bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada ruang lingkup dunia pertanian, tidak luput dengan adanya aktivitas- aktivitas di persawahaan yang dilakukan oleh para petani, diantaranya adalah pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen, perontokan padi dan penggilingan padi sendiri. Disini peneliti berfokus kepada kegiatan atau aktivitas perontokan padi terutama rol yang bergerigi yang berfungsi untuk merontokkan padi oleh para petani. Pada umumnya para petani beranggapan bahwa semakin tinggi harga sebuah mesin perontok padi maka semakin baik pula kualitas mesin perontok padi itu sendiri. Disisi lain para petani ingin meningkatkan performansi yang baik, para petani juga menginginkan rol bergerigi pada mesin perontok padi tersebut bisa meningkatkan output yang lebih tinggi dibandingkan dengan rol bergerigi yang lama. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani adalah rendahnya output mesin perontok padi pada rol bergerigi sehingga performansi mesin tersebut rendah dengan biaya energi mesin yang tidak murah.Alat bantu perontok padi sering kita temui di areal-areal penduduk yang notabenenya adalah penduduk yang mata pencahariannya adalah bertani. Dalam mengatasi permasalahan diatas perlu diadakannya solusi yakni dengan menggunakan disiplin ilmu yang tepat dan salah satu metode yang peneliti ambil adalah dengan menggunakan metode rekayasa nilai (Value Engeneering), pada rekayasa nilai yakni dengan pendekatan menganalisa nilai terhadap fungsi prosesnya yang ditempuh adalah memilih dan menentukan alternatif rol bergerigi yang paling baik sehingga menghasilkan produk alat perontok padi yang mempunyai performansi yang baik.Oleh karena itu pemodivikasian yang peneliti lakukan diharapkan akan mampu meningkatkan performansi atau output yang optimal yakni dengan memperbanyak gerigi, memperpanjang gerigi, mengurangi gab pada gerigi, memperkecil roda belt, memperpanjang rol, memperbesar diameter rol yang sebelumnya, maka dengan 1

Upload: phungthuy

Post on 12-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada ruang lingkup dunia pertanian, tidak luput dengan adanya aktivitas-

aktivitas di persawahaan yang dilakukan oleh para petani, diantaranya adalah

pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen, perontokan padi dan

penggilingan padi sendiri. Disini peneliti berfokus kepada kegiatan atau aktivitas

perontokan padi terutama rol yang bergerigi yang berfungsi untuk merontokkan

padi oleh para petani.

Pada umumnya para petani beranggapan bahwa semakin tinggi harga

sebuah mesin perontok padi maka semakin baik pula kualitas mesin perontok padi

itu sendiri. Disisi lain para petani ingin meningkatkan performansi yang baik, para

petani juga menginginkan rol bergerigi pada mesin perontok padi tersebut bisa

meningkatkan output yang lebih tinggi dibandingkan dengan rol bergerigi yang

lama. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para petani adalah rendahnya

output mesin perontok padi pada rol bergerigi sehingga performansi mesin

tersebut rendah dengan biaya energi mesin yang tidak murah.Alat bantu perontok

padi sering kita temui di areal-areal penduduk yang notabenenya adalah penduduk

yang mata pencahariannya adalah bertani. Dalam mengatasi permasalahan diatas

perlu diadakannya solusi yakni dengan menggunakan disiplin ilmu yang tepat dan

salah satu metode yang peneliti ambil adalah dengan menggunakan metode

rekayasa nilai (Value Engeneering), pada rekayasa nilai yakni dengan pendekatan

menganalisa nilai terhadap fungsi prosesnya yang ditempuh adalah memilih dan

menentukan alternatif rol bergerigi yang paling baik sehingga menghasilkan

produk alat perontok padi yang mempunyai performansi yang baik.Oleh karena

itu pemodivikasian yang peneliti lakukan diharapkan akan mampu meningkatkan

performansi atau output yang optimal yakni dengan memperbanyak gerigi,

memperpanjang gerigi, mengurangi gab pada gerigi, memperkecil roda belt,

memperpanjang rol, memperbesar diameter rol yang sebelumnya, maka dengan

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

2

ini pemodivikasian rol pada alat perontok padi diaharapkan mampu meningkatkan

output yang lebih banyak dengan kecepatan mesin yang sama yakni 5 power horse

otomatis proses perontokan padi berjalan dengan cepat.

Setelah dilakukan survey atau penelitian di lapangan, maka didapatkan

data sebagai berikut:

Tabel 1.1 Spesivikasi mesin perontok padi

Spesifikasi Desa Pereng Desa Mojo Puro Desa Jogodalu

Kapasitas Mesin 5 PH 5 PH 5 PH

Panjang Gerigi 7 cm 7cm 6 cm

Jarak anatar Gerigi 6 cm 5 cm 6 cm

Panjang Rol 60 cm 50 cm 52 cm

Diameter Rol 15 cm 13 cm 14 cm

Jumlah Gerigi 36 cm 30 cm 36

Output 200 kg/jam 175 kg/jam 185 kg/jam

1.2 Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas dapat diartikan suatu permasalahan

yang diahapi yakni bagaimana peneliti membuat rol bergerigi pada mesin

perontok padi mekanik dengan memodivikasi rol tersebut sehingga memiliki

performansi terbaik dari alat perontok padi tersebut dengan menganalisis nilai

terhadap fungsinya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisa dan mengevaluasi rol pada mesin perontok padi

yang terbaik

2. Mendapatkan alternativ produk pada mesin perontok padi yang

memiliki nilai baik dengan output yang lebih baik dengan cara

memodivikasi rol bergerigi pada mesin perontok padi

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

3

1.4 Manfaat Penelitian.

1. Memperoleh hasil rancangan yang lebih baik pada rol bergerigi pada

mesin perontok padi mekanik.

2. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memaksimalkan fungsi

kerja dari alat perontok padi.

3. Menentukan hasil yang terbaik dalam prosses pemilihan alternatif alat

perontok padi dengan nilai (value) yang tinggi dan biaya yang lebih

rendah.

1.5 Batasan Masalah.

Dengan mempertimbangkan keadaan dan objek peenelitian dengan

keterbatasan waktu yang ada, maka diadakannya pembatasan masalah agar tidak

ada penyimpangan dan lebih terarah kepada masalah atau objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini digunakan batasan-batasan sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan pada bagian rol mesin perontok padi.

2. Mesin pembanding yang digunakan adalah mesin yang dipakai oleh

penduduk desa Pereng dan desa Mojo Puro.

1.6 Asumsi-asumsi

Untuk membantu memecahkan masalah, ada beberapa asumsi yang digunakan

yang berkaitan dengan pengumpulan data, yakni:

1. Selama penelitian proses produksi berjalan dengan normal atau tidak

mengalami perubahan di keadaan sebelumnya.

2. Responden adalah orang yang mampu menggunakan dan memahami

mesin perontok padi.

3. Selama penelitian berlangsung tidak ada perubahan harga material

yang dipergunakan untuk perancangan.

4. Operator sama

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

4

1.7 Sistematika Penelitian

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan tentang semua yang melatar belakangi

dilakukannya penelitian ini, kemudian permasalahan yang diteliti,

selain itu juga dijelaskan tentang tujuan dan manfaat yang

diperoleh dari penelitian ini, dan juga disertai batasan serta asumsi

yang digunakan dalam penelititan.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini menjelaskan tentang teori yang berhubungan dengan

penelitian alat rol bergerigi pada mesin perontok padi mekanis,

teori-teori tersebut dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian.

BAB III Tinjauan Pustaka

Mengurai teori dan konsep yang dijadikan sebagai dasar atau

landasan dalam penelitian, selain itu diuraikan pula rumusan

teoritis yang digunakan dalam pengolahan data.

BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bab ini menjelaskan tentang data-data yang dikumpulkan

selama penelitian yang berguna untuk memecahkan masalah yang

diteliti. Pengumpulan data ini ditempuh dengan jalan wawancara

maupun pengumpulan data histories dari mesin sebelumnya, yang

selanjutnya dilakukan pengolahan data yang sesuai dengan

metodologi penelitian yang dilakukan.

BAB V Analisa dan interpretasi

Dalam bab ini dilakukan analisa terhadap hasil dari tahap

pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB VI Kesimpulan dan Saran.

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang didapatkan pada

penelitian ini. Yang selanjutnya dari kesimpulan tersebut dapat

diberikan suatu saran atau usulan kepada pihak terkait.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mesin Perontok Padi Mekanik.

Mesin perontok padi Mekanis memiliki peran penting selain pelaku kerja

itu sendiri. Yang dimaksud mesin perontok padi mekanis itu sendiri adalah di

mana fungsi alat tersebut sebagai pemisah antara gabah padi dengan tangkai padi

itu sendiri.

2.2 Rekayasa Nilai

Salah satu teknik yang terkenal dan memiliki potensi keberhasilan

cukup besar dalam mengendalikan biaya adalah rekayas nilai (vale

engineering). Metode ini menggunakan pendektan dengn mengalisis nilai

terhadap fungsinya. Proses yang ditempuh adalah menekankan

pengurangan biaya sejauh mungkin dengan sejauh mungkin dengan tetap

memelihara kualitas serta reabilitas yang diinginkan.

Sejarah perkembangan rekayasa nilai itu sendiri dikembangkan

pada awal perang dunie ke II oleh Laawrence D. Milles (purchasing

manajer) pada tahun 1947 dari perusaan General Electric-USA, sewaktu

melayani keperluan alat perang dalam jumlah yang besar. Di tujukan

pertama-tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu produk, pada

saat itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan asbes atau bahan tahan

api, kemudian muncul gagasan apakah fungsi asbes tersebut bisa

digantikan sejenis kertas yang sulit terbakar. Dan hasil penelitiannya

trnyata abes bisa digantikan oleh kertas yang sulit terbakar.

2.2.1 Perkembangan Rekayasa Nilai

1. Tahun 1954 departemen pertahanan USA memperkenalkan

konsep rekayasa nilai. Pada saat itu departemen pertahanan

USA harus membeli pralatan atau persenjataan yang lebih baik

dengan anggaran yang sangat terbatas.

5

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

6

2. Selanjutnya dalam Armed Service Procurement Regulation

yang dikeluerkan oleh departemen pertahanan USA setiap

pihak terikat kontrak harus menerapkan konsep rekayasa nilai.

3. Tahun 1959 Sciety of American Valeu Engineering didirikan.

4. Tahun 1960 rekayas nilai diperkenalkan di jepang dan

menjelang tahun 1964 telah diterpkan lebih dari 100

perusahaan.

5. Tahun 1965 didirikan Society of Japanese Value Engineering.

6. Tahun 1970 rekayasa kualitas disebarkan di daerah eropa,

khususnya daerah jerman barat dimana rekayasa nilai di

standarisasi menjadi DIN standart.

7. Di Indonesia aplikasi rekayasa nilai pertama kali diterapkan di

departemen pekerjaan umum pada tahun 1973 yaitu pada saat

membangunan jalan layang lawang Jakarta.

2.2.2 Pengertian Rekayasa Nilai

Ada beberap definisi tentang rekayas nilai, antara lain:

1. Rekayasa nialai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif

dan sistematis dengan tujua untuk mengurangi biya yang tidak

diperlukan.

2. Rekayasa nilai merupakan suatu penerapan yang sisrtematis

dari sejumlah teknik untuk mengidentifikasikan fungsi suatu

benda atau jasa dengan member I nilai terhdap masing-

masaingfugsi yang ada serta mengembangkan sejumlah

alternative yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut.

3. Rekayasa nilai adalah usaha yng sistematis yang diarahkan

untuk mencpai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya,

kebndala dan penampilan dari suatu system atau produk.

4. Rekauasa niulai adalah usaha yang terorganisir sewcara

sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang te lah diakui

yaituh tekik mengidentifikasi fungsi produk atau jasa.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

7

Dengan kata lain, rekayasa nilai bermaksud memberikan

suatu yang optimal bagi sejumlah uang yang dikeluarkan degan

memakai teknik yang sistematis untuk menganalisis dn

mengendalikan total biaya produk. Rekayasa nilai akan membantu

membedakan dan memiasahkan antara yang diperlukan dan yang

tidak diperlukan dimana dapay dikembangkan alternatif yang

memenuhi keperluan dengan biaya terendah.

2.3 Cost Reduction Lewat Pendekatan Value Engieerig

Prinsip penurunan biaya dalam konsep rekayasa nilai yaitu

dengan meggunakan pendekata yang terpusat pada desain dan

membutuhkan waktu untuk mencapai hasil nyata lewat analsis fungsi dan

desain kembali produk .

2.3.1 Pendekatan yang berorientasi Konsumen

Nilai adalah sesuatau yang diterpka oleh konsumen yang memakai

produk atau jasa.Produk di beli atas dasar kegunaanya atau fungsinya,

dengan kata lain konsumen membayar bukan sekedar bedanya akan

tetapi untuk performansi yang diharapkan, bila suatu produk yang dibeli

tidak nyaman dipakai atau mudah rusak barang tersebut tidak mempunyai

nilai. Awal proses penyelesaian masalah dengan menggunakan rekayasa

nilai adalah memikirkan jenis nilai atau fungsi apa yang dibutuhkan untuk

suatu produk. Rekayasa nilai berusaha memenuhi menemukan fungsi yang

diminta oleh konsumen dengan biaya yang lebih rendah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

8

Anggaran Harga Pasar Biaya+Profit

Produk jasa Fungsi Kebutuhan

Kompas Menunjuk arah Mengetahui Arah

Kulkas Menjaga Suhu Simpan Makana

Tape Memutar Kaset Mendengar musik

(Manufaktur) (Konsumen)

Gambar2.1. Contoh Pendekatan berorientasi konsumen

2.3.2 Pendekatan Berorientasi Fungsi

Profit bias ditambah dengan cara manaikkan harga produk,

meningkatka volume penjualan, mengurangi biaya produk. Karena

persaingan yang ketat menaikkan harga produk sulit diterpkan. Alternatif

yang dimungkinkan adalah mengurangi biaya produk, pengurangn biaya

produk terdiri dari ongkos bahan dan biaya tenaga kerja lewat analisis

konvensional tidak akan memberikan hasil yang memadai.

Biaya produk dikelompokkan menjadi:

1. Biaya utama (primary cost) yakni biaya yang diperlukan

untuk menegakkan fungsi utama dari suatu produk.

2. Biaya yang diperlukan untuk melakukn fungsi skunder.

Fungsi –fungsi sekunder terdiri dari fungsi-fungsi yang dianut oleh

para pemakai dan yang ditambah oleh konsep desain guna mencapai

fungsi –fungsi utama, selain itu masih banyak fungsi yang tidak perlu

diberikan untuk spesifikasi-spesifikasi yang tidak berlebihan, misalnya

faktor keselematan yang berlebihan atau selera para perancang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

9

Dengan adaptasi pendektan berorientasi fungsi, pertama-tam

rekayasa nilai membuang fungsi-fungsi yag tidak diperlukan kemudian

dapat ditiadakan dengan merubah konsep desain.

Gambar 2.2 Hubungan antara Biaya Produksi dengan Harga Pasar

2.4 Nilai Value

Beberapa macam nilai (Value)

1. Esteem Value/ Nilai Kebanggaan

Adalah suatu nilai yang di tentukan oleh besarnya pegeluaran

(price) untuk mencapai suatu keinginan dalam suatu proyek.

Esteem Value (V) = )(Pr)(

PiceDDesirel

Tinggi rendahnya keigiann sangat subjektif, tiap individu tidak

sama. Oleh karena itu nilai sulit ditngani rekayasa nilai.

Esteem Value (V) = )(Pr)(

PiceDDesirel

Nilai pakai ditentukan oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk

mencapai fungsi suatu produk. Bila nilai produk bias di capai

dengan biaya murah, maka dikatakn produk bernilai tinggi.

Use Value (V)= )(

)(CCost

FFungsi

3. Cost Value/ Nilai biaya

Nilai ini merupakan jumlah biaya material. Ongkos personil,

biaya overhead dll yang diperlukn untuk memproduksi dan

menjual produk.

Provit: Direncanakan

Oleh manufaktur

Harga Pasar: yang ditentukan

oleh pasar

Produksi: Biaya yang Ditargetkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

10

4. Exchange/ Nilai tukar

Nilai yang dihasilkan karena membandingkan produk yang satu

dengan yang lain

Nilai dpt dirumuskan sebagai rasio antara performansi yang

ditampilkan olehsuatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan fungsi.

Value= Biaya

ePerformanc

Dimana:

Performance = keuntungan manfaat yanga diperoleh dari

fungsi- fungsi produk

Biaya = biaya total yang dikelurkan untuk

mendapatkan semua fungsi yang diinginkan

Dalam lingkungan industri pegertian ilai adalah use

value, eesten value dan cost value yang erupakan gabungan

dari keduanya. Total nili dari suatu oroduk merupakan

jumlah use value dan eesten value.

2.5 Peningkatan nilai ( Value) Dalam VE

Suatu produk dibeli karena fungsinya, dan nili suatu

produk ditentukan oleh fungsi dan biaya

Use Value (V)= )(

)(CCost

FFungsi

Bila dua produk mempuyai fungsi yang sama, produk

dengn biaya lebih rendah mempuyai nilai yang lebih tinggi. Bila

biaya sama dialokasikan ke tiap produk, produk uang mempunyi

fungsi lebih baik akan mempunyai nilai uang lebih tinggi.

2.6 Tenik Rekayasa Nilai

Agar rekayasa nilai memperoleh hasil yang diharapkan perlu digunakan

teknik-teknik yang didasarkan atas pengertian bahwa rekayasa nilai banyak

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

11

berurusan langsung dengan sikap dan perilaku manusia, dengan masalah-masalah

pengambilan keputusan dan pemecahan persoalan.

Teknik ini trerutama digunakan untuk pekerjaan desain angineering pada

wal proyek, dimana para ahli semula bependapat bahwa proyek tersebut sudah

merupakan alternative yang terbaik. Diantara teknik mengenai rekayasa nilai ,

teknik yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. Bekerja Atas Dasar Spesifik

Mengarahkan analisis persoalan kepad bagian atau area yang spesifik,

pilih suatu area tertentu untuk dipelajari secara mendalam.

2. Dapatkan Informasi Dari Sumber Terbaik

Tidak mudah mengetahui dan mendaapatkan sumber informasi yang

tepat dan terbaik.Untuk maksud tersebut diusahakn dri berbagai

sumber dan kemudian dikaji dan di saring

3. Hubungan antar manusia

Sama bobotya dengan penguasaan teknis, keberhasila program

rekayasa nilai tergantung pengertian dsar hubungan antar manusia,

bagaimana bekerja sama dengn semua pihak yang ikut beperan.

Pentingny hubungan tersebut tergantung dari besarnya ketergantungan

dari masing-masing pihak. Dalam kegiatan rekayasa nilai, derajat

ketergantungan relatif cukup tinggi, sehingga penguasaan hubungan

yang baik akan amat menentukan keberhasilan program rekayasa nilai.

Masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Pada tahap informasi, mutu unformasi tergantung atas sikap dan

kerjasama dari nara sumber

b. Pada tahp spekulasi, gagasan-gagasan yang baik akan muncul dari

mereka yang termotivasi dengan adanya program.

4. Kerjasama tim

Menyusun suatu tim rekayasa nilai yang dapat bekerhja sama

pentingnya dengan proses rekayasa itu s endiri. Dalam hal ini minimak

4 keritaria yang perlu diperhatikan, yakni disiplin yang diwakili oleh

peranan, jumlh nggota dan kompetensi dari masng masing anggota

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

12

yang bersangkutan. Jenis obyek(masalah) menentukan komposisi

disiplin disertai tugas untuk menanganinya. Bila tim rekayassa nilai

disusun dari tenaga-tenaga dalam perusahaan yang bersangkutan

(bukan dari konsultan) umumnya komposisi tersebut terdiri dari dari

hal-hal berikut ini:

a. Mereka yang memiliki masalah

b. Mereka yang ditugaskan memecahkan masalah

c. Mereka yang terkena dampak pemecahan masalah

Bila tidak diikut sertakan, seringkali butir terakhir akan kurang

mendukung realitas hasil-hasli usulan tim, bila usulan tersebut

kurangmenarik bagi bidangnya.

5. Mengatasi Rintangan

Rintangan merupakan hal yang tidak asing dalam proses menuju

kemajuan. Untuk menghadapiya rekayasa nilai disusun s ebagai

berikut:

a. Dikaji apakah rintangan kemungkinan besar akan terjadi atau

hanya imajinasi

b. Bila kemungkinan besar akan terjadi, rinyangan dianalisis lebih

jauh dan ditentukan tindakan yang diperlukan untuk

mengatasainya.

Pengkajian yang sistemastis dan seksama dengan mengklarifikasi Janis

dan sebab rintangan, akan mempermudah mengamibl langkah-langkah

untuk mengatasinya.

2.7 Definisi Perontok Padi Mekanik

Mesin perontok padai merupakan mesin yang mempunyai rol

bergerigi yang berfungsi untuk memisahkan gabah padi dengan

tangkainya, daya kerja pada rol bergerigi ini sangat vital dengan cara kerja

yang memutar yang disebabkan oleh motor mekanik dengan gerigi-gerigi

yang lancip dengan komposisi yang banyak dan memutari rol yang

bertujuan supaya gabah dan tangkainya terlepas.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

13

Jadi fungsi utama rol bergerigi pada mesin perontok padi mekanik

adalah alat pemisah anatara gabah dengan tangakai padi itu sendiri.

Pada mesin perontok padi yang mekanik mempunyai kecepatan

putar yang sama dibandingkan dengan mesin yang lain, sehingga antara

mesin yang satu dengan yang lain akan menghasilkan output yang sama

pula. Dari penulisan diatas maka ukuran rol bergerigi pada mesin perontok

padi sangat berperngaruh terhadap output yang dihasilkan oleh kinerja

mesin tersebut. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk mengubah poros

bergerigi sehingga diharapkan akan mendapatkan output yang lebih baik

dari rol yang lama.

2.8 Rencana kerja Rekayasa Nilai

Rencana kerja rekayasa nilai yang lazim digunakan terdiri dari 5

tahap, yakni:

1. Tahap Informasi

2. Tahap Kreatifitas

3. Tahap Evaluasi

4. Tahap Pengembagan

5. Tahap Presentasi

Meskipun re ncana kerja rekayasa nilai dipisahkan dalam 5

tahapan bebeda, dalam kenyartannya cenderung untuk bergabung dan

berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

1 2 3 4 5

Gambar 2.3. Hubungan antara tahapan kerja rekayasa nilai.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

14

Keterangan: 1. TahapInformasi

2. Tahap Kreatifitas

3. Tahap Evaluasi

4. Tahap Pengembagan

5. Tahap Presentasi

1. Tahap Informasi

Tahap informasi bertujuan untuk memperoleh suatu pengertian-

pengertia menyeluruh terhdp sisyem, struktur atau bagian-bagian ryang

di teliti, dan mengumpulkan informasi jug merumuskan jawaban atas

pertanyaan yang berhubungan dengan kegunaan

Jenis-jenis inormasi yang dibutuhkan antara lain:

a. Latar belakang atau deskripsi masalah

b. Orang-orang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi

c. Buku-buku atau referensi yang dibutuhkan sebagai informasi

d. Desain yang ada

e. Biaya rancang semula

f. Rencana kerja dan syarat proyek

g. Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menghitung performansi

2. Tahap Kreatif

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan berbagai

alaternatif yang memenuhi fungsi utama, kreatifitas seseorang sangat

berperan dalam mendapatkan alternative yang dibutuhkan suatu ide

kreatif biasanya membawa ide baru lainnya, ide bias berupa:

a. Ide asli

b. Perbaikan terhadap suatu ide

c. Kombiasi beberapa ide

d. Pemakaian Analogi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

15

3. Tahap Evaluasi/Analisa

Tujuan dari tahap ini adalah mengevaluasi alternative-alternativ

yang dihailkan pad tahap kreativitas, pada tahap ini akan diteliti

kelebihan dan kekurangan dari setiap alternative.

4. Tahap Pengembangan

Tujuan dari tahap pengembangan ini yakni mengembangkan

desain usulan dari rekayasa nilai

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan ini

adalah:

a. Mengembangkan desain awal dan desain usulan

b. Membandingkan desain

c. Mendiskusikan keuntungandn kerugiandri desain yang

direkomendasikan

d. Mediskusikan implikasi dan keuntungan dalam pelaksanaan

desain yang dikombinasikan

5. Tahap Presentasi

Tujuan dari tahap ini adalah menyjikan hasil yang telah

dikembangkan secara lengkap. Presentasi bertujuan untuk menyajikan

pengambilan keputusan, bahwa alternatif yang direkomendasikan

merupakan alternatif terbaik yang menguntungkan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pad saat presentasi adalah:

a. Mengkomunikasikan hasil rekayasa nilai dengn efektiv

b. Menentukn issue pokok yang perlu di tonjolkan

c. Memperhattikan komposisi dan latar belakang audience

d. Menyampaikan masalah dlam bahsa audience

2.9 Metode Fast

FAST (Function Analysis System Technique)Adalah teknik

menyusun diagram secara sistematis untuk mengidentifikasikan fungsi-

fungsi dan menggambarkan kaitan antara fungsi-fungsi tersebut.Fungsi

dinyataka sebagai gabungan antara kata kerja dan kata benda.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

16

1. Fungsi utama

Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan

utama yanga harus ditampilkan system.

2. Fungsi Bebas

Fungsi ini keberadaanya tidak tergantung pada fungsi-fungsi lain

dan bisa berupa fungsi utama atau fungsi skunder

3. Fungsi ikutan

Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya

tergantung ari fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya

4. Fungsi jalur kritis

Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan

menjelaskan bagaimana fungsi lain dari pada urutan tersebut

5. Fungsi Pendukung

Fungsi ini diadakan untuk meningkatkan penampilan fungsi-fungsi

dari jalur kritis

6. Fungsi tingkat tinggi

Fungsi ini berbeda pada bagian paling kiri diagram FAST, fungsi

dasr merupakan fungsi tingkat tertinggi yang beradadalam batas

lingkup masalah

7. Fungsi Tingkat Rendah

Fungsi ini berada pada bagian paling kanan dari fungsi lain pada

diagram FAST.

8. Lingkup Masalah

Lingkup masalah adalah batas-batas pembahas dari masalah yang

dihadpi. Pada diagram diagram FAST lingkup masalah ditunjukkan

sebagai daerah yang di batasai dua garis vertikal yang masing-

masing berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat

rendah.

Diagram FAST disusun berdasarkan hirarki fungsi, fungsi tingkat

tinggi diletakkan kiri sedangkat fungsi tingkat rendah diletakkan di

sebelah kanan. Pembuaatan diagram FAST biasanya dimulai dari fungsi

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

17

dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam

lingkup masalah yang akan dibahas, sedangkan fungsi tingkat rendah

diluar batas lingkup masalah. Fungsi-fungsi diluar batas lingkup masalah

merupakan suatu keadaan yang harus diterima.

Pada diagram FAST ruang lingkup masalah ditunjukkan sebagai

daerah yang dibatasi oleh dua garis verikal yang masing-masing berbatasn

dengan fungsi tingkat tiunggi dan fungsi tingkat rendah, penyusunan

fungsi dalam diagram fast dilakukan dengan menggunakan dua buah

pertanyaan, yaitu: Bagaimana(how) dan mengapa(why)

How? Why?

Lingkup Masalah

Fungsi Pendukung

Fungsi Skunder

Fungsi Skunder

Fungsi Tingkat Rendah

Fungsi Pendukung

Fungsi Pendukung

Fungsi Pendukung

Fungsi Primer

Fungsi tingkat tertiggi

Diagram FAST (Function Analisis System Technique)

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

18

2.10 Analitichal Hierarchy Proces (AHP)

AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, AHP dikembangkan

sebagai alat pengambilan keputusan yang berasal dari kombinasi data

obyektif dan subyektif.

Ada tiga prinsip penyusunan AHP, yakni:

1. Penyusunan Struktur Hierarchy

a. Identifikasi elemen-elemen masalah.

b. Pengelompokan elemen-elemen dalam kelompok yang homogen.

c. Mengtur kelompok dalam tingkatan yang berbeda-beda.

d. Tingkat atas berisi saru elemen yang merupakan tujuan pokok atau

disebut juga sebagai focus.

e. Tingkat bawahnya merupakan uraian di tingkat, di atasnya, lebih

spesifik.

Contoh:

AB AA AC

A

2. Penentuan Prioritas

a. Besar kecilnya konteribusi masing-masing elemen untuk

mencapai fokus.

b. Disusun berdasarkan tingkat relatif kepentingannya untuk masing-

masing elemen.

3. Konsistensi Logical

Konsistensi CR, Consistensi Ratio

Jika CR<0.10 Data konsisten

Jika CR>0.10 Data tidak konsisten

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

19

BAB III

MOTODE PENELITIAN

Penelitian merupakan proses yang panjang, berasal dari minat untuk

mengetahui masalah tertentu dan selanjutnya menjadi gagasan konsep

teraktualisasi dan seterusnya.. Tiap tahap merupakan penentuan sikap berikutnya,

oleh karena itu harus dilakukan dengan cermat kritikal dan sistematikanya.

Selanjutnya dari setiap tahap yang akan dijabarkan satu persatu untuk

menjelaskan prosedur ilmiyah yang ditempuh untuk memberikan panduan dan

arahan bagi peneliti.

3.1 Kerangka Penelitian

Dalam memecahkan sesuatu permasalahan yang penulis tengahkan ini

perlu adanya kerangka penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah

yang ada,. Mulai dari awal sampai akhir, kerangka penelitian ini berguna untuk

mempermudah bagi penulis untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah

adanya alur yang jelas mengenai bagaimana yang harus dikerjakan terlebih dahulu

sebelum mengrjakan tahapan penelitian yang lain. Untuk memperjelas uraian

diatas maka penulis membuat kerangka penelitian sebagai berikut:

19

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

20

Identifikasi Permasalahan

Perumusan Masalah

Tujuan Pnenelitian

Pengumpulan Data kuisioner Pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif

Study Literatur Study Lapangan

Hasil dan pembahasan

Studi lapangan

Pengolahan Data standart five phase Job plan:

1. Tahap informasi 2. Tahap kreativitas

3. Tahap evaluasi/analisa 4. Tahap pengembangan 5. Tahap presentasi

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Flow Chart kerangka penelitian

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

21

3.2 Survei Pendahuluan

Survey pendahuluan digunakan untuk mengidentifikasikan dan

merumuskan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian, survey

ini dilakukan di Desa Pereng dan Mojopuro Kec. Bungah Kab. Gresik.

3.3 Langkah-langkah Penelitian

Merupakan suatu cara agar permasalahan yang terjadi dapat

terselesaikan pada suatu penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian

tersebut adalah :

1. Identifikasi Masalah

Melakukan analisa untuk mengetahui apa saja yang sedang dihadapi

oleh pengguna perontok padi tersebut.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah ini dilakukan agar sesuai yang dengan tujuan yang

hendak dicapai oleh penululis dan memperjelas ruang lingkup pokok

permasalahan yang dihadapi.

3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa dan mengevaluasi rol pada mesin perontok padi

yang terbaik

Mendapatkan alternaitv produk yakni mesin perontok padi yang

terbaik yang memiliki performansi baik yang menghasilkan output

yang lebih baik.

4. Study Literatur.

Disini peneliti melihat pokok permasalahan yang diambil, peneliti

berusaha memecahkan permasalahan dengan melihat litertur-literur

atau buku-buku yang sudah di pelajari anatara lain literatur tenteng

VE, AHP, FAST, matrik kelayakan, matrik evaluasi.

5. Study Lapangan

Merupakan salah satu cara untuk memperoleh data dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti untuk

mendapatkan informasi mengenai permasalahan dalam alat kinerja rol

pada alat perontok padi sebelumnya

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

22

6. Pengumpulan Data

Adapun pendekatan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan persoalan yang ada pada penelitian ini, berupa :

a. Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku atau

karya tulis ilmiah yang ada hubungannya dengan objek atau

penelitian yang dilakukan

b. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari lantai produksi yang dalam hal

ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Data primer ini didapatkan

melalui beberapa teknik sebagai berikut :

1) Observasi

Metode ini mengambil data secara langsung pada objek yang

akan diteliti dan membuat catatan sistematik tentang pengamatan

tersebut.

2) Interview

Dengan mengumpulkan data dengan cara wawancara secara

langsung dengan pemakai perontok padi mekanik tersebut atau

instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian.

7. Penentuan Data

Dalam menentukan data, rekayasa nilai menggunakan metode

Delphi, metode ini merupakan cara sistematis untuk

mendapatkan keputusan bersama dari suatu tim yang terdiri dari

para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Tim ini

tidak bertemu secara bersamaan dalam suatu forum utnuk

berdiskusi tetapi mereka diminta pendapatnya secara terpisah dan

tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan utuk menghindari

pendapat yang bias karena pengaruh kelompok pendapat

yangberbeda secara signifikan dari ahli yang lain, dalam tim

tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

23

sehingga akhirnya diperolehangka estimasi pada interval tertentu

yang dapat diterima.

8. Pengolahan Data

Dari pengumpulan data diatas, selanjutnya kita melakukan pengolahan

data dengan penerapan metode rekayasa nilai melalui 5 phase job plan.

9. Hasil Pembahasan

Analisa hasil pembahasan disini menggambarkan bagaimana output

yang telah diteliti atau dibuat oleh penulis yang dihasilkan dari tahap

penelitian sebelumnya

10. Kesimpulan dan Saran

Untuk langkah terakhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan

dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran untuk

penelitian yang selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan yang ada

pada perusahaan tersebut supaya diperoleh suatu manfaat dari

penelitian ini.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

24

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Analisa fungsi Rol

Identifikasi komponen Rol

Pengumpulan data dan informasi

Pembuatan diagram fast di Rol

Memunculkan alternatif jenis-jenis Rol

Tahap Analisa

Tahap Kreatif

Tahap Informasi

Tahap Persiapan

Menentukan alternatif pilihan Rol

Menetukan kriteria Rol pilihan

Analisa keuntungan & kerugiaan dari setiap Rol

Menentukan bobot

kreteria

Analisa biaya alternatif terpilih & alternatif awal

Perhitungan value Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan value tertinggi

Gambaran alternatif terbaik

kesimpulan

Presentasi alternatif terbaik

Matriks kelayakan

Menentukan kriteria matriks

kelayakan

Analisa matriks

kelayakan

Menentukan kreteria matrik evaluasi Matriks evaluasi

Memilih beberapa alternatif terpilih & alternatif

awal Analisa matriks

Tahap Pengembang

Gambar 3.2. Flow Chart Pemecahan Masalah

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

25

Indetifikasi masalah

Identifikasi masalah diperlukan guna mensinyalir adanya

ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan di lapangan

Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan identifikasi dalam pengumpulan data

merupakan hal pokok sebagai metode dalam perolehan data.

Pengumpulan data dan informasi

Dibahas hal – hal yang berkaitan dengan Rol dengan jalan menggali

semua informasi dan data yang dibutuhkan berdasarkan pertanyaan –

pertanyaan kunci pada rencana kerja rekayasa nilai. Pembahasan akan

dilakukan pada produk Rol untuk memilih alternatif yang terbaik.

Indentifikasi komponen Rol

Indentifikasi komponen Rol sudah dijelaskan pada bab II yang sudah

terperinci

Analisa fungsi Rol

Dipilihnya obyek penelitian ini disebabkan karena mengingat

pentingnya Rol pada mesin perontok padi yang mempunyai peran

penting dalam hal pertanian khususnya dalam bidang persawahan

Pembuatan diagram fast di Rol

Setelah menganalisa fungsi Rol lalu dilanjutkan pembuatan diagram

fast yang sudah diterangkan juga di bab II

Memunculkan alternatif jenis-jenis Rol

Dalam tahap ini akan di munculkan sebanyak mungkin alternative

jenis-jenis Rol.

Menentukan alternative pilihan Rol

Alternatif Rol yang selanjutnya tersebut akan di seleksi untuk

mendapatkan alternatif yang potensial untuk dilakukan penghematan

biaya. Pengambilan alternatif Rol berdasarkan hasil penelitian

lapangan dimana semua jenis Rol yang didapat, di ambil sebagai

alternatif pilihan.

Menentukan kriteria Rol pilihan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

26

Pada tahap analisa akan dilakukan analisa terhadap alternatif –

alternatif Rol yang muncul.

Analisa keuntungan & kerugian dari setiap Rol

Analisa tersebut meliputi analisa keuntungan dan kerugian dari tiap –

tiap alternatif yang diusulkan.

Adapun para ahli yang bertindak sebagai responden adalah :

a. Penggunaan / pemakai Rol.

b. Tukang servis / mekanik.

c. Para ahli di bidang Prontok padi mekanik.

d. Para dealer dari masing – masing jenis Rol yang diambil sebagai

alternatif yang diusulkan.

Matrik kelayakan

Pada tahap ini akan diberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan

tentang tingkat prioritas kriteria dan memilih tingkat prioritas kriteria

dan memilih tingkat kepentingan berdasarkan tingkat prioritas yang

telah di pilih.

Menentukan kriteria matriks kelayakan

Pada tahap ini responden diminta untuk memilih tingkat kepentingan

yang diinginkan untuk tiap – tiap alternatif Rol yang di ambil dengan

jalan memberikan pendapat sesuai dengan bidang ilmu serta kenyataan

– kenyataan di lapangan.

Analisa matriks kelayakan

Berdasarkan data penilaian untuk penentuan tingkat prioritas kriteria

dan data penentuan tingkat kepentingan untuk setiap alternatif, maka

dapat di analisa keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif

Memilih beberapa alternatif terpilih & alternatif awal

Pemilihan beberapa alternatif yang ada dengan alternatif awal dipilih

yang mempunyai nilai terbaik yang dipilih oleh konsumen yaitu para

petani.

Menentukan kreteria matriks evaluasi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

27

Perhitungan performasi di peroleh dari perhitungan alternatif –

alternatif yang di pilih dengan nilai pembobotan tiap – tiap kriteria.

Menentukan bobot kreteria

Pembobotan kriteria di lakukan dengan menggunakan metode

perbandingan berpasangan atau Analitic hierarki process berdasarkan

tingkat kepentingannya.

Analisa matriks

Tujuan dilakukannya perhitungan dengan menggunakan matriks

kelayakan adalah untuk menyeleksi alternatif – alternatif yang diambil

agar lebih memenuhi tujuan yang diinginkan

Matriks evaluasi

Pada analisa evaluasi akan dilakukan analisa terhadap beberapa

alternatif terpilih yang di ambil berdasarkan urutan rangking terbaik

yang telah dihasilakn pada matriks kelayakan. Pada matriks evaluasi

ini di ambil sebanyak lima terbaik dan di tambah alternatif awal yang

telah di tetapkan sebelumnya. Pada analisa matriks evaluasiakan di

gunakan lima kriteria sebagai bahan pertimbangan di dalam

memberikan penilaian.

Cara penilaian yang dilakukan pada matriks evaluasi dengan kriteria

yang diambil terhadap alternatif – alternatif yang dipilih adalah

sebagai berikut.

• Sangat baik di konversikan dengan angka 5

• Baik di konversikan dengan angka 4

• Cukup di konversikan dengan angka 3

• Kurang di konversikan dengan angka 2

• Sangat kurang di konversikan dengan angka 1

Analisa biaya alternatif terpilih & alternatif awal

Dalam analisa biaya akan dilakukan perhitungan terhadap semua biaya

yang di keluarkan atau yang dutuhkan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

28

Perhitungan analisa biaya tersebut meliputi :

• Biaya operasi

• Biaya pemeliharaan

Perhitungan value

Berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya di peroleh nilai

performasi : Biaya operasi dan biaya pemeliharaan, maka nilai tersebut

akan dibandingkan sehingga di peroleh suatu nilai (value) sebagai

bahan pertimbangan dalam pemilihan alternatif Rol yang terbaik.

Perhitungan nilai di tentukan dengan rumus :

Di mana : V = nilai ( value )

P = performasi

C = biaya ( cost )

P= V C

Nilai P merupakan angka besaran, maka perlu di konversikan menjadi

satuan biaya, pengkonversian di peroleh dengan melakukan

perbandingan alternatif awal dengan ke – n yaitu :

Vo = Vn

Pn = Po

Co Cn

Co/ Pn = Cn

Po

C’n =Pn= Cn

Cn Cn

Di mana : Vo = Nilai (value) alternatif awal

Vn = Nilai (value) alternatif ke – n

Po = Performasi alternatif awal

Pn = Performasi alternatif ke – n

Co = Biaya alternatif awal

Cn = Biaya alternatif ke – n

C’n = Performasi alternatif ke – n

C’n = satuan besaran nilai rupiah untuk performasi sebesar Pn

Pemilihan alternatif terbaik berdasarkan value tertinggi

Akan dilakukan analisa biaya dan pengitungan value dengan

menggunakan nilai performasi yang diperoleh dari hasil analisa dengan

menggunakan matriks kelayakan untuk setiap alternatif terpilih dan

alternatif awal.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

29

Gambaran alternatif terbaik

Tahapan ini sudah terpilihnya alternatif terbaik yang sudah dipilih

melalui value tertinggi yang sudah diterangkan pada tahan yang ada

diatas.

Presentasi alternatif terbaik

Merupakan tahapan dari pada rencana kerja rekayasa nilai, dimana

pada tahap ini akan di presentasikan alternatif terbaik yang di pilih

serta akan di sajikan laporan lengkap hasil evaluasi yang

memperlihatkan kelebihan – kelebihan dan keuntungan – keuntungan

dari alternaif tersebut.

kesimpulan

Dari semua yang tersebut diatas diambil kesimpulan yang tepat

sebagai sebuah keputusan untuk mengatasi permasalahan yang sedang

dihadapi

.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - digilib.umg.ac.iddigilib.umg.ac.id/files/disk1/7/jipptumg--amiepriyon-323-1-bab1-3.pdf · pembajakan, pengairan, penyemaian, pemupukan, panen,

30

DAFTAR PUSTAKA

A’an Dwi Yulianto, “Pemilihan Mesin Sanding Untuk Meningkatkan Kinerja Dengan Pendekatan Vale Enginering Dan Analytical Hyerarchy Process”,

Universitas Muhammadiyah Gresik, 2006. Edward. D. Heler, “Value Management : Value Engineering and Cost

Reduction”, Addison Wesley Publishing Co, 1980. Hari Supriyanto, “Analisa Keputusan pada Penentuan Pemilihan Produk (mesin) dengan Pendekatan Value Engineering”, Institut Teknologi

Sepuluh November Surabaya, 2000. Leksono Eko Budi, “Penerapan Rekayasa Nilai Desain Kemasan Cerutu di

EX PTP XXVII Jember”, Institut Teknologi Nasional Malang, 1996. Mulyono Sri, “Operations Research”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 1991. Nainggolan Rosa L, “Penerapan Value Engineering Untuk Menekan Biaya Pembangunan Perumahan Type 70 di Griya Kebraon Asri Surabaya”,

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, 1994. Nasir Achmad, “Pemilihan Air Compressor Yang Mempunyai Value Terbaik Dengan Pendekatan Value Engineering”, Universitas Muhammadiyah

Gresik, 2003.