kajian persiapan pelaksanaan upaya khusus...

140
1 KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN DI JAWA TENGAH I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian untuk pembangunan (agriculture for development) menjadi isu hangat sepanjang sejarah kehidupan manusia (FAO, 2011). Urgensi pembangunan pertanian untuk pembangunan nasional suatu negara secara teoritis telah teruji dan tidak terbantahkan lagi, namun dalam tataran impelementasi kebijakan terutama di negara-negara berkembang sering terjadi ketidak konsistenan antara apa yang secara formal tertuang dalam rumusan kebijakan dengan tataran implementasinya, sehingga pembangunan pertanian tidak berjalan seperti yang diharapkan. Wong (2007) mengemukakan tiga argumen pentingnya pertanian untuk pembangunan, yaitu : (1) Revolusi di bidang bioteknologi pertanian, terutama dipicu oleh pengembangan ilmu genetika dan mikrobiologi, (2) Tumbuh pesatnya pasar modern seperti super market dan hiper market yang mentransformasikan rantai pasokan pertanian ke makanan, dan (3) Penurunan kemiskinan dan pelestarian lingkungan, dimana sektor pertanian menjadi kendaraan utama untuk menurunkan kemiskinan dan pelestarian lingkungan di kawasan pedesaan. Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, jagung dan kedelai dalam beberapa tahun terakhir ini diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, jika tidak dilakukan upaya khusus untuk mengatasinya. Setidaknya ada dua argumen pokok yang melandasi perkiraan tersebut. Pertama, lambatnya pertambahan luas areal tanam baru akibat terbatasnya anggaran untuk pembangunan lahan sawah baru dan pentingnya rehabilitasi infrastruktur irigasi secara luas. Kedua, berdasarkan beberapa penelitian empiris gejala melambatnya pertumbuhan produktivitas pangan masih belum berhasil dipecahkan secara holistik (Simatupang, 2000; Kasryno et al., 2001). Kondisi ini akan semakin berat dengan terjadinya iklim El-Nino yang terjadi di wilayah di Indonesia. Pada tatanan operasional di lapangan, terdapat beberapa permasalahan pokok usahatani dan peningkatan kesejahteraan petani, yaitu: (a) Penyempitan penguasaan lahan karena faktor fragmentasi sebagai akibat peningkatan jumlah

Upload: buidieu

Post on 05-Mar-2018

240 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

1

KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS MENDUKUNG

SWASEMBADA PANGAN DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian untuk pembangunan (agriculture for development) menjadi isu

hangat sepanjang sejarah kehidupan manusia (FAO, 2011). Urgensi pembangunan

pertanian untuk pembangunan nasional suatu negara secara teoritis telah teruji dan

tidak terbantahkan lagi, namun dalam tataran impelementasi kebijakan terutama di

negara-negara berkembang sering terjadi ketidak konsistenan antara apa yang

secara formal tertuang dalam rumusan kebijakan dengan tataran implementasinya,

sehingga pembangunan pertanian tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Wong (2007) mengemukakan tiga argumen pentingnya pertanian untuk

pembangunan, yaitu : (1) Revolusi di bidang bioteknologi pertanian, terutama dipicu

oleh pengembangan ilmu genetika dan mikrobiologi, (2) Tumbuh pesatnya pasar

modern seperti super market dan hiper market yang mentransformasikan rantai

pasokan pertanian ke makanan, dan (3) Penurunan kemiskinan dan pelestarian

lingkungan, dimana sektor pertanian menjadi kendaraan utama untuk menurunkan

kemiskinan dan pelestarian lingkungan di kawasan pedesaan.

Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, jagung dan kedelai

dalam beberapa tahun terakhir ini diperkirakan masih akan berlanjut dalam

beberapa tahun mendatang, jika tidak dilakukan upaya khusus untuk mengatasinya.

Setidaknya ada dua argumen pokok yang melandasi perkiraan tersebut. Pertama,

lambatnya pertambahan luas areal tanam baru akibat terbatasnya anggaran untuk

pembangunan lahan sawah baru dan pentingnya rehabilitasi infrastruktur irigasi

secara luas. Kedua, berdasarkan beberapa penelitian empiris gejala melambatnya

pertumbuhan produktivitas pangan masih belum berhasil dipecahkan secara holistik

(Simatupang, 2000; Kasryno et al., 2001). Kondisi ini akan semakin berat dengan

terjadinya iklim El-Nino yang terjadi di wilayah di Indonesia.

Pada tatanan operasional di lapangan, terdapat beberapa permasalahan

pokok usahatani dan peningkatan kesejahteraan petani, yaitu: (a) Penyempitan

penguasaan lahan karena faktor fragmentasi sebagai akibat peningkatan jumlah

Page 2: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

2

penduduk dan pola pewarisan lahan; (b) Semakin terbatasnya peningkatan kapasitas

produksi usahatani padi, jagung dan kedelai; dan (c) Terdapat beberapa kendala

baik yang bersifat teknis, sosial-kelembagaan, dan ekonomi dalam pengembangan

komoditas padi, jagung dan kedelai.

Dalam jangka pendek ke depan, peluang dan aksesibilitas kesempatan kerja

non-pertanian bagi sebagian besar petani diperdesaan akan tetap terbatas. Pilihan

yang dinilai strategis adalah upaya khusus mendukung swasembada pangan

khususnya padi, jagung dan kedelai. Terdapat dua sumber pertumbuhan produksi

pangan, yaitu perluasan areal tanam atau panen dan peningkatan produktivitas

komoditas pangan. Perluasan tanam secara ektensifikasi horisontal sudah terbatas

di Jawa Tengah, namun peningkatan luas areal melalui ekstensifikasi secara vertikal

melalui peningkatan intensitas tanam masih cukup terbuka melalui perbaikan

infrastruktur pertanian, terutama infrastruktur irigasi serta alat dan mesin pertanian.

Secara teoritis terdapat tiga sumber pertumbuhan produktivitas, yaitu

perubahan teknologi (technological change/TC), peningkatan efisiensi teknis

(technical efficiency, TE), dan skala usaha ekonomi (economic of scale/ES) (Coelli et

al., 1998). Sumber pertumbuhan produktivitas yang terpenting adalah perubahan

teknologi ke arah teknologi yang lebih maju. Menurut Gathak dan Ingersent (1984),

perbaikan teknologi di bidang pertanian memiliki dua karakteristik, yaitu : (1)

membentuk fungsi produksi yang baru yang lebih tinggi dari penggunaan sejumlah

input yang jumlahnya tetap, dan (2) dapat dihasilkan output yang sama akan dapat

dihasilkan dengan memberikan sejumlah input yang lebih sedikit, sehingga akan

menurunkan biaya produksi.

1.2. Justifikasi

Definisi atau pengertian ketahanan pangan versi negara Republik ini telah

dirumuskan dalam UU Pangan (Suryana, 2013b,). Dengan mengacu pada berbagai

definisi yang berlaku di Indonesia dan di masyakat internasional, para penyusun UU

Pangan ini merumuskan batasan ketahanan pangan yang didalamnya merangkum

beberapa butir penting sebagai berikut: (1) Terpenuhinya kebutuhan pangan bagi

negara sampai tingkat perseorangan; dan (2) Tolok ukur terpenuhinya itu adalah:

(a) dari sisi kuantitas jumlahnya cukup, (b) dari sisi kualitas mutunya baik, aman

Page 3: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

3

dikonsumsi, jenis pangan tersedia beragam, memenuhi kecukupan gizi, (c) dari sisi

keamanan pangan rohani, pangan harus tidak bertentangan dengan kaidah agama,

keyakinan dan budaya masyarakat, dan (d) dari sisi keterjangkauan ekonomi,

pangan tersedia merata ke seluruh pelosok Indonesia dengan harga terjangkau oleh

seruruh komponen masyarakat.

Definisi ini belum mengindikasikan sumber pangan untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh masyarakat. Dengan masuknya konsep kedaulatan

pangan dan kemandirian pangan, aspek sumber pangan menjadi salah satu hal yang

penting dan stategis yang diatur dalam pasal-pasal pada UU Pangan tersebut,

diantaranya pada pasal 14 dan 15 (Suryana, 2013b). Pasal tersebut mengatur

bahwa sumber penyediaan pangan berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan

pangan nasional. Apabila dari kedua sumber tersebut tidak mencukupi, pangan

dapat dipenuhi dari impor dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata

lain impor pangan adalah kebijakan terakhir yang dapat diambil (food import is the

last resort).

Ketahanan pangan merupakan isu multi-dimensi dan sangat komplek, meliputi

aspek teknis, sosial, ekonomi, lingkungan, dan politik. Aspek terakhir seringkali

menjadi faktor dominan pada proses pengambilan keputusan dalam penentuan

kebijakan pangan. Mewujudkan swasembada pangan khususnya padi, jagung, dan

kedelai secara berkelanjutan menjadi isu dan prioritas utama bagi Kabinet Kerja

Pemerintahan Joko Widodo-Yusuf Kala.

Pentingnya swasembada pangan dalam tatanan ekonomi global dan nasional

telah dipahami oleh berbagai kalangan, baik kepala negara dan pemerintahan,

pimpinan organisasi internasional, pengelola sektor swasta, maupun lembaga

kemasyarakatan. Satu hal yang mereka sadari bersama adalah pemenuhan pangan

bagi setiap individu merupakan hak azasi dan pemenuhannya menjadi kewajiban

bersama, termasuk individu itu sendiri.

Mewujudkan swasembada pangan pada tingkat makro (nasional) ke depan

akan semakin sulit karena kecenderungan pergerakan penawaran dan permintaan

pangan menuju ke arah yang berlawanan. Penawaran atau pasokan pangan

pertumbuhannya akan semakin terbatas karena menghadapi berbagai kendala fisik,

ekonomi dan lingkungan; sementara itu permintaan pangan akan terus tumbuh

Page 4: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

4

sejalan dengan pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat, serta

preferensi dan dinamika permintaan pasar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

diperlukan pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada pangan. Peran

ketersediaan sumberdaya lahan dan air, kapasitas SDM yang handal, inovasi dan

teknologi, serta rekayasa sosial-kelembagaan yang mampu meningkatkan efisiensi

usaha, produktivitas dan dayasaing produk pangan mutlak diperlukan.

1.3. Tujuan

Kajian persiapan pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada pangan

di Jawa Tengah ini bertujuan untuk :

1. Membangun sistem koordinasi yang efektif antar intansi terkait dalam

pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada padi, jagung dan

kedelai.

2. Memantau perkembangan data dan validasi data terkait dalam pelaksanaan

upaya khusus mendukung swasembada padi, jagung dan kedelai.

3. Menganalisis faktor-faktor baik teknis, ekonomi, sosial-kelembagaan dan

aspek kebijakan yang mempengaruhi keberhasilan upaya peningkatan

produksi padi, jagung dan kedelai.

1.4. Keluaran

Kajian persiapan pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada pangan

di Jawa Tengah ini bertujuan untuk :

1. Terbangunnya sistem koordinasi yang efektif antar intansi terkait dalam

pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada padi, jagung dan

kedelai.

2. Terpantaunya perkembangan data dan validasi data terkait dalam

pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada padi, jagung dan

kedelai.

3. Diketahuinya faktor-faktor baik teknis, ekonomi, sosial-kelembagaan dan

aspek kebijakan yang mempengaruhi keberhasilan upaya peningkatan

produksi padi, jagung dan kedelai.

Page 5: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

5

1.5. Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan adalah para

stakeholder di bidang pembangunan pertanian mulai dari Pemerintah Pusat,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat petani.

Beberapa manfaat antara lain adalah : terbangunnya sistem koordinasi yang efektif

antar instansi terkait, tersedianya data dan informasi yang akurat, dan

tesridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi, jagung, dan

kedelai, baik yang bersifat teknis, ekonomi, sosial-kelembagaan, serta aspek

kebijakan pendukung.

II. METODOLOGI

2.1. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian meliputi 5 (lima) kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu :

(1) Kabupaten Klaten, (2) Kabupaten Sukoharjo, (3) Kabupaten Wonogiri, (4)

Kabupaten Magelang, dan (5) Kabupaten Temanggung. Kabupaten Klaten,

Sukoharjo, dan wonogiri mewakili daerah sentra produksi padi, jagung, dan kedelai

baik untuk lahan sawah dataran rendah maupun lahan sawah dataran tinggi,

sedangkan Kabupaten Magelang dan Temanggung mewakili lahan sawah dataran

tinggi. Waktu penelitian dilakukan dari Januari - Maret 2014, karena ditujukan untuk

kajian awal persiapan pelaksanaan Program Upaya Khusus Mendukung Swasembada

padi, jagung dan kedelai.

2.2. Sumber dan Jenis Data

Untuk mendukung kelengkapan data dan informasi dalam penelitian analisis

kebijakan kajian awal program upsus mendukung swasembada padi, jagung dan

kedelai, maka ada beberapa data yang dibutuhkan baik berupa data primer maupun

data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui berbagai dokumen dari instansi

pemerintah terkait, seperti Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Kabupaten.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap informan kunci terutama

yang terkait dengan persiapan pelaksanaan Program Upsus Mendukung

Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jawa Tengah, terutama dari Dinas

Page 6: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

6

Pertanian, Koordinanor Jabatan Fungsional (Koordinator Penyuluh Pertanian), UPTD,

Mantri Tani dan PPL dengan menggunakan instrumen wawancara secara terbuka

terkait dengan tujuan penelitian.

2.3. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan pertama, yaitu: “Membangun sistem koordinasi yang

efektif antar intansi terkait dalam pelaksanaan upaya khusus mendukung

swasembada padi, jagung dan kedelai” diperlukan informasi berupa data dan

informasi kualitatif terkait organisasi dan sistem koordinasi baik dipusat, daerah,

serta antara pusat dan daerah. Analisis data dan informasi dilakukan dengan

pendekatan kelembagaan dan deskriptif-kualitatif.

Untuk menjawab tujuan kedua, yaitu: “Memantau perkembangan data dan

validasi data terkait dalam pelaksanaan upaya khusus mendukung swasembada

padi, jagung dan kedelai”, diperlukan informasi berupa data perkembangan luas

tanam, luas panen, produksi dan produktivitas padi, jagung dan kedelai.

Berdasarkan data yang tersedia dapat diketahui potensi produksi serta peluang

peningkatan kapasitas produksi masing-masing komoditas pangan, yaitu padi,

jagung dan kedelai. Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif

dengan teknik tabulasi.

Untuk menjawab tujuan ketiga, yaitu: “Diketahuinya faktor-faktor baik teknis,

ekonomi, sosial-kelembagaan dan aspek kebijakan yang mempengaruhi keberhasilan

upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai” diperlukan informasi dari

berbagai stakeholder terkait, seperti Dinas Pertanian, KJF, UPTD, Mantri Tani dan

PPL. Dengan mengetahui faktot-faktor yang mempengaruhi keberhasilan upaya

peningkatan produksi, maka diharapkan akan dapat direkomendasikan upaya-

uapaya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai baik dari aspek teknis,

ekonomi, sosial-kelembagaan serta aspek dukungan kebijakan pemerintah secara

lebih baik.

Page 7: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

7

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1. Kabupaten Klaten

3.1.1. Iklim

Anomali iklim yang sering terjadi di wilayah nusantara akibat perubahan iklim

global adalah El Nino dan La Nina. Gejala munculnya El Nino biasanya dicirikan

dengan meningkatnya suhu muka laut di kawasan pasifik secara berkala dengan

selang waktu tertentu dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin

dan Tahiti (Fox, 2000; Nicholls and Beard, 2000). Secara meteorologis kejadian El

Nino dan La Nina tersebut ditunjukkan oleh Southern Osccilation Index (SOI) dan

perubahan suhu permukaan laut di samudra Pasifik (World Meteorology

Organization, 1999). Pada kondisi iklim normal nilai SOI berkisar antara -1 hingga

+1 tetapi pada peristiwa El Nino nilai SOI dapat turun di bawah kisaran normal dan

sebaliknya pada kejadian La Nina naik di atas normal.

Bagi sektor pertanian kedua dampak perubahan iklim global tersebut dapat

menimbulkan pengaruh negatif. Meningkatnya permukaan air laut dapat

meningkatkan salinitas tanah di daerah pantai sehingga mengurangi lahan pertanian

yang potensial untuk ditanami padi dan palawija, sedangkan kejadian anomali iklim

dapat menimbulkan perubahan curah hujan (kekurangan atau kelebihan) yang

selanjutnya menimbulkan kekeringan atau banjir dan eksplosi hama/penyakit di

daerah tertentu. Kondisi curah hujan di Kabupaten Klaten selama tahun 2013

sebesar 100.373 mm dengan hari hujan sebanyak 5.086 hari hujan. Curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 sebesar 22.774 mm dan terendah terjadi

pada bulan September 2013 sebesar 0,00 mm.

Berdasarkan kondisi iklim terutama curah hujan di Klaten, Badan Litbang

Pertanian telah menyusun kalender tanam pertama untuk padi di Kabupaten Klaten

diperinci menurut kecamatan (Tabel 1). Kalender tanam berdasarkan prediksi sifat

hujan dimana konsisi curah hujan dibawah normal, namun diperkirakan di

Kabupaten Klaten dapat menanam secara keseluruhan luas lahan baku sawah yang

ada.

Page 8: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

8

Tabel 1. Kalender Tanam Padi Tanam Pertama di Kabupaten Klaten, 2014-2015

No. Kecamatan Luas Baku Sawah

Prediksi Sifat Hujan

Tanam Pertama

Waktu tanam (dasarian)

Luas (ha)

1 Prambanan 1.264 Bawah Normal Nov III-Des I 1.264

2 Gantiwarno 1.628 Bawah Normal Nov III-Des I 1.628

3 Wedi 1.160 Bawah Normal Nov III-Des I 1.160

4 Bayat 819 Bawah Normal Nov III-Des I 819

5 Cawas 2.333 Bawah Normal Nov III-Des I 2.333

6 Trucuk 1.926 Bawah Normal Nov III-Des I 1.926

7 Kalikotes 757 Bawah Normal Nov III-Des I 757

8 Kebonarum 730 Bawah Normal Nov III-Des I 730

9 Jogonalan 1.593 Bawah Normal Nov III-Des I 1.593

10 Manisrenggo 1.516 Bawah Normal Nov III-Des I 1.516

11 Karangnongko 767 Bawah Normal Nov III-Des I 767

12 Ngawen 1.053 Bawah Normal Nov III-Des I 1.053

13 Ceper 1.582 Bawah Normal Nov III-Des I 1.582

14 Pedan 888 Bawah Normal Nov III-Des I 888

15 Karangdowo 2.054 Bawah Normal Nov III-Des I 2.054

16 Juwiring 2.017 Bawah Normal Nov III-Des I 2.017

17 Wonosari 2.257 Bawah Normal Nov III-Des I 2.257

18 Delanggu 1.339 Bawah Normal Nov III-Des I 1.339

19 Polanharjo 1.934 Bawah Normal Nov III-Des I 1.934

20 Karanganom 1.697 Bawah Normal Nov III-Des I 1.697

21 Tulung 1.746 Normal Nov III-Des I 1.746

22 Jatinom 610 Normal Nov III-Des I 610

23 Kemalang 54 Normal Nov III-Des I 54

24 Klaten Selatan 868 Bawah Normal Nov III-Des I 868

25 Klaten Tengah 342 Bawah Normal Nov III-Des I 342

26 Klaten Utara 392 Bawah Normal Nov III-Des I 392

Jumlah 33.326 33.326

3.1.2. Sumberdaya Lahan dan Air

Batasan pengertian mengenai tanah (land) tidak hanya mencakup tanah

dalam pengertian fisik (soil), tetapi mencakup juga air, vegetasi, lanscape, dan

komponen-komponen iklim mikro suatu ekosistem. Dari sudut pandang sumberdaya,

masalah lahan terkait dengan konfigurasi daratan, persebaran penduduk, dinamika

sosial budaya mayarakat, serta kebijakan pemerintah. Lahan merupakan faktor yang

sangat penting dalam kegiatan usahatani, bukan saja lahan merupakan media

tumbuh bagi tanaman, namun kepemilikan lahan mempunyai arti sosial bagi

pemiliknya (Sumaryanto dkk., 2002; Saptana dkk., 2003).

Luas wilayah Kabupaten Klaten seluas 65.556 Ha terdiri atas lahan sawah

33.220 Ha (50,67 %), bukan sawah 6.581 Ha (10,04 %), dan lahan bukan pertanian

Page 9: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

9

25.755 Ha (39.29 %). Rata-rata luas lahan sawah pada periode (2009-2013) sebesar

33.344 Ha, namun perkembangan luas lahan sawah di Kabupaten Klaten mengalami

penurunan sebesar -0.14 %/tahun, sehingga pada tahun 2014 tinggal 33.326 Ha.

Informasi secara terperinci tentang perkembangan luas wilayah Kabupaten Klaten

menurut jenis lahan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Luas Wilayah menurut Jenis Lahan di Kabupaten Klaten, Tahun 2009-2013

Tahun

Lahan Sawah Lahan Bukan

Sawah

Lahan Bukan

Pertanian

Total Lahan

2009 33412 6384 25760 65556

2010 33398 6383 25775 65556

2011 33374 6384 25798 65556

2012 33314 6396 25856 65556

2013 33220 6581 25755 65556

Rata-rata 33343.6 6425.6 25788.8 65556

Trend (%/tahun) -0.14 0.77 0.00 0.00

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2013.

Distribusi luas wilayah Kabupaten Klaten menurut kecamatan dapat disimak

pada Tabel 3 berikut. Luas wilayah terbesar dijumpai di Kecamatan Kemalang

dengan luas wilayah mencapai 5.166 Ha yang sebagian merupakan lahan kering

dataran tinggi yang berada di lereng Merapi sebelah Timur dan Selatan. Luas

wilayah terkecil dijumpai di Kecamatan Klaten Tengah hanya seluas 890 Ha yang

merupakan wilayah perkotaan. Jika diperhatikan dari luas lahan sawah saja, maka

kecamatan yang memiliki lahan sawah terluas dijumpai di Kecamatan Cawas dengan

luas mencapai 2.318 Ha, sedangkan terkecil ditemukan di Kecamatan Kemalang

hanya seluas 54 Ha. Daerah persawahan tersebar di daerah selatan dari Kecamatan

Prambanan, Ganti Warno, Wedi hingga Cawas, sedangkan di daerah utara dari barat

ke timur terhampar dari Kecamatan Karanganon, Polanharjo, Delanggu, Juwiring

dan Wonosari.

Page 10: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

10

Tabel 3. Luas Wilayah menurut Kecamatan dan Jenis Lahan di Kabupaten Klaten, Tahun 2013

No Kecamatan Lahan

Sawah

Lahan Bukan

Sawah

Lahan Bukan

Pertanian Total Lahan

1. Prambanan 1.251 13 1.179 2.443

2. Gantiwarno 1.625 155 784 2.564

3. Wedi 1.555 18 865 2.438

4. Bayat 815 785 2.343 3.943

5. Cawas 2.318 46 1.083 3.447

6. Trucuk 1.911 2 1.468 3.381

7. Kalikotes 753 8 537 3.300

8. Kebonarum 722 2 243 966

9. Jogonalan 1.577 1 1.092 2.670

10. Manisrenggo 1.510 139 1.047 2.696

11. Karangnonko 764 851 1.059 2.674

12. Ngawen 1.064 8 643 1.697

13. Ceper 1.556 7 882 2.445

14. Pedan 875 445 597 1.917

15. Karangdowo 2.048 69 806 2.923

16. Juwiring 2.005 12 962 2.979

17. Winosari 2.224 14 876 3.114

18. Delanggu 1.313 1 564 1.878

19. Polanharjo 1.824 92 468 2.384

20. Karanganom 1.689 11 706 2.406

21. Tulung 1.739 467 994 3.200

22. Jatinom 607 1.543 1.403 3.553

23. Kemalang 54 1.848 3.264 5.166

24. Klate Selatan 820 3 620 1.444

25. Klaten Tengah 300 1 591 890

26. Klaten Utara 319 40 679 1.038

Total 33.220 6.581 25.755 65.556

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2013.

Luas lahan sawah di Kabupaten Klaten pada tahun 2013 seluas 33.220 Ha

terdiri atas lahan sawah irigasi teknis seluas 19.097 Ha (57,49 %), sawah setengah

teknis seluas 10.430 Ha (31,40 %), sawah irigasi sederhana seluas 2.038 Ha (6,13

%), dan sawah tadah hujan seluas 1.665 Ha (5,01 %). Rata-rata luas lahan sawah

pada periode (2009-2013) sebesar 33344 Ha, namun perkembangan luas lahan

sawah di Kabupaten Klaten mengalami penurunan sebesar -0.14 %/tahun. Informasi

secara terperinci tentang perkembangan luas lahan sawah Kabupaten Klaten

menurut tipe irigasi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Page 11: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

11

Tabel 4. Perkembangan Luas Lahan Sawah menurut Jenis Irigasi di Kabupaten Klaten, Tahun 2009-2013

Tahun

Teknis ½ Teknis Sederhana Tadah

Hujan

Jumlah

2009 19193 10099 2657 1463 33412

2010 19859 9877 2441 1221 33398

2011 19210 10439 2068 1657 33374

2012 19119 10443 2038 1714 33314

2013 19097 10430 2038 1665 33220

Rata-rata 19296 10258 2248 1544 33344

Trend (%/tahun)

-0.10 0.85 -6.22 4.94 -0.14

Distribusi luas lahan sawah menurut tipe irigasi di Kabupaten Klaten

menurut kecamatan dapat disimak pada Tabel 5 berikut. Luas lahan sawah sawah

terluas dijumpai di Kecamatan Cawas dengan luas mencapai 2.318 Ha, sedangkan

terkecil ditemukan di Kecamatan Kemalang hanya seluas 54 Ha. Jika hanya

ditinjau dari luas lahan sawah irigasi teknis, maka luas lahan sawah irigasi teknis

terluas dijumpai di Kecamatan Wonosari seluas 1998 Ha, sedangkan terkecil

ditemukan di Kecamatan Jatinom hanya seluas 41 Ha.

Tabel 5. Luas Sawah menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan di Kabupaten Klaten,

Tahun 2013

No Kecamatan Teknis ½ teknis sederhana Tadah hujan

Jumlah

1. Prambanan 973 177 - 101 1.251

2. Gantiwarno 633 394 456 142 1.625

3. Wedi 700 705 90 60 1.555

4. Bayat 129 38 215 433 815

5. Cawas 1.123 860 - 335 2.318

6. Trucuk 968 732 - 211 1.911

7. Kalikotes 117 559 67 10 753

8. Kebonarum 722 - - - 722

9. Jogonalan 704 765 108 - 1.577

10. Manisrenggo 158 652 567 133 1.510

11. Karangnonko 123 411 230 - 764

12. Ngawen 448 595 3 - 1.046

13. Ceper 1.556 - - - 1.556

14. Pedan 531 324 20 - 875

15. Karangdowo 1.310 646 18 74 2.048

16. Juwiring 1.366 509 - 130 2.005

Page 12: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

12

17. Winosari 1.998 192 - 34 2.224

18. Delanggu 1.313 - - - 1.313

19. Polanharjo 1.438 381 5 - 1.824

20. Karanganom 1.689 - - - 1.689

21. Tulung 507 1.001 231 - 1.739

22. Jatinom 41 563 1 2 607

23. Kemalang 54 - - - 54

24. Klaten Selatan 93 710 17 - 820

25. Klaten Tengah 84 216 - - 300

26. Klaten Utara 319 - - - 319

Total 19.097 10.430 2.028 1.665 33.220

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2013.

Permasalahan utama lahan pertanian di Kabupaten Klaten berkaitan dengan

masalah penguasaan lahan yang kecil, degradasi sumberdaya lahan, struktur

penguasaan yang tidak merata, perpecahan (division) dan perpencaran

(fragmentation) lahan, konversi lahan, dan tidak terkonsolidasi denga baik. Selama

tahun 2013, terjadi perubahan lahan dari sawah dan tegalan menjadi bangunan

untuk perumahan, industri, perusahaan dan jasa seluas 79.77 Ha, atau naik sebesar

28,68 % dibanding konversi yang terjadi pada tahun 2012 (BPS Kabupaten Klaten,

2014).

Berdasarkan pada sifat tanah dan tipe iklim terdapat enam jenis

agroekosistem sebagai basis pengembangan pola pertanaman dalam setahun

(annual cropping pattern) yang dapat dilakukan di Kabupaten Klaten sebagai

berikut:

(1) Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 10-12 bulan dapat

dikembangkan pola tanam: (a) padi sawah-padi sawah-padi sawah. Pola ini

dianjurkan pada kondisi kesulitan drainase, dengan kewajiban menggunakan

VUTW dan pengembalian bahan organik tanaman atau pemakaian kompos dan

pergiliran varietas; (b) padi sawah-padi sawah-palawija/sayuran.

(2) Lahan sawah irigasi dengan jaminan ketersediaan air irigasi 7-9 bulan dapat

dikembangkan pola tanam : (a) Padi sawah-padi sawah walik jerami-

palawija/sayuran; (b) padi sawah-palawija/sayuran-palawija/sayuran.

(3) Lahan sawah irigasi dengan ketersediaan air irigasi 5-6 bulan terutama pada

lahan sawah irigasi setengah teknis dan irigasi sedehana dapat dikembangkan

Page 13: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

13

pola tanam: (a) Padi gogo rancah-padi sawah walik jerami-palawija; (b)

Palawija-padi sawah-palawija/ sayuran; (c) Padi sawah-palawija/sayuran.

(4) Lahan sawah tadah hujan dapat dikembangkan pola tanam : (a) Padi gogo

rancah-padi sawah-kacang tunggak; (b) Padi sawah-palawija/sayuran-bera; (c)

Padi gogo rancah-palawija-palawija/sayuran; dan (c) Budidaya usahatani

dengan sistem surjan.

3.1.3. Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) pertanian di Kabupaten Klaten tergolong

moderat, yaitu antara lulus SMP hingga lulus SLTA dan bahkan beberapa petani

lulusan sarjana, namun secara umum mengalami kemunduran dalam budaya

bertaninya. Diperlukan kerjasama yang harmonis antara pemerintah daerah, Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perguruan tinggi dan swasta dalam

menciptakan SDM yang berkualitas berupa pelatihan dan penyuluhan pertanian,

mulai dari hulu hingga hilir. Revitalisasi SDM pertanian di Kabupaten Klaten dapat

difokuskan pada pemantapan sistem penyuluhan pertanian dan pemantapan sistem

pelatihan pertanian.

Dalam UU No. 16/2006 Pasal 4, penyuluhan pertanian berfungsi

menumbuhkan kemandirian petani dan ini sejalan dengan salah satu target

Kementerian pertanian berupa upaya khusus swasembada pangan teruatama

komoditas padi, jagung dan kedelai (PJK). PP No. 41/2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (produk turunan UU No. 32/2004), pada Bab V tentang besaran

organisasi dan perumpunan perangkat daerah yang membatasi jumlah instansi/dinas

di daerah (pasal 20-21). Hal ini tidak sinkron dengan UU No. 16/2006 pasal 8

mengenai kelembagaan penyuluhan. PP No. 41/2007 menjadi kendala untuk

terbentuknya kelembagaan penyuluhan, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota,

maupun kecamatan. Hingga kini kelembagaan penyuluhan dalam bentuk KJF

(Koordinator Jabtan Fungsional) dan masih dibawah Dinas Pertanian Pangan dan

Hortikultura. Visi dan misi pimpinan daerah (provinsi maupun kabupaten/kota)

terhadap pembangunan pertanian dan penyuluhan pertanian sangat mempengaruhi

dan menentukan dalam membuat kebijakan kelembagaan penyuluhan di tingkat

Page 14: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

14

provinsi dan kabupaten/kota. Ditingkat provinsi Jawa Tengah telah ada Bakorluh,

namun di Kabupaten Klaten belum ada Bapeluh.

Kelembagaan penyuluhan pertanian dinilai penting dalam mengakselerasikan

kegiatan pembangunan pertanian, karena dengan kejelasan bentuk institusi, seperti

struktur kewenangan dalam sistem pemerintah daerah, SDM yang sesuai dengan

kompetensi, struktur organisasi yang menopang operasional kewenangan, sistem

pendanaan, dan sistem akuntabilitas), dapat dilakukan pembinaan dan

pengawasan kepada penyuluh baik PNS, THL maupun penyuluh swadaya secara

optimal. Penyuluh pertanian dapat melaksanakan pendampingan dengan baik,

sehingga diharapkan dapat berdampak terhadap peningkatan kemampuan petani

baik dari aspek keterampilan teknis maupun kapabilitas manajerial dalam usahatani

terutama komoditas padi, jagung dan kedelai.

Kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang

didasarkan pada UU No 16 tahun 2006 dibentuk dari tingkat pusat sampai tingkat

kecamatan. Dalam implementasinya di beberapa provinsi maupun kabupaten tidak

semua diatur oleh peraturan daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Klaten.

Pada Pasal 18 UU No. 16/2006 disebutkan bahwa “Ketentuan lebih lanjut

mengenai kelembagaan penyuluhan pemerintah diatur dengan peraturan presiden.”

Perpres mengatur hal yang lebih spesifik dan lebih operasional, dibanding dengan PP

yang mencakup pengaturan lebih luas. Kelengkapan peraturan yang berupa Perpres

ini sampai saat ini belum diterbitkan. Dengan adanya otonomi daerah, pembentukan

kelembagaan penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan diatur dengan

PP 41/2007.

Untuk melihat keterkaitan antara UU No. 16/2006 dengan PP No. 38/2007

dalam konteks kegiatan penyuluhan yang mendukung swasembada pangan perlu

mencermati Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana

Strategis (Renstra) dinas/institusi terkait. Ketahanan pangan menjadi prioritas dalam

RPJMD dan Renstra. Provinsi Jawa Tengah termasuk provinsi pendukung utama

bagi tercapainya swasembada pangan dalam RPJMD.

Dalam implementasi di lapangan program yang mendukung ketahanan

pangan dan swasembada pangan, keduanya dilakukan bersamaan, termasuk

program/kegiatan pemberdayaan penyuluhan pertanian. Pembedanya adalah

Page 15: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

15

besaran dan sumber anggaran yang dialokasikan. Program peningkatan ketahanan

pangan (yang merupakan unsur wajib) didukung dana APBD yang relatif besar,

sedangkan program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan

untuk mendukung swasembada pangan didanai APBN, melalui dana dekonsentrasi

(provinsi) dan tugas pembantuan (kabupaten).

Kebijakan operasional penyuluhan diserahkan sepenuhnya kepada pelaksana

di lapangan, di Kabupaten Klaten dibawah koordinasi KJF. Kewenangan penyuluh

pertanian lapangan hendaknya jelas batas-batasnya, baik batas materi teknis,

maupun batas operasional fisik. Guna mencermati hal ini, seyogyanya dilakukan

pemantauan terhadap proses penyusunan programa penyuluhan sesuai kebutuhan

petani, dan pelaksanaannya mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi, dan tingkat nasional.

Kemampuan penyuluh pertanian saat ini kurang mendapatkan perhatian,

pelatihan-pelatihan terkait dengan tupoksinya dalam mensukseskan program-

pembangunan pertanian dirasakan penyuluh sangat kurang. Kondisi ini disebabkan

karena tidak adanya standar kompetensi penyuluh, dan juga tidak ada pelatihan

kearah penjenjangan fungsional. Tugas penyuluh kurang fokus, banyak penyuluh

yang alih tugas ke jabatan lain, sehingga berakibat pada penurunan jumlah dan

kinerja kegiatan penyuluh pertanian. Eksistensi dan keberadaan penyuluh pertanian

harus mendapatkan perhatian pemerintah daerah, dengan mengembangkan pola

pengembangan karir yang jelas, kenaikan jabatan fungsional dan pangkat berjalan

lancar, dan kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan perlu ditingkatkan.

Penyuluh pertanian yang ada sekarang pada umumnya belum menyadari

terjadinya perubahan dari petani dengan budaya petani produsen menjadi petani

dengan budaya bisnis, akibatnya misi penyuluhan pertanian untuk menjadikan

petani sebagai aktor dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis belum dapat

dilaksanakan secara maksimal. Dari aspek pembinaan pada kelompok tani berjalan

sangat lambat. Metode penyuluhan konvensional masih sangat melekat dalam diri

penyuluh pertanian yaitu bagaimana melakukan trasfer teknologi dan belum sampai

bagimana memberikan pilihan-pilihan terbaik bagi petani dalam mengambil

keputusan terkait usahataninya. Nampak peningkatan keterampilan teknis menonjol

dan kurang pada aspek kapabilitas manajerial petani.

Page 16: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

16

Pola integrasi antara program pembangunan pertanian antar unit eselon satu

diakui dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyuluhan pertanian.

Pengintegrasian antara Program PTT, SL-PTT, dan GP-PTT antara Badan Litbang

Pertanian yang merancang teknologinya, Program SL-PTT yang merupakan program

Ditjen Tanaman Pangan dan dukungan penyuluh pertanian yang telah dilatih SL-PTT

yang merupakan pendidikan non formal merupakan tupoksi dari Badan Penyuluhan

dan Pengembangan SDM Pertanian meningkatkan akselerasi pencapaian target

program-program pembangunan pertanian. Hal yang masih kurang optimal adalah

pengembangan SL-PTT dan GP-PTT masih terfokus pada daerah sentra produksi

lama dan bukan pada daerah pengembangan baru, sehingga dampak terhadap

peningkatan produksi pangan nasional masih terbatas.

Dinamika pola pikir petani dan pergeseran orientasi kegiatan pertanian yang

semakin bergeser ke arah kegiatan pertanian terpadu (dari hulu ke hilir) mulai dari

bertanam sampai ke pemasaran produk olahan harus disikapi dengan

mengevolusikan posisi tenaga penyuluh dari posisi agen perubahan ke posisi

pendamping petani. Baik UU No.16/2006 tentang sistem penyuluhan pertanian,

maupun kondisi operasional di lapangan belum menunjukkan arah perubahan status

dan posisi penyuluh sebagai pendamping petani.

Instrumen UU No. 16/2006 dan beberapa produk peraturan turunannya (PP,

Perpres, Permentan, Perda, Pergub, dan Perbup), diperkirakan dapat mendukung

pencapaian swasembada beras di tahun 2014 dengan catatan apabila program-

program yang telah dicanangkan oleh pemerintah dapat dijalankan secara sinergis

dan terintegrasi lintas sektoral (dengan dukungan anggaran yang memadai). Dalam

hal ini termasuk kegiatan penyuluhan dan pendampingan pelaksanaan dan

implementasi program-program tersebut. Produksi padi yang dihasilkan petani

peserta program (SL-PTT, GP-PTT, kaji terap, denfarm) meningkat sekitar 29-32,7

% dibandingkan petani non peserta yang tidak mengikuti teknologi anjuran yang

diterapkan petani peserta program dan tanpa pendampingan/pengawalan penyuluh

pertanian.

Rekrutmen penyuluh (terutama PNS) relatif lambat, padahal banyak penyuluh

yang berusia mendekati pensiun dan ini berdampak negatif terhadap keberadaan

penyuluh PNS di masa mendatang. Demikian juga dengan diklat penyuluh yang

Page 17: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

17

relatif lambat. Frekuensi penyuluh mengikuti diklat dapat dikatakan sangat jarang

dalam lima tahun terakhir. Padahal untuk dapat melakukan perannya sebagai

fasilitator juga sebagai pendidik, penyuluh dituntut mengikuti perkembangan yang

sangat dinamis dalam masyarakat, juga informasi global.

Materi teknis penyuluhan yang merupakan teknologi yang telah direkomen-

dasikan, sebagian besar (70 persen) berupa teknik budidaya (hulu). Proporsi materi

penyuluhan tentang penanganan pascapanen, pengolahan dan pemasaran (hilir)

hanya sekitar 30 persen, termasuk di dalamnya nilai-nilai kewirausahaan untuk

peningkatan nilai tambah pengelolaan sumberdaya keluarga petani di pedesaan.

PP No. 43/2009 tentang pembiayaan memberikan insentif bagi Pemerintah

Daerah berupa aliran dana dari Pusat ke Daerah melalui dana APBN. Demikian juga

Permentan No. 51/Permentan/ OT.140/12/2009 mendukung adanya sarana dan

prasarana penyuluhan pertanian. Di Kabupaten Klaten dukungan sarana dan

prasarana masih terfokus pada 5 (lima) UPTD, belum semua Balai Penyuluhan yang

ada di kecamatan mendapat fasilitas yang memadai, yaitu masih terbatas di UPTD

Delanggu, UPTD Pedan, UPTD Jogonalan, UPTD Ngawen, dan UPTD Jatinom.

Permasalahan pokok dalam pembangunan pertanian terkait program upaya

khusus dalam rangka swasembada pangan nasional adalah : ketersediaan benih

varietas unggul, ketersediaan pupuk, infrastruktur pengairan, ketersediaan alsintan

dan ketersediaan penyuluhan. Secara umum permasalahan dari aspek kelembagaan

pertanian di Klaten adalah : (1) Kurangnya jumlah SDM penyuluh, mantri tani, dan

POPT; (2) Pentingnya peningkatan pengetahuan bagi tenaga penyuluh pertanian,

mantri tani dan POPT; (3) Kurangnya sarana dan prasarana/alat penyebaran materi

penyuluhan pertanian; dan (4) Pentingnya peningkatan keterampilan teknis dan

kapabilitas manajerial penyuluh dalam memberikan penyuluhan teknis pertanian dan

pilihan-pilihan keputusan terbaik terkait usahatani padi, jagung dan kedelai.

Secara empiris permasalahan penyuluh pertanian di Kabupaten Klaten : (1)

Ketersediaan tenaga penyuluh masih kurang, dimana jumlah PPL 207 orang terdiri

PNS 80 orang dan THL 127 orang, sedangkan kebutuhan ideal 295 orang, sehingga

ada kekurangan sebanyak 88 tenaga penyuluh; (2) Jumlah mantri tani hanya 15

orang dan tinggal 9, karena 6 diantaranya menjelang pensiun, idealnya dalam 1

kecamatan terdapat 1 petugas mantri tani, (3) Tenaga POPT juga mengalami

Page 18: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

18

kekurangan, idealnya ada 1 tenaga POPT per kecamatan; (4) Untuk mengatasi

kekurangan tenaga PPL, mantri tani dan POPT dilakukan kerjasama antara Bupati

Klaten dengan Kodim melalui keterlibatan Brigader Babinsa dalam pelaksanaan

program upsus padi, jagung dan kedelai.

Kelemahan sistem penyuluhan dapat ditelusuri antara lain mulai dari aspek

struktur kelembagaan, materi dan program penyuluhan, sistem penunjang, hingga

kualifikasi dan penyebaran SDM penyuluh. Saat ini kuantitas penyuluh mulai

berkurang karena sebagian sudah memasuki masa purna tugas (pensiun) sementara

pengangkatan penyuluh PNS tetap terbatas bahkan mengalami moratorium selama 5

tahun, status penyuluh THL masih belum jelas apakah kontrak diperpanjang atau

tidak, dan eksistensi penyuluh swadaya juga masih belum optimal. Honor penyuluh

THL 10 bulan ditanggung Kementerian Pertanian dan 2 bulan ditanggung Pemda.

Perbaikan kualitas penyuluh dapat dilakukan melalui penerapan prinsip efisiensi

dalam manajemen administrasi dan keuangan, produksi dan distribusi, serta

komunikasi dan informasi agar mampu melancarkan pelayanan kepada petani secara

berkesinambungan.

Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian tidak semata-mata dapat ditempuh

hanya melalui perbaikan kelembagaan internal penyuluhan dengan cara

pembentukan Bakorluh dan Bapeluh semata, melainkan juga harus ada revitalisasi

SDM penyuluh dan materi penyuluhan pertanian. Revitalisasi SDM dilakukan baik

dari aspek keterampilan teknis maupun kapabilitas manajerialnya mengikuti sub-

sistem agribisnis. Revitalisasi materi penyuluhan terkait dengan inovasi teknologi,

pembentukan dan penguatan kelembagaan, serta keluasan cakupan yang mengacu

pada sub-sistem agribisnis secara terpadu.

Revitalisasi sistem pelatihan pertanian ditujukan guna menghasilkan SDM

pertanian yang kompeten dalam pengembangan pertanian secara lebih baik (better

farming), lebih menguntungkan (better business), lebih sejahtera (better living), dan

lebih sehat (better environment). Pola SL-PTT dapat terus dilanjutkan dengan fokus

pada daerah-daerah sentra pertumbuhan produksi baru, yaitu pada lokasi-lokasi

yang memiliki titik ungkit peningkatan produksi dan produktivitas yang tinggi.

Page 19: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

19

3.1.4. Alat dan Mesin Pertanian

Terdapat tiga sumber pertumbuhan produktitvitas pertanian, yaitu (Coelli et

al, 1998): (1) Perubahan teknologi ke arah penggunaan teknologi yang lebih maju;

(2) Perbaikan atau peningkatan efisiensi teknis dengan memberikan input sesuai

kebutuhan tanaman dan atau ternak; dan (3) Peningkatan skala usaha sehingga

mencapai skala yang ekonomis. Perubahan teknologi merupakan faktor pertama dan

utama dalam meningkatkan produktivitas pertanian khususnya komoditas pangan.

Dalam penerapan teknologi pertanian harus memperhatikan beberapa hal

berikut (Ellis, 1988): (1) Apakah paket teknologi baru tersebut dapat memecahkan

permasalahan pokok yang dihadapi oleh petani; (2) Apakah pengguna teknologi

mengetahui tentang teknik,cara, dan bahan yang digunakan; (3) Apakah petani

mengetahui makna dan logika yangterkandung dalam paket teknologi tersebut; dan

(4) Apakah paket teknologi tersebut mampu beradaptasi terhadap permasalahan

alamiah dan sosial ekonomiyang dihadapi oleh petani pengguna.

Analaisis ketersediaan dan kebutuhan Alat dan Mesin (Alsin) UPJA terutama

untuk Traktor Roda 2 (TR 2) dan Combine Harvester (CB) belum semua berhasil

diidentifikasi dengan baik. Beberapa kecamatan yang berhasil diidentifikasi pada

tahap awal terbatas TR 2 dan CB di beberapa kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6

dan Tabel 7.

Tabel 6. Ketersediaan dan Kebutuhan Traktor Roda 2 di Kabupaten Klaten menurut Kecamatan, Tahun 2014-2015

Kecamatan Luas baku

(ha)

Luas tanam

existing (ha)

IP

Existing

Kebutuhan

TR2 (unit)

Ketersediaa

n TR2

(unit)

Kekurangan

TR2 (unit)

Prambanan 1264.3 1384.38 1.09 152 83 69

Jogonalan 1592.6 1650.65 1.04 181 106 75

Manisrenggo 1515.5 2216.21 1.46 244 102 142

Ceper 1581.6 1972.97 1.25 217 93 124

Pedan 887.9 1305.30 1.47 143 90 53

Karanganom 1696.7 1768.77 1.04 194 74 120

Tulung 1745.7 1471.47 0.84 162 58 104

Jatinom 609.6 432.43 0.71 48 19 29

Klaten Utara 392 308.57 0.79 34 19 15

Page 20: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

20

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2015)

Tabel 7. Kebutuhan Power Thresher/Combine Harvester di Kabupaten Klaten

menurut Kecamatan, Tahun 2014-2015 Kecamatan Luas baku

(ha) Luas tanam

existing

(ha)

IP Existing

Luas Tanam

Dg IP 1,8

Kebutuhan Power

Thresher (unit)

Kebutuhan Combine

Harvester (unit)

Prambanan 1264.3 1384.38 1.09 2275.74 175 14

Jogonalan 1592.6 1650.65 1.04 2886.68 221 17

Manisrenggo 1515.5 2216.21 1.46 2727.90 210 16

Ceper 1581.6 1972.97 1.25 2846.88 219 17

Pedan 887.9 1305.30 1.47 1598.22 123 10

Karanganom 1696.7 1768.77 1.04 3054.06 235 18

Tulung 1745.7 1471.47 0.84 3142.26 242 19

Jatinom 609.6 432.43 0.71 1097.28 84 7

Klaten Utara 392 308.57 0.79 705.60 54 4

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2015)

3.2. Kabupaten Sukoharjo

3.2.1. Iklim

Kabupaten Sukoharjo terletak di Provinsi Jawa Tengah bagian Selatan Pulau

Jawa, perbatasan sebelah Timur adalah Kabupaten Klaten, sebelah selatan

Kabupaten Wonogori, sebelah Barat Daerah Istimewa Yogkarta dan sebelah utara

adalah Karang Anyar dan Boyolali. Keadaan iklim yang dicirikan oleh jumlah curah

hujan di kabupaten Sukoharjo, secara rinci dapat dilihat seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Keadaan curah hujan di Kabupaten Sukoharjo, 2007-2013

Kecamatan Bulan (mm)

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des. Total

010. W e r u 322 274 90 377 161 0 19 0 0 22 224 306 1795

020. B u l u ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts ts

030. Tawangsari 247 252 171 404 231 185 59 0 0 42 157 285 2033

040. Sukoharjo 461 381 229 236 179 107 56 0 0 131 145 261 2186

050. Nguter 274 318 236 454 181 201 131 0 0 196 217 274 2482

060. Bendosari 341 337 178 374 168 219 92 0 0 112 190 199 2210

070. Polokarto 134 232 193 192 173 113 76 0 0 59 159 247 1578

Page 21: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

21

080. Mojolaban 156 167 121 404 209 141 169 0 0 273 165 236 2041

090. Grogol 263 194 175 239 133 222 40 4 0 205 81 333 1889

100. B a k i 286 181 237 233 41 144 70 2 5 83 173 263 1718

110. G a t a k 153 220 112 232 0 103 79 2 0 55 97 133 1186

120. Kartasura 169 231 206 298 127 139 36 0 0 88 110 238 1642

Rata-Rata Kab 255 253 177 313 146 143 75 1 0 115 156 252 1887

2012 320 302 169 187 94 15 1 0 0 42 202 312 1644

2011 326 217 320 197 193 11 31 0 2 97 153 243 1790

2010 307 258 339 203 239 88 43 64 233 248 271 331 2624

2009 490 312 241 162 183 48 1 0 0 103 151 132 1823

2008 169 294 471 146 59 7 0 4 2 239 303 188 1882

2007 152 355 274 369 57 29 16 1 0 100 159 591 2103

Sumber : Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2014

Dari data curah hujan tersebut dapat dijelaskan bahwa iklim di Kabupaten

Sukoharjo termasuk dalam kategori sedang. Total curah hujan pada tahun 2013

mencapai 1.887 mm dan penyebaran curah hujan antara kecamatan relative tidak

merata, kisarannya adalah antara 1.186 – 2.400 mm per tahun. Curah hujan

terendah terjadi di Kecamatan Gatak yaitu 1.186 mm per tahun dan curah hujan

tertinggi adalah terjadi di Kecamatan Nguter yaitu sebanyak 2.482 mm per tahun.

Berdasarkan data sebaran curah hujan menurut bulan sepanjang tahun, maka

di Kabupaten Sukaharjo sangat memungkinan pengembangan pola tanam yang

beragam, dan pada wilayah yang jaringan irigasinya baik memungkinan intensitas

tanam padi dapat ditingkatkan, hal ini disebabkan karena : (1) Jumlah curah hujan

tergolong sedang hingga tinggi; (2) sebaran curah hujan menurut bulan relatif

merata; dan (3) Jumlah bulan keringnya sangat sedikit yaitu hanya pada bulan

Agustus dan September.

Berdasarkan sebaran curah hujan bulanan, sebenarnya pola tanam padi pada

MT-I yang dapat dimulai dari bulan oktober. Akhir-akhir ini agak bergeser ke bulan

November terutama terjadi pada tahun 2011, 2012 dan sedikit 2013. Oleh karena

itu, menurut aparat Dinas Pertanian, sebenarnya petani tidak berani mulai menanam

padi jika curah hujan belum stabil yaitu jika dalam satu bulan sudah mencapai lebih

dari 150 mm/bulan.

Page 22: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

22

3.2.2. Sumberdaya Lahan dan Air

Potensi lahan di Sukoharjo cukup luas, secara keseluruhan mencapai sekitar

46.500 hektar yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian sawah, pertanian

bukan sawah dan lahan non pertanian. Secara rinci luas potensi luas lahan di

Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 10.

Tadel 10. Potensi luas lahan di kabupaten Sukoharjo, 2014

No Kecamatan Sawah Non Sawah NonPert. Total

1 Weru 1,989 634 1,395 4,018

2 Bulu 1,123 1,647 1,616 4,386

3 Tawangsari 1,674 757 1,567 3,998

4 Sukoharjo 2,363 101 1,994 4,458

5 Nguter 2,569 875 2,044 5,488

6 Bendosari 2,569 890 1,840 5,299

7 Polokarto 2,453 1,749 2,016 6,218

8 Mojolaban 2,169 13 1,372 3,554

9 Grogol 934 67 1,999 3,000

10 Baki 1,249 0 948 2,197

11 Gatak 1,251 4 691 1,946

12 Kartasura 471 3 1,449 1,923

Jumlah 20,814 6,740 18,931 46,485

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Dari sekitar 46.500 hektar terdapat 21 Ha (44,8 %) adalah merupakan lahan

sawah, 6.740 Ha (14,5%) adalah lahan pertanian non sawah, dan 19 ribu Ha

(40,7%) adalah pekarangan dan penggunaan lainnya. Dengan demikian potensi

pengembangan pertanian di kabupaten Sukoharjo adalah pertanian lahan sawah

baik dengan padi maupun palawija. Sedangkan di lahan sawah sendiri, potensi

pengembangan pertanian lebih besar pada lahan irigasi teknis. Proporsi luas lahan

sawah dapat di lihat pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Proporsi luas lahan sawah menurut jenis irigasi, di Sukoharjo, 2014

No Kecamatan Pertanian Sawah (ha)

Teknis 1/2 Teknis Sederhana Tadah hujan Jumlah

1 Weru 1,082 20 511 376 1,989

2 Bulu 587 125 - 411 1,123

3 Tawangsari 1,484 - 165 25 1,674

Page 23: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

23

4 Sukoharjo 2,363 - - - 2,363

5 Nguter 1,350 26 688 505 2,569

6 Bendosari 1,234 936 - 399 2,569

7 Polokarto 1,116 788 258 291 2,453

8 Mojolaban 2,169 - - - 2,169

9 Grogol 395 266 273 - 934

10 Baki 1,249 - - - 1,249

11 Gatak 1,251 - - - 1,251

12 Kartasura 471 - - - 471

Jumlah 14,751 2,161 1,895 2,007 20,814

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari sekitar 21 ribu hektar lahan

sawah ada 14,8 ribu hektar merupakan sawah irigasi teknis, dan ada 2.161 hektar

lahan sawah setengah teknis, 1.895 hektar sawah irigasi sederhana dan 2.007

hektar sawah tadah hujan. Kondisi intensitas pertanaman (IP) pada lahan sawah

irigasi teknis di Kabupaten Sukoharjo sudah berada pada kisaran 230-240% yang

berarti tergolong tinggi. Dengan demikian potensi pengembangan IP pada lahan

pertanian sawah adalah pada lahan irgasi teknis, setengah teknis, sederhana dan

lahan tadah hujan. Sedangkan potensi pengembangan pertanian pada lahan kering

khususnya dapat digunakan untuk komoditas jagung dan kedelai adalah tertera

pada Tabel 12.

Tabel 12. Proporsi potensi lahan non Sawah (lahan kering) di Sukoharjo, 2014

No Kecamatan

Pertanian Non Sawah (ha)

Tegal Kolam Hutan Negara

Hutan Rakyat

Perkebunan

Jumlah

1 Weru 334 3 - 297 - 634

2 Bulu 681 1 378 587 - 1,647

3 Tawangsari 505 - 12 240 - 757

4 Sukoharjo 75 26 - - - 101

5 Nguter 751 3 - 121 - 875

6 Bendosari 797 1 - 92 - 890

7 Polokarto 1,039 2 - - 708 1,749

8 Mojolaban 11 2 - - - 13

9 Grogol 61 6 - - - 67

10 Baki - - - - - 0

11 Gatak - 4 - - - 4

12 Kartasura - 3 - - - 3

Jumlah 4,254 51 390 1,337 708 6,740

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Page 24: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

24

Potensi pertanian pada lahan kering adalah pada lahan tegalan, kolam dan

perkebunan. Luas tegalan di Sukoharjo mencapai 4.254 hektar, kolam 51 hektar dan

perkebunan 708 hektar. Untuk komoditas pertanian yang dikembangkan di lahan

tegalan pada umumnya tanaman campuran antar tanaman semusim (jaging,

kedelai, kacang tanah, ubikayu, ubijalar) dengan tanaman tahunan, seperti kelapa,

nangka, bamboo, dan lain-lain. Sementara untuk potensi air, hanya dapat

diterangkan mengenai aliran sungai dan sumber pasokan air dari Daerah Aliran

Sungai atau Catchment Area. Kabupaten Sukoharjo terletak dilembah dua Gunung

yaitu Gunung Lawu dan Gunung Merapi, namun aliran sungai yang melintas ke

Sukoharjo lebih banyak dari Gungung Lawu.

3.2.3. Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian

Keberhasilan sektor pertanian sangat tergantung kepada siapa pengelolanya,

siapa yang mengkoordinasikan, siapa yang memberikan motivasi, seperti apa

lembaganya, bagaimana rasio pengelola dibandingkan dengan luas wilayah.

Sumberdaya pertanian terdiri atas rumah tangga petani, gapoktan dan Penyuluh

Pertanian. Semua ini akan terlihat seperti pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Komposisi luas wilayah/jumlah desa dengan SDM Pertanian, Sukoharjo, Tahun 2013

No SDM Pertanian Jumlah Rasio per desa

1 Jumlah Desa 168 1.00

2 Rumah Tangga Petani 41,526 247.18

a. Tanaman Pangan 40,034 238.30

b. Hortikultura 375 2.23

c. Perkebunan - -

d. Peternakan 1,117 6.65

3 Peyuluh pertanian 239 1.42

a. PNS 67 0.40

b. THL 60 0.36

c. Swadaya 112 0.67

4 Gapoktan 169 1.01

Sumber : Statistik SDM dan Kelembagaan Petani, 2013

Dengan memperhatikan tabel tersebut tampak bahwa Kabupaten Sukoharjo

dapat dikatakan sebagai suatu wilayah yang basis ekonominya adalah pertanian,

Page 25: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

25

dimana sumber pendapatan utama masyarakatnya adalah dari pertanian tanaman

dan peternakan. Dari total rumah tangga pertanian sebanyak 41.526 rumah tangga

ternyata hampir 96% adalah rumah tangga pertaniaan tanaman pangan. Urutan

kedua adalah jumlah rumahtangga peternakan yaitu sejumlah 1117 rumah tangga.

Dengan jumlah desa 168 maka rata-rata rumah tangga pertanian tanaman pangan

adalah 238.80 rumah tangga/desa. Sedangkan sumber pendapatan kedua di sektor

pertanai di Sukoharjo adalah dari peternakan mencapai 1117 rumah tangga atau

6,65 rumah tangga per desa.

Untuk menggerakkan petani dalam berusahatani dan beternak, terutama

dalam penyampaian inovasi pertanian kepada rumah tangga pertanian digerakan

oleh sekitar 239 penyuluh pertanian (agricultural extension worker). Dari sujumlah

penyuluh tersebut terdiri dari 67 penyuluh PNS, 60 penyuluh THL dan 112 penyuluh

swadaya masyarakat (tokoh). Dalam konsep penyuluhan pertanian, idealnya 1 desa

adalah 1 penyuluh pertanian. Di Sukoharjo dari total penyuluh sudah melebihi 1

penyuluh per desa, namun disana terdapat penyluh THL yang masih honorer dan

swadaya. Permasalahan penyuluh THL adalah tidak dapat dipastikan bahwa yang

bersangkutan akan seterusnya menjadi penyuluh, manakala ada kesempatan lain

yang lebih menguntungkan, maka penyuluh tersebut dipastikan akan pindah profesi.

Begitu juga penyuluh swadaya, jika ikatan diantara mereka tidak diikat dengan

kepentingan bersama, maka eksistensi penyuluh swadaya pun tidak akan terjamin

secara berkelanjutan. Sedangkan mengikatkan kepentingan bersama sangat terkait

erat dengan aktivitas dan kreativitas dari penyuluh penyuluh PNS.

Begitu juga kelembagaan petani, pada saat ini menjadi prasyarat utama

untuk mendapat program dari pemerintah terkait dengan pengembangan pertanian

dan perdesaan. Jika di pertanian perdesaan tidak ada kelompok tani atau gapoktan,

maka pemerintah kesulitan untuk menyalurkan program-program yang telah

dicanangkan. Di kabupaten Sukoharjo dipastikan bahwa seluruh desa memeiliki

gabungan kelompok tani (Gapoktan), dari jumlah desa 168 terdapat Gapoktan

sebanyak 169 artinya ada satu desa yang memiliki 2 Gapoktan. Masing-masing

Gapoktan biasanya memiliki antara 5-7 kelompok tani (Poktan), tergantung jumlah

dusun.

Page 26: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

26

Selain itu, di dalam menggerakan pelaksanaan Upsus ini, Kementerian

Pertanian telah mengeluarkan SK tentang mekanisme hubungan kerja antar lembaga

yang membidangi pertanian dalam mendukung peningkatan produksi pangan

strategis nasional yaitu Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 131/Permentan/

OT.140/12/2014. Dalam Bab II SK tersebut memuat tentang organisasi

Penyelenggaran Peningkatan Produksi Pangan Strategis Nasional, dimana tim

pelaksana ada 4 level yakni : (a) Tim Pelaksana Kecamatan, (b) Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota, (c) Tim Pelaksana Pembina dan (d) Tim Pelaksana Pengendali.

Masing-masing tim pelaksana ini memiliki tugas masing-masign sesuai dengan

tusinya. Badan Litbang pertanian adalah sebagai anggota dari Tim Pengendali yang

ketuanya adalah semua ditjen teknis sesuai dengan tusinya. Di dalam tugas da

ntanggungjawab masing-masing lembaga, Badan Litbang pertanian memiliki tugas

adalah : (a) memberikan rekomendasi varietas unggul dan teknologi tepat guna, (b)

menyediakan kalender tanam terpadu, (c) memberikan rekomendasi adaptasi dan

mitigasi perubahan iklim, (d) menyediakan benih/bibit sumber untuk pangan

strategis nasional, (e) melaksanakan monitoring dan supervise penerapan inovasi

teknologi tepat guna, (f) menyediakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan

pertanian sebagai bahan materi penyuluhan, dan (g) mengalokasikan anggaran

untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan komoditas pangan

strategis nasional.

3.2.4. Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

Dalam kaitannya peningkatan produksi di Kabupaten Sukoharjo, dibarengi

dengan telah beralihnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke non pertanian, maka

pada saat ini tenaga kerja disektor pertanian semakin langka, bahkan ada indikasi

untuk pengelola pertanian itu sendiri dilaksanakan oleh petani-petani yang sudah

berusia lanjut (aging), penduduk usia muda cenderung beralih bekerja ke sektor non

pertanian. Secara rinci alat mesin pertanian yang ada di kabupaten Sukoharjo pada

tahun 2014 tersaji di Tabel 14.

Dari data tersebut menginformasikan bahwa alat mesin pertanian yang paling

utama digunakan di Sukoharjo adalah penggunaan traktor (1.306 unit), sprayer

9.995 unit, pompa air 2.923 unit dan thresher 1.639 unit. Sementara untuk

Page 27: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

27

tranplanter masih belum digunakan kecuali di kecamatan Tawangsari ada 4 unit dan

Mojolaban ada 1 unit. Dapat dipahami bahwa di Tawangsari adalah kecamatan yang

sudah merupakan wilayah urban, sehingga tenaga wanita untuk kegiatan menanam

padi sudah dirasakan semakin sulit. Sementara di kecamatan lain tenaga untuk

tanam padi masih menggunakan tenaga wanita.

Tabel 14. Alat mesin pertanian di kabupaten Sukoharjo, 2014

No

Kecamatan

Luas

Sawah Alsin Tanaman Pangan

(ha) Traktor Transplanter

Sprayer Pompa

Air Threser RMU

1 Weru 1,989 79 0 671 182 58 30

2 Bulu 1,123 66 0 480 133 18 19

3 Tawangsari 1,674 82 4 686 151 39 42

4 Sukoharjo 2,363 141 0 1,440 370 82 40

5 Nguter 2,569 104 0 913 200 338 25

6 Bendosari 2,569 180 0 940 359 395 43

7 Polokarto 2,453 142 0 1,524 248 350 96

8 Mojolaban 2,169 149 1 1,312 511 168 65

9 Grogol 934 106 0 722 189 29 21

1

0 Baki 1,249 131 0 478 286 67 53

11 Gatak 1,251 88 0 615 163 86 32

12 Kartasura 471 38 0 214 131 9 4

Jumlah 20,814 1,306 5 9,995 2,923 1,639 470

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Sementara itu, tenaga kerja untuk pengolahan lahan sudah mulai

dipergunakan tenaga kerja traktor, yang menjadi pertimbangan petani memilih

menggunaan traktor adalah : (a) dari sisi biaya lebih murah dibanding dengan

tenaga manusia, (b) diperlukan kecempatan waktu, karena mengejar musim tanam,

(c) tenaga kerja pria untuk mencangkul sudah relatif jarang/sulit untuk dicari, dan

(d) lebih praktis. Apabila dilihat rasio luas areal sawah di kecamatan dengan populasi

traktor, tampak bahwa rata- rata pengolahan lahan sawah di Kabuapaten Sukoharjo

adalah 15,9 hektar per 1 unti traktor. Apabila rata-rata kemampuan mengolahan

lahan sawah 2 hektar per hari, maka masa pengolahan lahan dapat diselesaikan

selama 7-8 hari. Sementara itu, sebaran menurut kecamatan tampak bahwa di

Kecamatan Weru Nguter dan Tawangsari relatif masih kurang traktor, hal ini

Page 28: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

28

diindikasikan bahwa rata-rata pengolahan lahan per musim adalah 20-25 hektar per

musim. Namun demikian, dalam radius kabupaten atau antar kecamatan di

Sukoharjo masih dapat dicapai dengan memindahkan unit traktor dari kecamatan

satu ke kecamatan lainnya.

3.3. Kabupaten Wonogiri

3.3.1. Iklim

Topografi lahan di Kabupaten Wonogiri sebagian tanahnya berupa perbukitan,

dengan ± 20% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada

di wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar topografi tidak rata dengan kemiringan

rata-rata 300, sehingga terdapat perbedaan antara kawasan yang satu dengan

kawasan lainnya yang membuat kondisi sumberdaya alam yang saling berbeda.

Hanya sebagian kecil wilayah yang memiliki kesuburan dan potensial untuk

pertanian. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan

dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di

Kabupaten Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk

pertanian, berbatu kapur dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau

(nglemboro).

Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang

selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber irigasi

persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak dikunjungi oleh para

wisatawan domestik. Kondisi waduk Gajah Mungkur saat sangat memprihatinkan,

karena sedimen yang semakin besar menyebabkan pendangkalan waduk, sehingga

diperkirakan umur ekonomis akan berkurang (tidak sesuai target awal pembangunan

waduk. Bila hal tersebut tidak ditangani dengan baik, antara lain dengan

pengerukan, maka akan berdampak pada daerah hilir yang dalam hal ini sebagai

pengguna air irigasi.

Secara Klimatologi, Kabupaten Wonogiri beriklim tropis, mampunyai 2 musim

yaitu penghujan dan kemarau dengan suhu rata-rata antara 240 - 320 dengan curah

hujan rata-rata 1,845 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 100

hari/tahun. Besarnya hujan potensial pertahun rata-rata 3.631.708.820 m3 dengan

tingkat evaporasi sebesar 10% maka jumlah air hujan efektif di Kabupaten Wonogiri

Page 29: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

29

pertahun rata-rata sebesar 3.268.537.937 m3 dengan penyebaran daerah hujan yang

tidak merata.

3.3.2. Sumberdaya Lahan Pertanian

Kondisi lahan pertanian di Kabupaten terdiri dari lahan sawah dan lahan

kering, namun berdasarkan luasnya maka pertanian di Wonogiri didominasi di lahan

kering (>70%). Luas sawah (bersih) tercatat 32 170 hektar, dari luasan tersebut

sebagian besar ditanami padi pada musim hujan. Berdasarkan frekuensi tanam padi

maka dapat dijelaskan bahwa hanya ditanami padi satu kali sekitar (35 %), sawah

bisa ditanami padi dua kali setahun (40,3 %), dan dapat ditanami padi 3 kali (23,4

%). Sisanya sekitar (5,2 %) ditanami lainnya (tidak ditanami padi). Untuk lahan

yang dapat ditanami padi satu kali umumnya adalah sawah tadah hujan, sehingga

sulit untuk meningkatkan IP di lahan tersebut, kecuali suplesi dengan tambahan air

irigasi pompa, terutama yang dekat sumber air (sungai atau mata air). Secara rinci

Tabel 15 menyajikan sebaran lahan sawah menurut kreteria frekuensi tanam padi

dan kecamatan. Untuk mendukung program UPSUS Pajale, maka dengan

meningkatkan IP, diharapkan dapat berpeluang meningkatkan produksi Pajale.

Hal yang menarik untuk disimak adalah lahan pasang surut, pasang surut

dalam hal ini bukan merupakan irigasi pasang surut (pantai), tetapi merupakan

lahan sekeliling waduk Gajah Mungkur yang memenfaatkan lahan untuk budidaya

tanaman. Wilayah yang tercakup dalam kreteria tersebut adalah Kecamatan

Nguntoronadi, Batu Retno, Eromoko, Wonogiri, Wuryantoro dan Selogiri. Lahan

sekitar waduk tersebut mestinya untuk konservasi, namun bagi masyarakat sekitar

lahan tersebut merupakan peluang memperluas usaha budidaya tanaman pertanian,

khususnya padi. Dilain pihak fenomena tersebut mengganggu konservasi air di

waduk tersebut, sehingga terjadi kedangkalan karena menumpuknya sedimen

mestinya dilakukan pengerukan secara berkala, pengerukan yang dilakukan

cenderung hanya sekitar lokasi turbin. Bila hal tersebut dibiarkan maka akan

berdampak menurunnya permukaan air waduk, lebih lanjut akan menurunkan umur

teknis dari waduk itu sendiri.

Waduk Gajahmungkur didesain untuk 100 tahun terhitung sejak beroperasi

tahun 1982 sampai tahun 2082, dengan kemampuan maksimal penyimpanan

sedimen (dead strorage) sebesar 120 juta m3 dengan asumsi laju sedimen (endapan

Page 30: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

30

lumpur) sebesar 2 milimeter per tahun. Tetapi kenyataan sekarang laju sedimentasi

mencapai 8 milimeter per tahun. DAS Keduang penyumbang sedimentasi terbesar

kepada Waduk Gajah Mungkur, sedangkan penyumbang sedimentasi lainnya dari

DAS Tirtomoyo, Temon, Solo Hulu, Alang dan beberapa DAS kecil lainnya

Dikhawatirkan pintu intake Waduk Gajah Mungkur menjadi tidak berfungsi sebagai

akibat dari percepatan laju sedimen di Sungai Keduang yang mengarah ke pintu

intake tersebut (Ahmad dan Ardi, 2009). Penanganan sedimentasi Waduk

Gajahmungkur harus dilihat dari sumber permasalahan secara umum dan sumber

penyebab sedimentasi itu sendiri. Tanpa adanya kajian permasalahan untuk duduk

bersama-sama dari berbagai lembaga dan instansi terkait lepas dari kepentingan

tertentu maka penyelamatan waduk tak akan membuahkan hasil yang optimal.

Selain sawah, potensi lahan kering untuk pertanian tanaman pangan sangat

prospektif, luas lahan kering menurut penggunaanya disajikan pada Tabel 16. Jenis

lahan yang potensial untuk pertanian Tanaman Pangan adalah Tegal/Kebun yang

mencapai luas 88.836 hektar. Lahan ini merupakan penyangga untuk produksi

tanaman pangan, baik padi (gogo), jagung, kedelai dan tanaman palawija lainnya.

Di Kabupaten Wonogiri, tanaman padi sawah banyak dihasilkan oleh petani di

wilayah Kecamatan Giriwoyo, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Selogiri, Ngadirojo,

Sidoharjo, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, dan Girimarto.

Dari data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri

jumlah penduduk Tahun 2013 menurut registrasi sebanyak 1.252.930 jiwa

bertambah 7.007Jiwa dari tahun sebelumnya 1.245.923 jiwa. Dari jumlah penduduk

akhir tahun 2011 tersebut 629.439 laki-laki dan 623.498 perempuan.

SementaraWarga NegaraAsing yang tercatat hanya 1 orang. Penduduk terbanyak

tercatat di Kec.Wonogiri (98.151 jiwa) dan paling sedikit di Kec.Paranggupito

(21.515 jiwa). Dari jumlah penduduk akhir tahun 2011 yang tercatat maka tingkat

kepadatan penduduk per kilometer adalah 688 jiwa.

Page 31: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

31

Tabel 15. Luas Lahan Sawah menurut Jenis Irigasi dan Frekuensi Tanam Padi, di Kabupaten Wonogiri, 2013

No. Kecamatan Irigasi JUM LAH

Tadah Hujan JUM Rawa Pasang Surut JUM LAH

JUMLAH

1X 2X 3X

Ditanami

Tan lain 1X 2X

Ditanami

tan lain LAH 1X 2X

Ditanami

Tan lain SAWAH

1 Pracimantoro 323 410 - - 733 228 - - 228 - - - - 961

2 Paranggupito - - - - - - - - - - - - - -

3 Giritontro 136 55 - - 191 - - - - - - - - 191

4 Giriwoyo - 377 223 - 600 556 - - 556 - - - - 1,156

5 Batuwarno - 29 116 - 145 279 - - 279 - - - - 424

6 Karangtengah 11 16 15 - 42 418 146 - 564 - - - - 606

7 Tirtomoyo - 1,055 421 - 1,476 - 330 - 330 - - - - 1,806

8 Nguntoronadi 40 132 - - 172 550 541 - 1,091 200 25 - 225 1,488

9 Baturetno 150 700 360 113 1,323 100 - 55 155 300 - 555 855 2,333

10 Eromoko 413 960 20 - 1,393 600 - - 600 100 103 - 203 2,196

11 Wuryantoro - 399 545 - 944 - 215 - 215 125 - - 125 1,284

12 Manyaran 30 136 149 - 315 214 558 253 1,025 - - - - 1,340

13 Selogiri - 1,132 479 - 1,611 211 200 - 411 25 - - 25 2,047

14 Wonogiri 352 461 92 - 905 120 - - 120 - - 75 75 1,100

15 Ngadirojo - 1,052 683 248 1,983 312 - 130 442 - - - - 2,425

16 Sidoharjo 554 606 500 - 1,660 245 - - 245 - - - - 1,905

17 Jatiroto 146 238 289 - 673 413 - 2 415 - - - - 1,088

18 Kismantoro 354 333 75 - 762 158 195 - 353 - - - - 1,115

19 Purwantoro 513 486 208 - 1,207 223 - - 223 - - - - 1,430

20 Bulukerto - 373 258 14 645 109 258 - 367 - - - - 1,012

21 Slogohimo 123 906 471 50 1,550 80 20 - 100 - - - - 1,650

22 Jatisrono - 193 1,072 - 1,265 160 - - 160 - - - - 1,425

23 Jatipurno - 47 584 - 631 137 - 366 503 - - - - 1,134

24 Girimarto 415 268 972 - 1,655 - - - - - - - - 1,655

25 Puh Pelem 364 - - - 364 35 - - 35 - - - - 399

JUMLAH 3,924 10,364 7,532 425 22,245 5,148 2,463 806 8,417 750 128 630 1,508 32,170

Page 32: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

32

Tabel 16. Luas Lahan menurut Penggunaannya di Kabupaten Wonogiri, Tahun 2013

Kecamatan

Luas

Sawah

Lahan Bukan Sawah (Ha) Lahan Bukan Pertanian

Luas Baku Tegal/kebun Ladang/huma Perkebunan Hutan rakyat Padang rumout Sementara tdk diush Lainnya JUMLAH

Pracimantoro 961 9484 0 0 0 22 0 366 9872 3381 14214

Paranggupito - 5726 0 0 0 0 0 0 5726 749 6475

Giritontro 191 4205 0 0 328 0 0 373 4906 1066 6163

Giriwoyo 1,156 7686 0 0 0 828 0 0 8514 390 10060

Batuwarno 424 3865 0 0 326 0 0 112 4303 438 5165

Karangtengah 606 4343 0 413 541 0 0 1983 7280 573 8459

Tirtomoyo 1,806 4258 0 0 0 0 0 1662 5920 1575 9301

Nguntoronadi 1,488 2340 0 0 200 0 0 634 3174 3379 8041

Baturetno 2,333 2916 0 0 400 22 0 308 3646 2931 8910

Eromoko 2,196 5755 0 0 1001 0 0 300 7056 2784 12036

Wuryantoro 1,284 2977 0 0 0 0 0 70 3047 2930 7261

Manyaran 1,340 3519 0 0 0 79 0 200 3798 3026 8164

Selogiri 2,047 1376 0 0 58 0 0 864 2298 673 5018

Wonogiri 1,100 2482 0 60 0 0 0 1680 4222 2970 8292

Ngadirojo 2,425 5781 0 0 0 0 0 250 6031 870 9326

Sidoharjo 1,905 2337 0 0 0 31 0 741 3109 706 5720

Jatiroto 1,088 3359 0 0 0 0 0 1315 4674 515 6277

Kismantoro 1,115 1256 0 0 0 0 0 2316 3572 2299 6986

Purwantoro 1,430 2841 0 0 0 0 167 191 3199 1324 5953

Bulukerto 1,012 1274 0 0 0 0 0 739 2013 1027 4052

Slogohimo 1,650 1836 0 0 448 0 0 1515 3799 966 6415

Jatisrono 1,425 2942 0 0 0 0 0 8 2950 628 5003

Jatipurno 1,134 1782 0 0 163 0 0 1228 3173 1239 5546

Girimarto 1,655 2142 0 0 356 3 0 557 3058 1524 6237

Puh Pelem 399 2354 0 0 0 1 0 254 2609 154 3162

JUMLAH 32,170 88836 0 473 3821 986 167 17666 111949 38117 182236

Page 33: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

33

3.4. Kabupaten Magelang

3.4.1. Sumberdaya Pertanian

Kabupaten Magelang mempunyai wilayah seluas 108.573 ha. Dari wilayah

seluas itu, terdiri atas lahan sawah sekitar (34,05 %), lahan kering sekitar (38,61 %)

dan sisanya bukan lahan pertanian sekitar (27,34 %) (Gambar 3.1). Lahan sawah di

Kabupaten Magelang mayoritas adalah lahan sawah irigasi sederhana yaitu sekitar

26,33%. Untuk lahan kering didominasi oleh tegal/kebun dengan luasan sekitar

84,66 % dari seluruh lahan kering di Kab. Magelang (Tabel 3.1). Seiring dengan

terjadinya proses urbanisasi dan pengembangan ekonomi di wilayah Magelang,

maka terjadi konversi lahan termasuk lahan sawah. Pada Tabel 17 terlihat selama

tiga tahun (2009-2012) terjadi konversi lahan sawah. Konversi lahan irigasi teknis

mencapai 446 hektar lebih kecil dibandingkan konversi lahan sawah irigasi setengah

teknis yang mencapai 680 hektar. Dari Tabel 17 terlihat bahwa konversi lahan

sawah tidak hanya untuk irigasi setengah teknis dan teknis, namun juga pada irigasi

sederhana dan lahan sawah tadah hujan.

Gambar 3.1. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kab. Magelang, 2012

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang letaknya berbatasan dengan beberapa kabupaten dan kota, antara lain

Kabupaten Temanggung, Semarang, Boyolali, Purworejo, Wonosobo, serta Kota

Magelang dan Provinsi Daerah Iistimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan data curah

hujan tahun 2008, jumlah curah hujan bervariasi antar bulan, paling banyak pada

Page 34: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

34

bulan November sebesar 8282 dan bulan Maret (8016 m2) dengan hari hujan

banyak juga bulan Maret (305 m2). Berdasarkan curah hujan tersebut Kabupaten

Magelang sangat potensial untuk menghasilkan prduksi pertanian baik untuk lahan

sawah maupun lahan kering dataran tinggi.

Tabel 17. Lahan sawah Menurut Kriteria di Kab. Magelang, 2012

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2013

3.4.2. Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Magelang pada tahun

2012 sejumlah 1.219.371 jiwa yang terdiri dari 611.711 jiwa berjenis kelamin laki-

laki dan 607.660 jiwa berjenis kelamin perempuan. Laju pertumbuhan penduduk

tahun 2000-2010 sebesar 0,62 % lebih rendah daripada tahun 1990-2000 (0,91%).

Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan

Mertoyudan yaitu sebesar 109.147 jiwa atau sekitar 8,95 % dari total penduduk di

Kabupaten Magelang. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah

adalah Kecamatan Kajoran yaitu sebesar 617 jiwa/km2. Hal ini disebabkan secara

Page 35: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

35

geografi wilayah Kecamatan Kajoran ini berbukit bukit dan sangat luas yaitu sebesar

83,41 km2 dan hanya berpenduduk 51.477 jiwa.

…… Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga kerja, Sosial dan

Transmigrasi Kabupaten Magelang tahun 2012, sebagian besar berasal dari lulusan

Sekolah Menengah Atas (3.307 orang atau sekitar 69,63 % dari seluruh pencari

kerja terdaftar). Dari seluruh pencari kerja terdaftar hanya dapat diterserap

sebanyak 2.070 orang atau hanya sebesar 43,59 % dari total pencari kerja. Salah

satu yang mempengarui kualitas tenaga kerja adalah tingkat pendidikan. Semakin

tinggi pendidikan akan semakin terampil dan mudah untuk mengerjakan pekerjaan

yang menjadi bidangnya. Pada Tabel 18, sebagian besar angkatan kerja yang

bekerja ternyata mempunyai kualifikasi tingkat pendidikan rendah setingkat SD.

Tabel 18. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas yg Bekerja Seminggu Yang Lalu Menurut

Tingkat Pendidikan, 2012

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2013

Kabupaten Magelang termasuk salah satu wilayah potensi di bidang pertanian

seperti terlihat dari penggunaan lahannya. Hal ini juga terlihat dari sumber mata

pencaharian penduduknya, dimana yang terbanyak adalah bekerja di pertanian

(Tabel 19). Kemudian diikuti dari sektor perdagangan dan hotel serta industri. Oleh

karena itu, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani harus terus dilakukan

baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berbagai program pertanian

menjadi pemicu untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Page 36: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

36

Tabel 19. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas yg Bekerja Seminggu

Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2012

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2013

3.5. Kabupaten Temanggung

3.5.1. Iklim

Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan daerah dataran dengan

ketinggian antara 500 m – 1450 m dpl. Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak

antara 110o 23' – 110o 46'30" Bujur Timur 7o14' – 7o32'35" Lintang Selatan. Batas - batas

wilayah Kabupaten Temanggung adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Kendal dan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang,

sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Secara klimatologi, Kabupaten

Temanggung memiliki dua musim yaitu musim kemarau antara bulan April sampai dengan

September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret.

3.5.2. Sumberdaya Lahan

Kabupaten Temanggung secara administrasi terdiri dari 20 kecamatan, dilihat

dari luas areal lahan maka wilayah ini memiliki luas areal seluas 87.065 ha dengan

penggunaannya sebagai lahan sawah seluas 20.634 ha (23.70 %), bukan lahan

Page 37: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

37

sawah sawah 66.431 ha (76.30 %). Distribusi penggunaan lahan menurut jenis

lahan dan kecamatan di Kabupaten Temanggung dapat disimak pada Tabel 20.

Tabel 20. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Temanggung , 2012

( Hektar )

Kecamatan Lahan

Sawah

Bukan Lahan

Sawah

Jumlah Prosentase

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Parakan 1 223 1 000 2 223 2,55

2. Kledung 247 2 974 3 221 3,70

3. Bansari 619 1 635 2 254 2,59

4. B u l u 1 364 2 940 4 304 4,94

5. Temanggung 1 890 1 449 3 339 3,84

6. Tlogomulyo 385 2 099 2 484 2,85

7. Tembarak 752 1 932 2 684 3,08

8. Selopampang 790 939 1 729 1,99

9. Kranggan 1 425 4 336 5 761 6,62

10. Pringsurat 639 5 088 5 728 6,58

11. Kaloran 1 436 4 956 6 392 7,34

12. Kandangan 1 516 6 320 7 836 9,00

13. K e d u 2 190 1 306 3 496 4,02

14. Ngadirejo 1 505 3 826 5 331 6,12

15. J u m o 1 278 1 654 2 932 3,37

16. Gemawang 643 6 068 6 711 7,71

17. Candiroto 1 195 4 799 5 994 6,88

18. Bejen 678 6 206 6 884 7,91

19. Tretep 57 3 308 3 365 3,86

20. Wonoboyo 802 3 596 4 398 5,05

Jumlah 20 634 66 431 87 065 100,00

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, 2013

Dari lahan sawah seluas 20.634 ha tersebut, dilihat dari kelas irigasi maka

luas lahan sawah tersebut terdiri dari lahan sawah beririgasi teknis seluas 4641,

sawah irigasi setengah teknis 8.538 ha, sawah dengan irigasi sederhana PU seluas

2.989 ha, lahan sawah dengan irigasi sederhana non PU seluas 3.525 ha dan sawah

tadah hujan seluas 941 ha. Sementara lahan non sawah seluas 66.431 ha terdiri dari

lahan hutan negara maupun hutan rakyat seluas 16.117, lahan perkebunan negara

Page 38: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

38

maupun perkebunan swasta seluas 10.816 ha dan lahan lainnya seluas 2.100 ha.

Distribusi penggunaan lahan sawah menurut jenis irigasi dan kecamatan di

Kabupaten Temanggung dapat disimak pada Tabel 21.

Tabel 21. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan

per Kecamatan di Kabupaten Temanggung , 2012

( Hektar )

Kecamatan Pengairan

Teknis

Pengairan Setengah

Teknis

Pengairan Sederhana

PU

(1) (2) (3) (4)

1. Parakan 417 637 75

2. Kledung - 17 100

3. Bansari - 396 113

4. B u l u 170 588 546

5. Temanggung 684 530 164

6. Tlogomulyo - 268 103

7. Tembarak 292 302 93

8. Selopampang 372 301 -

9. Kranggan 512 142 80

10. Pringsurat 284 111 37

11. Kaloran 197 889 277

12. Kandangan 188 232 346

13. K e d u 1 162 931 59

14. Ngadirejo 164 966 375

15. J u m o 199 861 190

16. Gemawang - 198 248

17. Candiroto - 965 24

18. Bejen - - 30

19. Tretep - 47 -

20. Wonoboyo - 157 129

Jumlah 4 641 8 538 2 989

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, 2013

Page 39: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

39

Lanjutan tabel 21

Kecamatan

Pengairan

Sederhana Non-PU

Tadah Hujan Jumlah

(1) (5) (6) (7)

1. Parakan 91 3 1 223

2. Kledung 130 - 247

3. Bansari - 110 619

4. B u l u - 60 1 364

5. Temanggung 511 1 1 890

6. Tlogomulyo 14 - 385

7. Tembarak 65 - 752

8. Selopampang 96 - 790

9. Kranggan 682 9 1 425

10. Pringsurat 63 144 639

11. Kaloran - 73 1 436

12. Kandangan 532 218 1 516

13. K e d u 36 2 2 190

14. Ngadirejo - - 1 505

15. J u m o - 28 1 278

16. Gemawang 73 124 643

17. Candiroto 178 28 1 195

18. Bejen 533 115 678

19. Tretep 10 - 57

20. Wonoboyo 511 5 802

Jumlah 3 525 941 20 634

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, 2013

Page 40: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

40

Lanjutan tabel 21.

Kecamatan

Hutan

Negara / Rakyat

Perkebunan

Negara / Swasta

Lahan Lainnya

Jumlah

(1) (5) (6) (7) (8)

1. Parakan 135 16 62 1 000

2. Kledung 680 - 32 2 974

3. Bansari 647 27 1 1 635

4. B u l u 411 - 59 2 940

5. Temanggung 14 9 257 1 449

6. Tlogomulyo 190 - 54 2 099

7. Tembarak 640 62 32 1 932

8. Selopampang 115 29 17 939

9. Kranggan - 697 352 4 336

10. Pringsurat 590 1 375 176 5 088

11. Kaloran 22 1 590 95 4 956

12. Kandangan 727 2 629 442 6 320

13. K e d u 50 230 76 1 306

14. Ngadirejo 2 174 14 55 3 826

15. J u m o 325 791 48 1 654

16. Gemawang 1 544 2 190 120 6 068

17. Candiroto 2 308 - 100 4 799

18. Bejen 3 547 439 58 6 206

19. Tretep 887 - 29 3 308

20. Wonoboyo 1 111 718 35 3 596

Jumlah 16 117 10 816 2 100 66 431

Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, 2013

Page 41: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

41

IV. SISTEM KOORDINASI DALAM PERSIAPAN PELAKSANAAN UPSUS

PADI JAGUNG DAN KEDELAI

4.1. Klaten

4.1.1. Sistem Koordinasi serta Mekanisme Pengumpulan dan

Pelaporan Data dan Informasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

131/Permentan/OT.140/12/2014 tentang “Mekanisme dan Hubungan Kerja antar

Lembaga yang Membidangi Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi

Pangan Strategis Nasional” menjelaskan: (1) Pada pasal 1, dikemukakan bahwa

mekanisme kerja antar lembaga yang membidangi pertanian dalam mendukung

peningkatan produksi pangan strategis nasional sebagaimana tercantum dalam

lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini; dan (2) Pada

pasal 2, mekanisme dan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

digunakan sebagai acuan pelaksanaan tugas masing-masing lembaga dalam

mendukung peningkatan produksi pangan strategis nasional.

Pada lampiran Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang

“Mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga yang membidangi pertanian dalam

mendukung peningkatan produksi pangan strategis nasional” pada Bab II bahwa

susunan organisasi penyelenggara peningkatan produksi pangan strategis nasional,

terdiri atas:

1. Kecamatan : Tim Pelaksana Kecamatan.

2. Kabupaten/Kota : Tim Pelaksana Kabupaten/Kota.

3. Provinsi : Tim Pembina

4. Pusat : Tim Pengendali

Tim Pelaksana Kecamatan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan kegiatan peningkatan produksi pangan strategis nasional

yang telah ditetapkan oleh kabupaten/kota, yang meliputi: (a) Penetapan

target produksi/produktivitas, kebutuhan sarana dan prasarana, paket

teknologi, penyenggaraan penyuluhan, dan pembiayaan dalam peningkatan

produksi pangan strategis nasional di kelompok tani; (b) Pengusulan calon

Page 42: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

42

petani dan calon lokasi kegiatan peningkatan produksi pangan strategis

nasional yang telah ditetapkan kawasannya; (c) Penetapan sasaran dan

realisasi luas areal tanam, sasaran dan realisasi luas panen, Indeks

Pertanaman (IP), luas lahan penggembalaan, produksi/populasi dan

produktivitas; (d) Pendataan intensitas dan luas serangan hama penyakit dan

dampak perubahan iklim (DPI), kebanjiran dan kekeringan, dan potensi

serangan hama penyakit; (e) Pendataan angka kesakitan, angka kematian,

dan wilayah tertular; (f) Pendampingan dan pengawalan dalam penyusunan

Rencana Definitif Kelompok/Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok

(RDK/RDKK); (g) Pengusulan kebutuhan anggaran pelaksanaan kegiatan

peningkatan produksi pangan strategis nasional di kecamatan; dan (h)

Fasilitasi pengembangan kemitraan petani/kelompok tani dan pelaku usaha.

2. Melaksanakan Latihan, Kunjungan dan Supervisi (LAKUSUSI), dan kegiatan

peningkatan produksi pangan strategis nasional.

3. Melakukan identifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya.

4. Menyusun laporan pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional.

5. Melaporkan hasil pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional secara berkala kepada Bupati/Walikota.

Hubungan kerja Tim Pelaksana Kabupaten/Kota dengan Tim Pelaksana

kecamatan adalah hubungan koordinasi pelaksanaan peningkatan produksi pangan

strategis nasional. Hubungan kerja tersebut dimaksudkan untuk mengkoordinasikan

pelaksanaan penyediaan sarana prasarana sesuai kebutuhan programa penyuluhan

yang mendukung produksi pangan strategis nasional. Koordinasi difokuskan pada :

1. Memantau pelaksanaan pencapaian target peningkatan produksi pangan

strategis nasional di kecamatan;

2. Memantau penyaluran sarana produksi di kecamatan;

3. Memantau penerapan rekomendasi teknologi spesifik lokasi kecamatan;

4. Memantau pelaksanaan pendampingan penyuluh dalam penerapan

teknologi di petani;

Page 43: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

43

5. Memantau terjadinya eksplosi organisme pengganggu tanaman (OPT)

dan penyakit hewan di kecamatan;

6. Memantau terjadinya bencana alam (banjir, kekeringan, gempa bumi)

yang menyebabkan terjadinya puso dan kematian ternak sapi dan kerbau

di kecamatan.

Tim Pelaksana Kabupaten/Kota mempunyai tugas:

1. Menyusun rencana kerja pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional, meliputi: (a) Penetapan masing-masing target

produksi/produktivitas, kebutuhan sarana dan prasarana, paket teknologi,

penyenggaraan penyuluhan, dan pembiayaan dalam peningkatan produksi

pangan strategis nasional di desa; (b) Penetapan sasaran dan realisasi luas

areal tanam, sasaran dan realisasi luas panen, Indeks Pertanaman (IP), luas

lahan penggembalaan, produksi/populasi dan produktivitas; (c) Pendataan

intensitas dan luas serangan hama penyakit dan DPI, kebanjiran dan

kekeringan, dan potensi serangan hama penyakit; (d) Pendataan angka

kesakitan, angka kematian, dan wilayah tertular; (e) Penetapan sentra

produksi pangan strategis nasional berdasarkan luas areal, luas tanam, luas

panen dan luas lahan penggembalaan; (f) Pengusulan dan penetapan calon

petani dan calon lokasi kegiatan peningkatan produkdi pangan strategis

nasional yang telah ditetapkan kawasannya; (g) Pelaksanaan penyuluhan

pertanian, pengawalan, dan pendampingan teknologi serta realisasi

penerapan teknologi (varietas, bibit, pupuk, pakan, pascapanen, pola tanam,

kalender tanam, dan RDK/RDKK; (h) Pengalokasian kebutuhan anggaran

kegiatan pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis nasional; (i)

Penetapan program/kegiatan di wilayah kerja BP3K agar memenuhi skala

ekonomi kawasan masing-masing komoditas.

2. Melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi terpadu kegiatan

peningkatan produksi pangan strategis nasional.

3. Menyusun laporan pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional.

4. Melaporkan hasil pelaksanaan peningkatan produksi pangan strategis nasional

kepada Bupati/Walikota.

Page 44: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

44

Tim Pembina Provinsi mempunya tugas:

1. Menyusun rencana kerja pembinaan kegiatan peningkatan produksi pangan

strategis nasional yang meliputi: (a) Penetapan target produksi pangan

strategis nasional, kebutuhan sarana prasarana, paket teknologi,

penyelenggaraan penyuluhan, pembiayaan dalam peningkatan produksi

pangan strategis nasional di kecamatan; (b) Penetapan sentra produksi

pangan strategis nasional berdasarkan jumlah produksi, luas tanam, luas

panen, populasi ternak; (c) Kompilasi data calon petani dan calon lokasi

kegiatan peningkatan produksi pangan strategis nasional, (d) Pengalokasian

anggaran kegiatan pembinaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional.

2. Melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi terpadu kegiatan

peningkatan produksi pangan strategis nasional.

3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan pembinaan peningkatan

produksi pangan strategis nasional.

4. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pembinaan peningkatan produksi

pangan strategis nasional kepada Gubernur.

5. Mengarahkan program/kegiatan di BP3K agar memenuhi skala ekonomi

kawasan masing-masing komoditas.

Hubungan kerja Tim Pelaksana Kabupaten/Kota dengan Tim Pembina Provinsi

adalah hubungan koordinasi pembinaan peningkatan produksi pangan strategis

nasional. Hubungan kerja tersebut dimaksudkan dalam melakukan perumusan

program dan rencana kerja penelitian dan pengembangan, penyuluhan, prasarana

dan sarana mendukung program peningkatan produksi pangan strategis nasional di

kabupaten/kota. Tim pembina melaksanakan Koordinasi dan komunikasi dua arah

dengan Tim Pelaksana Kabupaten yang meliputi:

1. Memantau pelaksanaan pencapaian target peningkatan produksi pangan

strategis nasional di kabupaten/kota;

2. Memantau penyaluran sarana produksi di kabupaten/kota;

Page 45: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

45

3. Memantau penerapan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

kabupaten/kota;

4. Memantau pelaksanaan pendampingan penyuluh dalam penerapan

teknologi di petani;

5. Dalam keadaan khusus Tim Pembina Provinsi dengan Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota memantau terjadinya eksplosi organisme pengganggu

tanaman dan penyakit hewan di kecamatan;

6. Dalam keadaan khusus Tim Pembina Provinsi dengan Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota memantau terjadinya bencana alam (banjir, kekeringan,

gempa bumi) yang menyebabkan terjadinya puso dan kematian ternak

sapi dan kerbau di kecamatan.

Tugas tim pengendali di pusat;

1. Menyusun petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) peningkatan produksi pangan

strategis nasional oleh masing-masing Direktorat Jenderal Teknis.

2. Menyusun rencana kerja pengendalian kegiatan peningkatan produksi pangan

strategis nasional yang meliputi: (a) Penetapan masing-masing target

produksi pangan strategis nasional, kebutuhan sarana prasarana, paket

teknologi, penyelenggaraan penyuluhan, pembiayaan dalam peningkatan

produksi pangan strategis nasional di kabupaten/kota; (b) Penetapan

sentra/kawasan produksi pangan strategis nasional berdasarkan luas areal,

luas tanam, luas panen; (c) Kompilasi data calon petani dan calon lokasi

kegiatan peningkatan produksi pangan strategis nasional, (d) Pengalokasian

kebutuhan anggaran kegiatan peningkatan produksi pangan strategis

nasional.

3. Melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi terpadu kegiatan

peningkatan produksi pangan strategis nasional.

4. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian peningkatan

produksi pangan strategis nasional.

5. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian peningkatan produksi

pangan strategis nasional.

Page 46: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

46

Hubungan kerja Tim Pengendali Pusat dengan Tim Pembina Provinsi adalah

hubungan koordinasi pengendalian program peningkatan produksi pangan strategis

nasional. Hubungan ini ditujukan untuk:

1. Memantau pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi pangan strategis

nasional;

2. Memantau pencapaian target peningkatan produksi pangan strategis

nasional;

3. Mengidentifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya;

4. Dalam keadaan khusus Tim Pengendali dan Tim Pembina Provinsi

memantau terjadinya eksplosi organisme pengganggu tanaman yang

berpengaruh secara nyata terhadap penurunan produksi;

5. Dalam keadaan khusus Tim Pengendali dan Tim Pembina Provinsi

memantau terjadinya bencana alam (banjir, kekeringan, gempa bumi)

yang menyebabkan terjadinya puso dan kematian ternak sapi dan kerbau.

Hubungan kerja antar instansi teknis pertanian lingkup Pemerintah

Kabupaten/Kota dan unsur penyuluh pendamping dari BPTP dalam Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota adalah hubungan kerja koordinatif fungsional sesuai dengan tugas

masing-masing dalam pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis

nasional. Selanjutnya, hubungan kerja antar instansi teknis pertanian lingkup

Pemerintah Provinsi dan UPT lingkup Kementerian Pertanian dalam Tim Pembina

adalah hubungan kerja koordinatif fungsional sesuai dengan tugas masing-masing

dalam pelaksanaan program peningkatan produksi pangan strategis nasional.

Demikian pula, hubungan kerja antar instansi Eselon I teknis pertanian lingkup

Kementerian Pertanian dalam Tim Pengendali adalah hubungan kerja koordinatif

fungsional sesuai dengan tugas masing-masing dalam pelaksanaan program

peningkatan produksi pangan strategis nasional.

Mekanisme sistem koordinasi dibangun dengan melibatkan PPL, Koordinator

PPL/Mantri Tani, dan UPTD, baru ke Dinas Pertanian Kabupaten Kalten dan

selanjutnya ke Kementrian Pertanian Pusat melalui Kapus PSEKP/Staf yang

ditugaskan. Data yang dilakukan sesuai dengan form yang telah disiapkan oleh BP

Page 47: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

47

SDM, yang mencakup luas baku sawah, luas tanam, luas panen, produktivitas,

produksi, dan IP, serta nama penyuluh dan No HP. Penyuluh.

Berdasarkan hasil pertemuan dengan Dinas Pertanian (Kabid Produksi, KJF,

dan staf lainnya) disepakati bahwa pengumpulan data dan pelaporan data dapat

dilakukan sifatnya dua mingguan, namun karena dari pusat mengharuskan

pengumpulan data mingguan akan diupyakan, pengumpulan data tahap awal akan

dikumpulkan pada hari Kamis-Jumat tanggal dan data dikirimkan pada hari selasa

minggu depannya.

4.1.2. Sasaran Produksi Pangan Propinsi Jateng dan Klaten 2015

Sasaran awal produksi Padi, Jagung, Kedelai pada Tahun 2015 di Provinsi

Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 22 berikut. Berdasarkan tabel tersebut

memberikan beberapa gambaran sebagai berikut: (1) Sasaran luas tanam padi,

jagung dan kedelai di Provinsi Jawa Tengah secara berturut-turut untuk padi seluas

1.892.562 Ha, jagung seluas 552.690 Ha, dan kedelai 96.998 Ha; (2) Sasaran luas

panen padi, jagung dan kedelai di Provinsi Jawa Tengah secara berturut-turut untuk

padi seluas 1.892.360 Ha, jagung seluas 550.901 Ha, dan kedelai seluas 93.267 Ha;

(3) Sasaran produktivitas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Jawa Tengah secara

berturut-turut untuk padi sebesar 60,12 Ku/Ha, jagung sebesar 55,13 Ku/Ha, dan

kedelai sebrsar 14,99 Ku/Ha; dan (4) Berdasarkan sasaran luas areal panen dan

produktivitas yang mungkin dapat dicapai tersebut maka saranan produksi padi di

Provinsi Jawa Tengah ditetapkan sebesar 11.136.967 ton, jagung 3.037.317 ton, dan

139.900 ton.

Tabel 22. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung

dan Kedelai di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015.

No. Uraian Komoditas

Padi Jagung Kedelai

1. Luas tanam (ha) 1.892.562 552.690 96.998

2. Luas panen (ha) 1.892.360 550.901 93.267

3. Produktivitas (Ku/ha) 60,12 55,13 14,99

Page 48: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

48

4. Produksi (ton) 11.136.967 3.037.317 139.900

Sasaran awal produksi Padi, Jagung, Kedelai pada Tahun 2015 di kabupaten

Klaten dapat dilihat pada Tabel 23 berikut. Berdasarkan tabel tersebut merefleksikan

beberapa hal pokok sebagai berikut: (1) Sasaran luas tanam padi, jagung dan

kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi seluas 62.885 Ha,

jagung seluas 9.126 Ha, dan kedelai 2.786 Ha; (2) Sasaran luas panen padi, jagung

dan kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi seluas 62.688 Ha,

jagung seluas 9.321 Ha, dan kedelai seluas 2.940 Ha; (3) Sasaran produktivitas

padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi

sebesar 61,84 Ku/Ha, jagung sebesar 70.00 Ku/Ha, dan kedelai sebesar 16,24

Ku/Ha; dan (4) Berdasarkan sasaran luas areal panen dan produktivitas yang

mungkin dapat dicapai tersebut maka saranan produksi di Kabupaten Klaten

ditetapkan untuk padi sebesar 387.833 ton, jagung 65.137 ton, dan 4.775 ton.

Tabel 23. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung

dan Kedelai di Kabupaten Klaten, Tahun 2015.

No. Uraian Komoditas

Padi Jagung Kedelai

1. Luas tanam (ha) 62.885 9.126 2.786

2. Luas panen (ha) 62.688 9.321 2.940

3. Produktivitas (Ku/ha) 61,84 70.00 16,24

4. Produksi (ton) 387.833 65.137 4.775

4.1.3. Langkah Pengawalan dan Pendampingan

Pentingnya ketersediaan data dasar dalam pengawalan dan pendampingan

oleh penyuluh pertanian lapang: (1) Luas baku lahan, (2) Pola tanam, (3) Kebutuhan

saprotan, (4) Ketersediaan alsintan, (5) Sarana penunjang (kios pertanian, lembaga

keuangan, UPJA, buruh tandur dll), (6) Iklim, dan (7) Faktor-faktor lainnya.

Selanjutnya menentukan target atau sasaran produksi dengan melakukan

Page 49: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

49

breakdown kecamatan menurut propinsi terutama terkait data: (1) Luas tanam, (2)

Luas panen, (3) Produktivitas, dan (4) Produksi.

Melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan pokok yang mungkin

dihadapi, baik permasalahan yang bersifat teknis, ekonomi, maupun sosial-

kelembagaan. Aspek teknis terkait dengan teknologi dan biofisik. Permasalahan

aspek teknologi mencakup: (1) Penyiapan benih unggul bermutu/umur benih yang

optimal; (2) Penetapan jumlah populasi tanaman dalam luasan tertentu; (3) Cara

taman (tegel/legowo), (4) Bagaimana melakukan pemupukan secara lengkap dan

berimbang, (5) Pengendalian OPT utama (Wereng Coklat, Tikus, Kresek/busuk

akar), (6) Masalah pengairan mencakup ketersediaan air irigasi, kontinyuitas

pasokan air, serta kondisi infrastruktur irigasi; (7) Masalah panen dan pasca panen.

Masih terkait aspek teknis adalah masalah ketersediaan sarana produksi pertanian

dan alsintan. Ketersediaan sarana produksi mencakup: benih, pupuk, dan obat-

obatan yang mencakup 6 tepat (tepat tempat, jenis, jumlah, mutu, harga, waktu).

Masalah ketersediaan alat dan mesin pertanian mencakup : (1) Ketersediaan

alat olah tanah (traktor), (2) Alat Tanam (transplanter), (3) Alat untuk pemeliharaan,

(4) Alat untuk pengendalian OPT, dan (5) Alat panen dan pasca panen (sabit

bergerigi, power thresher, drying).

Permasalahan kelembagaan dan pelaku utama. Pentingnya melakukan

membangun sistem koordinasi antara kelembagaan komunitas, kelembagaan

pemerintah ditingkat lokal dan kelembagaan ekonomi. Kelembagaan Penyuluhan:

(1) Pentingnya peningkatan pengetahuan bagi tenaga penyuluh, (2) Penyebaran

materi penyuluhan, (3) Pentingnya peningkatan keterampilan teknis, (4) Pentingnya

peningkatan kapabilitas manajerial petani. Oleh karena itu pentingnya melakukan

kegiatan pelatihan untuk penyuluh dan petani, magang , alat bantu penyuluhan,

sekolah lapang.

Permasalahan terkait faktor ekonomi adalah masalah permodalan serta

jaminan pasar dan harga. Permodalan sangat berguna dalam membeli sarana

produksi dan menerapkan teknologi yang dianjurkan. Adanya harga yang

memberikan insentif berusahatani bagi petani sangat penting. Pada kondisi harga-

harga produksi hasil pertanian yang ada sekarang ini, petani lebih memilih usaha

Page 50: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

50

non pertanian dari pada pertanian, memilih usahatani padi dibandingkan palawija

(jagung dan kedelai) dan lebih memilih jagung dibandingkan kedelai.

Diperkirakan target produksi padi dan jagung di Kabupaten Klaten sangat

mungkin dapat dicapai, namun pencapaian produksi kedelai dirasakan sangat berat.

Hal ini terkait tidak adanya insentif harga untuk komoditas kedelai, kurangnya

ketersediaan benih unggul bersertifikat, dan penggunaan lahannya bersaing dengan

komoditas lain.

Aspek kebijakan, dapat difokuskan pada : (1) kebijakan subsidi benih dan

pupuk; (2) kebijakan kredit program atau subsidi bunga, (3) pembangunan

infrastrutur pertanian (irigasi dan jalan usahatani), (4) kebijakan Harga Pokok

Pembelian padi, jagung dan kedelai yang berpihak kepada petani.

4.2. Sukoharjo

Landasan koordinasi pelaksanaan Upsus Padi Jagung dan Kedelai (PJK),

didasarkan kepada struktur organisasi penyelenggara peningkatan produksi pangan

strategis nasional, yang di SK kan oleh Kementerian Pertanian No. 131/Permentan/

OT.140/12/2014. Dalam Bab II SK tersebut memuat tentang organisasi

Penyelenggaran Peningkatan Produksi Pangan Strategis Nasional, dimana tim

pelaksana ada 4 level yakni : (a) Tim Pelaksana Kecamatan, (b) Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota, (c) Tim Pelaksana Pembina dan (d) Tim Pelaksana Pengendali.

Ada dua sistim koordinasi pelaksanaan Upsus, yakni koordinasi untuk tingkat

regional Jawa Tengah dilaksanakan di kabupaten Klaten dihadiri oleh seluruh

stakeholder yang ada di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat,

seperti para Kepala Dinas Pertanian, para Eselon II Pusat, Pangdam, dan para Kodim

di lingkup Jawa Tengah. Pada koordinasi ini lebih kepada mengukuhkan dan

sosialisasi tentang program Upsus Padi Jagung Kedele, kondisi sebelumnya saat ini

dan target yang ingin di capai.

Sistem koordinasi di dalam pelaksanaan Upsus Padi, Jagung, dan Kedele di

Kabupaten Sukoharjo adalah dipusatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan di

kabupaten Sukoharjo. Untuk tingkat Kabupaten Sukoharjo, koordinasi pernah

dilakukan beberapa kali. Koordinasi pertama, dilaksanakan pada bulan Februari 2015

Page 51: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

51

yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian, Kepala Pusat Sosial Eknomi dan Kebijakan

Pertanian (PSEKP), Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Staf dari Ditjen PSP, BPTP

Jateng, LO dan para pendamping. Koordinasi pertama ini lebih kepada persiapan

kunjungan kerja Menteri Pertanian dan Presiden RI dalam rangka peninjauan kondisi

jaringan irigasi tersier, kunjungan terhadap pertanian modern, dan pembagian

alsintan di Kabupaten Sukoharjo.

Koordinasi kedua lebih bersifat teknis, dilaksankan pada bulan Maret 2015

yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo, Kepala PSEKP, Pendamping,

para Kabid dan Kasi terkait, serta para KCD dan koordinator penyuluh dari seluruh

kecamatan di kabupaten Sukoharjo. Koordinasi yang dilaksanakan lebih bersifat

teknis dan menyamakan pandangan terutama mengenai pengumpulan data. Data

apa yang dikumpulkan, kapan jadwal pengumpulannya, form isiannya seperti apa,

templatenya seperti apa. Hasil dari koordinasi ini adalah lancarnya pengisian form

mulai dari desa, kecamatan sampai dengan di kabupaten dan pusat.

Di dalam SK Kementan, dinyatakan baik pada bab tugas masing-masing

lembaga maupun di dalam mekanisme hubungan kerja, bahwa pada masing-masing

lembaga terutama teknis baik dari tingkat kecamatan, kebupaten dan pusat ada

tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kegiatan Upsus PJK pada kegiatan yang

sedang di tangani oleh masing-masing pihak. Begitu juga pada tim Pembina atau tim

pengendali ada salah satu mekanisme kerjanya adalah melakukan rapat koordinasi

pembinaan (Rakorbin) yang didahului dengan rapat teknis (ratek) setiap SKPD

lingkup pertanian dan UPT pusat, hasilnya adalah sebagai bahan untuk di bawa ke

rakorbin.

Koordinasi pada Tim Kabupaten, telah dilaksanakan pada tanggal 24 Februari

2015. Fokus aktivitas pada kegiatan ini adalah : (1) Melakukan koordinasi dengan

para petugas UPTD dan koordinator penyuluh pada lingkup kecamatan se Kabupaten

Sukoharjo; (2) Menyepakati form pelaporan dari desa/kecamatan ke kabupaten dan

dari kabupaten ke pusat; (3) Mengsinkronkan data yang masih simpang-siur

terutama mengenai kemajuan realisasi tanam, realisasi panen dan penetapan luas

sasaran tanam setelah adanya tambahan target yang di instruksikan Presiden RI; (4)

Pencarian penjelasan tentang kemajuan program UPSUS PJK termasuk penyerapan

anggaran, pembagian alsintan, dan sara produksi pertanian; dan (5) Melakukan

Page 52: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

52

peninjauan calon lokasi dan kelompok sasaran atau petani dalam rangka mencari

peluang trigger ekonomi dari sektor pertanian.

Koordinasi dilaksanakan di ruangan Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan

yang dihadiri oleh sekitar 70 orang yang terdiri dari Kepala UPTD Kecamatan

dilingkup Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, para PPL sekabupaten Sukoharjo,

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kepala Seksi Tanaman Pangan,

Staf kelompok Fungsional, Kepala Pusat PSEKP, dan Kepala Dinas Pertanian. Hasil

dari koordinasi tersebut utamanya adalah menyepakati mekanisme sistim pelaporan

bahwa dari daerah/kecamatan laporan harus sudah masuk pada hari Selasa dan dari

kabupaten ke pusat paling lambat laopran hari Rabu pagi. Koordinasi sinkronisasi

data di tingkat desa dilakukan pada hari Senin antara penyuluh dan Babinsa untuk

disetorkan ke tingkat kecamatan dengan data hasil sinkronisasi.

Format yang diminta dari pusat membuat bingung di daerah, ada beberapa

bentuk form yang dipegang dan berubah-rubah sejak form pertama yang mereka

pegang, termasuk juga jenis data yang diminta juga berubah misalnya antara

menurut kasus, bulanan dan atau bersifat akumulasi. Pada koordinasi atas saran dari

Kepala Dinas maka form yang diisi dari Sukoharjo agar bermanfaat juga bagi Dinas

dilakukan modifikasi terutama pada Worksheet 3. Perubahan yang terjadi adalah

tidak ada kolom per minggu, tetapi laporan tersebut dikirim perminggu yang

memuat akumulasi data sampai minggu akhir, perubahan data minggu ini dan

akumulasi sampai dengan minggu ini. Hal ini berlaku untuk perkembangan areal

tanam, perkembangan areal panen. Selain itu, ada tambahan worksheet 4 dan 5

yang bentuknya sama dengan worksheet 3 untuk jagung dan kedele. Untuk

memformulasikan ke form yang akan dilaporkan ke pusat menjadi tanggungjawab

penanggungjawab kabupaten. Format yang disepakti di Sukoharjo adalah seperti

terlampir.

Mengsinkronkan data dilaksankan bersama dengan penanggungjawab

pelaporan yaitu bagian Kelompok Fungsional dan Bagian Pangan dan Hortikultura.

Hasil dari singkornisasi data ini adalah : (1) Untuk perkembangan luas tanam

disepakati direkap mulai dari Oktober 2014 sampai dengan September 2015; (2)

Untuk perkembangan luas panen disepakati mulai dari Januari 2015 sampai dengan

Desember 2015; (3) Data yang dilaporkan disinkronkan dengan hasil SP yang

Page 53: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

53

pelaporannya satu bulan sekali, namun untuk UPSUS para petugas mengamati

setiap minggu dan melaporkan setiap hari Selasa; dan (4) Sejak pelaporan Rabu-1

bulan Maret 2015 sasaran tanam sudah disinkronkan dengan perubahan sasaran

tanam ada penambahan dari 1.5 juta ton menjadi 2 juta ton di Jawa Tengah dan

mengkoreksi sasaran tanam pada masing-maing kecamatan yang selama ini masih

berbeda.

4.3. Wonogiri

Untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (PJK) dalam

mendukung tercapainya swasembada, maka dilaksanakan program melalui upaya

khusus (UPSUS) PJK. Dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung

serta swasembada kedelai tersebut, lahan merupakan salah satu faktor produksi

utama, selain itu ketersediaan air. Dalam program UPSUS PJK, antara lain melalui

kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RIJT) dan kegiatan pendukung lainnya.

Kabupaten Wonogiri tergolong wilayah sentra ke padi, jegung dan kedelai, sehingga

kegiatan UPSUS mencakup pengembangan ke tiga komoditas tersebut.

Mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga dalam rangka UPSUS

peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dalam pencapaian swasembada

berkelanjutan padi dan jagung, serta swassembada kedelai mengacu pada

Permentan 131/Permentan/OT.140/120/2014 tentang Mekanisme dan hubungan

kerja antar lembaga yang membidangipertanian dalam Mendukung Peningkatan

Produksi Pangan Nasional. Dalam SK tersebut, menunjuk salah satu Tim Supervisi

dan Pendampingan adalah Kepala PSEKP yang membawahi 5 wilayah Kabupaten

(Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Magelang dan Temanggung) yang tercakup dalam

wilayah Pokja IV. Dalam pelaksanaan di lapang ditunjuk 5 orang peneliti PSEKP

sebagai penanggung jawab masing-masing kabupaten. Dalam persiapan

pelaksanaan Upsus telah dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten

seperti telah dirangkum pada Tabel 24.

Keterlibatan instansi terkait di pusat dan daerah diperlukan untuk menjamin

efektivitas pelaksanaan pencapaian swasembada komoditas pangan strategis

tersebut. Dalam pelaksanaannya mengacu pada Pedoman Umum yang disusun

melalui Peraturan Menteri Pertanian RI, Nomor 03/Permentan/ar.140/2015 tentang

Page 54: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

54

Pedoman UPSUS peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program

Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukung Tahun Anggaran 2015. Di tingkat

Kabupaten, Bupati membentuk Tim pelaksana teknis UPSUS peningkataan produksi

padi, jagung dan kedelai, perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya

tingkat kabupaten dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanian, dalam hal ini di Kabupaten

Wonogiri adalah Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH)

dengan anggota dari Dinas TPH termasuk Koordinator Jabatan Fungsional (KJF).

Namun demikian sampai akhir Maret 2015, SK penunjukan belum disusun (masih

draft) sehingga dalam pelaksanaan masih belum terkoordinasi dengan baik. Sebagai

contoh untuk tanggung jawab data mingguan (tambah tanam, panen dan produksi)

dilakukan di Sub Bid Produksi Tanaman Pangan, Kabid Tanaman Pangan, sementara

untuk perkembangan kegiatan yang terkait dengan prasarana berada di Bidang

Sapras, dengan kurangnya koordinasi diantara pelaksana tersebut terkadang

pelaporan data mingguan tidak sinkron.

Untuk tahap awal lebih kepada menggali data tahun 2014 dengan fokus

untuk tanaman padi, jagung dan kedelai. Data perkembangan luas areal tanam,

panen, produktivitas dan produksi dengan berbagai data penunjangnya termasuk

sarana dan prasarana, infrastruktur, jenis lahan menurut jenis irigasi, serta data

penyuluh dan gapoktan/kelompok tani. Untuk selanjutnya melakukan koordinasi

dan penjadwalan serta pengumpulan data serta perkembangannya.

Tanggal 15 Januari 2015, diadakan pertemuan dengan koordinator penyuluh

kecamatan, dalam acara tersebut Tim Supervisi Pusat bersama LO UPSUS Pajale dari

BPTP Jawa Tengan dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura

Kabupaten Wonogiri mempresentasikan tentang rencana dan pelaksanaan Program

Pajale serta keterlibatan Penyuluh dalam pelaksanaan Pajale di Kabupaten Wonogiri.

Jumlah Penyuluh di Kabupaten Wonogiri tercatat berjumlah 191 (92 orang PNS dan

99 orang THL) yang meliputi wilayah 294 desa. Selain itu dalam pelaksanaan di

lapang (desa) juga melibatkan Babinsa yang tersebar di seluruh desa di Wonogiri.

Kelembagaan pelaksana harus dikondisikan, termasuk persiapan dan perencanaan

kegiatan. Sinergitas pelaksana program UPSUS PAJALE seyogyanya harus lebih

terorganisir dengan baik.

Page 55: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

55

Tabel 24. Perkembangan Sinkronisasi, Koordinasi dan Sosialisasi Program Upsus Padi,

Jagung, Kedele di Kabupaten Wonogiri

No. Tanggal Kegiatan Tempat Peserta

1 14 Januari 2015

Pemerintah Daerah Bersama Petani dan TNI Mendukung

Program Swasembada Pangan nasional

Pendopo Klaten

Pemda, Kadistan, Bapeluh, Kodim,

KTNA, Kementan

2 15-16 Januari

2015

Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan UPSUS Pajale: Jenis dan

Sistem Pelaporan Data Mingguan

Aula Dinas Pertanian TPH

Wonogiri

Kadis, Kabid, Koordinator dan

sebagian penyuluh, PSEKP, BPTP,

3 20 Januari 2015

Peletakan Batu Pertama Rehabilitasi Irigasi

Desa Setrorejo, Kec.

Baturetno

Dandim 0728, Kadistan, Gapoktan/

Poktan, P3A, Aster dan babinsa Kec. Baturetno

4 24 Januari 2015?

Workhsop Menyepakati Target dan Kinerja UPSUS Pajale

Rumah Makan Wonogiri

Koordinator Penyuluh, Danramil

5 25 Februari 2015

Pertemuan terbatas dalam rangka koordinasi pelaporan data secara

berkala

Kodim 0728 Aster dan staf, Kasie Produksi dan Kasi

Monev Dinas Pertanian TPH, PSEKP

6 26 Februari 2015

Sosialisasi Kegiatan Ketahanan Pangan dlm Rangka Upsus

Percepatan Target Produksi Pajale 2015

Aula Dinas Pertanian TPH

Wonogiri

PSEKP, BPTP, Dinas Pertanian TPH (Kadis,

Kabid dan KJF) serta koordinator Penyuluh

7 4 Maret 2015

Rapat Koordinasi Penyuluh dan Babinsa

Aula Dinas Pertanian TPH Wonogiri

BPTP, Banisa (50 orang), Penyuluh (50 orang), Koordinator

Penyuluh, Dinas Pertanian TPH (Kadis,

Kabid dan KJF)

8 31 Maret

2015

Temu Teknis Penyuluh dalam

Rangka Mendukung Kegiatan UPSUS Pajale

Rumah makan

FAJAR Wonogiri

Seluruh Penyuluh se

Kabupaten Wonogiri, Dinas Pertanian TPH Wonogiri (Sekdin,

Kabid dan KJF), PSEKP, BPTP, Bapeluh Provinsi Jateng, BKD-

Pemda Kab. Wonogiri

Pada tanggal 26 Februari 2015, dilakukan Pertemuan Koordinasi yang

dilaksanakan di ruangan Aula Dinas Pertanian TPH. Pada pertemuan tersebut

dihadiri oleh para koordinator Penyuluh seluruh kecamatan se Kabupaten Wonogiri,

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan, Staf

kelompok Fungsional dan Koordinator Jabatan Fungsional (KJF), Kepala Pusat

PSEKP, dan Kepala Dinas Pertanian. Hasil dari koordinasi tersebut utamanya adalah

menyepakati mekanisme sistim pelaporan bahwa dari daerah/kecamatan laporan

harus sudah masuk pada hari Selasa dan dari kabupaten ke pusat paling lambat

laporan hari Rabu pagi. Koordinasi sinkronisasi data di tingkat desa dilakukan pada

Page 56: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

56

hari Senin antara penyuluh dan Babinsa untuk disetorkan ke tingkat kecamatan

dengan data hasil sinkronisasi dan direkap. Diharapkan data yang dilaporkan adalah

satu ouput data yang sama (satu angka). Oleh karena itu format yang diisikan harus

sama.

Di tingkat Dinas Pertanian, masih belum terbentuk koordinasi yang baik, hal

ini ditemukan bahwa antar bidang (Tanaman Pangan, Sarana Prasarana dan KJF)

masih bekerja sendiri. Selama ini kegiatan UPSUS PJK dianggapnya adalah

pekerjaan Bidang TPH, sementara pihak Bidang TPH mengemukakan bahwa

kegiatan lebih banyak di Bidang Sapras, dan KJF sebagai sekretariat UPSUS Pajale

belum berfungsi sebagaimana dalam Pedum. Belum adanya satu persepsi dan

pandangan tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak menjadi hambatan

dalam pengumpulan data, pengelolaan data di kabupaten, dan pelaporan ke provinsi

dan pusat.

Mengsinkronkan data dilaksanakan bersama dengan penanggungjawab

pelaporan yaitu Bidang TPH. Hasil dari singkornisasi data ini adalah : (1) Untuk

perkembangan luas tanam disepakati direkap mulai dari Oktober 2014 sampai

dengan September 2015; (2) Untuk perkembangan luas panen disepakati mulai dari

Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, namun data realisasi panen 2014

sudah tersedia tingkat kabupaten (per kecamatan); (3) Data yang dilaporkan

disinkronkan dengan hasil SP yang pelaporannya satu bulan sekali, namun untuk

UPSUS para petugas mengamati setiap minggu dan melaporkan setiap hari Selasa;

(4) Sejak pelaporan Rabu-1 bulan Maret 2015 sasaran tanam sudah disinkronkan

dengan perubahan sasaran tanam dengan penambahan 2 juta ton di Jawa Tengah

dan mengkoreksi sasaran tanam pada masing-maing kecamatan yang selama ini

masih berbeda. Sehubungan dengan itu mestinya juga harus disinkronkan dengan

pendataan di tingkat desa.

Temu Teknis Penyuluh pada tanggal 31 Maret, yang dihadiri sekitar 200

orang yang terdiri dari penyuluh seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri, Sekdin dan

Kepala Bidang Dinas Pertanian TPH Kab. Wonogiri serta nara sumber (Bapeluh

Provinsi Jateng, BPTP Jateng, PSEKP dan BKD Kabupaten Wonogiri). Dari Bapeluh

Provinsi Jateng menyampaikan tentang peran dan komitmen penyuluh dalam

mendukung kegiatan UPSUS PJK, dari BPTP menyampaikan tentang teknologi dan

Page 57: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

57

penerapannya dalam mendukung UPSUS PJK mencapai swasembada Pangan, dari

PSEKP menyampaikan tentang sinkronisasi dan harmonisasi para pelaksana UPSUS

PJK di daerah serta akurasi data pelaporan secara berkala dalam mensukseskan

swasembada Padi Jagung dan Kedelai.

4.4. Magelang

Walaupun pemerintah melaksanakan kebijakan upaya khusus (Upsus) untuk

peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, namun untuk Kabupaten Magelang

hanya titujukan untuk komoditas padi dan jagung. Hal ini dikarenakan Kabupaten

Magelang bukan merupakan sentra produksi kedelai, memiliki iklim yang kurang

sesuai, petani jarang yang menanam tanaman kedelai, dan petani memiliki

tanaman-tanaman alternatif yang jauh lebih menguntungkan.

Untuk melaksanakan Upsus tersebut, pemerintah Kabupaten Magelang telah

melaksanakan serangkaian koordinasi dan sinkronisasi dari tingkat pusat, provinsi

dan kabupaten. Pelaksanaan koordinasi di tingkat pemerintah daerah dilakukan

antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Badan

Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Kodim Kabupaten

Magelang. Sesuai dengan mekanisme kerja yang digariskan oleh Kementerian

Pertanian (seperti pada Gambar 4.1).

MENTAN

BPPSDMPDITJEN PSP/TP/P2HPBADAN LITBANG

BPTP DINAS TEKNIS

DINAS TEKNIS

GUBERNUR

KODAM BAKORLUH PT/BALAI/STPP

KODIM

CAMAT

POKTAN, P3A, GAPOKTAN DAN GP3A

BUPATI/WALIKOTA

UPTD KORAMIL

LURAH/DESA

BABINSA MAHASISWAPENYULUH

PUSAT/TIM PENGENDALI

PROVINSITIM PEMBINA

KAB/KOTAPELAKSANA

KECAMATAN/TIM PELAKSANA

DESA

KASAD

POPT/ PBT

PENELITI/PENYULUH

BP3K

BP4K DOSEN/WI

GO

TATA HUBUNGAN KERJA

Alur Komando

Alur Pengendalian

Alur Pembinaan

Alur Pelaksanaan

Alur Koordinasi Fungsional

Alur Koordinasi Operasional10

Gambar 4.1. Mekanisme Hubungan Kerja Pelaksanaan Upsus

Page 58: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

58

Bupati Magelang bertanggung jawab dalam kebijakan upsus Padi Jagung dan

Kedelai di wilayahnya. Dalam implementasi di tingkat kabupaten, selain unsur dari

pemda dan Kodim, juga melibatkan peneliti/penyuluh dari BPTP Jawa Tengah,

dengan Liason Officer (LO) Ibu Ir. Tri Reni Prastuti, sedangkan LO dari Kodim

Magelang adalah Perwira Puji Basuki. Implementasi di lapangan dari jajaran Kodim

adalah melibatkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) sekitar 302 orang dengan tugas:

(1) Menggerakkan dan memotivasi petani untuk melaksanakan tanam serentak,

perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi, gerakan pengendalian OPT dan panen;

(2) Melaksanakan pengamanan penyaluran benih, pupuk dan alsintan serta

insfrastruktur jaringan irigasi; (3) Melakukan pengawasan terhadap pemberkasaan

administrasi, pencairan dan penyaluran bantuan kepada penerima manfaat.

Sementara itu, Kementerian Pertanian menerbitkan keputusan No.

1243/Kpts/OT.160/ 12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan

produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan

Sarana Pendukungnya. Dalam keputusan tersebut salah Tim Supervisi dan

Pendampingan Upsus adalah Kepala PSEKP, dan beliau menugaskan Ir. Mewa Ariani,

MS untuk membantu beliau di Kabupaten Magelang.

Dalam persiapan pelaksanaan Upsus Padi Jagung dan Kedelai telah dilakukan

serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten seperti telah dirangkum pada Tabel 4.1.

Khusus kegiatan terkait peletakan batu pertama rehabilitasi irigasi disajikan

tersendiri seperti pada Tabel 4.2, karena Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

Pertanian (Ditjen. PSP) meminta laporan khusus untuk kegiatan ini. Kegiatan

workhsop untuk menyepakati target dan kinerja UPSUS Pajale pada tanggal 21

Februari 2015 dihadiri oleh Mantri Tani, Koordinator PPL, Danramil yang dilakukan

di BP2KP membahas beberapa hal sebagai berikut: a) Penjelasan pengisian blanko

pelaporan tingkat desa dan kecamatan, b) prosedur dan batasan waktu pelaporan,

c) Menyepakati luas tanam dan target luas tanam, d) Merencanakan lokasi kegiatan

optimalisasi lahan dan GPPTT jagung, e) Merencanakan lokasi yang membutuhkan

traktor roda 2, traktor roda 4 dan pompa air dan f) rekayasan pola tanam padi-padi-

jagung di daerah hulu irigasi tangsi dan aji temon.

Kegiatan pada tanggal 2-3 Februari 2015 seperti pada Tabel 25 dilakukan di

Aula Makodim dengan materi adalah: (1) Pembukaan, (2) Sambutan Dandim, (3)

Page 59: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

59

Upaya peningkatan khusus pencapaian target produksi pajale oleh Ir. Mewa Ariani,

MS, (4) Kebijakan dan strategi upsus pajale oleh Kepala Distanbuthut Kabupaten

Magelang, (5) Sosialisasi teknologi padi dengan PTT dan SRI oleh Ir. Tri Wardoyo, 6)

PTT Jagung oleh Gunadi J.S, SP, dan (7) Penutupan oleh Damdim 0705 Kabupaten

Magelang. Namun kegiatan tersebut hanya sampai awal bulan Februari, yang

kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dan implementasi tingkat kecamatan, desa

serta koordinasi antar pelaksana di lapangan.

Tabel 25. Perkembangan Sinkronisasi, Koordinasi dan Sosialisasi Program Upsus Padi, Jagung, Kedele di Kab. Magelang

No. Tanggal Kegiatan Tempat Peserta

1 14 Januari

2015

Pemerintah Daerah

Bersama Petani dan TNI Mendukung Program Swasembada Pangan

nasional

Pendopo Klaten Pemda, Kadistan,

Bapeluh, Kodim, KTNA, Kementan

2 14-16 Januari 2015

Koordinasi dan Sosialisasi Kegiatan UPSUS Pajale: Jenis dan Sistem

Pelaporan Data Mingguan

Distanhutbun, BP2KP

Distanhutbun, BP2KP, PSEKP, BPTP, Kodim

3 20 Januari

2015

Peletakan Batu Pertama

Rehabilitasi Irigasi

Dusun

Kebokurung, Desa

Sawangan, Kec. Sawangan

WK. Bupati, Dandim

0705, SKPD, Muspika Kec, Kades Se Kec.

Sawangan, Gapoktan/Poktan, Aster dan babinsa

Kec. Sawangan

4 21 Januari

2015

Workhsop Menyepakati

Target dan Kinerja UPSUS Pajale

Distanhutbun Mantri Tani,

Koordinator PPL, Danramil

5 22 Januari 2015

MOU Bupati dengan Dandim

Kantor Bupati

Dandim, Distanhutbun, SKPD

6 22 Januari

2015

Koordinasi Penyuluhan

Tahun 2015 dlm Rangka Mensukseskan Visi, Misi

Bupati Magelang dan Program Nasional

BP2KP Bupati, SKPD,

Distanhutbun, Koordinator

penyuluh, PPL, BPTP, Dandim

7 23-29 Januari 2015

Sosialisasi Pajale di Setiap BP3K dan Desa

BP2KP Koramil, Koordinator penyuluh, PPL, Mantri tani, Babinsa,

Camat, Kepala desa

8 2-3 Februari 2015

Sosialisasi Kegiatan Ketahanan Pangan dlm Rangka Upsus

Kodim 0705 Babinsa, PSEKP, BPTP, BP2KP, Distanhutbun

Page 60: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

60

Percepatan Target Produksi Pajale 2015

Beberapa kegiatan di lapangan sebagai berikut: (1) Kepala BPS Kabupaten

Magelang melakukan ubinan di Kecamatan Salam; (2) Pertemuan pembahasan

Upsus Pajale antara camat, dinas terkait dengan Baninsa di Kecamatan Muntilan;

(3) Kodim mencoba traktor dan rice transplanter di Kec. Tempuran; (4) Pertemuan

silaturahmi dan koordinasi antara Kapus PSEKP, dengan Kepala Dinas Pertanian,

kepala BP2KP. Selain itu, berdasarkan informasi dari LO Kodim Magelang, komandan

Kodim Magelang ditunjuk mewakili Korem DIY dalam ketahanan pangan. Oleh

karena itu, komando dari Komandan Kodim untuk semua jajaran Kodim di lapangan

terus meningkatkan kegiatan penyuluhan, tanam, pemeliharaan, membasmi hama

sampai panen. Pelaksanaan pendampingan ditingkatkan, dilaporkan dan diarsipkan.

Luas dan hasil panen telah mencapai target. Pabung dan pasiter berkoordinasi terus

menerus dengan Dinas Pertanian untuk dukungan alat mesin pertanian, pupuk,

bibit, dan lainnya. Jumlah Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang dilibatkan dalam

program Upsus Padi dan Jagung ini sebanyak 302 orang yang tersebar di setiap

desa se Kabupaten Magelang.

Salah satu kegiatan Upsus PJK ini adalah adanya pengiriman laporan dari

daerah ke pusat setiap minggu. Hasil koordinasi BP2KP dengan jajarannya

diputuskan jadwal pelaporan dan mekanismenya sebaggai berikut: (a) Senin,

melakukan koordinasi antara PPL dan Babinsa untuk menyepakati data luas tanam,

luas panen padi dan jagung yang dikirim setiap hari Senin sore, (b) Selasa,

Koordinator PPL dan Danramil melakukan rekapitulasi dari setiap desa dan selasa

sore dikirim ke BP2KP dan Kodim; (c) Rabu, BP2KP melakukan rekapitulasi semua

data yang masuk disesuaikan dengan tabel-tabel yang diminta, kemudian rabu jam

10 an dikirim ke sekretariat PSEKP, Pajale Jateng, BSDMP dan sekretariat Kodim.

Tabel 26. Peletakan Batu Pertama RIJT di Kab. Magelang

No Uraian Keterangan

1 Tanggal 20 Januari 2015

2 Lokasi:

- Desa Sawangan

- Kecamatan Sawangan

Page 61: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

61

3

Pihak

mencanangkan Wabup Magelang

4

Peserta/pemangku

kepentingan yang

hadir

Bupati dan jajarannya, Kepala Dinas Pertanian dan

Kehutanan, Kepala BP2KP, BPTP Jateng, KCD, PPL,

Poktan dan Petani, Kodim, Babinsa, Koordinator

penyuluh, SKPD Lainnya, kepala dan perangkat desa

5 Jumlah yang hadir 150 orang

Foto : Pencanangan Gerakan Perbaikan Irigasi di Kab. Sawangan

oleh Wabup Magelang

4.5. Temanggung

Tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Temanggung tertuang dalam Peraturan Bupati Temanggung Nomor 59

Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung. Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintah daerah dalam bidang Pertanian Sub bidang

Page 62: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

62

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sub bidang Perkebunan dan Sub bidang

Kehutanan berdasarkan Otonomi Daerah dan Tugas Perbantuan. Untuk

melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Temanggung mempunyai fungsi diantaranya adalah : (1)

Perumusan kebijakan teknis di bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura,

Perkebunan dan Kehutanan; (2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

pelayanan umum di bidang Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (3) Pembinaan

dan pelaksanaan tugas di bidang Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (4)

Pengelolaan perijinan di bidang Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (5)

Penyebaran informasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan dan

Kehutanan; (6) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (7) Pembinaan SKPD UPTD dalam

lingkungan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (8) Penyelenggaraan

kesekretariatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; dan (9) Pelaksanaan

tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan memiliki 4 (empat) bidang, yang masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas

Pertanian. Sekretariat : Sekretariat melaksanakan sebagian tugas dan fungsi dinas

yang meliputi koordinasi perencanaan, penyusunan program dan penyelenggaraan

tugas-tugas bidang secara terpadu, pengelolaan administrasi keuangan, administrasi

umum dan kepegawaian. Terdiri dari : (a) Subag Umum dan Kepegawaian, Subag

Perencanaan dan Subag Keuangan; (b) Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura,

Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

di bidang tanaman pangan dan hortikultura. Bidang Tanaman Pangan dan

Hortikultura terdiri dari Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Seksi

Usaha Tani dan Agribisnis dan Seksi Sarana Produksi Pertanian; (c) Bidang

Perkebunan, Bidang Perkebunan melaksanakan sebagian tugas dan fungsi dinas di

bidang perkebunan. Bidang perkebunan terdiri dari Seksi produksi perkebunan,

Seksi usaha perkebunan dan agribisnis dan Seksi sarana produksi perkebunan; (d)

Bidang Kehutanan, Bidang Kehutanan melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

Page 63: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

63

dinas di bidang kehutanan. Bidang kehutanan terdiri dari Seksi pengembangan dan

pelestarian hutan, Seksi produksi kehutanan dan Seksi usaha kehutanan.

Dalam upaya kelancaran tugas pelaksanaan Program UPUS Padi Jagung dan

Kedelai (Upsus PJK) di wilayah Kabupaten Temanggung maka telah dibentuk

struktur organisasi yang khusus menangani program tersebut. Struktur organisasi

tersebut terdiri dari ketua yang dalam hal ini adalah Ka. Dintanbunhut, sekretaris

Ka. Bappeluh. Sementara anggota terdiri dari Ka. KKP (Kantor Ketahanan Pangan,

Ka. Dinas Pekerjaan Umum, Kabid TPH, Ka Lab HPT Kedu, Ka. BAPPEDA, Ka. BPS,

DANDIM kab. Temanggung, Pendamping Tim UPSUS dari Kementan, dan

Pendamping Tim UPSUS dari BPTP Jawa Tengah.

Gambar 1. Struktur organisasi UPSUS Pajale Kab. Temanggung

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 520/57 Tahun 2015 tentang

penunjukkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Dana Tugas Pembantuan Dirjen

Tanaman Pangan kepada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Temanggung Tahun Anggaran 2015 telah diputuskan bahwa Kepala Dinas Pertanian

KETUA Kadintanbunhut

Ka. KKP

SEKRETARIS Ka. Bappeluh

Ka. Dinas PU

Kabid TPH

ANGGOTA

Ka. BAPPEDA

Ka. Lab HPT Kedu

Pendamping dari Kementan Ka. BPS

Pendamping dari BPTP Jawa Tengah

Dandim

Page 64: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

64

Perkebunan dan Kehutanan ditunjuk sebagai penanggung-jawab pemegang Kuasa

Pengguna Anggaran Dana Tugas Pembantuan tersebut. Secara organisasi, maka

strutur tim pelaksana UPSUS PJK wilayah Kabupaten Temanggung ditampilkan

dalam gambar 1.

V. PROGRAM-PROGRAM MENDUKUNG UPAYA KHUSUS PADI

JAGUNG DAN KEDELAI

5.1. Klaten

Strategi peningkatan produksi pangan (padi, jagung, dan kedelai) dapat

dilakukan melalui: (a) peningkatan produktivitas, (b) perluasan areal tanam, (c)

pengamanan hasil produksi, dan (d) penguatan kelembagaan dan manajemen.

Terdapat tiga sumber pertumbuhan produktivitas padi, jagung dan kedelai, yaitu

perubahan teknologi yang lebih maju, peningkatan efisiensi teknis, dan peningkatan

skala usaha hingga mencapai skala usaha ekonomis. Perluasan tanam padi, jagung,

dan kedelai dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan peningkatan indek

pertanaman. Pengamanan produksi padi, jagung, dan kedelai dapat dilakukan

dengan sistem panen dan penanganan pasca panen secara lebih baik. Sementara

itu, penguatan kelembagaan dan manajemen dapat mendukung peningkatan

produksi melalui tiga point terdahulu.

Terdapat beberapa program pembangunan pertanian guna mendukung upaya

khusus padi, jagung, dan kedelai, diantaranya adalah : (a) Gerakan Penerapan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), (b) Optimalisasi Lahan, (c) Perluasan Areal

Tanam (PAT) untuk komoditas jagung, dan (d) Perluasan areal tanam (PAT) untuk

komoditas kedelai. Secara terperinci keragaan volume, progres atau kemajuan yang

dicapai, dan permasalahan pelaksanaan program-program pembangunan pertanian

mendukung Program Upsus PJK di kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 27

berikut.

Tabel 27. Program-Program Pembangunan Pertanian mendukung Program Upsus

Padi Jagung, dan Kedelai di Kabupaten Klaten, 2015.

Page 65: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

65

No Kegiatan Utama Volume Progres sd Maret

2015

Permasalahan

Keterangan

1 Pengembangan Jaringan

Irigasi

4,000 Ha 100% APBN-P 2000 ha,

belum CPCL

2 Optimasi Lahan 500 Ha 100%

3

Penyediaan Bantuan

Alsintan

- TR - 2 24 Unit

100% APBN-P (Alsintan)

APBN-P : TR-2 = 25 unit

- Pompa Air

Unit

menunggu Pedum

- pompa air = 5 unit

- TR - 4

Unit

-

- Combine Harvester

- Combain harvester mini = 12 unit

- Rice transplanter

-

- Power Thresher

- power threser = 5 unit

- Dryer

- dryer jagung = 1 unit

- Corn Sheller

- corn sheller = 6

unit

4 Penyediaan Bantuan Pupuk (padi) 4 Ton

menunggu proses

pengadaan di provinsi

bantuan pupuk jagung 3.75 ton

menunggu dr

provinsi 5 Bantuan Benih

6 GP-PTT (padi) 2500 Ha/Pkt

100% - sudah tanam

7 PAT-Jagung 3000

8 PAT- Kedelai 1000

9 Revitalisasi RMU

10 Pengawalan/Pendampingan 4260 OH/OB

Poses Surat

Keputusan Pejabat

- TNI-AD

Pembuat Komitmen

- Mahasiswa

- Penyuluh

11 Pengendalian OPT

waspada WBC, Pb, Tikus

sdh mengajukan pest ke Dipertan Prov

TOTAL

Pemilihan penempatan calon lokasi GP-PTT dengan prioritas produktivitas

masih berpotensi dapat ditingkatkan dan petani bersifat responsif terhadadap

perubahan teknologi. Dengan demikian penentuan lokasi mencakup beberapa

Page 66: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

66

persyaratan: (1) Lokasi dapat berupa persawahan irigasi, sawah tadah hujan, lahan

kering, pasang surut dan lebak yang produktivitas atau indek pertanamannya masih

dapat ditingkatkan; (2) Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit,

bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa; (3) Diusahakan berada

dalam satu kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan

dengan kondisi dilapangan; (4) Luas satu unit GP-PTT padi adalah seluas 25 Ha atau

disesuaikan dengan kondisi dilapang (Ditjen Tanaman Pangan, 2015).

Sementara itu, persyaratan dalam penentuan calon petani/kelompok tani

peserta GP-PTT adalah: (1) Kelompok tani/petani yang dinamis, pro aktif dan

bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang saling berdekatan dan diusulkan

oleh Kepala Desa, KCD, dan PPL; (2) Petani yang dipilih adalah petani aktif yang

memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru; dan

(3) Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT (Ditjen Tanaman Pangan,

2015). Berdasarkan persyaratan tersebut lokasi GP-PTT Kabupaten Klaten

ditempatkan di Kecamatan Manisrenggo, Prambanan, dan Karangdowo.

5.2. Sukoharjo

Di dalam mensukseskan program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai, pemerintah

telah memberikan dukungan anggaran untuk mekasanakan program pendukung

Upsus baik yang dibiayai oleh hasil penghematan APBN 2014 maupun dari anggaran

APBNP 2015. Informasi mengenai program pendukung Upsus PJK yang ada di

Kabupaten Sukoharjo adalah tertera pada Tabel 28. Program yang dicanangkan oleh

Pemerintah adalah progam yang dapat memfasilitasi fator pengungkit produksi padi,

jagung dan kedelai.

Tabel 28. Program pendukung Upsus di Kabupaten Sukoharjo, 2014/2015

No Kegiatan Utama Volume Realisasi

1 Pengembangan Jaringan Irigasi : (Refocusing 2500 ha,

APBNP2015 2000ha)

4,500

Ha

Pencairan Dana SP2D sudah sejak Maret 2015

2 Optimasi Lahan (refocusing

1000 ha)

1,000

Ha Pencairan Dana SP2D sudah

sejak Maret 2015

3 Penyediaan Bantuan Alsintan

- TR - 2 (Refocusing 17 unit, APBNP2015 56 unit)

73 Unit Sudah di laksanakan oleh Presiden RI

- Pompa Air 6 Unit Sudah di laksanakan oleh

Page 67: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

67

Presiden RI

- TR - 4 (Refocusing ; 2 unit) 2 Unit Sudah di laksanakan oleh Presiden RI

- Combine Harvester 0 Unit

- Rice transplanter (APBNP 2015 : 14)

14 Unit Sudah di laksanakan oleh Presiden RI

- Power Thresher 0 Unit

- Dryer 0 Unit

- Corn Sheller 0 Unit

4 Penyediaan Bantuan Pupuk (APBNP Jagung)

900 Ton Sudah dilaksanakan untuk MT1

5 Bantuan Benih (APBNP

Jagung 45 ton; GP-PTT Kedelai 50 ton; Kedelai Swasaya 25 ton)

120 Ton Padi+Jagung+Kedelai

6 GP-PTT (GP-PTT Kedelai 1000

ha; Kedelai Swadaya 500 ha)

1500 Ha/Pk

t

Pemberkasan pencairan di

Provinsi Jawa Tengah direncanakan tanggal 1 April 2015

7 PAT-Jagung 1000 Ha/Pk

t

dari APBN-P 2015

Sumber : Laporan Mingguan Upsus, Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Dari tabel tersebut menginformasikan bahwa program pendukung UPSUS PJK

di kabuapten Sukoharjo ada sekitar 7 program yang diharapkan dapat mengungkit

pencapaian target produksi padi, jagung, dan kedelai. Program tersebut lebih

memberikan fasilitasi terhadap program upsus sesuai dengan prakiraan faktor apa

yang akanmenjadi pengungkit peningkatan produksi. Jika di perhatikan dari jenis

programnya, maka pemerintah akan mencoba untuk emningkatkan produksi dari

berbagai peluang faktor pengungkit, yakni : (1) Perbaikan jaringan irigasi teknis

(RJIT), di Kabupaten Sukoharjo dialokasikan anggaran untuk 4.500 hektar

diharapkan program ini dapat meingkatkan intensitas tanaman yang pada gilirannya

dapat meningkatkan produksi; (2) Optimalisasi lahan sawah, seluas 1000 hektar,

dari hasil diskusi diperkirakan masih ada lahan yan gbelum optimal di Tanami padi,

maka melalui program ini dapat dioptimalkan dengan bantuan dan pembinaan dari

aparat Dinas Pertanian; (3) Progam pengadaan bantuan alat mesin pertanian, yang

terdiri dari traktor roda-2 sebanyak 73 unit, traktor roda-4 2 unit, rice transplanter

sebanyak 14 unit. Terutama untuk traktor dan rice transplanter diharapkan dapat

memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja pengolahan tanah dan tanam,

kecepatan waktu tanam, sehingga indeks pertanaman (IP) dapat di tingkatkan.

Page 68: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

68

Program lain yang terkait dengan penyediaan input faktor adalah bantuan

penyediaan pupuk sebanyak 900 ton, di kabupaten Sukoharjo bantuan pupuk ini

khusus dari APBNP jagung, bantuan penyediaan benih sebanyak 120 ton yang terdiri

dari 45 ton untuk benih jagung, 50 ton untuk GPPTT kedelai dan 25 ton benih

kedelai untuk pengembangan kedekai swadaya. Selain itu ada juga dari APBNP 2015

program GP-PTT kedelai sebesar 1500 hektar diantaranya 500 hektar merupakan

program swadaya masyarakat dan perluasan areal tanam jagung (PAT-jagung)

sebesar 1000 hektar.

5.3. Wonogiri

Terkait dengan implementasi UPSUS Padi Jagung dan Kedelai (PJK), CPCL

kegiatan Rehabilitasi Irigasi Jaringan Tersier (RIJT) sudah dilaksanakan, SP2D sudah

terbit tanggal 31 Maret 2015, dan dana sudah cair. Pada saat ini (awal sampai

pertengahan April 2015) petani melaksanakan panen raya dan mempersiapkan

tanam MT II, sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan irigasi tersier

sebagaian belum dapat dilaksanakan pada bulan Maret 2015, karena apabila

dilaksanakan akan merusak tanaman disekitar lokasi jaringan, dan pelaksanaan

pengembangan jaringan irigasi tersier dapat dilaksanakan setelah panen MT II

sekitar bulan Juni.

Sementara untuk kegiatan Optimalisasi Lahan (Oplah), CPCL sudah

dilaksanakan. SP2D sudah terbit tanggal 25 Maret 2015, dana sudah cair,

Persiapan olah tanah sudah dilaksanakan poktan/gapoktan kurang lebih (50 %).

Kasus di Kecamatan Krismantoro diungkapkan bahwa sampai awal April ketersediaan

pupuk masih belum siap, bila tidak segera ditindaklanjuti dikawatirkan akan terjadi

keterlambatan pemupukan. Koordinasi dengan distributor dan penyalur pupuk serta

sarana produksi pertanian lainnya agar segera ditindaklanjuti, bisa bersinergi dengan

pihak Kodim. Selain itu dengan maraknya peredaran pupuk palsu (terutama untuk

jenis NPK dan SP36) maka perlu diantisipasi agar petani tidak terkena dampaknya.

Tabel 29 menyajikan jenis dan bantuan berdasarkan program untuk komoditas padi.

Tabel 29. Jenis dan Jumlah Bantuan Berdasarkan Program untuk Komoditas Padi di

Kabupaten Wonogiri, Tahun 2015

Page 69: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

69

Kegiatan Volume Permasalahan Keterangan Refocusing 2015

Optimasi Lahan 1.500 ha Dokumen anggaran belum

diterbitkan.

CPCL sudah dilaksanakan. SP2D

sudah terbit tanggal 25 Maret 2015, dana sudah cair, Persiapan olah tanah sudah

dilaksanakan poktan/gapoktan ± 50%.

Maret harus sudah tanam, karena ketersediaan air untuk kecamatan

Pakis, Ngablak, Ngluwar, Muntilan, Salam Borobudur sangat kurang.

Koordinasi dengan distribtor dan penyalur benih serta sarana

produksi pertanian lainnya

Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Tertier (RJIT)

2.000 ha Pada saat ini petani melaksanakan panen raya dan mempersiapkan

tanam MT II, sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan irigasi

tersier belum dapat dilaksanakan pada bulan Maret karena apabila dilaksanakan akan merusak

tanaman disekitar lokasi jaringan, dan pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi tersier dapat

dilaksanakan setelah panen MT II.

- CPCL sudah dilaksanakan.

- SP2D sudah terbit tanggal 31 Maret 2015, dana sudah cair

Penyediaan Bantuan Alsintan

- TR – 2 37 unit Alokasi sasaran masih belum jelas

terutama terkait dengan sasaran dari aspirasi masyarakat

Posisi masih di gudang Dinas

Pertanian TPH sejak pertengahan Februari 2015

- Pompa Air - Tidak dialokasikan

- TR – 4

- Rice transplanter

Pengembangan SRI

2000 ha

APBNP

Optimasi Lahan 5.000 ha Dokumen anggaran belum diterbitkan

RJIT 2.500 ha Dokumen anggaran belum diterbitkan

Penyediaan Bantuan Alsintan

- Traktor R 2 120 unit Dokumen anggaran belum diterbitkan

- TR – 4 11 unit Dokumen anggaran belum diterbitkan

Untuk program pengembangan jagung dilakukan melalui kegiatan GP-PTT

dengan luas areal 500 Ha dan APBNP 2015 dengan sasaran luas areal tanam 15.760

Ha. Informasi secara lebih terperinci dapat disimak pada tabel 30.

Tabel 30. Jenis dan Jumlah Bantuan Berdasarkan Program untuk Komoditas Jagung di

Kabupaten Wonogiri, Tahun 2015

Kegiatan Volume Permasalahan Keterangan

GP - PTT

Page 70: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

70

Untuk program pengembangan kedelai dilakukan melalui kegiatan GP-PTT

dengan luas areal 3.000 Ha dan APBNP 2015 dengan luas areal 5.000 Ha. Informasi

secara keseluruhan dapat disimak pada tabel 31.

Tabel 31. Jenis dan Jumlah Bantuan Berdasarkan Program untuk Komoditas Kedelai di

Kabupaten Wonogiri, Tahun 2015

Luas Areal 500 Penyelesaian administrasi : penyusunan RUK, jadual

tanam, pembukaan rekening dll.

Sudah diterbitkan SK Kadistan Prov. Nomor 8/2015 tetang Penetapan

PPK TP Pada Distan Prov.

Tanam pada bulan Agustus September

CPCL GP PTT Jagung sudah final

Kebutuhan Benih 7.500 kg Pasokan benih sering terlambat

Sebagian sudah realisasi

Biaya (Rp000) Rp. 367.500

APBN P 2015

Sasaran luas tanam 15760 Dokumen anggaran belum diterbitkan.

Kebutuhan Benih 45 ton Penyediaan benih harus dikawal hingga ke lapangan

sehingga pada saat dibutuhkan tersedia

Urea 300 ton

NPK 600

Kebutuhan Alsin Petugas Kabupaten harus benar-benar mengkawal hingga peralatan yang

diserahkan ke Kabupaten bermanfaat

- Corn Celler 6

- Vertical Dryer 6

- Combine Harvester Jagung

12

Kegiatan Volume Permasalahan Keterangan

GP - PTT

Luas Areal 3000 Penyelesaian administrasi : penyusunan RUK, jadual

tanam, pembukaan rekening dll.

Sudah diterbitkan SK Kadistan Prov. Nomor

8/2015 tetang Penetapan PPK TP

Pada Distan Prov.

- Tanam pada bulan

November Desember (lahan Kering)

- Tanam juli-Agustus (lahan

Sawah)

CPCL GP PTT Kedelai

sudah final

Kebutuhan Benih (Kg)

150.000 Ketersediaan benih berlabel langka dan keterlambatan alokasi

Sebagian sudah realisasi

Biaya (Rp000) 5.412.000

Page 71: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

71

5.4. Magelang

Seperti telah disampaikan oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo (Kompas, 7

Maret 2015), Pemerintah Kabinet Kerja akan mendukung penuh petani untuk

meningkatkan produktivitasnya dengan berbagai kebijakan. Pemerintah antara lain

dengan memberikan bantuan alat pertanian, seperti traktor tangan 41.000 unit,

pompa air 10.028 unit, benih dan pupuk untuk 1,7 juta hektar lahan pada tahun

2015. Selain itu, pemerintah berkomitmen memperbaiki saluran irigasi untuk 1,5 juta

hektar melalui dana APBN dan 1,1 juta hektar melalui dana APBNP.

Berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh Wakil Bupati dan

Kepala Distanbunhut Kabupaten Magelang (Radar Magelang, 28 Maret 2015),

Kabupaten Magelang memperoleh bantuan pertanian dari Kementerian Pertanian

sebesar Rp 34,794 miliar, untuk membiayai sarana dan prasarana meningkatkan

produktivitas padi, dalam rangka memenuhi target swasembada pangan. Adapun

rincian dari dana tersebut sebagai berikut: renovasi jaringan irigasi tingkat usaha

tani Rp 7,5 miliar untuk memfasilitasi lahan 7.500 ha. Kemudian 115 unit traktor

roda dua senilai Rp 2,760 miliar, 6 unit traktor roda empat senilai Rp 480 juta, 22

unit penanam padi senilai Rp 17,850 miliar. Dalam bentuk uang sebesar Rp. 17,850

miliar untuk pembelian saprodi dalam rangka optimalisasi lahan dan pendampingan

petugas. Sementara untuk peningkatan budidaya jagung mendapatkan bantuan

berupa benih jagung 52.500 kg senilai Rp 2.520.000, pupuk Urea 300 ton NPK 600

ton. Enam unit mesin pemipil dan enam unit mesin pengering jagung senilai Rp 720

juta, dan 12 unit Combine Haverter jagung senilai Rp 432 juta.

APBN P 2015 (Kedelai Swadaya)

Sasaran luas tanam 5000 Dokumen anggaran belum diterbitkan.

Kebutuhan Benih 2,5 ton Penyediaan benih harus dikawal hingga

ke lapangan sehingga pada saat dibutuhkan tersedia. Dapat

memanfaatkan Jabalsim dengan memantau kualitas

benih

Page 72: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

72

Program-program tersebut berasal dari pusat melalui pendanaan APBN P,

refocusing untuk komoditas padi dan jagung. Adapun jenis program, volume dan

status program seperti pada Tabel 32 dan 33. Selain itu, Kab. Magelang juga

mendapat program SRI sebanyak 2000 ha dengan total dana sebesar Rp.4,2

Milyard. Pemerintah Kabupaten Magelang telah selesai menentukan Calon Petani

Calon lahan (CPCL) untuk program optimasi lahan dan rehabilitasi jaringan tersier

seperti pada Tabel 32 dan 33.

Pada awal bulan Maret 2015, pemerintah daerah melakukan evaluasi

pelaksanaan Upsus padi dan jagung yang mencakup realisasi tanam dan program

lainnya. Untuk realisasi tanam akan disampaikan pada bab terkait sasaran dan

realisasi tanam. Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan BP2KP

sebagai berikut: (1) Realisasi distribusi pupuk bersubsidi sampai bulan Februari

2015. Distribusi pupuk di Kab. Magelang relatif tidak mengalami kendala karena

pengawasan dan pembinaan kepada distributor dan kios dilaksanakan dengan baik.

Disamping itu sudah ditetapkan SK Bupati Magelang No.52 Tahun 2014 dan SK

Kadinas Pertanian tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kab. Magelang No.

188.4/08/Kep/22/I/2015 tentang sebaran bulanan pupuk bersubsidi Kab. Magelang;

(2) Realisasi benih tanaman padi disediakan oleh produsen benih PT Pertani dan PT

Sanghyangsri. Stok benih oleh kedua produsen benih tersebut tidak secara khusus

dialokasikan untuk kabupaten tertentu karena sudah di lepas mengikuti pasar bebas;

(3) Optimalisasi lahan seluas 3500 ha sampai dengan tanggal 12 Maret 2015 sudah

terealisir semua berkas pencairan anggaran dan tinggal mengajukan pencairan

anggaran di Satker Provinsi; (4) Traktor roda 2 sebanyak 27 Unit dan pompa air

sebanyak 14 unit sampai saat ini telah diselesaikan persyaratan administrasi

pengajuan oleh kelompok (proposal, nama kelompok, struktur pengurus kelompok,

pakta integritas, NPHD dan draft berita acara serah terima barang). Ditargetkan

pendistribusiannya akan dilaksanakan sebelum tanggal 25 Maret 2015; dan (5)

Rehab jaringan irigasi seluas 4500 ha masih belum selesai pengajuan rencana detail

bangunan, namun ditargetkan selesai bulan April 2015.

Bantuan alat pertanian berupa traktor (27 unit) dan pompa air (14 unit) telah

disampaikan kepada kelompok tani. Penyerahan bantuan setelah upacara HUT Ke-31

Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang oleh Wakil Bupati Magelang Zaenal

Page 73: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

73

Arifin didampingi Pelaksana Tugas Sekda Pemkab Magelang Agung Trijaya dan

Pasiter Kodim 0705 Magelang Kampten Inf Puji Basuki. Dalam sambutannya,

Wabup mengatakan saat ini lahan pertanian di daerah itu semakin berkurang,

sedangkan jumlah warga setempat terus meningkat. Hal ini dapat mengancam

ketahanan pangan. Oleh karena itu, dengan lahan yang semakin menyempit

diharapkan petani dapat melakukan berbagai inovasi agar diperoleh hasil pertanian

yang tetap baik dan banyak. Selanjutnya dikatakan Kabupaten Magelang dengan

tanah yang subur sebagai penyangga pangan yang tidak hanya lingkup Jawa

Tengah, namun juga nasional, karena selama ini surplus beras. Para petani,

hendaknya tidak hanya memanfaatkan lahan untuk ditanami padi, tetapi juga perlu

ditanami komoditas lainnya yang menjadi sumber pangan masyarakat. Pemerintah

mengharapkan program Upsus Padi Jagung dan Kedelai dapat berhasil dengan baik

dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Tabel 32. Jenis dan Jumlah Bantuan Berdasarkan Program untuk Padi

Kegiatan Volume Permasalahan Keterangan

APBN P

Optimasi Lahan 5.000 ha Dokumen anggaran belum

diterbitkan.

CPCL sudah dilaksanakan. penetapannya

menunggu Dokumen anggaran resmi dari Kementan

Maret harus sudah tanam, karena ketersediaan air untuk kecamatan Pakis, Ngablak,

Ngluwar, Muntilan, Salam Borobudur sangat kurang.

Koordinasi dengan distribtor dan penyalur benih serta sarana produksi pertanian lainnya

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tertier (RJIT)

3.000 ha CPCL sudah dilaksanakan. penetapannya menunggu Dokumen anggaran resmi dari Kementan

Penyediaan Bantuan Alsintan

- TR - 2 88 unit Belum ada realisasi

- Pompa Air 6 unit Belum ada realisasi

- TR - 4 6 unit Belum ada realisasi

- Rice transplanter 22 unit Belum ada realisasi

Pengembangan

SRI

2000 ha Dana Rp. 4,2 Milyard

Refocusing 2015

Optimasi Lahan 3.500 ha Penyelesaian administrasi :

penyusunan RUK, jadual tanam, pembukaan rekening dll.

Sudah diterbitkan SK Kadistan Prov. Nomor

8/2015 tetang Penetapan PPK TP Pada Distan Prov.

Maret harus sudah tanam, karena ketersediaan air untuk kecamatan Pakis, Ngablak,

Ngluwar, Muntilan, Salam Borobudur sangat kurang.

SK Kadistan No. 188.4/13/PSP/III/2015 tgl 4 Maret 2015 tentang CPCL Optimasi lahan

RJIT 4.500 ha Perencanaan rehab sdh dimulai pada awal bulan Pebruari 2015 pada 68 titik.

SK Kadistan No. 188.4/15/PSP/III/2015 tgl 5 Maret 2015 tentang CPCL Rehab Jaringan Irigasi Tersier

Penyediaan Bantuan Alsintan

Page 74: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

74

- Traktor R 2 27 unit Dalam proses persiapan pendistribusian

Penyiapan administrasi pemberkasan, undangan dll

- Pompa Air 14 unit Dalam proses persiapan pendistribusian

Pompa air 4" sudah di terima oleh Distanbunhut Kab. Magelang sebanyak 14 unit pada Hari Selasa, 3 Pebruari 2015

Tabel 33. Jenis dan Jumlah Bantuan Berdasarkan Program untuk Jagung

Kegiatan Volume Permasalahan Keterangan

GP - PTT

Luas Areal 500 Penyelesaian administrasi :

penyusunan RUK, jadual tanam, pembukaan rekening dll.

Sudah diterbitkan SK Kadistan Prov. Nomor 8/2015 tetang

Penetapan PPK TP Pada Distan Prov.

Tanam pada bulan

Agustus September

CPCL GP PTT Jagung sudah final

Kebutuhan Benih 7.500 kg

Biaya Rp. 367.500

APBN P 2015

Sasaran luas tanam

15760 Dokumen anggaran belum diterbitkan.

Kebutuhan Benih 45 ton Penyediaan benih harus dikawal hingga ke lapangan sehingga

pada saat dibutuhkan tersedia

Urea 300 ton

NPK 600

Kebutuhan Alsin Petugas Kabupaten harus benar-

benar mengkawal hingga peralatan yang diserahkan ke Kabupaten bermanfaat

- Corn Celler 6

- Vertical Dryer 6

- Combine Harvester

Jagung

12

Tabel 34. Usulan Calon Lokasi Kegiatan Pengembangan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier dengan Dana

Refocusing

No. Nama Daerah Irigasi / Daerah Irigasi Rawa

Calon Petani dan Calon Lokasi

Kecamatan Desa P3A/Poktan Luas (ha)

1 Cangkring Dukun Ngadipuro Tani Maju 70

2 Gowok Dukun Sengi Gemah Ripah I 70

3 Gowok Dukun Sengi Ngudi Mulyo 60

4 Banyu Sumurup Dukun Banyudono Tri Karso Mulyo 70

5 Krogowanan Sawangan Sawangan P3A sawangsari 100

6 Krogowanan Sawangan Sawangan Kebo Kuning 80

7 Dawung Tegalrejo Klopo Tani Ayem 60

8 Dawung Tegalrejo Klopo Usaha maju 60

Page 75: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

75

9 Mangun Tegalrejo Mangunrejo Flamboyan 60

10 Mangun Tegalrejo Mangunrejo Sido Rahayu 60

11 Clapar Tegalrejo Purwodadi Tani Asri 60

12 Clapar Tegalrejo Girirejo Giri Tani 70

13 Clapar Tegalrejo Sidorejo Sidodadi 50

14 Dawung Tegalrejo Ngasem Budi Asih 70

15 Clapar Tegalrejo Banyusari Tani Makmur 50

16 Mangun Tegalrejo Donorojo Sumber Rejeki 80

17 Dawung Tegalrejo Dawung Sumber Rejeki 50

18 Dawung Tegalrejo Sobo karang Rahayu 50

19 Aji Temon Grabag Sambungrejo Sido Rukun 60

20 Udal Grabag Lebak Tani Makmur 80

21 Aji Temon Grabag Bayusari Tani Makmur 50

22 Aji Temon Grabag Kartoharjo Sugeng makmur 60

23 Sumur Arum Grabag Sumur Arum Sumber Rejeki 50

24 Aji Temon Grabag Citrosono Eko Brayan 70

25 Aji Temon Grabag Grabag Nada karya 70

26 Aji Temon Grabag Ngrancah Margo Makmur 50

27 Kali Loro kajoran Ngargosari Ngudi Makmur 80

28 kali Loro kajoran Wadas Ngudi Makmur 80

29 kali Loro kajoran Banjaretno Mugo dadi 90

30 Kali loro Kajoran Sambak

Rukun Agawe Santoso

70

31 Loning Bandongan Suko Dadi Maju Makmur 70

32 Kali Karang Bandongan Kebonagung Guyup rukun 80

33 Si Kluwung Bandongan Kalegen Loh Jinawi 60

34 Ngepeh Bandongan Trasan Al-Iklas 50

35 Ngepeh Bandongan Gandusari P3A Tirta Kencana 100

36 Loning Bandongan Sidorejo Makmur jaya 50

37 Loning Tempuran Tempurejo P3A Rejo Mulyo 60

38 Loning Tempuran Sumberarum Sumber Rejeki 60

39 Jombang Tempuran Kemutuk Wono Asri I 80

40 Wiji Tempuran Ringin Anom P3A Ringin Mulyo 70

41 Sidandang Windusari Semen Karya Bakti 60

42 Sidandang Windusari Balesari Margo Rejo 80

43 Sidandang Windusari Kentengsari P3A Tirto Aji 90

44 Sidandang Windusari Candisari Sri Rejeki 80

45 Kendal Ngluar Pakunden Tani Rahayu 60

46 Kemadu Srumbung Bringin Ngudi Makmur 2 60

47 Kemadu Srumbung Pucanganom Sido Maju 80

48 Gondang Treko Mungkid Treko Suko Mulyo 50

49 Pasekan Mungkid Rambeanak Sri Makmur 50

50 Pundong Muntilan Sokorini Sumber waras 100

51 Pundong Muntilan Sriwedari Sido dadi 70

52 Sidadi kaliangkrik Balerejo Santoso 60

Page 76: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

76

53 Baturan kaliangkrik Temanggung Loh Jinawi 50

54 Sumberan Secang Pirikan Srikandi 60

55 Sumberan Secang Sidomulyo Bakti Mulyo 60

56 Sumberan Secang Ngadirojo Tanjungsari 60

57 Balong kaliaji Secang Madusari P3A Tirto Mulyo 70

58 Sumberan Secang Ngadirojo Maju Makmur 80

59 Sumberan Secang Karangkajen Sumber Makmur 60

60 Progo Mangis Mertoyudan Mertoyudan P3A Tirto Merto 80

61 Progo Mangis Mertoyudan Danurejo P3A Guyup Rukun 80

62 Anggas Candimulyo Podosuko P3A Sumber Rejeki 60

63 Wiji Salaman Kebonrejo P3A Tirto Mulyo 60

64 Watu Ketuk Salaman Ngargoretno Ingon Tani 50

65 Kali Karang Kaliangkrik Girirejo Ngudi rejeki 50

66 kali Karang Kaliangkrik Ngendrokilo Sido Dadi 60

67 Loning Kaliangkrik Balekerto Sido Dadi 50

68 Ngemplak Salam Sirahan Dadi Makmur 70

Jumlah Total 4500

Tabel 35. Usulan Calon Lokasi Kegiatan Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Tanaman Pangan di Kab.

Magelang, Tahun 2015

NO Nama Kelompok Calon Petani dan Calon Lokasi

Desa Kecamatan Luas (ha) keterangan

1 Ngudi Hasil Tempurejo Tempuran 20 Maret

2 Maju Makmur Prajegsari Tempuran 20 Maret

3 Tani Santoso Ringinanom Tempuran 20 Oktober

4 Sidorejo Ringinanom Tempuran 20 Oktober

5 Sumber Makmur Tugurejo Tempuran 20 Oktober

6 Sumber Hidup kalisari Tempuran 20 Oktober

7 Jongko Makmur Kalisari Tempuran 20 Oktober

8 Mekar Tanggulrejo Tempuran 20 Maret

9 Sumber Widodo Jogo Mulyo Tempuran 20 Maret

10 Maju Makmur I Giri Rejo Tempuran 20 Oktober

11 Tansah Makmur Rejosari Bandongan 20 April

12 Tansah Makmur Gandusari Bandongan 20 April

13 Bangkit Sejahtera Trasan Bandongan 20 April

14 Sri Rejeki Sido Rejo Bandongan 20 April

15 Ngudi Undaing Tani Tonoboyo Bandongan 20 April

16 Loh Jinawi Kalegen Bandongan 20 April

17 Usaha Tani Kedungsari Bandongan 20 April

18 Tani Mulyo Rejosari Bandongan 20 April

19 Ngudi Hasil Pancuran Mas Secang 20 Mei

20 Jaya Sakti Pirikan Secang 20 April

21 Subur Sidomulyo Secang 20 Mei

22 Wicoro Karyo Pucang Secang 20 Mei

Page 77: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

77

23 Rukun Tani Madusari Secang 20 Juni

24 Sumber Makmur Ngadirojo Secang 20 Oktober

25 Usaha Tani Madyocondro Secang 20 April

26 Sido Maju Ngabean Secang 20 April

27 Sumber Rejeki Karangkajen Secang 20 April

28 Tirto Bawono Karangkajen Secang 20 April

29 Mugo Dadi Banjaretno Kajoran 20 April

30 Ngudi rahayu Bumiayu Kajoran 20 April

31 Sedyo rahayu Ngendrosari Kajoran 20 April

32 Sidodadi Ngendrosari Kajoran 20 April

33 Upet Pucungroto Kajoran 20 April

34 Rejeki Makmur Krinjing Kajoran 20 April

35 Mardi Rahayu Sidorejo Kajoran 20 April

36 Ngudi Tentrem Sambak Kajoran 20 April

37 Ngudi Raharjo Sambak Kajoran 20 April

38 Makmur Banjaragung Kajoran 20 April

39 Ngudi Mulyo Banjaragung Kajoran 20 April

40 Tani Makmur Jebengsari Salaman 20 April

41 Maju Makmur Purwosari Salaman 20 April

42 Swadaya Sriwedari Salaman 20 April

43 Lestari Sriwedari Salaman 20 April

44 Guyup Rukun Kebonrejo Salaman 20 April

45 Sido rahayu Kebonrejo Salaman 20 April

46 Pari Jaya Salaman Salaman 20 April

47 Margo rukun Krasak Salaman 20 April

48 Santoso Sawangargo Salaman 20 April

49 Sido Tentrem kalisalak Salaman 20 April

50 Pangudi Luhur Bumirejo kaliangkrik 20 Februari

51 Usaha tani Makmur Beseran kaliangkrik 20 Februari

52 Mangku Rejeki Giriwarno kaliangkrik 20 April

53 Ngudi rahayu Ketangi kaliangkrik 20 Maret

54 Sumbingrejo Giri rejo kaliangkrik 20 Maret

55 Giri Makaryo Giri Tengah Borobudur 20 Maret

56 Giri Martani Giri Tengah Borobudur 20 Maret

57 Giri Manunggal Giri Tengah Borobudur 20 Maret

58 Jati Mulyo Waringin Putih Borobudur 20 Maret

59 Ngudi Luhur Waringin Putih Borobudur 20 Maret

60 Kedungrejeki Tegalarum Borobudur 20 Maret

61 Pelita jaya Kebonsari Borobudur 20 Maret

62 Subur makmur Ngadiharjo Borobudur 20 Maret

63 Ungul Rejeki Ngadiharjo Borobudur 20 Maret

64 Ngudi Mulyo Ngadiharjo Borobudur 20 Maret

65 Sumber Boga Ngadiharjo Borobudur 20 Maret

66 Bumi Mulyo Banyubiru Dukun 20 Maret

67 Ngudi Makmur Dukun Dukun 20 Maret

Page 78: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

78

68 Maju Lancar Banyudono Dukun 20 Maret

69 Subur Makmur Banyudono Dukun 20 Maret

70 Tirto Kencono Banyudono Dukun 20 Maret

71 Subur Barokah Ketunggeng Dukun 20 Maret

72 Tani Sejahtera Ketunggeng Dukun 20 Maret

73 Ngudi Makmur Ngadipuro Dukun 20 Maret

74 Ngudi Makmur Banyubiru Dukun 20 Maret

75 Rukun Tani Sumber Dukun 20 Maret

76 Maju Makmur Tampir Kulon Candimulyo 20 Maret

77 Bangun Utomo Tampir Kulon Candimulyo 20 Maret

78 Wahana Cipta Organik Tampir Kulon Candimulyo 20 Maret

79 Ngudi Rejeki Tampir Wetan Candimulyo 20 Maret

80 Tani Maju Tampir Wetan Candimulyo 20 Maret

81 Tani Mulyo Podosoko Candimulyo 20 Maret

82 Ngudi Rahayu Podosoko Candimulyo 20 Maret

83 Sri Rejeki Kembaran Candimulyo 20 Maret

84 Ngudi Rejo Kebonrejo Candimulyo 20 Maret

85 Sri Rejeki Bateh Candimulyo 20 Maret

86 Budi Luhur Sidorejo Tegalrejo 20 Maret

87 Dwi Karso Tampingan Tegalrejo 20 Maret

88 Serasi Purwosari Tegalrejo 20 Maret

89 Ngudi Karyo I Dawung Tegalrejo 20 Maret

90 Al- Barokah Dawung Tegalrejo 20 Maret

91 Sido Mukti mangunrejo Tegalrejo 20 Maret

92 Lestari Wonokerto Tegalrejo 20 Maret

93 Budi Asih Ngasem Tegalrejo 20 Maret

94 Sri Rejeki Japan Tegalrejo 20 Maret

95 Waluyo Jati Glagah Ombo Tegalrejo 20 Maret

96 Sidodadi Glagah Ombo Tegalrejo 20 Maret

97 Sumber Rejeki Donorojo Tegalrejo 20 Maret

98 Sumber Makmur Lebak Grabag 20 Mei

99 Bina Usaha Pucungsari Grabag 20 Maret

100 Tani Makmur Banyusari Grabag 20 Juni

101 Sido Rukun Grabag Grabag 20 Maret

102 Suka Makmur Grabag Grabag 20 Maret

103 Sido Rukun Sambungrejo Grabag 20 Maret

104 Sayuk Rukun Citrosono Grabag 20 Maret

105 Sido Mukti Sidogede Grabag 20 Mei

106 Sido Makmur Seworan Grabag 20 Mei

107 Sari Bumi Lestari Ngrancah Grabag 20 Mei

108 Jaya makmur Gondowangi Sawangan 20 Mei

109 Tani Mulya Gondowangi Sawangan 20 Mei

110 Puji Rahayu Gondowangi Sawangan 20 Juni

111 Sumber Rejeki Gondowangi Sawangan 20 Juni

112 Kebo Kuning Sawangan Sawangan 20 Mei

Page 79: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

79

113 Tani Unggul Sawangan Sawangan 20 Juni

114 Margorejo Sawangan Sawangan 20 Juni

115 Sumber Rejeki Sawangan Sawangan 20 Mei

116 Karya tani Butuh Sawangan 20 Mei

117 Tri Rejeki Butuh Sawangan 20 Juni

118 Tani Maju Mertoyudan Mertoyudan 20 Maret

119 Poktan Gemah Ripah Bondowoso Mertoyudan 20 Maret

120 Laras Tani Deyangan Mertoyudan 20 Maret

121

Paguyuban Tani

Lestari Sumberejo Mertoyudan

20 Maret

122 Tani Makmur I Bulurejo Mertoyudan 20 Maret

123 Maju Bersama Bondowoso Mertoyudan 20 Maret

124 Sumber Rejeki Danurejo Mertoyudan 20 Maret

125 Guyup Rukun V Banjarnegoro Mertoyudan 20 Maret

126 Sumber Makmur Donorojo Mertoyudan 20 Maret

127 Tunas Harapan Banyurojo Mertoyudan 20 Maret

128 Tani Rukun Pabelan Mungkid 20 April

129 Tani Maju Pabelan Mungkid 20 April

130 Maju Makmur Bojong Mungkid 20 Mei

131 Sumber Rejeki Gondang Mungkid 20 Pebruari

132 Sido dadi Sriwedari Muntilan 20 Oktober

133 Sumber Dadi Gondosuli Muntilan 20 Oktober

134 Ngudi Makmur Taman Agung Muntilan 20 Oktober

135 Sri Rejeki Sokorini Muntilan 20 Oktober

136 Tani Sejahtera Congkrang Muntilan 20 Oktober

137 Ngudi Rejeki Keji Muntilan 20 Oktober

138 Sumber Rejeki Keji Muntilan 20 Oktober

139 Ngudi hasil Ngawen Muntilan 20 Oktober

140 Marsudi Tani Muneng Pakis 20 Maret

141 Sumber Rejeki Daseh Pakis 20 Maret

142 Margo Rukun Gejakan Pakis 20 Maret

143 Dadi rejo Sirahan Salam 20 April

144 Sido Harjo Mancasan Salam 20 April

145 Sido Mulyo Sucen Salam 20 April

146 Sido harjo Sucen Salam 20 April

147 Sido mulyo Kadiluwih Salam 20 April

148 Ngudi Harjo Salam Salam 20 April

149 Sri Ulih Gulon Salam 20 April

150 Sri Waras Gulon Salam 20 April

151 Soka Ngargosoka Srumbung 20 April

152 Waru Doyong Ngargosoko Srumbung 20 April

153 Ngudi Makmur IV Bringin Srumbung 20 April

154 Sumber Rejeki IV Bringin Srumbung 20 April

155 Ngudi Makmur II Bringin Srumbung 20 April

156 Margo dadi Bringin Srumbung 20 April

Page 80: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

80

157 Sido Makmur Tegalrandu Srumbung 20 April

158 Sido Panen Pucanganom Srumbung 20 April

159 Argodadi Sudimoro Srumbung 20 April

160 Sido Dadi Blongkeng Ngluwar 20 Maret

161 Sido rahayu Blongkeng Ngluwar 20 Maret

162 Tani subur Karangtalun Ngluwar 20 Maret

163 Katon Makmur Karangtalun Ngluwar 20 Maret

164 Subur Waras Jamus Kauman Ngluwar 20 Maret

165 Subur makmur Jamus Kauman Ngluwar 20 Maret

166 Ngudi Subur Somokaton Ngluwar 20 Maret

167 Ngudi rejeki Ngluwar Ngluwar 20 Maret

168 Margi rahayu Windusari Windusari 20 April

169 Lestari Windusari Windusari 20 April

170 Ngudi Hasil Banjarsari Windusari 20 Maret

171 Rukun Santoso Bandar Sedayu Windusari 20 April

172 Tani Makmur Gondangrejo Windusari 20 Juni

173 Tentrem Kentengsari Windusari 20 Juni

174 Margo Mulyo Balesari Windusari 20 Juni

175 Sido Mulyo Kembang Kuning Windusari 20 Juni

Jumlah Total 3500

5.5. Temanggung

Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan dilaksanakan untuk

mencapai 3 (tiga) indikator kinerja yaitu (1) peningkatan produktivitas tanaman

pertanian/perkebunan, (2) peningkatan produksi tanaman pertanian/ perkebunan,

dan (3) Terwujudnya pemetaan lahan sawah berkelanjutan. Program Peningkatan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan dilaksanakan untuk mencapai

indikator kinerja yaitu terwujudnya pengembangan tanaman hortikultura bernilai

ekonomi tinggi.

Selain dana APBD Kabupaten, untuk mencapai sasaran strategis pertama juga

didukung kegiatan dana Tugas Pembantuan dari Ditjen Hortikultura dan Ditjen

Tanaman Pangan melalui : (a) Program Peningkatan produksi, Produktivitas dan

Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan. (b) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk

Tanaman Sayuran dan Tanaman Obat Berkelanjutan, Disamping dana Tugas

Pembantuan juga diperoleh dana Dekonsentrasi baik dari Ditjen PSP, Ditjen

Page 81: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

81

Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura maupun Ditjen Perkebunan yang ikut

berkontribusi dalam mencapai sasaran kinerja yang sudah ditetapkan.

VI. PERKEMBANGAN DAN SASARAN : LUAS AREAL TANAM, LUAS

AREAL PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI JAGUNG

DAN KEDELAI

6.1. Klaten

6.1.1. Perkembangan Realisasi Tanam Padi

Sejak dicanangkan Program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai (PJK) melalui

rapat koordinasi se Jawa Tengah di Kabupaten Klaten dengan sasaran untuk

komoditas padi di Provinsi Jawa Tengah adalah : (1) sasaran luas areal panen

1.852.360 Ha, (2) sasaran produksi sebesar 11.136.977 ton, dan (3) sasaran

produktivitas sebesar 60,12 Kuintal/Ha. Sementara itu, untuk komoditas padi di

Kabupaten Klaten mendapatkan alokasi sebagai berikut: (1) sasaran luas areal

panen 62.688 Ha, (2) sasaran produksi sebesar 387.833 ton, dan (3) sasaran

produktivitas sebesar 61,84 Kuintal/Ha. Setelah pelaksanaan Program Upsus padi

2015 telah mencapai realisasi tanam seluas 29.984 Ha (Januari-Maret 2015) dan

ditambah luas tanam hingga April Minggu III yang mencapai 14.786 Ha. Informasi

realisasi areal tanam padi di Kabupaten Klaten menurut periode waktu dan

kecamatan dapat dilihat pada Tabel 36 berikut.

Tabel 36. Realisasi Luas Areal Tanam Padi di Kabupaten Klaten menurut Kecamatan, 2015

No KECAMATAN Luas

Sawah

(Ha) Realisasi Tanam

Januari- Maret 2015

Realisasi Tanam Padi (Ha)

April

I II III

1. Prambanan 1,129 869 69 153 306

2. Gantiwarno 1,671 773 132 240 672

3. Wedi 1,762 1,438 383 706 1642

Page 82: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

82

4. Bayat 1,276 667 112 170 355

5. Cawas 3,560 1,633 246 1448 2896

6. Trucuk 2,684 1,826 238 976 2753

7. Kalikotes 1,140 527 88 150 541

8. Kebonarum 883 610 31 40 126

9. Jogonalan 1,441 1,326 178 331 704

10. Manisrenggo 1,829 1,344 145 258 597

11. Karangnongko 848 670 70 133 411

12. Ngawen 1,081 783 51 105 273

13. Ceper 2,002 675 88 260 520

14. Pedan 1,271 752 43 162 520

15. Karangdowo 2,617 2,255 - 16 235

16. Juwiring 1,962 1,102 41 144 352

17. Wonosari 2,293 1,707 116 116 361

18 Delanggu 1,597 828 65 65 168

19 Polanharjo 2,020 1,355 53 146 374

20 Karanganom 1,420 1,190 - 19 38

21 Tulung 1,596 1,304 88 192 396

22 Jatinom 525 425 33 66 163

23 Kemalang 105 48 - 0 0

24 Klaten Selatan 987 516 21 46 124

25 Klaten Tengah 273 195 16 47 142

26 Klaten Utara 225 168 33 51 117

Total 38,197 24,984 2,340 6,040 14,786

6.1.2. Perkembangan Realisasi Luas Areal Panen Padi

Sasaran realisasi areal panen di Kabupaten ditetapkan sebesar 62.688 Ha.

Realisasi panen padi di Kabupaten mencapai seluas 19.330 Ha (Januari-Maret 2015)

dan ditambah luas tanam hingga April Minggu III yang mencapai 7.505 Ha atau

sudah lebih dari sepertiga dari sasaran yang ingin dicapai. Informasi realisasi areal

panen padi di Kabupaten Klaten menurut periode waktu dan kecamatan dapat dilihat

pada Tabel 37 berikut.

Tabel 37. Realisasi Luas Areal Panen Padi di Kabupaten Klaten menurut Kecamatan, 2015

No Kecamatan Luas

Sawah (Ha)

Total luas

panen Januari-

Maret

April 2015 Total

(Ha) I II III IV

Page 83: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

83

2015

1. Prambanan 1,374 760 144 104 0 248

2. Gantiwarno 1,603 733 260 191 120 571

3. Wedi 1,551 558 317 265 128 710

4. Bayat 816 748 2 0 0 2

5. Cawas 2,318 1,467 293 56 0 349

6. Trucuk 1,913 1,631 279 32 0 311

7. Kalikotes 774 376 146 112 80 338

8. Kebonarum 722 116 66 35 15 116

9. Jogonalan 1,567 736 159 126 105 390

10. Manisrenggo 1,519 1,171 0 0 0 0

11. Karangnongko 764 277 50 18 51 119

12. Ngawen 1,152 252 48 44 41 133

13. Ceper 1,551 756 120 111 0 231

14. Pedan 881 554 77 55 45 177

15. Karangdowo 2,053 1,010 819 1,036 0 1,855

16. Juwiring 2,008 626 91 128 158 377

17. Wonosari 2,223 2,195 145 153 116 414

18 Delanggu 1,280 621 28 6 28 62

19 Polanharjo 1,824 1,100 74 69 174 317

20 Karanganom 1,695 1,243 0 78 0 78

21 Tulung 1,739 1,131 199 49 93 341

22 Jatinom 613 379 33 36 35 104

23 Kemalang 48 48 0 0 0 0

24 Klaten Selatan 814 471 52 34 69 155

25 Klaten

Tengah

295 135 28 27 30 85

26 Klaten Utara 307 236 9 6 7 22

Total 33,402 19,330 3,439 2,771 1,295 7,505

6.2. Sukoharjo

6.2.1. Sasaran Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produktivitas Padi Jagung dan Kedelai

Sasaran areal tanam padi, jagung dan kedelai di kabupaten Sukoharjo agak

berfluaktuasi setiap tahunnya tergantung dari kondisi curah hujan, jika tahun

berjalan memperoleh curah hujan yang tinggi (disebut tahun basah), maka biasanya

sasara luas areal tanam pada tahun berikutnya adalah lebih kecil, dan sebaliknya

jika terjadi tahun kering (curah rendah dan datang terlambat), maka tahun

berikutnya mestinya intensitas tanamnya menjadi lebih besar, karena sebagian

waktu tanam ada yang menyebran ke taun berikutnya. Sasaran tanam untuk tahun

2015 terkait dengan target program Upsus, secara rinci terdapat pada Tabel 38.

Page 84: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

84

Tabel 38. Sasaran luas areal tanam padi, jagung dan kedelai di Sukoharjo, Tahun 2015

No Kecamatan

Luas

Sawah (Ha)

Rencana Luas Tanam Padi (Ha) Rencana Palawija

Oktobe

r-Maret

April-Septem

ber

Total

(Ha)

Sasaran

Jagung

Kedelai

(ha) (ha) IP

1 WERU 1,989 3,478 1,449 4,927 248 175 1,745

2 BULU 1,123 1,704 952 2,656 237 80 0

3 TAWANGSARI 1,674 2,339 1,895 4,234 253 195 729

4 SUKOHARJO 2,363 2,561 3,842 6,403 271 25 5

5 NGUTER 2,569 3,473 3,025 6,498 253 896 50

6 BENDOSARI 2,569 2,988 3,640 6,628 258 249 196

7 POLOKARTO 2,453 3,523 2,868 6,391 261 822 4

8 MOJOLABAN 2,169 3,161 3,023 6,184 285 0 0

9 GROGOL 934 1,402 896 2,298 246 32 0

10 BAKI 1,249 1,648 1,483 3,131 251 136 0

11 GATAK 1,251 1,601 1,533 3,134 251 224 0

12 KARTASURA 471 594 622 1,216 258 87 0

Total 20,814 28,472 25,228 53,70

0 258 2,921 2,729

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Berdasarkan tabel tersebut, di Sukoarjo dari luas lahan baku sawah 20.814

hektar ditargetkan dalam tahun 2015 dapat menanam padi seluas 53.700, rencana

ini sudah mengakomodir arahan Presiden RI untuk tanaman areal tanam di Jawa

Tengah seluas 1 juta hektar. Dari sasaran tanam padi tersebut di bagi dua musim

yaitu Oktober-Maret seluas 28.472 ha dan April-September seluas 25.228 ha,

sehingga sasaran total indeks pertanaman (IP) adalah 258 persen. Sebenarnya

sasaran sebesar itu sangat berat karena sebelumnya IP sudahmencapai hampir 250

persen dan dari waktu ke waktu sudah kecil untuk di tingkatkan karena sudah

leveling off dan di Jawa Tengah termasuk yang paling tinggi, sementara luas lahan

sawah urutan kedua dari bawah.

Untuk sasaran tanaman jagung, sebenarnya di Sukoharjo bukan menjadi

sasaran utama, karena keterbatasan lahan yang ada. Apabila jagung diutamakan

sebenarnya bisa namun terjadi trade-off dengan penggunaan lahan untuk padi,

sehingga dapat dipastikan bahwa luas areal tanam padi akan menurun. Sasaran

tanaman jagung di arahkan pada kecamatan tertentu yang kondisi lingkungannya

kurang kondisif untuk tanaman padi seperti kecmaatan Nguter, Bendosari, Polokarto,

Page 85: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

85

Tawangsari, Weru Baki dan Gatak. Total sasaran tanaman jagung di Sukoharjo

sekitar 2.921 hektar pada tahun 2015.

Hal yang sama juga sasaran tanaman kedelai, disampaing karena rebutan

penggunaan lahan, juga masyarakat petani sudah cermat memilih mana yang

ekonomis lebih menguntungkan. Kondisi kedelai disamping produktivitas masih

kurang memuaskan petani, juga ketika panen harganya sering tidak sesuai dengan

harapan petani. Pengembangan sasaran tanam kedelai yang biasa masyarakat

menanamnya adalah dikecamatan Weru, Tawangsari, Bendosari, Nguter, Sukoharjo

dan Polokarto. Total sasaran tanaman kedelai adalah hampir sama dengan Jagung

tahun 2015 yaitu 2.729 hektar. Untuk sasaran produksi padi, jagung dan kedelai

dapat disimak pada Tabel 39 dibawah ini.

Tabel 39. Sasaran produksi padi, jagung dan kedelai di Sukoharjo, Tahun 2015

No Kecamatan Luas

Sawah (Ha)

Sasaran Produksi (ton)

Padi

(GKG)

Jagung (Pipil

Kering)

Kedelai

(Wose Kering)

1 WERU 1,989 35.364 1.519 3.333

2 BULU 1,123 19.966 694 0

3 TAWANGSARI 1,674 29.762 1.692 1.393

4 SUKOHARJO 2,363 42.011 217 10

5 NGUTER 2,569 45.676 7.794 95

6 BENDOSARI 2,569 45.676 2.162 379

7 POLOKARTO 2,453 43.611 7.133 8

8 MOJOLABAN 2,169 39.646 0 0

9 GROGOL 934 16.605 278 0

10 BAKI 1,249 21.125 1.180 0

11 GATAK 1,251 22.241 1.944 0

12 KARTASURA 471 8.374 755 0

Total 20,814 370.058 25.368 5.218

Sumber : Dinas Pertanian Sukoharjo, 2015

Dari luasan yang di atrgetkan, maka dengan meningkatkan produktivitas yang

dipertahankan sebesar 68,91 ton per hektar untuk padi, 86,85 ton per hektar untuk

jagung, dan 1,91 ton per hektar untuk kedelai, maka sasaran produksi yang hendak

di capai di Sukoharjo pada tahun 2015 adalah 370.058 ton padi gabah kering giling,

25.368 ton jagung pipil kering dan 5.218 ton kedelai wose kering.

Tantangan yang dihadapi untuk mencapai produksi tersebut adalah : (a)

kepastian ketersediaan pupuk, (b) pendampingan petani atau penyuluhuan tentang

penggunaan teknologi budidaya padi, jagung dan kedelai, (c) jaminan ketersediaan

Page 86: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

86

air, hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang terkadang diluar jangkauan

manusia. Namun palign tidak kita berusaha untuk mengurangi kebocoran air melalui

pemeliharaan dan perbaikan saluran air, dan menjaga daerah tangkapan air, (d)

jaminan harga padi, jagung, dan kedelai, dan (e) kesiagaan menghadapi serangan

OPT melalui program persediaan pestisida.

6.2.2. Pencapaian Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi

dan Produktivitas Padi Jagung dan Kedelai

Dengan upaya yang telah dilakukan oleh segenap aparat baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah telah mencapai luas tanam seperti yang

diharapkan. Sampai dengan bulan Mei 2015 pencapaian luas tanam dan panen

padi, jagung dan kedelai di kabupaten Sukoharjo adalah seperti tertera pada Tabel

40.

Tabel 40. Pencapaian luas tanam dan panen padi, jagung dan Kedelai di Sukaharjo,

(sd Mei 2015)

No Kecamatan Luas

Sawah (Ha)

Capaian Luas Tanam (ha)

Padi Jagung Kedelai

1 WERU 1,989 3.969 (80,56%) 164(93,71%) 363(20,80%)

2 BULU 1,123 1.605(98,08%) 98(122,5%) 0(0,00%)

3 TAWANGSARI 1,674 2.297(54,25%) 128(65,64%) 373(51,17%)

4 SUKOHARJO 2,363 2.894(45,20%) 40(160%) 0(0,00%)

5 NGUTER 2,569 4.662(71,75%) 505(56,36%) 28(56,00%)

6 BENDOSARI 2,569 4.584(69,16%) 243(97,59%) 2(1,02%)

7 POLOKARTO 2,453 4.482(70,13%) 763(92,82%) 4(100,00%)

8 MOJOLABAN 2,169 3.906(63,16%) 0(0,00%) 0(0,00%)

9 GROGOL 934 1.831(79,68%) 0(0,00%) 0(0,00%)

10 BAKI 1,249 2.384(76,14%) 0(0,00%) 0(0,00%)

11 GATAK 1,251 2.333(74,44%) 0(0,00%) 0(0,00%)

12 KARTASURA 471 931(76,53%) 6(0,07%) 0(0,00%)

Total 20,814 35.878(66,81%) 1.447(49,54%) 770(28,22%)

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Sukoharjo, 2015

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa pencapaian realisasi tanam

padi di Kabuapten Sukoharjo pada Mei minggu III adalah 66,81% atau seluas

35.878 hektar. Hasil capaian ini realtif optimis karena pergeseran tanam pada MT 1

juga sekitar 2-3 bulan tergantung kepada daerah kecamatan. Pada kecamatan yang

irigasinya terjamin luas areal tanam sudah mencapai 80-90% seperti yang terjadi di

Page 87: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

87

Kecamatan Bulu dan Weru masing-masing adalah 98,08% dan 80,56%. Pada

kecamatan lain baru berkisar antara 63 – 79%. Permasalahan utama yang dihadapi

adalah ketersediaan air dan datangnya curah hujan relatif berbeda pada masing-

masing kecamatan.

Sementara untuk capaian realisasi tanam jagung dibandingkan dengan

sasaran tanam pada lingkup Kabupaten Sukoharjo baru mencapai 49,54%. Hal ini

dipandang sangat wajar, karena jagung di tanam ketika padi sudah selesai, realisasi

tanam yang ada itu sebagain besar adalah pada lahan kering pada MT I (MH), untuk

di lahan sawah dapat dipastikan akan ditanam sebagian besar setelah panen MT II.

Kecamatan yang sudah terbiasa menanam jagung capaiannya sudah begitu besar,

seperti pada Kecamatan Weru, Bulu, Bendosari, dan Polokarto. Bahkan untuk

kecamatan tertentu realisasi tanam jagung sudah mencapai di atas 100% seperti

dikecamatan Bulu dan Sukoharjo masing-masing 122,5% dan 160%. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa realisasi tanam melebihi sasaran tanam, karena sebagian realisasi

tanam di lakukan masyarakat dilahan tegalan dan pekarangan, sementara

pekarangan tidak dihitung sebagai luasan sasaran tanam. Sebaliknya untuk

kecamatan lainnya seperti Grogol, Baki, Gatak dan Kartasura capaian realisasi tanam

masih 0% karena diwilayah tersebut pada MT I dan MT II hampir secara

keseluruhan menanam padi, sehingga penanaman jagung baru dilakukan menunggu

MT II berakhir.

Begitu juga untuk capaian realisasi tanam Kedelai masih sangat rendah,

karena tanam kedelai betul-betul menunggu akhir MT II padi. Biasanya petani

memanfaatkan sisa air tanah yang masih lembab untuk ditanami kedelai, sehingga

capaiannya baru mencapai 28,22%. Kecuali di Kecamatan Polokarto sudah mencapai

100% dan Kecamatan Nguter sudah mencapai 56%.

6.3. Wonogiri

Padi sebagian besar diusahakan di lahan sawah, data rata-rata tahun 2010-

2014 tercatat 61 625 Ha atau sekitar 78 presen dari total areal tanam padi.

Sementara itu padi gogo berkonstribusi sekitar 22 persen (16707 Ha), namun

demikian dalam kurun tahun 2010-2014 luas tanam padi gogo meningkat cukup

signifikan (15,05% per tahun), sehingga berkonstribusi positif terhadap

Page 88: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

88

pertumbuhan luas tanam padi secara keseluruhan, sedangan luas tanam padi sawah

relatif stagnan, bahkan cenderung menurun dengan semakin luasnya konversi lahan

sawah ke penggunaan lainnya termasuk non pertanian. Secara rinci perkembangan

luas tanam padi sawah dan gogo per kecamatan disajikan pada Tabel 41. Untuk

perkembangan produksi dan produktivitas disajikan dengan menggunakan data 2010

dan 2013 (Tabel 42), mengingat data produksi per kecamatan tahun 2014 belum

tersedia. Mengacu dengan data produksi tersebut, maka untuk menyajikan

perkembangan data luas panen juga menggunakan data tahun 2010 dan 2013

(Tabel 43), agar dapat dibandingkan dengan variabel produksi dengan tahun yang

sama.

Tabel 41. Perkembangan Luas Tanam Padi Sawah, Padi Gogo dan Padi Total Menurut

Kecamatan, di Kabupaten selama tahun 2010-2014

Laju Pertumbuhan Luas Tanam Padi selama 2010-2014 (%/tahun)

Padi sawah Padi Gogo Padi Total

1 Pracimantoro 19.96 16.99 9.19

2 Paranggupito 0.00 1.47 0.00

3 Giritontro 187.20 -3.39 11.89

4 Giriwoyo -14.18 20.60 1.97

5 Batuwarno 4.15 16.02 10.02

6 Karangtengah 170.81 175.64 162.50

7 Tirtomoyo -6.23 -0.34

8 Nguntoronadi 15.08 46.27 5.89

9 Baturetno -19.07 -18.56

10 Eromoko 20.41 61.66 28.04

11 Wuryantoro 47.09 50.32 45.48

12 Manyaran -1.38 56.03 0.58

13 Selogiri -36.86 -39.86

14 Wonogiri 8.07 5.20 7.80

Page 89: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

89

15 Ngadirojo 26.96 100.94 27.27

16 Sidoharjo 4.58 -14.27 2.92

17 Jatiroto 4.55 4.55

18 Kismantoro -11.90 84.22 -6.10

19 Purwantoro 20.56 -167.75 14.27

20 Bulukerto -19.92 0.00 -19.92

21 Slogohimo -18.69 0.00 -18.69

22 Jatisrono 18.52 0.00 18.52

23 Jatipurno -13.82 0.00 -13.82

24 Girimarto 38.14 0.00 38.14

25 Puh Pelem -30.30 0.00 -29.80

Rataan Kabupaten

Wonogiri

(%/tahun) -0.39 15.05 2.63

Rataan Luas

Tanam Kabupaten

Wonogiri (ha) 61265 16707 77972

Tabel 42. Perkembangan Produksi Padi Sawah, Padi Gogo dan Padi Total Menurut

Kecamatan, di Kabupaten selama tahun 2010-2013

No Kecamatan

Produksi tahun 2010 (Ton) Produksi tahun 2013 (Ton) Perubahan

Produksi

Padi (%)

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

1 Pracimantoro 3633 14835 18468 7201 14642 21843 118.3

2 Paranggupito 0 8197 8197 0 10046 10046 122.6

3 Giritontro 636 6514 7150 1326 5761 7088 99.1

4 Giriwoyo 13490 9819 23310 16206 12738 28944 124.2

5 Batuwarno 4748 4169 8917 4553 4585 9138 102.5

6 Karangtengah 3888 1059 4947 5746 6668 12414 250.9

Page 90: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

90

7 Tirtomoyo 20877 2613 23490 25353 1794 27147 115.6

8 Nguntoronadi 7501 2856 10357 9022 5231 14253 137.6

9 Baturetno 15238 0 15238 16446 68 16513 108.4

10 Eromoko 11836 4023 15860 23040 8895 31935 201.4

11 Wuryantoro 9427 1050 10477 14770 1668 16437 156.9

12 Manyaran 9703 702 10405 15480 1608 17088 164.2

13 Selogiri 28539 590 29130 27497 1224 28721 98.6

14 Wonogiri 8676 764 9440 11291 913 12204 129.3

15 Ngadirojo 20606 111 20717 17323 107 17430 84.1

16 Sidoharjo 15300 873 16173 16149 1400 17549 108.5

17 Jatiroto 6588 0 6588 10320 0 10320 156.6

18 Kismantoro 6745 264 7009 7835 917 8751 124.9

19 Purwantoro 14950 155 15104 15628 503 16131 106.8

20 Bulukerto 10811 0 10811 10718 0 10718 99.1

21 Slogohimo 28654 0 28654 17797 0 17797 62.1

22 Jatisrono 15039 0 15039 19441 0 19441 129.3

23 Jatipurno 10830 0 10830 9931 0 9931 91.7

24 Girimarto 14007 0 14007 22906 0 22906 163.5

25 Puh Pelem 8509 95 8604 6011 0 6011 69.9

JUMLAH 290230 58689 348920 331989 78767 410756 117.7

Tabel 43. Perkembangan Luas Panen Padi Sawah, Padi Gogo dan Padi Total Menurut

Kecamatan, di Kabupaten selama tahun 2010-2013

No Kecamatan

Luas Panen 2010 (Ha) Luas Panen 2013 (Ha) Perubahan

Luas Panen

(%)

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

1 Pracimantoro 685 3455 4140 1162 3715 4877 117.8

Page 91: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

91

2 Paranggupito 0 1767 1767 0 2032 2032 115.0

3 Giritontro 121 1556 1677 229 1520 1749 104.3

4 Giriwoyo 2495 2015 4510 2552 2621 5173 114.7

5 Batuwarno 927 901 1828 795 1023 1818 99.5

6 Karangtengah 729 256 985 1050 1433 2483 252.1

7 Tirtomoyo 3883 648 4531 4357 375 4732 104.4

8 Nguntoronadi 1387 685 2072 1717 1320 3037 146.6

9 Baturetno 2658 0 2658 2701 15 2716 102.2

10 Eromoko 2217 952 3169 3674 1801 5475 172.8

11 Wuryantoro 1674 225 1899 2434 352 2786 146.7

12 Manyaran 1852 157 2009 2532 395 2927 145.7

13 Selogiri 4332 139 4471 4442 261 4703 105.2

14 Wonogiri 1692 190 1882 1836 195 2031 107.9

15 Ngadirojo 3548 25 3573 3066 32 3098 86.7

16 Sidoharjo 2564 204 2768 2774 285 3059 110.5

17 Jatiroto 1146 0 1146 1776 0 1776 154.9

18 Kismantoro 1248 65 1313 1329 235 1564 119.1

19 Purwantoro 2285 38 2323 2668 125 2793 120.2

20 Bulukerto 1867 0 1867 1988 0 1988 106.5

21 Slogohimo 4295 0 4295 3211 0 3211 74.8

22 Jatisrono 2557 0 2557 3286 0 3286 128.5

23 Jatipurno 1841 0 1841 1681 0 1681 91.3

24 Girimarto 2325 0 2325 3857 0 3857 165.9

25 Puh Pelem 1548 21 1569 1027 0 1027 65.5

JUMLAH 49876 13299 63175 56144 17735 73879 116.9

Tabel 44. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah, Padi Gogo dan Padi Total Menurut

Kecamatan, di Kabupaten selama tahun 2010-2013

Page 92: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

92

No Kecamatan

Luas Panen 2010 2013

Perubahan

(%)

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

Padi

sawah

Padi

Gogo Padi

1 Pracimantoro 53.01 42.94 44.60 61.97 39.41 44.79 100.4

2 Paranggupito - 46.39 46.39 - 49.44 49.44 106.6

3 Giritontro 52.39 41.86 42.62 57.92 37.90 40.52 95.1

4 Giriwoyo 54.06 48.73 51.68 63.50 48.60 55.95 108.3

5 Batuwarno 51.23 46.27 48.79 57.27 44.82 50.26 103.0

6 Karangtengah 53.35 41.38 50.24 54.72 46.53 50.00 99.5

7 Tirtomoyo 53.77 40.32 51.85 58.19 47.84 57.37 110.7

8 Nguntoronadi 54.10 41.69 50.00 52.55 39.63 46.93 93.9

9 Baturetno 57.33 - 57.33 60.89 45.00 60.80 106.1

10 Eromoko 53.40 42.26 50.05 62.71 49.39 58.33 116.5

11 Wuryantoro 56.30 46.66 55.16 60.68 47.37 59.00 107.0

12 Manyaran 52.40 44.72 51.80 61.14 40.72 58.38 112.7

13 Selogiri 65.87 42.48 65.15 61.90 46.90 61.07 93.7

14 Wonogiri 51.27 40.21 50.16 61.50 46.82 60.09 119.8

15 Ngadirojo 58.07 44.32 57.97 56.50 33.36 56.26 97.0

16 Sidoharjo 59.67 42.80 58.43 58.22 49.14 57.37 98.2

17 Jatiroto 57.47 - 57.47 58.11 - 58.11 101.1

18 Kismantoro 54.06 40.58 53.39 58.95 39.00 55.95 104.8

19 Purwantoro 65.42 40.71 65.02 58.58 40.20 57.75 88.8

20 Bulukerto 57.91 - 57.91 53.91 - 53.91 93.1

21 Slogohimo 66.71 - 66.71 55.43 - 55.43 83.1

22 Jatisrono 58.81 - 58.81 59.16 - 59.16 100.6

23 Jatipurno 58.84 - 58.84 59.08 - 59.08 100.4

24 Girimarto 60.26 - 60.26 59.39 - 59.39 98.6

25 Puh Pelem 54.96 45.27 54.83 58.53 - 58.53 106.7

JUMLAH 58.19 44.13 55.23 59.13 44.41 55.60 100.7

Page 93: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

93

6.1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan

Produktivitas Jagung

Padi sebagian besar diusahakan di lahan sawah, data rata-rata tahun 2010-

2014 tercatat 61 625 Ha atau sekitar 78 presen dari total areal tanam padi.

Sementara itu padi gogo berkonstribusi sekitar 22 persen (16707 Ha), namun

demikian dalam kurun tahun 2010-2014 luas tanam padi gogo meningkat cukup

signifikan (15,05% per tahun), sehingga berkonstribusi positif terhadap

pertumbuhan luas tanam padi secara keseluruhan, sedangan luas tanam padi sawah

relatif stagnan, bahkan cenderung menurun dengan semakin luasnya konversi lahan

sawah ke penggunaan lainnya termasuk non pertanian. Secara rinci perkembangan

luas tanam padi sawah dan gogo per kecamatan disajikan pada Tabel 41. Untuk

perkembangan produksi dan produktivitas disajikan dengan menggunakan data 2010

dan 2013 (Tabel 42), mengingat data produksi per kecamatan tahun 2014 belum

tersedia. Mengacu dengan data produksi tersebut, maka untuk menyajikan

perkembangan data luas panen juga menggunakan data tahun 2010 dan 2013

(Tabel 43), agar dapat dibandingkan dengan variabel produksi dengan tahun yang

sama.

Tabel 45. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Jagung Menurut Kecamatan, di

Kabupaten selama tahun 2010-2013

NO. KECAMATAN

Luas Tanam (Ha)

Perubahan

Luas Panen (Ha)

Perubahan 2010 2013 2010 2013

1 Pracimantoro 5862 7402 126.27 41825 33884 81.01

2 Paranggupito 1128 1283 113.74 3250 7024 216.11

3 Giritontro 1650 1655 100.30 13472 7849 58.26

4 Giriwoyo 4487 4163 92.78 22259 32458 145.82

5 Batuwarno 4431 3270 73.80 13856 17068 123.18

Page 94: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

94

6 Karangtengah 2250 842 37.42 32934 13096 39.76

7 Tirtomoyo 2000 825 41.25 12744 5850 45.91

8 Nguntoronadi 1583 1130 71.38 7973 8460 106.11

9 Baturetno 2256 2083 92.33 12780 12992 101.66

10 Eromoko 1227 3458 281.83 17341 14864 85.72

11 Wuryantoro 1705 576 33.78 15896 6475 40.73

12 Manyaran 1327 1100 82.89 8652 5970 69.00

13 Selogiri 856 230 26.87 4511 5242 116.20

14 Wonogiri 1692 1142 67.49 9531 7114 74.64

15 Ngadirojo 4470 4275 95.64 22990 20654 89.84

16 Sidoharjo 1870 2255 120.59 16358 15652 95.68

17 Jatiroto 3513 2796 79.59 24617 18741 76.13

18 Kismantoro 1396 1093 78.30 11562 6480 56.05

19 Purwantoro 1798 2182 121.36 16578 15222 91.82

20 Bulukerto 1053 437 41.50 10535 3360 31.89

21 Slogohimo 2026 1243 61.35 15592 10889 69.84

22 Jatisrono 1955 1907 97.54 13876 10140 73.08

23 Jatipurno 979 853 87.13 5948 3964 66.65

24 Girimarto 2978 2555 85.80 19093 17046 89.28

25 Puh Pelem 929 1992 214.42 9999 10153 101.54

JUMLAH 55421 50747 91.57 384172 310647 80.86

Tabel 46. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan, di

Kabupaten selama tahun 2010-2013

NO. KECAMATAN Produksi (T0n)

Perubahan

Produktivitas

(Ku/Ha) Perubahan

2010 2013 2010 2013

Page 95: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

95

1 Pracimantoro 41825 33884 81.01 61.11 48.59 79.51

2 Paranggupito 3250 7024 216.11 53.02 60.81 114.70

3 Giritontro 13472 7849 58.26 63.76 46.83 73.45

4 Giriwoyo 22259 32458 145.82 59.31 60.62 102.21

5 Batuwarno 13856 17068 123.18 58.04 41.87 72.14

6 Karangtengah 32934 13096 39.76 57.82 59.02 102.07

7 Tirtomoyo 12744 5850 45.91 52.10 44.28 85.00

8 Nguntoronadi 7973 8460 106.11 51.86 56.82 109.55

9 Baturetno 12780 12992 101.66 60.29 53.27 88.35

10 Eromoko 17341 14864 85.72 60.86 43.64 71.71

11 Wuryantoro 15896 6475 40.73 56.42 68.59 121.58

12 Manyaran 8652 5970 69.00 28.83 36.38 126.19

13 Selogiri 4511 5242 116.20 51.61 86.36 167.34

14 Wonogiri 9531 7114 74.64 52.82 62.40 118.14

15 Ngadirojo 22990 20654 89.84 51.56 46.54 90.26

16 Sidoharjo 16358 15652 95.68 62.22 71.86 115.50

17 Jatiroto 24617 18741 76.13 68.90 58.90 85.49

18 Kismantoro 11562 6480 56.05 57.30 60.22 105.09

19 Purwantoro 16578 15222 91.82 58.21 71.33 122.55

20 Bulukerto 10535 3360 31.89 63.58 63.16 99.33

21 Slogohimo 15592 10889 69.84 65.57 66.80 101.88

22 Jatisrono 13876 10140 73.08 69.00 53.45 77.47

23 Jatipurno 5948 3964 66.65 52.86 46.47 87.92

24 Girimarto 19093 17046 89.28 55.12 61.87 112.25

25 Puh Pelem 9999 10153 101.54 58.00 55.12 95.03

JUMLAH 384172 310647 80.86 57.56 54.54 94.75

Page 96: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

96

6.2. Perkembangan Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan

Produktivitas Kedelai

Padi sebagian besar diusahakan di lahan sawah, data rata-rata tahun 2010-

2014 tercatat 61 625 Ha atau sekitar 78 presen dari total areal tanam padi.

Sementara itu padi gogo berkonstribusi sekitar 22 persen (16707 Ha), namun

demikian dalam kurun tahun 2010-2014 luas tanam padi gogo meningkat cukup

signifikan (15,05% per tahun), sehingga berkonstribusi positif terhadap

pertumbuhan luas tanam padi secara keseluruhan, sedangan luas tanam padi sawah

relatif stagnan, bahkan cenderung menurun dengan semakin luasnya konversi lahan

sawah ke penggunaan lainnya termasuk non pertanian. Secara rinci perkembangan

luas tanam padi sawah dan gogo per kecamatan disajikan pada Tabel 41. Untuk

perkembangan produksi dan produktivitas disajikan dengan menggunakan data 2010

dan 2013 (Tabel 42), mengingat data produksi per kecamatan tahun 2014 belum

tersedia. Mengacu dengan data produksi tersebut, maka untuk menyajikan

perkembangan data luas panen juga menggunakan data tahun 2010 dan 2013

(Tabel 43), agar dapat dibandingkan dengan variabel produksi dengan tahun yang

sama.

Tabel 47. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen KedelaiMenurut Kecamatan,

di Kabupaten selama tahun 2010-2013

NO. KECAMATAN

Luas Tanam (Ha)

Perubahan

Luas Panen (Ha)

Perubahan 2010 2013 2010 2013

1 Pracimantoro 3642 1959 53.79 4031 2269 56.29

2 Paranggupito 152 0 - 115 0 -

3 Giritontro 1170 685 58.55 1164 836 71.82

4 Giriwoyo 1757 1049 59.70 3085 793 25.71

5 Batuwarno 2378 2065 86.84 1806 2602 144.08

6 Karangtengah 1058 87 8.22 1624 94 5.79

7 Tirtomoyo 1363 755 55.39 1668 705 42.26

Page 97: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

97

8 Nguntoronadi 435 20 4.60 561 19 3.38

9 Baturetno 1819 1399 76.91 2009 1579 78.59

10 Eromoko 1890 305 16.14 2248 772 34.34

11 Wuryantoro 2509 730 29.10 3046 904 29.68

12 Manyaran 977 1649 168.78 2136 2213 103.61

13 Selogiri 228 0 - 274 0 -

14 Wonogiri 86 100 116.28 81 94 116.05

15 Ngadirojo 365 53 14.52 316 50 15.82

16 Sidoharjo 636 389 61.16 666 364 54.65

17 Jatiroto 147 13 8.84 18 12 66.67

18 Kismantoro 794 542 68.26 1018 547 53.74

19 Purwantoro 1123 594 52.89 1083 561 51.79

20 Bulukerto 94 0 - 56 0 -

21 Slogohimo 65 6 9.23 59 6 10.17

22 Jatisrono 179 230 128.49 179 230 128.49

23 Jatipurno 89 0 - 113 50 44.08

24 Girimarto 45 0 - 42 0 -

25 Puh Pelem 90 40 44.44 56 20 35.57

JUMLAH 23091 12670 54.87 27439 14720 53.65

Tabel 48. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kedelai Menurut Kecamatan, di

Kabupaten selama tahun 2010-2013

NO. KECAMATAN

Produksi (T0n)

Perubahan

Produktivitas

(Ku/Ha) Perubahan

2010 2013 2010 2013

1 Pracimantoro 4926 2284 46.36 12.22 10.06 82.36

2 Paranggupito 116 0 - 10.11 - -

3 Giritontro 1356 970 71.54 11.65 11.61 99.61

4 Giriwoyo 3455 1096 31.74 11.20 13.83 123.47

5 Batuwarno 2225 3849 172.98 12.32 14.79 120.06

Page 98: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

98

6 Karangtengah 1866 151 8.09 11.49 16.06 139.78

7 Tirtomoyo 1987 1210 60.89 11.91 17.16 144.07

8 Nguntoronadi 638 28 4.39 11.36 14.74 129.77

9 Baturetno 2847 2037 71.54 14.17 12.90 91.02

10 Eromoko 2926 958 32.75 13.02 12.41 95.35

11 Wuryantoro 4187 1237 29.54 13.75 13.68 99.51

12 Manyaran 2954 3491 118.19 13.83 15.78 114.07

13 Selogiri 297 0 - 10.83 - -

14 Wonogiri 107 128 119.47 13.23 13.62 102.94

15 Ngadirojo 394 68 17.25 12.47 - -

16 Sidoharjo 888 478 53.84 13.34 13.14 98.52

17 Jatiroto 19 12 63.37 10.52 10.00 95.06

18 Kismantoro 1129 686 60.71 11.09 12.53 112.98

19 Purwantoro 1366 716 52.42 12.61 12.76 101.21

20 Bulukerto 76 0 - 13.59 - -

21 Slogohimo 82 5 6.11 13.86 8.33 60.13

22 Jatisrono 223 263 118.15 12.44 11.43 91.95

23 Jatipurno 95 64 67.14 8.40 12.80 152.33

24 Girimarto 50 0 - 11.90 - -

25 Puh Pelem 66 21 32.45 11.69 10.66 91.22

JUMLAH 34275 19752 57.63 12.49 13.42 107.42

6.4. Magelang

Kabupaten Magelang termasuk salah satu kabupaten sentra produksi padi.

Pada tahun 2014, Kabupaten Magelang mengalami surplus beras sebanyak 58.272

ton. Perkembangan luas tanam, dan uas panen padi di Kabupaten Magelang dapat

dilihat pada Tabel 49 berikut.

Tabel 49. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi, 2010-2014

Page 99: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

99

No.

Kecamatan

Luas Tanam Luas Panen

2010 2014 Perubahan

2010 2014 Perubahan

1 Salaman 4106 3693 -10,1 3521 3817 8,4

2 Borobudur 2379 1986 -16,5 1606 2032 26,5

3 Ngluwar 2668 2892 8,4 2634 2908 10,4

4 Salam 2779 2709 -2,5 3136 2718 -13,3

5 Srumbung 2106 2427 15,2 1748 2137 22,3

6 Dukun 1408 2218 57,5 1406 2308 64,2

7 Muntilan 3385 2887 -14,7 3006 3030 0,8

8 Mungkid 2402 2907 21,0 3052 2918 -4,4

9 Sawangan 3228 3402 5,4 3264 3530 8,1

10 Candimulyo 1772 1343 -24,2 1633 1423 -12,9

11 Mertoyudan 3068 3096 0,9 2897 3115 7,5

12 Tempuran 2197 2067 -5,9 2089 1957 -6,3

13 Kajoran 4456 4175 -6,3 4085 4267 4,5

14 Kaliangrik 2521 2632 4,4 2355 2711 15,1

15 Bandongan 4609 4287 -7,0 4548 4288 -5,7

16 Windusari 2836 3095 9,1 2851 3186 11,8

17 Secang 4641 4584 -1,2 4183 4576 9,4

18 Tegalrejo 2156 2238 3,8 1636 2213 35,3

19 Pakis 190 52 -72,6 191 52 -72,8

20 Grabag 4397 4322 -1,7 4746 4244 -10,6

21 Ngabak 180 147 -18,3 180 149 -17,2

Total 57484 57159 -0,6 54767 57579 5,1

Selama lima tahun terakhir (2010-2014) terjadi penurunan luas tanam dalam

jumlah yang relatif kecil. Namun demikian, pada kurun waktu yang sama terjadi

peningkatan luas panen mencapai 5 persen. Kalau dilihat menurut kecamatan,

terdapat kecamatan dengan penurunan luas panen yang tajam dan sebaliknya

kenaikan luas panen yang juga cukup tajam. Informasi dari petugas lapangan

(Koordinator Penyuluh Pertanian), penurunan luas panen dikarenakan terjadinya

konversi lahan sawah dan beberapa kasus terjadi peralihan komoditas yang

diusahakan oleh petani (dari padi ke hortikultura). Ada delapan kecamatan yang

merupakan sentra hortikultura yang umumnya ditanam di lahan sawah yaitu

Ngablak, Pakis, Kajoran, Kaliangkrik, Dukun, Sawangan, Srumbung dan Windusari.

Perkembangan produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Magelang dapat dilihat

pada Tabel 50 berikut.

Tabel 50. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Padi, 2010-2014

No.

Kecamatan

Produksi Produktivitas

2010 2014 Perubahan 2010 2014 Perubahan

Page 100: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

100

1 Salaman 20574 22543 9,6 5,0 6,1 21,8

2 Borobudur 10513 12206 16,1 4,4 6,1 39,1

3 Ngluwar 16648 19071 14,6 6,2 6,6 5,7

4 Salam 18626 16798 -9,8 6,7 6,2 -7,5

5 Srumbung 11568 12733 10,1 5,5 5,2 -4,5

6 Dukun 8280 13908 68,0 5,9 6,3 6,6

7 Muntilan 18780 18375 -2,2 5,5 6,4 14,7

8 Mungkid 18016 17747 -1,5 7,5 6,1 -18,6

9 Sawangan 19183 20470 6,7 5,9 6,0 1,3

10 Candimulyo 10054 8727 -13,2 5,7 6,5 14,5

11 Mertoyudan 17846 18939 6,1 5,8 6,1 5,2

12 Tempuran 12235 12048 -1,5 5,6 5,8 4,7

13 Kajoran 20677 21860 5,7 4,6 5,2 12,8

14 Kaliangrik 13477 14974 11,1 5,3 5,7 6,4

15 Bandongan 27878 26341 -5,5 6,0 6,1 1,6

16 Windusari 16612 18665 12,4 5,9 6,0 3,0

17 Secang 25750 28285 9,8 5,5 6,2 11,2

18 Tegalrejo 9938 13873 39,6 4,6 6,2 34,5

19 Pakis 895 270 -69,8 4,7 5,2 10,2

20 Grabag 29357 27271 -7,1 6,7 6,3 -5,5

21 Ngabak 834 779 -6,6 4,6 5,3 14,4

Total 327650 345883 5,6 5,7 6,1 6,2

Selain luas panen, pada periode tersebut juga terjadi peningkatan

produktivitas (Tabel 50), sehingga produksi padi selama kurun waktu 2010-2014

meningkat sebesar 5,6%. Untuk jagung, terjadi penurunan luas panen mencapai

12%, demikian pula juga penurunan untuk produktivitas, sehingga produksi jagung

menurun mencapai lebih dari 15 %. Penurunan ini terjadi disebabkan selain

konversi lahan sawah juga terjadinya musim kering yang panjang pada tahun

2013/2014 sehingga banyak petani yang tidak menanam jagung. Perkembangan

luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas untuk jagung disajikan pada

Tabel 51 dan Tabel 52.

Tabel 51. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Jagung, 2010-2014

No.

Kecamatan

Luas Panen Produksi

2013 2014 Perubahan 2010 2014 Perubahan

1 Salaman 37 42 13,5 147 222 51,0 2 Borobudur 155 111 -28,4 802 556 -30,7 3 Ngluwar 596 466 -21,8 4300 3092 -28,1 4 Salam 137 94 -31,4 850 605 -28,8 5 Srumbung 159 253 59,1 1035 1636 58,1 6 Dukun 152 95 -37,5 935 514 -45,0 7 Muntilan 43 3 -93,0 277 20 -92,8 8 Mungkid 56 59 5,4 397 394 -0,8 9 Sawangan 564 233 -58,7 3240 1344 -58,5 10 Candimulyo 965 351 -63,6 5991 2197 -63,3

Page 101: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

101

11 Mertoyudan 5 1 -80,0 30 6 -80,0 12 Tempuran 119 118 -0,8 590 521 -11,7 13 Kajoran 1007 975 -3,2 5287 5378 1,7 14 Kaliangrik 2359 2548 8,0 10483 12831 22,4 15 Bandongan 541 501 -7,4 3127 3006 -3,9 16 Windusari 1760 1715 -2,6 10136 10355 2,2

17 Secang 121 119 -1,7 885 835 -5,6 18 Tegalrejo 1016 919 -9,5 6745 6456 -4,3 19 Pakis 1615 1476 -8,6 11881 7668 -35,5 20 Grabag 876 523 -40,3 5688 3216 -43,5 21 Ngabak 252 368 46,0 1361 2017 48,2 Total 12535 10970 -12,5 74187 62869 -15,3

Walaupun dari kinerja produksi jagung mengalami penurunan namun dari

segi kinerja kelembagaan (dari tingkat kabupaten sampai pada tingkat kelompok

tani) berjalan dengan baik dan penuh dedikasi. Salah satunya ditunjukkan dengan

penghargaan yang diperoleh pemerintah daerah Magelang pada tahun 2013 dari

Gubernur Jawa Tengah yaitu penghargaan "Adhikarya Pangan Nusantara”.

Pemberian penghargaan tersebut bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan

kemampuan para kelompoktani/masyarakat untuk membangun kesejahteraan

dirinya maupun perekonomian di pedesaan berdasarkan kerjasama yang dinamis

antara petani dalam kelompok masyarakat yang difasilitasi oleh para pembinanya

sehingga dapat berkembang dengan baik. Dari 10 kategori yang dinilai, Kabupaten

Magelang memperoleh penghargaan pada 3 kriteria yaitu Pelaku Ketahanan Pangan

Kelompok Desa Mandiri Pangan (DMP), Pelaku Ketahanan Pangan Kelompok P2KP

dan Penyuluh pendamping P2KP.

Tabel 52. Perkembangan Produktivitas Jagung, 2010-2014

No.

Kecamatan

Luas Panen

2013 2014 Perubahan

1 Salaman 4,0 5,3 33,0 2 Borobudur 5,2 5,0 -3,2 3 Ngluwar 7,2 6,6 -8,0 4 Salam 6,2 6,4 3,7 5 Srumbung 6,5 6,5 -0,7 6 Dukun 6,2 5,4 -12,0 7 Muntilan 6,4 6,7 3,5 8 Mungkid 7,1 6,7 -5,8 9 Sawangan 5,7 5,8 0,4 10 Candimulyo 6,2 6,3 0,8

Page 102: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

102

11 Mertoyudan 6,0 6,0 0,0 12 Tempuran 5,0 4,4 -10,9 13 Kajoran 5,3 5,5 5,1 14 Kaliangrik 4,4 5,0 13,3 15 Bandongan 5,8 6,0 3,8 16 Windusari 5,8 6,0 4,8 17 Secang 7,3 7,0 -4,1 18 Tegalrejo 6,6 7,0 5,8 19 Pakis 7,4 5,2 -29,4 20 Grabag 6,5 6,1 -5,3 21 Ngabak 5,4 5,5 1,5 Total 5,9 5,7 -3,2

6.5. Temanggung

6.5.1. Perkembangan Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan

Produktivitas Padi Jagung dan Kedelai

Dinamika Luas areal produksi dan produktivitas padi, jagung dan kedelai (2012

– 2014) menunjukkan bahwa padi sebagai tanaman bahan makanan pokok, memiliki

peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Tanaman padi juga merupakan tanaman yang banyak diusahakan oleh sebagian

besar masyarakat Temanggung. Pada tahun 2013 produksi padi sebesar 150.287,94

ton, mengalami penurunan sebesar 5,89 persen. Luas panen padi terluas adalah

Kecamatan Kedu yang mencapai seluas 2.754 hektar dengan produksi sebesar

15.600,94 ton (10,38 %) dari total produksi padi Kabupaten Temanggung. Produksi

jagung, kacang tanah, dan kacang kedelai pada tahun 2013 ini mengalami

penurunan dan sedangkan produksi ketela pohon, ketela rambat, sedangkan ketela

rambat mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 53. Perkembangan luas panen dan produksi padi jagung di Kab. Temanggung selama 5 tahn terakhir (2009 - 2013)

Padi Jagung

No Tahun Luas Produksi Luas Produksi

panen (ha) (ton) panen (ha) (ton)

1 2013 26 530,00 150 287,94 22 331,00 111 327,40

2 2012 25 753,00 159 689,10 24 872,00 139 394,70

Page 103: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

103

3 2011 26 169,00 153 586,00 19 015,00 76 080,00

4 2010 28 177,00 176 389,00 30 474,00 154 642,00

5 2009 27 879,00 173 027,00 32 684,00 136 057,00

Sumber : Laporan tahunan Dinas Tanbunhut Kab. Temanggung, 2014

6.5.2. Sasaran Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan

Produktivitas Padi Jagung dan Kedelai

Guna mendukung program Upsus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus PJK),

pemerintah daerah Kabupaten Temanggung melalui Dinas Pertanian Perkebunan

dan Kehutanan telah merencanakan untuk menetapkan sasaran luas areal tanam

padi seluas 27,78 ribu ha yang tersebar di 20 kecamatan dengan perkiraan/estimasi

produksi hasil panen padi sebanyak 171,98 ribu ton gabah kering giling (GKG). Guna

mencapai sasaran tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Temanggung telah

membuat skenario upaya pencapaian Upsus PJK melalui beberapa program atau

kegiatan. Adapun program kegiatan yang diharapkan dapat menunjang kegiatan

UPSUS swasembada padi adalah: (a) Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier

(RJIT) dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) yang

diharapkan mampu mengairi lahan sawah seluas 2700 ha. Dari luas areal program

ini produksi gabah diharapkan dapat mencapai 16,71 ribu ton; (b) Program GP-PTT

seluas 2000 ha yang diharapkan dapat menghasilkan produksi padi sebesar 14.000

ton; (c) Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang sumber dananya

berasal dari DAK (Dana Alokasi Khusus) seluas 1500 ha. Program ini diharapkan

mampu menyumbang produksi padi sebesar 9,28 ribu ton; (d) Program Optimalisasi

lahan seluas 600 ha yang diharapkan mampu menghasilkan produksi padi sebanyak

4,20 ribu ton; (e) Program SLPTT padi unggul seluas 80 ha diharapkan mampu

meghasilkan produksi padi dalam bentuk GKG sebesar 600 ton; (f) Program

Pengembangan Padi Organik seluas 110 ha yang diharapkan dapat menghasilkan

produksi padi sebanyak 715 ton; dan (g) Swadaya petani padi seluas 20.794 ha

yang diharapkan mampu menghasilkan padi sebanyak 128,71 ribu ton. Dari

beberapa program pengembangan tersebut diharapkan padi yang dihasilkan sejak

bulan Oktober 2014 s/d September 2015 dapat mencapai seluas 27,78 ribu ha.

Page 104: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

104

Untuk komoditas jagung, pemerintah daerah Kabupaten Temanggung melalui

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah merencanakan sasaran tanam

jagung seluas 26,27 ribu. Dari luas areal tanam ajgung tersebut direncanakan

mampu menghasilkan produksi jagung pipilan kering sebesar 152,46 ribu ton. Guna

mencapai sasaran tersebut, maka melalui beberapa program kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui Dintanbunhut, diharapkan program

kegiatan tersebut dapat mencapai sasaran yang ditargetkan. Ada tiga program

kegiatan pengembangan tanaman jagung yaitu : (a) Program Pengembangn Jagung

yang dananya bersumber dari APBD II seluas 250 ha, dengan program ini

diharapkan mampu menghasilkan produksi jagung sebesar 1,62 ribu ton; (b)

Program Pengembangan Jagung melalui dana APBN-P seluas 3.100 ha yang

diharapkan dapat menghasilkan produksi jagung sebesar 18,60 ribu ton, dan (c)

Swadaya petani jagung dengan sasaran luas areal tanam seluas 22,92 ribu ha dan

diharapkan mampu menghasilkan produksi jagung sebesar 132,24 ribu ton.

Untuk komoditas kedelai, produksi secara keseluruhan direncanakan sebesar

99 ton. Wilayah Kabupaten Temanggung memang bukan merupakan daerah sentra

produksi dan pengembangan komoditas kedelai, sehingga dalam program Upsus

PJK ini pemerintah daerah sengaja tidak mentargetkan sasaran luas pengembangan

areal tanam kedelai. Kalaupun ada kegiatannya terbatas dari swadaya masyarakat

dan dari Program Kegiatan Introduksi Budidaya Kedelai. Hasil diskusi dengan pihak

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menunjukkan bahwa luas areal

pengembangan komoditas kedelai hanya ditargetkan tidak lebih dari 5 ha. Untuk

pengembangan produksi yang tergolong terbatas ini sifatnya juga dalam rangka uji

coba melalui Program Kegiatan Introduksi Budidaya Kedelai yang didanai dari APBD

II. Program ini diharapkan mampu meningkatkan produksi kedelai sekitar 7,95 ton.

Sementara dari sumbangan swadaya masyarakat diperkirakan seluas 57 ha, dan dari

luasan tersebut diharapkan mampu memproduksi kedelai sebanyak 90,63 ton.

6.6. Sasaran Luas Areal Tanam, Luas Areal Panen, Produksi dan

Produktivitas Padi Jagung dan Kedelai

6.6.1. Sasaran Luas Areal Tanam Padi

Page 105: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

105

Sasaran luas areal tanam padi di kabupaten Klaten menurut kecamatan pada

tahun 2015 memberikan beberapa gambaran pokok sebagai berikut: (1) Luas baku

sawah seluas 38.197 Ha, (2) Sasaran luas areal tanam secara total sebesar 62.838

Ha, luas tanam tersebut ditanam pada Musim Hujan (Oktober-Maret) seluas 38.197

Ha (60.79 %) dan pada Musim Kemarau (April-September seluas 24.641 Ha (39.21

%); dan (3) Berdasarkan luas baku sawah dan luas tanam pada MH dan Mk maka

sasaran IP tanaman padi sebesar 1.65. Informasi secara lebih terperinci tentang

sebaran sasaran luas areal tanam di kabupaten Klaten menurut kecamatan dapat

dilihat pada Tabel 54 berikut.

Tabel 54. Sararan Luas Areal Tanam Padi di Kabupaten Klaten menurut Kecamatan, 2015

No. Kecamatan Luas Swah (Ha) Target Luas Tanam Padi (Ha)

Oktober-Maret April-September Total (Ha)

1 Prambanan 1,129 1,129 731 1,860

2. Gantiwarno 1,671 1,671 1,155 2,826

3. Wedi 1,762 1,762 505 2,267

4. Bayat 1,276 1,276 227 1,503

5. Cawas 3,560 3,560 1,588 5,148

6. Trucuk 2,684 2,684 850 3,534

7. Kalikotes 1,140 1,140 516 1,656

8. Kebonarum 883 883 867 1,750

9. Jogonalan 1,441 1,441 939 2,380

10. Manisrenggo 1,829 1,829 1,295 3,124

11. Karangnongko 848 848 589 1,437

12. Ngawen 1,081 1,081 1,110 2,191

13. Ceper 2,002 2,002 754 2,756

14. Pedan 1,271 1,271 354 1,625

15. Karangdowo 2,617 2,617 2,460 5,077

16. Juwiring 1,962 1,962 2,017 3,979

17. Wonosari 2,293 2,293 1,781 4,074

18 Delanggu 1,597 1,597 2,072 3,669

19 Polanharjo 2,020 2,020 2,009 4,029

20 Karanganom 1,420 1,420 974 2,394

21 Tulung 1,596 1,596 287 1,883

22 Jatinom 525 525 296 821

Page 106: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

106

23 Kemalang 105 105 79 184

24 Klaten Selatan 987 987 610 1,597

25 Klaten Tengah 273 273 373 646

26 Klaten Utara 225 225 203 428

Total 38,197 38,197 24,641 62,838

6.2.1. Sasaran Luas Areal Tanam Padi

Sasaran luas areal panen secara total sebesar 60.702 Ha, luas panen tersebut

dipanen pada Musim Hujan (Oktober-Maret) seluas 35.132 Ha (57.88 %) dan pada

Musim Kemarau (April-September seluas 25.570 Ha (42.12 %). Kemungkinan besar

sasaran luas areal panen padi akan terlampaui, karena sasaran tersebut lebih rendah

jika dibandingkan sasaran luas areal panen 2014 yang mencapai 65.678 Ha.

Informasi rencana luas panen menurut periode waktu dan kecamatan di Kabupaten

Klaten dapat disimal pada Tabel 55 berikut.

Tabel 55. Luas panen Eksisting 2014 dan Rencana Luas Areal Panen Padi di Kabupaten Klaten menurut Kecamatan, 2015

No Kecamatan Luas

Sawah (Ha)

Existing (2014) target

kenaikan produksi

10 %

Rencana Luas Panen Padi (Ha)

Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Provitas

(Ton/Ha) IP Produksi

Oktober-

Maret

April-Septem-

ber

Total

(Ha)

1. Prambanan 1,374 3,120 1,933 56.68 1.88 10,592 11,651 1,129 731 1,860

2. Gantiwarno 1,603 2,552 2,448 55.97 1.59 13,320 14,652 1,671 1,155 2,826

3. Wedi 1,551 3,026 2,863 55.55 2.00 15,266 16,793 1,471 1,471 2,942

4. Bayat 816 1,680 1,629 55.23 2.06 8,753 9,714 1,378 114 1,492

5. Cawas 2,318 4,824 4,798 56.06 2.08 25,642 28,206 2,318 2,719 5,037

6. Trucuk 1,913 3,909 4,297 57.96 1.72 23,546 25,901 2,932 1,439 4,371

7. Kalikotes 774 1,828 1,692 56.54 2.00 8,918 9,810 1,140 516 1,656

8. Kebonarum 722 1,714 1,859 57.00 2.50 10,523 11,575 883 867 1,750

9. Jogonalan 1,567 2,635 2,512 56.45 2.18 13,812 15,243 1,735 887 2,622

10. Manisrenggo 1,519 3,073 3,058 55.19 2.02 16,784 18,462 2,668 381 3,049

11. Karangnongko 764 1,721 1,604 56.15 2.19 8,979 9,877 848 589 1,437

12. Ngawen 1,152 2,256 2,373 55.01 1.90 13,336 14,670 1,082 1,110 2,192

13. Ceper 1,551 2,727 2,681 55.27 1.75 14,306 15,737 1,437 1,364 2,801

14. Pedan 881 1,879 1,807 56.84 2.14 9,846 10,831 881 881 1,762

15. Karangdowo 2,053 4,970 4,540 56.65 2.42 24,822 27,304 2,181 2,896 5,077

16. Juwiring 2,008 3,410 3,509 56.34 2.50 19,493 21,442 1,779 1,454 3,233

17. Wonosari 2,223 4,113 3,735 55.12 1.87 20,626 22,689 2,286 1,781 4,067

Page 107: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

107

18 Delanggu 1,280 1,983 3,663 56.35 1.89 20,395 22,435 484 472 956

19 Polanharjo 1,824 5,173 5,369 55.86 2.66 29,909 32,900 1,152 709 1,861

20 Karanganom 1,695 2,873 3,008 55.41 1.70 16,475 18,123 1,697 1,697 3,394

21 Tulung 1,739 2,581 2,688 57.18 1.48 14,700 15,716 1,955 313 2,268

22 Jatinom 613 479 580 56.81 1.68 3,238 3,562 428 548 976

23 Kemalang 48 108 108 54.54 2.25 545 561 48 96 144

24 Klaten Selatan 814 1,581 1,566 56.00 2.02 8,724 9,487 877 765 1,642

25 Klaten Tengah 295 776 814 56.24 2.50 4,536 4,860 273 373 646

26 Klaten Utara 307 680 544 56.68 1.62 3,003 3,303 399 242 641

Total 33,402 65,671 65,678 56.61 1.99 360,089 395,502 35,132 25,570 60,702

1.1.1. Sukoharjo

***

1.1.2. Wonogiri

Sasaran luas areal tanam padi di kabupaten Wonogiri menurut kecamatan

pada tahun 2014/2015 memberikan beberapa gambaran pokok sebagai berikut: (1)

Sasaran luas areal tanam secara total Kabupaten Wonogiri 74.741 Ha terdiri atas

lahan sawah seluas 57.768 Ha (77,29 %) dan padi gogo seluas 16.973 Ha (22,71 %); (2)

Pada lahan sawah seluas 57.768 Ha, luas tanam tersebut ditanam pada Musim

Hujan (Oktober-Maret) seluas 41.754 Ha (72,28 %) dan pada Musim Kemarau (April-

September) seluas 16.014 Ha (27,72 %); (3) Pada lahan padi gogo seluas 16.973

Ha yang secara keseluruhan ditanam pada Musim Hujan (Oktober-Maret) (100 %);

Informasi secara lebih terperinci tentang sebaran sasaran luas areal tanam di

kabupaten Klaten menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 56 berikut.

Tabel 56. Target Sasaran Luas Tanam Padi menurut Jenis Lahan di Kabupaten Wonogiri, 2014/2015

No Kecamatan

Padi Sawah Padi Gogo Padi

Oktober-

Maret

April-

Sept

Total

(Ha)

Oktober-

Maret

April-

Sept

Total

(Ha) Total

1 Pracimantoro 1.289 174 1.463 3.898 - 3.898 5.361

2 Paranggupito - - - 2.138 - 2.138 2.138

Page 108: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

108

3 Giritontro 416 0 416 1.512 - 1.512 1.928

4 Giriwoyo 1.928 865 2.793 3.161 - 3.161 5.954

5 Batuwarno 824 65 889 1.079 - 1.079 1.968

6 Karangtengah 1.090 289 1.379 874 - 874 2.253

7 Tirtomoyo 3.280 811 4.091 274 - 274 4.365

8 Nguntoronadi 1.254 251 1.505 620 - 620 2.125

9 Baturetno 2.662 405 3.067 14 - 14 3.081

10 Eromoko 3.755 59 3.814 1.992 - 1.992 5.806

11 Wuryantoro 1.988 223 2.211 378 - 378 2.589

12 Manyaran 2.131 121 2.252 326 - 326 2.578

13 Selogiri 2.023 2107 4.130 - - - 4.130

14 Wonogiri 1.329 311 1.640 200 - 200 1.840

15 Ngadirojo 4.026 544 4.570 40 - 40 4.610

16 Sidoharjo 1.685 1.622 3.307 254 - 254 3.561

17 Jatiroto 1.133 332 1.465 - - - 1.465

18 Kismantoro 572 717 1.289 207 - 207 1.496

19 Purwantoro 1788 1154 2.942 - - - 2.942

20 Bulukerto 1602 708 2.310 - - - 2.310

21 Slogohimo 2013 947 2.960 - - - 2.960

22 Jatisrono 1917 1000 2.917 - - - 2.917

23 Jatipurno 944 789 1.733 - - - 1.733

24 Girimarto 1587 1885 3.472 - - - 3.472

25 Puh Pelem 518 635 1.153 6 - 6 1.159

Jumlah 41.754 16.014 57.768 16.973 - 16.973 74.741

Sasaran luas areal tanam padi di Kabupaten Wonogiri menurut kecamatan

pada tahun 2014/2015 memberikan beberapa gambaran pokok sebagai berikut: (1)

Sasaran luas areal tanam padi secara total yang ditargetkan sebesar 54.249 Ha; (2)

Realisasi tanam padi mencapai 58.727 Ha; (3) Pencapaian realisasi melebihi target

yang ditetapkan atau mencapai (108,30 %). Informasi secara lebih terperinci

tentang sebaran sasaran dan realisasi luas areal tanam di kabupaten Wonogiri

menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 57 berikut.

Tabel 57. Pencapaian Realisasi Luas Tanam Bulan Okt-Maret 2014/2015,

di Kabupaten Wonogiri

No Kecamatan Target Realisasi Pencapaian

(Ha) (Ha) (%)

Page 109: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

109

1 Pracimantoro 4.859 5.187 106,8

2 Paranggupito 2.138 2.138 100,0

3 Giritontro 1.722 1.928 112,0

4 Giriwoyo 5.424 5.089 93,8

5 Batuwarno 1.902 1.903 100,1

6 Karangtengah 1.390 1.964 141,3

7 Tirtomoyo 2.897 3.554 122,7

8 Nguntoronadi 1.881 1.874 99,6

9 Baturetno 1.887 2.676 141,8

10 Eromoko 4.152 5.747 138,4

11 Wuryantoro 1.615 2.366 146,5

12 Manyaran 2.641 2.457 93,0

13 Selogiri 2.752 2.023 73,5

14 Wonogiri 1.404 1.529 108,9

15 Ngadirojo 3.826 4.066 106,3

16 Sidoharjo 2.690 1.939 72,1

17 Jatiroto 572 1.133 198,1

18 Kismantoro 1.047 779 74,4

19 Purwantoro 1.408 1.788 127,0

20 Bulukerto 1.014 1.602 158,0

21 Slogohimo 1.523 2.013 132,2

22 Jatisrono 1.838 1.917 104,3

23 Jatipurno 723 944 130,6

24 Girimarto 2.493 1.587 63,7

25 Puh Pelem 451 524 116,2

Jumlah 54.249 58.727 108,3

Page 110: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

110

Sasaran luas areal tanam jagung di kabupaten Wonogiri menurut musim dan

kecamatan pada tahun 2014/2015 memberikan beberapa gambaran pokok sebagai

berikut: (1) Luas baku sawah seluas 32.539 Ha, (2) Sasaran luas areal tanam jagung

secara agregat seluas 63.935 Ha, luas tanam tersebut ditanam pada Musim Hujan

(Oktober-Maret) seluas 60.114 Ha (94,02 %) dan pada Musim Kemarau (April-

September) seluas 3.821 Ha (5,98 %); dan (3) Berdasarkan luas baku sawah dan

luas tanam pada MH dan Mk maka sasaran IP tanaman padi sebesar 1.53.

Informasi secara lebih terperinci tentang sebaran sasaran luas areal tanam di

kabupaten Klaten menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 58 berikut.

Tabel 58. Target Sasaran Luas Tanam Jagung di Kabupaten Wonogiri, 2014/2015

No

Kecamatan

Luas Sawah

(Ha)

Luas Lhn

Kering

(Ha)

Target Luas Tanam Pencapai-

an

(%)

Oktober-

Maret

April-

Sept

Total

(Ha)

Realisasi Oktober-

Maret

1 Pracimantoro 961 9484 7471 683 8154 7049 94.35

2 Paranggupito 0 5726 1283 0 1283 1283 100.00

3 Giritontro 225 4171 1694 15 1709 1715 101.24

4 Giriwoyo 1466 7576 5773 100 5873 4476 77.53

5 Batuwarno 424 3840 4156 315 4471 3504 84.31

6 Karangtengah 635 4401 2916 11 2927 1021 35.01

7 Tirtomoyo 1806 4258 1698 180 1878 799 47.06

8 Nguntoronadi 1488 2340 1219 78 1297 1296 106.32

9 Baturetno 2333 2916 2485 253 2738 1594 64.14

10 Eromoko 2196 5690 2942 365 3307 2934 99.73

11 Wuryantoro 1284 2977 1843 457 2300 894 48.51

12 Manyaran 1340 3519 1753 0 1753 1055 60.18

13 Selogiri 2047 1434 659 197 856 260 39.45

14 Wonogiri 1100 2482 1773 131 1904 1218 68.70

15 Ngadirojo 2425 5753 3988 130 4118 4425 110.96

16 Sidoharjo 1905 2039 2162 28 2190 2260 104.53

17 Jatiroto 1088 3359 3436 0 3436 2796 81.37

18 Kismantoro 1115 1256 1170 11 1181 1048 89.57

Page 111: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

111

19 Purwantoro 1426 2841 1794 266 2060 2047 114.10

20 Bulukerto 1012 1274 319 295 614 303 94.98

21 Slogohimo 1650 2313 1970 128 2098 1262 64.06

22 Jatisrono 1425 2863 2050 10 2060 1894 92.39

23 Jatipurno 1134 1782 967 20 987 873 90.28

24 Girimarto 1655 2145 2792 123 2915 1939 69.45

25 Puh Pelem 399 2229 1801 25 1826 1917 106.44

Jumlah 32539 88668 60114 3821 63935 49862 82.95

Sasaran luas areal tanam kedelai di Kabupaten Wonogiri menurut musim dan

kecamatan pada tahun 2014/2015 memberikan beberapa gambaran pokok sebagai

berikut: (1) Luas baku sawah seluas 32.539 Ha, (2) Sasaran luas areal tanam kedelai

yang ditetapkan secara agregat seluas 13.816 Ha, luas tanam tersebut ditanam pada

Musim Hujan (Oktober-Maret) seluas 7.604 Ha (55,04 %) dan pada Musim Kemarau

(April-September) seluas 6.212 Ha (44,96 %); (3) Berdasarkan data tersebut

menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah sentra

produksi di Jawa Tengah; dan (4) Kecamatan sentra produksi kedelai terutama

terdapat di Kecamatan Batuwarno, Pracimantoro, Manyaran, Baturetno, Wuryantoro

dan Giriwoyo. Informasi secara lebih terperinci tentang sebaran sasaran luas areal

tanam di kabupaten Klaten menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 59 berikut.

Tabel 59. Target Sasaran Luas Tanam Kedelai di Kabupaten Wonogiri, 2014/2015

No

Kecamatan

Luas Sawah

(Ha)

Luas Lhn Kering

(Ha)

Target Luas Tanam Realisasi Pencapai-

an (%)

Oktober-Maret

April-Sept Total (Ha)

Okt-Mar

1 Pracimantoro 961 9484 1174 825 1999 1703 145.06

2 Paranggupito 0 5726 - - - - -

3 Giritontro 225 4171 580 10 590 542 93.45

4 Giriwoyo 1466 7576 640 500 1140 942 147.19

5 Batuwarno 424 3840 1549 455 2004 1424 91.93

6 Karangtengah 635 4401 142 150 292 69 48.59

7 Tirtomoyo 1806 4258 - 600 600 - -

8 Nguntoronadi 1488 2340 - 300 300 - -

9 Baturetno 2333 2916 902 545 1447 938 103.99

Page 112: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

112

10 Eromoko 2196 5690 257 142 399 161 62.65

11 Wuryantoro 1284 2977 745 490 1235 342 45.91

12 Manyaran 1340 3519 1144 700 1844 713 62.33

13 Selogiri 2047 1434 - 100 100 - -

14 Wonogiri 1100 2482 - 0 0 - -

15 Ngadirojo 2425 5753 - 295 295 - -

16 Sidoharjo 1905 2039 20 250 270 30 150.00

17 Jatiroto 1088 3359 0 10 10 0 0

18 Kismantoro 1115 1256 338 250 588 315 93.20

19 Purwantoro 1426 2841 103 450 553 88 85.44

20 Bulukerto 1012 1274 - - - - -

21 Slogohimo 1650 2313 - - - - -

22 Jatisrono 1425 2863 10 140 150 - -

23 Jatipurno 1134 1782 - - - - -

24 Girimarto 1655 2145 - - - - -

25 Puh Pelem 399 2229 - - - - -

Jumlah 32539 88668 7604 6212 13816 7267 95.57

1.1.3. Magelang

Harus diakui terdapat perbedaan luas lahan sawah, target luas panen dan

produksi padi yang dapat berbeda antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten.

Data dari Kementerian Pertanian (Pusat) untuk Kabupaten Magelang mencantumkan

seperti pada Tabel 60. Hasil koordinasi dengan Distanbuthun Kabupaten Magelang

menyampaikan bahwa pada tahun 2015, target luas tanam 57.616 ha karena hasil

maksimum yang pernah dicapai adalah 57.410. Dengan bantuan program Upsus,

pemerintah daerah mentargetkan luas tanam menjadi lebih besar dibandingkan

target awal yaitu 59.364. Demikian pula untuk produktivitas padi, selama ini rata-

rata produktivitas padi sekitar 5,6 ton/ha, oleh karena itu, pemerintah daeran

mentarget awal sebesar 5,8 ton/ha.

Selama tahun 2015 dengan adanya Program Upsus Padi Jagung dan Kedelai,

pemerintah daerah juga melakukan perubahan-perubahan terkait target dan sasaran

seperti yang disampaikan dalam laporan mingguan. Pada tanggal 5 Februari 2015,

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah

Page 113: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

113

mengeluarkan surat keputusan tentang sasaran produksi padi untuk setiap

kabupaten. Surat ini menindaklanjuti perintah Presiden RI tanggal 31 Januari 2015

yang mentargetkan produksi padi di Provinsi Jawa Tengah meningkat 2 juta ton

GKG. Berdasarkan surat tersebut target produksi padi di Kabupaten Magelang

sebesar 380.505 ton.

Pada tahun 2015, Kabupaten Magelang mentargetkan luas areal tanam

sebesar 59.364 hektar yang sebagian besar akan ditanam pada periode oktober-

Maret seperti pada Tabel 61. Sasaran setiap kecamatan disesuaikan dengan luas

lahan terutama lahan sawah, karena sebagian besar padi ditanam di lahan sawah.

Dengan melalui berbagai upaya terkait dengan bantuan traktor, pompa air,

tranplanter, dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), serta koordinasi yang

baik dan intensif dalam pelaksanaan Upsus padi maka pada periode Oktober-Maret

pencapaian target melebihi dari target yang ditetapkan menjadi 107,8% (Tabel 63).

Tabel 60. Target Sasaran Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi

Uraian Pusat Kabupaten Propinsi

Luas lawah (ha) 36.800 36.882 36.916

Luas tanam (ha) 58.991 57.61659.364 57.616

Luas panen (ha) 59.368 58.289 57.603

IP 1,84 1,56 1,55

Produktivitas

(ton/ha)

6,3 5,86,09 6,346

Produksi (ton GKG) 364.156 350.232 365.550

Tabel 61. Sasaran Tanam Padi Tahun 2015

No Kecamatan Luas Sawah

(Ha)

Rencana Luas Tanam Padi (Ha)

Oktober-Maret April-

September

Total

1 Bandongan 2.601 2.717 1.754 4.471

2 Borobudur 1.207 1.129 747 1.876

3 Candimulyo 1.458 1.225 536 1.761

4 Dukun 2.425 1.366 1.085 2.451

5 Grabag 2.430 2.413 1.809 4.222

6 Kajoran 2.366 2.480 1.847 4.327

7 Kaliangkrik 1.542 1.789 989 2.778

8 Mertoyudan 1.862 1.974 1.393 3.367

9 Mungkid 2.293 1.466 1.394 2.860

Page 114: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

114

10 Muntilan 1.738 2.340 777 3.117

11 Ngabalak 187 85 99 184

12 Ngluwar 1.426 2.264 357 2.621

13 Pakis 284 124 24 148

14 Salam 1.903 1.479 1.352 2.831

15 Salaman 2.162 2.082 1.959 4.041

16 Sawangan 1.781 1.583 1.741 3.324

17 Secang 2.752 2.681 1.982 4.663

18 Srumbung 1.198 1.481 912 2.393

19 Tegalrejo 1.723 1.690 637 2.327

20 Tempuran 1.858 1.546 994 2.540

21 Windusari 1.720 1.779 1.283 3.062

Total Kabupaten 36.916 35.693 23.671 59.364

Pencapaian luas tanam yang cukup tinggi disebabkan adanya percepatan

tanam pada bulan Februari-Maret karena pada sebagian wilayah di Kabupaten

Magelang mengejar tanam tembakau pada bulan Juni-Juli. Disamping itu jika tanam

padi melewati bulan Maret dikhawatirkan akan kesulitan mendapatkan air setelah

memasuki musim kemarau. Untuk data luas panen padi sampai bulan Maret 2015

dapat dilihat pada Tabel 63.

Tabel 62. Pencapaian Realisasi Luas Tanam bln Okt-Maret 2014/2015

No Kecamatan Target Realisasi Pencapaian (%)

1 Bandongan 2.717 100,0 100,0

2 Borobudur 1.129 105,4 105,4

3 Candimulyo 1.225 100,0 100,0

4 Dukun 1.366 114,5 114,5

5 Grabag 2.413 101,1 101,1

6 Kajoran 2.480 100,0 100,0

7 Kaliangkrik 1.789 93,2 93,2

8 Mertoyudan 1.974 93,6 93,6

9 Mungkid 1.466 124,6 124,6

10 Muntilan 2.340 104,1 104,1

11 Ngabalak 85 216,6 216,6

12 Ngluwar 2.264 100,0 100,0

13 Pakis 124 144,4 144,4

14 Salam 1.479 200,6 200,6

15 Salaman 2.082 100,0 100,0

16 Sawangan 1.583 100,5 100,5

17 Secang 2.681 107,3 107,3

Page 115: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

115

18 Srumbung 1.481 115,9 115,9

19 Tegalrejo 1.690 110,6 110,6

20 Tempuran 1.546 100,4 100,4

21 Windusari 1.779 101,5 101,5

Total Kabupaten 35.693 38479,9

107,8

Tabel 63. Realisasi Luas Panen Padi Sampai Bulan Maret 2015

No Kecamatan Okt-Des Januari Februari Maret Total

1 Salaman 729 203 68 1000

2 Borobudur 61 - 2 63

3 Ngluwar 267 20 684 971

4 Salam 176 24 166,00 175 541

5 Srumbung 267 163 117 547

6 Dukun 387 239 218 844

7 Muntilan 102 - 310 412

8 Mungkid 594 135 135,12 437 1301,12

9 Sawangan 1069 224 292,00 185 1770

10 Candimulyo 80 52 58 190

11 Martoyudan 236 38 123 397

12 Tempuran 266 8 181 455

13 Kajoran 982 218 370 1570

14 Kaliangkrik 467 116 250 833

15 Bandongan 747 283 339,00 318 1687

16 Windusari 676 222 160 1058

17 Secang 872 191 262 1325

18 Tegalrejo 35 27 387 449

19 Pakis 0 - 67 67

20 Grabag 1131 261 181,00 304 1877

21 Ngablak 17 1 14 32

Jumlah 9.161 2.425 1113,12 4690 17.357

Selain padi, petani juga menanam jagung yang umumnya menggunakan

varietas BISI dan pioner. Total rencana luas tanam 2014-2015 seluas 9.082 ha,

yang terdistribusi untuk Oktober-Maret 2014/2015 seluas 5.254 ha dan pada April-

September 2015 seluas 4.758 ha. Informasi secara terperinci tentang luas lahan

dan rencana tanam jagung dapat dilihat pada Tabel 64.

Tabel 64. Luas Lahan dan Rencana Tanam untuk Jagung, 2015

No

Kecamatan

Luas Sawah dan tegal (Ha) Rencana Tanam

Sawah Tegal Okt-Mar April-Sept Total

Page 116: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

116

1 Bandongan 2.602 866 479 246 725

2 Borobudur 1207 200 188 12 200

3 Candimulyo 1472,671 0 140 551 691

4 Dukun 200 0 0 200 200

5 Grabag 0 335 145 190 335

6 Kajoran 0 0 0 0 0

7 Kaliangrik 1.535,00 2.744,20 1.363,00 887,00 2.250,00

8 Mertoyudan 0 2033086 61 89 150

9 Mungkid 0 2463 0 75,9 75,9

10 Muntilan 1737,65 0 0 0 0

11 Ngablak 3066,45 138,00 336,00 474,00 0,00

12 Ngluwar 0 1426 0 86 0

13 Pakis 1.450 - - - -

14 Salam 0 326 62 88 150

15 Salaman 2162 2530,481 22 113 135

16 Sawangan 0 3645064,409 81 119 200

17 Secang 0 0 0 0 0

18 Srumbung 350 0 34 0 0

19 Tegalrejo 1716 949 733 537 1270

20 Tempuran 0 1693,171 107 43 150

21 Windusari 1720 2894 1503 1047 2550

Total 19.219 5.694.715 5.254 4.758 9.082

Total realisasi tanam komoditas jagung sampai dengan bulan Maret 2015

telah mencapai 6.556 ha. Daerah sentra produksi utama terdapat di Kecamatan Kali

Angrik, Windusari, dan Bandongan. Informasi secara terperinci tentang data realisasi

tanam untuk komoditas jagung menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 65.

Tabel 65. Realisasi Tanam Jagung Sampai Bulan Maret 2015

No

Kecamatan

I II III IV Total

1 Bandongan 11 23 20 - 1.085

2 Borobudur 0 0 0 0 183

3 Candimulyo 0 0 0 0 122

4 Dukun 0 0 0 0 0

5 Grabag 0 0 0 0 152,35

6 Kajoran 0 0 0 0 0

7 Kaliangrik 51 111 0 0 1.718

8 Mertoyudan 0 0 0 0 22,4

9 Mungkid 0 0 0 0 0

10 Muntilan 0 0 0 0 0

Page 117: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

117

11 Ngablak 0 4,2 0 0 57,69

12 Ngluwar 0 0 0 0 0

13 Pakis 19 - - - 661

14 Salam 0 0 0 0 0

15 Salaman 0 0 0 0 22

16 Sawangan 0 0 0 0 32

17 Secang 0 0 0 0 0

18 Srumbung 0 0 0 0 0

19 Tegalrejo 0 0 0 0 716

20 Tempuran 0 0 38 0 257

21 Windusari 0 0 0 0 1.528

Total 81 138 58 - 6.556

1.1.4. Temanggung

Pengukuran indikator peningkatan produktivitas tanaman pertanian/

perkebunan dilakukan pada sembilan komoditas utama yaitu padi, jagung, kedelai,

ubi kayu, ubi jalar, tembakau, kopi arabika dan kopi robusta. Berdasarkan data

capaian kinerja tahun 2013 rata-rata capaian kinerja untuk indikator peningkatan

produktivitas tanaman pertanian/ perkebunan sebesar 91,76%. Menurut Skala

Pengukuran Pencapaian Sasaran LAKIP 2013, nilai capaian tersebut termasuk

kategori Sangat Baik.

Dari kesembilan komoditas utama, hanya jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang

mampu mempertahankan capaian kinerja 100% selama kurun waktu lima tahun.

Sedangkan keenam komoditas lainnya bersifat fluktuatif. Penurunan capaian kinerja

pada tahun 2013 dialami oleh komoditas padi (79,18%), tembakau (72,06%) dan

kacang tanah (61,19%). Jika ditinjau dari rencana lima tahunan dalam Rencana

Strategis, pada tahun 2013 terjadi penurunan capaian kinerja produktivitas padi,

jagung dan ubi jalar. Penurunan produktivitas tanaman padi disebabkan karena

tingginya curah hujan dan serangan hama serta penyakit, diantaranya adalah tikus,

wereng batang coklat, hawar daun. Informasi secara lebih terperinci tentang

Page 118: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

118

capaian kinerja produktivitas tiga komoditas utama yaitu padi, jagung dan kedelai

dapat dilihat pada Tabel 66.

Tabel 66. Peningkatan Produktivitas Pertanian/ Perkebunan (Ton/Ha)

No Komoditas Tahun Target Realisasi Capaian (%)

1 Padi 2009 5,5 6 100

2 2010 5,6 6,2 100

3 2011 5,7 5,79 100

4 2012 5,9 6,28 100

5 2013 6,1 5,65 92,6

6 Jagung 2009 3,6 4,1 100

7 2010 3,9 4,94 100

8 2011 4,1 5,08 100

9 2012 4,2 5,6 100

10 2013 4,3 4,99 100

11 Kedelai 2009 1,74 1,47 84,4

12 2010 1,78 4,22 100

13 2011 1,82 1,89 100

14 2012 1,9 1,9 100

15 2013 1,98 2,07 100

Untuk meningkatkan produktivitas pada tahun mendatang perlu ditingkatkan

program yang dapat mengatasi kejadian tidak menentunya iklim, penanganan hama

dan penyakit yang lebih berkelanjutan dan terpadu. Melalui program/kegiatan

penggunaan benih unggul berkualitas, SL Iklim, pemanfaatan kalender tanam dan

prakiraan cuaca, penyediaan sarana pengendalian hama/penyakit, meningkatkan

koordinasi dan kerjasama dengan Badan Litbang Kementan, Laboratorium hama/

penyakit, petugas POPT, Dinpertan TPH propinsi Jawa Tengah.

Untuk komoditas lain yang mengalami penurunan produktivitas yaitu kacang

tanah, komoditas ini selama ini belum tersentuh program. Untuk tahun mendatang

perlu adanya program yang mendukung peningkatan produktivitas. Sebagaimana

halnya tanaman pangan, pada komoditas perkebunan utama, penurunan

produktivitas terjadi pada tanaman tembakau. Faktor curah hujan menjadi penyebab

utama, sehingga tembakau banyak yang terserang penyakit lanas dan busuk batang.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas tembakau di tahun mendatang adalah

dilakukan dengan program : kerjasama dengan Balittas untuk mendapatkan varietas

Page 119: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

119

tahan penyakit, melaksanakan sekolah lapang dan perbaikan teknis budidaya yang

disesuaikan dengan kondisi iklim ekstrim, pengendalian hayati dan meningkatkan

pemanfaatan pupuk organik.

Sebagaimana halnya pengukuran indikator peningkatan produktivitas

tanaman pertanian/ perkebunan, maka indikator peningkatan produksi pun dihitung

hanya pada sembilan komoditas utama saja. Berdasarkan data capaian kinerja tahun

2013 sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.2 dan gambar 3.7. diketahui bahwa

rata-rata capaian kinerja untuk indikator peningkatan produsi tanaman pertanian/

perkebunan sebesar 74,49%. Menurut Skala Pengukuran Pencapaian Sasaran LAKIP

2013, nilai capaian tersebut termasuk kategori Cukup.

Apabila ditinjau dari rencana lima tahunan dalam Rencana Strategis, sampai

dengan tahun 2013 terlihat kecenderungan penurunan produktivitas tanaman

pertanian/ perkebunan pada tahun 2013, hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan produksi antara lain sebagai berikut : padi 4,9%, jagung 20,1%, kedelai

87,6%, dan kacang tanah 33%. Dengan demikian, meskipun ada support program

khususnya untuk tanaman padi dan jagung dari berbagai sumber dana seperti APBD

Kabupaten, APBN TP dan APBN Dekonsentrasi belum mampu meningkatkan

produksi dan produktivitas dikarenakan faktor cuaca dan serangan hama/penyakit

tidak mendukung. Program baru mendukung ± 30% dari luas tanam yang ada.

Sehingga untuk tahun mendatang perlu dilakukan perluasan program dan replikasi

program-program yang sudah berhasil.

Kedelai dan kacang tanah mengalami penurunan produksi yang signifikan,

disebabkan animo masyarakat untuk berbudidaya kedelai masih rendah. Terbukti

dengan semakin menurunnya luas panen dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 luas

panen kedelai mencapai 86 Ha, tetapi terus mengalami penurunan hingga tahun

2013 menjadi 2 Ha. Produksi kacang tanah pada tahun 2013 hanya mencapai 700

ton sedangkan target produksi 3.679 ton. Kondisi ini disebabkan karena harga

kedelai dan kacang tanah belum menguntungkan petani, disamping itu tingkat

kesulitan dalam berbudidaya terutama untuk mengatasi serangan hama penyakit

masih sulit. Sementara belum ada program yang mendukung pengembangan kedelai

dan kacang tanah di Kabupaten Temanggung. Selain itu, masyarakat belum

menanam kedelai dan kacang tanah secara monokultur dan intensif.

Page 120: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

120

VII. KENDALA-KENDALA POKOK PERSIAPAN PELAKSANAAN

PROGRAM UPSUS PADI JAGUNG DAN KEDELAI

7.1. Kabupaten Klaten

Beberapa kendala teknis dalam melaksanakan Program Upsus padi Jagung

dan Kedelai di Kabupaten Klaten adalah : (1) Masalah ketersediaan air irigasi untuk

tanaman padi terutama pada saat awal pengolahan tanam, sementara itu untuk

komoditas jagung dan kedelai yang banyak diusahakan pada MK terjadi kekurangan

air dilokasi-lokasi sawah irigasi sederhana dan sawah tadah hujan; (2) Kurang

tersedianya teknologi benih terutama terjadi pada komoditas kedelai, teknologi

budidaya spesifik lokasi (spesific location) terutama terjadi pada komoditas padi lokal

dan padi organik, jagung dan kedelai; (3) Kurang tersedianya teknologi panen dan

pasca panen, baik untuk komoditas padi, jagung dan kedelai, panen yang terjadi

pada MH baik padi, jagung maupun kedelai dihadapkan pada masalah pengeringan

yang tidak optimal; (4) Kurangnya jumlah dan kualitas penyuluh pertanian lapangan

dalam pelaksanaan Program Upsus Padi, Jagung dan Kedelai, kekurangan ini

dipenuhi dari penyuluh pertanian THL, TNI/Babinsa, dan mahasiswa; (5) Sifat

komoditas pertanian yang cenderung mempunyai risiko produktivitas dan mudah

rusak; dan (6) Adanya serangan OPT terutama serangan hama tikus, wereng

cokelat, sundep dan beluk, serta penyakit blast pada padi, bulai pada jagung, serta

serangan ulat grayak pada kedelai dan daun keriting pada kedelai; serta (7) Rusak

dan terbatas infrastruktur pertanian di petak tersier, seperti infrastruktur irigasi dan

jalan usahatani, serta infrastruktur pemasaran. Program JITUT dan JIDES dapat

membantu petani dalam meningkatkan produksi usahatani padi, jagung dan kedelai.

Sementara itu, untuk memperluas daya serap dan tujuan pasar dapat dilakukan

dengan mengembangkan infra struktur pasar, misalnya sub terminal agribisnis serta

membangun aliansi melalui kemitraan usaha yang saling membutuhkan, saling

memperkuat, dan saling menguntungkan.

Beberapa kendala ekonomi yang menghambat Program Upsus Padi Jagung

dan Kedelai di Kabupaten Klaten adalah : (1) Pada umumnya petani belum dapat

membuat rencana usahatani secara baik; (2) Lemahnya permodalan petani untuk

Page 121: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

121

modal investasi, bantuan alsintan, seperti traktor, transplatter, combine harvester,

power thresher, dan drying sangat membantu mengatasi modal investasi; (3)

Lemahnya permodalan petani untuk modal kerja, bantuan benih, subsidi pupuk dan

bantuan pestisida secara tepat sangat membantu mengatasi masalah kekeurangan

modal kerja; (4) Rendahnya harga jual hasil pertanian (gabah kering giling/GKG,

beras, jagung, dan kedelai), karena terbatasnya dayaserap pasar dan

BULOG/DOLOG, perlu ada mekanisme proteksi pemerintah terhadap hasil-hasil

pertanian, meningkatkan dayaserap gabah/beras oleh BULOG dan meningkatkan

harga pembelian pemerintah (HPP) untuk ketiga komoditas tersebut dapat

memberikan insentif kepada petani; (5) Kecenderungan meningkatnya harga-harga

input pertanian (benih, pupuk, dan obat-obatan), bantuan benih dan subsidi pupuk

dan pestisida dapat membantu petani; (6) Terbatasnya ketersediaan tenaga kerja

keluarga dan tingginya tingkat upah diperdesaan, bantuan alsintan sangat

membantu dalam meningkatkan pengolahan lahan, tanam serta panen dan pasca

panen; dan (7) Belum berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian secara

masal di perdesaan, menyebabkan nilai tambah tidak dinikmati masyarakat

perdesaan.

Beberapa kendala sosial kelembagaan dalam dalam program upsus padi

jagung dan kedelai di Kabupaten Klaten adalah : (1) Luas penguasaan lahan yang

kecil dan tersebar menyebabkan rendahnya efisiensi usahatani; (2) Sebagian petani

berstatus sebagai petani penggarap menyebabkan sebagian petani tidak dapat

mengambil keputusan terkait program-program yang dilaksanakan pemerintah; (3)

Keberadaan kelembagaan kelompok kerja penanam padi yang belum dilatih cara

tanam Jajar Legowo, akan menghambat penerapan sistem tanam Jajar Legowo pada

padi dan menghambat introduksi transpanter untuk menanam padi; (4) Persepsi

petani bahwa komoditas padi adalah komoditas utama sedangkan komoditas jagung

dan kedelai hanyalah komoditas sampingan dapat menghambat pencapaian target

produksi jagung dan kedelai; (5) Kurangnya jiwa kewirausahaan (enterpreneurship),

sehingga sebagian besar petani kurang berani mengambil risiko baik resiko produksi

maupun harga; (6) Rata-rata tingkat pendidikan petani yang rendah-sedang

diperkirakan semakin sulit melaksanakan Program Upsus Padi, Jagung, dan Kedelai

dan program-program pendukungnya secara utuh karena keterbatasan wawasan;

Page 122: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

122

(7) Rata-rata umur petani sudah tua (aging) dan ketidak tertarikan generasi muda

untuk terjun ke sektor pertanian khususnya tanaman pangan, introduksi mekanisasi

pertanian dapat meningkatkan minat generasi muda; dan (8) Eksistensi dan

dinamika kelembagaan di tingkat kelompok tani rendah, sehingga posisi petani

makin lemah. Stimulan program bantuan melalui pendekatan kelompok dapat

mendorong petani mengkonsolidasikan diri dalam wadah kelompok dan gapoktan

sehingga mampu meningkatkan efisiensi produksi dan mempunyai posisi yang

seimbang dengan para pedagang.

7.2. Kabupaten Sukoharjo

Masih ada kendala yang dihadapi dalam pengembangan program Upsus baik

dari sisi teknis, ekonomi, kelembagaan dan dukungan Kebijakan. Dari sisi teknis

untuk pengembangan padi masalah yang masih dirasakan bukan masalah budidaya

tanaman padi akan tetapi terkait dengan masalah persiapan sebelum tanam dan

pendukung pada masa pertanaman, seperti : (a) keserempakan tanam, karena

tenaga kerja kurang, (b) jadwal pembagian air yang mengganggu jadwal

pengolahan lahan dan tanam, (c) pendangkalan saluran, (d) ketersediaan pupuk

sering tidak tepat waktu sesuai kebutuhan petani, dan (e) datangnya serangan OPT

yang tiba-tiba terutama hama tikus dan wereng.

Kendala yang terkait dengan masalah ekonomi adalah : (a) Petani belum

mampu mengelola cashflow keuangan usahatani secara baik, artinya hasil usaha

senantiasa digunakan habis untuk keperluan hidup, sementara untuk pemenuhan

kebutuhan biaya input produksi musim berikutnya selalu mencari-cari lagi; (b)

Walaupun sudah ada kebijakan pengadaan gabah BULOG/DOLOG dengan HPP-nya,

secara empiris dilokasi hal tersebut belum sepenuhnya dapat menangani harapan

petani yakni produksi di beli apa adanya, DOLOG-lah yang mengklasifikasi grade

setelah terkumpul di gudang dolog; (c) Jaminan harga gabah/beras, jagung, dan

kedelai belum terjamin dengan baik, kerap kali ketika panen raya datang, harga

turun sampai pada batas usahatani tidak menguntungkan. Kalaupun ada kebijakan

“Resi Gudang”, namun tetap petani tidak mampu akses atau harus ada pihak lain

yang menjembatani dengan petani.

Page 123: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

123

Masalah kelembagaan pun masih banyak yang harus dibenahi, eksistensi,

dinamika dan soliditas kelompok pun semakin menurun. Pada hal kelompok

tani/Gapoktan menjadi salah satu syarat kelompok sasaran dapat menerima

program, sehingga ada beberapa kelompok yang tumbuh karena kepentingan

bersama dan keinginan masyarakat, tetapi terkadang ditumpangi oleh kepentingan

politik sehingga kelompok tersebut menjadi tidak kuat. Selain itu, kelembagaan

petani yang ada belum terbangun secara holistik dari on farm sampai dengan off

farm, seperti pemasaran hasil, penetapan kualitas produk, dan penetapan harga.

Masalah kelembagaan ke depan yang terpenting adalah masalah penyuluh

pertanian dan pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT). Pada saat ini

posisinya sudah memprihatinkan dengan kondisi sebagai berikut : (a) Penyuluh

pertanian yang ada sudah pada mau memasuki usia pension; (b) Penyuluh THL tidak

tidak menjamin keajegannya, karena mereka tidak ada jaminan untuk menjadi PNS,

manakala ada kesempatan lain yang lebih baik, maka dengan mudah pula mereka

meninggalkan tugas sebagai THL dan karena tidak ada kepastian menjadi PNS,

semangatnya pun berbeda dengan ketika ada harapan PNS atau dibanding dengan

PNS muda; (c) Sekalipun dibantu tenaga TNI baik ditingkat Kodim pada level

kabupaten dan level desa (Babinsa), maka hal tersebut tidak mungkin terjadi

selamanya.

Dukunga kebijakan, sudah cukup banyak namun implementasinya masih

belum optimal, misalnya kelancaran penyaluran pupuk tampaknya masih harus

ditinjau kembali, karena pada nyatanya sampai saat ini masih ada beberapa masalah

: (a) belum tepat waktu datangnya, (b) jumlahnya dibatasi menurut luas, sementara

ada beberapa petani yang melebihi ketentuan luasan tersebut. Peraturan ini

dipandang kontra-produktiv dengan peningkatan produksi dan swasembada pangan,

(c) aturan menjadi terlalau rijit, misalnya karena tidak tepat waktu datangnya maka

pupuk menumpuk di gudang disalahnya juga dan dituduh sebagai menimbun pupuk.

7.3. Kabupaten Wonogiri

Mengingat potensi padi gogo di kabupaten Wonogiri cukup besar (rata-rata

areal tanam padi gogo rata-rata sekitar 17 ribu ha per tahun). Maka dalam program

UPSUS Pajale pengembangan komoditi padi gogo perlu diperhatikan. Beberapa

Page 124: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

124

permasalahan terkait dengan pengembangan padi gogo adalah teknologi yang

digunakan masih tradisional. Varietas benih yang digunakan dominan adalah

varietas lokal, walaupun sudah dirilis namun tingkat produktivitasnya masih relatif

rendah (<5 ton/Ha). Benih yang digunakan umumnya hasil dari penangkaran

sendiri, sehingga kualitas benih belum terjamin. Dari sisi positifnya, varietas lokal

tersebut relatif tahan kekeringan karena sudah beradaptasi dengan lingkungan

setempat, dengan keterbatasan input pemupukan tanaman masih bisa tumbuh

dengan baik.

Untuk alsintan pasca panen, sasaran yang akan didistribusikan menurut data

dari Ditjen Tanaman Pangan, bahwa Wonogiri mendapatkan alokasi 8 unit Combine

Harvester, menurut Dinas Pertanian alokasi alsintan tersebut kurang cocok, karena

topografi wilayah/sawah yang berbukit menyulitkan penggunaan alat tersebut. Bila

memungkinkan bisa diganti dengan alsintan terutama untuk pasca panen seperti

alsintan tresher multiguna sangat sesuai dan diperlukan petani, sehingga dapat

mebantu dalam mempercepat proses pasca panen seperti merontokkan/memipil.

Mengingat serangan OPT baik pada padi, jagung dan kedelai merupakan

permasalahan yang sering terjadi, sementara sarana penanganan OPT sangat

kurang, seperti ketersediaan hand spriyer terbatas, maka disarankan bahwa alokasi

alsintan tersebut dapat dibantu untuk dialokasikan pada petani padi, jagung maupun

kedelai.

Terkait dengan dukungan untuk fasilitasi kelancaran komunikasi, TA 2015 dari

Dinas Pertanian TPH (Bidang Sapras) mempunyai anggaran untuk pembelian modem

dan pulsa yang mencakup semua kecamatan. Namun demikian modem tersebut

tidak akan berfungsi bila tidak dilengkapi dengan komputer/laptop, karena tidak

semua koordinator penyuluh memiliki laptop. Mengingat inventaris laptop tersebut

ada usulan dari penyuluh bahwa pengadaan komputer/laptop sangat diharapkan

untuk dapat ditindaklanjuti. Dengan adanya fasilitas tersebut diharapkan akan

mempercepat dan memperlancar arus pelaporan informasi dan data utamanya

terkait dengan program UPSUS Pajale. Selama ini pelaporan dari kecamatan

(koordiantor penyuluh) hanya sebagian kecil melalui email, sebagian besar masih

melalui sms (HP) untuk tiap minggunya dan yang lokasinya relatif dekat Kantor

Dinas Pertanian TPH, biasanya langsung datang ke kantor. Dengan demikian masih

Page 125: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

125

perlu lagi untuk menginput data dari sms tersebut. Momen yang tepat untuk

pertemuan adalah tiap tanggal 1 untuk setiap bulannya atau tanggal muda lainnya

bila tanggal 1 jatuh pada hari libur, karena pada tanggal tersebut biasanya para

penyuluh datang ke kantor Dinas Pertanian TPH untuk mengambil gaji, sehingga

sekaligus melaporkan kegiatan (bulanan).

Permasalahan yang ditemukan terkait dengan pelaksanaan UPSUS Pajale di

Wonogiri, antara lain adalah bahwa SK pelaksanaan Program UPSUS Pajale belum

final, sehingga kewenangan dalam tupoksi masing-masing pelaksana masih belum

jelas. Saat ini Kadis masih mengikuti pelatihan SPAMEN, sementara PJS ditunjuk

oleh Bupati adalah ASDA II Pemda Kabupaten Wonogiri. Untuk pelaksana hariannya

banyak dilakukan olek Sekdin. Permasalahan dari SK tersebut antara lain awalnya

ditunjuk sebagai sekretariat (Posko Pajale adalah KJF) sesuai dengan Pedum bahwa

sekretaris UPSUS di tingkat Kabupaten adalah lembaga yang membawahi

penyuluhan. Namun pihak KJF keberatan, dengan alasan bahwa KJF bukan suatu

lembaga, dan apabila mengkoordinasikan diantaranya dengan Kabid merasa

kesulitan, akhirnya SK tersebut tertunda, padahan draft sudah disusun lebih dari

sebulan yang lalu. Untuk itu Tim Pendamping menyarankan agar segera

ditindaklanjuti segera. Hasil diskusi untuk solusi tersebut antara lain sekretariat

(Posko) berada di Sekdin, dalam struktur organisasi bisa memanfaatkan bagian

perencanaan (dibawah Sekdin), walaupun pelaksanaannya di KJF. Untuk

tindaklanjutnya akan dikoordinasikan dengan Kadis, minggu depan (6 April 2015)

Kadis sementara off dari SPAMEN dan bisa aktif di Dinas untuk menindaklanjuti dan

finalisasi SK tersebut.

7.4. Kabupaten Magelang

Tidak ditemukan permasalahan kelembagaan dan kebijakan dalam

pelaksanaan program Upsus padi dan jagung di Kab. Magelang. Hal ini dikarenakan

koordinasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap SKPD-nya dan

dengan Kodim serta Kementerian Pertanian berjalan sangat baik dan lancar. Bupati

Magelang sangat mendukung Program Upsus Pajale tersebut, sehingga semua

proses persiapan seperti penandatangananan MOU antara Pemda Magelang dengan

Kodim dan seterusnya dapat dilaksanakan tepat waktu.

Page 126: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

126

Permasalahan utama lebih ke masalah teknis dan budaya petani. Hasil

identifikasi yang dilakukan oleh Distanbunhut dan BP2KP, permasalahan usahatani

padi adalah adanya serangan OPT. Jenis OPT dan tingkatan serangan sebagai

berikut: (a) Serangan hama tikus 44,65 ha terbesar di Kecamatan Bandongan

mencapai 33,5 ha; (b) Serangan Tungro seluas 4,9 ha terbesar di Kecamatan

Kaliangkrik mencapai seluas 2,6 ha; (c) Serangan WBC seluas 0,5 ha terbesar di

Kecamatan Mungkid mencapai 0,2 ha; (d) Serangan hama Penggerek batang seluas

15,1 ha terbesar di Kec. Tegalrejo; (e) Serangan Blass seluas 3,1 ha terbesar di Kec.

Muntilan mencapai seluas 2,5 ha; dan (f) Serangan Kresek seluas 2,7 ha terbesar di

Kecamatan Salam seluas 1,9 ha. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan

memberitahukan secara dini kepada petani/kelompok tani agar segera

mengendalikan secara swadaya. Namun demikian untuk daerah-daerah yang luas

serangannya cukup luas langsung dibantu dengan pestisida dari Distanbunhut

Pertanian kabupaten.

Sementara itu, hasil diskusi dengan PPL dan petani termasuk staf dari

Distanbunhut dengan kelompok fungsional BP2KP, faktor yang mempengaruhi

kinerja produksi padi dan jagung serta komoditas lainnya adalah: (a) Tanaman padi

bukan tanaman utama namun sebagai penyela di delapan kecamatan. Di wilayah

ini, tanaman utama adalah hortikultura karena wilayah ini mempunyai ketinggian

yang baik untuk tanaman tersebut; (b) Budaya petani, kalau mendapat bantuan

program maka performa usahatani dan produksi tanaman akan bagus. Anjuran-

anjuran teknologi akan diterapkan, namun apabila program selesai maka petani

akan melaksanakan usahatani seperti sebelumnya. Hal ini berdampak pada

penurunan produktivitas pangan; (c) Kasus di Kecamatan Bandongan, banyak petani

dengan status penggarap, sehingga input usahatani juga terbatas; (d) Keterbatasan

modal petani untuk memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian sesuai dengan

yang dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk terbatas di pasaran sehingga petani sulit

untuk mengaksesnya; (f) Usaha pertanian bukan sumber pendapatan utama,

fenomena kerja ganda umum ditemukan dipedesaan. Pada umumnya kepemilikan

lahan petani hanya sekitar 0,3 ha dan petani sudah berusia tua. Dengan luasan

tersebut, pendapatan yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah

tangganya, sehingga petani mencari tambahan di luar pertanian terutama di sektor

Page 127: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

127

jasa. Dampaknya adalah kegiatan usahatani sering diabaikan, misalnya jadwal

pemupukan tidak dapat dilakukan secara tepat waktu, karena sedang bekerja di

kegiatan non pertanian; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan kelompok

tani jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

7.5. Kabupaten Temanggung

Beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan antara lain terus berkurangnya jumlah

SDM petugas pertanian (penyuluh pertanian, POPT) yang ada karena telah

memasuki masa purna tugas (pensiun). Sementara penambahan PNS lima tahun

terakhir belum pernah ada. Struktur Organisasi : Struktur organisasi yang baru

membuat ada beberapa kegiatan yang overloping dengan SKPD lain karena struktur

di tingkat atas (propinsi dan departemen) berada pada satu bagian, sedangkan

untuk tingkat lapangan masih adanya over lapping kegiatan pemberdayaan oleh

penyuluh dan kegiatan teknis oleh UPTD Tanbunhut Kecamatan.

Disisi lain pemanfaatan aset kebun dinas yang belum dilengkapi sarana-

prasarana dan pendanaan yang cukup memadai, sehingga dari kebun dinas yang

ada belum bisa memberikan PAD yang optimal serta belum bisa digunakan sebagai

percontohan bagi masyarakat. Alokasi dana dalam mencukupi kebutuhan kegiatan

pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan peran APBD masih tergolong

rendah, proporsi sumber dana bersumber dari APBD 54% sedangkan sisanya

(55,56%) berasal dari dana APBN dan APBD propinsi. Kendala utama pembangunan

pertanian adalah masih rendahnya kepemilikan lahan garapan petani yang hanya

0,39 Ha, sehingga untuk usaha kegiatan tidak efektif. Perubahan alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian yang terus berlangsung, terutama untuk industri

dan perumahan. Selain itu, tingkat pengetahuan dan ketrampilan para petani relatif

rendah. Belum optimalnya penggunaan teknologi tepat guna bagi budidaya padi,

jagung dan kedelai. Belum membudayanya usaha agribisnis dan agroindustri di

kalangan petani dan tingginya serangan hama dan penyakit berpengaruh terhadap

produksi dan produktivitas tanaman.

Langkah-langkah antisipasi dan koreksi yang akan ditempuh guna perbaikan

dalam rangka menghadapi berbagai kendala diatas yaitu mengusulkan tambahan

Page 128: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

128

pegawai negeri sipil (PNS) untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan

pertanian dan pelayanan publik serta melakukan pelatihan untuk meningkatkan

kualitas pegawai. Melakukan koordinasi efektif di semua level organisasi pemerintah

untuk memperoleh sinergi dalam setiap kegiatan serta mengusulkan adanya

tambahan struktur yang sama antara level kabupaten dan kecamatan. Pemerintah

Daerah perlu mengusulkan evaluasi dan peninjauan kembali struktur organisasi

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

Dari sisi pemanfaatan aset maka perlu kecukupan sarana dan prasarana

termasuk pendanaan untuk mengefektifkan fungsi dan manfaat kebun dinas. Dana

perimbangan keuangan dan pendanaan daerah serta terus melakukan upaya

menjaring dana untuk kegiatan sektor pertanian dan kehutanan baik dari tingkat

pusat (DAK, APBN, TP) maupun dari tingkat propinsi. Kegiatan pembangunan

pertanian dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman (IP) untuk mengatasi

kecilnya penguasaan lahan dengan mengembangkan jaringan irigasi tersier di

tingkat pedesaan dan tingkat usaha tani. Mengendalikan terjadinya perubahan

fungsi lahan melalui regulasi dan law enforcement yang kuat. Pentingnya melakukan

diversifikasi usahatani tanaman pangan dan hortikultura, meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelatihan SDM petani. Optimalisasi penggunaan teknologi tepat guna dan

alsintan untuk usahatani padi, jagung dan kedelai. Mengusulkan dana proteksi dan

perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit sehingga dapat

mengamankan produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pemberdayaan dan

penumbuhan partisipasi kemandirian petani sehingga ketergantungan pada program

pemerintah dapat diminimalisir. Dilaksanakan melalui fasilitasi kemitraan, insentif

bagi investasi pertanian, pelatihan bagi petani, dan fasilitasi wirausaha off farm.

Page 129: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

129

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN

8.1. Kabupaten Klaten

1. Susunan organisasi penyelenggara peningkatan produksi pangan strategis

nasional, terdiri atas: (a) Tim Pelaksana Kecamatan, (b) Tim Pelaksana

Kabupaten/Kota, (c) Tim Pembina, dan (d) Tim Pengendali. Status

lembaga pemerintah yang membidangi pertanian dalam susunan

organisasi pada masing-masing tingkatan akan menentukan tugas pokok

dan fungsi atau peran masing-masing dalam pelaksanaan Program Upsus

Padi, Jagung, dan Kedelai dalam rangka mendukung swasembada pangan

nasional.

2. Pelaksanaan program-program pembangunan pertanian di lapang perlu

adanya mekanisme koordinasi, hubungan kerja dan pelaporan secara

berjenjang secara efektif dan efisien. Terwujudnya mekanisme dan

hubungan kerja yang harmonis dan sinergis melalui koordinasi

pengendalian dari tingkat pusat, pembinaan dari tingkat provinsi, dan

pelaksanaan di tingkat kabupaten dan kecamatan antar lembaga terkait

sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Upsus Padi,

Jagung dan Kedelai. Pentingnya dilakukan evaluasi program dari tahap

awal/kebutuhan hingga evaluasi dampak untuk mendapatkan umpan balik

dan dapat untuk penyempurnaan program-program selanjutnya.

3. Beberapa kendala teknis dalam melaksanakan program upsus padi jadung

dan kedelai di Kabupaten Klaten adalah : (1) Masalah ketersediaan air

irigasi pada MK dan kebanjiran akibat luapan sungai dan infrastruktur

irigasi yang rusak; (2) Kurang tersedianya benih unggul terutama untuk

komoditas kedelai dan teknologi budidaya spesifik lokasi; (3) Kurang

tersedianya alat dan mesin pertanian untuk panen dan pasca panen; (4)

Kurangnya jumlah dan kualitas penyuluh pertanian; (5) Adanya serangan

OPT terutama serangan hama tikus, wereng cokelat, sundep dan beluk,

serta penyakit blas pada padi, bulai pada jagung, dan daun keriting pada

kedelai; dan (6) Rusak dan terbatas infrastruktur pertanian di jaringan

Page 130: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

130

tersier, seperti infrastruktur irigasi dan jalan usahatani, serta infrastruktur

pemasaran.

4. Beberapa kendala ekonomi adalah : (1) Lemahnya permodalan petani baik

investasi (alsintan) maupun modal kerja; (2) Fluktuasi harga hasil

pertanian yang tinggi, terutama rendahnya harga jual relatif hasil

pertanian terutama pada saat panen raya; (3) Kecenderungan

meningkatnya harga-harga input pertanian; (4) Terbatasnya ketersediaan

tenaga kerja keluarga dan tingginya tingkat upah diperdesaan; dan (5)

Belum berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian di perdesaan,

menyebabkan nilai tambah tidak dinikmati masyarakat perdesaan.

5. Beberapa kendala sosial kelembagaan adalah : (1) Luas penguasaan lahan

petani yang kecil menyebabkan rendahnya efisiensi usahatani; (2)

Sebagian petani berstatus sebagai petani penggarap menyebabkan

sebagian petani tidak dapat mengambil keputusan terkait dengan kegiatan

program-program pemerintah; (3) Keberadaan kelembagaan kelompok

kerja penanam padi, akan menghambat penerapan sistem tanam Jajar

Legowo pada padi dan menghambat introduksi transpanter untuk

menanam padi; (4) Persepsi petani bahwa komoditas padi adalah

komoditas utama sedangkan komoditas lain hanyalah komoditas

sampingan dapat menghambat pencapaian target produksi jagung dan

kedelai; (5) Kurangnya jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) sehingga

petani berperilaku menghindari resiko; (6) Rendahnya tingkat pendidikan

petani sehingga menghambat adopsi teknologi; (7) Secara umum umur

petani sudah tua atau kondisi aging, sementara generasi muda untuk

terjun ke sektor pertanian; dan (8) Eksistensi dan dinamika kelembagaan

di tingkat kelompok tani rendah, sehingga posisi petani makin lemah.

6. Keberlanjutan Program Upsus mendukung swasembada padi, jagung, dan

kedelai secara berkelanjutan sangat ditentukan oleh aspek pelaksanaan

program, aspek pendukung, dan aspek promosi. Pada aspek pelaksanaan

perlu memperhatikan : (1) Adanya Pedum, Juklak, Juknis, dan buku

panduan yang mudah dipahami dan diimplementasikan di lapang; (2)

Sosialisasi program secara berkala agar pelaksana dan pendamping

Page 131: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

131

Program Upsus Pajale termotivasi untuk melaksanakan perannya dengan

sebaik-baiknya; (3) Pelaksana dan pendamping memiliki kompetensi baik

dalam keterampilan teknis, kapabilitas manajerial, dan dalam

menggerakkan anggota kelompok; (4) Kegiatan pendampingan dilakukan

secara berkala sehingga tujuan tercapai sesuai rencana dan target yang

ditetapkan; (5) Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk

mendapatkan data dan informasi serta umpan balik (feed back) yang

berguna untuk perbaikan model dan pemecahan teknis lapangan.

7. Pada aspek pendukung perlu dilakukan : (1) Perencanaan kebutuhan

benih/bibit, pupuk, serta pestisida kimiawi dan nabati dalam satu kawasan

siapa yang menyiapkan, jumlah dan waktu yang tepat; (2) Perlu

pembangungan infrastruktur irigasi, jalan usahatani, bantuan alat dan

mesin pertanian, serta bantuan input produksi; (3) Perlu ketersedian dan

akses terhadap sumber-sumber permodalan; (4) Pentingnya lembaga

pasar untuk menampung kelebihan produksi (pasar tani/pasar desa,

koperasi, BUMD KUA dengan perusahaan pertanian).

8. Pada aspek promosi Program Upsus Pajale perlu terus dilakukan : (1)

rapat koordinasi, temu teknis, dan temu lapang dilakukan secara berkala

untuk memotivasi pelaksana dan pendamping dan petani peserta program

dalam melaksanakan Upsus Padi jagung dan kedelai; (2) Advokasi

program secara berkala ke Pemangku kebijakan baik di tingkat Provinsi,

Kabupaten, Kecamatan, dan Desa, tentang manfaat dan pentingnya

Program Upsus Padi jagung dan Kedelai dalam mendukung pencapaian

swasembada pangan berkelanjutan, (3) Disamping itu, pentingnya

melakukan stabilisasi harga melalui penentuan harga pembelian

pemerintah/HPP (gabah/besar, jagung dan kedelai) dan peningkatan

dayaserap BULOG.

8.2. Kabupaten Sukoharjo

9. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa : (a) pencapaian UPSUS

dalam rangka peningkatan padi, jagung dan kedelai dapat dicapai dengan

cukup baik berkisar antara (63-98 %); (b) Optimis jika tidak terjadi

Page 132: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

132

perubahan kondisi alam yang tiba-tiba, maka sasaran tanam dan produksi

yang telah ditetapkan paling tidak padi dan jagung dapat dicapai; (c)

Peran koordinasi pada berbagai level terutama pada level kabupaten, telah

memberikan dampak positif terhadap pencapaian Program Upsus Pajale,

kualitas dan kontinuitas data; (d) Namun demikian masil ada beberapa

masalah yang harus diperbaiki dalam kerangka lebih meningkatkan

pencapaian Program Upsus Pajale tersebut; dan (e) Perbaikan pengelolaan

dan program itu sendiri tetap masih diperlukan sesuai dari hasil evaluasi

demi kesempurnaan program di masa yang akan datang.

10. Hasil dari kunjungan lapangan, terdapat beberapa potensi sebagai trigger

yang dapat mendongkrak produksi khususnya padi di Kabuapten

Sukoharjo, diantraranya adalah : (1) Perbaikan pasokan air secara

menyeluruh, bukan hanya pada tingkat sekunder dan tersier, tetapi

menyeluruh dari mulai perbaikan pada wilayah areal tangkapan air,

primer, sekunder dan tersier. Sementara itu, sesuai tupoksi Kementerian

Pertanian yang dilakukukan oleh Program Upsus Pajale lebih banyak di

jaringan tersier, diduga itu tidak akan efektif. Perbaikan infrastruktur

irigasi secara menyeluruh perlu ada koordinasi aksi dan anggaran antara

pusat (Kementerian PU dan Perumahan Rakyat dengan kementerian

Pertanian), tingkat I dan tingkat II (Dinas Pertanian dan PU Pengairan)

sesuai dengan peraturan yang ada dalam pemeliharaan jaringan irigasi,

hasil koordinasi ditetapkan mana yang lebih prioritas; (2) Terjaminnya

ketersediaan sarana pengawasan OPT baik dari jumlah POPT maupun

ketersediaan pestisida, dan kegiatan pengamatanya. Dari pengalaman

selama ini penurunan produksi akibat OPT lebih signifikan. Di Sukoharjo

pada tahun 2011 telah terjadi PUSO pertanaman padi seluas 4.094 ha

akibat serangan hama wereng coklat, pada tahun 2012 puso seluas 1.127

ha serangan wereng coklat, pada tahun 2013 telah puso 109 ha akibat

kekeringan dan 10 ha serangan tikus, dan pada tahun 2014 puso 20 ha

serangan wereng coklat dan 4 ha serangan hama tikus; (3) Terjaminnya

ketersediaan sarana produksi terutama pupuk baik jumlah, kualitas, waktu

dan tempat; (4) Tersedianya ragam varietas, karena dengan memacu IP

Page 133: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

133

menjadi di atas 250 % menunutut jaminan kualitas benih dan pergiliran

varietas menjadi satu keharusan untuk menghindarkan munculnya OPT

secara ekplosif; dan (5) Pentingnya meningkatkan efisiensi manajemen

pengelolaan usahatani padi, di Sukoharjo di coba dengan membuat

”Pertanian Modern” yang mengarah kepada Corporate Farming.

11. Hasil peninjauan ”Pertanian Modern” di Kecamatan Tawangsari, Desa

Dalangan. Merupakan projek percontohan pertanian yang di integrasikan

dan menggunakan mekanisasi penuh (traktor, tranplanter, dan harvester).

Namun yang baru terintegrasi adalah pengolahan tanah dan tanam serta

sebagian ada penggabungan dalam pengelolaan petakan sawah.

Sementara untuk pemeliharaan, panen dan penjualan hasil masih

dilakukan masing-masing anggota. Luas program Pertanian Modern adalah

100 ha, ditambah swadaya 70 ha. Fasilitas yang digunakan pada saat ini

adalah 2 unit traktor roda 4, 1 unti traktor roda 2, 2 unit combine

harvester, 3 unit rcie tranplanter, 2 UPO. Permasalahan yang masih

dihadapi pada saat ini, terutama untuk menjadi full corporate farming

adalah (a) kurangan traktor 3 unit, (b) kekurangan transplanter 3 unit,

termasuk tray-nya sejumlah 34 ribu tray, sementara 1 unit transplanter

hanya 150 tray harganya Rp 35.000/tray, (c) gudang alsintan dan

perbengkelan, (d) RMU untuk menggiling sejumlah 1000 ton per musim,

serta (e) gundang gabah untuk sekitar 1000 ton per musim.

12. Beberapa perbaikan terhadap Program Upsus Pajale dalam rangka

meningkatkan efektivitas dalam pencapaian peningkatan produksi Padi,

Jagung dan Kedelai adalah : (a) Alokasi anggaran untuk alsitan terlalu

besar, sementara untuk keperluan lain dalam rangka pencapaian produksi

terlupakan seperti untuk pemberdayaan petani dan kelembagaan petani,

pelatihan pendamping, penangan pasaca panen (gudang) dan sarana

penangan OPT. Sementara untuk traktor sebenarnya dimasyarakat sudah

cukup banyak dan mampu membeli sendiri untuk usaha pengolahan

lahan; (b) Satuan unit cost yang ditetapkan pusat dalam rangka

pengangaran UPSUS, seperti satuan biaya rehabilitasi dan pembuatan

embung per hektar sangat tidak logis dan akan menjadi tidak efisien dan

Page 134: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

134

tidak efektif manfaat anggaran tersebut, karena pada kondisi tertentu

anggaran ”mengantung” tidak ada manfaatnya. Sebaiknya satuan unit

cost dibuat per satuan bangunan fisik (m2 bangunan fisik); (b) Program

Upsus Pajele belum kelihatan adanya aloaksi anggaran yang jelas dan

koordinatif antara pusat, provinsi dan kabuapten dalam rehabilitasi irigasi,

karena dalam undang-undang bahwa masing-masing ada kewenangan

rehabilitasi antara pusat, provinsi dan kabupaten. Berapapun alokasi dan

kegiatan rehabilitasi di tingkat daerah kalau ditingkat kewenangan provinsi

dan pusat tidak diperhatikan sama sekali tidak akan efektif; (c) Alokasi

tidak seimbang antara kegiatan, misalnya untuk pendampingan sangat

kecil atau tidak ada, padahal petugas di ujung tombak dengan adanya

UPSUS baik volume pekerjaan dan sarana yang digunakan lebih banyak

atau bertambah.

8.3. Kabupaten Wonogiri

13. Potensi Lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri didominani lahan kering,

terutama untuk palawija dan padi gogo. Selain itu wilayah pertanian baik

sawah maupun lahan kering didominasi dengan topografi berbukit. Oleh

karena itu teknologi dan bantuan yang dialokasikan ke wilayah ini perlu

memperhatikan kondisi biofisik tersebut.

14. Berdasarkan evaluasi target dan perkembangan realisasi luas tanam untuk

Program Upsus Padi Jagung dan Kedelai, menunjukkan bahwa capaian

untuk areal tanam padi terhadap target mencapai >100%. Namun capaian

sasaran yang melebihi dari target tersebut lebih disebabkan kontribusi

areal tanam padi gogo, sementara untuk luas tanam padi sawah masih

belum mencapai target. Oleh karena itu diperlukan terobosan kebijakan

untuk lebih menekankan pengembangan Program Upsus untuk padi

sawah, mengingat masih ada kesenjangan dibanding potensi yang ada.

15. Untuk komoditas jagung dan kedelai masih belum mencapai target areal

tanam pada periode Oktber 2014-Maret 2015, masing-masing capaian

menunjukkan (83 %) untuk komoditas jagung dan (96 %) untuk

komoditas kedelai. Masalah utama tidak tercapainya sasaran tanam

Page 135: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

135

tersebut, antara lain persaingan penggunaan lahan untuk komoditas lain,

seperti tembakau, sayuran atau tanaman lainnya. Petani pada umumnya

masih ragu dalam mengusahakan tanaman jagung dan kedelai bila tidak

jaminan pasar dan harga produk tersebut.

16. Dalam arus pelaporan data mingguan masih terkendala dengan

komunikasi dari kecamatan, karena sebagian lokasi kecamatan relatif jauh,

sehingga untuk solusi kelancaran pelaporan data dengan menggunakan

short message service (sms), sehingga hanya data kumulatif kecamatan

yang dilaporkan, sedangkan data per desa tidak bisa dilaporkan tiap

minggu. Untuk kelancaran tersebut petugas di kecamatan (koordinator

Kecamatan) sebaiknya difasilitasi alat komunikasi seperti laptop dan

modem, dengan demikian mereka bisa akses internet untuk sarana dalam

rangka mempercepat alur pelaporan data dan juga dapat sebagai wahana

untuk melaporkan bila ada permasalaha di lapang, sehingga akan lebih

cepat tertangani.

17. Kendala dan permasalahan pokok yang dihadapi tercakup masalah teknis,

ekonomi dan sosial kelembagaan. Masalah teknis yang sangat dirasakan

adalah masalah kekurangan air saat awal tanam, sehingga bantuan

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dan pompa air sangat

diperlukan. Masalah ekonomi utama adalah tidak adanya jaminan pasar

dan harga terutama untuk produk jagung dan kedelai. Masalah

kelembagaan yang ada adalah masih belum terbangunnya koordinasi yang

efektif antara Dinas Pertanian dengan KJF, terutama terkait siapa yang

bertanggung jawab terhadap pelaporan, namun akhirnya disepakati

Subdin Dinas Pertanian yang menangani hal tersebut.

8.4. Kabupaten Magelang

18. Kabupaten Magelang termasuk salah satu sentra pangan dengan

komoditas pangan utama adalah padi dan jagung. Sebagian besar

penduduk bekerja di sektor pertanian dengan rata-rata pendidikan yang

masih relatif rendah. Terkait dengan program upaya khusus padi, jagung

dan kedelai, persiapan program dapat dilakukan dengan baik, yang

Page 136: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

136

tercermin dari terlaksananya semua ketentuan program seperti

penandatanganan MOU antar pemerintah daerah dan Kodim, sosialisasi

dan koordinasi antara lembaga terkait (Distanbunhut, BP2KP, Kodim,

BPS), sosialisasi tingkat kecamatan dan desa serta lancarnya pelaporan

perkembangan program secara mingguan. Realisasi tanam padi juga

melebihi target yaitu sekitar 107 persen.

19. Sektor pertanian di wilayah ini masih menjadi tumpuan kehidupan

masyarakat tani, oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas pangan

harus terus dilakukan tidak hanya bersumber pada dana APBD akan tetapi

juga dana APBD dan memanfaatkan sumber dana dari swasta, misal dari

CSR. Selain itu, dalam upaya mencapai target swasembada di Kab.

Magelang perlu ditingkatkan dan diintensifkan dengan keterbukaan,

transparansi termasuk dalam hal data yang relevan, sehingga terwujud

slogan “bekerja bersama-sama dan bersama-sama bekerja” antar

stakeholder yang bertanggung jawab terhadap program upaya khusus

padi dan jagung.

20. Beberapa kendala dan permasalahan pokok dalam pencapaian Program

Upsus Pajele di Kabupaten Magelang adalah: (a) Di beberapa kecamatan

terutama dataran tinggi tanaman padi, jagung dan kedelai bukan

merupakan tanaman utama namun sebagai penyela atau sampingan,

sedangkan komoditas hortikultura adalah tanaman utamanya; (b) Kinerja

usahatani sangat tergantung pada ada tidaknya program, kalau mendapat

bantuan program maka performa usahatani dan produksi tanaman akan

bagus dan akan menurun kinerjanya jika program sudah selesai; (c) Di

beberapa kecamatan banyak dijumpai petani dengan status penggarap,

sehingga penggunaan input produksi juga terbatas; (d) Keterbatasan

modal petani untuk memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian

sesuai dengan yang dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk terbatas di

pasaran sehingga petani sulit untuk mengaksesnya; (f) Usaha pertanian

bukan sumber pendapatan utama, fenomena kerja ganda umum

ditemukan dipedesaan; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan

kelompok tani jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

Page 137: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

137

8.5. Kabupaten Temanggung

21. Potensi lahan sawah dan lahan sawah irigasi di Kabupaten Temanggung

relatif terbatas. Pada tahun 2013 produksi padi sekitar 150.287,94 ton,

mengalami penurunan sebesar 5,89 persen thd tahun 2012. Hal tersebut

disebabkan oleh terjadi penurunan luas areal tanam padi dan

produktivitas. Oleh karena itu, Program Upsus Pajale harus

mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan produktivitas padi, jagung

dan kedelai dengan introduksi teknologi yang lebih maju, perbaikan

efisisnsi teknis, dan peningkatan indek pertanaman (IP).

22. Dalam pelaksanaan Program UPUS Pajale telah dibentuk struktur

organisasi yang terdiri dari ketua yang dalam hal ini adalah Ka.

Dintanbunhut, sekretaris Ka. Bappeluh. Sementara anggota terdiri dari

Ka. KKP (Kantor Ketahanan Pangan, Ka. Dinas Pekerjaan Umum, Kabid

TPH, Ka Lab HPT Kedu, Ka. BAPPEDA, Ka. BPS, DANDIM kab.

Temanggung, Pendamping Tim UPSUS dari Kementan, dan Pendamping

Tim UPSUS dari BPTP Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan program dan

pelaporan belum terdapat koordinasi secara efektif

23. Beberapa kendala dan permasalahan pokok dalam pencapaian Program

Upsus Pajele di Kabupaten Temanggung adalah: (a) Di beberapa

kecamatan tanaman padi, jagung dan kedelai bukan merupakan tanaman

utama namun sebagai penyela atau sampingan untuk tembakau; (b)

Kinerja usahatani padi, jagung dan kedelai sangat tergantung pada ada

tidaknya program, kalau mendapat bantuan program maka performa

usahatani dan produksi tanaman tersebut akan baik dan akan menurun

kinerjanya jika program tersebut sudah selesai; (c) Banyak petani di

beberapa kecamatan hanya sebagai petani penggarap, sehingga kurang

berani mengambil keputusan terkait program pemerintah dan penggunaan

input produksi dalam usahataninya; (d) Keterbatasan modal petani untuk

memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian sesuai dengan yang

dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk yang tidak tepat jumlah, kualitas,

waktu dan tempat, sehingga berpengaruh terhadap capaian kinerja

Page 138: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

138

usahatani; (f) Usahatani padi bukan sumber pendapatan utama tetapi

lebih bertumpu pada komoditas utama tembakau, pelaksanaan program

Upsus Pajale harus memperhatikan keberadaan komoditas utama

tersebut; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan kelompok tani

jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

24. Dalam upaya mendukung program swasembada padi, pemerintah daerah

Kab. Temangung merencanakan untuk tanam padi seluas 27,78 ribu ha

yang tersebar di 20 kecamatan dengan perkiraan produksi hasil panen

padi sebanyak 171,98 ribu ton (GKG) . Guna mencapai sasaran tersebut,

upaya pencapaian melalui beberapa kegiatan program UPSUS diantaranya

Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi (RJI) seluas 2700 ha, Program GP

PTT seluas 2000 ha, Program Optimalisasi lahan (OPLA) seluas 600 ha,

Program SLPTT padi unggul seluas 80 ha, Program Pengembangan Padi

Organik seluas 110 ha dan Swadaya petani seluas 20.794. Dari beberapa

program pengembangan tersebut diharapkan tanaman padi sejak bulan

Oktober 2014 s/d September 2015 adalah diperkirakan 27,78 ribu ha.

Beberapa hambatan yang dihadapi adalah berkurangnya SDM karena telah

memasuki masa purna tugas. Disamping itu struktur organisasi yang baru

membuat beberapa kegiatan yang over lapping dengan SKPD lain,

sedangkan untuk tingkat lapangan masih adanya over lapping kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan Ardi, 2009 (Wonogiri)

BPS. 2013. Klaten Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Klaten.

BPS. 2013. Magelang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.

Magelang.

BPS. 2013. Sukoharjo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.

Sukoharjo.

BPS. 2013. Temanggung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Temanggung. Temanggung.

Page 139: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

139

BPS. 2013. Wonogiri Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. Wonogiri.

Coelli, T.J; D.S.P. Rao and G.E. Battese. 1998. An Introduction to Efficiency and Productivity Analysis. Boston: Kluwer Academic Publisher.

Ditjen Tanaman Pangan. 2015. Pedoman Teknis GP-PTT Padi 2015. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Disperta. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten.

Disperta. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo.

Sukoharjo.

Disperbunhut. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Magelang.

Disperbunhut. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung. Temanggung.

Disperta. 2013. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri. Wonogiri.

Ellis, F. 1988. Peasant Economics : Farm Household and Agricultural Development.

Cambridge University Press. Cambridge.

FAO. 2011. Save and Grow. A Policy Maker’s Guide to the Sustainable

Intensification of Smallholder Crop Production. Food and Agriculture Organization. Rome.

Ghatak, S., and K. Ingersent. 1984. Agricultural and Economic Development. The

John Hopkins University Press. Baltimore, Meryland.

Kasryno, F. , P. Simatupang, E. Pasandaran, dan S. Adiningsih. 2001. Reformulasi Kebijaksanaan Perberasan Nasional. Forum Agro Ekonomi, 19 (2): 1 – 23.

Saptana, H. P. S, Rachman dan T. B. Purwantini. 2003. Struktur Penguasaan Lahan

dan Kelembagaan Pasar Lahan di Pedesaan. Prosiding: Efisiensi dan Dayasaing Sistem Usahatani Beberapa Komoditas Pertanian di Lahan sawah.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. Bogor.

Simatupang, P. 2000. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya

Mengatasinya. Makalah disampaikan pada Pra Seminar Nasional Sektor Pertanian Tahun 2001: Kendala, Tantangan dan Prospek, Bogor 4 Oktober

2000.

Sumaryanto, Syahyuti, Saptana, Bi Irawan, dan A. M. Hurun. 2002. Dimensi Sosial

Ekonomi Masalah Pertanahan di Indonesia: Implikasinya Terhadap Pembaruan Agraria. Makalah disampaikan Dalam rangka Ekpose Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan

Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor.

Page 140: KAJIAN PERSIAPAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2015_12.pdf · Rendah dan tidak stabilnya pertumbuhan produksi padi, ... data sekunder

140

Suryana, A. 2013b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Disampaikan dalam Kuliah Umum Mahasiswa Sarjana dan Pasca Sarjana Jurusan Agribisnis IPB. 14 Desember 2013. Bogor.

Wong, Larry C. Y. 2007. Development of Malaysia’s Agricultural Sector : Agriculture

as an Engine Growth?. Presented at the ISEAS “Conference on the Malaysia’s Economy : Development and Challenges”, 25-26 January 2007. ISEAS, Singapura.