Download - cv.sastra utama - erepo.unud.ac.id
cv.sastra utamaPERCETAKAN & PENERBIT
Oleh :A A I N Marhaeni
Ni Nyoman Yuliarmi
Penerbit :
CV. Sastra Utama
METODE
RISET
Jilid 1
METODERISETJilid 1
Penulis : A A I N Marhaeni & Ni Nyoman Yuliarmi
ISBN : 978-623-92190-2-4
Di terbitkan oleh : Percetakan dan Penerbit cv. sastra utamaJl. Sulatri, Kesiman, Denpasar - Bali Telp. (0361) [email protected]
Cetakan Pertama,
Hak Cipta dilindungi undang - undang :Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini,dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
iiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Syang
Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat Beliau Buku Ajar ini dapat diselesaikan tepat waktu
sesuai harapan. Buku ini adalah buku yang dapat digunakan oleh
mahasiswa/peneliti khususnya di ilmu sosial sebagai sumber
bacaan di dalam mempelajari metode penelitian. Beberapa
hal yang dibahas dalam Buku Ajar ini antara lain pendekatan
dalam penelitian, jenis metode penelitian yang dapat dipilih, cara
membuat proposal penelitian, pengertian tentang populasi, apa
saja yang dapat dipandang sebagai populasi, pengertian sampel,
beberapa contoh sampel dan alasan penelitian menggunakan
sampel. Selain itu, juga diberikan contoh menghitung ukuran
sampel, sumber kesalahan dalam sampling, dan teknik sampling.
Teknik sampling yang dibahas dapat terkait dengan probability
sampling, dan non probability sampling. Berdasarkan teknik
sampling yang dipilih oleh peneliti, akan dapat diketahui apakah
generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan.
Dalam kesempatan ini juga, penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
sehingga Buku Ajar ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak fakultas yang telah memberikan
bantuan pendanaan dalam mencetak buku ini. Selain itu penulis
juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada staf ruang baca
iii
yang telah memberikan fasilitas pustaka untuk dipergunakan.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada pihak lainnya
yang telah berkontribusi dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Buku Ajar ini masih sangat sederhana,
dan akan ditambahkan contoh-contoh aplikasi di berbagai jenis
penelitian pada edisi revisi berikutnya. Walaupun Buku Ajar ini
masih sederhana, penulis tetap berharap dapat ikut memberikan
sedikit sumbangan pemikiran terkait dengan isi buku ini. Tiada
gading yang tak retak seperti kata pepatah, semoga buku ini
dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukan.
Denpasar, Desember 2019
Penulis
iviv
BAB 1
BAB 2
BAB 3
PENDAHULUAN ………………….......................
1.1 Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah ….....
1.2. Motif Perkembangan Ilmu Pengetahuan ………
1.3. Pendekatan Untuk Memperoleh Kebenaran ….
1.4 . Cara Berfikir Ilmiah ……………………………
1.5 . Definisi/Arti Penelitian ………………………
1.6. Pentingnya Metodologi Penelitian ……………
1.7. Penelitian Kuantitatif (Ilmiah) dan Kualitatif (Alamiah) ..........................................................
1.8. Etika Dalam Penelitian ………………………..JENIS-JENIS PENELITIAN ………………………2.1. Jenis Penelitian Berdasarkan Bidang Penelitian 2.2. Penelitian Menurut Tujuan ....………………...2.3. Penelitian Menurut Metode …………………….2.4 Penelitian Menurut Tingkat Eksplanas…………2.5 Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis …..2.6 Penelitian dan Pengambilan Keputusan .............
TAHAP-TAHAP PENELITIAN ………………......3.1 Proses Penelitian ………………………………
3.2 Proposal Penelitian ……………………….........
i
iiviviiviii
1
1
2
4
9
14
18
20
30343436375970
78
81
81
91
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ............................................................KATA PENGANTAR ............................................................DAFTAR ISI .........................................................................DAFTAR TABEL ..................................................................DAFTAR GAMBAR .............................................................
v
TIPS MEMBUAT USULAN PENELITIAN ….....
POPULASI DAN SAMPEL ……………………....
5.1. Populasi ……………………………………..
5.2. Sampel ………………………………….........
5.3. Penelitian Berdasarkan Sampel atau Sensus ....
5.4. Kriteria Sampel yang Baik …………………......
5.5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel …....
5.6. Beberapa Hal yang Terkait dengan Ukuran Sampel ..............................................................
5.7. Sumber Kesalahan Dalam Sampling ....………
5.8. Tahap Pemilihan Sampel ………………………
5.9 Metode Pengambilan Sampel …………………
TEKNIK SAMPLING ……………………………6.1 Konsep atau Definisi ……………………………6.2 Metode/Cara Pengambilan Sampel/Teknik Sampling ………………....................................6.2.1 Probability Sampling/Random Sampling/ Pengambilan Sampel Acak ………….............1) Simple Random Sampling/Pengambilan Sampel Acak Sederhana...................................................2) Systematic Random Sampling/Pengambilan Sampel Sistematis................................................3) Stratiffied Random Sampling …………………...4) Cluster Sampling/pengambilan sampel gugus …(1) Pengambilan sampel gugus sederhana (simple cluster sampling)................................................(2) Pengambilan sampel gugus bertingkat (Multi stage cluster sampling)........................................
106
118
118
121
122
125
128
137
142
146
148
149
149
150
151
153
172180193
196
198
BAB 4
BAB 5
BAB 6
vivi
6.2.2 Non Probability Sampling atau Pengambilan Sampel Tidak Acak..........................................
1) Accidental sampling/convenience sampling….....
2) Purposive sampling…………………………......
3) Quota Sampling/Pengambilan sampel jatah …...
4) Snowball sampling/pengambilan sampel bola salju......................................................................
5) Pengambilan sampel jenuh/sensus ……………....
DAFTAR PUSTAKA ............................................................
202
203
205
208
211
214
216
vii
DAFTAR TABEL
Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Penghasilan.........
Distribusi Populasi Menurut Nama dan Alamat ….........
Jumlah Responden yang Menjadi Sampel ………………
Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2019 ……………………………..............
Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2019 ……………………………..............
Contoh Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsinal Tahun 2019............. Contoh Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsional Tahun 2019 ……....
5.1
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
136
166
168
183
187
189
191
No. Tabel Halaman
viiiviii
DAFTAR GAMBAR
Perbedaan Produktivitas antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Eksperimen ……..
Proses Atau Tahapan Penelitian Dari Awal Hingga Penyusunan Laporan …………………………………....
Ilustrasi Teknik Sampling Bola Salju/Snowball Sampling……...................................................................
46
82
213
2.1
3.1
6.1
No. Gambar Halaman
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah
Dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak terkira
peran ilmu pengetahuan untuk membantu manusia dalam
mencapai tujuannya, misalnya hidup yang sejahtera. Sangat
banyak pengetahuan yang berasal dari nenek moyang yang
dapat digunakan untuk membantu manusia, dan mungkin
sangat banyak pengetahuan tersebut yang perlu dibuktikan
kebenarannya melalui riset atau penelitian ilmiah sehingga
akan menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan tidak lain adalah
kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan dari
sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu
bangunan yang teratur. Manusia dapat mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari ilmu pengetahuan tersebut justru karena
ilmu pengetahuan disusun dari pengalaman dan pengetahuan
yang sudah diuji kebenarannya (Sutrisno Hadi, 2016).
Pengalaman (experiences) dapat dikatakan sebagian
bagian yang sangat penting dalam membentuk modal sumber
daya manusia (human capital) karena berdasarkan pengalaman
seseorang dapat mengambil keputusan untuk misalnya mengatasi
atau memecahkan masalah yang terjadi. Selanjutnya dijelaskan
2
bahwa dengan dilepaskannya unsur-unsur yang unik/khusus,
maka ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang mempunyai
nilai-nilai yang umum. Kalimat ini menjelaskan bahwa setiap
ilmu pengetahuan memiliki keunikannya yang masing-masing
sehingga memberi manfaat masing-masing, namun di dalam
keunikannya tersebut ilmu pengetahuan juga memiliki nilai-nilai
yang bersifat umum. Misalnya ilmu pengetahuan yang sama
digunakan orang-orang diseluruh dunia, misalnya tex books
berasal dari luar negeri digunakan di dalam negeri, jadi hal-hal
yang dipelajari bersifat sama secara luas. Oleh karena persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh manusia kerapkali memiliki
garis-garis yang umum, maka sumbangan ilmu pengetahuan
untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari tidak dapat
diperkirakan harganya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
demikian pesat dewasa ini berperan besar dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia secara umum.
1.2 Motif Perkembangan Ilmu PengetahuanPertanyaan penting yang barangkali banyak diajukan
secara tidak sadar adalah kenapa ilmu pengetahuan berkembang pesat seperti sekarang ini. Apa alasan atau motif Ilmu pengetahuan berkembang pesat seperti dewasa ini. Ada 2 motif yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan (Suryabrata, 2014; Sutrisno Hadi, 2016), secara rinci dijelaskan sebagai berikut.
3
1) Rasa ingin tahu manusia yg mendorongnya melakukan
penyelidikan-penyelidikan
Dapat dikatakan bahwa sifat dasar manusia yang normal
adalah memiliki rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini dapat
disaksikan semenjak manusia masih kanak-kanak, banyak
pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak tentang apa yang ada
disekelilingnya atau tentang apa yang dipikirkan oleh mereka.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan berkembang sesuai dengan
perkembangan umur manusia dari pertanyaan yang sederhana
seperti apa ini atau apa itu, meningkat menjadi mengapa begini,
mengapa begitu, sampai pertanyaan yang lebih tinggi lagi seperti
kenapa hal tersebut dapat terjadi, sampai pertanyaan bagaimana
cara mengatasi masalah tersebut, dan sebagainya. Pertanyaan-
pertanyaan yang muncul ini mendorong manusia untuk
melakukan kajian, penyelidikan untuk memperoleh jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Temuan terhadap
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dihasilkan
dari berbagai penyelidikan adalah bagian perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
peneliti di ruang angkasa, di bulan misalnya adalah lebih terkait
dengan rasa ingin tahu manusia sebagai sebuah motif yang
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan.
4
2) Manfaat yang dirasakan karena perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut
Tujuan pembangunan yang dilaksanakan sebuah negara
adalah pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Dengan demikian akan dilakukan kajian atau
penelitian untuk memperoleh informasi guna membuat
kebijakan secara praktis untuk membantu menjawab persoalan
yang dihadapi manusia secara umum. Misalnya manfaat dalam
kehidupan sehari-hari, diciptakannya barang-barang yang dapat
mempermudah manusia dalam kehidupan rumah tangga sehari-
hari seperti mesin cuci, rice cooker, hand phone dan sebagainya
yang mendorong penelitian terus dilakukan untuk menciptakan
produk-produk baru guna mempermudah kehidupan manusia
sehari-hari.
1.3 Pendekatan Untuk Memperoleh Kebenaran
Jika manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut, manusia akan merasakan kepuasan. Jadi
hasrat ingin tahu manusia akan terpuaskan kalau dia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan. Pengetahuan
yg diinginkannya adalah pengetahuan yang benar yang disebut
kebenaran. Kebenaran dapat diperoleh manusia baik melalui
pendekatan ilmiah maupun non ilmiah (Suryabrata, 2014).
5
1) Pendekatan Non Ilmiah
Dalam memperoleh kebenaran tentang segala sesuatu
yang menjadi pertanyaan selain dapat diperoleh dengan
pendekatan ilmiah yang dapat diikuti oleh semua orang, namun
ada juga pendekatan yang dapat dikatakan sebagai pendekatan
subyektif yang juga digunakan oleh manusia dalam memperoleh
kebenaran. Dalam pendekatan non ilmiah ini dapat digunakan
beberapa cara yang banyak digunakan yaitu: 1) akal sehat
(common sense); 2) prasangka; 3) intuisi; 4) penemuan secara
kebetulan/coba-coba; dan 5) pendapat otoritas ilmiah dan pikiran
kritis. Pendekatan-pendekatan ini meskipun adalah pendekatan
untuk memperoleh kebenaran, namun tidak dilakukan melalui
kajian yang ilmiah, sehingga dapat menyesatkan kesimpulan
yang didapatkan. Contoh tentang akal sehat sebagai bagian dari
pendekatan non ilmiah yaitu peran dari hukuman dan ganjaran di
bidang pendidikan (Suryabrata, 2014). Dulu dipercaya hukuman
adalah alat yang tepat untuk diterapkan di bidang pendidikan
untuk misalnya mengubah perilaku anak didik. Namun dalam
perkembangan berikutnya dari hasil kajian yang lebih ilmiah
ternyata hal tersebut tidak benar, dalam arti hukuman bukan alat
utama dalam pendidikan, melainkan ganjaran (reward) bukan
hukuman (punishment). Akal sehat jika dibuatkan generalisasi
yang terlalu luas yang akan berubah menjadi prasangka,
misalnya dengan memandang segala sesuatu yang terjadi secara
6
sederhana, padahal sebuah kejadian akibat dari berbagai sebab.
Dalam realitanya banyak orang yang memiliki ketajaman intuisi
mengambil keputusan atau membuat pernyataan secara cepat
berdasarkan intuisinya. Penemuan secara kebetulan juga banyak
terjadi dimasyarakat, yang sangat berguna bagi manusia, namun
tidak dapat diprediksi, tidak dapat direncanakan atau diperkirakan
dan bukan didasarkan atas hasil penelitian ilmiah, sehingga
obyektivitasnya dapat diragukan. Demikian juga penemuan
secara kebetulan yang juga tidak dapat diprediksi, tidak adanya
kepastian terhadap hasil yang dapat dicapai. Berkaitan dengan
otoritas pendapat ilmiah umumnya disampaikan oleh orang
yang berpendidikan, atau orang yang ahli dibidang tertentu yang
memberikan pendapat atau pandangannya yang sering diterima
oleh masyarakat tanpa dilakukan pengujian terlebih dahulu.
Meskipun mungkin pendapat atau pandangan tersebut mungkin
benar seperti kenyataannya, namun kerena tidak didasarkan atas
penelitian atau kajian ilmiah, maka tetap dipandang sebagai
pendekatan non ilmiah yang bersifat subyektif.
2) Pendekatan Ilmiah
Dalam memperoleh kebenaran selain didapatkan dengan
pendekatan non ilmiah seperti telah disampaikan, juga dapat
digunakan pendekatan ilmiah yang lebih banyak orang-orang
dapat menggunakannya dan mengikuti, serta mempelajarinya
7
dengan lebih baik. Pendekatan ilmiah ini dapat dipelajari oleh
semua orang sebagai sebuah pendekatan atau metode dalam
memperoleh kesimpulan tentang sesuatu. Berbeda dengan
pendekatan non ilmiah, pendekatan ilmiah memiliki metode
tertentu dalam cara penyimpulannya. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan yang menggunakan tahapan-tahapan yang
jelas untuk menyimpulkan sesuatu, dimana tahapan-tahapan ini
dapat dipelajari oleh orang-orang yang ingin mempelajarinya.
Artinya dapat diprediksi dan direncanakan dengan baik apa yang
ingin diperoleh. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar
seperti harapan kebanyakan orang, maka pendekatan ilmiah
menuntut dilakukannya cara-cara atau langkah-langkah tertentu
dengan urutan yang tertentu pula agar dapat dicapai pengetahuan
yang benar tersebut. Langkah-langkah atau urutan yang tertentu
tersebut tidaklah dapat dibolak-balik urutan/langkah-langkah
tersebut. Langkah-langkah atau urutannya jelas dari langkah
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sampai memperoleh
kesimpulan yang boleh dikatakan sebagai tahap yang terakhir.
Pengetahuan yg diperoleh dengan pendekatan ilmiah didapatkan
melalui penelitian ilmiah dan dibangun diatas dasar teori tertentu.
Dasar teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian
ilmiah tersebut adalah teori-teori yang sudah dibuktikan
kebenarannya dalam berbagai penelitian. Pendekatan ilmiah
akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap
8
orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi dan perasaan, dan pendekatan yang digunakan dapat
dipelajari oleh semua orang yang ingin mempelajarinya. Cara
penyimpulannya adalah obyektif dengan berbagai bukti yang
jelas dan bukan didasarkan atas subyektivitas orang-orang yang
menggunakannya. Dengan pendekatan ilmiah orang berusaha
untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan kebenarannya
terbuka untuk diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk
mengujinya.
3) Ciri-ciri Keilmuan dalam Pendekatan ilmiah
Terdapat 3 ciri keilmuan dalam pendekatan ilmiah seperti
pandangan Sugiono (2012). Ciri-ciri tersebut dijelaskan secara
lebih rinci sebagai berikut.
(1) Rasional
Salah satu ciri keilmuan dari pendekatan ilmiah
adalah rasional dimana kegiatan penelitian itu
dilaksanakan oleh para peneliti dengan cara-cara
yang masuk akal (make sense) dan dapat diterima
oleh logika banyak orang, sehingga dapat terjangkau
oleh penalaran manusia secara umum.
(2) Empiris
Ciri keilmuan empiris berarti metode atau cara-cara
yang digunakan oleh para peneliti dapat diamati
9
oleh indra manusia, sehingga orang lain yang
berkeinginan untuk mengikuti metode tersebut
dapat mengamatinya dan dapat memahami dan
mengetahui cara-cara yang dipakai tersebut
(3) Sistematis
Ciri keilmuan sistematis adalah proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah atau cara-cara tertentu yang
bersifat logis. Langkah-langkah atau tahapan yang
digunakan adalah dengan urutan yang tertentu
yang tidak boleh dibolak-balik. Ada langkah yang
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya yang tidak
boleh dikacaukan urutannya, jadi urutanriset
tersebut atau tahapan yang digunakan dalam proses
penelitian tersebut harus sistematis.
1.4 CaraBerfikirIlmiah
Pendekatan yang akan digunakan kedepan dalam
memperoleh kebenaran adalah pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah ini akan didasarkan pada cara berpikir yang ilmiah pula.
Pada dasarnya cara berfikir ilmiah dapat dilakukan dengan
mengkombinasikan cara berfikir deduktif dan induktif (Sutrisno
Hadi, 2016). Cara berpikir seperti ini yaitu mengkombinasikan
kedua cara berpikir tersebut disebut sebagai cara berfikir
10
reflektif. Dengan demikian pada pendekatan ilmiah atau scientific
method, akan menggunakan kedua pendekatan tersebut. Secara
rinci kedua pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut.
Cara berfikir deduktif adalah sebuah cara berpikir dimana
dalam menyimpulkan sesuatu yang bersifat khusus, dari hal-
hal yang bersifat umum. Jadi cara penyimpulannya dari hal-hal
yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
Jadi dari : Umum → khusus
Contoh : Semua mahluk hidup pasti mati
Singa adalah mahluk hidup
Jadi singa pasti mati
Dalam contoh tersebut kesimpulan secara khusus diperoleh dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat lebih umum sebelumnya.
Jadi hal-hal atau pernyataan umum terlebih dahulu, baru
kemudian hal-hal atau pernyataan yang bersifat khusus. Dalam
penelitian, cara berpikir deduktif ini digunakan pada saat peneliti
menyusun hipotesis. Cara penyimpulkan sesuatu yang bersifat
khusus dari hal-hal yang bersifat umum disebut a priori. Kenapa
disebut a priori karena belum ada pengumpulan data, belum
ada analisis data dilakukan, namun peneliti sudah melakukan
kesimpulan terhadap sesuatu. Belum ada data atau informasi
serta analisis tentang sesuatu tetapi sudah membuat kesimpulan,
ini yang disebut sebagai cara penyimpulan atau pembuktian
kebenarannya bersifat a priori.
11
Contoh dibidang penelitian
Peneliti sebelum merumuskan hipotesis menyusun kerangka
konseptual yang didasarkan atas teori-teori yang relevan dan
hasil-hasil penelitian yang sudah dituangkan ke dalam jurnal
baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Demikian juga
peneliti dapat menggunakan sumber-sumber lainnya misalnya
laporan penelitian, tex books terkait dengan topik yang akan
diteliti, dan juga dapat menggunakan ensiklopedi, kamus dan
sumber-sumber lainnya dalam membuat kerangka konseptual.
Kerangka konseptual tersebut menjelaskan hubungan antar
variabel yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian yang
disusun. Berbagai sumber yang digunakan dalam menyusun
kerangka konseptual tersebut adalah sumber-sumber yang
bersifat umum yang akan digunakan menyusun hipotesis yang
diberlakukan pada penelitian yang dibuat yang wilayahnya
tertentu atau khusus. Dengan demikian pada saat penelitian
menyusun kerangka konseptual penelitiannya mendasarkan diri
pada cara berpikir deduktif dan berdasarkan kerangka konseptual
tersebutlah akan dirumuskan hipotesis penelitian. Jadi dari
konsep yang umum digunakan untuk merumuskan hipotesis
penelitian yang lebih bersifat khusus di wilayah tertentu dimana
penelitian dilakukan.
Selain cara berfikir deduktif sebagai bagian dari cara
berfikir reflektif, cara berfikir sebaliknya adalah cara berfikir
12
induktif. Cara berfikir induktif adalah cara berfikir yang
menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari hal-hal yang
bersifat khusus (Sutrisno Hadi, 2016). Pembahasan dilakukan
untuk hal-hal yang bersifat khusus baru kemudian menyimpukan
sesuatu yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus tersebut.
Cara penyimpulannya atau pembuktian kebenarannya bersifat a
posteriori.
Jadi penyimpulannya dari : khusus → umum
Contoh : Putri Waisnawa menjadi dokter
Citra Waisnawa menjadi dokter
Sindhu Waisnawa menjadi dokter
Dewi Waisnawa menjadi dokter
Jadi disimpulkan semua keluarga Waisnawa menjadi dokter
Contoh dibidang penelitian
Seperti halnya cara berfikir deduktif, maka cara berfikir induktif
juga dapat diterapkan dibidang penelitian yang dilakukan
oleh para peneliti. Dalam penelitian ilmiah prinsip induktif
atau cara berfikir induktif ini digunakan oleh peneliti pada
saat menyimpulkan hasil penelitiannya. Secara umum bahwa
peneliti dalam melakukan penelitian sangat jarang menggunakan
populasi dalam penelitiannya. Dalam kenyataannya dengan
berbagai alasan peneliti mengambil sampel dalam penelitiannya
untuk menjawab tujuan penelitian. Dengan data yang diperoleh
dari sampel yang nilainya disebut statistik, digunakan oleh
13
peneliti untuk menyimpulkan nilai parameter dari populasi.
Penyimpulan yang dilakukan dari nilai statistik sampel terhadap
nilai parameter populasi dapat dilakukan oleh peneliti jika peneliti
menggunakan teknik sampling atau pengambilan sampel secara
random atau probability sampling. Hasil statistik sampel akan
diberlakukan terhadap nilai parameter populasi, sehingga dalam
hal ini peneliti dikatakan melakukan generalisasi terhadap hasil
penelitiannya yaitu memberlakukan hasil dari statistik sampel
ke nilai parameter populasi.
Sebagai contoh: Jumlah petani Kakao di Desa Kintamani
pada tahun 2019 sebagai populasi adalah sebanyak 350 orang
petani. Dengan melihat homogenitas dari petani kakao di desa
tersebut dilihat dari luas lahan yang dikuasai dengan jumlah
yang tidak telalu berbeda, dan juga dengan memperhatikan
ketersediaan sumberdaya yang dimiliki untuk melakukan
penelitian, maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak
200 orang. Maka penelitian dilakukan kepada 200 orang sampel
dari 350 orang populasi, dengan teknik sampling secara random.
Hasil penelitian dari 200 orang sampel diberlakukan terhadap
seluruh populasi sebanyak 350 orang. Generalisasi hasil
penelitian diberlakukan dalam contoh ini. Inilah yang disebut
sebagai cara berfikir induktif dari hal-hal khusus dengan sampel
sebanyak 200 orang diberlakukan secara umum ke populasi
sebanyak 350 orang. Jadi dalam pendekatan ilmiah atau scientific
14
method, maka kedua cara berfikir yaitu deduktif dan induktif
digunakan dalam penyelesaian penelitian yang dilakukan.
1.5 Definisi/ArtiPenelitian Definisi atau arti penelitian sangat penting untuk dipahami
oleh seorang peneliti, sehingga para peneliti mengetahui apakah
mereka telah melaksanakan atau menerapkan makna penelitian
tersebut dalam riset yang dilakukan. Berbagai definisi atau arti
penelitian atau riset telah diberikan oleh para ahli. Makna atau
definisi penelitian/riset yang akan dibahas berikut ini adalah
disarikan atau dirangkum dari Marzuki (1989). Penelitian
berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu: research. Berdasarkan
kata Research tersebut, dilihat suku katanya untuk melihat
makna research tersebut.
re : berarti kembali
to search : berarti mencari
jadi research: maknanya adalah mencari kembali
Makna mencari kembali ini adalah tidak ada sesuatu yang
bersifat final yang tidak dapat dipertanyakan kembali. Sepanjang
manusia ingin mengembangkan apa yang telah diperolehnya
dalam penelitian, maka penelitian akan terus dilakukan,
inilah makna dari mencari kembali. Secara lebih rinci berikut
disampikan beberapa definisi penelitian/riset yang disampaikan
oleh beberapa ahli berikut ini.
15
1) Menurut Hill Way
Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yg hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah, sehingga diperoleh pemecahan yg tepat terhadap
masalah tersebut.
2) Marzuki menyatakan penelitian juga diartikan sebagai suatu
usaha untuk mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis fakta-
fakta mengenai suatu masalah
3) J Supranto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu
pengetahuan yg dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau
prinsip –prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis
4) Sutrisno Hadi
Penelitian adalah sebagai suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah
5) David H. Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematik mengenai berbagai
jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan
dan penafsiran fakta-fakta. Dari berbagai definisi tersebut maka
research/penelitian mengandung makna terkait dengan hal-hal
berikut.
(1) Memperoleh sesuatuSetiap penelitian harus memperoleh sesuatu, atau
16
mendapatkan sesuatu hasil. Memperoleh dalam hal ini dapat berarti menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum pernah ada atau belum pernah ditemukan. Sebagai contoh banyak para penemu selama ini yangtelah terkenal, misalnya penemu telepon yaitu Agraham Bell, Thomas Alfa Edison sebagai penemu Bola Lampu Listrik, Galileo penemu tetoskop, pemenang hadiah nobel adalah penemu ilmu pengetahuan atau sesuatu yang baru. Selain menemukan sesuatu yang baru, sebuah penelitian juga mengembangkan sesuatu yang sebelumnya sudah pernah ada. Seperti produk Hand phone (HP) selalu mengalami perkembangan misalnya vitur, kemampuan penyimpanannya, dan sebagainya. Jadi hasil sebuah penelitian dapat berupa pengembangan dari sebelumnya. Selain menemukan, mengembangkan, sebuah penelitian juga dapat menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Penelitian untuk menemukan sesuatu yang baru disebut sebagai penelitian eksploratif, mengembangkan sesuatu yang sudah ada sebelumnya disebut sebagai penelitian pengembangan (development research), dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan disebut sebagai penelitian verifikatif (Sutrisno Hadi, 2016). Dengan pemahaman tersebut, maka setiap penelitian harus mendapatan atau memperoleh sesuatu dalam 3 pengertian yaitu menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
17
(2) Dengan cara/metode tertentu
Guna memperoleh sesuatu seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka harus menggunakan cara atau metode tertentu.
Sebelum menyimpulkan untuk memperoleh sesuatu, maka cara
yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan, mencatat, dan
menganalisis fakta atau data, informasi dan sebagainya. Tanpa
metode atau cara tertentu, maka mustahil dapat menyimpulkan
atau memperoleh sesuatu
(3) Sikap sebagai peneliti
Sikap sebagai peneliti yang tertentu juga dibutuhkan
dalam melakukan penelitian. Sikap ini nanti berkaitan
dengan hasil penelitiannya, dimana sikap peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya adalah sabar, hati-hati, sistematis,
dan menggunakan cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Sikap
sabar, dan hati-hati sangat dibutuhkan saat pengumpulan data,
sehingga lebih menjamin data yang dikumpulkan adalah data
yang valid sesuai dengan kenyataannya. Demikian pula sikap
sistematis yang menunjukkan bahwa penelitian memiliki urutan
tertentu yang tidak dapat dibolak balik. Sikap sistematis dalam
melakukan penelitian juga akan dapat lebih menjamin efisiensi
dalam pelaksanaannya. Peneliti harus menggunakan metode
atau cara-ca ilmiah dalam penelitiannya karena pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific method
yang secara sederhana dapat dikatakan penelitian didasarkan
18
atas teori tertentu dan dengan menyampaikan bukti-bukti yang
mendukung pernyataan-pernyataan yang disampaikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan atas penjelasan
sebelumnya bahwa seorang peneliti yang melaksanakan riset,
harus memperoleh atau mendapatkan sesuatu yang dapat dalam
3 pengertian yaitu menemukan sesuatu yang baru (eksploratif),
mengembangkan sesuatu yang telah ada sebelumnya
(development), dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan
(verifikatif). Untuk memperoleh ataumendapatkan sesuatu
tersebut harus dilakukan dengan cara atau metode tertentu
yaitu mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis fakta-fakta,
data, maupun informasi yang diperoleh sebelum melakukan
kesimpulan terhadap hasil penelitiannya. Terakhir sikap seorang
peneliti harus sabar, hati-hati, sistematis, dan berdasarkan pada
ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode atai cara-cara
yang ilmiah.
1.6 Pentingnya Metodologi Penelitian
Ada banyak alasan kenapa seorang mahasiswa dalam hal ini
yang akan menjadi peneliti perlu belajar atau memahami tentang
pengetahuan metodologi penelitian. Alasan perlu memahami
pengetahuan tentang metodologi penelitian dapat dibedakan
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek
misalnya sebagai mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir,
19
mahasiswa sangat perlu memiliki pengetahuan metodologi
penelitian yang benar untuk mampu melakukan penelitian secara
ilmiah. Dengan memiliki pengetahuan metodologi penelitian
yang benar, maka diharapkan penelitian yang dilaksanakan yang
dibuat laporannya dalam bentuk skripsi dapat menghasilkan
pengetahuan yang benar yang disebut sebagai kebenaran.
Pengetahuan yang benar ini juga dapat menghindarkan
mahasiswa (peneliti) menjadi peneliti yang tidak beretika/
peneliti yang tidak etis.
Dalam jangka panjang pengetahuan tentang metodologi
penelitian, sangat penting bagi lulusan di tempat kerja sesuai
dengan kompetensi lulusan yang diharapkan. Sebagai seorang
lulusan dengan gelar sarjana, maka ditempat kerja paling tidak
akan terdapat kegiatan atau tugas untuk melakukan analisis hal-
hal tertentu, ataupun membuat laporan sesuai dengan bidang
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Dengan demikian
tidak dapat dielakkan bahwa pengetahuan tentang metodologi
penelitian menjadi sangat diperlukan oleh mahasiswa maupun
peneliti. Pengetahuan metodologi penelitian ini menjadi
bertambah penting lagi pada lulusan yang bekerja di lembaga-
lembaga penelitian/riset, ataupun juga mereka yang bekerja di
lembaga/instansi atau perusahaan pada bagian research and
development (R & D). Selain itu hal barangkali yang paling
penting kenapa perlu belajar tentang metodologi penelitian
adalah untuk melandasi sikap hidup, misalnya rasional, berfikir
20
sistematis, dan empiris atau selalu berdasarkan pada bukti-bukti
yang ada dalam menyimpulkan atau mengambil keputusan
tentang sesuai hal yang terjadi dalam kehidupan.
1.7 Penelitian Kuantitatif (Ilmiah) dan Kualitatif (Alamiah)
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan seorang peneliti
dapat menggunakan pendekatan tertentu yang dipandang cocok
sesuai dengan fenomena atau masalah yang dihadapinya.
Terdapat 2 pendekatan dalam penelitian yang dapat dipilih
apakah pendekatan kuantitatif ataukan kualitatif. Kedua metode
ini memiliki perbedaan baik dalam aksioma dasar tentang sifat
realitas, juga berbeda dalam hal proses penelitian, maupun
berbeda dalam hal karakterisyik penelitiannya (Sugiono, 2009).
Dengan berbagai perbedaan tersebut yang akan dijelaskan
selanjutnya, maka adalah tidak mungkin untuk menggabungkan
2 pendekatan yang berbeda dalam sebuah penelitian. Kedua
pendekatan tersebut adalah bersifat berbeda dalam paradigma,
sehingga tidak dapat digunakan secara bersama-sama, dan
bersifat mutually exclusive, dan seorang peneliti harus
memilih satu diantaranya (Cook and Reichardt, 1978 dalam
Sugiono, 2009). Dalam sebuah penelitian pada umumnya
memiliki sebuah research Problem, yaitu apa masalah yang
ingin dibantu dipecahkan atau dicari solusinya dalam sebuah
penelitian. Research Problem yang hanya satu tersebut cara
pemecahannya harus menggunakan pendekatan yang tertentu,
21
apakah pendekatan kuantitatif ataukah kualitatif yang tentunya
sesuai dengan masalah yang dihadapi peneliti. Pembahasan
berikut tentang perbedaan antara pendekatan kuantitatif dan
pendekatan kualitatif yang kadang disebut Metode Penelitian
Kuantitatif dan Metode Penelitian kualitatif, atau kadang juga
disebut sebagai penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,
yang dimaksudkan oleh istilah-istilah tersebut adalah hal yang
sama. Perbedaan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif
yang akan dijelaskan berikut ini adalah disarikan dari berbagai
sumber yang relevan yaitu Noeng Muhadjir (2000); Sudarwan
Danin (2002); Burhan Bungin (2003); Sugiono (2009); Creswell
(2010); Abbas and Charles (2010), Sugiono (2012). Berbagai
dimensi perbedaan diantara kedua pendekatan tersebut akan
dijelaskan secara rinci berikut ini.
1) Perbedaandalamaksioma(pandangandasar)
Dalam aksioma (pandangan dasar) ini meliputi aksioma
tentang realitas, aksioma tentang hubungan antara peneliti
dengan yang diteliti, aksioma hubungan variabel dalam
penelitian, aksioma tentang kemungkinan peneliti melakukan
generalisasi dalam penelitiannya, dan aksioma tentang peranan
nilai (Sugiono, 2009; Sugiono, 2012). Pada penelitian kuantitatif
realitas dipandang sebagai sesuatu yang kongkrit, dimana
pandangan ini disebabkan oleh filsafat positivisme dalam
penelitian kuantitatif, sebaliknya dalam pendekatan kualitatif
22
memandang realitas tidak dapat dipandang secara parsial
namun harus melihatnya secara holistic atau secara keseluruhan.
Filsafat yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini adalah
postpositivisme yaitu dengan paradigma interpretative yang
menyangkut interpretasi terhadap objek atau gejala yang diamati
harus secara utuh atau satu kesatuan. Jadi sampai hal-hal yang
tidak tampak dipermukaan juga menjadi perhatian untuk
diinterpretasikan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Aksioma yang juga membedakan antara pendekatan
kuantitatif dan kualitatif adalah tentang hubungan antara peneliti
dengan yang diteliti. Pada penelitian kuantitatif harus dijaga
independensi hubungan antara peneliti dengan yang diteliti,
sehingga didapatkan data yang objektif. Jadi tidak ada hubungan
secara subyektif antara peneliti dengan yang diteliti, dimana
biasanya dalam penelitian kuantitatif data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner sehingga bertemunya antara peneliti
dengan yang diteliti menjadi sangat singkat atau tidak ada
hubungan yang mendalam diantara keduanya. Berbeda halnya
dengan pendekatan kuantiatif, maka pada penelitian kualiatif
instrumen atau alat pengumpul datanya adalah penelitinya
sendiri, dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi berpartisipasi, peneliti langsung masuk atau terlibat
dalam kehidupan yang diteliti, atau peneliti berinteraksi secara
langsung dengan orang yang diteliti. Dengan demikian dapat
23
disimpulkan hubungan antara peneliti dengan orang yang
ditelitinya sangat dekat, jadi peneliti akan sangat mengenal orang
yang menjadi subyek penelitiannya (orang yang memberikan
data dalam penelitiannya).
Aksioma yang lain adalah berkaitan dengan hubungan antar variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti. Dalam penelitian kuantitatif hubungan antar variabel adalah hubungan yang bersifat kausal yaitu sudah jelas mana variabel sebagai variabel yang mempengaruhi atau variabel independen atau variabel eksogen dan mana variabel yang terpengaruh atau variabel yang dipengaruhi, atau variabel tergantung atau variabel endogen. Dalam penelitian kuantitatif sudah dipastikan mana variabel yang berlaku sebagai variabel dependen dan independen, karena hal ini terkait dengan dasar teori yang relevam, kemudian juga terkait dengan rancangan penelitian yang akan digunakan pada variebl yang tertentu. Pada penelitian kuantitatif ini akan lebih menekankan pada hasilnya yaitu seberapa besar pengaruh satu variabel terhadapa variabel yang lainnya, yaitu tepatnya seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, bagaimana arah pengaruhnya serta apakah signifikan ataukah tidak. Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif kondisinya berbeda dengan sebelumnya yaitu pada pendekatan kuantitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Dengan demikian pada pendekatan kualitatif hubungan antar variabel penelitian akan bersifat interaktif atau reciprocal atau timbal
24
balik, sehingga variabel yang diteliti dapat menjadi independen dan sekaligus menjadi dependen dalam penelitian yang sama atau dalam satu penelitian. Aksioma lain yang juga membedakan penelitian kuantitaif dan kualitatif adalah kemungkinan peneliti dalam melakukan generalisasi terhadap hasil penelitiannya. Pada penelitian kuantitatif, umumnya peneliti melakukan generalisasi hasil penelitiannya dari data statistik sampel digeneralisasi terhadap parameter populasinya. Jadi dari data yang diperoleh dari sampel kemudian diberlakukan/digeneralisasi terhadap populasinya, dimana pengambilan sampel harus digunakan teknik pengambilan sampel random sampling untuk dapat melakukan generalisasi. Dengan demikian pada penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan penerapan hasil penelitian. Berbeda halnya dalam penelitian kuantitatif, pada penelitian kualitatif lebih mementingkan makna atau kedalaman informasi yang diperoleh dari penelitiannya. Jadi pada penelitian kuantitatif menekankan keluasan, sedangkan penelitian kualiattif pada kedalamannya. Pada penelitian kualitatif lebih menekankan makna dibalik data atau fenomena yang ada bukan pada generalisasi. Meskipun demikian bukan berarti sama sekali penelitian kualitaif tidak dapat digunakan hasilnya di tempat lainnya, masih dapat digunakan asalkan situasi dan kondisi di tempat penelitian sama atau hampir d generalisasi, sedangkan pada penelitian kualitatif dapat dilakukan transferability, dengan syarat tertentu.
25
Aksioma yang terakhir yang membedakan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif adalah pada nilai-nilai yang ada antara peneliti dengan yang diteliti. Pada penelitian kuantitatif interaksi antara peneliti dengan yang diteliti tidak mendalam artinya peneliti tidak mengenal dengan sangat intens orang yang diteliti, sehingga dapat dikatakan peneliti maupun yang diteliti terbebas dari nilai-nilai yang dimilikinya masing-masing, sehingga data yang dikumpulkan diharapkan bersifat obyektif. Pada penelitian kualitatif terjadi interaksi sangat mendalam antara peneliti dengan yang diteliti, dimana peneliti menjadi alat pengumpul data, sehingga masing-masing akan membawa nilainya dalam proses interaksi tersebut, sehingga analisis yang dilakukan oleh peneliti kualitatif dikatakan tidak bebas nilai.
2) Perbedaan dalamprosespenelitian
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif juga berbeda dalam
proses penelitian yang digunakan masing-masing. Secara umum
dapat dikatakan dalam pendekatan kuantitatif lebih menekankan
pada proses penelitian yang bersifat deduktif yang berangkat
dari kerangka konseptual (theoritical framework) sebelum
pengumpulan data dilakukan. Penelitian dengan pendekatan
kuantitatif diawali dengan research Problem, yang diperoleh dari
hasil observasi, kemudian ditelusuri kajian kepustakaan yang
sesuai baik teori-teori yang relevan maupun dari kajian-kajian
26
empiris seperti dari berbagai artikel yang relevan. Berdasarkan
kajian kepustakaan baik teori-teori maupun jurnal-jurnal yang
relevan dibuat kerangka konseptual atau theoretical framework,
sebagai dasar perumusan hipotesis penelitian. Setelah hipotesis
dirumuskan, maka selanjutnya adalah dipikirkan tentang metode
yang akan digunakan dalam pengumpulan data guna menjawab
hipotesis yang telah dirumuskan tersebut. Pengumpulan data
yang digunakan dalam bentuk instrument penelitian sebagai alat
pengumpul data harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
sebelum digunakan. Setelah melewati uji validitas dan reliabilitas
barulah instrument tersebut digunakan untuk pengumpulan data.
Setelah data dikumpulkan dengan instrument penelitian yang
telah diuji, baik dengan cara wawancara (interview), angket,
maupun dengan cara observasi, maka akan dilakukan pengolahan
data untuk memperoleh jawaban terhadap hipotesis yang telah
dirumuskan. Pengolahan data dilakukan diawali dengan proses
editing terhadap data yang ada dalam instrument penelitian yang
digunakan dalam pengumpulan data. Setelah data semua bersih,
relevan dan sesuai dengan yang dimaksudkan dalam instrument
penelitian, maka dilakukan proses memberi kode atau coding,
sebelum dilakukan entry data ke computer sebagai alat dewasa
ini untuk melakukan pengolahan data lanjutan.
Setelah coding dan entry data dilakukan maka dilanjutkan
dengan proses pengolahan data dengan menggunakan metode
27
statistik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian atau hipotesis
yang telah dirumuskan. Setelah analisis data dengan statistik
tertentu digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, dan menguji
hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat dianalisis apakah
hipotesis terbukti atau kah tidak sesuai dengan hasil nilai statistik
yang diuji. Dengan demikian maka langkah terakhir dalam proses
penelitian tersebut adalah menulis laporan penelitian sebagai
output dari sebuah penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat dilihat bahwa proses penelitian pada penelitian kuantitatif
sangat teratur dengan tahapan yang jelas dari satu tahapan
ke tahapan yang lainnya dalam menjawab tujuan penelitian.
Tahapan-tahapan yang digunakan sudah memilki alur atau
urutan yang jelas, sehingga urutan tersebut tidak dapat dibolak-
balik. Misalnya melakukan analisis data sebelum pengumpulan
data dilakukan, atau membuat kesimpulan sebelum dilakukan
analisis data. Jadi dalam pendekatan kuantitatif proses penelitian
yang dilakukan sudah sangat teratur dan jelas dari perumusan
riset Problem sampai pembuatan kesimpulan sesuai dengan
tujuan penelitian yang dirumuskan.
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, tahap yang
digunakan dalam proses penelitiannya memang berbeda dengan
pendekatan kuantitatif yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada
penelitian dengan pendekatan kualitatif proses penelitiannya
tidak seteratur atau tidak sejelas tahapan-tahapan yang digunakan
28
dalam pendekatan kuantitatif. Pada awalnya penelitian dengan
pendekatan kualitatif belumlah sangat jelas apa variabel yang
akan diteliti, dan apa fenomena yang ingin dijawab. Pada
penelitian kualitatif diri peneliti sebagai instrument kunci dalam
penelitiannya, sehingga setelah peneliti masuk ke wilayah
penelitiannya barulah peneliti akan semakin jelas apa variabel
yang selanjutkan akan dicari atau diobservasi. Pada tahap ini
peneliti baru melihat secara umum kondisi lapangan dimana
penelitian akan dilakukan, dimana pada tahap ini peneliti
mendeskripsikan sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan
oleh peneliti. Tahap ini disebut sebagai tahap orientasi atau
deskripsi seperti yang dinyatakan oleh Sugiono, tahun 2009.
Pada tahap ini peneliti kualitatif baru memperoleh informasi
yang serba sedikit yang belum tersusun secara baik dan jelas.
Selanjutnya disampaikan, setelah tahap deskripsi ini dengan
informasi yang sudah cukup banyak, maka tahap selanjutnya
adalah peneliti melakukan reduksi atau disebut tahap reduksi/
focus yaitu mereduksi terhadap seluruh data atau informasi yang
diperoleh dengan memfokuskan pada masalah tertentu. Dalam
tahap ini peneliti kualitatif akan menyortir data atau informasi
yang diperoleh yaitu mana data atau informasi yang perlu dan
penting.
Setelah tahap reduksi ini dimana peneliti kualitatif
melakukan penyortiran terhadap seluruh data atau informasi yang
29
diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan seleksi
atau tahap selection disebutnya (Sugiono, 2009). Pada tahap ini
peneliti kualitatif melihat hal-hal yang ingin dikaji dengan lebih
rinci dan melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap
informasi dan data yang telah diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti. Jadi hasil analisis yang diperoleh dari penelitian
kualitatif ini adalah informasi yang diharapkan bermakna dan
sesuatu yang baru yang juga dapat digunakan atau bermanfaat
secara praktis bagi kehidupan umat manusia. Penelitian kualitatif
memberi penekanan pada makna yang terpaut langsung
dengan masalah kehidupan manusia (Sudarwan Danim, 2002).
Penelitian kualiatatif merupakan bidang penelitian yang berdiri
sendiri, yang menggunakan aneka disiplin ilmu, bidang dan
tema (Denzin and Lincoln, 2009).
Dengan memperhatikan proses penelitian pada penelitian
kualitatif maupun melihat paradigma dalam penelitian kualitatif,
maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan penelitian
kualitatif terkait dengan penggunaan metode ini. Secara umum
penelitian kualitatif atau pendekatan kualitatif ini akan cocok
digunakan jika peneliti masih menghadapi masalah atau riset
Problem yang belum jelas. Kondisi penelitian seperti ini akan
cocok menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti akan
dapat masuk langsung ke wilayah penelitian sebagai instrumen
penelitian yang utama dalam riset dengan pendekatan kualitatif.
30
Pendekatan kualitatif ini juga sangat cocok digunakan jika
peneliti ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang fenomena yang ada di balik data yang terlihat. Selain
itu penelitian kualitatif ini juga cocok digunakan pada penelitian
yang ingin memahami interaksi sosial yang ada dan juga jika
peneliti ingin lebih mengetahui tentang perasaan seseorang,
ingin meneliti tentang perjalanan sejarah seseorang baik sebagai
tokoh atau masyarakat lainnya, dan juga jika ingin memastikan
kebenaran data sosial (Sugiyono, 2009). Penelitian yang
menginginkan untuk memperoleh pengembangan teori yang
didasarkan atas data empiris dari lapangan juga dapat memilih
metode peneliti kualitatif ini untuk mencapainya.
1.8 Etika Dalam Penelitian
Dalam riset modern seperti sekarang persoalan etika dalam
penelitian mendapatkan perhatian yang sangat besar. Kondisi
ini terkait erat dengan pemahaman tentang hak azasi manusia.
Dalam penelitian sosial termasuk penelitian di Ilmu Ekonomi,
subyek risetnya atau orang yang berpartisipasi dalam riset di
Ilmu Ekonomi adalah manusia. Nawawi dan Hadari (1991),
menyatakan bahwa obyek dalam ilmu sosial adalah manusia dan
segala sesuatu yang dipengaruhi dan mempengaruhi manusia.
Dengan demikian subyek riset dalam penelitian sosial adalah
manusia. Misalnya jika peneliti ingin meneliti kesejahteraan
31
petani rumput laut, maka subyek risetnya adalah petani rumput
laut. Beberapa contoh subyek riset lainnya dalam penelitian di
Ilmu Ekonomi atau Ilmu Sosial antara lain pekerja, pengusaha,
manager, petani, pedagang, penganggur, penduduk miskin,
angkatan kerja, konsumen, dan sebagainya dimana semua
subyek riset tersebut adalah manusia.
Sebagai subyek riset dalam penelitian sosial, yang sudah
berjasa dalam penyelesaian riset dari para peneliti, maka hak-
hak dari subyek riset harus dilindungi dengan sebaik-baiknya.
Peneliti yang dikatakan sebagai peneliti yang beretika atau
peneliti yang memiliki etika dalam penelitiannya adalah peneliti
yang memperhatikan kondisi subyek risetnya yaitu agar mampu
menjamin subyek riset merasa nyaman, tidak merasa sakit atau
sedih, tidak merasa dilecehkan atau tidak merasa direndahkan
atau tidak merasa dirugikan oleh peneliti. Jadi etika penelitian
ini haruslah dapat menjamin agar orang yang berpartisipasi
dalam penelitian yang disebut sebagai subyek riset tidak merasa
dirugikan atau mendapat akibat atau dampak yang buruk dari
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Etika penelitian dalam
riset modern ini memang harus benar-benar dijaga oleh para
peneliti. Secara umum disain penelitian yang dirancang oleh
peneliti harus sedemikian rupa sehingga subyek riset yang
digunakan oleh peneliti tidak menderita secara fisik, tidak
menjadi gelisah, tidak merasa sakit secara fisik, sakit hati, merasa
32
malu, atau kehilangan kebebasan pribadi akibat penelitian yang
dilakukan.
Etika dalam penelitian merupakan prinsip-prinsip dasar
tentang yang benar dan yang salah dalam pelaksanaan sebuah
penelitian. Sebagian besar ahli dalam ilmu sosial taat asas
pada berbagai kode etik yang menggariskan tentang apa yang
boleh dan yang tidak boleh terkait dengan profesinya tersebut
(Sudarwan Danim, 2002). Apalagi dalam pendekatan kualitatif
dimana peneliti sangat erat berinteraksi dengan informan atau
subyek risetnya dimana keterlibatan yang mendalam antara
peneliti dengan subyek riset, maka segala sesuatu informasi yang
disampaikan informan atau subyek riset termasuk hal-hal yang
bersifat rahasia dapat diketahui oleh peneliti. Disinilah sangat
penting seorang peneliti memegang etika profesionalismenya
sebagai seorang peneliti agar tidak merugikan subyek risetnya.
Beberapa prinsip etika penelitian antara lain: 1) melindungi
identitas subyek penelitian; 2) memperlakukan subyek riset
dengan rasa hormat; 3) memperjelas persetujuan dan kesepakatan
dengan subyek penelitian; 4) menulis apa adanya pada waktu
menulis dan melaporkan penemuan-penemuan penelitian
(Sudarwan Danim, 2002).
Seorang peneliti secara etis harus melindungi identitas
dari subyek risetnya, meskipun mungkin penelitian yang
dilakukan tidak bersifat rahasia, namun seorang peneliti tetap
harus merahasianya subyek risetnya. Subyek riset adalah partner
33
seorang peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitiannya,
sehingga dapat dikatakan subyek riset sangat berjasa dalam
keberhasilan penelitian yang dilakukan peneliti, sehingga
subyek riset seyogyanya diperlakukan dengan rasa hormat. Satu
hal yang sangat penting dalam hubungannya dengan subyek
penelitian adalah peneliti memperoleh persetujuan dari subyek
riset, misalnya dalam bentuk tanda tangan dari subyek riset
yang dapat memastikan bahwa subyek riset tidak berkeberatan
dengan data yang diberikan kepada peneliti. Hal yang sangat
penting lainnya yang merupakan bagian dari etika penelitian
adalah menuliskan dan melaporkan segala sesuatunya secara
valid dengan jujur dan sesuai dengan fakta yang ada tanpa
mengada-ada atau tanpa kebohongan. Dengan demikian peneliti
harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar jangan sampai
salah dalam menyajikan hasil-hasil temuan dalam penelitiannya.
Jika peneliti salah dalam menyajikan hasil-hasil temuan dalam
penelitiannya berarti simpulan yang disampaikan tidak sesuai
dengan fakta, maka peneliti dikatakan sebagai peneliti yang
tidak etis.
34
BAB 2
JENIS-JENIS PENELITIAN
Berbagai jenis penelitian dapat digunakan dan dipilih
oleh peneliti dalam penelitiannya. Berbagai jenis penelitian
tersebut dapat dilhat dari berbagai perspektif yang ada. Berikut
disampaikan berbagai jenis penelitian berdasarkan berbagai
sudut pandang, yang disarikan dari beberapa sumber bacaan
yaitu Sugiyono (2017); Kuncoro (2013); Sugiono (2012);
Sevilla, dkk (1993); Sutrisno Hadi (2016); Nazir (2014).
2.1 JenisPenelitianBerdasarkanBidangPenelitian
Berbagai jenis penelitian dapat digunakan oleh peneliti
di ilmu ekonomi maupun bisnis, baik di bidang akademik,
profesional, maupun institusional. Secara rinci masing-masing
dijelaskan sebagai berikut.
1) Penelitian akademik, adalah penelitian yang dilakukan
oleh para mahasiswa baik untuk tingkatan sarjana,
magister, maupun doctor seperti dalam menyusun
skripsi, thesis, maupun disertasi. Penelitian ini lebih
mementingkan validitas internal (caranya harus benar)
yaitu urutan atau proses riset yang dilakukan harus benar
sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang ilmiah.
Dalam penelitian akademik ini variabel yang digunakan
35
relatif terbatas, kecanggihan analisis disesuaikan dengan
jenjang pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
atau derajat kesarjanaan yang ingin diraih maka teknik
analisis data yang digunakan juga semakin canggih atau
semakin lengkap atau semakin kompleks. Secara umun
hal ini terkait dengan semakin lengkapnya variabel yang
digunakan dalam analisis. Dalam penelitian akademik
validitas eksternal (kegunaan bagi masyarakat) juga
mendapat perhatian, namun validitas internal yang lebih
ditekankan.
2) Penelitian profesional, adalah penelitian yang dilakukan
oleh pihak-pihak yang memiliki profesi sebagai peneliti.
Mereka tersebut dapat meliputi para dosen atau peneliti
lainnya baik dari lembaga-lembaga penelitian maupun
peneliti di Litbang di berbagai instansi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
Kecanggihan analisis yang digunakan disesuaikan dengan
kepentingannya. Validitas internal, maupun validitas
eksternal (hasilnya berguna untuk pengembangan ilmu)
sangat diperhatikan. Dapat dikatakan proporsi antara
validitas internal dan eksternal relatif sama.
3) Penelitian institusional, adalah penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti dengan maksud untuk memperoleh informasi
yang dapat digunakan untuk pengembangan institusi.
36
Penelitian institusional ini hasilnya sangat bermanfaat
bagi para pimpinan, manajer,atau pengambil kebijakan
untuk pengambilan keputusan. Kecanggihan analisis
disesuaikan dengan pengambilan keputusan yang akan
dilakukan atau sesuai dengan tujuan penelitiannya, dan
lebih menekankan pada validitas eksternal dibandingkan
dengan validitas internal.
2.2 Penelitian Menurut Tujuan
Penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu penelitian terapan
(applied research, practical research) dan penelitian murni/
dasar (basic research). Penelitian terapan adalah penelitian yang
diarahkan untuk mendapatkan informasi guna memecahkan
masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi. Jadi hasilnya
langsung digunakan untuk membuat kebijakan, sesuai dengan
masalah yang dihadapi yang menjadi dasar penelitian dilakukan.
Penelitian terapan juga didefinisikan sebagai penyelidikan yang
hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah
dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan
tertentu (Zikmund 2003; Nazir, 2014). Penelitian dasar/murni/
basic research adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami
secara mendalam tentang fenomena atau hal-hal tertentu yang
ingin dikaji tanpa bermaksud atau tanpa didasari oleh keinginan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut pada bidang tertentu. Penelitian ini lebih banyak digunakan untuk pengembangan ilmu
37
pengetahuan atau penemuan. Penelitian dasar atau penelitian murni juga didefinisikan sebagai pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas (Nazir, 2014). Selanjutnya dikatakan bahwa hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan langsung yang bersifat praktis (Sugiono, 2012). Dalam tataran konsep seperti dijelaskan sebelumnya dapat dibedakan definisi dari kedua penelitian tersebut yaitu penelitian murni dan penelitian terapan, namun dalam tataran praktek satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan secara tegas atau dikatakan yang satu membayangi yang lainnya. Jika dibandingkan antara negara maju dan negara yang sedang berkembang, penelitian terapan lebih banyak dilakukan di negara-negara sedang berkembang, sedangkan penelitian murni atau basic research sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan lebih banyak dilakukan di negara-negara maju.
2.3 Penelitian Menurut MetodeMenurut metodenya penelitian dapat dibagi menjadi 8 jenis
yaitu penelitian survai, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research, evaluasi, dan metode sejarah (Sugiono, 2012). Masing-masing jenis penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.
38
1) Penelitian/metode survei
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sejumlah
sampel yang tertentu dari populasi, dimana hasil penelitiannya
umumnya digunakan untuk membuat generalisasi terhadap
populasinya. Pada penelitian survei ini, jumlah variabel yang
diteliti relatif terbatas, namun jumlah sampelnya relatif banyak.
Dengan metode survai ini karena sampelnya relative banyak,
maka akan dapat diperoleh dari penelitian ini distribusi dari
kejadian-kejadian pada variabel-variabel yang diteliti (Sugiono,
2016). Dalam metode survei ini data yang diperoleh adalah
data cross sectional dimana kegiatan penyelidikan atau survei
dilakukan dalam waktu yang dapat dikatakan bersamaan terhadap
sejumlah individu atau unit. Metode ini menekankan lebih pada
penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang
individu (Sevilla dkk, 1993). Survei digunakan untuk mengukur
atau merekam gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa
hal tersebut atau gejala tersebut ada. Penelitian survei dilakukan
apabila peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data primer
secara langsung ke lapangan (Sugiarto, 2016). Dapat dikatakan
dalam metode survei ini lebih menekankan keluasan penelitian
yang dilakukan dibandingkan dengan kedalamannya. Keluasan
dapat dicirikan dengan mengambil jumlah sampel atau subyek
riset yang banyak dibandingkan dengan variabel penelitiannya
yang relative sedikit. Dengan menggunakan Metode Penelitian
39
survai ini seorang peneliti dapat membuat generalisasi dari data
sampel terhadap populasi penelitiannya dengan syarat peneliti
menggunakan teknik probability sampling dalam pengambilan
sampelnya.
2) Penelitian /metode ex post facto
Penelitian yang dilakukan pada peristiwa yang telah
terjadi. Kemudian dengan meneliti akibat diarahkan untuk
mencari sebab-sebab kenapa peristiwa tersebut terjadi. Jadi
pada penelitian ini peneliti meneliti akibat untuk mencari sebab.
Pada penelitian ini tetap ada rumusan jika X, maka y, tetapi X
dan Y dapat terjadi bersama-sama, atau X lebih dahulu atau
Y lebih dahulu. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan
teori yang mendasari hubungan antara X dan Y tersebut, jadi
meskipun misalnya terlihat Y terjadi mendahului X, atau X dan
Y terjadi secara bersama-sama ataupun X terjadi lebih dahulu
kemudian baru terjadi Y, tetap dapat dikatakan jika X maka
Y, karena didasarkan atas teori yang digunakan. Ada beberapa
contoh penelitian yang dianggap sebagai penelitian ex post
facto, seperti penelitian tentang sebab-sebab kemiskinan, artinya
kemiskinan ini telah terjadi, lalu peneliti berusaha mencari apa
yang menyebabkan kemiskinan tersebut terjadi. Contoh lainnya
peneliti ingin menemukan factor-faktor apa yang menyebabkan
produktivitas yang rendah di suatu institusi misalnya. Jadi dalam
hal ini kejadian produktivitas yang rendah sudah terjadi lalu
40
peneliti berusaha mencari apa yang menyebabkan produktivitas
karyawan tersebut rendah. Bagaimana cara mencari variabel
yang terkait dengan produktivitas yang rendah tersebut, tentu
harus dilakukan literature review baik terkait dengan textbook
maupun jurnal-jurnal atau artikel-artikel hasil penelitian yang
telah dipublikasikan. Ada beberapa contoh penelitian yang harus
dilakukan atau hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
metode expost facto, namun ada juga penelitian yang dapat
dilakukan dengan expost facto maupun eksperimen. Dapat
dikatakan kebalikan dari metode expost facto adalah metode
eksperimen.
Penelitian yang dapat dilakukan dengan metode expost
facto dan eksperimen, misalnya seorang peneliti yang ingin
melihat pengaruh dari tingkat upah terhadap produktivitas yang
dicapai oleh pekerja. Penelitian ini dapat dilakukan dengan
cara atau metode expost facto, yaitu dengan mencari data
tentang tingkat upah yang sudah terjadi atau data masa lampau,
kemudia juga mencari data tentang produktivitas dari data masa
lampau juga. Dengan demikian kedua data yang bersifat data
masa lampau ini atau data yang sudah terjadi digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian tentang pengaruh tingkat upah
terhadap produktivitas. Jika data masa lampau itu dijejerkan
atau dipasangkan data dari masing-masing responden, mungkin
saja terjadi data yang bervariasi dalam pengertian ada pasangan
41
data yang tingkat upah rendah produktivitas juga rendah, atau
ada pasangan data tingkat upah tinggi produktivitas juga tinggi,
atau pasangan data tingkat upah rendah, namun produktivitas
tinggi, atau data tingkat upah tinggi, namun produktivitas
rendah. Dengan teori yang ada misalnya bahwa jika tingkat upah
meningkat, maka produktivitas juga meningkat akan digunakan
untuk melihat variasi data yang ada apakah menjawab teori
tersebut ataukah tidak. Jika teori yang telah disampaikan
terbukti dalam penelitian tersebut maka data yang ada akan
menunjukkan pengaruh positif dari tingkat upah terhadap
produktivitas, dengan dibantu alat statistik misalnya dengan
menggunakan alat statistik regresi hal tersebut dapat dibuktikan.
Atau sebaliknya variasi data yang ada seperti telah disebutkan
tidak mampu membuktikan bahwa ada pengaruh positif tingkat
upah terhadap produktivitas. Dengan demikian dalam metode
expost facto data yang dianalisis adalah data yang sudah terjadi
atau data historis untuk membuktikan pengaruh satu variabel
terhadap variabel lainnya. Penelitian untuk melihat pengaruh
tingkat upah terhadap produktivitas selain dengan menggunakan
metode expost facto seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
juga dapat menggunakan metode experimen seperti yang
akan dijelaskan pada bagian Metode Penelitian eksperimen
berikutnya. Jadi penelitian untuk melihat pengaruh tingkat
upah terhadap produktivitas dapat dilakukan dengan metode
42
expost facto atau metode eksperimen. Demikian pula penelitian
yang ingin mengetahui pengaruh pelatihan terhadap tingkat
produktivitas juga dapat dilakukan dengan metode expost facto
maupun experimen.
Penelitian yang telah dijelaskan tersebut dapat dilakukan
dengan metode expost facto dan experiment, namun ada penelitian
untuk menjawab suatu tujuan penelitian yang diajukan hanya
dapat dijawab dengan metode expost facto. Misalnya seorang
peneliti misalnya mencari jawaban terhadap penyebab kebakaran
di sebuah gedung, misalnya dengan data yang sudah terjadi atau
metode expost facto diperoleh jawaban karena terjadi arus pendek
listrik. Dengan contoh ini maka tidak mungkin akan digunakan
metode eksperimen untuk mencari jawaban terhadap penyebab
kebakaran. Hanya akan digunakan metode expost facto dalam
mencari penyebab kebakaran tersebut. Contoh penelitian lain
misalnya dibidang kesehatan yaitu mencari pengaruh merokok
terhadap penyakit jantung. Untuk menjawab tujuan penelitian
ini juga akan digunakan metode expost facto, mencari data yang
sudah ada tentang pola merokok dengan kemungkinan terkena
penyakit jantung atau sudah terkena penyakit jantung. Misalnya
dilihat atau dikumpulkan data lama merokok misalnya dalam
satuan bulan atau tahun, kemudian juga dicari lama terkena
penyakit jantung misalnya juga dalam satuan bulan atau tahun.
Setelah itu dengan teori yang dipelajari, misalnya ada
43
keterkaitan antara merokok dengan kemungkinan seseorang
terkena penyakit jantung, maka dengan data yang ada dapat
dibantu dengan statistik korelasi ataupun regresi dapat diketahui
pengaruh variabel merokok dengan penyakit jantung. Jadi tetap
dapat dikatakan jika X, maka Y, dimana X tidak selalu terjadi
lebih dahulu dibandingkan dengan Y, dapat bersamaan, atau X
atau Y yang dapat terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan
yang lainnya. Contoh penelitian seperti ini hanya akan dilakukan
dengan metode expost facto, karena berkaitan dengan etika riset
yaitu jangan sampai ada yang menderita karena penelitian yang
dilakukan. Jika dilakukan dengan eksperimen yaitu pemberian
perlakuan pada variabel merokok, maka dapat dikatakan sebagai
penelitian yang tidak etis. Meskipun dewasa ini mungkin ada
yang bersedia sebagai kelompok yang akan diberikan perlakuan
yaitu diminta merokok beberapa waktu untuk melihat dampaknya
pada kemungkinan terkena penyakit jantung, maka tetaplah
hal tersebut sebagai penelitian yang melanggar etika. Dengan
demikian pada 2 contoh penelitian yang telah disebutkan kiranya
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan metode expost
facto, dengan data yang sudah ada atau yang sudah terjadi.
3) Penelitian/metode eksperimen
Metode eksperimen ini dapat dibedakan menjadi 2
yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di lapangan
/di lingkungan alamiah (Kartono, 1996; Sekaran dan Bougie,
44
2010). Untuk eksperimen di laboratorium adalah tugas peneliti
di bidang eksakta atau lebih banyak dilakukan oleh peneliti
eksakta, sedang eksperimen lapangan dapat dilakukan oleh
peneliti-peneliti di bidang sosial termasuk di ilmu ekonomi dan
bisnis. Peneliti dapat mengontrol secara ketat variabel-variabel
lain yang tidak diteliti pada eksperimen di laboratorium, sehingga
eksperimen laporatorium memiliki validitas internal yang tinggi,
namun validitas eksternal yang rendah (sangat sangat kaku) atau
sangat artificial. Sebaliknya pada eksperimen lapangan peneliti
tidak dapat mengontrol secara ketat variabel-variabel lainnya
yang mempengaruhi dependen variabel, sehingga validitas
internalnya rendah, namun validitas eksternalnya tinggi, karena
dapat diterapkan pada kondisi lapangan yang sejenis atau mirip.
Berbeda dengan metode expost facto yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka metode eksperimen dapat dikatakan sebagai
lawan dari metode expost facto. Dalam metode experiment
juga tetap menggunakan hubungan jika X, maka Y seperti pada
metode expost facto, namun bedanya jika dalam metode expost
facto X dan Y dapat terjadi bersama-sama, atau X lebih dahulu
daripada Y, atau Y terjadi lebih dahulu daripada X, namun tetap
dalam pemahaman jika X. maka Y. Namun dalam penelitian
eksperimen jika X, maka Y, dimana X harus terjadi lebih dahulu
kemudian baru akan diikuti oleh terjadinya Y. Jadi hanya ada
1 pola yang terjadi, dimana harus X lebih dahulu terjadi baru
45
akan diikuti oleh Y. Penelitian yang berusaha mencari pengaruh
variabel tertentu (independent variable) terhadap variabel lain
(dependent variable). Kegiatan ini dilakukan dengan membuat
perlakuan/treatment pada variabel pengaruh/bebas untuk melihat
pengaruhnya pada variabel tergantung. Pada penelitian ini ada
2 kelompok yaitu kelompok eksperimen yaitu kelompok yang
diberikan perlakuan, dan kelompok kontrol yaitu kelompok
yang tidak diberikan perlakuan, dibiarkan apa adanya.
Pada kelompok eksperimen ini akan diterapkan atau
diintervensi atau di treatment sesuai dengan variabel yang diteliti
(variabel X) untuk dilihat pengaruhnya terhadap Y. Pada contoh
penelitian pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, variabel
X adalah tingkat upah yang akan dilihat pengaruhnya terhadap
variabel Y yaitu produktivitas. Kelompok eksperimen, misalnya
terdiri atas 30 orang pekerja yang akan diberikan perlakuan atau
intervensi yaitu misalnya upahnya dinaikkan menjadi misalnya 2
kali lipat upahnya dibandingkan sebelumnya. Kenaikan upahnya
ini akan dilihat pengaruhnya terhadap produktivitas yang dicapai
oleh kelompok eksperimen. Eksperimen misalnya dilakukan
selama 3 bulan untuk melihat dampaknya terhadap produktivitas
pekerja yang bersangkutan. Di sisi lain ada kelompok yang tidak
diberikan perlakuan (tidak diberikan treatmen) yang disebut
sebagai kelompok kontrol misalnya juga berjumlah 30 orang.
Kelompok kontrol ini digunakan sebagai kelompok pembanding
46
untuk dilihat perbandingan produktivitasnya dengan kelompok
eksperimen yang telah diberikan intervensi sebelumnya
dalam bentuk peningkatan upahnya 2 kali lipat dibandingkan
sebelumnya.
Setelah penelitian/eksperimen dilaksanakan selama 3
bulan, akan dilihat hasilnya terhadap variabel produktivitas
yang terjadi, baik pada kelompok eksperimen yang diberikan
perlakukan dengan peningkatan upah, maupun pada kelompok
kontrol yang tidak memperoleh perlakuan atau yang tidak
dinaikkan upahnya. Perbedaan yang terjadi pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol akan mengindikasikan bahwa
ada pengaruh variabel X dalam hal ini tingkat upah terhadap
produktivitas. Berikut disampaikan contoh perbedaan hasil
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Produktivitas:
Sebelum: 10 unit/jam
Eksperimen
Selama 3 bulan
Setelah: 15 unit/jam
Produktivitas:
Sebelum: 10 unit/jam
Proses produksi
tetap berlangsung
Setelah: 12 unit/jam
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
↓ ↓
Gambar 2.1: Perbedaan Produktivitas antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Eksperimen
47
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa terjadi
perbedaan nilai produktivitas antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol setelah berlangsungnya eksperimen
selama 3 bulan tersebut. Pada awal sebelum eksperimen dilakukan
produktivitas pekerja yang menjadi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol nilainya adalah sama. Kemompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebaiknya memiliki karakteristik yang
sama atau mirip untuk lebih memastikan bahwa perbedaan yang
terjadi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
karena perbedaan dalam variabel tingkat upah yang dijadikan
variabel yang ingin dibuktikan perannya terhadap produktivitas.
Misalnya karakteristik antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang dapat dibuat mirip atau hampir sama
seperti tingkat pendidikan, pengalaman kerja, lingkungan kerja,
komposisi jenis kelamin, kelompok umur, dan sebagainya.
Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terlihat nilai produktivitas sebelum dilakukan eksperimen
adalah sama yaitu sebanyak 10 unit/jam. Setelah eksperimen
berlangung selama 3 bulan terlihat ada perbedaan nilai
produktivitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Nilai produktivitas kelompok eksperimen sebanyak 15
unit/jam sedangkan produktivitas pada kelompok kontrol juga
terlihat meningkat menjadi 12 unit/jam. Dengan perbedaan
48
tersebut dapat dihitung dampak atau pengaruh dari tingkat upah
terhadap produktivitas. Jika dihitung perbedaan produktivitas
pada kelompok eksperimen terlihat ada kenaikan produktivitas
dari 10 unit/jam menjadi 15 unit/jam, yaitu ada kenaikan
sebanyak 5 unit per jam. Di sisi lain pada kelompok control juga
mengalami kenaikan dari 10 unit/jam menjadi 12 unit per jam,
jadi pada kelompok kontrol juga mengalami kenaikan sebanyak
2 unit/jam. Terlihat bahwa meskipun kelompok kontrol tidak
memperoleh kenaikan tingkat upah, namun juga mengalami
kenaikan produktivitas, yang pasti bukan disebabkan oleh
kenaikan tingkat upah, namun dapat disebabkan oleh factor
lainnya. Faktor lain yang dapat meningkatkan produktivitas pada
kelompok kontrol antara lain pengalaman atau ketrampilan yang
terus bertambah selama masa eksperimen, pengetahuan tentang
cara kerja dapat juga bertambah, misalnya karena membaca,
mendengar, atau menonton, dan sebagainya yang dapat
meningkatkan pengetahuan pada kelompok kontrol tentang cara
kerja atau cara produksi misalnya.
Kemungkinan ini juga dapat dialami atau dapat terjadi
pada kelompok eksperimen, sehingga kenaikan total sebanyak 5
unit tersebut antara sebelum dan setelah dilakukan eksperimen,
bukanlah semata-mata hanya karena kenaikan tingkat upah.
Dengan demikian kenaikan produktivitas yang bukan akibat
kenaikan tingkat upah harus dikeluarkan sehingga sisanya dapat
49
dipandang sebagai dampak dari kenaikan tingkat upah. Dengan
demikian nilai pengaruh atau dampak dari kenaikan tingkat upah
pada kelompok eksperimen dapat dihitung sebagai berikut.
Dampak/Pengaruh = (15 -10) – (12-10) = 3 unit/jam
Dengan menggunakan metode eksperimen, peneliti dapat
menggunakan konsep perbandingan antara sebelum dan sesudah
(before and after) yaitu melihat perbedaan produktivitas sebelum
eksperimen berlangsung dengan setelahnya, yaitu 5 unit/jam
pada kelompok eksperimen dan 2 unit/jam pada kelompok
kontrol. Selain itu dalam eksperimen juga digunakan konsep
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol atau kelompok
yang memperoleh perlakuan dan kelompok yang tidak mendapat
perlakuan. Kondisi ini sering disebut sebagai kelompok with dan without. Baik kelompok yang menggunakan konsep
perhitungan before dan after maupun dengan konsep with dan
without diperhitungkan dalam melihat dampak dari eksperimen
yang dilakukan. Dalam metode expost facto pada umumnya
hanya satu konsep atau cara yang digunakan untuk melihat
dampak sebuah program, misalnya menggunakan konsep
before and after atau menggunakan konsep with dan without, jadi salah satunya yang akan digunakan. Pada konsep before and after sampel nya disebut sebagai sampel yang dependen,
dimana orangnya adalah sama, sedangkan pada konsep with dan
without, sampel atau orangnya adalah kelompok yang berbeda
atau disebut kelompok yang independen.
50
4) Penelitian/metode naturalistik
Banyak penelitian yang dilakukan peneliti hanya dapat
dijawab dengan menggunakan pendekatan naturalistic. Banyak
para peneliti atau orang-orang yang menekuni bidang/ilmu
sosial lebih mengutamakan penelitian naturalistic dibandingkan
dengan penelitian dengan metode kuantitatif. Hal ini didasarkan
atas sebuah kenyataan bahwa kondisi obyek penelitian tidak
sekedar bersifat fisik namun juga psikis yang lebih bersifat
abstrak yang tidak dapat dikuantitatifkan (Nawawi dan Hadari,
1992). Penelitian naturalistik ini juga sering disebut sebagai
penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif obyeknya adalah
manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia.
Obyek tersebut diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya
atau dalam keadaan sewajarnya atau natural setting. Penelitian
naturalistik/kualitatif adalah digunakan untuk meneliti kondisi
obyek alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.
Pada penelitian ini lebih menekankan makna, dan bukan
untuk membuat generalisasi. Sebagai lawan/ kebalikan dari
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Pada penelitian
naturalistik/kualitatif ini tidak menggunakan alat bantu statistik
untuk melakukan generalisasi atau penyimpulan terhadap hasil
penelitiannya seperti yang dilakukan oleh metode kuantitatif.
Dalam penelitian ini peneliti menjadi alat untuk
mengumpulkan, jadi diri peneliti yang menjadi instrument
51
penelitiannya, sehingga peneliti terlibat secara langsung
pada kehidupan masyarakat atau keluarga dimana penelitian
dilakukan. Dengan demikian peneliti kualitatif akan tinggal di
tempat atau wilayah dimana riset tersebut dilaksanakan, agar
peneliti dapat berinteraksi dengan baik dengan para informannya
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
riset yang dilakukan. Dengan demikian terkait dengan metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
atau naturalistik ini lebih cenderung menggunakan observasi
perilaku maupun non perilaku dan juga indepth interview atau
wawancara mendalam untuk memperoleh pemaknaan yang
lebih mendalam tentang penelitiannya. Jadi peneliti sebagai
instrument penelitian yang utama, dengan pendekatan utama
observasi partisipatif dan wawancara mendalam/indepth
interview. Peran peneliti sangat besar terjadi keterlibatan
pribadi dan menjadi bagian dari subyek penelitian. Data yang
diungkapkan dan cara menyampaikan atau mengungkapkan
data yang dikumpulkan itulah dapat menjadi sebuah ciri dari
penelitian kualitatif, dimana data diungkapkan secara kualitatif
yang tidak menggambarkan jumlah atau bilangan yang memiliki
perbandingan yang pasti.
Karakteristik atau ciri-ciri penelitian kualitatif atau
naturalistik dapat dilihat dari berbagai dimensinya. Asumsi yang
ada pada penelitian kualitatif adalah realitas dikonstruksikan
52
secara sosial dan tidak bebas nilai, mengutamakan penguasaan
mendalam atas fenomena, variabelnya adalah kompleks dan sulit
diukur secara statistika (Sudarwan Danim, 2002). Interpretasi
secara luas dan mendalam dengan menggunakan perspektif
tertentu. Jika dilihat pendekatan kuantitatif yang dimulai dari
teori dan hipotesis, baru melakukan pengumpulan data dan
analisis, namun dalam penelitian kualitatif ini penelitian yang
dilakukan berakhir dengan hipotesis atau proposisi atau teori
grounded. Menggunakan pola pikir atau penarikan kesimpulan
secara induktif, yaitu berdasarkan hal-hal khusus yang ada dan
ditemui dalam observasi yang dilakukan kemudian dilakukan
analisis dan membuat kesimpulan dari hal-hal khusus tersebut.
5) Policy research
Penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah
sosial yang mendasar, sehingga hasil temuannya dapat
direkomendasikan pada pembuat kebijakan untuk mengatasi
masalah yg terjadi. Penelitian seperti ini sangat relevan bagi para
perencana. Misalnya: untuk mendapatkan sistem penggajian
yang lebih adil, menentukan jenis barang yang perlu diproduksi
dan sebagainya. Policy research ini sangat sesuai dengan
kebutuhan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat, seperti kebijakan
untuk pengentasan kemiskinan, kebijakan peningkatan kuantitas
53
dan kualitas pendidikan, serta kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Penelitian-
penelitian ini sangat penting dilakukan oleh para peneliti untuk
membantu memberikan informasi kepada para perencana/
pemerintah untuk membuat kebijakan tertentu. Misalnya
penelitian tentang pemanfaatan dana desa yang simpulannya
merekomendasikan untuk meningkatkan kemampuan dari para
aparat desa dalam merealisasikan dana desa yang dialokasikan
untuk desa. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah
untuk membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan
kualitas aparat desa.
6) Penelitian tindakan/Action research
Penelitian tindakan bertujuan untuk memecahkan persoalan
bisnis dan ekonomi melalui aplikasi metode ilmiah, dimana
pemecahan masalahnya diutamakan dalam upaya memecahkan
masalah lokal yang dihadapi, yaitu untuk memecahkan masalah
dan bukan ditus pada bukan untuk memberikan kontribusi
secara teoritis pada pengembangan ilmu pengetahuan (Kuncoro,
2013). Penelitian yang bertujuan untuk mencari metode kerja
yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan,
dan produktivitas lembaga/organisasi dapat ditingkatkan.
Penelitian ini melibatkan para karyawan dan peneliti untuk
mengkaji ber sama-sama tentang kebaikan atau kelemahan dari
54
suatu metode atau cara sehingga diperoleh metode/cara yang
paling baik/efisien. Metode yang didapatkan dari riset tersebut
kemudian dicobakan/diaplikasikan, terus diperbaiki sampai
diperoleh metode yang paling baik. Dalam penelitian tindakan
ini riset ataupun uji coba terhadap metode yang telah dirancang
dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh cara atau
metode yang paling baik untuk diterapkan dan memberikan
hasil yang paling efisien. Action research ini dapat digunakan
untuk tindakan-tindakan di bidang bisnis sehingga didapatkan
metode yang paling efisien untuk mengoptimalkan keuntungan
yang diperoleh. Demikian juga penelitian tindakan ini dapat
digunakan di bidang pemerintahan dae atau negara, sehingga
diperoleh cara kerja atau proses kerja di pemerintahan yang
paling efisien.
7) Penelitian evaluasi
Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu
kejadian, kegiatan, dan produk dengan standar dan program
yang telah ditetapkan. Penelitian evaluasi ini ada 2 jenis yaitu
penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan
penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada hasil/produk.
Penelitian evaluasi ini sangat banyak dapat diterapkan pada
berbagai program yang telah dilaksanakan diberbagai bidang
oleh pemerintah untuk dapat menilai efektivitas dari program-
55
program tersebut. Berbagai program telah dikeluarkan oleh
pemerintah selama ini untuk melaksanakan proses pembangunan
bangsa untuk dapat mencapai tujuan pembangunan bangsa
yaitu masyarakar yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Berbagai program di bidang kesehatan seperti Program BPJS
Kesehatan, Jamkesmas, Posyandu, Program Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga
Lansia (BKL). Program-program di bidang pendidikan seperti
Program BOS, di bidang pembangunan ekonomi seperti
program PNPM Mandiri Perkotaan atau Perdesaan, dan yang
lain-lainnya. Berbagai program tersebut sangat perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program tersebut dalam
mencapai tujuannya. Metode yang paling sederhana digunakan
untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut adalah
dengan mengevaluasi tujuan dari berbagai program tersebut.
Dengan mengevaluasi program tersebut yaitu apakah tercapai
atau tidak, maka dapat diketahui keberhasilan dari berbagai
program tersebut dalam menjawab tujuan penelitian. Evaluasi
terhadap berbagai program tersebut dapat dilakukan terhadap
proses maupun hasilnya. Evaluasi terhadap proses dapat dilihat
dari input, proses, dan output. Evalusi terhadap hasil dapat dilihat
dari dampak sebuah program terhadap masyarakat sesuai dengan
tujuan dari program tersebut di buat. Jika program tersebut
evaluasi hasilnya dilihat dari outcome/gampaknya sesuai dengan
56
tujuan untuk apa program tersebut dibuat, maka berarti program
tersebut telah efektif dalam mencapai tujuannya, demikian
sebaliknya. Dengan demikian penelitian evaluasi sangat penting
dilakukan oleh peneliti untuk dapat mengevaluasi efektivitas
sebuah program kebijakan baik program/kebijakan pemerintah
maupun program/kebijakan lainnya.
8) Penelitian sejarah
Penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kejadian-
kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, sehingga
dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan.
Penelitian ini dapat digunakan untuk menjawab kapan kejadian
tersebut berlangsung, siapa pelakunya dan bagaimana prosesnya
dan sebagainya. Metode sejarah memiliki perspektif historis atau
waktu-waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki
(Nazir, 2014). Dalam metode sejarah ini banyak menggunakan
dokumen-dokumen dari masa lalu, sehingga sering juga
disebutkan metode sejarah ini dengan metode dokumenter. Istilah
ini dikatakan kurang tepat karena metode dokumenter ini tidak
hanya terkait dengan data masa lampau, juga dapat digunakan
untuk melakukan penelitian dengan data masa kini. Data yang
digunakan dalam metode sejarah ini sangatlah berbeda dengan
metode eksperimen misalnya, karena dalam metode eksperimen
data tersebut dapat diulang-ulang. Namun demikian dalam
57
metode sejarah hanya menggunakan data atau catatan yang
sudah ada/observasi atau pengamatan orang lain misalnya yang
mengalami peristiwa tersebut. Sejarah selanjutnya diartikan oleh
Nevins (1933) dalam Nazir, (2014) sebagai pengetahuan yang
tepat terhadap apa yang telah terjadi, yang merupaka deskripsi
yang terpadu dari keadaan atau fakta masa lampau yang ditulis
berdasarkan penelitian dan studi yang kritis untuk mencari
kebenaran. Metode sejarah ini sangat banyak digunakan di
berbagai bidang seperti di bidang pendidikan, ataupun di bidang
perilaku.
Ada beberapa sumber data yang dapat digunakan dalam
metode sejarah (Nazir, 2014) seperti: 1) Remain dan dokumen
yang terkait dengan sengaja atau tidak dokumen tersebut dibuat.
Remain adalah peninggalan yang tidak disengaja yang akhirnya
menjadi sejarah dikemudian hari, jadi disini tanpa adanya
kesadaran bahwa peninggalan tersebut akan menjadi suatu bukti
untuk peninggalan sejarah. Remain dapat berupa peninggalan-
peninggalan dari jaman dahulu seperti candi, alat perkakas,
perhiasan-perhiasan kuno atau bangunan kuno. Semua contoh-
contoh tersebut diklasifikasikan sebagai remain (relic) yang
tanpa kesadaran atau sengaja untuk menjadikannya dokumen
sejarah di masa depan. 2) Keterangan yang ditinggal secara
sadar seperti sumber tertulis, catatan harian, foto. 3) Inskripsi
58
atau materi tulisan tangan yang dapat ditaruh di berbagai tempat
seperti di makam/kuburan atau candi, monumen, dokumen,
micro film, film, kaset.
Sumber data dalam metode sejarah dapat juga dibagi ke
dalam sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber yang orisinal atau yang asli yang merupakan
bukti sebuah kejadian atau sumber sejarah yang asli. Saksi
utama sebuah kejadian juga merupakan sumber yang primer
dalam metode sejarah. Sumber sekunder dalam metode sejarah
dapat berupa berita yang diperoleh dari surat khabar, misalnya
tentang sebuah peristiwa, demikian juga sitasi yang ditulis oleh
orang lain yang bukan mengalami peristiwa tersebut adalah
juga sumber sekunder. Dalam metode sejarah ini yang lebih
dipentingkan adalah sumber primer untuk lebih menjamin
validitas data yang akan digunakan dalam analisis dalam metode
sejarah. Jika seorang peneliti menggunakan metode sejarah
dalam risetnya, namun dalam analisis atau pembahasannya
lebih banyak menggunakan sumber data sekunder, sedangkan
sumber primernya tersedia, maka meruapakan kesalahan yang
besar karena sumber sekunder dapat mengalami distorsi saat
data tersebut ditransmisikan dalam jarak yang jauh dari sumber
aslinya.
59
2.4 PenelitianMenurutTingkatEksplanasi
Penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-
variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dgn
variabel yang lainnya. Secara garis besar penelitian ini dapat
dibagi menjadi 3 yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan
asosiatif (Sugiono, 2017). Penelitian menurut tingkat eksplanasi
ini akan berkaitan dengan relevansinya pada judul, rumusan
masalah, tujuan penelitian maupun hipotesis penelitian pada
umumnya. Jika judul penelitiannya deskriptif, atau komparatif,
ataupun asosiatif, maka rumusan masalahnya akan mengikuti,
demikian juga tujuannya maupun hipotesisnya termasuk teknik
analisis datanya. Namun demikian akhir-akhir ini berkembang
sebuah pemikiran dan juga contoh-contoh judul penelitian yang
tidak terkait erat dengan tingkat eksplanasi tersebut. Hal ini
disebut sebagai topik-topik penelitian yang non konvensional,
yang terkadang menggunakan kalimat pertanyaan untuk menarik
perhatian pembaca. Padahal dalam teori yang konvensional
dalam membuat judul penelitian adalah dengan menggunakan
kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan. Namun demikian
dalam perkembangannya yang sekarang ada kemungkinan
tidaklah 100 persen judul dapat mencerminkan isi tulisannya.
Sebagai contoh ada sebuah judul penelitian dari peneliti yaitu:
Kesejahteraan Subyektif Pemiliki UMKM di Provinsi Bali.
Jika dilihat judul ini seolah-olah adalah penelitian deskriptif,
60
namun dalam kenyataannya adalah penelitian dengan tingkat
eksplanasi asosiatif. Jadi jika dibandingkan antara judul dan apa
yang dibahas didalamnya seolah-oleh tidak konsisten. Contoh
topik penelitian yang menggunakan kalimat pertanyaan yaitu:1)
Troubel in Paradise: How Woman Power Effects Marital
Stability? ; 2) Should We Thank to the Colonial? Colonialism,
institution, and Regional Economic Growth. Kedua contoh
ini adalah topik-topik penelitian yang diteliti mahasiswa di
Universitas Indonesia. Jika dilihat dari contoh judul-judul yang
disampaikan tersebut, sepertinya topik atau judul yang dibuat
sudah berkembang dari topik-topik penelitian yang tergolong
konvensional, sehingga topik-topik ini tergolong topik yang non
konvensional.
1) Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai penelitian
yg dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel lainnya. Berikut disampaikan
contoh judul yang tergolong deskriptif.
(1) Evaluasi kebijakan promosi pada industri pariwisata di
Provinsi Bali
(2) Efektivitas pendidikan dan pelatihan Pada UMKM di
Kabupaten Klungkung
(3) Kondisi kinerja keuangan industri perhotelan di Provinsi
Bali Pasca Tragedi Kuta
61
(4) Efektivitas perdagangan dengan sistem multilevel pada
produk X di Kota Denpasar
(5) Kajian disiplin kerja pegawai negeri (ASN) di Kabupaten
Badung
(6) Kondisi kemiskinan di wilayah pantai di Provinsi Bali
(7) Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten
Jembrana
(8) Analisis pendapatan petani Kakao di Kabupaten Bangli
(9) Kesetaraan gender dalam kepemilikan barang berharga
pada ASN di Kota Denpasar
(10) Kesetaraan gender pada pengambilan keputusan dalam
keluarga miskin di Kabupaten Karangsem
(11) Penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran di industri X
(12) Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa di hotel X
Beberapa contoh rumusan masalah deskriptif sebagai berikut.(1) Bagaimana kondisi kemampuan kerja karyawan di industri
garmen kabupaten X(2) Seberapa tinggi disiplin kerja pegawai negeri di kabupaten
Y(3) Bagaimana kondisi interaksi kerja karyawan di industri A(4) Bagaimana efektivitas perdagangan dgn sistem multilevel
pada produk X(5) Seberapa tinggi kondisi kinerja keuangan hotel X pasca
tragedi Kuta
62
(6) Bagaimana tingkat efektivitas pendidikan dan pelatihan
Pada UMKM di Kabupaten Klungkung
(7) Bagaimana kondisi tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan di Kabupaten Jembrana
(8) Bagaimana tingkat kesetaraan gender dalam kepemilikan
barang berharga pada ASN di Kota Denpasar
(9) Bagaimana kecenderungan tingkat pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Buleleng
(10) Bagaimana tingkat efektivitas perdagangan dengan sistem
multilevel pada produk X di Kota Denpasar
(11) Bagaimana penilaian konsumen terhadap bauran
pemasaran
di industri X
(12) Bagaimana penilaian konsumen terhadap kualitas jasa di
hotel XBeberapa contoh tujuan penelitian deskriptif sebagai
berikut.(1) Menganalisis kondisi kemampuan kerja karyawan di
industri garmen kabupaten X(2) Mengkaji tingkat disiplin kerja pegawai negeri di
kabupaten Y(3) Mengkaji kondisi interaksi kerja karyawan di industri A(4) Menganalisis tingkat efektivitas perdagangan dgn sistem
multilevel pada produk X(5) Menganalisis kondisi kinerja keuangan hotel X pasca
tragedi Kuta
63
(6) Mengkaji tingkat efektivitas pendidikan dan pelatihan Pada UMKM di Kabupaten Klungkung
(7) Mengkaji kondisi tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Jembrana
(8) Menemukan tingkat kesetaraan gender dalam kepemilikan
barang berharga pada ASN di Kota Denpasar
(9) Menganalisis kecenderungan tingkat pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Buleleng
(10) Mengkaji tingkat efektivitas perdagangan dengan sistem
multilevel pada produk X di Kota Denpasar
(11) Menganalisis penilaian konsumen terhadap bauran
pemasaran di industri X
(12) Menganalisis Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa
di hotel X
2) Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif didefinisikan sebagai penelitian
yang bersifat membandingkan, untuk sampel lebih dari satu
atau dalam waktu yang berbeda. Penelitian komparatif ini dapat
dilakukan untuk 2 sampel ataupun lebih pada sampel yang
independen, maupun sampel dependen.
Beberapa contoh rumusan masalah komparatif sebagai
berikut.
(1) Adakah perbedaan produktivitas kerja ASN dengan
karyawan BUMN di Kota X?
(2) Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja
64
karyawan BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota
Y?
(3) Adakah perbedaan signifikan kinerja keuangan hotel X
sebelum dgn sesudah tragedi Kuta?
(4) Bagaimana perbandingan produktivitas lahan padi bibit
unggul dengan padi gaga?
(5) Adakah perbedaan tingkat produktivitas pekerja laki-laki
dan perempuan pada industri rokok kretek di Jawa Timur
(6) Apakah tingkat penghasilan laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan pada ASN di Kota Denpasar
(7) Bagaimana perbandingan tingkat kemiskinan di Wilayah
Sarbagita dan Non Sarbagita
Beberapa contoh judul penelitian komparatif sebagai
berikut.
(1) Analisis perbedaan produktivitas kerja ASN dengan
karyawan BUMN di Kota X?
(2) Kajian perbedaan kemampuan dan disiplin kerja karyawan
BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota Y?
(3) Perbedaan kinerja keuangan hotel X sebelum dgn sesudah
tragedi Kuta?
(4) Perbandingan produktivitas lahan padi bibit unggul dengan
padi gaga?
(5) Analisis Perbedaan tingkat produktivitas pekerja laki-laki
dan perempuan pada industri rokok kretek di Jawa Timur
65
(6) Perbandingan tingkat penghasilan laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan pada ASN di Kota Denpasar
(7) Kajian perbandingan tingkat kemiskinan di Wilayah
Sarbagita dan Non Sarbagita
Beberapa contoh tujuan penelitian komparatif sebagai
berikut.(1) Menganalisis perbedaan produktivitas kerja ASN dengan
karyawan BUMN di Kota X
(2) Mengkaji perbedaan kemampuan dan disiplin kerja
karyawan BUMN dan karyawan perusahaan asing di Kota
Y
(3) Mengkaji Perbedaan signifikan kinerja keuangan hotel X
sebelum dgn sesudah tragedi Kuta
(4) Menganalisis Perbandingan produktivitas lahan padi bibit
unggul dengan padi gaga
(5) Menganalisis Perbedaan tingkat produktivitas pekerja
laki-laki dan perempuan pada industri rokok kretek di
Jawa Timur
(6) Menganalisis Perbandingan tingkat penghasilan laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan pada ASN di Kota
Denpasar
(7) Menganalisis perbandingan tingkat kemiskinan di
Wilayah Sarbagita dan Non Sarbagita
3) Penelitian Asosiatif
Penelitian Asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
66
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan
dengan penelitian deskriptif dan komparatif seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Penelitian asosiatif ini dapat berbentuk
analisis tentang korelasi atau hubungan maupun dalam analisis
pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Analisis
tentang pengaruh ini dapat berkaitan dengan pengaruh langsung
maupun pengaruh tidak langsung melalui sebuah variabel atau
lebih variabel antara/variabel intervening.
Beberapa contoh rumusan masalah asosiatif sebagai
berikut.
(1) Adakah pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja
karyawan di perusahaan X?
(2) Bagaimana pengaruh kemampuan karyawan terhadap
kualitas pelayanan di perusahaan Y?
(3) Bagaimana pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah
penjualan di industri kerajinan perak di Kabupaten
Gianyar?
(4) Bagaimana pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan
masyarakat desa di Kabupaten Tabanan?
(5) Bagaimana peran program revitalisasi pasar tradisional
terhadap tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan
XYZ ?
(6) Adakah pengaruh Komunikasi, Informasi, dan edukasi
(KIE) terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP)
67
pada partisipasi masyarakat pada Program BPJS Kesehatan
di Kota Malang?
(7) Bagaimana pengaruh tingkat harga dan kualitas produk
terhadap jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar
(8) Bagaimana dampak dana desa terhadap kondisi
infrastruktur desa dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Bangli
(9) Bagaimana peran kualitas SDM (human capital) dan
kualitas modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan
subyekrif pemilik UKM di KotaDenpasar.
(10) Bagaimana Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa di Kecamatan Mengwi
Kabupaten BadungBeberapa contoh tujuan penelitian asosiatif sebagai
berikut.(1) Menganalisis pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi
kerja karyawan di perusahaan X(2) Mengkaji pengaruh kemampuan karyawan terhadap
kualitas pelayanan di perusahaan Y(3) Mengkaji pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah
penjualan di industri kerajinan perak di Kabupaten Gianyar(4) Menganalisis pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan
masyarakat desa di Kabupaten Tabanan(5) Menganalisis peran program revitalisasi pasar tradisional
terhadap tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan
XYZ
68
(6) Menganalisis pengaruh Komunikasi, Informasi, dan
edukasi (KIE) terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice
(KAP) pada partisipasi masyarakat pada Program BPJS
Kesehatan di Kota Malang
(7) Pengaruh tingkat harga dan kualitas produk terhadap
jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar
(8) Menganalisis Dampak dana desa terhadap kondisi
infrastruktur desa dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Bangli
(9) Mengkaji peran kualitas SDM (human capital) dan
kualitas modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan
subyekrif pemilik UKM di KotaDenpasar.
(10) Mengkaji Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa di Kecamatan Mengwi
Kabupaten Badung
Beberapa contoh judul penelitian asosiatif sebagai berikut.
(1) Pengaruh kemampuan karyawan terhadap kualitas
pelayanan di perusahaan Y
(2) Pengaruh biaya kualitas terhadap jumlah penjualan di
industri kerajinan perak di Kabupaten Gianyar
(3) Pengaruh dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat
desa di Kabupaten Tabanan
(4) Peran program revitalisasi pasar tradisional terhadap
tingkat penjualan pedagang pasar di Kecamatan XYZ
(5) Pengaruh Komunikasi, Informasi, dan edukasi (KIE)
69
terhadap Knowledge, Attitude, dan Practice (KAP) pada
partisipasi masyarakat pada Program BPJS Kesehatan di
Kota Malang
(6) Analisis pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja
karyawan di perusahaan X
(7) Analisis pengaruh tingkat harga dan kualitas produk
terhadap jumlah permintaan buah import di Kota Denpasar
(8) Dampak dana desa terhadap kondisi infrastruktur desa dan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bangli
(9) Kajian peran kualitas SDM (human capital) dan kualitas
modal sosial terhadap tingkat kesejahteraan subyekrif
pemilik UKM di KotaDenpasar.
(10) Peran Bumdes terhadap partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa di Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung
Jika dilihat rumusan masalah, tujuan penelitian maupun
judul penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka
dapat dilihat ada konsistensi antar semuanya. Konsistensi
tersebut terlihat baik pada tingkat eksplanasi deskriptif, maupun
komparatif. Contoh judul-judul penelitian tersebut dapat
dikatakan sebagai judul penelitian konvensional yang dapat
dijadikan sebuah alternatif oleh mahasiswa atau peneliti dalam
merancang judul penelitiannya selain judul-judul penelitian
yang tergolong judul non konvensional seperti yang telah
disampaikan.
70
2.5 PenelitianMenurutJenisDatadanAnalisis
Pendekatan dalam sebuah penelitian dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat
menggunakan satu pendekatan yaitu kuantitatif atau kualitatif,
atau dapat juga menggunakan gabungan keduanya, meskipun
masih ada kontroversi tentang penggabungan kedua metode
atau pendekatan tersebut dalam sebuah penelitian. Pendekatan
penelitian yang dipilih oleh seorang peneliti dapat mempengaruhi
data yang diperoleh dalam penelitiannya. Data adalah sesuatu
keterangan yang dikumpulkan dari responden penelitian yang
terkait dengan variabel penelitian yang dikumpulkan. Data
penelitian akan berubah menjadi informasi yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan jika sudah diolah dengan
menggunakan bantuan alat statistik tertentu.
Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih
variabel dalam sampel atau populasi, dan semua data yang
dikumpulkan oleh peneliti adalah variabel penelitian dimana
semua data tersebut dapat diklasifikasinya menurut jenisnya
menjadi data kuantitatif dan data kualittif (Kuncoro, 2013).
Data kuantitatif menurut Kuncoro (2013) adalah data yang
diukur dalam suatu skala numerik (angka) yang dapat dibedakan
menjadi data dengan skala pengukuran variabel interval dan
rasio, dipihak lain data kualitatif adalah data yang tidak dapat
71
diukur dengan skala numerik (angka) dengan skala pengukuran
variabel nominal dan ordinal. Dengan demikian ada 2 macam
data penelitian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif ditinjau
dari segi jenis datanya. Makna lain dari data kuantitatif adalah
data yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka/data kualitatif
yang sudah di-skoring (Sugiono, 2017). Selanjutnya dikatakan
data kualitatif adalah data yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, namun berbentuk kata, kalimat, narasi, bagan,
gambar atau foto. Dalam penelitian sosial atau penelitian di ilmu
ekonomi banyak contoh data yang dapat diklasifikasi ke dalam
data kualitatif. Berbagai data yang tergolong data karakteristik
responden adalah data kualitatif, contoh: status perkawinan,
tingkat pendidikan yang ditamatkan, sumber-sumber modal,
agama, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan, jenis
pekerjaan, status pekerjaan, dan lain-lain.
Dengan demikian data dalam penelitian yang digunakan
oleh peneliti, dapat ditinjau dari berbagai perspektif dan setiap
perspektif memiliki makna dan contoh-contoh klasifikasi yang
berbeda, dan terakhir klasifikasi data tersebut terkait dengan
teknik analisis data yang dapat digunakan oleh peneliti yang
berhubungan dengan alat statistik yang dapat diterapkan.
Data yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat dari berbagai
perspektif sebagai berikut.
72
1) Data dilihat dari perspektif sumbernya dapat dibagi ke
dalam 2 katagori yaitu data primer atau data lapangan
dan data sekunder atau data dokumen. Data primer atau
data lapangan adalah data yang dikumpulkan untuk
pertama kalinya untuk tujuan penelitian dari peneliti
yang bersangkutan. Jadi data tersebut dikumpulkan untuk
pertama kalinya guna menjawab tujuan penelitian dari
peneliti yang bersangkutan. Dengan demikian peneliti
yang menggunakan data primer atau data lapangan
ini dapat mencari data sesuai dengan keinginan dan
definisi operasional yang dikehendaki oleh peneliti yang
bersangkutan. Itulah sebabnya kenapa dikatakan data
primer yang dikumpulkan dari responden ini dikatakan
sebagai data yang dikumpulkan untuk pertama kalinya
oleh peneliti yang bersangkutan. Berbeda halnya dengan
data sekunder yang juga disebut sebagai data dokumen
dalam Sugiono (2017), adalah data yang sudah ada
dan dikumpulkan oleh orang lain atau lembaga lain
untuk tujuan mereka dan peneliti hanya mengambil dan
menggunakannya sesuai dengan data yang sudah ada,
apapun definisinya harus diterima oleh peneliti, dan
peneliti tidak mungkin mengubahnya sesuai dengan
definisi yang dikehendaki. Dengan demikian data
sekunder atau data dokumen ini adalah data yang telah
tersedia dan peneliti hanya menggunakannya tanpa ada
73
intervensi untuk memperbaiki atau mengubahnya. Data
primer atau data lapangan ini lebih uptodate dibandingkan
dengan sekunder (data dokumen). Data sekunder atau
data dokumen membutuhkan waktu untuk diolah atau
dilakukan proses pengolahan sebelum dipublikasikan
sesuai dengan tujuannya.
2) Data dilihat dari perspektif waktunya, dapat dibagi ke
dalam 3 katagori, yaitu data time series (longitudinal)
dan data cros section, atau data yang dikombinakan antar
keduanya yang sering disebut sebagai data panel. Data
time series atau longitudinal tersebut dapat berupa data
tahunan, semesteran, tri wulanan, catur wulanan, bulanan,
ataupun mingguan. Jumlah observasi dari data time
series ini ditentukan oleh berapa lama data yang berhasil
dikumpulkan, misalnya ada data selama 6 tahun, namun
analisis data dapat dilakukan dengan data bulanan dan
tersedia data bulanan, maka jumlah observasinya sebanyak
12 bulan dikalikan 6 tahun, sehingga totalnya menjadi 72
pengamatan. Pada data cross section (data di satu titik
waktu tertentu) maka jumlah pengamatannya adalah
sesuai dengan jumlah sampelnya. Semakin banyak sampel
yang digunakan berarti semakin banyak juga jumlah
pengamatan data yang digunakan, demikian sebaliknya.
Untuk data panel merupakan kombinasi antara data time
series dengan data cross section. Misalnya data tingkat
74
kemiskinan selama 10 tahun yaitu data historis tahunan,
kemudian data cross sectionnya adalah kabupaten/kota
di Provinsi Bali yang berjumlah 9 buah, sehingga jumlah
pengamatannya menjadi sebanyak 10 dikalikan 9 yaitu 90
buah pengamatan. Terkadang peneliti kekurangan jumlah
sampel data terutama data time series, sehingga sering
diatasi dengan data panel dengan mengkombinasikannya
dengan cross section, namun tetap dengan alasan ilmiah
persoalan yang dihadapi oleh daerah-daerah tersebut
adalah relative sama.
3) Data berdasarkan skala pengukurannya, dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu data diskrit/nominal dan data kontinum.
Data kontinum terdiri atas 3 yaitu data ordinal, interval,
dan rasio. Data kuantitatif yang dikumpulkan oleh peneliti
juga dapat dibagi menjadi 2 dalam katagori yang lain
yaitu: (1) data diskrit/nominal, (2) data kontinum, yang
terdiri dari data ordinal, interval, atau rasio.
1) Data diskrit/nominal, adalah data hanya dapat digolong-
golongkan secara terpisah, secara diskrit, atau katagori.
Data ini diperoleh dari hasil menghitung. Data ini hanya
berfungsi membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa contoh variabel yang datanya disebut diskrit
atau nominal antara lain variabel agama, jenis kelamin,
status perkawinan, daerah tempat tinggal dan sebagainya.
75
2) Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut
tingkatan.
(1) Data ordinal adalah data yang memiliki 2 sifat yaitu selain
membedakan, juga berbentuk ranking atau peringkat/
urutan. Beberapa contoh variabel yang tergolong
data ordinal antara lain tingkat pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, tingkat kebersihan ruangan, tingkat
partisipasi, ranking dalam kejuaraan, tingkat pemahaman,
sikap terhadap sesuatu dan sebagainya. Selain berbeda
atribut masing-masing variabel juga yang satu lebih tinggi
daripada yang lainnya. Contoh tingkat pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, alternatifnya adalah misalnya SD, SLTP,
SLTA, dan PT. Satu dengan yang lain adalah berbeda, dan
yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang
lainnya, jadi selain berbeda juga ada urutannya.
(2) Data interval adalah data yang memiliki 3 sifat yaitu
selain membedakan, ada peringkatnya, dan memiliki
nilai interval yg sama, tetapi data ini tidak memiliki nilai
0 mutlak. Beberapa contoh varaibel yang dimasukkan ke
dalam contoh data interval antara lain Indeks Prestasi (IP),
suhu tubuh, suhu ruangan, maupun suhu air.
(3) Data rasio adalah data yang memiliki 4 sifat, yaitu dapat
membedakan, ada peringkat, memiliki interval yang
sama, dan memiliki nilai nol mutlak. Contoh: data tentang
76
penghasilan (Rp), berat (kg), pengeluaran (Rp), nilai
modal (Rp). Sebagai contoh ada orang yang memiliki
penghasilan sebanyak 100 ribu rupiah, yang lain memiliki
penghasilan 200 ribu rupiah, dan orang yang lainnya lagi
penghasilannya 400 ribu rupiah. Ketiga data tersebut
menunjukkan perbedaan satu dengan yang lainnya sebagai
sifat yang pertama. Kemudian sifat kedua adalah memiliki
urutan, dimana data yang satu memiliki urutan yang lebih
tinggi atau lebih rendah. Sifat yang ketiga adalah memiliki
jarak atau interval yang sama, misalnya penghasilan
sebanyak 200 ribu rupiah dan 300 ribu rupiah, jaraknya
adalah sama dengan antara penghasilan 400 ribu rupiah
dan 500 ribu rupiah. Sifat yang keempat adalah memiliki
nilai 0 mutlak artinya jika penghasilannya nol makaartinya
orang tersebut tidak memiliki penghasilan.
Analisis data yang dapat digunakan oleh peneliti tergantung
dari pendekatan penelitian yang digunakan, apakah pendekatan
kuantitatif (ilmiah) atau kualitatif (alamiah). Jika pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka analisis
data yang digunakan juga analisis data kualitatif, demikian
juga pada pendekatan kuantitatif maka analisis data yang
digunakan juga analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif
pada pendekatan kuantitatif, penggunaan teknik analisis data
statistiknya tergantung dari jenis data yang digunakan dalam
77
pendekatan kuantitatif tersebut. Jenis data yang digunakan oleh
peneliti pada pendekatan kuantitatif ada 2 yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif. Jenis data yang digunakan peneliti apakah
data kualitatif atau kuantitatif akan menentukan teknik statistik
yang dapat digunakan oleh peneliti.
Jika dilihat skala pengukuran variabel pada pendekatan
kuantitatif ada 4 yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
Keempat skala pengukuran tersebut dapat dibagi kedalam kedua
jenis data yaitu nominal dan ordinal termasuk data kualitatif
yang harus menggunakan teknik statistik non parametrik dalam
analisisnya. Beberapa contoh teknik analisis non parametrik
seperti Tes Binomial, Chi Kuadrat Satu Sampel, Run Test, Mc
Nemar , Sign test (Uji tanda), Wilcoxon Match Pairs Test, Chi
kuadrat dua sampel, Fisher Exact Probability Test, Tes median
(Median Test), Mann Whitney Test U Test, Test Kolmogorov
Smirnov Dua Sampel, Test Run Wald-Wolfowitz, Test Cochran,
Test Friedman, Chi kuadrat k Sampel, Median Extention, Analisis
Varian Kruskal Walls, Koefisien Kontingensi, Korelasi Rank
Spearman, Korelasi Kendal Tau (Sugiono, 2017). Semua teknik
analisis statistik Non Parametrik tersebut jika diklasifikasikan
menjadi bentuk rumusan masalah penelitian/tujuan penelitian
dapat diklasifikasikan menjadi statistik deskriptif, komparatif,
dan asosiatif.
Selain statistik non parametric, mahasiswa atau peneliti
juga dapat menggunakan statistik parametric untuk data yang
78
berskala pengukuran variabel interval dan rasio yang dianggap sebagai data kuantitatif. Beberapa contoh statistik parametric yang dapat digunakan oleh peneliti yang skala pengukuran variabel penelitiannya adalah interval dan rasio antara lain t test satu sampel, Korelasi Product Moment, Korelasi Ganda, T Test dua sampel, analisis varian satu jalur, Regresi sederhana, Regresi Berganda, Path Analysis, Struktural Equation Modelling (SEM). Semua teknik analisis statistik parametric yang telah disampaikan tersebut dapat diklasifikasi ke dalam statistik deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
2.6 PenelitiandanPengambilanKeputusanDewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
sedemikian pesatnya, sehingga lingkungan yang ada pengambil keputusan berubah dengan sangat cepat. Dengan demikian para pengambil keputusan juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut agar keputusan yang diambil dapat tepat sasaran. Informasi yang dipergunakan dalam pengambilan keputusan hendaknya adalah informasi yang valid sehingga keputusan yang diambil adalah tepat. Untuk memperoleh informasi yang valid atau akurat tentu memerlukan cara yang tepat dimana peranan penelitian dalam hal ini menjadi sangat penting untuk memperoleh data yang valid tersebut. Beberapa alasan yang dapat disampaikan mengapa penelitian menjadi sangat penting peranannya sebelum pengambilan keputusan
dilakukan antara lain dapat disampaikan sebagai berikut.
79
1) Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode-metode ilmiah, sehingga dapat diharapkan hasil
yang diperoleh dalam hal ini berupa informasi juga akan
menjadi lebih ilmiah. Dengan demikian dapat diharapkan
keputusan yang diambil oleh para pengambil kebijakan
akan bersifat lebih ilmiah (lebih obyektif) karena
dilakukan melalui proses penelitian yang dilakukan juga
secara ilmiah.
2) Dengan perkembangan lingkungan yang semakin kompleks
dan sangat cepat, maka para pengambil kebijakan, seperti
para manajer atau para pimpinan akan membutuhkan
informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang semakin kompleks
juga. Jadi para manajer membutuhkan informasi yang
lebih banyak yang dapat diperoleh dari penelitian ilmiah
yang dilakukan.
3) Tersedianya teknik dan peralatan yang lebih baik dalam
melakukan penelitian guna memenuhi kebutuhan dalam
pengambilan keputusan, sehingga penelitian diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
(Kuncoro, 2013). Dengan demikian penelitian akan sangat
bermanfaat dalam usaha mengurangi ketidakpastian karena
penelitian dapat menyediakan informasi yang lebih akurat
dalam memperbaiki proses pengambilan keputusan.
80
4) Penelitian dapat mendukung efektivitas pengambil
kebijakan dalam pengambilan keputusan yang dibuat
5) Pada masa yang akan datang pengambil kebijakan dituntut
untuk memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan sebelumnya, dimana informasi yang akurat ini
dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian.
81
BAB 3
TAHAP-TAHAP PENELITIAN
3.1 ProsesPenelitian
Proses atau tahapan dari penelitian yang dilakukan
oleh seorang peneliti akan diawali oleh kegiatan observasi
lapangan untuk menemukan research Problem. Tanpa kegiatan
observasi seorang peneliti akan sulit mengidentifikasi masalah
penelitiannya, dengan kata lain masalah penelitian tidak akan
dapat ditemukan dibelakang meja atau hanya dengan duduk
merenung. Fakta atau bukti untuk menunjukkan bahwa masalah
tersebut memang ada sangatlah diperlukan untuk meyakinkan
orang lain bahwa masalah tersebut memang ada. Secara rinci
proses atau tahapan riset atau penelitian disarikan dari Manasse
Malo (1986) dan dijelaskan sebagai berikut. Dalam bahasan
proses riset ini akan dijelaskan secara umum saja setiap tahapan
ini, dan akan dilakukan pembahasan yang lebih mendalam pada
masing-masing bab sesuai dengan tahapan atau proses yang
ada. Dengan demikian tahapan atau proses penelitian ini akan
dibahas secara ringkas dan hanya digambarkan secara umum
dalam bahasan berikut.
82
Gambar 3.1: Proses Atau Tahapan Penelitian Dari Awal Hingga
Penyusunan Laporan
1) Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah
Identifikasi, dan pemilihan masalah yang dalam organisasi
dilakukan melalui observasi. Setelah dikaitkan dengan teori
maupun hasil riset yg ada sebelumnya, lalu dilakukan perumusan
masalah peneliti an. Perumusan masalah penelitian ini
merupakan dasar dalam merumuskan tujuan penelitian. Untuk
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa (S1), identifikasi
masalah dilakukan melalui observasi di tempat penelitian akan
dilakukan dan disesuaikan dengan konsentrasi. Jika di tempat
observasi banyak terdapat masalah maka pilih sesuai dengan
konsentrasi dan kemampuan. Jika ditempat dilakukan observasi
tidak ada masalah sesuai dengan konsentrasi, maka satu-
satunya cara adalah mengganti lapangan tempat riset dilakukan.
Jika ditempat observasi ada masalah yang berkaitan dengan
konsentrasi, namun tidak cocok dengan kemampuan/keinginan
ada 2 hal yang dapat dilakukan yaitu: mengganti judul atau
mengganti lapangan tempat penelitian.
Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
Penyusunan Disain Penelitian
Penentuan Sampel
Penyusunan Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan Data
Rencana Analisis Data
Penyederhanaan Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
83
2) Penyusunan desain penelitian
Penyusunan desain penelitian yang dapat meliputi kajian
pustaka, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian merupakan
tahapan berikutnya setelah peneliti dapat mengidentifikasi
masalah penelitiannya dan kemudian melakukan pemilihan
terhadap masalah yang dipandang pantas dan relevan untuk
diteliti. Beberapa definisi atau konsep yang terkait dengan
variabel penelitiannya sangat penting untuk dijelaskan dalam
bagian ini untuk memberikan pemahaman tentang definisi dari
dari berbagai variabel penelitian yang digunakan. Konsep atau
definisi ini dapat diperoleh dari teks book, kamus, ataupun
dari ensiklopedi Dalam kajian pustaka diuraikan kajian teori
secara konseptual, maupun hasil-hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan erat dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan.
Dengan demikian kajian pustaka ini dapat berupa teori-teori
maupun hasil penelitian (aplikasi teori) yang dilakukan, maupun
definisi atau konsep dari berbagai sumber yang relevan.
3) Populasi dan sampel penelitian
Populasi dan sampel penelitian akan digunakan oleh
peneliti jika peneliti menggunakan data primer atau data
lapangan. Jika peneliti menggunakan data sekunder atau juga
disebut data dokumen, maka peneliti tidak akan menggunakan
populasi atau sampel. Seperti dijelaskan sebelumnya, jika peneliti
menggunakan data sekunder, maka peneliti dapat berbicara atau
84
menjelaskan tentang jumlah pengamatan yang digunakan yang
identic dengan ukuran sampel jika peneliti menggunakan data
primer. Jumlah pengamatan yang dapat digunakan peneliti dapat
terkait dengan data historis misalnya data tahunan, semesteran,
kuartalan, tri wulanan, ataupun bulanan. Selain itu juga dapat
digunakan data panel yang merupakan kombinasi atau perkalian
data historis atau time series dengan data cross section.
Misalnya data time series 5 tahun, tetapi jumlah kabupaten/
kota yang digunakan ada 9 buah, maka jumlah pengamatan
yang digunakan sebanyak 5 x 9 = 45 buah pengamatan. Jumlah
pengamatan/observasi ini identik dengan ukuran sampel pada
penelitian dengan menggunakan data primer. Pemahaman
tentang populasi dan sampel penelitian sangat penting terutama
pada penelitian survai. Pada jenis penelitian ini umumnya
menggunakan sejumlah sampel tertentu dan akan dilakukan
generalisasi terhadap populasinya. Ukuran sampel harus
ditentukan atau dihitung oleh peneliti dengan menggunakan
berbagai pertimbangan seperti yang telah dijelaskan dalam bab
selanjutnya terkait dengan populasi dan sampel.
4) Penyusunan teknik pengumpulan dataSetelah ditentukan populasi maupun sampel penelitian yang
akan digunakan, maka selanjutnya disusun teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang disusun sangat tergantung dari jenis maupun sumber data yang digunakan. Penyusunan
85
teknik pengumpulan data adalah tahapan berikutnya setelah peneliti menetapkan ukuran sampel dalam penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti tergantung juga dari sumber data yang digunakan. Jika sumber datanya adalah data primer, maka peneliti dapat menggunakan metode pengumpulan dengan variasi yang lebih banyak dibandingkan dengan jika peneliti menggunakan data sekunder dalam menjawab tujuan penelitian. Peneliti yang menggunakan data primer akan dapat mengkombinasikan metode pengumpulan data observasi khususnya observasi perilaku, interview, angket (kuesioner), wawancara mendalam atau indepth interview, maupun FGD. Di sisi lain peneliti yang menggunakan data sekunder maka metode pengumpulan data yang digunakan lebih terbatas, dimana dapat digunakan metode observasi non perilaku, dan wawancara mendalam dalam membahas hasil penelitiannya.
5) Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan setelah ditentukan metode
untuk mengumpulkan sesuai dengan sumber data yang digunakan. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka menjawab tujuan penelitian, dapat digunakan metode pengumpulan data tertentu sesuai dengan macam data yang dibutuhkan. Pada umumnya pada penelitian sosial pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, dan angket serta wawancara mendalam untuk data yang dikumpulkan secara
86
primer oleh peneliti. Metode pengumpulan data angket dapat digunakan jika secara geografi peneliti tidak memungkinkan menggunakan wawancara karena wilayah yang sangat luas, sehingga digunakan metode angket baik angket yang dikirim lewat pos, atau dengan jasa kurir, maupun dikirim lewat email. Jika renponden atau sampel secara geografi daapat ditemui atau memungkinkan untuk ditemui, maka akan lebih bagus menggunakan wawancara tatap muka, sehingga dapat mengetahui responden secara langsung, juga dapat melakukan observasi terhadap kondisi responden secara fisik.
6) Rencana Analisis DataSetelah data dikumpulkan maka tahap selanjutnya
adalah menentukan rencana analisis data yang akan digunakan utamanya untuk menjawab tujuan penelitiannya, apakah menggunakan statistik parameterik maupun non parametrik semuanya harus dihubungkan dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Rencana analisis data ini dapat terkait dengan penggunaan statistik deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dengan demikian rencana analisis data yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan di bidang ilmu ekonomi umumnya adalah analisis data secara kuantatif dengan menggunakan alat bantu statistik yang tertentu baik statistik deskriptif, maupun inferensial terkait dengan generalisasi terhadap populasi dari statistik sampel yang diperoleh dari hasil penelitian.
87
7) Penyederhanaan Data
Data yang telah dikumpulkan perlu disederhanakan agar
dapat lebih mudah dilakukan analisis. Penyederhanaan data
dapat di lakukan dengan menggunakan tabel-tabel, gambar,
ataupun grafik. Penyederhanaan data ini dilakukan umumnya
untuk melihat sebaran data yang diperoleh dari hasil penelitian.
Penyederhanaan data dalam bentuk distribusi frekuensi sangat
diperlukan selain untuk mengetahui penyebaran data juga untuk
mengetahui kebenaran dalam entry data yang dilakukan oleh
peneliti. Kondisi ini khususnya untuk data yang sudah di coding
terlebih dahulu sebelum entry data bahkan saat pengumpulan
data sudah dilakukan coding, seperti data jenis kelamin, agama,
status perkawinan, daerah tempat tinggal, lapangan pekerjaan
dan sebagainya. Distribusi frekuensi sebagai bagian dari
penyederhanaan data untuk variabel-variabel tersebut sangat
penting untuk dapat mengetahui adanya kemungkinan kesalahan
dalam entry data. Misalnya data jenis kelamin yang hanya
ada kode 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan, jika saat
dikeluarkan distribusi frekuensi terlihat ada kode 3 atau 4 atau
angka yang lainnya, berarti dapat diketahui ada kesalahan dalam
entry datanya. Dengan demikian penyederhanaan data melalui
penyajian distribusi frekuensi akan dapat mengevaluasi proses
entry data yang dilakukan. Demikian juga untuk kode-kode
variabel lainnya apakah sudah benar atau belum, dapat diketahui
88
melalui cara tersebut, dengan demikian akan sangat penting untuk
membuat distribusi frekuensi untuk seluruh variabel penelitian
sehingga peneliti akan dapat melakukan pembersihan data atau
cleaning data, jika ditemukan ada kesalahan dalam entry data
untuk seluruh variabel penelitian yang sudah dientry datanya.
Jadi kegiatan penyederhaan data ini sangat penting dilakukan
sebelum peneliti melakukan analisis data untuk menjawab
tujuan penelitian. Kegiatan ini adaalah kegiatan yang dapat
lebih menjamin data yang digunakan dalam analisis data untuk
menjawab tujuan penelitian adalah data yang valid. Kondisi
data ini akan berkaitan dengan kegiatan pengujian hipotesis
untuk menjawab tujuan penelitian. Jika data tidak valid karena
kesalahan dalam entry data, maka hasil analisis datanya akan
menjadi tidak valid juga, dan ini akan berdampak pada validitas
dari hasil penelitian atau kesimpulan yang dibuat peneliti. Oleh
karena itu peneliti seharusnya melakukan kegiatan ini untuk
memastikan validitas datanya sehingga hasil penelitiannya juga
adalah penelitian yang valid.
8) Analisis Data
Setelah peneliti melakukan pembersihan data (cleaning
data) pada data atau variabel penelitian yang terjadi kesalahan
dalam entry data, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis data untuk menjawab tujuan penelitiannya. Sebenarnya
89
kegiatan penyederhanaan data ini adalah kegiatan awal sebelum
peneliti melakukan tahapan analisis data, sesuai dengan alat
statistik yang telah diputuskan oleh peneliti untuk digunakannya
untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
Kenapa dikatakan alat statistik yang diputuskan untuk
digunakan oleh peneliti, karena ada beragam alat statistik yang
dapat dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan berbagai
hal seperti skala pengukuran variabel penelitian maupun
bentuk hipotesis atau bentuk rumusan tujuan penelitian akan
membedakan analisis data (khususnya analisis statistik) yang
dapat digunakan. Dengan demikian tahapan analisis data yang
digunakan tentunya sesuai dengan rencana analisis data yang
telah dibuat sebelumnya, yang dimaksudkan untuk menjawab
tujuan penelitian atau hipotesis yang telah dirumuskan.
9) Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah kegiatan terakhir dari sebuah
proses penelitian. Berbagai tahapan penelitian yang telah
disampaikan/dijelaskan sebelumnya adalah materi atau bahan
yang akan disampaikan dalam laporan yang dibuat. Jadi seluruh
proses yang telah disampaikan sebelumnya digunakan sebagai
dasar dalam penulisan laporan. Tentu saja format laporan
yang digunakan sesuai dengan format yang telah disepakati,
namun yang jelas semua proses riset yang telah disampaikan
90
sebelumnya akan dimasukkan ke dalam format laporan tersebut.
Format laporan yang dimaksudkan dapat berupa laporan
penelitian misalnya dibuat oleh para dosen dengan berbagai skim
penelitian yang tentunya membutuhkan format yang berbeda
dengan yang lainnya. Demikian juga format laporan yang dapat
dibuat untuk penulisan skripsi untuk program sarjana, tesis untuk
program magister, maupun penulisan disertasi untuk program
doktor. Semua memiliki format yang tidak sama, meskipun ada
beberapa bagian yang sama atau mirip. Peneliti dalam membuat
laporannya haruslah sesuai dengan format yang disyaratkan.
Jika diperhatikan Gambar 3.1 terlihat ada panah dari
bagian laporan penelitian ke identifikasi, pemilihan, dan
perumusan masalah penelitian. Panah ini bermakna bahwa
setelah peneliti selesai membuat laporan penelitian, peneliti
akan dapat menemukan kembali masalah penelitian lainnya
yang belum diteliti pada penelitiannya saat ini karena belum ada
dalm tujuan penelitiannya. Dalam penelitian yang dilaksanakan
saat ini peneliti ternyata misalnya menemukan hal-hal lainnya
atau riset Problem lainnya yang dapat diteliti pada penelitian
berikutnya. Sebagai contoh seorang peneliti melakukan
penelitian dengan tujuan untuk memperoleh jawaban tentang
multiflier efek dari pengeluaran wisatawan yang datang ke
Provinsi Bali, baik wisatawan asing maupun domestic. Setelah
penelitian dilakukan dapat menyimpulkan bahwa multiflier efek
91
dari pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat
Bali, lebih tinggi pada wisatawan asing dibandingkan dengan
wisatawan domestik. Penelitian tersebut dalam laporannya yaitu
dalam poin rekomendasi hasil penelitian menyampaikan bahwa
dalam penelitian yang dilakukannya belum diteliti tentang
dampak kedatangan wisatawan terhadap kesempatan kerja yang
diciptakan bagi masyarakat Bali. Berdasarkan contoh ini maka
dapat dilihat bahwa dari laporan penelitian yang dibuat peneliti
dapat memunculkan masalah baru yang dapat diteliti pada
penelitian berikutnya. Itulah makna tanda panah dari laporan
penelitian ke indentifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
penelitian. Dengan demikian proses atau tahapan penelitian
merupakan proses yang tidak pernah terputus, selalu akan ada
hal-hal yang akan memunculkan masalah-masalah penelitian
yang baru yang juga memerlukan cara pemecahan yang baru,
demi meningkatkan pemanfaatannya bagi kesejahteraan umat
manusia.
3.2 ProposalPenelitian
Pengetahuan tentang tahapan atau proses penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya adalah sangat berguna dalam
berusaha untuk menyusun proposal penelitian atau Usulan
Penelitian. Proposal atau usulan penelitian ini juga memiliki
format yang tersendiri sesuai dengan panduan yang telah
92
disusun. Berikut disampaikan tentang berbagai hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun sebuah proposal penelitian.
1) Judul proposal penelitian
Seorang peneliti tidak membawa judul dari rumah saat
melakukan observasi untuk dapat menemukan riset Problemnya.
Paling jauh peneliti hanya membawa topik penelitian dalam
melakukan observasi lapangan, mengingat topik ini penting
dalam mengarahkan peneliti dalam menemukan masalah
penelitiannya. Mengarahkan dalam hal ini dimaksudkan agar
peneliti dapat memfokuskan data atau fenomena yang akan
diobservasi untuk dapat menemukan masalah penelitiannya.
Setelah melakukan observasi secara lengkap dan topik dapat
diteliti secara layak barulah judul penelitian dirumuskan. Dengan
demikian judul penelitian umumnya ditetapkan setelah diketahui
seluk beluk persoalannya. Setelah peneliti memiliki pemahaman
yang lengkap tentang riset Problem dan variabel-variabel terkait
yang relevan, barulah seorang peneliti dapat merumuskan judul
penelitiannya. Judul penelitian memiliki fungsi utama adalah
untuk menunjukkan kepada pembacanya mengenai hakekat
obyek penelitian, wilayah, dan metode yang digunakan. Dengan
pemahaman ini maka judul penelitian sebaiknya didalamnya
mengandung variabel penelitian, dimana riset akan dilakukan
dan metodenya apakah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
93
Dengan demikian judul haruslah sesuai dengan isi kegiatannya,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas terkait dengan
luas wilayah penelitiannya, dan kualitasnya terkait dengan
tingkat eksplanasi dari penelitian yang dilakukan, deskriptif,
komparatif maupun asosiatif.
Pada judul-judul yang konvesional pada umumnya judul
dibuat dalam kalimat netral, atau tidak dalam bentuk kalimat
pertanyaan, namun dibuat dalam kalimat pernyataan. Kalimat
netral yang dimaksudkan misalnya dalam judul tidak digunakan
kata meningkatkan atau menurunkan, karena ditakutkan jika
digunakan kata tersebut lalu dalam riset tidak terbukti, maka
judul tidak akan mencerminkan kondisi di dalamnya, dan
tidaklah bagus untuk mengganti judul setelah selesai analisis
dilakukan. Dengan demikian akan lebih aman jika digunakan
kalimat netral sehingga apapun hasilnya tidak perlu melakukan
perubahan dalam judul penelitian. Contoh judul, pengaruh
tingkat upah terhadap produktivitas pekerja, apapun hasilnya
tidak perlu mengubah judul, karena judulnya bersifat netral.
Apakah pengaruh positif atau negatif tidak menjadi persoalan,
judul tetap dapat digunakan. Judul penelitian yang baik akan
memberikan informasi yang tepat kepada pembaca tentang
apa yang ditulis dalam laporannya. Jadi dengan membaca
judul, pembaca akan segera dapat memutuskan apakah perlu
atau tidak membaca laporan tersebut lebih lanjut. Banyak juga
94
jurnal-jurnal yang mensyaratkan judul artikel yang dikirim
tidak terlalu panjang dimana sering terjadi judul artikelnya sama
dengan judul penelitiannya sehingga sering judul disyaratkan
singkat tetapi cukup padat, sehingga pembaca akan mengerti
apa yang dimaksud oleh penulis laporan. Peneliti juga dapat
menghindarkan judul yang terlalu muluk atau terlalu sensitive.
2) Latar Belakang Masalah
Beberapa hal yang harus ada dalam latar belakang masalah
untuk penelitian dengan tingkat eksplanasi tertinggi/asosiatif
seperti pentingnya topik tersebut untuk diteliti. Pentingnya
topik tersebut untuk diteliti harus dijelaskan secara lengkap.
Misalnya kenapa peneliti meneliti tentang tingkat kemiskinan,
kesejahteraa, pengangguran, ketimpangan pendapatan,
ataupun cadangan devisi. Peneliti dapat membaca berbagai
kajian kepustakaan atau melakukan survai literature termasuk
membaca teori tentang kenapa hal-hal tersebut penting. Peneliti
menjelaskan pentingnya dependen variabel dalam penelitiannya,
karena dependennya yang menunjukkan adanya riset Problem.
Jadi dependen variabelnya yang dijelaskan tentang pentingnya
untuk dinaikkan (untuk variabel yang favorable) seperti
pertumbuhan ekonomi atau kesejahteraan dan lain-lainnya, atau
pentingnya untuk diturunkan (untuk variabel yang unvaforable)
seperti tingkat kemiskinan, penganggutan, atau ketimpangan.
95
Setelah membahas tentang pentingnya kemudian dijelaskan
tentang masalah (masalah manajemen) yang dihadapi. Misalnya
tingkat kemiskinan meningkat, tingkat pengangguran tetap ada,
ketimpangan pendapatan semakin meningkat dan sebagainya,
yaitu sesuatu yang secara ideal tidak diharapkan. Masalah yang
dirumuskan tersebut harus didukung oleh data yang relevan.
Data pendukung menjadi sangat penting untuk menunjukkan
bahwa masalah tesebut memang nyata adanya. Kemudian faktor-
faktor yang diperkirakan sebagai penyebab masalah (untuk
masalah asosiatif maupun komparatif) yang relevan sesuai
harus dijelaskan oleh peneliti dalam latar belakang masalah
yang dijelaskan. Kemudian bagaimana arah pengaruhnya juga
harus dijelaskan. Untuk menjelaskan berbagai hal tersebut harus
dilakukan survai literature termasuk mencari berbagai artikel
yang relevan sesuai dengan variabel yang digunakan.
3) Rumusan Masalah PenelitianSetelah menjelaskan latar belakang secara lengkap, maka
berikutnya peneliti harus merumuskan masalah penelitiannya sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Rumusan masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dimana rumusan masalah ini dapat berbentuk deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dalam sebuah penelitian peneliti dapat merumuskan ketiga bentuk rumasan masalah tersebut, atau hanya masalah asosiatif atau
96
komparatif saja, atau kombinasi keduanya. Hal itu dilakukan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitiannya berdasarkan masalah yang ingin dipecahkannya.
4) Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang dirumuskan peneliti sesuai dengan
rumusan masalah penelitiannya, baik secara implisit maupun
eksplisit. Tujuan penelitian ini bentuknya akan menyesuaikan
dengan bentuk rumusan masalah penelitiannya. Jika rumusan
masalah penelitiannya hanya dalam bentuk asosiatif, maka
tujuan penelitiannya juga demikian, demikian juga jika
rumusan masalahnya kombinasi komparatif dan asosiatif, maka
rumusan tujuan penelitiannya juga demikian. Dalam tujuan
penelitian diuraikan apa yang ingin diketahui/dicari/dihitung/
dianalisis/ditemukan dalam penelitian tersebut. Tujuan ini jelas
untuk menjawab pokok masalah penelitian yang dirumuskan.
Tujuan penelitian ini baik yang berntuk deskriptif, komparatif,
maupun asosiatif sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat
pernyataan.
5) Manfaat/kegunaan Penelitian
Kata manfaat atau kegunaan meskipun memiliki makna
yang sama, namun hendaknya digunakan secara konsisten. Jika
menggunakan kata manfaat penelitian, maka selanjutnya gunakan
juga kata manfaat teoritis, maupun manfaat praktis, demikian
97
jug ajika menggunakan kata kegunaan penelitian juga sebaiknya
gunakan secara konsisten juga. Manfaat/kegunaan penelitian
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan
praktis. Kegunaan teoritis mengacu pada kegunaan yang terkait
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, pembuktian teori,
implementasi teori, maupun untuk penguatan jurnal-jurnal yang
sudah ada sebelumnya. Manfaat/kegunaan praktis berkaitan
dengan pemecahan masalah, untuk memberikan informasi yang
mendalam kepada mereka yang membutuhkan, dan juga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan sesuai kebutuhan.
6) Kajian Kepustakaan, Kerangka Konseptual dan Hipotesis
penelitian
Dalam kajian pustaka ini dapat dijelaskan kepustakaan
konseptual dan kepustakaan penelitian. Kepustakaan konseptual
diperoleh dari kajian literature atau textbook, Kepustakaan
penelitian diperoleh dari kajian terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan,
dapat dalam bentuk artikel baik internasional maupun nasional.
Dalam kajian kepustakaan ini pertama dapat disampaikan
konsep atau definisi tentang semua variabel penelitian, yang
dapat diperoleh dari literature, jurnal, maupun kamus ataupun
dari ensiklopedi. Setelah berbicara tentang konsep atau definisi,
98
maka dapat disampaikan tentang landasan teori yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian.
Dalam poin ini juga dijelaskan hubungan antar variabel
sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Hubungan atau pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya
dijelaskan secara menyeluruh sesuai dengan model yang
telah dijelaskan dalam tujuan penelitian. Demikian juga arah
pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya juga mesti
dijelaskan yang nantinya sangat bermanfaat dalam merumuskan
hipotesis penelitian. Penjelasan tentang hubungan antar variabel
ini sering disebut sebagai kerangka konseptual penelitian.
Setelah kerangka konsep penelitian sudah dijelaskan secara
lengkap sesuai dengan kebutuhan atau model yang dirancang,
maka selanjutnya hipotesis dapat dirumuskan.
Dalam panduan yang ada khususnya di FEB Unud
disarankan untuk merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis
penelitian yang dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan
dipandang sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Jika peneliti merumuskan apakah ada
pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, maka peneliti
dapat membuat rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara
sebelum dibuktikan dengan mengumpulkan data dan melakukan
analisis. Misalnya jawabannya adalah ada pengaruh tingkat
upah terhadap produktivitas. Jika rumusan masalahnya adalah
99
bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap produktivitas, maka
hipotesisnya sebagai jawaban sementara dapat ditulis, misalnya
tingkat upah berpengaruh positif terhadap produktivitas. Jika
misalnya rumusan masalah penelitiannya, adakah perbedaan
penghasilan laki-laki dengan penghasilan perempuan, maka
rumusan hipotesis penelitiannya adalah ada perbedaan
penghasilan laki-laki dengan penghasilan perempuan. Dengan
melihat berbagai contoh hipotesis tersebut, maka dapat
disampaikan bahwa bentuk hipotesis juga sama dengan bentuk
tujuan penelitian atau bentuk rumusan masalah penelitian yaitu
berbentuk deskriptif, komparatif, maupun asosiatif. Dalam
realitanya bentuk hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti
umumnya ada 2 yaitu komparatif dan asosiatif karena dikatakan
terdapat teori yang jelas mendasarinya. Jika hipotesis deskriptif
akan relative lebih sulit untuk mencari alasan secara obyektif
tentang alasan hipotesis deskriptif tersebut. Misalnya dalam
hipotesis deskriptif dirumuskan, tingkat efektivitas revitalisasi
pasar tradisional Desa Panjer, misalnya 80 persen, maka akan
sangat sulit untuk mencari alasan ilmiah kenapa dihipotesiskan
80 persen, dan kepada bukan angka yang lainnya. Jadi agak sulit
mencarikan alasannya, oleh karena itu jarang hipotesis deskriptif
dirumuskan.
100
7) Metode Penelitian
Dalam poin Metode Penelitian banyak hal yang harus
disampaikan oleh peneliti. Terkait dengan Metode Penelitian
ini apa saja bagian yang harus disampaikan juga sangat terkait
dengan pedoman yang ada di program studi.
(1) Desain penelitian
Dalam desain penelitian ini, peneliti dapat menjelaskan
bahwa penelitiannya adalah dengan pendekatan kuantitatif,
dengan tingkat eksplanasi asosiatif misalnya. Tingkat eksplanasi
yang dijelaskan disini adalah tingkat eksplanasi yang tertinggi.
(2) Lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian
Lokasi yang dijelaskan disini adalah lokasi dimana
penelitian dilakukan yang sudah dijelaskan dalam judul
penelitiannya. Lokasi yang dipilih harus dijelaskan alasannya
secara obyektif, misalnya memang dilokasi penelitian tersebut
memang ada masalah terkait dengan dependen variabelnya.
Ruang lingkup wilayah penelitian biasanya dikaitkan dengan
penelitian yang menggunakan data sekunder, misalnya apakah
data tahunan, bulanan, tri wulanan, atau data panel.
(3) Obyek penelitian
Obyek penelitian yang dijelaskan dalam poin ini
terkait dengan variabel penelitian yang digunakan. Variabel
penelitian tersebut dapat berupa variabel independen, dependen,
intervening/mediasi, maupun variabel moderasi. Semua variabel
101
yang digunakan seyogyanya disampaikan dalam poin ini,
namun tidak perlu dijelaskan posisi variabel penelitian tersebut
dalam penelitian yang dilakukan tersebut, jadi hanya disebutkan
variabelnya.
(4) Identifikasi variabel
Dalam identifikasi variabel ini disebutkan semua variabel
dan posisi variabel tersebut dalam penelitian yang bersangkutan.
Posisi yang dimaksud adalah peran variabel penelitian tersebut
masing-masing, apakah sebagai variabel dependen, independen,
mediasi/intervening, maupun moderating, yang harus
diklasifikasikan masing-masing sehingga jelas perannya. Disini
juga perlu diidentifikasi seluruh indicator yang digunakan untuk
variabel laten jika memang peneliti ada menggunakan variabel
laten.
(5) Definisi operasional variabel
Semua variabel yang telah diindentifikasikan sebelumnya,
baik dependen, independen, intervening, maupun moderating,
termasuk semua indikator-indikator untuk mengukur variabel
laten yang telah disampaikan sebelumnya, harus diberikan
definisi operasional. Definisi operasional ini untuk memberikan
pemahaman bagaimana cara mengukur variabel tersebut,
sehingga dikatakan definisi operasional ini sebagai penghubung
dunia teori dengan dunia observasi. Dalam definisi operasional
ini juga harus disampaikan skala pengukuran variabelnya
102
termasuk satuan variabel jika datanya numerik atau data rasio.
(6) Jenis dan sumber data
Jenis dan sumber data dijelaskan setelah peneliti
menyampaikan semua variabel penelitiannya dengan definisinya
masing-masing. Jenis data ini dapat dibagi ke dalam data
kualitatif dan kuantitatif, berikan definisi dari jenis data dan
sumber data tersebut sesuai dengan sumber textbook yang diacu,
dan jangan lupa untuk memberikan contoh variabelnya masing-
masing yang sesuai, seperti variabel mana yang tergolong
kuantitatif atau kualitatif. Demikian juga sumber data yang
digunakan misalnya data primer dan sekunder, masing-masing
dijelaskan definisinya dengan menggunakan acuan tertentu yang
digunakan dan selanjutnya masing-masing diberikan contoh
variabelnya masing-masing yang sesuai.
(7) Populasi, sampel, dan metode penentuan sampel
Populasi, sampel,dan metode penentuan sampel ini akan
dijelaskan oleh peneliti jika peneliti menggunakan data primer
dalam penelitiannya. Jika peneliti menggunakan data sekunder
maka tidak perlu menyampaikan poin ini, namun peneliti harus
menjelaskan jumlah pengamatan yang digunakan sebagai
padanan dari jumlah sampel jika menggunakan data primer.
Disini peneliti yang menggunakan data sekunder hanya perlu
menjelaskan tentang jumlah pengamatannya, misalnya data
time series 30 tahun, maka jumlah pengamatannya 30 buah.
103
Jika menggunakan data 20 tahun dengan data semesteran,
maka jumlah pengamatannya adalah 20 x 2 = 40 buah jumlah
pengamatannya. Demikian pula misalnya menggunakan data
panel misalnya data kanupaten/kota di Provinsi Bali masing-
masing selama 6 tahun data time seriesnya, sehingga jumlah
pengamatannya sebanyak 9 kabulaten/kota dikalikan 6 tahun,
jadi jumlah pengamatannya sebanyak 54 buah pengamatan.
Ini yang harus dijelaskan oleh peneliti yang menggunakan data
sekunder untuk menjawab tujuan penelitiannya.
(8) Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dapat digunakan
berbagai macam metode, namun peneliti cara pengumpulan data
primer tentunya lebih banyak variasinya dibandingkan dengan
jika peneliti menggunakan data sekunder dalam menjawab tujuan
penelitiannya. Data sekunder hanya dapat dikumpulkan dengan
metode observasi, karena datanya sudah ada yang dikoleksi
atau dikumpulkan oleh orang atau pihak lainnya, dan peneliti
hanya menggunakannya saja. Selain menggunakan metode
observasi, peneliti yang menggunakan data sekunder juga dapat
menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview)
untuk menambah informasi yang lebih mendalam terkait dengan
variabel penelitiannya.
Dalam mangumpulkan data primer, peneliti dapat
menggunakan berbagai cara misalnya observasi perilaku.
104
Metode observasi yang dapat digunakan dalam mengumpulkan
data primer adalah metode observasi perilaku, yaitu dapat
mengobservasi perilaku dari sekelompok orang yang menjadi
subyek penelitian, dan peneliti dapat berpartisipasi atau tidak
ikut berpartisipasi. Selain observasi perilaku para peneliti yang
menggunakan data primer untuk menjawab tujuan penelitiannya
juga dapat menambahkan dengan observasi non perilaku untuk
mendapatkan data dari dokumen-dokumen yang ada. Selain itu
peneliti yang menggunakan data primer juga dapat menggunakan
metode wawancara, angket (kuesioner), wawancara mendalam,
maupun FGD untuk memperoleh data primer guna menjawab
tujuan penelitiannya. Dalam menggunakan berbagai metode
pengumpulan data, peneliti harus memberikan contoh variabel
yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data tersebut, guna memastikan bahwa peneliti
memang menggunakan metode tersebut.
(9) Teknik analisis data Setelah peneliti mengumpulkan data dengan berbagai metode yang digunakan, maka selanjutnya peneliti dapat melakukan pengolahan data sebelum melakukan analisis data untuk menjawab tujuan atau hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Dalam pendekatan kuantitatif yang digunakan oleh peneliti maka dapat menggunakan teknik analisis data kuantitatif juga yang selama ini dibantu dengan menggunakan alat atau metode statistik. Dalam hal teknik analisis data secara kuantitatif
105
peneliti dapat menggunakan metode statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk melihat sebaran data dari semua variabel penelitian. Statistik inferensial yang dapat digunakan oleh peneliti yang terkait dengan tujuan penelitiannya misalnya statistik komparatif, dan asosiatif yang dapat digunakan uji signifikansinya dengan tingkat alpha tertentu. Analisis data secara kualitatif adalah digunakan oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kualitatif.(10) Daftar Pustaka/Rujukan Semua acuan yang digunakan dalam menyusun proposal penelitiannya harus dimasukkan ke dalam daftar rujukan atau daftar pustaka yang digunakan. Daftar rujukan ini dapat berupa textbook, artikel internasional, maupun nasional, buku metodologi penelitian, maupun sumber bacaan yang digunakan harus semuanya dimasukkan. Cara penulisan daftar pustaka/rujukan dapat menggunakan atau disesuaikan dengan pedoman yang ada.(11) Lampiran (jika ada/jika diperlukan) Peneliti juga dapat memasukkan lampiran-lampiran yang dipandang perlu sesuai dengan persyaratan yang ada. Beberapa lampiran yang umumnya ada antara lain lampiran CV peneliti, Rincian Biaya, Jadwal pelaksanaan kegiatan, dan sebagainya. Lampiran-lampiran ini dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang ada.
106
BAB 4
TIPS MEMBUAT USULAN PENELITIAN
Guna dapat menyelesaikan studi atau pendidikan
khususnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
maka mahasiswa harus mampu melewati tangga terakhir berupa
ujian skripsi. Untuk dapat membuat skripsi sebagai tugas akhir,
mahasiswa atau peneliti terlebih dahulu harus membuat sebuah
usulan penelitian yang menjadi dasar penulisan skripsinya. Oleh
karena itulah sangat penting untuk dipahami oleh mahasiswa/
peneliti bagaimana cara atau strategi dalam membuat sebuah
usulan penelitian yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah format atau gaya
selingkung yang dimiliki oleh fakultas atau program studi
yang dapat sedikit berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam
membuat sebuah usulan penelitian khususnya usulan penelitian
untuk skripsi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dilaksanakan agar dapat menghasilkan sebuah usulan penelitian
yang baik dan benar atau usulan penelitian yang berkualitas
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sebuah Usulan Penelitian
tidak akan dapat diselesaikan dalam waktu satu hari atau
satu minggu jika ingin menghasilkan Usulan Penelitian yang
bermutu. Beberapa Tips/tahapan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut.
107
1) Memilih topik sesuai dengan konsentrasi yang dimiliki
Pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki berada pada
konsentrasi yang dipilih sehingga, memilih topik harus sesuai
dengan konsentrasi yang dimiliki. Dalam sebuah konsentrasi
tentu saja terdapat demikian banyak bagian-bagian atau
bidang yang dipelajari dalam sebuah konsentrasi. Misalnya
dalam konsentrasi Ekonomi Kependudukan, terdapat banyak
bidang yang dapat diteliti atau dikaji dan dipelajari seperti di
bidang fertilitas, mortalitas, migrasi penduduk, dan di bidang
ketenagakerjaan. Andaikan yang akan dipilih adalah di bidang
ketenagakerjaan, harus dilihat lagi yang mana bagian yang paling
diminati antara lain ada bagian kesempatan kerja/permintaan
tenaga kerja, pengangguran, setengah pengangguran, pasar
kerja, penawaran tenaga kerja, pengupahan, sektor imformal
dan sebagainya. Pada konsentrasi Ekonomi Perdagangan
Internasional juga banyak bidang yang dapat dipilih seperti
cadangan devisi, nilai tukar, hutang luar negeri, neraca
pembayaran, ekspor, maupun impor dan sebagainya. Demikian
pula pada konsentrasi Ekonomi Regional juga banyak bidang
yang dapat dipilih seperti ketimpangan pendapatan penduduk,
kemiskinan, sektor basis, pertumbuhan ekonomi, pendapatan
perkapita, IPM dan sebagainya.
Pastikan diantara berbagai bagian yang ada dalam satu
bidang dan dalam satu konsentrasi, bagian mana yang paling
108
diminati dan paling dikuasai, maka pilihlah bagian itu untuk
menjadi topik dalam usulan penelitian yang akan dibuat.
Memilih bagian yang paling dikuasai dan disenangi menjadi hal
yang sangat penting, karena dengan menyenangi dan menguasai
bagian tertentu dari bidang ilmu tersebut akan memberikan
kekuatan dan semangat jika pada saat penelitian dilakukan,
muncul hambatan dan tantangan dalam menyelesaikan
penelitian tersebut. Dengan demikian penguasaan terhadap
satu bagian dari bidang ilmu dalam sebuah konsentrasi yang
telah diputuskan menjadi topik yang dipilih, menjadi hal yang
sangat penting agar dapat melaksanakan penelitian dengan baik
dan benar atau memiliki kualitas yang memadai, serta menulis
laporannya sesuai dengan format tulisan yang telah ditentukan.
2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang topik
yang dipilih Pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang telah didapat
dibangku kuliah atau di kelas tidaklah cukup untuk dapat membuat sebuah usulan penelitian yang berkualitas. Oleh karenanya diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang topik yang telah dipilih. Berbagai cara dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: (1) membaca jurnal dan hasil penelitian yang relevan dengan topik yang telah dipilih dalam memperkaya wawasan dan konsep-konsep yang dapat digunakan nantinya; (2) menghadiri seminar-
109
seminar yang relevan dengan topik yang dipilih; (3) melakukan diskusi-diskusi dengan teman-teman sejawat yang memiliki pemahaman tentang topik tersebut untuk meminta saran dan masukan; (4) mendatangi dan memohon masukan kepada para dosen pengajar yang kiranya relevan dengan topik yang dipilih termasuk kepada para dosen yang terkait dengan teknik analisis statistik yang relevan untuk digunakan; (5) mendatangi dan memohon masukan kepada Pembimbing Akademis (PA) tentang kemungkinan penggunaan konsep-konsep yang relevan dan operasional dalam mendukung usulan penelitian yang akan disusun; (6) mencatat dan melakukan perenungan terhadap semua aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya dalam rangka memahami dan menentukan konsep-konsep dan variabel yang relevan pada tahap awal sebelum aktivitas observasi pendahuluan dilakukan; (7) membaca dan mendalami teori-teori yang relevan dengan topik yang telah dipilih; (8) membaca dan mendalami pengetahuan tentang Metodologi Riset, agar dapat melakukan riset yang benar. Jika semua kegiatan-kegiatan tersebut (8 kegiatan yang telah disampaikan sebelumnya) dapat dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan dengan hati yang senang serta penuh dengan ketulusan, maka niscaya pengetahuan dan pemahaman tentang topik yang dipilih, serta pengetahuan tentang bagaimana melakukan riset yang benar, akan meningkat
secara bermakna.
110
3) Melakukan observasi lapangan untuk menggali research
Problem
Setelah pengetahuan, dan pemahaman tentang topik yang
dipilih serta pengetahuan tentang Metodologi Riset dapat dikuasai
secara memadai, maka peneliti (mahasiswa) sudah siap untuk
melakukan aktivitas berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan observasi lapangan untuk dapat mengidentifikasi
research Problem, yang akan menjadi dasar riset atau
penelitian dilakukan. Tanpa ada research Problem, penelitian
yang dilakukan belum memenuhi persyaratan yang lengkap,
dan research Problem harus sesuai dengan topik yang telah
dipilih. Research Problem adalah Problem yang mendasari riset
tersebut dilakukan. Problem atau masalah adalah kesenjangan
(gap) antara sesuatu yang diharapkan dengan kenyataan yang
terjadi. Pada umumnya keadaan kemiskinan, pengangguran,
setengah pengangguran, kesenjangan pendapatan yang tinggi,
produktivitas rendah, kesejahteraan rendah atau menurun, tingkat
kematian bayi atau kenatian anak yang tinggi, ekspor komoditi
menurun, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang rendah
antara lain adalah hal-hal atau kenyataa yang tidak diharapkan
terjadi. Secara umum orang-orang tidak mengharapkan
kemiskinan terjadi, tidak mengharapkan pengangguran terjadi,
atau tidak berharap ada kesenjangan pendapatan yang tinggi.
dan sebagainya seperti contoh-contoh yang telah disebutkan.
111
Dengan demikian dapat dikatakan kondisi-kondisi tersebut
adalah masalah-masalah yang dapat menjadi dasar riset-riset
dilakukan, atau dapat dikatakan jika kondisi-kondisi tersebut
sudah dapat diidentifikasi, maka dapat dikatakan observasi yang
dilakukan sudah mampu mengidentifikasi research Problem.
4) Mengidentifikasi atau mengumpulkan data pendukung
research Problem
Dalam penelitian ilmiah (jenis penelitian ini yang
akan dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti) semua yang
disampaikan harus didukung oleh bukti-bukti atau data yang
memadai. Bukti-bukti atau data ini dapat disampaikan dengan
data atau informasi secara kuantitatif atau pun kualitatif. Data
atau bukti-bukti pendukung ini sangat penting maknanya
dalam memastikan atau meyakinkan diri sendiri atau orang
lain terhadap keberadaan research Problem yang telah berhasil
diidentifikasi sebelumnya. Jadi jika data atau bukti pendukung
dapat disajikan atau dilampirkan, maka research Problem yang
dirumuskan menjadi kuat kedudukannya.
5) Mencari dan memastikan format penulisan Usulan
Penelitian yang harus digunakan
Setiap fakultas atau program studi memiliki format atau
urutan tertentu dalam menyusun atau menyampaikan sebuah
112
Usulan Penelitian. Walaupun secara umum sebuah Usulan
Penelitian memiliki format yang hampir sama, namun dengan
program studi atau fakultas yang berbeda akan ada hal-hal atau
bagian-bagian tertentu yang perlu disampaikan secara berbeda.
Oleh karena itu mahasiswa atau peneliti harus memastikan untuk
mengetahui dan memiliki buku panduan yang menyangkut
format penulisan Usulan Penelitian. Jika panduan tersebut
sudah dimiliki dan dimengerti, dan dengan proses atau tahapan
yang telah diikuti sebelumnya (1-4 tahapan sebelumnya), maka
mahasiswa atau peneliti sudah siap untuk menyusun sebuah
Usulan Penelitian.
6) Menyusun sebuah Usulan Penelitian
Setelah mahasiswa atau peneliti memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang memadai tentang topik yang ingin diteliti,
pengetahuan tentang Metodologi Riset yang memadai, research
Problem sudah dapat diidentifikasi, bukti atau data pendukung
sudah terkumpul, dan sebuah format Usulan Penelitian sudah
dimiliki, maka tiba saatnya Usulan Penelitian dapat disusun.
(1) Menyusun latar belakang masalah
Dalam menyusun latar belakang masalah perlu
memperhatikan dan memasukkan hal-hal berikut yang
harus ada dalam sebuah latar belakang masalah. Pertama,
harus dibahas tentang pentingnya topik tersebut tepatnya
113
tentang dependen variabelnya. Misalnya topik atau
dependen variabelnya tentang pengangguran, maka
harus diuraikan pertama tentang makna pengangguran
dan alasan pentingnya membahas atau meneliti tentang
pengangguran (sesuaikan dengan topik yang akan diteliti).
Kedua, setelah menguraikan tentang makna pengangguran
dan alasan kenapa penting untuk meneliti atau membahas
tentang pengangguran, maka selanjutnya diuraikan tentang
research Problem yang telah diidentifikasi. Ketiga,
research Problem yang telah diidentifikasi tersebut,
dilengkapi dan didukung oleh data yang memadai baik
data kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang mesti
diperhatikan adalah dalam latar belakang data yang
dimasukkan adalah hanya data yang mencerminkan atau
mendukung research Problem, dan bukan data yang akan
dianalisis dalam bab selanjutnya setelah riset dilakukan.
Keempat, mengidentifikasi faktor-faktor yang diperkirakan
mempengaruhi atau menyebabkan research Problem atau
masalah tersebut terjadi (dalam contoh ini masalah tentang
pengangguran). Dalam melakukan identifikasi mahasiswa
atau peneliti harus mendasarkan diri pada teori-teori yang
relevan, jurnal hasil penelitian, serta observasi di tempat
dimana penelitian akan dilakukan. Kelima, menjelaskan
hubungan, atau pengaruh, atau mekanisme faktor-faktor
114
atau variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi
dependen variabel. Apakah hubungan/pengaruhnya
positif atau negatif harus dijelaskan di sini, penjelasan ini
harus didasarkan atau didukung atas teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan.
(2) Menyusun rumusan masalah penelitian
Rumusan masalah penelitian disini harus disampaikan
dengan kalimat pertanyaan yang didasarkan atas latar
belakang masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
Semua variabel atau fator yang dirumuskan dalam rumusan
masalah penelitian ini didasarkan atas teori dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya, yang telah dipilih melalui hasil
observasi di tempat dimana penelitian akan dilakukan.
Contoh: Bagaimana pengaruh investasi terhadap tingkat
pengangguran di Kabupaten X
(3) Menyusun tujuan penelitian
Tujuan penelitian tersebut dirumuskan sesuai dengan
rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan
sebelumnya. Jika ada 3 atau 4 rumusan masalah penelitian,
maka secara implisit atau eksplisit juga ada 3 atau 4
rumusan tujuan penelitian.
Contoh: Untuk menganalisis pengaruh investasi terhadap
tingkat pengangguran di Kabupaten X.
(4) Menyusun manfaat/kegunaan penelitian
115
Manfaat atau kegunaan penelitian ini harus dibedakan
menjadi 2 yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara
praktis. Manfaat teoritis mengacu pada dukungan hasil
penelitian dalam memperkuat teori, mengembangkan teori
atau mendukung hasil penelitian yang telah ada. Manfaat
praktis mengacu pada manfaat dari penelitian tersebut
dalam membantu mengatasi masalah yang ada yang telah
diketahui sebagaimana yang dirumuskan sebagai research
Problem sebelumnya.
(5) Menyusun Kajian Kepustakaan, Kerangka Konseptual
dan Hipotesis Penelitian
Kajian kepustakaan akan memuat tentang definisi dari
konsep-konsep yang digunakan, teori-teori yang relevan,
serta hasil-hasil penelitian (jurnal) yang sesuai. Hubungan
antar variabel dimana semua variabel tersebut telah
disampaikan dalam rumusan masalah penelitian atau
tujuan penelitian, harus juga disampaikan dalam bagian ini
sebelum hipotesis dirumuskan. Hubungan antar variabel
termasuk arah hubungan (positif/negatif) atau pengaruhnya
yang dijelaskan disini didasarkan atas teori-teori dan hasil
penelitian atau jurnal yang relevan. Semua hubungan antar
variabel tersebut dijelaskan dalam kerangka konseptual
penelitian, dimana dalam penyusunannya didasarkan
atas berbagai teori yang relevan, artikel/jurnal baik jurnal
116
internasional maupun jurnal nasional, serta dimungkinkan
juga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. Setelah
hubungan atau pengaruh antar variabel dijelaskan termasuk
arahnya apakah positif atau negatif, maka hipotesis dapat
dirumuskan. Jadi hipotesis tersebut dapat dirumuskan
didasarkan atas penjelasan hubungan antar variabel yang
telah dijelaskan sebelumnya.
(6) Menyusun Metode Penelitian
Dalam Metode Penelitian ini disampaikan banyak hal
seperti lokasi penelitian dengan alasan yang ilmiah kenapa
lokasi atau tempat tersebut dipilih, kemudian disampaikan
identifikasi variabel penelitian, yang dilanjutkan dengan
definisi operasional variabel. Definisi operasional variabel
menjelaskan bagaimana cara mengukur variabel tersebut
dan skala pengukurannya. Dalam Metode Penelitian
ini juga dijelaskan tentang jenis dan sumber data. Jenis
data dapat dibagi menjadi 2 yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif, dan masing-masing diberikan contohnya.
Sumber data juga dibagi 2 yaitu data primer dan data
sekunder. Masing-masing sumber data tersebut diberikan
contohnya sesuai dengan variabel yang diteliti. Populasi,
sampel, dan metode penentuan sampel juga dijelaskan
terutama pada penelitian yang menggunakan data primer
dalam menjawab tujuan penelitian. Metode pengumpulan
117
data juga dijelaskan dan semua metode pengumpulan
data yang dijelaskan tersebut masing-masing diberikan
contoh data yang dikumpulkan sesuai dengan variabel
penelitiannya. Dalam metode pengumpulan data ini
harus ada metode observasi karena berkaitan dengan
kegiatan observasi terhadap research Problem yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Terakhir yang dibahas
dalam Metode Penelitian ini adalah teknik analisis data.
Teknik analisis data yang dijelaskan di sini tergantung dari
rumusan masalah penelitiannya atau tujuan penelitiannya
apakah statistik deskriptif, komparatif ataukah asosiatif,
dan yang paling penting hal-hal yang disampaikan dalam
Usulan Penelitian (UP) yang akan disusun harus sesuai
dengan format UP yang telah dimiliki oleh fakultas atau
program studi
(7) Daftar Pustaka
Semua referensi yang telah diacu di dalam UP tersebut
harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka, tidak boleh
lebih atau kurang. Penulisan daftar pustaka sesuaikan
dengan pedoman atau panduan yang telah ada.
Selamat Membuat Usulan Penelitian.
118
BAB 5
POPULASI DAN SAMPEL
5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya (Sugiono, 2012). Jadi terhadap populasi itulah
peneliti akan melakukan generalisasi, meskipun bukan seluruh
populasi tersebut yang diteliti. Populasi juga berarti keseluruhan
unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti
(Sugiarto dkk, 2001). Banyaknya anggota populasi disebut
dengan ukuran populasi, sedangkan nilai yang mencerminkan
karakteristik/ciri dari sebuah populasi disebut parameter. Ada
beberapa konsep tentang populasi yang seyogyanya dipahami
oleh seorang peneliti. Populasi sasaran/populasi target dan
populasi terukur/terjangkau atau populasi sampel (sampling
population).
Populasi sasaran (target population) adalah keseluruhan
individu atau orang atau karakteristik/sifat yang akan diteliti
dalam wilayah dan kurun waktu sesuai dengan tujuan penelitian
(Sugiarto dkk, 2001). Sebagai contoh: Jika peneliti ingin meneliti
kesejahteraan keluarga petani kakao di Kecamatan Kintamani,
maka populasi target/populasi sasaran adalah seluruh keluarga
yang ada di Kecamatan Kintamani. Populasi terukur/terjangkau
119
atau sampling population adalah seluruh keluarga petani
kakao di Kecamatan Kintamani. Sampling frame-nya adalah
daftar seluruh keluarga petani kakao di Kecamatan Kintamani.
Dengan memperhatikan beberapa konsep tentang populasi,
maka dapat disampaikan populasi tidak hanya orang, tetapi
juga benda-benda lainnya atau karakteristik/sifat yang dimiliki
oleh subyek atau obyek tersebut. Populasi ini meliputi seluruh
jumlah/karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek tersebut. Populasi penelitian akan tergantung dari subyek
maupun obyek yang akan diteliti. Berikut disampaikan beberapa
contoh populasi sesuai dengan definisi tentang populasi yang
telah disampaikan.
1) Beberapacontohpopulasi
(1) Meneliti produktifitas kerja karyawan Perusahaan
Importir di Kota Denpasar, maka populasi
penelitiannya adalah seluruh karyawan Perusahaan
Importir yang ada di Kota Denpasar.
(2) Meneliti tingkat kandungan garam di Lautan Pasifik,
maka populasi dalam penelitian tersebut adalah
seluruh air laut yang ada di Lautan Pasifik
(3) Meneliti golongan darah Si Budi, maka populasi
dalam penelitian tersebut adalah seluruh darah yang
ada dalam tubuh Si Budi.
120
(4) Meneliti rasa jeruk di Pasar Sanglah, populasinya
adalah seluruh jeruk yang dijual di Pasar Sanglah
pada saat penelitian dilakukan.
(5) Meneliti derajat kesehatan penduduk miskin
di Kabupaten Karangasem, maka populasi
penelitiannya adalah seluruh penduduk miskin yang
ada di Kabupaten Karangasem.
(6) Meneliti tingkat kepuasan pelayanan yang diterima
oleh konsumen yang berbelanja di Pasar Badung,
populasinya adalah seluruh konsumen yang
berbelanja di Pasar Badung, pada saat penelitian
dilakukan
(7) Meneliti skala usaha pengusaha genteng di Desa
Pejaten, maka populasinya adalah seluruh pengusaha
genteng yang ada di Desa Pejaten.
Berdasarkan beberapa contoh populasi yang telah
disampaikan sebelumnya, maka dapat disampaikan bahwa
populasi dalam penelitian tidak hanya orang, tetapi boleh apa saja
yang menjadi pusat perhatian peneliti untuk dikaji. Tentu saja
jenis populasi ini akan berbeda sesuai dengan bidang penelitian
yang akan dikaji peneliti. Pada penelitian humaniora, seperti
misalnya di fakultas Ekonomi dan Bisnis, maka populasinya
lebih banyak orang, seperti sebagai pekerja, karyawan, manajer,
penduduk miskin, petani, nelayan, pedagang, konsumen, dan
sebagainya.
121
5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi tersebut
yang dipilih dengan menggunakan prosedur atau cara-cara
tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya
(Sugiarto dkk, 2001). Sampel adalah bagian dari populasi
tersebut, baik berkaitan dengan jumlah maupun ciri-ciri atau
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang bersangkutan.
Apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan
diberlakukan terhadap populasinya. Untuk itu sampel yang
diambil harus benar-benar representatif/mewakili populasinya.
Jika sampel tidak representatif maka kesimpulan yang dibuat
menjadi tidak tepat tentang populasi yang diprediksinya. Jumlah
anggota suatu sampel disebut sebagai ukuran sampel, dan nilai-
nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap sampel tersebut
disebut statistik. Dengan konsep statistic tersebut yang diperoleh
dari nilai sampel, maka jika sampel ukurannya berubah maka
nilai statistik juga berubah. Oleh karena itulah agar nilai dari
sampel atau statistik tersebut mewakili populasinya, haruslah
sampel yang diambil juga mampu mewakili populasinya.
Dengan demikian cara untuk pengambilan sampel haruslah tepat
sesuai dengan karakteristik populasinya.
122
1) Beberapacontohsampel1) Sebagian dari karyawan karyawan Perusahaan Importir di Kota Denpasar 2) Beberapa cangkir, ember, atau drum dari air laut di Lautan Pasifik3) Beberapa tetes darah Si Budi4) Beberapa biji jeruk yang dijual di Pasar Sanglah5) Sebagian penduduk miskin di Kabupaten Karangasem6) Sebagian konsumen yang berbelanja di Pasar Badung7) Sebagian pengusaha genteng di Desa Pejaten
5.3 PenelitianBerdasarkanSampelatauSensusSecara umum peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya
berdasarkan data dari sampel yang ditelitinya, bukan dari populasinya. Dengan demikian dapat dikatakan pada umumnya peneliti tidak menggunakan seluruh populasi dalam penelitiannya, artinya peneliti meneliti sampel untuk menyimpulkan kondisi populasi. Penggunaan sampel dalam kehidupan sehari-hari untuk menyimpulkan kondisi populasi lebih banyak dikaitkan dengan efisiensi penggunaan waktu, biaya, dan tenaga, meskipun tidak selalu tepat alasan berkaitan dengan efisiensi tersebut. Penelitian dengan menggunakan sampel dilakukan dengan berbagai pertimbangan atau alasan
tertentu sebagai berikut.
123
1) Jika populasi homogen
Sebuah penelitian yang populasinya homogen, maka
tidak perlu meneliti seluruh anggota populasinya. Penelitian
seperti itu cukup meneliti sampel, dan akan dapat mewakili
populasinya karena anggota populasi homogen. Jika populasi
homogen sempurna, maka satu satuan anggota populasi sudah
dapat mewakili populasinya. Dalam hal ini bukan karena sumber
daya yang terbatas, maka hanya meneliti sampel, tetapi karena
memang tidak perlu meneliti seluruh populasi, cukup hanya
meneliti sampel, sudah dapat mewakili populasinya.
2) Penelitian sering bersifat merusak
Alasan lain kenapa peneliti meneliti sampel, bukan
populasinya, karena seringkali penelitian bersifat merusak atau
destruktif. Oleh karena penelitian sering bersifat merusak, maka
dalam penelitian harus meneliti sampel bukan populasinya. Hal
ini berarti penelitian menggunakan sampel karena harus, bukan
karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki atau karena
menginginkan efisiensi, tetapi karena harus menggunakan
sampel. Sebagai contoh: sebuah perusahaan bola lampu ingin
meneliti tentang daya tahan bola lampu yang diproduksinya untuk
disampaikan pada hasil produksinya. Peneliti dalam perusahaan
ini juga harus menggunakan sampel dalam penelitian untuk
memperoleh data tentang daya tahan bola lampu tersebut, karena
jika meneliti populasinya, maka tidak akan ada lagi produk
124
yang dijual karena semuanya digunakan untuk penelitian. Jadi
dalam hal ini sampel digunakan dalam penelitian bukan karena
keterbatasan sumber daya atau karena efisiensi, tetapi karena
harus menggunakan sampel.
3) Keterbatasan waktu yang dimiliki untuk pembuatan
kebijakan
Seringkali terjadi untuk mengatasi masalah tertentu harus
dicari akar masalahnya atau penyebabnya. Untuk memperoleh
data atau informasi tentang penyebab tersebut harus dilakukan
penelitian atau riset dengan menggunakan sampel tertentu. Jika
diteliti seluruh anggota populasinya maka akan membutuhkan
waktu yang panjang dan kebijakan yang dibuat akan terlambat
dalam mengatasi masalah yang ada. Jadi dalam hal ini
keterbatasan waktu yang ada guna membuat kebijakan secara
cepat. Jadi dalam hal ini memang sampel harus diambil akibat
keterbatasan waktu untuk membuat kebijakan.
4) Keterbatasan sumber daya yang dimiliki untuk melakukan
penelitian seperti tenaga/kemampuan, waktu maupun
biaya.
Dalam realitanya penelitian yang dilakukan memang
membutuhkan sumber daya, dan realita juga bahwa sumber
daya yang dimiliki untuk riset adalah terbatas, sehingga tidak
memungkinkan untuk meneliti seluruh populasinya. Dengan
demikian keterbatasan sumber daya yang dimiliki memang sering
125
menjadi hambatan dalam penelitian untuk meneliti populasi,
sehingga hanya menggunakan sampel dalam penelitiannya.
Selain penelitian menggunakan sampel, terkadang
penelitian juga dapat meneliti seluruh anggota populasi.
Penelitian yang meneliti seluruh anggota populasi disebut
dengan sensus atau cacah jiwa. Berkebalikan dengan penelitian
dengan menggunakan sampel, penelitian dengan sensus meneliti
keseluruhan populasi, dan tentu saja penelitian dengan sensus
dapat dilakukan oleh peneliti jika anggota populasinya tidak
terlalu banyak sehingga memungkinkan peneliti meneliti
seluruhnya. Selain itu penelitian dengan menggunakan seluruh
anggota populasinya jika anggota populasi heterogen sehingga
hanya dengan sensus hasilnya akan dapat mewakili populasinya.
Berkebalikan dengan penelitian dengan sampel dengan hanya
satu-satuan anggota populasi akan dapat terwakili populasinya
jika anggota populasi homogen sempurna, sebaliknya jika
anggota populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan
pengambilan data dengan sensus yang hasilnya dapat mewakili
populasinya.
5.4 Kriteria Sampel yang Baik
Agar dapat mewakili populasinya, maka sampel yang
digunakan haruslah representative mewakili populasinya,
sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat mencerminkan
126
kondisi populasi yang sebenarnya. Ada beberapa kriteria yang
dikatakan sebagai sampel yang baik, dalam pengertian sampel
yang representatif, seperti disampaikan berikut ini (Mantra et al,
1989).
1) Dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya dari
seluruh populasi
2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian
3) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan
biaya yang tertentu
4) Sederhana sehingga mudah dilaksanakan oleh peneliti
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mencerminkan
kondisi populasi penelitian meskipun peneliti hanya meneliti
cuplikan atau sampel dari populasi tersebut. Dengan kata lain
sampel yang diambil dapat mewakili populasinya. Oleh karena
dalam realitanya sumber daya untuk melakukan penelitian
terbatas adanya, maka diharapkan sampel yang digunakan oleh
peneliti dapat memberikan gambaran yang dapat dipercaya
untuk menunjukkan kondisi populasinya. Jadi data dari sampel
yang disebut sebagai statistik adalah valid untuk mencerminkan
kondisi parameter dari populasi. Jadi sampel yang baik dalam
hal ini sampel yang representatif dapat memberikan informasi
yang valid atau dapat dipercaya tentang kondisi populasi
yang akan diprediksi. Selanjutnya sampel yang representative
tersebut akan dapat memperkirakan atau menentukan ketepatan
127
atau presisi dari dari hasil penelitian. Jika peneliti misalnya
yakin bahwa sudah menggunakan metode yang tepat sesuai
kondisi populasi dalam penarikan sampel penelitiannya, maka
peneliti akan memiliki keyakinan yang tinggi terhadap hasil
penelitiannya sehingga dapat menentukan presisi atau derajat
kepercayaan risetnya misalnya 99 persen sampel mampu
memprediksi populasinya.
Dalam pelaksanaan sebuah riset efisiensi menjadi hal yang
sangat penting dijaga oleh peneliti mengingat secara umum
penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia memiliki
dana yang terbatas. Dengan demikian peneliti berharap bahwa
sampel yang baik atau yang representative mewakili populasi
memiliki kriteria dapat memberikan keterangan sebanyak
mungkin dengan sumberdaya yang tertentu yang dimiliki,
sesuai dengan prinsip efisiensi dalam penelitian. Tidak saja
dalam kehidupan sehari-hari efisiensi harus menjadi landasan
dalam bertindak, namun dalam penelitian efisiensi juga harus
ditekankan dalam pelaksanaannya. Sampel dalam penelitian
diperoleh atau ditentukan dengan teknik sampling yang tertentu,
dan terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan
oleh peneliti. Peneliti diharapkan dapat memilih teknik sampling
yang sederhana dalam artian dapat menjaga efisiensi dalam
penelitian dan validitas data yang diperoleh dari metode yang
telah dipilih.
128
5.5 Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel
Sumber daya yang dimiliki peneliti dalam sebuah riset
adalah terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti
seluruh anggota populasi atau tidak memungkinkan untuk
melakukan sensus. Adanya kendala tersebut maka peneliti
haruslah membuat pertimbangan yang matang tentang ukuran
sampel yang akan digunakan , mengingat statistik sampel
inilah yang akan memprediksi kondisi populasinya. Jadi peneliti
haruslah secara tepat menentukan ukuran sampelnya dengan
berbagai pertimbangan. Berikut disampaikan ada 4 hal yang
dipertimbangkan oleh peneliti dalam menentukan ukuran sampel
(Mantra dkk, 2012).
1) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi
2) Presisi yang dikehendaki dari hasil penelitian
3) Rencana analisis data
4) Tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan
riset.
Ukuran sampel dalam sebuah penelitian terkait erat dengan
tingkat homogenitas dari anggota populasi darimana sampel
akan diambil. Semakin seragam atau homogen anggota populasi,
maka semakin sedikit atau semakin kecil ukuran sampelnya,
demikian sebaliknya semakin heterogen anggota populasi,
maka semakin banyak atau semakin besar ukuran sampel yang
harus diambil. Jika anggota populasi homogen sempurna dalam
129
arti semuanya sama, maka satu satuan anggota populasi sudah
mampu mewakili populasinya, demikian sebaliknya jika anggota
populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan sensus dapat
mewakili populasinya. Dengan demikian pengetahuan peneliti
tentang tingkat homogenitas dari populasinya menjadi hal yang
sangat penting dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan
dalam penelitiannya. Jika peneliti memandang anggota populasi
relative homogen maka peneliti dapat menentukan tingkat
signifikansi atau alpha yang lebih tinggi dalam menghitung
ukuran sampelnya dengan rumus atau metode perhitungan
tertentu. Demikian sebaliknya jika peneliti menganggap bahwa
anggota populasinya heterogen, yang berakibat ukuran sampel
yang lebih besar, maka peneliti dapat menentukan tingkat
signifikansi atau alpha yang lebih kecil atau lebih rendah untuk
mendapatkan ukuran sampel yang lebih banyak atau lebih
besar. Contoh ini memberikan pemahaman bahwa pengetahuan
peneliti tentang kondisi populasinya menjadi hal yang sangat
penting agar peneliti dapat menentukan tingkat signifikansi atau
alpha dari penelitiannya agar dapat memperoleh ukuran sampel
yang representative dalam mewakili populasinya.
Presisi hasil penelitian terkait erat dengan jumlah sampel,
dan juga dengan tingkat signifikansi dari hasil penelitian. Jika
peneliti menghendaki hasil penelitian dengan presisi yang
tinggi, maka tingkat signifikansinya haruslah rendah, demikian
130
sebaliknya jika presisi yang dikehendaki rendah, maka tingkat
signifikansi atau derajat kesalahannya tinggi. Jadi tingkat
presisi berkebalikan dengan tingkat signifikansi hasil penelitian.
Dengan demikian tingkat presisi berkaitan erat dengan ukuran
sampel, jika tingkat presisi yang dikehendaki tinggi, maka
ukuran sampelnya lebih banyak, demikian sebaliknya jika
tingkat presisi penelitiannya rendah, maka ukuran sampelnya
juga lebih sedikit. Jadi ada hubungan yang positif antara
tingkat presisi dengan ukuran sampel, sedangkan dengan
tingkat signifikansi, ada hubungan negatif antara tingkat presisi
dengan tingkat signifikansi. Contoh perhitungan berikut untuk
membuktikan hubungan positif antara tingkat presisi dengan
ukuran sampel, dan hubungan negatif antara tingkat presisi
dengan tingkat signifikansi. Rumus untuk menghitung ukuran
sampel digunakan Rumus Slovin.
n = N
----------------
1 + N e²
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen
kelonggaran) atau ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel (tingkat signifikansi)
131
Contoh:
Sebuah penelitian ingin menganalisis tentang perkembangan
kesejahteraan petani padi setelah memperoleh program
pemberdayaan di Kecamatan Buntas. Kecamatan ini
adalah kecamatan dimana sebagian besar warganya adalah
sebagai petani padi. Jadi warga di kecamatan ini memang
mengandalkan penghidupannya sebagai petani padi.
Dengan kondisi ini pemerintah memberikan program
pemberdayaan kepada para petani di kecamatan tersebut
dengan berbagai program pemberdayaan. Penelitian ini
ingin menganalisis bagaimana keberhasilan program
pemberdayaan tersebut dalam rangka meningkatkan
penghasilan petani di kecamatan tersebut. Jumlah petani
padi di kecamatan tersebut atau populasi penelitiannya,
sebanyak 1.000 dan batas kesalahan yang diinginkan atau
alpha (α) sebanyak 5 persen, berapa ukuran sampel yang
didapatkan?
Dengan menggunakan Rumus Slovin diperoleh ukuran sampel
sebagai berikut.
Jawab:
n = N 1000
----------- = ---------------
1 + Ne² 1 + 1000(0,05)²
= 286
132
Jadi dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar
5 persen, ukuran sampelnya sebanyak 286 orang petani padi.
Untuk membuktikan bahwa ukuran sampel berkorelasi positif
dengan tingkat presisi, dan berhubungan negatif dengan tingkat
signifikansi (α), maka berikut digunakan tingkat signifikansi (α)
sebesar 1 persen.
n = N 1000
----------- = ---------------
1 + Ne² 1 + 1000(0,01)²
= 909
Jadi diperoleh ukuran sampel sebanyak 909 orang petani padi,
jika menggunakan tingkat signifikan (α) sebesar 1 persen.
Berdasarkan kedua contoh hasil perhitungan tersebut dapat
ditarik kesimpulan tentang tingkat presisi dengan ukuran sampel.
Pada saat peneliti menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar
5 persen, ukuran sampel sebanyak 286 orang, sedangkan saat
menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 1 persen ukuran
sampelnya sebanyak 909. Tingkat signifikansi yang semakin
rendah berarti tingkat presisi semakin tinggi, dengan demikian
dengan tingkat presisi 99 persen ukuran sampel 909, dan tingkat
presisi 95 persen ukuran sampel 286. Data tersebut menunjukkan
semakin tinggi presisi, maka semakin besar ukuran sampel,
sebaliknya semakin rendah tingkat presisi maka semakin
sedikit sampel yang dapat diambil. Sebaliknya dengan tingkat
133
signifikansi (α) sebesar 5 persen ukuran sampel 286 orang, dan
dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 1 persen ukuran sampel
909 orang, data ini menunjukkan ada hubungan negatif antara
tingkat signifikansi (α) dengan ukuran sampel. Semakin rendah
tingkat signifikansi, (α) maka semakin tinggi ukuran sampelnya,
demikian sebalinya semakin tinggi tingkat signikansi (α) maka
semakin sedikit ukuran sampelnya. Dengan contoh ini dapat
dibuktikan bahwa tingkat presisi yang dikehendaki dalam
penelitian menentukan ukuran sampel dari penelitian tersebut.
Selain tingkat homogenitas dari anggota populasi dan
tingkat presisi dalam penelitian yang menentukan ukuran
sampel, ukuran sampel juga ditentukan oleh rencana analisis
data yang diinginkan oleh peneliti. Sebagai contoh jika peneliti
ingin menggunakan teknik analisis data misalnya korelasi
product moment untuk menghitung hubungan antara tingkat
pendidikan dengan penghasilan yang diperoleh pekerja. Dengan
menggunakan Korelasi Product Moment sebagai salah satu
teknik analisis statistik parametric, membutuhkan syarat data
berdistribusi normal. Syarat distribusi normal paling sedikit
dapat menggunakan sampel besar dengan ukuran sampel 30
responden sudah cukup. Dengan rumus Korelasi Product Moment
dapat dihitung korelasi antara pendidikan dengan penghasilan
masing-masing dengan data dengan skala pengukuran variabel
rasio. Pendidikan dikur dengan jumlah tahun atau lamanya
134
mengikuti pendidikan formal di sekolah dengan satuan tahun,
danpenghasilan per bulan dengan satuan ribuan rupiah. Kedua
varibel ini memiliki skala pengukuran variabel rasio, sehingga
dapat menggunakan teknik statistik parametric, misalnya
Korelasi Product Moment. Dengan ukuran sampel sebanyak
30 orang responden dapat diketahui atau dianalisis hubungan
kedua variabel tersebut. Misalnya diperoleh hasil korelasi (R)
sama dengan 0,9. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan
yang positif dan kuat antara pendidikan dengan penghasilan
responden. Semakin tinggi pendidikan,maka semakin tinggi
pula penghasilannya, demikian sebaliknya. Dengan teknik
analisis korelasi Product Moment tersebut cukup dibutuhkan 30
orang responden, jadi ukuran sampelnya cukup 30.
Seandainya untuk menjawab tujuan penelitian tersebut
peneliti menggunakan teknik analisis data non parametric
misalnya menggunakan chi square, maka ukuran sampel yang
dapat digunakan akan berbeda. Sebagai contoh analisis data chi
square membutuhkan tabel silang atau cross tabulation (cross
tab), maka data tentang pendidikan dan penghasilan tersebut
harus dibuat cross tab-nya. Misalnya dibuat tabulasi silang
dengan ukuran 3 kali 3, artinya data pendidikan responden dibagi
ke dalam 3 kelompok, demikian pula data penghasilan responden
dibagi ke dalam 3 kelompok juga. Data pendidikan dibagi ke
dalam 3 kelompok misalnya pendidikan rendah, menengah,
135
dan pendidikan tinggi. Data penghasilan juga dibagi ke dalam 3
kelompok menjadi penghasilan rendah, sedang, dan penghasilan
tinggi. Tiga kelompok masing-masing variabel dibuat tabulasi
silangnya, sehingga menjadi total 9 titik baris dan kolom. Dalam
kriteria penggunaan tabulasi silang, untuk memperoleh hasil
yang valid data frekuensi harapan pada masing-masing titik
baris dan kolom tersebut paling sedikit sebanyak 5 buah atau
5 responden. Dengan demikian akan dibutuhkan paling sedikit
ukuran sampel sebanyak 9 x 5 orang yaitu dibutuhkan paling
sedikit 45 orang responden untuk menghitung nilai chi square
(X2) hubungan antara tingkat pendidikan dengan penghasilan.
Contoh ini menjelaskan bahwa dengan teknik analisis data
yang berbeda membutuhkan ukuran sampel yang berbeda pula.
Contoh lain, jika seorang peneliti ingin menggunakan teknik
analisis data soft ware PLS misalnya untuk teknik analisis data
SEM (Structural Equation Modeling) dengan versi student, akan
dibutuhkan ukuran sampel yang kurang dari 100 responden.
Demikian juga ada ukuran-ukuran sampel lainnya sesuai dengan
kebutuhan teknik analisis data masing-masing.
136
Tabel 5.1: Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Penghasilan
Tabulasi silang seperti Tabel 5.1 membutuhkan perkalian baris
dan kolom yaitu 3 x 3 sama dengan 9, dan masing-masing
membutuhkan frekuensi harapan masing-masing 5 orang
responden, sehingga total responden yang dibutuhkan sebanyak
45 orang atau ukuran sampelnya sebanyak 45. Dengan demikian
dapat disimpulkan penggunaan teknik analisis data yang berbeda
meskipun untuk menjawab tujuan yang sama, akan dibutuhkan
ukuran sampel yang berbeda.
Ukuran sampel bagaimanapun juga sangat ditentukan
oleh sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Jika dana yang
dibutuhkan untuk pengumpulan data lapangan setiap responden
misalnya Rp. 50 ribu. Jika peneliti hanya punya dana untuk
biaya lapangan adalah Rp. 50 juta, maka paling banyak dapat
menggunakan responden 1000 orang. Dana lapangan tersebut
tidak mungkin dapat menggunakan responden sebanyak 2000
orang. Dengan demikian dapat disimpulkan ukuran sampel
Pendidikan
Penghasilan Rendah Menengah Tinggi Total
Rendah f(h) 5 f(h) 5 f(h) 5 -Sedang f(h) 5 f(h) 5 f(h) 5 -Tinggi f(h) 5 f(h) 5 fF(h) 5 -Total - - - -Sumber: Data Hipotetis, 2019Keterangan: f(h): frekuensi harapan
137
dalam sebuah penelitian juga ditentukan oleh sumber daya yang
dimiliki peneliti.
5.6 Beberapa Hal yang Terkait dengan Ukuran Sampel
Seorang peneliti seyogyanya memahami berbagai hal
yang berhubungan dengan populasi, ukuran sampel, maupun
hal-hal lainnya yang terkait erat dengan subyek riset, yang
pada umumnya adalah orang untuk penelitian sosial seperti di
Ilmu Ekonomi. Jumlah anggota populasi yang menjadi pusat
perhatian untuk dikaji disebut ukuran populasi dan jumlah
anggota sampel yang akan diteliti dalam sebuah riset sering
disebut sebagai ukuran sampel (Sugiarto dkk, 2001; Sugiono,
2012). Bila jumlah populasi 5.000 dan hasil penelitian itu
akan diberlakukan untuk 5.000 orang tanpa ada kesalahan
atau tingkat presisinya 1 atau 100 persen, maka jumlah sampel
yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut atau sering
disebut sebagai sensus atau cacah jiwa. Dengan memperhatikan
rumus yang telah disampaikan sebelumnya untuk menghitung
ukuran sampel, maka dapat dikatakan semakin besar ukuran
sampel, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya, semakin kecil ukuran sampelnya, maka makin
besar peluang kesalahan dalam melakukan generalisasi. Jadi
ada hubungan terbalik antara tingkat signifikansi atau peluang
kesalahan atau alpha dengan ukuran sampel dalam sebuah
penelitian.
138
Seringkali ada pertanyaan tentang ukuran sampel yang
tepat dalam sebuah penelitian dengan pertanyaan berapa jumlah
anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah kembali pada 4 kriteria
atau 4 hal yang dipertimbangkan dalam menentukan ukuran
sampel dalam sebuah penelitian. Salah satu jawabannya adalah
tergantung dari tingkat kesalahan yang dikehendaki. Semakin
rendah tingkat kesalahan yang dikehendaki, maka semakin
banyak/besar ukuran sampelnya. Jadi ada hubungan searah
antara jumlah/ukuran sampel dengan tingkat ketepatan/presisi.
Kenapa hal ini menjadi penting dalam pembahasan tentang
ukuran sampel? Jawabannya adalah karena ukuran sampel
ini secara ilmiah akan dihitung dengan mempertimbangkan
tingkat presisi yang dikehendaki dengan menggunakan tingkat
signifikansi atau alpha (α) tertentu yang diinginkan. Tiga kriteria
lainnya seperti tingkat homogenitas anggota populasi dalam
realitanya sulit diukur oleh peneliti. Kriteria rencana analisis data
dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dalam penelitian
umumnya sudah dimasukkan secara implisit maupun eksplisit
dalam perhitungan ukuran sampel. Jika peneliti merasa bahwa
sumberdaya yang dimiliki terbatas dalam penelitiannya, maka
tingkat signifikansi atau alpha yang digunakan akan diperbesar
dalam penentuan ukuran sampel, sehingga ukuran sampelnya
menjadi lebih sedikit, demikian sebaliknya. Dengan demikian
139
dalam realita penentuan ukuran sampel yang lebih banyak
digunakan adalah penentuan tingkat presisi hasil penelitian
dengan menggunakan alpha tertentu dalam menghitungnya.
Berikut diberikan contoh perhitungan rumus lain dalam
menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel
berikut akan digunakan rumus Krejcie dan Morgan (1970 dalam
Mantra, 2000), sebagai berikut.
S = X2NP (1-P)
-------------------------
d2 (N-1) + X2P (1-P)
S : ukuran sampel
N : ukuran populasi
P : Proporsi populasi (0,5)
d : derajat ketelitian
X2 : Nilai Tabel X2 (3,84)
Contoh:
Jika dalam sebuah penelitian populasi risetnya dapat
diidentifikasi sebanyak 1.000 orang, dan tingkat kesalahan atau
tingkat signifikansi (α) yang diinginkan sebanyak 5 persen,
berapa ukuran sampel yang mewakili?. Hasil yang diperoleh
dari rumus ini, juga dapat dibandingkan dengan metode atau
rumus lainnya, sehingga peneliti dapat memilih rumus yang
sesuai dengan kondisi populasinya.
140
Jawab:
S = X2NP (1-P)
-------------------------
d2 (N-1) + X2P (1-P)
S = 3,842 (1000 x 0,5) (1-0,5)
--------------------------------------------
0,052 (1000-1) + 3,842 x 0,5 (1-0,5)
= 14,75 x 500 x 0,5 3687,5
----------------------- = -----------
2,50 + 3,69 6,19
= 596
Setiap penggunaan rumus tertentu dalam menghitung ukuran
sampel memiliki syarat atau asumsi untuk dipenuhi oleh peneliti
sebagai pengguna rumus tersebut agar hasil yang diperoleh
sesuai dengan harapan. Jika peneliti menggunakan tingkat
signifikansi (α) sebesar 1 persen, maka ukuran sampelnya dapat
dihitung dengan rumus Krejcie dan Morgan sebagai berikut.
S = X2NP (1-P)
-------------------------
d2 (N-1) + X2P (1-P)
S = 3,842 (1000 x 0,5) (1-0,5)
--------------------------------------------
0,012 (1000-1) + 3,842 x 0,5 (1-0,5)
141
= 14,75 x 500 x 0,5 3687,5
----------------------- = -----------
0,0999 + 3,69 3,7899
= 973
Contoh perhitungan yang telah dilakukan tersebut pada
tingkat signifikansi 1 persen dan 5 persen dengan menggunakan
dua rumus yaitu Rumus Slovin dan Krejcie dan Morgan,
memperoleh hasil yang cukup berbeda terutama pada tingkat
signifikansi 5 persen. Untuk tingkat signifikansi 1 persen
perbedaannya semakin mengecil. Kedua rumus ini memiliki
syarat yang berbeda dalam penggunaannya. Rumus Slovin
maupun Rumus dari Krejcie dan Morgan yang digunakan
oleh para peneliti untuk menghitung ukuran sampel memiliki
persyaratannya masing-masing. Untuk penggunaan Rumus
Slovin syaratnya adalah populasi yang sangat besar sehingga
diperoleh ukuran sampel yang tidak terlalu besar dan umumnya
Rumus Slovin ini digunakan untuk penelitian survai. Dengan
anggota populasi yang sangat besar, maka populasi dalam
penggunaan Rumus Slovin adalah populasi berdistribusi normal.
Dengan kata lain jika seorang peneliti memiliki anggota populasi
dengan distribusi yang tidak normal misalnya anggota populasi
relative sedikit, maka akibatnya Rumus Slovin tersebut tidak
dapat digunakan oleh peneliti yang bersangkutan. Penggunaan
Rumus Krejcie dan Morgan dengan asumsi anggota populasi
142
homogen dengan jumlah yang tidak terbatas (Mantra, 2000).
Jumlah anggota populasi yang tidak terbatas juga bermakna
bahwa anggota populasi berdistribusi normal. Beberapa ahli
juga menyatakan terkait dengan jumlah atau ukuran sampel
minimum dalam sebuah penelitian terkait juga dengan bentuk
atau tipe penelitian yang digunakan. Misalnya pada penelitian
korelasional maka ukuran sampel minimal sebanyak 30 sampel
atau 30 subyek penelitian. Penelitian deskriptif, 10 persen dari
populasi, jika populasi sangat sedikit/kecil diperlukan minimum
20 persen. Jika populasi homogen maka jumlah sampel yang
dibutuhkan hanya 1 persen sudah dapat mewakili populasinya
(Sugiyono, 2012).
5.7 SumberKesalahanDalamSampling
Terdapat berbagai teknik sampling atau metode
pengambilan sampel yang dapat digunakan oleh peneliti
dalam penelitiannya. Ada beberapa sumber kesalahan dalam
pengambilan sampel yang kemungkinan dialami oleh peneliti.
Beberapa sumber kesalahan dalam sampling ini disarikan dari
sumber tertentu. Terdapat 7 sumber kesalahan dalam sampling
(Sugiarto, dkk, 2001). Sumber kesalahan dalam sampling ini
dijelaskan sebagai berikut.
1) Variasi acak
Populasi yang dimiliki oleh peneliti terkadang tidak
benar-benar homogen, ada anggota populasi yang bersifat
143
heterogen atau ada sebagian yang berbeda kondisinya dengan
yang lainnya. Dalam kondisi populasi yang seperti itu peneliti
mengambil sampling dengan teknik sampling random atau
acak atau probability sampling. Misalnya kebetulan sampel
yang terambil oleh peneliti adalah sampel atau responden
yang semuanya memiliki penghasilan tinggi (misalnya risetnya
tentang penghasilan). Dengan hasil ini terlihat data yang
diperoleh tidak sesuai dengan kenyataan yang ada atau terjadi
kesalahan prediksi hasil yang disebabkan oleh adanya variasi
acak dari teknik sampling yang digunakan. Variasi acak ini
dapat diminimumkan oleh peneliti dengan memilih rancangan
penarikan sampel yang tepat.
2) Kesalahan spesifikasi
Kesalahan spesifikasi ini dapat muncul karena daftar
unsur populasi yang tidak benar, mengganti responden, bias
pewawancara baik yang disengaja atau tidak, atau kesalahan
dalam memproses informasi sampel. Daftar unsur populasi
yang tidak benar dapat terjadi karena karena ketidaklengkapan
cakupan unsur-unsur populasi atau anggota populasi dalam
sebuah penelitian. Unsur cakupan dapat lebih atau kurang
atau anggota populasi yang salah, sehingga jika terambil
sebagai sampel dengan teknik sampling tertentu, maka akan
menyebabkan kesalahan hasil penelitian yang disebabkan
kesalahan spesifikasi.
144
3) Kesalahan penentuan responden
Sumber kesalahan dalam pengambilan sampel juga dapat
disebabkan oleh karena kesalahan dalam penentuan responden.
Seseorang yang menjadi responden dalam sebuah penelitian
sebenarnya bukanlah responden yang tepat untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Oleh karenanya peneliti haruslah
merancang usaha-usaha untuk secara berkesinambungan atau
terus menerus berusaha mencari responden yang tepat.
4) Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur
populasi
Sumber kesalahan lain yang dapat terjadi dalam
pengambilan sampel adalah akibat ketidaklengkapan
cakupan unsur populasi. Hal ini berarti dalam population
frame (kerangka populasi) belum masuk semua unsur yang
seharusnya masuk dalam kerangka populasi tersebut. Dengan
demikian unsur populasi yang belum masuk akhirnya tidak akan
memperoleh peluang untuk diambil. Padahal jika responden
atau sampel tersebut terambil (jika ada dalam populasi), maka
dapat merubah hasil dari penelitian tersebut. Dengan demikian
ketidaklengkapan cakupan daftar populasi menjadi salah satu
sumber dari kesalahan dalam pengambilan sampel.
145
5) Kesalahan karena ketidaklengkapan respon (non response
error)
Kadangkala dalam sebuah penelitian tidak semua orang
bersedia atau mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Jika ada responden yang tidak mau menjawab satu atau beberapa
pertanyaan, maka tentu saja hasil dari penelitian tersebut tidak
mencerminkan informasi secara keseluruhan, karena belum
menyangkut seluruh jawaban dari sampel. Dapat dikatakan jika
ada sebagian pertanyaan yang tidak mau dijawab oleh responden,
maka terdapat kegagalan dari peneliti untuk mengumpulkan data
lapangan. Untuk memperoleh kelengkapan jawaban peneliti
atau tenaga lapangan dapat melakukan pencarian data lapangan
tambahan sebagai usaha untuk melengkapi data yang masih
belum lengkap.
6) Kesalahan penarikan sampel (sampling error)
Kesalahan dalam penarikan sampel mencerminkan bahwa
hasil dari sampel tersebut belum mencerminkan secara tepat
populasinya, akibat ada ketidaksamaan atau heterogenitas
dari anggota populasi, sehingga data yang terambil belum
representative mewakili populasi. Dengan demikian untuk
meningkatkan keterwakilan sampel terhadap populasi, maka
jumlah sampel dapat ditambah sehingga lebih meningkatkan
keterwakilan sampel terhadap populasinya.
146
7) Kesalahan pengukuran (measurement error)
Untuk mengumpulkan data atau informasi tertentu, maka
alat ukur menjadi hal yang utama agar data yang terkumpul
sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Dengan demikian
dalam hal kesalahan pengukuran hanya dapat diatasi dengan
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam instrumen
seperti rancangan pertanyaan yang diajukan harus lebih sesuai
dengan apa yang akan diukur. Selain itu yang penting juga
adalah bagaimana kemampuan peneliti atau petugas lapangan
dalam pengumpulan data juga mempengaruhi tingkat kesalahan
pengukuran dalam pengambilan sampel.
5.8 Tahap Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dalam sebuah penelitian dilakukan
dengan menggunakan tahapan-tahapan yang tertentu. Jika
diperhatikan, tahapan pertamanya adalah menentukan jumlah
sampel yang akan diambil. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa
sebuah penelitian akan sangat jarang menggunakan sensus,
namun menggunakan sebagian populasi atau menggunakan
sampel. Dengan demikian tahap pertama adalah menentukan
jumlah sampel dengan berbagai pertimbangan seperti dapat
rencana analisis data, dan sumberdaya yang dimiliki untuk
melakukan penelitian. Setelah jumlah sampel dapat dihitung
misalnya dengan menggunakan rumus tertentu misalnya
Slovin atau Morgan. Setelah menentukan jumlah sampel, tahap
147
berikutnya adalah menentukan sampling frame atau daftar
anggota populasi darimana sampel yang akan diambil. Jika
memungkinkan peneliti sebaiknya menggunakan probability
sampling, karena peneliti dapat melakukan generalisasi hasil
penelitiannya dari hasil statistik sampel terhadap parameter
populasinya. Jika tidak menggunakan probability sampling atau
menggunakan non probability sampling maka hasil penelitian
hanya berlaku pada sampel yang diteliti, atau tidak dapat dibuat
generalisasinya. Pada umumnya penelitian diharapkan dapat
diberlakukan atau digeneralisasikan pada wilayah yang lebih
luas, namun kenyataan juga tidak selalu demikian.
Setelah mengetahui kondisi populasi, apakah dapat
dibuat sampling frame ataukah tidak, maka tahap selanjutnya
adalah menentukan metode pengambilan sampel yang dapat
digunakan berdasarkan kondisi-kondisi yang ada tersebut. Jika
sampling frame dapat dibuat artinya daftar anggota populasi
darimana sampel akan diambil dapat dibuat oleh peneliti, maka
peneliti dapat menggunakan metode pengambilan sampel secara
random atau probability sampling. Sebaliknya jika peneliti tidak
dapat menggunakan probability sampling yaitu jika sampling
frame tidak dapat dibuat, sehingga peneliti harus menggunakan
non probability sampling. Pada Bab berikutnya akan dijelaskan
tentang berbagai teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti
sesuai dengan kondisi populasi penelitiannya masing-masing.
Jadi tahap terakhir dalam tahap memilihan atau pengambilan
148
sampel adalah pengambilan sampel itu sendiri dengan berbagai
teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti. Peneliti juga
dapat mengkombinasikan teknik sampling yang digunakan
antara kedua cara tersebut, misalnya menggunakan probability
sampling untuk penentuan responden, dan menggunakan non
probability sampling untuk penentuan informan misalnya untuk
memperoleh data kualitatif.
5.9 Metode Pengambilan Sampel
Secara garis besar ada 2 metode pengambilan sampel yang
dpt digunakan oleh peneliti, dijelaskan sebagai berikut (Sugiarto,
2001; Mantra, 2004; Sekaran & Bougie, 2010; Sugiono, 2012;
Kuncoro, 2013; Sutrisno Hadi, 2016).
1) Pengambilan Sampel Acak/probability sampling/random
sampling
2) Pengambilan Sampel tidak acak/non probability sampling/
non random sampling.
Pemilihan metode penentuan/pengambilan sampel
tersebut sangat tergantung dari kondisi populasinya. Penggunaan
metode ini akan mempengaruhi bagaimana cara peneliti dalam
menyimpulkan hasil penelitiannya. Apakah peneliti dapat
memberlakukan hasil penelitiannya terhadap populasinya
ditentukan oleh teknik sampling yang digunakan. Secara rinci
teknik sampling akan dijelaskan dalam Bab 7 berikut.
149
BAB 6
TEKNIK SAMPLING
6.1 KonsepatauDefinisi
Teknik sampling akan digunakan oleh seorang peneliti
jika peneliti yang bersangkutan menggunakan data primer
dalam riset yang dilakukan. Jika menggunakan data sekunder
dalam menjawab tujuan penelitiannya, maka tidak diperlukan
atau tidak akan menggunakan teknik sampling tertentu, karena
data yang akan dibutuhkan sudah tersedia. Peneliti hanya
menggunakan saja data yang sudah tersedia tersebut. Sebelum
masuk dalam pembahasan tentang teknik sampling, maka konsep
tentang sampling dan teknik sampling harus dipahami terlebih
dahulu. Sampling adalah sebuah proses untuk mengambil atau
menentukan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan
sampel/contoh dalam sebuah penelitian. Jadi penekanan di
sini adalah tentang proses dalam menentukan siapa (jika
populasinya orang) atau bagian mana (jika populasinya bukan
orang) yang akan dijadikan sampel untuk diteliti sesuai dengan
variabel penelitian yang telah ditentukan guna menjawab tujuan
penelitian. Harus diingat pula bahwa penggunaan teknik sampling
ini cenderung digunakan pada pendekatan riset kuantitatif
terutama pada teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi seluruh anggota populasinya untuk dipilih sebagai
150
sampel dalam penelitian. Selain sampling konsep atau definisi
yang juga digunakan dalam bagian ini adalah teknik sampling.
Teknik sampling didefinisikan sebagai cara atau teknik atau
metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil sampel
untuk penelitiannya. Pengetahuan tentang teknik sampling ini
harus benar-benar dikuasai oleh peneliti agar dapat memperoleh
sampel yang representatif untuk mewakili populasinya. Jika tidak
demikian, maka hasil riset tidak mampu mewakili populasinya,
sehingga kebijakan yang dibuat dari hasil penelitian tersebut
menjadi tidak tepat.
6.2 Metode/CaraPengambilanSampel/TeknikSampling
Teknik sampling dapat dibagi kedalam 2 bagian besar
yaitu Probability sampling dan Non probability sampling.
Probability sampling juga disebut dengan random sampling
atau teknik penganbilan sampel acak. Kedua jenis teknik
sampling ini memiliki syarat yang berbeda jika peneliti ingin
menggunakannya. Persyaratan yang lebih ketat ada pada
teknik probability sampling, dan sebaliknya persyaratan non
probability sampling lebih longgar sehingga hasil dari kedua
teknik sampling tersebut juga dalam penyimpulannya juga
berbeda. Seorang peneliti jika mampu menggunakan probability
sampling akan lebih baik dibandingkan dengan non probability
sampling, dalam pengertian hasil penelitiannya akan lebih
151
dapat digunakan untuk memprediksi kondisi populasi dengan
lebih tepat. Dengan demikian peneliti sejauh mungkin untuk
dapat menggunakan probability sampling jika persyaratannya
memungkinkan.
6.2.1 Probability sampling/Random sampling/Pengambilan
Sampel Acak
Seorang peneliti yang ingin menggunakan teknik sampling
probabilitas maka ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi,
yang tidak hanya menyangkut keberadaan anggota populasi,
namun juga terkait dengan kondisi anggota populasi tersebut.
Jika semua elemen dalam populasi atau seluruh anggota
populasi diketahui atau dapat diidentifikasi dan memperoleh
kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel maka
dapat digunakan Probability sampling. Dengan demikian
untuk dapat menggunakan Probability sampling dibutuhkan
Kerangka Sampel atau Sampling frame. Sampling frame adalah
daftar seluruh anggota populasi dari mana sampel akan ditarik.
Jadi sampling frame adalah syarat utama untuk menggunakan
probability sampling. Dengan mengetahui sampling frame atau
daftar anggota seluruh populasi, maka akan dapat dihitung
probabilitas atau probability anggota populasi tersebut terpilih
sebagai sampel. Jika sampling frame tidak dapat dibuat atau
tidak diketahui, maka probabilitas atau probability, tidak
152
dapat dihitung sehingga tidak dapat menggunakan probability
sampling. Dengan demikian syarat ketersediaan sampling
frame (kerangka sampel) merupakan syarat utama untuk dapat
menerapkan teknik probability sampling. Jika populasi tidak
dapat diidentifikasi atau jumlahnya tidak dapat diketahui, maka
sampling frame tidak dapat dibuat, itu berarti penggunaan
teknik random sampling atau probability sampling tidak dapat
digunakan.
Persyaratan lain yang juga harus dipenuhi dalam
menggunakan teknik probability sampling ini agar hasil sampel
dapat mewakili populasinya adalah tingkat homogenitas
dari populasinya. Semakin homogen anggota populasi maka
semakin tinggi tingkat ketepatan dari sampel dalam mewakili
populasinya, demikian sebaliknya dengan asumsi variabel
lainnya yang bersifat non sampling error dalam kondisi cateris
paribus. Data yang dikumpulkan dari sampel akan dapat
mewakili populasinya dengan baik, ada 2 hal besar yang terlibat
didalamnya yaitu pertama, teknik sampling yang digunakan
yang dapat menyebabkan sampling error karena kesalahan
teknik sampling yang diterapkan sehingga data yang diperoleh
tidak mampu mewakili populasinya.
Kesalahan yang kedua yang disebut sebagai kesalahan
karena non sampling error, yaitu kesalahan yang bukan
disebabkan oleh kesalahan dalam teknik sampling, namun akibat
153
kesalahan lain seperti kesalahan dalam pengumpulan data, salah
mengukur variabel, kesalahan karena responden tidak jujur dan
sebagainya yang berada diluar dari kesalahan karena teknik
sampling yang tidak tepat. Agar data yang dikumpulkan dapat
dengan baik atau dengan representative mewakili populasinya,
maka sampling error dan non sampling error harus sudah dapat
diatasi oleh peneliti. Oleh karena itu pembahasan-pembahasan
berikutnya akan berkaitan dengan kedua hal tersebut, agar
hasil penelitian dapat mewakili populasinya khususnya pada
penelitian yang menggunakan data primer. Untuk mengatasi
kesalahan dalam pemilihan teknik sampling, maka peneliti harus
mempelajari dengan seksama ketersediaan teknik sampling
yang ada agar sesuai dengan kondisi populasi dari penelitian
yang dilaksanakan, sehingga akan lebih mengurangi atau
memperkecil kemungkinan kesalahan akibat kesalahan dalam
pemilihan teknik sampling yang digunakan. Berikut dijelaskan
berbagai teknik sampling yang dapat dipilih oleh peneliti sesuai
dengan kondisi populasi yang dimilikinya, yang tergolong teknik
probability sampling.
1) Simple random sampling/Pengambilan Sampel Acak
Sederhana
Simple random sampling adalah cara pengambilan
sampel atau teknik sampling dimana setiap anggota populasi
154
memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Untuk dapat memperoleh hasil yang representative
dalam mewakili populasinya, maka anggota populasi ini harus
bersifat homogen. Rumus untuk menghitung tingkat probability
anggota populasi terpilih sebagai sampel dapat dicontohkan
secara sederhana sebagai berikut.
Contoh: Jika anggota populasi yang dapat dihitung sebanyak: N
Sampel yang akan diambil dengan menggunakan
perhitungan atau acuan tertentu : n
Maka kesempatan/peluang/probability anggota populasi
terpilih sebagai sampel: n/N
Berdasarkan perhitungan atau formula tersebut, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan searah antara jumlah sampel
yang akan diambil dengan kesempatan/peluang/probability
untuk terpilih sebagai sampel. Semakin banyak jumlah sampel
yang akan diambil maka semakin besar peluang adari anggota
populasi untuk terpilih sebagai sampel, demikian sebaliknya
semakin sedikit jumlah sampel yang akan diambil, maka
semakin rendah peluang atau kesempatan dari anggota populasi
tersebut untuk dapat terpilih sebagai sampel. Jika jumlah sampel
yang akan diambil sama dengan jumlah populasinya maka
peluangnya menjadi 1, sehingga semua anggota populasi secara
pasti akan terpilih sebagai sampel dalam penelitian tersebut.
Seringkali penelitian yang meneliti seluruh anggota populasi
disebut sebagai sensus. Berikut disampaikan beberapa contoh
155
perhitungan peluang atau kesempatan atau probability anggota
populasi terpilih sebagai sampel. Mungkin perlu diberikan
catatan sedikit bahwa dalam penelitian di Ilmu Sosial khususnya
untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagian besar populasi
adalah orang-orang seperti sebagai tenaga kerja, penganggur,
manajer, petani, nelayan, pemulung, pedagang, penduduk
miskin, pematung, pemahat, penduduk, tukang parkir, akuntan,
pemilik usaha, dan sebagainya, meskipun tidak menutup
kemungkinan bahwa populasinya bukan orang seperti produk/
barang, atau bahan baku seperti meneliti tentang kualitas produk
atau kualitas bahan baku.
(1) Jika sebuah populasi petani cengkeh beranggotakan 500
orang petani, dan dengan menggunakan rumus perhitungan
tertentu diperoleh jumlah sampel sebanyak 125 orang,
maka probability atau peluang setiap anggota populasi
untuk terpilih sebagai sampel adalah
P : 125/500 = 0,25. Hal ini berarti dari 4 orang anggota
populasi akan dipilih satu orang sebagai anggota sampel.
(2) Jika sebuah populasi petani cengkeh beranggotakan 500
orang petani, dan dengan menggunakan rumus perhitungan
tertentu diperoleh jumlah sampel sebanyak 250 orang,
maka probability atau peluang setiap anggota populasi
untuk terpilih sebagai sampel adalah sebesar P: 250/500
= 0,5. Hal ini berarti dari 4 orang anggota populasi akan
dipilih 2 orang sebagai anggota sampel.
156
(3) Jika dari populasi sebanyak 500 orang tersebut semuanya
akan dipilih sebagai sampel, maka probability atau peluang
setiap anggota populasi terpilih sebagai sampel adalah
sebesar P:500/500 = 1, artinya bahwa pasti setiap anggota
populasi menjadi sampel dalam penelitian tersebut.
Berdasarkan berbagai contoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak jumlah sampel yang akan diambil dalam
sebuah penelitian, maka akan semakin tinggi probability atau
peluang setiap anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel.
Jika peluang atau probability tersebut mencapai 1, maka hal
tersebut berupa sebuah kepastian dimana probabilitas maximum
adalah 1. Dalam pengambilan sampel ini sering disebut sebagai
sensus, yaitu meneliti seluruh anggota populasi sebagai sampel
dalam penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang searah atau hubungan positif antara jumlah
sampel yang akan diambil dengan probability atau peluang
setiap anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel. Selain
itu akibat dari jumlah sampel yang semakin banyak adalah akan
menurunkan kesalahan hasil penelitian karena sampling error.
Jika sampel sama dengan jumlah populasi artinya peluang sama
dengan 1, maka tidak akan ada kesalahan karena pengambilan
sampel, artinya sampel mewakili populasi karena sampel
tersebut sama dengan populasi. Namun demikian kesalahan
akan mungkin terjadi pada non sampling error, karena berbagai
157
hal baik saat pengumpulan data maupun saat pengolahan
data. Oleh karena itu salah satu kunci seorang peneliti dapat
menurunkan kesalahan pada non sampling error adalah
melaksanakan penelitiannya bersikap teliti, hati-hati, sistematis
dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Kesalahan sampling atau
sampling error dapat diatasi dengan menambah jumlah sampel
dan atau memilih teknik sampling yang sesuai dengan kondisi
populasi, sehingga dapat menurunkan kesalahan tersebut,
dimana kesalahan tersebut akan berpengaruh terhadap hasil
penelitiannya. Kedua kesalahan tersebut baik sampling error
maupun non sampling error akan mempengaruhi kesimpulan
dari hasil penelitian seorang peneliti. Seorang peneliti haruslah
berusaha untuk menurunkan kedua jenis kesalahan tersebut
untuk dapat lebih menjamin bahwa hasil penelitiannya adalah
valid sesuai dengan kenyataan yang ada.
Cara pengambilan sampel pada simple random sampling/acak
sederhana
Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh peneliti
dalam mengambil sampel dalam penelitiannya yang tergolong
simple random sampling atau pengambilan sampel acak
sederhana. Cara yang dapat dipilih oleh peneliti tentu saja sesuai
dengan kondisi riset yang dihadapi. Kondisi riset tersebut
antara lain terkait dengan jumlah anggota populasi. Jumlah
anggota populasi akan menentukan metode pengambilan sampel
158
yang dapat atau memungkinkan untuk digunakan. Anata jumlah
anggota populasi yang sedikit, banyak, atau sangat banyak
tentunya akan mempengaruhi metode pengambilan sampel yang
dapat digunakan.
(1) Cara undian
Cara undian ini dilakukan dengan cara mengundi
unsur-unsur penelitian/anggota populasi. Cara undian ini dapat
dikatakan sebagai cara yang paling sederhana atau paling simple,
yaitu seperti namanya simple random sampling. Oleh karena
sederhana maka untuk dapat digunakan dengan hasil yang
memuaskan maka cara ini tentu saja memerlukan persyaratan.
Jika persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka juga dapat
menyebabkan terjadinya sampling error dimana sampel yang
terpilih tidak dapat mewakili populasinya. Jika sampel tidak
mampu mewakili populasinya, maka kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil penelitian tersebut tidak akan valid yaitu
tidak atau kurang mencerminkan kenyataan yang ada. Akibat
selanjutnya dari hasil penelitian yang seperti itu adalah saran
atau kebijakan yang dirancang tidak akan dapat mengatasi
masalah yang ada, yaitu Problem yang mendasari riset tersebut
dilakukan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti
jika akan menggunakan cara undian dalam melakukan
pengambilan sampel adalah anggota populasi harus homogen
159
artinya antara satu dengan yang lainnya tidak berbeda, sehingga
siapapun yang terpilih akan benar-benar dapat mewakili
populasinya. Jika anggota populasi heterogen maka akan
terjadi sebaliknya, dimana sampel yang terpilih mungkin tidak
mampu mewakili populasinya, baik prediksinya lebih tinggi
hasilnya maupun mungkin lebih rendah. Dengan demikian
jika peneliti menggunakan cara undian maka harus dipastikan
bahwa anggota populasi bersifat homogen. Selain persyaratan
homogen maka syarat yang lain jika menggunakan cara undian
adalah jumlah anggota populasinya tidak terlalu banyak atau
jumlahnya relative sedikit. Kenapa persyaratan ini diperlukan
agar peneliti tidak terlalu banyak membuat undian (misalnya
undian yang berbentuk gulungan-gulungan kertas yang dibuat
oleh peneliti) yang akan menyebabkan cara ini menjadi tidak
efisien. Cara undian ini dapat dilakukan dengan mengundi
apapun baik gulungan-gulungan kertas yang dibuat maupun
benda-benda lainnya misalnya seperti mengundi kartu pos, atau
mengundi kartu-kartu atau kertas-kertas tertentu. Jika kartu pos,
kertas atau kartu lainnya terlalu banyak yang akan diundi dapat
menyebabkan peluang setiap anggota populasi tersebut tidak
akan sama, misalnya kartu-kartu atau kertas atau gulungan-
gulungan kertas tersebut yang berada dibawah atau jauh dari
tangan yang mengambil atau mengundi tersebut, maka peluang
menjadi tidak sama.
160
Kartu atau gulungan kertas yang dekat dengan jangkauan
dari tangan yang mengambil sampel akan memperoleh
kesempatan yang lebih tinggi untuk terpilih sebagai sampel
dibandingkan dengan yang jauh. Inilah akibat dari jumlah
anggota populasi yang terlalu banyak, namun menggunakan
cara undian dalam pengambilan sampelnya. Dengan demikian
persyaratan dari probabilitas atau peluang yang sama bagi semua
anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel pada teknik
random sampling tidak akan dapat terpenuhi. Inilah salah satu
kelemahan dari menggunakan cara undian dalam pengambilan
sampel jika anggota populasi terlalu banyak. Hal ini berarti jika
seorang peneliti menghadapi jumlah anggota populasi yang
banyak atau malah sangat banyak misalnya ribuan anggota
populasi, maka tidaklah cocok atau tidak dianjurkan untuk
menggunakan cara undian untuk pengambilan sampelnya. Ada
cara lain yang dapat digunakan atau dipilih oleh peneliti jika
memiliki jumlah anggota populasi yang sangat banyak. Berikut
ini akan dijelaskan cara-cara yang dapat digunakan. Masih ada
2 cara yang dapat digunakan dalam pengambilan sampel untuk
katagori teknik simple random sampling.
(2) Penggunaan tabel bilangan random yang sudah ada dalam
buku-buku statistik
Tabel bilangan random merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan oleh peneliti jika jumlah anggota populasi
161
terlalu banyak dan menggunakan simple random sampling
dalam teknik sampling yang digunakan. Penggunaan tabel
bilangan random dalam pengambilan sampel tersebut banyak
digunakan sebelum penggunaan computer massif digunakan oleh
peneliti. Tabel bilangan random biasanya ada dalam buku-buku
sebagai lampiran misalnya buku-buku statistik atau buku-buku
metodologi penelitian, dimana peneliti dapat menggunakannya
untuk pengambilan sampel. Tabel bilangan random adalah seuah
table yang terdiriatas angka-angka dari angka 0 sampai dengan
9 dimana munculnya setiap angka-angka tersebut adalah sama.
Oleh karena probabilitas munculnya angka-angka tersebut
adalah sama, maka dikatakan berapapun angka yang muncul,
kemunculannya adalah random atau memiliki peluang yang
sama. Dengan demikian berapapun nomor yang keluar dari
angka random tersebut asalkan masih berada dalam sampling
frame (kerangka sampel) dari populasi penelitian tersebut
maka sudah dipandang memenuhi syarat yaitu probabilitas atau
peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel.
Penggunaan Tabel Bilangan Random ini dalam pengambilan
sampel cukup sederhana cara yang harus diikuti. Pertama-tama
tentu saja harus dicari Tabel Bilangan Random tersebut yang dapat
digunakan peneliti. Angka-angka dalam Tabel bilangan random
tersebut ada 6 digit, 3 digit atau 5 digit, ataupun yang lainnya.
Usahakan mencari Tabel Bilangan Random yang angka digitnya
162
sesuai dengan anggota populasi yang riset yang akan dilakukan.
Misalnya jika peneliti memiliki anggota populasi sebanyak 500
unit atau 500 orang, maka peneliti dapat mencari Tabel Bilangan
Random yang 3 digit yang sesuai dengan digit dari populasi
tersebut. Jika tidak ada Tabel Bilangan Random yang 3 digit,
maka Tabel Bilangan Random yang 6 digit dapat dibagi 2, agar
sama dengan digit dari populasi tersebut. Sebelum atau setelah
itu peneliti memiliki Tabel Bilangan Random yang sesuai dengan
dikit populasi, maka peneliti harus membuat Sampling frame
atau kerangka sampel atau daftar anggota populasi darimana
sampel akan diambil. Setelah peneliti memiliki sampling frame
dan Tabel Bilangan Random yang sesuai digitnya, maka tibalah
saatnya peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Tabel
Bilangan Random tersebut.
Misalnya dari hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh
peneliti, jumlah sampel yang telah hihitung dengan menetapkan
tingkat signifikansi atau derajat kepercayaan tertentu sebanyak
200 responden. Dengan demikian probabilitas anggota populasi
sebanyak 500 unit tersebut untuk terpilih menjadi anggota
sampel adalah sebesar 200/500 = 0,4. Hal ini berarti dari 10
unit anggota populasi akan dapat terpilih sebagai sampel adalah
sebanyak 4, atau dari 20 unit anggota populasi akan terpilih 8
anggota sampel dan sebagainya. Sampel sebanyak 200 tersebut
akan dipilih dengan menggunakan Tabel Bilangan Random
dari 500 populasi yang ada. Sampling frame dari 500 anggota
163
populasi tersebut misalnya diurut dari nomor 001 sampai dengan
500, dimana nomor-nomor tersebut sudah jelas siapa orangnya
maupun alamatnya jika populasinya adalah orang. Untuk sampel
pertama, maka peneliti harus menggunakan cara tertentu dalam
memilihnya, misalnya dengan menjatuhkan benda tertentu ke
dalam Tabel bilangan Random yang telah disiapkan. Anggap
benda yang dijatuhkan tepat jatuh pada nomor 537 pada Tabel
Bilangan Random tersebut. Oleh karena sampling frame hanya
sampai nomor 500, maka nomor 537 tidak dapat digunakan
sebagai sampel, karena tidak ada orang pada nomor tersebut.
Selanjutnya dari nomor 537 tersebut peneliti dapat bergerak
kemana saja, bergerak naik, turun, ke samping kanan atau kiri,
dan jika menemukan nomor atau angka dari 001 sampai dengan
500, maka dapat digunakan sebagai sampel. Misalnya dari
nomor 537 bergerak ke kanan bertemu dengan nomor 135, maka
responden pertama adalah orang yang berada pada nomor 135
pada sampling frame yang telah dibuat. Selanjutnya dari nomor
135 kemudian bergerak lagi ke kanan atau ke kiri atau ke atas
maupun kebawah untuk mendapatkan nomor-nomor selanjutnya
yang berada dalam range sampling frame sampai mendapatkan
responden sebanyak 200. Setelah mendapatkan 200 sampel,
maka pengambilan sampel dihentikan, atau juga kadangkala
ditambahkan beberapa nomor atau beberapa responden sebagai
cadangan, jika dari responden utama tidak dapat dijumpai, maka
cadangan tersebut dapat digunakan untuk menggantikan.
164
Di sisi lain jika benda yang dijatuhkan untuk mencari sampel
yang pertama jatuh pada nomor 145, maka responden yang
memiliki nomor tersebut langsung dapat dijadikan sebagai
responden yang pertama. Kemudian responden berikutnya
dapat dicari dari nomor tersebut dengan arah naik atau turun, ke
samping kiri atau ke samping kanan sampai diperoleh jumlah
sampel sesuai dengan kebutuhan. Kemanapun arah yang dituju
hasilnya dipandang sebagai hasil yang random atau acak, karena
angka-angka yang ada pada Tabel Bilangan Random dibentuk
oleh angka-angka yang kemunculannya adalah sama, sehingga
syarat penggunaan random sampling yaitu adanya peluang yang
sama untuk dipilih sebagai sampel dapat dipenuhi oleh cara
undian tersebut.
Jika diperhatikan dewasa ini dimana teknologi informasi
demikian maju, maka penggunaan Tabel Bilangan Random
ini dalam pengambilan sampel khususnya pada Teknik Simple
random sampling mungkin sudah jarang digunakan oleh peneliti.
Praktek penggunaan Tabel Bilangan Random ini sedikit banyak
terlihat agak rumit apalagi misalnya tidak dapat menemukan
Tabel Bilangan Random dengan digit yang sama persis dengan
digit populasi. Adalah sesuatu yang tidak mungkin atau sangat
sulit untuk menulis kembali Tabel Bilangan Random ini baik
dengan diketik amaupun ditulis tangan yang membutuhkan
waktu yang sangat lama, sehingga penggunaannya menjadi agak
rumit. Dengan demikian metode ini mungkin akan ditinggalkan
165
oleh peneliti dan digunakan oleh cara lainnya seperti
menggunakan metode acak melalui lomputer maupun dapat
menggunakan smart phone untuk dapat memperoleh nomor-
nomor berapa yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian
tersebut. Meskipun mungkin metode dengan menggunakan
Tabel Bilangan Random sebagai cara untuk mengambil sampel
sudah jarang digunakan, namun sebagai sebuah cara atau metode
yang dapat dipertimbangkan oleh peneliti untuk digunakan
dalam penelitiannya. Selain itu para mahasiswa maupun para
peneliti seyogyamnya memang memperoleh pengetahuan
tentang teknik sampling dengan menggunakan Tabel bilangan
random sebagai sebuah cara dalam pengambilan sampel yang
memiliki probabilitas yang sama pada anggota populasi untuk
terpilih menjadi sampel.
(3) Acak/random melalui komputer
Metode atau cara yang juga dapat digunakan untuk
mengambil sampel yang tergolong simple random sampling
adalah acara acak atau random melalui komputer. Dengan
bantuan computer peneliti dapat melakukan pemilihan sampel
secara acak, dan peneliti dalam menggunakan cara ini juga harus
memiliki daftar anggota populasi atau sampling frame sebelum
melakukan kegiatan pengacakan ini. Metode ini juga memiliki
persyaratan anggota populasi bersifat homogen agar sampel
yang terpilih nantinya dapat mewakili populasinya. Selain
menggunakan Komputer, cara memperoleh sampel yang acak
166
dapat juga menggunakan smart phone android dengan Program
RNG (Random Number Generator). Program RNG ini dapat
secara mudah diakses oleh peneliti atau mahasiswa dengan
mendownload melalui Playstore, dan juga penggunaannya
sangat mudah. Peneliti perlu memastikan bahwa anggota
populasi adalah homogen dan seluruh anggota populasi sudah
ada daftarnya.
Contoh: Seorang peneliti akan mengambil sampel dari populasi
penelitiannya sebanyak 50 orang petani tembakau, dengan
tingkat signifikansi atau error sebanyak 10 persen.
Tabel 6.1: Distribusi Populasi Menurut Nama dan Alamat
No Urut
Nomor Anggota Populasi
Nama Anggota Populasi
No Urut
Nomor Anggota Populasi
Nama Anggota Populasi
1 1 Made Bagiada 26 26 Utama Surya2 2 Nyoman Suka 27 27 Rintang Lima3 3 Ketut Rani 28 28 Ambuka Suci4 4 Puja Mantra 29 29 Maharditya 5 5 Sujaya Nima 30 30 Sundaran6 6 Puspa Rena 31 31 Sintaku7 7 Santana Putra 32 32 Dharmala
8 8 Rimpang Suta 33 33 Dharmaputra
9 9 Tasman Cari 34 34 Pancala
10 10 Rudana Rata 35 35 Darmanka
11 11 Aditya Sirna 36 36 Sujana
12 12 Dewa Alit 37 37 Martanta
13 13 Sunjaya Putra 38 38 Sucahya
14 14 Surya Pinatih 39 39 Putrajaya
167
Sambungan
Sumber: Data Hipotetis, 2019
Dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan
Rumus Slovin diperoleh sampel sebanyak 33. Sampel akan
diambil sebanyak 33 orang petani dari 50 orang petani yang
sudah dibuat sampling framenya. Pengambilan sampel akan
dilakukan dengan menggunakan Program RNG. Sampling
frame dari penelitian tersebut dapat dibuat dalam Tabel 6.1.
Setelah peneliti membuat sampling frame misalnya seperti
Tabel 6.1, dan sudah menghitung jumlah sampel yang harus
diambil sebanyak 33 orang petani, maka langkah selanjutnya
adalah peneliti menyiapkan Program RNG nya, cukup dengan
mendownload melalui Handphone. Setelah ada Aplikasi/
Program RNG tersebut tinggal dibuka lalu ketik Start Number
1, dan End Number 50 (karena anggota populasinya 50 atau
15 15 Suntaro Situ 40 40 Pandita
16 16 Ketut Rama 41 41 Pasramanta
17 17 Sanjaya Putu 42 42 Sarjana muda
18 18 Sasmatha 43 43 Tantra Wayan
19 19 Sutrisna 44 44 Cantika
20 20 Samantha 45 45 Dastaran
21 21 Yudha Gada 46 46 Samprangjaya
22 22 Irawadi Surya 47 47 Artika yadnya
23 23 Parsudi Rena 48 48 Santyasaputa
24 24 Antara Seta 49 49 Ardanayoga
25 25 Parwatha Ketut 50 50 Brahmapatna
168
sampling frame nya 50 seperti dalam Tabel 6.1. Setelah itu ada
pertanyaan: how many number to generate, ketik 33 karena
sampelnya setelah dihitung ada 33, kemudian biarkan ada kata
non duplicate. Kata non duplicate tersebut bermakna bahwa
anggota populasi hanya boleh muncul sekali sebagai anggota
sampel, hal ini sesuai dengan kondisi nyata yang diharapkan
bahwa anggota sampel hanya akan terpilih sekali saja. Setelah
diketik Start Number 1, End Number 50 dan 33 untuk isian how
many numbers to generate, maka langsung klik generate, maka
akan keluar nomor yang terkena sampel, seperti contoh berikut:
Tabel 6.2 : Jumlah Responden yang Menjadi Sampel
ID Numbers Nama Responden
1 10 Rudana Rata2 26 Utama Surya3 42 Sarjana muda4 6 Puspa Rena5 17 Sanjaya Putu6 8 Rimpang Suta7 26 Utama Surya8 39 Putrajaya9 13 Sunjaya Putra10 10 Rudana Rata11 19 Sutrisna12 8 Rimpang Suta13 22 Irawadi Surya14 1 Made Bagiada15 36 Sujana
169
Sambungan
Sumber: Hasil Olahan dari Data Hipotetis dengan Aplikasi/ Program RNGDengan mengisi catatan sebelum melakukan atau mengklik
generate, no duplicate maka dapat dilihat hasilnya dalam Tabel
5.2 tidak ada nomor anggota sampel yang sama atau keluar 2
kali. Jika tidak diisi catatan no duplicate, maka akan ada anggota
populasi yang menjadi anggota sampel sebanyak 2 kali, kondisi
seperti dalam riset-riset pada umumnya tidak dikehendaki,
oleh karenanya peneliti harus mengisi tanda no duplicate. Data
seperti Tabel 5.2 sudah ditunjukkan bahwa jumlah sampel yang
diperoleh adalah 33, seperti yang telah dihitung sebelumnya
ID Numbers Nama Responden16 11 Aditya Sirna17 2 Nyoman Suka18 40 Pandita19 32 Dharmala20 21 Yudha Gada21 29 Maharditya22 18 Sasmatha23 7 Santana Putra24 25 Parwatha Ketut25 14 Surya Pinatih26 23 Parsudi Rena27 3 Ketut Rani
28 15 Suntaro Situ30 30 Sundaran31 37 Martanta32 47 Artika yadnya33 38 Sucahya
170
dengan menggunakan metode Slovin. Kemudian dalam Tabel
5.2 juga terlihat bahwa nomor-nomor anggota populasi tidak ada
yang terpilih 2 kali, jadi semua hanya sekali.
Nomor-nomor yang terpilih tersebut dianggap sudah
random, dimana semua nomor-nomor tersebut memiliki
peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Dengan
melihat nomor-nomor anggota populasi yang keluar, maka tahap
selanjutnya adalah mencocokkan nomor-nomor tersebut dengan
nama responden yang sudah ada dalam sampling frame. Nama-
nama itulah yang akan menjadi responden dalam penelitian
tersebut. Untuk memastikan pada pembimbing atau penguji (jika
peneliti adalah mahasiswa) maka pada saat muncul atau keluar
nomor-nomor anggota sampel tersebut di layar handphone,
peneliti harus melakukan screenshoot untuk meyakinkan atau
memastikan memang nomor-nomor itulah yang keluar secara
acak atau random dari program/aplikasi RNG yang digunakan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat jika dilakukan berkali-kali
generate atau berkali-kali run ulang untuk memperoleh sampel,
maka nomor-nomor yang keluar akan selalu berbeda. Oleh
karena itulah jika sudah melakukan generate yang pertama
langsung screenshoot sebagai catatan peneliti bahwa orang yang
memiliki nomor-nomor tersebutlah yang merupakan sampel
dalam penelitian yang dilakukan. Setelah peneliti memastikan
nama-nama yang menjadi responden penelitian, maka peneliti
171
tinggal menemui responden yang bersangkutan untuk melakukan
pengumpulan data maupun melakukan observasi di tempat
responden sesuai dengan kebutuhan data yang diinginkan
sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai tambahan jika peneliti
menginginkan ada cadangan responden, maka peneliti dapat
menambahkan misalnya 5 atau 10 persen dari jumlah responden
yang akan diambil, misalnya responden yang dihitung sebanyak
33 orang, ditambah 10 persen, maka jumlah sampel yang
dihitung dari program RNG adalah 36 orang, namun tetap yang
diteliti adalah 33 orang.
Tiga orang calon responden tersebut adalah responden
pengganti jika seandainya responden yang terpilih dari nomor 1
sampai dengan 33 ada yang tidak dapat dijumpai sesuai dengan
toleransi waktu yang dimiliki. Misalnya ditetapkan toleransi
menemui responden sampai 3 kali atau 2 kali, maka setelah
ditemui sebanyak itu tidak juga dapat bertemu, maka responden
utama dapat diganti dengan responden cadangan tersebut.
Sebaliknya jika responden sebanyak 33 orang dapat dijumpai
sesuai waktu yang direncanakan, maka responden cadangan
tidak perlu digunakan lagi. Responden cadangan diperlukan
dalam situasi yang tidak sesuai harapan, namun responden
cadangan tersebut tetap berdasarkan pilihan secara random
seperti pada responden utama. Dengan menggunakan Program/
Aplikasi RNG ini, maka peneliti sangat dibantu oleh program ini
172
untuk menemukan responden yang benar-benar dipilih secara
random/acak. Cara ini sangat sederhana dan sangat mudah untuk
diaplikasikan atau diterapkan dalam pengambilan sampel, dan
lebih menjamin sampel yang terpilih adalah bersiaft random
atau acak.
2) Systematic Random Sampling/Pengambilan Sampel
Sistematis
Pengambilan Sampel Sistematis atau Systematic Random
Sampling adalah suatu metode pengambilan sampel, dimana
unsur/sampel pertama saja yang dipilih secara random,
sedangkan sampel berikutnya dipilih dengan interval tertentu.
Dalam metode ini juga disyaratkan bahwa anggota populasi
juga bersifat homogen, dan sampling frame juga tersedia secara
lengkap. Dengan demikia tahapan pertama yang dilakukan
dalam teknik pengambilan sampel sistematis ini adalah
menentukan jumlah atau daftar anggota populasi yang disebut
sebagai sampling frame. Oleh karena metode ini adalah termasuk
probability sampling maka unsur populasi atau anggota populasi
haruslah diketahui atau dapat terdata dengan baik sehingga
sampling frame dapat dibuat. Setelah membuat sampling frame,
maka tahap berikutnya adalah menentukan interval sampel yang
dapat dikatakan sebagai ciri dari metode pengambilan sampel
sistematis ini. Kata sistematis diterjemahkan dalam metode ini
173
sebagai jarak atau interval antara satu responden yang terpilih
dengan responden yang lainnya dalam deretan atau urutan
anggota populasi yang sudah dibuat dalam sampling frame
tersebut. Panjang atau pendeknya interval sampel tersebut
tergantung dari jumlah anggota populasi dan jumlah sampel
yang akan diambil dimana jumlah sampel ini telah ditetapkan
berdasarkan perhitungan tertentu. Semakin banyak jumlah
sampel dengan jumlah populasi yang tertentu, maka interval
sampel akan menjadi semakin pendek, artinya semakin cepat
sampel akan diambil dari urutan anggota populasi yang ada,
demikian sebaliknya.
Tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel pertama
yang akan diambil berdasarkan besarnya nilai atau angka dari
interval sampel yang telah dihitung sebelumnya. Misalnya
interval sampel besarnya adalah 20, maka sampel pertama akan
diambil dari angka-angka dengan nilai dari 1 sampai dengan 20.
Cara pengambilannya dapat dengan menggunakan undian, tabel
bilangan random atau dengan RNG. Angka sampel pertama
merupakan titik awal untuk angka-angka berikutnya dengan
menambahkannya pada interval tertentu yang telah dihitung
sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara rinci
dapat diringkas urutannya dengan 4 tahapan sebagai berikut.
174
1) Tentukan jumlah dan daftar anggota populasi (sampling
frame)
2) Tentukan interval sampel : k = N/n
3) Tentukan secara acak sampel pertama diantara nomor-
nomor dalam interval sampel
4) Sampel berikutnya dipilih dengan interval tertentu dari
sampel pertama
Sampel 1 : R
Sampel 2 : R + 1k
Sampel 3 : R + 2k
Sampel 4 : R + 3k
Sampel 4 : R + 4k
Sampel 10 : R + 9k
Sampel 40 : R + 39k
Sampel 50 : R + 49k
Sampel n : R + (n-1)k
Selain cara yang telah disampaikan, ada juga cara perhitungan
lainnya (cara kedua) yang memberikan hasil yang sama untuk
pengambilan sampel sistematis. Perhitungan tersebut adalah
sebagai berikut.
Sampel 1 : R
Sampel 2 : Sampel 1 + k
Sampel 3 : Sampel 2 + k
Sampel 4 : Sampel 3 + k
175
Sampel 5 : Sampel 4 + k
Sampel 6 : Sampel 5 + k
Sampel 7 : Sampel 6 + k
Sampel n : Sampel (n-1) + k
Contoh jika seorang peneliti memiliki sampel sebanyak 300
orang petani garam, kemudian dari hasil perhitungan ukuran
sampel, jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 50 orang.
Dengan data tersebut dapat dihitung interval sampelnya yaitu
k = N/n = 300/50 = 6. Berdasarkan interval sampel tersebut
dapat disusun angka-angka dari 1 sampai dengan 6 yaitu angka
1,2,3,4,5, dan 6, dan diambil sampel pertama dari angka-angka
tersebut. Misalnya yang terpilih adalah angka 3, maka dapat
dirumuskan nomor-nomor sampling frame yang akan menjadi
anggota sampel dari penelitian tersebut.
Sampel 1 : 3
Sampel 2 : 3 + 1k = 3 + 6 = 9
Sampel 3 : 3 + 2k = 3 + 12 = 15
Sampel 4 : 3 + 3k = 3 + 18 = 21
Sampel 5 : 3 + 4k = 3 + 24 = 27
Sampel 6 : 3 + 5k = 3 + 30 = 33
Sampel 7 : 3 + 6k = 3 + 36 = 39
Sampel 8 : 3 + 7k = 3 + 42 = 45
Sampel 9 : 3 + 8k = 3 + 48 = 51
Sampel 10: 3 + 9k = 3 + 54 = 57
176
Sampel 11: 3 + 10k = 3 + 60 = 63
Sampel 12 : 3 + 11k = 3 + 66 = 69
Sampel 13 : 3 + 12k = 3 + 72 = 75
Sampel 14 : 3 + 13k = 3 + 78 = 81
Sampel 15 : 3 + 14k = 3 + 84 = 87
Sampel 16 : 3 + 15k = 3 + 90 = 93
Sampel 17 : 3 + 16k = 3 + 96 = 99
Sampel 18 : 3 + 17k = 3 + 102 = 105
Sampel 19 : 3 + 18k = 3 + 108 = 111
Sampel 20 : 3 + 19k = 3 + 114 = 117
Sampel 21 : 3 + 20k = 3 + 120 = 123
Sampel 22 : 3 + 21k = 3 + 126 = 129
Sampel 23 : 3 + 22k = 3 + 132 = 135
Sampel 24 : 3 + 23k = 3 + 138 = 141
Sampel 25 : 3 + 24k = 3 + 144 = 147
Sampel 26 : 3 + 25k = 3 + 150 = 153
Sampel 27 : 3 + 26k = 3 + 156 = 159
Sampel 28 : 3 + 27k = 3 + 162 = 165
. . . .
. . . .
. . . .
Sampel 40 : 3 + 39k = 3 + 234 = 237
. . . .
. . . .
Sampel 50 : 3 + 49k = 3 + 294 = 297
177
Dengan cara perhitungan ini dapat dilihat bahwa
responden terakhir atau responden yang ke 50 adalah nomor
297 pada daftar anggota sampel atau sampling frame dari 300
sampling frame secara keseluruhan. Perhitungan yang telah
dilakukan tersebut kemungkinan besar sudah benar karena
jika ditambahkan interval sampel lagi sekali yaitu ditambah 6
maka nomor daftar anggota populasi atau sampling framenya
menjadi nomor 303, yang sudah melewati sampling frame yang
ada. Hal ini berarti bahwa nomor anggota populasi 297 adalah
nomor sampel yang terakhir dan perhitungan yang dilakukan
sudah benar. Sebaliknya jika nomor dari sampel terakhir yaitu
sampel ke 50, ditambahkan lagi sekali sebesar interval sampel,
masih berada dalam daftar anggota populasi sebanyak 300
tersebut, berarti pasti salah perhitungan nomor-nomor dari
sampel yang telah dihitung tersebut. Sebagai contoh jika sampel
yang ke 50, nomor dalam sampling frame misalnya 292, maka
jika ditambahkan dengan sekali lagi interval sampel sebesar 6,
maka nomor sampling framenya menjadi 298, dan nomor ini
masih berada dalam nomor dalam sampling frame yang ada.
Ini berarti total sampelnya menjadi 51 dan bukan 50. Dengan
demikian contoh perhitungan ini mencerminkan ada kesalahan
dalam menghitung nomor-nomor dari sampling frame yang
akan menjadi anggota sampel dalam penelitian. Jika terjadi hal
demikian maka peneliti harus mengulangi menghitung nomor-
178
nomor dari anggota populasi atau sampling frame yang terpilih
sebagai sampel. Cara seperti ini adalah cara yang sederhana
untuk mengecek kebenaran dalam menghitung nomor-nomor
dari anggota populasi yang terpilih sebagai sampel.
Cara yang digunakan dalam perhitungan tersebut
sangat mudah untuk mengetahui berapa nomor dari sampling
frame untuk sampel tertentu dengan rumus yang digunakan
tersebut. Sampel yang keberapapun dapat dihitung karena sudah
diketahui nomor sampel yang pertama dan besarnya interval
sampel. Dengan memasukkan ke dalam rumus sampel keberapa
yang diinginkan akan dengan sangat mudah dihitung. Dengan
kecermatan atau kehati-hatian dalam menghitung, maka rumus
tersebut akan menghasilkan jumlah sampel yang sesuai dengan
perhitungan yang telah dibuat dengan interval sampel tertentu
yang telah pula dihitung dengan tepat. Namun tidak demikian
dengan cara kedua yang telah disampaikan sebelumnya dalam
menghitung nomor-nomor dari sampling frame yang akan
menjadi sampel dalam penelitian tersebut. Sebagai contoh
perhitungan digunakan sama dengan contoh perhitungan pada
cara pertama.
Sampel 1 = 3, maka
Sampel 2 = 3 + 6 = 9
Sampel 3 = 9 + 6 = 15
Sampel 4 = 15 + 6 = 21
179
Sampel 5 = 21 + 6 = 27
Sampel 6 = 27 + 6 = 33
Sampel 7 = 33 + 6 = 39
Sampel 8 = 39 + 6 = 45
Sampel 9 = 45 + 6 = 51
Sampel 10 = 51 + 6 = 57
Sampel 11 = 57 + 6 = 63
Sampel 12 = 63 + 6 = 69
Sampel 13 = 69 + 6 = 75, dan seterusnya.
Cara perhitungan seperti ini akan mudah dilakukan jika peneliti
menghitungnya secara berurut satu persatu. Namun jika peneliti
ingin menghitung sampel ke 20, namun belum menghitung
sampel ke 19, maka sampel ke 20 tidak dapat dihitung. Sampel ke
15 dapat dihitung jika sampel ke 14 sudah dihitung sebelumnya.
Demikian juga sampel yang ke n dapat dihitung jika sampel ke
n-1 sudah dihitung sebelumnya. Jadi perhitungan sampel yang
tidak berurut atau meloncat tidak dapat dilakukan pada metoda
atau cara kedua ini. Ini dapat dikatakan sebagai kelemahan cara
perhitungan ini, meskipun pada akhirnya memberikan hasil yang
sama dengan cara yang pertama dengan asumsi peneliti sudah
melakukan perhitungan yang benar. Dengan membandingkan
kedua cara tersebut, maka dapat dikatakan cara pertama akan
dapat digunakan peneliti untuk menghitung sampel yang
keberapapun yang diinginkan, tinggal memasukkannya ke dalam
180
rumus yang sudah ada. Namun cara kedua tidak dapat digunakan
untuk menghitung sampel yang tidak berurutan, meskipun akan
mendapatkan hasil yang sama antara cara pertama dan kedua.
3) Stratiffied Random Sampling
Selain simple random sampling dan Systematic Random
Sampling seperti yang telah dijelaskan semua, maka ada cara
lainnya yang dapat digunakan oleh peneliti dengan melihat
kondisi anggota populasi yang tertentu, seperti anggopa populasi
tidak berada dalam kondisi yang homogen. Dalam kenyataannya
seringkali terjadi bahwa populasi yang dihadapi oleh peneliti
tidak dalam keadaan homogen seperti persyaratan yang harus
ada dalam menggunakan teknik pengambilan sampel random
atau random sampling/probability sampling. Dalam realitanya
barangkali populasi yang heterogen inilah yang benar-benar
dihadapi oleh peneliti. Dengan kondisi seperti ini peneliti
tidak dapat begitu saja menggunakan metode simple random
sampling misalnya, namun peneliti harus memilih cara atau
metode sampling yang lebih tepat. Cara atau metode sampling
yang dapat digunakan oleh peneliti jika populasinya heterogen
adalah stratified random sampling atau cara pengambilan sampel
yang distratifikasi. Stratifikasi inilah yang mencerminkan bahwa
populasi memiliki strata atau lapisan-lapisan sebagai bukti
adanya heterogenitas dari populasi antar lapisan atau strata.
181
Namun demikian sub populasi dalam lapisan atau strata yang
sama akan menjadi lebih homogen dibandingkan jika peneliti
tidak membuat lapisan-lapisan atau strata. Dengan kata lain
populasi yang heterogen akan dapat menjadi lebih homogen jika
dibuat dalam bentuk strata atau lapisan-lapisan tertentu dimana
ciri homogenitasnya berada dalam strata atau lapisan yang sama.
Sebagai contoh dalam penelitian tentang kesejahteraan
atau pendapatan petani kakao, maka sangat penting diperhatikan
pada populasi tersebut homogen ataukah tidak pada saat
pengambilan sampel yang dilakukan. Jika populasi heterogen
atau tidak homogen, maka peneliti harus membuat strata atau
lapisan-lapisan agar populasi menjadi lebih homogen dalam
setiap lapisan atau strata. Pertanyaan pentingnya kemudian
adalah apakah variabel yang dapat digunakan oleh peneliti
dalam membuat strata atau lapisan-lapisan agar populasi menjadi
lebih homogen. Variabel yang dapat digunakan untuk membuat
strata adalah variabel yang menurut si peneliti berhubungan erat
dengan dependen variabelnya atau variabel yang ingin diteliti dan
berusaha untuk dinaikkan jika variabel yang tergolong favourable
atau diturunkan jika tergolong variabel unfavourable. Misalnya
jika tujuan risetnya adalah menyangkut pendapatan petani tentu
variabel ini ingin dinaikkan atau favourable variable, sedangkan
misalnya variabel pengangguran tentu saja ingin diturunkan atau
unfavourable variable. Dengan demikian variabel yang akan
182
digunakan sebagai variabel untuk membuat lapisan atau strata
adalah variabel yang terkait misalnya dengan pendapatan petani
atau terkait dengan tingkat pengangguran. Jadi variabel yang
digunakan untuk membuat strata atau lapisan adalah variabel
yang berhubungan erat dengan variabel dependen.
Misalnya populasi petani kakao di suatu desa misalnya
sebanyak 200 orang, peneliti ingin memperoleh informasi
tentang pendapatan petani kakao tersebut. Berdasarkan analisis
yang dilakukan bahwa variabel luas lahan adalah variabel yang
berkaitan erat dengan pendapatan petani kakao tersebut. Dalam
artian jika petani kakao yang memiliki lahan yang luas, maka
semakin banyak pula pendapatan yang akan diperolehnya.
Demikian sebaliknya, jika luas lahan yang dimilikinya sempit,
maka pendapatannya juga akan cenderung rendah. Dengan
demikian, maka variabel luas lahan dapat digunakan sebagai
variabel untuk menstratifikasi populasi petani kakao yang ada
dalam wilayah penelitian menjadi lapisan atau strata yang
lebih homogen pada masing-masing lapisan tersebut. Petani
kakao yang populasinya sebanyak 200 tidak dibuat strata atau
lapisan-lapisan maka dapat dilihat data tentang luas lahan yang
dimiliki misalnya yang terluas 50 hektar dan yang paling sempit
misalnya 2 hektar. Dengan demikian range atau jarak antara data
yang tertinggi dengan yang terendah adalah 48 hektar. Range ini
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan populasi petani kakao
183
tersebut dibuat strata dengan luas lahan sebagai veriabel untuk
menstrata populasi ke dalam lapisan-lapisan.
Jika seluruh populasi tersebut yang sebanyak 200 tersebut
dibuatkan strata atau lapisan misalnya menjadi 3 lapisan atau
3 strata, maka di setiap lapisan atau strata akan menjadi lebih
homogeny dibandingkan dengan jika tidak dibuat strata. Sebagai
contoh jika dibuat 3 lapisan dengan klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 6.3: Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut Strata Luas
Lahan Tahun 2019
Sumber: Data Hipotetis, 2019
Data yang terlihat dalam Tabel 6.3 dapat dijelaskan bahwa di
setiap lapisan atau strata yang dibuat menjadi lebih homogen.
Hal ini sangat penting mengingat bahwa salah satu syarat dalam
penggunaan probability sampling adalah anggota populasi
homogen. Tabel 5.3 tersebut juga mencerminkan hal tersebut,
dimana pada strata atau Lapisan 1 memiliki range atau jarak 13
Ha, Lapisan 2 memiliki jarak 16 Ha, dan Lapisan 3 memiliki
No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha) Jumlah Populasi (orang)
1 Lapisan 1 2 - 15 90
2 Lapisan 2 16 - 32 60
3 Lapisan 3 33 - 50 50
4 Total 200
184
jarak 17 Ha. Data ketiga lapisan ini jauh lebih kecil daripada
range atau jarak secara keseluruhan jika tidak dibuat strata yaitu
48 Ha. Range yang semakin besar dapat mencerminkan bahwa
data semakin bervariasi atau semakin heterogen, demikian
sebaliknya jika range atau jarak semakin kecil, maka dapat
dikatakan bahwa data atau anggota populasi semakin homogen.
Jika Range sama dengan 0, maka anggota populasi memiliki
misalnya lahan yang sama luasnya. Data seperti ini juga
menunjukkan bahwa anggota populasi homogen sempurna, jadi
satu dengan yang lainnya memiliki luas lahan yang sama. Jika
anggota populasi dalam keadaan homogen sempurna, maka satu-
satuan anggota populasi tersebut jika diambil sebagai sampel
sudah akan dapat mewakili populasinya. Demikian sebaliknya
jika anggota populasi heterogen sempurna, maka hanya dengan
meneliti seluruh populasinya (mengadakan sensus) akan dapat
representative dalam mewakili populasinya.
Setelah populasi dibagi kedalam lapisan-lapisan yang lebih
homogen tentunya, maka langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah menghitung jumlah sampel yang akan dapat diambil
dari total anggota populasi sebanyak 200 tersebut.Misalnya
dengan menggunakan alpha sebanyak 5 persen, dan dengan
menggunakan rumus Slovin seperti yang telah dijelaskan dalam
bab sebelumnya, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 133
sampel petani kakao. Sebanyak 133 orag sampel petani kakao
185
tersebut akan didistribusikan ke dalam ketiga lapisan tersebut.
Cara untuk mendistribusikan jumlah sampel ke dalam setiap
lapisan seperti terlihat dalam Tabel 7.3 ada 2 yang diuraikan
secara rinci sebagai berikut.
(1) Proportionate stratified random sampling
Pad acara ini jumlah sampel yang telah dihitung tersebut
misalnya sebanyak 133 orang tersebut didistribusikan secara
proporsional sesuai dengan banyaknya populasi di setiap
lapisan atau strata tersebut. Semakin banyak anggota populasi
dalam sebuah lapisan, maka semakin banyak pula sampel yang
akan didistribusikan ke dalam populasi tersebut. Demikian pula
sebaliknya jika anggota populasi di sebuah lapisan jumlahnya
sedikit, maka akan memperoleh jumlah sampel yang sedikit
pula. Jadi dalam hal ini jumlah sampel di setiap lapisan atau
strata akan searah dengan jumlah anggota populasi disetiap
lapisan tersebut. Syarat dari penggunaan metode Proportionate
stratified random sampling adalah setiap lapisan dari populasi
tersebut memiliki tingkat homogenitas atau heterogenitas
yang hampir sama. Hal ini menjadi penting karena tingkat
homogenitas atau heterogenitas mempengaruhi jumlah sampel
dalam sebuah penelitian. Semakin heterogen anggota populasi
maka semakin banyak jumlah sampel yang dibutuhkan, jika
heterogen sempurna maka hanya meneliti seluruh anggota
186
populasi atau melakukan sensus yang hasilnya dapat mewakili
populasinya. Sebaliknya jika semakin homogen anggota
populasi maka semakin sedikit dibutuhkan jumlah sampel untuk
dapat mewakili populasinya, dan jika homogen sempurna maka
hanya satu-satuan dari anggota populasi sudah dapat mewakili
populasinya. Dengan persyaratan tersebut maka jumlah anggota
sampel di setiap lapisan menjadi proporsionel dengang anggota
populasi di setiap lapisan tersebut jika tingkat homogenitas atau
heterogenitas dari masing-masing lapisan adalah sama atau
hampir sama.
Penggunaan Proportionate stratified random sampling,
selain mempertimbangkan tingkat homogenitas di setiap lapisan
atau strata, juga terkait dengan jumlah anggota populasi di
setiap lapisan. Jika anggota populasi di setiap lapisan jumlahnya
tidak proporsional dalam arti ada yang sangat banyak dan ada
yang sangat sedikit, maka metode yang proporsional dalam
menentukan jumlah anggota populasi di setiap lapisan akan
menjadi kurang relevan. Hal ini disebabkan jika anggota
populasi di satu lapisan sangat sedikit, maka ada kemungkinan
di lapisan tersebut tidak ada sampel yang mewakilinya. Dengan
kondisi tersebut maka besar kemungkinan hasil penelitian
yang dibuat tidak representatif mewakili populasinya secara
keseluruhan. Oleh karena itu dalam penggunaan metode yang
proporsional dalam menentukan jumlah sampel di setiap
187
lapisan atau strata, maka anggota populasi di setiap lapisan juga
jumlahnya haruslah proporsional, yang berarti jumlah anggota
populasi di setiap lapisan hampir sama atau tidak terlalu jauh
berbeda. Berdasarkan syarat-syarat tersebut maka penggunaan
metode proporsional dapat digunakan. Dengan contoh yang
telah dihitung sebelumnya yaitu jumlah sampel 133 orang petani
kakao, maka akan didistribusikan ke dalam semua strata atau
lapisan seperti Tabel 6.4 berikut.
Tabel 6.4: Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas
Lahan Tahun 2019
Sumber: Data Hipotetis, 2019
Tabel 6.4 menunjukkan distribusi sampel menurut lapisan atau
strata yang jumlahnya proporsional dengan jumlah anggota
populasi di setiap lapisannya. Hal ini dapat dilakukan jika
anggota populasi antar lapisan tidak berbeda terlalu jauh,
sehingga semua lapisan mendapat sampel yang juga jumlahnya
tidak berbeda terlalu jauh. Demikian juga dapat dilihat bahwa
homogenitas antar lapaisan juga tidak terlalu jauh berbeda,
jika dilihat dari range atau jarak data tertinggi dan terendah
No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha)
Jumlah Populasi (orang)
Jumlah Sampel (orang)
1 Lapisan 1 2 - 15 75 50
2 Lapisan 2 16 - 32 60 40
3 Lapisan 3 33 - 50 65 43
4 Total 200 133
188
antar lapisan tersebut. Jika peneliti telah menghitung jumlah
sampel di setiap lapisan tersebut tahap berikutnya yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah mengambil sampel di setiap
lapisan dengan random sampling atau pengambilan sampel
secara acak. Pengertian acak atau random disini adalah semua
anggota populasi di masing-masing lapisan memperoleh
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel dalam
satu lapisan tertentu. Pada Lapisan 1 probabilitas untuk terpilih
sebagai sampel 50/75 atau 0,67. Pada Lapisan 2 probabilitasnya
sebesar 40/60 atau 0,67 sedangkan Lapisan 3 probabilitasnya
43/65 atau 0,66. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
probabilitas setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel
adalah sama yaitu 0,67. Demikian juga dihitung probabilitas
secara keseluruhan adalah 133/200 = 0,67. Oleh karena sampel
di setiap lapisan adalah proporsional dengan jumlah populasi
di setiap lapisan, maka probabilitas anggota populasi di setiap
lapisan untuk dipilih sebagai sampel juga adalah sama dengan
probabilitas secara total. Tentu saja probabilitas yang sama ini
akan masuk akal jika tingkat homogenitas di antara lapisan-
lapisan tersebut adalah hampir sama atau sama.
Pada Lapisan 1, akan diambil 50 orang sampel dari 75 orang
anggota populasi, pada Lapisan 2 akan diambil sampel sebanyak
40 orang dari 60 anggota populasi di Lapisan2, dan pada Lapisan
3 akan diambil 43 orang sampel dari 65 orang anggota populasi
pada Lapisan 3. Untuk pengambilan sampel tersebut peneliti
189
harus kembali pada teknik sampling random yaitu tepatnya
simple random sampling, yaitu dapat menggunakan cara undian,
tabel bilangan random, acak melalui computer, atau pun dengan
cara RNG (Random Number Generator) yang dapat dilakukan
melalui hand phone yang menggunakan android, seperti yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
(2) Disproportionate Stratified Random Sampling
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa metode
proporsional di setiap lapisan untuk jumlah sampel yang dapat
diambil, jika anggota populasi di setiap lapisan juga hampir sama
jumlahnya. Bagaimana jika jumlah anggota populasi di setiap
lapisan berbeda secara nyata, maka tentu saja cara atau metode
proporsional tidak dapat digunakan, maka peneliti sebaiknya
menggunakan cara disproporsional anggota sampel di masing-
masing lapisan. Contoh anggota populasi di setiap lapisan yang
tidak proporsional jumlahnya.
Tabel 6.5: Contoh Distribusi Populasi Petani Kakao Menurut
Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsinal Tahun 2019
Sumber: Data Hipotetis, 2019
No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha) Jumlah Populasi (orang)
1 Lapisan 1 2 - 15 1002 Lapisan 2 16 - 32 953 Lapisan 3 33 - 50 54 Total 200
190
Contoh data pada Tabel 6.5 menunjukkan anggota populasi di setiap lapisan yang tidak proporsional jumlahnya. Pada Lapisan 3 hanya 5 orang sedang lapisan yang lainnya hampir 20 kali lipat jumlahnya dari populasi pada Lapisan 3. Pada jenis populasi seperti ini, maka tidak dapat digunakan cara proporsional seperti cara sebelumnya. Pada contoh seperti ini, maka cara disproporsional yang lebih cocok untuk digunakan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa untuk Lapisan 3, diambil seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel, sedangkan pada Lapisan 1 dan 2 akan diambil jumlah sampel yang sesuai dengan jumlah anggota populasi yang ada. Oleh karena jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 133 orang petani kakao, di Lapisan 3 diambil seluruhnya yaitu 5, maka kekurangannya lagi sebanyak 128 orang lagi akan diambil dari Lapisan 1 dan 2. Jumlah anggota populasi lapisan 1 dan 2 dengan jumlah yang proporsional besarnya, maka jumlah sampel yang akan diambil juga proporsional. Dengan demikian jumlah anggota sampel di Lapisan 1 adalah 100/195 x 128 = 66 orang dan sampel di Lapisan 2 = 95/195 x 128= 62 orang. Dengan demikian total sampel dalam penelitian tersebut adalah di Lapisan 1 = 66 orang, dan Lapisan 2 sebanyak 62 orang, serta Lapisan 3 sebanyak 5 orang. Distribusi sampel menurut lapisan atau strata dapat dilihat dala Tabel 6.6 berikut.
191
Tabel 6.6: Contoh Distribusi Sampel Petani Kakao Menurut Strata Luas Lahan yang Tidak Proporsional Tahun 2019
Sumber: Data Hipotetis, 2019
Data dalam Tabel 6.6 dapat dilihat bahwa jumlah
anggota populasi maupun jumlah sampel di setiap lapisan
terlihat tidak proporsional. Untuk Lapisan 3 seluruh anggota
populasi digunakan sebagai sampel sehingga teknik sampling
yang digunakan adalah sampling jenuh atau dilakukan sensus
pada seluruh anggota populasi pada Lapisan 3. Untuk Lapisan
1 dan Lapisan 2, kembali akan menggunakan cara simple
random sampling atau acak sederhana, baik dengan undian,
tabel bilangan random, acak melalui komputer, maupun dapat
menggunakan hand phone dengan program atau aplikasi RNG.
Dengan melihat pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa
penggunaan stratified random sampling baik yang proporsional
maupun yang disproporsional, membutuhkan beberapa tahapan
yaitu pertama, menghitung jumlah sampel secara total; kedua
kemudian medistribusikannya ke dalam lapisan-lapisan; dan
ketiga pengambilan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
No Strata/Lapisan Luas Lahan (Ha)
Jumlah Populasi (orang)
Jumlah Sampel (orang)
1 Lapisan 1 2 - 15 100 662 Lapisan 2 16 - 32 95 623 Lapisan 3 33 - 50 5 54 Total 200 133
192
distribusi sampel yang telah dihitung sebelumnya, dimana
pengambilan sampel ini akan kembali lagi menggunakan simple
random sampling atau pengambilan sampel random sederhana.
Dengan memperhatikan penjelasan yang telah disampaikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan secara sederhana bahwa
penggunaan metode stratified random sampling memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut.
1) Seringkali terjadi bahwa populasi tidak homogen, untuk
membuat lebih homogen maka dapat dibuat strata/lapisan-
lapisan. Hal ini perlu dilakukan mengingat syarat dalam
penggunaan random sampling adalah data atau anggota populasi
yang homogen.
2) Peneliti harus memastikan bahwa ada kriteria yang jelas
untuk menstratifikasi populasi ke dalam strata atau lapisan-
lapisan. Kriteria yang dimaksud adalah variabel penelitian yang
sesuai dengan tujuan penelitian yang terkait erat dengan variabel
tergantung atau variabel endogen.
3) Harus ada data sesuai dengan kriteria yang digunakan
untuk menstratifikasi populasi ke dalam lapisan-lapisan yang
telah dibuat. Dapat dimaknai jika tidak ada data sesuai dengan
kriteria yang digunakan untuk menstratifikasi populasi ke dalam
lapisan-lapisan, maka kriteria tersebut tidak dapat digunakan.
Hal ini berarti hanya variabel atau kriteria yang ada datanya
yang dapat digunakan sebagai variabel untuk menstratifikasi
populasi ke dalam lapisan-lapisan yang diinginkan, dan variabel
193
atau kriteria tersebut adalah variabel yang terkait dengan tujuan
penelitiannya.
4) Jumlah anggota populasi di setiap lapisan diketahui, hal ini
berarti persyaratan yang ketiga sebelumnya menyebabkan setiap
lapisan atau strata memiliki jumlah anggota populasi yang
tertentu. Syarat ini merupakan ciri atau keharusan untuk dapat
menggunakan random sampling yaitu daftar anggota populasi
baik secara keseluruhan maupun di setiap lapisan.
4) Cluster Sampling/pengambilansampelgugus
Di dalam kenyataannya sangat mungkin terjadi bahwa
anggota populasi atau sampling frame sulit untuk dibuat atau
tidak mungkin untuk dibuat, jikapun dapat disusun sampling
framenya, maka akan membutuhkan sumber daya yang sangat
besar. Hal ini berarti seringkali terjadi daftar seluruh anggota
populasi tidak tersedia. Jika dibuat akan membutuhkan sumber
daya yang sangat besar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
unit-unit analisa dalam populasi dikelompokkan dalam gugus-
gugus yang disebut Cluster, yang merupakan satuan-satuan dari
mana sampel akan diambil. Dengan demikian konsep acak ini
terjadi di tingkat gugus, atau tidak terjadi di tingkat unit analisis.
Gugus-gugus ini yang akan dijadikan sebagai sampling frame
atau daftar anggota populasi dari penelitian yang bersangkutan.
Sama dengan teknik sampling sebelumnya yang telah dijelaskan
194
terutama simple random sampling, maka teknik pengambilan
sampel gugus ini juga akan memanfaatkan cara-cara yang
ada seperti cara undian, tabel bilangan random, acak melalui
computer, atau dengan metode RNG. Jadi penggunaan cara-
cara ini yang terdapat dalam pengambilan sampel sederhana
dilakukan atau diterapkan di tingkat gugus. Setelah diperoleh
sampel gugus secara random dengan berbagai metode yang
digunakan seperti dalam simple random sampling tersebut,
maka seluruh anggota populasi dalam gugus yang terpilih dipilih
sebagai sampel. Jadi berapapun anggota populasi dalam gugus
terpilih semuanya dijadikan sampel dalam penelitian tersebut.
Dengan demikian berapa jumlah sampel dalam penelitian
tersebut baru akan diketahui setelah penelitian tersebut selesai
dilakukan. Hanya jumlah gugus saja yang diketahui oleh
peneliti, sedangkan jumlah unit analisis yang akan diperoleh
dalam penelitian tersebut barulah dapat diketahui jika telah
selesai dilakukan penelitian tersebut. Dengan demikian unit
analisis yang diteliti tidak diambil secara random, namun hanya
guguslah yang diambil secara random, jadi dalam metode ini
random terjadi di tingkat gugus.
Seperti juga dalam metode yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka jumlah gugus yang akan diambil ditentukan
dengan berbagai pertimbangan, seperti perkiraan tingkat
195
homogenitas di setiap gugus. Semakin homogen perkiraan
tentang gugus-gugus yang ada maka semakin sedikit jumlah
gugus yang akan diambil, demikian sebaliknya semakin
heterogen tentu semakin banyak gugus yang mesti diambil agar
sampel yang diambil representatif mewakili populasinya. Dapat
disimpulkan bahwa beberapa persyaratan yang seyogyanya
dapat dipenuhi jika menggunakan teknik pengambilan sampel
gugus adalah sebagai berikut.
(1) Jumlah gugus yang diambil sebagai sampel harus secara
random/acak
Oleh karena teknik pengambilan sampel gugus ini
tergolong teknik probability atau probability sampling, maka
tentu saja gugus-gugus yang diambil dalam hal ini haruslah
diambil secara radom. Setelah dapat dipilih secara random
dengan menggunakan berbagai cara yang dapat dilakukan seperti
dengan undian, table bilangan random, acak melalui komputer,
maupun dengan Program RNG.
(2) Kemudian semua anggota/unsur penelitian dalam gugus
yang terpilih tersebut diteliti semua
Dalam contoh yang telah disampaikan sebelumnya
misalnya melakukan penelitian tentang pendapatan petani kakao,
maka seluruh petani kakao yang ada dalam gugus yang telah
terpilih tersebut, diteliti sebagai sampel. Dengan memperhatikan
cara yang telah disampaikan tersebut dapat disimpulkan bahwa
196
pengambilan sampel gugus ini adalah random ditingkat gugus,
sedangkan dalam gugus diambil secara sensus artinya meneliti
semua anggota populasi yang ada dalam gugus terpilih.
Ada 2 jenis teknik pengambilan sampel gugus (Cluster Sampling)
(1) Pengambilan sampel gugus sederhana (simple cluster
sampling)
Pengambilan sampel gugus sederhana ini dilakukan
dengan pengambilan sampel gugus hanya sekali atau satu tahap.
Jadi akan ada satu kali perancangan populasi dalam gugus,
dan ada pengambilan sampel gugus juga hanya sekali. Sebagai
contoh seorang peneliti akan melakukan penelitian pada petani
kakao di satu kecamatan tertentu, anggaplah pada Kecamatan
Satria. Peneliti tidak menemukan informasi atau data tentang
jumlah petani kakao secara keseluruhan, dan jika ingin disusun
atau dibuat akan membutuhkan waktu yang relative sangat
lama, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan karena
keterbatasan sumber daya dalam riset yang dimiliki. Dalam
kondisi seperti itu, maka cara yang dapat diambil oleh peneliti
agar juga tetap dapat menggunakan probability sampling adalah
dengan menggunakan metode pengambilan sampel gugus atau
Cluster Sampling, khususnya simple cluster sampling dengan
tahapan sebagai berikut.
a) Peneliti menetapkan gugus atau Cluster dalam
penelitiannya, yaitu Kecamatan Satria ini dibuat atau
197
dibagi ke dalam gugus-gugus. Misalnya Kecamatan Satria
tersebut dibagi ke dalam gugus desa. Jumlah desa yang
ada di Kecamatan Satria ada sebanyak 34 desa. Misalnya
dengan mempertimbangkan tingkat homogenitas dari
gugus yang ada, dan juga memperhatikan sumber daya
yang dimiliki, atau dengan didasarkan atas tingkat
signifikansi tertentu dan jumlah anggota populasi dalam
bentuk gugus tersebut, maka misalnya diputuskan atau
diperoleh perhitungan ukuran sampel sebanyak 15 buah
gugus.
b) Sampel sebanyak 15 buah gugus tersebut akan diambil
secara random, oleh karena anggota populasi gugus
sebanyak 34 buah gugus, maka peluang atau probabilitas
anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel menjadi
sekitar 15/34= 0, 44. Daftar sampling frame gugus
misalnya dari nomor urut 01: misalnya Desa 1, 02 : Desa 2,
03: Desa 3, dan seterusnya sampai nomor urut 34: Desa 34.
Mengambil sampel sebanyak 15 dari 34 buah gugus yang
ada dapat dilakukan dengan cara undian, menggunakan
tabel bilangan random, acak melalui komputer, atau dengan
menggunakan program atau aplikasi RNG, seperti yang
telah dijelaskan dalam teknik simple random sampling
sebelumnya.
c) Setelah pengambilan sampel dilakukan, misalnya sampel
198
yang terpilih sebanyak 15 buah gugus, dengan nomor
sampling frame yang terpilih 02, 05, 07, 10, 11,14, 17, 19,
21, 23, 25, 26, 28, 30, 34.
d) Setelah nomor-nomor dari sampling frame terpilih seperti
pada poin c) tersebut, maka tiba saatnya peneliti akan
meneliti seluruh petani kakao yang ada pada desa-desa
yang terpilih sesuai dengan nomor-nomor sampling frame
tersebut seperti pada poin c).
e) Jumlah responden yang diteliti diseluruh desa yang terpilih
akan dapat diketahui setelah peneliti meneliti seluruh
responden yang ada di semua desa yang terpilih. Jadi pada
awal yang diketahui oleh peneliti adalah jumlah gugus
yang akan diambil, namun jumlah total responden dalam
hal ini jumlah petani kakao yang akan diteliti diketahui
setelah selesai meneliti seluruh desa terpilih.
f) Cara yang dijelaskan ini adalah teknik pengambilan
sampel gugus sederhana yang hanya menggunakan satu
tahap dalam pengambilan sampel gugus yang digunakan,
dalam arti populasi yang diwakili oleh sampling frame
juga disusun hanya sekali, dan pengambilan sampel juga
dilakukan sekali.
(2) Pengambilan sampel gugus bertingkat (Multi stage cluster
sampling)
Seperti namanya pengambilan sampel gugus bertingkat,
199
dilakukan tidak hanya sekali seperti pada simple cluster
sampling, namun dilakukan lebih daripada satu kali, dapat dua
kali, tiga kali atau lebih. Dalam metode ini akan dijumpai lebih
dari satu populasi, dimana peneliti akan mengambil sampel,
dan sampel gugus yang terambil akan menjadi populasi tahap
berikutnya darimana sampel akan diambil. Contoh teknik
sampling akan diambil dengan melanjutkan contoh pada simple
cluster sampling sebelumnya yang telah dijelaskan.
a) Peneliti menetapkan gugus dalam penelitiannya misalnya
di Kecamatan Satria terdapat 34 gugus desa, dengan
sampling frame seperti yang telah dijelaskan dengan
nomor urut 01: Desa 1, sampai dengan nomor urut 34
adalah Desa 34, yang merupakan populasi tahap pertama.
b) Jumlah gugus yang akan diambil sebanyak 15 buah, seperti
contoh sebelumnya dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi yang ada. Misalnya dengan menggunakan cara
undian atau Tabel Bilangan Random ataupun dengan
menggunakan Aplikasi RNG.
c) Nomor-nomor yang terpilih misalnya 02, 05, 07, 10, 11,14,
17, 19, 21, 23, 25, 26, 28, 30, 34. Ini adalah sampel tahap
pertama, yang akan menjadi populasi tahap kedua.
d) Pada teknik sampling gugus bertingkat (Multi stage cluster
sampling) ini, nomor-nomor yang pada poin c) diatas
menjadi populasi tahap kedua pada metode ini. Desa-desa
200
yang terpilih pada poin c) tersebut menjadi populasi tahap
kedua dengan membagi lagi ke dalam gugus yang lebih
kecil misalnya gugusnya menjadi banjar/dusun. Misalnya
15 desa yang terpilih tersebut masing-masing memiliki 2
banjar/dusun, sehingga total gugus pada populasi tahap
kedua yang berupa banjar/dusun menjadi sebanyak 30
buah gugus. Misalnya 30 buah gugus tersebut diberikan
nomor urut atau membuat sampling frame pada populasi
tahap kedua ini, yaitu nomor urut 01: banjar/dusun 01,
nomor urut 02: banjar/dusun 02, nomor urut 03: banjar/
dusun 03, nomor urut 04: banjar/dusun 04, dan seterusnya
sampai nomor urut 30: banjar/dusun 30.
e) Berdasarkan tingkat homogenitas dari gugus yang ada
tersebut pada poin d) dan juga sumber daya yang tersedia
untuk melakukan penelitian tersebut, maka peneliti akan
mengambil sampel secara random sebanyak 10 gugus
yang berupa banjar/dusun, dengan menggunakan cara
random atau acak, dapat menggunakan cara undian, tabel
bilangan random, atau aplikasi RNG.
f) Dengan menggunakan cara random, misalnya dengan
menggunakan aplikasi RNG, diperoleh nomor-nomor
yang terpilih adalah nomor 01, 05, 06, 10, 11, 12, 19,
22, 25, 29. Dengan demikian banjar/dusun yang terpilih
adalah banjar/dusun 01, banjar/dusun 05, banjar/dusun 06,
201
banjar/dusun 10, banjar/dusun 11, banjar/dusun 12, banjar/
dusun 19, banjar/dusun 22, banjar/dusun 25, dan banjar/
dusun 29. Ini merupakan sampel tahap kedua. Sampel
tahap kedua ini akan menjadi populasi tahap ketiga jika
peneliti ingin membuat gugus yang lebih kecil lagi,
demikian seterusnya. Dalam contoh ini anggap peneliti
menggunakan tahapan sampai sampel tahap kedua yaitu
banjar/dusun.
g) Responden petani kakao yang akan diteliti adalah seluruh
petani kakao yang ada pada 10 gugus banjar/dusun yang
terpilih seperti pada poin f) diatas. Berapapun jumlah
petani kakao yang ada di 10 gugus banjar/dusun yang
terpilih, maka sejumlah itulah responden dalam penelitian
tersebut.
Pada teknik sampling Multi stage cluster sampling atau
pengambilan sampel gugus bertahap ini dapat dilakukan dua
tahap, tiga tahap dan seterusnya tergantung dari kepentingannya
dan luas wilayah dari riset atau penelitian yang dilakukan. Pada
tahap terakhir yang dianggap sudah cukup oleh peneliti maka
pada saat itulah responden akan diteliti pada gugus terakhir
tersebut, dan pada teknik sampling ini cirinya adalah meneliti
seluruh responden yang ada pada sampel terpilih yang dalam hal
ini berbentuk gugus.
202
6.2.2 Non Probability sampling atau Pengambilan Sampel
Tidak Acak
Berbeda dengan pengambilan sampel acak atau random
sampling, maka pada metode ini atau non probability sampling,
setiap elemen dalam populasi tidak mempunyai kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai anggota sampel. Hal ini
disebabkan tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari
seluruh elemen populasi, karena berbagai alasan. Misalnya
memang data tidak tersedia, atau tidak memungkinkan untuk
mendata seluruh anggota populasi dari penelitian tersebut.
Misalnya meneliti pedagang sektor informal di Kota Denpasar,
maka populasinya adalah seluruh pedagang sektor informal
yang ada di Kota Denpasar. Populasi ini kemungkinan besar
tidak terdata dengan baik, sehingga tidak memungkinkan
untuk menggunakan probability sampling dalam pengambilan
sampelnya. Dengan kondisi seperti ini, maka teknik sampling
yang dapat digunakan adalah non probability sampling atau
pengambilan sampel tidak acak.
Metode ini dikembangkan untuk menjawab kesulitan
yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak terutama
dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan
yang mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel.
Pada metode ini peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yg
rumit. Dalam metode ini yang berperan adalah kemampuan
203
atau pengetahuan peneliti terhadap populasi penelitiannya.
Semakin baik pengetahuan peneliti tentang populasi, semakin
baik pula tingkat keterwakilannya, maka hasil yang didapatkan
dari penelitiannya juga akan semakin dekat dengan kenyataan
yang sebenarnya. Pada metode ini peneliti tidak dapat
membuat generalisasi terhadap populasi, yang dapat dikatakan
sebagai sebuah kelemahan dalam metode ini. Dalam sebuah
penelitian generalisasi dapat dilakukan yaitu meneliti sampel
untuk diberlakukan terhadap populasinya hanya jika peneliti
menggunakan teknik sampling secara random atau probability
sampling. Pada teknik sampling non random atau tidak acak
atau non probability sampling, hasil analisisnya berlaku
hanya pada sampel yang diteliti. Dengan kata lain kesimpulan
hanya berlaku pada sampel yang diteliti, oleh karena memang
populasinya tidak dapat teridentifikasi dengan baik jumlahnya.
Berikut disampaikan secara rinci beberapa teknik sampling yang
tergolong non probability sampling.
1) Accidental sampling/convenience sampling
Pada metode ini peneliti memilih orang-orang atau
responden yang terdekat dengannya.
Peneliti juga dapat memilih responden yang pertama kali
dijumpai atau orang-orang yang berhasil ditemui. Dengan cara
ini peneliti dapat menghemat waktu dan biaya. Sebagai contoh
204
saat wawancara yang dilakukan oleh reporter TV setelah calon
mahasiswa selesai mengikuti tes seleksi masuk perguruan
tinggi, misalnya 2 atau 3 orang didatangi oleh reporter TV
untuk ditanyai atau diwawancarai tentang kira-kira hasil tes
yang telah mereka ikuti apakah akan berhasil atau tidak, atau
kondisi tingkat kesulitan soal yang dihadapi saat tes yang
dijalani sebelumnya. Reporter TV tersebut dalam menentukan
siapa yang akan diwawancarai menggunakan metode non
probability sampling atau pengambilan sampel tidak acak atau
non random yaitu tepatnya menggunakan Accidental sampling/
convenience sampling. Pemilihan orang yang diwawancarai ini
menggunakan non probability sampling, karena tidak mungkin
membuat sampling frame untuk seluruh peserta tes pada saat
tersebut. Jadi mungkin memberikan kesempatan yang sama bagi
seluruh peserta tes pada saat wawancara dilakukan, karena tidak
semuanya ada ditempat tersebut pada saat wawancara dilakukan,
mungkin ada yang sudah pulang, atau sedang di kantin atau
dimana saja, sehingga probability sampling tidak mungkin
dilakukan. Dengan kondisi seperti itulah maka non probability
sampling digunakan yaitu siapa yang kebetulan dekat atau dapat
dijumpai oleh reporter tersebut yang memperoleh kesempatan
untuk diwawancarai. Teknik sampling seperti inilah yang disebut
sebagai Accidental sampling/convenience sampling.
205
Jika diperhatikan berbagai teknik sampling yang dapat
digunakan peneliti dalam penelitian mereka yang dapat dikatakan
cara atau metode ini akan sangat banyak digunakan, jika memang
tidak dapat dibuat sampling frame atau daftar seluruh anggota
populasi maka cara ini akan sangat banyak digunakan oleh
peneliti untuk mempermudah atau mempercepat pengumpulan
data yang dibutuhkan. Kelemahan dari cara ini hanyalah
hasilnya tidak dapat digeneralisasi terhadap populasinya, atau
hanya berlaku pada sampel yang diteliti. Hal ini juga masuk
akal karena memang populasinya tidak dapat diidentifikasi
secara tepat, maka hasil yang diperoleh hanya berlaku pada
sampel yang diteliti. Terkadang juga dari berbagai pengalaman
dalam menguji dan membimbing pada populasi yang sangat
besar misalnya sampai ribuan atau puluhan ribu, dimana sebagai
mahasiswa mungkin tidak akan mengambil sampel ribuan
orang untuk menyelesaikan tugas akhir studi baik di tingkat
sarjana, magister, maupun doktor, maka sering menggunakan
cara ini. Meskipun jumlahnya diketahui sehingga dapat
dihitung jumlah atau ukuran sampelnya dengan menggunakan
berbagai cara perhitungan dengan menggunakan rumus tertentu,
namun seringkali tidak dapat diidentifikasi dengan baik nama
dan alamat dari populasi tersebut, sehingga akan sulit saat
pengambilan sampelnya menggunakan probability sampling.
Dalam kondisi ini jumlah populasinya diketahui, sehingga
dapat dihitung ukuran sampelnya, namun dalam pengambilan
206
sampelnya tidak dapat digunakan probability sampling karena
tidak dapat diketahui dengan jelas dimana populasi tersebut
berada. Kondisi seperti ini sering dihadapi oleh peneliti, sehingga
jalan keluar yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
non probability sampling dalam pengambilan sampelnya yaitu
khususnya Accidental sampling/convenience sampling, untuk
mempercepat pengumpulan data dilakukan. Konsekuensi dari
metode yang digunakan adalah hasilnya hanya berlaku pada
sampel yang diteliti, meskipun kenyataan yang ada populasinya
diketahui jumlahnya, namun tidak diketahui atau tidak dapat
diidentifikasi alamatnya.
2) Purposive samplingPurposive sampling adalah salah satu dari tenik sampling
non probability yang dapat digunakan oleh peneliti dalam
menentukan responden/informan penelitian guna pengumpulan
data yang dibutuhkan. Pengertian sengaja/purposive adalah
peneliti telah menentukan responden/informan dengan
anggapan atau pendapatnya (judgment) sendiri bahwa orang
tersebut mampu memberikan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitiannya. Pada metode ini peneliti harus memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang baik terhadap orang yang
akan dipilihnya menjadi informan dalam penelitiannya yang
diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang valid.
Dengan demikian informan yang dipilih tersebut haruslah orang
207
yang benar-benar tepat sesuai dengan yang diinginkan, sehingga
untuk menentukan siapa yang akan menjadi informan, peneliti
harus benar- benar memahami bahwa informan yang dipilih
dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan
tujuan penelitiannya. Purposive sampling ini digunakan dalam
menambah data kualitatif yang diperoleh dengan wawancara
mendalam umumnya untuk memperkuat hasil atau analisis
secara kuantitatif yang telah digunakan sebelumnya.
Untuk memperoleh data secara kuantitatif, teknik
sampling yang digunakan diluar metode purposive sampling
seperti accidental sampling ataupun metode yang lainnya
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Data kuantitatif
akan diberikan atau dijawab oleh responden, namun data
kualitatif akan diberikan oleh informan. Informan ini boleh
siapa saja yang menurut peneliti mampu memberikan informasi
tambahan yang dibutuhkan dalam penelitiannya, seperti dari
akademisinya, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pejabat
dipemerintahan, atau pejabat di legislative, yudikatif atau
dapat juga dipilih dari salah satu respondennya yang dipandang
mampu memberikan informasi secara lebih mendalam tentang
berbagai hal yang dipertanyakan. Sering dikatakan juga bahwa
teknik purposive sampling ini digunakan untuk penelitian
dengan pendekatan kuantitatif, namun dapat juga digunakan
pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif guna memperoleh
data atau informasi secara kualitatif. Pada penelitian kuantitatif
208
secara umum metode purposive sampling ini digunakan untuk
memperoleh data kualitatif yang dilakukan melalui wawancara
mendalam pada umumnya, sehingga dalam penelitian
kuantitatif yang menggunakan metode purposive sampling juga
akan menggunakan metode lainnya dalam pengumpulan data
kuantitatif yang diperoleh dari responden. Jadi pada penelitian
dengan pendekatan kuantitatif ini, purposive sampling ini
bukanlah satu-satunya teknik sampling yang digunakan, pasti
juga akan menggunakan teknik sampling yang lainnya untuk
mengumpulkan data dari responden baik dengan probability
sampling, maupun dengan non probability sampling, guna
memperoleh data kuantitatif.
3) Quota Sampling/Pengambilansampeljatah
Quota sampling atau metode pengambilan sampel jatah ini
juga merupakan salah satu dari teknik non probability sampling
yang dapat digunakan oleh peneliti, dimana tidak semua anggota
populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel. Dalam teknik sampling ini populasi juga juga
dibagi ke dalam beberapa lapisan atau strata sesuai dengan yang
diinginkan atau sesuai dengan tujuan penelitian. Jadi metode ini
sebenarnya mirip atau hampir sama dengan metode pengambilan
sampel yang distratifikasi, namun pada metode quota sampling
ini, tidak diketahui berapa jumlah anggota populasinya di
setiap lapisan yang telah dibuat. Jika ada data jumlah anggota
209
populasi di setiap lapisannya tentu saja peneliti tidak akan
menggunakan metode quota sampling ini, pasti peneliti akan
menggunakan propbability sampling yaitu stratified random
sampling. Oleh karena jumlah anggota populasi tidak tersedia
di setiap lapisan maka quota sampling ini digunakan. Dalam
metode ini ditentukan jatah atau quota di setiap lapisan,dimana
besarnya quota ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai
hal seperti perkiraan kondisi homogenitas di setiap lapisan, dan
sumber daya yang tersedia untuk melakukan penelitian tersebut.
Sebagai contoh penelitian yang dapat menggunakan
metode quota sampling, seperti berikut. Peneliti akan meneliti
misalnya penghasilan pedagang sektor informal yang ada
di Kota Denpasar. Data pedagang sektor informal di Kota
Denpasar tidak tersedia, sehingga tidak dapat digunakan metode
probability sampling, atau non probability sampling yang akan
digunakan dalam pengambilan sampel pedagang sektor informal
tersebut. Misalnya dalam penelitian tersebut diperkirakan
bahwa jumlah penghasilan pedagang sektor informal di Kota
Denpasar ditentukan oleh pendidikan yang dimiliki oleh
pedagang sektor informal tersebut. Dengan demikian pedagang
sector informal tersebut akan dibagi ke dalam strata pendidikan,
misalnya pendidikan ≤ SD, SLTP, dan ≥ SLTA. Oleh karena
data tidak tersedia maka peneliti akan menentukan quota atau
jatah di masing-masing strata pendidikan sesuai dengan sumber
daya yang tersedia dalam penelitian tersebut. Misalnya dengan
210
memperhatikan perkiraan distribusi pendidikan pedagang sector
informal di Kota Denpasar, maka jumlah sampel responden yang
berpendidikan ≤ SD sebanyak 50 orang, yang berpendidikan
SLTP sebanyak 100 orang, dan yang berpendidikan ≥ SLTA
sebanyak 75 orang. Dengan demikian total respondennya
menjadi 225 orang. Bagaimana cara pengambilan sampelnya setelah
menentukan quota atau jatah di setiap lapisan pendidikan tersebut. Jadi kembali yang digunakan dalam pengambilan sampel pada quota sampling ini adalah accidental sampling. Jadi quota sampling di sini hanya bertujuan untuk menentukan berapa quotanya di setiap lapisannya, setelah itu bagaimana cara pengambilan sampelnya akan kembali lagi pad acara yang pertama dalam metode non probability sampling yaitu menggunakan accidental sampling. Jadi siapa yang ditemui asalkan sesuai dengan kriteria sampelnya yaitu pedagang sector informal di Kota Denpasar, akan dijadikan sampel dalam penelitian tersebut. Misalnya responden yang pertama ditemui (dengan teknik accidental sampling) adalah pedagang sate ayam (pedagang sektor informal) yang berpendidikan SLTP. Maka peneliti sudah mendapatkan responden yang berpendidikan SLTP satu orang. Pengambilan sampel terus dilakukan misalnya memperoleh yang berpendidikan ≥ SLTA, dan juga yang berpendidikan ≤ SD. Terus dilakukan seperti itu sampai diperoleh jumlah sampel yang diinginkan. Sesuai dengan quotanya masing-masing.
Dengan demikian saat pengambilan sampel dilakukan
211
peneliti tidak akan mengetahui tingkat pendidikan responden sampai mereka diwawancarai. Saat wawancara dilakukan barulah dapat diketahui pendidikan responden, jika memang masih dibutuhkan karena belum memenuhi quotanya yang ditetapkan, maka wawancara dilanjutkan. Namun jika saat wawancara awal dilakukan ternyata responden tersebut pendidikannya sudah melebihi quota yang ada, maka wawancara tidak lagi dilanjutkan. Misalnya saat wawancara dilakukan maka yang ditanyakan pertama adalah pendidikan responden karena itulah strata dari penelitian tersebut. Pendidikan responden misalnya SLTP, ternyata setelah dicek responden yang berpendidikan SLTP sudah mendapatkan 100 orang sesuai quotanya, sehingga para responden ini wawancara tidak dilanjutkan lagi. Demikian terus dilakukan oleh peneliti sampai diperoleh jumlah strata responden sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Dengan memperhatikan penjelasan ini, maka dapat dikatakan pada quota sampling ini, eksekusi untuk mendapatkan data dari responden pengambilan sampelnya dengan menggunakan accidental sampling, hanya jumlah sampel di setiap lapisan menggunakan quota atau jumlahnya ditentukan.
4) Snowball sampling/pengambilansampelbolasaljuPengambilan sampel bola salju ini atau Snowball
sampling adalah salah satu teknik sampling yang juga tergolong non probability sampling. Cara ini dapat digunakan oleh peneliti pada penelitian dimana populasi penelitiannya adalah sangat
212
spesifik. Jadi padapenelitian yang populasi penelitiannya sangat spesifik, maka cara ini adalah sangat tepat untuk digunakan. Sangat spesifik dapat dimaknai informasi yang berkaitan dengan populasi penelitiannya tidak umum. Pada metode ini sampel atau responden pertama berperan sebagai titik awal dalam penarikan sampel selanjutnya. Responden yang pertama ini juga dapat diambil dengan menggunakan accidental sampling, yang penting sesuai dengan kriteria yang ada. Setelah memperoleh sampel yang pertama, maka tahapan berikutnya adalah mencari responden lainnya sesuai dengan petunjuk responden yang pertama tadi. Metode tersebut dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh jumlah sampel yang sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pengmabilan sampel berhenti dilakukan oleh peneliti jika informasi yang diperolehdari hasil penelitian tersebut sudah sama dengan sebelumnya atau tidak ada informasi baru yang diperoleh. Pada saat tersebut dipandang responden sudah mencukupi, sehingga peneliti dapat berhenti untuk pengambilan sampelnya. Jadi pad acara atau metode ini responden pertama adalah kunci dari penelitian, karena berdasarkan informasi dari responden pertama inilah penelitian akan dapat berlanjut sampai jumlah yang diinginkan atau jumlah yang dianggap cukup. Metode sampling ini dianggap atau dinamai sampel bola salju karena seperti bola salju yang pecah atau menggelinding akan semakin lama semakin banyak pecahannya. Hal ini diibaratkan dengan jumlah anggota sampel yang akan diperoleh
213
semakin banyak berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Berikut disampaikan ilustrasi gambar tentang teknik sampling bola salju yang semakin lama semakin banyak
seperti bola salju yang menggelinding.
Gambar 6.1: Ilustrasi Teknik Sampling Bola Salju/Snowball Sampling
Dalam Gambar 6.1 terlihat responden pertama
yang ditemui oleh peneliti memberikan informasi 4 orang
responden berikutnya yang sesuai dengan kriteria peneliti.
Misalnya peneliti akan meneliti tentang motivasi konsumen
menggunakan Produk Tertentu misalnya Produk X. Produk X
ini tidak dipasarkan secara konvensional, namun menggunakan
cara pemasaran multilevel. Informasi dari responden pertama
sebanyak 4 orang responden berikutnya dijadikan sampel
oleh peneliti, hal ini berarti penelitian sudah memiliki 5 orang
responden penelitian. Kemudian dari 4 orang responden
tahap kedua masing-masing memberikan informasi 2 orang
responden tahap ketiga sehingga total responden tahap ketiga
adalah sebanyak 8 orang. Dengan demikian total responden
sampai tahap ketiga adalah sebanyak 13 orang. Kemudian
214
responden tahap ketiga juga memberikan informasi responden
berikutnya yaitu ada yang menginformasikan 1 orang, 2 orang
atau 3 orang, dengan total responden pada tahap keempat adalah
sebanyak 12 orang. Dengan demikian total responden yang telah
diwawancarai sampai dengan tahap keempat adalah sebanyak
25 orang. Demikian seterusnya dilakukan sampai dipandang
jumlah responden mencukupi sehingga pengambilan sampel
dihentikan. Beberapa jenis populasi penelitian yang dianggap
spesifik misalnya penelitian tentang orang yang terkena HIV/
AIDS, pencandu narkoba, pengedar narkoba, penadah barang-
barang curian, dan sebagainya yang keberadaannya tidak dapat
terdata secara jelas.
5) Pengambilansampeljenuh/sensus
Pengambilan sampel jenuh atau sering disebut sensus
adalah menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel
dalam penelitian. Kondisi ini dimungkinkan jika anggota populasi
tidak terlalu banyak dan masih memungkinkan dari sumber daya
yang dimiliki oleh peneliti. Sering juga meneliti seluruh anggota
populasi disebut sebagai sensus, karena pengertian sensus dalam
sensus penduduk adalah meneliti seluruh penduduk atau rumah
tangga yang ada dalam suatu wilayah. Pengambilan sampel
jenuh atau sensus ini dapat dimungkinkan dilakukan oleh peneliti
dengan memperhatikan beberapa hal seperti: 1) jika anggota
215
populasi sangat heterogen; 2) jika anggota populasi tidak terlalu
banyak; 3) jika memungkin dari sumber daya yang tersedia,
baik dari segi waktu, tenaga, kemampuan, maupun biaya yang
tersedia. Jika kondisi seperti terjadi, maka sampling jenuh atau
sensus memungkinkan dilakukan oleh peneliti.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
216
DAFTAR BACAAN
Abbas Tashakkori, Charles Teddlie. 2010. Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Cooper Donald R, C William Emory. 1997. Metode Penelitian Bisnis, Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Cooper Donald R, C William Emory. 1998. Metode Penelitian Bisnis, Jilid 2, Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Denzin, Norman K; Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Penerbit Mandar Maju
Kuncoro. Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kuncoro, Mudrajat. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Mantra, I B. 2000. Langkah-langkah Penelitian Survai, Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)-UGM.
Mantra, I B .2004. Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
217
Mantra IB, Kasto, Tukiran. 2012. Penentuan Sampel, Dalam Effendi dan Tukiran (Ed): Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Manasse Malo. 1986. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Karunika Universitas Terbuka
Marzuki. 1989. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII
Nawawi H, dan Hadari H. M. M. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nazir. Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Noeng Muhajir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin
Sekaran, Uma; Roger Bougie. 2010. Research Method For Business. United Kingdom: A John Wiley and Sons
Sevilla C G, J A Ochave, T G Punsalan, B P Regala, G G Uriante. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Penerbit Pustaka Setia
Sugiarto, D Siagian, L T Sunaryanto, D S Oetomo. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Sugiarto.2016. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit CV Andi offset
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta
218
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Penerbit: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sutrisno Hadi. 2016. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zikmund, William G. 2003. Exploring Marketing Research. 8th Edition. USA: Thomson South-Western
……………………………….