bab i pendahuluan 1.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi adalah manivestasi dari sistem liberal / kebebasan. Kebebasan
yang dimaksudkan adalah tanpa batasan dalam segala hal. Sektor yang dirasakan
paling mendasar adalah pada sektor ekonomi. Salah satu dampak ekonomi global
adalah persaingan ketat khususnya di dunia usaha. Meningkatnya intensitas
persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap pelaku usaha untuk selalu
memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa
yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan dari pada yang
dilakukan pesaing.
Tuntutan konsumen yang menginginkan kualitas, kemudahan dan
kenyamanan merupakan tantangan bagi pelaku usaha untuk memberikan
pelayanan secara maksimal bagi konsumen. Hal ini mendorong pelaku usaha
untuk berinovasi menciptakan suatu keunggulan agar usahanya bisa tetap survive.
Bagi masyarakat sekarang, minum kopi bukan semata kebutuhan tapi juga sudah
menjadi gaya hidup. Lihat saja betapa menjamurnya warung kopi atau kafe
khusus kopi dan betapa membeludak pengunjungnya. Dari peluang dan
permasalahan yang ada bisa menghasilkan sebuah peluang usaha yang bagus.
Kopi merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan setelah
minyak bumi, oleh karena hal tersebut kopi mendapatkan julukan emas (Cila
Apriande, 2009). Kopi sebagai produk yang biasa dikonsumsi setiap hari
merupakan produk dengan proses pembelian ulang. Pembelian berulang secara
berkelanjutan merupakan suatu tantangan bagi pemasar atau pelaku usaha dalam
mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam situasi yang ideal, diharapkan
konsumen memiliki kadar loyalitas yang tinggi. Kunci keberhasilan loyalitas
terletak pada kekonsistenan memelihara pangsa pasar, komitmen yang menyebar
dan berkelanjutan dalam meningkatkan kepuasan konsumen dengan cara
mempertahankan kualitas dan inovasi untuk mempertahankan superioritas yang
kompetitif.
2
Pertumbuhan restoran yang bercirikan tradisional maupun modern
meningkat beberapa tahun terakhir (Torsina, 2000). Salah satu jenis restoran yang
berkembang adalah jenis coffe shop atau warung kopi. Perubahan gaya hidup
masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, yang cenderung konsumtif dan
menyenangi produk instan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengusaha yang
menciptakan produk instan atau praktis guna memenuhi keinginan konsumen.
Meningkatnya konsumsi kopi dan perubahan gaya hidup masyarakat
menyebabkan mulai berkembangnya industri Coffeeshop di Indonesia.
Perkembangan warung kopi modern ini dapat terlihat di pusat-pusat perkotaan
karena penduduk perkotaan memiliki sikap konsumtif yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk pedesaan (Ivan Stenley, 2009).
Warung kopi sebagai salah satu jenis restoran dipandang sebagai salah
satu tempat yang mampu mewakili gaya hidup serta kelas sosial sebagian dari
masyarakat perkotaan. Warung kopi biasanya dimanfaatkan sebagai tempat
berkumpul dan bersantai bersama teman dan keluarga diakhir pekan atau sekedar
untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Bahkan tidak jarang kalangan
eksekutif dan profesional yang memanfaatkan tempat ini sebagai alternatif tempat
untuk menjamu rekan bisnis dan kolega dalam pertemuan yang bersifat informal.
Suasana yang nyaman, rasa dan variasi menu serta fasilitas pendukung yang
ditawarkan merupakan beberapa alasan yang menjadikan warung kopi pilihan
tempat untuk berkumpul.
Kebutuhan konsumen terhadap minuman kopi, kepraktisan, dan adanya
sikap konsumtif pada saat ini, menyebabkan muncul dan berkembangnya warung
kopi yang menyediakan kebutuhan produk minuman kopi secara praktis. Berbagai
macam warung kopi dengan konsep tradisional, semi modern dan modern dapat
kita temukan di Kota Gresik. Salah satu warung kopi yang ada di desa Randu
Agung Kecamatan Kebomas – Gresik adalah Warung Kopi Ultras. Warung kopi
Ultras memiliki lokasi di jalan raya Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kebomas –
Gresik, yang merupakan jalan raya propinsi menghubungkan ke Kota Surabaya
atau Lamongan. Serta keberadaannya berada dekat dengan salah satu kawasan
perumahan elit dan kawasan perusahaan sehingga sebagian pangsa pasarnya
3
adalah para pekerja pabrik dan pebisnis. Jenis usaha ini tergolong mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Kabupaten Gresik, ini bisa dilihat dari
semakin banyaknya warung kopi yang bermunculan. Hal ini menandakan tingkat
konsumsi masyarakat Gresik terhadap minuman kopi bubuk sangat tinggi. Dalam
kondisi ini masing-masing pelaku usaha harus mengenal konsumennya terhadap
produk dan fungsi pelayanannya serta bagaimana posisi produk dan fungsi
pelayanan tersebut terhadap pesaingnya.
Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan, Warung Kopi Ultras
perlu upaya merumuskan strategi pemasaran yang tepat. Penulis terdorong untuk
melakukan penelitian pada Warung Kopi Ultras yang berada di desa Randu
Agung Kecamatan Kebomas Gresik dengan judul“ Usulan Strategi Pemasaran
Dengan Menggunakan Metode QFD, SWOT Dan STP Untuk Warung Kopi
Ultras Kecamatan Kebomas Gresik ”.
1.2. Perumusan Masalah
Di Kota Gresik terdapat banyak warung kopi baik tradisional sampai
modern yang dapat menimbulkan persaingan usaha. Sebagai unit usaha kategori
restoran, bisnis tersebut merupakan usaha yang memiliki orientasi dalam
memperoleh keuntungan melalui penjualan terhadap konsumen.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik konsumen Warung Kopi Ultras ?
2. Bagaimana persyaratan pelanggan (yang diinginkan konsumen) terhadap
Warung Kopi Ultras ?
3. Bagaimana usulan strategi pemasaran produk yang efektif ?
1.3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mengetahui karakteristik konsumen Warung Kopi Ultras.
2. Mengetahui persyaratan pelanggan Warung Kopi Ultras.
3. Merumuskan usulan strategi pemasaran produk Warung Kopi yang efektif.
4
1.4. Manfaat Penelitian
A. Secara Teoritis
1. Bagi Penulis; untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang sudah diperoleh,
2. Bagi Universitas; sebagai bahan referensi untuk penelitian dibidang
strategi pemasaran produk pelayanan jasa di masa yang akan datang dan
sebagai bahan untuk menambah literature bidang pemasaran berdasarkan
penerapan yang ada dalam kenyataan.
3. Bagi Pembaca; untuk menambah informasi, sumbangan pemikiran dan
bahan kajian dalam penelitian.
B. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengambilan strategi pemasaran
produk kopi bagi pelaku usaha warung kopi untuk mengetahui dan mampu
menyesuaikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan dengan keinginan dan
kepuasan konsumen.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini terbatas pada :
1. Produk yang akan dianalisis dengan metode QFD, SWOT dan STP adalah
Warung Kopi Ultras yang berlokasi di Randu Agung, Kecamatan Kebomas
Gresik.
2. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dan
tingkat ketelitian 5%.
3. Warung kopi yang dijadikan brainstorming yakni warung kopi Re-Coffe
Kebomas Gresik
1.6. Asumsi-Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data yang diterima melalui studi pustaka, wawancara dan kuisioner dianggap
benar dan sah.
5
2. Penelitian dilakukan dengan asumsi pada saat kondisi tidak mengalami
gejolak ekonomi yang dapat mempengaruhi pembelian konsumen.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bab, diantaranya
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Memuat uraian tentang latar belakang permasalahan, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat uraian mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang
dijadikan landasan teori bagi penelitian yang akan dilakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Memuat uraian mengenai proses tahapan atau kerangkan penelitian yang
dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian dalam rangka
mencapai tujuan penelitian.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi mengenai pembahasan dari permasalahan yang ada. Bab ini di
bagi menjadi dua sub bab, yaitu hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
Menjelaskan tentang hasil pengolahan data beserta analisis dan
perancangannya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dari penelitian
yang telah dilakukan serta usulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut,
yaitu: budaya, sosial, pribadi, dan psikologis (Kotler, 2005). Engel et al. (1995)
menyatakan hal yang serupa, bahwa pengambilan keputusan oleh konsumen
ditentukan oleh tiga determinan yaitu: (1) pengaruh lingkungan; (2) perbedaan
individu; dan (3) proses psikologis. Pengambilan keputusan oleh konsumen ini
akan berdampak pada jenis dan bentuk bauran pemasaran yang dipilih oleh
pemasar. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor
-faktor Yang Mempengaruhinya
Sumber : Engel et al., (1995)
Pengaruh Lingkungan
Budaya Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi Keluarga
Proses Keputusan
Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif
Pembelian Hasil
Perbedaan Individu
Sumberdaya konsumen Motifasi dan keterlibatan
Pengetahuan Sikap
Kepribadian, Gaya hidup Dan Demografi
Proses Psikologis
Pengolahan informasi
Pembelajaran Perubahan sikap
dan Perilaku
Strategi Pemasaran
Produk, Harga, Tempat dan Promosi
7
2.1.2. Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap
produk maupun merek yang akan dibeli. Menurut Sumarwan (2002), karakteristik
konsumen meliputi pengalaman dan pengetahuan konsumen, kepribadian
konsumen, dan karakteristik demografi. Menurut Sunarto (2006), karakteristik
konsumen berguna untuk mengetahui sebuah segmentasi pasar.
Karakteristik demografi meliputi beberapa variabel seperti jenis kelamin,
umur, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Pendidikan adalah
salah satu karakteristik demografi yang penting, konsumen yang mempunyai
pendidikan akan lebih responsif terhadap informasi. Pendidikan juga
mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk atau merek. Konsumen yang
berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak sebelum ia
memutuskan untuk membelinya (Sumarwan, 2002).
2.1.3. Konsep Kepuasan Konsumen
Rangkuti (2006) kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja sosial yang
dirasakannya setelah pemakaian. Umpan balik dari pelanggan secara langsung
atau dari focus group dari keluhan pelanggan merupakan alat untuk mengukur
kepuasan pelanggan. Bagan yang membentuk kepuasan-kepuasan pelanggan
dapat dilihat pada bagan 2.2. dibawah ini.
Bagan 2.2. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber : Engel et al., (1994)
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Harapan Pelanggan Terhadap Produk
Tujuan Perusahaan
Produk
Nilai Produk Bagi Pelanggan
8
2.1.4. Pengertian Pemasaran
Pengertian pemasaran diartikan berbeda-beda oleh para ahli. Menurut
Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai.
2.1.5. Tinjauan Strategi Pemasaran
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan (Hamel dan Prahalad
dalam Umar, 2001).
Porter dalam Umar (2001) menyatakan terdapat tiga strategi generik,
yaitu: Strategi Diferensiasi (Differentiation), Kepemimpinan Biaya Menyeluruh
(Overall Cost Leadership) dan Fokus (Focus).
Gambar 2.3. Model Strategi Generik Sumber : Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001).
a. Strategi Diferensiasi (Differentiation). Perusahaan mengambil keputusan
untuk membangun persepsi pasar potensial terhadap suatu produk/jasa yang
unggul agar tampak berbeda dengan produk yang lain. Diharapkan calon
konsumen mau membeli dengan harga mahal karena adanya perbedaan
tersebut.
Competitive Advantage
Pasar Luas
Pasar Lokal Biaya Rendah Produk Spesifik
Competitive Scope
Strategi Fokus Diferensiasi
Strategi Diferensiasi
Strategi Kepemimpinan Biaya
Menyeluruh
Strategi Fokus Biaya
9
b. Strategi Kepemimpinan Biaya Menyeluruh (Overall Cost Leadership).
Perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada pelanggan dengan cara
memfokuskan harga jual produk yang murah, sehingga biaya produksi,
promosi maupun riset dapat ditekan, bila perlu produk yang dihasilkan hanya
sekedar meniru produk dari perusahaan lain.
c. Strategi Fokus (Focus). Perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar
yang kecil untuk menghindar dari pesaing dengan menggunakan strategi
Kepemimpinan Biaya Menyeluruh atau Diferensiasi.
2.1.5.1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam
perusahaan (Umar, 2001). Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal
perusahaan yang hendak diamati dapat dilihat dari beberapa pendekatan :
1. Unsur-unsur Utama Pemasaran
Menurut Rangkuti (1997), unsur-unsur utama pemasaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu :
A. Unsur strategi persaingan
Menurut Kotler dikutip oleh Purwanto (2008:151), dalam mendesain suatu
strategi pemasaran, hal terpenting yang perlu dilakukan oleh manajemen
pemasaran adalah penerapan konsep STP (segmentation, Targeting,
Positioning). Konsep strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
Segmentation
Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran
pemasaran tersendiri. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar
menurut Umar (2001) antara lain adalah :
a. Aspek Geografis, komponen-komponennya adalah seperti : bangsa,
negara, propinsi dan kabupaten/kotamadya.
10
b. Aspek Demografis, komponen-komponennya adalah seperti : usia dan
tahap daur hidup, jenis kelamin dan pendapatan.
c. Aspek Psikografis, komponen-komponennya adalah seperti : kelas sosial,
gaya hidup dan kepribadian.
d. Aspek Perilaku, komponen-komponennya adalah seperti : kesempatan,
tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian dan sikap.
Targeting
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang
akan dimasuki.
Positioning
Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah
untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk
yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.
Gambar 2.4. Langkah-langkah Dalam Desain Strategi Pemasaran
Sumber : Iwan Purwanto (2008).
B. Unsur taktik pemasaran
Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu :
1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran
dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi
Segmentasi Pasar 1. Mengindentifikasikan variabel segmentasi pasar dan mensegmentasi pasar. 2. Mengembangkan gambaran segmen yang dihasilkan.
Target Pasar 1. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen. 2. Memilih segmen-segmen pasar.
Market Positioning 1. Mengindentifikasikan konsep positioning yang memungkinkan bagi
masing-masing segmen pasar. 2. Memilih mengembangkan dan mengkomunikasikan konsep positioning
yang terpilih.
11
pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu
perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain.
2) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai
produk, harga, promosi dan tempat.
C. Unsur nilai pemasaran
Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1) Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang
dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Sebaiknya perusahaan senantiasa
berusaha meningkatkan brand equity-nya.
2) Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa
pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu
terus-menerus ditingkatkan.
3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat
setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses
memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Kotler (2005) menjelaskan bahwa strategi pemasaran dapat dirumuskan
dengan menganalisis bauran pemasarannya. Formulasi strategi pada bauran
pemasaran nantinya dapat digunakan sebagai program pemasaran bagi
perusahaan. Menurut Kotler (2005), terdapat empat bauran pemasaran yang
disebut sebagai 4P, yaitu produk (product), tempat (place), promosi (promotion),
harga (price). Serta tambahan 3P untuk produk jasa yaitu orang (people), proses
(process), dan bukti fisik (physical evidence).
a. Produk (product).
Kotler (2005) menjelaskan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produk
mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Strategi
produk didefinisikan sebagai suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu
perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan.
12
b. Harga (price).
Menurut Kotler (2005) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu
produk atau jasa. Harga juga diartikan sebagai jumlah nilai yang
dipertukarkan konsumen untuk memiliki atau menggunakan jasa atau produk.
Strategi bauran harga meliputi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
penetapan harga dasar, potongan harga dan syarat-syarat pembayaran serta
tingkat kompetensi pasar.
c. Tempat (place).
Tempat berkaitan dengan saluran pemasaran distribusi. Kotler (2005)
menjelaskan bahwa saluran pemasaran adalah organisasi yang saling
tergantung untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau
dikonsumsi.
d. Promosi (promotion).
Kotler (2005) mendefinisikan promosi sebagai kumpulan dari kiat intensif
yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong
pembelian suatu produk atau jasa lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen
dan pedagang. Keberhasilan dari strategi promosi dinilai dari preferensi
masyarakat terhadap produk yang ditawarkan.
e. Orang (people).
Hal ini berkaitan dengan jasa, sebagian jasa biasanya diberikan oleh orang,
sehingga pemilihan, pelatihan, dan motivasi karyawan dapat menghasilkan
perbedaan yang sangat besar dalam kepuasan pelanggan. Idenya karyawan
seharusnya memperlihatkan kompetensi, sikap kepedulian, sikap tanggap,
inisiatif, kemampuan memecahkan masalah, dan niat baik.
f. Bukti fisik (physical evidence).
Perusahaan berusaha memperlihatkan mutu jasanya melalui bukti fisik
misalnya hotel akan mengembangkan penampilan dan gaya dalam menangani
pelanggan yang mewujudkan proposisi nilai pelanggan yang
dimaksudkannya, apakah itu kebersihan, kecepatan, atau suatu manfaat
lainnya.
13
g. Proses (process).
Proses berkaitan dengan bagaimana suatu perusahaan menyampaikan produk
yang dihasilkan kepada konsumen, misalnya untuk berkembangnya format
restoran seperti gaya kafetaria, cepat saji, dan prasmanan.
2.1.5.2. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal dibagi kedalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh
dan lingkungan industri.
1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh tersusun dari serangkaian kekuatan yang timbul dan berada
di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional perusahaan.
Faktor-faktor ini akan dapat mempengaruhi perusahaan dengan memberikan
peluang, ancaman, dan kendala terhadap perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Akan tetapi secara individu, perusahaan tidak dapat mempengaruhi
lingkungan jauh ini. Faktor-faktor utama yang termasuk ke dalam lingkungan
jauh antara lain faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi.
a) Faktor Politik
Faktor ini menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi
operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan pada perusahaan melalui
keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang anti trust,
program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi
dan penetapan harga, batasan administratif, perlindungan terhadap pekerja,
konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan.
b) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu perusahaan beroperasi. Pola konsumsi yang dipengaruhi oleh
kesejahteraan relatif berbagai segmen, maka dalam perencanaan strateginya
harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang
mempengaruhi industri tersebut. Perusahaan harus mempertimbangkan
beberapa hal yaitu : ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan
14
yang dibelanjakan, kecenderungan belanja masyarakat, suku bunga primer,
dan laju inflasi.
c) Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan antara
lain kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup di lingkungan eksternal
perusahaan yang berkembang dari pengaruh budaya, ekologi, demografi,
agama, pendidikan, dan etnik. Kekuatan faktor eksternal bersifat dinamik
dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang memuaskan keinginan dan
kebutuhan melalui pengendalian penyesuaian diri terhadap faktor-faktor
lingkungan.
d) Faktor Teknologi
Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus
mewaspadai perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan tercapainya
produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan
dalam teknologi produksi dan pemasaran.
2. Lingkungan Industri
Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan
dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang yang
mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancamanancaman dan kekuatan-
kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri
menjadi perlu untuk dianalisis. Michael E. Porter dalam Umar (2001)
mengemukakan konsep Competitive Strategy yang menganalisis persaingan
bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing.
R.E. Freeman yang dikutip Wheelen dalam Umar (2001) merekomendasikan
aspek yang keenam untuk melengkapinya.
15
2.2. Definisi dan Jenis Restoran
2.2.1. Definisi Restoran
Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor
73/PW.105/MPPT/1985 menyatakan bahwa restoran adalah salah satu jenis usaha
pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen,
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan serta minuman bagi umum di
tempat usahanya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan
(Listyari, 2006).
2.2.2. Jenis Restoran
Pertumbuhan restoran yang bercirikan tradisional maupun modern
meningkat beberapa tahun terakhir. Torsina (2000) membedakan jenis-jenis
restoran ke dalam sepuluh jenis yang ada di luar hotel sebagai berikut :
1. Family Conventional
Jenis restoran ini adalah restoran yang diperuntukkan bagi keluarga.
Restoran ini mementingkan suasana, dan masakan yang enak. Harga produk yang
ditawarkan oleh restoran ini cukup terjangkau, namun pelayan dan dekorasi dapat
dikategorikan biasa saja.
2. Fast Food
Restoran jenis ini merupakan restoran siap saji yang memiliki keterbatasan
dalam jenis menu yang disajikan, harga produknya mahal dan mengutamakan
banyak langganan. Produknya dapat dikonsumsi di restoran (eat in) dan dapat
dibungkus untuk dikonsumsi di luar restoran (take out). Jenis restoran inilah yang
paling banyak diusahakan di Indonesia dewasa ini.
3. Cafetaria
Biasanya terdapat di gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan,
sekolah, atau pabrik-pabrik. Tipe penyajian swalayan dengan menu terbatas
dengan menu-menu yang disajikan di rumah. Menu berganti-ganti menurut hari
dengan harga ekonomis.
16
4. Gourmet
Restoran ini merupakan restoran berkelas. Restoran ini ditujukan bagi
mereka yang menuntut standar penyajian tinggi dan bergengsi. Restoran ini
biasanya memiliki suasana yang nyaman dengan dekorasi artistik.
5. Etnic
Menyajikan makanan spesifik dari suatu daerah (suku atau negara).
Misalnya masakan Sumatera Utara, Manado, India, Cina, dan lainnya. Dekorasi
restoran akan disesuaikan dengan etnik yang bersangkutan.
6. Buffet
Restoran memiliki ciri berlakunya satu harga untuk mengkonsumsi produk
yang disajikan sepuasnya. Peragaan dan tampilan makanan sangat penting untuk
dapat menarik perhatian pengunjung.
7. Coffeeshop
Coffeeshop ditandai dengan pelayanan secara cepat. Banyaknya kursi
menempati counter service untuk menekankan suasana informal. Lokasi utamanya
di gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan dengan jumlah kunjungan
pengunjung yang tinggi dan menarik perhatian pengunjung untuk bersantai atau
melakukan pertemuan-pertemuan informal.
8. Snack Bar
Ruangan biasanya lebih kecil dan hanya cukup untuk melayani orangorang
yang ingin makanan kecil, tetapi bisa memperoleh volume penjualan yang cukup
besar karena waktu makan ditambah dengan pesanan take-out.
9. Drive in/thru Parking
Para pembeli yang memakai mobil tidak perlu turun dari mobilnya jika
ingin membeli produk yang ditawarkan oleh restoran ini. Pesanan akan diantar
sampai ke mobil untuk eat-in (sementara parkir) atau take-away. Jenis makanan
yang disajikan dikemas secara praktis. Lokasi sesuai dengan tempat parkir baik
mobil maupun motor.
10. Specialty Restaurant
Lokasi restoran ini biasanya jauh dari keramaian tetapi menyajikan
masakan yang menarik dan berkualitas. Biasanya ditujukan untuk turis atau orang-
17
orang yang ingin mentraktir teman atau keluarga dalam suasana khas yang
berbeda. Jenis restoran ini memiliki keuntungan lebih, yaitu para pemilik restoran
tidak perlu menginvestasikan dana yang sangat mahal untuk menyewa tempat di
daerah komersial.
2.3. Sejarah Kopi dan Coffeeshop / Warung Kopi
Kopi pertama kali ditemukan di Etiophia pada abad ke-9 ketika seorang
penggembala menyadari domba-domba gembalaannya menjadi hiperaktif setelah
mengkonsumsi sejenis buah bulat berukuran kecil yang banyak tumbuh di sekitar
tempatnya menggembala. Tempat asal penggembala tersebut dikenal dengan
nama Kaffa dan dari nama tempat itulah muncul istilah kopi atau coffee.
Kopi menjadi minuman yang terkenal di seluruh dunia. Dari sinilah
muncul istilah kafe yang mengacu kepada kedai kopi (coffeeshop). Coffeeshop
dulu hanya terdapat di kawasan Eropa, Jazirah Arab, dan Amerika, kini telah
menyebar ke berbagai tempat di dunia seiring dengan berkembangnya teknik-
teknik menyajikan kopi.
Menyajikan kopi saat ini lebih dari sekedar menyeduh bubuk kopi dengan
air panas lalu ditambahkan gula dan susu. Seiring dengan berkembangnya teknik
pembuatan dan penyajian kopi, penjualan kopi mengalami peningkatan. Kopi
telah menjadi bagian hidup, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar.
Kopi menjadi terkenal di kalangan anak muda dan juga kalangan bisnis.
Permintaan yang semakin tinggi menyebabkan harga kopi mengalami peningkatan
sehingga menjadi mahal. Hal tersebut mendorong suksesnya bisnis kedai kopi
mulai dari kedai kopi sederhana yang menjual dengan harga murah hingga ke
kedai-kedai kopi modern yang menjual kopi dengan harga yang jauh lebih mahal
dibandingkan dengan kedai kopi sederhana.
Kopi telah menjadi minuman berkelas (classy drinks). Banyak kafe-kafe
yang mengkhususkan diri pada bisnis minuman kopi, karena konsumennya tidak
pernah berkurang. Di kalangan anak muda Indonesia, minum kopi telah menjadi
tren (Listyari, 2006).
18
2.3.1. Definisi Kopi
Kopi merupakan jenis minuman yang dihidangkan secara panas. Minuman
ini dipersiapkan dari biji tanaman kopi yang dipanggang. Kopi mengandung
banyak kafein sehingga kopi disebut sebagai sumber kafein. Nilai dari kopi tidak
ditentukan dari penampilan fisiknya, tetapi cita rasanya. Biji kopi sebagai bahan
alami memiliki komposisi kimia yang sangat komplek dan beragam. Banyak
faktor yang mempengaruhi nilai senyawa-senyawa di dalamnya yaitu spesies,
iklim, pemupukan, pengolahan, dan cara pemanenan.
2.3.2. Jenis Kopi
Jenis Kopi Arabika dan Robusta adalah jenis kopi yang banyak dijual di
pasar Indonesia. Masing-masing jenis memiliki ciri tersendiri, Robusta memiliki
biji yang berbentuk bulat dan bergaris tengah lurus, sedangkan jenis Arabika
berbentuk lonjong dan bergaris tengah bergelombang. Kandungan kafein dari
kedua jenis kopi berbeda. Robusta mengandung kafein antara 2,2 sampai 2,7
persen basis kering. Sedangkan kandungan kafein pada kopi jenis arabika berkisar
antara 0,6 sampai 1,5 persen basis kering (Atamawinata, 2007).
2.4. Konsep Quality Function Deployment (QFD)
2.4.1. Definisi QFD
QFD adalah metode terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan
dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen, serta mengevaluasi suatu produk dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen,1995:11). QFD memungkinkan
organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan
inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai
efektivitas maksimum.
Konsep QFD dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang
memasuki tahap produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan para
konsumen atau pelanggan dengan jalan membentuk kualitas yang diperlukan dan
kesesuaian maksimum pada setiap tahap pengembangan produk.
19
2.4.2. Voice of Customer / Mengumpulkan suara konsumen
Pada tahap ini dilakukan survey untuk memperoleh data dari suara
konsumen. Prosedur umum dalam perilehan suara dari konsumen / pelanggan
adalah untuk menentukan atribut-atribut pelanggan (data kualitatif) dan mengukur
atribut-atribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari
pembicaraan dan observasi dengan pelanggan, sedangkan data kuantitatif
diperoleh dari survey atau penarikan suara:
a. Klasifikasi kebutuhan-kebutuhan konsumen
Menurut Robert Klein (1994) ada dua cara untuk mengukur kepentingan dari
kebutuhan dan keinginan konsumen, yaitu dengan menanyakan langsung pada
konsumen atau dengan menduga kepentingan tersebut dari data-data lainnya.
b. Mengumpulkan data kualitatif
Dalam membuat keputusan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen, pengembangan produk mengerti kebutuhan sesungguhnya dari
konsumen yang biasanya terkubur di bawah permukaan dari permintaan-
permintaan mereka, dan mereka harus bisa membedakan kebutuhan
konsumen, sesungguhnya dengan solusi teknis..
c. Diagram afinitas
Diagram afinitas merupakan alat yang digunakan untuk mengidentifikasi
informasi yang bersifat kualitatif dan terstruktur secara hierarki (bottom up),
dimana korelasi antara informasi-informasi yang didapat dan didasarkan pada
intuisi tim yang berkompeten dalam proses QFD.
d. Prosedur pembuatan diagram afinitas
Prosedur pembuatan diagram afinitas adalah sebagai berikut :
Setelah menuliskan beberapa ide pada beberapa kartu kemudian masing-
masing tim menjelaskan tentang ide yang ditulis kepada anggota tim, agar
semua orang dalam tim dapat memahami.
Setelah itu kelompokkan ide-ide tersebut kedalam suatu kotak berdasarkan
kesesuaian ide tersebut.
20
Kemudian dilakukan proses starting, dimana mengadakan
pengelompokkan berdasarkan kesesuaian ide, sehingga akan diperoleh
pengelompokkan ide-ide.
Proses setelah ini adalah mengadakan diskusi, tim QFD membuat nama
bagi pengelompokkan ide yang telah didapat mewakili elemen-elemen
dalam kelompok tersebut.
Dari pengelompokkan ide yang di dapat, tim QFD mengadakan leveling
sehingga diperoleh level mulai dari higher level sampai low level.
2.4.3. House of Quality (HOQ)
Rumah kualitas atau biasa disebut juga House of Quality (HOQ)
merupakan tahap pertama dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar
matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara langsung
terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang
dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang sesuai
dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan
benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk
mengetahui posisi-posisi relatif produk yang ada di pasaran yang merupakan
kompetitor. Berikut ini adalah struktur matrik pada HOQ:
Gambar 2.5. Matriks Struktur QFD
Sumber : Nasution (2001)
C Persyaratan Teknis
D Matriks Relationship
(antara kebutuhan konsumen dan persyaratan teknis)
F Matriks Target Persyaratan
Teknis (Tingkat kepentingan, daya saing
dan target persyaratan teknis)
B Matriks Perencanaan (Penelitian Pasar dan
Perencanaan strategis)
A Kebutuhan Konsumen
E Korelasi
Persyaratan Teknis
21
Tembok sebelah kiri (A) : Berisikan data atau informasi yang diperoleh dari
hasil survey atas kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Tembok sebelah kanan (B) : Adalah matriks perencanaan. Matriks ini berisikan
data dan kebutuhan yang diprioritaskan.
Bagian langit-langit (C) : Data dan persyaratan-persyaratan teknis untuk
produk atau jasa yang akan dikembangkan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Bagian dalam rumah (D) : Berisikan gambaran hubungan antara kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan aspek teknis.
Bagian atap (E) : Berisikan hubungan antar respon teknis.
Pondasi (F) : Berisikan prioritas teknis (urutan tingkat
kepentingan daya saing dan target).
2.4.4. Matriks Perencanaan
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan konsumen atau pelanggan pada
proses pengembangan produk sedini mungkin. Langkah-langkah dalam
membangun QFD adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
2. Membuat matriks perencanaan (Planning Matrix).
Matriks perencanaan berisi :
a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer).
Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui
sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan
konsumen yang ada.
b. Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk (Current
Satisfaction Performance).
Pengukuran tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan
untuk mengukur bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah
pemakaian produk yang telah dianalisa. Dihitung dengan rumus :
22
c. Target (Goals).
Nilai target ini ditentukan oleh pihak perusahaan untuk mewujudkan
tingkat kepuasan yang diinginkan oleh konsumen.
d. Rasio perbaikan (Improvement Ratio).
Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan
pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu
produk. Dihitung dengan rumus :
e. Titik jual (Sales Point).
Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual
produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari :
1 = Tidak ada titik jual (daya jual rendah)
1.2 = Titik jual menengah
1.5 = Titik jual kuat
f. Raw weight.
Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan
dalam Planning Matrix tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan
selanjutnya dalam upaya pengembangan produk. Dihitung dengan rumus :
g. Normalized raw weight.
Normalized Raw Weight merupakan nilai dari Raw Weight yang dibuat
dalam skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk prosentase. Dihitung
dengan rumus :
CSP =
∑ [(Number of respondents at performance value i)i]
(Total number of respondents)
Improvement Ratio = Goal
Current Satisfaction Performance
Raw Weight = (Importance to Customer).(Improvement Ratio).(Sales Point)
Normalized Raw Weight = Raw Weight
∑ Raw Weight
23
2.5. Matriks IFE dan EFE
Menurut Rangkuti (1997), perumusan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan
EFE (External Factor Evaluation) yang merupakan matriks faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan untuk mengetahui posisi perusahaan dalam suatu
industri. Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama berbagai kegiatan internal. Matriks
ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di
antara bidang-bidang tersebut.
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial,
budaya, politik, demografi, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan dalam
industri guna mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Sedangkan matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang utama dari kondisi
dan kegiatan internal dari suatu usaha.
2.5.1. Matriks IE
Matriks IE merupakan hasil penggabungan antara matriks IFE dan EFE.
Menurut Rangkuti (1997), matriks IE merupakan matriks yang meringkas hasil
evaluasi faktor internal dan eksternal yang menempatkan perusahaan pada salah
satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana tiap-tiap sel merupakan kondisi atau
langkah yang harus ditempuh perusahaan. Matriks IE didasarkan pada dua
dimensi kunci (1) total IFE yang diberi bobot pada sumbu-X, dan (2) total nilai
EFE yang diberi bobot pada sumbu-Y.
Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis
ditingkat korporat yang lebih detail. Pada sumbu X dari matriks IE memiliki tiga
skor, yiatu skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor
2,0-2,99 posisinya adalah rata-rata, dan skor 3,0-4,0 adalah kuat. Pada sumbu Y
memiliki skor yang sama dengan sumbu X.
24
Matriks ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi
yang berbeda, yaitu :
1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)
Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, dan integrasi horizontal).
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)
Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat dianjurkan
adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Tuai atau Divestasi
Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat
dianjurkan adalah strategi divestasi.
Adapun strategi yang dapat dilakukan dengan membandingkan antara
faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Logika yang
digunakan berdasarkan pemaksimalan kekuatan dan kelemahan, namun secara
bersama dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman perusahaan. Lihat bagan
2.6. Diagram Analisa SWOT.
Gambar 2.6. Diagram Analisa SWOT Sumber : Rangkuti (1997)
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
1. Mendukung Strategi Agresif
2. Mendukung Strategi Diversifikasi
3. Mendukung Strategi Turn-arround
4. Mendukung Strategi Defensif
25
Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(Produk/Jasa).
Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
dilain pihak perusahaan menghadapi beberapa kendala /
kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
2.5.2. Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis
ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi
berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO
(Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).
SWOT adalah alat untuk mengidentifikasi ancaman, peluang, kelemahan,
dan kekuatan dalam lingkungan suatu organisasi. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
26
kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan
dan ancaman yang ada. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada
dua hal, yaitu:
a) Fokus mendasar pertama adalah peluang yakni situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, serta ancaman yaitu situasi
penting yang tidak menguntungkan dalam perusahaan.
b) Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap terhadap kekuatan internal
yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relative
terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani
perusahaan, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya.
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang
membantu manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu:
a) Strategi S-O (kekuatan-peluang—strengths-opportunities), strategi ini
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil peluang-
peluang yang ada di luar perusahaan.
b) Strategi W-O (kelemahan-peluang—weakness-opportunities), strategi ini
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan
dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c) Strategi S-T (kekuatan-ancaman—strengths-threats), melalui strategi ini
perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
d) Strategi W-T (kelemahan-ancaman—weakness- threats), strategi ini
merupakan taknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal
serta menghindari ancaman.
Analisis SWOT menghasilkan empat kombinasi strategi yaitu : strategi
Strengths Opporunies (SO) adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang, strategi Strengths Threaths (ST) adalah strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi Weaknesses
Opportunities (WO) adalah strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang dan strategi Weaknesses Threaths (WT) adalah strategi
27
yang meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman yang dimilikinya dan
memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan (S) yang dimiliknya dan
memanfaatkan berbagai peluang (O) yang ada.
Strategi ST adalah strategi yang digunakan dengan seoptimal mungkin
memaksimalkan kekuatan (S) yang ada untuk mengurangi berbagai ancaman (T)
yang mungkin terjadi. Strategi W-T adalah strategi yang digunakan untuk
mengurangi kelemahan (W) dalam rangka meminimalisasi atau menghindari
ancaman. Strategi W-O adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan
masalah internal, sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Tabel 2.1. Matriks Analisis SWOT
Matriks Analisis SWOT
STRENGTH (S) Daftar semua kekuatan yang dimiliki
WEAKNESS (W) Daftar semua kelemahan yang dimiliki
OPORTUNITTIES (O) Gunakan semua kekuatan
yang dimiliki untuk memanfaatkan semua
peluang yanga ada
STRATEGI (S-O) Gunakan semua kekuatan
yang dimiliki untuk memanfaatkan semua
peluang yanga ada
STRATEGI (W-O) Atasi semua kelemahan
dengan memanfaatkansemua
peluang yang ada THREATHS (T)
Daftar semua ancaman yang dapat diidentifikasi
STRATEGI (S-T) Gunakan semua kekuatan
untuk menghindar dari semua ancaman
STRATEGI (W-T) Tekan semua kelemahan
dan semua ancaman
Sumber : Rangkuti (1997)
2.6. Gambaran Umum Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik
Kebomas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gresik, provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kebomas adalah salah satu kecamatan yang ada di Gresik.
Kecamatan ini berdekatan dengan pusat pemerintahan kota Gresik. Kecamatan ini
dapat dibilang kecamatan yang maju, karena kecamatan ini merupakan salah satu
bagian dari CBD (Centre Business Distrik) dan memiliki beberapa bangunan-
bangunan penting, seperti Pabrik Semen Gresik, Rumah Sakit Gresik (Bunder),
Masjid Agung Gresik, makam Sunan Giri, perumahan-perumahan diantaranya
Gresik Kota Baru, Griya Kembangan Asri, Alam Bukit Raya, Green Hill, Griya
Kedanyang Gresik Asri, Wiharta, perum Semen Gresik, Griya Wahidin, Kartini
28
Regency, Griya Bunder Asri, Griya Krembangan, Perumahan Perum Griya Karya
Giri Asri, dan Perumahan Graha Kencana.Rusunami dan Rusunawa di daerah
Prambangan. Selain itu, perbatasan antara kecamatan ini dengan Gresik bila
dilihat secara sepintas tidak tampak begitu jelas. Kecamatan ini juga sangat
strategis, dimana jalan raya di dalam kecamatan ini ialah sebagai jalan utama luar
kota, menuju ke kota Lamongan, Tuban dll. (Wikipedia, 2010/7/11-Kecamatan
Kebomas Gresik).
Selain terdapat banyak perumahan, Kecamatan Kebomas juga di kelilingi
oleh pabrik-pabrik dengan skala kecil, menengah sampai besar dan ada satu
lembaga perguruan tinggi yaitu Universitas Muhammadiyah Gresik.. Beberapa
jenis industri seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Industri di Kecamatan Kebomas Gresik
No Nama Perusahaan Alamat
1 PT. Indospring Jl. Mayjend .Sungkono 3
2 PT. Barata Indonesia Jl. Veteran km 14
3 PT. Sumber Mas Indah P. Jl. Darmo Sugondo
4 PT. Leewon Ind.Co. Jl. Sidorukun
5 PT. Eternit Jl. Indro
6 PT. Wiharta Karya Agung Jl. Notoprayitno
7 PT. Behaestek Jl. M.Sungkono
8 PT. Varia Usaha Jl. Veteran
9 PT. Semen Gresik,Tbk Jl. Veteran
10 PT. Perhutani KIPKJ Perum Jl. Darmo sugondo
11 PT. King Furn Internasional Jl. Mayjend .Sungkono 3
12 PT. PLN.Utragi Gresik Jl. M.Sungkono
13 PT. Nipsea Paint & Chem. Jl. Veteran 258
14 PT. Dharma Satya Nusantara Jl. Kpt. Darmo Sugondo
29
15 PT. Inhutani I Jl. Kpt. Darmosugondo XII
16 PT. Swadaya Graha Jl. RA. Kartini 25
17 PT. Petrokopindo Cipta S. Jl. Wahidin Sudirohusodo
29 PT. Autokorindo Pratama Jl. Mayjen Sungkono XVI
20 PT. Indobaja Prima Murni Jl. Mayjend Sungkono
21 PT. Tirta Investama Jl. Dr.Wahidin,SH 668
22 PT. Kodeco Energy Co. Jl. Amak Kasim,Sidorukun
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Gresik (2008)
Dengan kondisi strategis tersebut, berpotensi banyak munculnya usaha
warung kopi di Kecamatan Kebomas Gresik. Karena banyaknya warung kopi di
Gresik, image budaya cangkruk hasil dari kebiasaan orang Gresik yang duduk
duduk sambil minum kopi di warung kopi sangat membantu usaha warung kopi
untuk lebih maju dan berkembang. Terdapat banyak warung kopi yang dapat
menjadi pesaing, jenis-jenis warung kopi yang baru berkembang saat-saat ini
banyak menawarkan tampilan produk banyak, ruangan menarik, berbagai fasilitas
yang memadai, pelayan / pramusaji perempuan yang berpenampilan menarik
dibandingkan warung kopi pada umumnya yang hanya dengan tampilan produk
terbatas, ruangan seadanya. Beberapa daftar warung kopi yang ada di Kecamatan
Kebomas Gresik seperti yang ada dalam tabel 2.3.
Tabel 2.3. Warung Kopi di Kecamatan Kebomas Gresik
NAMA ALAMAT Syah Alam /Ultras Kafe Jl. Dr. Wahidin SH. Kebomas Gresik Pujasera Kafe Foodcourt Pujasera GKB Re Kafe Jl. Dr. Wahidin SH. Kebomas Gresik Kafe Jurang Perum GKA Kebomas Gresik Kafe Gunung Gunung Anyar Kebomas Gresik Bukit Awan Coffe Jl. Dr. Wahidin SH. Kebomas Gresik Kafe Oblik Perum GKA Kebomas Gresik Kafe Wisma Semen Gedung PT. Semen Gresik
Sumber data : Observasi Lapangan (2010)
30
Dari jumlah warung kopi yang ada di Kecamatan kebomas Gresik, rata-
rata untuk jenis produk Warung Kopi dengan model tradisional menunjukkan
produk dan harga yang hampir merata. Dan untuk produk warung kopi jenis semi
modern dan modern, harga produk diatas rata-rata dari harga warkop tradisional.
Dari data hasil laporan kerja praktek Yudi Santoso (2010) di warung kopi
Ultras/ CV. Syah Alam Randu Agung Kebomas Gresik menunjukkan untuk
produk kopi dan variasi minuman lainnya dengan berbagai ukuran cangkir
menunjukkan harga yang variatif seperti yang terlihat pada tabel 2.4 Jenis dan
Harga Produk
Tabel 2.4. Jenis dan Harga Produk
PRODUK UKURAN HARGA Kopi biasa Cangkir / Sedang Rp. 1.500 Kopi susu Cangkir / Sedang Rp. 2.000 Kopi jahe Cangkir / Sedang Rp. 2.000 Kopi susu jahe Cangkir / Sedang Rp. 2.500 Tea Besar Rp. 1.000 Jahe Besar Rp. 1.500 Susu Jahe Besar Rp. 2.500 Wedang Tape Besar Rp. 1.500 Wedang Jeruk Besar Rp. 2.000
Sumber data : Santoso, Y. (2010)
2.7. Referensi Penelitian Sebelumnya
A. Agus Junaidi (2009), dengan judul “Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa
Asuransi Dengan Menggunakan Metode QFD” (Skripsi) : Fakultas Teknik
Industri Universitas Muhammadiyah Gresik.
Penelitian dilakukan di PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putra Gresik.
Dalam memperoleh kualitas jasa pelayanan asuransi, diharapkan adanya
kesesuaian antara keinginan konsumen dengan kemudahan yang diberikan
oleh perusahaan, sehingga diharapkan akan menjadi nasabahnya. Demikian
juga dengan pengguna jasa asuransi PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putra di
Gresik, masih banyak nasabah yang merasa dirugikan diantaranya telatnya
31
pembayaran oleh pihak perusahaan dan sulitnya penanaman isi kontrak
perjanjian yang diberikan kepada nasabah.
Quality Function Deployment adalah alat yang digunakan untuk
menganalisa customer need. Berdasarkan analisa QFD dapat diketahui
prioritas customer need pada PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putra antara
lain ; 1). Kejelasan isi kontrak, 2). Penanganan penuh dalam menerima dan
membantu keluhan/complain dari nasabah, 3). Jaminan terima uang yang
pasti, 4). Memberi rasa aman, 5). Penyediaan servis yang professional, 6).
Agen yang spesialis dan bertanggung jawab, 7). Perluasan saluran distribusi,
8). Keramahan dan kesopanan petugas/karyawan, 9). Membantu upaya
peningkatan konservasi kesehatan, 10). Stimulasi menabung.
Dalam penelitian ini, perbedaan dengan penelitian diatas adalah perbedaan
obyek dan metode yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Junaidi
(2009) mengambil obyek di perusahaan jasa asuransi dan hanya menggunakan
metode QFD.
B. Ivan Stenley (2009) dengan judul “Analisis Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen Coffeeshop Warung Kopi Serta Implikasinya Terhadap Strategi
Pemasaran”. (Skripsi) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini dilakukan di Coffeeshop Warung Kopi, Mall Botani Square
Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Pengambilan sampel atau disebut juga responden dilakukan
dengan menggunakan metode non probability sampling, jenisnya adalah
Accidental sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan metode survei. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 90 orang.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, Customer Satisfaction Index
(CSI), dan Importance Performance Analysis. Penelitian ini juga menganalisis
loyalitas konsumen berdasarkan kriteria loyalitas yang terdiri dari alasan
konsumen berkunjung ke Coffeeshop Warung Kopi karena faktor harga
(switcher buyer), karena faktor kebiasaan (habitual buyer), karena
32
mendapatkan kepuasan dalam mengkonsumsi minuman sebelumnya (satisfied
buyer), karena benar-benar menyukai menu yang disediakan (liking the
brand), dan konsumen menyarankan kepada orang lain untuk membeli di
Coffeeshop Warung Kopi (committed buyer).
Karakteristik konsumen Coffeeshop Warung Kopi didominasi oleh
konsumen yang berdomisili di Bogor, berjenis kelamin laki-laki, berusia 25-
35 tahun, berpendidikan sarjana, status belum menikah, berprofesi sebagai
pegawai swasta dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp 1.000.000 – Rp
2.500.000. Karakteristik keputusan pembelian didominasi oleh konsumen
yang termotivasi melakukan kunjungan ke coffeeshop karena ingin berkunjung
ke tempat minum dan ingin memperoleh manfaat kopi sebagai minuman
selingan. Sebagian besar konsumen memperoleh informasi mengenai
coffeeshop dari papan nama coffeeshop. Cita rasa memiliki peran yang penting
dalam pertimbangan konsumen dalam membeli. Konsumen biasanya
berkunjung ke coffeeshop pada sore hari baik di hari kerja maupun hari libur.
Secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap produk dan pelayanan
yang diberikan Coffeehop Warung Kopi.
Berdasarkan indeks kepuasan, nilai Costumer Satisfaction Index (CSI)
sebesar 73,28 persen berada pada rentang 0,66-0,80 yang berarti, Coffeeshop
Warung Kopi berada pada kriteria “puas”. Berdasarkan hasil analisis
Importance Performance Analysis (IPA) atribut yang perlu dipertahankan
yaitu atribut pada kuadran II (cita rasa, aroma, kehigienisan minuman dan
perlengkapannya, kesigapan pramusaji, keramahan dan kesopanan pramusaji,
dan kecepatan penyajian), atribut yang harus diperbaiki yaitu atribut pada
kuadran I (kenyamanan tempat minum, kebersihan tempat minum, dan lokasi
Coffeeshop Warung Kopi), atribut yang prioritasnya rendah untuk diperbaiki
yaitu atribut pada kuadran III (Perbandingan harga dengan kualitas,
perbandingan harga dengan coffeeshop lainnya, penampilan pramusaji, papan
nama coffeeshop, dan dekorasi coffeeshop), dan atribut yang dinilai berlebihan
tingkat kinerjanya oleh konsumen walaupun tidak dianggap penting oleh
33
konsumen yaitu pada kuadran IV (penjelasan pramusaji dan kecepatan proses
transaksi).
Strategi produk yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kinerja
atribut cita rasa, aroma, dan kebersihan minuman serta perlengkapannya yang
telah dinilai penting dan memiliki kinerja baik oleh konsumen. Atribut cita
rasa kopi dapat terus dijaga kualitasnya dengan terus menggunakan alat ukur
yang selama ini telah digunakan sehingga takarannya selalu pas. Atribut
aroma dapat terus dijaga dengan terus menyeduh kopi dengan panas yang
sesuai sehingga aromanya dapat tercium karena bila kurang panas, aroma
tidak dapat tercium. Strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan
mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk maupun pelayanan
restoran dengan harga tetap sehingga konsumen semakin puas dan semakin
loyal serta tidak beralih ke coffeeshop lain. Apabila pihak Coffeeshop Warung
Kopi ingin menaikkan harga, sebaiknya mempertimbangkan keadaan
pendapatan konsumen yang sebagian adalah kelas menengah. Strategi promosi
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan selebaran kepada
pengunjung foodcourt dan memberikan voucher gratis dengan ketentuan
tertentu. Strategi tempat yang dapat dilakukan adalah dengan pindah ke gerai
lainnya agar mudah terlihat. Sedangkan untuk atribut kebersihan dan
kenyamanan, pihak Coffeeshop Warung Kopi diharapkan dapat membersihkan
wilayah sekitar coffeeshop tanpa menunggu petugas kebersihan. Strategi orang
yang dapat dilakukan adalah dengan mempertahankan kinerja yang telah
dianggap baik oleh konsumen seperti keramahan dan kesopanan pramusaji
serta kesigapan pramusaji. Namun alangkah baiknya kinerja atribut tersebut
terus ditingkatkan terkait dengan kontak langsung antara pramusaji dan
konsumen. Strategi proses yang dapat dilakukan adalah dengan
mempertahankan kinerja kecepatan penyajian, sedangkan untuk kecepatan
transaksi tidak perlu dijadikan prioritas karena dianggap tidak penting oleh
konsumen. Strategi bukti fisik yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan kebersihan perlengkapan yang ada di sekitar coffeeshop.
34
Perusahaan tidak dapat meningkatkan jumlah fasilitas fisik karena fasilitas
tersebut telah disediakan oleh pihak manajeman Mall Botani Square.
Dalam penelitian ini, perbedaan dengan penelitian diatas adalah perbedaan
obyek dan metode yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Stenley
(2009) mengambil obyek di Coffeshop warung kopi dan menggunakan metode
Costumer Satisfaction Index (CSI) dan Importance Performance Analysis
(IPA).
C. Hepi Risenasari (2009) dengan judul “Penerapan Metode Quality Function
Deployment Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Restoran
Pringjajar Kabupaten Pemalang Jawa Tengah” (Skripsi) : Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan di Restoran Pringjajar, Kabupaten Pemalang, Jawa
Tengah. Pemilihan competitor dilakukan dengan musyawarah dengan pihak
manajemen yaitu R.M. Prima, yang berlokasi dekat dengan Pringjajar. Waktu
penelitian dilakukan selama bulan Mei-Juni 2009. Data dalam penelitian ini
dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan pihak manajemen Pringjajar dan pelanggan. Data sekunder
diperoleh dari instansi, internet serta literature dan sumber lain yang terkait
dengan topic penelitian. Responden penelitian ini adalah pelanggan Restoran
Pringjajar sebanyak 60 responden. Analisis data menggunakan metode
deskriptif yang menjabarkan gambaran umum perusahaan. Sedangkan untuk
menganalisis kualitas pelayanan Restoran Pringjajar digunakan metode QFD
melalui matriks HOQ. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data-data
dalam penelitian ini adalah analisis Microsoft Office Excel 2007. Penerapan
metode QFD diawali dengan penyusunan matriks HOQ.
Restoran Pringjajar merupakan salah satu anak cabang dari Pringsewu
Grup, Puwokerto yang merupakan salah satu jaringan restoran terbesar di
Jawa Tengah. Restoran Pringjajar berlokasi di Jalan Raya Pemalang-
Pekalongan Km.15 Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dan terletak di jalur
pantai utara jawa (Pantura). Karakteristik konsumen Restoran Pringajajar
35
berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 62 persen berjenis kelamin laki-
laki, sebanyak 41,67 persen berusia 36-45 tahun, sebanyak 80 persen memilki
status menikah, sebagian besar konsumen memiliki jenis pekerjaan sebagai
wiraswasta yaitu sebanyak 32 persen, sebagian besar konsumen memilki
pendapatan rata-rata perbulan adalah Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 yaitu
sebanyak 42 persen, dan sebagian besar responden merupakan orang yang
memilki tempat tinggal di luar Kabupaten Pemalang yaitu 81,67 persen.
Persyaratan pelanggan yang dinginkan adalah rasa yang khas, tampilan
menu yang menarik, kehigienisan makanan dan perlengkapannya, harga, porsi
makanan dan minuman, keragaman dan variasi menu, kemudahan lokasi,
kenyamanan tempat, kecepatan penyajian (<10 menit), kebersihan ruangan,
keramahan dan kesopanan pramusaji, penjelasan pramusaji, kecepatan
transaksi, tempat parkir yang luas dan nyaman, penataan eksterior dan interior,
respon keluhan pelanggan dan iklan dan promosi. Sedangkan, persyaratan
teknik Restoran Pringjajar adalah suplai bahan baku, penyimpanan bahan
baku, preparasi, pemasakan, pelayanan, pembersihan dan pencucian.
Dalam penelitian ini, perbedaan dengan penelitian diatas adalah perbedaan
obyek dan metode yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Hepi
Risenasari (2009) mengambil obyek di Restoran dan hanya menggunakan
metode QFD.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Operasional Penelitian
Penerapan QFD : Voice of Customer
Tidak
Ya
Pengujian Data : 1. Uji Kecukupan data 2. Uji Validitas 3. Uji Reabilitas
Kompetisi Usaha
Rumusan Masalah
Konfirmasi hasil PKL
Observasi / Identifikasi Obyek
Pengumpulan Data
Tujuan Penelitian
B A
Studi Pustaka
Studi Lapangan
Data Kualitatif
Data Kuantitatif
37
Gambar 3.1. Alur Kerangka Penelitian
B A
Kesimpulan, Saran dan Usulan Strategi
Pemasaran
Penerapan Matriks House Of Quality (HOQ)
1. Matriks kebutuhan dan keinginan konsumen 2. Matriks perencanaan 3. Respon teknik 4. Matriks hubungan antara kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan respon teknik 5. Korelasi teknik 6. Benchmarking dan pelayanan target
Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Eksternal
Matriks IFE Matriks EFE
Analisa Matriks IE
Matriks SWOT
Analisa dan Interpretasi
Analisis STP
Segmentation Targeting Positioning
38
Dalam penelitian ini, penulis terlebih dahulu membuat suatu perencanaan
penelitian secara sistematis, dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya nanti,
penulis dapat menyelesaikan penelitian yang sesuai dengan tujuan yang
diharappkan. Adapun secara garis besarnya langkah-langkah yang ditempuh
penulis telah tersususn seperti dalam gambar 3.1. diatas.
3.2. Konfirmasi Hasil PKL (Praktek Kerja Lapangan)
Mengacu dari hasil laporan kerja praktek Yudi Santoso (2010) dengan
judul “Analisis Produktifitas Dengan Metode Mundel Di Kedai Kopi CV. Cyah
Alam Randu Agung Gresik”. Bahwa hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
terjadinya stagnasi produktifitas. Dalam laporan kerja praktek tersebut
menyarankan agar pengelola kedai kopi melakukan perbaikan sistem
pemasarannya.
Dari permasalahan produktifitas dan saran sistem pemasaran pada warung
kopi tersebut, maka penulis mengambil lokasi penelitian di Warung kopi Ultras.
3.3. Observasi / Identifikasi Obyek
Penelitian ini dilakukan di Warung kopi Ultras dan warung kopi
pembandingnya adalah Warung kopi Re-coffe. Warung kopi Re-coffe dipilih
karena berada dalam satu wilayah yang sama yaitu desa Randu Agung Kecamatan
Kebomas – Gresik dan menawarkan variasi menu yang hamper sama dengan
Warung kopi Ultras. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan pada bulan Juli
2010, dengan penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan
Warung kopi Ultras sebagai objek penelitian, karena termasuk kategori usaha
menghasilkan tingkat skala produktifitas diatas rata-rata warung kopi lain di
kecamatan Kebomas – Gresik dan memiliki posisi cukup strategis.
Agar penelitian yang akan dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dan tidak menyimpang, peneliti perlu untuk mencari berbagai
informasi untuk selanjutnya dipilih dan dimasukkan ke dalam perumusan masalah
yang mana informasi tersebut dapat diambil dari studi pustaka dan lapangan.
39
3.4. Rumusan Masalah
Warung kopi Ultras merupakan usaha warung kopi nama dagang dari CV.
Syah Alam yang terletak di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kebomas – Gresik,
ini dibuka sejak tahun 1999. Luas ruangan Warung kopi Ultras dengan tempat
duduk lesehan didesain untuk memenuhi kebutuhan dan kenyamanan pengunjung.
Motto Warung kopi Ultras yaitu “Budaya Cangkruk tak kan lapuk, Budaya ngopi
tak kan mati” mempunyai filosofi berupa keinginan untuk mengenalkan sekaligus
memajukan minuman kopi Gresik yang mempunyai cita rasa yang enak dan
kebiasaan masyarakat Gresik untuk duduk sambil bercengkrama/ diskusi di
warung kopi. Motto ini tercermin dari banyaknya warung kopi yang ada di Gresik
sekaligus bahan baku biji kopi yang digunakan menggunakan biji kopi asli dalam
negeri.
Warung kopi Ultras dapat dikatakan berada dalam lingkungan yang
kompetitif, hal ini terlihat dari beragamnya tempat makan dan minum yang ada di
sekitar lokasi yang menawarkan berbagai konsep dalam rangka merebut dan
mempertahankan pasar. Menjamurnya warung kopi di Kecamatan Kebomas
Gresik seperti di kawasan Pujasera, Warung kopi Re-Coffe dan warung-warung
kecil lainnya, berpengaruh terhadap kunjungan konsumen ke Warung kopi Ultras.
Konsumen merupakan salah satu penentu kelangsungan hidup suatu usaha.
Melihat pentingnya konsumen dalam bisnis ini, manajemen Warung kopi Ultras
dituntut untuk mengerti dan memahami konsumen serta memperhatikan strategi
pemasaran yang tanggap akan perubahan dan selera pasar. Strategi pemasaran
yang spesifik akan lebih efektif dalam mempertahankan dan meningkatkan
penjualan dari Warung kopi Ultras. Berdasarkan uraian tersebut, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Bagaimana karakteristik konsumen Warung kopi Ultras ?
5. Bagaimana persyaratan konsumen (apa yang diinginkan konsumen) dalam
usaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan Warung kopi Ultras ?
6. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan
Warung kopi Ultras ?
7. Bagaimana usulan strategi pemasaran Warung kopi Ultras yang efektif ?
40
3.5. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian agar dapat diketahui arah dan sasaran yang
akan dituju oleh peneliti. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen Warung Kopi Ultras.
2. Menganalisis persyaratan konsumen (yang diinginkan konsumen) dalam
usaha meningkatkan kualitas produk dan pelayanan Warung kopi Ultras.
3. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan
yang diberikan Warung kopi Ultras
4. Membuat suatu perencanaan usulan strategi pemasaran untuk Warung kopi
Ultras dengan menggunakan metode QFD, SWOT dan STP.
3.5.1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran
umum perusahaan. Ruang lingkup kepustakaan yang dipakai sebagai studi pustaka
adalah manajemen pemasaran dengan metode Quality Function Deployment
(QFD), Strengths – Weaknesses – Opportunities – Threats (SWOT) dan
Segmentation, Targeting, Positioning (STP).
3.5.2. Studi Lapangan / Identifikasi Lapangan
Berdasarkan tahap-tahap sebelumnya, maka dapat diidentfikasikan
variable penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar langkah-langkah
selanjutnya. Adapun variabel penelitian terdiri dari :
a. Demografis dan karakteristik keputusan konsumen dalam berkunjung ke
Warung kopi Ultras.
b. Karakteristik persyaratan konsumen terhadap produk dan pelayanan warung
kopi.
c. Karakteristik kepercayaan konsumen terhadap produk dan pelayanan Warung
kopi Ultras.
41
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Warung kopi Ultras dan warung kopi
pembandingnya adalah Warung kopi Re-coffe. Warung kopi Re-coffe dipilih
karena berada dalam satu daerah yang sama yaitu desa Randu Agung kecamatan
Kebomas – Gresik. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan pada bulan Juli
2010, dengan penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan
Warung kopi Ultras sebagai objek penelitian, karena termasuk kategori usaha
skala menengah ke atas dikarenakan tingkat produktifitas produknya di atas rata-
rata warung kopi di Kecamatan Kebomas – Gresik.
3.7. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh dengan melakukan wawancara / interview dengan berbagai narasumber
dari pihak Warung kopi Ultras dan pengunjung atau konsumen Warung kopi
Ultras, dilakukan dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan sehingga
data yang diperoleh akan sesuai dengan tujuan penelitian dan mudah dalam
pengolahannya.
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
studi literatur berbagai buku, referensi, penelitian terdahulu dan internet.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode wawancara
dan kuesioner.
3.8.1. Wawancara
Wawancara / interview akan dilakukan dengan konsumen Warung kopi
Ultras untuk mendapatkan informasi tentang atribut-atribut yang diinginkan
konsumen (customer needs) dan pemilik Warung kopi Ultras, untuk mendapatkan
informasi dan penjelasan visi, misi, dan strategi perusahaan dalam kaitannya
dengan peningkatan kualitas produk atau jasa Warung kopi Ultras.
42
3.8.2. Kuesioner
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
survei. Menurut Simamora (2002), riset survei adalah pengumpulan data primer
dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Instrumen utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibagikan kepada
responden Warung Kopi Ultras. Kuesioner formal yang disebarkan kepada
konsumen terkait dengan atribut pelayanan Warung Kopi Ultras yang diinginkan
dan diharapkan konsumen dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan tingkat validitas dan reliabilitas setinggi mungkin.
Secara umum penyusunan kuisioner ini terdiri dari tiga bagian pokok,
antara lain :
1. Identitas responden
Berisi tentang nama, alamat, jenis kelamin dan demografis responden.
2. Karakteristik responden
Berisi tentang pertanyaan-pertanyaan umum yang berkaitan dengan
karakteristik konsumen mengenai produk atau jasa pada warung kopi.
3. Pengisian data tentang tingkat kepentingan dan kepuasan responden.
Kriteria konsumen yang dijadikan responden yaitu :
1) Konsumen yang sedang berkunjung ke lokasi penelitian, baik pada hari kerja
(Senin-Jumat) maupun hari libur (Sabtu dan Minggu) untuk mengkonsumsi
dan menikmati produk / pelayanan Warung kopi Ultras pada saat penelitian
berlangsung.
2) Konsumen tersebut pernah bekunjung ke Warung kopi Ultras dan competitor
(Re-Coffe) minimal dua kali sehingga konsumen dapat dipastikan telah
mengenal perusahaan dan dapat menilai kualitas produk.
3) Konsumen bersedia di wawancarai atau mengisi kuesioner yang telah
disediakan, dan dalam satu keluarga dipilih satu orang, hal ini ditujukan agar
tidak adanya saling mempengaruhi dalam menjawab kuisioner.
43
3.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif yang
menjabarkan gambaran umum perusahaan. Sedangkan untuk menganalisis
kualitas pelayanan warung kopi Ultras digunakan metode QFD melalui matriks
HOQ. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data-data dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007.
Pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan menggunakan skala
lima peringkat (Skala Likert). Menurut Simamora (2002), Skala Likert merupakan
teknik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Nazir
(1999) menyebutkan bahwa Skala Likert menggunakan data ordinal sehingga
skala ini hanya dapat membuat rangking atau jenjang tetapi tidak dapat diketahui
berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya di
dalam skala. Pilihan berjenjang pada Skala Likert dimulai dari intensitas paling
rendah sampai paling tinggi atau bisa juga sebaliknya asalkan konsisten. Pilihan
yang berjenjang ini menyebabkan setiap jawaban dapat diberi bobot sesuai dengan
intensitasnya. Skala lima peringkat yang dimaksud dalam penelitian ini beserta
bobotnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Bobot Jawaban Konsumen terhadap Tingkat Kepentingan, Tingkat Kinerja
Jawaban Bobot Kepentingan Kinerja
5 Sangat penting Sangat memuaskan 4 Penting Memuaskan 3 Cukup Cukup memuaskan 2 Tidak penting Tidak memuaskan 1 Sangat tidak penting Sangat tidak memuaskan
3.10. Metode Pengambilan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampel tanpa peluang (Non Probability Sampling). Umar (2000)
menyatakan bahwa setiap anggota populasi tidak mempunyai peluang yang sama
untuk terpilih menjadi sampel dalam teknik ini. Cara yang digunakan adalah
44
Convenience Sampling atau cara dipermudah, yaitu dengan cara memilih
konsumen yang dirasa paling mudah untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
Dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah orang-orang yang
berkunjung ke Warung kopi Ultras. Sementara yang menjadi sampel adalah
konsumen yang berkunjung ke Warung kopi Ultras pada saat penelitian dilakukan
dan bersedia untuk diwawancarai.
Untuk menentukan jumlah sampel penelitian, maka digunakan metode
perhitungan Bernoulli, ukuran sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian
ini di dapat dari perhitungan Bernoulli sebagai berikut :
Keterangan :
N = Jumlah sampel minimum
Z = Nilai distribusi normal
α = Tingkat ketelitian = 0,95
e = Tingkat kesalahan = 0,05
p = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap benar
q = Proporsi jumlah kuisioner yang dianggap benar
Dengan asumsi proporsi jumlah kuisioner yang benar 95%, tingkat ketelitian 5%,
maka jumlah sampel penelitian adalah :
Dari perhitungan di atas, di dapat jumlah sampel responden yang
diperlukan adalah 73 responden. Namun untuk memenuhi syarat dan menghindari
(Za/2)2 p.q
e2 N ≥
0,182476
0,0025 N ≥
N ≥ 72,99 ≈ 73 lembar
(1,96)2 x 0,95 x 0,05
(0,05)2 N ≥
45
kekurangan dan kesalahan pengisian data dari kuesioner, maka kuisioner
disebarkan sebanyak 80 responden.
3.11. Pengujian Data
3.11.1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur atau bisa digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika kuesioner yang disusun dapat
mengukur apa yang ingin diukurnya.
Cara pengujian validitas :
1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2) Melakukan uji coba skala pengukur tersebut kepada sejumlah responden.
3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4) Menghitung korelasi antara masing- masing pernyataan dengan skor total
dengan menggunakan rumus teknik korelasi (product moment ) sebagai
berikut :
Dimana :
x = Skor tiap-tiap variabel
y = Skor tiap rerponden
N = Jumlah responden
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik Tabel Korelasi nilai r. Cara melihat angka kritik adalah dengan
melihat baris N-2. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 %. Apabila nilai
angka kritik yang diperoleh kurang dari angka kritik tabel korelasi nilai - r maka
data tersebut tidak signifikan, berarti pernyataan tersebut tidak valid.
r = N (∑xy) – (∑x)(∑y)
{[N∑x2 – (∑x2)][N∑y2 – (∑y2)]}1/2
46
3.11.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain,
reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur
gejala yang sama.
Untuk memudahkan dalam melakukan uji reliabilitas, maka pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 15 dimana teknik
penghitungannya dengan menggunakan One Shot / pengukuran satu kali, dan
hasilnya diperbandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan dengan Alfa Cronbach, suatu konstruk atau variabel
dikatakan realibel apabila memberikan nilai Cronbach > 0,60 (Nunally dalam
Ghozali, 2005).
3.12. Tahap Membangun Rumah Kualitas (House Of Quality)
3.12.1. Matriks Kebutuhan Pelanggan / Customer Needs and Benefits
Matriks ini berisi daftar kebutuhan pelanggan Warung Kopi Ultras secara
terstruktur yang langsung diterjemahkan dari kata-kata pelanggan, sering disebut
juga Voice Of Customers Langkah-langkah mendapatkan Voice Of Customers:
1. Mendapatkan suara pelanggan Warung Kopi Ultras melalui wawancara,
kuisioner terbuka, komplain pelanggan.
2. Sortir Voice of Customer ke dalam beberapa kategori (need/benefit, dimensi
kualitas, dll).
3. Masukkan ke dalam matriks kebutuhan pelanggan.
3.12.2. Matriks Perencanaan (Planning Matriks)
Pada tahap ini data yang sudah diuji pada tahap sebelumnya di olah sesuai
dengan kebutuhannya pada tahap matriks perencanaan. Langkah-langkah matriks
perencanaan :
47
a. Tingkat kepentingan konsumen (Importance to Customer).
Penentuan tingkat kepentingan konsumen digunakan untuk mengetahui sejauh
mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen
yang ada.
b. Tingkat kepuasan pelanggan (Current Satisfaction Performance).
Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dimaksudkan untuk mengukur
bagaimana tingkat kepuasan konsumen setelah pemakaian produk atau jasa
Warung Kopi Ultras yang telah dianalisa.
c. Tingkat Kepuasan Pelanggan Pesaing (Competitive Satisfaction Performance).
Tingkat kepuasan pelanggan pesaing merupakan persepsi pelanggan mengenai
seberapa baik suatu produk atau jasa pesaing / competitor dari Warung Kopi
Ultras dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
d. Target (Goals).
Nilai target ini ditentukan oleh Warung Kopi Ultras untuk mewujudkan tingkat
kepuasan yang diinginkan oleh konsumen.
e. Rasio perbaikan (Improvement Ratio).
Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara nilai yang diharapkan pihak
perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk.
f. Titik jual (Sales Point).
Titik jual adalah kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual
produk. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari :
1 = Tidak ada titik jual (daya jual rendah)
1.2= Titik jual menengah
1.5= Titik jual kuat
g. Raw weight.
Raw Weight merupakan nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan
dalam Planning Matrix tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan
selanjutnya dalam upaya pengembangan produk.
h. Normalized raw weight.
Normalized Raw Weight merupakan nilai dari Raw Weight yang dibuat dalam
skala antara 0 – 1 atau dibuat dalam bentuk prosentase.
48
3.12.3. Matriks Karakteristik Teknis / Substitute Quality Characteristics
Matriks ini memuat karakteristik teknis yang merupakan bagian dimana
perusahaan melakukan penerapan metode yang mungkin untuk direalisasikan
dalam usaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dalam technical
response, Warung Kopi Ultras mentranslasikan kebutuhan konsumen menjadi
substitute quality characteristics Perlu ditentukan arah peningkatan atau target
terbaik yang dapat dicapai, yaitu:
1. Semakin besar nilainya, semakin baik.
2. Semakin kecil nilainya, semakin baik.
3. Nilai target yang ditentukan adalah yang terbaik.
Pada tahap ini yang ingin dicari adalah solusi dari setiap consumer needs
pada matriks “Hows”.
3.12.4. Matriks Hubungan (Correlations Matriks)
Menggambarkan suatu tingkat kepentingan hubungan antara voice of
customer dengan respon teknis. Gambaran ini menggunakan beberapa simbol
yang dapat dilihat pada tabel 3.2. di bawah ini.
Tabel 3.2. Simbol Matriks Hubungan
Simbol Nilai Pengertian
<Kosong>
0
Tidak ada hubungan
1
Mungkin ada hubungan
3
Hubungannya sedang
9
Sangat kuat hubungannya
3.12.5. Korelasi Teknis (Technical Correlation)
Pada tahap ini menentukan interlationstrip dan interdependencises antara
respon teknis, tahap ini digunakan untuk menganalisa suatu respon yang akan
diperbaiki, adapun simbolnya terdapat dalam tabel 3.3. di bawah ini.
49
Tabel 3.3. Simbol Korelasi Teknis
Simbol Pengertian
√√
Pengaruh positif sangat kuat
√
Pengaruh positif cukup kuat
<kosong>
Tidak ada pengaruh
X
Pengaruh negatif cukup kuat
XX
Pengaruh negatif sangat kuat
3.12.6. Matriks Teknis
a. Prioritas
Pada tahap ini menghasilkan suatu kontribusi setiap respon terhadap kualitas
suatu produk atau jasa dan menunjukkan performansi setiap respon pada
pelayanan produk atau jasa Warung Kopi Ultras dan pelayanan produk atau
jasa dari Warung Kopi Re-Coffe.
Untuk mendapatkannya, digunakan pada tahap planning matrix yaitu Raw
Weight, yang kemudian dikalikan dengan nilai matriks hubungan. Prioritas
untuk tiap respon teknis merupakan jumlah perkalian tersebut untuk semua
customer needs
Prioritas Atribut = (Importance Rating x Relationship Matrix Numerix)
Prioritas Relative = (Raw Weight x Relationship Matrix Numerx)
b. Benchmarking
Pada tahap ini digunakan functionality benchmarking, dimana yang
dibandingkan adalah fungsi-fungsi respon teknis. Tahap ini secara umum
sama dengan planning matriks untuk competitive customer sastifaction.
c. Target
Target adalah hanya menggambarkan bagaimana respon teknis yang dicapai
berhubungan dengan customer needs dan performansi pesaing. Hal ini
berguna sebagai filter awal untuk membantu menentukan respon teknis agar
dapat dikualifikasikan.
50
3.13. Penerapan Metode SWOT
3.13.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Perusahaan
Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi faktor-
faktor lingkungan usaha Warung kopi Ultras, baik lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal.
Data dan informasi lingkungan perusahaan yang akan diolah dan dianalisis
meliputi lingkungan internal dan eksternal perusahaan.
a. Data dan informasi mengenai lingkungan internal perusahaan meliputi hasil
yang diperoleh dari pengolahan data dengan QFD yakni pada perencanaan
matriks Raw Weight (nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan dalam
perencanaan matriks).
b. Sedangkan data dan informasi yang menyangkut lingkungan eksternal
perusahaan meliputi demografi, ekonomi, politik/hukum, sosial budaya dan
teknologi.
3.13.2. Tahap Input Data / Input Stage
Setelah mengolah dan menganalisis lingkungan internal dan lingkungan
eksternal perusahaan, penelitian diteruskan dengan perumusan strategi.
Perumusan strategi dilakukan melalui tiga tahapan.
Tahap pertama adalah tahap masukkan (the input stage) dengan
menggunakan Internal Factor Evaluation (IFE) matriks untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan Warung kopi Ultras serta
Eksternal Factor Evaluation (EFE) matriks untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan.
3.13.3. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan atau yaitu tahapan untuk menghasilkan strategi
alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang
telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap pencocokan ini digunakan alat
analisis matriks Internal-Eksternal (matriks IE) dan matriks SWOT.
51
1) Analisis Matriks IE (Internal-External Matriks)
Matriks IE merupakan hasil penggabungan antara matriks IFE dan matriks
EFE. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, total nilai IFE yang diberi
bobot pada sumbu (x), dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu (y).
Dari total nilai yang dibobot pada setiap divisi, dapat disusun matriks IE pada
tingkat korporasi. Pada sumbu x matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari :
a) Nilai 1,0 – 1,99 = posisi internal yang lemah
b) Nilai 2,0 – 2,99 = posisi internal yang sedang atau rata-rata
c) Nilai 3,0 – 4,00 = posisi internal yang kuat
Pada sumbu y total nilai EFE yang diberi bobot dari :
a) Nilai 1,0 – 1,99 = posisi eksternal yang rendah
b) Nilai 2,0 – 2,99 = posisi eksternal yang sedang
c) Nilai 3,0 – 4,00 = posisi eksternal yang tinggi
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi
strategi berbeda, yaitu :
a) Divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integrative (integrasi ke belakang,
integrasi ke depan, integrasi horizontal) merupakan strategi yang tepat
untuk divisi-divisi ini.
b) Divisi yang masuk ke dalam sel III, V, dan VII yang paling baik dikelola
dengan strategi pertahanan dan pemeliharaan. Strategi yang dilakukan
adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
c) Divisi yang masuk ke dalam sel VI, VII, dan IX paling baik dikelola
dengan strategi panen atau divestasi.
Bentuk matriks IE (Internal-External) suatu perusahaan dapat dilihat pada
Gambar 3.2. Matriks IE
52
Gambar 3.2. Matriks IE (Internal-External)
2) Analisis Matriks SWOT
Analisis SWOT merupakan alat pencocokan yang digunakan dalam
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman
eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Kombinasi faktor-faktor internal dan eksternal
dalam matriks SWOT yaitu kekuatan-peluang (S-O), kelemahan-peluang
(WO), kelemahan-ancaman (W-T), kekuatan-ancaman (S-T).
Langkah-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut :
a) Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
b) Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
c) Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
d) Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
e) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi S-O dalam sel yang tepat.
f) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi W-O dalam sel yang tepat.
Kuat 3,0 – 4,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
Lemah 1,0 – 1,99
Tinggi 3,0 – 4,0
Menengah 2,0 – 2,99
Rendah 1,0 – 1,99
1,0 2,0 3,0
1,0
2,0
3,0
4,0
I II III
IV V VI
VII VIII IX
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
53
g) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi S-T dalam sel yang tepat.
h) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi W-T dalam sel yang tepat.
3.14. Segmentation, Targeting, Positioning (STP)
3.14.1. Segmentationing
Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen
konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran
tersendiri. Untuk menentukan segmentasi pasar maka perlu mengidentifikasi
aspek utama di bawah ini :
e. Aspek Geografis, komponen-komponennya adalah seperti : bangsa, negara,
propinsi dan kabupaten/kotamadya.
f. Aspek Demografis, komponen-komponennya adalah seperti : usia dan tahap
daur hidup, jenis kelamin dan pendapatan.
g. Aspek Psikografis, komponen-komponennya adalah seperti : kelas sosial,
gaya hidup dan kepribadian.
h. Aspek Perilaku, komponen-komponennya adalah seperti : kesempatan,
tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian dan sikap.
3.14.2. Targeting
Menentukan satu atau lebih target segmen pasar yang akan dimasuki
setelah mengetahui segmentasi pasarnya.
3.14.3. Positioning
Menetapkan posisi pasar guna membangun dan mengkomunikasikan
keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak/ relung konsumen
setelah mengetahui posisi SWOT.
54
3.15. Variabel Penelitian
Menurut Nazir (1999), variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Variabel dibagi menjadi berbagai macam penggolongan,
namun yang dipakai dalam penelitian ini adalah variabel atribut. Variabel atribut
adalah variabel yang umumnya berupa karakteristik manusia seperti jenis
kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak perusahaan, dan berbagai sumber, maka variable
diperhitungkan berdasarkan dua indikator utama yaitu Variabel produk dan
Pelayanan.
Variabel tersebut digunakan untuk atribut Persyaratan konsumen,
sedangkan untuk persyaratan teknis diperoleh setelah atribut persyaratan
konsumen didapatkan. Variabel atribut tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
warung kopi Ultras beserta indikatornya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Variabel Persyaratan Konsumen dan Indikatornya
No Variabel Indikator
1 Rasa Gurih, harum, kental Takaran kopi dan gula pas
2 Harga Murah/mahal Kesesuaian harga dengan rasa
3 Variasi menu Banyaknya Jumlah menu jajanan dan minuman yang disediakan
4 Promosi penjualan Promosi Penjualan, periklanan, pemasaran langsung, public relation.
5 Kecepatan pelayanan Waktu yang diperlukan untuk melayani sampai ke tangan konsumen
6 Lokasi Kemudahan menuju lokasi Akses transportasi umum Akses kendaraan pribadi
7 Respon keluhan
pelanggan
Cara merespon keluhan pelanggan purna jual
8 Keramahan dan
kesopanan pramusaji Bersikap ramah dan sopan santun Senyum dan komunikatif Penampilan bersih dan rapi
9 Kenyamanan tempat Kenyamanan ruang makan untuk bersantai
55
10 Penjelasan pramusaji Cara Pramusaji menjelaskan Pengetahuan pramusaji memberikan informasi
11 Penataan eksterior dan
interior ruangan Ruang tertata rapi Penataan tempat lesehan, meja dan kursi Dekorasi ruangan
12 Kecepatan transaksi Kecepatan kasir dalam melayani pembayaran konsumen
13 Fasilitas pendukung Area tempat parkir Free Hotspot area Mushola AC/kipas angin Toilet Meeting room/ruang diskusi Papan saran /madding TV, Koran, Musik, Gitar, Catur
3.16. Definisi Operasional
1) Atribut Produk adalah sifat yang dimiliki suatu produk atau jasa yang akan
membentuk karakteristik produk tersebut.
2) Konsumen adalah orang yang sedang melakukan pembelian di Warung kopi
Ultras untuk dikonsumsi di tempat atau di bawa pulang pada saat penelitian
dilakukan.
3) Responden adalah orang yang sedang melakukan pembelian di Warung kopi
Ultras dan bersedia mengisi kuesioner.
4) Karakteristik responden adalah informasi mengenai identitas responden,
seperti nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
pengeluaran per bulan.
5) Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh
oleh konsumen.
6) Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima atas pekerjaan yang dilakukan
dan diterima oleh reponden per bulan (diukur dalam rupiah). Bagi responden
yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa, maka dalam hal ini pendapatan
ialah sejumlah uang saku yang diterima per bulan.
7) Pengeluaran adalah jumlah uang yang dikeluarkan responden untuk
memenuhi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier per bulan.
56
8) Motivasi merupakan alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu
tindakan.
9) Waktu kunjungan adalah waktu yang disediakan oleh responden untuk
mengunjungi Warung kopi Ultras.
10) Suasana/atmosfer adalah perpaduan kenyamanan dengan dekorasi ruangan
yang menciptakan nuansa santai, nyaman dan hangat.
11) Produk Warung kopi Ultras adalah sesuatu yang ditawarkan atau dijual oleh
Warung kopi Ultras ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau
dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
12) Tingkat kepentingan adalah penilaian konsumen tentang seberapa penting dan
berpengaruh suatu atribut dalam proses pemilihan atribut.
13) Tingkat kepuasan adalah penilaian konsumen tentang seberapa puas kinerja
Warung kopi Ultras dalam memberikan kepuasan bagi konsumen pada suatu
atribut.
14) Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima per bulan oleh konsumen
atas pekerjaan yang dimiliki (dalam rupiah). Bagi responden yang masih
berprofesi sebagai pelajar maka pendapatan dalam hal ini adalah jumlah uang
saku yang diterima responden per bulan.
15) Rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan syaraf indra pengecap.
16) Harga adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli
dan mengkonsumsi kopi di Warung kopi Ultras.
17) Variasi menu adalah banyaknya jumlah menu yang ditawarkan oleh Warung
kopi Ultras kepada konsumen berupa makanan dan minuman.
18) Promosi adalah informasi dan program penjualan yang diberikan oleh
manajemen Warung kopi Ultras melalui iklan, potongan harga maupun jenis
promosi lainnya.
19) Kecepatan pelayanan adalah waktu yang diperlukan untuk melayani makanan
dan minuman sampai ke tangan konsumen.
20) Lokasi adalah tempat dimana Warung kopi Ultras berada dan merupakan
tempat yang dituju konsumen untuk membeli produk Warung kopi Ultras.
57
Aspek yang diperhatikan adalah kemudahan menuju lokasi, akses transportasi
umum dan kendaraan pribadi.
21) Respon/kesigapan pramusaji yaitu bagaimana perhatian dan kesiapan pelayan
untuk melayani konsumen.
22) Keramahan dan kesopanan pramusaji adalah sikap pramusaji terhadap
konsumen yang diukur berdasarkan penampilan, sikap ramah, sopan santun,
senyum, dan komunikatif.
23) Kenyamanan tempat adalah perasaan emosi tentang nyaman atau tidaknya
ruang makan Warung kopi Ultras sebagai tempat makan untuk bersantai.
24) Penjelasan pramusaji yaitu bagaimana pramusaji memberikan pengertian
terhadap apa yang ingin diketahui oleh konsumen dan penggunaan tempo
dalam berbicara.
25) Penataan eksterior dan interior ruangan adalah penataan di dalam dan di luar
ruangan warung kopi yang meliputi ruangan tertata rapi, lesehan dan dekorasi
ruangan.
26) Kecepatan transaksi adalah kecepatan kasir dalam melayani pembayaran
konsumen.
27) Fasilitas adalah keragaman pendukung yang ditawarkan seperti area tempat
parkir, Free Hotspot area, mushola, AC/kipas angin, Toilet, Meeting
room/ruang diskusi, Papan saran /madding, TV, Koran, Musik, Gitar, Catur
dan lain sebagainya.
3.17. Analisa dan Interpretasi
Langkah akhir ini adalah analisa dan interpretasi dari rumah kualitas,
analisa SWOT dan STP yang akhirnya akan menghasilkan suatu usulan strategi
pemasaran untuk meningkatkan penjualan Warung Kopi Ultras Randu Agung,
Kecamatan Kebomas – Gresik.
58
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI
5.1. Analisis Karakteristik Konsumen
5.1.1. Domisili
Sebagian besar responden bertempat tinggal atau berdomisili di luar
Kecamatan Kebomas yaitu sebanyak 63 orang atau (58,75%). Hal ini tidak lepas
dikarenakan wilayah Kecamatan Kebomas, terdapat Perguruan Tinggi ternama
dan wilayah dekat dengan perumahan serta terdapat banyak industri, sehingga
sebagian besar konsumen adalah orang luar yang menempuh kuliah dan pekerja
pabrik.
5.1.2. Jenis Kelamin
Responden yang sering datang adalah berjenis kelamin laki-laki dan tidak
ada sama sekali konsumen perempuan. Hal disebabkan karena Gresik yang
mendapat julukan sebagai kota santri masih memandang tabu seorang perempuan
yang berada di tempat yang banyak didatangi laki-laki.
5.1.3. Usia
Konsumen Warung Kopi Ultras sebagian besar berada pada usia antara
20-30 tahun yaitu sebanyak 48 orang atau (60%). Ini menunjukkan bahwa
konsumen pada usia masa-masa remaja lebih banyak waktu luang untuk
berkumpul dengan teman.
5.1.4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 23 orang atau (28,75%),
urutan kedua wiraswasta dan pelajar / mahasiswa yang sama-sama sebanyak 22
orang atau (27,5%). Ketiga pekerjaan itu memiliki prioritas yang terpaut tipis, hal
ini berarti bahwa konsumen rata-rata adalah pekerja dan mahasiswa di kawasan
sekitar Kecamatan Kebomas Gresik.
5.1.5. Pendidikan
Sebagian besar konsumen memiliki tingkat pendidikan formal SMU
sebesar 55 orang atau (68,75%). Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
59
konsumen cukup memadai sehingga memiliki kemampuan dalam mengambil
keputusan dalam pembelian produk warung kopi.
5.1.6. Status Pernikahan
Sebagian besar konsumen belum menikah sebanyak 55 orang atau
(68,75%). Hal ini menunjukkan bahwa warung kopi lebih dipilih konsumen
dengan status belum menikah dikarenakan waktu luang yang lebih banyak.
5.1.7. Pendapatan Rata-rata Per Bulan
Sebagian besar memiliki pendapatan rata-rata < Rp. 500.000 sebanyak 39
orang atau (48,75%). Hal ini memperlihatkan pangsa pasar produk warung kopi
cenderung ditujukan untuk golongan konsumen menengah ke bawah.
5.1.8. Pengeluaran Rata-rata Per Bulan
Sebagian besar memiliki pengeluaran rata-rata per bulan < Rp. 500.000
sebanyak 43 orang atau (48,75%). Hal ini memperlihatkan konsumen Warung
Kopi Ultras cenderung untuk konsumsi diluar kebutuhan pokok tidak terlalu
besar.
5.2. Analisis Perilaku dan Proses Keputusan Pembelian
5.2.1. Alasan Utama Berkunjung ke Warung Kopi
Alasan utama responden melakukan kunjungan ke Warung Kopi Ultras
adalah untuk menikmati suasana yang nyaman dengan responden yang memilih
alasan ini sebanyak 29 orang (36,25%). Hal ini bisa dikarenakan bahwa karena
karakteristik konsumen adalah pekerja dan mahasiswa, mereka butuh ketenangan
setelah belajar dan bekerja.
5.2.2. Rata-rata Kunjungan ke Warung Kopi
Responden melakukan kunjungan ke Warung Kopi Ultras pilihan mereka
rata-rata dua kali per harinya sebanyak 32 orang (40%). Ini menunjukkan bahwa
responden memiliki loyalitas yang cukup tinggi karena secara rutin melakukan
kunjungan.
5.2.3. Orang yang Menemani Berkunjung ke Warung Kopi
Sebagian besar responden sebanyak 65 orang (81,25%) berkunjung ke
warung kopi pilihannya bersama teman atau pasangan mereka. Hal ini karena
60
pada umumnya warung kopi merupakan pilihan tempat yang cukup nyaman bagi
responden untuk berkumpul dan bersantai bersama teman atau pasangan mereka
ataupun tempat untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari.
5.2.4. Hari Berkunjung ke Warung Kopi
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 59 orang (73,75%) konsumen
melakukan kunjungan pilihan mereka pada hari libur kerja. Besarnya jumlah
responden warung kopi yang memilih hari libur bisa dikarenakan waktu yang
mereka miliki lebih banyak dibanding jika mereka melakukan kunjungan di hari
kerja.
5.2.5. Waktu Berkunjung ke Warung Kopi
Sebagian besar responden warung kopi yaitu sebanyak 47 orang (58,75%)
memilih berkunjung antara pukul 17.00-22.00, hal ini menunjukkan bahwa waktu
malam mereka anggap lebih bebas dari pekerjaan dan belajar.
5.2.6. Loyalitas Terhadap Warung Kopi
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 orang (62,5%) menyatakan
akan mencari tempat lain jika warung kopi pilihan mereka penuh. Hal ini
disebabkan dilokasi yang sama terdapat warung kopi lain yang bisa menjadi
alternatif pilihan jika warung kopi pilihannya penuh.
5.2.7. Media yang Mempengaruhi Keputusan Berkunjung ke Warung Kopi
Sebagan besar konsumen pertama kali dipengaruhi teman/pasangan
sebanyak 73 orang (91,25%) responden berkunjung. Hal ini dikarenakan teman
atau pasangan merupakan orang terdekat yang paling sering berkomunikasi
dengan responden.
5.2.8. Bentuk Promosi yang Diharapkan
Responden Warung Kopi Ultras memilih keragaman menu sebagai bentuk
promosi yang paling diharapkan sebanyak 48 orang (60%). Ini menunjukkan
bahwa konsumen lebih suka dengan keragaman menu yang disajikan.
5.2.9. Penilaian Berkunjung
Sebagian besar responden Warung Kopi Ultras merasa puas berkunjung
ke warung kopi pilihan mereka sebanyak 43 orang (53,75%). Ini menunjukkan
bahwa tingkat loyalitas terhadap warung kopi cukup tinggi.
61
5.2.10. Apabila Harga Dinaikkan
Responden yang menyatakan tetap akan membeli adalah sebesar 41 orang
(51,25%). Ini menunjukkan bahwa komitmen konsumen terhadap produk dan
warung kopi pilihan sangat tinggi meskipun terjadi kenaikan harga..
5.2.11. Minat Melakukan Kunjungan Kembali ke Warung Kopi
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 78 orang (97,5%) menyatakan
akan melakukan kunjungan ulang ke warung kopi pilihan mereka. Hal ini bisa
terjadi bila konsumen merasa tidak puas bila yang ditawarkan warung kopi tidak
sesuai dengan harapan konsumen.
5.2.12. Biaya yang Dikeluarkan pada Waktu Berkunjung ke Warung Kopi
Rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan oleh sebanyak 68 orang
responden (85%) Warung Kopi Ultras pada waktu berkunjung ke warung kopi
pilihan mereka adalah kurang dari Rp. 20.000 rupiah. Hal ini berkaitan dengan
tingkat pendapatan dan pekerjaan mereka yang sebagian besar adalah pegawai
swasta, pelajar dan wiraswasta, dimana pada umumnya pegawai swasta mendapat
penghasilan yang cukup dan stabil tiap bulannya, sedangkan pelajar/mahasiswa
maupun wiraswasta belum bias dipastikan pendapatan yang pasti.
5.2.13. Cara Memutuskan Berkunjung ke Warung Kopi
Sebanyak 43 orang responden (53,75%) memutuskan melakukan
kunjungan ke warung kopi pilihan mereka tergantung situasi. Hal ini dikarenakan
konsumen melihat kesempatan waktu yang kosong untuk ke warung setelah
bekerja ataupun kuliah.
5.2.14. Manfaat yang Dicari pada Waktu Berkunjung ke Warung Kopi
Sebagian besar responden Warung Kopi Ultras sebanyak 28 orang (35%)
berkunjung ke warung kopi untuk menikmati rasa kopi yang enak. Ini dikarenakan
konsumen lebih memilih datang ke warung kopi adalah untuk menikmati menu
kopi yang disajikan.
62
5.3. Matriks perencanaan (Planning Matrix)
5.3.1. Analisis Prioritas kepentingan konsumen (Importance to Customer).
1. Sebanyak 45 responden (56 %) menyatakan bahwa atribut rasa minuman yang
disajikan merupakan atribut yang sangat penting dari suatu warung kopi
karena rasa enak atau tidaknya menjadi hal utama yang diperhitungkan dari
konsumen warung kopi untuk mengkonsumsi kembali produk tersebut.
2. Sebanyak 49 konsumen (61,25%) menyatakan bahwa variasi menu minuman
kopi / menu pelengkap lain yang ditawarkan dalam suatu warung kopi
penting.
3. Sebanyak 38 konsumen (47,5%) menyatakan bahwa promosi penjualan yang
ditawarkan oleh warung kopi penting. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
konsumen dapat mengetahui keberadaan warung kopi tersebut, termasuk menu
dan layanan yang disediakan.
4. Sebanyak 31 orang (38,75%) menyatakan bahwa harga jual kopi dalam suatu
warung kopi penting.
5. Sebanyak 46 orang (57,5%) menyatakan bahwa kecepatan pelayanan
pramusaji warung kopi penting. Hal ini dikarenakan, untuk warung kopi
dengan karakteristik konsumen pekerja, kecepatan penyajian diperhitungkan,
karena konsumen dalam posisi istirahat kerja sangat memperhitungkan waktu.
6. Sebanyak 32 orang (54.33 persen) menyatakan bahwa kemudahan
menjangkau lokasi warung kopi adalah persyaratan pelanggan yang penting.
7. Sebanyak 37 orang (46,25%) menyatakan bahwa kecepatan pramusasji
merespon keluhan konsumen adalah penting.
8. Sebanyak 51 orang responden (63,75%) menyatakan bahwa keramahan,
perhatian dan kesopanan pramusaji sangat penting. Pramusaji yang ramah dan
sopan membuat konsumen merasa nyaman dan diberikan layanan yang
terbaik.
9. Sebanyak 54 konsumen (67,5%) menyatakan bahwa kenyamanan warung kopi
sangat penting. Kenyamanan menjadi pertimbangan yang cukup menentukan
karena konsumen akan merasa rileks setelah lelah dalam bekerja maupun
belajar.
63
10. Sebanyak 45 orang (56,25%) menyatakan bahwa kemampuan pramusaji
berkomunikasi dengan konsumen penting, karena konsumen akan merasa
nyaman dan diberikan pelayanan terbaik apabila pihak pramusaji warung kopi
dapat berkomunikasi dengan baik dengan konsumen.
11. Untuk penataan ruang warung kopi, yang menyatakan penting sebanyak 41
orang (51,25%), karena dekorasi yang menarik, akan menjadi suatu hal yang
diperhitungkan konsumen untuk datang ke suatu warung kopi.
12. Sebanyak 36 orang (45%) menyatakan bahwa fasilitas merupakan hal yang
sangat penting. Karakteristik konsumen yang sebagian besar pekerja industri
sangat memerlukan hiburan untuk mengurangi tingkat kejenuhan sehabis
bekerja, sehingga fasilitas-fasilitas seperti area hotspot, koran lebih dari satu
macam, musik, permainan kartu, area parkir yang aman, toilet dan ruangan
untuk berdiskusi merupakan suatu hal yang harus ada dalam suatu warung
kopi.
13. Sebanyak 46 orang (57,5%) menyatakan bahwa kemudahan proses
pembayaran merupakan hal yang penting. Karakteristik konsumen yang
sebagian besar pekerja dan mahasiswa sangat mementingkan waktu mereka.
5.3.2. Analisa Prioritas Keinginan Konsumen
Planning Matrix dari rumah kualitas terdapat prioritas keinginan
konsumen yang berisi nilai-nilai yang menentukan atribut keinginan apa yang
paling diprioritaskan oleh konsumen.
Berdasarkan tingkat prioritas kepentingan maka prioritas dan atribut dapat
ditampilkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Ptioritas Kepentingan Konsumen
Skala
kepentingan
Urutan
kepentingan
Nomor
atribut
Keterangan atribut
3,250 1 1 Rasa
3,137 2 4 Promosi penjualan
64
3,125 3 8 Keramahan dan kesopanan pramusaji
3,100 4 13 Fasilitas pendukung
3,050 5 10 Penjelasan pramusaji
2,987 6 5 Kecepatan pelayanan
2,962 7 6 Lokasi
2,900 8 7 Respon keluhan pelanggan
2,787 9 9 Kenyamanan tempat
2,637 10 2 Harga
2,450 11 3 Variasi menu
2,450 12 11 Penataan eksterior dan interior ruangan
2,350 13 12 Kecepatan transaksi
Prioritas kepentingan konsumen yang dianggap sangat penting yaitu : rasa
kopi, promosi penjualan, keramahan dan kesopanan pramusaji, fasilitas
pendukung, penjelasan pramusaji, kecepatan pelayanan, lokasi, respon keluhan
pelanggan, kenyamanan tempat, harga, variasi menu, penataan eksterior dan
interior ruangan, kecepatan transaksi pembayaran.
Sedangkan untuk mengetahui prioritas keinginan konsumen terhadap
produk Warung Kopi Ultras ternyata dapat dilihat dari besarnya nilai raw weight
dari setiap atribut, dimana nilai raw weight ini melibatkan nilai-nilai tingkat
kepuasan, tingkat kepentingan, goal, improvement ratio dan sales point.
Berdasarkan nilai raw weight, maka prioritas keinginan konsumen dapat
dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Prioritas Keinginan Konsumen berdasarkan raw weight
No Kebutuhan Konsumen Raw Weight 1 Rasa 4,499
2 Harga 3,597
3 Variasi menu 5,598
4 Promosi penjualan 4,498
65
5 Kecepatan pelayanan 3,598
6 Lokasi 3,597
7 Respon keluhan pelanggan 3,598
8 Keramahan dan kesopanan pramusaji 4,800
9 Kenyamanan tempat 4,799
10 Penjelasan pramusaji 4,497
11 Penataan eksterior dan interior ruangan 3,598
12 Kecepatan transaksi 3,598
13 Fasilitas pendukung 4,798
Dari tabel 5.2. dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai raw weight dari
suatu atribut, maka akan menunjukkan atribut tersebut semakin diinginkan oleh
konsumen dalam hubungannya dengan perbaikan produk dan pelayanan Warung
Kopi Ultras , sehingga pihak pengelola harus memperbaiki berdasarkan atribut
yang mempunyai nilai raw weight tinggi untuk meningkatkan kepuasan
konsumen.
5.3.3. Analisis Respon Teknis
Respon teknis adalah hal-hal yang mempunyai pengaruh dalam perbaikan
produk dan pelayanan oleh Warung Kopi Ultras untuk memenuhi kebutuhan
yang diinginkan konsumen.
Berdasarkan analisis kontribusi respon teknis Warung Kopi Ultras . Maka
kontribusi prioritas respon teknis dapat dilihat dalam tabel 5.3.
5.3.4. Analisa Kontribusi Prioritas
Kontribusi prioritas respon teknis menunjukkan seberapa besar suatu
repon teknis mempunyai pengaruh terhadap produk dan pelayanan Warung Kopi
Ultras.
Berdasarkan rumah kualitas yang telah dibuat maka prioritas respon teknis
dapat dilihat seperti tabel 5.3.
66
Tabel 5.3. Kontribusi Prioritas Respon Teknis
No
Technical Response
Kontribusi
Prioritas
Normalized
Kontribusi
Prioritas
1 Jaminan kualitas rasa kopi terjaga 0,907 0,058
2 Jaminan harga standar 1,426 0,091
3 Menambah jumlah menu jajanan dan minuman yang disediakan
1,426 0,091
4 Memberikan keragaman menu dan potongan harga
1,479 0,094
5 Menambah pramusaji / pelayan 1,012 0,065
6 Memberikan kemudahaan akses parkir bagi pribadi
1,210 0,077
7 Penyediaan box complain / kotak menampung surat complain dari pelanggan.
0,978 0,062
8 Memberikan pelatihan sikap dan bagi pramusaji / pekerja.
1,566 0,099
9 Menambah tempat duduk, live music dan
pasang kipas angin.
1,549 0,098
10 Memberikan pelatihan komunikasi bagi pramusaji / karyawan.
1,047 0,067
11 Mendesain ulang ruang sesuai dengan tren masa kini dan bernuansa harmonis dan alamia.
1,143 0,073
12 Sistem pembayaran diubah ke pra bayar 0,888 0,057
13 Penambahan Area tempat parkir, Free Hotspot area, Mushola, AC/kipas angin, Toilet, Meeting room/ruang diskusi, Papan saran /madding,TV, Koran, Musik, Gitar, Catur
1,034 0,067
Berdasarkan nilai dari kontribusi prioritas respon teknis diatas, maka dapat
dikatakan bahwa atribut yang mempunyai nilai kontribusi terbesar adalah atribut
yang paling berpengaruh dalam perbaikan produk dan pelayanan warung kopi
Ultras.
67
5.3.5. Analisa Performansi Respon Teknis
Disamping kontribusi prioritas terdapat pula nilai performasi dari suatu
respon teknis. Performasi respon teknis menggambarkan sebaik apa penampilan
suatu responden teknis pada produk dan pelayanan Warung Kopi Ultras.
Table 5.4. Nilai Performansi Teknis
Respon Teknis
Own
Performan
(Ultras)
Competitive
Performan
(Re-Coffe)
Jaminan kualitas rasa kopi terjaga 3,334 2,869
Jaminan harga standar 3,875 3,003
Menambah jumlah menu jajanan dan minuman yang disediakan serta rokok
2,780 3,176
Memberikan keragaman menu dan potongan harga 2,689 3,329
Menambah pramusaji/ pelayan 3,223 2,696
Memberikan kemudahan akses akses parkir bagi pribadi
2,369 3,155
Penyediaan box complain/ kotak pengaduan pelanggan
3,149 2,474
Memberikan pelatihan sikap dan kepribadian bagi pramusaji
3,337 2,756
Menambah tempat duduk, live musik dan pasang kipas angin
2,047 3,257
Memberikan pelatihan komunikasi bagi pramusaji/ karyawan
3,169 2,645
Mendesain ulang ruangan sesuai dengan tren masa kini dan lebih harmonis/ alami
2,987 2,867
Sistem pembayaran diubah ke pra bayar 3,282 2,935
Penambahan Area tempat parkir, Free Hotspot area, Mushola, AC/kipas angin, Toilet, Meeting room/ruang diskusi, Papan saran /madding,TV, Koran, Musik, Gitar, Catur
2,945 3,569
Dari table 5.3. diatas diketahui bahwa rata-rata performansi respon teknis dilihat
dari pelayanan yang diberikan Warung Kopi Ultras lebih baik dari pada Warung
Kopi Re-Coffe.
68
5.3.6. Analisa Korelasi Respon Teknis
Bagian lain dari rumah kualitas yang cukup penting adalah analisa korelasi
antar respon teknis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan yang dapat
terjadi apabila kita hendak merealisasikan beberapa respon teknis sekaligus.
5.4. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treath)
5.4.1. Analisis Lingkungan Internal
A. Kekuatan (Strengths)
Produk Warung Kopi Ultras memiliki kekuatan-kekuatan diantaranya rasa
kopi, promosi penjualan, keramahan dan kesopanan pramusaji, kenyamanan
tempat, penjelasan pramusaji baik dan fasilitas pendukung. Atribut kekuatan
tersebut dipengaruhi karena Warung Kopi Ultras lebih menjaga kualitas rasa kopi
agar tetap nikmat, mulai memberikan diskon, pelayan yang komunikatif dan
berkepribadian baik.
B. Kelemahan (Weaknesses)
Dari kekuatan yang dimiliki Warung Kopi Ultras, ada beberapa
kelemahan diantaranya : harga, variasi menu,kecepatan pelayanan, lokasi, respon
keluhan pelanggan kurang, penataan eksterior dan interior ruangan tidak menarik.
Hal ini dikarenakan kurangnya modal yang dimiliki oleh pemilik usaha untuk
penataan dan penambahan pekerja/ pelayan.
5.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal
A. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan faktor eksternal positif yang dapat dimanfaatkan oleh
Warung Kopi Ultras untuk mencapai tujuannya. Adapun Faktor-faktor yang
berpotensi menjadi peluang diantaranya adalah jaminan harga standar,
penambahan menu, keragaman menu dan potongan harga, penyediaan akses
parkir pribadi, keramahan dan kesopanan pramusaji cukup baik dan kenyamanan
tempat. Hal ini dikarenakan bahwa mayoritas konsumen yang ada di Kecamatan
Kebomas Gresik berada pada segmen kelas menengah kebawah sehingga
69
memungkinkan membeli produk kopi yang lebih murah serta banyak dari
konsumen sebagai pekerja sehingga dalam berkunjung lebih memilih yang banyak
menunya..
B. Ancaman (Threats)
Disamping ada peluang, Warung Kopi Ultras juga memiliki banyak
ancaman. Ancaman ini datang dari produk usaha yang sama dari pendatang baru
namun mereka lebih modern dalam konsep marketing dan kuat secara modal, hal-
hal yang menjadi ancaman antara lain : pesaing meulai mengedepankan kualitas
rasa, pesaing mulai meningkatkan kecepatan dalam pelayanan, penyediaan sarana
respon keluhan konsumen, pramusaji pesaing dalam memberikan penjelasan
cukup baik, transaksi pembayaran yang dilakukan pesaing cepat dan gencarnya
pesaing menambah fasilitas pendukung.
5.5. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
Dari analisis faktor kekuatan dan kelemahan internal, maka diperoleh
Internal Factor Analisis Summary (IFAS) yang menghasilkan bobot skor 4,09.
5.6. EFAS (Eksternal Faktor Analysis Summary)
Dari analisis faktor kekuatan dan kelemahan internal, maka diperoleh
Eksternal Factor Analisis Summary (EFAS) yang menghasilkan bobot skor 1,18.
5.7. Analisa Matriks Internal Eksternal (IE)
Dari hasil hasil analisis IFAS dan EFAS, dapat diketahui dalam matriks IE
bahwa posisi perusahaan berada pada titik koordinat 4,09 dan 1,18 yang berarti
berada pada Sel I.
5.8. Diagram SWOT
Diagram SWOT menunjukkan bahwa posisi Warung Kopi Ultras berada
pada Kuadran I (titik kordinat : 0,37 ; 0,17).
70
5.9. Matriks SWOT
Setelah diketahui matrik IFAS, matrik EFAS dan matrik IE, maka dapat
disusun matrik SWOT. Matrik SWOT disusun untuk menggambarkan bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Matrik SWOT dapat
menghasilkan empat set strategi yang dapat dilakukan Warung Kopi Ultras.
Empat sel alternatif strategis yang dapat diambil oleh pengelola Warung
Kopi Ultras dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.
1. Strategi Strengths – Opportunities
Strategi Strengths – Opportunities ini menggunakan kelebihan atau
kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dipakai untuk memanfaatkan segala
kesempatan yang ada sehingga perusahaan dapat memiliki keunggulan bersaing
(core advantage) jika dibanding dengan perusahan-perusahaan sejenis.
a. Tetap menjaga harga produk dengan mempertahankan cita rasa kopi.
b. Gencar melakukjan promosi dengan memberikan potongan harga dan
keragaman menu yang dibutuhkan konsumen.
c. Memberikan tambahan fasilitas pendukung yang dibutuhkan konsumen dan
penambahan pramusaji yang berpengalamanan.
2. Strategi Weakness – Opportunities
Strategi Weakness – Opportunities ini memperkecil kelemahan dengan
memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada.
a. Mempertahankan kualitas kopi.
b. Menambah variasi menu yang dibutuhkan konsumern.
c. Melatih kemampuan kepribadian pramusaji/ pelayan.
d. Melakukan penataan ulang ruangan warung kopi yang lebih menarik.
3. Strategi Strengths – Threats
Strategi Strengths – Treathts ini merupakan kekuatan untuk menghidari
ancaman.
1. Menjaga kualitas produk kopi.
71
2. Memunculkan kegiatan/ even khusus.
3. Menjaga harga produk.
4. Pramusaji harus ditekankan bersikap komunikatif dan menarik.
5. Penambahan fasilitas yang dibutuhkan konsumen.
4. Strategi Weaknesses – Threats
Strategi Strengths – Treathts ini memperkecil kelemahan dan menghindari
ancaman dari pesaing.
1. Tetap menjaga harga dan kualitas rasa kopi.
2. Memberikan waktu pelayanan yang lebih dan memperhatikan selera kebutuhan
konsumen.
3. Selalu evaluatif terhadap setiap keluhan konsumen/ pelanggan.
4. Menata ulang ruangan warung kopi.
5.10. Segmentation, Targeting, Positioning
5.10.1. Segmentation
Aspek geografis berkaitan dengan penentuan tempat pemasaran produk.
Daerah pemasaran produk adalah daerah kawasan industri, kawasan pendidikan
dan sekitarnya. Dari aspek Demografis , responden yang berkunjung lebih banyak
usia rata-rata yang berkunjung adalah usia antara 20-30 tahun dan mayoritas yang
berkunjung adalah laki-laki.
Aspek psikografis dan perilaku berkaitan dengan bagaimana karakteritik
konsumen berdasarkan lokasi. Karena lokasi yang berada di kawasan industri,
perumahan/real etate dan kawasan pendidikan, dimana konsumen mayoritas
sebagai pegawai swasta/ pabrik sebesar 23% dan mahasiswa/ wiraswasta sebesar
22%, maka sebagian besar konsumen merupakan konsumen yang melakukan
istirahat baik kerja atau kuliah serta untuk kepentingan usaha/ bisnis lainnya.
Secara keseluruhan segmen pasar yang dituju oleh Warung Kopi Ultras adalah
masyarakat golongan menengah kebawah.
72
5.10.2. Targeting
Dalam hal ini, target usaha adalah konsumen pekerja pabrik dan
mahasiswa yaitu sebesar 22 - 23 persen dan sebagian kecil lainnya adalah
konsumen lokal yang memang sengaja datang ke Warung Kopi Ultras.
Hal ini menandakan bahwa target konsumen memang pekerja/ mahasiswa
lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya di warung kopi untuk sekedar ngopi,
menikmati suasana atau urusan lainnya.
5.10.3. Positioning
Positioning yang diterapkan oleh pihak pemilik Warung Kopi Ultras
secara keseluruhan adalah warung kopi sebagai tempat untuk nyangkruk dan
ngopi bareng dengan menyajikan menu minuman kopi dengan rasa yang khas,
layanan terbaik dengan pramusaji yang berpenampilan menarik serta harga yang
terjangkau.
Dengan image bahwa warung kopi sebagai tempat untuk diskusi,
menikmati kopi dan bersantai maka minat konsumen yang belum pernah datang
ke Kecamatan Kebomas Gresik semakin timbul untuk mengunjunginya.
73
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari pengolahan data yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
5.11. Karakteristik konsumen Warung Kopi Ultras lebih di dominasi konsumen
yang berdomisili dari luar Kecamatan Kebomas Gresik, lebih di dominasi
konsumen laki-laki, mayoritas konsumen berusia 20-30, posisi pekerjaan
kebanyakan adalah wiraswasta dan pelajar/mahasiswa, dari segi pendidikan
banyak lulusan SMU, mayoritas berstatus belum menikah, kecenderungan
berpendapatan rata-rata < Rp. 500.000 dan mayoritas konsumen mengeluarkan
biaya kebutuhan rata-rata per bulan < Rp. 500.000, rata-rata satu hari sampai
tiga kali berkunjung, apabila harga dinaikkan tetap membeli.
5.12. Persyaratan konsumen (yang diinginkan konsumen) terhadap produk dan
pelayanan Warung Kopi Ultras adalah Rasa kopi, Promosi penjualan,
Keramahan dan kesopanan pramusaji, Fasilitas pendukung, Penjelasan
pramusaji, Kecepatan pelayanan, Lokasi, Respon keluhan pelanggan,
Kenyamanan tempat, Harga, Variasi menu, Penataan eksterior dan interior
ruangan, dan Kecepatan transaksi pembayaran.
5.13. Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan Warung Kopi
Ultras adalah Keramahan dan kesopanan pramusaji, Rasa kopi, Kecepatan
transaksi, Kecepatan pelayanan, Penataan eksterior dan interior ruangan,
Harga, Penjelasan pramusaji, Fasilitas pendukung, Respon keluhan pelanggan,
Variasi menu, Promosi penjualan, Kenyamanan tempat dan Lokasi.
5.14. Usulan strategi pemasaran untuk Warung Kopi Ultras yang efektif dengan
memprioritaskan urutan atribut berdasarkan nilai normalized raw weight
sebagai berikut Keramahan dan kesopanan pramusaji, Kenyamanan tempat,
Fasilitas pendukung, Rasa kopi, Promosi penjualan, Penjelasan pramusaji,
Variasi menu, Kecepatan pelayanan, Kecepatan transaksi, Penataan eksterior
74
dan interior ruangan, Harga, Respon keluhan pelanggan dan Lokasi. Pemilik
warung kopi harus tetap menjaga harga dengan mempertahankan cita rasa
kopi, gencar melakukan promosi (kegiatan/ even khusus) dengan memberikan
berbagai potongan harga/ diskon dan keragaman menu yang dibutuhkan
konsumen, memberikan fasilitas pendukung (wifi, toilet, parkir, AC, musik,
koran, TV, gitar, parkir, dll), menambah variasi menu (makanan, minuman,
jenis-jenis rokok), memberikan pelatihan komunikasi bagi pelayan agar lebih
komunikatif dengan konsumen dengan baik, melakukan renovasi ruangan
lebih menarik, memberikan waktu dan pelayanan lebih dan memperhatikan
selera konsumen, evaluatif terhadap respon keluhan pelanggan. Pemilik
warung lebih mengedepankan segmentasi konsumen laki-laki berusia 20-30
tahun, lebih diprioritaskan buka jam-jam istirahat, tidak memaksa apabila
konsumen mengeluarkan biaya sedikit dalam berkunjung. Target yang utama
adalah konsumen dari luar kecamatan Kebomas Gresik khususnya pekerja dan
mahasiswa serta warung kopi harus bisa memposisikan diri sebagai tempat
untuk nongkrong/ nyangkruk bagi konsumen.
6.2. Saran
1. Untuk mampu dan unggul dalam persaingan pasar, maka Warung Kopi Ultras
harus memperhatikan semua keinginan konsumen yang berhubungan dengan
produk dan pelayanannya terutama pada atribut-atribut yang lebih di
menangkan oleh warung kopi pesaing.
2. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi dalam menentukan tingkat
kepentingan kebutuhan konsumen.
3. Warung Kopi Ultras perlu melakukan survey kepuasan pelanggan setiap
bulannya, agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Karena
lingkungan usaha yang selalu dinamis membutuhkan perbaikan yang terus
menerus sesuai dengan prinsip peningkatan mutu.