makalah kelompok 12 (epidemiologi asma dan ppom)

Upload: romayuliana

Post on 09-Mar-2016

77 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

ASMA DAN PPOM

Dosen Pembimbing : dr. Fauziah Elytha, MSc

OLEH: Kelompok 12

Roma Yuliana1311211109

Lasmita Amelia1311212012

Dion Andhika Dwi Putra1311211034

Aziza1311211029

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas

Tahun 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Epidemiologi Penyakit Asma dan PPOM dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Program Penanggulangan Penyakit Menular.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Program Penanggulangan Penyakit Menular, ibu dr. Fauziah Elytha, MSc serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kemampuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

Padang, Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISIiKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

1BAB 1 : PENDAHULUAN

11.1 Latar Belakang

21.2 Perumusan Masalah

21.3 Tujuan Penulisan

21.4 Manfaat Penulisan

3BAB 2 : PEMBAHASAN

32.1 Asma

32.1.1 Definisi

32.1.2 Etiologi

52.1.3 Faktor Risiko

62.1.4 Epidemiologi

62.1.5 Gejala

72.1.6 Klasifikasi Penyakit

92.1.7 Pengobatan Dan Pencegahan

112.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)

112.2.1 Definisi

112.2.2 Etiologi

132.2.3 Epidemiologi

132.2.4 Gejala

142.2.5 Klasifikasi PPOM

152.2.6 Pengobatan dan Pencegahan

16BAB 3 : PENUTUP

163.1 Kesimpulan

17DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit asma yang sering di sebut dengan penyerang di tengah malam , dan biasanya terjadi menjelang subuh. Asma adalah penyakit keturunan yang tidak menular. Sekitar 55-60% penyakit alergi yang mengakibatkan asma diturunkan pada anak-anak dan cucu.

Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup tinggi,terutama di kota-kota besar, hingga mencapai hampir 17%. Menurut laporan ahli internasional pada peringatan Hari asma Sedunia 04 Mei 2004 yang lalu,yang bertema Burden of Asthma, prevalensi asma di dunia akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Di tahun 2005 di perkirakan penderita asma di seluruh dunia akan mencapai 400 juta orang,dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya,asma adalah salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita terbanyak pada saat ini.

Pada usia anak-anak,asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah dua kali lebih banyak dibanding anak perempuan. Sekitar satu dari empat anak akan mengidap asma pada tahap tertentu pada tahap pertumbuhannya. Sekitar 50% anak-anak penderita asma yang ringan akan membaik kondisinya, dan sembuh dalam pertumbuhan mereka menjadi dewasa. Sisanya harus hidup bersama penyakit ini yang akan banyak mempengaruhi dan mengganggu pendidikan mereka, asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia,34% anak-anak di Eropa,dan 40% anak-anak di Amerika Serikat. Dengan kata lain, segala sesuatu yang berkaitan dengan kualitas hidup mereka.

Selain itu asma juga menyerang pada usia dewasa, dengan perbandingan pasien asma perempuan lebih sedikit lebih banyak dibandig penderita asma pria. Kabar buruk selanjutnya adalah adanya kecendrungan peningkatan angka kematian dan keseharusan di rawat di rumah sakit karena asma di Negara-negara industri di seluruh dunia.

Sedangkan PPOM adalah Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang terdapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah definisi asma?

2. Apakah etiologi, faktor resiko, epidemilogi, gejala, dan klasifikasi penyakit asma?3. Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit asma?4. Apakah definisi PPOM?

5. Apakah etiologi , epidemilogi, gejala, dan klasifikasi penyakit PPOM?

6. Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit PPOM?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui teori tentang pengertian penyakit asma dan PPOM 2. Mengetahui etiologi, faktor resiko, epidemiologi, perjalanan penyakit, klasifikasi penyakit, serta pengobatan dan pencegahan penyakit asma dan PPOM. 1.4 Manfaat PenulisanManfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar khususnya mahasiswa di bidang ilmu kesehatan masyarakat dapat memahami epidemiologi penyakit asma dan PPOM.BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Asma2.1.1 Definisi

Penyakit asma berasal dari kata Asthma yang diambil dari bahasa yunani yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran napas di paru-paru. Selain itu asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronis saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang berupa mengi (nafas bebrbunyi ngik-ngik),sesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan sering kali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.2.1.2 Etiologi Ada 2 faktor yang menyebabkan penyakit asma yaitu:1. Faktor Ekstrinsik

Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen inhalasi ), seperti debu rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang.2. Faktor Intrinsik

a. Infeksi Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV).

b. Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkusc. Jamur, misalnya aspergillus Adapun penyebab asma adalah :

1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus. 3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu:a) Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.b) Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligushiperresponsivitas(respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran,inducerdianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.2.1.3 Faktor Risiko

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.

Faktor Predisposisia. Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.Faktor Presipitasi a. Alergen Dapat dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri dan polusi.2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan. 3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan, logam,dan jam tangan. b. Perubahan cuaca Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. c. Stress

Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan Kerja

Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. e. Olahraga atau aktivitas yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut2.1.4 Epidemiologi

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.

Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia. Diperkirakan 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Meskipun tergolong penyakit yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan mencapai tahap yang membahayakan nyawa.Berbagai penelitian menunjukkan bervariasinya prevalensi asma , bergantung kepada populasi target studi, kondisi wilayah, metodologi yang digunakan dan sebagainya.2.1.5 GejalaFrekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.2.1.6 Klasifikasi Penyakit

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:1) Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

2) Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3) Asma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik daribentuk alergik dan non-alergikKlasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:1. IntermitenIntermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x sebulan. 2. Persisten Ringan Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari. 3. Persisten Sedang Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari. 4. Persisten Berat Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.2.1.7 Pengobatan Dan Pencegahan

a) Menjaga Kesehatan Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.b) Menjaga Kebersihan LingkunganLingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.c) Menghindari Faktor PencetusAlergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.d) Menggunakan Obat-Obat Anti Penyakit Asma Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.2.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)2.2.1 DefinisiPPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).

Penyakit Paru Obstuktif atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale. Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan sekelompok penyakit paru dengan etiologi tak jelas, yang ditandai oleh perlambatan aliran udara yang bersifat menetap pada waktu ekspirasi paksa. PPOM yang terdiri dari bronkitis kronis, emfisema paru/bentukan campuran merupakan penyakit kronik saluran nafas yang ireversibel, berlangsung secara lambat dan progresif .

Jadi, PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis dan asma yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang bersifat ireversibel dengan penyebab yang tidak diketahui dengan pasti.

2.2.2 EtiologiTimbulnya penyakit ini di kaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain:a. Merokok sigaret yang berlangsung lama

Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Menurut buku Report of The WHO Expert Comitte on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya COPD. Secara fisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukusa bronkus dan metaplasia skuamosa epitel saluran pernapasan. Asap rokok juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita COPD bergantung pada dosis merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokokb. Polusi udara

Polusi di ruangan (asap rokok dan asap kompor) dan polusi di luar ruangan (gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan).c. Pemajanan di tempat kerja (bahan kimia, zat iritan dan gas beracun)d. Jenis kelamin

PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.e. UmurLaki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOMf. Keturunan

Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita dengan defisiensi a-1-antitripsin yang merupakan suatu protein. Kerja enzim ini menetalkan enzim proteolitik yanga sering dikeluarkan pada peradanagan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi a-1-antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif, yang sering menderita emfisema paru adalah penderita dengan gen S/Z. Emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut merokok.

g. Faktor Sosial Ekonomi Kematian pada penderita bronchitis kronik ternyata lebih banyak pada gol. sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Pengaruh dari masing masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling memperkuat dan faktor merokok di anggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini. PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bias dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOM. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokokpasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOM2.2.3 EpidemiologiPPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.PPOM juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yangditurunkan.Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan merokok pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana sekitar 10-15% perokok menderita PPOM. Penyakit PPOM merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika Serikat.Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa.2.2.4 GejalaMenurut (brunner dan suddarth,2002 : 595) tanda dan gejala dari penyakit paru obstruksi kronik yaitu :1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara dingin atau infeksi.

2. Sesak nafas dan dispnea

Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.

3. Hipoksia dan hiperkapnea

4. Takipnea

5. Dispnea yang menetap.Gejala-gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek. Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju, berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan. Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.

2.2.5 Klasifikasi PPOM1. Bronkitis KronisBronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan pembentukan dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara medis diketahui (misalnya kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi pembentukan jaringan parut, pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial oleh lendir dan kejang pada otot polosnya. Penyempitan ini bersifat sementara.

2. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe. 3. Asma Bronkial

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.4. Emfisema Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru, yang disertai dengan kerusakan pada dindingnya. Dalam keadaan normal, sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil (bronkioli), membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka. Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli kehilangan struktur penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut. Struktur saluran udara menyempit dan sifatnya menetap.

2.2.6 Pengobatan dan Pencegahana) Pengobatan

Melakukan penatalaksanaan medis , diantaranya: terapi oksigen, berikan nafas buatan atau ventilasi mekanik sesuai kebutuhan, fisioterapi dada, pengkajian seri gda, obat-obatan, bronkodilator, antibiotik, kortikosteroid, diuretik, vaksinasi influensa, kardiotonik. b) PencegahanHal yang teramat penting dalam penanganan PPOK adalah deteksi dini dan pencegahan. Mengindari faktor-faktor pencetus PPOK seperti Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara dan zat-zat pencemar lebih penting dan harus dilakukan sejak awal.BAB 3 : PENUTUP

3.1 KesimpulanAsma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit bernafas. Selain itu asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronis saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang berupa mengi (nafas bebrbunyi ngik-ngik),sesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan sering kali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

Sedangkan Penyakit Paru Obstruktif Menahun / PPOM (Chronic Obstructive Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal. PPOM juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang diturunkan.3.2 SaranAsma dan PPOM merupakan suatu jenis penyakit yang sama-sama bermasalah pada suatu organ yaitu pernafasan. Dimana asma bersifat reversible dan PPOM bersifat non reversible. Hal tersebut tentunya akan menganggu dalam melakukan aktifitas. Oleh sebab itu di sarankan untuk berprilaku hidup sehat seperti tidak merokok, berolahraga teratur dan menghindari dari polusi udara.DAFTAR PUSTAKASutanto MW. 2007. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kronis. Jakarta: EDSA Mahkota.

Vita health. 2006. Asma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Wahyu, Ratnaningtyas. 2014. Epidemiologi Penyakit Asma. https://duniakesehatanmasyarakat.wordpress.com/2014/04/12/epidemiologipenyakit-asma/ (Diakses pada tanggal 15 Agustus, pukul 19.35).

Prabowo, Danang. 2013. Penyakit Asma. blogspot.com/2013/06/makalah-tentang-asma-agen-penyakit.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 19.40).Santhi. 2013. PPOM (bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema). http://wwwsanthi22-santhi.blogspot.com/2011/10/ppom-bronkitis-kronis-bronkiektasis.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 19.50).

Nurrohmad, Edi. 2011. PPOM. http://edynurrohmad.blogspot.com/2011/11/makalah-ppom.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 20.10).