perlindungan saksi & korban sebagai whistleblower

28
dan Korban sebagai Whistleblower dalam Lingkup Pengawasan Internal Kementerian atau Lembaga Disampaikan Oleh : A.H.Semendawai, SH, LL.M Ketua LPSK RI

Upload: abdillah-mt

Post on 15-Jun-2015

2.814 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

Materi Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower ini disampaikan oleh Ketua LPSK dalam acara Lokakarya Pengawasan (Lokwas) Inspektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2013 di Hotel Horison, Bogor, Jawa Barat

TRANSCRIPT

Page 1: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Perlindungan Saksi dan Korban sebagai Whistleblower dalam Lingkup Pengawasan Internal Kementerian atau Lembaga

Disampaikan Oleh :A.H.Semendawai, SH, LL.M

Ketua LPSK RI

Page 2: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

“Kita sebenarnya manusia biasa yang berada dalam situasi

luar biasa. Namun, kita telah melakukan

sesuatu yang benar yang seharusnya

dilakukan oleh semua orang”. Jeffrey Wigand

مرا كان ولو الحق قلKatakanlah yang benar

itu, walaupun pahit

LPSK

Page 3: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Peran Whistleblower• Whistleblowers memegang peran

dalam membongkar bermacam pelanggaran hukum, atau kejahatan, maladministrasi, kecurangan, mismanajemen salah pengurusan, kelalaian yang memiliki dampak yang merugikan bagi publik.

• WB tidak hanya dikenal dalam pengungkapan suatu tindak-pidana, tetapi perbuatan curang lainnya baik yang merugikan masyarakat (public sector) maupun perusahaan (private sector) dalam perkara perdata, perburuhan, kesehatan, lingkungan hidup, dll.

LPSK

Page 4: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

LPSK

Peranan Partisipasi Masyarakat• Banyak orang bertanya-tanya bagaimana KPK bisa menangkap tangan

praktik suap/pemerasan, atau dari mana KPK bisa mengendus korupsi ketika belum terjadi. Apakah KPK punya ribuan kamera yang memantau seluruh pejabat di negeri ini setiap hari? atau, ada jutaan mikrofon yang menguping percakapan setiap proses pengadaan di seluruh daerah?

• Keberhasilan KPK dalam menangkap koruptor ternyata merupakan hasil dari peran serta dan kepedulian masyarakat dalam melaporkan kasus korupsi. KPK sangat mengharapkan peran serta masyarakat untuk memberikan akses informasi ataupun laporan adanya dugaan tindak pidana korupsi (TPK) yang terjadi di sekitarnya. Informasi yang valid disertai bukti pendukung yang kuat akan sangat membantu KPK dalam menuntaskan sebuah perkara korupsi.

• PP 71 tahun 2000 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan dan pemberantasan Korupsi.

Saksi dilindungi oleh negara.

Kasus Korupsi terbongkar

Page 5: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Why Are Whistleblowing Programs Important?

• U.S. companies lose over $400 billion a year to fraud. • Average loss per company: $2,199,930. • 37% of respondents report significant economic crimes during

past 2 years.• Auditors only detect approximately 19% of all frauds.• The largest frauds/bankruptcies in history occurred during the

past 3 years.• Approximately one third of American employees have witnessed

unethical or illegal conduct in their workplace. Of these, over half did not disclose what they observed.

• Employees typically have limited knowledge of who to contact if they become aware of inappropriate acts in the organization.

• An analysis of business crises between 1990 and 2000 found that management is frequently aware of problems, and ignores them until a crisis develops or an employee blows the whistle on the activity.

• Auditors cannot audit every process and transaction all the time.

Page 6: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Sejumlah Wistleblower Terkenal Frank Serpico: The first (in the late '60s) and

most famous police officer to report widespread corruption in a police department (New York City's), he risked his life to come forward.

Daniel Ellsberg: He risked severe pressure and retaliation from the federal government in 1971 when he leaked the "Pentagon Papers" to The New York Times, revealing the secret pretexts for the war in Vietnam. He was a U.S. State Department analyst before becoming a whistleblower.

"Deep Throat" (now known to be the late W. Mark Felt): He gave Washington Post reporters the information about then-President Nixon's involvement in the Watergate illegalities in 1972. This whistleblowing eventually led to Nixon's resignation from office and prison terms for two members of his staff.

Page 7: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Lanjutan Famous WBKaren Silkwood: In 1974, she exposed serious

safety violations at her workplace, a nuclear plant in Oklahoma. The film "Silkwood" is an account of her story; her death at the wheel of her car as she was driving to meet a reporter has been alleged to be a homicide.

Jeffrey Wigand: In 1996, Wigand blew the whistle on the cigarette industry when he revealed the intentional manipulation of nicotine, known as "impact boosting," by his former employer, Brown & Williamson, in an interview on the television program 60 Minutes.

Linda Tripp: She told the Office of Independent Counsel that her friend had committed perjury — starting the whole "Monica Lewinsky affair" in 1998. The Clinton administration then leaked personal information about her, and she successfully pursued a lawsuit based on this violation of the Privacy Act of 1974

Page 8: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Lanjutan Famous WB• Sherron Watkins: An Enron

Whistleblower and former vice president, she exposed the highly irregular accounting methods being used by the company to hide the true state of its financial affairs in 2001. Enron later filed the largest corporate bankruptcy on record — too late for investors, unfortunately.

• Coleen Rowley: A special agent with the FBI, she revealed the agency's inaction and mistakes that may have allowed the September 11, 2001 terrorist attacks on the World Trade Center and the Pentagon.

Page 9: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Definisi WB

whistleblowing berarti suatu pengungkapan yang melibatkan atau dilakukan oleh seseorang, atau dari anggota sebuah organisasi (mantan anggota), mengenai sesuatu perbuatan yang immoral, atau praktek yang tidak sah, atau praktek-praktek tertentu di bawah kendali pimpinan mereka, yang merugikan kepentingan publik dimana seseorang yang melakukan pengungkapan tersebut berpotensi mendapatkan balasan atau tindakan tertentu (Near dan Miceli)

Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia posisinya seringkali disamakan dengan PELAPOR.

Namun definisi yang lebih baku diatur didalam SEMA 4/2011 dan Peraturan Bersama

Definisi : Whistleblower' atau 'whistleblowing' sebenarnya merupakan sebuah istilah yang belum baku. Istilah ini justru tidak memiliki definisi hukum yang umummya disepakati.

Page 10: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Problematika yg dihadapi WB Belum mendapatkan apresiasi yang baik, minimnya

dukungan, perlindungan apalagi penghormatan/ penghargaan yang memadai bagi mereka sering tidak sesuai dengan pentingnya pengungkapan mereka bagi penegakan hukum dan kepentingan publik yang telah dicederai.

Ketika mereka berbicara untuk mengungkap praktik-praktik tidak sah yang dilakukan atasan, rekan, mitra bisnis atau klien mereka, mereka mempertaruhkan pekerjaan, pendapatan dan keamanan mereka.

Mereka dipojokkan, dikucilkan, dicap penghianat, cari muka, sok pahlawan, laporannnya tidak ditindak-lanjuti diturunkan pangkat atau jabatan, diberhentikan dari pekerjaannya, dituntut balik, sering-kali bertahun-tahun berkutat dgn kasusnya dsb.

Seorang Pelapor dijadikan Tersangka, baik dalam kasus yang dia laporkan maupun yang lainnya krn diduga melakukan suatu tindak pidana, namun pengananannya dilakukan bersamaan atau mendahului dari kasus yang dilaporkannya.

Page 11: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Prinsip Dasar Perlindungan thp WB

Lembaga dan Mekanisme Penerimaan Pelaporan yang kridibel, sederhana dan profesional

Dapat menjaga rahasia pelaporKepastian tindak-lanjut dari

laporan Informasi yang jelas kepada

Pelapor atas perkembangan laporan

Kemampuan melindungi PelaporTindakan pemulihan terhadap

PelaporSanksi terhadap pihak yang

melakukan serangan balik kepada Pelapor

Page 12: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Jawaban atas Permasalahan WB Dibentuk WB Program atau Sistem di

berbagai Kementerian/lembaga/Perusahaan/Lembaga Penegakan hukum/lembaga negara penerima laporan atau pengaduan

PP 71 Tahun 2000 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

SEMA No 04 tahun 2011 / 10 Agustus 2011Tentang Perlakuan thp pelapor (Whistleblower) dan Saksi pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborators) dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.

Peraturan Bersama tentang Pelapor, Saksi Pelapor dan Saksi Pelaku Yang Bekerja-sama

Revisi UU 13 tahun 2006 ttg Perlindungan Saksi dan Korban

Page 13: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Peraturan PerUU-an terkait WB Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 – UU No. 23 Tahun 2003 tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 UU tentang Perlindungan Saksi

dan Korban Undang-Undang No 27 tahun 2008 tentang Ombusdman UU tindak pidana khusus lainnya misalnya UU Narkotika dan

Terorisme Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

PP 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan saksi Tindak Pidana Pencucian Uang

Page 14: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

KONSEP WHISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR SEMA

WB : Yang bersangkutan merupakan pihak yang mengetahui dan melaporkan tindak pidana serta bukan merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.

JC : Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku, mengakui kejahatan yang dilakukannya, bukan pelaku utama dalam kejahatan terseb ut, serta memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan.

Page 15: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

SEMA No. 4 Tahun 2011

Page 16: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Page 17: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower
Page 18: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Peraturan Bersama MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK

INDONESIA

NOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011   TENTANG PERLINDUNGAN BAGI PELAPOR, SAKSI PELAPOR DAN SAKSI PELAKU YANG BEKERJASAMA

Page 19: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

UU No 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

LPSK mendapatkan mandat dari undang-undang untuk memastikan perlindungan pelapor agar tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata sehubungan dengan laporan dan kesaksiannya Yang dimaksud dengan dalam UU ini pelapor adalah orang yang memberikan informasi kepada penegak hukum mengenai terjadinya suatu tindak pidana. (Pasal 10 ayat (1) UU No 13 Tahun 2006)

Terbatas dalam Laporan tentang Tindak Pidana

Kepada Aparat Penegak Hukum

Page 20: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Lanjutan :UU juga memberikan tugas bagi LPSK untuk

memastikan keringanan hukuman bagi tersangka yang juga dijadikan saksi oleh LPSK (pasal 10 ayat (2) UU No. 13 tahun 20006)

Pelapor mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK sebagaiaman prosedur permohonan perlindungan saksi dan korban.

Diputuskan melalui paripurna dengan merujuk Ketentuan Pasal 28 dan Pasal 5 ayat (2).

Catatan :Mengatur tentang Justice Collaborator, tetapi tdk

dibuat secara detil dan operasional.Tidak memungkinkan untuk tidak dituntut

Page 21: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Bentuk perlindungan LPSK kepada WB1. Terhadap Pelapor yang dijadikan Terdakwa

dalam perkara Pencemaran Nama Baik dalam proses pemeriksaan di Pengadilan (perlindungan hukum).

2. Terhadap Pelapor dan Saksi, juga Terdakwa untuk kasus yang sama, rekomendasi pengurangan hukumannya (perlindungan hukum)

3. Mendampingi Pelapor untuk menyampaikan laporannya ke Aparat Penegak Hukum .

4. Dalam hal pelapor mendapatkan intimidasi dan ancaman maka LPSK berdasarkan mandatnya dalam pasal 28 dapat memberikan perlindungan (perlindungan fisik dan/ atau perlindungan hukum)

Page 22: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Lanjutan

Perlindungan FisikPerlindungan HukumPerlindungan KerahasiaanPemenuhan hak-hak

ProseduralPenanganan Medis dan

Psykologi

Page 23: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Mekanisme Permohonan Perlindungan

Prosedur perlindungan bagi whistleblower mengikuti proses yang berlaku dalam permohonan perlindungan saksi dan korban.

LPSK perlu membangun link sistem pelaporan dan perlindungan whistleblower yang terpadu dengan instansi lainnya (penegak hukum, lembaga negara, BUMN, maupun privat sektor)

Page 24: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

BAGAN ALIR PERMOHONAN email

Surat/fax

telp datang langsung

aparat penegak hukum/ lainnya

REGISTRASI

PEMERIKSAAN FORMAT/ TELAAH ADMIN

LENGKAP

TELAAH SUBSTANSI

RAPAT PARIPURNA ANGGOTA

7 HARI

30 HARI

KELENGKAPAN DOK/

INVESTIGASI

TDK LENGKAP

DITERIMA DITOLAK

MEMENUHI SYARAT FORMIL &

MATERIIL

DLM KEWENANGAN

LPSK

PEMENUHAN HAK

PROSEDURAL

BANTUAN KOMPENSASI

RESTITUSI

PERLINDGN FISIK/HUKU

M

BID. BANTUAN KOMPENSASI &

RESTITUSI

BID PERLINDUNGA

N

TDK MEMENUHI

SYARAT FORMIL & MATERIIL

BUKAN KEWENANGAN LPSK

SURAT PEMBERITAHUA

NUNIT PENERIMAAN

PERMOHONAN LPSK

Page 25: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Syarat untuk mendapatkan perlindungan bagi Pelapor dan Saksi Pelapor

• adanya informasi penting yang diperlukan dalam mengungkap terjadinya atau akan terjadinya suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir;

• adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman atau tekanan, baik secara fisik maupun psikis terhadap Pelapor dan Saksi Pelapor atau keluarganya apabila tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya; dan

• laporan tentang adanya ancaman atau tekanan tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan tahap penanganannya dan dibuatkan berita acara penerimaan laporan.

Page 26: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

SYARAT UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN SEBAGAI SAKSI PELAKU YANG BEKERJASAMA

tindak pidana yang akan diungkap merupakan tindak pidana serius dan/atau terorganisir;

memberikan keterangan yang signifikan, relevan dan andal untuk mengungkap suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir;

bukan pelaku utama dalam tindak pidana yang akan diungkapnya;kesediaan mengembalikan sejumlah aset yang diperolehnya dari

tindak pidana yang bersangkutan, hal mana dinyatakan dalam pernyataan tertulis; dan

adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman, tekanan, baik secara fisik maupun psikis terhadap saksi pelaku yang bekerjasama atau keluarganya apabila tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan yang sebenarnya.

 

Page 27: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

PenutupPerlindungan terhadap Pelapor Penting’Melindungi Pelapor yang beriktikad baik dpat

menyelamatkan berbagai kepentinganBerbagai usaha untuk melindungi pelapor sdh

dilakukan; perlu ada kerja-sama penanganan yang baik antar lembaga

Perlu ditumbuhkan Kesadaran kepada Masyarakat dan aparat penegak hukum untuk tidak melakukan tindakan yang dapat mengancam atau menimbulkan kekerasan serta kesulitan thp pelapor, saksi pelapor dan saksi pelaku.

Page 28: Perlindungan Saksi & Korban Sebagai Whistleblower

Lahir di Ulak Baru OKU - Sumatera Selatan, 28 September 1964, menyelesaikan studi S1 di FH Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta (1991) dan Master Hukum di Northwestern University School of Law (2004) Chicago, USA. Tamat kuliah di UII, Semendawai bergabung dengan Lembaga Kajian Hak-Hak Masyarakat (LEKHAT) Yogyakarta (1991-1993) sebagai Direktur Eksekutif; menjadi pengacara satu Law Office di Yogyakarta (1994-1998); juga aktif sebagai sekjen the Yogyakarta Young Lawyers Club. Desember 2008 pindah ke Jakarta menjadi pengacara di Lembaga Studi dan Advocacy Masyarakat (ELSAM 1998-2008); mulai 1999 – 2006 menjadi Koordinator Divisi Pelayanan Hukum ELSAM; juga menjadi Koordinator Tim Advocacy Pembela Aktifis Lingkungan (TAPAL) Jakarta (2000-2003); sebagai Koordinator Badan Pengawas Perkumpulan Sawit Watch Bogor (2004–2008). Pernah aktif di koalisi masyarakat sipil untuk advokasi RUU Perlindungan Saksi dan Korban. Pada tahun 2006-2008 menjadi Koordinator Koalisi Nasional Revisi KUHP. Terlibat sebagai anggota Tim Pemerintah dalam penyusunan sejumlah Peraturan PerUU-an. Pada 2007 diangkat menjadi Deputi Direktur ELSAM; sampai akhirnya terpilih menjadi Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban(LPSK) periode 2008-2013.

Abdul Haris Semendawai, S.H., LLM. (Ketua LPSK RI)