dewi utami-fah.pdf

101
 1 ANALISIS HOMONIM (MUSYTARAK LAFZI) TERHADAP TERJEMAHAN Tafsîr As-Sa’dî (Studi Kasus Surah Al- Baqarah dan Surah Ali-Imran ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Oleh: Dewi Utami NIM: 105024000866 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: nawawi-dzulhaq-muchamad

Post on 05-Mar-2016

58 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 1/101

  1

ANALISIS HOMONIM (MUSYTARAK LAFZI) TERHADAP

TERJEMAHAN Tafsîr As-Sa’dî

(Studi Kasus Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

Dewi Utami

NIM: 105024000866

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 2/101

  2

ANALISIS HOMONIM (MUSYTARAK LAFZI) TERHADAP

TERJEMAHAN Tafsîr As-Sa’dî

(Studi Kasus Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

Dewi Utami

NIM: 105024000866

Pembimbing

Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.

NIP:150 370 229

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 3/101

  3

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”Analisis Homonim (Musyatark Lafzi) terhadap Terjemahan

Tafsîr As-Sa’dî (Studi Kasus Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran)”, telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humanioran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 3 Agustus. Skirpsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 3 Agustus 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Ikhwan Azizi, M. A. Ahmad Syaekhuddin, M. Ag.

NIP:19570816 1994031001 NIP: 19700505 2000031003

Anggota Anggota

Dr. Syukron Kamil, M. Ag. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum.,

NIP: 19690415 1997031004 NIP: 150 370 229

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 4/101

  4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah, Zat yang MahaKuasa dan MahaMengetahui atas segala-

Nya. Selawat dan salam pada Rasulullah Saw. Terima kasih saya ucapkan kepada

Orangtua saya, terutama Mamah yang sudah memberikan kepada saya yang

terbaik, yang sudah menjaga dan merawat saya dari kecil hingga saat ini. Beliau

adalah seorang ibu yang sangat kuat dalam menghadapi hidup ini, karena Mamah

adalah seorang singgle parent , yang dengan sabar dan tabah menghadapi dan

merawat anak-anaknya, dan telah menjadikan saya seperti saat ini, semua berkat

dorongan beliau. Selain Mamah, saya juga mengucapkan terima kasih kepada

Nenek dan Kakek saya yang selama ini sudah mengizinkan saya untuk tinggal

dirumah mereka. Kakek yang sangat sayang kepada saya, beliau telah

menganggap saya seperti anaknya, bukan sebagai cucunya, sampai-sampai kalau

setiap Penulis belum pulang atau tidak ada di rumah, Kakek selalu menunggu saya

sampai saya sampai di rumah.

Terima kasih juga kepada guru-guru MI, MTs. N 3, dan MAN 4, yang

telah memberikan saya banyak ilmu pengetahuan dan dengan sabar mengajar dan

membimbing saya dalam menuntut ilmu, semoga ilmu yang telah saya dapat, bisa

berguna saya dan masa depan saya kela. Amîn.

Selain karena rahmat-Nya, serta doa restu Orangtua, Kakek dan Nenek,

dan guru-guru di sekolah. Penyelesaian penulisan skripsi ini dapat dilaksanakan

berkat, dorongan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Tanpa semua

itu, upaya saya tidak akan pernah berarti apa-apa, saya mengucapkan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada:

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 5/101

  5

1)  Bapak. Dr. Abdul Chaer, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2)  Bapak. Drs. Abdullah. M,Ag., yang telah menghantarkan Jurusan

Tarjamah mendapatkan akreditasi A.

3)  Bapak. Irfan Abu Bakar, selaku Pembimbing Akademik.

4)  Bapak. Drs. Ikwan Azizi, selaku ketua Jurusan Tarjamah yang telah

berusaha membangun Tarjamah untuk menjadi lebih baik.

5) 

Bapak. Drs. Syaekhuddin. M,Ag., selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah.

6)  Bapak. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., selaku Pembimbing materi

dan teknis dalam penyusunan skirpsi ini, yang dengan sabar membimbing

dan mengarahkan Penulis dalam penyusunan skirpsi ini.

7) 

Bapak. Syukron Kamil, M,Ag., dan Ibu Karlina Helmanita, M.Hum,

selaku Dosen Seminar Skripsi.

8)  Para dosen Tarjamah, yang telah mengajar mahasiswa Tarjamah, tanpa

kenal lelah, dan seluruh Staf Fakultas Adab dan Humaniora. Mohon maaf

Penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu.

9)  Terima kasih juga kepada teman-temanku yang ada di Fakultas Adab dan

Humaniora, khususnya Jurusan Tarjamah angkatan 2005, di antaranya:

Aida, yang sudah menjadi sahabat, dan teman curhat Penulis. Zainab (Zey)

yang memberika motivasi, dan dengan setia menemani penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ria, Lina, Dwi, Ade, Leli, Yupi, Yusa, terima

kasih atas, masukan-masukan dalam penyelesaian skipsi. Hasbi yang telah

mengizinkan Penulis mengetik di Laptop, Agus, Musa (Moses), Fauzi

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 6/101

  6

(ta’thonk), Asep, hilman, Rahmat, Yudi, Deni, mohon maaf kalau akhir-

akhir ini Penulis jarang kumpul bareng bersama kalian semua

Terima kasih juga, untuk kakak-kakakku: Kak Rosyid, Kak Isil, kak

Tatam, Kak Reina yang telah memberikan Penulis banyak masukan-masukan,

motivasi, saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih juga untuk sahabat-sahabatku: Elmaya, Intan Sweety, yang

telah denga setia menemani Penulis ke Penerbit, dan dengan setia mendengarkan

curhatan Penulis. Ema, Yalia, Eka, Lena, mereka selalu ada ketika Penulis senang

maupun sedih, selalu mendengarkan curhatan Penulis, dan selalu memberikan

Penulis motivasi dalam segala hal. Terima kasih juga untuk Eros, Fitri dan Dwi

Fitri Asih, yang sudah mengizinkan Penulis untuk menggunakan komputernya

untuk mengerjakan skripsi ini. Terima kasih juga untuk adik-adik Tarjamah:

Elida, Aini, Erna yang telah mendoakan Penulis, agar penulisan skripsi ini

berjalan dengan lancar. Terima kasih juga untuk “ AN ” yang sudah memberikan

Penulis motivasi, masukan-masukan skripsi, doanya sehingga Penulis dapat

dengan tenang dan semangat mengerjakan skripsi ini.

Penulis merasa skripsi ini masih banyak kekurangan, tapi Penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan, baik

sebagai rujukan penulisan skripsi, penulisan makalah dan lain-lain. Semoga kita

semua yang selalu berusaha untuk menambah ilmu diberikan kemudahan oleh

Allah Swt. Amîn.

Jakarta, September 2009

Dewi Utami

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 7/101

  7

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A.  Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B.  Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 4

C.  Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5

D.  Tinjauan Pustaka.................................................................... 6

E.  Metodologi Penelitian ........................................................... 7

F.  Sistematika Penulisan............................................................. 7

BAB II KERANGKA TEORI ........................................................................   10 

A. Teori Penerjemahan Tafsîr As-Sa’dî ....................................... 10

1.  Definisi Penerjemahan Tafsîr As-Sa’dî ....................... 10

2. 

Metode penerjemahan Tafsîr As-Sa’dî ........................ 11

B.  Wawasan Polisemi dan Homonym dalam Bahasa Indonesia... 13

1.  Pengertian Polisemi .................................................... 13

2.  Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Polisemi ............. 15

3.  Pengertian Homonimi................................................. 16

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 8/101

  8

4.  Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Homonimi ......... 19

C.  Wawasan Homonim (mustarak lafzi)....................... ............. 20

1.  Homonim (musyatak lafzi)........................................ 21

2.  Contoh kata-kata yang mengandung makna homonim

(mustarak lafzi) dalam bahasa Arab.............................22

BAB III BIOGRAFI SYAIKH ABDURRAHMAN BIN NASHIR

AS-SA’DÎ..................................................................................   23

A. 

Latar Belakang Penulisan Tafsîr As-Sa’dî ............................... 23

B.  Penulis Tafsîr As-Sa’dî ........................................................... 26

1.  Biografi Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dî................. 26

2.  Pendidikan Syaikh Abdurrahaman Bin Nashir As-Sa’dî ........ 27

3. 

Karya-karya Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’dî......... 28

C.  Penerjemah Tafsîr As-Sa’dî .....................................................30 

1.  Biografi Penerjemah Tafsîr As-Sa’dî ........................... 31

2.  Pendidikan Penerjemah Tafsîr As-Sa’dî ...................... 31

3.  Karya-karya Penerjemah Tafsîr As-Sa’dî .................... 32

D.  Editor atau Murajaah Tafsîr As-Sa’dî ..................................... 35

1.  Biografi Editor atau Murajaah Tafsîr As-Sa’dî ........... 35

2. 

Pendidikan Editor atau Murajaah Tafsîr As-Sa’dî ....... 36

3.  Karya-karya Editor atau Murajaah Tafsîr As-Sa’dî ...... 36

E.  Sekilas Tafsîr As-Sa’dî .......................................................... 36

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 9/101

  9

BAB IV Analisis Homonim (Mustarak Lafzi)Terjemahan Tafsîr As-Sa’dî  

(Studi kasus Surah al-Baqarah dan Surah Ali-Imran) ..................... 42

A.  Kata-kata dalam Bahasa Arab yang Mengandung Makna

Homonim (Mustarak Lafzi) berkaitan dengan masalah

”Ibadah”.................................................................................... 44

B.  Kata-kata dalam Bahasa Arab yang Mengandung Makna

Homonim (Mustarak Lafzi) berkaitan dengan masalah

”Peringatan Allah Terhadap

Nikmat”....................................................................................59

C.  Kata-kata dalam Bahasa Arab yang Mengandung Makna

Homonim (Mustarak Lafzi) berkaitan dengan masalah

”MenetapkanHukum

Kenegaraan”.............................................................................64

BAB V PENUTUP .........................................................................................   76

A.  Kesimpulan ........................................................................... 77

B.  Saran/ rekomendasi................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................   79 

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 10/101

  10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat keterangan wawancara penerjemah Tafsîr As-Sa’dî  

Lampiran 2 Hasil wawancara dengan penerjemah  Tafsîr As-Sa’dî   (Ahmad

Zuhdi Amin, Lc.)

Lampiran 3 Surat keterangan wawancara Editor atau  Murâja’ah  Tafsîr As-

Sa’dî  

Lampiran 4 Hasil wawancara dengan Editor atau  Murâja’ah Tafsîr As-Sa’dî

(Abdurrahman Nuryaman, Lc.)

Lampiran 5 Ayat-ayat makna homonim (mustarak lafzi) Terhadap Terjemahan

Tafsîr As-Sa’dî  

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 11/101

  11

PEDOMAN TRANSLITERSI

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

a t

 ب be ظ z

 ت t ع ‘

ث  ts

 غgh

 ج  j ف f

 ح h ق q

 خ kh ك k

 د d ل l

 ذ dz م m

 ر rن   n

 ز z و w

س   s ه h

ش   sy ء ‘

ص   s ي y

ض   d

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 12/101

  12

Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan  a  fathah

  i kasrah

  u dammah

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i

 أو au a dan u

Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

  â a dengan topi di atas

ـ ـ  î i dengan topi di atas

ـ ـ ـ  û u dengan topi di atas

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 13/101

  13

ABSTRAK

Dewi Utami, judul  ”Analisis Homonim (Mustarak Lafzi) terhadap

Terjemahan Tafsîr As-Sa’dî  (Studi Kasus Surah al-Baqarah dan Surah Ali-

Imran)”, dibimbing oleh: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.

Di zaman sekarang ini banyak sekali buku-buku hasil terjemahan, yangditerjemahkan dengan metode terjemahan yang berbeda-beda, sesuai denganpenerjemahnya. Menerjemahkan mengalihkan bahasa Sumber ke dalam bahasaSasaran, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, atau pesan-pesanyang inigin disampaikan pengarang asli dapat diterima oleh pembaca. KitabTafsîr As-Sa’dî , yang Penulis gunakan untuk penelitian ini merupakan salah satu

kitab hasil terjemahan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia denganbahasa yang sanngat sederhana. Tafsîr As-Sa’dî dikarang oleh SyaikhAbdurrahman bin Nashit As-Sa’di, yang diterjemahkan oleh tim penerjemah dipenerbit Putaka Sahifa.

Penelitian yang Penulis lakukan saat ini bertujuan agar menemukan kata-kata dalam bahasa Arab, yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Quran yangmengandung makna homonim (Mustarak Lafzi)yang terdapata di dalam surah al-Baqarah dan surah Ali Imran yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sa’dî .

Penulis menemukan kta-kata dalam bahasa Arab di dalam ayat al-Quran,pada surah al-Baqarah, Penulis menemukan lima kata yang mengandung maknahomonim di antaranya: (1); Salat   (2) Khusyu’; (3)  Duriba; (4) ’ Adlu; (5) Wajhu;

(6) Ru’usun, sedangkan pada surah Ali-Imran Penulis menemukan satu kata yangmengandung makna homonim (musytarak laf  zi) yaitu: (1) Hukmun.

Tafsîr As-Sa’dî memiliki banyak keistimewaan yaitu bahasa yangdigunakan sanagt sederhana, Tafsîr As-Sa’dî  juga memiliki kekurangan yaitudalam menerjemahkan suatu kata dalam bahasa Arab, Tafsîr As-Sa’dî

menerjemahkna makna kata secara harfiyah, hal ini membuat bahasa yangdigunakan terlihat kaku.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 14/101

  14

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Relasi makna dalam suatu bahasa Indonesia diantaranya: homonim dan

polisemi. Polisemi dan homonim sangat berkaitan dengan kata atau frasa. Kata

atau frasa banyak ditemukan di dalam teks-teks berbahasa arab ataupun teks-teks

klasik, banyak sekali buku bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, salah satunya yaitu Tafsîr As-Sa’dî yang saat ini Penulis jadikan bahan

untuk melakukan analisis. Tafsîr As-Sa’dî adalah salah satu kitab hasil terjemahan

yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashîr As-Sa’dî.dan diterjemahkan

oleh tim penerjemah di Penerbit Pustaka Sahifa.

Berkaitan dengan kata atau frasa, di dalam teks bahasa Arab ataupun ayat-

ayat al-Quran. Penelitian yang penulis lakukan saat ini adalah menganalisis atau

meneliti kata-kata yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Quran yang terdapat di

dalam Tafsîr As-Sa’dî,  dengan cara mencari kata-kata yang terdapat di dalam

ayat-ayat al-Quran yang mengandung makna homonim atau dalam bahasa Arab

disebut Musytarak lafzi.1 

Dalam menerjemahkan kata-kata yang mengandung makna homonim dan

polisemi , seorang penerjemah harus pandai dalam memilih makna suatu kata atau

frasa, karena menerjemahkan mengalihkan bahasa Sumber (Bsu) ke bahasa

1 Ahmad Mukhtâr ‘Umar, ‘Ilmu Ad-Dilâlah (Kuwait: Maktabah Dâr Al-Arabiyah, 1982),h. 147.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 15/101

  15

Sasaran (Bsa) dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca

dengan cara memahami karakteristik setiap bahasa.2 

Homonim dalam bahasa Indonesia mengenal istilah homofon  yaitu dua

ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya tapi tulisannya, contonya kata bang

yang berarti ”singkatan dari kata abang/ kakak laki-laki,” dan kata bang  yang

berarti ”suatu tempat untuk menyimpan dan mengambil uang.” Dan homonim

 juga mengenal istilah homograf   yaitu dua bentuk bahasa yang sama ejaannya,

tetapi lafalnya berbeda, contohnya kata gang yang berarti ”jalan”, dan kata gang 

yang berarti ”sekelompok orang.”3 

Dalam Bahasa Arab, contoh homonim dapat Penulis temukan pada kasus

berikut ini, seperti yang terdapat di dalam surah An-Nisa ayat 34 di bawah ini:

 ... 

Terjemahan Tafsîr As-Sa’dî  pada penggalan ayat di atas, "Kaum lelaki itu

adalah qawâmûn (pemimpin) bagi kaum wanita…"

Berdasarkan penggalan terjemahan ayat di atas, Penulis menemukan kata-

kata yang mengandung makna homonimdalam bahasa arab yaitu pada kata  Ar-

 Rijâl yang memiliki makna lebih dari satu. Kata  Ar-Rijâl adalah bentuk  jamak  

dari kata Ar-Rajul, yang bermakna "orang laki-laki dan tokoh (pemuka)."

Penulis mencoba menganalisis kata  Ar-Rijâl  dengan melihat  Ar-Rijâl  di

dalam kamus Hans Wehr, bermakna "orang penting (tokoh/pemuka), seorang laki-

 2 M. Syarif Hidayatullah, M. Hum, Teori dan Permasalahan Penerjemahan Arab-

 Indonesia ( Jakarta: 2006), h. 1.3 J. D. Parera, Teori Semantik  (Jakarta: Erlangga, 2004), Cet. 2. h. 81.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 16/101

  16

laki, dan suami."4 Kalau dilihat dari kata yang setelahnya kata Ar-Rijâl, bermakna

"kaum lelaki" maksudnya, seorang lelaki adalah pemimpin bagi wanita karena

lelaki di dalam rumah tangga di sebut sebagai imam atau pemimpin yang

mengatur dan menjaga wanita. Di dalam buku Wawasan al-Quran, karya

M.Quraish Shihab, bahwa makna kata  Ar-Rijâl  berarti "lelaki,"dalam hal ini

maksudnya “suami”, karena lelaki pasti lelaki, berkewajiban memberikan nafkah

kepada wanita dan membela mereka, karena hanya lelaki yang berkuasa, hakim

dan juga ikut bertempur, sedangkan semua itu tidak terdapat pada wanita.5 

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa lelaki berkewajiban mengatur, mendidik,

dan melarang istrinya untuk keluar rumah. Jadi secara garis besar kata Ar-Rijâl 

mempunyai makna lebih dari satu yaitu "pemimpin dan suami." Penulis juga

menggunakan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, untuk memperkuat pendapat

Penulis bahwa kata  Ar-Rijâl mengandung maknahomonim dalam bahasa Arab,

Penulis melihat makna kata laki-laki yang mengandung makna “seorang laki-laki

atau berjenis kelamin laki-laki”.

Penelitian ini bertujuan untuk memnedakan antara makna homonim dalam

bahasa Indonesia dan makna homonim dalam bahasa Arab berbeda, dalam

memahami makna suatu kata, homonim dalam bahasa Indonesia dalam

memahami kata dapat dilihat dari lafal, dan tulisannya yang berbeda-beda,

4 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic “Arabic-English” (Libraire duLiban, 1980), h. 381.

5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: 1996), h. 313.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 17/101

  17

sedangkan homonim dalam bahasa Arab (Musytarak Lafzi) dapat dilihat dari

makna kata, sebab terjadinya, sebab suara dan sebab keluarnya.6 

Analisis ini Penulis menggunakan Tafsîr As’Sa’dî, Taisir al-Karîm ar-

 Rahmân fi Tafsir Kalâm al-Mannâ, Kamus Hans Wehr, Kamus Lengkap Bahasa

 Indonesia. Dalam menganalisis Penulis juga menggunakan teori penerjemahan,

seperti penerjemahan semantik, pragmatik, komunikatif dan lain sebagainya, oleh

sebab itu, menurut Penulis masalah homonim sangat menarik untuk dibahas, maka

Penulis mengambil judul "Analisis Homonim terhadap Terjemahan Tafsîr As-

Sa’dî  (Studi Kasus Surah Al-Baqarah dan Surah Ali-Imran)."

B.  Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis hanya menganalisis ayat-ayat

yang terdapat pada  Tafsîr As-Sa’dî   yang mengandung makna homonim, lalu

mencari makna kata-kata tersebut di dalam kamus bahasa Arab, Kamus Bahasa

 Arab-Indonesia, kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dengan cara menganalisis

semua kata-kata yang mengandung makna homonim (musytarak lafzi) dan

menggunakan teori-teori penerjemahan, karena tidak semua makna kata yang

terdapat di dalam kamus, dapat langsung digunakan oleh penerjemah, karena

dapat menyebabkan kesalah pahaman antara pembaca dan penerjemah apabila

tidak tepat dalam mengambil makna kata.

Pada penelitian ini, Penulis tidak menganalisis semua surah yang terdapat

pada terjemahan Tafsîr As-Sa’dî   jilid 1 (satu), tetapi Penulis hanya menganalisis 

6 Ahmad Mukhtâr, ‘Umar, ‘Ilmu Ad-Dilâlah (Kuwait: Jâmiatul Kuwait, 1982), h. 116.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 18/101

  18

ayat-ayat yang mengandung makna homonim, yaitu surah Al-Baqarah, dan surah

Ali-Imran. Penulis juga tidak menganalisis kata-kata yang berada di dalam ayat

yang memiliki makna sama karena sudah dianalisis pada ayat sebelumnya,

sebagai bahan yang akan Penulis analisis, tujuannya agar penelitian menjadi

terstruktur dan tidak melebar pada pembahasan lain, maka Penulis merumuskan

dan membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1.  Apakah ayat-ayat yang mengandung makna homonim (musytarak lafzi)

diterjemahkan secara tepat atau tidak di dalam terjemahan Tafsîr As-Sa’dî  ?

C. 

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penelituian ini memiliki tujuan yaitu:

1. 

Untuk mengetahui ayat-ayat yang mengandung makna homonim

diterjemahkan secara tepat atau tidak di dalam terjemahan Tafsîr As-Sa’dî .

Penelitian ini memiliki manfaat di antaranya:

1.  Untuk memperbaiki penerjemahan yang kurang tepat dalam pemilihan

diksi yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sa’dî .

2.  Untuk disadari bahwa dalam menerjemahkan susunan kalimat bahasa

Sasaran tidak sama dengan susunan kalimat bahasa Sumber. Bahasa Sasaran harus

lebih indah dibandingkan bahasa Sumber, sehingga apabila dibaca akan terasa

bukan sebuah hasil terjemahan, yaitu dengan menggunakan kata-kata atau bahasa

yang lebih mudah dipahami oleh pembaca. Semoga pendapat ini dapat diterima

sebagai suatu yang harus diterpakan dalam karya terjemahan.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 19/101

  19

D.  Tinjauan Pustaka

Pada penelitian yang saat ini akan Penulis lakukan, sebelumnya belum ada

yang yang meneliti, maka Penulis mencoba mengangkat peneltian ini dengan

 judul “Analisis Homonim Terhadap Terjemahan Tafsîr As-Sa’dî   (Studi Kasus

Surah Al-Baqarah dan Ali-Imran).” 

Sumber-sumber data yang Penulis peroleh untuk melakukan penelitian ini

yaitu, kitab tafsir asli versi bahasa Arab yang berjudul “Taisîr al-Karîm ar-

 Rahmân fi Tafsîr Kalâm al-Mannân, buku terjemahan versi Indonesia yang

berjudul “Tafsîr As-Sa’dî ,” buku-buku yang berhubungan dengan relasi makna

(dalam bahasa Indonesia) antara homonimi  dan polisemi, Kamus Linguistik ,

Kamus Arab-Indonesia, buku-buku yang membahas  Musytarak Lafzi, dan

disertasi, setelah mengumpulkan data-data tersebut, Penulis mencatat teori-teori

tentang relasi makna seperti polisemi, homonim, mencari ayat-ayat yang

mengandung makna homonym (musytarak lafzi), kemudian menganalisis ayat-

ayat tersebut, dengan cara mencari kata-kata di dalam ayat yang mengandung

makna homonym (musytarak lafzi), yang terdapat di dalam “Taisîr al-Karîm ar-

 Rahmân fi Tafsîr Kalâm al-Mannân” atau “Tafsîr As-Sa’dî ,” dan melihat

bagaimana Tafsîr As-Sa’dî  dalam hal memilih dan menerjemahkan makna suatu

kata, sehingga Penulis mudah menemukan kata atau frasa, yang memiliki makna

homonym.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 20/101

  20

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini, Penulis menggunakan metode kualitatif, dengan analisis

deskriptif. Metdo deskriptif adalah metode yang berusaha memberikan pemecahan

masalah yaitu dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan dan

menganalisis data. Penulis mengumpulkan data-data yang dijadikan sumbr

penelitian seperti, buku-buku yang membahas homonym (musytarak lafzi),

Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Kamus Bahasa-Arab, kata-kata berbahasa Arab

yang terdapat di dalam terjemahan Tafsîr As-Sa’dî   yang mengandung makna

homonim, penelitian ini Penulis menganalisis kata-kata yang berbahasa Arab,

melihat makna kata-kata di dalam kamus, lalu mengelompokkan ayat-ayat yang

terdapat kata-kata homonym tersebut, setelah itu melihat kedua tafsir yang

dijadikan sumber penelitian, apakah kedua tafsir tersebut sudah benar dalam

menerjemahkan sebuah kata dalam ayat al-Quran.

Secara keseluruhan, penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang berlaku di lingkungan

UIN Syarif Hidayatullah, yang ditulis oleh Azyumardi Azra, yang diterbitkan oleh

CeQDA "Center for Quality Development and Assurance "UIN Jakarta 2007."

F. 

Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab yang terdiri atas: Pendahuluan, latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

sistematika penulisan.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 21/101

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 22/101

  22

BAB II

KERANGKA TEORI

A. 

Teori Penerjemahan Al-Quran

1.  Definisi Penerjemahan Al-Quran

Secara harfiah, terjemahan al-Quran berarti menyalin atau memindahkan

sesuatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain, sedangkan

penerjemahan adalah suatu proses, perbuatan; cara menerjemahkan; menyalin

bahasakan. 7 

Menurut Az-Zarqani (t.t. II: 107-111) mengemukakan bahwa secara

etimologi istilah terjemah memiliki empat makna: (a) Menyampaikan tuturan

kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. (b) Menjelaskan tuturan dengan

bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau

bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Berkaitan dengan

terjemah Ibnu Abbas diberi gelar “Tarjamah al-Quran” yang berarti “penerjemah

Al-Quran.”(C) Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa

Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. (d) Memindahkan

tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke

bahasa Indonesia, karena itu penerjemah disebut pula pengalih bahasa.8 

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa makna-makna tersebut,

memperlihatkan adanya satu karakteristik yang menyatukan keempat makna

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 938.8 Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia :Teori dan Praktek  (Bandung: Humaniora,

2005), Cet. 1. h. 8.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 23/101

  23

terjemahan tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti menjelaskan dan

menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya

maupun berbeda.

Adapun secara istilah, menerjemahkan didefinisikan sebagai

mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan

memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan tersebut.

Kata terjemahan dalam bahasa Arab juga umum diartikan dengan biografi

(riwayat hidup seseorang). Misalnya, dalam ungkapan “Tarjamah Al-Imâm Al-

 Bukhârî dan Tarjamah Al-Imâm Hanafî ,” yang masing-masing berarti “biografi

Imâm Bukhârî dan Imâm Hanafi.”

2.  Metode Penerjemahan Al-Quran

Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah dalam mengungkapkan makna nas sumber   secara keseluruhan di

dalam bahasa penerima. Jika sebuah nas,  misalnya al-Quran, diterjemahkan

dengan metode harfiah, maka makna yang terkandung dalam surah pertama

hingga surah terkhir diungkapkan secara harfiah, yaitu kata-per-kata hingga

selesai.

Dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab, metode terjemahan terbagi

dua macam di antaranya:

Pertama, Metode harfiah yaitu menerjemahkan dengan cara mengalihkan

kata-kata dari bahasa sumber ke dalam kata-kata yang serupa, dari bahasa lain

sedemikian rupa, sehingga sususnan bahasa pertama dalam menerjemahkan kata-

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 24/101

  24

per-kata atau disebut juga penerjemahan leksikal atau metode lafziyah atau

musaawiyah, yang menjadi sasaran penerjemahan harfiah ialah kata.9 

Metode harfiyah ini, hasilnya terlihat kaku, karena hasil terjemahannya

masih terlihat dari makna dan susunan kata yang terdapat di dalam sebuah

terjemahan., karena masih mementingkan susunan Bahasa Sumber, tanpa

mementingkan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang aslinya.

Metode harfiah  ini, memiliki kelemahan dengan dua alasan, yaitu:

 pertama,  tidak seluruh kosa kata bahasa Arab berpadanan dengan bahasa lain,

sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua,  struktur dan hubungan antar

unit linguistik dalam bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.10 

Kedua, Metode tafsiriyah  yaitu metode penerjemahan yang dalam

mengungkapkan makna tidak terlihat dengan susunan kata-per-kata yang terdapat

dalam bahasa pertama. Metode ini lebih mengutamakan pengungkapan pesan

yang ingin disampaikan oleh pengarang asli, kepada pembaca dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh pembaca, maka yang menjadi sasaran metode ini ialah

“makna” yang ditunjukkan oleh struktur bahasa Sumber. Dalam menerapkan

metode ini, dengan cara memahami makna bahasa Sumber, kemudian

menuangkan kata-kata tersebut ke dalam stuktur bahasa lain sesuai dengan tujuan

penulis, jadi hasil terjemahannya bukan seperti hasil terjemahan lagi dan

bahasanya tidak terlihat kaku, karena menerjemahkannya tidak kata-per-kata.11 

9 Manna Khalil Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004),Cet. 8. h. 433

10 Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia :Teori dan Praktek  (Bandung: Humaniora,2005), Cet. 1. h. 69.

11 M. Ali HAsan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar lmu Tafsîr  (Jakarta: BulanBintang, 1988), Cet. 1. h. 173.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 25/101

  25

  Menurut Adz-Zhahaby mengenai terjemahan tafsiriah  untuk Al-Quran

mengemukakan syarat sebagai berikut:

(1) Terjemah harus menurut persyaratan tafsir dengan bersandarkan

kepada hadis-hadis nabi, ilmu-ilmu bahasa Arab dan prinsi-prinsip

syariat Islam.

(2) Penerjemah tidak berkecenderungan pada akidah yang justru

berlawanan dengan al-Quran.

(3) 

Penerjemah mengetahui benar dengan mendalam tentang asal-usul

kedua bahasa.

(4) Ayat-ayat al-Quran ditulis dahulu, lalu difahami maksu makna

tafsirnya.12 

Berkenaaan dengan terjemahan tafsiriyah ini perlu ditegaskan bahwa,

terjemahan tafsiriyah adalah terjemahan bagi pemahaman pribadi yang terbatas.

Terjemahan tersebut tidak mengandung semua aspek penta’wilan yang dapat

diterapkan pada makna al-Quran, tetapi hanya sebagai penta’wilan yang dapat

dipahami penafsiran tersebut. Dengan cara inilah akidah Islam dan dasar-dasar

syari’atnya diterjemahkan sebagaimana dipahami dari al-Quran.

Berdasarkan penjelasan keduanya, dapat diambil kesimpulan tentang

perbedaan antara keduanya yaitu:

1.  Metode harfiah, metode ini dalam menerjemahkan sebuah teks akan

terlihat kaku, karena masih mementingkan susunan kata-kata yang terdapat di

dlam teks sumber, tidak mementingkan isi atau pesan yang ingin disampaikan

12 Muhammad Ali Hasan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir  (Jakarta:

Bulan Bintang, 1988), Cet. 1. h. 174.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 26/101

  26

oleh pengarang aslinya, menerjemahkannya secara kata-per-kata, sehingga tidak

terlihat suatu hasil terjemahan.

2.  Metode tafsiriah. Metode ini dalam menerjemahkan sebuah teks tidak

terpaku oleh susunan bahasa Sumber atau teks Sumber, sehingga hasilnya tidak

terlihat kaku, metode ini lebih mementingkan isi atau pesan yang ingin

disampaikan oleh pengarang asli, seghingga hasil terjemahannya menjadi lebih

ringkas daripada penerjemahan harfiah, karena penerjemahannya tidak kata-per-

kata.

B. 

Wawasan Homonim dan Polisemi dalam Bahasa Indonesia

1.  Pengertian Polisemi dalam Bahasa Indonesia

Sebelumnya, Penulis telah menjelaskan mengenai pengertian polisemi dan

homonimi, serta contoh-contoh kata yang mengandung makna polisemi dan

homonimi. Polisemi adalah kata-kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai

akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata

tersebut.13  Hal tersebut dapat kita simak dari pendapat Palmer (1976: 45)

mengatakan:... its also the case that same word may have a set of different

meaning,” demikian juga ada yang mengatakan bahwa, “ a word which have two

(or more) related meaning” adalah Polisemi (Simpson, 1979:79). Karena makna

ganda itulah maka pendengar atau pembaca ragu akan makna kata (kalimat).14 

13 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Cet. 1, h. 386.14 Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 (Bandung: Refika Aditama, 1999), Cet. 2, h. 45.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 27/101

  27

 Polisemi juga merupakan satu ujaran dalam bentuk kata-kata yang

mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitannya antara

makna-makna yang berlainan tersebut, maksudnya masih daalm satu bidang.

Analisis hubungan makna secara himonim harus bersifat sinkronis, maksudnya

bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa terbatas atau

tertentu, dan tidak mengakibatkan perkembangan historis atau disebut juga

deskriptif.

Pengertian polisemi bertumpang tindih dengan pengertian homonimi, yaitu

kesamaan kata-kata yang berbeda. Homonimi dan polisemi tumbuh oleh faktor

kesejarahan dan faktor perluasan makna.

Pada dasarnya Polisemi dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

a. 

Ketepatan melafalkan kata, misalnya, [ban tuan] atau [bantuan] (apakah ban 

kepunyaan tuan, atau pertolongan].

b.  Faktor gramatikal, misalnya, “pemukul” dapat bermakna “alat yang digunakan

untuk memukul” atau bermakna “orang yang memukul”, orang-tua “ibu-

bapak” atau “ orang yang sudah tua.”

c.  Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari:

1)  Sebuah kata yang mengalami perubahan penggunaan, sehingga

memperoleh makna baru, misalnya kata makan yang berhubungan dengan

kegiatan manusia atau binatang, kini dapat berhubungan dengan benda tak

bernyawa (misalnya, makan angin, makan riba, dimakan api, remnya

tidak makan, makan batu, makan kawan, makan keringat orang,  makan

malam, makan sogokan, makan tangan dan sebagainya.)

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 28/101

  28

2)  Sebuah kata yang digunakan pada lingkungan yang berbeda, misalnya kata

operasi  bagi dokter “bedah”, “bedel” (untuk mengobati penyakit); bagi

militer misalnya, “ Jendral Suharto memimpin operasi penumpasan G-30-

S, sekarang muncul “operasi kebersihan”, “operasi sapu jagat.”15 

d.  Faktor pengaruh bahasa asing. Misalnya’ kata butir   digunakan untuk

mengganti kata unsur  atau dari bahasa inggris item, dan butir  bermakna “barang

yang kecil-kecil, seperti: beras, intan, pemotong bilangan untuk barang yang

bulat-bulat atau kecil-kecil “salah satu bagian dari keseluruhan.” Dengan

demikian yang digunakan adalah makna yang terakhir, yang berpadanan dengan

item (point).

2.  Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Polisemi

Kata-kata yang mengandung makna polisemi, yaitu: kata kepala, yang

antara lain mengandung komponen konsep makna:

a.  Anggota tubuh manusia (binatang), contohnya: “bahu dan kepalanya kena

pecahan kaca.”

b.  Sangat penting (orang bisa hidup tanpa kaki tetapi tidak mungkin tanpa

kepala)

c.  Terletak disebelah atas, contohnya: anggota tubuh yang terletak di atas adalah

kepala.”

d.  Bentuknya bulat, contohnya: “kepala Budi bulat sekali.”

e.  Pemimpin atau ketua, contohnya: “Pak Budi seorang kepala di PT. Angkasa.”

15 Ibid., h. 46.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 29/101

  29

f.  Sesuatu yang bentuknya bulat atau menyerupai kepala, contohnya: “terdapat

bintik-bintik di kulitnya Andi sebesar kepala jarum.”

Maka dengan demikian kata kepala  itu selain berarti (1) anggota tubuh

manusia (binatang), juga memiliki arti (2) pemimpin atau ketua, (3) orang atau

 jiwa, (4) bagian yang sangat penting, (5) bagian yang berada di sebelah atas, (6)

sesuatu yang bentuknya bulat atau menyerupai kepala. Selain kata kepala  yang

mengandung makna polisemi, selanjutnya ada juga kata yang mengandung makna

polisemi yaitu kata bunga, yang antara lain mengandung komponen konsep

makna:

a.  Tumbuhan atau tanaman, contohnya: “bunga  mawar di taman saya sedang

berkembang.”

b. 

Julukan yang diberikan kepada seseorang yang dianggap istimewa, contohnya:

“ Ani adalah bunga desa di kampungnya.”

c.  Denda atau hukuman , contohnya: “Ani dikenakan bunga  bank sebesar 10

persen dari jumlah uang yang dipinjamnya.”

Kata tulisan, Bermakna hasil karya atau buah ulasan singkat, contohnya”

“Beberapa tulisan beliau pernah dimuat dalam majalah Femina.” Kalimat yang

mengandung makna tulisan yang dihasilkan oleh tangan atau anggota tubuh,

contohnya: “Tulisan  Akbar belum dapat dibaca: antara huruf u, n, dan m tidak

dapat dibedakan.”

3. Pengertian Homonimi dalam Bahasa Indonesia

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma  yang artinya

“nama” dan homo  yang artinya “sama”. Secara harfiah homonimi adalah nama

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 30/101

  30

sama untuk benda atau hal lain. Secara semantik Verhaar (1978) memberikan

definisi homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) tetapi

maknanya tidak sama.16 

Homonim terjadi antara kata, contohnya dalam bahasa Indonesia kata

mengukur diturunkan dari dasar kata kukur  dan mengukur diturunkan dari dasar

ukur, contoh dalam kalimat  “Ibu sedang mengukur kelapa”. Homonim antar

 frasa, contoh frasa"guru bahasa Inggris" dapat diparafrasiskan dengan "guru

mengenai atau tentang bahasa Inggris," dan "guru bahasa Inggris," parafrasis

“guru bahasa orang Inggris”, pada contoh "pidato presiden yang terkhir"

maksudnya sama dengan parafrasis “pidato yang terakhir dari presiden”, dan

parafrasis “presiden yang terakhir". Contoh lain pada "lukisan Toni " maksudnya

"lukisan milik Toni" dan bisa juga lukisan karya Toni." Homonim antar klausa

dan antar kalimat .  Antar klausa  contohnya "baju orang yang pendek itu putih,"

maksudnya parafrasis "baju orang itu putih dan orang itu pendek," atau "orang

yang memakai baju putih itu pendek" dan “baju orang yang pendek itu putih”,

parafrasis "orang itu memakai baju yang pendek dan putih atau baju putih orang

itu pendek." 17 

Homonim adalah dua ujaran kata yang sama bunyi dan sama ejaannya,

telah diketahui berasal dari sumber bahasa yang berbeda atau berbeda bidang

makna. Analisis homonim harus bersifat singkronis,  maksudnya bersangkutan

16 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

Cet. 2. h. 93.17 J.D. Parera, Teori Semantik  (Jakarta: Erlangga, 2004), et. 2. h. 85.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 31/101

  31

dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa terbatas atau tertentu, dan tidak

mengakibatkan perkembangan historis atau disebut juga deskriptif 18 

Di samping itu, ada pula homonim juga mengenal istilah homofoni (lafal) 

dan homografi (tulisan), biasanya istilah tersebut dibicarakan bersama karena

kesamaan objek pembicaranya.

 Homofoni  sebenarnya sama dengan istilah homonimi, karena realisasi

bentuk-bentuk bahasa adalah berupa bunyi. Jadi kata bisa  yang berarti “racun

ular” dan kata bisa yang berarti “ dapat atau sanggup,” selain merupakan bentuk

yang homonimi adalah juga bentuk homofoni,  dan juga homografi, karena

tulisannya juga sama.19 

Kata-kata yang berhomonimi ini sesungguhnya memang merupakan kata-

kata yang berlainan yang kebetulan saja bentuknya sama. Oleh karena itu,

maknanya juga tidak sama. Contohnya kata buku  yang berarti “ kitab” dengan

kata buku yang berarti “ ruas pada bambu (tebu), dan juga kata buku yang berarti

“tulang atau persendiaan.” Semua itu mempunyai makna yang berbeda-beda,

meskipun bentuk dan ucapannya sama. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia yang

disusun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman

Pendidikan dan Kebudayaan, kata-kata yang berhomonim itu dibedakan dengan

angka Arab di muka kata-kata tersebut. Jadi:

1 buku ..........

2 buku ..........

18  Ibid ., h. 8119 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1994),

Cet. 2. 97.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 32/101

  32

3 buku ..........

Sedangkan di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang disusun oleh W.

J.S Poerwadaminta, kata-kata yang berhomonimi ini diberi tanda pembeda,

dengan memberikan angka Romawi, contohnya:

Buku.......I

Buku.......II

Buku.......II

4. Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Homonimi dalam

Bahasa Indonesia

kata masa  (waktu) contoh kalimatnya “pada masa  lalu Nenek moyang

bangsa Indonesia adalah seorang pelaut.” Kata masa tersebut berhomofoni dengan

kata massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan), contoh kalimatnya “massa 

datang ke KPU untuk memprotes berkaitan dengan pemilihan umum tahun ini.”

Adakalanya kata-kata yang berhomonim ini hanya sama lafalnya, tetapi

tulisannya berbeda, ini disebut homofon, misalnya kata sangsi yang berarti “ragu”

dan kata sanksi yang berart “akibat atau konsekuensi,” contoh kata bang sebagai

kependekan dari kata abang dan kata bank  yang berarti “lembaga yang mengatur

peredaran uang.”

Adakalanya kata-kata yang berhomonim ini sama ejaannya, tetapi berbeda

lafalnya dan maknanya ini disebut dengan homograf, contohnya kata “gang” yang

berarti “jalan” “gang“ yang berarti “sekelompok orang”, contoh kata pacar  yang

artinya berarti “Inai” dengan  pacar   yang berarti “kekasih,” hubungan kata  pacar

dengan arti “inai” dan kata  pacar yang berarti “kekasih,” inilah yang disebut

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 33/101

  33

homonim, maksudnya, kata pacar  yang pertama berhomonim dengan kata  pacar  

yang kedua, begitu juga sebaliknya, karena hubungan homonim ini bersifat dua

arah. Kata baku yang berarti “standar” dengan kata baku yang berarti “saling”

atau antara kata  bandar yang berarti “pelabuhan.” Kata bandar   yang berarti

“parit” dan bandar yang berarti “pemegang uang dalam perjudian.” Dalam kasus

kata bandar di atas, homonim itu terjadi pada tiga buah kata, dalam bahasa

Indonesia banyak juga homonim yang terdiri lebih dari tiga buah kata. Contoh

lain homonim yaitu kata “mengukur ” dalam kalimat (1) Ibu mengukur kelapa

setelah mencuci kelapa tersebut, (2) petugas agraria sedang mengukur tanah

yang akan dijual.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata-kata yang termasuk

homonimi muncul sebagai lema  (entri) yang terpisah, contoh, kata tahu  dalam

Kamus Bahasa Indonesia muncul dua lema 

a.  tahu  v mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami dan lain

sebagainya)

b. 

tahu  n makanan dari kedelai putih yang digiling halus lalu direbus dan

dicetak.20 

C. Wawasan Homonim (Musytarak Lafzi) dalam Bahasa Arab

Penelitian yang saat ini Penulis lakukan adalah penelitian terhadap kata-

kata berbahasa Arab yang terdapat di dalam ayat al-Quran yang mengandung

20 Kushartanti dkk, Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik  (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 116.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 34/101

  34

makna homonim atau musytarak lafzi. Pengertian homonimdalam bahsa Aran dan

homonim dalam bahasa Indonesia. Berikut penjelasannya.

1. 

Pengertian Homonim (usytarak Lafzi) dalam Bahasa Arab

Pengertian homonim (musytarak lafzi) dalam bahasa Aarab sama dengan

definisi Polisemi dalam bahasa Indonesia, yaitu kata atau frasa yang memiliki

makna lebih dari satu, atau memiliki makna yang berbeda-beda.21 

Pengertian homonim  Musytarak lafzi di dalam buku ‘ Inda al-Arab dibagi

menjadi dua bagian yaitu polisemi dan homonim, sedangkan di dalam buku  Ilmu

 Ad-Dilâlah, musytarak lafzi banyak dipelajari di dalam al-Quran, hadis, nabi dan

di dalam bahasa Arab. Menurut salah satu ahli bahasa Ushul, musytarak lafzi

adalah satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu, pengertian ini sama

dengan definisi polisemi dalam bahasa Indonesia.22 

Berbeda pengertian musytarak lafzi  di dalam kitab  Muzakkar al-Lughah 

al-Arabiyah  bahwa homonim adalah lawan kata dari sinonim, homonimadalah

setiap kata yang memiliki beberapa makna, homonim juga dapat dikatakan setiap

kata yang memiliki beberapa makna, baik makna yang sebenarnya atau makna

kiasan. Para ahli bahasa, berbeda pendapat tentabng definisi homonim musytarak

lafzi tersebut, ada yang menolaknyadan ada juga yang mengakui keberadaannya,

dengan menunjukkan berbagai fakta yang ada dan tidak dapat diragukan lagi.

Pada dasarnya bahasa dunia, dan yang pasti juga terjadi pada bahasa Arab.

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya homonim musytarak

lafzi di antaranya:

21 Abdul Karîm Mujâhid, Ad-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-Arab . h. 113.22 Ahmad Mukhtar ‘Umar, Ilmu Dilâlah (Kuwait: Jâmiaatul Kuwait, 1982). Cet. 1. h. 147.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 35/101

  35

1. Perbedaan dialek-dialek Arab klasik, maka adanya homonim menampakkan

implikasi dari perbedaan penggunaan kata oleh berbagai suku.

2. Bergesernya beberapa kata dari makna yang asli pada makna kiasan, dengan

adanya hubungan tertentu, seringnya kata-kata itu digunakan, sehingga kata

kiasan menjadi sekuat kata yang sebenarnya.

3. Adanya dua kata yang hampir sama dan sighat nya  juga sama. Dari situ

muncullah beraneka ragam makna.

2. Contoh Kata-Kata yang Mengandung Makna Homonim Musytarak

 Lafzi

Kata quru’ mengandung makna “haid atau suci, kata ‘Ainun berarti “mata

penglihatan, mata air, uang logam dari emas atau perak, awal mula sesuatu, dan

mata hati.” Kata wajada berarti “menemukan sesuatu, atau mabuk cinta.” Kata see 

dalam bahasa Arabnya  yara’ berarti melihat, bisa juga dibaca “sea” artinya laut.

Kata Read  berarti “membaca”, Red berarti “merah” (ini disebut dengan homograf)

karena sama lafal, beda tulisan dan maknanya..kata basyar   yang berarti “bumi”

atau disebut juga dengan makna berikut di antaranya: (1) kaki; (2) bintang; (3)

selesma atau pilek; (4) gemuruh atau gemetar. Kata sa’ala  berarti bertanya dan

kata sâla yang berarti “pencuri.”23 

23  Ibid ., h. 49.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 36/101

  36

BAB III

A. 

Latar Belakang Penulisan Tafsîr As-Sa’dî  

Allah menurunkan al-Quran dengan bahasa Arab dan diterjemahkan dan

ditafsirkan oleh para ahlinya agar manusia dapat memahami dan mendalami al-

Quran, Allah juga memerintahkan manusia untuk merenungkan, memikirkan isi

al-Quran dan menyimpulkan segala ilmu, dan semua hal tersebut tidaklah

demikian kecuali karena penelaahannya merupakan kunci dari segala kebaikan,

 jalan menuju pengetahuan dan rahasia, oleh karena itu milik Allah segala pujian

dan rasa syukur, yang telah menjadikan al-Quran sebagai petunjuk, penyembuh,

rahmat, cahaya, pencerahan, peringatan, keberkahan, hidayah, dan berita gembira

bagi kaum Muslim, maka sangatlah pantas bagi seorang hamba untuk berusaha

keras, mengeluarkan segala dayanya dalam mempelajari, dan mendalamnya

dengan metode yang paling dekat, yang dapat menyampaikannya kepada hal

tersebut.

Banyak sekali para ulama yang menafsirkan kitabullah ini yaitu al-Quran,

ada mufassir  yang panjang lebar, hingga tarsir tersebut keluar pada sebagian besar

pembahasan dari yang dimaksudkan. Ada pula yang menafsirkan dengan sangat

sederhana sekali, yang hanya mencukupkan dengan menyelesaikan makna bahasa

saja, terlepas dari makna yang dikehendaki, seharusnya untuk menjadikan makna

yang dimaksudkan, sedangkan lafaz-lafaz hanyalah sebagai jembatan kepadanya,

maka harus memperhatikan konteks pembicaraan, dan apa gunanya konteks

tersebut dipakai, lalu membandingkan dengan hal yang serupa objek pembahasan

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 37/101

  37

tempat yang lainnya, sehingga penafsir mengetahui, bahwa hal tersebut dipakai

untuk memberikan petunjuk kepada seluruh makhluk, yang berilmu atau tidak

berilmu.24 

Orang-orang yang diberi taufik dengan segala hal itu, maka wajiblah

baginya mulai merenungkan, mendalami, memikirkan lafaz-lafaz, makna-makna-

Nya, segala perkara yang terdapat didalamnya, dan segala hal yang dimaksudkan

oleh konteks maupun teksnya, karena Allah akan membuka baginya dari ilmu-

ilmu Allah yang berupa perkara yang mungkin dapat diperoleh hanya dari

pencarian.

Allah menganugerahkan kepada Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî

dan saudara-saudara untuk menyibukkan diri dengan kitab-Nya yang mulia, sesuai

dengan kondisi yang ada pada kami, Syaikh senang sekali dalam menguraikan

Tafsîr As-Sa’dî   ini dengan segala sesuatu yang dianugerahkan kepadanya, agar

menjadi kenang-kenangan bagi orang-orang yang berusaha, alat bantu bagi para

cendekiawan, penolong bagi para penjelajah, dan Syaikh akan menulis Tafsîr As-

Sa’dî   ini, karena takut akan hilang dan tujuan Syaikh menulis tafsir ini hanya

untuk menjelaskan makna ynag dimaksud. Syaikh tidak hanya memfokuskan pada

permasalahan lafaz-lafaz tata bahasa, bagi makna yang telah Syaikh sebutkan,

karena penafsiran al-Quran telah cukup bagi orang-orang setelahnya dalam hal

seperti itu, kepada Allah Syaikh mengharap dan bersandar, agar Allah

memudahkan semua yang Syaikh inginkan, agar menjadikan usaha ini ikhlas

hanya untuk Allah semata.

24Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî  (Jakarta: Pustaka Sahifa,

2006), Cet. 1. h. 49.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 38/101

  38

  Ilmu tafsir al-Quran adalah sebaik-baiknya ilmu secara mutlak, paling

penting dan pang patut untuk diteliti makna-maknanya, serta dipahami pola-

polanya, karena al-Quran merupakan perkara yang diturunkan dari Zat Yang

MahaBijaksana dan MahaTerpuji. Allah menurunkan al-Quran sebagai petunjuk

dan rahmat bagi manusia, pemberi keterangan bagi seluruh perkara yang manusia

butuhkan dalam agama, dunia, atau akhirat.25 

Para sahabat Syaikh, meminta agar Syaikh menyebarluaskan Tafîir As-

Sa’dî   ini secara keseluruhan, dan mereka mendasar untuk itu karena melihat

faedah-faedah yang begitu besar, namun Syaikh mohon maaf kepada para

sahabatnya akan hal itu, karena apa yang para sahabat Syaikh pinta sangatlah sulit

sekali, karena panjang sekali dan juga pada masa-masa sekarang ini

kecenderungan masyarakat sangat minim terhadap tulisan-tulisan yang panjang

lebar, dengan demikian Syaikh bahagia sekali untuk memenuhi beberapa

keinginan mereka untuk menerbitkan tafsir tersebut, Syaikh hanya menerbitkan

satu jilid dari tafsir ini, akhirnya terpilih jilid pertengahan dari surah al-Kahfi

hingga akhir surah an-Naml, karena hal yang tidak dapat dihasilkan semuanya,

tidaklah harus ditinggalkan semuanya.26  Syaikh juga memohon dan berharap

kepada Allah, agar Allah menjadikan usaha ini semata-mata hanya karena Allah,

semoga tafsir ini berguna bagi semua orang.

Syikh juga mencantumkan dalam Tafsîr As-Sa’dî  ini dengan hal-hal umum

(kulliyat ) tafsir agar mengusulkan sesuatu yang mungkin saja tertinggal bagi

pembaca yang budiman, pada jilid-jilid buku selain jilid ini, Syaikh berharap agar

25  Ibid., h. 50.26  Ibid., h. 51.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 39/101

  39

tafsir ini dapat memberi faedah, walaupun dengan penjelasan yang singkat, di

mana faedah atau manfaat tidak diperoleh pada penjelasan yang panjang.

B.  Penulis Tafsîr As-Sa’dî  

1. Biografi Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî

Dia adalah Syaikh al-Allamah al-Faqih yang memiliki banyak karangan

yang berguna dan indah, Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah al-Sa’di, Dia

dilahirkan pada bulan Muharram tahun 1307 H, di kota ‘Unaizah yang

merupakan salah satu daerah kekuasaan di wilayah Qashim. Ibunya telah

meninggal pada saat Dia masih berumur 4 tahun.27 

Ayahnya juga meninggal pada tahun 1314 hijriyah, ketika beliau

menginjak umur tujuh tahun, dan kemudian istri ayahnya (ibu tiri Dia)

memberikan perhatian yang amat besar kepada Dia, sehingga beliau amat

disayang melebihi kasih sayangnya kepada anak-anaknya sendiri, demikian juga

saudaranya, yang bernama Hamad dirawat olehnya, sehingga tumbuhlah Syaikh

dengan baik. Dia keturunan Bani Amar, salah satu suku terkemuka dari suku Bani

Tamim.

Syaikh dikenal dalam dunia Islam sebagai ulama yang memiliki akidah

yang bersih dari noda-noda hitam golongan  Al-mu’uththilah,  Al-Musyabbihah 

maupun  Al- Mufawwidhah. Dia mempunyai akhlak yang baik, seperti pemurah

hati, terbuka, wajahnya berseri-seri terhadap anak-anak maupun orang dewasa,

orang yang dikenal maupun selain mereka. Dia sejak kecil tidak memperhatikan

27  Ibid., h. 21.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 40/101

  40

dunia. Dia adalah seseorang yang rendah hati, terhadap yang kecil maupun yang

besar, terhadap yang kaya maupun yang miskin, semuanya sama, beliau sangat

suka berkumpul bersama masyarakat umum maupun para tokoh pada berbagai

kegiatan maupun perkumpulan mereka, dan apabila Dia berkumpul bersama yang

itu maupun yang ini niscaya perkumpulan itu akan berubah menjadi perkumpulan

ilmu, oleh karena keistimewaan inilah –yang menunjukkan pada keterbukaan

kesadarannya. 28  Terangnya kecerdasannya dan keluasan cakrawalanya- maka

niscaya niscaya kamu akan dapatkan orang-orang yang menghadiri majelis-

majelis ilmunya mengambil ilmu yang banyak dan manfaat yang besar darinya.

Pada tahun 1371 H, Dia tertimpa sakit tekanan darah dan penyempitan

pembuluh darah, dengan kondisi seperti itu pada tahun 1372 H Dia berangkat ke

Lebanon berobat, dan dibiyai oleh Pemerintah arab Saudi. Pada tahun 1376 H Dia

merasakan sakit yang pernah beliau alami pada tahun 1371 H.29 

Dia wafat pada malam kamis 23 Jumadil Akhir 1376 H dalam usia 69

tahun, yang dipenuhi dengan ibadah kepada Allah SWT, memberikan manfaat

kepada hamba-hamba-Nya, baik dengan ilmu, pelajaran, fatwa maupun

pengarangan buku.30 

2. Pendidikan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî

Dia masuk "Madrasah Tahfidz Quran" dan sudah bisa menghafal pada

usia 11 tahun, dan beliau mampu menghafal al-Quran di luar kepala ketika

28  Ibid., h. 23.29 www. muslim.or.id. Diambil pada bulan Januari 2009.30 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsir As-Sa’di, (Jakarta: Pustaka Sahifa,

2006), Cet. 1. h. 24.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 41/101

  41

mencapai usia 14 tahun. Dia menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh. Dia

menghafal al-Quran pada saat Dia masih kecil diusia sebelum baligh, cara Dia

menghafal al-Quran dengan melihat mushaf atau di luar kepala maka Diapun

menyibukkan diri dengan menuntut ilmu Syar’I, Dia mempelajari hadis  kepada

Ibrahim bin Hamd bin Jasir, belajar fikih dan nahwu kepada Muhammad bin

Abdul Karim Asy Syibl, belajar tauhid , tafsir , fikih, dan nahwu kepada Syaikh

Salih bin Utsman Qadhi di ‘Unaizah beliau guru yang banyak di ambil ilmunya

oleh Syaikh, Dia belajar terus menerus kapadanya sampai tamat, hingga ia wafat.

Dia belajar kepada Syaikh Abdullah at-Tawaijiri, Syaikh Ali As-Sinani, Syaikh

Ali bin Nashir Abu Wadi; Dia belajar hadis dan kitab-kitab induk hadis yang

enam, maka ia pun memberi ijazah kepada Dia untuk meriwayatkan hadis. Dia

 juga belajar kepada Syaikh Muhammad asy-Syinqithi ketika masih tinggal di

Hijaz dahulu, kemudian beliau pindah ke kota az-Zubair, Dia mempelajari tafsir,

hadis dan mushtahalah hadits kepadanya sewaktu ia menetap di kota ‘Unaizah.

Dia juga belajar membaca al-Quran kepada kakeknya dari ibunya yaitu:

Abdurrahman Bin Sulaiman Ali Damigh Rahimahullah, hingga Dia hafal, setelah

itu Dia mulai mencari ilmu dan belajar khat  (ilmu tulis menulis), ilmu hitung dan

beberapa bidang ilmu Sastra. Dia belajar ilmu  faraidh  (waris) dan fikih kepada

Syaikh Abdurrahman Bin Ali Bin ‘Audan.

3. Karya-karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî

Dia telah menulis karya yang bermanfaat, seperti: (1) Tafsîr al-Karîm ar-

 Rahmân fi Tafsîr Kalâm al-Mannân  yang berjumlah 8 jilid, Dia selesai

menulisnya pada tahun 1344 H, yang telah diterbitkan oleh Maktabah Salafiyah di

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 42/101

  42

Mesir. (2)  Hasyiyah ‘alal Fiqh sebagai koreksi atas berbagai kitab yang tersebar

dan pernah ditulis dikalangan Mazhab Hambali. (3) Iryad Ulil Basya’ir wa Al-Bab

li Ma’rifat al-Fiqh bi Aqrabî Turuq wa Aisar al-Asbab yang disusun dalam bentuk

Tanya-jawab, buku ini dicetak di Maktabah At-Taraqi di Damaskus pada tahun

1365 H. (4) Tanzih ad-Dîn wa Hamlatihi wa Rijâlihi min Maftarahu Al-Qashimi fi

 Al-Aglâlihi. Buku ini dicetak di Dâr Ihyâ al-Kitâb al-Arabî pada tahun 1366 H. (5)

 Ad-Durrah Al-Mukhtasharah fi Mahasin al-Islam, dicetak oleh percetakan

Ansaru As-Sunnah pada tahun 1366 H. (6)  Al-Kutub Al ‘Asyriyah  dicetak oleh

percetakan Ansaru As-Sunnah pada tahun 1366 H. (7)  Al Qawa’idu Al-Hisan fi

Tafsîri Al-Quran, dicetak oleh percetakan Ansarus As-Sunnah pada tahun 1366 H.

(8) Al-Haq Al-Mubîn fi Syar’i Tauhîd Al-Anbiya’ wal Mursalîn, ia merupakan

penjelasan Nuniyah karya Imâm Ibnul Qayyim Rohimahullah, dicetak oleh

percetakan As-Salafiyah di Mesir. (9) Taudihu Al -Kafiyah Asy-Syafi’iyah, dicetak

oleh percetakan As-Salafiyah di Mesir. (10) Wujubu At-Ta’awun baina Al-Muslîm

wa Maudu’ul Jihâd ad-Dinî , dicetak oleh percetakan As-Salafiyah di Mesir . (11)

 Al-Qaul As-Syadid fi Maqashid At-Tauhîd , dicetak oleh percetakan Al-Imâm,

pada tahun 1367 H. (11)  Manhâj As-Salikin sebuah ringkas dalam Ushul Fiqh.

(12) Taisîr Latif Al-Mannân fi Kulasati Al-Imâm di Mesir pada 1368 H. (13) Ar-

 Riyad An-Nadirah. (14)  Bahjatu Al-Abrâr . (15)  Al- Irsyâd ila Ma’rifat Ahkam.

(16)  Al-Fawakih as-Sahiyah fi Al-Kutab al-Minbariyah. (16)  Manhâj as-Salikîn

wa Taudih al-Fiqh fi ad-Dîn. (17) Tariq al-Wushul ila ‘Ilmi al-Ma’mul bi

 Ma’rifât qawa’id wa Dawabit wa Ushul. (18) Ad-Dîn as-Sahîh Yahullu Jâmi’al

 Masyakil. (19)  Al-Furuq wa Taqasim al-Badi’ah an-Nafi’ah. (20)  Al-Adillah al-

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 43/101

  43

Qawaiti’ wa Al-Barahin fi Ibtali Ushul al-Mulhidîn. (21) Fawa’id Mustanbitah.

(22) Al-Wasâil al-Mufîdah. (23) Syuru’ Syaikh Islam Ibnu Taimiyah allati Radda

 Bihâ ‘alal Qadariyah. (24)  Al-Fatawa As-Sa’diyah. (25)  At-Taudih wal Bayan li

Syajarati Imân. (26) Fathu Rabb al-Hamid fi Ushuli Al-‘Aqa’id wa Tauhîd . (27)

at-Tanbihat al-Latifah ‘ala Mahtawat ‘alahi Al-Wasitiyah fil Mabahits al-

 Munifah. (28) Su’al wa Jawab bi Ahammil Muhimmat .31 

C. Penerjemah Tafsîr As-Sa’dî

Berdasarkan hasil wawancara Penulis terhadap salah satu penerjemah

Tafsîr As-Sa’dî   yang bernama Ahmad Zuhdi Amin, Lc. Berdasarkan data yang

Penulis dapatkan dari Penerbit Pustaka Sahifa bahwa penerjemah Tafsîr As-Sa’dî  

terdiri dari lima orang penerjemah, di antaranya: (1) Muhammad Iqbal, Lc, (2)

Izzudin Karim, Lc, (3) Mustafa Aini, Lc, (4) Muhammad Ashim, Lc, dan (5)

Ahmad Zuhdi Amin, Lc, dari lima orang penerjemah yang telah Penulis sebutkan

di atas, hanya satu orang yang dapat Penulis wawancarai, tetapi sebagian lagi

Penulis memperoleh data-data mereka saja, karena mereka tidak dapat

diwawancarai. Berikut ini Penulis akan menjelaskan biografi, pendidikan, dan

karya-karya mereka dalam bidang menerjemahkan buku.

1.  Ahmad Zuhdi Amin, Lc.

a. 

Biografi Ahmad Zuhdi Amin, Lc.

Dia lahir pada 10 Juli 1980, di Tegal. Pekerjaan Dia saat ini adalah

seorang penerjemah dan seorang editor atau murâj’ah di Dârul Haq atau Pustaka

31 www. muslim.or.id. Diambil pada bulan Januari 2009

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 44/101

  44

Sahifa, waktu Dia untuk menerjemahkan lebih banyak dilakukan di rumah. Dia

mulai menerjemahkan sejak beliau kuliah semester V, hingga saat ini. Oleh sebab

itu Dia lebih suka menerjemah daripada mengedit. Dia lebih suka menerjemahkan

buku yang bertema Fikih.32 

b.  Pendidikan Ahmad Zuhdi Amin, Lc.

Dia sekolah di SDN.3 di daerah Tegal, MTS Muhammadiyah 2, Pondok-

Pesantren “Al-Irsyad” di daerah Salatiga, lalu yang terakhir Dia kuliah di LIPIA,

Jurusan Syariah Program S1.

c. 

Karya-karya Ahmad Zuhdi Amin

Berdasarkan hasil wawancara Penulis kepada Ahmad Zuhdi Amin, di

Penerbit Pustaka Sahifa bahwa Dia mulai menerjemahkan sejak Dia kuliah di

LIPIA pada semester V hingga saat ini. Saat ini Dia telah menerjemahkan 6

(enam) buku dengan judul dan penerbit yang berbeda-beda. Berdasarkan

penjelasan Dia bahwa ada beberapa judul buku yang belum diterbitkan oleh

penerbit, karena ada sesuatu yang menghambat proses pendistribusian buku

tersebut. Adapun buku-buku yang telah Dia terjemahkan di antaranya, yaitu: 1)

Panduan Shalat Bagi yang Safar , penerbit Ibnu Katsir, 2) Panduan Praktis

 Amalan Sunnah, penerbit Ibnu Katsir, 3) Rahasia dan Keutamaan Shalat Shubuh,

penerbit Azzam, 4)  Delapan Puluh Kesalahan dalam Azan dan Iqmah, penerbit

Azzam, 5)  Bolehkah Menjama’ Salat Karena Hujan, penerbit Azzam, dan 6)

 Meraih Kesempurnaan Shalat , penerbit Darul Haq.

32 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zuhdi Amin, Bekasi, 7 Mei 2009.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 45/101

  45

2. Muhammad Iqbal Amrullah, Lc.

a. 

Biografi Muhammad Iqbal Amrullah, Lc.Dia lahir pada 9 April 1977 di Jayapura. Saat ini beliau tinggal di daerah

Kampung Pasir Tengah, Desa Sukaharja Pondok Bitung Cijeruk Bogor. Pekerjaan

Dia saat ini adalah sebagai seorang penerjemah di Drul Haq atau Pustaka Sahifa

dan Dia juga bekerja sebagai seorang guru, Dia lebih suka menerjemahkan buku

yang bertema “Fikih dan  Hadis.” Kemampuannya Dia menerjemahkan buku 4-8

lembar dalam waktu satu hari.

b.  Pendidikan Muhammad Iqbal Amrullah, Lc

Berdasarkan data yang Penulis peroleh dari Penerbit Pustaka Sahifa bahwa

Dia lulus S1, jurusan Syariah.

c. 

Karya-karya Muhammad Iqbal Amrullah, Lc.

Dia telah menerjemahkan buku sebanyak satu buah buku yang berjudul “

Kunci Sukses Berumah Tangga” dengan judul Asli yaitu :    و  دة

penerbit Pustaka Azzam.

3. Musthafa Aini, Lc.

a.  Biografi Musthafa Aini, Lc.

Dia lahir pada 4 Februari 1967, di Sampit. Saat ini beliau tinggal di daerahCimanggis, pekerjaan Dia saat ini adalah sebagai seorang penerjemah di Pustaka

Sahifa atau Dârul Haq, dan beliau juga bekerja sebagai seorang guru mengaji.

Beliau berpengalaman bekerja di Penerbit Al-Sofwa. Dia lebih suka

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 46/101

  46

menerjemahkan buku yang bertema " Akidah, Pemikiran-pemikiran dan Syariah."

Dia mampu menerjemahkan 15-20 halaman dalam waktu satu hari.

b. 

Pendidikan Musthafa Aini, Lc.

Secara singkat, pendidikan terakhir Dia di jurusan “Pemikiran Islam,”

program S1.

c. 

Karya-karya Musthafa Aini, Lc.

Berdasarkan data yang Penulis peroleh dari Pustaka Sahifa bahwa Dia

telah menerjemahkan buku sebanyak delapan buah buku di antaranya: 1) judul asli

“      ه ”, penerbit Ibnu Katsir, 2) judul asli “   نحش    ه

   ریض  “ , penerbit Trigenda Bandung, 3) judul asli “    

“  “ dengan judul Indonesiaسم Wanita di antara Fitrah dan Kewajiban,”

penerbit Darul Haq, 4) judul Indonesia "31 Sebab Lemahnya Iman," penerbit Drul

Haq, 5) judul Indonesia "Fatwa Terkini," penerbit Dârul Haq, 6) judul Indonesia

"Fikih Ibadah," penerbit Al-Sofwa, 7) judul Indonesia "Gerakan Dakwah Islam,"

penerbit Dârul Haq, 8) judul Indonesia "Fiqh Islam Syariah Bulughul Marram,"

penerbit Dârul Haq.

4. Muhammad Iqbal, Lc.

a.  Biografi Muhammad Iqbal, Lc.

Dia lahir pada 6 Juni 1971, saat ini beliau tinggal di daerah Demak, Jawa-

Tengah, Dia bekerja sebagai penerjemah di Pustaka sahifa, Dia lebih suka

menerjemahkan buku yang bertema " Hadis  dan  Akhlak ," Dia mampu

menerjemahkan buku 6 hal dalam waktu satu hari, pengalaman Dia pernah

bekerja di majalah “As-Sunah.”

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 47/101

  47

b.  Pendidikan Muhammad Iqbal, Lc.

Penulis memperoleh data singkat tentang pendidikan Dia dari Penerbit

Pustaka Sahifa bahwa Dia kuliah di Universitas Islam Madinah, fakultas “hadis”,

program S1.

c.  Karya-karya Muhammad Ashim, Lc.

Buku-buku yang telah Dia terjemahkan di antaranya: 1) judul asli "     أحم

 و ", penerbit Dârus-Sunah, 2) judul Indonesia " Hadis-hadis Lemah dan

Palsu,"penerbit Pustaka Azam, 3) judul Indonesia " Ruqya," penerbit Darus-

Sunah, 4) judul Indonesia " Bertakwa kepada Orangtua," penerbit Dâr-Tauhid, 5)

 judul Indonesia " Harapan-harapan,” Penerbit Dârus-Sunah, 6) judul Indonesia

" Mendidik anak ," penerbit Dârus-Sunah.

5. Izzudin Karimi, Lc.

a. Biografi Izzudin Karimi, Lc.

Dia lahir pada 27 Oktober 1971 di Lamongan. Saat ini Dia tinggal di

daerah Jawa-Tengah. Dia bekerja sebagai guru di "Ma'had Ali Imâm Syafi'i," Dia

mampu menerjemahkan 10 halaman dalam waktu satu hari.

b. Pendidikan Izzudin Karimi, Lc.

Penulis memperoleh data singkat tentang Dia dari Penerbit Pustaka Sahifa,

Dia kuliah di LIPIA Jakarta, jurusan Syari'ah pada tahun 1995.

c. Karya-karya Izzudin Karimi, Lc. 

Dia telah menerjemahkan buku sebanyak lima buah buku di antaranya: 1)

 judul asli “Kado Istimewa Untuk Muslimah,” penerbit Dârul Haq, 2) judul

Indonesia “ Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh,” penerbit Dârul Haq, 3)

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 48/101

  48

 judul Indonesia “Korban-korban Lelaki hidung Belang,” penerbit Elba Surabaya,

4) judul Indonesia “Kisah Teladan Generasi Salaf,” 5) judul Asli   سم “ شح غ  “ penerbit Dârul Haq.

D.  Editor atau Murâja’ah 33 Tafsîr As-Sa'dî  

Berdasarkan hasil wawancara Penulis kepada salah satu Editor Tafsîr As-

Sa'dî,  di Penerbit Pustaka Sahifa, pada hari Kamis, tanggal 7 Mei 2009. Editor

Tafsîr As-Sa'dî   adalah Tim Pustaka Sahifa, tetapi Penulis hanya mewawancarai

salah satu dari mereka. Berikut ini Penulis akan menguraikan editor Tafsîr As-

Sa’dî tersebut.

1.  Biografi Abdurrahman Nuryaman, Lc.

Dia lahir pada 31 Desember 1969, di Lombok (NTB), saat ini Dia bekerja

sebagai editor di penerbit Pustaka Sahifa, Dia sudah bekarja sekitar 3 tahun yang

lalu. Kemudian pada tahun 1993 Dia direkrut oleh Yayasan “Al-Sofwa Al-

Islamiyah,” yang merupakan lembaga dakwah yang merupakan induk dari

Pustaka Sahifa. Selama bekerja di Pustaka Sahifa, Dia sempat menjadi Imam di

Masjid "Al-Furqân" yang berada di Bekasi, dan juga Dia menangani Pondok-

Pesantren "Al-Amîn" di Bogor. Pada tahun 1998 Dia bekerja di Madinah, ketika

Dia berada di Madinah, sesekali waktu Dia sempat mendengarkan pengajian

seorang ulama besar (Dia tidak menyebutkan nama ulama tersebut) di Masjid

33 Istilah yang dipakai dalam kitab Tafsîr As-Sa’dî  pada kata editor adalah “murâja’ah”

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 49/101

  49

Nabawi. Dia bekerja di Pustaka Sahifa, mulai hari senin-jumat, jam 08:15-17:00

WIB. Dia suka mengedit buku yang bertema "Sejarah dan Akidah." 34 

2.  Pendidikan Abdurrahman Nuryaman, Lc.

Dia sekolah selama enam tahun di Pondok-Pesantren "Nurul Hakim," di

daerah Lombok, lalu Dia kuliah di LIPIA di Jakarta, yang merupakan cabang dari

 Jâmiatul Imam di Saudi Arabia, selama tiga tahun, jurusan I'dad al-Lughawi dan

 At-Tatmili.35 

3. Karya-karya Abdurrahman Nuryaman, Lc.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis kepada Dia bahwa beliau tidak

dapat menghitung jumlah buku yang telah Dia edit, karena menurut Dia, terlalu

banyak buku yang sudah beliau edit, dan karena tugas dan tanggung jawab Dia di

Penerbit Pustaka Sahifa, adalah mengedit naskah yang diajukan oleh direktur atau

atasan di Penerbit Pustaka Sahifa, jam kerja beliau setiap hari Senin-Jumat adalah

mengedit naskah-naskah. 36 

E. 

Sekilas Tafsî  r As-Sa’d î  

Tafsîr As-Sa’dî  adalah salah satu di antara sekian banyak kitab-kitab tafsir

yang merupakan kekayaan ilmiah dunia Islam; memiliki keunggulan sebagai kitab

tafsir paling simple; padat makna, dan tidak banyak menyuguhkan ikhtilaf  

(perbedaan pendapat) dari sisi penafsiran. Tafsir ini memiliki keistimewaan

diantaranya; gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung

dimengerti oleh orang yang berilmu maupun orang yang tidak berilmu,

34 Wawancara Pribadi dengan Abdurrahman Nuryaman, Bekasi, 7 Mei 2009.35  Ibid., 36  Ibid., 

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 50/101

  50

keistimewaan lainya adalah menghindari kalimat-kalimat sisipan dan kata-kata

yang hanya nyulitkan pembaca untuk memahaminya, menghindari penyebutan

perselisihan pendapat kecuali perselisihan yang mendasar yang harus disebutkan,

tafsir ini berjalan di atas  Manhâj Salaf   pada ayat-ayat sifat yang tidak ada

penyimpangan dan tidak ada ta'wil yang bertentangan dengan maksud Allah di

dalam firman-Nya.37  Pendapat ini didukung pula oleh salah satu editor yang

Penulis wawancarai, yaitu Bapak Abdurrahman Nuryaman, Lc. Dia mengatakan

bahwa Tafsîr As-Sa’dî   ini adalah tafsir yang paling ringkas yang ada di duniaIslam, sekaligus tafsir yang paling selamat dari unsur-unsur tangan manusia

(penafsiran yang tidak bertanggung jawab), tafsir yang lebih dekat dengan Manhâj

Salafu Salih.38 

Tafsîr As-Sa’dî   ini memiliki keistimewaan yang paling penting bagi

pembaca yaitu; keterincian pengambilan kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-

ayat yang berupa faedah, hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya, hal ini sangatlah

nampak jelas, dalam beberapa ayat, seperti ayat wudhu dalam surah Al-Maidah, di

mana Syaikh mengambil kesimpulan darinya sebanyak lima puluh hikmah,

sebagaimana juga dala kisah daud dan Sulaiman dalam surah Shad.

Keistimewaan lainnya, dalam buku tafsir ini ada panduan pendidikan

terhadap akhlak-akhlak yang luhur.39 

37 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî , Tafsîr As-Sa’dî  (Jakarta: Pustaka Sahifa,

2006), Cet. 1. h. 9.38 Wawancara pribadi dengan Abdurrahman Nuryaman, Lc.39  Ibid., h.10.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 51/101

  51

  Manuskrip Tafsîr As-Sa’dî   ini terdiri dari dua manuskrip, yaitu:  Naskah

 pertama adalah naskah yang dikirim oleh Penulis sebagai acuan dalam penerbitanbuku tersebut, naskah ini terdiri atas sembilan jilid, yang merupakan dasar acuan

Syaikh dan Syaikh berikan tanda (A). Naskah ini menjadi naskah dasar acuan bagi

Syaikh dalam menerbitkan buku ini.  Naskah kedua  terdiri atas sembilan jilid,

yang merupakan naskah yang berada pada Syaikh dan Beliau menjaganya,

kemudian setelah itu dibawa ke Universitas al-Imâm lewat Syaikh Muhammad

bin Shalih al-Utsaimin. Naskah ini ditulis dengan tulisan tangan Syaikh

Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, kecuali jilid keenam dengan tukisan tangan

Muhammad bin Manshur bin Ibrahim bin Zamil, dan naskah ini Syaikh berikan

dengan tanda (B).

Naskah ini sesuai dengan naskah pertama, kecuali jilid terakhir dari surah

Al-Baqarah pada akhir tafsir ayat 238 hingga akhir tafsir naskah pertama, bahwa

penulis telah mengoreksi kembali jilid ini di sela-sela penerbitan terhadap naskah

tersebut, dan selain itu kebanyakan hanya perbedaan-perbedaan kecil saja yang

telah Syaikh jelaskan pada catatan kaki di dalam tafsir ini. 40 

Naskah acuan ini terdiri atas, delapan jilid di antaranya: 41 

Jilid Pertama: 

Dimulai dengan pendahuluan dan diakhiri pada akhir tafsir ayat 129 surah

Ali Imran, jilid ini ditulis dengan tulisan pengarangnya, dan sebagian dari naskah

ini ditulis dengan tulisan orang lain, pengarangnya dapat menyelesaikannya pada

40  Ibid., h. 39.41  Ibid ., h. 41.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 52/101

  52

akhir jilid ini ada tambahan sebagai koreksi, jilid ini memiliki catatan-catatan kaki

dan koreksi-koreksi dengan tulisan Syaikh pengarangnya.

Jilid kedua:

Dimulai dengan tafsir ayat 130 surah Ali-Imrân dan berakhir pada tafsir

surah al-An’am, dalam jilid ini ada catatan kaki dari tulisan Syaikh pengarangnya

atas aslinya.

Jilid Ketiga:

Dimulai dengan tafsir surah al-A’raf dan berakhir surah Hûd, dalam jilid

ini ada catatan kaki dengan tulisan Syaikh pengarang dan diselesaikan salinannya

pada hari sabtu 21 Rabi’ul Awwal tahun1347 H.

Jilid Keempat:

Dimulai dengan surah Yusuf dan berakhir dengan akhir dari tafsir surah al-

Isra’. Pada akhir jilid ini ada tambahan sebagai perbandingan atas aslinya.

Jilid Kelima:

Dimulai dengan tafsir surah al-Kahfi dan berakhir pada akhir tafsir surah

an-Naml, pada akhir jilid ini ada tulisan yang dimasukkan oleh pengmpulnyadan

pengejanya Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa’dî.

Pada awal jilid ini ada pendahuluan dengan tulisan pengarangnya,dan

ditambah dengan kaidah kaidah-kaidah dari tafsir ini dengan tulisan beliau sendiri.

Jilid Keenam:

Dimulai dengan tafsir surah al-Qashash dan berkhir pada tafsir surah ash-

Shafat, pada akhir jilid ini tertulis “Telah sempurna tafsir surah ash-Shaffat pada

tanggal 6 Syawwal tahun 1343 H.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 53/101

  53

Jilid Ketujuh: 

Dimulai dari tafsir surah Shad dan berakhir pada tafsir akhir surah al-Fath.

Jilid Kedelapan:

Dimulai dari tafsir surah al-Hujurat hingga akhir tafsir, yang pada akhir

 jilid ini tertulis “Tertulis sempurna tafsir kitabullah dengan pertolongan-Nya dan

kebaikan bimbingan-Nya terhadap pengumpulan dan penulisannya Abdurrahman

bin Nashir bin Abdullah yang terkenal dengan sebutan "Ibnu Sa’di." Pada catatan

kakinya tertulis (tambahan perbandingan), dan pada catatan kakinya banyak

tambahan dan koreksian dengan tulisan pengarangnya.

Keistimewaan lain Tafsîr As-Sa’dî  ini di antaranya: 42 

Pertama,  Kesungguhan Penulis dalam membuat tafsirnya ringkas hanya

sebatas makna global, di mana mayoritas penafsir al-Quran itu tidak terlepas

membahas panjang lebar, bahkan hingga menyimpang dari topik tafsirnya dari

kitabullah, atau mereka membatasi diri membahas makna-makna bahasa atau

 fiqhiyyah saja.

Kedua, Syaikh menggunakan kecerdikan akal, kejernihakn hati, kecepatan

pikiran terhadap perkataan-perkataan para salaf  dari para sahabat, tabîn dan para

ulama uamat yang disebut dalam tafsir, sehingga Syaikh mengumpulkan

perkataan dan pendapat yang muncul dalam tafsir makna ayat kemudian beliau

mengungkapkannya dengan gaya bahasa yang telah diketahui.

Ketiga,  Tafsîr As-Sa’dî   ini diistimewakan juga dengan kata-kata yang

sederhana, penjelasan yang mudah dimengerti, dan tidak memanjangkan bahasa,

42  Ibid., 19.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 54/101

  54

yaitu dengan suatu gaya yang dapat dipahami oleh orang yang berilmu ataupun

tidak berilmu.

Keempat, Penyusunnan kalimat yang sangat rapi dan mengaitkan suatu

kalimat dengan kalimat lain yang sesuai tanpa ada kesusahan dalam merangkai

ungkapanny.

Kelima, Tafsir ini mengandung banyak faedah ilmiah dan pendidikan yang

disarikan dari kitabullah yang dijelaskan oleh Penulis, ketika membahas tafsir

ayat, faedah-faedah sangat bermacam-macam baik dari segi tauhid, fikih, sirah,

nasihat-nasihat, dan akhlak.

Keenam,  Keistimewan yang terpenting adalah tafsir ini terhindar dari

ta’wil yang keliru, hawa nafsu, bid’ah dan Israiliyat . Syaikh bersandar kepada al-

Quran dan ash-Sunah, dan beliau juga mengikuti riwayat-riwayat yang disebutkan

dari ash-Salaf ash-Salih.

Di dalam Tafsîr As-Sa’dî ini, Syaikh memperhatikan hal-hal seperti,

harakat , menghindarkan dari kalimat yang hilang, menyimpang, dan kesalahan

cetak yang terdapat pada cetakan sebelumnya. Syaikh juga melakukan

pengoreksian terhadap ayat-ayat yang dijadikan sebagai bukti penguat keterangan

dari Penulis, ada beberapa ayat yang tidak ditafsirkan, tetapi hal ini telah beliau

 jelaskan pada catatan kaki, dan yang terakhir Syaikh juga memberikan sandaran-

sandaran bagi hadis yang disebutkan dalam tafsir ini.43 

Tafsîr As-sa’dî   ini memiliki kekurangan pula di antaranya: dalam

menerjemahkan sebuah kata, tafsîr ini menggunakan bahasa yang sanangat kaku

43  Ibid., h. 19.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 55/101

  55

atau dalam menerjemahkan sebuah ayat menggunakan metode terjemahan

harfiyah, dan tafsîr ini dalam menerjemahkan lebih mementingakan bahasa

Sumber, sehingga hasil terjemahannya masih terlihat sebuah hasil terjemahan,

menerjemahknannya dengan cara kata-per-kata, tanpa membuang satu kata pun

yang terdapat di dalam teks asli. Hal ini dapat membuat pembaca sulit untuk

memahami hasil terjemahannya.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 56/101

  56

BAB IV 

ANALISIS HOMONIM (MUSYTARAK LAFZI) TERHADAP

TERJEMAHAN TAFSîR AS-SA’Dî  

Pada bab ini, Penulis akan menganalisis kitab versi Bahasa Arab yang

berjudul “Taisîr Al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân,” dan “Tafsîr

 As-Sadî ” yang dikarang oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, dan

diterjemahkan oleh tim penerjemah di penerbit “Pustaka Sahifa” di antaranya:

Ahmad Zuhdi Amin, Lc, dkk.

Penulis juga membatasi analisis ini hanya pada surah al-Baqarah dan Ali

Imran, yang terdapat pada jilid I. Penulis juga membatasi analisis ini, dengan

menganalisis ayat-ayat yang mengandung makna homonim (Mustarak Lafzi) yang

terdapat di dalam “Tafsîr As-Sadî ”, dengan cara melihat makna dari kata-kata

yang mengandung makna lebih yang berbeda-beda, lalu melihat makna kata-kata

tersebut di dalam Kamus Arab –Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kamus Hans Wehr sebagai bahai untuk menganalisi, Penulis juga menggunakan

Tafsîr Al-Mishbâh dan Tafsîr Al-Azhar , dan Penulis juga melihat segi

Penerjemahan Tafsir apakah makna yang digunakan di dalam Tafsîr As-Sadî

sudah tepat atau malah membuat pembaca menjadi tidak memahami

terjemahannya. Berikut ini Penulis akan menganalisisnya.

Penulis mengkategorikan kata-kata yang mengandung makna homonim

(musytarak lafzi)di antaranya:

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 57/101

  57

A.  Kata-kata dalam bahasa Arab yang Mengandung Makna Homonim

(Musytarak Lafzi) Berkaitan dengan  Ibadah, yang terdapat di dalam Tafsîr

 As-Sadî di antaranya:

1.  Kata  صة

...

  “Mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan salat...” (QS.Al-Baqarah [2]: 3).

Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim musytarak

lafzi, yaitu pada kata ص berikut ini Penulis akan menganalisis kata  صة

dengan melihat makna kata  di dalam Al- Mu’jam al-Wasit  makna kataصة ص  

di antaranya:

) :( .-د  ص   وحوأ ی .-

 ح .44  

Jadi, kata ص   berarti: (1) doa; (2) ibadah khusus yang waktunya

ditentukan; (3) rahmat.

Penulis juga melihat makna kata salat  di dalam Al-Mu’jam Al-Lughah Al-

 Arabî Al-Asasî  di antaranya:

"ص:ءد, ی  ص   ود رض, دة ت  و

خ,  آ و ن ح."45 

44 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit  (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 522.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 58/101

  58

  Jadi, kata  berarti: (1) doa; (2) salat (salat lima waktu/ ibadah khususصة

yang dibatasi waktunya dalam hukum Islam); (3) berkah dari Allah.

Penulis juga melihat makna kata : di dalam Kamus Hans Wehr, yaituصة

(1)  Intercession  (safa’at); (2) blessing  (doa); (3) grace of God (kemurahan hati

dari Tuhan).46 

Berdasarkan makna kata  dari berbagai sumber kamus di atas, makaصة

secara umum, kata  صة bermakna: (1) doa; (2) salat wajib (lima waktu); (3)

rahmat (berkah/ safaat/ kemurahan hati dari Tuhan); (4) ibadah khusus yang

waktunya dibatasi di dalam hukum Islam.

Penulis menemukan surah dan ayat yang terdapat kata : di antaranyaصة

(1) Surah al-Baqarah 45, 83, 177 dan 277. (2) Surah An-Nisâ 103. (3) Surah at-

Taubah ayat 5, 11 dan 71. (4) Surah Ibrahîm ayat 40. (5)Surah al-Anbiyâ ayat 73.

(6) Surah al-Hajj ayat 35. (7) Surah an-Nûr ayat 37.

Berdasarkan surah dan ayat-ayat yang terdapat pada kata  صة telah

Penulis temukan di atas, maka Penulis mengelompokkan surah dan ayat-ayat

sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya.

a)  Ayat-ayat yang terdapat kata  صة yang mengandung makna doa di

antaranya:

1.  Surah al-Baqarah: 45…

 45  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: Departemen

Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003), h. 746.46  Hans Wehr ,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire du

Liban, 1980), h. 612.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 59/101

  59

 “Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat...”

Berdasarkan ayat di atas, kataصة

 diterjemahkan dengan makna ”doa”

dijelaskan Allah memerintahkan kepada manusia untuk ”meminta pertolongan

dengan cara sabar dan salat,” kata ”salat” di sini maksudnya ”Doa”, karena

dengan salat manusia dapat menjadi sabar , sabar di sini dalam arti tekun dalam

menjalankan salat yang bermakna doa  dan meminta kepada-Nya. Karena

apabila kita tekun berdoa niscaya Allah akn mengabulkan segala yang manusia

inginkan.

b)  Ayat-ayat yang terdapat kata  yang mengandung maknaصة salat

 yang sebenarnya (yaitu ucapan dan perbuatan yang di awali dengan takbir dan

di akhiri dengan salam) di antaranya:

1. Surah al-Baqarah: 177

…“Mendirikan salat, dan menunaikan zakat”

2. Surah al-Baqarah: 277

...”.tdan menunaikan zakasalatdan mendirikan...“

 

3. Surah al-Baqarah: 83…☺

 dan tunaikanlah zakat…salat“Dirikanlah

4. Surah at-Taubah:5…

 …“Jika mereka bertaubat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat...”

5. Surah at-Taubah: 11

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 60/101

  60

…"Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat...”

6. Surah at-Taubah: 71 

…☺⌧

…“…mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-

Nya...” 

7.Surah Ibrahim: 40…

“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap

mendirikan salat...”

8. Surah al-Anbiyâ: 73

…...

“...Mendirikan sembahyang, menunaikan zakat…”

9. Surah al-Mu’minûn: 2⌧

“Orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.”

10. Surah an-Nûr: 37

… ⌧…“...mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat...”

Berdasarkan pengelompokkan di atas, bahwa kata  pada setiap ayatصة

di atas mengandung makna “salat yang di mulai dengan takbir dan di akhiri

dengan salam”, oleh karena itu Penulis tidak menjelaskan makna setiap ayat di

atas.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 61/101

  61

  Berdasarkan pengelompokkan di atas, kata  صة di dalam al-Quran ada

yang bermakna salat  dalam arti yang sebenarnya, yaitu salat wajib (lima waktu)

yang diwajibkan oleh orang Islam yang waktunya ditentukan, dan kata ةص yang

bermakna doa.

Di dalam tafsir asli, kata : diterjemahkan dengan kalimat berikut iniصة

“ی ,ی, نیی ره ,

 إ هنآر وووشوإو, 

حور,هوح و ی یو, ه  

:)

⌧☺

…(

هو ی   ثن, صإ,خیو

 ”.47ون   ة

Penjelasan dari Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân,

kata   صة di atas , Penulis melihat terjemahannya di dalam Tafsîr As-Sadî pada

penggalan ayat kata   صة di atas diterjemahkan “mereka yang beriman kepada

yang ghaib dan mendirikan salat ”, maksudnya “orang-orang yang mengerjakan

salat, karena sesungguhnya mengerjakan salat tidaklah cukup hanya sekedar

menjalankan dengan bentuk yang lahir saja, tetapi mendirikan salat dengan

menyempurnakan rukun-rukun, wajib-wajib, syarat-syarat. Mendirikan salat harus

47 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân (Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999), h. 37.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 62/101

  62

secara batin, yaitu dengan menghadirkan hati pada-Nya, merenungi apa yang

dibaca, dan mengamalkannya, sebagaimana yang dijelaskan Allah di dalam

firmannya: ”sesungguhnya salat   mencegah perbuatan keji dan munkar,” jadi,

makna kata   صة yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî adalah salat   yang di

mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, dan mengerjakannya harus

menyempurnakan syarat-syarat, wajib-wajib, rukun-rukun dan harus

menghadirkan hati padanya dengan cara merenungi apa yang dibaca (khusyu).”48 

Berdasarkan penjelasan kata salat  di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi

Tafsîr Kalâm al-Mannân ataupun Tafsîr As-Sadî, kemudian Penulis menganalisis

kedua tafsir tersebut, kedua tafsir menerjemahkan kata   صة secara harfiyah,

maksudnya menerjemahkan sudah jelas, yaitu menerjemahkannya secara harfiyah,

yaitu semua kata-kata yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr

Kalâm al-Mannân langsung diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran yang

terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî. Dalam penjelasan pada kata ةص tersebut dapat

dipahami oleh pembaca, karena salat  adalah kegiatan yang selalu dilakukan oleh

orang-orang khususnya bagi Agama Islam.

2.  Kata خ 

 48 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî   (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006),

Cet. 1. h. 65.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 63/101

  63

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu." (QS. Al-

Baqarah [2]: 45).

Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim (musytarak

lafzi), yaitu pada kata “خ“ berikut penjelasannya di bawah ini:

Penulis melihat makna kata خ di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit  yaitu:

"خ:خ.-خ .- ص خ .- ر  آر . "49  

Jadi, makna خ  berarti: (1) takut; (2) merendahkan diri; (3) tuduk; (4)

mengecilkan suara; (5) melempar pandangan (memperhatikan/ fokus).

Penulis melihat makna “خ“ di dalam Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-

 Asasî , di antaranya:

"خ-ی)(وخ:س و خ. ص   . : وص  خ

 .  : )  "50ح آی:  خ دون  

Jadi, kata خ berarti : (1) takut (tunduk, khusyu ketika salat); (2)

menunduk; (3) menahan pandangan (menghormati orang yang lebih tinggi

statusnya). 

Penulis melihat makna kata خ di dalam Kamus Hans Wehr yang berarti:

(1) to be submissive (menjadi patuh, suka mengalah); (2) to be humble (merendah,

remeh, hina); (3) to fade voice (memudar, luntur, menghilang).51 

49 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit  (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 235.50  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: Departemen

Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003), h. 396.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 64/101

  64

  Berdasarkan berbeda-beda makna pada kata خ  tersebut, Penulis

membuktikan bahwa makna-makna خ

  berbeda-beda pengertiannya, maka

Penulis melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia kata خ yang bermakna “patuh”

(taat, disiplin).52  Kata خ  bermakna “suka mengalah” (suka mengaku kalah

dengan sengaja kalah, tidak mempertahankan pendapat.53  Kata خ  bermakna

“remeh” (tidak penting, tidak berharga, kecil). Kata خ  bermakna “hina”

(rendah kedudukannya, keji, tercela, tidak baik).

54

 Kata خ

 makna “memudar”

(menjadi pudar, menyuramkan, membuyarkan.)55  berdasarkan berbeda makna

tersebut, tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus langsung dapat

digunakan dalam menerjemahkan.

Penulis tidak menemukan ayat atau surah yang terdapat kata خ, selain

pada suarh al-Baqarah ayat 45 ini, oleh karena itu Penulis tidak dapat

mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata خ.

Kata خ dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân sebagai berikut:

) ( : ش)یشى  إ( خ  س ن,  ن ع

ب رص ح ی  ف,وخ,  ورء

 51  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire du

Liban, 1980), h. 278.52  Tim Penyusun  Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 654

53  Ibid ., h. 740.

54  Ibid ., 308.55  Ibid ., 14.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 65/101

  65

آ ی  , ی   د  ن,  ص شء  صرت وإذ

ه عخ: نس نو    یی ذ و ,خع وإین,وإنر

 و

56  

Berdasarkan kalimat di atas tersebut, Penulis melihat penjelasan di atas

diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sadî yang terdapat pasa surah al-Baqarah ayat

45 di atas, yatu “melaksanakan salat  harus dengan khusyu, karena khusyu sangat

sulit dilakukan bagi manusia, kecuali bagi mereka yang takut kepada Allah,

khusyu  mengharuskan adanya realisasi perbuatan dengan lapang dada, demi

mencari pahala dan takut dari hukuman.57 Khusyu’ adalah ketundukan hati, dan

ketenangannya karena Allah serta pasrah dihadapan-Nya dengan segala hina,

butuh dan iman kepada-Nya dan kepada pertemuan dengan-Nya.”58 

Penulis melihat penjelasan surah al-Baqarah ayat 45 di dalam Tafsîr al-

Misbah bahwa kata خ  di dala ayat tersebut adalah “orang-orang yang yang

menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa

tenang dalam menghadapi ketentuan Alla, serta selalu mengharapkan kesudahan

yang baik.59  Dijelaskan bahwa kata خ  ditegaskan mereka bukan orang yang

terperdaya oleh rayuan nafsu, mereka adalah yang mempersiapkan dirinya untuk

menerima dan mengamalkan kebajikan, lebih ditegaskan lagi kata خ  di sini

adalah mereka yang takut, lagi mengarahkan pandangannya kepada kesudahan

56 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân (Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999), h. 47.57 Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006), Cet. 1.

h. 118.58  Ibid., h. 119.59 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 182.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 66/101

  66

segala sesuatu, sehingga dengan demikian mudah baginya meminta bantuan

dengan sabar yang membutuhkan penekanna gejolak nafsu dan mudah bagi orang

yang khusyu malaksanakan salat karena merupakan kewajiban ini mengharuskan

disiplin waktu dan kesucian jasmani, meskipun sedang melakukan segala macam

kesinukan. Demikian Thahir ibn ‘Âsyur.

Ayat ini, bukan tidak membatasi kekhusyuan hanya dalam  salat , tetapi

menyangkut segala aktivitas manusia. Khusyu dalam salat menuntut manusia

untuk menghadirkan kebesaran dan keagungan Alla, sekaligus kelemahan

manusia sebagai makhluknya. Puncak khusyu di sini adalah ketundukan dan

kepatuhan seluruh anggota tubuhdalam keadaan pikiran dan bisiskan hati secara

keseluruhan menuju kehadirat ilahi, tetapi ada peringkat-peringkat terendah

adalah sekedar pengamalan yang tulus kepada-nya, walau diselingi oleh pikiran

yang melayang kepada hal-hal yang tidak bersifat negatif. Nabi Muhammad Sa,

ketika salat, beliau masih mendengar suara tangis anaknya, sehingga beliau

mempersingkat waktu salatnya, di lain waktu beliau memperlama sujudnya,

karena cucu beliau anak Fatimah dan Ali ibn Abi Talib –menunggang pundak

beliau-, ketika sedang salat. Jadi, kekhusyuan tidak selalu berarti hilangnya segala

ingatan, kecuali kepada Allah Swt.60 

Dengan demikian kata خ  mengandung makna homonim (musytarak

lafzi), karena memiliki makna yang berbeda-beda di dalam kamus, tapi dalam

menerjemahkna tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus dapat

langsung digunakan dalam menerjemahkan suatu kata, karena hasil terjemahnya

60  Ibid., h. 183.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 67/101

  67

akan terlihat kau, dan kadang tidak sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan

oleh pengarang asli.

Tafsîr As-Sa’dî menerjemahkan kata خ  secara leksikal, yaitu

menerjemahkan sesuai dengan makna yang terdapat di dalam kamus, dan jelas

dalam hal ini khusyu yang dimaksud di sini adalah tunduk yaitu tingkat keimanan

yang sangat tinggi. Meskipun menerjemahkannya dengan makna “khusyu”, tapi

tidak membuat pembaca bingung dalam memahami terjemahannya. Ayat di atas,

lebih menekannkan pada seseorang yang melaksnakan “salat malam,” dalam

salatnya mereka menangis karena terlalu khusyu dan tunduk kepada Allah.

3.  Kata و 

 

“Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap di

situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah MahaLuas (rahmat-Nya) lagi

MahaMengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 115).

Penulis menemukan kata yang mengandung makna hmonim (musytarak

lafzi) pada kata و . Penulis melihat makna kata tersebut di dalam Al-Mu’jam al-

Wasit , yaitu:

" و) : .(ضو و .-) :ی(و: ".61  

61 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit  (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 1013.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 68/101

  68

  Jadi, kata و berarti: (1) wajah (bagian anggota tubuh);(2) nampak (jelas/

kelihatan); (3) kedatangan.

Penulis melihat makna kata و di dalam  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî

al-Asâsî  yaitu:

" و:یأ  و  ون .س  " .62  

Jadi, kata  و  berarti: (1)wajah (bagian anggota tubuh); (2) pemimpin

suatu kaum; (3) nampak.Penulis juga melihat makna tersebut di dalam Kamus Hans Wehr, kata

tersebut bermakna (1) face (wajah); (2) façade (tampak); (3) surface (permukaan);

(4) dail (memutar); (5)  purpose (tujuan); (6) side (bagian); (7) objective (tujuan,

sasaran); (8) way (jalan).63 

Penulis menemukan ayat-ayat yang terdapat kata  و  di antaranya: (1)

Surah al-Baqarah ayat 149; (2) Surah ar-Rûm ayat 30.

Penulis mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata  و sesuai dengan

makna yang terdapat di dalamnya.

Kata و  yang bermakna "menghadap" yaitu:

1. Surah al-Baqarah: 149⌧

☺ “Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram...”

62  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: DepartemenPendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003),  h. 1294.

63  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire duLiban, 1980), h. 486.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 69/101

  69

  Berdasarkan ayat di atas, kata  و  diterjemahkan dengan ”menghadap”,

dengan melihat kata sebelumnya yaitu kata yang menjadi penjelas

makna kata     selain itu juga

menerjemahknanya harus melihat kalimat”dari mana saja kamu keluar” sehingga

maka yang dimaksud di sini adalah menghadap kiblat ketika melaksanakan salat .

Hal ini menjelaskan bahwa dalam memahami makna kata  و  dapat

menggunakan penerjemahan semantik, yaitu dengan bahasa tersirat dari kata و tersebut adalah menghadap.64 

Berkaitan dengan kata و yang terdapat pada ayat di atas, ayat ini ditutup

dengan peringatan halus kepada siapapun, baik orang Yahudi, maupun Munafik

“Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan, untuk lebih

menekankan dan menghilangkan kesalah pahaman yang dapat ditimbulkan dari

ayat 149, maka ayat 150 ini mengulani perintah ayat 194 yaitu ”maka

palingkanlah wajah-wajahmu ke arahnya”, dengan demikian ayat ini mencakup

semua tempat dan keadaan, dari mana saja engkau keluar wahai Muhammad dan

umatnya dari Madinah menuju Makkah atau kemana saja, maka arahkan wajahmu

ke Kiblat. 65 

Kata و

 yang bermakna "tegakkan" yaitu:

1. Surah ar-Rûm ayat 30

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah...” 

64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 356.65  Ibid., h. 357.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 70/101

  70

  Maksud dari ayat di atas, yaitu manusia diciptakan Allah mempunyai

naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid,

maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran

pengaruh lingkungan.

Berdasarkan ayat di atas, Penulis melihat penjelasan di dalam Tafsîr Al-

 Azhar  yang berarti”tegakkanlah wajahmu,” maksudnya tetap berjalan di atas jalan

agama yang telah dijadikan syari’at oleh Allah untuk manusia. Agama itu adala

agama yang lurus, tidak membelok ke kiri ataupun ke kanan. Agama disebut juga

dengan “hanif” yang disebut juga dengan agama Nabi Ibrahim, bahkan dijelaskan

bahwa yang ditegakkan oleh Muhammad sekarang ini, sesudah banyak

diselewengkan dari tujuan semula oleh anak cucunya, baik anak cucu keturunan

bani israil lalu mereka beri nama Yahudi, kemudiaan mereka menyelewengkan

kagi dengan memesukkan ajaran mythos  agama-agama kuno “trimurti” atau

“trinitas.”66 

Penulis juga melihat penjelasan ayat tersebut di dalam Tafsîr al-Misbâh.

Kata و diterjemahkan dengan makna ”hadapkanlah wajah”, maksudnya adalah

perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri

kepada Allah, secara sempurna, karena selama ini kaum Muslimin apalagi Nabi

Muhammad Saw telah menghadapkan wajahnya kepada tuntunan agama-Nya.

Maksudnya mengikuti semua perintah Allah yang terdapat di dalam agama Islam.

Berdasarkan hal itu, perintah di atas tersirat juga perintah tidak menghiraukan

gangguan kaum Musyrikin yang ketika turun ayat ini di makkah, makna tersirat

66 Hamka, Tafsîr Al-Azhar  (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1984), h. 77.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 71/101

  71

itu dipahami dari redaksi ayat di atas yang memerintahkan untuk menghadapkan

wajah. 67Hal ini memerintahkan kita untuk selalu berjalan normal di jalan Allah

sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.68 

Kata و dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân sebagai berikut:

"وح,س   , رخ ر," ثإ   ,

    ,أو و  ,هو-- س و 

و ,وس ,و س " آن,و ت

"  ,  ر ,69 

Penulis melihat penjelasan di atas, di dalam Tafsîr As-Sa’dî ,

menerjemahkan makna kalimat tersebut, secara harfiyah, yaitu semua kata-kata

yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân 

langsung diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sa’dî . Penjelasan ayat di bawah ini:

 

"di situlah wajah Allah, sesungguhnya Allah MahaLuas (rahmat-Nya) lagi

MahaMengetahui."

Di dalam Tafsîr As-Sa’dî  Ayat tersebut dijelaskan bahwa merupakan dalil

tentang penetapan akan wajah Allah, hal ini menunjukkan bahwa Tafsîr As-Sa’dî

67  Ibid., h. 52.68 

 Ibid., h. 43.69 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân (Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999), h. 59.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 72/101

  72

dalam menerjemahkan kata و  di dalam ayat ini sangat tidak pas, karena apabila

orang awam yang membacanya akan menjadi bingung, karena mereka akan

beranggapan Allah memiliki wajah seperti manusia biasa, padahal dalam ayat

tersebut maksud dari kata  و ”kekuasaan Allah”, maka di manapun manusia

berada Allah pasti ada dan maha melihat apa yang manusia lakukan. Dalam

menerjemahkan sebuah kata, Penerjemah harus pintar dalam mengambil makna

dari suatu kata, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima pembaca

dengan baik.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa kata  و  memiliki makna “wajah

(bagian dari anggota tubuh), menghadap, tujuan, nampak (jelas, kelihatan),

pemimpin, kedatangan.

B. 

Kata-kata yang Mengandung Makna Homonim (musytarak lafzi),

yang Berkaitan dengan “Peringatan Allah terhadap nikmat” di antaranya:

1. 

Kata  ضب

...

⌧☺

... 

"Ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat

kemurkaan dari Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 61).

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 73/101

  73

  Berdasarkan ayat tersebut, Penulis menemukan kata-kata yang

menhandung makna homonim (mustarak lafzi), yaitu kata ض

Penulis melihat

makna kata tersebut di dalam Al-Mu’jam al-Wasit  yaitu:

"ض:.- :ن.-یإ  ".70  

Jadi, kata  ضب berarti: (1) merubah; (2) melimpahkan; (3)mewajibkan.

Penulis melihat makna kata ض di dalam  Al-Mu’jam al-Lughah al-

 Arabî al-Asasî  yaitu:

"ض: .أ و هذ.أ.وأ. ."71  

Jadi, kata ; berarti: (1) mengubah; (2) meleburkan; (3) membunyikanضب

(4) memecahkan rekor; (5) mewajibkan; (6) menyetempel; (7) menghapus; (8)

pergi dan menjauh; (9) meletakkan; (10) membuka; (11) mengetik; (12)

menentukan.

Penulis juga melihat kata  di dalam Kamus Hans Wehr, berarti: (1)ضب

beating (kekalahan, hukuman dera); (2) striking (cantik, elok); (3) hitting rapping

(memukul); (4) shooting (mengetuk, melempar). 72 

Penulis hanya menemukan satu surah yang terdapat kata  ضب yaitu:

surah al-Hajj ayat 73 yang bermakna "dibuat" berikut ini Penulis akan

menjelaskan ayat yang terdapat pada kata ض

, yaitu:

 70 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit  (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 536.71  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: Departemen

Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003), h. 767.72  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire du

Liban, 1980), h. 538.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 74/101

  74

☺...”Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu

perumpamaan itu.”

Berdasarkan ayat di atas bahwa kata   Penulis  melihat

penjelasannya di dalam Tafsîr al-Misbâh bahwa ayat tersebut diterjemahkan”hai

manusia kususnya kaum Musyrikin”, telah dibuat suatu perumpamaan yakini

Kami (Allah) yang akan menampakkan suatu yang aneh di depan kalian maka

dengarkanlah perumpamaan itu.73Kata   diambil dari kata (duriba)

yang terambil dari bentuk pasif atau dalam bahasa Arab disebut fi’il majhul. Ayat

ini berbeda dengan ayat-ayat lain yang menyebutkan pelakunya. Pelaku itu

terkadang Allah dan terkadang manusia.74Jika memahami pelaku  

adalah Allah, maka maknanya lebih kurang seperti yang dijelaskan sebelumnya,

 jika memahaminya pelakunya orang-orang musyrik, maka mereka menjadikan

berhala-berhala mereka serupa dengan Allah, sehingga merekamenyembah para

berhalanya itu.

Penjelasan di dalam Tafsîr Al-Azhar, Kata  dijelaskan bahwa

“orang-orang yang beriman dapat mempertebal imannya apabila ia mendengar

perumpamaan itu, suatu perumpamaan bagi orang yang berakal agar mempercepat

memahami sesuatu” “sesungguhnya orang-orang yang menyeru kepada selain

Allah,” berdasarkan penjelasan tersebut bahwa tidak ada yang dapat membuat

perumpamaan selain Allah, maka hanya Allah yang patut disembah, karena Dia

MahaMenguasai semua yang ada di langit dan di bumi.75 

Penulis melihat makna kata "ض" di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman

 fi Tafsîr Kalâm al-Mannân yang terdapat pada surah al-Baqarah ayat 61 di bawah

ini:

73 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 125.

74 Ibid., h. 126.75 Hamka, Tafsîr Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas), h. 210.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 75/101

  75

⌧☺

…76 

"Ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat

kemurkaan dari Allah."

Penulis melihat penjelasan Ayat di atas, di dalam Tafsîr As-Sa’dî yaitu

“lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista.”77  Ayat tersebut menceritaka kisah

Nabi Musa yang bosan terhadap nikmat yang telah ada padanya, dan mereka telah

menghina Allah, mereka tidak sabar karena hanya diberi satu jenis makanan,

walaupun sebenarnya mereka diberi banyak nikmat, hal ini menunjukkan bahwa

mereka akan ditimpahkan  nista yang terlihat pada tubuh mereka dan kehinaan

pada hati mereka, hingga diri mereka tidaklah mulia. Berdasarkan penjelasan dari

kedua tafsir tersebut kata  ضب diterjemahkan komunikatif, dengan

menambahkan imbuhan di. Pada ayat di atas, kata  diterjemahkan denganضب

memberikan imbuhan di+kata kerja, karena menggunakan  fiil majhul  dan

diterjemahkan dengan cara dipasifkan, jadi kedua tafsir tersebut sudah benar

dalam menerjemahkan makna kata , sehingga pembaca dapat memahamiضب

makna yang dimaksud.

Penulis melihat makna kata di dalamضب Tafsîr al-Misbah  pada surah

al-Baqarah ayat 61, dijelaskan seperti penjelasan yang terdapat di dalam Tafsîr

76 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannân (Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999), h. 49.77  Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Tafsîr As-Sa’dî , (Jakarta: Pustaka Sahifa,

2006), Cet. 1. h. 128.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 76/101

  76

 As-Sa’dî , yaitu bentuk tidak syukur yang dilakukan oleh Nabi musa dan

Pengikutnya, maka kata ضب di dalam Tafsir ini juga diterjemahklan dengan

makna “ditimpahkan”.78 

Penulis memberikan contoh kalimat yang terdapat kata . Kataضب  ضب

yang bermakna mengubah, contohnya: "  حأ   "ضب kalimat tersebut

bermakna “Ahmad merubah atau merenovasi rumah.” Kata  ضب bermakna

menghapus, contohnya   "ی رة" kalimat tersebut bermakna“dia (sedang)

menghapus papan tulis.” Berdasarkan cotoh tersebut kata ض  menggunakan

kata ی. Kata  ضب bermakna menyetempel, contohnya: "أح  ب

  ص"  kalimat tersebut bermakna “Ahmad menyetempel tek-teks.” Kata

: mengandung makna membuka, contohnyaضب "   ص ب ,"ضب

makna kalimat tersebut “Ali membuka buku  fikih.” Kata ضب bermakna

memecah rekor , contohnya "     "ضب kalimat tersebut

bemakna “Ali memecahkan rekor pada sebuah perlombaan.” Kata ض

bermakna membunyikan, contohnya س"    "ضب kalimat tersebut “Ali

membunyikan bel.” Kata  ضب bermakna mewajibkan, contohnya:  "ضب

 ب" ن ی kalimat tersebut bermakna “Usman diwajibkan

untuk membawa buku.”

Berdasarkan contoh-contoh pada kalimat yang terdapat pada kata  ضب

mengandung makna homonim, karena memiliki makna yang banyak, dan

78 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 212.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 77/101

  77

penggunaan makna tersebut sesuai dengan kalimat, jadi menerjemakan kata

"ض"  harus sesuai dengan kalimat atau kontek yang terdapat di dalam sebuah

teks.

C. 

Kata-kata yang Mengandung Makna Homonim (Musytarak Lafzi),

yang Berkaitan dengan “Menetapkan Hukum Kenegaraan, di antaranya:

1). Kata  ل

⌧⌧⌧

"Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat

menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan..."

(QS. Al-baqarah [2]: 123).

Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim (musytarak

lafzi) yaitu pada kata  ل

Penulis malihat makna kata di dalam Al-Mu’jam al-Wasit  yaitu:

"-)(و:.ی:ی :ح.- إ:ر.-أ

,  د, :سإ.-:ح. ر. إ یر: ".79 

Jadi, kata ل berarti: (1) keadilan; (2) kembali; (3) hukum keadilan; (4)

hikmah; (5) keputusan; (6) condong (cenderung).

79 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 588.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 78/101

  78

  Penulis melihat makna kata  di dalamل  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî

al-Asasî  sebagai berikut:

":ض . : س, أ)    رأی.( ل .".80ل  

Jadi, kata  bermakna: (1) keadilan; (2) ketetapan; (3) menegakkan; (4)ل

bermusyawarah (tidak berat sebelah); (5) undang-undang.

Penulis mencari makna kata tersebut di dalam Kamus Hans Wehr , berarti:

(1) straightness (keanehan); (2)  fair (adil); (3) honesty (ketulusan/ kejujuran).81 

Ayat-ayat yang terdapat kata . di antarnya: (1) Surah an-Nisâ ayat 58ل

(2) Surah an-Nahl ayat 76.82 

Penulis mengelompokkan makna yang terdapat di dalam kata  sesuai

dengan makna yang terkandung di dalamnya, kata  ل bermakna "adil/

keadilan".

1. Surah an-Nahl: 76

“…samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan,”

Penulis melihat penjelasan ayat tersebut di dalam Tafsîr Al-Misbah, ayat di atas

membandingkan antara Kafir dan Muslim, dengan menyatakan dan di samping

itu perumpamaan yang ada pada ayat sebelumnya Allah membuat suatu

perumpamaan, dua orang yang salah satu di antara keduanya bisu sejak

kelahirannya, tidak dapat berbuat sesuatupun karena dia tidak dapat memberi dan

80  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: DepartemenPendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003),  h. 725.

81  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire duLiban, 1980), h. 697.

82 Azharuddin Salih, Indeks Al-quran (Bandung: Mizan, 1994), h. 3.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 79/101

  79

menerima infomasi atau pemahaman, dengan demikian dia menjadi beban atas

penaggungannya, dia tidak dapat memberika suatu kebajikanpun, yakni tidak

memenuhi, bahkan tidak dpat melakukan apa yang diharapkan darinya. Maka

samakah orang itu dengan orang yang bijaksanadalam ucapan dan tindakannya,

tidak menjadi beban bagi siapapun, bahkan mampu menyuruh untuk melakukan

keadilan dan menetapkan sesuatupada tempatnya., saat yang sama yang

bersangkutan tidak hanya pandai menyuruh, tapi juga berada di atas jalan yang

lurus, sehingga mampu melaksanakan yang baik dan bermanfaat dan

meninggalkan yang buruk dan berbahaya.83 

2. Surah an-Nisâ: 58

…☺

“...dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil.”

Maksud ayat di atas, Allah memerintahkan manusia untuk menegakkan

keadilan dalam menjalankan hukum dan tidak berat sebelah.

Berdasarkan pengelompokkan di atas bahwa kata  mengandung maknaل

homonim (musytarak lafzi), karena memiliki makna lebih dari satu.

Kata  dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâmل

al-Mannân  dan Tafsîr As-Sa'dî   dengan makna “tebusan”. Hal ini menujukkan

bahwa Tafsîr As-Sa'dî  menerjemahkan kata  secara bebas dengan bahasa yangل

83 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 300.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 80/101

  80

komunikatif dengan tetap mementingkan Bsu, dan dengan bahasa yang mudah

dipahami pembaca. Karena menerjemahkan banyak memiliki metode, jadi harus

pandai dalam menggunakan makna kata dalam menerjemahkanKedua tafsir

tersebut Menerjemahkannya dengan cara melihat kalimat sebelumnya yaitu kata

"وی"... , maksudnya “takutlah kamu kepada suatu hari yang pada waktu

seseorang tidak dapat menggantikan orang lain sedikitpun…” Penjelasannya

yaitu: orang yang telah diberi Kitab, tapi mereka ingkar”.84 

Berdasarkan penjelasan di dalam kedua tafsir tersebut, bahwa kedua tafsir

tersebut tidak menerjemahkan kata  ل dengan makna yang terdapat di dalam

kamus. Tetapi secara maknawiyah, tujuannya agar pesan dapat diterima oleh

pembaca dengan baik. Berdasarkan pengelompokkan yang telah Penulis lakukan

terhadap makna pada kata ,ل kata tersebut mempunyai makna lebih dari satu,.

Penulis melihat penjelasan ayat etrsebut di dalam Tafsîr Al-Misbah, pada

ayat tersebut kata   juga diterjemahkan dengan makna “tebusan”, kataل  diل

dahulukan oleh kata⌧⌧ disebut sesudahnya, karena pada ayat

ini membicarakan tentang dua orang yang, ada yang menebus dan ada pula yang

ditebus. Ada yang menerima dan ada yang yang memberi. Pada surah al-Baqarah

ayat 123 sangat berkaitan dengan ayat 48 yang membicarakan tentang jiwa yang

bermaksud memberikan safa’at, sehingga tidak wajar jika safa’at di dahuluka

dengan menyatakan, kalau safa’at tigak diterima, maka saat orang yang

84 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî   (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006),Cet. 1. h. 191.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 81/101

  81

memberikan safa’at itu mengajukan alternatif lain, yaitu membayar tebusan. Saat

itu, sekali lagi dikatakan kepadanaya “tidak ada tebusan”.85 

Pada ayat 123 di atas, yang mendahulukan kata tebusan “berbicara tentang

 jiwa yang ingin ditolong diberi safaat” dan yang bersangkutan bergelimang dosa,

mereka untuk menghindari siksa ia menyatakan kesediaan untuk membayar

tebusan, bahwa tidak ada yang menerima tebusan dan tidak ada yang memberi

tebusan. Karena semua tergantung amal ibada dari masing-masing orang. Maka

tidak berguna safaat. Demikianlah terlihat masing-masing ayat menyesuaikan

susunan kata-kayta nya sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Degan

membandingkan kedua ayat tersebut. Terlihat jelas, pada pada akhir ayat –ayat

tentang Ahli Kitab dalam selaan kelompok ayat-ayat di atas, ditutup sebagaimana

awalnya dimulai, dan di akhir ayat ini mengajak Yahudi untuk mengingat nikmat

Allah serta takut akan siksa-Nya.86 

2. Kata رءوس  

"...Maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika

kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu

tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah [2]: 279).

Berdasarkan penggalan ayat di atas. Penulis menemukan kata yang

berpotensial mengandung makna polisemi yaitu pada kata رءوس  

85 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 313.86  Ibid., h. 314.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 82/101

  82

  Penulis melihat makna pada kata رءوس   di dalam  Al-Mu’jam al-Wasit

diantaranya:

یأو:   رأ.. س.-أ:شآ"رأ")" (رءو"

.-ی:أر :ند خؤر".87  

Jadi, kata رءوس  berarti: (1) kepala (bagian tubuh ayag terletak di atas),

kekuasaan tertinggi; (2) pemimpin; (3) bulan pemulaan tahun.

Penulis melihat makna kataرءوس   di dalam  Al-Mu’jam al-Lughah al-

 Arabî al-Asâsî yaitu:

. رأأسس .( رأ() نرأ( أ:رأ")" (رءو"

رأ:  .  : نآأ  . رأس

   ".88ء

Jadi, kataرءوس  berarti: (1) pemimpin; (2) kepala (bagian anggota tubuh

yang teletak di atas) puncak gunung; (3) tanjung harapan; (4) puncak kebaikan;

(5) dasar-dasar kepemimpinan; (6) modal pokok.

Penulis juga melihat makna kata tersebut di dalam Kamus Hans Wehr,

kata رءوس   berarti: (1) head (kepala bagian tubuh atau kepala pimpinan); (2)

leader (pemimpin); (3) beginning (mulai).89 

87 Ibrahim Anîs , Al-Mu’jam al-Wasit (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972), h. 319.88  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: Departemen

Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003), h. 493.89  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire du

Liban, 1980), h. 317.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 83/101

  83

  Ayat-ayat yang tedapat kata رءوس  hanya terdapat pada Surah al-Fat ayat

27.

Kata رءوس  yang bermakna "kepala( anggota tubuh manusia)" yaitu:

1. Surah al-Fat ayat 27

…☺

 ...

"...Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam

Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala..."

Penulis melihat penjelasan ayat tersebut i dalam Tafsîr Al-Misbah yaitu

ayat etrsebut menyuruh manusia untuk menguraikan pengetahuan Allah menyuruh

dan merinci, menyangkut segala hal. Nabi bermimpi masuk lewat pintu sebelum

perang Hudaibiyah, pada saat itu Beliau bersama sahabatnyamemasuki Baitul

Haram dan berumrah. Allah bersumpah bahwa mimpi mereka pasti akan

terwujud, yakni sesungguhnya ”Kamu wahai sahabat-sahabat nabi yang

diajaknnya ke Hudaibiyah, pasti akan memasuki al-Haram, dalam keadaan aman

sbagian dari kaum memasukinua dengan mencukur habis rambut kepala mereka.90 

Penulis melihat penjelasan kata رءوس   pada penggalan ayat berikut

dijelaskan di dalam Tasîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân yaitu:

90 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 213.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 84/101

  84

☺ 

Penggalan ayat di atas, dijelaskan di dalam Tasîr al-Karîm ar-Rahman fi

Tafsîr Kalâm al-Mannân yaitu:

)و( ه  یدخ))أن:أ"

وؤر أ)إوآی )ذ(وی"...91  .

Berdasarkan kalimat tersebut, Penulis melihat penjelasannya di dalamTafsîr As-Sa’dî   bahwa kata رءوس  di dalam Tafsîr As-Sa’dî dengan makna “ayat

di atas, adalah bukti akibat dari kebusukan riba, orang yang suka melakukan riba

adalah orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya.” Pada penggalan ayat di

bawah ini:

 

“…maka bagimu pokok hartamu..” Kataرء  di dalam penggalan ayat tersebut

diterjemahkan dengan makna  pokok ,92  hal tersebut membuktikan bahwa kedua

tafsir tersebut telah menerjemahkan kata رءوس   secara semantis, yaitu

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, meskipun tidak

menggunakan makna kata di dalam kamus. Kata رءوس  memiliki banyak makna,

oleh karena itu kataرءوس  makna homonim (musytarak lafzi).

3. Kata ح 

91 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm

al-Mannnân (Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999), h. 113.92  Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî   (Jakarta: Pustaka Sahifa,

2006), Cet. 1. h. 440.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 85/101

  85

”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab,

hikmah dan kenabian...” (QS. Ali-Imran [3]: 79).

Penulis kata menemukan kata yang mengandung makna homonim

(musytarak lafzi). yaitu pada kata ح di dalam  Al-Mu’jam al-Wasit   makna kata

tersebut di antaranya:

"ح" -ح::یح ,ح ,حو.- :

  ح".93  

Jadi, kata  ح  berarti: (1) hukum; (2) ketetapan; (3) penguasa (dictator).

Penulis melihat makna kata ح di dalam  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî

al-Asâsî yaitu:

"ح")( حأ:    .حیهری.ن  ".94  

Jadi, kata ح  berarti: (1) hukum-hukum; (2) hakim; (3) dictator; (4)

undang-undang.

Penulis juga melihat makna kata tersebut di dalam  Kamus Hans Wehr,

kata tersebut bermakna: (1)  judgment   (keputusan); (2) rule  (cara, adat dan

kebiasaan undang-undang); (3) impose (memaksa). 95 

93 Ibrahim Anîs, Al -Mu’jam al-Wasit  (Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972),  h. 190.94  Ahmad al-Aid dkk,  Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî   (Tunisia: Departemen

Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003), h. 341.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 86/101

  86

  Penulis melihat makna dari kata-kata tersebut di dalam Kamus Besar

 Bahasa Indonesia, kata ح yang mengandung bermakna keputusan artinya hasil,

pemutusan, yang telah ditetapkan, ketetapan, hasil pemeriksaan (tentang ujian).96 

Kata ح  yang bermakna cara, adat atau kebiasaan  artinya aturan-aturan yang

lazim diturut atau dilaksanakan sejak dahulu kala, kebiasaan, wujud gagasan

kebutuhan yang terdiri atas nilai-nilai budaya).97 

Kata ح  bermakna memaksa  artinya mendesak sesuatu pada, memaksa

agar seseorang mau menerima, berbuat melebihi batas kenyataan yang

sebenarnya.98 

Ayat-ayat yang terdapat pada kata ح di antaranya: (1) Surah Yusuf ayat

67. (2) Surah Maryam ayat 12.

Penulis mengelompokkan ayat-ayat sesuai dengan makna yang terkandung

di dalamnya di antaranya:

Ayat-ayat yang terdapat kata ح  yang bermakna "pengetahuan atau

kecerdasan akal"

1. Surah Maryam: 12

 

“...Penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-hamba-Nya.”

95  Hans Wehr,  A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English”  (Libraire duLiban, 1980),

96  Tim Penyusun  Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan danKebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 715.

97  Ibid ., h. 152.98  Ibid ., h. 638.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 87/101

  87

  Pada ayat di atas, kata ح berbeda-beda diterjemahkannya, para ulama

berbeda penadapat dalam menerjemahkan kata ح  di dalam Tafsîr Al-Misbah 

yaitu ada yang menerjemahkannya ”kecerdasan akal, firasat, adajuga yang

menerjemahkannya dengan”kenabian atau pengetahuan, etika pergaulan.”99 

Ayat-ayat yang terdapat kata ح yang bermakna "menetapkan keputusan"

1. Surah Yusuf: 67

……“…Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah…”

Pada ayat di atas, Allah yang berhak menentukan segala sesuatu yang akan

terjadi di dunia. Di dalam Tafsîr Al-Misbah  dijelaskan bahwa ayat tersebut

menceritakan kisah Nabi Ya'qub bahwa ia berpesan sebelum berangkat ke mesir,

dengan berpesan bahwa yang berhak menntukan keputusan hanya Allah Swt,

karena itu hanya kepada-Nya aku bertawakal.100 

Berdasarkan pengelompokkan ayat-ayat yang terdapat pada kata ح 

bahwa kata tersebut diterjemahkan di dalam Tafsir As-Sa’di  dengan makna

“hikmah-hikmah” hal ini sangat sesuai dengan makna kata ح yang terdapat di

dalam kamus. Kata tersebut sangat mudah dipahami, dalam ayat ini

memerintahkan kepada manusia untuk mentaati hukum-hukum yang telah Allah

perintahkan kepada manusia. Pada dasarnya hukum yang kekal di bumi ini adalah

hukum yang telah Allah tetapkan untuk manusia. Allah adalah seorang hakim

yang paling adil di bumi ini, maka apapun yang diperbuat manusia Allah

MahaMelihat segalanya.

99 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera hati, 2002), h. 160.100  Ibid., h. 160.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 88/101

  88

  Berdasarkan dari pengelompokkan ayat-ayat yang terdapat di atas bahwa

kata ح  mengandung makna homonym (musytarak lafzi), karena memiliki

banyak makna, dan berbeda-beda.

Kata ح  di dalam Tafsîr As-Sa’dî   dijelaskan dengan penjelasan bahwa

pada ayat ini manusia diberikan oleh Allah al-Kitab, hikmah kenabian,

maksudnya Allah memerintahkan untuk beribadah kepada Allah, para Nabi dan

malaikat serta menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan lain, karena sesungguhnya

itu merupakan bentuk kekufuran.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kedua tafsir tersebut

menerjemahkan kata ح  sudah sesuai dengan makna yang terdapat di dalam

kamus, hal ini menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan suatu kata

menerjemahkannya secara harfiyah dan lebih mementingkan Bsu daripada Bsa.

Dan menerjemahhkannya secara kata-per-kata.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 89/101

  89

BAB V 

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, Penulis dapat menggambarkan secara ringkas

penelitian yang dilakukan terhadap Tafsîr As-Sa’dî   yang dikarang oleh Syaikh

Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî.

Berdasarkan analisis yang telah Penulis lakukan pada BAB IV, Penulis

menemukan ayat-ayat yang mengandung makna homonim (musytarak lafzi), yang

terdapat di dalam surah al-Baqarah terdapat 6 kata yang mengandung makna

homonim (musytarak lafzi), sedangkan pada surah Ali-Imran terdapat 1 kata yang

mengandung makna homonim (musytarak lafzi), yang terdapat di dalam  Tafsîr

 As-Sa’dî . Ada kata-kata di dalam Tafsîr As-Sa’dî   yang diterjemahkan secara

harfiyah, di antaranya: (1) Salat ; (2) Khusyu; (3) wajhu; (4) hukmun; dan ada juga

yang yang diterjemahkan tidak secara maknawiyah  di antaranya: (1)‘adlu; (2)

ru’ûs; (3) Daraba 

Berdasarkan analisis yang telah Penulis lakukan bahwa kualitas

terjemahan ayat-ayat yang mengandung makna homonim (musytarak lafzi) yang

terdapat di dalam Tafsîr As-Sa’dî  cukup baik, tetapi ada juga kata-kata yang tidak

sesuai dengan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang nya.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 90/101

  90

B.  Saran/ rekomendasi

Penelitian yang saat ini Penulis lakukan, masih perlu dilanjutkan lagi oleh

rekan-rekan yang memang berminat membahas tentang relasi makna, khususnya

masalah homonim (musytarak lafzi) yang menganalisis kata-kata dalam ayat al-

Quran yang memiliki makna lebih dari satu. Penelitian ini sangat menarik untuk

dibahas.

Penelitian yang saat ini Penulis lakukan, hanya membahas jilid I,   Tafsîr

 As-Sa’dî  Penulis juga membatasi penelitian ini hanya membahas pada surah al-

Baqarah dan Ali-Imran saja, karena Tafsîr As-Sa’dî   ini memiliki delapan jilid

buku, oleh karena itu penelitian ini masih perlu dilanjutkan pada jilid selanjutnya,

hal ini bertujuan agar Penulis khususnya dapat mengetahui kata-kata yang

homonim (musytarak lafzi), karena setelah Penulis melakukan penelitian ini,

Penulis banyak mengetahui ayat-ayat yang homonim (musytarak lafzi).

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 91/101

  91

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattân, Mannâ Khalîl. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera

AntarNusa, 2000. Cet. 5.

Aid, Ahmad, dkk.  Al-Mu’jam Al-Lughah al-Arâbî al-Asâsî . Tunis: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 2003.

As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dî. Tafsîr As-Sa’dî . Jakarta:

Pustaka Sahifa, 2007. Cet. 2.

As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr

Kalâm al-Mannân. Riyadh: Dâr Al- Minâdi, 1999. Cet. 1.

Azra, Azyumardi. Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

2000. Cet. 8.

Artmanda W, Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media.

Ali, Tabik. Kamus Inggris Indonesia Arab. Yogyakarta: Multi Karya Grafika,

2003. Cet. 1.

Anis, Ibrahim, dkk. Al-Mu’jam al-Wasith. Dârul Ma’arif Mesir: Kairo, 1972.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,

1995.

_ _ _ _ _. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. Semantik I . Bandung: Refika Aditama, 1999.

Hanafi, Nurachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Flores: Nusa Indah, 1986.

Cet.1.

Hamka, Tafsîr Al-Azhar . Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 92/101

  92

Hasan, Muhammad Ali, dan Nawawi, Rif'at Syauqi. Pengantar Imu Tafsîr .

Jakarta: Bulan Bintang, 1988. Cet.1.

Hidayatullah, M. Syarif.  Diktat Teori dan Permasalahan Arab-Indonesia. 2006.

Hidayah, Muzakkirah. Fiqh al-Lughah al-Arabiyah. Jakarta, 1993.

Kerap, Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1969.

_ _ _ _ _ _ _ _ . Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1989.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1996. Cet. 2. 

_ _ _ _ _ _ _ _Kamus Linguistik . Jakarta: Gramedia pustaka Utama, 1993. Cet. 3.

Kushartanti, Untung Yuwono, Mu’tamia RMT Lauder. Pesona Bahasa. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Muhsin, Amina Wadud. Wanita di dalam Al-Quran. Bandung: Pustaka, 1994. Cet.

1.

Mujâhid, Abdul Karîm. Ad-Dilâlah al-Lughawiyah 'Inda al-Arab. Jakarta.

Parera, J. D. Teori Semantik . Jakarta: Erlangga, 2004. Cet. 2.

Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Cet. 1.

Salim, Abdul Malik Kamal bin As-Sayyid.  Ensiklopedi Fikih Wanita. Bogor:

Pustaka Ibnu Katsir, 2007.

Salîh, Azharuddin, Indeks Al-Quran. Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1996.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _Tafsîr Al-Misbah. Jakarta: Lentera hati, 2002.

Shihabuddîn, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung:

Humaniora, 2005.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 93/101

  93

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

1989.

'Umar, Ahmad Mukhtâr.  Ilmu Ad-Dilâlah. Kuwait: Maktabah Dâr al-Arâbiyah,

1982.

Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1994. Cet. 4.

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zuhdi Amin. Bekasi, 7 Mei 2009.

Wawancara Pribadi dengan Abdurrahman Nuryaman. Bekasi, 7 Mei 2009.

W. Frista Armanda. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media.

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 94/101

  94

 Lampiran 3

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 95/101

  95

 Lampiran 4

Hasil Wawancara dengan Abdurrahman Nuryaman, Lc. (Editor), di Pustaka

Sahifa, pada 7 Mei 2009, pukul: 14:30 WIB

+ Anda lahir pada tanggal, bulan dan tahun berapa ?

- Saya lahir pada 31 Desember 1969

+ Anda berasal dari mana ?

+Saya berasal dari Lombok

+ Anda lulus dari sekolah mana dan universitas mana ?

- Saya sekolah di Pondok-Pesantren Nurul Hakim, selama enam tahun, lalu Saya

kuliah di LIPIA Jakarta, selama tiga tahun yang merupakan cabang  Jâmiatul

 Imam, jurusan I’dad al-Lughawiyah dan at-Tatmili di Saudi Arabia. Pada tahun

1993, Saya direkrut oleh Yayasan al-Sofwa al-Islamiyah, yang merupakan

lembaga Dakwah Islamiyah, yaitu induk dari penerbit Pustaka Sahifa, selama

saya tinggal di Bekasi Saya sempat menjadi Imam di salah satu masjid yang

bernama “Al-Furqân,” Saya juga sempat menangani Pondok-Pesantren “Al-

Amin,” yang berada di Bogor. Pada tahun 1998 Saya bekerja di Madinah, dan

sesekali waktu Saya sempat mendengarkan pengajian ulama besar di Masjid

Nabawi.

+ Sejak kapan Anda mulai melakukan kegiatan murâja’ah atau mengedit ?

- Saya mulai mengedit, sejak setelah masuk di penerbit Dârul Haq atau pustaka

Sahifa, sekitar tiga tahun lalu yaitu sekitar tahun 2007.

+ Berapa banyak buku yang sudah Anda edit hingga saat Tafsîr As-Sa’dî  ini ?

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 96/101

  96

- Sudah terlalu banyak dan tidak dapat Saya hitung, karena setiap waktu atau hari,

tanggung jawab dan pekerjaan Saya adalah mengedit sebuh naskah.

+ Apa kesulitan Anda dalam mengedit sebuh buku ?

- yang paling pentinng dalam mengedit adalah membahasakan sebuah naskah

menjadi bahasa yang paling mudah dimengerti, sehingga buku yang terbit dapat

dinikmati dan diambil manfaatnya oleh semua kalangan, maksudnya Kami

penerjemah dan editor mengalami kesilitan yaitu dari seorang penerjemah

kepada penerjemah lainnya, atau dari satu naskah ke naskah lainnya yaitu

apabila suatu naskah memiliki bahasa Arab yang kuat dan sulit, maka bahasa

Indonesianya juga menjadi sulit, sehingga tugas Kami adalah merubah bahasa

tersebut menjadi bahasa yang mudah dimengerti oleh orang awam sekalipun

insyaallah dapat memahami.

+ Apakah ada waktu khusus yang Anda siapkan untuk mengedit ?

- Tidak ada waktu khusus, karena di Pustaka Sahifa mulai bekerja dari jam 08:15-

17-00, mulai dari hari Senin-Jumat. Setiap hari tugas atau pekerjan Saya adalah

mengedit naskah, dan tentu ada hal-hal lain yang perlu Kami tangani atau

kerjakan, seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan, mengoreksi, dan membuat

surat yang diajukan oleh konsumen (pembaca) dan hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan kantor.

+ Metode apa yang Anda gunakan dalam mengedit sebuah buku ?

- Metode yang Kami (Pustaka Sahifa) gunakan dalam mengedit sebuah buku

yaitu, apabila telah menerima sebuah naskah dari penerjemah, lalu Kami edit

lagi hasil terjemahanya, karena Editor tidak menyerahkan sepenuhnya tanggung

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 97/101

  97

 jawab ilmiah atau kebenaran terjemahan kepada seorang penerjemah, karena

kami akan melakukan setting berdasarkan setting standar buku di Pustaka

Sahifa, lalu Kami mencetak, lalu kami edit lagi kata-perkata, baik dari segi

keshahihan terjemahannya, lalu Kami membandingkan dengan buku aslinya dari

segi kata-per-kata dan Kami mencocokan kata-kata standar yang telah Kami

bakukan di Pustaka Sahifa ini. Tanggung jawab sebuah buku yaitu apabila ada

kata dalam tafsir ada sesuatu yang tidak jelas atau ada kata-kata yang

mengandung syubhat , maka Kami memberikan catatan kaki agar pembaca dapat

memahami tafsir dengan baik.

+ Apa alasan Anda untuk menerbitkan Tafsîr As-Sa’dî  ini ?

- alasan Kami (Pustaka Sahifa) menerbitkan Tafsîr As-Sa’dî   ini yaitu, (1) tafsir

adalah tafsir yang paling ringkas yang ada di dunia Islam, sekaligus tafsir yang

paling selamat dari unsur-unsur tangan manusia atau penafsiran yang tidak

bertanggung jawab, tafsir ini sangat dekat dengan “ Manhâj Salafu Salîh.” (2)

Penulis yaitu, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî adalah seorang ulama

besar, yang memiliki akidah yang lurus, yang benar berdasarkan “Ahli Sunah

wal Jamaah as-Slafu Saleh.” (3) tafsir ini memang diajukan oleh pimpinan atau

direktur Darul Haq atau Pustaka Sahifa, karena Kami menganggap tafsir ini

tafsir yang paling ringkas, padat makna yang belum pernah dimiliki oleh orang lain.

+ Menurut Anda, cara mengedit yang baik seperti apa ?

- Kami (Pustaka sahifa) dalam mengedit mengesampingkan bahasa yang baik,

bagus, karena yang paling penting dalam mengedit adalah tanggung jawab

ilmiah yaitu benar atau tidaknya suatu hasil terjemah, jangan sampai bahasa

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 98/101

  98

yang bagus, dengan istilah-istilah memukau, tetapi terjemahannya melenceng

(keluar) dari pesan yang diinginkan (dimaksud) Penulis.

+ Apakah Anda mendiskusikan hasil murâja’ah yang telah Anda lakukan kepada

ahli ?

- Saya tidak mendiskusikan hasil murâja’ah  yang telah Saya lakukan kepada

ahlinya, tetapi apabila ada kesulitan ilmiah dan sebagainya, Kami (Pustaka

Sahifa) memiliki orang-orang yang tertentu yang Kami anggap tepat atau

capable  utuk Kami bertanya dan berhadapan dengan mereka. Apabila Kami

berhadapan dengan masalah akidah dan tafsir, yang Kami anggap Kami tidak

mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka kami menyerahkannya

kepda yang memahaminya, karena mu’alif nya telah diakui oleh para ulama.

+ Jenis buku apa yang paling Anda suka untuk diedit?

- Saya lebih suka mengedit buku Sejarah dan Akidah.

Penulis Editor

Dewi Utami AbdurrahmanNuryaman,Lc. 

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 99/101

  99

 Lampiran 5

LAMPIRAN-LAMPIRAN AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG MAKNA

HOMONIM (MUSTARAK LAFZI) YANG TERDAPAT PADA

TAFSÎR AS-SA’DÎ

No Ayat Surah Makna

1. …

 

al-Baqarahayat 3

“Doa, salat, safaat, kemurahanhati dari tuhan dan berkah.”

2 …

...

 

al-Baqarahayat 45

“Patuh, menghormati, merendah(hina, remeh, takut, tunduk),khusyu, dan memudar(hilang).”

3. …

… 

al-Baqarahayat 61

“kekelahan (hukuman dera),cantik, memukul, mengetuk,melempar, meletakkan,menjilid, pergi/ menjauh,mengubah, megontrol,membunyikan, mengetik,mewajibkan, memecahkan danmembuka .”

4.

al-Baqarahayat 115

“Wajah, tampak, jelas, tujuandan jalan.”

5. …

⌧⌧⌧

 

al-Baqarahayat 123

“Keanehan, keadilan, hukum,undang-undang,condong, danketetapan dan ketulusan hati.”

6. …

al-Baqarahayat 279

“Kepala (bagian anggota tubuh),pemimpin, mulai.”

7. ⌧

Ali- Imranayat 79

“Keputusan hakim, cara (adat,atau undang-undang), diktator,penguasa mutlak, hukum danpaksaan.”

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 100/101

  100

 

7/21/2019 DEWI UTAMI-FAH.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/dewi-utami-fahpdf 101/101

  101