tinjauan terhadap terjemahan...

73
46 46 TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN (Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia) NASRULLOH NIM : 1982414681 JURUSAN TERJEMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2003 TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN

Upload: dinhthu

Post on 13-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

46

46

TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM

BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN

(Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya

dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia)

NASRULLOH NIM : 1982414681

JURUSAN TERJEMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2003

TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURAN AL-KARIM

BACAAN MULIA KARYA H.B.JASSIN

Page 2: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

47

47

(Analisa Terhadap Terjemahan karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya

dengan terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sasatra (S.S)

Oleh :

NASRULLOH NIM:1982414681

Pembimbing,

Drs. HD. Sirojuddin. AR, M.Ag

NIP:150 234 507

JURUSAN TERJEMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2003

Page 3: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

48

48

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’AN

AL-KARIM BACAAN MULIA KARYA H.B. JASSIN(Analisa Terhadap Terjemahan karya

H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan Perbandingannya dengan terjemahan Departemen

Agama Republik Indonesia) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2008, Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada program studi

Tarjamah.

Jakarta, 1 Oktober 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Ikhwan Azizi. M.A Akhmad Syaekhuddin. M.Ag NIP: 150 262 446 NIP: 150 303 001

Anggota

Drs. HD. Sirojuddin. AR, M.Ag

NIP:150 234 507

Page 4: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

49

49

Page 5: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

50

50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap muslim sudah tentu mempunyai keinginan untuk dapat membaca dan memahami

Al-Qur'an dalam gaya bahasa yang asli, yaitu Bahasa Arab. Tetapi karena tiap orang tidak

mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka tidaklah keinginan tersebut di atas

dapat dicapai oleh setiap muslim. Untuk itulah maka Al-Qur'an diterjemahkan ke dalam berbagai

bahasa di dunia.1

Terjemahan Al-Qur'an ke dalam berbagai bahasa dunia di antaranya telah dilakukan

dalam bahasa Persia, Turki, Urdu, Tamil, Pastaho, Jepang, Perancis, Spanyol, dan berbagai

bahasa di kepulauan timur dan beberapa Bahasa Afrika. Juga terdapat terjemahan dalam bahasa

China. Terjemahan dalam Bahasa Urdu yang pertama dimulai oleh Syah Abdul Qodir dari Delhi

(wafat tahun 1826). Kemudian setelah itu banyaklah dilakukan orang terjemahan ke dalam

Bahasa Urdu, yang sebagian dari hasil terjemahannya tidak sampai selesai.

Di antara terjemahan yang lengkap dan masih dipergunakan sampai saat ini ialah

terjemahan dari Syah Rafiuddin, Syah Asyraf Ali Thanawi dan Maulvi Nazir Ahmad, mereka

semua dari Delhi.

Beberapa tahun terakhir Al-Qur'an telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa atas

bantuan Rabithah Al Alam Al Islami dan Dar Al Ifta Wa Al Irsyad yang bermarkas di Saudi

1 Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1990), h.30

Page 6: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

51

51

Arabia. Mujamma’ Khadim Al Haramain Al Syarifain Al Malik Fahd untuk pencetakkan mushaf

telah mencetak terjemahan Al-Qur'an dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Perancis, Turki,

Urdu, China, Hausa, dan Indonesia.2

Berbagai hasil penerjemahan Al-Qur'an di dunia ini ternyata bayak membawa nilai

positif, baik bagi penerjemah itu sendiri maupun bagi pembacanya, di antaranya adalah seorang

penerjemah Al-Qur'an dalam Bahasa Inggris Marmaduke Pickthall, ia telah menerjemahkan Al-

Qur'an dalam gaya bahasa sastra. Karena latar belakang tersebut ia akhirnya memeluk Islam

karena menganggap Islam agama yang mudah dipahami oleh setiap orang dan sebagai agama

yang rasional.3

Keperluan kita akan berbagai ilmu agama yang bersumber dari Al-Qur'an rnemang sangat

besar dan tidak ada batasnya, akan tetapi untuk memahaminya ternyata memang bukan hal yang

mudah, terutama bagi para pembaca yang tidak memahami gaya bahasa Al-Qur'an. Oleh sebab

itu saat ini di tengah berbagai berita dan opini, serta makin pesatnya ilmu pengetahuan di

Indonesia, hasil karya terjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia sangat memberi

kontribusi dalam proses pemahaman isi Al-Qur'an.

Semua terjemahan itu pada umumnya ditulis dalam bahasa prosa, hal mana tiada

mengherankan karena yang dipentingkan oleh para penerjemah yang pada umumnya guru-guru

agama, ialah isi kandungan kitab suci itu. Juga disebabkan karena Al Qur'an itu sendiri secara

visuil disusun sebagai prosa, meskipun sebenarnya bahasanya sangat puitis dan ayat-ayatnya

dapat disusun sebagai puisi dalam pengertian sastra. Maka tidaklah mengherankan pula apabila

belakangan ini ada usaha-usaha dari para penyair untuk mempuitisasikan terjemahan ayat-

ayatnya, seperti yang mula-rnula dilakukan oleh beberapa penyair Islam golongan pujangga baru

2 Ibid., h.35. 3 H.B. Jassin, Al-Qur'anul Karim-Bacaan Mulia, (Jakarta: PT. Jambatan, 1991), cet. Ke-3, h. XVI

Page 7: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

52

52

di antaranya Rifa'i Ali dan kemudian setelah perang dunia kedua oleh Diponegoro, Syu'bah Asa,

Ali Audah, Taufik Ismail, Ajip Rosyidi, dan lain-lain.4

Terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia yang beredar saat ini sudah cukup

banyak. Di antaranya yang terpopuler adalah Tafsir Qur'an Karim Mahmoed Joenoes yang terbit

pertama kali tahun 1938, Al Furqan A. Hasan, terbit tahun 1953, Tafsir Annur karya TM. Hashi

Ash Siddieqy yang jilid pertamanya terbit pada tahun 1956 dan jilid X dan terakhir tahnn 1973,

Tafsir Qur'an H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS tahun 1960, dan yang terkemudian Al-

Qur'an dan terjemahnya yang

pertama kali terbit tahun 1970, dengan sponsor Departemen Agama Republik Indonesia.5

Dari sekian banyak tokoh penerjemah Al-Qur'an yang berusaha menerjemahkan dengan

gaya bahasa syair dan prosa, melalui skripsi ini saya akan menyajikan seorang tokoh penyair

yang semasa hidupnya banyak menghasilkan karya sastra dan berhasil menerjemahkan Al-Qur'an

dengan gaya bahasa puisi, ia adalah Hans Bague Jassin.

Sebagai seorang yang bergelut dalam dunia sastra tentunya ia mempunyai banyak

pengalaman dalam menulis karya yang identik dengan dirinya, salah satu karya yang cukup

populer di kalangan masyarakat pecinta Al-Qur'an adalah terjemahan Al-Qur'anul Karim-Bacaan

Mulia yang hasil terjemahannya bergaya puitis. Karena alasan tersebut maka penulis merasa

termotivasi untuk menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN

TERHADAP TERJEMAHAN AL-QUR'ANUL KARIM BACAAN MULIA KARYA

H.B. JASSIN”.

Pendapat H.B. Jassin tentang penerjemahan Al-Qur'an adalah bahwasanya untuk

memperoleh terjemahan puitis yang efektif diperlukan perbendaharaan kata yang luas untuk

4 H.B. Jassin, Pengantar Al Qur’anul Karim-Bacaan Mulia, (Jakarta: PT. Jambatan, 1978), cet. Ke-1, h.12 5 Ibid.

Page 8: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

53

53

memungkinkan mencari kata-kata sinonim yang lebih merdu bunyinya atau jumlah suku katanya

memungkinkan irama yang lebih harmonis dalam hubungan kandungan makna. Kata-kata

sinonim diperlukan supaya ada variasi dalam pengungkapan sesuai dengan keindahan bunyi dan

keserasian irama.

Begitu pula kata-kata yang dimiliki oleh terjemahan yang puitis sebenarnya bersifat

netral. Oleh karenanya menurut ia kata-kata yang dikatakan puitis adalah kata-kata yang menurut

bunyinya enak didengar. Contoh :

Artinya : l. Menurut terjemahan Departemen Agama

"mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat"

2. Menurut terjemahan H.B.Jassin

“mengapa kamu katakan

apa yang tiada kamu lakukan?

Artinya : 1. Menurut terjemahan Departement Agama

“mereka yang memelihara sholat”

2. Menurut terjemahan H.B.Jassin

“mereka yang setia menjalankan sembahyang”

Selain itu penulis ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah H.B. Jassin dalam

menerjemahkan kitab suci tersebut, karena sebagaimana tercantum dalam berbagai buku yang

berkaitan dengan hasil terjemahannya ia bukanlah seorang tokoh agama dan ia menyelesaikan

Page 9: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

54

54

hasil terjemahannya ini di beberapa kota besar di dunia seperti Kuala Lumpur, Amsterdam,

Berlin, Paris, London, Singapura, Jakarta, dan beberapa kota kecil di mancanegara.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil karya terjemahan Al-Qur'an versi H.B. Jassin, bayak hal menarik yang

dapat diperoleh darinya. Kesemuanya itu tidak mungkin dapat dibahas dalam satu kali penulisan,

oleh karena itu penulis membatasi masalah dalam skripsi ini hanya pada analisa terhadap

terjemahan Al-Quran Karya H.B. Jassin dalam surat Ar-Rahman, aspek penggunaan bahasa,

diksi, dan pola penerjemahannya.

Dalam penyajian karya ilmiah ini penulis juga menyajikan beberapa contoh hasil

terjemahan H.B. Jassin dan membandingkannya kepada hasil terjemahan Departeman Agama

R.I.

Atas dasar latar belakang masalah di atas penulis akan mendapatkan permasalahan yang

akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Siapa H.B. Jassin dan mengapa ia tertarik menerjemahkan kitab suci Al-Qur'an ?

2. Mengapa ia menerjemahkan Al-Qur'an secara Puitis ?

3. Apakah seluruh ayat dalam surat Ar-Rahman ia terjemahkan secara puitis ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadap hasil karyanya antara lain:

1. Dapat menambah wawasan tentang berbagai pola penerjemahan Al-Qur'an.

2. Mengetahui tentang penggunaan dan pemilihan kata yang dipakai dalam melakukan

kegiatan penerjemahan kitab ini sehingga dapat ditentukan terjemahan yang terbaik.

Page 10: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

55

55

3. Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap ayat dalam surat

Ar-Rahman dan berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Metodologi Penelitian

l. Subjek penelitian.

Subjek penelitian ini adalah hasil terjemahan H.B. Jassin pada Al-Qur'anul Karim-

Bacaan Mulia.

2. Instrumen Pengumpulan Data.

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan instrumen pengumpulan data dengan

studi dokumenter. Penulis mencari data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan H.B.

Jassin, terutama yang bertajuk hasil terjemahannya. Dokumen-dokumen tersebut dapat

berupa buku-buku karangan H.B. Jassin atau tentang H.B. Jassin dan terjemahan Al-Qur'anul

Karim-Bacaan MuIia karyanya.

Selain itu penulis juga mencari data dari berbagai buku terjemahan Al-Quran dan tafsir.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bab I. Berupa pendahuluan berisi:

Latar belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan

penelitian, Metodologi penelitian (subjek penelitian dan instrumen

pengumpulan data), dan sistematika penulisan.

Bab II. Berupa gambaran umum tentang penerjemahan AI-Quran yang berisi:

Sejarah penerjemahan Al Qur'an, Sejarah penerjemahan Al Qur'an ke dalam

Bahasa Indonesia, Latar belakang penerjemahan Al- Qur'anul Karim-Bacaan

Mulia, Latar belakang penamaan Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia.

Page 11: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

56

56

Bab III. Berupa hasil penelitian yang berupa:

Riwayat hidup H.B. Jassin dan hasil karyanya.

Bab IV. Berupa hasil. penelitian tentang analisa terhadap terjemahan Al--

Qur'anul Karim Bacaan Mulia yang berisi :

Cara kerja H.B. Jassin dalam menerjemahkan Al Qur'an, hambatanhambatan

dan tanggapan beberapa tokoh penerjemah Al-Quran terhadap terjemahan Al-

Qur'anul Karim Bacaan Mulia, serta analisa terhadap terjemahan karya H.B

Jassin pada surat Ar-Rahman dan perbandingan dengan terjemahan Departemen

Agama RI.

Bab V. Berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 12: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

57

57

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PENERJEMAHAN AL-QUR'AN

A. Sejarah Penerjemahan Al-Qur'an.

Sebelum penulis menyajikan informasi tentang penerjemahan Al-Qur'an, ada baiknya

saya singgung sedikit tentang pengertian terjemah dari beberapa tokoh penerjemah dan seberapa

penting hal tersebut Kata “Tarjamah" dalam tuturan Bahasa Arab meliputi berbagai makna,

bahkan pengertian yang satu ini seringkali tergantung pada situasi di mana kata itu diucapkan.

Pengertian-pengertian yang dapat dijangkau oleh ungkapan kata "Tarjamah" antara lain:

1. (Menyampaikan pembicaraan kepada orang - orang yang

belum menerimanya). Jadi menyampaikan menyebarkan ajaran Al-Qur'an kepada

masyarakat yang belum menerimanya, itu termasuk menerjemahkan ajaran Al- Qur'an.

2. (Menjelaskan kalam dengan menggunakan bahasa

kalam itu sendiri). Oleh karena itu menafsirkan Al - Qur'an dengan menggunakan Bahasa

Al -Qur'an ( Arab ) masih termasuk arti menerjemahkan Al-Qur'an.

3. ( Mengalih pembicaraan / kalam dari satu bahasa ke bahasa

lain), atau dengan bahasa yang sederhana alih bahasa.6

Berdasarkan keterangan di atas, yang intinya mengandung arti penjelasan, karena

memang sampai dengan millenium ketiga ini masih banyak manusia yang belum memahami

6 Rifa'i Sauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), cet. Ke-2, h. 169 -

171.

Page 13: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

58

58

Bahasa Al-Qur'an. Oleh karenanya dibutuhkan terjemahan Al-Qur'an sebagai salah satu sarana

dan upaya berbagai pihak yang berkepentingan untuk mengajarkan dan memahaminya.

Al-Qur'an mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 17 Ramadhan,

ketika itu usia Nabi 41 tahun bertepatan dengan tanggal 16 Agustus 610 M. Adapun tentang

sejarah penerjemahan Al-Qur'an, penulis perlu membaginya menjadi beberapa babak

berdasarkan dengan bahasa apa kitab suci ini diterjemahkan. Karena adanya perbedaan antara

sejarah penerjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Barat dan bukan Barat termasuk Bahasa

Indonesia.

Sebelum berkembangnya Bahasa-bahasa Eropa modern, maka yang lebih dahulu

berkembang di Eropa saat itu adalah Bahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan Al-Qur'an

dimulai ke dalam bahasa latin. Usaha terjemahan itu dilakukan dalam upaya memenuhi

kebutuhan rumah peribadatan biara clugny kiri-kira pada tahun 1135 M.

Prof. W. Montgomery Watt dalam bukunya Bells Introductins 70 The Quran (Islamic

Surveys 8) menyebutkan bahwa terdata dimulainya perhatian barat terhadap studi Islam (Islamic

Studies) adalah dengan kunjungan Peter The Venerable, Abbot Clugny ke Toledo pada abad ke-

12 M.7

Di antara usahanya adalah menerbitkan serial keilmuan untuk menandingi kegiatan

intelektual Islam saat itu (terutama di Andalusia). Sebagai bagian dari kegiatan tersebut adalah

menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Latin yang dilakukan oleh Robert Of Ketton

(Robertus Retanensis) yang diselesaikan pada bulan Juli 1143 M.8

Sedangkan keterangan yang lain menyatakan bahwa penerjemahan Al-Qur'an yang

pertama ke dalam Bahasa Eropa dilakukan oleh Robert de Retines pada tahun 1141-1143 M atau

7 Departemen Agama, Al-Qur'an dan terjemahnya, (Semarang : 1990), op.cit., h. 30 8 Ibid.

Page 14: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

59

59

menurut Abu Bakar Atjeh tahun 1146 M.9 Terjemahan yang dilakukan oleh Robert de Retines ini

ternyata sebagai upaya untuk menyudutkan ajaran agama (Risalah) yang dibawa oleh

Muhammad SAW, karena hasil terjemahannya ternyata sangatlah tidak sesuai isi dan kandungan

Al-Qur'an itu sendiri, bahkan setengahnya sengaja dibuat menyimpang supaya makna Al-Qur'an

itu menjadi rusak.10

Usaha tersebut di atas memang sengaja dilakukan, karena memang mereka bermaksud

menandingi kemajuan Islam waktu itu. Pada umumnya penerjemahan AlQur'an yang dilakukan

oleh kaum orientalis itu mempunyai kecenderungan atau tendensi negatif, yaitu menjelek-

jelekkan Islam, karena motif mereka bukan untuk menggali dan memahami petunjuk-petunjuk

Al-Qur'an melainkan demi kepentingan misi mereka yaitu menyudutkan Islam.

Abad renaissance di barat memberi dorongan lebih besar untuk menerbitkan buku-buku

Islam. Pada awal abad ke-16 buku-buku yang beraliran pemikiran Islam banyak diterbitkan,

termasuk salah satunya yaitu penerbitan Al-Qur'an pada tahun 1530 M di Venice dan

terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Latin oleh Robert Of Ketton tahun 1543 M di Basle dengan

penerbitnya Bibliander.11

Lodovici Meracci misalnya menggunakan sebagian usianya (selama 40 tahun) untuk

mempelajari Al-Qur'an dan pada tahun 1689 M mengeluarkan terjemahan Al-Qur'an dalam

Bahasa Latin dengan teks Arab dan beberapa nukilan dari berbagai tafsir berbahasa Arab yang

dipilih demikian rupa, ditujukan untuk memberi kesan buruk tentang Islam di Eropa. Merracci

sendiri adalah orang pandai dan dalam menerjemahkan Al-Qur'an itu jelas bertujuan

mendiskreditkan Islam di kalangan masyarakat Eropa, dengan mengambil pendapat para ulama

Islam sendiri. Keterangan lain tentang tokoh ini adalah bahwasannya ia seorang Roma Katholik

9 Rifa’i Sauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, op. Cit., h. 33 10 Ibid. 11 Departemen Agama, Al-Qur'an dan terjemahnya, loc.cit.

Page 15: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

60

60

dan terjemahnya itu dipersembahkan kepada Emperor Romawi. Pada terjemahannya itu di beri

pengantar yang isinya adalah sebagaimana apa yang ia katakan "Bantahan terhadap Quran ".

Adapun terjemahan ke dalam Bahasa Inggris pertama kali dilakukan oleh A. Ross yang

merupakan terjemahan dari Bahasa Perancis yang dilakukan oleh Du Ryer pada tahun 1647 dan

baru diterbitkan beberapa tahun kemudian setelah karya Ryer itu. George Sale seorang yang

berhasil menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris pada tahun 1734 ternyata seorang plagiat besar

karena sebagian besar karangannya merujuk pada karangan Meracci. Mengingat bahwa tujuan

kaum orientalis menerjemahkan Al-Qur'an untuk menjelekkan Islam di kalangan masyarakat

Eropa, maka terjemahannya dianggap yang terbaik dalam dunia yang berbahasa Inggris dan telah

dicetak berulang kali dan dimasukkan dalam seri apa yang dikatan “Chandos Cllassics” dan

mendapat pujian serta restu dari Sir E. Denisson Ros.

Pada tahun 1812 terjemahan George Sale diterbitkan di London dalam edisi baru (dua

jilid) terjemahan tersebut diberi judul The Koran atau The Akoran of Mohamad: translated from

the original Arabic. Disebutkan di dalam terjemahannya berdasarkan sumber berbahasa Arab,

para mufassir muslim, terutama tafsir Al Baidlowi.

Pada abad ke-19 penerjemahan Al-Qur'an semakin berkembang. Gustav Flugel (wafat

1870) menerjemahkan Al-Qur'an sejak tahun 1834 dan telah mengalami cetak ulang dan refisi

oleh Gustav Redslob. Diikuti kemudian oleh Gustav Weil (wafat 1889) dan juga menulis sejarah

Nabi Muhammad SAW (tahun 1843). Usahanya diteruskan oleh pelanjutnya yaitu Aloys

Sprenger dan William Muir, keduanya mempunyai perhatian yang besar dalam mempelajari Al-

Qur'an dan sejarah Nabi Muhammad SAW.

J.M. Rodwell menerbitkan terjemahannya pada tahun 1861 dan berusaha menyusun

surat-surat Al-Qur’an berdasarkan urutan turunnya. Sekalipun ia berusaha untuk mengungkapkan

Page 16: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

61

61

secara jujur, tetapi catatan-catatannya menujukkan fikiran seorang pendeta Kristen yang lebih

mementingkan untuk memperlihatkan apa yang menurut pendapatnya kekurangan-kekurangan

dalam Al-Qur'an daripada menunjukkan penghargaan atau ketinggian Al-Qur'an.

Terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Jerman oleh Rudy Paret dianggap baik. Menurut

pendapat Richard-Bell bahwa penyusunan ayat demi ayat secara kronologis seperti yang

dilakukannya tidak mungkin. Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Eropa lainnya dilakukan oleh

E.H. Palmer (Guru besar Universitas Cambridge wafat tahun 1883). Hasil terjemahannya

diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1876. Dia tidak mampu memahami keindahan dan

keagungan gaya Bahasa Al-Qur'an. Menurutnya Bahasa Al-Qur'an itu kasar dan tidak terdapat

keteraturan. Terjemahannya dianggap sembrono dan tidak teliti.12

Mengingat Luasnya tujuan-tujuan terselubung dari kegiatan para orientalis yang anti

Islam dalam menerjemahkan Al-Qur'an menyebabkan penulis-penulis muslim berusaha

menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Inggris. Berbagai ketimpangan dan penyimpangan

yang terjadi dalam penerjemahan Al-Qur'an oleh orang-orang Eropa disebabkan karena Al-

Qur'an yang diterjemahkan itu tidak dikerjakan dari sumber aslinya yang berbahasa Arab,

melainkan menerjemahkan hasil terjemahan.

Thomas Carlyle, seorang ahli ketimuran mengatakan bahwa Al-Qur'an itu sampai ke

Eropa dengan cara yang tidak shahih. Bahkan pada masa orang-orang muwahhidin memerintah

Spanyol tahun 1141-1289, secara lebih keras lagi memerintahkan agar Al-Qur'an yang

diterjemahkan dalam Bahasa-bahasa Eropa itu harus segera dimusnahkan.13 Meskipun demikian

ada beberapa karya terjemahan Al-Qur'an yang disetujui penggunaannya oleh para Ulama Islam.

12 Ibid. h.31 13 Ibid. h.32

Page 17: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

62

62

Sarjana Muslim yang pertama-tama melakukan penerjemahan Al-Qur'an ke dalam

Bahasa Inggris adalah Dr. Muhammad Abdul Hakim Khan, dari Patiala pada tahun 1905 M.

Mirza Hairat dari Delhi juga menerjemahkan Al-Qur'an dan diterbitkan di Delhi tahun 1919 M.

Nawab Imadal Mulk Sayyid Husein Bilgrami dari Hyderabad Dacca juga menerjemahkan

sebagian Al-Qur'an, ia meninggal sebelum menyelesaikannya. Ahmadiah Qodiani juga

menerjemahkan bagian pertama kitab ini pada tahun 1915, begitu pula Ahmadiah Lahore ia juga

menerbitkan terjemahan Maulvi Muhammad Ali yang pertama terbit tahun 1917 M. Terjemahan

itu merupakan hasil karya ilmiah yang diberi catatan-catatan yang luas dan pendahuluan serta

indeks yang cukup.

Terjemahan Al-Qur'an lain yang perlu disebutkan ialah terjemahan oleh Hafidz Ghulam

Sarwar yang terbit tahun1930 M. Dalam terjemahannya itu ia memberikan ringkasan surat demi

surat, bagian demi bagian tetapi tidak diberinya footnote pada terjemahan itu. Catatan-catatan

yang dimaksud kiranya amat perlu untuk memahami ayat-ayat di dalamnya. Bahasa Al-Qur'an

dengan ungkapan-ungkapan yang kaya akan arti memerlukan catatan-catatan yang memadai.14

Di antara sarjana Muslim Barat yang menerjemahkan Al-Qur'an adalah Muhammad

Marmaduke Pickthall dari Inggris, ahli dalam Bahasa Arab. Terjemahannya dilakukan kalimat

demi kalimat dan diterbitkan pada tahun 1930 M. Hasil terjemahannya telah dicetak berulangkali

sebanyak lima kali sampai tahun 1476 M. Pada terjemahannya disertai dengan pengantar yang

menguraikan tentang Al-Qur'an, sejarah singkat Nabi penerima kitab tersebut, serta tidak

ketinggalan yang amat penting yaitu Ilmu Tajwid sebagai salah satu alat untuk membaca AI-

Qur'an secara tertib dan benar (Tartil). Pada setiap awal surat diberi keterangan singkat tentang

surat dan pada bagian akhir dilengkapi dengan indeks.

14 Ibid. h.33

Page 18: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

63

63

Terjemahan Pickthall tersebut diberi judul "The meaning of Glorius Koran" dengan

keterangan singkat tentang surat dan kesimpulan ayatnya.15

Terjemahan Al-Qur'an yang terkenal di dunia Barat maupun Timur adalah terjemahan

Abdullah Yusuf Ali "The Holy Quran", Text Translation and commentary telah diterbitkan

berulang kali. Hasil karyanya dilengkapi dengan keterangan singkat surat dan kesimpulannya.

Terjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia

Al-Qur'an al-karim sebagai Bacaan yang mulia bagi umat Islam juga mulai diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia, kegiatan ini dilakukan dimulai pada pertengahan abad ke-17 oleh

seorang ulama bernama Abdul Rauff`al-Fansuri, tokoh asal singkel, Aceh. Terjemahan yang ia

lakukan bukan dalam Bahasa Indonesia yang kita kenal seperti sekarang ini, akan tetapi dalam

Bahasa Melayu, oleh karenanya apabila ditinjau dari sudut Bahasa Indonesia moderen

kemungkinan dapat dikatakan belum sempurna, namun demikian kreatifitas semacam ini

sungguh amat besar artinya terutama sebagai perintis jalan menuju ke arah yang lebih

sempurna.16

Selain yang dilakukan oleh Al-Fansuri terdapat tejemahan yang lain, di antaranya adalah

terjemahan yang dilakukan oleh kemajuan Islam Yogyakarta; Qur'an kejawen dan Qur'an

Sundawiah, terbitan percetakan A.B. Sib Syamsiah Solo, Tafsir Hidayatur Rahman oleh KH.

Munawar Khalil, Tafsir Qur'an Indonesia oleh Prof. Mahmud Yunus (1935), AI-Furqan dan

Tafsir Qur'an oleh A. Hasan dari Bandung (1928), Tafsir Al-Qur'an oleh H. Zainuddin Hamidi

cs (1959), al-Ibris disusun oleh Kiayi Biysri Musthafa dari Rembang (1960), Tafsir Al-Qur'an

Al-Hakim oleh H.M. Kasim Bakri cs (1960), dan banyak lagi yang lain. Dari berbagai macam

15 Rifa’i Sauqi dan M. Ali Hasan, op.cit., h. 178 16 Ibid. h.179

Page 19: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

64

64

terjemahan Al-Qur'an tersebut ada yang lengkap dan ada yang tidak selesai, seperti penerbitan

terjemahan tafsir dari perkumpulan Muhammadiyah, Persatuan Islam Bandung, dan Al-Ittihadul

Islamiyah di bawah pimpinan KH. A. Sanusi Sukabumi, sementara terjemahan ke dalam Bahasa

Jawa di antaranya adalah Al-Qur'an suci Basa Jawi, oleh Prof. K.H.R.Muhammad Adrian

(1969), dan Al-Huda, oleh Drs. H. Bakry Syahid (1972).17

Dari berbagai hasil terjemahan yang telah Penulis sebutkan di atas pada umumnya

semuanya ditulis dalam gaya bahasa prosa dan kemunculannya tidak mendapatkan reaksi yang

menimbulkan kontrofersi.

Salah satu terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia ada yang kemunculannya

mampu menimbulkan pro dan kontra ialah "Bacaan Mulia" oleh kritikus sastra H.B Jassin, yang

dalam penerjemahan itu ia mempergunakan pendekatan puitis. Bebagai reaksi timbul setelah

terbitnya bacaan tersebut, baik yang disampaikan melalui media massa maupun buku-buku

ilmiah, karena terjemahan karya Jassin ini dianggap banyak yang tidak mencapai maksud ayat

yang diterjemahkan.18

Masyarakat penerjemah Al-Qur'an di Indonesia sampai saat ini belum memiliki data pasti

yang memadai mengenai sejarah penerjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia Melayu,

orang mengenal Qur'an dalam terjemahan Bahasa Melayu-Indonesia, yang konon diterjemahkan

dari tafsir Baidlowi pada petengahan abad ke-17 oleh Abdul Rauff Al-fansuri, sebagaimana telah

Penulis kemukakan sebelumnya.19

Meskipun demikian, Pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian besar terhadap

terjemahan Al-Qur'an ini. Hal ini terbukti bahwa terjemahan ini temasuk pola I Pembangunan

17 Ibid 18 Ibid. h.180 19 Thamem Ushama, Metodologi Tafsir Al-Qur’n (Kajian Kritis, Objektif dan Konfrehensif), (Jakarta: Riora

Cipta, 2000), h. 99

Page 20: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

65

65

Semesta Berencana, sesuai dengan keputusan MPR. Untuk melaksanakan pekerjaan ini oleh

Menteri Agama waktu itu telah dibentuk sebuah lembaga yang diketuai oleh Prof. R.H.A.Sunarjo

SH. Mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta. Lembaga tersebut

beranggotakan para Ulama dan Cerdik pandai Muslim yang memiliki keahlian dalam bidangnya

masing-masing

Dari waktu ke waktu Pemerintah Indonesia selalu mencetak kitab suci al-Qur'an. Pada

Repelita IV (1984-1989) telah dicetak 3.729.250 buah, terdiri dari Mushhaf Al-Qur'an, Juz

Amma, Al-Qur'an dan Terjemahnya, serta Al-Quran dan Tafsirnya.

Atas berbagai saran masyarakat dan pendapat musyawarah kerja ulama Al-Qur'an XV

(23-25 Maret 1989) terjemah dan tafsir Al-Qur'an tersebut disempurnakan oleh pustaka

penelitian dan pengembangan Lektur Agama bersama Lajnah Pentashhih Mushhaf Al-Qur'an.20

B. Penerjemahan Al-Qur'an Ke dalam Bahasa Indonesia.

Dalam sub judul berikut ini Penulis bermaksud menyajikan tentang bebagai

permasalahan yang terdapat dalam terjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia. Dalam

memperbincangkan masalah penerjemahan Al-Qur'an ini kita tidak dapat melepaskan diri dari

perbincangan tentang masalah pembinaan dan pengembangan bahasa karena penerjemahan juga

termasuk masalah kebahasaan.

Pernyataan ini menjadi mengemuka karena pola penerjemahan Al-Qur'an di Indonesia

cukup beragam, ada yang menulisnya dengan gaya bahasa prosa dan ada pula yang menulisnya

dengan gaya bahasa yang puitis, seperti yang telah dilakukan oleh H.B. Jassin.21

20 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, loc.cit. 21 Ali Audah, Dar Khazaah Dunia Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), cet. Ke-1, h. 329

Page 21: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

66

66

Seorang Penerjemah dituntut kreatif. Penerjemahan Al-Qur'an ke dalam Bahasa

Indonesia saat ini pada dasarnya tidak akan banyak menemui kesulitan, sebab sudah ada

beberapa contoh hasil terjemahan yang dapat dijadikan sebagai pembanding selain dalam Bahasa

Indonesia juga dalam Bahasa Asing, terutama dalam Bahasa Inggris banyak juga yang dapat

diangkat sebagai bahan perbandingan.

Di samping itu istilah-istilah khusus dalam Al-Qur'an yang suka diterjemahkan ke dalam

Bahasa Asing, Bahasa Indonesia telah terbantu dengan istilah-istilah itu yang sudah dipakai

dalam Bahasa Indonesia, seperti kata shadaqah, miskin, shalat, iman, akhirat, sabar, taqwa,

tawakal, kiamat, dan sebagainya, meskipun kadang mengalami sedikit pergeseran makna.22

Di antara berbagai hasil terjemahan itu masih terdapat beberapa kelemahan yang

dirasakan, yang sebenarnya tidak seharusnya terjadi, kelemahan-kelemahan itu antara lain :

l. Bahasa terjemahan, terutama terjemah dari Bahasa Arab, lebih khusus lagi Bahasa Arab

Al-Qur'an, dalam hal ini mungkin penerjemah selain terpengaruh oleh bahasa sumber,

terutama karena ingin menjaga kesucian Al-Qur'an dan bahasanya, sehingga tidak berani

mengubah terlalu jauh dari kata-kata dan susunan kalimatnya, inilah yang kita kenal

dengan terjemahan Harfiah (Literal Translation) dengan akibat tidak sedap dibaca dan

tidak mudah dicerna artinya.23

Kekakuan dalam terjemahan mungkin karena terlalu mengikuti konstruksi kalimat Arab

dengan tidak memperhatikan konstruksi menurut rasa Bahasa Indonesia atau suatu ungkapan

Arab diambil begitu saja dan tidak digantikan dengan ungkapan Bahasa Indonesia. Misalnya

surat 17:107

22 Ibid., h.331 23 Ibid., h.330

Page 22: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

67

67

Diterjemahkan demikian :

“Mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud" (Q.S :17:107).

Dengan rasa Bahasa Indonesia yang baik seharusnya kalimat ini diterjemahkan dengan :

"Merekapun jatuh tunduk atas mukanya dalam sujud "

begitu pula yang terjadi pada surat 26:29

☺ ⌧

diterjemahkan menurut susunan kalimat Arab akan berbunyi :

"Sungguh jika kamu menyembah tuhan selain Aku, benar-benar Aku akan menjadikan

kamu salah seorang yng dipenjarankan" (Q.S.Asy-Syuara:29).

Lebih lancar menurut susunan Bahasa Indonesia rasanya jika bagian kedua kalimat itu

diterjemahkan :

"......... pasti ku masukan kau ke dalam penjara ".

Tetapi tidak semua terjemahan harfiah itu kaku dan janggal, contohnya dalam surat al-

Hasyr (59) ayat 23,

☺ ☺ ☺

⌧ ☺ ☺

Artinya: "Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja yang maha suci, yang maha

sejahtera, yang maha mengaruniakan rasa aman, yang maha memelihara, yang maha

perkasa, yang maha kuasa, yang memiliki segala keagungan, maha suci Allah dari apa

yang mereka persekutukan".

Page 23: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

68

68

2. Adakalanya ia menguasai bahasa sumber dengan baik, tapi tidak pada bahasa sasaran,

sehingga banyak hasil terjemahan tidak enak dibaca dan sukar difahami. Yang demikian

inilah yang sering kita jumpai dalam hasil-hasil terjemahan, terutama tentunya

terjemahan Qur' an atau Hadits.

3. Teknik penulisan, tidak sdikit penerjemah yang tidak mampu menguasai teknik penulisan

sebagaimana mestinya, seperti menempatkan paragraf, titik, titik korna, huruf miring,

huruf tebal, huruf kapital, catatan bawah (footnote) penerjemah dan sebagainya.

4. Transliterasi, oleh karena tansliterasi Arab-Latin di Indonesia sudah beberapa kali

mengalami perubahan, maka tidak jarang penulis dan penerjemah tidak memiliki

keseragaman dalam penulisan translitrasi. Penulisan translitrasi terakhir yang disahkan

oleh Surat Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

R.I. No. 158 tahun 1987 yang pada pokoknya disusun sejalan dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD). Huruf Arab yang belum ada padanannya dalam huruf latin

dilakukan dengan cara memberi tambahan tanda diakritik (diacritical mark) dengan dasar

"satu fonem satu lambang" juga dalam penulisan huruf-huruf pada

suda diseragamkan dengan lturuf /a/ bukan /o/ tet sampai sekarang sistem baru ini

tampaknya tak banyak dikenal orang. Transliterasi demikian tidak berlaku untuk kata-

kata bahasa Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti kata

shalat/doa/zikir/wudlu/ridla/sedekah/hadis/ramadhan/ dan sebagainya.

Dalam terjemahan Qur'an yang demikian itu hampir tidak pernah dihiraukan, juga dalam

sebagian besar media massa Islam. Orang tetap menulis shalat atau sholat, do'a, dzikir, wudlu,

ridla atau ridho, hadits dan seterusnya. Penulisan Ejaan ini sampai sekarang tetap kacau. Berbeda

Page 24: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

69

69

dengan EYD, yang begitu dikeluarkan ketentuannya ditaati orang, transliterasi Arab-Latin

ternyata kurang mendapat perhatian.24

C. Latar Belakang Penerjemahan Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia

Latar belakang pembahasan penerjemahan Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia dimulai

dengan pengalaman pribadi yang dialami oleh H.B. Jassin sendiri. Pada mulanya bagaimana

timbul pertanyaan pada dirinya, bagaimana ia jatuh cinta kepada Al-Qur'an.

Pada tanggal 12 Maret 1962 istrinya yang tercinta meninggal dunia, kejadian tersebut

sangat menggugah kesadarannya akan arti hidup manusia yang singkat di dunia ini. Berbuat

baiklah terhadap sesama manusia, bersabarlah, beramallah, balaslah kejahatan dengan kebaikan,

niscaya kejahatan berubah menjadi kebaikan. Tujuh hari lamanya setiap malam diadakan

pembacaan Al-Qur’an di rumah keluarganya, sejak malam pertama jenazah istrinya diangkut dari

rumah sakit dan dibaringkan dalam rumah, ia mengikuti semua kegiatan itu sampai selesai 30 juz

dalam waktu tujuh hari. Pada malam kedelapan sepilah rumah, tidak ada lagi yang datang

membaca Al-Qur’an, maka timbullah fikiran pada dirinya, mengapa saya, ungkap Jassin dalam

hati, tidak meneruskan sendiri pengajian itu? lalu ia coba mengaji dengan suara perlahan, makin

lama makin keras dengan suara beralun terbawa oleh rasa haru yang terkandung di dalam hati.25

Pagi-pagi ia membaca Firman-firman Allah SWT, menangkap getaran-getaran udara

yang diproduksi oleh tenggorokan, diolah menjadi pengertian-pengertian oleh akal dan fikiran

dan merasuk ke dalam hati yang peka menerima. Alangkah nikmat isi kandungan Firman-firman

Allah, alangkah dalam, luas, jauh, tinggi, luhur, dan murni.

24 Ibid. h.334 25 H.B. Jassin, Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h.219

Page 25: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

70

70

Ia memulai pekerjaan dengan Bismillah dan mengakhirinya dengan Alhamdulillah, kedua

kalimat tayyibah tersebut bukan sekedar ucapan rutin, tetapi merupakan sebuah rutinitas yang

dilakukan dengan penuh kesadaran tiap gerak langkah hidup hanyalah terjadi karena Allah dan

H.B. Jassin bersukur bahwa ia telah selamat melakukan sesuatu pekerjaan karena karunia-Nya,26

Sepuluh tahun lebih ia menyelami ayat demi ayat, tidak satu pun hari yang lewat tanpa

menghirup firman Allah SWT yang maha suci, sekalipun hanya satu ayat dalam sehari. Ujian

demi ujian menimpa pula, bahkan pernah dituduh murtad dan berhadapan dengan hakim

pengadilan atas tuduhan menghina Tuhan, menghina agama Islam, Rasul dan Nabi-nabi,

Pancasila dan UUD 1945. Tapi semua itu diterimanya sebagai cambuk untuk lebih dalam

menyelam ke dalam inti hakikat (kebenaran) dan hal yang demikian ia anggap sebagai karunia

dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbagai fitnahan dan tuduhan demikian ia jadikan sebagai

pelajaran dan ia tidak berkeinginan untuk menjawabnya. Selanjutnya H.B. Jassin dengan lapang

dada dan berjiwa besar memanfaatkan waktu yang ia miliki untuk menukik lebih dalam ke dalam

samudra Al-Qur'an.

Ayat demi ayat dibacanya secara cermat dan teliti dengan penuh penghayatan dari sinilah

mulai muncul pemikiran untuk menerjemahkan Bacaan Mulia ke dalam Bahasa Indonesia yang

puitis.27

Mulai menerjemahkan Al-Qur'an

26 Ibid., h.220 27 Ibid., h.221

Page 26: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

71

71

Sampai tibalah suatu hari hati H.B Jassin terbuka untuk memulai menerjemahkan Al-

Qur'an, pada tanggal 7 Oktober 1972, di negeri yang dingin jauh dari katulistiwa, yakni di negeri

Belanda.

Satu tahun lamanya di negeri kincir angin tersebut Jassin menerjemahkan sebagian dari

isi kandungan Al-Qur'an dan sekembali di Indonesia lebih dari satu tahun pula ia

mengerjakannya, Alhamdulillah selesailah seluruhnya sebanyak 30 juz tanggal 18 Desember

1974 di Jakarta, Ibukota Republik Indonesia. Karena selalu dibawa ke mana-mana untuk

mengerjakannya, tercatatlah berbagai kota tempat terjemahan pernah dilakukan seperti

Amsterdam, Berlin, Paris, London, Antwerpen, Kuala Lumpur, Singapura, tetapi juga kampung-

kampung kecil seperti Leiden; Zaandam, Reuver, Peperga dan beberapa kali dalam perjalanan di

pesawat terbang.

Pikiran untuk menerjemahkan Al-Qur'an secara puitis muncul pada diri H.B. Jassin

setelah membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali The Holy Quran yang diperolehnya dari

seorang kawan, Haji Kasim Mansyur tahun 1969.

Itulah terjemahan yang dirasakan yang paling indah penuh rasa estetika yang tinggi

karena dalam estetika disertai pula dengan berbagai keterangan yang luas dan universal sifatnya.

Dalam pekerjaan menerjemahkan sudah barang tentu Jassin bertolak dari kitab induk Al-

Qur'anul Karim sendiri yang berbahasa Arab artinya ia tidak menerjemahkan hasil terjemahan

orang lain, di samping itu ia mempergunakan sebagai perbandingan terjemahan-terjemahan lain

dalam bahasa asing sebagai bahan perbandingan dan Bahasa Indonesia serta beberapa kamus

Arab-Inggris. Jadi, terjemahanya bukanlah terjemahan dari terjemahan Yusuf Ali ataupun

terjemahan lainnya. Susunan sajak terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah susunan karya

Page 27: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

72

72

H.B. Jassin sendiri, sedang susunan sajak dalam Bahasa Arab (Al-Qur'an) disusun baru sesuai

dengan baris-baris sajak dalam Bahasa Indonesia.28

Sesudah tanggal 18 Desember 1974 terjemahan tersebut selesai secara keseluruhan,

diketiknya baik-baik dan diserahkan kepada penerbit Djambatan berangsur-angsur sampai

lengkap 27 Agustus 1975. Tapi dalam pada itu di luaran timbul, pertanyaan apakah terjemahan

saya, menurut H.B. Jassin dapat dipertanggung jawabkan dari sudut isinya, mengingat bahwa

saya bukan seorang ulama yang telah mempelajari isi Al-Qur'an secara mendalam dari berbagai

sudut sebagaimana yang disyaratkan bagi seorang penerjemah Al-Qur'an tutur Jassin.29

Sebelum hasil karyanya diterbitkan dan didistribusikan kepada masyarakat umum,

kepada Majelis Ulama Indonesia yang ketika itu diketuai oleh Hamka, datang permintaan supaya

terjemahan itu diperiksa oleh para ulama, tugas itu oleh MUI pusat diserahkan kepada Majelis

Ulama DKI. Untuk keperluan penjelasan, lembaga tersebut mengundang H.B. Jassin dalam suatu

pertemuan di kediaman Gubernur Jakarta Raya saat itu Haji Ali Sadikin, tanggal 25 Agustus

1976. Pertemuan ini di pimpin oleh K.H. Rahmatullah Shiddiq.

Hasilnya adalah bahwa Majelis Ulama DKI menghargai usaha penerjemahan yang

dilakukan oleh Jassin, dan akan memberikan bantuan untuk meneliti isi terjemahan tersebut.

Untuk itu dibentuklah suatu panitia yang terdiri atas K.H. Saleh Suaidy, Muchtar Luthfi Al

Anshari, dan H. Iskandar Idris. Oleh karena K.H. Saleh Suaidy meninggal dunia, kedudukannya

digantikan oleh K.H. Abdul Azis, itu pun hanya beberapa waktu saja karena kemudian beliau

ditugaskan oleh pemerintahan DKI untuk menjadi ketua rombongan Haji ke Tanah Suci Mekkah

menjelang akhir tahun 1976.

28 Ibid., hal. 222 29 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan Al-Qur’an, Departemen Agama edisi 1990, (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2000), cet.ke-1, h. 110

Page 28: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

73

73

Mukhtar Lutfi yang juga dikenal sebagai pengurus lembaga pendidikan Al Irsyad pusat

menyebutkan tidak seluruh terjemahan Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia diteliti oleh tim

peneliti, tapi hanya sebagian saja, itupun dilakukan apabila H.B. Jassin merasa ragu terhadap

terjemahan ayat yang diterjemahkannya. Penelitian tersebut berlangsung lebih kurang 45 hari.30

Apabila ditelaah secara mendalam karya H.B. Jassin yang berjudul kontroversi Al-Qur'an

berwajah puisi, kelihatan bahwa hal-hal yang melatar belakangi kritikus sastra ini

menerjemahkan secara puitis (bukan mempuisikan Al-Qur'an) adalah sebagai berikut :

1. Jassin memandang Al-Qur'an baik edisi Indonesia, Turki, Mesir maupun Arab, semua

susunannya sama yakni berbentuk prosa menurut istilah H.B: Jassin.

2. Bahasa Al-Qur'an itu puitis seperti puisi, sehingga rasanya lebih indah kalau disusun

berbentuk puisi dan tentunya enak dibaca.

3. Dari segi spiritualpun keindahan bahasanya bisa diresapi, enak dibaca dan penuh

irama.31

Kitab Rujukan

Menurut DR. Ismail Lubis M.A dalam disertasinya yang berjudul Falsifikasi terjemahan

Al-Qur'an Departemen Agama 1990 menyatakan apabila dilihat dalam beberapa catatan H.B.

Jassin yang dikutipnya dari media cetak Kompas tertanggal 08 Nopember 1978 diuraikan

kembali dalam polemik tentang Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia, kiranya tidak tepat kalau H.B.

Jassin dalam menerjemahkan AlQur'an secara puitis dikatakan mempergunakan kitab rujukan

tetapi lebih tepat mempergunakan bahan perbandingan, seperti tampak pada kutipan pernyataan

berikut ini:

30 Ibid., 31 Ibid., h.111

Page 29: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

74

74

“Tentulah ada untungnya bahwa Al-Qur'an yang saya terjemahkan sudah ada

terjemahannya dalam bahasa-bahasa yang saya kuasai. Tidak ada salahnya untuk

mempergunakan terjemahan-terjemahan tersebut sebagai perbandingan, asalkan induk yang

ditejemahkan tetap Al-Qur'an dalam Bahasa Arab”.

Dari pernyataan ini muncul alasan bahwa ia tidak mempergunakan kitab rujukan. Ia tidak

mengingkari telah memakai berbagai terjemahan sebagai bahan. perbandingan dalam fungsinya

sebagai kamus dan buku tafsiran. Kemudian Jassin menambahkan bahwa ia mempergunakannya

secara kritis, cermat dan hati-hati tidak sekedar ambil sana ambil sini.

Bahan perbandingan yang dipergunakan dalam menerjemahkan bacaan mulia ke dalam

Bahasa Indonesia secara puitis antara lain ialah :

1. The Eternal Message Of Muhammad, oleh Abdul Rachman Azzam.

2. Sejarah Al-Qur'an, oleh Haji Aboebakar.

3. The Message Of The Qur'an, oleh Ali Hasyim Amir.

4. An Advanced Learner's Arabic English Dictionary, oleh H. Anthony Salamone

5. The Koran Interpreted oleh Arthur J. Arberry

6. The Holy Qur'an, oleh A. Yusuf Ali

7. Baidawi's commentary on surat 12 of the Qur'an, oleh F.L. Besston

8. The Koran, oleh George Sale

9. Concordantiae Corani Arabicae, oleh Gustavus Flagel

10. Die Richtungen der Islamischen koran Auslengung, oleh Ignaz Goldziher

11. Arabic-English Dictionary, oleh J.G. Have S.J

12. De Koran, oleh J. H. Kramers

13. The Koran, oleh J.M Rodwell

Page 30: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

75

75

14. A Dictionary and Glossary of the Koran, oleh John Penrice

15. Al-Qur'anul karim beserta Terjemah dan Tafsirnya, oleh H.M Kasim Bakry

16. The Qur'an, oleh Muhammad Khan Zafrulla

17. The Meaning of the Glorius Koran, oleh M. Picthall

18. The Koran, oleh NJ Dawood

19. Le Coran, oleh Regris Blachere

20. The Qura'an, oleh Richard Bell

21. Der Koran, oleh Rudy Paret

22. Sejarah dan Pengantar Ilrnu Tafsir, oleh T.M. Hasbi Ash Shiddiedy

23. An Introduction to the Qur'an, oleh W. Montgomery Bell Watt

24. Tafsir Qur'un Karim, oleh H. Zainuddin Hamidy.32

B. Latar Belakang Penyebutan Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia

Penyebutan kalimat Bacaan Mulia setelah Al-Qur'anul Karim sengaja diletakkan oleh

H.B Jassin dalam kitab terjemahan Al-Qur’anul Karim bertolak pada ayat 77 surat Al-Waqi'ah

yang berbunyi :

⌧ "Bahwa ini .sesungguhnya Bacaan yang mulia "

Judul buku terjemahan karangan H.B. Jassin bukan "Bacaan Mulia ", tapi Al-Qur'anul

Karim Bacaan Mulia. Kata-kata itu jelas tertulis pada bagian kulit buku dengan huruf berbahasa

Indonesia berwarna Emas. Kata-kata Al-Qur'anul Karim bahkan ditulis dengan huruf yang indah.

Kemudian pada halaman Franse Titel, tertulis kata-kata yang sama dengan huruf-huruf yang

sama dan kemudian lagi pada halaman judul dengan jelas dan terang tercantum pula di atas

32 Ibid., h.114

Page 31: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

76

76

dengan kaligrafi yang artistik "Al-Quranu'l Karim" dan di bawahnya sebagai keterangan

"Bacaan Mulia ".

Prinsipnya sama dengan halaman-halaman terjemahan, yakni nama surah dengan tulisan

Arab dan di sampingnya terjemahannya dalam Bahasa Indonesia: Al-Baqarah dengan huruf

Arab, di sebelahnya dengan huruf Latin: "Sapi Betina " dengan huruf Arab: Ali Imran, Annisa di

sampingnya Keluarga Imran, dan Wanita-wanita dan seterusnya. Di punggung buku tertulis pula

Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia dan di atas kotak edisi istimewa memancar pula dengan huruf-

huruf emas.33

Ada orang yang mengusulkan supaya "Al-Qur'an" jangan diterjemahkan dengan "Bacaan

", karena dengan demikian Al-Qur'an disamakan saja dengan sembarang bacaan, katanya.

Apakah untuk membaca Qur'an orang harus mengatakan "mengqara'a Qur'an” karena membaca

Qur'an dianggap ungkapan yang merendahkan martabat Qur'an? Adakah suatu larangan berupa

ayat atau hadits yang melarang untuk menerjemahkan kata "Qur'an " dengan "Bacaan ".34

BAB III

BIOGRAFI H.B.JASSIN

33 H.B. Jassin, Sastra Indonesia warga sastra dunia,op.cit., h. 239 34 Ibid.

Page 32: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

77

77

A. Riwayat Hidup H.B.Jassin

Nama lengkap Jassin adalah Hans Bague Jassin, lahir 31 juli 1917 di Gorontalo (Sulawesi

Utara), dan wafat pada tanggal 11 maret tahun 2000. Berpendidikan Guovernements H.I.S.

Gorontalo (tamat 1932), H.B.S-B 5 tahun di Medan (tamat 1939), Fakultas Sastra Universitas

Indonesia (tamat 1957), kemudian memperdalam pengetahuan dalam bidang Ilmu Perbandingan

Kesusastraan di Universitas Yale, Amerika Serikat (1953-1959), dan terakhir menerima gelar

Doctor Honoris Causa dari Universitas Indonesia (1975).35

Pengalaman pendidikan di Universitas Yale oleh Jassin memiliki pengalaman tersendiri

yang ia tuangkan dalam bentuk sebuah buku yang berjudul "Omong-omong H.B. Jassin

perjalanan ke Amerika 1958-1959)" terbitan Balai Pustaka. Dalam buku tersebut penulis

bermaksud menyajikannya secara singkat

Ia adalah salah seorang dari 16 pegawai negeri yang ditugaskan belajar di Amerika

Serikat, sesuai dengan Surat Keputusan Perdana Menteri R.I. tanggal 17 juli 1958, No.

303/P.M./1958. Penugasannya juga atas anjuran Menteri P dan K, yang menurut rencana setelah

kembali dari Amerika, ia akan pergi ke Uni Soviet dan R.R.C. Beasiwa dan biaya perjalanan ia

peroleh dari Pemerintah Amerika Serikat melalui Kementerian P dan K, Dalam Surat Keputusan

itu dilampirkan daftar nama-nama peserta yang akan berangkat beserta tujuan sekolah masing-

masing di Amerika. Jadi, walaupun mereka berada dalam satu kelompok mereka pergi dan

pulang dengan tujuan masing-masing.

Lamanya perjalanannya sebelas bulan, ia berangkat dari Jakarta tanggal 21 juli 1958 dan

tiba kembali di Jakarta tanggal 21 juli 1959. Ia sempat mengunjungi negara-negara bagiannya

antara lain Indiana, North Carolina, Connecticut.

35 Pamusuk Eneste, Leksikon kesusastraan Indonesia modern, (Jakarta: PT. Jambatan, 1990), edisi baru, h.

73-75

Page 33: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

78

78

Enam minggu yang pertama, yaitu tanggal 24 Juli sampai 3 September 1958 Jassin

berada di Bloomington, Indiana untuk mengikuti Orientation Course, yang diadakan di Indiana

University. Di sana dia diajarkan “Comparative Literature”, tetapi saat itu muslin panas

sehingga ia tidak dapat mengikuti kuliah-kuliah yang diadakan. Profesor Horts Frencz, sebagai

ketua jurusan comparative literature mengundangnya untuk menghadapi kongres Comparative

Literature Association. Kesempatan ini dipergunakannya dengan senang hati, sekedar untuk

mendapatkan bayangan dan pengalaman tentang kongres tingkat Internasional. Tempat Kongres

itu diadakan di Chapel Hill, North Carolina, yang dimulai tanggal 8-12 september 1958. Dan

kongres itu dihadiri oleh para sarjana Ilmu Perbandingan Kesusasteraan,dari Eropa, Amerika dan

beberapa negara lain.

Tempat kuliahnya sebenarnya di Yale University, New Heaven, Connecticut. Kuliah itu

diadakan dua Catur Wulan yaitu dari pertengahan September1958 sampai dengan Mei 1959. Di

Tempat tersebut jurusan Comparative Litrature menjadi bagian yang berdiri sendiri dengan

ketuanya Reene Weliek, ia mengikuti empat mata kuliah, pertama dua mata kuliah dari Profesor

Wellek yaitu Contemporary Criticism in England, The United States, and the European

Continent dan Tolstoy in his European setting. Kedua, dari Profesor Brooks yaitu Twentieth

Century, dan ketiga dari - Profesor Wimsat, yaitu Theories of Poetry.

Satu hal yang perlu Jassin catat adalah mata kuliah Kesusasteraan diajarkan tersendiri di

dalam satu jurusan, tidak sebagai mata kuliah tambahan atau pembantu. Lain dari keadaan di

Universitas Indonesia pada tahun 50-an, mata kuliah kesusastraan diajarkan bersama dengan

mata kuliah bahasa. Mata kuliah bahasa tersebut lebih mendapat tempat, atau menjadi mata

kuliah utama. Namun kini kedua mata kuliah itu, keseusastraan dan bahasa atau linguistik,

pengajaranya telah berhasil dipisahkan. Jadi kedua ilmu itu mempunyai masing-masing jurusan.

Page 34: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

79

79

Di Yale University untuk mencapai satu tingkat M.A. atau Ph.D, mahasiswa wajib

mengikuti berbagai persyaratan. Persyaratan itu umumya adalah mahasiswa harus menempuh

empat mata kuliah, yang dipilih bersama ketua jurusan. Dengan terbatasnya mata kuliah yang

dipilih memungkinkan mahasiswa lebih khusus dan mendalam mempelajarinya.

Sistem pengajaran di Amerika umumnya lebih mementingkan bentuk seminar. Dengan

bentuk seperti ini mahasiswa diajarkan untuk membuat makalah sendiri, dan harus

mempertahankannya dalam diskusi antar mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan karena jumlah mata

kuliah yang terbatas.

Dengan memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang “Ilmu Perbandingan

Kesusastraan” yang dipelajarinya di Amerika sangat menunjang ajar mengajarnya di Fakultas

Sastra-UI, selain itu, juga mendukung Disertasi tentang “Kesusastraan Indonesia Modern” yang

sedang dipersiapkannya.36

Sebagai seorang akademisi tentunya banyak pengalaman dan penghargaan yang telah

diperolehnya, dalam buku sastra Indonesia sebagai warga sastra Dunia ia mendapatkan

pengakuan yang beragam dari berbagai pihak: H.B. Jassin adalah tokoh yang sudah tidak asing

lagi dalam kesusastraan Indonesia. Gayus Siagian menyebutnya “Paus Kesusastraan

Indonesia”, Profesor Teeuw menyebutnya “Penjaga Sastra Indonesia”, Arief Budiman

menyebutnya “Kritikus Sastra yang bekerja secara cermat dan kontinyu”, M.H. Rustandi

Kartakusuma memberinya predikat “Penerjemah yang baik”, dan Profesor Harsya W.Bachtiar,

ketika masih menjabat Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975) pernah mengatakan

36 Balai Pustaka, Omong-omong H.B. Jassin (Perjalanan ke Amerika 1958-1959), (Jakarta PT. Balai

Pustaka, 2000), cet/ke-10, h. VII-X.

Page 35: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

80

80

“Fakultas Sastra Universitas Indonesia sendiri sudah sejak 1969 ingin mengangkatnya sebagai

guru besar.37

Pembelaan Dalam Perkara “LANGIT MAKIN MENDUNG”

Selain pengalamannya dalam dunia pendidikan H.B.Jassin juga memiliki pengalaman

yang tidak dapat dilupakannya begitu saja, karena hal tersebut berkaitan dengan karya cipta

orang lain tapi ia bersedia untuk menjadi terdakwa saat itu.

Pembelaannya dalam perkara “Langit Makin Mendung” di muka pengadilan Jakarta

Pusat pada bulan Agustus 1968 dilakukannya dengan ikhlas dan senang hati terhadap cerita

pendek karya seseorang yang berada di balik nama Ki panji kusmin. Pembelaan yang dimaksud

adalah karena isi cerita dalam Cerpen itu berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan

akidah agama tertentu (Islam), menurut Jaksa penuntut dan Menteri Agama waktu itu, sedangkan

menurut Jassin sendiri semua fakta yang tersaji dalam cerita itu hanya bersifat imajinasi, khayal,

atau fantasi, sedangkan akidah adalah soal dogma atau hakikat. Dan fantasi tidak sama dengan

hakikat.

Logika yang semu dicoba saudara jaksa paksakan kepada terdakwa dengan pertanyaan

sebagai berikut :

1. Tuhan di antara salah satu sifatnya adalah Qadir, artinya maha kuasa, kalau Tuhan

digambarkan sebagai terpaksa, apakah itu tidak bertentangan dengan agama? Ketika

terdakwa memberikan penjelasan, penjelasannya ditolak, yang dikehendaki oleh jaksa

hanya jawaban “ya” atau “tidak”, menurut Jassin saat itu ia berhadapan dengan logika

jaksa karena jaksa mensejajarkan karangan sastra yang bersifat imajiner dengan ajaran

agama ynag bukan imajiner.

37

Page 36: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

81

81

2. Contoh lain di mana penuntut umum dalam tanya jawabnya hanya meminta jawaban

“ya” atau “tidak” atas pertanyaan menurut sifat dua puluh dan ayat Qur'an, Tuhan itu

sempurna; dijawab tertuduh “ya”, betul, lalu penuntut melanjutkan dalam cerita itu

Tuhan digambarkan sebagai orang tua, berarti Tuhan tidak sempurna. Dia bisa muda dan

bisa tua dan tentu bisa mati. Apakah ini tidak bertentangan dengan keyakinan dan iman

saudara sebagai orang Islam? Dijawab oleh terdakwa “ya” ini bertentangan dengan

keyakinan dan agama. Di sini menurut Jassin nampak suatu kontradiksi, suatu kelicikan

terjadi dan manipulasi dalam pemikiran. Menurutnya lagi Tuhan tidak tergantung pada

cara manusia menggambarkan ada-Nya. Dia menerima semua yang beritikad baik

mencari Wajah-Nya. Sifat dua puluh hanyalah tafsiran manusia, sekalipun bedasarkan

Qur'an dan Hadits. Tuhan di sini coba dirumuskan dengan kata-kata dan istilah, tapi

Tuhan tidak dapat dirumuskan. Jadi sifat 20 pun belum lengkap menafsirkan, apalagi

menggambarkan Tuhan yang sesungguhnya. Pengarang Ki panji kusmin tak bermaksud

menghina Tuhan hanya karena ia menggambarkannya sebagai orang tua berkacamata

(apakah orang tua berkacamata hina?). Lagi pula yang digambarkan ini bukanlah zat

Tuhan, siapakah yang zat Tuhan? Tuhan yang digambarkan ini adalah Tuhan imajiner,

bukan Tuhan hakikat, bagaimanakah pengarang dapat menghina Tuhan yang

sesungguhnya dalam dunia yang imajiner.

3. Tuduhan berikutnya berdasarkan KUHP 156 menyatakan di muka umum penghinaan

terhadap sesuatu golongan, dalam hal ini ialah golongan kiai-kiai Islam. Menurut

terdakwa adalah tidak beralasan sama sekali. Pertama pengarang dengan ceritanya sama

sekali tidak bermaksud menghina para kiai historis. Kedua cerita itu adala imajiner,

bukan laporan-sejarah: Ketiga; tokoh-kiai yang imajiner itu dalam rangka kejadian

Page 37: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

82

82

imajiner adalah kiai yang menyelewengkan agama dan sebagian yang demikian patut

dicela. Kiai-kiai yang dimaksud pengarang dalam ceritanya yang imajiner itu tentulah

bukan yang seperti Hamka, Muhammad Natsir, Isa Anshari, Firdaus A.N. sebab para kiai

yang semacam mereka ini yang menegakkan Islam, tapi mengapa justru dijebloskan ke

dalam tahanan.

Rangkuti berpendapaat bahwa tujuan pengarang adalah hendak mensucikan Islam dari

racun-racun faham baru yang menyesatkan (Nasakom), sehingga banyak dari pengikut-

pengikutnya dengan sadar ataupun tidak memperpincang ataupun melumpuhkan Islam. lman dan

Islam menjadi permainan bibir semata. Semua peristiwa dan gejala yang destruktif untuk Islam

inilah yang menjadi latar belakang timbulnya imajinasi pengarang Ki panji kusmin.

Menurut H.B. Jassin, saya tidak kenal dengan Ki panji kusmin waktu karangan-karangan

yang pertama saya terima, sebagaimana biasa tiap pengarang yang berhasil lolos masuk dalam

majalah SASTRA, otomatis saya kirimi formulir biografi pengarang untuk keperluan

dokumentasi, tapi ia mendapat jawaban: “Saya baru mulai pak. Belum sepatutnya saya

memberikan biografi saya, nantilah apabila saya telah maju dalam karang mengarang akan

saya kirimkan”. Jawaban ini bagi Jassin jadi petunjuk bahwa pengarang bukan seorang yang

suka menonjolkan diri, tapi seorang yang rendah hati, seorang yang jatmika.

Kemudian pada saat berikutnya, barulah terdakwa mendapatkan gambaran sedikit

mengenai pengarang. Ibu Ki panji kusmin melukiskan dia sebagai seorang yang pendiam, tidak

banyak bergaul dengan orang, suka menyisihkan diri, sederhana, suka merenung-merenung dan

menulis-menulis. Ki panji kusmin lahir tahun 1941, sekolahnya sampai tamat Akademi

Pelayaran dan beberapa tahun menjadi mualim. Tapi pekerjaan di kapal rupanya tidak menarik

hatinya dan ia kemudian turun ke darat dan bekerja di lapangan perdagangan. Mengenai agama

Page 38: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

83

83

Ki panji kusmin lahir dari keluarga beragama Islam. Tapi ia sekolah di sekolah katolik sejak

sekolah dasar.

Sebagai seorang pendiam dan pemalu serta tidak banyak pergaulan, ia mempunyai rasa

rendah diri, dapatkah kita bayangkan jiwa pengarang tatkala ceritanya dihebohkan orang. Orang

berdemonstrasi, mendatangi kantor majalah yang memuat ceritanya, mencari pemimpin

perusahaan dan pemimpin redaksi dan mencari pengarang, ia cepat-cepat minta maaf kaget

sendiri oleh akibat tulisannya. Pendidikan pengarang di sekolah katolik sejak sekolah dasar,

mempunyai pengaruh pada hasil ciptaannya, seperti demikian halnya dengan Amir Hamzah.

Dapatlah kita mengerti mengapa ia sampai mempersonifikasikan Tuhan dan melukiskan Nabi-

nabi, hal-hal yang tidak asing dalam seni Nasrani.

Cerita “Langit makin mendung” adalah bagian pertama dari satu cerita panjang. Tiap

orang yang membaca bagian pertama ini merasakan bahwa cerita belum selesai, masih ada

sambungannya. Cerita perjalannya Nabi ke bumi baru berada pada tingkat pertama. Dikatakan

bahwa Nabi membuat riset ke bumi.

Turunnya Nabi ke bumi adalah karena pertimbangan yang mulia mengadakan riset

karena umatnya akhir-akhir ini sudah jarang yang nampak masuk surga. Di bumi berkecamuk

kemesuman, kemunafikkan, kelaparan, tangis dan kebencian. Maka apabila Nabi merasa

terpanggil untuk mengadakan riset itu adalah sesuai dengan kemuliaan jiwanya sebagai

pemimpin umat yang bertanggungjawab.

Pengarang tidak sesaat pun merendahkan Nabi. Ketika burak kendaraannya bertabrakkan

dengan Sputnik Rusia terpental bersama Jibril, mereka tidak cidera suatu apapun, tersangkut di

gumpalan awan yang empuk bagaikan kapas. Sebaliknya sputnik yang tidak punya rem

ketiganya masuk ke dalam neraka. Apabila Iblis terdengar mengatakan bahwa Islam terancam

Page 39: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

84

84

digantikan Nasakom. Nabi dengan pasti berkat “sabda Allah tidak akan kalah. Begitu pun Islam.

Ia ada dan tetap ada, walau bumi hancur sekalipun”.

Meskipun Nabi turun di atas daerah yang penuh kemaksiatan, jauh dari pada beliau sesuai

dengan kemuliaan akan lakunya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terkutuk,

sebaliknya beliau murka melihat keadaan di daerah itu. Nabi menggeleng-geleng melihat segala

kemaksiatan. Betapa mungkin rakyat yang sebagian besar beragama Islam begitu bebas berbuat

cabul katanya, dan apabila Nabi kemudian akan mengusulkan supaya dipasang TV di surga,

Jassin mengartikan bahwa maksud pemasangan itu adalah untuk mengikuti keadaan masyarakat

yang tambah merosot dan untuk dapat mengambil tindakan-tinadakan pencegahan atau

perbaikan. Jadi bukanlah untuk menyaksikan adegan-adegan cabul yang telah ternyata

menjijikan bagi Nabi. Kecabulan di daerah senen digambarkan dengan realistis, justru untuk

menampilkan kebobrokan masyarakat di tengah Alam Nasakom yang membawa kemelaratan.

Tapi meskipun realistis, gambarannya tidak menjadi porno.

Dalam cerpen tersebut tidak sesaat pun pengarang memperlihatkan romantik yang

menggugah syahwat nafsu birahi, malahan Nabi merasa jijik melihat kemesuman dan perihatin

terhadap kemelaratan dan penderitaan umatnya. Keadaan agama sudah sangat menyedihkan,

disebabkan karena pengaruh Ajaran Nasakom. Sundel-sundel pun sudah dijadikan soko guru

revolusi. Batu-batu di seluruh dunia tidak cukup untuk menghukum para pezinah , pelacur-

pelacur telah menguasai seluruh negeri.

Yang dikeritik pengarang Ki panji kusmin ialah "PBR" yang menciptakan nasakom dan

menuduh orang yang menentang komunis sebagai komunistophobi. Ia mengkritik juga para Kiai

yang tidak berani menegur apalagi menentang PBR. Meskipun ia nyata-nyata melanggar

berbagai suruhan agama dan melakukan kekejian pengarang dalam berimajinasi pergunakan alat-

Page 40: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

85

85

alat gaya bahasa berupa pekerjaan maksiat di depan umum. Kepandaian pengarang dalam

berimajinasi diiringi dengan kepandaiannya dalam mempergunakan alat-alat gaya bahasa berupa

ironi, sarkasme, humor, satire, sinisme dan sebagainya. Tapi alat-alat ini tanpa pengertian dari

pihak pembaca bisa disalah tafsirkan sebagai contoh ironi, ironi adalah cara pengucapan dimana

seseorang mengatakan sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sebaliknya. Setelah Nabi

menyaksikan adegan-adegan mesum di daerah planet, adegan pengeroyokan terhadap pencopet

yang kemudian dilindungi oleh orang berbaju hijau, berkatalah Nabi: “Sesungguhhya tontonan

ini mengasyikkan meskipun kotor. Akan ku usulkan dipasang TV di surga”. Pembaca yang tidak

sadar tingkat-tingkat gaya bahasa tersebut di atas, akan mengira bahwa ucapan itu dikatakan

serius, sedang sebenarnya Nabi justru hendak mengatakan yang sebaliknya.38

Demikianlah sekelumit tentang pembelaan H.B. Jassin terhadap cerita pendek “Langit

makin mendung” karangan Ki panji kusmin.

Meskipun demikian setelah sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat selesai H.B. Jassin

yang pulang ditemani istrinya bersama dengan Hamka yang berada dalam satu mobil, Hamka

memohon kepada hakim agar pesakitan (H.B. Jassin) dibebaskan saja. Sebab menurut Hamka

pesakitan belum mengetahui lebih mendalam pandangan Islam terhadap karangan seperti itu.

B. Hasil Karyanya

l. Karya Asli

Dalam opini umum yang berkembang saat ini, salah satu unsur penting yang dapat

dijadikan tolok ukur dalam menilai kualitas keilmuan seorang tokoh adalah berupa banyaknya

38 Ibid., h. 138

Page 41: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

86

86

jumlah dan sejauh mana bobot karya tulis yang dihasilkannya. Di antara karangan H.B. Jassin

yang tercatat adalah :

- Angkatan 45 (1952), Tifa penyair dan daerahnya (1952), Kesusastraan Indonesia

Modern dalam kritik dan Esai I-IV (1954 dan 1957). Pertanggung jawab (1970D,

Sastra Indonesia sebagai warga Sastra Dunia(1983), Pengarang Indonesia dan

Dunianya (1983), Surat-surat 1943-1983 (1984), Sastra Indonesia dan Perjuangan

Bangsa (1993), Koran dan Sastra Indonesia (1994), Omong-omong H.B.Jassin

(perjalanan ke Amerika 1958-1959) edisi revisi (2000), Gema Tanah Air, edisi revisi

(2000).

2. Karya Terjemahan

Di antara berbagai karya hasil terjemahannya antara lain saat ini telah terkumpul di Pusat

Dokumentasi Sastra H.B. Jassin adalah : Chushinguran karya Sakat Syioya, Renungan Indonesia

karya Syahrasad (1947), Terbang Malam karya A. De St Exupery, Kisah-kisah dari Rumania,

Api Islam karya Syed Ameer Ali, Cerita Panji dalam Perbandinangan, bersama Zuber Usman

karya R.M.Ng.Poerbatjaraka, Max Haveluar karya Multatuli (1972), Kian kemari Indonesia dan

Belanda dalam Sastra, The Complette Poems of Chairil Anwar dikerjakan bersama Liau Yoek

fang, Al-Quran Bacaan Mulia yang telah di terbitkan beberapa kali (1978,1982,dan 1990).

Dan beberapa karya di mana ia bertindak sebagai Editor karya-karya tersebut. Di

antaranya adalah: Pancaran Cita (1946), Kesusastraan Indonesia di masa Jepang (1948), Amir

Hamzah raja Penyair Pujangga Baru (1962), Pujangga Baru;Prosa dan Puisi (1963), Angkatan

66 ; Prosa dan Puisi (1968), Kontroversi Al-Qur'an Berwajah Puisi (1995).

Page 42: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

87

87

Di tengah berbagai kesibukan dan aktifitasnya sebagai seorang penulis akademisi dan

lain sebagainya, ternyata Jassin memiliki beberapa catatan menarik, selain untuk kegiatan dalam

dunia pendidikan seperti pada tahun 1939 ia bekerja di Kantor Asisten Residen Gorontalo,

kemudian di Balai Pustaka ia bergelut cukup lama, sekitar tujuh tahun (1940-1947), dan terakhir

pada Lembaga Bahasa dan Budaya pada tahun 1953-1973.39

39 Kusman K dan Mahmud SU, Sastra Indonesia dan Daerah (sejumlah masalah), (Bandung: PT. Angkasa Bandung, 1997), h.17

Page 43: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

88

88

BAB IV

TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN AL-QURANUL KARIM

BACAAN MULIA

A. Cara kerja H.B. Jassin dalam menerjemahkannya. H.B. Jassin bekerja

1. Dengan cara mempelajari berbagai terjemahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Asing.

2. Cara menyasun baris-baris sajak dipertimbangkan. Dari sudut irama yang bertalian

dengan pengaturan nafas, dari sudut keteraturan bunyi demi kenikmatan pendengaran dan

juga dari sudut kesatuan isi kalimat atau bagian-bagian kalimat. Hal ini dapat kita lihat

dalam seluruh hasil terjemahannya di dalam terjemahan Al-Qur'an "Bacaan Mulia" di

bawah ini contoh mengatur irama dengan merubah letak perkataan sesuai dengan makna

yang terkandung di dalamnya. Di dalam surat Asy-Syu'aro dikisahkan Fir'aun meminta

pertimbangan kepada para pembesarnya apa yang harus dilakukan untuk rnelawan Musa.

Terjemahannya adalah :

Mereka menjawab : ‘Suruhlah tunggu

(Musa) dan saudarianya

Dan kirim ke kota-kota para bentara.

Menurut H.B. Jassin lebih bertenaga dan penuh ancaman rasanya jika baris

terakhir disusun demikian :

Page 44: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

89

89

Dan kirim para bentara ke kota-kota.40

3. Adakalanya demi irama persajakan ia menerjemahkan menurut akibat dari apa yang

diterbitkan oleh kata itu, misalnya:

⌧ Dan hari itu sangkakala pun ditiup

Lebih hidup dan lebih lancar kedengarannya, jika diterjemahkan:

Dan hari itu sangkakala pun dibunyikan (Q.S. 27, 87)

4. Dengan mempergunakan berbagai kamus Arab dengan keterangan dalam Bahasa Asing,

daftar kata, konkordansi dan buku-buku ilmu bantu untuk menyokong pengertian,

sebagaimana dinyatakan sendiri oleh HB. Jassin sendiri.41 “Dalam mempelajari isi Al-

Qur’an dan kemudian menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing

dan mempergunakan berbagai kamus Arab dengan keterangan dalam bahasa asing yang

saya mengerti, daftar kata-kata, korkondansi dan sekian banyak buku-buku ilmu Bantu

untuk menyokong pengertian.”

Selanjutnya H.B. Jassin memberikan contoh praktek kerjanya ketika menerjemahkan kata

tukadzziban dalam surat Arrahman ayat 55. Dalam Bahasa lnggris diterjemahkan : (you) deny,

kata kerjanya tidak menunjukkan keduaan. Tetapi, kata H.B. Jassin, ada seorang penerjemah

Arthur. J. Arberry, yang memberikan pemecahan bagus sekali.

Surat Ar-Rahman ayat 55 yang berbunyi :

Wich of your lord's bounties, will you and you deny ?

40 H.B. Jassin, Pengantar Bacaan Mulia, 41 Ismail Lubis, Falsifkasi terjemahan Al-Qur’an Depag 1990.op.cit., h. 121.

Page 45: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

90

90

Meskipun kata-kata Inggrisnya tidak menjadi dualis, kata personanya yang

diulang menunjukkan dualis, lanjutnya. Tetapi tetap saja masih terdapat kekurangan

tidak jelas siapa yang dimaksud "you and you". Kuncinya ditemukan dalam terjemahan

Departemen Agama, di sana diterangkan bahwa yang dimaksud ialah golongan jin dan

manusia, yaitu dalam terjemahan ayat 35 surat yang sama "yursalu'alaikuma syuwazun "

: kepada kamu jin dan manusia dilepaskan nyala api .... maka ayat tersebut

diterjemahkannya demikian :

Maka karunia manakah dari Tuhanmu yang kamu (manusia) dan kamu (jin)

dustakan ?

B. Hambatan-hambatan dan tanggapan tokoh penerjemah Al-Qur'an terhadap

terjemahan Al-Quranul Karim Bacaan Mulia.

- Hambatan-hambatan (dalam penerjemahan Bacaan Mulia).

Usaha menerjemahkan Al-Qur' an ke dalam Bahasa Indonesia bukanlah tugas mudah dan

tanpa hambatan. Berbagai tanggapan dan respon datang dari berbagai pihak yang disampaikan

melalui barbagai media dan instansi pada waktu itu.

Apa yang menjadi kekhawatiran H.B. Jassin rrrengenai isi terjemahannya benar-benar

menjadi kenyataan, meski H.A. Mukti Ali dan Hamka, masing-masing sebagai Menteri Agama

dan ketua Majelis Ulama Indonesia, telah memberikan sambutan atas terbitnya terjemahan Al-

Qur'an tersebut.

Saya amat berterima kasih atas catatan-catatan yang disampaikan kepada saya tutur

Jassin mengenai terjemahannya "Bacaan Mulia ". Ada yang sifatnya membangun, ada yang

diuraikan dengan hati yang dingin dan ada pula yang dilontarkan dengan emosi meluap-luap.

Page 46: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

91

91

Semua respon dan tanggapan tersebut diterimanya dengan perasaan bersyukur, karena

menggugahnya untuk mempelajari Al-Qur'an lebih mendalam lagi dan menjadikannya sebagai

bahan pertimbangan.

Dengan mengadakan perbaikan-perbaikan, Insya Allah akan diperoleh hasil terjemahan

yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Di antara hambatan yang paling bermasalah menurut H.B. Jassin adalah :

1. Kekakuan terjemahan

Kekakuan dalam terjemahan mungkin timbul karena terlalu dipengaruhi oleh susunan

kalimat dalam Bahasa Arab dengan tidak memperhatikan susunan menurut rasa Bahasa

Indonesia atau pengambilan suatu ungkapan dalam konstruksi kalimat Bahasa Arab tanpa

menggantinya dengan ungkapan Bahasa Indonesia.

2. Tidak adanya tanda-tanda baca yang jelas, sehingga masing-masing orang dapat

menggunakan tanda baca yang beda, akibatnya akan menimbulkan pengertian yang

berbeda pula.

3. Jenis kata sambung yang terbatas dan masing -masing mempunyai fungsi yang dapat

berbeda-beda. Kata sambung wa tidak selalu diterjemahkan dengan "dan" bisa juga

dengan ‘karena, sedang, sementara’ dan juga dapat berfungsi sebagai titik dan koma saja,

sekedar tanda pemisah antara dua kalimat. Fa bisa diterjemahkan dengan `maka, karena

itu' atau tidak diterjemahkan sama sekali.42

Di bawah ini dapat rnelihat reaksi yang datang dari berbagai lapisan, di antaranya :

1. H. Oemar Bakry, dalam bentuk surat ia menyampaikannya kepada Menteri Agama

waktu itu, ketua Majelis Ulama Indonesia, dan ketua Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia. Suratnya berisi contoh-contoh terjemahan yang dengan istilahnya sendiri

42 Pengantar Bacaan Mulia, op.cit., h. 19-21

Page 47: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

92

92

disebut "keganjilan-keganjilan ". Berbagai contoh yang dikatakan ganjil oleh Oemar

Bakry ialah :

1. Kata " " kadang-kadang diterjemahkan oleh H.B. Jassin dengan

"petunjuk" seperti pada ayat 2 surah Al-Baqarah dan kadang-kadang

diterjemahkan dengan “pimpinan" seperti pada ayat 16 surat yang sama.

Terjemahnya berbunyi "Merekalah yang menukar pimpinan dengan kesesatan. "

2. Ayat ke-3 pada surah Al-Baqarah "Wal ladzina yu'minuna bil ghaibi"

diterjema.hkan dengan "(bagi) mereka yang beriman kepada yang ghaib" ini

berarti bahwa Al-Qur'an itu adalah petunjuk bagi :

a. Mereka yang takwa (kepada Tuhan)

b. Mereka yang beriman kepada yang ghaib dan dapat menjadi petunjuk kepada

orang yang bertakwa walaupun tidak beriman kepada yang ghaib, dan

sekalipun kepada orang mempercayainya saja adanya hari kiamat walaupun

tidak bertaqwa kepada Tuhan.

Menurut Oemar Bakry, demikianlah pengertian dari teks pada potongan ayat tersebut,

karena penerjemah menilai kata "Alladzina yu'minuna" adalah keterangan tujuan kedua setelah

kata "Iil muttaqina" atau dalam ilmu Nahwu, kata "Alladzina" di i'rabkan oleh Jassin mengikuti

(ma'tuf) kepada "Al-Muttaqina ". Sedangkan menurut Bakry hal tersebut jelas suatu kesalahan

besar menurut aturan ilmu tata Bahasa Arab, karena sesuatu kata yang tanpa didahului oleh huruf

`ataf telah dinilai sebagai ma'tuf (keterangan atau bagian kedua dari yang sedang dijelaskan).

Kata "alladzina" dalam ilmu Nahwu menurut Oemar Bakry adalah "Isim Mausul", apabila tidak

ada yang mengubah dari fungsi aslinya, ia berfungsi sebagai penghubung dan kalimat

sesudahnya sebagai "shilah" (keterangan) lebih lanjut dari kata sebelumnya (Maushulnya) bukan

sebagai bagian yang terpisah atau berdiri sendiri dari maushulnya.

Page 48: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

93

93

Dengan demikian, kata Oemar Bakry, isi ayat tersebut telah dipecah oleh H.B. Jassin

karena kekeliruan dalam menetapkan fungsi sesuatu kata atau anak kalimat dari ayat-ayat Al-

Qur'an yang berbahasa Arab itu.

Surat Oemar Bakry ini ditutup dengan harapan pada Departemen Agama dan Majelis

Ulama untuk meneliti hasil terjemahan H.B. Jassin dan mengambil langkah-langkah positif dari

hasil penelitian tersebut.

2. Surat Team Peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin dari surabaya kepada Menteri Agama

RI di Jakarta. Surat ini pada pokoknya berisi :

1) Contoh-contoh terjemahan H.B. Jassin yang dinilai tidak tepat.

2) Penolakan terhadap hasil perbaikan yang dilakukan oleh Lajnah Pentashih

Departemen Agama RI.

3) Keraguan terhadap basil penelitian dan koreksian yang dilakukan oleh Majelis

Ulama DKI Jakarta.

4) Rasa penyesalan atas sambutan Menteri Agama dan Hamka ketika Bacaan Mulia

ini diterbitkan.

5) Harapan kepada Menteri Agama untuk mencegah peredaran Bacaan Mulia

tersebut.

Sebagai contoh yang tidak tepat menurut basil penelitian Team Peneliti Bacaan Mulia

H.B. Jassin ini ialah :

1) Terjemahan ayat 44 surat al-Baqarah :

Apakah kamu perintahkan orang Berbuat kebaikan,

Page 49: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

94

94

Sedang kamu sendiri lupa

(melakukan),

Padahal kamu membaca Al-Kitab?

Tidakkah kamu menggunakan pikiran?

Kata “ ” Menurut Team Peneliti dari Surabaya ini, H.B. Jassin telah salah mengartikan. Seharusnya: "Kamu melupakan dirimu sendiri."

2) Terjemahan ayat 49 surat al-Baqarah :

Dan (ingatlah) ketika kami

Selamatkan kamu dari orang Fir’aun.

Mereka menimpakan kepadamu

Siksaan yang pedih menyakitkan.

Mereka menyembelih putera-puteramu

Dan membiarkan hidup

Anak-anak perempuanmu.

Yang demikian itu merupakan ujian.

Yang dasyat dari tuhanmu.

⌦ ⌧

Kata “ ” seharusnya diterjemahkan : “dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya.”

3. Surat (catatan-catatan) dari Dewan Da'wah Islamiyah Jakarta Raya tentang kesalahan-

kesalahan dalam Teriemah atau Arti yang Tidak Mencapai Maksud Al-Qur'anul Karim

Bacaan Mulia H.B. Jassin.

Page 50: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

53

53

Sebagai contoh yang salah atau yang tidak mencapai maksud menurut Dewan Da'wah

Islamiyah Indonesia Jakarta Raya ini ialah:

1) Penggunaan kata "Bacaan Mulia " untuk ' Al-Qur'an al-Karim ", tidak mengenai

maksud yang sebenarnya.

2) Terjemahan ayat 56 surat Ar-Rahman :

Dalam

keduanya

(gadis-gadis)

Yang suci

menundukka

n pandang,

Tiada

manusia

maupun jin

Sebelum

mereka

pernah

menjamah

Menurut Dewan Da'wah, kalimat: "Dalam keduanya (gadis-gadis) yang suci

menundukkan pandang. Tiada menusia maupun jin sebelum mereka menjamah, " tidak

memberi pengertian yang jelas. Mungkin maksudnya, "Dalam sorga itu ada gadis-gudis

suci yang menundukkan pandangan yang belum pernah sebelumnya manusia dan jin

menjamah ", kata Dewan Da'wah mengakhiri pendapatnya.

Page 51: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

54

54

Contoh-contoh kesalahan dan arti yang tidak mencapai maksud di atas, dilampiri

dengan sepucuk surat yang isinya memohon kepada Menteri Agama :

1) Agar membentuk sebuah panitia pemeriksa yang terdiri atas ulama dan

cendikiawan yang memenuhi sekurang-kurangnya dua syarat, yaitu "tabahhur"

dalam ilmu-ilmu agama (mengusai betul ilmu-ilmu agama) dan "ta'amuq" dalam

Bahasa Al-Qur'an dan Bahasa Indonesia (mendalam betul dalam Bahasa AlQur'an

dan Bahasa Indonesia).

2) Menahan sementara penerbitan dan penyebaran Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia

H.B. Jassin sampai pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia selesai.

Masih banyak tanggapan atas terbitnya Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia H.B.

Jassin, baik berbentuk surat maupun artikel yang isinya secara keseluruhan tidak sempat

dikemukakan di sini, di antaranya :

1) Surat dari Majelis Pertimbangan Kesehatan Dan Syara' Departemen Kesehatan

R.I kepada Menteri Agama.

2) Artikel dengan judul "Bacaannya Mengasyikkan, Tapi Terjemahannya Perlu

Diamankan, " oleh aminuddin Aziz, Pelita, Jumat 22 dan 23 Desember 1978.

3) Pendapat dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Zaidan Djauhari dan Amin

Iskandari yang disampaikan kepada pers tentang banyaknya kesalahan dalam

Terjemahan Al-Qur'an H.B. Jassin, Pos Kota, 23 Oktober 1978.

Apabila diperhatikan reaksi masyarakat atas terjemahan H.B. Jassin yang pada

umumnya disampaikan melalui surat kepada Menteri Agama, Ketua Majelis Ulama

Indonesia, Ketua Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, atau ditulis dalam berbagai media

cetak seperti surat kabar, sudah selayaknya penerbitan karya tersebut ditangguhkan.

Page 52: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

55

55

Kenyataannya tetap diterbitkan sebagaimana diharapkan oleh H.B. Jassin dan sebagian

masyarakat yang cara pandangnya terhadap karya tersebut berbeda dengan mereka yang

bereaksi.

Ketika hal izin penerbitan ini ditanyakan ke Departemen Agama, secara tegas

dijawab bahwa selain naskah itu sudah dikoreksi oleh tim, tetap saja memerlukan

penyempurnaan-penyempurnaan di kemudian hari seperti yang dialami oleh terjemahan-

terjemahan Al-Qur'an lainnya. Jadi, dapat dikatakan selalu ada permasalahan-

pemasalahan yang akan muncul sesuai dengan perkembangan pemikiran para pembaca

dan perkembangan bahasa penerima sebagai konsekuensi dari karya terjemahan yang

mengandung nilai subyektif.

Di sisi lain tidak semua hasil koreksian yang disampaikan oleh masyarakat

kepada Departemen Agama, Majelis Ulama dan badan-badan lain sebagai hal yang

prinsip (kebenaran yang menjadi pokok dasar bertindak). Sebagai contoh dapat

dikemukakan hasil koreksian yang disampaikan oleh H. Oemar Bakry :

Kata-kala "huda" kadang-kadang diterjemahkan dengan "penunjuk" seperti pada

ayat 2 surat Al-Baqarah, dan kadang-kadang diterjemahkan dengan "pimpinan" seperti

pada ayat 16 surat Al-Baqarah. Terjemahan berbunyi "merekalah yang menukar

pimpinan dengan kesesatan". Bukanlah pasangan yang lebih tepat ialah "petunjuk"

sehingga keindahan bahasanya dapat terpelihara?

Dalam koreksian di atas, Oemar Bakry menginginkan pasangan yang lebih tepat

dalam kalimat terjemahan sehingga keindahan bahasanya dapat terpelihara. Dalam hal ini

H.B. Jassin juga berkata : "tapi saya menerjemahkan Qur'an ke dalam Bahasa Indonesia

yang puitis, dengan memperhatikan keindahan bunyi, irama, hiasan, warna dan

Page 53: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

56

56

suasana." Jadi, penggunaan kata "pimpinan" pada ayat 16 surat Al-Baqarah tersebut

dimaksudkan oleh H.B. Jassin untuk keindahan bunyi dan suasana sehingga tidak

membosankan pembaca, sebab kata pimpinan sama artinya dengan bimbingan, yang juga

merupakan terjemahan kata "huda" pada ayat 175 surat Al-Baqarah.

Contoh kedua adalah kata " " pada ayat 265 surat Al-Baqarah yang

diartikan oleh H.B. Jassin dengan "ernbun ". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

embun yang dimaksudkan oleh H.B. Jassin tidak terlaiu menyimpang dari makna yang

dimaksudkan oleh Ibnu Kasir.

Dalam tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Ibnu Kasir mengartikan " "

dengan “ ” `gerimis' atau `hujan rintik-rintik', sedangkan embun dalam

Bahasa Indonesia salah satu pengertiannya ialah titik-titik air yang jatuh dari udara. (pada

malam hari).43

C. Analisa Terhadap Terjemahan Karya H.B. Jassin Pada Surat Ar-Rahman dan

Perbandingannya dengan Terjemahan Departemen Agama R.I.

Suatu terjemahan biasanya ditulis pada naskah agar dapat dikaji oleh orang yang tidak

memahami Bahasa Arab (bahasa Al-Qur'an) sehingga dapat memahami kehendak Allah Azza

Wa Jalla dari kitab-Nya Al-Aziz lantaran terjemahan itu.44

Kata "terjemah" dapat digunakan pada dua arti yaitu terjemah harfiah atau pengalihan

bahasa secara Iafzi dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain di mana tertib bahasa kedua sesuai

dengan susunan dan tertib bahasa sumber, dan terjemah tafsiriah atau terjemah maknawiyah,

43 Ibid., h. 116 - 121 44 Muhammad Ali Ashobuni, Attibyun fi ulumil Qur’an, penerjemah, Muhammad Qodirun Nur, (Jakarta:

Pustaka Amani, 1988), h. 285.

Page 54: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

57

57

yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa adanya ikatan dengan konteks

bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.45

Daiam surat Ar-Rahman terdapat 78 ayat yang memiliki keistimewaan tersendiri karena

terdapat 31 ayat dimana bunyi ayat tersebut di ulang-ulang sebanyak itu pula. Lebih lanjut,

sehubungan dengan analisa yang penulis lakukan pada terjemahan surat Ar-Rahman karya H.B.

Jassin yang akan dibandingkan dengan terjemahan Departemen Agama, terdapat beberapa

kesamaan dan perbedaan:

Agar jenis penerjemahan Al-Qur'an yang dilakukan oleh H.B. Jassin bisa ditetapkan,

terlebih dahulu dikemukakan contoh-contoh sebagai sampel. Dalam haI ini penulis mengambil

surat Ar-Rahman agar mudah dibandingkan dengan terjemahan Departemen Agama.

Berikut ini adalah kutipan Ar-Rahman yang secara langsung diambil dari H.B. Jassin

(1991,749-754) tanpa perubahan.

1.

2.

3.

4.

5.

AR-RAHMAN-YANG MAHA PEMURAH Turun di Makkah, 78 ayat

Dengan nama Allah

Yang maha pemurah

Yang maha penyayang

(Tuhan) yang Maha pemurah

Mengajari (Muhammad) Al Quran.

Menciptakan Insan.

Diajari-Nya fasih perkataan.

Matahari dan bulan (beredari) dengan

perhitungan.

☺ ☺

45 Manna Khalil Alqattan, Mabahis fi ulumil Qur’an, penerjemah, Muzakir AS, (Jakarta: Litera Antar Nusa,

1996), cet.ke-3, h. 443.

Page 55: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

58

58

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Tanaman merambat dan pohonan keduaya sujud

kepada Tuhan.

Langit ia tinggikan dan diadakan-Nya Neraca

(keadilan),

Supaya kamu jangan melampaui batas

Timbangan.

Tegakkan neraca dengan keadilan,

dan jangan kamu kurangi sukatan.

Bumi ia bentangkan untuk semua insan

Di atasnya tumbuh buah-buahan dan pohon

korma dengan selodang.

Juga padi-padian yang berkulit,

Dan tumbuh-tumbuhan yang harum baunya.

Maka karunia manakah dari Tuhnmu,

Yang Kamu (manusia) dan kamu (jin)

Dustakan ?

Ia ciptakan manusia dari tanah liat

Kering bunyi seperti tembikar,

Dan dia menciptakan jin dari nyalanya api.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu, Yang

kamu (manusia) dan kamu (jin)

Dustakan?

(Ia adalah) Tuhan kedua timur

dan Tuhan kedua barat

Maka karunia manakah dariTuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan kamu (jin)

Dustakan?

Ia lepaskan kedua lautan

Yang saling bertemu

⌧ ⌧

Page 56: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

59

59

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Antara keduanya ada ada sempadan,

Masing-masing tiada saling berlewatan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dari keduanya keluarlah mutiara

dan merjan.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Kepunyaan-Nya bahtera-bahtera

Berlayar tinggi lintas lautan,

laksana gunung menjulang.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Segala yang ada di (bumi)

Akan binasa,

Tapi kekal (selama-lamanya)

Wajah Tuhanmu, agung dan mulia

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Segala makhluk dilangit dan dibumi

Kepada-Nya memohon,

Setiap hari ia penuh kesibukkan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

(Yakni) kami kan membuat

Page 57: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

60

60

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

38.

39.

perhitungan terhadapmu.

hai (kedua jenis makhluk)

jin dan manusia!

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Hai kumpulan jin dan manusia!

Jika sanggup kamu menembus keluar

Dari daerah-daerah langit dan bumi,

Tembuslah !

Tiada kamu sanggup

Menembus (Nya)

Tanpa kekuasaan (kami).

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Kepada kamu, (jin) dan kamu (manusia)

Dilepaskan nyala api dan cairan

tembaga

Maka tiadalah kamu dapat

Membela diri.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Bila langit pecah terbelah

Kemerah-merahan seperti bunga mawar

Yang merah laksana minyak berkilauan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Hari itu tiada dinyatakan (lagi)

Hai dosa kepada manusia dan jin

Page 58: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

61

61

40.

41.

42.

43.

44.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Orang-orang yang durjana

Akan dikenal akan tanda-tandanya,

Dan mereka akan dicekam pada

Ubun-ubu dan kakinya

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Inilah neraka jahanam yang

Didustakan orang durjana

Di tengah-tengahnya

Dan tengah air panas mendidih,

Mereka berputar berkeliling!

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Tapi bagi orang yang takut akan saat

Ia berdiri di depan Tuhannya,

Ada dua sorga (tersedia).

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam keduanya (tumbuh) aneka macam

Pohonan.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam keduanya mengalir

Dua mata air.

Page 59: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

62

62

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

58.

59.

60.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam keduanya berpasangan-pasangan

Setiap macam buah-buahan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Mereka berbaring diatas permadani,

Yang sebelah dalamnya dari sutra

Yang tebal

Buah-buahan kedua sorga

Bergantung rendah (mudah dicapai)

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam keduanya (gadis-gadis)

Yang suci menundukkan pandang.

Tiada manusia maupun jin

Sebelum mereka pernah menjamah

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Mereka laksana permata

Batu delima dan merjan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Apakah ada balasan kebaikan

Selain kebaikkan?

Page 60: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

63

63

61.

62.

63.

64.

65.

66.

67.

68.

69.

70.

71.

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Selain yang dua itu ada lagi dua sorga

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Hijau tua warnanya

(karena daun yang rimbun)

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam (masing-masing dari) keduanya

Ada dua mata air memancar

Berlimpahan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam keduanya ada buah-buahan,

Pohon korma dan delima

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Dalam (semua sorga) itu

Ada hauri-hauri yang baik

Dan rupawan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Page 61: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

64

64

72.

73.

74.

75.

76.

77.

78.

Hauri-hauri yang jelita

Dan sopan diri,

Dipingit dirumah-rumah peranginan

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Tiada manusia maupun jin

Sebelum mereka pernah menjamah

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Mereka bersandari pada bantal-bantal

Yang hijau,

Dan permadani yang indah-indah

Maka karunia manakah dari Tuhanmu,

Yang Kamu (manusia) dan Kamu (jin)

Dustakan?

Terpujilah nama Tuhanmu,

Penuh keagungan, penuh kemuliaan

Page 62: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

65

65

Page 63: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

66

66

Dari contoh contoh di atas, dapat dikatakan bahwa penerjemahan yang dilakukan oleh

H.B. Jassin terdapat kesamaan dengan terjemahan Departemen Agama yaitu adanya footnote

sebagai penjelas dari kata-kata yang tidak dipahami seperti pada ayat 17, 46, dan 62. Dapat

dikatakan pula bahwa penerjemahannya secara harfiah (walaupun tidak mutlak). Dikatakan

demikian karena terdapat kata-kata yang tidak dapat diketahui maksud dan penggunaannya

sebagai akibat logis dari penerjemahan tersebut. Hal ini terjadi karena tidak selamanya bahasa

penerima mampu membunyikan bahasa sumber seperti yang dimaksud oleh bahasa sumber itu

sendiri. Untuk itulah tim penerjemah Al-Qur'an Departemen Agama daIam mengatasi kalimat

terjemahan yang tidak dipahami memberikan tambahan kata-kata atau catatan.

Kata-kata yang tidak dapat diketahui maksud penggunaanya pada terjemahan H. B. Jassin

di atas antara lain ialah :

l. Pada ayat 20 "tiada saling berlewatan" tidak jelas apa yang dimaksudkan dengan kalimat

itu. Terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor

1444 mengatakan : bahwa "laa yabghiyan" menurut ahli tafsir maksudnya adalah

"masing-masingnya tidak menghendaki". Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah

bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi tanah genting. Tetapi tanah itu

tidak dikehendaki (tidak diperlukan) maka pada akhirnya, tanah itu dibuang (digali untuk

keperluan lalu lintas) maka betemulah dua lautan itu seperti Terusan Suez dan Terusan

Panama.46

2. Pada ayat 29 "... Ia penuh kesibukan" tidak jelas maksudnya. Terjemahan Al-Qur'an

Departemen Agama Republik Indonesia, melalui catatan kaki nomor 1445 menjelaskan,

46 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Madinah Al-Munawaroh, loc.cit.

Page 64: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

67

67

maksudnya : Allah senantiasa dalam keadaan menciptakan; menghidupkan, memelihara,

memberi rezeki, dan lain-lain .47

3. Pada ayat 41, "dicekam pada ubun-ubun dan kaki-kakinya", tidak jelas apa yang

dimaksudkan dengan dicekam pada ubun-ubun dan kaki-kakinya. Terjemahan Al-Qur'an

Departemen Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor 1446 mengatakan

maksudnya : pada hari berhisab tidak lagi didengar alasan-alasan dan uzur-uzur yang

mereka kemukakan.

4. Pada ayat 46, "Dua sorga". Apakah yang dimaksud dengan dua surga. Ada kesamaan

antara Jassin dengan Departemen Agama. Tetapi terjemahan Al-Qur'an Departemen

Agama Republik Indonesia melalui catatan kaki nomor 1447 mengatakan yang dimaksud

dua surga selain yang dikatakan oleh H.B. Jassin. Departemen Agama memberi tambahan

yaitu surga untuk manusia dan surga untuk jin.48

H.B. Jassin dalam menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur'an kadangkala berusaha memberikan

kejelasan makna dengan cara membuat kata-kata dalam kurung seperti yang dilakukan oleh tim

penerjemah Al-Qur'an departemen Agama, misalnya :

1. Pada ayat 2, "mengajari (Muhammad) Al-Qur'an", darimana datangnya kata

(Muhammad) secara harfiah, dalam bahasa sumber tidak ada yang tepat diartikan yang

demikian, akan tetapi kalau secara maknawiyah bisa saja ada, sebagaimana dalam

tafsirnya lbnu Katsir. Departemen Agama tidak menggunakan kata tersebut dalam

terjemahannya.

2. Pada ayat 12 kalimat (Al-habbu) diartikan dengan padi-padian,

padahal dalam bahasaArab padi itu (ruzzun). Secara harfiah dalam bahasa sumber

kata Al-habbu diterjemah "biji-bijian di dalam kulit" walaupun padi itu tennasuk biji-

47 Ibid., loc.cit. 48 Ibid.

Page 65: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

68

68

bijian yang berkulit tetapi tidak tepat apabila kata Al-habbu diterjemahkan dengan biji-

bijian di dalam kulit. Departemen Agama RI sendiri menerjemahkan kata Al-habhu

dengan biji-bijian yang berkulit.

3. Pada ayat 13, "maka karunia manakah dari Tuhanmu yang kamu (manusia) dan kamu (

jin) dustakan?" kata Arab mana yang diartikan dengan " dari". Dalam ayat ini tidak ada

kata atau atau . Mengapa lalu muncul makna "dari". Jadi keberadaan kata

dari semata-mata pertimbangan maknawi, sedangkan Departemen Agama kata tersebut

tidak ada. Ayat ini berjumlah 31 kali disebut dengan terjemahan yang sama. 4. Pada ayat 14, "tanah liat kering berbunyi" dari mana datangnya kata "berbunyi". Secara

harfiah dalam bahasa sumber tidak ada kata yang tepat diartikan dengan "berbunyi".

Dalam kamus kontemporer Arab-Indonesia ditemukan kata tersebut dengan arti "suara

bising" atau "keramaian". Kata dalam terjemahan Departemen Agama

diterjemahkan secara harfiah yaitu "tanah kering".

5. Pada ayat 56," dalam keduanya (gadis-gadis)". Dalam ayat ini tidak ada kata yang

menunjukkan arti "gadis-gadis" sedangkan Departemen Agama menerjemahkan dengan

"bidadari-bidadari" kalau dilihat daripada sifat "bidadari-bidadari" yang masih gadis

tentunya orang tidak akan menyangkalnya akan tetapi gadis-gadis tidak sama dengan

bidadari-bidadari.

6. Pada ayat 64. "hijau tua warnanya (karena daun yang rimbun)". Darimanakah asalnya

kata "karena daun yang rimbun". Dalam bahasa sumber tidak ada yang tepat diartikan

dengan karena daun yang rimbun. Sementara Departemen Agama tidak menggunakan

kalimat tersebut dalam terjemahannya hanya ada penambahan kata kelihatan yang tidak

terdapat dalam terjemahan H.B. Jassin.

7. Pada ayat 66, "dalam (masing-masing dari) keduanya". Apabila dillhat dari susunan

bahasa sumber tidak ditemukan kata-kata yang dapat diterjemahkan dengan "masing-

masing dari". Dalam ayat ini tidak ada kata dan . Menurut penulis

keberadaan kata-kata "masing-masing dari" hanya karena pertimbangan maknawi.

Page 66: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

69

69

8. Pada ayat 70 dan 72 kata dan ⌦ diterjemahkan dengan

hauri-hauri. Menurut penulis H.B. Jassin melakukan Arabisasi dalam terjemahannya

karena dalam Ensiklopedi Al-Qur' an kedua kata tersebut salah satu artinya adalah

"bidadari" sebagaimana dalam terjemahan Departemen Agama.

9. Pada ayat 78, H.B. Jassin menerjemahkan kata dengan "terpujilah".

Sedangkan Departemen Agama mengartikannya dengan "Maha suci". Menurut penulis

terjemahan H.B. Jassin tidak tepat karena dalam kamus Arab-Indonesia sendiri kata

diterjemahkan dengan "Maha luhur atau Maha suci".

Dari 78 ayat yang ada dalam surat Ar-Rahman ini H.B. Jassin maupun tim penerjemah

Al-Qur'an Departemen Agama menerjemahkan surat ke-55 ini mendekati harfiah, dikatakan

demikian karena :

1. Sudah diartikan sesuai dengan padanan kata, meskipun ada juga yang susunannya tidak

sesuai dengan susunan bahasa sumber. Misalnya pada ayat 56 dan ayat 74.

2. Sudah diartikan sesuai dengan padanan kata, tetapi terdapat penambahan kata-kata baik

di dalam kurung ataupun tidak. Dalam hal ini contoh penerjemahan H.B. Jassin pada ayat

2, 14, 17, 20, 24, dan ayat 31.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan yang dilakukan oleh H.B.

Jassin dan tim penerjemah Departemen Agama terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan.

Penerjemahan yang dilakukan oleh kedua pihak ini hampir mendekati harfiah, dan ada pula

maknawiah atau tafsiriyah. Perbedaan yang paling mencolok adalah. H.B. Jasssin

menerjemahkan surat Ar-rahman secara puitis sedangkan Departemen Agama secara prosa.

Page 67: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

70

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada sub bagian akhir dari penulisan ini, penulis berusaha mengambil

beberapa kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan analisa tentang terjemahan Al-

Qur'an. Khususnya Bacaan Mulia karya H.B. Jassin. Kesimpulan-kesimpulan ini

dibuat sesuai dengan rumusan-rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan

pada Bab I.

Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :

1. Setiap muslim sudah tentu berkeinginan untuk dapat membaca dan memahami

isi kandungan Al-Qur'an dalam gaya bahasanya yang asli, tetapi kesempatan

yang demikian tidak semudah yang dibayangkan, oleh karenanya terjemahan

dan tafsir ke dalam berbagai bahasa di dunia sangat membantu proses

tersebut. Sebagaimana yang dilakukan oleh syah Abdul Qodir dari Delhi,

ataupun para penerjemah Indonesia seperti Mahmud Yunus, Zinuddin

Hamidy, dan lain-lain. Terjemahan-terjemahan Al-Qur'an tersebut ada yang

ditulis secara prosa dan sastra.

2. Terjemahan adalah menyampaikan pembicaraan kepada orang yang belum

menerimanya atau menjelaskan dengan rnenggunakan bahasa aslinya, atau

Page 68: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

71

71

dengan bahasa yang lebih sederhana. Terjemah adalah mengalih pembicaraan

dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

3. Usaha penerjemahan Al-Qur'an yang dilakukan oleh penerjemah-penerjemah

Eropa (Orientalis) bermaksud menandingi Islam dan berkecenderungan atau

bertendensi negatif dalam rangka mencapai target-target mereka yaitu

menyudutkan Islam. Di antara mereka adalah Ladovicci Meracci, A. Ross, Du

Ryer, dan J.M. Rodwell. Usaha yang hina tersebut diikuti oleh para sarjana

muslim yang berusaha menerjemahkan secara obyektif seperti DR.

Muhammad Abdul Hakim Khan dan Muhammad Mannaduke Pickthall.

4. Beberapa kelemahan dalam terjemahan Al-Qur'an adalah masalah bahasa

terjemahan, tidak menguasai bahasa sasaran, teknik penulisan dan

transliterasi.

5. Cara kerja H.B. Jassin dalam menerjemahkan Al- Qur'an adalah dengan

mempelajari berbagai terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia dan

Bahasa Asing serta mempergunakan bermacam-macam kamus bahasa Arab,

daftar kata korkondansi, dan berbagai buku ilmu bantu untuk dapat

menyokong berbagai pengertian.

6. Berbagai hambatan dalam penerjemahan "Bacaan Mulia di antaranya adalah

kekakuan dalam terjemahan, tidak adanya tanda-tanda baca yang jelas

sehingga akan menghasilkan pengertian yang berbeda, dan jenis kata

sambung yang terbatas dan masing-masing mernpunyai fungsi yang dapat

berbeda. "

Page 69: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

72

72

7. Seluruh pola penerjemahan dalam Bacaan Mulia pada umumnya bersifat

puitis, begitu pula pada surat Ar-Rahman, dan pada ayat yang diulang

sebanyak 31 kali langsung menjelaskan maksud ayat. Namun tidak sama

kalimat-kalimat prosa dapat disusun secara visuil menjadi puisi, karena

tergantung pada pmilihan kata yang dipergunakan.

B. Saran-Saran

1. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah yaitu departemen

Agama RI untuk pelatihan penerjemahan Al-Qur'an dan tafsirnya serta

pembuatan kamus Al-Qur'an.

2. Mengadakan berbagai seminar dan lokakarya dengan para ahli dan

penerjemah, khususnya penerjemah Al-Qur'an, dan bimbingan yang

diperuntukkan bagi para peminat pemula agar tidak terjadi kesalahan dalam

penerjemahannya.

3. Mendirikan lembaga-lembaga atau biro-biro penerjemahan Arab-Indonesia

dan sebaliknya secara profesional sebagai sarana pengembangan bakat

keterampilan menerjemah bagi para peminatnya.

4. Mengadakan buku-buku tafsir berbahasa Indonesia semacam tafsir Al-Azhar

demi memperkaya intetektualitas Islam di tanah air sebagai bukti pemahaman

yang meningkat kepada kitab suci Al-Qur'an.

5. Menyusun program penerjemahan buku-buku berbahasa Arab dan

pemeliharaannya oleh sebuah lembaga konsorsium dari perguruan-perguruan

Page 70: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

73

73

tinggi baik negeri maupun swasta, beserta jumlah buku yang akan di

terjemahkan dan diterbitkan tiap tahun.

6. Mengkaji ulang berbagai terjemahan Al-Qur’an baik yang berbahasa

Indonesia maupun berbahasa Asing guna memperoleh informasi dari tiap-tiap

terjemahan tersebut yang pada akhirnya menemukan terjemahan Al-Qur’an

yang layak berlaku di masyarakat.

7. Membuat sejarah penerjemahan Al-Qur’an secara akurat dan secara detail,

karena sampai saat ini berbagai literatur tentang penerjemahan ini belum

ditemukan yang memiliki data akurat dan lengkap.

Page 71: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

74

74

DAFTAR PUSTAKA

AI-Ahwani, Ahmad Fuad, Dr., Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.

Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, dan As-Suyuthi, Jalalludin Abdurrahman bin Abi Bakri, Tafsiran Al-Quranu' al-adhimu lil imamaini Al-Jalalaini, Surabaya.

Audah, Ali, Dari Khazanah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet. Ke-1.

_________, Konkordansi Al Qur'an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al Qur'an, Bandung: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1996, Cet. Ke-2

Badriyatim M.A, Drs, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1997

Chaer, Abdul, Kamus Dialek Jakarta, Jakarta: PT. Nusa Indah 1976

Guntur Tangan, Henry, Prinsip-prinsip Dasar, Sastra, Bandung: Angkara, 1993 Hanafi, Nurachman, Teori dan Seni Menerjemahkan, NTT: PT. Nusa Indah, 1986, Cet. Ke-2

Hoesin, Oemar Amin, Gelanggang Sastra, Jakarta: Pustaka Islam, 1953

Hassan, Abdul Kodir, Kamus Al-Quran, Jakarta : PT. Tinta Mas Jakarta, Al-Muslimun Bangil 1984

Jassin, H.B, Kesusasteraan Indonesia di Masa, Jepang, Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985

_________,, Kesusasteraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Esei III, Jakarta: PT. Gramedia, 1985

_________, Kontroversi Al Qur'an Berwajah Puisi, Jakarta: Pustaka Utama, 1985

_________, Sastra Indonesia, Sebagai Warga Sastra Dunia, Jakarta: PT. Gramedia; 1983

_________,Al-Qur'anul Karim-Bacaan Mulia, Jakarta: PT. Djambatan, 1978,1982 & 1991

Page 72: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

75

75

_________,Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, jilid 1&2

_________,(Perjalanan Ke Amerika), Jakarta: Balai Omong-omong H.B. Jas,sin Pustaka, 2000

Keraf, Gorys, Diksi Dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1996

_________,Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1985

Lubis MA Ismail, DR., "Falsifikasi Terjemahan Al-Qur'an ", Departemen Agama Repubilk Indonesia, Yogyakarta: PT. Tiara Wacan, Edisi 1990.

Machali, Rachayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta, PT. Grasindo, 2000

Muhammad Najib, Izzuddin, DR, Usus Al Tarjamah (Min Al-Injiliziah ila al--Arabiyah bi al-Arabiyah), Kairo

Shaleh, Qamaruddin, K.H., Dahlan, H.A.A, Dahlan, M.D, Prof, Dr., Asbabbun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur'an, Bandung: CV. Diponegoro, 1992, cet.ke-14

_________, Al-Qur'anul Karim wa tarjamatu ma'anihi Al-Lugho Al-Andanisiyyah

Soegeng M.Pd, A.J Drs, dan Susilo, Madya Eko, drs, Pedoman Penerjemah, Semarang: Danara Prize, 1991.

Surin, Bacthiar, Terjemah dan tafsir Al-Qur’an, Bandung: Fa. Sumatera.

Tombak Alam, Datuk. H, Metode menerjemahkan Al Qur’anul Hakim, Rineka Cipta.

Widyamartaya, A, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: PT. KANISIUS, 1989.

Yusuf, Suhendra, Drs., Teori Terjemah (Pengantar kearah pendekatan linguistik dan sosiolinguistik), Bandung: Mandari Maju, 1994, Cet. Ke-1

Page 73: TINJAUAN TERHADAP TERJEMAHAN ALQUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7497/1/NASRULLOH-FAH.pdf · Sebagai upaya memahami subtansi yang terkandung pada tiap - tiap

76

76