hasil penelitian - erepo.unud.ac.id

35
HASIL PENELITIAN PARTISIPASI WANITA DALAM PEMANFAATAN WARISAN NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SEBAGAI PENGUAT USAHA EKONOMI KREATIF DI KAWASAN PANTAI DESA SANUR DENPASAR Oleh: Drs. Ida Bagus Gde Putra M.Hum. (dkk) UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

HASIL PENELITIAN

PARTISIPASI WANITA DALAM PEMANFAATAN WARISAN

NILAI-NILAI BUDAYA BAHARI SEBAGAI PENGUAT

USAHA EKONOMI KREATIF DI KAWASAN PANTAI

DESA SANUR DENPASAR

Oleh:

Drs. Ida Bagus Gde Putra M.Hum. (dkk)

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 2: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1. Judul : Partisipasi Wanita Dalam Pemanfaatan Warisan

Nilai-Nilai Budaya Bahari Sebagai Penguat Usaha

Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai, Desa Sanur,

Denpasar.

2. Ketua Peneliti

a. Nama dan Gelar : Drs. Ida Bagus Gde Putra, M.Hum.

b. Pangkat,Golongan, NIP : Penata/IIIc/196010071993031001

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Fakultas /Program Studi : Sastra, Sejarah

3. Personalia

a. Jumlah Anggota Peneliti : 7 Orang

b. Jumlah Pembantu Peneliti : 3 Orang

4. Jangka Waktu kegiatan : 3 bulan

5. Bentuk Kegiatan : Penelitian.

6. Sifat Kegiatan : Penelitian Kelompok

7. Biaya yang diperlukan : Rp. 5.000.000.

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Sejarah

A.A AYU RAI WAHYUNI

NIP: 196205171987102001

Menyetujuii

Ketua Peneliti

IDA BAGUS GDE PUTRA

NIP : 196010071993031001

Menyetujui

Dekan Fakultas Sastra dan Budaya

Universitas Udayana

NI LUH SUTJIATI BERATHA.

NIP 196909171984032002

Page 3: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Women Participation in Utilizing Heritage Values of Maritime Culture to Strengthen the

Creative Economy Businesses in Coastal Area, Sanur Village, Denpasar.

Abstract

Exploring participation is one way to determine the level of ability and awareness of

one's identity, especially among women, in order to remember, preserve, maintain, or utilize

their ability. One of these capabilities is the ability in conservation effort and utilizing the

maritime cultural heritage values.

One of the characteristic of maritime community is they generally have livelihood as

fishermen, but lately things have changed somewhat rapidly. Since the Sanur beach area is used

as a tourism destination, there have been numerous tourism facilities established along the coast

of Sanur. Development towards this potential had an impact on coastal communities, especially

on the role of the woman who lived on the coast. The coastal community has a cultural value that

mimics the nature of the sea which is harsh, firm, and open. Those values formed the condition

of coastal communities, including the participation of women in utilizing the resources of the

sea.

The existence of this belief is psychologically and economically not only gives certain

pride to the coastal communities, but it also acts as an effort to preserve and utilize the heritage

values of the culture. The ability to motivate oneself is one way to strengthen the creative

economy businesses which is increasingly significant in today's world.

Starting from that idea, there is a desire to explore the participation of women in Sanur

Village in utilizing heritage values of maritime culture to strengthen the creative economy

businesses. If interpreted, the heritage of the maritime values is characterized by the values of

cultural diversity which are religious, ethnic, linguistic, cultural, and economical, so it can be

said that the value of a cultural diversity basically shows the dynamics and valuable changes to

the welfare expected by coastal communities of Sanur.

Key word(s) : Women, Coastal community, Maritime culture, Creative economy.

Page 4: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Partisipasi Wanita Dalam Pemanfaatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari

Sebagai Penguat Usaha Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai,

Desa Sanur, Denpasar.

Abstraksi

Penelusuran partisipasi merupakan salah satu cara untuk menentukan tingkat kemampuan

dan kesadaran jati diri seseorang terutama di kalangan wanita untuk ikut berperan serta dalam

mengingat, menjaga, memelihara dan memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki. Salah satu

dari kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam usaha pelestarian dan memanfaatkan

warisan nilai–nilai budaya bahari.

Sebagai ciri dari masyarakat maritim yang umumnya memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan, kini telah mengalami perubahan secara pesat. Sejak kawasan pantai Sanur digunakan

sebagai destinasi pariwisata, sepanjang pantai Sanur banyak didirikan fasilitas–fasilitas yang

menunjang pariwisata. Pengembangan ke arah potensi ini berdampak pada masyarakat pesisir

terutama peran serta wanita yang bermukim mengikuti alur pantai. Masyarakat pesisir memiliki

nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam laut yang sangat keras, tegas dan terbuka.

Nilai-nilai tersebut membentuk gambaran kondisi masyarakat pesisir termasuk peran serta wanita

dalam memanfaatkan sumber daya laut.

Adanya keyakinan ini secara psikologis dan ekonomis tidak hanya memberikan

kebanggaan bagi masyarakat pesisir, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan

memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya tersebut. Kemampuan dalam memotivasi diri

merupakan salah satu cara untuk memperkuat usaha ekonomi kreatif yang semakin signifikan

dalam kehidupan sekarang ini.

Bertolak dari pemikiran tersebut, bahwa ada keinginan untuk menelusuri partisipasi

wanita di Desa Sanur dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian untuk

memperkuat usaha ekonomi kreatif. Apabila dimaknai, warisan nilai-nilai kebaharian tersebut

bercirikan nilai-nilai dari keanekaragaman budaya yang bersifat religi, etnis, bahasa, budaya, dan

ekonomis, sehingga dapat dikatakan bersifat keberagaman nilai dari sebuah kebudayaan yang

pada intinya memperlihatkan adanya dinamika dan perubahan yang berharga menuju

kesejahteraan yang diharapkan oleh masyarakat pesisir pantai Sanur.

Kata kunci: Wanita, Komunitas pesisir, Budaya bahari, Ekonomi kreatif.

Page 5: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatNya,

penelitian tentang “Partisipasi Wanita Dalam Pemanfatan Warisan Nilai-Nilai Budaya Bahari

Sebagai Penguat Ekonomi Kreatif “ dapat terlaksana dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan dan peran serta di kalangan wanita

yang ada di kawasan pantai Sanur yang memiliki jati diri dan gagasan-gagasan serta inisiatif

dalam mengingat, menjaga, memelihara atau memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki.

Salah satu dari kemampuan tersebut adalah kemampuan berpartisipasi dalam memanfaatkan

warisan nilai –nilai budaya bahari sebagai penguat ekonomi kreatif.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan kegiatan observasi terhadap persoalan-persoalan

warisan nilai nilai budaya bahari dan ekonomi kreatif. Wawancara dilakukan meliputi

mobilisasi, pengalokasian, distribusi hasil produksi, tradisi, ekonomi pasar dan manajemen

pemasaran, seperti apa yang dikerjakan oleh para pedagang dari para wanita di kawasan pantai

Desa Sanur.

Peneliataian ini bisa terlaksana berkat adanya bantuan dan partisipasi dari banyak pihak.

Oleh karena itu, melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih secara tulus kepada:

1. Bapak Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyaraka

Universitas Udayana

2. Ibu Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, atas

rekomendasinya sehingga penelitian ini bisa dilaksanakan.

3. Bapak Kepala Kelurahan Sanur yang cukup rensponsip dalam menerima

ketika melakukan penelitian ini.

4. Kepada para wanita yang ada di kawasan pantai Sanur dan tokoh masyarakat Desa

Sanur yang telah membantu kegiatan ini.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat terutama di kalangan wanita

khususnya serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Sebagai akhir kata kami mohon maaf

jika ada kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini dan semoga dapat disempurnakan oleh

peneliti-peneliti lainnya..

Denpasar, Mei 2016

Tim Peneliti

Page 6: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN …………………………………… i

ABSTRACT ………………………………………………………………………. ii

ABSTRAKSI…………...…………………………………………………………… iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………………... v

TIM PENELITI ……………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN ….…………………………………………………........ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….. 8

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN …………………………….. 14

3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………………..... 14

3.2 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 14

3.3 Pemecahan Masalah………………………………………………….. 14

3.4 Khalayak Sasaran Penelitian………………………………………… 15

IV METODE PENELITIAN ………………………………………………………. 16

4.1 Rancangan Penelitian…………………………………………………… 16

4.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………… 16

4.3 Jenis dan Sumber Data……………………………………………….. 16

4.4 Penentuan Informan………………………………………………… 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………. 18

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………... 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 11

LAMPIRAN ……………………………………………………………………….

Page 7: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

TIM PENELITI

1. Ketua Peneliti

a. Nama dan Gelar : Drs. Ida Bagus Gde Putra, M.Hum.

b.Pangkat,Golongan, NIP : Penata/IIIc/196010071993031001

c.Jabatan Fungsional : Lektor

d Fakultas /Program Studi : Sastra, Sejarah

2. Anggota Peneliti I

a.Nama lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Utama Madya, IV/c.196007291986011001

c.Jabatan Fungsional : Guru Besar

d.Fakultas /Program Studi : Sastra Sejarah

3. Anggota Peneliti II

a.Nama lengkap dan Gelar : Dra. A.A. Ayu Rai Wahyuni, M.Si.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Penata, III/c, 196205171987102001

c.Jabatan sekarang : Lektor

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah

4. Anggota Peneliti III

a.Nama lengkap dan Gelar : Drs.I Nyoman Sukiada, M.Hum.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk I/IV b/19580303 1986 1 001

c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah

5. Anggota Peneliti IV

a.Nama lengkap dan Gelar : Dra. Sulandjari, M.A.

b.Pangkat, Golongan, NIP : Pembina Tk I, IV/b, 19561014 1985 03 2 002

c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/ Program Studi : Sastra, Sejarah

6. Anggota Peneliti V

a.Nama lengkap dan Gelar : Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk I, IV/b 1958 06 02 1986 1001

c.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah

7. Anggota Peneliti VI

. a.Nama lengkap dan Gelar : A.A.Ayu Dewi Girindrawardani, S.S.

b.Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda Tk,I, III/b,1969 07 24 1998 022 001

c.Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

d.Fakultas/Program Studi : Sastra, Sejarah

Page 8: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelusuran kemampuan partisipasi merupakan salah satu cara untuk menemukan tingkat

kesadaran jati diri seseorang terutama di kalangan wanita untuk mengingat, menjaga,

memelihara atau memanfaatkan apa yang pernah mereka miliki. Salah satu dari kemampuan

tersebut adalah kemampuan dalam ikut berpartisipasi dalam usaha melestarikan dan

memanfaatkan warisan nilai –nilai budaya, seperti keberadaan Pura Blanjong. Pura Blanjong

adalah salah satu pura tinggalan Raja Sri Kesari Warmadewa saat mengadakan penyerangan

terhadap wilayah Alas Pategaling Magalak yang memancarkan sinar yang kemudian disebut

Sanur ditulis dalam Prasasti Blanjong berngka tahun 835 Çaka (903) Masehi. Sebagaimana telah

diketahui dalam tinggalan arkelogi, bahwa tinggalan masa pemerintahan Raja Ugrasena tersebut

merupakan proses sejarah yang dapat ditelusuri kembali tidak hanya dari luasnya laut yang

membentang, tetapi banyaknya pura-pura yang berdiri di sepanjang pantai sanur. Mulai dari

Timur terdapat beberapa pura-pura antara lain; Pura Segara Padang Galak, Pura Segara Sanur,

Pura Pura Dalem Kedewatan, Pura Giri Kusuma, hingga Pura Merta Sari di ujung Selatan.

Melalui keyakinan historis ini secara psikologis dan ekonomis tidak hanya memberikan

kebanggaan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan

memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya tersebut dan kemampuan dalam memotivasi diri dalam

memperkuat usaha ekonomi kreatif di sekitar kawasan objek wisata pantai Sanur.

Atas dasar pemikiran tersebut, ada keinginan untuk menelusuri bagaimana partisipasi

wanita masyarakat Desa Sanur dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian serta

memotivasi mereka dalam memperkuat usaha ekonomi kreatif. Apabila dimaknai bahwa

tinggalan arkelogi dan nilai kebaharian tersebut bercirikan nilai-nilai dari keanekaragaman

budaya yang bersifat relegi, etnis, bahasa, budaya,dan ekonomis, maka dapat dikatakan bersifat

keberagaman nilai dari sebuah kebudayaan yang pada intinya memperlihatkan adanya dinamika

dan perubahan (Ardika, 2004).

Geria menyebutkan, bahwa secara teoritik kondisi tersebut mencakup empat kebudayaan, yaitu;

(1) format kokohnya kebudayaan tradisonal yang terintergrasi secara harmoni dengan unsur-

Page 9: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

unsur modern; (2) kokohnya kebudayaan tradisional tanpa teradopsinya secara berarti unsur-

unsur modern; (3) lemahnya kebudayaan tradisonal yang disertai makin kokohnya adopsi dan

penggantian oleh unsur-unsur modern; (4) lemahnya kebudayaan tradisional karena telah

ditinggalkan oleh masyarakat disertai dengan belum mantapnya adaptasi masyarakat terhadap

unsur-unsur modern, sehingga kehidupan masyarakat bersifat anomi.(Geria, 2000: 2).

Bertolak dari pendapat di atas, bahwasanya berbagai budaya kebaharian serta berbagai

peninggalan yang terdapat di beberapa pura masa Bali Kuna tersebut masih dipertahankan

bahkan dijadikan obyek wisata dalam menunjang perkonomian masyarakat setempat.

Peninggalan-peningalan kesejarahan Bali Kuna yang digunakan sebagai obyek wisata ini dapat

memberikan gambaran tentang masyarakat dan wilayah yang dilandasi nilai-nilai kesucian,

keindahan, keserasian lingkungan, kecerdasan, bertanggung jawab, dan komitmen pada tanah air

dan budaya bangsa tampaknya menjadi nilai-nilai panutan, inspirasitif, motivatif dalam

kehidupan manusia di masa sekarang ini.

Dalam usaha penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan

nilai-nilai budaya sebagai penguatan ekonomi kreatif, maka diperlukan nilai-nilai kearifan yang

berbasiskan ajaran Agama Hindu dalam konsep ”Tri Warga” yaitu: Dharma , Artha, dan Kama.

Ketiga konsep tersebut dalam “Tri Warga” merupakan kesatuan yang utuh dalam pembentukan

karakter sumber daya manusia yang bersifat universal yang dapat mendorong kemampuan

seseorang untuk memiliki gagasan baru, kreatif dan inovatif. sekaligus menjaga dan

memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya kebaharian sebagai penguatan ekonomi kreatif. Dengan

demikian, keberagaman budaya yang unik akan memberi sumbangan yang sangat besar terhadap

pandangan mengenai identitas dan kebudayaan bangsa.

Sebagai upaya dalam mengetahui bagaimana memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya

kebaharian, maka penting dilakukan penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam

penguatan usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur. Kawsan pantai Desa Sanur

telah banyak memiliki warisan nilai-nilai budaya kebaharian yang selama ini belum sepenuhnya

bisa diangkat kepermukaan serta terhadap lingkungannya yang seharusnya dilakukannya secara

mandiri dan berkelanjutan.

Penelitian partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai budaya bahari sebagai

penguat usaha ekonomi kreatif itu sangat penting dilakukan guna menumbuhkan gagasan-

gagasan atau inisiatif dalam memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya bahari tersebut.

Page 10: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Penelitian ini dimulai dengan melakukan kegiatan observasi. Kegiatan penelitian dimulai dari

observasi terhadap persoalan-persoalan warisan nilai nilai budaya bahari dan ekonomi kreatif

yang meliputi mobilisasi, pengalokasian, distribusi hasil produksi, tradisi, ekonomi pasar dan

manajemen pemasaran, seperti apa yang telah dikerjakan oleh beberapa orang pedagang wanita

di kawasan obyek wisata Desa Sanur.

Warisan nilai-nilai budaya bahari dan kegiatan ekonomi kreatif masyarakat Desa Sanur

tampak dalam berbagai ragam bentuk, seperti: Bangunan atau Pura tinggalan arkeologi,barang-

barang hasil kerajinan yang mengambil motif bahari atau kelautan, Kesenian, dan Sistem

Keorganisasian Masyarakat, seperti; sistem sosial budaya (Kelompok Nelayan), ekonomi,, dan

pertahanan, dll. Bentuk kegiatan dan metode pelaksanaan penelitian ini akan didasarkan pada

lingkup kegiatan yang meliputi Sumber Daya Manusia, (SDM), Sumber Daya Alam (SDA)

yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap para wanita dengan model pengembangan usaha

ekonomi kreatif, dan daya dukung lingkungan yang berbasiskan pada warisan nilai budaya

bahari itu sendiri.

Upaya masyarakat terutama para wanita nelayan rupanya telah banyak mendapat

perhatian dari beberapa pihak terutama pemerintah untuk membuktikan bahwa sektor kelautan

dan perikanan mampu berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Tujuan pembangunan

yang dimaksud adalah mensejahterakan nelayan, yang memang cukup banyak orang Indonesia

dalam kehidupannya menggantungkan diri dari laut (Adrian B. Lapian, 2009: 1). Menurut Arif

Satria, ada tiga kekuatan yang diperhatikan yaitu pasar, kemampuan masyarakat (nelayan), dan

negara (Arif Satria, 2009: 100).

Pasar, pada tingkat pertama adalah pasar yang berbasis budaya, yang mempunyai peran

penting dalam mensejahterakan masyarakat. Kesejateraan masyarakat bisa dicapai apabila pasar

bersifat adil, dan tidak menjepit rakyat terutama masyarakat maritim.. Untuk itu, dalam aspek

sosial ekonomi, pembangunan kelautan mempunyai peranan dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan para nelayan terutam para wanita. Untuk tujuan tersebut, maka partisipasi wanita

terutama wanita nelayan penting diperhatikan agar dapat memacu produktivitas dan mutu

melalui inovasi teknologi dan tumbuhnya peningkatan skala usaha bagi wanita nelayan di

kawasan pantai Desa Sanur.

Pada tingkat yang kedua, yakni ; Penelusuran kemampuan partisipasi wanita sebagai

salah satu cara untuk melestarikan warisan nilai –nilai budaya yang berwawasan kebaharian.

Page 11: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Menurut I Wayan Ardika, warisan budaya memiliki beberapa ciri yang dapat ditelaah dari segi

wujud, penguasaan, dan sifatnya. Dari segi wujud dapat dibedakan menjadi dua yakni warisan

berwujud (tangible) dan tidakberwujud (intangible). Warisan budaya berwujud,seperti:

bentangan alam, bangunan, situs, arkeologis, benda-benda budaya (perlengkapan ritual,

pertanian, tenun, peralatan sehari-hari), dan karya-karya (lukis, pahat, sastra, kerajinan tangan).

Warisan budaya tidak berwujud , seperti: sistem ritual, sistem sosial, tradisi, sistem asistektur,

dan landscap, sistem pemanfaatan ruang, dan lain-lain. (Ardika, 2010: 139). Lebih lanjut

dijelaskan, bahwa bukan tidak mungkin nilai dan makna warisan budaya baik (tangible) maupun

(intangible) akan berbeda persepsi

Keberadaan pantai Sanur sebagai warisan budaya yang berwujud bentangan alam laut

serta pantai-pantai yang lainnya yang berada di belahan Bali Selatan telah dikenal juga oleh

orang asing sekitar abad ke -17 sebagai tempat persinggahan kapal-kapal asing (Belanda) dalam

lawatannya ke Bali hingga abad ke-19.(G.F Bruyn Kops, 1918: 5).

Dikenalnya pura dan laut sebagai warisan budaya dengan pantai-pantainya mulai dari

Timur antara lain; Pura Segara Padang Galak, Pura Segara Sanur, Pura Pura Dalem Kedewatan,

Pura Giri Kusuma, hingga Pura Merta Sari di ujung Selatan sejak dahulu digunakan sebagai

tempat kunjungan “wisatawan asing” adalah merupakan proses sejarah dalam kepariwisataan

yang dapat ditelusuri kembali, dan salah satunya adalah dari segi partipasi wanita sebagai

penguat ekonomi kreatif.

Dalam bidang budaya, peranan laut dengan pantainya tercermin dalam bentuk kekayaan

flora dan fauna serta kehindahan alam dalam pengembangan budaya bangsa, dan berproyeksi

menurut kurun waktu. Pada masa lalu, laut dengan pantainya merupakan tempat lahirnya

inspirasi dan penggemblengan fisik maupun mental manusia untuk mempertahankasn

eksistensinya dalam menghadapi tantangan dan lingkungan, sehingga secara seimbamg manusia

(wanita) merupakan bagian dari alam sekelilingnya untuk dimanfaatkan sebagai penguat

ekonomi kreatif. Masa sekarang dan masa yang akan datang laut dan juga pantainya merupakan

sarana untuk meningkatkan kehidupan manusia, baik secara fisik maupun mental, langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, laut beserta pantainya merupakan bagian dari warisan

nilai budaya kebaharian dikuasai oleh manusia. Dalam hal ini, partisipasi wanita lebih menonjol

dalam pengembangan budaya yang dibuktikan dengan lahirnya ekonomi kreatif. Kemampuan

menumbuhkan gagasan dalam menciptakan ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor penggerak

Page 12: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

untuk menangkap peluang serta melahirkan kreativitas baru dalam bentuk industri kreatif

berdasarkan budaya lokal. Misalnya, dari berbagai jenis barang-barang seni, lagu, tarian, lukisan,

pahatan, dan sarana permainan. Ekonomi kreatif tidak saja menghasilkan produk-produk dari

seni saja, tetapi juga menghasilkan produk penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti;

industri pengeloaan, perdagangan, hotel, restoran, artshop, ataupun jasa, dan berbagai macam

kuliner. Merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh masyarakat yang berkecimpung dalam

ekonomi kreatif yang terus mengalami peningkatan.

Pada tingkat yang ketiga, dimana Negara semestinya dipahami sebagai gerakan nasional

yang mengatur dan mengarahkan seluruh potensi sumber daya, baik intelektual, financial,

sumber daya fisik, maupun nonfisik lainnya untuk menggiatkan inisiatif menciptakan tempat-

tempat pengembangan talenta kreatif di lingkungan pantai. Namun dalam hal ini sangat

diperlukan adanya partisipasi masyarakat lokal (wanita) yang lebih besar untuk merumuskan dan

mengembangkan program sesuai dengan potensi sumber daya dan kekhhasan lokal dari

masyarakat setempat. Pemerintah (Negara) tidak dapat dengan semena-mena mengatur aktivitas

masyarakat, akan tetapi lebih bersifat menata terutama lingkungan para wanita (nelayan) untuk

mengembangkan ekonomi kreatifnya yang semakin signifikan dalam kehidupan sekarang ini di

kawasan pantai Desa Sanur.

Berdasarkan atas latar belakang tersebut, maka ada beberapa masalah yang ingin

diketahui dalam melakukan penelitian ini, terutama tentang partisipasi wanita dalam

memanfaatkan warisan nilai-nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di

kawasan pantai Desa Sanur.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut,

adalah:

a. Bagaimana bentuk partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai-nilai budaya bahari

sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai, Desa Sanur, Denpasar.

b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya partisipasi wanita dalam pemanfaatan

warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai,

Desa Sanur, Denpasar

Page 13: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

c. Bagaimana dampak atau makna partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai- nilai

budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai, Desa Sanur,

Denpasar

Page 14: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang Partisipasi Wanita dalam Pemanfaatan Warisan Nilai-Nilai Budaya

Bahari sebagai Penguat Usaha Ekonomi Kreatif di Kawasan Pantai Desa Sanur, Denpasar,

didasari atas penelusuran terhadap beberapa tulisan lain yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Satu tulisan dengan judul “Strategi Hidup Nelayan” (LKiS: 2007) yang ditulis oleh

Kusnadi, adalah salah satu buku yang bertemakan tentang kemaritiman atau tentang masyarakat

pesisir selatan di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Jember, Jawa Timur yang memiliki

masalah pembangunan yang komplek. Adanya permasalahan tersebut, pembahasaannya

dikaitkan dengan tersedianya potensi sumber daya wilayah yang cukup besar yang seharusnya

dapat dikelola untuk menyejahterakan masyarakat pesisir, dan terbatasnya kepedulian berbagai

pihak khususnya pemerintah terhadap pembangunan kawasan pesisir. Menurut Kusnadi, salah

satu faktor penyebabnya dalah karena potensi sumber daya pembangunan di wilayah tersebut

belum dikelola secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena masih

terbatasnya sumber daya manusia (SDM), modal, teknologi, dan akses pasar –informasi sehingga

gerak pembangunan di kawasan ini berjalan kurang dinamis. Selanjutnya, satu contoh lagi yang

dipaparkan, adalah tentang “Pariwisata Pantai” Paseban yang dijadikan objek wisata andalan

karena kawasan ini sangat luas, pemandangan laut yang indah, keanekaragaman flora pantai, dan

ombak Samudra Indonesia yang besar menjadi daya tarik wisata.

Selain itu, di Pantai Paseban terdapat sumur air tawar, yang oleh penduduk setempat

diberi nama Sumur Windu. Sumur tersebut dikramatkan dengan cerita magisnya sehingga

Sumur tersebut menjadi objek wisata. Di samping sebagai kiunjungan wisata, pada setiap hari

raya Galungan, penduduk Lumajang yang beragama Hindu banyak yang melakukan upacara

Galungan di tempat ini. Ada hal yang menjadi daya tarik lainnya yakni kehidupan para nelayan

sehari-hari yang akan berangkat melaut atau ketika mendarat untuk bongkar muat hasil

tangkapan . Kegiatan bongkar muat ikan ini menjadi menarik perhatian karena melibatkan kaum

perempuan.

Tulisan ini cukup menarik, walaupun telah memberi gagasan agar masyarakat Paseban

perlu diberdayakan, namun secara spesifik belum menukik terhadap para wanita nelayan di Desa

Page 15: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Paseban. Tulisan Kusnadi cukup memberi kontribusi terhadap penelitian ini, karena dapat

dibandingkan antara Paseban dengan kawasan pesisir Sanur terutama daya tarik air tawar yang

muncul di tengah samudra ketika air laut dalam keadaan surut, seperti keberadaan air tawar

yang ada di pantai Merta Sari, yang sampai sekarang lokasi pantai ini banyak dikunjungi wisata

asing karena panoramanya yang sangat indah dan di kawasan pantai ini berdiri sebuah “Pura

Merta Sari” digunakan oleh umat Hindu sebagai tempat mohon air tawar untuk keselamatan

dengan cara melukat ( pembersihan diri ) .

Seperti yang apa ditulis oleh Kusnadi, bahwa kawasan pantai Paseban menjadi daya tarik

wisata karena daya tarik magisnya. Hal yang serupa juga terdapat di kawasan pantai Sanur.

Daya tarik magis yang lainnya adalah tentang nama Desa Sanur yang terkenal magisnya. Hal ini

pula tertera dalam sejarah nama Desa Sanur, yang mana telah diceritakan bahwa asal mula

nama Desa Sanur dimulai dari tulisan prasasti yang terdapat di Pura Blanjong. Pura Belanjong

adalah salah satu pura tinggalan Raja Sri Kesari Warmadewa saat mengadakan penyerangan

terhadap wilayah Alas Pategaling Magalak yang memancarkan sinar yang kemudian disebut

Sanur ditulis dalam Prasasti Blanjong berangka tahun 835 Çaka (903) Masehi. Kemudian nama

Sanur ditafsirkan kembali bahwa Sanur berasal dari dua patah kata, yakni “ Saha” dan “Nuhur”

yang berarti memohon untuk datang pada suatu tempat. Kata Saha dan Nuhur kemudian lama

kelamaan sebutan desa ini menjadi “Sanur”. (Profil Kelurahan Sanur, 2015).

Tulisan yang menarik lainnya yang dapat dijadikan sebagai pembading dalam penelitian

ini adalah sebuah buku yang berjudul “Dimensi Sosial Kawasan Pantai. Sebagai editor (ed.) dari

buku ini adalah Mukhlis. Di dalam buku tersebut ada satu satu tulisan yang menarik, ditulis oleh

Farida Nurland yang berjudul “Peranan Wanita Nelayan dalam Keluarga dan Rumah Tangga di

Masyarakat Pantai Lappa Sinjai Utara” (Mukhlis, 1987:229). Tulisan ini mengungkapkan

bahwa, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi angkatan kerja wanita,

adalah selain faktor rendahnya pendidikan mereka, disebabkan juga karena status perkawinan,

jumlah anak, kesempatan kerja yang tersedia bagi wanita. Namun, ada faktor lain yang lebih

dominan, bahwa wanita lebih banyak terlibat di dalam kegiatan mencari nafkah disamping juga

tetap melakukan serangkaian tugas kerumahtanggaan.Hal ini juga berpengaruh terhadap tugas

yang mana yang seharusnya mereka pilih , apakah tugas rumah tanggga atau di luar rumah

tangga.

Page 16: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Isi tulisan ini menarik diperbandingkan, terutama dalam kewajiban seorang wanita

bahwanya ada satu dari dua sisi yang seharusnya mereka pilih. Namun ketika masalah tersebut

dibandingkan, bahwa aktivitas wanita di kawasan pantai Sanur tampak lebih fleksibel dalam

mengatur soal pekerjaaan rumah tangganya. Mereka dapat memilah pekerjaan yang mana

seharusnya mereka prioritaskan, sehingga tidak mengikat aktivitasnya, seperti apa yang telah

dilakukan oleh para wanita yang bekerja di kawasan pantai Sanur. Mereka dapat mengatur

waktu mereka tanpa mengalami benturan, seperti contoh ketika mereka mengambil ikan

tangkapan dari seorang nelayan. Mereka dapat mengatur waktunya untuk mengambil ikan

tangkapan yang akan dipasarkan atau dikirim ke berbagai tempat yan mereka sudah pastikan.

Untuk menyiasati pekerjaan ini mereka lebih menggunakan beberapa box yang didalamnya

penuh dengan es untuk membekukan ikan hasil tangkapan para nelayan. Mereka (para wanita)

sudah menjadi pelanggan tetap dari beberapa nelayan yang menjual hasil tangkapannya. Para

wanita yang berpropesi sebagai pembeli dan juga pengepul, begitu mereka datang, mereka hanya

tinggal menimbang berat ikan hasil tangkapan dan mengambilnya untuk segera dijual atau

dikirim ke berbagai hotel atau restaurant dengan mobil yang sudah mereka siapkan. Melalui cara

ini beberapa wanita biasanya berkumpul di pos nelayan “Kelompok Nelayan Astitining Segara”

di kawasan patai Semawang Sanur. Seperti apa yang telah dituturkan oleh beberapa wanita

bernama Ni Nyoman Mustini, asal Banjar Belanjong, dan Ni Nyoman Lunge, asal Banjar Batu

Jimbar Sanur bukanlah suatu hal yang menyulitkan waktu mereka. Mereka juga membawa

pulang beberapa ekor ikan segar untuk dikonsumsi sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa mereka

(para wanita) sangat memperhatikan gizi demi kesehatan keluarga mereka sendiri.

Dijelaskan pula dalam tulisan Farida Nurland, bahwa ada upaya dari pemerintah di

Sulewesi Selatan untuk mendorong partisipasi wanita dalam pembangunan dan tampaknya ada

peningkatan seta perkembangan walaupun masih banyak masalah yang mereka hadapi. Terutama

dalam bahasa dan juga dalam mencari kesempatn kerja yang sesuai dengan kterampilan mereka

kuasai masih kurang dan pendapatan mereka juga masih rendah. Hal ini pula terjadi bagi para

wanita di kawasan pantai Sanur, mereka (para wanita) ada yang sudah mapan dengan

penghasilan sebagai pedagang yang menjual berbagai dagangan yang merupakanwarisan nilai-

nilai budaya bahari seperti barang kerajinan yang menggambarkan tentang dunia bahari, serta

berbagai mainan anak-anak yang menyerupai binanatang –binatang laut, serta penawaran jasa

barang untuk digunakan sebagai sarana dan prasarana di pantai. Wanita seperti ini memang

Page 17: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

sangat memanfaatkan warisan nilai nilai budaya kebaharian sebagai ekonomi kreatif untuk

menunjang kesejahteraan mefreka. Selain itu, juga terjadi pula pada para wanita yang hanya

bermodalkan tenaga. Mereka hanya bertugas menjual barang dagangan, seperti yang terjadi pada

seorang pedagang wanita yang kesehariannya menjual makanan berupa tahu dan lumpia sekitar

kawasan pantai Sanur. Mereka hanya mendapat persenan atau upah dari pemilik modal.

Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara pemilik modal dengan para pedagang

tahu atau lumpia ( patron client) telah berlangsung beberapa tahun yang lalu hingga sampai

sekarang masih berlangsung.

Suatu contoh aktual yang menarik juga terjadi di sektor perikanan, terjadi di Bagan Siapi-

Api, Sumatra Timur. Para nelayan di Bagan Siapi Api, Sumatra Timur dulu dikenal penghasil

ikan terbesar di Sumatra, namun sekarang tidak lagi menghasilkan ikan dan udang. Para

nelayannya sekarang beralih usaha atau pindah ke pesisir pulau lain untuk mencari penghidupan

baru. Hanya saja nelayan tradisonal atau nelayan kecil yang tetap bertahan di sektor

penangkapan, mereka harus menghadapi ketidakpastian perolehan pendapatan dari melaut (

Kusnadi,2008: 25). Apabila contoh tersebut dibandingkan dengan apa yang terjadi di Bagan

Siapi Api dengan para nelayan yang ada di kawasan pesisir Sanur, kadangkala ada yang sama

dalam hal melaut, terutama dalam hal perolehan pendapatan ikan tangkap. Kadang-kadang

mereka mendapat hasil tangkapan yang banyak, kadang juga tidak mendapat hasil memuaskan.

Walaupun mereka menempuh jarak yang cukup jauh, mereka juga merasa rugi dengan hasil

tangkapan yang diperoleh. Hal ini tentu saja mereka perhitungkan dengan jumlah biaya yang

mereka keluarkan untuk melaut. Perhitungan yang kadangkala tidak seimbang dalam jumlah

pengeluaran merupakan salah satu resiko dalam sebuah usaha. Risiko-risiko usaha penangkapan

ikan sudah biasa mereka hadapi dan diterima dengan lapang dada. Namun, mereka tetap

meyakini bahwa suatu saat mereka memperoleh hasil yang cukup lumayan banyak. Sedikit

banyaknya hasil tangkapan ikan sangat besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu disamping

penggunaan peralatan yang kurang lengkap juga pengetahuan terhadap kehidupan melaut perlu

dimengerti oleh seorang nelayan. Semua itu merupakan warisan nilai-nilai budaya bahari.

Warisan nilai-nilai budaya kebaharian umumnya mereka warisi dari leluhur yang menekuni

pekerjaan sebagai nelayan. seperti : pengetahuan tentang cuaca, arah angin, serta arus

gelombang air laut. Pengetahuan tersebut umumnya sangat tergantung dari perhitungan bulan

(Bali) atau yang disebut Sasih, Purnama (bulan purnama), Tilem (bulan mati), dan arah

Page 18: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

gelombang air laut yang sangat tergantung dari pengaruh tersebut. Dari pengaruh alam tersebut

akan berdampak pada keberadaan air laut yang disebut pasang (mebet) atau surut (aad),

Walaupun secara umum mereka mengerti keadaan laut, mereka secara terpaksa melaut. Hal ini

karena mereka yakin terhadap peralatan mereka yang sudah modern, seperti penggunaan

kompas, SPD, dan perahu motor yang menggunakan dua mesin.. Umumnya para para nelayan

mengerti nilai-nilai budaya bahari, namun mereka berharap agar mereka selamat di tengah laut

dan memperoleh keuntungan. Untuk mendasari keyakinan ini, berbagai faktor yang berpengaruh

dalam kegiatan melaut sudah dipatuhi dan dijalani. Sudah menjadi kebiasaan para wanita

nelayan, ketika sang suami melaut para wanita sudah menyediakan persediaan makanan atau

secara langsung ikut pula mengantar suami sambil menghaturkan sesajen mohon keselamatan

dan memperoleh hasil tangkapan. Mereka (wanita nelayan) menghaturkan sesaji di perahu dan

dipinggir pantai sambil berdoa agar sang suami memperoleh kesalamatann dan hasil tangkapan.

Dalam kesehariannya wanita (nelayan) menghaturkan sesaji kecil (canang sari) dan pada setiap

hari (Tumpek Wariga) atau (Tumpek Pengatag) yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Wariga

atau pada hari (Tumpek Landep) yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Landep. Mereka

lebih khusus menghaturkan sesasji pada setiap perahu dan peralatan nelayan baik yang

menggunakan bahan dari kayu maupun yang menggunakan bahan dari besi. Nilai-nilai budaya

bahari seperti tersebut selaras dengan kehidupan para nelayan tangkap maupun nelayan yang

melayani wisatawan di pantai, yakni; keras, tegas dan terbuka. Kegiatan ini biasanya

melibatkan para pemilik perahu, dan peralatan tangkap, awak perahu atau nelayan buruh dan

penyedia modal informal yang biasanya sebagai pedagang (perantara) ikan. Tiga komponen

sosial ini memainkan peranan utama dalam kegiatan ekonomi yang biasanya diambil alih di

kalangan para wanita nelayan sebagai penguat ekonomi kreatif yang ada di kawasan pantai

Sanur.

Page 19: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan nilai-nilai

budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai Desa Sanur,

Denpasar.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya partisipasi wanita dalam

pemanfaatan warisan nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif

di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

c. Untuk memahami dampak atau makna partisipasi wanita dalam pemanfaatan warisan

nilai- nilai budaya bahari sebagai penguat usaha ekonomi kreatif di kawasan pantai

Desa Sanur, Denpasar.

3.2 Manfaat Penelitian

Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kalangan wanita yang ada di kawasan pantai di Desa

Sanur, Denpasar guna memahami arti penting pemanfaatan warisan nilai budaya kebaharian di

masa lalu dan digunakan sebagai penguat usaha ekonomi kreatif dalam kehidupan di masa kini.

3.3 Pemecahan Masalah

Penelusuran kemampuan partisipasi wanita dalam memanfaatkan warisan nilai budaya

kebaharian merupakan salah satu bentuk kegiatan wanita dalam meningkatkan usaha ekonomi

kreatif yang selama ini belum sepenuhnya bisa beradaptasi aktif terhadap lingkungan budaya

terutama warisan nilai-nilai budaya kebaharian yang seharusnya dilakukannya secara mandiri

dan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan

persoalan yang dihadapi para wanita yang ada di kawasan pantai Desa Sanur, Denpasar.

3.4 Khalayak Sasaran Penelitian

Sasaran ilmiah dan jangkauan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

mengadakan penelusuran kemampuan partisipasi wanita di kawasan pantai Desa Sanur

Page 20: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

terhadap warisan nilai budaya kebaharian yang hampir dilupakan sebagai bahan kajian dengan

jalan inventarisasi, dokumentasi, deskripsi serta kajian ilmiah.

Page 21: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian tentang partisipasi wanita dalam melestarikan warisan nilai-nilai budaya bahari

sebagai penguat ekonomi kreatif, dilakukan dengan metode kualitatif yang menekankan pada

deskripsi dan analitis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur secara cermat dan

mendalam dari fenomena sosial terutama terhadap nilai-nilai atau makna budaya bahari yang

ada di kawasan pantai Sanur yang dilakukan secara intensif.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar.

Lokasi ini dipilih karena secara historis merupakan pemekaran dari Desa Sanur yang terdiri dari

Pemekaran Desa Sanur Kauh, Pemekaran Desa Sanur Kaja., dan Kelurahan Sanur sebagai

induknya. Batas wilayah keluarahan Sanur adalah sebelah Utara adalah Desa Sanur Kaja.

Sebelah Selatan adalah Selat Badung/Samudra Indonesia. Sebelah Timur adalah Laut Bali , dan

sebelah Barat adalah Sanur Kauh. Kelurahan Sanur terletak diwilayah Desa Pakraman Intaran

dan mewilayahi Banjar/Lingkungan sebanyak sembilan (9 ) banjar/lingkungan. Hampir semua

lingkungan ini terletak dipinggiran pantai atau yang mengikuti garis pinggiran pantai Sanur.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa keterangan-keterangan

atau informasi-informasi yang bersifat deskriptif mengenai warisan nilai-nilai budaya bahari

yang dimaknai oleh kelompok nelayan melalui wawancara dan diskusi terutama dengan para

wanita yang ada di kawasan pantai Sanur.

4. 4. Penentuan Informan

Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah para wanita yang beraktivitas dalam

ekonomi kreatif yang ada di kawasan pantai Sanur. Selain itu, para nelayan yang berperan

sebagai pengelola lingkungan setempat atau yang aktif dalam hubungan dengan ekonomi

Page 22: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

kreatif. Tidak menutup kemungkinan kepada informan yang mempunyai hubungan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara mendalam, pemeriksaan dokumen serta studi pustaka.

4.6.Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan struktur generatif dan

komodifikasi, serta diskursus kekuasaan/pengetahuan. Mengacu kepada Bourdieu ( Harker,

1990: 4-28), bahwa Bourdieu mencoba melihat masyarakat dengan segala seluk beluknya dan

segala interaksinya terbentuk. Bourdieu mengajukan rumusan generative (habitus X modal)+

ranah = praktik sosial. Sedangkan komodifikasi adalah kapitalisme yang menjadikan

sesuatusecara langsung dan sengaja (dengan penuh kesadaran dsn perhitungan swebagai sebuah

komoditas untuk dijual dipasardan terjadi tidak saja pada aspek produksi, tetapi juga terjadi pada

aspek komsumsi, dan aspek distribusi.(Chris Barker, 2009: 14). Menurut Foucault,( 2002),

Dalam diskursus kekuasaan/pengetahuan dipergunakannya pengetahuan oleh individu atau

kelompok tertentu sebagai suatu kekuatan untuk mencapai tujuan atau kepentingan mereka

melawan kehendak di pihak lawan.fdalamhal ini kekuasan itu dipraktekkan dalam suatu lingkup

karena dalam lingkup itu ada posisi-posisi strategis yang terkait satu dengan lainnya.

4.7. Teknik Penyajian Hasil Analisa Data

Seluruh hasil analisis data disajikan secara informal dalam bentuk deskripsi –naratif yang

diformulasikan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Selain itu, digunakan pula

penyajian hasil secara formal dalam bentuk gambar-gambar (foto-foto) sehingga dapat dilakukan

interpretasi sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Page 23: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini secara temporal mengacu dari model pengembangan Desa Sanur dalam

membantu masyarakat terutama dalam meningkatkan pembangunan. Pemerintah Desa Sanur

sejak tanggal 6 Juni 1965 telah membentuk Badan Pembina Desa (BPD) Sanur dengan tujuan

untuk membantu dan meningkatkan pembangunan. Upaya tersebut telah mendapat pengesahan

dari Bupati Kepada Daerah Tk. II Badung, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati

Badung No. 13/Bd. 2/4/206, tanggal 14 Juni 1967 tentang Pengesahan Badan Pembina Desa

(BPD) Sanur. Terbentuknya badan tersebut, berdampak pada semakin meningkatnya

pelaksanaan pemerintahan dengan pembangunannya dengan ciri-cirinya adalah semakin

berdirinya usaha-usaha desa, seperti; berdirinya sebuah yayasan yang bergerak di bidang

perdagangan, serta mengarah kepada bidang pendidikan. Pada tahun itu juga di Desa Sanur telah

dibangun sebuah Bank dengan nama Bank Pembangunan Sanur. Pada tahun1973 usaha tersebut

ditingkatkan statusnya sehingga bernama PT. Bank Desa Sanur. Usaha-usaha yang mengarah

kepada tingkat kemajuan semakin terus digalakkan sehingga sampai tahun 1973 telah dibuka lagi

usaha baru berupa Restaurant dengan akta Notaris No. 63, tanggal 26 Oktober 1973 dengan PT.

Bahakti Usaha yang bergerak dalam bidang Bar dan Restaurant, Laundry, Pencucian Mobil dan

PAP. Kemudian pada tahun 1984 kembali diaktifkan usaha koperasi SIDI Sanur dengan

anggotanya diambil dari seluruh kepala keluarga (KK) Banjar Adat di Sanur (Profil Kelurahan

Sanur, 2015).

Dengan berdirinya lembaga dan sarana pariwisata seperti ini menimbulkan komodifikasi

pada wilayah telah mengubah wajah Desa Sanur sebagai daerah wisata hingga perkembangannya

mencapai kawasan pantai yang sebelumnya belum berkembang. Pengembangan ini ditujukan

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan secara langsung serta meningkatkan

kemampuan aparat pemerintah desa dalam hal mengembangkan organisasi dan perencanaan

pembangunan, serta pembinaan dalam pelaksanaannya. Seluruh program yang telah dibentuk

sebelumnya di Kelurahan Sanur pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat setempat di lingkungan Kelurahan Sanur dalam mendayagunakan sumber daya

Page 24: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

yang ada di lingkungannya. Kemampuan tersebut memberi kesempatan kepada masyarakat

setempat untuk menumbuhkan partisipanya dengan harapan agar dapat mengurangi kesenjangan

dan ketertinggalan menuju peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan hidup yang lebih maju.

Berkembangnya kawasan pantai sebagai kawasan wisata yang makin maju, muncul

gagasan-gagasan atau partisipasi dalam mengembangkan ekonomi kreatif di kalangan para

wanita nelayan dengan memanfaat warisan nilai-nilai bahari sebagai upaya penguat ekonomi

kreatif dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Upaya tersebut ditempuh melalui

berbagai bentuk, serta disesuaikan dengan modal usaha yang mereka miliki. Bagi pemilik modal,

praktik sosial yang mereka tempuh adalah membangun arthsop. Selain artshop, mereka

membuka berbagai macam kuliner dengan menu utama adalah: menu ikan hasil tangkap para

nelayan, “rujak kuwah pindang”. Mereka (wanita) juga membuka beberapa kios-kios yang

menjual berbagai barang kesenian dengan mengambil tema kegiatan orang-orang di laut,

binatang laut, serta lukisan berbagai flora dan fauna lingkungan laut.

Pengembangan pariwisata di kawasan pantai Sanur berdampak pada pengelolaan desa

wisata, menjamurnya wisatawan datang ke pantai dengan berbagai aktivitasnya, penyerapan

tenaga kerja atau beralihnya pekerjaan wanita dari nelayan menjadi pedagang yang melestarikan

nilai-nilai budaya bahari yang berkaitan dengan ekonomi kreatif. Selanjutnya makna yang ada di

kalangan wanita adalah makna kesejahteraan, makna pelestarian, makna pemberdayaan. Makna

kesejahteraan, merupakan konsep kesejahteraan sesuai Tri Warga,yakni; dharma, artha, kama

terutama di kalangan wanita pesisir pantai Sanur. Makna pelestarian adalah harmonisasi warisan

nilai-nilai budaya bahari yang dipadukan dengan ekonomi kreatif oleh kalangan wanita pesisir

pantai Sanur. Makna pemberdayaan, dalam hal ini melibatkan masyarakat khusunya para wanita

dalam pengembangan pariwisata di pantai Sanur dengan didasari kesadaran kolektif,

keterbukaan, saling tolong menolong, paras paros sebagai modal budaya yang dimiliki oleh

wanita pesisir pantai Sanur.

Page 25: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN\

Tolok ukur dalam melakukan evaluasi kegiatan penelitia ini adalah:

1. Masyarakat Desa Sanur terutama para wanita berpartisipasi aktif dalam melakukan

penelusuran dalam inventarisasi, dokumentasi, deskripsi terhadap warisan nilai

budaya bahari yang hampir dilupakan.

2. Masyarakat Desa Sanur terutama para wanita semakin memahami arti penting

pemanfaatan warisan nilai budaya bahari di masa lalu sebagai kekayaan dan

penguatan usaha ekonomi kreatif .

3. Sebagai saran, terutama dalam mencapai keberlanjutan budaya, sosial dan ekologi

kelautan, makna keberagaman perlu dipertimbangkan dalam keterlibatan masyarakat

dalam pengembangan pariwisata yang ada di pantai Sanur.

Page 26: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1996. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Adrian B. Lapian. 2009. Orang Laut - Bajak Laut- Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi

Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.

Adrian Vickers. 2009. Peradaban Pesisir: Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara. Denpasar:

Pustaka Larasan Udayana University Press.

Ardika, I Wayan. Parimartha, I Gde. Wirawan, A.A.B.,2013. Sejarah Bali: Dari Prasejarah

hingga Modern. Denpasar: Udayana University Press.

Arief Satria. 2009. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

de Bruyn Kops, G.F. 1918. Over Bali en Zijner Bevolking . Baarm Holandia: Drukkir.

Heilbroner, Robert. 1982. Terbentuknya Masyarakat Ekonomi. Jakarta Timur: Balai Aksara.

Huen, P. Lim Pui (et. al.). 2000. Sejarah Lisan di Asia Tenggara: Teori dan Metode. Jakarta:

LP3ES.

Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan dan Metode: Karya-karya Penting Foucault.Yogyakarta:

Jalasutra.

Geriya,I Wayan. 2000.Transportasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI. Denpasar:

Perusahaan Daerah Unit Percetakan Bali.

Karepesina, Ja’cuba (at.al),1988. Mitos, Kewibawaan, dan Perilaku Budaya.Jakarta: Pustaka

Grafika Kita.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kusnadi. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogayakarta: LKiS.

Kusnadi. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS.

Manuaba, I.B.1994. Filsafat Hindu Dalam Kesehatan. Denpasar: Upada Sastra.

Singarimbun, Masri, Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Muklis. 1988. Dimensi Sosial Kawasan Pantai. Jakarta: SA .Brother’S

Sartono Kartodirdjo. 1994. Perilaku Manusia dalam Sejarah Indonesia. Yogyakarta: University

Club, Universitas Gadjah Mada.

Page 27: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Page 28: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

LAMPIRAN

Page 29: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Seorang pedagang nasi bungkus sedang

menjajakan dagangannya

Pelampung karet yang disewakan untuk anak-

anak berenang

Seorang pedagang lumpia sedang berjualan

di pinggir pantai

Salah satu kuliner di pantai yaitu sate ikan laut,

pepes ikan, dan be kuah ikan laut

Page 30: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Barang-barang kerajinan dengan nuansa laut Barang kerajinan dengan motif jukung

Barang kerajinan dengan bahan kerang laut

Page 31: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Berbagai permainan dengan motif burung yang

hidup di pantai

Alat musik dengan hiasan lumba-lumba

Berbagai barang kerajinan dengan motif binatang

laut

Pakaian pantai dengan berbagai motif

Page 32: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Wisatawan asing dan local sedang menikmati pantai Sanur

Jukung yang ditambatkan di pinggir pantai

Page 33: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Salah satu pos nelayan di pantai Sanur

Salah satu tempat pelelangan ikan di pantai Sanur

Page 34: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Salah satu tempat suci untuk memuja Bhatara Segara (Dewa Laut)

Salah satu tempat suci untuk melakukan pembersihan diri (Melukat)

Page 35: HASIL PENELITIAN - erepo.unud.ac.id

Sesajen yang digunakan untuk melukat di pinggir pantai

Sesajen yang dihaturkan untuk memohon keselamatan saat nelayan melaut