skripsi - erepo.unud.ac.id

100
SKRIPSI PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA 9-10 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR SARASWATI TABANAN 011 OLEH: MADE SATRIA AMBARSIKA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

SKRIPSI

PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA

9-10 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR

SARASWATI TABANAN

011

OLEH:

MADE SATRIA AMBARSIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

i

SKRIPSI

PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA

9-10 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR

SARASWATI TABANAN

011

OLEH:

MADE SATRIA AMBARSIKA

1302305048

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 3: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id
Page 4: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id
Page 5: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id
Page 6: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA 9 - 10

TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR SARASWATI

TABANAN

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu gangguan yang sering dialami oleh anak

dengan obesitas. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

menurunkan tekanan darah pada anak obesitas adalah dengan therapeutic walking

exercise. Latihan ini merupakan salah satu latihan endurance dengan intensitas

sedang dan low impact untuk melatih daya tahan kardiovaskular. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian perlakuan Therapeutic Walking

Exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak dengan hipertensi usia 9 –

10 tahun di Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Pre

and Post Test Control Group Design. Teknik pengambilan sampel adalah

purposive sampling. Sampel berjumlah 16 orang yang sebelumnya telah diukur

tekanan darahnya menggunakan sphygmomanometer. Sampel dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan therapeutic walking

exercise berjumlah 8 orang dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan

perlakuan berjumlah 8 orang. Dilakukan uji normalitas dengan Saphiro-Wilk Test

dan uji homogenitas dengan Levene’s Test. Hipotesis diuji dengan Paired Sample

T-Test untuk mengetahui penurunan tekanan darah pada kedua kelompok dan

Independent Sample T-Test untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan darah

pada kedua kelompok.

Hasil analisis dengan uji Paired Sample T-Test untuk tekanan darah pada

kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah

sistolik dan nilai p=0,010 (p<0,05) untuk tekanan darah diastolik. Pada kelompok

kontrol, tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,598 (p > 0,05) dan tekanan

darah diastolik didapatkan nilai p = 0,170 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

pada kelompok perlakuan terjadi penurunan tekanan darah secara bermakna,

sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada penurunan tekanan darah secara

bermakna. Rerata selisih penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol diperoleh hasil p=0,000 (p<0,05) untuk data tekanan darah

sistolik dan p=0,009 (p<0,05) untuk data tekanan darah diastolik.

Disimpulakan bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah yang

signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok. Hal ini disebabkan karena

pelebaran pembuluh darah dan relaksasi pembuluh darah. Therapeutic walking

exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi.

Kata kunci: Therapeutic walking exercise, obesitas, hipertensi

Page 7: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

THE EFFECT OF THERAPEUTIC WALKING EXERCISE FOR

DECREASING BLOOD PREASSURE IN CHILDREN WITH OBESITY 9 –

10 YEARS OLD WITH HYPERTENSION AT SARASWATI TABANAN

ELEMENTARY SCHOOL

ABSTRACT

Hypertension is one of the disorders often experienced by children with

obesity. One of the non-pharmacological therapies that can be done to lower

blood pressure in obese children is by therapeutic walking exercise. This exercise

is one of endurance exercise with moderate and low impact instensity to train

cardiovascular endurance. This study was conducted to determine whether the

treatment of Therapeutic Walking Exercise can lower blood pressure in children

with hypertension aged 9 to 10 years in Saraswati Tabanan Elementary School.

This research was an experimental research with Pre and Post Test

Control Group Design. The sampling technique is purposive sampling. The

sample numbered 16 people who had previously measured their blood pressure

using a sphygmomanometer. The sample was divided into 2 groups, ie treatment

group that received therapeutic walking exercise amounted to 8 people and the

control group that did not get treatment amounted to 8 people. The normality test

was performed with Saphiro-Wilk Test and homogeneity test with Levene's Test.

The hypothesis was tested by Paired Sample T-test to determine the decrease in

blood pressure in both groups and the Independent Sample T-Test to determine

the difference in blood pressure decrease in both groups.

The result of the analysis with paired sample t-test for blood pressure in

the treatment group obtained p = 0,000 (p <0,05) for systolic blood pressure and

p = 0,010 (p <0,05) for diastolic blood pressure. In the control group, systolic

blood pressure was obtained p = 0,598 (p> 0,05) and diastolic blood pressure got

p value = 0,170 (p> 0,05). This shows that in the treatment group there was a

significant decrease in blood pressure, whereas in the control group there was no

significant drop in blood pressure. The mean difference of blood pressure

decrease in treatment group and control group was obtained p = 0,000 (p <0,05)

for systolic blood pressure data and p = 0,009 (p <0,05) for diastolic blood

pressure data.

It was concluded that there was a significant difference in blood pressure

decrease between the treatment group and control group. This is due to the

dilation of blood vessels and the relaxation of blood vessels. Therapeutic walking

exercise can decrease blood pressure in obese children with hypertension.

Keywords : therapeutic walking exercise, obesity, hypertension.

Page 8: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang

berjudul “Pengaruh Therapeautic Walking Excercise terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Anak Obesitas Usia 9 – 10 Tahun dengan Hipertensi di SD Saraswati

Tabanan”.

Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan

skirpsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan

skripsi ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK. selaku ketua Program Studi

Fisioterapi Universitas Udayana.

3. dr. Nila Wahyuni, M. Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah

banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. dr. I Gusti Ayu Artini, M.Sc selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah

banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

viii

6. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu yang selalu memberikan motivasi, semangat agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi penelitian dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.

7. Desak Made Wahyu Ariningsih yang senantiasa membantu dan memotivasi

penyelesaian skripsi saya.

8. Seluruh kerabat dan sejawat fisioterapi yang tidak mungkin penulis sebutkan

satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat

diharapkan.

Denpasar, Juni 2017

Penulis

Page 10: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. .xi

BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Obesitas pada Anak .................................................................................. 8

2.1.1 Definisi Obesitas ........................................................................ .8

2.1.2 Penyebab obesitas ......................................................................... .9

2.1.3 Penatalaksanaan Obesitas ........................................................ .10

2.2 Hipertensi ............................................................................................... 12

2.2.1 Definisi Hipertensi pada Anak .................................................. 12

2.2.2 Diagnosa Hipertensi pada Anak ................................................. 13

2.2.3 Patofisiologi Hipertensi .............................................................. 18

2.3 Hubungan IMT dengan Hipertensi pada Anak ......................................... 22

2.4 Therapeutic Walking Exercise ................................................................... 23

2.4.1 Definisi Therapeutic Walking Exercise ......................................... 23

2.4.2 Siklus Berjalan .......................................................................... 25

2.4.3 Efek Therapeutic Walking Exercise .......................................... 26

2.4.4 Efektivitas Therapeutic Wallking Exercise .............................. 27

Page 11: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

x

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ..................... 30

3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 30

3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 32

3.3 Hipotesis ............................................................................................... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 34

4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 34

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 35

4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................. 35

4.3.1 Populasi ....................................................................................... 35

4.3.2 Sampel ......................................................................................... 35

4.3.3 Besar Sampel ............................................................................... 37

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 38

4.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 39

4.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 39

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 40

4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... 41

4.7.1 Prosedur Pendahuluan ................................................................. 41

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan .................................................................. 43

4.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 45

4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 46

4.10 Jadwal Penelitian..................................................................................48

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................49

5.1 Karakteristik Responden.......................................................................49

5.2 Uji Persyaratan Analisis.........................................................................51

5.3 Pengujian Hipotesis...............................................................................53

5.3.1 Uji Beda Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan

Sesudah pada Masing-Masing Kelompok ......................................53

5.3.2 Uji Beda Hasil setelah dan Selisih Penurunan Tekanan Darah pada

Kelompok Perlakuan dan Kontrol..................................................54

BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................57

Page 12: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

xi

6.1 Karakteristik Sampel .........................................................................57

6.2 Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan (KP) Setelah

Pemberian Perlakuan Therapeutic Walking Exercise........................59

6.3 Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol (KK)..................................62

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…………………. . . .…………………66

7.1 Simpulan………………………………………….………………..66

7.2 Saran……………………………………………………………….66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada pertengahan

antara olecranon dan acromion ........................................................................ 15

Gambar 2.2 Siklus berjalan pada manusia .......................................................... 26

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ........................................................... 32

Gambar 4.1 Desain penelitian ............................................................................. 34

Gambar 4.2 Alur Penelitian................................................................................. 45

Page 14: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Prosedur Assesment Fisioterapi ....................................................... 42

Tabel 4.2 Jadwal Penelitian ............................................................................. 48

Tabel 5.1 Distribusi data sampel berdasarkan Usia, IMT kategori obesitas,

tekanan darah sebelum ...................................................................................... 49

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas data....................................51

Tabel 5.3 Hasil Uji Rerata Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol .......................................... 53

Tabel 5.4 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan

Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok .......... 54

Page 15: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman terjadi berbagai perubahan gaya hidup

pada penduduk dengan usia muda maupun tua. Di Indonesia, terutama di kota-

kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi

dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat

yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol (Satoto,

1998). Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan energi yang masuk

dan keluar pada tubuh seiring dengan kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi makan

anak yang tinggi ditambah kurangnya aktivitas fisik memicu terjadinya

kegemukan pada anak yang dikenal dengan overweight dan pada taraf yang lebih

lanjut dapat berkembang menjadi obesitas.

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang di alami tidak hanya oleh

orang dewasa melainkan juga dialami oleh anak-anak, dimana terdapat

penimbunan lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh

akibat dari menkonsumsi makanan melebihi kebutuhannya. Obesitas saat ini

sudah menjadi masalah global. Prevalensinya meningkat tidak saja dinegara maju

tapi juga di negara-negara berkembang. Data National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) didapatkan hubungan linier antara kenaikan

indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta

tekanan nadi di Amerika Serikat (El-Atat dkk., 2004).

Page 16: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

2

Konferensi obesitas Internasional di Milan melaporkan Italia merupakan

negara nomor satu kasus obesitas terbanyak pada anak-anak Eropa dengan

prevalensi 36%. Penelitian pada tahun 1981-1996 di Kanada pada anak umur 7-13

tahun mendapatkan prevalensi obesitas meningkat menjadi dua kali lipat, dari 5%

menjadi 14% pada anak laki-laki dan 11% pada anak perempuan (Salvadori et al.,

2008 dalam Purnami, 2015). Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di

dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan

diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020 (de Onis M et al., 2010).

Penelitian pada anak usia sekolah dari berbagai etnik (Hispanich, Afrika–

Amerika, Asia dan lainnya) meningkat dengan meningkatnya IMT yaitu 2% pada

anak underweight (IMT < persentil ke-5), dan 11% pada anak obesitas (IMT >

persentil ke-95) (Sorof et al, 2002).

Berdasarkan Riskesdas (2010) dalam Purnami (2015), disebutkan bahwa di

Indonesia prevalensi anak obesitas usia 9-12 tahun sebesar 9,2%. Berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi obesitas pada

anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18 tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6%

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut usia lebih dari Z score 2

menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berusia 5-18 tahun.

Penelitian oleh Maharditha (2005) dalam Purnami (2015) pada sebanyak 1200

anak kelas 1-6 SD di Denpasar didapatkan obesitas sebesar 11,7%. Penelitian

Hartini (2010) didapatkan prevalensi obesitas sebesar 16,1% pada anak usia 6-13

tahun. Berdasarkan Riskesdas Provinsi Bali (2013) didapatkan prevalensi obesitas

pada anak kelompok umur 5-12 tahun tertinggi di Kabupaten Badung sebesar

Page 17: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

3

15,2% kemudian di Kota Denpasar sebesar 11,3%, dan di Kabupaten Tabanan

sebesar 10,7%. Prevalensi obesitas yang semakin meningkat ini didapatkan pada

sekolah negeri maupun swasta, dengan prevalensi lebih tinggi pada sekolah

swasta dibandingkan di sekolah negeri (Bovet et al., 2014 dalam Purnami, 2015).

Obesitas pada anak dapat beresiko menimbulkan potensi terjadi masalah

pada kardiovaskular, yaitu hipertensi (Whitlock, 2010). Penelitian Wagesetiawan

(2007) di Kota Semarang didapatkan prevalensi hipertensi pada anak obesitas

sebesar 37,8%. Penelitian pada anak usia 11-13 tahun di Semarang didapatkan

prevalensi hipertensi secara signifikan berbeda antara anak laki-laki dan

perempuan untuk berbagai status gizi. Prevalensi hipertensi pada anak normal

adalah 8,5%, pada anak overweight 23,6%, dan pada anak obesitas 35,6%

(Purnami, 2015). Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa

gejala, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya melainkan

hipertensi memicu terjadinya penyakit lain dimana tekanan darah yang tinggi di

dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan kardiovaskular seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung,

dan kerusakan ginjal (Sutanto, 2010).

Hipertensi pada anak dibagi dua kategori yaitu hipertensi primer atau

essensial bila penyebab hipertensi tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui

penyakit dasarnya, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan, masukan

garam, stres, dan kegemukan (overweight), sedangkan hipertensi sekunder terjadi

akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya (Battegay et al, 2005). Banyak

faktor yang mempengaruhi tekanan darah anak, anak yang memiliki tinggi badan

Page 18: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

4

lebih atau berat badan lebih (overweight) mempunyai nilai tekanan darah yang

lebih tinggi dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek (Battegay et

al., 2005). Penelitian yang meneliti tentang hubungan obesitas dengan hipertensi

pada anak telah banyak dilakukan. Obesitas diketahui merupakan salah satu faktor

yang meningkatkan risiko hipertensi primer pada anak (Lumoindong et al., 2013).

Oleh karena itu upaya menurunkan prevalensi kegemukan dan obesitas akan

menurunkan prevalensi hipertensi pada anak secara tidak langsung.

Bryant Stamford dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa olahraga

endurance, dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang yang

mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan. Olahraga aerobik menimbulkan

efek seperti beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus dan

melambatkan denyut jantung. Olahraga juga dapat menurunkan jumlah keluaran

noradrenalin dan hormon-hormon lain yang menyebabkan stres, yaitu yang

menyebabkan pembuluh darah menciut dan menaikkan tekanan darah (Sadoso

Sumosardjuno, 1995).

Beberapa organisasi seperti the American Heart Association, the American

College of Sports Medicine, the Surgeon General of the Unit-cardiorespied States,

The National Institutes of Health, dan the Centers for Disease Control telah

mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran aktivitas fisik atau olahraga

sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi (Rahadiyanti, 2013). Telah

banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan bahwa aktivitas fisik

berpengaruh terhadap tekanan darah pada hipertensi. Seperti penelitian oleh

Martin et al (1990) yang menyatakan bahwa latihan aerobik ringan dapat

Page 19: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

5

mengurangi tekanan darah sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg

tekanan sistolik pada penderita hipertensi tanpa pengobatan.

Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) kunci dari

pengobatan hipertensi adalah merubah gaya hidup, salah satunya dengan cara

berjalan kaki santai selama minimal 30 menit sehari dan dilakukan beberapa kali

perminggu.

Berjalan kaki merupakan olahraga yang yang bersifat ringan,

sederhana, murah dan dapat dilakukan oleh pasien hipertensi di semua usia.

Dalam penelitian yang dilakukan Hagburg (1990) telah membuktikan bahwa

olahraga yang paling tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi adalah kombinasi antara berjalan kaki, jogging dan bersepeda. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Rahadiyanti (2013) membuktikan bahwa terdapat

hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada

pasien hipertensi. Menurut penelitian Octavia (2014) pada sampel berjumlah 19

responden dengan hipertensi, didapatkan hasil penurunan tekanan darah setelah

melakukan therapeutic walking exercise.

Therapeutic walking exercise merupakan salah satu intervensi non

farmakologis yang dapat diterapkan untuk menurunkan tekanan darah karena

salah satu olahraga aerobik low impact. Berdasarkan beberapa penelitian yang

telah dilakukan mengenai efektivitas therapeutic walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah pada orang dewasa. Namun belum ada penelitian yang

membahas efektivitas therapeutic walking exercise terhadap penurunan tekanan

darah pada anak, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

Page 20: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

6

mengenai pengaruh therapeutic walking exercise terhadap penurunan tekanan

darah pada anak obesitas yang menderita hipertensi di Sekolah Dasar Saraswati

Tabanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : “Apakah therapeutic walking exercise berpengaruh

terhadap penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan

hipertensi di SD Saraswati Tabanan?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan therapeutic walking exercise berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan hipertensi

di SD Saraswati Tabanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dosis yang tepat dalam pemberian therapeutic walking exercise

terhadap penurunan tekanan darah anak obesitas.

2. Mengetahui olah raga yang tepat kepada anak obesitas penderita hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mengetahui dan memahami therapeutic walking exercise terhadap penurunan

tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi di SD Saraswati Tabanan.

Page 21: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

7

2. Digunakan sebagai bahan referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya

yang akan membahas hal yang sama.

3. Menambah khasanah ilmu dalam bidang pendidikan pada umumnya dan

fisioterapi pada khususnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai acuan untuk memberikan terapi latihan kepada anak obesitas dengan

hipertensi.

2. Sebagai bahan masukan kepada anak, orangtua, dan guru bahwa tekanan darah

tinggi pada anak obesitas dapat dicegah dengan therapeutic walking exercise.

Sebagai pertimbangan dalam memberikan olahraga yang aman dan

bermaanfaat pada anak obesitas.

Page 22: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas pada Anak

2.1.1 Definisi Obesitas

Obesitas merupakan keadaan patologis karena penimbunan lemak

berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Penderita Obesitas

adalah seseorang yang timbunan lemak bawah kulitnya terlalu banyak. Obesitas

dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat

konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhanya (Utomo, 2012) . Menurut

Weaver dan Piatek (1999) dalam Syarif (2002), obesitas pada anak didefinisikan

sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90, atau 120%

dibandingkan berat badan ideal.

Secara klinis penampilan fisik dari anak obesitas mudah dikenali karena

mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi

yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan

payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai

dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X

dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan

sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang

kurang sedap. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi didalam

jaringan lemak suprapubik (burried penis) (Nassar, 1995)

Anak obesitas bentuk fisiknya dapat dibedakan menurut distribusi lemak

Page 23: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

9

didalam tubuhnya yaitu bila lebih banyak lemak dibagian atas tubuh (dada dan

pinggang) maka disebut apple shape body (android), dan bila lebih banyak lemak

dibagian bawah tubuh (pinggul dan paha) maka disebut pear shape body (gynoid).

Sedangkan bentuk yang pertengahan disebut intermediate. Bentuk apple shape

cenderung mempunyai resiko lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular,

hipertensi dan diabetes dibandingkan dengan bentuk pear shape ( Syarif, 2002).

2.1.2 Penyebab obesitas

Terdapat 3 faktor utama penyebab obesitas adalah masukan energi yang

melebihi dari kebutuhan tubuh, penggunaan kalori yang kurang, dan faktor

hormonal (Soetjiningsih, 1995). Disamping itu menurut hukum termodinamik,

obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran

energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi

yang tinggi atau keluaran energi yang rendah (Damayanti, 2002). Berikut ini akan

dipaparkan berbagai penyebab obesitas yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Faktor Genetik

Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat adalah parental

fatness, anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga yang obesitas. Bila

kedua orang tua obesitas, sekitar 80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas.

Bila salah satu orang tua obesitas kejadiannya menjadi 40%, dan bila kedua orang

tua tidak obesitas maka prevalensi obesitas akan turun menjadi 14 %. Peningkatan

resiko menjadi obesitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh gen atau

faktor lingkungan dalam keluarga (Damayanti, 2002).

Page 24: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

10

2. Kebiasaan Makan

Hui (1985) mengatakan bahwa orang obesitas sangat suka sekali makan.

Mereka biasanya makan dengan jumlah kalori lebih banyak daripada yang mereka

butuhkan. Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok

individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap

pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya.

3. Kurangnya Aktivitas Fisik

Suatu data menunjukkan bahwa aktivitas fisik anak-anak cenderung menurun.

Aktivitas meliputi aktivitas sehari-hari, kebiasaan, hobi, maupun latihan dan olah

raga. Anak yang kurang atau enggan melakukan aktivitas fisik menyebabkan

tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena

itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang

sesuai maka secara kontinyu dapat mengakibatkan obesitas (Damayanti, 2002).

2.1.3 Penatalaksanaan Obesitas

Penanganan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk mencapai Berat

badan yang ideal dan pengurangan BMI secara aman dan efektif serta mampu

mencegah komplikasi jangka panjang akibat obesitas seperti hipertensi, diabetes

mellitus, dan penyakit kardiovaskuler. Kompleksnya permasalahan obesitas

tersebut, maka perlu ditangani bersama antara dokter anak, psikologi, ahli gizi dan

tentu saja orang tua. Oleh karena anak sedang dalam masa pertumbuhan maka

menurunkan berat badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat

agar tidak mengganggu pertumbuhanya. Menurut Rahmatika (2008) bahwa, ada

Page 25: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

11

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas, antara lain:

1. Olahraga

Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu

olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan energinya.

Atau dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat namun dalam waktu lebih

dari 15 menit. Contoh olahraga yang dianjurkan antar lain berjalan selama 20-30

menit setiap harinya, berenang, bersepeda santai, jogging, senam aerobik, dll.

2. Diet

Diet berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga sehari-

hari maka partisipasi seluruh anggota keluarga untuk ikut mengubah pola

makanan akan sangat bermanfaat. Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan

banyak mengandung lemak terutama asam lemak tak jenuh dan mengurangi

makanan yang manis-manis.

3. Terapi Psikologis

Hal ini terutama ditujukan jika penyebab obesitas adalah masalah psikologis

seperti perceraian orang tua, ketidak harmonisan dalam keluarga maupun

rendahnya tingkat percaya diri anak. Selain itu kegemukan juga menyebabkan

anak menjadi minder dan cenderung mengasingkan diri dari teman-teman

sebayanya.

4. Operasi Penanganan obesitas

Operasi dilakukan apabila keadaan penderita sudah tidak mungkin lagi untuk

diberikan cara-cara lain seperti olahraga dan diet. Cara ini dilakukan juga dengan

alasan untuk mendapatkan tubuh yang ideal dengan cara yang cepat. Operasi ini

Page 26: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

12

dilakukan dengan cara mengangkat jaringan lemak bawah kulit yang berlebihan

pada penderita.

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi pada Anak

Definisi hipertensi pada anak ditetapkan berdasarkan distribusi normal

tekanan darah (TD) pada anak sehat berdasarkan umur, jenis kelamin, dan

tinggi badan. Berdasarkan The Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation,

and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent, tekanan

darah normal didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan

darah diastolik (TDD) kurang dari persentil ke-90 berdasarkan jenis kelamin,

umur, dan persentil tinggi badan. Hipertensi didefinisikan sebagai rata- rata

TDS danTDD lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis

kelamin, umur, dan tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran.

Rata-rata TDS dan TDD yang kurang dari persentil ke 95 tetapi lebih dari

sama dengan persentil ke-90 disebut tekanan darah high normal atau disebut

juga prehipertensi (Falkner, dkk., 2005).

Berdasarkan kesepakatan The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure, pada dewasa tekanan darah lebih besar atau sama dengan

120/80 mmHg disebut prehipertensi, di mana pada kondisi ini seseorang akan

memiliki risiko besar untuk menderita hipertensi (Chobanian, dkk., 2004).

Sesuai dengan definisi prehipertensi pada dewasa tersebut, pada anak

(terutama pada remaja) dengan tekanan darah rata-rata 120/80 mmHg atau

Page 27: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

13

lebih tetapi kurang dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan

tingginya dimasukkan ke dalam klasifikasi prehipertensi (Falkner, dkk.,

2005). Suatu keadaan di mana seorang anak memiliki tekanan darah lebih dari

sama dengan persentil ke-95 ketika dilakukan pengukuran di klinik atau

tempat praktek dokter, tetapi anak tersebut memiliki rerata tekanan darah

kurang dari persentil ke-90 di luar pemeriksaan di klinik atau praktek dokter

disebut sebagai white-coat hypertension (Falkner, dkk., 2005).

2.2.2 Diagnosis Hipertensi pada Anak

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi pada anak tetap harus mengacu

pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun, yang

terpenting dari semua proses itu adalah pemeriksaan tekanan darah. Teknik

pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan menurut The Fourth

Report on The Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

in Children and Adolescent adalah dengan cara auskultasi oleh karena tabel

tekanan darah yang ada dibuat berdasarkan pengukuran dengan teknik

auskultasi (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).

Sebaiknya anak yang akan diukur tekanan darahnya harus terbebas dari

obat maupun makanan yang mempengaruhi tekanan darah, telah duduk

dengan tenang selama 5 menit dengan posisi punggung yang ditopang

(bersandar), kaki menyentuh lantai, tangan kanan ditopang (berada di atas

meja) sehingga cubital fossa berada sejajar dengan jantung (Falkner et al.,

2005).

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

Page 28: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

14

sphygmomanometer standar, yaitu sphygmomanometer air raksa dan

stetoskop. Stetoskop diletakkan di atas arteri brachial, proksimal dan medial

dari cubital fossa (sekitar 2 cm di atas cubital fossa), dan di bawah cuff

bladder. Lengan kanan lebih direkomendasikan untuk pengukuran yang

berulang karena lebih konsisten saat dibandingan dengan standar tabel dan

menghindari kemungkinan hasil pengukuran yang tidak konsisten (lebih

rendah) pada pengukuran di lengan kiri karena ada kemungkinan coarctation

of the aorta (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).

Pemeriksaan tekanan darah yang benar pada anak memerlukan ukuran

cuff bladder yang sesuai dengan ukuran lengan atas anak. Sesuai dengan

kesepakatan bahwa lebar cuff bladder paling tidak menutupi 40% dari

lingkar lengan atas pada bagian tengah antara olecranon dan acromion

(Gambar 2.1) dan panjang cuff bladder harus menutupi 80-100% dari lingkar

lengan atas (Gambar 2.2), sehingga kurang lebih perbandingan antara lebar

dan panjangnya adalah 1:2 (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).

Ukuran cuff bladder ini sangatlah penting karena akan mempengaruhi hasil

dari tekanan darah anak. Jika ukurannya terlalu besar, hasil pemeriksaan

tekanan darah akan lebih rendah. Jika ukurannya terlalu kecil, hasil

pengukuran tekanan darah akan lebih tinggi (Falkner, dkk., 2005; Luma dan

Spiotta, 2006; Supartha, dkk., 2009). Setelah cuff bladder dipasang pada

lengan kanan atas kemudian cuff bladder dipompa sampai denyut nadi arteri

radialis tidak teraba kemudian terus dipompa sampai tekanan naik 20-30

mmHg lagi. Stetoskop diletakkan di atas denyut arteri brachial kemudian cuff

Page 29: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

15

blader dikosongkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg perdetik.

Pada saat penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi-bunyi korotkoff.

Tekanan darah sistolik ditetapkan pada saat bunyi korotkoff I yaitu bunyi yang

pertama kali terdengar berupa bunyi detak yang perlahan, sedangkan tekanan

darah diastolik ditetapkan pada saat korotkoff V atau pada saat bunyi korotkoff

menghilang. Pada beberapa anak bunyi korotkoff dapat terdengar sampai 0

mmHg, jika hal ini terjadi maka bunyi korotkoff IV yaitu bunyi yang tiba-tiba

melemah ditetapkan sebagai tekanan darah diastolik (Supartha, dkk., 2009;

Falkner, dkk., 2005).

Gambar 2.1 Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada

pertengahan antara olecranon dan acromion (Luma dan Spiotta,

2006)

Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah maka dilakukan

pengukuran tinggi badan. Penetapan persentil tinggi badan dilakukan dengan

menggunakan kurva dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

kemudian hasil rerata TDS dan TDD dibandingkan dengan angka tekanan

darah yang sudah ada dalam tabel berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi

Olecranon

Page 30: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

16

badan. Tekanan darah dikatakan normal jika berada di bawah persentil ke-90.

Pada saat pemeriksaan jika ditemukan tekanan darah baik TDS maupun TDD

lebih dari sama dengan persentil ke-90, harus dilakukan pengukuran tekanan

darah ulang pada saat pemeriksaan tersebut untuk mencari adanya peningkatan

tekanan darah. Jika hasil rerata pengukuran tekanan darah pada saat

pemeriksaan tersebut berada pada persentil ke-90 atau lebih tetapi di bawah

persentil ke-95 maka disebut prehipertensi. Demikian juga jika didapatkan

rerata tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih dan hasil ini di bawah persentil

ke-95 juga disebut prehipertensi, hal ini biasanya terjadi pada anak berumur 12

sampai dengan 16 tahun. Jika hasil pengukuran rerata tekanan darah (baik

sistolik maupun diastolik) pada saat pemeriksaan berada pada persentil ke-95

atau lebih, kemungkinan anak tersebut menderita hipertensi, sehingga

pemeriksaan ulang harus dilakukan pada paling tidak dua kali kesempatan

pengukuran lagi untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Berikut adalah cara

penggunaan tabel tekanan darah untuk anak dan remaja (Falkner et al., 2005)

Pertama kali diukur tinggi badan anak, kemudian digunakan kurva

standar CDC (lihat pada lampiran) untuk menentukan persentil dari tinggi

badan anak tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin.

1. Diukur tekanan darah anak, kemudian ditentukan tekanan darah sistolik

dan diastoliknya.

2. Digunakan tabel tekanan darah (lihat pada lampiran) yang sesuai

berdasarkan jenis kelaminnya.

3. Pada tabel tekanan darah, akan ditemukan kolom secara berturut-turut

Page 31: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

17

sebagai berikut: kolom umur anak pada sisi paling kiri, kemudian diikuti

dengan kolom persentil tekanan darah, kolom tekanan darah sistolik

berdasarkan persentil tinggi badan, dan kolom tekanan darah diastolik

berdasarkan persentil tinggi badan pada kolom yang paling kanan.

4. Dipilih kolom usia yang sesuai dengan usia anak. Dikuti baris dari kolom

umur anak yang sesuai secara horisontal sampai menemukan perpotongan

dengan kolom tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan persentil

tinggi badan yang sesuai berdaraskan pengukuran kurva CDC, kemudian

akan ditemukan persentil tekanan darah ke-50, ke-90, ke-95, dan ke-99

secara vertikal pada masing- masing persimpangan antara kolom umur dan

kolom tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan persentil umur yang

sesuai.

5. Dibandingkan hasil pengukuran tekanan darah pada anak dengan persentil

tekanan darah yang didapatkan dalam tabel (persentil tekanan darah

tersebut sudah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan persentil tinggi badan

anak):

a. Tekanan darah kurang dari persentil ke-90 disebut normal Tekanan

darah lebih dari sama dengan persentil ke-90 dan kurang dari

persentil ke-95, disebut prehipertensi. Pada remaja, tekanan darah

lebih dari sama dengan 120/80 mmHg tetapi kurang dari persentil

ke-95 disebut juga prehipertensi.

b. Tekanan darah lebih dari persentil ke-95 kemungkinan hipertensi.

6. Jika pada pengukuran pertama tekanan darah lebih dari sama dengan

Page 32: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

18

persentil ke-90, pengukuran tekanan darah harus diulang dua kali lagi pada

kesempatan yang sama, dan rerata tekanan darah dari tiga kali pengukuran

tersebut yang dipergunakan untuk perbandingan dengan tabel tekanan

darah.

Jika rerata tekanan darah didapatkan lebih dari sama dengan persentil

ke-95, tekanan darah harus diklasifikasikan dalam stadium. Stadium 1

(tekanan darah lebih dari sama dengan persentil ke-95 sampai dengan 5

mmHg di atas persentil ke-99), pengukuran tekanan darah harus diulang pada

dua kali kesempatan yang berbeda, dan jika setelah diulang didapatkan

diagnosis hipertensi, harus segera dilakukan evaluasi. Jika termasuk dalam

stadium 2 (tekanan darah lebih dari 5 mmHg di atas persentil ke-99), harus

segera dilakukan evaluasi dan terapi. Jika pasien dengan gejala, harus segera

diberikan terapi.

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi

Sampai saat ini masih banyak yang belum diketahui mengenai

patofisiologi dari hipertensi. Pada sebagian kasus hipertensi memang

ditemukan penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut di

mana yang terbanyak adalah kelainan/penyakit ginjal. Namun, pada sebagian

kasus tidak dapat diidentifikasi suatu penyebab dasar dari hipertensi dan

diperkirakan hipertensi ini disebabkan oleh interaksi berbagai faktor dan

berbagai mekanisme, pada kasus seperti ini disebut dengan hipertensi esensial

(Beevers, dkk., 2001).

Tekanan darah diatur oleh keseimbangan antara curah jantung dengan

Page 33: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

19

tahanan perifer pembuluh darah dimana beberapa faktor dan mekanisme

berperanan dalam proses ini, di antaranya adalah sistem renin- angiotensin,

sistem saraf otonom, disfungsi endotelial, zat-zat vasoaktif, resistensi insulin,

genetis, dan pengaruh intrauterine (masa kehamilan). Kelainan dalam faktor

dan mekanisme ini akan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah

(Beevers, dkk., 2001).

Tahanan perifer ditentukan oleh arteri kecil (arterioles) yang dindingnya

mengandung otot polos yang dapat berkontraksi. Kontraksi yang

berkepanjangan dari otot polos yang kemungkinan diperantarai oleh

angiotensin akan mengakibatkan perubahan tebal dari dinding pembuluh darah

sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.

Diperkirakan pada hipertensi dini peningkatan tekanan darah tidak disebabkan

oleh peningkatan tahanan perifer, melainkan oleh peningkatan curah jantung

yang dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas simpatis yang akan

meningkatkan kontraktilitas jantung dan peningkatan volume darah yang

mengakibatkan peningkatan preload jantung (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo,

dkk., 2006).

Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) merupakan suatu sistem

hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperanan dalam

naiknya tekanan darah serta pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan

elektrolit. Renin dihasilkan oleh sel-sel jukstaglomerulus di ginjal, sekresi

renin ini oleh ginjal dipengaruhi oleh mekanisme intrarenal (reseptor vaskular

dan makula densa), mekanisme simpatoadrenergik, dan mekanisme humoral.

Page 34: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

20

Renin akan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, kemudian

angiotensin I oleh pengaruh angiotensin converting enzyme (ACE) yang

dihasilkan oleh paru, hati, dan ginjal diubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II ini akan menyebabkan stimulasi simpatik, vasokontriksi, dan

retensi garam dan air yang berperanan dalam peningkatan tekanan darah.

Selain itu, angiotensin II juga memberikan pengaruh trofic effect yang dapat

mengakibatkan vascular hypertrophy (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo, dkk.,

2006). Selain sistem renin-angitensin yang dihasilkan oleh ginjal, terdapat

pula sistem renin angiotensin yang bersifat lokal yang juga berperan

penting dalam pengaturan tekanan darah terutama dalam pengaturan aliran

darah regional, sistem renin- angiotensin lokal ini terdapat di ginjal,

jantung, dan percabangan arteri (Beevers, dkk., 2001).

Aktivitas dari saraf otonom berperan penting dalam pengaturan tekanan

darah. Peningkatan dari sistem saraf simpatis akan mengakibatkan konstriksi

dari pembuluh darah termasuk arteri kecil (arterioles) dan mengakibatkan

peningkatan kontraktilitas jantung yang akan berperan dalam peningkatan

tekanan darah. Selain itu, stimulasi saraf simpatis ini juga dapat merangsang

sistem renin-angiotensin yang akan meningkatkan tekanan darah. Peningkatan

stimulasi saraf simpatis ini didapatkan pada keadaan stres dan olahraga fisik

yang berlebih, serta pada obesitas (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo, dkk., 2006;

Kotchen, 2010).

Beberapa zat vasoaktif dan mekanisme yang mengatur transpor natrium

dan tonus pembuluh darah berperan dalam pengaturan tekanan darah. Sel

Page 35: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

21

endotelial pada dinding pembuluh darah berperan dalam regulasi

kardiovaskuler dengan memproduksi zat-zat vasoaktif termasuk zat

vasodilator, yaitu nitric oxide dan zat vasokonstriktor yang kuat, yaitu peptide

endothelin yang akan meningkatkatkan tekanan darah dan juga mengaktifkan

sistem renin-angiotensin lokal. Bradykinin adalah vasodilator kuat yang akan

dilemahkan fungsinya oleh angiotensin converting enzyme (ACE), atrial

natriuretic peptide adalah hormon yang dihasilkan oleh atrium yang

merupakan respon dari peningkatan volume darah yang akan mengakibatkan

peningkatan pengeluaran natrium dan air di ginjal sebagai diuretik natural.

Kelainan pada sistem/zat ini dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.

Transpor natrium melewati otot polos dinding pembuluh darah juga berperan

dalam pengaturan tekanan darah melalui hubungannya dengan transpor

kalsium. Quabain merupakan steroid-like substance yang berinteraksi dengan

transpor natrium dan kalsium sel yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi

dan peningkatan tekanan darah (Beevers, dkk., 2001).

Genetik juga berperan terhadap timbulnya hipertensi. Sampai saat ini

beberapa gen dan faktor genetik secara terpisah sudah dapat diidentifikasi

dalam pengaturan tekanan darah, diperkirakan timbulnya hipertensi esensial

disebabkan oleh gabungan dari beberapa gen sehingga sangat sulit

diidentifikasi secara akurat kontribusi dari masing-masing gen dalam

timbulnya hipertensi. Walaupun demikian, hipertensi diperkirakan dua kali

lebih banyak pada orang dengan riwayat hipertensi pada salah satu ataupun

kedua orang tuanya, dan dari hasil penelitian epidemiologi diperkirakan faktor

Page 36: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

22

genetik berperan dalam 30% variasi tekanan darah dalam berbagai populasi.

Peningkatan angiotensinogen dalam darah juga pernah dilaporkan pada anak

dengan riwayat hipertensi pada orang tuanya (Beevers, dkk., 2001).

2.3 Hubungan IMT dengan Hipertensi pada Anak

Banyak penelitian melaporkan bahwa peningkatan IMT berkaitan erat

dengan peningkatan TD. IMT ≥ 95 persentil berkaitan erat dengan TD ≥ 90

persentil (RR, 3.8;CI 2.6-5.4) (Mexitalia, 2005). Penelitian pada anak usia sekolah

dari berbagai etnik (Hispanich, Afrika–Amerika, Asia dan lainnya) meningkat

dengan meningkatnya IMT yaitu 2% pada anak underweight (IMT < persentil ke-

5), dan 11% pada anak obesitas (IMT > persentil ke-95) (Sorof, 2004). Penelitian

pada anak usia 11-13 tahun di Semarang didapatkan prevalensi hipertensi secara

signifikan berbeda antara anak laki-laki dan perempuan untuk berbagai status gizi.

Prevalensi hipertensi pada anak normal adalah 8,5%, pada anak overweight

23,6%, dan pada anak obesitas 35,6% (Anindita, 2006). Risiko penyakit

kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-2,6. IMT

mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan

IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15%

mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida

tinggi. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan

denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi. Beberapa faktor yang

dikaitkan antara berat badan berlebih dengan peningkatan tekanan darah

diantaranya pada penderita obesitas terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan

zat-zat makanan dari darah yang dapat mengakibatkan terjadinya hipervolemia

Page 37: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

23

dan peningkatan tekanan darah (Mexitalia, 2006)

Peningkatan berat badan secara khusus meningkatkan kadar insulin dalam

darah. Peningkatan insulin ini terkait dengan retensi natrium dan air sehingga

volume darah meningkat (Karyadi, 2002). Volume darah yang meningkat

mengakibatkan curah jantung juga meningkat. Hal ini berdampak terhadap

peningkatan tekanan darah dan hipertensi (Bahrun, 2004). Peningkatan berat

badan juga dikaitkan penyempitan pembuluh arteri yang dapat berperan pada

kenaikan tekanan darah (Karyadi, 2002). Peningkatan berat badan akan

menyebabkan hiperaktivitas saraf simpatis, yang kemudian akan menstimulasi

sistem renin-angitensin-aldosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah

jantung dan resistensi perifer. Selain itu, peningkatan aldosteron menyebabkan

ginjal menahan lebih banyak air dan natrium, akibatnya akan terjadi hipervolum

dan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung berdampak terhadap

peningkatan tekanan darah (Bahrun, 2004). Apabila kejadian obesitas terjadi sejak

usia dini maka akan memudahkan untuk terjadinya obesitas serta menderita

penyakit metabolik seperti hipertensi dikemudian hari (Mexitalia, 2005). Oleh

karena itu perlu dilakukan upaya penurunan berat badan, melalui gaya hidup sehat

dengan menjaga aktivitas fisik yang cukup dapat mencegah terjadinya penyakit

kardiovaskuler seperti hipertensi (Florentino, 2002).

2.4 Therapeutic Walking Exercise

2.4.1 Definisi Therapeutic Walking Exercise

Therapeutic walking exercise merupakan tindakan berjalan biasa dengan

mengayunkan tangan sesuai irama jalan, tindakan ini sangat baik dan cocok untuk

Page 38: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

24

segala tingkatan umur (Octavia, 2014). Berjalan dalam therapeutic walking

exercise tersebut merupakan suatu aktivitas dasar kehidupan sehari-hari selain

bernafas, mendengar, melihat, dan berbicara (Tianusa, 2003). Selain itu,

Therapeutic walking exercise merupakan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya

untuk mencapai gerak bebas sebagai tanda dan berfungsinya pergerakan, serta

latihan untuk kesehatan jantung (Octavia, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian

di atas, dapat disimpulkan bahwa Therapeutic walking exercise merupakan suatu

gerakan berjalan dengan mengayunkan tangan sesuai irama jalan, gerakan bebas

dari seluruh tubuh untuk melihat fungsi pergerakan, dan latihan untuk kesehatan

jantung yang sangat baik serta cocok untuk segala tingkatan umur.

Latihan berjalan kaki bersifat dinamis dan berulang-ulang dari beberapa

grup otot, menstimulasi sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim

oksigen ke otot yang sedang bekerja (Lateur et al, 1990). Berjalan kaki termasuk

jenis latihan aerobik yang bersifat Kontinyu dan menyebabkan perubahan pada

otot rangka dan kardiorespirasi (Prawirasaputra, 2000). Pada otot rangka terdapat

peningkatan konsentrasi mioglobin sebagai senyawa yang dapat mengikat

oksigen. Latihan ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi

oksigen (Lateur et al, 1990). Selain itu juga terdapat beberapa perubahan yang

terjadi pada tubuh setelah melakukan latihan dengan berjalan kaki secara kontinyu

antara lain pembesaran ukuran jantung, peningkatan isi sekuncup, dan

peningkatan kapasitas paru serta peningkatan VO2 maks (Norkin, 1999).

Therapeutic walking exercise memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk

memperbaiki daya guna paru-paru, melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan

Page 39: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

25

perasaan tentram, rileks, kebugaran tubuh dan membantu istirahat tidur lebih baik,

serta meningkatkan kekuatan otot (Kuntaraf, 1996).

a. memperbaiki daya guna paru-paru

b. melancarkan sirkulasi darah

c. meningkatkan perasaan tentram, rileks, kebugaran tubuh dan membantu

d. meningkatkan fungsi dan kekuatan otot

2.4.2 Siklus Berjalan

Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit

menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya

pada ekstremitas yang sama (Norkin, 1999). Siklus berjalan terdiri dari 2 fase

yaitu fase stance yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing

meliputi 40%. Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki

menumpu berat badan yang disebut sebagai double stance (Li et al, 2000). Saat

tersebut akan lebih singkat apabila jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas

15% periode pertama dari siklus berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai

disebut heel strike, diikuti dengan foot flat dimana seluruh telapak kaki

menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut dan pinggul sebagai persiapan untuk

fase swing (Li et al., 2000). Sebelum fleksi lutut, tungkai yang berlawanan telah

selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai mempersiapkan untuk transfer

berat badan ke tungkai yang lain (Norkin, 1999). Lima persen terakhir fase stance

yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off, dengan demikian

fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing (Norkin, 1999).

Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode

Page 40: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

26

yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki

dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke

depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang

merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati

tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada

di depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot

tungkai melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai

pada heel strike (Norkin, 1999).

Gambar 2.2 Siklus berjalan pada manusia (Fishwick, 2013)

2.4.3 Efek Therapeutic Walking Exercise

Respon fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis

intensitas latihan dan keadaan lingkungan (Scott, 2004). Menurut Basmajian

(2001) terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal

yang dihasilkan oleh latihan berjalan kaki, yaitu :

1. Peningkatan kadar mioglobin

Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin.

Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki

Page 41: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

27

sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel

ke mitokondria yang digunakan.

2. Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)

Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan

glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas

otot menghasilkan energi aerobik yang meningkat, dibuktikan dengan

peningkatan tenaga aerobik maksimal (VO2 maks).

3. Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II

Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut

tipe I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.

2.4.4 Efektivitas Therapeutic Wallking Exercise terhadap Penurunan

Tekanan Darah

Therapeutic walking exercise bekerja melalui penurunan resistensi perifer.

Pada saat otot berkontraksi melalui aktivitas fisik akan terjadi peningkatan aliran

darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik. Adanya dilatasi

sfingter prekapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan pembukaan pada

kapiler. Dilatasi pembuluh juga akan mengakibatkan penurunan jarak antara sel

aktif, serta jarak tempuh difusi O2 dan zat-zat metabolik sangat berkurang yang

dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah, oksigen, serta

nutrisi dalam sel (Price, 2003). Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

setelah therapeutic walking exercise disebabkan karena terjadinya beberapa

mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan aktivitas sistem saraf simpatis,

penurunan resistensi total perifer vaskular, penurunan curah jantung,

Page 42: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

28

meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya volume plasma (Burt et

al., 1991). Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik pada saat

istirahat maupun saat aktivitas (Tiwari et al., 2011). Setelah melakukan latihan

berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertensi akan mengalami penurunan

tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung (Janet et al., 2003).

Menurut penelitian Octavia (2014) mengenai Pengaruh Therapeutic Exercise

Walking terhadap Tekanan Darah Klien Hipertensi di Desa Subo Kecamatan

Pakusari Kabupaten Jember didapatkan hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Paired t-test didapatkan nilai p value = 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari

Therapeutic Exercise Walking terhadap tekanan darah Klien Hipertensi di Desa

Subo Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Penelitian yang dilakukan oleh

Rahadiyanti (2013) pada 102 pasien dengan hipertensi di unit pelayanan jantung

terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan desain penelitian potong lintang

mendapatkan hasil adanya hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki dengan

kontrol tekanan darah pasien hipertensi.

Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktivitas fisik yang bersifat

aerobik (Janet et al., 2003). Latihan aerobik tidak menurunkan tekanan darah pada

individu dengan tekanan darah normal tetapi pada individu dengan hipertensi

(Augustine et al., 2008). Latihan aerobik akan menurunkan tekanan darah sistolik

dan diastolik. Penurunan tekanan darah yang bermakna terlihat setelah latihan

sebanyak 14 kali. Dan akan menetap untuk selanjutnya apabila individu

meneruskan kebiasaannya (Janet et al., 2003).

Kegagalan dari latihan untuk

Page 43: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

29

menurunkan tekanan darah pada beberapa individu telah menimbulkan

kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan respon baik dan

kelompok individu yang memberikan respon negatif (Mughal, 1990).

Terdapat respon akut tekanan darah saat latihan, respon akut ini tergantung

dari jenis latihan yang digunakan (Lateur et al., 1990). Pada latihan berjalan kaki

yang merupakan latihan aerobik terdapat respon awal berupa peningkatan secara

linier tekanan darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan

intensitas kerja yang secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung.

Penurunan resistesi ini lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik (Scott,

2004).

Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien

hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi

jantung (Janet et al., 2003).

Page 44: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

30

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Pola hidup yang sedentary dan konsumsi tinggi kalori pada anak usia

sekolah dasar mengakibatkan penumpukan jaringan lemak pada tubuh. Hal ini

akan meningkatkan indeks massa tubuh yang bila dibiarkan akan menjadi

obesitas. Obesitas pada anak dapat beresiko menimbulkan potensi terjadi masalah

pada kardiovaskular seperti hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai rata-

rata TDS dan atau TDD lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan

jenis kelamin, umur, dan tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan

pengukuran

Olahraga merupakan salah satu tindakan yang dianjurkan untuk menurunkan

tekanan darah. Olahraga endurance, dapat menurunkan tekanan sistolik maupun

diastolik pada orang yang mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan.

Olahraga aerobik menimbulkan efek seperti: beta blocker yang dapat

menenangkan sistem saraf simpatikus dan melambatkan denyut jantung. Olahraga

juga dapat menurunkan jumlah keluaran noradrenalin dan hormon-hormon lain

yang menyebabkan stres, yaitu yang menyebabkan pembuluh darah menciut dan

menaikkan tekanan darah. Olahraga aerobik ringan yang dapat diberikan pada

anak obesitas adalah therapeutic walking exercise.

Therapeutic walking exercise merupakan olahraga yang bersifat dinamis dan

kontinyu, sehingga akan menstimulasi kerja sistem kardiorespirasi dan pulmonal

Page 45: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

31

untuk mengikat oksigen lebih banyak ke otot – otot rangka. Penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki disebabkan karena

terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan aktivitas sistim

saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular, penurunan curah

jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya volume plasma.

Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertensi

akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung.

Page 46: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

32

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Keterangan : yang dicetak tebal variabel yang diteliti

Faktor eksternal :

- Makanan dan

Minuman

- Aktivitas fisik dan

Lingkungan

Faktor Internal :

- Usia

- Jenis Kelamin

- Obesitas

- Strees atau Depresi

- Penyakit Tertentu

Hipertensi

Vasoperin Aktivitas Simpatis Efisiensi Kerja

Jantung

Penurunan Tekanan Darah

Tekanan Darah

Sistolik

Curah Jantung

Tekanan Darah

Diastolik

Vasokontriksi

Pembuluh Darah

Therpeautic

Wallking Excercise

Page 47: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

33

3.3 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep di atas, maka hipotesis

dapat dirumuskan sebagai berikut: Therapeutic Walking Exercise dapat

menurunkan tekanan darah pada anak obesitas di SD Saraswati Tabanan.

Page 48: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan randomized pre-test

and post-test control group design yang merupakan uji diagnostik untuk

membuktikan bahwa pemberian therapeutic walking exercise dapat menurunkan

tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi. Hasil pengukuran tekanan

darah tersebut akan dianalisis dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Bagan rancangan pre test and post test control group design

penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1: Desain Penelitian

Keterangan:

P : Populasi

S : Sampel

RA : Random Alokasi

KP : Kelompok Perlakuan

Page 49: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

35

KK : Kelompok Kontrol (Kontrol Negatif)

O1 : Observasi data awal tekanan darah pada Kelompok Perlakuan

(therapeutic walking exercise)

O2 : Observasi data akhir tekanan darah pada Kelompok Perlakuan

(therapeutic walking exercise)

O3 : Observasi data awal tekanan darah pada Kelompok Kontrol

(Kontrol Negatif)

O4 : Observasi data akhir tekanan darah pada Kelompok Kontrol

(Kontrol Negatif)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di SD Saraswati Tabanan pada bulan Maret 2017

selama 4 minggu.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak obesitas dengan tekanan

darah tinggi di Kabupaten Tabanan, sedangkan populasi terjangkau dari penelitian

ini adalah anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan tekanan darah tinggi di SD

Saraswati Tabanan.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi

terjangkau, dengan kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

Page 50: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

36

1. Siswa SD Saraswati Tabanan usia 9 – 10 tahun.

2. IMT dengan kategori obesitas (persentil > 95) berdasarkan grafik persentil

IMT untuk anak laki – laki dan perempuan Centre of Diseases Control and

Prevention (CDC) tahun 2000.

3. Sampel terdiagnosis hipertensi derajat I yaitu rerata TDS (tekanan darah

sistolik) atau TDD (tekanan darah diastolik) yang berada ≥ 95 sampai dengan

5 mmHg diatas persentil 99 berdasarkan pengukuran tekanan darah dan tabel

persentil tekanan darah menurut The Fourth Report of National High Blood

Pressure Education Programme.

4. Bersedia mengikuti penelitian dan mendapat persetujuan dari orangtua/wali

dengan menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi:

1. Sampel menderita patah tulang, strain, sprain, kurang dari 1 tahun terakhir.

2. Sampel tidak mampu berjalan dan beraktivitas normal.

3. Sampel mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan tekanan darah.

4. Sampel sedang menjalankan program diet.

5. Sampel menjalankan program latihan fisik secara teratur.

6. Sampel memiliki riwayat penyakit jantung dan paru.

Kriteria Drop Out

1. Jika selama penelitian sampel tersebut mengundurkan diri sebagai sampel.

2. Tekanan darah sampel meningkat drastis setelah diberikan perlakuan.

3. Jika selama pengambilan data pasien tiba-tiba jatuh sakit atau cedera karena

suatu hal.

Page 51: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

37

4. Jika selama penelitian sampel tidak hadir sebanyak tiga kali.

5. Jika selama penelitian sampel tersebut pindah sekolah.

4.3.3 Besaran Sampel

Pada penelitian ini, besar sampel dihitung dengan rumus Pocock (Pocock,

2008):

Keterangan:

n = jumlah sampel

σ = simpang baku

α = tingkat kesalahan I ditetapkan 5% atau 0,05

Interval kepercayaan (1-β) = 95% atau 0,95

β = tingkat kesalahan II ditetapkan 10% atau 0,10

µ1 = rerata tekanan darah pada anak sebelum perlakuan

µ2= harapan penurunan tekanan darah pada anak setelah diberikan perlakuan

ƒ(α,β) = interval kepercayaan 10,5 ( berdasarkan tabel value ofƒ(α,β) )

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ewart, et

al., (1998) didapatkan standar deviasi σ = 6,3 dan rerata µ1 = 120 dengan harapan

penurunan tekanan darah sebesar 10% setelah perlakuan sehingga µ2 = 108

n = 2(6,3)2

(108 – 120)2

× 10,5

n = 833,49

144× 10,5

n = 5,78 = 6

),( x

22

12

2

fn

Page 52: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

38

Dari hasil perhitungan sampel diatas, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini ditetapkan 6, ditambah 20% untuk mengantisipasi terjadinya drop

out sehingga menjadi 8 sampel pada setiap kelompok. Sehingga, jumlah

keseluruhan sampel pada kedua kelompok adalah sebesar 16 sampel.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu,

dengan memasukan sampel berdasarkan kriteria penelitian yaitu anak –

anak dengan ciri – ciri fisik yang sesuai dengan anak obesitas.

2. Sampel diambil dari siswa obesitas di SD Saraswati Tabanan. Kemudian

dilakukan pemeriksaan tekanan darah, jika subjek masuk dalam kriteria

inklusi penelitian maka peneliti akan meminta kesediaan subjek sebagai

sampel penelitian. Apabila subjek bersedia sebagai sampel penelitian

maka peneliti akan memasukkan subjek sebagai sampel.

3. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lebih lanjut berdasarkan kriteria

eksklusi.

4. Melakukan pembagian kelompok menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

perlakuan (KP) dan kelompok kontrol (KK). Terdapat sejumlah 16

responden pada masing-masing kelompok. Pembagian kelompok

dilakukan dengan cara acak sederhana, yaitu dengan melakukan undian

pada masing-masing sampel untuk menentukan apakah sampel masuk

dalam kelompok perlakuan (KP) atau kelompok kontrol (KK).

Page 53: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

39

4.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel, yaitu:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah therapeutic walking exercise

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah

3. Variabel Kontrol dalam penelitian ini adalah usia dan IMT

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. IMT

Pengukuran berat badan (dalam kilogram) diukur dengan timbangan

dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) diukur dengan

microtoise staturemeter.Kemudian hasil dari perhitungan IMT tersebut

dicocokan dengan grafik IMT dari Center Diseases Control and

Prevention (CDC) tahun 2000. Anak dikategorikan obesitas apabila nilai

IMT berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan persentil > 95.

2. Tekanan Darah

Hipertensi pada anak adalah rata-rata TDS dan atauTDD lebih dari sama

dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tinggi

badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran menggunakan

sphygmomanometer. Kemudian hasil pengukuran tekanan darah

dicocokkan dengan tabel persentil tekanan darah pada anakberdasarkan

The Fourth Report of National High Blood Pressure Education

Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and

Adolescent tahun 2004

Page 54: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

40

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secra

biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki – laki dan

jenis kelamin perumpuan.

4. Therapeutic Walking Exercise

Therapeutic walking exercise merupakan tindakan berjalan biasa dengan

mengayunkan tangan sesuai irama jalan. dan latihan untuk kesehatan

jantung yang sangat baik serta cocok untuk segala tingkatan umur.Latihan

ini dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu dengan durasi tiap latihan

30 menit.

4.6 Instrumen Penelitian

1. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan merk Camry dengan beban

maksimal 130 kg dan dengan ketelitian 1 kg.

2. Pengukuran tinggi badan dengan microtoise staturemeter yang memiliki

panjang maksimal 200 cm atau 2 meter.

3. Sphygmomanometer merk sphygmed medical dan stethoscope merk sphygmed

light weight

4. Grafik persentil IMT dari CDC tahun 2000.

5. Tabel persentil tekanan darah pada anak.

6. Stopwatch

7. Buku dan alat tulis untuk mencatat hasil sebelum dan sesudah latihan

dilakukan.

Page 55: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

41

8. Penyimpanan dan pengolahan hasil data penelitian menggunakan perangkat

keras komputer.

9. Dokumentasi kegiatan selama penelitian berlangsung menggunakan kamera

digital.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Pendahuluan

1. Melakukan proses perijinan pada institusi tempat penelitian

2. Peneliti membuat surat persetujuan yang harus ditandatangani subjek

penelitian dan orangtua subjek serta disetujui oleh pengawas fisioterapi, yang

isinya bahwa subjek bersedia menjadi sampel penelitian ini sampai dengan

selesai.

3. Peneliti memberikan edukasi kepada subjek mengenai manfaat, tujuan,

bagaimana penelitian dilakukan, dan pentingnya dilakukan penelitian ini.

4. Peneliti melakukan pengukuran vital sign dan assessment fisioterapi untuk

mengetahui kondisi sampel. Assessment fisioterapi yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

Page 56: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

42

Tabel 4.1 Prosedur Assesment Fisioterapi UntukMenentukan Sample Penelitian

5. Peneliti melakukan random alokasi untuk membagi subjek ke dalam dua

kelompok. Pengundian dilakukan dengan pengambilan kertas yang berisi

No. Tahap Assesment Jenis Tes Hasil Temuan

1. Anamnesis - Keluhan Utama

- Riwayat Penyakit

Sekarang

- Riwayat Penyakit

Dahulu

- Tidak

ditemukan nyeri

pada ekstremitas

bawah, Tidak

ditemukan

oedema pada

ekstremitas

bawah

- Tidak sedang

mengkonsumsi

obat penurun

tensi

- Tidak

mengalami

cidera patah

tulang, sprain,

dan strain

selama 1 tahun

kebelakang

2. Pemeriksaan tanda

vital - Pemeriksaan tekanan

darah dengan

sphygmomanometer

- Hipertensi

3. Inspeksi - Dinamis - Tidak ada

gangguan pola

jalan

4. Pemeriksaan

Spesifik - Heel Bump - Tidak

ditemukan nyeri

pada telapak

kaki

- Thomson tes - Ada pergerakan

pada ankle saat

otot

gastrocnemius

diremas

- Anterior Drawer tes - Tidak ada nyeri

pada area lutut

Page 57: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

43

nomor ganjil dan nomor genap. Subjek yang mengambil nomor ganjil disebut

sebagai kelompok perlakuan dan diberikan perlakuan therapeutic walking

exercise, sedangkan subjek yang mengambil nomor genap disebut sebagai

kelompok control yang tidak diberikan perlakuan.

4.7.2 Prosedur Pelaksanaan

1. Peneliti menentukan waktu penelitian. Penelitian akan dilakukan pada hari

Selasa, Kamis, dan Sabtu pada pukul 09.00 wita di Lapangan SD Saraswati

Tabanan dan Lapangan Alit Saputra. Sebelum melakukan therapeutic walking

exercise, tekanan darah subjek akan diukur terlebih dahulu untuk

mendapatkan data pre-test.

2. Therapeutic walking Exercise

Pemberian therapeutic walking exercise diawali dengan pemberian pemanasan

berupa stretching selama 10 menit terlebih dahulu. Setelah melakukan

pemanasan, subjek diminta untuk melakukan therapeutic walking exercise

dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut:

1. Instruksikan pada subjek untuk bersiap-siap melakukan therapeutic

walking exercise

2. Menjelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian therapeutic walking

exercise.

3. Dalam waktu yang sama instruksikan seluruh subjek untuk berjalan teratur

dan mengayunkan tangan. Hitung waktu latihan subjek selama 30 menit

dengan stopwatch.

Page 58: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

44

4. Latihan ini diberikan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan selama 4

minggu

5. Setelah melakukan therapeutic walking exercise, kemudian subjek

diinstruksikan untuk melakukan latihan pendinginan.

Page 59: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

45

4.8 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Alur Penelitian

Populasi

Kriteria

Penilaian

Kelompok 1

(Perlakuan) n=8

Kelompok 2

(Kontrol) n=8

Pengukuran Tekanan

Darah (Pre-test)

Sampel (Hipertensi

derajat I) n= 16

Laporan

Analisis Data

Random

Alokasi

Pengukuran

Tekanan Darah

(Post-test)

Therapeutic

Walking Exercise Kontrol Negatif

Page 60: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

46

4.9 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang didapat dari hasil pengukuran dengan

sphygmomanometer dan stethoscope, terlihat perubahan tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan.Data tersebut selanjutnya diolah dengan

menggunakan perangkat lunak komputer. Data yang diperoleh dianalisis dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Statistik deskriptif, untuk menganalisis umur, jenis kelamin dan obat

antihipertensi yang dikonsumsi sampel, datanya tersebut diambil sebelum

dilakukan intervensi awal.

2. Uji normalitas, untuk menguji data berdistribusi normal atau tidak normal,

dengan menggunakan Saphiro-Wilk test. Data berdistribusi normal karena

nilai p > 0,05.

3. Uji homogenitas, untuk menguji kelompok data memiliki varians yang

relatif sama,denganmenggunakan Levene’s Test. Data homogen karena

nilai p > 0,05.

4. Uji Hipotesis

a. Uji Beda pada Kelompok Berpasangan

Uji beda dilakukan untuk menguji rerata hasil penurunan tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Uji

Paired Sample T-test dilakukan untuk data berdistribusi normal.

Page 61: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

47

b. Uji Beda pada Kelompok Tidak Berpasangan (pada Kelompok

Perlakuan dan Kelompok Kontrol)

Uji beda dilakukan untuk membandingkan hasil sebelum dan

setelah perlakuan diantara kedua kelompok. Bila data berdistribusi

normal maka dilakukan uji Independent Sample T-test.

4.10 Jadwal Penelitian

Page 62: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

48

Tabel 4.2Jadwal Penelitian

Kegiatan Penelitian Maret April Mei

1. Persiapan

a. Orientasi dan Observasi

di SD Saraswati Tabanan

b. Mempersiapkan

instrumen penelitian

c. Pengurusan ijin dan

surat-surat

d. Membuat informed

consent

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pengukuran IMT

b. Pemeriksaan fisioterapi

c. Pengukuran Tekanan

Darah

3. Pengolahan dan Analisis

Data

4. Penyusunan Laporan

Page 63: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

49

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden

Penelitian mengenai pengaruh therapeutic walking exercise terhadap

penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun yang menderita

hipertensi telah dilakukan di Sekolah Dasar Saraswati Tabanan. Seluruh sampel

berjenis kelamin laki-laki. Latihan dilakukan dua kali seminggu selama 4 minggu

dengan waktu latihan pada pagi hari. Untuk memaparkan hasil penelitian yang

lebih lengkap dan memperkuat interpretasi pengujian hipotesis, dipaparkan

deskripsi data berupa karakteristik sampel penelitian.

Tabel 5.1 Distribusi data sampel berdasarkan Usia, IMT, tekanan darah sebelum

Karakteristik Kelompok

Perlakuan

(n = 8)

Kelompok

Kontrol

(n = 8)

p

Usia (%)

9 tahun 37,5 62,5 1,000

10 tahun 62,5

37,5

IMT (Mean ± SD) 28,663 ± 3,2293

24,600 ±

2,1981

0,011

Tekanan Darah Sebelum

(Mean ± SD)

Sistolik 127,25 ± 4.268 125,75 ± 4,062 0,483

Diastolik 86,75 ± 3.536 85,00 ± 4,140 0,379

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik sampel berdasarkan usia

dengan jumlah sampel pada kelompok perlakuan (KP) yang berusia 9 tahun

berjumlah 3 orang (37,5%) dan yang berusia 10 tahun berjumlah 5 orang (62,5%).

Sedangkan pada kelompok kontrol (KK) sampel yang berusia 9 tahun berjumlah 5

Page 64: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

50

orang (62,5%) dan yang berusia 10 tahun berjumlah 3 orang (37,5%). Sehingga

jumlah keseluruhan sampel pada kelompok perlakuan dan kelompk kontrol adalah

16 orang. Uji Chi Square digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

yang bermakna pada karakteristik usia antara kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol, didapatkan nilai p = 1,000 (p > 0,05) berarti tidak ada perbedaan yang

bermakna pada usia antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Subjek penelitian pada kelompok perlakuan (KP) memiliki rerata IMT

kategori obesitas sebesar 28,663 dengan standar deviasi 3,2293. Pada kelompok

kontrol rerata nilai IMT sebesar 24,600 dengan standar deviasi 2,1981. Uji

Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

yang bermakna pada karakteristik IMT kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol, didapatkan nilai p = 0,011 (p < 0,05) berarti ada perbedaan yang

bermakna pada karakteristik IMT antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan.

Nilai rerata dan simpang baku tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) pada

kelompok perlakuan (KP) adalah 127,25 ± 4,268. Sedangkan nilai rerata dan

simpang baku tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) pada kelompok kontrol

adalah 125,75 ± 4,062. Uji Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat

apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik sebelum

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, didapatkan nilai p = 0,483 (p >

0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik usia atara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Page 65: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

51

Nilai rerata dan simpang baku tekanan darah diastolik sebelum (pre-test) pada

kelompok perlakuan (KP) adalah 86,75 ± 3,536. Sedangkan nilai rerata dan

simpang baku tekanan darah diastolik sebelum (pre-test) pada kelompok kontrol

adalah 85,00 ± 4,140. Uji Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat

apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah diastolik sebelum

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, didapatkan nilai p = 0,379 (p >

0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik usia atara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

5.2 Uji Persyaratan Analisis

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan

uji Saphiro-Wilk Test dan untuk mengetahui apakah data homogen atau tidak

dilakukan dengan uji Lavene’s Test. Berikut uji normalitas dan homogenitas data

pada tabel 5.2:

Tabel 5.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Data

Uji Normalitas

Saphiro-Wilk Test

Uji Homogenitas

Levene’s Test

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Sistolik

(p)

Diastolik

(p)

Sistolik

(p)

Diastolik

(p) Sistolik Diastolik

Rerata

Sebelum 0,197 0,178 0,152 0,274 0,906 0,436

Rerata

Sesudah 0,83 0,413 0,64 0,130 0,957 0,268

Page 66: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

52

Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan

Saphiro-Wilk Test, dimana didapatkan nilai probabilitas dari tekanan darah

sistolik dan diastolik untuk kelompok perlakuan (KP) dan kelompok kontrol

(KK). Untuk kelompok perlakuan (KP), pada data tekanan darah sistolik sebelum

perlakuan didapatkan nilai p = 0,197 (p > 0,05), sesudah perlakuan didapatkan

nilai p = 0,83 (p < 0,05) yang berarti data tekanan darah sistolik pada kelompok

perlakuan berdistribusi normal. Pada data tekanan darah diastolik sebelum

perlakuan didapatkan nilai p = 0,178 (p > 0,05), sesudah perlakuan didapatkan

nilai p = 0,413 (p > 0,05) yang berarti data tekanan darah diastolik pada kelompok

perlakuan juga berdistribusi normal.

Pada kelompok kontrol (KK), data tekanan darah sistolik awal (sebelum)

didapatkan nilai p = 0,152 (p > 0,05), pada pengukuran akhir (sesudah)

didapatkan nilai p = 0, 64 (p > 0,05) dan selisih didapatkan nilai p = 0,944 (p >

0,05), yang berarti data tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol berdistribusi

normal. Pada data tekanan darah diastolik awal (sebelum) perlakuan didapatkan

nilai p = 0,274 (p > 0,05), akhir (sesudah) perlakuan didapatkan nilai p = 0,130 (p

> 0,05) yang berarti data tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol

berdistribusi normal.

Hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test pada Tabel 5.4

diatas menunjukkan bahwa data sebelum, sesudah dan selisih pada tekanan darah

sistolik bersifat homogen karena didapatkan nilai p > 0,05. Pada tekanan darah

sistolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah

memiliki nilai p > 0,05 dan data hasil tekanan darah diastolik sebelum dan

Page 67: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

53

sesudah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki nilai p > 0,05.

Melihat hasil uji persyaratan analisis, untuk pengujian hipotesis selanjutnya

dilakukan uji statistik parametrik.

5.3 Pengujian Hipotesis

5.3.1 Uji Beda Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah

pada Masing-Masing Kelompok

Uji hipotesis yang digunakan adalah Paired Sample T-Test. Uji tersebut

digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tekanan darah sebelum

dan sesudah diberikan perlakuan therapeutic walking exercise pada kelompok

perlakuan, dan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tekanan darah pada

kelompok kontrol tanpa adanya pemberian perlakuan therapeutic walking

exercise.

Tabel 5.3 Uji Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik

Rerata Sebelum 127,25 86,75 125,75 85,00

Rerata Sesudah 120,75 82,00 125,50 84,50

p 0,000 0,010 0,598 0,170

Tabel 5.3 menunjukkan hasil uji rerata penurunan tekanan darah sistolik

dan diastolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok

perlakuan (KP), data tekanan darah sistolik dilakukan uji Paired Sample T-Test ,

Page 68: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

54

didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada penurunan tekanan darah

sistolik yang bermakna sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan. Data

tekanan darah diastolik dilakukan uji hipotesis Paired Sample T-Test, didapatkan

nilai p = 0,01 (p < 0,05), yang berarti ada penurunan tekanan darah diastolik yang

bermakna juga sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan. Pada kelompok

kontrol (KK), untuk data tekanan darah sistolik, dilakukan uji hipotesis Paired

Sample T-test dan didapatkan nilai p = 0,598 (p > 0,05), yang berarti tidak ada

penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna pada kelompok kontrol. Data

tekanan darah diastolik dilakukan uji hipotesis Paired Sample T-Test dan

didapatkan nilai p = 0,170 (p > 0,05) yang berarti tidak ada penurunan tekanan

darah diastolik yang bermakna juga pada kelompok kontrol.

5.3.2 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan

Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok

Untuk menguji perbandingan rerata setelah intervensi dan selisih penurunan

tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dilakukan

pengujian menggunakan uji Independent Sample T-test yang tertera pada Tabel

5.4:

Tabel 5.4 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan

Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok

Kelompok N Rerata±SD P

Post-test Sistolik Perlakuan 8 120.755.120

0,025 Kontrol 8 125.504.751

Post-test Diastolik Perlakuan 8 82.003.207

0,044 Kontrol 8 84.504.106

Page 69: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

55

Selisih Sistolik Perlakuan 8 6,50±2,330

0,000 Kontrol 8 0,50±0,926

Selisih Diastolik Perlakuan 8 4,75±3,845

0,009 Kontrol 8 0,50±0,926

Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan post-test sistolik dengan nilai p = 0,025

(p>0,05) yang berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua

kelompok. Pada post-test diastolik dengan nilai p = 0,044 sehingga terdapat

perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua kelompok. Pada selisih tekanan

darah sistolik diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Data tersebut menunjukan

bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal yang sama juga terlihat pada

tekanan darah diastolik diperoleh nilai p = 0,009 (p<0,05), data tersebut

menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah diastolik yang

bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Page 70: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

57

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel pada penelitian ini (kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol) seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dengan IMT kategori obesitas.

Buch dkk dalam penelitian mereka pada anak-anak umur 6-18 tahun, pada total

1.249 anak, 727 anak laki-laki dan 511 perempuan, ditemukan sebanyak 49 anak

lali-laki dengan hipertensi, sedangkan pada anak perempuan sebanyak 32 dengan

hipertensi. Pemilihan sampel anak laki-laki dilakukan karena prevalensi obesitas

dengan hipertensi pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan,

sehingga kontrol terhadap jenis kelamin dilakukan untuk mengurangi

kemungkinan bias pada hasil penelitian.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan

luaran energi, yaitu asupan energi yang tinggi atau luaran energi yang rendah.

Asupan energi tinggi disebabkan konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan

luaran energi rendah disebabkan metabolisme tubuh yang rendah, aktivitas fisik,

dan efek termogenesis makanan. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Hubungan obesitas dengan hipertensi telah lama diketahui.

Sebagian besar peneliti menitikberatkan patofisiologi tersebut pada tiga hal utama

yaitu gangguan sistem autonom, resistensi insulin, serta abnormalitas struktur dan

fungsi pembuluh darah. Ketiga hal tersebut dapat saling mempengaruhi satu

dengan lainnya (Sinaiko et al, 1985). Pada obesitas terjadi resistensi insulin dan

Page 71: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

58

gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang menyebabkan vasokonstriksi dan

reabsorpsi natrium di ginjal yang mengakibatkan hipertensi (Manunta, 2004).

Obesitas sering berhubungan dengan hiperinsulinemia, khususnya tipe

android. Laki-laki obesitas cenderung mempunyai deposit lemak di daerah atas

tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu, dan perut yang disebut obesitas tipe

android. Pada obesitas tipe android (obesitas sentral), lemak berakumulasi sebagai

lemak viseral/intra-abdominal atau lemak subkutan abdomen. Obesitas tipe

android berisiko mengalami sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular,

khususnya jika terdapat lemak viseral yang berlebihan. Kadar adiponektin yang

rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin yang terlepas dari sel

adiposa dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan lemak (misalnya makrofag)

menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh mitokondria pada beberapa jaringan,

menurunkan oksidasi asam lemak bebas, dan menyebabkan akumulasi asam

lemak bebas intrasel. Kelebihan asam lemak bebas intraselular dan metabolik

(fatty acyl CoA, diacyglgycerol,dan ceramide) dapat memicu terjadi resistensi

insulin (bahkan hiperinsulinemia dan hiperglikemia) (Yogiantoro, 2006).

Hubungan antara resisten insulin dan tekanan darah pada anak obesitas

telah diteliti oleh Umboh dkk (2007) Sebagian besar anak obesitas menderita pre-

hipertensi dan terdapat korelasi linier yang lemah antara kadar insulin dan tekanan

darah, serta resistensi insulin mempengaruhi peningkatan tekanan darah sistolik

pada anak obese. Pada penelitian ini anak yang obesitas diambil dari anak yang

BMI lebih dari persentil ke-95. Sesuai kriteria inklusi tekanan darah pada anak

menurut The Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation, and Treatment of

Page 72: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

59

High Blood Pressure in Children and Adolescent rata-rata TDS dan atau TDD

lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan

tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran menggunakan

sphygmomanometer. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wagesetiawan (2007) mengenai hubungan antara hipertensi dengan kejadian

mikroalbuminuria pada anak obesitas usia 12 – 14 tahun mendapatkan hasil

rerata tekanan darah sistolik anak adalah 138,7 mmHg dan rerata tekanan

diastolik anak adalah 85,3 mmHg.

6.2 Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan (KP) Setelah

Pemberian Perlakuan Therapeutic Walking Exercise

Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test untuk data tekanan darah

sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan yang diberikan therapeutic

walking exercise, didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah

sistolik dan nilai p = 0,01 (p < 0,05) untuk tekanan darah diastolik. Hal tersebut

menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang

bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan therapeutic walking

exercise selama 12 kali perlakuan selama 4 minggu. Beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko hipertensi pada

anak. Dalam penelitian Lumoindong (2013) yang dilakukan pada 111 anak

obesitas didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna dengan uji Chi

Square (p=0,007). Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada anak obesitas

dengan melakukan therapeutic walking exercise secara teratur selama 3 kali

dalam seminggu dalam waktu 4 minggu dan berdurasi 30 menit setiap latihan

Page 73: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

60

akan terjadi penurunan darah sistolik dan diastolik. Augustine (2008) menyatakan

bahwa terdapa hubungan berolahraga terutama jalan kaki dengan tekanan darah

pada hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan

diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi

berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh

Trisusilowati (2016) mendapatkan hasil olahraga berjalan kaki (casual walking)

memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik (p =

0,002) dengan rata-rata penurunan nilai tekanan darah sistolik sebesar 11,8

mmHg, tetapi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan tekanan

darah diastolik (p = 0,089) dengan rata-rata penurunan nilai tekanan darah

diastolik sebesar 4,1 mmHg.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahidayanti (2013) mengenai kebiasaan

olahraga jalan kaki terhadap kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi

didapatkan hasil adanya hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki terhadap

kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi dengan nilai p=0,001. Penelitian

yang dilakukan Martin (1990) menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg

tekanan sistolik pada penderita hipertensi dengan olahraga aerobik ringan. Saat

melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki, tekanan

darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik

yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari

tekanan darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera

Page 74: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

61

setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal

dan berlangsung selama 30-120 menit (Kusmana, 1997).

Penurunan tekanan darah pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya

penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi

relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti

halnya melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam

hal ini olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer

pembuluh darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh

aktivitas memompa jantung yang berkurang (Wallace, 2013).

Otot jantung

individu yang berolahraga secara rutin lebih kuat dibandingkan dengan individu

yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin berolahraga jantungnya

berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan volume yang sama

(Scott, 2004). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung,

maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada

akhirnya akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi (Wallace, 2013).

Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan

dengan penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer

dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolic (Sherwood, 2001).

Pemberian therapeutic walking exercise secara teratur juga menunjukkan

adaptasi yang positif pada sistem kardiovaskular. Park et al mengevaluasi efek

dari latihan aerobik dan program latihan resisten terhadap fungsi pembuluh

endotel pada 29 orang sampel anak obesitas menunjukkan adanya peningkatan

kapasitas vasodilatasi endotel terhadap aliran darah ke seluruh tubuh dan

Page 75: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

62

penurunan kekuatan ejeksi ventrikel dan penurunan cardiac overload. Saat

melakukan aktivitas aerobik, tekanan darah akan naik cukup banyak. Misalnya,

selama melakukan latihan-latihan aerobik yang keras, tekanan darah sistolik dapat

naik menjadi 150 - 200 mmHg dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 -

120 mmHg. Sebaliknya, segera setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan

turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Kalau

olahraga aerobic dilakukan berulang-ulang, lama-kelamaan penurunan tekanan

darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya latihan olahraga secara teratur

akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan

tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang. Frekuensi

latihannya 3 - 5 kali seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan

(Sumosardjono, 2006 dalam Syatria, 2006).

6.3 Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol (KK)

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada awal (pre-test) dan akhir

(post-test) penelitian pada kelompok kontrol (KK) yang merupakan kelompok

kontrol negatif, dimana sampel pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan

therapeutic walking exercise. Pertama-tama dilakukan pengukuran tekanan darah

awal (pre-test), yang diikuti oleh pengukuran tekanan darah akhir (post-test) dua

puluh menit kemudian. Berdasarkan hasil uji statistik Paired Sample T-test untuk

data tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik, diperoleh nilai p = 0,598

untuk tekanan darah sistolik dan nilai p = 0,170 untuk tekanan darah diastolik,

yang berarti tidak ada penurunan tekanan darah yang bermakna pada kelompok

kontrol.

Page 76: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

63

Salah satu faktor penting yang berperan pada obesitas adalah aktivitas fisik.

Obesitas bukan hanya terkait masalah banyaknya mengonsumsi makanan tapi

juga kurangnya aktivitas fisik. Seiring dengan perkembangan zaman terjadi

berbagai perubahan gaya hidup, terutama pada aktivitas fisik. Olahraga, jalan

kaki, permainan fisik atau aktivitas fisik yang lainnya semakin jarang dilakukan.

Kebanyakan sekolah memberikan jadwal olahraga hanya satu kali dalam

seminggu dan sisanya diisi dengan belajar dalam ruangan. Ditambah lagi remaja

sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan duduk sambil

bermain gadjet, nongkrong sambil makan dengan teman-teman sebayanya, nonton

TV, les atau bimbel yang membuat mereka untuk duduk lebih lama dan juga

kebanyakan dari mereka sekarang ini untuk berangkat maupun pulang sekolah

diantar dan dijemput orang tua memakai kendaraan pribadi atau menggunakan

kendaraan umum (Mujur, 2011).

Penurunan tekanan darah pada kelompok kontrol dapat disebabkan oleh

aktivitas fisik yang dilakukan di sekolah seperti olahraga, dimana olahraga

merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Namun karena

keterbatasan waktu untuk melakukan olahraga, maka pelajaran olahraga hanya

dilakukan sekali dalam seminggu. Sehingga penurunan tekanan darah pada anak

obesitas tidak mendapatkan hasil yang bermakna. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Syatria (2006) mengenai pengaruh olahraga terprogram terhadap

penurunan tekanan darah dimana kelompok perlakuan menerima latihan basket

terprogram, yaitu latihan 3 kali seminggu selama 60 menit setiap latihan. Untuk

kelompok kontrol tidak ada latihan terprogram. Tekanan darah sistolik (TDS) dan

Page 77: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

64

tekanan darah diastolik (TDD) diukur pada awal (minggu ke-0) dan akhir

penelitian (minggu ke-12) mendapatkan hasil tidak ada perubahan yang bermakna

TDS pada kelompok kontrol (p = 0,705) dan pada kelompok perlakuan ada

perubahan yang bermakna terhadap TDS (p = 0,000). Didapatkan pula perbedaan

yang bermakna pada TSD minggu ke-12 antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan (p=0,022), akan tetapi tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada

TDD minggu ke-12 antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p=0,614).

Penurunan tekanan darah ini antara lain terjadi karena pembuluh darah

mengalami pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat

melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama

halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini,

olahraga dapat mengurangi tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat

terjadi akibat aktivitas memompa jantung berkurang. Otot jantung pada orang

yang rutin berolahraga sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut

berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga,

untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin et al, 1987 dalam Syatria,

2003). Olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya

menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi kerja jantung

dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan

perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik (Ganong, 1995 dalam

Syatria, 2003). Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, menunjukkan bahwa

tekanan darah pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan secara

bermakna. Sedangkan pada kelompok perlakuan, tekanan sistolik dan diastolik

Page 78: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

65

mengalami penurunan secara bermakna. Hal ini mencerminkan adanya

peningkatan efisiensi kerja jantung yang menyebabkan penurunan tekanan darah.

Page 79: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

66

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis pada penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa:

Therapeutic walking exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak

obesitas dengan hipertensi.

7.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam

penelitian ini adalah:

1. Therapeutic walking exercise dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan

tindakan fisioterapi dalam menurunkan tekanan darah pada anak

obesitas dengan hipertensi secara non-farmakologis.

2. Diharapkan kepada rekan-rekan fisioterapis maupun mahasiswa

fisioterapi dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai

latihan therapeutic walking exercise dengan intensitas waktu yang

berbeda dalam penatalaksanaan hipertensi untuk menurunkan tekanan

darah.

Page 80: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Aneja, A., El-Atat, F., McFarlane, S.I., and Sowers J.R. 2004. Hypertension and

obesity. Recent Progress in Hormone Research, 59:169-205.

Augustine, J. S., Memoona, H., James, M. 2008. Impact of Exercise (Walking) on

Blood Pressure Levels in Hypertension in African American Adults With

Newly Diagnosed Hypertension. African.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.

Basmajian, JV. 2008. Therapeutic exercise 4th

edition, London: Williams and

Wilkins co Baltimore , page 45-69.

Battegay, E.J., Gregory L.I.P., Bakris, L.H. George S. 2005. Hypertension

Principles And Practice: Definition And Classification Hypertension .

United States of America: Taylor and Francis Group, page 17.

Beevers, D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Black, J.M and Hawks, J.H. 2005.Medical surgical nursing: clinical management

for positive outcomes. 7th

Edition. St. Louis: Elsevier Saunders.

Burt VL., Cutler JA., Higgins M., Horan MJ., Labarthe D., Whelton P., Brown C.,

Roccella E.J. 1995. Trends in the prevalence, awareness, treatment, and

control of hypertension in the adult US population: data from the health

examination surveys, Hypertension, 26: 60–69.

Buch N, Goyal JP, Kumar N, Palmar I, Shah VB, Charan J. 2011. Prevelence of

hypertension in school going children of Surat City, Wastern India. JCDR

Nov;2(4):228-32.

Chobanian, A.V. 2003. Seventh report of the Joint National Committee (JNC 7)

on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.

Hypertension, 42:1206-1252

Damayanti, S. 2002. Obesitas pada Anak. Prosiding Simposium Temu Ilmiah

Akbar. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam

FKUI

De Onis M., Blössner M., Borghi E. 2010. Global Prevalence and Trends of

Overweight and Obesity Among Preschool Children. Am J Clin Nutr,

92:1257-1264.

Page 81: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., and Lewis, S.M. 2000. Medical surgical

nursing: assessment and management of clinical problems. USA: Mosby.

Ewart, C.K., Young, D.R., and Hagberg, J.M. 1998. Effects of School-Based

Aerobic Exefcise on Blood Pressure in Adolescent Girls at Risk for

Hypertension. American Journal of Public Health, 88:949-951

Falkner, B. 2005. Effect of Obesitasity and High Blood Pressure on Plasma Lipid

Levels in Children Obesitasity. Pediatrics: 116: 442-6.

Hagburg, J.M. 1990. Exercise, fitness, and hypertension. Dalam: Bouchard, C.

Exercise, Fitness, and Health: A Consensus of Current Knowledge,.

Champaign, IL: Human Kinetics, 455–466.

Hahn, D.B., Payne, W.A. 2003. Focus on health. 6th

Edition. USA: Mc Graw Hill.

Hartini. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik High Impact dan

Low Impact Terhadap Penurunan Persentase Lemak Tubuh Ditinjau dari

Body Mass Index. Jurnal Ilmiah Spirit, 12(2):1411-8319.

Janet, P.W. 2003. Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology

Laboratory, Department of Kinesiology, Indiana University,Bloomington,

Indiana, USA.

Kotchen, T.A. 2008. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Fauci, A.S., Kasper,

D.I. Harrison’s Principles of Internal Medicine. United States of America:

Mc Graw Hill, 211-214.

Kusmana, D. 1997. Olahraga bagi kesehatan jantung. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia P.58-59

Lateur B.J., Lehmann J.F. 1990. Therapeutic exercise to develop strengh and

endurance. In: Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation.

4th edition. Philadelphia: WB saunders Co.

Li, C.Y., Imaishi, K., Shiba, N., Tagawa, Y., Maeda, T., Matsuo, S. 2000.

Biomechanical evaluation of foot pressure and loading force gait in

rheumatoid arthritic patiens with and without foot orthosis. Kurume Med J:

47: p211-7

Luma G.B. 2006. Hypertention in children and adolescent. American Family

Physician; 73:1558-66

Lumoindong, A., Umboh, A., Masloman, N. 2013. Hubungan Obesitas dengan

Profil Tekanan Darah pada Anak Usia 10 – 12 Tahun di Kota Manado.

Jurnal e-Biomedik (eBM), 1:147-153

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Esculapius.

Page 82: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Manunta P, Bianchi G. Low-salt diet and diuretic effect on blood pressure and

organ damage. 2004 J Am Soc Nephrol ;15:43-6.

Martin, J.E., Dubbert, P.M. 1990. Controlled trial of aerobic exercise in

Hypertension. Dallas.

Mughal, M.A. 1990. The effects of Aerobic Exercise Training on resting Blood

Pressure in Hypertensive Patients.

Mujur, A. 2015. Hubungan antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan

Kejadian Berat Badan Lebih pada Remaja.

Nasar, S.S. 1995. Obesitas pada anak. Aspek Klinis dan Pencegahan. Dalam:

Samsudin, Nasar S.S, Syarif, D.R. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV.

Masalah gizi ganda dan tumbuh kembang anak.Jakarta; Binarupa Aksara.

Norkin C.C. 1999. Gait analysis, physical rehabilitation: Assesment and

treatment. 3rd edition. FA David Company;.p 167-91

Oktavia, D. N. 2014. “Pengaruh Therapeutic Exercise Walking terhadap Tekanan

Darah (Hipertensi) di Desa Subo Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember”.

Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Jember.

Park J, Miyashita M, Kwon Y, Park H, Kim E, Park J, et al. A 12-week after-

school physical activity programme improves endothelial cell function in

overweight and obese children: a randomized controlled study. BMC

Pediatrics. 2012;12:111.

Prawirasaputra, S. 2000. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Tambak Kusuma

Purnami, N.M.D. 2015. Prevalensi Obesitas dan Hubungan Antara Obesitas

dengan Kejadian Hipertensi dan Proteinuria pada Anak Usia 12-14 Tahun

di Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Denpasar. Tesis. Program

Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik. Universitas Udayana. Denpasar

Rahadiyanti, L.S. 2013. Hubungan Kebiasaan Olahraga Jalan Kaki dengan

Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayattulah. Jakarta

Rahmatika. 2008. Obesitas Pada Anak Dan Remaja. Online. Available at

http://www.idituban.files.wordpress.com2008/11/nh-2.pdf\.[accesed

29/11/2012]

Rogers, M.W., Probst, M.M., Gruber, J.J., Berger, R., Boone, J.B. 1996.

Differential effects of exercise training intensity on blood pressure

andcardiovascular responses to stress in borderline hypertensive humans. J

Hypertens : 14(11):1369–1375.

Page 83: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Ropawiro, A.T., Kodyat, BA. 1998. Kegemukan,

Obesitas dan Penyakit Degeneratif Epidemiologi dan Strategi

Penanggulangan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI : Jakarta

Scott, K.P. 2004. Exercise physiology theory and application to fitness and

performance. University of florida.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd Edition. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Edisi Kedua. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. pp: 1, 29-30, 65-73, 121-6.

Sorof, J.M., Poffenbarger, T., Franco, K., Bernard, L., Portman, R.J. 2002.

Isolated Sistolic Hypertension, Obesity, and Hyperkinetic Hemodynamic

States in Children. J.Pediatr; 140:660-6

Sudoyo, A.W. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta:

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Sumosardjuno, Sadoso. 1996. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sukarmin, Nurachmah, E., Gayatri, D. 2013. Penurunan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking Exercise. STIKES Muhamadiyah

Kudus, Keperawatan Medikal Bedah , Kudus.

Supartha, M. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia,

Volume: 59, Nomor: 5.

Sustrani. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol,

dan Diabetes. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET

Syarif, D.R. 2002. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono

P.P., Purnamawati, S., Syarif, D.R., et al .Hot Topics in Pediatrics II.PKB

IKA XLV FK Universitas Indonesia. RS.DR Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Syatria, . 2006. Pengaruh Olahraga Terprogram terhadap Tekanan Darah pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Basket. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran.

Universitas Diponegoro

Tianusa, N. 2003. Hubungan Jarak tempuh berjalan dengan Kualitas Hidup Pada

Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis , Manado : FK Universitas

Samratulangi.

Page 84: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Tiwari, S. 2011. Effect of Isotonic Exercise (Walking) on Various Physiological

Parameters in Hypertension. Journal of Stress Physiology and Biochemistry,

Volume 7 nomor 3, pp. 122-131.

Trisusilowati, E. 2016. Pengaruh Olahraga Berjalan Kaki (Casual Walking)

Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti

tresna Werdha Hargodedali Surabaya. Tesis. Fakultas Keperawatan.

Universitas Airlangga. Suarabaya.

Whitlock, G. 2011. Body Mass Index and Cause Specific Mortality in 900.000

adults : Collaborative Analyses of 57 Prospective Studies. Lancet.

373:1083-96.

Wallace, J.P. 2003. Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology and

Laboratory. USA: Sports Medicine.

Yogiantoro. 2006. M. Hypertension and insulin resistance. Dalam: Makalah

lengkap The 6th Jakarta nephrology &hypertension course and symposium

on hypertension.103-115.

Page 85: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Curriculum Vitae

Page 86: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Nama : Made Satria Ambarsika

Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 15 November 1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Majapahati, Gang I no 2, Tabanan

No Handphone : 087860635164

e-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

- TK Saraswati (2000 - 2001)

- SD Saraswati Tabanan (2001 - 2007)

- SMP Negeri 1 Tabanan (2007 - 2010)

- SMA Negeri 1 Tabanan (2010 - 2013)

- S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (2013 -

sekarang)

Page 87: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 3. Informed Consent

INFORMED CONSENT

Denpasar, April 2017

Kepada :

Yth. …………………

di Tempat

Dengan hormat,

Dalam rangkamenyelesaikan tugas akhir dari Program Studi Fisioterapi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, maka akan diadakan penelitian

mengenai Pengaruh Therapeutic Walking Excercise terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Anak Obesitas Usia 9 – 10 Tahun dengan Hipertensi di SD Saraswati

Tabanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Therapeautic Walking

Excercise terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Anak Obesitas dengan

Hipertensi.Penelitian akan dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan

alat Sphymammeter.

Segala hasil dari penelitian ini menjadi rahasia peneliti. Mohon

kesediaannya untuk ikut serta dengan sukarela, dan sewaktu-waktu bisa

mengundurkan diri apabila tidak berkenan.

Terimakasih atas keikutsertaan anda, dan info lebih lengkap dapat

menghubungi Made Satria Ambarsika , HP 087860635164.

Hormat saya,

Made Satria Ambarsika

Page 88: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PROGRAM

PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :…………………………………………………………………….

Umur :……………………………………………………………………

Jenis kelamin : (L/P)

Alamat :…………………………………………………………………….

Dengan ini menyatakan persetujuan untuk mengikuti program penelitian

terhadap anak saya :

Nama :…………………………………………………………………….

Umur :…………………………………………………………………….

Jenis kelamin :…………………………………………………………………….

Alamat :…………………………………………………………………….

Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan

penelitian, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-

besarnya, dengan ini menyatakan :

1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian

dan segala konsekuensinya.

2. Mengizinkan anak kami mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta

program penelitian yang diberikan secara sungguh-sungguh dan

bertanggung jawab.

3. Mengizinkan anak kami untuk mengikuti penelitian ini secara tidak

terpaksa.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar,…………………2017

Peneliti, Saksi Orangtua/Wali

Page 89: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

Page 90: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 5. Grafik indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki 2-20 tahun

Page 91: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 6. Tabel Persentil Tekanan Darah untuk Anak Laki-Laki

Page 92: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 7. Hasil Analisis Data dengan Software Komputer

1. Frekuensi dan Distribusi Data

Statistics

Usia IMT Pre-test

sistolik

Pre-test

diastolik

Post-test

sistolik

Post-test

diastolik

N Valid 16 16 16 16 16 16

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 9.50 26.631 126.50 85.88 123.13 83.25

Std. Deviation .516 3.3945 4.099 3.828 5.365 3.786

- Frekuensi Usia pada kelompok Perlakuan

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

9 3 37.5 37.5 37.5

10 5 62.5 62.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

- Frekuensi Usia pada Kelompok Kontrol

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

9 5 62.5 62.5 62.5

10 3 37.5 37.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

- Uji Rerata Tekanan Darah Sebelum pada Kelompok Perlakuan

Statistics

IMT Pre-test sistolik Pre-test

diastolik

Post-test sistolik Post-test

diastolik

N Valid 8 8 8 8 8

Missing 0 0 0 0 0

Mean 28.663 127.25 86.75 120.75 82.00

Std. Deviation 3.2293 4.268 3.536 5.120 3.207

Page 93: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

- Uji Rerata Tekanan Darah Sebelum pada Kelompok Kontrol

Statistics

IMT Pre-test sistolik Pre-test

diastolik

Post-test sistolik Post-test

diastolic

N Valid 8 8 8 8 8

Missing 0 0 0 0 0

Mean 24.600 125.75 85.00 125.50 84.50

Std. Deviation 2.1981 4.062 4.140 4.751 4.106

- Uji chi square untuk Usia

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.000a 1 .317

Continuity Correctionb .250 1 .617

Likelihood Ratio 1.011 1 .315

Fisher's Exact Test .619 .310

Linear-by-Linear

Association .938 1 .333

N of Valid Cases 16

a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table

- Uji Independent Sample T-Test untuk IMT

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

IMT Perlakuan 8 28.663 3.2293 1.1417

Kontrol 8 24.600 2.1981 .7771

Page 94: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Levene's Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

IM

T

Equal

variances

assumed

1.091 .314 2.94

1 14 .011 4.0625 1.3811 1.1003 7.0247

Equal

variances not

assumed

2.94

1

12.3

40 .012 4.0625 1.3811 1.0625 7.0625

2. Uji Normalitas Data

- Kelompok Perlakuan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre-test sistolik .240 8 .194 .882 8 .197

Pre-test diastolik .196 8 .200* .877 8 .178

Post-test sistolik .237 8 .200* .844 8 .083

Post-test diastolik .234 8 .200* .918 8 .413

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

- Kelompok Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre-test sistolik .210 8 .200* .870 8 .152

Pre-test diastolik .141 8 .200* .897 8 .274

Post-test sistolik .326 8 .013 .833 8 .064

Post-test diastolik .238 8 .200* .864 8 .130

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 95: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

3. Uji Homogenitas

- Kelompok Perlakuan

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre-test sistolik .014 1 14 .906

Pre-test diastolik .643 1 14 .436

Post-test sistolik .003 1 14 .957

Post-test diastolik 1.333 1 14 .268

- Kelompok Kontrol

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre-test sistolik .014 1 14 .906

Pre-test diastolik .643 1 14 .436

Post-test sistolik .003 1 14 .957

Post-test diastolik 1.333 1 14 .268

4. Hasil Uji Beda Rerata Kelompok Berpasangan

- Kelompok Perlakuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-test sistolik 127.25 8 4.268 1.509

Post-test sistolik 120.75 8 5.120 1.810

Pair 2 Pre-test diastolik 86.75 8 3.536 1.250

Post-test diastolik 82.00 8 3.207 1.134

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-test sistolik & Post-test

sistolik 8 .892 .003

Pair 2 Pre-test diastolik & Post-test

diastolik 8 .353 .391

Page 96: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Pre-test sistolik -

Post-test sistolik 6.500 2.330 .824 4.552 8.448 7.891 7 .000

Pair

2

Pre-test diastolik -

Post-test diastolik 4.750 3.845 1.359 1.535 7.965 3.494 7 .010

- Kelompok Kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-test sistolik 125.75 8 4.062 1.436

Post-test sistolik 125.50 8 4.751 1.680

Pair 2 Pre-test diastolik 85.00 8 4.140 1.464

Post-test diastolik 84.50 8 4.106 1.452

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-test sistolik & Post-test

sistolik 8 .970 .000

Pair 2 Pre-test diastolik & Post-test

diastolik 8 .975 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Pre-test sistolik -

Post-test sistolik .250 1.282 .453 -.822 1.322 .552 7 .598

Page 97: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Pair

2

Pre-test diastolik

- Post-test

diastolic

.500 .926 .327 -.274 1.274 1.528 7 .170

5. Uji Beda Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

pada kelompok tidak berpasangan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pre-test sistolik Perlakuan 8 127.25 4.268 1.509

Kontrol 8 125.75 4.062 1.436

Pre-test diastolik Perlakuan 8 86.75 3.536 1.250

Kontrol 8 85.00 4.140 1.464

Post-test sistolik Perlakuan 8 120.75 5.120 1.810

Kontrol 8 125.50 4.751 1.680

Post-test diastolik Perlakuan 8 82.00 3.207 1.134

Kontrol 8 84.50 4.106 1.452

Selisih Sistolik Perlakuan 8 6.50 2.330 .824

Kontrol 8 .50 .926 .327

Selisih Diastolik Perlakuan 8 4.75 3.845 1.359

Kontrol 8 .50 .926 .327

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pre-test

sistolik

Equal

variances

assumed

.014 .906 .720 14 .483 1.500 2.083 -2.968 5.968

Equal

variances not

assumed

.720 13.966 .483 1.500 2.083 -2.969 5.969

Page 98: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Pre-test

diastolik

Equal

variances

assumed

.643 .436 .909 14 .379 1.750 1.925 -2.379 5.879

Equal

variances not

assumed

.909 13.665 .379 1.750 1.925 -2.388 5.888

Post-test

sistolik

Equal

variances

assumed

.003 .957 1.924 14 .025 4.750 2.469 -10.046 .546

Equal

variances not

assumed

1.924 13.922 .025 4.750 2.469 -10.049 .549

Post-test

diastolik

Equal

variances

assumed

1.333 .268 1.357 14 .044 2.500 1.842 -6.451 1.451

Equal

variances not

assumed

1.357 13.225 .045 2.500 1.842 -6.472 1.472

Selisih

Sistolik

Equal

variances

assumed

3.733 .074 6.769 14 .000 6.000 .886 4.099 7.901

Equal

variances not

assumed

6.769 9.157 .000 6.000 .886 4.000 8.000

Selisih

Diastolik

Equal

variances

assumed

7.450 .016 3.039 14 .009 4.250 1.398 1.251 7.249

Equal

variances not

assumed

3.039 7.809 .017 4.250 1.398 1.012 7.488

Page 99: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

Lampiran 8 Dokumentasi

1. Pengukuran Indeks Masa Tubuh dan Pemeriksaan Fisioterapi

Page 100: SKRIPSI - erepo.unud.ac.id

2. Pelaksanaan Therapeautic Walking Exercise