karya anak bksm saksi-01

77
KAS (Karya Anak 001/sast k Saksi) tra/bksm

Upload: bksm-saksi-iain-mataram

Post on 05-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kumpulan karya tulisan anggota BKSM SAKSI IAIN Mataram

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Anak BKSM SAKSI-01

KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm

KAS (Karya Anak Saksi)

001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

1

Page 2: Karya Anak BKSM SAKSI-01

2 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Roni Mahyudi

Pimpinan Redaksi : Rohmi Hafizah

Editor : Hasrul Hamdi Putra

Cover Desain : Rohmi Hafizah

Penerbit : Devisi Sastra

BKSM-SAKSI IAIN Mataram

Copyright©2015 bksm-saksi

Page 3: Karya Anak BKSM SAKSI-01

3 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

PRAKATA

Oleh: M. Awaluddin

Salam kreasi !! Semangat Art !!

Segala puji syukur kam

i panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab dengan

rahmat dan kasih sayang-Nya kami bisa

merampungkan bait demi bait tulisan ini menjadi

sebuah buku sederhana penuh makna.

Sastra merupakan sebuah wadah yang tak pernah

habis dengan bentuk dan tema, sebab sastra

merupakan ruang ekspresi dari setiap ide. Salah

satu bentuk sastra yang tak akan habis idenya

adalah puisi dan cerpen. Puisi merupakan sebuah

bentuk kesenian yang lebih mengunggulkan kata-

kata sebagai daya tariknya. Puisi mengajak siapa

saja membuka pikirannya lewat tulisan, setidaknya

Puisi mampu menjadi wadah curhat bagi sebagian

orang.

Badan Kegiatan Seni Mahasiswa – Sanggar Apresiasi

dan Konstelasi Seni Islami (BKSM SAKSI) kemudian

hadir dengan pemikiran terbuka untuk menampung

karya-karya tulis anggotanya melalui sebuah wadah

yang kemudian dinamai dengan KAS (Karya Anak

Saksi). KAS merupakan kelanjutan dari ALAKADAR

SAKSI beberapa waktu yang lalu, selain itu

hadirnya KAS merupakan kejelian dari seorang

pimpinan devisi sastra yang melihat potensi

terpedam dari anggota BKSM SAKSI saat ini.

Hadirnya KAS menjadi ajang lomba karya dalam kata

bagi seluruh keluarga besar BKSM SAKSI. Pada awal

kemunculannya ini atau yang kami sebut sebagai

Page 4: Karya Anak BKSM SAKSI-01

4 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

edisi pertama dan perdana, berisi puisi dan

cerpen hasil karya anggota BKSM SAKSI.

Akhir kata, jika kamu terjebak pada pencarian

cinta, tangisan, senyuman, gembira, merana dan

kegelisahan setiap jiwa yang tak mampu bicara

dalam lisan dan hanya mampu merangkai kata indah

nan sempurna. Maka mari berkata dalam KAS

berikutnya !!

Salam Cinta dari Sastra !!

Mataram, 31 Januari 2015

Page 5: Karya Anak BKSM SAKSI-01

5 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

ISI

CERPEN

MIMPI YANG ANEH

UANG KAGET

PUISI

CERITA KETAKUTAN MENITI KENANGAN PENYESALANKU SERIBU KATA YANG YANG KULONTARKAN BILA BERSUA DENGANMU

STATUSMU BASI BUAT MEREKA YANG TAK MENGERTI KEKUATAN KOTANYA PARA

METROPOLITAN DEMI SEBUAH NAMA JERITAN RAKYAT RASAKU TAK

TERTAHAN DO’A GOSIP TAK INGAT WAKTU SENDAWA SEMU OVER MIND

NGAMBANG ASA BASI METAMORFOSA DOSA JERA NINA BOBO SANG

SAKA SEMENTARA WAKTU BERPALING SAJAK UNTUK AYAH

PART. 2 SAJAK PENGASINGAN DULU PENYESALAN SENJA

Page 6: Karya Anak BKSM SAKSI-01

6 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Page 7: Karya Anak BKSM SAKSI-01

7 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

CERPEN

Page 8: Karya Anak BKSM SAKSI-01

8 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Page 9: Karya Anak BKSM SAKSI-01

9 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

MIMPI YANG ANEH

Oleh: Hamzani

Malam itu udara terasa dingin menyengat,

Rizki yang masih terjaga perlahan-lahan mulai

merasa ngantuk. Rizki adalah seorang

mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu

universitas di kota Mataram, kota itu adalah

kota yang sangat indah. Semua fasilitas di

kota tersebut ditata dengan rapi. Mulai dari

jalan, taman, dan gedung-gedung tinggi yang

menjulang semuanya terlihat rapi dan indah.

Namun Rizki hanyalah anak kos-kosan di kota

itu. Sebenarnya dia adalah anak desa yang

sedang melanjutkan studinya ke kota karena di

desanya tidak ada sekolah tinggi. Jadi, dia

harus hijrah ke kota untuk melanjutkan

studinya. Karena Rizki besar di lingkungan

pedesaan jadi Rizki tumbuh menjadi pemuda

yang rajin, ulet dalam bekerja dan juga baik

hati.

Di kampus, Rizki terkenal baik dan rajin, di

sana juga Rizki telah jatuh hati pada seorang

gadis yang cantik dan baik pula. Dari sinilah

kehidupan Rizki perlahan-lahan mulai berubah,

yang dulunya kalem menjadi lebih agresif.

Tiiit… Tiiit… Tiiit… suara handphonenya

berbunyi, karena malam itu ia sedang asik

smsan dengan teman sekelasnya yaitu Rendi.

Rendi adalah teman Rizki dari semenjak ia

masuk di universitas itu. Kemudian Rizki

membalas sms dari Rendi, “Aduh udah ngantuk

banget nih aku tidur dulu ya”. Kata Rizki

yang sudah tidak bisa lagi menahan kantuk. “

ya deh kamu tidur aja duluan aku belum

Page 10: Karya Anak BKSM SAKSI-01

10 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

ngantuk.” Balas Rendi melalui pesan singkat

dari handphonenya.

“sebelum tidur lebih baik aku berdo’a dulu

siapa tahu nanti bisa mimpi yang indah

bersama Dea, bismikallah huma ahya wa amut.”

Setelah membaca do’a Rizki perlahan tertidur,

semakin dalam semakin lelap.

“ah aku ada di mana nih? Ini tempat apa kok

serem banget sih? Aduuuh aku takut.” Tanya

Rizki di dalam mimpinya yang aneh itu. Dia

tidak tahu dirinya berada di mana sekarang,

dia kebingungan harus pergi kemana. Tiba-tiba

datang seorang cewek yang cantik yang tak

asing lagi baginya tidak lain cewek itu

adalah Dea. Dea adalah cewek yang merubah

hidup Rizki, dia adalah pujaan hati Rizki.

Dia seorang cewek yang manis dan cantik baik

hati pula, tidak heran Rizki bisa tergila-

gila padanya. Tidak hanya Rizki banyak cowok

yang mengincar dia dan mengejar-ngejarnya.

“heh.. siapa itu? Kayaknya aku kenal, apaaa?

Dea? Sejak kapan dia ada di sini kok dia tahu

tempat aneh kayak gini, lebih baik aku tanya

aja sama dia biar semuanya jelas.” Pikir

Rizki dengan semua kebingungannya, kemudian

ia menghampiri Dea dan bertanya kepadanya.

“Dea… kamu ngapain di tempat seperti ini?”

tanya Rizki, tapi Dea hanya diam saja tanpa

membuka mulut. “ Dea kok kamu diam aja

ngomong dong jangan bikin aku takut gini.”

Tapi Dea tetap saja diam dengan tatapan

kosongnya.

Tiba-tiba Dea tersenyum sinis kepada Rizki,

terlihat oleh rizki ada taring yang runcing

keluar dari mulut Dea. Rizki terkejut dan tak

Page 11: Karya Anak BKSM SAKSI-01

11 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

menyangka kalau Dea adalah vampire. Dia

sungguh takut campur bingung kenapa ini bisa

terjadi ternyata orang yang selama ini dia

cintai adalah seorang vampire yang

menakutkan.

“ti..tidak, ini pasti salah, ini tidak

mungkin pasti ini cuman mimpi

tidaaaaakkkk!!!” Teriak Rizki sembari berlari

karena Dea yang menyeramkan itu mengejar

dirinya.

Dia berlari sekencang mungkin sampai Dea

tidak bisa mengejarnya. Setelah ia sudah

berada jauh dari Dea ia kemudian berhenti dan

terengah-engeh karena kelelahan.

Di alam nyata Rizki yang sedang tidur

terlihat seperti orang yang gelisah. Posisi

tidurnya tidak beraturan, sampai ia

mengeluarkan keringat dingin. Ternyata efek

dari saat ia berlari di dalam mimpinya Nampak

di dunia nyata.

Kembali ke dalam mimpi Rizki, sekarang dia

berada di tempat yang jauh dari tempat semula

ia berada. Dea juga sudah tidak terlihat

lagi, sekarang ia semakin bingung tidak tahu

harus kemana. Dia sekarang berda di tengah

hutang yang penuh dengan kabut tebal, ia

hanya bisa melihat sejauh tiga meter dari

posisinya sekarang.

Rizki terus saja berjalan tanpa tujuan,

sampai terlihat olehnya sebuah gubuk tua.

Meskipun terlihat remang-remang, ia masih

tidak yakin kalau itu adalah sebuah gubuk

tua, ia menggosok matanya untuk meyakinkan

bahwa apa yang ia lihat itu benar.

Page 12: Karya Anak BKSM SAKSI-01

12 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Ternyata memang benar, itu adalah sebuah

gubuk tua tapi Rizki masih bingung dengan

semua ini. “ kenapa di tempat seperti ini ada

gubuk ya? Emang siapa yang mau tinggal di

tempat yang menyeramkan seperti ini? Bener-

bener aneh, mungkin aku coba masuk dulu siapa

tahu ada orang di dalam dan aku bisa nanya

sama pemilik gubuk ini.”

“permisi… apa ada orang di dalam?”. Sahut

Rizki di depan pintu gubuk tua itu dan

berharap ada orang yang akan keluar. Ternyata

apa yang diharapkan terpenuhi, tidak lama

kemudian keluar gadis super cantik dari dalam

gubuk itu. Rizki pun terkesima dengan

kecantikan gadis itu, mulutnya menganga tak

satu katapun keluar dari mulutnya.

Sampai ia tersadar bahwa dia ingin bertanya

sesuatu kepada pemilik gubuk itu. “Ma.. maaf

ini di mana ya?” sambil terbata-bata Rizki

meluncurkan pertanyaan kepada gadis cantik

tersebut. “ini adalah hutan impian dan

kenangan, kamu kenapa bisa sampai di sini?

Hanya orang yang mempunyai kenangan pahit dan

impian yang tinggilah yang bisa sampai di

sini, jangan-jangan kamu…???” kata gadis itu

menjelaskan kepada Rizki tetapi penjelasannya

terpotong karena gadis cantik itu bingung dan

penasaran dengan pemuda yang di temuinya itu.

Rizki juga tidak kalah bingung bahkan dia

lebih bingung lagi dari gadis itu. “ apa ya

maksud gadis ini aku nggak ngerti?” tanya

Rizki dalam hati. “ maksud kamu apa sih aku

nggak ngerti dengan semua omongan kamu tadi?”

tanya Rizki kepada gadis tersebut dengan

kebingungan.

Page 13: Karya Anak BKSM SAKSI-01

13 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

“jadi begini, tidak sembarangan orang yang

bisa masuk ke hutan ini hanya orang yang

mempunyai kenangan pahit dan mempunyai impian

yang sangat tinggi yang bisa masuk ke dalam

hutan ini, apakah kamu seperti itu atahu

tidak?” jelas gadis cantik itu lagi.

“ya aku emang punya kenangan pahit dan aku

juga punya impian yang sangat tinggi, tapi

hari gini apa masih ada tempat yang seperti

itu? Itu yang membuat aku bingung.” Kata

Rizki dengan penuh tanda tanya di pikirannya.

“ternyata kamulah orang yang selama ini aku

tunggu-tunggu, setelah sekian lama aku

menunggu kamu akhirnya kamu datang juga, aku

lah yang akan merubah hidupmu aku akan

mendampingi kamu selamanya kamu harus jadi

suamiku.” Seru gadis cantik itu dengan muka

yang berseri-seri.

“ti tidak ini tidak mungkin, ini pasti hanya

mimpi mana mungkin ini bisa terjadi.” Kata

Rizki membantah perkataan gadis cantik itu

karena ia masih tidak percaya bahwa dirinya

adalah orang yang dimaksud gadis cantik itu.

“ sebenarnya kamu ini siapa sih? Dan

bagaimana kamu bisa ngomong seperti itu?”

tanya Rizki kepada gadis itu.

“namaku adalah Ivana, aku sudah hidup selama

ratusan tahun di sini, dan aku ditugaskan

untuk menunggu seseorang yang akan membawaku

dari sini, sebelum orang itu datang dan

membawaku pergi aku tidak bisa meninggalkan

tempat ini. Karena kalau aku meninggalkan

tempat ini aku akan mati dengan mengenaskan.”

Jelas gadis itu panjang lebar supaya Rizki

mengerti dengan kisahnya.

Page 14: Karya Anak BKSM SAKSI-01

14 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

“ta.. tapi aku tidak mengenalmu mana mungkin

aku membawamu pergi, mungkin aku bukan orang

yang kamu maksud. Aku juga sudah mencintai

orang lain dan dia sekarang berubah menjadi

vampire dan mengejarku makanya aku bisa

sampai di sini.” Rizki mencoba menepis

perkataan gadis itu, ia juga masih belum bisa

melupakan Dea gadis yang sangat dia cintai.

“ya aku sudah tahu itu, akulah yang

membuatnya seperti itu, supaya tidak ada yang

bisa menghalangi kita berdua untuk hidup

bersama selamanya hahaha.” Tegas gadis itu

dengan wajah yang sinis dan menakutkan.

“a apa? Kamu jahat sekali, kenapa kau

melakukan itu semua?” teriak Rizki marah atas

perbuatan Ivana terhadap Dea. “Kamu memang

benar-benar jahat apa yang kamu lakuin sama

Dea? Cepat katakana!” teriak Rizki karena

tidak terima dengan perbuatan Ivana terhadap

Dea. “jangan-jangan kamu adalah siluman

penunggu hutan ini, kembalikan Dea seperti

semula!” ancam Rizki dengan nada tinggi, dia

benar-benar tidak terima kalau gadis yang dia

cintai diperlakukan seperti itu. Meskipun Dea

tidak menerima cintanya tapi ia masih sayang

dan cinta pada Dea.

“hahaha jadi kamu mengancamku? Ya kamu memang

benar aku adalah siluman penunggu hutan ini

dan aku mencari orang-orang seperti kamu

untuk aku jadikan tumbal supaya aku bisa

hidup abadi hahaha sekarang apa yang bisa

kamu lakukan?” bentak Ivana dengan wajah yang

tadinya cantik berubah menjadi wajah yang

menyeramkan dan taringnya juga mulai keluar

dari mulutnya.

Page 15: Karya Anak BKSM SAKSI-01

15 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Selang beberapa waktu datanglah Dea dengan

muka yang aneh dan taring di mulutnya. Rizki

terkejut, “ Dea sadarlah jangan terpengaruh

oleh iblis itu!” kata Rizki ingin menydarkan

Dea akan tetapi Dea hanya diam dan mulutnya

mulai menganga ingin memakan Rizki. “ Dea…

jangan, aku sayang kamu Dea please jangan

lakukan itu Dea, aku cinta sama kamu Dea,

please sadarlah Dea sadaaar!!!” Rizki mencoba

mencegah Dea supaya tidak memakannya, ia

ingin melawan tetapi ia tidak sanggup

menyakiti gadis yang dia cintai. Sambil

menghindar dari Dea dan DUAAAAARRRRRR………!!!!

Rizki terjatuh dari tempat tidurnya.

“haah? Ternyata cuman mimpi syukurlah aku

lega banget ternyata cuman mimpi aja.” Sambil

menghela napasnya Rizki kemudia beranjak dari

tempat tidur dan melihat jamnya ternyata

sudah siang. “ apaaa udah jam Sembilan gawat

aku telat nih mana dosennya sekarang killer

banget lagi aduh harus buru-buru nih” gerutu

Rizki dalam hati sambil bergegas kekamar

mandi karena dia sudah terlambat untuk pergi

kekampus.

Ia langsung bergegas kekamar mandi,

menyelakan keran dan mengguyur badannya

dengan air. Selesai itu ia segera berpakaian

dan langsung berangkat ke kampus dengan buru-

buru.

Dengan mengendarai sepeda motornya Rizki

bergegas menuju kampus, ia takut terlambat

karena dosennya galak dan banyak sekali

aturannya. Tapi apa mau dikata Rizki memang

sudah terlambat satu jam, jadi Ia tidak bisa

apa-apa selain berdo’a supaya dosennya tidak

masuk. Dengan kecepatan 90-100 km/jam ia

Page 16: Karya Anak BKSM SAKSI-01

16 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

memacu sepeda motornya karena terburu-buru.

Sesampainya di areal kampus ia memarkirkan

sepeda motornya dan berlari menuju ruang

kelasnya.

Al hasil dia memang sudah terlambat dan kelas

juga sudah bubar. “ sial kelasnya udah bubar

aduh gawat nih bisa-bisa aku dapat C besok,

aduh gimana nih.” Gerutu Rizki dalam hatinya.

Ia tidak jadi masuk dan berbalik arah untuk

menuju kelas yang selanjutnya. Tapi

langkahnya terhenti saat dia melihat Dea yang

tetap menawan di matanya, ia begitu anggun

dengan senyuman khas ala Dea dan senyuman

itulah yang membuat Rizki tergila-gila.

Dug dag dug dag!! Suara degup jangtung Rizki

ketika Dea bejalan kearahnya, tiba-tiba ia

teringat akan mimpinya semalam. “ Dea baik-

baik aja kok nggak serem kayak semalam, dia

juga tambah cantik bahkan lebih cantik dari

biasanya.” Pikir Rizki. Dea semakin mendekat

kearahnya dan dia menebar senyuman kepada

Rizki dengan senyuman khasnya, Rizki terdiam

dan tiba-tiba dari bibir manis Dea keluar

taring seperti dalam mimpi Rizki.

”Tidaaaaaaaaaaaakkkk” teriak Rizki ketakutan.

“ Rizki kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan?”

tanya Dea kebingungan dengan tingkah laku

Rizki yang tiba-tiba saja berteriak di

depannya. “ aaah ng nggak apa-apa Dea.” Rizki

pun tersadar dan ternyata itu hanya

halusinasinya saja.” Untung Cuma halusinasiku

saja syukururlah.” Batin Rizki sambil

mengusap-ngusap dadanya karena merasa lega.

“kamu beneran nggak apa-apa? Kok tiba-tiba

teriak nggak jelas gitu ada yang salah ya ama

aku? Atahu kamu lagi sakit?” tanya Dea

Page 17: Karya Anak BKSM SAKSI-01

17 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

kebingungan atas tingkah laku Rizki yang aneh

itu. ”Beneran Dea aku nggak apa-apa kok

tenang aja, aku Cuma kesel aja tadi aku telat

di pelajaran pak Regar dosen yang killer itu,

aku takut aja nanti dapet C.” jelas Rizki

tapi bukan itu yang membuatnya seperti itu

melainkan gadis yang sedang berdiri di

depanyalah yang membuatnya jadi seperti orang

gila.

“sekarang kamu mau kemana Ki? Ada kelas lagi

nggak?” tanya Dea mengalihkan pembicaraan.”

Ada.. tapi masih lama, aku mau keperpus aja

mau tidur di sana soalnya aku masih ngantuk

hehe.” Jawab Rizki dengan cengegesan. Memang

kalau sudah berada di dekat Dea Rizki merasa

tak berdaya lagi.” Kamu ini Ki perpus bukan

tempat buat tidur, tapi tempat buat baca

buku, kamu ini gimana sih, menyalah gunakan

pasilitas kampus itu namanya.” Hardik Dea

karena merasa tidak setuju dengan perkataan

Rizki.

“hehe.. habis aku ngantuk banget Dea.. eh

kamu sendiri mau kemana? Ada kelas nggak?”

jawab Rizki memperbaiki suasana.” Ada tapi

jam ketiga, sama kayak kamu, aku mau ketaman

aja duduk dan baca buku di sana, mending kamu

ikut aku ketaman dari pada di perpus cuman

buat tidur aja!” ajak Dea dengan senyum

manisnya, sungguh Rizki benar-benar tak

berdaya dibuatnya dan Rizki tak mampu menolak

ajakkan Dea. Seakan-akan dia terhipnotis oleh

senyuman itu.” Iya deh ayo!” kata Rizki

setuju.” Ayo!” mereka berdua berjalan di

lorong kampus dengan Dea berada di depan dan

Rizki di belakangnya. Rizki tak menyangka

Page 18: Karya Anak BKSM SAKSI-01

18 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

bahwa mimpinya semalam membuahkan hasil

seperti ini.

“aduuuh aku nggak nyangka akan jadi seperti

ini bisa berduaan sama Dea, hahaha ini ni

yang namanya anugrah di balik musibah asiik.”

Batin Rizki riang gembira karena akan duduk

berdua di taman dengan gadis pujaannya. Tak

terbayang dalam benak Rizki betapa gembiranya

dia dengan suasana seperti itu.

Di taman itu terdapat sebuah bangku yang

lumayan panjang, di sana mereka duduk berdua.

Awalnya mereka hanya terdiam tak satu patah

kata pun keluar dari mulut mereka. Dea

membuka ransel kecilnya dari dalam ransel itu

dia mengeluarkan sebuah buku kecil tidak

terlalu kecil seukuran buku tulis dan mulai

membacanya. “aduuuh aku harus ngapain nih?

Masak aku cuman bengong aja sih sedangkan Dea

lagi baca buku, jadi nggak seru nih.” Gerutu

Rizki dalam hati karena merasa suasana saat

itu terasa hambar tidak ada sensasi yang

menarik.

“ah mending aku dengerin musik aja biar nggak

terlalu garing, Dea baca buku dan aku

dengerin musik jadi kita punya kesibukan

sendiri hehe.” Pikir Rizki yang mulai bosan

dengan suasana yang tidak asik itu.

Senandung lagu yang menyejukkan hati mulai

terdengar di telinga Rizki, dengan earphone

yang menempel di telinganya ia mulai terbawa

suasana dengan lagu paforitnya. Ia terbawa

dalam hayalan tingkat tinggi seperti syair-

syair lagu itu menghipnotis dirinya.

Sedangkan di sampingnya terlihat Dea sedang

pokus membaca buku. Lembaran demi lembaran

Page 19: Karya Anak BKSM SAKSI-01

19 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

telah ia baca kemudian ia menutup bukunya dan

mukanya sedikit mendongak keatas,

pandangannya terlihat kosong dan tiba-tiba

air matanya menetes dari dari pipinya yang

putih mulus itu. Tidak tahu apa yang sedang

terjadi pada dirinya dalam sekejap wajah yang

tadinya terlihat ceria dan senyuman yang

begitu manis berubah menjadi raut muka yang

muram sehingga terlihat kesedihan dalam

dirinya.

Awalnya Rizki belum menyadri apa yang terjadi

pada gadis manis yang ada di sampingnya itu.

Ia masih terbawa ke alam hayalnya oleh lagu

yang diputarnya itu, ketika dia menoleh

kearah Dea dia begitu kaget dan langsung

mencabut earphone yang ada di telinganya.

“Dea! Kamu kenapa nangis? Siapa yang membuat

kamu nangis gini? Siapa? Siapa yang udah

bikin kamu netesin air mata kayak gini?”

bermacam pertanyaan terlontar dari Rizki akan

tetapi Dea hanya diam dan air mata terus saja

mengalis dari pelupuk matanya dan mengalir di

pipinya.

Rizki benar-benar bingung sekarang, apa yang

harus dia lakukan agar Dea tidak menangis

lagi. Ia tidak sanggup melihat gadis yang ia

cintai bersedih seperti itu. “siapa yang udah

tega ngelakuin ini sama kamu Dea? Tega-

teganya dia menyakiti gadis secantik dan

semanis ini.” Batin Rizki sembari kedua

tangannya memegang pipi Dea dan dengan ibu

jarinya ia menyeka air mata yang keluar dari

mata Dea.

“kamu kenapa nangis gini sih? Udah dong!

Kalau kamu ada masalah cerita aja sama aku!

Udah ya jangan nangis lagi!” hiburnya sambil

Page 20: Karya Anak BKSM SAKSI-01

20 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

terus menyeka air mata Dea. “Ki aku nggak

kuat lagi Ki.” Dea mulai berbicara sambil

terisak oleh tangisnya. “kamu nggak kuat

kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya

Rizki lagi. Dea kembali menangis dan tidak

mau menjawab pertanyaan Rizki,”ya udah nangis

aja dulu kalau suasana hati kamu udah mulai

membaik cerita sama aku apa yang udah terjadi

pada kamu!” Dea terus menangis dan pelahan

merebahkan kepalanya di bahu Rizki dengan

penuh kasih sayang Rizki membiarkan Dea

menyandarkan kepala di bahunya dan ia pun

mengusap kepala Dea dengan rasa sayang.

Setelah lama Dea menangis, perasaannya sudah

cukup tenang dan dia mulai bercerita tentang

apa yang terjadi padanya. “pacarku Ki… aku

berantem sama pacarku, aku nggak tahu aku

salah apa tiba-tiba aja dia marah-marah nggak

jelas gitu sama aku.” Cerita Dea sambil

terisak. “aku udah coba nanya baik-baik sama

dia tapi dia semakin marah sama aku. Akhirnya

aku udah nggak tahan lagi dan kami pun saling

bentak sampe-sampe dia nampar aku Ki, aku

ngerasa sakit sekarang Ki sakit banget hati

ini.” Terang Dead an air matanya metes lagi.

“apa? Dia sampe nampar kamu? Emangnya kamu

udah ngelakuin apa sih sampe dia marah kayak

gitu?” tanya Rizki dengan emosi yang meluap-

luap karena ia tidak rela kalau gadis yang

dicintainya itu disakiti oleh seseorang.

Rizki menjadi geram atas perlakuan pacar Dea,

ia ingin sekali menghajar orang itu sampai

orang itu tidak bisa menyakiti Dea lagi.

“aku juga nggak tahu Ki… tiba-tiba aja dia

kayak gitu aku juga heran apa maksudnya dia

marah-marah terus sampai dia berani nampar

Page 21: Karya Anak BKSM SAKSI-01

21 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

aku, apa dia udah nggak sayang lagi sama

aku?” jawab Dea tak kuasa menahan suasana

hatinya. “coba kamu pikir-pikir dulu mungkin

kamu lupa pernah ngelakuin sesuatu yang bikin

dia marah!” kata Rizki mencoba memberikan

saran pada Dea yang mulai menangis lagi.

“udah dong Dea jangan nangis lagi, aku nggak

mau liat kamu nangis gitu, kamu itu harus

kuat. Kamu harus jadi wanita yang tegar,

jangan hanya karena maslah seperti itu kamu

jadi lemah kayak gini. Aku yakin di balik

semua ini pasti ada sesuatu yang berharga

atahu bahkan lebih baik seperti yang kamu

alami sekarang. Tuhan itu maha adil Dea ingat

itu!” kata Rizki menceramahi Dea, ia sendiri

tidak menyangka bisa berkata seperti itu

bahkan dia sendiri sama seperti Dea yang

gampang putus asa. Bahkan waktu ia mendengar

Dea udah punya pacar ia seperti orang yang

sudah tidak ada harapan untuk hidup lagi.

“makasi ya Ki kamu baik banget, kamu juga

perhatian banget sama aku. Sekali lagi makasi

ya, perasaanku sudah mulai membaik sekarang.”

Kata Dea terharu atas perhatian Rizki

padanya. “ya masama Dea, itu semua aku

lakukan karena aku sayang sama kamu.” Secara

tidak sadar kata-kata itu terlontar dari

mulut Rizki. “apa? Apa maksudmu sayang sama

aku?” tanya Dea heran.

“eh anu nggak ada aksud apa-apa kok Dea. Aku

kan temen kamu jadi sesama teman harus saling

menyayangi kan?” ucap Rizki mengalihkan

suasana. Ia kebingungan, tidak tahu mau jawab

apa. Kalau ia jujur dengan perasaannya ia

rasa suasananya tidak tepat. Apalagi Dea

sedang ada masalah dengan pacarnya.

Page 22: Karya Anak BKSM SAKSI-01

22 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Rizki

dan Dea harus masuk ke dalam kelas karena

masih ada mata kulaih yang harus mereka

ikuti. “eh udah jam segini, kamu nggak masuk

Dea?” tanya Rizki karena tersadar bahwa ada

ata kulaiah yang harus ia ikuti. “emang udah

jam berapa sekarang?” tanya Dea. “udah jam 3

nih ayo kita masuk! Tapi kamu udah baikan

kan? Kalo kamu belum baikan mending kamu

pulang aja takut nanti kamu nggak bisa

nguasai diri di kelas.” Jawab Rizki sambil

memberikan saran kepada Dea.

“aku uadag nggak apa-apa kok Ki, ayo kita

barengan ke kelas! Eh kamu di ruang berapa

Ki?” ucap Dea karena sudah merasa baikan dan

ia mengajak Rizki untuk masuk ke dalam kelas.

“ aku di ruang 11… kamu sendiri di ruang

berapa Dea?” Rizki balik bertanya sambil

mereka berjalan menuju gedung perkuliahan. “

kalau aku di ruang 12 jadi ruangan kita

berdekatan deh… makanya ayo cepat nanti telat

lo…” tegas Dea yang suasana hatinya telah

membaik berkat Rizki yang setia menemaninya.

Mereka terus berjalan menuju kelas mereka

yang berdekatan itu. Dalam hati Rizki

bersorak gembira karena bisa sedekat itu

dengan gadis pujaannya. Dia bisa melihatnya

dari jarak sedekat itu. Ruang 11 dan 12

terletak di lantai dua jadi mereka harus

menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua.

ketika sedang menaiki tangga, ternyata banyak

orang yang berada di sana, ada yang naik dan

ada juga yang turun. Karena tangganya terlalu

sempit maka setiap orang harus berdesakan

untuk melewatinya.

Page 23: Karya Anak BKSM SAKSI-01

23 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Di tengah desakan itu, tiba-tiba saja Dea

menggenggam tangan Rizki. Rizki pun kaget,

dan tak percaya hal ini bisa terjadi. Ia bisa

merasakan hangat dan lembutnya telapak tangan

Dea. Rizki berinisiatif untuk memegang erat

tangan tersebut agar tidak lepas karena

kesempatan ini harus ia manfaatkan dan jarang

juga bisa terjadi.

Ruang 11 sudah mulai terlihat, mereka masih

dalam bergandengan tangan. Mata mereka saling

menatap seperti dalam sinetron. “ ehemmmm

ehemmmm cie ada yang udah jadian nih…!!!”

teriak Dimas kepada mereka yang asik

bergandengan tangan. Dimas adalah sahabat

Rizki apapun masalah Rizki pasti Dimas tahu,

bahkan dialah yang mengenalkan Rizki kepada

Dea.

Dimas mengira Rizki dan Dea sudah jadian,

padahal mereka belum sadar atas apa yang

mereka lakukan sekarang. “kamu ngomong apa

sih Dim nggak jelas banget? Siapa juga yang

jadian?” bantah Rizki terhadap perkataan

Dimas. “ trus itu apa maksudnya?” tanya Dimas

sambil menunjuk kearah tangan Rizki dengan

mulutnya. “ itu yang mana?” Rizki balik

bertanya karena tidak mengerti dengan apa

yang dimaksud oleh Dimas. “itu tangan kamu…

kok erat banget megang tangannya Dea?” jelas

Dimas sambil menunjuk tangan Rizki. Dengan

rafleks Dea dan Rizki melepaskan tangan

mereka masing-masing. “ eh anu ini tidak

seperti yang kamu pikirkan Dim…” dengan

serempak kata-kata itu keluar dari muluk Dea

dan Rizki. Wajah mereka terlihat memerah

karena malu, mereka juga jadi salah tingkah

dan berbicara tidak karuan.

Page 24: Karya Anak BKSM SAKSI-01

24 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

“hahaha udah ngaku aja nggak usah

disebunyiin…!!” seru Dimas kepada mereka

berdua.” Beneran kok Dim, yang tadi itu, aku

Cuma bantuin Dea naik tangga aja soalnya tadi

di tangga banyak banget orang biar Dea nggak

kenapa-kenapa ya aku pegang aja tangannya

biar nggak jatuh” jelas Rizki panjang lebar.

“eh udah dulu ya aku mau masuk dulu dosennya

udah dateng tuh… daaa” kata Dea menyela

pembicaraan dan berjalan menuju kelasnya.

Dimas dan Rizki hanya bisa melihat Dea masuk

ke dalam kelasnya. “ eh apa yang terjadi

dengan kalian berdua tadi aku curiga sama

kalian berdua ayo ngaku apa yng udah kamu

kerjakan sama Dea tadi?” tanya Dimas yang

penasaran atas tingkah laku temannya itu. “

kamu ini mau tahu aja, ayo kita masuk itu

dosennya sudah datang kapan-kapan aku cerita

deh sama kamu” jawab Rizki dan kemudian

berjalan meninggalkan Dimas.

Di dalam kelas Rizki hanya membayangkan apa

yang telah terjadi tadi, dia merasa sangat

senang. Tapi dia juga merasa kesal dengan

perlakuan pacar Dea terhadap Dea. Dia tidak

rela kalau Dea diperlakukan seperti itu.

Hari itu adalah hari yang penuh dengan

kejutan bagi Rizki, dari mimpinya yang aneh

dan menyeramkan itu berubah menjadi suatu

yang indah dan ia juga masih merasa kesal

dengan apa yang telah dialami oleh Dea.

-*0*-

Page 25: Karya Anak BKSM SAKSI-01

25 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

UANG KAGET

Oleh: Rohmi Hafizah

Di luar gerimis sementara malam semakin

larut tapi pak Karmin masih tak bisa tidur,

diseduhnya secangkir kopi yang tinggal

beberapa sendok, disisakannya sedikit untuk

esok pagi, selang beberapa saat terdengar

suara ribut-ribut dari kejauhan, ia diam

memasang telinga lekat-lekat.

“Kejarr..kejarr..maliiing..maliingg..”. Ia

penasaran dibukanya sedikit pintu, suaranya

semakin dekat dan Seseorang tiba tiba

memaksa masuk kedalam rumah, wajahnya

bersimbah darah, memar-memar bekas pukulan.

“Tolong selamatkan saya pak” pintanya

mengiba Pak Karmin tak sampai hati sebab

orang orang di luar sana bisa saja

membunuhnya. “Sembunyi di belakang “

jawabnya. Dan ketika suara kerumunan orang

semakin dekat pak Karmin membuka pintu.

“Ada apa ini ?” Tanya pak karmin pada

seseorang di antara mereka. ”Bapak lihat

seseorang berlari kearah sini?” orang tadi

kembali bertanya. ”Tidak ada pak” Mendengar

jawaban itu mereka berlalu.

Pak Karmin menutup pintu rapat rapat

kemudian bergegas ke belakang rumah. Gelap,

Page 26: Karya Anak BKSM SAKSI-01

26 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

tak ada siapa-siapa, diperiksanya lagi

mungkin di balik tumpukan barang-barang

rongsokan pikirnya, juga tak ada. Dilihatnya

jendela kecil di ujung terbuka. Ia kabur,

laki-laki jangkung berbadan kurus itu

kembali ke kamar, dilihatnya istri dan kedua

anaknya masih tidur pulas, iapun rebah.

Malam lelap lagi, seolah tak terjadi apa-

apa. Kembali senyap. Kecuali sekali dua kali

terdengar erangan rel kereta api yang

melintas. Hingga subuh tiba, semua masih

tenang-tenang saja. Bu marinah membuka

jendela agar ruangan yang terbuat dari kayu

bedek sedikit lebih terang sebab lampu

kuning 5 watt yang bergelantungan di langit-

langit sudah beberapa hari tak lagi bisa

menyala. Setelah shalat subuh dibereskannya

tumpukan barang-barang rongsokan yang

berserakan di belakang rumahnya yang sempit.

Dinyalakannya kompor, sambil memerika beras

yang mungkin hanya bisa untuk makan dua hari

lagi, itupun warnanya sudah kecoklatan dan

penuh kutu. Ia menghebuskan nafas karena tak

sampai hati memasak beras yang sudah

berwarna kecoklaan untuk suami dan anak-

anaknya, tapi harus bagaimana lagi.

Setelah shalat, pak Karmin duduk-duduk di

ruang depan, entah itu bernama ruang tamu

Page 27: Karya Anak BKSM SAKSI-01

27 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

atahu ruang kelurga karena semuanya menyatu

dan sempit. “Bu seduhkan kopi” pinta pak

Karmin “Kopinya habis pak”. “Lah tadi malam

masih ada kok, bapak yang sisain”. “Kopinya

habis tumpah, bapak sih toplesnya tidak

ditutup rapat, gulanya juga berceceran, lain

kali hati hati pak” istrinya ngedumel. Pak

karmin diam saja, tidak perlu menceritakan

kejadian tadi malam pikirnya. Tapi tak lama

setelah itu bu Marinah memanggil sedikit

keras “Pak..pak..sini cepat!“. “Ada apa?”

Tanya pak karmin heran. Bu Marinah menunjuk

sebuah tas besar. “Ini milik siapa pak?“.

“Mana bapak tahu“. Pak Karmin mendekati tas

tersebut, ia mencoba memeriksanya terlebih

dahulu. Di ingat-ingatnya lagi, yang

terpikirkan hanya maling tadi malam. Memang

tak sempat diperhatikannya apa yang di bawa

laki-laki bersimbah darah tersebut karena ia

sangat gugup dan takut. “Kita buka saja

pak“. “Jangan Bu “ cegahnya. Kemudian pak

Karmin menceritakan peristiwa tadi malam

“Biarkan saja disitu bu, mungkin saja nanti

orang tersebut kembali mengambilnya, jangan

disentuh apalagi dibuka, nanti kita ikut

kena getahnya“. Bu Marinah manggut-manggut.

Ditutupnya tas tersebut dengan sebuah

karung.

Page 28: Karya Anak BKSM SAKSI-01

28 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Seperti biasa jam 07.30 anak-anak pak Karmin

sudah berangkat sekolah, kakak beradik itu

berangkat sekolah berjalan kaki, tak ada

sepeda, semua sudah dijual bersama TV dan

barang berharga lainnya. Semenjak pak Karmin

diPHK keadaan semakin sulit, ia kemudian

memutuskan menjadi tukang parkir di sebuah

toko dan istrinya mencari barang barang

bekas untuk di jual.

“Bu, coba belikan kopi di warung“, pinta pak

Karmin yang tak terbiasa tanpa kopi. Selang

beberapa menit bu Marinah kembali membawa

bubuk kopi. Ia kebelakang sebentar kemudian

kembali membawa secangkir kopi dengan wajah

pucat. “Tadi di warung saya dengar maling

yang tadi malam meninggal di keroyok warga”

cerita istrinya. “Innalillah” Ucap pak

Karmin lirih. Dibenarkannya tempat duduknya,

raut wajahnya mulai berubah.

Hening sejenak,sampai bu Marinah angkat

bicara lagi.“Bagaimana dengan tas itu pak?”

kali ini pak karmin kebingungan, apa yang

harus dilakukannya pada tas tersebut. Ia

mulai berpikir untuk membukanya, ia ingin

tahu apakah tas itu berisi barang hasil

curian atahu barang milik si pencuri. Pak

Karmin menuju belakang rumah diikuti oleh

istrinya, dengan hati-hati ia dan istri

Page 29: Karya Anak BKSM SAKSI-01

29 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

membuka tas tersebut. Dan alangkah kagetnya

mereka ketika lembaran uang berhamburan

keluar seperti sudah sesak berada di dalam

tas. Pasangan suami istri itu terbelalak,

matanya seperti hendak meloncat keluar, tak

ada suara untuk beberapa saat, mereka saling

pandang.

“Pak?” kini Bu Marinah mulai membuka suara

meski lirih. “Ini mungkin hasil curian bu”

katanya sambil menggelenng-gelengkan kepala

“Kita serahkan saja ke polisi pak”. “Tunggu

dulu, sepertinya ada dompet juga” pak Karman

merogoh tangannya lebih dalam dan mengangkat

sebuah dompet berwarna hitam mengkilat ia

membukanya dan mengeluarkan satu persatu

kartu di dalamnya. Ia menemukan sebuah kartu

nama tertera nomor telepon dan alamat rumah.

“Ini ada alamatnya bu, kita kembalikan saja

langsung ke rumahnya, kalau kita ke polisi

bapak khawatir kita malah terkena imbasnya”.

“Kalau begitu kita segera kembalikan saja

pak, pasti yang punya sangat khawatir”.

“Tapi bapak pergi bekerja dulu, tidak ada

untuk ongkos dan makan hari ini, ibu tunggu

saja sampai bapak pulang” jelas pak Karmin

yang dibalas dengan anggukan sang istri.

Pak Karmin bekerja seperti biasa, menjadi

tukang parkir di sebuah toko. Tak berani

Page 30: Karya Anak BKSM SAKSI-01

30 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

disentuhnya uang itu sepeserpun, kalaupun ia

mau, ia bisa mengambil selembar saja toh

tidak ada yang tahu, ia dan keluarga bisa

makan enak dan tidak perlu capek capek

bekerja, tapi ia faham betul uang-uang itu

bukan miliknya.

Sedangakan sang istri memutuskan untuk tidak

pergi bekerja, ia tak berani meninggalkan

uang begitu banyak dalam keadaan rumah

kosong. Hingga malam menjelang pak Karmin

sudah bersiap siap untuk mengembalikan uang

tersebut kepada pemiliknya. Dilihatnya

alamat yang tertera pada dompet, tidak

terlalu jauh pikirnya. Ia bungkus tas itu

dengan sebuah karung bekas agar orang lain

tak curiga. Setelah shalat magrib ia

berpamitan pada istrinya dan mencari angkot,

tak lupa ia membawa payung karena di luar

mulai gerimis. Sesampainya di alamat yang

dituju ia terbelalak lagi, rumah itu begitu

besar dan megah. Sangat berbeda jauh

rumahnya yang sempit dan hanya terbuat dari

triplek. Tak henti-hentinya ia takjub. Pasti

pemiliknya orang yang sangat kaya, pantas

saja diincar maling, pikirnya. Pak Karmin

kemudian menghampiri gerbang dan memanggil

satpam. Tapi satpam tersebut terlihat enggan

beranjak dari tempat duduknya, mungkin

Page 31: Karya Anak BKSM SAKSI-01

31 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

dikiranya pengemis atahu orang meminta

sumbangan. Ketika satpam hendak berdiri,

seorang laki-laki berpakaian rapi keluar.

Berbadan pendek, rambutnya tipis hampir

botak mirip dengan foto yang ada di dompet.

Satpam bergegas membukakan gerbang. “Pak,

saya ada perlu dengan bos bapak” kata pak

Karmin. “Ada perlu apa pak?”. “Saya ingin

mengembalikan dompet yang hilang, ini ada

alamatnya disini” Jelas pak Karmin sembari

mengeluarkan sebuah dompet. “Tunggu

sebentar” pinta satpam tersebut. Satpam

tersebut menghampiri bosnya. Dari kejauhan

ia melihat mereka berbicara sebentar sebelum

pak satpam kembali. “Silahkan masuk”.

“Terimakasih” jawab pak Karmin yang dibalas

dengan anggukan. Pak Karmin menghampiri si

Bos dan menyalaminya. “Saya Karmin pak”. “Oh

ya ya, benar bapak menemukan dompet saya?”

Tanya bos tersebut tanpa basi basi. Pak

Karmin buru buru membuka karungnya,

mengeluarkan tas dan dompet yang ia temukan.

Ia menceritakan bagaimana tas dan dompet

tersebut berada dalam rumahnya. Si bos hanya

mengangguk angguk. “Pasti berat rasanya

kehilangan barang berharga seperti ini pak,

makanya setelah tahu disini ada alamatnya

saya langsung buru-buru mengembalikan”

terang pak Karmin

Page 32: Karya Anak BKSM SAKSI-01

32 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

“Ah, iya iya lumayan. Disini ada KTP, SIM,

ATM dan kartu kartu penting lainnya. Waktu

itu saya sedang dalam perjalanan pulang,

tiba-tiba ada orang mencegat saya di tengah

jalan, mereka membawa golok, dari pada nyawa

saya dihabisi saya serahkan saja tas yang

berisi uang ini, toh uang bisa dicari tapi

nyawa?” Ceritanya panjang lebar “Tapi setelah

beberapa saat saya sadar di sana juga ada

dompet, seharusnya saya ambil dompetnya dulu

karena banyak kartu penting yang pastinya

tidak berguna untuk si pencuri ,ketika

beberapa saat setelahnya saya bertemu dengan

preman-preman dan meminta bantuan kepada

mereka” Lanjutnya lagi. Sesekali diusapnya

kepalanya yang berambut tipis. Perut

buncitnya turun naik. Pak Karmin sedikit

kaget, kehilangan barang seberharga itu

katanya hanya lumayan. Dia seperti tak

terlalu merasa kehilangan. Ah, si pencuri itu

sampai kehilangan nyawa, sementara bagi si

bos uang itu mungkin tak terlalu di

hiraukannya.

“Ah iya,maaf sebelumnya pak saya sedang buru

buru, ada undangan yang harus saya hadiri

saat ini” Pinta si boss. “Oh, tidak apa-apa

pak, saya juga harus pulang” sambil

menyodorkan tangan hendak menyalami. “Tunggu

sebentar pak” Kata si bos sambil membuka

Page 33: Karya Anak BKSM SAKSI-01

33 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

pintu mobil di ambilnya dua buah amplop

berukuran besar, dimasukkannya lembaran

lembaran uang sampai amplop penuh. “Anggap

saja ini sebagai ungkapan terimakasih,

terimalah” Pinta si bos. Kali ini pak Karmin

lebih kaget lagi, bahkan lebih kaget dari

ketika ia menemukan uang tersebut. Tak tahu

apa yang harus ia katakana, ia masih tak

percaya dengan kata-kata si Bos.

“Buat saya pak?” pak Karmin memastikan masih

tak percaya. “Iyaa,ambillah,bisa untuk

sekedar jalan-jalan dengan anak istri” Jawab

si bos dengan tawa terkekeh. Ini bukan lagi

untuk sekedar jalan jalan dengan anak istri

pak,ini bisa untuk menambah istri jawabnya

dalam hati. Diterimanya dua buah amplop besar

tersebut dengan tangan gemetar, dilihatnya

lagi, kali ini dengan raut wajah yang tak

bisa ditebak, serupa orang habis menenggak

racun kecoak, pucat pasi. “Sudah ambillah,

saya harus segera pergi, sekali lagi

terimakasih, sekarang ini sulit menemukan

orang jujur seperti bapak, hati-hati di

jalan”. “Sama-sama pak” Jawab pak Karmin

singkat. Si bos berlalu dengan mobilnya. Pak

Karmin buru-buru memasukan uang tersebut ke

dalam karung, setelah berpamitan dengan

satpam ia menininggalkan halaman rumah mewah

tersebut.

Page 34: Karya Anak BKSM SAKSI-01

34 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

***

Hujan makin lebat, tapi ketegangan yang tadi

ia rasakan mulai mencair. Ia pulang dengan

sedikit tergesa gesa dengan mengapit karng

miliknya agar tak basah. Setelah turun di

depan gang ia menengok kanan kiri, pintu-

pintu rumah tetangga sudah tertutup rapat

meski jam masih menunjukan pukuk 09:00 malam.

Dipercepat langkahnya agar cepat sampai, tak

dipedulikannya genangan air juga tanah yang

mulai melumpur memerciki kakinya.

Setibanya di rumah digedornya pintu yang

sudah tertutup rapat, tak lama kemudian pintu

terbuka, melihat suaminya basah kuyup bu

Marinah bergegas mengambil handuk dan pakaian

ganti. “Bagaimana pak, sudah dikembalikan

uangnya?” Tanya bu Marinah penasaran “Iya bu

sudah” kemudian mengengeluarkan dua buah

amplop yang di berikan bos tadi. “Ini

pemberian pemilik tas tadi Bu, katanya

sebagai ucapan terimakasih” cerita pak Karmin

sambil mengeluarkan isi amplop. “Astaga,

banyak sekali pak?” bu Marinah tak kalah

kaget. “Bapak juga tadinya berpikiran begitu

bu, uang ini terlalu banyak kalau sebagai

ucapan terimakasih”. “Tapi ya mungkin ini

rejeki kita bu, kita sukuri saja, mungkin ini

terjadi sekali seumur hidup yang penting ini

Page 35: Karya Anak BKSM SAKSI-01

35 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

halal, bukan hasil curian atahu korupsi”

lanjutnya. “Kalau begitu besok kita bisa

belanja ya pak, belikan televisi, sepeda buat

anak-anak, kita juga bisa membuat usaha”

Pinta bu Marinah. Kali ini dengan sedikit

senyuman genit. “Tentu saja” jawabnya sambil

mencium kening sang istri.

***

Keesokan harinya pak Karmin dan istri pergi

berbelanja. Dibelinya kopi satu dus, sembako,

sepeda untuk sekolah anak-anak, pakaian dan

tak lupa televisi. Setelah membeli semua

kebutuhan dan berjalan-jalan seharian,

mereka pulang menjelang malam. Setibanya di

rumah dinikmatinya hasil belanjaan tadi,

pakaian dan makanan enak, malam itu kelurga

tukang parkir itu tidur sangat pulas ,entah

karena kelelahan atahu baru kali ini merasa

tidur tanpa beban, mungkin karena mereka

berpikir besok tak perlu menjadi tukang

parkir atahu tak perlu berkeliling untuk

mencari barang bekas lagi.

Paginya keluarga itu terbangun dengan senyum

sumringah siap menyambut hari-hari yang lebih

baik, Bu Karmin tidak lagi memasak beras

coklat penuh kutu, kali ini beras putih

besar-besar dengan lauk ayam dan sop yang

enak. Menikmati sarapan sambil menonton

Page 36: Karya Anak BKSM SAKSI-01

36 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

infotainment seperti orang-orang kaya dan

tentu saja bisa bergelas-gelas kopi yang tak

habis habis, kelurga tersebut terlihat

bahagia.

“Ayo pak sarapan sudah siap” ajak istrinya.

Pak Karmin tak menjawab, tapi langsung duduk

di depan hidangan dan menyalakan televisi.

Istri dan anak-anaknya makan dengan lahap, ia

tersenyum senang, ia pun menyuap nasi di

piringnya.

Sebuah stasiun telivisi menampilkan sebuah

berita “Hari ini Bapak Budiantono Bagyo

Subroto dinyatakan sebagai tersangka kasus

korupsi hambalang, kerugian Negara ditaksir

mencapai ratusan milyar rupiah”. Pak Karmin

mengalihkan perhatiannya pada telivisi, pak

Karmin terbelalak, nasi yang disuapnya

tercekat ditenggorokan, ditelan tak bisa

dikeluarkanpun enggan. Kali ini ia jauh lebih

kaget dari kekagetannya yang tak habis habis,

betapa tidak, tersangka kasus korupsi yang

dimaksud di televisi itu adalah si bos yang

memberinya uang. Di lepasnya piring yang ia

pegang, nasi putih gendut seukuran biji

jagung yang baru pertama kali dirasakannya

dan lauk ayam dan sop enak buatan istrinya

itu tiba-tiba terasa hambar, ia tak nafsu

Page 37: Karya Anak BKSM SAKSI-01

37 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

makan. Sementara anak dan istrinya masih

makan dengan lahap.

-*0*-

Page 38: Karya Anak BKSM SAKSI-01

38 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Page 39: Karya Anak BKSM SAKSI-01

39 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

PUISI

Page 40: Karya Anak BKSM SAKSI-01

40 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Page 41: Karya Anak BKSM SAKSI-01

41 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Cerita Ketakutan

Yang pernah terlihat

tak selamanya dapat kau mengerti

Begitu juga ketakutan,

tak selamanya mampu mengalahkan

kadang gelap akan menjadi indah

kala kau jenuh dengan gemerlap

Ini sebuah kejujuran

tentang baik dan buruk

Hanya saja sepertinya

tak cukup waktu untuk dapat kau mengerti

Sebab segala yang kau lewati

tak selamaya kau sadari

Selayak udara yang begitu saja

keluar dan masuk dalam ragamu

Tak ada keniscayaan untuk kau lupa

Dan semua kerinduan yang kau rasa

Berlalu begitu saja

Karena tak pernah kau resapi

Dan penolong sejati itu berwujud mimpi

Page 42: Karya Anak BKSM SAKSI-01

42 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Meniti kenangan

Ini tentang kita,

semua yang telah terlewati

seperti senja yang hilang terganti malam

tak ada yang kuasa untuk menahan

Ini tentang kita,

seperti menanti keajaiban

untuk mengulangnya kembali

dan kita akan terus menanati

Ini tentang kita,

seperti bunga yang tak sempat berwarna

seperti nyanyian yang tak pernah dilagukan

Page 43: Karya Anak BKSM SAKSI-01

43 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Ini tenatang kita,

bukan sekedar apa yang pernah terlihat

bukan juga apa yang pernah terdengar

Ini tentang kita,

yang terus berlayar tanpa ingin berubah

yang terus ingin berlari tanpa ingin

berjalan

Ya,ini tentang kita,

kita tak akan terjebak dengan aku dan kamu

semua tersadar bahwa ini adalah “kita”

Page 44: Karya Anak BKSM SAKSI-01

44 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Penyesalanku

Oleh: Siti Syariah

Ibu..ibu..ibu..

Kau yang selalu ada untukku

jasamu begitu banyak

hingga aku tak mampu membayar semuanya

masih teringat jelas di ingatanku

harapanmu melihatku terbang bebas

meraih mimpi

Pesan itu..yaa..!!

ibu selalu berpesan kepadaku

“jangan menikah dulu anakku,

lihatlah betapa sulitnya

ibumu ini mencari uang”

Kata kata yang sering terdengar

ditelingaku

hingga aku hanya menjawab “iya bu !!“

jawabku kasar

jawaban yang tidak pantas terdengar di

telinga ibu

Page 45: Karya Anak BKSM SAKSI-01

45 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Kebiasaanku berkata kasar

bibirku yang tidak terlatih berkata manis

kelakuanku yang tidak habisnya bertingkah

tapi ibu tetap saja

menerimaku,menyayangiku

layaknya aku tidak pernah salah di

hadapanmu

ibu..ibu...

maafkan anakmu ini ibu..

Page 46: Karya Anak BKSM SAKSI-01

46 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Seribu Kata yang Kulontarkan

Bila Bersua Denganmu

Oleh : Cici Suryaningsih

Untuk siapa?

Tatapan itu untuk siapa?

Senyum itu untuk siapa?

Sapaan hangat, panggilan lembut itu untuk

siapa?

Cinta yang selalu kau banggakan itu untuk

siapa?

Petikan senar gitar itu untuk siapa?

Lagu lagu yang kau dendangkan setiap malam

jadi penghantar tidur itu untuk siapa?

Perubahan yang kau tunjukkan dari ujung

rambut sampai ujung kaki iyu untuk siapa?

Dan yang terakhir, sebenarnya yang kau

pilih itu siapa?

Page 47: Karya Anak BKSM SAKSI-01

47 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Pertanyaan ini tidak akan bosan kuulangi

sampai seribu kali

sampai jawabanmu tak abu abu lagi.

Bila jawabanmu memaksa membuat aku tak

merindukanmu lagi

cukup,terimakasih telah membuatku mengemis

karena cinta

luka yang kau toreh beserta kenangan

manismu akan kubungkus rapi

dalam peti mati !!

Page 48: Karya Anak BKSM SAKSI-01

48 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Statusmu

Oleh : Cici Suryaningsih

Kau tak menginginkan aku yang dulu

kau juga tak menginginkan aku yang

sekarang

yang kau inginkan aku yang kemarin

Bagaimana jika aku mengungkap hal yang

sama

akankah kau berbalik menoleh padaku

Lucu,,

berjumpa denganmu seolah tak terjadi apa

apa

Cinta,kasih,sayang

hanya teori bagimu

aku butuh teorema bukan teori

yang menjadi menu wajib yang kusantap

setiap hari

Kau terlalu menganggaap remeh

padahal permintaanku tak banyak

tak bisakah kau melihat hanya kepadaku ???

Page 49: Karya Anak BKSM SAKSI-01

49 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Basi Buat Mereka yang Tak Mengerti

Oleh: Cici Suryaningsih

Ini sebenarnya hal sepele yang tak perlu

di perbincangkan di meja makan

hanya saja gonggongan itu

selalu memekikkan telinga

disaat candaan yang diguluti cemooh itu

membuat suasana kian terasa tak bermakna

lagi.

Yang perlu kau tahu,

jawabanku cukup simple

“Aku tak mau menjadi orang yang munafik

yang hanya setia pada satu nama,

aku bukan manusia yang diciptakan tanpa

perasaan,

kita ini insane yang berbeda,hati kita tak

sama,hanya saja kalian terlalu

mendramatisir semuanya”

Page 50: Karya Anak BKSM SAKSI-01

50 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Dikala kau ingin bibir ini bersuara,

cukup kau dengar,

resapi dan maknai dalam dalam

karena itu yang ingin kalian dengarkan

bukan ??

Satu lagi,,

jangan pernah melemparku dengan

pertanyaan-pertanyaan yang sama ,

karena jawabanku akan tetap sama

Wajar jika saat ini egois menemani

karena anjing tak ingin di salahkan lagi

!!

Page 51: Karya Anak BKSM SAKSI-01

51 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Kekuatan

Oleh: Rabiatul Adawiyah

Samudra menampar

karang karang lancing melawan

aku tak kuasa di penjara kegelisahan

hatiku menjerit ingin berteriak sekeras

kerasnya

ingin melawan dan menerjang

bagaimana bisa aku tersenyum tanpa nafsu ?

dimana ada amarah tanpa kecewa

ada setitik cahaya putih yang membulatkan

tekadku,untuk terus berjuang

melawan arus

hingga sampai ketepian

aku selalu berusaha menetralisirkan

perasaan juga menghantam dada

tekad yang kuat untuk meraih cahaya cinta

dan memanjakan mata setiap insan

yang memandang indahnya berjuta warna

pelangi

karena,ku ingin menjadi salah satu dari

pelangi

Page 52: Karya Anak BKSM SAKSI-01

52 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

KOTANYA PARA METROPOLITAN

Oleh : Arianto Yahya

Ohhmmm…

Ketika ku buka mata di pagi hari

Terdengar suara kicauan burung nan merdu

Menjadi pertanda bawah pagi ini adalah

pagi yang cerah

Walaupun suara kendaraan pagi yang

mengaung

Seolah-olah kicauan burung tak mau kalah

akan hal itu

Tapi.. lama kelamaan kicauan itu makin

jauh,,jauhh, dan lebih jauh..

Seakan-akan mereka sirna dari telingaku.

Yang hanya bisa ku dengar sekarang

hanyalah suara kendaraan para penghuni

kota metropolitan ini

udara yang tadinya segar,, sekarang

menjadi panas dan berdebu

kota yang tadinya indah

seakan sekarang menjadi kota yang ternodai

darah kotor yang menghuninya.

Page 53: Karya Anak BKSM SAKSI-01

53 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Kupu-kupu dan burung, mulai meninggalkan

kota ini

Bahkan kehijauan pepohonan makin memudar

Dan sekarang kota ini menjadi kota para

pengendara saja..

69 tahun Indonesia merdeka

Tapi sampai sekarang kami belum merasakan

kemerdekaan itu

Banyak diantara kami yang masih kelaparan

Dan bahkan tempat tinggal yang tak layak

untuk di huni

Apa pantas keadaan itu di katakan

merdeka.?

Di negeri ini merdeka masih menjadi

misteri

Entah kapan misteri itu terpecahka.

Page 54: Karya Anak BKSM SAKSI-01

54 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Demi Sebuah Nama

Oleh : Arianto Yahya

Dengan modal tekat yang kuat

Aku melangkahkan kaki mencantumkan namaku

dalam kertas putih itu

Walaupun duri menusuk telapak kakiku

Walaupun hujan membasahi tubuhku

Walaupun panas membakar kulitku

Aku tak pernah berpikir untuk mundur

Dipermalukan, dicaci dan dimaki

Tak pernah ku hiraukan

Sempat aku ingin melawan

Bahkan sempat aku ingin mundur

Tapi berkat keyakinan dan kegigihanku

Keinginanku untuk menjadi salah satu

bintang di langit

Telah tercapai.

Dan sekarang setelah aku menjadi bintang

Aku akan berusaha agar aku bisa menjadi

bintang yang paling terang

Agar langit tempatku berpijar

Bangga akan kehadiranku..

Page 55: Karya Anak BKSM SAKSI-01

55 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Jeritan Rakyat

Oleh : Rohana Sulistiana

Diatas bumi pertiwi ku injakkan kaki

Bernaung dengan sejuta harapan

Berjuta jiwa mengais untuk mendapat pelita

Tapi apa.. ?

Mereka dicampakkan layak barang bekas

tiada arti.

Wahai penguasa negeriku !

Dimana kebijakanmu ?

Dimana kau tumpahkan janj janji Teriakanku

tak berguna Tangisku diabaikan !

Jiwaku, bagai mayat hidup yang berjalan !

Page 56: Karya Anak BKSM SAKSI-01

56 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Rasaku Tak Tertahan

Oleh : Rohana Sulistiana

Pagi dihiasi mendung

sangat terasa dalam jiwa yg hampa

titik kejenuhan mulai terasa seakan

mengarungi lautan kehidupan

ingin rasanya menari dengan keadaan

tapi,,,

semua tak mungkin

rasaku tertahan dgn hadirnya kabut dalam

pikiran yg mengotori otak

kumenanti sang hujan

namun hanya mendung yg ada

memandang langit tujuan mendapat jawaban

Page 57: Karya Anak BKSM SAKSI-01

57 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Do’a

Oleh: Rohmi Hafizah

Warna jingga di wajahmu serupa

deraian musim dingin dan kau hanyut

terbawa derasnya kenangan

Pada setiap kenangan yang kau kemas

menjadi bingkisan luka yang kau ratapi dan

selalu berakhir

pada derai air mata

Semusim lagi kataku,

kuharap kau lelap dalam mantra-mantra maaf

sekalipun sekap gigil kali ini tak bisa

terhangati

Pada dalamnya sesal kusebut namamu

satu satu didalam

doa-doa tak berkesudahan

‘Semoga di musim-musim nanti kau tak

sendiri’

Page 58: Karya Anak BKSM SAKSI-01

58 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

======================================

Oleh: Rohmi Hafizah

A...a...a...a...a...a...!!!

ingin berteriak ku di lautan lepas!

sepiku di tengah ramai!

gelapku di bawah cahaya!

heningku di tengah bingar!

Lelahku sudah lama tak bisa lelap

sebab air mata tarlalu banyak hilang

aku lupa,

sudah sejauh mana aku hitam,

karena kelam tak juga bisa hilang

meski terguyur hujan….

GALAU sialan !

Page 59: Karya Anak BKSM SAKSI-01

59 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Gosip

Oleh: Rohmi Hafizah

Penatku di sini !

di antara bising suara suara tak bertuan

kasak kusuk wajah wajah tak berbentuk

hanya mulut lebar menganga berbau busuk !

suara itu terkadang nyaring melengking

memekak !

tinggi menapaki tembok tembok ,gedung

gedung bahkan gunung !

tapi terkadang lirih melewati telinga

telinga berbisik licik !

achhh GOSIP !!

Page 60: Karya Anak BKSM SAKSI-01

60 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Tak Ingat Waktu

Oleh: Rohmi Hafizah

Sudah pagi??

siang?

malam?

sudah pagi lagi??

waktu lebih cepat berlari deri detak

jantung kita sendiri

sementara kita MENUA masih tak tahu arti!

masih tak tahu diri!

Page 61: Karya Anak BKSM SAKSI-01

61 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Sendawa

Oleh: L. Refi J.

Ilusi itu membuatku takut, sejak ku

putuskan tuk menggulung benang asa masa

remajaku,

Bersama_Mu itu yang ku mau, Dulu !

tapi raga ku seakan tak lagi menyatu,

ketika logikaku mencoba mengagungkan_mu.

Tak ku temui sedikitpun cela dalam

diri_mu,

tapi otak ku tak ingin durhaka, sedang

hati ku pun tak mampu berdusta bahwa,

buat_Mu sudah tak ada lagi Cinta.

Kini biarkan aku Bersendawa lega, Karna

aku sudah bukan tawanan pesona diri_mu

lagi.

Page 62: Karya Anak BKSM SAKSI-01

62 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Semu

Oleh: L. Refi J.

Aku sangka itu cinta, tapi ternyata itu

semua tak lebih dari sekedar luapan hasrat

Remaja

aku sangka akan abadi selamanya, tapi

ternyata hanya sekedar bayangan semu

fatamorgana

aku kira rasa itu murni dari hati, tapi

ternyata hanya pelampiasan hati sejoli

yang sepi

aku kira kita kan bersatu tuk selamnya,

tapi akhirnya tetap terpisah jua

Semuanya tak jelas awalnya dan tak

disangka akhirnya.

Page 63: Karya Anak BKSM SAKSI-01

63 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Over Mind

Oleh: L. Refi J.

Sungguh aku telah melampaui batas, telah

lupa akan tujuan utama diri diciptakan .

aku telah diperbudak oleh nafsu, dibutakan

oleh cinta tak bermata.

jiwaku meronta ingin dibebaskan, tapi

nafsuku menggelora menuntut di lampiaskan,

sedang batinku tersiksa oleh penyesalan.

apakah cerita cinta buta ini takkan pernah

berakhir ?

dan akan selalu menjadi duri di sepanjang

jalan kisah hidupku,

pelita hidup, apakah sudah tidak mungkin

lagi untukku peroleh ?

Page 64: Karya Anak BKSM SAKSI-01

64 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Ngambang

Oleh: L. Refi J.

Semuanya seolah mimpi disiang bolong

Sedih senang, suka duka, canda tawa,

semuanya tidak ada yang terlalu berarti

Bak bongkahan emas di kegelapan,

keberadaannya tidak ada yang tahu

Keberhargaanya tidak ada yang peduli,

tetap terpandang seperti batu

Sama tak ada kilauan, dan sama terasa

berat dan keras

Hanya sedikit pantulan cahaya yang dapat

membuktikan bahwa itu adalah emas

Benda padat yang harganya berlipat-lipat

Hidupku pun demikian, seolah tak berarti

lagi

Aku tak peduli lagi dengan impian

Tak ada lagi harapan masa depan

Tak ada lagi cita dan asa di masa

mendatang

Dan tak ada lagi bayangan kebahagiaaan

Sedikitpun….!

Page 65: Karya Anak BKSM SAKSI-01

65 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Asa Basi

Oleh: L. Refi J.

Terkadang aku mendambakan seseorang untuk

ku Sayangi

Menjadi hati ke-2 setelah hati ku ini

Yang membuat ku bahagia karena melihatnya

bahagia

Menghapuskan duka karena senyumannya

Mengajarkan akan arti Cinta yang

sebenarnya

Menjadikan hidup terasa lebih berharga

Menjadi pelita akan hidup yang sebelumnya

Meredup

Page 66: Karya Anak BKSM SAKSI-01

66 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Metamorfosa Dosa

Oleh: L. Refi J.

Sudah terlalu lama aku bergulat dengan

dimensi waktu, Hitam Putih sisi hidupanku

pun saling beradu berebut tahta tertinggi

singasana hatiku, kini ku sudah mulai

lelah dengan semua ini, ku tak tahu lagi

kemana harus ku bawa jiwa renta yang di

grogoti kusta ini, Hati ku sudah mulai

membusuk di grogoti ulat yang bahkan sudah

mulai beranak pinak menggantungkan

gulungan Pupa yang tak lama lagi akan

bermetamorforsa menjadi Larva, Iya, larva

yang kemudian menjelma menjadi ulat dewasa

berspesies Dosa.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi

ulat untuk mengubah dirinya menjadi kupu-

kupu yang indah untuk dipandang mata.

Dosa-dosa kecil ini terlalu cepat

menjelmakan dirinya menjadi kukpu-kupu,

Menggelapkan mata menggubah fitnah menjadi

Indah, Yaa Rabb, Tuntunlah hati Hamba_Mu

yang tengah berputus asa dan berkubang

dusta ini

Page 67: Karya Anak BKSM SAKSI-01

67 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Jera

Oleh: L. Refi J.

Meski tak bersuara, bukan berarti hati ini

mati rasa

Meski terlihat seakan Tuna Asmara, bukan

berati tak ingin bercinta

Asa selalu ada, cinta hadir di dalam dada

Tapi jiwa seolah meronta, Aku tak ingin

disakiti lagi,,!!!

Page 68: Karya Anak BKSM SAKSI-01

68 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Nina Bobo Sang Saka

Oleh: M. Awaluddin

Meretas ruang dan waktu antara revolusi

dan modernisasi..

Menguak jalan antara tua dan muda

Merintis sejarah dari darah hingga ke

gengsi

Menuntut balas pada bendera usang di ujung

negeri

“Perang telah usai ... “ kata veteran di

ujung sana

“Aman terkendali ... “ ucap tentara dari

seberang

“Ilmu itu menunggu .. “ sambut teriakan

oemar bakri

“Berisik .. aku sedang tidur .. “ pekik

muda – mudi

Bendera tanda merdeka itu, kini tak lebih

dari kain usang yang berkibar tak bermakna

Buku gudang ilmu itupun kini berserakan di

gudang gudang penampungan ilmu

Dirobek , dibakar, dibuang, jadi bungkus

gorengan, atahu bahkan jadi kiloan ..

Page 69: Karya Anak BKSM SAKSI-01

69 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Entah sudah berapa lama macan asia ini

ternina bobokan..

Jauh di dalam sana

Kuharap bendera tetap berkibar, walau

hanya sekedar berkibar

Ku harap buku itu tetap ada, walau hanya

pajangan semata

Yang utama, bangun dari nina bobo sang

saka merah putih lewat kata merdeka

Lebih utama, buka jendela-jendela duniamu

Srikandi srikandi oemar bakri menunggu

dengan sejuta senyum

Sudah saatnya

Pahlawan yang dulu berperang kini duduk

tenang dengan tanda jasanya

Tinggal pahlawan tanpa tanda jasa yang

terus berperang melawan rasa kantuk

kebodohan negeri

“Selamat hari pahlawan dan hari guru

Nasional Republik Indonesia!”

2014

Page 70: Karya Anak BKSM SAKSI-01

70 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Sementara Waktu

Oleh: Yunk

Aku ada dalam sejuta kegelisahanmu

Engkau hadir dalam penantian ini

Menyatu kita dalam samudera nan luas

Teguk demi teguk cinta,

Bekal perjalanan ini

Setidaknya harapan itu kian besar

Inilah perjalanannya

Pahit-manis.

2013

Page 71: Karya Anak BKSM SAKSI-01

71 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Berpaling

Oleh: Yunk

Tak akan lagi kuungkapkan

Terkutuklah aku dalam bisu

Takkan ada yang mampu menghalau

Kini biarlah aku begini

Badai datanglah

Banjir dalanglah

Engkau takkan bergeming

Dengan ini.

2014

Page 72: Karya Anak BKSM SAKSI-01

72 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Sajak Untuk Ayah

Part. 2

Oleh: Yunk

Sudah tak mampu lagi kusanksikan diam ini

Entah mimpi itu,

Atahu rindu yang terlalu dalam?

Hujan tak kunjung reda sejak siang tadi

Mengguyur seluruh tubuh ini hingga ke tulang

belulang

Rasa kantuk menjadi-jadi

Sejadinya pula pertikaian terus beradu

Ayah, bilakah kembali???

Ini anakmu rindu petikan tali senar gitarmu.

2014

Page 73: Karya Anak BKSM SAKSI-01

73 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Sajak Pengasingan

Oleh: Yunk

Aku melukis kesepian ini pada kanvas cinta

Dengan tinta pewarna duka

Tentunya dengan kuas berbulu rindu

Ingin aku hidup pada hamparan savanna itu,

Dengan sebuah gubuk.

Sakit, tak ada yang tahu

Mati,

Pun tak ada yang tahu

Biarlah aku dikubur Tuhan dengan gubukku

Karena aku hanyalah milik Tuhanku.

2014

Page 74: Karya Anak BKSM SAKSI-01

74 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Dulu

Oleh: Yunk

Kita pernah berjalan bersama

Meski tak berdampingan,

Meski langkah tak seiring,

Meski tak sejalan

Kita pernah bernyanyi bersama

Meski tak senada,

Meski tak seirama,

Meski lagu kita berbeda

Kita pernah merindu bersama

Sejatinya jua kita mencinta

Kau bahagia, kita tertawa

Kau terluka, kita berduka

Meski itu dulu.

2014

Page 75: Karya Anak BKSM SAKSI-01

75 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

=======================================

Oleh: Yunk

Setiap nafasmu adalah nafsu

Setiap penggalan katamu adalah dusta

Setiap langkahmu adalah hina

Serta gerak gerikmu derita

Kini usiamu hanya sisa

Meski termuntahkan gelak tawa

Aku tetap memandangmu luka

Sukamu tak bermakna

2014

Page 76: Karya Anak BKSM SAKSI-01

76 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

Penyesalan Senja

Oleh: Yunk

Pagi ini secangkir kopi hangat

Sepasang lalat mendekat

Hinggap pada cangkir melekat

Mereka bercumbu mesra nikmat

Tanpa malu mereka melihat

Aku menatap dengan penuh khidmat

Sementara perbincangan kita lambat

Sadarku hari siang amat

Tamat.

2014

Page 77: Karya Anak BKSM SAKSI-01

77 KAS (Karya Anak Saksi)

Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015

==========================================

Oleh: Yunk

Belum terlambat bila harus menyadari

Tanggal-tanggal kalender terus tertinggal

Ini sudah dekat

Kita masih senang menikmati

masa kanak-kanak pada dewasa ini

Kemunafikan terus terjual

“Selagi tak ada Tuhan”

Seperti itulah yang dapat kubaca

2015