kecerdasan emosi pada massa dengan kecenderungan bentrok.docx

Upload: muhammad-arifuddin

Post on 09-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kecerdasan Emosi Perilaku Agresif Pada Massa Berperilaku Agresif Dengan Kecenderungan BentrokPROPOSALdiajukan untuk Menyusun Skripsi S-1

Oleh :MUHAMMAD ARIFUDDIN 08013206

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA2012

BAB IPENGANTAR

A. Latar belakang masalahManusia memiliki beragam tipe kepribadian yang berbeda satu sama lain, dengan adanya perbedaan masing-masing ini tidak jarang dijumpai bahwa sikap serta perbuatan yang dilakukannya merupakan cerminan dari kepribadian manusia itu sendiri. Manusia banyak memiliki permasalahan dalam hidupnya, mulai dari masalah dalam pribadinya sendiri, lalu kemudian permasalahan diluar pribadinya yang biasanya berhubungan dengan orang banyak.Belakangan ini disekitar kita seringkali terjadi aksi unjuk rasa mengkritisi sebuah kebijakan baik yang berskala daerah ataupun nasional. Contoh yang masih hangat didalam pikiran kita bersama adalah unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi di seluruh pelosok negeri ini. Unjuk rasa yang banyak digalang oleh kaum intelektual khususnya mahasiswa-mahasiswa Indonesia, massa dalam jumlah banyak yang turun ke jalan menyuarakan isi hati memiliki karakter serta temperamen yang sangat berbeda satu sama lain, yang pada kenyataannya banyak menimbulkan kerugian materi serta jasmani sehingga sering dijumpai banyak aksi yang berujung anarki antara massa dengan petugas pengamanan yang menimbulkan korban yang tidak sedikit pula di masing-masing pihak. Dalam menyampaikan suatu aspirasi adalah melalui jalan dialog agar tercipta solusi terbaik ataupun mencari win-win solution agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena adanya suatu kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun pemimpin yang ada tidak begitu memikirkan hal ini, dan masyarakat luas mulai enggan mendengar segala perbincangan yang hanya memihak kepada sebagian golongan.Dengan adanya bentrok massa yang terjadi disekitar kita, pastinya banyak terdapat penyebab yang menyulut keadaan tersebut tetapi didalam penyebab-penyebab yang ada dibalik bentrok massa tersebut bagaimanakah sebenarnya keadaan para pelaku yang terlibat didalamnya, seperti apakah sebenarnya mereka itu yang memilki latar belakang pendidikan berbeda serta kemampuan membaca situasi yang berbeda pula karena dalam kapasitas jumlah yang tidak sedikit akan terjadi singgungan disana sini. Kemampuan yang mestinya dimiliki para pengunjuk rasa atau massa yang memiliki aspirasi adalah dalam mengelola emosinya agar dapat menyalurkan aspirasinya secara sehat, dalam dunia psikologi ada beberapa istilah yang secara khas menerangkan emosi tersebut, yaitu kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) sebagai kemampuan mengelola emosi yang ada dalam diri setiap individu manusia. Goleman (2001, p.39) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan bagi para pengunjuk rasa agar dapat menghasilkan solusi terbaik bagi masyarakat luas terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh setiap institusi-institusi yang dikelola oleh Negara ataupun swasta.

B. Perumusan masalahMengontrol emosi dan kemampuan untuk dapat berhubungan dengan orang lain yang disebut kecerdasan emosi (emotional intelligent). Tinjauan penelitian ini dilakukan melalui beberapa variabel penelitian yaitu variabel bebas kecerdasan emosi serta variabel tergantungnya adalah massa yang memiliki kecenderungan bentrok yang membedakan atas penelitian terdahulu adalah adanya variabel tergantung mengenai massa yang cenderung bentrok. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kecerdasan emosi, Trihandini, R.A.M.F (2005, p.79) tentang kecerdasan emosi terhadap kinerja karyawan, kecerdasan emosi merupakan faktor kecerdasan yang memiliki pengaruh tinggi dibandingkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah siswa-siswa SMA yang cenderung bentrok antar sekolah. Pengumpulan data yamg dilakukan adalah dengan metode observasi serta metode wawancara terhadap mahasiswa ketika melakukan aksi unjuk rasa. Berdasarkan penjelasan diatas maka pertanyaan penelitian yang akan diajukan untuk penelitian ini adalah :1. Bagaimana gambaran antara kecerdasan emosi (EQ) dengan perilaku agresif pada yang massa yang memiliki kecenderungan bentrokC. Tujuan penelitian1. Untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosi yang muncul dari massa pengunjuk rasa yang memiliki kecenderungan bentrok.

D. Manfaat penelitianPenelitian ini memiki kegunaan sebagai berikut :1. Kegunaan teoritis yaitu sebagai tambahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bidang psikologi klinis.2. Kegunaan praktis yaitu memberikan informasi tentang kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada massa yang memiliki kecenderungan bentrok.D. Tinjauan pustaka1. Kecerdasan emosiKecerdasan emosi pertama kali diperkenalkan Peter Salovey dan Jack Mayer pada tahun 1990. Kecerdasan emosi yang berartii sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual Mayer dan Salovey (dalam Stein & Book, 2002). Dengan adanya kecerdasan emosi manusia dapat mengelola dan menggunakan emosi secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari sehingga menghasilkan hubungan antar mahluk hidup yang positif. Kecerdasan emosi yang sering dikenal dengan emotional intelligence dapat difungsikan sebagai motivasi diri individu, Goleman (2000, p.xiii) menyebutkan didalam kecerdasan emosi ada keterampilan lain tentang kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, motivasi diri.Reuven Bar-On (Stein & Book, 2002) kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Individu yang melakukan interaksi dengan individu lainnya memilki kemungkinan terhadap tekanan. Dalam lingkup pekerjaan, pendidikan, serta dalam organisasi sehingga menimbulkan emosi bersifat negatif dan positif, diperlukan adanya EI agar dapat mencari pemecahan masalah dalam diri individu.Goleman (2001, p.42-43) mengungkapkan lima kecakapan dasar dalam kecerdasan emosi, yaitu :a. Self awareness : kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya.b. Self management : Merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.c. Motivation : Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.d. Empati (social awareness) : Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.e. Relationship management : Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.2. MassaBerdasarkan kamus lengkap psikologi, psikologi massa adalah pembelajaran mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan luas. Sedangkan menurutChaplin (1972), psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalamloosely organized group.Massa memiliki pengertian sendiri yaitu sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara. Ada beberapa tipe tentang massa menurutMennicke (1984)yaitu, massa abstrak dan massa kongkrit. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi yaitu:a. Ada kejadian yang menarikb. Kebutuhan tidak terpenuhic. Individu mendapat ancamanMassa Kongkrit adalah massa yang mempunyai cirri-ciri :a. Adanya kesatuan pikiran dan sikapb. Bersifat dinamis dan emosionalc. Sifat massa jelasd. Ada struktur yang jelas : di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa abstrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.e. Adanya ikatan batin dan persamaan norma : adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.1). Sifat-SifatMassaMenurut Gustave le Ban, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologi tersendiri. Orang yang bergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan dilakukan bila individu itu terkadang dalam suatu massa. Sehingga massa itu akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.Sedangkan menurut Allport (Lih Lindzey, 1959) sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind, tetapi dapat mamahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berfikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal kepercayaan (feeling) dan dalam perbuatan yang menampak (overt behaviour). Di samping sifat-sifat yang telah disebutkan di atas massa itu masih mempunyai sifat-sifat antara lain, yaitu:a).Impulsif, ini berarti massa itu akan mudah memberikan respons terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya. Karena sifat impulsifnya ini, maka massa itu ingin bertindak cepat sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.b).Mudah sekali tersinggung. Karena massa itu mudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak massa diperlukan stimuli yang dapat menyinggung perassan massa yang bersangkutan.c).Sugestibel, ini berarti bahwa massa itu dapat mudah menerima sugesti dati luar.d).Tidak rasional, karena massa itu sugestibel, maka massa itu dalam berindak tidak rasional, dan mudah dibawa oleh sentimen-sentimen.e).Adanya social facilitation(F. Allport) yaitu adanya suatu penguatan aktivitas, yang disebabkan karena adanya aktivitas individu lain. Perbuatan individu lain dapat merangsang/ menguatkan perbuatan individu lain yang trgabung dalam massa itu. Menurut Tarde disebutimitation, sedangkan menurut Sighele disebut sugestion, dan menurut Gustave Le Ban sebagaiContagionandsuggestion, dan dalam suasana ini terdapat suasana hipnotik (Lih. Lindzey, 1959)3. Perilaku AgresifPrabowo dan Riyanti (1998) mendefinisikan agresif sebagai tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Prabowo dan Riyanti (1998) mendefinisikan agresif sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap individu lain atau terhadap objekobjek. Berdasarkan berbagai rumusan agresif yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku agresif yaitu tingkah laku yang ditujukan untuk melukai pihak lain yang dapat dilakukan secara fisik maupun verbal. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif, Murray (dalam Nurmaliah, 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresif menjadi tiga yaitu : a. Bentuk emosional verbal b. Bentuk fisik bersifat sosial c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial)

Faktor Penyebab Perilaku Agresif Prabowo dan Riyanti (1998) menyebutkan beberapa faktor penyebab agresif yaitu frustasi, peghinaan verbal, kondisi yang tidak menyenangkan, dan faktor kerelaan. a. Frustasi b. Penghinaan verbal c. Kondisi yang tidak menyenangkan d. Faktor kerelaan Adapun Mutadin (2002) menyebutkan faktor-faktor penyebab perilaku agresif pada remaja adalah : a. Meniru orangtua b. Orangtua membiarkan c. Akibat acara-acara TV d. Memendam perasaan marah Menurut Dhevy (dalam Wibawa, 2000) tingkah laku agresif bersifat naluriah, dengan bertambahnya usia anak, agresifitas mengalami perkembangan dan perubahan dalam bentuk alasan, tujuan dan lainlain melalui proses belajar dalam interaksi sosial, khususnya keluarga. Dalam keluarga perkembangan tingkah laku agresif pada anak sangat dipengaruhi oleh orang tua karena keluarga maupun lingkungan sosial anak yang pertama dan utama untuk dapat menyesuaikan diri dilingkungan masyarakat.

BAB IIMETODOLOGI PENELITIANA. Pendekatan dan strategi penelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan paradigma fenomenologi. Menurut Moleong (2005), metode penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Strategi penyelidikan phenomenology, adalah penelitian untuk menggambarkan, menyelidiki, menemukan serta memahami struktur esensi fenomena (gejala) berdasarkan pengalaman yang dialami oleh individu (Himam, 2005).

B. SamplingSampling adalah sebuah metodologi untuk menyeleksi individu-individu masuk ke dalam sampel yang representatif, sedangkan yang menjadi objek sesungguhnya dalam penelitian disebut sampel. Menurut Chaplin (Muhadjir, 2007), sampling merupakan proses memilih sampel, sedangkan sampel dapat diartikan satu bagian dari keseluruhan yang telah dipilih dan sifatnya representatif.

C. Metode Pengambilan DataDalam proses pengambilan data, penulis harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi etika dalam penelitian kualitatif. Pertama harus ada informed consent, yaitu persetujuan dari informan bahwa ia akan menjadi bagian dari penelitian. Kedua, prinsip kerahasiaan, yaitu penulis akan menjamin kerahasiaan identitas informan, kecuali informan tidak menuntut kerahasiaan identitas darinya. Ketiga harus ada prinsip no harm, yaitu prinsip bahwa penelitian yang dilakukan tidak membahayakan atau memungkinkan terjadinya bahaya terhadap informan.Metode pengambilan data yang dilakukan adalah dengan metode wawancara dan observasi. Setelah penulis memperoleh data dari kedua teknik tersebut, maka data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Berikut penjelasan mengenai kedua metode dalam pengambilan data :1. WawancaraStainback (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa dengan wawancara penulis akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.Wawancara dalam penelitian kualitatif selalu bersifat semi terstruktur karena selalu membawa jejak-jejak pola kekhasan yang bersifat mengatur segala sesuatu dan sekaligus memperlihatkan kemampuan kreatif dari orang yang diwawancarai atau rekan peneliti untuk menolak dan melawan apa yang ingin diwujudkan oleh si peneliti (Parker, 2005).Metode wawancara yang akan digunakan adalah wawancara semi terstruktur, yaitu jenis wawancara yang dalam pelaksanaannya ada guide, ada pedoman tetapi pertanyaannya ditanyakan secara semu, disesuaikan dengan kondisi (Moleong, 2005). Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, penulis perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Hal ini dilakukan agar sifat pertanyaan tidak kaku atau ketat, serta memungkinkan penggalian materi yang relevan.2. ObservasiObservasi dilakukan untuk mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan informan dalam hal validitas pernyataannya dengan perilaku-perilaku yang ditunjukkan. Selain itu juga observasi difungsikan untuk mengungkap informasi yang mungkin tidak bisa didapatkan dari proses wawancara.Metode observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara mengingat kedua metode ini saling mendukung dalam mendapatkan data yang diinginkan. Alasannya mengapa melakukan observasi atau pengamatan dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (Moleong, 2005), yakni karena teknik pengamatan ini berdasarkan pengalaman secara langsung. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

D. Desain PenelitianDesain pada penelitian ini akan mengambil data pada siswa di dua sekolah menengah di yogyakarta atas yang terkenal sering terjadi bentrok satu sama lain berdasarkan informasi yang didapat dari teman satu kuliah serta dari beberapa warga sekitar yang sering bercerita tentang bentrok antar siswa dua sekolah menengah atas tersebut. Responden berjumlah 4 orang, masing-masing 2 orang dari dua sekolah yang terlibat. Responden merupakan orang yang sering terliabta secara langsung ketika bentrok terjadi, dan merupakan orang yang memegang kendali ketika bentrok atau diluar bentrok. Sarantoks (dalam Poerwandari 2009), menyatakan bahwa pengambilan sampel secara teoritis menambahkan unit-unit baru dalam sampelnya, sampai penelitian tersebut mencapai titik jenuh (saturation point), saat dimana penambahan data dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis.

E. Keterpercayaan PenelitanDalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.Secara umum, uji kredibilitas atau keterpercayaan terhadap penelitian kualitatif dapat dilakukan tidak hanya dengan satu metode akan tetapi banyak metode. Menurut Sugiyono (2010), uji kredibilitas atau keterpercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Dalam penelitian ini, guna mendapatkan suatu bentuk kredibilitas penelitian, penulis akan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian kualitatif, data akan lebih diyakini kebenarannya jika dua sumber atau lebih menyatakan hal yang sama. Patton (Poerwandari, 2007), menyatakan bahwa triangulasi dapat dibedakan dalam triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi teori dan triangulasi metode. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data yaitu digunakannya variasi sumber-sumber data yang berbeda. Data dari berbagai sumber berbeda dapat digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya penelitian. Dalam penelitian ini Membandingkan data keadaan dan perspektif informan penelitian dengan pandangan atau pendapat orang lain atau orang-orang terdekat informan disebut sebagai significant person untuk mengecek kembali apa yang dikatakan oleh informan penelitian. Sedangkan triangulasi metode yaitu dipakainya beberapa metode yang berbeda untuk meneliti suatu hal yang sama. Metode pengambilan data yang dilakukan penulis adalah dengan metode wawancara dan observasi. Keterpercayaan penelitian akan menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi hasil penelitian dan terutama hasil penelitian itu akan menjadi sumber informasi tentang pengalaman dan kejadian yang dialami.

DAFTAR PUSTAKA

Arbidiati, RA Catur Wahyu., & Kurniati, Ni Made Taganing. 2007. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kecenderungan Problem Focused Coping Pada Sales. 2 : B24-B27.

Chaplin, J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Kartini Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Herlinawati, N. 2008. Perilaku Agresif pada Remaja Putri yang mengalami ABUSE oleh Ibu . 1-15

Moleong, L.J. (2004). Metodologi gabungan kuantitatif / kualitatif dan analisis data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Nurmaliah, L. (1995). Persepsi terhadap suasana rumah, kelompok teman sebaya dan kecenderungan perilaku agresif pada remaja penyalahgunaan narkotika. Skripsi. Psikologi UGM Yogyakarta.

Poerwandari, E. (2009). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Prabowo, H. & Riyanti, B.P.D. (1992). Psikologi umum 2. Seri Diktat Kuliah (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma.

Trihandini, R.A Fabiola Meirnayati. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus di Hotel Horison Semarang). Tesis. (tidak diterbitkan). Semarang : Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Wibawa. (2000). Anak jalanan dan waktu luangnya (Studi kasus pada anak jalanan di jakarta) Tesis (Tidak Diterbitkan). Depok: Universitas Indonesia.

Www.google.com/psikologimassa

Www.google.com/kecerdasanemosi