kel. 5 - jenis-jenis drama.doc

21
KAJIAN DRAMA DAN EKRANISASI JENIS-JENIS DRAMA Dosen Pengampu : Nur Hidayah, S.S., M.A. Disusun oleh: Aisyah Qoriyani (C1011005) Tri Wulandari (C1012045) JURUSAN SASTRA ARAB FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

Upload: chaninsalsabila

Post on 09-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

KAJIAN DRAMA DAN EKRANISASI

JENIS-JENIS DRAMA

Dosen Pengampu : Nur Hidayah, S.S., M.A.Disusun oleh:

Aisyah Qoriyani

(C1011005)

Tri Wulandari

(C1012045)

JURUSAN SASTRA ARAB

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

A. PendahuluanPerkataan drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Menurut Waluyo (2003:1), drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Melihat drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik batin mereka sendiri. Drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia.Klasifikasi drama didasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Seorang pengarang drama dapat menghadapi kehidupan ini dari sisi yang menggembirakan dan sebaliknya dapat juga dari sisi yang menyedihkan. Dapat juga seseorang memberikan variasi antara sedih dan gembira, mencampurkan dua sikap itu karena dalam kehidupan yang riil, manusia tidak selalu sedih dan tidak selalu gembira. Karya yang mampu memadukan dua sisi sikap hidup manusia itu dipandang merupakan karya yang lebih baik karena kenyataan hidup yang kita jumpai memang demikian adanya (Waluyo, 2003:38).Begitu populer dan akrabnya drama dalam kehidupan, sehingga semua orang merasa mengerti dan memahami drama. Dengan begitu, apresiasi masyarakat terhadap seni drama semakin tinggi, yaitu semakin banyaknya berbagai tayangan drama di layar televisi. Bermacam-macam jenis drama ditayangkan mulai drama bertema komedi, tragedi, melodrama ataupun dagelan. Dengan perkembangan salah satu bentuk karya sastra ini diharapkan dapat terus berkembangan dengan kreasi dan inovasi yang lebih baik dan mendidik.

B. Pembahasan

Jenis-jenis drama dibagi berdasarkan isi cerita, cara penyajian, bentuknya, massa waktu, dan beberapa jenis drama menurut para dramwan dengan uraian sebagai berikut.1. Jenis-Jenis Drama Berdasarkan Isi CeritanyaMenurut Waluyo (2003:38), drama berdasarkan isi cerita diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu drama tragedi (drama duka), komedi (drama ria), melodrama dan dagelan (farce). Di antara tragedi dan komedi terdapat klasifikasi tragikomedia (drama dukaria), klasifikasi tersebut dibicarakan dalam menelaah tragedi dan komedi, akan tetapi dalam makalah ini penulis akan menguraikan tragikomedia kedalam point tersendiri untuk mempermudah mempelajarinya.a. Drama Tragedi (Drama Duka)Drama duka adalah drama yang pada akhir cerita tokohnya mengalami kedukaan. Romeo-Juliet, Machbeth, Hamlet, Roro Mendut, pada hakikatnya adalah drama duka.

Drama-drama Yunani kuno pada hakikatnya adalah drama duka. Karya-karya Socphocles misalnya adalah tragedi yang bersifat abadi. Oedipus dengan lakon triloginya mencerminkan kedukaan manusia yang tidak berdaya di hadapan Sang Pencipta. Dilihat dari cara Sophocles memandang kehidupan, maka drama-drama Yunani Kuno juga dapat dipandang sebagai romantik yang paling awal, karena pengarangnya memandang secara emosional, secara idealistis.

Tragedi cinta seperti Romeo-Juliet, Roro Mendut, Sam Pek Eng Thai, Jayaprana-Layonsari, Bansacara-Ragapatni, dan sebagainya dipandang sebagai romantik atau tragedi tradisional karena pelaku utamanya bersikap sumarah terhadap nasib (seperti dalam Oedipus Sang Raja). b. Komedi (Drama Ria)Drama ria adalah drama yang menyenangkan dan tidak mengorbankan struktur dramatiknya. Hal ini berbeda dengan dagelan yang sering disebut dengan komedi murahan. Dalam komedi ria, struktur dramatik yang berwujud lakon, konflik, irama, plot, dan sebagainya tetap dipertahankan. Pemain komedi tidak menyerah kepada publik, artinya sekalipun adegan tertentu sangat lucu, tidak perlu diperpanjang. Sebab itu di dalam komedi, naskah tetap berperan penting. Lakon berjalan sesuai dengan naskah atau skenario.Drama komedi menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan oleh perbedaan budaya dan pengalaman.Contoh drama komedi adalah dramanya Moliere (raja komedi) yang berjudul Dokter Gadungan yang juga disebut Akal Bulus Scapin, Moliere melukiskan komedia yang kocak karena seorang pelayan berpura-pura menjadi dokter (dukun atau tabib) agar dapat kawin dengan putri tuannya. Orangtua si putri tidak mengizinkan karena hanya bermenantukan seorang pelayan. Akan tetapi setelah pelayan jadi dokter gadungan itu mampu menyembuhkan penyakit anaknya, sang ayahpun mengzinkan si pelayan mengawini anaknya.

Contoh drama komedi yang lainnya yaitu karya William Shakespeare yang berjudul: Impian di Tengah Musim dan Saudagar Venesia. Kemudian karya Anton Chekov yang berjudul Pinangan dapat ditemui lelucon yang berisi kebijaksanaan. Cerita komedi dalam cerita rakyat atau sering kita sebut dengan cerita jenaka, seperti: Musang Berjanggung, Lebai Malang, Si Kabayan, Pak Belalang, Pak Pandir, Si Luncai, dan sebagainya. Abu Nawas yang diambil dari Seribu Satu Malam dapat juga diklasifikasikan sebagai cerita jenaka yang dapat menjadi sumber penulisan drama ria.c. Tragikomedia (Drama Dukaria)

Tragikomedia adalah drama yang mengetengahkan suatu unsur gembira dan lucu di bagian awal drama lalu disusul dengan peristiwa-peristiwa tragis. Drama ini cenderung memperlihatkan sesuatu tentang duniawi dari segi suka dan duka yang datang silih berganti.

Dari segi alur, tragikomedia terdapat dua alur yaitu alur yang berakhir sedih dan alur yang berakhir gembira. Alur yang berakhir gembira diawali dengan kesedihan dan sebaliknya, alur yang berakhir sedih diawali dengan kegembiraan.

d. Melodrama

Melodrama adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton. Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat tetap (stereotip). Tokoh jahat, seluruh wataknya adalah jahat, tidak ada sisi baik sedikitpun, sebaliknya tokoh hero atau tokoh protagonis adalah tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh hero ini pada akhirnya akan memenangkan peperangan, masalah, atau persaingan yang ada. Contoh: sinetron-sinetron Indonesia.e. Dagelan (Farce)

Dagelan adalah drama kocak dan ringan. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan konyol atau tontonan murahan. Contoh: Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak.2. Jenis-Jenis Drama Berdasarkan Cara Penyajiana. Closed Drama (Drama Untuk Dibaca)

Drama jenis ini hanya indah untuk bahan bacaan. Para sastrawan yang tidak berpengalaman mementaskan drama, biasanya menulis closed drama yang tidak mempunyai kemungkinan pentas atau kemungkinan pentasnya kecil. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.b. Drama Treatikal (Drama yang dipentaskan)

Menurut kodratnya seharusnya semua naskah drama dapat dipentaskan. Akan tetapi dalam closed drama, kemungkinan untuk dipentaskan itu kecil karena struktur lakon dan cakapannya yang tidak mendukung pementasan. Dalam drama treatikal kumingkinan untuk dapat dipentaskan sangat tinggi.

Dalam menulis drama treatikal, penulis membayangkan panggung dan proses pementasan. Dialog-dialog disesuaikan dengan tuntutan lakon dan diusahakan sehidup mungkin. Keindahan bahasa tidak mendapatkan perhatian, tetapi justru penulis ingin mendekati kenyataan hidup sehari-hari melalui cakapan kata-kata atau kalimat pendek-pendek karena memang dalam kehidupan sehari-hari yang kita jumpai adalah cakapan yang demikian. Misalnya dengan kata-kata jorok atau kotor dan bukan kata-kata manis penuh madu, karena dalam kehidupan sehari-hari jika seseorang marah memang jenis kata-kata itulah yang dipergunakan.c. Drama Radio

Drama radio mementingkan dialog yang diucapkan lewat media radio. Jenis drama ini biasanya direkam melalui kaset. Pada tahun 1970-an, drama radio berbahasa Jawa pimpinan Sumardjono dari RRI Yogyakarta sangat terkenal. Tahun 1980-an drama radio berbahasa Indonesia dengan judul seperti: Sahur Sepuh, Babad Tanah Leluhur, Pedang Naga Puspa, dan sebagainya melebihi popularitas drama-drama Sumardjono. Drama radio berbahasa Indonesia tersebut dapat merebut hati para penggemar dari berbagai lapisan masyarakat. Bahkan kemudian drama radio tersebut diangkat ke layar lebar yang kemudian menjadi sinetron laga dengan hadirnya stasiun TV swasta di Indonesia seperti RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, ANTeve, dan sebagainya.Drama radio dapat diklasifikasikan sebagai sandiwara rekaman. Sebenarnya jenis drama ini telah populer sejak lama. Sanggar Prathivi telah memproduksi ratusan cerita drama rekaman ini, baik cerita rakyat maupun cerita hasil imajinasi para pengarang. Kebanyakan cerita drama rekaman produksi sanggar Prathivi adalah cerita anak-anak.

Cara menulis cerita dalam drama radio (drama rekaman) berbeda dengan drama biasa. Banyak petunjuk teknis yang harus diberikan. Selingan musik, sound effect, jenis suara, serta petunjuk teknis lain harus diberikan secara lengkap terperinci karena sandiwara ini tidak akan ditonton secara visual, tetapi hanya secara auditif. Adegan dan babak dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan pergantian dekor. Kecakapan juru musik dan juru pengatur suara ikut menentukan keberhasilan drama radio. Pelaku-pelakunya mengutamakan karakter suara.d. Drama Televisi

Drama televisi adalah drama yang ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan drama televisi adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi berbentuk skenario. Drama televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron, atau telenovela. Dalam drama pentas biasa dan dalam sandiwara radio, sukar sekali dilukiskan flash back. Dalam drama televisi banyak kita jumpai flash back yang biasanya memperhidup lakon dan menciptakan variasi.3. Jenis-Jenis Drama Berdasarkan Bentuknya

a. Sandiwara

Sandiwara berasal dari bahasa jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.b. Teater rakyat

Teater rakyat adalah segala jenis tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan. Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong dari Jakarta, dan sebagainya.c. Opera

Opera adalah drama yang berisikan nyanyian dan musik pada saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog. Opera sering disebut drama musical.d. Sendratari

Sendratari adalah seni drama tari atau drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.e. Pantomim

Pantomim adalah pertunjukan drama tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya diiringi music.f. Operet atau Operette

Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.g. Tableau

Tableau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak patah-patah.h. Passie

Passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau religius.i. Wayang

Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.j. Minikata

Drama dengan cakapan singkat yang mengandalkan gerak treatikal.4. Jenis-Jenis Drama Berdasarkan Massa Waktua. Drama Baru (Modern)

Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.b. Drama Lama (Klasik)

Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.Setelah uraian di atas, berikut ini akan dipaparkan pula jenis-jenis drama dan konsepsi tentang drama yang dikemukakan oleh para dramawan, diantaranya sebagai berikut.

a. Drama PendidikanDrama pendidikan disebut juga drama ajaran atau drama didaktis. Pada abad pertengahan, lakon dipergunakan untuk melambangkan kebaikan atau keburukan, kematian, kegembiraan, persahabatan, permusuhan, dan sebagainya. Pelaku-pelaku drama dijadikan cermin bagi penonton dengan maksud untuk mendidik. Misalnya lakon yang mengungkapkan kehidupan di akherat, itu menunjukkan kepada manusia bahwa akhirnya semua orang akan sampai ke sana. Adegan di akherat biasanya menunjukkan keindahan akherat dan juga penderitaan para pendosa.b. Drama RomantikJenis drama romantik ditulis pada zaman romantik, yaitu mulai akhir abad XVIII sampai awal abad XIX. Contohnya adalah drama-drama Jerman karya Schiller, jenis drama ini juga disebut: drama puitis, drama lirik, drama puisi atau drama berbentuk sajak. Sifat romantik terletak pada sifat lakon dan para pelakunya. Biasanya digambarkan kisah percintaan, petualangan, cita-cita yang muluk-muluk yang semuanya menonjolnya unsur perasaan.c. Drama AdatDrama adat menggambarkan penggambaran adat istiadat di suatu masyarakat, daerah atau suku tertentu. Sepanjang memotret adat suatu daerah, tata cara hidup, cara berpakaian, cara mengungkapkan sesuatu, adat perkawinan, pemakaman, dan sebagainya harus diungkapkan sejujur mungkin dan tidak boleh bersifat imajinatif. Pelaku dan ceritanya dapat bersifat imajinatif, tetapi potret adat tidak boleh demikian.Di mimbar televisi sering kita lihat drama yang bersifat adat. Pemirsa diharapkan memahami adat suatu daerah dan juga tatacara busana, cara berjalan, cara melakukan upacara tertentu, cara bicara dengan pembesar, dan sebagainya. Jika drama itu berkisar dalam masyarakat keraton di Jawa, maka semua gerak-geriknya dan cara berjalan harus sesuai dengan cara jalan atau gerak-gerik bangsawan keraton Jawa. Dalam menulis drama adat, hendaknya para penyusun naskah benar-benar mempelajari adat secara baik dan cermat. Pemalsuan adat merupakan pemalsuan kenyataan atau potret kenyataan sosial.d. Drama LiturgiPada awalnya,drama digunakan sebagai sarana upacara. Drama liturgi maksudnya adalah drama yang dikaitkan dengan pelaksanaan upacara agama, baik dalam liturgi inti maupun hanya sebagai alat memperoleh daya tarik saja. Pada perayaan-perayaan keagamaan seperti Hari Raya Jumat Agung, Perayaan Jalan Salib, Hari Raya Kamis Suci, dan sebagainya kerapkali dimeriahkan dengan pertunjukkan drama liturgi untuk menghidupkan suasana.e. Drama SimbolisDrama simbolis atau drama lambang adalah drama yang menggunakan lambang, artinya pelukisan lakon tidak langsung ke sasaran. Kejadian yang dilukiskan dipergunakan untuk melambangkan kejadian lain. Nama pelaku tertentu digunakan untuk melambangkan tokoh lain dalam masyarakat.Contoh drama simbolis : Bebasari karya Rustam Effendy. Tokoh-tokohnya ada yang dipergunakan penulis untuk melambangkan penjajah angkara murka (Rahwana) dan ada yang digunakan penulis untuk melambangkan bangsa Indonesia yang dicengkram penjajah tetapi ingin bebas (Bebasari). Demikian juga drama Rendra yang berjudul Mastodon dan Burung Kondor yang melambangkan dua jenis kelompok masyarakat, yakni kelas mastodon (pejabat berkuasa yang makmur) dan burung kondor(rakyat jelata yang menderita). Kapai-kapai karya Arifin C.Noer dan Opera Kecoa karya Riantiarno juga termasuk drama lambang. Kehidupan Abu dilambangkan sebagai kapai-kapai, sedangkan pelacur-pelacur kelas teri dilambangkan sebagai kecoa. f. MonologPelawak-pelawak dalam Ludruk dan ketoprak biasanya melakukan monolog sebelum partner mainnya datang. Dalam Wayang Kulit malahan seluruh lakon itu dipentaskan secara monolog.Jenis monolog dalam drama modern berbeda dengan monolog lawakan. Dalam drama modern, pinsip-prinsip lakon harus dipertahankan. Konflik merupakan hakikat lakon. Naskahpun harus dipatuhi, agar struktur dramatiknya tetap dapat dipertahankan. Jadi, monolog dalam drama modern tetap terikat akan naskah. Arifin C.Noer dikenal sebagai penulis monolog yang cukup produktif. Pengembangan monolog kiranya sama sulitnya dengan pengembangan jenis drama eksperimental lainnya seperti teater mini kata, teater lingkungan, dan sebagainya.g. Drama LingkunganDrama lingkungan disebut juga teater lingkungan, yaitu jenis drama modern yang melibatkan penonton. Tujuan utama teater lingkungan adalah membuat tontonannya akrab dengan penonton.Drama lingkungan telah dipelopori oleh Marjuki, seorang dramawan yang juga redaktur majalah Semangat dari Yogyakarta sekitar tahun 1960-an. Dalam seniman sinting terdapat warna gila-gilaan. Sebenarnya yang paling inti dalam drama lingkungan bukan sifat gila-gilaan itu, tetapi keterlibatan penonton dalam lakon. Drama-drama yang dipentaskan oleh Teater Jeprik Yogyakarta pada hakikatnya adalah drama lingkungan.h. Komedi Intrik (Intrique Comedy)Komedi intrik adalah jenis komedi yang mengundang ketawa secara langsung dangan melalui penciptaan situasi yang lucu dan bukan dari watak atau dialognya. Mungkin dialognya tidak lucu, tetapi ceritanya menciptakan situasi lucu sehingga melahirkan komedi intrik.i. Drama Mini Kata (Teater Mini Kata)Goenawan Mohamad menyebut teater mini kata, Arifin C.Noer menyebut teater primitif. Pada hakikatnya drama mini kata adalah jenis drama dengan kata-kata seminim mungkin. Di Indonesia, jenis drama mini kata dikembangkan oleh Rendra sekitar tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Misalnya: Bip-Bop, Rambate Rate-rate, Di mana Kau Saudaraku, dan sebagainya. Sebenarnya teater mini kata juga kita dapatkan di Bali berupa tari Kecak. j. Drama EksperimentalPenamaan drama eksperimental disebabkan oleh kenyataan bahwa drama tersebut merupakan hasil eksperimen pengarangnya dan belum memasyarakat. Biasanya jenis drama eksperimental ini adalah drama nonkonvensional yang menyimpang dari kaidah-kaidah umum struktur lakon, baik dalam hal struktur tematik maupun dalam hal struktur kebahasaan.Tokoh-tokoh drama eksperrimental misalnya: Rendra (dengan teater mini kata dan improvisasinya), Putu Widjaya (dengan drama tanpa identitas pelaku), Arifin C.Noer(drama kata-kata yang melukiskan kehidupan para gelandangan), N.Riantiarno (melukiskan kehidupan rakyat gembel di pinggiran kota metropolitan dengan bentuk opera, yaitu opera rakyat gembel, yang dilukiskan sebagai kecoa atau ikan asin), Iwan Simatupang (dengan lakon absurd dan tokoh-tokoh gelandangan), Teater Jeprik (yang memelopori acting model ketoprak dan memadukan faktor lakon dengan selera publik), dan sebagainya.k. Sosio DramaSosio drama adalah bentuk pendramatisan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat. Simulasi dan role playing dapat diklasifikasikan sebagai sosio drama.Dalam sosio drama, tokoh-tokoh dan peristiwa sudah seringkali dihayati oleh calon pemain. Oleh karena itu, pemain akan lebih mudah mengidentifikasikan dirinya dengan lakon dan dengan permainan yang dibawakan. Dalam pelajaran PSPB yang juga memperkenalkan sosio drama melalui metode ketrampilan proses, seringkali terjadi hambatan pemeranan tokoh-tokoh sejarah karena tokoh itu tidak dihayati melalui latihan acting yang cermat. Sosio drama tidak sekedar menirukan adegan tertentu, tetapi memerankan tokoh dan adegan tertentu dengan acting penjiwaan total terhadap tokoh dan lakon yang dibawakan.Menurut Guntur Tarigan ada tiga langkah yang harus dilalui jika seseorang mau mementaskan atau menulis sosio drama, yaitu:(1) Mengemukakan suatu masalah

(2) Mendramatisasikan masalah

(3) Mendiskusikan hasil dramatisasil. Drama AbsurdNama absurd sebenarnya berhubungan dengan sifat lakon dan sifat tokoh-tokohnya. Penulis drama absurd berpandangan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat absurd, oleh sebab itu tokoh-tokohnya juga haruslah bersifat absurd. Dalam drama-drama dan novel-novel Iwan Simatupang dilukiskan tokoh-tokoh absurd seperti dalam Taman, Merahnya Marah, Ziarah, Kering, dan sebagainya. Tokoh-tokohnya adalah manusia yang sangat sadar akan keberadaannya (eksistensialisme), maka mereka menggelandang sebagai perwujudan dari keinginannya untuk memiliki kebebasan mutlak. Akan tetapi di dalam kehidupan menggelandang, justru terasa hidupnya seolah-olah terpencil dan mencekam, seolah-olah Tuhan membiarkan deritanya. Di sinilah letak keabsurditas kehidupan itu.Dalam drama-drama nonkonvensional semacam drama absurd ini, konvensi mengenal watak, penokoh, plot, nama (identitas pelaku) struktur, dan sebagainya tidak dihiraukan oleh pengarang.m. Drama ImprovisasiKata improvisasi sebenarnya berarti spontanitas. Drama-drama tradisional dan drama klasik kebanyakan bersifat improvisasi. Dalam teater mutakhir kata improvisasi digunakan untuk memberi nama jenis drama mutakhir yang mementingkan gerakan-gerakan (acting) yang bersifat tiba-tiba dan penuh kejutan. Drama improvisasi biasanya digunakan untuk melatih kepekaan pemain sehingga pemain dapat memerankan tokoh yang dibawakan lebih hidup dan realistis.n. Drama SejarahDrama sejarah juga disebut chronical play, yaitu drama yang disusun berdasarkan bahan-bahan sejarah, tetapi peristiwa dan karakter tokoh-tokohnya bersifat lebih bebas (longgar). Misalnya drama Nogososro Sabuk Inten yang naskah aslinya disusun oleh S.H.Mintardjo, disusun berdasarkan fakta sejarah yang dibumbui dengan imajinasi pengarang. Tokoh-tokoh seperti Kebo Kanigoro, Mahesa Jenar (Ronggo Tohjoyo) mungkin ada dalam sejarah, tetapi ceritanya mungkin tidak sama dengan cerita sejarah tersebut. Drama-drama karya William Shakespeare kebanyakan menggunakan tokoh-tokoh historis, sperti Cleopatra, Yulius Caesar, Pangeran Homburg, dan sebagainya.C. KesimpulanDrama merupakan potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Klasifikasi drama didasarkan atas jenis stereotip atau ucapan manusia dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan. Jenis-jenis drama terdapat beberapa pembagian, yaitu :

a. Berdasarkan isi cerita yaitu drama tragedi, komedi, tragikomedia, melodrama dan dagelan

b. Berdasarkan cara penyajian yaitu closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi.c. Berdasarkan bentuknya yaitu sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, dan minikata.d. Berdasarkan massa waktu yaitu drama baru (modern) dan drama lama (klasik).e. Drama menurut pendapat para dramawan adalah drama pendidikan, drama romantik, drama adat, drama liturgi, drama simbolis, monolog, drama lingkungan, komedi intrik, drama mini kata, drama eksperimental, sosio drama, drama absurd, drama improvisasi dan drama sejarah.DAFTAR PUSTAKAWaluyo, Herman J. 2003. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

http://www.putriastini.wordpress.comhttp://www.oppiefebiola.blogspot.comhttp://blueeverlastingfriend.blogspot.com/2013/10/makalah-hakikat-dan-jenis-jenis-drama.html