabdian kepada masyarakat (seperti ; UPT
Laboratorium Terpadu, Laboratorium ditingkat jurusan, dll).
d. Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi maka
diperlukan sejumlah fasilitas dan infrastruktur pendidikan
yang meliputi : ruang kelas, laboratorium, studio,
workshop, perpustakaan, ruang dosen dan administrasi
dan berbagai penunjang lainnya, seperti : asrama,
fasilitas olah rag, kantin, dll. Fasilitas dan infra struktur
tersebut perlu dikelola dengan baik, dengan beberapa
tahap pelaksanaan seperti : proses pengadaan,
inventarisasi operasi dan pemeliharaan, perbaikan,
penghapusan (bila telah rusak berat) serta administrasi
pembukuan yang rapih agar dapat diketahui nilai aset
yang dimiliki Pada setiap saat. Manajemen fasilitas dan
infrastruktur secara kebijakan di bawah pimpinan
universitas dan secara operasional dikelola oleh Biro
164
Administrasi umurn dan Kepegawaian, dan ditingkat
fakultas dibawah Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas dan
di tingkat unit dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Pemeliharaan, UPT. Asrama, UPT Fasum dll'
e. Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi,
maka sumber daya manusia yang meliputi tenaga
pendidik dan kependidikan merupakan faktor yang penting.
Manajemen sumber daya manusia meliputi tahapan :
rekrutmen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan baru,
penempatanpada tugas dan jabatan yang sesuai, penyusunan
jenjang karir, pelatihan dan penguatan kapasitas diri,
penegakan disiplin dan pemberian penghargaan serta
persiapan pensiun. Pengembangan sumber daya manusia
tersebut perlu didukung oleh sistem administrasi yang
rapi yang memungkinkan semua pihak untuk
memperoleh akses informasi yang terkait dengan rencana
pengembangan karir masing-masing. Manajemen Sumber
Daya Manusia tersebut secara kebijakan di bawah
pimpinan perguruan tinggi dan secara operasional
dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang relevan
165
seperti: Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian,
Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas, serta berbagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan
sumberdaya manusia (seperti:UPT Medical Centre,
Koperasi Pegawai, dll).
f. Manajemen Keuangan
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi,
maka pembiayaan menjadi faktor kunci yang sangat
menentukan keberhasilan program dan layanan kepada
masyarakat. Kemampuan untuk merencanakan potensi
penerimaan dan rencana pengeluaran yang berimbang
dapat mendorong dinamika lembaga dan pertumbuhan
menuju pencapaian visi dan misi STIKes Mitra Bunda
Persada Batam. Manajemen keuangan lersebut perlu
didukung oleh kerapihan administrasi khususnya terkait
dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
perundangan yang berlaku serta akuntabililas publik yang
dituntut masyarakat.
Manajemen keuangan tersebut secara kebijakan di
bawah tanggung jawab pimpinan STIKes Mitra Bunda
166
Persada Batam dan secara operasional dikelola oleh Biro
Administrasi Umum dan Kepegawalan, Kepala Bagian
Tata Usaha Fakultas dan unsur pelaksana di tingkat
jurusan.
g. Manajemen Sinstem Informasi
Sebagai konsekuensi dari suatu lembaga pendidikan
tinggi yang memberikan layanan kepada ribuan
mahasiwa, jumlah tenaga pendidik dan kependidikan
yang tidak sedikit, banyaknya fasilitas dan infrastruktur
serta jumlah uang yang beredar cukup besar, maka
manajemen sistem informasi menjadi suatu keharusan,
Manajemen sistem informasi ini meliputi : penyediaan
sarana dan prasarana sistem informasi dan backbone
jaringan telekomunikasi yang memungkinkan informasi
proses Utama pendidikan tinggi tersebut dapat diakses
dengan cepat, akurat dan terpercaya. Model sistem
informasi tersebut luga harus memberikan jaminan
bahwa layanan informasi kepada masyarakat tidak
terhenti karena kerusakan jaringan telekomunikasi
ataupun kesalahan dalam perangkat lunak sistem informasi
Manajemen sistem informasi secara kebijakan di bawah
167
pimpinan STIKes Mitra Bunda Persada Batam dan secara
operasional dilaksanakan oleh UPT Pusat Komputer tiap
unit pelaksatra akademik seyogyanya menriliki unsur
pelaksana sistem informasi.
h. Penempatan Personel Yang Tepat
Dengan terbentuknya suatu lembaga yang mampu
menjabarkan visi' misi' strategi dalam tataran rencana
strategis dan operasional' maka tahap selanjutnya adalah
perlunya untuk mencari personel dengan kualifikasi yang
tepat pada setiap posisi jabatan untuk menjalankan roda
organisasi. Pemilihan personel tersebutd apat dilakukan
melalui serangkaian tahap seleksi yang terdiri atas:
(1)seleksi administrasi berupa rekam jejak kualifikasi
pendidikan dan pengalaman' (2) seleksi kompetensi dan
kesesuaian teknis dengan jabatan yang ditawarkan, dan
(3) seleksi sikap dan attitude dalam bentuk model wawan
cara dan psikotes untuk kepatutan dan kePantasan.
10.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Pengelolaan
Untuk melaksanakan manajemen kelembagaan tersebut
diatas diperlukan beberapa langkah utama sebagai berikut :
168
1. Pemenuhan Visi, Misi, Strategi dan Program
Untuk mencapai manajemen kelembagaan yang
baik, pada tahap awal diperlukan kejelasan visi dan misi
dengan memperhatikan aspirasi seluruh stakeholders
STIKes Mitra Bunda Persada Batam. visi dan misi
lersebut menjadi tujuan dan sasaran pengembangan ke
depan dan memberikan gambaran atas bagaimana bentuk
ideal STIKes Mitra Bunda Persada Batam dimasa yang
akan datang.
2. Pemenuhan Mekanisme Kepemimpinan
Peran kepemimpinan menjadi sangat penting dalam
menerjemahkan visi dan misi tersebut dalam bentuk
suatu program kerja yang konkret, realistis, dan mampu
dicapai oleh perangkat kelembagaan yang ada. Seorang
pemimpin juga diharapkan mampu mernbangun motivasi
kerja dan lingkungan kerja yang dinamis agar pelaksanaan
program kerja dapat berjalan dengan suasana kerja yang
kondusif.
3. Penguatan Kelembagaan
Setelah suatu lembaga dibentuk sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dan visi/misi STIKes Mitra
Bunda Persada Batam, maka perangkat kelembagaan
169
tersebut perlu dilengkapi dengan beberapa instrumen
organisasi seperti :
a. Penetapan dasar hukum/aturan dan perundangan yang
ditetapkan pemerintah dan dokumen-dokumen acuan
kerja yang sah, seperti Statuta, Renstra, Renop,
b. Penetapan deskripsi jabatan dan spesifikasi/
kuatifikasi jabatan yang dapat pelaksanakan tupoksi
tersebur. penetapan ini dapat dirangkum dalam
ketentuan Organisasidan Tata Kerja (OTK).
c. Penetapan standar operasi dan prosedur (SOP) baik
internal kelembagaan maupun antar lembaga dengan
sasaran utama memberikan layanan yang efisien dan
efeklif.
d. Pembakuan mekanisme kerja kelembagaan dan
mengupayakan suatu proses seitifikasi ekstemal yang
dapat memberikan pengakuan bahwa lembaga tersebut
telah mampu bekerja dan berkinerja yang optimal.
4. Pelatihan dan Sosialisasi
Untuk membangun suatu manajemen kelembagaan
yang kuat maka program pelatihan dan sosialisasi yang
dilaksanakaan Secara terus menerus mutlak diperlukan.
Sasaran program ini antara lain untuk membangun
170
kesadaran stakeholders internal untuk mencapai visi dan
misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam, membangun
kesadaran untuk mengikuti sistem dan mekanisme yang
telahditetapkan, membangunkesadaran atas peran masing –
masing jabatan daIam organisasi, serta membangun
kesadaran atas perlunya team-work dan komitmen bersama
untuk mencapai visi dan misi tersebut.
Program pelatihan dan sosialisasi tersebut dapat
dilakukan Secara berjenjang, sebagai berikut.:
a. Tahap rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan
baru, yang merupakan tahap pengenalan organisasi
dan pendekatan terhadap Suasana kerja baru dan
sistem/mekanis medalam organisasi.
b. Tahap sebelum menduduki jabatan baru, yang
merupakan tahap pembekalan pada setiap pejabat yang
akan mulai bertugas terkait dengan tupoksi masing –
masing jabatan dan bagaimana harapan dari pimpinan
Stikes Mitra Bunda Persada Batam terhadap kinerja
masing - masing jabatan tersebut.
c. Tahap pembentukan dan penguatan lembaga baru
merupakan tahap pembekalan kepada pejabat lama /
baru terhadap perubahan / perluasan / penguatan
171
tupoksi suatu jabatan tertentu terkait dengan
perkembangan ke butuhan dan tuntutan masyarakat
5. Penguatan Suasana Kerja
Pada tahap implementasi suatu pelaksanaan
manajemen kelembagaan yang baik dapat menghasilkan
suasana kerja yang kondusif yang melibatkan selu ru h
stake holders yang terkait dengan pelaksanaan tugas
kelembagaan serta secara dinamis mengikuti
perkembangan dan tuntutan masyarakat sebagai
pengguna layanan. Keterlibatan setiap anggota organisasi
dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program dapat menghasilkan rasa ikut memiliki
dan bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan
program kerja.
Peguruan tinggi memiliki tanggung jawab terhadap
masyarakat secara luas dan pemerintah. Membangun
kepatuhan tehadap peraturan dan perundangan yang
menjadi dasar hukum dalam proses pendidikan tinggi
merupakan suatu keharusan. Manajemen kelembagaan
yang baik tetap mempunyai tanggung jawab terhadap
peraturan perundangan yang berlaku dengan mendorong
perilaku kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk kesadaran
172
internal yang mengakar pada setiap individu dan organisasi.
10.4 Mekanisme Pengendalian Standar Pengelolaan
Proses pengawasan dalam pelaksanaan program kerja di
suatu kelembagaan pendidikan tinggi terbagi menjadi 3 (tiga)
proses utama, yaitu: pengawasan secara internal, pengawasan
secara eksternal, dan akuntabilitas publik.
1. Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilaksanakan oleh suatu unit
independen di bawah pimpinan STIKes Mitra Bunda
Persada Batam yang di beberapa STIKes Mitra Bunda
Persada Batam sering disebut sebagai lnternal Audit (lA)
atau Satuan Audit lnternal (SAl) atau Satuan Pengawas
lnternal (SPl). Fungsi utama unit ini adalah untuk
mendampingi semua unit di lingkungan STIKes Mitra
Bunda Persada Batam dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan visi dan misi STIKes
Mitra Bunda Persada Batam serta ketentuan yang berlaku.
Ruang lingkup tugas unit audit internal ini dimulai
pada saat penyusunan rencana kegiatan tahunan,
pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan hasil capaian
program dalam satu kurun waktu terteniu dengan butir-butir
173
pengawasan sebagai berikut :
a. Hasil capaian kinerja suatu unit relatif terhadap
perencanaan yang telah disusun.
b. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang
berlaku.
c. Kerapian manajemen dalam proses pengadaan barang
dan jasa.
d. Kerapian manajemen dalam pengelolaan keuangan
Keempat kerangka acuan tersebut dituangkan dalam
suatu borang pemeriksaan yang berisi keseluruhan
informasi yang terkait dengan dokumen perencanaan,
proses pelaksanaan dan hasil capaian pada kurun waktu
tertentu. Dokumen tersebut dikirimkan secara rutin kepada
setiap untuk diisi dan menjadi dasar dalam pemeriksaan
lapangan.
Hasil pemeriksaan audit intemal tersebut dapat
menjadi dasar pertimbangan pimpinan universitas dalam
menentukan kebijakan perbaikan dan pengembangan
program pada kurun waktu berikutnya.
2. Pengawasan Eksternal
Pengawasan eksternal dilakukan oleh lnspektorat
Jenderal, BPKP dan BPK yang merupakan suatu
174
instansi pengawasan baik ditingkat departemen
pemerintah maupun lembaga tinggi negara Program
pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga tersebut
merupakan suatu bentuk pengawasan, kinerja organisasi,
kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan
perundangan serta sebagai upaya pencegahan terhadap
setiap penyimpangan baik yang dilakukan instansi secara
prosedural maupun perseorangan yang berindikasi pada
tindak pidana korupsi Mekanisme kerja satuan
pengawasan eksternal ditetapkan oleh masing – masing
instansi tersebut berdasar peraturan perundangan yang
terkait dengan mekanisme audit instansi Pemerintah
3. Akuntabilitas Publik
Pada prinsip tata kelola dan akuntabilitas publik, maka
pengguna layanan diletakkan pada tempat tertinggi dalam
mernahami apa kebutuhan atas layanan pendidikan
tinggi yang baik. Tingkat kepuasan pelanggan (Customer
Satisfaction lndex') menjadi faktor utama dalam
menentukan keberhasilan sebuah program
175
BAB XI
STANDAR PEMBIAYAAN
11.1 Pendahuluan
Dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan tinggi, unsur
pembiayaan merupakan salah satu unsur utama demi kelancaran
dan keberhasilan penyelenggaraan seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh satuan pendidikan tinggi tersebut. Pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan tinggi pada setiap satuan
pendidikan tinggi yakni Stikes Mitra Bunda Persada
Batammembutuhkan tolak ukur minimum atau standar agar
pembiayaan penyelenggaraan kegiatan tersebut dapat berjalan
sesuai dengan hukum yang berlaku, sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan STIKES Mitra Bunda Persada Batam transparan,
akuntabel dan bermutu. Hal inilah yang menjelaskan mengapa
masalah pengelolaan pembiayaan dalam Stikes Mitra Bunda
Persada Batammasuk menjadi salah satu komponen dari Sistem
Penjaminan Mutu lnternal Stikes Mitra Bunda Persada
Batam(SPMI- STIKES Mitra Bunda Persada Batam).
Pembiayaan pada Stikes Mitra Bunda Persada Batam tidak
hanya diperuntukkan bagi kegiatan pembelajaran saja
melainkan juga untuk kegiatan penelitian dan pengabdian
176
kepada masyarakat Tridharma STIKes Mitra Bunda Persada
Batam, serta untuk kesejahteraan Dosen, Tenaga
Kependidikan, dan Mahasiswa juga. oleh karena itu, standar
mutu pembiayaan sebagai salah satu komponen dalam SPMI-
PT, bertujuan untuk meningkatkan mutu pembiayaan, dan
meningkatkan relevansi kegiatan Tridharma STIKes Mitra
Bunda Persada Batam dengan rencana pembiayaan yang telah
ditetapkan. Pembiayaan yang berhasil baik dan bermutu pada
STIKes Mitra Bunda Persada Batam itulah yang menjadi
sasaran atau tujuan dari SPMI- STIKes Mitra Bunda Persada
Batam.
Untuk mengukur keberhasilan dan bermutu atau tidaknya
pembiayaan STIKes Mitra Bunda Persada Batam diperlukan
adanya standar mutu yang selanjutnya akan diberi nama
Standar Pembiayaan. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 butir 10,
menyebutkan bahwa Standar Pembiayaan adalah standar yang
mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini harus
ditingkatkan secara terus menerus dari waktu ke waktu,
sehingga dapat berkembang dan berkelanjutan. Semakin
tinggi standar yang digunakan dalam pembiayaan STIKes
177
Mitra Bunda Persada Batam, diharapkan akan semakin
bermutu pula hasil kegiatan yang dibiayai. Tentang kata mutu ini,
kiranya dapat diartikan sebagai (a) sesuai dengan standar (b)
sesuai dengan harapan pelanggan (c) sesuai dengan harapan
'pihak – pihak terkait (stakeholders) (d) sesuai dengan yang
'dijanjikan, dan (e) semua karakterislik produk dan layanan
yang memenuhi persyaratan dan harapan. Bila kelima arti
tersebut diaplikasikan untuk pembiayaan STIKes Mitra Bunda
Persada Batam maka hasilnya adalah sebagai berikut.
Pembiayaan pada STIKes Mitra Bunda Persada Batam
disebut bermutu jika pembiayaan itu, khususnya tentang aspek
pengelolaannya, sesuai dengan standar keuangan yang berlaku,
misalnya saja standar akuntansi. Pengertian mutu sesuai
dengan harapan pelanggan adalah jika apa yang dihasilkan
sudah sesuai dengan harapan pelanggan pada saat
melakukan'transaksi' dengan penyelenggara/pengelola. Didalam
pembiayaan STIKes Mitra Bunda Persada Batam, pelanggan
dapat diberi batasan sebagai sumber dana, baik berasal dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun masyarakat. Bermutu
dalam pengertian sesuai dengan harapan pihak-pihak terkait mirip
dengan pelanggan, tetapi mencakup pihak-pihak yang lebih
luas termasuk mahasiswa, pegawai, dan pimpinan unit kerja.
178
Selanjutnya pengertian mutu sesuai dengan yang dijanjikan
adalah pengertian umum untuk menunjukkan, bahwa setiap
program harus didahului dengan suatu perencanaan, dan
perencanaan itu hakikatnya berisi Janji yang harus dipenuhi
dalam implementasinya. Didalam pembiayaan STIKes Mitra
Bunda Persada Batam, yang dimaksud dengan Janji adalah
perencanaan anggaran, yang dalam terminologi lain sering
disebut dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan
(RKAT). RKAT inilah yang menjadi salah satu indicator
keberhasilan pembiayaan pada STIKes Mitra Bunda Persada
Batam. Selain indicator lain yaitu hasil pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran, serta outcome atau dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan dan anggaran yang dikeluarkan
/dilaksanakan.
11.2 Mekanisme Penetapan Standar Pembiayaan Stikes Mitra
Bunda Persada Batam
Langkah pertama yang sebaiknya dilakukan oleh
STIKes Mitra Bunda Persada Batam apabila hendak
menetapkan substansi atau isi dari Standar Pembiayaan adalah :
a. Meneliti terlebih dahulu peraturan perundang-undangan
yang mengatur tentang persoalan pembiayaan pada STIKES
179
Mitra Bunda Persada Batam
b. Merumuskan substansi atau isi standar mutu sedemikian
rupa agar tetap konsisten atau selaras dengan visi, misi
dan tujuan STIKes Mitra Bunda Persada Batam yang
bersangkutan.
Ketika merumuskan substansi standar ini pun terbuka
kemungkinan bagi STIKes Mitra Bunda Persada Batam untuk
mencari dan menerima masukan / kontribusi pemikiran dari
para stakeholders dan/atau pihak-pihak lain di luar lingkungan
STIKES Mitra Bunda Persada Batam apabila memang
dipandang perlu.
Apabila melihat pada Pasal 62 PP No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), diketahui bahwa
substansi Standar Pembiayaan pada setiap STIKes Mitra
Bunda Persada Batam setidaknya mengatur atau menetapkan
butir-butir mutu tentang :
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya Personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap
180
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat Pada gaji
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya,
air, telekomuniKasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
Jadi, Standar Pembiayaan pada STIKes Mitra Bunda Persada
Batam diharapkan berisi tentang tolok ukur atau kriteria
minimum tentang biaya inv estasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Luas lingkup ketiga jenis biaya yang masuk sebagai
susbtansi atau isi dari Standar Pembiayaan dapat dilihat dari
definisi dalam Pasal 62 PP tentang SNP di atas. Tentang luas
lingkup dari biaya investasi dan biaya operasi, misalnya,
lazimnya dalam praktik penyelenggaraan PT disebut sebagai
181
pengelolaan keuangan PT, yang umumnya terdlri atas
komponen – komponen sbb :
1. Proposal Rencana Kegiatan danAnggaran Tahunan
(RKAT),
2. Pembahasan RKAT;
3. Pengajuan Persekot Kerja (PQ;
4. Realisasi Dana;
5. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan Laporan
Keuangan;
6. Evaluasi terhadap kesesuaian antara RKAT, Persekot
Kerja, dan SPJ
7. Auditing atau Penilaian.
Dengan demikian, contoh penetapan Standar Pembiayaan
pada STIKES Mitra Bunda Persada Batam dapat dimulai dengan
membuat beberapa standar turunannya, yaitu misalnya :
a. Standar arah kebijakan pengelolaan keuangan;
b. Standar proses pengelolaan keuangan; dan
c. Standar pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
Standar mutu kegiatan pengelolaan keuangan disusun
berdasarkan RKAT, dengan mengacu kepada sasaran yang
ingin dicapai oleh setiap kegiatan itu. Standar ditetapkan
dengan mengacu pada visi dan misi STIKes Mitra Bunda
182
Persada Batam dan kebutuhan stakeholders dalam setiap
satuan kegiatan dalam Tridharma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam. STIKes Mitra Bunda Persada Batam dapat
merumuskan substansi standar sesuai dengan situasi
lingkungan internal dan eksternal, yang secara singkat dapat
digambarkan melalui analisis lingkungan strategis (Renstra &
Renop) sebagai bahan untuk penyusunan RKAT setiap
kegiatan Tridhanna STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
1. Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan rnerupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam mewujudkan good governance
dalam sebuah institusi tak terkecuali institusi STIKes Mitra
Bunda Persada Batam. Good governance ini mernpunyai
karakteristik antara lain partisipatif taat hukum, transparan,
responsif, orientasi pada konsensus, keselaraan, efisien dan
efektif, akuntabel, dan bervisi strategis.
Dalam hal pengelolaan keuangan, dari semua
karakteristrk di atas yang paling utama adalah partisipatif,
taat hukum, transparan, efisien dan efektif, dan akuntabel.
Penetapan standar arah kebijakan pengelolaan keuangan
harus mengacu pada unsur-unsur utama tersebut partisipatif
183
artinya bahwa seluruh stake hotders bertanggung jawab
terhadap mutu pendidikan dengan turut serta memikirkan
partisipasi masing-masing, khususnya dalam hal penggalian
dana untuk menunjang kegiatan pendidikan untuk mencapai
standar mutu yang telah ditetapkan Taat hukum artinya seluruh
aktivitas yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan
dilakukan dengan mematuhi semua aturan yang disepakati dan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Aktivilas yang
bersifat strategis sebagai sumber pendapatan (evenue) di
STIKes Mitra Bunda Persada Batam akan dan dijalankan
mengikuti rambu-rambu hukum maupun peraturan intemal.
Penggunaan dana diarahkan pada pembiayaan kegiatan dalam
rangka pencapaian mutu kademik yang dicita – citakan.
Penggunaan dana harus melalui suatu perencanaan
dengan mematuhi tahapan dan aturan yang telah ditetapkan
oleh institusi. seluruh penggunaan dana dipertanggung
jawabkan melalui standar pelaporan pertanggung jawaban yang
telah ditetapkan institusi. Transparansi artinya dibangun atas
dasar kebebasan arus informasi semua informasi tentang
pengelolaan keuangan harus secara langsung dapat diterima
oleh siapapun yang memerlukan. lnformasi harus dapat
dipahami dan dipantau. Efisien dan efektif adinya penggunaan
184
dana atau penganggaran yang efisien dapat dilakukan
melalui tahapan perencanaan yang baik. Perencanaan harus
dikoordinasikan dengan seluruh unit di STIKES Mitra Bunda
Persada Batam agar duplikasi kegiatan maupun anggaran tidak
terjadi. Efektivitas penggunaan dana dicapai dengan
perencanaan yang didasarkan atas rencana stratejik dan
rencana operasional yang disusun dalam rangka mencapai visi
yang ditetapkan. Akuntabilitas artinya pembuat keputusan yang
berhubungan dengan masalah keuangan tidak hanya
bertanggung jawab secara internal, melainkan juga
bertanggung jawab kepada publik maupun seluruh stakeholders.
2. Standar Proses Pengelolaan Keuangan
Setelah RKAT disusun, diperoleh jumlah anggaran yang
diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan yang
direncanakan tersebut. Sejauh mana ketersediaan dana yang
dapat dianggarkan untuk melaksanakan RKAT. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan inventarisasi
sumber – sumber pemasukan keuangan beserta besaran dananya.
Sumber – sumber pemasukan keuangan tersebut antara lain
dapat berupa donatur, SPP mahasiswa, SPMA mahasiswa
baru, kontrak penelitian, kegiatan usaha, dana rutin
185
pemerintah, pinjaman bank dan lain-lain.
Rencana penerimaan keuangan ini sangat penting karena
menentukan keberhasilan implementasi RKAT. Perlu
ditetapkan tentang apa yang sebaiknya dilakukan jika estimasi
pemasukan keuangan dari sumber – sumber pendapatan
yang sudah pasti, temyata jumlahnya lebih kecil dari
anggaran untuk melaksanakan RKAT. Terdapat dua
kemungkinan yang dapat dilakukan yaitu merevisi RKAT,
atau STIKes Mitra Bunda Persada Batam akan sumber
pemasukan baru. Merevisi RKAT dengan menyesuaikan
kegiatan terhadap dana yang tersedia sebaiknya menjadi pilihan
terakhir, karena pilihan ini akan berdampak pada penurunan
capaian sasamn dan tujuan yang telah digariskan dalam
rencana str ategis. STIKes Mitra Bunda Persada Batam akan
sumber pemasukan baru tidak terbatas pada mencari kontrak
penelitian, kegiatan usaha, pinjaman bank yang baru tetapi dapat
juga melalui kebijakan – kebijakan baru seperti melakukan
investasi dengan return yang cepat dengan resiko kecil,
menerapkan manajemen energi untuk menghemat
pengeluaran pembiayaan, menerapkan manajemen aset untuk
menurunkan pemborosan atau meningkatkan efisiensi.
186
3. Standar Pertanggung jawaban Pengelolaan Keuangan
Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan ditetapkan
berdasarkan standar atau sistem akuntansi yang berlaku. Hal
ini perlu dilakukan karena selain dapat memperlancar audit atau
penilaian, baik secara internal maupun eksternal, dapat pula
menjamin ketercapaian mutu dalam pengelolaan keuangan.
Audit internal dilaksanakan dalam rangka penyesuaian
perencanaan anggaran dan pelaksanaannya, sehingga dengan
cepat dapat diketahui kesesuaian danperubahannya,
Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan dapat
menjamin mutu ketercapaian program kegiatan. Sedangkan
ketidak sesuaian atau perubahan diperlukan penjelasan agar
dapat diketahui kendala pelaksanaan sebagai dalam
penyusunan perencanaan keuangan periode berikutnya
Standar akuntasi yang dimaksud antara lain meliputi
penyusunan neraca danpenjelasannya, penulisan satuan alokasi
anggaran, modifikasi dan pelaporan
187
11.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Keuangan Stikes Mitra
Bunda Persada Batam
1. Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Sebagai upaya untuk menjamin arah pengelolaan
keuangan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan,
maka STIKes Mitra Bunda Persada Batam harus
membentuk badan pengawas internal, misalnya satuan
Pengawas lnternal (SPl) atau satuan Audit lntemal (SAl)
atau nama-nama lain di STIKes Mitra Bunda Persada
Batam yang mencakup ranah keuangan. Komitmen
terhadap perencanaan anggaran keuangan juga harus
dipegang teguh oleh penentu kebijakan STIKes Mitra
Bunda Persada Batam, dalam mengalokasikan dana
untuk setiap kegiatan Tridharma STIKES Mitra Bunda
Persada Batam.
2. Standar Proses Pengelolaan Keuangan
Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan pada
hakikatnya adalah panduan bagi semua pihak dalam
setiap pelaksanaan kegiatan Tridharma STIKes Mitra
Bunda Persada Batam, Dengan RKAT diharapkan setiap
kegiatan dapat diikuti dan dilacak kesesuaiannya dengan
188
perencanaan. Dengan perkataan lain, setiap kegiatan
yang didasarkan atas RKAT dapat dijamin
akuntabilitasnya setiap kegiatan sebagai pelaksanaan
Tridharma STIKes Mitra Bunda Persada Batam dalam
jenjang dan unit manapun harus dilaksanakan berdasarkan
RKAT Dengan demikian, setiap kegiatan dapat
dipertanggung jawabkan sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya .
Tahapan penyusunan RKAT dapat diuraikan sebagai
berikut. Berdasar visi dan misi STIKes Mitra Bunda
Persada Batam, disusunlah rencana strategik berupa
tindakan, langkah atau cara untuk mencapainya.
Rencana strategik tersebut dinyatakan dalam kebijakan –
kebijakan yang meliputi bidang pendidikan, penelitian,
kerjasama, dan pengabdian kepada masyarakat serta
bidang kemahasiswaan, dan bidang – bidang lain sesuai
dengan kebutuhan Stikes Mitra Bunda Persada Batam yang
bersangkutan. Masing-masing tindakan, langkah atau Cara
tersebut mempunyai satu atau lebih tujuan yang
dijadwalkan akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan yang bersifat umum dituangkan lagi ke dalam
bentuk sasaran yang diprediksikan akan dapat dicapai
189
dalam kurun waktu satu tahun sasaran – sasaran
tersebut akan dicapai melalui program – program
kegiatan.
Sebagai langkah pengendali, setelah disusun RKAT
lebih baik disertai dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT),
sehingga dapat diketahui secara terukur target sasaran
dalam setiap kegiatan. HaI ini sesuai dengan tata alur
yang diberlakukan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja
lnstan Pemerintah (LAKIP), yang dikeluarkan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN). Beberapa STIKes
Mitra Bunda Persada Batam di lndonesia telah
menciptakan sendiri tata alir dalam pengelolaan
190
kegiatan
Gambar 11.1 Diagram hubungan antara Renstra
dan RKAT
Tridharma STIKes Mitra Bunda Persada Batam,
terutama mengenai pertanggungjawaban keuangan.
Secara ringkas unsurnya terdiri atas Rencana
Strategik (Renstra), Rencana Operasional (Renop),
Rencana Kegiatan Angaran Tahunan (RKAT), Rencana
Kinerja Tahunan (RKT), dan diakhiri dengan Laporan
Pertanggung jawaban dalam bentuk Laporan Kinerja.
RENCANA
STRATEGIK
PENAJAMAN RENCANA STRATEGIK
Arah dan Kebijakan
Umum STIKes.
Strategi dan Prioritas
Kondisi Ekonomi dan
Keuangan
PERUMUSAN
PROGRAM
KERJA
PENJABARAN
PROGRAM
KERJA
SUB
PROGRAM
KERJA
KEGIATAN RENCANA
KINERJA
RENCANA
KEUANGAN
RKT / RKAT
191
lndikator kinerja mempunyai karakteristik antara
lain
1. Terkait pada tujuan dan program, serta
menggamabarkan pencapaian hasil
2. Dibatasi pada hal-hal yang vital dan penting bagi
pengamblian keputusan
3. Diutamakan pada hal – hal yang perlu mendapatkan
priioritas
4. Terkait dengan sistern pertanggung jawaban yang
memperihatkan hasil dari kegiatan.
Indikator kineria mempunyai fungsi :
1. Apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
2. Menciptakan konsesus untuk menghindari kesalahan
intepretasi
3. Sebagai dasar pengukuran, analisis, dan evaluasi
kinerja
Sebuah program tidak harus mengacu pada satu
tujuan ajau sasaran tertentu saja.sangat dimungkinkan
sebuah program yang diiaksanakan dapat sekaligus
mencapai lebih dari satu tujuan atau sasaran yang telah
ditentukan.
192
3. Realisasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan
Salah satu aktivitas paling krusial dalam setiap
pelaksanaan kegiatan Tridharma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam adalah sistem dan mekanisme realisasi
anggaran. Oleh karena itu agar kegiatan tidak terhambat
oleh penetapan sistem yang berlaku, diperlukan
panduan pelaksanaan pencairan dana atau realisasi
anggaian dalam bentuk bagan alir yang sederhana,
mudah dipahamidiketahui Semua pihak, dan diiaati oleh
semua yang terlibat didalamnya. Hal ini dapat dikemas
dalam bentuk buku Manual Prosedur yang berisi tahapan –
tahapan yang harus dilalui berikut institusi personel
penangung jawab tiap tahapannya.
193
Gambar 4.9. Contoh tata alur praktek baik dalam pengelolaan
keuangan perguruantinggi
ARAH &
KEBIJAKAN
UMUM
Tujuan Umum
Sasaran Umum
STRATEGI
PRIORITAS
INDIKASI
OUTCOME
PROGRAM
KEGIATAN
RINGKASAN
RKAT
FORMULIR
USULAN
Nama Kegiatan
Masukan
Keluaran
RKAT UK :
Tupoksi
Tujuan UK
Sasaran UK
Prioritas Program
REKAP
KEGIATAN :
Target Keluaran
Indikasi Outcome
SAB / RKAT
Belanja Pegawai
B. Barang & Jasa
B. Perjalanan
Kegiatan RK
DASAR PENILAIAN OLEH
TIM ANGGARAN
EKSEKUTIF
STIKes
UNIT KERJA
194
11.4 Mekanisme Pengendalian Standar Pembiayaan Stikes Mitra
Bunda Persada Batam
1. Evaluasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan
Tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan Tridharma
STIKES Mitra Bunda Persada Batam berdasarkan RKAT
adalah evaluasi kegiatan" Evaluasi dilakukan sebagai
pengendalian atas pelaksaaan kegiatan yang telah
didasarkan atas RKAT, dan melibatkan alokasi anggaran
dalam satuan anggaran tertentu sesuai dengan tujuan dan
sasaran kegiatan. Evaluasi dilakukanterhadap kesesuaian
antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran yang mendukung kegiatan itu. Perubahan jenis
kegiatan dimungkinkan sesuai dengan kondisi setempat,
tanpa mempengaruhi jumlah nominal anggaran yang
ditetapkan dalam RKAT. Perubahan seperti ini diperlukan
penjelasan yang rasional tentang jenis kegiatan yang
berubah dalam pelaksanaannya, agar dapat dipertanggung
jawabkan prosedur pengelolaan keuangan mengharuskan
adanya keterlibatan Asistensi Pengendalian Mutu
Jurnal(pendampingan pengelola keuangan), yang secara
terus menerus membina kualitas publikasi dan
pengelolaan jumal menggunakan pedoman tersebut diatas.
195
Praktik baik penerapan anggaran tahunan dalam
kegiatan pengembangan pendidikan antara lain dapat
berujud :
1. Peningkatan kuatitas metode pembelajaran di
STIKES Mitra Bunda Persada Batam, misalnya
dariTCL ke SCL;
2. Penerapan pendidikan didukung oleh kebijakan
peninjauan silabi matakuliah yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
2. Standar Pelaporan Keuangan
Pada tingkat STIKes Mitra Bunda Persada Batam
/program studi, standar dinyatakan dalam kebijakan
pengelolaan keuangan dan standar keuangan.
Pengendalian standar dilakukan melalui evaluasi yang
dilakukan sesuai dengan siklus penjaminan.mutu di masing
– masing STIKes Mitra Bunda Persada Batam (dapat
semesteran atau tahunan). Perlu dijadwalkan monitorirtg
dan evaluasi untuk mengetahui apakah standar yang
ditetapkan telah dipenuhi dan perlu ditingkatkan lagi.
Beberapa aspek penting dalam pengelolaan keuangan
termasuk indicator kinerja seperti yang tercantum dalam
196
Lampiran 1 dievaluasi sebagai berikut :
1. Laporan pertanggungjawaban keuangan tentang
evaluasi pelaksanaan kegiatan dan laporan
akuntabilitasnya ;
2. Evaluasi pelaksanaan anggaran biaya dalam
setiap kegiatan sesuaidengan rencana yang telah
ditetapkan dalam RKAT.
Penqendalian standar melalui auditing keuangan
1. Evaluasi kualitas kinerja keuangan oleh tim
pendamping keuangan
2. Jumlah dan kualitas pencapaian anggaran sesuai
dengan RKAT berdasarkan indikator yang telah
ciitetapkan.
3. Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan dan Ketaatan
pada Hukum
1) Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan
Evaluasi akuntabilitas keuangan dilakukan pada
tahapan-tahapan yang dimulai dari perumusan
perencanaan keuangan, pelaksanaan kegiatan evaluasi
atas kinerja keuangan dan pelaksanaan pelaporannya
197
2) Evaluasi atas proses penganggaran
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada prinsip
bahwa :
1. Anggaran yang dibuat oleh perguruan ringgi
harus didasarkan pada rencana strategik
organisasi;
2. Anggaran harus dibuat realistik dengan
memperhatikan tingkat capaian kinerja yang
diinginkan pada tahun yang bersangkutan;
3. Anggaran menyediakan informasi mengenai
standar kinerja keuangan
Berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, maka
langkah – langkah yang dilakukan dalam melakukan
evaluasi adalah:
1. Meneliti kesesuaian angaran yang dibuat
dengan prinsip – prinsip di atas;
2. Meneriti apakah semua kegiatan yang
direncanakan telahdiakomodasi pembiayaannya
dalam anggaran keuangan yang diajukan.
3. Meneliti kelengkapan anggaran yang
diajukan mencakup sumber pembiayaan dan
jenisnya, penerimaan dari Negara, rencana
198
investasi, rencana pinjaman, dan lain-lain.
4. Peneliti apakah dari jumlah anggaran yang
disetujui telah dilakukan penyesuaian yang
diperlukan dalam tingkatan kinerja yang
diinginkan.
5. Meneliti kewajaran standar kinerja
keuangan yang dibuat apakah telah
mencantumkan rasio kehematan efisiensi,
efektivitas pelaksanaan kegiatan
3) Evaluasi atas pelaksanaan pembiayaan kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan perlu difahami
peraturan yang mengatur tentang pelaksanan penerimaan'
penyimpangan' penyetoran' dan pengeluaran uang
untuk pembiayaan kegiatan' Langkah-langka'r evaluasi
yang dilakukan adalah :
1. Meneliti apakah terdapat hambatan dalam
pelaksanaan Pembiayaan kegiatan;
2. Meneliti sebab terjadi hambatan tersebut;
3. Meneliti hal – hal seperti masalah ekonomi
makro atau masalah ekonomi pada umumnya
yang menimbulkan masalah dalam pencapaian
tingkat kinerja keuangan
199
4. Melakukan analisis atas hasil evaluasi di atas'
4) Evaluasi atas kinerja keuangan
Dalam melakukan evaluasi atas capaian kinerja
keuangan perlu dilakukan langkah –langkah berikut:
1. Meneliti kewajaran perhitungan capaian kinerja
keuangan termasuk tingkat akurasi data yang
dihasilkan data pembanding dan data lain yang
berkaitan
2. Meneliti kemungkinan terdapat data lain yang dapat
digunakan untuk menilai tingkat capaian yang belum
dimanfaatkan;
3. Melakukan analisis apakah ev aluasi pencapai
dan kinerja yang dilakukan, menggunakan
standard yang telah ditetapkan tedebih dahulu atau
standar lain yang mungkin dapat digunakan
4. Meneliti hasil evaluasi atas capaian kinerja, apakah
telah mencakup seluruh masalah yang berkaitan dan
memiliki alasan yang dapat diterima kewajarannya.
5) Evaluasi atas pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari akuntabilitas keuangan. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan evaluasi mengenai
200
pelaksanan pelaporan keuangan yang mencangkup
langkah sebagai berikut:
1. Meneliti mengenai pelaksanaan pelaporan
keuangan apakah telah di laksanakan semestinya
dan tidak ditemukan hambatan dalam
pelaksanaannya
2. Meneliti apakah telah dilakukan evaluasi atas
pelaksanaan pelaporan yang dilakukan
3. Melakukan analisis yang mencakup kewajaran
frekuensi pelaporan, kebenaran isi laporan, dan
lain-lain.
6) Evaluasiatas ketaatan pada hukum
Pelaksanaan eval uasi atas ketaatan pada peraturan
perundang-undang mencangkup langkah sebagai
berikut :
a. Meneliti peraturan perundang – undangan
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam, termasuk
ketentuan mengenai pengelolaan keuangan dan
sumberdaya lainnya
b. Meneliti apakah laporan akuntabilitas yang ada
telah mengungkapkan dengan jelas dan cukup,
201
semua hal yang menyangkut ketaatan dan
ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang ada
c. Melakukan analisis mengenai sebab dan alasan
yang dikemukakan apabila terdapat
pengungkapan ketidaktaatan terhadap peraturan
perundang – undangan tertentu.
202
Gambar 4.9.Tahapan dalam pengelolaan perguruan tinggi untuk
memenuhi akuntabilitas kinerja institusi
203
204
BAB XII
STANDAR NASIONAL PENELITIAN
12.1 Pendahulaun
Penelitian ilmiah selanjutnya disebut sebagai penelitian adalah
kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidak
benaran suatau asumsi dan / atau hipotesis dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menari kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi ( UU Nomor 18 tahuan 2002 tentang
sistem nasional penelitian, pengembangan dan penarapan ilmu
pengetahuan dan tegnlogi )
Dalam pendidikan tinggi, penelitian merupakan salah satu dharma
perguruan tinggi ( PT ) yang tak kalah pentingnya dari dharma
pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam UU Nomor 18 Tahun 2002,
perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga yang berfungsi
membentuk sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan tegnologi, serta
bertanggung jawab menngkatkan kemampuan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengambdian pada
masyarakat sesui dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara universal, misi utama STIKES Mitra Bunda Persada adalah
menghasilkan , melestarikan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan
pada saat yang sama menghasilkan sumber daya manusia yang berilmu
pengetahuan dan pada saat yang pada giliranya berkontribusi pada
kesejahteraan masyarakat. Perguruan tinggi harus memandu, mengelola
dan memfasilitasi agar dharma pendidikan dan penelitian dapat
dilaksanakan oleh setiap dosen dengan seimbang, baik secara individu
maupun kelompok
Selain karena kewajiban oleh UU Nomor 14 Tahuan 2005 tentang
Guru dan Dosen, setidaknya ada tiga alasan mengapa dosen pada
perguruan tinggi harus melakukan penelitian. Dalam melaksanakan
perkuliahan dosen dapat mengajarkan materi yamg mereka kembangkan
sendiri dan kuasai dengan baik, sehingga perkuliahan yang mereka
mampu menjadi lebih menarik dan bermakna, dosen juga dapat melatih
mahasiswa kemampuan pemecahan masalah dan learning how to learn
dengan fasih, karena mereka telah dan senantiasa mengalaminya. Selain
itu, dosen dapat menumbuhkan keinginkan dan apresiasi mahasiswa
terhadap ilmu pengetahuan, karena mereka tahu betul berapa indah dan
menarinya ilmu pengetahuan tersebut. Di perguruan tinggi pendidkan
pene;itian bagaikan dua sisi mata uang koin yang walaupun dapat
dibedakan namun tak dapat dipisahkan
12.2 Mekanisme penetapan standar penelitian
Penetapan standar penelitian biasanya dilakukan setelah perguruan
tinggi menetapkan visi, misi dan rencana induk pengembanganya. Dalam
205
bidang akademik perguruan tinggi yang mengemban misi tri dharma
harus mempunyai agenda yang mencakup penelitian. Untuk
melaksanakan dharma penelitian perguruan tinggi harus memiliki
lembaga atau unit yang mengelola, mengkoordinasi, memfasilitasi dan
memantau kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosenya dan
perguruan tinggi harus memiliki prasaqrana yang memadai untuk
mendukung penelitian.
Dengan demikian standar penelitian yang perlu ditetapkan setidanya
meliputi :
a. Agenda penelitian
Agenda pemnelitian berisi antara lain area penelitian yang akan
digarap, tujuan sasaran dan dapat pula disertai dengan roadmap dan
atau target capaianya yang menjadi pemandu bagi unit-unit akademik
yang melaksanakan penelitian serta para dosen di perguruan tinggi
yang bersangkutan.
b. Pelaksanaan dan manajemen penelitian
Penelitian secara umum dilaksanakan oleh dosen. Namun bagai mana
caranya perguruan tinggi mewujudkan agenda penelitianya serta
bagaimana caranya perguruan tinggi mengelola, mengkoordinasi,
memfasilitasi memantau dan mengevaluasi kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh para dosenya, merupakan standar yang perlu
diperhatiakan
c. Kode etik dan metode penelitian
Ketaatan penelitian terhadap kode etik penelitian sngat penting oleh
karena hal ini menjadi wujud dari integritas ilmiah penelitian dan
institusi tempat melakukan penelita yang mendukung. Agar setiap
penelitian terjamin validasinya maka setiap institusi harus membuat
standar mutu yang berisi tentang kode etik penelitian dan keharusan
bagi setiap penelitian untuk menggunakan metode penelitian yang
sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti
d. Pendanaan penelitian
Pendanaan perlu diperhatiakan bahwa standar yang bersangkutan
harus berisi pula aturan dan atau prosedur pengajuan dana atau
anggaran penelitian, pancarian dana , penggunaan serta pelaporan
penggunaan dana penelitian.
e. Sarana dan prasarana pendukung penelitian
Pelaksanaan penelitian perlu didkung oleh sarana dan prasarana yang
memadai seperti perpustakaan, laboratorium, computer dan lainnya
f. Output dan outcome penelitian Output penelitian dapat berupa
publikasi, karya, paten dan sedangkan outcome dapat berupa sitasi,
produk baru, penghargaan atau implikasi kebijakan
12.3 Mekanisme pemenuhan standar penelitian
Pemenuhan dan standar penelitian berarti standar atau kerangka acuan
kerja yang telah ditetapkan atau disepakati dalam bentuk agenda
206
penelitian dijadikan acuan. Pemenuhan standar merupakan implementasi
nyata agar penjamnan mutu penelitian dapat terpenuhi dari tingkat
institusi hingga dosen.
a. Tingkat institusi pemenuhan standar penelitian diawali oleh
perguruan tingggi dengan menyusun agenda penelitian, yang
menetapkan area penelitian gerapan untuk beberapa tahuan
kedepan.
b. Untuk melaksanakan penelitian, selain unit0unit akademik yang
ada yaitu fakultas dan jurusan, pusat-pusat penelitian mukin perlu
didrikan sebagai rumah kedua bagi dosen
c. Penelitian yang baik bukan semata untuk memperoleh hasil yang
baik nemun juga memperhatiakan kode etikoleh karena itu
STIKES Mitra bunda persada membuat kode etik penelitian
sebgai rambu-rambu bagi penelitian dalam melaksanakan
penelitiannya
d. Pelaksanaan penelitian yang bermutu memerlukan pendanaan yang
memadai
e. Mutu sarana dan prasarana pendukung penelitian tentunya harus
diperhatikan
f. Mutu output dan outcome penelitian perlu ditetapkan dan dipantau
pencapaianya
12.4 Mekanisme pengendalian standar penelitian
Pengendalian merupakan tindakan manajemen agar standar yang
telah ditetapkan dapat dicapai, langka selanjutnya meningkat standar
menjadi standar baru yang lebih tinggi. Dengan demikian mutu penelitian
dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik. Beberapa hal yang perlu
dilakukan antara lain :
a. Serangkaian kegiatan yang menilai secara objektif pelaksanaan
penelitian
b. Kegiatan membandingkan hal yang telah dilakukan dalam penelitian
dengan hal yang belum dilakukan
c. Kegiatan mencari kesesuain antara tujuan dan hasil penelitian yang
dicapai
Hasil monitoringdan evaluasi serta audit internal tentu perlu
didokumentasikan. Rekaman perjalanan pelaksanaan penelitian kelak
menjadi bahan berharga bak dalam rangka memenuhi dan meningkatkan
mutu penelitian maupun melakukan pengembangan agenda dan tujuan
penelitian.
1. Standar hasil penelitian
Mencakup kriteria minimal tentang: a) mutu hasilpenelitian; b)
diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa;
c) semua luaran yang dihasilkan melalui kegiatan yang memenuhi
kaidah dan metode ilmiah secara sistematis sesuai otonomi keilmuan
dan budaya akademik; d) terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan
207
serta memenuhi ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi; e) tidak
bersifat rahasia, tidak mengganggu dan/atau tidak membahayakan
kepentingan umum atau nasional wajib disebarluaskan dengan cara
diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan/atau cara lain yang
dapat digunakan untuk menyampaikan hasil penelitian kepada
masyarakat.
2. Standar isi penelitian,
Merupakan kriteria minimal yang meliputi: a) kedalaman dan
keluasan materi penelitian dasar dan penelitian terapan; b)
berorientasi pada luaran penelitian yang berupa penjelasan atau
penemuan untuk mengantisipasi suatu gejala, berupa inovasi serta
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat, dunia usaha, dan/atau industri; d) mencakup materi
kajian khusus untuk kepentingan nasional; dan d) memuat prinsip-
prinsip kemanfaatan, kemutahiran, dan mengantisipasi kebutuhan
masa mendatang.
3. Standar proses penelitian
Meliputi: a) kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan; b) memenuhi kaidah dan metode ilmiah
secara sistematis sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya
akademik; c) mempertimbangkan standar mutu, keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan, serta keamanan peneliti, masyarakat, dan
lingkungan; d) penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
rangka melaksanakan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi, selain
harus memenuhi ketentuan dan juga harus mengarah pada
terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan serta memenuhi
ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi.
4. Standar penilaian penelitian
Merupakan kriteria minimal penilaian yang meliputi: a) proses
dan hasil penelitian yang dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip
penilaian paling sedikit edukatif, objektif, akuntabel, dan transparan
yang merupakan penilaian yang prosedur dan hasil penilaiannya
dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan; b) harus
memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan
standar proses penelitian; c) penggunaan metode dan instrumen yang
relevan, akuntabel, dan dapat mewakili ukuran ketercapaian kinerja
proses dan pencapaian kinerja hasil penelitian dengan mengacu
ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi. Standar peneliti,
merupakan kriteria minimal peneliti yang meliputi: a) kemampuan
peneliti untuk melaksanakan penelitian; b) kemampuan tingkat
penguasaan metodologi penelitian yang sesuai dengan bidang
keilmuan, objek penelitian, serta tingkat kerumitan dan tingkat
kedalaman penelitian yang ditentukan berdasarkan kualifikasi
akademik dan hasil penelitian; c) menentukan kewenangan
melaksanakan penelitian diatur dalampedoman rinci yang
dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
208
5. Standar sarana dan prasarana penelitian
Merupakan kriteria minimal: a) sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk menunjang kebutuhan isi dan proses penelitian
dalam rangka memenuhi hasil penelitian; b) fasilitas perguruan tinggi
yang digunakan untuk memfasilitasi penelitian paling sedikit terkait
dengan bidang ilmu program studi serta dapat dimanfaatkan juga
untuk proses pembelajaran dan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat; c) memenuhi standar mutu, keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan peneliti, masyarakat, dan
lingkungan.
6. Standar pengelolaan penelitian
Merupakan kriteria minimal tentang: a) perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan
kegiatan penelitian; b) pengelolaan penelitian sebagaimana dimaksud
dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang
bertugas untuk mengelola penelitian seperti lembaga penelitian,
lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, atau bentuk
lainnya yang sejenis sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan
perguruan tinggi.
7. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian
Yaitu: a) kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan
dan pembiayaan penelitian yang berasal dana penelitian internal
pergruan tinggi, pemerintah, kerja sama dengan lembaga lain baik di
dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat; b)
digunakan untuk membiayai perencanaan penelitian, pelaksanaan
penelitian, pengendalian penelitian, pemantauan dan evaluasi
penelitian, pelaporan hasil penelitian, dan diseminasi hasil penelitian;
c) dana pengelolaan penelitian digunakan untuk membiayai
manajemen penelitian (seleksi proposal, pemantauan dan evaluasi,
pelaporan penelitian, dan diseminasi hasil penelitian), peningkatan
kapasitas peneliti, dan insentif publikasi ilmiah atau insentif hak
kekayaan intelektual (HKI).
209
BAB XIII
STANDAR NASIONAL PENGABDIAN MASYARAKAT
13.1 Pendahuluan
Kehidupan dan perkembangan akademik di Perguruan Tinggi
(PT) tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), serta tuntutan masyarakat, seirama dengan meningkatnya
kualitas hidup mereka. Didalam Pasal 24 Butir 2 UU No.20 Tahun
2003, tentang system pendidikan nasional telah dinyatakan bahwa PT
memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian
masyarakat. Strategi-Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003-2010
(HELTS) juga menyebutkan bahwa daya saing bangsa seyogyanya
ditumbuhkan melalui pengembangan dan layanan masyarakat sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bagian dari
jasa PT, dilaksanakan dengan menganut asas kelembagaan, asas ilmu-
amaliah dan amal-ilmiah, asas kerjasama, asas kesinambungan serta
asas edukatif dan pengembangan. Dalam pelaksanaannya di lapangan
yang dapat menjadi stakeholders : (a) perorangan, (b) kelompok, (c)
komunitas, dan (d) lembaga. Cakupannya meliputi masyarakat
perkotaan atau pedesaan, misalnya industry atau agraris, dan pemerintah
maupun swasta. Pemilihan stakeholders sasaran, disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan PT.
13.2 Mekanisme Penetapan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Dalam menetapkan substansi standar pengabdian kepada
masyarakat memperlihatkan bahwa STIKes Mitra Bunda Persada
memperhatikan beberapa prinsip dasar dalam pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat. Prinsip dasar ini relevan sebab dapat
menjadi arah bagi para perencana dan pelaksana dari kegiatan tersebut.
Berikut ini uraian tentang prinsip tersebut.
Prinsip Dasar Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
1. Keterpaduan Aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi
Aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi PT yaitu pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga aspek
tersebut dilaksanakan dengan proporsi yang seimbang, harmonis
dan terpadu.
Pendidi
kan
Penelitia
n
Pengabd
ian
Kepada
Masyara
kat
210
2. Empati-Partisipatif
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan untuk
menggerakan masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai
kegiatan yang dapat melibatkan, mengikutsertakan, dan
menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap
pembangunan.
3. Interdisipliner
Pengabdian kepada masyarakat di laksanakan oleh
dosen/mahasiswa yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan
pelaksanaanya dikoordinasikan oleh lembaga pengabdian
kepada masyarakat.
4. Realistis-Pragmatis
Program-program kegiatan yang direncanakan pada dasarnya
bertumpu pada permasalahan dan kebutuhan nyata di lapangan
5. Environmental Development
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan untuk melestarikan
dan mengembangkan lingkungan fisik dan social untuk
kepentingan bersama.
13.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Mekanisme pemenuhan standar pengabdian kepada masyarakat
yang memiliki prinsip keterpaduan aspek tri dharma PT, empati-
partisipatif, interdisipliner, realistis-pragmatis, dan environmental
development dilaksanakan secara terpadu. Agar kegiatan tersebut
berjalan baik maka pelaksanaan perlu memperhatikan sebagai berikut :
1. Co-creation
pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada
suatu tema dan program yang merupakan gagasan bersama
antara PT dengan pihak pemerintah daerah, mitra kerja, dan
masyarakat setempat.
2. Co-financing
pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan pendanaan
bersama antara PT, pemerintah daerah, mitra kerja, dan
masyarakat setempat disesuaikan dengan tema dan program
yang telah di sepakati.
3. Flexibility
pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada
suatu tema dan program yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan pemerintahan daerah, mitra kerja dan masyarakat
setempat dalam proses pembangunan daerah.
4. Sustainability
pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan secara
berkelanjutan berdasarkan suatu tema dan program yang sesuai
dengan tempat dan target tertentu.
211
Untuk pelaksanaan tersebut perlu disusun tahapan-tahapan kerja
sebagai berikut
Tahap
Kegiatan
Rincian Kegiatan
Persiapan Penetapan Judul
Kegiatan
Pengabdian
Penerepan
Ipteks yang
akan dilakukan
Penetapan Tim
dan Tugas
Pokok
Penetapan
Kelompok
Sasaran
Review
Kepustakaan
Terkait Ipteks
yang akan
diabdikan
Survei Awal
ke Lapangan /
Analisis
Situasi
Pengumpulan
data dari aparat
dan masyarakat
menyangkut
kondisi dan
potensi wilayah.
Pengumpulan
data dari
kelompok
sasaran
menyangkut
kebutuhan
khalayak sasaran
serta potret,
profil dan
kondisinya.
Analisa Data Identifikasi
perumusan
masalah
Perumusan
Tujuan dan
Manfaat
212
Kegiatan
Penetapan
kerangka
pemecahan
Masalah
Penetapan waktu
dan metode
kegiatan
Penetapan
rancangan
evaluasi
Penyusunan
Rencana Biaya
Penetapan Penyusunan
Proposal
Diskusi
perbaikan
proses
Pengabdian
dalam proposal
Penyusunan
tindakan
perbaikan
Implementasi Prosedur
Implementasi
Evaluasi
13.4 Mekanisme Pengendalian Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Hasil evaluasi harus dapat dijadikan dasar untuk peningkatan
mutu selanjutnya. Dalam hal mutu PT, terdapat dua tujuan evaluasi
yaitu (1) untuk pengendalian mutu dan (2) untuk peningkatan mutu.
1. Pengendalian standar tahap proposal
Perbaika langsung dilakukan jika terjadi kesalahan,
sehingga mutu terjamin. Dengan demikian, semua proses
terkendali dengan baik. Tahapan seleksi proposal yang
berjenjang, dapat sampai tiga tahap utama : tahap seleksi I (pra
proposal), tahap seleksi II (Proposal Lengkap), tahap seleksi III
(Site Visit).
2. Pengendalian Standar Melalui Tahap Pelaksanaan
(Monitoring) Pengabdian Kepada Masyarakat.
Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat pada dasranya
tidak berdiri sendiri tetapi membutuhkan kegiatan lain, yaitu
monitoring. Monitoring dan evaluasi merupakan dua kegiatan
213
yang saing melengkapi. Dengan monitoring dan evaluasi dapat
diketahui berbagai al yang menyangkut perencanaan, proses
pelaksanaan, dan hasil yang dicapai.
3. Pengendalian Standar melalui hasil akhir pengabdian
Untuk peningkatan mutu, evalusi pelaksanaan pengabdian
kepada masyarakat oleh PT dilakukan secara menyeluruh
terhadap proses, penyajian, dan hasil pengabdian masyarakat.
4. Pengendalian Standar Keberlanjutan
Sebagai suatu program bagian dari Tri Dharma Perguruan
Tinggi, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
melibatkan secara sinergis unsur perguruna tinggi
(dosen/mahasiswa), masyarakat dan kelembagaan diharapkan
dapat menimbulkan dampak positif. Fungsi dari evaluasi ini
adalah untuk menjaga agar dampak positif dari pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat dapat terus di kembangkan dan
dilestarikan serta meminimalkan dampak negatif.
A. Standar hasil pengabdian kepada masyarakat
Merupakan kriteria yang meliputi: a) minimal hasil pengabdian kepada
masyarakat dalam menerapkan, mengamalkan, dan membudayakan
ilmu pengetahuan dan teknologi guna memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa; b) hasil pengabdian kepada
masyarakat dapat berupa penyelesaian masalah yang dihadapi
masyarakat dengan memanfaatkan keahlian sivitas akademik yang
relevan, pemanfaatan teknologi tepat guna, bahan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau bahan ajar atau modul pelatihan untuk
pengayaan sumber belajar.
B. Standar isi pengabdian kepada masyarakat
Merupakan kriteria minimal tentang: a) kedalaman dan keluasan
materi pengabdian kepada masyarakat mengacu pada standar hasil
pengabdian kepada masyarakat yaitu bersumber dari hasil penelitian
atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, b) hasil penelitian atau pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan langsung dan
dibutuhkan oleh masyarakat pengguna, memberdayakan masyarakat,
teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, model
pemecahan masalah, rekayasa sosial, dan/atau rekomedasi kebijakan
yang dapat diterapkan langsung oleh masyarakat, dunia usaha,
industri, dan/atau Pemerintah, serta hak kekayaan intelektual (HKI)
yang dapat diterapkan langsung oleh masyarakat, dunia usaha,
dan/atau industri.
C. Standar proses pengabdian kepada masyarakat, merupakan kriteria
minimal tentang: a) kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
214
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan; b)
kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat berupa pelayanan
kepada masyarakat, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan bidang keahliannya, peningkatan kapasitas masyarakat; atau
pemberdayaan masyaraka; c) pengabdian kepada masyarakat yang
wajib mempertimbangkan standar mutu, menjamin keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan, serta keamanan pelaksana, masyarakat, dan
lingkungan; d) kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang
dilakukan oleh mahasiswa sebagai salah satu dari bentuk pembelajaran
harus mengarah pada terpenuhinya capaian pembelajaran lulusan serta
memenuhi ketentuan dan peraturan di perguruan tinggi; e) kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yng harus diselenggarakan secara
terarah, terukur, dan terprogram.
D. Standar penilaian pengabdian kepada masyarakat, merupakan
kriteria minimal penilaian terhadap: a) proses dan hasil pengabdian
kepada masyarakat; b)penilaian proses dan hasil pengabdian kepada
masyarakat dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip penilaian
paling sedikit dari sisi edukatif, objektif, akuntabel, dan transparan; c)
kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar proses
pengabdian kepada masyarakat; d) tingkat kepuasan masyarakat,
terjadinya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada
masyarakat sesuai dengan sasaran program, dapat dimanfaatkannya
ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat secara berkelanjutan,
terciptanya pengayaan sumber belajar dan/atau pembelajaran serta
pematangan sivitas akademika sebagai hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta teratasinya masalah sosial dan
rekomendasi kebijakan yang dapat dimanfaatkan oleh pemangku
kepentingan; e) dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan
instrument yang relevan, akuntabel, dan dapat mewakili ukuran
ketercapaian kinerja proses dan pencapaian kinerja hasil pengabdian
kepada masyarakat.
E. Standar pelaksana pengabdian kepada masyarakat, merupakan
kriteria minimal yang meliputi: a) kemampuan pelaksana untuk
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat; b) wajib memiliki
penguasaan metodologi penerapan keilmuan yang sesuai dengan
bidang keahlian, jenis kegiatan, serta tingkat kerumitan dan kedalaman
sasaran kegiatan yang ditentukan berdasarkan kualifikasi akademik
dan hasil pengabdian kepada masyarakat; c) kemampuan pelaksana
pengabdian kepada masyarakat untuk menentukan kewenangan
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang diatur dalam
pedoman rinci yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.
F. Standar sarana dan prasarana pengabdian Merupakan criteria
minimal tentang: a) sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
215
menunjang proses pengabdian kepada masyarakat dalam rangka
memenuhi hasil pengabdian kepada masyarakat yang ada di perguruan
tinggi untuk memfasilitasi pengabdian kepada masyarakat yang terkait
dengan penerapan bidang ilmu dari program studi yang dikelola
perguruan tinggi dan area sasaran kegiatan; b) sarana dan prasarana
pengabdian kepada masyarakat merupakan fasilitas perguruan tinggi
yang dimanfaatkan juga untuk proses pembelajaran dan kegiatan
penelitian serta harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja,
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan.
G. Standar pengelolaan pengabdian kepada masyarakat
Merupakan kriteria minimal tentang: a) perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh unit kerja
dalam bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola
pengabdian kepada masyarakat dengan bentuk lembaga penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, atau bentuk lainnya yang sejenis
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan perguruan tinggi; b)
kelembagaan yang wajib untuk menyusun dan mengembangkan
rencana program pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan
rencana strategis pengabdian kepada masyarakat perguruan tinggi,
serta menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem
penjaminan mutu internal kegiatan pengabdian kepada masyarakat; c)
kelembagaan yang dapat memfasilitasi pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang meliputi pelaksanaan
pemantauan, evaluasi pelaksanaan, diseminasi hasil pengabdian
kepada masyarakat; d) kelembagaan yang dapat memfasilitasi kegiatan
peningkatan kemampuan pelaksana pengabdian kepada masyarakat,
memberikan penghargaan kepada pelaksana pengabdian kepada
masyarakat yang berprestasi, mendayagunakan sarana dan prasarana
pengabdian kepada masyarakat pada lembaga lain melalui kerja sama;
e) kemampuan lembaga untuk dapat melakukan analisis kebutuhan
yang menyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana
pengabdian kepada masyarakat, serta menyusun dan menyampaikan
laporan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dikelolanya ke
pangkalan data pendidikan tinggi.
H. Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian Merupakan
kriteria minimal: a) sumber dan mekanisme pendanaan dan
pembiayaan pengabdian kepada masyarakat melalui dana internal
perguruan tinggi, pendanaan pemerintah, kerja sama dengan lembaga
lain, baik di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat;
b) pengelolaan pendanaan pengabdian kepada masyarakat bagi dosen
atau instruktur yang digunakan untuk membiayai perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, pelaporan, serta
diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat; c) mekanisme
pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada masyarakat yang harus
diatur berdasarkan ketentuan di perguruan tinggi; d) perguruan tinggi
216
wajib menyediakan dana pengelolaan termasuk peningkatan kapasitas
pelaksana pengabdian kepada masyarakat.
Selain mengembangkan berbagai program penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat langsung ke perguruan tinggi, STIKes
Mitra Bunda Persada Batam juga senantiasa membangun kerjasama
dengan berbagai lembaga mitra, baik di tingkat nasional maupun
internasional. Di tingkat nasional, kerjasama dilakukan dengan
lembaga pemerintah, seperti kementerian/non-kementerian,
pemerintah daerah, dan lembaga kemasyarakatan.
Kegiatan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di
STIKes Mitra Bunda Persada dipercayakan pengelolaannya kepada
LPPM STIKes Mitra Bunda Persada yang bertugas untuk
mengarahkan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan
mengadministrasikan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat sehingga diharapkan kedua dharma tersebut dapat
dilaksanakan oleh setiap dosen dengan seimbang, baik secara
individual maupun kelompok.
BAB XIV
STANDAR IDENTITAS
14.1 Definisi
Identitas atau identity secara sederhana dapat diartikan sebagai jati
diri atau sekumpulan unsur yang secara bersamaan mampu
mencitrakan tentang siapa dan atau apa Stikes Mitra Bunda Persada
Batam. Identitas atau identity sebagai sebuah kata benda yang diambil
dari kamus adalah identitas : ingin jadi siapa atau seperti apa ;
kondisi dimana ingin menjadi sama dengan sesuatu gambaran atau
memiliki karakter yang diinginkan. Singkatnya, identitas menunjuk
pada tampilan (look) dari Stikes Mitra Bunda Persada Batam.
Sehingga identitas Stikes Mitra Bunda Persada Batam dapat dilihat dari
nama, logo, alamat, visi, misi, dst.
Untuk STIKES Mitra Bunda Persada Batam, identitas tidak lain
adalah karakteristik esensial dan khas yang melekat pada STIKes Mitra
Bunda Persada Batam sehingga mampu mencitrakan dan
membedakannya dengan institusi serupa yang lain. Karakteristik
identitas yang harus dipenuhi adalah (a) bersifat administrative :
nama, logo/lambang, alamat (b) bersifat substansial : nilai – nilai dasar,
visi, misi, tujuan, bidang kajian dari STIKES Mitra Bunda Persada
Batam. Berbeda dengan standar mutu lainnya, standar identitas dari
Stikes Mitra Bunda Persada Batam sebenarnya dapat menjadi payung
217
bagi beragam mutu lainnya yaitu menjadi dasar dan arah bagi seluruh
unit kerja didalam lingkungan dari Stikes Mitra Bunda Persada
Batam untuk meningkatkan mutunya secara utuh, menyeluruh dan
berkelanjutan.
14.2 Mekanisme Penetapan Standar Identitas
Untuk menetapkan isi dari standar identitas Stikes Mitra
Bunda Persada Batam ditempuh langkah-langkah utama sebagai
berikut :
1. Melakukan studi terlebih dahulu terhadap seluruh ketentuan
normative berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang identitas perguruan tinggi.
2. Melakukan evaluasi diri dengan menerapkan analisis SWOT dan
atau studi pelacakan untuk merumuskan isi standar, khusus bila
akan merumuskan pernyataan visi, misi institusi.
3. Melakukan uji public, apa bila perlu terhadap rancangan isi
standar dengan mengandung perwakilan dari unsure – unsure
pemangku kepentingan (stake holders) perguruan tinggi.
14.3 Standar Identitas Minimum STIKes Mitra Bunda Persada
Berdasarkan PP No. 60 Tahun 1999, Pasal 2 dan Kepmendiknas
No. 234/U/2000, Pasal 5, 118. Dapat disimpulkan bahwa pemerintah
telah menetapkan standar minimum yang harus dipenuhi oleh
sebuah Perguruan Tinggi agar dapat disebut sebagai sebuah institusi
perguruan tinggi yang memiliki identitas :
1. Memiliki tujuan
2. Memiliki statuta
3. Memiliki anggaran dasar
4. Memiliki rencana induk pengembangan
5. Memiliki kode etik civitas akademika
Elemen lain yang tidak tersebut dalam aturan normative, yang bersifat
esensial dan perlu ditambahkan adalah :
1. Memiliki visi
2. Memiliki misi
3.Memiliki keterangan : Nama, lambang /logo, motto, kartu nama (Id
Card), emblem, cap stempel, dsb
4. Bila perlu sampai pada tataran indikator keberhasilan.
Catatan :
1) Pernyataan visi, misi dan tujuan menjadi acuan utama bagi
seluruh standar mutu didalam SPM- STIKES Mitra Bunda Persada
Batam. logikanya adalah jika semua standar mutu di dalam SPM-
STIKes Mitra Bunda Persada Batam dengan mengacu visi,misi dan
tujuan, maka ketika seluruh standar tersebut dapat diupayakan
pemenuhannya hal ini berarti visi, misi dan tujuan STIKES Mitra
Bunda Persada Batam tersebut telah tercapai.
2) Kesesuaian visi, misi, tujuan dalam tingkatan Stikes, Prodi dan UPT
218
yang ada.
3) Pernyataan visi, misi rumusanya jelas dan ringkas tidak lebih dari satu
paragraf, pilihan kata dan struktur kalimatnya lugas, jelas dan
komunikatif.
4) Rumusan visi, misi dan tujuan prodi harus bersifat strategis dan
mampu menunjukan kekhasan prodi yang sesuai dengan lokalitas,
potensi sumber daya, serta gairah dan atau yang dapat memotivasi
semua unsur didalam program studi.
14.4 Mekanisme Pemenuhan Standar Identitas
Pada prinsipnya pada tahap ini setiap unit kerja pada STIKES
Mitra Bunda Persada Batam haruslah secara konsisten melalui
kebijakan – kebijakan tersetruktur berupaya memenuhi untuk
memenuhi atau mencapai isi dari standar identitas yang telah
ditetapkan. Hal ini berarti pimpinan dari unit tersebut harus secara
sadar menjadikan standar ini sebagai tolak ukur bagi unit masing –
masing dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Pada tahap ini
perlunya bagi pimpinan unit kerja melakukan sosialisasi standar
isi kepada seluruh pemangku kepentingan: dosen, mahasiswa, bila
perlu orang tua/wali dan alumni.
14.5 Mekanisme Pengendalian Standar Identitas
Pada tahap ini setiap unit kerja di dalam lingkungan STIKES Mitra
Bunda Persada Batam senantiasa mengontrol/memantau bagi
terlaksananya standar identitas secara konsisten di lapangan atau pada
kondisi faktual. Dengan kata lain pimpinan unit kerja selalu melihat
kondisi faktual, bila mana perlu pimpinan unit kerja segera
mengambil langkah koreksi bila didapatkan penyimpangan atau
kesalahan.
Kemudian untuk kepentingan pengembangan standar pada siklus
penjaminan mutu Stikes Mitra Bunda Persada Batam berikutnya
dievaluasi secara berkala yaitu 5 tahunan. Untuk itu sebaiknya
pengelola standar identitas membuat catatan tertulis yang memuat
semua data dan informasi tentang pencapaian substansi standar,
penyebab terjadinya ketidaksesuaian antara pencapaian dengan
substansi standar, dan tindakan korektif yang diambil.
Mekanisme Proses Pengendalian
a. Pimpinan unit kerja harus memeriksa apakah fakta dilapangan
Standar benar-benar telah sesuai dengan apa yang dituliskan di
standar identitas
b. Pimpinan unit segera mengambil langkah koreksi apabila ditemukan
ada suatu kesalahan / ketidaksesuaiann antara apa yang terjadi
dilapangan dengan isi standar.
c. Pimpinan unit kerja mencatat semua temua dilapangan yang
tidak sesuai dengan isi standar, atau hal – hal lain yang berkaiitan
dengan upaya pengendalian isi standar pada formulir yang telah
219
disediakan
Ilustrasi Mekanisme Penetapan Hingga Pengendalian Standar
Identitas
Tabel 14.1.
Tabel Mekanisme Penetapan Hingga Pengendalian Standar
Identitas STIKes Mitra Bunda Persada Batam Batam
Mekanisme Proses Pengendalian
Penetapan
Standar
Pimpinan unit kerja dengan melibatkan
pemangku kepentingan prodi harus
menetapkan visi, misi dan tujuan unit
kerja, yang rumusannya harus memenuhi
kreteria antara lain :
a. Mencerminkan nilai – nilai dasar
STIKES Mitra Bunda Persada Batam
b. Tidak bertentangan dengan
visi,misi,dan tujuan STIKES Mitra
Bunda Persada Batam
c. Singkat jelas dan komunikatif
Borang/formulir yang butuhkan adalah :
a. Checklist pernyataan visi dan misi
b. Formulir yang berisi visi dan misi
Pemenuhan
Standar
a. Semua pimpinan unit kerja Stikes
Mitra Bunda Persada Batam membuat
Standar pernyataan visi, misi dan tujuan
sesuai dengan isi standar identitas
Stikes, dengan cara menggunakan
analisi SWOT, studi pelacakan, dan
studi terhadap peraturan perundang –
undangan yang relevan.
b. Pimpinan unit kerja harus mengisi
borang /formulir checklist pernyataan
visi yang telah disediakan dan juga
menuliskan pernyataan visi tersebut
pada formulir visi
c. Pimpinan unit kerja bertanggung jawab
untuk melakukan berbagai upaya agar
visi bernar – benar terpenuhi.
Caranya tentu saja dapat diwujudkan
melalui proses pembelajaran,
penyusunan kurikulum dan kompetensi
lulusan, pembinaan dosen, penelitian,
perencanaan anggaran, penyediaan
sarana dan prasarana, unit penunjang
220
teknis, dst.
d. Pimpinan unit membuat catatan atas
semua upayanya untuk memenuhi isi
standar tersebut. Catatanbisa berupa
apa saja yang telah dilakukan dan
belum dilakukan, hambatan-hambatan,
strategi mengatasi, dst.
Pengendalian
Standar
a. Semua Pimpinan Unit kerja harus
memeriksa apakah fakta di lapangan
benar-benar telah sesuai dengan apa
yang di tuliskan dalam standar.
b. Semua Pimpinan Unit kerja segera
mengambil langkah koreksi apabila
ditemukan ada suatu kesalahan / ketidak
sesuaian antara apa yang terjadi di
lapangan dengan isi standar.
c. Semua Pimpinan Unit kerja mencatat
temuan di lapangan yang tidak sesuai
dengan isi standar, atau hal lain yang
berkaitan dengan upaya pengendalian isi
standar pada formulir yang telah
disediakan.
BAB XV
STANDAR KERJASAMA
15.1 Pendahuluan
Kerjasama dulakukan untuk mendukung tercapainya peningkatan
kualitas tau mutu suatu institusi, dengan demikian maka kerjasama
suatu institusi termasuk institusi pendidikan sebaiknya diarahkan untuk
mendukung tercapainya visi dan misi institusi tersebut.Kerjasama yang
dilakukan oleh stikes mitra bunda persada batam merupakan langkah
nyata perwujudan pendidikan dalam mencapai solusi terhadap
permasalahan, kesenjangan atau langkah nyata dalam upaya
peningkatan mutu suatu pendidikan.
Agar kerjasama terlaksana dengan baik perlu adanya standar mutu
tentang tentang kerjasama dengan institusi lain, agar tidak adanya
pelanggaran peraturan-peraturan yang telah ada. Standar mutu ini
manjadi tolak ukur atas keberhasilan yang telah tercapai , dan selalu ada
peningkatan dari waktu kewaktu berkembang secara berkelanjutan.
Kerjasama dalam dan luar negeri dilakukan dengan maksud agar
mahasiswa Stikes mitra bunda persada batam mendapat ilmu yang lebih
luas dan pengalaman kerja yang lebih baik.
221
15.2 Mekanisme penetapan standar kerjasama
Penetapan standar kerjasama merupkan langkah awal untuk
tercapainya penjaminan mutu kerjasama. Dalam penetapan standar
kerjasama harus mempelajari peraturan perundang-undangan yang telah
ada yaitu pada peraturan mendiknas. penjelasan tentang peraturan
perundang-undangan yang harus diperhatikan dalam peraturan
mendiknas no 26 tahun 2007
Prinsip dasar penyelenggaraan kerjasama
kerjasama sebaiknya dilakukan berdasarkan pemahaman
dan kesadaran bersama yang telah disepakati untuk mencapai
tujuan bersama. Kerjasama hanya dlakukan secara
kelembagaan, berdasarkan prinsip kesetaraan, saling
menghormati dan saling menguntungkan, memperhatikan
hukum-hukum internasional dan nasional dan tidak
mengganggu kebijakkan pembangunan bangsa dan negara
pertahanan dan keamanan nasional ( pasal 4 )
a. azas kesetaraan
dengan kesetaraan diharapkan kedua belah pihak
melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing untuk
mengembangkan kerjasama yang telah dirintis tanpa ada
paksaan dari pihak lain dan tercapai prestasi yang baik
b. azas penghormatan identitas
setiap institusi harus saling menghormati perbedaan yang
terjadi sehingga dapat saling mengisi kekosongan dan saling
memperkaya serta mamperkuat institusi untuk berkembang
lebih optimal
c. azas manfaat atau saling menguntungkan
kerjasama yang dilakukan hars saling menguntungkan
antara kedua belah pihak yang telah melakukan perjanjian,
apabila tidak saling menguntungkan maka kerjasama telah
melenceng dari perjanjian perundang-undangan yang telah
ditetapkan dan bukanlah kerjasama yang baik diantara
institusi tersebut
d. bidang kerjasama
pasal 6-8 peraturan mendiknas menyebutkan bahwa
kerjasama meliputi kegiatan pengelolaan pergutuan tinggi,
pendidikan dan penelitian atau pengabdian masyarakat yang
dapat berbentuk :
1). kerjasama manajemen, dengan pendirian program
secara bersama dan wajib mengikuti peraturan dari
program tersebut
2). program kembaran, terutama perguruan tinggi luar
negri agar diakui dima saja
3). program gelar ganda, yng dilakukan oleh luar dan
dalam negeri
4). program credit transfer system, pengakuan bersama
222
kredit mata kuliah tertentu antara perguruan tinggi yang
telah melakukan kerhjasama
5). kerjasama penelitian,
6). kerjasama tukar menukar staff pengajar
7). kerjasama pemanfaatan sumberdaya dalam kegiatan
akademik
8). kerjasama penerbitan karya ilmiah
9). kerjasama dalam pemberian beasiswa dan pemberian
kesempatan magang
e. tujuan kerjasama harus jelas
perumusan kerjasama langkah awal yang sangat
menentukan perjalanan kejasama selanjutnya
f. kemampuan kerjasama mita bervariasi
kemampuan yang berbeda dan saling melengkapi baik
dalam keterampilan,penetahuan, teknologi dan sumberdaya
akan menguntungkan kerjasama
g. penggunaan dana harus efektif
penggunaan dana kerjasama harus efektif, adil dan
seimbang sesui dengan tujuan kerjasama
h. kompetensi pihak yang bekerjasama harus dipaparkan dengan
jelas
i. kerangka masalah dalam kerjasama harus jelas, denga adanya
kejelasan kerangka dalam perjanjian maka masalah yang
terjadi akan mudah terselesaikan dan dapat dengan mudah
dievaluasi
j. rentang waktu kerjasama harus pasti
k. pemilihan mitra kerjasama harus dipertimbangan dengan baik
bagi perguruan tinggi yang mendapat kesempatan untuk melakukan
kerjasama harus mengkuti prakualifikasi sebelum kerjasama
disepakati, dan perguruan tinggi harus menyiapkan surat penawaran
yang berisi
a. doumen administarasi
butir-butir ; surat penawaran, syrat kesanggupan melaksanakan
pekerjaan, surat kuasa yang ditanda tangani, kartu NPWP, dst
b. dokumen usulan teknis
butir-butir : latar belakang kerjasama dilakukan, penetapan
tujuan dan sasaran, skema dan alur pemikiran yang logis dalam
penyelesaian masalah, rencana kerja serta tahap, daftar tenaga
kerja yang terlibat, riwayat hidup personal yang terlibat, daftar
peralatan dan fasilitas yag digunakan
c. dokumen usulan biaya
butir-butir : beban biaya personal dan upah dasar, biaya
pemakaian alat dan bahan habis pakai, analisa harga satuan
apabila persyaratan telah dilengkapi dan penandatangan
perjanjian kerjasama akan dilakukan maka dalam pembuatan
naskah kesepahaman ( MOU ) beberapa hal merupak kisi-kisi yang
223
diperhatiakan
a. judul naskah
b. nomor naskah
c. nama lembaga
d. pernyataan kesepahaman
e. masa berlaku
f. keterangan tentang jumlah naskah
g. waktu dan tempat pelaksanaan penandatanganan naskah
h. penutup
15.3 Mekanisme pemenuhan standar kerjasama
pemenuhan standar mutu kerjasama berarti standar atau kerangka
acuan kerja telah ditetapkan dan disepakati yang dijadikan acuan.
Dalam pelaksanaany, langkah-langkah implementasi kerjasama perlu
dibut secara rinci dan diperlukan tindakan tambahan sekiranya ada
beberapa hal yang yang harus dilakukan koreksi.
15.4 Mekanisme pengendalian standar kerjasama
pengendalian merupaka tindakan manajemen agar standar yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Langkah berikutnya meningkatkan
standar baru yang lebih tinggi dan baik.dengan demikian kualitas
kerjasama dari waktu ke waktu akan lebih baik. Beberapa hal yang
harus diperhatikan
a. serangkaian kegiatan yang menilai secara objektif pelaksanaan
kerja sama
b. kegiatan membandingkan kerjasama yang telah dilakukan dan
yang belum dilakukan
c. kegiatan mencari kesesuaian tujuan dan rancangan serta
standar kerjasama dan pelaksanaan kerjasama yang telah
dilakukan
dalam pengendalian standar kerjasama, setelah diadakan penilaian
baik tidaknya kinerja kerjasama atau sesuai tidaknya dengan standar
mutu yang telah ditetapkan maka dapat diketaui dengan jelas kendala
yang terjadi atau mungkin penyimpangan pelaksanaan kerjasama
semuanya perlu didokumentasikan.
Dengan prinsip perbaikan terus menerus maka pelaksanaan
kerjasama dapat diperbaiki sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
atau jika kendala besar perlu dlakukan peninjauan kembali kontrak
kerjasama yang dilakukan untuk dilakukan perbaikan bahkan
pemberhentian kerjasama apabial memeng tidak bisa dilanjutkan lagi
dengan sebaiknya.
224
BAB XVI
PENGOLOLAAN
16.1 Pendahuluan
16.1.1 Proses Utama Pendidikan Tinggi
STIKes Mitra Bunda Persada Batam merupakan lembaga
yang memiliki fungsi dan kompetensi dalam menjalankan
dan mengembangkan proses pendidikan tinggi, mengkaji dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta
menerapkan keunggulan iptek tersebut untuk kemanfaatan
bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan. Disamping
melaksanakan fungsi tersebut di atas, STIKes Mitra Bunda
Persada Batam juga menjadi salah satu pilar dalam upaya
menegakkan demokrasi, menjaga nilai-nilai moral dan
kemanusiaan, serta menjunjung tinggi rasa keadilan bagi
masyarakat.
Peran STIKES Mitra Bunda Persada Batam yang demikian
penting tersebut harus didukung dengan upaya-upaya untuk
selalu meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, tata kelola
baik, akuntabilitas, pencitraan publik, serta menjaga
pemerataan dan perluasan akses atas layanan pendidikan
tinggi bagi masyarakat. Layanan akademik lembaga pendidikan
tinggi dicakup dalam istilah tridarma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. Dengan
memperhatikan karakter pendidikan tinggi dan tuntutan
masyarakat atas peran strategis STIKes Mitra Bunda Persada
Batam, maka proses utama pendidikan tinggi dapat
ditunjukkan dengan diagram sebagai berikut :
Gambar 8.1. Proses Utama Pendidikan Tinggi
Untuk melaksanakan tridarma STIKes Mitra Bunda
Persada Batam diperlukan serangkaian input yang mencakup
kurikulum, mahasiswa, tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, fasilitas fisik, informasi, dan keuangan. Output
kegiatan tridarma adalah lulusan, karya penelitian, dan karya
225
pengabdian kepada masyarakat. Penggunaan outp ut kegiatan
tridarma adalah kalangan pemerintah maupun swasta.
Untuk mengelola keseluruhan proses dan berbagai faktor
input dan ouput diperlukan suatu manajemen kelembagaan
yang tepat. Ada suatu keyakinan bahwa semakin baik output
suatu STIKes Mitra Bunda Persada Batam, maka penghargaan
masyarakat terhadap STIKes Mitra Bunda Persada Batam
tersebut akan semakin baik dan berdampak pada input yang
semakin baik pula.
16.1.2 Manajemen Kelembagaan
Manajemen merupakan langkah dinamis dan sistematis
menuju pencapaian tujuan dengan menggunakan dukungan
sumber daya yang tersedia sumberdaya manusia, bahan,
peralatan, metode kerja, modal, dan potensi besar). Kegiatan
manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pemantauan, dan evaluasi. Tujuan dalam manajemen
pendidikan tinggi memiliki target yang bergerak (moving target)
yang ditetapkan dengan melihat tuntutan kebutuhan internal
dan eksternal serta kesiapan sumber raya yang dimiliki.
Sehubungan dengan hal itu, pengembangan manajemen perlu
disertai dengan upaya penguatan terus-menerus sumberdaya yang
dimiliki sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan secara
berkelanjutan.
Gambar 8.2. Prinsip Dasar Manajemen
Manajemen kelembagaan diharapkan dapat menghasilkan
layanan tridarma STIKes Mitra Bunda Persada Batam yang
terwadahi oleh organisasi formal yang memiliki kekuatan
hukum. Dengan cara demikian diharapkan masyarakat dapat
memperoleh layanan pendidikan tinggi secara berkelanjutan
dengan rasa aman dan kepercayaan tinggi. Selanjutnya
dalam kerangka hukum formal berbagai bentuk kesepakatan
GOAL
RESOURCES
MAN MATERIAL METHOD MARKET MACHINERY MONEY
SCOOPE OF MANAGEMENT
PLANNING DIRECTING CONTROLLING EVALUATING
226
antar pihak perlu dituangkan dalam perjanjian yang bersifat
tertulis sehingga mempunyai kekuatan hukum formal.
16.1.3 Dasar Hukum dan Kebijakan Tentang Manajemen
Kelembagaan
Prinsip manajemen kelembagaan pendidikan tinggi diatur
dalam UU No.20/Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional (sisdiknas) :
Pasal 51 ayat 2 :
“Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan
berdasarkan atas prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu
dan evaluasi yang transparan ".
Sesuai prinsip otonomi dan akuntabilitas tersebut setiap
STIKES Mitra Bunda Persada Batam diharapkan dapat
merumuskan visi dan misi yang diemban, proses utama
pendidikan yang diselenggarakan, dan wadah
kelembagaannya.
- Rencana Strategis pendidikan Nasional 2007 - 2025
Pilar pertama : pemerataan dan perluasan Akses
Pilar kedua : peningkatan mutu. Relevansi, dan Daya Saing
PilarKetiga : penguatan Tata Kerola, Akuntabilitas, dan
pencitraan publik
- Higher Education LongTerm Strategy (HELTS) 2003 - 2010
Pokok Pikiran pertama : Nation Competitiveness
Pokok Pikiran Kedua : University Autonomy
Pokok Pikiran Ketiga : Organizational Health
Pokok pikiran ketiga dalam HELTS 2003 - 2010 tersebut
menetapkan organization Health dengan beberapa point penting
antara lain : University Governance, capacity Building,
Hurnan Resources, Financial performance, dan Quality
Assurance sebagai pikiran dasar tentang manajemen
kelembagaan di STIKES Mitra Bunda Persada Batam.
16.2 Mekanisme Penetapan Standar Pengelolaan
Standar disusun dengan rnemperhatikan proses utama pendidikan
tinggi, prinsip – prinsip manajemen kelembagaan dan peraturan-
peraturan yang berlaku serta kebijakan manajemen STIKES Mitra
Bunda Persada Batam.
16.2.1 Penetapan Visi, Misi, Strategi dan Program Yang Jelas
Dalam mendirikan STIKes Mitra Bunda Persada Batam para
pendiri yang dapat berasal dari pemerintah maupun masyarakat tentu
memiliki alasan dan maksud yang kuat. Perumusan alasan dan maksud
tersebut perlu dituangkan ke dalam visi, misi, nilai – nilai dan
strategi pengembangan STIKes Mitra Bunda Persada Batam.
227
Dokumen-dokumen yang memuat pokok pemikiran dasar
manajemen kelembagaan adalah STATUTA bagi Stikes Mitra Bunda
Persada Batam serta Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran.Rumah
Tangga (ART) bagi STIKES Mitra Bunda Persada Batam Konsep
dasar pendirian STIKes Mitra Bunda Persada Batam selanjutnya
perlu dijabarkan kedalam dokumen Rencana Strategis (Renstra)
dan dijabarkan lebih lanjut pada tataran operasional ke dalam
dokumen Rencana Operasional (Renop) yang memuat sasaran-
sasaran baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kedua
dokumen itu menjadi dasar pelaksanaan program kerja oleh para
pimpinan dan seluruh stakeholder Stikes Mitra Bunda Persada
Batam.
16.2.2 Penetapan Mekanisme Kepemimpinan Yang Efektif
STIKes Mitra Bunda Persada Batam harus memiliki mekanisme
kepemimpinan untuk melaksanakan ketentuan – ketentuan yang
ditetapkan dalam dokumen statuta, renstra, dan renop tersebut.
Pemimpin STIKES Mitra Bunda Persada Batam dipilih melalui suatu
mekanisme yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
Mekanisme kepemimpinan harus diselenggarakan secara
transparan dengan melibatkan sivitas akademika STIKes Mitra Bunda
Persada Batam. Penetapan pimpinan STIKes Mitra Bunda Persada
Batam akan diikuti oleh penetapan pimpinan lembaga/unit lain di
lingkungan STIKes Mitra Bunda Persada Batam. Mekanisme
penetapan kepemimpinan tersebut menjadi dasar legitimasi seorang
pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh
sumber daya yang dimiliki STIKES Mitra Bunda Persada Batam
dalam menjalankan strategi dan program untuk mencapai visi, misi,
tujuan, dan sasaran.
16.2.3 Pembentukan Kelembagaan Yang Efektif dan Efisien
Untuk melaksanakan statuta, renstra dan renop diperlukan
lembaga – lembaga atau unit – unit dengan tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang saling mendukung dan melengkapi. Besar atau
kecilnya lembaga/unit disesuaikan dengan tupoksi dan pertimbangan
efisiensi serta efektifitas kinerja lembaga/unit tersebut. Bentuk
lembaga/unit tersebut harus mempertimbangkan hubungan kerja
vertikal ke atas dan ke bawah dan hubungan horisontal dengan
lembaga di sampingnya untuk menjaga fungsi koordinasi dan
komunikasi antar lembaga di dalam maupun di luar organisasi.
Pembentukan kelembagaan harus didasarkan pada suatu
bentuk keputusan yang berkekuatan hukum formal dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berada di
atasnya, misal: Undang – Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Dirjen, dll.
Gambaran umum tentang peran masing-masing tupoksi dan
228
kelembagaan dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi
dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar.8.3 Manejemen Kelembagaan Pendidikan Tinggi
A) Manajemen Akademik
Unsur utama manajemen akademik yaitu perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, layanan sarana
penunjang proses pembelajaran, dan penjaminan mutu proses
pembelajaran. Proses utama manajemen akademik meriputi :
seleksi calon mahasiswa baru, pendaftaran, pembayaran SPP dan
pengisian KRS, pembelajaran di kelas dan di luar kelas
(laboratorium, workshop, studio dan perpustakaan) serta
berbagai kegiatan penunjang kemahasiswaan seperti : kegiatan
minat dan bakat, penalaran dan kesejahteraan mahasiwa.
Keseluruhan proses ini disusun dan dievaluasi dalam kerangka
acuan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi. Pengembangan
manajemen akademik tersebut akan semakin kompleks dengan
banyaknya jumlah mahasiswa yang tercatat dalam STIKES
Mitra Bunda Persada Batam, sehingga sistem administrasi perlu
dilaksanakan dengan rapih dan didukung dengan sistem
informasi yang memadai. Kebijakan manajemen akademik
ditetapkan oleh pimpinan STIKES Mitra Bunda Persada Batam
dan operasionarisasinya dilaksanakan oleh beberapa lembaga/unit
yang relevan seperti : Biro Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan (BAAK), Kepala Bagian Akademik, Pusat
Penjaminan mutu (PPM), pusat pengkajian dan Pengembangan
Akitifitas Instruksional (P3AT), dan berbagai Unit Pelaksana
SUMBER DAYA
MANAJEMEN AKADEMIK
MANAJEMEN
KEMAHASISWAAN
MANAJEMEN
KEMAHASISWAAN
MANAJEMEN
FASILITAS/INFRASTRUKT
UR
MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
MANAJEMEN KEUANGAN
MANAJEMEN SISTEM
INFORMASI
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
VISI/
MISI
MEKANISME
KEPEMIMPINAN
STRATEGI/P
ROGRAM
LEMBAGA
PELAKSANA
KOORDINASI/MO
NITORING
PENJAMINAN
MUTU
INTERNAL
AUDIT
SUMBER DAYA
PROSES PENDIDIKAN
PROSES PENELITIAN
PROSES PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT
TRI DHARMA
PERGURUAN
TINGGI
229
Teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan akademik (seperti:
UPT Multi Media, UPT Perpustakaan, UPT Pusat Komputer,
UPT penerbita, dil).
B) Manajemen Kemahasiswaan
STIKes Mitra Bunda Persada Batam perlu mengembangkan
berbagai layanan yang melengkapi kegiatan mahasiswa selain
proses – proses pembelajaran di kelas dan laboratorium.
Kegiatan kemahasiswaan antara lain terdiri atas : pengembangan
minat dan bakat, pengembangan kegiatan penalaran dan
pengembangan fasilitas kesejahteraan untuk mahasiswa.
Kegiatan – kegiatan tersebut perlu didukung dengan
berbagai fasilitas penunjang dan organisasi yang mengelolanya.
Fasilitas tersebut dapat berupa: asrama mahasiswa, fasilitas
olahraga, kantin, berbagai toko yang menyediakan kebutuhan
mahasiswa, sarana kesehatan dll. organisasi pengelola fasilitas
tersebut perlu dibentuk khusus dan dalam melaksanakan
tugasnya harus berupaya untuk dapat menampung berbagai
aspirasi mahasisara yang sangat beragam.
Manajemen kemahasiswaan tersebut secara kebijakan di
bawah pimpinan universitas dan secara operasional dilaksanakan
oleh beberapa lembaga yang relevan seperti : Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kepala
Bagian Kemahasiswaan, dan berbagai Unit pelaksana Teknis
(UPT) untuk penunjang kegiatan kemahasiswaan (seperti: UPT
Asrama, UPT Fasilitas Olah raga, UPT Medical Centre, UPT SAC
dit).
C) Manajemen Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Salah satu keluaran STIKES Mitra Bunda Persada Batam
adalah karya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Karya tersebut merupakan hasil dari proses penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga
pendidik dan kependidikan beserta mahasiswa, sebagai respon
atas kebutuhan yang berkembang dimasyarakat dan tuntutan untuk
SelaIu mengembangkan iptek, Kegiatan tersebut memerlukan
dukungan sumber daya STIKES Mitra Bunda Persada Batam
yang harus dikelola secara profesional. Manajemen penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat tersebut Secara kebijakan
di bawah pimpinan STIKES Mitra Bunda Persada Batam dan
secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang
relevan seperti : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat dan berbagai unit untuk penunjang kegiatan
penelitian danpengabdian kepada masyarakat (seperti ; UPT
Laboratorium Terpadu, Laboratorium ditingkat jurusan, dll).
230
D) Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi maka
diperlukan sejumlah fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang
meliputi : ruang kelas, laboratorium, studio, workshop,
perpustakaan, ruang dosen dan administrasi dan berbagai
penunjang lainnya, seperti : asrama, fasilitas olah rag, kantin,
dll. Fasilitas dan infra struktur tersebut perlu dikelola dengan
baik, dengan beberapa tahap pelaksanaan seperti : proses
pengadaan, inventarisasi operasi dan pemeliharaan, perbaikan,
penghapusan (bila telah rusak berat) serta administrasi
pembukuan yang rapih agar dapat diketahui nilai aset yang
dimiliki Pada setiap saat. Manajemen fasilitas dan infrastruktur
secara kebijakan di bawah pimpinan universitas dan secara
operasional dikelola oleh Biro Administrasi umurn dan
Kepegawaian, dan ditingkat fakultas dibawah Kepala Bagian Tata
Usaha Fakultas dan di tingkat unit dibantu oleh Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pemeliharaan, UPT. Asrama, UPT Fasum dll'
E) Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka
sumber daya manusia yang meliputi tenaga pendidik dan
kependidikan merupakan faktor yang penting. Manajemen sumber
daya manusia meliputi tahapan : rekrutmen tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan baru, penempatanpada tugas dan jabatan
yang sesuai, penyusunan jenjang karir, pelatihan dan penguatan
kapasitas diri, penegakan disiplin dan pemberian penghargaan
serta persiapan pensiun. Pengembangan sumber daya manusia
tersebut perlu didukung oleh sistem administrasi yang rapi
yang memungkinkan semua pihak untuk memperoleh akses
informasi yang terkait dengan rencana pengembangan karir
masing-masing. Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut
secara kebijakan di bawah pimpinan perguruan tinggi dan
secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang
relevan seperti: Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian,
Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas, serta berbagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan
sumberdaya manusia (seperti:UPT Medical Centre, Koperasi
Pegawai, dll).
F) Manajemen Keuangan
Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka
pembiayaan menjadi faktor kunci yang sangat menentukan
keberhasilan program dan layanan kepada masyarakat.
Kemampuan untuk merencanakan potensi penerimaan dan
rencana pengeluaran yang berimbang dapat mendorong
dinamika lembaga dan pertumbuhan menuju pencapaian visi
231
dan misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam. Manajemen
keuangan lersebut perlu didukung oleh kerapihan administrasi
khususnya terkait dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku serta akuntabililas publik
yang dituntut masyarakat.
Manajemen keuangan tersebut secara kebijakan di bawah
tanggung jawab pimpinan STIKes Mitra Bunda Persada Batam
dan secara operasional dikelola oleh Biro Administrasi Umum
dan Kepegawalan, Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas dan
unsur pelaksana di tingkat jurusan.
G) Manajemen Sinstem Informasi
Sebagai konsekuensi dari suatu lembaga pendidikan tinggi
yang memberikan layanan kepada ribuan mahasiwa, jumlah
tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak sedikit,
banyaknya fasilitas dan infrastruktur serta jumlah uang yang
beredar cukup besar, maka manajemen sistem informasi menjadi
suatu keharusan, Manajemen sistem informasi ini meliputi :
penyediaan sarana dan prasarana sistem informasi dan
backbone jaringan telekomunikasi yang memungkinkan
informasi proses Utama pendidikan tinggi tersebut dapat diakses
dengan cepat, akurat dan terpercaya. Model sistem informasi
tersebut luga harus memberikan jaminan bahwa layanan
informasi kepada masyarakat tidak terhenti karena kerusakan
jaringan telekomunikasi ataupun kesalahan dalam perangkat lunak
sistem informasi Manajemen sistem informasi secara kebijakan di
bawah pimpinan STIKes Mitra Bunda Persada Batam dan
secara operasional dilaksanakan oleh UPT Pusat Komputer tiap
unit pelaksatra akademik seyogyanya menriliki unsur pelaksana
sistem informasi.
H) Penempatan Personel Yang Tepat
Dengan terbentuknya suatu lembaga yang mampu
menjabarkan visi' misi' strategi dalam tataran rencana strategis dan
operasional' maka tahap selanjutnya adalah perlunya untuk
mencari personel dengan kualifikasi yang tepat pada setiap
posisi jabatan untuk menjalankan roda organisasi. Pemilihan
personel tersebutd apat dilakukan melalui serangkaian tahap
seleksi yang terdiri atas: (1)seleksi administrasi berupa rekam
jejak kualifikasi pendidikan dan pengalaman' (2) seleksi
kompetensi dan kesesuaian teknis dengan jabatan yang
ditawarkan, dan (3) seleksi sikap dan attitude dalam bentuk
model wawan cara dan psikotes untuk kepatutan dan kePantasan.
232
16.3 Mekanisme Pemenuhan Standar Pengelolaan
Untuk melaksanakan manajemen kelembagaan tersebut diatas
diperlukan beberapa langkah utama sebagai berikut :
A. Pemenuhan Visi, Misi, Strategi dan Program
Untuk mencapai manajemen kelembagaan yang baik, pada
tahap awal diperlukan kejelasan visi dan misi dengan
memperhatikan aspirasi seluruh stakeholders STIKes Mitra
Bunda Persada Batam. visi dan misi lersebut menjadi tujuan dan
sasaran pengembangan ke depan dan memberikan gambaran atas
bagaimana bentuk ideal STIKes Mitra Bunda Persada Batam
dimasa yang akan datang.
B. Pemenuhan Mekanisme Kepemimpinan
Peran kepemimpinan menjadi sangat penting dalam
menerjemahkan visi dan misi tersebut dalam bentuk suatu
program kerja yang konkret, realistis, dan mampu dicapai oleh
perangkat kelembagaan yang ada. Seorang pemimpin juga
diharapkan mampu mernbangun motivasi kerja dan lingkungan
kerja yang dinamis agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan
dengan suasana kerja yang kondusif.
C. Penguatan Kelembagaan
Setelah suatu lembaga dibentuk sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) dan visi/misi STIKes Mitra Bunda
Persada Batam, maka perangkat kelembagaan tersebut perlu
dilengkapi dengan beberapa instrumen organisasi seperti :
b. Penetapan dasar hukum/aturan dan perundangan yang
ditetapkan pemerintah dan dokumen-dokumen acuan kerja
yang sah, seperti Statuta, Renstra, Renop,
d. Penetapan deskripsi jabatan dan spesifikasi/ kuatifikasi
jabatan yang dapat pelaksanakan tupoksi tersebur.
penetapan ini dapat dirangkum dalam ketentuan
Organisasidan Tata Kerja (OTK).
e. Penetapan standar operasi dan prosedur (SOP) baik
internal kelembagaan maupun antar lembaga dengan sasaran
utama memberikan layanan yang efisien dan efeklif.
f. Pembakuan mekanisme kerja kelembagaan dan
mengupayakan suatu proses seitifikasi ekstemal yang dapat
memberikan pengakuan bahwa lembaga tersebut telah
mampu bekerja dan berkinerja yang optimal.
D. Pelatihan dan Sosialisasi
Untuk membangun suatu manajemen kelembagaan yang kuat
maka program pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakaan
Secara terus menerus mutlak diperlukan. Sasaran program ini
antara lain untuk membangun kesadaran stakeholders internal
untuk mencapai visi dan misi STIKes Mitra Bunda Persada
Batam, membangun kesadaran untuk mengikuti sistem dan
mekanisme yang telahditetapkan, membangunkesadaran atas peran
233
masing – masing jabatan daIam organisasi, serta membangun
kesadaran atas perlunya team-work dan komitmen bersama untuk
mencapai visi dan misi tersebut.
Program pelatihan dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan
Secara berjenjang, sebagai berikut.:
a. Tahap rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan baru,
yang merupakan tahap pengenalan organisasi dan
pendekatan terhadap Suasana kerja baru dan
sistem/mekanis medalam organisasi.
b. Tahap sebelum menduduki jabatan baru, yang merupakan
tahap pembekalan pada setiap pejabat yang akan mulai
bertugas terkait dengan tupoksi masing – masing jabatan
dan bagaimana harapan dari pimpinan Stikes Mitra Bunda
Persada Batam terhadap kinerja masing - masing jabatan
tersebut.
c. Tahap pembentukan dan penguatan lembaga baru
merupakan tahap pembekalan kepada pejabat lama / baru
terhadap perubahan / perluasan / penguatan tupoksi suatu
jabatan tertentu terkait dengan perkembangan ke butuhan
dan tuntutan masyarakat
E. Penguatan Suasana Kerja
Pada tahap implementasi suatu pelaksanaan manajemen
kelembagaan yang baik dapat menghasilkan suasana kerja yang
kondusif yang melibatkan selu ru h stake holders yang terkait
dengan pelaksanaan tugas kelembagaan serta secara dinamis
mengikuti perkembangan dan tuntutan masyarakat sebagai
pengguna layanan. Keterlibatan setiap anggota organisasi dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program dapat menghasilkan rasa ikut memiliki dan bertanggung
jawab atas keberhasilan pelaksanaan program kerja.
Peguruan tinggi memiliki tanggung jawab terhadap
masyarakat secara luas dan pemerintah. Membangun kepatuhan
tehadap peraturan dan perundangan yang menjadi dasar hukum
dalam proses pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan.
Manajemen kelembagaan yang baik tetap mempunyai tanggung
jawab terhadap peraturan perundangan yang berlaku dengan
mendorong perilaku kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk
kesadaran internal yang mengakar pada setiap individu dan
organisasi.
16.4 Mekanisme Pengendalian Standar Pengelolaan
Proses pengawasan dalam pelaksanaan program kerja di suatu
kelembagaan pendidikan tinggi terbagi menjadi 3 (tiga) proses utama,
yaitu: pengawasan secara internal, pengawasan secara eksternal, dan
akuntabilitas publik.
A. Pengawasan Internal
234
Pengawasan internal dilaksanakan oleh suatu unit
independen di bawah pimpinan STIKes Mitra Bunda Persada
Batam yang di beberapa STIKes Mitra Bunda Persada Batam
sering disebut sebagai lnternal Audit (lA) atau Satuan Audit
lnternal (SAl) atau Satuan Pengawas lnternal (SPl). Fungsi
utama unit ini adalah untuk mendampingi semua unit di
lingkungan STIKes Mitra Bunda Persada Batam dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
visi dan misi STIKes Mitra Bunda Persada Batam serta
ketentuan yang berlaku.
Ruang lingkup tugas unit audit internal ini dimulai pada
saat penyusunan rencana kegiatan tahunan, pelaksanaan
pekerjaan, dan pelaporan hasil capaian program dalam satu kurun
waktu terteniu dengan butir-butir pengawasan sebagai berikut :
a. Hasil capaian kinerja suatu unit relatif terhadap perencanaan
yang telah disusun.
b. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
c. Kerapian manajemen dalam proses pengadaan barang dan
jasa.
d. Kerapian manajemen dalam pengelolaan keuangan
Keempat kerangka acuan tersebut dituangkan dalam
suatu borang pemeriksaan yang berisi keseluruhan informasi
yang terkait dengan dokumen perencanaan, proses
pelaksanaan dan hasil capaian pada kurun waktu tertentu.
Dokumen tersebut dikirimkan secara rutin kepada setiap untuk
diisi dan menjadi dasar dalam pemeriksaan lapangan.
Hasil pemeriksaan audit intemal tersebut dapat menjadi
dasar pertimbangan pimpinan universitas dalam menentukan
kebijakan perbaikan dan pengembangan program pada kurun
waktu berikutnya.
B. Pengawasan Eksternal
Pengawasaneksternal dilakukan oleh lnspektorat Jenderal,
BPKP dan BPK yang merupakan suatu instansi pengawasan
baik ditingkat departemen pemerintah maupun lembaga tinggi
negara Program pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga
tersebut merupakan suatu bentuk pengawasan, kinerja
organisasi, kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan
perundangan serta sebagai upaya pencegahan terhadap setiap
penyimpangan baik yang dilakukan instansi secara prosedural
maupun perseorangan yang berindikasi pada tindak pidana
korupsi Mekanisme kerja satuan pengawasan eksternal
ditetapkan oleh masing – masing instansi tersebut berdasar
peraturan perundangan yang terkait dengan mekanisme audit
instansi Pemerintah
235
C. Akuntabilitas Publik
Pada prinsip tata kelola dan akuntabilitas publik, maka
pengguna layanan diletakkan pada tempat tertinggi dalam
mernahami apa kebutuhan atas layanan pendidikan tinggi
yang baik. Tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction
lndex') menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan
sebuah program
BAB XVII
KEMAHASISWAAN
17.1 Pendahuluan
Mahasiswa adalah seluruh peserta didik yang terdaftar dan
belajar pada perguruan tinggi tertentu. Peserta didik menurut Undang
Undang No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
dir melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. Undang undang tentang system pendidikan
nasional tersebut mengamanatkan :
“Pendidikan Nasioanl berfungsi mengemnbangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Pembimbingan mahsiswa pada dasarnya merupakan
pembimbingan pembelajaran, agar potensi yang dimiliki mahasiswa
dapat membentuk kompetensi yang bergunadalam kehidupannnya.
Acuan adalah pasal 1 butir 1 Undang Undang tentang siistem
236
pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran, agar peserta idik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, ahklak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa dan Negara.
Yang dimaksud dengan kegiatan kemahasiswaan adalah kegiatan
kemahasiswaan yang bersifat kurikuler dan ekstrakurikuler, dengan
tujuan mendorong perubahan sikap mahasiswa menjadi dwasa
khususnya dibidang keilmuan, tingkah laku dan manajemen
hidup.Pembimbingan yang bersifat kurikuler dan ekstrakurikuler
antara lain diarahkan pada pembimbingan kecakapan hidup yang
meliputi kecakapan intelektual, keolahragaan, kesenian,
kepemimpinan, kewirausawan dsb.
17.2 Mekanisme Penetapan Standar
Semua kegiatan kemahsiswaan ini dilaksanakan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh setiap institusi dengan melakukan
benchmark.Untuk mengukur tingkat keberhasilan, setiap kegiatan
kemahasiswaan harus dapat dukuantifikasi dan dievalusi secara
prodik. Makin tinggi standar yang diguakan makin tinggi pula mutu
kegiatan kemahasisswaan yang dilakukan .
Sebelum mennetukan standar mutu terlebuh dahulu ditentukan
jenis jenis kegiatan yang dapat diselenggarakan.
A. Penetapan jenis kegiataan kemahasiswaan
Siswa Penetapan jenis kegiatan kemahasisiwaan mengacu
pada visi dan misi Perguruan Tinggi, yang kemudian
diturunkan menjadi visi dan misi dalam pembimbingan
kemahasisiwaan. Kegiatan kemahasiiswaan diharapkan
mampu meningkatkan kepekaan mahahasiswa terhadap
permasalhan kehidupan masyarakat, menganngkat nama PT,
melestarikan kekayaan budaya bagsa, dsb.
Kegiatan kemahasiswaan dikelompokkan sesuai
bidangnya sbb:
a. Bidang penalaran
b. Bidang minat, bakat dan kegemaran
c. Bidang organisasi
d. Bidang kesejahteraan dan bakti social
B. Target target kegiatan
Keberhasilan target kegiatan yang akan dicapai antara lain
dipengaruhi oleh pembimbing kemahasiswaan dan fasilitas
yang tersedia.
C. Pembimbing Kemahasiswaan
Pembimbing kemahasiswaan adlah Dosen atau tenaga
kependidikan di Perguruan Tinggi yang karena tugas atau
jabatannya ditetapkan meangani bidang kemahasiswaan.
237
Pembimbing kemahasiswaan adalah orang orang yang
memiliki kompetensi sesuai dengan bidang kegiatan yang yang
terdiri atas dosen pembimbing kegiatan kemahasiswaan, dosen
mata kuliah, dan pembimbing internal dari kalangan
mahasiswa (Badan Ekskutif Mahasiswa/ Himpunan atau
Keluarga Mahasiswa), yang dinilai memiliki kemapuan dan
kegiatan dalam suatu kegiatan teetentu. Ketua jurusan/
Bagian/Departemen dan Dosen mata kuliah juga perlu
memahami masalah kemahasiswaan, sehingga dapat
membantu pembimbing kemahasiswaan.
D. Fasilitas Kegiatan
Fasilitas kegiatan terdiri dari sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan kemahsiswaan untuk pengembangan
minat, bakat dan kegemaran, organisasi kesejahteraan dan
bakti social.
Penyediaan fasilitas untuk kemahasiswaan diarahkan
sedemikian rupa untuk dapat menunjang perwujudan Susana
akdemik yang kondusif.
E. Standar mutu Kegiatan
Standar mutu kegiatan ditentukan dengan mengacu kepada
sasarn yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan. Sebagai contoh,
praktek baik dibawah ini dapat dijadikan standar pada keempat
bidang kegiatan kemahasiswaan :
a. Bidang Penalaran
Dilaksanakan satu kali setahun didalam maupun diluar
kampus.
b. Bidang minat , bakat dan kegemaran
Seperti pramuka, resimen mahasiswa perkampus, pencinta
alam, korp sukarela palang merah, olahraga dan kesenian
c. Bidang organisasi
Mengikuti kegiatan organisasi yang bersifat kepanitiaan,
maupun kelembagaan, intra maupun ekstrakampus.
d. Bidang kesejahteraan dan bakti social
Kegiatan bakti social, didalam maupun diluar kampus.
17.3 Mekanisme Pemenuhan Standar
A. Standar cara Pembimbingan kemahasiswaan
Untuk menyelenggarak proses bimbingan dosen
pembimbing wajib mempunyai keterampilan yang diperoleh
melalui pelatihan khusus seperti pelatihan orientasi
pengembangan pembimbing kemahasiswaan (OPPEK),
Pelatihan pelatih orientasi pengembangan pembimbing
kemahassiwaan(PROPPEK), training for trainers bidang
penalaran, pelatihan pemandu latihan keterampilan,
manajemen mahasiwa (PPLKMM), diselenggarakan oleh
Dirjen Dikti maupun oleh Pt tersebut.
238
B. Standar kegiatan dan proses Pembimbingan
kemahasiswaan
Untuk melakukan kegiatan dibuatlah suatu peremncanaan,
pemenuhan kegiatan dilaksanakan berdasarkan perencanaan,
atau bersifat incidental, serta dudukung sarana dan prasarana
yang memadai.
Pembimbingan dapat berupa pelatihan jangka pendek
dengan target kompetensi yang spesifik. Standar kegiatan
ditetapkan secara realistis yang dapat memberikan informasi
tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjuthasil evaluasi (PDCA).
C. Standar fasilitas kegiatan
Standar fasilitas untuk mencapai standar kegiatan
kemahasiswaan yang baik dapat disesuaikan dengan
kondisidan potensi masing masing PT. Kelengkapan dan
kualitas fasilitas yang disediakan hendaknya selalu
ditingkatkan, sehingga jenis kegiatan yang diprogramkan dapat
ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.
9.1 Manajemen Pengendalian Standar
Manajemen pengendalian standar merupakan tahap evaluasi
dari penetapan dan pemenuhan standar. Keberhasilannya ditunjukkan
antara lain :
a. Prilaku mahasiswa
Semakin positif dan terus termotivasi untuk belajar melalui
organisasi maupun bekerja dalam tim, memiliki jiwa
kepemimpinan, sportif, menghmati norma dan etika yang berlaku
dimasayarakat yang secara keseluruhan mendorong mahasiswa
untuk selalu kreatif dan berprestasi.
b. IPK mahasiswa
Kegiatan kemahasiswaamn yang diikuti mahasiswa harus
meningkatkan semangat belajar, sehingga positif mempengaruhi
prestasi akademis (IPK)
c. Pembimbing
Para pembimbing harus selalu mencari peluang untuk
meningkatkan kegiatan kemahassiwaan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif di tingkat local, nasional, regional, maupun
internasional.
d. Institusi
Tersedianya berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan
kemahasiswaan sperti saran olahraga, kesenian, kelompok belajar,
atau kegiatan lain, sejalan dengan skala prioritas yang tercantum
dalam visi dan misi PT.
Mekanisme pengendalian lazim dikenal dengan manajemen
mutu sebagai langkah PDCA(plan, Do, Check, Action). Contoh :
a. Keikutsertaan mahaiwa dalam kegiatan kemahasiswaan
239
b. Kehadiran dosen dalam proses bimbingan
c. Persentase dosen yang mengikuti pelatihan OPPK
d. Peningkatan jumlah atau jenis kegiatan ko-kurikuler dan
ekstrakurikuler.
BAB XVIII
SUASANA AKADEMIK
18.1 Pendahuluan
Proses pendidikan adalah sebuah proses transformasi-produktif
yang intinya untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, berkualitas
dan mampu memenuhi kepuasan dari mereka (user) yang akan
memanfaatkannyasebagai sumber daya produksi aktif di industri
ataupun lapangan kerja yang lain.
Suasana akademik, seperti halnya komponen-komponen masukan
dan proses lainnya, merupakan salah satu komponen yang akan
memberi pengaruh signifikan di dalam menghasilkan kualitas keluaran
(lulusan, dll). Suasana akademik merupakan komponen evaluasi diri
yang harus selalu di perbaiki dan ditingkatkan secara sistematis,
berkelanjutan serta dipergunakan sebagai salah satu komponen
penjamin mutu. Suasana Akademik (academic atmosphere) merupakan
kondisi yang harus diciptakan untuk membuat proses pembelajaran di
perguruan tinggi berjalan sesuai visi, misi, dan tujuannya. Dalam
lingkungan pendidikan tinggi, suasana akademik menciptakan iklim
yang kondusif bagi kegiatan akademik, seperti interaksi antara dosen
dan mahasiswa, interaksi antarmahasiswa, maupun interaksi antardosen,
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan Perguruan Tinggi. Suasana akademik bukan komponen fi sik
240
yang memiliki dimensi yang bisa diukur dengan suatu tolok ukur yang
jelas, namun suasana akademik yang berkualitas akan mampu dikenali
dan dirasakan. Suasana akademik yang kondusif akan menghasilkan
proses pembelajaran (transformasiproduktif) yang berkualitas. Untuk
memberikan gambaran tentang suasana akademik yang kondusif, maka
langkah praktis yang bisa dilakukan adalah dengan melihat dan
melakukan evaluasi terhadap komponen-komponen pendukungnya.
Metode pendekatan bisa terfokus pada berbagai hal seperti interaksi
akademik, kegiatan akademik, akses terhadap sumber belajar,
kecukupan dan ketepatan sumber belajar, keikutsertaan mahasiswa
dalam aktivitas kurikuler (termasuk penelitian) maupun ko-kurikuler
dan ekstrakurikuler, dan lain-lain. Proses tersebut akan melibatkan
semua sumber daya pendidikan (dosen, fasilitas/sarana prasarana,
laboratorium, perpustakaan, organisasi manajemen dan kurikulum) yang
mampu memberikan kontribusi dukungan untuk kelancaran proses
pembelajaran
Gambar 18.1 Proses Transformasi-Produktif di Perguruan Tingg
Masukan Lingkungan
Visi dan Misi Sasaran dan Tujuan
PROSES Tata Pamong (Governance)
Pengelolaan Program Proses Pembelajaran SUASANA AKADEMIK
Penelitian Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat
Masukan (Mahasiswa)
Keluaran
(Lulusan, dll)
Masukan Instrumental
Dosen dan Tenaga Pendukung Sarana dan Prasarana
Kurikulum, Biaya dan Sumber Daya
Sistem Informasi & Kendali Mutu
241
18.2 Landasan Hukum Standar Suasana Akademik
1. Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkunganbelajar.
2. Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Pasal 60 butir b Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen: tugas keprofesionalan dosen adalah
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan (SNP) menjelaskan:
a) Pasal 19 ayat (1)
Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat
minat dan perkembangan fi sik serta psikologi peserta didik
b) Pasal 19 ayat (3)
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan,
pelaksanaan, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Statuta STIKes Mitra Bunda Persada Batam tentang mahasiswa dan
alumni.
4. Rencana strategis (Renstra) STIKes Mitra Bunda Persada Batam
5. Kebijakan Mutu STIKes Mitra Bunda Persada Batam
18.3 Luas Lingkup Standar Suasana Akademik
Suasana akademik yang kondusif akan tercermin dari proses
pembelajaran yang berlangsung dalam sebuah suasana ”feeling at
home”. Proses tersebut akan melibatkan semua sumber daya pendidikan
(dosen, fasilitas/ sarana prasarana, laboratorium, perpustakaan,
organisasi manajemen dan kurikulum) dan mahasiswa yang mampu
memberikan kontribusi dukungan untuk kelancaran proses
pembelajaran. Untuk mencapai hal itu maka perlu ditetapkan Standar
Suasana Akademik.
242
18.4 Mekanisme Penetapan Standar Susana Akademik
Seberapa jauh suasana akademik sudah berhasil mencapai tingkat
kualitas yang diidealkan, maka hal tersebut bias diukur dengan bias
diwujudkannya budaya akademik yang mengedepankan nilai-nilai dan
etika akademik dari seluruh sivitas akademik PT. milai –nilai standar
etika tersebut adalah sbb :
A. Standar Etika Akademik
Istilah etik dan moral metupakan istilah-istilah yang
memiliki konotasi yang sama yaitu sebuah pengertian tentang
salah dan benaratau buruk dan baik. Sementara itu banyak orang
menaruh harapan terhadap lembaga pendidikan agar tidak hanya
memberi bekal pengetahuan (knowledge), ataupun keterampilan
(skill) saja kepada anak didik, melainkan juga pemahaman dan
pembentukan soft skill seperti watak, sikap dan perilaku
(attitude) di dalam kehidupan sehari-hari.
Tiga aspek tersebut akhirnya akan menjadi dasar
pembentukan dan penilaian terhadap kompetensi seseorang
sebagai hasil dari sebuah proses pendidikan seperti yang di
tunjukan dalam gambar di bawah ini
Sikap/Mental (Attitude) Etika, Moral, Integritas,
Tanggung Jawab
Liability dan
Accountability
Pengetahuan (Knowledge) Specific Technical
Issues
Hukum & UU
Lingkungan
Sosial, Ekonomi dan
Budaya
Keterampilan (Skill) Keterampilan Teknis
Komunikasi
Interpersonal Skill
Sadar Kualitas
Organisasi, Bisnis, Manajemen, dan
Kepemimpinan.
Sebagai contoh mekanisme penetapan standar suasana
akademik dapat dikemukakan beberapa standar etika akademik,
direpresentasikan sebagai etika
dosen dan etika mahasiswa, yang akan memberikan
jaminan mutu proses interaksi dosen-mahasiswa dan suasana
akademik yang kondusif sbb :
a. Etika Dosen
Dosen adalah sebuah pilihan profesi mulia dan
secara sadar diambil oleh seseorang yang ingin terlibat
dalam proses mencerdaskan bangsa. Untuk itu dosen wajib
untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan
kualitasnya dalam rangka melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi secara berkelanjutan dan bertanggung
jawab. Berkaitan dengan hal-hal tersebut seorang dosen
harus mematuhi beberapa etika akademik yang berlaku
bagi dosen pada saat melaksanakan kewajiban serta
tanggung jawabnya. Kalau perlu etika akademik (dosen)
ini dijabarka melalui peraturan atau kontrak kerja yang
mengikat, serta diikut dengan sanksi akademik maupun
kepegawaian bagi mereka yang melakukan pelanggaran.
b. Etika Mahasiswa
Seperti halnya dengan dosen, maka mahasiswa sebagai
salah satu unsur sivitas akademika yang merupakan obyek
dan sekaligus subyek dalam proses pembelajaran juga
perlu memiliki, memahami dan mengindahkan, etika
akademik khususnya pada saat mereka sedang berinteraksi
dengan dosen maupun sesama mahasiswa yang lain pada
saat mereka berada dalam lingkungan kampus. Mahasiswa
PT memiliki sejumlah hak, berbagai kewajiban dan
beberapa larangan (plus sanksi manakala dilanggar) selama
berada dilingkungan akademik.
B. Standar Budaya Akademik
Perguruan Tinggi adalah suatu lembaga yang sudah lama
dikenal orang, yang memiliki tradisi maupun budaya akademik
yang khas, unik, spesifik sampai ke eksklusif. Budaya akademik
adalah cara hidup dari masyarakat ilmiah yang beranekaragam,
majemuk, multicultural yang bernaung dalam sebuah institusi
yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan
obyektifitas. Budaya tersebut dibangun berdasarkan prinsip
244
keebasan berpikir, berpendapat dan mimbar akademik dalam
suasana akademik yang dinamis, terbuka serta ilmiah.
Hal yang disebut terkhir merupakan suatu standar untuk
menggambarkan suasana akademik yang kondusif, terutama
berkaitan dengan model interaksi dosen-mahasiswa di dalam
proses pembelajaran maupun penelitian. Suasana akademik
yang dibangun dengan prinsip ini jelas akan menghapuskan
doktrin in-loco parentis yang seringkali dijumpai dalam sebuah
komunitas tradisional dan tertutup. Doktrin ini menempatkan
dosen sebagai manusia superior yang tidak pernah salah, dan
memiliki otoritas kebenaran yang harus sepenuhnya di taati oleh
mahasiswa.
18.5 Mekanisme Pemenuhan Standar Suasana Akademik
Suasana akademik harus mampu diwujudkan, dipelihara, dan
ditingkatkan secara persuasif, dinamis, serta berkelanjutan dengan
memperbaiki segala kekurangan yang ada. Beberapa parameter seperti
sarana/prasarana akademik, mutu dan kuantitas interaksi kegiatan,
rancangan kegiatan, keterlibatan sivitas akademika dalam berbagai
kegiatan, dan pengembangan kepribadian ilmiah akan dijadikan sebagai
tolak ukur pemenuhan standar terwujudnya suasana akademik yang
diharapkan.
Dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif, fasilitas dan
berbagai sumber daya pendidikan hanya factor pendukung, tetapi
kesadaran akan tanggung jawab dari sivitas akademika yang lebih
signifikan dan menjadi roh terwujudnya suasana akademik yang
diharapkan.
A. Standar Sarana dan Prasarana Akademik
STIkes Mitra Bunda Persada memiliki ruang kuliah dalam
jumlah dan luas yang memadai. Dalam hal ini standar yang
digunakan sebagai acuan yaitu sekitar, 1,25 m2/mahasiswa.
Untuk menciptakan kenyamanan dalam penyelenggaraan
pembelajaran di ruang kuliah telah dilengkapi fasilitas system
pengatur udara (AC) di setiap ruangan kuliah. Dan telah
memiliki ruangan Aula yang digunakan untuk kegiatan seminar
ataupun kegiatan wisuda dengan kapasitan 200-350 orang
mahasiswa.
B. Standar Mutu dan Kuantitas Interaksi Kegiata Akademik
Pemenuhan standar kuantitatif antara lain dapat diukur
melalui frekuensi kehadiran yang harus dipenuhi per semester.
Interaksi kegiatan akademiktidak hanya mencakup perubahan
ranah kognitif saja, melainkan juga meliputi perubahan ranah
afektif, psikomotorik dan kooperatif.
Untuk menjamin mutu akademik diperlukan pemantauan
secara berkala terhadap pelaksanaan kegiatan pembeajaran, baik
mengenai frekuensi kehadiran dosen/mahasiswa maupun
keseluruhan substansi perkuliahan yang dibahas dengan Satuan
acara Perkuliahan (SAP) atau Rencana Program Kegiatan
Pembelajaran Semester (RPKPS).
C. Standar Rancangan Pengembangan Suasana Akademik
Setiap materi kuliah memerlukan rancangan yang berbeda.
Demikian pula kematangan mahasiswa yang berbeda akan
memerlukan scenario pembelajaran yang berbeda. Mahasiswa
semester awal berbeda kematangannya dengan mahasiswa
semester akhir, karena itu memerlukan pendekatan maupun
strategi pembelajaran yang berbeda pula. Tentu saja
perancangan metode pembelajaran harus sesuai dengan
kebutuhan kurikulum, silabus RPS yang telah ditetapkan.
D. Standar Keterlibatan Sivitas Akademika Dalam Kegiatan
Akademik
Berbagai kegiatan akademik seperti diskusi, seminar,
symposium, konfrensi, workshop, pelatihan merupakan upaya
sivitas akademika untuk menunjukan kepada masyarakat
maupun profesimengenai fungsi dan peran PT sebagai lembaga
pendidikan yang memberi perhatian pada pengembangan ilmu
dan teknologi, serta problematika yang dihadapi bangsa dan
Negara.
Seluruh sivitas akademika juga memiliki tanggung awab
dan komitmen yang kuat untuk terlibat aktif dalam setiap upaya
untuk mencari serta menawarkan alternative solusi terbaik untuk
kemaslahatan bersama.
Pendidikan/Pengajaran Wawasan/Knowledge
Buku Ajar/Hand-Out
Studi Kasus Nyata
Penelitian
Publikasi Ilmiah
Patent
Kompetensi Kepakaran
Pengabdian/Pelayanan Pada Masyarakat
Jasa Produk, Informasi
Nilai-Nilai Baru Permasalahan
Wawasan Baru
Knowledge
Information Teori/
Metodologi
Jasa
Konsultasi,
Pelatihan dll
Studi kasus
nyata
Problem solving
(Aplikasi)
246
Gambar 18.3 Mekanisme Standar Keterkaitan Tri Dharma
Perguruan Tinggi Terintegrasi dengan Perwujudan Suasana
Akademik Kondusif
E. Standar Pengembangan Kepribadian Ilmiah
Pengembangan kepribadian ilmiah dikalangan dosen
difokuskan dengan cara memotivasi dosen melakuakn kegiatan
Tri Dharma Perguruan Tinggi secara proporsional. Selain itu
juga didorong untuk senantiasa aktif menjalankan dan
melestarikan budaya baca-tulis. Kemampuan dan kemauan
dosen untuk melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan
Tinggi selain akan membentukkepribadian ilmiah, juga dapat
dijadikan panutan dan memberi teladan kepada mahasiswa atau
sejawat dosen lainnya yang lebih muda.
18.6 Mekanisme Pengendalian Standar Suasana Akademik
A. Pembinaan Suasana dan Budaya Akademik
Suasana akademik merupakan hasil interaksi dari berbagai
macam komponen pendukung seperti digambarkan dalam bentuk
diagram di bawah ini
Secara sederhana, suasana akademik yang kondusif dapat disimpulkan
dari derajat kepuasan dan derajat motivasi sivitas akademika dalam berprilaku
untuk mencapai tujuan pribadi, sebagai fungsi dari tujuan PT. Dalam
pengertian tersebut, kinerja pribadi anggota sivitas akademika (yang tidak
terlepas dan dilandasi dengan tujuan pribadi) terkait menunjang kinerja
Fasilitas OR,
Refreshing,
Student Centre,
Asrama
Sarana
&
Prasara
na
Manus
ia
(SDM)
SP Belajar-
Mengajar
(OHP, LCD,
Multimedia,
dll)
Pustakawan
, Laboran,
Staf Adm
Staff
Dosen Mahasis
wa
Peralatan
&
Petunjuk
Praktiku
m
Ruang Lab/ Workshop/S
tudio
3. Tupo
ksi
4. Tuju
an
UK
a. Nam
a
Kegi
atan
b. Mas
ukan
c. Kelu
aran
ku Teks, Jurnal, CD
Rom, dll
1. At
ura
n
Tu
ju
an
U
m
u
m
2. Sa
sa
ra
n
U
m
u
m
Akademik
Metoda
PP
Kualitas
Suasana
Akademik
Sebab
(Cause)
Akibat
(Effect)
kelembagaan.
B. Pengukuran Knaerja Suasana Akademik
Peningkatan suasana akademik seperti halnya dengan peningkatan
kinerja, tidak terjadi secara acak atau kebetulan, tetapi lebih merupakan
akibat dari tindakan pengelolaan/pembinaan yang direncanakan,
diorganisasikan dilaksanakan dan dikendalikan, komprehensif dan
terintegrasi.
BAB XIX
STANDAR LAHAN PRAKTIK
19.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional, diarahkan untuk mencapai Visi Kementrian
kesehatan yaitu mewujudkan masyarakat yang mandiri dan
berkeadilan melalui pelaksanaan misi. Meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk
swasta dan madani. Melindungi kesehatan masyarajat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata,
bermutu dan berkeadilan.
Tujuan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan berbagai upaya keehatan yang harus didukung oleh
tenaga kesehatan yang memasai sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Tenaga kesehatan tersebut harus memiliki kompetensi
serta etika yang sesuai dengan apa yang diperlukan di pelayanan,
untuk mendapatkan tenaga kesehatan seperti itu dibutuhkan berbagai
upaya diantaranya melalui peningkatan mutu serta profesionalisme
tenaga kesehatan. Peningkatan mutu lulusan diperoleh melalui
pengaturan seleksi, proses pembelajaran, evalusi/ujian akhir, dan
penataan ijazah sedangkan peningkatan mutu institusi melalui
pengaturan perizinan pendirian institusi, sarana dan prasarana, tenaga
pendidik dan kependidikan, pengelola, akreditasi, dan Sistem Informasi
248
Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada pasal 91 menyebutkan bahwa setiap satuan
pendidikan wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu
pendidikan dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana. Dalam
implementasinya institusi diknakes harus menyusun berbagai standar yang
pengembangannya harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Salah
satu dari 8 standar tersebut adalah standar sarana dan prasarana yang
diantaranya mengatur tentang lahan praktik bagi institusi pendidikan.
19.2 Tujuan
Standar lahan praktik ini bertujuan untuk:
1. Memberikan acuan bagi institusi pendidikan dan lahan praktik
dalam pengelolaan praktik di lahan/lapangan supaya sesuai
dengan kompetensi yang disyaratkan dalam kurikulum dan
kewenangan profesinya
2. Memberikan acuan bagi institusi pendidikan dalam memilih
lahan praktikyang menunjang pencapaian kompetensi
3. Membantu institusi pendidikan dan pengelola lahan praktik
dalam meningkatkan mutu pembelajaran praktik
.
19.3 Pengertian
1. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung
jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk
mengerjakan tugas –tugas dibidang pekerjaan tertentu
2. Praktik Klinik adalah Pembelajaran yang dilaksanakan dilahan
praktik dalam jangka waktu tertentu
3. Standar Praktik adalahKriteria minimal yang harus dipenuhi
dalam melaksanakan pembelajaran praktik untuk mencapai
kompetensi peserta didik
4. Lahan Praktik adalah Tempat yang memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan yang berada di luar institusi pendidikan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah
didapat mahasiswa di institusi dalam pencapaian kompetensi yang
diharapkan di dalam kurikulum Pendidikan
5. Pembimbing adalah Dosen mata kuliah keahlian yang bekerja
pada institusi pendidikan dan memiliki tugas dan tanggung jawab
memfasilitasi dan membimbing peserta didik dalam melaksanakan
praktik klinik
6. Laporan Praktik klinik adalah Merupakan laporan hasil kegiatan
yang dilakukan setelah pembelajaran praktik untuk membahas hal-
hal yang telah dilaksanakan, meliputi tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran Praktik klinik, kendala yang
dihadapi dan cara mengatasi masalah, membandingkan masalah
dan bertukar pengalaman didalam kelompok.
7. MoU adalah model kerjasama dan kemitraan antara institusi
pendidikan dengan wahana praktik pendidikan, dimana instruktur
klinik dari pendidikan dan instruktur klinik dari wahana praktik
bersama-sama melaksanakan proses pembelajaran praktik klinik
8. Pembekalan merupakan proses awal sebelum mahasiswa
mengelola klien dimana pembimbing mengevaluasi kesiapan
mahasiswa dalam mengelola klien yang meliputi kesiapan
instrumen dan tugas yang harus dikerjakan praktikan sebagai
bahan untuk mencapai kompetensi.
19.4 Standar Lahan Praktik
Standar lahan praktik klinik adalah standar minimal yang harus
dipenuhi dalam melaksanakan pembelajaran praktik klinik untuk
mencapai kompetensi peserta didik.
A. Lahan Praktik Klinik
Lahan praktik Klinik yang dipilih harus memenuhi kompetensi
yang akan dicapai oleh peserta didik. Adapun kriteria lahan
praktik klinik sebagai berikut ini :
1. Rumah Sakit
a) Memiliki fasilitas dan pelayanan keperawatan,
kebidanan dan farmasi
b) Memiliki instruktur klinik sesuai kualifikasi dengan
jumlah yang memadai (rasio maksimal 1:8)
c) Memiliki nota kesepahaman (MoU) institusi pendidikan
dengan Lahan Praktik
d) Tersedianya berbagai kasus dan jumlah kasus/pasien
yang memadai sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai
e) Tersedianya tempat untuk pelaksanaan bimbingan,
termasuk ruangan yang dapat digunakan untuk kegiatan
asessment, casting, fitting, dan evaluasi
2. Puskesmas sebagai lahan untuk melaksanakan praktik CBR
(Community Based Rehabilitation)
a) Memiliki Instruktur Klinik dengan kualifikasi sesuai
dengan bidang keilmuannya
b) Memiliki nota kesepahaman (MoU) institusi pendidikan
dengan Lahan Praktik
250
c) Tersedianya berbagai kasus dan jumlah kasus/pasien
yang memadai sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai
d) Tersedianya tempat untuk pelaksanaan bimbingan,
termasuk ruangan yang dapat digunakan untuk kegiatan
asessment, casting, fitting, dan evaluasi
3. Bidan Praktik Mandiri
a) Memiliki Instruktur Klinik dengan kualifikasi sesuai
dengan bidang keilmuannya
b) Memiliki nota kesepahaman (MoU) institusi pendidikan
dengan Lahan Praktik
c) Tersedianya berbagai kasus dan jumlah kasus/pasien
yang memadai sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai
d) Tersedianya tempat untuk pelaksanaan bimbingan,
termasuk ruangan yang dapat digunakan untuk kegiatan
asessment, casting, fitting, dan evaluasi
B. Pembimbing
1. Fungsi
Fungsi utama dari pembimbing adalah melaksanakan
bimbingan pada peserta didik sehingga dapat mencapai
kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.
2. Kriteria pembimbing praktik klinik sebagai berikut :
a. Dosen berkualifikasi minimal Diploma III atau Sarjana
dengan masa kerja minimal tiga tahun
b. Dosen memiliki kompetensi sesuai keahliannya
c. Dosen tim mata ajar yang terlibat dalam proses belajar
mengajar
d. Memiliki SK pengangkatan sebagai pembimbing.
C. Instruktur Klinik
1. Fungsi
Fungsi utama dari Instruktur Klinik adalah
memfasilitasi dan melaksanakan bimbingan praktik di lahan
praktik sehingga peserta didikdapat mencapai kompetensi
sesuai tuntutan kurikulum.
2. Kriteria instruktur klinik sebagai berikut:
Mempunyai latar belakang pendidikan dengan
kualifikasi Diploma IIIatau setingkat lebih tinggi
dengan pendidikan yang diselenggarakan
a. Mempunyai latar belakang di bidang Diploma III
Ortotik Prostetik sesuai dengan bidang keilmuannya
dengan pengalaman kerja minimal tiga tahun sebagai
tenaga di lahan praktik
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STRMemiliki
sertifikat sebagai pembimbing praktik klinik
c. Memiliki SK pengangkatan sebagai instruktur Lahan
Praktik
d. Merencanakan, melaksanakan mengevaluasi proses
pembelajaran praktik klinik
e. Instruktur Klinik khusus untuk lahan praktik Puskesmas
tidak harus berasal dari pendidikan Ortotik Prostetik,
melainkan berkualifikas
BAB XX
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
20.1 Pendahuluan
Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu
pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana.
Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan peraturan
pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana.
Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No.19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan merupakan standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
20.2 Definisi
252
a. Standar sarana dan prasarana adalah criteria mengenai ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium,serta sumber bekajar lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan sumber
informasi dan komunikasi
b. Sarana adalah segala informasi yang didapat sebagai alat/media
c. Prasarana adalah perangkat penunjang suatu proses pendidikan agar
tujuan pendidikan tercapai
20.3 Prasarana
Prasarana akademik dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Prasarana Bangunan
Mencangkup lahan dan bangunan gedung baik untuk keperluan
ruang kuliah, ruang kantor, ruang dosen, ruang seminar, ruang
rapat, ruang alboratorium, ruang perpustakaan, ruang komputer,
kegiatan mahasiswa, fasilitas umum, dan pelayanan mahasiswa
seperti kantin, tempat ibadah, sarana olahraga, dan transportasi
berupa mobil bus untuk kegiatan praktik mahasiswa ke lapangan
2. Prasarana umum berupa air, sanitasi, drainase, listruk, jaringan
telekomunikasi dan gedung parker
Lampiran 1
Struktur Organisasi STIKes Mitra Bunda Persada
KETUA YAYASAN
Dewan Pengawas
KETUA
STIKes MITRA BUNDA
PERSADA
PUKET I
BIDANG AKADEMIK
PUKET II
Bid. Adm. Umum dan
Kepegawaian
PRODI
S-1 Kep
PRODI
D-III Kebidanan
PRODI
D-III Keperawatan
Ka.
Laboratorium
LPPM
Ka.
Perpustakaan
Ka.
Laboratoium
Dewan Pertimbangan
Senat STIKes
Bag. Administrasi
Akademik (BAA)
Bag. Sistem Informasi
Manajemen
Bag. Administrasi Umum
dan Kepegawaian
Bag. Administrasi
Keuangan
PUKET III
Bid. Kemahasiswaan, Alumni dan
Kerjasama Bag. Administrasi
Kemahasiswaan
dan alumni
Bag. Kerjasama
Dewan Kode Etik
Bag. Asrama
Bag. Koperasi
PRODI
S-1 Farmasi
Badan Penjamin
Mutu
PRODI
Ners
Lampiran 2
Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
(1) (2) (3) (4)
1 Pimpinan
STIKes
Ketua
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mitra Bunda
Persada sebagai penanggung
jawab utama untuk
melaksanakan dan
254
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
memberikan arahan serta
kebijakan umum dan
menetapkan peraturan, norma,
dan tolak ukur
penyelenggaraan pendidikan
tinggi yang berada dibawah
dan bertanggung jawab
langsung kepada Yayasan
Harapan Bunda Batam. Ketua
mempunyai tugas dan fungsi:
a. Memimpin
menyelenggarakan
pendidikan, penelitian
dan pengabdian kepada
masyarakat, membina
tenaga pendidik,
mahasiswa, tenaga
administrasi, serta
hubungannya dengan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
lingkungan
b. Membina dan
melaksanakan
kerjasama dengan
instansi, badan swasta
dan masyarakat untuk
memecahkan persoalan
yang timbul, terutama
yang menyangkut
bidang tanggung jawab
yang menguntungkan
lembaga
c. Ketua bertanggung
jawab atas ketertiban
dan keamanan didalam
kampus STIKes Mitra
Bunda Persada Batam.
d. Ketua membentuk
semua panitia dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Pembantu
Ketua I
menghadiri semua rapat
dilingkungan STIKes
Mitra Bunda Persada
e. Ketua berkewajiban
menilai laporan semua
bidang kegiatan semua
rapat STIKes Mitra
Bunda Persada Batam
baik dari Pembantu
Ketua, Ketua program
studi, Staf Pengajar,
Pegawai Administrasi
lainnya.
f. Ketua sebagai anggota
ex-officio dari yayasan
menghadiri semua rapat
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
pengurusan yayasan
serta mengusulkan
kepada pengurus
yayasan tentang
pengangkatan, kenaikan
pangkat, mutasi dan
pemberhentian staf
personalia sesuai
dengan prosedur yang
berlaku dengan
memberi laporan
berkala tentang keadaan
dan perkembangan
STIKes Mitra Bunda
Persada Batam kepada
Yayasan
256
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Pembantu
Ketua II
Pembantu
g. Ketua atas prakarsa
sendiri maupun
berdasarkan atas usulan
dari Pembantu Ketua
merumuskan serta
mengolah rencana-
rencana untuk
melaksanakan
pengembangan dan
pembangunan STIKes
Mitra Bunda Persada
Batam sesuai dengan
prosedur /
kebijaksanaan kepada
Menristekdikti
Pembantu Ketua I Bidang
Akademik membantu Ketua
dalam bidang pengembangan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Ketua III
kurikulum, bahan pengajaran,
dan ujian, penelitian dan
pengembangan SDM
akademik, kegiatan
kepustakaan maupun sumber
belajar lainnya;
Dalam menjalankan tugasnya
Pembantu Ketua I mempunyai
fungsi :
a. Pelaksana kegiatan dalam
rangka membantu Ketua
dalam memimpin
pelaksanaan pendidikan,
penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
b. Membantu Ketua dalam
pelaksanaan pembinaan
STIKes Mitra Bunda
Persada Batam serta
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
mengkoordinasikan
kegiatan perancanaan,
pelaksanaan dan
pengembangan pendidikan
pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada
masyarakat
c. Membantu Ketua
menentukan
Kebijaksanaan dan
bertanggung jawab untuk
memimpin dan
mengkoordinasikan semua
unsur yang terkait
dilingkungan pendidikan
sekolah tinggi serta
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
memberikan bimbingan
dan petunjuk pelaksanaan
tugas;
d. Pelaksana tugas-tugas
kedinasan lain yang
diberikan oleh Ketua
STIKes;
Pembantu Ketua II Bidang
Keuangan dan administrasi
umum membantu Ketua
dalam bidang pengelolaan
administrasi umum dan
pengembangan SDM non
akademik;
Dalam menjalankan tugasnya,
258
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Pembantu Ketua II
mempunyai fungsi:
a. Pelaksana kegiatan dalam
rangka membantu Ketua
dalam pelaksanaan
kegiatan di bidang
kepegawaian, keuangan
dan administrasi umum;
b. Pelaksana kegiatan dalam
rangka membantu Ketua
dalam menentukan
kebijaksanaan dibidang
keuangan, kepegawaian
dan administrasi umum;
c. Pelaksanaan tugas-tugas
dinas lain yang diberikan
oleh Ketua STIKes Mitra
Bunda Persada
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan membantu
Ketua dalam penerimaan
mahasiswa baru, pembinaan
mahasiswa dan alumni,
kerjasama serta bantuan hukum
untuk mahasiswa.
Dalam menjalankan tugasnya,
Pembantu Ketua III
mempunyai fungsi :
a. Pelaksana penerimaan
mahasiawa baru STIKes
Mitra Bunda Persada
b. Membantu Ketua dalam
pengabdian masyarakat;
c. Membantu Ketua dalam
pembinaan mahasiswa
serta layanan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
kesejahteraan mahasiswa;
d. Membantu Ketua dalam
pengurusan ijazah;
e. Membantu Ketua dalam
pembinaan alumni;
f. Membantu Ketua dalam
bantuan hukum untuk
mahasiswa;
g. Melaksanaan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Ketua STIKes Mitra
Bunda Persada.
2 Senat
perguruan
tinggi/senat
Senat
Akademik
Senat Akademik mempunyai
tugas merumuskan, menilai,
memberikan persetujuan dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Akademik pertimbangan
penyelenggaraan akademik,
kebijakan dan pengembangan
akademik serta hubungan
dengan lingkungannya. Dalam
melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud ayat
(1) Senat Akademik
mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan
akademik dan
pengembangan akademik;
2. Perumusan kebijakan
penilaian prestasi akademik
dan kecakapan serta
kepribadian civitas
260
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
akademik;
3. Perumusan norma dan
tolok ukur penyelenggaraan
pendidikan, sesuai
pedoman penyelenggaraan;
4. Pemberian persetujuan atas
rencana anggaran
pendapatan dan belanja
akademik yang diajukan
oleh pimpinan akademik;
5. Penilaian
pertanggungjawaban
pimpinan akademik atas
pelaksanaan kebijakan
yang telah ditetapkan;
6. Perumusan norma dan
peraturan pelaksanaan
kebebasan akademik,
kebebasan mimbar
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
akademik dan otonomi
keilmuan akademik
7. Penegak norma-norma
yang berlaku bagi civitas
akademik
8. Bersama ketua menyiapkan
program akademik seperti
Renstra, RIP dan Peraturan
Akademik
3 Dewan
Pengawas
Dewan
Pengawas
Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap kegiatan
civitas akademika
4 Dewan
Pertimbangan
Dewan
Pertimbangan
Memberikan pertimbangan
kepada Ketua dalam membuat
kebijakan-kebijakan untuk
civitas akademik dan
stakeholder
5 Dewan Kode
Etik
Dewan Kode
Etik
Menegakan terhadap
implementasi kode etik bagi
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
civitas akademika
6 Program Studi Ketua
Program Studi
Ketua program studi
membantu Ketua STIKes
Mitra Bunda Persada dalam
proses pembelajaran, dalam
program studi tersebut dan
bertanggung jawab kepada
Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada .Dalam menjalankan
tugasnya, Ketua program
studi mempunyai fungsi :
a. Pelaksana kegiatan dalam
rangka membantu Ketua
dalam pelaksanaan
pendidikan di prodi masing-
masing;
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
b. Menyiapkan proses
pembelajaran pada program
studi masing-masing
c. Melaksanakan proses
pembelajaran pada program
studi masing-masing
d. Melaksanakan evaluasi
proses pembelajaran pada
program studi masing-
masing
e. Pelaksana tugas-tugas
kedinasan lain yang
diberikan oleh Ketua
STIKes
7 Sekretaris
Program Studi
Sekretaris program studi
mempunyai tugas
262
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
melaksanakan sebagian
urusan proses pembelajaran di
masing-masing program studi.
Untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud ayat
(1) pasal ini sekretaris
program studi mempunyai
fungsi :
a. Pelaksana kegiatan proses
pembelajaran;
b. Pelaksana urusan
pengolahan data dan
program kegiatan program
studi;
c. Mengkoordinasikan tugas-
tugas penilaian hasil
pendidikan dan
pengembangan dalam
rangka peningkatan mutu
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
akademik pada program
studi;
d. Pengkoordinasi tata tertib
perkuliahan, jadwal
kegiatan dosen pengajar
dan efektifitas kurikulum
lainnya pada program
studi;
e. Pengatur penyelenggaraan
ujian akhir dan ujian tengah
semester pada program
studi;
f. Penyusun laporan dan
evaluasi terhadap berbagai
kegiatan administrasi
akademik program studi;
g. Menghimpun data dan
menyusun rencana kegiatan
yang berhubungan dengan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
kurikulum mahasiswa pada
program studi;
h. Mengatur penyelenggaraan
jam perkuliahan serta
pendidikan teori atau
praktek pada program
studi;
i. Mengatur pelaksanaan
program pemberian materi
pelajaran dan dosen
pengajar ditempat
perkuliahan maupun
ekstrakurikuler lainnya
pada program studi;
j. Memantau dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
menghimpun bahan laporan
serta supervisi terhadap
kegiatan yang menyangkut
administrasi akademik pada
program studi;
k. Pelaksana tugas-tugas lain
yang diberikan oleh Ketua /
Ketua Program Studi;
8 Bagian
Perencanaan
dan
pengembangan
Tri Dharma
Perguruan
Tinggi
Membuat perencanaan
pengembangan tentang
kegiatan pengajaran,
penelitian, pengabdian
masyarakat serta penunjang
Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang akan dikoordiansikan
dengan Pembantu Ketua I, Ka
264
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Program Studi dan Ka LPPM
9 Pelaksana
kegiatan
akademik
Bagian
Administrasi
Akademik dan
Kemahasiswaan
(BAAK)
Bagian Administrasi
Akademik mempunyai tugas
dan fungsi :
a. Bertugas melaksanakan
sebagian urusan koordinasi
dan kegiatan administrasi
di bidang akademik
b. Fungsi :
1. Pelaksana pengolahan
data
dan program akademik,
2. Penyusun laporan
EPSBED dan evaluasi
kegiatan administrasi
akademik.
3. Mengkoordinasikan
penilaian hasil
pendidikan dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
pengembangan dalam
rangka peningkatan
mutu akademik.
4. Pengkoordinasian tata
tertib perkuliahan,
jadwal kegiatan dosen
pengajar, dan
efektifitas kurikulum.
5. Penyelenggaraan ujian
tengah dan akhir
semester
6. Menyusun rencana
kegiatan yang
berhubungan dengan
kurikulum.
7. Mengatur
penyelenggaraan jam
perkuliahan serta
pendidikan teori dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
praktek.
8. Pelaksana tugas-tugas
lain yang diberikan
oleh Pembantu Ketua I
Bagian Administrasi
Kemahasiswaan di
lingkungan STIKES Mitra
Bunda Persada yang memiliki
tugas dan fungsi :
a. Bertugas melaksanakan
sebagian urusan,
koordinasi, dan kegiatan di
bidang kemahasiswaan,
penelitian dan pengabdian
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
mahasiswa, serta alumni.
b. Fungsi :
1. Pelaksana pengolahan
data dan program
kegiatan pembinaan
serta pelayanan
kesejahteraan
kemahasiswaan.
2. Penyelenggaraan dan
penerimaan mahasiswa
baru.
3. Penyusunan laporan dan
evaluasi kegiatan
administrasi kegiatan
kemahasiswaan.
4. Pengelola data
266
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
administrasi mahasiswa
serta dokumentasi.
5. Pelaksana kegiatan
penelitian dan
pengabdian mahasiswa.
6. Pelaksana study
pelacakan alumni dan
informasi lowongan
kerja.
7. Pelaksana tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Pembantu Ketua III.
10 Pelaksana
administrasi,
pelayanan dan
pendukung
Keuangan
Unit Keuangan mempunyai
tugas :
a. Merencanakan dan
membuat pengajuan kas
untuk menunjang kegiatan
tri dharma perguruan tinggi
sesuai dengan tugasnya;
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Kepegawaian
b. Melaksanakan kegiatan
pencatatan dan pelaporan
dalam bentuk neraca, buku
kas serta semua transaksi
harian dan memberikan
nomor bukti transaksi.
c. Melakukan pembayaran
transaksi pengadaan sarana
dan prasarana;
d. Menyusun dan membuat
laporan buku kas dan buku
bank,
e. Melakukan penyusunan
data rekapitulasi
pembayaran berdasarkan
usulan dan aturan yang
berlaku.
f. Melaksanakan tugas-tugas
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Umum dan
Perlengkapan
lain yang diberikan oleh
Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada ;
Unit Kepegawaian mempunyai
tugas :
a. Merencanakan dan
menganalisa kebutuhan
SDM berdasarkan rasio.
b. Melaksanakan rekrutmen
pegawai baru.
c. Melaksanakan penempatan
pegawai baru sesuai
dengan kualifikasi
pendidikan.
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
d. Melaksanakan administrasi
Kepegawaian,
melaksanakan pembinaan,
peningkatan disiplin dan
pengembangan karier serta
upaya peningkatan
kesejahteraan pegawai;
e. Mengusulkan jabatan
fungsional dosen.
f. Melaksanakan mutasi pada
semua pegawai.
g. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada ;
268
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Unit Umum dan Perlengkapan
mempunyai tugas :
a. Merencanakan kebutuhan
sarana dan prasarana PBM
dan non PBM sesuai
kebutuhan.
b. Menyiapkan data
inventarisasi perlengkapan
dan informasi guna
penyusunan kebijakan
teknis dan operasional;
c. Melaksanakan urusan
administrasi umum, rumah
tangga, perlengkapan,
ketatalaksanaan (surat
menyurat) dan kearsipan;
d. Menyusun rencana dan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
melaksanakan keindahan,
kebersihan dan keamanan
kantor;
e. Menyusun rencana
kebutuhan barang,
mengatur dan mengelola
barang-barang inventaris
kantor;
f. Menangani pengaduan
masyarakat terkait dengan
pelaksanaaan tugas.
g. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Mitra Bunda
Persada
11 Pelaksana
Penjaminan
Penjaminan
Mutu
Penjaminan mutu merupakan
kegiatan sistemik penjaminan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Mutu mutu pendidikan tinggi di
perguruan tinggi, oleh
perguruan tinggi (internally
driven), untuk mengawasi
penyelenggaraan pendidikan
tinggi oleh perguruan tinggi
secara berkelanjutan.
12 Lembaga
Penelitian dan
Pengabdian
Masyarakat
Pendidikan,
Penelitian, dan
Pengabdian
Masyarakat
Pendidikan memiliki tugas dan
fungsi :
a. Bertugas melaksanakan,
mengkoordinasikan,
memantau, dan menilai
pelaksanaan kegiatan
pengembangan pendidikan
dan profesi, serta
mengusahakan administrasi
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
sumber daya.
b. Fungsi :
1. Pelaksanaan,
perencanaan,
pengarahan
pengembangan
pendidikan dan profesi
untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.
2. Pelaksanaan
peningkatan mutu
pengembangan
pendidikan dan profesi
secara berkelanjutan
270
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat memiliki tugas
dan fungsi :
a. Bertugas melaksanakan,
mengkoordinasikan,
memantau, dan menilai
pelaksanaan kegiatan
penelitian dan pengabdian
masyarakat
b. Fungsi :
1. Melaksanakan
pengkajian penelitian
dan pengembangan di
bidang keperawatan dan
kebidanan.
2. Melaksanakan
pengembangan hasil
penelitian dalam rangka
perumusan kebijakan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
bidang Keperawatan
dan Kebidanan.
3. Mengkoordinasikan
kegiatan penelitian
dengan instansi
terkait/pihak ketiga.
4. Melaksanakan
pengabdian masyarakat
sesuai dengan tugas,
kemampuan, dan
kewenangan.
5. Melaksanakan tugas-
tugas lain yang
diberikan oleh Ketua
STIKes Mitra Bunda
Persada.
13 Dosen dan
Tenaga
Pendidik
Dosen adalah tenaga pengajar
di lingkungan STIKes Mitra
Bunda Persada yang berada di
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
bawah tanggung jawab Ketua
STIKes Mitra Bunda Persada ;
Kelompok Dosen mempunyai
tugas:
a. Melaksanakan kegiatan
pendidikan dan pengajaran
sesuai dengan wewenang
jenjang jabatan
akademiknya
b. Melaksanakan kegiatan
penelitian dalam rangka
pendidikan dan pengajaran
atau dalam kegiatan
pengembangan ilmu sesuai
dengan wewenang jenjang
jabatan akademiknya
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
c. Melaksanakan kegiatan
pengabdian kepada
masyarakat dalam rangka
pendidikan dan pengajaran
atau dalam kegiatan lain
yang menunjang
pelaksanaan tugas umum
pemerintah dan
pembangunan sesuai
dengan wewenang jenjang
jabatan akademiknya
d. Menyusun silabus mata
ajaran berdasarkan tujuan
pendidikan yang ingin
dicapai dengan cara
melaksanakan koordinasi
272
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
dengan pihak yang terkait
e. Membuat satuan acara
perkuliahan
f. Memberikan bimbingan
kepada peserta didik secara
khusus dalam
melaksanakan penugasan/
diskusi dalam kelas, agar
tujuan instruksional yang
telah ditentukan dapat
tercapai
g. Memberikan bimbingan
kepada peserta didik dalam
penatalaksanaan praktek
lapangan yang menghadapi
masalah dan memberi
pertimbangan penyelesaian
agar pelaksanaan praktek
lapangan praktek lapangan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
dapat berjalan sesuai
dengan apa yang
diharapkan
h. Menyusun serta
mengembangkan modul
atau paket pendidikan
sesuai dengan tuntutan
perkembangan program
kesehatan serta situasi dan
kondisi yang dihadapi
dalam rangka
meningkatkan kualitas
program pendidikan
i. Membuat instrumen
evaluasi bersama – sama
tim dari mata ajaran
tersebut disesuaikan
dengan mata ajaran yang
sudah diberikan dalam
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
mata ajaran satuan kredit
semester (SKS) dalam
rangka meningkatkan
kualitas pendidikan
j. Memeriksa hasil test dan
mengumumkan pada
peserta didik sekaligus
menentukan waktu uji
perbaikan (yang
sebelumnya telah
dikonsultasikan pada ketua
program studi) dalam
rangka tercapainya tujuan
proses belajar dan
mengajar.
k. Memberikan nilai final
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
pada ketua program studi
agar dapat menentukan
evaluasi dari peserta didik
dalam rangka
penyelenggaraan
pendidikan
l. Melaksanakan evaluasi
mata ajaran bersama –
sama dengan tim mata
ajaran tersebut untuk
melihat ketercapaian
kompetensi yang
diharapkan sekaligus
membuat alternatif
pemecahan masalah dalam
rangka meningkatkan mutu
274
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
ajaran
m. Memberikan bimbingan
yang berhubungan dengan
pengalaman dengan teknis
pendidikan serta
penatalaksanaan tugas
lainnya kepada dosen yang
belum berpengalaman
dalam rangka menjalin
kerjasama dan
meningkatkan mutu dosen
n. Membuat laporan
mengenai kegiatan
pendidikan, pengajaran dan
penelitian sebagai masukan
bagi pemimpin untuk
mengambil kesimpulan
o. Melaksanakan tugas –
tugas lain yang diberikan
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
oleh ketua program studi.
14 Unit Penunjang
Teknis
Perpustakaan Unit Perpustakaan mempunyai
fungsi :
a. Menyediakan dan
mengolah bahan pustaka
b. Memberi layanan dan
pendayagunaan bahan
pustaka.
c. Memelihara bahan pustaka.
d. Melakukan layanan
reverensi.
e. Melakukan tata usaha
perpustakaan
f. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
15. Penanggung
Jawab
Laboratorium
Tugas penanggungjawab
laboratorium:
a. Pemeliharaan prasarana
laboratorium.
b. Pelaksana bimbingan
praktek untuk
memperdalam Ilmu
Keperawatan dan
Kebidanan.
c. Pelaksana pemantauan
kegiatan praktek yang
dilakukan mahasiswa
dalam laboratorium.
d. Mengevaluasi dan
melaporkan semua
kegiatan praktek di
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
laboratorium sesuai
dengan kurikulum.
Melaksanakan tugas-
tugas lain yang diberikan
oleh Ketua / pimpinan
STIKes Mitra Bunda
Persada
16 Komputer Unit Komputer mempunyai
fungsi :
a. Menyusun program
persiapan dalam rangka
pengadaan laboratorium
komputer.
b. Menyusun program
pelatihan komputer civitas
276
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
akademika.
c. Mengadakan sarana
jaringan internet dan
membuat sharing dengan
beberapa komputer.
d. Mengumpulkan,
mengelola, menyajikan,
menyimpan data dan
informasi serta
memberikan layanan untuk
program pendidikan,
penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
e. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh
Ketua STIKes Mitra Bunda
Persada .
17 Asrama Unit Asrama mempunyai
tugas :
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
a. Melaksanakan
perencanaan, pengelolaan
dan pengawasan asrama.
b. Mempertanggungjawabkan
atas keadaan/kondisi pada
lingkungan asrama.
c. Mengawasi kebutuhan dan
penghuni asrama.
d. Melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh Ketua
STIKes Mitra Bunda
Persada .
18 Koperasi Koperasi mempunyai tugas :
a. Merencanakan pengadaan
barang kebutuhan sehari-
hari bagi civitas akademika
dan masyarakat sekitar
kampus.
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
b. Menyediakan kebutuhan
pokok kepada civitas
akademika maupun
masyarakat sekitar kampus.
c. Mengelola koperasi
menjadi kegiatan yang
berkembang dan mandiri.
d. Melaksanakan tertib
administrasi serta keuangan
koperasi.
e. Sebagai bentuk usaha
untuk kesejahteraan
pegawai STIKes Mitra
Bunda Persada.
f. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan Ketua
No.
Nama Generik
Unit
Nama Unit di
Perguruan
Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi
STIKes Mitra Bunda
Persada .
Lampiran 3
INSTRUMEN EVALUASI KINERJA DOSEN DALAM TRI
DHARMA PERGURUAN TINGGI
Nama Dosen :
Program Studi :
Tahun Akademik :
1. ASPEK PENGAJARAN
No Komponen Penilaian Prestasi
(P)
Skor
(S)
Nilai
Dose
n (P
X S)
278
1. Ketaatan terhadapa
rencan perkuliahan
semester/ kalender
akademik
1. Sangat kurang
2. Kurang
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat baik
15 %
2 Persiapan bahan
perkuliahan: silabus,
SAP, materi kuliah dan
alat bantu
1. Sangat kurang
2. Kurang
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat baik
15 %
3. Kehadiran dalam
memberi perkuliahan
(sesuai pertemuan
seharusnya)
1. < 40%
2. 40 -50 %
3. 60 – 70 %
4. < 90 %
5. > 90 %
15 %
4. Ketepatan dalam
menyerahkan soal ujian
sesuai waktu yang
ditentukan (1 minggu
sebelum pelaksanaan
ujian)
1. Terlambat >1
minggu
2. Terlambat 1
minggu
3. Terlambat 3-5
hari
4. Terlambat 1- 2
10 %
hari
5. Tepat waktu/
lebih awal
5 Ketepatan dalam
menyerahkan nilai ujian
(1 minggu sesudah
pelaksanaan ujian)
1. Terlambat >1
minggu
2. Terlambat 1
minggu
3. Terlambat 3-5
hari
4. Terlambat 1- 2
hari
5. Tepat waktu/
lebih awal
10 %
6 Hasil feed back /
penilaian dari
mahasiswa tentang
proses perkuliahan
( sesuai hasil
penilaian dosen oleh
mahasiswa)
25 %
7 Hasil self-evaluation
penilaian kinerja dosen
( sesuai hasil
penilaian self-
ovaluation oleh
dosen)
10 %
NILAI TOTAL
100 %
2. ASPEK PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH
Identitas dosen yang dinilai
Nama Dosen :
NIDN :
Program Studi :
Tahun Akademik :
NO KRITERIA KUALIFIKASI JUMLAH SKOR NILAI
DOSEN
1 Tidak
melakukan
- 0 1
2 penelitian a. Tingkat Kota 1
>1
2
3
b. Tingkat
Provinsi
1
>1
3
4
3 Dana
Penelitian
a. Dana
STIKes
1
>1
3
4
b. Dana Dikti/
Pemerintah
Kota
1
>1
4
5
4 Publikasi
penelitian/
Karya ilmiah
a. Tidak
Dipublikasik
an
- 2
b. Jurnal/
Makalah
ilmiah
nasional
tidak
terakreditasi
1
>1
3
4
c. Jurnal/
Makalah
ilmiah
nasional
terakreditasi
1
>1
4
5
d. Jurnal/
Makalah
internasional
≥1 5
5 Penelitian
karya ilmiah
dipresentasikan
dalam
pertemuan
Tingkat
regional/ lokal
1
>1
2
3
Tingkat nasional 1
>1
3
4
Tingkat ≥1 5
280
ilmiah internasional
TOTAL NILAI
Nilai Kinerja Dosen Aspek Penelitian = Total Nilai/4
3. ASPEK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Nama Dosen yang dinilai :
NIDN :
Program Studi :
Semester/Tahun Akademik :
NO KRITERIA JUMLAH SKOR NILAI
DOSEN
1 Tidak melakukan
kegiatan
0 1
2 Melakukan
kegiatan
pengabdian
masyarakat
tingkat Kota
1
> 1
2
3
3 Melakukan
kegiatan
pengabdian
masyarakat
tingkat Provinsi
> 1
4
4 Melakukan
kegiatan
pengabdian
masyarakat
tingkat Nasional
> 1
5
TOTAL
NILAI
RATA-RATA PENILAIAN KINERJA DOSEN
OLEH TIM AUDIT MUTU INTERNAL
Nama Dosen yang dinilai :
NIDN :
Program Studi :
Semester/Tahun Akademik :
No ASPEK BOBOT NILAI
DOSEN
BOBOT
X NILAI
1 Pengajaran 60%
2 Penelitian 25%
3 Pengabdian
Kepada
Masyarakat
15%
TOTAL
NILAI
KINERJA
DOSEN
STANDAR PENILAIAN KINERJA DOSEN
Rata-rata Skor
Nilai Kinerja Dosen
Klasifikasi Kinerja
Dosen
4,51 - 5 Sangat Baik
3,51 - 4,50 Baik
2,01 - 3,50 Cukup
1.01 – 2.00 Kurang
< 1 Sangat Kurang
Batam, …………………..
Penilai,
282
Lampiran 4
INSTRUMEN PENILAIAN DOSEN OLEH MAHASISWA
Nama Dosen yang dinilai :
NIDN :
Program Studi :
Semester/Tahun Akademik :
Petunjuk pengisian:
1. Saudara diminta memberikan penilaian terhadap kinerja dosen dalam
melaksanakan tugas pembelajaran.
2. Penilaian dilakukan dengan membuat tanda check (v) pada skala
penilaian yang telah ditetapkan.
3. Skala penilaian: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang
sekali
No Aspek-Aspek yang Dievaluasi Skala
Penilaian
1 2 3 4 5
A Persiapan
1 SAP, Silabus, materi perkuliahan
dan alat bantu pembelajaran
yang dipersiapkan oleh dosen
2 Dosen menyampaikan silabus
kepada mahasiswa dan meminta
setiap mahasiswa memilikinya
3 Dosen mengisi absensi peserta
mata kuliah
4 Kesesuaian pelaksanaan
perkuliahan dengan jadwal
perkuliahan
5 Dosen mengisi berita acara
perkuliahan
6 Dosen menetapkan atau
menginformasikan tata tertib dan
ketentuan akademis yang harus
diikuti mahasiswa
7 Dosen menyampaikan program
perkuliahan kepada mahasiswa
dan tujuan perkuliahan yang
ingin dicapai
B Pelaksanaan
8 Ketepatan waktu dosen dalam
mengawali dan mengakhiri
perkuliahan
9 Pada saat kuliah pertama, dosen
melakukan sosialisasi tentang
pengelolaan agenda perkuliahan,
kehadiran, tujuan mata kuliah,
materi tugas, dan penilaian
10 Penggunaan media/ alat
pelajaran dalam setiap
pertemuan
11 Penguasaan materi kuliah oleh
dosen pada saat mengajar
12 Penggunaan metode perkuliaha
yang sesuai dengan materi kuliah
dan tujuan pembelajaran
13 Dosen melakukan pembelajaran
berpusat pada mahasiswa
14 Kemampuan dosen dalam
menegakkan peraturan dalam
perkuliahan
15 Dose memberikan tugas
tersktruktur dan tugas mandiri
pada mahasiswa sesuai dengan
bobot SKS dan tujuan
perkuliahan
16 Dosen memberikan pertemuan
tambahan jika jumlah pertemuan
belum mencapai 16 pertemuan
17 Kemampuan dosen dalam
menciptakan suasana kelas yang
kondusif
18 Kemampuan dosen dalam
menciptakan lingkungan fisik
atau penataan sarana
pembelajaran di kelas
19 Kemampuan dalam memotivasi
mahasiswa agar aktif dalam
proses belajar mengajar
284
20 Penampilan dosen, seperti
kerapihan, kebersihan, dan
keserasian dalam berpakaian
21 Penggunaan bahasa dalam
pelaksanaan perkuliahan
(kejelasan, sopan dan santun
berbahasa)
22 Dosen menerima saran dan kritik
dari mahasiswa tentang upaya-
upaya perbaikan kualitas
pembelajaran
23 Skap dosen dalam menerima
pendapat mahasiswa yang terkait
dengan materi perkuliahan
24 Kemampuan dosen dalam
menghindari penggunaan bahasa
yang bersifat menghina,
melecehkan, mengejek dan
menyinggung perasaan orang
lain
C Penilaian hasil belajar
mahasiswa
25 Dosen melaksanakan UTS dan
UAS sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan/ kalender
akademik
26 Dosen melayani mahasiswa
mengikuti UAS yang jumlah
kehadirannya dalam perkuliahan
sekurang-kurangnya 75%dari
jumlah tatap muka
27 Obyektifitas dalam memberikan
nilai kepada mahasiswa
28 Transparasi dalam penetapan
nilai akhir mahasiswa dan
pengumuman nilai akhir kepada
mahasiswa
29 Dalam pelaksanaan ujian dosen
hanya melayani mahasiswa yang
terdapat sebagai pesera mata
kuliah
30 Dosen memberikan ujian susulan
bagi mahasiswa peserta ujian
yang tidak dapat hadir pada saat
ujian dengan alasan yang kuat
31 Dosen penanggung jawab mata
kuliah menentukan waktu dan
tempat penyelengggaraan ujian
susulan selambat-lambatnya satu
minggu setelah mahasiswa
meminta ujian susulan
32 Dosen menyelenggarakan ujian
ulang bagi mahasiswa yang
memperoleh nilai D dan E pada
semester yang baru berjalan
33 Jika ada keberatan atas nilai
ujian, mahasiswa peserta ujian
dapat menyampaikan keberatan
tersebut kepada dosen
penanggung jawab
34 Kesesuaian antara materi yang
diujiankan dengan materi kuliah
yang disampaikan
35 Kesesuaian materi yang
diujiankan dengan materi kuliah
yang disampaikan
36 Kesesuaian materi ujian dengan
tujuan pembelajaran
286
37 Bentuk-bentuk soal ujian yang
diberikan oleh dosen
JUMLAH
INSTRUMEN PENILAIAN DOSEN
(self evaluation)
1. Identitas dosen
a. Nama dosen
b. Mata kuliah yang diampu
c. Jurusan/ prodi
Petunjuk pengisian:
1. Saudara diminta memberikan penilaian terhadap kinerja anda sendiri
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2. Penilaian dilakukan dengan membuat tanda check (v) pada skala
penilaian yang telah ditetapkan.
3. Skala penilaian: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang
sekali
No Aspek-Aspek yang Dievaluasi
Skala
Penilaian
1 2 3 4 5
A Persiapan
1 Penyiapan SAP, Silabus, materi perkuliahan dan alat bantu
pembelajaran
2 Dalam menyusun materi perkuliahan mempertimbangkan
perkembangan keilmuan, baik secara nasional maupun
internasional
3 Materi kuliah yang disusun dosen di-banchmark dengan
materi kuliah yang sama di PT lain dengan melihat silabus
mata kuliah di internet
4 Meninjau ulang materi yang disampaikan setiap semester
berakhir dan merevisinya sesuai dengan perkembangan
keilmuan
5 Membawa daftar hadir mahasiswa saat perkuliahan
B Pelaksanaan Perkuliahan
6 Kesesuaian perkuliahan yang disampaikan dengan silabus dan
materi yang telah ditetapkan
7 Bapak/Ibu memberi tugas terstruktur dan tugas mandiri pada
mahasiswa
8 Ketepatan waktu dosen dalam melaksanakan
9 Pengisian berita acara perkuliahan oleh dosen dan
penandatanganan berita acara oleh dosen
10 Menyerahkan berita acara perkuliahan ke prodi
11 Penyampaikan silabus kepada mahasiswa dan meminta setiap
mahasiswa memilikinya
12 Menghindari penggunaan bahasa yang bersifat menghina,
melecehkan, mengejek, dan menyinggung perasaan
mahasiswa
13 Kegiatan dosen pada pertemuan pertama melakukan
sosialisasi tentang pengelolaan agenda perkuliahan, kehadiran,
tujuan mata kuliahan, materi tugas, penilaian,tugas.
14 Kemampuan dosen dalam memberikan sanksi akademis dan
non akademis jika tata tertib dan ketentuan akademis tidak
dipenuhi mahasiswa
15 Kemampuan dalam menciptakan hubungan yang harmonis
dengan mahasiswa atau suasana kelas yang kondusif
16 Kemampuan dosen dalam menyampaikan tujuan yang akan
dicapai
17 Dosen melakukan absensi kehadiran mahasiswa setiap
pertemuan
18 Keterbukaan dalam menerima pendapat mahasiswa, dengan
memeperhatikan kaidah ilmiah dan kebenaran umum
288
19 Bapak/Ibu dalam melakukan pembelajaran berpusat pada
mahasiswa
20 Dosen memberikan sanksi kepada mahasiswa yang terlambat
lebih dari 30 menit
21 Kemampuan dosen dalam memberikan tugas kepada
mahasiswa
22 Bapak/Ibu memberikan tugas terstruktur dan tugas mandiri
pada mahasiswa
23 Menghindarkan diri dari sikap arogan terhadap pendapat
mahasiswa
24 Bapak/Ibu menggunakan metoda pengajar yang sesuai dengan
tujuan kuliah
25 Dosen mengajar mata kuliah yang diampu sebanyak 16x
pertemuan.Jika kurang maka akan melenggkapi
26 Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam mengajar
27 Kemampuan dalam menguasai materi kuliah pada mata kuliah
yang diampu
28 Penggunaan alat bantu pembelajaran oleh dosen dalam setiap
perkuliahan
C Penilaian Hasil Belajar
29 Ketetapan waktu pelaksanaan UTS dan UAS (sesuai dengan
kelender akademik)
30 Kemampuan melakukan Administrasikan setiap komponen
penilaian (UTS,UAS,Tugas,dsb) menyampaikan secara
transparan kepada mahasiswa
31 Pengolahan nilai yang merupakan akumulasi dari berbagai
kegiatan yang telah dilaksanakan (Tugas,UTS,UAS,dan
lainnya)
32 Ketepatan waktu dalam mengumumkan dan menyerahkan
nilai ke BAAK
33 Kegiatan dosen dalam memberikan tes formatif atau kuis
untuk memantau tingkat penyerapan materi kuliah oleh
mahasiswa
34 Dosen memerikasa dan menilai tugas mahasiswa dan hasil
penilaian disampaikan kepada mahasiswa
35 Kesuaian soal UTS dan UAS sesuai dengan silabus dan materi
yang telah disampaikan
36 Ketepatan waktu penyerahan soal ke koordinator evaluasi
untuk digandakan
37 Konsistensi dosen dalam melayani mahasiswa untuk
mengikuti ujian adalah yang terdaftar perserta mata kuliah
38 Konsistensi dosen dalam melayani mahasiswa untuk
mengikuti UAS adalah yang jumlah kehadirannya dalam
perkuliahan sekurang-kurangnya 75% dari jumlah tatap muka
39 Ketertiban dalam pengisian berita acara perkuliahaan, yaitu
dosen sebagai pengawas membuat dan menandatangani berita
acara ujian sebanyak rangkat dua, satu untuk dosen pengampu
mata kuliah dan untuk jurusan setelah ujian selesai ujian
40 Pelayanan dosen terhadap mahasiswa peserta ujian yang tidak
hadir pada saat ujian dengan alasan yang kuat, dapat meminta
ujian susulan kepada dosen penanggung jawab selambat-
lambat 1 minggu setelah ujian
41 Penetapan waktu ujian susulan oleh penanggung jawab mata
kuliah dalam menentukan waktu dan tempat penyelenggaraan
ujian susulan selambat-lambatnya satu minggu setelah
mahasiswa meminta ujian susulan
42 Penyelenggaraan ujian ulang bagi mahasiswa yang
memperoleh nilai D dan E pada semester yang baru berjalan
selambat-lambatnya 1 minggu setelah nilai akhir mata kuliah
diumumkan
43 Dosen penanggung jawab mata kuliah mengumumkan nilai
mahasiswa peserta ujian selambat-lambatnya 2 minggu setelah
pelaksanaan ujian melalui papan pengumuman dijurusan
44 Sikap dosen terhadap keberatan atas nilai ujian,mahasiswa
peserta ujian dapat menyampaikan keberatan tersebut kepada
dosen penanggung jawab
45 Dosen memberikan konsultasi kepada mahasiswa yang
mengalami masalah dalam perkuliahan
46 Dosen menerima saran dan kritik dari mahasiswa tentang-
tentang upaya-upaya perbaikan kualitas pembelajaran
JUMLAH