kebijakan pemerintah tentang cleaner production

17
Kebijakan Produksi Bersih Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan Produksi Bersih Di Indonesia Untuk mewujudkan target pengurangan emisi limbah di Indonesia, Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mewajibkan setiap kegiatan usaha melakukan upaya pencegahan dan pengelolaan limbahnya, antara lain: UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Permenlh No. 31 Tahun 2009 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih , dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah Permenlh No. 35 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Halon Permenlh No. 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat Permenlh No. 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau Sumber Air

Upload: wynneralph

Post on 04-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

CLEANER PRODUCTION

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Kebijakan Produksi Bersih

Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan Produksi Bersih Di

Indonesia

Untuk mewujudkan target pengurangan emisi limbah di Indonesia, Pemerintah Indonesia sudah

mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mewajibkan setiap kegiatan usaha

melakukan upaya pencegahan dan pengelolaan limbahnya, antara lain:

UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Permenlh No. 31 Tahun 2009 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan

Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi

Berwawasan Lingkungan di Daerah

Permenlh No. 35 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Halon

Permenlh No. 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau

Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat

Permenlh No. 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun

Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara

Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau Sumber Air

·      Berbagai peraturan yang mengatur nilai ambang batas atau baku mutu pencemaran yang

menjadi acuan bagi para pelaku usaha untuk mengelola limbah yang dihasilkannya.

Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang dikembangkan

oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun 1993. Pada tahun

1995, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi

Bersih, dan sampai saat ini penerapan produksi bersih sudah dilakukan di beberapa kegiatan,

seperti tekstil, penyamakan kulit, kelapa sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, perhotelan

dan perkotaan.

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Dalam upaya meningkatkan penerapan Produksi Bersih di tingkat nasional, Pemerintah telah

mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam rencana jangka menengah dan jangka panjang,

sebagai berikut:

1. Melibatkan dan mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pengembangan Produksi Bersih untuk mengharmonisasikan setiap persepsi dan

pendekatan pelaksanaan produksi bersih dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

selama ini. Harmonisasi ini harus mendorong perubahan pola konsumsi dan produksi

yang berkelanjutan dimana pelaksanaannya harus secara terus menerus sesuai dengan

ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.

2. Meningkatkan pemahaman konsep Produksi Bersih agar dapat diimplementasikan oleh

seluruh pihak yang berkepentingan baik secara individu, kelompok maupun institusi

sehingga dapat merancang suatu mekanisme kontrol peraturan yang saling

menguntungkan (win-win solution).

3. Pemerintah menyediakan dukungan sarana dan prasarana baik fisik (pilot project, tenaga

ahli, informasi, dll) maupun nonfisik (peraturan, kebijakan, dll) untuk

mengimplementasikan dan mengembangkan Produksi Bersih untuk mencapai konsensus

nasional dalam mecari solusi terbaik bagi penaatan dan penangan masalah-masalah

lingkungan hidup.

4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan Peranserta masyarakat di tingkat

sektoral dan daerah.

5. Melaksanakan Program Produksi Bersih secara holistik, komprehensif, terintegrasi dan

berkesinambungan dalam upaya pengelolaan lingkungan sehingga berjalan sinergis

dengan aspek ekonomi dan sosial.

6. Mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan menggunakan

produk-produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan (green producers and consumers).

 Untuk mendorong penerapan produksi bersih dalam upaya mewujudukan pembangunan yang

berkelanjutan, ada beberapa strategi yang dilaksanakan, yaitu :

1. Mensosialisasikan dan mempromosikan konsep Produksi Bersih kepada stakeholders;

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

2. Menerapkan analisis daur hidup produk pada semua sektor;

3. Memfasilitasi kemitraan dalam penerapan produksi bersih diantara stakeholders;

4. Meningkatkan kerjasama dengan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan produksi

bersih

5. baik di forum nasional maupun internasional;

6. Meningkatkan pertukaran informasi dan mengembangkan jejaring kerja dengan seluruh

stakeholders;

7. Menyelenggarakan pelatihan, seminar, lokakarya yang berhubungan dengan Produksi

Bersih;

8. Mengkaji, mengembangkan dan menerapkan Produksi Bersih secara terus menerus

melalui koordinasi, komunikasi, benchmarking, edukasi dan diseminasi informasi pada

seluruh aktivitas di semua sektor serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi;

9. Menciptakan program bersama yang melibatkan seluruh stakeholders dalam rangka

penerapan Produksi Bersih.

 Untuk mendorong implementasi dari produksi bersih di semua sektor kegiatan, Kementerian

Lingkungan Hidup sudah membentuk Pusat Produksi Bersih Nasional (PPBN), dengan fungsi

sebagai berikut :

1. Menampung semua informasi mengenai Produksi Bersih, dari sisi kebijakan,

pelaksanaan, status kemajuan, penerapan PB di industri, yang bertujuan untuk transfer

teknologi bersih    Menjadi akses bagi para industri yang ingin mengaplikasikan PB dan

pihak-pihak lain yang akan melakukan kajian PB

2. Menjadi media untuk tukar informasi dan dialog kebijakan penerapan PB

3. Mendorong dan memotivasi seluruh sektor industri untuk mengaplikasikan PB sehingga

dapat menjadi wadah untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, industri, akademisi,

Ornop, dll dalam melakukan pengelolaan lingkungan

4. Menjadi salah satu wadah pemberian insentif bagi industri-industri yang telah

menerapkan PB dan benchmarking

5. Menjadi sarana untuk pelatihan

6. Menjadi katalisator pertumbuhan lembaga-lembaga jasa PB

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Adanya PPBN diharapkan tercipta suatu sistem kerja untuk mekanisme PB antar unit/sektor yang

terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis. Secara sektoral, kebijakan pencegahan pencemaran

melalui produksi bersih juga telah dikembangkan, yaitu :

1.      Kementerian Lingkungan Hidup

Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih untuk industri tekstil, kulit,

kelapa sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, hotel dan perkotaan

Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih melalui Chemical Management

dan Good House Keeping

Implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa sawit,

kulit dan lingkungan industri kecil

Implementasi Produksi Bersih melalui konsultasi dan bimbingan teknis pada kurang lebih

500 industri, antara lain: automotive, agrobisnis, electroplating, tekstil, kulit, karet, CPO,

gula, dll.

Pelatihan Produksi Bersih, Good House Keeping, Chemical Management, Life Cycle

Analysis

2.      Departemen Pertanian

Mengembangkan penggunaan pupuk organik pada on-farm dan off-farm

Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan pestisida

Mencanangkan "Go Organic 2010"

3.      Departemen Perhubungan

Mendorong penggunaan bensin tanpa timbal

Meningkatkan pengujian tipe maupun berkala kendaraan bermotor

Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor seperti: BBG,

elpiji dan biodesel

Mengadopsi standar Eropa untuk pengujian emisi secara bertahap

Mengajukan usulan pengurangan bea masuk atau pajak bagi kendaraan yang ramah

lingkungan

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Menerapkan penggunaan angkutan massal

4.      Departemen Energi Sumber Daya Mineral

Mempersyaratkan penerapan Produksi Bersih pada setiap kontrak karya di bidang

pertambangan

Mempromosikan pengembangan pertambangan ramah lingkungan

Meminimisasi kerusakan bentang alam dan pemulihan perubahan bentang alam agar

lebih bermanfaat

5.      Departemen Perindustrian dan Perdagangan

Mengharmonisasikan Produksi Bersih pada peraturan dibidang perindustrian dan

perdagangan

Mengupayakan substitusi pemakaian bahan kimia yang bersifat berbahaya dan beracun

Pemberian insentif berupa penghargaan bagi industri-industri yang telah menerapkan

Produksi Bersih

Mengembangkan proses produksi ramah lingkungan

6.      Kementerian Pariwisata

Meningkatkan effisiensi pada fasilitas-fasilitas wisata

Mengembangkan konsep wisata-lingkungan (eco-tourism)

Meningkatkan penghematan pemakaian air, bahan-bahan pembersih, listrik dan utilitas

lainnya pada fasilitas-fasilitas wisata

Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong terwujudnya

pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempunyai kebijakan antara lain:

1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait mempunyai persepsi yang

sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus yang dinyatakan dalam Komitmen Nasional dalam

penerapan strategi produksi bersih di Indonesia.

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

2. Menganjurkan pelaksanaan produksi bersih termasuk berbagai perangkat manajemen

lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen lingkungan (ISO 14001), evaluasi

kinerja lingkungan, ekolabel dan produktivitas ramah lingkungan (green productivity) di

Indonesia.

3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan lingkungan untuk

mengantisipasi diberlakukannya kebijaksanaan lingkungan yang bersifat global.

4. Mengantisipasi diberlakukannya standar-standar internasional di bidang lingkungan dengan

ikut aktif dalam keanggotaan ISO/ TC 207 agar Indonesia dapat melakukan negosiasi dengan

negara-negara maju yang ingin memberlakukan standar-standar lingkungan seperti Sistem

Manajemen Lingkungan (SML), Ekolabel maupun ketentuan lainya di bidang lingkungan secara

internasional.

5. Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi aktif semua pihak dalam implementasi produksi

bersih dan semua perangkat manajemen lingkungan yang diperlukan berdasarkan prinsip

kemitraan.

6. Melaksanakan pembinaan teknis dengan cara memberikan bantuan tenaga ahli, melaksanakan

proyek-proyek percontohan serta menyebarluaskan informasi mengenai teknologi bersih melalui

seminar, penyuluhan, website, pendidikan dan latihan.

Upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah adalah dengan mengembangkan kebijaksanaan yang

kondusif bagi penerapan produksi bersih disamping selalu melakukan upaya peningkatan

kesadaran masyarakat mengenai konsep produksi bersih, misalnya melalui jalur pendidikan dan

pelatihan, melaksanakan proyek-proyek percontohan (demonstration project) serta

penyebarluasan informasi melalui seminar, penyuluhan dan kegiatan lainnya yang berkaitan

dengan produksi bersih.

Partisipasi masyarakat sebagai konsumen misalnya dapat dilakukan dengan cara hanya membeli

barang atau produk yang akrab lingkungan (environmentally products) disamping mendorong

dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan program efisiensi, daur ulang, dll.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Peranan LSM dan lembaga-lembaga penelitian di berbagai instansi dan perguruan tinggi menjadi

sangat penting di dalam menyebarluaskan informasi mengenai produk akrab lingkungan. Di sisi

lain partisipasi masyarakat akan mendorong dunia usaha untuk terus berinovasi dalam

menghasilkan produk yang akrab lingkungan.

Saat ini para pelaku usaha sudah mulai menerapkan strategi produksi bersih di dalam

pengembangan bisnisnya karena dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

· Meningkatkan daya saing dan kegiatan usahanya juga dapat berkelanjutan, mengingat semakin

besarnya peranan lingkungan hidup dalam kebijakan perdagangan internasional.

· Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dalam setiap kegiatan proses produksi secara

berkesinambungan maka perusahaan memperoleh keuntungan ekonomis dengan adanya

peningkatan efektifitas dan efisiensi di segala aspek.

· Dengan menjalankan strategi produksi bersih perusahaan dapat menurunkan biaya produksi dan

biaya pengolahan limbah serta sekaligus mengurangi terjadinya kerusakan dan pencemaran

lingkungan.

Strategi produksi bersih merupakan metode kunci untuk mengharmonisasikan kepentingan

ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.

ISO

ISO berasal dari bahasa Yunani yang berarti sama apapun negara, apapun bahasa semua

pake ISO ISO adalah lembaga standar internasional

STANDAR ISO

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Membuat pengembangan, produksi dan penyediaan produk dn layanan yang lebih efisien,

aman dan bersih

Memfasilitasi perdagangan antar negara dan membuatnya lebih adil

Berbagi kemajuan tehnologi dan praktek manajemen yang baik

Menyebarkan inovasi

Perlindungan  konsumen dan pengguna produk dan jasa pada umumnya

Membuat hidup lebih sederhana dengan menyediakan solusi untuk masalah umum

ISO adalah organisasi standar terbesar di dunia

Dari tahun 1947 sd sekarang ISO telah menerbitkan lebih dri 18.000 Standar

Internasional

Seperti : Standar untuk kegiatan pertanian, kontruksi, Standar mesin, Standar perangkat

medis, Standar mutu, Standar Lingkungan

ISO 14000 SERIES

ISO 14001                       : Sistem Manajemen Lingkungan

ISO 14010 – 14015         : Audit Lingkungan

ISO 14020 – 14024         : Label Lingkungan

ISO 14031                       : Evaluasi Kinerja Lingkungan

ISO 14040 – 14044         : Assessment/Analisa Berkelanjutan

ISO 14060                       : Aspek Lingkungan dari Produk

ISO 14001

adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML)

adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi

dan pemeliharaan dari SML

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan

ISO 14001:

pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-undang yang ada, perbaikan

berkesinambungan SML

ISO 14001 dapat digunakan sebagai alat bantu; fokus terhadap pengendalian aspek

lingkungan atau arah aktifitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan

lingkungan;

SIAPA YG DAPAT MENGGUNAKAN ISO

Organisasi-organisasi dari berbagai jenis, sektor usaha dan ukuran dapat meningkatkan

kinerja lingkungan mereka melalui implementasi standar ini

MANFAAT ISO

Meningkatkan kinerja lingkungan sesuai komitmen manajemen puncak

Penghematan ongkos dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi energi dan penggunaan

air dan minimalisasi Buangan

Mengurangi resiko dari terjadinya polusi dan kondisikondisi lainnya yang berkenaan

dengan lingkungan, dan oleh karena itu penghindaran dari ongkos pembersihan yang

tidak perlu dan/atau pelaksanaan tindakan dari lembaga-lembaga hokum

Kesesuaian hukum melalui pengenalan perundangundangan baru dengan kecukupan

waktu dalam menghadapi masalah-masalah lingkungan terkini.

Mengurangi resiko dari ketidak-sesuaian dengan perundang-undangan dan ongkos-

ongkos tuntutan hukum selanjutnya

Memberikan kesan mendalam pada suatu merek dimana para pelanggan akan

memandang organisasi tersebut telah melakukan pengendalian dampak lingkungan yang

baik

Meningkatkan pemusatan tujuan bisnis dan mengkomunikasikan masalah-masalah

lingkungan terkini

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Meningkatkan kemampu-labaan organisasi melalui pengurangan ongkos-ongkos dan

meningkatkan kepuasan pelanggan

Elemen ISO 14000 yang terkait dengan operasi perusahaan :

Polusi udara Pembuangan ke sumber air Pasokan air dan pengolahan limbah domestic Limbah dan bahan – bahan berbahaya Gangguan Bunyi/kebisingan dan getaran Radiasi Perencanaan fisik Pengembangan perkotaan Gangguan bahan / material Penggunaan energy Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan

IMPIKASI SML

Diperlukan extra sumberdaya dari organisasi ketika mengadopsi dan membangun SML

Birokrasi organisasi cenderung (berpotensi )meningkat karena adanya prosedur, intruksi

kerja proses sertivikasi

KARAKTERISTIK ISO 14000

Generik: Dapat diterapkan untuk seluruh tipe dan ukuran organisasi, Mengakodir

beragam kondisi geografis, sosial dan budaya

Sukarela: Tidak memuat pernyataan kinerja lingkungan (misal, kriteria untuk sarana

pengolahan limbah cair), Sarana secara sistematis pengendalian dan mencapai organisasi

kinerja lingkungan yang dikehendaki

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Memuat kinerja fundamental untuk dicapai: Mentaati peraturan perundang – undangan

dan kekuatan lingkungan yang relevan, Komitmen untuk terus – menerus memperbaiki

sejalan dengan kebijakan organisasi\

Dinamis aditif terhadap Perubahan di dalam organisasi, Perubahan diluar organisasi

Standrat SML memuat persyaratan sistem manajemen yang berbasis pada siklus” plan,

implement, check and review. Keterkaitan yang erat antar klausal elemen standrat

PRINSIP POKOK

Prinsip Pertama: Organisasi harus menetapkan kebijakan lingkungan dan memastikan

memiliki komitmen terhadap SML

Prinsip Kedua: Organisasi harus menyusun rencana untuk menaati kebijakan lingkungan

yang ditetapkan sendiri

Prinsip Ketiga: Implementasi dan Operasi: Agar terlaksana dengan efektif, organisasi

harus mengembangakan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk

menaati kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran manajemen

Prinsip keempat: pemeriksaan dan korelasi: Organisais harus memeriksa, memantau dan

mengorelasi kinerja lingkungan

Prinsip kelima: kaji ulang manajemen: Organisasi harus mengkaji ulang dan terus

menerus memperbaiki standart manajemen lingkungan dengan maksud untuk

menyempurnakan kinerja lingkunga yang telah dicapai

Pustaka

Anonim. tt. Kebijakan Produksi Bersih. http://www.menlh.go.id/kebijaksanaan-produksi-bersih-

di-indonesia/. (diakses 7 Oktober 2015)

Saputra, Firdy Hari. 2012. ISO. http://firdyhs.blogspot.co.id/2012_12_01_archive.html. (diakses

7 Oktober 2015)

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG CLEANER PRODUCTION

Widyarissantie, Astutie. 2012. Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan

Produksi Bersih Di Indonesia. http://kisahsansan.blogspot.co.id/2012/12/kebijakan-dan-

implementasi-produksi_12.html(diakses 7 Oktober 2012)