kelompok 12 ob 2
DESCRIPTION
added on December 16th, 2013TRANSCRIPT
Lesi Jaringan Herediter
Makalah Oral Biology 2
Disusun oleh :
MEILANI (04121004062)
GABRIELA MARETTA (04121004063)
FINA RAHMA HUSAINA (04121004064)
RESTY WAHYU VERIANI (04121004065)
HEZTRI SELA PRIMA (04121004066)
Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
AMELOGENESIS IMPERFECTA
Definisi
Kondisi herditer yang diakibatkan oleh pembentukan email yang tidak sempurna. Ciri
– cirinya adalah hipoplasia email (gigi yang menjadi aus sampai daerah gingiva dan bewarna
coklat tua), hipokalsifikasi email yakni email menjadi berlubang – lubang, seperti kapur, dan
kehitam – hitaman, kadang terdapat daerah yang sama sekali tidak ada email.1
Etiologi dan Mekanisme 2,3
X-LINKED AMELOGENESIS IMPERFECTA
1. Mutasi AMELX yang beragam dan termasuk penghapusan, missense, dan
Mutasi Nonsense
Semua bentuk X-linked dari amelogenesis imperfecta dengan dasar molekuler
berhubungan dengan mutasi pada gen AMELX (terletak di kromosom Xp22) yang
merupakan kode untuk amelogenin. Amelogenin adalah protein matriks extraseluler dominan
dalam mengembangkan enamel dan diperkirakan membentuk perancah organik melalui
perakitan diri yang sangat penting untuk mengendalikan perrumbuhan kristal enamel yang
teratur dan terarah. Manusia memiliki amelogenin sinyal peptida sebanyak 16 asam amino,
dan terutama menyekresikannya sebanyak 175 protein asam amino. Hal ini diketahui bahwa
ada alternatif penyusunan protein amelogenin dengan menghapus atau menambahkan produk
ekson tertentu. Selama pembentukan enamel normal protein amelogenin diproses secara
terkendali sehingga menghasilkan mekanisme peraturan yang penting untuk pertumbuhan
kristal. Keasaman amelogenin pada C - terminus memiliki afinitas mineral tinggi
dibandingkan dengan molekul amelogenin yang tersisa dan cepat membelah setelah sekresi
protein induk dari ameloblasts. Selama pembentukan enamel normal protein amelogenin
hampir sepenuhnya dihapus sehingga memungkinkan kristal enamel untuk tumbuh dan
menghasilkan enamel matang yang lebih besar dari 95 % berat mineral.
Kesalahan kode pada hasil didasarkan pada dua fenotip yang berbeda tumpang tindih,
kadang – kadang dapat merupakan kekurangan dalam jumlah enamel dan cacat pada
mineralisasi enamel. Fenotip enamel tampaknya terkait dengan perubahan kehilangan
amelogenin yang bervariasi, mutasi sinyal peptida, atau perubahan fungsi domain tertentu.
Empat mutasi pada sinyal peptida 16 asam amino diidentifikasi . Mutasi ini semua diduga
menyebabkan hilangnya protein atau menyebabkan protein tidak dapat dikeluarkan dari sel .
Semua mutasi sinyal peptida diidentifikasi dengan hasil saat ini dalam penurunan berat
ketebalan enamel dan fenotipe klinis hipoplasia halus amelogenisis imperfecta. Enamel kecil
yang hadir digambarkan keras dan sebagai mineral yang baik. Seperti yang ditunjukan pada
gambar 1.
Gambar1. Kehilangan amelogenin karena sinyal mutasi peptida hasil dalam pengurangan ditandai ketebalan
enamel seperti yang terlihat pada pria ini dengan mutasi p.M1T. Gigi relatif normal dalam warna dan sedikit
berkurang dalam ukuran dan enamel sangat tipis dapat lebih mudah divisualisasikan pada radiografi gigi [Kim et
al., 2004].
Sumber : at www.interscience.wiley.com
2. Mutasi AMELX di Daerah Pengkodean N Terminus
Empat mutasi AMELX melibatkan bagian dari N-terminus dari protein amelogenin.
Yang pertama adalah mutasi frameshift yang dihasilkan dari substitusi nukleotida tunggal
dalam ekson 5 dan masuknya stop kodon terlalu dini. Mutasi ini diprediksi akan
menghasilkan sebuah protein amelogenin yang 36 asam amino panjang. Tiga mutasi yang
lainnya yaitu missense mempengaruhi wilayah N-terminal dari protein amelogenin
melibatkan substitusi nukleotida tunggal yang menyebabkan perubahan asam amino tunggal.
Fenotip yang dihasilkan dari perubahan satu asam amino ini digambarkan sebagai
hypomineralization / hypomaturation dengan perubahan warna coklat dari enamel.
(Gambar 2 )
Gambar. 2.Mutasi AMELX mengubah wilayah yang kaya tirosin dari protein amelogenin penyebab
hypomaturation dengan karakteristik putih buram dan koronal dari enamel, seperti yang terlihat pada pria ini
dengan mutasi P70T.
Sumber : www.interscience.wiley.com
3. Mutasi AMELX di Daerah Pengkodean C Terminus
Ada lima mutasi yang berbeda yang memperkenalkan stop kodon terlalu dini dan
memotong C- terminus dari protein amelogenin . Empat dari mutasi ini adalah penghapusan
nukleotida tunggal di berbagai lokasi di ekson 6. Satu mutasi AMELX yang menunjukkan
perubahan nukleotida tunggal dan stop kodon terlalu dini pada akhir ekson 6. Hal ini
menghasilkan disekresikannya protein amelogenin 14 asam amino lebih pendek dari tipe
normal. Meskipun adanya perbedaan ini, semua mutasi dievaluasi sampai saat ini yang
mempengaruhi C - terminus dari protein amelogenin berhubungan dengan penipisan umum
dari enamel dan fenotipe hipoplasia halus (Gambar 3 ).
Gambar.3. Mutasi AMELX mempengaruhi C-terminus dari protein amelogenin menyebabkan penurunan umum
ditandai dengan ketebalan enamel pada laki-laki (A) dan menghasilkan alur vertikal pada wanita karena
Lyonization, seperti yang terlihat pada gigi perempuan ini heterozigot (B).
Sumber : www.interscience.wiley.com
AUTOSOMAL DOMINANT AMELOGENESIS IMPERFECTA
1. Mutasi ENAM : Genotype and Phenotype
Selain amelogenin ada banyak komponen matriks ekstraseluler lainnya dalam
mengembangkan enamel , termasuk protein seperti ameloblastin , enamelin dan proteinase
yang diperlukan untuk memproses protein matriks selama mineralisasi dan dikodekan oleh
gen pada autosom. Enamelin adalah protein glikosilasi disekresikan dalam jumlah yang
relatif rendah ( 1-5 % dari matrix ). Sementara peran spesifik dari enamelin di amelogenesis
tidak diketahui, diduga terlibat dalam regulasi pertumbuhan kristal dan kristal perpanjangan.
Cacat molekul yang pertama terkait dengan autosomal jenis AI diidentifikasi sebagai mutasi
pada gen coding enamelin ( Enam ) yang terletak pada kromosom 4q21. Fenotip hipoplasia
lokal yang dihasilkan dari mutasi Enam yang pada dasarnya menghentikan produksi protein
dari satu alel ditandai oleh band-band horisontal lubang hipoplasia yang mencakup gigi
(Gambar 4 ).
Gambar 4
Enam mutasi dominan autosomal yang terkait dengan haploinsufisiensi menghasilkan fenotipe
hipoplasia lokal ditandai oleh band-band horisontal lubang yang terjadi pada ketinggian yang sama
pada mahkota dari semua gigi meskipun perbedaan mereka ditandai dalam pengembangan kronologis
seperti yang terlihat di gigi individu yang terkena ini.
Sumber : www.interscience.wiley.com
Sebaliknya, mutasi yang mengakibatkan disekresikan fenotip hipoplasia lokal
tetapi merubah protein yang terkait dengan fenotipe umum hipoplasia tipis (Gambar
5) di mana evaluasi sering mengungkapkan band horisontal halus dan pitting pada
permukaan enamel.
Gambar. 5.
Enamel umumnya tipis pada individu yang terkena ini memiliki permukaan pit kasar yang dihasilkan
dari mutasi Enam yang menghasilkan sesuatu mempengaruhi negatif dominan.
Sumber : www.interscience.wiley.com
AUTOSOMAL RECESSIVE AMELOGENESIS IMPERFECTA
Dua bentuk karakteristik yang baik ditandai dari Amelogenesis Imperfecta
berhubungan dengan proteinase utama yang bertanggung jawab untuk memproses
enamel matriks ekstraseluler selama perkembangan enamel. Yaitu enamelysin ,
sebuah metalloproteinase matriks (dikodekan oleh gen MMP20), disekresikan paling
berlimpah selama tahap sekresi pembentukan dan proses amelogenin dalam mode
yang sangat dikontrol. Kalikrien empat (secara resmi dikenal sebagai enamel matriks
serin proteinase 1 , EMSP1), adalah proteinase serin (dikodekan oleh gen KLK4) dan
dikeluarkan paling berlimpah selama tahap pematangan. KLK4 dapat membelah
berbagai protein dan dianggap bertanggung jawab untuk mengeluarkan protein
matriks hampir seluruhnya untuk memungkinkan pertumbuhan akhir dari kristal
enamel. Mutasi di kedua proteinase ini terkait dengan hypomaturation berpigmen AI
dan email yang tidak mineralisasi secara maksimal dan menunjukkan peningkatan
retensi protein.
1. Mutasi Enamelysin (MMP20) : Genotype and Phenotype
Enamelysin (dikodekan oleh gen MMP20) dianggap sebagai matriks metaloproteinase
gigi. Dua mutasi terjadi dalam gen ini yang konon akan menyebabkan hilangnya fungsi.
Kedua mutasi MMP20 berhubungan dengan pigmen fenotip hypomaturation Amelogenesis
Imperfecta ditandai dengan enamel yang memiliki kandungan mineral yang kurang. Gigi
memiliki warna oranye-coklat, memiliki ketebalan enamel normal, dan enamel tidak
radioopak yang menunjukkan sedikit kontras bila dibandingkan dengan dentin (Gambar 6).
Gambar. 6. Autosomal resesif pigmen fenotip hypomaturation yang dihasilkan oleh mutasi MMP20 ditandai
dengan gigi yang telah mengurangi kandungan mineral dan memiliki perubahan warna putih-coklat
Sumber : www.interscience.wiley.com
2. Kalikrein 4 Mutations: Genotype and Phenotype
Fenotip enamel diamati dengan mutasi KLK4 adalah konsisten dengan hilangnya
fungsi protein penting untuk peran dalam mineralisasi enamel dan temporal yang diketahui
dan ekspresi spasial. Gigi dari individu yang terkena memiliki warna oranye - coklat ditandai
baik pada gigi sulung maupun permanen (Gambar 7 ) . Radiografi , gigi memiliki morfologi
normal dengan enamel yang memiliki radiodensitas menurun dibandingkan dengan gigi
normal. Kristal enamel tampaknya telah meningkat ruang antara enamel yang memiliki
peningkatan retensi protein seperti amelogenin.
Gambar 7. Autosomal hypomaturation berpigmen resesif akibat mutasi KLK4 adalah
ditandai dengan memiliki ketebalan enamel yang normal ditandai warna oranye-coklat, seperti yang terlihat
pada wanita yang terkena ini.
HIPOPLASIA EMAIL
Definisi
Hipoplasia email sering ditemukan dan terjadi pada sekitar 10% populasi. Hipoplasia
email merupakan istilah untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yang
menghasilkan cacat menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia email dapat
mengenai gigi susu dan tetap
Etiologi dan Patogenesis
Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat herediter
dan terjadi kelainan degeneratif pada sel ameloblas yang mengganggu pembentukan email.
Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode pembentukan gigi, yaitu dalam masa
pembentukan matriks email, gigi akan mengalami defek dalam bentuknya.
Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat menimbulkan
jejas pada sel ameloblas dan menyebabkan hipoplasia.
Defisiensi nutrisi dari vitamin A, C dan D dapat menyebabkan hipoplasia sistemis.
Penderita dengan riwayat riketsia (kekurangan vitamin D) seringkali menunjukkan hipoplasia
berat.
Penyakit yang berhubungan dengan demam tinggi, terutama campak dan cacar air
menyebabkan ceruk horizontal.Ceruk ini merupakan tempat berkumpulnya sisa makanan dan
bakteri, menyebabkan warna coklat tua. Selain itu, masih ada penyakit sistemis lain,
misalnya:
toksemia atau penyakit kandungan lain yang dapat mengganggu pembentukan email
in utero;
skalartina pada anak-anak atau bayi;
defisiensi kalsium, fosfor;
gangguan gastrointestinal; dan
demam eksantematus pada bayi.
Hipoplasia email disebabkan oleh toksemia
sumber:http://php.med.unsw.edu.au/embryology/images/a/a5/Enamel_Hypoplasia_Due_to_Maternal_
Toxemia.jpg
Penyebab lain hipoplasia adalah sifilis kongenital. Pada wanita hamil yang
terinfeksi dengan sifilis yang tidak diobati akan menyebabkan spirochaeta menyerang
janin minggu ke-16 dan benih gigi menjadi cacat. Pada anak-anak tanda kerusakan
yang karakteristik dapat terlihat pada gigi anterior tetap atau gigi posterior. Terlihat
pengurangan dimensi mesiodistal gigi-geligi yang terkena. Gigi insisivus atas
menyempit di daerah sepertiga insisal. Gigi insisivus pertama menyerupai obeng dan
mungkin mempunyai takik di bagian tengah, dinamakan insisivus Hutchinson (nama
seorang dokter umum yang pertama kali menyatakan perubahan ini pada sifilis).
Insisivus lateral umumnya berbentuk konus dan dinamakan gigi pasak (peg) lateralis.
Gigi pertama sempit dan mempunyai struktur tonjolan yang banyak dan membulat
pada permukaan oklusal menyerupai buah murbai, maka gigi ini dinamakan mulberry
molar.
Hipokalsemia merupakan penurunan kadar kalsium dalam serum dan dapat
menyebabkan lubang atau lekukan pada gigi-geligi. Keadaan ini mungkin terlihat
pada penyakit hipoparatiroidisme dan defisiensi vitamin D. Perubahan yang terjadi
sama seperti yang terlihat pada hipoplasia sistemis.
Bahan kimia dapat menyebabkan gangguan hipoplastik sehingga email tampak
berbercak putih yang makin lama makin coklat. Kebanyakan fluor dapat
menyebabkan dental fluorosis terjadi kalsifikasi email sehingga berwarna seperti
kapur yang kemudian mengalami pigmentasi sehingga berwarna coklat tidak
beraturan (mottled). Derajat kerusakan bertambah bila konsentrasi fluor bertambah.
Kadar fluor optimal dalam air minum ditentukan sebesar 1 ppm, bila lebih rendah
tidak bermanfaat untuk megurangi kerusakan dan bila lebih tinggi dapat menyebabkan
dental fluorosis. Jika konsumsi fluor melalui air minum sebesar 5 ppm,gigi menjadi
lebih sedikit kerusakannya, tetapi dapat mengalami mottled berat.
Bila faktor-faktor lokal berperan, keadaan hipoplasia ini disebut hipoplasia
Turner dan umumnya satu gigi yang terkena dan dinamakan Turner's tooth. Tidak ada
pola yang simetris pada pola gigi yang terlibat, umumnya pada gigi insisivus atas
tetap atau premolar. Penyebabnya adalah trauma pada gigi susu atau infeksi pada akar
gigi susu yang mengganggu pembentukan mahkota gigi tetap.
Gigi Turner: Hipoplasia email mengenai satu gigi (Rapp dan Winter, 1979)
sumber: Gangguan Tumbuh kembang Dentokraniofasial oleh drg. Janti Soediono
Bila penyebabnya sistemis, hipoplasia meliputi gigi-geligi kontra-lateral
dengan pola yang sesuai dengan periode waktu selama gigi tersebut sedang
berkembang.
Perkembangan gigi-geligi mengikuti perkembangan yang spesifik, oleh karena
itu waktu terjadinya cedera dapat ditentukan. Sebagai contoh, pada gigi tetap,
sebagian besar kasus hipoplasiaterjadi antara bulan ke 1-10. Selama m asa itu,
mahkota yang sedang berkembang yang akan menunjukkan defek adalah molar
pertama, insisivus (kecuali insisivus lateral atas), dan kaninus. Bila insisivus lateral
atas dan premolar terkena, waktu serangan terjadi antara bulan ke-11 sampai ke-34.
Jadi, hipoplasia email memberikan data permanen atas periode terjadinya cedera.
Bila cedera berlangsung singkat, ceruk, alur (groove), atau garis hanya mengenai
sebagian kecil dari gigi. Sebaliknya, bila periode cedera panjang, lebih banyak
struktur gigi yang rusak dan menghasilkan daerah bergaris yang luas. Dua garis, satu
pada sepertiga insisal dan lainnya pada sepertiga servikal dari gigi insisivus
menunjukkan terjadinya 2 periode serangan yang terpisah. Kemungkinan penyebab
yang paling banyak dari hipoplasia adalah idiopatik (penyebabnya tidak diketahui).
Sindrom Turner: Tanggalnya gigi-geligi susu yang terlalu cepat, erupsi cepat gigi-geligi tetap
sumber: Gangguan Tumbuh kembang Dentokraniofasial oleh drg. Janti Soediono
Gambaran Klinis
1. Jenis kualitatif: Berkurangnya mineralisasi (hipomineralisasi), secara klinis
bermanifestasi sebagai hipomineralisasi (amelogenesis imperfekta) dan aplasia email
2. Jenis kuantitatif: mineralisasi normal, ketebalan email berkurang
Secara klinis, tampak gambaran yang sangat bervariasi. Gigi dapat tampak
cekung berwarna cokelat karena hampir tidak terbentuk email. Hipoplasia dapat pula tampak
sebagai ceruk kecil, barisan lekukan horizontal atau ceruk, atau tampak sederhana sebagai
hilangnya lapisan email.
Pada fluorosis gigi, manifestasi yang tampak dapat merupakan bercak putih atau opak
(hipokalsifikasi), ceruk (lubang lekukan) dengan hilangnya bentuk normal (hipoplasia), atau
keduanya. Bercak putih yang terbentuk pada saat gigi erupsi sesuai waktu serangan, warna
cokelat merupakan karakteristik mottled email.
Jejas kelahiran atau kelahiran prematur dapat menyebabkan defek garis yang jelas
pada mesiodistal atau horizontal. Garis neonatal ini umumnya terlihat pada sepertiga gingiva
dari insisivus susu dan ujung molar pertama tetap.
DENTINOGENESIS IMPERFEKTA (DI)
Definisi
Dentinogenesis Imperfecta Merupakan gangguan pembentukan dentin yang bersifat
herediter, dimana terjadi keabnormalan pada struktur dentin. Gangguan ini menyebabkan
kerusakan matriks predentin yang mengakibatkan dentin sirkum pulpa tidak terbentuk dan
tidak teratur. DI adalah suatu penyakit turunan yang dominan yang tidak terpaut dengan jenis
kelamin. DI dapat terjadisendiri / gabungan dengan mesodermal yang lain
Etiologi
Faktor Herediter, yang diturunkan secara autosomal dominan, umumnya terjadi pada
keluarga yang diketahui membawa sifat autosomal dominan
Faktor Lingkungan, seperti infeksi virus Rubella dan Sifilis saat kehamilan biasanya
disertai dengan penyakit albinisme, osteogenesis imperfecta
Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dentin. Dentinogenesis imperfecta
adalah suatu kelainan genetik yang mempengaruhi struktur kolagen dentin selama
embriogenesis terutama pada tahap diferensiasi jaringan dan formasi matriks organik.
Dentinogenesis imperfecta terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi perkembangan gigi.
Selama tahap histodiferensiasi terjadi diferensiasi sel pada dental papilla menjadi odontoblas
dan sel epitel email dalam menjadi ameloblas. Histodiferensiasi, terjadi proses diferensiasi
sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan
aposisi. Bagian perifer dari dental organ akan menjadi odontoblas, lapisan ini akan
membentuk dentin. Gangguan diferensiasi sel-sel formatif benih gigi akan menghasilkan
struktur email dan dentin yang abnormal, salah satunya adalah dentinogenesis imperfecta.
Gambaran klinis
Dentinogenesis imperfecta dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen.
Secara klinis dapat terlihat, mukosa mulut terlihat normal, gigi berwarna abu-abu agak
transparan sampai agak kecoklatan. Kemudian segera setelah gigi sulung erupsi lengkap,
enamel relative mudah patah dari bagian insisal edge pada permukaan gigi anterior dan
permukaan oklusal dari gigi posterior. Selanjutnya bagian dentin yang relative lunak akan
mudah terkikis, sehingga tubuli dentin terbuka, hal ini dapat menimbulkan rasa ngilu.
Selanjutnya pulpa mudah tereksponasi bahkan terjadi pulpa nekrosis. Kadang-kadang
diikuti dengan kerusakan jaringan gingival. Dentinogenesis imperfecta biasanya mempunyai
ukuran normal, namun pada permukaan servikal terlihat pengerutan, sehingga mahkota gigi
terlihat membulat. Pada pemeriksaan radiologis terlihat akar yang ramping dan pendek,
kavum pulpa terlihat kecil atau hampir tidak terlihat, saluran akar kecil atau bahkan terlihat
seperti garis tipis.Kondisi ini merupakan indikasi kerusakan / gangguan jaringan mesodermal.
Kadang-kadang ditemukan periapikal radiolusen pada gigi sulung. Ada kalanya akar patah
bahkan multiple fracture dapat terjadi, yang biasanya pada pasien yang lebih tua. Apabila
dibandingkan dengan gigi sulung maka pada gigi permanen biasanya relative lebih baik
kondisinya.
Akibat Dentinogenesis imperfecta
Dentinogenesis imperfecta dapat menimbulkan pewarnaan gigi, dan gigi sensitive
akibat atrisi, berkurangnya tinggi gigitan, gangguan fungsi otot-otot pengunyahan, dan
gangguan fungsi bicara yang akan mengganggu penampilan seseorang. Adanya atrisi yang
ditimbulkan akibat rapuhnya struktur gigi, sehingga dentin akan mudah terbuka, dengan
demikian gigi akan menjadi lebih sensitif yang mengganggu fungsi pengunyahan dan bicara.
Berkurangnya tinggi gigitan dapat menyebabkan oklusi abmormal, selanjutnya akan
mengganggu sendi temporomandibula.
1. Dentinogenesis imperfecta tipe 1 (dentino imperfecta)
Kondisi ini merupakan satu dari beberapa manifestasi penyakit tulang secara umum
disebut osteogenesis imperfecta (OI) yang diturunkan secara autosoma dominan.
Gambaran klinis
Dl tipe satu selalu timbul dengan kombinasi OI yang merupakan suatu kerusakan tulang
yang kompleks yang dapat menimbulkan fraktur tulang multiple dengan presentasi kejadian,
60% sendi-sendi yang sangat mudah bergerak, 50% selera biru dan gangguan pendengaran
yang progresif 60% serta kerusakan dentin 50%. DI tipe 1 biasanya memperlihatkan
gambaran translusensi kekuningan pada gigi susu ataupun permanen, dan terdapat banyak
variasi ekspresi dari keseluruhan gigi yang terkena, hanya sedikit yang menunjukkan
perubahan warna yang ringan.
Pada gigi yang terdiskolorisasi, sering terdapat enamel yang rusak (patah), yang
mengakibatkan atrisi yang cepat. Cirri klinis yang paling menyolok adalah warna biru muda
sampai biru tua atau coklat. Mahkota gigi sering berbentuk bukbous sebagai akibat konstriksi
servikal yang kuat, akar gigi yang tipis dan pendek dan ternyata transparan sesudah
pencabutan.
Gambaran Radiologi
Mahkota gigi berbentuk bulbous dengan penyempitan kearah servikal, dengan akar
yang pendek dan tumpul. Walaupun akarnya pendek dan tumpul, namun sementum,
membrane periodontal dan tulang alveolar terlihat normal. Ruang pulpa dan saluran akar
menyempit sesudah erupsi atau segera setelah erupsi sehingga menyebabkan obliterasi pada
ruang pulpa dan saluran akar sebagian atau seluruhnya.
2. Dentinogenesis Imperfecta tipe ll (Dentin Opak Herediter)
Tipe ll (dentin opak herediter) timbul tanpa disertai oestoegenesis imperfeecta dan
diturunkan sebagai suatu rantai perikatan autosomal dominan. DI tip ell merupakan dysplasia
pada daerah mesodermal yang mempengaruhi gigi sulung maupun permanen.
Pada DII tipe ll, kelainan ini tidak disertai dengan kerusakan tulang (osteogenesis
imperfect). Gigi dapat berwarna coklat sampai biru, kadang-kadang berwarna kuning atau
abu-abu dengan opalescent hipoplastik dan hipokalsifikasi, dan cenderung retak/bergesar dari
dentin. Pada keadaan dentin yang sudah parah, cepat mengalami . atrisi.
Gambaran Radiologi
Gigi mempunyai mahkota bulat dengan akar yang mengkerut. Lebar ruang pulpa
abnormal dan menyerupai “shell teeth”, kemudian ruang pupa ini akan menghilang.
3. Dentino imperfecta tipe lll (tipe Brandywine)
Shell teeth merupakan penyakit herediter yang di turunkan secara autosom dominan,
adanya mutasi pada gen DSPP. Gen DSPP menyediakan instruksi untuk membuat dua protein
yang penting untuk perkembangan gigi yang normal. Protein ini terlibat dalam pembentukan
dentin, yang merupakan zat seperti tulang yang membentuk lapisan tengah pelindung setiap
gigi. DSPP mutasi gen mengubah protein dibuat dari gen, menyebabkan produksi dentin
abnormal dan menjadi lunak. Gigi menjadi gigi rusak tampak berubah warna, lemah, dan
lebih mungkin untuk membusuk dan mati.
Pemeriksaan histologi mengungkapkan bahwa dentin yang normal yg terletak di
bawah dentinoenamel junction hanya sedalam 1-2 mm. selanjutnya dentin tiba-tiba
mengalami perubahan seiring dengan perubahan arah tubulus dengan bentuk dan gambaran
yang jelas berbeda dengan deposisi dentin normal. Ini terlihat sebagai sel-sel pulpa karena
ketidakmampuan membentuk matriks.
Kebanyakan gigi memiliki saluran pulpa besar dengan dentin tipis di akar, tetapi
mahkota cenderung memiliki peningkatan deposisi dentin. Pada beberapa gigi, mahkota
hampir tidak ada dentin. Dentin dari beberapa gigi terlihat sebagai area radiolusen yang kecil
yang mungkin merupakan globular dentin.
Pada perkembangan lanjutan gigi mungkin akan mengalami fraktur akar, Mengingat
akar hanya dilapisi lapisan tipis dentin. Fraktur dapat terjadi secara spontan tanpa sebab-
sebab yang jelas. Gigi yang mengalami fraktur akar apabila tetap dipertahankan di mulut
selama bertahun-tahun tanpa diberikan perawatan memungkinkan terjadinya trauma.
Gambaran klinis
Gambaran klinis dari shell teeth menunjukan gigi geligi dengan penampilan seperti
shell (kulit kerang) dan pembukaan pada pulpa gigi. Mahkota cenderung bulbous dan sudah
atrisi pada waktu erupsi. Pada shell teeth ini kedua gigi geligi dapat terkena baik pada gigi
desidui maupun permanen. Shell teeth merupakan gangguan herediter dentin (zat tulang-
seperti yang membuat sebagian gigi) mempengaruhi perkembangan gigi. Kondisi ini
menyebabkan gigi akan berubah warna (paling sering biru- abu-abu atau kuning-coklat
warna) dan transparan. Gigi juga lebih lemah dari biasanya, membuat gigi rentan terhadap
keausan yang cepat, kerusakan, dan kehilangan. Masalah ini dapat mempengaruhi baik gigi
sulung (bayi) dan gigi permanen. Dentinogenesis imperfekta tipe III disebabkan oleh mutasi
pada DSPP gen yang diwariskan dalam autosomal dominant.
Gambaran Radiologis
Radiografi memperlihatkan enamel normal dan radiodensity dentin, namun enamel
mungkin sudah hampir hilang dengan dentin yang sedikit tersisa. Crowns mungkin muncul
bulat pada gigi posterior dengan konstriksi serviks yang terlihat. Ruang dan kanal pulpa
mungkin normal, mengandung batu pulpa atau, kadang-kadang menjadi sebagian atau
seluruhnya terdapat gambaran akar menipis atau terlihat pendek dari panjang normal atau
tidak ada sama sekali. Mungkin ada radiolusen periapikal dan tidak ada karies gigi
Gambaran Radiografis
Macam-macam penampakan radiografis dentinogensis imperfecta
Sumber: http://drgstoothpix.com/radiographic-interpretation/tooth-anomalies/shape-variations-
generalized/dentinogenesis-imperfecta/
DENTIN DISPLASIA
Definisi
Dentin displasia merupakan salah satu kelainan genetik dalam pembentukan dentin baik
pada gigi sulung maupun gigi permanen, biasanya menunjukkan suatu kelainan herediter
autosomal dominan. Hal ini ditandai dengan adanya enamel normal dengan dentin yang tidak
khas dan morfologi pulpa normal yang tidak normal. Ada dua tipe klasifikasi dentin dysplasia
menurut Shields yaitu Tipe I merupakan tipe radikuler dimana perkembangan gigi dengan
mahkota yang normal baik dari bentuk, matriks dan konsistensinya namun memilik akar yang
pendek, konus, dan konstriksi pada ujung apikalnya dan tipe II merupakan jenis koronal
dimana akar gigi terlihat normal namun terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan
ditambah dengan terbentuknya tanduk pulpa seperti duri pada rongga pulpa.
Etiologi
Telah diklasifikasikan oleh Shields bahwa dentin dysplasia berhubungan dengan
gangguan genetik. Dentin dysplasia tampaknya terjadi sebagai sifat terisolasi, yang biasanya
diwariskan oleh transmisi keturunan autosomal dominan yang berhubungan dengan
kromosom. Sebagian besar ahli medis menyimpulkan bahwa mutasi pada gen
sialophosphoproprotein dentin (DSPP) menjadi penyebab utama terjadinya dentin dysplasia
ini.
Dentin dysplasia tipe 1 adalah anomali langka dengan etiologi yang sebenarnya belum
begitu jelas karena beberapa jenis dentin dysplasia tipe 1 menunjukkan kelainan keturunan
autosomal-dominan, tetapi tidak diketahui apakah dentin dysplasia tipe 1 ini merupakan
gangguan lain alel dari gen sialophosphoproprotein dentin (DSPP), atau fenotipe campuran.
Patogenesis
Kasus dentin dysplasia dapat terjadi kemungkinan hasil dari mutasi genetik maternal.
Kedua tipe dentin dyslpasia merupakan dominan autosomal. Salah satu gen yang mengkode
kolagen mungkin terlibat. Wilayah calon dentin dysplasia tipe 2 pada 4q21 kromosom, dan
meskipun lokasi yang tepat tidak diketahui, mungkin tumpang tindih lokasi gen yang rusak
dalam dentinogenesis tipe imperfecta 2 yang mungkin alelik.
Kerusakan dentin pada dentin dysplasia (DD tipe II) terjadi akibat mutasi pada
pembelahan ikatan peptida dan pengkodean DSPP. Mutasi yang terjadi pada DSPP dapat
berupa missense mutation dan mutation. Missense mutation terjadi pada ikatan peptida dan
mutation terjadi pada bagian pengkodean DSPP. Perubahan missense di DSPP adalah
penyebab dentin dysplasia tipe 2 dalam suatu keluarga. Mutasi menyebabkan hilangnya
fungsi dari kedua DSP dan DPP, dengan bersamaan kerusakan mineralisasi dentin.
Tabel 1. Identifikasi mutasi DSPP terhadap Dentin Dysplasia (DD) dan Dentinogenesis Imperfecta
Tabel diatas menerangkan bahwa satu mutasi DSPP yang menyebabkan dentin
dysplasia, khususnya dentin dysplasia tipe II yang mana mutasi terjadi dengan cara missense
mutasi. Dimana terjadi perubahan basa T – G yang menghasilkan perubahan asam amino.
Jenis mutasi DSPP yang dominan yang menyebabkan DI dan DD dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu, 1) perubahan ikatan peptida, 2) perubahan tiga asam amino dari
protein yang matang , Ile - Pro - Val (termasuk ekson 3 - skipping mutasi ) , dan 3) delesi
atau pengurangan yang dihasilkan dalam jaring -1 bp dalam domain DPP yang berulang.
Peptida dan rantetan Ile-Pro-Val tampaknya penting dalam pengolahan protein yang benar
dan melalui retikulum endoplasma kasar (rER), aparatus golgi, dan atau keluar dari
odontoblas tersebut. Mutasi yang terjadi pada salah satu ini, diduga mengganggu pengolahan
protein normal sel. Dan jika terjadi delesi dari kekurangan 1 pasangan basa (-1 bp mutasi
frameshifts) menyebabkan perubahan dari perubahan hidrofilik menjadi hidrofobik
memungkinkan gangguan pengolahan organel selanjutnya. Ketiga jenis mutasi ini diduga
memiliki dampak negatif pada pembentukan matriks dentin atau
mineralisasi dentin karena odontoblas tidak dapat membuat atau mensekresi DSPP normal.
Gambar 1. Persamaan mutasi DSPP yang berhubungan dengan DD (tanda panah ke atas) dan DI
(tanda panah ke bawah)
Keempat ekson mengkode DSPP ditunjukkan pada skala di atas yang dipisahkan oleh
intron (batang padat). Gambar segitiga terbuka menunjukkan lokasi dari bagian pembelahan
DSP/DPP. Terdapat 12 posisi yang terlihat sepanjang gen DSPP dimana mutasi diidentifikasi
untuk dentin dysplasia atau dentinogenesis imperfecta. Pada peptida ekson 2, c. 16T > G
dikaitkan dengan dentin dysplasia. Sementara pada c, 44C > T dikaitkan dengan
dentinogenesis imperfecta. Pada bagian domain ulang DPP (berbintik), terdapat tiga DD yang
berhubungan dengan mutasi frameshift yang kehilangan 1 pasangan basa di 5’dan 6 yang
berhubungan dengan DI pada mutasi yang sama. Dan dapat dilihat bahwa DD berhubungan
semata-mata dengan mutasi frameshift DI.
Pada tanda bintang di skala menunjukkan bahwa terjadi mutasi frameshift yang
menghasilkan c. 3141delC. Dimana terjadi delesi basa C pada doman ulang DSPP. Dimana
alel normal pada DSPP, GTGACAGCAGTGACA karena terjadi
mutasi menjadi GTGACAGAGTGCA. Disimpulkan bahwa DD dan DI adalah hasil fenotip
dari kombinasi yang sama.
Evaluasi klinis dari penelitian yang dilakukan pada sebuah keluarga dengan DD-II
menunjukkan bahwa fenotip DD-II tumpang tindih terhadap DGI-II. Untuk membuat
perbedaan antara DD-II dan DGI-II didasarkan tingkat keparahannya. Lokus penyakit
tersebut terletak di wilayah 4q21-Q24, yang meliputi penyakit gen DSPP.
Analisis mutasi DSPP menunjukkan bahwa ketika sekresi DSPP berkurang sedikit
sehingga menghasilkan fenotip DD-II. Namun, jika sekresi DSPP berkurang dari setengahnya
lagi maka akan menghasilkan fenotif DG-II. Evaluasi genetik dan klinis dari keluarga yang
memiliki pewarisan kerusakan dentin secara konsisten menafsirkan bahwa dentin dysplasia
tipe II dan dentinogenesis imperfecta tipe II adalah penyakit yang sama. Perbedaannya
terutama dalam tingkat keparahan yang mendasari kerusakan genetik dan fenotip klinis yang
dihasilkan.
1. Dentin Displasia Tipe 1 ( tipe radikular)
Gambaran Klinis
Dentin displasia tipe I (radikuler tipe) dilihat dari gambaran klinis terlihat bentuk warna
yang normal pada mahkota gigi sulung maupun permanen, meskipun warna pada gigi
biasanya normal, pada beberapa kasus menampakkan warna kebiruan atau kecoklatan yang
translusen pada bagian servikal. Pada DDI, erupsi gigi biasanya normal. Gigi lebih resisten
terhadap karies gigi, dan secara klinis terdapat atrisi pada pertumbuhan gigi, baik sulung
maupun permanen.
Gambar 1. klinis dentin displasia tipe I (sumber: www.gfmer.ch)
Gambaran Radiologi
Dalam pertumbuhan gigi, akar pendek, tumpul, berbentuk kerucut, atau sama sekali tidak
terbentuk. Pada gigi desidui, ruang pulpa dan saluran akar biasanya tidak terbentuk lengkap,
sedangkan pada pertumbuhan gigi permanen, sisa-sisa pulpa yang berbentuk bulan sabit
masih dapat terlihat di ruang akar. Kehilangan dentin pada gigi permanen biasanya terjadi
pada tahap pre-erupsi.
Gambar 2. Gambaran radiologi dentin displasia tipe I ( sumber: en.wikipedia.org )
2. Dentin Displasia Koronal (Tipe II)
Gambaran Klinis
Dentin displasia tipe II (OMIM # 125420) juga diturunkan sebagai sifat autosomal
dominan. Dentin displasia tipe II ditandai dengan gigi primer dengan keseluruhan pulpa
lenyap dan berwarna coklat atau kuning kebiruan. Gigi permanen memiliki penampilan yang
normal atau sedikit berwarna kekuningan, akar normal dalam ukuran dan bentuk dengan
"thistle tube" berbentuk kamar pulpa dengan batu pulpa. Pada gigi sulung, coronal dentin
displasia memiliki kemiripan dengan DGI tipe II.
Gambar 3. Gambaran klinis dentin displasia tipe II. (sumber:
stjosephlitreview.blogspot.com)
Gambaran Radiografi
Selain normal dalam hal warna, gigi permanen juga normal dalam bentuk dan ukuran.
Namun, mereka juga memiliki kelainan karakteristik dari kamar pulpa. Dalam gambaran
radiografi, kamar pulpa pulpa terlihat seperti "flame shaped" dan sering memiliki ekstensi
yang abnormal terhadap akar (misalnya, bentuk dari kamar pulpa "thistle-tube"). Selain itu,
kamar pulpa sering mengandung banyak batu pulpa, yang merupakan deposit abnormal
garam kalsium (kalsifikasi).
Gambar 4. Gambaran radiografi dentin displasia tipe II (sumber: www.studyblue.com)
DaftarPustaka
Mc Donald RE, Avery. Dentistry for child and adolescent. 7th ed. St Louis: Mosby;
1994
Laskaris G. Color Atlas of Orla Diseases in Children and Adolescents. New
York:Thieme. 2000
Pinkham, J.R. Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence. Philadelphia. W.B.
Saunders Co. 1994
Koch, G. Poulsen S. Pediatric Dentistry A Clinical Approach. Copenhagen: Munkskaard.
2001
Sudiono, Janti. Gangguan tumbuh kembang dentokraniofasial. Jakarta: EGC.2008
Scully dan Wellbury. Color Atlas of Oral Disease in Children and Adolescents. London:
Wolfe; 1994
Rajendran dan Sivapathasundharam. Shafer's Textboook of Oral Pathology. ed 6. India:
Goupson'sPapers