cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

229
cv.sastra utama PERCETAKAN & PENERBIT

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

cv.sastra utamaPERCETAKAN & PENERBIT

Page 2: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

Oleh :A A I N Marhaeni

Ni Nyoman Yuliarmi

Penerbit :

CV. Sastra Utama

METODE

RISET

Jilid 1

Page 3: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

METODERISETJilid 1

Penulis : A A I N Marhaeni & Ni Nyoman Yuliarmi

ISBN : 978-623-92190-2-4

Di terbitkan oleh : Percetakan dan Penerbit cv. sastra utamaJl. Sulatri, Kesiman, Denpasar - Bali Telp. (0361) [email protected]

Cetakan Pertama,

Hak Cipta dilindungi undang - undang :Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini,dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Page 4: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

iiii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Syang

Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat Beliau Buku Ajar ini dapat diselesaikan tepat waktu

sesuai harapan. Buku ini adalah buku yang dapat digunakan oleh

mahasiswa/peneliti khususnya di ilmu sosial sebagai sumber

bacaan di dalam mempelajari metode penelitian. Beberapa

hal yang dibahas dalam Buku Ajar ini antara lain pendekatan

dalam penelitian, jenis metode penelitian yang dapat dipilih, cara

membuat proposal penelitian, pengertian tentang populasi, apa

saja yang dapat dipandang sebagai populasi, pengertian sampel,

beberapa contoh sampel dan alasan penelitian menggunakan

sampel. Selain itu, juga diberikan contoh menghitung ukuran

sampel, sumber kesalahan dalam sampling, dan teknik sampling.

Teknik sampling yang dibahas dapat terkait dengan probability

sampling, dan non probability sampling. Berdasarkan teknik

sampling yang dipilih oleh peneliti, akan dapat diketahui apakah

generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan.

Dalam kesempatan ini juga, penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

sehingga Buku Ajar ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan

terimakasih kepada pihak fakultas yang telah memberikan

bantuan pendanaan dalam mencetak buku ini. Selain itu penulis

juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada staf ruang baca

Page 5: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

iii

yang telah memberikan fasilitas pustaka untuk dipergunakan.

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada pihak lainnya

yang telah berkontribusi dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Buku Ajar ini masih sangat sederhana,

dan akan ditambahkan contoh-contoh aplikasi di berbagai jenis

penelitian pada edisi revisi berikutnya. Walaupun Buku Ajar ini

masih sederhana, penulis tetap berharap dapat ikut memberikan

sedikit sumbangan pemikiran terkait dengan isi buku ini. Tiada

gading yang tak retak seperti kata pepatah, semoga buku ini

dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.

Denpasar, Desember 2019

Penulis

Page 6: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

iviv

BAB 1

BAB 2

BAB 3

PENDAHULUAN ………………….......................

1.1 Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah ….....

1.2. Motif Perkembangan Ilmu Pengetahuan ………

1.3. Pendekatan Untuk Memperoleh Kebenaran ….

1.4 . Cara Berfikir Ilmiah ……………………………

1.5 . Definisi/Arti Penelitian ………………………

1.6. Pentingnya Metodologi Penelitian ……………

1.7. Penelitian Kuantitatif (Ilmiah) dan Kualitatif (Alamiah) ..........................................................

1.8. Etika Dalam Penelitian ………………………..JENIS-JENIS PENELITIAN ………………………2.1. Jenis Penelitian Berdasarkan Bidang Penelitian 2.2. Penelitian Menurut Tujuan ....………………...2.3. Penelitian Menurut Metode …………………….2.4 Penelitian Menurut Tingkat Eksplanas…………2.5 Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis …..2.6 Penelitian dan Pengambilan Keputusan .............

TAHAP-TAHAP PENELITIAN ………………......3.1 Proses Penelitian ………………………………

3.2 Proposal Penelitian ……………………….........

i

iiviviiviii

1

1

2

4

9

14

18

20

30343436375970

78

81

81

91

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ............................................................KATA PENGANTAR ............................................................DAFTAR ISI .........................................................................DAFTAR TABEL ..................................................................DAFTAR GAMBAR .............................................................

Page 7: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

v

TIPS MEMBUAT USULAN PENELITIAN ….....

POPULASI DAN SAMPEL ……………………....

5.1. Populasi ……………………………………..

5.2. Sampel ………………………………….........

5.3. Penelitian Berdasarkan Sampel atau Sensus ....

5.4. Kriteria Sampel yang Baik …………………......

5.5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel …....

5.6. Beberapa Hal yang Terkait dengan Ukuran Sampel ..............................................................

5.7. Sumber Kesalahan Dalam Sampling ....………

5.8. Tahap Pemilihan Sampel ………………………

5.9 Metode Pengambilan Sampel …………………

TEKNIK SAMPLING ……………………………6.1 Konsep atau Definisi ……………………………6.2 Metode/Cara Pengambilan Sampel/Teknik Sampling ………………....................................6.2.1 Probability Sampling/Random Sampling/ Pengambilan Sampel Acak ………….............1) Simple Random Sampling/Pengambilan Sampel Acak Sederhana...................................................2) Systematic Random Sampling/Pengambilan Sampel Sistematis................................................3) Stratiffied Random Sampling …………………...4) Cluster Sampling/pengambilan sampel gugus …(1) Pengambilan sampel gugus sederhana (simple cluster sampling)................................................(2) Pengambilan sampel gugus bertingkat (Multi stage cluster sampling)........................................

106

118

118

121

122

125

128

137

142

146

148

149

149

150

151

153

172180193

196

198

BAB 4

BAB 5

BAB 6

Page 8: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

vivi

6.2.2 Non Probability Sampling atau Pengambilan Sampel Tidak Acak..........................................

1) Accidental sampling/convenience sampling….....

2) Purposive sampling…………………………......

3) Quota Sampling/Pengambilan sampel jatah …...

4) Snowball sampling/pengambilan sampel bola salju......................................................................

5) Pengambilan sampel jenuh/sensus ……………....

DAFTAR PUSTAKA ............................................................

202

203

205

208

211

214

216

Page 9: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

vii

DAFTAR TABEL

Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Penghasilan.........

Distribusi Populasi Menurut Nama dan Alamat ….........

Jumlah Responden yang Menjadi Sampel ………………

Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2019 ……………………………..............

Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2019 ……………………………..............

Contoh Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsinal Tahun 2019............. Contoh Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsional Tahun 2019 ……....

5.1

6.1

6.2

6.3

6.4

6.5

6.6

136

166

168

183

187

189

191

No. Tabel Halaman

Page 10: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

viiiviii

DAFTAR GAMBAR

Perbedaan Produktivitas antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Eksperimen ……..

Proses Atau Tahapan Penelitian Dari Awal Hingga Penyusunan Laporan …………………………………....

Ilustrasi Teknik Sampling Bola Salju/Snowball Sampling……...................................................................

46

82

213

2.1

3.1

6.1

No. Gambar Halaman

Page 11: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah

Dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak terkira

peran ilmu pengetahuan untuk membantu manusia dalam

mencapai tujuannya, misalnya hidup yang sejahtera. Sangat

banyak pengetahuan yang berasal dari nenek moyang yang

dapat digunakan untuk membantu manusia, dan mungkin

sangat banyak pengetahuan tersebut yang perlu dibuktikan

kebenarannya melalui riset atau penelitian ilmiah sehingga

akan menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat

bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan tidak lain adalah

kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan dari

sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu

bangunan yang teratur. Manusia dapat mengambil manfaat

sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan tersebut justru karena

ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman dan pengetahuan

yang sudah diuji kebenarannya (Sutrisno Hadi, 2016).

Pengalaman (experiences) dapat dikatakan sebagian

bagian yang sangat penting dalam membentuk modal sumber

daya manusia (human capital) karena berdasarkan pengalaman

seseorang dapat mengambil keputusan untuk misalnya mengatasi

atau memecahkan masalah yang terjadi. Selanjutnya dijelaskan

Page 12: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

2

bahwa dengan dilepaskannya unsur-unsur yang unik/khusus,

maka ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang mempunyai

nilai-nilai yang umum. Kalimat ini menjelaskan bahwa setiap

ilmu pengetahuan memiliki keunikannya yang masing-masing

sehingga memberi manfaat masing-masing, namun di dalam

keunikannya tersebut ilmu pengetahuan juga memiliki nilai-nilai

yang bersifat umum. Misalnya ilmu pengetahuan yang sama

digunakan orang-orang diseluruh dunia, misalnya tex books

berasal dari luar negeri digunakan di dalam negeri, jadi hal-hal

yang dipelajari bersifat sama secara luas. Oleh karena persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh manusia kerapkali memiliki

garis-garis yang umum, maka sumbangan ilmu pengetahuan

untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari tidak dapat

diperkirakan harganya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang

demikian pesat dewasa ini berperan besar dalam meningkatkan

kesejahteraan manusia secara umum.

1.2 Motif Perkembangan Ilmu PengetahuanPertanyaan penting yang barangkali banyak diajukan

secara tidak sadar adalah kenapa ilmu pengetahuan berkembang pesat seperti sekarang ini. Apa alasan atau motif Ilmu pengetahuan berkembang pesat seperti dewasa ini. Ada 2 motif yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan (Suryabrata, 2014; Sutrisno Hadi, 2016), secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

Page 13: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

3

1) Rasa ingin tahu manusia yg mendorongnya melakukan

penyelidikan-penyelidikan

Dapat dikatakan bahwa sifat dasar manusia yang normal

adalah memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini dapat

disaksikan semenjak manusia masih kanak-kanak, banyak

pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak tentang apa yang ada

disekelilingnya atau tentang apa yang dipikirkan oleh mereka.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan berkembang sesuai dengan

perkembangan umur manusia dari pertanyaan yang sederhana

seperti apa ini atau apa itu, meningkat menjadi mengapa begini,

mengapa begitu, sampai pertanyaan yang lebih tinggi lagi seperti

kenapa hal tersebut dapat terjadi, sampai pertanyaan bagaimana

cara mengatasi masalah tersebut, dan sebagainya. Pertanyaan-

pertanyaan yang muncul ini mendorong manusia untuk

melakukan kajian, penyelidikan untuk memperoleh jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Temuan terhadap

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dihasilkan

dari berbagai penyelidikan adalah bagian perkembangan ilmu

pengetahuan tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

peneliti di ruang angkasa, di bulan misalnya adalah lebih terkait

dengan rasa ingin tahu manusia sebagai sebuah motif yang

mendasari perkembangan ilmu pengetahuan.

Page 14: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

4

2) Manfaat yang dirasakan karena perkembangan ilmu

pengetahuan tersebut

Tujuan pembangunan yang dilaksanakan sebuah negara

adalah pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyatnya. Dengan demikian akan dilakukan kajian atau

penelitian untuk memperoleh informasi guna membuat

kebijakan secara praktis untuk membantu menjawab persoalan

yang dihadapi manusia secara umum. Misalnya manfaat dalam

kehidupan sehari-hari, diciptakannya barang-barang yang dapat

mempermudah manusia dalam kehidupan rumah tangga sehari-

hari seperti mesin cuci, rice cooker, hand phone dan sebagainya

yang mendorong penelitian terus dilakukan untuk menciptakan

produk-produk baru guna mempermudah kehidupan manusia

sehari-hari.

1.3 Pendekatan Untuk Memperoleh Kebenaran

Jika manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut, manusia akan merasakan kepuasan. Jadi

hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan kalau dia memperoleh

pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan. Pengetahuan

yg diinginkannya adalah pengetahuan yang benar yang disebut

kebenaran. Kebenaran dapat diperoleh manusia baik melalui

pendekatan ilmiah maupun non ilmiah (Suryabrata, 2014).

Page 15: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

5

1) Pendekatan Non Ilmiah

Dalam memperoleh kebenaran tentang segala sesuatu

yang menjadi pertanyaan selain dapat diperoleh dengan

pendekatan ilmiah yang dapat diikuti oleh semua orang, namun

ada juga pendekatan yang dapat dikatakan sebagai pendekatan

subyektif yang juga digunakan oleh manusia dalam memperoleh

kebenaran. Dalam pendekatan non ilmiah ini dapat digunakan

beberapa cara yang banyak digunakan yaitu: 1) akal sehat

(common sense); 2) prasangka; 3) intuisi; 4) penemuan secara

kebetulan/coba-coba; dan 5) pendapat otoritas ilmiah dan pikiran

kritis. Pendekatan-pendekatan ini meskipun adalah pendekatan

untuk memperoleh kebenaran, namun tidak dilakukan melalui

kajian yang ilmiah, sehingga dapat menyesatkan kesimpulan

yang didapatkan. Contoh tentang akal sehat sebagai bagian dari

pendekatan non ilmiah yaitu peran dari hukuman dan ganjaran di

bidang pendidikan (Suryabrata, 2014). Dulu dipercaya hukuman

adalah alat yang tepat untuk diterapkan di bidang pendidikan

untuk misalnya mengubah perilaku anak didik. Namun dalam

perkembangan berikutnya dari hasil kajian yang lebih ilmiah

ternyata hal tersebut tidak benar, dalam arti hukuman bukan alat

utama dalam pendidikan, melainkan ganjaran (reward) bukan

hukuman (punishment). Akal sehat jika dibuatkan generalisasi

yang terlalu luas yang akan berubah menjadi prasangka,

misalnya dengan memandang segala sesuatu yang terjadi secara

Page 16: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

6

sederhana, padahal sebuah kejadian akibat dari berbagai sebab.

Dalam realitanya banyak orang yang memiliki ketajaman intuisi

mengambil keputusan atau membuat pernyataan secara cepat

berdasarkan intuisinya. Penemuan secara kebetulan juga banyak

terjadi dimasyarakat, yang sangat berguna bagi manusia, namun

tidak dapat diprediksi, tidak dapat direncanakan atau diperkirakan

dan bukan didasarkan atas hasil penelitian ilmiah, sehingga

obyektivitasnya dapat diragukan. Demikian juga penemuan

secara kebetulan yang juga tidak dapat diprediksi, tidak adanya

kepastian terhadap hasil yang dapat dicapai. Berkaitan dengan

otoritas pendapat ilmiah umumnya disampaikan oleh orang

yang berpendidikan, atau orang yang ahli dibidang tertentu yang

memberikan pendapat atau pandangannya yang sering diterima

oleh masyarakat tanpa dilakukan pengujian terlebih dahulu.

Meskipun mungkin pendapat atau pandangan tersebut mungkin

benar seperti kenyataannya, namun kerena tidak didasarkan atas

penelitian atau kajian ilmiah, maka tetap dipandang sebagai

pendekatan non ilmiah yang bersifat subyektif.

2) Pendekatan Ilmiah

Dalam memperoleh kebenaran selain didapatkan dengan

pendekatan non ilmiah seperti telah disampaikan, juga dapat

digunakan pendekatan ilmiah yang lebih banyak orang-orang

dapat menggunakannya dan mengikuti, serta mempelajarinya

Page 17: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

7

dengan lebih baik. Pendekatan ilmiah ini dapat dipelajari oleh

semua orang sebagai sebuah pendekatan atau metode dalam

memperoleh kesimpulan tentang sesuatu. Berbeda dengan

pendekatan non ilmiah, pendekatan ilmiah memiliki metode

tertentu dalam cara penyimpulannya. Pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan yang menggunakan tahapan-tahapan yang

jelas untuk menyimpulkan sesuatu, dimana tahapan-tahapan ini

dapat dipelajari oleh orang-orang yang ingin mempelajarinya.

Artinya dapat diprediksi dan direncanakan dengan baik apa yang

ingin diperoleh. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar

seperti harapan kebanyakan orang, maka pendekatan ilmiah

menuntut dilakukannya cara-cara atau langkah-langkah tertentu

dengan urutan yang tertentu pula agar dapat dicapai pengetahuan

yang benar tersebut. Langkah-langkah atau urutan yang tertentu

tersebut tidaklah dapat dibolak-balik urutan/langkah-langkah

tersebut. Langkah-langkah atau urutannya jelas dari langkah

pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai memperoleh

kesimpulan yang boleh dikatakan sebagai tahap yang terakhir.

Pengetahuan yg diperoleh dengan pendekatan ilmiah didapatkan

melalui penelitian ilmiah dan dibangun diatas dasar teori tertentu.

Dasar teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian

ilmiah tersebut adalah teori-teori yang sudah dibuktikan

kebenarannya dalam berbagai penelitian. Pendekatan ilmiah

akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap

Page 18: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

8

orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan

pribadi dan perasaan, dan pendekatan yang digunakan dapat

dipelajari oleh semua orang yang ingin mempelajarinya. Cara

penyimpulannya adalah obyektif dengan berbagai bukti yang

jelas dan bukan didasarkan atas subyektivitas orang-orang yang

menggunakannya. Dengan pendekatan ilmiah orang berusaha

untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan kebenarannya

terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk

mengujinya.

3) Ciri-ciri Keilmuan dalam Pendekatan ilmiah

Terdapat 3 ciri keilmuan dalam pendekatan ilmiah seperti

pandangan Sugiono (2012). Ciri-ciri tersebut dijelaskan secara

lebih rinci sebagai berikut.

(1) Rasional

Salah satu ciri keilmuan dari pendekatan ilmiah

adalah rasional dimana kegiatan penelitian itu

dilaksanakan oleh para peneliti dengan cara-cara

yang masuk akal (make sense) dan dapat diterima

oleh logika banyak orang, sehingga dapat terjangkau

oleh penalaran manusia secara umum.

(2) Empiris

Ciri keilmuan empiris berarti metode atau cara-cara

yang digunakan oleh para peneliti dapat diamati

Page 19: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

9

oleh indra manusia, sehingga orang lain yang

berkeinginan untuk mengikuti metode tersebut

dapat mengamatinya dan dapat memahami dan

mengetahui cara-cara yang dipakai tersebut

(3) Sistematis

Ciri keilmuan sistematis adalah proses yang

digunakan dalam penelitian itu menggunakan

langkah-langkah atau cara-cara tertentu yang

bersifat logis. Langkah-langkah atau tahapan yang

digunakan adalah dengan urutan yang tertentu

yang tidak boleh dibolak-balik. Ada langkah yang

pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya yang tidak

boleh dikacaukan urutannya, jadi urutanriset

tersebut atau tahapan yang digunakan dalam proses

penelitian tersebut harus sistematis.

1.4 CaraBerfikirIlmiah

Pendekatan yang akan digunakan kedepan dalam

memperoleh kebenaran adalah pendekatan ilmiah. Pendekatan

ilmiah ini akan didasarkan pada cara berpikir yang ilmiah pula.

Pada dasarnya cara berfikir ilmiah dapat dilakukan dengan

mengkombinasikan cara berfikir deduktif dan induktif (Sutrisno

Hadi, 2016). Cara berpikir seperti ini yaitu mengkombinasikan

kedua cara berpikir tersebut disebut sebagai cara berfikir

Page 20: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

10

reflektif. Dengan demikian pada pendekatan ilmiah atau scientific

method, akan menggunakan kedua pendekatan tersebut. Secara

rinci kedua pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Cara berfikir deduktif adalah sebuah cara berpikir dimana

dalam menyimpulkan sesuatu yang bersifat khusus, dari hal-

hal yang bersifat umum. Jadi cara penyimpulannya dari hal-hal

yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.

Jadi dari : Umum → khusus

Contoh : Semua mahluk hidup pasti mati

Singa adalah mahluk hidup

Jadi singa pasti mati

Dalam contoh tersebut kesimpulan secara khusus diperoleh dari

pernyataan-pernyataan yang bersifat lebih umum sebelumnya.

Jadi hal-hal atau pernyataan umum terlebih dahulu, baru

kemudian hal-hal atau pernyataan yang bersifat khusus. Dalam

penelitian, cara berpikir deduktif ini digunakan pada saat peneliti

menyusun hipotesis. Cara penyimpulkan sesuatu yang bersifat

khusus dari hal-hal yang bersifat umum disebut a priori. Kenapa

disebut a priori karena belum ada pengumpulan data, belum

ada analisis data dilakukan, namun peneliti sudah melakukan

kesimpulan terhadap sesuatu. Belum ada data atau informasi

serta analisis tentang sesuatu tetapi sudah membuat kesimpulan,

ini yang disebut sebagai cara penyimpulan atau pembuktian

kebenarannya bersifat a priori.

Page 21: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

11

Contoh dibidang penelitian

Peneliti sebelum merumuskan hipotesis menyusun kerangka

konseptual yang didasarkan atas teori-teori yang relevan dan

hasil-hasil penelitian yang sudah dituangkan ke dalam jurnal

baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Demikian juga

peneliti dapat menggunakan sumber-sumber lainnya misalnya

laporan penelitian, tex books terkait dengan topik yang akan

diteliti, dan juga dapat menggunakan ensiklopedi, kamus dan

sumber-sumber lainnya dalam membuat kerangka konseptual.

Kerangka konseptual tersebut menjelaskan hubungan antar

variabel yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian yang

disusun. Berbagai sumber yang digunakan dalam menyusun

kerangka konseptual tersebut adalah sumber-sumber yang

bersifat umum yang akan digunakan menyusun hipotesis yang

diberlakukan pada penelitian yang dibuat yang wilayahnya

tertentu atau khusus. Dengan demikian pada saat penelitian

menyusun kerangka konseptual penelitiannya mendasarkan diri

pada cara berpikir deduktif dan berdasarkan kerangka konseptual

tersebutlah akan dirumuskan hipotesis penelitian. Jadi dari

konsep yang umum digunakan untuk merumuskan hipotesis

penelitian yang lebih bersifat khusus di wilayah tertentu dimana

penelitian dilakukan.

Selain cara berfikir deduktif sebagai bagian dari cara

berfikir reflektif, cara berfikir sebaliknya adalah cara berfikir

Page 22: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

12

induktif. Cara berfikir induktif adalah cara berfikir yang

menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari hal-hal yang

bersifat khusus (Sutrisno Hadi, 2016). Pembahasan dilakukan

untuk hal-hal yang bersifat khusus baru kemudian menyimpukan

sesuatu yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus tersebut.

Cara penyimpulannya atau pembuktian kebenarannya bersifat a

posteriori.

Jadi penyimpulannya dari : khusus → umum

Contoh : Putri Waisnawa menjadi dokter

Citra Waisnawa menjadi dokter

Sindhu Waisnawa menjadi dokter

Dewi Waisnawa menjadi dokter

Jadi disimpulkan semua keluarga Waisnawa menjadi dokter

Contoh dibidang penelitian

Seperti halnya cara berfikir deduktif, maka cara berfikir induktif

juga dapat diterapkan dibidang penelitian yang dilakukan

oleh para peneliti. Dalam penelitian ilmiah prinsip induktif

atau cara berfikir induktif ini digunakan oleh peneliti pada

saat menyimpulkan hasil penelitiannya. Secara umum bahwa

peneliti dalam melakukan penelitian sangat jarang menggunakan

populasi dalam penelitiannya. Dalam kenyataannya dengan

berbagai alasan peneliti mengambil sampel dalam penelitiannya

untuk menjawab tujuan penelitian. Dengan data yang diperoleh

dari sampel yang nilainya disebut statistik, digunakan oleh

Page 23: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

13

peneliti untuk menyimpulkan nilai parameter dari populasi.

Penyimpulan yang dilakukan dari nilai statistik sampel terhadap

nilai parameter populasi dapat dilakukan oleh peneliti jika peneliti

menggunakan teknik sampling atau pengambilan sampel secara

random atau probability sampling. Hasil statistik sampel akan

diberlakukan terhadap nilai parameter populasi, sehingga dalam

hal ini peneliti dikatakan melakukan generalisasi terhadap hasil

penelitiannya yaitu memberlakukan hasil dari statistik sampel

ke nilai parameter populasi.

Sebagai contoh: Jumlah petani Kakao di Desa Kintamani

pada tahun 2019 sebagai populasi adalah sebanyak 350 orang

petani. Dengan melihat homogenitas dari petani kakao di desa

tersebut dilihat dari luas lahan yang dikuasai dengan jumlah

yang tidak telalu berbeda, dan juga dengan memperhatikan

ketersediaan sumberdaya yang dimiliki untuk melakukan

penelitian, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak

200 orang. Maka penelitian dilakukan kepada 200 orang sampel

dari 350 orang populasi, dengan teknik sampling secara random.

Hasil penelitian dari 200 orang sampel diberlakukan terhadap

seluruh populasi sebanyak 350 orang. Generalisasi hasil

penelitian diberlakukan dalam contoh ini. Inilah yang disebut

sebagai cara berfikir induktif dari hal-hal khusus dengan sampel

sebanyak 200 orang diberlakukan secara umum ke populasi

sebanyak 350 orang. Jadi dalam pendekatan ilmiah atau scientific

Page 24: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

14

method, maka kedua cara berfikir yaitu deduktif dan induktif

digunakan dalam penyelesaian penelitian yang dilakukan.

1.5 Definisi/ArtiPenelitian Definisi atau arti penelitian sangat penting untuk dipahami

oleh seorang peneliti, sehingga para peneliti mengetahui apakah

mereka telah melaksanakan atau menerapkan makna penelitian

tersebut dalam riset yang dilakukan. Berbagai definisi atau arti

penelitian atau riset telah diberikan oleh para ahli. Makna atau

definisi penelitian/riset yang akan dibahas berikut ini adalah

disarikan atau dirangkum dari Marzuki (1989). Penelitian

berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu: research. Berdasarkan

kata Research tersebut, dilihat suku katanya untuk melihat

makna research tersebut.

re : berarti kembali

to search : berarti mencari

jadi research: maknanya adalah mencari kembali

Makna mencari kembali ini adalah tidak ada sesuatu yang

bersifat final yang tidak dapat dipertanyakan kembali. Sepanjang

manusia ingin mengembangkan apa yang telah diperolehnya

dalam penelitian, maka penelitian akan terus dilakukan,

inilah makna dari mencari kembali. Secara lebih rinci berikut

disampikan beberapa definisi penelitian/riset yang disampaikan

oleh beberapa ahli berikut ini.

Page 25: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

15

1) Menurut Hill Way

Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang

melalui penyelidikan yg hati-hati dan sempurna terhadap suatu

masalah, sehingga diperoleh pemecahan yg tepat terhadap

masalah tersebut.

2) Marzuki menyatakan penelitian juga diartikan sebagai suatu

usaha untuk mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis fakta-

fakta mengenai suatu masalah

3) J Supranto

Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu

pengetahuan yg dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau

prinsip –prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis

4) Sutrisno Hadi

Penelitian adalah sebagai suatu usaha untuk menemukan,

mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,

usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode

ilmiah

5) David H. Penny

Penelitian adalah pemikiran yang sistematik mengenai berbagai

jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan

dan penafsiran fakta-fakta. Dari berbagai definisi tersebut maka

research/penelitian mengandung makna terkait dengan hal-hal

berikut.

(1) Memperoleh sesuatuSetiap penelitian harus memperoleh sesuatu, atau

Page 26: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

16

mendapatkan sesuatu hasil. Memperoleh dalam hal ini dapat berarti menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum pernah ada atau belum pernah ditemukan. Sebagai contoh banyak para penemu selama ini yangtelah terkenal, misalnya penemu telepon yaitu Agraham Bell, Thomas Alfa Edison sebagai penemu Bola Lampu Listrik, Galileo penemu tetoskop, pemenang hadiah nobel adalah penemu ilmu pengetahuan atau sesuatu yang baru. Selain menemukan sesuatu yang baru, sebuah penelitian juga mengembangkan sesuatu yang sebelumnya sudah pernah ada. Seperti produk Hand phone (HP) selalu mengalami perkembangan misalnya vitur, kemampuan penyimpanannya, dan sebagainya. Jadi hasil sebuah penelitian dapat berupa pengembangan dari sebelumnya. Selain menemukan, mengembangkan, sebuah penelitian juga dapat menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru disebut sebagai penelitian eksploratif, mengembangkan sesuatu yang sudah ada sebelumnya disebut sebagai penelitian pengembangan (development research), dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan disebut sebagai penelitian verifikatif (Sutrisno Hadi, 2016). Dengan pemahaman tersebut, maka setiap penelitian harus mendapatan atau memperoleh sesuatu dalam 3 pengertian yaitu menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.

Page 27: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

17

(2) Dengan cara/metode tertentu

Guna memperoleh sesuatu seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka harus menggunakan cara atau metode tertentu.

Sebelum menyimpulkan untuk memperoleh sesuatu, maka cara

yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan, mencatat, dan

menganalisis fakta atau data, informasi dan sebagainya. Tanpa

metode atau cara tertentu, maka mustahil dapat menyimpulkan

atau memperoleh sesuatu

(3) Sikap sebagai peneliti

Sikap sebagai peneliti yang tertentu juga dibutuhkan

dalam melakukan penelitian. Sikap ini nanti berkaitan

dengan hasil penelitiannya, dimana sikap peneliti dalam

melaksanakan penelitiannya adalah sabar, hati-hati, sistematis,

dan menggunakan cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Sikap

sabar, dan hati-hati sangat dibutuhkan saat pengumpulan data,

sehingga lebih menjamin data yang dikumpulkan adalah data

yang valid sesuai dengan kenyataannya. Demikian pula sikap

sistematis yang menunjukkan bahwa penelitian memiliki urutan

tertentu yang tidak dapat dibolak balik. Sikap sistematis dalam

melakukan penelitian juga akan dapat lebih menjamin efisiensi

dalam pelaksanaannya. Peneliti harus menggunakan metode

atau cara-ca ilmiah dalam penelitiannya karena pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific method

yang secara sederhana dapat dikatakan penelitian didasarkan

Page 28: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

18

atas teori tertentu dan dengan menyampaikan bukti-bukti yang

mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan atas penjelasan

sebelumnya bahwa seorang peneliti yang melaksanakan riset,

harus memperoleh atau mendapatkan sesuatu yang dapat dalam

3 pengertian yaitu menemukan sesuatu yang baru (eksploratif),

mengembangkan sesuatu yang telah ada sebelumnya

(development), dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan

(verifikatif). Untuk memperoleh ataumendapatkan sesuatu

tersebut harus dilakukan dengan cara atau metode tertentu

yaitu mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis fakta-fakta,

data, maupun informasi yang diperoleh sebelum melakukan

kesimpulan terhadap hasil penelitiannya. Terakhir sikap seorang

peneliti harus sabar, hati-hati, sistematis, dan berdasarkan pada

ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode atai cara-cara

yang ilmiah.

1.6 Pentingnya Metodologi Penelitian

Ada banyak alasan kenapa seorang mahasiswa dalam hal ini

yang akan menjadi peneliti perlu belajar atau memahami tentang

pengetahuan metodologi penelitian. Alasan perlu memahami

pengetahuan tentang metodologi penelitian dapat dibedakan

dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek

misalnya sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir,

Page 29: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

19

mahasiswa sangat perlu memiliki pengetahuan metodologi

penelitian yang benar untuk mampu melakukan penelitian secara

ilmiah. Dengan memiliki pengetahuan metodologi penelitian

yang benar, maka diharapkan penelitian yang dilaksanakan yang

dibuat laporannya dalam bentuk skripsi dapat menghasilkan

pengetahuan yang benar yang disebut sebagai kebenaran.

Pengetahuan yang benar ini juga dapat menghindarkan

mahasiswa (peneliti) menjadi peneliti yang tidak beretika/

peneliti yang tidak etis.

Dalam jangka panjang pengetahuan tentang metodologi

penelitian, sangat penting bagi lulusan di tempat kerja sesuai

dengan kompetensi lulusan yang diharapkan. Sebagai seorang

lulusan dengan gelar sarjana, maka ditempat kerja paling tidak

akan terdapat kegiatan atau tugas untuk melakukan analisis hal-

hal tertentu, ataupun membuat laporan sesuai dengan bidang

pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Dengan demikian

tidak dapat dielakkan bahwa pengetahuan tentang metodologi

penelitian menjadi sangat diperlukan oleh mahasiswa maupun

peneliti. Pengetahuan metodologi penelitian ini menjadi

bertambah penting lagi pada lulusan yang bekerja di lembaga-

lembaga penelitian/riset, ataupun juga mereka yang bekerja di

lembaga/instansi atau perusahaan pada bagian research and

development (R & D). Selain itu hal barangkali yang paling

penting kenapa perlu belajar tentang metodologi penelitian

adalah untuk melandasi sikap hidup, misalnya rasional, berfikir

Page 30: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

20

sistematis, dan empiris atau selalu berdasarkan pada bukti-bukti

yang ada dalam menyimpulkan atau mengambil keputusan

tentang sesuai hal yang terjadi dalam kehidupan.

1.7 Penelitian Kuantitatif (Ilmiah) dan Kualitatif (Alamiah)

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan seorang peneliti

dapat menggunakan pendekatan tertentu yang dipandang cocok

sesuai dengan fenomena atau masalah yang dihadapinya.

Terdapat 2 pendekatan dalam penelitian yang dapat dipilih

apakah pendekatan kuantitatif ataukan kualitatif. Kedua metode

ini memiliki perbedaan baik dalam aksioma dasar tentang sifat

realitas, juga berbeda dalam hal proses penelitian, maupun

berbeda dalam hal karakterisyik penelitiannya (Sugiono, 2009).

Dengan berbagai perbedaan tersebut yang akan dijelaskan

selanjutnya, maka adalah tidak mungkin untuk menggabungkan

2 pendekatan yang berbeda dalam sebuah penelitian. Kedua

pendekatan tersebut adalah bersifat berbeda dalam paradigma,

sehingga tidak dapat digunakan secara bersama-sama, dan

bersifat mutually exclusive, dan seorang peneliti harus

memilih satu diantaranya (Cook and Reichardt, 1978 dalam

Sugiono, 2009). Dalam sebuah penelitian pada umumnya

memiliki sebuah research Problem, yaitu apa masalah yang

ingin dibantu dipecahkan atau dicari solusinya dalam sebuah

penelitian. Research Problem yang hanya satu tersebut cara

pemecahannya harus menggunakan pendekatan yang tertentu,

Page 31: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

21

apakah pendekatan kuantitatif ataukah kualitatif yang tentunya

sesuai dengan masalah yang dihadapi peneliti. Pembahasan

berikut tentang perbedaan antara pendekatan kuantitatif dan

pendekatan kualitatif yang kadang disebut Metode Penelitian

Kuantitatif dan Metode Penelitian kualitatif, atau kadang juga

disebut sebagai penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,

yang dimaksudkan oleh istilah-istilah tersebut adalah hal yang

sama. Perbedaan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif

yang akan dijelaskan berikut ini adalah disarikan dari berbagai

sumber yang relevan yaitu Noeng Muhadjir (2000); Sudarwan

Danin (2002); Burhan Bungin (2003); Sugiono (2009); Creswell

(2010); Abbas and Charles (2010), Sugiono (2012). Berbagai

dimensi perbedaan diantara kedua pendekatan tersebut akan

dijelaskan secara rinci berikut ini.

1) Perbedaandalamaksioma(pandangandasar)

Dalam aksioma (pandangan dasar) ini meliputi aksioma

tentang realitas, aksioma tentang hubungan antara peneliti

dengan yang diteliti, aksioma hubungan variabel dalam

penelitian, aksioma tentang kemungkinan peneliti melakukan

generalisasi dalam penelitiannya, dan aksioma tentang peranan

nilai (Sugiono, 2009; Sugiono, 2012). Pada penelitian kuantitatif

realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, dimana

pandangan ini disebabkan oleh filsafat positivisme dalam

penelitian kuantitatif, sebaliknya dalam pendekatan kualitatif

Page 32: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

22

memandang realitas tidak dapat dipandang secara parsial

namun harus melihatnya secara holistic atau secara keseluruhan.

Filsafat yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini adalah

postpositivisme yaitu dengan paradigma interpretative yang

menyangkut interpretasi terhadap objek atau gejala yang diamati

harus secara utuh atau satu kesatuan. Jadi sampai hal-hal yang

tidak tampak dipermukaan juga menjadi perhatian untuk

diinterpretasikan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Aksioma yang juga membedakan antara pendekatan

kuantitatif dan kualitatif adalah tentang hubungan antara peneliti

dengan yang diteliti. Pada penelitian kuantitatif harus dijaga

independensi hubungan antara peneliti dengan yang diteliti,

sehingga didapatkan data yang objektif. Jadi tidak ada hubungan

secara subyektif antara peneliti dengan yang diteliti, dimana

biasanya dalam penelitian kuantitatif data dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner sehingga bertemunya antara peneliti

dengan yang diteliti menjadi sangat singkat atau tidak ada

hubungan yang mendalam diantara keduanya. Berbeda halnya

dengan pendekatan kuantiatif, maka pada penelitian kualiatif

instrumen atau alat pengumpul datanya adalah penelitinya

sendiri, dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode

observasi berpartisipasi, peneliti langsung masuk atau terlibat

dalam kehidupan yang diteliti, atau peneliti berinteraksi secara

langsung dengan orang yang diteliti. Dengan demikian dapat

Page 33: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

23

disimpulkan hubungan antara peneliti dengan orang yang

ditelitinya sangat dekat, jadi peneliti akan sangat mengenal orang

yang menjadi subyek penelitiannya (orang yang memberikan

data dalam penelitiannya).

Aksioma yang lain adalah berkaitan dengan hubungan antar variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti. Dalam penelitian kuantitatif hubungan antar variabel adalah hubungan yang bersifat kausal yaitu sudah jelas mana variabel sebagai variabel yang mempengaruhi atau variabel independen atau variabel eksogen dan mana variabel yang terpengaruh atau variabel yang dipengaruhi, atau variabel tergantung atau variabel endogen. Dalam penelitian kuantitatif sudah dipastikan mana variabel yang berlaku sebagai variabel dependen dan independen, karena hal ini terkait dengan dasar teori yang relevam, kemudian juga terkait dengan rancangan penelitian yang akan digunakan pada variebl yang tertentu. Pada penelitian kuantitatif ini akan lebih menekankan pada hasilnya yaitu seberapa besar pengaruh satu variabel terhadapa variabel yang lainnya, yaitu tepatnya seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, bagaimana arah pengaruhnya serta apakah signifikan ataukah tidak. Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif kondisinya berbeda dengan sebelumnya yaitu pada pendekatan kuantitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Dengan demikian pada pendekatan kualitatif hubungan antar variabel penelitian akan bersifat interaktif atau reciprocal atau timbal

Page 34: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

24

balik, sehingga variabel yang diteliti dapat menjadi independen dan sekaligus menjadi dependen dalam penelitian yang sama atau dalam satu penelitian. Aksioma lain yang juga membedakan penelitian kuantitaif dan kualitatif adalah kemungkinan peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap hasil penelitiannya. Pada penelitian kuantitatif, umumnya peneliti melakukan generalisasi hasil penelitiannya dari data statistik sampel digeneralisasi terhadap parameter populasinya. Jadi dari data yang diperoleh dari sampel kemudian diberlakukan/digeneralisasi terhadap populasinya, dimana pengambilan sampel harus digunakan teknik pengambilan sampel random sampling untuk dapat melakukan generalisasi. Dengan demikian pada penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan penerapan hasil penelitian. Berbeda halnya dalam penelitian kuantitatif, pada penelitian kualitatif lebih mementingkan makna atau kedalaman informasi yang diperoleh dari penelitiannya. Jadi pada penelitian kuantitatif menekankan keluasan, sedangkan penelitian kualiattif pada kedalamannya. Pada penelitian kualitatif lebih menekankan makna dibalik data atau fenomena yang ada bukan pada generalisasi. Meskipun demikian bukan berarti sama sekali penelitian kualitaif tidak dapat digunakan hasilnya di tempat lainnya, masih dapat digunakan asalkan situasi dan kondisi di tempat penelitian sama atau hampir d generalisasi, sedangkan pada penelitian kualitatif dapat dilakukan transferability, dengan syarat tertentu.

Page 35: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

25

Aksioma yang terakhir yang membedakan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif adalah pada nilai-nilai yang ada antara peneliti dengan yang diteliti. Pada penelitian kuantitatif interaksi antara peneliti dengan yang diteliti tidak mendalam artinya peneliti tidak mengenal dengan sangat intens orang yang diteliti, sehingga dapat dikatakan peneliti maupun yang diteliti terbebas dari nilai-nilai yang dimilikinya masing-masing, sehingga data yang dikumpulkan diharapkan bersifat obyektif. Pada penelitian kualitatif terjadi interaksi sangat mendalam antara peneliti dengan yang diteliti, dimana peneliti menjadi alat pengumpul data, sehingga masing-masing akan membawa nilainya dalam proses interaksi tersebut, sehingga analisis yang dilakukan oleh peneliti kualitatif dikatakan tidak bebas nilai.

2) Perbedaan dalamprosespenelitian

Pendekatan kuantitatif dan kualitatif juga berbeda dalam

proses penelitian yang digunakan masing-masing. Secara umum

dapat dikatakan dalam pendekatan kuantitatif lebih menekankan

pada proses penelitian yang bersifat deduktif yang berangkat

dari kerangka konseptual (theoritical framework) sebelum

pengumpulan data dilakukan. Penelitian dengan pendekatan

kuantitatif diawali dengan research Problem, yang diperoleh dari

hasil observasi, kemudian ditelusuri kajian kepustakaan yang

sesuai baik teori-teori yang relevan maupun dari kajian-kajian

Page 36: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

26

empiris seperti dari berbagai artikel yang relevan. Berdasarkan

kajian kepustakaan baik teori-teori maupun jurnal-jurnal yang

relevan dibuat kerangka konseptual atau theoretical framework,

sebagai dasar perumusan hipotesis penelitian. Setelah hipotesis

dirumuskan, maka selanjutnya adalah dipikirkan tentang metode

yang akan digunakan dalam pengumpulan data guna menjawab

hipotesis yang telah dirumuskan tersebut. Pengumpulan data

yang digunakan dalam bentuk instrument penelitian sebagai alat

pengumpul data harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas

sebelum digunakan. Setelah melewati uji validitas dan reliabilitas

barulah instrument tersebut digunakan untuk pengumpulan data.

Setelah data dikumpulkan dengan instrument penelitian yang

telah diuji, baik dengan cara wawancara (interview), angket,

maupun dengan cara observasi, maka akan dilakukan pengolahan

data untuk memperoleh jawaban terhadap hipotesis yang telah

dirumuskan. Pengolahan data dilakukan diawali dengan proses

editing terhadap data yang ada dalam instrument penelitian yang

digunakan dalam pengumpulan data. Setelah data semua bersih,

relevan dan sesuai dengan yang dimaksudkan dalam instrument

penelitian, maka dilakukan proses memberi kode atau coding,

sebelum dilakukan entry data ke computer sebagai alat dewasa

ini untuk melakukan pengolahan data lanjutan.

Setelah coding dan entry data dilakukan maka dilanjutkan

dengan proses pengolahan data dengan menggunakan metode

Page 37: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

27

statistik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian atau hipotesis

yang telah dirumuskan. Setelah analisis data dengan statistik

tertentu digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, dan menguji

hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat dianalisis apakah

hipotesis terbukti atau kah tidak sesuai dengan hasil nilai statistik

yang diuji. Dengan demikian maka langkah terakhir dalam proses

penelitian tersebut adalah menulis laporan penelitian sebagai

output dari sebuah penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut

dapat dilihat bahwa proses penelitian pada penelitian kuantitatif

sangat teratur dengan tahapan yang jelas dari satu tahapan

ke tahapan yang lainnya dalam menjawab tujuan penelitian.

Tahapan-tahapan yang digunakan sudah memilki alur atau

urutan yang jelas, sehingga urutan tersebut tidak dapat dibolak-

balik. Misalnya melakukan analisis data sebelum pengumpulan

data dilakukan, atau membuat kesimpulan sebelum dilakukan

analisis data. Jadi dalam pendekatan kuantitatif proses penelitian

yang dilakukan sudah sangat teratur dan jelas dari perumusan

riset Problem sampai pembuatan kesimpulan sesuai dengan

tujuan penelitian yang dirumuskan.

Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, tahap yang

digunakan dalam proses penelitiannya memang berbeda dengan

pendekatan kuantitatif yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada

penelitian dengan pendekatan kualitatif proses penelitiannya

tidak seteratur atau tidak sejelas tahapan-tahapan yang digunakan

Page 38: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

28

dalam pendekatan kuantitatif. Pada awalnya penelitian dengan

pendekatan kualitatif belumlah sangat jelas apa variabel yang

akan diteliti, dan apa fenomena yang ingin dijawab. Pada

penelitian kualitatif diri peneliti sebagai instrument kunci dalam

penelitiannya, sehingga setelah peneliti masuk ke wilayah

penelitiannya barulah peneliti akan semakin jelas apa variabel

yang selanjutkan akan dicari atau diobservasi. Pada tahap ini

peneliti baru melihat secara umum kondisi lapangan dimana

penelitian akan dilakukan, dimana pada tahap ini peneliti

mendeskripsikan sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan

oleh peneliti. Tahap ini disebut sebagai tahap orientasi atau

deskripsi seperti yang dinyatakan oleh Sugiono, tahun 2009.

Pada tahap ini peneliti kualitatif baru memperoleh informasi

yang serba sedikit yang belum tersusun secara baik dan jelas.

Selanjutnya disampaikan, setelah tahap deskripsi ini dengan

informasi yang sudah cukup banyak, maka tahap selanjutnya

adalah peneliti melakukan reduksi atau disebut tahap reduksi/

focus yaitu mereduksi terhadap seluruh data atau informasi yang

diperoleh dengan memfokuskan pada masalah tertentu. Dalam

tahap ini peneliti kualitatif akan menyortir data atau informasi

yang diperoleh yaitu mana data atau informasi yang perlu dan

penting.

Setelah tahap reduksi ini dimana peneliti kualitatif

melakukan penyortiran terhadap seluruh data atau informasi yang

Page 39: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

29

diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan seleksi

atau tahap selection disebutnya (Sugiono, 2009). Pada tahap ini

peneliti kualitatif melihat hal-hal yang ingin dikaji dengan lebih

rinci dan melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap

informasi dan data yang telah diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti. Jadi hasil analisis yang diperoleh dari penelitian

kualitatif ini adalah informasi yang diharapkan bermakna dan

sesuatu yang baru yang juga dapat digunakan atau bermanfaat

secara praktis bagi kehidupan umat manusia. Penelitian kualitatif

memberi penekanan pada makna yang terpaut langsung

dengan masalah kehidupan manusia (Sudarwan Danim, 2002).

Penelitian kualiatatif merupakan bidang penelitian yang berdiri

sendiri, yang menggunakan aneka disiplin ilmu, bidang dan

tema (Denzin and Lincoln, 2009).

Dengan memperhatikan proses penelitian pada penelitian

kualitatif maupun melihat paradigma dalam penelitian kualitatif,

maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian

kualitatif terkait dengan penggunaan metode ini. Secara umum

penelitian kualitatif atau pendekatan kualitatif ini akan cocok

digunakan jika peneliti masih menghadapi masalah atau riset

Problem yang belum jelas. Kondisi penelitian seperti ini akan

cocok menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti akan

dapat masuk langsung ke wilayah penelitian sebagai instrumen

penelitian yang utama dalam riset dengan pendekatan kualitatif.

Page 40: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

30

Pendekatan kualitatif ini juga sangat cocok digunakan jika

peneliti ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang fenomena yang ada di balik data yang terlihat. Selain

itu penelitian kualitatif ini juga cocok digunakan pada penelitian

yang ingin memahami interaksi sosial yang ada dan juga jika

peneliti ingin lebih mengetahui tentang perasaan seseorang,

ingin meneliti tentang perjalanan sejarah seseorang baik sebagai

tokoh atau masyarakat lainnya, dan juga jika ingin memastikan

kebenaran data sosial (Sugiyono, 2009). Penelitian yang

menginginkan untuk memperoleh pengembangan teori yang

didasarkan atas data empiris dari lapangan juga dapat memilih

metode peneliti kualitatif ini untuk mencapainya.

1.8 Etika Dalam Penelitian

Dalam riset modern seperti sekarang persoalan etika dalam

penelitian mendapatkan perhatian yang sangat besar. Kondisi

ini terkait erat dengan pemahaman tentang hak azasi manusia.

Dalam penelitian sosial termasuk penelitian di Ilmu Ekonomi,

subyek risetnya atau orang yang berpartisipasi dalam riset di

Ilmu Ekonomi adalah manusia. Nawawi dan Hadari (1991),

menyatakan bahwa obyek dalam ilmu sosial adalah manusia dan

segala sesuatu yang dipengaruhi dan mempengaruhi manusia.

Dengan demikian subyek riset dalam penelitian sosial adalah

manusia. Misalnya jika peneliti ingin meneliti kesejahteraan

Page 41: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

31

petani rumput laut, maka subyek risetnya adalah petani rumput

laut. Beberapa contoh subyek riset lainnya dalam penelitian di

Ilmu Ekonomi atau Ilmu Sosial antara lain pekerja, pengusaha,

manager, petani, pedagang, penganggur, penduduk miskin,

angkatan kerja, konsumen, dan sebagainya dimana semua

subyek riset tersebut adalah manusia.

Sebagai subyek riset dalam penelitian sosial, yang sudah

berjasa dalam penyelesaian riset dari para peneliti, maka hak-

hak dari subyek riset harus dilindungi dengan sebaik-baiknya.

Peneliti yang dikatakan sebagai peneliti yang beretika atau

peneliti yang memiliki etika dalam penelitiannya adalah peneliti

yang memperhatikan kondisi subyek risetnya yaitu agar mampu

menjamin subyek riset merasa nyaman, tidak merasa sakit atau

sedih, tidak merasa dilecehkan atau tidak merasa direndahkan

atau tidak merasa dirugikan oleh peneliti. Jadi etika penelitian

ini haruslah dapat menjamin agar orang yang berpartisipasi

dalam penelitian yang disebut sebagai subyek riset tidak merasa

dirugikan atau mendapat akibat atau dampak yang buruk dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Etika penelitian dalam

riset modern ini memang harus benar-benar dijaga oleh para

peneliti. Secara umum disain penelitian yang dirancang oleh

peneliti harus sedemikian rupa sehingga subyek riset yang

digunakan oleh peneliti tidak menderita secara fisik, tidak

menjadi gelisah, tidak merasa sakit secara fisik, sakit hati, merasa

Page 42: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

32

malu, atau kehilangan kebebasan pribadi akibat penelitian yang

dilakukan.

Etika dalam penelitian merupakan prinsip-prinsip dasar

tentang yang benar dan yang salah dalam pelaksanaan sebuah

penelitian. Sebagian besar ahli dalam ilmu sosial taat asas

pada berbagai kode etik yang menggariskan tentang apa yang

boleh dan yang tidak boleh terkait dengan profesinya tersebut

(Sudarwan Danim, 2002). Apalagi dalam pendekatan kualitatif

dimana peneliti sangat erat berinteraksi dengan informan atau

subyek risetnya dimana keterlibatan yang mendalam antara

peneliti dengan subyek riset, maka segala sesuatu informasi yang

disampaikan informan atau subyek riset termasuk hal-hal yang

bersifat rahasia dapat diketahui oleh peneliti. Disinilah sangat

penting seorang peneliti memegang etika profesionalismenya

sebagai seorang peneliti agar tidak merugikan subyek risetnya.

Beberapa prinsip etika penelitian antara lain: 1) melindungi

identitas subyek penelitian; 2) memperlakukan subyek riset

dengan rasa hormat; 3) memperjelas persetujuan dan kesepakatan

dengan subyek penelitian; 4) menulis apa adanya pada waktu

menulis dan melaporkan penemuan-penemuan penelitian

(Sudarwan Danim, 2002).

Seorang peneliti secara etis harus melindungi identitas

dari subyek risetnya, meskipun mungkin penelitian yang

dilakukan tidak bersifat rahasia, namun seorang peneliti tetap

harus merahasianya subyek risetnya. Subyek riset adalah partner

Page 43: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

33

seorang peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitiannya,

sehingga dapat dikatakan subyek riset sangat berjasa dalam

keberhasilan penelitian yang dilakukan peneliti, sehingga

subyek riset seyogyanya diperlakukan dengan rasa hormat. Satu

hal yang sangat penting dalam hubungannya dengan subyek

penelitian adalah peneliti memperoleh persetujuan dari subyek

riset, misalnya dalam bentuk tanda tangan dari subyek riset

yang dapat memastikan bahwa subyek riset tidak berkeberatan

dengan data yang diberikan kepada peneliti. Hal yang sangat

penting lainnya yang merupakan bagian dari etika penelitian

adalah menuliskan dan melaporkan segala sesuatunya secara

valid dengan jujur dan sesuai dengan fakta yang ada tanpa

mengada-ada atau tanpa kebohongan. Dengan demikian peneliti

harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar jangan sampai

salah dalam menyajikan hasil-hasil temuan dalam penelitiannya.

Jika peneliti salah dalam menyajikan hasil-hasil temuan dalam

penelitiannya berarti simpulan yang disampaikan tidak sesuai

dengan fakta, maka peneliti dikatakan sebagai peneliti yang

tidak etis.

Page 44: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

34

BAB 2

JENIS-JENIS PENELITIAN

Berbagai jenis penelitian dapat digunakan dan dipilih

oleh peneliti dalam penelitiannya. Berbagai jenis penelitian

tersebut dapat dilhat dari berbagai perspektif yang ada. Berikut

disampaikan berbagai jenis penelitian berdasarkan berbagai

sudut pandang, yang disarikan dari beberapa sumber bacaan

yaitu Sugiyono (2017); Kuncoro (2013); Sugiono (2012);

Sevilla, dkk (1993); Sutrisno Hadi (2016); Nazir (2014).

2.1 JenisPenelitianBerdasarkanBidangPenelitian

Berbagai jenis penelitian dapat digunakan oleh peneliti

di ilmu ekonomi maupun bisnis, baik di bidang akademik,

profesional, maupun institusional. Secara rinci masing-masing

dijelaskan sebagai berikut.

1) Penelitian akademik, adalah penelitian yang dilakukan

oleh para mahasiswa baik untuk tingkatan sarjana,

magister, maupun doctor seperti dalam menyusun

skripsi, thesis, maupun disertasi. Penelitian ini lebih

mementingkan validitas internal (caranya harus benar)

yaitu urutan atau proses riset yang dilakukan harus benar

sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang ilmiah.

Dalam penelitian akademik ini variabel yang digunakan

Page 45: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

35

relatif terbatas, kecanggihan analisis disesuaikan dengan

jenjang pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan,

atau derajat kesarjanaan yang ingin diraih maka teknik

analisis data yang digunakan juga semakin canggih atau

semakin lengkap atau semakin kompleks. Secara umun

hal ini terkait dengan semakin lengkapnya variabel yang

digunakan dalam analisis. Dalam penelitian akademik

validitas eksternal (kegunaan bagi masyarakat) juga

mendapat perhatian, namun validitas internal yang lebih

ditekankan.

2) Penelitian profesional, adalah penelitian yang dilakukan

oleh pihak-pihak yang memiliki profesi sebagai peneliti.

Mereka tersebut dapat meliputi para dosen atau peneliti

lainnya baik dari lembaga-lembaga penelitian maupun

peneliti di Litbang di berbagai instansi. Tujuannya

adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.

Kecanggihan analisis yang digunakan disesuaikan dengan

kepentingannya. Validitas internal, maupun validitas

eksternal (hasilnya berguna untuk pengembangan ilmu)

sangat diperhatikan. Dapat dikatakan proporsi antara

validitas internal dan eksternal relatif sama.

3) Penelitian institusional, adalah penelitian yang dilaksanakan

oleh peneliti dengan maksud untuk memperoleh informasi

yang dapat digunakan untuk pengembangan institusi.

Page 46: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

36

Penelitian institusional ini hasilnya sangat bermanfaat

bagi para pimpinan, manajer,atau pengambil kebijakan

untuk pengambilan keputusan. Kecanggihan analisis

disesuaikan dengan pengambilan keputusan yang akan

dilakukan atau sesuai dengan tujuan penelitiannya, dan

lebih menekankan pada validitas eksternal dibandingkan

dengan validitas internal.

2.2 Penelitian Menurut Tujuan

Penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu penelitian terapan

(applied research, practical research) dan penelitian murni/

dasar (basic research). Penelitian terapan adalah penelitian yang

diarahkan untuk mendapatkan informasi guna memecahkan

masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi. Jadi hasilnya

langsung digunakan untuk membuat kebijakan, sesuai dengan

masalah yang dihadapi yang menjadi dasar penelitian dilakukan.

Penelitian terapan juga didefinisikan sebagai penyelidikan yang

hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah

dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan

tertentu (Zikmund 2003; Nazir, 2014). Penelitian dasar/murni/

basic research adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami

secara mendalam tentang fenomena atau hal-hal tertentu yang

ingin dikaji tanpa bermaksud atau tanpa didasari oleh keinginan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut pada bidang tertentu. Penelitian ini lebih banyak digunakan untuk pengembangan ilmu

Page 47: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

37

pengetahuan atau penemuan. Penelitian dasar atau penelitian murni juga didefinisikan sebagai pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas (Nazir, 2014). Selanjutnya dikatakan bahwa hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan langsung yang bersifat praktis (Sugiono, 2012). Dalam tataran konsep seperti dijelaskan sebelumnya dapat dibedakan definisi dari kedua penelitian tersebut yaitu penelitian murni dan penelitian terapan, namun dalam tataran praktek satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan secara tegas atau dikatakan yang satu membayangi yang lainnya. Jika dibandingkan antara negara maju dan negara yang sedang berkembang, penelitian terapan lebih banyak dilakukan di negara-negara sedang berkembang, sedangkan penelitian murni atau basic research sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan lebih banyak dilakukan di negara-negara maju.

2.3 Penelitian Menurut MetodeMenurut metodenya penelitian dapat dibagi menjadi 8 jenis

yaitu penelitian survai, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research, evaluasi, dan metode sejarah (Sugiono, 2012). Masing-masing jenis penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.

Page 48: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

38

1) Penelitian/metode survei

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sejumlah

sampel yang tertentu dari populasi, dimana hasil penelitiannya

umumnya digunakan untuk membuat generalisasi terhadap

populasinya. Pada penelitian survei ini, jumlah variabel yang

diteliti relatif terbatas, namun jumlah sampelnya relatif banyak.

Dengan metode survai ini karena sampelnya relative banyak,

maka akan dapat diperoleh dari penelitian ini distribusi dari

kejadian-kejadian pada variabel-variabel yang diteliti (Sugiono,

2016). Dalam metode survei ini data yang diperoleh adalah

data cross sectional dimana kegiatan penyelidikan atau survei

dilakukan dalam waktu yang dapat dikatakan bersamaan terhadap

sejumlah individu atau unit. Metode ini menekankan lebih pada

penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang

individu (Sevilla dkk, 1993). Survei digunakan untuk mengukur

atau merekam gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa

hal tersebut atau gejala tersebut ada. Penelitian survei dilakukan

apabila peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data primer

secara langsung ke lapangan (Sugiarto, 2016). Dapat dikatakan

dalam metode survei ini lebih menekankan keluasan penelitian

yang dilakukan dibandingkan dengan kedalamannya. Keluasan

dapat dicirikan dengan mengambil jumlah sampel atau subyek

riset yang banyak dibandingkan dengan variabel penelitiannya

yang relative sedikit. Dengan menggunakan Metode Penelitian

Page 49: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

39

survai ini seorang peneliti dapat membuat generalisasi dari data

sampel terhadap populasi penelitiannya dengan syarat peneliti

menggunakan teknik probability sampling dalam pengambilan

sampelnya.

2) Penelitian /metode ex post facto

Penelitian yang dilakukan pada peristiwa yang telah

terjadi. Kemudian dengan meneliti akibat diarahkan untuk

mencari sebab-sebab kenapa peristiwa tersebut terjadi. Jadi

pada penelitian ini peneliti meneliti akibat untuk mencari sebab.

Pada penelitian ini tetap ada rumusan jika X, maka y, tetapi X

dan Y dapat terjadi bersama-sama, atau X lebih dahulu atau

Y lebih dahulu. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan

teori yang mendasari hubungan antara X dan Y tersebut, jadi

meskipun misalnya terlihat Y terjadi mendahului X, atau X dan

Y terjadi secara bersama-sama ataupun X terjadi lebih dahulu

kemudian baru terjadi Y, tetap dapat dikatakan jika X maka

Y, karena didasarkan atas teori yang digunakan. Ada beberapa

contoh penelitian yang dianggap sebagai penelitian ex post

facto, seperti penelitian tentang sebab-sebab kemiskinan, artinya

kemiskinan ini telah terjadi, lalu peneliti berusaha mencari apa

yang menyebabkan kemiskinan tersebut terjadi. Contoh lainnya

peneliti ingin menemukan factor-faktor apa yang menyebabkan

produktivitas yang rendah di suatu institusi misalnya. Jadi dalam

hal ini kejadian produktivitas yang rendah sudah terjadi lalu

Page 50: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

40

peneliti berusaha mencari apa yang menyebabkan produktivitas

karyawan tersebut rendah. Bagaimana cara mencari variabel

yang terkait dengan produktivitas yang rendah tersebut, tentu

harus dilakukan literature review baik terkait dengan textbook

maupun jurnal-jurnal atau artikel-artikel hasil penelitian yang

telah dipublikasikan. Ada beberapa contoh penelitian yang harus

dilakukan atau hanya dapat dilakukan dengan menggunakan

metode expost facto, namun ada juga penelitian yang dapat

dilakukan dengan expost facto maupun eksperimen. Dapat

dikatakan kebalikan dari metode expost facto adalah metode

eksperimen.

Penelitian yang dapat dilakukan dengan metode expost

facto dan eksperimen, misalnya seorang peneliti yang ingin

melihat pengaruh dari tingkat upah terhadap produktivitas yang

dicapai oleh pekerja. Penelitian ini dapat dilakukan dengan

cara atau metode expost facto, yaitu dengan mencari data

tentang tingkat upah yang sudah terjadi atau data masa lampau,

kemudia juga mencari data tentang produktivitas dari data masa

lampau juga. Dengan demikian kedua data yang bersifat data

masa lampau ini atau data yang sudah terjadi digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian tentang pengaruh tingkat upah

terhadap produktivitas. Jika data masa lampau itu dijejerkan

atau dipasangkan data dari masing-masing responden, mungkin

saja terjadi data yang bervariasi dalam pengertian ada pasangan

Page 51: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

41

data yang tingkat upah rendah produktivitas juga rendah, atau

ada pasangan data tingkat upah tinggi produktivitas juga tinggi,

atau pasangan data tingkat upah rendah, namun produktivitas

tinggi, atau data tingkat upah tinggi, namun produktivitas

rendah. Dengan teori yang ada misalnya bahwa jika tingkat upah

meningkat, maka produktivitas juga meningkat akan digunakan

untuk melihat variasi data yang ada apakah menjawab teori

tersebut ataukah tidak. Jika teori yang telah disampaikan

terbukti dalam penelitian tersebut maka data yang ada akan

menunjukkan pengaruh positif dari tingkat upah terhadap

produktivitas, dengan dibantu alat statistik misalnya dengan

menggunakan alat statistik regresi hal tersebut dapat dibuktikan.

Atau sebaliknya variasi data yang ada seperti telah disebutkan

tidak mampu membuktikan bahwa ada pengaruh positif tingkat

upah terhadap produktivitas. Dengan demikian dalam metode

expost facto data yang dianalisis adalah data yang sudah terjadi

atau data historis untuk membuktikan pengaruh satu variabel

terhadap variabel lainnya. Penelitian untuk melihat pengaruh

tingkat upah terhadap produktivitas selain dengan menggunakan

metode expost facto seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

juga dapat menggunakan metode experimen seperti yang

akan dijelaskan pada bagian Metode Penelitian eksperimen

berikutnya. Jadi penelitian untuk melihat pengaruh tingkat

upah terhadap produktivitas dapat dilakukan dengan metode

Page 52: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

42

expost facto atau metode eksperimen. Demikian pula penelitian

yang ingin mengetahui pengaruh pelatihan terhadap tingkat

produktivitas juga dapat dilakukan dengan metode expost facto

maupun experimen.

Penelitian yang telah dijelaskan tersebut dapat dilakukan

dengan metode expost facto dan experiment, namun ada penelitian

untuk menjawab suatu tujuan penelitian yang diajukan hanya

dapat dijawab dengan metode expost facto. Misalnya seorang

peneliti misalnya mencari jawaban terhadap penyebab kebakaran

di sebuah gedung, misalnya dengan data yang sudah terjadi atau

metode expost facto diperoleh jawaban karena terjadi arus pendek

listrik. Dengan contoh ini maka tidak mungkin akan digunakan

metode eksperimen untuk mencari jawaban terhadap penyebab

kebakaran. Hanya akan digunakan metode expost facto dalam

mencari penyebab kebakaran tersebut. Contoh penelitian lain

misalnya dibidang kesehatan yaitu mencari pengaruh merokok

terhadap penyakit jantung. Untuk menjawab tujuan penelitian

ini juga akan digunakan metode expost facto, mencari data yang

sudah ada tentang pola merokok dengan kemungkinan terkena

penyakit jantung atau sudah terkena penyakit jantung. Misalnya

dilihat atau dikumpulkan data lama merokok misalnya dalam

satuan bulan atau tahun, kemudian juga dicari lama terkena

penyakit jantung misalnya juga dalam satuan bulan atau tahun.

Setelah itu dengan teori yang dipelajari, misalnya ada

Page 53: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

43

keterkaitan antara merokok dengan kemungkinan seseorang

terkena penyakit jantung, maka dengan data yang ada dapat

dibantu dengan statistik korelasi ataupun regresi dapat diketahui

pengaruh variabel merokok dengan penyakit jantung. Jadi tetap

dapat dikatakan jika X, maka Y, dimana X tidak selalu terjadi

lebih dahulu dibandingkan dengan Y, dapat bersamaan, atau X

atau Y yang dapat terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan

yang lainnya. Contoh penelitian seperti ini hanya akan dilakukan

dengan metode expost facto, karena berkaitan dengan etika riset

yaitu jangan sampai ada yang menderita karena penelitian yang

dilakukan. Jika dilakukan dengan eksperimen yaitu pemberian

perlakuan pada variabel merokok, maka dapat dikatakan sebagai

penelitian yang tidak etis. Meskipun dewasa ini mungkin ada

yang bersedia sebagai kelompok yang akan diberikan perlakuan

yaitu diminta merokok beberapa waktu untuk melihat dampaknya

pada kemungkinan terkena penyakit jantung, maka tetaplah

hal tersebut sebagai penelitian yang melanggar etika. Dengan

demikian pada 2 contoh penelitian yang telah disebutkan kiranya

hanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode expost

facto, dengan data yang sudah ada atau yang sudah terjadi.

3) Penelitian/metode eksperimen

Metode eksperimen ini dapat dibedakan menjadi 2

yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di lapangan

/di lingkungan alamiah (Kartono, 1996; Sekaran dan Bougie,

Page 54: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

44

2010). Untuk eksperimen di laboratorium adalah tugas peneliti

di bidang eksakta atau lebih banyak dilakukan oleh peneliti

eksakta, sedang eksperimen lapangan dapat dilakukan oleh

peneliti-peneliti di bidang sosial termasuk di ilmu ekonomi dan

bisnis. Peneliti dapat mengontrol secara ketat variabel-variabel

lain yang tidak diteliti pada eksperimen di laboratorium, sehingga

eksperimen laporatorium memiliki validitas internal yang tinggi,

namun validitas eksternal yang rendah (sangat sangat kaku) atau

sangat artificial. Sebaliknya pada eksperimen lapangan peneliti

tidak dapat mengontrol secara ketat variabel-variabel lainnya

yang mempengaruhi dependen variabel, sehingga validitas

internalnya rendah, namun validitas eksternalnya tinggi, karena

dapat diterapkan pada kondisi lapangan yang sejenis atau mirip.

Berbeda dengan metode expost facto yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka metode eksperimen dapat dikatakan sebagai

lawan dari metode expost facto. Dalam metode experiment

juga tetap menggunakan hubungan jika X, maka Y seperti pada

metode expost facto, namun bedanya jika dalam metode expost

facto X dan Y dapat terjadi bersama-sama, atau X lebih dahulu

daripada Y, atau Y terjadi lebih dahulu daripada X, namun tetap

dalam pemahaman jika X. maka Y. Namun dalam penelitian

eksperimen jika X, maka Y, dimana X harus terjadi lebih dahulu

kemudian baru akan diikuti oleh terjadinya Y. Jadi hanya ada

1 pola yang terjadi, dimana harus X lebih dahulu terjadi baru

Page 55: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

45

akan diikuti oleh Y. Penelitian yang berusaha mencari pengaruh

variabel tertentu (independent variable) terhadap variabel lain

(dependent variable). Kegiatan ini dilakukan dengan membuat

perlakuan/treatment pada variabel pengaruh/bebas untuk melihat

pengaruhnya pada variabel tergantung. Pada penelitian ini ada

2 kelompok yaitu kelompok eksperimen yaitu kelompok yang

diberikan perlakuan, dan kelompok kontrol yaitu kelompok

yang tidak diberikan perlakuan, dibiarkan apa adanya.

Pada kelompok eksperimen ini akan diterapkan atau

diintervensi atau di treatment sesuai dengan variabel yang diteliti

(variabel X) untuk dilihat pengaruhnya terhadap Y. Pada contoh

penelitian pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, variabel

X adalah tingkat upah yang akan dilihat pengaruhnya terhadap

variabel Y yaitu produktivitas. Kelompok eksperimen, misalnya

terdiri atas 30 orang pekerja yang akan diberikan perlakuan atau

intervensi yaitu misalnya upahnya dinaikkan menjadi misalnya 2

kali lipat upahnya dibandingkan sebelumnya. Kenaikan upahnya

ini akan dilihat pengaruhnya terhadap produktivitas yang dicapai

oleh kelompok eksperimen. Eksperimen misalnya dilakukan

selama 3 bulan untuk melihat dampaknya terhadap produktivitas

pekerja yang bersangkutan. Di sisi lain ada kelompok yang tidak

diberikan perlakuan (tidak diberikan treatmen) yang disebut

sebagai kelompok kontrol misalnya juga berjumlah 30 orang.

Kelompok kontrol ini digunakan sebagai kelompok pembanding

Page 56: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

46

untuk dilihat perbandingan produktivitasnya dengan kelompok

eksperimen yang telah diberikan intervensi sebelumnya

dalam bentuk peningkatan upahnya 2 kali lipat dibandingkan

sebelumnya.

Setelah penelitian/eksperimen dilaksanakan selama 3

bulan, akan dilihat hasilnya terhadap variabel produktivitas

yang terjadi, baik pada kelompok eksperimen yang diberikan

perlakukan dengan peningkatan upah, maupun pada kelompok

kontrol yang tidak memperoleh perlakuan atau yang tidak

dinaikkan upahnya. Perbedaan yang terjadi pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol akan mengindikasikan bahwa

ada pengaruh variabel X dalam hal ini tingkat upah terhadap

produktivitas. Berikut disampaikan contoh perbedaan hasil

antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Produktivitas:

Sebelum: 10 unit/jam

Eksperimen

Selama 3 bulan

Setelah: 15 unit/jam

Produktivitas:

Sebelum: 10 unit/jam

Proses produksi

tetap berlangsung

Setelah: 12 unit/jam

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

↓ ↓

Gambar 2.1: Perbedaan Produktivitas antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Eksperimen

Page 57: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

47

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa terjadi

perbedaan nilai produktivitas antara kelompok eksperimen

dengan kelompok kontrol setelah berlangsungnya eksperimen

selama 3 bulan tersebut. Pada awal sebelum eksperimen dilakukan

produktivitas pekerja yang menjadi kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol nilainya adalah sama. Kemompok eksperimen

dan kelompok kontrol sebaiknya memiliki karakteristik yang

sama atau mirip untuk lebih memastikan bahwa perbedaan yang

terjadi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah

karena perbedaan dalam variabel tingkat upah yang dijadikan

variabel yang ingin dibuktikan perannya terhadap produktivitas.

Misalnya karakteristik antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang dapat dibuat mirip atau hampir sama

seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, lingkungan kerja,

komposisi jenis kelamin, kelompok umur, dan sebagainya.

Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

terlihat nilai produktivitas sebelum dilakukan eksperimen

adalah sama yaitu sebanyak 10 unit/jam. Setelah eksperimen

berlangung selama 3 bulan terlihat ada perbedaan nilai

produktivitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Nilai produktivitas kelompok eksperimen sebanyak 15

unit/jam sedangkan produktivitas pada kelompok kontrol juga

terlihat meningkat menjadi 12 unit/jam. Dengan perbedaan

Page 58: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

48

tersebut dapat dihitung dampak atau pengaruh dari tingkat upah

terhadap produktivitas. Jika dihitung perbedaan produktivitas

pada kelompok eksperimen terlihat ada kenaikan produktivitas

dari 10 unit/jam menjadi 15 unit/jam, yaitu ada kenaikan

sebanyak 5 unit per jam. Di sisi lain pada kelompok control juga

mengalami kenaikan dari 10 unit/jam menjadi 12 unit per jam,

jadi pada kelompok kontrol juga mengalami kenaikan sebanyak

2 unit/jam. Terlihat bahwa meskipun kelompok kontrol tidak

memperoleh kenaikan tingkat upah, namun juga mengalami

kenaikan produktivitas, yang pasti bukan disebabkan oleh

kenaikan tingkat upah, namun dapat disebabkan oleh factor

lainnya. Faktor lain yang dapat meningkatkan produktivitas pada

kelompok kontrol antara lain pengalaman atau ketrampilan yang

terus bertambah selama masa eksperimen, pengetahuan tentang

cara kerja dapat juga bertambah, misalnya karena membaca,

mendengar, atau menonton, dan sebagainya yang dapat

meningkatkan pengetahuan pada kelompok kontrol tentang cara

kerja atau cara produksi misalnya.

Kemungkinan ini juga dapat dialami atau dapat terjadi

pada kelompok eksperimen, sehingga kenaikan total sebanyak 5

unit tersebut antara sebelum dan setelah dilakukan eksperimen,

bukanlah semata-mata hanya karena kenaikan tingkat upah.

Dengan demikian kenaikan produktivitas yang bukan akibat

kenaikan tingkat upah harus dikeluarkan sehingga sisanya dapat

Page 59: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

49

dipandang sebagai dampak dari kenaikan tingkat upah. Dengan

demikian nilai pengaruh atau dampak dari kenaikan tingkat upah

pada kelompok eksperimen dapat dihitung sebagai berikut.

Dampak/Pengaruh = (15 -10) – (12-10) = 3 unit/jam

Dengan menggunakan metode eksperimen, peneliti dapat

menggunakan konsep perbandingan antara sebelum dan sesudah

(before and after) yaitu melihat perbedaan produktivitas sebelum

eksperimen berlangsung dengan setelahnya, yaitu 5 unit/jam

pada kelompok eksperimen dan 2 unit/jam pada kelompok

kontrol. Selain itu dalam eksperimen juga digunakan konsep

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol atau kelompok

yang memperoleh perlakuan dan kelompok yang tidak mendapat

perlakuan. Kondisi ini sering disebut sebagai kelompok with dan without. Baik kelompok yang menggunakan konsep

perhitungan before dan after maupun dengan konsep with dan

without diperhitungkan dalam melihat dampak dari eksperimen

yang dilakukan. Dalam metode expost facto pada umumnya

hanya satu konsep atau cara yang digunakan untuk melihat

dampak sebuah program, misalnya menggunakan konsep

before and after atau menggunakan konsep with dan without, jadi salah satunya yang akan digunakan. Pada konsep before and after sampel nya disebut sebagai sampel yang dependen,

dimana orangnya adalah sama, sedangkan pada konsep with dan

without, sampel atau orangnya adalah kelompok yang berbeda

atau disebut kelompok yang independen.

Page 60: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

50

4) Penelitian/metode naturalistik

Banyak penelitian yang dilakukan peneliti hanya dapat

dijawab dengan menggunakan pendekatan naturalistic. Banyak

para peneliti atau orang-orang yang menekuni bidang/ilmu

sosial lebih mengutamakan penelitian naturalistic dibandingkan

dengan penelitian dengan metode kuantitatif. Hal ini didasarkan

atas sebuah kenyataan bahwa kondisi obyek penelitian tidak

sekedar bersifat fisik namun juga psikis yang lebih bersifat

abstrak yang tidak dapat dikuantitatifkan (Nawawi dan Hadari,

1992). Penelitian naturalistik ini juga sering disebut sebagai

penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif obyeknya adalah

manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia.

Obyek tersebut diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya

atau dalam keadaan sewajarnya atau natural setting. Penelitian

naturalistik/kualitatif adalah digunakan untuk meneliti kondisi

obyek alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.

Pada penelitian ini lebih menekankan makna, dan bukan

untuk membuat generalisasi. Sebagai lawan/ kebalikan dari

penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Pada penelitian

naturalistik/kualitatif ini tidak menggunakan alat bantu statistik

untuk melakukan generalisasi atau penyimpulan terhadap hasil

penelitiannya seperti yang dilakukan oleh metode kuantitatif.

Dalam penelitian ini peneliti menjadi alat untuk

mengumpulkan, jadi diri peneliti yang menjadi instrument

Page 61: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

51

penelitiannya, sehingga peneliti terlibat secara langsung

pada kehidupan masyarakat atau keluarga dimana penelitian

dilakukan. Dengan demikian peneliti kualitatif akan tinggal di

tempat atau wilayah dimana riset tersebut dilaksanakan, agar

peneliti dapat berinteraksi dengan baik dengan para informannya

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

riset yang dilakukan. Dengan demikian terkait dengan metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif

atau naturalistik ini lebih cenderung menggunakan observasi

perilaku maupun non perilaku dan juga indepth interview atau

wawancara mendalam untuk memperoleh pemaknaan yang

lebih mendalam tentang penelitiannya. Jadi peneliti sebagai

instrument penelitian yang utama, dengan pendekatan utama

observasi partisipatif dan wawancara mendalam/indepth

interview. Peran peneliti sangat besar terjadi keterlibatan

pribadi dan menjadi bagian dari subyek penelitian. Data yang

diungkapkan dan cara menyampaikan atau mengungkapkan

data yang dikumpulkan itulah dapat menjadi sebuah ciri dari

penelitian kualitatif, dimana data diungkapkan secara kualitatif

yang tidak menggambarkan jumlah atau bilangan yang memiliki

perbandingan yang pasti.

Karakteristik atau ciri-ciri penelitian kualitatif atau

naturalistik dapat dilihat dari berbagai dimensinya. Asumsi yang

ada pada penelitian kualitatif adalah realitas dikonstruksikan

Page 62: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

52

secara sosial dan tidak bebas nilai, mengutamakan penguasaan

mendalam atas fenomena, variabelnya adalah kompleks dan sulit

diukur secara statistika (Sudarwan Danim, 2002). Interpretasi

secara luas dan mendalam dengan menggunakan perspektif

tertentu. Jika dilihat pendekatan kuantitatif yang dimulai dari

teori dan hipotesis, baru melakukan pengumpulan data dan

analisis, namun dalam penelitian kualitatif ini penelitian yang

dilakukan berakhir dengan hipotesis atau proposisi atau teori

grounded. Menggunakan pola pikir atau penarikan kesimpulan

secara induktif, yaitu berdasarkan hal-hal khusus yang ada dan

ditemui dalam observasi yang dilakukan kemudian dilakukan

analisis dan membuat kesimpulan dari hal-hal khusus tersebut.

5) Policy research

Penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah

sosial yang mendasar, sehingga hasil temuannya dapat

direkomendasikan pada pembuat kebijakan untuk mengatasi

masalah yg terjadi. Penelitian seperti ini sangat relevan bagi para

perencana. Misalnya: untuk mendapatkan sistem penggajian

yang lebih adil, menentukan jenis barang yang perlu diproduksi

dan sebagainya. Policy research ini sangat sesuai dengan

kebutuhan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan

yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat, seperti kebijakan

untuk pengentasan kemiskinan, kebijakan peningkatan kuantitas

Page 63: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

53

dan kualitas pendidikan, serta kebijakan-kebijakan yang terkait

dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Penelitian-

penelitian ini sangat penting dilakukan oleh para peneliti untuk

membantu memberikan informasi kepada para perencana/

pemerintah untuk membuat kebijakan tertentu. Misalnya

penelitian tentang pemanfaatan dana desa yang simpulannya

merekomendasikan untuk meningkatkan kemampuan dari para

aparat desa dalam merealisasikan dana desa yang dialokasikan

untuk desa. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah

untuk membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan

kualitas aparat desa.

6) Penelitian tindakan/Action research

Penelitian tindakan bertujuan untuk memecahkan persoalan

bisnis dan ekonomi melalui aplikasi metode ilmiah, dimana

pemecahan masalahnya diutamakan dalam upaya memecahkan

masalah lokal yang dihadapi, yaitu untuk memecahkan masalah

dan bukan ditus pada bukan untuk memberikan kontribusi

secara teoritis pada pengembangan ilmu pengetahuan (Kuncoro,

2013). Penelitian yang bertujuan untuk mencari metode kerja

yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan,

dan produktivitas lembaga/organisasi dapat ditingkatkan.

Penelitian ini melibatkan para karyawan dan peneliti untuk

mengkaji ber sama-sama tentang kebaikan atau kelemahan dari

Page 64: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

54

suatu metode atau cara sehingga diperoleh metode/cara yang

paling baik/efisien. Metode yang didapatkan dari riset tersebut

kemudian dicobakan/diaplikasikan, terus diperbaiki sampai

diperoleh metode yang paling baik. Dalam penelitian tindakan

ini riset ataupun uji coba terhadap metode yang telah dirancang

dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh cara atau

metode yang paling baik untuk diterapkan dan memberikan

hasil yang paling efisien. Action research ini dapat digunakan

untuk tindakan-tindakan di bidang bisnis sehingga didapatkan

metode yang paling efisien untuk mengoptimalkan keuntungan

yang diperoleh. Demikian juga penelitian tindakan ini dapat

digunakan di bidang pemerintahan dae atau negara, sehingga

diperoleh cara kerja atau proses kerja di pemerintahan yang

paling efisien.

7) Penelitian evaluasi

Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu

kejadian, kegiatan, dan produk dengan standar dan program

yang telah ditetapkan. Penelitian evaluasi ini ada 2 jenis yaitu

penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan

penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada hasil/produk.

Penelitian evaluasi ini sangat banyak dapat diterapkan pada

berbagai program yang telah dilaksanakan diberbagai bidang

oleh pemerintah untuk dapat menilai efektivitas dari program-

Page 65: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

55

program tersebut. Berbagai program telah dikeluarkan oleh

pemerintah selama ini untuk melaksanakan proses pembangunan

bangsa untuk dapat mencapai tujuan pembangunan bangsa

yaitu masyarakar yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Berbagai program di bidang kesehatan seperti Program BPJS

Kesehatan, Jamkesmas, Posyandu, Program Bina Keluarga

Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga

Lansia (BKL). Program-program di bidang pendidikan seperti

Program BOS, di bidang pembangunan ekonomi seperti

program PNPM Mandiri Perkotaan atau Perdesaan, dan yang

lain-lainnya. Berbagai program tersebut sangat perlu dilakukan

evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program tersebut dalam

mencapai tujuannya. Metode yang paling sederhana digunakan

untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut adalah

dengan mengevaluasi tujuan dari berbagai program tersebut.

Dengan mengevaluasi program tersebut yaitu apakah tercapai

atau tidak, maka dapat diketahui keberhasilan dari berbagai

program tersebut dalam menjawab tujuan penelitian. Evaluasi

terhadap berbagai program tersebut dapat dilakukan terhadap

proses maupun hasilnya. Evaluasi terhadap proses dapat dilihat

dari input, proses, dan output. Evalusi terhadap hasil dapat dilihat

dari dampak sebuah program terhadap masyarakat sesuai dengan

tujuan dari program tersebut di buat. Jika program tersebut

evaluasi hasilnya dilihat dari outcome/gampaknya sesuai dengan

Page 66: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

56

tujuan untuk apa program tersebut dibuat, maka berarti program

tersebut telah efektif dalam mencapai tujuannya, demikian

sebaliknya. Dengan demikian penelitian evaluasi sangat penting

dilakukan oleh peneliti untuk dapat mengevaluasi efektivitas

sebuah program kebijakan baik program/kebijakan pemerintah

maupun program/kebijakan lainnya.

8) Penelitian sejarah

Penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kejadian-

kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, sehingga

dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.

Penelitian ini dapat digunakan untuk menjawab kapan kejadian

tersebut berlangsung, siapa pelakunya dan bagaimana prosesnya

dan sebagainya. Metode sejarah memiliki perspektif historis atau

waktu-waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki

(Nazir, 2014). Dalam metode sejarah ini banyak menggunakan

dokumen-dokumen dari masa lalu, sehingga sering juga

disebutkan metode sejarah ini dengan metode dokumenter. Istilah

ini dikatakan kurang tepat karena metode dokumenter ini tidak

hanya terkait dengan data masa lampau, juga dapat digunakan

untuk melakukan penelitian dengan data masa kini. Data yang

digunakan dalam metode sejarah ini sangatlah berbeda dengan

metode eksperimen misalnya, karena dalam metode eksperimen

data tersebut dapat diulang-ulang. Namun demikian dalam

Page 67: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

57

metode sejarah hanya menggunakan data atau catatan yang

sudah ada/observasi atau pengamatan orang lain misalnya yang

mengalami peristiwa tersebut. Sejarah selanjutnya diartikan oleh

Nevins (1933) dalam Nazir, (2014) sebagai pengetahuan yang

tepat terhadap apa yang telah terjadi, yang merupaka deskripsi

yang terpadu dari keadaan atau fakta masa lampau yang ditulis

berdasarkan penelitian dan studi yang kritis untuk mencari

kebenaran. Metode sejarah ini sangat banyak digunakan di

berbagai bidang seperti di bidang pendidikan, ataupun di bidang

perilaku.

Ada beberapa sumber data yang dapat digunakan dalam

metode sejarah (Nazir, 2014) seperti: 1) Remain dan dokumen

yang terkait dengan sengaja atau tidak dokumen tersebut dibuat.

Remain adalah peninggalan yang tidak disengaja yang akhirnya

menjadi sejarah dikemudian hari, jadi disini tanpa adanya

kesadaran bahwa peninggalan tersebut akan menjadi suatu bukti

untuk peninggalan sejarah. Remain dapat berupa peninggalan-

peninggalan dari jaman dahulu seperti candi, alat perkakas,

perhiasan-perhiasan kuno atau bangunan kuno. Semua contoh-

contoh tersebut diklasifikasikan sebagai remain (relic) yang

tanpa kesadaran atau sengaja untuk menjadikannya dokumen

sejarah di masa depan. 2) Keterangan yang ditinggal secara

sadar seperti sumber tertulis, catatan harian, foto. 3) Inskripsi

Page 68: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

58

atau materi tulisan tangan yang dapat ditaruh di berbagai tempat

seperti di makam/kuburan atau candi, monumen, dokumen,

micro film, film, kaset.

Sumber data dalam metode sejarah dapat juga dibagi ke

dalam sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber yang orisinal atau yang asli yang merupakan

bukti sebuah kejadian atau sumber sejarah yang asli. Saksi

utama sebuah kejadian juga merupakan sumber yang primer

dalam metode sejarah. Sumber sekunder dalam metode sejarah

dapat berupa berita yang diperoleh dari surat khabar, misalnya

tentang sebuah peristiwa, demikian juga sitasi yang ditulis oleh

orang lain yang bukan mengalami peristiwa tersebut adalah

juga sumber sekunder. Dalam metode sejarah ini yang lebih

dipentingkan adalah sumber primer untuk lebih menjamin

validitas data yang akan digunakan dalam analisis dalam metode

sejarah. Jika seorang peneliti menggunakan metode sejarah

dalam risetnya, namun dalam analisis atau pembahasannya

lebih banyak menggunakan sumber data sekunder, sedangkan

sumber primernya tersedia, maka meruapakan kesalahan yang

besar karena sumber sekunder dapat mengalami distorsi saat

data tersebut ditransmisikan dalam jarak yang jauh dari sumber

aslinya.

Page 69: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

59

2.4 PenelitianMenurutTingkatEksplanasi

Penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-

variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dgn

variabel yang lainnya. Secara garis besar penelitian ini dapat

dibagi menjadi 3 yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan

asosiatif (Sugiono, 2017). Penelitian menurut tingkat eksplanasi

ini akan berkaitan dengan relevansinya pada judul, rumusan

masalah, tujuan penelitian maupun hipotesis penelitian pada

umumnya. Jika judul penelitiannya deskriptif, atau komparatif,

ataupun asosiatif, maka rumusan masalahnya akan mengikuti,

demikian juga tujuannya maupun hipotesisnya termasuk teknik

analisis datanya. Namun demikian akhir-akhir ini berkembang

sebuah pemikiran dan juga contoh-contoh judul penelitian yang

tidak terkait erat dengan tingkat eksplanasi tersebut. Hal ini

disebut sebagai topik-topik penelitian yang non konvensional,

yang terkadang menggunakan kalimat pertanyaan untuk menarik

perhatian pembaca. Padahal dalam teori yang konvensional

dalam membuat judul penelitian adalah dengan menggunakan

kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan. Namun demikian

dalam perkembangannya yang sekarang ada kemungkinan

tidaklah 100 persen judul dapat mencerminkan isi tulisannya.

Sebagai contoh ada sebuah judul penelitian dari peneliti yaitu:

Kesejahteraan Subyektif Pemiliki UMKM di Provinsi Bali.

Jika dilihat judul ini seolah-olah adalah penelitian deskriptif,

Page 70: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

60

namun dalam kenyataannya adalah penelitian dengan tingkat

eksplanasi asosiatif. Jadi jika dibandingkan antara judul dan apa

yang dibahas didalamnya seolah-oleh tidak konsisten. Contoh

topik penelitian yang menggunakan kalimat pertanyaan yaitu:1)

Troubel in Paradise: How Woman Power Effects Marital

Stability? ; 2) Should We Thank to the Colonial? Colonialism,

institution, and Regional Economic Growth. Kedua contoh

ini adalah topik-topik penelitian yang diteliti mahasiswa di

Universitas Indonesia. Jika dilihat dari contoh judul-judul yang

disampaikan tersebut, sepertinya topik atau judul yang dibuat

sudah berkembang dari topik-topik penelitian yang tergolong

konvensional, sehingga topik-topik ini tergolong topik yang non

konvensional.

1) Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai penelitian

yg dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel lainnya. Berikut disampaikan

contoh judul yang tergolong deskriptif.

(1) Evaluasi kebijakan promosi pada industri pariwisata di

Provinsi Bali

(2) Efektivitas pendidikan dan pelatihan Pada UMKM di

Kabupaten Klungkung

(3) Kondisi kinerja keuangan industri perhotelan di Provinsi

Bali Pasca Tragedi Kuta

Page 71: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

61

(4) Efektivitas perdagangan dengan sistem multilevel pada

produk X di Kota Denpasar

(5) Kajian disiplin kerja pegawai negeri (ASN) di Kabupaten

Badung

(6) Kondisi kemiskinan di wilayah pantai di Provinsi Bali

(7) Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten

Jembrana

(8) Analisis pendapatan petani Kakao di Kabupaten Bangli

(9) Kesetaraan gender dalam kepemilikan barang berharga

pada ASN di Kota Denpasar

(10) Kesetaraan gender pada pengambilan keputusan dalam

keluarga miskin di Kabupaten Karangsem

(11) Penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran di industri X

(12) Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa di hotel X

Beberapa contoh rumusan masalah deskriptif sebagai berikut.(1) Bagaimana kondisi kemampuan kerja karyawan di industri

garmen kabupaten X(2) Seberapa tinggi disiplin kerja pegawai negeri di kabupaten

Y(3) Bagaimana kondisi interaksi kerja karyawan di industri A(4) Bagaimana efektivitas perdagangan dgn sistem multilevel

pada produk X(5) Seberapa tinggi kondisi kinerja keuangan hotel X pasca

tragedi Kuta

Page 72: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

62

(6) Bagaimana tingkat efektivitas pendidikan dan pelatihan

Pada UMKM di Kabupaten Klungkung

(7) Bagaimana kondisi tingkat ketimpangan distribusi

pendapatan di Kabupaten Jembrana

(8) Bagaimana tingkat kesetaraan gender dalam kepemilikan

barang berharga pada ASN di Kota Denpasar

(9) Bagaimana kecenderungan tingkat pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Buleleng

(10) Bagaimana tingkat efektivitas perdagangan dengan sistem

multilevel pada produk X di Kota Denpasar

(11) Bagaimana penilaian konsumen terhadap bauran

pemasaran

di industri X

(12) Bagaimana penilaian konsumen terhadap kualitas jasa di

hotel XBeberapa contoh tujuan penelitian deskriptif sebagai

berikut.(1) Menganalisis kondisi kemampuan kerja karyawan di

industri garmen kabupaten X(2) Mengkaji tingkat disiplin kerja pegawai negeri di

kabupaten Y(3) Mengkaji kondisi interaksi kerja karyawan di industri A(4) Menganalisis tingkat efektivitas perdagangan dgn sistem

multilevel pada produk X(5) Menganalisis kondisi kinerja keuangan hotel X pasca

tragedi Kuta

Page 73: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

63

(6) Mengkaji tingkat efektivitas pendidikan dan pelatihan Pada UMKM di Kabupaten Klungkung

(7) Mengkaji kondisi tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Jembrana

(8) Menemukan tingkat kesetaraan gender dalam kepemilikan

barang berharga pada ASN di Kota Denpasar

(9) Menganalisis kecenderungan tingkat pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Buleleng

(10) Mengkaji tingkat efektivitas perdagangan dengan sistem

multilevel pada produk X di Kota Denpasar

(11) Menganalisis penilaian konsumen terhadap bauran

pemasaran di industri X

(12) Menganalisis Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa

di hotel X

2) Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif didefinisikan sebagai penelitian

yang bersifat membandingkan, untuk sampel lebih dari satu

atau dalam waktu yang berbeda. Penelitian komparatif ini dapat

dilakukan untuk 2 sampel ataupun lebih pada sampel yang

independen, maupun sampel dependen.

Beberapa contoh rumusan masalah komparatif sebagai

berikut.

(1) Adakah perbedaan produktivitas kerja ASN dengan

karyawan BUMN di Kota X?

(2) Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja

Page 74: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

64

karyawan BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota

Y?

(3) Adakah perbedaan signifikan kinerja keuangan hotel X

sebelum dgn sesudah tragedi Kuta?

(4) Bagaimana perbandingan produktivitas lahan padi bibit

unggul dengan padi gaga?

(5) Adakah perbedaan tingkat produktivitas pekerja laki-laki

dan perempuan pada industri rokok kretek di Jawa Timur

(6) Apakah tingkat penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan pada ASN di Kota Denpasar

(7) Bagaimana perbandingan tingkat kemiskinan di Wilayah

Sarbagita dan Non Sarbagita

Beberapa contoh judul penelitian komparatif sebagai

berikut.

(1) Analisis perbedaan produktivitas kerja ASN dengan

karyawan BUMN di Kota X?

(2) Kajian perbedaan kemampuan dan disiplin kerja karyawan

BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota Y?

(3) Perbedaan kinerja keuangan hotel X sebelum dgn sesudah

tragedi Kuta?

(4) Perbandingan produktivitas lahan padi bibit unggul dengan

padi gaga?

(5) Analisis Perbedaan tingkat produktivitas pekerja laki-laki

dan perempuan pada industri rokok kretek di Jawa Timur

Page 75: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

65

(6) Perbandingan tingkat penghasilan laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan pada ASN di Kota Denpasar

(7) Kajian perbandingan tingkat kemiskinan di Wilayah

Sarbagita dan Non Sarbagita

Beberapa contoh tujuan penelitian komparatif sebagai

berikut.(1) Menganalisis perbedaan produktivitas kerja ASN dengan

karyawan BUMN di Kota X

(2) Mengkaji perbedaan kemampuan dan disiplin kerja

karyawan BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota

Y

(3) Mengkaji Perbedaan signifikan kinerja keuangan hotel X

sebelum dgn sesudah tragedi Kuta

(4) Menganalisis Perbandingan produktivitas lahan padi bibit

unggul dengan padi gaga

(5) Menganalisis Perbedaan tingkat produktivitas pekerja

laki-laki dan perempuan pada industri rokok kretek di

Jawa Timur

(6) Menganalisis Perbandingan tingkat penghasilan laki-

laki lebih tinggi daripada perempuan pada ASN di Kota

Denpasar

(7) Menganalisis perbandingan tingkat kemiskinan di

Wilayah Sarbagita dan Non Sarbagita

3) Penelitian Asosiatif

Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

Page 76: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

66

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian

ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan

dengan penelitian deskriptif dan komparatif seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Penelitian asosiatif ini dapat berbentuk

analisis tentang korelasi atau hubungan maupun dalam analisis

pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Analisis

tentang pengaruh ini dapat berkaitan dengan pengaruh langsung

maupun pengaruh tidak langsung melalui sebuah variabel atau

lebih variabel antara/variabel intervening.

Beberapa contoh rumusan masalah asosiatif sebagai

berikut.

(1) Adakah pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja

karyawan di perusahaan X?

(2) Bagaimana pengaruh kemampuan karyawan terhadap

kualitas pelayanan di perusahaan Y?

(3) Bagaimana pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah

penjualan di industri kerajinan perak di Kabupaten

Gianyar?

(4) Bagaimana pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat desa di Kabupaten Tabanan?

(5) Bagaimana peran program revitalisasi pasar tradisional

terhadap tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan

XYZ ?

(6) Adakah pengaruh Komunikasi, Informasi, dan edukasi

(KIE) terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP)

Page 77: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

67

pada partisipasi masyarakat pada Program BPJS Kesehatan

di Kota Malang?

(7) Bagaimana pengaruh tingkat harga dan kualitas produk

terhadap jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar

(8) Bagaimana dampak dana desa terhadap kondisi

infrastruktur desa dan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Bangli

(9) Bagaimana peran kualitas SDM (human capital) dan

kualitas modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan

subyekrif pemilik UKM di KotaDenpasar.

(10) Bagaimana Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa di Kecamatan Mengwi

Kabupaten BadungBeberapa contoh tujuan penelitian asosiatif sebagai

berikut.(1) Menganalisis pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi

kerja karyawan di perusahaan X(2) Mengkaji pengaruh kemampuan karyawan terhadap

kualitas pelayanan di perusahaan Y(3) Mengkaji pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah

penjualan di industri kerajinan perak di Kabupaten Gianyar(4) Menganalisis pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat desa di Kabupaten Tabanan(5) Menganalisis peran program revitalisasi pasar tradisional

terhadap tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan

XYZ

Page 78: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

68

(6) Menganalisis pengaruh Komunikasi, Informasi, dan

edukasi (KIE) terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice

(KAP) pada partisipasi masyarakat pada Program BPJS

Kesehatan di Kota Malang

(7) Pengaruh tingkat harga dan kualitas produk terhadap

jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar

(8) Menganalisis Dampak dana desa terhadap kondisi

infrastruktur desa dan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Bangli

(9) Mengkaji peran kualitas SDM (human capital) dan

kualitas modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan

subyekrif pemilik UKM di KotaDenpasar.

(10) Mengkaji Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa di Kecamatan Mengwi

Kabupaten Badung

Beberapa contoh judul penelitian asosiatif sebagai berikut.

(1) Pengaruh kemampuan karyawan terhadap kualitas

pelayanan di perusahaan Y

(2) Pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah penjualan di

industri kerajinan perak di Kabupaten Gianyar

(3) Pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat

desa di Kabupaten Tabanan

(4) Peran program revitalisasi pasar tradisional terhadap

tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan XYZ

(5) Pengaruh Komunikasi, Informasi, dan edukasi (KIE)

Page 79: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

69

terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP) pada

partisipasi masyarakat pada Program BPJS Kesehatan di

Kota Malang

(6) Analisis pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja

karyawan di perusahaan X

(7) Analisis pengaruh tingkat harga dan kualitas produk

terhadap jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar

(8) Dampak dana desa terhadap kondisi infrastruktur desa dan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bangli

(9) Kajian peran kualitas SDM (human capital) dan kualitas

modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan subyekrif

pemilik UKM di KotaDenpasar.

(10) Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa di Kecamatan Mengwi Kabupaten

Badung

Jika dilihat rumusan masalah, tujuan penelitian maupun

judul penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka

dapat dilihat ada konsistensi antar semuanya. Konsistensi

tersebut terlihat baik pada tingkat eksplanasi deskriptif, maupun

komparatif. Contoh judul-judul penelitian tersebut dapat

dikatakan sebagai judul penelitian konvensional yang dapat

dijadikan sebuah alternatif oleh mahasiswa atau peneliti dalam

merancang judul penelitiannya selain judul-judul penelitian

yang tergolong judul non konvensional seperti yang telah

disampaikan.

Page 80: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

70

2.5 PenelitianMenurutJenisDatadanAnalisis

Pendekatan dalam sebuah penelitian dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat

menggunakan satu pendekatan yaitu kuantitatif atau kualitatif,

atau dapat juga menggunakan gabungan keduanya, meskipun

masih ada kontroversi tentang penggabungan kedua metode

atau pendekatan tersebut dalam sebuah penelitian. Pendekatan

penelitian yang dipilih oleh seorang peneliti dapat mempengaruhi

data yang diperoleh dalam penelitiannya. Data adalah sesuatu

keterangan yang dikumpulkan dari responden penelitian yang

terkait dengan variabel penelitian yang dikumpulkan. Data

penelitian akan berubah menjadi informasi yang akan digunakan

dalam pengambilan keputusan jika sudah diolah dengan

menggunakan bantuan alat statistik tertentu.

Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih

variabel dalam sampel atau populasi, dan semua data yang

dikumpulkan oleh peneliti adalah variabel penelitian dimana

semua data tersebut dapat diklasifikasinya menurut jenisnya

menjadi data kuantitatif dan data kualittif (Kuncoro, 2013).

Data kuantitatif menurut Kuncoro (2013) adalah data yang

diukur dalam suatu skala numerik (angka) yang dapat dibedakan

menjadi data dengan skala pengukuran variabel interval dan

rasio, dipihak lain data kualitatif adalah data yang tidak dapat

Page 81: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

71

diukur dengan skala numerik (angka) dengan skala pengukuran

variabel nominal dan ordinal. Dengan demikian ada 2 macam

data penelitian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif ditinjau

dari segi jenis datanya. Makna lain dari data kuantitatif adalah

data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka/data kualitatif

yang sudah di-skoring (Sugiono, 2017). Selanjutnya dikatakan

data kualitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam

bentuk angka, namun berbentuk kata, kalimat, narasi, bagan,

gambar atau foto. Dalam penelitian sosial atau penelitian di ilmu

ekonomi banyak contoh data yang dapat diklasifikasi ke dalam

data kualitatif. Berbagai data yang tergolong data karakteristik

responden adalah data kualitatif, contoh: status perkawinan,

tingkat pendidikan yang ditamatkan, sumber-sumber modal,

agama, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, jenis

pekerjaan, status pekerjaan, dan lain-lain.

Dengan demikian data dalam penelitian yang digunakan

oleh peneliti, dapat ditinjau dari berbagai perspektif dan setiap

perspektif memiliki makna dan contoh-contoh klasifikasi yang

berbeda, dan terakhir klasifikasi data tersebut terkait dengan

teknik analisis data yang dapat digunakan oleh peneliti yang

berhubungan dengan alat statistik yang dapat diterapkan.

Data yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat dari berbagai

perspektif sebagai berikut.

Page 82: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

72

1) Data dilihat dari perspektif sumbernya dapat dibagi ke

dalam 2 katagori yaitu data primer atau data lapangan

dan data sekunder atau data dokumen. Data primer atau

data lapangan adalah data yang dikumpulkan untuk

pertama kalinya untuk tujuan penelitian dari peneliti

yang bersangkutan. Jadi data tersebut dikumpulkan untuk

pertama kalinya guna menjawab tujuan penelitian dari

peneliti yang bersangkutan. Dengan demikian peneliti

yang menggunakan data primer atau data lapangan

ini dapat mencari data sesuai dengan keinginan dan

definisi operasional yang dikehendaki oleh peneliti yang

bersangkutan. Itulah sebabnya kenapa dikatakan data

primer yang dikumpulkan dari responden ini dikatakan

sebagai data yang dikumpulkan untuk pertama kalinya

oleh peneliti yang bersangkutan. Berbeda halnya dengan

data sekunder yang juga disebut sebagai data dokumen

dalam Sugiono (2017), adalah data yang sudah ada

dan dikumpulkan oleh orang lain atau lembaga lain

untuk tujuan mereka dan peneliti hanya mengambil dan

menggunakannya sesuai dengan data yang sudah ada,

apapun definisinya harus diterima oleh peneliti, dan

peneliti tidak mungkin mengubahnya sesuai dengan

definisi yang dikehendaki. Dengan demikian data

sekunder atau data dokumen ini adalah data yang telah

tersedia dan peneliti hanya menggunakannya tanpa ada

Page 83: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

73

intervensi untuk memperbaiki atau mengubahnya. Data

primer atau data lapangan ini lebih uptodate dibandingkan

dengan sekunder (data dokumen). Data sekunder atau

data dokumen membutuhkan waktu untuk diolah atau

dilakukan proses pengolahan sebelum dipublikasikan

sesuai dengan tujuannya.

2) Data dilihat dari perspektif waktunya, dapat dibagi ke

dalam 3 katagori, yaitu data time series (longitudinal)

dan data cros section, atau data yang dikombinakan antar

keduanya yang sering disebut sebagai data panel. Data

time series atau longitudinal tersebut dapat berupa data

tahunan, semesteran, tri wulanan, catur wulanan, bulanan,

ataupun mingguan. Jumlah observasi dari data time

series ini ditentukan oleh berapa lama data yang berhasil

dikumpulkan, misalnya ada data selama 6 tahun, namun

analisis data dapat dilakukan dengan data bulanan dan

tersedia data bulanan, maka jumlah observasinya sebanyak

12 bulan dikalikan 6 tahun, sehingga totalnya menjadi 72

pengamatan. Pada data cross section (data di satu titik

waktu tertentu) maka jumlah pengamatannya adalah

sesuai dengan jumlah sampelnya. Semakin banyak sampel

yang digunakan berarti semakin banyak juga jumlah

pengamatan data yang digunakan, demikian sebaliknya.

Untuk data panel merupakan kombinasi antara data time

series dengan data cross section. Misalnya data tingkat

Page 84: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

74

kemiskinan selama 10 tahun yaitu data historis tahunan,

kemudian data cross sectionnya adalah kabupaten/kota

di Provinsi Bali yang berjumlah 9 buah, sehingga jumlah

pengamatannya menjadi sebanyak 10 dikalikan 9 yaitu 90

buah pengamatan. Terkadang peneliti kekurangan jumlah

sampel data terutama data time series, sehingga sering

diatasi dengan data panel dengan mengkombinasikannya

dengan cross section, namun tetap dengan alasan ilmiah

persoalan yang dihadapi oleh daerah-daerah tersebut

adalah relative sama.

3) Data berdasarkan skala pengukurannya, dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu data diskrit/nominal dan data kontinum.

Data kontinum terdiri atas 3 yaitu data ordinal, interval,

dan rasio. Data kuantitatif yang dikumpulkan oleh peneliti

juga dapat dibagi menjadi 2 dalam katagori yang lain

yaitu: (1) data diskrit/nominal, (2) data kontinum, yang

terdiri dari data ordinal, interval, atau rasio.

1) Data diskrit/nominal, adalah data hanya dapat digolong-

golongkan secara terpisah, secara diskrit, atau katagori.

Data ini diperoleh dari hasil menghitung. Data ini hanya

berfungsi membedakan antara satu dengan yang lainnya.

Beberapa contoh variabel yang datanya disebut diskrit

atau nominal antara lain variabel agama, jenis kelamin,

status perkawinan, daerah tempat tinggal dan sebagainya.

Page 85: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

75

2) Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut

tingkatan.

(1) Data ordinal adalah data yang memiliki 2 sifat yaitu selain

membedakan, juga berbentuk ranking atau peringkat/

urutan. Beberapa contoh variabel yang tergolong

data ordinal antara lain tingkat pendidikan tertinggi

yang ditamatkan, tingkat kebersihan ruangan, tingkat

partisipasi, ranking dalam kejuaraan, tingkat pemahaman,

sikap terhadap sesuatu dan sebagainya. Selain berbeda

atribut masing-masing variabel juga yang satu lebih tinggi

daripada yang lainnya. Contoh tingkat pendidikan tertinggi

yang ditamatkan, alternatifnya adalah misalnya SD, SLTP,

SLTA, dan PT. Satu dengan yang lain adalah berbeda, dan

yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang

lainnya, jadi selain berbeda juga ada urutannya.

(2) Data interval adalah data yang memiliki 3 sifat yaitu

selain membedakan, ada peringkatnya, dan memiliki

nilai interval yg sama, tetapi data ini tidak memiliki nilai

0 mutlak. Beberapa contoh varaibel yang dimasukkan ke

dalam contoh data interval antara lain Indeks Prestasi (IP),

suhu tubuh, suhu ruangan, maupun suhu air.

(3) Data rasio adalah data yang memiliki 4 sifat, yaitu dapat

membedakan, ada peringkat, memiliki interval yang

sama, dan memiliki nilai nol mutlak. Contoh: data tentang

Page 86: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

76

penghasilan (Rp), berat (kg), pengeluaran (Rp), nilai

modal (Rp). Sebagai contoh ada orang yang memiliki

penghasilan sebanyak 100 ribu rupiah, yang lain memiliki

penghasilan 200 ribu rupiah, dan orang yang lainnya lagi

penghasilannya 400 ribu rupiah. Ketiga data tersebut

menunjukkan perbedaan satu dengan yang lainnya sebagai

sifat yang pertama. Kemudian sifat kedua adalah memiliki

urutan, dimana data yang satu memiliki urutan yang lebih

tinggi atau lebih rendah. Sifat yang ketiga adalah memiliki

jarak atau interval yang sama, misalnya penghasilan

sebanyak 200 ribu rupiah dan 300 ribu rupiah, jaraknya

adalah sama dengan antara penghasilan 400 ribu rupiah

dan 500 ribu rupiah. Sifat yang keempat adalah memiliki

nilai 0 mutlak artinya jika penghasilannya nol makaartinya

orang tersebut tidak memiliki penghasilan.

Analisis data yang dapat digunakan oleh peneliti tergantung

dari pendekatan penelitian yang digunakan, apakah pendekatan

kuantitatif (ilmiah) atau kualitatif (alamiah). Jika pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka analisis

data yang digunakan juga analisis data kualitatif, demikian

juga pada pendekatan kuantitatif maka analisis data yang

digunakan juga analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif

pada pendekatan kuantitatif, penggunaan teknik analisis data

statistiknya tergantung dari jenis data yang digunakan dalam

Page 87: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

77

pendekatan kuantitatif tersebut. Jenis data yang digunakan oleh

peneliti pada pendekatan kuantitatif ada 2 yaitu data kualitatif

dan data kuantitatif. Jenis data yang digunakan peneliti apakah

data kualitatif atau kuantitatif akan menentukan teknik statistik

yang dapat digunakan oleh peneliti.

Jika dilihat skala pengukuran variabel pada pendekatan

kuantitatif ada 4 yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.

Keempat skala pengukuran tersebut dapat dibagi kedalam kedua

jenis data yaitu nominal dan ordinal termasuk data kualitatif

yang harus menggunakan teknik statistik non parametrik dalam

analisisnya. Beberapa contoh teknik analisis non parametrik

seperti Tes Binomial, Chi Kuadrat Satu Sampel, Run Test, Mc

Nemar , Sign test (Uji tanda), Wilcoxon Match Pairs Test, Chi

kuadrat dua sampel, Fisher Exact Probability Test, Tes median

(Median Test), Mann Whitney Test U Test, Test Kolmogorov

Smirnov Dua Sampel, Test Run Wald-Wolfowitz, Test Cochran,

Test Friedman, Chi kuadrat k Sampel, Median Extention, Analisis

Varian Kruskal Walls, Koefisien Kontingensi, Korelasi Rank

Spearman, Korelasi Kendal Tau (Sugiono, 2017). Semua teknik

analisis statistik Non Parametrik tersebut jika diklasifikasikan

menjadi bentuk rumusan masalah penelitian/tujuan penelitian

dapat diklasifikasikan menjadi statistik deskriptif, komparatif,

dan asosiatif.

Selain statistik non parametric, mahasiswa atau peneliti

juga dapat menggunakan statistik parametric untuk data yang

Page 88: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

78

berskala pengukuran variabel interval dan rasio yang dianggap sebagai data kuantitatif. Beberapa contoh statistik parametric yang dapat digunakan oleh peneliti yang skala pengukuran variabel penelitiannya adalah interval dan rasio antara lain t test satu sampel, Korelasi Product Moment, Korelasi Ganda, T Test dua sampel, analisis varian satu jalur, Regresi sederhana, Regresi Berganda, Path Analysis, Struktural Equation Modelling (SEM). Semua teknik analisis statistik parametric yang telah disampaikan tersebut dapat diklasifikasi ke dalam statistik deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

2.6 PenelitiandanPengambilanKeputusanDewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang

sedemikian pesatnya, sehingga lingkungan yang ada pengambil keputusan berubah dengan sangat cepat. Dengan demikian para pengambil keputusan juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut agar keputusan yang diambil dapat tepat sasaran. Informasi yang dipergunakan dalam pengambilan keputusan hendaknya adalah informasi yang valid sehingga keputusan yang diambil adalah tepat. Untuk memperoleh informasi yang valid atau akurat tentu memerlukan cara yang tepat dimana peranan penelitian dalam hal ini menjadi sangat penting untuk memperoleh data yang valid tersebut. Beberapa alasan yang dapat disampaikan mengapa penelitian menjadi sangat penting peranannya sebelum pengambilan keputusan

dilakukan antara lain dapat disampaikan sebagai berikut.

Page 89: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

79

1) Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan

metode-metode ilmiah, sehingga dapat diharapkan hasil

yang diperoleh dalam hal ini berupa informasi juga akan

menjadi lebih ilmiah. Dengan demikian dapat diharapkan

keputusan yang diambil oleh para pengambil kebijakan

akan bersifat lebih ilmiah (lebih obyektif) karena

dilakukan melalui proses penelitian yang dilakukan juga

secara ilmiah.

2) Dengan perkembangan lingkungan yang semakin kompleks

dan sangat cepat, maka para pengambil kebijakan, seperti

para manajer atau para pimpinan akan membutuhkan

informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dapat

menyelesaikan masalah-masalah yang semakin kompleks

juga. Jadi para manajer membutuhkan informasi yang

lebih banyak yang dapat diperoleh dari penelitian ilmiah

yang dilakukan.

3) Tersedianya teknik dan peralatan yang lebih baik dalam

melakukan penelitian guna memenuhi kebutuhan dalam

pengambilan keputusan, sehingga penelitian diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

(Kuncoro, 2013). Dengan demikian penelitian akan sangat

bermanfaat dalam usaha mengurangi ketidakpastian karena

penelitian dapat menyediakan informasi yang lebih akurat

dalam memperbaiki proses pengambilan keputusan.

Page 90: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

80

4) Penelitian dapat mendukung efektivitas pengambil

kebijakan dalam pengambilan keputusan yang dibuat

5) Pada masa yang akan datang pengambil kebijakan dituntut

untuk memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan

dengan sebelumnya, dimana informasi yang akurat ini

dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian.

Page 91: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

81

BAB 3

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

3.1 ProsesPenelitian

Proses atau tahapan dari penelitian yang dilakukan

oleh seorang peneliti akan diawali oleh kegiatan observasi

lapangan untuk menemukan research Problem. Tanpa kegiatan

observasi seorang peneliti akan sulit mengidentifikasi masalah

penelitiannya, dengan kata lain masalah penelitian tidak akan

dapat ditemukan dibelakang meja atau hanya dengan duduk

merenung. Fakta atau bukti untuk menunjukkan bahwa masalah

tersebut memang ada sangatlah diperlukan untuk meyakinkan

orang lain bahwa masalah tersebut memang ada. Secara rinci

proses atau tahapan riset atau penelitian disarikan dari Manasse

Malo (1986) dan dijelaskan sebagai berikut. Dalam bahasan

proses riset ini akan dijelaskan secara umum saja setiap tahapan

ini, dan akan dilakukan pembahasan yang lebih mendalam pada

masing-masing bab sesuai dengan tahapan atau proses yang

ada. Dengan demikian tahapan atau proses penelitian ini akan

dibahas secara ringkas dan hanya digambarkan secara umum

dalam bahasan berikut.

Page 92: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

82

Gambar 3.1: Proses Atau Tahapan Penelitian Dari Awal Hingga

Penyusunan Laporan

1) Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah

Identifikasi, dan pemilihan masalah yang dalam organisasi

dilakukan melalui observasi. Setelah dikaitkan dengan teori

maupun hasil riset yg ada sebelumnya, lalu dilakukan perumusan

masalah peneliti an. Perumusan masalah penelitian ini

merupakan dasar dalam merumuskan tujuan penelitian. Untuk

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa (S1), identifikasi

masalah dilakukan melalui observasi di tempat penelitian akan

dilakukan dan disesuaikan dengan konsentrasi. Jika di tempat

observasi banyak terdapat masalah maka pilih sesuai dengan

konsentrasi dan kemampuan. Jika ditempat dilakukan observasi

tidak ada masalah sesuai dengan konsentrasi, maka satu-

satunya cara adalah mengganti lapangan tempat riset dilakukan.

Jika ditempat observasi ada masalah yang berkaitan dengan

konsentrasi, namun tidak cocok dengan kemampuan/keinginan

ada 2 hal yang dapat dilakukan yaitu: mengganti judul atau

mengganti lapangan tempat penelitian.

Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah

Penyusunan Disain Penelitian

Penentuan Sampel

Penyusunan Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan Data

Rencana Analisis Data

Penyederhanaan Data

Analisis Data

Penulisan Laporan

Page 93: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

83

2) Penyusunan desain penelitian

Penyusunan desain penelitian yang dapat meliputi kajian

pustaka, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian merupakan

tahapan berikutnya setelah peneliti dapat mengidentifikasi

masalah penelitiannya dan kemudian melakukan pemilihan

terhadap masalah yang dipandang pantas dan relevan untuk

diteliti. Beberapa definisi atau konsep yang terkait dengan

variabel penelitiannya sangat penting untuk dijelaskan dalam

bagian ini untuk memberikan pemahaman tentang definisi dari

dari berbagai variabel penelitian yang digunakan. Konsep atau

definisi ini dapat diperoleh dari teks book, kamus, ataupun

dari ensiklopedi Dalam kajian pustaka diuraikan kajian teori

secara konseptual, maupun hasil-hasil penelitian terdahulu yang

berkaitan erat dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan.

Dengan demikian kajian pustaka ini dapat berupa teori-teori

maupun hasil penelitian (aplikasi teori) yang dilakukan, maupun

definisi atau konsep dari berbagai sumber yang relevan.

3) Populasi dan sampel penelitian

Populasi dan sampel penelitian akan digunakan oleh

peneliti jika peneliti menggunakan data primer atau data

lapangan. Jika peneliti menggunakan data sekunder atau juga

disebut data dokumen, maka peneliti tidak akan menggunakan

populasi atau sampel. Seperti dijelaskan sebelumnya, jika peneliti

menggunakan data sekunder, maka peneliti dapat berbicara atau

Page 94: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

84

menjelaskan tentang jumlah pengamatan yang digunakan yang

identic dengan ukuran sampel jika peneliti menggunakan data

primer. Jumlah pengamatan yang dapat digunakan peneliti dapat

terkait dengan data historis misalnya data tahunan, semesteran,

kuartalan, tri wulanan, ataupun bulanan. Selain itu juga dapat

digunakan data panel yang merupakan kombinasi atau perkalian

data historis atau time series dengan data cross section.

Misalnya data time series 5 tahun, tetapi jumlah kabupaten/

kota yang digunakan ada 9 buah, maka jumlah pengamatan

yang digunakan sebanyak 5 x 9 = 45 buah pengamatan. Jumlah

pengamatan/observasi ini identik dengan ukuran sampel pada

penelitian dengan menggunakan data primer. Pemahaman

tentang populasi dan sampel penelitian sangat penting terutama

pada penelitian survai. Pada jenis penelitian ini umumnya

menggunakan sejumlah sampel tertentu dan akan dilakukan

generalisasi terhadap populasinya. Ukuran sampel harus

ditentukan atau dihitung oleh peneliti dengan menggunakan

berbagai pertimbangan seperti yang telah dijelaskan dalam bab

selanjutnya terkait dengan populasi dan sampel.

4) Penyusunan teknik pengumpulan dataSetelah ditentukan populasi maupun sampel penelitian yang

akan digunakan, maka selanjutnya disusun teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang disusun sangat tergantung dari jenis maupun sumber data yang digunakan. Penyusunan

Page 95: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

85

teknik pengumpulan data adalah tahapan berikutnya setelah peneliti menetapkan ukuran sampel dalam penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti tergantung juga dari sumber data yang digunakan. Jika sumber datanya adalah data primer, maka peneliti dapat menggunakan metode pengumpulan dengan variasi yang lebih banyak dibandingkan dengan jika peneliti menggunakan data sekunder dalam menjawab tujuan penelitian. Peneliti yang menggunakan data primer akan dapat mengkombinasikan metode pengumpulan data observasi khususnya observasi perilaku, interview, angket (kuesioner), wawancara mendalam atau indepth interview, maupun FGD. Di sisi lain peneliti yang menggunakan data sekunder maka metode pengumpulan data yang digunakan lebih terbatas, dimana dapat digunakan metode observasi non perilaku, dan wawancara mendalam dalam membahas hasil penelitiannya.

5) Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan setelah ditentukan metode

untuk mengumpulkan sesuai dengan sumber data yang digunakan. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka menjawab tujuan penelitian, dapat digunakan metode pengumpulan data tertentu sesuai dengan macam data yang dibutuhkan. Pada umumnya pada penelitian sosial pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, dan angket serta wawancara mendalam untuk data yang dikumpulkan secara

Page 96: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

86

primer oleh peneliti. Metode pengumpulan data angket dapat digunakan jika secara geografi peneliti tidak memungkinkan menggunakan wawancara karena wilayah yang sangat luas, sehingga digunakan metode angket baik angket yang dikirim lewat pos, atau dengan jasa kurir, maupun dikirim lewat email. Jika renponden atau sampel secara geografi daapat ditemui atau memungkinkan untuk ditemui, maka akan lebih bagus menggunakan wawancara tatap muka, sehingga dapat mengetahui responden secara langsung, juga dapat melakukan observasi terhadap kondisi responden secara fisik.

6) Rencana Analisis DataSetelah data dikumpulkan maka tahap selanjutnya

adalah menentukan rencana analisis data yang akan digunakan utamanya untuk menjawab tujuan penelitiannya, apakah menggunakan statistik parameterik maupun non parametrik semuanya harus dihubungkan dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Rencana analisis data ini dapat terkait dengan penggunaan statistik deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dengan demikian rencana analisis data yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan di bidang ilmu ekonomi umumnya adalah analisis data secara kuantatif dengan menggunakan alat bantu statistik yang tertentu baik statistik deskriptif, maupun inferensial terkait dengan generalisasi terhadap populasi dari statistik sampel yang diperoleh dari hasil penelitian.

Page 97: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

87

7) Penyederhanaan Data

Data yang telah dikumpulkan perlu disederhanakan agar

dapat lebih mudah dilakukan analisis. Penyederhanaan data

dapat di lakukan dengan menggunakan tabel-tabel, gambar,

ataupun grafik. Penyederhanaan data ini dilakukan umumnya

untuk melihat sebaran data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Penyederhanaan data dalam bentuk distribusi frekuensi sangat

diperlukan selain untuk mengetahui penyebaran data juga untuk

mengetahui kebenaran dalam entry data yang dilakukan oleh

peneliti. Kondisi ini khususnya untuk data yang sudah di coding

terlebih dahulu sebelum entry data bahkan saat pengumpulan

data sudah dilakukan coding, seperti data jenis kelamin, agama,

status perkawinan, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan

dan sebagainya. Distribusi frekuensi sebagai bagian dari

penyederhanaan data untuk variabel-variabel tersebut sangat

penting untuk dapat mengetahui adanya kemungkinan kesalahan

dalam entry data. Misalnya data jenis kelamin yang hanya

ada kode 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan, jika saat

dikeluarkan distribusi frekuensi terlihat ada kode 3 atau 4 atau

angka yang lainnya, berarti dapat diketahui ada kesalahan dalam

entry datanya. Dengan demikian penyederhanaan data melalui

penyajian distribusi frekuensi akan dapat mengevaluasi proses

entry data yang dilakukan. Demikian juga untuk kode-kode

variabel lainnya apakah sudah benar atau belum, dapat diketahui

Page 98: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

88

melalui cara tersebut, dengan demikian akan sangat penting untuk

membuat distribusi frekuensi untuk seluruh variabel penelitian

sehingga peneliti akan dapat melakukan pembersihan data atau

cleaning data, jika ditemukan ada kesalahan dalam entry data

untuk seluruh variabel penelitian yang sudah dientry datanya.

Jadi kegiatan penyederhaan data ini sangat penting dilakukan

sebelum peneliti melakukan analisis data untuk menjawab

tujuan penelitian. Kegiatan ini adaalah kegiatan yang dapat

lebih menjamin data yang digunakan dalam analisis data untuk

menjawab tujuan penelitian adalah data yang valid. Kondisi

data ini akan berkaitan dengan kegiatan pengujian hipotesis

untuk menjawab tujuan penelitian. Jika data tidak valid karena

kesalahan dalam entry data, maka hasil analisis datanya akan

menjadi tidak valid juga, dan ini akan berdampak pada validitas

dari hasil penelitian atau kesimpulan yang dibuat peneliti. Oleh

karena itu peneliti seharusnya melakukan kegiatan ini untuk

memastikan validitas datanya sehingga hasil penelitiannya juga

adalah penelitian yang valid.

8) Analisis Data

Setelah peneliti melakukan pembersihan data (cleaning

data) pada data atau variabel penelitian yang terjadi kesalahan

dalam entry data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis data untuk menjawab tujuan penelitiannya. Sebenarnya

Page 99: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

89

kegiatan penyederhanaan data ini adalah kegiatan awal sebelum

peneliti melakukan tahapan analisis data, sesuai dengan alat

statistik yang telah diputuskan oleh peneliti untuk digunakannya

untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

Kenapa dikatakan alat statistik yang diputuskan untuk

digunakan oleh peneliti, karena ada beragam alat statistik yang

dapat dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan berbagai

hal seperti skala pengukuran variabel penelitian maupun

bentuk hipotesis atau bentuk rumusan tujuan penelitian akan

membedakan analisis data (khususnya analisis statistik) yang

dapat digunakan. Dengan demikian tahapan analisis data yang

digunakan tentunya sesuai dengan rencana analisis data yang

telah dibuat sebelumnya, yang dimaksudkan untuk menjawab

tujuan penelitian atau hipotesis yang telah dirumuskan.

9) Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah kegiatan terakhir dari sebuah

proses penelitian. Berbagai tahapan penelitian yang telah

disampaikan/dijelaskan sebelumnya adalah materi atau bahan

yang akan disampaikan dalam laporan yang dibuat. Jadi seluruh

proses yang telah disampaikan sebelumnya digunakan sebagai

dasar dalam penulisan laporan. Tentu saja format laporan

yang digunakan sesuai dengan format yang telah disepakati,

namun yang jelas semua proses riset yang telah disampaikan

Page 100: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

90

sebelumnya akan dimasukkan ke dalam format laporan tersebut.

Format laporan yang dimaksudkan dapat berupa laporan

penelitian misalnya dibuat oleh para dosen dengan berbagai skim

penelitian yang tentunya membutuhkan format yang berbeda

dengan yang lainnya. Demikian juga format laporan yang dapat

dibuat untuk penulisan skripsi untuk program sarjana, tesis untuk

program magister, maupun penulisan disertasi untuk program

doktor. Semua memiliki format yang tidak sama, meskipun ada

beberapa bagian yang sama atau mirip. Peneliti dalam membuat

laporannya haruslah sesuai dengan format yang disyaratkan.

Jika diperhatikan Gambar 3.1 terlihat ada panah dari

bagian laporan penelitian ke identifikasi, pemilihan, dan

perumusan masalah penelitian. Panah ini bermakna bahwa

setelah peneliti selesai membuat laporan penelitian, peneliti

akan dapat menemukan kembali masalah penelitian lainnya

yang belum diteliti pada penelitiannya saat ini karena belum ada

dalm tujuan penelitiannya. Dalam penelitian yang dilaksanakan

saat ini peneliti ternyata misalnya menemukan hal-hal lainnya

atau riset Problem lainnya yang dapat diteliti pada penelitian

berikutnya. Sebagai contoh seorang peneliti melakukan

penelitian dengan tujuan untuk memperoleh jawaban tentang

multiflier efek dari pengeluaran wisatawan yang datang ke

Provinsi Bali, baik wisatawan asing maupun domestic. Setelah

penelitian dilakukan dapat menyimpulkan bahwa multiflier efek

Page 101: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

91

dari pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat

Bali, lebih tinggi pada wisatawan asing dibandingkan dengan

wisatawan domestik. Penelitian tersebut dalam laporannya yaitu

dalam poin rekomendasi hasil penelitian menyampaikan bahwa

dalam penelitian yang dilakukannya belum diteliti tentang

dampak kedatangan wisatawan terhadap kesempatan kerja yang

diciptakan bagi masyarakat Bali. Berdasarkan contoh ini maka

dapat dilihat bahwa dari laporan penelitian yang dibuat peneliti

dapat memunculkan masalah baru yang dapat diteliti pada

penelitian berikutnya. Itulah makna tanda panah dari laporan

penelitian ke indentifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah

penelitian. Dengan demikian proses atau tahapan penelitian

merupakan proses yang tidak pernah terputus, selalu akan ada

hal-hal yang akan memunculkan masalah-masalah penelitian

yang baru yang juga memerlukan cara pemecahan yang baru,

demi meningkatkan pemanfaatannya bagi kesejahteraan umat

manusia.

3.2 ProposalPenelitian

Pengetahuan tentang tahapan atau proses penelitian yang

telah dijelaskan sebelumnya adalah sangat berguna dalam

berusaha untuk menyusun proposal penelitian atau Usulan

Penelitian. Proposal atau usulan penelitian ini juga memiliki

format yang tersendiri sesuai dengan panduan yang telah

Page 102: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

92

disusun. Berikut disampaikan tentang berbagai hal yang perlu

diperhatikan dalam menyusun sebuah proposal penelitian.

1) Judul proposal penelitian

Seorang peneliti tidak membawa judul dari rumah saat

melakukan observasi untuk dapat menemukan riset Problemnya.

Paling jauh peneliti hanya membawa topik penelitian dalam

melakukan observasi lapangan, mengingat topik ini penting

dalam mengarahkan peneliti dalam menemukan masalah

penelitiannya. Mengarahkan dalam hal ini dimaksudkan agar

peneliti dapat memfokuskan data atau fenomena yang akan

diobservasi untuk dapat menemukan masalah penelitiannya.

Setelah melakukan observasi secara lengkap dan topik dapat

diteliti secara layak barulah judul penelitian dirumuskan. Dengan

demikian judul penelitian umumnya ditetapkan setelah diketahui

seluk beluk persoalannya. Setelah peneliti memiliki pemahaman

yang lengkap tentang riset Problem dan variabel-variabel terkait

yang relevan, barulah seorang peneliti dapat merumuskan judul

penelitiannya. Judul penelitian memiliki fungsi utama adalah

untuk menunjukkan kepada pembacanya mengenai hakekat

obyek penelitian, wilayah, dan metode yang digunakan. Dengan

pemahaman ini maka judul penelitian sebaiknya didalamnya

mengandung variabel penelitian, dimana riset akan dilakukan

dan metodenya apakah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Page 103: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

93

Dengan demikian judul haruslah sesuai dengan isi kegiatannya,

baik kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas terkait dengan

luas wilayah penelitiannya, dan kualitasnya terkait dengan

tingkat eksplanasi dari penelitian yang dilakukan, deskriptif,

komparatif maupun asosiatif.

Pada judul-judul yang konvesional pada umumnya judul

dibuat dalam kalimat netral, atau tidak dalam bentuk kalimat

pertanyaan, namun dibuat dalam kalimat pernyataan. Kalimat

netral yang dimaksudkan misalnya dalam judul tidak digunakan

kata meningkatkan atau menurunkan, karena ditakutkan jika

digunakan kata tersebut lalu dalam riset tidak terbukti, maka

judul tidak akan mencerminkan kondisi di dalamnya, dan

tidaklah bagus untuk mengganti judul setelah selesai analisis

dilakukan. Dengan demikian akan lebih aman jika digunakan

kalimat netral sehingga apapun hasilnya tidak perlu melakukan

perubahan dalam judul penelitian. Contoh judul, pengaruh

tingkat upah terhadap produktivitas pekerja, apapun hasilnya

tidak perlu mengubah judul, karena judulnya bersifat netral.

Apakah pengaruh positif atau negatif tidak menjadi persoalan,

judul tetap dapat digunakan. Judul penelitian yang baik akan

memberikan informasi yang tepat kepada pembaca tentang

apa yang ditulis dalam laporannya. Jadi dengan membaca

judul, pembaca akan segera dapat memutuskan apakah perlu

atau tidak membaca laporan tersebut lebih lanjut. Banyak juga

Page 104: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

94

jurnal-jurnal yang mensyaratkan judul artikel yang dikirim

tidak terlalu panjang dimana sering terjadi judul artikelnya sama

dengan judul penelitiannya sehingga sering judul disyaratkan

singkat tetapi cukup padat, sehingga pembaca akan mengerti

apa yang dimaksud oleh penulis laporan. Peneliti juga dapat

menghindarkan judul yang terlalu muluk atau terlalu sensitive.

2) Latar Belakang Masalah

Beberapa hal yang harus ada dalam latar belakang masalah

untuk penelitian dengan tingkat eksplanasi tertinggi/asosiatif

seperti pentingnya topik tersebut untuk diteliti. Pentingnya

topik tersebut untuk diteliti harus dijelaskan secara lengkap.

Misalnya kenapa peneliti meneliti tentang tingkat kemiskinan,

kesejahteraa, pengangguran, ketimpangan pendapatan,

ataupun cadangan devisi. Peneliti dapat membaca berbagai

kajian kepustakaan atau melakukan survai literature termasuk

membaca teori tentang kenapa hal-hal tersebut penting. Peneliti

menjelaskan pentingnya dependen variabel dalam penelitiannya,

karena dependennya yang menunjukkan adanya riset Problem.

Jadi dependen variabelnya yang dijelaskan tentang pentingnya

untuk dinaikkan (untuk variabel yang favorable) seperti

pertumbuhan ekonomi atau kesejahteraan dan lain-lainnya, atau

pentingnya untuk diturunkan (untuk variabel yang unvaforable)

seperti tingkat kemiskinan, penganggutan, atau ketimpangan.

Page 105: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

95

Setelah membahas tentang pentingnya kemudian dijelaskan

tentang masalah (masalah manajemen) yang dihadapi. Misalnya

tingkat kemiskinan meningkat, tingkat pengangguran tetap ada,

ketimpangan pendapatan semakin meningkat dan sebagainya,

yaitu sesuatu yang secara ideal tidak diharapkan. Masalah yang

dirumuskan tersebut harus didukung oleh data yang relevan.

Data pendukung menjadi sangat penting untuk menunjukkan

bahwa masalah tesebut memang nyata adanya. Kemudian faktor-

faktor yang diperkirakan sebagai penyebab masalah (untuk

masalah asosiatif maupun komparatif) yang relevan sesuai

harus dijelaskan oleh peneliti dalam latar belakang masalah

yang dijelaskan. Kemudian bagaimana arah pengaruhnya juga

harus dijelaskan. Untuk menjelaskan berbagai hal tersebut harus

dilakukan survai literature termasuk mencari berbagai artikel

yang relevan sesuai dengan variabel yang digunakan.

3) Rumusan Masalah PenelitianSetelah menjelaskan latar belakang secara lengkap, maka

berikutnya peneliti harus merumuskan masalah penelitiannya sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Rumusan masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dimana rumusan masalah ini dapat berbentuk deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dalam sebuah penelitian peneliti dapat merumuskan ketiga bentuk rumasan masalah tersebut, atau hanya masalah asosiatif atau

Page 106: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

96

komparatif saja, atau kombinasi keduanya. Hal itu dilakukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitiannya berdasarkan masalah yang ingin dipecahkannya.

4) Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang dirumuskan peneliti sesuai dengan

rumusan masalah penelitiannya, baik secara implisit maupun

eksplisit. Tujuan penelitian ini bentuknya akan menyesuaikan

dengan bentuk rumusan masalah penelitiannya. Jika rumusan

masalah penelitiannya hanya dalam bentuk asosiatif, maka

tujuan penelitiannya juga demikian, demikian juga jika

rumusan masalahnya kombinasi komparatif dan asosiatif, maka

rumusan tujuan penelitiannya juga demikian. Dalam tujuan

penelitian diuraikan apa yang ingin diketahui/dicari/dihitung/

dianalisis/ditemukan dalam penelitian tersebut. Tujuan ini jelas

untuk menjawab pokok masalah penelitian yang dirumuskan.

Tujuan penelitian ini baik yang berntuk deskriptif, komparatif,

maupun asosiatif sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat

pernyataan.

5) Manfaat/kegunaan Penelitian

Kata manfaat atau kegunaan meskipun memiliki makna

yang sama, namun hendaknya digunakan secara konsisten. Jika

menggunakan kata manfaat penelitian, maka selanjutnya gunakan

juga kata manfaat teoritis, maupun manfaat praktis, demikian

Page 107: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

97

jug ajika menggunakan kata kegunaan penelitian juga sebaiknya

gunakan secara konsisten juga. Manfaat/kegunaan penelitian

dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan

praktis. Kegunaan teoritis mengacu pada kegunaan yang terkait

dengan pengembangan ilmu pengetahuan, pembuktian teori,

implementasi teori, maupun untuk penguatan jurnal-jurnal yang

sudah ada sebelumnya. Manfaat/kegunaan praktis berkaitan

dengan pemecahan masalah, untuk memberikan informasi yang

mendalam kepada mereka yang membutuhkan, dan juga dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan sesuai kebutuhan.

6) Kajian Kepustakaan, Kerangka Konseptual dan Hipotesis

penelitian

Dalam kajian pustaka ini dapat dijelaskan kepustakaan

konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual

diperoleh dari kajian literature atau textbook, Kepustakaan

penelitian diperoleh dari kajian terhadap hasil-hasil penelitian

terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan,

dapat dalam bentuk artikel baik internasional maupun nasional.

Dalam kajian kepustakaan ini pertama dapat disampaikan

konsep atau definisi tentang semua variabel penelitian, yang

dapat diperoleh dari literature, jurnal, maupun kamus ataupun

dari ensiklopedi. Setelah berbicara tentang konsep atau definisi,

Page 108: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

98

maka dapat disampaikan tentang landasan teori yang digunakan

untuk menjawab tujuan penelitian.

Dalam poin ini juga dijelaskan hubungan antar variabel

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

Hubungan atau pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya

dijelaskan secara menyeluruh sesuai dengan model yang

telah dijelaskan dalam tujuan penelitian. Demikian juga arah

pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya juga mesti

dijelaskan yang nantinya sangat bermanfaat dalam merumuskan

hipotesis penelitian. Penjelasan tentang hubungan antar variabel

ini sering disebut sebagai kerangka konseptual penelitian.

Setelah kerangka konsep penelitian sudah dijelaskan secara

lengkap sesuai dengan kebutuhan atau model yang dirancang,

maka selanjutnya hipotesis dapat dirumuskan.

Dalam panduan yang ada khususnya di FEB Unud

disarankan untuk merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis

penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan

dipandang sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Jika peneliti merumuskan apakah ada

pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, maka peneliti

dapat membuat rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara

sebelum dibuktikan dengan mengumpulkan data dan melakukan

analisis. Misalnya jawabannya adalah ada pengaruh tingkat

upah terhadap produktivitas. Jika rumusan masalahnya adalah

Page 109: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

99

bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, maka

hipotesisnya sebagai jawaban sementara dapat ditulis, misalnya

tingkat upah berpengaruh positif terhadap produktivitas. Jika

misalnya rumusan masalah penelitiannya, adakah perbedaan

penghasilan laki-laki dengan penghasilan perempuan, maka

rumusan hipotesis penelitiannya adalah ada perbedaan

penghasilan laki-laki dengan penghasilan perempuan. Dengan

melihat berbagai contoh hipotesis tersebut, maka dapat

disampaikan bahwa bentuk hipotesis juga sama dengan bentuk

tujuan penelitian atau bentuk rumusan masalah penelitian yaitu

berbentuk deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dalam

realitanya bentuk hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti

umumnya ada 2 yaitu komparatif dan asosiatif karena dikatakan

terdapat teori yang jelas mendasarinya. Jika hipotesis deskriptif

akan relative lebih sulit untuk mencari alasan secara obyektif

tentang alasan hipotesis deskriptif tersebut. Misalnya dalam

hipotesis deskriptif dirumuskan, tingkat efektivitas revitalisasi

pasar tradisional Desa Panjer, misalnya 80 persen, maka akan

sangat sulit untuk mencari alasan ilmiah kenapa dihipotesiskan

80 persen, dan kepada bukan angka yang lainnya. Jadi agak sulit

mencarikan alasannya, oleh karena itu jarang hipotesis deskriptif

dirumuskan.

Page 110: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

100

7) Metode Penelitian

Dalam poin Metode Penelitian banyak hal yang harus

disampaikan oleh peneliti. Terkait dengan Metode Penelitian

ini apa saja bagian yang harus disampaikan juga sangat terkait

dengan pedoman yang ada di program studi.

(1) Desain penelitian

Dalam desain penelitian ini, peneliti dapat menjelaskan

bahwa penelitiannya adalah dengan pendekatan kuantitatif,

dengan tingkat eksplanasi asosiatif misalnya. Tingkat eksplanasi

yang dijelaskan disini adalah tingkat eksplanasi yang tertinggi.

(2) Lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian

Lokasi yang dijelaskan disini adalah lokasi dimana

penelitian dilakukan yang sudah dijelaskan dalam judul

penelitiannya. Lokasi yang dipilih harus dijelaskan alasannya

secara obyektif, misalnya memang dilokasi penelitian tersebut

memang ada masalah terkait dengan dependen variabelnya.

Ruang lingkup wilayah penelitian biasanya dikaitkan dengan

penelitian yang menggunakan data sekunder, misalnya apakah

data tahunan, bulanan, tri wulanan, atau data panel.

(3) Obyek penelitian

Obyek penelitian yang dijelaskan dalam poin ini

terkait dengan variabel penelitian yang digunakan. Variabel

penelitian tersebut dapat berupa variabel independen, dependen,

intervening/mediasi, maupun variabel moderasi. Semua variabel

Page 111: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

101

yang digunakan seyogyanya disampaikan dalam poin ini,

namun tidak perlu dijelaskan posisi variabel penelitian tersebut

dalam penelitian yang dilakukan tersebut, jadi hanya disebutkan

variabelnya.

(4) Identifikasi variabel

Dalam identifikasi variabel ini disebutkan semua variabel

dan posisi variabel tersebut dalam penelitian yang bersangkutan.

Posisi yang dimaksud adalah peran variabel penelitian tersebut

masing-masing, apakah sebagai variabel dependen, independen,

mediasi/intervening, maupun moderating, yang harus

diklasifikasikan masing-masing sehingga jelas perannya. Disini

juga perlu diidentifikasi seluruh indicator yang digunakan untuk

variabel laten jika memang peneliti ada menggunakan variabel

laten.

(5) Definisi operasional variabel

Semua variabel yang telah diindentifikasikan sebelumnya,

baik dependen, independen, intervening, maupun moderating,

termasuk semua indikator-indikator untuk mengukur variabel

laten yang telah disampaikan sebelumnya, harus diberikan

definisi operasional. Definisi operasional ini untuk memberikan

pemahaman bagaimana cara mengukur variabel tersebut,

sehingga dikatakan definisi operasional ini sebagai penghubung

dunia teori dengan dunia observasi. Dalam definisi operasional

ini juga harus disampaikan skala pengukuran variabelnya

Page 112: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

102

termasuk satuan variabel jika datanya numerik atau data rasio.

(6) Jenis dan sumber data

Jenis dan sumber data dijelaskan setelah peneliti

menyampaikan semua variabel penelitiannya dengan definisinya

masing-masing. Jenis data ini dapat dibagi ke dalam data

kualitatif dan kuantitatif, berikan definisi dari jenis data dan

sumber data tersebut sesuai dengan sumber textbook yang diacu,

dan jangan lupa untuk memberikan contoh variabelnya masing-

masing yang sesuai, seperti variabel mana yang tergolong

kuantitatif atau kualitatif. Demikian juga sumber data yang

digunakan misalnya data primer dan sekunder, masing-masing

dijelaskan definisinya dengan menggunakan acuan tertentu yang

digunakan dan selanjutnya masing-masing diberikan contoh

variabelnya masing-masing yang sesuai.

(7) Populasi, sampel, dan metode penentuan sampel

Populasi, sampel,dan metode penentuan sampel ini akan

dijelaskan oleh peneliti jika peneliti menggunakan data primer

dalam penelitiannya. Jika peneliti menggunakan data sekunder

maka tidak perlu menyampaikan poin ini, namun peneliti harus

menjelaskan jumlah pengamatan yang digunakan sebagai

padanan dari jumlah sampel jika menggunakan data primer.

Disini peneliti yang menggunakan data sekunder hanya perlu

menjelaskan tentang jumlah pengamatannya, misalnya data

time series 30 tahun, maka jumlah pengamatannya 30 buah.

Page 113: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

103

Jika menggunakan data 20 tahun dengan data semesteran,

maka jumlah pengamatannya adalah 20 x 2 = 40 buah jumlah

pengamatannya. Demikian pula misalnya menggunakan data

panel misalnya data kanupaten/kota di Provinsi Bali masing-

masing selama 6 tahun data time seriesnya, sehingga jumlah

pengamatannya sebanyak 9 kabulaten/kota dikalikan 6 tahun,

jadi jumlah pengamatannya sebanyak 54 buah pengamatan.

Ini yang harus dijelaskan oleh peneliti yang menggunakan data

sekunder untuk menjawab tujuan penelitiannya.

(8) Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dapat digunakan

berbagai macam metode, namun peneliti cara pengumpulan data

primer tentunya lebih banyak variasinya dibandingkan dengan

jika peneliti menggunakan data sekunder dalam menjawab tujuan

penelitiannya. Data sekunder hanya dapat dikumpulkan dengan

metode observasi, karena datanya sudah ada yang dikoleksi

atau dikumpulkan oleh orang atau pihak lainnya, dan peneliti

hanya menggunakannya saja. Selain menggunakan metode

observasi, peneliti yang menggunakan data sekunder juga dapat

menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview)

untuk menambah informasi yang lebih mendalam terkait dengan

variabel penelitiannya.

Dalam mangumpulkan data primer, peneliti dapat

menggunakan berbagai cara misalnya observasi perilaku.

Page 114: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

104

Metode observasi yang dapat digunakan dalam mengumpulkan

data primer adalah metode observasi perilaku, yaitu dapat

mengobservasi perilaku dari sekelompok orang yang menjadi

subyek penelitian, dan peneliti dapat berpartisipasi atau tidak

ikut berpartisipasi. Selain observasi perilaku para peneliti yang

menggunakan data primer untuk menjawab tujuan penelitiannya

juga dapat menambahkan dengan observasi non perilaku untuk

mendapatkan data dari dokumen-dokumen yang ada. Selain itu

peneliti yang menggunakan data primer juga dapat menggunakan

metode wawancara, angket (kuesioner), wawancara mendalam,

maupun FGD untuk memperoleh data primer guna menjawab

tujuan penelitiannya. Dalam menggunakan berbagai metode

pengumpulan data, peneliti harus memberikan contoh variabel

yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode

pengumpulan data tersebut, guna memastikan bahwa peneliti

memang menggunakan metode tersebut.

(9) Teknik analisis data Setelah peneliti mengumpulkan data dengan berbagai metode yang digunakan, maka selanjutnya peneliti dapat melakukan pengolahan data sebelum melakukan analisis data untuk menjawab tujuan atau hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Dalam pendekatan kuantitatif yang digunakan oleh peneliti maka dapat menggunakan teknik analisis data kuantitatif juga yang selama ini dibantu dengan menggunakan alat atau metode statistik. Dalam hal teknik analisis data secara kuantitatif

Page 115: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

105

peneliti dapat menggunakan metode statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk melihat sebaran data dari semua variabel penelitian. Statistik inferensial yang dapat digunakan oleh peneliti yang terkait dengan tujuan penelitiannya misalnya statistik komparatif, dan asosiatif yang dapat digunakan uji signifikansinya dengan tingkat alpha tertentu. Analisis data secara kualitatif adalah digunakan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.(10) Daftar Pustaka/Rujukan Semua acuan yang digunakan dalam menyusun proposal penelitiannya harus dimasukkan ke dalam daftar rujukan atau daftar pustaka yang digunakan. Daftar rujukan ini dapat berupa textbook, artikel internasional, maupun nasional, buku metodologi penelitian, maupun sumber bacaan yang digunakan harus semuanya dimasukkan. Cara penulisan daftar pustaka/rujukan dapat menggunakan atau disesuaikan dengan pedoman yang ada.(11) Lampiran (jika ada/jika diperlukan) Peneliti juga dapat memasukkan lampiran-lampiran yang dipandang perlu sesuai dengan persyaratan yang ada. Beberapa lampiran yang umumnya ada antara lain lampiran CV peneliti, Rincian Biaya, Jadwal pelaksanaan kegiatan, dan sebagainya. Lampiran-lampiran ini dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang ada.

Page 116: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

106

BAB 4

TIPS MEMBUAT USULAN PENELITIAN

Guna dapat menyelesaikan studi atau pendidikan

khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,

maka mahasiswa harus mampu melewati tangga terakhir berupa

ujian skripsi. Untuk dapat membuat skripsi sebagai tugas akhir,

mahasiswa atau peneliti terlebih dahulu harus membuat sebuah

usulan penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsinya. Oleh

karena itulah sangat penting untuk dipahami oleh mahasiswa/

peneliti bagaimana cara atau strategi dalam membuat sebuah

usulan penelitian yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah format atau gaya

selingkung yang dimiliki oleh fakultas atau program studi

yang dapat sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam

membuat sebuah usulan penelitian khususnya usulan penelitian

untuk skripsi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan

dilaksanakan agar dapat menghasilkan sebuah usulan penelitian

yang baik dan benar atau usulan penelitian yang berkualitas

sesuai dengan kenyataan yang ada. Sebuah Usulan Penelitian

tidak akan dapat diselesaikan dalam waktu satu hari atau

satu minggu jika ingin menghasilkan Usulan Penelitian yang

bermutu. Beberapa Tips/tahapan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut.

Page 117: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

107

1) Memilih topik sesuai dengan konsentrasi yang dimiliki

Pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki berada pada

konsentrasi yang dipilih sehingga, memilih topik harus sesuai

dengan konsentrasi yang dimiliki. Dalam sebuah konsentrasi

tentu saja terdapat demikian banyak bagian-bagian atau

bidang yang dipelajari dalam sebuah konsentrasi. Misalnya

dalam konsentrasi Ekonomi Kependudukan, terdapat banyak

bidang yang dapat diteliti atau dikaji dan dipelajari seperti di

bidang fertilitas, mortalitas, migrasi penduduk, dan di bidang

ketenagakerjaan. Andaikan yang akan dipilih adalah di bidang

ketenagakerjaan, harus dilihat lagi yang mana bagian yang paling

diminati antara lain ada bagian kesempatan kerja/permintaan

tenaga kerja, pengangguran, setengah pengangguran, pasar

kerja, penawaran tenaga kerja, pengupahan, sektor imformal

dan sebagainya. Pada konsentrasi Ekonomi Perdagangan

Internasional juga banyak bidang yang dapat dipilih seperti

cadangan devisi, nilai tukar, hutang luar negeri, neraca

pembayaran, ekspor, maupun impor dan sebagainya. Demikian

pula pada konsentrasi Ekonomi Regional juga banyak bidang

yang dapat dipilih seperti ketimpangan pendapatan penduduk,

kemiskinan, sektor basis, pertumbuhan ekonomi, pendapatan

perkapita, IPM dan sebagainya.

Pastikan diantara berbagai bagian yang ada dalam satu

bidang dan dalam satu konsentrasi, bagian mana yang paling

Page 118: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

108

diminati dan paling dikuasai, maka pilihlah bagian itu untuk

menjadi topik dalam usulan penelitian yang akan dibuat.

Memilih bagian yang paling dikuasai dan disenangi menjadi hal

yang sangat penting, karena dengan menyenangi dan menguasai

bagian tertentu dari bidang ilmu tersebut akan memberikan

kekuatan dan semangat jika pada saat penelitian dilakukan,

muncul hambatan dan tantangan dalam menyelesaikan

penelitian tersebut. Dengan demikian penguasaan terhadap

satu bagian dari bidang ilmu dalam sebuah konsentrasi yang

telah diputuskan menjadi topik yang dipilih, menjadi hal yang

sangat penting agar dapat melaksanakan penelitian dengan baik

dan benar atau memiliki kualitas yang memadai, serta menulis

laporannya sesuai dengan format tulisan yang telah ditentukan.

2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang topik

yang dipilih Pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang telah didapat

dibangku kuliah atau di kelas tidaklah cukup untuk dapat membuat sebuah usulan penelitian yang berkualitas. Oleh karenanya diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang topik yang telah dipilih. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: (1) membaca jurnal dan hasil penelitian yang relevan dengan topik yang telah dipilih dalam memperkaya wawasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan nantinya; (2) menghadiri seminar-

Page 119: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

109

seminar yang relevan dengan topik yang dipilih; (3) melakukan diskusi-diskusi dengan teman-teman sejawat yang memiliki pemahaman tentang topik tersebut untuk meminta saran dan masukan; (4) mendatangi dan memohon masukan kepada para dosen pengajar yang kiranya relevan dengan topik yang dipilih termasuk kepada para dosen yang terkait dengan teknik analisis statistik yang relevan untuk digunakan; (5) mendatangi dan memohon masukan kepada Pembimbing Akademis (PA) tentang kemungkinan penggunaan konsep-konsep yang relevan dan operasional dalam mendukung usulan penelitian yang akan disusun; (6) mencatat dan melakukan perenungan terhadap semua aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam rangka memahami dan menentukan konsep-konsep dan variabel yang relevan pada tahap awal sebelum aktivitas observasi pendahuluan dilakukan; (7) membaca dan mendalami teori-teori yang relevan dengan topik yang telah dipilih; (8) membaca dan mendalami pengetahuan tentang Metodologi Riset, agar dapat melakukan riset yang benar. Jika semua kegiatan-kegiatan tersebut (8 kegiatan yang telah disampaikan sebelumnya) dapat dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan dengan hati yang senang serta penuh dengan ketulusan, maka niscaya pengetahuan dan pemahaman tentang topik yang dipilih, serta pengetahuan tentang bagaimana melakukan riset yang benar, akan meningkat

secara bermakna.

Page 120: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

110

3) Melakukan observasi lapangan untuk menggali research

Problem

Setelah pengetahuan, dan pemahaman tentang topik yang

dipilih serta pengetahuan tentang Metodologi Riset dapat dikuasai

secara memadai, maka peneliti (mahasiswa) sudah siap untuk

melakukan aktivitas berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah

melakukan observasi lapangan untuk dapat mengidentifikasi

research Problem, yang akan menjadi dasar riset atau

penelitian dilakukan. Tanpa ada research Problem, penelitian

yang dilakukan belum memenuhi persyaratan yang lengkap,

dan research Problem harus sesuai dengan topik yang telah

dipilih. Research Problem adalah Problem yang mendasari riset

tersebut dilakukan. Problem atau masalah adalah kesenjangan

(gap) antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang

terjadi. Pada umumnya keadaan kemiskinan, pengangguran,

setengah pengangguran, kesenjangan pendapatan yang tinggi,

produktivitas rendah, kesejahteraan rendah atau menurun, tingkat

kematian bayi atau kenatian anak yang tinggi, ekspor komoditi

menurun, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang rendah

antara lain adalah hal-hal atau kenyataa yang tidak diharapkan

terjadi. Secara umum orang-orang tidak mengharapkan

kemiskinan terjadi, tidak mengharapkan pengangguran terjadi,

atau tidak berharap ada kesenjangan pendapatan yang tinggi.

dan sebagainya seperti contoh-contoh yang telah disebutkan.

Page 121: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

111

Dengan demikian dapat dikatakan kondisi-kondisi tersebut

adalah masalah-masalah yang dapat menjadi dasar riset-riset

dilakukan, atau dapat dikatakan jika kondisi-kondisi tersebut

sudah dapat diidentifikasi, maka dapat dikatakan observasi yang

dilakukan sudah mampu mengidentifikasi research Problem.

4) Mengidentifikasi atau mengumpulkan data pendukung

research Problem

Dalam penelitian ilmiah (jenis penelitian ini yang

akan dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti) semua yang

disampaikan harus didukung oleh bukti-bukti atau data yang

memadai. Bukti-bukti atau data ini dapat disampaikan dengan

data atau informasi secara kuantitatif atau pun kualitatif. Data

atau bukti-bukti pendukung ini sangat penting maknanya

dalam memastikan atau meyakinkan diri sendiri atau orang

lain terhadap keberadaan research Problem yang telah berhasil

diidentifikasi sebelumnya. Jadi jika data atau bukti pendukung

dapat disajikan atau dilampirkan, maka research Problem yang

dirumuskan menjadi kuat kedudukannya.

5) Mencari dan memastikan format penulisan Usulan

Penelitian yang harus digunakan

Setiap fakultas atau program studi memiliki format atau

urutan tertentu dalam menyusun atau menyampaikan sebuah

Page 122: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

112

Usulan Penelitian. Walaupun secara umum sebuah Usulan

Penelitian memiliki format yang hampir sama, namun dengan

program studi atau fakultas yang berbeda akan ada hal-hal atau

bagian-bagian tertentu yang perlu disampaikan secara berbeda.

Oleh karena itu mahasiswa atau peneliti harus memastikan untuk

mengetahui dan memiliki buku panduan yang menyangkut

format penulisan Usulan Penelitian. Jika panduan tersebut

sudah dimiliki dan dimengerti, dan dengan proses atau tahapan

yang telah diikuti sebelumnya (1-4 tahapan sebelumnya), maka

mahasiswa atau peneliti sudah siap untuk menyusun sebuah

Usulan Penelitian.

6) Menyusun sebuah Usulan Penelitian

Setelah mahasiswa atau peneliti memiliki pengetahuan

dan pemahaman yang memadai tentang topik yang ingin diteliti,

pengetahuan tentang Metodologi Riset yang memadai, research

Problem sudah dapat diidentifikasi, bukti atau data pendukung

sudah terkumpul, dan sebuah format Usulan Penelitian sudah

dimiliki, maka tiba saatnya Usulan Penelitian dapat disusun.

(1) Menyusun latar belakang masalah

Dalam menyusun latar belakang masalah perlu

memperhatikan dan memasukkan hal-hal berikut yang

harus ada dalam sebuah latar belakang masalah. Pertama,

harus dibahas tentang pentingnya topik tersebut tepatnya

Page 123: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

113

tentang dependen variabelnya. Misalnya topik atau

dependen variabelnya tentang pengangguran, maka

harus diuraikan pertama tentang makna pengangguran

dan alasan pentingnya membahas atau meneliti tentang

pengangguran (sesuaikan dengan topik yang akan diteliti).

Kedua, setelah menguraikan tentang makna pengangguran

dan alasan kenapa penting untuk meneliti atau membahas

tentang pengangguran, maka selanjutnya diuraikan tentang

research Problem yang telah diidentifikasi. Ketiga,

research Problem yang telah diidentifikasi tersebut,

dilengkapi dan didukung oleh data yang memadai baik

data kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang mesti

diperhatikan adalah dalam latar belakang data yang

dimasukkan adalah hanya data yang mencerminkan atau

mendukung research Problem, dan bukan data yang akan

dianalisis dalam bab selanjutnya setelah riset dilakukan.

Keempat, mengidentifikasi faktor-faktor yang diperkirakan

mempengaruhi atau menyebabkan research Problem atau

masalah tersebut terjadi (dalam contoh ini masalah tentang

pengangguran). Dalam melakukan identifikasi mahasiswa

atau peneliti harus mendasarkan diri pada teori-teori yang

relevan, jurnal hasil penelitian, serta observasi di tempat

dimana penelitian akan dilakukan. Kelima, menjelaskan

hubungan, atau pengaruh, atau mekanisme faktor-faktor

Page 124: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

114

atau variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi

dependen variabel. Apakah hubungan/pengaruhnya

positif atau negatif harus dijelaskan di sini, penjelasan ini

harus didasarkan atau didukung atas teori-teori dan hasil

penelitian yang relevan.

(2) Menyusun rumusan masalah penelitian

Rumusan masalah penelitian disini harus disampaikan

dengan kalimat pertanyaan yang didasarkan atas latar

belakang masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

Semua variabel atau fator yang dirumuskan dalam rumusan

masalah penelitian ini didasarkan atas teori dan hasil-hasil

penelitian sebelumnya, yang telah dipilih melalui hasil

observasi di tempat dimana penelitian akan dilakukan.

Contoh: Bagaimana pengaruh investasi terhadap tingkat

pengangguran di Kabupaten X

(3) Menyusun tujuan penelitian

Tujuan penelitian tersebut dirumuskan sesuai dengan

rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan

sebelumnya. Jika ada 3 atau 4 rumusan masalah penelitian,

maka secara implisit atau eksplisit juga ada 3 atau 4

rumusan tujuan penelitian.

Contoh: Untuk menganalisis pengaruh investasi terhadap

tingkat pengangguran di Kabupaten X.

(4) Menyusun manfaat/kegunaan penelitian

Page 125: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

115

Manfaat atau kegunaan penelitian ini harus dibedakan

menjadi 2 yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara

praktis. Manfaat teoritis mengacu pada dukungan hasil

penelitian dalam memperkuat teori, mengembangkan teori

atau mendukung hasil penelitian yang telah ada. Manfaat

praktis mengacu pada manfaat dari penelitian tersebut

dalam membantu mengatasi masalah yang ada yang telah

diketahui sebagaimana yang dirumuskan sebagai research

Problem sebelumnya.

(5) Menyusun Kajian Kepustakaan, Kerangka Konseptual

dan Hipotesis Penelitian

Kajian kepustakaan akan memuat tentang definisi dari

konsep-konsep yang digunakan, teori-teori yang relevan,

serta hasil-hasil penelitian (jurnal) yang sesuai. Hubungan

antar variabel dimana semua variabel tersebut telah

disampaikan dalam rumusan masalah penelitian atau

tujuan penelitian, harus juga disampaikan dalam bagian ini

sebelum hipotesis dirumuskan. Hubungan antar variabel

termasuk arah hubungan (positif/negatif) atau pengaruhnya

yang dijelaskan disini didasarkan atas teori-teori dan hasil

penelitian atau jurnal yang relevan. Semua hubungan antar

variabel tersebut dijelaskan dalam kerangka konseptual

penelitian, dimana dalam penyusunannya didasarkan

atas berbagai teori yang relevan, artikel/jurnal baik jurnal

Page 126: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

116

internasional maupun jurnal nasional, serta dimungkinkan

juga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. Setelah

hubungan atau pengaruh antar variabel dijelaskan termasuk

arahnya apakah positif atau negatif, maka hipotesis dapat

dirumuskan. Jadi hipotesis tersebut dapat dirumuskan

didasarkan atas penjelasan hubungan antar variabel yang

telah dijelaskan sebelumnya.

(6) Menyusun Metode Penelitian

Dalam Metode Penelitian ini disampaikan banyak hal

seperti lokasi penelitian dengan alasan yang ilmiah kenapa

lokasi atau tempat tersebut dipilih, kemudian disampaikan

identifikasi variabel penelitian, yang dilanjutkan dengan

definisi operasional variabel. Definisi operasional variabel

menjelaskan bagaimana cara mengukur variabel tersebut

dan skala pengukurannya. Dalam Metode Penelitian

ini juga dijelaskan tentang jenis dan sumber data. Jenis

data dapat dibagi menjadi 2 yaitu data kuantitatif dan

data kualitatif, dan masing-masing diberikan contohnya.

Sumber data juga dibagi 2 yaitu data primer dan data

sekunder. Masing-masing sumber data tersebut diberikan

contohnya sesuai dengan variabel yang diteliti. Populasi,

sampel, dan metode penentuan sampel juga dijelaskan

terutama pada penelitian yang menggunakan data primer

dalam menjawab tujuan penelitian. Metode pengumpulan

Page 127: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

117

data juga dijelaskan dan semua metode pengumpulan

data yang dijelaskan tersebut masing-masing diberikan

contoh data yang dikumpulkan sesuai dengan variabel

penelitiannya. Dalam metode pengumpulan data ini

harus ada metode observasi karena berkaitan dengan

kegiatan observasi terhadap research Problem yang

telah diidentifikasi sebelumnya. Terakhir yang dibahas

dalam Metode Penelitian ini adalah teknik analisis data.

Teknik analisis data yang dijelaskan di sini tergantung dari

rumusan masalah penelitiannya atau tujuan penelitiannya

apakah statistik deskriptif, komparatif ataukah asosiatif,

dan yang paling penting hal-hal yang disampaikan dalam

Usulan Penelitian (UP) yang akan disusun harus sesuai

dengan format UP yang telah dimiliki oleh fakultas atau

program studi

(7) Daftar Pustaka

Semua referensi yang telah diacu di dalam UP tersebut

harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka, tidak boleh

lebih atau kurang. Penulisan daftar pustaka sesuaikan

dengan pedoman atau panduan yang telah ada.

Selamat Membuat Usulan Penelitian.

Page 128: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

118

BAB 5

POPULASI DAN SAMPEL

5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2012). Jadi terhadap populasi itulah

peneliti akan melakukan generalisasi, meskipun bukan seluruh

populasi tersebut yang diteliti. Populasi juga berarti keseluruhan

unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti

(Sugiarto dkk, 2001). Banyaknya anggota populasi disebut

dengan ukuran populasi, sedangkan nilai yang mencerminkan

karakteristik/ciri dari sebuah populasi disebut parameter. Ada

beberapa konsep tentang populasi yang seyogyanya dipahami

oleh seorang peneliti. Populasi sasaran/populasi target dan

populasi terukur/terjangkau atau populasi sampel (sampling

population).

Populasi sasaran (target population) adalah keseluruhan

individu atau orang atau karakteristik/sifat yang akan diteliti

dalam wilayah dan kurun waktu sesuai dengan tujuan penelitian

(Sugiarto dkk, 2001). Sebagai contoh: Jika peneliti ingin meneliti

kesejahteraan keluarga petani kakao di Kecamatan Kintamani,

maka populasi target/populasi sasaran adalah seluruh keluarga

yang ada di Kecamatan Kintamani. Populasi terukur/terjangkau

Page 129: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

119

atau sampling population adalah seluruh keluarga petani

kakao di Kecamatan Kintamani. Sampling frame-nya adalah

daftar seluruh keluarga petani kakao di Kecamatan Kintamani.

Dengan memperhatikan beberapa konsep tentang populasi,

maka dapat disampaikan populasi tidak hanya orang, tetapi

juga benda-benda lainnya atau karakteristik/sifat yang dimiliki

oleh subyek atau obyek tersebut. Populasi ini meliputi seluruh

jumlah/karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau

obyek tersebut. Populasi penelitian akan tergantung dari subyek

maupun obyek yang akan diteliti. Berikut disampaikan beberapa

contoh populasi sesuai dengan definisi tentang populasi yang

telah disampaikan.

1) Beberapacontohpopulasi

(1) Meneliti produktifitas kerja karyawan Perusahaan

Importir di Kota Denpasar, maka populasi

penelitiannya adalah seluruh karyawan Perusahaan

Importir yang ada di Kota Denpasar.

(2) Meneliti tingkat kandungan garam di Lautan Pasifik,

maka populasi dalam penelitian tersebut adalah

seluruh air laut yang ada di Lautan Pasifik

(3) Meneliti golongan darah Si Budi, maka populasi

dalam penelitian tersebut adalah seluruh darah yang

ada dalam tubuh Si Budi.

Page 130: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

120

(4) Meneliti rasa jeruk di Pasar Sanglah, populasinya

adalah seluruh jeruk yang dijual di Pasar Sanglah

pada saat penelitian dilakukan.

(5) Meneliti derajat kesehatan penduduk miskin

di Kabupaten Karangasem, maka populasi

penelitiannya adalah seluruh penduduk miskin yang

ada di Kabupaten Karangasem.

(6) Meneliti tingkat kepuasan pelayanan yang diterima

oleh konsumen yang berbelanja di Pasar Badung,

populasinya adalah seluruh konsumen yang

berbelanja di Pasar Badung, pada saat penelitian

dilakukan

(7) Meneliti skala usaha pengusaha genteng di Desa

Pejaten, maka populasinya adalah seluruh pengusaha

genteng yang ada di Desa Pejaten.

Berdasarkan beberapa contoh populasi yang telah

disampaikan sebelumnya, maka dapat disampaikan bahwa

populasi dalam penelitian tidak hanya orang, tetapi boleh apa saja

yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk dikaji. Tentu saja

jenis populasi ini akan berbeda sesuai dengan bidang penelitian

yang akan dikaji peneliti. Pada penelitian humaniora, seperti

misalnya di fakultas Ekonomi dan Bisnis, maka populasinya

lebih banyak orang, seperti sebagai pekerja, karyawan, manajer,

penduduk miskin, petani, nelayan, pedagang, konsumen, dan

sebagainya.

Page 131: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

121

5.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi tersebut

yang dipilih dengan menggunakan prosedur atau cara-cara

tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya

(Sugiarto dkk, 2001). Sampel adalah bagian dari populasi

tersebut, baik berkaitan dengan jumlah maupun ciri-ciri atau

karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang bersangkutan.

Apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan

diberlakukan terhadap populasinya. Untuk itu sampel yang

diambil harus benar-benar representatif/mewakili populasinya.

Jika sampel tidak representatif maka kesimpulan yang dibuat

menjadi tidak tepat tentang populasi yang diprediksinya. Jumlah

anggota suatu sampel disebut sebagai ukuran sampel, dan nilai-

nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap sampel tersebut

disebut statistik. Dengan konsep statistic tersebut yang diperoleh

dari nilai sampel, maka jika sampel ukurannya berubah maka

nilai statistik juga berubah. Oleh karena itulah agar nilai dari

sampel atau statistik tersebut mewakili populasinya, haruslah

sampel yang diambil juga mampu mewakili populasinya.

Dengan demikian cara untuk pengambilan sampel haruslah tepat

sesuai dengan karakteristik populasinya.

Page 132: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

122

1) Beberapacontohsampel1) Sebagian dari karyawan karyawan Perusahaan Importir di Kota Denpasar 2) Beberapa cangkir, ember, atau drum dari air laut di Lautan Pasifik3) Beberapa tetes darah Si Budi4) Beberapa biji jeruk yang dijual di Pasar Sanglah5) Sebagian penduduk miskin di Kabupaten Karangasem6) Sebagian konsumen yang berbelanja di Pasar Badung7) Sebagian pengusaha genteng di Desa Pejaten

5.3 PenelitianBerdasarkanSampelatauSensusSecara umum peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya

berdasarkan data dari sampel yang ditelitinya, bukan dari populasinya. Dengan demikian dapat dikatakan pada umumnya peneliti tidak menggunakan seluruh populasi dalam penelitiannya, artinya peneliti meneliti sampel untuk menyimpulkan kondisi populasi. Penggunaan sampel dalam kehidupan sehari-hari untuk menyimpulkan kondisi populasi lebih banyak dikaitkan dengan efisiensi penggunaan waktu, biaya, dan tenaga, meskipun tidak selalu tepat alasan berkaitan dengan efisiensi tersebut. Penelitian dengan menggunakan sampel dilakukan dengan berbagai pertimbangan atau alasan

tertentu sebagai berikut.

Page 133: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

123

1) Jika populasi homogen

Sebuah penelitian yang populasinya homogen, maka

tidak perlu meneliti seluruh anggota populasinya. Penelitian

seperti itu cukup meneliti sampel, dan akan dapat mewakili

populasinya karena anggota populasi homogen. Jika populasi

homogen sempurna, maka satu satuan anggota populasi sudah

dapat mewakili populasinya. Dalam hal ini bukan karena sumber

daya yang terbatas, maka hanya meneliti sampel, tetapi karena

memang tidak perlu meneliti seluruh populasi, cukup hanya

meneliti sampel, sudah dapat mewakili populasinya.

2) Penelitian sering bersifat merusak

Alasan lain kenapa peneliti meneliti sampel, bukan

populasinya, karena seringkali penelitian bersifat merusak atau

destruktif. Oleh karena penelitian sering bersifat merusak, maka

dalam penelitian harus meneliti sampel bukan populasinya. Hal

ini berarti penelitian menggunakan sampel karena harus, bukan

karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki atau karena

menginginkan efisiensi, tetapi karena harus menggunakan

sampel. Sebagai contoh: sebuah perusahaan bola lampu ingin

meneliti tentang daya tahan bola lampu yang diproduksinya untuk

disampaikan pada hasil produksinya. Peneliti dalam perusahaan

ini juga harus menggunakan sampel dalam penelitian untuk

memperoleh data tentang daya tahan bola lampu tersebut, karena

jika meneliti populasinya, maka tidak akan ada lagi produk

Page 134: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

124

yang dijual karena semuanya digunakan untuk penelitian. Jadi

dalam hal ini sampel digunakan dalam penelitian bukan karena

keterbatasan sumber daya atau karena efisiensi, tetapi karena

harus menggunakan sampel.

3) Keterbatasan waktu yang dimiliki untuk pembuatan

kebijakan

Seringkali terjadi untuk mengatasi masalah tertentu harus

dicari akar masalahnya atau penyebabnya. Untuk memperoleh

data atau informasi tentang penyebab tersebut harus dilakukan

penelitian atau riset dengan menggunakan sampel tertentu. Jika

diteliti seluruh anggota populasinya maka akan membutuhkan

waktu yang panjang dan kebijakan yang dibuat akan terlambat

dalam mengatasi masalah yang ada. Jadi dalam hal ini

keterbatasan waktu yang ada guna membuat kebijakan secara

cepat. Jadi dalam hal ini memang sampel harus diambil akibat

keterbatasan waktu untuk membuat kebijakan.

4) Keterbatasan sumber daya yang dimiliki untuk melakukan

penelitian seperti tenaga/kemampuan, waktu maupun

biaya.

Dalam realitanya penelitian yang dilakukan memang

membutuhkan sumber daya, dan realita juga bahwa sumber

daya yang dimiliki untuk riset adalah terbatas, sehingga tidak

memungkinkan untuk meneliti seluruh populasinya. Dengan

demikian keterbatasan sumber daya yang dimiliki memang sering

Page 135: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

125

menjadi hambatan dalam penelitian untuk meneliti populasi,

sehingga hanya menggunakan sampel dalam penelitiannya.

Selain penelitian menggunakan sampel, terkadang

penelitian juga dapat meneliti seluruh anggota populasi.

Penelitian yang meneliti seluruh anggota populasi disebut

dengan sensus atau cacah jiwa. Berkebalikan dengan penelitian

dengan menggunakan sampel, penelitian dengan sensus meneliti

keseluruhan populasi, dan tentu saja penelitian dengan sensus

dapat dilakukan oleh peneliti jika anggota populasinya tidak

terlalu banyak sehingga memungkinkan peneliti meneliti

seluruhnya. Selain itu penelitian dengan menggunakan seluruh

anggota populasinya jika anggota populasi heterogen sehingga

hanya dengan sensus hasilnya akan dapat mewakili populasinya.

Berkebalikan dengan penelitian dengan sampel dengan hanya

satu-satuan anggota populasi akan dapat terwakili populasinya

jika anggota populasi homogen sempurna, sebaliknya jika

anggota populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan

pengambilan data dengan sensus yang hasilnya dapat mewakili

populasinya.

5.4 Kriteria Sampel yang Baik

Agar dapat mewakili populasinya, maka sampel yang

digunakan haruslah representative mewakili populasinya,

sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat mencerminkan

Page 136: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

126

kondisi populasi yang sebenarnya. Ada beberapa kriteria yang

dikatakan sebagai sampel yang baik, dalam pengertian sampel

yang representatif, seperti disampaikan berikut ini (Mantra et al,

1989).

1) Dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari

seluruh populasi

2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian

3) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan

biaya yang tertentu

4) Sederhana sehingga mudah dilaksanakan oleh peneliti

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mencerminkan

kondisi populasi penelitian meskipun peneliti hanya meneliti

cuplikan atau sampel dari populasi tersebut. Dengan kata lain

sampel yang diambil dapat mewakili populasinya. Oleh karena

dalam realitanya sumber daya untuk melakukan penelitian

terbatas adanya, maka diharapkan sampel yang digunakan oleh

peneliti dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya

untuk menunjukkan kondisi populasinya. Jadi data dari sampel

yang disebut sebagai statistik adalah valid untuk mencerminkan

kondisi parameter dari populasi. Jadi sampel yang baik dalam

hal ini sampel yang representatif dapat memberikan informasi

yang valid atau dapat dipercaya tentang kondisi populasi

yang akan diprediksi. Selanjutnya sampel yang representative

tersebut akan dapat memperkirakan atau menentukan ketepatan

Page 137: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

127

atau presisi dari dari hasil penelitian. Jika peneliti misalnya

yakin bahwa sudah menggunakan metode yang tepat sesuai

kondisi populasi dalam penarikan sampel penelitiannya, maka

peneliti akan memiliki keyakinan yang tinggi terhadap hasil

penelitiannya sehingga dapat menentukan presisi atau derajat

kepercayaan risetnya misalnya 99 persen sampel mampu

memprediksi populasinya.

Dalam pelaksanaan sebuah riset efisiensi menjadi hal yang

sangat penting dijaga oleh peneliti mengingat secara umum

penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia memiliki

dana yang terbatas. Dengan demikian peneliti berharap bahwa

sampel yang baik atau yang representative mewakili populasi

memiliki kriteria dapat memberikan keterangan sebanyak

mungkin dengan sumberdaya yang tertentu yang dimiliki,

sesuai dengan prinsip efisiensi dalam penelitian. Tidak saja

dalam kehidupan sehari-hari efisiensi harus menjadi landasan

dalam bertindak, namun dalam penelitian efisiensi juga harus

ditekankan dalam pelaksanaannya. Sampel dalam penelitian

diperoleh atau ditentukan dengan teknik sampling yang tertentu,

dan terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan

oleh peneliti. Peneliti diharapkan dapat memilih teknik sampling

yang sederhana dalam artian dapat menjaga efisiensi dalam

penelitian dan validitas data yang diperoleh dari metode yang

telah dipilih.

Page 138: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

128

5.5 Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel

Sumber daya yang dimiliki peneliti dalam sebuah riset

adalah terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti

seluruh anggota populasi atau tidak memungkinkan untuk

melakukan sensus. Adanya kendala tersebut maka peneliti

haruslah membuat pertimbangan yang matang tentang ukuran

sampel yang akan digunakan , mengingat statistik sampel

inilah yang akan memprediksi kondisi populasinya. Jadi peneliti

haruslah secara tepat menentukan ukuran sampelnya dengan

berbagai pertimbangan. Berikut disampaikan ada 4 hal yang

dipertimbangkan oleh peneliti dalam menentukan ukuran sampel

(Mantra dkk, 2012).

1) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi

2) Presisi yang dikehendaki dari hasil penelitian

3) Rencana analisis data

4) Tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan

riset.

Ukuran sampel dalam sebuah penelitian terkait erat dengan

tingkat homogenitas dari anggota populasi darimana sampel

akan diambil. Semakin seragam atau homogen anggota populasi,

maka semakin sedikit atau semakin kecil ukuran sampelnya,

demikian sebaliknya semakin heterogen anggota populasi,

maka semakin banyak atau semakin besar ukuran sampel yang

harus diambil. Jika anggota populasi homogen sempurna dalam

Page 139: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

129

arti semuanya sama, maka satu satuan anggota populasi sudah

mampu mewakili populasinya, demikian sebaliknya jika anggota

populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan sensus dapat

mewakili populasinya. Dengan demikian pengetahuan peneliti

tentang tingkat homogenitas dari populasinya menjadi hal yang

sangat penting dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan

dalam penelitiannya. Jika peneliti memandang anggota populasi

relative homogen maka peneliti dapat menentukan tingkat

signifikansi atau alpha yang lebih tinggi dalam menghitung

ukuran sampelnya dengan rumus atau metode perhitungan

tertentu. Demikian sebaliknya jika peneliti menganggap bahwa

anggota populasinya heterogen, yang berakibat ukuran sampel

yang lebih besar, maka peneliti dapat menentukan tingkat

signifikansi atau alpha yang lebih kecil atau lebih rendah untuk

mendapatkan ukuran sampel yang lebih banyak atau lebih

besar. Contoh ini memberikan pemahaman bahwa pengetahuan

peneliti tentang kondisi populasinya menjadi hal yang sangat

penting agar peneliti dapat menentukan tingkat signifikansi atau

alpha dari penelitiannya agar dapat memperoleh ukuran sampel

yang representative dalam mewakili populasinya.

Presisi hasil penelitian terkait erat dengan jumlah sampel,

dan juga dengan tingkat signifikansi dari hasil penelitian. Jika

peneliti menghendaki hasil penelitian dengan presisi yang

tinggi, maka tingkat signifikansinya haruslah rendah, demikian

Page 140: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

130

sebaliknya jika presisi yang dikehendaki rendah, maka tingkat

signifikansi atau derajat kesalahannya tinggi. Jadi tingkat

presisi berkebalikan dengan tingkat signifikansi hasil penelitian.

Dengan demikian tingkat presisi berkaitan erat dengan ukuran

sampel, jika tingkat presisi yang dikehendaki tinggi, maka

ukuran sampelnya lebih banyak, demikian sebaliknya jika

tingkat presisi penelitiannya rendah, maka ukuran sampelnya

juga lebih sedikit. Jadi ada hubungan yang positif antara

tingkat presisi dengan ukuran sampel, sedangkan dengan

tingkat signifikansi, ada hubungan negatif antara tingkat presisi

dengan tingkat signifikansi. Contoh perhitungan berikut untuk

membuktikan hubungan positif antara tingkat presisi dengan

ukuran sampel, dan hubungan negatif antara tingkat presisi

dengan tingkat signifikansi. Rumus untuk menghitung ukuran

sampel digunakan Rumus Slovin.

n = N

----------------

1 + N e²

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen

kelonggaran) atau ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel (tingkat signifikansi)

Page 141: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

131

Contoh:

Sebuah penelitian ingin menganalisis tentang perkembangan

kesejahteraan petani padi setelah memperoleh program

pemberdayaan di Kecamatan Buntas. Kecamatan ini

adalah kecamatan dimana sebagian besar warganya adalah

sebagai petani padi. Jadi warga di kecamatan ini memang

mengandalkan penghidupannya sebagai petani padi.

Dengan kondisi ini pemerintah memberikan program

pemberdayaan kepada para petani di kecamatan tersebut

dengan berbagai program pemberdayaan. Penelitian ini

ingin menganalisis bagaimana keberhasilan program

pemberdayaan tersebut dalam rangka meningkatkan

penghasilan petani di kecamatan tersebut. Jumlah petani

padi di kecamatan tersebut atau populasi penelitiannya,

sebanyak 1.000 dan batas kesalahan yang diinginkan atau

alpha (α) sebanyak 5 persen, berapa ukuran sampel yang

didapatkan?

Dengan menggunakan Rumus Slovin diperoleh ukuran sampel

sebagai berikut.

Jawab:

n = N 1000

----------- = ---------------

1 + Ne² 1 + 1000(0,05)²

= 286

Page 142: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

132

Jadi dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar

5 persen, ukuran sampelnya sebanyak 286 orang petani padi.

Untuk membuktikan bahwa ukuran sampel berkorelasi positif

dengan tingkat presisi, dan berhubungan negatif dengan tingkat

signifikansi (α), maka berikut digunakan tingkat signifikansi (α)

sebesar 1 persen.

n = N 1000

----------- = ---------------

1 + Ne² 1 + 1000(0,01)²

= 909

Jadi diperoleh ukuran sampel sebanyak 909 orang petani padi,

jika menggunakan tingkat signifikan (α) sebesar 1 persen.

Berdasarkan kedua contoh hasil perhitungan tersebut dapat

ditarik kesimpulan tentang tingkat presisi dengan ukuran sampel.

Pada saat peneliti menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar

5 persen, ukuran sampel sebanyak 286 orang, sedangkan saat

menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 1 persen ukuran

sampelnya sebanyak 909. Tingkat signifikansi yang semakin

rendah berarti tingkat presisi semakin tinggi, dengan demikian

dengan tingkat presisi 99 persen ukuran sampel 909, dan tingkat

presisi 95 persen ukuran sampel 286. Data tersebut menunjukkan

semakin tinggi presisi, maka semakin besar ukuran sampel,

sebaliknya semakin rendah tingkat presisi maka semakin

sedikit sampel yang dapat diambil. Sebaliknya dengan tingkat

Page 143: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

133

signifikansi (α) sebesar 5 persen ukuran sampel 286 orang, dan

dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 1 persen ukuran sampel

909 orang, data ini menunjukkan ada hubungan negatif antara

tingkat signifikansi (α) dengan ukuran sampel. Semakin rendah

tingkat signifikansi, (α) maka semakin tinggi ukuran sampelnya,

demikian sebalinya semakin tinggi tingkat signikansi (α) maka

semakin sedikit ukuran sampelnya. Dengan contoh ini dapat

dibuktikan bahwa tingkat presisi yang dikehendaki dalam

penelitian menentukan ukuran sampel dari penelitian tersebut.

Selain tingkat homogenitas dari anggota populasi dan

tingkat presisi dalam penelitian yang menentukan ukuran

sampel, ukuran sampel juga ditentukan oleh rencana analisis

data yang diinginkan oleh peneliti. Sebagai contoh jika peneliti

ingin menggunakan teknik analisis data misalnya korelasi

product moment untuk menghitung hubungan antara tingkat

pendidikan dengan penghasilan yang diperoleh pekerja. Dengan

menggunakan Korelasi Product Moment sebagai salah satu

teknik analisis statistik parametric, membutuhkan syarat data

berdistribusi normal. Syarat distribusi normal paling sedikit

dapat menggunakan sampel besar dengan ukuran sampel 30

responden sudah cukup. Dengan rumus Korelasi Product Moment

dapat dihitung korelasi antara pendidikan dengan penghasilan

masing-masing dengan data dengan skala pengukuran variabel

rasio. Pendidikan dikur dengan jumlah tahun atau lamanya

Page 144: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

134

mengikuti pendidikan formal di sekolah dengan satuan tahun,

danpenghasilan per bulan dengan satuan ribuan rupiah. Kedua

varibel ini memiliki skala pengukuran variabel rasio, sehingga

dapat menggunakan teknik statistik parametric, misalnya

Korelasi Product Moment. Dengan ukuran sampel sebanyak

30 orang responden dapat diketahui atau dianalisis hubungan

kedua variabel tersebut. Misalnya diperoleh hasil korelasi (R)

sama dengan 0,9. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan

yang positif dan kuat antara pendidikan dengan penghasilan

responden. Semakin tinggi pendidikan,maka semakin tinggi

pula penghasilannya, demikian sebaliknya. Dengan teknik

analisis korelasi Product Moment tersebut cukup dibutuhkan 30

orang responden, jadi ukuran sampelnya cukup 30.

Seandainya untuk menjawab tujuan penelitian tersebut

peneliti menggunakan teknik analisis data non parametric

misalnya menggunakan chi square, maka ukuran sampel yang

dapat digunakan akan berbeda. Sebagai contoh analisis data chi

square membutuhkan tabel silang atau cross tabulation (cross

tab), maka data tentang pendidikan dan penghasilan tersebut

harus dibuat cross tab-nya. Misalnya dibuat tabulasi silang

dengan ukuran 3 kali 3, artinya data pendidikan responden dibagi

ke dalam 3 kelompok, demikian pula data penghasilan responden

dibagi ke dalam 3 kelompok juga. Data pendidikan dibagi ke

dalam 3 kelompok misalnya pendidikan rendah, menengah,

Page 145: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

135

dan pendidikan tinggi. Data penghasilan juga dibagi ke dalam 3

kelompok menjadi penghasilan rendah, sedang, dan penghasilan

tinggi. Tiga kelompok masing-masing variabel dibuat tabulasi

silangnya, sehingga menjadi total 9 titik baris dan kolom. Dalam

kriteria penggunaan tabulasi silang, untuk memperoleh hasil

yang valid data frekuensi harapan pada masing-masing titik

baris dan kolom tersebut paling sedikit sebanyak 5 buah atau

5 responden. Dengan demikian akan dibutuhkan paling sedikit

ukuran sampel sebanyak 9 x 5 orang yaitu dibutuhkan paling

sedikit 45 orang responden untuk menghitung nilai chi square

(X2) hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan.

Contoh ini menjelaskan bahwa dengan teknik analisis data

yang berbeda membutuhkan ukuran sampel yang berbeda pula.

Contoh lain, jika seorang peneliti ingin menggunakan teknik

analisis data soft ware PLS misalnya untuk teknik analisis data

SEM (Structural Equation Modeling) dengan versi student, akan

dibutuhkan ukuran sampel yang kurang dari 100 responden.

Demikian juga ada ukuran-ukuran sampel lainnya sesuai dengan

kebutuhan teknik analisis data masing-masing.

Page 146: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

136

Tabel 5.1: Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Penghasilan

Tabulasi silang seperti Tabel 5.1 membutuhkan perkalian baris

dan kolom yaitu 3 x 3 sama dengan 9, dan masing-masing

membutuhkan frekuensi harapan masing-masing 5 orang

responden, sehingga total responden yang dibutuhkan sebanyak

45 orang atau ukuran sampelnya sebanyak 45. Dengan demikian

dapat disimpulkan penggunaan teknik analisis data yang berbeda

meskipun untuk menjawab tujuan yang sama, akan dibutuhkan

ukuran sampel yang berbeda.

Ukuran sampel bagaimanapun juga sangat ditentukan

oleh sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Jika dana yang

dibutuhkan untuk pengumpulan data lapangan setiap responden

misalnya Rp. 50 ribu. Jika peneliti hanya punya dana untuk

biaya lapangan adalah Rp. 50 juta, maka paling banyak dapat

menggunakan responden 1000 orang. Dana lapangan tersebut

tidak mungkin dapat menggunakan responden sebanyak 2000

orang. Dengan demikian dapat disimpulkan ukuran sampel

Pendidikan

Penghasilan Rendah Menengah Tinggi Total

Rendah f(h) 5 f(h) 5 f(h) 5 -Sedang f(h) 5 f(h) 5 f(h) 5 -Tinggi f(h) 5 f(h) 5 fF(h) 5 -Total - - - -Sumber: Data Hipotetis, 2019Keterangan: f(h): frekuensi harapan

Page 147: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

137

dalam sebuah penelitian juga ditentukan oleh sumber daya yang

dimiliki peneliti.

5.6 Beberapa Hal yang Terkait dengan Ukuran Sampel

Seorang peneliti seyogyanya memahami berbagai hal

yang berhubungan dengan populasi, ukuran sampel, maupun

hal-hal lainnya yang terkait erat dengan subyek riset, yang

pada umumnya adalah orang untuk penelitian sosial seperti di

Ilmu Ekonomi. Jumlah anggota populasi yang menjadi pusat

perhatian untuk dikaji disebut ukuran populasi dan jumlah

anggota sampel yang akan diteliti dalam sebuah riset sering

disebut sebagai ukuran sampel (Sugiarto dkk, 2001; Sugiono,

2012). Bila jumlah populasi 5.000 dan hasil penelitian itu

akan diberlakukan untuk 5.000 orang tanpa ada kesalahan

atau tingkat presisinya 1 atau 100 persen, maka jumlah sampel

yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut atau sering

disebut sebagai sensus atau cacah jiwa. Dengan memperhatikan

rumus yang telah disampaikan sebelumnya untuk menghitung

ukuran sampel, maka dapat dikatakan semakin besar ukuran

sampel, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil

dan sebaliknya, semakin kecil ukuran sampelnya, maka makin

besar peluang kesalahan dalam melakukan generalisasi. Jadi

ada hubungan terbalik antara tingkat signifikansi atau peluang

kesalahan atau alpha dengan ukuran sampel dalam sebuah

penelitian.

Page 148: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

138

Seringkali ada pertanyaan tentang ukuran sampel yang

tepat dalam sebuah penelitian dengan pertanyaan berapa jumlah

anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah kembali pada 4 kriteria

atau 4 hal yang dipertimbangkan dalam menentukan ukuran

sampel dalam sebuah penelitian. Salah satu jawabannya adalah

tergantung dari tingkat kesalahan yang dikehendaki. Semakin

rendah tingkat kesalahan yang dikehendaki, maka semakin

banyak/besar ukuran sampelnya. Jadi ada hubungan searah

antara jumlah/ukuran sampel dengan tingkat ketepatan/presisi.

Kenapa hal ini menjadi penting dalam pembahasan tentang

ukuran sampel? Jawabannya adalah karena ukuran sampel

ini secara ilmiah akan dihitung dengan mempertimbangkan

tingkat presisi yang dikehendaki dengan menggunakan tingkat

signifikansi atau alpha (α) tertentu yang diinginkan. Tiga kriteria

lainnya seperti tingkat homogenitas anggota populasi dalam

realitanya sulit diukur oleh peneliti. Kriteria rencana analisis data

dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dalam penelitian

umumnya sudah dimasukkan secara implisit maupun eksplisit

dalam perhitungan ukuran sampel. Jika peneliti merasa bahwa

sumberdaya yang dimiliki terbatas dalam penelitiannya, maka

tingkat signifikansi atau alpha yang digunakan akan diperbesar

dalam penentuan ukuran sampel, sehingga ukuran sampelnya

menjadi lebih sedikit, demikian sebaliknya. Dengan demikian

Page 149: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

139

dalam realita penentuan ukuran sampel yang lebih banyak

digunakan adalah penentuan tingkat presisi hasil penelitian

dengan menggunakan alpha tertentu dalam menghitungnya.

Berikut diberikan contoh perhitungan rumus lain dalam

menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel

berikut akan digunakan rumus Krejcie dan Morgan (1970 dalam

Mantra, 2000), sebagai berikut.

S = X2NP (1-P)

-------------------------

d2 (N-1) + X2P (1-P)

S : ukuran sampel

N : ukuran populasi

P : Proporsi populasi (0,5)

d : derajat ketelitian

X2 : Nilai Tabel X2 (3,84)

Contoh:

Jika dalam sebuah penelitian populasi risetnya dapat

diidentifikasi sebanyak 1.000 orang, dan tingkat kesalahan atau

tingkat signifikansi (α) yang diinginkan sebanyak 5 persen,

berapa ukuran sampel yang mewakili?. Hasil yang diperoleh

dari rumus ini, juga dapat dibandingkan dengan metode atau

rumus lainnya, sehingga peneliti dapat memilih rumus yang

sesuai dengan kondisi populasinya.

Page 150: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

140

Jawab:

S = X2NP (1-P)

-------------------------

d2 (N-1) + X2P (1-P)

S = 3,842 (1000 x 0,5) (1-0,5)

--------------------------------------------

0,052 (1000-1) + 3,842 x 0,5 (1-0,5)

= 14,75 x 500 x 0,5 3687,5

----------------------- = -----------

2,50 + 3,69 6,19

= 596

Setiap penggunaan rumus tertentu dalam menghitung ukuran

sampel memiliki syarat atau asumsi untuk dipenuhi oleh peneliti

sebagai pengguna rumus tersebut agar hasil yang diperoleh

sesuai dengan harapan. Jika peneliti menggunakan tingkat

signifikansi (α) sebesar 1 persen, maka ukuran sampelnya dapat

dihitung dengan rumus Krejcie dan Morgan sebagai berikut.

S = X2NP (1-P)

-------------------------

d2 (N-1) + X2P (1-P)

S = 3,842 (1000 x 0,5) (1-0,5)

--------------------------------------------

0,012 (1000-1) + 3,842 x 0,5 (1-0,5)

Page 151: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

141

= 14,75 x 500 x 0,5 3687,5

----------------------- = -----------

0,0999 + 3,69 3,7899

= 973

Contoh perhitungan yang telah dilakukan tersebut pada

tingkat signifikansi 1 persen dan 5 persen dengan menggunakan

dua rumus yaitu Rumus Slovin dan Krejcie dan Morgan,

memperoleh hasil yang cukup berbeda terutama pada tingkat

signifikansi 5 persen. Untuk tingkat signifikansi 1 persen

perbedaannya semakin mengecil. Kedua rumus ini memiliki

syarat yang berbeda dalam penggunaannya. Rumus Slovin

maupun Rumus dari Krejcie dan Morgan yang digunakan

oleh para peneliti untuk menghitung ukuran sampel memiliki

persyaratannya masing-masing. Untuk penggunaan Rumus

Slovin syaratnya adalah populasi yang sangat besar sehingga

diperoleh ukuran sampel yang tidak terlalu besar dan umumnya

Rumus Slovin ini digunakan untuk penelitian survai. Dengan

anggota populasi yang sangat besar, maka populasi dalam

penggunaan Rumus Slovin adalah populasi berdistribusi normal.

Dengan kata lain jika seorang peneliti memiliki anggota populasi

dengan distribusi yang tidak normal misalnya anggota populasi

relative sedikit, maka akibatnya Rumus Slovin tersebut tidak

dapat digunakan oleh peneliti yang bersangkutan. Penggunaan

Rumus Krejcie dan Morgan dengan asumsi anggota populasi

Page 152: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

142

homogen dengan jumlah yang tidak terbatas (Mantra, 2000).

Jumlah anggota populasi yang tidak terbatas juga bermakna

bahwa anggota populasi berdistribusi normal. Beberapa ahli

juga menyatakan terkait dengan jumlah atau ukuran sampel

minimum dalam sebuah penelitian terkait juga dengan bentuk

atau tipe penelitian yang digunakan. Misalnya pada penelitian

korelasional maka ukuran sampel minimal sebanyak 30 sampel

atau 30 subyek penelitian. Penelitian deskriptif, 10 persen dari

populasi, jika populasi sangat sedikit/kecil diperlukan minimum

20 persen. Jika populasi homogen maka jumlah sampel yang

dibutuhkan hanya 1 persen sudah dapat mewakili populasinya

(Sugiyono, 2012).

5.7 SumberKesalahanDalamSampling

Terdapat berbagai teknik sampling atau metode

pengambilan sampel yang dapat digunakan oleh peneliti

dalam penelitiannya. Ada beberapa sumber kesalahan dalam

pengambilan sampel yang kemungkinan dialami oleh peneliti.

Beberapa sumber kesalahan dalam sampling ini disarikan dari

sumber tertentu. Terdapat 7 sumber kesalahan dalam sampling

(Sugiarto, dkk, 2001). Sumber kesalahan dalam sampling ini

dijelaskan sebagai berikut.

1) Variasi acak

Populasi yang dimiliki oleh peneliti terkadang tidak

benar-benar homogen, ada anggota populasi yang bersifat

Page 153: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

143

heterogen atau ada sebagian yang berbeda kondisinya dengan

yang lainnya. Dalam kondisi populasi yang seperti itu peneliti

mengambil sampling dengan teknik sampling random atau

acak atau probability sampling. Misalnya kebetulan sampel

yang terambil oleh peneliti adalah sampel atau responden

yang semuanya memiliki penghasilan tinggi (misalnya risetnya

tentang penghasilan). Dengan hasil ini terlihat data yang

diperoleh tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau terjadi

kesalahan prediksi hasil yang disebabkan oleh adanya variasi

acak dari teknik sampling yang digunakan. Variasi acak ini

dapat diminimumkan oleh peneliti dengan memilih rancangan

penarikan sampel yang tepat.

2) Kesalahan spesifikasi

Kesalahan spesifikasi ini dapat muncul karena daftar

unsur populasi yang tidak benar, mengganti responden, bias

pewawancara baik yang disengaja atau tidak, atau kesalahan

dalam memproses informasi sampel. Daftar unsur populasi

yang tidak benar dapat terjadi karena karena ketidaklengkapan

cakupan unsur-unsur populasi atau anggota populasi dalam

sebuah penelitian. Unsur cakupan dapat lebih atau kurang

atau anggota populasi yang salah, sehingga jika terambil

sebagai sampel dengan teknik sampling tertentu, maka akan

menyebabkan kesalahan hasil penelitian yang disebabkan

kesalahan spesifikasi.

Page 154: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

144

3) Kesalahan penentuan responden

Sumber kesalahan dalam pengambilan sampel juga dapat

disebabkan oleh karena kesalahan dalam penentuan responden.

Seseorang yang menjadi responden dalam sebuah penelitian

sebenarnya bukanlah responden yang tepat untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan. Oleh karenanya peneliti haruslah

merancang usaha-usaha untuk secara berkesinambungan atau

terus menerus berusaha mencari responden yang tepat.

4) Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur

populasi

Sumber kesalahan lain yang dapat terjadi dalam

pengambilan sampel adalah akibat ketidaklengkapan

cakupan unsur populasi. Hal ini berarti dalam population

frame (kerangka populasi) belum masuk semua unsur yang

seharusnya masuk dalam kerangka populasi tersebut. Dengan

demikian unsur populasi yang belum masuk akhirnya tidak akan

memperoleh peluang untuk diambil. Padahal jika responden

atau sampel tersebut terambil (jika ada dalam populasi), maka

dapat merubah hasil dari penelitian tersebut. Dengan demikian

ketidaklengkapan cakupan daftar populasi menjadi salah satu

sumber dari kesalahan dalam pengambilan sampel.

Page 155: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

145

5) Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (non response

error)

Kadangkala dalam sebuah penelitian tidak semua orang

bersedia atau mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

Jika ada responden yang tidak mau menjawab satu atau beberapa

pertanyaan, maka tentu saja hasil dari penelitian tersebut tidak

mencerminkan informasi secara keseluruhan, karena belum

menyangkut seluruh jawaban dari sampel. Dapat dikatakan jika

ada sebagian pertanyaan yang tidak mau dijawab oleh responden,

maka terdapat kegagalan dari peneliti untuk mengumpulkan data

lapangan. Untuk memperoleh kelengkapan jawaban peneliti

atau tenaga lapangan dapat melakukan pencarian data lapangan

tambahan sebagai usaha untuk melengkapi data yang masih

belum lengkap.

6) Kesalahan penarikan sampel (sampling error)

Kesalahan dalam penarikan sampel mencerminkan bahwa

hasil dari sampel tersebut belum mencerminkan secara tepat

populasinya, akibat ada ketidaksamaan atau heterogenitas

dari anggota populasi, sehingga data yang terambil belum

representative mewakili populasi. Dengan demikian untuk

meningkatkan keterwakilan sampel terhadap populasi, maka

jumlah sampel dapat ditambah sehingga lebih meningkatkan

keterwakilan sampel terhadap populasinya.

Page 156: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

146

7) Kesalahan pengukuran (measurement error)

Untuk mengumpulkan data atau informasi tertentu, maka

alat ukur menjadi hal yang utama agar data yang terkumpul

sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Dengan demikian

dalam hal kesalahan pengukuran hanya dapat diatasi dengan

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam instrumen

seperti rancangan pertanyaan yang diajukan harus lebih sesuai

dengan apa yang akan diukur. Selain itu yang penting juga

adalah bagaimana kemampuan peneliti atau petugas lapangan

dalam pengumpulan data juga mempengaruhi tingkat kesalahan

pengukuran dalam pengambilan sampel.

5.8 Tahap Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dalam sebuah penelitian dilakukan

dengan menggunakan tahapan-tahapan yang tertentu. Jika

diperhatikan, tahapan pertamanya adalah menentukan jumlah

sampel yang akan diambil. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa

sebuah penelitian akan sangat jarang menggunakan sensus,

namun menggunakan sebagian populasi atau menggunakan

sampel. Dengan demikian tahap pertama adalah menentukan

jumlah sampel dengan berbagai pertimbangan seperti dapat

rencana analisis data, dan sumberdaya yang dimiliki untuk

melakukan penelitian. Setelah jumlah sampel dapat dihitung

misalnya dengan menggunakan rumus tertentu misalnya

Slovin atau Morgan. Setelah menentukan jumlah sampel, tahap

Page 157: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

147

berikutnya adalah menentukan sampling frame atau daftar

anggota populasi darimana sampel yang akan diambil. Jika

memungkinkan peneliti sebaiknya menggunakan probability

sampling, karena peneliti dapat melakukan generalisasi hasil

penelitiannya dari hasil statistik sampel terhadap parameter

populasinya. Jika tidak menggunakan probability sampling atau

menggunakan non probability sampling maka hasil penelitian

hanya berlaku pada sampel yang diteliti, atau tidak dapat dibuat

generalisasinya. Pada umumnya penelitian diharapkan dapat

diberlakukan atau digeneralisasikan pada wilayah yang lebih

luas, namun kenyataan juga tidak selalu demikian.

Setelah mengetahui kondisi populasi, apakah dapat

dibuat sampling frame ataukah tidak, maka tahap selanjutnya

adalah menentukan metode pengambilan sampel yang dapat

digunakan berdasarkan kondisi-kondisi yang ada tersebut. Jika

sampling frame dapat dibuat artinya daftar anggota populasi

darimana sampel akan diambil dapat dibuat oleh peneliti, maka

peneliti dapat menggunakan metode pengambilan sampel secara

random atau probability sampling. Sebaliknya jika peneliti tidak

dapat menggunakan probability sampling yaitu jika sampling

frame tidak dapat dibuat, sehingga peneliti harus menggunakan

non probability sampling. Pada Bab berikutnya akan dijelaskan

tentang berbagai teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti

sesuai dengan kondisi populasi penelitiannya masing-masing.

Jadi tahap terakhir dalam tahap memilihan atau pengambilan

Page 158: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

148

sampel adalah pengambilan sampel itu sendiri dengan berbagai

teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti. Peneliti juga

dapat mengkombinasikan teknik sampling yang digunakan

antara kedua cara tersebut, misalnya menggunakan probability

sampling untuk penentuan responden, dan menggunakan non

probability sampling untuk penentuan informan misalnya untuk

memperoleh data kualitatif.

5.9 Metode Pengambilan Sampel

Secara garis besar ada 2 metode pengambilan sampel yang

dpt digunakan oleh peneliti, dijelaskan sebagai berikut (Sugiarto,

2001; Mantra, 2004; Sekaran & Bougie, 2010; Sugiono, 2012;

Kuncoro, 2013; Sutrisno Hadi, 2016).

1) Pengambilan Sampel Acak/probability sampling/random

sampling

2) Pengambilan Sampel tidak acak/non probability sampling/

non random sampling.

Pemilihan metode penentuan/pengambilan sampel

tersebut sangat tergantung dari kondisi populasinya. Penggunaan

metode ini akan mempengaruhi bagaimana cara peneliti dalam

menyimpulkan hasil penelitiannya. Apakah peneliti dapat

memberlakukan hasil penelitiannya terhadap populasinya

ditentukan oleh teknik sampling yang digunakan. Secara rinci

teknik sampling akan dijelaskan dalam Bab 7 berikut.

Page 159: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

149

BAB 6

TEKNIK SAMPLING

6.1 KonsepatauDefinisi

Teknik sampling akan digunakan oleh seorang peneliti

jika peneliti yang bersangkutan menggunakan data primer

dalam riset yang dilakukan. Jika menggunakan data sekunder

dalam menjawab tujuan penelitiannya, maka tidak diperlukan

atau tidak akan menggunakan teknik sampling tertentu, karena

data yang akan dibutuhkan sudah tersedia. Peneliti hanya

menggunakan saja data yang sudah tersedia tersebut. Sebelum

masuk dalam pembahasan tentang teknik sampling, maka konsep

tentang sampling dan teknik sampling harus dipahami terlebih

dahulu. Sampling adalah sebuah proses untuk mengambil atau

menentukan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan

sampel/contoh dalam sebuah penelitian. Jadi penekanan di

sini adalah tentang proses dalam menentukan siapa (jika

populasinya orang) atau bagian mana (jika populasinya bukan

orang) yang akan dijadikan sampel untuk diteliti sesuai dengan

variabel penelitian yang telah ditentukan guna menjawab tujuan

penelitian. Harus diingat pula bahwa penggunaan teknik sampling

ini cenderung digunakan pada pendekatan riset kuantitatif

terutama pada teknik sampling yang memberikan peluang yang

sama bagi seluruh anggota populasinya untuk dipilih sebagai

Page 160: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

150

sampel dalam penelitian. Selain sampling konsep atau definisi

yang juga digunakan dalam bagian ini adalah teknik sampling.

Teknik sampling didefinisikan sebagai cara atau teknik atau

metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil sampel

untuk penelitiannya. Pengetahuan tentang teknik sampling ini

harus benar-benar dikuasai oleh peneliti agar dapat memperoleh

sampel yang representatif untuk mewakili populasinya. Jika tidak

demikian, maka hasil riset tidak mampu mewakili populasinya,

sehingga kebijakan yang dibuat dari hasil penelitian tersebut

menjadi tidak tepat.

6.2 Metode/CaraPengambilanSampel/TeknikSampling

Teknik sampling dapat dibagi kedalam 2 bagian besar

yaitu Probability sampling dan Non probability sampling.

Probability sampling juga disebut dengan random sampling

atau teknik penganbilan sampel acak. Kedua jenis teknik

sampling ini memiliki syarat yang berbeda jika peneliti ingin

menggunakannya. Persyaratan yang lebih ketat ada pada

teknik probability sampling, dan sebaliknya persyaratan non

probability sampling lebih longgar sehingga hasil dari kedua

teknik sampling tersebut juga dalam penyimpulannya juga

berbeda. Seorang peneliti jika mampu menggunakan probability

sampling akan lebih baik dibandingkan dengan non probability

sampling, dalam pengertian hasil penelitiannya akan lebih

Page 161: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

151

dapat digunakan untuk memprediksi kondisi populasi dengan

lebih tepat. Dengan demikian peneliti sejauh mungkin untuk

dapat menggunakan probability sampling jika persyaratannya

memungkinkan.

6.2.1 Probability sampling/Random sampling/Pengambilan

Sampel Acak

Seorang peneliti yang ingin menggunakan teknik sampling

probabilitas maka ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi,

yang tidak hanya menyangkut keberadaan anggota populasi,

namun juga terkait dengan kondisi anggota populasi tersebut.

Jika semua elemen dalam populasi atau seluruh anggota

populasi diketahui atau dapat diidentifikasi dan memperoleh

kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel maka

dapat digunakan Probability sampling. Dengan demikian

untuk dapat menggunakan Probability sampling dibutuhkan

Kerangka Sampel atau Sampling frame. Sampling frame adalah

daftar seluruh anggota populasi dari mana sampel akan ditarik.

Jadi sampling frame adalah syarat utama untuk menggunakan

probability sampling. Dengan mengetahui sampling frame atau

daftar anggota seluruh populasi, maka akan dapat dihitung

probabilitas atau probability anggota populasi tersebut terpilih

sebagai sampel. Jika sampling frame tidak dapat dibuat atau

tidak diketahui, maka probabilitas atau probability, tidak

Page 162: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

152

dapat dihitung sehingga tidak dapat menggunakan probability

sampling. Dengan demikian syarat ketersediaan sampling

frame (kerangka sampel) merupakan syarat utama untuk dapat

menerapkan teknik probability sampling. Jika populasi tidak

dapat diidentifikasi atau jumlahnya tidak dapat diketahui, maka

sampling frame tidak dapat dibuat, itu berarti penggunaan

teknik random sampling atau probability sampling tidak dapat

digunakan.

Persyaratan lain yang juga harus dipenuhi dalam

menggunakan teknik probability sampling ini agar hasil sampel

dapat mewakili populasinya adalah tingkat homogenitas

dari populasinya. Semakin homogen anggota populasi maka

semakin tinggi tingkat ketepatan dari sampel dalam mewakili

populasinya, demikian sebaliknya dengan asumsi variabel

lainnya yang bersifat non sampling error dalam kondisi cateris

paribus. Data yang dikumpulkan dari sampel akan dapat

mewakili populasinya dengan baik, ada 2 hal besar yang terlibat

didalamnya yaitu pertama, teknik sampling yang digunakan

yang dapat menyebabkan sampling error karena kesalahan

teknik sampling yang diterapkan sehingga data yang diperoleh

tidak mampu mewakili populasinya.

Kesalahan yang kedua yang disebut sebagai kesalahan

karena non sampling error, yaitu kesalahan yang bukan

disebabkan oleh kesalahan dalam teknik sampling, namun akibat

Page 163: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

153

kesalahan lain seperti kesalahan dalam pengumpulan data, salah

mengukur variabel, kesalahan karena responden tidak jujur dan

sebagainya yang berada diluar dari kesalahan karena teknik

sampling yang tidak tepat. Agar data yang dikumpulkan dapat

dengan baik atau dengan representative mewakili populasinya,

maka sampling error dan non sampling error harus sudah dapat

diatasi oleh peneliti. Oleh karena itu pembahasan-pembahasan

berikutnya akan berkaitan dengan kedua hal tersebut, agar

hasil penelitian dapat mewakili populasinya khususnya pada

penelitian yang menggunakan data primer. Untuk mengatasi

kesalahan dalam pemilihan teknik sampling, maka peneliti harus

mempelajari dengan seksama ketersediaan teknik sampling

yang ada agar sesuai dengan kondisi populasi dari penelitian

yang dilaksanakan, sehingga akan lebih mengurangi atau

memperkecil kemungkinan kesalahan akibat kesalahan dalam

pemilihan teknik sampling yang digunakan. Berikut dijelaskan

berbagai teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti sesuai

dengan kondisi populasi yang dimilikinya, yang tergolong teknik

probability sampling.

1) Simple random sampling/Pengambilan Sampel Acak

Sederhana

Simple random sampling adalah cara pengambilan

sampel atau teknik sampling dimana setiap anggota populasi

Page 164: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

154

memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

sampel. Untuk dapat memperoleh hasil yang representative

dalam mewakili populasinya, maka anggota populasi ini harus

bersifat homogen. Rumus untuk menghitung tingkat probability

anggota populasi terpilih sebagai sampel dapat dicontohkan

secara sederhana sebagai berikut.

Contoh: Jika anggota populasi yang dapat dihitung sebanyak: N

Sampel yang akan diambil dengan menggunakan

perhitungan atau acuan tertentu : n

Maka kesempatan/peluang/probability anggota populasi

terpilih sebagai sampel: n/N

Berdasarkan perhitungan atau formula tersebut, maka

dapat dikatakan terdapat hubungan searah antara jumlah sampel

yang akan diambil dengan kesempatan/peluang/probability

untuk terpilih sebagai sampel. Semakin banyak jumlah sampel

yang akan diambil maka semakin besar peluang adari anggota

populasi untuk terpilih sebagai sampel, demikian sebaliknya

semakin sedikit jumlah sampel yang akan diambil, maka

semakin rendah peluang atau kesempatan dari anggota populasi

tersebut untuk dapat terpilih sebagai sampel. Jika jumlah sampel

yang akan diambil sama dengan jumlah populasinya maka

peluangnya menjadi 1, sehingga semua anggota populasi secara

pasti akan terpilih sebagai sampel dalam penelitian tersebut.

Seringkali penelitian yang meneliti seluruh anggota populasi

disebut sebagai sensus. Berikut disampaikan beberapa contoh

Page 165: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

155

perhitungan peluang atau kesempatan atau probability anggota

populasi terpilih sebagai sampel. Mungkin perlu diberikan

catatan sedikit bahwa dalam penelitian di Ilmu Sosial khususnya

untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagian besar populasi

adalah orang-orang seperti sebagai tenaga kerja, penganggur,

manajer, petani, nelayan, pemulung, pedagang, penduduk

miskin, pematung, pemahat, penduduk, tukang parkir, akuntan,

pemilik usaha, dan sebagainya, meskipun tidak menutup

kemungkinan bahwa populasinya bukan orang seperti produk/

barang, atau bahan baku seperti meneliti tentang kualitas produk

atau kualitas bahan baku.

(1) Jika sebuah populasi petani cengkeh beranggotakan 500

orang petani, dan dengan menggunakan rumus perhitungan

tertentu diperoleh jumlah sampel sebanyak 125 orang,

maka probability atau peluang setiap anggota populasi

untuk terpilih sebagai sampel adalah

P : 125/500 = 0,25. Hal ini berarti dari 4 orang anggota

populasi akan dipilih satu orang sebagai anggota sampel.

(2) Jika sebuah populasi petani cengkeh beranggotakan 500

orang petani, dan dengan menggunakan rumus perhitungan

tertentu diperoleh jumlah sampel sebanyak 250 orang,

maka probability atau peluang setiap anggota populasi

untuk terpilih sebagai sampel adalah sebesar P: 250/500

= 0,5. Hal ini berarti dari 4 orang anggota populasi akan

dipilih 2 orang sebagai anggota sampel.

Page 166: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

156

(3) Jika dari populasi sebanyak 500 orang tersebut semuanya

akan dipilih sebagai sampel, maka probability atau peluang

setiap anggota populasi terpilih sebagai sampel adalah

sebesar P:500/500 = 1, artinya bahwa pasti setiap anggota

populasi menjadi sampel dalam penelitian tersebut.

Berdasarkan berbagai contoh tersebut dapat disimpulkan

bahwa semakin banyak jumlah sampel yang akan diambil dalam

sebuah penelitian, maka akan semakin tinggi probability atau

peluang setiap anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel.

Jika peluang atau probability tersebut mencapai 1, maka hal

tersebut berupa sebuah kepastian dimana probabilitas maximum

adalah 1. Dalam pengambilan sampel ini sering disebut sebagai

sensus, yaitu meneliti seluruh anggota populasi sebagai sampel

dalam penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang searah atau hubungan positif antara jumlah

sampel yang akan diambil dengan probability atau peluang

setiap anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel. Selain

itu akibat dari jumlah sampel yang semakin banyak adalah akan

menurunkan kesalahan hasil penelitian karena sampling error.

Jika sampel sama dengan jumlah populasi artinya peluang sama

dengan 1, maka tidak akan ada kesalahan karena pengambilan

sampel, artinya sampel mewakili populasi karena sampel

tersebut sama dengan populasi. Namun demikian kesalahan

akan mungkin terjadi pada non sampling error, karena berbagai

Page 167: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

157

hal baik saat pengumpulan data maupun saat pengolahan

data. Oleh karena itu salah satu kunci seorang peneliti dapat

menurunkan kesalahan pada non sampling error adalah

melaksanakan penelitiannya bersikap teliti, hati-hati, sistematis

dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Kesalahan sampling atau

sampling error dapat diatasi dengan menambah jumlah sampel

dan atau memilih teknik sampling yang sesuai dengan kondisi

populasi, sehingga dapat menurunkan kesalahan tersebut,

dimana kesalahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil

penelitiannya. Kedua kesalahan tersebut baik sampling error

maupun non sampling error akan mempengaruhi kesimpulan

dari hasil penelitian seorang peneliti. Seorang peneliti haruslah

berusaha untuk menurunkan kedua jenis kesalahan tersebut

untuk dapat lebih menjamin bahwa hasil penelitiannya adalah

valid sesuai dengan kenyataan yang ada.

Cara pengambilan sampel pada simple random sampling/acak

sederhana

Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh peneliti

dalam mengambil sampel dalam penelitiannya yang tergolong

simple random sampling atau pengambilan sampel acak

sederhana. Cara yang dapat dipilih oleh peneliti tentu saja sesuai

dengan kondisi riset yang dihadapi. Kondisi riset tersebut

antara lain terkait dengan jumlah anggota populasi. Jumlah

anggota populasi akan menentukan metode pengambilan sampel

Page 168: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

158

yang dapat atau memungkinkan untuk digunakan. Anata jumlah

anggota populasi yang sedikit, banyak, atau sangat banyak

tentunya akan mempengaruhi metode pengambilan sampel yang

dapat digunakan.

(1) Cara undian

Cara undian ini dilakukan dengan cara mengundi

unsur-unsur penelitian/anggota populasi. Cara undian ini dapat

dikatakan sebagai cara yang paling sederhana atau paling simple,

yaitu seperti namanya simple random sampling. Oleh karena

sederhana maka untuk dapat digunakan dengan hasil yang

memuaskan maka cara ini tentu saja memerlukan persyaratan.

Jika persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka juga dapat

menyebabkan terjadinya sampling error dimana sampel yang

terpilih tidak dapat mewakili populasinya. Jika sampel tidak

mampu mewakili populasinya, maka kesimpulan yang dapat

ditarik dari hasil penelitian tersebut tidak akan valid yaitu

tidak atau kurang mencerminkan kenyataan yang ada. Akibat

selanjutnya dari hasil penelitian yang seperti itu adalah saran

atau kebijakan yang dirancang tidak akan dapat mengatasi

masalah yang ada, yaitu Problem yang mendasari riset tersebut

dilakukan.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti

jika akan menggunakan cara undian dalam melakukan

pengambilan sampel adalah anggota populasi harus homogen

Page 169: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

159

artinya antara satu dengan yang lainnya tidak berbeda, sehingga

siapapun yang terpilih akan benar-benar dapat mewakili

populasinya. Jika anggota populasi heterogen maka akan

terjadi sebaliknya, dimana sampel yang terpilih mungkin tidak

mampu mewakili populasinya, baik prediksinya lebih tinggi

hasilnya maupun mungkin lebih rendah. Dengan demikian

jika peneliti menggunakan cara undian maka harus dipastikan

bahwa anggota populasi bersifat homogen. Selain persyaratan

homogen maka syarat yang lain jika menggunakan cara undian

adalah jumlah anggota populasinya tidak terlalu banyak atau

jumlahnya relative sedikit. Kenapa persyaratan ini diperlukan

agar peneliti tidak terlalu banyak membuat undian (misalnya

undian yang berbentuk gulungan-gulungan kertas yang dibuat

oleh peneliti) yang akan menyebabkan cara ini menjadi tidak

efisien. Cara undian ini dapat dilakukan dengan mengundi

apapun baik gulungan-gulungan kertas yang dibuat maupun

benda-benda lainnya misalnya seperti mengundi kartu pos, atau

mengundi kartu-kartu atau kertas-kertas tertentu. Jika kartu pos,

kertas atau kartu lainnya terlalu banyak yang akan diundi dapat

menyebabkan peluang setiap anggota populasi tersebut tidak

akan sama, misalnya kartu-kartu atau kertas atau gulungan-

gulungan kertas tersebut yang berada dibawah atau jauh dari

tangan yang mengambil atau mengundi tersebut, maka peluang

menjadi tidak sama.

Page 170: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

160

Kartu atau gulungan kertas yang dekat dengan jangkauan

dari tangan yang mengambil sampel akan memperoleh

kesempatan yang lebih tinggi untuk terpilih sebagai sampel

dibandingkan dengan yang jauh. Inilah akibat dari jumlah

anggota populasi yang terlalu banyak, namun menggunakan

cara undian dalam pengambilan sampelnya. Dengan demikian

persyaratan dari probabilitas atau peluang yang sama bagi semua

anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel pada teknik

random sampling tidak akan dapat terpenuhi. Inilah salah satu

kelemahan dari menggunakan cara undian dalam pengambilan

sampel jika anggota populasi terlalu banyak. Hal ini berarti jika

seorang peneliti menghadapi jumlah anggota populasi yang

banyak atau malah sangat banyak misalnya ribuan anggota

populasi, maka tidaklah cocok atau tidak dianjurkan untuk

menggunakan cara undian untuk pengambilan sampelnya. Ada

cara lain yang dapat digunakan atau dipilih oleh peneliti jika

memiliki jumlah anggota populasi yang sangat banyak. Berikut

ini akan dijelaskan cara-cara yang dapat digunakan. Masih ada

2 cara yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel untuk

katagori teknik simple random sampling.

(2) Penggunaan tabel bilangan random yang sudah ada dalam

buku-buku statistik

Tabel bilangan random merupakan salah satu alternatif

yang dapat digunakan oleh peneliti jika jumlah anggota populasi

Page 171: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

161

terlalu banyak dan menggunakan simple random sampling

dalam teknik sampling yang digunakan. Penggunaan tabel

bilangan random dalam pengambilan sampel tersebut banyak

digunakan sebelum penggunaan computer massif digunakan oleh

peneliti. Tabel bilangan random biasanya ada dalam buku-buku

sebagai lampiran misalnya buku-buku statistik atau buku-buku

metodologi penelitian, dimana peneliti dapat menggunakannya

untuk pengambilan sampel. Tabel bilangan random adalah seuah

table yang terdiriatas angka-angka dari angka 0 sampai dengan

9 dimana munculnya setiap angka-angka tersebut adalah sama.

Oleh karena probabilitas munculnya angka-angka tersebut

adalah sama, maka dikatakan berapapun angka yang muncul,

kemunculannya adalah random atau memiliki peluang yang

sama. Dengan demikian berapapun nomor yang keluar dari

angka random tersebut asalkan masih berada dalam sampling

frame (kerangka sampel) dari populasi penelitian tersebut

maka sudah dipandang memenuhi syarat yaitu probabilitas atau

peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

Penggunaan Tabel Bilangan Random ini dalam pengambilan

sampel cukup sederhana cara yang harus diikuti. Pertama-tama

tentu saja harus dicari Tabel Bilangan Random tersebut yang dapat

digunakan peneliti. Angka-angka dalam Tabel bilangan random

tersebut ada 6 digit, 3 digit atau 5 digit, ataupun yang lainnya.

Usahakan mencari Tabel Bilangan Random yang angka digitnya

Page 172: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

162

sesuai dengan anggota populasi yang riset yang akan dilakukan.

Misalnya jika peneliti memiliki anggota populasi sebanyak 500

unit atau 500 orang, maka peneliti dapat mencari Tabel Bilangan

Random yang 3 digit yang sesuai dengan digit dari populasi

tersebut. Jika tidak ada Tabel Bilangan Random yang 3 digit,

maka Tabel Bilangan Random yang 6 digit dapat dibagi 2, agar

sama dengan digit dari populasi tersebut. Sebelum atau setelah

itu peneliti memiliki Tabel Bilangan Random yang sesuai dengan

dikit populasi, maka peneliti harus membuat Sampling frame

atau kerangka sampel atau daftar anggota populasi darimana

sampel akan diambil. Setelah peneliti memiliki sampling frame

dan Tabel Bilangan Random yang sesuai digitnya, maka tibalah

saatnya peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Tabel

Bilangan Random tersebut.

Misalnya dari hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh

peneliti, jumlah sampel yang telah hihitung dengan menetapkan

tingkat signifikansi atau derajat kepercayaan tertentu sebanyak

200 responden. Dengan demikian probabilitas anggota populasi

sebanyak 500 unit tersebut untuk terpilih menjadi anggota

sampel adalah sebesar 200/500 = 0,4. Hal ini berarti dari 10

unit anggota populasi akan dapat terpilih sebagai sampel adalah

sebanyak 4, atau dari 20 unit anggota populasi akan terpilih 8

anggota sampel dan sebagainya. Sampel sebanyak 200 tersebut

akan dipilih dengan menggunakan Tabel Bilangan Random

dari 500 populasi yang ada. Sampling frame dari 500 anggota

Page 173: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

163

populasi tersebut misalnya diurut dari nomor 001 sampai dengan

500, dimana nomor-nomor tersebut sudah jelas siapa orangnya

maupun alamatnya jika populasinya adalah orang. Untuk sampel

pertama, maka peneliti harus menggunakan cara tertentu dalam

memilihnya, misalnya dengan menjatuhkan benda tertentu ke

dalam Tabel bilangan Random yang telah disiapkan. Anggap

benda yang dijatuhkan tepat jatuh pada nomor 537 pada Tabel

Bilangan Random tersebut. Oleh karena sampling frame hanya

sampai nomor 500, maka nomor 537 tidak dapat digunakan

sebagai sampel, karena tidak ada orang pada nomor tersebut.

Selanjutnya dari nomor 537 tersebut peneliti dapat bergerak

kemana saja, bergerak naik, turun, ke samping kanan atau kiri,

dan jika menemukan nomor atau angka dari 001 sampai dengan

500, maka dapat digunakan sebagai sampel. Misalnya dari

nomor 537 bergerak ke kanan bertemu dengan nomor 135, maka

responden pertama adalah orang yang berada pada nomor 135

pada sampling frame yang telah dibuat. Selanjutnya dari nomor

135 kemudian bergerak lagi ke kanan atau ke kiri atau ke atas

maupun kebawah untuk mendapatkan nomor-nomor selanjutnya

yang berada dalam range sampling frame sampai mendapatkan

responden sebanyak 200. Setelah mendapatkan 200 sampel,

maka pengambilan sampel dihentikan, atau juga kadangkala

ditambahkan beberapa nomor atau beberapa responden sebagai

cadangan, jika dari responden utama tidak dapat dijumpai, maka

cadangan tersebut dapat digunakan untuk menggantikan.

Page 174: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

164

Di sisi lain jika benda yang dijatuhkan untuk mencari sampel

yang pertama jatuh pada nomor 145, maka responden yang

memiliki nomor tersebut langsung dapat dijadikan sebagai

responden yang pertama. Kemudian responden berikutnya

dapat dicari dari nomor tersebut dengan arah naik atau turun, ke

samping kiri atau ke samping kanan sampai diperoleh jumlah

sampel sesuai dengan kebutuhan. Kemanapun arah yang dituju

hasilnya dipandang sebagai hasil yang random atau acak, karena

angka-angka yang ada pada Tabel Bilangan Random dibentuk

oleh angka-angka yang kemunculannya adalah sama, sehingga

syarat penggunaan random sampling yaitu adanya peluang yang

sama untuk dipilih sebagai sampel dapat dipenuhi oleh cara

undian tersebut.

Jika diperhatikan dewasa ini dimana teknologi informasi

demikian maju, maka penggunaan Tabel Bilangan Random

ini dalam pengambilan sampel khususnya pada Teknik Simple

random sampling mungkin sudah jarang digunakan oleh peneliti.

Praktek penggunaan Tabel Bilangan Random ini sedikit banyak

terlihat agak rumit apalagi misalnya tidak dapat menemukan

Tabel Bilangan Random dengan digit yang sama persis dengan

digit populasi. Adalah sesuatu yang tidak mungkin atau sangat

sulit untuk menulis kembali Tabel Bilangan Random ini baik

dengan diketik amaupun ditulis tangan yang membutuhkan

waktu yang sangat lama, sehingga penggunaannya menjadi agak

rumit. Dengan demikian metode ini mungkin akan ditinggalkan

Page 175: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

165

oleh peneliti dan digunakan oleh cara lainnya seperti

menggunakan metode acak melalui lomputer maupun dapat

menggunakan smart phone untuk dapat memperoleh nomor-

nomor berapa yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian

tersebut. Meskipun mungkin metode dengan menggunakan

Tabel Bilangan Random sebagai cara untuk mengambil sampel

sudah jarang digunakan, namun sebagai sebuah cara atau metode

yang dapat dipertimbangkan oleh peneliti untuk digunakan

dalam penelitiannya. Selain itu para mahasiswa maupun para

peneliti seyogyamnya memang memperoleh pengetahuan

tentang teknik sampling dengan menggunakan Tabel bilangan

random sebagai sebuah cara dalam pengambilan sampel yang

memiliki probabilitas yang sama pada anggota populasi untuk

terpilih menjadi sampel.

(3) Acak/random melalui komputer

Metode atau cara yang juga dapat digunakan untuk

mengambil sampel yang tergolong simple random sampling

adalah acara acak atau random melalui komputer. Dengan

bantuan computer peneliti dapat melakukan pemilihan sampel

secara acak, dan peneliti dalam menggunakan cara ini juga harus

memiliki daftar anggota populasi atau sampling frame sebelum

melakukan kegiatan pengacakan ini. Metode ini juga memiliki

persyaratan anggota populasi bersifat homogen agar sampel

yang terpilih nantinya dapat mewakili populasinya. Selain

menggunakan Komputer, cara memperoleh sampel yang acak

Page 176: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

166

dapat juga menggunakan smart phone android dengan Program

RNG (Random Number Generator). Program RNG ini dapat

secara mudah diakses oleh peneliti atau mahasiswa dengan

mendownload melalui Playstore, dan juga penggunaannya

sangat mudah. Peneliti perlu memastikan bahwa anggota

populasi adalah homogen dan seluruh anggota populasi sudah

ada daftarnya.

Contoh: Seorang peneliti akan mengambil sampel dari populasi

penelitiannya sebanyak 50 orang petani tembakau, dengan

tingkat signifikansi atau error sebanyak 10 persen.

Tabel 6.1: Distribusi Populasi Menurut Nama dan Alamat

No Urut

Nomor Anggota Populasi

Nama Anggota Populasi

No Urut

Nomor Anggota Populasi

Nama Anggota Populasi

1 1 Made Bagiada 26 26 Utama Surya2 2 Nyoman Suka 27 27 Rintang Lima3 3 Ketut Rani 28 28 Ambuka Suci4 4 Puja Mantra 29 29 Maharditya 5 5 Sujaya Nima 30 30 Sundaran6 6 Puspa Rena 31 31 Sintaku7 7 Santana Putra 32 32 Dharmala

8 8 Rimpang Suta 33 33 Dharmaputra

9 9 Tasman Cari 34 34 Pancala

10 10 Rudana Rata 35 35 Darmanka

11 11 Aditya Sirna 36 36 Sujana

12 12 Dewa Alit 37 37 Martanta

13 13 Sunjaya Putra 38 38 Sucahya

14 14 Surya Pinatih 39 39 Putrajaya

Page 177: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

167

Sambungan

Sumber: Data Hipotetis, 2019

Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan

Rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 33. Sampel akan

diambil sebanyak 33 orang petani dari 50 orang petani yang

sudah dibuat sampling framenya. Pengambilan sampel akan

dilakukan dengan menggunakan Program RNG. Sampling

frame dari penelitian tersebut dapat dibuat dalam Tabel 6.1.

Setelah peneliti membuat sampling frame misalnya seperti

Tabel 6.1, dan sudah menghitung jumlah sampel yang harus

diambil sebanyak 33 orang petani, maka langkah selanjutnya

adalah peneliti menyiapkan Program RNG nya, cukup dengan

mendownload melalui Handphone. Setelah ada Aplikasi/

Program RNG tersebut tinggal dibuka lalu ketik Start Number

1, dan End Number 50 (karena anggota populasinya 50 atau

15 15 Suntaro Situ 40 40 Pandita

16 16 Ketut Rama 41 41 Pasramanta

17 17 Sanjaya Putu 42 42 Sarjana muda

18 18 Sasmatha 43 43 Tantra Wayan

19 19 Sutrisna 44 44 Cantika

20 20 Samantha 45 45 Dastaran

21 21 Yudha Gada 46 46 Samprangjaya

22 22 Irawadi Surya 47 47 Artika yadnya

23 23 Parsudi Rena 48 48 Santyasaputa

24 24 Antara Seta 49 49 Ardanayoga

25 25 Parwatha Ketut 50 50 Brahmapatna

Page 178: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

168

sampling frame nya 50 seperti dalam Tabel 6.1. Setelah itu ada

pertanyaan: how many number to generate, ketik 33 karena

sampelnya setelah dihitung ada 33, kemudian biarkan ada kata

non duplicate. Kata non duplicate tersebut bermakna bahwa

anggota populasi hanya boleh muncul sekali sebagai anggota

sampel, hal ini sesuai dengan kondisi nyata yang diharapkan

bahwa anggota sampel hanya akan terpilih sekali saja. Setelah

diketik Start Number 1, End Number 50 dan 33 untuk isian how

many numbers to generate, maka langsung klik generate, maka

akan keluar nomor yang terkena sampel, seperti contoh berikut:

Tabel 6.2 : Jumlah Responden yang Menjadi Sampel

ID Numbers Nama Responden

1 10 Rudana Rata2 26 Utama Surya3 42 Sarjana muda4 6 Puspa Rena5 17 Sanjaya Putu6 8 Rimpang Suta7 26 Utama Surya8 39 Putrajaya9 13 Sunjaya Putra10 10 Rudana Rata11 19 Sutrisna12 8 Rimpang Suta13 22 Irawadi Surya14 1 Made Bagiada15 36 Sujana

Page 179: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

169

Sambungan

Sumber: Hasil Olahan dari Data Hipotetis dengan Aplikasi/ Program RNGDengan mengisi catatan sebelum melakukan atau mengklik

generate, no duplicate maka dapat dilihat hasilnya dalam Tabel

5.2 tidak ada nomor anggota sampel yang sama atau keluar 2

kali. Jika tidak diisi catatan no duplicate, maka akan ada anggota

populasi yang menjadi anggota sampel sebanyak 2 kali, kondisi

seperti dalam riset-riset pada umumnya tidak dikehendaki,

oleh karenanya peneliti harus mengisi tanda no duplicate. Data

seperti Tabel 5.2 sudah ditunjukkan bahwa jumlah sampel yang

diperoleh adalah 33, seperti yang telah dihitung sebelumnya

ID Numbers Nama Responden16 11 Aditya Sirna17 2 Nyoman Suka18 40 Pandita19 32 Dharmala20 21 Yudha Gada21 29 Maharditya22 18 Sasmatha23 7 Santana Putra24 25 Parwatha Ketut25 14 Surya Pinatih26 23 Parsudi Rena27 3 Ketut Rani

28 15 Suntaro Situ30 30 Sundaran31 37 Martanta32 47 Artika yadnya33 38 Sucahya

Page 180: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

170

dengan menggunakan metode Slovin. Kemudian dalam Tabel

5.2 juga terlihat bahwa nomor-nomor anggota populasi tidak ada

yang terpilih 2 kali, jadi semua hanya sekali.

Nomor-nomor yang terpilih tersebut dianggap sudah

random, dimana semua nomor-nomor tersebut memiliki

peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Dengan

melihat nomor-nomor anggota populasi yang keluar, maka tahap

selanjutnya adalah mencocokkan nomor-nomor tersebut dengan

nama responden yang sudah ada dalam sampling frame. Nama-

nama itulah yang akan menjadi responden dalam penelitian

tersebut. Untuk memastikan pada pembimbing atau penguji (jika

peneliti adalah mahasiswa) maka pada saat muncul atau keluar

nomor-nomor anggota sampel tersebut di layar handphone,

peneliti harus melakukan screenshoot untuk meyakinkan atau

memastikan memang nomor-nomor itulah yang keluar secara

acak atau random dari program/aplikasi RNG yang digunakan.

Hal ini perlu dilakukan mengingat jika dilakukan berkali-kali

generate atau berkali-kali run ulang untuk memperoleh sampel,

maka nomor-nomor yang keluar akan selalu berbeda. Oleh

karena itulah jika sudah melakukan generate yang pertama

langsung screenshoot sebagai catatan peneliti bahwa orang yang

memiliki nomor-nomor tersebutlah yang merupakan sampel

dalam penelitian yang dilakukan. Setelah peneliti memastikan

nama-nama yang menjadi responden penelitian, maka peneliti

Page 181: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

171

tinggal menemui responden yang bersangkutan untuk melakukan

pengumpulan data maupun melakukan observasi di tempat

responden sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan

sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai tambahan jika peneliti

menginginkan ada cadangan responden, maka peneliti dapat

menambahkan misalnya 5 atau 10 persen dari jumlah responden

yang akan diambil, misalnya responden yang dihitung sebanyak

33 orang, ditambah 10 persen, maka jumlah sampel yang

dihitung dari program RNG adalah 36 orang, namun tetap yang

diteliti adalah 33 orang.

Tiga orang calon responden tersebut adalah responden

pengganti jika seandainya responden yang terpilih dari nomor 1

sampai dengan 33 ada yang tidak dapat dijumpai sesuai dengan

toleransi waktu yang dimiliki. Misalnya ditetapkan toleransi

menemui responden sampai 3 kali atau 2 kali, maka setelah

ditemui sebanyak itu tidak juga dapat bertemu, maka responden

utama dapat diganti dengan responden cadangan tersebut.

Sebaliknya jika responden sebanyak 33 orang dapat dijumpai

sesuai waktu yang direncanakan, maka responden cadangan

tidak perlu digunakan lagi. Responden cadangan diperlukan

dalam situasi yang tidak sesuai harapan, namun responden

cadangan tersebut tetap berdasarkan pilihan secara random

seperti pada responden utama. Dengan menggunakan Program/

Aplikasi RNG ini, maka peneliti sangat dibantu oleh program ini

Page 182: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

172

untuk menemukan responden yang benar-benar dipilih secara

random/acak. Cara ini sangat sederhana dan sangat mudah untuk

diaplikasikan atau diterapkan dalam pengambilan sampel, dan

lebih menjamin sampel yang terpilih adalah bersiaft random

atau acak.

2) Systematic Random Sampling/Pengambilan Sampel

Sistematis

Pengambilan Sampel Sistematis atau Systematic Random

Sampling adalah suatu metode pengambilan sampel, dimana

unsur/sampel pertama saja yang dipilih secara random,

sedangkan sampel berikutnya dipilih dengan interval tertentu.

Dalam metode ini juga disyaratkan bahwa anggota populasi

juga bersifat homogen, dan sampling frame juga tersedia secara

lengkap. Dengan demikia tahapan pertama yang dilakukan

dalam teknik pengambilan sampel sistematis ini adalah

menentukan jumlah atau daftar anggota populasi yang disebut

sebagai sampling frame. Oleh karena metode ini adalah termasuk

probability sampling maka unsur populasi atau anggota populasi

haruslah diketahui atau dapat terdata dengan baik sehingga

sampling frame dapat dibuat. Setelah membuat sampling frame,

maka tahap berikutnya adalah menentukan interval sampel yang

dapat dikatakan sebagai ciri dari metode pengambilan sampel

sistematis ini. Kata sistematis diterjemahkan dalam metode ini

Page 183: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

173

sebagai jarak atau interval antara satu responden yang terpilih

dengan responden yang lainnya dalam deretan atau urutan

anggota populasi yang sudah dibuat dalam sampling frame

tersebut. Panjang atau pendeknya interval sampel tersebut

tergantung dari jumlah anggota populasi dan jumlah sampel

yang akan diambil dimana jumlah sampel ini telah ditetapkan

berdasarkan perhitungan tertentu. Semakin banyak jumlah

sampel dengan jumlah populasi yang tertentu, maka interval

sampel akan menjadi semakin pendek, artinya semakin cepat

sampel akan diambil dari urutan anggota populasi yang ada,

demikian sebaliknya.

Tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel pertama

yang akan diambil berdasarkan besarnya nilai atau angka dari

interval sampel yang telah dihitung sebelumnya. Misalnya

interval sampel besarnya adalah 20, maka sampel pertama akan

diambil dari angka-angka dengan nilai dari 1 sampai dengan 20.

Cara pengambilannya dapat dengan menggunakan undian, tabel

bilangan random atau dengan RNG. Angka sampel pertama

merupakan titik awal untuk angka-angka berikutnya dengan

menambahkannya pada interval tertentu yang telah dihitung

sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara rinci

dapat diringkas urutannya dengan 4 tahapan sebagai berikut.

Page 184: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

174

1) Tentukan jumlah dan daftar anggota populasi (sampling

frame)

2) Tentukan interval sampel : k = N/n

3) Tentukan secara acak sampel pertama diantara nomor-

nomor dalam interval sampel

4) Sampel berikutnya dipilih dengan interval tertentu dari

sampel pertama

Sampel 1 : R

Sampel 2 : R + 1k

Sampel 3 : R + 2k

Sampel 4 : R + 3k

Sampel 4 : R + 4k

Sampel 10 : R + 9k

Sampel 40 : R + 39k

Sampel 50 : R + 49k

Sampel n : R + (n-1)k

Selain cara yang telah disampaikan, ada juga cara perhitungan

lainnya (cara kedua) yang memberikan hasil yang sama untuk

pengambilan sampel sistematis. Perhitungan tersebut adalah

sebagai berikut.

Sampel 1 : R

Sampel 2 : Sampel 1 + k

Sampel 3 : Sampel 2 + k

Sampel 4 : Sampel 3 + k

Page 185: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

175

Sampel 5 : Sampel 4 + k

Sampel 6 : Sampel 5 + k

Sampel 7 : Sampel 6 + k

Sampel n : Sampel (n-1) + k

Contoh jika seorang peneliti memiliki sampel sebanyak 300

orang petani garam, kemudian dari hasil perhitungan ukuran

sampel, jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 50 orang.

Dengan data tersebut dapat dihitung interval sampelnya yaitu

k = N/n = 300/50 = 6. Berdasarkan interval sampel tersebut

dapat disusun angka-angka dari 1 sampai dengan 6 yaitu angka

1,2,3,4,5, dan 6, dan diambil sampel pertama dari angka-angka

tersebut. Misalnya yang terpilih adalah angka 3, maka dapat

dirumuskan nomor-nomor sampling frame yang akan menjadi

anggota sampel dari penelitian tersebut.

Sampel 1 : 3

Sampel 2 : 3 + 1k = 3 + 6 = 9

Sampel 3 : 3 + 2k = 3 + 12 = 15

Sampel 4 : 3 + 3k = 3 + 18 = 21

Sampel 5 : 3 + 4k = 3 + 24 = 27

Sampel 6 : 3 + 5k = 3 + 30 = 33

Sampel 7 : 3 + 6k = 3 + 36 = 39

Sampel 8 : 3 + 7k = 3 + 42 = 45

Sampel 9 : 3 + 8k = 3 + 48 = 51

Sampel 10: 3 + 9k = 3 + 54 = 57

Page 186: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

176

Sampel 11: 3 + 10k = 3 + 60 = 63

Sampel 12 : 3 + 11k = 3 + 66 = 69

Sampel 13 : 3 + 12k = 3 + 72 = 75

Sampel 14 : 3 + 13k = 3 + 78 = 81

Sampel 15 : 3 + 14k = 3 + 84 = 87

Sampel 16 : 3 + 15k = 3 + 90 = 93

Sampel 17 : 3 + 16k = 3 + 96 = 99

Sampel 18 : 3 + 17k = 3 + 102 = 105

Sampel 19 : 3 + 18k = 3 + 108 = 111

Sampel 20 : 3 + 19k = 3 + 114 = 117

Sampel 21 : 3 + 20k = 3 + 120 = 123

Sampel 22 : 3 + 21k = 3 + 126 = 129

Sampel 23 : 3 + 22k = 3 + 132 = 135

Sampel 24 : 3 + 23k = 3 + 138 = 141

Sampel 25 : 3 + 24k = 3 + 144 = 147

Sampel 26 : 3 + 25k = 3 + 150 = 153

Sampel 27 : 3 + 26k = 3 + 156 = 159

Sampel 28 : 3 + 27k = 3 + 162 = 165

. . . .

. . . .

. . . .

Sampel 40 : 3 + 39k = 3 + 234 = 237

. . . .

. . . .

Sampel 50 : 3 + 49k = 3 + 294 = 297

Page 187: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

177

Dengan cara perhitungan ini dapat dilihat bahwa

responden terakhir atau responden yang ke 50 adalah nomor

297 pada daftar anggota sampel atau sampling frame dari 300

sampling frame secara keseluruhan. Perhitungan yang telah

dilakukan tersebut kemungkinan besar sudah benar karena

jika ditambahkan interval sampel lagi sekali yaitu ditambah 6

maka nomor daftar anggota populasi atau sampling framenya

menjadi nomor 303, yang sudah melewati sampling frame yang

ada. Hal ini berarti bahwa nomor anggota populasi 297 adalah

nomor sampel yang terakhir dan perhitungan yang dilakukan

sudah benar. Sebaliknya jika nomor dari sampel terakhir yaitu

sampel ke 50, ditambahkan lagi sekali sebesar interval sampel,

masih berada dalam daftar anggota populasi sebanyak 300

tersebut, berarti pasti salah perhitungan nomor-nomor dari

sampel yang telah dihitung tersebut. Sebagai contoh jika sampel

yang ke 50, nomor dalam sampling frame misalnya 292, maka

jika ditambahkan dengan sekali lagi interval sampel sebesar 6,

maka nomor sampling framenya menjadi 298, dan nomor ini

masih berada dalam nomor dalam sampling frame yang ada.

Ini berarti total sampelnya menjadi 51 dan bukan 50. Dengan

demikian contoh perhitungan ini mencerminkan ada kesalahan

dalam menghitung nomor-nomor dari sampling frame yang

akan menjadi anggota sampel dalam penelitian. Jika terjadi hal

demikian maka peneliti harus mengulangi menghitung nomor-

Page 188: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

178

nomor dari anggota populasi atau sampling frame yang terpilih

sebagai sampel. Cara seperti ini adalah cara yang sederhana

untuk mengecek kebenaran dalam menghitung nomor-nomor

dari anggota populasi yang terpilih sebagai sampel.

Cara yang digunakan dalam perhitungan tersebut

sangat mudah untuk mengetahui berapa nomor dari sampling

frame untuk sampel tertentu dengan rumus yang digunakan

tersebut. Sampel yang keberapapun dapat dihitung karena sudah

diketahui nomor sampel yang pertama dan besarnya interval

sampel. Dengan memasukkan ke dalam rumus sampel keberapa

yang diinginkan akan dengan sangat mudah dihitung. Dengan

kecermatan atau kehati-hatian dalam menghitung, maka rumus

tersebut akan menghasilkan jumlah sampel yang sesuai dengan

perhitungan yang telah dibuat dengan interval sampel tertentu

yang telah pula dihitung dengan tepat. Namun tidak demikian

dengan cara kedua yang telah disampaikan sebelumnya dalam

menghitung nomor-nomor dari sampling frame yang akan

menjadi sampel dalam penelitian tersebut. Sebagai contoh

perhitungan digunakan sama dengan contoh perhitungan pada

cara pertama.

Sampel 1 = 3, maka

Sampel 2 = 3 + 6 = 9

Sampel 3 = 9 + 6 = 15

Sampel 4 = 15 + 6 = 21

Page 189: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

179

Sampel 5 = 21 + 6 = 27

Sampel 6 = 27 + 6 = 33

Sampel 7 = 33 + 6 = 39

Sampel 8 = 39 + 6 = 45

Sampel 9 = 45 + 6 = 51

Sampel 10 = 51 + 6 = 57

Sampel 11 = 57 + 6 = 63

Sampel 12 = 63 + 6 = 69

Sampel 13 = 69 + 6 = 75, dan seterusnya.

Cara perhitungan seperti ini akan mudah dilakukan jika peneliti

menghitungnya secara berurut satu persatu. Namun jika peneliti

ingin menghitung sampel ke 20, namun belum menghitung

sampel ke 19, maka sampel ke 20 tidak dapat dihitung. Sampel ke

15 dapat dihitung jika sampel ke 14 sudah dihitung sebelumnya.

Demikian juga sampel yang ke n dapat dihitung jika sampel ke

n-1 sudah dihitung sebelumnya. Jadi perhitungan sampel yang

tidak berurut atau meloncat tidak dapat dilakukan pada metoda

atau cara kedua ini. Ini dapat dikatakan sebagai kelemahan cara

perhitungan ini, meskipun pada akhirnya memberikan hasil yang

sama dengan cara yang pertama dengan asumsi peneliti sudah

melakukan perhitungan yang benar. Dengan membandingkan

kedua cara tersebut, maka dapat dikatakan cara pertama akan

dapat digunakan peneliti untuk menghitung sampel yang

keberapapun yang diinginkan, tinggal memasukkannya ke dalam

Page 190: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

180

rumus yang sudah ada. Namun cara kedua tidak dapat digunakan

untuk menghitung sampel yang tidak berurutan, meskipun akan

mendapatkan hasil yang sama antara cara pertama dan kedua.

3) Stratiffied Random Sampling

Selain simple random sampling dan Systematic Random

Sampling seperti yang telah dijelaskan semua, maka ada cara

lainnya yang dapat digunakan oleh peneliti dengan melihat

kondisi anggota populasi yang tertentu, seperti anggopa populasi

tidak berada dalam kondisi yang homogen. Dalam kenyataannya

seringkali terjadi bahwa populasi yang dihadapi oleh peneliti

tidak dalam keadaan homogen seperti persyaratan yang harus

ada dalam menggunakan teknik pengambilan sampel random

atau random sampling/probability sampling. Dalam realitanya

barangkali populasi yang heterogen inilah yang benar-benar

dihadapi oleh peneliti. Dengan kondisi seperti ini peneliti

tidak dapat begitu saja menggunakan metode simple random

sampling misalnya, namun peneliti harus memilih cara atau

metode sampling yang lebih tepat. Cara atau metode sampling

yang dapat digunakan oleh peneliti jika populasinya heterogen

adalah stratified random sampling atau cara pengambilan sampel

yang distratifikasi. Stratifikasi inilah yang mencerminkan bahwa

populasi memiliki strata atau lapisan-lapisan sebagai bukti

adanya heterogenitas dari populasi antar lapisan atau strata.

Page 191: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

181

Namun demikian sub populasi dalam lapisan atau strata yang

sama akan menjadi lebih homogen dibandingkan jika peneliti

tidak membuat lapisan-lapisan atau strata. Dengan kata lain

populasi yang heterogen akan dapat menjadi lebih homogen jika

dibuat dalam bentuk strata atau lapisan-lapisan tertentu dimana

ciri homogenitasnya berada dalam strata atau lapisan yang sama.

Sebagai contoh dalam penelitian tentang kesejahteraan

atau pendapatan petani kakao, maka sangat penting diperhatikan

pada populasi tersebut homogen ataukah tidak pada saat

pengambilan sampel yang dilakukan. Jika populasi heterogen

atau tidak homogen, maka peneliti harus membuat strata atau

lapisan-lapisan agar populasi menjadi lebih homogen dalam

setiap lapisan atau strata. Pertanyaan pentingnya kemudian

adalah apakah variabel yang dapat digunakan oleh peneliti

dalam membuat strata atau lapisan-lapisan agar populasi menjadi

lebih homogen. Variabel yang dapat digunakan untuk membuat

strata adalah variabel yang menurut si peneliti berhubungan erat

dengan dependen variabelnya atau variabel yang ingin diteliti dan

berusaha untuk dinaikkan jika variabel yang tergolong favourable

atau diturunkan jika tergolong variabel unfavourable. Misalnya

jika tujuan risetnya adalah menyangkut pendapatan petani tentu

variabel ini ingin dinaikkan atau favourable variable, sedangkan

misalnya variabel pengangguran tentu saja ingin diturunkan atau

unfavourable variable. Dengan demikian variabel yang akan

Page 192: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

182

digunakan sebagai variabel untuk membuat lapisan atau strata

adalah variabel yang terkait misalnya dengan pendapatan petani

atau terkait dengan tingkat pengangguran. Jadi variabel yang

digunakan untuk membuat strata atau lapisan adalah variabel

yang berhubungan erat dengan variabel dependen.

Misalnya populasi petani kakao di suatu desa misalnya

sebanyak 200 orang, peneliti ingin memperoleh informasi

tentang pendapatan petani kakao tersebut. Berdasarkan analisis

yang dilakukan bahwa variabel luas lahan adalah variabel yang

berkaitan erat dengan pendapatan petani kakao tersebut. Dalam

artian jika petani kakao yang memiliki lahan yang luas, maka

semakin banyak pula pendapatan yang akan diperolehnya.

Demikian sebaliknya, jika luas lahan yang dimilikinya sempit,

maka pendapatannya juga akan cenderung rendah. Dengan

demikian, maka variabel luas lahan dapat digunakan sebagai

variabel untuk menstratifikasi populasi petani kakao yang ada

dalam wilayah penelitian menjadi lapisan atau strata yang

lebih homogen pada masing-masing lapisan tersebut. Petani

kakao yang populasinya sebanyak 200 tidak dibuat strata atau

lapisan-lapisan maka dapat dilihat data tentang luas lahan yang

dimiliki misalnya yang terluas 50 hektar dan yang paling sempit

misalnya 2 hektar. Dengan demikian range atau jarak antara data

yang tertinggi dengan yang terendah adalah 48 hektar. Range ini

jauh lebih besar jika dibandingkan dengan populasi petani kakao

Page 193: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

183

tersebut dibuat strata dengan luas lahan sebagai veriabel untuk

menstrata populasi ke dalam lapisan-lapisan.

Jika seluruh populasi tersebut yang sebanyak 200 tersebut

dibuatkan strata atau lapisan misalnya menjadi 3 lapisan atau

3 strata, maka di setiap lapisan atau strata akan menjadi lebih

homogeny dibandingkan dengan jika tidak dibuat strata. Sebagai

contoh jika dibuat 3 lapisan dengan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 6.3: Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas

Lahan Tahun 2019

Sumber: Data Hipotetis, 2019

Data yang terlihat dalam Tabel 6.3 dapat dijelaskan bahwa di

setiap lapisan atau strata yang dibuat menjadi lebih homogen.

Hal ini sangat penting mengingat bahwa salah satu syarat dalam

penggunaan probability sampling adalah anggota populasi

homogen. Tabel 5.3 tersebut juga mencerminkan hal tersebut,

dimana pada strata atau Lapisan 1 memiliki range atau jarak 13

Ha, Lapisan 2 memiliki jarak 16 Ha, dan Lapisan 3 memiliki

No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha) Jumlah Populasi (orang)

1 Lapisan 1 2 - 15 90

2 Lapisan 2 16 - 32 60

3 Lapisan 3 33 - 50 50

4 Total 200

Page 194: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

184

jarak 17 Ha. Data ketiga lapisan ini jauh lebih kecil daripada

range atau jarak secara keseluruhan jika tidak dibuat strata yaitu

48 Ha. Range yang semakin besar dapat mencerminkan bahwa

data semakin bervariasi atau semakin heterogen, demikian

sebaliknya jika range atau jarak semakin kecil, maka dapat

dikatakan bahwa data atau anggota populasi semakin homogen.

Jika Range sama dengan 0, maka anggota populasi memiliki

misalnya lahan yang sama luasnya. Data seperti ini juga

menunjukkan bahwa anggota populasi homogen sempurna, jadi

satu dengan yang lainnya memiliki luas lahan yang sama. Jika

anggota populasi dalam keadaan homogen sempurna, maka satu-

satuan anggota populasi tersebut jika diambil sebagai sampel

sudah akan dapat mewakili populasinya. Demikian sebaliknya

jika anggota populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan

meneliti seluruh populasinya (mengadakan sensus) akan dapat

representative dalam mewakili populasinya.

Setelah populasi dibagi kedalam lapisan-lapisan yang lebih

homogen tentunya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah menghitung jumlah sampel yang akan dapat diambil

dari total anggota populasi sebanyak 200 tersebut.Misalnya

dengan menggunakan alpha sebanyak 5 persen, dan dengan

menggunakan rumus Slovin seperti yang telah dijelaskan dalam

bab sebelumnya, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 133

sampel petani kakao. Sebanyak 133 orag sampel petani kakao

Page 195: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

185

tersebut akan didistribusikan ke dalam ketiga lapisan tersebut.

Cara untuk mendistribusikan jumlah sampel ke dalam setiap

lapisan seperti terlihat dalam Tabel 7.3 ada 2 yang diuraikan

secara rinci sebagai berikut.

(1) Proportionate stratified random sampling

Pad acara ini jumlah sampel yang telah dihitung tersebut

misalnya sebanyak 133 orang tersebut didistribusikan secara

proporsional sesuai dengan banyaknya populasi di setiap

lapisan atau strata tersebut. Semakin banyak anggota populasi

dalam sebuah lapisan, maka semakin banyak pula sampel yang

akan didistribusikan ke dalam populasi tersebut. Demikian pula

sebaliknya jika anggota populasi di sebuah lapisan jumlahnya

sedikit, maka akan memperoleh jumlah sampel yang sedikit

pula. Jadi dalam hal ini jumlah sampel di setiap lapisan atau

strata akan searah dengan jumlah anggota populasi disetiap

lapisan tersebut. Syarat dari penggunaan metode Proportionate

stratified random sampling adalah setiap lapisan dari populasi

tersebut memiliki tingkat homogenitas atau heterogenitas

yang hampir sama. Hal ini menjadi penting karena tingkat

homogenitas atau heterogenitas mempengaruhi jumlah sampel

dalam sebuah penelitian. Semakin heterogen anggota populasi

maka semakin banyak jumlah sampel yang dibutuhkan, jika

heterogen sempurna maka hanya meneliti seluruh anggota

Page 196: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

186

populasi atau melakukan sensus yang hasilnya dapat mewakili

populasinya. Sebaliknya jika semakin homogen anggota

populasi maka semakin sedikit dibutuhkan jumlah sampel untuk

dapat mewakili populasinya, dan jika homogen sempurna maka

hanya satu-satuan dari anggota populasi sudah dapat mewakili

populasinya. Dengan persyaratan tersebut maka jumlah anggota

sampel di setiap lapisan menjadi proporsionel dengang anggota

populasi di setiap lapisan tersebut jika tingkat homogenitas atau

heterogenitas dari masing-masing lapisan adalah sama atau

hampir sama.

Penggunaan Proportionate stratified random sampling,

selain mempertimbangkan tingkat homogenitas di setiap lapisan

atau strata, juga terkait dengan jumlah anggota populasi di

setiap lapisan. Jika anggota populasi di setiap lapisan jumlahnya

tidak proporsional dalam arti ada yang sangat banyak dan ada

yang sangat sedikit, maka metode yang proporsional dalam

menentukan jumlah anggota populasi di setiap lapisan akan

menjadi kurang relevan. Hal ini disebabkan jika anggota

populasi di satu lapisan sangat sedikit, maka ada kemungkinan

di lapisan tersebut tidak ada sampel yang mewakilinya. Dengan

kondisi tersebut maka besar kemungkinan hasil penelitian

yang dibuat tidak representatif mewakili populasinya secara

keseluruhan. Oleh karena itu dalam penggunaan metode yang

proporsional dalam menentukan jumlah sampel di setiap

Page 197: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

187

lapisan atau strata, maka anggota populasi di setiap lapisan juga

jumlahnya haruslah proporsional, yang berarti jumlah anggota

populasi di setiap lapisan hampir sama atau tidak terlalu jauh

berbeda. Berdasarkan syarat-syarat tersebut maka penggunaan

metode proporsional dapat digunakan. Dengan contoh yang

telah dihitung sebelumnya yaitu jumlah sampel 133 orang petani

kakao, maka akan didistribusikan ke dalam semua strata atau

lapisan seperti Tabel 6.4 berikut.

Tabel 6.4: Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas

Lahan Tahun 2019

Sumber: Data Hipotetis, 2019

Tabel 6.4 menunjukkan distribusi sampel menurut lapisan atau

strata yang jumlahnya proporsional dengan jumlah anggota

populasi di setiap lapisannya. Hal ini dapat dilakukan jika

anggota populasi antar lapisan tidak berbeda terlalu jauh,

sehingga semua lapisan mendapat sampel yang juga jumlahnya

tidak berbeda terlalu jauh. Demikian juga dapat dilihat bahwa

homogenitas antar lapaisan juga tidak terlalu jauh berbeda,

jika dilihat dari range atau jarak data tertinggi dan terendah

No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha)

Jumlah Populasi (orang)

Jumlah Sampel (orang)

1 Lapisan 1 2 - 15 75 50

2 Lapisan 2 16 - 32 60 40

3 Lapisan 3 33 - 50 65 43

4 Total 200 133

Page 198: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

188

antar lapisan tersebut. Jika peneliti telah menghitung jumlah

sampel di setiap lapisan tersebut tahap berikutnya yang harus

dilakukan oleh peneliti adalah mengambil sampel di setiap

lapisan dengan random sampling atau pengambilan sampel

secara acak. Pengertian acak atau random disini adalah semua

anggota populasi di masing-masing lapisan memperoleh

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel dalam

satu lapisan tertentu. Pada Lapisan 1 probabilitas untuk terpilih

sebagai sampel 50/75 atau 0,67. Pada Lapisan 2 probabilitasnya

sebesar 40/60 atau 0,67 sedangkan Lapisan 3 probabilitasnya

43/65 atau 0,66. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa

probabilitas setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel

adalah sama yaitu 0,67. Demikian juga dihitung probabilitas

secara keseluruhan adalah 133/200 = 0,67. Oleh karena sampel

di setiap lapisan adalah proporsional dengan jumlah populasi

di setiap lapisan, maka probabilitas anggota populasi di setiap

lapisan untuk dipilih sebagai sampel juga adalah sama dengan

probabilitas secara total. Tentu saja probabilitas yang sama ini

akan masuk akal jika tingkat homogenitas di antara lapisan-

lapisan tersebut adalah hampir sama atau sama.

Pada Lapisan 1, akan diambil 50 orang sampel dari 75 orang

anggota populasi, pada Lapisan 2 akan diambil sampel sebanyak

40 orang dari 60 anggota populasi di Lapisan2, dan pada Lapisan

3 akan diambil 43 orang sampel dari 65 orang anggota populasi

pada Lapisan 3. Untuk pengambilan sampel tersebut peneliti

Page 199: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

189

harus kembali pada teknik sampling random yaitu tepatnya

simple random sampling, yaitu dapat menggunakan cara undian,

tabel bilangan random, acak melalui computer, atau pun dengan

cara RNG (Random Number Generator) yang dapat dilakukan

melalui hand phone yang menggunakan android, seperti yang

telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

(2) Disproportionate Stratified Random Sampling

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa metode

proporsional di setiap lapisan untuk jumlah sampel yang dapat

diambil, jika anggota populasi di setiap lapisan juga hampir sama

jumlahnya. Bagaimana jika jumlah anggota populasi di setiap

lapisan berbeda secara nyata, maka tentu saja cara atau metode

proporsional tidak dapat digunakan, maka peneliti sebaiknya

menggunakan cara disproporsional anggota sampel di masing-

masing lapisan. Contoh anggota populasi di setiap lapisan yang

tidak proporsional jumlahnya.

Tabel 6.5: Contoh Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut

Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsinal Tahun 2019

Sumber: Data Hipotetis, 2019

No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha) Jumlah Populasi (orang)

1 Lapisan 1 2 - 15 1002 Lapisan 2 16 - 32 953 Lapisan 3 33 - 50 54 Total 200

Page 200: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

190

Contoh data pada Tabel 6.5 menunjukkan anggota populasi di setiap lapisan yang tidak proporsional jumlahnya. Pada Lapisan 3 hanya 5 orang sedang lapisan yang lainnya hampir 20 kali lipat jumlahnya dari populasi pada Lapisan 3. Pada jenis populasi seperti ini, maka tidak dapat digunakan cara proporsional seperti cara sebelumnya. Pada contoh seperti ini, maka cara disproporsional yang lebih cocok untuk digunakan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa untuk Lapisan 3, diambil seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel, sedangkan pada Lapisan 1 dan 2 akan diambil jumlah sampel yang sesuai dengan jumlah anggota populasi yang ada. Oleh karena jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 133 orang petani kakao, di Lapisan 3 diambil seluruhnya yaitu 5, maka kekurangannya lagi sebanyak 128 orang lagi akan diambil dari Lapisan 1 dan 2. Jumlah anggota populasi lapisan 1 dan 2 dengan jumlah yang proporsional besarnya, maka jumlah sampel yang akan diambil juga proporsional. Dengan demikian jumlah anggota sampel di Lapisan 1 adalah 100/195 x 128 = 66 orang dan sampel di Lapisan 2 = 95/195 x 128= 62 orang. Dengan demikian total sampel dalam penelitian tersebut adalah di Lapisan 1 = 66 orang, dan Lapisan 2 sebanyak 62 orang, serta Lapisan 3 sebanyak 5 orang. Distribusi sampel menurut lapisan atau strata dapat dilihat dala Tabel 6.6 berikut.

Page 201: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

191

Tabel 6.6: Contoh Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsional Tahun 2019

Sumber: Data Hipotetis, 2019

Data dalam Tabel 6.6 dapat dilihat bahwa jumlah

anggota populasi maupun jumlah sampel di setiap lapisan

terlihat tidak proporsional. Untuk Lapisan 3 seluruh anggota

populasi digunakan sebagai sampel sehingga teknik sampling

yang digunakan adalah sampling jenuh atau dilakukan sensus

pada seluruh anggota populasi pada Lapisan 3. Untuk Lapisan

1 dan Lapisan 2, kembali akan menggunakan cara simple

random sampling atau acak sederhana, baik dengan undian,

tabel bilangan random, acak melalui komputer, maupun dapat

menggunakan hand phone dengan program atau aplikasi RNG.

Dengan melihat pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa

penggunaan stratified random sampling baik yang proporsional

maupun yang disproporsional, membutuhkan beberapa tahapan

yaitu pertama, menghitung jumlah sampel secara total; kedua

kemudian medistribusikannya ke dalam lapisan-lapisan; dan

ketiga pengambilan sampel yang jumlahnya sesuai dengan

No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha)

Jumlah Populasi (orang)

Jumlah Sampel (orang)

1 Lapisan 1 2 - 15 100 662 Lapisan 2 16 - 32 95 623 Lapisan 3 33 - 50 5 54 Total 200 133

Page 202: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

192

distribusi sampel yang telah dihitung sebelumnya, dimana

pengambilan sampel ini akan kembali lagi menggunakan simple

random sampling atau pengambilan sampel random sederhana.

Dengan memperhatikan penjelasan yang telah disampaikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa

penggunaan metode stratified random sampling memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut.

1) Seringkali terjadi bahwa populasi tidak homogen, untuk

membuat lebih homogen maka dapat dibuat strata/lapisan-

lapisan. Hal ini perlu dilakukan mengingat syarat dalam

penggunaan random sampling adalah data atau anggota populasi

yang homogen.

2) Peneliti harus memastikan bahwa ada kriteria yang jelas

untuk menstratifikasi populasi ke dalam strata atau lapisan-

lapisan. Kriteria yang dimaksud adalah variabel penelitian yang

sesuai dengan tujuan penelitian yang terkait erat dengan variabel

tergantung atau variabel endogen.

3) Harus ada data sesuai dengan kriteria yang digunakan

untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan yang

telah dibuat. Dapat dimaknai jika tidak ada data sesuai dengan

kriteria yang digunakan untuk menstratifikasi populasi ke dalam

lapisan-lapisan, maka kriteria tersebut tidak dapat digunakan.

Hal ini berarti hanya variabel atau kriteria yang ada datanya

yang dapat digunakan sebagai variabel untuk menstratifikasi

populasi ke dalam lapisan-lapisan yang diinginkan, dan variabel

Page 203: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

193

atau kriteria tersebut adalah variabel yang terkait dengan tujuan

penelitiannya.

4) Jumlah anggota populasi di setiap lapisan diketahui, hal ini

berarti persyaratan yang ketiga sebelumnya menyebabkan setiap

lapisan atau strata memiliki jumlah anggota populasi yang

tertentu. Syarat ini merupakan ciri atau keharusan untuk dapat

menggunakan random sampling yaitu daftar anggota populasi

baik secara keseluruhan maupun di setiap lapisan.

4) Cluster Sampling/pengambilansampelgugus

Di dalam kenyataannya sangat mungkin terjadi bahwa

anggota populasi atau sampling frame sulit untuk dibuat atau

tidak mungkin untuk dibuat, jikapun dapat disusun sampling

framenya, maka akan membutuhkan sumber daya yang sangat

besar. Hal ini berarti seringkali terjadi daftar seluruh anggota

populasi tidak tersedia. Jika dibuat akan membutuhkan sumber

daya yang sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

unit-unit analisa dalam populasi dikelompokkan dalam gugus-

gugus yang disebut Cluster, yang merupakan satuan-satuan dari

mana sampel akan diambil. Dengan demikian konsep acak ini

terjadi di tingkat gugus, atau tidak terjadi di tingkat unit analisis.

Gugus-gugus ini yang akan dijadikan sebagai sampling frame

atau daftar anggota populasi dari penelitian yang bersangkutan.

Sama dengan teknik sampling sebelumnya yang telah dijelaskan

Page 204: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

194

terutama simple random sampling, maka teknik pengambilan

sampel gugus ini juga akan memanfaatkan cara-cara yang

ada seperti cara undian, tabel bilangan random, acak melalui

computer, atau dengan metode RNG. Jadi penggunaan cara-

cara ini yang terdapat dalam pengambilan sampel sederhana

dilakukan atau diterapkan di tingkat gugus. Setelah diperoleh

sampel gugus secara random dengan berbagai metode yang

digunakan seperti dalam simple random sampling tersebut,

maka seluruh anggota populasi dalam gugus yang terpilih dipilih

sebagai sampel. Jadi berapapun anggota populasi dalam gugus

terpilih semuanya dijadikan sampel dalam penelitian tersebut.

Dengan demikian berapa jumlah sampel dalam penelitian

tersebut baru akan diketahui setelah penelitian tersebut selesai

dilakukan. Hanya jumlah gugus saja yang diketahui oleh

peneliti, sedangkan jumlah unit analisis yang akan diperoleh

dalam penelitian tersebut barulah dapat diketahui jika telah

selesai dilakukan penelitian tersebut. Dengan demikian unit

analisis yang diteliti tidak diambil secara random, namun hanya

guguslah yang diambil secara random, jadi dalam metode ini

random terjadi di tingkat gugus.

Seperti juga dalam metode yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka jumlah gugus yang akan diambil ditentukan

dengan berbagai pertimbangan, seperti perkiraan tingkat

Page 205: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

195

homogenitas di setiap gugus. Semakin homogen perkiraan

tentang gugus-gugus yang ada maka semakin sedikit jumlah

gugus yang akan diambil, demikian sebaliknya semakin

heterogen tentu semakin banyak gugus yang mesti diambil agar

sampel yang diambil representatif mewakili populasinya. Dapat

disimpulkan bahwa beberapa persyaratan yang seyogyanya

dapat dipenuhi jika menggunakan teknik pengambilan sampel

gugus adalah sebagai berikut.

(1) Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel harus secara

random/acak

Oleh karena teknik pengambilan sampel gugus ini

tergolong teknik probability atau probability sampling, maka

tentu saja gugus-gugus yang diambil dalam hal ini haruslah

diambil secara radom. Setelah dapat dipilih secara random

dengan menggunakan berbagai cara yang dapat dilakukan seperti

dengan undian, table bilangan random, acak melalui komputer,

maupun dengan Program RNG.

(2) Kemudian semua anggota/unsur penelitian dalam gugus

yang terpilih tersebut diteliti semua

Dalam contoh yang telah disampaikan sebelumnya

misalnya melakukan penelitian tentang pendapatan petani kakao,

maka seluruh petani kakao yang ada dalam gugus yang telah

terpilih tersebut, diteliti sebagai sampel. Dengan memperhatikan

cara yang telah disampaikan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Page 206: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

196

pengambilan sampel gugus ini adalah random ditingkat gugus,

sedangkan dalam gugus diambil secara sensus artinya meneliti

semua anggota populasi yang ada dalam gugus terpilih.

Ada 2 jenis teknik pengambilan sampel gugus (Cluster Sampling)

(1) Pengambilan sampel gugus sederhana (simple cluster

sampling)

Pengambilan sampel gugus sederhana ini dilakukan

dengan pengambilan sampel gugus hanya sekali atau satu tahap.

Jadi akan ada satu kali perancangan populasi dalam gugus,

dan ada pengambilan sampel gugus juga hanya sekali. Sebagai

contoh seorang peneliti akan melakukan penelitian pada petani

kakao di satu kecamatan tertentu, anggaplah pada Kecamatan

Satria. Peneliti tidak menemukan informasi atau data tentang

jumlah petani kakao secara keseluruhan, dan jika ingin disusun

atau dibuat akan membutuhkan waktu yang relative sangat

lama, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan karena

keterbatasan sumber daya dalam riset yang dimiliki. Dalam

kondisi seperti itu, maka cara yang dapat diambil oleh peneliti

agar juga tetap dapat menggunakan probability sampling adalah

dengan menggunakan metode pengambilan sampel gugus atau

Cluster Sampling, khususnya simple cluster sampling dengan

tahapan sebagai berikut.

a) Peneliti menetapkan gugus atau Cluster dalam

penelitiannya, yaitu Kecamatan Satria ini dibuat atau

Page 207: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

197

dibagi ke dalam gugus-gugus. Misalnya Kecamatan Satria

tersebut dibagi ke dalam gugus desa. Jumlah desa yang

ada di Kecamatan Satria ada sebanyak 34 desa. Misalnya

dengan mempertimbangkan tingkat homogenitas dari

gugus yang ada, dan juga memperhatikan sumber daya

yang dimiliki, atau dengan didasarkan atas tingkat

signifikansi tertentu dan jumlah anggota populasi dalam

bentuk gugus tersebut, maka misalnya diputuskan atau

diperoleh perhitungan ukuran sampel sebanyak 15 buah

gugus.

b) Sampel sebanyak 15 buah gugus tersebut akan diambil

secara random, oleh karena anggota populasi gugus

sebanyak 34 buah gugus, maka peluang atau probabilitas

anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel menjadi

sekitar 15/34= 0, 44. Daftar sampling frame gugus

misalnya dari nomor urut 01: misalnya Desa 1, 02 : Desa 2,

03: Desa 3, dan seterusnya sampai nomor urut 34: Desa 34.

Mengambil sampel sebanyak 15 dari 34 buah gugus yang

ada dapat dilakukan dengan cara undian, menggunakan

tabel bilangan random, acak melalui komputer, atau dengan

menggunakan program atau aplikasi RNG, seperti yang

telah dijelaskan dalam teknik simple random sampling

sebelumnya.

c) Setelah pengambilan sampel dilakukan, misalnya sampel

Page 208: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

198

yang terpilih sebanyak 15 buah gugus, dengan nomor

sampling frame yang terpilih 02, 05, 07, 10, 11,14, 17, 19,

21, 23, 25, 26, 28, 30, 34.

d) Setelah nomor-nomor dari sampling frame terpilih seperti

pada poin c) tersebut, maka tiba saatnya peneliti akan

meneliti seluruh petani kakao yang ada pada desa-desa

yang terpilih sesuai dengan nomor-nomor sampling frame

tersebut seperti pada poin c).

e) Jumlah responden yang diteliti diseluruh desa yang terpilih

akan dapat diketahui setelah peneliti meneliti seluruh

responden yang ada di semua desa yang terpilih. Jadi pada

awal yang diketahui oleh peneliti adalah jumlah gugus

yang akan diambil, namun jumlah total responden dalam

hal ini jumlah petani kakao yang akan diteliti diketahui

setelah selesai meneliti seluruh desa terpilih.

f) Cara yang dijelaskan ini adalah teknik pengambilan

sampel gugus sederhana yang hanya menggunakan satu

tahap dalam pengambilan sampel gugus yang digunakan,

dalam arti populasi yang diwakili oleh sampling frame

juga disusun hanya sekali, dan pengambilan sampel juga

dilakukan sekali.

(2) Pengambilan sampel gugus bertingkat (Multi stage cluster

sampling)

Seperti namanya pengambilan sampel gugus bertingkat,

Page 209: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

199

dilakukan tidak hanya sekali seperti pada simple cluster

sampling, namun dilakukan lebih daripada satu kali, dapat dua

kali, tiga kali atau lebih. Dalam metode ini akan dijumpai lebih

dari satu populasi, dimana peneliti akan mengambil sampel,

dan sampel gugus yang terambil akan menjadi populasi tahap

berikutnya darimana sampel akan diambil. Contoh teknik

sampling akan diambil dengan melanjutkan contoh pada simple

cluster sampling sebelumnya yang telah dijelaskan.

a) Peneliti menetapkan gugus dalam penelitiannya misalnya

di Kecamatan Satria terdapat 34 gugus desa, dengan

sampling frame seperti yang telah dijelaskan dengan

nomor urut 01: Desa 1, sampai dengan nomor urut 34

adalah Desa 34, yang merupakan populasi tahap pertama.

b) Jumlah gugus yang akan diambil sebanyak 15 buah, seperti

contoh sebelumnya dengan mempertimbangkan berbagai

kondisi yang ada. Misalnya dengan menggunakan cara

undian atau Tabel Bilangan Random ataupun dengan

menggunakan Aplikasi RNG.

c) Nomor-nomor yang terpilih misalnya 02, 05, 07, 10, 11,14,

17, 19, 21, 23, 25, 26, 28, 30, 34. Ini adalah sampel tahap

pertama, yang akan menjadi populasi tahap kedua.

d) Pada teknik sampling gugus bertingkat (Multi stage cluster

sampling) ini, nomor-nomor yang pada poin c) diatas

menjadi populasi tahap kedua pada metode ini. Desa-desa

Page 210: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

200

yang terpilih pada poin c) tersebut menjadi populasi tahap

kedua dengan membagi lagi ke dalam gugus yang lebih

kecil misalnya gugusnya menjadi banjar/dusun. Misalnya

15 desa yang terpilih tersebut masing-masing memiliki 2

banjar/dusun, sehingga total gugus pada populasi tahap

kedua yang berupa banjar/dusun menjadi sebanyak 30

buah gugus. Misalnya 30 buah gugus tersebut diberikan

nomor urut atau membuat sampling frame pada populasi

tahap kedua ini, yaitu nomor urut 01: banjar/dusun 01,

nomor urut 02: banjar/dusun 02, nomor urut 03: banjar/

dusun 03, nomor urut 04: banjar/dusun 04, dan seterusnya

sampai nomor urut 30: banjar/dusun 30.

e) Berdasarkan tingkat homogenitas dari gugus yang ada

tersebut pada poin d) dan juga sumber daya yang tersedia

untuk melakukan penelitian tersebut, maka peneliti akan

mengambil sampel secara random sebanyak 10 gugus

yang berupa banjar/dusun, dengan menggunakan cara

random atau acak, dapat menggunakan cara undian, tabel

bilangan random, atau aplikasi RNG.

f) Dengan menggunakan cara random, misalnya dengan

menggunakan aplikasi RNG, diperoleh nomor-nomor

yang terpilih adalah nomor 01, 05, 06, 10, 11, 12, 19,

22, 25, 29. Dengan demikian banjar/dusun yang terpilih

adalah banjar/dusun 01, banjar/dusun 05, banjar/dusun 06,

Page 211: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

201

banjar/dusun 10, banjar/dusun 11, banjar/dusun 12, banjar/

dusun 19, banjar/dusun 22, banjar/dusun 25, dan banjar/

dusun 29. Ini merupakan sampel tahap kedua. Sampel

tahap kedua ini akan menjadi populasi tahap ketiga jika

peneliti ingin membuat gugus yang lebih kecil lagi,

demikian seterusnya. Dalam contoh ini anggap peneliti

menggunakan tahapan sampai sampel tahap kedua yaitu

banjar/dusun.

g) Responden petani kakao yang akan diteliti adalah seluruh

petani kakao yang ada pada 10 gugus banjar/dusun yang

terpilih seperti pada poin f) diatas. Berapapun jumlah

petani kakao yang ada di 10 gugus banjar/dusun yang

terpilih, maka sejumlah itulah responden dalam penelitian

tersebut.

Pada teknik sampling Multi stage cluster sampling atau

pengambilan sampel gugus bertahap ini dapat dilakukan dua

tahap, tiga tahap dan seterusnya tergantung dari kepentingannya

dan luas wilayah dari riset atau penelitian yang dilakukan. Pada

tahap terakhir yang dianggap sudah cukup oleh peneliti maka

pada saat itulah responden akan diteliti pada gugus terakhir

tersebut, dan pada teknik sampling ini cirinya adalah meneliti

seluruh responden yang ada pada sampel terpilih yang dalam hal

ini berbentuk gugus.

Page 212: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

202

6.2.2 Non Probability sampling atau Pengambilan Sampel

Tidak Acak

Berbeda dengan pengambilan sampel acak atau random

sampling, maka pada metode ini atau non probability sampling,

setiap elemen dalam populasi tidak mempunyai kesempatan

yang sama untuk terpilih sebagai anggota sampel. Hal ini

disebabkan tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari

seluruh elemen populasi, karena berbagai alasan. Misalnya

memang data tidak tersedia, atau tidak memungkinkan untuk

mendata seluruh anggota populasi dari penelitian tersebut.

Misalnya meneliti pedagang sektor informal di Kota Denpasar,

maka populasinya adalah seluruh pedagang sektor informal

yang ada di Kota Denpasar. Populasi ini kemungkinan besar

tidak terdata dengan baik, sehingga tidak memungkinkan

untuk menggunakan probability sampling dalam pengambilan

sampelnya. Dengan kondisi seperti ini, maka teknik sampling

yang dapat digunakan adalah non probability sampling atau

pengambilan sampel tidak acak.

Metode ini dikembangkan untuk menjawab kesulitan

yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak terutama

dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan

yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel.

Pada metode ini peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yg

rumit. Dalam metode ini yang berperan adalah kemampuan

Page 213: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

203

atau pengetahuan peneliti terhadap populasi penelitiannya.

Semakin baik pengetahuan peneliti tentang populasi, semakin

baik pula tingkat keterwakilannya, maka hasil yang didapatkan

dari penelitiannya juga akan semakin dekat dengan kenyataan

yang sebenarnya. Pada metode ini peneliti tidak dapat

membuat generalisasi terhadap populasi, yang dapat dikatakan

sebagai sebuah kelemahan dalam metode ini. Dalam sebuah

penelitian generalisasi dapat dilakukan yaitu meneliti sampel

untuk diberlakukan terhadap populasinya hanya jika peneliti

menggunakan teknik sampling secara random atau probability

sampling. Pada teknik sampling non random atau tidak acak

atau non probability sampling, hasil analisisnya berlaku

hanya pada sampel yang diteliti. Dengan kata lain kesimpulan

hanya berlaku pada sampel yang diteliti, oleh karena memang

populasinya tidak dapat teridentifikasi dengan baik jumlahnya.

Berikut disampaikan secara rinci beberapa teknik sampling yang

tergolong non probability sampling.

1) Accidental sampling/convenience sampling

Pada metode ini peneliti memilih orang-orang atau

responden yang terdekat dengannya.

Peneliti juga dapat memilih responden yang pertama kali

dijumpai atau orang-orang yang berhasil ditemui. Dengan cara

ini peneliti dapat menghemat waktu dan biaya. Sebagai contoh

Page 214: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

204

saat wawancara yang dilakukan oleh reporter TV setelah calon

mahasiswa selesai mengikuti tes seleksi masuk perguruan

tinggi, misalnya 2 atau 3 orang didatangi oleh reporter TV

untuk ditanyai atau diwawancarai tentang kira-kira hasil tes

yang telah mereka ikuti apakah akan berhasil atau tidak, atau

kondisi tingkat kesulitan soal yang dihadapi saat tes yang

dijalani sebelumnya. Reporter TV tersebut dalam menentukan

siapa yang akan diwawancarai menggunakan metode non

probability sampling atau pengambilan sampel tidak acak atau

non random yaitu tepatnya menggunakan Accidental sampling/

convenience sampling. Pemilihan orang yang diwawancarai ini

menggunakan non probability sampling, karena tidak mungkin

membuat sampling frame untuk seluruh peserta tes pada saat

tersebut. Jadi mungkin memberikan kesempatan yang sama bagi

seluruh peserta tes pada saat wawancara dilakukan, karena tidak

semuanya ada ditempat tersebut pada saat wawancara dilakukan,

mungkin ada yang sudah pulang, atau sedang di kantin atau

dimana saja, sehingga probability sampling tidak mungkin

dilakukan. Dengan kondisi seperti itulah maka non probability

sampling digunakan yaitu siapa yang kebetulan dekat atau dapat

dijumpai oleh reporter tersebut yang memperoleh kesempatan

untuk diwawancarai. Teknik sampling seperti inilah yang disebut

sebagai Accidental sampling/convenience sampling.

Page 215: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

205

Jika diperhatikan berbagai teknik sampling yang dapat

digunakan peneliti dalam penelitian mereka yang dapat dikatakan

cara atau metode ini akan sangat banyak digunakan, jika memang

tidak dapat dibuat sampling frame atau daftar seluruh anggota

populasi maka cara ini akan sangat banyak digunakan oleh

peneliti untuk mempermudah atau mempercepat pengumpulan

data yang dibutuhkan. Kelemahan dari cara ini hanyalah

hasilnya tidak dapat digeneralisasi terhadap populasinya, atau

hanya berlaku pada sampel yang diteliti. Hal ini juga masuk

akal karena memang populasinya tidak dapat diidentifikasi

secara tepat, maka hasil yang diperoleh hanya berlaku pada

sampel yang diteliti. Terkadang juga dari berbagai pengalaman

dalam menguji dan membimbing pada populasi yang sangat

besar misalnya sampai ribuan atau puluhan ribu, dimana sebagai

mahasiswa mungkin tidak akan mengambil sampel ribuan

orang untuk menyelesaikan tugas akhir studi baik di tingkat

sarjana, magister, maupun doktor, maka sering menggunakan

cara ini. Meskipun jumlahnya diketahui sehingga dapat

dihitung jumlah atau ukuran sampelnya dengan menggunakan

berbagai cara perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu,

namun seringkali tidak dapat diidentifikasi dengan baik nama

dan alamat dari populasi tersebut, sehingga akan sulit saat

pengambilan sampelnya menggunakan probability sampling.

Dalam kondisi ini jumlah populasinya diketahui, sehingga

dapat dihitung ukuran sampelnya, namun dalam pengambilan

Page 216: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

206

sampelnya tidak dapat digunakan probability sampling karena

tidak dapat diketahui dengan jelas dimana populasi tersebut

berada. Kondisi seperti ini sering dihadapi oleh peneliti, sehingga

jalan keluar yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan

non probability sampling dalam pengambilan sampelnya yaitu

khususnya Accidental sampling/convenience sampling, untuk

mempercepat pengumpulan data dilakukan. Konsekuensi dari

metode yang digunakan adalah hasilnya hanya berlaku pada

sampel yang diteliti, meskipun kenyataan yang ada populasinya

diketahui jumlahnya, namun tidak diketahui atau tidak dapat

diidentifikasi alamatnya.

2) Purposive samplingPurposive sampling adalah salah satu dari tenik sampling

non probability yang dapat digunakan oleh peneliti dalam

menentukan responden/informan penelitian guna pengumpulan

data yang dibutuhkan. Pengertian sengaja/purposive adalah

peneliti telah menentukan responden/informan dengan

anggapan atau pendapatnya (judgment) sendiri bahwa orang

tersebut mampu memberikan informasi yang dibutuhkan

dalam penelitiannya. Pada metode ini peneliti harus memiliki

kemampuan dan pengetahuan yang baik terhadap orang yang

akan dipilihnya menjadi informan dalam penelitiannya yang

diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang valid.

Dengan demikian informan yang dipilih tersebut haruslah orang

Page 217: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

207

yang benar-benar tepat sesuai dengan yang diinginkan, sehingga

untuk menentukan siapa yang akan menjadi informan, peneliti

harus benar- benar memahami bahwa informan yang dipilih

dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan

tujuan penelitiannya. Purposive sampling ini digunakan dalam

menambah data kualitatif yang diperoleh dengan wawancara

mendalam umumnya untuk memperkuat hasil atau analisis

secara kuantitatif yang telah digunakan sebelumnya.

Untuk memperoleh data secara kuantitatif, teknik

sampling yang digunakan diluar metode purposive sampling

seperti accidental sampling ataupun metode yang lainnya

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Data kuantitatif

akan diberikan atau dijawab oleh responden, namun data

kualitatif akan diberikan oleh informan. Informan ini boleh

siapa saja yang menurut peneliti mampu memberikan informasi

tambahan yang dibutuhkan dalam penelitiannya, seperti dari

akademisinya, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pejabat

dipemerintahan, atau pejabat di legislative, yudikatif atau

dapat juga dipilih dari salah satu respondennya yang dipandang

mampu memberikan informasi secara lebih mendalam tentang

berbagai hal yang dipertanyakan. Sering dikatakan juga bahwa

teknik purposive sampling ini digunakan untuk penelitian

dengan pendekatan kuantitatif, namun dapat juga digunakan

pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif guna memperoleh

data atau informasi secara kualitatif. Pada penelitian kuantitatif

Page 218: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

208

secara umum metode purposive sampling ini digunakan untuk

memperoleh data kualitatif yang dilakukan melalui wawancara

mendalam pada umumnya, sehingga dalam penelitian

kuantitatif yang menggunakan metode purposive sampling juga

akan menggunakan metode lainnya dalam pengumpulan data

kuantitatif yang diperoleh dari responden. Jadi pada penelitian

dengan pendekatan kuantitatif ini, purposive sampling ini

bukanlah satu-satunya teknik sampling yang digunakan, pasti

juga akan menggunakan teknik sampling yang lainnya untuk

mengumpulkan data dari responden baik dengan probability

sampling, maupun dengan non probability sampling, guna

memperoleh data kuantitatif.

3) Quota Sampling/Pengambilansampeljatah

Quota sampling atau metode pengambilan sampel jatah ini

juga merupakan salah satu dari teknik non probability sampling

yang dapat digunakan oleh peneliti, dimana tidak semua anggota

populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel. Dalam teknik sampling ini populasi juga juga

dibagi ke dalam beberapa lapisan atau strata sesuai dengan yang

diinginkan atau sesuai dengan tujuan penelitian. Jadi metode ini

sebenarnya mirip atau hampir sama dengan metode pengambilan

sampel yang distratifikasi, namun pada metode quota sampling

ini, tidak diketahui berapa jumlah anggota populasinya di

setiap lapisan yang telah dibuat. Jika ada data jumlah anggota

Page 219: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

209

populasi di setiap lapisannya tentu saja peneliti tidak akan

menggunakan metode quota sampling ini, pasti peneliti akan

menggunakan propbability sampling yaitu stratified random

sampling. Oleh karena jumlah anggota populasi tidak tersedia

di setiap lapisan maka quota sampling ini digunakan. Dalam

metode ini ditentukan jatah atau quota di setiap lapisan,dimana

besarnya quota ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai

hal seperti perkiraan kondisi homogenitas di setiap lapisan, dan

sumber daya yang tersedia untuk melakukan penelitian tersebut.

Sebagai contoh penelitian yang dapat menggunakan

metode quota sampling, seperti berikut. Peneliti akan meneliti

misalnya penghasilan pedagang sektor informal yang ada

di Kota Denpasar. Data pedagang sektor informal di Kota

Denpasar tidak tersedia, sehingga tidak dapat digunakan metode

probability sampling, atau non probability sampling yang akan

digunakan dalam pengambilan sampel pedagang sektor informal

tersebut. Misalnya dalam penelitian tersebut diperkirakan

bahwa jumlah penghasilan pedagang sektor informal di Kota

Denpasar ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki oleh

pedagang sektor informal tersebut. Dengan demikian pedagang

sector informal tersebut akan dibagi ke dalam strata pendidikan,

misalnya pendidikan ≤ SD, SLTP, dan ≥ SLTA. Oleh karena

data tidak tersedia maka peneliti akan menentukan quota atau

jatah di masing-masing strata pendidikan sesuai dengan sumber

daya yang tersedia dalam penelitian tersebut. Misalnya dengan

Page 220: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

210

memperhatikan perkiraan distribusi pendidikan pedagang sector

informal di Kota Denpasar, maka jumlah sampel responden yang

berpendidikan ≤ SD sebanyak 50 orang, yang berpendidikan

SLTP sebanyak 100 orang, dan yang berpendidikan ≥ SLTA

sebanyak 75 orang. Dengan demikian total respondennya

menjadi 225 orang. Bagaimana cara pengambilan sampelnya setelah

menentukan quota atau jatah di setiap lapisan pendidikan tersebut. Jadi kembali yang digunakan dalam pengambilan sampel pada quota sampling ini adalah accidental sampling. Jadi quota sampling di sini hanya bertujuan untuk menentukan berapa quotanya di setiap lapisannya, setelah itu bagaimana cara pengambilan sampelnya akan kembali lagi pad acara yang pertama dalam metode non probability sampling yaitu menggunakan accidental sampling. Jadi siapa yang ditemui asalkan sesuai dengan kriteria sampelnya yaitu pedagang sector informal di Kota Denpasar, akan dijadikan sampel dalam penelitian tersebut. Misalnya responden yang pertama ditemui (dengan teknik accidental sampling) adalah pedagang sate ayam (pedagang sektor informal) yang berpendidikan SLTP. Maka peneliti sudah mendapatkan responden yang berpendidikan SLTP satu orang. Pengambilan sampel terus dilakukan misalnya memperoleh yang berpendidikan ≥ SLTA, dan juga yang berpendidikan ≤ SD. Terus dilakukan seperti itu sampai diperoleh jumlah sampel yang diinginkan. Sesuai dengan quotanya masing-masing.

Dengan demikian saat pengambilan sampel dilakukan

Page 221: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

211

peneliti tidak akan mengetahui tingkat pendidikan responden sampai mereka diwawancarai. Saat wawancara dilakukan barulah dapat diketahui pendidikan responden, jika memang masih dibutuhkan karena belum memenuhi quotanya yang ditetapkan, maka wawancara dilanjutkan. Namun jika saat wawancara awal dilakukan ternyata responden tersebut pendidikannya sudah melebihi quota yang ada, maka wawancara tidak lagi dilanjutkan. Misalnya saat wawancara dilakukan maka yang ditanyakan pertama adalah pendidikan responden karena itulah strata dari penelitian tersebut. Pendidikan responden misalnya SLTP, ternyata setelah dicek responden yang berpendidikan SLTP sudah mendapatkan 100 orang sesuai quotanya, sehingga para responden ini wawancara tidak dilanjutkan lagi. Demikian terus dilakukan oleh peneliti sampai diperoleh jumlah strata responden sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Dengan memperhatikan penjelasan ini, maka dapat dikatakan pada quota sampling ini, eksekusi untuk mendapatkan data dari responden pengambilan sampelnya dengan menggunakan accidental sampling, hanya jumlah sampel di setiap lapisan menggunakan quota atau jumlahnya ditentukan.

4) Snowball sampling/pengambilansampelbolasaljuPengambilan sampel bola salju ini atau Snowball

sampling adalah salah satu teknik sampling yang juga tergolong non probability sampling. Cara ini dapat digunakan oleh peneliti pada penelitian dimana populasi penelitiannya adalah sangat

Page 222: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

212

spesifik. Jadi padapenelitian yang populasi penelitiannya sangat spesifik, maka cara ini adalah sangat tepat untuk digunakan. Sangat spesifik dapat dimaknai informasi yang berkaitan dengan populasi penelitiannya tidak umum. Pada metode ini sampel atau responden pertama berperan sebagai titik awal dalam penarikan sampel selanjutnya. Responden yang pertama ini juga dapat diambil dengan menggunakan accidental sampling, yang penting sesuai dengan kriteria yang ada. Setelah memperoleh sampel yang pertama, maka tahapan berikutnya adalah mencari responden lainnya sesuai dengan petunjuk responden yang pertama tadi. Metode tersebut dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh jumlah sampel yang sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pengmabilan sampel berhenti dilakukan oleh peneliti jika informasi yang diperolehdari hasil penelitian tersebut sudah sama dengan sebelumnya atau tidak ada informasi baru yang diperoleh. Pada saat tersebut dipandang responden sudah mencukupi, sehingga peneliti dapat berhenti untuk pengambilan sampelnya. Jadi pad acara atau metode ini responden pertama adalah kunci dari penelitian, karena berdasarkan informasi dari responden pertama inilah penelitian akan dapat berlanjut sampai jumlah yang diinginkan atau jumlah yang dianggap cukup. Metode sampling ini dianggap atau dinamai sampel bola salju karena seperti bola salju yang pecah atau menggelinding akan semakin lama semakin banyak pecahannya. Hal ini diibaratkan dengan jumlah anggota sampel yang akan diperoleh

Page 223: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

213

semakin banyak berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Berikut disampaikan ilustrasi gambar tentang teknik sampling bola salju yang semakin lama semakin banyak

seperti bola salju yang menggelinding.

Gambar 6.1: Ilustrasi Teknik Sampling Bola Salju/Snowball Sampling

Dalam Gambar 6.1 terlihat responden pertama

yang ditemui oleh peneliti memberikan informasi 4 orang

responden berikutnya yang sesuai dengan kriteria peneliti.

Misalnya peneliti akan meneliti tentang motivasi konsumen

menggunakan Produk Tertentu misalnya Produk X. Produk X

ini tidak dipasarkan secara konvensional, namun menggunakan

cara pemasaran multilevel. Informasi dari responden pertama

sebanyak 4 orang responden berikutnya dijadikan sampel

oleh peneliti, hal ini berarti penelitian sudah memiliki 5 orang

responden penelitian. Kemudian dari 4 orang responden

tahap kedua masing-masing memberikan informasi 2 orang

responden tahap ketiga sehingga total responden tahap ketiga

adalah sebanyak 8 orang. Dengan demikian total responden

sampai tahap ketiga adalah sebanyak 13 orang. Kemudian

Page 224: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

214

responden tahap ketiga juga memberikan informasi responden

berikutnya yaitu ada yang menginformasikan 1 orang, 2 orang

atau 3 orang, dengan total responden pada tahap keempat adalah

sebanyak 12 orang. Dengan demikian total responden yang telah

diwawancarai sampai dengan tahap keempat adalah sebanyak

25 orang. Demikian seterusnya dilakukan sampai dipandang

jumlah responden mencukupi sehingga pengambilan sampel

dihentikan. Beberapa jenis populasi penelitian yang dianggap

spesifik misalnya penelitian tentang orang yang terkena HIV/

AIDS, pencandu narkoba, pengedar narkoba, penadah barang-

barang curian, dan sebagainya yang keberadaannya tidak dapat

terdata secara jelas.

5) Pengambilansampeljenuh/sensus

Pengambilan sampel jenuh atau sering disebut sensus

adalah menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel

dalam penelitian. Kondisi ini dimungkinkan jika anggota populasi

tidak terlalu banyak dan masih memungkinkan dari sumber daya

yang dimiliki oleh peneliti. Sering juga meneliti seluruh anggota

populasi disebut sebagai sensus, karena pengertian sensus dalam

sensus penduduk adalah meneliti seluruh penduduk atau rumah

tangga yang ada dalam suatu wilayah. Pengambilan sampel

jenuh atau sensus ini dapat dimungkinkan dilakukan oleh peneliti

dengan memperhatikan beberapa hal seperti: 1) jika anggota

Page 225: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

215

populasi sangat heterogen; 2) jika anggota populasi tidak terlalu

banyak; 3) jika memungkin dari sumber daya yang tersedia,

baik dari segi waktu, tenaga, kemampuan, maupun biaya yang

tersedia. Jika kondisi seperti terjadi, maka sampling jenuh atau

sensus memungkinkan dilakukan oleh peneliti.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Page 226: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

216

DAFTAR BACAAN

Abbas Tashakkori, Charles Teddlie. 2010. Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Cooper Donald R, C William Emory. 1997. Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Cooper Donald R, C William Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis, Jilid 2, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga

Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Denzin, Norman K; Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Kuncoro. Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Kuncoro, Mudrajat. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta; Penerbit Erlangga.

Mantra, I B. 2000. Langkah-langkah Penelitian Survai, Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)-UGM.

Mantra, I B .2004. Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Page 227: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

217

Mantra IB, Kasto, Tukiran. 2012. Penentuan Sampel, Dalam Effendi dan Tukiran (Ed): Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Manasse Malo. 1986. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Karunika Universitas Terbuka

Marzuki. 1989. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII

Nawawi H, dan Hadari H. M. M. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nazir. Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Noeng Muhajir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin

Sekaran, Uma; Roger Bougie. 2010. Research Method For Business. United Kingdom: A John Wiley and Sons

Sevilla C G, J A Ochave, T G Punsalan, B P Regala, G G Uriante. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press

Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka Setia

Sugiarto, D Siagian, L T Sunaryanto, D S Oetomo. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Sugiarto.2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit CV Andi offset

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta

Page 228: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id

218

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit: Alfabeta

Suryabrata, Sumadi. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sutrisno Hadi. 2016. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zikmund, William G. 2003. Exploring Marketing Research. 8th Edition. USA: Thomson South-Western

……………………………….

Page 229: cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id