kajian ekonomi regional provinsi dki jakarta - bi.go.id filedi sisi inflasi, koreksi harga yang...

52
Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 2011

Upload: phungthuan

Post on 01-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Triwulan II 2011

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

iii

Kata Pengantar

Perekonomian Jakarta pada triwulan II 2011 tumbuh stabil sebesar 6,7% sebagaimana triwulan sebelumnya, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5%. Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah, disertai dengan perlambatan ekspor akibat imbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor konstruksi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan. Sektor konstruksi bahkan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 6 tahun terakhir seiring dengan pesatnya pembangunan properti untuk memenuhi tingginya permintaan. Meningkatnya aktivitas perekonomian Jakarta tercermin pada kenaikan transaksi keuangan yang ditunjang kinerja perbankan yang tetap kuat. Capaian yang positif juga terlihat pada aspek kesejahteraan sebagaimana tercermin dari membaiknya indikator pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Di sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan inflasi akhir triwulan II 2011 mereda. Namun demikian, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat.

Pada triwulan III 2011, perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh di atas 6,0% sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan kegiatan ekspor. Sementara itu, inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami tekanan dari harga bahan pangan yang mulai merangkak naik dan dorongan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan. Pilihan langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Pusat disertai dukungan Pemerintah Daerah berperan penting dalam mengantisipasi lonjakan kenaikan harga. Peran penting Tim Pengendalian Inflasi Daerah diharapkan dapat membawa inflasi ke arah yang mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional.

Uraian lebih lanjut dan rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta tersaji dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER). Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik daerah dan atau pemerhati perkembangan ekonomi daerah.

Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat dalam rangkaian panjang proses pembangunan ekonomi Jakarta.

Jakarta, 10 Agustus 2011

BIRO KEBIJAKAN MONETER

Sugeng Kepala Biro

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

iv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

v

Daftar Isi

RINGKASAN UMUM halaman vii

BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 1Sisi Permintaan halaman 2 Sisi Penawaran halaman 9

BAB II. INFLASI halaman 15

BOKS

Dampak Pembatasan Jam Operasional Truk Melalui Tol

Dalam Kota

halaman 19

BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 21Perbankan halaman 21

Sistem Pembayaran halaman 25

BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 27Realisasi Belanja APBD Triwulan II 2011 halaman 27

Realisasi Pendapatan APBD Triwulan II 2011 halaman 27

BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN halaman 29 Ketenagakerjaan halaman 29

Upah halaman 30 Kemiskinan halaman 31

Indeks Kesengsaraan halaman 32 Indeks Pembangunan Manusia halaman 32

BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 35 Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 35

Pertumbuhan Ekonomi halaman 37Inflasi halaman 41

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

vii

Ringkasan Umum

Perekonomian Jakarta triwulan II 2011 tumbuh 6,7% (yoy), stabil dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 6,5% (yoy), didorong oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, masing-masing karena didorong oleh peningkatan daya beli dan relatif tingginya realisasi belanja APBD dibanding pencapaian pada periode yang sama tahun 2010. Tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,36% (yoy) pada akhir triwulan II 2011, melambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy), sejalan dengan koreksi beberapa komoditas volatile food yang masih berlanjut.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tetap tinggi juga didukung oleh kinerja perbankan Jakarta yang meningkat dengan risiko kredit yang terkendali. Selain itu, sistem pembayaran di Jakarta juga mengalami peningkatan terutama pada pembayaran non-tunai melalui sarana kliring. Membaiknya perekonomian juga disertai adanya perbaikan pada beberapa indikator indikator kesejahteraan masyarakat Jakarta, antara lain turunnya tingkat pengangguran dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia.

Mencermati perkembangan terkini, prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta untuk keseluruhan tahun 2011 diperkirakan dapat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,6%. Prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta didukung oleh peran investasi yang cenderung meningkat, disertai kuatnya permintaan domestik maupun ekspor. Kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tinggi sejalan dengan prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tumbuh sebesar 8,2% pada 2011.

Ekonomi Makro Regional

Pada triwulan II 2011, ekonomi Jakarta kembali tumbuh 6,7% (yoy), sebagaimana triwulan sebelumnya. Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga ditopang oleh daya beli masyarakat yang meningkat sejalan dengan kenaikan gaji PNS dan kalangan profesional. Demikian pula konsumsi pemerintah, realisasi APBD 2011 meningkat lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBD hingga akhir Triwulan II diperkirakan mencapai 26,8%. Sementara itu, investasi bangunan terindikasi

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

viii

meningkat tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhannya dalam 6 tahun terakhir. Meningkatnya pembangunan properti ini sebagai respons dari tingginya permintaan, khususnya untuk perkantoran dan ritel. Sementara itu, ekspor tumbuh melambat sebagaimana diperkirakan sebelumnya akibat terimbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang dan adanya kendala pasokan bahan baku dalam negeri.

Pada sisi penawaran, beberapa sektor yang tumbuh meningkat antara lain sektor konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha. Pesatnya pertumbuhan empat sektor tersebut, menjadikan ekonomi Jakarta triwulan II 2011 mampu menyamai tingginya pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi bahkan mencatat kenaikan pertumbuhan tertinggi dalam enam tahun terakhir. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan juga menunjukkan kenaikan pertumbuhan paling tinggi sejak tahun 2005. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat di atas 14%. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran kembali tumbuh meningkat di atas 7% sejak pertengahan 2010.

Inflasi

Pada akhir triwulan II 2011, tekanan inflasi Jakarta melambat menjadi 5,36% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (5,95%; yoy). Koreksi beberapa komoditas volatile food masih berlanjut seiring dengan relatif stabilnya pasokan. Selain itu, minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Namun, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat.

Perbankan dan Sistem Pembayaran

Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada triwulan II 2011 meningkat dengan risiko kredit yang terkendali. Intermediasi perbankan mengalami peningkatan, antara lain tercermin dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga perbankan (LDR) yang meningkat menjadi 76,3% dibanding triwulan sebelumnya (72,9%). Hal ini dipengaruhi oleh lebih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit yaitu sebesar 22,0% (yoy), dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,2% (yoy). Meningkanya kegiatan intermediasi perbankan juga tetap diikuti oleh terjaganya kualitas kredit sebagaimana tercermin dalam rasio gross Non Performing Loan (NPL) yang tetap berada di bawah 5%.

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

ix

Perkembangan sistem pembayaran di Jakarta menunjukkan peningkatan seiring dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi. Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring tercatat rata-rata sebesar Rp4,1 triliun per hari, atau tumbuh 13,7% (yoy). Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) relatif stabil sebesar Rp84,2 triliun per hari. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas outflow yang mengalami peningkatan mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai untuk memenuhi aktivitas ekonomi Jakarta dan menjelang hari besar keagamaan.

Keuangan Pemerintah

Belanja maupun pendapatan APBD Jakarta 2011 terealisasi lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2010. APBD DKI 2011 terdiri atas pendapatan daerah sebesar Rp26,08 triliun dan belanja daerah sebesar Rp 27,88 triliun. Dari jumlah tersebut, pada triwulan II 2011 belanja APBD telah terealisasi 26,8%; lebih tinggi dari pencapaian tahun 2010 pada periode yang sama sebesar 22,3%. Bahkan belanja modal mencatat realisasi sebesar Rp592 miliar atau 7,3%. Sementara pada pos pendapatan, realisasi penerimaan APBD 2011 telah tercapai Rp11,55 triliun atau sebesar 44,3%. Penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah (pajak, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah) menunjukkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Transfer dana perimbangan juga telah meningkat, dibanding tahun 2010 yaitu telah mencapai 36,9% dari anggaran.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Angka rilis BPS terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang menurun di wilayah Jakarta. Namun, di sisi lain tingkat kemiskinan justru mengalami peningkatan. Angka pengangguran di DKI menurun, dari 11,32% pada Februari 2010, menjadi 10,83% pada tahun 2011. Beberapa indikator kesejahteraan lainnya, seperti upah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan peningkatan. Sementara itu, jumlah penduduk miskin Jakarta mengalami peningkatan. Rilis penduduk miskin BPS (periode Maret 2011) menyatakan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dibanding 2010, yaitu dari 3,48% menjadi 3,75%.

Prospek Perekonomian

Prospek perekonomian Jakarta berpotensi untuk tumbuh bias ke atas dari perkiraan sebesar 6,5 – 7,0% pada triwulan III 2011. Di sisi

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

x

permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari konsumsi, yang disertai kinerja investasi dan ekspor yang masih tumbuh tinggi. Daya beli masyarakat yang membaik berkontribusi positif bagi peningkatan kinerja konsumsi di tengah masuknya faktor musiman masa lebaran. Realisasi pengeluaran belanja pemerintah diperkirakan juga semakin membesar seiring berlanjutnya penyelesaian berbagai proyek infrastruktur besar dan adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil/TNI dan Polri. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi terutama dari negara-negara emerging market. Prospek permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat dengan didukung oleh membaiknya iklim investasi mendorong kinerja investasi untuk tetap tumbuh tinggi. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta akan didorong oleh kinerja sektor-sektor utamanya, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Inflasi Jakarta pada triwulan III 2011 diperkirakan masih terkendali meski dibayangi potensi risiko yang meningkat terutama bersumber dari harga pangan. Masa panen yang telah berakhir di berbagai daerah sentra produksi disertai ekspektasi terhadap dampak tingginya serangan hama di beberapa daerah di Jawa turut memengaruhi perkembangan harga beras di Jakarta. Hal ini terindikasi dari pasokan beras di Pasar Induk yang mulai mengalami penurunan pada akhir triwulan II 2011 dengan disertai harga jual di tingkat konsumen yang mulai meningkat. Selain itu, dorongan permintaan terkait persiapan hari raya Idul Fitri berpotensi untuk mendorong inflasi lebih tinggi apabila tidak disertai distribusi pasokan yang memadai.

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

1

BAB I

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada triwulan II 2011 perekonomian Jakarta tumbuh sebesar 6,7% (yoy), dan berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional yang sebesar 6,5% (yoy). Di sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan yang tinggi pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah, sejalan dengan peningkatan daya beli yang antara lain didukung oleh kenaikan gaji PNS dan kalangan profesional. Sementara itu, ekspor tumbuh melambat sebagaimana diperkirakan sebelumnya akibat terimbas global supply chain pasca bencana tsunami Jepang.

Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor konstruksi, sektor keuangan, dan sektor perdagangan. Sektor konstruksi bahkan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam 6 tahun terakhir seiring dengan pesatnya pembangunan properti terutama properti perkantoran yang tingkat huniannya sudah cukup tinggi (lebih dari 90%). Kinerja sektor keuangan yang meningkat tercermin dari tingginya pertumbuhan pembiayaan konsumsi dan peningkatan kinerja bursa saham. Sementara itu, sektor perdagangan meningkat didorong oleh tingginya konsumsi. Di sisi lain, sektor industri melambat akibat kinerja produksi yang terkendala keterbatasan bahan baku.

Perekonomian Jakarta pada triwulan II 2011 menunjukkan

perkembangan yang stabil. Angka pertumbuhan ekonomi triwulan laporan

tercatat 6,7%, sama tingginya dibandingkan periode triwulan sebelumnya.

Stabilnya kondisi perekonomian tersebut sejalan dengan indikator penuntun

(leading indicators) PDRB Jakarta, yang masih berada pada level yang identik

sejak pertengahan 2010. Berbagai indikator pembentuk (komposit) indikator

penuntun 1 yang mewakili kegiatan perekonomian Jakarta masih tumbuh

dalam fase ekspansi. Faktor positif lain yang turut menyebabkan ekonomi

Jakarta masih baik adalah kondisi iklim dan prospek investasi di Indonesia

yang semakin baik sebagaimana tercermin dari penilaian berbagai lembaga

pemeringkat internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin dekat

dengan peringkat layak investasi.

1 Seperti daya beli (indeks penjualan eceran), perputaran transaksi ekonomi (nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS), pasokan barang manufaktur

(indeks produksi), ketersediaan barang pendukung investasi (nilai impor barang modal), dan kondisi ekonomi global (nilai tukar dan nilai ekspor).

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

2

Grafik I.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta

Perkonomian Jakarta terutama masih terus didukung oleh kontribusi

sektor tersier. Pangsa sektor tersier 2 dalam perekonomian Jakarta pada

triwulan II 2011 mencapai 73,7%. Sementara sektor sekunder dan sektor

primer masing-masing sebesar 26,0% dan 0,3%. Distribusi perekonomian

Jakarta yang terkonsentrasi pada sektor tersier ini tidak terlepas dari peran

Jakarta sebagai sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan

global. Peran Jakarta dalam perekonomian domestik relatif besar mencapai

pangsa sekitar 17,8% dalam perekonomian nasional.

A. SISI PERMINTAAN

Investasi dan konsumsi kembali meningkat setelah melambat pada

awal 2011. Konsumsi meningkat, terutama konsumsi pemerintah yang

peningkatannya tertinggi sejak akhir 2009. Sementara konsumsi rumah

tangga tumbuh lebih tinggi, ditopang oleh daya beli masyarakat. Investasi

tumbuh 6,4% (yoy) pada triwulan laporan, didorong oleh permintaan

domestik dan global yang tetap kuat dan didukung iklim investasi nasional

yang membaik. Investasi bangunan tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Di lain

pihak, permintaan ekspor melambat akibat melambatnya permintaan dunia

dan produksi dalam negeri.

2 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-

jasa

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

98

99

99

100

100

101

101

102

102

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Composit Leading Indicator PDRB

CLI PDRB (rhs)

fase kontraksi

fase kontraksi

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

3

Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)

1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat mencapai 7,0% (yoy)

ditopang oleh peningkatan daya beli. Daya beli masyarakat didukung oleh

kenaikan gaji profesional yang berkisar antara 5,7-12,2% dan kenaikan gaji

PNS yang direalisasikan pada awal triwulan II 2011. Perkembangan inflasi

yang relatif terkendali dan tren menguatnya nilai tukar rupiah selama triwulan

laporan juga menjadi faktor yang turut menopang kinerja konsumsi.

Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional

Beberapa indikator konsumsi mendukung peningkatan konsumsi

rumah tangga. Indikator konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih tinggi

mencerminkan aktivitas pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya, misalnya penjualan mobil/motor, yang

umumnya menggunakan lembaga pembiayaan sekitar 80-92%3, terutama

untuk pembelian mobil baru. Hasil survei terhadap pembelian barang eceran

meningkat, terutama untuk suku cadang kendaraan, bahan konstruksi,

pakaian, dan makanan. Pola konsumsi masyarakat cenderung melakukan

pembelian barang yang bersifat tahan lama. Hal ini terindikasi pada 3 Survey AC-Nielsen, 2005

I II III IV Total I* II* III* IV* Total I* II*

  Konsumsi 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.7 5.7 6.0 6.9 5.9 6.6 7.6

  Konsumsi Rumah Tangga 6.0 6.4 6.6 5.6 6.2 5.7 6.3 6.3 7.1 6.4 6.7 7.0

  Konsumsi Pemerintah 7.9 7.5 7.8 16.9 10.2 ‐6.7 ‐0.1 2.8 5.5 0.7 4.8 14.2

  Investasi 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 8.9 7.5 9.4 9.5 8.8 3.5 6.4

  Ekspor ‐0.5 ‐0.7 ‐1.0 3.1 0.2 1.7 8.4 9.2 9.9 7.3 12.8 9.7

  Impor ‐1.0 ‐4.4 ‐4.5 2.7 ‐1.8 1.2 7.9 10.9 12.3 8.1 13.8 12.5

  P D R B  5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7* angka sementara BPS DKI Jakarta

2009 2011

Indikator

2010*

%, yoy

2008/2009 2009/2010 2010/2011Min ‐ Max Min ‐ Max Min ‐ Max

Banking 7.1 ‐ 4.3 0 0 ‐ 5Call Center 0 19.6 ‐ 8.3 27.5 ‐ 39.3Engineering & technical 0 0 0 ‐ 33.3Finance 0 ‐ 8.3 0 0Human resources 0 0 2.9 ‐ 0Information technology 0 0 10 ‐ 5Logistics & warehousing 0 15 ‐ 15 0 ‐ 3.3Office support 0 0.0 6.3 ‐ 17.5Sales & marketing 16.1 ‐ 0 0 ‐ 14.3 5 ‐ 6.3Rata2 2.6 ‐ 1.4 3.8 ‐ 4.2 5.7 ‐ 12.2UMP Nominal Jakarta 10.0 4.5 15.4Sumber: Indonesia Employment Outlook and Salary Guide, Kelly Services Indonesia

KategoriTahun

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

4

melonjaknya Indeks Ketepatan Waktu Saat Untuk Pembelian Barang Tahan

Lama4.

Grafik I. 2 Perkembangan Pendaftaran Mobil/Motor Baru

Grafik I.3 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi

Proyek) dan Pembiayaan Nonbank

Grafik I. 4 Survei Penjualan Eceran

Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini

Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh meningkat hingga

mencapai 14,2% (yoy), sebagaimana tingginya realisasi APBD 2011.

Realisasi belanja Pemerintah Daerah pada triwulan laporan lebih baik

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II 2011,

penyerapan belanja APBD DKI Jakarta telah terealisasi 26,8% dari total

anggaran sebesar Rp27,88 triliun, lebih baik dibandingkan realisasi anggaran

pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,3%.

2. Investasi

Pertumbuhan investasi mencapai 6,4% (yoy) meningkat dari triwulan

sebelumnya. Prospek permintaan yang kuat disertai Iklim investasi nasional

yang terus membaik berkontribusi positif pada peningkatan kinerja investasi

Jakarta. Membaiknya iklim investasi di Indonesia ditandai oleh peringkat

sovereign credit rating yang semakin mendekati kategori layak investasi yang

selanjutnya berpengaruh positif bagi investor asing dalam memandang

prospek investasi di Indonesia. Iklim investasi semakin membaik tercermin dari

terus berlanjutnya perbaikan peringkat kredit Indonesia dari berbagai lembaga

pemeringkat internasional. Pada 8 April 2011 lembaga pemeringkat Standard

& Poor’s kembali menaikkan peringkat kredit Indonesia dan mencapai level

tertinggi setelah krisis tahun 1997. Long-term foreign-currency rating

Indonesia meningkat menjadi BB+ dari BB dengan outlook positif, sehingga

4 Hasil Survei Konsumen BI

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

%, yoy

g.Pendaftaran Mobil Baru g.Pendaftaran Motor Baru

Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta‐20

‐10

0

10

20

30

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 209 2010 2011

%, yoy%, yoy

g.kredit kons riil (rhs) g.Leasing (yoy) (rhs)

‐10

0

10

20

30

40

50

‐100

‐50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

%, yoy%, yoy Survei Penjualan Eceran

g.indeks spe ‐ rhs g.Pakaian g.Sk‐Cad‐Kend g.Makanan g.Bahan konstruksi

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Survei Konsumen‐Kondisi Saat Ini

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

5

peringkat kredit Indonesia saat ini hanya satu level di bawah investment grade. Hal ini berdampak langsung pada kinerja investasi di Jakarta. Upaya

yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui peningkatan

layanan terpadu satu pintu (PTSP) turut mendukung peningkatan iklim

investasi di Jakarta.

Aktivitas investasi bangunan melonjak tinggi dibandingkan rata-rata

pertumbuhannya dalam 6 tahun terakhir. Prospek pasar properti di

Jakarta yang terus membaik mendorong pengembang untuk terus melakukan

pembangunan properti komersial baru. Tingkat hunian properti komersial

terutama kantor memasuki awal 2011 selalu lebih dari 90%. Tingkat imbal

hasil properti perkantoran di Jakarta lebih menguntungkan, yaitu mencapai 7-

10% dibandingkan negara kawasan5. Sepanjang triwulan laporan, kegiatan

pembangunan properti komersial terus berlangsung, antara lain berupa

penambahan areal kawasan industri, pembangunan apartemen, retail, dan

perkantoran. Data konsumsi semen dan keramik yang meningkat tinggi

masing-masing hingga 25,2% dan 84,6% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya menguatkan indikasi tingginya investasi bangunan selama

triwulan laporan (Grafik I.9). Selain itu, meningkatnya investasi bangunan juga

didorong oleh pembangunan infrastruktur lainnya seperti misalnya rehabilitasi

sekolah, perbaikan jalan rusak, pembangunan terminal, dan pembangunan

jembatan layang non-tol.

Tabel I.3 Tingkat Hunian Properti Komersial

5 Vibiznews - Property

I II III IV I II III IV I II

Demand (occupancy rate ) 88.33% 88.31% 87.20% 87.20% 87.10% 87.77% 89.30% 89.10% 91.60% 92.80%

Supply (cumulative supply , juta m2)          3.87  3.95         4.00         4.05         4.05         4.08         4.22         4.27         4.27         4.31          

Demand (occupancy rate ) 88.70% 88.70% 88.10% 88.10% 87.80% 88.40% 88.40% 89.30% 91.60% 89.10%

Supply (cumulative supply , juta m2) 1.64 1.65 1.66 1.66 1.66 1.71 1.72 1.73 1.76 1.85

Demand (take up rate ) 71.60% 72.00% 71.20% 71.20% 71.60% 71.90% 73.70% 77.10% 78.90% 76.40%

Supply (cumulative supply , unit) 68,176 71,264 74,920 74,920 76,338 76,577 79,778 82,014 85,734 90,844

Demand (occupancy rate ) 70.30% 71.30% 69.20% 69.20% 69.40% 69.10% 65.90% 69.50% 72.10% 76.20%

Supply (cumulative supply , unit) 7,602 7,835 7,903 7,903 7,835 7,835 7,938 7,815 7,950 8,058

Demand (occupancy rate ) 85.30% 82.00% 82.30% 82.30% 82.60% 81.00% 82.37% 83.20% 84.30% 86.60%

Supply (cumulative supply , juta m2) 3.58         3.74         3.74         3.74         3.77         3.78         3.92         3.92         3.93         3.93          

Demand (cumulative sale ) 67.34% 68.70% 68.70% 76.00% 76.00% 76.00% 76.00% 76.10% 80.10% 79.32%

Supply (cumulative supply , Hektar) 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 9,006 8,666

Sumber : Colliers International, diolahmeningkat

menurun

Office Outside CBD

Industrial

Apartment for Sale

Apartment Rental

Retail

Office CBD

20102009 2011

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

6

Beberapa indikator investasi menunjukkan tren yang meningkat.

Peningkatan investasi ini tercermin dari beberapa indikator antara lain

pembangunan properti komersial, dengan tingkat cumulative supply yang

terus bertambah (tabel I.3). Belanja modal Pemprov. DKI Jakarta telah

terealisasi hingga 7,3% atau Rp592 miliar, dibandingkan periode yang sama

tahun 2010 sebesar 4,2%. Selanjutnya, berbagai indikator investasi non-

bangunan pada triwulan laporan sedikit meningkat yaitu berupa penambahan

kapasitas yang dilakukan melalui pengadaan barang modal impor maupun

pembelian dalam negeri (Grafik I.8). Ekspektasi terhadap kegiatan dunia

usaha menunjukkan persepsi pengusaha ke depan tetap baik, terutama

didukung dengan peningkatan order barang luar negeri dan harganya yang

masih meningkat (Grafik I.11).

Grafik I.6 Perkembangan Properti Residensial

Grafik I.7 Pembiayaan Investasi

Grafik I.8 Perkembangan Impor Barang Modal dan Pendaftaran Alat Berat Baru

Grafik I.9 Konsumsi Semen dan Keramik

Grafik I.10 Kegiatan Usaha dan Bisnis

Grafik I.11 Ekspektasi Kegiatan Bisnis

Pembiayaan investasi yang berasal dari bursa efek (pencatatan IPO)

dan perbankan tumbuh lebih cepat. Pada triwulan II 2011 terdapat

peningkatan perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) yang

telah tercatat di Bapepam, yaitu masing-masing untuk 21 emiten obligasi

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Unit TerjualPerkembangan Penjualan Properti  Residensial 

(Survei Properti DSM)

TOTAL TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 209 2010 2011

Rp miliar%, yoy

Total IPO (Rp miliar)  ‐ rhs g.kredit  inv riil (yoy)

‐100

‐50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011

%, yoy

g.Volum  Impor Brg Modal g.Pick Up,Truk,Alat  Berat,Truk Tanki[baru]

‐100

‐50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

Semen Keramik

‐10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II‐p

2008 2009 2010 2011

Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta

Ekspektasi Situasi Bisnis Situasi BisnisEkspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha

70

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 2009 2010 2011

Indeks

Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil

Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil

*) angka perkiraanSumber : BPS, diolah

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

7

senilai Rp19,9 triliun, dan 8 emiten saham senilai Rp11,14 triliun. Sementara

itu, kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan investasi di Jakarta hingga

Mei 2011 secara riil tumbuh sebesar 26% (yoy), meningkat pesat

dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya (18,5%; yoy).

Grafik I.12 Perkembangan Pembiayaan Bank dan IPO

3. Ekspor dan Impor6

Melambatnya ekspor Jakarta didorong oleh turunnya volume

perdagangan dunia dan produksi domestik. Volume perdagangan dunia

berdasarkan World Economic Outlook, Juni 2011 direvisi tumbuh lebih rendah

-0,1% dibandingkan prediksi April 2011, terutama karena melambatnya

pertumbuhan negara-negara maju. Dari sisi domestik, produksi industri

menurun akibat kekurangan bahan baku impor dan domestik (karet), padahal

porsi ekspor Jakarta terutama berupa komoditi industri mencapai 93,7%.

Komoditi ekspor utama yang merupakan produk industri hampir semuanya

melambat secara signifikan seperti misalnya suku cadang, mesin dan mekanik,

serta besi/baja. Melemahnya kegiatan ekspor dan impor tercermin pada

menurunnya volume bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok untuk

barang ekspor dan impor (luar negeri) masing-masing tercatat 777.440 ton

dan 1.977.634 ton, atau menurun menjadi -42,5% dibandingkan triwulan

sebelumnya (-6,5%). Ekspor ke negara tujuan yang mengalami penurunan

adalah ke China dan ASEAN. Dari sisi ekspor jasa, indikator ekspor jasa seperti

rata-rata lama menginap tamu asing dan volume pengiriman uang melalui

RTGS memperlihatkan pertumbuhan melambat dibanding triwulan

sebelumnya (grafik I.15).

Arus perdagangan antar pulau juga menunjukkan perkembangan

yang menurun. Indikator bongkar muat barang yang diperoleh dari data

pengiriman barang dari Terminal Konvensional Tanjung Priok memperlihatkan

bahwa perdagangan domestik (antar pulau) mengalami penurunan. Aktifitas

bongkar dan muat barang antar pulau (dalam negeri) di Tanjung Priok

6 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau). Ekspor

impor luar negeri memiliki porsi 36,7%, sementara domestik 63,3%. Sementara antara perdagangan jasa dan barang, masing-masing memiliki porsi 70%

dan 30%.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2008 209 2010 2011

Rp miliar%, yoy

Total IPO (Rp miliar)  ‐ rhs g.kredit  inv riil (yoy)

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

8

masing-masing turun 38,2% dan melambat 11,1% dibandingkan triwulan

sebelumnya (25,1%).

Grafik I.13 Perkembangan Arus Perdagangan di

Tanjung Priok

Grafik I.14 Pertumbuhan Volume Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta

Grafik I.15 Indikator Ekspor Jasa

Grafik I. 16 Perkembangan Volume Ekspor Jakarta

Berdasarkan Negara Tujuan

Pertumbuhan impor melambat seiring terbatasnya pasokan bahan

baku industri yang berasal dari impor. Impor tercatat tumbuh melambat

(12,5%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Porsi terbesar impor sebenarnya

berbentuk bahan baku untuk industri dengan pangsa lebih dari 80% dari

keseluruhan nilai impor Jakarta. Permasalahan terkait implikasi dari dampak

bencana tsunami Jepang terhadap pasokan impor dan adanya kendala teknis

di Pelabuhan yang menyebabkan penumpukan peti kemas. Perlambatan

impor terutama barang konsumsi berupa makanan olahan (daging ternak).

Sementara impor suku cadang dan aksesoris turun seiring pasokan komponen

otomotif impor yang berasal Jepang yang terbatas.

Grafik I. 17 Perkembangan Volume Impor Komponen Utama Manufaktur Jakarta

Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta

Berdasarkan Broad Economic Categories (BEC)

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

g.Bongkar Antar Pulau g.Muat Antar Pulau g.Ekspor g.Impor

Sumber : Pelindo II (diolah)

‐100

‐50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

Besi/baja Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori

‐40

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

40

2.00 

2.50 

3.00 

3.50 

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoyhari

Lama tinggal turis Pertb. Transfer Uang dari Jakarta (rhs)

‐150

‐100

‐50

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2009 2011

%, yoy Perkembangan Ekspor Negara Tujuan

ASEAN (33.44) C. R.R.C  (6.49) AMERICA (7.74)

ASIA (70.99) AUSTRALIA (2.94) EUROPE (6.01)

Keterangan : Komoditas (porsi)

‐100

‐50

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik

Kendaraan bermotor Kimia Organik Makanan olahan lain

pangsa : 40%

‐60

‐40

‐20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

Konsumsi Bahan Baku Barang Modal

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

9

B. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran ekonomi Jakarta ditandai dengan peningkatan

pertumbuhan sektor konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran;

pengangkutan dan komunikasi; dan keuangan. Dengan peningkatan

pada empat sektor tersebut, kinerja ekonomi triwulan II 2011 mampu

menyamai pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya. Pesatnya

pembangunan properti komersial swasta dan infrastruktur di Jakarta

menyokong pertumbuhan sektor konstruksi tertinggi dalam enam tahun

terakhir. Sektor keuangan, persewaaan, dan jasa perusahaan menunjukkan

kenaikan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2005, seiring dengan tingginya

aktivitas kegiatan keuangan dan kuatnya permintaan ruang sewa di Jakarta.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat di atas 14%,

dengan pesatnya pelanggan seluler dan penumpang moda transportasi.

Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh lebih cepat

meningkatnya seiring perdagangan eceran dan tingginya tingkat hunian

hotel. Di sisi lain, sektor industri melambat akibat kinerja produksi yang

terkendala keterbatasan bahan baku.

Tabel I.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, yoy)

1. Industri

Kinerja sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan 1,7%(yoy)

akibat penurunan produksi. Penurunan produksi terutama

karenakekurangan bahan baku impor, khususnya untuk sektor industri

manufaktur besar dan sedang. Berdasarkan rilis BPS, pertumbuhan produksi

industri manufaktur besar dan sedang triwulan II 2011 mengalami

perlambatan baik secara kuartalan maupun secara tahunan dibandingkan

periode sebelumnya, yaitu sebesar 1,86% (qtq) dan 3,54% (yoy). Jenis

industri yang mengalami perlambatan terbesar adalah industri Karet, Barang

dari Karet dan Plastik yang mengalami kontraksi sebesar 22,47% (yoy).

Berdasarkan informasi yang didapatkan secara anekdotal, pertumbuhan

I II III IV Total I* I* II* III* IV* Total I* II*

Pertanian 0.8 ‐0.8 0.7 0.7 0.3 0.9 0.9 1.6 0.9 3.3 1.7 2.4 1.5

Pertambangan dan penggalian  ‐2.5 ‐9.9 ‐2.4 ‐2.6 ‐4.3 ‐6.8 ‐8.0 1.5 1.8 10.6 1.5 18.5 12.6

Industri pengolahan 1.6 0.1 ‐0.3 ‐0.8 0.1 3.0 3.0 4.8 2.7 4.0 3.6 4.7 1.7

Listrik gas dan air bersih 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.3 5.1 5.8 6.1 5.5 5.6 4.1 4.7

Konstruksi 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 6.9 7.4 7.4 6.6 7.1 6.7 9.0

Perdagangan, hotel dan restoran 3.3 3.4 4.4 4.8 4.0 6.8 6.9 8.0 6.7 7.6 7.3 7.0 7.2

Pengangkutan dan komunikasi 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.2 15.1 14.7 15.0 14.2 14.8 14.1 14.4

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.5 4.2 3.8 3.4 4.0 4.0 4.0 4.1 4.5 4.3 4.2 4.9 5.1

Jasa ‐ jasa 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.7 6.8 6.7 6.5 6.4 6.6 6.3 6.5

PDRB 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7* angka sementara BPS DKI Jakarta

Indikator

2009 2010 2011

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

10

produksi karet Indonesia saat ini memang melambat, sebesar 0,6% (yoy),

masih jauh di bawah targetnya yang berada di kisaran 2,6%. Pembiayaan

perbankan kepada sektor industri tidak terpengaruh oleh penurunan produksi

industri tersebut, dengan rasio Non Performing Loans (NPL) berada di kisaran

4,2%.

Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri

Grafik I. 20 Kredit Sektor Industri

Grafik I. 21 Kapasitas Produksi Industri

2. Konstruksi

Sektor konstruksi tumbuh meningkat hingga mencapai 9,0% (yoy),

tertinggi dalam 6 tahun terakhir. Angka realisasi pertumbuhan sektor ini

berada di atas prakiraan awal. Kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan

dipengaruhi oleh pembangunan properti dan pembangunan infrastruktur.

Sepanjang triwulan II 2011, berbagai properti komersial masih berada dalam

proses penyelesaian, antara lain properti perkantoran, apartemen, retail, dan

industri. Selain itu, beberapa proyek pemerintah daerah masih akan

dilanjutkan pada triwulan II 2011, antara lain rehabilitasi sekolah, perbaikan

jalan rusak, pembangunan terminal, dan pembangunan jembatan layang non-

tol. Ke depan, sektor bangunan diperkirakan berada dalam tren yang

meningkat seiring permintaan yang masih tinggi, bahkan tingkat hunian

kantor telah mencapai 92% (tabel I.3), terutama perkantoran yang berada di

Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Sementara properti perumahan (residensial)

yang dibangun di Jabodetabek meningkat 24% (yoy), terutama untuk tipe

menengah dan tipe besar (grafik I.6). Indikator sektor konstruksi tumbuh lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Maraknya pembangunan properti dan

infrastruktur memicu permintaan akan bahan bangunan seperti semen dan

‐20

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011

%

g.Kons Listrik Industri (qtq) g.Kons Listrik Industri (yoy)

Sumber : PLN, diolah ‐20

‐15

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

30

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011

%, yoy%

NPL Industri g.kredit Industri Riil (rhs)

70

72

74

76

78

80

82

84

86

I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011

Kapasitas Produksi (%)

Total Sektor Total Industri Pengolahan

* data sementara

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

11

keramik. Data konsumsi bahan bangunan seperti semen dan keramik impor

meningkat tinggi (grafik I.9) masing-masing hingga 25,2% dan 84,6% (yoy).

3. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh meningkat sebesar

5,1%, berada di atas prakiraan sebelumnya. Sektor ini tumbuh konsisten

walaupun pada tahun 2009 terjadi krisis keuangan global. Dalam 5 tahun

terakhir, sektor keuangan Jakarta secara rata-rata tetap tumbuh sebesar 4%.

Dari sub sektor keuangan, pada triwulan ini ditandai dengan penerbitan Initial

Public Offering (IPO). IPO dari 21 emiten obligasi senilai Rp19,9 triliun, dan 8

emiten saham senilai Rp11,14 triliun turut mendorong kinerja sektor ini

tumbuh meningkat. Sementara untuk pasar sekunder, nilai dan frekuensi

transaksi di pasar modal masih mengalami peningkatan. Perbankan Jakarta

mampu menyalurkan kredit hingga Rp913.993,9 miliar atau tumbuh 22%

(yoy). Sub sektor persewaan tumbuh tinggi, di mana persewaan ruang kantor

di CBD, apartemen, dan retail meningkat, menjadi rata-rata sekitar 80% (tabel

I.3).

Grafik I. 22 Perkembangan Transaksi Saham Grafik I.23 Tingkat Hunian Apartemen dan Kantor

4. Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat masih tumbuh tinggi,

yaitu mencapai 14,4%. Pertumbuhan sub sektor komunikasi berasal dari

pendapatan operator telepon, dimana jumlah pelanggannya masih

meningkat. Penetrasi yang terus dilakukan oleh berbagai melalui penyediaan

layanan yang bersifat value added, terutama layanan mobile data, menopang

kinerja sektor ini tumbuh tinggi. Operator besar dalam rilisnya menyatakan

pelanggan broadband tumbuh konsisten lebih dari 40%7.

Sementara itu, pertumbuhan subsektor pengangkutan cukup tinggi.

Perkembangan jumlah penumpang yang menggunakan sarana pesawat udara

meningkat tinggi sebesar 17,8%. Volume penumpang kereta api Jabodetabek

7 Speedy mencatat peningkatan pelanggan 41,2% dari 1,41 juta menjadi 2 juta; Telkomsel Flash tumbuh 74,4 persen dari 2,97 juta menjadi 5,19 juta.

‐100

‐50

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy

Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan

60%

62%

64%

66%

68%

70%

72%

74%

76%

78%

85%

86%

87%

88%

89%

90%

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Occupancy Rate

Office CBD Apartment Rental

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

12

sekitar 30,85 juta orang relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya.

Sementara penumpang bus trans Jakarta meningkat 34,05% (yoy) menjadi

29,17 juta penumpang pada triwulan ini. Beroperasinya bus trans Jakarta

koridor IX (Pinangranti-Pluit) dan X (Tanjung Priok-Cililitan) serta penerapan

sterilisasi jalur bus dari kendaraan lainnya meningkatkan animo masyarakat

untuk memilih moda transportasi ini.

Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler

Grafik I.25 Perkembangan Jumlah Penumpang Moda Transportasi

Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta

5. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh meningkat

(7,2%). Kondisi ini tercermin dari peningkatan aktivitas perdagangan eceran.

Dari hasil survei penjualan eceran aktivitas perdagangan barang tahan lama

(durable goods) relatif meningkat terutama untuk barang-barang seperti suku

cadang kendaraan dan barang konstruksi. Demikian pula, konsumsi barang

tidak tahan lama (nondurable goods) meningkat antara lain makanan. Pola

konsumsi masyarakat yang cenderung melakukan pembelian barang tahan

lama terlihat dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan adanya

peningkatan Indeks Ketepatan Waktu Saat Ini Untuk Pembelian Barang Tahan

Lama. Sementara itu, tingkat kunjungan turis menunjukkan arah yang sedikit

meningkat sepanjang triwulan II 2011.

‐4

‐2

0

2

4

6

8

10

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%%

Sumber : CEIC dan Pers Release

g.Pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy)  ‐ rhs g.Pelanggan Cellular Jabodetabek (qtq)  ‐ rhs

‐50

‐40

‐30

‐20

‐10

0

10

20

30

‐10

‐5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010

%, yoy%, yoy

Kereta Api Jabodetabek Angkutan Udara Soekarno Hatta

Angkutan Laut Tanjung  Priok‐rhs

0

5

10

15

20

25

30

35

40

16 

18 

20 

22 

24 

26 

28 

30 

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoyjuta orang jumlah penumpang

g.jumlah penumpang (rhs)

Sumber :  www.transjakarta.co.id, diolah

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

13

Grafik I.27 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Survei Penjualan Eceran

Grafik I.28 Perkembangan Jumlah Wisman dan Tingkat Hunian

6. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa tetap tumbuh meningkat sebesar 6,5%. Pertumbuhan

biaya iklan pada 2011 diperkirakan sebesar 16,7%. Perkembangan sektor ini

didukung oleh pertumbuhan pembiayaan kredit bank sektor jasa meningkat

sekitar 27,2% (yoy), yang disertai dengan kualitas kredit sektor yang baik

sebagaimana tercermin dari rasio NPL yang berada di bawah 5%. Indikator

lain yang menunjukkan pertumbuhan sektor ini masih tinggi adalah

banyaknya event hiburan dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik I.30).

Grafik I. 29 Perkembangan Belanja Iklan Grafik I. 30 Jumlah Penyelenggaraan Hiburan

‐10

0

10

20

30

40

50

‐2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy%, y‐o‐y

g.Kons Listrik Bisnis (yoy) g.SPE (rhs)

Sumber : PLN dan SPE‐BI, diolah

‐20

‐10

0

10

20

30

40

50

60

40

42

44

46

48

50

52

54

56

58

60

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

%, yoy%

Hotel Occupancy  Rate g.Kunjungan Turis   (rhs)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2008 2009 2010 2011p

belanja iklan (Rp triliun) %, yoy (rhs)Sumber :  Persatuan Perusahaan Periklanan  Indonesia dan Anekdotal Info, diolah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II

2010 2011

jumlah kegiatan

konser musik festival musik

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

14

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

15

BAB II INFLASI

Pada akhir triwulan II 2011, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 5,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi ini adalah adanya koreksi beberapa komoditas volatile food yang masih berlanjut sejalan dengan relatif stabilnya pasokan. Minimalnya kebijakan pemerintah di bidang harga juga turut menyebabkan inflasi administered bergerak cukup stabil. Namun demikian, inflasi inti mengalami sedikit peningkatan, didorong oleh ekspektasi menjelang hari besar keagamaan dan tren permintaan properti yang terus meningkat.

Pada triwulan II 2011, tekanan inflasi Jakarta masih berada dalam tren

yang melambat seiring dengan koreksi harga beberapa komoditas

pangan strategis yang masih berlanjut. Inflasi Jakarta pada triwulan II

2011 mencapai 5,36% (yoy), kembali mengalami perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 5,95%. Meredanya tekanan inflasi

terutama bersumber dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,

dan kelompok transportasi yang masing-masing mencatat tingkat inflasi yang

lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Koreksi harga yang

cukup besar terjadi pada komoditas aneka bumbu yang berkontribusi pada

melambatnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada

kelompok makanan jadi, koreksi terbesar terjadi pada komoditas tembakau

dan minuman beralkohol. Sementara itu, berdasarkan disagregasi inflasi

inti/non inti, koreksi bahan makanan tercermin dari inflasi volatile food yang

trennya masih turun.

Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Disagregasi Inflasi8

8 Penghitungan disagregasi inflasi tahunan menggunakan pendekatan sub kelompok pengeluaran

1.9

0.3

0.8

0.8

1.5

1.9

1.3

0.2

1.0

0.4

0.3

0.1

‐0.2

‐0.2

0.3

‐0.2

0.2

0.1 0.4 0.4

0.9

0.1

‐0.1

0.5 0.7

0.1

0.1 0.2

0.2

0.71.1

1.0

0.51

0.22 0.33

0.76

0.47

0.21

0.00

0.07 0.15 0.

43

5.36

‐4

0

4

8

12

16

‐1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

%, m‐t‐m %, y‐o‐y

Inflasi Jakarta

MTM

YOY (rhs)

panen panen

lebaran

kenaikan harga internasional

panen

harga BBM bersubsidi rata2 meningkat 28,7%

dampak 2nd round kenaikan harga BBM 

Des : 1st round effectJan&Feb:1st+2nd round effect penurunan BBM

panen

‐6‐30369

121518212427

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7

2008 2009 2010 2011

%, yoy

Inflasi IHK Core Volatile Foods Adm Price

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

16

Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy)

Koreksi harga pangan yang juga termasuk dalam volatile food

ditunjang oleh stabilnya pasokan bahan pangan yang masuk ke Pasar

Induk di wilayah Jakarta. Pergeseran masa panen bahan pangan di

berbagai daerah sentra produksi berdampak pada lancarnya pasokan bahan

pangan yang masuk ke wilayah Jakarta. Pasokan aneka bumbu di Pasar Induk

Kramat Jati seperti cabe merah dan bawang merah mengalami peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya. Pasokan sayur ke Pasar Induk Kramat Jati

pada triwulan II 2011 mencapai 108.905 ton lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya (106.670 ton). Membaiknya kondisi pasokan ini pada

gilirannya menyebabkan harga-harga bahan pangan, terutama cabe dan

bawang merah, masih mengalami koreksi. Sementara itu, pasokan beras di

Pasar Induk Beras Cipinang mulai mengalami penurunan karena masa panen

padi yang sudah berakhir di awal triwulan laporan. Selama triwulan II 2011,

pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang mencapai 198.824

ton, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (222.159 ton). Selain itu,

ekspektasi pedagang yang khawatir akan rendahnya capaian produksi masa

panen gadu akibat tingginya serangan hama di beberapa sentra produksi

(Jawa Timur dan Jawa Barat) ditengarai menjadi salah satu hal yang memicu

peningkatan harga beras eceran. Operasi Pasar (OP) beras di Jakarta yang

dilaksanakan di pasar grosir, cukup mampu meredam gejolak harga di tingkat

grosir, namun di tingkat eceran harga beras masih meningkat tinggi mulai Mei

2011, terutama untuk jenis IR I, IR II, dan IR III.

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy

IHK 0.92 3.43 1.21 4.52 2.63 5.44 1.32 6.21 0.68 5.95 0.64 5.36

Bahan Makanan 2.43 6.43 3.84 11.54 5.86 11.74 1.95 14.80 ‐0.10 11.96 ‐0.05 7.77

Makanan jadi 4.29 10.66 1.24 11.12 2.20 11.01 0.91 8.89 1.21 5.67 0.84 5.25

Perumahan 0.29 0.66 0.08 0.55 2.14 2.61 0.86 3.41 0.92 4.05 0.42 4.40

Pakaian ‐2.68 ‐1.43 2.52 2.76 ‐0.79 1.50 6.71 5.61 0.28 8.83 3.01 9.36

Kesehatan 0.16 3.99 0.12 1.15 0.66 1.42 0.28 1.23 1.31 2.39 1.27 3.58

Pendidikan 0.00 1.96 0.01 2.06 1.35 1.42 0.04 1.40 0.88 2.30 0.22 2.51

Transportasi 0.15 2.09 0.70 1.91 3.92 4.48 ‐0.23 4.56 0.51 4.94 0.18 4.41

2010III III IIV II

Kelompok Barang

Inflasi Jakarta2011

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

17

Grafik II.3 Perkembangan Pasokan dan Harga

Beras

Grafik II.4 Perkembangan Pasokan dan Harga

Bawang Merah

Grafik II.5 Perkembangan Pasokan dan Harga

Cabe

Grafik II.6 Perkembangan Harga Aneka Daging

Inflasi administered price Jakarta pada triwulan II 2011 stabil. Harga

bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi9 masih ditetapkan tidak berubah sejak

akhir 2008. Sementara rencana beberapa kebijakan terkait BBM bersubsidi,

seperti pembatasan penggunaan BBM bersubsidi yang sedianya diberlakukan

pada akhir triwulan I 2011 di Jakarta -Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi

(Jabodetabek), masih belum diimplementasikan. Kebijakan terkait BBM subsidi

oleh Pemerintah tersebut memberikan tekanan minimal terhadap inflasi

administered prices. Di sisi lain, harga minyak global masih berada dalam tren

yang meningkat menyebabkan harga BBM non-subsidi dalam tren meningkat.

Pada triwulan laporan tercatat harga Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax

Dex mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar

34,4% (yoy); 32,1% (yoy); dan 31,7%(yoy) (Tabel II.2). Sementara itu,

konsumsi BBM Jakarta diindikasikan semakin meningkat. Tercatat pada

Semester I 2011 konsumsi BBM bersubsidi (Premium) Jakarta sudah melebihi

10% dari kuota yang ditetapkan. Namun demikian, penambahan kuota10

BBM nasional bersubsidi sebesar 1,9 juta kilo liter ditengarai mampu sedikit

meredam kenaikan harga BBM hingga akhir tahun 2011. Untuk itu,

Pemerintah akan menempuh kebijakan yang sifatnya non-harga, dengan

mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) mengenai Penghematan Energi yaitu

penghematan BBM bersubsidi untuk kendaraan operasional

Kementerian/Lembaga sebesar 10% yang direncanakan akan

diimplementasikan pada Agustus 2011.

9 Konsumsi BBM subsidi hampir mencapai 60%.

10 Penambahn dari kuota awal nasional sebesar 38,6 juta kilo liter

5.000 

5.500 

6.000 

6.500 

7.000 

7.500 

8.000 

8.500 

9.000 

30.000 

40.000 

50.000 

60.000 

70.000 

80.000 

90.000 

100.000 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 11 12  1  2  3  4  5  6 

2009 2010 2011

Rp/kgton/bulan

Pasokan Beras Harga rata‐rata  Eceran Beras (rhs) Harga rata‐rata Grosir Beras (rhs)

5,000 

10,000 

15,000 

20,000 

25,000 

30,000 

1,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1  2  3  4  5  6  7  8  9 10 11 12 1  2  3  4  5  6 

2009 2010 2011

Rp/kgton/bulan

Pasokan Bawang Merah Harga Grosir Bawang Merah (rhs)

Harga Eceran Bawang Merah (rhs)

5,000 

10,000 15,000 

20,000 25,000 

30,000 

35,000 40,000 

45,000 50,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

7,000 

8,000 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1  2  3  4  5  6  7  8  9 10 11 12 1  2  3  4  5  6 

2009 2010 2011

Rp/kgton/bulan

Pasokan Cabe TW Harga Grosir Cabe TW (rhs)

Harga Eceran Cabe TW (rhs)

10,000 

20,000 

30,000 

40,000 

50,000 

60,000 

70,000 

80,000 

5000

10000

15000

20000

25000

30000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Rp/kgRp/kg

Ayam Boiler/Potong Telur ayam ras Daging Sapi Murni (rhs)

Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

18

Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta

Secara fundamental, tekanan inflasi inti meningkat pada triwulan II

2011. Peningkatan inflasi inti dipengaruhi oleh ekspektasi dan peningkatan

permintaan masyarakat akan barang/jasa tertentu dalam kelompok inflasi inti.

Ekspektasi masyarakat (3 hingga 6 bulan ke depan) terhadap kenaikan harga

kembali meningkat, diperkirakan karena efek psikologis masyakarat

menghadapi bulan puasa dan hari raya. Untuk itu, pembentukan persepsi

positif masyakarat akan ketersediaan pasokan bahan pangan perlu terus

dilakukan oleh Pemerintah untuk dapat meredam ekspektasi negatif akan

kenaikan harga. Selanjutnya, barang inti lainnya seperti dalam kelompok

sandang (emas perhiasan dan sandang wanita/pria) dan perlengkapan/

peralatan pendidikan meningkat tinggi semasa periode tahun ajaran baru.

Dari sisi jasa, sewa/kontrak rumah ditengarai meningkat sebagaimana tarif

kontrak dan sewa rumah sewa properti retail, apartemen, dan kantor

didorong oleh permintaan properti yang terus meningkat. Peningkatan

permintaan antara lain tercermin dari tingkat hunian yang trennya terus

meningkat sejak pertengahan 2010.

Grafik II.7 Ekspektasi Harga

Grafik II.8 Perkembangan Tarif Sewa Retail

Grafik II.9 Perkembangan Tarif Sewa Apartemen

Grafik II.10 Perkembangan Tarif Sewa Kantor

Tw I ‐ 10 Tw II‐10 Tw III‐10 Tw IV‐10 Tw I‐11 Tw II‐11 Tw II ‐ III 10Tw III ‐ IV 

10Tw IV 10 ‐ I 

11Tw I ‐ II 11

Tw III 09 ‐ III 10

Tw IV 09 ‐ IV 10

Tw I 10 ‐ I 11

Tw II 10 ‐ II 11

Minyak Solar  4,500        4,500        4,500        4,500        4,500        4,500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Premium 4,500        4,500        4,500        4,500        4,500        4,500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Minyak Tanah 5,681        5,681        5,681        5,681        5,681        5,681        0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Pertamax Plus 7,300        6,700        6,700        7,450        9,150        8,850 0.0 11.2 22.8 ‐3.3 ‐4.3 9.6 25.3 32.1

Pertamax 6,750        6,250        6,150        7,050        8,700        8,400 ‐1.6 14.6 23.4 ‐3.4 ‐3.9 11.9 28.9 34.4

Pertamax Dex 7,400        7,100        7,300        7,850        10,350      9,350 2.8 7.5 31.8 ‐9.7 6.6 10.6 39.9 31.7

Sumber : Pertamina, diolah

Perubahan QtQ (%) Perubahan YoY (%)Jenis 

Harga  (Rp)

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad

Sumber: Survei Keyakinan Konsumen‐BI

80%

81%

82%

83%

84%

85%

86%

87%

340,000

342,000

344,000

346,000

348,000

350,000

352,000

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Rp / m2 / bulan Properti Retail

average rental rate tingkat hunian (rhs)

64%

66%

68%

70%

72%

74%

76%

78%

13

13.1

13.2

13.3

13.4

13.5

13.6

13.7

13.8

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Rp juta / m2 Properti Apartemen Sewa

average rental rate tingkat hunian (rhs)

84%

85%

86%

87%

88%

89%

90%

91%

92%

93%

94%

90,000

95,000

100,000

105,000

110,000

115,000

I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011

Rp / m2 /bulan Ruang Kantor Sewa

average rental rates in the CBD tingkat hunian (rhs)

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

19

BOKS

Dampak Pembatasan Jam Operasional Truk Melalui Tol Dalam Kota

Pada triwulan II 2011, Pemprov Jakarta memberlakukan pembatasan

jam operasional truk ke tol dalam kota yang diklaim telah menekan

kemacetan Jakarta. Ruas tol jalur tol dalam kota Cawang- Tomang – Pluit

pada 05.00 WIB s.d. 22.00 WIB tidak boleh dilalui angkutan berat dengan

tonase 5 ton ke atas. Berdasarkan indikator Pemprov Jakarta, terdapat lima

indikator keberhasilan penerapan ketentuan tersebut antara lain, kecepatan di

tol dalam kota meningkat hingga 34,53 km/jam; jumlah penumpang busway

meningkat, terutama koridor IX (Pinang Ranti – Pluit) hingga 44.000

penumpang per hari; polusi kendaraan berkurang; pengunaan bahan bakar

berkurang; dan produktivitas kerja per individu meningkat.

Pada rapat tim pengendalian inflasi daerah (TPID) Jakarta menyatakan

dalam jangka pendek ketentuan tersebut memiliki dampak yang

positif dalam menekan harga di Jakarta. Di wilayah Jakarta yang

kecepatan kendaraannya meningkat, secara signifikan harga barang eceran

menjadi lebih rendah. Secara wilayah, kecepatan kendaraan meningkat di

wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat,

sementara di Jakarta Utara kecepatan kendaraan justru melambat. Harga

eceran di beberapa wilayah dengan peningkatan kecepatan kendaraan, pasca

penerapan ketentuaan tersebut, harga eceran rata-rata turun sekitar 3%

dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut ditengarai berkaitan dengan

peningkatan kecepatan kendaraan yang nantinya mendukung kelancaran

distribusi barang. Selain itu, pasokan di pasar induk beras dan sayur tetap

tinggi dan tidak mengalami perbedaan dibandingkan sebelum penerapan

ketentuan.

Gambar A.1 Peta Jakarta Berdasarkan Wilayah dan Dampak Pembatasan

4538,07

4545

35,39

45 4513.56

16

4544,22

38

4549,05

9,25

4510,16

11,75

4545,05

27

4538,09

13

4520,96

40

4544,46

28

4550,82

38

4512,56

16 3454.3

Rp7.022,2

Rp7.201,3

3454.3

Rp7.156,3

Rp7.502,7

3454.3

Rp7.461,5

Rp7.559,1

3454.3

Rp7.334,9

Rp7.496,43454.3

Rp 7.234,1

Rp7.222,2

Keterangan:

Kecepatan kendaraan

Harga per wilayah

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

20

Namun demikian, keterbatasan data yang tersedia belum dapat

menangkap dampak jangka panjang dari ketentuan tersebut maupun

kepada aktivitas ekonomi lainnya. Setelah penerapan ketentuan

pembatasan jam operasional truk, inflasi Jakarta dan kota sekitarnya

(Tangerang) pada Juni 2011 memang relatif tidak terpengaruh signifikan.

Namun, dalam jangka panjang, perlu diperhatikan pula teknis penerapan

ketentuan tersebut terhadap efisiensi distribusi di daerah sekitar Jakarta dan

implikasi lainnya seperti biaya logistik, dimana mulai Juni 2011 pengusaha

pemilik angkutan berat (truk) telah menaikkan ongkos angkut sebesar 20-

30% sebagai kompensasi kenaikan biaya operasional angkutan. Selain itu,

perlu dicermati perlambatan kendaraan di Jakarta Utara terutama pengaturan

lalu lintas kendaraan lebih lanjut. Dari sisi perdagangan luar negeri, kegiatan

ekspor impor hingga akhir triwulan II 2011 relatif tidak terpengaruh

signifikan, antara lain volume pengiriman barang ke luar negeri yang masih

meningkat tinggi mencapai 29,4% (yoy).

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

21

BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada triwulan II 2011 mengalami peningkatan dengan risiko kredit yang tetap terkendali. Pertumbuhan penyaluran kredit tercatata mencapai 22,0% (yoy), sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 18,2% (yoy) sehingga rasio kredit terhadap DPK yang dihimpun (LDR) menjadi 76,3% - meningkat dibanding triwulan sebelumnya (72,9%). Perkembangan tersebut tetap diikuti dengan kualitas kredit yang tetap terjaga sebagaimana tercermin dalam rasio gross Non Performing Loan (NPL) yang tetap berada di bawah 5%. Sementara itu, perkembangan sistem pembayaran di Jakarta menunjukkan peningkatan eiring pertumbuhan aktivitas ekonomi. Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring tercatat rata-rata sebesar Rp4,1 triliun per hari, atau tumbuh 13,7% (yoy). Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) relatif stabil sebesar Rp84,2 triliun per hari. Sejalan dengan hal tersebut, aktivitas outflow mengalami peningkatan yang mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai menjelang hari besar keagamaan.

A. PERBANKAN

1. Intermediasi Perbankan

Kegiatan intermediasi perbankan Jakarta pada triwulan laporan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan dana

pihak ketiga (DPK) meningkat tipis, dengan pertumbuhan sebesar 18,2%

(yoy), dibandingkan triwulan I 2011 (18,8%; yoy). Sementara pertumbuhan

kredit (berdasarkan lokasi bank) tumbuh meningkat sebesar 22%(yoy)

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (19,2%). Dengan

pertumbuhan kredit yang masih lebih tinggi dari DPK, LDR (berdasarkan lokasi

bank) mampu mencapai rasio 76,3% merupakan tingkat LDR tertinggi sejak

2009. Di sisi lain, pertumbuhan penyaluran kredit dalam kategori UMKM

cenderung terus melambat menjadi hanya sebesar 7,5% (yoy) sejak awal

2010.

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

22

Tabel III.1 Beberapa Indikator Perbankan Jakarta

Grafik III.1 LDR Kredit Lokasi Bank Grafik III.2 Perkembangan Komponen DPK Dibanding dengan Lokasi Proyek

2. Penghimpunan Dana Masyarakat

Hingga triwulan II 2011 (Mei 2011), penghimpunan dana masyarakat

(DPK) oleh perbankan Jakarta meningkat tipis. Pertumbuhan

penghimpunan DPK pada triwulan II 2011 secara tahunan sebesar 18,2%

relatif sama dibandingkan posisi akhir triwulan I 2011 (18,8%; yoy). Jika

dilihat berdasarkan komponennya, simpanan dalam bentuk giro meningkat

signifikan (20,4%; yoy), terutama peningkatan simpanan milik pemerintah

daerah, seiring transfer dari pemerintah pusat yang terealisasi 36,9% dan

pendapatan asli daerah yang mencapai 50,5% dari anggaran 2011.

Sementara itu, pertumbuhan tabungan dan deposito relatif stabil, masing-

masing sebesar 25,6% (yoy) dan 15,1%(yoy).

3. Penyaluran Kredit

Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat signifikan pada triwulan II

2011. Berdasarkan data, tercatat posisi total penyaluran kredit hingga Mei

2011 sebesar Rp913,99 triliun atau tumbuh meningkat sebesar 22% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (19,2%; yoy). Dilihat dari sisi

penggunaannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi sebesar

28,1% (yoy), disusul oleh kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing

sebesar 23,6% dan 12,2%. Pangsa kredit berdasarkan penggunaan masih

didominasi oleh kredit modal kerja yang porsinya mencapai 50,5%; disusul

I II III IV I II*

DPK  Rp Miliar 994,087.8           1,012,718.1        1,075,943.1        1,197,604.1        1,180,064.0        1,197,538.3       

Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 12.9                      12.6                      16.8                      20.3                      18.8                      18.2                     

Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 705,214.5           749,394.8           812,001.2           864,129.6           860,517.0           913,993.9          

Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 6.0                         12.4                      20.8                      21.7                      19.2                      22.0                     

Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 524,875.2           564,256.8           595,096.7           697,876.8           646,978.2           682,475.8          

Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 10.3                      18.4                      20.8                      34.1                      20.7                      21.0                     

Kredit UMKM Rp Miliar 185,750.0           191,264.3           205,189.0           266,146.4           200,515.6           206,532.2          

Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 38.8                      33.4                      38.4                      70.7                      7.9                         7.5                        

LDR Lokasi Bank (%) 70.9                      74.0                      75.5                      72.2                      72.9                      76.3                     

LDR Lokasi Proyek (%) 52.8                      55.7                      55.3                      58.3                      54.8                      57.0                     

NPL  (%) 3.8                         3.3                         3.0                         2.9                         2.8                         2.8                        

  *) s.d. Mei 2011

2011Uraian Satuan

2010

65

70

75

80

50 

55 

60 

65 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010 2011

% Lokasi Proyek

Lokasi Bank(rhs)

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010 2011

%, y‐o‐y Jakarta

Total Giro Tabungan Deposito

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

23

oleh kredit investasi dan konsumsi. Secara sektoral, pangsa kredit kepada

sektor sekunder dan tersier seperti industri, jasa dunia usaha dan

perdagangan tetap besar, sesuai dengan karakteristik Jakarta sebagai kota

jasa. Pertumbuhan kredit sektoral yang masih mengalami peningkatan adalah

kredit industri (13,1%), bahkan pertumbuhan tersebut tertinggi sejak 2009,

ditunjang oleh kegiatan sektor industri yang membaik, dengan pulihnya

pasokan bahan baku impor dan penguatan nilai tukar.

Tabel III.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral

Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha

I II III IV I II*Kredit Industri     Level Rp Miliar 133,081.0         140,487.6         142,367.1         148,076.9         149,060.0           158,846.9               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (17.6)                   (3.0)                     5.2                       6.1                       12.0                      13.1                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (4.6)                     5.6                       1.3                       4.0                       0.7                         8.0                             Pangsa  (%) 18.9                    18.7                    17.5                    17.1                    17.0                      17.4                    Kredit Lain‐Lain     Level Rp Miliar 186,228.1         192,107.3         198,801.5         211,481.9         217,105.0           223,907.6               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 38.0                    34.2                    31.6                    31.0                    16.6                      16.6                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 15.3                    3.2                       3.5                       6.4                       2.7                         5.5                             Pangsa  (%) 26.4                    25.6                    24.5                    24.5                    24.8                      24.5                    Kredit Jasa DU     Level Rp Miliar 100,545.9         109,586.0         123,458.3         136,664.8         141,614.0           150,595.5               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.9)                     5.2                       16.6                    24.6                    40.8                      37.4                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (8.3)                     9.0                       12.7                    10.7                    3.6                         8.8                             Pangsa  (%) 14.3                    14.6                    15.2                    15.8                    16.2                      16.5                    Kredit Perdagangan     Level Rp Miliar 89,530.8            99,129.3            112,963.6         125,553.0         115,303.0           121,176.3               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (4.4)                     (0.7)                     16.3                    21.5                    28.8                      22.2                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (13.4)                   10.7                    14.0                    11.1                    (8.2)                       0.9                             Pangsa  (%) 12.7                    13.2                    13.9                    14.5                    13.2                      13.3                    Kredit  Pengangkutan     Level Rp Miliar 57,015.5            57,480.6            53,962.5            53,125.5            55,717.0              56,255.7                  Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 16.2                    17.3                    (2.9)                     (5.6)                     (2.3)                       (2.1)                          Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3                       0.8                       (6.1)                     (1.6)                     4.9                         8.2                             Pangsa  (%) 8.1                       7.7                       6.6                       6.1                       6.4                         6.2                       Kredit Konstruksi     Level Rp Miliar 31,329.7            34,256.8            35,979.4            34,762.9            36,259.0              34,547.7                  Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (10.8)                   (3.7)                     1.6                       (5.1)                     15.7                      0.8                            Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (14.5)                   9.3                       5.0                       (3.4)                     4.3                         (0.6)                           Pangsa  (%) 4.4                       4.6                       4.4                       4.0                       4.1                         3.8                       Kredit Pertanian     Level Rp Miliar 32,043.6            37,527.3            44,196.2            46,716.9            45,620.0              48,311.4                  Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 0.2                       (0.7)                     30.5                    37.3                    42.4                      28.7                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (5.8)                     17.1                    17.1                    5.7                       (2.3)                       6.9                             Pangsa  (%) 4.5                       5.0                       5.4                       5.4                       5.2                         5.3                       Kredit  Pertambangan     Level Rp Miliar 38,598.9            42,856.7            49,070.7            54,992.9            58,523.0              63,259.2                  Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 50.6                    78.4                    69.9                    44.4                    51.6                      47.6                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3                       11.0                    14.5                    12.1                    6.4                         12.6                          Pangsa  (%) 5.5                       5.7                       6.0                       6.4                       6.7                         6.9                       Kredit  Listrik, Air, Gas     Level Rp Miliar 22,559.3            23,464.7            26,641.2            31,274.2            31,098.0              31,477.4                  Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 22.8                    15.6                    22.4                    40.4                    37.8                      34.1                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3                       4.0                       13.5                    17.4                    (0.6)                       (0.9)                           Pangsa  (%) 3.2                       3.1                       3.3                       3.6                       3.6                         3.4                         *) s.d. Mei 2011

20112010Uraian

I II III IV I II*Kredit Modal Kerja     Level Rp Miliar 341,011.5         373,402.2         420,576.9         454,032.9         437,959.0           461,611.0               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.1)                     7.0                       23.5                    27.6                    28.4                      23.6                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (13.3)                   9.5                       12.6                    8.0                       0.4                         0.4                             Pangsa  (%) 48.4                    49.8                    51.8                    52.5                    50.1                      50.5                    Kredit Investasi     Level Rp Miliar 185,765.8         191,819.3         209,307.4         219,272.0         236,439.0           245,741.3               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 8.6                       9.7                       15.8                    13.8                    27.3                      28.1                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 19.3                    3.3                       9.1                       4.8                       7.8                         10.2                          Pangsa  (%) 26.3                    25.6                    25.8                    25.4                    27.0                      26.9                    Kredit Konsumsi     Level Rp Miliar 178,437.3         184,173.3         182,116.8         190,824.7         199,886.0           206,641.6               Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 32.3                    28.7                    20.6                    18.2                    12.0                      12.2                         Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 48.3                    3.2                       (1.1)                     4.8                       4.7                         4.8                             Pangsa  (%) 25.3                    24.6                    22.4                    22.1                    22.9                      22.6                      *) s.d. Mei 2011

20112010Uraian

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

24

4. Risiko Kredit Perbankan

Risiko kredit perbankan pada triwulan laporan masih terjaga dalam

level amannya yang tercermin pada rasio NPL sepanjang triwulan II

2010 (hingga Mei 2011) yang selalu berada di bawah 5%. Pada akhir

Meii 2011, rasio NPL bank berada pada level 2,8%, stabil dibandingkan

triwulan I 2011 yang berada pada level 2,8%. Secara umum, perkembangan

rasio NPL tersebut didukung oleh membaiknya kondisi perekonomian sejak

pertengahan tahun 2010. Indikasinya dapat dilihat pada tren penurunan NPL

pada sektor-sektor yang memiliki profil risiko yang tinggi sejak awal 2010.

Grafik III.3 NPLs Jenis Penggunaan

Grafik III.4 NPLs Sektor Ekonomi Utama

5. Kredit UMKM (Lokasi Proyek)

Pertumbuhan penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM11)

Bank di Jakarta mengalami perlambatan. Berdasarkan data penyaluran

kredit MKM terakhir (Mei 2011), pertumbuhan kredit MKM pada triwulan II

2011 hanya mencapai 7,5% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan di

triwulan I 2011 yang mencapai 8,0% (yoy) karena penerapan LBU 2008 di

awal 2010. Secara nominal, Jakarta masih mendominasi penyaluran kredit

MKM dibandingkan provinsi lain dengan pangsa 20,4% sebesar Rp206,53

triliun. Adapun provinsi yang penyaluran kredit MKM-nya termasuk tinggi

adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan

Banten.

Tabel III.4 Perkembangan Kredit UMKM

11 Termasuk kredit MKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010 2011

%

Konsumsi Modal Kerja Investasi

Batas NPL

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010 2011

%

Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel

batas NPL

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II*Pangsa (%)

Pertumbuhan (%, yoy)

Jawa Barat 116,266 127,201 131,181 129,981 144,889 150,827 14.9 26.7Banten 33,313 36,084 38,846 43,277 43,386 43,486 4.3 28.2DKI Jakarta  185,750 191,264 205,189 266,146 200,516 206,532 20.4 7.5Jawa Timur  65,774 70,561 72,773 68,762 109,624 114,295 11.3 26.2Sumatera Utara  40,568 42,712 44,728 43,171 49,239 51,396 5.1 21.7Sulawesi Selatan  27,705 29,706 30,749 29,859 24,526 25,892 2.6 30.1*) sampai dengan Mei 2011

Wilayah

2010 2011

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

25

B. SISTEM PEMBAYARAN

1. Transaksi RTGS

Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan sarana

RTGS tetap tinggi namun relatif turun (Tabel IV.1). Nilai transaksi RTGS

dalam triwulan laporan kira-kira mencapai Rp84,2 triliun per hari atau

sebanyak 22.113 transaksi per hari, turun dibandingkan volume dan nilai

triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai Rp87,96 triliun per hari

dan 23.801 transaksi per hari. Namun penggunaan RTGS masih mendominasi

pembayaran non-tunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari 95% dari

total nilai transaksi non-tunai, karena mampu melayani transaksi keuangan

bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) antara lain seperti transaksi di

Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi

pemerintah, transaksi valuta asing (valas). Tingginya aktivitas keuangan

tersebut tersecermin dari penggunaa RTGS yang banyak dilakukan untuk

bertransaksi dari luar Jakarta ke Jakarta dan dari Jakarta ke luar Jakarta.

Tabel III.5 Transaksi RTGS Harian

2. Transaksi Kliring

Pada triwulan II 2011, rata-rata transaksi harian melalui kliring

meningkat jumlah transaksi dan nominal transaksinya (Tabel IV.2).

Rata-rata harian jumlah transaksi kliring meningkat menjadi 258.233 warkat

dibandingkan triwulan sebelumnya (249.729 warkat). Rata-rata harian nilai

nominal transaksi kliring di triwulan laporan Rp4.098 miliar, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp3.866 miliar). Faktor yang

mempengaruhi kenaikan nilai transaksi menggunakan kliring (transfer dengan

nominal yang kecil) yang menggunakan transaksi non-tunai.

 I   II   III   IV   I   II   III   IV   I   II 

RTGS (Rp Miliar) 59,093        72,102        66,591        61,165        68,005        82,549      75,885      87,490      87,962      84,200     

Dari Jakarta 35,302        42,783        38,780        35,914        41,107        48,456      44,553      50,073      52,455      49,876     

       ke Jakarta(f‐t) 11,985        15,320        12,876        11,529        12,923        16,037      14,210      16,866      16,412      16,158     

       ke Luar Jakarta(f) 23,316        27,463        25,904        24,385        28,185        32,419      30,343      33,207      36,043      33,718     

Ke Jakarta 23,791        29,320        27,811        25,251        26,898        34,093      31,332      37,418      35,507      34,324     

      dari Luar Jakarta(t) 23,791        29,320        27,811        25,251        26,898        34,093      31,332      37,418      35,507      34,324     

RTGS (Volume) 18,947        20,396        20,652        21,878        21,621        22,247      22,687      23,474      23,801      22,113     

Dari Jakarta 10,606        11,502        11,519        12,678        12,876        13,613      14,099      14,718      14,764      13,721     

       ke Jakarta(f‐t) 3,215          3,470          3,046          3,594          3,532          3,553        3,531        3,527        3,279        3,059       

       ke Luar Jakarta(f) 7,391          8,032          8,473          9,084          9,344          10,059      10,569      11,192      11,485      10,662     

Ke Jakarta 8,341          8,895          9,133          9,200          8,745          8,635        8,588        8,756        9,037        8,393       

      dari Luar Jakarta(t) 8,341          8,895          9,133          9,200          8,745          8,635        8,588        8,756        9,037        8,393       

201120102009

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

26

Tabel III.6 Rata-rata Harian Transaksi Kliring

3. Transaksi Tunai

Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta cukup

memadai dalam mendukung aktivitas kegiatan ekonomi. Menjelang

Ramadhan dan Lebaran, dari pola historisnya selalu terjadi peningkatan

outflow. Demikian pula yang terjadi pada triwulan II 2011, rata-rata terjadi net outflow Rp13,18 triliun. Menjelang perayaan hari keagamaan, orang

cenderung memegang uang cash karena sifatnya yang likuid dan mudah

dibagi, sehingga peningkatan uang yang beredar terutama berupa pecahan

dengan nilai Rp20.000 ke bawah. Sementara itu, temuan uang palsu pada

triwulan II 2011 (hingga Mei 2011) pangsa temuan uang palsu di kantor pusat

(Jakarta) dibandingkan nasional menjadi 24,5% turun dari sebelumnya

32,2%, seiring upaya Bank Indonesia meningkatkan kerjasama dengan

instansi terkait untuk mengatasi merebaknya peredaran uang palsu.

Grafik III.5 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai

BI Jakarta

Grafik III.6 Persentase Temuan Uang Palsu Per Wilayah Kerja Kantor Pusat dan Luar KP

VolumeNominal 

(miliar rupiah)

I 190,947                   2,994                                  

II 186,924                   2,511                                  

III 215,340                   3,295                                  

IV 217,888                   3,511                                  

I 213,993                   3,415                                  

II 229,304                   3,604                                  

III 241,849                   3,743                                  

IV 256,895                   3,954                                  

I 249,729                   3,866                                  

II 258,233                   4,098                                  2011

2010

2009

Triwulan

‐10000

‐5000

0

5000

10000

15000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011

Rp miliar

INFLOW OUTFLOW NET FLOW

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010 2011

KPBI Di Luar KPBI

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

27

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

APBD Jakarta 2011 sebesar Rp26,08 triliun pada triwulan II 2011 diperkirakan telah terealisasi sebesar 26,8%, lebih besar dibandingkan pencapaian realisasi periode yang sama tahun 2010 yang sebesar 22,3%. Belanja modal mencatat realisasi sebesar Rp592 miliar atau 7,3%. Sementara pada pos pendapatan, realisasi penerimaan APBD 2011 secara nominal telah tercapai Rp11,55 triliun atau sebesar 44,3%. Penerimaan dari pendapatan asli daerah (pajak, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah) menunjukkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Transfer dana perimbangan juga telah meningkat, dibanding tahun 2010 mencapai 36,9% dari plafond anggaran semula.

A. Realisasi Belanja APBD Triwulan II 2011

Realisasi belanja APBD hingga pertengahan tahun 2011 persentasenya

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2010. APBD 2011

Pemprov DKI Jakarta ditetapkan sebesar Rp27,875 triliun, dengan realisasi

hingga triwulan II 2011 mencapai Rp7,47 triliun, atau secara persentase

sebesar 26,8%. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan penyerapan saat

triwulan II 2010 yang hanya mencapai 22,3%, baik yang berupa belanja rutin

maupun belanja modal. Peningkatan belanja pegawai seiring bertambahnya

jumlah pegawai dan penerapan pemberian tunjangan kinerja daerah (TKD)

sesuai Peraturan Gubernur No.215 tahun 2009 yang diterbitkan pada tanggal

30 Desember 2009. Belanja modal juga terealisasi sebesar 7,3% (Rp592

miliar) lebih tinggi dari tahun 2010 (4,2%), antara lain untuk pengadaan atau

pembelian tanah. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari upaya

meningkatkan penyerapan anggaran yang dilakukan dengan pemantauan

yang intensif kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di jajaran

Pemprov DKI Jakarta. Kepala-kepala SKPD diminta memberi prioritas pada

beberapa program kerja yang dapat mengatasi potensi rendahnya laju

penyerapan anggaran.

B. Realisasi Pendapatan APBD Triwulan II 2011

Nilai realisasi APBD pendapatan daerah hingga pertengahan 2011

meningkat tinggi dibandingkan realisasi pada tahun 2010. Nilai realisasi

pendapatan APBD hingga triwulan II 2011 mencapai Rp11,55 triliun, lebih

besar dibandingkan tahun 2010 yang mencapai Rp7,57 triliun. Kontribusi

pendapatan asli daerah (PAD) meningkat menjadi Rp8,08 triliun atau sudah

mencapai 50,5% dari yang dianggarkan, bahkan laba perusahaan daerah

telah terealisasi sebesar 80,9%. Pencapaian PAD tersebut terutama ditopang

oleh tingginya pemasukan pajak daerah, seperti pajak/BBN kendaraan

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

28

bermotor seiring tingginya pertumbuhan penjualan motor baru (28%; ytd).

Untuk terus meningkatkan pendapatan dari pajak, Pemprov. DKI Jakarta terus

mendorong pencapaian pajak daerah antara lain dengan menerapkan pajak

online restoran, rumah makan dan tempat hiburan; membuka gerai-gerai

pajak di beberapa mal di Jakarta; dan mengadakan Pekan Panutan PBB.

Tabel IV.1 APBD DKI Jakarta dan Realisasi Tahun 2011 dibandingkan 2010 (Miliar Rupiah)

Uraian (Rp Miliar)Anggaran 2010

Realisasi Tw II‐2010

 % Anggaran 2011

Realisasi Tw II‐2011

 % 

PENDAPATAN  

Pendapatan Asli Daerah 11,825.0         5,276.4           44.6                 16,022.6         8,084.9           50.5            

    Pajak Daerah 9,855.2           4,524.6           45.9                 13,709.0         6,984.7           50.9            

    Retribusi Daerah    436.8              180.0              41.2                 425.0              324.3              76.3            

    Laba Perusahaan Milik Daerah 212.8              77.0                36.2                 225.0              181.9              80.9            

    Lain‐Lain Pendapatan  1,320.2           494.8              37.5                 1,663.6           593.9              35.7            

Dana Perimbangan 10,306.1         2,295.0           22.3                 8,909.9           3,286.2           36.9            

Lain‐Lain Penerimaan Yang Sah 41.0                 ‐                   ‐                   1,146.7           178.3              15.6            

Total Pendapatan Daerah 22,172.1     7,571.4       34.1             26,079.2     11,549.4     44.3         

BELANJA

Belanja Tidak Langsung 7,999.1           2,658.1           33.2                 9,534.3           3,593.6           37.7            

    Belanja Pegawai 7,586.3           2,550.0           33.6                 8,521.4           3,315.7           38.9            

    Belanja Bunga 9.9                   4.0                   40.7                 4.4                   2.4                   54.0            

    Belanja Hibah 362.1              104.0              28.7                 865.6              274.9              31.8            

    Belanja Bantuan Sosial 38.0                 0.1                   0.3                   58.5                ‐                   ‐              

    Belanja Bantuan Keuangan 1.4                   ‐                   ‐                   1.4                   0.7                   48.9            

    Belanja Tidak Terduga 1.4                   ‐                   ‐                   83.1                ‐                   ‐              

Belanja Langsung 16,220.3         2,736.1           16.9                 18,341.5         3,876.1           21.1            

    Belanja Pegawai 1,368.1           440.2              32.2                 1,212.5           531.7              43.9            

    Belanja Barang Dan Jasa 8,077.2           2,012.2           24.9                 9,071.1           2,752.4           30.3            

    Belanja Modal 6,775.0           283.7              4.2                   8,057.9           592.0              7.3              

Total Belanja Daerah  24,219.4     5,394.2       22.3             27,875.8     7,469.8       26.8         Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta (data sementara)

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

29

BAB V

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Rilis beberapa indikator kesejahteraan terakhir menunjukkan adanya perbaikan, kecuali untuk tingkat kemiskinan yang justru mengalami peningkatan. Angka pengangguran di DKI menurun, berdasarkan hasil survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS (periode Februari), dari 11,32% pada tahun 2010 menjadi 10,83% pada tahun 2011, seiring dengan penurunan tingkat pengangguran nasional (dari 7,41% menjadi 6,80%). Beberapa indikator kesejahteraan lainnya, seperti upah dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menunjukkan peningkatan. Namun di sisi lain, persentase jumlah penduduk miskin Jakarta mengalami peningkatan. Rilis penduduk miskin BPS (periode Maret 2011) menyatakan persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dibanding 2010, yaitu dari 3,48% menjadi 3,75%.

A. KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan rilis data terakhir, persentase tingkat pengangguran

terbuka mengalami penurunan. Persentase tingkat pengangguran terbuka

turun, dari 11,32% menjadi 10,83% (Grafik V.2). Penyerapan tenaga kerja

naik, dari 4,21 juta orang menjadi 4,47 juta orang yang terjadi pada sektor

tersier (perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa-jasa), sekunder,

maupun primer dengan status pekerjaan adalah tenaga kerja formal yang

digaji tetap (buruh/karyawan).

Grafik V.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja

Grafik V.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Meskipun persentase tingkat pengangguran di Jakarta mengalami

perbaikan, namun masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

pengangguran nasional. Masih tingginya tingkat pengangguran Jakarta,

diduga dipengaruhi oleh arus urbanisasi dan pertumbuhan penduduk Jakarta

yang meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hasil sensus penduduk 2010

mencatat populasi Jakarta sebanyak 9.588.198 orang (tumbuh 1,39% setiap

400 

450 

500 

550 

600 

650 

3,000 

3,400 

3,800 

4,200 

4,600 

5,000 

5,400 

Feb 09 Feb 10 Feb 11

ribuan orangribuan orang

Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran (rhs)

11.99 11.32 

10.83 

8.14 7.41 

6.80 

10 

12 

14 

Feb 09 Feb 10 Feb 11

%

Tingkat pengangguran Jakarta Tingkat pengangguran Nasional

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

30

tahun) meningkat tinggi dibandingkan hasil sensus penduduk 2000

(8.389.443 orang). Dari populasi tersebut, 5.009.830 orang merupakan

angkatan kerja. Perkembangan hingga Februari 2011, meskipun persentase

pengangguran menurun, namun jumlah pengangguran justru meningkat, dari

537,47 ribu orang menjadi 542,71 ribu orang. Selain itu, masih tingginya

tingkat pengangguran di Jakarta antara lain disebabkan oleh : (1)

karakteristik perekonomian di Jakarta yang didominasi oleh sektor-sektor

ekonomi yang padat modal dan teknologi sehingga penyerapan tenaga

kerjanya terbatas, (2) terdapat kelompok masyarakat Jakarta yang tidak

memiliki pekerjaan, namun memiliki dan mengelola asset yang mampu

menghasilkan pendapatan (pasar saham, usaha persewaan rumah, dan

lainnya). Di tingkat nasional, tingkat pengangguran nasional turun menjadi

6,8% (Februari 2011) dibandingkan posisi Februari 2010 (7,41%) (Grafik V.2).

Selain dari persentase tingkat pengangguran, jumlah pengangguran nasional

juga turun, dari 8,59 juta orang menjadi 8,12 juta orang (Februari 2011).

Tabel V. 1 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Utama

Tabel V.2 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan

B. UPAH

Pendapatan masyarakat diperkirakan membaik yang ditandai adanya

kenaikan upah yang diterima. Pemerintah DKI Jakarta menetapkan

kenaikan upah minimum provinsi (UMP) Jakarta untuk tahun 2011 sebesar

15,38% atau menjadi Rp1.290.000. Meski masih relatif berada di bawah

angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang ditetapkan oleh Dewan

Pengupahan, namun kenaikan UMP yang cukup tinggi ini menjadi salah satu

Feb 09 Feb 10 Feb 11 Feb 09 Feb 10 Feb 11 Feb 09 Feb 10 Feb 11

Primer 29,60            41,33            101,72         0,71         0,98         2,28          (7,24)       39,63       146,12   

Sekunder 803,17          783,79          829,17         19,18       18,62       18,56       (10,59)     (2,41)       5,79        

Tersier 3.354,19       3.383,78       3.536,24      80,11       80,40       79,16       7,34         0,88         4,51        

Total 4.186,96      4.208,90      4.467,12      100,00    100,00    100,00     3,25         0,52         6,14        

Sumber : BPS, diolah

Pertumbuhan (%)Share (%)Jumlah Tenaga Kerja (ribuan)Lapangan 

Feb 09 Feb 10 Feb 11 Feb 09 Feb 10 Feb 11 Feb 09 Feb 10 Feb 11

Formal 2.702,89           2.759,75           3.056,30          51,29 65,57 68,42 ‐4,82 2,10 10,75

1. Berusaha dibantu buruh tetap 207,35              200,31              193,93             3,93            4,76            4,34            17,84         (3,40)          (3,19)         

2. Buruh/karyawan 2.495,54           2.559,44           2.862,37          47,35         60,81         64,08          (6,32)          2,56            11,84        

Informal 1.484,08           1.449,15           1.410,81          28,16         34,43         31,58          22,13         (2,35)          (2,65)         

1. Berusaha sendiri 884,48              929,45              767,99             16,78         22,08         17,19          29,57         5,08            (17,37)       

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 284,09              228,66              237,41             5,39            5,43            5,31            24,18         (19,51)        3,83           

3. Pekerja bebas 88,71                113,94              152,22             1,68            2,71            3,41            (5,41)          28,44         33,60        

4. Pekerja tidak dibayar 226,80              177,10              253,19             4,30            4,21            5,67            8,04            (21,91)        42,96        

Total 4.186,97           4.208,90           4.467,12          100,00       100,00       100,00        3,26           0,52           6,14          

Share (%)Status Pekerjaan (ribuan)

Pertumbuhan (%)Jumlah Tenaga Kerja (ribuan)

Sumber : BPS, diolah

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

31

faktor yang mendorong perbaikan daya beli masyarakat. Selain itu, beberapa

lembaga riset mengindikasikan kenaikan upah pekerja kelompok profesional

yang juga mengalami kenaikan antara 5,7 – 12,2%, dengan kenaikan

tertinggi diterima para pekerja di bidang call center dan office support. Selain

pekerja swasta, gaji pegawai negeri sipil (PNS) akan meningkat 10% pada

tahun 2011. Kebijakan gaji PNS 2011 diperuntukkan kepada PNS dengan

pangkat terendah, guru dengan pangkat terendah, dan bagi anggota TNI/Polri

dengan pangkat terendah

Grafik V. 3 Perkembangan UMP

C. KEMISKINAN

Persentase penduduk miskin di Jakarta meningkat, namun lebih

rendah dibandingkan dengan presentase jumlah penduduk miskin

nasional (Grafik V. 3.). Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik Jakarta periode

Maret 2011, pada tahun 2011 persentase penduduk miskin di DKI Jakarta

3,75% dari total jumlah penduduk DKI Jakarta, meningkat dibandingkan

penduduk miskin 2010 (3,48%). Namun, dibandingkan persentase jumlah

penduduk miskin nasional 2011 (12,49%), persentase penduduk miskin

Jakarta jauh lebih rendah.

Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk menjaga agar kemiskinan

tidak melonjak ialah melalui upaya menjaga harga bahan pangan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Bank Indonesia

menempuh langkah kerjasama pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID). Tugas tim ini antara lain yang memantau dan mengelola harga apabila

terjadi gejolak harga. Hal ini terutama untuk melindungi masyarakat

menengah ke bawah, karena daya beli yang relatif tetap dan terbatas.

Struktur pengeluaran masyarakat menengah ke bawah terutama untuk

kebutuhan pangan.

972,605 

1,069,865 1,118,009 

1,290,000 

4

6

8

10

12

14

16

800,000 

900,000 

1,000,000 

1,100,000 

1,200,000 

1,300,000 

1,400,000 

2008 2009 2010 2011

UMP (Rp) ‐ sisi kiri Kenaikan UMP (%)

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

32

Grafik V.4 Angka Penduduk Miskin

Grafik V.5 Indeks Kesengsaraan

D. INDEKS KESENGSARAAN12

Tingkat inflasi yang cukup rendah berpengaruh positif bagi

membaiknya angka indeks kesengsaraan di Jakarta (Grafik V.5). Indeks

kesengsaraan yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat

pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi. Indeks ini mengasumsikan

bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi yang memburuk

akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara. Berdasarkan

indikator indeks kesengsaraan, kondisi kesejahteraan masyarakat pada

triwulan II 2011 diperkirakan membaik (indeks kesengsaraan turun dari 16,8

menjadi 16,2). Meski demikian, lebih tingginya indeks kesengsaraan di Jakarta

dibandingkan nasional perlu menjadi perhatian bersama.

E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA13

Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan

perbaikan. IPM merupakan gabungan dari nilai yang menunjukkan tingkat

kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan hidup, dan faktor-

faktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif tertentu (Grafik V.

5 – 6). Terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan angka indeks di atas

0,800, IPM sedang dengan batas angka IPM 0,500 – 0,799, dan IPM rendah

dengan nilai di bawah 0,500. Indeks ini dapat digunakan untuk

membandingkan human development antara satu negara dengan negara

lainnya ataupun membandingkan human development antara satu provinsi

ataupun kota dengan provinsi ataupun lain di dalam satu wilayah negara.

Angka IPM Indonesia dan kebanyakan provinsi di Indonesia pada saat ini

masuk dalam kategori IPM sedang. Laporan Pembangunan Manusia United

Nations Development Programme (UNDP) Tahun 2009 menyebutkan Indeks

12 Pertama kali dikenalkan oleh Arthur Okun

13 Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan

tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang

panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan, yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per

tiga; serta angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per

kapita pada paritas daya beli dalam mata uang Dollar AS.

2008 2009 2010 2011

DKI Jakarta 4.3 3.62 3.48 3.75

Jawa 13.6 12.48 13.42 12.14

Sumatera 14.4 13.19 12.61 12.56

Kalimantan 8.9 7.29 7.17 6.92

Sulawesi 17.6 16.72 15.43 12.2

Nasional  15.4 14.15 13.33 12.49

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

%

Angka Kemiskinan

10 

12 

14 

16 

18 

20 

22 

24 

26 

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010 2011

Indeks Kesengsaraan

Jakarta Nasional

Sumber : BPS, diolah

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

33

Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia naik tipis dari 0,728 tahun 2007/2008

menjadi 0,734 pada 2009. Indonesia ranking ke 111 dari 182 negara yang

terdata, masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (66),

Singapura (23), Filipina (105), Thailand (87) dan bahkan Sri Lanka (102).

Grafik V. 6 Indeks Pembangunan Manusia

IPM Provinsi DKI Jakarta menunjukkan adanya perbaikan. Tahun 2010

menunjukkan IPM Provinsi DKI Jakarta meningkat menjadi 0,776

dibandingkan 0,774 pada tahun 2009. Indeks pembangunan manusia yang

mencakup dimensi kesehatan (Angka Harapan Hidup), dimensi pendidikan

(Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah), dan kemampuan daya beli

(rata-rata pengeluaran per kapita riil). Peningkatan tersebut terkait pula

dengan pertumbuhan ekonomi 2010 yang tinggi (6,51%); peningkatan

jumlah angkatan kerja dari 4,69 juta menjadi 5,27 juta tahun 2010; dan

dilakukan pelayanan kesehatan kepada pemegang kartu keluarga miskin

(Gakin) sebanyak 2,10 juta kasus di Puskesmas dan 213.000 kasus di rumah

sakit.

0.7703 0.7736 0.776

0.7

0.72

0.74

0.76

0.78

0.8

2008 2009 2010

Indeks Pembangunan Manusia

Sumber : LPKJ Gubernur DKI Jakarta 2010

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

34

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

35

BAB VI

PROSPEK PEREKONOMIAN

Prospek perekonomian Jakarta berpotensi untuk tumbuh bias ke atas dari perkiraan sebesar 6,5 – 7,0% pada triwulan III 2011. Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari konsumsi, yang disertai kinerja investasi dan ekspor yang masih tumbuh tinggi. Daya beli masyarakat yang membaik berkontribusi positif bagi peningkatan kinerja konsumsi di tengah masuknya faktor musiman masa lebaran. Realisasi pengeluaran belanja pemerintah diperkirakan juga semakin membesar seiring berlanjutnya penyelesaian berbagai proyek infrastruktur besar dan adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil/TNI dan Polri. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan tetap tumbuh tinggi terutama dari negara-negara emerging market. Prospek permintaan domestik dan ekspor yang tetap kuat dengan didukung oleh membaiknya iklim investasi mendorong kinerja investasi untuk tetap tumbuh tinggi. Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta akan didorong oleh kinerja sektor-sektor utamanya, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Di sisi lain, perkembangan inflasi diperkirakan juga berpotensi meningkat seiring dengan kecenderungan semakin besarnya risiko kenaikan harga pangan.

A. BEBERAPA ASUMSI YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tetap berlanjut terutama

didorong oleh negara-negara emerging market seiring dengan prospek

permintaan yang tinggi. IMF dalam publikasi terakhirnya14 memperkirakan

pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging market tetap kuat yaitu

mencapai 6,6%, terutama dimotori oleh China, India, dan negara-negara

ASEAN. Namun, IMF memandang pertumbuhan ekonomi di negara maju

cenderung lebih terbatas, yaitu sebesar 2,2%. Secara keseluruhan,

perekonomian dunia diprakirakan tumbuh 4,3% pada 2011. Berlanjutnya

ekspansi pertumbuhan ekonomi dunia ini akan mendorong peningkatan

kegiatan ekspor-impor untuk memenuhi kebutuhan produksi dan investasi

global. Volume perdagangan dunia pada 2011 dan 2012 diperkirakan

tumbuh tinggi yaitu masing-masing mencapai 8,2% dan 6,7%. Hal senada

juga terlihat pada publikasi World Bank15 yang memprakirakan pertumbuhan

14 World Economic Outlook, Juni 2011, International Monetary Fund (IMF) 15 Global Economic Prospect, Juni 2011, World Bank 

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

36

volume perdagangan dunia dapat tumbuh mencapai 8,0% pada 2011 dan

7,7% pada 2012.

Tabel VI.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global

Prospek perekonomian global yang diwarnai berlanjutnya ekspansi

pertumbuhan ekonomi berdampak positif bagi perekonomian

nasional. Pada triwulan III 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi

untuk tumbuh mencapai 6,6%. Kinerja konsumsi domestik diperkirakan tetap

solid. Demikian halnya dengan ekspor yang diperkirakan tetap tumbuh tinggi

seiring dengan prospek permintaan global yang membaik. Prospek

permintaan domestik dan global yang tetap tinggi berdampak positif pada

kinerja investasi yang diperkirakan terus meningkat. Sementara itu, sektor

ekonomi yang diprakirakan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,

antara lain sektor transportasi dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel,

dan restoran serta sektor industri.

Kebijakan Fiskal Daerah

Dalam rancangan APBD Perubahan Tahun 2011, Pemerintah Provinsi

mengusulkan adanya kenaikan anggaran sebesar Rp3,23 triliun.

Dengan demikian, APBD-P DKI Jakarta meningkat 11,4% dari APBD

Penetapan 2011 yang sebesar Rp28,5 triliun atau menjadi Rp31,7 triliun.

Dalam rancangan APBD-P tersebut terdapat 12 prioritas perubahan antara lain

terkait pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan

hidup, kependudukan, sosial, kebudayaan, pemuda dan olah raga, otonomi

daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat

daerah, kepegawaian, komunikasi dan informatika dan pariwisata. Dari 12

prioritas tersebut, penambahan pada sektor pendidikan merupakan yang

tertinggi yaitu mencapai Rp740 miliar.

2009 2010 2011 2012 2011 2012

Output Dunia ‐0.5 5.0 4.3 4.5 ‐0.1 0.0

   Negara Maju ‐3.4 3.0 2.2 2.6 ‐0.2 0.0

   Negara Berkembang 2.7 7.3 6.6 6.4 0.1 ‐0.1

Volume Perdagangan Dunia ‐10.9 12.4 8.2 6.7 0.8 ‐0.2

Inflasi Dunia

   Negara Maju 0.1 1.6 2.6 1.7 0.4 0.0

   Negara Berkembang 5.2 6.2 6.9 5.6 0.0 0.3Sumber : World Economic Outlook, Juni 2011

YoY (%)Realisasi Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan April 2011

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

37

Terkait infrastruktur, Pemerintah Provinsi DKI mengajukan

penambangan anggaran untuk program pengendalian banjir dan

transportasi. Program pengendalian banjir antara lain pembebasan lahan

Banjir Kanal Timur (BKT), pembebasan lahan Waduk Marunda, pembangunan

pompa air Teratai dan rumah apung. Sementara untuk program transportasi,

penambahan anggaran dialokasikan untuk pembebasan lahan untuk proyek

Mass Rapid Transit (MRT) di Lebak Bulus, pembangunan terminal bus

Pulogebang, pembangunan jalan layang non-tol Kampung Melayu-Tanah

Abang, dan Antasari-Blok M, serta pengadaan armada busway.

Grafik VI.2 Indikator Penuntun PDRB Jakarta

B. PERTUMBUHAN EKONOMI

1. Sisi Permintaan

Pada triwulan III 2011, perekonomian Jakarta diprakirakan tumbuh

pada batas atas kisaran 6,5 – 7,0% terutama bersumber dari konsumsi

dan investasi. Kinerja konsumsi yang tetap kuat didukung oleh membaiknya

daya beli. Sementara itu, prospek permintaan yang tetap kuat mendorong

kinerja investasi terus meningkat.

Tabel VI. 1 Pertumbuhan Ekonomi

dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)

Konsumsi diperkirakan mengalami kenaikan, bersumber dari

pendapatan masyarakat dan realisasi belanja pemerintah yang lebih

baik. Pada triwulan III 2011, konsumsi berpotensi tumbuh pada batas atas

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

98

99

99

100

100

101

101

102

102

12345678910111212345678910111212345678910111212345678910111212345678910111212345678910111212345678

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Composit Leading Indicator PDRB

CLI PDRB (rhs)

I II III IV Total I* II* III* IV* Total I* II*Proyeksi Tw III 

2011‐p

  Konsumsi 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.7 5.7 6.0 6.9 5.9 6.6 7.6 7.4 ‐ 7.9 7.0 ‐ 7.5

  Konsumsi Rumah Tangga 6.0 6.4 6.6 5.6 6.2 5.7 6.3 6.3 7.1 6.4 6.7 7.0 7.0 ‐ 7.5 6.8 ‐ 7.3

  Konsumsi Pemerintah 7.9 7.5 7.8 16.9 10.2 ‐6.7 ‐0.1 2.8 5.5 0.7 4.8 14.2 12.8 ‐ 13.3 10.3 ‐ 10.8

  Investasi 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 8.9 7.5 9.4 9.5 8.8 3.5 6.4 6.8 ‐ 7.3 6.0 ‐ 6.5

  Ekspor ‐0.5 ‐0.7 ‐1.0 3.1 0.2 1.7 8.4 9.2 9.9 7.3 12.8 9.7 10.0 ‐ 10.5 11.0 ‐ 11.5

  Impor ‐1.0 ‐4.4 ‐4.5 2.7 ‐1.8 1.2 7.9 10.9 12.3 8.1 13.8 12.5 12.0 ‐ 12.5 12.3 ‐ 12.8

  P D R B  5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.5 ‐ 7.0 6.4 ‐ 6.9

* angka sementara BPS DKI Jakarta

p proyeksi meningkat

Indikator

2010*2009Proyeksi 2011‐

p

2011

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

38

kisaran 7,4-7,9%. Realisasi gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri pada pertengahan

triwulan mendatang, disertai pembayaran tunjangan hari raya bagi pegawai

swasta diperkirakan menjadi sumber peningkatan pendapatan masyarakat

pada triwulan III 2011. Membaiknya daya beli masyarakat tersebut dengan

disertai relatif terjaganya optimisme masyarakat memasuki masa perayaan hari

lebaran diperkirakan berkontribusi pada peningkatan kinerja konsumsi.

Penyelenggaraan berbagai event berskala besar pada awal triwulan

mendatang seperti Jakarta Great Fair (JGF), Pekan Raya Jakarta, dan Indonesia

International Motorshow diperkirakan mendorong kenaikan kinerja konsumsi.

Optimisme penyelenggara event tersebut terhadap kenaikan prakiraan nilai

transaksi yang dihasilkan sejalan dengan perkiraan konsumsi yang meningkat.

Selain itu, berlanjutnya pembangunan infrastruktur besar yang dilakukan oleh

Pemerintah disertai realisasi anggaran belanja daerah yang lebih baik

diperkirakan turut mendorong kinerja konsumsi.

Kinerja investasi yang tumbuh tinggi berpotensi untuk terus berlanjut

pada triwulan III 2011 dengan angka pertumbuhan sebesar 6,8-7,3%.

Prospek permintaan yang tetap kuat baik yang bersumber dari domestik

maupun ekspor direspons melalui peningkatan kapasitas produksi. Beberapa

lembaga riset properti mengindikasikan hal yang yang sejalan. Pembangunan

properti, terutama perkantoran, diperkirakan terus meningkat dengan adanya

permintaan properti perkantoran yang cukup tinggi. Iklim investasi nasional

yang semakin membaik disertai upaya perbaikan birokrasi penyelenggara

perizinan investasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

berkontribusi positif pada peningkatan kinerja untuk tumbuh lebih baik lagi.

Selain itu, pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah yang terus berlanjut

diperkirakan turut berdampak pada kinerja investasi Jakarta.

Permintaan global terhadap komoditas ekspor nasional yang

meningkat diperkirakan berdampak positif bagi kinerja ekspor Jakarta.

Pada triwulan III 2011, pertumbuhan ekspor Jakarta berpotensi untuk tetap

tumbuh tinggi pada kisaran 10,0-10,5%. Kinerja ekspor yang tetap kuat

terutama dipengaruhi oleh volume perdagangan dunia yang diprakirakan

tetap kuat terutama dari negara-negara emerging market yang merupakan

pasar tujuan ekspor utama Jakarta.

2. Sisi Penawaran

Di sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Jakarta yang meningkat

bersumber dari kenaikan kinerja sektor utama Jakarta. Sektor yang

diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja pada triwulan III 2011

antara lain sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan,

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

39

persewaan, dan jasa usaha, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja sektor industri manufaktur yang pada triwulan sebelumnya tumbuh

melemah akibat dampak dari terbatasnya pasokan bahan baku, pada triwulan

mendatang diperkirakan kembali meningkat. Pasokan yang kembali normal

disertai peningkatan kegiatan produksi untuk mengantisipasi kenaikan

permintaan pada masa lebaran mendorong kinerja sektor industri tumbuh

meningkat pada triwulan III 2011.

Tabel VI.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%, yoy)

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan III 2011

berpotensi tumbuh pada kisaran 7,0-7,5%. Peningkatan permintaan

domestik yang didukung oleh membaiknya daya beli masyarakat di tengah

masuknya faktor musiman masa lebaran. Penyelenggaraan berbagai event berskala besar yang berlangsung pada awal triwulan mendatang diperkirakan

turut mendorong peningkatan kinerja sektor PHR. Peningkatan kinerja sektor

PHR ini sejalan dengan optimisme pelaku usaha terhadap kenaikan penjualan

pada triwulan mendatang.

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan juga

tumbuh tinggi pada kisaran 15,1-15,6%. Meningkatnya pertumbuhan

sektor ini bersumber baik dari sub sektor pengangkutan maupun sub sektor

komunikasi. Sub sektor pengangkutan yang meningkat ditunjang oleh

meningkatnya lalu lintas perdagangan serta perluasan operasional busway

pada beberapa koridor baru. Sementara itu, sub sektor komunikasi yang

meningkat didorong oleh penetrasi pasar yang terus dilakukan oleh berbagai

operator seluler, terutama pada layanan mobile data services (MDS).

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha diperkirakan tetap

tumbuh kuat. Pada triwulan III 2011, sektor ini diperkirakan tumbuh pada

kisaran 4,7-5,2%. Meningkatnya pembiayaan sebagai respons bagi

meningkatnya permintaan disertai iklim dunia usaha yang kondusif, suku

bunga yang relatif terjangkau dan stabilnya nilai tukar berdampak positif bagi

kuatnya kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa usaha. Tingginya

I II III IV Total I* II* III* IV* Total I* II*

Pertanian 0.8 ‐0.8 0.7 0.7 0.3 0.9 1.6 0.9 3.3 1.7 2.4 1.5 1.0  ‐ 1.5 1.0 ‐ 1.5Pertambangan dan penggalian  ‐2.5 ‐9.9 ‐2.4 ‐2.6 ‐4.3 ‐8.0 1.5 1.8 10.6 1.5 18.5 12.6 1.5 ‐ 2.0 8.5‐ 9.0Industri pengolahan 1.6 0.1 ‐0.3 ‐0.8 0.1 3.0 4.8 2.7 4.0 3.6 4.7 1.7 3.2 ‐ 3.7 3.2 ‐ 2.7Listrik gas dan air bersih 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.1 5.8 6.1 5.5 5.6 4.1 4.7 4.0 ‐ 4.5 4.2 ‐ 4.7Konstruksi 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 7.4 7.4 6.6 7.1 6.7 9.0 8.5 ‐ 9.0 8.0 ‐ 8.5Perdagangan, hotel dan restoran 3.3 3.4 4.4 4.8 4.0 6.9 8.0 6.7 7.6 7.3 7.0 7.2 7.0 ‐ 7.5 6.9 ‐ 7.4Pengangkutan dan komunikasi 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.1 14.7 15.0 14.2 14.8 14.1 14.4 15.1 ‐ 15.6 14.4 ‐ 14.9Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 4.5 4.2 3.8 3.4 4.0 4.0 4.1 4.5 4.3 4.2 4.9 5.1 4.7 ‐ 5.2 4.5 ‐ 5.0Jasa ‐ jasa 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.8 6.7 6.5 6.4 6.6 6.3 6.5 5.9 ‐ 6.4 6.0 ‐ 6.5PDRB 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.5 ‐ 7.0 6.4 ‐ 6.9* angka sementara BPS DKI Jakarta

p proyeksi Bank Indonesia meningkat

Proyeksi 2011‐p

Proyeksi Tw III 2011‐p

Indikator

2009 2010 2011

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

40

tingkat hunian sewa kantor dan sewa ritel dengan tingkat okupansi yang

berada di atas 90% turut berpengaruh positif bagi peningkatan kinerja sektor

ini.

Tabel VI.4 Calender Event Jakarta Triwulan I 2011

Sektor industri dan sektor bangunan yang memiliki pangsa besar

dalam perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh kuat pada

triwulan mendatang. Kedua sektor tersebut masing-masing diperkirakan

tumbuh pada kisaran 3,2-3,7% dan 8,5-9,0%. Pasokan bahan baku yang

kembali pulih setelah pada triwulan sebelumnya terimbas dampak global supply chain pasca bencana tsunami di Jepang mendorong kinerja sektor

industri tumbuh meningkat. Selain itu, peningkatan produksi untuk

mengantisipasi kenaikan permintaan pada masa lebaran turut berpengaruh

pada peningkatan kinerja sektor industri. Sementara itu, kinerja sektor

bangunan yang tetap kuat ditopang oleh tingginya kegiatan investasi swasta

Kegiatan TanggalJuli 2011Festival Tekstil Indonesia 01 ‐ 31Festival Bahari 2011 01 ‐ 31Festival Museum Bahari 01 ‐ 31Pekan Olah Raga Pelajar 01 ‐ 31Enjoy Jakarta Indonesia Open 01 ‐ 31Festival Teater Alternatif 01 ‐ 31SMESCO Fashion & Asessories Tahun 2011 01 ‐ 31

International Franchise License & Business Konsep Expo & Conference (IFRA) 01 ‐ 03

Pesta Buku Jakarta 2011 02 ‐ 105th Teaching Hospital Expo 06 ‐ 08Forum Grafika Digital (FGD) EXPO 07 ‐ 102nd GATF (Garuda Indonesia Travel Fair) 09 ‐ 10SMESCO UKM Fesyen & Aksesoris Expo 2011 13 ‐ 17The 3rd Indonesia’s Renewable and New Energy Event 14 ‐ 16Indo Security Expo & Forum 2011 14 ‐ 16Festival Masjid Nusantara & Muktamar VI 14 ‐ 17The 19th Indonesia International Motor Show 15 ‐ 2417th Jakarta International Kite Festival 16 ‐ 17RECHARGEXPO‐JAKARTA 22 ‐ 24Batavia Art Festival 22 ‐ 23Jakarta Wedding Festival ( JWF) 29 ‐ 31Agustus 2011Parade Tari Nusantara TMII Tahun 2011 01 ‐ 31Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia 01 ‐ 31Festival Wisata Pesisir 01 ‐ 31Jakarta International Kite Festival 01 ‐ 31Pameran Mengungkap Perjalanan Batik Cirebon 01 ‐ 31Pekan Museum Joang’45 01 ‐ 31The 3rd Jakarta International Java Rockin’Land Festival 2011 01 ‐ 31Pekan Lebaran Tahun 2011 01 ‐ 30 SeptFestival Pesona Kepulauan Seribu Tahun 2011 01 ‐ 31Pekan Museum Seni Rupa dan Keramik 02 ‐ 31KRIDAYA 2011 03 ‐ 07Jakarta Marriage and Wedding Festival (JMWF) 2011 05 ‐ 07Arabian Night Food Fest 05 ‐ 21September 2011Festival Kota Tua 01 ‐ 30Jakarta International Festival 01 ‐ 30Gelar Batik Nusantara (GBN 2011) 21 ‐ 24Jakarta International Expo (JIExpo) 21 ‐ 24

Sumber: www.jakarta‐tourism.go.id

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

41

dan terus berlanjutnya pembangunan proyek infrastruktur pemerintah seperti

pembangunan jalan layang non tol Pangeran Antasari-Blok M dan Kp.

Melayu-Tanah Abang, pembangunan sarana kesehatan seperti Puskesmas di

tingkat kecamatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta Selatan,

perluasan areal Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, dan

pembangunan Terminal Pulo Gebang.

C. INFLASI

Inflasi Jakarta pada triwulan III 2011 diperkirakan masih terkendali

meski dibayangi potensi risiko yang meningkat terutama bersumber

dari harga pangan. Masa panen yang telah berakhir di berbagai daerah

sentra produksi pemasok bahan pangan ke wilayah Jakarta disertai ekspektasi

terhadap dampak tingginya serangan hama di beberapa daerah di Jawa turut

memengaruhi perkembangan harga beras di Jakarta. Hal ini terindikasi dari

pasokan beras di Pasar Induk yang mulai mengalami penurunan pada akhir

triwulan II 2011 dengan disertai harga jual di tingkat konsumen yang mulai

meningkat. Selain itu, dorongan permintaan terkait persiapan hari raya Idul

Fitri berpotensi mendorong inflasi untuk meningkat lebih tinggi apabila tidak

disertai distribusi pasokan yang memadai.

Grafik VI.3 Hasil Survei Konsumen – BI Grafik VI.4 Fan chart Inflasi Jakarta 2011

Pilihan langkah kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Pusat

disertai dukungan Pemerintah Daerah berperan penting dalam

mengantisipasi lonjakan kenaikan harga. Kebijakan yang ditempuh oleh

Pemerintah untuk mempercepat penyaluran beras untuk masyarakat miskin

(raskin), upaya meningkatkan kecukupan pasokan pangan baik melalui

peningkatan sisi produksi domestik maupun pengadaan impor, serta berbagai

kebijakan lainnya diharapkan mampu mengantisipasi kenaikan harga lebih

lanjut. Selain itu, dukungan upaya yang ditempuh oleh Pemerintah DKI

Jakarta melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk meredam lonjakan

harga bahan pangan ditempuh melalui menyelenggarakan pasar rakyat, pasar

murah subsidi, dan operasi pasar beras. Langkah Pemerintah DKI Jakarta

untuk mulai melakukan kondisi gudang pangan – baik milik swasta maupun

0

2

4

6

8

10

12

2008

Q1

2008

Q2

2008

Q3

2008

Q4

2009

Q1

2009

Q2

2009

Q3

2009

Q4

2010

Q1

2010

Q2

2010

Q3

2010

Q4

2011

Q1

2011

Q2

2011

Q3

2011

Q4

YoY %

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2008 2009 2010 2011

Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad

Sumber: Survei Keyakinan Konsumen‐BI

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta - bi.go.id fileDi sisi inflasi, koreksi harga yang terjadi pada berbagai komoditas pangan strategis dan stabilnya pasokan menyebabkan tekanan

Triwulan II 2011

42

pemerintah - di seluruh wilayah Jakarta dan penguatan kerjasama dengan

daerah penyangga, khususnya Jawa Barat dan Banten, merupakan strategi

jangka panjang yang diharapkan mampu membawa inflasi Jakarta sejalan

dengan pencapaian sasaran inflasi nasional.