karagenan_arya_13.70.0049_a1_unika soegijapranata

Upload: praktikumhasillaut

Post on 09-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MAHAKARYA ARYA CHANKARAGENAN MIAW MIAW LAPRES TERAKHIR ENAK

TRANSCRIPT

Acara V

1

EKSTRAKSI KARAGENANLAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh :

Nama : Anselmus Anggi Aryacahyaka

NIM : 13.70.0049

Kelompok A1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2015

1. MATERI DAN METODE1.1. Alat dan Bahan

1.1.1. AlatAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, panci, kompor, pengaduk, hotplate, gelas beker, termometer, oven, pH meter, timbangan digital.1.1.2. BahanBahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Eucheuma cottonii, isopropil alkohol (IPA), NaOH 0,1 N, NaCl 10%, HCl 0,1 N, serta aquades.1.2. Metode1.2.1. Kelompok A1 hingga A3

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan karagenan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan karagenanKelompokBerat basah (g)Berat kering (g)% Rendemen

A1403,177,93

A2404,1310,33

A3404,45

11,13

A4402,796,98

A5402,506,25

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, bahwa ekstraksi karagenan menggunakan bahan rumput laut dengan berat basah setiap kelompok sama yaitu 40 gram. Pada kelompok A1 diperoleh hasil berat kering sebesar 3,71 sedangkan serta % rendemen sebesar 7,93%. Pada kelompok A2 diperoleh hasil berat kering sebesar 4,13 sedangkan serta % rendemen sebesar 10,33%. Pada kelompok A3 diperoleh hasil berat kering sebesar 4,45 sedangkan serta % rendemen sebesar 11,13%. Pada kelompok A4 diperoleh hasil berat kering sebesar 2,79 sedangkan serta % rendemen sebesar 6,98%. Pada kelompok A5 diperoleh hasil berat kering sebesar 2,50 sedangkan serta % rendemen sebesar 6,25%. 3. PEMBAHASANRumput laut merupakan sumber protein, serat makanan, vitamin, asam amino esensial dan asam lemak esensial (Benjama & Masniyom, 2012). Rumput laut merupakan bahan baku utama dari pembuatan agar, algin, serta karagenan. (Orbita, M.L.S. (2013). Rumput laut terkandung komponen protein sebesar 4 hingga 25% dari berat kering. Menurut Norziah & Chio (2000), bahwa dari jenis alga merah, terdapat rumput laut yang dapat dikonsumsi seperti Porphyra, Palmaria, Gracilaria, dan Eucheuma. Karagenan adalah polisakarida linear hidrofilik yang melalui proses ekstraksi dari beberapa spesies rumput laut ataupun alga merah (rhodophyceae) (Campo et al, 2009). Karagenan memiliki fungsi sebagai pembentuk gel, penstabil, serta pembentuk emulsi (Winarno, 1990). Karagenan diklasifikasikan berdasarkan adanya ikatan 3,6-anhidrogalaktosa, serta posisi dan jumlah gugus sulfat yang ada (Iglauer, S., et al., 2011). Jenis rumput laut yang dapat diekstraks menghasilkan karagenan adalah Euchema cottonii. Menurut Chapman & Chapman (1980), Euchema cottonii merupakan salah satu jenis Rhodophyceae yang mempunyai ciri-ciri umum seperti permukaan licin, cartilogineus, dan berbentuk thallus silindris serta mempunyai berbagai macam warna yaitu hijau, abu-abu, atau merah, hal tersebut terjadi karena kemampuan Euchema cottonii dalam beradaptasi secara kromatik untuk menyesuaikan pigmen dengan kualitas cahaya. Setiap spesies Euchema bisa menghasilkan kadar karagenan sekitar 54%-75%. Sedangkan Menurut Poreda, A., et al. (2015), dalam bidang panagn karagenan dalam bidang digunakan untuk proses penjernihan bir (beer clarification), karena karagenan mampu menghilangkan beberapa senyawa pembentuk haze sebelum wort di fermentasi. Selain itu, dapat dimanfatkan sebagai sebagai edible film. Menurut Susanti, D.A & Harijono (2014), karagenan dapat memperbaiki tekstur dari produk pangan dengan bahan dasar tepung.

Menurut Tripathy, J., et al. (2009), karagenan memiliki 3 jenis utama yaitu kappa, iota, dan lambda. Masing-masing karagenan tersebut memiliki perbedaan berdasarkan kelarutannya seperti pada gambar 1.

(Glicksman, 1983)Gambar 1. daya kelarutan berdasarkan jenis karagenan.Jenis karagenan yang terkandung dalam makanan, terutama karagenan yang telah didegradasi memiliki berat molekul 20-40 kDa (Henares, B.M., et al., (2010). Berdasarkan perbedaan terhadap sifat gel serta terhadap reaksi dengan protein, kappa dan iota dapat menghasilkan gel yang kuat serta halus, sedangkan lambda tidak dapat untuk membentuk gel. Iota karagenan memiliki thermal reversible yang rendah apabila dibandingkan dengan jenis karagenan lain dan iota karagenan memiliki viskositas yang lebih baik dibanding kappa karagenan (Iglauer et al., 2011). Menurut (Triphaty et al., 2009) kappa karagenan adalah polisakarida yang disusun oleh ikatan 1,3 dan 3,6-anhidrous-galaktosa dengan D-galaktosa-4 sulfat melalui ikatan atom C 1,4.Pada praktikum ini, bahan yang digunakan dalam ekstraksi karagenan adalah rumput laut (Eucheuma cottonii). Pertama rumput laut basah ditimbang beratnya sebanyak 4 gram, lalu dipotong kecil-kecil dan di blender. Tujuan dari Penghalusan adalah untuk memperluas permukaan rumput laut, sehingga dapat menghasilkan hasil ekstraksi karagenan yang efektif sertab efisien (Yasita & Rachmawati, 2006). Kemudian rumput laut direbus dalam air sebanyak 800 ml selama 1 jam pada suhu 80-90oC. Perebusan bertujuan untuk mempercepat proses ekstraksi dari karagenan. Setelah itu, pH diukur hingga netral (pH 8) dengan ditambahkan larutan HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N. Menurut (Afrianto & Liviawaty, 1993), pada pH 8 akan muncul suasana basa dan membantu proses ekstraksi polisakarida dari karagenan menjadi sempurna. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kain saring bersih dan cairan filtrat ditampung dalam wadah. Kemudian volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur. Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan. Setelah itu, direbus hingga suhu mencapai 60oC. Proses ekstraksi dengan menggunakan suhu 74oC, akan menghasilkan ekstrak karagenan dengan kekuatan gel serta viskositas yang tinggi. Penambahan NaCl 10%ini bertujuan untuk mengendapkan karagenan yangterdapatpadalarutanekstrak dimana NaCl merupakan garam yang bersifat thermo-reversible (Campo et al. 2009). Kemudian filtrat dituang ke wadah berisi cairan IPA 2x volume filtrate dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit. Kemudian endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA hingga jadi kaku lalu serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakan dalam wadah dan dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC. Kemudian serat karagenan kering ditimbang. Setelah itu diblender hingga jadi tepung karagenan. Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk menghilangkan seluruh atau sebagian air dari suatu bahan padat dengan menguapkan air (Winarno et al., 1980). Penambahan larutan IPA dalam proses ekstraksi bertujuan untuk membantu mengendapkan karagenan dengan penggunaan alkohol sehingga serat akan terbentuk. Menurut Prasetyowati., et al(2008), proses pengeringan dengan oven bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung dalam karagenan sehingga diperoleh tepung karagenan yang kering. Berdasarkan hasil pengamatan diatas diperoleh bahwa pada kelompok A1 diperoleh hasil berat kering sebesar 3,71 sedangkan serta % rendemen sebesar 7,93%. Pada kelompok A2 diperoleh hasil berat kering sebesar 4,13 sedangkan serta % rendemen sebesar 10,33%. Pada kelompok A3 diperoleh hasil berat kering sebesar 4,45 sedangkan serta % rendemen sebesar 11,13%. Pada kelompok A4 diperoleh hasil berat kering sebesar 2,79 sedangkan serta % rendemen sebesar 6,98%. Pada kelompok A5 diperoleh hasil berat kering sebesar 2,50 sedangkan serta % rendemen sebesar 6,25%. Menurut Anggadiredja et al., (2002), perbedaan berat kering dipengaruhi perbedaan ion sulfat serta jumlah galaktan. Selain itu, nilai rendemen juga dipengaruhi oleh pengeringan karena mengilangkan kandungan air dalam karagenan. Sifat karagenan yang mudah larut juga akan mempengaruhi % rendemen. Sedangkan menurut Treybal (1981), hasil ekstraksi dipengaruhi oleh suhu, waktu ekstraksi, pengadukan, jenis pelarut dan perendaman. Berat kering dapat mempengaruhi % rendemen karena untuk mendapatkan % rendemen, dilakukan perhitungan berat kering dibagi dengan berat basah dikali 100%. Semakin besar berat kering maka % rendemen juga akan tinggi. Sifat karagenan yang mudah larut juga akan mempengaruhi % rendemen. Selain itu, faktor yang bisa mempengaruhi rendemen karagenan antara lain seperti salinitas, iklim, nutrisi, spesies, metode ekstraksi, serta lokasi budidaya. Metode ekstraksi yang baik tidak akan menghilangkan kandungan yang ada dalam karagenan (Webber et al., 2012). Menurut Orbita, M.L.S (2013), hasil yang diperoleh dari ekstraksi karagenan yang dihitung dengan cara berat karagenan kering dan berat alga awal dan dikali 100%. Cara perhitungan % rendemen pada jurnal ini sesuai dengan rumus % rendemen pada praktikum.

4. KESIMPULAN Rumput laut merupakan bahan baku utama dari pembuatan agar, algin, serta karagenan. Porphyra, Palmaria, Gracilaria, dan Eucheuma merupakan rumput laut yang dapat dikonsumsi. Fungsi karagenan sebagai pembentuk gel, penstabil, serta pembentuk emulsi. Jenis rumput laut yang dapat diekstraks menghasilkan karagenan adalah Euchema cottonii. Manfaat karagenan dalam bidang pangan sebagai penjernihan bir dan sebagai edible film. Karagenan memiliki 3 jenis utama yaitu kappa, iota, dan lambda. Perebusan bertujuan untuk mempercepat proses ekstraksi dari karagenan. pH netra dapat membantu proses ekstraksi polisakarida dari karagenan menjadi sempurna. Proses ekstraksi dengan menggunakan suhu 74oC, akan menghasilkan ekstrak karagenan dengan kekuatan gel serta viskositas yang tinggi. Penambahan NaCl 10%ini bertujuan untuk mengendapkan karagenan yang terdapat pada larutan ekstrak. Tujuan dari proses pengeringan adalah untuk menghilangkan seluruh atau sebagian air dari suatu bahan padat dengan menguapkan air. Penambahan larutan IPA dalam proses ekstraksi bertujuan untuk membantu mengendapkan karagenan dengan penggunaan alkohol sehingga serat akan terbentuk. Proses pengeringan dengan oven bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung dalam karagenan. Hasil ekstraksi dipengaruhi oleh suhu, waktu ekstraksi, pengadukan, jenis pelarut dan perendaman. Semakin besar berat kering maka % rendemen juga akan tinggi. Faktor yang mempengaruhi rendemen karagenan antara lain seperti salinitas, iklim, nutrisi, spesies, metode ekstraksi, serta lokasi budidaya.

Semarang, 25 September 2015Praktikan,

Asisten Dosen

Ignatius Dicky A. W.

Anselmus Anggi Aryacahyaka

13.70.00495. DAFTAR PUSTAKAAfrianto, E dan Liviawati, E., (1993). Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Penerbit Bhratara, Jakarta.Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., dan Istini, S. (2002). Rumput Laut, Penebar Swadaya. Jakarta.Benjama, O & Masniyom, P. (2012). Biochemical Composition and Physicochemical Properties of Two Red Seaweeds (Gracilaria fisheri and G. tenuisipitata) from The Pattani Bay in Southern Thailand. Songklanakarin Journal of Science and Technology. Thailand.Campo, V.L., Kawano,D.F., Silva Jnior, D.B., Ivone Carvalho, I., (2009), Carrageenans: Biological Properties, Chemical Modifications and Structural Analysis, Carbohydrate Polymers, 77, 167-180.Chapman, V.J., and Chapman, C.J. (1980). Seaweed and Their Uses , 3rd ed. Chapman and Hall Ltd. London.

Glicksman, M. (1983). Food Hydrocolloid Vol II. CRC Press, Inc. Boca Raton. Florida.Henares, B.M., Enriquez, E.P., Dayrit, F.M., & Rojas, N.R.L. (2010). Iota-Carrageenan Hydrolysis by Pseudoalteromonas carrageenovora IFO12985. Philippine Journal of Sciemce 139 (2): 131-138. Filipina.

Iglauer, S., Wu, F., Shuler, P., Tang, Y., & Goddard, W.A. (2011). Dilute Iota- and Kappa- Carrageenan Solutions with High Viscosities in High Salinity Brines. Journal of Petrolium Science and Engineering 75: 304-311. United States.

Norziah, Mohd Hani., & Chio Yen Ching. (2000). Nutritional Composition of Edible Seaweed Gracilaria changgi. Journal of Food Chemistry 68 (2000) 69-76.Orbita, M.L.S. (2013). Growth Rate and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte, Mindanao, Philippines. International Journal of the Bioflux Society. Filipina.

Poreda, A., Zdaniewicz, M., Sterczynska, M., Jakubowski, M., & Puchalski, C. (2015). Effects of Wort Clarifying by using Carrageenan on Diatomaceous Earth Dosage for Beer Filtration. Journal of Food Sciences, 33 (4): 392-397. Polandia.

Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan. (2008). Pembuatan Tepung Karaginan Dari Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Berdasarkan Metode Pengendapan

Susanti, D.A. & Harijono. (2014). Pengaruh Kraginan terhadap Karakteristik Pasta Tepung Garut dan Kecambah Kacang Gude sebagai Bahan Baku Bihun. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 4 p.50-57. Universitas Brawijaya Malang Tripathy, J., Mishra, D.K., Yadav, M., Sand, A., & Behari, K. (2009). Modification of K-Carrageenan by Graft Copolymerization of Methacrylic Acid: Synthesis and Applications. Journal of Applied Polymer Sciences, Vol. 114, 3896-3905. India.

Treybal, R.E., (1981). Mass Transfer Operation, 3th ed., p.p. 34-37, 88, Mc Graw Hill International Editions, Singapore.Winarno, F.G.; S. Fardiaz; dan D. Fardiaz. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta.Winarno F.G. (1990). Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Yasita D. Rahmawati I.D. (2006). Optimasi Proses Ekstraksi Pada Pembuatan Karagenan dan Rumput Laut Eucheuma Cottonii untuk Mencapai Foodgrade. Diakses 23 September 2015.6. LAMPIRAN

6.1. PerhitunganRumus

Kelompok A1

Kelompok A2

Kelompok A3

Kelompok A4

Kelompok A5 6.2. Laporan sementara

6.3. Diagram alir

6.4. Abstrak jurnalAmbil air sebanyak 800 ml

Rumput laut dipotong kecil-kecil dan diblender dengan diberi air sedikit hingga rumput laut tenggelam. Setelah itu dituang ke panci.

Rumput laut direbus dalam 800ml air selama 1 jam dengan suhu 80-90oC

pH diukur hingga netral yaitu pH 8 dengan ditambahkan larutan HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N.

Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain saring bersih dan cairan filtrat ditampung dalam wadah.

Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur.

Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan.

Direbus hingga suhu mencapai 60oC

Filtrate dituang ke wadah berisi cairan IPA (2x volume filtrat). Dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit

Endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA hingga jadi kaku

Serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakan dalam wadah

Dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC

Serat karagenan kering ditimbang. Setelah itu diblender hingga jadi tepung karagenan