kata pengantar -...

75
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penuyusunan skripsi ini yang berjudul “Sejarah Perkembangan Museum Perdjoangan Bogor”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Karena beliau yang menjadi inspirasi terbesar untuk penulis. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur sbagai implementasi dari rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Komarudin Hidayat. MA, selaku Rektor UIN Syahid Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 3. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 4. Bapak Usep Abdul Matin, SAg. MA. MA, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 5. Bapak Drs. Azhar Saleh, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik 6. Bapak Imam subchi, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga serta arahan dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. i

Upload: trinhngoc

Post on 16-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penuyusunan skripsi ini yang berjudul

“Sejarah Perkembangan Museum Perdjoangan Bogor”.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya

sampai akhir zaman. Karena beliau yang menjadi inspirasi terbesar untuk penulis.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, petunjuk, bimbingan

dan motivasi dari berbagai pihak. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa

syukur sbagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Komarudin Hidayat. MA, selaku Rektor UIN Syahid Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam.

4. Bapak Usep Abdul Matin, SAg. MA. MA, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah

dan Peradaban Islam.

5. Bapak Drs. Azhar Saleh, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Bapak Imam subchi, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga serta arahan dengan penuh kesabaran dalam

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

i

Page 2: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

7. Seluruh pihak Pengurus Museum Perdjoangan Bogor yang telah memberikan

bantuan dan kerjasamanya dengan baik, sehinga penulis terbantu sekali untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di Fakultas

Adab dan Humaniora

9. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang serta adik-adikku yang selalu

memberikan bantuan, secara moril maupun materil, dukungan dan dorongan

semangat yang selama ini telah menjadi motivasi dan inspirasi bagi penulis.

10. Teman-teman sePerdjoangan SPI angkatan 2002 yang saya sayangi terutama

seseorang yang telah menjadi inspirasiku, Mahriani Silvana, Mahyuni,

S.HUM, Nurkholilah, Syarifah Roziah, Nia Octaviani, dan Noviyati Widiyani

yang selama ini banyak membantu dan memberikan semangat serta motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini, terutama Anengsih, S.Pd.I, Didin Ahmadi, Dede Farida S.Pd.I, Tugis

Mulyana S.Pd, beserta teman-teman lainnya yang ikut berperan dan

mendoakan hingga terselesaikanya skripsi ini.Semoga segala bantuan dan

dukungan serta saran yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang

berlipat ganda oleh Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai

bahan pertimbangan bagi penulis.

Bogor, Agustus 2010 Penulis

ii

Page 3: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

ABSTRAKSI Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada

tahun 1579. Ditengah kota Bogor berdiri sebuah bangunan yang anggun dan kokoh yaitu Museum Perdjoangan Bogor. Sebagai objek wisata, dengan daya tarik nilai kesejarahan berupa Perdjoangan yang dilakukan oleh para pejuang, terutama oleh Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman Sarkani yang telah banyak berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan dengan koleksi yang cukup beragam mulai dari persenjataan, pakaian yang digunakan ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya.

Sebagai salah satu bangunan peninggalan bersejarah yang terdapat di Bogor, Museum Perdjoangan telah menjadi bagian dari pembangunan industri pariwisata secara tidak langsung, yaitu sebagai objek wisata dengan muatan historis Perdjoangan sebagai daya tarik utamanya. Objek wisata yang berbasiskan pendidikan sejarah merupakan salah satu keunikkan materi wisata yang dikembangkan oleh pengelola Museum Perdjoangan. Museum Perdjoangan Bogor merupakan salah satu elemen dari mata rantai sejarah bangsa Indonesia khususnya kota Bogor. Museum ini bisa digunakan sebagai tempat belajar dan melihat masa lalu kota Bogor seperti terjadinya peristiwa Bojongkokosan, dan sebagainya.

Penelitian ini bertujun untuk : (1) Mengetahui lebih jauh bagaimana latar belakang sejarah berdirinya Museum Perdjoangan Bogor. (2) Untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kondisi Museum pada saat sebelum dan sesudah di resmikan menjadi Museum Perdjoangan Bogor. (3) Apa sebenarnya fungsi Museum bagi masyarakat. Penulisan skripsi ini pun diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang Museum yang berada di Bogor. Dan terutama tentang Museum Perdjoangan Bogor di daerah tersebut.

iii

Page 4: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

ABSTRAKSI ........................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

DAFTAR FOTO ..................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Metodologi Penelitian ...................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

BAB II SEKILAS SEJARAH KOTA BOGOR .............................................. 12

A. Letak Geografis Wilayah Bogor dan Sejarahnya ............................. 12

B. Kondisi Sosial dan keagamaan Masyarakat Bogor .......................... 16

C. Kondisi Masyarakat Aspek Ekonomi dan Politik ............................ 23

D. Kondisi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan ............................... 29

iv

Page 5: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB III GAMBARAN UMUM MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR ....... 33

A. Ruang Lingkup Museum Perdjoangan Bogor .................................. 33

B. Letak, Aksesibilitas, dan Topografi ................................................. 34

C. Tujuan Pokok Museum Perjuangan Bogor ...................................... 35

D. Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor ............................ 36

E. Kondisi dan Bentuk Bangunan ........................................................ 41

BAB IV SEJARAH MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR .......................... 45

A. Museum Perdjoangan Bogor Sebelum Diresmikan ......................... 45

B. Museum Perdjoangan Bogor Sesudah Diresmikan .......................... 50

C. Bentuk dan Lambang Bangunan ...................................................... 54

D. Fungsi Museum Perdjoangan Bogor ................................................ 56

E. Manfaat Museum Perdjoangan Bogor ............................................ 58

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 61

A. Kesimpulan ...................................................................................... 61

B. Saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

Page 6: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Gedung Museum Perdjoangan Bogor

Lampiran 2. Tabel Fasilitas Museum Perdjoangan Bogor

Lampiran 3. Surat Acara Peresmian Pembukaan museum Perdjoangan Bogor

Lampiran 4. Surat Keterangan Wawancara

Lampiran 5. Foto-foto Koleksi Museum Perdjoangan Bogor

Lampiran 6. Tabel Inventarisasi Koleksi Museum Perdjoangan Bogor

vi

Page 7: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

vii

DAFTAR FOTO

Foto 1. Patung setengah badan Kapten Muslihat

Foto 2. Surat Kabar dan Maklumat pada masa Revolusi Fisik 1945-1950

Foto 3. Surat Kabar - Surat Kabar dan Maklumat

Foto 4. Berita-berita sekitar Proklamasi

Foto 5. Surat Kabar - Surat Kabar

Foto 6. Mata Uang Masa Kolonial Belanda

Foto 7. Mata Uang Masa Kolonial Belanda

Foto 8. Lokasi Pabrik Senjata di Cisaat Sukabumi

Foto 9. Peta Lokasi Pertempuran di Daerah Sukabumi

Foto 10. Deskripsi Pertempuran-Pertempuran yang terjadi di Bogor

Foto 11. Amanat Pertama Panglima Besar Tentara Jendral Sudirman

Foto 12. Piagam Serah Terima

Foto 13. Senjata-Senjata Rampasan Perang

Foto 14. Mortir Jepang

Foto 15. Mortir Jepang

Foto 16. Mortir Jepang

Foto 17. Tugu / Monumen yang ada di beberapa Kecamatan

Foto 18. Gedung Museum Perdjoangan Bogor

Foto 19. Halaman Depan Museum Perdjoangan Bogor

Foto 20. Tugu Pahlawan

Page 8: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada

tahun 1579.1 Pada abad ke-16 Bogor merupakan pusat kerajaan Pajajaran atau

pusat kerajaan Hindu, namun setelah penyerangan pasukan Banten kota ini

menjadi hancur dan hampir hilang ditelan sejarah selama satu abad. Saat VOC

menguasai Banten wilayah Bogor berada di bawah pengawasan VOC. Dalam

rangka membangun wilayah kekuasaanya, Pemerintah melakukan ekspedisi dan

dari ekspedisi tersebut ternyata tidak diketemukan bekas reruntuhan Ibukota

Pajajaran kecuali di daerah Cikeas, Citeureup, Kidung Halang dan Parung

Angsana.2

Parung Angsana ini diberi nama Kampung Baru dan dari sinilah cikal

bakal Bogor dibangun. Parung Angsana sebagai tempat kedudukannnya

merupakan pusat pemerintahan bagi kampung-kampung baru yang didirikan oleh

Tanuwijaya beserta pasukannya seperti Parakan Panjang, Parung, Kujang,

Panaragan, Bantarjati, Sempur, Baranang Siang, Parung Banten dan Cimahpar. Di

kampung baru ini Gs. Baron Van Imhoaff (1740) mendirikan tempat

peristirahatan, yang sekarang dikenal sebagai Istana Bogor. Sekitar 1745 Bogor

ditetapkan sebagai kota Buitenzorg, dan disekitar peristirahatan tersebut dibangun

Pasar Bogor (1808) dan Kebun Raya Bogor (1817). Perkembangan selanjutnya

1 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, (Bogor: Pemda Kota Bogor, 1983), h. 1. 2 Tim Strategic prog-PDPP Kota Bogor, Profil Kota Bogor, (Bogor: Bagian Bappeda

Pemda Kota Bogor, 2004), h.1.

1

Page 9: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

2

tahun 1941 Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia/Jakarta dan mendapatkan

otonominya sendiri.

Ditengah kota Bogor berdiri sebuah bangunan yang anggun dan kokoh

yaitu Museum Perdjoangan Bogor. Secara garis besarnya Museum adalah gedung

yang digunakan sebagai tempat untuk perhatian umum, seperti peninggalan

sejarah, seni dan ilmu. Sedangkan secara khususnya Museum Sejarah adalah

tempat memamerkan benda-benda bersejarah untuk menggambarkan peristiwa-

peristiwa historis yang dianggap penting.3

Namun menurut definisi museum yang dianggap aktual dan resmi diakui

dan dipergunakan di dunia permuseuman adalah pengertian museum menurut

definisi ICOM (International Council of Museum) yaitu suatu badan kerjasama

professional dibidang permuseuman yang didirikan oleh kalangan profesi

permuseuman dunia, yang dirumuskan dalam Musyawarah Umum ke 11 Do

Copenhagen (denmark) tanggal 14 juni 1974 yang berbunyi sebagai berikut :

“A museum is a non-profit, permanent institution, in the service of society and it’s development. And open to the public, which aquires, conserves, researches, comumunicates and exhibits, for the purpose of study, education and enjoyment, material evidence of man and his environment.”

(Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannnya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan untuk tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, benda-benda pembuktian manusia dan lingkungannnya).

Melengkapi pengertian museum seperti yang dimaksud diatas, ICOM

mengakui yang berikut sebagai yang sesuai dengan definisi di atas :

3 Save. M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan

Nusantara, (Jakarta: LPKN, 1997), h. 693.

Page 10: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

3

1. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan pameran yang secara tetap

diselengggarakan oleh perpustakan dan pusat-pusat kearsipan.

2. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis,

peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak

museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan

dan komunikasinya dengan masyarakat.

3. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk- makhluk hidup seperti

kebun-kebun tanaman dan binatang-binatang, akuarium, makhluk serta

tetumbuhan lainnya, dan sebagainya.

4. Suaka alam

5. Pusat- Pusat pengetahuan dan planetarium4

Museum Perdjoangan Bogor dapat dimasukan ke dalam kategori butir dua

sebagai institusi yang terkait dengan definisi museum, yaitu peninggalan dan

tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat-tempat

bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam

hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat.

Perkembangan museum di Indonesia saat ini secara kuantitatif sebenarnya

cukup menggembirakan. Berdasarkan data yang berasal dari Direktorat

Permuseuman dijelaskan bahwa jumlah museum di Indonesia pada tahun 2000

yang lalu mencapai 262 museum.5 Jumlah tersebut belum mencakup museum

yang berdiri setelah tahun tersebut hingga sekarang. Melihat perkembangan

4 Timothy Ambrose dan Crispine Paine, Museum Basic, (Denmark: Tim Ambrose, 1993),

h. 319. 5 Basrul Akram, dkk, Pedoman Tata Pameran di Museum, (Jakarta: Proyek Pembinaan

Permuseuman, 1997), h. 44.

Page 11: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

4

museum di Indonesia secara kuantitatif tentu cukup mengagumkan tetapi akan

berbeda apabila dilihat dari kualitas museum sendiri walaupun demikian tidak

dapat disamakan secara keseluruhan seperti itu karena ada perbedaan yang cukup

mendasar pada setiap jenis museum, baik museum umum maupun museum

khusus.

Pada tanggal 10 November 1957 tepat pada peringatan hari Pahlawan,

Museum ini dibuka secara resmi oleh Ibu Kartinah TB Muslihat (istri mendiang

Kapten Muslihat) dan dituangkan dalam Surat Keputusan Pelaksana Kuasa Militer

Daerah Res.Inf 8/III no.Kpts/3/7/PKM/57.6 Museum Perdjoangan Bogor

diharapakan memiliki visi ke depan dan perencanaan strategis untuk menghadapi

perubahan-perubahan yang begitu cepat dewasa ini. Karena kemajuan Ilmu

Pengetahuan dan teknologi serta era globalisasi yang tidak bisa dihindari, tetapi

harus dihadapi dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya.

Bangunan yang berdiri kokoh diantara keramaian kota ini merupakan

salah satu dari sejumlah bangunan cagar budaya yang keberadaannya perlu

dilestarikan. Gedung tersebut diperlukan demi pendidikan dan diharapkan menjadi

sarana pembinaan bagi generasi muda. Selain itu, keberadaanya sangat menunjang

dunia kepariwisataan, khususnya di daerah Bogor. Walaupun pada kenyataannya

sebagian masyarakat ada yang belum mengetahui keberadaannya dibandingkan

6 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen: Acara Peresmian Pembukaan Gedung

Museum Perdjoangan Bogor, (Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958), h. 5.

Page 12: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

5

dengan keindahan Kebun Raya Bogor, dan kerapkali para pelajar hanya

diperkenalkan dengan Museum Zoologi, Istana Bogor dan Prasasti Batu Tulis.7

Benda cagar budaya merupakan warisan budaya dan sejarah serta bukti

kehidupan sejarah bangsa yang mempunyai nilai sangat penting bagi kebudayaan

dan ilmu pengetahuan bangsa Indonesia. Di Bogor banyak peninggalan benda

cagar budaya yang tidak bergerak berupa bangunan bersejarah, bangunan tersebut

menyimpan kenangan masa lalu yang merupakan saksi proses berjalannya sejarah

dan sebagai objek penelitian sejarah yang bisa bercerita tentang Bogor di masa

lampau.

Museum Perdjoangan Bogor berhubungan erat, baik dan buruknya dengan

nasib puluhan ribu penduduk Bogor dari berbagai daerah. Sejak awal berdirinya

sebagai gudang ekspor komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaaf Wisneer

seorang pengusaha Belanda hingga sekarang sebagai Museum Perdjoangan

Bogor. Peranan gedung ini beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan pemerintah

yang sedang berkuasa.8

Oleh karena itu betapa pentingnya peranan yang dimainkan oleh Museum

Perdjoangan Bogor bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi Kota Bogor.

Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas. Dari peranan yang begitu kompleks

tersebut., penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi ini yaitu tentang

“SEJARAH PERKEMBANGAN MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR”.

7 Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Buku Panduan Wisata

Kota Bogor (The Guidance Book of Bogor City Tourism), (Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2005), h. 10.

8 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen: Acara Peremian, h. 4.

Page 13: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Museum Perdjoangan Bogor

adalah bangunan bersejarah yang keberadaaanya perlu diakui sebagai sarana atau

tempat pelestarian benda-benda bersejarah, khususnya yang berkaiatan dengan

sejarah kota Bogor. Juga perannannya yang pada awalnya sebagai gudang ekspor

komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaaf Wisneer yang kemudian mengalami

berbagai perubahan peranan sesuai dengan kebutuhan pemerintah yang berkuasa,

hingga sekarang dijadikan Museum Perdjoangan Bogor. Selain itu pengetahuan

tentang Bogor sangat berkaitan dengan penulisan ini, karena tema yang diambil

oleh penulis tidak hanya mengetahui tentang perkembangan Museum Perdjoangan

Bogor, tetapi juga sekilas tentang sejarah Bogor akan dibahas dalam tulisan ini.

Namun agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi penulisan yang

menyimpang, maka penulis membatasi penulisan ini dengan :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Museum Perdjoangan Bogor ?

2. Bagaimana kondisi/keadaan museum :

a. Pada saat sebelum di resmikan (1879-1958)

b. Pada saat setelah diresmikan ( 1958-2008)

3. Apa fungsi dari Museum Perdjoangan Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana latar belakang sejarah berdirinya

Museum Perdjoangan Bogor

Page 14: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

7

2. Untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana kondisi Museum

pada saat sebelum dan sesudah di resmikan menjadi Museum Perdjoangan

Bogor

3. Apa sebenarnya fungsi Museum bagi masyarakat umum

Penulisan skripsi ini pun diharapkan dapat menambah khazanah

pengetahuan tentang Museum yang berada di Bogor. Dan terutama tentang

Museum Perdjoangan Bogor di daerah tersebut.

D. Metodologi Penelitian

Berbagai hal menjadi bagian metodologi yang dipergunakan dalam

penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MPB yang beralamat di Jalan Merdeka Bogor

no.56 ( dulu disebut Jalan Tjikeumeuh Bogor No. 28 ).

2. Sumber Data

Jenis sumber data yang akan di manfaafkan dalam penelitian ini meliputi :

a. Informan yang terdiri dari pengelola museum dan pengunjung

museum/masyarakat

b. Bangunan gedung dan koleksi museum yang disajikan diruang

pameran, dan berbagai sarana dan prasarana pendukung lainnya.

c. Tempat/lokasi yang berkaitan dengan penelitian

Page 15: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

8

d. Arsip dan dokumen resmi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,

baik arsip maupun dokumen yang berkaitan dengan kebijakan-

kebijakan museum.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam mengumpulkan data

penelitian yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang memfokus dan relevan

dengan permasalahan yang dikaji dengan orang yang mengetahui

tentang Museum Perdjoangan Bogor, diantaranya : Kepala Museum,

Sekretaris Museum, Pengunjung Museum dan Masyarakat sekitar

Museum. Untuk pengumpulan data tentang pengelola museum, sejarah

museum, pandangan, kesan-kesan, dan harapan pengunjung museum

terhadap keberadaan Museum Perdjoangan Bogor, penampilan

gedung/bangunan museum, sajian koleksi museum dan sarana dan

prasarana pendukung lainnya.

b. Observasi Langsung

Cara ini digunakan untuk mengetahui secara lengkap keberadaan

Museum Perdjoangan Bogor ini, kondisi dan kelengkapan data koleksi

museum yang disajikan di ruang pameran, bangunan dan lingkungan

pendukungnya.

c. Dokumen dan Arsip

Page 16: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

9

Mencatat dokumen dan arsip yang berkaitan dengan permasalahan

yang dikaji.

4. Tehnik Cuplikan (sampling)

Teknik cuplikan yang di gunakan yaitu cuplikan yang bersifat purposive

sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dapat di percaya untuk menjadi

Responden.

5. Validitas Data

Untuk menjamin validitas data yang di peroleh dalam penelitian ini maka

peningkatan validitas data yang akan dilakukan dengan cara triangulasi data yaitu

mengumpulkan data dari berbagai sumber data berbeda yang kebenaran data yang

satu diuji oleh data yang di peroleh dari data yang lain.10

6. Tehnik Analisis

Yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model

analisis interaktif atau model analisis mengalir11 dalam model ini, tiga komponen

analisis yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, aktivitasnya

dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai proses

siklus. Teknik analisisnya berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan

data. Ketiga kegiatan analisis ini juga saling berhubungan dan berkelanjutan terus

menerus selama penelitian dilakukan. Sehingga analisis ini merupakan kegiatan

yang kontinue dari awal sampai akhir penelitian.

10 Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Pusat Penelitian

Universitas Sebelas Maret, 1988), h. 31. 11 Matthew B. Miles, dan A. Micheal Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta:

Penerbit UI-Press : 1992), h. 14.

Page 17: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

10

Reduksi data yang dimaksud didalam penelitian ini yaitu merupakan

proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanann data (data mentah) yang ada

dalam field note (catatan lapangan). Pemfokusan ini ditujukan pada hal-hal

penting dan sekaligus membuang yang tidak penting atau yang tidak terkait

datanya. Reduksi data ini berlangsung sepanjang pelaksaan penelitian. Sedangkan

sajian data dan kejelasaan sistematikannya dapat berupa skema dan jaringan kerja

kegiatan, tabel, semuanya dirancang guna menyusun informasi secara teratur dan

mudah dimengerti.

Kesimpulan merupakan upaya mencari makna data yang dikumpulkan dari

awal pengumpulan sampai akhir penelitian dengan cara mencari pola, tema,

hubungan, pertautan dari data. Kesimpulaan awal ini bersifat tentatif, kabur,

diragukan tetapi dengan bertambahnya data, kesimpulan dapat lebih dipercaya,

sehingga kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.12

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis akan menguraikan secara

sistematis bab perbab. Karena bab satu dengan yang lainnya merupakan satu

rangkaian serta mempunyai kaitan yang erat. Skripsi ini pun dibagi menjadi lima

bab

Bab I Pendahuluan Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

12 Heribertus Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif, h. 34-36.

Page 18: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

11

Bab II Membahas tentang keadaan daerah Kota Bogor, kondisi geografis

wilayah Bogor dan sejarahnya, Kondisi Sosial Keagamaan yang mencakup dalam

bidang Sosial dan Agama, dalam bidang Ekonomi dan Politik serta dalam bidang

Pendidikan.

Bab III Membahas tentang gambaran Museum Perjuangn Bogor, tentang

ruang lingkup museum, Letak aksebilitas dan topografi, tujuan dirikannya,

struktur organisasi dan perkembangan bangunan.

Bab IV Membahas tentang bagaimana sejarah Museum Perdjoangan

Bogor dari awal pendiriannya, bagaimana fungsi sebelum dan sesudah diresmikan

menjadi Museum, kondisi bentuk bangunan, fungsi gedung, dan manfaat museum.

Bab V Berisi Penutup yang melingkupi Kesimpulan dan Saran yang

diambil oleh Penulis.

Page 19: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB II SEKILAS SEJARAH KOTA BOGOR

A. Letak Geografis Wilayah Bogor dan Sejarahnya

Bogor merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat, yang secara geografis

cukup strartegis keberadaanya. Bogor cukup berpengaruh dalam berbagai

kepentingan, baik kepentingan sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, dan lain-

lainnya. Bogor terbagi atas dua wilayah, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

Kota Bogor yang secara geografis berada tepat ditengah-tengah Bogor yang

kemudian berbatasan dengan Kabupaten yang memiliki beberapa Kecamatan,

antara lain Kecamatan Kota Bogor Barat, Kota Bogor Timur, Kota Bogor Utara,

Kota Bogor Selatan dan Kecamatan Tanah Sareal yang terdiri dari beberapa

Kelurahan/desa yang tersebar di wilayah Kota Bogor. Begitu pula Kabupaten

Bogor yang memiliki beberapa Kecamatan, antara lain Ciampea, Leuwiliang,

Jasinga, Cigudeg, Cibinong, Citeurup, Jonggol, Cilengsi, Cisarua, Parung,

Ciseeng, dan lain-lain.

Kabupaten Bogor adalah daerah-daerah atau Kecamatan-kecamatan yang

berada diluar batas-batas Kota Bogor. Bogor (kota/kabupaten) termasuk daerah

dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan, juga beberapa daerah

disekitarnya, antara lain disebelah barat dengan Kabupaten Rangkas Bitung dan

Lebak, sekarang Propinsi Banten. Disebelah barat daya dengan Kabupaten

Tanggerang yang masuk dalam Propinsi Banten, disebelah timur dengan

Kabupaten Karawang dan Bekasi, disebelah tenggara dengan Kabupaten Cianjur,

12

Page 20: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

13

disebelah selatan dengan Kabupaten Sukabumi dan disebelah utara dengan DKI

Jakarta.

Bogor berdiri pada tanggal 3 juni 1482 M.1 Terlepas betul atau tidak

kebenaran tersebut, berdasakan penuturan sejarah beserta para ahlinya, para tokoh

masyarakat Bogor serta para Pejabat setempat dan pendapat orangtua dulu sebagai

penduduk asli Bogor yang bisa dipercaya pendapatnya. Oleh karena itu, muncul

beberapa catatan, literatur-literatur atau manuskrip yang berkaitan dengan sejarah

Bogor.

Riwayat nama “Bogor” dilihat dari latar belakangnya, banyak dari ahli

sejarah mengemukakan pendapat yang berbeda. Antara lain : Bogor berasal dari

kata “Buitenzorg” yaitu nama yang digunakan pada masa Kolonial Belanda.2 kata

Buitenzorg ketika dilafalkan oleh orang Sunda awam pada masa itu mengalami

perubahan bunyi sehingga menjadi kata Bogor. Namun pendapat ini tidak

mendapat respon dari banyak kalangan.

Adapula yang mengemukakan, bahwa kata Bogor berasal dari kata

”Bokor” yang berarti sejenis batu logam yang terbuat dari kuningan.3 Pendapat

berikutnya yang cukup diterima oleh banyak pihak, khususnya para ahli sejarah

bahwa Bogor berarti “Tunggal Kawung” (pohon, enau, aren).4 Pendapat yang

terakhir ini pun dapat ditemukan dalam salah satu pantun Bogor yang berjudul

Ngadeungna Dayeuh Pajajaran. Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa

Barat dan bersuku Sunda, maka bahasa yang digunakannya pun tidak jauh

1 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, (Bogor: Pemda Kota Bogor, 1984), h. 12.. 2 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h.1 3 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 2 4 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 3

Page 21: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

14

berbeda dengan beberapa daerah/kota yang ada di Jawa Barat, yaitu Bahasa

Sunda. Mungkin hanya berbeda pada dialeknya saja. Pada masa pemerintahan

Kolonial Belanda, Jawa Barat dikenal sebgai tanah Sunda atau Pasundan dan

Bangsa Belanda menyebutnya “Soendalandens”, baru pada tahun 1925 Belanda

meresmikan tanah Sunda ini menjadi daerah propinsi Jawa Barat.5

Menurut beberapa sumber dan para ahli sejarah, penduduk Bogor terdiri

dari: Pertama, penduduk asli suku Sunda Bogor. Sebagian besar berdomisili di

daerah Jasinga, Leuwiliang, Cijeruk, Cisarua, Jonggol, Cileungsi, dan lain-lain.

Kedua, adalah penduduk keturunan asing, seperti keturunan Cina. Mereka

kebanyakan berdomisili di Parung, Ciseeng, Tenjo, Cibarusa, Ciampea, dan lain-

lain. Penduduk keturunan Cina lebih banyak mendominasi pusat-pusat

perdagangan, seperti disepanjang Jalan Siliwangi (Pasar Bogor) atau tepatnya

sepanjang jalan didepan pintu gerbang utama Kebun Raya Bogor.

Penduduk keturunan lainnya, yaitu penduduk keturunan Arab. Kegiatan

mereka selain berdagang, juga menyebarkan Agama Islam yang berpusat di

daerah Empang sebelah selatan kota Bogor yang kemudian dikenal dengan nama

‘Kampung Arab’. Yang ketiga adalah penduduk yang berdekatan dengan

perbatasan Jakarta atau yang bersentuhan dengan suku adat Betawi sehingga

terjadi akulturasi dengan suku Sunda (Bogor). Umumnya mereka berdomisili di

daerah Cimanggis, Sawangan, Depok, Parung dan Cibinong, mereka ini disebut

dengan orang-orang ‘Melayu Ora’.6

5 R. Mohammad Ali, Penulisan Sejarah Jawa Barat Sekitar Permasalahannya,

(Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1990). h. 12 6 Subeni, Sumbangan Foklore Bogor terhadap Perkembangan Bahasa di Jawa Barat,

(Bandung: IKIP, 1978), h.3.

Page 22: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

15

Pada zaman Kolonial Belanda mereka menyebut Bogor dengan kata

Buitenzorg. Padahal kata tersebut lebih ditujukan kepada sebuah bangunan yang

ada dilingkungan Kebun Raya Bogor, yaitu Gedung Istana Bogor yang kini

terkenal tidak hanya di Indonesia tapi juga diseluruh dunia. Karena ketika orang

bicara Bogor tidak akan lepas dari Kebun Raya dan Istana Bogor.

Mengingat pada satu masa di zaman Kolonial Belanda pada tahun 1745,

ada salah seorang Gubernur Jendral yang bernama Baron Van Imhoff yang selalu

mengadakan perjalanan ke beberapa tanah jajahannya untuk memantau penduduk

dan perkembangan pembangunan kekuasaan Belanda.7 Dalam hal ini Baron

sering mengunjungi daerah Cipanas, namun dalam kegiatan perjalannya, beliau

membutuhkan suatu tempat untuk singgah sebagai tempat peristirahatan. Karena

itulah, kemudian dibangun sebuah rumah sederhana bergaya arsitektur Eropa

disekitar Kebun Raya yang sekarang dikenal sebagai Istana Bogor.8

Penggunaan Istana Bogor oleh para Gubernur Jendral Belanda pada

massanya tidak hanya digunakan sebagai tempat singgah. Tapi juga sebagai

tempat menyepi untuk mengakrabkan diri dengan alam sekitar, mencari inspirasi

dan yang paling penting sebagai tempat melepas lelah dari hiruk pikuk kesibukan

Kota Batavia (Jakarta).

Tempat-tempat seperti Villa, Bungallaw, Pondok, wisma menurut orang

Perancis disebut “Sans Souci” yang berarti tanpa kesibukan atau tanpa urusan.

Namun orang-orang Belanda menerjemahkan hal tersebut ke dalam Bahasa

7 Saleh Danasasmita, Sejarah Bogor, h. 861. 8 Ibid, h. 88.

Page 23: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

16

mereka menjadi “Buitenzorg”.9 Pada perkembangan sejarah selanjutnya kata

Buitenzorg tidak ditujukan hanya kepada sebuah bangunan Istana, melainkan juga

ke seluruh Wilayah Bogor. Karena akhirnya, Bangsa Belanda menyebut Bogor

dengan Buitenzorg.

B. Kondisi Sosial dan Keagamaan Masyarakat Bogor

Pada masa sebelum kemerdekaan, bahkan setelah masa kemerdekaan

secara umum Negara Indonesia belum stabil. Baik dari aspek politik, sosial,

ekonomi, pendidikan maupun keamanan kehidupan masyarakat tidak menentu.

Indonesia mengalami masa-masa transisi belum tegak seperti Negara. Sekalipun

sudah diproklamirkan kemerdekanannya pada tanggal 17 agustus 1945 oleh tokoh

Dwi Tunggal yang mewakili Indonesia (Soekarno dan Moh Hatta). Pada masa-

masa kemerdekaan masih mencari ‘jati diri’ kenegarannya dengan meminta

pengakuan dari berbagai Negara di dunia atas kemerdekaan yang diraihnya.

Indonesia mungkin benar sudah merdeka melalui proklamasi

kemerdekaannya, tapi ternyata hal itu belum menjamin kebebasan, kemakmuran

dan kesejahteraan yang sebenar-benarnya. Melainkan bangsa Indonesia baru

melepaskan diri dari belenggu penjajah (Belanda dan Jepang). Hal itu terbukti

masih terjadi kerisuhan, keresahan, dan konflik sosial yang dirasakan masyarakat,

seperti bentrokan, perampokan, pembunuhan sampai pada pemberontakan oleh

kelompok-kelompok tertentu, seperti TKI, DI/TII, dan lain-lain yang menentang

pemerintah.

9 Ibid, h. 90.

Page 24: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

17

Memang kerisuhan, keresahan, dan konflik tak pernah berhenti sekalipun

Indonesia sudah merdeka, namun hal itu tidak terjadi merata diseluruh daerah,

melainkan dibeberapa daerah saja. Artinya masih ada segelintir daerah yang

kondisinya biasa saja, seperti dibeberapa desa pinggiran Bogor penduduknya

mengalami kehidupan yang wajar. Meskipun begitu belum sepenuhnya aman.

Dalam kaitan ini, secara umum kondisi masyarakat Bogor pada masa-masa

sebelum dan sesudah kemerdekaan memang mengalami masa-masa sulit, karena

efek yang terjadi di Jakarta, juga tekanan dari pasukan Belanda dan Jepang. Pada

masa penjajahan Belanda, warga masyarakat Bogor khususnya para pejuang

sering kali bertempur dengan pasukan Belanda yang tak lain untuk

mempertahankan daerahnya supaya tidak diduduki oleh Belanda, dan juga untuk

membebaskan diri dari penderitaan serta perlakuan bangsa Belanda terhadap

penduduk pribumi.

Karena itu sempat terjadi petempuran di daerah Bogor, antara lain di

Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Citeurup, Kecamatan Cibinong, Depok,

Darmaga dan lain-lain.10 Ketika zaman penjajahan Balanda kondisi masyarakat

cukup menderita berada dibawah propaganda Belanda, seakan menjadi tamu

dirumah sendiri, diperlakukan secara kasar khususnya bagi warga yang

bertentangan dengan kebijakan pemerintahan Belanda.

Pada masa-masa suasana proklamasi pun sekitar akhir bulan Agustus

sampai September 1945 di Bogor terjadi insiden-insiden kecil. Hal ini terjadi

karena pemindahan kekuasan gedung-gedung dan perlucutan senjata dari pasukan

10 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.

Page 25: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

18

Jepang yang diwarnai sedikit kerisuhan. Pada tanggal 5 September 1945, gedung

Istana Bogor berhasil direbut oleh para pejuang Bogor dan Sang Merah Putih

berkibar diatas gedung Istana Bogor.11 Pada tanggal 29 september 1945, para

pemuda berhasil menyita sembilan wagon bahan pakaian yang hendak diangkut

oleh Jepang kedalam kampnya diluar kota.12

Pada tanggal 1 oktober 1945 dengan resmi dilakukan pemindahan

kekuasaan dari penguasa pendudukan Jepang oleh Residen Iyok Mohammad

Siradz Hardjawinagun dan disaksikan oleh beribu-ribu rakyat yang berkerumun

disepanjang jalan dan didepan kantor keresidenan, dan upacara Sang Merah Putih

dan Presiden membacakan proklamsi, bahwa kekuasan pendudukan Jepang sudah

dipegang oleh Republik.13

Setelah proklamasi masyarakat Indonesia, khususnya daerah-daerah yang

dekat ke Jakarta secara umum terpecah. Mereka ada yang pro-RI, juga ada yang

pro-NICA. Oleh karena itu, masyarakat ada yang dicurigai bersengkongkol

dengan NICA sehingga terjadi pertempuran antar warga masyarakat karena saling

mencurigai. Salah satunya terjadi pertempuran didistrik Depok pada pertengahan

September 1945, dimana penduduk yang beragama Kristen yang dahulunya

terkenal rapat dengan Belanda, bahkan mereka dicurigai sebagai agen-agen

NICA.14

Tanggal 22 Oktober 1945 tentara Inggris masuk ke Bogor dengan tidak

mendapat gangguan dari rakyat dan pejuang Bogor. Pasukan Inggris yang masuk

11 A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, (Bandung: PT. Angkasa,

1979), h. 341. 12 Ibid, h. 341. 13 Ibid. h. 342. 14 Ibid, h. 342.

Page 26: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

19

ke Bogor terdiri dari satuan yang tergabung dalam brigade infantri India ke-26

dengan Kolonel Greenway sebagai komandannya, Mayor Syahwar Khan sebagai

perwira staf dan Kapten Skobay sebagai perwira intelejen yang kemudian diganti

oleh Kapten Ruthford.15 Masuknya pasukan Inggris di Bogor tersebut disebabkan

Panglima Besar Tentara Sekutu di Indonasia, Letnan Jendral Sir Philip Christison

berhasil membujuk pemerintah RI untuk menempatkan pasukannya di Bogor dan

di Bandung.16

Tanggal 24 Oktober 1945 tentara Inggris dipimpin oleh Kolonel Greenway

mengadakan perundingan dengan markas ‘Barisan Rakyat`, yang diwakili oleh

tokoh-tokoh BKR, seperti Gatot Mangkupradja, Dule Abdullah, Kustija, Basuki,

dan Amdjah di markas tentara Inggris Batalyon 15.17

Dalam perundingan tersebut, Inggris meminta Istana Bogor untuk

dijadikan sebagai markas besarnya di Bogor, akan tetepi para wakil dari ‘Markas

Barisan Rakyat` menolak keinginan Inggris tersebut. Pada saat itu Istana Bogor

merupakan markas para pejuang. Setelah perundingan menemui jalan buntu

Kolonel Greenway menyarankan untuk mengadakan perundingan susulan di

markas besar Inggris di Jakarta (sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan

di Jl. Merdeka Barat). Perundingan susulan dilangsungkan pada tanggal 27

Oktober 1945 tetapi pihak Inggris menyandera para utusan tersebut dan

membuangnya ke pulau Onrust (Kepulauan Seribu di Jakarta). Pada bulan

15 Emi Maschurah, Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah dalam

Mempertahankan Republik Indonesia di Bogor (1945 – 1947), Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 68.

16 Ibid, h. 69 17 Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Sejarah Perdjoangan di Kabupaten

DT. II Bogor (1942 – 1949), (Bogor : Pemerintah Kabupaten DT. II Bogor, 1986), h. 46.

Page 27: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

20

Desember terjadi pertempuran yang mengakibatkan suasana di Bogor terasa

genting. Inggris yang tidak berhasil menguasai Istana Bogor dengan cara

diplomasi, kemudian melakukan penyerbuan ke Istana. Pada tanggal 9 Desember

1945 pasukan Inggris bergerak melakukan penyerangan secara besar-besaran

dengan menggunakan mobil lapis baja, sehingga terjadi pertempuran disekitar

Istana Bogor.18

Kemudian, terjadi pula insiden lain pada tanggal 10 Desember 1945,

tentara Inggris dan Gurka dengan bersenjata lengkap bergerak di sekitar Bogor

dan sebagian menuju Ciburial, bahkan mereka sempat menggedor-gedor beberapa

rumah tokoh masyarakat/pejuang dan terkadang menganiayanya, juga merusak

gedung-gedung pemerintah Bogor atau fasilitas umum lainya. Antara lain, kantor

Kabupaten Bogor yang mendapat kerusakan yang sangat parah, yakni bagian

kesehatan, bagian sekretariat dan kemakmuran, brankas yang ada disitu pun

didobrak, tapi untung sebelumnya sudah dikosongkan terlebih dahulu.19

Bulan Oktober 1946 Pemerintah Jawatan Karesidenan Bogor

mengeluarkan maklumat yang isinya antara lain:

a. Pada tanggal 23 Oktober 1946 pos-pos tentara Inggris yang berada

diluar kota, diantaranya Ciburial, Dermaga, Kedung Badak dan

Jembatan Satu Duit akan ditinggalkan oleh tentara Inggris dan

digantikan oleh tentara Belanda.

18 Ibid, h. 47 19 Museum Perdjoangan Bogor, Koran Gelora Rakyat, 21 Januari 1945.

Page 28: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

21

b. Pada tanggal 24 Oktober 1946 pos-pos tentara Inggris di dalam kota

diganti oleh Belanda, selanjutnya kepada umum diminta supaya tetap

tenang.20

Begitu pula kondisi masyarakat dalam kehidupan beragama sempat terjadi

stagnasi, karena ada tekanan-tekanan dari pihak pemerintah Belanda. Aktifitas

para kyai dengan ceramah-ceramahnya di masyarakat dicurigai oleh pemerintah

Belanda, karena dikhawatirkan akan mempengaruhi kelanggengan pemerintah

Belanda. Hal itu dituduhkan kepada beberapa kyai, seperti KH. Muhammad

Falak, KH. Soleh Iskandar, Mama Kyai Bakom Ciawi, Mohamad Bakri, dan lain-

lain. Karena ceramah-ceramahnya yang terkesan menghasut rakyat setempat,

membakar semangat mereka dan membuat manuver-manuver untuk bergerak

berjuang melawan Belanda.

Fenomena tersebut memang sudah umum terjadi pada masa penjajahan,

karena posisi kyai/tokoh agama cukup strategis berada ditengah masyarakat. Para

kyai, selain sebagai tokoh guru di pesantren atau di lembaga pendidikan bagi para

santri, juga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat sekitarnya, terlebih lagi bagi

tokoh pejuang ketika itu. Selain itu, tidak sedikit para kyai pada masa penjajahan

yang ikut turun berjuang untuk membela kemerdekaan dan membebaskan rakyat

dari penderitaan.

Pada akhirnya banyak bermunculan para pahlawan Nasional dari unsur

kyai/ustadz yang berjuang melawan para penjajah dibeberapa daerah di Indonesia

dengan melalui perlawanan rakyat. Seperti di Jawa Barat, antara lain KH. Zaenal

20 Siaran Kilat Pemerintah Jawatan Penerangan Karesidenan Bogor, (Bogor: Arsip

Museum Perdjoangan Bogor, 1946).

Page 29: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

22

Mustofa di Tasikmalaya (Tahun 1944), Kyai Emas di Indramayu, H. Madrijas,

H.Hasan pada pertempuran Cimareme, H.Kartiwa, Kyai Srengseng, Kyai Kusen,

Kyai Mukasan (Tahun 1944), dan lain-lain.21

Begitu pula di Bogor, pada masa-masa penjajahan (Belanda-Jepang) telah

melahirkan beberapa tokoh pejuang dari unsur-unsur kyai, antara lain KH.

Tubagus Muhammad Falak dari Desa Pagentongan Bogor Barat, yang terkenal se-

Jawa Barat dan di kalangan para kyai di tanah Jawa. Kemudian KH. Abdullah bin

Nuh, yang sekarang memiliki Yayasan Ibn Khaldun dan sekarang terkenal dengan

nama kampus UIKA (Universitas Ibn Khaldun) Bogor.

Sekalipun masa-masa sulit dialami oleh masyarakat Bogor pada masa-

masa sebelum dan sesudah kemerdekaan atau pada masa penjajahan Belanda

hingga Jepang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat sebagian warga untuk

menjalani aktifitas keagamaan, baik pengajian majlis ta’lim, kegiatan pesantren,

aktifitas ibadah di masjid-masjid dan musholla-musholla, seperti yang terjadi

disebagian desa kecil di wilayah Bogor.22 Karena mungkin pertempuran-

pertempuran yang terjadi hanya dibeberapa daerah saja, terutama di pusat-pusat

kota dan tempat-tempat di dekat markas Belanda.

Sementara disisi lain ada kelompok-kelompok yang mencoba

melemparkan isu-isu pemerintahan Islam pada tahun 50-an yang kemudian

mengikat dalam wujud pergerakan. Hal ini seperti terjadi pada gerakan DI/TII

yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo beserta antek-anteknya. Kasus ini sempat

21 Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, (Jakarta: Fakta

Mahjuma, 1968). h. 7 22 Mayor Sanusi, bagian Personalia Museum PETA Bogor.

Page 30: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

23

menggegerkan wilayah Jawa Barat serta mempengaruhi stabilitas politik dan

keamanan pemerintah ketika itu.

Di Bogor pun merebak gerakan DI/TII sehingga pada suatu ketika terjadi

pengepungan dan penyerbuan oleh tentara dan rakyat terhadap gerombolan

tersebut yang bermarkas di pegunungan-pegunungan, seperti di Gunung Salak, di

Gunung Gede Pangrango dan gunung-gunung kecil yang berada disekeling

Kabupaten Bogor.23

C. Kondisi Masyarakat Aspek Ekonomi dan Politik

Sebagaimana diketahui secara umum kondisi negara Indonesia pada masa-

masa sebelum kemerdekaan bahkan sampai setelah kemerdekaan pun tidak

menentu. Masih banyak di beberapa daerah yang bergejolak. Pada masa sebelum

kemerdekaan bangsa Indonesia mengalami dua fase masa penjajahan, yaitu masa

penjajahan Belanda dan Jepang.

Sebelum Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, bangsa

Indonesia berada dibawah tirani Belanda. Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda

selama 350 tahun yang menyisakan penderitaan yang tak pernah hilang,

khususnya bagi mereka yang mengalami masa-masa tersebut.

Pada masa-masa penjajahan Belanda rakyat Indonesia mengalami

kehidupan yang semu, mereka bagaikan bangsa asing di negeri sendiri. Warga

diperlakukan semena-mena, daerah-daerah di kuasai Belanda, tanah garapan

23 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.

Page 31: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

24

diatur oleh Belanda dengan kebijakan tanam paksanya. Hampir seluruh sektor

ekonomi dikuasai Belanda.

Monopoli perdagangan adalah salah satu kebijakan Belanda, semua hasil

tani, hasil kebun harus dijual kepada Belanda dengan harga murah. Tiap

penduduk dikenai upeti, hasil alam Indonesia dijual ke luar negeri dan hasil

keuntungannya sebagian dibawa ke Belanda, sementara sebagian lainnya

digunakan untuk memperluas imperialismenya.

Banyak pula kebijakan ekonomi-politik Belanda lainnya yang

menyengsarakan rakyat, seperti politik adu domba (Devide et Impera) antar

masyarakat, suku, ras dan agama, kebijakan kerja rodi, dan masih banyak lagi

penekanan-penekanan kepada rakyat Indonesia. Namun masa penjajah Belanda

tidak berlangsung lama, karena pada fase berikutnya Jepang mendarat di

Indonesia yang kemudian berhasil menaklukan Belanda pada tahun 1942.24

Penaklukan Belanda oleh Jepang cukup mendapat sambutan dari pihak

rakyat Indonesia, seakan memberi angin segar dan menggembirakan rakyat yang

telah lama berada dibawah tekanan pemerintah Belanda. Pada akhirnya bangsa

Jepang bersikap over acting terhadap rakyat Indonesia dan mencoba beradaptasi

kepada rakyat dengan cara memberikan janji kemerdekaan Indonesia. Padahal

tujuannya sama dengan Belanda ingin menjajah Indonesia.

Jepang mengawali penjajahannya di bumi Indonesia dengan mencoba

melancarkan propaganda yang bersifat membangkitkan kesadaran nasional untuk

mendeklarasikan Negara Indonesia merdeka. Praktek-praktek yang pada zaman

24 Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, h. 26.

Page 32: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

25

Belanda dilarang, kemudian pada zaman Jepang dibolehkan. Seperti di

bolehkannya mengumandangkan lagu Indonesia Raya, boleh mengibarkan

bendera merah putih berdampingan dengan Jepang, kemudian boleh

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, dan lain-lain.

Namun demikian masa-masa tersebut pun tidak berlangsung lama. Karena

pada akhir tahun 1942 negara Jepang digempur oleh sekutu dengan melakukan

penyerangan dan pengeboman ke dua kota besar di Jepang, yaitu Hiroshima dan

Nagasaki. Peristiwa tersebut ternyata berakibat besar terhadap keberlangsungan

penerintah Jepang yang ada di Indonesia. Pusat kerajaan Jepang bergejolak,

negaranya mengalami kegoncangan.

Perwakilan pasukan Jepang di Indonesia mulai agresif pada rakyat dan

memberikan kebijakan-kebijakan politik kepada para tokoh/pejuang bangsa

Indonesia. Antara lain membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) atau yang disebut Dokuritsu Zyumbi Kosakai

sebagai bukti langkah kemerdekaan yang pernah dijanjikan.

Kemudian membentuk pasukan dan laskar-laskar rakyat untuk membantu

Jepang melawan sekutu. Seperti dibentuknya pasukan PETA (Pembela Tanah Air)

pada bulan Oktober 1943.25 Dan di dirikan laskar-laskar atau organisasi-

organisasi, seperti Keibodan (Barisan Pemuda), Fujinkai (Barisan Perempuan),

Seinendan (prajurit/perwira), Suisintai (Barisan Pelopor), Pemuda Pelajar,

25 Ibid, h. 30.

Page 33: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

26

Pemuda Pabrik, Pasukan Hizbullah, dan lain-lain.26 Para pasukan tersebut diberi

pelatihan dan dipersenjatai.

Seiring berjalannya waktu sepak terjang Jepang mulai melemah, demikian

pula kebijakan-kbijakan politik Jepang mulai diketahui oleh rakyat. Akhirnya

kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pejuang Indonesia untuk mempercepat

kemerdekaanya dan memukul pasukan Jepang. Hal ini dilakukan oleh pasukan-

pasukan dan laskar-laskar/organisasi yang dibentuk oleh Jepang, karena rakyat

Indonesia mulai sadar atas perlakuan Jepang yang tidak beda seperti pasukan

Belanda. Sampai pada akhirnya Jepang mundur pula oleh para pejuang Indonesia

yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Fenomena yang terjadi pada masa-masa penjajahan Belanda dan Jepang

pun terjadi dibeberapa daerah, terutama di Jawa dan khususnya di Jawa Barat.

Kebijakan ekonomi- politik pada zaman Belanda dan Jepang tidak pernah

berpihak pada warga pribumi, malah sebaliknya para penjajah menjadikan rakyat

Indonesia seperti sapi perahan yang hanya mengambil kepentingan sepihak.

Kebijakan ekonomi-politik Belanda jelas sekali sarat dengan pemerasan

hal ini terbukti dengan penguasaan sector-sektor perkebunan, perdagangan dan

eksport-import yang berpihak pada kepentingan Belanda. Jawa Barat termasuk

salah satu daerah yang terkenal besar hasil sawah dan perkebunannya

sebagaimana nampak membentang penghijauan yang terbesar dibeberapa

kabupaten. Seperti Banten, Bogor, Karawang, Bekasi, Sukabumi, Cianjur,

Bandung, Ciamis, Cirebon, Tasikmalaya, Indramayu, Purwakarta, dan lain-lain.

26 Ibid, h. 34.

Page 34: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

27

Sektor perkebunan hampir seluruhnya dikuasai oleh Belanda, seperti

perkebunan teh, kopi, lada, karet, dan lain-lain. Salah satunya perkebunan-

perkebunan yang berada dibeberapa kecamatan daerah Bogor dikuasai oleh

Belanda.27 Antara lain perkebunan teh di kecamatan Cisarua (puncak), kemudian

hasil kebun dan buah-buahan. Juga hasil kayu hutan pegunungan di kecamatan

Cileungsi, Jonggol, Cibarusa, Ciseeng, Leuwiliang, Cigombong, Jasinga,

Cigudeg, Ciampea, Ciapus, dan lain-lain.28

Dalam sektor perdagangan pun Belanda menerapkan kebijakan-kebijakan

yang licik. Politik monopoli perdagangan yang pernah hilang dari dahulu kala.

Pada sektor pemasaran kemudahan dalam kepemilikan toko, kios bagi warga

pribumi tidak adil. Para pedagang harus memberikan upeti kepada pemerintah

atas hasil perdagangannya. Hal tersebut pun terjadi di Bogor, seperti di pusat

perbelanjaan “Pasar Bogor”, Ramayana, Empang. Belum lagi para pedagang di

Bogor harus bersaing pula dengan para pedagang keturunan Cina.

Secara politis memang penguasaan, tanggung jawab dan kewenangan atas

wilayah Bogor, baik Regent (Bupati), Wedana (Pembantu Bupati), asisten wedana

(Camat), kepala desa, dan lain-lain dipimpin oleh warga setempat. Namun mereka

semua bertanggung jawab atau berada dibawah penguasaan pemerintah Belanda

dan tidak sedikit pula pemimpin yang berkhianat pada rakyat. Oleh karena itu,

setiap kebijakan-kebijakan politik pada zaman Jepang secara umum tidak berbeda

deangan pemerintah Belanda. Meskipun bangsa Jepang mencoba bersikap

adaptatif dan kooperatif terhadap penduduk pribumi dengan memberikan

27 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor. 28 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA Bogor.

Page 35: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

28

kebijakan-kebijakan yang tidak pernah diberikan pada zaman Belanda dan juga

memberikan harapan kemerdekaan. Ketika Jepang mulai terdesak oleh sekutu

mereka mengantisipasi dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan politik dengan

menghimpun rakyat dan dibentuk dalam pasukan-pasukan/laskar-laskar untuk

mendukung pihak Jepang.

Di Bogor peristiwa itu pun terjadi, salah satunya dengan menghimpun para

pejuang setempat ke dalam wadah pasukan perwira PETA (Pembela Tanah Air).

Menindak lanjuti langkah tersebut pada bulan Oktober 1943, pasukan Jepang

membuka tempat Korps Latihan Perwira Tentara sukarela PETA (Bo Ei Gyugun

Kanbu Renseitai) di Bogor.29 Tepatnya dijalan Jendral Sudirman di sepanjang

jalan menuju gerbang Istana Bogor. Kemudian pada tanggal 18 Januari 1944,

Korps Latihan Perwira PETA tersebut diganti dengan nama Bo Ei Gyugun Kanbu

Kyokutai (Korps Pendidikan Perwira Tentara Sukarela PETA)30, dengan tidak

mengubah lokasi tempatnya.

Mayor Oking adalah salah satu anggota pasukan PETA yang kemudian

menjadi pejuang warga Bogor. Di samping para pejuang Bogor lainnya ketika itu,

seperti Kapten Muslihat yang pernah menjadi atasan Oking, Mayor Abing Sarbini

adalah Komandan Batalyon XVI Siliwangi yang ketika itu membawahi kompi

Oking, Kolonel Daan Yahya (Komandan Divisi Siliwangi), KH. Tubagus

Muhammad Falak, KH. Abdullah bin Nuh, Ibrahim Ajie, Kawilarang, dan lain-

lain. Sementara itu warga Bogor lainnya, yakni para pemuda-pemudi, karyawan

pabrik, pelajar, para buruh dan sebagainya diorganisir sebagai laskar-laskar atau

29 Disjarah MIliter KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, h. 30. 30 Ibid, h. 31.

Page 36: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

29

organisasi-organisasi tertentu sebagaimana yang sudah penulis jelaskan

sebelumnya.

D. Kondisi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”.31

Pendidikan adalah juga proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat

manusia melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.32

Pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan, karena pendidikan merupakan

proses pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memotivasi dan

membangkitkan minat, bakat, keterampilan dan segala potensi yang berada

didalam diri manusia melalui pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Sehingga

pada akhirnya akan menimbulkan hasil karya, karsa dan cipta dalam bentuk

kebudayaan dan peradaban pada masyarakat manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya pendidikan harus didukung oleh

berbagai sarana, fasilitas dan perlengkapan yang memadai sebagai penunjang

kelangsungan proses pendidikan. Dan salah satu yang paling penting adalah

lingkungan kondisi yang kondusif sehingga proses pendidikan bisa berjalan

dengan lancar dan aman tanpa kendala apapun.

Dalam kaitan dengan kondisi sejarah bangsa Indonesia, dunia pendidikan

mengalami perkembangan yang tidak menentu. Hal tersebut dialami rakyat

Indonesia pada masa-masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, terutama pada

31 Nana Sudjana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar

Baru Algesindo, Cet, ke-1, 1996), h. 1. 32 Ibid, h. 2.

Page 37: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

30

masa-masa penjajahan. Pada masa Belanda terjadi diskriminasi dalam dunia

pendidikan terhadap pribumi.

Pemerintah Belanda membuka beberapa lembaga pendidikan, antara lain

HIS (Holland Inlandische School), yaitu sekolah untuk anak-anak pribumi yang

berasal dari kaum bangsawan.33 Kemudian sekolah ini dibuka untuk kalangan

menengah dalam rangka supaya penduduk pribumi bisa menyesuaikan diri dengan

kebudayaan Belanda atau dikenal dengan politik kebudayaan.34

Kondisi dunia pendidikan yang terjadi di Bogor pun ada masa-masa

penjajahan tidak jauh berbeda seperti di Jakarta dan di daerah-daerah lain. Sedikit

sekali HIS di Bogor yang hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu, seperti anak-

anak regent, wedana, asisten wedana, anak keturunan raden atau ningrat yang

berdarah biru. Sementara bagi rakyat biasa didirikan Sekolah Rakyat (SR) yang

dalam bahasa Belanda disebut Volks School.35 Sekolah ini diperuntukan bagi

rakyat menengah ke bawah.

Sekolah Rakyat di Bogor yang pertama salah satunya terdapat di Jalan

Kartini Kota Bogor. Dan ada pula semacam sekolah rakyat, yaitu Schakel School,

sekolah ini salah satunya terdapat di Jalan Pengadilan yang sekarang menjadi

SMP Negeri 2 Bogor.36 Kemudian pada tahun 30-an pemerintah Belanda

mendirikan Holland Chinese School (HCS) yaitu sekolah untuk anak-anak Eropa

33 Mayor Sanusi, Bogor 28 Februari 2004. 34 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta : LP3ES), h. 22. 35 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor. 36 Mayor Sanusi, Bagian Personalia Museum PETA, Bogor.

Page 38: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

31

dan Cina atau keturunan Tionghoa.37 Sekolah ini sekarang dikenal dengan nama

Regina Pacis yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda Bogor.

Di tengah munculnya sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah Belanda,

ternyata ada pula pendidikan non-formal pada masa itu yang berbasis pendidikan

Islam tradisional, yaitu pendidikan pesantren. Komunitas pesantren umumnya

anak-anak pribumi di pedesaan atau anak-anak kyai/ustadz yang antipati terhadap

pendidikan Belanda. Tradisi pendidikan pesantren tidak pernah hilang ditelan

zaman sejak masa wali songo.

Di Bogor ada beberapa pesantren pada zaman penjajahan, antara lain

pesantren Al-Falak di Desa Pagentongan Bogor Barat dengan tokoh kyayinya

yang juga tokoh pejuang, yaitu KH. Tubagus Muhammad Falak dan pesantren Al-

Ghazali, kemudian pesantren di desa Cisempur Caringin, pimpinan KH. Royani.

Juga pesantren Bakom di Ciawi yang konon katanya merupakan pesantren tertua

di Bogor. Dan masih banyak lagi pesantren-pesantren kecil di Bogor, terutama di

wilayah Kabupaten Bogor Barat.

Keberadaan pesantren cukup berpengaruh besar pada zaman penjajahan,

karena pola-pola yang diterapkan dalam pendidikan pesantren sarat dengan nilai-

nilai kemandirian, Perdjoangan (jihad) dan nilai-nilai kemanusiaan. Doktrin

pesantren terkesan membangkitkan motivasi santri dan masyarakat untuk bergerak

melawan penjajah. Karena ketokohan kyayi selain dimana santri, juga umumnya

merupakan tokoh masyarakat bagi warganya yang mudah didengar dan dituruti.

37 Geise OFM dan F. Vugts OFM, Sejarah Gereja Katholik di Wilayah Keusukupan

Bogor.

Page 39: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

32

Sekitar tahun 1946-1948, ketika belum lama Jepang terdesak oleh tentara

sekutu dan rakyat Indonesia pun berhasil memukul mundur pasukan Jepang.

Kondisi sosial, politik dan keamanan sempat mengalami gejolak. Hal tersebut

sempat terjadi dibeberapa daerah di wilayah Bogor dengan banyaknya

bermunculan gerombolan yang meresahkan rakyat setempat.

Page 40: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB III GAMBARAN UMUM MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR

A. Ruang Lingkup Museum Perdjoangan Bogor

Visi dan Misi Museum Perdjoangan Bogor :

1. Visi Museum Perdjoangan Bogor

a. Mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai-nilai 45 kepada

generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

b. Mewajibkan generasi bangsa sebagai generasi yang tidak Adam lil

Tapel, yakni generasi yang tidak lupa pada asal. Asal bangsa Indonesia

yang mempunyai ciri dan pribadi Indonesia serta berwawasan

nusantara yang dituangkan dalam falsafah Negara yaitu : Pancasila.

2. Misi Museum Perdjoangan Bogor

Untuk mewujudkan Visi yang dimiliki Museum Perjuangn Bogor maka

dilakukan upaya pencapaian yang tertuang dalam misi sebagai berikut :

a. Memupuk dan Memelihara semangat Revolusi 17 Agustus 1945

b. Menyimpan benda-benda bersejarah yang terlibat langsung dalam

revolusi Fisik perang Kemerdekaan RI tahun 1945.

c. Menyalurkan dan menghubungkan rakyat dari Keresidenan Bogor

dengan membina komunikasi dan tali silahturahmi yang baik.1

Memanfaatkan keberadaan Museum sebagai alat pendidikan bagi

masyarakat terutama bagi anak-anak dan pemuda harapan bangsa.

1 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

33

Page 41: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

34

B. Letak, Aksesibilitas, dan Topografi

Museum Perdjoangan Bogor pada awal pendiriannya terletak dipusat

keramaian dan hingga kini berada disalah satu pusat perbelanjaan di kota Bogor

yaitu, Pusat Grosir Bogor (PGB). Kondisi topografi dari Museum Perdjoangan

Bogor merupakan refleksi dari topografi kota Bogor, yaitu berada pada wilayah

rangkaian pegunungan yang mengelilingi Kota Bogor. Termasuk kedalam wilayah

lipatan Utara yang tertutup bahan Vulkanik endapan sungai dari gunung Salak dan

Gunung Gede. Sebagian besar daerah ini mengandung tanah liat, lapisan batu-

batuan dan pasir.2

Keadaan tanah bersifat naik-turun yang merupakan gabungan lembah dan

tebing di bagian kedalaman tanah 16-20 meter dari permukaan kota. Sedangkan

untuk ketinggiannya pada kisaran antara 200-300 meter dari permukaan laut.

Bangunan gedung yang terdiri atas dua lantai ini merupakan bangunan

peninggalan zaman kolonial Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia. Gedung

museum Perdjoangan Bogor sejak awal pendiriannya telah mengalami beberapa

kali perombakan atau renovasi fisik bangunan.

Museum Perdjoangan Bogor (MPB) merupakan salah satu peninggalan

bersejarah yang didirikan diatas areal tanah seluas 650 m², dengan deskripsi luas

bangunan 515 m² yang terdiri atas dua lantai sebagai gedung utama dan

dilengkapi oleh ruang kantor dan mushola pada bagian kiri dan kanan. Menurut

letak administrasi kepemerintahan termasuk kedalam kecamatan Bogor Tengah,

Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan batas kawasan sebagai berikut:

2 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

Page 42: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

35

1. Utara : Berbatasan dengan jalan MA. Salmun

2. Selatan : Berbatasan dengan Jalan Mayor Oking dan areal ex SMP

Hutabarat

3. Timur : Berbatasan dengan areal pemukiman penduduk

4. Barat : Berbatasan dengan Jalan Merdeka 3

Kondisi aksesibilitas Menuju Museum Perdjoangan Bogor dapat

dikategorikan cukup mudah. Kerena letaknya yang berada di pusat Kota Bogor

dan dapat ditempuh dalam beberapa menit dari pintu gerbang utama Kota Bogor

(Jalan bebas hambatan /tol jagorwi). Museum Perdjoangan Bogor dapat dijangkau

dengan menggunakan kendaraan umum berupa angkutan perkotaan yang memiliki

jalur trayek melalui pintu-pintu masuk Museum Perdjoangan Bogor ataupun

dengan menggunakan kendaraan tradisional becak.

C. Tujuan Pokok Museum Perdjoangan Bogor

Tujuan pokok didirikannya Museum Perdjoangan pada saat peresmian

awal, sebagai berikut:4

1. Memupuk dan memelihara semangat revolusi 17 agustus 1945.

mewariskan jiwa dan semangat proklamasi kemerdekaan pada angkatan

muda dan keturunan yang akan datang (generasi mendatang)

2. Patriotik dan Heroik (kebangsaan dan kepahlawanan) sebagai monumen

nasional yang hidup untuk mengenang dan memperingati serta

memuliakan para pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia

3 Data statistic Museum Perdjoangan Bogor. 4 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan

Gedung Museum Perdjoangan Bogor. (Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958), h. 8.

Page 43: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

36

3. Historis (sejarah) sebagai penyalur dan penghubung dari rakyat

karesidenan Bogor dalam Perdjoangannya untuk mempertahankan dan

mengisi kemerekaan 17 agustus 1945.

4. Pedagogis (pendidikan) sebagai alat pendidikan bagi masyarakat terutama

bagi anak-anak dan pemuda harapan bangsa.

5. Kultural (kebudayaan) sebagai tempat memupuk dan penyimpanan hasil-

hasil karya dari cabang kehidupan dan kebudayaan yang sesuai dengan

jiwa dan semangat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

D.;Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor

Museum Perdjoangan Bogor berada dibawah sebuah Yayasan yakni

Yayasan Museum Perdjoangan Bogor (MPB). Yayasan ini didirikan oleh para

pejuang yang berasal dari daerah sekaresidenan Bogor setelah perang revolusi

fisik tahun 1945-1950. Yayasan ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk

mengakomodir setiap bentuk pesan dan keinginan dari para pejuang RI yang

menginginkan kemerdekaan sejati bagi bangsa dan negara.5

Dewan Pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor pada awal

pendirinnya memiliki anggota yang berasal dari beberapa kalangan.

Kepengurusan Yayasan ketika itu terdiri dari 17 orang masing-masing : Residen

Bogor – Walikota Bogor – Bupati Bogor – Prof. Ir. Koenoto Setyadi – DR. HSB

Zahar – Umar Sanusi – Bunawan Rusmuiputro – Sdr. Sudewo – Ny.

Halmaherawati Sukardja – Mayor Saptaji – Mayor Tarmat – Erno Hardja – Soleh

5 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

Page 44: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

37

Iskandar – Ny. Rumiah Darta Abdurachman dan seorang perwakilan dari daerah

Cianjur, serta beberapa orang perwakilan daerah lain sekitar di kota Bogor.

Hingga saat ini masa kepengurusan Museum Perdjoangan Bogor (MPB)

telah mengalami perubahan sebanyak dua kali dari kepengurusan yang lama.

Kepengurusan baru yang mengelola museum saat ini merupakan kepengurusan

yang diangkat oleh Dewan Pembina Museum Perdjoangan Bogor pada bulan

maret tahun 2003. Pengurus museum memiliki anggota yang terdiri atas 17 orang

yang tersebar pada beberapa bidang/jabatan. Setiap pengurus diangkat oleh

Dewan Pembina museum untuk masa bakti 5 tahun.6

Yayasan Museum Perdjoangan Bogor (MPB) memiliki seperangkat

kepengurusan yang bersifat independen. Kepengurusan yayasan dapat terdeskripsi

secara jelas dalam bagan struktur organisasi yayasan (Gambar 1).7 Melalui

struktur tersebut dapat terlihat garis komando yang terdapat di museum dengan

jelas untuk setiap jabatan. Yayasan MPB memiliki visi yakni “Mewariskan

semangat dan jiwa proklamasi kemerdekaan kepada angkatan muda dan

keturunan yang akan datang”. Melalui visi tersebut coba dikembangkan satu

upaya pencapaian visi yang tercantum pada misi Yayasan MPB. Misi dari

Yayasan MPB salah satu diantaranya adalah dengan mendirikan Museum

Perdjoangan Bogor dan berbagai fasilitas yang terkait dengan keberadaan museum

tersebut.

6 Wawancara Pribadi, Drs. H. Mardjono, Tanggal 23 Juli 2010. 7 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

Page 45: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

38

Yayasan Museum

Perdjoangan Bogor

PENGAWAS

PEMBINA

1. Komandan KOREM 061 Suryakencana

2. Walikota Kota Bogor 3. Bupati Kab. Bogor 4. Mayjen Adjat Sudrajat

1. Ketua Wirawati Catur Panca 2. Ketua Dewan Pendidikan

Kota Bogor 3. Ketua LVRI Kota Bogor 4. Ketua LVRI Kab. Bogor

KETUA UMUM

KETUA I (SATU)

KETUA II (DUA)

PENGURUS

KETUA PELAKSANA HARIAN

Hj. Nanie RS. Kamarwan

Drs. H. Mardjono

SEKRETARIS

BENDAHARA

PENGEMBANGAN

AKUSISI

PELAKSANA HARIAN

M.O. WIWOHO

RAHMI INDRA

JACJA SALEH

PEMBANTU UMUM

ACIH

ACUB

Gambar 1. Struktur Organisasi Museum Perdjoangan Bogor

Page 46: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

39

Tugas dan Fungsi dari tiap-tiap Jabatan (Job Description)

Setiap jabatan di Yayasan Museum Perdjoangan Bogor memiliki tugas dan

fungsi yang berbeda-beda. Masing-masing fungsi dan tugas disesuaikan dengan

kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh setiap jabatan. Setiap tugas yang

diberikan oleh Dewan Pembina Museum Perdjoangan Bogor kepada setiap

pengurus merupakan satu rangkaian kesatuan yang termaktub pada Anggaran

Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dihasilkan pada rapat awal

pendirian museum. Setiap jabatan diharuskan memberikan laporan pertanggung

jawaban kepada Dewan Pembina setiap tahunnya, berkaitan dengan pelaksanaan

konsep yang telah diamanatkan.8

Berikut ini tugas dan fungsi dari tiap-tiap jabatan (job description) di

Museum Perdjoangan Bogor (MPB):

1. Pembina: Memiliki kewenangan bertindak untuk dan atas nama Pembina.

Memutuskan perihal mengenai perubahan Anggaran Dasar, mengangkat

dan memberhentikan anggota pengurus dan anggota pengawas,

menetapkan Kebijakan Umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar

Yayasan, mengesahkan program Kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan

Yayasan yang disiapkan oleh pengawas, dan mengesahkan Laporan

Tahunan Yayasan.

2. Pengawas: Melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada pengurus

dalam menjalankan Kegiatan Yayasan. Serta memeriksa perihal Laporan

Harian baik dokumen pengeluaran, pembukuan data pengunjung, dan lain

sebagainya.

3. Ketua Umum: Memiliki wewenang bertindak untuk dan atas nama

pengurus mewakili Yayasan.

4. Ketua I (Satu): memiliki kewenangan mewakili Ketua Umum dalam

berbagai kesempatan apabila Ketua Umum berhalangan hadir mewakili

Yayasan. Melaporkan berbagai perkembangan-perkembangan pengelolaan

secara rutin setiap bulannya kepada Ketua Umum.

8 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

Page 47: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

40

5. Ketua II (Dua): Memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengkoordinasikan program kerja yang telah disusun pada Rapat Dewan

Pembina kepada setiap anggota pengurus. Selain itu berkesempatan pula

mewakili Yayasan apabila Ketua Umum dan Ketua I (Satu) berhalangan

hadir diberbagai kesempatan.

6. Pengurus: Berkewjiban melaksanakan kepengurusan yayasan demi

mencapai Visi dan Misi Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan

memperhatikan ketentuan dalam anggaran dasar peraturan perundang-

undangan yang berlaku (pembagian tugas dan wewenang yang dihasilkan

melalui rapat Pembina). Pengurus melakukan rapat anggota pengurus

setiap waktu dan dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus. Pengurus terdiri

atas beberapa orang personil yang menduduki beberapa jabatan yang

terdiri atas:

a. Ketua Pelaksanaan Harian: Memiliki kewajiban untuk melaporkan

hasil kagiatan pengelolaan harian kepada Ketua I (Satu), mengatur dan

mengkoordinasikan dana pendapatan yang diperoleh oleh museum

setiap harinya dan pelaporan setiap bulan kepada Ketua I (Satu).

b. Sekretaris: Mengelola administrasi Yayasan Museum Perdjoangan

Bogor dan mengelola pembukuan data kunjungan serta kearsipan

sebagai bahan penyusunan Laporan Tahunan.

c. Bendahara: Mengelola keuangan Yayasan Museum Perdjoangan

Bogor yang meliputi pengeluaran, pendapatan, serta kondisi kas

Yayasan.

d. Seksi Bidang Pengembangan: Mengelola upaya pengembangan

museum (promosi publikasi dan koleksi) dan strategi pencapaian yang

diperlukan.

e. Seksi Bidang Akusisi: Mengelola pengembangan sarana prasarana

serta fasilitas museum.

f. Pelaksana Harian: Melaksanakan tugas harian yang mencakup

pelayanan tiket dan pemberian informasi (jasa pemanduan).

Page 48: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

41

g. Pembantu Umum: Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

perwatan sarana prasaran serta fasilitas yang terdapat di Museum

Perdjoangan Bogor.

E. Kondisi dan Bentuk Bangunan

Museum Perdjoangan Bogor mempunyai luas area 650 m², didalam

gedung tersebut terdapat ruang perkantoran, dan ruang koleksi. Sedangkan di

halaman depan museum terdapat sebuah taman seluas 10 x 30 meter. Halaman ini

berlantaikan ubin dan di tengah-tengah tamannya terdapat sebuah pancuran air.

Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisikan kantor dan

benda-benda koleksi seperti senjata-senjata modern, dokumen-dokumen, mata

uang, lukisan, dan lain-lain. Kemudian lantai dua terdiri dari benda-benda koleksi

seperti senjata-senjata tradisional, topi helmet, prasasti/monumen, diorama

peristiwa pertempuran, kain/pakaian, dan sebagainya. Didepan bangunan ini

terdapat sebuah pusat perbelanjaan, dan disamping kiri dan kanannya terdapat

ruko-ruko.9

Pada umumnya, sebuah bangunan memiliki komponen-komponen yang

selalu hadir dan berhubungan dengan konstruksi bangunan sebagai

kelengkapannya dari bangunan tersebut. Komponen-komponen ini disebut

komponen arsitektur, komponen ini tidak dapat terpisahkan dari bangunan

tersebut. Komponen tersebut berupa lantai, dinding, jendela, pintu, atap dan lain

9 Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.

Page 49: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

42

sebaginya. Jika salah satu komponen tersebut tidak ada maka dapat dikatakan

bagunan tersebut tidak lengkap.10

1. Lantai

Lantai pada Museum Perdjoangan Bogor adalah sebuah ubin (kepala

basah, pada zaman Belanda), yang berukuran 30x30 cm. Ubin ini ada

sejak awal pendiriannya. Yaitu ketika pemilik pertamanya mendirikan

bangunan ini.

2. Dinding

Dindingnya terdiri dari dua tahap yaitu dinding batu dan kayu. Pada

awalnya dinding bangunan ini terbuat dari kayu, namun pada tahun

2003 dinding bangunan Museum Perdjoangan Bogor ini diganti

dengan batu. Ada sedikit perbedaan antara dinding yang berada di

lantai atas dan lantai bawah. Pada dinding lantai bawah dinding kayu

yang awalnya digunakan, kemudian diganti dengan dinding batu.

Namun, dinding pada lantai atas (awalnya dinding kayu) tidak diganti

tapi hanya dilapisi (ditamblok/didobelkan).11

3. Atap

Bentuk atapnya seperti perisai ganda yaitu gabungan dari dua buah

atap pelana, kedua atap pelana teersebut berbentuk simetris. Konstruksi

atap berbentuk konstruksi kuda-kuda kayu, yaitu konstruksi yang

terbuat dari balok kayu yang diletakan berpalang dan berfungsi sebagai

10 Susanto, Bangunan Arsitektur Belanda di Indonesia, (Jakarta: Museum Sejarah Jakarta,

2002), h. 8. 11 Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.

Page 50: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

43

penopang atau penyangga. Sedangkan atapnya terbuat dari tanah liat

(genteng), kayu atap sirap, seng dan batu bata.

4. Dormers (Ventilasi Udara)

Keberadaan dormers pada bangunan Museum Perdjoangan Bogor

ternyata hanya merupakan ragam hias saja, sebab di Belanda Dormers

berfungsi sebagai kamar dan ventilasi udara pada musim panas,

sedangkan pada musim dingin digunakan sebagai gudang. Di Belanda,

Dormers merupakan suatu unsur yang selalu ada. Di Museum

Perdjoangan Bogor, Dormers berfungsi sebagai ventilasi, tetapi fungsi

itu tidak terlalu dominan karena adanya jendela yang berukuran besar

dan banyak pada setiap lantainya.

5. Jendela

Jendela berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua tipe yaitu

jendela persegi panjang dan jendela bujur sangkar.

Jendela ini pada lantai bawah berjumlah 6 buah yang berukuran besar

pada sisi kanan dan kirinya. Sedangkan jendela yang berada dilantai

atas berjumlah 10 buah, 6 buah berupa jendela yang berukuran besar

dan 4 buah jndela yang berukuran kecil.

Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh, jendela-jendela ini tidak

pernah dirubah dari bentuk aslinya. Hanya saja ada di tambahkan

teralis pada tiap jendela tersebut.

Page 51: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

44

6. Pintu

Jumlah dari pintu pada Museum Perdjoangan Bogor ini sebanyak 3

buah pintu saja. Pintu pertama yaitu pintu utama (pintu masuk), pintu

ini berukuran besar yang mempunyai dua buah sisi. Pintu ini

digunakan dari pertama dibangun (pintu model Belanda), yang kedua

pintu kantor dan yang ketiga yaitu pintu kamar mandi.

7. Tangga

Di sudut dalam Museum terdapat dua buah sisi tangga yang berbentuk

zig-zag. Di tengah-tengah tangga terdapat ruang kantor untuk para

pegawai Museum ini.

Dari beberapa ornamen-ornamen inilah yang membuat Museum

Perdjoangan Bogor masih berdiri kokoh hingga sekarang ini. Walaupun usianya

sudah tua tetapi masih memancarakan banguan Eropa (lebih tepatnya gaya

Belanda) bergaya klasik.12

12 Drs. H. Mardjono, Wawancara Pribadi tanggal 23 Juli 2010.

Page 52: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB IV SEJARAH MUSEUM PERDJOANGAN BOGOR

A. Museum Perdjoangan Bogor sebelum Diresmikan

Gedung bertingkat dua yang terletak di Jalan Merdeka Bogor (dulu disebut

Jalan Tjikeumeuh Bogor No. 28) berhadapan dengan kuburan Belanda Memento

Mori dan sekarang berhadapan dengan Pusat Grosir Bogor (PGB). Gedung ini

adalah peninggalan bersejarah dari masa ke masa, sejak penjajahan Belanda

sampai awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Didirikannya gedung ini awal 1879, kemudian tanggal 7 Juli 1879 dimiliki

oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Wilhelm Gustaff Wissner,

bangunan ini dijadikan gudang barang-barang. Setelah beberapa kali beralih

kepemilikannya pada tanggal 16 Desember 1953, gedung ini dimiliki oleh saudara

Umar bin Usman Alwahab dengan surat Firgendom Verponding Nomor: 4016.

Kemudian pada tanggal 17 Maret 1958 oleh pembantu utama pelaksana Kuasa

Perang Daerah KMS Bogor, diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum

Perdjoangan Bogor untuk digunakan sebagai Sekolah Rakyat. Kemudian pada

tanggal 20 Mei 1958, gedung ini dihibahkan (disumbangkan) sepenuhnya kepada

Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akta Notaris J.L.L. Wonas di

Bogor.1

Para pemimpin pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari daerah

Karesidenan Bogor dan sekitarnya mengadakan pertemuan di rumah Bupati RE.

1 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan

Gedung Museum Perdjoangan Bogor. (Bogor: Percetakan Archipel Bogor,1958), h. 5.

45

Page 53: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

46

Abdullah di Jl. Panaragan No. 31 pada Tanggal 26 Oktober 1957. Pertemuan

tersebut telah menghasilkan satu ketetapan yaitu dijadikannya Gedung

Tjikeumeuh No. 28 sebagai Gedung Monumen Nasional untuk selamanya.

Museum Perdjoangan Bogor yang terletak di pusat kota Bogor dikelilingi oleh

jalan-jalan yang mempunyai latar belakang sejarah pula, seperti Jalan Kapten

Muslihat, Jalan Mayor Oking Djajaatmadja, Jalan Veteran dan Jalan Merdeka

dimana gedung Museum ini berdiri dengan nomor jalan 56.2

Jika di lihat dari sejarah awal berdirinya hingga perkembangan yang

terjadi pada gedung ini, tentu saja mempunyai beberapa peranan, diantaranya : 3

1. Museum Perdjoangan Bogor yang terletak dipusat keramaian, dahulunya

adalah milik seorang kebangsaan Belanda. Kemudian setelah beberapa kali

beralih kepemilikan dan dipakai untuk perusahaan, maka mulai bulan Juni

1938 bangunan ini dijadikan gedung PERSAUDARAAN “PARINDRA”

Cabang Bogor.

2. Seiring berjalannya waktu gedung ini berubah fungsinya menjadi Kantor

Bank Simpan Pinjam, dan lain-lain.

3. Sejak tanggal 9 maret 1942 direbut oleh tentara Jepang dan dijadikan

gudang untuk para tentaranya.

4. Pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil direbut kembali oleh pejuang

Indonesia dan dijadikan sebagai kantor KOMITE NASIONAL

INDONESIA daerah Bogor, kantor BP-3, Markas Pejuang daerah Bogor,

Kantor Perjuangan DEWAN PERDJOANGAN KARESIDENAN

2 Bpk. H. Mardjono, Wawancara Pribadi. Tanggal 23 Juli 2010. 3 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 4.

Page 54: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

47

BOGOR, Laskar Rakyat Bambu Runcing dan para pejuang pemuda.

Namun, pada Tanggal 13 Februari 1946 gedung tersebut di tinggalkan,

karena tidak tahan dengan tekanan para tentara Inggris dan Belanda.

5. Pada Tahun 1948 sampai 1949 direbut para pejuang Indonesia kembali

dan dijadikan untuk kegiatan GABSI (Gabungan Serikat Indonesia),

dibawah pimpinan Priyatman.

6. Tanggal 3 Agustus 1949 terjadi Cease Tire antara Belanda dengan

Indonesia, maka gedung tersebut dijadikan Kantor Tetap Pemerintahan

Daerah Kabupaten Bogor, KDMJ Bogor dari Tanggal 23 Desember 1949

sampai 4 Maret 1950.

7. Tahun 1952 sampai dengan 16 Maret 1958 dijadikan Sekolah Rakyat (SR)

No.34. Pada awalnya hanya untuk anak-anak anggota tentara saja, tapi

kemudian atas usaha Mayor Usman Abdullah. Maka berlaku untuk umum

juga. Sekolah Rakyat ini siangnya digunakan sebagai sekolah SMP

SMAURIL ADJREM (sekolah dengan ijazah penyesuaian para siswa yang

terdiri dari pemuda pejuang yang akan bergabung dengan TNI/POLRI

sampai dengan tahun 1952).

8. Tanggal 16 Desember 1953 dimiliki oleh Umar bin Usman Al-Wahab,

yang rumahnya berada disebelah kiri gedung tersebut. Dengan Eigendom

Verponding No. 4016

9. Tanggal 17 Maret 1958 diserahkan penuh oleh Pembantu Utama Pelaksana

Kuasa Perang Daerah KMS Bogor kepada Yayasan Museum Perdjoangan

Page 55: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

48

Bogor. Dan Sekolah Rakyat dialihkan ke tempat lain pada Tanggal 20 Mei

1958.

10. Atas kedermawanan Umar bin Usman Al-Wahab gedung ini dihibahkan

secara penuh kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dengan akte

notaris J.L.L Wonas di Bogor. Tanggal 10 November 1958 pada

peringatan Hari Pahlawan tepatnya Pukul 08.00 WIB, gedung ini secara

resmi dibuka oleh Ibu Kartinah TB Muslihat dan dituangkan dalam surat

keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res. Inf 8/III No.

Kpts/3/7/PKM/57. Diprakarsai oleh Major Ishak Djuarsa. Pe.Ku.Mil

Daerah Res.Inf. 8/III Suryakancana Divisi Siliwangi. Yang kemudian

diresmikan kembali oleh Kolonel RA Kosasih Panglima TT III Siliwangi.4

Selain berbagai peranan yang berubah-ubah dari tahun ke tahun seperti

gambaran yang tertera diatas, banyak pula sejarah yang terkandung didalam

Museum ini. Apalagi jika kita mengetahui sosok dua orang tokoh yang menjadi

icon museum ini. Yaitu Kapten Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman

Sarkani yang telah banyak berperan penting dalam memperjuangkan

kemerdekaan.

Salah satu sosok pejuangnya yaitu seorang Kapten Muslihat. Namun

belum banyak orang yang mengetahuinya. Jalan Kapten Muslihat yang setiap

harinya dilalui kendaraan bermotor dan pejalan kaki itu ternyata menyimpan nilai

sejarah tentang gugurnya seorang pejuang muda dimasa revolusi, bahkan karena

Perjuangan dan pengorbanannya. Selain nama besarnya diabadikan menjadi nama

4 Ibid, h. 5.

Page 56: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

49

jalan tersebut, dibagian jalan lain didirikan pula monumennya yang selama ini

dikenal sebagai Kapten Muslihat.

Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober

1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu

tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan

Hindia Belanda. Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA

pada bulan oktober Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan

diri menjadi tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui

beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA

dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan

berani, kemudian dipilih menjadi Shudanco (komandan Seksi atau peleton)

bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat,

Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.

Dengan bermodalkan senjata curian kapten Muslihat bersama rekan-

rekannya meneruskan Perjuangan dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan

Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dan

PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan

yang mereka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari

tangan Jepang. Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut

kantor-kantor yang diduduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik

Indonesia.

Page 57: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

50

Hingga suatu hari, tepatnya tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat

bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di

jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), Kontak senjatapun terjadi

mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha

sangat kuat. Sampai akhirnya Kapten Muslihat gugur dalam pertempuran itu.

B. Museum Perdjoangan Bogor sesudah Diresmikan

Peresmian Museum Perdjoangan Bogor dilaksanakan pada tanggal 10

Nopember 1958 (bertepatan dengan Hari Pahlawan). Dibuka secara resmi oleh

Nyonya Kartinah Muslihat (istri mendiang Kapten Muslihat). Didalam surat

keputusan Pelaksana Kuasa Militer Daerah Res. Inf 8/III no. Kpts/3/7/PKM/57.

Museum Perdjoangan Bogor adalah Museum Perdjoangan pertama yang ada di

nusantara.5

Museum ini melakukan kegiatan pengelolaan koleksi/ornamen sebagai

bagian dari kegiatan pengelolaan museum, sebagai objek wisata. Setiap jenis

koleksi memiliki keunikan dan sejarah tersendiri, dengan bentuk pameran yang

ditampilkan secara utuh diharapkan mampu menjadi komoditas wisata yang

menarik.6

Data yang diperoleh dari pihak pengelola yang menyatakan jumlah koleksi

kurang lebih 1000 buah, perlu didata sehubungan terjadinya penambahan koleksi

pada Tahun 2005. Kegiatan inventarisasi mengenai koleksi/ornamen MPB baik

5 Ibid, h. 4. 6 Bpk Edwin, Wawancara Pribadi Tanggal 14 Agustus 2010.

Page 58: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

51

jumlah dan jenisnya, terakhir kali dilakukan pada tahun 2004, hanya saja pihak

pengelola kehilangan data tersebut karena sesuatu hal.

Koleksi/ornamen merupakan aset yang menjadi ciri khas dari MPB

sebagai daya tarik utama sebuah obyek wisata. Ketertarikan pengunjung untuk

datang berkunjung ke MPB dikarenakan oleh keberadaan koleksi yang cukup

beragam. Seluruh koleksi di MPB ditampilkan pada ruang pamer dan dilengkapi

oleh papan interpretasi berupa sign dan label interpretasi. 7

Bentuk pameran koleksi MPB yang terdapat di ruang pamer adalah

diorama peristiwa pertempuran, lemari pamer kaca (senjata, pakaian, arsip, dan

sebagainya), mading, auditorium mini, dan lain sebagainya.

Dominasi koleksi senjata di MPB secara langsung merupakan daya tarik

yang disukai oleh pengunjung terutama anak-anak. Karena pengunjung dapat

langsung menyentuh atau berinteraksi dengan beberapa buah koleksi senjata

tersebut. Dekripsi dari setiap koleksi MPB dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tata letak koleksi MPB yang telah dilakukan sejak awal mula pendirian,

pada dasarnya tidak mengalami perubahan secara signifikan. Hanya saja

pengadaan sarana prasarana untuk kegiatan pameran seperti etalase/lemari pamer

telah memposisikan koleksi MPB dengan lay out yang hingga kini dapat

dinikmati jika berkunjung ke MPB. Tata letak koleksi dirancang semaksimal

mungkin agar pengunjung merasa puas dan tidak mengalami kejenuhan selama

berada di museum.8

7 Bpk Edwin, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Agustus 2010. 8 Bpk Edwin, Wawancara Pribadi, Tanggal 14 Agustus 2010.

Page 59: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

52

Sumber dana yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas

kegiatan Museum Perdjoangan Bogor pada awal-awal berdirinya Museum ini

berasal dari Dewan Pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor. Selain itu

pengumpulan dana pun dilakukan dengan cara sweepstake, totalisator, undian

barang-barang dan lain-lain yang dikoordinir oleh Seksi Usaha Yayasan museum

tersebut. Karena biayanya masih kurang mencukupi, kemudian dibentuklah

delegasi dengan tugas menghubungi Pemerintah dan tokoh-tokoh nasional untuk

minta perhatian dan sumbangannya. Tidak hanya itu saja, diadakan pula Album –

Perkenalan untuk dijual kepada umum. Ternyata usaha-usaha tersebut belum

berjalan lancar. Hanya ada satu sumbangan yang setiap bulan ada ialah dari hasil

kenaikan karcis Kebun Raya Bogor. 9

Pada permulaan bulan Juli Seksi pemeliharaan memulai memperbaiki

gedung dengan biaya Rp30.000,00. sedang material belum terkumpul. Keadaan

keuangan yayasan belum terpenuhi namun biaya yang masuk dari sumbangan

beberapa orang baru sedikit. Tanpa diduga pada permulaan Agustus datang

bantuan dari daerah Sukabumi, Cianjur dan Bandung (walaupun hanya berupa

pinjaman).

Segala macam upaya diusahakan para pihak yayasan. Karena mereka

menginginkan peresmian gedung pada tanggal 15 Agustus 1958. Walau hanya

dengan biaya yang sangat minim tapi tidak mematahkan semangat para pengurus

yayasan museum. Akhirnya setelah menerima saran dari Kapten Kunto Sudarsono

(Wk. Badan pekerja). Bahwa “Hendaklah dalam waktu lima hari kita bekerja

9 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 5.

Page 60: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

53

dengan sistem Gotong Royong dan mengerahkan tenaga massa seperti massa

revolusi”. Pada akhirnya walaupun perlahan tapi pasti maka pada tanggal 10

Nopember 1958 di resmikannya Museum Perdjoangan Bogor.10

Di dalam tugas dan fungsi museum, keberadaan Museum Perdjoangan

Bogor tidak terlepas pula dari sarana dan prasarana pendukungnya. Sarana

prasarana tersebut dapat berupa lemari Pamer, Diorama, Meja Informasi, Meja

Penitipan Barang, Meja Front Office, Pilar Lingkaran, Alas Pamer untuk Senjata,

Papan Interpretasi, dan Megaphone (TOA). Sarana dan prasarana yang dimiliki

Museum Perdjoangan Bogor saat ini masih dapat dikatakan terbatas. Masih perlu

adanya sarana dan prasarana penunjang lainnya yang bisa mendukung

perkembangan untuk museum tersebut.11

Berdasarkan data yang di ketahui, bahwa ada dua kategori pengunjung jika

mengacu kepada harga tiket masuk (HTM). Dua kelompok pengujung yang

dimaksud adalah kelompok anak-anak dan dewasa.

Sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka tak berlebihan jika

menjadikan MPB sebagai objek wisata yang mampu bersaing dengan beberapa

museum yang terdapat di Kota Bogor. Selain itu, MPB merupakan aset

peninggalan bersejarah yang menarik, khususnya sejarah perjuangan masa

Revolusi Fisik 1945-1950.

10 Ibid, h. 6. 11 Data Statistic Museum Perdjoangan Bogor.

Page 61: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

54

C. Bentuk dan Lambang Bangunan

Untuk menyambut peresmian pembukaan gedung Museum Perdjoangan

Bogor yang dimulai dengan Upacara, maka dapat dikemukan bentuk dan lambang

dari pada gedung tersebut :12

1. Bangunan ini mempunyai dua lantai, tingkat yang di atas merupakan

tempat penyimpanan barang-barang dan dokumen-dokuemen yang

beriwayat dan berharga sebagai tanda pemulian dan penghormatan kepada

para pahlawan dan pejuang kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Tingkat

bawah digunakan untuk pameran seni lukis seni pahat, dan cabang-cabang

kebudayaan lainnya. Juga untuk tempat pertemuan dan akan dibuat

perpustakaan, khususnya mengenai sejarah revolusi.

2. Di tengah-tengah halaman depan akan dibangun tiang bendera setinggi 13

meter. Sebagai simbol bahwa gedung tersebut dibuka dengan resmi pada

peringatan Hari Kemerdekaan ke-13.

3. Gedung tersebut berdiri di atas 8 tiang (soko guru) yang menggambarkan

meletusnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada Bulan 8.

Bentuk tiang persegi 5, yang menandakan bahwa dasar negara kita yaitu

Pancasila. Pada tiang-tiang tersebut di hiasi dengan penuh pohon bambu,

yang digunakan sebagai senjata untuk mengusir para penjajah. Pada kedua

tiang depan tertera paling bawah sekali daun-daun dan batang bambu

tajam membujur ke atas, berikut tulisan S, huruf pangkal dari nama

Sukarno, Presiden RI pertama dan sebagai Bapak Revolusi Kemerdekaan.

12 Yayasan Museum Perdjoangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian, h. 7-8.

Page 62: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

55

Diantara bambu-bamabu itu ada bintang bersudut lima, melambangkan

Tentara Nasional Indonesia sebagai pelopor dan pendukung perjuangan

Nasional. Pagar bambu runcing keatas yang artinya bersama melawan

gerakan yang bisa menindas dan menghalangi kemerdekaan. Dengan

semangat berkobar sebagai lambang api yang menyala keangkasa,

menyebar ke seluruh nusantara dengan ikatan persatuan dari beraneka

warna golongan dan organisasi (tiang di dalam gedung sebanyak 6 buah

yang saat itu masih dalam pembangunan).

4. Asal muasal pemberian nama gedung Museum Perdjoangan Bogor,

dibatasi oleh rangkaian padi yang berbutir 17 biji, sebagai pertanda Hari

Kemerdekaan RI.

5. Pintu gedung yang bersifat seni (ketika itu masih dalam pembuatan).

6. Ketika mulai memasuki gedung, berdirilah dengan megah di sebelah kiri:

Lingga Pahlawan, sebagai tanda penghormatan kepada para Pejuang

bangsa Kemerdekaan yang gugur dimedan perang antara tahun 1945-1950.

Linggga berdiri di atas bunga teratai yang melambangkan perjuangan

rakyat daerah Bogor dan sekitarnya. Di atas Linggga tumbuh kuncup

teratai yaitu sebagai lambang harapan kepada para pemuda generasi

bangsa untuk meneruskan perjuangan para pahlawan kemerdekaan.

7. Di sebelah kanannya, terletak diatas ukiran bunga teratai yang berbuah

senjata-senjata yang dipergunkan dalam permulaan perjuangan. Api

menyala-nyala di bawahnya, sebagai lambang perjuangan rakyat di daerah

Keresidenan Bogor dan sekitarnya, dibakar oleh api keramat, api

Page 63: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

56

kemerdekaan, mengangkat senjata yang sangat sederhana: bedil, bambu

runcing, keris, golok dan sebagainya. Untuk menegakan dan membela

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

D. Fungsi Museum Perdjoangan Bogor

Keberadaan Museum Perdjoangan Bogor sebagai salah satu peninggalan

bersejarah telah ikut berperan aktif dalam mendukung berbagai kegiatan

masyarakat. Bagi dunia ilmiah, museum merupakan pusat kajian soal ilmu sejarah

yang berorientasi pada sejarah perjuangan bangsa di era Rovolusi Fisik 1945-

1950. Kegiatan penelitian oleh para praktisi dari berbagai kalangan (pelajar,

mahasiswa, para pengajar dan atau pendidikan) yang memanfaatkan museum dan

daya tarik yang dimilikinya telah dilakukan sejak lama.

Berbagai pihak baik individu maupun kelompok yang memanfaatkan

museum sebagai pusat kajian bidang keahliannya telah menempatkan museum

sebagai alat yang berfungsi mendukung kegiatan pendidikan. Terutama

mendukung pengembangan program pendidikan sejarah secara umum dan sejarah

perjuangan masa perang kemerdekaan 1945-1950 secara khusus di daerah Bogor.

Dilengkapi dengan data dan sumber informasi mengenai kesejarahan perjuangan

secara otentik dalam berbagai media dan bentuk informasi. Seperti dokumen,

ornamen, arsip, dan berbagai jenis koleksi lainnya.13

Disiplin ilmu yang turut melakukan kajian/kegiatan penelitian di Museum

Perdjoangan Bogor tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan sejarah, namun

13 Wawancara Pribadi dengan Pengunjung Museum, 30 Juli 2010.

Page 64: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

57

disiplin ilmu lainnya seperti kepariwisataan, kemiliteran, ilmu sosial dan politik,

dan disiplin ilmu lainnya. Peran serta museum yang mendukung kegiatan

penelitian telah menunjukan museum sebagai salah satu pusat penelitian yang

diharapkan mampu menjadi sumber informasi otentik dan dapat dipercaya.

Sarana pendidikan dewasa ini tidak hanya sebatas di dunia sekolah atau

ruang kelas tapi hal tersebut telah berkembang seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Museum tidak hanya sebagai tempat menyimpan

koleksi benda-benda bersejarah akan tetapi mampu menginformasikan nilai

sejarah yang terkandung didalamnya dan tak jarang dijadikan sebagai tempat

belajar. Sebagai tempat belajar, museum diharapkan mampu mendukung kegiatan

pendidikan yang telah diperoleh di sekolah guna meningkatkan kualitas

pemahaman materi pendidikan terutama kesejarahan.

Kegunaan museum sebagai sarana pendidikan di luar sekolah telah

memberikan peranan cukup besar terhadap peningkatan mutu materi pendidikan.

Koleksi-koleksi museum merupakan bukti otentik dari materi pelajaran sejarah

yang telah dipelajari di sekolah. Museum merupakan sarana guna mendidik para

generasi penerus agar selalu menghargai jasa para pahlawan yang telah

mewujudkan kemerdekaan dengan pengorbanan jiwa dan raga.

Cakupan informasi tidak terbatas pada kesejarahan masa pertempuran

Revolusi Fisik, namun perlu diperkaya informasi sejarah perjuangan secara

umum. Museum Perdjoangan Bogor menyediakan layanan informasi mengenai

sejarah juga menyediakan informasi umum, salah satunya mengenai sejarah kota

Page 65: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

58

Bogor.14

Saat ini Museum Perdjoangan Bogor merupakan salah satu obyek wisata

yang menjadi pilihan utama di Kota Bogor. Sebagai obyek wisata, Museum

Perdjoangan Bogor memiliki daya tarik yang menjadi ciri khas tersendiri. Tentu

saja daya tarik tersebut tampak pada koleksi-koleksi yang terdapat di Museum

Perdjoangan Bogor. Berbagai jenis koleksi Museum Perdjoangan Bogor

merupakan asset utama dari keberadaan museum, dimana koleksi-koleksi tersebut

perlu dikemas dan dikembangkan pemanfaatannya secara baik agar dapat

dinikmati oleh para pengunjung.

Menikmati koleksi di museum terkadang membosankan dan bahkan

banyak orang yang kurang memperhatikan keberadaan museum secara utuh.

Pengunjung yang berkunjung ke museum pada dasarnya hanya memiliki

pandangan bahwa museum sebagai tempat benda-benda kuno yang menyimpan

misteri dan tak jarang berasumsi menyeramkan. Pemahaman seperti itu perlu

diubah dan hendaknya museum di nilai sebagai tempat yang menarik dan mampu

memberikan kesan dan pesan dari makna nilai historis yang terdapat di museum

secara komprehensip.

E. Manfaat Museum Perdjoangan Bogor

Bangunan museum yang diharapkan agar tetap eksis dan tetap diakui

keberadannya di tengah-tengah kehidupan masyarakat, mempunyai makna yang

14 Bpk.H.Mardjono, Wawancara Pribadi, 30 Juli 2010.

Page 66: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

59

benar-benar bermanfaat, baik untuk tujuan pendidikan, studi, keindahan,

interpretasi dan rekreasi.

Kepentingan terhadap bangunan tua bersejarah ini adalah sebagai saksi

bisu sejarah suatu masa yang mencerminkan identitas daerah atau masyarakat itu

pada periode tertentu, juga sebagai kenangan dan pelestarian nilai-nilai sejarah

dan identitas bangsa. Dilihat dari segi pewarisan nilai-nilai tertentu pun,

peninggalan sejarah dan purbakala memiliki manfaat sebagai pembangkit

motivasi, pendorong kreativitas dan dapat juga sebagai pendukung semangat

juang.

Museum Perdjoangan Bogor memiliki makna khusus bagi para pejuang

yang pernah membela kemerdekaan 1945 silam. Bukti-bukti perdjoangan pejuang

kemerdekaan tersimpan rapi di Museum Perdjoangan Bogor.

“Pahlawan terbaring bersimpah darah, sunyi tanpa sepatah kata, hening tiada keluh dan kesah untuk nusa bangsa dan negara. Dipersembahkan kepada para pahlawan muda remaja yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Para siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor.

Achmad Daniel dan Banteng Soeroso yang gugur di Cibeber, Aminta, Mochtar dan Soemirat gugur di Karangtengah, Bantamer gugur di Cipelang, Tahromi gugur di Gunungpuyuh, Atje gugur/hilang di Kalibata dan lain-lain yang tak dikenal. Dari rekan-rekanmu eks siswa SMP/Tjoe Gakko Bogor, November 1987”

Kata-kata di atas tertanam kuat di salah satu batu nisan yang berdiri tegak

di halaman depan Museum Perjoangan Bogor dan menjadi saksi bisu kekokohan

pejuang dari Kota Hujan saat merebut kemerdekaan serta mengusir penjajah dari

bumi Pajajaran.

Page 67: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

60

Bahkan, kata-kata itu menjadi simbol rasa nasionalisme bagi beberapa orang yang

pernah ikut berjuang merebut kemerdekaan. Museum Perjoangan pun menjadi

simbol kebangkitan rasa nasionalisme bagi siapa pun yang mencoba datang ke

museum di Jalan Merdeka ini.15

Memang banyak yang belum begitu paham apa manfaat museum itu

sendiri. Mereka (masyarakat) beranggapan museum itu hanya untuk penyimpanan

benda-benda koleksi masa lalu saja. Ketika penulis menanyakan apa manfaat yang

mereka dapatkan tentang keberadaan museum itu, banyak yang berargumentasi

bahwa mereka tidak merasakan manfaat apa-apa dari museum tersebut.16 Ironis

sekali, padahal jika mereka mengetahui bahwa keberadaan museum sangatlah

besar manfaatnya, untuk dijadikan suatu pijakan kehidupan mereka. Bagaimana

seorang pejuang rela berkorban hanya untuk membela tanah air yang dicintai,

bagaimana mereka selalu bergenggaman tangan dan bersatu tanpa adanya

perpecahan (perdamaian antara satu dengan yang lainnya), dan masih banyak hal

yang bisa bermanfaat. Sebenarnya semua terkandung dalam visi dan misi Museum

Perdjoangan Bogor. Apa yang hendak dicapai oleh pihak museum sangatlah bisa

bermanfaat bagi masyarakat Bogor pada khususnya dan masyarakat Indonesia

pada umumnya.

Namun, kita semua tidak bisa menyalahkan mereka (orang-orang yang

tidak mengetahui apa manfaat dari museum), karena mereka tidak dikenalkan

secara mendalam tentang keberadaan museum tersebut. Terlebih lagi rasa

15 http://wisatadanbudaya.blogspot. 16 Wawancara Pribadi dengan Masyarakat sekitar Bogor, 11 Agustus 2010.

Page 68: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

61

nasionalisme dalam jiwa mereka sudah mulai berkurang, karena mereka terlalu

disibukkan dengan kehidupan yang mereka jalani. Orang-orang yang penulis

wawancarai adalah orang-orang yang rata-rata dari kalangan rakyat biasa, yang

kebanyakan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar ataupun tidak

merasakan sama sekali pendidikan tersebut. Ada juga yang dari kalangan pelajar

(mahasiswa) tetapi, seperti yang saya utarakan sebelumnya karena nasionalisme

dalam diri mereka sudah berkurang jadi mereka tidak terlalu perduli dengan itu

semua. Mereka sudah sibuk dengan urusann pribadinya masing-masing.

Di sisi lain ada beberapa masyarakat yang memang merasakan manfaat

dari keberadaan museum tersebut. Menurut mereka banyak hal yang bisa didapat

dari museum. Pastinya tidak terlepas dari semangan juang dan kecintaan mereka

terhadap tanah airnya. Keberadaan Museum Perdjoangan Bogor sangatlah penting

bagi sebagian masyarakat yang membutuhkannya. Salah satunya untuk

kepentingan penelitian, pendidikan, serta pariwisata. Namun, juga untuk orang-

orang yang nasionalismenya tinggi.17

17 Wawancara Pribadi dengan Masyarakat (pelajar dan umum), 11 Agustus 2010.

Page 69: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan bahasan yang telah disajikan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan

1. Sebagai objek wisata, dengan daya tarik nilai kesejarahan berupa

perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang, terutama oleh Kapten

Tubagus Muslihat dan Ny. Moedjasih Jusman Sarkani yang telah banyak

berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan dengan

koleksi yang cukup beragam: mulai dari persenjataan, pakaian yang

digunakan ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sifat koleksi

yang cenderung berstatus dengan muatan bernilai sejarah yang tidak

mengalami perubahan menjadi satu potensi kelemahan sekaligus menjadi

satu kelebihan dari Museum Perdjoangan Bogor

2. Sebagaimana telah diketahui bahwa Museum Perdjoangan Bogor ini

berhubungan erat baik dan buruknya dengan nasib puluhan ribu penduduk

kota Bogor dari berbagai daerah. Sejak awal berdirinya sebagai gudang

ekspor komoditas pertanian milik Wilhelm Gustaff Wisneer seorang

pengusaha Belanda, hingga sekarang menjadi Museum Perdjoangan

Bogor, peranan gedung ini beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan

pemerintah yang sedang berkuasa saat itu.

3. Sangat terlihat jelas perbedaaan yang terjadi pada Museum Perdjoangan

Bogor, bagaimana perannnya dari masa ke masa. Bagaimana fungsi

61

Page 70: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

62

gedung ketika sebagai gudang. Namun kemudian berubah fungsi setelah

terjadi beberapa pergantian pemiliknya. Pada akhirnya direbut oleh bangsa

Indonesia dan dijadikan gedung PARINDRA di Bogor.

4. Pada tahap selanjutnaya gedung ini direbut oleh Jepang, namun akhirnya

para pejuang Indonesia berhasil merebut kembali gedung tersebut tahun

1945 dan dijadikan sebagai Kantor Komite Nasional Indonesia daerah

Bogor, kantor BP-3, Markas Pejuang Daerah Bogor, Kantor Perdjoangan

Dewan Perdjoangan Karesidenan Bogor, Laskar Rakyat Bambu Runcing

dan Para Pejuang Pemuda. Tetapi karena tidak tahan oleh kekejaman yang

dilakukan pihak Inggris dan Belanda akhirnya gedung ini ditinggalkan.

5. Pada tahun 1948 dan 1949 gedung ini dijadikan kantor GABSI, kemudian

terjadi Caese Tire antara Belanda dan Indonesia, maka gedung tersebut

dijadikan Kantor Tetap Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, KDMJ

Bogor dari tanggal 23 Desember 1949 sampai tanggal 4 maret 1950.

Kemudian pada tahun 1958-1959 gedung ini dijadikan Sekolah Rakyat

(SR). Atas kedermawanan Major Usman Abdullah maka gedung ini

dihibahkkan sepenuhnya kepada Yayasan Museum Perdjoangan Bogor.

6. Setelah gedung ini diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan, kemudian

para pejuang kemerdekaan menyepakati bahwa gedung yang berada di

Jalan Tjiekeumeuh No. 28 ini akan dijadikan sebagai Monumen Nasional.

Pada pelantikan pengurus Yayasan Museum Perdjoangan Bogor dalam

acara peringatan Hari Pahlawan maka secara simbolik museum ini

diresmikan.

Page 71: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

63

7. Sebelum gedung ini diresmikan, dari berbagai pihak melakukan persiapan

untuk pembangunan museum. Para pengurus museum mempersiapkan

perihal apapun yang bersangkutan dengan museum. Mulai dari pendanaan,

penamaan gedung sampai lambang untuk museum.

8. Setelah gedung ini diresmikan yang dibuka secara simbolik oleh Ny.

Kartinah Muslihat, Gedung ini pun mengalami beberapa perubahan

perkembangan bangunan namun tanpa merubah bentuk keaslian bangunan.

Karena akan menjadi sebuah museum maka yang dilakukan hanya

perubahan seperti tata letak ruang, salah satunya ruang koleksi, ruang

kantor dan ruangan lainnya yang dibutuhkan demi kelancaran museum.

9. Dari tahun ke tahun mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi tersebut

memang tidak terlalu besar-besaran karena pihak pengelola mengalami

kendala dalam hal pendanaan. Tidak banyak pihak yang membantu

pemeliharaan gedung ini, hanya dari beberapa pihak yayasan dan dari

beberapa sumbangan masyarakat atau salah satu instansi Pemerintah

Bogor yang berperan serta terus menghidupkan museum.

10. Rehabilitasi yang dilakukan terakhir kali pada Tahun 2005. Kegiatan ini

dilakukan secara menyeluruh terhadap eksistensi bangunan yang

mengalami kerusakan. Berdasarkan informasi dari pengelola selama masa

pendirian Museum Perdjoangan Bogor telah melakukan renovasi pada

Tahun 1988.

11. Selain masalah pendanaan tapi ada juga penambahan koleksi, penambahan

ruang, bahkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Demi kemajuan

Page 72: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

64

museum. Karena tidak bisa dipungkiri museum ini bukan satu-satunya

museum yang ada di Bogor. Tetapi masih ada beberapa museum atau

bangunan cagar budaya yang ada. Selain itu seiring berjalannya

kehidupan, banyak gedung-gedung yang lebih menarik masyarakat seperti

tempat-tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan yang lebih banyak

dikunjungi.

12. Penambahan ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas dan

tingkat kepuasan pengunjung. Rencana tata ruang ini memiliki keterkaitan

dengan program kerja jangka panjang Museum Perdjoangan Bogor

13. Penambahan ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas dan

tingkat kepuasan pengunjung. Rencana tata ruang ini memiliki keterkaitan

dengan program kerja jangka panjang museum. Banyak masyarakat yang

belum memahami apa fungsi dan manfaat dari sebuah museum. Para pihak

museum sebenarnya sudah pernah melakukan beberapa kerjasama seperti

media masa, sampai ke salah satu stasiun radio dan televisi. Namun

antusiasme masyarakat masih kurang, hingga menyebabkan banyak

museum yang hanya menjadi sebuah bangunan bisu yang memiliki

peranan sejarah masa lalu.

B. Saran

1. Pihak pengelola hendaknya dapat meningkatkan kerjasamna dengan

berbagai pihak secara berkesinambungan. Penerapan konsep awal museum

Page 73: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

65

untuk mempertahankan orisinalitas kesejarahan yang ada, memang tidak

dapat digantikan kedudukannya sejak awal berdirinya museum ini.

2. Pengelola hendaknya lebih memperhatikan perkembangan dan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat sehingga dapat

dimanfaatkan fasilitas teknologi untuk mendukung kegiatan pengelolaan

museum.

3. Upaya penanganan permasalahan di museum dapat dilakukan dengan

refusius dan pembedahan disetiap bidang pengelolaan dengan program

yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.melalui kegiatan

peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang kompeten

dan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan museum

kedepannya sebagai objek wisata dan peningalan bersejarah yang

berkualitas.

Page 74: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Akram, Basrul, dkk, Pedoman Tata Pameran Di Museum, Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman : 1997.

Ali, R. Mohammad, Penulisan Sejarah Jawa Barat Sekitar Permasalahannya,

Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1990.

Ambrose, Timothy, dan Crispine Paine, Museum Basic, Denmark: Tim Ambrose,

1993. Bryson, John M, Perencananan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2003. Dagun, Save. M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian

Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997. Danasasmita, Saleh, Sejarah Bogor, Bogor: Pemda Kota Bogor, 1983. Dinas Informasi, Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, Buku Panduan

Wisata Kota Bogor (The Guidance Book of Bogor City Tourism), Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, 2005.

Disjarah Militer KODAM VI Siliwangi, Siliwangi dari Masa ke Masa, Jakarta:

Fakta Mahjuma, 1968. Geise OFM dan F. Vugts OFM, Sejarah Gereja Katholik di Wilayah Keusukupan

Bogor. Maschurah, Emi. Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah dalam

Mempertahankan Republik Indonesia di Bogor (1945 – 1947), Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Haidayatullah, 2003.

Miles, Matthew B, dan A. Micheal Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:

UI-Press, 1992. Museum Perjuangan Bogor, Gelora Rakyat, Tanggal 21 Januari 1945. Nasution, A.H, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Bandung: PT. Angkasa,

Jilid 1, 1979. Pelajar dan Museum, Republika, Maret 1990.

66

Page 75: KATA PENGANTAR - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21333/1/SANTI MULYASARI-FAH.pdf · ketika perang, dokumen/arsip dan koleksi lainnya. Sebagai

67

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, Sejarah Perjuangan di Kabupaten DT. II Bogor (1942 – 1949), Bogor: Pemerintah Kabupaten DT. II Bogor, 1986.

Siaran Kilat Pemerintah Jawatan Penerangan Karesidenan Bogor, Arsip

Museum Perjuangan Bogor, 1946. Sidharta, Amir, Peran Museum Rumah Bersejarah R. BA Dalam Perkembangan

Seni Rupa Indonesia, Makalah Diskusi Museum Seni Rupa Di Indonesia, MBA, Jakarta 23 Nopember 2000.

Subeni, Sumbangan Foklore Bogor terhadap Perkembangan Bahasa di Jawa

Barat, Bandung: IKIP, 1978. Sudjana, Nana, Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar

Baru Algesindo, Cet. Ke-1, 1996. Susanto, Bangunan Arsitektur Belanda di Indonesia, Jakarta: Museum Sejarah

Jakarta, 2002 Sutopo, Heribertus, Pengantar Penelitian Kualitatif, Surakarta: Pusat Penelitian

Universitas Sebelas Maret, 1988. Tilaar, H.A.R., Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi,

Jakarta: PT. Gramedia, 1999. Tim Strategic Prog-PDPP Kota Bogor, Profil Kota Bogor, Bogor : Bagian Bapeda

Pemda Kota Bogor, 2004. Yayasan Museum Perjuangan Bogor, Dokumen : Acara Peresmian Pembukaan

Gedung Museum Perjuangan Bogor, Bogor: Percetakan Archipel Bogor, 1958.

Dokumen dan Arsip Museum Perjuangan Bogor