pelestarian koleksi naskah kuno perpustakaan bayt...

148
PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT ALQUR’AN DAN MUSEUM ISTIQLAL JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: WAHYUDIN NIM: 1110025100049 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

Upload: others

Post on 23-Oct-2019

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN

BAYT ALQUR’AN DAN MUSEUM ISTIQLAL JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

WAHYUDIN

NIM: 1110025100049

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439 H/2018

Page 2: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 3: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 4: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 5: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

i

ABSTRAK

Wahyudin. (1111025100049). Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Skripsi. Di bawah bimbingan Pungki

Purnomo, MLIS. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab

dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pelestarian, kendala dan cara

mengatasi kendala pelestarian koleksi Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kualitatif menggunakan metode

deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Teknik

pengolahan data dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diketahui bahwa proses pelestarian yang dilakukan ada 2 yaitu

pemeliharaan fisik naskah kuno dan pemeliharaan non fisik (teks dalam naskah).

Ada lima (5) kendala yang menghambat proses pelestarian koleksi naskah kuno di

perpustakaan BQMI antara lain belum memiliki kebijakan tertulis, kompetensi

SDM yang tidak sesuai, fasilitas kurang memadai, anggaran yang minim, dan

faktor-faktor yang merusak naskah kuno. Cara mengatasi kendala tersebut adalah

melakukan kerjasama pelestarian dengan Perpustakaan Nasional RI dan

konservator dari Balai Konservasi. Untuk menunjang kualitas kompetensi

SDMnya dilakukan diklat setiap tahun. Pemeliharaan rutin dilakukan perawatan

sederhana oleh staff yang ada dengan pembersihan naskah secara berkala,

pemberian silica gel pada tempat penyimpanan naskah, pengaturan suhu ruang

dan pendigitalisasian naskah. Terkait anggaran yang minim maka dalam hal

pelestarian menyesuaikan dengan kebutuhan yang sangat diprioritaskan.

Kata kunci: naskah kuno, perpustakaan khusus, proses pelestarian naskah kuno,

kendala pelestarian naskah kuno, cara mengatasi kendala, Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal.

Page 6: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah

memberikan kekuatan iman dan Islam, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada Sayyidina Nabi besar Muhammad Saw, yang telah

memimpin, membimbing dan memberikan fatwa kepada seluruh umatnya hingga

akhir zaman.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan

skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan,

bimbingan, serta dorongan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan

kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu terwujudnya penulisan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Prof.Dr.Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing skripsi yang begitu baik dan

sabar mencurahkan ilmunya dan bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Mukmin Suprayogi, MSi, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Syaifuddin, MA.Hum selaku Kepala Seksi Koleksi dan Pameran yang

telah bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk

memeberikan informasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini

5. Ida Fitriani, M.Hum, selaku Staf Pengembang Koleksi Museum yang telah

bersedia memberikan waktu luang untuk menjadi informan sekaligus

pembimbing penulis dalam penelitian dilapangan hingga terselesaikannya

skripsi ini

6. Segenap staff Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Jakarta khususnya

Bidang III: Bayt Al-Qur'an dan Dokumentasi yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian di Lembaga Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Qur'an Jakarta khususnya di Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal

7. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, terlebih kepada dosen

Jurusan Ilmpu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan segala ilmunya kepada penulis

Page 7: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

iii

8. Kepada orangtuaku, Bapak Naji dan Ibu Rimi yang selalu melimpahkan

kasih sayangnya dan tidak pernah bosan memberikan nasehat, dukungan

moril dan materiilnya demi keberhasilan penulis.

9. Sahabat-Sahabat terbaikku, Al-Maliki, Aulia Urrohman, M.Rizki Arif,

Eko Raharjo, Bintang Bella A, Sobri, Wildan, Syarif. Sasmita Anggraini

terimakasih atas motivasi,semangat dan waktu luangnya yang dengan

ikhlas mengantarkan penulis mulai dari bimbingan, penelitian, hingga

sampai terselesaikannya skripsi ini

10. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2011, terlebih

IPI B dan KKN Pena UIN Syarif Hidayatullah terimakasih atas canda tawa

kalian

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para

pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 13 Juli 2018

Penulis

Page 8: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6

D. Definisi Istilah ..................................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 10

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Khusus ......................................................................... 12

1. Definisi Perpustakaan Khusus ..................................................... 12

2. Tujuan, Fungsi, dan Tugas Perpustakaan Khusus ....................... 14

B. Naskah Kuno ..................................................................................... 15

1. Pengertian Naskah Kuno ............................................................. 15

C. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno (Manuskrip) ................................ 17

1. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Naskah Kuno .............................. 19

2. Unsur-Unsur Pelestarian Naskah Kuno ....................................... 20

3. Faktor-Faktor Kerusakan Naskah Kuno ...................................... 22

4. Upaya Penyimpanan dan Pencegahan Faktor-Faktor Perusak Koleksi

Naskah Kuno ................................................................................ 27

5. Pemeliharaan Naskah-Naskah Kuno ........................................... 38

6. Kendala-Kendala Dalam Pelestarian Koleksi Naskah Kuno atau

Manuskrip .................................................................................... 47

D. Penelitian Relevan ............................................................................. 48

Page 9: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

v

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Pendekatan Penelitian ............................................................... 51

2. Sumber Data ...................................................................................... 52

3. Informan ............................................................................................ 52

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 54

5. Teknik Analisis Data ......................................................................... 55

6. Jadwal Penelitian ............................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal (BQMI) ................................................................................. 57

1. Sejarah Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) .............. 57

2. Dasar dan Tujuan ......................................................................... 62

3. Visi dan Misi................................................................................ 63

4. Personalia ..................................................................................... 63

5. Struktur Organisasi ..................................................................... 65

6. Koleksi ......................................................................................... 66

7. Jam Layanan ................................................................................ 67

8. Fasilitas Pendukung Pelestarian Koleksi Naskah Kuno BQMI ... 67

9. Fasilitas Pendukung Layanan ..................................................... 67

B. Hasil Penelitian

1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an .......................................................................................... 68

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an .......................................................................................... 73

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal .................... 77

C. Pembahasan

1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an .......................................................................................... 83

Page 10: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

vi

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal ........................................................ 87

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal .................... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 97

B. Saran ................................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 101

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Page 11: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Informan ............................................................................... 53

Tabel 2 Jadwal Penelitian ........................................................................... 56

Tabel 3 Nama-Nama Kepala Lajnah Dari Masa Ke Masa ......................... 59

Tabel 4 Jumlah SDM/Staff Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi .................. 64

Tabel 5 Jam Layanan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal....................... 67

Tabel 6 Daftar Deskripsi Mushaf Kuno ...................................................... 71

Tabel 7 Pola Penyusunan Katalog ............................................................... 73

Page 12: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Matriks Kerangka Konseptual Pelestarian Naskah Kuno. ............ 57

Gambar 2 Struktur Organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ......... 66

Gambar 3 Deskripsi Mushaf Kuno ................................................................ 72

Gambar 4 Katalog Naskah Kuno .................................................................... 73

Page 13: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naskah kuno atau manuskrip Nusantara merupakan salah satu kekayaan

budaya bangsa Indonesia yang belum banyak mendapat perhatian dari

masyarakat pada umumnya.1 Sedikit sekali saat ini masyarakat yang peduli

dengan arti pentingnya peninggalan sejarah seperti naskah kuno, mungkin

hanya sebagian kalangan intelektual yang sadar dan peduli akan hal ini,

sehingga tidak diherankan bahwa semakin lama keberadaan naskah kuno dapat

punah ditelan masa dan usia.

Bersumber dari permasalahan tersebut dibutuhkan peran perseorangan,

lembaga, atau komunitas yang mau peduli dan ikut melestarikan naskah kuno

atau manuskrip tersebut. Salah satu contohnya misal peran museum atau

perpustakaan yang mana peran perpustakaan sebagai sarana informasi dengan

bertugas untuk mengadakan, mengelola, menyediakan, dan melestarikan

koleksi agar dapat di manfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien.

Koleksi yang dimaksud adalah bermacam-macam koleksi semisal

jurnal,majalah, ataupun naskah kuno. Dalam hal ini, pembahasan yang perlu

diperhatikan adalah peran perpustakaan dalam ikut serta melestarikan naskah

kuno.

1 Nasrullah Nurdin, “ Merawat Naskah Kuno”, Majalah Ilitbangdiklat, Edisi No.3, 2015,

hal.56

Page 14: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

2

Pelestarian merupakan upaya untuk menyimpan suatu kandungan

informasi dari koleksi di perpustakaan dalam bentuk aslinya dan

mengusahakan agar koleksi yang sedang dikerjakan tidak cepat mengalami

kerusakan yang cukup fatal.2 Sama halnya dengan naskah kuno, naskah kuno

yang merupakan semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak

diperbanyak ,yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, dan yang

mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional,sejarah, dan ilmu

pengetahauan3, haruslah mendapat perhatian khusus dalam segi pelestarian

karena ditinjau dari pengertian diatas naskah kuno juga merupakan salah satu

dari beberapa peninggalan cagar budaya yang sangat rentan sehingga rawan

dengan kerusakan dan kemungkinan hanya satu-satunya naskah yang asli dan

tidak bisa di publikasikan atau di duplikat supaya tidak bisa di komersilkan,

sedangkan institusi atau lembaga (perpustakaan) tugasnya merawat dan

melestarikan bentuk dan isi kandungan informasinya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelestarian koleksi

naskah kuno maupun koleksi lainnya, yaitu melestarikan bentuk fisik suatu

dokumen dan melestarikan isi kandungan informasi dengan mengalih

mediakan ke dalam bentuk digital. Menyimpan dan memelihara harus

dilakukan dalam kondisi yang sangat baik, dikarenakan hal ini merupakan

syarat terpenting untuk melakukan pencegahan kerusakan koleksi.4

2 Karmidi Martoadmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta: Universitas Terbuka,

1993), h. 10

3 Adin Bondar.”Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip dalam Menggali Kearifan

Lokal Sebagai Social Capital Membangun Bangsa:Sebuah Tinjauan UU No.43/2007 Tentang

Perpustakaan”. Media Pustakawan, Vol.15, No.3, Desember (2008), h.20

4 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan Ford oleh

Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 1.

Page 15: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

3

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi baik naskah

kuno maupun lainnya diantaranya adalah tempat penyimpanan, bahan dasar

koleksi itu sendiri, serta faktor lainnya misalnya jamur, hewan, serta manusia.

Kerusakan juga bisa disebabkan dengan sekala besar bila terjadi bencana alam

misalnya banjir, gempa bumi dan lain-lain.

Dengan demikian pelestarian sangat penting di setiap perpustakaan

dikarenakan pelestarian sangat berpengaruh untuk memperpanjang usia koleksi

agar bisa digunakan lebih lama bagi para pemustaka. Terkait hal ini naskah

kuno merupakan koleksi dengan nilai yang sangat tinggi karena sangat sulit di

peroleh sehingga perpustakaan diharapkan dapat menjaga agar koleksi naskah

kuno lebih awet dan terjaga keasliannya sehingga masih bisa diperlihatkan,di

perkenalkan dan di pergunakan bagi pemustaka dalam jangka waktu yang

panjang.

Tugas pemeliharaan, perawatan dan pelestarian koleksi naskah kuno

bukanlah perkara mudah karena diperlukan keahlian dan keterampilan khusus

untuk melestarikan koleksi naskah tersebut. Mengenai pelestarian naskah kuno

ini, ada dua undang-undang yang dapat dijadikan sebagai payung hukum, yakni

UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU No.43 Tahun 2007

tentang perpustakaan, khususnya pada bagian naskah kuno. Dan juga satu

kebijakan yang dapat dirujuk yaitu Rencana Strategi (Renstra) Kementerian

Agama RI Tahun 2010-2014.5

Terkait dengan pelestarian naskah kuno, diketahui bahwa Indonesia telah

dikenal oleh bangsa-bangsa di dunia sebagai salah satu bangsa yang besar,

5 Nasrullah Nurdin, “ Merawat Naskah Kuno”, h..57

Page 16: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

4

dengan memiliki banyak kekayaan warisan dari sebuah budaya kehidupan

masyarakat masa lalu. Kekayaan tersebut dapat ditunjukkan oleh aneka ragam

aspek kehidupan seperti masalah sosial, politik, ekonomi, agama, dan

kebudayaan. Ditinjau dari agama dan kebudayaan, Indonesia merupakan

negara dengan pemeluk agama Islam terbesar. Islam yang telah hadir berabad-

abad lamanya merupakan ajaran yang telah membentuk karakter bangsa serta

menyebar ke seluruh penjuru tanah air dan mewarnai berbagai kebudayaan

yang telah ada selama ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwasanya

banyak ditemukan peninggalan bersejarah terkait kajian-kajian keislaman

dalam bentuk naskah kuno seperti Al-qur’an yang sudah berumur ratusan tahun

lamanya tersimpan di berbagai museum dan perpustakaan. Artinya upaya

penyimpanan atau pengumpulan tersebut pasti ada makna tertentu untuk

penambahan pengetahuan dan perkembangan kajian keislaman kedepannya.

Oleh karena itu dirasa perlu adanya perpustakaan atau museum yang khusus

mengoleksi koleksi-koleksi naskah kuno tentang kajian Islam dan manuskrip

Al-qur’an ini.

Salah satu jenis perpustakaan yang memiliki koleksi naskah kuno berupa

Al-qur’an dan kajian keislaman adalah Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal. Perpustakaan ini tergolong jenis perpustakaan khusus

dikarenakan koleksinya hanya koleksi-koleksi manuskrip Al-Qur’an dan

kebudayaan. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah

perpustakaan yang dinaungi oleh sebuah lembaga dari Kementerian Agama

Republik Indonesia yakni Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Page 17: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

5

Koleksinya mencakup buku kebudayaan, naskah kuno atau manuskrip Al-

Qur’an dan lain-lainnya.

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, maka Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal sangat penting keberadaannya untuk hadir

ditengah-tengah masyarakat sekitar. yang mana diharapkan mampu

mengadakan, memilih, mengelola, merawat, melestarikan, dan memberikan

layanan koleksi terhadap pemustaka yang membutuhkan. Khususnya dalam hal

pelestarian naskah kuno, Hal ini dilakukan agar pemustaka dapat dengan

mudah mengakses informasi tentang naskah-naskah kuno (manuskrip).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk lebih

memperdalam mengenai pelestarian koleksi naskah kuno, sehingga peneliti

menuangkan segala pengetahuan yang dimiliki tentang pelestarian koleksi

naskah ini dalam sebuah judul “Pelestarian Koleksi Naskah Kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal”. Hal tentang

pelestarian perlu dibahas lebih lanjut karena peneliti menyadari bahwa segala

sesuatu tidak dapat dipertahankan selama-lamanya begitu juga dengan koleksi

naskah kuno yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun dan merupakan

peninggalan bersejarah serta rentan dengan kerusakan, oleh karena itu

pelestarian koleksi naskah kuno sangat perlu dilakukan agar informasi yang

terkandung dapat senantiasa dijaga kelestariannya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian ini

dalam dua hal yaitu:

Page 18: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

6

a. Proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal.

b. Kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal.

c. Cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimana Proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt

Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

b. Apa saja kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt

Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

c. Bagaimana cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini ialah :

a. Untuk mengetahui Bagaimana Proses pelestarian koleksi naskah kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

b. Untuk mengetahui Apa saja kendala pelestarian koleksi naskah kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

c. Untuk mengetahui Bagaimana cara mengatasi kendala pelestarian koleksi

naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

Page 19: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

7

2. Selain tujuan di atas adapun manfaat penelitian ini dilakukan yaitu

untuk :

a. Diharapkan dapat memberikan suatu wawasan dalam hal pemeliharaan

naskah-naskah kuno (manuskrip) yang dilakukan di perpustakaan

khusus, sehingga dapat dipraktekan di dunia kerja terutama bagian

pelestarian koleksi naskah-naskah kuno.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi masukan kepada

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal khususnya dalam

hal pelestarian naskah-naskah kuno (manuskrip) agar mengetahui

betapa pentingnya pelestarian dilakukan, sehingga koleksi yang sudah

ada di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal agar lebih

terawat dan berkembang kedepannya.

D. Definisi Istilah

Dilihat dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya terlihat

bahwa judul yang akan dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal. Dari judul tersebut maka yang menjadi variabel penelitian adalah :

a. Pelestarian

Pelestarian atau preservasi merupakan upaya mempertahankan daya

kultural dan intelektual agar dapat digunakan sampai batas waktu yang

selama mungkin.6 Menurut kata atau istilah,pelestarian atau preservasi

mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencangkup unsur-unsur

6 Dina Isyanti,Aditia Gunawan,Agung Kriswanto, Pedoman Pengelolaan Naskah

Nusantara, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2013), h.19

Page 20: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

8

pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metode

untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik suatu koleksi.7

b. Koleksi Naskah Kuno

Koleksi merupakan semua bahan pustaka yang dikumpulkan,

diolah, dan disimpan guna untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi

seluruh khalayak pada umumnya. Khalayak yang dimaksud disini adalah

seperti pelajar, mahasiswa, para pengajar, peneliti dan masyarakat pada

umumnya. Koleksi merupakan salah satu komponen perpustakaan,

koleksi disediakan untuk menunjang pelaksanaan program lembaga

induknya.8

Naskah adalah karangan dengan tulisan tangan yang menyimpan

berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa

masa lampau.9 Kata naskah diambil dari bahasa Arab, yakni kata al-

naskhah yang memiliki padanan bahasa Indonesia berupa kata-

manuskrip10. Istilah lain yang dapat digunakan di samping istilah naskah

adalah manuskrip dalam bahasa Inggris (manuscript). Kata manuscript

diambil dari ungkapan Latin codicesmanu scripti, artinya buku-buku

yang ditulis dengan tangan. Kata manu berasal dari kata manus, artinya

tangan, dan scriptus berasal dari kata scribere, artinya menulis.11 Secara

7 Damaji Ratmono.” Preservasi Majalah Terjilid Pada Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan

Pustaka Perpustakaan Nasional RI”,Visi Pustaka,Vol.16,No.1,april 2014,hal.71 merujuk pada

buku karangan Dureau & Clement. Principles For The Preservation and Conservation of Library

Materials. (The Haque: IFLA,1998)

8 Sulistyo Basuki .Pengantar Ilmu Perpustakaan”. (Jakarta:Bumi Aksara,2008) hal.23

9 Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. (Yogyakarta: Badan Penelitian dan

Publikasi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994), h.55

10 Oman Fathurahman. Filologi dan Islam Indonesia. (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), h.4-5

11 Mulyadi, Sri Wulan Rujiati. Kodikologi Melayu di Indonesia, (Depok: Fakultas Sastra

UI,1994), h.1-3

Page 21: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

9

harfiah kata manuskrip berarti tulisan tangan (written by hand atau al-

makhtuth bi al-yad).

Dengan demikian, istilah manuskrip - yang biasa disingkat MS untuk

naskah tunggal dan MSS untuk naskah jamak - adalah dokumen yang

ditulis tangan secara manual di atas sebuah media seperti kertas, papirus,

daun lontar, daluang, kulit binatang, dan lainnya.12 Secara umum istilah

naskah atau manuskrip ini juga bisa digunakan untuk menyebut informasi

yang dibuat secara manual pada benda keras, seperti inskripsi.13

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi naskah

kuno merupakan bahan pustaka atau dokumen yang ditulis tangan secara

manual di atas sebuah media seperti kertas, papirus, daun lontar, daluang,

kulit binatang, dan lainnya dengan menggunakan bahasa kuno seperti

arab pegon, sansekerta,arab melayu dan lainnya, bahan pustaka atau

dokumen tersebut dikumpulkan,diolah, dan disimpan dalam perpustakaan

guna untuk memenuhi kebutuhan informasi khalayak pengguna dan

merawat serta menjaga khasanah budaya dan ilmu pengetahuan warisan

orang-orang terdahulu.

c. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah

perpustakaan khusus karena mengkhususkan koleksi mengenai Al-

Qur’an dan kebudayaan sekitarnya. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal merupakan bagian dari lembaga Lajnah Pentashihan

12 Uka Tjandrasasmita. Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian

Sejarah Islam di Indonesia. (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat

Departeman Agama RI, 2006), h.3-5

13 Oman Fathurahman. Filologi dan Islam Indonesia., h. 4-5

Page 22: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

10

Mushaf Al-Qur’an yang menempati gedung Bayt al-Qur’an & Museum

Istiqlal yang diresmikan pada tanggal 20 april 1997 oleh Presiden RI

pada saat itu, H.M. Soeharto. Gedung ini di bangun di atas tanah seluas

20.103 m2 denga luas bangunan ± 20.402 m2.

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal berfungsi untuk

mendukung tugas dan fungsinya yaitu menyelenggarakan pentashihan,

pengkajian dan penerbitan Al-Qur’an, serta pengembangan seni budaya

Islam.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bab

sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tetang pokok-pokok pikiran yang

tertuang pada pembahasan skripsi ini, meliputi latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan peneltian,

manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini memberikan gambaran tentang pengertian perpustakaan

khusus, definisi perpustakaan khusus, fungsi, tujuan dan tugas

perpustakaan khusus, serta pengertian naskah kuno sedangkan

ruang lingkup pelestarian koleksi naskah kuno yaitu pelestarian

koleksi naskah kuno (manuskrip) yang meliputi tujuan dan fungsi

pelestarian naskah kuno, unsur-unsur pelestarian naskah kuno,

Page 23: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

11

faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno (manuskrip), upaya

penyimpanan dan pencegahan faktor-faktor perusak koleksi naskah

kuno, pemeliharaan naskah-naskah kuno, kendala-kendala dalam

pelestarian koleksi naskah kuno dan penelitian relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini ini akan menjelaskan tentang jenis dan pendekatan

penelitian, sumber data, informan, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data yang digunakan penulis dalam menyelesaikan

proses penelitian pada Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas inti persoalan tentang hasil penelitian dan

pembahasan yang berkaitan dengan proses pelestarian koleksi

naskah kuno, kendala pelestarian koleksi naskah kuno, dan cara

mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari penelitian. Di dalamnya

memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan

kristalisasi dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri

oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.

Page 24: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

12

BAB II

TIJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Khusus

1. Definisi perpustakaan khusus

Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang di dalamnya ada kelompok atau

organisasi. Sebab tanpa organisasi di dalamnya perpustakaan tidak bedanya

dengan individu. Yang artinya perpustakaan merupakan suatu kegiatan yang

melibatkan dari satu orang ke orang lain dan saling bekerja sama yang

terorganisasi secara terstuktur.14 perpustakaan khusus merupakan perpustakaan

yang berdiri dari suatu lembaga atau institusi pemerintahan yang koleksinya

hanya sesuai dengan kebutuhan pemustakanya atau karyawan yang bekerja di

dalamnya.

Menurut Sulistyo Basuki Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan

yang didirikan oleh lembaga atau institusi pemerintah / swasta. Akan tetapi pada

umumnya perpustakaan khusus diartikan perpustakaan yang bernaung pada

departemen, lembaga negara, lembaga penulisan, organisasi massa, militer,

industri maupun perusahaan swasta.15

Sutarno N.S mengatakan bahwa perpustakaan khusus merupakan

perpustakaan yang berada pada suatu instasi atau lembaga tertentu, baik

14 Wiji Suwarno, Perpustakaan & Buku : wacana penulisan & penerbitan (Jogjakarta :

Ar-Ruzz media, 2011), h. 13 15 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1991), h. 49

Page 25: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

13

pemerintahan maupun swasta, dan sekaligus berperan sebagai pengelola dan

penanggung jawabnya.16

Sedangkan Karmidi Martoatmodjo mengartikan suatu perpustakaan khusus

merupakan perpustakaan yang bernaung dalam departemen, lembaga negara,

lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, perusahaan swasta,

BUMN, pusat informasi, bahkan perpustakaan pribadi.17

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus

merupakan perpustakaan yang berdiri dari suatu lembaga atau instasi pemerintah

dan swasta yang koleksinya hanya di fokuskan dengan bidang ilmu tertentu

sesuai dengan misi perpustakan tersebut.

Ada beberapa ciri-ciri lain yang dapat dijadikan sebagai definisi

perpustakaan khusus adalah skala mini yaitu sebagian besar perpustakaan khusus

biasanya hanya memiliki sedikit koleksi dan staf yang terbatas. Koleksi yang

sedikit ini sudah jelas dikarenakan pada perpustakaan khusus membatasi jasa dan

koleksinya pada satu atau dua subjek saja, hanya saja kadang-kadang diperluas

dengan subjek yang berkaitan.

Yang termasuk kelompok perpustakaan khusus untuk Indonesia antara lain:

a. Perpustakaan departemen beserta organ bawahannya

b. Perpustakaan lembaga negara non departemen

c. Perpustakaan rumah sakit

16 Sutarni, Manajemen Perpustakaan : suatu pendekatan praktik (Jakarta: Samitra Media

Utama, 2004), h. 30 17 Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka,

1999), h. 13

Page 26: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

14

d. Perpustakaan perbankan

e. Perpustakaan industri

f. Perpustakaan organisasi bisnis

g. Perpustakaan lembaga penelitian

h. Perpustakaan lembaga keagamaan

2. Fungsi, Tujuan dan Tugas Perpustakaan Khusus

Fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai pusat referensi maupun

penelitian serta memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang

bersangkutan. Serta turut membangun dan melaksanakan pembinaan di dalam

perpustakaan tersebut. Fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai pusat layanan

referal maupun penelitian serta untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam

suatu instasi atau lembaga yang bersangkutan.18

Adapun fungsi dasar di dalam perpustakaan khusus tersebut meliputi : 19

a. Memilih bahan pustaka dan mengembangkan koleksi.

b. Memesan dan mengadakan bahan pustaka yang di perlukan oleh

perpustakaan lembaga tersebut.

c. Mengupayakan agar informasi tersedia melalui penghantar dokumen,

maupun penghantar informasi elektronik serta penyediaan mekanisme

akses informasinya.

d. Melestarikan dan merawat bahan pustaka agar terjaga dengan baik.

e. Pembuatan program yang meliputi pendidikan pemakai melalui intruksi

bibliografi serta berbagai pelatihan penulisan menyangkut akses dalam

informasi di dalamnya.

18 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, cet 1, (Yogyakarta:

Karnisius, 1992), h. 28 19 Sulistyo Basuki, “Upaya Peningkatan Peran Pustakawan dalam Mendukung Kinerja

Perpustakaan”, Media Pustakawan, vol. 12, no.3-4

Page 27: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

15

Tujuan dari lembaga perpustakaan khusus adalah untuk mensejahterakan

dan mendukung di dalam organisasinya tersebut.20 Selain itu tujuan perpustakaan

khusus intinya sama yaitu untuk membantu tugas badan induk tempat

perpustakaan itu bernaung. Sedangkan tugas perpustakaan khusus adalah

melayani suatu kelompok masyarakat khususnya yang memiliki kesamaan dalam

kebutuhan, dengan minat terhadap bahan pustaka dan informasi yang terkandung

di dalamnya.

Pada hakekatnya pengadaan bahan pustaka di setiap perpustakaan

merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas

mengadakan dan mengembangkan koleksi-koleksi yang menghimpun informasi

berbagai macam bentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar maupun

pembelian.

B. Naskah Kuno

1. Pengertian Naskah Kuno

Naskah kuno merupakan khasanah suatu kebudayaan baik penting secara

akademik maupun sosial. Naskah juga merupakan suatu warisan budaya yang

berisikan teks karya masyarakat lama yang dapat digunakan untuk penelitian.21

Berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 5 Tahun 1992 disebutkan

bahwa naskah kuno adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan

tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang

berumur 50 tahun lebih. 22

20 Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik

Pustakawan Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h.41 21 Nindya. 2008. “Pernah Melihat Naskah Kuno?”.Akses pada 10 Juli 2015, h.1 di

(http://www.Infoperpus.8m.com/news/230120001.htm)

22 Undang-Undang Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2. Akses pada 8 Juli 2015

di http://bppi.kemenperin.go.id/extension/panduan_iso/doc/uu/C00-1992-00005.pdf

Page 28: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

16

Dalam Kamus Bahasa Indonesia II Manuskrip merupakan naskah tulisan

tangan yang menjadi kajian filologi naskah baik tulisan tangan (dengan pena,

pensil maupun ketikan bukan cetakan) berbagai masih tersimpan di museum dan

belum pernah diselidiki.23

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manuskrip

(manuscript) atau naskah kuno merupakan hasil pemikiran masyarakat masa

lampau pada suatu wilayah, baik berupa nilai sejarah, kebiasaan, adat istiadat,

ilmu pengetahuan, maupun kebudayaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan

berusia kurang lebih 50 tahun dan harus dilestarikan keberadaannya.

Naskah-naskah kuno dari berbagai daerah di Indonesia penting untuk

diteliti, karena sebuah karya ataupun karya sastra tidak lepas dari konteks sosial

yang ada di masyarakat. Isi suatu naskah akan selalu dipengaruhi oleh keadaan

jaman baik berupa bahasa maupun kebudayaan. Agar naskah-naskah ini tidak

hilang, penelitian terhadap naskah harus dilakukan. Isi dan makna dari naskah-

naskah tersebut akan berguna baik dalam kehidupan, untuk kita dan juga untuk

keturunan kita nanti.

Jenis-jenis naskah kuno menurut bahannya:

a. Naskah yang terbuat dari karas, semacam papan atau batu tulis yang

dipakai banyak dalam karya Jawa Kuna

b. Naskah yang terbuat dari (ron tal ‘daun tal’ atau ‘daun siwalan’), dipakai

untuk naskah Jawa, Bali, dan Lombok.

c. Naskah yang terbuat dari dluwang, yaitu kertas Jawa dari kulit kayu

23 Hermanu Maulana, dkk, Kamus Bahasa Indonesia II,( Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa,1993) h.1337

Page 29: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

17

d. Naskah yang terbuat dari (ron tal ‘daun tal’ atau ‘daun siwalan’), dipakai

untuk naskah Jawa, Bali, dan Lombok

e. Naskah yang terbuat dari Kertas Eropa yang diimpor pada abad ke-18 dan

ke-19, menggantikan dluwang karena kualitasnya lebih baik untuk naskah

di Indonesia.24

C. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno (Manuskrip)

Era modern seperti saat ini, masih banyak masyarakat yang menganggap

naskah kuno/manuskrip adalah sebuah masa lalu yang tidak memiliki arti apa-apa.

Bahkan petuah/nasehat nenek moyang pada zaman dahulu sering dianggap

sebagai ketinggalan zaman atau tidak relevan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Mengapa fenomena pemikiran seperti ini bisa terjadi? Jawabannya adalah

pemerintah dalam perspektif kelembagaan preservasi budaya tidaklah

bersungguh-sungguh dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang sudah

tertanam sebagai modal sosial masyarakat tempo dulu sehingga terjadi kegagalan

dalam transformasi nilai budaya tersebut sebagai karakter bangsa.

Pentingnya melestarikan dan menggali kembali naskah kuno/manuskrip

sebagai peninggalan budaya leluhur adalah hal yang seharusnya wajib disadari

oleh semua masyarakat,agar budaya masyarakat dalam konteks yang luas dapat

diketahui oleh orang lain,serta bentuk dan pesan yang tertulis dalam media dapat

dilestarikan dan diinformasikan kepada masyarakat sebagai sejarah perjalanan

peradaban bangsa.

24 Baroroh, Siti Baried, Sulastin Sutrisno, Siti Chamamah Soeratno, Sawu, dan Kun

Zachrun Istanti. 1994. Pengantar teori filologi. Yogyakarta : Badan Penelitian dan Publikasi Seksi

Filologi (BPPF) Fakultas Sastra UGM. hal . 1-7

Page 30: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

18

Menurut Dureau dan Clement sebagaimana dikutip oleh Adin Bondar,

konsepsi pelestarian adalah mencangkup unsur pengelolaan dan

keuangan,termasuk cara penyampaian dan alat bantunya, termasuk SDM,

kebijaksanaan,teknik, dan metode yang diterapkan untuk informasi koleksi yang

dikandungnya. Hal ini berarti bahwa pelestarian mencangkup usaha yang bersifat

preventif dan kuratif, dengan artian bahwa upaya pelestarian isi atau informasi

dapat mengangkat nuansa roh dari pesan yang ditulis dalam naskah tersebut.

Jadi, konteks pelestarian dapat dikembangkan menjadi tiga pendekatan,

yaitu pertama, pelestarian fisik yaitu upaya penyimpanan, perlindungan terhadap

kerusakan naskah kuno/manuskrip melalui kegiatan penjilidan, dokumentasi,

fumigasi dan enkapsulasi, digitalisasi, dan lainnya. Kedua, pelestarian isi yaitu

melalui alih aksara dan bahasa, penelitian serta interpretasi tentang makna yang

tertulis dalam naskah. Ketiga, pengungkapan isi yaitu internalisasi ruh yang

terdapat dalam naskah kuno yang disebut dengan kearifan lokal yang perlu

dijadikan landasan karakter bangsa.

Adapun untuk memahami pelaksanaan pelestarian naskah kuno/manuskrip

diperlukan kerangka konseptual pelestarian, agar unsur-unsur dan upaya

pelestarian dapat diketahui dengan jelas.Kerangka konseptual tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 31: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

19

Matriks: Kerangka Konseptual Pelestarian Naskah Kuno. Manuskrip

Gambar: 1

Tidak jauh berbeda dengan pelestarian bahan pustaka,dalam melakukan

pelestarian naskah kuno/manuskrip, perlu diketahui pula kita tahapan-tahapan

yang harus dilakukan dan diperhatikan,antara lain adalah :

1. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Naskah Kuno

Adapun tujuan dari pelestarian naskah kuno adalah sebagai berikut :

a. Menyelamatkan nilai informasi dokumen

b. Menyelamatkan fisik dokumen

c. Mengatasi kendala kekurangan ruang

d. Mempercepat perolehan informasi

Page 32: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

20

Selain bertujuan sebagaimana tersebut diatas, pelestarian naskah kuno juga

memiliki fungsi sebagai berikut melindungi, pengawetan, kesehatan, pendidikan,

kesabaran, sosial, ekonomi, dan estetika.25

2. Unsur-Unsur Pelestarian Naskah Kuno

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian naskah

kuno adalah :

a. Manajemen

Menurut istilah manajemen dapat diartikan juga sebagai sistem atau aturan

yang harus diterapkan dalam suatu kegiatan, agar visi dan misi dari suatu kegiatan

tersebut dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Sama halnya dengan kegiatan

pelestarian baik bahan pustaka maupun naskah kuno, maka perlu juga

menerapkan manajemen agar tujuan dari pelestarian tersebut dapat terarah dengan

baik. Penerapan manajemen dalam pelestarian tidak secara serta merta dibuat, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disepakati bersama diantaranya adalah

mempertimbangkan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan pelestarian

tersebut, koleksi naskah kuno seperti apa yang harus diperbaiki juga perlu dicatat

dengan baik, bagaimana prosedur pelestarian yang perlu diikuti dan diterapkan,

kemudian kerusakan serta alat dan bahan kimia apa saja yang diperlukan juga

perlu dicatat dan disiapkan dengan baik.

b. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan pelaksana yang melaksanakan tugas

pokok di Instansi Pemerintah seperti Arsip, Perpustakaan, Museum, Sejarah, dan

Purbakala maupun pusat-pusat informasi lainnya. Terkait dalam hal pelestarian ini

25 Dina Isyanti, Aditia Gunawan, Agung Kriswanto. Pedoman Pengelolaan Naskah

Nusantara, (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2013)hal. 19

Page 33: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

21

maka yang dimaksud dengan sumber daya manusia yang melaksanakan tugas

pelestarian adalah tenaga SDM yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam

merawat dan mengerjakan pelestarian naskah kuno. Paling tidak mereka sudah

pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan dalam bidang pelestarian koleksi

naskah kuno.

Dalam bidang pelestarian naskah kuno ini ada sebutan tertentu bagi tenaga

(SDM) yang melakukan pelestarian diantaranya adalah konservator dan restorator.

Konservator merupakan sumber daya manusia yang bertugas melaksanakan

konservasi naskah sedangkan restorator merupakan sumber daya manusia yang

bertugas melaksanakan restorasi suatu naskah,

c. Bengkel Kerja

Bengkel kerja atau disebut juga dengan laboratorium yaitu ruang kerja

khusus yang digunakan untuk kegiatan pelestarian naskah-naskahyang perlu

dirawat atau diperbaiki dengan berbagai peralatan yang diperlukan misalnya alat

untuk fumigasi, lem, berbagai sikat untuk membersihkan debu (Vacuum Cleaner)

dan sebagainya.

d. Anggaran

Anggaran merupakan dana yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan

pelestarian. Dana atau anggaran ini adalah hal yang wajib atau harus diusahakan,

diatur dan dikontrol penggunaannya dengan sebaik mungkin.26

Untuk anggaran atau pendanaan program pelestarian ini,perpustakaann

perlu mencari terobosan baru, tidak hanya mengandalkan pendanaan melalui

APBN atau dana dari lembaga sendiri tetapi juga harus mencari sumber lain

26 Indah Purwani “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan”,

Majalah Perpustakaan:Visipustaka,vol.15,no.1,April 2013

Page 34: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

22

melalui sistem cost sharing dengan berbagai instansi, lembaga swasta, maupun

pemerintah disamping sponsor lain yang peduli (concern) terhadap pelestarian

naskah kuno di dalam dan luar negeri.27

3. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Naskah Kuno (Manuskrip)

Membahas faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi naskah kuno tidak

jauh berbeda dengan faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, bahwasanya

kerusakan koleksi naskah kuno atau manuskrip dapat disebabkan oleh beberapa

faktor dari luar dan faktor dari dalam koleksi manuskrip tersebut. antara lain :

a. Temperatur dan kelembaban udara

Dilihat dari segi iklim seperti suhu dan kelembaban udara juga merupakan

salah satu hal penyebab kerusakan koleksi baik naskah kuno maupun bahan

pustaka lainnya.

Suhu udara yang lembab disertai dengan suhu udara yang cukup tinggi akan

menyebabkan asam yang ada dikertas tersebut, bereaksi dengan partikel logam

dan memutuskan rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Oleh sebab itu

perubahan suhu pada saat kertas tersebut mengandung banyak air dapat

menyebabkan perubahan struktur kertas menjadi lemah. Apabila suhu udara naik

maka kelembaban udara akan turun dan air yang ada dalam kertas dilepas,

sehingga kertas menjadi lebih kering dan volume uap air menyusut.28

Sehingga hal ini dapat menyebabkan koleksi seperti bahan pustaka maupun

naskah akan menjadi cepat busuk, berbau apek, dan mudah di serang jamur,

27Adin Bondar “Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip Dalam Menggali

Kearifan Lokal Sebagai Social Capital dalam Membangun Bangsa: Sebuah Tinjauan UU

No.43/2007 Tentang Perpustakaan” Majalah Media Pustakawan:Vol.15 No.3 Desember 2008 28 Kris Adri Styarto, “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media

Pustakawan, no. 1 (2001), h. 24.

Page 35: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

23

rayap, kutu, kecoa, dan ikan perak sehingga mengakibatkan buku menjadi rapuh

dan mudah rusak atau robek. Adapun kelembaban suhu yang ideal bagi ruangan

perpustakaan antara lain yaitu kelembaban 45-60% RH dan suhu 20- 24º C.

b. Cahaya

Cahaya atau energi radiasi juga sangat berefek buruk pada koleksi terlebih

pada naskah kuno yang merupakan koleksi dengan tingkat pemeliharaan yang

sangat serius. Cahaya tersebut akan mempercepat oksidasi dari molekul selulosa

sehingga rantai ikatan kimia pada molekul tersebut akan terputus. Cahaya juga

berpengaruh dapat menyebabkan kertas menjadi lebih pucat dan tinta akan

memudar. Oleh karena itu pengaruh cahaya ini, lignin pada kertas akan bereaksi

dengan komponen lainnya sehingga kertas akan menjadi kecokelatan.

Sinar ultra violet yang tampak dari dalam cahaya dapat juga merusak

koleksi baik naskah maupun bahan pustaka akan tetapi tidak terlalu buruk, lain

halnya jika yang koleksi terkena cahaya sinar ultra violet yang tidak tampak

maka tingkat kerusakannya lebih relatif. Sedangkan radiasi ultra violet dengan

panjang geombang antara 300-400 nanometer dapat menyebabkan reaksi

fotokimia. Radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya matahari hingga 25% dan

lampu TL 3%-7%. Maka kerusakan tersebut tergantung dari panjang gelombang

dan makin lama waktu pencahayaan kertas maka semakin cepat rusak dan rapuh.29

c. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruangan perpustakaan melalui

pentilasi udara maupun pintu perpustakaan. Sehingga debu akan melekat pada

29 Andi Ibrahim. “Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka”. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/30/11 (diakses pada tanggal 5 April jam

14.22 WIB).

Page 36: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

24

kertas dengan hal tersebut akan terjadi reaksi kimia yang akan meninggikan

tingkat keasaman pada kertas tersebut. Akan mengakibatkan kertas semakin rapuh

dan cepat rusak. Lain hal itu, apabila keadaan ruangan yang lembab, debu yang

bercampur dengan air lembab akan mengakibatkan timbulnya jamur pada rak

buku. Sedangkan jenis debu yang menyebabkan tingkat kerusakan lebih tinggi

bisa ditimbulkan oleh debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu

knalpot kendaraan.

d. Faktor Biotis (termasuk jamur dan serangga)

Jamur

Koleksi naskah kuno maupun bahan pustaka yang sudah terinfeksi jamur

biasanya warna kertas akan berubah bentuk menjadi warna kekuningan, hal ini di

sebabkan oleh jamur yang merubah kertas tersebut menjadi kuning. Di samping

itu jamur juga bisa menyebabkan kertas menjadi lengket seperti lem sehingga

halaman dari koleksi tersebut tidak bisa dibuka semestinya dan jika di paksa

halaman tersebut akan robek dan rusak.

Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban suhu udara disekitar yang

cukup tinggi dan lain hal jamur akan berhenti berkembang biak jika kelembaban

suhu udara tidak sesuai. Hal ini dapat ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat

pada koleksi baik naskah kuno maupun bahan pusataka.

Serangga

Ada banyak jenis macam serangga yang dapat menyebabkan koleksi rusak,

serangga sangat berbahaya bagi koleksi bahan pustaka maupun naskah kuno.

Contoh halnya yang pertama adalah rayap, akan memakan buku jika kayu

sekitarnya sudah habis dimakan rayap tersebut. Beruntung sekarang ini banyak

rak yang terbuat dari logam sehingga rayap tidak bisa memakannya.

Page 37: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

25

Kedua kecoa, sangat merusak lapisan buku dengan cara meninggalkan noda

atau kotoran pada kertas. Di samping itu kotorannya berupa cairan yang dapat

merusak keutuhan buku. Biasanya penyebab banyak kecoa yang terdapat di

perpustakaan adalah berupa sisa-sisa makanan yang tercecer. Itulah sebabnya

mengapa di ruang baca perpustakaan dilarang makan atau membawa makanan

agar terhindar serangga salah satunya kecoa. Tangan yang akan memegang bahan

makanan juga harus bersih dari noda apapun misalnya noda minyak karena jika

buku ternoda dengan minyak maka akan mengundang bahanyan serangga-

serangga kecil datang kembali.

Ketiga, serangga yang sangat berbahaya adalah serangga ngengat. Binatang

ini memiliki tubuh yang sangat tipis berwana kecoklatan dan sangat gemar hidup

serta berkembang biak di tempat yang gelap misalnya di dalam koleksi itu sendiri,

rak buku, lemari, dan tempat sejenisnya. Sasaran dari serangga ngengat adalah

perekat buku yang terletak pada bagian punggung buku dan sampul buku.

Serangga lain yang sangat berbahaya adalah kutu buku, sebetulnya binatang ini

adalah sangat kecil berwarna putih ke abu-abuan. Badanya juga lemah sedangkan

kepalanya relatif lebih besar dengan gigi yang kuat binatang ini menyerang

permukaan kertas sehingga mengakibatkan huruf-huruf banyak yang hilang atau

pudar dan dampaknya koleksi tersebut sangat sulit untuk dibaca.30

e. Faktor Kimia

Kertas yang tersusun dari senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai,

dan akhirnya kertas menjadi rusak dan rapuh. Peruraian tersebut di sebabkan oleh

30 Sokhibal Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”.Jurnal perpustakaan

sekolah, edisi tahun 1, nomor 1, oktober 2007. http://library.um.ac.id.php/Artikel-jurnal-

Perpustakaan-Sekolah-ISSN/perawatan-bahan-pustaka-perpustakaan-sekolah.html/(diakses pada

tanggal 5 April 2015 jam 08.12 WIB).

Page 38: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

26

reaksi-reaksi oksidasi dan hidrolisis, yang dipengaruhi oleh suhu dan cahaya.31

Terjadinya oksidasi kertas karena adanya kandungan oksigen dari udara yang

akan menyebabkan jumlah gugusan karbonal dan korboksil semakin bertambah,

kemudian diikuti dengan memudarnya warna kertas tersebut. Hidrolis adalah

reaksi yang terjadi karena adanya air, reaksi hidrolis terjadi pada kertas dapat

mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi

kekuatan serat. Akibatnya kekuatan kertas semakin berkurang dan kertas akan

menjadi cepat rapuh.

Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kandungan kertas sehingga akan

mempercepat proses kerusakan karena kandungan asam akan mempercepat reaksi

hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas,

karena tinta dibuat dengan mencampur asam tanat dan garam besi serta di tambah

dengan asam sulfat agar tetesan dapat melekat dengan baik. Dalam hal ini zat

berbahaya ini harus di hilangkan di dalam kertas tersebut.

f. Faktor Manusia

Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar koleksi,

melainkan manusia itu sendiri. Manusia dapat tergolong sebagai perusak koleksi,

hal ini dapat diperhatikan dari cara pemakaian koleksi yang belebihan dalam

memegangnya. Selain itu keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung

(misalnya: pencurian, pengrusakan, penanganan yang kurang hati-hati) atau

kerusakan secara tidak langsung misalnya memproduksi kertas dengan kualitas

31 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program Pelestarian

Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17.

Page 39: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

27

rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan

pengguna museum.32

g. Faktor Bencana Alam

Faktor bencana seperti kebakaran atau banjir kapanpun bisa terjadi.

Kewaspadaan dan kesiapan begitu penting, agar bisa diambil tindakan yang cepat

dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi.

Misalnya menyiapkan alat pemadam kebakaran di setiap ruangan. Upaya

mencegah kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Agar hal

tersebut jauh lebih baik dan mudah di bandingkan dengan perbaikan buku yang

terlanjur rusak.33

4. Upaya Penyimpanan dan Pencegahan Faktor-Faktor Perusak Koleksi

Naskah Kuno.

Dalam masyarakat tradisional, terdapat kegiatan dan penyimpanan naskah

secara tradisional. Upaya yang dilakukan masyarakat tradisional dalam melakukan

penyimpanan dan pencegahan kerusakan naskah dapat memberikn keuntungan

bagi kondisi naskah. Upaya yang dilakukan masyarakat tradisional diantaranya

dengan menyimpan naskah pada kotak kayu, menyimpan naskah diatas tempat

yang agak tinggi, membungkus naskah dengan kain dengan disertaka pula

beberapa batang cerutu, biji cengkeh, bunga melati dan sebagainya. Terdengar

aneh mungkin untuk kalangan masyarakat modern saat ini, akan tetapi cerutu,biji

cengkeh, dan bunga melati yang disimpan dalam kotak kayu ataupun pembungkus

naskah dapat menghindarkan serangan rayap, kutu buku, semut, ataupun serangga

lain yang dapat mengakibatkan kerusakan naskah.

32 Asmawati, “Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan”, Majalah Berita Perpustakaan

Universitas Sriwijaya, Vol.XII, no.2 (Juli-Desember 1996): 42-43. 33 Sokhibal Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”.

Page 40: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

28

Adapun cara pencegahan lain agar koleksi naskah tidak segera mengalami

kerusakan, terdapat pada tempat-tempat lain yang membuat kebijakan pada akses

naskah dan koleksi benda-benda kuno lainnya hanya boleh dilihat satu tahun

sekali. Terdapat sisi negatif dan positif apabila suatu perpustakaan menerapkan

kebijakan tersebut. Sisi negatifnya adalah kandungan informasi naskah tidak bisa

diketahui oleh masyarakat banyak sehingga terjadi penurunan kualitas kondisi

naskah, maka tingkat kerusakannya pun tidak cepat diketahui dan kerusakan pada

naskah tidak dapat segera dicegah. Selain itu sisi negatif lainnya, kemungkinan

besar menimbulkan persepsi masyarakat yang masih memegang teguh adat

istiadat bahwa koleksi naskah kuno tersebut dianggap keramat. Akan tetapi jika

dilihat dari segi positifnya adalah bahwa dengan diberlakukan kebijakan tersebut

maka dapat memberikan ketahanan bagi naskah itu sendiri, sehingga naskah tidak

sembarang waktu dijamah tangan dan dibuka tutup.34

Di dalam upaya penanganan dan pencegahan kerusakan koleksi harus

terlebih dahulu di perhatikan dari sejak awal maupun dini bahwasannya jika

koleksi naskah kuno sudah rusak total, maka yang akan terjadi koleksi tersebut

tidak bisa diperbaiki lagi, dengan demikian perpustakaan akan mengeluarkan

biaya lebih besar untuk bisa mendapatkan naskah kuno tersebut kembali. Terlebih

jika naskah kuno tersebut sangat sulit di cari dan hanya satu-satunya maka hal ini

akan lebih manyulitkan dan sangat memboroskan dalam segi anggaran

perpustakaan.

34 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya

Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”,

Jumantara, Vol.3,No.1, 2012, h. 144-146

Page 41: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

29

Adapun cara yang lebih efektif dalam upaya penanganan dan pencegahan

kerusakan koleksi naskah kuno yang rusak agar terhindar dari permasalahan

tersebut diatas adalah dengan cara menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan

koleksi naskah kuno dengan disediakan petugasnya sekaligus, sehingga jika

sewaktu- waktu diperlukan perbaikan koleksi naskah kuno, maka dapat segera

dikerjakan dengan cepat sehingga tidak menunggu kerusakan koleksi naskah lebih

berat kembali. 35

Adapun beberapa tujuan dari kegiatan pencegahan dari kerusakan koleksi

ini yaitu:

a. Menghindari dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh

serangga atau dirusak binatang pengerat.

b. Memperbaiki kerusakan dan mengobati koleksi yang terkena

penyakit misalnya terkena jamur.

c. Menjaga kelestarian fisik

d. Menjaga kelestarian kandungan informasi dalam naskah tersebut.

e. Menghindari koleksi dari penyakit maupun kerusakan.

f. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di

perpustakaan bahwa koleksi bersifat rawan kerusakan.

g. Memberi pendidikan kepada pemusataka untuk berhati-hati dalam

mempergunakan koleksi, serta menjaga keselamatannya.

35 Massofa, “Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya”,

http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&nid=9&option=detail ,(diakses pada tanggal 6 April

2015 Jam 15.02 WIB)

Page 42: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

30

h. Menghimbau semua pihak baik petugas maupun pemustaka untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan.36

Dalam hal ini melakukan upaya pencegahan kerusakan koleksi naskah kuno,

maka secara tidak langsung juga dapat menghemat anggaran seefektif mungkin.

Dalam dunia perpustakaan upaya untuk penanganan maupun pencegahan

kerusakan koleksi dapat dilakukan dengan dua cara tindakan yaitu prevektif

maupun kuratif.

Hal yang dimaksud tindakan prevektif ialah tindakan untuk mencegah suatu

bahan pustaka sebelum koleksi perpustakaan maupun segala fasilitas seperti

parabot dan perlengkapan lainnya mengalami kerusakan yang cukup parah. Beda

dengan tindakan kuratif ialah lebih mencangkup memperbaiki atau mengobati

akan sesuatu yang sudah terlajur rusak parah.37

Tindakan-tindakan yang sudah diperjelaskan diatas dimaksudkan agar

semua pustakawan dapat mengetahui teknik-teknik yang telah ada untuk

melakukan kegiatan upaya pencegahan maupun perbaikan kerusakan bahan

pustaka. Adapun ada beberapa faktor dalam upaya pencegahan maupun

penanganan yang dilakukan dengan usaha sebagai berikut :

a. Upaya Pencegahan yang Disebabkan Oleh Faktor Fisika

1) Suhu dan kelembaban

Mengenai suhu ruangan untuk penyimpanan naskah, suhu ideal berkisar

antara 55ºF (13ºC) sampai dengan 65ºF (18ºC) dengan kondisi udara yang

mengalir, sedangkan kelembaban berkisar 50%. Alat untuk mengukur suhu

36 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 68. 37 Pawit M.Yusuf, Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana

2001), h. 119-120.

Page 43: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

31

ruangan dikenal sebagai air conditioning (AC) dan alat untuk mengukur

kelembaban dikenal sebagai higrometer. 38

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh setiap perpustakaan dalam

memfungsikan AC diharuska selama 24 jam nonstop setiap harinya. Apabila AC

hanya dihidupkan pada siang tetapi malam hari dimatikan, maka dapat

mengakibatkan kelembaban dalam ruangan. Sehingga suhu yang berada dalam

ruangan akan berubah-ubah atau tidak beraturan. Kondisi tersebut akan

mempercepat kerusakan lapisan kertas tersebut.39

Apabila kelembaban dan suhu udara cukup tinggi, dianjurkan untuk

menggunakan dehumidifer dan silical gel. Silical gel sendiri berfungsi untuk

menurunkan kelembaban udara yang berada di dalam rak maupun lemari

sedangkan dehumidifer sendiri berfungsi untuk menurunkan udara diruangan yang

tertutup.

Dengan memperhatikan hal-tersebut diatas, laju kerusakan bahan naskah

dapat diperlambat dan kondisi fisiknya dapat dipertahankan sehingga suatu

naskah dapat bertahan lebih lama.

2) Cahaya

Pada hakikatnya cahaya matahari sangat baik untuk tubuh manusia beda hal

dengan koleksi baik bahan pustaka maupun manuskrip. Apabila koleksi tersebut

langsung terkena matahari akan mengakibatkan kerusakan yang lebih serius. Ada

38 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya

Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”. h.

142 39 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja,

(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 99

Page 44: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

32

dua hal jenis cahaya diantaranya cahaya matahari dan cahaya lampu pijar maupun

neon. Cahaya sendiri mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan

pustaka maupun manuskrip itu sendiri. Cahaya matahari yang masuk kedalam

ruangan baik secara langsung maupun pantulan sebaiknya dihalangi dengan

gordeng atau disaring lagi dengan menggunakan filter untuk mengurangi radiasi

ultra violet dan koleksi yang ada diruangan perpustakaan tidak boleh diletakan

didekat dengan jendela.40

Selain cahaya matahari, cahaya lampu neon pun juga sangat berpengaruh

terhadap kondisi koleksi yang berada dalam ruangan perpustakaan. Penerangan

yang merata di semua ruangan koleksi, dapat menyebabkan kerusakan koleksi

akan tetapi jika dicegah dengan memasang filter pada lampu neon maupun pijar

maka dapat mengurangi kerusakan koleksi yang terkena sinar ultra violet pada

lampu neon tersebut.41

3) Debu

Debu sendiri dapat mengandung maupun mengundang banyak jamur pada

koleksi, selain itu debu juga dapat meningkatkan keasaman pada kertas dan

memperpendek usia kertas. Oleh karena itu adanya pencegahan agar debu jangan

sampai masuk keruangan perpustakaan sangat perlu diperhatikan terutama

ruangan koleksi naskah kuno, karena koleksi naskah kuno merupakan koleksi

yang sangat rawan dengan kerusakan. Untuk mencegah agar debu tidak masuk

dalam ruangan perpustakaan, maka hal ini dapat dicegah dengan menggunakan

40 Muhammdin Razak, “Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip: Pengendalian Kondisi

Lingkungan.” Laporan Pelaksanaan Lokakarya Pelestarian Bahan Pustaka, Arsip dan Lontar,

tanggal 6-8 Juli 1992 (Ujung Pandang: Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, 1992), h. 5 41 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h.99

Page 45: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

33

alat penghisap debu atau vaccum cleaner, menggunakan kuas, spon, kemoceng

dan penghapus karet. Selain hal tersebut, hal lain yang harus diperhatikan adalah

fasilitas yang terdapat pada ruang perpustakaan juga harus dibersihkan dari

kotoran debu terutama lingkungan perpustakaan itu sendiri agar tetap terawat dan

terpelihara dengan baik dari segi kebersihannya.

b. Upaya Pencegahan yang Disebabkan Oleh Faktor Biotis

Faktor biotis yang dimaksud diantaranya serangga, jamur maupun binatang

pengerat dan lain sebagainya yang dapat meyebabkan kerusakan koleksi baik

bahan pustaka maupun manuskrip. Cara mengatasi masalah tersebut adalah perlu

dilakukan pencegahan serta pembasmian unsur dari biotis tersebut dengan

menggunakan berbagai bahan kimia. Dalam hal menggunakan bahan kimia ini

harus dijaga dengan baik dan benar agar bahan kimia tersebut tidak menyebabkan

kerusakan pada koleksi itu sendiri.

Sebuah lingkungan yang lembab dan kurang sirkulasi udara merupakan

tempat ideal untuk serangga. Oleh karena itu suhu dan kelembaban udara harus

benar-benar terjaga dan dimonitorin. Upaya dalam melakukan pencegahan faktor

biotis yaitu mengatasi masalah tersebut dengan cara memilih rak penyimpanan

yang terbuat dari besi ataupun logam. Sedangkan untuk mencegah jamur perlu

menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan menjaga suhu maupun kelembaban

tersebut. Upaya apabila koleksi sudah teridentifikasi terkena jamur adalah dengan

cara membuka sirkulasi udara selebar-lebarnya dan memasang kipas angin untuk

mengeluarkan udara dari dalam ruangan keluar tujuannya untuk membuang spora

sebelum mereka berkesempatan menetap dan memulai pertumbuhan baru.

Page 46: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

34

Selain langkah tersebut adapun langkah lain yang dapt dilakukan untuk

pencegahan yang disebabkan oleh jamur yaitu membuat pola sebaran wabah dan

mendapatkan perkiraan koleksi yang terinfeksi. Kehadiran jamur dapat terdeteksi

dengan baunya, koleksi yang terinfeksi jamur dapat segera di berdirikan dan

diletakkan pada tempat yang bercahaya serta terdapat sirkulasi udara. Idealnya

koleksi yang terinfeksi dijemur dibawah matahari, jika tidak koleksi bisa

diletakkan dalam ruangan yang berventilasi dan jumlah cahaya yang

banyak.adapun waktu penjemuran dibawah matahari tidak boleh lebih dari 6 jam.

Vacuum seluruh ruangan untuk menghilangkan debu termasuk belakang rak buku

dan sela-sela lantai serta furniture. Suci hamakan area tersebut dengan

menggunakan lap basah dan disenfektekan yang kuat.42 Jika dilakukan fumigasi

alangkah baiknya buku-buku yang di dalam rak tidak terlalu rapat, agar proses

fumigasi berjalan dengan lancar.

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh

jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah kerusakan yang disebabkan

pada jamur, ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam upaya

pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan kelembaban ruangan

atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul

buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari

kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk

menjilid, sebaiknya menggunakan bahan sintesis seperti polyvinyl acetat.43

42 Indah Purwani, “Fakta Tentang Jamur dan debu Buku di Perpustakaan: bahaya yang

mengancam koleksi dan kesehatan pustakawan”,Visi Pustaka Vol.16,No.1, 2014. h.93 43 Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007),

h. 161

Page 47: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

35

c. Usaha Pencegahan yang Disebabkan Faktor Kimia

Keasaman kertas diantaranya resiko dari bahan kimia yang digunakan pada

proses pembuatan kertas serta tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung

asam, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada kertas.44 Oleh sebab itu perlu

adanya pencegahan dan perbaikan pada koleksi yang telah mengalami kerusakan.

Seperti menetralkan tingkat keasaman yang terkandung pada kertas tersebut

dengan memberi penahan yaitu buffer. Ataupun menggunakan cara lainnya ialah

menyimpan dan menata kertas dan buku ke dalam lemari kaca dengan memilih

koleksi yang baik, teliti dan dilihat jenis kertas serta tulisan.

d. Usaha Pencegahan yang Disebabkan Faktor Manusia

Dari segi banyak hal yang kita tidak bisa duga bahwa selain faktor biotis,

fisika maupun faktor lainnya. Ternyata faktor manusia dapat juga sebagai

penyebab utama kerusakan pada koleksi itu sendiri, bahwasannya manusia tidak

sadar apa yang ia perbuat, seperti memegang buku berlebihan dan lain sebagainya.

Dalam mengatasi hal tersebut hendaknya dalam mengambil koleksi di rak

haruslah berhati-hati, pustakawan harus memberi peringatan tegas terhadap

pemustaka yang membawa makanan serta minuman ke dalam ruangan

perpustakaan, dilarang untuk mecorat-coret maupun melipat koleksi secara

sembarangan, memberikan saksi berupa teguran dan denda kepada pemustaka

apabila meminjam akan tetapi menyebabkan kerusakan koleksi, serta perlu

diadakan dalam pemeriksaan keutuhan koleksi secara berkala.45

Adapun cara lain dalam usaha pencegahan yang disebabkan manusia antara

lain, pustakawan harus membersihkan ruangan serta koleksinya secara teratur

44 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17. 45 Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h. 30

Page 48: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

36

karena hal merupakan pekerjaan penting selain mengatur suhu udara yang ada

diruangan tersebut. Pustakawan harus memberikan informasi terhadap

pustakawan lainnya, karena staff di perpustakaan kadang-kadang tidak mengerti

maupun mengetahui cara membersihkan baik dan benar.46

e. Usaha Pencegahan yang Disebabkan Oleh Faktor Bencana Alam

1) Api

Selama ini sudah banyak kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh api

(kebakaran). Begitu pula di perpustakaan, api sangat merusak koleksi bahkan

memusnahkannya, untuk mencegah kerusakan yang semakin parah maka perlu

adanya suatu tindakan preventif seperti:

a) Bahan yang mudah terbakar seperti bahan-bahan kimia yang

mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama.

b) Kabel listrik harus diperiksa secara berkala.

c) Larangan merokok di dalam ruangan maupun di luar bangunan

utama.

d) Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang

strategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran,

fungsi alat ini harus sering diperiksa secara berkala.

e) Alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah

untuk dijangkau. Sedangkan untuk alat pendeteksi api dan tanda

bahaya harus dipasang dan diperiksa secara teratur. Bunyi dari

suara alat-alat tersebut harus terdengar oleh semua staf dan

pemustaka.

46 Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka, h. 33

Page 49: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

37

Mereka harus mengenal tanda bahaya dari alat tersebut. Selain perpustakaan

menyediakan tenaga listrik utama dari PLN. Petugas harus dilatih secara teratur

mengenai cara penggunaannya dari berbagai aspek pencegahan api. Seharusnya

suatu organisasi pemadam kebakaran yang profesional perlu memberi saran

terhadap sifat alat-alat tersebut.47

2) Air

Kerusakan yang disebabkan oleh air mungkin lebih berbahaya bagi

perpustakaan dibandingkan api. Untuk koleksi yang rusak akibat terkena banjir,

langkah-langkah yang dapat diambil sebagai tindakan pencegahan antara lain:

a) Ikatan yang ada disebuah buku atau koleksi lainnya jangan

dilepas, maka lumpur yang ada di bagian luar dapat dibersihkan

untuk menghilangkan kotoran, lumpur dan lain-lain dengan

menggunakan kapas yang sudah dibasahi.

b) Air yang terdapat dalam ikatan buku atau koleksi lainnya harus

dikeluarkan dengan cara menekannya perlahan-lahan.

c) Buku yang masih basah harus diangini sampai kering

d) Buku diusahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan sampai

terpisah.

e) Buku yang sudah dikeringkan jngan dibawah pancaran sinar

matahari.

f) Kesabaran adalah modal utama dalam usaha melakukan tindakan

pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka.48

47 Karmidi Martoadmodjo, Buku Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka, (Jakarta:

Universitas Terbuka,1999),h. 78-79. 48 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 78.

Page 50: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

38

5. Pemeliharaan Naskah-Naskah Kuno

Pemeliharaan naskah kuno merupakan kegiatan yang terencana dan

terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama

mungkin. Pada dasarnya pemeliharaan atau pelestarian itu upaya untuk

memastikan agar semua bahan koleksi cetak maupun non cetak pada suatu

perpustakaan bisa tahan lama dan tidak cepat rusak. Adapun dalam pemeliharaan

naskah kuno ada dua komponen yang harus di kerjakan yaitu:

a. Pemeliharaan Fisik Koleksi Naskah Kuno

1) Konservasi

Konservasi adalah teknik yang dipakai untuk melindungi koleksi dari

kerusakan dan kehancuran. Konservasi mengarah pada seluruh usaha dan tindakan

pencegahan (preventif), pemulihan (remedial) dan perbaikan (restoratif) yang

bertujuan melindungi naskah sebagai benda cagar budaya (tangible cultural

heritage) sekaligus meningkatkan keteraksaraan naskah oleh generasi masa kini

dan generasi masa mendatang.

Mengacu pada resolusi /COM-CC mership the 15th Triennial Conference

,New Delhi, 22-26 September 2008, jenis konservasi yang dilaksanakan yaitu

konservasi pencegahan (preventif),konservasi perbaikan (remedial), dan

pemulihan atau restorasi.49

Menurut prinsip-prinsip konservasi yang ditulis dalam buku “Introduction

to Conservation” terbitan Unesco tahun 1979, ada beberapa tingkatan dalam

kegiatan konservasi, yaitu Prevention of deterioration, preservation,

49 Dina Isyanti, Aditia Gunawan, Agung Kriswanto. Pedoman Pengelolaan Naskah

Nusantara.hal.28-29

Page 51: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

39

Consolidation, restoration and reproduction yang masing-masing diterjemahkan

sebagai berikut:

a) Prevention of deterioration adalah tindakan preventif untuk

melindungi koleksi dengan mengendalikan kondisi lingkungan

dan melindungi koleksi dari kerusakan lain,termasuk cara

penanganan.

b) Preservation adalah penanganan yang berhubungan langsung

dengan koleksi. Semisal kerusakan yang disebabkan oleh udara

lembab,faktor kimiawi,serangga, dan mikroorganisme harus

dihentikan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

c) Consolidation adalah memperkuat bahan yang sudah rapuh

dengan memberi perekat (sizing) atau bahan penguat lain.

d) Restoration adalah memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan

jalan menambal,menyambun,memperbaiki jilidan dan mengganti

bagian yang hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula.

e) Reproduction adalah membuat salinan (foto copy) dari bahan-

bahan asli,termasuk bentuk mikro dan foto reproduksi, replika,

miniatur dan alih media ke media baru.50

Dari kegiatan konservasi yang disebut diatas, kegiatan konservasi

diperpustakaan ada bermacam-macam tetapi dalam kelompok besarnya dibagi tiga

yaitu konservasi preventif dan kuratif serta restorasi. Konservasi preventif yaitu

tindakan pencegahan terhadap kerusakan bahan perpustakaan baik itu bahan

pustaka maupun naskah kuno dari berbagai macam faktor perusak,baik itu

50 Damaji Ratmono. “Preservasi Majalah Terjilid Pada Sub Bidang Teknis Penjilidan

Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI”,Visi Pustaka,Vol.16,No.1,april 2014, h.71

Page 52: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

40

manusia, serangga, ataupun alam. Selain itu tindakan pengontrolan lingkungan

dibutuhkan secara berkala khususnya untuk koleksi yang tergolong koleksi langka

dan koleksi khusus. Kunci dari faktor lingkungan yang harus diperhatikan adalah

meliputi temperatur, serangga, maupun polusi dan pencahayaan yang berlebihan.

Konservasi Kuratif meliputi tindakan berbagai penanganan dan treatment

dengan metode dan teknik penanganan yang sudah ditentukan.51

2) Restorasi

Restorasi merupakan bagian dari kegiatan konservasi. Setelah dilakukan

konservasi (pemeliharaan) maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah

restorasi (perbaikan), restorasi merupakan kegiatan mengembalikan bentuk

naskah dengan menggunakan teknik tertentu agar fisik terjaga dan membuatnya

kokoh.52

Dalam Kamus kepustakawanan Indonesia mengemukakan bahwa restorasi

biasa juga disebut reparasi,yakni tindakan khusus yang dilakukan untuk

memperbaiki koleksi yang rusak.53 Sedangkan menurut definisi IFLA menunjuk

pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki koleksi dan arsip

yang rusak.54

Dalam melakukan restorasi tidak boleh dikerjakan begitu saja,harus melihat

keadaan manuskrip atau naskah tersebut. karena tiap kerusakan fisik perlu

51 Indah Purwani. “Selintas Peran Restorator dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan”,

Visi Pustaka ,Vol.15,No.1, April 2013, h.62

52 Primadesi,Y. “Peran Masyarakat Lokal Dalam Usaha Pelestarian Naskah-Naskah Kuno

Paseban”, Jurnal Bahasa dan Seni,Vol.2, No.2, h.122

53 Lasa HS. Kamus Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher,2010), h.258

54 International Federation of Library Association.Conservation and Preservation

IFLA/UNESCO.Web Resmi IFLA/UNESCO. http://www.ifla.org/files/assets/pac/ipi/ipi1-en.pdf .

Akses tanggal 24 Juni 2015

Page 53: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

41

ditangani dengan cara yang berbeda tergantung sebab dan jenis kerusakan.

Menurut Primadesi dalam sebuah tulisan tentang peran masyarakat lokal dalam

pelestarian naskah-naskah kuno paseban menyatakan bahwa langkah-langkah

melakukan restorasi naskah kuno antara lain:

a) Membersihkan dan melakukan fumigasi

b) Melapisi dengan kertas khusus (doorslagh) pada lembaran naskah yang

rentan

c) Memperbaiki lembaran naskah kuno yang rusak dengan bahan arsip

d) Menempatkan dalam tempat yang aman

e) Menempatkan pada ruangan ber-AC dengan suhu udara teratur.55

Selain beberapa langkah diatas, langkah-langkah dalam memperbaiki

(restorasi) naskah kuno dapat juga dilakukan dengan cara laminasi dan

enkapsulasi. Adapun pengertian dan cara restorasi dengan langkah laminasi dan

enkapsulasi adalah sebagai berikut:

a) Laminasi

Laminasi adalah langkah perbaikan koleksi baik naskah kuno, arsip,

maupun bahan pustaka dengan kertas khusus, dengan tujuan koleksi tersebut lebih

awet dan kuat. Laminasi untuk koleksi buku, arsip ataupun naskah kuno pada

dasarnya sama, hanya saja proses laminasi berbeda. Tergantung dari tingkat

kerusakan koleksi tersebut. Bahan-bahan khusus yang digunakan dalam proses

laminasi antara lain lem dengan bahan metil celulosa, air dengan bahan calsium

55 Hijrana Bahar & Taufiq Mathar (2015), “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di Badan

Perpustakaaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”.Jurnal Ilmu

Perpustakaan,Informasi,dan Kearsipan Khizanah:Al-Hikmah,Vol.3, No.1, Januari-Juni 2015, h.

95. Diakses dari http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article

Page 54: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

42

carbonat, atau dengan air aqua biasa yang bebas dari kaporit, dan pelapis koleksi

yang terdiri dari film oplas, kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Biasanya

kertas yang harus dilakukan laminasi adalah kertas-kertas yang sudah tua atau

rapuh dan berwarna kuning kecoklatan. Ada cara laminasi yaitu dengan mesin

dan secara manual. Untuk laminasi dengan mesin dibagi menjadi dua cara yaitu

laminasi mesin dengan cara dingin dan laminasi mesin dengan cara panas. 56

b) Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah perbaikan kertas dari kerusakan yang bersifat fisik,

misal rapuh karena usia koleksi tersebut, pengaruh asam, dimakan serangga,

kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Umumnya kertas yang akan dilakukan

enkapsulasi adalah kertas yang sudah rapuh, ciri tersebut biasa terdapat pada

koleksi naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya. Alat yang digunakan untuk

enkapsulasi berupa lembaran-lembaran plastik yang transparan dan lem dari

double side tape. Cara yang dilakukan dalam proses enkapsulasi ini biasanya

mengapit setiap lembaran kertas dengan menempatkan diantara dua lembar plastik

transparan dan menempelkan lem dari double side tape di pinggiran plastik

tersebut. Cara enkapsulasi ini mirip dengan menempatkan suatu koleksi pada

sebuah amplop hanya saja dalm enkapsulasi perbedaannnya harus dipastikan

bahwa tidak ada udara di dalam plastik tersebut. Sehingga kertas di dalam plastik

tidak lembab dan berjamur. 57

Perbedaan enkapsulasi dan laminasi adalah jika pada laminasi koleksi

menempel dengan pembungkus yang melindunginya, sedang enkapsulasi, koleksi

56 Karmidi Martoadmodjo, Buku Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka, ( Jakarta:

Universitas Terbuka,1999), h.111-112

57 Karmidi Martoadmodjo, Buku Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka, h.113

Page 55: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

43

tidak menempel pada plastik yang membungkusnya, sehingga apabila sewaktu-

waktu koleksi tersebut dibutuhkan dalam keadaan utuh maka masih bisa

dilepaskan dari plastik yang melindunginya tersebut.

c) Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan cara

menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas. Dalam proses

pembuatan kertas, ada campuran zat kimia yang apabila zat tersebut terkena udara

luar, membuat kertas menjadi asam.58

Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan

asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai

sumber, deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Alat-alat

yang disebutkan di atas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu

bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman yang disingkat pH. Asam

mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH7 adalah normal atau netral.

Kalau pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH

kertas berada antara 4-5, ini menunjukan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk

mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik [pada suatu permukaan

kertas dibasahi dengan air suling, kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau

kerta pH. Dalam melakukan deasidifikasi, kita harus hati-hati karena deasidifikasi

terlalu besar akan menyebabkan kertas menjadi rusak.59

d) Penjilidan

58 Karmidi Martoadmodjo, Buku Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka, h.104 59 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 43

Page 56: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

44

Untuk buku-buku yang telah mengalami kerusakan, perlu segera dilakukan

penjilidan ulang, agar nilai informasi yang ada di dalamnya tidak hilang, sehingga

buku yang telah diperbaiki dengan penjilidan ulang tersebut dapat dimanfaatkan

kembali oleh pengguna perpustakaan. Pada dasarnya penjilidan merupakan

pekerjaan menghimpun menggabungkan lembaran-lembaran yang lepas menjadi

satu, yang dilindungi ban atau sampul.60 Agar penjilidan dapat awet terhadap

penggunaan yang tinggi di perpustakaan, diperlukan struktur penjilidan yang

kokoh dan kuat agar bahan pustaka tidak mudah cepat rusak. Oleh karena itu

untuk kepentingan bahan pustaka selain struktur jilidan yang kuat juga diperlukan

bahan-bahan jilidan yang berkualitas baik atau permanen.

b. Pemeliharaan Non Fisik (Teks dalam Naskah)

Pelestarian isi naskah dapat dilakukan jika fisik naskah memadai. Artinya,

jika fisik naskah rapuh, robek, berjamur, atau hancur, dan lain sebagainya maka

proses pelestarian terhadap isi naskah akan sulit dilakukan. Pelestarian terhadap

isi naskah dapat dilakukan dengan digitalisasi, serta disalin (ditulis ulang), dialih

aksarakan, dan diterjemahkan.

1. Digitalisasi

Menurut Marilyn Deegan “digitalisasi adalah proses konversi dari segala

bentuk dokumen tercetak atau yang lain ke dalam penyajian bentuk digital”.

Dalam bidang perpustakaan, proses digitalisasi adalah kegiatan mengubah

dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Proses digitalisasi ini dapat dilakukan

terhadap berbagai bentuk koleksi atau bahan pustaka seperti, peta, naskah kuno,

60 Karmidi Martoadmodjo, Buku Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka, h.123

Page 57: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

45

foto, karya seni patung, audio visual, lukisan, dan sebagainya. Untuk

mendigitalisasi masing‐masing bentuk koleksi tersebut tentunya digunakan cara

yang berbeda. Misalnya untuk karya seni patung dan lukisan, biasanya

menggunakan kamera digital atau merekamnya dalam bentuk gambar bergerak

sehingga menghasilkan foto digital atau video. Sedangkan untuk dokumen cetak

lain biasanya menggunakan mesin scanner.

Selain mengenal pengertian digitalisasi sebagaimana sudah dijelaskan

diatas, maka perlu juga diketahui apa saja tahapan perencanaan sebelum

melakukan proyek digitalisasi, diantaranya; merumuskan aturan dan mekanisme,

dalam tahapan ini sebaiknya dibuatkan SOP (Standard Operating Procedure) agar

kegiatan yang akan dilaksanakan jelas dan tercapai tujuannya; kebutuhan teknis

(hardware dan software), kebutuhan teknis disini dibagi menjadi 2 yakni

kebutuhan teknis (hardware) dikelompokkan seperti komputer server, komputer

personal, jaringan internet, mesin pemindai(scanner), dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk kebutuhan teknis (software) dikelompokkan seperti Adobe

Acrobat, Scansoft Omnipage Pro, DSpace, dan lain‐lain; kebutuhan sumber daya

manusia, ditetapkan jumlahnya sesuai dengan kualifikasinya; menyusun waktu

pelaksanaan; dukungan dana.61

Metode pemeliharaan koleksi naskah kuno seperti ini memberikan beberapa

keuntungan dan kelebihan dibandingkan dengan pemeliharaan non digital, antara

lain dari segi alat dan pemanfaatan lebih mudah dan murah; dari sisi penyimpanan

tidak memerlukan ruang yang besar, dapat disimpan di dalam CD,DVD,Flashdisk,

kartu memori, dan lain-lain; dapat dimanfaatkan secara lebih luas, apalagi jika

61 Bermansyah; Yoyok Antoni, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya Pelestarian”

GaneÇ Swara, Vol. 10 No.1, Maret 2016, h.122-123

Page 58: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

46

sudah diunggah (upload) di dalam sebuah internet. Meskipun demikian mudahnya

teknologi seperti ini dimanfaatkan, namun tidak menutup kemungkinan cara

pemeliharaan digital seperti ini juga memiliki kelemahan, salah satunya adalah

rawan terkena virus, harus terus menerus diperbaharui secara berkala karena daya

tahan lebih rendah.62

2. Penyalinan Ulang (Back Up)

Hal ini merupakan suatu upaya yang dilakukan agar isi informasi dalam

suatu informasi dapat diselamatkan dan informasi yang terkandung dapat di akses

walaupun keadaan fisiknya telah rusak atau telah hilang.63

3. Verifikasi Pengalihan Bentuk Pelestarian dan Pengalihan Aksara

Dalam memacu program pelestarian karya budaya tersebut, atau naskah

kuno perlu dilakukan revitalisasi dan verifikasi terhadap pengemasan atau

pengalihbentukan naskah –naskah. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan

transkripsi dan transliterasi seluruh karya nusantara ke dalam bahasa Indonesia

dan Inggris dalam kemasan yang menarik. Kemasan tersebut harus lebih ramah

dan murah; baik dalam bentuk buku, artikel, CD-ROM, e-book, maupun bentuk

lainnya. Seluruh naskah nusantara dan hak publikasi dimiliki oleh pemerintah

yang kemudian bisa mencetak dan menyebarluaskan kepada masyarakat.64

4. Penerjemahan

62 Asep Saefullah. “Digitalisasi Naskah:Upaya Pemeliharaan Khazanah Bangsa”, Majalah

Litbangdiklat, ed.3, 2015, hal.48-49

63 Faizal Amin. “Preservasi Naskah Klasik” Jurnal Khatulistiwa-Journal Of Islamic

Studies, Vol.1,No.1, Maret 2011, h..97

64 Adin Bondar “Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip Dalam Menggali

Kearifan Lokal Sebagai Social Capital dalam Membangun Bangsa: Sebuah Tinjauan UU

No.43/2007 Tentang Perpustakaan”, h. 24

Page 59: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

47

Penerjemahan suatu naskah diperlukan agar orang atau pencari informasi

bisa mempelajari suatu naskah walau tidak dapat membaca aksara dan sastra yang

tertulis.65

6. Kendala-Kendala Dalam Pelestarian Koleksi Naskah Kuno atau

Manuskrip

Dalam kegiatan pelestarian koleksi baik itu naskah kuno maupun manuskrip

khususnya di Indonesia ternyata juga mengalami banyak kendala, yaitu : 66

a. Kurangnya tenaga pekerja dibagian pelestarian di Indonesia. Hingga

sampai saat ini belum ada lembaga-lembaga pendidikan yang

mengkhususkan diri pada pelestarian serta belum jelas apakah untuk

tenaga pelestarian diperlukan pada tingkat teknisi atau ketingkat

profesional.

b. Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami apa arti

dari pentingnya pelestarian sehingga mengakibatkan kurangnya dana,

perhatian, dan fasilitas yang tersedia.

c. Pratek pelestarian yang dilakukan selama ini di Indonesia masih banyak

yang salah.

d. Berbagai bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan Indonesia

tercetak dalam kertas yang beraneka ragam mulutnya. Justru banyak

bahan pustaka dari periode perang kemerdekaan dicetak dalam kertas

sejenis kertas merang yang kurang baik mutunya, namun tinggi nilai

sejarahnya.

65 Faizal Amin. “Preservasi Naskah Klasik”, h.97

66 Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 1993),

h.279.

Page 60: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

48

e. Banyak kita jumpai rata-rata ruangan perpustakaan tidak dirancang

bangun sesuai dengan keperluan pelestarian dan pengawetan. Masih

banyak ruang perpustakaan yang menerima sinar matahari secara

langsung sehingga mempercepat proses kerusakan bahan pustaka.

f. Pada tingkat nasional belum terdapat kebijakan pelestarian nasional.

Kebijakan ini merupakan kerjasama antara instansi atau lembaga-

lembaga yang terkait.

D. Penelitian Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian terdahulu. Dari penelitian terdahulu, diperoleh beberapa

masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu :

1. Preservasi Naskah Kuno (Studi pada Perpustakaan Reksa Pustaka Pura

Mangkunegaran Surakarta), penelitian ini dilakukan oleh Dinar

Puspita Dewi,S.Sos pada tahun 2014, mahasiswi jenjang magister,

program studi interdisciplinary islamic studies, konsentrasi ilmu

perpustakaan dan informasi, UIN Sunan Kalijaga. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak

pada tujuan dan perbedaan tempat. Tujuan penelitian yang dilakukan

oleh saudari Dewi antara lain mengetahui upaya preservasi

Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta terhadap

naskah kuno, mengetahui bagaimana problematika pelaksanaan

preservasi Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta

terhadap naskah kuno dan mengetahui upaya kontinuansi Perpustakaan

Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta dalam meningkatkan

Page 61: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

49

pembelajaran dan pemanfaatan masyarakat terhadap naskah kuno.

Sedangkan untuk metode penelitian terdapat persamaan menggunakan

jenis penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif.

2. Pelestarian Naskah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia,

penelitian ini dilakukan oleh Hikmah Nasution pada tahun 2015,

mahasiswi ilmu perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan terletak pada tujuan dan perbedaan tempat

penelitian. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh saudari Hikmah

antara lain untuk mengetahui kebijakan pelestarian naskah di

Perpustakaan Nasional, untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan

pelestarian naskah di Perpustakaan Nasional, dan untuk mengetahui

penyebaran informasi naskah setelah proses pelestarian di

Perpustakaan Nasional. Sedangkan untuk metode penelitian terdapat

persamaan menggunakan jenis penelitian kualitatif menggunakan

metode deskriptif.

Ditinjau dari penelitian yang telah dilakukan diatas terdapat persamaan

dan perbedaan dengan masalah yang akan diteliti. Hal yang menjadi

persamaan yaitu sama-sama membahas mengenai preservasi atau

pelestarian koleksi naskah kuno, dengan menggunakan metode

penelitian yang sama yakni penelitian kualitatif menggunakan metode

deskripstif, sedangkan hal yang membedakan dalam penelitian ini

adalah dalam tujuan penelitian. Dimana penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana proses pelestarian koleksi naskah kuno

Page 62: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

50

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, untuk mengetahui

apa saja kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt

Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dan untuk mengetahui bagaimana cara

mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt

Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

Page 63: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

51

BAB III

METODE PENELITIAN

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Di dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian

deskriptif. Oleh sebab itu metode penelitian deskriptif yang dimaksud

disini merupakan suatu cara rangkaian penulisan yang bertujuan untuk

menggambarkan maupun menjelaskan suatu tempat hasil penelitian yang

bersifat apa adanya.67 Penelitian deskriptif ini hanya digunakan untuk

menggambarkan keadaan suatu objek yang akan diteliti untuk dikaji lebih

mendalam. Dalam penelitian deskriptif ini tujuannya adalah

menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik

mengenai populasi atau bidang tertentu. Data yang dikumpulkan semata-

mata bersifat deskriptif tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji

hipotesis,membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.68

b. Pendekatan Penelitian

Peneliti ini hanya menggunakan pendekatan kualitatif, yakni

penelitian yang dimaksudkan untuk menghasilkan data-data deskriptif

berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan prilaku yang dapat

67Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. (Jakarta: STIA Lembaga Administrasi

Negara, 2004 ), h. 60

68 Azwar S. Metode Penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Page 64: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

52

diamati.69 Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menggali informasi

secara lebih dalam terkait dengan masalah apa yang akan teliti.

Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara menyeluruh dan akan lebih aik lagi bila memberikan subyek

kebebasan dalam mengekspresikan respon secara mendalam dan

sealamiah mungkin.70

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang peneliti dapatkan secara

langsung dengan informan yang berada dilapangan. Data primer ini dapat

berupa benda-benda, situs atau manusia.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya, atau seseorang mendapat informasi dari orang lain. Data

sekunder diambil dari dokumen-dokumen misalnya, karya tulis orang

lain, koran, laporan atau majalah.71

3. Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pemilihan informan yang ditentukan dengan mencari objek

69 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), h. 3.

70 David Bawden. Users, user studies and human information behaviour; A three-decade

perspectives on user studies and information needs” Journal of Documentation.

Bradfoard:2006.vol.62,Iss.6;pg.671

http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1255208921&sid=3&Fmt=3&clientld=45625&RQT=309&

Vname=PQD diakses tanggal 2 juni 2015 71 Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86-87

Page 65: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

53

yang memahami apa yang diteliti oleh penulis. Informan merupakan orang

yang dijadikan sebagai nara sumber bahan penelitian, pemberi informasi,

dan pembantu dalam penyediaan data.72

Informan di dalam penelitian kualitatif menggunakan teknik puspose

sampling, yang artinya teknik pengambilan sampel sumber data dengan

mempertimbangkan tertentu yaitu sumber data yang paling tahu tentang apa

yang harapkan oleh penulis agar mempermudah untuk menjelajahi objek

yang akan diteliti. Adapun penelitian ini dalam pemelihan kriteria informan

sebagai berikut :

Tabel.1

Informan

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Syaifuddin, MA.Hum Kepala Seksi Koleksi

S2

(Filologi)

2 Ida Fitriani, M.Hum Staf Pengembang Koleksi

S2

(Arkeologi)

Informan yang dipilih adalah orang yang berkaitan langsung dengan

topik yang diteliti oleh penulis dan paling memahami objek penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan teknik wawancara secara tatap muka langsung terhadap

informan, serta wawancara terhadap informan akan dihentikan apabila

jawaban penelitian telah dianggap sangat puas.

72 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: tahapan strategi, metode, dan tekniknya. (Jakarta:

PT. Raja Grasindo Persada, 2007), h. 30

Page 66: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

54

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan

tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini

adalah :

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara ini dilakukan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Dalam melakukan

wawancara dapat dilakukan secara tersetruktur maupun tidak terstruktur.

Yang dimaksud dengan wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan

penelitian ini, peneliti telah menyiapkan intrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanyapun telah

disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan

wawancara bebas atau terbuka yang mana peneliti hanya menggunakan

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara ini

harus dilakukan dengan pihak Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal agar dapat memperoleh data yang relevan dengan

persoalan yang akan diteliti.73

b. Observasi

73 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2010), h.194-197

Page 67: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

55

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan

data tentang suatu masalah, sehinggga diperoleh pemahaman atau

sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi / keterangan

yang diperoleh sebelumnya.74

5. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data peneliti menggunakan analisis data model

penelitian kualitatif versi miles dan huberman yang terdiri dari :75

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses menyederhanakan data baru yang

diperoleh dari hasil penelitian yang sedang berlangsung. Langkah ini

dilakukan sebelum seluruh data baik dari observasi, survei, dan

wawancara dikumpulkan. data yang diperoleh oleh peneliti dengan

cara observasi maupun wawancara perpustakaan dengan mempelajari

literatur yang berkaitan dengan tema skripsi yang dikaji, maka

selanjutnya dicatat dengan rinci, lalu dikelompokan, kemudian data

tersebut harus dikhususkan pada hal penting yang terkait dengan tema

penelitian. Sehingga data yang diperoleh dapat memeberikan

gambaran yang jelas.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah

menyajikan data. Dalam penyajian data, peneliti melakukan dalam

bentuk naratif, yang kemudian peneliti alihkan dalam bentuk bagan,

74Iin Tri Rahayu, dan Tristiadi Ardi Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.194-197

75 Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Perss, 2011),

h.129-133

Page 68: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

56

tabel, dan gambar-gambar. Pengalihan tersebut peneliti lakukan bertujuan

untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian ini.

c. Penarikan kesimpulan

Data yang telah diterangkan dan dijabarkan dalam bentuk narasi

kemudian peneliti gunakan untuk menjawab perumusan masalah yang

telah dirumuskan sejak awal. Data yang telah dirangkum lalu diuraikan

dalam bentuk naratif kemudian peneliti membuat kesimpulan.

Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya.

6. Jadwal Penelitian

Adapun Jadwal Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

Tabel. 2

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

1 Pengajuan Proposal Skripsi Maret 2015

2 Mendapatkan Dosen Pembimbing Skripsi Maret 2015

3 Bimbingan Awal Skripsi Maret 2015

4 Penyusunan Laporan Skripsi September 2015

5 Penelitian November 2017 dan Juli

2018

6 Pengajuan Daftar Sidang Juli 2018

7 Sidang Skripsi Juli 2018

Page 69: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Sejarah Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI)76

Pemerintah dan umat Islam Indonesia menaruh perhatian yang besar

terhadap upaya pemeliharaan Al-Qur'an melalui berbagai usaha, antara lain

melalui pembentukan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, tim

penerjemah Al-Qur'an dan penulisan tafsirnya, lembaga pendidikan dan

pengajaran Al-Qur'an, dan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur'an.

Sebagai wujud perhatian pemerintah untuk menjamin kesucian teks Al-

Qur'an dari berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Al-Qur'an

tersebut, pada tahun 1957 dibentuk suatu lembaga kepanitiaan yang

bertugas mentashih (memeriksa/mengoreksi) setiap mushaf Al-Qur'an yang

akan dicetak dan diedarkan kepada masyarakat Indonesia. Lembaga tersebut

diberi nama Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur'an. Namun keberadaan

lembaga ini tidak muncul dalam struktur tersendiri, dan hanya merupakan

semacam panitia adhoc. Lembaga tersebut menjadi bagian dari Puslitbang

Lektur Keagamaan, bahkan dalam PMA no. 3 tahun 2006 tentang organisasi

dan Tata Kerja Departemen Agama nomenklatur Lajnah tidak disebut sama

sekali, meskipun tugasnya terurai dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi).

Padahal Lajnah mengemban tugas yang berat dan penting dengan volume

76 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Profil Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian RI, 2016),

h. 6

Page 70: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

58

dan cakupan pekerjaan yang luas, serta tanggung jawab yang besar, karena

terkait dengan kajian dan pemeliharaan kitab suci Al-Qur'an.

Tugas-tugas Lajnah semakin berkembang sejalan dengan

perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1982 keluar

Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1982, yang isinya antara lain

menyebut tugas-tugas Lajnah Pentashih, yaitu meneliti dan menjaga mushaf

Al-Qur'an, rekaman bacaan Al-Qur'an, terjemah dan tafsir Al-Qur'an secara

preventif dan represif; mempelajari dan meneliti kebenaran mushaf Al-

Qur'an, Al-Qur'an untuk tunanetra (Al-Qur'an Braille), bacaan Al-Qur'an

dalam kaset, piringan hitam dan penemuan elektronik lainnya yang beredar

di Indonesia; dan memberhentikan peredaran Mushaf Al-Qur'an yang belum

ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an.

Sepanjang perjalanan Lajnah sejak pertama kali didirikan pada tahun

1957 telah mengalami beberapa pergantian kepemimpinan. Sebutan untuk

pemimpin Lajnah hingga akhir tahun 2006 adalah Ketua Lajnah yang secara

ex officio dijabat oleh Kepala Puslitbang Lektur Keagamaan. Sejak awal

tahun 2007 sejalan dengan ditetapkannya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur'an sebagai satuan kerja (satker) tersendiri, sebutan Ketua Lajnah

berubah menjadi Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an. Adapun

mereka yang pernah menduduki jabatan Ketua/ Kepala Lajnah adalah

sebagai berikut:77

77 Ibid

Page 71: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

59

Tabel.3

Nama-Nama Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dari

Masa ke Masa

Tugas-tugas Lajnah hingga tahun 2007 masih sebatas mentashih Al-

Qur'an dengan segala macam produknya. Namun belakangan ini tugas-tugas

Lajnah menjadi semakin luas. Sehubungan dengan itu, sebagai tindak lanjut

pelaksanaan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama dan untuk

meningkatkan dayaguna dan hasil guna pelaksanaan tugas dibidang

pentashihan dan pengkajian Al-Qur'an, keluarlah Peraturan Menteri Agama

RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.

Di dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2007 Bab I

pasal 1, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an adalah Unit Pelaksana

Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Pelatihan,

NO NAMA PERIODE

1 H. Abu Bakar Aceh 1957-1960

2 H. Ghazali Thaib 1960-1963

3 H. Mas'udin Noor 1964-1966

4 H. A. Amin Nashir 1967-1971

5 H.B. Hamdani Ali, MA., M.Ed 1972-1974

6 H. Sawabi Ihsan, MA 1975-1978

7 Drs. H. Mahmud Usman 1979-1982

8 H. Sawabi Ihsan, MA 1982-1988

9 Drs. H. Abdul Hafidz Dasuki 1988-1998

10 Drs. H.M. Kailani Eryono 1998-2001

11 Drs. H. Abdullah Sukarta 2001-2002

12 Drs. H. Fadhal AR. Bafadal, M.Sc 2002-2007

13 Drs. H. Muhammad Shohib, MA 2007-2014

14 Drs. H. Hisyam Ma'sum, M.Si Juni - September 2014

15 H. Abdul Halim Ahmad, Lc, MM September 2014 - Maret 2015

16 Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi, MA Maret 2015 - sekarang

Page 72: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

60

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama RI.

Sejak keluarnya PMA tersebut, Organisasi dan Tata Kerja Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur'an turut berubah sesuai dengan tugas dan fungsi

Lajnah dalam diktum tersebut, sehingga organisasi ini mencakup 3 bidang,

yaitu (1) Bidang Pentashihan, (2) Bidang Pengkajian Al-Qur'an, dan (3)

Bidang Bayt Al-Qur'an dan Dokumentasi. Khusus pengelolaan Bayt Al-

Qur'an dan Museum Istiqlal telah diterbitkan pula Keputusan Menteri

Agama No. 45 Tahun 2007 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Agama

Nomor E/50 Tahun 2002 tentang Susunan Personalia Pengelolaan Bayt Al-

Qur'an dan Museum Istiqlal Taman Mini Indonesia Indah. Sejak keluarnya

PMA No. 3 Tahun 2007 inilah tugas pengelolaan Bayt Al-Qur'an dan

Museum Istiqlal di bawah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.

Saat ini Lajnah menempati Gedung Bayt al-Qur'an & Museum Istiqlal

yang diresmikan pada tanggal 20 April 1997 oleh Presiden RI pada waktu

itu, Soeharto. Gedung ini dibangun di atas tanah seluas 20.013 m2 dengan

luas bangunan ± 20.402 m2. Arsitek pembangunan gedung ini adalah Ir.

Achmad Noe'man. Gedung ini terdiri atas empat lantai yang masing-masing

berfungsi sebagai masjid, main hall, museum shop, dan ruang pamer lantai

1, ruang pamer dan audio visual lantai 2, perkantoran dan ruang

perpustakaan lantai 3, dan ruang seminar lantai 4.

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal Taman Mini

Indonesia Indah, Jakarta, merupakan perpustakaan khusus yang berfungsi

untuk mendukung tugas pokok dan fungsi dari lembaga induknya, yaitu

Page 73: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

61

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, yang bertugas melakukan

pentashihan, pengkajian Al-Qur’an, serta pengelolaan Bayt Al-Qur’an &

Museum Istiqlal. Perpustakaan memiliki koleksi dengan subjek mengenai

Al-Qur’an, tafsir, hadits, serta seni budaya Islam. Pengunjung dapat

menjumpai beragam jenis cetakan Al-Qur’an dari berbagai penerbit,

khazanah tafsir klasik, arsitektur Islam, hingga karya-karya kontemporer.

Pembangunan Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

merupakan bentuk kristalisasi dari seluruh cita-cita dan pemikiran untuk

menampilkan dan mengaktualisasikan kebudayaan bangsa Indonesia,

khususnya yang bernafaskan Islam. Kekhususan ini untuk menunjang tugas

pokok dan fungsi BQMI yang pada awalnya hanya untuk menghimpun

naskah-naskah Al-Qur’an, kemudian diperluas kembali tugasnya untuk

menghimpun,memamerkan, dan mengkaji sejarah serta budaya Islam

Nusantara. Sehingga sejak saat itulah, timbul rencana untuk

menggabungkan ide pendirian Bayt Al-Qur’an (BQMI) dengan pendirian

Museum Istiqlal. BQMI dan Museum Istiqlal merupakan dua lembaga yang

memiliki satu kesatuan utuh, menyatu dalam upaya meningkatkan

kecintaan,pemahaman, dan pengamalan Al-Qur’an. Lebih dari sekedar

tempat untuk menyimpan, melestarikan dan memamerkan naskah-naskah

Al-Qur’an dari berbagai penjuru daerah di Nusantara, BQMI juga

merupakan wadah kajian dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan

Al-Qur’an dan budaya Islam. Sehingga BQMI memiliki peran penting

sebagai tonggak perkembangan dan kebesaran Islam Nusantara untuk

Page 74: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

62

menyiarkan kegemilangan dari masa lalu, masa kini, dan masa yang akan

datang.

2. Dasar dan Tujuan

a. Dasar

1) Sesungguhnya Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang merupakan

rahmat bagi seluruh alam yang menjadi tuntunan terbaik dan

memiliki nilai sangat strategis untuk pembangunan umat manusia.

2) Sesungguhnya Al-Qur’an telah mengilhami, mendorong dan

memperkaya budaya bangsa.

3) Kekayaan budaya yang bernafaskan Islam dalam berbagai bentuknya

perlu dilestarikan dan dikembangkan.

b. Tujuan

1) Meningkatkan kecintaan, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran

Al-Qur’an.

2) Menampilkan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam yang

berkualitas dan kreatif dalam upaya memantapkan kesatuan dan

persatuan bangsa.

3) Menampilkan makna dan citra ajaran Islam dan budaya bangsa

Indonesia yang bersifat terbuka, dinamis dan toleran.

4) Menampilkan budaya Islami yang berasal dari Asia Tenggara dari

bangsa-bangsa lainnya dalam upaya ikut melengkapi dan

memperkaya khazanah budaya Islam dunia.

Page 75: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

63

5) Menjadi forum studi dan pelayanan informasi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan budaya islam.

3. Visi dan Misi

Meskipun Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI)

merupakan lembaga yang berada di dalam naungan lembaga Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMA), dalam hal visi dan misi, mereka

memiliki visi dan misi tersendiri yakni:

Visi

“Menjadi Museum Al-Qur’an dan Kebudayaan Islam Bertaraf

Internasional”

Sedangkan misi dari Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah:

Misi

“Menjaga dan Melestarikan Warisan Al-Qur’an dan Kebudayaan

Islam di Nusantara”

4. Personalia

Jumlah personalia yang dikhususkan untuk fokus dalam kegiatan bidang

BQMI terdapat 15 orang personalia. Adapun tugas dan latar belakang

pendidikan dari masing-masing individu adalah sebagai berikut:

Page 76: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

64

Tabel. 4

Tabel Sumber Daya Manusia Bidang Bayt Al-Qur’an dan

Dokumentasi No Nama Jabatan Bagian Pendidikan

1.

Hj. Nani Sutiati, S.Pd,

M.M

Kepala Bidang

Bayt Al-Qur’an &

Dokumentasi

Bidang Bayt

Al-Qur’an dan

Dokumentasi

S 2

Manajemen

2.

Syaifuddin, MA.Hum Kepala Seksi

koleksi

Seksi koleksi

dan pameran

S 2 Filologi

3.

H. Agus Puji Utama,

S.Pd

Kepala Seksi

Dokumentasi dan

kepustakaan

Seksi

Penyusun

Dokumentasi

dan

kepustakaan

S 1 Pendidikan

Islam

4.

HJ. Juarsih, S.Sos Staf Bahan dan

Informasi

Seksi

dokumentasi

S1 Sosiologi

5

Hj. Khikmawati, Lc Staf

pengembangan

Koleksi Museum

Seksi koleksi

dan pameran

S1 Sastra Arab

6.

Ida Fitriani, M.Hum Staf pengembang

Koleksi Museum

Seksi koleksi

dan pameran

S2 Arkeologi

7.

H. Adimas Bayumurti,

S.Sos

Staf

pengembangan

Koleksi Museum

Seksi koleksi

dan pameran

S1 Ilmu

Komunikasi

8.

Heri Haryadi, S.IP Staf Penyusun

Bahan Informasi

Seksi

Dokumentasi

kepustakaan

S 1 Ilmu

Perpustakaan

9.

Efan Gada Sefa, S.Kom Staf Penyusun

Bahan Informasi

Seksi

Dokumentasi

kepustakaan

S1 Teknik

Informatika

10.

Sri Purwanti Staf pengolah Data Seksi

Dokumentasi

dan

kepustakaan

SLTA

Page 77: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

65

11.

Sejati Hadi Purnomo Staf Pengolah

Bahan Koleksi dan

Museum

Seksi Koleksi

dan Museum

SLTA

12.

Nurudin Staf Pengolah

Bahan Koleksi dan

Museum

Seksi Koleksi

dan Museum

SLTA

13

Aris Munandar Staf Pengolah

Bahan Koleksi dan

Museum

Seksi Koleksi

dan Museum

SLTA

14..

Bubun budiman Staf Pengolah

Bahan Koleksi dan

Museum

Seksi Koleksi

dan Museum

SLTA

15.

Ibnu A’tholillah S.pd Staf Pengolah

Bahan Koleksi dan

Museum

Seksi Koleksi

dan Museum

S1 Pendidikan

Islam

5. Stuktur Organisasi 78

Dikarenakan BQMI merupakan bagian dalam lembaga Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an maka untuk struktur organisasi dijadikan

satu dengan struktur organisasi lembaga induknya tersebut, untuk struktur

organisasi khusus, Perpustakaan BQMI belum memilikinya. Adapun

struktur lembaga induk tersebut sebagai berikut:

78 Ibid, h.15

Page 78: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

66

Gambar.2

Struktur Organisasi

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

6. Koleksi

Koleksi yang terdapat di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal Pentashihan Mushaf Al-Qur’an meliputi manuskrip Al-Qur’an

dari berbagai wilayah nusantara seperti Aceh, Jambi, Banten, Jawa Barat,

Jawa Timur dan Bima dengan ragam bentuk mushaf kuno yang

berjumlah ± 60 naskah. Selain itu ada pula manuskrip keagamaan yang

berasal dari Aceh, Banten, Jawa, Madura, NTB dan lain-lain yang

berjumlah ± 60 naskah. Selain itu ada pula manuskrip Al-Qur’an cetak

dari Singapura, India, Turki, Jakarta, dan Afrika dengan ragam bentuk

percetakan litografi dan mushaf. Ada pula manuskrip terjemahan dan

tafsir Al-Qur’an yang berasal dari Melayu dan Jawa dengan ragam

terjemahan dan tafsir.79

79 Ibid, h.49

Page 79: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

67

7. Jam Layanan

Layanan bagi pengunjung Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dibuka pada setiap hari

selasa hingga minggu, sedangkan untuk kunjungan pada hari senin

diliburkan. Adapun jadwal sebagai berikut :

Tabel.5

Jam Layanan

NO Hari Operasional Jam Layanan

1 Senin Libur bagi pengunjung

2 Selasa-Minggu 08.00 s.d 15.30 WIB

8. Fasilitas Pendukung Pelestarian Koleksi Naskah Kuno BQMI

Beberapa fasilitas pendukung pelestarian koleksi naskah kuno yang

digunakan sebagai bentuk perawatan sederhana yang dilakukan untuk

perawatan koleksi naskah kuno BQMI adalah Hydrant, Vacuum

Cleaner, Kemoceng, Kuas,Spon, Dehumidifer, AC, Smoke Detector,

dan Sprinkle. Adapula alat sederhana untuk pendigitalisasian koleksi

naskah kuno masih menggunakan fasilitas sederhana antara lain

kamera SLR Canon 7D, tripod standar, dan seperangkat laptop atau

computer untuk proses editing naskah.

9. Fasilitas Pendukung Layanan

Beberapa fasilitas pendukung layanan BQMI diantaranya adalah

Perpustakaan, Masjid Bayt Al-Qur’an, Ruang Audiovisual, Ruang

Pertemuan, Koperasi BQMI, area bermain anak, dan lain-lain.80

80 Ibid, h.50

Page 80: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

68

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan 3 metode, yaitu observasi, wawancara serta

kajian pustaka. Metode observasi dilakukan dengan teknik mendeskripsikan

situasi dan kondisi tempat penelitian, metode wawancara dilakukan dengan semi

terstruktur yaitu menggunakan pedoman wawancara dimana pertanyaan yang

diajukan secara langsung kepada informan sehingga dapat dilakukan

penyempitan atau perluasan topik, metode kajian pustaka penulis lakukan

dengan meninjau literatur-literatur yang terkait dengan objek penelitian. Maka

pada bab ini akan dijabarkan hasil dari penelitian.

1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal (BQMI)

Dari sekian banyak naskah kuno yang dimiliki Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal, terdapat skala prioritas perlakuan dalam

pemeliharaan dan perbaikannya. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal lebih memprioritaskan naskah kuno (manuskrip Al-Qur’an) untuk

dilakukannya pemeliharaan dan perbaikan dibandingkan dengan manuskrip

keagamaan. Hal ini dikarenakan kondisi naskah kuno yang sudah parah dan

banyak yang mengalami kerusakan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara

penulis dengan salah satu informan yaitu :

“Disini yang kita prioritaskan untuk dilakukan penyelamatan lebih kepada

koleksi naskah kuno Al-Qur’an, sebenarnya ada naskah kuno lain seperti naskah

keagamaan, tapi yang lebih kita prioritaskan adalah naskah kuno Al-Qur’an

karena memang kondisi yang sudah parah banyak yang dimakan ngengat kertas-

kertasnya, tulisannya sudah banyak yang menghitam karena kebanyakan naskah

kuno Al-Qur’an yang ditulis pada abad-abad 18 – 20 M tersebut ditulis diatas

kertas eropa berbahan tinta iron gel yang mengandung besi atau tingkat

keasaman tinggi. Jadi jika dibiarkan bertahun-tahun dan tidak mendapat

penanganan tintanya akan memakan kertas sehingga menjadi berlubang atau

bahkan tidak bisa terbaca sama sekali.”

Page 81: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

69

Dalam hal pelestarian koleksi naskah kuno, proses pelestarian yang

dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah pelestarian terhadap fisik koleksi

naskah kuno dan pelestarian non fisik (pelestarian teks dalam naskah).

a. Proses Pelestarian Fisik Koleksi Naskah Kuno

Ada 2 proses kegiatan kaitannya dengan pelestarian fisik koleksi

naskah kuno yakni dengan konservasi dan restorasi. Terkait proses konservasi

untuk melindungi agar naskah tidak hilang, rusak, ataupun hancur maka sarana

yang digunakan yakni dengan pembuatan portaple. Portaple disini digunakan

untuk

menyimpan naskah kuno yang benar-benar rapuh agar terlindungi dan jika

disimpan dapat terhindar dari gesekan antara naskah lainnya. Untuk bahan

yang digunakan dalam pembuatan portaple adalah menggunakan bahan-bahan

import dan sampai saat ini perpustakaan BQMI masih meminta bantuan untuk

pembuatan portaple tersebut kepada pihak ketiga yakni Perpustakaan Nasional

RI. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan salah satu

informan yakni staff pengembangan koleksi perpustakaan BQMI ibu Ida

Fitriyani :

“Teruntuk naskah yang benar-benar rapuh kita meletakkannya dalam

kertas portaple, agar terlindungi dan jika disimpan dapat terhindar dari

gesekan antara naskah lainnya. Untuk pembuatan tempat penyimpanan ini

atau kertas portaple kita masih meminta bantuan dari pihak Perpustakaan

Nasional RI. Sebenarnya kita sudah diperlihatkan dan diajari cara

pembuatannya, namun ya lagi-lagi kita tidak bisa praktek sendiri karena

terkendala dengan bahan-bahan dan alatnnya yang harus di import.”

Sedangkan untuk restorasi yakni kegiatan memperbaiki koleksi naskah

yang rusak, teknik yang digunakan oleh perpustakaan BQMI adalah dengan

Page 82: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

70

proses laminasi dan fumigasi. Laminasi biasanya dilakukan untuk kertas-kertas

yang sudah tidak dapat diperbaiki, proses yang dilakukan dengan cara ini adalah

menjilid atau menambal. Sedangkan proses fumigasi yakni dengan cara

menyemprotkan bahan kimia terhadap bahan naskah yang mudah lapuk atau

hancur tujuannya agar lebih awet dan terhindar dari faktor-faktor yang

menyebabkan kerusakan koleksi. Perpustakaan BQMI melakukan fumigasi satu

tahun sekali. Untuk proses restorasi perpustakaan BQMI tidak melakukan

kegiatan tersebut sendiri akan tetapi meminta bantuan jasa dari pihak ketiga. Hal

ini selaras dengan hasil wawancara penulis dengan dua informan staff

pengembangan koleksi dan kepala seksi koleksi yakni ibu Ida dan bapak

Syaifuddin :

“Untuk restorasi kita menggunakan bantuan jasa dari pihak ketiga atau

vendor, jadi kita hanya menyiapkan anggaran sesuai yang dibutuhkan.”

“Kita baru menerapkan restorasi dengan cara seperti laminasi, enkapsulasi, dan

fumigasi mulai tahun 2016 kemarin dan akan rutin dilakukan tiap tahunnya.

Namun pelaksana kegiatan ini bukan dari staf BQMI sendiri yang mengerjakan,

melainkan kita anggarkan dana setiap tahunnya untuk meminta bantuan jasa dari

pihak ketiga atau vendor.”

b. Proses Pelestarian Non Fisik (pelestarian teks dalam naskah).

Proses pelestarian terhadap isi naskah yang dilakukan oleh perpustakaan

BQMI adalah dengan cara digitalisasi dan katalogisasi. Pertama, Proses

pendigitalisasian naskah dilakukan pada saat peneliti naskah kuno atau manuskrip

melakukan pengumpulan naskah di lapangan. Proses pengalihan naskah dari

bentuk aslinya ke dalam bentuk digital ini dilakukan dengan cara memfoto

menggunakan kamera digital SLR merk Canon 7D dan alat bantu berupa tripod

guna menopang body kamera serta laptop sebagai alat untuk melakukan

Page 83: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

71

pengeditan gambar yang diubah menjadi format digital. Hal ini selaras dengan

informasi yang peneliti dapatkan dari informan Bapak Syaifuddin selaku kepala

seksi koleksi yakni:

“Sebagian sudah dilakukan digitalisasi, namun belum semuanya dan belum

memiliki ruang tertentu karena masih menggunakan fasilitas biasa, seperti

kamera SLR Canon 7D pada umumnya dan tripod dilakukan secara manual.

Digitalisasi ini dilakukan pada saat peneliti melakukan pengumpulan naskah di

lapangan.”

Kedua, proses terhadap pelestarian isi naskah adalah dengan katalogisasi

namun sebelum melakukan kegiatan katalogisasi, langkah untuk analisis datanya

meliputi deskripsi naskah terlebih dahulu kemudian penyusunan dalam bentuk

katalog. Hal yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan atau

mengidentifikasi naskah antara lain informasi atau data mengenai:

Tabel 6

Deskripsi Mushaf Kuno

1. Nomor/Kode naskah

2. Asal usul naskah

3. Penyalinan

4. Tahun penyalinan

5. Kertas

6. Cap Kertas

7. Sampul dan Penjilidan

8. Jumlah halaman

9. Jumlah halaman kosong

10. Jumlah baris/halaman

11. Ukuran mushaf

12. Ukuran bidang teks

13. Penomoran halaman

14. Jenis dan warna tinta

15. Kondisi fisik

16. Rasm

17. Tanda baca

18. Tanda Tajwid

19. Qiraat

20. Tanda pembagian teks

21. Teks ayat awal mushaf

(ayat dan surat)

22. Teks ayat akhir mushaf

(ayat dan surat)

23. Teks tambahan lainnya

24. Kaligrafi

25. Iluminasi

26. Keterangan tambahan

Page 84: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

72

Hal ini selaras dengan hasil pengamatan peneliti pada saat penelitian di

perpustakaan BQMI yang mana peneliti tuangkan dalam sebuah gambar sebagai

berikut:

Gambar 3

Deskripsi Mushaf Kuno

Setelah melalui pendiskripsian langkah selanjutnya adalah penyusunan katalog.

Pola penyusunan katalog pada perpustakaan BQMI adalah dengan format sebagai

berikut:

Page 85: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

73

Tabel 7

Pola Penyusunan Katalog

a. Nomer Katalog

b. Judul

c. Ukuran naskah

d. Aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah

e. Jumlah halaman/lampiran

f. Umur

g. Pengarang/penyalin/sumber naskah

h. Ikhtisar isi

Hal ini selaras dengan hasil pengamatan peneliti pada saat penelitian di

perpustakaan BQMI yang mana peneliti tuangkan dalam sebuah gambar sebagai

berikut:

Gambar 4

Katalog Naskah Kuno

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI

Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak kendala yang dihadapi. Hal ini

seauai dengan informasi yang peneliti dapatkan dari kepala seksi koleksi Bapak

Syaifuddin bahwa:

Page 86: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

74

“Emmm berbicara masalah kendala saya rasa masih banyak sekali kendalanya,

terutama kaitannya dengan SDM. Jadi SDM yang kita punya dengan beban kerja

itu sangat jomplang sekali. Aaa kita juga punya koleksi ribuan dan pengunjung

ratusan ribu tiap tahun, tapi aaa yang bertugas secara langsung itu hanya

bekisar 10 orang lah dengan komposisi 3 orang sebagai pengembang koleksi

BQMI istilah sebagai kuratornya itupun tidak sesuai dengan potensi dari

bidangnya. Untuk perawatan secara struktur ada 4 orang, tapi secara teknisnya

dibagi menjadi 2 yang 2 sebagai pemandu pelayanan sedangkan yang 2 lagi

sebagai pelaksana perawatan kecil-kecilan seperti halnya pembersihan,

penantaan koleksi yang pas, menjamin keamanan tempat display seperti itu.

Selain SDM kita juga terkendala masalah fasilitas yang kurang memadai aaa

bahkan belum ada aaa kaya lab sendiri dan sebagainya. Selain SDM dan fasilitas

adapun kendala yang kami hadapi itu aaaa dari segi anggaran yang sangat

minim.”

Dari pernyataan diatas peneliti uraikan kendala pelestarian koleksi naskah kuno

yang dihadapi oleh perpustakaan BQMI antara lain:

a. Kendala terkait manajamen pelestarian (kebijakan)

Mengingat pelestarian dan pemeliharaan naskah kuno sangatlah perlu untuk

dilakukan, maka dibutuhkan adanya suatu manajemen khusus atau kebijakan

tertulis yang bisa dijadikan sebagai pedoman berlangsungnya kegiatan

pemeliharaan serta perbaikan naskah kuno. Terkait dengan manajemen pelestarian

koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal belum

memiliki kebijakan secara tertulis. Adapun kebijakan yang ada sejak tahun 2016

hanya sebatas kebijakan dalam pengalokasian anggaran untuk kegiatan pelestarian

yang dilakukan. Hal tersebut juga selaras dengan hasil wawancara oleh Kepala

Seksi Koleksi Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, mengatakan

bahwa :

“Kebijakan tertulis belum ada, karena kembali lagi kita belum punya staf ahli

konservator yang benar-benar memahami masalah perawatan dan perbaikan

terhadap koleksi naskah-naskah kuno ini. Namun mulai tahun 2016 hingga

sekarang kita ada kebijakan pengalokasian anggaran untuk menggunakan

jasa pihak ketiga sebagai pelaksana pemeliharaan terhadap koleksi naskah

yang ada. Jadi ya kebijakan hanya mengalir saja, melakukan perawatan apa

Page 87: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

75

adanya belum benar-benar memenuhi sesuai kriteria yang seharusnya

dilakukan..”

b. Kendala terkait sumber daya manusia

Dalam pelestarian naskah kuno di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal, belum memiliki sumber daya manusia / staf khusus yang

bertugas sebagai konsevator. Sumber daya manusia atau jumlah personalia yang

ada tidak seimbang dengan beban kerja yang ada di perpustakaan BQMI dan tidak

tersedianya sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi sebagai

konservator, seringkali untuk kegiatan pelestarian naskah kuno yang bersifat

fundamental seperti halnya fumigasi, laminasi dan lan sebagainya menggunakan

jasa pihak ketiga. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan Kepala Seksi Koleksi Bapak Syaifuddin, bahwa :

“Sumber daya manusia kita belum memiliki staf khusus yang dijadikan sebagai

konsevator, karena terkendala masalah anggaran yang ada. Jadi sejauh ini hanya

dilakukan oleh staf-staf yang ada saja dan sebatas kemampuan kita saja.”

c. Kendala terkait bengkel kerja (laboratorium)

Untuk melakukan kegiatan pelestarian naskah kuno, tentunya memerlukan

sarana dan prasarana penunjang yang memadai agar kegiatan pelestarian yang

dilakukan dapat dilakukan dengan baik tanpa harus mengganggu kegiatan

operasional lainnya. Akan tetapi Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal belum memiliki ruangan khusus untuk dilakukannya kegiatan perbaikan

(restorasi) naskah kuno yang mengalami kerusakan. Hal tersebut selaras dengan

apa yang dinyatakan oleh Kepala Seksi Koleksi, yakni :

“Laboratorium khusus kita belum ada, karena ya kembali lagi masalah

struktur SDM nya belum ada yang mumpuni dan fasilitas yang tersedia belum

memungkinkan untuk kita punya laboratorium sendiri.”

Page 88: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

76

d. Kendala terkait anggaran

Dalam kegiatan pelestarian naskah kuno diperlukan perhitungan yang

matang berkaitan dengan anggaran yang dialokasikan. Dalam melakukan kegiatan

pelestarian naskah kuno, Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

memiliki sumber dana yang dialokasikan untuk menjalankan kegiatan tersebut.

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan pelestarian naskah kuno diperoleh dari

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), akan tetapi dari keseluruhan

dana APBN tersebut tidak dipergunakan hanya untuk pelestarian naskah kuno

saja, namun harus dibagi untuk tiap bidang yang ada di lembaga Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur’an yakni bidang Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,

Pengkajian Al-Qur’an, Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. Khusus kegiatan

pelestarian koleksi naskah kuno yang ada di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan keparahan kerusakan koleksi.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kepala Seksi Koleksi Perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal yakni :

“Pendanaan, didapat dari APBN, tetapi ini tidak hanya digunakan untuk

anggaran pelestarian naskah saja. Anggaran tiap tahun di dapatkan dari

APBN berkisar kurang lebih 150 – 300 juta, dibagi untuk tiap bidang yang

ada di lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Ada 3 bidang yakni

bidang Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Pengkajian Al-Qur’an, Bayt Al-

Qur’an dan Dokumentasi. Nah kita termasuk bidang ketiga yakni bidang Bayt

Al-Qur’an dan Dokumentasi. Untuk perihal pelestarian dana kita sesuaikan

sesuai kebutuhan dan tingkat keparahan koleksi naskah yang harus dilakukan

pelestarian.”

e. Kendala terkait faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno.

Pada kegiatan pelestarian naskah kuno, terdapat beberapa faktor penyebab

terjadinya kerusakan pada naskah kuno. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor

lingkungan, faktor biotis, faktor kimia, faktor manusia dan faktor bencana alam.

Page 89: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

77

Namun faktor yang lebih dominan menjadi kendala penyebab kerusakan naskah

kuno pada perpustakaan BQMI adalah faktor yang terkait dengan lingkungan

seperti cuaca, suhu penyimpanan, cahaya, dan pencemaran udara. Terkait faktor

manusia yakni disebabkan karena penanganan yang tidak bagus. Untuk faktor

biotis biasanya timbul jamur pada kertas naskah kuno, sedangkan faktor kimia

biasanya disebabkan dari bahan kertas dan tinta yang digunakan adalah kertas

eropa dan tinta iron gel yang mana tingkat keasamaannya sangat tinggi sehingga

dapat dengan cepat merusak naskah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak

Syaifuddin selaku kepala seksi koleksi:

“Banyak faktor ya, faktor cuaca sangat berpengaruh, karena tingkat

kelembaban yang tinggi daerah di Indonesia ini beda halnya dengan Eropa.

Selain itu keadaan mikro dan makro dari lingkungan sekitar penyimpanan.

Misal keadaan mikro bisa disebabkan dari tidak diperhatikannya masalah

pengaturan suhu dan pencahayaan, sedangkan keadaan makro seperti

pencemaran udara dari luar. Faktor yang disebabkan manusia kebanyakan

dari masalah handlingnya (penanganannya) yang kurang bagus, dalam

display naskah ada beberapa aturan yang seharusnya diterapkan misalnya

peneliti tidak boleh dibuka koleksinya atau disentuh tangan, tetapi jika

masyarakat itu atau peneliti tersebut pengen lebih mendalam mengetahui

koleksi tersebut maka mau tidak mau harus kita buka pakai tangan kan, nah

jika hal ini dilakukan secara sering maka bisa menyebabkan kerusakan pada

koleksi naskah tersebut.” 81

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan

BQMI

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan upaya yang dilakukan

perpustakaan BQMI dalam mengatasi kendala pelesatarian naskah kuno adalah

sebagai berikut:

a. Terkait mengatasi kendala tidak adanya kebijakan pelestarian koleksi, maka

perpustakaan BQMI mulai tahun 2016 hingga sekarang menerapkan

81 Wawancara Pribadi dengan Kepala Perpustakaan Bpk. Syaifuddin, Jakarta 15 November

2017

Page 90: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

78

kebijakan pengalokasian anggaran yang di dapat dari APBN untuk

menggunakan jasa pihak ketiga sebagai pelaksana pemeliharaan yang

sifatnya fundamental. Sedangkan kebijakan untuk perawatan rutin, hanya

melakukan perawatan sederhana saja. . Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Bapak Syaifuddin selaku kepala seksi koleksi:

“Namun mulai tahun 2016 hingga sekarang kita ada kebijakan

pengalokasian anggaran untuk menggunakan jasa pihak ketiga sebagai

pelaksana pemeliharaan terhadap koleksi naskah yang ada. Jadi ya

kebijakan hanya mengalir saja, melakukan perawatan apa adanya belum

benar-benar memenuhi sesuai kriteria yang seharusnya dilakukan.”

b. Terkait mengatasi kendala sumber daya manusia yakni dengan menyediakan

pelatihan untuk pengembangan kualifikasi SDM nya, melakukan kerjasama

dengan pihak ketiga dalam hal pelestarian yang sifatnya pokok seperti

fumigasi, restorasi, dan laminasi. Untuk saat ini kerjasama yang sudah

pernah dilakukan yakni pada tahun 2016 dengan orang-orang dari Balai

Konservasi dan dimulai pada 2017 hingga sekarang melakukan kerjasama

dengan Perpustakaan Nasional RI. Hal tersebut dilakukan untuk

meminimalisir kurangnya SDM ahli yang tidak dimiliki oleh perpustakaan

BQMI. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Syaifuddin selaku

kepala seksi koleksi:

“…..ada pengembangan kualifikasi itu bagi staff yang dirasa kurang

berkompeten dalam bidang perawatan. Salah satu contohnya kita

menunjang kekurangan teman-teman itu untuk mengikut sertakan mereka

dengan kerjasama perpustakaan Nasional terusss mengikuti diklat-diklat

dan pelatihan seperti itu. Selain itu hubungan kerjasama kalo dari pihak

dalam negeri kita sudah pernah melakukan kerjasama pelestarian naskah

kuno mulai dari 2016 dengan meminta bantuan orang-orang dari Balai

Konservasi, nah dimulai 2017 kita kerjasama dengan Perpusnas ya..

sampai sekarang”

Page 91: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

79

c. Terkait mengatasi kendala tidak adanya bengkel kerja (laboratorium) khusus

dalam proses pelestarian koleksi naskah-naskah yang ada, perpustakaan

BQMI menggunakan ruang kosong yang tersedia di kantor, sedangkan

untuk pendigitalisasian sering kegiatan tersebut dilakukan pada saat

pengumpulan naskah di lapangan. Hal ini untuk meminimalisir tidak adanya

tempat khusus untuk pelestarian di gedung Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal. Solusi terkait tidak adanya bengkel kerja ini sudah pernah dibahas

dalam agenda rapat dan masuk sebagai solusi jangka panjang yang mana

nantinya akan disiapkan perihal laboratorium khusus. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Bapak Syaifuddin selaku kepala seksi koleksi:

“….untuk solusi jangka panjang akan kita siapkan laboratorium khusus”

d. Terkait mengatasi kendala minimnya anggaran dana untuk pelestarian

adalah senantiasa menyiapkan alokasi anggaran dari APBN untuk biaya

pelestarian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan

koleksi yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Syaifuddin

selaku kepala seksi koleksi:

“Untuk perihal pelestarian dana kita sesuaikan sesuai kebutuhan dan

tingkat keparahan koleksi naskah yang harus dilakukan pelestarian.”

e. Terkait mengatasi kendala yang disesbabkan oleh faktor perusak koleksi

naskah kuno maka perpustakaan BQMI melakukan kerjasama dengan pihak

ketiga untuk kegiatan pelestarian yang sifatnya fundamental seperti

fumigasi, restorasi, dan laminasi, karena ketiga kegiatan ini membutuhkan

fasilitas, keahlian dan pengetahuan khusus yang mana perpustakaan BQMI

belum memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ahlinya

Page 92: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

80

tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff

seksi pengembangan koleksi:

“…Akan tetapi kalau sudah tahap restorasi, rehabilitasi, dan fumigasi

naskah kita kerjasama dengan pihak ketiga karena memang disini belum

ada staf khusus yang ahli di bidangnya.”

f. Selain itu, upaya untuk pencegahan koleksi naskah kuno agar tetap terawat

dengan baik pihak perpustakaan BQMI melakukan perawatan rutin dengan

alat yang seadanya seperti kemoceng ,vacuum cleaner, spon, dan kuas untuk

membersihkan naskah dari faktor lingkungan seperti halnya debu, yang

mana pembersihannya dilakukan dengan sangat berhati-hati dengan lembar

perlembar karena mengingat kondisi fisik naskah kuno yang rapuh. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff seksi

pengembangan koleksi:

“Sedangkan untuk pencegahan terhadap debu, mencegahnya dengan

membersihkan debu menggunakan alat penghisap debu atau vaccum

cleaner, menggunakan kuas, spon, dan kemoceng, yang mana

pembersihannya dilakukan secara hati-hati dengan lembar perlembar,

pengerjaan dibutuhkan waktu yang cukup lama berbeda dengan buku

perpustakaan biasa.”

Selain dari debu, faktor lingkungan seperti suhu udara dan cahaya

juga perlu diberikan penanganan khusus. Untuk mengatasi kendala tersebut

perpustakaan BQMI melakukan pengaturan suhu dan kelembaban udara

menggunakan pengaturan suhu ruang dari AC ± 16ºC dan peletakan silica

gel pada tiap-tiap lemari penyimpanan naskah kuno. Sedangkan untuk

pengaturan pencahayaan dilihat dari dua sumber yakni cahaya yang

langsung dari sinar matahari dan cahaya dari lampu pijar.Untuk mengatasi

kendala cahaya dari matahari yang masuk ke dalam ruangan maka

Page 93: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

81

perpustakaan BQMI menggunakan gordeng atau filter(alat penyaring

cahaya) untuk menghalangi dan mengurangi radiasi ultra violet. Selain itu

perpustakaan BQMI menerapkan untuk tidak diperbolehkan koleksi naskah

yang ada di letakkan di dekat jendela. Sedangkan untuk mengatasi kendala

yang disebabkan oleh pencahayaan dari lampu pijar, dilakukan tindakan

memperkecil intensitas cahaya dari lampu pijar tersebut. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff seksi pengembangan

koleksi:

“Untuk pengaturan suhu dan kelembapan ruang penyimpanan naskah kuno

kita masih pakai suhu ruang secara umum kurang lebih 16 derajat celcius

dan peletakan silica gel di tiap-tiap lemari penyimpanan naskah kuno,

untuk pengaturan pencahayaan, cahaya ada dua yakni cahaya dari

matahari dan cahaya dari lampu pijar, Cahaya matahari yang masuk

kedalam ruangan baik secara langsung maupun pantulan dihalangi dengan

gordeng atau disaring lagi dengan menggunakan filter untuk mengurangi

radiasi ultra violet dan koleksi yang ada diruangan perpustakaan tidak

boleh diletakan didekat dengan jendela. Sedangkan untuk pencahayaan dari

lampu pijar atau neon kita mengunakan pencahayaan dari lampu pijar neon

yang diperkecil intensitas cahanya.”

Terkait mengatasi kendala yang disebabkan oleh faktor biotis seperti

serangga atau jamur dan faktor kimia seperti tingkat keasaman tinggi dari

bahan tinta atau kertas yang digunakan sebagai bahan naskah maka

perpustakaan BQMI melakukan kegiatan fumigasi dan penyemprotan

menggunakan insektisidan satu tahun sekali dengan waktu penyemprotan 2

X 24 jam. Akan tetapi kegiatan ini bukan dilakukan oleh pihak perpustakaan

BQMI itu sendiri melainkan menggunakan jasa pihak ketiga atau vendor.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff seksi

pengembangan koleksi:

“Untuk pencegahan dari faktor biotis kita melakukan fumigasi dan

penyemprotan menggunakan bahan insektisidan selama satu tahun sekali

Page 94: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

82

dengan waktu pengasapan serta penyemprotan 2 x 24 jam. Namun kegiatan

ini bukan kita yang melakukan melainkan kita menggunakan jasa pihak

ketiga atau vendor, karena kita belum memiliki SDM yang memahami

masalah tersebut. Selain itu pengaturan keasaman ini kita menyerahkan

kepada tenaga ahli pihak ketiga atau vendor karena kita tidak bisa

mengerjakannya sendiri.”

Terkait mengatasi kendala yang disebabkan oleh faktor manusia,

mengantisipasi agar koleksi tidak terjadi kontak langsung dengan pemustaka

yang berkunjung, menempatkan naskah pada penutup kaca yang hanya bisa

dilihat oleh pengunjung. Selain itu antisipasi untuk peneliti yang akan

menelusur isi dari naskah kuno yang ada maka perpustakaan BQMI telah

menyediakan koleksi dalam bentuk digital. Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff seksi pengembangan koleksi:

“Selain itu agar tidak sembarangan orang bisa memegang naskah kuno

tersebut maka untuk penyimpanannya kita menggunakan rak display kaca,

yang mana pemustaka hanya bisa melihat naskah tersebut. Seperti

contohnya naskah kuno Al-Qur’an yang beratnya mencapai 300 kg yang

kita pamerkan di ruang bawah, itu ruangannya selalu terkunci, tidak

sembarang orang bisa masuk dan memegang naskah tersebut.”

Untuk mengatasi kendala yang disebabkan oleh faktor bencana alam,

antisipasi yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah menyediakan alat

pemadam kebakaran (hydrant), setiap ruangan terdapat fasilitas sprinkle dan

smoke detector, serta memasang peraturan larangan merokok. Hal ini sesuai

dengan pernyataan dari Ibu Ida Fitriyani selaku staff seksi pengembangan

koleksi:

“ Untuk pencegahan dari faktor bencana alam, selama ini Alhamdulillah

tidak pernah ya terjadi, namun sebagai proses pencegahan hal tersebut

pihak pengelola gedung menyediakan alat pemadam hydrant, setiap

ruangan terdapat fasilitas sprinkle yang letaknya di langit-langit atas dan

smoke detector serta memasang peraturan larangan merokok.”

Page 95: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

83

C. Pembahasan

1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal (BQMI)

Dalam usaha perawatan koleksi baik itu naskah kuno ataupun bahan

pustaka lainnya, ada istilah-istilah baku yang biasa digunakan pada lingkungan

perpustakaan yaitu pelestarian (preservasi), pengawetan(konservasi), dan

perbaikan (restorasi).82

Dalam penerapan proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt

Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) lebih memprioritaskan naskah-naskah

terkait Manuskrip Al-Qur’an dikarenakan kondisi naskah kuno yang sudah parah

dan banyak yang mengalami kerusakan. Untuk proses pelestarian terhadap naskah

kuno ada dua tahapan yang dilaksanakan yakni pelestarian terhadap fisik koleksi

naskah kuno dan pelestarian non fisik (pelestarian teks dalam naskah). Pertama,

akan peneliti bahas terkait dengan pelestarian terhadap fisik koleksi.

a. Proses Pelestarian Fisik Koleksi Naskah Kuno

Untuk proses pelestarian terhadap fisik naskah ada dua kegiatan yang

dilakukan yakni konservasi dan restorasi. Konservasi merupakan tindakan

langsung atau tidak dalam mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk

memperpanjang umur koleksi agar tetap awet, tidak hilang dan tidak mudah

hancur.83 Proses konservasi yang dilakukan oleh pihak perpustakaan BQMI

yakni dengan pembuatan portaple. Portaple disini digunakan untuk menyimpan

naskah kuno yang benar-benar rapuh agar terlindungi dan jika disimpan dapat

82 Almah, H. (2012). Pemilihan & Pengembangan Koleksi Perpustakaan

(Makassar: Alauddin University Press). hlm.163 83 Asep Yudha Wirajaya. “ Preservasi dan Konservasi Naskah-Naskah Nusantara di

Surakarta Sebagai Upaya Penyelamatan Aset Bangsa”. Jurnal Etnografi Vol. XVI / No. 2 / 2016/

59-123. Hlm.65

Page 96: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

84

terhindar dari gesekan antara naskah lainnya.Namun untuk pembuatan portaple

tersebut perpustakaan BQMI masih meminta bantuan dari pihak ketiga yakni

Perpustakaan Nasional RI dikarenakan terkendala fasilitas dan dana yang

terbatas, karena untuk pembuatan portaple itu sendiri dibutuhkan bahan yang

harus di import dari luar negeri. Sedangkan untuk proses kegiatan restorasi

yakni perbaikan untuk memperpanjang umur koleksi dengan memperbaiki

penampilan koleksi mendekati keadaan semula sesuai dengan aturan dan

etikanya. Teknik yang digunakan oleh perpustakaan BQMI adalah dengan

proses laminasi dan fumigasi. Laminasi biasanya dilakukan untuk kertas-kertas

yang sudah tidak dapat diperbaiki, proses yang dilakukan dengan cara ini

adalah menjilid atau menambal. Sedangkan proses fumigasi yakni dengan cara

menyemprotkan bahan kimia terhadap bahan naskah yang mudah lapuk atau

hancur tujuannya agar lebih awet dan terhindar dari faktor-faktor yang

menyebabkan kerusakan koleksi. Perpustakaan BQMI melakukan fumigasi

satu tahun sekali. Untuk proses konservasi dan restorasi perpustakaan BQMI

tidak melakukan kegiatan tersebut sendiri akan tetapi melakukan kerjasama

dengan pihak ketiga. Pada tahun 2016 pernah dilakukan kerjasama dengan

meminta bantuan tenaga ahli konservator dari Balai Konservasi dan tahun 2017

hingga sekarang bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI.

b. Proses Pelestarian Non Fisik (pelestarian teks dalam naskah).

Seiring perkembangan teknologi, untuk melestarikan agar isi suatu teks

dalam naskah kuno tetap bisa terbaca dan diketahui kandungan makna di

dalamnya maka perpustakaan BQMI melakukan alihmedia ke dalam bentuk

digital. Adapun manfaat kegiatan pelestarian dengan cara digital antara lain untuk

Page 97: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

85

melindungi naskah kuno dari kerusakan yang disebabkan oleh peneliti pemula

atau pembaca awam, sebab masih banyak peneliti yang belum mengerti etika dan

tatacara bagaimana memperlakukan sebuah naskah kuno maupun arsip yang

mereka baca. Untuk itu, alih media juga memudahkan pemustaka dalam

mencari informasi yang dibutuhkan. Setidaknya, melalui proses digitalisasi yang

dilakukan terhadap isi teks dalam naskah, perpustakaan BQMI telah melakukan

antisipasi awal dalam sebuah pelestarian koleksi naskah kuno apabila terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan terhadap naskah aslinya. Proses digitalisasi oleh

perpustakaan BQMI dilakukan dengan cara memfoto menggunakan kamera

digital SLR merk Canon 7D dan alat bantu berupa tripod guna menopang body

kamera serta laptop sebagai alat untuk melakukan pengeditan gambar yang diubah

menjadi format digital. Kegiatan ini dilakukan pada saat peneliti melakukan

pengumpulan naskah dilapangan maupun pada saat naskah sudah berada di

gedung Bayt Al-Qur’an.

Namun demikian, perlu diperhatikan tahapan-tahapan sebelum melakukan

pendigitalisasian maka langkah awal yang harus dilakukan dengan melacak atau

menginventarisir terlebih dahulu naskah-naskah kuno yang didapatkan dan

pendeskripsian yang dilakukan harus sesuai dengan model penelitian kodikologi

(proses katalogisasi) dan pembuatan digitalisasi naskah. Tujuan pendeskripsian ini

untuk memberikan informasi segala keterangan yang terkait dengan seluk-beluk

naskah yang akan dideskripsikan. Hal ini berarti bahwa data tentang kodikologi

dalam naskah-naskah kuno yang ditemukan, sebelum dibuat web design-nya akan

disistematiskan terlebih dahulu sehingga menghasilkan sebuah pemahaman yang

baik dan lengkap. Dengan demikian, hasil deskripsi naskah yang baik dan benar

Page 98: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

86

inilah yang nantinya akan dijadikan bahan bagi pembuatan katalogisasi dan

digitalisasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.84 Berikut ini adalah

tahapan pendeskripsian naskah yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI sebelum

dibuatkan hasil digitalisasi dan katalogisasi.

1. Nomor/Kode naskah

2. Asal usul naskah

3. Penyalinan

4. Tahun penyalinan

5. Kertas

6. Cap Kertas

7. Sampul dan Penjilidan

8. Jumlah halaman

9. Jumlah halaman kosong

10. Jumlah baris/halaman

11. Ukuran mushaf

12. Ukuran bidang teks

13. Penomoran halaman

14. Jenis dan warna tinta

15. Kondisi fisik

16. Rasm

17. Tanda baca

18. Tanda Tajwid

19. Qiraat

20. Tanda pembagian teks

21. Teks ayat awal mushaf

(ayat dan surat)

22. Teks ayat akhir mushaf

(ayat dan surat)

23. Teks tambahan lainnya

24. Kaligrafi

25. Iluminasi

26. Keterangan tambahan

Setelah melalui pendiskripsian langkah selanjutnya adalah penyusunan

katalog. Pola penyusunan katalog pada perpustakaan BQMI adalah dengan format

sebagai berikut:

84 Ibid, Asep Yudha Wirajaya. “ Preservasi dan Konservasi Naskah-Naskah Nusantara di

Surakarta Sebagai Upaya Penyelamatan Aset Bangsa. Hlm.67

Page 99: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

87

a. Nomer Katalog

b. Judul

c. Ukuran naskah

d. Aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah

e. Jumlah halaman/lampiran

f. Umur

g. Pengarang/penyalin/sumber naskah

h. Ikhtisar isi

Pada katalogisasi naskah ini pendeskripsian isi naskah dibuat dalam bentuk

abstrak atau penjelasan singkat mengenai isi naskah. Tujuannya adalah agar para

peneliti, mahasiswa, atau siapapun yang ingin mengkaji suatu naskah yang

dibutuhkan dapat dengan mudah melakukan penilaian sebelum membaca naskah

asli.

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI

Kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah halangan atau

rintangan. Kendala memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan

suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana

apabila ada suatu kendala yang mengganggu. Kendala merupakan keadaan yang

dapat menyebabkan pelaksanaan suatu kegiatan terganggu dan tidak terlaksana

dengan baik. Kendala cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu

hal yang dikerjakan oleh seseorang baik dalam pelaksanaan program maupun

dalam hal pengembangannya. 85

Dari hasil penelitian yang didapatkan dapat kita simpulkan dalam

pembahasan ini, bahwa ada 5 kendala pelestarian koleksi naskah kuno yang

dilakukan oleh perpustakaan BQMI antara lain:

85 Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Edisi Ketiga Bahasa Depdiknas. (Jakarta: Balai

Pustaka). Hlm. 385

Page 100: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

88

a. Kendala terkait manajemen pelestarian (kebijakan)

Manajemen atau aturan terkait erat hubungannya dengan kebijakan yang mana

merupakan suatu rangkaian konsep dan asas menjadi suatu garis pelaksanaan

dalam suatu pekerjaan, kepemimpinan ataupun cara bertindak. Kebijakan harus

selalu ada dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Jika dalam suatu pelaksanaan

kegiatan tidak memiliki kebijakan, maka peraturan yang ada dalam kegiatan

tersebut tidak dapat berjalan secara teratur, karena kebijakan juga merujuk pada

proses pembuatan keputusan-keputusan yang penting untuk proses pelaksanaan

suatu kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perpustakaan BQMI dalam

melaksanakan pelestarian koleksi naskah kuno belum memiliki suatu aturan atau

kebijakan mengikat dan secara tertulis. Adapun kebijakan yang ada sejak tahun

2016 hanya sebatas kebijakan dalam pengalokasian anggaran untuk kegiatan

pelestarian yang dilakukan, itupun tidak dinyatakan dalam bentuk tertulis.

Sehingga proses pelestarian koleksi naskah kuno yang dilakukan masih dalam

kategori mengalir apa adanya, tidak terstruktur dengan baik. Bahkan dalam

perawatan rutin hanya dilakukan oleh staff yang dimiliki, yang tidak sesuai

dengan potensi keahlian sebagai tenaga ahli konservator.

b. Kendala terkait sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh perpustakaan BQMI hanya terdiri

dari 10 orang, yang mana telah memegang tugas masing-masing. Untuk

pembagian tugas sumber daya manusianya pun, perpustakaan BQMI tidak

menyesuaikan dengan bidang keahlian yang dimiliki dan jumlah personalia yang

ada tidak seimbang dengan beban kerja yang ada di perpustakaan BQMI. Bahkan

Page 101: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

89

tidak memiliki tenaga ahli bidang pelestarian atau sebagai konservator. Sehingga

untuk kegiatan yang sangat fundamental terkait pelestarian koleksi naskah kuno,

perpustakaan BQMI melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Sumber daya manusia merupakan unsur penting yang perlu diperhatikan

dalam suatu proses kegiatan. Karena tanpa adanya SDM yang mumpuni dan ahli

dalam bidangnya, suatu kegiatan yang dilaksanakan tidak akan berjalan dengan

baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Kendala terkait bengkel kerja (laboratorium)

Berdasarkan hasil penelitian, perpustakaan BQMI belum memiliki

laboratorium khusus untuk melakukan kegiatan pelestarian koleksi naskah kuno.

Sehingga seringkali untuk proses pelestarian koleksi naskah kuno, masih

menggunakan ruang kosong seadanya yang ada di gedung tersebut.

d. Kendala terkait anggaran

Pendanaan kegiatan pelestarian naskah kuno diperoleh dari APBN, dana

yang didapat dari APBN setiap tahunnya berkisar 150 – 300 juta, akan tetapi dari

keseluruhan dana APBN tidak semuanya digunakan untuk pelestarian koleksi,

melainkan harus dibagi untuk tiap bidang yang ada di bawah naungan lembaga

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Sehingga karena keterbatasan anggaran

yang ada perpustakaan BQMI lebih memprioritaskan kebutuhan pelestarian yang

sifatnya sangat urgent. Dari keterbatasan anggaran ini pula, sangat berpengaruh

terhadap tidak adanya SDM ahli yang menangani pelestarian koleksi dan fasilitas

yang belum memadahi untuk kebutuhan pelestarian koleksi naskah kuno.

e. Kendala terkait faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno.

Page 102: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

90

Faktor kerusakan yang dihadapi oleh Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal diantanya adalah faktor lingkungan, faktor biotis, faktor kimia,

faktor manusia dan faktor bencana alam. Penjelasannya yakni sebagai berikut:

Faktor Biotis biasanya disebabkan oleh serangga seperti rayap, kecoa,

kutu, dan ngengat yang bisa mengakibatkan kerusakan pada permukaan

kertas dan sampul dari naskah kuno. Selain itu tumbuh jamur pada kertas

naskah kuno.

Faktor Lingkungan, berdasarkan hasil pengamatan penulis, faktor

lingkungan lainnya yang dapat merusak naskah kuno yakni cuaca, suhu

penyimpanan, cahaya dan pencemaran udara. Ada dua hal jenis cahaya

diantaranya cahaya matahari dan cahaya lampu pijar maupun neon.

Cahaya sendiri mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan

pustaka maupun manuskrip itu sendiri.86 Selain iti suhu ruangan untuk

penyimpanan naskah kuno tentunya memiliki suhu dan kelembaban ideal,

guna terjaganya keutuhan fisik naskah kuno.

Faktor Kimia, penyebab kerusakan pada naskah kuno dari faktor kimia

biasanya disebabkan oleh bahan tinta pada naskah kuno itu sendiri yang

bisa mengakibatkan kerusakan pada tulisan dari naskah kuno semakin

tidak dapat terlihat / terbaca dengan jelas. Koleksi naskah kuno pada

perpustakaan BQMI rata-rata menggunakan bahan tinta iron gel dan kertas

eropa yang mana tingkat keasamannya sangat tinggi

Faktor Manusia, berdasarkan hasil pengamatan penulis di Perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, penyebab kerusakan pada naskah

86 Muhammdin Razak, “Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip: Pengendalian Kondisi

Lingkungan.” Laporan Pelaksanaan Lokakarya Pelestarian Bahan Pustaka, Arsip dan Lontar,

tanggal 6-8 Juli 1992 (Ujung Pandang: Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, 1992), h. 5

Page 103: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

91

kuno dari faktor manusia biasanya disebabkan karena kurangnya

pengawasan dari pihak pengelola, tidak adanya bimbingan pemakai dalam

pemanfaatan naskah kuno dan tidak terteranya tata tertib yang jelas yang

bisa mengakibatkan kerusakan pada tulisan dari naskah kuno semakin

mengalami kerusakan fisik yang lebih memprihatinkan.

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan

BQMI

Terkait pentingnya pelestarian terhadap naskah kuno, Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal sebagai lembaga yang berada dibawah naungan

lembaga pemerintah dan keagamaan yakni lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia, dituntut harus ikut hadir

dalam melestarikan dan merawat benda-benda bersejarah warisan budaya negara,

yang mana disesuaikan dengan tupoksinya agar fokus dalam penyelamatan dan

pemeliharaan benda-benda warisan budaya Indonesia. Kesadaran akan hal

tersebut maka perpustakaan BQMI harus tetap menjalankan tupoksinya untuk

tetap senantiasa melakukan pelestarian koleksi naskah yang dimilikinya.,

meskipun banyak kendala yang bisa menjadi penghambat, namun perpustaan

BQMI tetap mencari solusi untuk mengatasi kendala yang terjadi. Cara mengatasi

kendala terkait pelestarian koleksi naskah kuno perpustakaan BQMI antara lain:

a. Menerapkan kebijakan pengalokasian anggaran yang di dapat dari

APBN untuk menggunakan jasa pihak ketiga sebagai pelaksana

pemeliharaan yang sifatnya fundamental. Sedangkan kebijakan untuk

perawatan rutin, hanya melakukan perawatan sederhana saja.

b. Menyediakan pelatihan untuk pengembangan kualifikasi SDM nya,

melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pelestarian yang

Page 104: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

92

sifatnya pokok seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi. Untuk saat ini

kerjasama yang sudah pernah dilakukan yakni pada tahun 2016 dengan

orang-orang dari Balai Konservasi dan dimulai pada 2017 hingga

sekarang melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI.

c. Menggunakan ruang kosong yang tersedia di kantor, sedangkan untuk

pendigitalisasian sering kegiatan tersebut dilakukan pada saat

pengumpulan naskah di lapangan. Hal ini untuk meminimalisir tidak

adanya tempat khusus untuk pelestarian di gedung Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal. Solusi terkait tidak adanya bengkel kerja ini sudah

pernah dibahas dalam agenda rapat dan masuk sebagai solusi jangka

panjang yang mana nantinya akan disiapkan perihal laboratorium

khusus.

d. Menyiapkan alokasi anggaran dari APBN untuk biaya pelestarian yang

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan koleksi yang ada.

e. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk kegiatan pelestarian

yang sifatnya fundamental seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi,

karena ketiga kegiatan ini membutuhkan fasilitas, keahlian dan

pengetahuan khusus yang mana perpustakaan BQMI belum memiliki

sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ahlinya tersebut.

f. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh

faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno maka kegiatan yang

dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut:

Cara mengatasi kendala akibat faktor lingkungan, yakni

perpustakaan BQMI melakukan perawatan rutin dengan alat yang

Page 105: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

93

seadanya seperti kemoceng ,vacuum cleaner, spon, dan kuas untuk

membersihkan naskah akibat debu. Pengaturan suhu dan

kelembaban udara menggunakan pengaturan suhu ruang dari AC ±

16ºC dan peletakan silica gel pada tiap-tiap lemari penyimpanan

naskah kuno. Selain itu mengurangi intensitas cahaya dengan

memasang alat penyaring cahaya dan memasang gordeng pada

tiap-tiap jendela yang ada. Hal tersebut selaras seperti yang

dinyatakan oleh Tedi Permadi, suhu pada ruang penyimpanan

naskah kuno, memiliki suhu ideal berkisar antara 55ºF (13ºC)

sampai dengan 65ºF (18ºC) dengan kondisi udara yang mengalir,

sedangkan kelembaban berkisar 50%. Alat untuk mengukur suhu

ruangan dikenal sebagai air conditioning (AC) dan alat untuk

mengukur kelembaban dikenal sebagai higrometer. Apabila

kelembaban dan suhu udara cukup tinggi, dianjurkan untuk

menggunakan dehumidifer dan silical gel. Silical gel sendiri

berfungsi untuk menurunkan kelembaban udara yang berada di

dalam rak maupun lemari sedangkan dehumidifer sendiri berfungsi

untuk menurunkan udara diruangan yang tertutup.87

Cara mengatasi kendala akibat faktor biotis seperti serangga atau

jamur dan faktor kimia seperti tingkat keasaman tinggi dari bahan

tinta atau kertas yang digunakan sebagai bahan naskah maka

perpustakaan BQMI melakukan kegiatan fumigasi dan

penyemprotan menggunakan insektisidan satu tahun sekali dengan

87 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya

Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”. h.

142

Page 106: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

94

waktu penyemprotan 2 X 24 jam. Akan tetapi kegiatan ini bukan

dilakukan oleh pihak perpustakaan BQMI itu sendiri melainkan

menggunakan jasa pihak ketiga atau vendor. Sehingga tidak

diketahui apa saja bahan kimia yang digunakan untuk melakukan

kegiatan tersebut, karena perpustakaan BQMI menyerahkan

sepenuhnya kegiatan seperti fumigasi dan laminasi tersebut kepada

pihak ketiga yang ahli dibidangnya. Padahal jika ditinjau dari teori

yang ada kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya

disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah

kerusakan yang disebabkan pada jamur, ada beberapa hal utama

yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan kehadiran jamur,

yaitu melakukan pemeriksaan kelembaban ruangan atau tempat

penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada

sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga

bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat

yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya

menggunakan bahan sintesis seperti polyvinyl acetat.88

Cara mengatasi kendala akibat faktor manusia, mengantisipasi

agar koleksi tidak terjadi kontak langsung dengan pemustaka yang

berkunjung, menempatkan naskah pada penutup kaca yang hanya

bisa dilihat oleh pengunjung. Selain itu antisipasi untuk peneliti

yang akan menelusur isi dari naskah kuno yang ada maka

88 Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007),

h. 161

Page 107: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

95

perpustakaan BQMI telah menyediakan koleksi dalam bentuk

digital.

Berdasarkan teori, hal tersebut seperti apa yang dinyatakan oleh

Muhammadin Razak yakni manusia dapat juga menjadi sebagai

penyebab utama kerusakan pada koleksi itu sendiri, bahwasannya

manusia tidak sadar apa yang ia perbuat, seperti memegang buku

berlebihan dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hal tersebut

hendaknya dalam mengambil koleksi di rak haruslah berhati-hati,

pustakawan harus memberi peringatan tegas terhadap pemustaka

yang membawa makanan serta minuman ke dalam ruangan

perpustakaan, dilarang untuk mecorat-coret maupun melipat

koleksi secara sembarangan, memberikan saksi berupa teguran dan

denda kepada pemustaka apabila meminjam akan tetapi

menyebabkan kerusakan koleksi, serta perlu diadakan dalam

pemeriksaan keutuhan koleksi secara berkala.89

Cara mengatasi kendala akibat faktor bencana alam, antisipasi yang

dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah menyediakan alat

pemadam kebakaran (hydrant), setiap ruangan terdapat fasilitas

sprinkle dan smoke detector, serta memasang peraturan larangan

merokok. Hal ini selaras seperti yang diungkapkan oleh

Martoadmodjo Karmidi bahwasanya untuk mencegah terjadinya

kebakaran akibat faktor bencana alam maka dapat dilakukan

tindakan seperti memerikksa secara berkala jaringan kabel listrik,

89 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program

Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 30

Page 108: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

96

menyiapkan alat pemadam kebakaran, dan adanya aturan larangan

merokok dalam ruangan, serta menyiapkan sirine dan smoke

detector pada setiap ruangan.90

90 Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas

Terbuka,1999), hl. 78-79

Page 109: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

maka penulis mengambil beberapa kesimpulan tentang Pelestarian Nasklah

Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlala diantaranya :

1. Proses pelestarian koleksi naskah kuno yang dilakukan oleh perpustakaan

BQMI adalah proses pelestarian terhadap fisik naskah kuno yakni

konservasi dengan cara pembuatan alat penyimpan naskah berupa portaple.

Pembuatan portaple tidak dikerjakan sendiri oleh pihak perpustakaan

BQMI, melainkan oleh Perpustakaan Nasional RI dan restorasi terhadap

naskah kuno yang mengalami kerusakan dengan cara laminasi dan fumigasi.

Laminasi dilakukan dengan cara menjilid atau menambal. Sedangkan proses

fumigasi yakni dengan cara menyemprotkan bahan kimia terhadap bahan

naskah yang mudah lapuk atau hancur tujuannya agar lebih awet dan

terhindar dari faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi. Untuk

proses restorasi pun perpustakaan BQMI tidak melakukan kegiatan tersebut

sendiri akan tetapi meminta bantuan jasa dari pihak ketiga. Kerjasama yang

dilakukan untuk melakukan restorasi ini sudah pernah dilakukan pihak

perpustakaan BQMI dengan tenaga ahli dari Balai Konservasi pada tahun

2016 dan Perpustakaan Nasional RI dimulai pada tahun 2017 hingga

sekarang. Selain proses pelestarian terhadap fisik naskah, proses pelestarian

non fisik ( terhadap isi teks dalam naskah) juga dilakukan oleh perpustakaan

BQMI yakni dengan cara digitalisasi dan katalogisasi.

Page 110: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

98

2. Ada 5 Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI

antara lain kendala terkait tidak adanya kebijakan tertulis yang dapat

dijadikan sebagai acuan dalam pelestarian koleksi naskah kuno, tidak

memiliki sumber daya manusia atau staff ahli dalam bidang konservasi,

belum memiliki laboratorium khusus untuk pelaksanaan kegiatan pelestarian

koleksi naskah kuno, anggaran yang sangat minim, dan faktor-faktor yang

menyebabkan kerusakan koleksi naskah kuno.

3. Cara mengatasi dari 5 kendala yang telah disebutkan diawal, maka langkah

yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan kebijakan pengalokasian anggaran yang di dapat dari

APBN untuk menggunakan jasa pihak ketiga sebagai pelaksana

pemeliharaan yang sifatnya fundamental. Sedangkan kebijakan

untuk perawatan rutin, hanya melakukan perawatan sederhana saja.

b. Menyediakan pelatihan untuk pengembangan kualifikasi SDM nya,

melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pelestarian

yang sifatnya pokok seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi, karena

ketiga kegiatan ini membutuhkan fasilitas, keahlian dan pengetahuan

khusus yang mana perpustakaan BQMI belum memiliki sumber

daya manusia yang sesuai dengan bidang ahlinya tersebut.

c. Menggunakan ruang kosong yang tersedia di kantor, sedangkan

untuk pendigitalisasian sering kegiatan tersebut dilakukan pada saat

pengumpulan naskah di lapangan. Hal ini untuk meminimalisir tidak

Page 111: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

99

adanya tempat khusus untuk pelestarian di gedung Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal.

d. Menyiapkan alokasi anggaran dari APBN untuk biaya pelestarian

yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan koleksi

yang ada.

e. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh

faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno maka kegiatan yang

dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut

melakukan perawatan rutin dengan alat yang seadanya, pengaturan

suhu dan kelembaban udara menggunakan pengaturan suhu ruang

dari AC, peletakan silica gel, mengurangi intensitas cahaya,

mengantisipasi agar koleksi tidak terjadi kontak langsung dengan

pemustaka yang berkunjung, menempatkan naskah pada penutup

kaca yang hanya bisa dilihat oleh pengunjung, penyediaan koleksi

dalam bentuk digital dan menyediakan alat pemadam kebakaran

(hydrant), setiap ruangan terdapat fasilitas sprinkle dan smoke

detector, serta memasang peraturan larangan merokok.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal dalam upayanya untuk melestarikan baik secara fisik

maupun kandungan informasi dari suatu bahan pustaka terutama naskah kuno

adalah sebagai berikut :

Page 112: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

100

1. Untuk melaksanakan kegiatan pelestarian di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal memerlukan kebijakan-kebijakan secara tertulis. Maka

dari itu Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal sebaiknya

membuat kebijakan secara tertulis dalam pelestarian naskah kuno, walaupun

keterbatasan dengan SDM yang dimiliki. Karena jika belum di nyatakan

dalam bentuk dokumen tersendiri, maka hal tersebut tidak dapat dinyatakan

sebagai sandaran kebijakan yang permanen, masih bisa sewaktu-waktu

berubah dan hal tersebut dapat mempengaruhi sistem kegiatan yang tidak

teratur dalam proses pelestarian koleksi naskah kuno.

2. Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

pengelola Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, terutama pada

staf bagian preservasi dan layanan naskah kuno, agar upaya pemeliharaan

dan perbaikan pada naskah kuno lebih optimal, terkendali dan terjaga.

3. Perlu adanya pengajuan dana tambahan kepada pemerintah untuk keperluan

melengkapi sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam kaitannya

untuk kegiatan pelestarian koleksi naskah kuno yang ada di BQMI.

4. Terkait pengelolaan anggaran, sebaiknya dibuatkan kebijakan tersendiri

dalam pembagian anggarannya khusus untuk kegiatan pelestarian naskah

kuno.

Page 113: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

101

DAFTAR PUSTAKA

Adin Bondar.”Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip dalam Menggali

Kearifan Lokal Sebagai Social Capital Membangun Bangsa:Sebuah

Tinjauan UU No.43/2007 Tentang Perpustakaan”.Media

Pustakawan,Vol.15,No.3,Desember (2008)

Andi Ibrahim. “Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka”. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/30/11 (diakses

pada tanggal 5 April jam 14.22 WIB).

Ardani. Observasi dan wawancara ,(Malang: Bayumedia publishing, 2004 )

Asep Saefullah. “Digitalisasi Naskah:Upaya Pemeliharaan Khazanah Bangsa”,

Majalah Litbangdiklat, ed.3, (2015)

Asmawati, “Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan”, Majalah Berita

Perpustakaan Universitas Sriwijaya, Vol.XII, no.2 (Juli-Desember 1996)

Azwar S. Metode Penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005)

Bermansyah; Yoyok Antoni, “Digitalisasi Naskah Kuno Dalam Upaya

Pelestarian” GaneÇ Swara, Vol. 10 No.1(Maret 2016)

Damaji Ratmono.”Preservasi Majalah Terjilid Pada Sub Bidang Teknis Penjilidan

Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI”,Visi Pustaka,Vol.16,No.1,april

2014,hal.71 merujuk pada buku karangan Dureau & Clement. Principles

For The Preservation and Conservation of Library Materials.(The

Haque:IFLA,1998)

Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.

(Jakarta: Grasindo, 2007).

David Bawden,Users, user studies and human information behaviour; A three-

decade perspectives on user studies and information needs” Journal of

Documentation.

Bradfoard:2006.vol.62,Iss.6http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1255208

921&sid=3 &Fmt=3&clientld=45625&RQT=309&Vname=PQD.Akses

tanggal 2 juni 2015

Dina Isyanti,Aditia Gunawan,Agung Kriswanto. Pedoman Pengelolaan Naskah

Nusantara, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2013)

Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Perss,

2011)

Faizal Amin. “Preservasi Naskah Klasik”Jurnal Khatulistiwa-Journal Of Islamic

Studies, Vol.1,No.1(Maret 2011) http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&nid=9&option=detail ,(diakses pada

tanggal 6 April 2015 Jam 15.02 WIB)

Page 114: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

102

Hijrana Bahar & Taufiq Mathar (2015), “Upaya Pelestarian Naskah Kuno di

Badan Perpustakaaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan”.Jurnal

Ilmu Perpustakaan,Informasi,dan Kearsipan Khizanah:Al-Hikmah,Vol.3,

No.1, Januari-Juni 2015, hal 95. Diambil dari http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article

Ida Fitriani, Wawancara Pribadi dengan Informan:Staf Pengembangan Koleksi

Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi (Jakarta 15 November 2017)

Iin Tri Rahayu, dan Tristiadi Ardi Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan:

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2010)

Indah Purwani “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi

Perpustakaan”, Majalah Perpustakaan:Visipustaka,vol.15,no.1(April 2013)

Indah Purwani, “Fakta Tentang Jamur dan debu Buku di Perpustakaan: bahaya

yang mengancam koleksi dan kesehatan pustakawan”,Visi Pustaka

Vol.16,No.1 (2014)

Indah Purwani. “ Selintas Peran Restorator dalam Konservasi Koleksi

Perpustakaan”, Visi Pustaka ,Vol.15,No.1( April 2013)

International Federation of Library Association.Conservation and Preservation

IFLA/UNESCO. Web Resmi IFLA/UNESCO.

http://www.ifla.org/files/assets/pac/ipi/ipi1-en.pdf . Akses tanggal 24 Juni

2015

Karmidi Martoadmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta: Universitas

Terbuka, 1993),

Karmidi Martoadmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta: Universitas

Terbuka, 1999).

Kris Adri Styarto, “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”,

Media Pustakawan, no. 1 (2001)

Lasa HS. Kamus Kepustakawanan Indonesia. (Yogyakarta:Pustaka Book

Publisher,2010)

Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000)

Mahsun.Metode Penelitian Bahasa: tahapan strategi, metode, dan tekniknya,

(Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2007)

Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. (Jakarta: Yayasan

Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992)

Muhammdin Razak, “Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip: Pengendalian Kondisi

Lingkungan.” Laporan Pelaksanaan Lokakarya Pelestarian Bahan Pustaka,

Page 115: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

103

Arsip dan Lontar, tanggal 6-8 Juli 1992 (Ujung Pandang: Perpustakaan

Daerah Sulawesi Selatan, 1992)

Mulyadi, Sri Wulan Rujiati.Kodikologi Melayu di Indonesia, (Depok: Fakultas

Sastra UI,1994)

Nasrullah Nurdin. “ Merawat Naskah Kuno”. Majalah Ilitbangdiklat, Edisi No.3,

2015

Nindya. 2008. “Pernah Melihat Naskah Kuno?”.Akses pada 10 Juli 2015, h.1 di

(http://www.Infoperpus.8m.com/news/230120001.htm)

Oman, Fathurahman.Filologi dan Islam Indonesia. (Jakarta: Badan Litbang dan

Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan,2010)

Pawit M.Yusuf, Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta:

Kencana 2001)

Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Undang-Undang No.43 tahun 2007 Tentang

Perpustakaan. (Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2008).

Primadesi,Y. “Peran Masyarakat Lokal Dalam Usaha Pelestarian Naskah-Naskah

Kuno Paseban”, Jurnal Bahasa dan Seni,Vol.2, No.2

Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian,( Jakarta: STIA Lembaga

Administrasi Negara, 2004 )

Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode

Etik Pustakawan Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, 2006)

Sanapiah Faisal. Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi.

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)

Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, cet 1, (Yogyakarta:

Karnisius, 1992)

Sokhibal Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”.Jurnal

perpustakaan sekolah, edisi tahun 1, nomor 1, oktober 2007.

http://library.um.ac.id.php/Artikel-jurnal-Perpustakaan-Sekolah-

ISSN/perawatan-bahan-pustaka-perpustakaan-sekolah.html/ (diakses pada

tanggal 5 April 2015 jam 08.12 WIB).

Siti Baroroh Baried,dkk,Pengantar Teori Filologi. (Yogyakarta: Badan Penelitian

dan Publikasi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994)

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010)

Sulistyo Basuki, “Upaya Peningkatan Peran Pustakawan dalam Mendukung

Kinerja Perpustakaan”, Media Pustakawan, vol. 12, no.3-4

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1991)

Page 116: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

104

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama,

1993)

Sulistyo Basuki .Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta:Bumi Aksara,2008)

Sutarni, Manajemen Perpustakaan : suatu pendekatan praktik (Jakarta: Samitra

Media Utama, 2004)

Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2006).

Syaifuddin. Wawancara Pribadi dengan Informan:Kepala Seksi Koleksi dan

Pameran Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi (Jakarta 15 November 2017)

Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar

Budaya Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji

Sampel di Laboratorium”, Jumantara, Vol.3,No.1(2012)

Undang-Undang Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2. Akses

pada8Juli2015di

http://bppi.kemenperin.go.id/extension/panduan_iso/doc/uu/C00-1992-

00005.pdf

Uka Tjandrasasmita. Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi

Kajian Sejarah Islam di Indonesia.( Jakarta: Puslitbang Lektur

Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departeman Agama RI,2006)

Wiji Suwarno, Perpustakaan & Buku : wacana penulisan & penerbitan

(Jogjakarta : Ar-Ruzz media, 2011)

Page 117: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 5

Wawancara dengan Kepala Seksi

Koleksi

Bpk. Syaifuddin, MA.Hum

Gambar. 6

Wawancara dengan Staff Pengembangan

Koleksi Museum

Ibu Ida Fitriani, M.Hum

Gambar. 7

Manuskrip La Lino Asli

Gambar. 8

Manuskrip La Lino Tercetak ( Sudah

Melaui Digitalisasi

Page 118: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Gambar. 9

Tempat Penyimpanan Naskah ( Portaple

Gambar. 10

Manuskrip Al-Qur’an Original dengan pemeliharaan sederhana

Page 119: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Gambar. 11

Peti Penyimpanan Naskah

Gambar. 12

Manuskrip Yang Akan di Digitalisasi

Fresh dari hasil penemuan lapangan

Page 120: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Gambar. 13

Daftar Deskripsi Naskah dan Proses Pendigitalisasi menggunakan komputer, kamera

SLR Canon 7D, dan Tripod

Page 121: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

HASIL OBSERVASI

1. Tempat Observasi

Peneliti melakukan observasi untuk penelitian skripsi di Perpustakaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal. Perpustakaan ini terletak di sebelah kanan pintu

masuk Taman Mini Indonesia Indah, yang menempati gedung Bayt Al-Qur’an.

2. Waktu Observasi

Peneliti melakukan observasi pada 8 Mei 2017

3. Koleksi

Adapun koleksi yang tersimpan disana antara lain Manuskrip Al-Qur'an,

benda-benda tradisi dan warisan, arsitek, seni rupa kontemporer, serta benda

Islami lainnya, semua tersimpan disini, sebagai hasil implementasi dan aplikasi

budaya yang bersumber dari Al-Qur'an.

Untuk rincian jumlah dan ragam manuskrip yang tersimpan di Bayt Al-Qur’an

adalah sebagai berikut:

a. Manuskrip Al-Qur’an dari Aceh, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Bima dengan ragam mushaf kuno berjumlah ± 60 mushaf

b. Manuskrip Keagamaan Aceh, Banten, Jawa, Madura, Nusa Tenggara Barat

dan lain-lain berjumlah ± 60 mushaf

c. Mushaf Al-Qur’an Cetak dari Singapura, India, Turki, Jakarta dan Afrika

dengan ragam Percetakan Litografi (cetak batu), Mushaf Singapur, Mushaf

India, Mushaf Turki, Mushaf Sundawi, Mushaf At-Tin, Mushaf Kalimantan

Page 122: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Barat, Mushaf Jakarta, Mushaf Al-Bantani, Mushaf JambiMushaf Istiqlal,

Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Standar Braile, dan Mushaf Qiraah

Sab’ah.

d. Manuskrip Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an dari Melayu, Jawa dengan

beragam Tarjuman Al-Mustafid, Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Baidawi,

Tafsir Qur’an Karim, Tafsir An-Nur, Al-Bayan, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-

Misbah, Tafsir Tematik, Raudat Al-Irfan, Tafsir Al-Ibriz, Al-Huda

4. Fasilitas

Bangunan ini memiliki 4 lantai dengan lingkungan yang jauh dari polusi.

Selain itu, tempat ini juga memiliki fasilitas ruangan yang lengkap seperti

ruang serba guna (main hall), auditorium, audio visual, ruang kelas, pameran,

balkon, dan lain-lain. Semua itu dapat digunakan untuk mengadakan kegiatan

seperti seminar, pertunjukan, pameran, perlombaan, forum ilmiah, syukuran,

dan lain-lain.

Selain itu untuk kebutuhan perawatan rutin terhadap naskah/manuskrip yang

tersimpan disana dapat kita temui alat-alat sebagai berikut Hydrant (10),

Vacum Cleamer (2), Kemoceng (4), Kuas (8), Spon (8), Dehumidifier (4), AC

(12), Smoke Detector dan Sprinkle

Page 123: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Nama : Syaifuddin, MA.Hum

Jabatan : Kepala Seksi Koleksi

Wawancara tanggal 11 Juli 2018, pukul 15.30 WIB

1. Mengapa pelestarian naskah kuno sangat penting untuk dilestarikan di

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban : yaaa karena sesuai dengan tusi (tugas fungsi) Bayt Al-Qur’an

dan Museum Istiqlal aaaa no 3 tahun 2007, tentang fungsi dan kedudukan

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dan nomor 3 ortaker (organisasi

dan tata kerja Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an) nanti bisa di buka

ituuuu salah satu fungsi dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an

adalah pengelolaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, eee salah satu

fungsi utama adalah aa perawatan terhadap benda-benda koleksi Bayt Al-

Qur’an Museum Istiqlal.

2. Apa yang melatar belakangi naskah kuno tersebut penting untuk

dilestarikan di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban : aaa Kembali lagi kalo bicara masalah penting tidaknya, karena

kita instasi pemerintah ya ituuu sesuai dengan aaaa tupoksi (tugas dan

fungsi kita) karena salah satu fungsi tugas fungsi kita adalah aaaaaa

pelestarian benda-benda yang aaa bersejarah,yang punya artefak yang

bersejarah, yang punya urgensi, yang punya sisi penting dari sisi

historisnya gitu kan salah satu koleksinya adalah naskah oleh karena itu

yaaa tugas kita lah untuk aaa penyelamatan naskah-naskah itu. Apalagi

aaaaa 1 tahun terakhir ini kita sering mendengar ya ada bukan issue ya

informasi memang jual beli itu sangat marak mungkin temen-temen

mahasiswa ini bisa melacak bagaimana proses transaksi jual beli naskah

itu, kalo saya belakangan ini memang banyak mengamati bagaimana cara

perpindahan atau kalo temen-temen sini menyebutnya migrasi manuskrip

dari satu tangan ke tangan yang lain, dari satu tempat ke tempat yang

lain, bahkan dari satu Negara ke Negara yang lain. Aaaa…diantaranya

yang kita survey di tahun 2017 itu di Aceh, dimana Aceh ini surganya

Page 124: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

manuskrip ya...jadi data kita sudah lebih dari ribuan naskah yang dijual

ke luar negeri. Oleh karena itu kebijakan tahun 2017 mengamanatkan

untuk program nanti di tahun 2018 melakukan pengadaan masnuskrip-

manuskrip dari Aceh, nah saat ini kita sudah running untuk pembelian

naskah-naskah itu. Nah ini sebagai contoh tindakan penyelamatan naskah

lah sebetulnya.

3. Bagaimana dari segi akademik, fungsinya bagi suatu penelitian dengan

adanya pelestarian naskah kuno di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban: aaa… sebenernya sesuai dengan fungsi museum ya, salah satu

fungsi museum adalah tempat riset ya, sumber-sumber data semuanya ada

di museum ya..lebih pada sumber data….dari sisi akademik kami

mengundang para peneliti atau mahasiswa-mahasiswa yang sedang

menyelesaikan tugas-tugasnya sebenarnya bisa mengkaji koleksi yanga

ada di kita ini, sebagai bentuk kerjasama antara museum sebagai institusi

yang merawat yang menyimpan yang melestarikan benda-benda

bersejarah seperti ini dan univ atau akademik lebih inten pada

pengkajian-pengkajian itu. Aaa..dari sisi akademis isinya mungkin

ya…kalau dari sisi isinya salah satu keunggulan bagi peneliti atau

mahasiswa siapapun kalau dia mau meneliti naskah-naskah terutama

naskah yang ada di museum atau malah naskah yang belum pernah diteliti

orang, ini jadi dia akan menemukan originalitas dalam sebuah penelitian,

dan inilah sebenarnya yang sangat sulit dalam dunia akademik

ya..bagaimana seorang professor sekarang ini sulit untuk mencari hal

baru atau originalitas itu sulit dalam dunia akademik itu. Kelebihan

teman-teman yang ingin meneliti tentang naskah itu banyak sekali hal-hal

yang baru ya informasi baru baik itu terkait dengan sejarah, tradisi

dengan daerah tertentu, ketokohan tertentu, Aaa.. oleh karena itu dari sisi

akademik, naskah yg ada di bayt sangat penting untuk diekslpor lebih jauh

lagi ya..

4. Mengapa Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal harus mengoleksi naskah-

naskah kuno keislaman seperti ini, padahal sudah banyak pula tempat-

Page 125: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

tempat di Indonesia seperti halnya perpustakaan pada umumnya,

universitas bahkan di internet sudah menyimpan terkait naskah kuno?

JAWAB: Kalau kita bicara siapa sih yang layak untuk menyimpan

manuskrip, itu sebenarnya ada beberapa tempat ya, yang jelas sesuai

dengan tuntutan UU bahawsanya semua kekayaan Negara, Negara harus

ikut hadir didalamnya untuk menyelamatkan, Cuma dari institusi Negara

yang mana yang paling layak untuk menyimpan naskah-naskah kuno,

paling tidak kita kategorikan perpustakaan pada umumnya, museum-

museum dibawah pemerintah, arsipnas . Nah kita dikategori museum,

seluruh museum dibawah pemerintah harus ikut hadir dalam program

penyelamatan manuskrip ini. Nah kita sesuai dengan fungsinya kita hanya

focus dalam 2 hal besar yakni terkait manuskrip Al-Qur’an yang

didalamnya ada Al-Qur’an elektronik dan digital, terjemahan dan

Manuskrip keagamaan yang didalamnya banyak sekali berisi tafsir..

5. Bagaimana respon masyarakat atau peneliti dengan keberadaan Bayt Al-

Qur’an dan Museum Istiqlal yang menyimpan koleksi naskah kuno?

Jawaban: Yaa..emm..ya pasti ya kalo yang menyimpan itu museum

pastinya respon masyarakat sangat baiklah, bahkan kalo kita lihat respon

dari masyarakat sendiri, lumayan banyak naskah yang kita koleksi tidak

kita beli tapi dihantarkan langsung oleh masyarakat sendiri, itu

menunjukan kepercayaan masyarakat dan harapan masyarakat di BQMI

ini turut serta dalam melestarikan dan menjaga warisan masyarakat

tersebut.

6. Adakah hubungan kerjasama dengan pihak lain baik dari dalam maupun

luar negeri kaitannya dalam hal pelestarian naskah kuno perpustakaan

Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban: Aaa…hubungan kerjasama kalo dari pihak dalam negeri kita

sudah pernah melakukan kerjasama pelestarian naskah kuno mulai dari

2016 dengan meminta bantuan orang-orang dari Balai Konservasi, nah

dimulai 2017 kita kerjasama dengan Perpusnas ya.. sampai sekarang.

Kalo untuk dari luar negeri, kaitannya dengan pelestarian kita belum

melakukannya, tapi tidak menutup kemungkinan untuk diadakan.

Page 126: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Aa..seperti contohnya baru-baru ini ada professor dari jepang yang

sempat berkunjung dan melihat kondisi pelestarian disini yang masih ala

kadarnya, dan mereka merasa prihatin dan menawarkan kerjasama…nah

sampai sekarang ya harus kita rundingkan dulu dengan lembaga yang

menaungi kita ya. Karena ini kan masalah biaya juga, apa kita yang

belajar kesana atau mereka yang melakukan konservasi disini…nah itu

semua masih jadi bahan pertimbangan.

7. Bagaimana dukungan pemerintah terkait pelestarian naskah kuno

perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban: Terkait dukungan pemerintah yak karena kita merupakan

instansi pemerintah pastinya dukungan perihal dana APBN, setiap

tahunnya kita mendapat kucuran dana tersebut, tapi kalo untuk dukungan

fasilitas dan lain sebagainya belum ada.

8. Apakah Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal juga

menyediakan pengembangan kualifikasi atau kompetensi kemampuan

bagi stafnya agar siap untuk melakukan pendampingan jika ada peneliti

yang membutuhkan informasi?

Jawaban : aaa iya ada pengembangan kualifikasi itu bagi staff yang dirasa

kurang berkompeten dalam bidang perawatan. Salah satu contohnya kita

menunjang kekurangan teman-teman itu untuk mengikut sertakan mereka

dengan kerjasama perpustakaan Nasional terusss mengikuti diklat-diklat

dan pelatihan seperti itu.

9. Apa saja kendala yang dapat menghambat pelestarian koleksi naskah kuno

di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal?

Jawaban : Emmm berbicara masalah kendala saya rasa masih banyak

sekali kendalanya, terutama kaitannya dengan SDM. Jadi SDM yang kita

punya dengan beban kerja itu sangat jomplang sekali. Aaa kita juga punya

koleksi ribuan dan pengunjung ratusan ribu tiap tahun, tapi aaa yang

bertugas secara langsung itu hanya bekisar 10 orang lah dengan

komposisi 3 orang sebagai pengembang koleksi BQMI istilah sebagai

kuratornya itupun tidak sesuai dengan potensi dari bidangnya. Untuk

perawatan secara struktur ada 4 orang, tapi secara teknisnya dibagi

Page 127: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

menjadi 2 yang 2 sebagai pemandu pelayanan sedangkan yang 2 lagi

sebagai pelaksana perawatan kecil-kecilan seperti halnya pembersihan,

penantaan koleksi yang pas, menjamin keamanan tempat display seperti

itu. Selain SDM kita juga terkendala masalah fasilitas yang kurang

memadai aaa bahkan belum ada aaa kaya lab sendiri dan sebagainya.

Selain SDM dan fasilitas adapun kendala yang kami hadapi itu aaaa dari

segi anggaran yang sangat minim.

10. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala pelestarian

naskah kuno BQMI?

Jawaban : ya seperti hlnya tadi sudah dijelaskan bahwa untuk mengatasi

kendala kurangnya SDM kita melakukan kerjasama pihak ketiga, untuk

solusi jangka panjang akan kita siapkan laboratorium khusus.

11. Bagaimana kebijakan dalam pelestarian koleksi naskah kuno? Apakah

sudah ada kebijakan tertulis?

Jawaban: Ehmm… Kalau untuk kebijakan tertulis belum ada karena

kembali lagi kita belum punya staf ahli konservator yang benar-benar

memahami masalah perawatan dan perbaikan terhadap koleksi naskah-

naskah kuno ini. Namun mulai tahun 2016 hingga sekarang kita ada

kebijakan pengalokasian anggaran untuk menggunakan jasa pihak ketiga

sebagai pelaksana pemeliharaan terhadap koleksi naskah yang ada. Jadi

ya kebijakan hanya mengalir saja, melakukan perawatan apa adanya

belum benar-benar memenuhi sesuai kriteria yang seharusnya dilakukan.

12. Apa saja koleksi naskah kuno atau manuskrip yang disimpan di

Perpustakaan BQMI ini?

Jawaban: Untuk manuskrip atau naskah kuno yang disimpan dibagi

menjadi 2 yakni manuskrip Al-Qur’an dan manuskrip keagamaan.

Sedangkan untuk manuskrip keagamaan yang disimpan adalah naskah-

naskah yang berisi kajian Islam meliputi berbagai bidang ilmu agama

seperti tafsir, hadis, ilmu kalam, fikih, sastra, bahasa, hingga sejarah yang

berasal dari Aceh, Banten, Jawa, Madura, NTB, dll.

13. Sejauh ini pendanaan koleksi naskah kuno didapatkan dari mana dan

kisaran angka berapa?

Page 128: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

Jawaban: Untuk pendanaan, didapat dari APBN, tetapi ini tidak hanya

digunakan untuk anggaran pelestarian naskah saja. Anggaran tiap tahun

di dapatkan dari APBN berkisar kurang lebih 150 – 300 juta, dibagi untuk

tiap bidang yang ada di lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Ada 3 bidang yakni bidang Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Pengkajian

Al-Qur’an, Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. Nah kita termasuk Bidang

ketiga yakni bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. Untuk perihal

pelestarian dana kita sesuaikan sesuai kebutuhan dan tingkat keparahan

koleksi naskah yang harus dilakukan pelestarian.

14. Bagaimana kriteria sumber daya manusia yang dijadikan sebagai

konservator dalam proses kegiatan pemeliharaan dan perbaikan terhadap

pelestarian koleksi naskah kuno di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan

Museum Istiqlal?

Jawaban: Nahh, sumber daya manusia kita belum memiliki staf khusus

yang dijadikan sebagai konsevator, karena terkendala masalah anggaran

yang ada. Jadi sejauh ini hanya dilakukan oleh staf-staf yang ada saja dan

sebatas kemampuan kita saja.

15. Apakah BQMI memiliki tempat tertentu untuk pelestarian naskah-naskah

yang perlu dirawat dan diperbaiki?

Jawaban: Laboratorium khusus kita belum ada, karena ya kembali lagi

masalah struktur SDM nya belum ada yang mumpuni dan fasilitas yang

tersedia belum memungkinkan untuk kita punya laboratorium sendiri.

16. Faktor-faktor apa saja yang lebih dominan menyebabkan kerusakan

naskah kuno?

Jawaban: Banyak faktor ya, faktor cuaca sangat berpengaruh, karena

tingkat kelembaban yang tinggi daerah di Indonesia ini beda halnya

dengan Eropa. Selain itu keadaan mikro dan makro dari lingkungan

sekitar penyimpanan. Misal keadaan mikro bisa disebabkan dari tidak

diperhatikannya masalah pengaturan suhu dan pencahayaan, sedangkan

Page 129: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

keadaan makro seperti pencemaran udara dari luar. Faktor yang

disebabkan manusia kebanyakan dari masalah handlingnya

(penanganannya) yang kurang bagus, dalam display naskah ada beberapa

aturan yang seharusnya diterapkan misalnya meneliti tidak boleh dibuka

koleksinya atau disentuh tangan, tetapi jika masyarakat itu atau peneliti

tersebut pengen lebih mendalam mengetahui koleksi tersebut maka mau

tidak mau harus kita buka pakai tangan kan, nah jika hal ini dilakukan

secara sering maka bisa menyebabkan kerusakan pada koleksi naskah

tersebut.

17. Apakah BQMI sudah melakukan reproduksi (digitalisasi) terhadap koleksi

naskah-naskah yang asli?

Jawaban: aaa Sebagian sudah dilakukan digitalisasi, namun belum

semuanya dan belum memiliki ruang tertentu karena masih menggunakan

fasilitas biasa, seperti kamera SLR Canon 7D pada umumnya dan tripod

dilakukan secara manual. Digitalisasi ini dilakukan pada saat peneliti

melakukan pengumpulan naskah di lapangan.

18. Naskah apa saja yang diprioritaskan untuk dilakukan penyelamatan ?

Jawaban: Disini yang kita prioritaskan untuk dilakukan penyelamatan

lebih kepada koleksi naskah kuno Al-Qur’an, sebenarnya ada naskah kuno

lain seperti naskah keagamaan, tapi yang lebih kita prioritaskan adalah

naskah kuno Al-Qur’an karena memang kondisi yang sudah parah banyak

yang dimakan ngengat kertas-kertasnya, tulisannya sudah banyak yang

menghitam karena kebanyakan naskah kuno Al-Qur’an yang ditulis pada

abad-abad 18 – 20 M tersebut ditulis diatas kertas eropa berbahan tinta

Page 130: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

iron gel yang mengandung besi atau tingkat keasaman tinggi. Jadi jika

dibiarkan bertahun-tahun dan tidak mendapat penanganan tintanya akan

memakan kertas sehingga menjadi berlubang atau bahkan tidak bisa

terbaca sama sekali.

Mengetahui,

Pewawancara Kepala Seksi Koleksi

Wahyudin Syaifuddin, MA.Hum

NIM: 1111025100049 NIP:

198206252008011010

Page 131: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

HASIL WAWANCARA

Nama : Ida Fitriani, M.Hum

Jabatan : Staf Pengembangan Koleksi

Wawancara tanggal 15 November 2017, pukul 09.00 WIB

NO PERTANYAAN

DESKRIPSI JAWABAN

1

Tanya Bagaimana pelestarian koleksi naskah kuno dilakukan

LPMA sendiri?

Jawab

“Jika sebatas pembersihan naskah dan sekitar ruang

penyimpanan naskah kuno masih bisa kita lakukan

sendiri, menggunakan kuas, kemoceng dan vacuum

cleaner. Akan tetapi kalau sudah tahap restorasi,

rehabilitasi, dan fumigasi naskah kita kerjasama

dengan pihak ketiga karena memang disini belum ada

staf khusus yang ahli di bidangnya.”

2

Tanya Apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dalam

pelestarian koleksi naskah kuno?

Jawab

“Sejauh ini alat dan bahan yang kita gunakan untuk

perawatan rutin terhadap naskah kuno, ya hanya

melakukan pembersihan menggunakan kemoceng,

vacuum clener, penggantian silica gel. Sedangkan

untuk bahan kimia yang digunakan kita serahkan

sepenuhnya kepada tenaga ahli atau vendor. Karena

yang melakukan restorasi seperti fumigasi bukanlah

dari pihak kami sendiri.”

3 Tanya Bagaimana upaya pencegahan terhadap kerusakan

koleksi yang disebabkan oleh faktor fisika? Seperti

Page 132: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

halnya berapa suhu dan kelembapan yang harus

diperhatikan, pengaturan sistem pencahayaannya dan

pencegahan terhadap debu yang bisa sewaktu-waktu

masuk kedalam ruangan peyimpanan koleksi?

Jawab

Untuk pengaturan suhu dan kelembapan ruang

penyimpanan naskah kuno kita masih pakai suhu

ruang secara umum kurang lebih 16 derajat celcius

dan peletakan silica gel di tiap-tiap lemari

penyimpanan naskah kuno, untuk pengaturan

pencahayaan, cahaya ada dua yakni cahaya dari

matahari dan cahaya dari lampu pijar, Cahaya

matahari yang masuk kedalam ruangan baik secara

langsung maupun pantulan dihalangi dengan gordeng

atau disaring lagi dengan menggunakan filter untuk

mengurangi radiasi ultra violet dan koleksi yang ada

diruangan perpustakaan tidak boleh diletakan didekat

dengan jendela. Sedangkan untuk pencahayaan dari

lampu pijar atau neon kita mengunakan pencahayaan

dari lampu pijar neon yang diperkecil intensitas

cahanya. Sedangkan untuk pencegahan terhadap

debu, mencegahnya dengan membersihkan debu

menggunakan alat penghisap debu atau vaccum

cleaner, menggunakan kuas, spon, dan kemoceng,

yang mana pembersihannya dilakukan secara hati-

hati dengan lembar perlembar, pengerjaan

dibutuhkan waktu yang cukup lama berbeda dengan

buku perpustakaan biasa.

4

Tanya

Bagaimana upaya pencegahan terhadap kerusakan

koleksi yang disebabkan oleh faktor biotis? Misalnya

dari serangga, jamur, binatang pengerat, dan lain-

lain?

Jawab

“Untuk pencegahan dari faktor biotis kita melakukan

fumigasi dan penyemprotan menggunakan bahan

insektisidan selama satu tahun sekali dengan waktu

pengasapan serta penyemprotan 2 x 24 jam. Namun

kegiatan ini bukan kita yang melakukan melainkan

kita menggunakan jasa pihak ketiga atau vendor,

Page 133: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

karena kita belum memiliki SDM yang memahami

masalah tersebut.

5

Tanya

Bagaimana upaya pencegahan terhadap kerusakan

koleksi yang disebabkan oleh faktor kimia? Misalnya

cara mengatur tingkat keasaman pada koleksi naskah

kuno?

Jawab

Untuk pengaturan keasaman ini kita menyerahkan

kepada tenaga ahli pihak ketiga atau vendor karena

kita tidak bisa mengerjakannya sendiri.

6

Tanya

Bagaimana upaya pencegahan terhadap kerusakan

koleksi yang disebabkan oleh faktor manusia? Adakah

kebijakan tertentu yang diterapkan?

Jawab

Untuk pencegahan yang dilakukan faktor manusia

maka kita mengadakan bimbingan pemakai kepada

pemustaka serta membuat tulisan / tata tertib yang

diletakkan disetiap tempat-tempat strategis yang

dapat terlihat jelas dan terbaca oleh pemustaka,

seperti meja pembaca dan dinding-dinding ruangan

menggunakan bingkai. Selain itu agar tidak

sembarangan orang bisa memegang naskah kuno

tersebut maka untuk penyimpanannya kita

menggunakan rak display kaca, yang mana

pemustaka hanya bisa melihat naskah tersebut.

Seperti contohnya naskah kuno Al-Qur’an yang

beratnya mencapai 300 kg yang kita pamerkan di

ruang bawah, itu ruangannya selalu terkunci, tidak

sembarang orang bisa masuk dan memegang naskah

tersebut.

7

Tanya Bagaimana upaya pencegahan terhadap kerusakan

koleksi yang disebabkan oleh faktor bencana alam?

Jawab

Untuk pencegahan dari faktor bencana alam, selama

ini Alhamdulillah tidak pernah ya terjadi, namun

sebagai proses pencegahan hal tersebut pihak

pengelola gedung menyediakan alat pemadam

hydrant, setiap ruangan terdapat fasilitas sprinkle

Page 134: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

yang letaknya di langit-langit atas dan smoke detector

serta memasang peraturan larangan merokok.

8

Tanya

Bagaimana kegiatan konservasi (pemeliharaan fisik)

terhadap koleksi naskah kuno yang mengalami

kerusakan?

Jawab

Untuk naskah yang benar-benar rapuh kita

meletakkannya dalam kertas portaple, agar

terlindungi dan jika disimpan dapat terhindar dari

gesekan antara naskah lainnya. Untuk pembuatan

tempat penyimpanan ini atau kertas portaple kita

masih meminta bantuan dari pihak Perpustakaan

Nasional RI. Sebenarnya kita sudah diperlihatkan dan

diajari cara pembuatannya, namun ya lagi-lagi kita

tidak bisa praktek sendiri karena terkendala dengan

bahan-bahan dan alatnnya yang harus di import.

9

Tanya Bagaimana kegiatan restorasi (perbaikan) terhadap

koleksi naskah kuno yang mengalami kerusakan?

Jawab

Untuk restorasi kita meminta bantuan jasa dari pihak

ketiga atau vendor, jadi kita hanya menyiapkan

anggaran sesuai yang dibutuhkan.

Mengetahui,

Pewawancara Staff Pengembangan Koleksi

Wahyudin Ida Fitriani, M.Hum

NIM: 1111025100049 NIP:

Page 135: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 136: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 137: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 138: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 139: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 140: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 141: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 142: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 143: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 144: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 145: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 146: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan
Page 147: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan

BIODATA PENULIS

WAHYUDIN, Lahir di Depok 30 November 1991,

Terlahir dari pasangan Bapak Naji dan Ibu Rimi. Dari

kecil hingga Sekolah Menengah Atas penulis tinggal di

Jl.Kyai Dehir No.03, Rt.005/011, Kelurahan Tanah Baru,

Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Tanah

Baru II pada tahun (1998-2004) Kemudian pada tahun

(2004-2007) melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Kesuma Bangsa Depok, Lanjut pada tahun ( 2007-2010) penulis

melanjutkan di Sekolah Menengah Kejuruan yakni SMK Kesuma Bangsa 2

jurusan Teknik Informatika. Tidak sampai di situ setelah lulus SMA, pada tahun

2011 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliah dengan menulis skripsi yang berjudul

"Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum

Istiqlal". Penulis juga pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di

Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV-

Jakarta) pada 2014 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa/Kelurahan

Sukamulya, Bogor. Selama kuliah penulis juga aktif dalam bidang di luar kampus

anatara lain Komunitas MKB-Home Schooling Kak Seto.

Page 148: PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40592/1/WAHYUDIN-FAH.pdf · Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan