m a t r i k issn 1693 - 5128 -...

70
Diterbitkan oleh : Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Teknik Pemimpin Redaksi : Ketua Program Studi Teknik Industri Redaksi Ahli : Prof. Dr. Ir. Setyo Budi M.Si. Dr. Ir. Malikul Adil, MM. Eko Budi Leksono, ST., MT. Bambang Suharjo,S.Si, M.Si. Pregiwati Pusporini, ST., MT. Ir. Hadi Suroso, M.Sc. Redaksi Pelaksana : Moch. Nuruddin, ST., MT. Said Salim Dahda, ST., MT. Nina Aini Mahbubah, ST., MM., MT. Deny Andesta, ST., MT. Sekretariatan : Amalia Ratih Insani, S.Si. Alamat Redaksi : MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Gresik Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121 Telp. : (031) 3951414 Fax. : (031) 3952585 Website : http://www.umg.ac.id E-mail : [email protected] dan [email protected] M A T R I K Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi ISSN 1693 - 5128 Volume Nomor VII 1, September 2009

Upload: vantram

Post on 05-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

Diterbitkan oleh : Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik

Penanggung Jawab : Dekan Fakultas TeknikPemimpin Redaksi : Ketua Program Studi Teknik Industri

Redaksi Ahli : Prof. Dr. Ir. Setyo Budi M.Si. Dr. Ir. Malikul Adil, MM. Eko Budi Leksono, ST., MT. Bambang Suharjo,S.Si, M.Si.

Pregiwati Pusporini, ST., MT. Ir. Hadi Suroso, M.Sc.

Redaksi Pelaksana :Moch. Nuruddin, ST., MT.Said Salim Dahda, ST., MT.Nina Aini Mahbubah, ST., MM., MT. Deny Andesta, ST., MT.

Sekretariatan : Amalia Ratih Insani, S.Si.

Alamat Redaksi :MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – ProduksiProgram Studi Teknik Industri – Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah GresikJl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121Telp. : (031) 3951414 Fax. : (031) 3952585Website : http://www.umg.ac.idE-mail : [email protected] dan [email protected]

M A T R I KJurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi

ISSN 1693 - 5128

Volume Nomor VII 1, September 2009

Page 2: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

Volume

M A T R I KJurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi

Daftar

ISSN 1693 - 5128Nomor VII 1, September 2009

Halaman1. 1-16

2.

3.

4.

5.

6.

17-21

33-46

22-32

47-55

56-65

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN SARUNG TENUN IKAT LAMONGANRachmad Hidayat

ANALISIS PENGARUH KOMPONEN TEKNOLOGI TERHADAP DAYA SAING UKM INDUSTRI GENTENGDwi Sulisworo, Siti Mahsanah Budijati dan Mandasari Wahyu Hutami

ANALISIS KUALITAS DESAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DI PT KUWERA PANDUKARYA ME SURABAYARini Oktavera, Heri Winarko

cONTINUES PROcESS IMPROVEMENT DENGAN ROBUST DESIGN DALAM cLEANER PRODUcTION : PROSES PRODUKSI caODeny Andesta

PERENcANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUFAcTURING RESOURcES PLANNING DI PT. SEMEN GRESIK TBKI k s a n

PENDEKATAN MANAGEMENT cONFLIcT UNTUK PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASIMalikul Adil

Page 3: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN SARUNG TENUN IKAT LAMONGAN

Rachmad HidayatJurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo MaduraEmail: [email protected]

ABSTRACT

This research is done in Lamongan which located in countryside of Parengan, district of Maduran, sub-province of Lamongan. The effort that developed is sarung tenun ikat production. Target of this research is to identify

requirement of consumer and know dominant factor which generate tendency of enthusiasm buy of consumer to sarung tenun ikat product. At this research, intake of sampel done by purposive and data collected through kuisioner counted 100 responden. Quisioner compiled in the form of Likert Scale and data analysed by using factor analysis. Result of research indicate that to identify attribute of quality is type of sarung tenun ikat, colour of sarung tenun ikat, accuration of jacquards of sarung tenun ikat, result of jacquards of sarung tenun ikat, materials used not easy to tear, and quality as according to price. most dominant factor is brand and quality. Which the included in quality factor and brand is 2nd attribute (color), 3rd attribute (accuration), 5th attribute (materials) and 8th (brand). Keyword: dominant factor, identify attribute of quality and analysis factor.

PENDAHULUANSemakin deras arus informasi saat ini adalah

dampak dari globalisasi, hal ini menyebabkan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang yang mendorong munculnya berbagai jenis usaha, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Dalam melihat kondisi saat ini banyak pengusaha yang berusaha untuk memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu peluang tersebut yaitu usaha produksi sarung. Sarung merupakan salah satu pakaian yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Atribut produk segala jenis busana pada umumnya berhubungan dengan budaya dan adat istiadat komunitas pemakainya. Demikian dengan sarung, atributnya sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat Indonesia.

Bukan hanya di Indonesia saja tetapi dimanca negara sarung juga banyak digunakan. Seperti di negara-negara Asia yaitu Malaysia, Brunei, Kamboja, India dan Pakistan, serta telah diperkenalkan kepada orang-orang di belahan Timur Tengah. Sehigga industri sarung lebih menarik untuk

dikelolah dan diekspor. Sarung juga memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan, karena potensi bangsa Indonesia sebagai produsen dan konsumen sehingga dapat ikut mengembangkan perekonomian bangsa. Demikian halnya denga Sarung Tenun Ikat yang terletak di Desa Parengan Kecamata Maduran Kabupaten Lamongan. Usaha yang dikembangkan adalah produksi sarung tenun ikat, dimana produksi sarung tenun ikat ini diproduksi untuk keperluan masyarakat baik sebagai pakaian sehari-hari, acara resmi atau pada kondisi santai. Seiring dengan banyaknya kebutuhan masyarakat akan sarung tenun ikat, maka akhir-akhir ini bayak sekali muncul perusahaan yang memproduksi hasil yang sejenis. Hal ini menyebabkan persaingan diantara perusahaan sarung untuk merebut konsumen.

Kurang minatnya konsumen dalam membeli sarung tenun ikat ini adalah salah satunya diakibatkan kurangnya kemampuan dalam pemasaran dan penjualan untuk memotifasi serta membentuk persepsi dan sikap positif dari konsumen untuk menyukai sarung tenun ikat. Dalam keadaan seperti ini membutuhan strategi pemasaran yang tepat

Page 4: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

2

untuk memenuhi dan melayani kebutuhan akan keinginan konsumen. Pada awalnya konsumen mungkin saja menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka sedemikian rupa, tetapi pada akhirnya akan bertindak yang sebaliknya. Oleh karena itu untuk menarik minat konsumen sampai akhirnya pada proses pembelian, yang perlu dilakukan oleh perusahaan yaitu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor marketing mix saja tetapi pihak perusahaan juga harus memperhatikan atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para konsumennya. Dengan menyadari arti pentingnya pemasaran dan latar belakang diatas maka akan dilakukan penelitian yang ditekankan pada analisa perilaku konsumen terhadap pembelian sarung tenun ikat.

Rumusan MasalahDari latar belakang permasalahan diatas maka

permasalan utama yang dibahas adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi atribut kualitas dalam memilih 1. produk sarung tenun ikat.Faktor apa saja yang paling dominan yang 2. menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih produk sarung tenun ikat Lamongan.

Tujuan Dan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:Untuk mengidentifikasi atribut kualitas dalam 1. memilih produk sarung tenun ikat.Untuk mengetahui faktor dominan yang 2. menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih produk sarung tenun ikat Lamongan.

Manfaat penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi :

Memberikan informasi atau masukan terhadap 1. masalah yang dihadapi serta dapat dijadikan bahan pertimbangan guna mengambil langkah – langkah selanjutnya untuk dapat meningkatkan volume penjualan.Dapat digunakan sebagai acuan dalam 2. penelitian lebih lanjut, terutama yang mengambil obyek produk yang sama dalam kerangka pelaksanaan strategi pemasaran yang efektif dan memberikan nilai tambah pada khasanah ilmu pengetahuan.

Perilaku KonsumenPerilaku konsumen merupakan manivestasi

dari perilaku manusia yang sangat kompleks dan cukup sulit untuk dipelajari, hal ini disebabkan oleh banyaknya atribut yang berpengaruh dan cenderung untuk berinteraksi. Oleh karena itu, untuk memudahkan mempelajarinya, banyak dikembangkan model-model sebagai penyederhanaan dari bentuk nyatanya. Menganalisa perilaku konsumen akan lebih mendalam dan berhasil apabila dapat memahami aspek psikologi manusia secara keseluruhan. Kekuatan sosial budaya dan prinsip-prinsip ekonomis serta strategi pemasaran. Dengan analisa perilaku konsumen, perusahaan akan mempunyai pandangan yang lebih luas dan akan mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen.

Perilaku konsumen terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah perilaku yang tampak, atribut-atribut yang termasuk kedalamnya adalah jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Yang kedua adalah perilaku yang tak tampak, atribut-atributnya antara lain adalah persepsi, ingatan tehadap informasi dan perasan kepemilikan oleh konsumen. Perilaku konsumen menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan konsumen. 1. Produk (Product)

Produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing. Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar. Jika tidak ada pasar, tidak ada pemindahan hak milik maka tidak ada marketing. Semua kegiatan marketing lainnya dipakai untuk menunjang gerakan produk. Suatu hal yang perlu diingat adalah bagaiman hebatnya usaha promosi, distribusi dan harga jika tidak diikuti dengan produk yang bermutu, disenangi konsumen, maka usaha marketing mix ini tidak akan berhasil. Oleh karena itu, perlu dikaji produk apa yang akan dipasarkan, bagaiman selera konsumen saat ini, apa kebutuhan dan keingina konsumen. Konsumen membeli barang karena mereka membutuhkannya. Namun konsumen tidak membeli barang, hanya sekedar memperoleh barang saja, akan tetapi ada maksud lain dibalik barang itu.

Beberapa atribut dari produk adalah kualitas, nama merek, bentuk, ukuran dan kemasan, karakter dan ragam produk. Manfaat yang ditawarkan

Page 5: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

3

produsen dikomunikasikan melalui atribut produk. Menurut Zaltman, pandangan konsumen terhadap manfaat suatu produk hanya didasarkan pada apa yang diberikan produk. Oleh karena itu, bila dikaikan dengan loyalitas konsumen, kami mempromosikan atribut produk mempengaruhi loyalitas konsumen melalui kepercayaan terhadap merek. Kepercayaan merek merupakan persepsi konsumen terhadap kehandalan produk. Atribut produk diproposikan menjadi salah satu bentuk stimuli dalam proses pembentukan persepsi konsumen.Beberapa atribut produk antara lain:a. Kualitas produk merupakan kemampuan produk

untuk menjalankan fungsinya, termasuk juga mencakup daya tahan, kehandalan, ketepatan, kemudahaan penggunaan, perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Konsumen mempunyai persepsi terhadap keseluruhan kualitas atau mutu atas keunggulan suatu produk berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Artinya kemampuan dari suatu hasil yang diterima konsumen selama mengkonsumsi produk benar-benar sudah sesuai dengan harapan, persepsi tentang kualitas produk akan positif.

b. Fitur produk mengarah kepada alat-alat yang digunakan untuk membedakan produk perusahaan dengan lainnya. Perusahaan yang mampu memperkenalkan fitur baru sesuai kebutuhan konsumen merupakan cara efektif memenangkan persaingan.

c. Desain produk berbeda dengan gaya (style). Gaya hanya menggambarkan tampilan produk yang tampak secara fisik. Desain produk bukan tentang penampilan saja, tetapi lebih mengarah kepada peningkatan kinerja produk.

d. Kemasanan menjadi bagaian dari sebuah produk, membuatnya menjadi luwes, lebih aman dan lebih mudah diergunaka. Kemasan juga mempermudah konsumen untuk membedakan produk dibandingkan dengan produk pesaing. Menurut Kotler dan Amstrong (2001 : 367) pengemasan adalah kegiatan untuk merancang dan memproduksi wadah dan pembungkus untuk suatu produk.

e. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Merek sebenarnya janji penjual secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat

dan jasa tertentu kepada pembeli.2. Harga (Price)

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh barang dan jasa. Masalah kebijakan harga juga turut menentukan keberhasilan permasalahan produk. Kebijakan dapat dilakukan pada setiap tingkatan distribusi, seperti oleh produsen, grosir atau pedagang eceran. Banyak strategi harga yang dapat dilakukan pada setiap tingkatan distribusi tersebut, antara lain strategi interved pricing. Dalam hal ini produsen mencoba menetapkan harga eceran tertinggi (HET). Setelah HET ditetapkan, produsen mencoba mengkalkulasi harga untuk pedagang eceran, harga untuk grosir, dan akhirnya harga untuk pabrik.dengan demikian, produsen menetapakan nilai tambah untuk masing – masing lembaga penyalur dan mengawasi harga jual produknya. Pada umumnya ada tiga strategi harga yang dapat diikuti oleh produsen, tergantung pada keadaan produknya. Strategi tersebut adalah :a. Skiming Price adalah menetapkan harga setinggi-

tingginya. Strategi ini hanya mungkin, apabila produknya diarahkan kepada konsumen yang berpenghasilan tinggi, dan ini merupakan produk baru yang samgat istimewa. Untuk memperoleh produk tersebut, telah dikeluarkan biaya eksperimen dan laboratorium yang sangat tinggi. Kemudian, harga barang-barang tersebut berangsur-angsur diturunkan.

b. Penetration Price bertujuan untuk meneroboskan produk kepasar, karena banyak barang sejenis yang sudah ada dipasar. Oleh sebab itu, produsen mencoba merebut pasar dengan harga rendah.

c. Live and let police (Strategi yang mencoba mengikuti harga pasar). Walaupun misalnya produsen dapat menghasilkan barang dengan harga pokok rendah, dan mampu menjualnya dengan harga yang lebih murah, namun produsen tidak mau menurunkan harganya. Akan lebih baik baginya mengikuti harga pasar, karena ada kekhawatiran jika harga diturunkan akan timbul perang harga dan ini sangat berbahaya.

3. Promosi (Promotion)Promosi berarti aktivitas yang

mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Promosi pada zaman pemasaran modern sekarang ini tidak dapat dibaikan. Promosi ini sangat berkembang

Page 6: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

4

pada masa ”selling concept” dimana produsen sangat mengandalkan, memberikan harapan tinggi akan meningkatnya penjualan dengan menggunakan promosi. Pada akhir-akhir ini para produsen mulai memperhatikan para konsumen, tidak saja dengan cara-cara promosi, akan tetapi juga denga memperhatikan selera mereka, dengan cara membuat barang yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produsen mulai memperhatikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Antara promosi dengan produk tidak dapat dipisahkan, ini adalah dua hal yang saling berpengaruh untuk menuju suksesnya pemasaran. Harusnya ada keseimbangan, produk baik, sesuai dengan selera konsumen yang diikuti dengan teknik promosi yang tepat, akan sangat membantu suksesnya usaha pemasaran. Bauran promosi terdiri dari :a. Periklanan (Advertising) adalah semua bentuk

kimunikasi nonpersonal tentang gagasan, barang, atau jasa yang dibiayai oleh sponsor tertentu. Periklanan dapat berbentuk media cetak, brosur, billboard, atau poster.

b. Hubungan Masyarakat (Public Relation) adalah

kegiatan promosi yang ditujukan kepada public untuk mengkomunikasikan citra positif produk atau perusahaannya dan untuk mempromosikan niat baik. Bentuknya dapat dilakukan dengan menjadi sponsor pada peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu.

c. Promosi Penjualan (Sales Promotion) adalah beragam insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Bentuk-bentuk dari promosi penjualan seperti, pameran, pembagian voucher, pembagian sampel produk, dan lain-lain.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Konsumen merupakan pihak yang memiliki kekuatan penawaran yang tinggi terhadap produk yang ditawarkan sebuah perusahaan. Banyak faktor yang mempengharui tindakan dan perilaku konsumen. Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Kotler (1997 : 153), faktor-faktor tersebut adalah kebudayaan, sosial, kepribadian dan psikologi.

KebudayaanBudaya Sosial

K e l o m p o k Acuan Pribadi

Usia PsikologisSub-Budaya Pekerjaan Motivasi Keluarga Keadaan Ekonomi Persepsi Pembeli Gaya Hidup Pengetahuan

Kelas sosialPeran dan Status Kepribadian

K e y a k i n a n dan sikap

Gambar 1 : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

a. Faktor kebudayaanLingkungan sosial budaya ini akan membentuk perilaku konsumen, termasuk di dalamnya budaya daerah, personal value, demografi, dan kepedulian konsumen yang semakin meningkat terhadap manfaat sosial. Dunia ini sangat kaya akan budaya sehingga dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan akhirnya sangat mempengharui perilaku konsumen secara signifikan. Khusus bagi daerah berkembang yang memiliki pengalaman dalam mereformasi ekonomi memiliki kesempatan yang lebih besar baik dalam mengubah masyarakatnya terutama

gaya hidup maupun dalam hal pengambilan keputusan pembelian. Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku yang mencakup budaya (kultur), sub budaya dan kelas sosial. Budaya adalah fakta dan simbol yang komplek, diciptakan manusia dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam bermasyarakat. Faktor budaya adalah determinan yang paling mendasar dari keinginan dan perilaku individu. Perilaku konsumen sangat ditentukan oleh budaya yang tercermin dalam acara hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan produk. Setiap

Page 7: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

5

perilaku atau tindakan konsumen ditata dan dikendalikan oleh berbagai sistem dan norma budaya. Untuk itu perusahaan dituntut untuk mengerti akan implikasi dari kebudayaan dimana perusahaan itu berada. Sub budaya adalah kebudayaan yang ada pada suatu golongan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Sub budaya memberika lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Kelas sosial adalah pembagian yang relatif homogen dan permanent yang tersusun secara hirarki dan memiliki anggota dengan nilai, minat dan perilaku yang serupa. Stratifikasi kelas sosial adalah dari penghasilan, pekerjaan, kekayaan dan pendidikan. Setiap kelas sosial menunjukkan prefensi produk dan merek yang berbeda-beda, sehingga dapat digunakan untuk mensegmentasikan pasar dan meramalkan tanggapan konsumen terhadap kegiatan pemasaran konsumen.

b. Faktor sosialSelain faktor budaya, perilaku juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status. Kelompok acuan adalah kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok acuan dapat mempengaruhi seseorang terutama dalam 3 (tiga) hal, yaitu :

Menghadapkan seseorang pada perilaku (1) dan gaya hidup baru.Mempengaruhi perilaku dan konsep diri (2) seseorang.Menciptakan tekanan untuk mematuhi (3) apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.

Peran dan status seseorang yang berantisipasi di berbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang dan didalam peran terdapat status. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya, sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap peran.

c. Faktor pribadiTemasuk faktor pribadi adalah usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian. Usia berhubungan erat dengat perilaku dan

selera seseorang. Bertambanya usia biasanya diikuti juga dengan berubahnya selera terhadap produk. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang, sedangkan keadaan ekonomi cenderung mempengaruhi pemilihan barang dan jasa. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini yang menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan kepribadian adalah karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Dengan kepribadian seseorang akan mempunyai konsep diri atau citra pribadi yang khas.

d. Faktor psikologiAda empat faktor psikologi yang utama yang mempengaruhi pemilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kenyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertindak, sedangkan persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih, mengorganisasi dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari belajar melalui kombinasi tanggapan balajar dan pengakuan. Teori pembelajaran dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat dan memasarkan barang dan jasa.Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan sikap diartikan sebagai evaluasi, perasaan, emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Sikap akan mengarahkan seseorang berperilaku secara konsisten terhadap suatu objek tanpa harus mengekspresikan atau bereaksi dengan cara yang sama atau cara-cara baru. Sikap seseorang membentuk suatu pola yang konsisten dan untuk mengubah suatu sikap mungkin diperlukan penyesuaian yang besar dengan sikap-sikap yang lain. Untuk perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada. Secara umum manfaat mempelajari perilaku konsumen

Page 8: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

6

adalah membantu manajemen mencapai sasaran yang diinginkan secara efektif. Dalam memahami respon konsumen baik berdasarkan riset formal maupun tidak, yang menjadi unsur utama kesuksesan adalah pengetahuan tentang konsumen tersebut. Untuk dapat memahami perilaku konsumen bukanlah pekerjaan mudah. Tidaklah cukup dengan mengandalkan pengalaman penjualan sehari-hari karena akan sulit untuk menganalisa keinginan, persepsi dan preferensi konsumen, sebab keinginan, persepsi dan preferensi konsumen dapat berubah sewaktu-waktu.

METODEPemilihan Obyek / Survey Awal

Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah daerah lamongan. Dalam survey awal ini, merupakan tahapan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana kondisi dan keadaan obyek yang akan diteliti dan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam penelitian.

Identifikasi Atribut PenelitianAtribut yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:Jenis beragam1. Warna beragam2. Kerapian tenunan3. Kehalusan tenunan4. Bahan kuat atau tidak mudah koyak5. Kemasan menarik6. Tulisan pada kemasanan menarik7. Merek mudah diingat8. Harga kompetitif9. Adanya diskon10. Harga sesuai dengan kualitas11. Promosi menarik12. Lokasi penjualan strategis13. Persediaan barang atau produk14.

Pengumpulan DataPada penelitian ini kuisioner digunakan

sebagai alat pengumpulan data. Kuisioner disusun berdasarkan atribut-atribut yang telah ditentukan sebelumnya. Pengisian kuisioner awal ini diberikan kepada konsumen untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mudah dan dipahami dan dimengerti oleh responden. Sehingga apabila pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner awal ini sulit dimengerti dan dipahami maka perlu diadakan perbaikkan. Pengisisan kuisioner awal

dilakukan diwilayah sekitar Lamongan minimal 30 responden.

Data yang diambil merupakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban responden. Prosedur pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

Kuesioner, yaitu pengisian pertanyaan yang 1. ditujukan kepada konsumen untuk dijawab berdasarkan pendapatnya. atribut yang digunakan dalam kuisioner menggunakan skala penilaian model Likert, dengan rentang penilaian dari 1 untuk sikap yang sangat setuju sampai dengan 5 untuk sikap sangat tidak setuju. Pengisian kuisioner ini dengan menggunakan metode poprosive, yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kebutuhan.Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab 2. secara langsung dengan responden. Tujuan wawancara adalah untuk mendukung teknik kuisioner, terutama bila ada yang kurang jelas.

Uji Validitas dan Reabilitas1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat keabsahan (validitas) suatu alat ukur (Arikunto, 1998 : 160). Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan menghasilkan data dari atribut yang akan diteliti secara tepat. Untuk mencari validitas dapat menggunakan rumus korelasi product moment.

( )( )( ) ( )

t

ny

ynx

x

yxyxyr

-

-

-=

∑ ∑ ∑∑∑∑

22

22

dimana :r = Indeks korelasi antara 2 atribut yang dikorelasikanX = Skor butir atribut bebasY = Skor butir atribut terikatN = Jumlah responPerhitungan ini menggunakan program SPSS (correlation pearson). Nilai koefisien korelasi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai kritis dari tabel korelasi r.

Page 9: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

7

Cara menguji : korelasika masing-masing skor item pertanyaan dengan skor tabelnya. Gunakan tingkat signifikansi validitas ≤ 5 %, tingkat signifikansi ini menunjukkan derajat konsistensi jawaban semua responden yang menjadi obyek penelitian. 2. Reabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk mencari realibilitas digunakan rumus sebagai berikut:

( ) 2

2

11 t

bi k

krs

s∑--

=

dimana:r = Reabilitas instrumentk = banyaknya butir pertanyaan atau soal

= Jumlah varians butir = jumlah varians total

Dengan keputusan hipotesa, yaitu jika koefisien realibiltas interval seluruh item ( ) ≥ maka keputusannya adalah item instrument dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya apabila ( ) ≤ , maka item instrument penelitian tidak reliabel.Analisis Faktor (Factor Analysis)

Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariate yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua atribut terikat dan saling berketergantungan. Hubungan ketergantungan antara satu atribut dengan yang lain yang akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya. Analisa faktor dipergunakan didalam situasi sebagai berikut :

Mengenali dan mengidentifikasi dimensi yang 1. mendasari (underlying dimension) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variable.Mengenali atau mengidentifikasi suatu 2. set atribut baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set atribut asli yang saling berkorelasi didalam analisa multivariate selanjutnya.Mengenali atau menidentifikasi suatu set 3. atribut yang penting dari suatu set atribut yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisa multivariate selanjutnya.

Analisis faktor, banyak aplikasinya didalam riset

pemasarn, manajemen dan ilmu sosial / kedokteran, untuk pengkelompokannya adalah sebagai berikut:

Analisis faktor bisa dipergunakan didalam 1. segmentasi pasar untuk mengidentifikasi atribut yang mendasari yang dipergunakan untuk pengelompokan pelanggan.Didalam riset produk analisis faktor dapat 2 dipergunakan untuk menentukan atribut atau karakteristik merek yang mempengaruhi pilhan pelanggan/pembeli.Didalam studi 3 advertensi, analisa faktor dapat dipergunakan untuk memahami kebiasaan mengkonsumsimedia atau the media consumption habits dari pasar (the target market).Didalam penelitian harga, bias dipergunakan 4 untuk mengenali/mengidentifikasi karakteristik atau sifat – sifat pelanggan/pembeli yang sensitif terhadap harga.

Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

ViUi AimFm .. Ai3F3 Ai2F2 Aij Xi ++………………++=

dimana :Xi = Variable standar yang ke-iAij = Koefisien multiple regresi standar dari atribut ke-i pada common factor jF = Common FactorVi = Koefisien regresi berganda standar dari atribut-i pada faktor unik-iUi = Faktor unik atribut-im = Banyaknya common factor

Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor. Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari atribut yang diteliti., dengan persamaaan :

WikXk+ ..…………… + 3X3 Wi+ Wi2X2+ Wi1X1= Fi

dimana :Fi = Faktor ke-i yang diestimasiWi = Bobot atau koefisien score faktorXk = Banyaknya atribut X pada faktor ke k

HASIL DAN PEMBAHASANPada pengumpulan dan pengolahan data ini

akan menjelaskan tentang identifikasi kebutuhan konsumen serta factor-faktor dominan yang mempengaruhi kecenderungan minat beli konsumen terhadap sarung tenun ikat dengan menggunakan

Page 10: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

8

analisis faktor. Data yang telah dikumpulkan adalah data yang diperoleh dari kuisioner, yaitu dengan cara pengisian kuisioner kepada responden disekitar wilayah Lamongan. Kuisioner ini meliputi tentang sarung tenun ikat. Langkah-langkah pada pengolahan data ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian. Data diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 13.

Uji Validitas Telah dilakukan uji validitas data yaitu pada kuisioner awal sebanyak 30 responden yang sah dan didapatkan bahwa data tersebut valid dengan tingkat signifikan 5 % dan nilai rtabel = 0,361. Uji validitas ini digunakan mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi.

Uji RelibilitasDari pengisian kuisioner awal telah diketahui yaitu adanya jawaban–jawaban para konsumen

yang telah disebarkan sebanyak 30 responden, dan telah didapatkan hasil dari pengujian ini dengan menggunakan bantuan program SPSS 13, yaitu nilai alpha cronbach yaitu 0.779 . Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai alpha lebih besar dari nilai tingkat signifikannya sehingga data tersebut dapat dikatakan sebagai data reliabel.

Case Processing Summary

30 100.00 .0

30 100.0

ValidExcludeda

Total

Cases N %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

.779 14Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

27.8667 25.016 .581 .74527.7000 35.321 -.350 .81527.7667 28.806 .451 .76127.8333 28.075 .498 .75627.5667 27.909 .461 .75928.1000 28.714 .392 .76627.7667 28.875 .480 .75928.0000 29.586 .260 .78027.8333 30.144 .479 .76427.4000 29.559 .413 .76527.9667 27.757 .528 .75328.0000 28.069 .421 .76427.9667 28.309 .494 .75727.8000 29.821 .448 .764

Pertanyaan_1Pertanyaan_2Pertanyaan_3Pertanyaan_4pertanyaan_5Pertanyaan_6Pertanyaan_7Pertanyaan_8Pertanyaan_9Pertanyaan_10Pertanyaan_11Pertanyaan_12Pertanyaan_13Pertanyaan_14

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Scale Statistics

29.9667 33.068 5.75046 14Mean Variance Std. Deviation N of Items

Penentuan SampelPenentuan sampel ini berdasarkan pada

pengambilan sampel sesuai dengan kebutuhan peneliti. Untuk mengetahui banyaknya kuisioner resmi yang harus diisi, maka dibawah ini terdapat rumus yang dapat menentukan seberapa banyak kuisioner yang harus diisi.

2

22/ .)(e

qPZn a≥ Dari kuisioner awal yang disebarkan sebanyak 32 responden, ternyata ada 30 responden yang dianggap benar dan 2 responden dianggap tidak

sah.Dimana :

Interval kepercayaan sebesar 95 %, 1. didapatkan Z 025,0 = 1,96

Tingkat ketelitian = 5 %2.

Proporsi sampel yang sah (p) = 3. 3230 = 0,94

Proporsi sampel yang cacat 4.

(q) = 322 = 0,06

Sehingga :

Page 11: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

9

2

2025,0 .)(e

qPZn ≥ 2

2

)05,0()0,06).(0,94.()96,1(

≥n

≥n 86,7

≥n 87

Dari perhitungan diatas maka dapat diketahui jumlah responden yang berada diwilayah sekitar Lamongan yang mendapat kesempatan untuk mengisi kuisioner adalah minimal 87 responden, jadi kuisioner resmi yang akan disebarkan sebanyak 100 responden. Dari 100 responden yang disurvei pada penelitian ini, diperoleh 70 responden yang pernah membeli dan memakai sarung tenun ikat dan 30 responden yang hanya sekedar mengetahui tentang sarung tenun ikat.Identifikasi Karakteristik Responden1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Statistics

Jenis_Kelamin 1000

ValidMissing

N

Jenis_Kelamin

57 57.0 57.0 57.043 43.0 43.0 100.0

100 100.0 100.0

Laki_lakiPerempuanTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Statistics

Usia 1000

ValidMissing

N

Usia

15 15.0 15.0 15.057 57.0 57.0 72.028 28.0 28.0 100.0

100 100.0 100.0

20-30 Tahun31-40 Tahun> 41 TahunTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Statistics

Pekerjaan 1000

ValidMissing

N

Pekerjaan

53 53.0 53.0 53.024 24.0 24.0 77.019 19.0 19.0 96.0

4 4.0 4.0 100.0100 100.0 100.0

Pegawai Negeri SipilWiraswastaLain - lainIbu Rumah TanggaTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

4. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Statistics

Tingkat_Pendidikan 1000

ValidMissing

N

Tingkat_Pendidikan

3 3.0 3.0 3.051 51.0 51.0 54.046 46.0 46.0 100.0

100 100.0 100.0

SMPSMAS1Total

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

5. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan

Statistics

Penghasilan 1000

ValidMissing

N

Penghasilan

7 7.0 7.0 7.011 11.0 11.0 18.082 82.0 82.0 100.0

100 100.0 100.0

< Rp. 1.000.000,00Rp. 1.000.000,00> Rp. 1.000.000,00Total

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Identifikasi Atribut KualitasDalam memenuhi kebutuhan konsumen

perusahaan harus bisa memahami akan keinginan konsumen. Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah pembelian terhadap barang tersebut. Jika barang tesebut sesuai dengan keinginan konsumen maka jumlah pembelian akan meningkat, dan sebaliknya apabila barang tersebut tidak sesuai dengan konsumen maka konsumen akan beralih pada barang lain. Pada saat ini banyak perusahaan pesaing yang sejenis yang bermunculan. Keadaan ini membuat perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan dan mengikuti selera konsumen yang selalu berubah setiap waktu. Sehingga pada penelitian ini dijelaskan identifikasi kebutuhan dari konsumen sarung tenun ikat Lamongan. Hasil dari pengisian kuisioner sebanyak 100 responden terdapat 6 pertanyaan yang meliputi identifikasi

Page 12: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

10

kebutuhan pelanggan terhadap sarung tenun ikat adalah sebagai berikut:1. Jenis Sarung Tenun Ikat

Dari pengisian kuisioner sebanyak 100 responden pada atribut jenis sarung tenun ikat terdapat 15 responden atau 15 % yang menjawab sangat setuju dan 84 responden atau 84 % yang menjawab setuju bahwa jenis sarung tenun ikat beragam. Sisanya yaitu 1 responden atau 1 % menjawab netral.

Warna Sarung Tenun Ikat2 Dari pengisian kuisioner sebanyak 100 responden pada atribut warna sarung tenun ikat terdapat 29 responden atau 29 % menjawab sangat setuju dan 50 responden atau 50 % menjawab setuju bahwa Warna sarung tenu ikat beragam. Dan sisanya 21 responden atau 21 % menjawab netral.

3. Kerapian Sarung Tenun IkatPada atribut kerapian tenunan sarung tenun ikat terdapat berbagai macam jawaban dari 100 responden. Terdapat 25 responden atau 25 % yang menjawab sangat setuju dan 22 responden atu 22 % yang menjawab setuju bahwa kerapian dari tenunan dibuat sesuai dengan keinginan konsumen. Dan sisanya terdapat 39 responden atau 39 % yang menjawab netral dan 14 responden atau 14 % yang menjawab tidak setuju.

Kerapian_tenunan_Sarung_tenun_Ikat

25 25.0 25.0 25.022 22.0 22.0 47.039 39.0 39.0 86.014 14.0 14.0 100.0

100 100.0 100.0

Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

4. Hasil tenunan sarung Tenun IkatDari 100 responden pada atribut hasil tenunan sarung tenun ikat terdapat berbagai macam jawaban. 19 responden atau 19 % menjawab sangat setuju dan 51 responden atau 51 % menjawab setuju bahwa hasil tenunan dari sarung tenun ikat halus. Sisanya 29 responden atau 29 % menjawab netral dan 1 responden atau 1 % menjawab tidak setuju.

Hasil_Tenunan_sarung_tenun_ikat

19 19.0 19.0 19.051 51.0 51.0 70.029 29.0 29.0 99.0

1 1.0 1.0 100.0100 100.0 100.0

Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

5. Bahan Tidak Mudah KoyakDari 100 responden pada atribut bahan tidak mudah koyak terdaptat berbagai macam jawaban. 22 responden atau 22 % menjawab sangat setuju dan 39 responden atau 39 % menjawab setuju bahwa bahan yang digunnkan dalam pembuatan sarung tenun ikat tidak mudah koyak. Sisanya menjawab netral sebanyak 38 responden atau 38 % dan 1 responden atau 1% menjawab tidak setuju.

Bahan_Tidak_mudah_koyak

22 22.0 22.0 22.039 39.0 39.0 61.038 38.0 38.0 99.0

1 1.0 1.0 100.0100 100.0 100.0

Sangat SetujuSetujuNetralTidak SetujuTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

6. Kualitas Sesuai Dengan HargaDari 100 responden pada atribut kualitas sesuai dengan harga terdapat 54 responden atau 54 % menjawab sangat setuju dan 37 responden atau 37 % menjawab setuju bahwa harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas dari sarung tenun ikat. Dan sisanya 9 responden atau 9 % menjawab netral.

Kualitas_sesuai_dengan_harga

54 54.0 54.0 54.037 37.0 37.0 91.0

9 9.0 9.0 100.0100 100.0 100.0

Sangat SetujuSetujuNetralTotal

Valid Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Analisis FaktorAnalisis faktor merupakan analisis

statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan meringkas factor-faktor yang merupakan dimensi suatu atribut. Dengan analisis faktor, kita dapat menemukan factor-faktor (disebut juga dimensi ataupun komponen) yang dapat mewakili atribut-atribut asli. Pengujian dengan analisis faktor ini menggunakan data yang berasal dari data primer yaitu melalui suatu

Page 13: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

11

kuisioner dengan menggunakan skala likert. Kuisioner yang dibuat berdasarkan factor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian sarung tenun ikat dan terdapat 14 atribut didalamnya, yaitu :

Jenis sarung tenun ikat.1. Warna sarung tenun ikat.2. Kerapian tenunan sarung tenun ikat.3. Hasil tenunan sarung ikat.4. Jenis bahan sarung tenun ikat.5. Bentuk kemasan sarung tenun ikat.6. Tulisan pada kemasan sarung tenun ikat.7. Merek sarung tenun ikat.8. Harga kompetitif.9. Diskon pada beberapa produk sarung tenun 10. ikat.Harga sarung tenun ikat sesuai dengan 11. kualitas.Promosi yang dilakukan oleh sarung tenun 12. ikat.Lokasi penjualan sarung tenun ikat.13. Persediaan barang dari sarung tenun ikat.14.

Prosedur melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut :1. Mengidentifikasi sasaran / tujuan analisis faktor

dan pengukuran atribut-atribut atas dasar skala Likert. Hasil rekapan dari pengisian kuisioner sebanyak 100 responden.

2. Pengujian KMO and Bartlett’s testPada pengujian KMO and Bartlett’s test ini digunakan untuk menguji layak tidaknya analisis faktor dilakukan. Apabila nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya kalau nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan.

KMO and Bartlett's Test

.764

449.49191

.000

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.

Approx. Chi-SquaredfSig.

Bartlett's Test ofSphericity

Dari hasil output program SPSS untuk data 14 pertanyaan yang dijawab oleh 100 responden dalam kuisioner, ternyata didapatkan hasil yang terlihat pada tabel bagian KMO and Barlett’s Test yaitu, nilai KMO secara keseluruhan adalah 0,764. Jadi, analisis faktor ini layak dilakukan karena nilai KMO diatas 0.5. Bartlett’s test merupakan tes statistik untuk

menguji apakah betul atribut-atribut yang dilibatkan berkorelasi. Pada Bartlett’s test nilai Chi-Square adalah 444.491, untuk derajat kebebasan (degree of freedom, disingkat df) sebesar 91, memiliki signifikansi 0,000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa antar atribut terdapat korelasi.

3. Pengujian CommunalitieCommunalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam prosentase) dari suatu atribut mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada. Hasil dari pengujian Communalities menunjukkan bahwa X1 (jenis sarung tenun ikat), dengan angka 0,905 berarti 90,5 % varians dari atribut jenis sarung tenun ikat bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. X2 (warna sarung tenun ikat) dengan angka 0,779 berarti 77,9 % varians dari atribut jenis sarung tenun ikat bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. X3 (kerapian tenunan) dengan angka 0,706 berarti 0,706 % % varians dari atribut jenis sarung tenun ikat bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk . demikian dengan atribut - atribut lainnya.

Communalities

1.000 .9051.000 .7791.000 .7061.000 .7291.000 .7351.000 .6731.000 .6951.000 .7311.000 .6211.000 .7131.000 .6911.000 .6331.000 .5321.000 .670

X1X2X3X4X5X6X7X8X9X10X11X12X13X14

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.Semua atribut dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk dengan ketentuan semakin besar communalities maka semakin erat hubungan atribut yang bersangkutan dengan faktor yang terbentuk.

4. Menentukan Banyaknya FaktorPada kuisioner yang telah dibuat terdapat 14 atribut yang dianalis, ternyata dapat

Page 14: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

12

dikelompokkan menjadi 5 faktor, hal ini ditunjukkan oleh nilai eigenvalues .Dimana nilai eigenvalues yang menunjukkan angka

lebih besar dari satu akan membentuk sebuah faktor. Hasil pengolahan dari menentukan banyaknya faktor.

Component Matrixa

.032 .014 -.300 .358 .828

.858 -.125 -.107 -.004 -.126-.675 .063 .318 .381 .011.560 .335 .498 -.003 .234.817 -.120 -.025 -.208 -.096.243 -.228 -.557 .494 -.091.562 -.489 -.047 .347 -.128

-.623 -.117 .467 .332 -.029.533 -.261 .475 .186 .093.222 .809 -.073 -.069 .004.320 .754 -.129 .034 .048

-.173 .379 -.240 .572 -.274.322 .352 .232 .384 -.321.703 -.017 .281 .274 .145

X1X2X3X4X5X6X7X8X9X10X11X12X13X14

1 2 3 4 5Component

Extraction Method: Principal Component Analysis.5 components extracted.

a.

Dengan demikian ada 5 faktor yang terbentuk. Factor loadings yaitu besarnya korelasi antara masing-masing atribut dengan Faktor 1, Faktor 2, Faktor 3, Faktor 4, dan Faktor 5. Penentuan atribut yang masuk masing-masing faktor dilakukan dengan memperbandingkan besaran korelasi pada setiap baris. Angka korelasi dibawah 0,5 menunjukkan indikasi korelasi yang lemah sedangkan diatas 0,5 berindikasi

kuat korelasinya.5. Melakukan Rotasi Terhadap Faktor

Setelah menentukan banyak faktor maka langkah selanjutnya yaitu melakukan rotasi terhadap faktor. Pada rotasi faktor ini digunakan untuk memperjelas atribut-atribut mana yang masuk ke dalam tiap-tiap faktor. Banyak sekali faktor loading yang berubah setelah mengalami rotasi menjadi lebih kecil atau lebih besar.

Rotated Component Matrixa

-.045 .062 .049 .132 .938.694 .493 .043 .212 -.082

-.832 -.102 -.053 .028 -.003.119 .665 .409 -.320 .056.723 .443 .023 -.001 -.126.233 .015 -.120 .751 .202.328 .517 -.348 .446 -.017

-.817 .025 -.229 -.050 -.093.100 .762 -.165 -.058 -.013.127 -.025 .832 -.070 -.006.179 .054 .805 .038 .076

-.326 -.123 .390 .597 -.059-.094 .425 .423 .282 -.289.239 .761 .119 .088 .109

X1X2X3X4X5X6X7X8X9X10X11X12X13X14

1 2 3 4 5Component

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Rotation converged in 7 iterations.a.

Pada rotated matrics factor atribut-atribut yang masuk pada tiap-tiap faktor sebagai berikut: Faktor 1 terdiri dari atribut-atribut 2, 3, 5 dan 8. Faktor 2 terdiri dari atribut-atribut 4, 7, 9,

13 dan 14. Faktor 3 terdiri dari atribut 10 dan atribut 11. Faktor 4 terdiri dari atribut 6 dan atribut 12. Faktor 5 terdiri dari atribut 1.

Page 15: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

13

6. Menginterpretasikan FaktorSetelah didapatkan hasil rotasi maka langkah

selanjutnya yaitu mengimplementasikan faktor yang hasilnya sebagai berikut.

Component Transformation Matrix

.723 .654 .187 .117 -.001-.126 -.122 .979 -.101 -.020-.473 .630 -.043 -.532 -.307-.485 .383 .067 .750 .224-.042 .114 -.010 -.360 .925

Component12345

1 2 3 4 5

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Component transformation matrix dapat dijelaskan bahwa pada diagonal faktor (component) 1, 4 dan 5 jatuh diatas angka 0,5 (0,723, 0,750 dan 0,925), membuktikan bahwa ketiga faktor (component) yang terbentuk sudah tepat karena mempunyai korelasi yang tinggi. Diagonal component 2 dan 3 menunjukkan angka dibawah 0,5 yang menunjukkan terdapat component lain pada masing-masing faktor yang mempunyai korelasi cukup tinggi. Pada Faktor (component) 2, diagonalnya menunjukkan angka- 0,122. Component 2 pada faktor-faktor 1, 3, 4 dan 5 menunjukkan angka lebih besar. Demikian pula pada faktor (component) 3, dengan angka menunjukkan - 0,04. Dari analisa tersebut diatas, maka terbentuknya Faktor 1, Faktor 4 dan Faktor 5 sudah tepat karena mempunyai korelasi yang tinggi. Faktor 2 dan Faktor 3 mempunyai korelasi yang rendah sehingga masih ada korelasi dengan fakor yang lain. Dengan demikian, antara Faktor 2 dan 3 cenderung terjadi interkorelasi.

Analisis Dan Interpretasi DataPada pengolahan data dengan analisis faktor

terdapat 14 atribut yang telah diteliti. Dari 14 atribut ersebut diatas kemudian diolah dengan analisis faktor dengan menggunkan metode PCA (Principal Component Analysis). Tujuan dari analis faktor disini adalah untuk mereduksi dari 14 atribut yang telah diketahui. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis faktor diperoleh hasil 5 faktor.

Tabel 1 : Hasil Analisis Faktor Dari 14 atributFaktor atribut yang mewakiliFaktor 1 atribut 2 : Warna

atribut 3 : Kerapianatribut 5 : Bahanatribut 8 : Merek

Faktor 2 atribut 4 : Hasil Tenunanatribut 7 : Tulisan Pada Kemasanatribut 9 : Harga kompetitifatribut 13 : Lokosi Penjualanatribut 14 : Persediaan Barang

Faktor 3 atribut 10 : Pemberian Diskonatribut 11 : Harga Sesuai Kualitas

Faktor 4 atribut 6 : Kemasanatribut 12 : Promosi

Faktor 5 atribut 1 : Jenis

1. Faktor 1 diberi label kualitas dan merek (jumlah kumulatif sebesar 28.6 %) yang mewakili

Atribut 2 yaitu warna dengan loding sebesar •0.694.Pada atribut warna ini menunjukkan bahwa •pada sarung tenun ikat memiliki ciri bahwa kombinasi warnanya beragam, sesuai dengan selera konsumen.Atribut 3 yaitu kerapian dengan loding •sebesar 0.832.Atribut kerapian memberikan dampak •terhadap hasil sarung tenun ikat yang dihasilkan. Apabila Lamongan bisa memproduksi sarung tenun ikat dengan memperhatikan hasil tenunan sesuai dengan konsumen maka akan meningkatkan kapasitas produksi.Atribut 5 yaitu jenis bahan dengan loding •sebesar 0.723.Atribut jenis bahan yang digunakan ini •memberikan dampak terhadap keawetan sarung tenun ikat.Atribut 8 yaitu merek dengan loding 0.817.•Pada atribut merek ini dibuat dengan •sederhana oleh perusahaan agar para konsumen mudah mengingat mereknya.

2. Faktor 2 diberi label ketersediaan dipasar (jumlah kumulatif sebesar 14.4 %) yang mewakili yaitu:

Atribut 4 yaitu hasil tenunan dengan loding •

Page 16: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

14

sebesar 0.665. Sarung tenun ikat yang diproduksi di

Lamongan menghasilkan tenunan yang halus. Sehingga memberikan kenyamanan kepada pemakainya dan tidak mengalami gangguan pada saat memakai yang dikarenakan karena hasil tenunan yang kasar. Atribut 7 yaitu tulisan pada kemasan dengan •loding sebesar 0.517.

Atribut tulisan pada kemasan dibuat oleah perusahaan semenarik mungkin sehingga membuat konsumen tertarik terhadap tulisan yang ada pada kemasan sarung tenun ikat.Atribut 9 yaitu harga kompetitif dengan •loding sebesar 0.762.

Yang dimaksud dengan atribut harga kompetitif disini yaitu harga yang ditawarkan sesuai dengan mekanisme pasar.Atribut 13 yaitu lokasi penjualan dengan •loding sebesar 0.425.

Atribut lokasi penjualan yang dimaksudkan adalah lokasi yang strategis bisa dijangkau oleh para konsumennya. Karena produk ini tidak dijual pada satu tempat saja.Atribut 14 yaitu persedian barang dengan •loding sebesar 0.761.Atribut persedian produk disini yaitu bahwa perusahaan menyediakan stok produk yaitu sarung tenun ikat sehingga konsumen tidak perlu memesan terlebih dahulu.

3. Faktor 3 diberi label harga dan diskon (jumlah kumulatif sebesar 10.1 %) yang mewakili yaitu:

Atribut 10 yaitu pemberian diskon dengan •loding sebesar 0.832.

Sarung tenun ikat memberikan diskon pada beberapa produknya dalam jumlah pembelian partai besar.Atribut 11 yaitu harga dengan loding sebesar •0.805. Atribut harga disini adalah menawarkan sarung tenun ikat sesuai dengan kualitasnya. Maka semakin kualitasnya bagus maka harga semakin mahal.

4. Faktor 4 diberi label kemasan dan promosi (jumlah kumulatif sebesar 9.9 %) yang mewakili yaitu :

Atribut 6 yaitu kemasan dengan loding •sebesar 0.751.

Kemasan yang dibuat sangat menarik yaitu dari segi warna atau dari bahan yang digunakan untuk kemasan.

Atribut 12 yaitu promosi dengan loding •sebesar 0.597.Promosi yang dilakukan oleh sarung tenun ikat ini dibuat dengan menarik yaitu dari segi brosur, pameran, pamflet atau yang lainnya.

5. Faktor 5 Diberi label jenis (jumlah kumulatif sebesar 7.2 %) yang mewakili yaitu :

Atribut 1 yaitu jenis dengan loding sebesar •0.938 .Jenis sarung tenun ikat yang ditawarkan bermacam - macam seperti tenun botolan, tenun tempel botolan, tenun sutra, tenun timbul dan tenun songket. Sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan keinginannya.

Jumlah kumulatif dari kelima faktor diatas kurang dari 100 %, hal ini disebabkan karena masih ada factor-faktor lain yang mungkin belum terungkap yang mempengaruhi pembeli sarung tenun ikat. Dari kelima faktor diatas bisa diketahui bahwa faktor yang paling dominan yang mempengaruri kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih sarung tenun ikat adalah faktor kualitas dan merek. Yang termasuk dalam faktor 1 adalah atribut 2 (warna) , atribut 3 (kerapian), atribut 5 (bahan) dan atribut 8 (merek). Hal ini disebabkan karena kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam sebuah produk yang menyebabkan produk tersebut bernilai. Sedangkan faktor merek merupakan nama, istilah, istilah, tanda, dan simbol yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu produk. Sehingga merek dapat mempengaruhi kecenderungan minat beli konsumen terhadap sarung tenun ikat.

KESIMPULANBerdasarkan pembahasan dan analisis penelitian

yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

Dari hasil pengolahan data 100 responden 1. yang diteliti didapatkan bahwa identifikasi atribut kualitas terhadap sarung tenun ikat adalah jenis sarung tenun ikat beragam, warna sarung tenun ikat, kerapian tenunan sarung tenun ikat, hasil tenunan sarung tenun ikat, bahan tidak mudah koyak, kualitas sesuai dengan harga.Dari hasil analisis analisis faktor yang 2. dilakukan untuk 100 responden yang diteliti, terdapat 5 faktor dari 14 atribut yang telah

Page 17: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

15

diteliti dalam memilih sarung tenun ikat adalah kualitas dan merek, ketersediaan dipasar, harga dan diskon, kemasan dan promosi serta jenis. Dari kelima faktor tersebut bisa diketahui bahwa faktor yang paling dominan yang mempengaruri kecenderungan minat beli konsumen dalam memilih sarung tenun ikat adalah faktor kualitas dan merek. Yang termasuk dalam faktor 1 adalah atribut 2 (warna) , atribut 3 (kerapian), atribut 5 (bahan) dan atribut 8 (merek).

DAFTAR PUSTAKAAbdurachman, Ujianto, “Analisis Faktor-Faktor

yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung di Jawa Timur)”. Jurnal Ekonomi Universitas 17 Agustus. www.google.com, Diakses 20 Maret 2008.

Agung, Bhuono Nugroho SE, M.Si., Akt., 2005, “ Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, Andi, Yogyakarta.

Almah, Buchori Prof. DR. 2005, ”Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”, Alfabeta, Bandung.

Kotler, Philip, 2005, ”Manajemen Pemasaran”, PT INDEKS kelompok Gramedia, Jakarta.

Alison, Morrison and John Breen. 2003. Small Business Growth Intention, Ability and Opportunity. Journal of Small Business Management. Vol. 41 No. 4. October pp. 417-425.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan 8. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Chrisman, J.J and W. E. Mullan. 2002. Some Addetional Comments on The Sources and Measurement of The Benefit of Small Business Assistance Program. Journal of Business. 40(1), pp. 43-50.

Data Base Industri dan Perdagangan Kabupaten Lamongan Tahun 2004, Diterbitkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lamongan.

Depperindag. 2002. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah 2002-2004. Buku 1 Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. Hal. 45.

Ferrinadewi, Erna & Didit Darmawan, 2004,

”Perilaku Konsumen : Analisis Model Keputusan”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Ferdinant, Augusty. 2000. Struktural Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gunawan, Hery. 2002. Problematik Pengembangan Industri Kecil dan Jalan Keluarnya. Masukan bagi UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Usahawan. No. 12 Tahun XXXI desember, hal 54.

Hafsah, Moh Jafar. 2000. Kemitraan Usaha. Konsepsi dan Strategi. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Ekonosia.

Harimurti, Subanar. 1998. Manajemen Usaha Kecil. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Hindle, Kewin and Cutting Neil. 2002. Can Aplied Entrepreneurship Education Enhance job Satisfaction and Financial Performance. An Empirical Investigation in The Australian Pharmacy Proffession. Journal of Small Business Management. Milwauke: Vol. 40 No. 2. pp. 162-168.

Ismail, Rizal. 2002. Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, Upaya Strategis Pemulihan Ekonomi dan Mengatasi Kemiskinan Melalui Pengembangan Usaha Kecil Menengah. Jakrta: Penerbit Forum Kampus Kuning. Hal 50-60.

Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2004. Pedoman Umum dan Petunjuk Tejnis. Program Kredit Uasaha Mikro Layak Tanpa Agunan (KUM-LTA). Jakarta Pusat 10110.

Mahon, Richard G.P. 2001. Business Growth and Performance and The Financial Reporting Practices of Australian Manufacturing SMES. Journal of Business Management. Vol. 39 No. 2. pp. 152.

Mubyarto. 2001. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Yayasan Agro-Ekonomika.

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE Yogyakarta: BPFE.

Prawirokusumo, Soeharto. 2001. Ekonomi Rakat (Konsep, Kebijakan dan Strategi). Yogyakarta: BPFE.

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Penyusunan

Page 18: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

16

Tesis. Cetakan 2. Bandung: Alfabeta.Solimun. 2003. Structural Equation Modeling

LISREL dan AMOS. Fakultas MIPA-Universitas Brawijaya.

Tambunan. T. 2002. Usaha kecil dan Menengah di Indonesia. Beberapa Isu Penting. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Wibowo, Murdina F. 2002. Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta: Penerbit PT Penebar Swadaya.

Widodo, Sri. 2003. Peran Agribisnis Usaha Kecil Menengah untuk Memperkokoh Ekonomi Nasional. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberty.

Vasant, Desai. 2003. Management of A Small-Scale Industry. Tenth Edition. Mumbay, India: Himalaya Publishin House.

Page 19: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

17

ANALISIS PENGARUH KOMPONEN TEKNOLOGI TERHADAP DAYA SAING UKM INDUSTRI GENTENG

Dwi Sulisworo, Siti Mahsanah Budijati dan Mandasari Wahyu HutamiJurusan Teknik Industri Universitas Ahmad DahlanEmail :

ABSTRAK

Sentra industri genteng di daerah Sokka Kebumen yang dikelola oleh UKM, merupakan salah sentra industri yang menjadi andalan Kabupaten Kebumen pada khususnya. Sentra industri ini diharapkan dapat berkembang

dan menjadi percontohan UKM dari daerah lain. Penelitian ini ditujukan pada pengukuran kemampuan internal dalam melakukan proses transformasi (proses produksi) dengan dukungan empat komponen teknologi. Diharapkan informasi yang menggambarkan kemampuan teknologi perusahaan genteng dapat diungkap untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Selain perusaahaan dapat melakukan identifikasi teknologi yang relevan untuk digunakan. Teknologi yang dijabarkan dalam penelitian sebagai fasilitas transformasi dalam proses produksi, terdiri dari 4 komponen teknologi, yaitu fasilitas fisik (technoware), sumber daya manusia (humanware), informasi (infoware) dan organisasi perusahaan (orgaware) atau yang biasa disebut dengan Teknometrik. Data yang diambil berasal dari kuesionair teknometrik dan kuisioner AHP.Hasil penelitian menunjukkan untuk perusahaan dengan jenis usaha rumah tangga terdapat 4 perusahaan dan mempunyai nilai TCC yang sama yaitu sebesar 0.16 dengan perincian Technoware berkisar antara 0.22 sampai 0.23, Humanware bernilai sama yaitu sebesar 0.14, Infoware berkisar antara 0.13 sampai 0.14 dan Orgaware berkisar antara 0.16 sampai 0.17. Untuk perusahaan dengan jenis usaha UD berjumlah 16 perusahaan dan mempunyai nilai TCC berkisar antara 0.15 sampai 0.19 dengan perincian Technoware berkisar antara 0.21 sampai 0.3, Humanware berkisar antara 0.14 sampai 0.15, Infoware berkisar antara 0.12 sampai 0.18 dan Orgaware berkisar antara 0.16 sampai 0.17..2

Kata Kunci: teknometrik, kontribusi teknologi, analisis hirarki

PENDAHULUAN

Teknologi sangat berperan dalam menciptakan keunggulan bersaing suatu perusahaan. Teknologi telah banyak diaplikasikan sebagai variabel yang strategis untuk mengakselarasi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan produktivitas. Beberapa perusahaan besar sangat memperhatikan teknologi yang dipergunakan melalui assessment teknologi untuk dijadikan dasar penentuan kebijakan investasi teknologi baru. Hal ini relatif jarang digunakan pada perusahaan kecil menengah (UKM). Pada UKM cenderung hanya berusaha agar proses produksi berjalan lancar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan atau sesuai dengan instruksi pimpinan bagian tertentu. Dampak aktivitas ini adalah perbedaan kontribusi teknologi yang digunakan antar perusahaan sejenis atau belum ada pemerataan teknologi; selain juga cara kerja atau proses penyelesaian produk yang bervariasi.

Teknologi merupakan salah satu pendukung perkembangan perusahaan yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Perkembangan kontribusi

teknologi yang digunakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha sejenis akan berakibat pada variasi cara kerja atau proses penyelesaian produk, kemampuan sumber daya, akses informasi, dan sistem organisasi yang diterapkan. Perusahaan yang mampu mengikuti perkembangan teknologi secara tidak langsung akan dapat meningkatkan daya saing.

Untuk mengembangkan strategi operasional, identifikasi posisi perusahaan dalam penggunaan teknologi, salah satunya dengan pendekatan teknometrik, dapat digunakan sebagai dasar peningkatan daya saing pada pasar yang sejenis. Teknometrik adalah salah satu metode pengukuran kontribusi komponen teknologi yang mencakup Technoware, Humanware, Infoware, dan Orgawere.

Landasan TeoriKata “Technometric” telah banyak digunakan

dalam banyak analisis pada saat ini untuk menunjukkan pengukuran aspek-aspek teknologi. Keempat komponen dasar teknologi (technoware,

Page 20: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

18

humanware, inforware, dan organware) mengubah input menjadi output yang mempunyai variasi dan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Keempat komponen dasar tersebut saling melengkapi satu dengan lain dan dibutuhkan cara simulasi di setiap proses transformasi.

Technoware adalah inti proses transformasi yang dibagi menjadi dua yaitu Hardware dan Software. Technoware ini dikembangkan, diinstal, dan dibangun oleh Humanware dengan menggunakan Infoware yang telah terkumpul sebelumnya. Technoware tidak akan mampu bekerja sendiri dan tidak akan berguna jika humanware tidak mempergunakannya. Humanware mempunyai peran kunci proses transformasi. Humanware menyebabkan technoware menjadi lebih produktif. Namun demikian, sesuatu yang akan dikerjakan tergantung pada infoware yang tersedia sebagai representasi pengetahuan yang berkembang. Orgaware mengkoordinasi infoware, humanware dan technoware dalam suatu proses transformasi agar proses berlangsung efisien.

Jika proses transformasi dicermati maka akan terasa adanya kenaikan derajat sophistication masing-masing komponen teknologi. Adanya kenaikan sophistication technoware yang dipakai akan menuntut humanware yang mempunyai kemampuan untuk mengoperasikan technoware tersebut. Sedangkan kenaikan sophistication technoware dan humanware menuntut adanya infoware yang memadai. Terakhir, diperlukan orgaware yang mampu mengintegrasikan secara efektif ketiga komponen tersebut melalui berbagai fungsi manajemen yang ada.

Model teknometrik berfungsi untuk mengukur kontribusi gabungan keempat komponen teknologi terhadap kompleksitas teknologi. Hasil yang diperoleh dari penggunaan model ini adalah tingkat koefisien kontribusi teknologi atau Technology Contribution Coefficient (TCC). Koefisien kontribusi teknologi (TCC) dapat dinyatakan sebagai berikut:

oiht OIHTTCC bbbb ***=

Komponen T, H, I, dan O menyatakan kontribusi individu yang diberikan oleh technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Fungsi perkalian Technology Contribution Coefficient (TCC) dapat dijelaskan sebagai berikut: fungsi Technology Contribution Coefficient (TCC)

menunjukkan T, H, I, dan O tidak sama dengan nol. Hal ini disebabkan karena semua proses mendayagunakan semua komponen teknologi tersebut.

Langkah yang dilakukan dalam menghitung TCC adalah sebagai berikut:

Memperkirakan derajat 1. sophistication suatu komponen teknologi.Tingkat kecanggihan komponen teknologi ditentukan dengan memberikan skor skala sembilan, tepatnya berkisar antara 1 sampai 9. Hasil estimasi ini akan memberikan batas atas (Upper Limit, UL) dan batas bawah (Lower Limit, LL) Menilai 2. State-of-the-artPembobotan pada State-of-the-art ini berkisar antara 0 sampai 1 yang bertujuan normalisasi penilaian dan sekaligus mengimplikasikan bahwa kriteria yang digunakan mempunyai bobot yang sama.Menentukan kontribusi komponen teknologi 3. atau normalisasiBerdasarkan pada pengetahuan tentang batas level sophistication dan rating state of the art pada langkah ketiga ini data kontribusi komponen dihitung dengan menggunakan persamaan

( )[ ]iiii LTUTSTLTTi -+=91

Intensitas kontribusi komponen4. Intensitas kontribusi komponen diestimasi dengan pendekatan pairwaise comparison matrix.Menghitung persamaan 5. Technology Contribution Coefficien (TCC)TCC perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi untuk keseluruhan operasi transformasi. TCC dihitung dengan nilai T, H, I, O dan β yang telah diperoleh persamaan (1). Oleh karena nilai 0<T,H,I,O<1 dan

1=+++ oiht bbbb

(setelah dinormalisasikan), maka nilai maksimum TCC adalah sama dengan satu.

METODEPopulasi data ini adalah industri kecil genteng

yang ada sentra industri yang diteliti berjumlah 20 perusahaan (baik yang indistri rumah tangga maupun

Page 21: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

19

Usaha Dagang). Semua UKM ini dijadikan sampel dalam penelitian. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesionair, observasi, dan wawancara. Sehingga diharapkan, dengan melakukan penelitian langsung di perusahaan,

dapat mendeskripsikan keadaan nyata penerapan komponen teknologi. Metode pengolahan data untuk menentukan kontribusi kandungan teknologi (TCC) ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1 Metode Pengolahan DataHASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada pengolahan data, diperoleh hasil Consitency ratio (CR) semua perusahaan kurang dari 0.1 atau 10%. Langkah berikutnya adalah mencari “Rata-rata geometrik” AHP. Hasil keseluruhan untuk semua komponen ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata geometrik THIO

Techno-ware

Human-ware

Info-ware

Or-gaware

Technoware 1 0.94 0.88 0.88Humanware 1.05 1 0.87 0.95Infoware 1.16 1.21 1 1.12Orgaware 1.1 1.03 0.9 1

4.31 4.21 3.65 3.95

Dari pengolahan data, nilai beta (β) secara

langsung dapat diperoleh dengan menjumlahkan dari tiap komponen technoware, humanware, infoware dan orgaware, hasil rata-rata perhitungan geometrik kemudian dibagi empat. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menghitung priority weight berdasar pada tabel THIO rata-rata geometrik. Adapun hasilnya adalah seperti tabel 2.

Page 22: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

20

Tabel 2. Priory Weight hasil rata-rata geometrikTechnoware Humanware Infoware Orgaware ∑ THIO β

Technoware 0.23 0.22 0.24 0.22 0.91 0.23Humanware 0.24 0.24 0.24 0.24 0.96 0.24Infoware 0.27 0.29 0.27 0.28 1.11 0.28Orgaware 0.26 0.25 0.25 0.26 1.02 0.25Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Dengan nilai beta yang telah diperoleh, TCC dapat dihitung untuk setiap perusahaan. Hasil perhitungan ini ditunjukkan oleh tabel 3. Dari tabel 3 terlihat komponen technoware memberikan nilai kontribusi tertinggi di hampir semua perusahaan. Nilai komponen Technoware berkisar antara 0,21 sampai 0,30. Juga dapat dilihat bahwa terdapat 2 perusahaan, yaitu perusahaan genteng S dan T yang tertinggi dibanding yang lain dengan nilai kontribusi masing – masing 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa

meski komponen technoware dua perusahaan tersebut tertinggi dibanding perusahaan di sentra tersebut, namun masih jauh dari memadai karena nilainya jauh dari 1. Nilai kontribusi technoware yang lebih tinggi dibanding nilai kontribusi komponen yang lain, dapat disebabkan karena teknologi yang diterapkan relatif sama atau hampir semuanya sama baik dari segi alat yang digunakan sampai dengan proses pembuatan genteng.

Tabel 3. Kontribusi Kandungan Teknologi

PerusahaanKontribusi Total

TCCT H I O

βt=0.23 βh=0.24 βi=0.28 βo=0.25A 0.23 0.14 0.13 0.16 0.16B 0.24 0.14 0.13 0.18 0.17C 0.24 0.14 0.14 0.17 0.16D 0.25 0.14 0.14 0.16 0.17E 0.23 0.14 0.13 0.16 0.16F 0.25 0.14 0.14 0.16 0.17G 0.26 0.14 0.16 0.16 0.17H 0.23 0.14 0.13 0.17 0.16I 0.27 0.14 0.14 0.16 0.17J 0.22 0.14 0.13 0.16 0.16K 0.23 0.14 0.13 0.16 0.16L 0.21 0.14 0.12 0.16 0.15M 0.23 0.14 0.13 0.16 0.16N 0.23 0.14 0.14 0.16 0.16O 0.24 0.14 0.12 0.15 0.15P 0.24 0.14 0.13 0.16 0.16Q 0.25 0.15 0.17 0.17 0.18R 0.25 0.14 0.15 0.16 0.17S 0.3 0.15 0.14 0.17 0.18T 0.3 0.15 0.18 0.17 0.19

Dari tabel 3 dapat dilihat juga bahwa komponen Humanware dan infoware cenderung memberikan kontribusi yang lebih kecil. Nilai humanware tiap perusahaan yang diteliti berkisar antara 0,14 dan 0,15. Nilai humanware kecil, sebab pada dasarnya kemampuan tenaga kerja yang ada masih sebatas mengoperasikan alat, yang merupakan level terendah penilaian kemampuan tenaga kerja (humanware). Dengan demikian komponen humanware ini perlu mendapat perhatian untuk

ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi pada proses transformasi.

Nilai inforware tiap perusahaan berkisar antara 0,12 – 0,18. Nilai infoware kecil menunjukkan bahwa sistem informasi yang ada di setiap perusahaan masih bersifat manual, bahkan seringkali tidak terdapat sarana untuk sistem informasi antar departemen ataupun dengan institusi lain. Penyebaran informasi dilakukan secara lisan, atau bahkan hanya berdasarkan

Page 23: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

21

kebiasaan sehari-hari dalam berproduksi, sehingga kemampuan komponen infoware ini merupakan kemampuan terendah sehingga perlu pembinaan untuk pengembangan sistem informasi yang lebih baik.

Untuk kemampuan orgaware tiap perusahaan yang diteliti mempunyai nilai berkisar antara 0,16 – 0,18. Kemampuan orgaware cenderung sama diantara perusahaan yang ada, sebab karena pengelolaan organisasi pada perusahaan genteng telah cukup standar untuk perusahaan sekelas UKM. Kemampuan teknis berproduksi (technoware) secara riil memang masih rendah, karena sebagian besar peralatan yang ada untuk proses produksi merupakan fasilitas manual, dan hal ini merupakan level terendah bagi penilaian kemampuan teknologi produksi. Dengan demikian perlu dikembangkan inovasi-inovasi teknologi produksi dan mekanisme sistem produksi.

Telah diketahui bahwa nilai kontribusi yang baik apabila mendekati nilai 1. Dari tabel menunjukkan bahwa nilai kontribusi masing-masing komponen baik technoware, humanware, infoware dan orgaware tidak ada yang mencapai nilai 0,5. Berarti kemampuan semua komponen teknologi tersebut sangat rendah sehingga masih perlu pembinaan insentif untuk meningkatkan kemampuan semua komponen. Hasil akhir yang berupa nilai TCC pada tabel menunjukkan bahwa terdapat 1 perusahaan (perusahaan T) yang mempunyai nilai TCC terbesar (0,19). Namun demikian nilai tersebut sangat rendah, karena nilai TCC ini menunjukkan ukuran kontribusi bersama dari keempat komponen teknologi terhadap kepuasan penggunaan teknologi secara keseluruhan pada fasilitas transformasi. Dengan nilai tertinggi 0,19, berarti tingkat kepuasan penggunaan teknologi secara keseluruhan pada fasilitas transformasi, pada perusahaan yang paling unggul pun hanya sebesar 19%.

KESIMPULANBerdasarkan analisis TCC pada sentra

industri genteng (UKM) dapat diambil beberapa kesimpulan berikut:

Nilai kontribusi masing-masing komponen 1. adalah komponen Technoware berkisar antara 0,21 sampai 0,30, komponen Humanware berkisar antara 0,14 sampai 0,15, komponen Infoware berkisar antara 0,12 sampai 0,18 dan komponen Orgaware

berkisar antara 0,16 sampai 0,18; dan nilai koefisien kontribusi teknologi (TCC) berkisar antara 0,15 sampai 0,19.Komponen 2. Technoware merupakan komponen yang memberikan nilai kontribusi tertinggi pada sebagian perusahaan. Sedangkan komponen Humanware dan Infoware cenderung memberikan nilai kontribusi yang kecil, dan komponen Orgaware cenderung rendah. Kemampuan teknologi pada semua 3. perusahaan yang masih rendah menunjukkan ukuran kontribusi bersama keempat komponen teknologi terhadap kepuasan penggunaan teknologi secara keseluruhan pada fasilitas transformasi baru berkisar antara 15% sampai 19%.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1989, A Frame For Technology-

Based Development Technology Contents Assessment, Technology Atlas Project, Volume II

Mahsanah Siti, Tri Joko Wibowo, 2004, Assesment Kandungan teknologi Sebagai Usaha Pemetaan Posisi teknologi Pada Industri Kecil Dan Menengah, Program Hibah Kompetisi A-1, Penelitian Dosen, Teknik Industri, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Jerusalem M. A., 2002 Technology Atlas Project Metod dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah sebagai Alat Penjamin Mutu Jasa Pendidikan, Fakultas Teknik UNY.

Saaty, T.L,1993, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan keputusan dalam Situasi yang Kompleks.

Page 24: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

22

ANALISIS KUALITAS DESAIN PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP

DI PT KUWERA PANDUKARYA ME SURABAYA

Rini Oktavera dan Heri WinarkoJurusan Teknik IndustriUniversitas WR Supratman SurabayaEmail :rini.oktavera@ gmail.com, [email protected]

ABSTRAKPT Kuwera Pandukarya ME Surabaya adalah perusahaan jasa kontraktor power plant yang menerapkan sistem design and build. Dalam kasus pekerjaan ulang proyek konstruksi “X”, ditemukan perbedaan persepsi mengenai kualitas desain antara perencana proyek dengan tim Proyek di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut kualitas desain, menentukan bobotnya dan menguji konsistensi jawaban responden. Untuk memahami kebutuhan dan keinginan tim Proyek selaku pemakai desain, dilakukan survei Service Quality. Sedangkan untuk analisis pembobotan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil skor servqual menunjukkan bahwa kesenjangan antara persepsi dan harapan user terjadi pada tiga dimensi, yaitu Empathy (-0,52), Responsiveness (-0,40) dan Reliability (-0,36). Namun secara umum persepsi dan harapan tim Proyek untuk pemenuhan kualitas desain perusahaan masih tinggi, sehingga tidak ada masalah yang berarti pada desain yang dihasilkan departemen Engineering. Hasil analisis pembobotan terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa Jaminan dengan bobot 0,496 (49,6%), Bukti fisik dengan bobot 0,202 (20,2%), Kehandalan dengan bobot 0,133 (13,3%), Daya tanggap dengan bobot 0,125 (12,5%), Empati dengan bobot 0,043 (4,3%). Sedangkan hasil penentuan prioritas kualitas desain menunjukkan bahwa prioritas pertama adalah Acuan desain dengan bobot 0,434 (21,5%), prioritas terakhir adalah Ekspresif dengan bobot 0,052 (0,7%). Hasil pengujian konsistensi jawaban menyatakan hasil pembobotan bersifat konsisten, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas desain PT Kuwera Pandukarya ME Surabaya.

Kata Kunci : Design, Service Quality, Analitycal Hierarchy Process.

PENDAHULUANDalam suatu proyek, desain merupakan

tahap pengolahan data dan informasi teknis yang representatif, detail dan akurat. Proyek terbaru yang berhasil dibangun PT Kuwera Pandukarya ME adalah Boiler berkapasitas 30 ton per jam milik PT Panasia Bandung (proyek konstruksi “X”), namun ditemukan perbedaan persepsi mengenai kualitas desain dari internal perusahaan antara departemen Engineering selaku perencana proyek dengan tim Proyek selaku pelaksana proyek di lapangan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh atribut-atribut kualitas desain perusahaan, menentukan bobot dari variabel penelitian dan menguji konsistensi jawaban responden.Agar tujuan penelitian terhindar dari pembiasan, maka atribut survei Servqual dibatasi berdasarkan uraian tugas departemen Engineering PT Kuwera Pandukarya ME. Sedangkan analisis pembobotan variabel penelitian difokuskan pada dimensi kualitas jasa dan atribut-atribut kualitas desain.

DesainPada English Oxford Dictionary terbitan

tahun 1588[8], untuk pertama kali disebut arti kata “design” adalah:

Rencana atau skema yang dibuat manusia yang 1) akan direalisasikan. Gambar rencana untuk sebuah karya seni rupa 2) atau seni terapan (applied art), untuk panduan pelaksanaannya.

Design (in english) bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai hasil desain maupun proses desain.

Mc George mengatakan bahwa desain yang berkualitas berarti desain tersebut mampu mencapai tujuan yang diinginkan suatu proyek baik dari segi keamanan maupun ekonomis[8]. Untuk menghasilkan desain yang berkualitas, desainer harus mampu mengkomunikasikan apa yang ada di pikirannya secara jelas agar mudah dipahami oleh pelaksana proyek di lapangan.Kualitas layanan digambarkan sebagai suatu bentuk sikap (attitude) yang saling berhubungan, namun tidak persis sama dengan kepuasan yang diperoleh

Page 25: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

23

dengan membandingkan persepsi dan harapan.Survei Servqual

Instrumen ini awalnya digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan secara umum[18]. Lima dimensi kualitas dalam metode servqual adalah Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy.Beberapa kelebihan dari penggunaan survei servqual, antara lain:

Diterima sebagai standar untuk menilai 1. dimensi-dimensi kualitas jasa.Terbukti 2. valid dan reliable untuk sejumlah situasi jasa.Memiliki standarisasi prosedur analisis untuk 3. memperoleh interpretasi.

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP adalah prosedur berbasis matematis

yang sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif dimana secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan. Metode AHP memiliki struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Tiga prinsip dasar AHP[12], yaitu:1. Dekomposisi (Decomposition)

Yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap.2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgment)

Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Hasil penilaian lebih baik dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)

Dari setiap matriks pairwise comparison dapat ditentukan nilai eigenvector untuk mendapatkan prioritas daerah (local priority). Oleh karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka global priority dapat diperoleh dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah. Pengurutan ini dinamakan priority setting.

Metode AHP mentoleransi adanya inkonsistensi dengan menyediakan ukuran inkonsistensi penilaian. Semakin besar rasio konsistensi, maka semakin tidak konsisten rasio konsistensi yang dapat diterima.

METODE

Secara skematis, langkah-langkah penelitian sesuai dengan gambar 1 berikut:

Studi Literatur

Penyusunan Kuesioner Pendahuluan

Penerapan Metode Servqual

Kesimpulan

Penyusunan Kuesioner Utama

Uji Validitas dan Reliabilitas

Penerapan Metode AHP

Pilot Study

Butir Pertanyaan Lolos ?

Butir Pertanyaan dibuang

Tidak

Ya

Butir Pertanyaan dimengerti ?

Tidak

Ya

Gambar 1. Flowchart Metodologi PenelitianTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi literatur dan metode kuesioner. Parameter pada kuesioner pendahuluan mencakup lima dimensi kualitas, yaitu:

Bukti fisik (A. tangible)Estetika desain gambar, kelengkapan dokumen perencanaan, standar notasi

Page 26: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

24

gambar, identitas desain, kecanggihan perangkat lunak.Kehandalan (B. reliability)Faktor ekonomis, ketepatan jadwal desain, keakuratan data gambar, Kemudahan desain gambar untuk dibaca dan dimengerti (ekspresif), ketepatan pemilihan material.Daya tanggap (C. responsiveness)Pemberian informasi penting yang relevan melalui memo desain. Kecepatan merevisi dokumen bila ada pembaharuan, kemampuan menyampaikan alternatif solusi desain. Jaminan (D. assurance)Kesesuaian acuan desain dengan permintaan

owner, ketepatan desain dalam memenuhi fungsi fasilitas (fungsional), kelengkapan validasi, konsistensi informasi, designer skill, kecakapan manajerial dan organisasi tim Desain.Empati (E. empathy)Pertimbangan desain terhadap kemampuan pelaksanaan konstruksi di lapangan (constructability), kemudahan personil untuk dihubungi, kesediaan meninjau (kontrol desain) di lapangan.

Jawaban dari responden diukur menggunakan skala Likert 5 poin seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Skala Pengukuran Kuesioner PendahuluanPersepsi (Penilaian) Skor Ekspektasi (Harapan)

Tidak Baik 1 Tidak PentingKurang Baik 2 Kurang PentingCukup Baik 3 Cukup Penting

Baik 4 PentingSangat Baik 5 Sangat Penting

Sedangkan kuesioner utama dibuat untuk mengukur variabel penelitian. Pertanyaan dalam kuesioner utama disusun berdasarkan atribut-atribut yang

didapat dari penelitian pendahuluan. Kuesioner ini menggunakan skala kepentingan dari 1-9 sesuai tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Skala Pembobotan Kuesioner UtamaSKALA DESKRIPSI

1 Kedua item sama pentingnya3 Item yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya5 Item yang satu lebih penting daripada yang lainnya7 Satu item sangat lebih penting dari item yang lain9 Satu item mutlak lebih penting daripada item yang lainnya

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Pengujian dan analisis data kuantitatif

dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS versi 14, kecuali untuk analisis pembobotan variabel penelitian digunakan software Expert Choice versi 9.47v79. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliable[1]. Tahap untuk menguji validitas dan reliabilitas variabel penelitian sesuai pada Gambar 2.

Page 27: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

25

Tentukan df

r tabel

Lihat tabel r

Lihat output SPSS(kolom corrected item _total correlation ) /

(Kolom Cronbach’s Alpha if them Deleted )

Uji Validitas / Uji Reliabilitas

Tidak valid / Tidak reliable

r hitung > r tabelr α > r tabel

valid / reliable

r hitung / r α

Ya

Tidak

Gambar 2. Tahap Uji ReliabilitasPenerapan Metode Servqual

Untuk membuat kategori tingkat kepuasan baik persepsi maupun harapan, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Survei Servqual, terdiri dari dua bagian yaitu :1. Customer Perception, a) untuk mengukur sejauh mana pelanggan merasakan atas pelayaan yang sudah diterimanya.Customer Expectation, b) untuk mengukur sejauh mana harapan pelanggan terhadap pelayanan yang ingin diterimanya.

Setelah memperoleh hasil survei selanjutnya 2. dihitung skor masing-masing item pertanyaan berikut pengelompokan dimensinya.Kemudian dihitung selisih antara skor persepsi 3. dengan skor harapan tadi. Dari hasil tersebut akan diperoleh struktur 4. kebutuhan user, dimana kami akan mengetahui dimensi-dimensi apa saja yang perlu diperbaiki. Skor servqual dilakukan untuk setiap pasang

pernyataan, bagi masing-masing user dapat dihitung berdasarkan rumus:

Skor SERVQUAL = Skor Persepsi - Skor HarapanPenerapan Metode AHP

Pembobotan sub-sub variabel penelitian dilakukan untuk menentukan besarnya skor masing-

masing kriteria dan alternatif berdasarkan persepsi responden. Langkah-langkah penerapan metode AHP adalah sebagai berikut:

Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif 1. variabel.

Tujuan : Menentukan kualitas desain.Kriteria : Dimensi-dimensi kualitas jasa.Alternatif : Atribut-atribut kualitas desain.

Membuat “pohon hirarki” untuk berbagai 2. kriteria dan alternatif keputusan.Melakukan perhitungan rata-rata geometrik 3. hasil pengisian kuesioner utama dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:Log G : logaritma rata-rata geometrikxi : nilai dari jawaban responden ke-in : jumlah responden Melakukan perhitungan dan pengujian variabel 4. penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan kalimat. Pengujian rasio konsistensi dilakukan untuk

mengetahui apakah hasil pembobotan bersifat

Page 28: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

26

konsisten. Rasio konsistensi yang diterima adalah kurang dari atau sama dengan 10 persen[4]. Jika hasil penilaian di atas bernilai kurang dari 10 persen, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian tersebut konsisten, begitu pula sebaliknya.

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan 27 kuesioner pendahuluan yang

telah diisi oleh responden, diperoleh data mengenai profil responden yang disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3. Profil RespondenFaktor Kriteria Frekuensi Prosentase

Departemen / bagian

PPIC 7 26%Operator 20 74%

Usia

20 - 30 th 16 59%31 - 40 th 7 26%

≥ 41 th 4 15%

Masa kerja

1 - 5 th 19 70%6 - 10 th 6 22%

≥ 11 th 2 7%Pengalaman

dibidang proyek

1 - 5 th 14 52%6 - 10 th 10 37%

≥ 11 th 3 11%

Pendidikan

S1 3 11%SLTA 24 89%

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas personil tim Proyek memiliki pengalaman yang minim dibidang proyek, yaitu antara 1 sampai 5 tahun. Hal ini disebabkan oleh dominasi jumlah karyawan operator dalam susunan tim Proyek yang merupakan karyawan harian lepas.Analisis Persepsi dan Harapan Mengenai Kualitas Desain

Survei servqual dilakukan melalui pembagian kuesioner pendahuluan pada tanggal 16 sampai 21 Juni 2008. Hasil perhitungan jumlah selisih rata-rata persepsi dan harapan user terhadap kualitas

desain yang dihasilkan departemen Engineering PT Kuwera Pandukarya ME disajikan dalam tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Perhitungan Selisih Nilai Rata-Rata Persepsi dan Harapan User

Dimensi ItemSkor rata-rata Selisih

Skor rata-rata

Nilai rata-rata Selisih Nilai rata-rataPersepsi Harapan Persepsi Harapan

Tangible

1 3,30 3,41 -0,11

3,74 3,57 0,17

2 3,78 4,52 -0,743 3,74 3,11 0,634 3,67 2,85 0,825 4,22 3,96 0,26

Reliability

6 3,22 4,37 -1,15

3,53 3,89 -0,36

7 3,19 3,26 -0,078 3,89 4,41 -0,529 3,93 3,70 0,2310 3,41 3,70 -0,29

Responsiveness

11 3,22 4,67 -0,453,22 3,62 -0,4012 3,22 3,67 -1,45

13 3,22 2,52 0,70

Assurance

14 3,89 3,44 0,45

3,97 3,82 0,15

15 3,96 4,56 -0,6016 3,81 2,78 1,0317 3,78 4,67 -0,8918 4,41 3,67 0,74

Empathy

19 4,00 4,30 -0,30

3,59 4,11 -0,5220 3,52 4,33 -0,8121 3,85 3,78 0,0722 3,00 4,04 -1,04

Dari tabel 4 diketahui bahwa kesenjangan terbesar yang dianggap signifikan adalah pada

Page 29: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

27

dimensi Empathy (-0,52). Sehingga departemen Engineering selaku perencana proyek perlu melakukan perbaikan kualitas komunikasi dan pemahaman kebutuhan tim Proyek selaku pemakai (user) desain perusahaan untuk meminimalisir atau menghilangkan kesenjangan yang terjadi selama ini.

Jika diamati secara rinci diketahui bahwa atribut yang memiliki skor kesenjangan terbesar antara persepsi dan harapan user adalah atribut kecepatan merevisi dokumen bila ada pembaharuan. Hal ini merefleksikan bahwa kemampuan tim perencana proyek dalam memenuhi informasi yang cepat perlu ditingkatkan lagi.

Representasikan hasil servqual secara visual menunjukkan bahwa kelima dimensi kualitas tersebut berada pada kuadran I yang berarti tidak ada masalah yang signifikan karena berada di daerah dengan harapan dan persepsi yang tinggi.

3PERSEPSI

HARAPAN

4

4

1 2 5

1

2

5

A

B D

E

C

A : TangibleB : ReliabilityC : ResponsivenessD : AssuranceE : Empathy

Keterangan

Gambar 3. Model Two Dimensional Difference Plane

Pengujian Instrumen PenelitianRumus untuk menentukan nilai df = n – k –

1. Dalam penelitian ini nilai df = 21, sehingga didapatkan r tabel = 0.2774. Nilai r α satu sisi dengan signifikansi 5%.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22Hasil Tes √ √ √ x x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x √ x √ √ x √

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22Hasil Tes √ √ √ √ x √ √ √ √ √ x √ x √ √ √ √ x x √ x x

Assurance EmpathyPERSEPSI

HARAPANTangible Reliability Responsive Assurance Empathy

ResponsiveTangible Reliability

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Untuk Persepsi dan Harapan

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22Hasil Tes √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22Hasil Tes √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

HARAPANTangible Reliability Responsive Assurance Empathy

Tangible Reliability Responsive Assurance EmpathyPERSEPSI

Keterangan: √ = butir pertanyaan (item) yang lolos uji validitasX = butir pertanyaan (item) yang tidak lolos uji validitas

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa butir pertanyaan 4, 5, 11, 13, 18,19, 21 dan 22 tidak lolos dari uji validitas karena nilai r hitung < r tabel (0.2774). Sedangkan hasil uji reliabilitas disajikan pada tabel 6 yang menunjukkan semua butir pertanyaan lolos.

Pembagian kuesioner utama dilakukan pada tanggal 07 sampai 10 Juli 2008 di Jl. Bintoro no.5 Surabaya dan Raya Trosobo no.5 Sidoarjo. Dari hasil kuesioner utama yang kembali, terdapat

3 kuesioner dengan jawaban yang tidak valid, sehingga total kuesioner yang dapat dijadikan sumber data hanya 24 responden atau 88,9 persen. Analisis Pembobotan Terhadap Variabel Penelitian

Berdasarkan tahapan dalam metode AHP, penyusunan struktur hirarki akan memperjelas susunan variabel penelitian yang terdiri dari dimensi-dimensi kualitas jasa (kriteria) dan atribut-atribut kualitas desain (alternatif).

Page 30: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

28

Keterangan :

Gambar 4. Struktur Hirarki Kualitas DesainDari gambar 4 dapat diketahui bahwa jenis

hirarki yang diterapkan dalam penelitian ini adalah hirarki tak lengkap, yang berarti tidak semua elemen pada suatu tingkat memiliki relevansi dengan semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Sehingga analisis pembobotan pada alternatif kecepatan merevisi dan alternatif contructability

tidak dilakukan.Perhitungan Rata-Rata Geometrik (geometric mean)

Perhitungan rata-rata geometrik dilakukan untuk merata-rata skor akhir pembobotan variabel penelitian dari beberapa responden. Hasil perhitungan rata-rata geometrik kedua variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Rata-Rata Geometrik Pembobotan Dimensi Kualitas JasaItem Dimensi Kualitas Jasa Geometric Mean Pembulatan Skor

1Bukti Fisik 1,834452 2 2Kehandalan 0,545122 1 1/2

2Bukti Fisik 1,520812 2 2Daya Tanggap 0,657544 1 1/2

3Bukti Fisik 0,277792 0 1/4Jaminan 3,59982 4 4

4Bukti Fisik 4,7201 5 5Empati / perhatian 0,21186 0 1/5

5Kehandalan 1,085731 1 1Daya Tanggap 0,921039 1 1

6Kehandalan 0,257284 0 1/4Jaminan 3,88675 4 4

7Kehandalan 4,78674 5 5Empati / perhatian 0,20891 0 1/5

8Daya Tanggap 0,272818 0 1/4Jaminan 3,665453 4 4

Page 31: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

29

9Daya Tanggap 4,073621 4 4Empati / perhatian 0,245482 0 1/4

10Jaminan 6,406959 6 6Empati / perhatian 0,15608 0 1/6

Tabel 8. Rata-Rata Geometrik Pembobotan Atribut Kualitas DesainItem Dimensi Kualitas Jasa Geometric Mean Pembulatan Skor

1 Estetika 0,28391 0 1/4Kelengkapan dokumen 3,522247 4 4

2 Estetika 2,101999 2 2Standar notasi 0,475737 0 1/2

3 Kelengkapan dokumen 5,566052 6 6Standar notasi 0,17966 0 1/6

4 Faktor Ekonomis 1,906476 2 2Ketepatan jadwal 0,524528 1 1/2

5 Faktor Ekonomis 0,422969 0 1/2Keakuratan data 2,364238 2 2

6 Faktor Ekonomis 4,336353 4 4Ekspresif 0,230608 0 1/4

7 Faktor Ekonomis 1,448595 1 1Pemilihan material 0,690324 1 1

8 Ketepatan jadwal 0,32725 0 1/3Keakuratan data 3,05577 3 3

9 Ketepatan jadwal 3,675387 4 4Ekspresif 0,27208 0 1/4

10 Ketepatan jadwal 1,500151 2 2Pemilihan material 0,666599 1 1/2

11 Keakuratan data 6,101768 6 6Ekspresif 0,163887 0 1/6

12 Keakuratan data 3,316673 3 3Pemilihan material 0,301507 0 1/3

13 Ekspresif 0,372016 0 1/3Pemilihan material 2,688052 3 3

14 Acuan desain 3,386867 3 3Fungsional 0,295258 0 1/3

15 Acuan desain 1,677355 2 2Kelengkapan validasi 0,596176 1 1/2

16 Acuan desain 1,807374 2 2Konsistensi informasi 0,553289 1 1/2

17 Fungsional 0,791005 1 1Kelengkapan validasi 1,264214 1 1

18 Fungsional 0,836346 1 1Konsistensi informasi 1,195676 1 1

19 Kelengkapan validasi 1,123043 1 1Konsistensi informasi 0,890437 1 1

Hasil skor yang tinggi (Aij) pada masing-masing item diatas merupakan skor akhir yang

akan digunakan pada analisis pembobotan dengan metode AHP. Sedangkan skor yang rendah (Aji)

Page 32: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

30

pada masing-masing item secara teoritis merupakan perbandingan dari skor yang tinggi (Aij = 1 / Aji). Pembobotan Dimensi Kualitas Jasa

Analisis pembobotan dimensi kualitas jasa digunakan untuk menentukan besarnya nilai prioritas masing-masing kriteria terhadap tujuan. Hasil pembobotan dimensi kualitas jasa berdasarkan persepsi tim Proyek disajikan dalam gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 5. Pembobotan Dimensi Kualitas Jasa

Dari gambar 5 dapat diketahui bahwa tim Proyek lebih mengutamakan Jaminan (49,6%) jauh daripada dimensi yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa relevansi tim Proyek terhadap desain lebih banyak ditekankan pada pemenuhan standar mutu, keamanan dan keselamatan kerja (safety) dalam realisasi fisiknya.

Sedangkan dimensi kualitas jasa yang memiliki bobot terendah adalah Empati (4,3%). Hal ini mengindikasikan bahwa desain kurang memperhatikan kemampuan tim Proyek dalam proses konstruksi di lapangan.

Pembobotan Atribut Kualitas Desain1.1.1. Analisis pembobotan atribut kualitas desain

digunakan untuk menentukan besarnya nilai prioritas masing-masing alternatif terhadap kriteria. Berdasarkan jenis hirarkinya, analisis pembobotan atribut kualitas desain terbagi menjadi 3, yaitu:

Pembobotan atribut berdasarkan kriteria Bukti 1. fisik (20.2%).Pembobotan atribut berdasarkan kriteria 2. Kehandalan (13.3%).Pembobotan atribut berdasarkan kriteria 3. Jaminan (49.6%).

Hasil pembobotan atribut kualitas desain berdasarkan persepsi tim Proyek disajikan dalam bentuk gambar 6 dibawah ini.

Gambar 6. Pembobotan Atribut Berdasarkan Kriteria Bukti Fisik

Berdasarkan kriteria bukti fisik (tangible), atribut yang memperoleh bobot atau prioritas tertinggi adalah kelengkapan dokumen (14,2%). Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan tim Proyek akan bukti fisik dari desain lebih mengutamakan kelengkapan dokumen yang diterima, seperti shop drawing, assembly drawing, memo desain, dan lain sebagainya untuk digunakan sebagai pedoman dalam menyusun metode kerja dan pelaksanaannya di lapangan.

Sedangkan prioritas yang paling rendah adalah standar notasi (2,1%). Menurut tim Proyek, penggunaan standar notasi (simbol) pada gambar desain bukanlah hal yang perlu diprioritaskan karena tim Proyek konstruksi “X” adalah para pekerja teknik dengan pengalaman rata-rata 6½ tahun dibidang proyek, sehingga dapat diindikasikan bahwa pengertian mengenai standar notasi pada gambar telah dikuasainya.

Gambar 7. Pembobotan Atribut Berdasarkan Kriteria Kehandalan

KeteranganA : EstetikaB : Kelengkapan DokumenC : Standar Notasi

KeteranganD : Faktor EkonomisE : Ketepatan JadwalF : Keakuratan DataG : EkspresifH : Pemilihan Material

Page 33: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

31

Berdasarkan kriteria kehandalan (reliability), atribut yang memperoleh prioritas tertinggi adalah keakuratan data (5,5%). Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan tim Proyek akan kehandalan desain, lebih mengutamakan keakuratan data pada gambar desain yang dihasilkan untuk digunakan pada proses konstruksi. Data yang tidak akurat diidentifikasikan dapat menyebabkan penundaan kerja, pekerjaan ulang (rework), pembengkakan biaya dan lain-lain, yang secara tidak langsung membebani kinerja tim Proyek.

Sedangkan prioritas yang paling rendah adalah ekspresif (0,7%). Hal ini mengindikasikan bahwa gambar desain yang dihasilkan departemen Engineering telah memenuhi kemudahan dibaca dan dimengerti. Kemampuan (skill) dari tim Perencana dibidang teknik dan desain merupakan faktor yang memenuhi atribut ekspresif.

Gambar 8. Pembobotan Atribut Berdasarkan Kriteria Jaminan

Berdasarkan kriteria jaminan (assurance), atribut yang memperoleh prioritas tertinggi adalah acuan desain (21,5%). Hal ini mengindikasikan bahwa harus mengacu pada isi dari spesifikasi teknis owner, maupun dokumen kontrak yang telah disepakati. Sehingga laporan hasil pekerjaan yang disampaikan tim Proyek kepada pihak owner telah sesuai dengan permintaan dan sasaran proyek.

Sedangkan prioritas yang paling rendah adalah fungsional (8,8%). Hal ini mengindikasikan bahwa desain tidak perlu memperhatikan fungsi dari fasilitas yang dibangun, karena telah dipertimbangkan oleh owner melalui spesifikasi teknis. Sehingga desain yang dihasilkan departemen Engineering merupakan pemenuhan kebutuhan owner, bukan pemenuhan fungsi dari suatu fasilitas. Pengujian Konsistensi Jawaban Responden

KeteranganJ : Acuan DesainK : FungsionalL : Kelengkapan ValidasiM : Konsistensi Informasi

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui konsistensi jawaban responden terhadap pembobotan variabel penelitian pada kuesioner utama. Rekapan hasil perhitungan rasio konsistensi disajikan pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi

No Analisis Rasio Konsistensi

1Pembobotan dimensi kualitas jasa 0,05

2

Pembobotan atribut berdasarkan kriteria bukti fisik 0,01

3

Pembobotan atribut berdasarkan kriteria kehandalan 0,04

4

Pembobotan atribut berdasarkan kriteria jaminan 0,01

Semua perhitungan rasio konsistensi menunjukkan nilai kurang dari 0,1 atau 10 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pembobotan yang dilakukan oleh tim Proyek PT Kuwera Pandukarya ME bersifat konsisten. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas anggota tim Proyek memiliki intelektualitas yang cukup dalam memberikan jawaban yang konsisten dan dapat dipertanggung jawabkan.

KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Kesenjangan kualitas jasa terjadi pada dimensi Empathy, Responsiveness dan Reliability, sehingga departemen Engineering selaku perencana proyek harus melakukan perbaikan dengan menitikberatkan pada ketiga dimensi ini.

Atribut-atribut dari kualitas desain perusahaan yang valid dan reliable menurut persepsi dan harapan tim Proyek adalah atribut estetika, kelengkapan dokumen, standar notasi, faktor ekonomis, ketepatan jadwal, keakuratan data, pemilihan material, kecepatan merevisi, acuan desain, fungsional, kelengkapan validasi, konsistensi informasi, dan constructability.

Penentuan bobot kriteria dalam penelitian ini adalah:

Page 34: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

32

Jaminan dengan bobot 0,496 (49,6%).a) Bukti fisik dengan bobot 0,202 (20,2%).b) Kehandalan dengan bobot 0,133 (13,3%).c) Daya tanggap dengan bobot 0,125 (12,5%).d) Empati dengan bobot 0,043 (4,3%).e)

Desain yang mampu memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan kerja (safety) merupakan faktor utama untuk dapat meningkatkan kinerja proyek.

Penentuan prioritas kualitas desain dalam penelitian ini adalah:

Prioritas pertama adalah Acuan desain dengan a) bobot 0,434 (21,5%).Prioritas kedua adalah Kelengkapan dokumen b) dengan bobot 0,701 (14,2%).Prioritas ketiga adalah Kecepatan merevisi c) dengan bobot 0,125 (12,5%).Prioritas keempat adalah Kelengkapan validasi d) dan Konsistensi informasi dengan bobot 0,195 (9,7%).Prioritas kelima adalah Fungsional dengan e) bobot 0,177 (8,8%).Prioritas keenam adalah Keakuratan data f) dengan bobot 0,410 (5,5%).Prioritas ketujuh adalah Estetika dengan bobot g) 0,193 (3,9%).Prioritas kedelapan adalah Faktor ekonomis h) dengan bobot 0,218 (2,9%).Prioritas kesembilan adalah Ketepatan jadwal i) dengan bobot 0,177 (2,4%).Prioritas kesepuluh adalah Standar notasi j) dengan bobot 0,106 (2,1%).Prioritas kesebelas adalah Pemilihan material k) dan Constructability dengan bobot 0,143 (1,9%) dan 0,019 (1,9%).Prioritas keduabelas adalah Ekspresif dengan l) bobot 0,052 (0,7%).

Desain harus mengacu spesifikasi teknis dari owner, maupun dokumen kontrak yang telah disepakati. Sehingga laporan hasil pekerjaan yang disampaikan tim Proyek kepada pihak owner sesuai dengan permintaan dan sasaran proyek.

Hasil pengujian konsistensi jawaban menyatakan bahwa pembobotan yang dilakukan tim Proyek terhadap variabel penelitian bersifat konsisten, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas desain PT Kuwera Pandukarya ME Surabaya.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, S. [1998], Prosedur Penelitian : Suatu

Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.Barrie, D.S., Paulson, B.C. [1992], Professional

Construction Management, McGraw-Hill, New York.

Dipohusodo, I. [1996], Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius, Yogyakarta.

Forman, Ernest H. and Mary Ann Selly [2001], Decision by Objectives, World Scientific Press, New Jersey.

Goetsch dan Davis [1994], Introduction to Total Quality, Englewood Cliffts, Prentice-Hall Inc, pp.14.

Iqbal Hasan [2002], Pokok–Pokok Materi Statistik 2 : Statistik Inferensif, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Kotler, P. (1994), Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta.

Mc George, J.F. [1988], “Design Productivity : A Quality Problem”, Journal of Management in Engineering, vol.4, no.4, pp.350-362.

Moore, W.W. [1986], “Selecting a Consulting Engineer”, Journal of Professional Issues in Engineering, ASCE, vol.112, no.4, pp.224-229.

Nazir, M. [2003], Metode Penelitian, Edisi kelima, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Saaty, T.L. [1980], “The Analytic Hierarchy Process”, McGraw-Hill, New York.

Saaty, T.L. [1994], “Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process”, RWS Publications, Pittsburgh PA, pp.337.

Santoso, S. [2002], Buku Latihan SPSS : Statistik Multivariat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Schoonmaker, S. [1997], “ISO 9001 for Engineers and Designers”, 1st edition, McGraw-Hill, New York.

Sutejo, B. [2007], “Modul Rekayasa Kualitas”, Silabus mata kuliah Rekayasa Kualitas, Universitas W.R. Supratman, Surabaya.

Tucker R.I. dan Scarlett B.R. [1996], “Evaluation of Design Effectiveness”, source document no.16, Construction Industry Institute, Austin.

Widagdo [2006], “Estetika Dalam Perjalanan Sejarah : Arti dan Peranannya dalam Desain”, Jurnal desain, ITB, pp.1.

Zeithaml, Parasuraman dan Berry [1990], “Delivering Quality Service : Balancing Customer Perceptions and Expectations”, Free Press.

Page 35: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

33

CONTINUES PROCESS IMPROVEMENT DENGAN ROBUST DESIGN DALAM CLEANER PRODUCTION : PROSES PRODUKSI CaO

Deny AndestaJurusan Teknik IndustriUniversitas Muhammadiyah GresikEmail : [email protected]

ABSTRAK

PT. Giri Mulya Jatim adalah perusahaan yang memproduksi kapur aktif (CaO) untuk industri. Kualitas CaO yang dihasilkan dari proses pembakaran batu kapur (CaCO3) masih rendah dengan kadar persentase CaO dibawah 45,6 %. Disamping itu masih adanya cacat berupa batu curing sebesar 5%. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan perbaikan proses berkesinambungan. Faktor yang dominan yang teridentifikasi sebagai penyebab ketidaksesuaian persentase kadar CaO adalah jenis bahan bakar, ukuran batu kapur dan jenis batu kapur. Dari hasil eksperiment Taguchi, faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon persentase kadar CaO adalah jenis bahan bakar kayu dan batu bara (C2) dengan kontribusi 37.67%, ukuran batu kapur dengan ukuran kecil (B1) dengan kontribusi 26.49%, interaksi antara jenis batu kapur dengan ukuran batu kapur (A2B1) dengan kontribusi 13.04% serta interaksi antara jenis batu kapur dan jenis bahan bakar (A2C2) dengan kontribusi 13.24%. Cleaner production pada proses pembakaran batu kapur masih rendah karena efisiensi yang rendah dengan rugi-rugi berupa aliran panas yang terbuang percuma. Proses pembakaran batu kapur memberikan dampak pada tumbuhan jagung berupa spot bewarna putih kekuningan secara morfologis dan kerusakan pada stomata secara anatomis.

Kata kunci : Kualitas, Faktor, Taguchi, Cleaner Production.

PENDAHULUANGreens productivity merupakan suatu konsep

penyelarasan socio-economic dan mekanisme dari perlindungan lingkungan, yang menjadi kunci dalam meningkatkan mutu kehidupan melalui pengembangan yang sustainable. Peningkatan mutu hidup sering dihubungkan dengan peningkatan untuk kebutuhan akan produk dan service. Peningkatan dalam produktivitas secara normal akan menghabiskan sumber daya dari alam dan menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Greens productivity merupakan suatu strategi dalam pengembangan produktivitas dan pencapaian peformance lingkungan dari seluruh pengembangan socio-economi yang sesuai dengan sistem manajemen dan teknologi untuk menghasilkan produk dan jasa.

Kehidupan sebuah produk dimulai dari sebuah kebutuhan yang berasal dari konsumen (voice of customer), diproduksi, dan siap dipergunakan melewati berbagai tahapan-tahapan seperti perancangan, produksi, testing, dipasarkan, dikembangkan, dan akhir dari

kehidupan produk (recycle dan dibuang). Agar dapat diterima oleh konsumen, perusahaan berusaha melakukan pengembangan produk secara berkelanjutan (sustainable) (Gumus, 2005).

Para analis bisnis akan setuju bahwa dalam rangka untuk tetap bertahan pada pasar, perusahaan harus mengantisipasi pelanggan, dengan meningkatkan efficiency and effectiveness pada proses dalam rangka penurunan ongkos produksi serta sedang menuju standar mutu yang tinggi (Gilbert, 2003).

Pergeseran titik tolak pemikiran para eksekutif bisnis bahwa profitabilitas tidak cukup sebagai ukuran dalam kesuksesan dan banyak hal yang berhubungan dengan non financial yang mengarah pada sustainability sebagai dasar dari nilai shareholder untuk jangka panjang. Kegagalan untuk mengenali isu strategis ini (sustainability), ini akan mengancam keberlangsungannya bisnis suatu perusahaan. (Bakshi, 2003). Karena dalam isu sustainability seperti green manufaktur, life cycle assessment (LCA), ecolabelling, eco-materials, cleaner production, zero emision dan sebagainya (Wang,2001), limbah merupakan

Page 36: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

34

sesuatu yang harus diminimumkan karena terkait dengan efektifitas dan efisiensi yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan lingkungan yang diiterintegrasikan dengan six sigma (Giardina, 2006), karena salah satu dari tiga perspektif sustainability mengarahkan pada produk atau service dengan meminimumkan waste pada resources (Bar. Et. All, 2004). Untuk itu perlu dilakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan hal tersebut. Semua aktivitas yang terkait untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan yang disebabkan oleh proses produksi dapat dikategorikan sebagai cleaner production (Bij, et all, 2004).

United Nations Enviroment Program (UNEP) mendefenisikan cleaner production sebagai suatu upaya penerapan yang berkelanjutan dari suatu strategi pengelolaan lingkungan yang terintegral dan preventif terhadap suatu proses dan produk untuk mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Untuk proses, cleaner production mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses. Pada produk, cleaner production memfokuskan pada upaya pengurangan dampak dikeseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstrasi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan. Produk yang defect, merupakan suatu limbah karena tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan konsumen dan harus diminimalkan atau zero defect.

Pengawasan terhadap produk mutlak diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dilemparkan ke pasaran memiliki mutu yang baik. Proses Quality Control dimulai pada saat bahan baku masuk gudang sampai proses yang terjadi pada tiap bagian di lantai produksi. Kualitas adalah derajat keseragaman dan kepercayaan, pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar (Howard. G, 1995, Gitlow, 1987). Perusahaan harus secara kontinyu memenuhi spesifikasi produk yang memenuhi permintaan konsumen. Perbaikan proses untuk meningkatkan kualitas akan memberikan manfaat seperti : mengurangi rework, meningkatkan produktivitas, menekan biaya produksi per-unit, meningkatkan posisi yang kompetitif di pasar, dan profit yang lebih besar. Loss quality terjadi ketika proses menghasilkan produk dengan kualitas yang

tidak dapat diramalkan keseragamannya, yaitu terdapat variasi yang tinggi dari unit-unit produk yang dibuat.

Usaha meningkatkan kualitas produk dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan Six Sigma yang mempunyai siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). Six Sigma merupakan suatu methodologi yang sistematik, yang merupakan suatu utilizes tools, training dan alat ukur pada organiasi dalam merancang produk dan proses untuk menyesuaikan harapan konsumen serta dapat menghasilkan tingkatan kualitas six sigma (Mader, 2002). Six sigma dapat meningkatkan pengembangan produk baru dan sistem proses pengembangan, mengurangi resiko penggunaan tool seperti pandangan penggunaan tool kuantitative dan mengukur pengembangan berdasarkan proses untuk mengurangi atau menghilangkan kebutuhan subjektivitas (Hayes, 2003).

Perubahan batu kapur (Calcium Carbonate) menjadi quick lime (CaO) dilakukan dengan proses kalsinasi atau pembakaran, sudah dikenal sejak dulu (Krumnacher, 2001) dan sudah dikenal luas oleh masyarakat kita sebagai bahan untuk pengapuran yang memberikan warna putih.

Kebutuhan kapur aktif (CaO) pada industri sangat banyak (consumable) sehingga unit produksi kapur harus meningkatkan produksinya untuk memenuhui kebutuhan pasar serta meningkatkan kualitas produknya agar dapat bersaing dengan produk kapur yang lain.

Untuk mendapatkan calcium carbonate dilakukan dengan cara menambang dan diproses secara tradisional. Ini sudah banyak dilakukan di berbagai daerah penghasil batu kapur. Kendala dalam memproduksi kapur secara tradisional adalah kualitas CaO, seperti kadar kapur aktif tidak bisa maksimal dan masih banyak terjadi defect berupa batuan curing, yang harus dipisahkan karena batuan curing merupakan batuan yang diambil dari tambang pada bagian permukaan dan juga terbentuk karena proses yang tidak sempurna sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut. Disamping itu, kapasitas produksi yang rendah antara 25 – 30 ton per 5 hari, dan juga dari sumber daya manusianya kurang mampu dalam memproses yang lebih efektif dan efisien, sehingga banyak terjadinya cacat (defect).

Perumusan MasalahDari permasalahan diatas, maka dapat dijelaskan

bahwa permasalahan tersebut dapat dirumuskan

Page 37: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

35

yaitu Bagaimana melakukan perbaikan proses yang berkesinambungan dengan Robust Design pada kualitas produk CaO (quick Lime), serta heat loss dan dampak dari proses pembakaran batu kapur dalam Isu Cleaner Production ?.

Tujuan PenelitianBerdasarkan latar belakang masalah yang telah

dijelaskan, maka tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain :

Mengidentifikasi faktor dominan penyebab 1. ketidak sesuaian kandungan produk CaO.Menetukan setting parameter yang tepat 2. sehingga dapat mengoptimalkan kualitas CaO.Menghitung heat loss dan dampak proses 3. pembakaran batu kapur.

SustainabilityKehidupan sebuah produk dimulai dari sebuah

kebutuhan yang berasal dari konsumen (voice of customer), diproduksi, dan siap dipergunakan melewati berbagai tahapan-tahapan seperti perancangan, produksi, testing, dipasarkan, dikembangkan, dan akhir dari kehidupan produk (recycle dan dibuang). Agar dapat diterima oleh konsumen, perusahaan berusaha melakukan pengembangan produk secara berkelanjutan (sustainable) (Bulent, 2005).

Penggunaan berbagai sumber daya yang ada, tanpa terkontrol akan mengakibatkan kehabisan sumber daya dan ini memunculkan pergeseran perhatian para pelaku bisnis yang tidak hanya berorientasi pada produk, namun juga pada bisnis proses yang lebih mengarah kepada perhatian lingkungan, hal inilah yang mendorong berkembangnya konsep green industri.

Dengan demikian tidaklah mengherankan jika pada akhir-akhir ini tumbuh kesadaran baru dalam dunia usaha yang lebih berwawasan pada teknologi dan lingkungan yang terkait dengan isu sustainability.

Banyak peneliti yang mendefenisikan isu sustainability seperti Black(2005), mendefenisikan sustainability sebagai sesuatu yang dikembangkan secara berkelanjutan yang tidak dapat dipisahkan dari interaksi karakteristiknya dan lingkungan.

PBB yang mempunyai komisi tersendiri memberikan konsep dasar dari sustainable development (SD) yang didefenisikan lebih dari 15 tahun lalu oleh komisi U.N. dengan mengusulkan pengembangan kebutuhan manusia dan global ecosystems dengan mengarahkan pada kualitas

hidup untuk generasi masa yang akan datang (WECD,1987).

Upaya pencegahan pencemaran secara sistematis dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan program cleaner production. Cleaner production mencakup pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses dan produk, dimana dampak dari seluruh daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia, dapat ditekan sekecil mungkin. Strategi cleaner production mencakup upaya pencegahan pencemaran melalui pilihan jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih. Program cleaner production dapat diterapkan pada semua kegiatan yang menimbulkan dampak pencemaran, tanpa terbatas oleh skala dan tipe organisasi. Cleaner production merupakan sub system dari system sustainable development dan saling terkait dengan sub system lainnya seperti gambar1. (Carnegie, et all. 2000).

Pada dasarnya, perusahaan akan mengeluarkan tiga jenis pembiayaan secara tidak langsung pada polusi, dan terkait dengan hasil yang non produk berupa limbah dan emisi (Gale, 2005) seperti : Pertama, perusahaan membayar biaya pembelian bahan baku (contoh, bahan bakar, air, dan bahan-kimia), proporsi yang dihasilkan dari akhir proses yang berupa limbah dan emisi. Kedua, perusahaan membayar biaya operasional penggunaan bahan baku melalui biaya-biaya tenaga kerja dan infrastruktur investasi, proporsi yang dihasilkan dari akhir proses yang berupa limbah dan emisi. Ketiga, perusahaan juga harus membayar biaya-biaya penjualan untuk limbah material yang dibeli atau lisensi, yang mengijinkan limbah dengan suatu proporsi yang dihasilkan dari akhir proses

Gambar 1. System Cleaner production dan sub system yang terkait

Page 38: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

36

yang berupa limbah dan emisi yang menyangkut biaya-biaya pembelian material.

Cleaner production telah dibuktikan sebagai suatu cara yang efektif dalam mencapai peningkatkan utilisasi dari material, mengurangi konsumsi energi dan menurunkan level emisi. Juga memotivasi tindakan pencegahan positif dan memperkenalkan pandangan holistic pada sumber daya, produksi, ekonomi dan lingkungan. (Kjaerheim, 2005).

Six SigmaSigma (σ) adalah sebuah abjad Yunani

yang menotasikan standar deviasi suatu proses. Standar deviasi mengukur variasi atau jumlah persebaran suatu rata-rata proses. Dengan kata lain, sigma merupakan unit pengukuran statistik yang mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata-rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. Suatu proses atau prosedur yang dapat mencapai lebih atau kurang kapabilitas Six Sigma dapat diharapkan memiliki tingkat cacat yang tidak lebih dari beberapa ppm (parts per million), meskipun mengizinkan untuk beberapa pergeseran dalam nilai rata-rata (mean). Dalam terminologi statistika, ini mencapai kegagalan nol (zero defects).

Tingkat kualitas sigma biasanya juga dipakai untuk menggambarkan variasi dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses. Sehingga variasi yang dihasilkan semakin rendah dan dapat mengurangi frekuensi munculnya defect, biaya-biaya proses, waktu siklus proses mengalami penurunan dan kepuasan customer meningkat. (Gaspersz,2002).

Pada dasarnya pelanggan akan puas jika mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Sehingga 6-sigma otomatis lebih baik daripada 4-sigma, 4-sigma lebih baik dari 3-sigma. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan

proses (process capability).

Batu Kapur (Limestone)Kapur banyak mengandung unsur Calsium

Carbonate secara spesifik berwarna putih, abu – abu kuning tua, abu – abu kebiruan, jingga dan sedikit kehitaman, yang mempunyai berat jenis 2,6 – 2,8 dalam keadaan murni berbentuk kristal kalsit. Untuk mendapatkan calcium carbonate dilakukan dengan cara menambang dan diproses secara tradisional. Ini sudah banyak dilakukan di berbagai daerah penghasil batu kapur yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan dipergunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan semen.. Batu kapur dapat dibedakan atas cara proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir seperti gambar 2. siklus lime (Krumnacher,2001):

Gambar 2. Lime Cycle

METODEAliran kegiatan yang dilakukan dalam penelitian

ini dibagi atas empat tahapan yang terbagi seperti di bawah ini :

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Konsep Six Sigma dan Tools Statistik

Studi Lapangan

Pengamatan Sistem Produksi Perusahaan

DEFINE

1. Menentukan karakteristik obyek penelitian .2. Pembentukan Tim Six Sigma .3. Penggambaran Flow Process produksi .

MEASURE

1. Identifikasi cacat utama dengan Pareto Diagram .2. Identifikasi CTQ .3. Perhitungan DPMO, dan Sigma Level sistem produksi saat ini .4. Perhitungan COPQ sistem produksi saat ini .

Tahap Pengumpulan

dan Pengolahan Data

A

Tahap Awal

Page 39: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

37

A

ANALYZE

Menganalisa penyebab cacat utama dengan Cause-Effect Diagram.

IMPROVE

1. Pemilihan alternatif perbaikan dengan Robust Design 2. Implementasi alternatif perbaikan .

CONTROL

Mengevaluasi DPMO dan Sigma Level setelah Improvement .

Kesimpulan dan Saran

Tahap Analisa dan

Interpretasi Data

Kesimpulan dan Saran

Respon (Y)

Factor X

Factor X

Factor X

Factor X

A B C

Gambar 3. Flowchart metodologi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASANDefine

Define merupakan langkah pertama dari siklus DMAIC dalam program peningkatan kualitas dengan Six Sigma. Identifikasi Kriteria Pemilihan Proyek

Produk yang dihasilkan oleh PT. Giri Mulya Jatim adalah kapur aktif. Kapur aktif (CaO) dihasilkan dari proses pembakaran batu kapur (Calcium Carbonat atau CaCo3). Defect yang teridentifikasi dari proses pembakaran tersebut adalah defect berupa batu curing dan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh hasil batu curing sebesar 5% dari total batu kapur yang dibakar per proses.

Selain defect berupa batu curing, juga ada defect berupa kosentrasi CaO yang dibawah standar, Insoluble Meter (IM) terlalu tinggi dan butiran.

Berdasarkan hasil sampling terhadap produk akhir selama periode Februari – April 2006, dari 5000 sampel ditemukan 557 cacat minor yaitu :

254 sampel mengandung cacat kosentrasi yang dibawah standar (45.6%).145 sampel terdapat cacat IM (28.4%).158 sampel mempunyai cacat butir (26%).

Defect yang terjadi pada proses pembakaran batu kapur harus diminimalkan. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada defect kadar CaO yang dapat terjadi pada semua type pembakaran yang dipergunakan, baik system burner dengan bahan bakar cair atau tradisional.

Identifikasi Flow Proses Identifikasi flow proses merupakan salah

satu alat Six Sigma yang paling esensial dalam mendokumentasikan proses. Secara keseluruhan flow proses pembuatan produk CaO dimulai dari proses pengambilan bahan baku pada tambang Batu Kapur sampai dengan pengantongan dan penyimpanan dapat dilihat dalam gambar 4.

END

START

Pengambilan BahanBaku Batu

Kapur

Transportasi Dari Tambangke Lokasi

Pembakaran

Pemilihan dan Penyusunan Batu

Kapur

Proses Pembakaran

Pendinginan

Penseleksian Material

Penggilingan

Pengayakan

Pengantongan

Penyimpanan

Bagus

Halus & Baik

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Gambar 3.Flow Proses Pembuatan CaO

Penyusunan batu kapur di dalam tungku merupakan langkah penting untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya terkalsinasi menjadi CaO.

Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm. Susunan ini berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur selanjutnya sampai ke bagian atas tungku agar pada saat pembakaran tidak longsor atau jatuh dikarenakan penataan tidak sempurna dan

Page 40: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

38

itu dibutuhkan tenaga ahli yang sudah terbiasa melakukan hal tersebut. Untuk penataan dalam kapasitas 25 – 30 ton dibutuhkan waktu 1 – 2 hari baru dilakukan persiapan untuk pembakaran.

Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk mengeringkan batu kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir kering sehingga uap air tidak terlalu banyak. Banyaknya uap air akan mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya.

Proses pembakaran membutuhkan minimal satu orang untuk menjaga agar proses tetap berlangsung sampai terjadinya pembakaran sempurna, untuk terjadinya pembakaran sempurna membutuhkan waktu 5 – 6 hari. Setelah pembakaran selesai dibiarkan 1 hari untuk proses pendinginan setelah itu dilakukan pembongkaran dengan memilih batu kapur yang sudah terkalsinasi dengan batu kapur yang masih mentah / tidak bisa diproses (batu Curing). Setelah proses pembongkaran di lanjutkan proses penggilingan, sebelum penggilingan dilakukan pemecahan dari batu besar dipecah menjadi kecil – kecil sesuai yang dikehendaki untuk mempermudah proses penggilingan juga dilakukan set up mesin giling sesuai permintaan konsumen termasuk ukuran ayakan yang dikehendaki, apabila dalam proses terdapat butiran yang tidak sesuai dilakukan proses penggilingan ulang dan seterusnya.

Proses pengantongan dengan cara manual dengan menggunakan alat timbang yang kapasitasnya besar untuk satu kantong / bag kapur aktif beratnya 50 kg sedang kantong didalamnya diberi inert (plastik tipis) kedap udara agar konsentrasi kapur aktif tidak turun dikarenakan kelembaban udara. Setelah proses pengantongan produk dikirim ke gudang penyimpanan dan siap di kirim ke konsumen.

MeasureMeasure adalah tahap kedua dalam siklus

DMAIC.Identifikasi Karakteristik Kritis Terhadap Kualitas ( CTQ )

Six Sigma yang difokuskan pada cacat dan variasi, dimulai dengan mengidentifikasi unsur-unsur kritis terhadap kualitas (CTQ) dari produk CaO sebagai berikut :

Kandungan CaO aktif min : 65 %1. Insuluble Meter (IM) max : 2 %2.

Ukuran butiran (Size) min : 90 % 3.

Identifikasi Defect Minor Pada Hasil Proses Produksi

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab pertama bahwa yang akan diperbaiki adalah kapur aktif yang memiliki jenis defect minor. Identifikasi defect minor tersebut dilakukan pada produk akhir. Dikarenakan perusahaan PT. Giri Mulya Jatim sudah tidak memiliki lagi laboratorium pengukuran maka hasil defect minor didasarkan pada report / informasi dari konsumen (PT. Petrokimia Gresik) sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan seperti kandungan CaO aktif, Insuluble Meter dan Ukuran butiran (size) selama bulan Februari – April 2006 yang telah teridentifikasi sebagai berikut:

Co

un

t

Pe

rce

nt

Defect MinorCount

45.6 74.0 100.0

254 158 145Percent 45.6 28.4 26.0Cum %

IMSizeCaO

600

500

400

300

200

100

0

100

80

60

40

20

0

Pareto Chart of Defect Minor

Gambar 4. Pareto Chart Defect Minor

Mengukur Baseline Kinerja (Performance Baseline)

Pengukuran baseline kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja selama 3 bulan, sehingga dapat ditetapkan target yang ingin dicapai berupa penurunan defect CaO. Baseline kinerja dalam penelitian ini menggunakan satuan pengukuran DPMO (Defect Per Million Opportunities) sebesar 37133 dan kapabilitas Sigma 3,285.

Cost of Poor Quality (COPQ)Penurunan kualitas produk CaO menimbulkan

biaya-biaya. Biaya-biaya tersebut muncul karena kerugian atas biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk unit-unit produk yang ditolak. Pada kasus produk CaO terdapat dua macam biaya yang harus ditanggung oleh PT Giri Mulya Jatim sebagai akibat adanya penurunan kualitas, yaitu :

Biaya sampling kualitas 1. CaO.Biaya proses 2. rework yang harus dikeluarkan.

Page 41: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

39

Berdasarkan rekapan 3 bulan terakhir maka dapat di jelaskan dibawah :

Tabel 1. Penghitungan Defect kedalam COPQNo Defect Kuantitas

InspeksiKuantitas

Defect DPMO Sigma COPQ Persentase(%)

1 CaO Aktif

5000

254 16933.3333 3.622 76200000 5.082 Ukuran butiran

(Size) 158 10533.3333 3.807 47400000 3.16

3 Insuluble Meter (IM) 145 9666.66667 3.839 43500000 2.9Proses 557 37133.3333 3.285 167100000 11.14

Identifikasi Sumber-Sumber Dan Akar Penyebab Masalah Defect Minor CaO

Untuk mengatasi cacat-cacat yang tergolong sebagai CTQ maka faktor-faktor penyebab munculnya cacat-cacat tersebut distrukturkan dalam bentuk fish bone diagram. Fish bone diagram dibentuk melalui pengamatan di lapangan dan diskusi di antara anggota tim six sigma. Berdasarkan hasil brainstorming tersebut maka didapatkan sumber dan akar penyebab dari masalah defect minor CaO, serta mendapatkan solusi masalah yang efectif dan efisien. Jenis cacat yang akan dianalisa adalah cacat kadar CaO, IM dan butir yang terjadi pada proses produksi. Cacat kadar CaO

Batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Cacat kadar CaO dapat dipengaruhi oleh pemilihan material awal batu kapur yang tidak diuji laboratorium terlebih dahulu walau rata-rata kandungan yang terdapat pada daerah penambangan sebesar 30 – 89 % kalsium (Ca), akan tetapi belum tentu homogen. Komposisi kimia batu kapur sangat bervariasi pada tiap daerah dan cadangannya (P.S. Dwivedi, 2004). Material yang dipergunakan oleh perusahaan terdiri dari atas dua jenis batu kapur yang dilihat secara visual terdiri atas dua jenis yaitu : berwarna putih dan putih kekuningan. Disamping itu dapat terjadi pada proses pembakaran batu kapur yang tidak sempurna.Cacat IM

Pengotoran yang terjadi pada CaO dapat berakibat pada meningkatnya IM karena CaCO3

yang ada dialam tidaklah murni. Selain dari pengotoran, dapat juga terjadi dalam proses itu sendiri yang berupa material yang tidak berubah menjadi CaO, sehingga berpengaruh ketika digiling dan diayak, masih tetap ada. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak yang terlibat, cacat IM juga disebabkan oleh faktor dari operator yang kurang hati-hati dalam melakukan proses sehingga tercampur dengan abu hasil pembakaran atau tanah.Cacat butir

Ukuran butir yang diinginkan konsumen sebesar mesh 100 dan dari pengamatan pada periode Februari – April 2006 mempunyai cacat yang paling kecil dibandingkan jenis cacat yang lainnya. Type cacat butir ini disebabkan oleh pembakaran dan penggilingan pada proses produksi. Pada proses produksi terjadi secara microstruktur dari pembentukan CaO itu sendiri. Tegangan yang terjadi pada material yang terbakar memberi pengaruh perubahan struktur dari CaCO3 menjadi CaO dan CO2, perubahan ini tidaklah stabil karena CaO bersifat tidak stabil, dapat berubah menjadi stabil ketika tercampur dengan air dan menjadi kapur mati. Ketika perubahan material inilah, yang menentukan ukuran butir pada CaO. Selain itu juga dapat terjadi pada proses penggilingan dan penggayakan yang disebabkan alat penggayakan yang tidak sesuai kebutuhan serta tercampur dengan ukuran lainnya.

ImproveMenetapkan Variabel Respon

Berdasarkan CTQ yang ada, maka dapat dirumuskan karakteristik kualitas yang digunakan. Karakteristik kualitas kadar CaO dan butir adalah Large The Better (LTB) sehingga semakin tinggi kadar dan kehalusan butiran semakin baik kualitasnya, sedangkan IM adalah Small The Better (STB), semakin kecil IM semakin bagus CaO. Karakteristik kualitas yang dijadikan tujuan perbaikan dalam penelitian ini adalah kadar CaO,

Page 42: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

40

berdasarkan diagram pareto, jenis cacat yang terbesar yaitu 45,6 %.Menetapkan Variabel Bebas

Varibel-variabel yang terlibat dalam eksperimen ini, berdasarkan pengamatan dan wawancara, serta diagram sebab akibat yang terdiri dari faktor yang terkontrol (control factor) dan faktor yang tidak dapat dikontrol (noise faktor) serta levelnya. Pemilihan level pada masing-masing faktor terkendali dilakukan berdasarkan metode yang sekarang digunakan oleh para pengusaha batu kapur di Jatim.Control Faktor

Variabel bebas atau faktor terkendali yang berpengaruh terhadap kualitas CaO adalah sebagai berikut :

Jenis batu kapur (Faktor A) yang dipergunakan a. yang terdiri dari dua jenis yaitu :

Batu kapur berwarna putih (Level 1)i. Batu kapur berwarna putih kekuningan ii. (Level 2)

Ukuran batu kapur (Faktor B) yang akan dibakar b. yaitu :

2 – 5 cm (kecil), (Level 1)i. 6 – 10 cm (sedang), (Level 2)ii.

Jenis bahan bakar (Faktor C) yang dipergunakan c.

dalam proses pembakaranKayu dan batok kelapa (Level 1)i. Kayu dan batubara (6000 kkal/kg), (Level ii. 2)

Noise Faktor Variabel yang tidak dapat dikendalikan yang

berpengaruh kepada kualitas CaO, adalah sebagai berikut :

Jenis pembakaran yang dilakukan (Faktor N1)a. Dibawah susunan batu kapur (Level 1)i. Diatas susunan batu kapur (Level 2)ii.

Temperatur udara lingkungan (Faktor N2)b. Diatas 32i. 0 C (Level 1)Dibawah 32ii. 0 C (Level 2)

Kelembaban (Faktor N3)c. Diatas 56% (Level 1)i. Dibawah 56% (Level 2)ii.

Pemilihan Inner dan Outer ArrayDalam rancangan eksperimen dengan

Taguchi, penanganan faktor noise dilakukan dengan memasukkan ke dalam percobaan serta menempatkannya pada outer array atau melakukan pengulangan percobaan (Ross, 1989). Demikian juga untuk faktor yang terkontrol ditempatkan pada inner array.

Tabel 2. Inner/Outer OA Parameter Design Eksperimen

Trial no.

Inner Array (Control Factor)

A B AxB C AxC BxC Error

Colomn no.

1 2 3 4 5 6 7 Y1 Y21 1 1 1 1 1 1 1 R11 R122 1 1 1 2 2 2 2 R21 R223 1 2 2 1 1 2 2 R31 R324 1 2 2 2 2 1 1 R41 R425 2 1 2 1 2 1 2 R51 R526 2 1 2 2 1 2 1 R61 R627 2 2 1 1 2 2 1 R71 R728 2 2 1 2 1 1 2 R81 R82

Perhitungan S/N RatioUntuk mengidentifikasi pengaruh faktor terhadap

variabilitas prosentase cacat maka terlebih dahulu data hasil eksperimen ditransformasikan kedalam

bentuk S/N (signal to noise ratio). Dalam penelitian ini, karakteristik kualitas yang

dipakai adalah LTB (large the better), dimana tujuan perbaikan adalah memaksimumkan presentase kadar CaO.

Tabel 3. : Hasil perhitungan S/N pada setiap eksperimen

Eksper. Hasil Eksperimen ( % ) Rata-rata Replikasi S/N ( μ )

Repl.1 Repl. 2 Repl. 3 Repl. 41 75.28 64.99 71.85 79.86 73.00 -37.302 80.76 74.18 72.89 81.62 77.36 -37.793 62.65 75.08 72.59 79.34 72.42 -37.244 72.29 72.22 72.04 74.12 72.67 -37.23

Page 43: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

41

5 69.86 69.10 65.43 79.23 70.91 -37.046 67.94 71.30 76.13 78.07 73.36 -37.337 69.55 71.09 75.02 73.66 72.33 -37.198 71.65 68.34 73.32 82.07 73.85 -37.39

Perhitungan AnovaHasil perhitungan ANOVA untuk karakterisitik

prosentase cacat pada pembakaran batu kapur

dengan menggunakan bantuan software MINITAB dapat ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4. : ANOVA Rasio S/N Presentase Kadar CaOSource DF Seq SS Adj SS Adj MS F F tabel

A 1 1.4112 1.4112 1.4112 27.5639.86

B 1 6.444 6.444 6.444 125.8639.86

C 1 9.202 9.202 9.202 179.7339.86

A*B 1 3.125 3.125 3.125 61.0439.86

A*C 1 3.1752 3.1752 3.1752 62.0239.86

B*C 1 1.264 1.264 1.264 24.6939.86

Error 1 0.0512 0.0512 0.0512

Total 7 24.6727

Persen KontribusiPersen kontribusi digunakan untuk mengetahui

sumbangan dari faktor utama dan interaksi yang signifikan. Berdasarkan tabel 4.5, faktor yang signifikan adalah ukuran batu kapur (B), jenis bahan bakar (C), interaksi jenis batu kapur dan

ukuran batu kapur (AxB), dan jenis batu kapur dan jenis bahan bakar (AxC).

Persen kontribusi faktor utama dan faktor interaksi untuk variabel respon kadar CaO adalah seperti pada tabel 5.9 berikut ini :

Tabel 5. Persentase Kontribusi Faktor Presentase Kadar CaO

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS SS’ Percent kontribusi

B 1 6.444 6.444 6.444 6.5352 26.49%C 1 9.202 9.202 9.202 9.2932 37.67%A*B 1 3.125 3.125 3.125 3.2162 13.04%A*C 1 3.1752 3.1752 3.1752 3.2664 13.24%Error 3 2.7264 2.7264 0.9088

Total 7 24.6727

Kombinasi Level Optimum dan Prediksi S/N Ratio

Mea

n of

SN

rati

os

21

37.4

37.3

37.2

37.121

21

37.4

37.3

37.2

37.1

A B

C

Main Effects Plot (data means) for SN ratios

Signal-to-noise: Larger is better

Gambar 5. Plot Pengaruh Faktor Utama Respon CaO

A

37.4

37.2

37.0

B

C

21

21

37.4

37.2

37.0

21

37.4

37.2

37.0

A12

B12

C12

Interaction Plot (data means) for SN ratios

Signal-to-noise: Larger is better

Gambar 6. Plot Pengaruh Interaksi antar Faktor Utama pada CaO

Faktor-faktor yang signifikan yaitu ukuran batu kapur (B2), jenis bahan bakar (C2), interaksi jenis batu kapur dan ukuran batu kapur (AxB), dan jenis

Page 44: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

42

batu kapur dan jenis bahan bakar (AxC) sehingga untuk respon kadar CaO, taksiran kondisi optimum dapat dimodelkan sebagai berikut :S/Noptimum =

( ) ( ) ( ) ( )yCAyCyBAyBy -+-+-+-+ 222121

S/Noptimum = -37,28

Interval KepercayaanInterval kepercayaan untuk taksiran kondisi

optimum pada tingkat kepercayaan 90% adalah

CI = -37,28 ±

++++×

AxCAxBCB

e

VVVV

MSF

1323,1,a

CI = -37,28 ± 0,887 Hasil perhitungan kondisi optimum jika

dikonversikan ke dalam nilai MSD, maka :S/N = - 10 log MSD

MSD = 10(-S/N)/10

= 0,000187jadi

y taksiran = MSD

= 0,013677Dengan demikian dari hasil penelitian diperoleh

S/N optimum untuk respon kadar CaO sebesar 37,28. Dengan selang kepercayaan 90% diperoleh batas interval kepercayaan antara -38,167 < S/Noptimum < -36,393.

Eksperimen KonfirmasiPercobaan konfirmasi bertujuan untuk

membuktikan apakah faktor atau level optimum yang diperoleh dari percobaan utama dapat mengoptimalkan respon kadar CaO. Pada percobaan konfirmasi untuk respon respon kadar CaO dilakukan 4 kali pengulangan dengan 2 kali pengujian. Hasil percobaan konfirmasi ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 6. Percobaan Konfirmasi.Respon Kondisi Optimal Awal

A1B1C2CI Konfirmasi Kondisi Optimal

Percobaan A1B1C2Peningkatan

Persentase kadar CaO

S/N opt. = -37,28MSD = 0,000187

-37,28 ± 0,887 S/N opt. = -37,57MSD = 0.067523

0,29

Dari tabel 5.13 di atas terlihat kondisi optimum percobaan menghasilkan peningkatan nilai S/N terhadap respon kadar CaO dibandingkan dengan kondisi optimum perusahaan (awal).

Karena hasil dari percobaan konfirmasi untuk respon kadar CaO terletak pada selang kepercayaan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor dan level yang dihasilkan pada percobaan utama telah sesuai dengan apa yang diharapkan.Tahap Control

Control adalah tahap kelima dalam siklus DMAIC. Tahap ini berfokus untuk menyusun dan mengimplementasikan sebuah mekanisme kontrol untuk menghindari munculnya cacat yang dikategorikan sebagai Crititical To Quality agar tidak muncul kembali. Mekanisme kontrol

Untuk menghindari munculnya cacat perlu dilakukan pengontrolan terhadap kualitas CaO. Pada saat ini perusahaan belum menerapkan quality kontrol pada proses pembakaran batu kapur disebabkan oleh minimnya SDM oleh karena itu untuk implementasi kontrol dalam bentuk ceksheet tidak dapat diterapkan.Perhitungan Kapasitas Proses

Kapasitas produksi berdasarkan percobaan yang dilakukan dari 250gr batu kapur menghasilkan 84 gr batu curing dan 92.96 gr CaO. Besarnya defek mayor dalam percobaan ini adalah 33,6 % dan hal ini disebabkan kurang standarnya tungku yang dipergunakan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan, bahwa kapasitas produksi untuk 100 ton batu kapur, menghasilkan 56 ton CaO. Perhitungan Level Sigma

Implementasi perbaikan untuk meningkatkan kualitas CaO harus dievaluasi untuk mengetahui perubahan nilai DPMO, dan level sigma. Dari hasil uji konfirmasi produksi CaO dengan 8 replikasi.

Terjadi perubahan nilai DPMO dan level sigma antara kondisi sebelum penelitian dan sesudah tahap improve. DPMO naik dari 37.133 menjadi 41.667. Sedangkan level sigma turun dari 3,3 menjadi 3,2. Hal ini disebabkan belum dilakukanya improve ke dalam perusahaan dan sedikitnya jumlah unit yang diinspeksi.Quality Loss Function

Karakteristik kualitas untuk percentase kadar CaO adalah lebih besar lebih baik (LTB), maka bentuk loss function yang akan dipakai adalah

Page 45: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

43

sebagai berikut :loss/CaO

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

loss

Rp

loss/CaO

Gambar 7. Loss Function CaOCleaner Production

Upaya pencegahan pencemaran secara sistematis dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan program cleaner production. Untuk proses cleaner production mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan pada proses.

Pada penelitian ini, hanya difokuskan pada energi yang terbuang pada tungku pembakaran dan dampak proses pembakaran batu kapur terhadap lingkungan berupa tumbuhan jagung.Energi

Proses pembakaran batu kapur merupakan industri padat energi karena 45% - 60% biaya produksinya merupakan biaya energi. Efisiensi yang dihasilkan dalam proses pembakaran tidak 100 %, dikurangi rugi-rugi. Salah satu rugi-rugi yang terjadi adalah panas yang terbuang keluar dari sistem pembakaran secara konduksi yang disebabkan adanya perbedaan suhu dalam pembakaran dengan udara lingkungan dan panas yang keluar pada cerobong secara langsung.

Energi panas yang hilang dalam proses pembakaran batu kapur secara konduksi tidak mudah untuk dimanfaatkan karena energi panas tersebut tidak terkonsentrasi dan tersebar dalam area yang besar, meskipun jumlahnya besar.

Perhitungan konduksi yang terjadi pada proses batu kapur sebagai berikut :

-

=

2

1

21

ln2

rr

TTkQ p

Dimana : Q : Heat flow bentuk silinder (watt) K : Thermal conductivity (W /m C0 ) T1 : Insert Temperature (C0) T2 : Outside Temperature (C0) r1 : Radius insert (m) r2 : Radius outside (m)

Dinding yang dipergunakan untuk pembuatan tungku terdiri dari bata dan campuran semen dengan nilai konduktivitasnnya adalah 1.04 W /m C0, radius luarnya adalah 5 meter dan radius dalam 3.7 meter, sedangkan temperature udara lingkungan adalah 32 C0.

Tabel 7. Heat Loss pada proses batu kapur berdasarkan tingginya

No Ketinggian(m)

Suhu (C0) Q(Watt)Dinding

luarDinding dalam

1 0.5 130 228 -2125.72 1 124 216 -1995.63 2 108 184 -1648.54 3 87 142 -1192.95 4 73 114 -889.36 5 60 88 -607.3

Dari tabel diatas, tanda min pada heat flow (Q), menandakan bahwa panas mengalir keluar sistem pembakaran batu kapur dan dapat diambil kesimpulan bahwa, energi panas yang terbuang berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Jika terjadi selama 1 jam dapat dikonversi ke watt hour (WH). Harga listrik 1 kWh adalah Rp. 68 untuk golongan I-1(berdasarkan surat menteri pertambangan dan energi, tanggal 25 maret 1989).

Energi panas yang terbuang dapat dikonversikan ke biaya sebagai berikut :Tabel 8. Biaya Heat Loss pada proses batu kapur

berdasarkan tingginyaNo Q (watt) kWh Loss(Rp)1 2125.70 2.126 144.552 1995.55 1.996 135.703 1648.50 1.648 112.104 1192.99 1.193 81.125 889.32 0.889 60.476 607.34 0.607 41.30

Dampak Polusi Udara merupakan salah satu komponen

lingkungan yang sangat penting peranannya dalam kehidupan dan dalam kehidupan normal, udara mempunyai komposisi nitrogen (78,08%), oksigen (0,95%), karbondioksida (0,0314%), dan sisanya

Page 46: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

44

merupakan gas-gas lain. Masuknya berbagai bahan pencemar ke udara, akan merubah komposisi normal dan kualitas udara akan mengalami perubahan.

Proses pembakaran batu kapur dapat berdampak pada makhluk hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan, misalkan tumbuhan jagung yang merupakan tumbuhan semusim yang sensitif terhadap polusi udara. Dari hasil penelitian ini, pengaruh pajanan emisi gas buang dalam proses pembakaran batu kapur pada tumbuhan jagung ditunjukan dengan adanya gejala kerusakan pada daunnya. Secara morfologi gejala kerusakan ini berupa spot bewarna putih kekuningan, akibat daun mengalami chlorosis dan diduga berasal dari pengaruh gas NOx atau SOx yang berasal dari hasil pembakaran kayu dan batubara. Secara anatomis, kerusakan dapat berdampak pada stomata daun karena stomata merupakan tempat terjadinya pertukaran gas dengan udara luar. Kerusakan pada stomata yang diakibatkan oleh pajanan emisi pada proses pembakaran batu kapur, tampak dengan adanya perubahan bentuk dari stomata seperti gambar dibawah ini :

Gambar 8. Kerusakan bentuk stomata daun jagung pada pajanan emisi gas buang proses pembakaran batu kapur selama 7 jam dengan bahan bakar kayu

dan batubara

Gambar 9. Kerusakan bentuk stomata daun jagung

pada pajanan emisi gas buang proses pembakaran batu kapur selama 7 jam dengan bahan bakar kayu dan batok kelapa

KESIMPULANKesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian

ini ialah :Terdapat dua jenis cacat yang diidentifikasi 1. pada produk CaO yang dihasilkan oleh PT. Giri Mulya Jatim pada proses pembakaran CaCO3 berupa defect mayor yang berupa batu curing sebesar 5% dari batu kapur yang dibakar dan defect minor yang terdiri dari 5000 sampel ditemukan :Kadar persentase CaO yang dibawah standar a. sebesar 45.6% dari 254 sampling.Insoluble Meter (IM) sebesar 28.4% dari 158 b. sampling.Ukuran butir (Size) sebesar 26% dari 145 c. sampling.Faktor dominan yang teridentifikasi sebagai 2. penyebab ketidaksesuaian kandungan CaO berupa jenis batu kapur, ukuran batu kapur dan jenis bahan bakar yang dipergunakan. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap respon persentase kadar CaO pada percobaan utama adalah jenis bahan bakar berupa campuran kayu dan batubara (C2), ukuran batu kapur yang dibakar dengan ukuran kecil (B1), interaksi antara jenis batu kapur putih dan ukuran batu kapur (A2B1), interaksi antara jenis batu kapur putih dan jenis bahan bakar (A2C2).Kondisi optimum untuk respon persentase kadar 3. CaO dicapai pada kombinasi level A1B1C2 yaitu :Jenis batu kapur (A) : bewarna putiha. Ukuran batu kapur (B) : kecil (2-5 cm)b. Jenis bahan bakar (C) : kayu dan c. batubara (6000 kkal/kg)Nilai rasio S/N optimum persentase kadar CaO 4. adalah sebesar -37,28 dengan interval -38.167 < S/Noptimal < -36.393 untuk tingkat kepercayaan 90%.Kontribusi faktor-faktor yang signifikan 5. terhadap rata-rata rasio S/N tingkat persentase kadar CaO adalah ukuran batu kapur (26.49%), jenis bahan bakar (37.67%), interaksi antara jenis batu kapur dan ukuran batu kapur (13.04%), interaksi antara jenis batu kapur dan jenis bahan bakar (13.24%).Besarnya S/N optimum pada percobaan 6.

Page 47: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

45

konfirmasi untuk respon persentase kadar CaO adalah -37,28 ± 0.887 dengan batas interval kepercayaan pada tingkat kepercayaan 90%.Kapasitas produksi berdasarkan percobaan yang 7. dilakukan dari 250gr batu kapur menghasilkan 84 gr batu curing dan 92.96 gr CaO. Besarnya defek mayor dalam percobaan ini adalah 33,6 % dan hal ini disebabkan kurang standarnya tungku yang dipergunakan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan, bahwa kapasitas produksi untuk 100 ton batu kapur, menghasilkan 56 ton CaO.Terjadi perubahan nilai DPMO dan level sigma 8. antara kondisi sebelum penelitian dan sesudah tahap improve. DPMO naik dari 37.133 menjadi 41.667. Sedangkan level sigma turun dari 3,3 menjadi 3,2. Hal ini disebabkan belum dilakukanya improve ke dalam perusahaan dan sedikitnya jumlah unit yang diinspeksi.Koefisien fungsi kerugian pada perusahaan 9. 0.6122/kg percentase kadar CaO.Proses pembakaran batu kapur tidak dapat 10. menghasilkan efisiensi yang tinggi karena banyaknya rugi-rugi berupa aliran panas sebesar 2125,7 watt pada suhu 228 C0 (dinding dalam tungku ) dengan biaya sebesar Rp 144.55 per jam.Dampak pembakaran proses batu kapur pada 11. tumbuhan jagung secara morfologis berupa spot bewarna putih kekuningan, akibat daun mengalami chlorosis dan diduga berasal dari pengaruh gas NOx atau SOx yang berasal dari hasil pembakaran kayu dan batubara. Secara anatomis kerusakan terlihat pada stomatanya.

DAFTAR PUSTAKAAllen, D. T., and R. S. Butner, (Nov. 2002),

“Industrial Ecology: A Chemical Engineering Challenge,” Chem. Eng. Prog., 98(11).

Bar, Neil., et all, (2004), “Sustainability Module 8.5”, Presentation for: ESD.60 – Lean/Six Sigma Systems MIT Leaders for Manufacturing Program (LFM).

Belavendram,N., (1991), Quality by Desaign : Taguchi Techniques for Industrial Exsperimentation, Prentice Hall, New York.

Benyus, J., (1997), “Biomimicry”, William and Morrow, New York.

Bhavik R. Bakshi and Joseph Fiksel, (2003), “The Quest for Sustainability: Challenges for Process Systems Engineering”, halaman 1350 June 2003

Vol. 49, No. 6 AIChE JournalBijl, M. et all, (Nov 2004), EU Market Survey 2004

Timber and Timber Products Compiled for CBI by: ProFound.

Carnegie, Kashonia L., Howard Nielsen, Colin Glover , (2000), Stepping upstream ‘naturally’ for cleaner production through community environmental learning, Journal of Cleaner Production 8.

Conner, Gary L., (Dec 2003), Moisture Susceptibility of Bottom Ash Asphalt Mixes, Thesis, University of Wyoming.

Fiksel, J., (Fall 2000), “Measuring Sustainability in Eco-Design,” Sustainable Solutions: Developing Products and Services for the Future, M. Charter and U. Tischner, eds., Greenleaf Publishing, Sheffield, U.K.

Fiksel, J., (2003), “Revealing the Value of Sustainable Development,” Corporate Strategy Today, VII/VIII.

Fiksel, J., (2002), “Sustainable Development through Industrial Ecology,” Advancing Sustainability through Green Chemistry and Engineering, R. L. Lankey and P. T. Anastas, eds., American Chemical Society, Washington, DC.

Gale, Robert, (2005), Environmental management accounting as a reflexive modernization strategy in cleaner production, Journal of Cleaner Production xx.

Gaspersz, Prof. Dr. Vincent, D.Sc., CFPIM, CIQA (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, Dan HACCP. Edisi pertama. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Giadina, (2006), ” Lean Six Sigma and Sustainability“, http://proceedings.ndia.org /JSEM2006/ Wednesday/ Giardina.pdf.

Gitlow, H.S. and S.J. Gitlow., (1987), The Deming guide to quality and competitive position, Prentice-Hall, Inc. Newark, NJ.

G. Howard, A. Oppenheim, R. oppenheim (1995). Quality Management Tools and Methods for Improvement. 2nd Edition. Irwin Inc, Chicago.

Gumus, Bulent., (Dec 2005), Requirements Traceability (RT) Throughout the System Using Axiomatic Product Development Lifecycle, Dissertation, Texas Tech University.

Hayes, B. J., (2003), Improving offshore outsourcing efficiency with DFSS. Accessed at: http://software.isixsigma.com/library/content/

Page 48: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

46

c031112a.asp. Kjaerheim, Gudolf., (2005), Cleaner production

and sustainability Journal of Cleaner Production 13.

Krumnacher, Paul J.,(2001), Lime and Cement Technology: Transition from Traditional to Standardized Treatment Methods, Thesis, Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University.

Mader, D. M. (2002), Design for Six Sigma. Quality Progress, July, 82-86.

Mullins, G.L.,(2005) , Sources of Lime for Acid Soils in Virginia, Produced by Agriculture and Extension Communications, Virginia Tech.

Black, Peter E., (2005), Ecological Sustainability: A New Look at an Old Paradigm Journal of Ecological Anthropology halaman 76 Vol. 9.

Pyzdek, Thomas (2002). The Six Sigma Handbook Panduan Lengkap untuk Greenbelts, Blackbelts, dan Manajer pada Semua Tingkat. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Richard G. Little, (2004), Tending the Infrastructure Commons:Ensuring the Sustainability of Our Vital Public Systems International Workshop on Integrated Life-Cycle Management of Infrastructures December 9-11, 2004 The Hong Kong University of Science and Technology Hong Kong SAR, PRC

Rittenhouse, D., (March 2003), “Piecing Together a Sustainable Development Strategy,” Chem. Eng. Prog., 99(3), 32.

Roberts, F., P. Kandhal, E. Brown, D. Lee, and T. Kennedy (1996). Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design, and Construction. 2nd edition. Lanham, Maryland: NAPA Education Foundation.

Robèrt, K. H., (1997), The Natural Step: A Framework for Achieving Sustainability in Our Organizations, Pegasus, Cambridge, MA .

Ross,Philip J., (1996), Taguchi Techniques for Quality Engineering, McGraw-Hill.2nd ed., New York.

Saling, P., et al., (2002), “Eco-Efficiency Analysis by BASF: The Method,” Int. J. of Life Cycle Assessment.

Smith, Purpose of Stabilization Typical Stabilizers Soil Stabilization, Modification http://ceprofs.tamu.edu/smith/SmithSpring418-04/CVEN418Lect24-0402.pdf

UNEP. (1993), Cleaner Production Worldwide. UNEP report, United Nations Environment

Programme.Verfaillie, H. A., and R. Bidwell, (2000), “Measuring

Eco-Efficiency: A Guide to Reporting Company Performance,” WBCSD, Geneva.

Wang Hongtao, (2001), “Introduction of the course”, Industrial Ecology HongtaoCollege of Material Science and Engineering, Sichuan University, Chengdu, China.

WBCSD, (2002), Toward a Sustainable Cement Industry, Battelle Memorial Institute.

WCED, (1987), World Commission on Environment and Development. Our Common Future, Oxford University Press, New York.

Wolf, J. Drivers for international integrated environmental management. In Ruth Hillary (ed.) ,(1997), Environmental management systems and cleaner production, Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.

Wurts, W. A. and R. M. Durborow., (1992), Interactions of pH, carbon dioxide, alkalinity and hardness in fish ponds.

Page 49: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

47

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MANUFACTURING RESOURCES PLANNING DI PT. SEMEN GRESIK TBK

I k s a nJurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama SurabayaEmail : [email protected]

ABSTRACT

PT. Cement Gresik represent big company which is moving in the field of construction material making (cement), where till now still execute the cement production for accomplishment of big enough target, although we know

that in this time the economics of state still be drawn also raw material with maximal amount. Therefore to be able to productive in an optimal fashion need by the existence of a planning and controlling the raw material use. The application of manufacturing resources planning (MRP II) method is represent one of the method used for production planning and controlling which is exploited by as optimal as possible utilize to reach the target from production executor. With the MRP II analysis can calculate about the product amount produced, production time, also the raw material required so that knowable later whether the production plan need repair existence in the process or not. The result obtained from analysis that is with method MRP II i.e. the data patterns taken is Single Exponential Smoothing with the smallest MAPE that is 19 %, while from the calculation of MRP II found on the result of MRP calculation about requirement of overall raw material experience increase equal to 3.920.653 ton/year and also at CRP calculation experience lack of production time capacities equal to 1528967,7 hour/period which is as the effect from the company policy in determination of the productions amount too high and also maximal machine capacities, so that needed by improvement in the production plan. Effort of repair mentioned by as an alternative that is by refunctioning machine which have time to be desisted and addition of the machine but cannot totally because capacities of maximal raw material existing also determination of production target the needed of seeing machine capacities.

Keyword : PPIC, Manufacturing Resources Planning (MRP II)

PENDAHULUAN

Salah satu dari beberapa hal penting dari sebuah proses produksi adalah bahan baku baik secara langsung maupun tidak langsung, dimana jumlah bahan baku perlu diperhatikan karena bila terjadi kelebihan dalam arti jumlah yang dibutuhkan lebih sedikit dari yang tersedia atau sebaliknya, maka akan dapat merugikan perusahaan yaitu memperbesar biaya operasional. Bahan baku yang paling utama pada PT. Semen Gresik Tbk adalah tanah kapur juga tanah liat serta bahan utama lainnya atau bahan penunjang dalam jumlah cukup besar yang merupakan salah satu perusahaan yang berperan besar dalam menunjang sektor pembangunan. Berdasarkan evaluasi tergambarkan bahwa PT. Semen Gresik Tbk dalam memproduksi produk semen secara terus menerus, oleh karena itu dibutuhkan suatu perencanaan dalam pengambilan dan pengendalian bahan baku, mengingat bahan baku yang tidak bisa diperbarui dan juga agar dapat membuat rencana pemakaian bahan baku yang optimal. Dengan adanya produksi

yang terus menerus serta pemakai bahan baku itu mengakibatkan akan adanya penumpukan produk digudang dan bahan baku yang terlalu banyak akan mengakibatkan biaya perawatan akan meningkat. Pimpinan produksi haruslah melaksanakan perencanaa dan pengendalian dalam pemakaian bahan baku yang berlebihan sedangkan produksi tetap berjalan sehingga nantinya permintaan pasar akan terpenuhi tanpa pemakaian bahan baku secara terus menerus.

Manufacturing Resource Planning ( MRP II ) menawarkan sebuah solusi perencanaan produksi maupun perencanaan kapasitas yang dapat diterapkan. Dimana sistem MRP II mengkoordinasikan keseluruhan aspek baik aspek produksi maupun aspek pemasaran. Sehingga dengan MRP II kita dapat membuat rencana produksi (production plant), jadwal induk produksi (master production schedule) yang mencakup bagian inventori dan pembelian, material, bagian rekayasa, produksi dan lain – lain. Selain itu kita bisa membuat Rought Cut Capacity Planning (RCCP) yang bisa mengkonversikan rencana

Page 50: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

48

produksi atau MPS kedalam kebutuhan kapasitas yang berhubungan dengan sumber – sumber daya kritis. Terakhir kita dapat menyusun CRP (Capacity Requirement Planning) untuk analisa lanjutan berkenaan kebutuhan bahan kapasitas. Dengan demikian perusahaan dalam proses produksi dapat lebih tersistematis dan terencana.

Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah membuat rencana produksi agar sesuai dengan kapasitas perusahaan ? Bagaimana menentukan sumber daya ( bahan baku ) agar dapat mengoptimalkan biaya produksi ?

Tujuan dan manfaat Membuat rencana produksi agar sesuai dengan 1. kapasitas perusahaan. Pengoptimalan sumber daya ( bahan baku )agar 2. dapat mengoptimalkan biaya produksi. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah Dengan adanya pengendalian bahan baku yang optimal, maka biaya yang berkaitan dengan bahan baku dapat diminimumkan, sehingga diperoleh adanya penghematan biaya dan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan serta meningkatkan daya saingnya. Dapat membantu kelancaran proses produksi dalam menghasilkan produk jadi yang sesuai dengan yang direncanakan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat pada waktunya dan secara tidak langsung dapat menaikkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

Perencanaan dan Pengendalian Produksi didefinisikan sebagai proses untuk merencanakan dan pengendalian aliran material yang masuk mengalir dan keluar dari sistem produksi atau opersi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan tepet dan biaya yang minimum. Perencanaan produksi merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai periode waktu yang direncanakansebagai pendayagunaan sumber daya khususnya material dengan tujuan menentukan arah awal dari tindakan – tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak melakukan dan kapan harus melakukan. Sedangkan pengendalian produksi merupakan tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian peranan perencanaan dan

pengendalian produksi adalah semata – mata dimaksudkan untuk mengkoordinasikan kegiatan dari bagian – bagian yang langsung maupun tidak langsung dalam berproduksi, merencanakan, menjadwalkan dan pengendalian kegiatan produksi dari mulai dari bahan baku, proses sampai out put yang dihasilkan sehingga perusahaan itu betul – betul dapat menghasilkan produk dengan efektif dan efisien.

Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode perencanaan bahan baku dengan memanfaatkan informasi tentang ketergantungan pada permintaan manajemen persediaan dan pengendalian ukuran lot produksi dari berbagai komponen yang diperlukan untuk membuat produk akhir. Konsep MRP menyiapkan jadwal pesanan agar jumlah material atau bahan baku yang dipesan akan datang tepat pada waktunya, sehingga proses produksi akan dapat dikerjakan pada waktunya. Sistem MRP disusun dengan maksud untuk menjawab kapan, berapa banyak dan apa suatu material dibutuhkan secara tepat tanpa mengeluarkan biaya terlalu besar. MRP memang komplek pengelolaannya tetapi banyak memberikan keuntungan, seperti mengurangi persediaan dan biay penyimpanan, memberikan informasi untuk mendukung tindakan yang tepat, baik pembatalan pesanan atau penjadwalan ulang. Penjelasan yang berkaitan dengan format tampilan dari MRP I adalah sebagai berikut : 1. Lead Time merupakan jangka waktu yang

dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan.

2. On Hand merupakan inventory on – hand yang menunjukkan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam stockroom.

3. Lot Size merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot-sizing apa yang dipakai. Teknik yang dipakai dalam menentukan ukuran lot size adalah : a. Fized Order Quantity (jumlah pemesanan tetap) adalah Teknik ini merupakan konsep jumlah pemesanan tetap, penentuan besarnya lot size dapat sekehendak kita, melalui intuisi sesuai dengan pengalaman si pemakai. Besarnya jumlah pesanan mencerminkan pertimbangan eksternal. b. Economic Order Quantity (jumlah pemesanan ekonomis) Nilai EOQ digunakan untuk menentukan ukuran

Page 51: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

49

lot size (nilainya tetap) perhitungannya sudah mencakup ongkos pesan dan ongkos simpan. c. Lot For Lot kebijakan ini ukuran lot size dilakukan atas pesanan diskrit. Jumlah yang dipesan sama jumlahnya dengan jumlah yang dibutuhkan dalam kebutuhan bersih. Setelah itu dihitung biaya total yang diperoleh dari penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. d. Fixed Order Inventory (FOI) Teknik ini dipakai untuk menggambarkan konsep pemesanan dengan interval berubah dan jumlah yang dipesan bervariasi. Kekurangan bahan baku bisa terjadi setiap saat. Setiap kali pemesanan gudang akan terisi penuh dengan bahan baku.

4. Safety Stock merupakan stok pengaman yang ditetapkan oleh perencana MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan (demand) dan/atau penawaran (supply).

5. Planning Horizon merupakan banyaknya waktu ke depan (masa mendatang) yang tercakup dalam perencanaan.

6. Gross Requirements merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan yang diantisipasi (anticipated requirements), untuk setiap periode waktu.

7. Projected On – Hand merupakan projected available balance (PAB), dan tidak termasuk planned orders.

8. Projected Available merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam inventori pada akhir periode, dan tersedia untuk penggunaan dalam periode selanjutnya.

9. Net Requirements merupakan kekurangan material yang diproyeksikan untuk periode ini, sehingga perlu diambil tindakan ke dalam perhitungan planned orders receipts agar menutupi kekurangan material pada periode itu.

10. Planned Order Receipts merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali (pesanan manufakturing dan/atau pesanan pembelian) yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi kebutuhan (net requirements).

11. Planned Order Releases merupakan kuantitas planned oreders yang ditempatkan atau dikeluarkan dalam periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia pada saat dibutuhkan. Perencanaan Produksi pada dasarnya

merupakan suatu proses penetapan tingkat output manufacturing secara keseluruhan guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan dan inventori yang diinginkan. Rencana produksi harus konsisten dengan rencana bisnis, yang dalam sistem MRP II merupakan input bagi proses perencanaan produksi. Terdapat empat tingkat dalam hierarki perencanaan prioritas dan kapasitas yang terintegrasi, antara lain : Perencanaan Produksi dan Perencanaan Kebutuhan Sumber daya, Penjadwalan Produksi Induk ( MPS ) dan Rough Cut Capacity Planning ( RCCP ) . Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dan Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP). Pengendalian Aktivitas Produksi (PAC) dan Pengendalian Input/Output serta Operations Sequencing. Pada dasarnya dalam sistem MRP II terdapat tiga alternatif strategi perencanaan produksi, yaitu : level method, chase strategy, dan compromise strategy. a. Level Method didefinisikan sebagai metode

perencanaan produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan produksi, level method akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan total.

b. Chase Strategy didefinisikan sebagai metode perencanaan produksi yang mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi mengikuti permintaan total.

c. Compromise Strategy merupakan kompromi anatara kedua metode perencanaan produksi diatas

Sistem Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) Pada dasarnya merupakan suatu sistem informasi manufaktur formal dan eksplisit yang mengintegrasikan fungsi – fungsi utama dalam industri manufaktur, seperti : keuangan, pemasaran, dan produksi. Sistem MRP II mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis dari perusahaan industri manufaktur, sejak perencanaan strategi bisnis pada tingkat manajemen puncak (Top Management) sampai perencanaan dan pengendalian terperinci pada tingkat manajemen dan supervisor ”. (Analysis and Control of Production Sistems, Elsayed & Thomas O. Boucher, 1994 : 31). Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) membantu kita untuk dapat

Page 52: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

50

mengubah bentuk wajah perindustrian kita. Hal itu memungkinkan kita membuat peningkatan dalam perusahaan manufaktur seperti yang terjadi di seluruh Amerika Utara, Jepang, Eropa Barat, dan Amerika Latin. Suatu definisi Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) yang tepat dan terperinci yang memungkinkan untuk dipahami oleh kita adalah : “ Suatu perusahaan sistem manajemen lebar/luas berdasar pada penjadwalan, yang mana memungkinkan kita dengan tingkat pelayanan pelanggan yang tinggi dan produktivitas yang secara serempak dapat menurunkan biaya dan inventori “. (MRP II: Making It Happen,Thomas

F. Wallace, 1990 : 3). MRP II merupakan suatu sistem informasi terintegrasi yang menyediakan data di antara berbagai aktivitas produksi dan area fungsional lainnya dari bisnis secara keseluruhan. Sistem MRP II mengkoordinasikan pemasaran, manufacturing, pembelian, dan rekayasa melalui pengadopsian rencana produksi serta melalui penggunaan satu data base terintegrasi guna merencanakan dan memperbaharui aktivitas dalam sistem industri modern secara keseluruhan, dari pada MRP I sebagai single level dan juga merupakan adalah satu dari elemen – elemen MRP II.

MPS = Master Production Scheduling CRP = Capacity Requirement Planning MRP = Material Requirement planning PAC = Production Activity Control

Gambar Sistem Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) (Sumber :Vincent Gaspersz, 2002 : 31)

Master Production Schedule

Pada dasarnya jadwal induk produksi (Master Production Schedule = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk agregat, MPS yang merupakan hasil dari proses penjadwalan induk produksi dinyatakan dalam

konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada dalam item master dan BOM (Bill Of Material) files.

Aktivitas penjadwalan produksi induk (MPS) pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (MPS), memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, mengevaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang. Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) membutuhkan lima input utama, dapat dijelaskan beberapa hal berikut :

Page 53: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

51

a. Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).

b. Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berupa banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan.

c. Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

d. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (item master file).

e. Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS.

Rought Cut Capacity Planning (RCCP) Rought Cut Capacity Planning (RCCP)

mengukur kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan MPS. Rencana ini berdasarkan pada informasi yang lebih detail daripada rencana sumber daya karena RCCP mencakup jadwal dari spesifik komponen akhir, RCCP menghitung beban untuk semua item yang dijadwalkan dan

dalam periode waktu aktual. Apabila proses RCCP mengindikasikan bahwa MPS adalah layak, MPS akan diteruskan ke proses MRP guna menentukan bahan baku atau material, komponen dan sub assemblies, yang dibutuhkan dalam perusahaan yang berorientasi pada kapasitas.

Capacity Requirement Planning (CRP) Capacity Requirement Planning (CRP) dilakukan

setelah RCCP menunjukkan bahwa jadwal produksi mungkin dilaksanakan. CRP menggunakan output MRP dan menghasilkan profil kapasitas terperinci untuk semua sumber daya untuk tiap mingguan (atau lebih sedikit) sesuai dengan perencanaan. (Analysis And Control Of Production Systems, Elsayed & Thomas O. Boucher, 1994 : 215) MRP mengasumsikan bahwa apa yang dijadwalkan dapat diterapkan, tanpa memperhatikan keterbatasan kapasitas. Kadang – kadang asumsi ini valid, tetapi kadang – kadang tidak dapat dipenuhi. Perencanaan kebutuhan kapasitas (RCP) menguji asumsi ini dan mengidentifikasikan area yang melebihi kapasitas (overload) dan yang berada di bawah kapasitas (underload), sehingga perencana dapat mengambil tindakan yang tepat. CRP membandingkan beban (load) yang ditetapkan pada setiap pusat kerja (work center) melalui open and planned orders yang diciptakan oleh MRP, dengan kapasitas yang tersedia pada setiap pusat kerja dalam periode waktu dari horizon perencanaan. Tidak seperti sistem MRP yang menciptakan new planned orders untuk menghindari kekurangan material atau item di masa mendatang, sistem CRP tidak menciptakan, menjadwalkan ulang, atau menghapus pesanan apa pun. Sebagai suatu sistem perencanaan kapasitas dalam sistem MRP II yang lebih besar, CRP memiliki input, proses, output, dan umpan balik. Sistem CRP ditunjukkan dalam gambar berikut :

Gambar 2. Sistem Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP)

Page 54: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

52

Metode Pengukuran Kapasitas Pada dasarnya terdapat tiga metode pengukuran kapasitas, yaitu : a. Theoretical Capacity (synonym : Maximum

Capacity, Design Capacity) merupakan kapasitas maksimum yang mungkin dari sistem manufakturing yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperti : tiga shift per hari, tujuh hari per minggu, tidak ada downtime mesin, dll. Dengan demikian theoretical capacity diukur berdasarkan pada jam yang tersedia untuk melakukan pekerjaan, tanpa suatu kesempatan untuk berhenti atau istirahat, downtime mesin, atau alasan lainnya.

b. Demonstrated Capacity (synonym: Actual Capacity, Effective Capacity) merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pada pengalaman, yang mengukur produksi secara aktual dari pusat kerja di waktu lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka rata-rata berdasarkan beban kerja normal.

c. Rated Capacity (synonym: Calculated Capacity, Nominal capacity) diukur berdasarkan penyesuaian kapasitas teoretis dengan faktor produktivitas yang telah ditentukan oleh demonstrated capacity. Dihitung melalui penggandaan waktu kerja yang tersedia dengan faktor utilisasi dan efisiensi. Waktu kerja yang tersedia adalah banyaknya jam

kerja aktual yang dijadwalkan atau tersedia, pada pusat kerja selama periode tertentu. Waktu kerja yang tersedia per periode waktu dihitung sebagai : banyaknya orang atau mesin x jam per shift x shifts

per hari x hari kerja per periode. Utilisasi adalah pecahan yang menggambarkan

persentase clock time yang tersedia dalam pusat kerja yang secara aktual digunakan untuk produksi berdasarkan pengalaman lalu. Utilisasi dapat ditentukan untuk mesin atau tenaga kerja, atau keduanya, tergantung pada mana yang lebih cocok untuk situasi dan kondisi aktual di perusahaan. Perlu dicatat bahwa angka utilisasi tidak dapat melebihi 1,0 (100%). Formula untuk menghitung utilisasi adalah :

Efisiensi adalah faktor yang mengukur performansi aktual dari pusat kerja relatif terhadap standar yang ditetapkan. Faktor efisiensi dapat lebih besar dari 1,0. Formula untuk mengitung efisiensi adalah :

Dengan demikian rated (or calculated) capacity dihitung sebagai berikut: Calculated capacity per periode = banyaknya orang atau mesin x jam per shift

x shifts per hari x hari kerja per periode x utilisasis x efisieni

= waktu yang tersedia per periode waktu x utilisasi x efisiensi

METODE Rencana penelitian yang akan digunakan adalah

Tabel 1. Rencana Penelitian Rancangan Penelitian Proses Perolehan Sampel Diambil dari data – data yang mempunyai relevansi dengan metode MRP II berupa

: data struktur produk, BOM, kapasitas produksi, data permintaan produk, data inventori, JIP, dan lain – lain.

Sumber Data Data Primer (secara langsung berupa data proses dan waktu produksi). Data Sekunder (secara tidak langsung yaitu berupa dokumen perusahaan, berupa data permintaan, data produk, mesin, peralatan dan lain – lain ).

Instrumen Literatur, interview, observasi, serta dokumentasi. Analisis Data Forecasting (peramalan), MPS, RCCP, MRP I, Perencanaan Kebutuhan kapasitas

(CRP) Untuk mendapatkan data dan informasi yang

dapat dipergunakan untuk penelitian penulis langsung ke lapangan. Pengambilan data tersebut dilakukan dengan metode sebagai berikut : Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung mengenai permasalahan yang akan diteliti. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan

antara lain : - Bagaimana proses produksi ? . Sistem produksi apa yang dipakai perusahaan ? . Berapa jumlah tenaga kerja ? . Berapa jam satu shift dan satu hari ada berapa shift ?. Berapa lama lead time produk ? Dan lain –lain. Observasi, dimana penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya terjadi serta hal

Page 55: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

53

– hal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Data – data yang didapat antara lain data waktu standart, alur dari proses produksi, jenis mesin, kondisi mesin, lay out pabrik dan lain – lain. Pengumpulan data yang didapat dari laporan atau catatan-catatan dari pabrik. Data – data yang diperoleh antara lain permintaan produk masa lalu, struktur produk, Bill of Material, data inventori dan lain – lain.

Adapun langkah – langkah Penelitian Dan Pengolahan Data nya adalah sebagai berikut : Studi Kepustakaan ; penyusun membaca literatur dan buku-buku yang berkaitan produktivitas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar penulis memperoleh gambaran tentang perencanaan produksi, seperti pengertian MRP II dan model-model pengukuran MRP II. Penelitian ke perusahaan yang dilakukan peneliti terhadap perusahaan yang dijadikan objek penelitian. Penulis melakukan penelitian di PT. SEMEN GRESIK Tbk. Mengidentifikasi pokok permasalahan yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah-masalah yang menjadi objek penelitian. Penentuan Tujuan ; Setelah merumuskan permasalahan, menentukan tujuan penelitian merupakan hal yang terpenting yang dapat memberi arahan yang jelas tentang pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data dari objek penelitian. Cara atau teknik yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data ini adalah: a. Interview merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Biasanya berupa data pembobotan terhadap kriteria yang akan diukur. b. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan pencatatan terhadap data asli perusahaan.

Pengolahan data dengan MRP II ; Setelah informasi-informasi yang mempengaruhi masalah-masalah yang terkait dengan sistem produksi yang diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan agar dapat lebih mudah untuk dipahami yang meliputi identifikasi penyebabnya dan mencari alternatif solusi yang baik. Evaluasi Sistem Produksi ; Melakukan analisa dan evaluasi terhadap sumber daya yang diperoleh dari pengolahan data dengan MRP II. Dengan melakukan evaluasi kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sistem produksi perusahaan,

sehingga kita dapat mengambil langkah perbaikan. Usulan perbaikan Sistem Produksi ; Data dari analisis selanjutnya merupakan masukan untuk dilakukannya perencanaan pengoptimalan sumber daya. Setelah dilakukan analisa, akan didapatkan perencanaan produksi periode mendatang. Hal ini digunakan sebagai acuan dalam merencanakan perbaikan rencana produksi periode selanjutnya. Kesimpulan ; Setelah diperoleh pemecahan masalah maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari hasil analisa dan memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil peramalan permintaan yang telah

didapat kemudian dijadikan Master Production Schedule ( MPS ) untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material dan penentuan kapasitas produksi yang dibutuhkan. Untuk tabel hasil perhitungan MPS produk yang dibahas dengan menggunakan lot size lot for lot dapat dilihat pada tabel 4.7. sehingga nilai MPS sama dengan actual demand. MPS yang menyatakan sebuah akhiran yang berupa outputan yang akan diproduksi dimana inputan dari MPS adalah rencana produksi yang merupakan actual demand, dalam proses ini sangat perlu sebuah peramalan karena pemenuhan produksi atas bahan baku yang mungkin harus dikendalikan serta pemenuhan permintaan secara make to order dan direncanakan agar sumber daya (bahan baku), dimana produksi sesuai dengan pesanan atau permintaan pelanggan yang bervariasi karena perusahaan memiliki jenis produk yang bervariasi dan tetap bisa dijaga keberadaannya mengingat bahan baku yang tersedia maksimal.

Rought Cut Capacity Planning (RCCP) mengukur kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan MPS. Apabila proses RCCP mengindikasikan bahwa MPS adalah layak, MPS akan diteruskan ke proses MRP guna menentukan bahan baku atau material yang dibutuhkan dalam perusahaan yang berorientasi pada kapasitas. Langkah pertama dalam melaksanakan RCCP adalah memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS yang hasilnya. Dari hasil RCCP diketahui bahwa setiap bulan mengalami kelebihan waktu terhadap beban kerja yaitu kebutuhan sumber daya yang seharusnya dijadwalkan sudah terpenuhi sebelum periode yang direncanakan oleh karena itu kelebihan waktu tersebut harus disesuaikan dengan setiap periode untuk memenuhi sumber

Page 56: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

54

daya tersebut. Setelah dilakukan perhitungan RCCP maka

akan dibahas mengenai MRP, dimana sistem MRP disusun dengan maksud untuk menjawab kapan, berapa banyak dan apa suatu material dibutuhkan secara tepat. MRP memang komplek pengelolaannya tetapi banyak memberikan keuntungan, seperti mengurangi persediaan dan biaya penyimpanan, memberikan informasi untuk mendukung tindakan yang tepat, baik pembatalan pesanan atau penjadwalan ulang. Metode yang dipakai untuk komponen bahan baku dalam perusahaan ini merupakan metode EOQ, sebagai perbandingan dari hasil MRP dengan menggunakan lot for lot dan FOQ. Perusahaan pada awal tidak punya on-hand inventory sedangkan didalam perhitungan dengan menggunakan metode EOQ terdapat penambahan dipersediaan awal dan akhir disetiap bulan dimana perusahaan tidak bisa memenuhi

kapasitas mesin dengan adanya permintaan yang cukup banyak, serta adanya pabrik yang tidak berfungsi (mesin-mesin produksi) juga tenaga kerja yang dikurangi. Dengan demikian perusahaan harus bisa mempertimbangkan kestabilan volume permintaan pelanggan melainkan sebaliknya dapat mempertahankan tingkat kestabilan inventory.

Sedangkan biaya yang akan digunakan dalam mengikuti volume bahan baku yang akan diproduksi, dengan melihat hasil dari perhitungan MRP setiap periode adanya penambahan kapasitas bahan baku yang akan menyebabkan biaya yang digunakan tidak optimal sehingga mengalami pembengkakan biaya produksi. Dari perhitungan perbandingan dengan menggunakan ketiga lot size terdapat biaya terkecil yang diperoleh dengan menggunakan metode LFL. Sementara perusahaan menggunakan metode EOQ yang hasilnya dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2. Analisa Biaya Pembelian Dan Inventory Teknik Lot Sizing

Frekuwensi Pemesanan

Biaya Produksi (Rp)

J u m l a h P e r s e d i a a n dalam (ton)

Biaya Simpan( Rp ) Biaya total (Rp)

LFL 144 7.140.866.164.000 0 0 7.140.866.146.000FOQ 144 7.140.866.146.000 695701970 386.581.484.800 7.527.447.649.000EOQ 141 6.992.098.119.000 26913219770 386.581.484.800 7.378.679.604.000

Dari analisa biaya di atas maka penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem MRP II ini sebesar : Rp. 7.378.679.604.000 – Rp. 7.140.866.164.000 = Rp. 237.813.440.000

Capacity Requirement Planning ( CRP ) membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan produksi pesan yang dihasilkan oleh sistem MRP. CRP menghitung beban pada setiap produksi dengan waktu yang telah tersedia dalam memproduksi per unit yang dihasilkan. Beban dalam CRP menggambarkan set up time yang dibuthkan dalam memproduksi per unit produk. Dalam menganalisa dengan memperoleh informasi tentang pesan produksi yang diperoleh dari perhitungan MRP, selanjutnya informasi tentang waktu – waktu tersebut digunakan untuk menghitung waktu aktual dengan memperhitungkan utilitas dan efisiensi. Dari analisa CRP diketahui bahwa terjadi kekurangan waktu disetiap bulan dikarenakan mulai awal sudah kita ketahui bahwa tenaga kerja, mesin serta bahan baku yang terbilang maksimal sehingga perusahaan tidak bisa menambah sumber daya secara menyeluruh dan perusahaan perlu melakukan penyesuaian sumber daya dengan cara mesin-mesin yang sempat berhenti difungsikan

kembali serta penambahan tenaga kerja untuk mengoptimalkan waktu produksi apabila terjadi kekurangan sumber data waktu. Selain itu juga pihak perusahaan mengadakan kerja sama antara pabrik semen yang ada di Gresik dengan yang ada di Tuban berupa pengiriman bahan baku setengah jadi agar target yang ditetapkan di pabrik semen yang ada di Gresik bisa tercapai.

KESIMPULAN Dari hasil penganalisaan permasalahan yang

ada, maka didapat kesimpulan bahwa Perencanaan produksi menetapkan tingkat output manufakturing secara keseluruhan untuk memenuhi tingkat permintaan dan inventori yang ada. Dengan strategi perencanaan, perusahaan menggunakan make to order dimana produksi sesuai dengan permintaan pelanggan atau target perusahaan. Dari evaluasi yang dilakukan mulai dari awal diketahui terjadi peningkatan kebutuhan bahan baku sebesar 3.920.653 ton / tahun yang dikarenakan target produksi terlalu tinggi dan sangat beresiko mengingat persediaan bahan baku yang maksimal, sedangkan perusahaan mengalami kekurangan sumber daya waktu sebesar 1528697,7 jam / periode untuk pemenuhan permintaan konsumen (penentuan target produksi) yang dikarenakan

Page 57: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

55

sumber daya waktu yang ada maksimal. Yang dilakukan perusahaan untuk pemenuhan

permintaan konsumen (target produksi) sangat beresiko melihat kapasitas sumber daya yang ada, khususnya bahan baku yang maksimal. Untuk pemenuhan kebutuhan sumber daya bahan baku (material) yang tepat adalah dengan melakukan perencanaan MRP, yang menunjukkan persediaan akhir dan awal yang terus mengalami peningkatan. Sedangkan biaya produksi yang akan digunakan mengikuti volume bahan baku yang akan diproduksi yang akan menyebabkan biaya yang digunakan tidak optimal sehingga mengalami pembengkakan biaya produksi. Dari perhitungan dengan menggunakan metode MRP II perusahaan dapat menghemat sebesar Rp. 237.813.440.000 serta adanya kerja sama dengan pabrik semen yang ada di Tuban yang akhirnya bisa menutupi kekurangan bahan baku di pabrik semen yang ada di Gresik sehingga bisa mencapai targetnya.

Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan sumber daya bahan baku (material) yang tersedia dengan mengukur standart produksi sehingga target produksi yang berdasarkan sumber daya yang ada menjadikan terpenuhinya permintaan pelanggan atau target perusahaan. Agar dapat mengatasi kebutuhan sumber daya waktu, perusahaan sebaiknya memperkirakan kapasitas mesin serta kapasitas sumber daya penunjang yang ada lainnya sehingga biaya produksi

DAFTAR PUSTAKAAssauri, Sofjan, 1980, “ Manajemen Produksi

“, Edisi ketiga, Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Assauri, Sofjan, 1980, Teknik dan Metoda Peramalan (Penerapannya Dalam Ekonomi dan Dunia Usaha), Edisi Satu, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Arman Hakim Nasution, 1999, Perencanaan dan Pengendalian Persediaan, Teknik Industri ITS.

Agus Ahyari,1986, Pengendalian Produksi buku I, BPE-Yogyakarta.

Box, George P. and Jenkins, GM., Time Series Analysis Forecasting and Control, Revised Edition, California, Hoden Day In,1976.

Donald J. Bowersox, Manajemen Logistik, PT. Bumi Aksara Jakarta.

Buffa, ES, 1991, “ Manajemen Produksi / Operasi “, Jilid I, Erlangga, Jakarta

Freddy Rangkuti, Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis ,PT.Raja Grafindo Persada Jakarta.

Gaspersz, Vincent, 1998, “ Production Planning And Inventory Control

Gaspersz, Vincent, Production Planning and Inventory Control – Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002

Hakim Nasution, Arman, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, PT. Candimas Metropole, Jakarta, 1999

Kusuma, Hendra, Manajemen Produksi – Perencanaan Pengendalian Produksi, ANDI, Yogya, 2002

Herjanto, Eddy, Manajemen Produksi dan Operasi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999

Nasution, Arhan Hakim, 1999, ” Perencanaan dan Pengendalian Produksi ”, Cetakan Pertama, Guna Widya, Jakarta

Setya, Ancan Gunawan, 2004, ” Perencanaan Produksi dengan Menggunakan Metode Chase Starategy dan Compromise di PT Sierrad Produce, Tbk ”, Skripsi, ITATS, Surabaya

Siswanto,1985, Persediaan Model dan Analisis, Andi Offset Yogyakarta

Sumayang, Lalu, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta, 2003

Triyanto, Bambang, 1991, ” Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ”, Effhar & Damara Press, Jakarta.

Zulian Yamit, Manajemen Produksi dan Operasi, Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Zulian Yamit, Manajemen Persediaan, Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Page 58: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

56

PENDEKATAN MANAGEMENT CONFLICT UNTUK PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Malikul AdilJurusan Teknik IndustriUniversitas Muhammadiyah Gresik

Email : [email protected]

Every manager these days face multifarious kinds of conflict problem, in their organization, In general people of opinion that that conflict always generate negative impact. Though, certain in a condition exactly conflict need for

the take of change and development of organization. Beside conflict, every manager face also the problem of change that happened or which need initiation in their organization, so that the organization ever can accomodate with their environment, which by taking place time and also take to change. Development Problem also represent one of problem which must be solved by manager, because not only organizations have to be developed, but also human being in the organization require to also involve in development of organization, in order to effort face rival and environmental demand. Conflict - change - and development its intention of development of organization or development of organization in its word meaning other interconnected one another. Despitefully factors obliging the existence of change and also development of organization, also known and comprehended by contemporary manager, because development and also change represent a cycle 0f inheren of organization. Studying change conflict management - development, obliging us to also to comprehend psychological aspects, and aspects of sosiologis, beside economic aspects related to him.

Key words : conflict, change, development, psychological, sosiologis, economic.

PENDAHULUAN .Setiap manajer dewasa ini menghadapi aneka

macam problem konflik, di dalam organisasi mereka masing-masing.Pada umumnya orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif. Padahal, dalam kondisi tertentu justru konflik perlu untuk kepentingan perubahan dan pengem bangan organisasi.

Di samping konflik, setiap manajer menghadapi pula masalah perubahan yang terjadi atau yang perlu sosialisasi di dalam organi sasi mereka, agar organisasi tersebut senantiasa dapat menyesuai kan dengan lingkungan mereka, yang dengan berlangsungnya waktu juga turut berubah.

Problem pengembangan juga merupakan salah satu problem pelik yang harus dipecahkan oleh para manajer, karena bukan saja organisasi-organisasi harus dikembangkan, tetapi pula manusia di dalam organisasi tersebut perlu pula diikutsertakan dalam pengembangan organisasi, dalam rangka usaha menghadapi pihak

saingan dan tuntutan lingkungan.Konflik — perubahan — dan pengembangan

(maksudnya pe ngembangan organisatoris atau pengembangan organisasi dalam arti kata seluas-luasnya) saling berkaitan satu sama lain.Adanya konflik menuntut adanya perubahan dan pengem bangan.Perubahan dan pengembangan tidak dapat dilepaskan dari timbulnya aneka macam konflik.

Setiap manajer yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.Pemahaman faktor-faktor tersebut lebih memudahkan tugas nya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi, dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif.

Di samping itu faktor-faktor yang mengharuskan adanya perubahan maupun pengembangan organisasi, perlu pula diketahui

Page 59: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

57

dan dipahami oleh setiap manajer kontemporer, karena perubahan maupun pengembangan merupakan suatu bagian yang inhaeren dari siklus kelangsungan setiap organisasi. Mempelajari manajemen konflik perubahan — pengembang an, mengharuskan kita untuk juga memahami aspek-aspek psiko logis, dan aspek-aspek sosiologis, di samping aspek-aspek ekonomi yang berkaitan dengannya.

HASIL DAN PEMBAHASANKonflik berarti adanya oposisi atau

pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organi sasi.

Mengingat adanya berbagai macam perkembangan dan per ubahan dalam bidang manajemen, maka adalah rasional untuk menduga akan t imbulnya perbedaan-perbedaan pendapat , ke yakinan-keyakinan serta ide-ide.

Di samping itu perlu pula diingat bahwa apabila orang-orang bekerja sama erat satu sama lain dan khususnya dalam rangka upaya mengejar sasaran-sasaran umum, maka cukup beralasan untuk mengasumsi bahwa dengan berlangsungnya waktu yang cukup lama, past i akan t imbul perbedaan-perbedaan pendapat antara mereka.

Mengingat bahwa konf l ik t idak dapat d ihindar i , maka ap proach yang baik untuk diterapkan para manajer adalah pendekat-an mencoba memanfaa tkan konf l ik demikian rupa , h ingga t epa t se r t a e fek t i f un tuk mencapa i sa sa ran- sasa ran yang d i inginkan.

Pendeka tan konf l ik sebaga i bag ian normal dar i pe r i l aku dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempromosi dan men-capai perubahan-perubahan yang dikehendaki.

Pola konflik menurut G.R. TERRY1. Konfl ik biasanya mengikut i suatu pola yang teratur, yang terdiri dari empat macam tahapan.Pertama: timbul suatu krisis tertentu.Di s in i t e r l iha t adanya bahaya po tens ia l te r tentu . Mereka mengancam pengoperasian secara harmonis serta eksistensi organi sasi yang bersangkutan.Mulai terlihat pertentangan paham secara serius.

Kedua: gejala eskalasi ketidaksesuaian paham terjadi.Konf l ik yang ber langsung, mula i menar ik perha t ian p ihak manajemen. Dirasakan perlu adanya t indakan-t indakan korektif tertentu, walaupun pada tahapan ini hal tersebut tidak diduga.Ketiga: konfrontasi menjadi pusat perhatian.Pada tahapan ini konfrontasi menjadi pusat perhat ian . Hal te rsebut menyebabkan d iadakannya pembicaraan-pembicaraan antara para manajer yang menduduki peringkat lebih tinggi. Pada t a h a p a n i n i b i a s a n y a d i s a m p a i k a n j a n j i - j a n j i u n t u k m e n e l i t i keluhan-keluhan yang ada, dan kemudian orang mulai menyusun sebuah rencana untuk tindakan selanjutnya.Keempat: krisis selanjutnya dialihkan dalam arti.Dilakukan penel i t ian tentang apakah keluhan-keluhan yang disampaikan dapat dibenarkan atau t idak. Dipersoalkan proses prosedur-prosedur yang diusulkan untuk kemudian diambi l ke putusan penerimaan atau penolakan.2. Menghadapi Konflik

Apabi la k i ta ( sebaga i p ihak p impinan) menge tahui adanya sesuatu konfl ik , maka sebaiknya per tama-tama ki ta mengetahui eks is tensinya, dan kemudian per lu ki ta mengident i f ikas i orang- orang yang berhubungan dengannya.

Perlu kita meneliti pikiran orang-orang lain, guna mendapatkan kepastian siapa mereka itu, dan janganlah kita beranggapan bahwa kita telah mengetahuinya.

Tabel 1. Sebuah Kontinum Konflik

Menang atau Kalah

Berada di antaranya

Melakukan Kompromis

Berpegang teguh pada pendirian

Struktur organ-isasi berubah

Doronglah pola interaksi

Tindakan ber-dasarkan tujuan-tujuan sendiri

Manfaatkanlah interdependensi

pekerjaan-pekerjaan

Carilah pemeca-han dan jangan menekan pihak

lainMenyalahkan pihak lain atas kegagalan atau kesulitan

Praktekkanlah upaya menghin-

dari

Pandanglah situasi dan

problem secara luas

Page 60: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

58

Upayakanlah untuk mencapai keuntungan khusus untuk saudara sendiri

Ubahlah susunan dan isi

pekerjaan

Berilah keper-cayaan ke pada

pihak lain

Ancam dan makilah pihak lain

Terapkanlah latihan keter-ampilan antar perorangan

Janganlah mengambil

posisi inisial

Kita dapat mengasumsi sesuatu kemenangan, sesuatu kekalah an, a tau sesuatu kompromis atau sebuah prof i l antara sepert i ditunjukkan pada skema kita.3. Lokasi Konflik

Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelom pok-kelompok dan antara organisasi-organisasi.Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan satu sama lain, dan mereka tidak pernah berkompromi, dan masing-masing menarik kesimpulan-kesimpulan berbeda-beda, dan apabila mereka cen-derung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul nya konflik tertentu.Pola umum yang berkembang adalah sebagai berikut:

Persepsi A tentang per i laku B terhadap A mempengaruhi reaksi A (rencana-rencananya serta intensinya) terhadap B. Se baliknya hal tersebut ditafsirkan oleh B sesuai dengan rencana -rencana serta intensi B terhadap A, dan hal tersebut mempenga-ruhi reaksi B terhadap A.

Dengan perkataan lain: persepsi memainkan peranan penting dalam pembentukan dan pemeliharaan posisi-posisi konflik. Konflik kelompok bersifat umum, dan hal tersebut mungkin lebih penting dalam bidang manajemen. Konflik macam ini biasanya t imbul dalam kondisi-kondisi berikut:

dianutnya nilai-nilai baru oleh anggota-1. anggota kelompok ter tentu;sebuah kesulitan atau problem baru, 2. dihadapi oleh kelompok di mana para anggotanya mempersepsinya dengan cara-cara yang berbeda-beda;peranan seorang anggota di luar 3. kelompok tersebut bertentang an dengan peranan anggota tersebut di dalam kelompok itu.

Adakalanya konflik yang timbul, demikian kuat, hingga ke lompok semula terpisah menjadi dua buah kelompok yang ber saingan dan yang bertentangan satu sama lain.

Dan biasanya ter l ihat geja la bahwa sasaran-sasaran yang berkonflik adalah demikian rupa, hingga masing-masing kelompok dalam upaya mereka mencapainya, ser ingkal i mengorbankan kelompok lain.

Seseorang manajer yang bijaksana, yang menghadapi konflik kelompok, akan berupaya untuk menyebarkan keterangan yang menguntungkan mengenai kelompok tertentu kepada kelompok lain (agar mereka lebih mengenal satu sama lain).

la dapat pula berupaya untuk menggantikan anggota-anggota kelompok yang satu dengan anggota-anggota kelompok lain (agar supaya dengan demikian mereka dapat lebih memahami dan meng hayati bagaimana kelompok lain itu berpikir dan berperilaku).

Apabila mungkin, is harus pula menunjukkan pihak yang perlu dilawan bersama-sama yang kiranya mengancam kelangsungan hidup kedua kelompok yang ada (dan menyatakan pernyataan bahwa hanya dengan jalan bersatu mereka dapat bertahan).

Selanjutnya dapat d ikatakan pula bahwa ada pula konf l ik yang t imbul antara organisasi-organisasi . Sering diketemukan adanya konflik-konflik intra-organisatoris, maupun konflik-konflik ekstra-organisatoris.4. Konflik Didalam Organisasi-organisasi

Konfl ik muncul , apabi la terdapat adanya ket idaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran te r ten tu dan/a tau te rdapat adanya antagonisme-antagonisme emosional.

Konfl ik-konfl ik substantif ( Substantive Confl icts ) meliputi ketidaksesuaian paham tentang hal-hal seperti misalnya: tujuan-tujuan, alokasi sumber-sumber daya, distribusi imbalan imbalan, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedur, Berta penugasan pekerjaan.

Konflik-konflik emosional (Emotional Conflicts) tim bul karena perasaan-perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidak senangan, takut dan sikap menentang, maupun

Page 61: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

59

bentrokan-bentrok an kepribadian. Kedua macam bentuk konflik yang

dikemukakan merupakan hal yang tidak. dapat dihindari pada organisasi-organisasi.

Perlu diingat bahwa apabila konflik-konflik dapat dimanaje dengan ba ik , mereka amat bermanfaa t da lam hal memajukan kreativitas dan inovasi.5. Konflik Destruktif

Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu atau individu-individu dan atau organisasi atau organisasi-organisasi yang terlibat di dalamnya. Konflik demikian misalnya terjadi, apabila dua orang karya-wan tidak dapat bekerja sama karena terjadi sikap permusuhan an ta r pe ro rangan an ta ra mereka ( sebuah konf l ik emos iona l destruktif) atau apabila anggota-anggota sebuah komite t idak dapat bertindak, karena mereka tidak dapat mencapai persesuaian paham tentang tujuan-tujuan kelompok (sebuah konfl ik yang substantif destruktif).

Ada banyak keadaan, di mana konfl ik dapat menyebabkan orang yang mengalaminya mengalami goncangan ( j iwa), bagi mereka yang mel iha t ke jad iannya , dan bag i o rgan isas i a tau subunit-subunit di mana situasi konflik terjadi, hal tersebut akan menghambat operasi-operasinya.

Sangat t idak menyenangkan misalnya, untuk berada daiam bidang kerja sama, di mana dua orang rekan sekerja terus-menerus menunjukkan sikap bermusuhan mereka satu sama lain.

Ada macam-macam kerugian yang ditimbulkan karena konflik des t rukt i f , misalnya beberapa di antara kerugian yang dapat dialami orang-orang yang terlibat di dalamnya meliputi hal-hal berikut:

perasaan cemas/tegang (stress) yang 1. tidak perlu, atau yang mencekam;komunikasi yang menyusut;2. persaingan yang makin menghebat;3. perhatian yang makin menyusut terhadap 4. tujuan bersama.

Konflik-konflik destruktif yang t imbul secara menyeluruh dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas individu-individu, kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi , karena terjadi gejala menyusutnya

produktivitas dan kepuasan.6. Konflik Kon struktifLain kisahnya, apabila ki ta berbicara tentang konfl ik kon struktif. Maka Konflik ini justru menyebabkan timbulnya keuntungan -keuntungan dan bukan kerugian-kerugian bagi individu (atau individu-individu) dan atau organisasi (atau organisasi-organisasi) yang terlibat di dalamnya.Adapun keuntungan yang dapat dicapai dari konflik demikian adalah:

Kreativitas dan inovasi yang meningkat.1. Akibat adanya konflik, orang-orang berupaya agar mereka melaksanakan pekerjaan mereka atau mereka berperilaku dengan cara-cara baru yang lebih baik.

Upaya yang meningkat (intensitasnya).2. Konflik dapat menyebabkan diatasinya perasaan apatis dan is dapat menyebabkan orang-orang yang terlibat dengannya bekerja lebih keras.

Ikatan (kohesi) yang makin kuat.3. Konflik yang terjadi dengan pihak ”luar”, dapat menyebabkan diperkuatnya identi tas kelompok, diperkuatnya ikatan (kohesi) dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.

Ketegangan yang menyusut.4. Konflik dapat membantu menyusutnya ketegangan-ketegangan antar pribadi, yang apabila tidak demikian, di “tabung” hingga hal tersebut menyebabkan timbulnya stress.

7. Memahami Situasi-situasi KonflikPenanganan situasi-situasi konflik secara

berhasil, memerlukan kemampuan untuk memahami proses-proses serta elemen-elemen yang melandasinya.Perhatikan misalnya contoh berikut:

Presiden sebuah perusahaan kecil, berkeinginan untuk secepat-nya mengin t roduks i sebuah s i s tem penyusunan a rs ip dengan bantuan komputer rnikro. Tetapi, pimpinan bagian akunting, tidak dapat menyetujui ide tersebut..Jadi , dengan demikian ter l ihat adanya perbedaan pendapat an ta ra kedua be lah p ihak , sehubungan dengan kemungk inan perubahan prosedur-prosedur.

Pres iden perusahaan te rsebut da lam kasus in i merupakan pihak yang prinsipal dalam konflik yang terjadi.

Page 62: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

60

la juga merupakan pihak atasan pihak prinsipal lain, dipandang dari segi organisatoris.Ada sa ja kemungkinan bahwa akuntan te rsebut merasa te r ancam karena cara-cara Presiden perusahaan tersebut menangani situasi yang berkembang.

Konflik yang timbul mungkin bersifat konstruktif dalam hal mengambi l keputusan te rba ik un tuk kepent ingan perusahaan tersebut , a tau ia dapat menjadi des t rukt i f karena ter jadi s ikap ”permusuhan” dengan seorang karyawan utama.Faktor-faktor kunci yang perlu dipertimbangkan pada setiap situasi konflik adalah:

perbedaan-perbedaan tentang fakta-fakta: -perbedaan-perbedaan tentang metode--metode:perbedaan-perbedaan tentang tujuan-tujuan:-perbedaan-perbedaan tentang nilai-nilai.-

P e r h a t i k a n s e l a n j u t n y a t a b e l b e r i k u t y a n g m e n u n j u k k a n konflik antara Presiden

perusahaan kecil yang telah dikemukakan dengan pimpinan departemen akuntansi.

Setelah kita mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada, maka a lasan-a lasan untuk mereka dapat d icar i , h ingga dengan demikian dapat disusun tindakan-tindakan untuk mengatasinya.

Mari lah kasus yang dikemukakan ki ta pelajar i kembal i , dan k i t a akan memperha t ikan t i ndakan - t i ndakan mana je r i a l yang memil iki potensi guna mengatasi konfl ik yang ada dengan cara konstruktif.1 .Un tuk menye le sa ikan pe rbedaan -

pe rbedaan t en t ang f ak t a fakta.Informasi yang diperoleh per lu dibagikan: harus di lakukan t indakan untuk mengecek val id i tas data ; lebih banyak data perlu dikumpulkan dari sumber-sumber luar yang dipercayai.

2.Untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan tentang metode metode.

Sasaran-sasaran umum perusahaan perlu diingat; perbedaan paham yang sedang berlangsung harus dianggap sebagai per-bedaan-perbedaan tentang alat-alat, dan bukanlah perbedaan tentang tujuan-tujuan; alternatif-alternatif lain di luar sistem yang diotomatisasi, yang diusulkan perlu dipelajari.3.Guna menyelesaikan perbedaan-

perbedaan tentang tujuan tujuan.Tujuan-tujuan sang presiden

perusahaan dan sang akuntan, pimpinan bagian atau departemen akuntansi perlu dijelaskan; masing-masing tujuan perlu diperbincangkan, dan apabila perlu harus direvisi relatif dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang

Page 63: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

61

bersangkutan.4.Guna menyelesaikan perbedaan-perbedaan

tentang nilai-nilai. Sang presiden perusahaan dan sang akuntan harus saling me mahami (share) nilai-nilai mereka tentang fungsi-fungsi pe nyimpanan arsip; perlu diupayakan untuk mengetahui di mana wilayah tumpang tindihnya nilai-nilai dan yang mengandung konsistensi-konsistensi tertentu.Andaika ta t indakan- t indakan seper t i

t e lah d ikemukakan berhasil , maka konflik orisinal yang timbul, mungkin akan ber sifat konstruktif bagi perusahaan yang bersangkutan.

Mungkin sebagai hasil, akan diinstalasi sebuah sistem komputer baru, yang menyebabkan timbulnya penghematan biaya.

Atau mungkin sistem ”manual” dipertahankan, hingga dengan demikian kekeliruan ”yang mahal biayanya” dapat dihindari.

Apapun keputusan yang diambil, pemahaman situasi konflik dengan baik, akan menyebabkan bahwa terpenuhi kepentingan terbaik bagi perusahaan yang bersangkutan.

Ada cara la in untuk menganal is is konf l ik , yai tu menurut tahapan melalui apa konflik tersebut berkembang. Perhatikan gambar 1 berikut.

Apabila kondisi-kondisi demikian terdapat , maka tersedia l ahan subur un tuk berkernbangnya konf l ik . Adanya kondis i -kondisi tersebut, menunjukkan situasi di mana terdapat potensi konflik tinggi.

Apa yang d inamakan ”konf l ik yang d ibayangkan” (Pe rce ived Conf l i c t ), terjadi, sewaktu anteseden-anteseden yang dianggap sebagai dasar bagi t imbulnya perbedaan-perbedaan substantif atau emosional antara orang-orang, diketahui.

Sudah tentu, harus diakui, bahwa persepsi tersebut mungkin dirasakan atau tidak oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya

Apabila. konflik dirasakan, maka ia mencapai makna dalam arti bahwa cukup

banyak tegangan yang terdapat, hingga muncul keinginan untuk mengurangi perasaan yang kurang menyenang kan itu.

Adakalanya, orang-orang merasakan adanya konflik, tetapi, mereka t idak menge tahu i dengan pas t i apa sumber a t aupun penyebabnya.

Konflik yang dinyatakan secara terbuka, dikatakan sebagai konflik yang memanifestasi diri. Sebuah konf l ik mani fes , dapat d ia tas i , da lam ar t i bahwa kondisi-kondisi

Page 64: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

62

anteseden diperbaiki , di tekan, hingga dengan demikian tidak ada perubahan dalam kondisi-kondisi anteseden, dan perilaku konflik dikendalikan.

Akhirnya, basil tentang bagaimana konflik tertentu ditangani, dapat mempengaruhi konflik-konflik masa mendatang. Konflik-konflik yang t idak diatasi, akan berkembang inten-sitasnya, dan ia akan menimbulkan konflik-konflik masa yang akan datang sehubungan dengan persoalan-persoalan yang serupa.

Pemecahan konf l ik sebenarnya , menyebabkan t imbulnya kondisi-kondisi yang mengurangi potensi untuk konflik-konflik pada masa mendatang, yang serupa sifatnya dan ia juga menyedia kan landasan bagi konfl ik-konfl ik la innya untuk diatasi a tau dipecahkan dengan cara yang konstruktif.8. Penyelesaian Konflik (Conflict Resolution).

Konflik dapat dihadapi dengan cara:bersikap tidak acuh terhadapnya:-menekannya atau-menyelesaikannya.-

Sikap tidak acuh berarti bahwa tidak adanya upaya langsung untuk menghadapi sebuah konflik yang telah termanifestasi.

Maka, dalam keadaan demikian, konflik dibiarkan berkembang men jad i sebuah kekua tan kons t ruk t i f a t au sebuah kekua tan destruktif.

Menekan sebuah konflik yang terjadi, (Suppression), me nyebabkan menyusutnya dampak konflik yang negatif, tetapi is t idak mengatasi , a taupun meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik tersebut.

l a hanya merupakan sebuah pemecahan semu (Surface Solution), yang menyebabkan kondisi-kondisi anteseden, yang merupakan penyebab orisinal terjadinya konflik tetap ada.

Penyelesa ian konf l ik (Conflict Resolution) hanya terjadi, apabila alasan-alasan latar belakang terjadinya sesuatu konf l ik d i t iadakan dan t idak d is i sakan kondis i -kondis i yang menggantung atau antagonisme-antagonisme untuk penyebab timbulnya lagi konflik pada masa mendatang.1. Aneka macam gaya manajemen konflik.

Gaya atau pendekatan seseorang dalam hal menghadapi sesuatu situasi konflik dapat diterangkan sehubungan dengan tekanan relatif atas apa yang dinamakan

”Cooperativeness” dan ”Assertiveness”. ”Cooperativeness” adalah keinginan untuk memenuhi ke butuhan dan minat pihak lain. ”Assertiveness” adalah keinginan untuk memenuhi keingin an dan minat diri sendiri.Perhatikan gambar berikut yang menunjukkan lima macam gaya manajemen konflik dan timbul karena aneka macam ke inginan yang disebut sebelumnya dalam situasi-situasi konflik.

Adapun gaya dan intensi yang diwakili masing-masing gaya sebagai berikut:1. Tindakan menghindari

Bersikap tidak kooperatif, dan tidak asertif; menarik din dan situasi yang berkembang, dan atau bersikap netral dalam segala macam ”cuaca”

2. Kompetisi atau komando otoritatifBersikap tidak kooperatif, tetapi asertif; bekerja dengan cara menentang keinginan pihak lain, berjuang untuk mendominasi dalam suatu situasi “menang-atau-kalah”, dan atau memaksa kan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.

3. Akomodasi atau meratakanBersikap kooperatif, tetapi tidak asertif; membiarkan keingin an pihak lain menonjol; meratakan perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diciptakan secara buatan.

Page 65: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

63

4. KompromisBersikap cukup kooperatif dan asertif, tetapi tidak hingga tingkat ekstrim. Bekerja menuju ke arah pemuasan kepenting an parsial semua pihak yang berkepentingan; melaksanakan upaya tawar-menawar untuk mencapai pemecahan-pemecahan “akseptabel” tetapi bukan pemecahan optimal, hingga tak seorang pun merasa bahwa is menang atau kalah secara mutlak.

5. Kolaborasi (kerjasama) atau pemecahan masalah

Bersikap kooperatif, maupun asertif; berupaya untuk men capai kepuasan benar-benar setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada; mencari dan memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasilnya.

KESIMPULANDalam gaya manajemen konflik seperti

dilukiskan pada gambar sebelumnya, menunjukkan hasil-hasil yang berbeda-beda

Mereka terutama menunjukkan perbedaan dalam hal me nimbulkan hasil:

1. kalah-kalah;2. menang-kalah;3. menang-menang.

Hal tersebut adalah penting, oleh karena penyelesaian konflik yang baik hanya terjadi dalam kasus ”menang-menang”.

Konflik ”kalah-kalah”.1. Konflik kalah-kalah terjadi, apabila tak

seorang pun di antara pihak yang terlibat mencapai keinginannya yang sebenarnya, dan alasan-alasan mengapa terjadinya konflik tidak mengalami per ubahan.

Sekalipun sebuah konflik kalah-kalah seakan-akan terselesai kan atau memberi kesan lenyap untuk sementara waktu, is mem-punyai tendensi untuk muncul kembali pada masa mendatang.

Hasil kalah-kalah, biasanya akan terjadi, apabila konflik di manaje dengan sikap menghindari, akomodasi, meratakan dan atau melalui kompromis.

Sikap menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tiadanya perhatian (Non Attention). Setiap orang berpura-pura seakan akan konflik tidak ada dan mereka hanya berharap bahwa konflik tersebut

akan terselesaikan dengan sendirinya.Akomodasi atau meratakan menekan perbedaan-perbedaan antara pihak yang berkonflik, dan menekankan persamaan-per samaan dan bidang-bidang kesepakatan. Koeksistensi damai melalui diakuinya kepentingan bersama, merupakan tujuan yang ditekankan. Tindakan meratakan (Smoothing), mungkin sekali tidak menghiraukan esensi real konflik tertentu.

”Marilah kita berkompromi (di negara kita ”musyawarah untuk mencapai mufakat”) seringkali terdengar sebagai ungkapan dalam situasi konflik. Kompromis akan terjadi, apabila dibuat akomodasi demikian rupa, hingga masing-masing pihak yang berkonflik, mengurbankan hal tertentu yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai.

Maka, akibatnya adalah bahwa tidak ada sate pihak pun yang mencapai keinginan mereka sepenuhnya, dan diciptakan kondisi kondisi anteseden untuk konflik-konflik yang mungkin akan muncul pada masa yang akan datang.

Konflik “Menang-Kalah”.2. Pada konflik “menang-kalah”, salah satu

pihak mencapai apa yang diinginkannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain.Hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya persaingan, di mana orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keteram pilan yang superior, atau karena unsur dominasi.

la juga dapat merupakan hasil dari komando otoritatif, se waktu seorang otoritas formal mendiktir sebuah pemecahan dan kemudian dispesifikasinya apa yang akan dicapai dan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa.

Andaikata figur otoritas tersebut merupakan pihak aktif di dalam konflik yang berlangsung, maka kiranya mudah untuk meramalkan siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa yang akan kalah. Mengingat bahwa strategi-strategi menang-kalah juga tidak memecahkan kausa pokok terjadinya konflik, maka kiranya pada masa mendatang konflik-konflik akan muncul lagi.

Konflik ”Menang-Menang”.3. Konflik ”menang-menang” diatasi dengan

jalan menguntung kan semua pihak yang terlibat dalam konflik yang bersangkutan.

Hal tersebut secara tipikal dicapai, apabila

Page 66: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

64

dilakukan konfron tasi persoalan-persoalan yang ada, dan digunakannya cara pe mecahan masalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan pandangan.

Pendekatan positif tersebut terhadap konflik berkaitan dengan perasaan pada pihak-pihak yang sedang berkonflik bahwasa ada sesuatu hal yang salah, dan hal itu perlu mendapatkan perhatian.

Kondisi-kondisi ”menang - menang” meniadakan alasan - alasan untuk melanjutkan atau menimbulkan kembali konflik yang ada, karena tidak ada hal yang dihindari ataupun ditekankan. Semua persoalan-persoalan yang relevan diperbincangkan dan dibicarakan secara terbuka. Batu uji akhir untuk menilai sesuatu pemecahan menang-menang, adalah apakah pihak yang turut berpartisipasi di dalam konflik tersebut, bersedia bercakap-cakap satu sama lain.

Saya menginginkan sebuah pemecahan 1. yang sekaligus men capai tujuan-tujuan saudara dan tujuan-tujuan saya sendiri, dan yang dapat diterima oleh.kita bersama.

2. Adalah tanggung jawab kolektif kita untuk bersikap .terbuka, dan jujur tentang fakta-fakta, pendapat-pendapat dan perasa an-perasaan.Pemecahan masalah dan kerja sama

(kolaborasi) merupakan pendekatan yang paling berhasil untuk mengatasi konflik.

DAFTAR PUSTAKAAdizes, Ichak, How to Solve The Mismanagement,

MDOR Institute, Los Angeles, 1980.Bechard R., Organization Development,

Strategy and Models, Addison Wesley Publ. Company, Reading Mass. , 1969.

Bennis, W.G.; K.D. Benne, R. Chin (eds.), The Planning of Change, Holt, Rinehart & Winston, New York, 1961.

Bere l son , Berna rd , Gary A . S te ine r, Human Behavior: An Inventory of Scientific Findings, Harcourt Brace & World, New York, 1985.

Bergen, Garret L., William V. Haney, Organization Relations and Management Action, Mc. Graw-Hill Book Com pany, New York, 1966.

Blanchard, K., Management of Organizational Behavior, 4th. edition, Prentice Hall of

India, Private Ltd., New Delhi, 1983.Coleman, James S . , Communi ty

Conf l i c t , The Free Press, New York, 1957.

Cohen, Alan R., Stephen L Fink, Herman Gadon, Robin D. Wilits, Effective Behavior in Organizations, Richard D. Irwin Inc., Homewood Illinois, 1980.

Dwivedi , R.S. , Human Relat ions and Organizat ional Behavior, Oxford & IBH Publishing Co., New Delhi, 1979.

Flippo, Edwin B., Personnel Management, Mc. Graw-Hill International Book Company, Singapore, 1982.

Gregor, MC., The Human Side of Enterprise, Mc. Graw- Hill, New York, 1960.

Herbert, Theodore T., Dimensions of Organizational Behavior, Mac Millan Publishing Company, Inc., New York,

Herzberg, Frederich, Bernard Mausner, B. 1976.

Hicks, Herbert G., The Management of Organzations, A Systems and Human Resources Approach, 2-nd. edition, Mc. Graw-Hill Book Company, New York, 1972.

Koontz, Harold, Heinz Weichrich, Management, Mc. Graw-Hill International Editions, Singapore, 1988.

Krech, David , Richard S. Crutchf ie ld , Eger ton L. Ballachay, The Individual in Society, Mc. Graw Hill Book Company, New York, 1962.

Likert, Rensis, The Human Organization, Mc. Graw-Hill, Book Company, New York, 1967.

Maier, Norman R.E., Psychology in Industry, 3-d. editi on, Houghton Company, Boston, 1965.

Maslow, H., Eupsychian Management, Richard D. Irwin, Homewood, Illinois, 1965.

Massie, Joseph H., John Doublas, Managing, Prentice Hall of India Ltd., New Delhi, 1975.

Michael, Stephen R., Hasley R. Jones, Organization Management, Intext, Educ. Publishers, New York, 1973.

Munn, Norman L., Psychology, 5-th. edition, Houghton Mifflin Company, Boston, 1964.

Osborn, Alex, Creative Thinking, Claphman and Hall, London, 1958.

Ouchi, William, Theory Z - How American

Page 67: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

65

Business can meet the Japanese Challenge, Addison Wesley, Publishing Company, Reading, Mass., 1981.

Pasca le , Richard Tanner, Anthony G. Athos , The Art of Japanese Management, Simon and Schuster, New York, 1981.

Robbins, Stephen P. Managing Organization Conflict, Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J., 1974.

Rotshild, William E, How To Gain ( and mantain) The Competitive Advantage n Business, Mc. Graw i-Hill Book Company, New York, 1984.

Selye, Hans, The Stress of Life, Mc. Graw-Hill Book Com- pany, New York, 1956.

Sherif, Muzafer, Carolyn W. Sherif, Groups in Harmony andTensions, Octagon, New York, 1966.

Sisk, Henry L. Management and Organization, 3-d. edi- tion, South Western Publishing Company, Cincinnatti, 1977.

Stoner, James A.F., Charles Wankel, Management, 3-d. edition, Prentice Hall International Inc., London, 1986.

Sutermeister, R.A., People and Productivity, Mc. Graw- Hill Book Company, New York, 1963.

Viteles, Morris S., Motivation and Morale, in Industry, W.W. Norton, New York, 1953.

Page 68: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

INDEK SUBJEK

Volume

M A T R I KJurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi

ISSN 1693 - 5128Nomor VII 1, September 2009

Aanalysis factoranalisis hirarkianalitycal hierarchy process

Cchangecleaner productionconfict

Ddesigndevelopmentdominant factor

Eeconomic

F faktor

I identify attribute of quality

K kualitaskontribusi teknologi

Mmanufacturing resources planning MRP II

PPPICpsychological

Sservice Quality sosiologis

Ttaguchi teknometrik

Page 69: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

M A T R I KJurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi

ISSN 1693 - 5128

Petunjuk Penulisan Naskah

Lingkup JurnalMATRIK adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Teknik Industri - Universitas Muhammadiyah Gresik sebagai wahana publikasi karya ilmiah atau penelitian, dibidang Manajemen, Teknik Industri dan Produksi.

BahasaBahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah adalah bahasa Indonesia dan Inggris yang baku.

Susunan NaskahUrutan naskah dimulai dari judul, abstraksi atau abstract, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Petulisan tanpa menggunakan nomor sub judul.Judul menunjukkan isi, ditulis bold dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Dibawah judul dicantumkan nama penulis tanpa gelar kesarjanaan, instansi asal penulis dan email.Abstraksi atau abstract memuat permasalahan, metodologi dan hasil yang ditulis sebanyak 200 – 300 kata dan dilengkapi dengan keywords atau kata kunci sebanyak 3 – 6 kata yang dituliskan dibawahnya.Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, metodologi, tanpa sub judul. Penulisan sumber referensi dalam teks dengan cara menuliskan didalam kurung : nama akhir penulis dan tahun penerbitan dan nomor halaman dapat dituliskan jika dipandang perlu. Contoh : (Andesta, 2006 : 114), (Andesta, 2006 ; Deny : 2005) Metode berisikan langkah-langkah penyelesaian penelitian.Hasil dan pembahasan menguraikan hasil analisa kualitatif dan / atau kuantitatif dengan menekankan pada jawaban atas permasalahan.Kesimpulan berisi pernyataan singkat tentang hasil yang disarikan dari pembahasan dan menjawab tujuan. Saran dapat dituliskan pada bagian akhir setelah kesimpulan.Daftar Pustaka disusun berdasarkan alphabet sesuai nama akhir penulisnya (tanpa gelar akademik) baik untuk penulis asing ataupun penulis Indonesia.Contoh :

Buku : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul 1. buku, jilid, edisi, nama penerbit, kota.Majalah : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul 2. tulisan, nama majalah, edisi, nama penerbit, kota.Jurnal : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), judul tulisan, 3. nama jurnal, volume, nomor, tahun, nomor halaman.

Teknik PenulisanPengetikan naskah menggunakan jarak 1 spasi, lebar kertas 21 X 29,7 cm (A4), panjang tulisan 15 – 20 halaman. Jenis huruf Times New Roman : judul : 14 pt, isi : 11 pt, abstrak : 10 pt dan nama table / gambar : 11 pt. Margin penulisan : atas 2.5 cm, kiri 2.5 cm, bawah 3.5 cm, kanan 2 cm, tanpa footnote. Gambar merupakan gambar digital (hasil scanner) menyatu dengan teks. Penomoran untuk table (diatas table), gambar (dibawah gambar) dengan normor urut.

Pengiriman NaskahNaskah dikirim ke redaksi disertai dengan softcopy dan belum pernah dimuat dalam penerbitan lain.

Page 70: M A T R I K ISSN 1693 - 5128 - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/16/jipptumg--volumeviin-800-1-volume... · dalam cleaner production : proses produksi cao deny andesta

Program Studi Teknik IndustriUniversitas Muhammadiyah Gresik