perlindungan saksi dan - erepo.unud.ac.id

58

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id
Page 2: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id
Page 3: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN SAKSI DAN

KORBAN TINDAK PIDANA

TERORISMETERORISME

OLEH :

I B SURYA DHARMA JAYA

(Dosen FH Udayana)Makalah disampaikan dalam Workshop LPSK di Kuta - Bali

Page 4: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

SUBYEK YANG MENJADI

PEMBICARAANSaksi (KUHAP) Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan

tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia Iihat

sendiri dan ia alami sendiri.

Saksi (UUPSK) Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu tindak pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu tindak

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia

alami sendiri.

Saksi Pelaku (UUPSK) Saksi Pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana yang

bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap

suatu tindak pidana dalam kasus yang sama.

Page 5: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Lanjutan...

United Nations Office on

Drug and Crime

Witness or participant : any person, irrespective of his or

her legel status (informant, witness, judicial official,

undercover agent or other), who is eligible under the

legislation or policy of the country involved, to considered

for, admission to a witness protection programe.

Good Practices for the

Protection of Witness in

saksi dalam program perlindungan saksi dikelompokkan

menjadi 3 (tiga) yaitu, collaborator justice, victim-Protection of Witness in

Criminal proceedings

involving Organized

Crime

menjadi 3 (tiga) yaitu, collaborator justice, victim-

witnesses, other type of witness (innocent bystenders,

expert witnesses and others).

Page 6: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

KORBAN

Korban (UU PSK) Korban adalah orang yang mengalami penderitaan fisik, mental,

dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak

pidana.

Declaration of

basic Principle of

justice for Victim

Individually or collectively, have suffered harm, including physical

or mental injury, emotional suffering, economic loss or substantial

impairment of their fundamental right, trough actor omission that justice for Victim

of crime and

Abuse of Power

impairment of their fundamental right, trough actor omission that

are in violation of criminal laws operative within member states,

including thus laws proscribing criminal abuse of power.

Page 7: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PIHAK YANG DILINDUNGI DALAM

SISTEM PERADILAN PIDANA DI LUAR

TERSANGKA/TEDAKWAUU PSK UU TERORISME INSTRUMEN

INTERNASIONAL

1. Saksi

2. Korban

3. Pelapor

1.saksi

2.Penyidik

3.Penuntut umum

1.Saksi

2.Saksi pelaku

3.Saksi korban/korban3. Pelapor

4. Saksi pelaku

5. Ahli

(diatur dalam Ps. 5 – 10 A)

3.Penuntut umum

4.Hakim

(beserta keluarga) diatur

dalam Ps. 33-34

5.Korban (Ps.36)

6.pelapor

3.Saksi korban/korban

4.Petugas peradilan

5.Under cover agent

6.Innocent bystender

7.Saksi ahli

8.Pihak lain yang terlibat

dalam proses peradilan

tersebut

Page 8: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERBEDAAN PIHAK YANG DILINDUNGI

• Instrumen internasional menunjukkan bahwa dalam suatu undang-undang perlindungan saksi tidak semata-mata melindungi saksi sebagaimana definisi saksi dalam UU PSK maupun KUHAP, tetapi juga memberikan perlindungan pada pelapor, saksi pelaku, saksi korban, mereka yang bekerja dalam sistem peradilan pidana, under cover agent, innocent bystender, saksi ahli, bahkan pihak lain.bekerja dalam sistem peradilan pidana, under cover agent, innocent bystender, saksi ahli, bahkan pihak lain.

• UU PSK membatasi hanya memberikan perlindungan pada saksi, korban, pelapor, ahli, dan saksi pelaku

• UU Terorisme melindungi saksi, penyidik, penuntut umum, hakim, ADVOKAT, PETUGAS LP, PELAPOR, AHLI (beserta keluarga-keluarganya)

Page 9: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

BENTUK PERLINDUNGAN SAKSI DAN

KORBAN UU PSK UU Terorisme Instrumen Internasional

Perlindungan saksi

dan korban dalam Ps.

5

Ps. 9.

Perlindungan

pelapor Ps 32 ayat

(2)

Perlindungan pada

saksi, penyidik,

penuntut umum,

hakim (beserta

Saksi korban

hakim (beserta

keluarga) Ps. 33 dan

34

Perlindungan saksi,

pelapor, korban, dan

saksi pelaku, dan ahli

dalam Ps. 5ayat 3 dan

Ps.10

Perlindungan pada

saksi pelaku Ps. 10A

Perlindungan pada

korban Ps. 36

1. Bantuan

2. Perlindungan

a.prosedural

b.khusus

1. Acces to

justice

2. Kompensasi

3. Restitusi

4. Asistensi �

psikolgis dan

psikososial

Perlindungan korban

Ps. 6, 7,7A,

Page 10: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Pasal 5 ayat (1) UU PSK

• Saksi dan Korban berhak:

• a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;

b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan;

c. memberikan keterangan tanpa tekanan; d. mendapat penerjemah; e. bebas dari pertanyaan yang menjerat; pertanyaan yang menjerat;

f. mendapat informasi mengenai perkembangan kasus; g. mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;

h. mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan; i. dirahasiakan identitasnya;

j. mendapat identitas baru; k. mendapat tempat kediaman sementara;

l. mendapat tempat kediaman baru; m. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; n. mendapat nasihat hukum;

o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu Perlindungan berakhir; dan/atau p. mendapat pendampingan

Page 11: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 6 AYAT (1) UUPSK/BANTUAN

Korbanpelanggaran hak asasi manusia yang berat,

Korban tindak pidana terorisme,Korban tindak

pidana perdagangan orang, Korban tindak pidana

penyiksaan, Korban tindak pidana kekerasan penyiksaan, Korban tindak pidana kekerasan

seksual, dan Korban penganiayaan berat, selain

berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,

juga berhak mendapatkan:

a. bantuan medis; dan

b. bantuan rehabilitasi psikososial dan psikologis.

Page 12: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PENJELASAN PASAL 6

• Yang dimaksud dengan “bantuan medis” adalah bantuan yang diberikan untuk memulihkan kesehatan fisik Korban, termasuk melakukan pengurusan dalam hal Korban meninggal dunia misalnya pengurusan jenazah hingga pemakaman.

• Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikososial” adalah semua bentuk pelayanan dan bantuan psikologis serta sosial yang ditujukan untuk membantu meringankan, melindungi, dan memulihkan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual Korban sehingga mampu menjalankan psikologis, sosial, dan spiritual Korban sehingga mampu menjalankan fungsi sosialnya kembali secara wajar, antara lain LPSK berupaya melakukan peningkatan kualitas hidup Korban dengan melakukan kerja sama dengan instansi terkait yang berwenang berupa bantuan pemenuhan sandang, pangan, papan, bantuan memperoleh pekerjaan, atau bantuan kelangsungan pendidikan.

• Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikologis” adalah bantuan yang diberikan oleh psikolog kepada Korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan Korban.

Page 13: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 7 UU PSK/KOMPENSASI

• (1) Setiap Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan Korban tindak pidana terorisme selain mendapatkan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, juga berhak atas Kompensasi.

• (2) Kompensasi bagi Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat diajukan oleh Korban, Keluarga, atau kuasanya kepada berat diajukan oleh Korban, Keluarga, atau kuasanya kepada Pengadilan Hak Asasi Manusia melalui LPSK.

• (3) Pelaksanaan pembayaran Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh LPSK berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

• (4) Pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang mengatur mengenai pemberantasan tindak pidana terorisme.

Page 14: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 7A UU PSK/RESTITUSI

(1) Korbantindak pidana berhak memperoleh Restitusi berupa:

a. ganti kerugian atas kehilangan kekayaan atau penghasilan;

b. ganti kerugian yang ditimbulkan akibat penderitaan yang berkaitan langsung sebagai akibat tindak pidana; dan/atau

c. penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan LPSK.

(3) Pengajuan permohonan Restitusi dapat dilakukan sebelum atau setelah putusan (3) Pengajuan permohonan Restitusi dapat dilakukan sebelum atau setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap melalui LPSK.

(4) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan sebelum putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada penuntut umum untuk dimuat dalam tuntutannya.

(5) Dalam hal permohonan Restitusi diajukan setelahputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, LPSK dapat mengajukan Restitusi kepada pengadilan untuk mendapat penetapan.

(6) Dalam hal Korban tindak pidana meninggal dunia, Restitusi diberikan kepada Keluarga Korban yang merupakan ahli waris Korban.

Page 15: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 9 UU PSK/PERLINDUNGAN

SAKSI (PERLINDUNGAN PROSEDURAL)(1)Saksi dan/atau korban yang berada dalam ancaman yang

sangat besar, atas persetujuan hakim dapat memberikankesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempatperkara tersebut sedang diperiksa;

(2)Saksi dan/atau korban dapat memberikan kesaksiannyasecara tertulis yang disampaikan dihadapan pejabat yang secara tertulis yang disampaikan dihadapan pejabat yang berwenang dan membubuhkan tanda tangannya padaberita acara yang memuat tentang kesaksian tersebut;

(3)Saksi/dan atau korban dapat pula didengar kesaksiaannyasecara langsung melalui sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang;

Page 16: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 10 UU PSK/PERLINDUNGAN

DALAM BENTUK HUKUM

• (1) Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana maupun perdata atas kesaksian dan/ataulaporan yang akan, sedang,atau telah diberikannya,kecuali kesaksian atau laporan tersebut diberikan tidak dengan iktikad baik.diberikan tidak dengan iktikad baik.

• (2) Dalamhal terdapat tuntutan hukum terhadap Saksi, Korban, Saksi Pelaku, dan/atau Pelapor atas kesaksian dan/atau laporan yang akan, sedang, atau telah diberikan, tuntutan hukum tersebut wajib ditunda hinggakasus yang ia laporkan atau ia berikan kesaksian telah diputusoleh pengadilan danmemperolehkekuatan hukum tetap.

Page 17: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 10 A(1) Saksi Pelaku dapat diberikan penanganan secara khusus dalam

proses pemeriksaan dan penghargaan atas kesaksian yang diberikan.

(2) Penanganansecara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. pemisahan tempat penahanan atau tempat menjalani pidana antara Saksi Pelaku dengan tersangka, terdakwa, dan/atau narapidana yang diungkap tindak pidananya;narapidana yang diungkap tindak pidananya;

b. pemisahan pemberkasan antara berkas Saksi Pelaku dengan berkas tersangka dan terdakwa dalam proses penyidikan, dan penuntutanatas tindak pidana yang diungkapkannya; dan/atau

c. memberikan kesaksian di depan persidangantanpa berhadapan langsung dengan terdakwa yang diungkap tindak pidananya.

Page 18: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

(3) Penghargaanatas kesaksian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. keringanan penjatuhan pidana; atau

b. pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Saksi Pelaku yang berstatus narapidana.

(4) Untuk memperoleh penghargaan berupa keringanan penjatuhan (4) Untuk memperoleh penghargaan berupa keringanan penjatuhan pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf a,LPSK memberikan rekomendasisecara tertulis kepada penuntut umum untuk dimuat dalam tuntutannya kepada hakim.

(5) Untuk memperoleh penghargaan berupa pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf b, LPSK memberikan rekomendasisecara tertulis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

Page 19: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 28 UUPSK/SYARAT

PERLINDUNGAN(1) Perlindungan LPSK terhadap Saksi dan/atau Korban diberikan

dengan syarat sebagai berikut:

a. sifat pentingnya keterangan Saksi dan/atau Korban; b. tingkat Ancaman yang membahayakan Saksi dan/atau Korban;

c. hasil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi dan/atau Korban; dan

d. rekam jejak tindak pidana yang pernah dilakukan oleh Saksi d. rekam jejak tindak pidana yang pernah dilakukan oleh Saksi dan/atau Korban.

(2) Perlindungan LPSK terhadap Saksi Pelaku diberikan dengan syarat sebagai berikut:

a. tindak pidana yang akan diungkap merupakan tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);

Page 20: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

b. sifat pentingnya keterangan yang diberikan oleh Saksi Pelaku dalam mengungkap suatu tindak pidana;

c. bukan sebagai pelaku utama dalam tindak pidana yang diungkapkannya;

d. kesediaan mengembalikan aset yang diperoleh dari tindak pidana yang dilakukan dan dinyatakan dalam pernyataan tertulis; dan

e. adanya Ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan terjadinya e. adanya Ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan terjadinya Ancaman, tekanan secara fisik atau psikis terhadap Saksi Pelaku atau Keluarganya jika tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya.

(3) Perlindungan LPSK terhadap Pelapor dan ahli diberikan dengan syarat sebagai berikut:

a. sifat pentingnya keterangan Pelapor dan ahli; dan

b. tingkat Ancaman yang membahayakan Pelapor dan ahli.

Page 21: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 36 UUPSK/KERJASAMA

(1) Dalam melaksanakan pemberian perlindungan

dan bantuan, LPSK dapat bekerja lama dengan

instansi terkait yang berwenang.

(2) Dalam melaksanakan perlindungan dan bantuan (2) Dalam melaksanakan perlindungan dan bantuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansi

terkait sesuai dengan kewenangannya wajib

melaksanakan keputusan LPSK sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Page 22: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 32 AYAT (2) UU

TERORISME/PERLINDUNGAN PELAPOR

• Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang

pengadilan, saksi dan orang lain yang

bersangkutan dengan tindak pidana terorisme

dilarang menyebutkan nama atau alamat dilarang menyebutkan nama atau alamat

pelapor atau hal-hal lain yang memberikan

kemungkinan dapat diketahuinya identitas

pelapor

Page 23: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 33 UU

TERORISME/PERLINDUNGAN SAKSI,

DAN YANG LAIN

• Saksi, penyidik, penuntut umum, dan hakim

yang memeriksa beserta keluarganya dalam

perkara tindak pidana terorisme wajib diberi perkara tindak pidana terorisme wajib diberi

perlindungan oleh negara dari kemungkinan

ancaman yang membahayakan diri, jiwa,

dan/atau hartanya, baik sebelum, selama,

maupun sesudah proses pemeriksaan perkara.

Page 24: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 34 AYAT (1) UU TERORISME

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan berupa :

perlindungan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental;ancaman fisik dan mental;

kerahasiaan identitas saksi;� PERLINDUNGAN PROGRAM KHUSUS

pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka dengan tersangka � PERLINDUNGAN PROSEDURAL

Page 25: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 36 UU

TERORISME/PERLINDUNGAN KORBAN

(1)Setiap korban atau ahli warisnya akibat tindak pidanaterorisme berhak mendapatkan kompensasi ataurestitusi.

(2)Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembiayaannya dibebankan kepada negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah. dilaksanakan oleh Pemerintah.

(3)Restitusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan ganti kerugian yang diberikan oleh pelakukepada korban atau ahli warisnya.

(4)Kompensasi dan/atau restitusi tersebut diberikan dandicantumkan sekaligus dalam amar putusanpengadilan.

Page 26: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN SAKSI

• Menurut UNODC untuk dapat meningkatkan peranan saksi dalam sistem peradilan pidana dikenal dua upaya yang berbeda, yaitu bantuan saksi (witness assistence) dan perlindungan saksi (witness protection)

• Bantuan saksi adalah upaya efisiensi dalam penuntutan • Bantuan saksi adalah upaya efisiensi dalam penuntutan dan menghindari viktimisasi saksi. Bantuan tersebut dilakukan dengan jalan membantu saksi memperoleh hak-haknya, seperti hak atas informasi perkembangan kasus, hal-hal yang akan dihadapi dalam proses peradilan, termasuk juga memberikan dukungan psikologis pada korban.

Page 27: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

• Ada dua katagori perlindungan saksi, yaitu perlindungan katagori utama dan katagori ke dua. Perlindungan katagori utama dapat dibagi dua, yaitu : perlindungan prosedural dan perlindungan meLalui program khusus. Sedangkan perlindungan katagori ke dua adalah patroli polisi.

• Perlindungan prosedural adalah perlindungan yang diberikan oleh penegak hukum sesuai dengan tingkatan proses peradilan pidana penegak hukum sesuai dengan tingkatan proses peradilan pidana (perlindungan berupa anonimitas)

• Perlindungan khusus yaitu perlindungan saksi karena adanya ancaman fisik (saksi terancam jiwanya) yang memerlukan perlindungan berupa pemindahan lokasi (mendapat tempat kediaman baru) dan atau perubahan identitas (mendapat identitas baru). Dilakukan dengan perjanjian. Dalam hal inilah dibutuhkan suatu lembaga khusus yang serupa dengan LPSK di Indonesia.

Page 28: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN SAKSI DALAM UU PSK

• Perlindungan saksi dalam UU PSK adalah berupa pemberian berbagai hak-hak sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1), namun dalam ayat (2) ditentukan bahwa hak-hak tersebut hanya akan diberikan pada saksi dan korban dalam kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK.

• Hak-hak yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) sebenarnya merupakan hak-hak yang melekat pada setiap orang yang menjadi saksi, hanya hak-hak yang melekat pada setiap orang yang menjadi saksi, hanya saja memang ada beberapa hak yang bilamana diberikan, pelaksanaannya harus melalui program khusus, seperti perubahan identitas (change identity), dan mendapat tempat kediaman baru (relokasi)

• Peran LPSK sebenarnya tekanannya adalah pada pemberian perlindungan karena adanya ancaman yang berhubungan dengan nyawa saksi yang memerlukan program penanganan khusus. �JUSTICE COLLABORATOR

Page 29: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN SAKSI DALAM UU

TERORISME

• Pihak-pihak yang diberikan perlindungan tidak saja saksi, tetapi termasuk penyidik, penuntut umum, hakim dan kerluarga mereka.

• Perlindungan ini dilakukan oleh aparat penegak hukum. hukum.

• Ada perbedaan dengan ketentuan dalam UU PSK yang menentukan bahwa hak-hak berkaitan dengan perlindungan saksi dan korban diberikan pada saksi dan korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK

• Perlu dilakukan harmonisasi.

Page 30: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN

SAKSIUnited Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

menentukan prinsip-prinsip oprasional perlindungan saksi :

1. Kerahasiaan; tidak adanya kekahawatiran saksi bahwa identitas terungkap

2. Kemitraan; kerjasama yang baik antara berbagai instansi terkait dalam upaya mensukseskan perlindungan saksiterkait dalam upaya mensukseskan perlindungan saksi

3. Netralitas; obyektivitas, baik saksi, petugas perlindungan saksi, maupun mitra dari lembaga perlindungan saksi

4. Transparansi dan akuntabilitas; sistem penggunaan anggaranya harus transparan

Page 31: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN KORBAN

Declaration of Basic principle of justice for victim of crime and Abuse of Power (Milan Declaration)

Pasal 6 b

a. informing victim their role and scope, timing and progress of the proceedings and of the disposition of their cases, especially where proceedings and of the disposition of their cases, especially where serious crime are involved and where they have requested such information;

b. allowing the views concerns of victim to be presented and consider at appropriate stages of preceding where their personal interests are effected, without prejudice to the accused and consistence with the relevant national criminal justice system;

Page 32: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

c. providing proper assistance to victim throughout the legal process;

d. taking measures to minimize convenience to victim, protect their privacy, when necessary, and ensure their safety, as well as their behalf, from ensure their safety, as well as their behalf, from intimidation and retaliation;

e. avoiding unnecessary delay in the disposition or cases and the execution of orders or decrees granting award to victim

�ACCESS TO JUSTICE

Page 33: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Pasal 8 :

�Offender or third parties responsible for their behavior should, where appropriate, make their restitution should include the return of their restitution should include the return of property of payment for the harm or loss suffered, reimbursement of expenses incurred as a result of the victimization, the provision of services and restoration of rights. �RESTITUSI

Page 34: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Pasal 10 :

� In cases of substantial harm to the environment, restitution, if ordered, should include, as far as possible, restoration of the include, as far as possible, restoration of the environment, reconstruction on the infrastructure, replacement of community facilities and reimbursement of the expenses of relocation, whenever such harm result in the location of the community

Page 35: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

• Pasal 12 (a) “when compensation is not fully

available from the offender or other source,

state should endeavour to provide financial

convensation”. �KOMPENSASIconvensation”. �KOMPENSASI

Page 36: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Pasal 14 :

� Victim should receive the necessary

material medical psychological and social

assistance through governmental, voluntary, assistance through governmental, voluntary,

community-based and indigenous means.�

BANTUAN

Page 37: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

BENTUK PERLINDUNGAN

KORBAN/PASAL 5 AYAT (1) UUPSK• Acces to justice :

1. memberikan informasi perkembangan kasusnya;

2. memperhatikan keinginan korban terkait dengan kehadirannya di sidang pengadilan, memberikan masukan dalam pengambilan keputusan tanpa menimbulkan prasangka dari terdakwa dan sesuai dengan sistem yang berlaku ;

3. memberikan bantuan pada korban dalam proses hukum;3. memberikan bantuan pada korban dalam proses hukum;

4. melindungi privasi korban dan memberikan rasa aman pada korban dan keluarganya, dan saksi yang mereka perlukan harus terbebas dari intimidasi dan balas dendam;

5. menghindari terjadi keterlambatan penyelesaian kasusnya, eksekusi dari keputusan dan menjamin adanya hadiah untuk korban.

Page 38: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 1 ANGKA 11/PASAL 7A UUPSK

• Restitusi :

Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada Korban atau Keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga.

• Restitusi termasuk mengembalikan harta benda, membayar biaya pengobatan, mengembalikan biaya-biaya yang harus ditanggung korban sebagai akibat membayar biaya pengobatan, mengembalikan biaya-biaya yang harus ditanggung korban sebagai akibat terjadinya korban.

• Korban kejahatan berhak atas restitusi (ganti kerugian) yang merupakan perintah pengadilan pada terpidana atas kerugian yang diderita oleh korban. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaitkannya dengan pemidanaan pada pelaku kejahatan

Page 39: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Pemberian Kompensasi, Restitusi dan Bantuan

kepada Saksi dan Korban

Pasal 3

• Korban tindak pidana berhak memperoleh Restitusi;

• Permohonan untuk memperoleh Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Korban, Keluarga, atau kuasanya dengan surat kuasa Korban, Keluarga, atau kuasanya dengan surat kuasa khusu;

• Permohonan untuk memperoleh Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada pengadilan melalui LPSK

Page 40: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

• Di AS � Korban dapat melakukan dua cara untuk mendapatkan restitusi :

-memberikan informasi pada penegak hukum (lewat victim impact satatement) tentang kerugian yang dideritanya karena menjadi korban kejahan (kerugian yang biasa dimintakan restitusi adalah kerugian ekonomi, social, psikologis, dan fisik dan pada umumnya jumlah kerugian tersebut ditentukan oleh Departement of probation)

• meminta langsung restitusi tersebut melaui penuntut umum (korban harus menyatakan pada penuntut umum bahwa mereka membutuhkan

• meminta langsung restitusi tersebut melaui penuntut umum (korban harus menyatakan pada penuntut umum bahwa mereka membutuhkan restitusi), penuntut umum akan mewakili korban memohonkan restitusi. Dengan adanya permohonan tersebut maka penuntut umum dapat mempersiapkan permintaan restitusi tersebut sebagai bagian dari “plea agreement”, pemidanaan, atau dikaitkan dengan “probation”. Dalam beberapa Negara bagian korban dapat menyampaikan tentang dampak kerugian pada saat penentuan plea agreement atau pada saat pengadilan menentukan pemidanaan. � KUHAP PASAL 98 -101

Page 41: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 1 ANGKA 10/PASAL 7

Kompensasi :

Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku tidak mampu memberikan ganti kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya kepada Korban atau menjadi tanggung jawabnya kepada Korban atau Keluarganya.

�Kompensasi adalah ganti kerugian dari negara bilamana ganti kerugian tidak diperoleh atau tidak sepenuhnya diperoleh dari pelaku kejahatan atau pihak lain.

Page 42: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2008 tentang

Pemberian Kompensasi, Restitusi dan Bantuan kepada

Saksi dan Korban

Pasal 2

• Korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak memperoleh kompensasi;berhak memperoleh kompensasi;

• Permohonan untuk memperoleh kompensasi sebagaimana di maksud pada ayat (1) diajukan oleh korban, keluarga, atau kuasanya dengan surat kuasa;

• Permohonan untuk memperoleh Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bematerai cukup kepada pengadilan melalui LPSK.

Page 43: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PIHAK YANG MENGAJUKAN

PERMOHONAN KOMPENSASI DAN

RESTITUSI DALAM UU TEORISMEPasal 38

(1) Pengajuan kompensasi dilakukan oleh korban atau kuasanya

kepada Menteri Keuangan berdasarkan amar putusan pengadilan

negeri.

(2) Pengajuan restitusi dilakukan oleh korban atau kuasanya kepada(2) Pengajuan restitusi dilakukan oleh korban atau kuasanya kepada

pelaku atau pihak ketiga berdasarkan amar putusan.

Pasal 39

Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) dan pelaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) memberikan

kompensasi dan/atau restitusi, paling lambat 60 (enam puluh) hari

kerja terhitung sejak penerimaan permohonan.

Page 44: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 41 UU TERORISME

(1) Dalam hal pelaksanaan pemberian kompensasi dan/atau restitusi

kepada pihak korban melampaui batas waktu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 39, korban atau ahli warisnya dapat

melaporkan hal tersebut kepada pengadilan.

(2) Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) segera(2) Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) segera

memerintahkan Menteri Keuangan, pelaku, atau pihak ketiga untuk melaksanakan putusan tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal perintah tersebut diterima.

Page 45: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PRINSIP-PRINSIP KOMPENSASI

• Diberikan oleh negara, sebagai tanggung jawab negara

• Kompensasi tidak digantungkan pada kesalahan pelaku kejahatan, atau putusan pengadilan yang bersifat tetap bersifat tetap

• Kompensasi tidak dibatasi hanya pada korban pelanggaran HAM Berat dan Terorisme saja, tetapi juga meliputi korban kejahatan lain.

• Tidak dipakai sebagai ajang untuk mencari keuntungan

Page 46: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

• Besaran kompensasi harus disesuaikan dengan

kerugian korban kejahatan. Penghitungan kerugian

harus memperhatikan kerugian fisik, psikologis,

sosial, politik, dan finansial (memperhatikan kerugian

moril dan materiil).moril dan materiil).

• Perlu adanya lembaga khusus yang menangani

persoalan kompensasi

Page 47: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

�Sistem kompensasi di Amerika Serikat antar Negara bagian berbeda-beda, ada tiga system yang dipergunakan, yaitu :

a. membentuk lembaga baru yang bersifat independen untuk menangani kompensasi; independen untuk menangani kompensasi;

b. memanfaat lembaga yang sudah ada untuk melaksanakan kompensasi, biasanaya melibatkan lembaga kompensasi untuk para pekerja atau memanfaatkan lembaga dengan system asuransi;

c. memanfaatkan lembaga pengadilan.

Page 48: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

BANTUAN (ASSISTENCE)

• Bantuan baik materi, medis, psikologis,

psikososial.

• Bantuan pendampingan (penasehat hukum)

Page 49: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PENJELASAN PASAL 6 UUPSK

• Yang dimaksud dengan “bantuan medis” adalah bantuan yang diberikan untuk memulihkan kesehatan fisik Korban, termasuk melakukan pengurusan dalam hal Korban meninggal dunia misalnya pengurusan jenazah hingga pemakaman.

• Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikososial” adalah semua bentuk pelayanan dan bantuan psikologis serta sosial yang ditujukan untuk membantu meringankan, melindungi, dan memulihkan kondisi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual Korban sehingga mampu menjalankan psikologis, sosial, dan spiritual Korban sehingga mampu menjalankan fungsi sosialnya kembali secara wajar, antara lain LPSK berupaya melakukan peningkatan kualitas hidup Korban dengan melakukan kerja sama dengan instansi terkait yang berwenang berupa bantuan pemenuhan sandang, pangan, papan, bantuan memperoleh pekerjaan, atau bantuan kelangsungan pendidikan.

• Yang dimaksud dengan “rehabilitasi psikologis” adalah bantuan yang diberikan oleh psikolog kepada Korban yang menderita trauma atau masalah kejiwaan lainnya untuk memulihkan kembali kondisi kejiwaan Korban.

Page 50: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN KORBAN

DALAM UU PSK• Bentuk perlindungan korban dalam UUPSK sesuai dengan

bentuk-bentuk perlindungan yang dikenal dalam instrumen-instrumen internasional, meliputi : akses untuk meperoledih keadilan, kompensasi, restitusi, dan bantuan

• Upaya untuk memperoleh kompensasi hanya dibatasi pada korban kejahatan HAM Berat dan Terorismekorban kejahatan HAM Berat dan Terorisme

• Kompensasi digantungkan pada kesalahan pelaku

• Tiada lembaga khusus yang menangani kompensasi

• Adanya perbedaan prosedur pengajuan ganti kerugian dengan KUHAP

• Belum adanya PP yang mengatur tentang kompensasi pada korban terorisme setelah dilakukannya perubahan atas UU 13/2006

Page 51: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Perlindungan Korban Terorisme

Perlindungan Korban Terorisme dalam

UU Terorisme

Perlindungan Korban Teorrisme dalam

UU PSK

1. Kompensasi � korban dan ahli waris

berhak atas kompensasi, dibebankan

pada negara dilaksanakan oleh

pemerintah

2. Restitusi � diberikan oleh pelaku

1. Access to justice

2. Kompensasi diberikan pada korban

atau ahli warisnya �HAM Berat dan

Teorisme

3. Resttitusi � diberikan pelaku pada 2. Restitusi � diberikan oleh pelaku 3. Resttitusi � diberikan pelaku pada

korban

4. Bantuan

Kompensasi dan restitusi diberikan dan

dicantumkan langsung dalam amar

putusan pengadilan

Kompensasi dan restitusi diberikan dan

dicantumkan langsung dalam amar

putusan pengadilan

Page 52: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

Perlindungan Saksi dalam RUU

Terorisme

• Pasal 32 ayat (2) RUU TERORISME

Dalam penyidikan dan pemeriksaan di sidang

pengadilan, saksi dan orang lain yang

bersangkutan dengan tindak pidana terorisme bersangkutan dengan tindak pidana terorisme

dilarang menyebutkan nama atau alamat

pelapor atau hal-hal lain yang memberikan

kemungkinan dapat diketahuinya identitas

pelapor.

Page 53: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 33 RUU TERORISME

• Saksi, penyidik, penuntut umum, hakim,

pelapor, ahli, advokat, petugas

pemasyarakatan beserta keluarganya dalam

perkara tindak pidana terorisme wajib diberi perkara tindak pidana terorisme wajib diberi

perlindungan oleh negara dari kemungkinan

ancaman yang membahayakan diri, jiwa,

dan/atau hartanya, baik sebelum, selama,

maupun sesudah proses pemeriksaan perkara.

Page 54: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PASAL 34 RUU TERORISME

• Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan berupa:– perlindungan atas keamanan pribadi dari ancaman

fisik dan mental;fisik dan mental;

– kerahasiaan identitas saksi;

– pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka dengan tersangka.

• Ketentuan mengenai tata cara perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Page 55: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

PERLINDUNGAN KORBAN DALAM RUU

TERORISMEPASAL 36 RUU TERORISME

(1) Setiap korban atau keluarga korban akibat tindak pidana terorisme berhak mendapatkan kompensasi atau restitusi.

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pembiayaannya dibebankan kepada negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah.dilaksanakan oleh Pemerintah.

(3) Restitusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan ganti kerugian yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku.

(4) Kompensasi dan/atau restitusi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam amar putusan pengadilan.

Page 56: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

HAL-HAL YANG PATUT DIPERHATIKAN

DALAM PERLINDUNGAN SAKSI DAN

KORBAN TERORISME1. Tidak ada perubahan dalam hal perlindungan saksi dan korban tindak pidana

terorisme dalam RUU Terorisme

2. UU Terorisme dan UUPSK saling melengkapi siapa saja pihak yang perlu diberikan perlindungan dalam rangka mendukung proses peradilan pidana

3. UU PSK melengkapi UU Teorisme berkaitan dengan bentuk-bentuk perlindungan korban(UU Teorisme tidak mengatur tentang bantuan dan access to justice)

4. Ada perbedaan institusi yang berwenang dalam memberikan perlindungan atas 4. Ada perbedaan institusi yang berwenang dalam memberikan perlindungan atas keamanan saksi antara UUPSK dengan UU Terorisme (baik dalam hal perlindungan prosedural maupun perlindungan yang bersifat khusus)

5. Perbedaan prosedur untuk mendapatkan kompensasi dan restitusi (untuk pemberian kompensasi UUPSK menegaskan diatur tersendiri dalam UU Terorisme, sementara untuk restitusi terlihat prosedur yang berbeda)

6. Tidak ada sanksi bilamana setelah diberikan peringatan oleh pengadilan ternyata belum dilakukan pembayaran restitusi oleh pelaku ataupun kompensasi oleh menteri keuangan

Page 57: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

MASUKAN

1. Perlu ditentukan lembaga yang berwenang memberikan perlindungan khusus untuk saksi nyang terancam jiwanya (LPSK lembaga yang bersifat khusus)

2. Dalam hal perlindungan prosedural kewenangan sepenuhnya diberikan pada penegak hukum

3. Kompensasi tidak boleh digantungkan pada kesalahan pelaku (baru diberikan berdasarkan putusan pengadilan)� kompensasi (baru diberikan berdasarkan putusan pengadilan)� kompensasi tidak digantungkan pada restitusi atau ganti kerugian oleh pihak ke 3

4. Perlu dibuat aturan bahwa kompensasi tidak boleh melebihi kerugian korban (bukan tempat mencari untung) � kelebihan kompensasi merupakan kewajiban korban untuk mengembalikan

5. kompensasi bersifat darurat, seharus pemberiannya berdasakan terjadinya tindak pidana

Page 58: PERLINDUNGAN SAKSI DAN - erepo.unud.ac.id

5. jumlah kompensasi ditentukan oleh lembaga khusus � LPSK perlu diberikan kewenanga untuk menentukan pemberian kompensasi pada korban , bukan hanya untuk membantu korban mendapatkan kompensasi (termasuk menghitungkan kerugian korban), seperti di negara-negara lain.

6. kompensasi tidak termasuk untuk korban yang sekaligus juga pelaku kejahatan (pihak yang terlibat dalam kejahatan) pelaku kejahatan (pihak yang terlibat dalam kejahatan)

7. LPSK bukan sebagai lembaga yang memutuskan untuk diajukannya atau tidak permohonan restitusi, tetapi sebagai lembaga konsultasi untuk perlu atau tidak dilakukan permohonan restitusi dilakukan , dan sebagai lembaga yang membantu penentuan besaran kompensasi dan restitusi

8. Berkaitan dengan bantuan LPSK perlu menjalin kerjasama dengan mitra terkait seperti Rumah sakit dan sebagainya.