kelompok 12 ob 2

22
Lesi Jaringan Herediter Makalah Oral Biology 2 Disusun oleh : MEILANI (04121004062) GABRIELA MARETTA (04121004063) FINA RAHMA HUSAINA (04121004064) RESTY WAHYU VERIANI (04121004065) HEZTRI SELA PRIMA (04121004066) Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Upload: resty-wahyu-veriani

Post on 21-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

added on December 16th, 2013

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 12 OB 2

Lesi Jaringan Herediter

Makalah Oral Biology 2

Disusun oleh :

MEILANI (04121004062)

GABRIELA MARETTA (04121004063)

FINA RAHMA HUSAINA (04121004064)

RESTY WAHYU VERIANI (04121004065)

HEZTRI SELA PRIMA (04121004066)

Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Kelompok 12 OB 2

AMELOGENESIS IMPERFECTA

Definisi

Kondisi herditer yang diakibatkan oleh pembentukan email yang tidak sempurna. Ciri

– cirinya adalah hipoplasia email (gigi yang menjadi aus sampai daerah gingiva dan bewarna

coklat tua), hipokalsifikasi email yakni email menjadi berlubang – lubang, seperti kapur, dan

kehitam – hitaman, kadang terdapat daerah yang sama sekali tidak ada email.1

Etiologi dan Mekanisme 2,3

X-LINKED AMELOGENESIS IMPERFECTA

1. Mutasi AMELX yang beragam dan termasuk penghapusan, missense, dan

Mutasi Nonsense

Semua bentuk X-linked dari amelogenesis imperfecta dengan dasar molekuler

berhubungan dengan mutasi pada gen AMELX (terletak di kromosom Xp22) yang

merupakan kode untuk amelogenin. Amelogenin adalah protein matriks extraseluler dominan

dalam mengembangkan enamel dan diperkirakan membentuk perancah organik melalui

perakitan diri yang sangat penting untuk mengendalikan perrumbuhan kristal enamel yang

teratur dan terarah. Manusia memiliki amelogenin sinyal peptida sebanyak 16 asam amino,

dan terutama menyekresikannya sebanyak 175 protein asam amino. Hal ini diketahui bahwa

ada alternatif penyusunan protein amelogenin dengan menghapus atau menambahkan produk

ekson tertentu. Selama pembentukan enamel normal protein amelogenin diproses secara

terkendali sehingga menghasilkan mekanisme peraturan yang penting untuk pertumbuhan

kristal. Keasaman amelogenin pada C - terminus memiliki afinitas mineral tinggi

dibandingkan dengan molekul amelogenin yang tersisa dan cepat membelah setelah sekresi

protein induk dari ameloblasts. Selama pembentukan enamel normal protein amelogenin

hampir sepenuhnya dihapus sehingga memungkinkan kristal enamel untuk tumbuh dan

menghasilkan enamel matang yang lebih besar dari 95 % berat mineral.

Kesalahan kode pada hasil didasarkan pada dua fenotip yang berbeda tumpang tindih,

kadang – kadang dapat merupakan kekurangan dalam jumlah enamel dan cacat pada

mineralisasi enamel. Fenotip enamel tampaknya terkait dengan perubahan kehilangan

amelogenin yang bervariasi, mutasi sinyal peptida, atau perubahan fungsi domain tertentu.

Empat mutasi pada sinyal peptida 16 asam amino diidentifikasi . Mutasi ini semua diduga

Page 3: Kelompok 12 OB 2

menyebabkan hilangnya protein atau menyebabkan protein tidak dapat dikeluarkan dari sel .

Semua mutasi sinyal peptida diidentifikasi dengan hasil saat ini dalam penurunan berat

ketebalan enamel dan fenotipe klinis hipoplasia halus amelogenisis imperfecta. Enamel kecil

yang hadir digambarkan keras dan sebagai mineral yang baik. Seperti yang ditunjukan pada

gambar 1.

Gambar1. Kehilangan amelogenin karena sinyal mutasi peptida hasil dalam pengurangan ditandai ketebalan

enamel seperti yang terlihat pada pria ini dengan mutasi p.M1T. Gigi relatif normal dalam warna dan sedikit

berkurang dalam ukuran dan enamel sangat tipis dapat lebih mudah divisualisasikan pada radiografi gigi [Kim et

al., 2004].

Sumber : at www.interscience.wiley.com

2. Mutasi AMELX di Daerah Pengkodean N Terminus

Empat mutasi AMELX melibatkan bagian dari N-terminus dari protein amelogenin.

Yang pertama adalah mutasi frameshift yang dihasilkan dari substitusi nukleotida tunggal

dalam ekson 5 dan masuknya stop kodon terlalu dini. Mutasi ini diprediksi akan

menghasilkan sebuah protein amelogenin yang 36 asam amino panjang. Tiga mutasi yang

lainnya yaitu missense mempengaruhi wilayah N-terminal dari protein amelogenin

melibatkan substitusi nukleotida tunggal yang menyebabkan perubahan asam amino tunggal.

Fenotip yang dihasilkan dari perubahan satu asam amino ini digambarkan sebagai

hypomineralization / hypomaturation dengan perubahan warna coklat dari enamel.

(Gambar 2 )

Page 4: Kelompok 12 OB 2

Gambar. 2.Mutasi AMELX mengubah wilayah yang kaya tirosin dari protein amelogenin penyebab

hypomaturation dengan karakteristik putih buram dan koronal dari enamel, seperti yang terlihat pada pria ini

dengan mutasi P70T.

Sumber : www.interscience.wiley.com

3. Mutasi AMELX di Daerah Pengkodean C Terminus

Ada lima mutasi yang berbeda yang memperkenalkan stop kodon terlalu dini dan

memotong C- terminus dari protein amelogenin . Empat dari mutasi ini adalah penghapusan

nukleotida tunggal di berbagai lokasi di ekson 6. Satu mutasi AMELX yang menunjukkan

perubahan nukleotida tunggal dan stop kodon terlalu dini pada akhir ekson 6. Hal ini

menghasilkan disekresikannya protein amelogenin 14 asam amino lebih pendek dari tipe

normal. Meskipun adanya perbedaan ini, semua mutasi dievaluasi sampai saat ini yang

mempengaruhi C - terminus dari protein amelogenin berhubungan dengan penipisan umum

dari enamel dan fenotipe hipoplasia halus (Gambar 3 ).

Gambar.3. Mutasi AMELX mempengaruhi C-terminus dari protein amelogenin menyebabkan penurunan umum

ditandai dengan ketebalan enamel pada laki-laki (A) dan menghasilkan alur vertikal pada wanita karena

Lyonization, seperti yang terlihat pada gigi perempuan ini heterozigot (B).

Sumber : www.interscience.wiley.com

AUTOSOMAL DOMINANT AMELOGENESIS IMPERFECTA

Page 5: Kelompok 12 OB 2

1. Mutasi ENAM : Genotype and Phenotype

Selain amelogenin ada banyak komponen matriks ekstraseluler lainnya dalam

mengembangkan enamel , termasuk protein seperti ameloblastin , enamelin dan proteinase

yang diperlukan untuk memproses protein matriks selama mineralisasi dan dikodekan oleh

gen pada autosom. Enamelin adalah protein glikosilasi disekresikan dalam jumlah yang

relatif rendah ( 1-5 % dari matrix ). Sementara peran spesifik dari enamelin di amelogenesis

tidak diketahui, diduga terlibat dalam regulasi pertumbuhan kristal dan kristal perpanjangan.

Cacat molekul yang pertama terkait dengan autosomal jenis AI diidentifikasi sebagai mutasi

pada gen coding enamelin ( Enam ) yang terletak pada kromosom 4q21. Fenotip hipoplasia

lokal yang dihasilkan dari mutasi Enam yang pada dasarnya menghentikan produksi protein

dari satu alel ditandai oleh band-band horisontal lubang hipoplasia yang mencakup gigi

(Gambar 4 ).

Gambar 4

Enam mutasi dominan autosomal yang terkait dengan haploinsufisiensi menghasilkan fenotipe

hipoplasia lokal ditandai oleh band-band horisontal lubang yang terjadi pada ketinggian yang sama

pada mahkota dari semua gigi meskipun perbedaan mereka ditandai dalam pengembangan kronologis

seperti yang terlihat di gigi individu yang terkena ini.

Sumber : www.interscience.wiley.com

Sebaliknya, mutasi yang mengakibatkan disekresikan fenotip hipoplasia lokal

tetapi merubah protein yang terkait dengan fenotipe umum hipoplasia tipis (Gambar

5) di mana evaluasi sering mengungkapkan band horisontal halus dan pitting pada

permukaan enamel.

Page 6: Kelompok 12 OB 2

Gambar. 5.

Enamel umumnya tipis pada individu yang terkena ini memiliki permukaan pit kasar yang dihasilkan

dari mutasi Enam yang menghasilkan sesuatu mempengaruhi negatif dominan.

Sumber : www.interscience.wiley.com

AUTOSOMAL RECESSIVE AMELOGENESIS IMPERFECTA

Dua bentuk karakteristik yang baik ditandai dari Amelogenesis Imperfecta

berhubungan dengan proteinase utama yang bertanggung jawab untuk memproses

enamel matriks ekstraseluler selama perkembangan enamel. Yaitu enamelysin ,

sebuah metalloproteinase matriks (dikodekan oleh gen MMP20), disekresikan paling

berlimpah selama tahap sekresi pembentukan dan proses amelogenin dalam mode

yang sangat dikontrol. Kalikrien empat (secara resmi dikenal sebagai enamel matriks

serin proteinase 1 , EMSP1), adalah proteinase serin (dikodekan oleh gen KLK4) dan

dikeluarkan paling berlimpah selama tahap pematangan. KLK4 dapat membelah

berbagai protein dan dianggap bertanggung jawab untuk mengeluarkan protein

matriks hampir seluruhnya untuk memungkinkan pertumbuhan akhir dari kristal

enamel. Mutasi di kedua proteinase ini terkait dengan hypomaturation berpigmen AI

dan email yang tidak mineralisasi secara maksimal dan menunjukkan peningkatan

retensi protein.

1. Mutasi Enamelysin (MMP20) : Genotype and Phenotype

Enamelysin (dikodekan oleh gen MMP20) dianggap sebagai matriks metaloproteinase

gigi. Dua mutasi terjadi dalam gen ini yang konon akan menyebabkan hilangnya fungsi.

Kedua mutasi MMP20 berhubungan dengan pigmen fenotip hypomaturation Amelogenesis

Imperfecta ditandai dengan enamel yang memiliki kandungan mineral yang kurang. Gigi

Page 7: Kelompok 12 OB 2

memiliki warna oranye-coklat, memiliki ketebalan enamel normal, dan enamel tidak

radioopak yang menunjukkan sedikit kontras bila dibandingkan dengan dentin (Gambar 6).

Gambar. 6. Autosomal resesif pigmen fenotip hypomaturation yang dihasilkan oleh mutasi MMP20 ditandai

dengan gigi yang telah mengurangi kandungan mineral dan memiliki perubahan warna putih-coklat

Sumber : www.interscience.wiley.com

2. Kalikrein 4 Mutations: Genotype and Phenotype

Fenotip enamel diamati dengan mutasi KLK4 adalah konsisten dengan hilangnya

fungsi protein penting untuk peran dalam mineralisasi enamel dan temporal yang diketahui

dan ekspresi spasial. Gigi dari individu yang terkena memiliki warna oranye - coklat ditandai

baik pada gigi sulung maupun permanen (Gambar 7 ) . Radiografi , gigi memiliki morfologi

normal dengan enamel yang memiliki radiodensitas menurun dibandingkan dengan gigi

normal. Kristal enamel tampaknya telah meningkat ruang antara enamel yang memiliki

peningkatan retensi protein seperti amelogenin.

Page 8: Kelompok 12 OB 2

Gambar 7. Autosomal hypomaturation berpigmen resesif akibat mutasi KLK4 adalah

ditandai dengan memiliki ketebalan enamel yang normal ditandai warna oranye-coklat, seperti yang terlihat

pada wanita yang terkena ini.

HIPOPLASIA EMAIL

Definisi

Hipoplasia email sering ditemukan dan terjadi pada sekitar 10% populasi. Hipoplasia

email merupakan istilah untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yang

menghasilkan cacat menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia email dapat

mengenai gigi susu dan tetap

Etiologi dan Patogenesis

Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat herediter

dan terjadi kelainan degeneratif pada sel ameloblas yang mengganggu pembentukan email.

Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode pembentukan gigi, yaitu dalam masa

pembentukan matriks email, gigi akan mengalami defek dalam bentuknya.

Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat menimbulkan

jejas pada sel ameloblas dan menyebabkan hipoplasia.

Page 9: Kelompok 12 OB 2

Defisiensi nutrisi dari vitamin A, C dan D dapat menyebabkan hipoplasia sistemis.

Penderita dengan riwayat riketsia (kekurangan vitamin D) seringkali menunjukkan hipoplasia

berat.

Penyakit yang berhubungan dengan demam tinggi, terutama campak dan cacar air

menyebabkan ceruk horizontal.Ceruk ini merupakan tempat berkumpulnya sisa makanan dan

bakteri, menyebabkan warna coklat tua. Selain itu, masih ada penyakit sistemis lain,

misalnya:

toksemia atau penyakit kandungan lain yang dapat mengganggu pembentukan email

in utero;

skalartina pada anak-anak atau bayi;

defisiensi kalsium, fosfor;

gangguan gastrointestinal; dan

demam eksantematus pada bayi.

Hipoplasia email disebabkan oleh toksemia

sumber:http://php.med.unsw.edu.au/embryology/images/a/a5/Enamel_Hypoplasia_Due_to_Maternal_

Toxemia.jpg

Penyebab lain hipoplasia adalah sifilis kongenital. Pada wanita hamil yang

terinfeksi dengan sifilis yang tidak diobati akan menyebabkan spirochaeta menyerang

janin minggu ke-16 dan benih gigi menjadi cacat. Pada anak-anak tanda kerusakan

yang karakteristik dapat terlihat pada gigi anterior tetap atau gigi posterior. Terlihat

pengurangan dimensi mesiodistal gigi-geligi yang terkena. Gigi insisivus atas

menyempit di daerah sepertiga insisal. Gigi insisivus pertama menyerupai obeng dan

mungkin mempunyai takik di bagian tengah, dinamakan insisivus Hutchinson (nama

seorang dokter umum yang pertama kali menyatakan perubahan ini pada sifilis).

Page 10: Kelompok 12 OB 2

Insisivus lateral umumnya berbentuk konus dan dinamakan gigi pasak (peg) lateralis.

Gigi pertama sempit dan mempunyai struktur tonjolan yang banyak dan membulat

pada permukaan oklusal menyerupai buah murbai, maka gigi ini dinamakan mulberry

molar.

Hipokalsemia merupakan penurunan kadar kalsium dalam serum dan dapat

menyebabkan lubang atau lekukan pada gigi-geligi. Keadaan ini mungkin terlihat

pada penyakit hipoparatiroidisme dan defisiensi vitamin D. Perubahan yang terjadi

sama seperti yang terlihat pada hipoplasia sistemis.

Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan hipoplastik sehingga email tampak

berbercak putih yang makin lama makin coklat. Kebanyakan fluor dapat

menyebabkan dental fluorosis terjadi kalsifikasi email sehingga berwarna seperti

kapur yang kemudian mengalami pigmentasi sehingga berwarna coklat tidak

beraturan (mottled). Derajat kerusakan bertambah bila konsentrasi fluor bertambah.

Kadar fluor optimal dalam air minum ditentukan sebesar 1 ppm, bila lebih rendah

tidak bermanfaat untuk megurangi kerusakan dan bila lebih tinggi dapat menyebabkan

dental fluorosis. Jika konsumsi fluor melalui air minum sebesar 5 ppm,gigi menjadi

lebih sedikit kerusakannya, tetapi dapat mengalami mottled berat.

Bila faktor-faktor lokal berperan, keadaan hipoplasia ini disebut hipoplasia

Turner dan umumnya satu gigi yang terkena dan dinamakan Turner's tooth. Tidak ada

pola yang simetris pada pola gigi yang terlibat, umumnya pada gigi insisivus atas

tetap atau premolar. Penyebabnya adalah trauma pada gigi susu atau infeksi pada akar

gigi susu yang mengganggu pembentukan mahkota gigi tetap.

Gigi Turner: Hipoplasia email mengenai satu gigi (Rapp dan Winter, 1979)

sumber: Gangguan Tumbuh kembang Dentokraniofasial oleh drg. Janti Soediono

Bila penyebabnya sistemis, hipoplasia meliputi gigi-geligi kontra-lateral

dengan pola yang sesuai dengan periode waktu selama gigi tersebut sedang

berkembang.

Page 11: Kelompok 12 OB 2

Perkembangan gigi-geligi mengikuti perkembangan yang spesifik, oleh karena

itu waktu terjadinya cedera dapat ditentukan. Sebagai contoh, pada gigi tetap,

sebagian besar kasus hipoplasiaterjadi antara bulan ke 1-10. Selama m asa itu,

mahkota yang sedang berkembang yang akan menunjukkan defek adalah molar

pertama, insisivus (kecuali insisivus lateral atas), dan kaninus. Bila insisivus lateral

atas dan premolar terkena, waktu serangan terjadi antara bulan ke-11 sampai ke-34.

Jadi, hipoplasia email memberikan data permanen atas periode terjadinya cedera.

Bila cedera berlangsung singkat, ceruk, alur (groove), atau garis hanya mengenai

sebagian kecil dari gigi. Sebaliknya, bila periode cedera panjang, lebih banyak

struktur gigi yang rusak dan menghasilkan daerah bergaris yang luas. Dua garis, satu

pada sepertiga insisal dan lainnya pada sepertiga servikal dari gigi insisivus

menunjukkan terjadinya 2 periode serangan yang terpisah. Kemungkinan penyebab

yang paling banyak dari hipoplasia adalah idiopatik (penyebabnya tidak diketahui).

Sindrom Turner: Tanggalnya gigi-geligi susu yang terlalu cepat, erupsi cepat gigi-geligi tetap

sumber: Gangguan Tumbuh kembang Dentokraniofasial oleh drg. Janti Soediono

Gambaran Klinis

1. Jenis kualitatif: Berkurangnya mineralisasi (hipomineralisasi), secara klinis

bermanifestasi sebagai hipomineralisasi (amelogenesis imperfekta) dan aplasia email

2. Jenis kuantitatif: mineralisasi normal, ketebalan email berkurang

Secara klinis, tampak gambaran yang sangat bervariasi. Gigi dapat tampak

cekung berwarna cokelat karena hampir tidak terbentuk email. Hipoplasia dapat pula tampak

sebagai ceruk kecil, barisan lekukan horizontal atau ceruk, atau tampak sederhana sebagai

hilangnya lapisan email.

Pada fluorosis gigi, manifestasi yang tampak dapat merupakan bercak putih atau opak

(hipokalsifikasi), ceruk (lubang lekukan) dengan hilangnya bentuk normal (hipoplasia), atau

keduanya. Bercak putih yang terbentuk pada saat gigi erupsi sesuai waktu serangan, warna

cokelat merupakan karakteristik mottled email.

Page 12: Kelompok 12 OB 2

Jejas kelahiran atau kelahiran prematur dapat menyebabkan defek garis yang jelas

pada mesiodistal atau horizontal. Garis neonatal ini umumnya terlihat pada sepertiga gingiva

dari insisivus susu dan ujung molar pertama tetap.

DENTINOGENESIS IMPERFEKTA (DI)

Definisi

Dentinogenesis Imperfecta Merupakan gangguan pembentukan dentin yang bersifat

herediter, dimana terjadi keabnormalan pada struktur dentin. Gangguan ini menyebabkan

kerusakan matriks predentin yang mengakibatkan dentin sirkum pulpa tidak terbentuk dan

tidak teratur. DI adalah suatu penyakit turunan yang dominan yang tidak terpaut dengan jenis

kelamin. DI dapat terjadisendiri / gabungan dengan mesodermal yang lain

Etiologi

Faktor Herediter, yang diturunkan secara autosomal dominan, umumnya terjadi pada

keluarga yang diketahui membawa sifat autosomal dominan

Faktor Lingkungan, seperti infeksi virus Rubella dan Sifilis saat kehamilan biasanya

disertai dengan penyakit albinisme, osteogenesis imperfecta

Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dentin. Dentinogenesis imperfecta

adalah suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur kolagen dentin selama

embriogenesis terutama pada tahap diferensiasi jaringan dan formasi matriks organik.

Dentinogenesis imperfecta terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi perkembangan gigi.

Selama tahap histodiferensiasi terjadi diferensiasi sel pada dental papilla menjadi odontoblas

dan sel epitel email dalam menjadi ameloblas. Histodiferensiasi, terjadi proses diferensiasi

sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan

aposisi. Bagian perifer dari dental organ akan menjadi odontoblas, lapisan ini akan

membentuk dentin. Gangguan diferensiasi sel-sel formatif benih gigi akan menghasilkan

struktur email dan dentin yang abnormal, salah satunya adalah dentinogenesis imperfecta.

Gambaran klinis

Dentinogenesis imperfecta dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen.

Secara klinis dapat terlihat, mukosa mulut terlihat normal, gigi berwarna abu-abu agak

transparan sampai agak kecoklatan. Kemudian segera setelah gigi sulung erupsi lengkap,

Page 13: Kelompok 12 OB 2

enamel relative mudah patah dari bagian insisal edge pada permukaan gigi anterior dan

permukaan oklusal dari gigi posterior. Selanjutnya bagian dentin yang relative lunak akan

mudah terkikis, sehingga tubuli dentin terbuka, hal ini dapat menimbulkan rasa ngilu.

Selanjutnya pulpa mudah tereksponasi bahkan terjadi pulpa nekrosis. Kadang-kadang

diikuti dengan kerusakan jaringan gingival. Dentinogenesis imperfecta biasanya mempunyai

ukuran normal, namun pada permukaan servikal terlihat pengerutan, sehingga mahkota gigi

terlihat membulat. Pada pemeriksaan radiologis terlihat akar yang ramping dan pendek,

kavum pulpa terlihat kecil atau hampir tidak terlihat, saluran akar kecil atau bahkan terlihat

seperti garis tipis.Kondisi ini merupakan indikasi kerusakan / gangguan jaringan mesodermal.

Kadang-kadang ditemukan periapikal radiolusen pada gigi sulung. Ada kalanya akar patah

bahkan multiple fracture dapat terjadi, yang biasanya pada pasien yang lebih tua. Apabila

dibandingkan dengan gigi sulung maka pada gigi permanen biasanya relative lebih baik

kondisinya.

Akibat Dentinogenesis imperfecta

Dentinogenesis imperfecta dapat menimbulkan pewarnaan gigi, dan gigi sensitive

akibat atrisi, berkurangnya tinggi gigitan, gangguan fungsi otot-otot pengunyahan, dan

gangguan fungsi bicara yang akan mengganggu penampilan seseorang. Adanya atrisi yang

ditimbulkan akibat rapuhnya struktur gigi, sehingga dentin akan mudah terbuka, dengan

demikian gigi akan menjadi lebih sensitif yang mengganggu fungsi pengunyahan dan bicara.

Berkurangnya tinggi gigitan dapat menyebabkan oklusi abmormal, selanjutnya akan

mengganggu sendi temporomandibula.

1. Dentinogenesis imperfecta tipe 1 (dentino imperfecta)

Kondisi ini merupakan satu dari beberapa manifestasi penyakit tulang secara umum

disebut osteogenesis imperfecta (OI) yang diturunkan secara autosoma dominan.

Gambaran klinis

Dl tipe satu selalu timbul dengan kombinasi OI yang merupakan suatu kerusakan tulang

yang kompleks yang dapat menimbulkan fraktur tulang multiple dengan presentasi kejadian,

60% sendi-sendi yang sangat mudah bergerak, 50% selera biru dan gangguan pendengaran

yang progresif 60% serta kerusakan dentin 50%. DI tipe 1 biasanya memperlihatkan

gambaran translusensi kekuningan pada gigi susu ataupun permanen, dan terdapat banyak

Page 14: Kelompok 12 OB 2

variasi ekspresi dari keseluruhan gigi yang terkena, hanya sedikit yang menunjukkan

perubahan warna yang ringan.

Pada gigi yang terdiskolorisasi, sering terdapat enamel yang rusak (patah), yang

mengakibatkan atrisi yang cepat. Cirri klinis yang paling menyolok adalah warna biru muda

sampai biru tua atau coklat. Mahkota gigi sering berbentuk bukbous sebagai akibat konstriksi

servikal yang kuat, akar gigi yang tipis dan pendek dan ternyata transparan sesudah

pencabutan.

Gambaran Radiologi

Mahkota gigi berbentuk bulbous dengan penyempitan kearah servikal, dengan akar

yang pendek dan tumpul. Walaupun akarnya pendek dan tumpul, namun sementum,

membrane periodontal dan tulang alveolar terlihat normal. Ruang pulpa dan saluran akar

menyempit sesudah erupsi atau segera setelah erupsi sehingga menyebabkan obliterasi pada

ruang pulpa dan saluran akar sebagian atau seluruhnya.

2. Dentinogenesis Imperfecta tipe ll (Dentin Opak Herediter)

Tipe ll (dentin opak herediter) timbul tanpa disertai oestoegenesis imperfeecta dan

diturunkan sebagai suatu rantai perikatan autosomal dominan. DI tip ell merupakan dysplasia

pada daerah mesodermal yang mempengaruhi gigi sulung maupun permanen.

Pada DII tipe ll, kelainan ini tidak disertai dengan kerusakan tulang (osteogenesis

imperfect). Gigi dapat berwarna coklat sampai biru, kadang-kadang berwarna kuning atau

abu-abu dengan opalescent hipoplastik dan hipokalsifikasi, dan cenderung retak/bergesar dari

dentin. Pada keadaan dentin yang sudah parah, cepat mengalami . atrisi.

Gambaran Radiologi

Gigi mempunyai mahkota bulat dengan akar yang mengkerut. Lebar ruang pulpa

abnormal dan menyerupai “shell teeth”, kemudian ruang pupa ini akan menghilang.

3. Dentino imperfecta tipe lll (tipe Brandywine)

Shell teeth merupakan penyakit herediter yang di turunkan secara autosom dominan,

adanya mutasi pada gen DSPP. Gen DSPP menyediakan instruksi untuk membuat dua protein

yang penting untuk perkembangan gigi yang normal. Protein ini terlibat dalam pembentukan

dentin, yang merupakan zat seperti tulang yang membentuk lapisan tengah pelindung setiap

gigi. DSPP mutasi gen mengubah protein dibuat dari gen, menyebabkan produksi dentin

Page 15: Kelompok 12 OB 2

abnormal dan menjadi lunak. Gigi menjadi gigi rusak tampak berubah warna, lemah, dan

lebih mungkin untuk membusuk dan mati.

Pemeriksaan histologi mengungkapkan bahwa dentin yang normal yg terletak di

bawah dentinoenamel junction hanya sedalam 1-2 mm. selanjutnya dentin tiba-tiba

mengalami perubahan seiring dengan perubahan arah tubulus dengan bentuk dan gambaran

yang jelas berbeda dengan deposisi dentin normal. Ini terlihat sebagai sel-sel pulpa karena

ketidakmampuan membentuk matriks.

Kebanyakan gigi memiliki saluran pulpa besar dengan dentin tipis di akar, tetapi

mahkota cenderung memiliki peningkatan deposisi dentin. Pada beberapa gigi, mahkota

hampir tidak ada dentin. Dentin dari beberapa gigi terlihat sebagai area radiolusen yang kecil

yang mungkin merupakan globular dentin.

Pada perkembangan lanjutan gigi mungkin akan mengalami fraktur akar, Mengingat

akar hanya dilapisi lapisan tipis dentin. Fraktur dapat terjadi secara spontan tanpa sebab-

sebab yang jelas. Gigi yang mengalami fraktur akar apabila tetap dipertahankan di mulut

selama bertahun-tahun tanpa diberikan perawatan memungkinkan terjadinya trauma.

Gambaran klinis

Gambaran klinis dari shell teeth menunjukan gigi geligi dengan penampilan seperti

shell (kulit kerang) dan pembukaan pada pulpa gigi. Mahkota cenderung bulbous dan sudah

atrisi pada waktu erupsi. Pada shell teeth ini kedua gigi geligi dapat terkena baik pada gigi

desidui maupun permanen. Shell teeth merupakan gangguan herediter dentin (zat tulang-

seperti yang membuat sebagian gigi) mempengaruhi perkembangan gigi. Kondisi ini

menyebabkan gigi akan berubah warna (paling sering biru- abu-abu atau kuning-coklat

warna) dan transparan. Gigi juga lebih lemah dari biasanya, membuat gigi rentan terhadap

keausan yang cepat, kerusakan, dan kehilangan. Masalah ini dapat mempengaruhi baik gigi

sulung (bayi) dan gigi permanen. Dentinogenesis imperfekta tipe III disebabkan oleh mutasi

pada DSPP gen yang diwariskan dalam autosomal dominant.

Gambaran Radiologis

Page 16: Kelompok 12 OB 2

Radiografi memperlihatkan enamel normal dan radiodensity dentin, namun enamel

mungkin sudah hampir hilang dengan dentin yang sedikit tersisa. Crowns mungkin muncul

bulat pada gigi posterior dengan konstriksi serviks yang terlihat. Ruang dan kanal pulpa

mungkin normal, mengandung batu pulpa atau, kadang-kadang menjadi sebagian atau

seluruhnya terdapat gambaran akar menipis atau terlihat pendek dari panjang normal atau

tidak ada sama sekali. Mungkin ada radiolusen periapikal dan tidak ada karies gigi

Gambaran Radiografis

Macam-macam penampakan radiografis dentinogensis imperfecta

Sumber: http://drgstoothpix.com/radiographic-interpretation/tooth-anomalies/shape-variations-

generalized/dentinogenesis-imperfecta/

DENTIN DISPLASIA

Definisi

Page 17: Kelompok 12 OB 2

Dentin displasia merupakan salah satu kelainan genetik dalam pembentukan dentin baik

pada gigi sulung maupun gigi permanen, biasanya menunjukkan suatu kelainan herediter

autosomal dominan. Hal ini ditandai dengan adanya enamel normal dengan dentin yang tidak

khas dan morfologi pulpa normal yang tidak normal. Ada dua tipe klasifikasi dentin dysplasia

menurut Shields yaitu Tipe I merupakan tipe radikuler dimana perkembangan gigi dengan

mahkota yang normal baik dari bentuk, matriks dan konsistensinya namun memilik akar yang

pendek, konus, dan konstriksi pada ujung apikalnya dan tipe II merupakan jenis koronal

dimana akar gigi terlihat normal namun terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan

ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa seperti duri pada rongga pulpa.

Etiologi

Telah diklasifikasikan oleh Shields bahwa dentin dysplasia berhubungan dengan

gangguan genetik. Dentin dysplasia tampaknya terjadi sebagai sifat terisolasi, yang biasanya

diwariskan oleh transmisi keturunan autosomal dominan yang berhubungan dengan

kromosom. Sebagian besar ahli medis menyimpulkan bahwa mutasi pada gen

sialophosphoproprotein dentin (DSPP) menjadi penyebab utama terjadinya dentin dysplasia

ini.

Dentin dysplasia tipe 1 adalah anomali langka dengan etiologi yang sebenarnya belum

begitu jelas karena beberapa jenis dentin dysplasia tipe 1 menunjukkan kelainan keturunan

autosomal-dominan, tetapi tidak diketahui apakah dentin dysplasia tipe 1 ini merupakan

gangguan lain alel dari gen sialophosphoproprotein dentin (DSPP), atau fenotipe campuran.

Patogenesis

Kasus dentin dysplasia dapat terjadi kemungkinan hasil dari mutasi genetik maternal.

Kedua tipe dentin dyslpasia merupakan dominan autosomal. Salah satu gen yang mengkode

kolagen mungkin terlibat. Wilayah calon dentin dysplasia tipe 2 pada 4q21 kromosom, dan

meskipun lokasi yang tepat tidak diketahui, mungkin tumpang tindih lokasi gen yang rusak

dalam dentinogenesis tipe imperfecta 2 yang mungkin alelik.

Kerusakan dentin pada dentin dysplasia (DD tipe II) terjadi akibat mutasi pada

pembelahan ikatan peptida dan pengkodean DSPP. Mutasi yang terjadi pada DSPP dapat

berupa missense mutation dan mutation. Missense mutation terjadi pada ikatan peptida dan

mutation terjadi pada bagian pengkodean DSPP. Perubahan missense di DSPP adalah

penyebab dentin dysplasia tipe 2 dalam suatu keluarga. Mutasi menyebabkan hilangnya

fungsi dari kedua DSP dan DPP, dengan bersamaan kerusakan mineralisasi dentin.

Tabel 1. Identifikasi mutasi DSPP terhadap Dentin Dysplasia (DD) dan Dentinogenesis Imperfecta

Page 18: Kelompok 12 OB 2

Tabel diatas menerangkan bahwa satu mutasi DSPP yang menyebabkan dentin

dysplasia, khususnya dentin dysplasia tipe II yang mana mutasi terjadi dengan cara missense

mutasi. Dimana terjadi perubahan basa T – G yang menghasilkan perubahan asam amino.

Jenis mutasi DSPP yang dominan yang menyebabkan DI dan DD dapat dibagi

menjadi tiga jenis yaitu, 1) perubahan ikatan peptida, 2) perubahan tiga asam amino dari

protein yang matang , Ile - Pro - Val (termasuk ekson 3 - skipping mutasi ) , dan 3) delesi

atau pengurangan yang dihasilkan dalam jaring -1 bp dalam domain DPP yang berulang.

Peptida dan rantetan Ile-Pro-Val tampaknya penting dalam pengolahan protein yang benar

dan melalui retikulum endoplasma kasar (rER), aparatus golgi, dan atau keluar dari

odontoblas tersebut. Mutasi yang terjadi pada salah satu ini, diduga mengganggu pengolahan

protein normal sel. Dan jika terjadi delesi dari kekurangan 1 pasangan basa (-1 bp mutasi

frameshifts) menyebabkan perubahan dari perubahan hidrofilik menjadi hidrofobik

memungkinkan gangguan pengolahan organel selanjutnya. Ketiga jenis mutasi ini diduga

memiliki dampak negatif pada pembentukan matriks dentin atau

mineralisasi dentin karena odontoblas tidak dapat membuat atau mensekresi DSPP normal.

Page 19: Kelompok 12 OB 2

Gambar 1. Persamaan mutasi DSPP yang berhubungan dengan DD (tanda panah ke atas) dan DI

(tanda panah ke bawah)

Keempat ekson mengkode DSPP ditunjukkan pada skala di atas yang dipisahkan oleh

intron (batang padat). Gambar segitiga terbuka menunjukkan lokasi dari bagian pembelahan

DSP/DPP. Terdapat 12 posisi yang terlihat sepanjang gen DSPP dimana mutasi diidentifikasi

untuk dentin dysplasia atau dentinogenesis imperfecta. Pada peptida ekson 2, c. 16T > G

dikaitkan dengan dentin dysplasia. Sementara pada c, 44C > T dikaitkan dengan

dentinogenesis imperfecta. Pada bagian domain ulang DPP (berbintik), terdapat tiga DD yang

berhubungan dengan mutasi frameshift yang kehilangan 1 pasangan basa di 5’dan 6 yang

berhubungan dengan DI pada mutasi yang sama. Dan dapat dilihat bahwa DD berhubungan

semata-mata dengan mutasi frameshift DI.

Pada tanda bintang di skala menunjukkan bahwa terjadi mutasi frameshift yang

menghasilkan c. 3141delC. Dimana terjadi delesi basa C pada doman ulang DSPP. Dimana

alel normal pada DSPP, GTGACAGCAGTGACA karena terjadi

mutasi menjadi GTGACAGAGTGCA. Disimpulkan bahwa DD dan DI adalah hasil fenotip

dari kombinasi yang sama.

Evaluasi klinis dari penelitian yang dilakukan pada sebuah keluarga dengan DD-II

menunjukkan bahwa fenotip DD-II tumpang tindih terhadap DGI-II. Untuk membuat

perbedaan antara DD-II dan DGI-II didasarkan tingkat keparahannya. Lokus penyakit

tersebut terletak di wilayah 4q21-Q24, yang meliputi penyakit gen DSPP.

Analisis mutasi DSPP menunjukkan bahwa ketika sekresi DSPP berkurang sedikit

sehingga menghasilkan fenotip DD-II. Namun, jika sekresi DSPP berkurang dari setengahnya

lagi maka akan menghasilkan fenotif DG-II. Evaluasi genetik dan klinis dari keluarga yang

memiliki pewarisan kerusakan dentin secara konsisten menafsirkan bahwa dentin dysplasia

tipe II dan dentinogenesis imperfecta tipe II adalah penyakit yang sama. Perbedaannya

Page 20: Kelompok 12 OB 2

terutama dalam tingkat keparahan yang mendasari kerusakan genetik dan fenotip klinis yang

dihasilkan.

1. Dentin Displasia Tipe 1 ( tipe radikular)

Gambaran Klinis

Dentin displasia tipe I (radikuler tipe) dilihat dari gambaran klinis terlihat bentuk warna

yang normal pada mahkota gigi sulung maupun permanen, meskipun warna pada gigi

biasanya normal, pada beberapa kasus menampakkan warna kebiruan atau kecoklatan yang

translusen pada bagian servikal. Pada DDI, erupsi gigi biasanya normal. Gigi lebih resisten

terhadap karies gigi, dan secara klinis terdapat atrisi pada pertumbuhan gigi, baik sulung

maupun permanen.

Gambar 1. klinis dentin displasia tipe I (sumber: www.gfmer.ch)

Gambaran Radiologi

Dalam pertumbuhan gigi, akar pendek, tumpul, berbentuk kerucut, atau sama sekali tidak

terbentuk. Pada gigi desidui, ruang pulpa dan saluran akar biasanya tidak terbentuk lengkap,

sedangkan pada pertumbuhan gigi permanen, sisa-sisa pulpa yang berbentuk bulan sabit

masih dapat terlihat di ruang akar. Kehilangan dentin pada gigi permanen biasanya terjadi

pada tahap pre-erupsi.

Gambar 2. Gambaran radiologi dentin displasia tipe I ( sumber: en.wikipedia.org )

2. Dentin Displasia Koronal (Tipe II)

Gambaran Klinis

Dentin displasia tipe II (OMIM # 125420) juga diturunkan sebagai sifat autosomal

dominan. Dentin displasia tipe II ditandai dengan gigi primer dengan keseluruhan pulpa

Page 21: Kelompok 12 OB 2

lenyap dan berwarna coklat atau kuning kebiruan. Gigi permanen memiliki penampilan yang

normal atau sedikit berwarna kekuningan, akar normal dalam ukuran dan bentuk dengan

"thistle tube" berbentuk kamar pulpa dengan batu pulpa. Pada gigi sulung, coronal dentin

displasia memiliki kemiripan dengan DGI tipe II.

Gambar 3. Gambaran klinis dentin displasia tipe II. (sumber:

stjosephlitreview.blogspot.com)

Gambaran Radiografi

Selain normal dalam hal warna, gigi permanen juga normal dalam bentuk dan ukuran.

Namun, mereka juga memiliki kelainan karakteristik dari kamar pulpa. Dalam gambaran

radiografi, kamar pulpa pulpa terlihat seperti "flame shaped" dan sering memiliki ekstensi

yang abnormal terhadap akar (misalnya, bentuk dari kamar pulpa "thistle-tube"). Selain itu,

kamar pulpa sering mengandung banyak batu pulpa, yang merupakan deposit abnormal

garam kalsium (kalsifikasi).

Gambar 4. Gambaran radiografi dentin displasia tipe II (sumber: www.studyblue.com)

Page 22: Kelompok 12 OB 2

DaftarPustaka

Mc Donald RE, Avery. Dentistry for child and adolescent. 7th ed. St Louis: Mosby;

1994

Laskaris G. Color Atlas of Orla Diseases in Children and Adolescents. New

York:Thieme. 2000

Pinkham, J.R. Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence. Philadelphia. W.B.

Saunders Co. 1994

Koch, G. Poulsen S. Pediatric Dentistry A Clinical Approach. Copenhagen: Munkskaard.

2001

Sudiono, Janti. Gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial. Jakarta: EGC.2008

Scully dan Wellbury. Color Atlas of Oral Disease in Children and Adolescents. London:

Wolfe; 1994

Rajendran dan Sivapathasundharam. Shafer's Textboook of Oral Pathology. ed 6. India:

Goupson'sPapers