katarina

6
Akal-Akalan Katarina Menuju Lantai Bursa Sebagai perusahaan terbuka yang mencatatkan efeknya di Bursa Efek Indonesia, PT Katarina Utama Tbk tergolong susah untuk dimintai keterangan. Nomor telepon kantor sudah tidak bisa dihubungi. Website perseroan, katarina.co.id, maupun alamat email sekertaris perusahaan tak lagi bisa diakses. Kantor yang ditempati Katarina di Rukan Tiara Buncit, Kemang Utara, Jakarta terlihat kosong tanpa ada aktivitas. Gedung empat lantai itu sudah kelihatan usang dengan pintu depan yang gembok rapat. Dua motor yang dibiarkan parkir di depan pintu dibiarkan berdebu. "Itu dua motor punya Katarina, enggak ada yang berani ngambil," kata Mujiyanto, satpam Rukan Tiara Buncit, saat ditemui Selasa (11/9). Mujiyanto mengatakan Katarina memang sudah tidak beroperasi sejak 2 tahun lalu. Beberapa kali, kantor ini sempat didemo oleh karyawannya. Para kreditur juga kerap datang menagih utang. Konon, kantor ini juga sudah disegel oleh salah satu kreditur bank perseroan. "Padahal dulu Katarina paling ramai, karyawannya paling banyak. Parkirnya paling penuh sampai malam," cerita Mujiyanto. Angka-angka ganjil Kejatuhan PT Katarina Utama Tbk diawali dengan perjalanannya ke lantai bursa pada 2009 lalu. Katarina menawarkan 210 juta saham kepada publik atau setara 25,95% dari modal disetor. Menurut catatan Bisnis, penawaran umum perdana (IPO) saham Katarina senilai Rp33,6 miliar, sebagian besar diserap oleh pemodal asing asal Malaysia dan Singapura.

Upload: beatlesxxx

Post on 23-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

katarina

TRANSCRIPT

Akal-Akalan Katarina Menuju Lantai Bursa

Sebagai perusahaan terbuka yang mencatatkan efeknya di Bursa Efek Indonesia, PT Katarina Utama Tbk tergolong susah untuk dimintai keterangan.

Nomor telepon kantor sudah tidak bisa dihubungi. Website perseroan, katarina.co.id, maupun alamat email sekertaris perusahaan tak lagi bisa diakses. Kantor yang ditempati Katarina di Rukan Tiara Buncit, Kemang Utara, Jakarta terlihat kosong tanpa ada aktivitas.

Gedung empat lantai itu sudah kelihatan usang dengan pintu depan yang gembok rapat. Dua motor yang dibiarkan parkir di depan pintu dibiarkan berdebu.

"Itu dua motor punya Katarina, enggak ada yang berani ngambil," kata Mujiyanto, satpam Rukan Tiara Buncit, saat ditemui Selasa (11/9).

Mujiyanto mengatakan Katarina memang sudah tidak beroperasi sejak 2 tahun lalu. Beberapa kali, kantor ini sempat didemo oleh karyawannya. Para kreditur juga kerap datang menagih utang. Konon, kantor ini juga sudah disegel oleh salah satu kreditur bank perseroan.

"Padahal dulu Katarina paling ramai, karyawannya paling banyak. Parkirnya paling penuh sampai malam," cerita Mujiyanto.

Angka-angka ganjilKejatuhan PT Katarina Utama Tbk diawali dengan perjalanannya ke lantai bursa pada 2009 lalu. Katarina menawarkan 210 juta saham kepada publik atau setara 25,95% dari modal disetor.

Menurut catatan Bisnis, penawaran umum perdana (IPO) saham Katarina senilai Rp33,6 miliar, sebagian besar diserap oleh pemodal asing asal Malaysia dan Singapura.

Salah satunya adalah Mavcap Capital One Sdn Bhd, anak usaha Malaysia Venture Capital Management Bhd, yang kemudian disebut-sebut memiliki 18% saham perseroan.

Menurut sumber Bisnis yang mengetahui kondisi keuangan perseroan, proses IPO Katarina sejak awal memang sudah penuh dengan akal-akalan. Laporan keuangan perseroan per Desember 2008 yang digunakan sebagai dokumen prasyarat IPO diduga dipalsukan.

"Angka-angka di neraca keuangan 2008 banyak yang fiktif," katanya Jumat (21/9).

Dalam dokumen laporan keuangan 2008 yang diterima Bisnis, nilai aset perseroan memang terlihat naik hampir 10 kali lipat dari Rp7,9 miliar pada 2007 menjadi Rp76 miliar pada 2008. Adapun ekuitas peseroan tercatat naik 16 kali lipat menjadi Rp64,3 miliar dari Rp4,49 miliar.

Dari angka yang melonjak tinggi itu, sebesar Rp69,87 miliar yang tercantum di kolom aset dan Rp60 miliar di kolom ekuitas adalah angka-angka palsu. "Rincian uang muka proyek yang Rp29,6 miliar, piutang usaha Rp13 miliar, dan lainnya itu omong kosong semua," jelas sumber Bisnis.

Direksi Katarina Utama pada masa itu, dipegang oleh Fazli bin Zainal Abidin sebagai Direktur Utama dan Mohd Sopiyan Bin Mohd Rasidi sebagai Direktur Keuangan merangkap Sekretaris Perusahaan.

Mereka mewakili perusahaan pengendali asal Malaysia PT Silver Mountaine yang per Desember 2008 tercatat memiliki saham sekitar 90% di Katarina.

Dari segi kesiapan perseroan, IPO Katarina ini juga terbilang ganjil. Pasalnya, Katarina baru saja diakuisisi oleh PT Silver Mountaine pada 2008.

Pada 2007, saham Katarina tercatat masih dimiliki oleh PT Primadaya Handara dan PT Tritunggal Perkasa Investama dengan kepemilikan masing-masing sebesar 45%.

Entah bagaimana caranya, berbagai keganjilan tersebut akhirnya lolos dari pantauan PT Bursa Efek Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan (Bapepam LK). Pada 14 Juli 2009, Katarina sukses melakukan IPO dengan saham berkode RINA.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI yang menjabat saat itu, Eddy Sugito, mengaku tidak mengetahui adanya manipulasi laporan keuangan 2008 tersebut.

Pasalnya, laporan keuangan sudah diberikan opini wajar oleh Auditor Independen Budiman Soedarno dengan NIAP 00.1.0723.

"Posisi bursa sulit karena kita tidak memiliki kapasitas untuk melakukan audit secara independen. Ketika ada hal yang ganjil, tentu kita pertanyakan, tetapi kita sulit menilai apakah penjelasan yang diungkapkan perseroan benar atau tidak," jelasnya Senin (24/9) kemarin.

Di tempat yang berbeda, Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Sarjito mengiyakan perihal dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut, namun enggan menjelaskan lebih lanjut perkembangan pemeriksaan yang telah dilakukan Bapepam LK.

Raibnya Dana IPOMasalah Katarina tak berhenti sampai situ. Setahun pasca listing, dugaan penyelewengan dana IPO mulai tercium otoritas bursa dan pasar modal. Dana raihan sebesar Rp33,6 miiar tidak jelas penggunaannya. Diduga, dana yang riil dipakai sesuai dengan prospektus hanya Rp4 miliar-Rp5 miliar saja.

Padahal perseroan, menjanjikan sekitar 54,05%, akan dipakai untuk kebutuhan modal kerja sementara 36,04% sisanya diperuntukan untuk membeli berbagai peralatan proyek.

Dugaan penyelewengan tersebut, lagi-lagi dipicu oleh laporan keuangan perseroan yang menunjukan angka-angka ajaib. Pada 2010, jumlah aset terlihat menyusut drastis dari Rp105,1 miliar pada 2009, menjadi Rp26,8 miliar. Ekuitas anjlok dari Rp97,96 miliar menjadi Rp20,43 miliar.

Adapun pendapatan yang tadinya sebesar Rp29,9 miliar, hanya tercatat Rp3,7 miliar. Perseroan pun menderita kerugian sebesar Rp77 miliar dari periode sebelumnya yang memperoleh laba Rp55 miliar.

Sumber Bisnis, lagi-lagi membenarkan adanya penyelewengan itu, bahkan dana operasional yang ada juga disikat sehingga menyebabkan proyek-proyek Katarina tidak dapat ditangani.

"Proses IPO itu biayanya cukup mahal, mungkin bisa dikisaran Rp4 miliar sampai Rp7 miliar. Uang yang digunakan untuk IPO ya diambil dari uang operasional perusahaan," katanya.

Namun, dia melanjutkan, penggelapan dana IPO diperkirakan tidak mencapai Rp33,6 miliar, melainkan hanya Rp16 miliar saja. Itupun, lanjut dia, tidak diketahui pasti siapa yang menikmati uangnya.

Atas dugaan penggelapan itu, saham RINA akhirnya disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia pada 1 September 2010. Otoritas bursa dan pasar modal melakukan penyelidikan dan memanggil Direktur Utama Fazli Zainal Abidin.

Eddy Sugito kala itu mengaku mendapat banyak keluhan dari karyawan Katarina. Mereka mengeluh karena perusahaan tidak menepati janji-janji yang diberikan sebelum IPO.

"Perusahaan berjanji untuk meningkatkan kesejahteraan. Karyawan yang kontrak katanya ingin diangkat jadi tetap. Pembukaan kantor cabang yang sesuai prospektus juga katanya fiktif," jelas Eddy.

Berdasarkan kesimpulan yang ada, Eddy lantas membuat laporan ke Bapepam LK. Barulah pada 2011, otoritas pasar modal mengeluarkan surat perintah pemeriksaan dan penyidikan pada Katarina.

Tetap kena sanksiNamun hingga berita ini diturunkan, kasus raibnya dana IPO Katarina masih mengambang tanpa kejelasan. Tentang siapa yang menikmati uang IPO itu pun belum ada jawaban pasti.

Suspensi saham RINA yang menginjak tahun kedua dan opini disclaimer terhadap dua laporan keuangan perseroan membuat BEI tak punya pilihan lain selain melakukan delisting atas saham tersebut per 1 Oktober 2012.

Menurut Sarjito, kasus penggelapan dana IPO Katarina kini sudah keluar dari bironya dan kemungkinan besar ditangani Komite Penetapan Sanksi dan Keberatan (KPSK).

Belum jelas sanksi apa yang akan dikenakan. Namun, dia mengatakan sanksi akan diberikan bagi manajemen lama perseroan, bukan manajemen baru yang kini bekerja dalam naungan PT Renewable Power Indonesia Tbk.

"Sudah selesai, sedang diproses, mungkin sebentar lagi diumumkan. Kalaupun ada sanksi, yang akan kena [sanksi] manajemen lama, bukan perusahaan," ujarnya singkat kepada Bisnis (3/8).

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Hoesen, walau Katarina Utama delisting dari bursa, perseroan masih harus menanggung sanksi yang dijatuhkan oleh Bapepam LK.

"Kalau ada sanksi, tetap bisa kena karena status mereka di Bapepam LK masih perusahaan terbuka, hanya saja sahamnya sudah tidak tercatat di bursa," katanya beberapa waktu lalu.

Setelah mengecek dan menyelidiki berkas-berkas lama dari Katarina Utama, Hoesen mengatakan IPO Katarina memang memiliki indikasi sebagai sebuah persekongkolan antar lembaga.

"Ini kumpulan beberapa oknum yang bermasalah yang bergabung menipu, Ya auditornya, pengacara yang sekarang tidak tau kemana, dan penjamin emisinya yang juga punya kasus penyelewengan dana. Masalah kenapa kita bisa kena tipu, ya itu sialnya kita lah. Tapi yang salah tetap penipu itu," katanya kemarin.

Belajar dari situ, Hoesen mengaku pihaknya akan lebih berhati-hati untuk meloloskan permohonan IPO calon emiten. "Dengan peraturan dan kondisi yang sama, diskusi kepada emiten kita pertajam sembari menunggu beberapa wacana yang dikembangkan Bapepam LK," katanya.