kelompok 1 asma

26
STUDI KASUS 1 ASMA KELOMPOK 1 Nandan Gilang Cempaka 12-01 Putu Argianti Meyta S 12-03 Trias Alfiliatiningsih 12-05 Putri Nur Rahmawati 12-07 Khurmatul Walidah T.A

Upload: blazingstar

Post on 18-Dec-2015

272 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Farter

TRANSCRIPT

  • STUDI KASUS 1ASMAKELOMPOK 1Nandan Gilang Cempaka 12-01 Putu Argianti Meyta S 12-03 Trias Alfiliatiningsih 12-05 Putri Nur Rahmawati 12-07 Khurmatul Walidah T.A 12-09 Wahyu Wahidatur Rochmah 12-11

  • ASMAAsma merupakan suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.

  • Pada saat seseorang penderita asma terkena faktor pemicunya, maka dinding saluran nafasnya akan menyempit dan membengkak menyebabkan sesak napas. Kadang dinding saluran napas dilumuri oleh lendir yang lengket sehingga dapat menyebabkan sesak napas yang lebih parah. Jika tidak dapat ditangani dengan baik maka asma dapat menyebabkan kematian.

  • GEJALA-GEJALA ASMA

  • ETIOLOGI ASMA

  • Hari ke-1, nyonya SN 24 tahun dibawa ke RS dengan ambulan dari tempat dia bekerja. Nyonya SN mengalami nafas terengah enggah, mengantuk, kesulitan mengucapkan lebih dari satu kalimat pada satu waktu.Nyonya SN mengeluhkan gejala mirip flu, batuk yg semakin memburuk selama beberapa hari terakhir. Pada pagi hari mulai mengeluarkan kesulitan dalam bernafas. Nyonya SN telah menggunakan inhaler selama beberapa waktu, namun dia menjadi panik dan mengalami kolaps. Paramedis mendiagnosa serangan asma dan diberikan salbutamol nebulizer 2,5 mg. Mengalami kemajuan dalam bernafas dan diberikan oksigen 35%.

    KASUS ASMA

  • Nyonya SN mengkonfirmasi riwayat asma RR 28/menit, HR 140/menit. Setelah 15 menit pemberian oksigen, saturasi oksigen menjadi 85% dengan komposisi gas arteri: PaO2 6,7 kPa (10,0-13,3), PaCO2 3,7kPa (4,676,0), pH 7,47 (7,35-7,45), NCO3 22 mmol/L (22-26). Observasi neurologi menyatakan normal, suhu badan 36,6 0C, jumlah leukosit 6,5 109 / L (4-10 109 / L).Nyonya SN segera diberikan oksigen 60% dengan masker dan intravena NaCl 0,9%. Pasien dipindahkan ke bangsal dan diresepkan:Hidrokortison iv 200 mg segera, kemudian 100 mg setiap 6 jamSalbutamol nebulizer 5 mg 6 kali sehari dengan 6 L oksigen/menitIpatropium bromida nebulizer 400 g 4 kali sehari, 6 L oksigen/menitCo-amoxiclav iv 1200 mg 3 kali sehariAminofilin iv 250 mg segera diikuti oleh 1 g pada 1 L NaCl 0,9%KASUS ASMA

  • PERTANYAAN

  • Pada pukul 8 malam, Nyonya SN merasa lebih baik dan dapat bercerita bahwa merasakan susah bernafas pada pagi hari, menggunakan salmeterol inhaler dan salbutamol inhaler namun tidak memberikan efek, Nyonya SN telah menggunakan salbutamol inhaler minimal 10 kali dalam sehari pada seminggu terakhir. Nilai PEF saat ini 140 L/menit. Nyonya SN tidak pernah memonitor nilai PEF di rumah. Saturasi oksigen saat ini adalah 92% dan komposisi gas dalam arteri PaO2 10,7 kPa, PaCO2 4,7kPa, pH 7,44, NCO3 23 mmol/L.

    KASUS ASMAPERTANYAAN

  • Gejala yang berhubungan dengan nyonya SN

  • Tujuan terapi dan Mekanisme obat yang diberikanHidrokortison

    Hidrokortison termasuk dalam kortikosteroid untuk mengurangi hiperaktifitas bronchi, melawan reaksi peradangan karena infeksi pada asma. Bekerja meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal.

    Mekanisme obat: Daya anti radang yaitu dengan cara memblokade enzim fosfolipase-A2, sehingga pembentukan mediator peradangan prostalglandin dan leukotrien dari asam arachidonat tidak terjadi. Secara singkat kortikosteroid menghambat mekanisme kegiatan alergen yang melalui IgE dapat menyebabkan degranulasi mastcells juga meningkatkan kepekaan reseptor 2 hingga efek -mimetika diperkuat.

  • Lanjutan...Salbutamol Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang digunakan sebagai bronkodilator yang efektif untuk meringankan gejala asma akut dan bronkokonstriksi. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga.

    Mekanisme kerjanya melalui stimulasi reseptor B2 di bronki yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat perubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi cAMP dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Salbutamol digunakan untuk meringankan bronkospasm yang berhubungan dengan asma

  • Lanjutan...Ipatropium bromida Ipatropium bromida termasuk obat antikolinergik (bronkodilator nefektif terapi namun tidak sekuat 2 agonis) . Secara umum meningkatkan fungsi paru-paru sebanyak 10-15 %.Tujuan terapi untuk mengobati keadaan asma dengan melonggarkan bronkioli. Mekanisme obat: mengeblok reseptor muskarinik pada M3. Menurunkan bronkokonstriksi akibat simulasi histamin pada reseptor sensoris disaluran napas.

  • Lanjutan...d.Co-amoxiclavCo Amoxiclav merupakan antibakteri kombinasi oral yang terdiri antibiotika, semisintetik amoksisilin dan penghambat beta-laktamase, kalium klavulanat (garam kalium dari asam klavulanat).

    Amoksisilin adalah antibiotik semisintetik dengan spektrum aktivitas antibakteri luas yang mempunyai efek bakterisidal terhadap berbagai macam bakteri gram-positif dan gram negatif. Asam klavulanat adalah suatu beta-laktam, yang struktur kimianya mirip dengan golongan pinisilin, mempunyai kemampuan menghambat aktivitas berbagai enzim beta-laktamase yang sering ditemukan pada berbagai mikroorganisme yang resisten terhadap golongan pinisilin dan sefalosporin.Mekanisme Kerja: co-amoxiclav merupakan antibiotika berspektrum luas danpenghambat enzimbetalaktamase.

  • Lanjutan...Aminofilin Tujuan terapi: membantu terapi. Pada terapi pemeliharaan, efektif mengurangi frekuensi dan hebatnya serangan. Termasuk dalam kelompok antiasma. Mekanisme obat: Bekerja pada otot polos jalan nafas dan pembuluh darah paru sehingga terjadi dilatasi serta merangsang kontraksi diafragma. Blokade reseptor adenosine, bekerja profilaksis dan mencegah meningkatnya hiperreaktivitas.

  • Proses Pharmaceutical Care Plan untuk pasien asma yaitu sbb :

  • Pertanyaan yang digunakan untuk PCPBisakah anda menjelaskan pengobatan yang sedang anda lakukan atau yang telah anda lakukan?Apa obat yang anda gunakan dan bagaimana anda menggunakannya?Apakah anda pernah lupa atau memilih untuk tidak menggunakan obat? Jika pernah, seberapa sering dalam seminggu/sebulan?Apakah anda mengetahui apa yang anda lakukan jika kehilangan dosis obat?Apa saja efek samping yang pernah anda alami selama pengobatan?Apakah anda merasa pengobatan tersebut dapat mengontrol gejala-gejala yang anda alami atau tidak ada perubahan sejak anda memulai pengobatan? Apakah anda mengetahui apa yang memicu hal tersebut?Apakah anda pernah melakukan cek darah? Bisakah anda menjelaskan kapan cek darah dilakukan dan bagaimana hasilnya?Akankah anda menyukai semua tentang pengobatan yang diberikan?Apakah anda merokok? Jika iya berapa banyak rokok dan berapa lama anda merokok?

  • Khusus penderita asmaTolong tunjukkan cara anda menggunakan inhaler?Apakah anda terbangun pada saat batuk atau mengi pada malam hari?Seberapa sering anda menggunakan inhaler tiap minggu?Apakah asma membuat anda berhenti melakukan segala hal yang anda inginkan?Jika anda mengetahui PEF, apa anda menggunakan PEFR?

  • Edukasi yang diberikan : menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan asma, melakukan kontrol PEF secara rutin, melakukan senam asma, pola hidup sehat, monitoring gejala yang terjadi.

  • Apakah pemberian terapi sudah sesuai dengan managemen terapi yang seharusnya? Jika belum, apa yang saudara sarankan?Penggunaan dari Hidrokortison, Salbutamol, ipatropium bromida nebulizer dan aminofilin iv sudah tepat akan tetapi dalam penggunaan co-amoxiclav tidak tepat hal ini dikarenakan co-amoxiclav sebagai antibiotik dimana dilihat dari hasil observasi neurologi menyatakan normal dan tidak adanya infeksi bakteri dan suhu badan normal sehingga penggunaan dari co-amoxiclav iv tidak perlu.

  • Apakah yang harus anda monitor selama serangan akut asma pada Nyonya SN?Monitoring serangan akut asma pada nyonya SN adalah pemberian oksigen untuk menjaga saturasi oksigen. Saturasi oksigen oksigen ini perlu dimonitor sampai diperoleh respon terhadap bronkodilator.

  • Apakah penggunaan salmeterol inhaler sudah tepat?Penggunaan salmesterol inhaler kurang tepat jika digunakan ketika penyakit asma dari Ny. SN telah kambuh, karena salmeterol inhaler tidak akan menghentikan serangan asma setelah dimulai. Salmeterol inhaler hanya boleh digunakan untuk mengobati pasien asma yang tidak terkontrol dengan menggunakan obat asma jangka panjang lainnya. Selain itu pasien Ny. SN juga mengkonsumsi obat hidrokortison yang merupakan kortikosteroid, co-amoxiclav yang merupakan antibiotic, salbutamol yang merupakan beta blocker, aminofilin yang merupakan obat golongan bronkodilator. Obat-obat tersebut termasuk dalam obat-obat yang dapat berinteraksi dengan salmeterol inhaler. Sehingga penggunaan salmeterol inhaler oleh Ny. SN kurang tepat.

  • PEF (Peak Expiratory Flow) dan kegunaannya dalam managenmen pasien asmaPEF (Peak Expiratory Flow) atau APE (Arus Puncak Ekspirasi) adalah aliran maksimum yang dicapai selama ekspirasi dengan kekuatan maksimal mulai dari tingkat inflasi paru maksimal, dinyatakan dalam liter per detik (L/detik) atau liter per menit (L/menit). Nilai APE didapatkan dengan pemeriksaan spirometri atau menggunakan alat yang lebih sederhana yaitu peak expiratory flow meter. Nilai yang diperoleh mungkin berbeda tergantung pada jenis instrumen yang digunakan untuk mengukurnya.

  • Penggunaan APE untuk pengelolaan asma berguna dalam membantu pengelolaan asma dengan peran aktif penderita (asma mandiri) dapat digunakan sistem zona (pelangi asma). Selain itu dengan mengetahui nilai APE juga berguna untuk mengetahui apa yang membuat asma memburuk, memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik, memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian obat, Memutuskan kapan penderita meminta bantuan medis/ dokter/ IGD.

  • DAFTAR PUSTAKAAdnyana, I Ketut dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT.ISFI. Boushey H.A. 2001. Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik, Ed.I, diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk. Jakarta : Salemba Medika. Corwin J. Elizabeth. 1997. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG. Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Genaro, A.R. 2000. Remington (ed) The Science and Practice of Pharmacy 20th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Co Walter Kluwers Company. Mulia, yuiyanti J. 2002. Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronchial. Jakarta : Penerbit EGC, trisakti. Shanmugam S. et al. 2012. Pharmaceutical care for asthma patients: A Developing Country's Experience. Journal of Research in Pharmacy Practice / Oct-Dec 2012 / Vol 1 / Issue 2. University of Medical Sciences, Isfahan. Iran Tjay, Tan, dan Rahardja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan I. Jakarta: Elex Media Komputindo.

  • TERIMA KASIH