lembaga perlindungan saksi dan korban 2019
TRANSCRIPT
www.lpsk.go.id
Humas LPSK RI InfoLPSK
infoLPSK Humas LPSK
LAPORAN PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
OPTIMALISASI LAYANAN
BIRO PENELAAHAN PERMOHONAN MELALUI
PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN PERMOHONAN
PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
SECARA TERINTEGRASI
OLEH
Dr. Drama Panca Putra, SPi. MSi.
LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas
rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan, sehingga Pelaksanaan
Proyek Perubahan (Proper) Tahapan Jangka Pendek ini dapat terselesaikan
dan berjalan lancar. Pelaksanaan Proper ini dilakukan dalam 3 tahapan
yakni Tahapan Jangka Pendek (Oktober – Desember 2019), Tahapan
Jangka Menengah (Januari – Mei 2020) dan Tahapan Jangka Panjang (Juni
– Desember 2020).
Kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi LPSK dari tahun ke
tahun semakin tinggi. Meningkatnya kepercayaan masyarakat tersebut
harus juga diiringi dengan peningkatan layanan LPSK, baik itu pelayanan
dalam menerima dan memproses permohonan juga pelayanan dalam
melindungi dan memberikan pengamanan bagi saksi dan korban. Untuk
itu Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) melalui Biro
Penelaahan Permohonan (BPP) harus mampu mengantisipasi terhadap
tuntutan masyarakat serta perubahan lingkungan strategis. Dalam era
globalisasi ini, setiap organisasi publik dituntut dapat melakukan inovasi
dan mengantisipasi era Revolusi Industri 4.0.
Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Saksi dan
Korban Secara Terintegrasi di Biro Penelaahan Permohonan, sebagai salah
satu terobosan dalam mengoptimalkan pemberian layanan. Pelaksanaan
Sistem ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi program berbasis
elektronik. Aplikasi ini dapat diakses oleh Para Pimpinan LPSK, Para
Tenaga Ahli, Staf Pelaksana dan pemohon. Melalui aplikasi ini Pemohon
juga dapat mengetahui perkembangan tahapan proses penangganan
permohonan yang diajukan secara real time.
Pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan atas dukungan yang diberikan sehingga Penyusunan
ii
Rancangan dan Pelaksanaan Proper dapat terlaksana tepat waktu sesuai
yang ditargetkan, ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua LPSK
Bapak Drs. Hasto Atmojo Suroyo, M.Krim, Wakil Ketua Bapak Edwin
Partogi Pasaribu SH, Sekretaris Jenderal Bapak Dr. Ir. Noor Sidharta MH.,
M.BA. atas kesempatan dan dukungan yang diberikan. Ucapan terima
kasih juga kami sampaikan kepada Coach kami, Bapak Drs. Setia Budi, MA
atas bantuan dan bimbingan selama penulisan ini. Penghargaan dan
ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Para Staf dan Pejabat
Struktural BPP, rekan-rekan Tim Efektif, dan Mas Fachri Djuri beserta tim,
atas dukungan dan bantuannya.
Penulis berharap semoga Pelaksanaan Proyek Perubahan dengan
judul “Optimalisasi Layanan Biro Penelaahan Permohonan Melalui
Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Saksi dan
Korban Secara Terintegrasi” dapat bermanfaat dan menjadikan LPSK
sebagai lembaga yang lebih profesional, lebih mandiri, adaptif, inovatif dan
agile terhadap dinamika masyarakat. Penulis menyadari bahwa hasil karya
ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan dalam menyempurnakan tulisan ini.
Jakarta, Desember 2019
Dr. Drama Panca Putra, SPi., MSi.
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................. i
PERSETUJUAN COACH ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................ ix
I. RENCANA PROYEK PERUBAHAN ..................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................... 14 1.3 Output dan Outcome .................................................................. 18
1.4 Tahapan Perubahan Rencana Strategis ....................................... 18 1.5 Rencana Strategis Marketing ...................................................... 22 1.6 Pendekatan dalam Melaksanakan Rencana Proyek Perubahan .... 31
1.7 Kendala dan Rencana Solusi ....................................................... 35 1.8 Tim Efektif .................................................................................. 36 1.9 Anggaran ................................................................................... 38
II. MANAJEMEN PERUBAHAN PELAKSANAAN RENCANA PROYEK
PERUBAHAN .................................................................................... 40
2.1 Capaian Tahapan Rencana Strategis ........................................... 40 2.2 Peta Stakeholder ......................................................................... 55
2.3 Implementasi Strategi Marketing ................................................. 59 2.4 Penerapan Pendekatan dalam Melaksanakan Proyek Perubahan . 61
2.5 Potensi Kendala dan Rencana Solusi ........................................... 65 III. PENUTUP ......................................................................................... 70
3.1 Pebelajaran Kepemimpinan ......................................................... 70
3.2 Kesimpulan ................................................................................ 71 3.3 Rekomendasi .............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Struktur Organisasi LPSK ................................................... 1
Gambar 2 Alur proses penyampaian permohonan perlindungan .......... 4
Gambar 3 Alur Proses Kerja Biro Penelaahan Permohonan .................. 5 Gambar 4 Jumlah Permohonan Perlindungan yang Diterima dalam
kurun waktu 12 tahun terakhir .......................................... 6
Gambar 5 Perbandingan antara Jumlah Permohonan dengan Jumlah Risalah per Bulan periode Januari - Juni 2019 ...... 7
Gambar 6 Persentase Ketepatan Waktu Penyerahan Data Pendukung Permohonan Perlindungan Sebagai Bahan Rapat Paripurna
Pimpinan ............................................................................ 8 Gambar 7 Pola Integrasi Antar Berbagai Sub Sistem dan Stakeholders
dalam Pengelolaan Permohonan Perlindunan secara Terintegrasi ........................................................................ 10
Gambar 8 Alur Pikir Gaagsan Proyek Perubahan Optimalisasi Layanan Biro Penelaahan Permohonan Melalui Penerapan Sistem
Aplikasi Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi ........................................................................ 11
Gambar 9 Peta Stakeholders/Pemangku Kepentingan terhadap Rancangan Proyek Perubahan ............................................ 25
Gambar 10 Struktur Tim Efektif Proyek Perubahan .............................. 37
Gambar 11.Rapat Biro Penelaahan Permohonan dalam Membentuk Tim Efektif dan Pemantapan Rencana Kegiatan........................... 44
Gambar 12.Rapat Pimpinan bersama Tim Efektif dalam Membangun Komitmen Bersama .............................................................. 45
Gambar 13. Rapat Tim Efektif dalam Menyusun Grand Design ............. 47
Gambar 14 Sampul Dokumen Grand Design Sistem Pengelolaan .......... 48 Gambar 15 Mockup Tampilan Lama aplikasi Permohonan Berbasis Android
.......................................................................................... 50
vi
Gambar 16. Tampilan Aplikasi Permohonan Perlindungan LPSK Setelah
Penyempurnaan dan Pembaharuan ................................... 50
Gambar 17. Mock Up Aplikasi Permohonan Android Setelah Disempurnakan ................................................................. 51
Gambar 18. Mock Up Tampilan Saat Pemohon Melakukan Cek Status Permohonan ....................................................................... 52
Gambar 19. Sistematika Proses Pengelolaan Permohonan Perlindungan hingga Proses Pengambilan Keputusan Pimpinan LPSK .... 53
Gambar 20. Sampul Depan Buku Panduan Aplikasi Pengelolaan
Permohonan Secara Online dan Terintegrasi ..................... 55
Gambar 21. Demonstrasi dan Uji Coba Aplikasi dihadapan Pimpinan
LPSK dan Para Tenaga Ahli Pada Rapat Paripurna ............. 56
Gambar 22. Peta Stakeholders/Pemangku Kepentingan terhadap Rancangan Proyek Perubahan........................................... 57
Gambar 23. Perubahan Peta Stakeholders Terhadap Pelaksanaan Proyek Perubahan Pada Tahapan Jangka Pendek .......................... 58
Gambar 24. Pertemuan Tim Efektif dengan Sekretaris Jenderal LPSK Saat Mendiskusikan Kemajuan Pelaksanaan Proper .................... 60
Gambar 25. Team Leader Memberikan Penjelasan, Diskusi dan Dialog Langsung dengan Ketua dan Wakil Ketua LPSK serta
Sekretaris Jenderal LPSK .................................................... 61
Gambar 26. Tim EFektif Berdiskusi bersama dengan Perwakilan Tenaga Ahli dan Manejer Kasus dalam Membangun Aplikasi .......... 65
Gambar 27. Tim Leader Bersama Beberapa Tenaga Ahli dan Manejer Kasus Berdiskusi dan Melakukan Penyamaan Persepsi Tentang Bisnis Proses di Internal Biro ................................. 67
vii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Rencana Tahapan Jangka Pendek (Bulan Oktober – November 2019) ..................................................................... 18
Tabel 2. Rencana Tahapan Jangka Menegah (Januari – Mei 2020) ........ 20
Tabel 3. Rencana Tahapan Jangka Panjang (Juni – Desember 2020) .... 21 Tabel 4. Peta Strategi Komunikasi Terhadap Stakeholder ..................... 26
Tabel 5. Startegi Komunikasi Stakeholders dan Ekspektasi .................. 28
Tabel 6. Perkiraan Kendala dan Rencana Solusi ................................... 36
Tabel 7. Kebutuhan Anggaran Pembangunan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Saksi dan Korban Secara Terintegrasi.
.............................................................................................. 38 Tabel 8. Capaian Tahapan Jangka Pendek (Oktober-Desember 2019) .. 42
Tabel 9. Pelaksanaan Startegi Komunikasi Stakeholders .................... 59
Tabel 10. Kendala yang Dihadapi dan Solusinya ................................. 69
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Surat Persetujuan Mentor pada Tahap Membangun Komitmen Bersama .......................................................................... 74
Lampiran 2. Surat Ketua LPSK Nomor KEP-468/1.4.1.PPP/LPSK/09/2019
tertanggal 23 September 2019 Tentang Pembentukan Tim
Efektif Pembangunan dan Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan Saksi dan Korban secara Terintegrasi. ......... 75
Lampiran 3. Uraian Tugas Masing-masing Kelompok Kerja .................. 76
Lampiran 4. Komitmen Bersama Antara Tim Efektif dengan Sekretaris Jenderal mewakili Pimpinan dan Staf LPSK ..................... 79
Lampiran 5. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Manajemen Berkas Permohonan) ................................................................... 80
Lampiran 6. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Permohonan
Perlindungan) .................................................................. 81
Lampiran 7. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Informasi Spasial
Permohonan) ................................................................... 82
Lampiran 8. Mock up Dashboard Tenaga Ahli ...................................... 83
Lampiran 9. Mock up Dashboard Pimpinan ......................................... 84
Lampiran 10. Mock up Dashboard Rapat Paripurna Pimpinan ............. 85 Lampiran 11. Berita Acara Uji coba ...................................................... 87
Lampiran 12. Salinan Notulensi Keputusan Rapat Pimpinan LPSK
dengan Para Pejabat Struktural, Para Tenaga Ahli dan Perwakilan Staf ....................................................................................... 8
8
ix
Ringkasan Eksekutif
Biro Penelaahan Permohonan (Biro PP) mempunyai salah satu tugas
melaksanakan dukungan pelayanan permohonan saksi dan korban. Dalam
melaksanakan tugasnya, Biro Penelaahan Permohonan menyelenggarakan
fungsi penyiapan penerimaan, penelaahan, investigasi dan penilaian
terhadap sebuah permohonan yang disampaikan oleh saksi dan korban.
Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dituangkan dalam berbagai sub sistem
diantaranya sub sistem penerimaan permohonan, sub sistem peneleaahan
permohonan dan sub sistem administrasi persidangan (Rapat Paripurna
Pimpinan). Pelaksanaan sub sistem - sub sistem tersebut melibatkan
berbagai stakeholders/pemangku kepentingan diantaranya Pemohon,
Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Bagian/Sub Bagian pada Biro PP, Staf
Penanggungjawab Permohonan dan Biro lain yang terkait.
Proses pengelolaan permohonan perlindungan dilakukan secara
konvensional dan terpisah/parsial pada masing-masing sub sistem. Proses
ini menghadapi kendala/masalah saat terjadi peningkatan jumlah
permohonan. Permasalahan yang muncul diantaranya banyaknya
permohonan yang belum ditindaklanjuti dan penyelesaian tindak lanjut
pemohonan tidak tepat waktu. Apabila hal ini terus terjadi, maka layanan
perlindungan dan pemenuhan hak-hak saksi dan korban tidak dapat
diberikan secara maksimal. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak
fatal terhadap keberadaan organisasi LPSK dan kepentingan/keselamatan
saksi dan korban.
Proyek perubahan yang ditawarkan untuk membantu menyelesaikan
maslah ini adalah Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Secara Terintegrasi. Sistem pengelolaan secara terintegrasi
adalah sistem yang mengintegrasikan semua sistem, entitas dan proses
pada organisasi dalam satu kerangka lengkap, yang memungkinkan
organisasi untuk bekerja sebagai satu kesatuan yang terpadu. Secara
prinsip sistem ini memadukan berbagai sub sistem yang ada dan
x
memadukan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam satu kesatuan
sistem.
Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara
Terintergrasi ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi program
berbasis elektronik. Dengan penerapan aplikasi ini, proses input data
dilakukan hanya sekali (diawal proses) dan data tersebut dapat diakses
oleh sub sistem lainnya. Aplikasi ini juga dimungkinkan dapat diakses oleh
para pimpinan atau stakeholder terkait termasuk pemohon, sehingga
pemohon dapat mengetahui perkembangan tahapan proses penangganan
permohonan yang diajukan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
dalam penggunaan aplikasi ini adalah sebagai berikut :
1) Mempercepat proses penelaahan;
2) Memudahkan pimpinan atau pejabat terkait dalam mengawasi proses
tindak lanjut terhadap permohonan secara real time;
3) Biaya kegiatan penelaahan menjadi lebih murah;
4) Proses pengiriman berkas antar sub sistem/bagian/sub bagian lebih
cepat karena dilakukan secara otomatis/terintegrasi;
5) Proses penelaahan lebih terukur dan lebih akuntabel
6) Pemohon dapat mengetahui tahapan proses penangganan
permohonan yang diajukan (lebih transparan)
7) Adanya perubahan pola kerja/habit di lingkungan Biro PP kearah
sebuah organisasi yang agile dan inovatif (PP (pola kerja yang lebih
efektif, IT minded, paperless dan security awareness)
Adapun langkah-langkah/tahapan yang akan dilakukan untuk
melaksanakan proyek perubahan sebagai berikut :
1) Tahap I (Jangka Pendek)
Tahapan ini dilakukan selama 2 bulan (Oktober – November 2019).
Kegiatan yang dikerjakan pada tahapan ini, diawali dengan
pembentukan Tim Efektif hingga uji coba Tahap I Aplikasi Program
xi
secara local host/close system/LAN Network serta penyusunan
panduan penggunaan aplikasi program.
2) Tahap II (Jangka Menengah)
Tahap ini dilakukan dalam kurun waktu 5 bulan (Januari – Mei 2020).
Kegiatan yang dikerjakan dalam tahap ini diantaranya evaluasi
pelaksanaan kegiatan jangka pendek, penyempurnaan aplikasi
program, hingga audit keamanan aplikasi program.
3) Tahap III (Jangka Panjang)
Tahap III akan dilakukan selama kurun waktu 7 bulan (Juni – Desember
2020). Kegiatan pada tahap III ini diantaranya penyusunan Peraturan
Sekjen hingga sosialisasi dan pelatihan serta implementasi aplikasi
program.
1
BAB I
RENCANA PROYEK PERUBAHAN
1.1. Latar Belakang
Dalam negara hukum, negara wajib mengakui dan melindungi Hak
Asasi Manusia (HAM) setiap individu tanpa membedakan latar
belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan
sama di hadapan hukum (equality before the law). Persamaan di hadapan
hukum memiliki arti bahwa semua orang memiliki hak untuk
diperlakukan sama di hadapan hukum. Persamaan perlakuan di hadapan
hukum bagi setiap orang berlaku dengan tidak membeda-bedakan latar
belakang baik ras, agama, keturunan, pendidikan atau status sosial
lainnya, dalam memperoleh keadilan khususnya lembaga peradilan.
Bertitik tolak dari prinsip diatas, maka pada tanggal 11 Agustus 2006
telah lahir Undang-undang No. 13 tahun 2006 tentang Perlindungan saksi
dan korban. UU tersebut mengatur tentang perlindungan hukum bagi
saksi dan korban serta sebagai dasar pembentukan Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
LPSK yang terbentuk dua tahun setelah lahirnya UU No. 13/2006
tepatnya pada tanggal 8 Agustus 2008, bertujuan untuk memberikan rasa
aman kepada saksi dan atau korban dalam memberikan keterangan pada
setiap tahapan proses peradilan. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, LPSK terdiri atas unsur Pimpinan, Tenaga Ahli, Dewan
Penasihat dan Sekertariat Jenderal. Unsur pimpinan LPSK berjumlah 7
orang terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap sebagai anggota
dan bekerja secara kolektif kolegial.
Biro Penelaahan Permohonan sebagai salah satu unit kerja dibawah
Sekretariat Jenderal (Setjen) bertugas untuk mengefektifkan pemberian
2
layanan kepada publik ditengah derasnya permohonan masyarakat yang
meminta perlindungan. Proses penanganan permohonan tidak hanya
wajib dilakukan secara benar (procedural) tetapi juga dituntut sebuah
kecepatan dalam pelayanan. Struktur organisasi LPSK dapat dilihat pada
bagan di bawah ini.
Gambar 1 Struktur Organisasi LPSK
Biro Penelaahan Permohonan mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan analisis dan pendapat permasalahan hukum serta
dukungan pelayanan permohonan saksi dan korban. Dalam
PIMPINAN
DEWAN
PENASIHAT
SEKRETARIS
JENDERAL
BIRO PEMENUHAN
HAK SAKSI &
KORBAN
BIRO
PENELAAHAN
PERMOHONAN
BIRO
ADMINISTRASI
UNIT
PENGAWASAN
TENAGA
AHLI
PERWAKILAN
LPSK DI DAERAH
BIRO
PENELAAHAN
PERMOHONAN
BAGIAN
PERSIDANGAN &
ADM PUTUSAN
Subbagian Penerimaan
& penelahaan
Subbagian Investigasi &
Penilaian
Subbagian Penyiapan
Persidangan
Subbagian Adm Putusan
Rapat Peripurna
3
melaksanakan tugasnya, Biro Penelaahan Permohonan menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan penerimaan, penelaahan, investigasi dan penilaian
permohonan;
b. Penyiapan analisis dan pendapat masalah hukum;
c. Penyiapan fasilitasi penghitungan nilai kompensasi dan restitusi
serta perlindungan darurat;
d. Penyiapan dukungan persidangan dan administrasi putusan;
e. Penyusunan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan
fungsi di lingkungan Biro Penelaahan Permohonan.
Hak-hak saksi dan korban yang dapat diberikan LPSK diantaranya
adalah memperoleh perlindungan fisik atas keamanan pribadi dan
keluarga,dirahasiakan identitasnya, mendapat identitas baru; mendapat
tempat kediaman sementara, mendapat nasihat hukum dan
pendampingan, bantuan medis, psikologis, psikososial, restitusi dan
kompensasi.
Dalam memberikan layanan perlindungan, LPSK menyediakan
berbagai akses/cara untuk menyampaikan permohonan. Permohonan
dapat disampaikan melalui berbagai cara yakni dengan datang langsug,
melalui surat, faksimili, email, aplikasi android dan melalui telpon/hotline
148. Permohonan perlindungan yang disampaikan akan ditelaah oleh
Biro PP paling lama 30 hari kerja dan dapat diperpanjang paling lama 30
hari kalender. Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan LPSK No.
3/2016 tentang Pelayanan Permohonan Perlindungan Saksi dan/atau
Korban Tindak Pidana. Alur proses penyampaian permohonan
perlindungan, dapat digambarkan melalui bagan dibawah ini :
4
Gambar 2. Alur proses penyampaian permohonan perlindungan
Dalam menindaklanjuti permohonan perlindungan, Biro Penelaahan
Pemohonan menjalankan proses kerja sebagaimana tergambar dalam
bagan berikut:
5
Gambar 3. Alur Proses Kerja Biro Penelaahan Permohonan
Kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi LPSK dari tahun ke
tahun semakin tinggi. Kondisi ini tergambar dari meningkatnya
permohonan setiap tahun. Dimana pada tahun pertama berdiri (2008),
LPSK hanya menerima 10 permohonan; 2009 sebanyak 74 permohonan;
2010 sebanyak 154 permohonan hingga pada ada tahun 2018 sebanyak
1366 permohonan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat tersebut
harus juga diiringi dengan peningkatan layanan LPSK, baik itu pelayanan
dalam menerima dan memproses permohonan juga pelayanan dalam
melindungi dan memberikan pengamanan bagi saksi dan korban.
6
Gambar 4. Jumlah Permohonan Perlindungan yang Diterima dalam
kurun waktu 12 tahun terakhir
Jumlah permohonan yang semakin meningkat dan tidak diiringi
dengan pengelolaan yang baik menjadi salah satu hambatan yang
dihadapi oleh LPSK. Kondisi ini diperburuk dengan tidak meratanya
kemampuan sumber daya manusia di Biro PP. Proses pengelolaan
permohonan perlindungan yang dilakukan secara konvensional dan
terpisah/parsial pada masing-masing sub sistem, berdampak terhadap
lamanya proses penelaahan. Beberapa permasalahan yang muncul
diantaranya banyaknya permohonan yang belum ditindaklanjuti dan
penyelesaian tindak lanjut pemohonan tidak tepat waktu. Apabila hal ini
terus terjadi, maka layanan perlindungan dan pemenuhan hak-hak saksi
dan korban tidak dapat diberikan secara maksimal. Kondisi ini
dikhawatirkan akan berdampak fatal terhadap keberadaan organisasi
LPSK dan kepentingan/keselamatan saksi dan korban.
Berdasarkan Laporan Hasil Analisis dan Evaluasi Januari – Juni
2019, Biro PP menerima 782 permohonan perlindungan dan hanya 275
10 74
154
340
655
1560
1076
1687 1727 1901
1366
897
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019*
7
88
58 50
258 255
73
48 52 47
75
50
3 0
50
100
150
200
250
300
Januari Februari Maret April Mei Juni
Jumlah Permohonan Penyelesaian Permohonan
permohonan yang telah selesai ditindaklanjuti atau setara dengan
35,17%. Kondisi ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
Gambar 5. Perbandingan antara Jumlah Permohonan dengan
Jumlah Risalah per Bulan periode Januari - Juni 2019.
Laporan Hasil Analisis dan Evaluasi Januari – Juni 2019, juga
mendapatkan informasi bahwa dari 275 permohonan yang
ditindaklanjuti, hanya 58% permohonan yang waktu penelaahannya
dilakukan kurang dari 30 hari kerja, 28% permohonan yang waktu
penelaahannya diselesaikan antara 30 – 75 hari dan 13% permohonan
yang waktu penelaahannya dilakukan lebih dari 75 hari (melebihi waktu
yang ditentukan dalam Peraturan LPSK No. 3/2016).
Selain kendala di atas, kegiatan analisis dan evaluasi yang dilakukan
juga menemukan tingginya persentase jumlah keterlambatan dalam
penyerahan berkas permohonan yang telah ditindaklanjuti sebagai data
dukung dalam Rapat Paripurna Pimpinan. Menurut Laporan Hasil
Analisis dan Evaluasi Januari – Juni 2019 ditemukan sebanyak 36%
8
penyerahan data dukung mengalami keterlambatan (Gambar 6). Hal ini
diduga akibat penyusunan risalah permohonan beserta data dukungnya
dilakukan secara manual dan parsial sehingga data dukung sering tidak
lengkap atau tertinggal.
Gambar 6. Persentase Ketepatan Waktu Penyerahan Data Pendukung
Permohonan Perlindungan Sebagai Bahan Rapat Paripurna
Pimpinan
Banyaknya permohonan yang belum ditindaklanjuti dan
penyelesaian tindak lanjut pemohonan tidak tepat waktu, hal ini diduga
akibat pengelolaan permohonan yang dilakukan kurang optimal. Apabila
hal ini terus terjadi, maka layanan perlindungan dan pemenuhan hak-hak
saksi dan korban tidak dapat diberikan secara maksimal. Kondisi ini
dikhawatirkan akan berdampak fatal terhadap keberadaan organisasi
LPSK dan kepentingan/keselamatan saksi dan korban.
Untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dari masalah
ini tidak meluas dan berakibat fatal, maka perlu dilakukan sebuah
terobosan yang dapat menjadi solusi dan dapat mengantisipasi terhadap
tuntutan masyarakat serta perubahan lingkungan strategis. Dalam era
globalisasi ini, setiap organisasi publik dituntut dapat melakukan inovasi
dan mengantisipasi era Revolusi Industri 4.0.
63.64% 18.18%
9.09%
9.09%
Ketepatan Waktu Penyerahan Data Pendukung Bahan RPP
Tepat Waktu Terlambat 1 hari Terlambat 2 hari Terlambat 3 hari
9
Gagasan proyek perubahan yang ditawarkan untuk membantu
menyelesaikan maslah ini adalah Penerapan Sistem Pengelolaan
Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi. Sistem pengelolaan secara
terintegrasi adalah sistem yang mengintegrasikan semua sistem, entitas
dan proses pada organisasi dalam satu kerangka lengkap, yang
memungkinkan organisasi untuk bekerja sebagai satu kesatuan yang
terpadu. Secara prinsip sistem ini memadukan berbagai sub sistem yang
ada dan memadukan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam satu
kesatuan sistem.
Beberapa sub sistem yang diintegrasikan oleh sistem ini diantaranya
sub sistem penerimaan permohonan, sub sistem peneleaahan permohonan
dan sub sistem administrasi persidangan (Rapat Paripurna Pimpinan).
Sistem ini juga akan mengintegrasikan berbagai stakeholders/pemangku
kepentingan yang terlibat dalam sub sistem diantaranya Pemohon,
Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Bagian/Sub Bagian pada Biro PP, Staf
Penanggungjawab Permohonan dan Biro lain yang terkait.
Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara
Terintergrasi ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi program
berbasis elektronik. Dengan penerapan aplikasi ini, proses input data
dilakukan hanya sekali (diawal proses) dan data tersebut dapat diakses
oleh sub sistem lainnya. Aplikasi ini juga dimungkinkan dapat diakses
oleh para pimpinan atau stakeholder terkait termasuk pemohon, sehingga
pemohon dapat mengetahui perkembangan tahapan proses penangganan
permohonan yang diajukan. Pola hubungan antar sub sistem dan para
stakeholders dalam sistem yang terintegrasi dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini.
10
Gambar 7. Pola Integrasi Antar Berbagai Sub Sistem dan Stakeholders dalam Pengelolaan Permohonan
Perlindunan secara Terintegrasi
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan
aplikasi ini adalah sebagai berikut :
1) Mempercepat proses penelaahan;
2) Memudahkan pimpinan atau pejabat terkait dalam mengawasi
proses tindak lanjut terhadap permohonan secara real time;
3) Biaya kegiatan penelaahan menjadi lebih murah;
4) Proses pengiriman berkas antar sub sistem/bagian/sub bagian
lebih cepat karena dilakukan secara otomatis/terintegrasi;
5) Proses penelaahan lebih terukur dan lebih akuntabel
6) Pemohon dapat mengetahui tahapan proses penangganan
permohonan yang diajukan (lebih transparan)
11
7) Adanya perubahan pola kerja/habit di lingkungan Biro PP kearah
sebuah organisasi yang agile dan inovatif (pola kerja yang lebih
efektif, IT minded, paperless dan security awareness)
Kerangka alur pikir gagasan proyek perubahan terkait “Optimalisasi
Layanan Biro Penelaahan Permohonan Melalui Penerapan Sistem
Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi”, dapat dilihat
dalam gambar dibawah ini.
Gambar 8. Alur Pikir Gagasan Proyek Perubahan “Optimalisasi
Layanan Biro Penelaahan Permohonan Melalui
Penerapan Sistem Aplikasi Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Secara Terintegrasi”.
Alur pikir gagasan proyek ini diawali dari berbagai masalah yang
dihadapi oleh Biro Penelaahan Permohonan dalam pengelolaan
permohonan perlindungan. Berbagai permasalahan sebagaimana telah
dijelaskan di atas, diduga disebabkan banyak jumlah permohonan, SDM
12
yang terbatas, pola pengelolaan yang konvensional dan tidak didukung
oleh teknologi informasi. Keadaan tersebut berdampak terhadap
terganggunya proses pemenuhan hak saksi dan korban, terancamnya jiwa
saksi dan tidak menutup kemungkinan adanya keberatan masyarakat
yang berakhir pada somasi/gugatan hukum pemohon kepada LPSK.
Untuk itu perlu dicarikan sebuah terobosan yang dapat menyelesaikan
permasalahan sehingga kekhawatiran adanya gugatan hukum akibat
pengelolaan permohonan yang tidak optimal dapat dicegah.
Perubahan lingkungan strategis yang cepat dan tingginya tuntutan
masyarakat untuk mendapatkan layanan LPSK secara cepat, mudah,
akuntabel dan transparan, memaksa Biro PP harus mampu berinovasi
dalam memberikan layanan yang optimal. Inovasi yang diciptakan
kiranya dapat merubah pola pikir dan pola tindak aparatur Biro PP yang
pada akhirnya mampu menjadikan organisasi LPSK menjadi lebih adaptif,
agile dan inovatif.
Inovasi yang digagas melalui proyek perubahan ini ditekankan pada
upaya membangun sebuah sistem pengelolaan permohonan perlindungan
secara terintegrasi. Sistem pengelolaan yang berbasis sistem informasi
dan teknologi akan mempermudah dalam pengelolaan informasi. Pola
integrasi dalam pengelolaan permohonan tersebut secara prinsip adalah
membangun sebuah sistem yang memadukan berbagai sub sistem yang
ada di berbagai subbagian/bagian dengan berbagai stakeholders yang
terlibat di dalamnya. Setiap komponen/entitas dalam sistem tersebut
akan saling terkait dan terhubung.
Sistem pengelolaan secara terintegrasi ini akan dituangkan kedalam
sebuah aplikasi program. Kegiatan pembangunan sistem pengelolaan
permohonan secara terintegrasi ini akan dilakukan melalui 3 tahapan.
Tahap pertama atau jangka pendek diawali dengan membuat design
sistem pengelolaan permohonan terintegrasi hingga membangun sebuah
program aplikasi sistem pengelolaan. Untuk memastikan agar sistem
13
tersebut dapat mudah digunakan (user friendly) maka aplikasi tersebut
harus dilengkapi dengan panduan pengoperasian sistem aplikasi.
Tahapan jangka menegah dalam proyek perubahan ini difokuskan
dalam memastikan agar sistem yang telah dibangun memiliki tingkat
keamanan yang tinggi. Tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam
membangun program aplikasi sistem ini menjadi sebuah keharusan
mengingat informasi yang akan dikelola memiliki tingkat kerahasian yang
tinggi dan dilindungi oleh undang-undang. Keterlibatan Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN) sebagai sebuah lembaga negara yang bertaggung
jawab terhadap keamanan sistem informasi dan teknologi yang digunakan
oleh setiap kementerian/lembaga negara. Peran BSSN ini diharapkan
mampu melakukan audit dan clearance terhadap sistem jaringan dan
aplikasi yang akan digunakan.
Tahapan jangka panjang adalah tahapan yang penting untuk
memastikan bahwa pelaksanaan proyek perubahan ini dapat berjalan
lancar dan sukses. Target kegiatan yang akan dicapai pada tahap ini
adalah terlaksananya sistem pengelolaan permohonan secara terintegrasi
yang diimplementasikan dalam program aplikasi secara menyeluruh di
Biro PP. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan menjadi salah satu kegiatan
kunci dalam tercapainya output pada tahapan ini. Untuk memastikan
agar setiap aparatur yang ada di Biro PP menerapkan sistem ini maka
perlu diterbtkan aturan/legalitas yang bersifat mengikat. Legalias tersebut
dituangkan dalam peraturan Sekretaris Jenderal LPSK.
Gagasan Proyek Perubahan ini juga sejalan dengan Program
Pemerintah dalam mempercepat Reformasi Birokrasi. Dalam buku
Reformasi Birokrasi Dalam Praktek yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Terbitan Tahun 2013 menyatakan bahwa salah satu indikator
percepatan implementasi reformasi birokrasi adalah penerapan aplikasi e-
office (Aplikasi Kantor Maya) di lingkungan pemerintahan. Electronic office
14
atau e-office adalah suatu sistem terotomasi yang mengelola administrasi
perkantoran dan memusatkan komponen organisasi, berupa data,
informasi, dan komunikasi yang dilakukan melalui media telekomunikasi.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Utama
Tujuan utama pelaksanaan proyek perubahan ini adalah untuk
mengoptimalkan layanan Biro Penelaahan Permohonan kepada
masyarakat sehingga kualitas layanan menjadi lebih baik, efektif
dan efisien, melalui penerapan sistem pengelolaan permohonan
perlindungan secara terintegrasi
Dalam rangka untuk mencapai tujuan utama tersebut, terdapat 3
(tiga) tahapan yang wajib untuk dilakukan, yaitu :
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek akan dilakukan dalam kurun waktu 2
bulan (Oktober – November 2019), selama masa PKN II).
Tujuan yang ditarget dalam jangka pendek ini adalah
terbangunnya sebuah sistem pengelolaan permohonan
perlindungan secara terintegrasi yang dilengkapi dengan
program aplikasi dan panduannya.
b. Tujuan Jangka Menengah
Tujuan jangka menengah akan dilakukan dalam kurun waktu
5 bulan (Januari – Mei 2020). Tujuan yang ditarget dalam
jangka menengah ini adalah terjaminnya keamanan program
aplikasi sistem pengelolaan permohonan perlindungan secara
terintegrasi.
c. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang akan dilakukan dalam kurun waktu 7
bulan (Juni – Desember 2020). Tujuan yang ditarget dalam
jangka panjang ini adalah penerapan secara menyeluruh
15
sistem dan program aplikasi pengelolaan permohonan
perlindungan secara terintegrasi.
2. Manfaat
Penerima manfaat dari Proyek Perubahan ini terdiri dari pihak
eksternal maupun pihak internal LPSK.
1) Pihak Eksternal
Pihak eksternal yang menerima manfaat dari kegiatan ini
adalah:
1) Masyarakat sebagai Pemohon
Manfaat yang diterima oleh masyarakat sebagai pemohon:
a) Mendapatkan layanan yang cepat dan yang terbaik
b) Mendapatkan informasi terkait tahapan proses tindak
lanjut permohonan yang diajukan.
c) Kerahasiaan data pemohon lebih terjaga/aman
2) Aparat Penegak Hukum (APH)
Manfaat yang dapat diterima oleh APH, diantaranya:
a) Mendapatkan layanan yang cepat dan yang terbaik
b) Mendapatkan informasi terkait tahapan proses tindak
lanjut permohonan yang diajukan.
3) Kementerian/Lembaga terkait
Manfaat yang dapat diterima oleh Kementerian/Lembaga
terkait, diantaranya :
a) Mendapatkan layanan yang cepat dan yang terbaik
b) Mendapatkan informasi terkait tahapan proses tindak
lanjut permohonan yang diajukan
2) Pihak Internal
Pihak internal yang menerima manfaat dari kegiatan ini adalah:
1) Pimpinan/Komisioner LPSK
Manfaat yang diterima oleh Pimpinan/Komisioner LPSK
diantaranya:
16
a) Mendapatkan informasi terkait proses dan/atau
perkembangan penangganan permohonan secara
cepat/real time.
b) Dapat melakukan supervise/monitoring secara langsung
terkait tahapan proses tindak lanjut permohonan yang
sedang ditanggani.
c) Dapat secara cepat mengambil keputusan terhadap status
permohonan.
d) Dapat secara cepat mengetahui beban kerja/jumlah
kasus yang sedang dan telah ditangani oleh setiap Staf
Penelaah dan Tenaga Ahli
e) Menumbuhkan kedispilinan dan security awareness di
lingkungan Biro Penelaahan Permohonan.
f) Lebih mudah dalam mengakses data terkait dengan
proses pelaksanaan Rapat Paripurna Pimpinan
2) Tenaga Ahli (TA)
Manfaat yang dapat diterima oleh TA, diantaranya:
a) Mendapatkan informasi terkait proses dan/atau
perkembangan penangganan permohonan ysng sedang
ditanggani oleh Staf Penelaah secara cepat/real time.
b) Dapat melakukan supervise/monitoring secara langsung
terkait tahapan proses tindak lanjut permohonan yang
sedang ditanggani oleh Staf Penelaah.
c) Dapat secara cepat mengambil keputusan terhadap
status permohonan
d) Dapat secara cepat mengetahui beban kerja/jumlah
kasus yang sedang dan telah ditangani oleh setiap Staf
Penelaah
e) Dapat secara cepat mengetahui beban kerja/jumlah
kasus yang sedang dan telah ditangani oleh TA yang
bersangkutan.
17
f) Terdapat mesin pengingat secara otomatis terkait batas
waktu penelaahan
3) Staf Penanggungjawab Penelaahan/Permohonan
Manfaat yang dapat diterima oleh Staf Penanggungjawab
Penelaahan/Permohonan, diantaranya :
a) Dapat berkonsultasi terkait penelaahan permohonan
secara cepat dengan para TA tanpa dibatasi ruang dan
waktu.
b) Lebih mudah dan cepat dalam proses penelaahan.
c) Pengamanan data pemohon lebih baik/terjaga.
d) Penyerahan data dukung antar Subbagian/Bagian dapat
dilakukan secara otomatis.
e) Terdapat mesin pengingat secara otomatis terkait batas
waktu penelaahan.
f) Menumbuhkan kedispilinan dan security awareness
4) Biro Pemenuhan Hak Saksi dan Korban (Biro PHSK)
Manfaat yang dapat diterima oleh Biro PHSK, diantaranya:
a) Tidak perlu lagi melakukan input data (karena sudah
dilakukan diawal)
b) Dimudahkan dalam pelaksnaan tugas dikarenakan data
telah tersusun secara rapih dalam sebuah sistem.
c) Dapat lebih cepat dan mudah dalam memberikan
pemenuhan hak-hak terlindung.
d) Penyerahan data dukung pemohon yang telah ditetapkan
sebagai terlindung dapat dilakukan secara cepat dan
otomatis
5) Biro Administrasi
Manfaat yang dapat diterima oleh Biro Administrasi,
diantaranya:
a) Dimudahkan dalam pengarsipan data dan informasi
b) Beban biaya operasional menjadi lebih efisien
18
1.3. Output dan Outcome
1. Output
Output dari Proyek Perubahan ini adalah Sistem Pengelolaan
Permohonan Perlindungan Saksi dan Korban Secara Terintegrasi,
yang didukung dengan program aplikasi dan Panduan
penggunaannya.
2. Outcome
Outcome dari proyek perubahan ini adalah Optimalisasi layanan
Biro Penelaahan Permohonan kepada masyarakat sehingga
kualitas layanan menjadi lebih baik, efektif dan efisien, yang
ditandai dengan indicator sebagai berikut :
a) Adanya peningkatan jumlah penyelesaian penelaahan
permohonan, semula tingkat penyelesaian hanya 35,17%
menjadi lebih dari 70%.
b) Adanya peningkatan ketepatan waktu terkait tindak lanjut
penelaahan permohonan, yang semula tingkat ketepatan hanya
87% menjadi 95%.
c) Adanya peningkatan ketepatan waktu terkait penyerahan data
dukung permohonan dalam penyiapan bahan RPP, yang
semula tingkat keterlambatan sebesar 36,4% menjadi 0% (tidak
ada keterlambatan).
d) Pelaksanaan tindak lanjut permohonan perlindungan
dilakukan secara transfaran, terukur dan akuntabel
1.4. Tahapan Perubahan Rencana Strategis
Proyek Perubahan yang akan dilaksanakan, direncanakan
melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari
19
beberapa kegiatan, sebagaimana dituangkan dalam tabel atau matriks
berikut ini.
Tabel 1. Rencana Tahapan Jangka Pendek (Bulan Oktober – November
2019)
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN HASIL KEGIATAN
OUTPUT
1. Membangun Tim Efektif;
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan mentor dan
coach b) Pembentukan Tim c) Membangun values tim d) Identifikasi kebutuhan dan
distribusi tugas anggota e) Penerbitan SK Tim
Minggu ke-1 Oktober 2019
- Values/nilai-nilai
tim yang disepakati
- Deskripsi tugas - SK Tim
2 Membangun komitmen kerja dengan Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Pejabat Struktural dan Staf Biro;;
Kegiatan ini berupa: a) Koordinasi dengan mentor dan
Tim b) Melakukan penyamaan persepsi
dan sosialisasi Proper di Pimpinan dan stakeholder Internal
Minggu ke-2 Oktober 2019
- Notulen dan dokumen/materi sosialisasi
3 Menyusun Rancangan Design Sistem Pengelolaan Permohonan secara Terintegrasi
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim, Mentor
dan coach b) Koordinasi dan konfirmasi terkait
alur sistem dengan stakeholder terkait
c) Menyusun draft alur sistem terintegrasi dan design sistem
d) Finalisasi design rekayasa sistem
Minggu ke-3 dan Minggu ke-4 Oktober 2019
Rancangan design sistem terintegrasi
4 Pembangunan aplikasi program;
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim IT b) Setting data dan kodefikasi data
Minggu ke-4 Oktober s.d. Minggu ke-2
- mock up
tampilan aplikasi
20
c) Membangun aplikasi program d) Pengujian dan instalasi sistem
November 2019
5 Menyusun Panduan Penggunaan Aplikasi Program
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Koordinasi dengan Bagian Hukum
Biro Administrasi c) Penyusunan Panduan d) Dokumentasi dan Pencetakan
Minggu ke-2 s/d ke-4 November 2019
- Buku Panduaan
6 Uji Coba Tahap I Aplikasi Program (local host/close system/LAN Network)
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim IT b) Instalasi Sistem c) Setting dan input contoh data d) Asistensi dan simulasi e) Evaluasi dan hasil uji coba
Minggu ke-1 s/d ke-4 November 2019
- Berita Acara Uji
Coba
Tabel 2. Rencana Tahapan Jangka Menegah (Januari – Mei 2020)
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN HASIL KEGIATAN
OUTPUT
1 Evaluasi pelaksanaan kegiatan jangka pendek
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan mentor b) Koordinasi dengan Tim
Minggu ke-2 Januari 2020
- notulen rapat
2 Penyempurnaan Aplikasi Program Kegiatan ini berupa :
a) Koordinasi dengan Tim b) Review Design c) Penyempurnaan aplikasi
d) Setting data ulang
Minggu ke -3 dan ke-4 Januari 2020
- notulen rapat - Aplikasi yang
telah disempurnakan
3 Koordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim dan Biro
Administrasi b) Koordinasi dengan BSSN c) Menyepakati rencana kegiatan
audit
Minggu ke-1 dan ke-2 Februari 2020
- notulen rapat - Rencana
Kegiatan
21
4 Security audit terhadap sistem jaringan dan aplikasi program oleh BSSN
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim dan Biro
Administrasi serta BSSN b) Audit keamanan sistem jaringan
dan aplikasi program c) Evaluasi dan tindak lanjut hasil
audit
Minggu ke-4 Februari s/d Minggu ke-2 Maret 2020
- Berita Acara BSSN
5 Uji Coba Tahap II Aplikasi Program (open source)
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Instalasi Sistem c) Setting dan input contoh data d) Asistensi dan simulasi e) Evaluasi dan hasil uji coba
Minggu ke-3 Maret s/d Minggu ke-2 April 2020
- Berita Acara Uji Coba
6 Penyempurnaan Akhir Aplikasi Program
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Penyempurnaan aplikasi c) Setting data d) Simulasi dan evaluasi
Minggu ke-3 April s/d Minggu ke-2 Mei 2020
- Laporan Kegiatan
Tabel 3. Rencana Tahapan Jangka Panjang (Juni – Desember 2020)
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN HASIL KEGIATAN
OUTPUT
1 Evaluasi pelaksanaan kegiatan jangka menengah
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan mentor b) Koordinasi dengan Tim
Minggu ke-2 Juni 2020
- notulen rapat/ dokumen hasil evaluasi
2 Penyusunan Peraturan Sekjen tentang Implementasi Aplikasi
Program Kegiatan ini berupa :
a) Koordinasi dengan Tim b) Koordinasi dengan Bagian
Hukum Biro Administrasi c) Peyusunan Rencana Aksi d) Pembuatan Draft Peraturan
Sekjen e) Finalisasi Draft
PeraturanSekjen f) Pengesahan Peraturan Sekjen
Minggu ke-2 Juni s/d Minggu ke-2 Juli 2020
- notulen rapat - Peraturan Sekjen
3 Sosialisasi dan pelatihan Aplikasi Program
22
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Koordinasi Internal Biro PP c) Koordinasi dengan TA dan
Pipinan LPSK d) Instalasi dan input data e) Pelatihan dan asistensi internal
Biro PP f) Pelatihan dan asistensi internal
Tenaga Ahli dan Pimpinan LPSK
Minggu ke-3 Juli dan ke-3 September 2020
- Dokumentasi dan Berita Acara
- Dokumen hasil sosialisasi
- Jumlah pegawai yang dilatih
4 Implementasi Aplikasi Program
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Koordinasi dengan Biro
Administrasi c) Input data dan setting d) Implementasi Aplikasi e) Monitoring Sistem
Minggu ke-4 September - Desember 2020
- Berita Acara BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara)
5 Monitoring dan evaluasi program
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim b) Evaluasi Penerapan Sistem
Minggu ke-1 Oktober – Desember 2020
- Dokumen hasil monitoring dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
1.5. Rencana Strategis Marketing
Strategi marketing yang akan dilakukan dalam proyek
perubahan ini menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Strategi
Marketing pada Proses Penyusunan Proyek Perubahan dan Strategi
Marketing pada Hasil Proyek Perubahan. Kedua pendekatan ini di
harapkan dapat mendukung keberhasilan proyek perubahan.
Strategi marketing terhadap kedua pendekatan tersebut
menggunakan Strategc Partnership. Strategi ini untuk mendukung
keberhasilan pemasaran proyek perubahan dengan cara kolaborasi
yang erat dengan stakeholder.
1. Strategi Marketing Proses Penyusunan Proyek Perubahan
23
Strategi marketing ini diarahkan kepada stakeholder agar
mendukung proyek perubahan. Strategi marketing ini dimulai
dari identifikasi stakeholder kemudian dilakukan pemetaan. Dari
hasil pemetaan stakeholder tersebut kemudian ditentukan strategi
untuk mempengaruhi dengan harapan seluruh stakeholder
mendukung proyek perubahan.
1) Indentifikasi Stakeholder
Indentifikasi Stakeholder adalah identifikasi unit terkait yang
berkepentingan dan memiliki pengaruh terhadap proyek
perubahan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif yang
berarti mendukung, negatif yaitu menjadi sumber penghambat,
atau netral yaitu pengaruhnya tidak mendukung dan
menghambat proyek perubahan. Hasil identifikasi ditemukan
beberapa stakeholder yang terkait dengan pelaksanaan proyek
perubahan ini yakni Pemohon, Aparat Penegak Hukum,
Kementerian/Lembaga terkait, Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli,
Staf Penanggungjawab Permohonan serta Biro PHSK dan Biro
Administrasi.
2) Pemetaan Stakeholder
Pemetaan Stakeholder diperoleh melalui proses identifikasi
para stakeholder yang terlibat dan terkena dampak dari proyek
perubahan yang akan dikerjakan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kemudian diidennntifikasi lagi sifat
dukungan dari masing masing stakeholder positif (+), negatif (-),
atau netral (+/-). Stakeholder yang memiliki dukungan positif
berarti mendukung dan diprediksi akan mendukung karena
menerima dampak positif dari proyek perubahan. Selanjutnya
stakeholder juga akan diidentifikasi terkait tinggi rendahnya
kepentingan dan tinggi rendahnya peruh terhadap proyek
perubahan. Setelah dilakukan identifikasi dan dikelompokkan
24
menjadi empat kuadran diperoleh hasil seperti gambar dibawah
ini.
Gambar 9. Peta Stakeholders/Pemangku Kepentingan terhadap
Rancangan Proyek Perubahan
a) Promotor
Promotor adalah stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi
dan pengaruh tinggi/besar terhadp proyek perubahan.
Stakeholder yang masuk dalam kuadran ini adalah Pimpinan
LPSK. Pimpinan LPSK selain memiliki pengaruh yang tinggi,
juga dinilai memiliki kepentingan yang tinggi terhadap
keberhasilan proyek perubahan ini. Mengingat beberapa
masalah dan dampak seperti yang diuraikan diatas, menjadi
perhatian pimpinan.
b) Defender
25
Stakeholder pada kuadran ini tergolong memiliki
kepentingan tinggi, tetapi pengaruh rendah. Hasil pemetaan
stakeholders terhadap gagasan Proyek Perubahan ini
ditemukan stakeholders yang masuk dalam kategori adalah
Pemohon. Pemohon merupakan stakeholder yang memiliki
kepentingan yang sangat tinggi namun tidak memiliki
pengaruh yang besar.
c) Latent
Pada kuadran ini diidentifikasi stakeholder yang kurang
memiliki kepentingan terhadap proyek perubahan, tetapi
memiliki pengaruh yang besar terhadap proyek perubahan
maupun stakeholder sendiri. Hasil pemetaan stakeholder
ditemukan banyak staheholder yang masuk dalam kuadran
diantaranya Tenaga Ahli, Kepala Biro PHSK dan Kepala Biro
Administrasi serta staf Penanggung Jawab Permohonan
(Case Manager/CM). Para stakeholder ini dinilai memiliki
kepentingan yang tinggi terhadap gagasan ini, namun diduga
tidak terlalu peduli/perhatian terhadap permasalahan atau
gagasan ini. Hal ini diduga disebabkan karena danya
kekhawatir gagasan yang akan ditawarkan akam menambah
beban pekerjaan dan mempersulit proses kerja.
d) Aphetetis
Pada kuadran ini adalah stakeholder yang kurang memiliki
pengaruh dan kurang juga memiliki kepentingan.
Stakeholder yang diduga masuk dalam kategori ini
diantaranya, Aparat Penegak Hukum (APH) dan
Kementerian/Lembaga terkait. Para stakeholder tersebut
tidak memiliki pengaruh yang tinggi untuk menghambat
keberhasilan pelaksanaan gagasan ini. Para stakeholder ini
juga dinilai belum mengetahui manfaat gagasan ini sehingga
26
cenderung cenderung tidak peduli atau tidak merasa ada
kepentingan terhadap gagasan ini.
3) Strategi Mempengaruhi Stakeholder
Setelah melakukan identifikasi dan pemetaan stakeholder,
selanjutnya adalah menyusun strategi agar stakeholder yang
masih memiliki pengaruh rendah atau kepentingan rendah
bisa ditarik pada kuadran yang tinggi pengaruh dan
kepentingannya. Untuk itu, peta strategi komunikasi yang
disusun adalah sebagai berikut
Tabel 4. Peta Strategi Komunikasi Terhadap Stakeholder
KEEP SATISFIED MANAGE CLOSELY
Brainstorming, diskusi,
pendekatan persuasif, dialog
langsung, sosialisasi dan
pelatihan, serta
instruksi/penugasan dan
asistensi.
Brainstorming, diskusi,
pendekatan persuasif, konsultasi,
dialog langsung dan sosialisasi.
MINIMAL EFFORT KEEP INFORMED
Sosialisasi Brainstorming, diskusi,
pendekatan persuasif, dialog
langsung dan sosialisasi serta
advokasi
Strategi komunikasi yang dilakukan sesuai dengan kuadran
stakeholder masing masing. Untuk stakeholder pada kuadran
Promotors, strategi yang digunakan adalah Manage Closely.
Strategi ini diterapkan karena stakeholder ini memiliki peran
yang sangat penting dalam menyukseskan gagasan proyek
perubahan. Kesalahanan dalam mengelola hubunan dengan
stakeholder ini akan berakibat fatal terhadap keberlangsungan
27
proyek perubahan. Untuk itu upaya dalam meyakinkan
stakeholder ini agar mau konsisten berpartisipasi/terlibat secara
aktif dalam proyek perubahan menjadi kunci utama
keberhasilan peroyek. Kemampuan dalam mengkomunikasikan
gagasan melalui berbagai pola pendekatan komunikasi menjadi
sebuah keharusan.
Kemudian, untuk stakeholder pada kuadran Defender
strategi yang digunakan adalah Keep informed. Strategi
komunikasi ini ditujukan untuk tetap menjaga agar stakeholder
ini dapat memberikan dukungan yang lebih terhadap
keberhasilan proyek, walaupun tidak memiliki daya dukung yang
kuat untuk berkontribusi dalam keberhasilan proyek.
Komunikassi dua arah merupakan pendekatan yang paling
efektif dalam meningkatkan dan atau mempertahankan
pengaruh dari kelompok ini. Tingginya kepentingan yang
dimiliki kelompok ini dan kadang kala didukung dengan akses
yang luas, kelompok ini dapat menciptakan daya ungkit untuk
meningkatkan pengaruhnya.
Untuk kuadran Latent strategi komunikasi yang digunakan
adalah Keep Satisfied. Strategi ini dimaksudkan agar pengaruh
yang tinggi pada kelompok ini tidak menjadi penghambat.
Kelompok stakeholder ini terdiri dari Para Pejabat terkait dan
Tenaga Ahli. Kelompok ini memiliki pengaruh dan kekuatan yang
besar dalam keberhasilan pelaksnaan proyek, walaupun
kelompok ini belum mengetahui gagasan proyek perubahan ini.
Kondisi ini mengakibatkan kelompok ini merasa tidak memiliki
kepentingan yang cukup tinggi terhadap gagasan proyek
perubahan. Startegi komunikasi yang diterapkan dengan
melibatkan kelompok ini secara aktif dan terus menerus dalam
pelaksanaan proyek perubahan merupakan pendekatan yang
28
paling baik. Kelompok ini sangat berpeluang untuk menjadi
stakeholder promotor atau key players untuk mendukung
gagasan proyek perubahan.
Sedangkan pada kuadran Aphatetis akan digunakan strategi
minimal effort. Kelompok stakeholder dalam kuadran ini
merupakan kelompok yang tidak memiliki kepentingan dan
pengaruh secara langsung dalam kesuksesan gagasan proyek
perubahan. Pendekatan strategi ini bertujuan untuk menjaga
agar kelompok ini tetap terlibat dalam proyek ini secara pasif
dan untuk mempertahankan hubungan/komunikasi walaupun
hanya sebatas komunikasi searah. Namun upaya komunikasi
yang lebih juga bisa memberikan peluang bagi kelompok ini
untuk meningkatkan pengaruhnya dalam memberikan
dukungan keberhasilan proyek perubahan.
Tabel 5. Startegi Komunikasi Stakeholders dan Ekspektasi
NO PEMANGKU
KEPENTINGAN
EKSPEKTASI STRATEGI
KOMUNIKASI
1 Pimpinan LPSK Mengarahkan,
menyetujui dan
memberikan
dukungan
keberhasilan proyek
perubahan
Brainstorming,
diskusi, pendekatan
persuasif,
konsultasi, dialog
langsung dan
sosialisasi.
2 Tenaga Ahli Memberikan
dukungan dan
masukan serta
partisipasi aktif
dalam proyek
perubahan.
Brainstorming,
diskusi, pendekatan
persuasif, dialog
langsung, sosialisasi
dan pelatihan
3 Kepala Biro PHSK Memberikan
dukungan dan
masukan secara aktif
terkait proyek
Diskusi, pendekatan
persuasive dan
sosialisasi
29
perubahan
4 Kepala Biro
Administrasi
Memberikan
dukungan dan
masukan serta
keterlibatan langsung
secara aktif terkait
proyek perubahan
Brainstorming,
diskusi, dialog
langsung dan
sosialisasi
5 Penanggungjawab
Permohonan/
Penelaahan
Memberikan
dukungan dan
masukan serta
partisipasi aktif
dalam proyek
perubahan.
Brainstorming,
diskusi, dialog
langsung, sosialisasi
dan pelatihan, serta
instruksi/penugasan
dan asistensi.
6 Pemohon Memberikan
dukungan dan
masukan serta
partisipasi secara
aktif dalam proyek
perubahan
Brainstorming,
diskusi, pendekatan
persuasif, dialog
langsung dan
sosialisasi serta
advokasi
7 Aparat Penegah
Hukum (APH)
Serta K/L terkait
Memberikan
dukungan dan
masukan
Sosialisasi
2. Strategi Marketing Hasil Proyek Perubahan
Strategi marketing terhadap hasil proyek perubahan dilakukan
dengan memperhatikan elemen dalam pemasaran sektor publik,
yaitu 4P1C (Product, Price, Promotion, Palce dan Customer)
a. Customer
Sasaran utama sebagai customer untuk menggunakan produk ini
adalah Penanggungjawab Permohonan, Tenaga Ahli dan Pimpinan
LPSK
b. Product
Produk yang dihasilkan dari proyek perubahan ini adalah
Aplikasi Program Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara
Terintegrasi.
30
c. Price
Melalui produk atau aplikasi ini, kegiatan penelaahan
permohonan akan lebih efektif/cepat dan lebih murah/efisien.
Biaya penggunaan kertas dan fotocopy akan jauh berkurang.
Penyampaian permohonan bisa dilakukan tanpa dilampirkan
dengan fotocopy berkas namun dapat dilakukan dengan
mekanisme online atau menggunakan aplikass
d. Place
Melalui produk/aplikasi berbasis online (web based), proses
penelaahan formil dan penyusunan risalah dapat dilakukan
dimana dan kapan saja.
e. Promotion
Kegiatan promosi terhadap produk/aplikasi ini dilakukan melalui
berbagai cara yakni sosialisasi, diskusi dan pelatihan.
3. Organisasi Pembelajaran.
Garvin (2000) menyatakan bahwa organisasi pembelajaran
adalah organization skilled at creating, acquiring, interpreting,
transferring, and retaining knowledge, and at . purposive fully
modifying it behavior to reflect new knowledge and insights (Garvin,
2000). Sebuah organisasi disebut organisasi pembelajaran jika
sebuah organisasi memiliki kemampuan dalam creating, acquiring,
interpreting, transferring, and retaining knowledge. Pengetahuan
dan informasi organisasi harus dapat ditransfer/dibagi ke seluruh
anggota organisasi. Seluruh anggota organisasi harus memiliki
pemahaman yang sama tentang lingkungan organisasi dan
kebutuhan organisasi.
Organisasi Pembelajaran adalah organisasi yang selalu
menerapkan nilai-nilai pembelajaran baik yang berasal dan
eksternal maupun internal. Organisaisi publik harus mampu
bertransformasi menjadi Organisasi Pembelajaran dalam rangka
31
meningkatkan layanan yang terbaik dan professional sesuai dengan
kebutuhan stakeholders.
LPSK sebagai lembaga publik juga dituntut untuk terus
berinovasi dalam merespon dinamika tuntutan dan perkembangan
lingkungan strategis. Sebagai salah satu Lembaga Negara Non
Struktural, LPSK dituntut untuk cepat dan tepat dalam merespon
kebutuhan masyarakat. LPSK diharapkan menjadi organisasi yang
agile, tangkas dan cepat dalam merespon perubahan lingkungan
strategis.
Gagasan Proyek Perubahan yang akan diimplementasikan di
Biro Penelaahan Permohonan, merupakan salah satu bukti bahwa
LPSK telah siap untuk melakukan transformasi menjadi sebuah
organisasi pembelajaran. Implementassi Proyek Perubahan yang
disusun melalui berbagai pendekatan dan startegi komunikasi serta
melibatkan berbagai stakeholders internal LPSK. Melalui
implementasi Proyek Perubahan ini, akan terjadi proses transfer
ilmu dan pengetahuan antar staf dan mendorong staf untuk terus
belajar.
1.6. Pendekatan dalam Melaksanakan Rencana Proyek Perubahan
Pendekatan untuk melaksanakan rencana proyek perubahan
ini, selain menggunakan Marketing Sektor Publik juga menggunakan
pendekatan lainnya, yaitu Analisa Organisasi Adaptive-Agile,
Organisasi Pembelajar, dan Dialog Strategis. Berikut ini penjelasan
penggunaan masing masing pendekatan tersebut dalam proyek
perubahan ini.
a. Organisasi Adaptive-Agile
Sebuah analisis atau pendekatan dalam menilai kemampuan
sebuah organisasi dalam beradaptasi dan kecepatan/ketangkasan
dalam menyikapi sebuah perubahan. Analisis yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah Analisis Design Thinking. Pendekatan
32
ini digunakan untuk menjamin agar RPP yang dilaksanakan dapat
diterima dengan cepat oleh stakeholders.
Design thinking adalah sebuah metodologi desain yang
bertumpu pada pencarian solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tertentu yang kompleks, belum terdefinisi secara
jelas atau belum ditemukan solusinya terbaiknya (mungkin sudah
ada solusi, tetapi belum maksimal) dengan cara memahami
kebutuhan manusia yang terlibat, dengan menciptakan banyak ide
dalam sesi brainstorming serta melakukan pendekatan langsung
melalui pembuatan prototype dan pengujian langsung. Design
Thinking merupakan metode penyelesaian masalah yang berfokus
pada stakeholders/pengguna.
Gagasan Rancangan Proyek Perubahan (RPP) yang dikerjakan
akan dipastikan dapat diterima dan dimanfaatkan oleh stakeholders
Biro PP dengan menggunakan metode design thinking. Beberapa
tahapan yang akan dilakukan dengan pendekatan ini adalah
sebagai berikut :
1) Empathize; Kegiatan pengumpulan data dalam rangka
memahami permasalahan/kendala yang dihadapi oleh
stakeholders dalam pengelolaan permohonan perlindungan,
diantaranya permohonan yang banyak, SDM yang terbatas,
pengelolaan dilakukan secara konvensional dan parsial.
2) Define; Menetapkan akar permasalahan dalam pengelolaan
permohonan berdasarkan data dan informasi yang telah diolah
tersebut. Akar permasalahan yang dihadapi Biro PP adalah
Pengelolaan Permohonan Perlindungan tidak optimal.
3) Ideate; Menyusun strategi solusi agar layanan permohonan
dapat dilakukan secara cepat, efektif dan efisien melalui
Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi.
33
4) Prototype; Membangun sebuah program aplikasi sistem
pengelolaan permohonan perlindungan yang terintegrasi yang
didukung dengan panduannya.
5) Test; Melakukan uji coba terhadap program aplikasi sistem
pengelolaan permohonan perlindungan secara terintegrasi serta
uji keamanan program aplikasi dan menyusun dasar hukum
penggunaannya
b. Organisasi Pembelajaran
Pendekatan ini bertujuan untuk menjamin bahwa Rancangan
Proyek Perubahan (RPP) yang direncanakan dan dilaksanakan
dapat menjadikan Biro PP sebagai sebuah organisasi pembelajaran
serta mampu menyerap dan membangkitkan nilai-nilai
pembelajaran di lingkungan organisasi tersebut.
Peter Senge (1990) menyatakan agar sebuah organisasi dapat
bertransformasi menjadi learning organization perlu memiliki lima
disiplin/unsur, yaitu: personal mastery, mental models, shared
vision, team learning, dan system thinking. Dalam Personal Mastery,
individu di dalam organisasi terus menerus memfokuskan diri
untuk meningkatkan kapabilitas diri dengan memperdalam visi
pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran dan
melihat realitas secara obyektif. Dalam menjamin keberhasilan
Rancangan Proyek Perubahan (RPP) ini, maka pelaksanaan RPP
harus dapat membuka kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh
staf Biro PP untuk berpartisipasi aktif baik dalam tahap
perencanaan maupun tahap pelaksanaan.
Dalam Mental Model, RPP yang akan dibuat harus dapat
memberikan perubahan atau mempengaruhi terhadap sikap dan
perbuatan, pikiran serta membangun mindset baru. RPP tersebut
juga harus mampu menjadi sebuah jawaban dari berbagai
perspektif stakeholder terkait dalam pengelolaan permohonan, baik
34
dari perspektif pemohon, Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli dan lain-lain.
Dalam konteks Shared Vision, visi perubahan di dalam RPP
tersebut harus dapat dikomunikasikan kepada para staf Biro PP
beserta stakeholders lainnya, sehingga mereka mengetahui dan
mampu memberikan dukungan untuk keberhasilan RPP.
Keberhasilan RPP ini juga sangat tergantung dari dukungan tim
yang efektif. Tim efektif dibentuk dari berbagai lintas fungsi dan
kompetensi. Tim tersebut harus mampu bekerjasama dan saling
mengisi. Tim yang dibentuk harus dapat menjadi team learning,
yang mampu belajar dan bekerja secara sistemik, berkeinginan
mengembangkan diri dan mau belajar dari pengalaman. Tim efektif
dalam RPP ini dapat berasal dari berbagai bagian dari berbagai biro
yang ada di LPSK. Diterima atau tidaknya RPP oleh
stakeholders/user sangat tergantung dari kemampuan RPP untuk
dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi. Untuk itu
RPP harus direncanakan dengan pola pendekatan systems thinking.
RPP ini harus dibangun melalui proses mengali akar permasalahan,
berfikir secara holistic dan melibatkan sebanyak-banyak
stakeholders terkait.
c. Dialog Strategis
Merupakan salah satu pendekatan startegi komunikasi sebuah
organisasi dalam upaya melakukan pelibatan stakeholders atau
pemangku kepentingan. Strategi yang baik dihasilkan dari
pemahaman yang baik terhadap tantangan yang dihadapi oleh
sebuah organisasi. Pendekatan ini terdiri dari 3 tahapan yakni
perumusan strategi, perencanaan strategi serta monitoring dan
evaluasi.
Tahapan Formulasi Strategi terdiri atas 4 hal yakni 1)
Memahami mandat organisasi; 2) Merumuskan visi misi organisasi;
3) Analisis lingkungan eksternal; 4) Memahami lingkungan internal.
35
Dalam menyusun formulasi strategi agar gagasan RPP dapat
diterima dan diimplementasikan, maka RPP harusnya sesuai
dengan mandat yang diberikan kepada organisasi. Beberapa
mandat yang dapat menjadi dasar dalam pengelolaan permohonan
diantaranya UU No. 13/2006, UU No. 31/2014 dan UU No. 5/2014.
Selain itu gagasan RPP harus sejalan dengan visi dan misi LPSK,
serta mengelaborasi kondisi lingkungan eksternal maupun internal.
Untuk mengetahui dan atau menganalisis kondisi lingkungan dapat
menggunakan Score Analysis. Komponen yang akan dianalisis
dalam pendekatan ini terkait keberhasilan gagasan RPP adalah:
a) Strength (kemampuan atau sumberdaya yang ada): dasar
hukum lembaga LPSK, SDM, kerjasama K/L
b) Options/Opportunity (peluang yang terbuka): layanan masih
bersifat konvensional/manual, belum adanya dukungan IT,
tuntutan reformasi birokrasi dan revolusi industry 4.0
c) Challenge (kemampuan/sumber daya yang diperlukan): belum
adanya layanan yang sesuai dengan standar (faster, better,
efektif dan efisien) dan SDM millennial yang haus teknologi
d) Respone (konsekuensi/dampak): jumlah permohonan yang
diproses semakin banyak, penyelesian tindak lanjut
permohonan tepat waktu dan penyerahan berkas/dokumen
antar bagian menjadi lebih cepat/tidak ada keterlambatan.
e) Effectiveness criteria (strategi yang andal, efisien dan tepat
sasaran): Hemat biaya, prosesnya cepat, efektif dan efisien,
data terintegrasi dan mudah untuk diolah/dianalisis
1.7. Potensi Kendala dan Rencana Solusinya
Diperkirakan terdapat kendala yang dapat menghambat
pelaksanaan rencana proyek perubahan ini. Untuk mengatasinya,
maka disusun recana solusi sebagai dapat dilihat dalam matrik
dibawah ini.
36
Tabel 6. Perkiraan Kendala dan Rencana Solusi
Perkiraan Kendala Rencana Solusi
Adanya keengganan untuk
melakukan perubahan
Pola pendekatan persuasive serta
komunikasi dua arah
Terbatasnya SDM dalam
melakukan proses input data
Penambahan jam kerja (lembur)
Terbatasnya waktu staf untuk
belajar dikarena banyaknya
permohonan yang harus ditelaah
Pelatihan dilakukan diluar jam
kantor
1.8. Tim Efektif
Dalam rangka menjamin agar implementasi Proyek Perubahan
dapat berjalan lancar dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan,
perlu dibentuk sebuah tim kerja yang agile dan inovatif. Tim kerja
tersebut langsung dipimpin oleh Project Leader (Peserta Diklat PKN II)
dan dibawah bimbingan Mentor (Sekretaris Jenderal) dan Coach
(Widyaswara Utama, Drs. Setia Budi, MA). Tim efektif tersebut terdiri
dari 1 Sekretaris Tim dan 3 Kelompok Kerja (Pokja). Pokja tersebut
terdiri atas Pokja Administrasi, Pokja Substansi dan Peraturan serta
Pokja Informasi dan Teknologi.
Tugas dari masing-masing bagian pada Tim tersebut sebagai
berikut :
1) Mentor/Sekretaris Jenderal : Memberikan arah kebijakan sesuai
dengan Renstra LPSK; Memberikan masukan dan saran dalam
implementasi Proyek Perubahan; Memberikan dukungan penuh
kepada Project Leader dalam rangka penyusunan proyek
perubahan; Memberikan dorongan dan motivasi kepada Project
Leader; Memberikan bimbingan dan arahan kepada Project
Leader mengenai inovasi yang dibutuhkan di unit kerja;
Melakukan pemantauan pelaksanaan penyusunan proyek
perubahan secara berkala; dan Melakukan pemantauan atas
37
capaian dan hasil yang didapat Project Leader sesuai dengan
tahapan yang telah ditetapkan.
2) Coach : Memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta
selaku Project Leader; Memberikan bimbingan dan masukan
kepada peserta selaku Project Leader terkait gagasan proyek
perubahan yang diusulkan; Melakukan monitoring kegiatan
peserta selaku Project Leader baik melalui tatap muka maupun
melalui media teknologi informasi; dan Melakukan koordinasi
dengan Mentor untuk membantu Project Leader
3) Project Leader : Melakukan komunikasi dan diskusi terkait
proyek perubahan dengan Mentor, Coach, dan Tim Efektif;
Melakukan komunikasi formal maupun informal dengan
stakeholder baik; internal maupun eksternal untuk kelancaran
proyek perubahan; Membuat jadwal kerja; Memimpin Tim
Efektif; dan Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam proses penyiapan dan pelaksanaan proyek
perubahan.
4) Tim Efektif : Memberikan masukan dalam persiapan dan
pelaksanaan proyek perubahan; dan menjalankan tugas dalam
tim efektif sesuai dengan fungsi masing-massing dan sesuai
jadwal yang telah disepakati.
Gambar 10. Struktur Tim Efektif Proyek Perubahan
38
1.9. Anggaran
Pelaksanaan proyek perubahan ini akan dilakukan dengan 3
tahapan dan 2 tahun anggaran (tahun 2019 dan tahun 2020) dengan
estimasi kebutuhan anggaran sebagai berikut
Tabel 7. Kebutuhan Anggaran Pembangunan Sistem Pengelolaan
Permohonan Perlindungan Saksi dan Korban Secara Terintegrasi.
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN KEBUTUHAN
ANGGARAN (Rp) KETERANGAN
JANGKA PENDEK 107,000,000 Okt- Nov 2019
1 Pembentukan Tim Efektif 2,000,000 Rapat Koordinasi
2
Membangun komitmen kerja dengan Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Pejabat Struktural dan Staf Biro
5,000,000 Rapat Koordinasi dan sosialisasi internal
3
Menyusun Rancangan Design Sistem Pengelolaan Permohonan secara Terintegrasi
5,000,000 Rapat Koordinasi dan Rapat Tim
4 Pembangunan Aplikasi Program 80,000,000
5
Uji Coba Tahap I Aplikasi Program (Local host/close system/LAN Network)
5,000,000 Rapat, Simulasi dan asistensi
6
Menyusun Panduan Penggunaan Aplikasi Program
10,000,000 Pertemuan/Rapat dan pencetakan
JANGKA MENENGAH 34,500,000 Januari – Mei 2020
1
evaluasi pelaksanaan kegiatan jangka pendek
1,000,000 Rapat Koordinasi
2 Penyempurnaan Aplikasi Program 5,000,000 Rapat/Pertemuan
3
Koordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
5,000,000 Rapat/Pertemuan
4
Security audit terhadap sistem jaringan dan aplikasi program oleh BSSN
15,000,000 Rapat/Pertemuan, Kegiatan audit
5
Uji Coba Tahap II Aplikasi Program (open source)
5,000,000 Rapat/Pertemuan
6 Penyempurnaan Akhir Aplikasi Program 3,500,000 Rapat/Pertemuan
39
JANGKA PANJANG 48.000,000 Juni – Desember 2020
1
Evaluasi pelaksanaan kegiatan jangka menengah
1,000,000 Rapat Koordinasi
2
Penyusunan Peraturan Sekjen tentang Implementasi Aplikasi Program
20,000,000 Rapat/Pertemuan
3
Sosialisasi dan pelatihan Aplikasi Program
20,000,000 Rapat/Pertemuan, Sosialisasi/asistensi
4 Implementasi Aplikasi Program 3,500,000 Rapat Koordinasi
5 Monitoring dan evaluasi program 3,500,000 Rapat/Pertemuan
TOTAL KEBUTUHAN ANGGARAN 189,500,000
40
BAB II
MANAJEMEN PERUBAHAN: PELAKSANAAN
RENCANA PROYEK PERUBAHAN
2.1. Capaian Tahapan Rencana Strategis
Proyek perubahan yang direncanakan adalah Penerapan Sistem
Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi. Sistem
pengelolaan secara terintegrasi merupakan sistem yang mengintegrasikan
semua sistem, entitas dan proses pada organisasi dalam satu kerangka
lengkap, yang memungkinkan organisasi untuk bekerja sebagai satu
kesatuan yang terpadu. Secara prinsip sistem ini memadukan berbagai
sub sistem yang ada dan memadukan keterlibatan para pemangku
kepentingan dalam satu kesatuan sistem.
Beberapa sub sistem yang diintegrasikan oleh sistem ini
diantaranya sub sistem penerimaan permohonan, sub sistem peneleaahan
permohonan dan sub sistem administrasi persidangan (Rapat Paripurna
Pimpinan). Sistem ini juga akan mengintegrasikan berbagai
stakeholders/pemangku kepentingan yang terlibat dalam sub sistem
diantaranya Pemohon, Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Bagian/Sub Bagian
pada Biro PP, Staf Penanggungjawab Permohonan dan Biro lain yang
terkait.
Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara
Terintergrasi ini diimplementasikan dalam sebuah aplikasi program
berbasis elektronik. Inovasi yang digagas melalui proyek perubahan ini
ditekankan pada upaya membangun sebuah sistem pengelolaan
permohonan perlindungan secara terintegrasi. Sistem pengelolaan yang
berbasis sistem informasi dan teknologi akan mempermudah dalam
pengelolaan informasi.
Kegiatan pembangunan sistem pengelolaan permohonan secara
terintegrasi ini dilakukan melalui 3 tahapan yakni jangka pendek, jangia
41
menengah dan jangka panjang. Tahap pertama atau jangka pendek
dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan yakni awal Oktober hingga
awal Desember 2019. Tahap ini diawali dengan pembentukan tim efektif,
membuat design sistem pengelolaan permohonan terintegrasi hingga
membangun sebuah program aplikasi sistem pengelolaan yang mudah
digunakan (user friendly).
Dalam rapat sosialisasi kegiatan Rancangan Proyek Perubahan yang
dilakukan pada 3 Oktober 2019, terdapat masukan dari Pimpinan LPSK
agar sistem ini juga mengintegrasikan sistem permohonan perlindungan
berbasis android. Sistem ini telah dipublikasikan ke masyarakat pada
Agustus 2018, namun tidak beroperasi secara maksimal karena basis
datanya bersifat statis dan pengelolaannya masih bersifat stand alone
(berdiri sendiri, konvensional). Sehubungan adanya permintaan tersebut
maka agenda kegiatan dalam tahapan jangka pendek menjadi bertambah,
yang semula 6 agenda menjadi 7 agenda kegiatan.
Tahapan berikutnya adalah tahapan jangka menegah. Tahap ini
difokuskan untuk memastikan agar sistem memiliki tingkat keamanan
yang tinggi. Tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam membangun
program aplikasi sistem ini menjadi sebuah keharusan mengingat
informasi yang akan dikelola memiliki tingkat kerahasian yang tinggi dan
dilindungi oleh undang-undang. Tahapan terakhir adalah tahapan yang
memastikan bahwa sistem ini dapat diimplementasikan dalam program
aplikasi secara menyeluruh di Biro PP, sehingga perlu diterbItkan
aturan/legalitas yang bersifat mengikat dan dituangkan dalam peraturan
Sekretaris Jenderal LPSK. Hasil capaian pelaksnaan proyek perubahan
pada Tahapan Jangka Pendek dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
42
TABEL 8. CAPAIAN TAHAPAN JANGKA PENDEK (Oktober – Desember 2019)
NO TAHAPAN DAN KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN HASIL KEGIATAN
OUTPUT CAPAIAN
1. Membangun Tim Efektif;
Kegiatan ini berupa : f) Koordinasi dengan mentor
dan coach g) Pembentukan Tim h) Membangun values tim i) Identifikasi kebutuhan dan
distribusi tugas anggota
j) Penerbitan SK Tim
Minggu ke-1 Oktober 2019
- Values/nilai-nilai
tim yang disepakati
- Deskripsi tugas - SK Tim
100%
100% 100%
2 Membangun komitmen kerja dengan Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Pejabat Struktural dan Staf Biro;;
Kegiatan ini berupa: c) Koordinasi dengan mentor
dan Tim d) Melakukan penyamaan
persepsi dan sosialisasi Proper di Pimpinan dan stakeholder Internal
Minggu ke-1 Oktober 2019
- Notulen dan dokumen/materi sosialisasi
100%
3 Menyusun Rancangan Design Sistem Pengelolaan Permohonan secara Terintegrasi
Kegiatan ini berupa : e) Koordinasi dengan Tim,
Mentor dan coach f) Koordinasi dan konfirmasi
terkait alur sistem dengan stakeholder terkait
g) Menyusun draft alur sistem terintegrasi dan design sistem
h) Finalisasi design rekayasa sistem
Minggu ke-2 dan Minggu ke-3 Oktober 2019
Rancangan design sistem terintegrasi (Disajikan dalam bentuk cover rancangan dan daftar isi)
100%
4 Penyempurnaan dan Pengembangan Sistem Aplikasi Permohonan Perlindungan Berbassis Android
Kegiatan ini berupa : a) Koordinasi dengan Tim, b) Penyempurnaan design
dan alur sistem c) Pengembangan aplikasi d) Pengujian dan instalasi
Minggu ke-2 dan Minggu ke-3 Oktober 2019
Mock Up Aplikasi Permohonan Berbasis Android
100%
5 Pembangunan aplikasi program;
Kegiatan ini berupa : e) Koordinasi dengan Tim IT
Minggu ke-3
- mock up
100%
43
f) Setting data dan kodefikasi data
g) Membangun aplikasi program
h) Pengujian dan instalasi sistem
Oktober s.d. Minggu ke-2 November 2019
tampilan aplikasi
6 Menyusun Panduan Penggunaan Aplikasi Program work)
Kegiatan ini berupa : e) Koordinasi dengan Tim f) Koordinasi dengan Bagian
Hukum Biro Administrasi g) Penyusunan Panduan h) Dokumentasi dan
Pencetakan
Minggu ke-2 s/d ke-4 November 2019
- Buku Panduaan
100%
7 Uji Coba Tahap I Aplikasi Program (local host/close system/LANNet)
Kegiatan ini berupa : f) Koordinasi dengan Tim IT g) Instalasi Sistem h) Setting dan input contoh
data i) Asistensi dan simulasi j) Evaluasi dan hasil uji coba
Minggu ke-3 November 2019
- Berita Acara Uji
Coba
100%
Rata-rata % capaian tahapan jangka pendek
100%
Membangun Tim Efektif
Pelaksanaan tahap jangka pendek diawali dengan Pembentukan
Tim Efektif Pembangunan dan Penerapan Sistem Pengelolaan
Permohonan Saksi dan Korban secara Terintegrasi. Berdasarkan Surat
Ketua LPSK Nomor KEP-468/1.4.1.PPP/LPSK/09/2019 tertanggal 23
September 2019 (Lampiran 2) Tim efektif tersebut terdiri dari Ketua dan
Wakil Ketua LPSK sebagai Pengarah, Sekretrais Jenderal sebagai
Penanggungjawab/Mentor, dan Penyusun (Kepala Biro Penelaahan
Permohonan, Dr. Drama Panca Putra, SPi.,Msi.) sebagai Ketua Tim
Efektif. Tim ini terdiri atas pejabat struktural dan staf pelaksanaan dari
berbagai Biro di LPSK. Komposisi tim yang beragam dimaksudkan untuk
memudahkan dalam koordinasi dan mampu menangkap
aspirasi/kebutuhan dari berbagai biro.
44
Berdasarkan Surat Keputusan Ketua LPSK, Tim Efektif ini terbagi
ke dalam 3 unsur yakni Pengarah, Pennaggungjawab dan Tim itu sendiri.
Dalam pelaksanaan tugas agar lebih efektif dalam mencapai sasaran yang
ditetapkan, tim tersebut terbagi kedalam 3 kelompok kerja (Pokja) yakni
Pokja Informasi (Lia Gunawan), Pokja Substansi dan Peraturan (Enteng
Mundiati SH.,MM) serta Pokja Administrasi (Dinar Rahmayani SH).
Uraian tugas dari masing-masing Kelompok Kerja (Pokja) disajikan dalam
Lampiran 3.
Gambar 11.Rapat Biro Penelaahan Permohonan dalam Membentuk
Tim Efektif dan Pemantapan Rencana Kegiatan
Membangun Komitmen Bersama
Penyamaan persepsi dalam tim menjadi hal yang sangat penting
untuk dilakukan. Penyamaan persepsi dilakukan melalui beberapa
pertemuan/rapat koordinasi yang langsung dipimpin oleh Ketua Tim.
Penyamaan persepsi ini dilakukan untuk menghasilkan nilai-nilai/values
yang disepakati bersama dan dilanjutkan dengan menyepakati rencana
dan jadwal kegiatan dalam setiap tahapan. Setelah memperoleh nilai-nilai
kesepakatan dalam tim, Tim bersama jajaran Pimpinan LPSK melakukan
pertemuan untuk melakukan sosialisasi rencana kegiatan dan
menyepakati nilai-nilai/value yang akan dibangun bersama. Nilai-nilai
45
atau value yang telah disepakati dengan pimpinan, didokumentasikan
dan ditandatangani bersama oleh Ketua Tim dan Sekretaris Jenderal
sebagai perwakilan dari jajaran Pimpinan LPSK (Lampiran 4).
Pelaksanaan proyek perubahaan ini tidak hanya melibatkan Tim
Efektif dan ususr pimpinan LPSK, namun juga melibat para
pengguna/stakeholder lainnya. Untuk itu pengetahuan dan pemahaman
dari setiap stakeholders yang terlibat dan atau yang akan memanfaatkan
sistem ini menjadi sangat penting. Sehubungan dengan hal tersebut,
pada 3 Oktober 2019, Tim melakukan sosialisasi hasil pertemuan tim
dengan jajaran pimpinan dan rencana kegiatan pelaksanaan Proyek
Perubahan dengan para Staf Biro PP, Tenaga Ahli dan Para Pejabat
Struktural. Selain melakukan sosialisasi, pertemuan tersebut juga
bertujuan untuk mengumpulkan aspirasi dan kebutuhan serta kendala
yang dihadapi dalam menindaklanjuti permohonan perlindungan. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang akan dibangun mampu
menjawab permasalahan yang dihadapi dan dapat diimplementasikan.
Gambar 12. Rapat Pimpinan bersama Tim Efektif dalam Membangun
Komitmen Bersama
Menyusun Grand Design Sistem
46
Berdasarkan informasi kebutuhan yang diperoleh dari berbagai
pertemuan dan diskusi Tim Efektif baik yang dilakukan di internal tim
maupun dengan pihak stakeholders, maka tim mencoba untuk
melakukan penyusunan rancangan grand design sistem pengelolaan
permohonan terintegrasi. Berbagai sub sistem yang perlu dilakukan
integrasi diantaranya sebagai berikut :
1) Sistem Penyampaian Permohonan Perlindungan berupa aplikasi
permohonan perlindungan berbasis android, permohonan
perlindungan berbasis website dan permohonan perlindungan secara
langsung (melalui datang langsung dan melalui hotline 148)
2) Sistem Administrasi Persuratan Pimpinan, berupa pengelolaan surat
permohonan (disposisi) dari unsur Pimpinan LPSK kepada Kepala
Biro dan Para Tenaga Ahli serta Penanggungjawab Kasus
3) Sistem Penelaahan dan Investigasi Permohonan, berupa penelaahan
dan tindaklanjut terhadap permohonan perlindungan baik pada
aspek formil maupun materiil serta penyusunan laporan penelaahan
(pembuatan risalah).
4) Sistem Penyelenggaraan Rapat Paripurna Pimpinan, berupa
penyediaan bahan rapat paripurna
5) Sistem Administrasi Putusan, berupa manajemen informasi
keputusan rapat paripurna
Penyusunan dokumen Grand Design Sistem Pengelolaan
Permohonan Perlindungan Terintegrasi bertujuan sebagai panduan dalam
pembangunan dan pengelolaan sistem permohonan perlindungan yang
terintegrasi. Dokumen tersebut memuat konsepsi hingga struktur
jaringan dan keamanan sistem, sehingga dokumen ini diklasifikasikan
sebagai dokumen rahasia/terbatas.
47
Gambar 13. Rapat Tim Efektif dalam Menyusun Grand Design
Dalam membangun sebuah sistem secara terintegrasi tidak hanya
memperhatikan aspek sistem namun juga tata kelolanya. Dokumen grand
design ini memuat beberapa hal penting yang terkait dengan tata kelola
sistem yang mencakup hal-hal sebagai berikut: proses pembangunan
basis data terintegrasi dengan data warehouse, peran setiap
pengguna/stakeholders/user dalam jaminan kesinambungan pembaruan
data terkini, jaminan keamanan data dan atau informasi yang dikirim ke
basis data dan data warehouse serta standar kualitas data dan atau
informasi.
48
Gambar 14. Sampul Dokumen Grand Design Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Terintegrasi
Grand Design ini juga memuat beberapa aspek yang harus menjadi
perhatian dalam pembangunan sistem pengelolaan terintegrasi yakni:
1) Aspek Sistem dan Teknologi
Aspek ini memuat hal-hal yang terkait dengan pembangunan data
warehouse, penambahan data sekunder yang terverifikasi serta
pemeliharaan sistem secara reguler, pembangunan aplikasi yang user
friendly dan inovasi program yang mengarah pada Decision
Supporting System (DSS).
2) Aspek SDM
Mengatur standarisasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh para
operator yang akan mengelola sistem. Para pengelola sistem wajib
bersertifikasi diantaranya memiliki Certified System Administrator,
Certified Network Administrator, Certified Database Administrator,
dan atau Certified Security Administrator.
3) Aspek Keamanan
Keamanan yang terstandar secara nasional dan atau internasional,
membangun pengamanan informasi internal (kelemahan terbesar
berada pada SDM internal), Meningkatan standar keamanan
sehingga mampu dioperasionalkan secara open acceses, pola
penyediaan hardware yang berspesifikasi tinggi.
49
4) Aspek Manajemen/Tata kelola
Mengatur tata kelola dan pemeliharaan sistem, kebutuhan unit
khusus yang menangani sistem, kebutuhan SOP dan
panduan/juknis penggunaan sistem.
Grand Design Sistem Pengelolaan Permohonan Terintegrasi ini
dapat menjadi guideline dalam pembangunan dan pengembangan sistem
pada tahap-tahap selanjutnya. Pembangunan sistem yang terintegrasi
harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis, serta membutuhkan
perencanaan yang matang. Berbagai aspek tidak dapat dilakukan dalam
satu waktu namun harus dilakukan secara bertahap, misalnya dalam
penyediaan hardware harus disesuaikan dengan kebutuhan serta
penyediaan SDM harus dilakukan melalui proses pendidikan dan
pelatihan. Kebutuhan dokumen perencanaan dalam pengembangan
sebuah sistem merupakan suatu keharusan yang wajib dimiliki oleh
sebuah lembaga. Keberadaan Dokumen Grand Design ini diharapkan
juga dapat menjadi acuan dalam implementasi proyek perubahan pada
tahapan jangka menengah dan jangka panjang.
Penyempurnaan Aplikasi Permohonan Android
Kegiatan ini merupakan agenda tambahan yang semula tidak
terdapat dalam rencana kerja jangka panjang. Menindaklanjuti hasil
sosialisasi rancangan proyek perubahan dan Rapat Pimpinan,
memutuskan agar dilakukan re-development dan integrasi terhadap
sistem permohonan berbasis android. Hasil identifikasi terhadap sistem
aplikasi permohonan perlindungan secara android, tim berpandangan
perlu dilakukan koreksi. Sistem permohonan android merupakan aplikasi
permohonan yang bangun oleh LPSK pada bulan Agustus 2018. Sistem
aplikasi android ini merupakan sistem yang berdiri sendiri dan
pengelolaan permohonan dari sistem ini dilakukan secara konvensional.
50
Gambar 15. Mockup Tampilan Lama Aplikasi Permohonan berbasis
Android
Perbaikan terhadap sistem ini menjadi prioritas utama dalam
membangun sistem yang terintegrasi. Setelah melakukan koreksi selama
beberapa hari terhadap Aplikasi Sistem Permohonan Perlindungan LPSK
berbasis android, aplikasi ini dapat kembali diakses oleh masyarakat pada
15 Oktober 2019.
Gambar 16. Tampilan Aplikasi Permohonan Perlindungan LPSK
Setelah Penyempurnaan dan Pembaharuan
51
Koreksi yang dilakukan oleh Tim Efektif terhadap sistem ini terkait
pola pengelolaan basis data, sehingga sistem ini perlu dilakukan
perbaikan. Pola pengelolaan data based yang semula bersifat statis
diubah menjadi pengelolaan secara dinamis. Beberapa data yang perlu
diubah diantaranya terkait data pemohon diantaranya jenis tindak
pidana, jenis permohonan, status hukum pemohon dan lain-lain.
Gambar 17. Mock Up Aplikasi Permohonan Android Setelah
Disempurnakan
Selain melakukan perbaikan terhadap data, sistem permohonan
android juga diberikan tambahan fitur terkait pengecekan status
permohonan oleh pemohon. Melalui fitur ini pemohon dapat mengetahui
sejauhmana proses tindaklanjut permohonan yang diajukan. Aplikasi ini
juga dilengkapi dengan informasi terkait dengan tahapan proses dan
informasi yang dapat dihubungi oleh pemohon.
52
Gambar 18. Mock Up Tampilan Saat Pemohon Melakukan Cek
Status Permohonan
Pembangunan Aplikasi Program
Dengan adanya grand design ini akan memudahkan bagi tim dalam
membangun aplikasi program yang terintegrasi. Aplikasi program
dikerjakan seteah diawali dengan identifikasi sub sistem yang akan
diintegrasikan dan membangun konsep sistem alur bisnis proses dari
setiap sub sistem dan output yang dihasilkan dalam setiap tahapan.
Pembangunan program aplikasi sistem dilakukan oleh Tim Efektif
dengan dukungan tim programmer. Aplikasi program yang dibangun
memuat berbagai fitur yang menarik dan memudahkan dalam
mengaplikasikannya. Aplikasi tersebut dibangun dengan menggunakan
bahasa pemrograman PHP, Javascript dan HTML5 dan dioperasikan
melalui sistem Linux 6 serta berbasis webserver: Apache 2.2.xxx.
Sistematika dalam proses sistem pengelolaan permohonan terintegrasi
dapat digambarkan dibawah ini:
53
Gambar 19. Sistematika Proses Pengelolaan Permohonan Perlindungan
hingga Proses Pengambilan Keputusan Pimpinan LPSK
Aplikasi Program Sistem Pengelolaan permohonana Perlindungan
Terintegrasi tersebut dilengkapi oleh berbagai fitur. Fitur-fitur tersebut
memiliki berbagai data dan informasi yang disajikan dalam format
gambar, grafik dan numeric yang disajikan dalam berbagai mock up
sebagaimana terlampir (Lampiran 5 hingga Lampiran 10). Fitur-fitur
tersebut diantaranya sebagai berikut:
1) Konfigurasi Modul Utama
a) Dashboard Pimpinan
b) Dashboard Tenaga Ahli
c) Dashboard Manejer Kasus
d) Dashboard Admin
e) Dashboard Superadmin
Pemohon Android
Apps
Web Apps
Sistem
Pengajuan
Permohonan
Sistem
Penatalaksanaan
Penelaahan Sistem E-RPP
TERINTEGRASI
LAPORAN SATU ATAP
PHSK
Stakeholder Stakeholder Stakeholder
DATABASE
54
2) Manajemen Akses Profil
3) Master Data Permohonan
a) Master Jenis Permohonan
b) Master Sub Jenis Permohonan
c) Master Klasifikasi Permohonan
4) Master Data Wilayah
a) Master Provinsi
b) Master Kabupaten
c) Master Kecamatan
5) Master Pemohon
a) Master Data Status Pemohon
b) Master Data Pekerjaan
c) Master Data Yang Mengajukan
d) Master Data Pemohon
6) Master Data User Akses
7) Master Data Jenis Tindak Pidana
8) Master Data Jenis Dokumen
9) Master Data Tata Laksana
a) Permohonan Baru
b) Perpanjangan Layanan
c) Pertambahan Layanan
d) Penghentian Layanan
10) Master Data Paripurna
a) Registrasi Rapat Paripurna
b) Voting Paripurna
c) Data Paripurna yang Selesai
d) Hasil Paripurna
Buku Panduan dan Uji Coba Operasional
Pengoperasian Aplikasi Sistem Pengelolaan Perlindungan Secara
Terintegrasi ini sangat mudah untuk dipelajari dan dijalankan. Selain
55
penyajian informasi yang interaktif, sistem ini juga dilengkapi dengan
buku Panduan Penggunaan Aplikasi Program (Gambar 20). Buku
panduan ini juga dilengkapi dengan tampilan-tampilan fitur yang
disajikan secara sistematis, sehingga memudahkan bagi para pengguna.
Selain itu juga, pembangunan sistem ini telah dilengkapi dengan sistem
pengaman yang telah dikonsultasikan dengan tim ahli.
Gambar 20. Sampul Depan Buku Panduan Aplikasi Pengelolaan
Permohonan Secara Online dan Terintegrasi
56
Sistem ini telah dilakukan uji coba penggunaannya secara sistem
tertutup (closed system)/local host sebagaimana dinyatakan dalam Berita
Acara Uji Coba (Lampiran 11). Pada Tahapan Jangka Menegah, LPSK
akan berkerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk
melakukan audit sistem dan jaringan secara komperhensif.
Gambar 21. Demonstrasi dan Uji Coba Pengunaan Aplikasi dihadapan
Pimpinan LPSK dan Para Tenaga Ahli Pada Rapat Paripurna
2.2. Peta Stakeholders
Proses penyusunan Rancangan Proyek Perubahan telah berhasil
mengidentifikasi stakeholders yang terkait dengan proper ini diantaranya
Pemohon, Aparat Penegak Hukum, Kementerian/Lembaga terkait,
Pimpinan LPSK, Tenaga Ahli, Staf Penanggungjawab Permohonan serta
Biro PHSK dan Biro Administrasi. Para stakeholder tersebut
dikelompokkan menjadi empat kuadran seperti gambar dibawah ini.
57
Gambar 22. Peta Stakeholders/Pemangku Kepentingan terhadap
Rancangan Proyek Perubahan
Startegi komunikasi yang diterapkan dalam pelaksnaan kegiatan
proyek perubahan pada tahap pertama atau jangka pendek dipusatkan
pada stakeholder internal yang berada di kuadran promotor dan kuadran
latent. Stakeholder tersebut adalah Para Pimpinan LPSK, Para Kepala
Biro, Tenaga Ahli, dan Penanggung Jawab Permohonan (Manejer
Kasus/MK). Penerapan strategi komunikasi pada tahapan jangka pendek
telah merubah komposisi stakeholders. Stakeholder pada kuadran latent
bergeser ke kuadran promotor, yang semula memiliki kepentingan yang
tinggi, namun tidak peduli/perhatian terhadap permasalahan atau
gagasan ini, berubah pandangan menjadi stakeholder yang mendukung
bahkan berperan aktif dalam pembangunan sistem ini. Kekhawatir
terhadap gagasan proyek perubahan akan akan menambah beban
pekerjaan dan mempersulit proses kerja, setelah dilakukan diskusi dan
pendekatan persuasif serta dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan
58
sistem, berpandangan dan berkeyakinan bahwa proyek perubahan ini
akan sangat membantu dalam pelaksanaan tugas. Perubahan Peta
Stakeholder pada Tahapan Jangka Pendek dapat ditunjukan pada gambar
dibawah ini.
Gambar 23. Perubahan Peta Stakeholders Terhadap Pelaksanaan Proyek
Perubahan Pada Tahapan Jangka Pendek
Penerapan strategi komunikasi yang difokuskan pada
kuadran promotor dan kuadran latent dengan pendekatan
komunikasi dua arah secara persuasif melalui beberapa pola
kegiatan diantaranya brainstorming, diskusi, pendekatan
persuasif, konsultasi, dialog langsung dan sosialisasi serta
pelatihan. Beberapa kegiatan yang dilakukan terhadap masing-
masing stakeholders disajikan dalam tabel dibawah ini:
59
Tabel 9. Pelaksanaan Startegi Komunikasi Stakeholders
NO PEMANGKU
KEPENTINGAN
EKSPEKTASI STRATEGI
KOMUNIKASI
1 Pimpinan LPSK Mengarahkan, menyetujui
dan memberikan
dukungan keberhasilan
proyek perubahan
Brainstorming,
diskusi, pendekatan
persuasif,
konsultasi, dialog
langsung dan
sosialisasi.
2 Tenaga Ahli Memberikan dukungan
dan masukan serta
partisipasi aktif dalam
proyek perubahan.
Brainstorming,
diskusi, pendekatan
persuasif, dialog
langsung, sosialisasi
dan pelatihan
3 Kepala Biro PHSK Memberikan dukungan
dan masukan secara aktif
terkait proyek perubahan
Diskusi, pendekatan
persuasive dan
sosialisasi
4 Kepala Biro
Administrasi
Memberikan dukungan
dan masukan serta
keterlibatan langsung
secara aktif terkait proyek
perubahan
Brainstorming,
diskusi, dialog
langsung dan
sosialisasi
5 Penanggungjawab
Permohonan/
Penelaahan
Memberikan dukungan
dan masukan serta
partisipasi aktif dalam
proyek perubahan.
Brainstorming,
diskusi, dialog
langsung, sosialisasi
dan pelatihan, serta
instruksi/penugasan
dan asistensi.
Setelah melakukan konsolidasi dengan Tim Efektif, komunikasi
difokuskan dan dilakukan secara intens kepada unsur Pimpinan LPSK.
Dengan kuatnya dukungan dari Pimpinan disertai dengan sosialisasi
secara massif kepada Para Kepala Biro dan Para Tenaga, serta pelibatan
pada tahapan persiapan, hal ini menimbulkan dukungan yang kuat dari
para stakeholders. Beberapa materi komunikasi yang disampaikan
60
berupa manfaat atau outcome yang dapat diperoleh bila proyek
perubahan ini berhasil, diantaranya mendapatkan informasi secara
cepat/real time terkait proses dan/atau perkembangan penangganan
permohonan, supervisi atau monitoring secara langsung, cepat mengambil
keputusan terhadap status permohonan, dapat mengetahui secara cepat
beban kerja/jumlah kasus yang sedang dan telah ditangani oleh setiap
Staf Penelaah dan Tenaga Ahli, serta mudah dan cepat dalam mengakses
data terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam Rapat
Paripurna Pimpinan.
Gambar 24. Pertemuan Tim Efektif dengan Sekretaris Jenderal LPSK
Saat Mendiskusikan Kemajuan Pelaksanaan Proper
Dari hasil komunikasi tersebut dukungan dari jajaran Pimpinan
terhadap proyek perubahan semakin kuat dan memberikan efek domino
yang sangat baik terhadap stakeholder internal lainnya. Dukungan
tersebut ditunjukan melalui banyaknya masukan yang diberikan oleh
Para Tenaga Ahli dalam menyusun Grand Design Sistem Pengelolaan
Permohonan serta pembangunan aplikasi sistem terintegrasi.
61
Adanya dukungan dan keterlibatan stakeholder internal dalam
peaksanaan proyek perubahan ini, membuat Tim Efektif menjadi lebih
mudah dalam memberikan keyakinan kepada Para Penanggungjawab
Permohonan/Manejer Kasus. Keterlibatan Manajer Kasus dalam
penyusunan grand design sangat membantu mengingat mereka
merupakan user yang penting. Masukan yang komperhensif yang
diberikan Para Manejer Kasus dalam pembangunan aplikasi sistem
menjadikan sistem aplikasi ini berpeluang besar untuk dapat
diaplikasikan.
Gambar 25. Team Leader Memberikan Penjelasan, Diskusi dan Dialog
Langsung dengan Ketua dan Wakil Ketua LPSK serta
Sekretaris Jenderal LPSK
62
2.3. Implementasi Strategi Marketing
Dukungan yang diberikan oleh stakeholder internal dalam
pelaksanaan proyek perubahan ini sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari
peran aktif Para Pimpinan LPSK, Para Tenaga Ahli, Para Manejer Kasus
serta Para Kepala Biro sejak proses penyusunan konsep hingga
keterlibatan dalam uji coba dan pelatihan awal aplikasi sistem
pengelolaan permohonan secara terintegrasi. Keberhasilan ini tentu
didukung oleh peran kerja Tim Efektif yang optimal dan startegi
marketing yang handal. Strategi marketing yang diterapkan dalam
mendukung pelaksanaan proyek perubahan ini dilakukan dengan
pendekatan 4P1C (Product, Price, Place, Promotion dan
Customer). Pendekatan strategi marketing 4P 1C ini diterapkan melalui
berbagai kegiatan berupa sosialisasi dan asistensi/pelatihan kepada para
stakeholders dengan difokuskan pada upaya memperkenalkan lebih
dalam tentang keunggulan sistem dan aplikasi serta memperhatikan
kebutuhan para stakeholders.
Elemen-elemen dalam strategi marketing ini dapat diuraikan
sebagai berikut
1) Customers
Sasaran utama sebagai customer pengguna product ini adalah
Pimpinan LPSK, Para Tenaga Ahli, dan Para Manejer Kasus
2) Product
Produk yang dihasilkan dalam proyek perubahan ini adalah Grand
Design Sistem Pengelolaan Permohonan Terintegrasi dan Program
Aplikasi Pengelolaan Permohonan
3) Price
Penggunaan Produk ini akan mengakibatkan efisiensi atau
penghematan biaya dalam operasional perkantoran
4) Place
63
Penggunaan produk ini tidak dibatasi oleh waktu dan tempat sehingga
user akan sangat dimudahkan (sangat fleksibel), untuk tahap awal
hanya dapat diakses di dalam kantor namun kedepan bila telah
dipergunakan secara online sehingga dapat diakses di luar kantor
Promotion
Kegiatan promosi untuk produk ini akan dilakukan melalui
kegiatan sosialisasi baik secara terbuka maupun secara khusus dalam
bentuk asistensi dan atau pelatihan. Kegiatan promosi pada jangka
menengah akan dilakukan melalui media online, seiring dengan kesiapan
sistem. Kegiatan promosi ini juga didukung dengan alat bantu berupa
buku panduan dan video tutorial. Kegiatan sosialisasi dilakukan sejak
awal penyusunan design hingga saat proses pembuatan
aplikasi. Kegiatan sosialisasi/promosi ini akan terus berlanjut secara
berkesinambungan hingga pada Tahapan Jangka Panjang.
Kegiatan marketing/promosi dilakukan secara intensif yang
dilakukan oleh Tim Efektif baik dalam bentuk class room maupun secara
perseorangan/personal (one by one). Selain itu kegiatan pelatihan dan
asistensi juga dilengkapi dengan panduan pengoperasian yang mudah
untuk dipahami. Selain Buku Panduan, Tim Efektif juga telah
menyiapkan inovasi dalam mempromosikan produk melalui pembuatan
video tutorial bagi para stakeholders yakni tutorial pemohon, tutorial
Pimpinan, tutorial Tenaga Ahli dan Tutorial Manejer Kasus. Khusus
tutorial pemohon akan disebarluaskan melalui berbagai media sosial.
2.4. Penerapan Pendekatan Dalam Melaksanakan Proyek Perubahan
Pelaksanaan proyek perubahan ini, selain menggunakan Marketing
Sektor Publik juga menggunakan pendekatan lainnya, diantaranya
Analisa Organisasi Adaptive-Agile, Organisasi Pembelajar, dan Dialog
Strategis. Berikut ini penerapan pendekatan dalam pelaksanaan proyek
perubahan khususnya untuk tahapan jangka pendek, yang akan tetap
dilanjutkan pada tahapan jangka menengah dan jangka panjang.
64
1) Organisasi Adaptive-Agile
Analisis yang digunakan dalam pendekatan ini adalah Analisis
Design Thinking. Sebuah analisis atau pendekatan dalam menilai
kemampuan sebuah organisasi dalam beradaptasi dan
kecepatan/ketangkasan dalam menyikapi sebuah perubahan. Design
Thinking merupakan metode penyelesaian masalah yang berfokus
pada stakeholders/pengguna, melalui pembuatan prototype dan
pengujian langsung yang diawali dengan brainstorming serta
melakukan pendekatan langsung. Beberapa tahapan dalam
pendekatan Design Thinking yang digunakan yakni Empathize
(memahami permasalahan/kendala), Define (menetapkan akar
permasalahan), ideate (menyusun strategi solusi), Prototype
(membangun program/aplikasi), Test (melakukan uji coba).
Pelaksanaan pembangunan sistem pengelolaan permohonan
secara terintegrasi dengan pendekatan Design Thinking, diawali
dengan brainstorming (diskusi dua arah secara langsung) antara tim
efektif dalam rangka identifikasi dan verifikasi masalah serta
kebutuhan stakeholder (Empathize dan Define). Selanjutnya diikuti
dengan membangun komitmen bersama. Dengan terbangunnya
persepsi dan komitmen yang sama, Tim Efektif melakukan
penyusunan konsep, alur dan design sistem dengan melibatkan
stakeholder secara aktif dalam setiap tahapan. Output dari kegiatan
ini dituangkan dalam sebuah dokumen Grand Design Sistem
Pengelolaan (Ideate). Tahap terakhir, atau yang dikenal dengan
tahapan uji coba. Proses uji coba tersebut dilakukan untuk
mengetahui dan memastikan bahwa aplikasi tersebut dapat
beroperasi dan berfungsi secara baik sesuai dengan harapan para
user. Mealui pendekatan ini diharapkan proper ini dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh stakeholders.
65
Gambar 26. Tim EFektif Berdiskusi bersama dengan Perwakilan Tenaga
Ahli dan Manejer Kasus dalam Membangun Aplikasi
2) Organisasi Pembelajaran
Peter Senge (1990) menyatakan agar sebuah organisasi dapat
bertransformasi menjadi learning organization perlu memiliki lima
disiplin/unsur, yaitu: personal mastery, mental models, shared vision,
team learning, dan system thinking. Pelaksanaan Proyek Perubahan
ini tidak terlepas dari unsur-unsur tersebut, sebagaimana dijelaskan
dibawah ini:
a) Personal mastery, stakeholders atau individu di internal Biro
Penelaahan Permohonan dengan penerapan startegi komunikasi
dan strategi marketing yang baik telah menumbuhkan kesadaran
untuk meningkatkan kapasitas diri dan memfokuskan diri pada
tujuan organisasi dan komitmen yang telah ditetapkan bersama.
66
b) Mental models, melalui komitmen bersama dan pendekatan
komunikasi secara langsung serta pengawasan dari Pimpinan
LPSK, telah menciptakan sebuah perubahan sikap,
perilaku/perbuatan serta membangun mindset baru tentang
pengembangan organisasi LPSK. Hal ini dapat ditunjukan dengan
keterlibatan langsung dari Para Tenaga Ahli dan Para Manejer
Kasus, sehingga terjadi pergeseran komposisi peta stakeholders.
c) Shared vision, upaya sosialisasi dan promosi serta rapat-rapat
koordinasi sebagai bentuk penyamaan persepsi di internal LPSK
yang hampir dilakukan secara rutin merupakan bentuk penularan
visi organisasi (visi pimpinan) kepada visi personal/individu
organisasi.
d) Team learning, pembentukan tim efektif dan pembentukan
personal trainer oleh tim efektif yang berasal dari lingkungan
stakeholders (Tenaga Ahli dan Manejer Kasus) untuk melakukan
asistensi terhadap personal lainnya merupakan upaya
membangun LPSK khususnya Biro Penelaahan Permohonan
menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang handal.
e) System thinking, unsur ini dapat dilihat pada proses
pembangunan sistem yang terintegrasi diawali dengan mengali
akar permasalahan secara holistic dan melibatkan para
stakeholders terkait dan menyiap sebuah grand design dalam
penerapan sistem.
67
Gambar 27. Tim Leader Bersama Beberapa Tenaga Ahli dan Manejer
Kasus Berdiskusi dan Melakukan Penyamaan Persepsi
Tentang Bisnis Proses di Internal Biro.
3) Dialog Strategis
Pendekatan ini dilaksanakan melalui penerapan strategi
komunikasi dengan pelibatan stakeholders dalam proses pelaksanaan
proyek perubahan ini. Pendekatan dalam pelaksanaan proper ini
diawali dengan memastikan bahwa proper ini sebagai upaya untuk
memberikan layanan perlindungan sebagaimana diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaan proper ini juga
mengelaborasi kondisi lingkungan eksternal maupun internal.
Analisa SCORE digunakan dalam pelaksanaan proper ini bertujuan
untuk melakukan analisa terhadap kondisi lingkungan sehingga
proper tersbut dapat diterima dan dimanfaatkan. Penjelasan terhadap
analisa ini dapat dijelaskan dibawah ini.
a) Strength, identifikasi terhadap hal-hal yang mendukung
pelaksanaan proper ini diantaranya peraturan perundang-
undangan termasuk Peraturan LPSK dan Peraturan Sekjen
bahkan tata laksana sistem terintegrasi ini akan dikuatkan dalam
Peraturan Sekjen (Tahap Jangka Menegah). Selain itu juga
kemampuan SDM LPSK yang cukup terbiasa menggunakan atau
mengoperasikan computer menjadi kekuatan tersendiri.
Dukungan dari K/L lainnya juga menjadi kekuatan tersendiri
seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam memberikan
asistensi terkait keamanan sistem.
b) Option/Opportunity, pengelolaan pemohonan yang bersifat
konvensional/manual dabn belum didukung dengan IT
68
merupakan salah satu yang mendukung diterimanya proper ini di
kalangan Pimpinan LPSK.
c) Challenge, keberadaan Para Manejer Kasus didominasi generasi
milenial dan adanya komitmen bersama untuk memberikan
layanan yang lebih cepat, lebih baik dan efektif serta efisien
membuat pelaksanaan proper ini mendapatkan dukungan dari
stakeholders internal LPSK bahkan diduga Para Pemohon dan
pemangku kepentingan lainnya yang berasal dari luar LPSK akan
memberikan dukungan juga.
d) Respone, keunggulan/manfaat sistem pengelolaan permohonan
secara terintegrasi ini akan berdampak terhadap percepatan
proses yang sangat signifikan. Selain itu, sistem ini juga
dilengkapi dengan fitur bagi para pimpinan atau tenaga ahli untuk
dapat melakukan koreksi terhadap hasil penelaahan yang kurang
tepat atau juga fitur bagi manejer kasus untuk meminta bantuan
kepada Tenaga Ahli. Sistem ini juga memiliki fitur bagi pemohon
untuk mengetahui sejauh mana proses permohonan yang
diajukan.
e) Effectiveness criteria, Sistem yang dibangun ini dipandang akan
menimbulkan dampak yang sangat baik bagi performace LPSK
khususnya Biro Penelaahan Permohonan karena sistem ini akan
membuat kinerja menjadi lebih cepat dan mudah (efektif) serta
hemat biaya (efisien).
2.5. Kendala yang Dihadapi dan Solusinya
Sejak awal diperkirakan terdapat kendala yang dapat menghambat
pelaksanaan proyek perubahan ini. Berikut ini hassil pelaksanaan dan
upaya mengatasinya
Tabel 10. Kendala dan Solusi dalam Pelaksanaan Poyek Perubahan
69
Perkiraan Kendala Resiko Rencana Solusi
Adanya keengganan
untuk melakukan
perubahan
Tidak adanya
dukungan dari
stakeholders internal
dan proper mengalami
kegagalan
Pola pendekatan
persuasive serta
komunikasi dua arah
Terbatasnya SDM dalam
melakukan proses input
data
Jadwal pembuatan
aplikasi menjadi
terlambat bahkan
berpeluang gagal
Penambahan jam
kerja (lembur)
Terbatasnya waktu staf
untuk belajar dikarena
banyaknya permohonan
yang harus ditelaah
Tidak adanya
dukungan yang
optimal dari Manejer
Kasus karena tidak
mengenal lebih dalam
terhadap sistem yang
dibangun.
Pelatihan dilakukan
diluar jam kantor
70
BAB III
PENUTUP
3.1 Pembelajaran Kepemimpinan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan Project Leader selama lebih
dari 4 bulan telah memberikan banyak keterampilan dan pengetahuan
tentang kepemimpinan dalam berorganisasi. Hal ini menjadi pengalaman
dan bekal yang berharga bagi Project Leader dalam melaksanakan tugas,
fungsi dan wewenang sebagai Pejabat Tinggi Pratama khususnya Kepala
Biro Penelaahan Permohonan di Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti
Pendidikan Kepemimpinan Nasional Tingkat II, baik yang dilakukan saat
on campus maupun saat off campus khusus saat menyusun dan
melaksanakan proyek perubahan telah memberikan pengalaman dan
mewarnai gaya kepemimpinan Project Leader.
Banyak nilai-nilai pembelajaran yang dapat dipetik saat Project
Leader menyusun Rancangan Proyek Perubahan, dimulai saat
membangun mimpi dengan pendekatan yang logis hingga dituangkan
kedalam sebuah tulisan dengan alur yang sistematis. Tantangan mulai
tampak saat tulisan tersebut harus dijadikan sebuah karya yang dapat
memberikan sebuah perubahan di organisasi. Berdasarkan pengalaman
yang dimiliki oleh Project Leader dalam menjadi pejabat administrator
disertai dengan komitmen, relationships dan keyakinan, Project Leaders
dapat meyakinkan Pimpinan LPSK untuk menyetujui Rancangan Proyek
Perubahan “Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Saksi dan
Korban Secara Terintegrasi”. Proyek Perubahan ini, dikatakan oleh
Sekretaris Jenderal merupakan sebuah lompatan besar bagi LPSK untuk
memulai era baru sebagai sebuah organisasi yang modern berbasis
digital.
71
Senada dengan penyusunan rancangan proper, pelaksanaan proper
ini juga menghasilkan banyak pengalaman dan pengetahuan yang
berharga bagi Project Leaders. Banyak hal yang dipelajari dan didapatkan
saat mewujudkan proyek perubahan ini. Pembelajaran dalam
membangun jejaring, menjadi seorang marketing yang handal, negosiator
yang ulung, maneger yang terampil hingga menjadi seorang pemimpin
yang tanggap dan berkarakter merupakan sesuatu yang sangat berharga
dan berkesan bagi Project Leader. Lesson learnt yang diperoleh selama
mengikuti Pendidikan Kepemimpinan Nasional Tingkat II khususnya
dalam pelaksanaan Proyek Perubahan ini, semakin meyakinkan Project
Leader “teori sosial” terkait kepemimpinan, bahwa pemimpin itu dibentuk
bukan dilahirkan (Leaders are made and not born).
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan rencana dan pelaksanaan Proyek Perubahan
Pembangunan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Saksi dan
Korban Secara Terintegrasi, dapat dismpulkan beberapa hal sebagi
berikut:
1) Semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi LPSK
dari tahun ke tahun, harus juga diiringi dengan peningkatan layanan
LPSK, baik itu pelayanan dalam menerima dan memproses
permohonan juga pelayanan dalam melindungi dan memberikan
pengamanan bagi saksi dan korban.
2) Kegiatan pembangunan sistem pengelolaan permohonan secara
terintegrasi ini dilakukan melalui 3 tahapan yakni jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
3) Hasil capaian Tahapan Jangka Pendek berupa Grand Design sistem
pengelolaan permohonan perlindungan terintegrasi, pengembangan
program aplikasi permohonan perlindungan berbasis android dan
72
pembangunan program aplikasi sistem pengelolaan perlindungan
secara terintegrasi beserta panduannya.
4) Keuntungan dari Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Secara Terintegrasi adalah Mempercepat proses
penelaahan, memudahkan dalam pengawasan proses tindak lanjut
permohonan (real time), kegiatan penelaahan menjadi lebih efisien,
proses pemberkasan lebih cepat dan terintegrasi, proses penelaahan
lebih terukur dan lebih akuntabel, lebih transparan (pemohon dapat
mengetahui tahapan proses penangganan permohonan yang
diajukan), perubahan pola kerja/habit kearah sebuah organisasi yang
agile dan inovatif (pola kerja yang lebih efektif, IT minded, paperless
dan security awareness).
5) Penerapan strategi komunikasi pada tahapan jangka pendek telah
berhasil merubah komposisi stakeholders (Para Kepala Biro, Tenaga
Ahli, dan Penanggung Jawab Permohonan atau Manejer Kasus/MK)
dari kuadran latent bergeser ke kuadran promotor.
3.3 Rekomendasi
Mendasarkan pada kesimpulan diatas, guna mengoptimalkan
penerapan sistem pengelolaan permohonan perlindungan secara
terintegrasi, maka Project Leader merasa perlu untuk merekomendasikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban perlu memperkuat sistem
keamanan jaringan dan melakukan audit kemanaan jaringan secara
berkala berkerja sama dengan pihak Badan Siber dan Sandi Negara
(BSSN) atau pihak professional lainnya.
2) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban perlu melakukan integrasi
sistem permohonan perlindungan dengan sistem layanan
perlindungan pada Biro Pemenuhan Hak Saksi dan korban.
73
3) Memperkaya keragaman data based dengan data/informasi terkait
aparat penegak hukum, Rumah Sakit/Pusat Layanan Kesehatan
dan LSM/NGO yang bergerak dibidang pemberian layanan bantuan
saksi dan/atau korban.
74
DAFTAR PUSTAKA
Garvin, David A. Learning in Action: A Guide to Putting The Learning
Organization to Work. Boston: Harvard Business Schools Press,
2000.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. 2014. Rencana Strategi
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. 2019. Laporan Hasil Analisa
dan Evaluasi Semester I Biro Penelaahan Permohonan. Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pemberian
Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban.
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2016 tentang Sekretariat Jenderal
LPSK.
Peraturan Sekretaris Jenderal LPSK Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal LPSK.
Peraturan LPSK Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pelayanan Permohonan
Perlindungan Saksi dan/atau Korban.
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Pratice of The
Learning Organization. New York.
Undang-undang Nomor 5 tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Penganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-undang.
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban.
75
Lampiran 1. Surat Persetujuan Mentor Pada Tahap Membangun
Komitmen Bersama
76
Lampiran 2. Surat Ketua LPSK Nomor KEP-
468/1.4.1.PPP/LPSK/09/2019 tertanggal 23 September
2019 Tentang Pembentukan Tim Efektif Pembangunan dan
Penerapan Sistem Pengelolaan Permohonan Saksi dan
Korban secara Terintegrasi.
77
Lampiran 3. Uraian Tugas Masing-masing Kelompok Kerja
Uraian Tugas
Tim Efektif Sistem Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Saksi dan Korban Secara Terintegrasi
Penjelasan tentang tugas-tugas dari setiap anggota tim efektif
adalah sebagai berikut:
1. Mentor
a. Memberikan arahan terkait jenis perubahan, rencana, dan
pelaksanaan secara keseluruhan proyek perubahan.
b. Membantu project leader untuk mendapatkan sumber daya
dalam pelaksanaan proyek perubahan.
c. Membantu project leader untuk menyelesaikan permasalahan
diluar kewenangan project leader.
2. Coach
a. Memberikan bimbingan tentang jenis perubahan yang akan
dilakukan oleh project leader.
b. Membimbing dan memantau serta memberikan arahan tentang
pelaksanaan proyek perubahan.
3. Project Leader
a. mengusulkan rancangan proyek perubahan
b. berkonsutasi dengan Pengarah, Narasumber, Mentor, dan Coach
dalam melaksanakan rancangan proyek perubahan
c. memberikan arahan kepada anggota tim efektif
d. menjalin komunikasi dan kesepakatan dengan stakeholder
(eksternal dan internal) dalam mendukung keseluruhan tahapan
implementasi proyek perubahan;
e. melakukan eksekusi keseluruhan tahapan yang telah dirancang
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki;
78
f. membuat laporan implementasi proyek perubahan.
4. Kelompok Kerja Informasi dan Teknologi
Bertugas membantu project leader untuk membangun dashboard
Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan Secara Terintegrasi,
keterlibatan dalam proyek perubahan meliputi :
a. Melakukan desain mockup (pra tampilan) dari desain dashboard;
b. Menyusun prototype dashboard;
c. Melakukan proses layout buku Pedoman Operasional;
d. Melakukan query database untuk menyediakan data data
permohonan perlindungan aktif (Pemohon, Terlindung, Data
Layanan, Data Permohonan) mulai dari proses penerimaan
permohonan sampai pada proses pelaksanaan layanan
perlindungan;
e. Melakukan proses implementasi coding rancangan sistem ke
dalam bahasa pemrograman;
f. Melakukan proses implementasi database data permohonan
periindungan;
g. Melakukan proses testing dalam ujicoba aplikasi dan
memperbaiki error yang terjadi dalam proses ujicoba;
h. Mendokumentasikan setiap tahapan dalam proses pengisian
dalam aplikasi dan menyusun petunjuk penggunaan;
i. Melakukan pendampingan ke unit kerja dalam proses uji coba ;
j. Mengisikan checklist Form Pantauan Aktivitas;
k. Menyiapkan dokumentasi kegiatan proyek perubahan.
5. Kelompok Kerja Substantif dan Peraturan
Bertugas membantu project leader dalam analisis data untuk
pembangunan dashbaord Sistem Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Secara Terintegrasi, keterlibatan dalam proyek
perubahan meliputi :
a. Mengumpulkan, memverifikasi dan mengolah data pemohon,
terlindung dan layanan;
79
b. Menterjemahkan microdata permohonan dan data layanan
untuk selanjutnya memformulasikan dalam analisis data;
c. Melakukan pemeriksaan ulang analisis data secara manual dan
yang telah diterjemahkan dalam pemrograman
d. Melakukan penyiapan bahan substansi petunjuk pengguaan dan
materi sosialisasi;
e. Menyusun peraturan internal pelaksana penggunaan dan
pemanfaatan Sistem Pengelolaan Permohonan Perlindungan
Secara Terintegrasi
f. Mengkoordinasikan pengesahan peraturan internal pelaksana
g. Mengisikan checklist Form Pantauan Aktivitas;
h. Menyiapkan dokumentasi kegiatan proyek perubahan
6. Kelompok Kerja Administrasi
Bertugas membantu project leader dalam analisis data untuk
pembangunan dashbaord Sistem Pengelolaan Permohonan
Perlindungan Secara Terintegrasi, keterlibatan dalam proyek
perubahan meliputi :
a. Menyiapkan dan mendistribusikan administrasi persuratan;
b. Menyiapkan daftar hadir dan konsumsi dalam kegiatan rapat,
brainstorming, dan sosialisasi;
c. Menyiapkan usulan kegiatan untuk meraih anggaran serta
memproses pertanggungjawaban ke keuangan;
d. Mengisikan checklist Form Pantauan Aktivitas;
e. Menyiapkan dokumentasi kegiatan proyek perubahan
80
Lampiran 4. Komitmen Bersama Antara Tim Efektif dengan Sekretaris
Jenderal mewakili Pimpinan dan Staf LPSK
81
Lampiran 5. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Manajemen Berkas
Permohonan)
82
Lampiran 6. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Permohonan
Perlindungan)
83
Lampiran 7. Mock up Dashboard Manejer Kasus (Informasi Spasial
Permohonan)
84
Lampiran 8. Mock up Dashboard Tenaga Ahli
85
Lampiran 9. Mock up Dashboard Pimpinan
86
Lampiran 10. Mock up Dashboard Rapat Paripurna Pimpinan
87
88
Lampiran 11. Berita Acara Uji coba
89
Lampiran 12. Salinan Notulensi Keputusan Rapat Pimpinan LPSK dengan
Para Pejabat Struktural, Para Tenaga Ahli dan Perwakilan
Staf.