konsorsium penelitian prospek pertumbuhan pangan dalam...

54
PROPOSAL PENELITIAN OPERASIONAL TA. 2013 KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM KONTEKS PROGRAM MP3EI Hermanto Erizal Jamal I Wayan Rusastra Benny Rachman Adang Agustian Supena Friyatno Deri Hidayat Agung Prabowo Irsal Las Haris Syahbuddin Retno Sri Hartati M Syamsul Bahri Setiyadjit PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Upload: vuonglien

Post on 16-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

PROPOSAL PENELITIAN OPERASIONAL TA. 2013

KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM KONTEKS PROGRAM MP3EI

Hermanto Erizal Jamal

I Wayan Rusastra Benny Rachman Adang Agustian Supena Friyatno

Deri Hidayat Agung Prabowo

Irsal Las Haris Syahbuddin

Retno Sri Hartati M Syamsul Bahri

Setiyadjit

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Page 2: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

2

KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PRODUKSI PANGAN DALAM KONTEKS PROGRAM MP3EI

RINGKASAN

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

2011-2025 yang diluncurkan tanggal 27 Mei 2011 oleh Presiden Republik Indonesia, merupakan salah satu pedoman pembangunan ekonomi yang digunakan oleh pemerintah dalam melakukan percepatan pembangunan Negara Indonesia menuju Negara yang adil dan makmur di tahun 2025. MP3EI merupakan dokumen perencanaan yang melengkapi dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

Kerangka desain MP3EI didukung oleh tiga pilar yaitu 1) pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, 2) penguatan konektivitas nasional, dan 3) penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Pengembangan potensi ekonomi mencakup 8 program utama yang terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama, yang dituangkan dalam 6 koridor pembangunan atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan wilayah, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sedangkan peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional sangat vital dikarenakan mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi.

Dalam konteks MP3EI, pengembangan pangan akan lebih terpusat di koridor Sulawesi serta koridor Maluku dan Papua. Namun disadari bahwa pada koridor lain, katakanlah Jawa dan Kalimantan, walaupun pangan tidak menjadi prioritas, namun karena basis potensi pangan yang sangat besar di wilayah ini maka pengembangannya tetap memerlukan perhatian khusus. Terkait dengan kondisi ini, Badan Litbang Pertanian memandang perlu untuk dapat melakukan kajian tentang peranan pertanian pada beberapa koridor ekonomi. Kajian ini akan dilengkapi dengan beberapa hasil simulasi tentang dampak pembangunan pangan dan pertanian di koridor terpilih yaitu Jawa, Sulawesi dan Kalimantan, bila MP3EI dilaksanakan secara konsisten sesuai konsep awal. Lokasi kajian yaitu untuk Koridor Jawa adalah: Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, di Koridor Sulawesi adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan di Koridor Kalimantan adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Diharapkan melalui kajian ini dapat dirumuskan beberapa saran rekomendasi kebijakan bagi penyempurnan perencanaan dan pelaksanaan MP3EI ke depan, terutama dalam kaitannya dengan sektor pertanian. Kajian ini akan dilakukan peneliti lintas instansi dan lembaga, data yang dikumpulkan mencakup data primer dan sekunder, serta analisis data baik dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Page 3: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini masih terjadi kesenjangan penafsiran tentang arti penting

pertanian atau lebih spesifik lagi pangan dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia. Dalam ringkasan eksekutif dokumen SIPP (Strategi Induk

Pembangunan Pertanian) 2013-2045 tertulis ...paradigma pertanian untuk

pembangunan menyatakan bahwa pembangunan perekonomian nasional

dirancang dan dilaksanakan berdasarkan tahapan pembangunan pertanian dan

menjadikan sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan

(Kementerian Pertanian, 2012). Sementara dalam rangkuman dokumen Komite

Ekonomi Nasional, tidak ada satu katapun menyebut pertanian apalagi pangan

(KEN, 2012).

Kementerian Pertanian dengan SIPP-nya yang didukung beberapa ahli yang

memang mempunyai perhatian terhadap pembangunan pertanian, melihat

demikian pentingnya pertanian sebagai motor penggerak perekonomian nasional,

sehingga merekomendasikan perubahan yang fundamental dalam perencanaan

pembangunan nasional, terutama terhadap positioning pertanian. Sementara KEN

yang dominan praktisi dan ekonom yang lebih memberi perhatian pada berbagai

kebijakan moneter dan fiskal, belum dengan baik melihat posisi pertanian dalam

perekonomian nasional. Pertanian lebih dilihat dalam perannya pada penciptaan

devisa pada komoditas yang berorientasi ekspor.

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) 2011-2025 yang diluncurkan tanggal 27 Mei 2011 oleh Presiden Republik

Indonesia, merupakan salah satu pedoman pembangunan ekonomi yang

digunakan oleh pemerintah dalam melakukan percepatan pembangunan

Indonesia menuju negara yang adil dan makmur di tahun 2025. Konsep MP3EI

adalah meningkatkan kegiatan ekonomi melalui investasi guna memacu produksi

dengan penyediaan fasilitas perekonomian. Jika MP3EI dalam implementasinya

sesuai rencana, tiap-tiap koridor akan menjadi kawasan ekonomi yang kuat,

menjadi hub atau penghubung antarkawasan, menarik bagi investor, yang pada

akhirnya diharapkan terjadinya trickle down effect.

Page 4: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

4

Upaya masih diperlukannya melihat posisi Koridor Jawa sebagai penyangga

pangan nasional, mengingat sumbangan Koridor Jawa terhadap produksi Pangan

nasional masih sekitar 55 persen. Disisi lain pengembangan tanaman pangan

secara umum masih mengalami hambatan seperti: (1) masih rendahnya tingkat

adopsi teknologi budidaya spesifik lokasi di tingkat petani, sebagai akibat

rendahnya kemampuan permodalan petani untuk dapat menyerap perkembangan

teknologi produksi yang cukup pesat, (2) terdapatnya persaingan (kompetisi)

tanaman pada lahan usahatani, dengan tanaman lain yang memiliki profitabilitas

usahatani yang lebih tinggi, (3) Cukup banyaknya serangan hama penyakit

tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai, dan (4) Kondisi iklim yang

seringkali kurang bersahabat, sehingga produktivitasnya juga rendah (Agustian,

et.al, 2012). Menurut Adnyana (2008) bahwa sistem ketahanan pangan harus

bersifat berkelanjutan. Ketahanan pangan terlanjutkan tampaknya harus didukung

perluasan areal tanam melalui: (1) pemanfaatan lahan tidur; (2) pembukaan lahan

baru dengan delineasi yang akurat; dan (3) peningkatan indeks pertanaman pada

lahan sawah irigasi, minimal 250 persen.

Pertanyaannya adalah bagaimana posisi pembangunan pertanian misalnya

di Koridor Jawa dan Kalimantan yang tidak secara eksplisit menyebutkan pertanian

dan pangan sebagai tema pembangunannya. Untuk kasus Jawa misalnya, tentu

perlu ada kejelasan bagaimana peran dan posisi pembangunan pertanian di

wilayah ini dan juga kajian tentang perkiraan kondisi ke depan bila konsep MP3EI

dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan yang direncanakan. Demikian juga

pada koridor lainnya yang menempatkan pertanian sebagai prioritas, seperti

Sulawesi, bagaimana posisi dan peranan pertanian di koridor ini ke depan, apakah

sudah bisa menggantikan peran Jawa sebagai sentra produksi pangan. Sentra

Kalimantan yang ditetapkan sebagai lumbung energi dan tambang juga menarik

untuk di telaah, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan sentra pangan

dalam bentuk food estate di berbagai lokasi. Berdasarkan pemikiran ini dipandang

perlu adanya kajian yang komprehensif tentang peran dan posisi pembangunan

pertanian dan pangan di setiap koridor, baik kondisi saat ini maupun prakiraan ke

depan bila MP3EI direalisasikan.

Page 5: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

5

1.2. Dasar Pertimbangan

Secara umum banyak kekuatiran dilontarkan berbagai kalangan terhadap

rencana implementasi MP3EI (Salim, 2012), kekuatiran itu mengerucut pada satu

hal yaitu terabaikannya pembangunan pertanian sebagai basis pembangunan

nasional. Perhatian utama banyak diarahkan pada koridor Jawa yang lebih

diarahkan sebagai pendorong industri dan jasa nasional. Faktanya sampai tahun

2011, kegiatan pertanian utama Indonesia, terutama yang terkait dengan pangan

masih berbasis di Jawa. Menurut Haryono (2012) Luas P. Jawa hanya 7% dari

daratan Indonesia, kontribusinya sangat berdasar terhadap ketahanan pangan

diperkirakan sekitar 55 %, diantaranya dalam produksi Beras (54,6%), Jagung

(53,5%), Kedelai (67,5%), Gula (54,4%) dan Sapi (51,3%).

Berdasarkan hasil kajian Haryono (2012) dikemukakan bahwa salah satu

potensi bagi pemenuhan pangan ke depan adalah pada lahan sub optimal yang

banyak tersedia di Kalimantan. Pada koridor ini titik perhatian lebih banyak pada

usaha pertambangan serta sumber energi lainnya, yang dalam banyak kasus tidak

sepenuhnya sejalan dengan upaya pengembangan pertanian. Oleh karena itu,

potret tentang potensi pengembangan pertanian di wilayah ini serta dampak

pengembangan MP3EI bagi upaya mewujudkan potensi lahan sub-optimal

memerlukan kajian yang menyeluruh. Di koridor Sulawesi yang diarahkan sebagai

pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas,

dan pertambangan nasional, diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional

terhadap pasar Asia Timur, Australia, dan Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi

memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan

unggulannya.

Antisipasinya adalah bagaimana mensinkronkan berbagai pusat produksi di

atas, sehingga pertanian dapat terus berkembang secara optimal merupakan

tantangan yang harus bisa di jawab untuk koridor Sulawesi, utamanya dengan

belajar dari kasus Jawa. Pertanyaan pokok yang ingin di jawab dari tiga koridor

di atas adalah bagaimana pembangunan pertanian, utamanya pangan, akan

disinkronkan dengan berbagai rencana lainnya, sehingga perannya dalam

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenga kerja akan semakin berkualitas.

Page 6: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

6

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah merumuskan saran/usulan

rekomendasi kebijakan tentang pembangunan pertanian seharusnya dilaksanakan

dalam kerangka MP3EI, terutama di tiga koridor ekonomi (Jawa, Kalimantan dan

Sulawesi). Secara lebih detil tujuan penelitian ini adalah:

(1) Menganalisis dinamika dan kinerja serta peran sektor pertanian terhadap

perekonomian di masing-masing Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan;

(2) Memetakan potensi dan kendala pengembangan sektor pertanian, utamanya pangan, di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan;

(3) Melakukan kajian simulasi terhadap dampak Implementasi MP3EI, sesuai konsep yang ada, di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan; terhadap pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional;

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Keluaran dari penelitian ini adalah satu paket usulan rekomendasi kebijakan

dan strategi implementasi pembangunan pertanian dalam kerangka MP3EI,

terutama di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Keluaran detilnya adalah:

(1) Hasil analisis tentang dinamika dan kinerja serta peran sektor pertanian terhadap perekonomian di masing-masing Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan;

(2) Hasil Pemetaan tentang potensi dan kendala pengembangan sektor pertanian, utamanya pangan, di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan;

(3) Hasil kajian dalam bentuk simulasi tentang dampak Implementasi MP3EI, sesuai konsep yang ada, di Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan; terhadap pembangunan pertanian dan ketahanan pangan nasional;

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Bila penelitian ini dapat dilakukan secara optimal dan didukung oleh

ketersediaan data yang memadai, maka rekomendasi dari hasil penelitian ini

diharapkan dapat menyempurnakan dan memperkaya proses perencanaan dan

pelaksanaan MP3EI ke depan. Selain itu hasil dan pembelajaran dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan bekal bagi para pengambil kebijakan, terutama di

Page 7: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

7

lingkup Kementerian Pertanian, dalam bernegosiasi dengan para pihak terkait,

tentang peran dan posisi pembangunan pertanian dalam pembangunan ekonomi

nasional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Beberapa ahli telah mengemukakan pentingnya sektor pertanian dalam

pembangunan ekonomi. Todaro (2003) mengemukakan pembangunan pertanian

sebagai syarat mutlak bagi pembangunan nasional bagi khususnya dinegara dunia

ketiga. Johnston dan Mellor (1961) dalam Jhingan (1990) menyebutkan bahwa

peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi adalah: (1) Sumber

utama penyediaan bahan makanan, (2) Sumber penghasilan masyarakat dan

pajak bagi negara, (3) Sumber penghasilan devisa yang diperlukan untuk

mengimpor modal, bahan baku, dan lain-lain, dan (4) Pasar dalam negeri untuk

menampung hasil produksi industri pengolahan dan sektor bahan pertanian

lainnya.

MP3EI yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 32 Tahun 2011

pada bulan Mei 2011 merupakan program percepatan pembangunan yang

dimaksudkan sebagai langkah terobosan untuk percepatan transformasi

pembangunan ekonomi rata-rata 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan.

Teori Arthur Lewis's yang menjadi dasar berbagai bahasan tentang peran sektor

pertanian dalam perekonomian nasional, dimana secara umum diyakini bahwa

dengan berjalannya waktu peran sektor pertanian dalam ekonomi nasional,

termasuk penyerapan tenaga kerja akan berkurang. Bahasan yang lebih

komprehensif dilakukan oleh Timer (2009), yang mengupas proses transformasi

ekonomi di beberapa negara di dunia dan mencoba menelaahnya, terutama

terkait dengan fenomena di beberapa negara yang mengalami kesenjangan

proses transformasinya , dimana penurunan peran pertanian dalam pembentukan

GDP tidak sejalan dengan pengurangan orang yang bekerja di sektor pertanian.

Page 8: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

8

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa transformasi

ekonomi yang ideal itu hanya mungkin terjadi bila produktivitas pada sektor

pertanian tidak jauh berbeda dengan sektor lainnya. Bila mengacu pada data

produktivitas tenaga kerja di Indonesia berdasarkan data BPS (2012),

produktivitas tenaga kerja pertanian di Indonesia sekitar Rp 27,80 juta/jiwa/tahun

jauh lebih rendah dari perdagangan (Rp 43,69 juta/jiwa/tahun) apalagi industri

(Rp 124,02 juta/jiwa/tahun).

Belajar dari negara lain, katakanlah Brazil umpamanya, persoalan

produktivitas tenaga kerja ini yang menjadi kosentrasi pemerintah disamping

persoalan lingkungan dan masalah sosial lainnya, sehingga relatif transformasi

ekonominya berjalan ke arah yang ideal (Pinto, 2006). Nampaknya paradigma

pertanian sebagai basis transformasi ekonomi yang mendasari penyusunan

Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013-2045 (Kemtan 2012), sehingga

dalam dokumen ini disebutkan paradigma Pertanian untuk Pembangunan

berpandangan bahwa tahapan pencapaian dan peta jalan transformasi struktural

merupakan landasan untuk menetapkan posisi sektor pertanian dalam

pembangunan nasional. Hal ini dilakukan sebagai landasan untuk menetapkan

strategi, kebijakan dan program pembangunan pertanian. Transformasi yang

esensial dalam mendesain rancana jangka panjang pembangunan pertanian

mencakup lima proses transformasi, yakni: transformasi demografi, transformasi

ekonomi, transformasi spasial, transformasi institutional, transformasi tatakelola

pembangunan dan transformasi pertanian. Transformasi berimbang hanya dapat

diwujudkan bila kelima transformasi lainnya berlangsung secara bertahap dan

harmonis bertumpu pada transformasi pertanian (Gambar 1).

Page 9: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

9

Gambar 1. Transformasi pertanian sebagai poros transformasi pembangunan nasional (sumber : Kemtan 2012)

Berdasarkan tiga misi MP3EI (peningkatan nilai tambah dan perluasan

ranatai nilai, peningkatan effisiensi produksi dan pemasaran, dan penguatan

sistem inovasi nasional) maka telah dipilih dan ditetapkan tiga strategi utama

dalam mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia, yakni

(Lampiran Perpres 32/2011) : [1] Pengembangan potensi ekonomi melalui koridor

ekonomi; [2] penguatan konektivitas nasional; dan [3] penguatan kemampuan

SDM dan iptek nasional (Gambar 2). Ketiga strategi ini tentunya tidak masing-

masing berdiri sendiri, tetapi tetap harus saling sinergi dalam rangka

mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi Indonesia.

Page 10: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

10

Gambar 2. Diagram Visi dan Strategi MP3EI (Perpres 32/2011 dalam Bappenas, 2011)

Oleh sebab itu, setiap program dan kegiatan dalam rangka implementasi

strategi penguatan iptek nasional harus tetap mengacu pada kegiatan ekonomi

utama untuk masing-masing koridor dan mendukung upaya penguatan

konektivitas nasional. Berdasarkan telaah komprehensif, dalam dokumen MP3EI

telah diidentifikasi 22 kegiatan ekonomi utama secara nasional dan telah pula

diidentifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sesuai dengan potensi masing-

masing.

Berdasarkan salah satu strategi program MP3EI dikembangkan 6 (enam)

koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor

Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali – Nusa Tenggara, dan Koridor Papua –

Page 11: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

11

Kepulauan Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui

pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan

mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang

berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi.

Pada setiap koridor tersebut akan dikembangkan konektivitas intra wilayah

serta antar wilayah dengan tujuan menghubungkan pusat-pusat ekonomi utama

yang ada di dalam setiap koridor dan antar koridor serta dengan pasar dunia.

Selain itu, penguatan konektivitas ditujukan untuk memperluas pembangunan

ekonomi ke wilayah sekitarnya, khususnya ke wilayah tertinggal, terpencil serta

wilayah perbatasan.

Integrasi tersebut dilakukan untuk dapat mewujudkan konektivitas nasional

yang efektif, efisien, dan terpadu dalam rangka meningkatkan daya saing

nasional. Pengintegrasian keempat elemen utama tersebut ditujukan untuk

mencapai visi konektivitas nasional yaitu terintegrasi secara lokal, terhubung

secara global (Locally Integrated, Globally Connected).

Dalam hal konektivitas, Pemerintah merupakan motor penggerak dalam

menciptakan serta membangunan infrastruktur dasar untuk mendukung integrasi

perekonomian. Hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam hal mendukung

integrasi perekonomian yaitu dengan melakukan identifikasi simpul-simpul

transportasi (transportation hubs) dan distribution centers untuk memfasilitasi

kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang serta peningkatan jaringan

komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh aktifitas ekonomi,

aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.

Belajar dari pengalaman negara lain, implementasi pengembangan koridor

ekonomi untuk mendukung tercapainya percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia ditentukan oleh prinsip-prinsip:

a. Koridor Ekonomi Indonesia tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan

ekspor sumber daya alam, namun lebih pada penciptaan nilai tambah;

b. Koridor Ekonomi Indonesia tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi

ekonomi pada daerah tertentu namun lebih pada pembangunan ekonomi yang

Page 12: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

12

beragam dan inklusif. Hal ini memungkinkan semua wilayah di Indonesia

untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing;

c. Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pada pembangunan ekonomi

yang dikendalikan oleh pusat, namun pada sinergi pembangunan sektoral dan

daerah untuk menjaga keuntungan kompetitif nasional;

d. Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pembangunan transportasi

darat saja, namun pada pembangunan transportasi yang seimbang antara

darat, laut, dan udara;

e. Koridor Ekonomi Indonesia tidak menekankan pada pembangunan

infrastruktur yang mengandalkan anggaran pemerintah semata, namun juga

pembangunan infrastruktur yang menekankan kerja sama pemerintah dengan

swasta (KPS).

Gambar 3. Enam Koridor Ekonomi Indonesia

Berdasarkan program MP3EI tersebut, tersirat jelas bahwa pengembangan

koridor ekonomi sebagai pusat produksi pertanian khususnya pangan adalah

berada di Koridor Sulawesi dan Papua. Pembangunan Koridor Ekonomi Jawa

diarahkan sebagai Pendorong Industri dan Jasa Nasional. Menurut Irianto (2011)

Page 13: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

13

bahwa Pulau Jawa saat ini masih menyumbang 60 persen produksi pangan

nasional. Luas Lahan sawah di Pulau Jawa sebesar 40 persen dari luas lahan

sawah Nasional dan sekitar 65 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.

Selanjutnya data BPS (2011) menunjukkan bahwa produksi padi di Jawa sebesar

34.404.557 ton GKG, dan produksi padi nasional mencapai 65.756.904 ton,

sehingga bila dihitung kontribusi produksi padi di Pulau Jawa terhadap produksi

padi nasional mencapai 52,32 persen.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan potensi eksisting diatas maka

pembangunan ekonomi khusus untuk sektor pertanian seyogyanya tetap

mempertimbangkan potensi produksi yang ada (eksis) saat ini. Pengembangan

sektor pertanian yang hanya terfokus pertanian sesuai fokus pengembangan

koridor ekonomi yakni di luar Jawa (Sulawesi dan Papua) justru akan

memperlambat peningkatan produksi pangan di sentra produksi eksisiting yang

ada saat ini. Upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan pengembangan sektor

pertanian eksisiting di Koridor Jawa dan sumber pertumbuhan produksi pertanian

di Koridor Sulawesi dan Papua.

MP3EI merangkai subsistem sosial dengan pembangunan fasilitas umum

yang terencana menuju pada integrasi dan konektivitas. Dalam teori fungsional

Talcott Parsons (1975) dijelaskan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sistem

agar mampu bertahan, yaitu: (1) Adaptasi, dalam hal ini untuk bisa bertahan

maka suatu sistim harus mampu menanggulangi respons yang datang dari luar.

Sistim yang terbentuk harus bisa melakukan proses penyesuaian diri terhadap

lingkungannya; (2) Pencapaian, dalam proses keberlangsungannya suatu sistim

harus memiliki suatu tujuan utama yang jelas. Tujuan itu harus mampu

didefinisikan dengan gamblang sehingga sistim itu sendiri akan mampu mencapai

tujuan tersebut; (3) Integrasi, dimana dalam sebuah sistim harus memiliki

komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Sistim tersebut

harus bisa mengatur hubungan antar komponen tersebut secara harmonis dan

mendukung jalannya sistim itu bekerja; dan (4) Pemeliharaan Pola, yaitu harus

ada motivasi yang jelas dan nyata dalam internal sebuah sistim. Selanjutnya sistim

Page 14: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

14

itu harus bisa melengkapi, memelihara dan memperbaiki motivasi individual

maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Selama ini, MP3EI sepertinya berjalan sendiri tanpa masukan keadaan

sosial masyarakat dan belum memperhitungkan peran serta masyarakat dalam

pembangunan. MP3EI menjadi sempurna sebagai perencanaan yang terintegrasi

dan menyeluruh jika dikombinasikan dengan perencanaan pembangunan sosial.

Perencanaan percepatan pembangunan nasional yang tertuang dalam MP3EI yang

sudah sangat terukur dan sistematis, dalam implementasinya jangan sampai

terganjal karena adanya miss match dengan keadaan sosial. Untuk menggerakkan

perubahan, fungsi MP3EI adalah sebagai fasilitator atas integrasi dan center of

dynamic mindset dalam percepatan pembangunan nasional dalam

implementasinya perlu dikawal oleh penggerak perubahan sosial dengan

perencanaan perubahan sosial yang selaras dan menyatu.

2.2. Hasil-hasil Penelitian Terkait

2.2.1. Kinerja dan Peran Sektor Pertanian

Peran Pulau Jawa (Koridor Jawa) dalam pertanian dan pangan di Indonesia

masih sangat dominan, data tahun 2008 menunjukan sekitar 51 persen lahan

sawah beririgasi ada di Jawa dan itu memberikan sumbagan sekitar 54% produksi

beras nasional. Demikian juga untuk jagung dan kedele kontribusi Jawa dalam

produksi kedua komoditi ini berkisar 54% dan 68% (Haryono, 2012). Dilihat dari

produktivitas rata-rata, maka produktivitas padi di Jawa dan Bali selalu lebih tinggi

dari wilayah lainnya di Indonesia. Perkembangan yang pesat sektor industri dan

jasa selamas epuluh tahun terakhir telah memicu alih fungsi lahan sawah sekiatar

200.000 hektar dan menyebabkan jumlah buruh tani di Jawa meningkat dengan

laju 2,85% pertahun. Bila dilihat dari industri yang berkembang terkait dengan

sektor pertanian dan pedesaan, maka sekitar 67% merupakan usaha sendiri dan

mikro dan ini sangat fluktuatif sifatnya, karena keberlajutannya sangat rendah.

Berdasarkan potret ini Kasryno (2012) menggugat konsep MP3EI yang

mengabaikan pertanian sebagai salah satu kegiatan ekonomi penting di Jawa.

Page 15: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

15

Koridor ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “pendorong

industri dan jasa nasional”; Berdasarkan evaluasi terhadap progres validasi sektor

ekonomi koridor Jawa, tahun 2011 dan 2012 dari 115 rencana kegiatan yang

telah tervalidasi, 42 diantaranya terkait dengan makanan dan minumam, sisanya

transpotasi 23 industri, migas 18, tekstil 14, dan besi baja 8. Penelusuran lebih

jauh berdasarkan proyek industri yang telah groundbreaking tahun 2011, jenis

industri yang terkait dengan pangan antara lain berupa perluasan pabrik

pengolahan dan pembuatan olahan Kakao, Perluasan pabrik untuk meningkatkan

jumlah dan ragam produksi dari produk susu, bubur sereal bayi dan minuman

MILO chocolate malt drink, Pengembangan industri tepung terigu, Pembangunan

Pabrik untuk meningkatkan jumlah produksi susu kental manis dan susu cair.

Melihat apa yang dikembangkan maka pengertian industri pangan di sini

bukan sesuatu yang berbasis apa yang dikembangkan masyarakat, namun lebih

memfasilitasi kegiatan industri pangan dengan basis pemasarannya di Jawa.

Penelitian lain yang dilakukan Agustian, et.al (2012) menunjukan bahwa

pertanian atau dalam arti sempit lagi pemenuhan pangan merupakan hal pokok

yang tidak boleh diabaikan pada setiap koridor. Komoditas pangan merupakan

komoditas strategis, dimana pemenuhannya harus senantiasa tersedia bagi

masyarakat. Isu kebutuhan, ketersedian dan produksi pangan utama saat ini terus

mendapat sorotan dari berbagai pihak, karena beberapa alasan: (1) terdapatnya

fenomena perubahan iklim yang dikhawatirkan berpengaruh terhadap produksi

pangan terutama padi nasional, (2) semakin menurunnya stock komoditas pangan

dunia, akibat negara produsen menahan sebagian besar stok pangannya untuk

tidak dijual ke pasar bebas, sehingga impor pangan pun ke depan akan

mengalami kendala signifikan, yaitu tingginya harga pangan dunia dan juga

stocknya terbatas, (3) program diversifikasi pangan yang saat ini masih berat ke

konsumsi beras masih belum berhasil dengan memuaskan, khusus untuk

konsumsi beras nasional tampaknya masih tinggi, yaitu 139 kg/kap/tahun, (4)

masih terus berjalannya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian,

dimana konversi lahan pertanian di Pulau Jawa dalam rentang 2007-2010

mencapai 600 ribu hektar, (5) semakin meningkatnya harga input usahatani, yang

Page 16: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

16

berhadapan dengan lemahnya permodalan petani kecil, dan (6) akselerasi

program peningkatan produksi pangan yang belum sepenuhnya mencapai target

yang diharapkan, karena berbagai kendala yang dihadapi.

2.2.2. Potensi dan Kendala Pengembangan Sektor Pertanian

Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong

Industri dan Jasa Nasional. Selain itu, strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa

adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air

dan lingkungan. Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada

kegiatan ekonomi utama makanan-minuman, tekstil, dan peralatan transportasi.

Pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama serta pengembangan

konektivitas di Koridor Ekonomi Jawa, diharapkan dapat mengatasi permasalahan

utama yang dihadapi oleh koridor yaitu kesenjangan PDRB antar daerah.

Percepatan dan perluasan perekonomian di Koridor Ekonomi Jawa diharapkan

dapat memperkuat posisi Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pusat Pengembangan

Industri dan Jasa Nasional” dan memberikan efek positif bagi pengembangan

Koridor lainnya.

Sementara itu, Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang

ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian,

secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi

Sulawesi: (1) Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan

pulau lain di Indonesia; (2) Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai

kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh dengan lambat padahal kegiatan

ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja; (3) Investasi di

Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relatif tertinggal dibandingkan daerah

lain; dan (4) Infrastruktur perekonomian dan sosial seperti jalan, listrik, air, dan

kesehatan kurang tersedia dan belum memadai (Bappenas, 2011). Pembangunan

Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama

pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Kegiatan pertanian pangan di

Sulawesi mencakup padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. Kegiatan pertanian

pangan, khususnya beras dan jagung, sangat penting, terutama untuk konsumsi

Page 17: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

17

domestik di Indonesia. Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di dunia,

yang sebagian besar dari produksinya digunakan untuk konsumsi domestik.

Namun, Indonesia masih harus mengimpor 800.000 ton jagung di tahun 2010

untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 5 juta ton. Sulawesi merupakan

produsen pangan ketiga terbesar di Indonesia yang menyumbang 10 persen

produksi padi nasional dan 15 persen produksi jagung nasional. Pertanian pangan

menyumbang 13 persen PDRB Sulawesi. Mengingat adanya keterbatasan potensi

ekspansi areal pertanian, maka peningkatan produksi pangan yang paling

memungkinkan adalah melakukan intensifikasi pangan. Produktivitas padi di

Sulawesi masih lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

Indonesia merupakan produsen jagung terbesar di Asia Tenggara, namun

kebutuhan jagung nasional belum dapat terpenuhi dari produksi domestik.

Rendahnya pemenuhan kebutuhan jagung berkaitan dengan tingkat produktivitas

jagung nasional. Produktivitas jagung di Sulawesi masih dibawah rata-rata

produktivitas nasional. Produktivitas pangan rendah disebabkan oleh penggunaan

pupuk yang rendah, terbatasnya penggunaan alat pertanian, dan jaringan irigasi

yang belum memadai. Penggunaan pupuk berimbang di Sulawesi berupa urea,

potasium klorida (KCl), dan fosfat (SP-36) masih rendah dibandingkan dengan

daerah lain di Indonesia. Hal tersebut berhubungan erat dengan faktor

ketersediaan pupuk, serta biaya angkut dan pendidikan petani mengenai teknik

budidaya pertanian. Peningkatan produktivitas lahan pertanian akan tergantung

pada penggunaan alat mesin pertanian terutama bagi pengolahan lahan. Namun,

Indonesia masih jauh tertinggal dalam penggunaan traktor jika dibandingkan

dengan beberapa negara lain. Penggunaan alat mesin pertanian di Sulawesi relatif

sangat terbatas dan ini tercermin dari penetrasi traktor yang masih sangat rendah

dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia (Bappenas, 2011).

Pembangunan wilayah Kalimantan diarahkan untuk meningkatkan

produktivitas dan nilai tambah perkebunan, peternakan, perikanan, dan

pengolahan hasil hutan; serta meningkatkan nilai tambah hasil pertambangan dan

berfungsi sebagai lumbung energi nasional dengan tetap memperhatikan

keseimbangan ekosistem dan kaidah pembangunan yang berkelanjutan.

Page 18: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

18

Pengembangan Kalimantan sebagai sentra produksi pertanian, perkebunan,

kehutanan, dan perikanan dilaksanakan dengan strategi pengembangan yaitu

meningkatkan produktivitas budidaya tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,

dan perikanan. Sesuai dengan MP3EI, pada Koridor Ekonomi Kalimantan akan

dilakukan upaya percepatan dan perluasan pembangunan pada beberapa sektor

unggulan, yaitu: kelapa sawit, batubara, alumina/bauksit, migas, perkayuan dan

besi baja dalam rangka mempercepat realisasi pengembangan Koridor Ekonomi

Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung

energi nasional. Menurut Edyanto (2007), bahwa pada Kawasan pengembangan

ekonomi Kalimantan khususnya di Kalimantan Barat membutuhkan strategi

pengembangan yakni pengembangan sistem kota kota berpola node yaitu Kluster

kota Liku, yang berfungsi sebagai pusat kegiaan jasa, yang didukung oleh inlet

dan outlet serta prasarana wilayah seperti pelabuhan, peningkatan jalan dan

jembatan, dan sarana pelistrikan.

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu strategi program

MP3EI dikembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor

Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali – Nusa

Tenggara, dan Koridor Papua – Kepulauan Maluku (Bappenas, 2012).

Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-

pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan

kawasan ekonomi khusus (KEK) yang berbasis sumber daya unggulan di setiap

koridor ekonomi.

Pada pengembangan Koridor Ekonomi, pengembangan kegiatan ekonomi

utama ditempuh melalui pusat-pusat pertumbuhan ekonomi disertai penguatan

konektivitas antar pusat-pusat ekonomi dan lokasi kegiatan utama serta fasilitas

pendukungnya. Pengembangan koridor ekonomi ini juga dapat diartikan sebagai

pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi

Page 19: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

19

terpadu dan kompetitif serta berkelanjutan dengan mempertimbangkan sistem

perencanaan pembangunan yang ada (RPJP, RPJM, RTRWN dan lainnya) dan

bertujuan terwujudnya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di dalam

dan keluar koridor dalam rangka mewujudkan visi nasional.

Dalam konteks ini perlu dipertimbangkan empat aspek yaitu: (a) MP3EI

sebagai pedoman pembangunan ekonomi nasional; (b) pertanian nasional dalam

perspektif MP3EI; (c) ekonomi pangan di Jawa, Sulawesi dan Kalimantan dalam

konteks MP3EI; dan (d) pembangunan ekonomi pangan dalam konteks

pembangunan dan pertumbuhan inklusif. Keempat aspek tersebut memiliki

keterkaitan yang kuat dalam mencapai sasaran pembangunan dengan

pertumbuhan tinggi dan berkualitas, yaitu pembanguan ekonomi yang mampu

mensinergikan pertumbuhan, kesempatan kerja, dan pengentasan kemiskinan.

Pertanian nasional dalam konteks MP3EI diharapkan mampu sebagai sumber

pertumbuhan pada koridor ekonomi khusus, sementara itu ekonomi pangan

(khususnya di Jawa, Sulawesi dan Kalimantan) diharapkan tetap berperan penting

dalam penciptaan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan. Implementasi

program MP3EI dengan dukungan tiga pilar utamanya diharapkan mampu

menciptaakan optimalisasi hasil pembangunan dengan sasaran pencapaian

pembangunan dan pertumbuhan inklusif (Gambar 4).

Page 20: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

20

Gambar 4. Kerangka Pikir Pembangunan Pertanian dan Ekonomi Pangan dalam Konteks Program MP3EI

Program MP3EI

Pengembangan potensi ekonomi melalui KE Penguatan konektivitas nasional Penguatan kemampuan SDM dan Iptek

Nasional

Pertanian Nasional - MP3EI KE Sumatra --- sawit/karet KE Sulawesi --- pangan/

kakao/perikanan KE Bali/NTT --- peternakan/

perikanan KE Papua/Maluku ---

pangan/perikanan

Sasaran

Sumber pertumbuhan ekonomi

Percepatan pembangunan nasional

Pro-growth

Ekonomi Pangan – MP3EI KE Jawa Di luar KE khusus (

Kalimantan dan Sulawesi)

Sasaran

Ketahanan Pangan wilayah Pendorong industri/jasa Pro-job/pro-poor

Pembangunan dan Pertumbuhan Inklusif Kedaulatan/kemandirian/ketahanan pangan

nasional; Konvergensi produktivitas pertanian/non

pertanian; Percepatan pengentasan kemiskinan Pro-growth/pro-job/pro-poor Percepatan transformasi struktural ekonomi

Page 21: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

21

Pendekatan penelitian untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian

mempertimbangkan tiga analisis, yaitu (a) dinamika ekonomi pangan di Jawa dan

Luar Jawa (Kalimantan dan Sulawesi) dan interaksinya dalam konteks

pembangunan pertanian nasional; (b) kinerja eksisting ekonomi pangan di Jawa

dan Luar Jawa (Kalimantan dan Sulawesi); dan (c) ekonomi pangan di Jawa dan

Luar Jawa (Kalimantan dan Sulawesi) dalam konteks MP3EI. Ketiga dimensi

pendekatan tersebut memiliki konektivitas dan interelasi yang kuat dengan

sasaran perumusan perspektif dan kebijakan pembangunan ekonomi pangan di

Jawa dan Luar Jawa (Gambar 5). Perspektif dan kebijakan ekonomi pangan di

Jawa dan luar Jawa, diantaranya mencakup keluaran utama: (a) kontribusi

ekonomi pangan di Jawa dan luar Jawa terhadap pembangunan wilayah dan

nasional; (b) antisipasi dampak dan kebijakan ekonomi pangan; (c) kebijakan

ekonomi pangan terhadap ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan; dan

(d) kebijakan ekonomi pangan dalam perspektif pertumbuhan dan pembangunan

inklusif wilayah dan nasional.

Bahasan dinamika ekonomi pangan di Jawa dan Luar Jawa relatif terhadap

ekonomi pangan nasional mencakup aspek sumberdaya dan infrastruktur

pertanian; produksi, areal panen, dan produktivitas komoditas pangan;

kontribusinya terhadap PDB dan kesempatan kerja; perannya terhadap ketahanan

pangan dan pengentasan kemiskinan. Keluaran utama dari analisis ini adalah

diketahuinya perspektif kontribusi dan peran ekonomi pangan di Jawa dan Luar

Jawa dikatkan dengan antisipasi implementasi MP3EI secara nasional.

Kinerja eksisting ekonomi pangan di Jawa dan Luar Jawa akan mencakup

analisis keterkaitan ke hulu dan hilir pengembangan ekonomi pangan; potensi dan

dampak peningkatan nilai tambah; dampak terhadap PDB dan kesempatan kerja;

dan dampak terhadap ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan. Keluaran

yang diharapkan dari analisis ini adalah pemahaman komprerhensif tentang

potensi ekonomi pangan di Jawa dan Luar Jawa dan konskwensinya bila dilakukan

perubahan secara drastis, terutama di Jawa. Disamping itu diharapkan dapat

dirumuskan model pengembangan ekonomi pangan kaitannya dengan

Page 22: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

22

pengembangan industri di Jawa dalam perspektif tercapainya sustainabilitas

pemantapan ketahanan paangan dan pengentasan kemiskinan.

Analisis ekonomi pangan di Jawa dan Luar Jawa dalam konteks MP3EI akan

mempertimbangkan beberapa aspek bahasan yaitu dampak konversi lahan

sebagai konskwensi dari pengembangan industri; dampak pembangunan ekonomi

industri dan jasa dalam arti luas; dampak pembangunan ekonomi pangan di KE

luar Jawa; indikator dampak utama yang dipertimbangkan adalah terhadap

penguatan ketahanan pangan dan percepatan pengentasan kemiskinan. Dalam

konteks ini akan dapat dirumuskan strategi percepatan transformasi struktural

ekonomi antar daerah (pedesaan/pertanian dan perkotaan/industri&jasa) di Jawa

dan trasformasi ekonomi antar wilayah (Jawa dan luar Jawa atau antar KE secara

nasional). Percepatan transformasi ekonomi wilayah dan nasional ini diharapkan

akan mempercepat pencapaian distribusi pendapatan atau konvergensi

produktivitas intersektoral khususnya antara sektor pertanian dan non-pertanian.

Pengembangan ekonomi pangan di tiga Koridor Ekonomi (KE) MP3EI

(Jawa, Sulawesi dan Kalimantan) tidak terlepas dari konsep penguatan ketahanan

pangan nasional. Untuk dapat menyusun suatu konsep kebijakan pengembangan

ekonomi pangan di tiga Koridor Ekonomi MP3EI diperlukan suatu pemahaman

sebagai berikut : (1) ketahanan pangan di tiga KE MP3EI merupakan suatu sistem

yang terdiri dari 5 aspek yang mempengaruhinya, yaitu : aspek teknis, institusi,

ekonomi, sosial dan lingkungan; (2) indikator keberhasilan ketahanan pangan

ditentukan oleh : a) kecukupan ketersediaan pangan, b) stabilitas ketersediaan

pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, c)

aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan, dan d) kualitas pangan; (3)

parameter yang menjadi prioritas utama keberlanjutan pengelolaan ketahanan

pangan di tiga KE MP3EI adalah : keberlanjutan sumberdaya alam, keberlanjutan

sosial-ekonomi, keberlanjutan sosio-demografi dan keberlanjutan modal sosial

(tingkat partisipasi masyarakat).

Page 23: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

23

Gambar 5. Pendekatan Penelitian Ekonomi Pangan di Jawa dalam Konteks Program MP3EI

Dinamika Ekonomi Pangan di Jawa,Sulawesi, Kalimantan vs

Nasional Sumberdaya dan

infrastruktur pertanian Produksi komoditas pangan PDB dan kesempatan kerja Ketahanan pangan dan

kemiskinan

Kinerja Eksisting Ekonomi Pangan di Jawa, Kalimantan

dan Sulawesi Keterkaitan ke hulu/hilir; Potensi dan dampak

peningkatan nilai tambah; Dampak terhadap PDB dan

kesempatan kerja Dampak terhadap ketahanan

pangan dan kemiskinan

Ekonomi Pangan di Jawa dalam Konteks MP3EI Dampak konversi lahan pertanian Dampak terhadap ketahanan pangan dan kemiskinan Dampak pembangunan pangan di KE Sulawesi dan

Kalimantan Dampak pembangunan industri dan jasa

Perspektif dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Pangan di Jawa, Sulawesi dan Kalimantan

Kontribusi ekonomi pangan terhadap pembangunan

wilayah dan nasional; Antisipasi dampak dan kebijakan ekonomi pangan; Kebijakan ekonomi pangan terhadap ketahanan

pangan dan pengentasan kemiskinan; Kebijakan ekonomi pangan dalam perspektif

pertumbuhan dan pembangunan inklusif wilayah dan nasional

Page 24: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

24

(1) Prinsip Dasar Program MP3EI

Kerangka design MP3EI didukung oleh tiga pilar, yaitu (a) pengembangan

potensi ekonomi melalui koridor ekonomi; (b) penguatan konektivitas nasional;

dan (c) penguatan kemampuan SDM dan Iptek nasional. Pengembangan potensi

ekonomi mencakup delapan program utama yang terdiri atas 22 kegiatan ekonomi

utama, yang dituangkan dalam enam koridor pembangunan atau Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) (Bappenas, 2012). Konektivitas nasional merupakam

pengintegrasian empat elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik

Nasional, Sistem Trasfortasi Nasional, Pengembangan Wilayah, dan Teknologi

Informasid an Komunikasi. Sedangkan peningkatan kemampuan SDM dan Iptek

Nasional sangat vital dikarenakan mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung

pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dukungan tiga pilar

MP3EI ini diharapkan mampu mengoptimal dan mensinergikan pertumbuhan

pertanian nasional dan pengembangan ekonomi pangan di Jawa, Sulawesi dan

Kalimantan dalam mencapai sasaran akhir pembanguan dan pertumbuhan inklusif.

(2) Pertumbuhan Pertanian Nasional-MP3EI

Pengembangan pertanian pada KE tertentu (seperti yang tertuang dalam

MP3EI) dapat menjadi lokomotif dan mesin pertumbuhan ekonomi. Beberapa

justifikasi yang mendasari pemikiran ini adalah: (a) kontribusi perumbuhan

pertanian pada pembangunan ekonomi secara proporsional lebih besar daripada

konteribusi pertumbuhan industri, karena efek pengganda pertumbuhan pertanian

pada perekonomian dalam negeri lebih besar; (b) sektor pertanian merupakan

sumber pendapatan utama bagi sebagian besar rumahtangga berpendapatan

rendah, sehingga efektif dalam pengentasan kemiskinan di pedesaan, khususnya

bagi negara berkembang (seperti Indonesia) dengan tingkat ketimpangan

pendapatan yang relatif tinggi. Berdasarkan pada justifikasi empirik tersebut,

kiranya tidak perlu diragukan lagi bahwa triple track strategy akan dapat dicapai

secara meyakinkan melalui pembangunan KE khusus berbasis pertanian modern.

Titik kritis pengembangan KE khusus (dengan basis pertanian/non

pertanian) sebagai sumber pertumbuhan adalah integrasinya dengan ekonomi

Page 25: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

25

pedesaan (dan ekonomi wilayah) melalui transformasi struktural ekonomi dalam

arti luas. Sasaran akhirnya adalah konvergensi produktivitas tenaga kerja antar

sektor pertanian/pedesaan dan sektor non-pertanian/perkotaan. Prinsip dasar dari

transformasi struktural ini adalah perbaikan integrasi ekonomi desa-kota melalui

pemanfaatan teknologi terbarukan, investasi pendidikan untuk perbaikan kualitas

tenaga kerja, penurunan biaya transaksi untuk penyatuan dan integrasi aktivitas

ekonomi, dan perbaikan efisiensi alokasi sumberdaya. Patut diakui bahwa

pertumbuhan ekonomi dan transformasi struktural dinilai efektif untuk

mengangkat kesejahteraan masyarakat berpendapatan rendah.

(3) Pembangunan Ekonomi Pangan-MP3EI

Fakta empiris menunjukan bahwa sektor pertanian didominasi oleh

usahatani skala kecil dan merupakan sumber pendapatan penting bagi petani.

Justifikasi yang mendasari urgensi eksistensi usahatani skala kecil pada setiap

koridor ekonomi adalah populasi rumahtangga petani kecil yang tidak kurang dari

13,7 juta , dengan pendapatan usahatani sangat rendah dan belum dapat

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pulau Jawa dengan luas sekitar 7,0%

dari luas daratan Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan

pangan nasional, dimana kontribusinya terhadap produksi beras mencapai 54,6%,

jagung 53,3%, kedelai 67,5%, gula 54,4%, dan sapi 51,3% (Haryono, 2012).

Dalam konteks pembangunan dan pertumbuhan inklusif, pembanguan

pertanian dan pedesaan di semua koridor ekonomi harus dibanguan menjadi

pertanian yang kuat didukung dengan trasformasi struktural ekonomi dalam arti

luas. Pedesaan dan pertanian adalah lokus penduduk miskin, dimana dari 32,5

juta penduduk miskin tahun 2009 sebagian besar tinggal di pedesaan (63,4%)

dan 64,7% dari mereka bekerja di sektor pertanian. Penciptaan pertumbuhan

ekonomi tinggi pada setiap KE, dan peningkatan kapasitas dan akses penduduk

pedesaan melalui pembangunan pertanian yang kuat, didukung dengan

transformasi struktural ekonomi, akan melapangkan jalan pemantapan ketahanan

pangan dan pengentasan kemiskinan.

Pertanian yang tangguh dan kuat pada setiap KE akan lebih memudahkan

pencapaian pertumbuhan ekonomi inklusif (pro-pertumbuhan, pro-kesempatan

Page 26: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

26

kerja, dan pro-kemiskinan) dibandingkan dengan konsentrasi pertanian hanya

pada koridor tertentu saja. Strategi ini dinilai lebih efisien dan lebih efektif bagi

sebuah negara besar kepulauan dengan keragaman sumberdaya pertanian yang

besar. Beberapa justifikasi yang mendasari bahwa pembangunan pertanian dapat

menjadi basis pertumbuhan ekonomi berkualitas , adalah: (a) dominasi dalam

penyerapan tenaga kerja, dan dampak pengganda pertumbuhan yang tinggi dan

luas; (b) melibatkan sebagian besar petani skala kecil, dan dapat menekan ongkos

transaksi karena terkait dengan kebutuhan langsung konsumsi rumahtangga dan

pasar lokal; (c) dominasi dalam struktur pendapatan rumahtannga petani, dan

adanya peluang pengembangan diversifikasi usahatani dalam rangka

memantapkan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan; dan (d)

pengentasan kemiskinan merupakan pra-kondisi penting bagi pelestarian

sumberdaya dan lingkungan pertanian dan pedesaan.

(4) Pembangunan dan Pertumbuhan Inklusif

Pembangunan dan pertumbuhan inklusif merupakan sinergi dan

harmonisasi ‘pertumbuhan pertanian nasional’ dan ‘pengembangan ekonomi

pangan’ melalui dukungan tiga pilar utama MP3EI. Dalam konteks ini akan dapat

dicapai ketahanan pangan nasional yang berkedaulatan dan mandiri, konvergensi

produktivitas pertanian/non-pertanian, dan percepatan pengentasan kemiskinan

melalui percepatan trasformasi struktural ekonomi pertanian dan pedesaan.

Kebijakan yang dapat dipertimbangkan untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi inklusif pada setiap KE dan secara nasional yang dapat dinikmati seluruh

masyarakat (termasuk kelompok miskin) adalah: (a) pengurangan ekonomi dan

logistik biaya tinggi antar desa-kota dan antar wilayah/daerah; (b) dukungan

teknologi, regulasi, dan iklim investasi yang kondusif; dan (c) prioritas tinggi pada

investasi infrastruktur (fisik dan kelembagaan) untuk mencapai tingkat

pertumbuhan tinggi dan berkualitas serta berkelanjutan di masa yang akan

datang.

Page 27: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

27

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam mengembangkan sistem konektivitas dalam koridor ekonomi,

efektivitas dan efisiensi serta keterhubungannya secara global merupakan hal

utama yang harus dicapai. Untuk menciptakan hal tersebut, maka beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan antara lain adalah: (1) meningkatkan kelancaran

arus barang, jasa dan informasi; (2) menurunkan biaya logistik; (3) mengurangi

ekonomi biaya tinggi; (4) mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah; dan

(5) mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Terkait dengan

upaya penguatan konektivitas di enam koridor ekonomi, berikut beberapa fokus

penguatan konektivitas yang ditujukan untuk mendukung tema pembangunan di

masing-masing koridor ekonomi.

Penelitian diawali dengan review konsep dan berbagai hasil kajian terkait

MP3EI. Kajian yang direview terkait kajian pengembangan sektor pertanian di

Koridor Jawa, Sulawesi dan Kalimantan serta kajian sektor lainnya di Pulau Jawa.

Selanjutnya analisis dinamika dan peran/kontribusi sektor pertanian dan

memetakan potensi dan kendala pengembangan sektor pertanian di Koridor Jawa,

Sulawesi dan Kalimantan dilakukan dengan melihat: (i) dinamika dan

peran/kontribusi sektor pertanian dan non pertanian eksisiting terhadap

perekonomian nasional, (ii) menganalisis potensi dan kendala pengembangan

sektor pertanian baik di Koridor Jawa, Sulawesi maupun Kalimantan, dan (iii)

analisis dampak jika pengembangan koridor ekonomi di Jawa dan Kalimantan

yang kurang memberi penekanan pada pengembangan sektor pertanian eksisiting

secara lebih baik, serta pengembangan pangan yang lebih fokus di Sulawesi. Pada

analisis dampak Implementasi MP3EI serta Implikasinya terhadap Ketahanan

Pangan Nasional dilakukan analisis mengenai: (i) dampak implementasi

pengembangan koridor ekonomi, terutama pengembangan Koridor Ekonomi Jawa

yang lebih fokus pada sektor industri dan Jasa, koridor Kalimantan pada tambang

dan energi serta Sulawesi yang menempatkan pertanian sebagai prioritas (ii)

bagaimana dampak pengembangan koridor ekonomi kedepan sebagai

implementasi MP3EI kedepan dikaitkan dengan sumber pertumbuhan produksi

pertanian dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional. Selanjutnya

Page 28: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

28

merumuskan kebijakan perencanaan dan pelaksanaan MP3EI ke depan terutama

dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian, atau lebih spesifik lagi

peningkatan produksi pertanian nasional dalam rangka pencapaian ketahanan

pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Mengacu pada tujuan dan ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian adalah

di wilayah penghasil pangan utama di Jawa (Koridor Jawa) dan Koridor ekonomi di

Luar Jawa: Sulawesi dan Kalimantan. Pemilihan lokasi didasarkan atas

pertimbangan beberapa hal berikut:

(i) Wilayah sentra produksi pangan saat ini, namun pangan tidak termasuk

dalam prioritas utama (Jawa) dalam Program MP3EI.

(ii) Wilayah sentra produksi pangan dan pangan dimasukan dalam kegiatan

prioritas (Sulawesi) dalam Program MP3EI.

(iii) Wilayah yang prospektif sebagai sentra produksi pangan dan pangan tidak

dimasukan dalam kegiatan prioritas (Kalimantan) dalam Program MP3EI.

Pemilihan lokasi penelitian tidak terlepas dari tujuan umum penelitian untuk

mengetahui eksistensi dan prospek pengembangan pertanian di Jawa (KE basis

jasa dan industri) dan luar Jawa (KE basis pertanian) dalam perspektif program

MP3EI. Dalam konteks ini, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang

prospek ketahanan pangan wilayah dan nasional (yang secara inklusif harus

mempertimbangkan kedaulatan dan kemandirian pangan) pada setiap koridor

ekonomi. Jawa dengan kontribusi pertanian yang relatif masih dan akan tetap

tinggi dimasa yang akan datang perlu mendapatkan perhatian secara khusus.

Konektivitas ekonomi pangan antar provinsi di Jawa tetap harus dibangun,

demikian juga konektivitasnya dengan KE ekonomi di luar Jawa. KE di luar Jawa

yang perlu mendapatkan penekanan khusus adalah KE dengan basis pertanian,

dimana pertanian akan dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi wilayah

dan nasional. Berdasarkan keterbatasan sumberdaya penelitian, akan

Page 29: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

29

dipertimbangkan dua KE dengan basis pertanian di luar Jawa yaitu KE Sulawesi

dan KE Kalimanatan. Pemahaman tentang eksistensi, prospek, dan konektivitas

antar tiga KE ini dinilai representatif, sebagi langkah awal untuk memahami

pembangunan pertanian (pangan) untuk mencapai pertumbuhan inklusif

(berkualitas) melalui percepatan transformasi ekonomi, yang seharusnya menjadi

sasaran dalam pengembangan MP3EI.

Kriteria pemilihan tiga koridor ekonomi (KE) adalah satu KE basis non-

pangan (jasa dan industri), tetapi memiliki peran dominan dan strategis dalam

pemenuhan pangan nasional. Dua KE lainnya adalah wilayah dengan sasaran

sebagai sumber pertumbuhan dan pembangunan ekonomi pangan dan/atau non

pangan, yang juga dinilai akan memiliki kontribusi dan peran dominan ekonomi

pertanian (pangan) ke depan terkait dengan pengembangan program MP3EI.

Berdasarkan kriteria tersebut secara sengaja (purposive) dipilih KE Jawa dan dua

KE di Luar Jawa yaitu KE Sulawesi dan Kalimantan. Disamping melihat dan

menganalisis konektivitas ekonomi antar ke tiga KE tersebut, juga akan dianalisis

konektivitas antar provinsi dalam setiap koridor ekonomi. Pertimbangan pemilihan

unit analisis provinsi dinilai relevan dalam perspektif provinsi sebagai perwujudan

pemerintah pusat di daerah dalam rangka pelaksanaan koordinasi di tingkat

kabupaten dan sebagai aktor dalam pengembangan konektivitas ekonomi dalam

suatu koridor ekonomi.

3.3.2. Lokasi dan Responden

Berdasarkan dasar pertimbangan pemilihan lokasi, maka untuk Lokasi di

Koridor Jawa yang akan dipilih adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Jawa Timur. Untuk Koridor Sulawesi akan dipilh Provinsi Sulawesi Selatan, dan

untuk Koridor Kalimantan akan dipilih Provinsi Kalimantan Selatan.

Responden yang akan menjadi sampel penelitian adalah para pengambil

kebijakan di berbagai level, pelaku usaha di ketiga lokasi serta para akademisi dan

NGO: (1) Responden Instansi seperti: Ditjen Tanaman Pangan- Kementerian

Pertanian, Bappenas, Dinas Pertanian Propinsi, Bappeda Provinsi, BPTP, Dinas-

Dinas lain terkait pengembangan ekonomi di Provinsi Koridor Jawa, Kalimantan

Page 30: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

30

dan Sulawesi, Lembaga penelitian, (2) Responden lembaga seperti Industri

Pangan Padi/beras, Jagung, ubi kayu dan daging sapi, (3) Responden

petani/kelompok tani di lokasi penelitian di lokasi penelitian untuk komoditas

Padi/beras, Jagung, Kedelai, ubi kayu dan daging sapi.

Tabel 1. Lokasi dan Komoditas Sampel Penelitian

Lokasi Penelitian Sampel Komoditas 1. Koridor Jawa:

a. Jawa Barat b. Jawa Tengah c. Jawa Timur

2. Koridor Sulawesi: a. Sulawesi Selatan

3. Koridor Kalimantan: a. Kalsel/Kaltim

Padi, Jagung, Kedelai

Padi, Ubi Kayu, daging sapi Padi, Jagung, Kedelai, daging sapi

Padi, Jagung, Kedelai, daging sapi

Padi

Tabel 2. Jumlah Responden Pada seluruh lokasi penelitian

Jenis Responden Jumlah Responden

1. Instansi a. BPS Pusat b. BPS Provinsi c. Ditjen Pertanian Tan. Pangan d. Ditjen P2HP e. Bappenas f. Bappeda Provinsi g. Bappeda Kabupaten h. Dinas Pertanian Provinsi i. Dinas Pertanian Kabupaten j. Dinas Perindag Provinsi

2. Lembaga:

a. Industri Pengolahan Pangan b. Industri Pengolahan Hasil Ternak

3. Kelompok Tani

a. Kelompok Tani Pangan b. Kelompok Ternak Sapi

1 5 1 1 1 5 8 5 8 5

15 3

20 5

Total Responden 83

Page 31: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

31

3.4. Data dan Metode Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Untuk menjawab tujuan dan menghasilkan keluaran penelitian seperti

tersebut di atas diperlukan data primer dan sekunder. Data sekunder merupakan

bahan utama identifikasi kegiatan pengembangan pangan dan industri pangan di

berbagai level. Khusus untuk data I/O yang bersumber dari Badan Pusat Statisktik

Jakarta, akan menggunakan I/O transaksi domestik atas dsar harga produsen

pada level nasional dan masing-masing provinsi yang ada pada tiga koridor yang

menjadi lokasi penelitian. Sedangkan tahunnya akan digunakan tahun terakhir dari

I/O yang tersedia baik di nasional maupun pada masing-masing provinsi.

Data primer sebagai pendukung akan dikumpulkan dari survey pada

pengambil kebijakan, pelaku usaha, akademisi dan NGO serta rumah tangga

petani/kelompok tani. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari lembaga

ataupun instansi pemerintah yang relevan dengan topik penelitian. Semua data

akan dikumpulkan dengan melakukan penelusuran melalui Focus Group Discussion

(FGD) atau wawancara personal. Beberapa data didekati dengan wawancara

Snowball sampling.

Unit observasinya ada dua: (1) rumah tangga petani/kelompok tani, (2)

komunitas/wilayah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dari

unit observasi: (1) adalah kuesioner, sedangkan untuk unit observasi (2) adalah

panduan wawancara.

Instrumen penelitian berkontribusi penting pada perolehan data yang

berkualitas (reliable dan valid). Oleh karena itu, sebelum bentuk final diperoleh

diperlukan adanya uji coba yang pelaksanaannya akan dilakukan pada saat survey

pendahuluan.

3.4.2. Metode Analisis

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama terkait potensi dan kendala

dilakukan dengan memetakan kondidsi eksisiting pertanian melalui tabulasi data

yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan kedua tentang dinamika dan

kinerja serta peran sektor pertanian, akan dianalisis menggunakan data PDRB,

Page 32: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

32

data Input-Output, yang dilengkapi dengan beberapa hasil kajian primer,

utamanya dalam melihat kaitan ke depan dan kebelakang dari sektor pertanian di

lokasi terpilih. Tujuan ketiga tentang simulasi dampak MP3EI secara terbatas akan

didekati dengan Input-Output analisis, dan secara lebih komprehensif akan

digunakan pendekatan sistem, dengan membangun model simulasi untuk

menjelaskan interaksi berbagai aspek dalam pengembangan sistem ketahanan

pangan di wilayah kajian.

Secara operasional, menganalisis dinamika, kinerja dan peran sektor

pertanian serta sektor jasa pada tiga koridor lokasi penelitian, akan mencakup

beberapa analisis, yaitu : (1) menganalisis peran sektor pertanian baik primer

maupun sekunder dan industri pengolahannya serta sector jasa dalam

perekonomian wilayah yang digambarkan oleh pangsa masing-masing sector

tersebut, (2) menganalisis efek pengganda dari sektor-sektor tersebut dalam

penciptaan nilai output, nilai tambah, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja,

(3) menganalisis peran sektor pertanian tersebut sebagai pengungkit sektor lain,

baik sebagai penarik sektor di hulunya (backward linkage) maupun sebagai

pendorong sektor yang ada dihilirnya (forward linkage).

Sektor-sektor yang akan dianalisis, untuk sektor pertanian primer utamanya

adalah terkaitr dengan komoditas unggulan nasional, seperti Padi, Jagung, Kedele,

Tebu, dan ternak. Sedangkan sektor primer pertanianna lainnya dianalisis sebagai

pembanding. Disamping itu akan dilihat juga sekor pertanian sekunder yang

terkait dengan industry pengolahan yang berbasis komoditas utama tadi yang

diduga peningkatan nilai tambah ekonomi justru dari sektor pengolahannya. Juga

sesuai dengan rencana pengembangan sektor dimasing-masing koridor, maka

sektor jasa (perdagangan, restoran, perhotelan, angkutan, komunikasi,

pemeritnahan, pendidikan, dll) akan dilihat secara fokus dalam penelitian ini.

Penggunaan kode sektor dala analisis ini akan menyesuaikan dengan kode sektor

pada masing-masing provinsi.

Sedangkan secara teknik, untuk analisis Input-Output akan diuraiakan

sebagai berikut :

Page 33: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

33

(1) Analisis Input Output

a. Koefisien Input

Pada Tabel I-O perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan

dalam sektor j (Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat

diterjemahkan sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu unit output sektor j. Secara sistematik dapat dituliskan:

Xj

Xijaij

dimana Aij adalah koefisien input

Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :

a11 X1 +a12 X2+ ... ... ... ... + a1n Xn + F1 = X1

a21 X1 +a22 X2+ ... ... ... ... + a1n Xn + F2 = X2

: : : : :

an1 X1 +an2 X2+ ... ... ... ... + ann Xn + Fn = Xn

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan

pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat

dituliskan sebagai berikut :

FAX

FA

X

A

FX

XAF

AXXF

XFAX

1)1(

)1(

1

)1(

)1(

dalam pengertian matrik (1) adalah identitas (I) maka notasi matriks menjadi

(I - A). Jadi X = (I - A)-1 F

I = Matriks Identitas berukuran n x n yang elemennya memuat angka satu pada

diagonalnya dan nol pada selainnya.

A = Matriks Koefisien Teknis

F = permintaan Akhir

X = Output

(I - A)-1 = Matriks Leontief

Page 34: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

34

Dalam analisis I-O, matriks kebalikan Leontief memiliki peranan yang sangat

penting sebagai alat analisis yang mencerminkan efek langsung dan tidak

langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor dalam

perekonomian.

b. Analisis Perubahan Output

Untuk menganalisis dampak perubahan subsidi terhadap output digunakan

model input output dengan pendekatan supply side. Dalam analisis ini input

primer menjadi faktor eksogen. Artinya pertumbuhan perekonomian baik secara

sektoral maupun secara total dipengaruhi oleh perubahan pada input primer

(Firmansyah, 2006).

Dalam model input-output dengan pendekatan supply bentuk

persamaannya adalah secara kolom yaitu:

Page 35: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

35

c. Keterkaitan Antar Sektor (Backward and Forward Linkage)

Analisis keterkaitan antar sektor terbagi menjadi kaitan ke belakang

(backward linkage) dan kaitan ke depan (forward likages). Kedua keterkaitan

merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan

suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain dalam perekonomian. Kaitan ke

belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan suatu

sektor terhadap sektor-sektor lain yang menyumbang input kepadanya. Kaitannya

ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara

suatu sektor yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi

sektor-sektor lain (Kuncoro, 2001).

Formula kaitan ke belakang dari suatu sektor dapat dinyatakan sebagai

berikut :

Lbj = bij + bnj + ...bnj =

n

i

bij1

dimana :

Lbj = Indeks keterkaitan kebelakang sektor ke j

Bij = Koefisien Leontief pada baris ke i kolom ke j

n = Jumlah sektor

Koefisien yang ditunjukkan oleh Lbj sebagai pengaruh tingkat keterkaitan

ke belakang (backward linkages) apabila > 1 menunjukkan bahwa satu unit dari

permintaan akhir sektor tersebut akan menciptakan perubahan diatas rata-rata

pada aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Hal ini memberi makna

penyebaran nilai > 1, dimisalkan pada hasil akhir analisis diperoleh indeks

Page 36: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

36

keterkaintan ke belakang total sektor pertanian sebesar 1,70458. Jika dijabarkan

maksud dari keterkaitan ke belakang sebesar 1,70458 adalah apabila terjadi

kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir di sektor tersebut akan mengakibatkan

kenaikan output sebesar 1,70458.

Jenis keterkaitan ke dua antar sektor dalam perekonomian adalah keterkaitan ke

depan (forward linkage). Keterkaitan ke depan diperoleh dari invers kaitan ke

belakang, formulasi matematisnya yaitu : (Kuncoro, 2001).

Untuk mengembangkan analisis nilai keterkaitan diatas, maka digunakan

model Rassmusen. Pengukuran dengan metode ini untuk mengetahui tinggi

rendahnya nilai keterkaitan atau multiplier produksi. Dalam beberapa analisis yang

menggunakan model input-output metode Rassmusen ini juga disebut dengan

metode perhitungan daya penyebaran pada perhitungan pengaruh keterkaitan ke

belakang. Sementara itu pada perhitungan keterkaitan ke depan, metode

Rassmusen disebut juga sebagai metode perhitungan derajat kepekaan.

d. Daya Penyebaran

Daya penyebaran menunjukkan seberapa besar pengaruh keterkaitan pada

perhitungan keterkaitan ke belakang. Dengan menggunakan metode Rassmusen

maka koefisien daya penyebaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 37: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

37

Suatu sektor dikatakan mempunyai daya penyebaran yang tinggi jika

pertumbuhan sektor-sektor tersebut mempengaruhi sektor-sektor lainnya,

sehingga dapat pula disebut besarnya total dari satu unit permintaan akhir suatu

sektor terhadap pertumbuhan sektor ekonomi. Koefisien yang ditunjukkan oleh αj

sebagai pengaruh tingkat keterkaitan ke belakang (backward linkages) apabila > 1

memberi makna bahwa penyebaran sektor j relatif lebih tinggi dibandingkan

sektor-sektor lainnya. Sedangkan Indeks keterkaitan ke depan dari suatu sektor

dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Page 38: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

38

Lfi = bi1 + bi2 ... bin =

n

j

bij1

dimana :

Lfi = Indeks keterkaitan kedepan sektor ke i

Bij = Koefisien Leontief pada baris ke i kolom ke j

n = Jumlah sektor

e. Derajat Kepekaan

Derajat kepekaan menunjukkan seberapa besar pengaruh pada perhitungan

keterkaitan ke depan. Untuk mengetahui koefisien derajat kepekaan sebagai rata-

rata terhadap keseluruhan dirumuskan:

Dengan kriteria :

a. Jika βi = 1 keterkaitan ke depan sektor ke-i sama dengan ratarata

keterkaitan ke depan seluruh sektor ekonomi.

b. Jika βi < 1 keterkaitan ke depan sektor ke-i lebih rendah dibandingkan rata-

rata keterkaitan ke depan seluruh sektor ekonomi.

c. Jika βi > 1 keterkaitan ke depan sektor ke-i diatas rata-rata keterkaitan ke

depan seluruh sektor. Atau sektor ke-i tersebut memperoleh pengaruh

yangtinggi dari sektor lainnya.

Dimana : βi : koefisien derajat kepekaan

bij : Elemen matriks kebalikan dari baris i ke j

n : banyak sektor matriks

Page 39: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

39

Koefisien yang ditunjukkan oleh βi sebagai pengaruh tingkat keterkaitan ke

depan (forward linkages) apabila > 1 memberi makna bahwa derajat kepekaan

sektor i relatif lebih tinggi dibandingkan sektor sektor lainnya yang memiliki βi < 1,

yaitu permintaan produksi sektor lain sangat berpengaruh pada pertumbuhan

sektor i. Suatu sektor apabila koefisien nilai αj > 1 dan βi > 1, maka sektor

tersebut merupakan sektor kunci (key sector) atau dapat dikatakan sebagai

leading sector dalam perekonomian di wilayah yang bersangkutan, karena

mempunyai tingkat keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang yang tinggi.

f. Analisis Pengganda

Pengganda Output

Angka pengganda output suatu sektor j adalah nilai total dari output yang

dihasilkan oleh perekonomian untuk memenuhi (atau sebagai akibat) adanya

perubahan satu unit permintaan akhir sektor tersebut. Angka pengganda output

merupakan jumlah kolom dari elemen matriks kebalikan Leontief. Secara notasi,

diformulasikan sebagai :

Pengganda Pendapatan

Angka pengganda pendapatan rumah tangga suatu sektor menunjukkan

perubahan jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang tercipta

akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir pada suatu sektor. Jalur

pengaruh dampak perubahan permintaan peningkatan pendapatan rumah tangga

dapat dijelaskan dengan kasus peningkatan permintaan akhir. Peningkatan

Page 40: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

40

permintaan akhir sektoral akan meningkatkan sektoral dan total perekonomian.

Hal ini dapat diukur melalui angka pengganda output akan meningkatkan

permintaan terhadap tenaga kerja, hal ini akan meningkatkan balas jasa terhadap

rumah tangga yang memiliki tenaga kerja tersebut.

Peningkatan permintaan akhir sektoral akan meningkatkan output sektoral

dan total perekonomian. Hal ini dapat diukur melalui angka pengganda output

sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Peningkatan output akan meningkatkan

permintaan terhadap tenaga kerja, hal ini akan meningkatkan bals jasa terhadap

rumah tangga yang memiliki tenaga kerja tersebut.

Matriks angka pengganda pendapatan rumah tangga :

Dimana Xn+1j pada formula tersebut adalah sama dengan baris v (input primer).

Untuk masing-masing sektor, angka pengganda pendapatan rumah tangganya

menjadi:

(2) Pendekatan Dinamika Sistem

Didalam sistem ketahanan pangan di tiga KE MP3EI yang kompleks akan

terjadi transformasi dalam bentuk : a) transformasi teknis : berupa penyediaan

lahan, penyediaan irigasi, penyediaan sumberdaya kalori, penyediaan sumberdaya

protein sampai dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk pangan kalori dan

Page 41: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

41

protein; b) transformasi sosial, berupa perubahan pola pikir yang terkait dengan

perubahan tingkat pendidikan, dan perubahan motivasi untuk meningkatkan

kualitas konsumsi pangan; c) transformasi ekonomi /finansial, berupa perubahan

pendapatan masyarakat dan tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan;

d) transformasi lingkungan strategis yang terkait dengan perubahan kebijakan

pemerintah dalam mengakomodir keberlanjutan ketahanan pangan.

Karena sistem ketahanan pangan nasional memiliki berbagai aspek yang

saling berinteraksi dan relatif kompleks, sehingga diperlukan metode untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem ketahanan

pangan di tiga KE MP3EI tersebut. Metode pendekatan sistem yang tepat adalah

dengan membangun model simulasi untuk menjelaskan interaksi berbagai aspek

dalam pengembangan sistem ketahanan pangan tersebut. Model berperanan

penting dalam pengembangan teori karena berfungsi sebagai konsep dasar yang

menata rangkaian aturan yang digunakan untuk menggambarkan sistem. Sasaran

pokok dari pembuatan model yaitu : (1) untuk memperoleh pengertian yang lebih

baik mengenai hubungan sebab-akibat dalam suatu sistem, serta untuk

menyediakan interpretasi kualitatif dan kuantitatif yang lebih baik akan sistem

tersebut; (2) lebih terapan atau berorientasi pada masalah yaitu untuk

mendapatkan prediksi yang lebih baik akan tingkah-laku dari sistem yang

digunakan segera dalam perbaikan pengendalian atau pengelolaan sistem.

Langkah awal dalam pengembangan model adalah melakukan identifikasi

sistem yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang di kaji

dalam bentuk diagram antara komponen masukan (input) dengan sistem

lingkungan yang menghasilkan suatu keluaran (output) baik yang diharapkan

maupun yang tidak diharapkan, seperti ditampilkan pada Gambar 6. Adapun

keterkaitan antar komponen dalam sistem perlu dibuat untuk mengarahkan pada

pembentukan model kuantitatif dalam bentuk diagram sebab-akibat yang disajikan

pada Gambar 7. Diagram sebab-akibat (causal loop diagram) memperlihatkan

interaksi antar semua komponen yang terkait dalam sistem ketahanan pangan.

Page 42: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

42

Gambar 6. Diagram Input-Output sistem ketahanan pangan di Koridor Ekonomi Jawa, Sulawesi dan Kalimantan

Page 43: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

43

Kebutuhanindustri kedele

Kebutuhanindustri jagung

Kebutuhanindustri beras

Kebutuhanindustri ubikayu

Kebutuhanindustri ubi jalar

Kebutuhanindustri protein

Kebutuhanindustri kalori

+

+

+

+

+

Total kebutuhanpangan

Konsumsikalori

Konsumsiprotein

Tingkatkonsumsi kalori

Tingkat konsumsiprotein

+

+

Jumlahpenduduk

+

+

+

+

+

+

NERACAKETERSEDIAAN

PANGAN

Produksi kalori Produktivitas

+

+ +

Luas panen

Penyusutanluas panen

-

+

Luas lahan

+

IntensitasPenanaman (IP)

++

Konversi lahan

-

+

Indeks kualitaspangan

-

+

Pengetahuan gizi(Akses Sosial)

Tingkatpendidikan

Kesempatankerja

PDB

+

+

+

Pemenuhankebutuhan pangan

(Akses fisik)

+Harga bahanpangan

-

+

+

-

(-)

(+) (+)

Gambar 7. Diagram sebab-akibat (Causal Diagram) ketahanan pangan di Koridor

Ekonomi Jawa, Sulawesi dan Kalimantan

Ruang lingkup Pendekatan dinamika sistem ketahanan pangan di tiga

koridor ekonomi MP3EI (Jawa, Sulawesi dan Kalimantan) meliputi :

a. Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting ketahanan pangan di tiga

Koridor Ekonomi (KE) MP3EI (Jawa, Sulawesi dan Kalimantan).

b. Melakukan evaluasi kondisi setelah dilakukan intervensi terhadap variabel-

variabel utama yang berpengaruh pada pencapaian ketahanan pangan di

tiga Koridor Ekonomi (KE) MP3EI (Jawa, Sulawesi dan Kalimantan).

c. Merumuskan kebijakan yang paling optimal utnuk pencapaian ketahanan

pangan di tiga Koridor Ekonomi (KE) MP3EI (Jawa, Sulawesi dan

Kalimantan).

Page 44: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

44

a. Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dinamika

sistem (system dynamics). Dinamika sistem sebagai salah satu metode berpikir

sistem yang bisa melihat persoalan secara komprehensif dari berbagai aspek

secara integral. Dalam penelitian ini dinamika sistem digunakan untuk menilai

proses berjalannya pencapaian ketahanan pangan yang berbasis sumberdaya lokal

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tiga koridor ekonomi

MP3EI.

Pemodelan dinamika sistem merupakan salah satu metode berpikir sistem

yang diharapkan dapat menganalisis sistem secara dinamis untuk melihat

persoalan, menangani kerumitan, perubahan, dan ketidakpastian dari sebuah

sistem yang nyata ini, meski nantinya tidak luput dari kekurangan dan

keterbatasan. Namun paling tidak, model ini dapat digunakan sebagai

pembelajaran tentang proses dinamis dalam rangka membawa kesadaran berpikir

sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif ke depan mengenai kebijakan

masa lampau dan sekarang yang terkadang kurang tepat.

Secara umum, dinamika sistem merupakan strategi pendekatan struktural

yang fokus pada struktur fenomena dan perilakunya. Dalam rangka membangun

model dinamika sistem, data-data yang dibutuhkan diperoleh melalui pengamatan,

observasi dan studi literatur yang dilakukan di tiga koridor ekonomi MP3EI (Jawa,

Sulawesi dan Kalimantan). Data yang diperlukan meliputi lima aspek, yaitu : aspek

teknis, aspek institusi, aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Data

awal dimulai dari tahun 2000 sampai 2012. Simulasi dilakukan sampai tahun 2025.

Kompleksnya masalah dalam pencapaian ketahanan pangan di tiga koridor

ekonomi MP3EI (Jawa, Sulawesi dan Kalimantan) disebabkan oleh banyaknya

faktor yang mempengaruhi struktur dan perilaku dari suatu sistem ril akan

menyebabkan terlibatnya banyak sekali komponen sistem atau variabel-variabel

yang bertanggung jawab atas mekanisme kerja sistem bersangkutan. Pada

gilirannya, penurunan formula matematis untuk setiap variabel sistem akan

membutuhkan waktu yang sangat banyak dan upaya yang berulang. Kendala ini

dapat dipecahkan secara efisien dengan memanfaatkan bahasa simulasi

Page 45: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

45

(simulation languages) dan perangkat lunak (software) komputer. Perangkat lunak

(software) yang digunakan pada penelitian ini adalah Powersim Constructor versi

2.5. Powersim adalah salah satu software untuk simulasi model dinamika sistem.

Powersim hanyalah merupakan alat (tool) untuk mempermudah simulasi model

dinamika sistem. Powersim mampu memberikan gambaran tentang perilaku

sistem secara grafis, melakukan simulasi secara cepat, melakukan perhitungan

matematis dan mudah dioperasikan.

Model disimulasikan untuk mengetahui kecenderungan perilakunya, guna

menyimpulkan hal-hal penting dalam kaitan dengan alternatif kebijakan yang akan

diterapkan. Dalam pemodelan dinamika sistem, tujuan akhir yang akan dicapai

adalah mengenai pemahaman, sedang targetnya adalah meningkatkan

pemahaman tentang hubungan-hubungan yang terjadi di antara struktur umpan

balik dan perilaku dinamis dari suatu sistem, sehingga dapat dikembangkan

berbagai kebijakan dalam rangka memperbaiki perilaku permasalahan yang

terjadi. Bila model dapat diformulasikan, perilaku dinamisnya dapat diperoleh

melalui simulasi model tersebut. Simulasi perlu dilakukan untuk membandingkan

perilaku dan struktur model dengan perilaku dan struktur sistem, yang pada

gilirannya akan meningkatkan keyakinan terhadap kesahihan model. Dengan

demikian, simulasi selanjutnya dapat digunakan untuk merancang kebijakan yang

efektif. Tahapan pelaksanaan penelitian terdiri atas 5 tahap seperti disajikan pada

Gambar 8.

Perencanaan penelitian

Tahapan penelitian diawali dengan melakukan perencanaan penelitian

dengan didasarkan pada kajian terhadap literatur yang terkait dengan penelitian.

Observasi di lapangan

Observasi di lapangan diperlukan untuk mengetahui variabel-variabel yang

mempengaruhi kinerja sistem secara menyeluruh. Observasi di lapangan juga

diperlukan untuk mendeskripsikan pola interaksi variabel-variabel dalam sistem

ketahanan pangan. Deskripsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk grafik atau

verbal. Deskripsi tersebut membantu dalam menentukan struktur dasar model,

Page 46: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

46

menyederhanakan keputusan yang perlu dipertimbangkan terhadap fokus masalah

utama dan menghasilkan skenario simulasi yang lebih terarah.

Gambar 8. Tahapan penelitian

b. Pendefinisian batasan model sistem dinamik

Langkah ini menentukan variabel-variabel yang dianggap sebagai variabel

endogen dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel yang dapat menerangkan

adanya tendensi-tendensi internal persoalan yang telah diungkapkan melalui pola

referensi. Sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang perubahannya hanya

merupakan fungsi waktu (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya dalam model),

tetapi dapat mempengaruhi perilaku model. Variabel ini dapat merepresentasikan

perubahan-perubahan kebijakan ataupun gangguan-gangguan dari luar model.

Studi literatur

Pendefinisan batasan model

Observasi di lapangan

Perencanaan penelitian

Verifikasi dan Validasi model

Membangun struktur model

Simulasi

Analisis Perumusan Kebijakan

Page 47: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

47

c. Membangun struktur model

Struktur umpan balik dari variabel-variabel yang berinteraksi dalam sistem

irigasi dibuat berdasarkan batasan model yang telah ditentukan. Struktur model

dibuat berdasarkan batasan model yang sudah didefinisikan sebelumnya.

Pembuatan struktur model diawali dengan menyusun model konseptual. Model

konseptual merupakan suatu diagram sebab akibat (causal diagram) yang

memuat elemen, kejadian dan relasi yang terjadi dalam sistem nyata. Dalam

model konseptual ini terjadi proses pembentukan abstraksi relevan sistem nyata

terhadap pertanyaan model simulasi yang diharapkan akan dijawab. Langkah

selanjutnya adalah merancang model logika yang merupakan model diagram alur

dari logika untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan dari upaya pencapaian

ketahanan pangan di tiga koridor ekonomi MP3EI. Model logika ini memuat relasi

logis antara elemen sistem juga variabel yang mempengaruhi sistem.

d. Verifikasi dan Validasi model

Verifikasi model adalah pembuktian bahwa model komputer yang telah

disusun pada tahap sebelumnya mampu melakukan simulasi dari model abstrak

yang di kaji. Dalam pengertian lain, verifikasi adalah sebuah proses untuk

meyakinkan bahwa program komputer yang dibuat beserta penerapannya adalah

benar. Cara yang dilakukan adalah menguji sejauh mana program komputer yang

dibuat telah menunjukan perilaku dan respon yang sesuai dengan tujuan dari

model.

Validasi adalah usaha penyimpulan apakah model sistem tersebut

merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, sehingga dapat

menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Dalam pengertian lain, validasi

adalah substansi bahwa model yang dikomputerisasikan dalam lingkup aplikasinya

memiliki kisaran akurasi yang memuaskan dan konsisten dengan maksud dari

penerapan model. Cara yang digunakan dalam validasi model ini adalah

membandingkan perilaku model dengan perilaku historisnya Model dianggap valid

apabila perilaku historis variabel-variabel yang dipergunakan dalam model mirip

atau memiliki trend yang sama. Untuk mengukur tingkat kepercayaan terhadap

Page 48: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

48

model yang dibangun dalam mewakili perilaku nyata dapat diukur dengan

kesalahan kuadrat rata-rata (mean square error; MSE) dan kesalahan yang telah

dinormalisasi adalah dengan persentase kesalahan akar kuadrat rata-rata (root-

mean-square percent error; RMSPE) :

n

n t

tt

A

AS

nMSE

1

21

n

n t

tt

A

AS

nRMSPE

1

21

Keterangan : MSE : mean square error; RMSPE : root-mean-square percent

error; St : nilai simulasi pada waktu t; At : nilai aktual pada waktu t; n : jumlah

pengamatan (t = 1,…, n)

Model dianggap valid bila MSE 5%.

e. Simulasi

Model simulasi yang dibangun dalam penelitian ini adalah model simulasi

kontinyu berdasarkan metode dinamika sistem yang berfokus pada struktur dan

perilaku sistem terdiri dari interaksi antar variabel dan umpan balik (feedback

system). Hubungan dan interaksi antar variabel dinyatakan dalam diagram sebab

akibat.

Model ini mensimulasikan prilaku pencapaian ketahanan pangan di tiga

koridor ekonomi MP3EI dengan beberapa skenario sehingga diperoleh upaya yang

paling optimal untuk mendukung pertumbuhan ekonominya. Skenario dirancang

berdasarkan pertimbangan pola referensi beberapa variabel utama dari semua

aspek yang berpengaruh di tiga lokasi penelitian tersebut. Pola referensi

merupakan deskripsi dari pola interaksi variabel-variabel dalam sistem ketahanan

pangan di tiga lokasi penelitian. Deskripsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk

grafik atau verbal.

Dasar pertimbangan penentuan skenario adalah terkait dengan konsep

ruang (spatial) dan waktu (temporal) yang merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dalam sistem ketahanan pangan. Secara spatial, terkait daya dukung

lingkungan strategis dan distribusi yang tidak sama dalam hal curah hujan, kondisi

tanah, sumber air, penyusutan luas total lahan produksi tanaman pangan akibat

konversi lahan, sempitnya luas per unit lahan yang dikelola oleh rumah tangga

Page 49: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

49

petani akibat fragmentasi lahan, menurunnya kesuburan akibat pencemaran

dan/atau salah kelola yang berakibat pada degradasi lahan, motivasi petani,

ketersediaan teknologi yang sepadan, kebijakan pemerintah daerah yang berbeda.

Secara temporal, pencapaian ketahanan pangan mengikuti dinamika perubahan

pola pikir petani dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan pemilihan komoditi

untuk menjamin ketahanan pangan di tingkat keluarga petani dan untuk

meningkatkan pendapatannya. Atas dasar konsep waktu (temporal), maka

pertimbangan yang digunakan untuk merancang skenario adalah perubahan

dinamika petani dalam memilih komoditi yang lebih menguntungkan secara

komparatif dan dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang

diselaraskan dengan kebijakan pemerintah saat ini untuk memacu pencapaian

ketahanan pangan.

Analisis yang dilakukan adalah analisis sensitivitas. Sensitivitas berarti

respon model terhadap stimulus yang akan ditunjukan dengan perubahan atau

kinerja model. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengetahui variabel

keputusan yang cukup penting (leverage point) untuk ditelaah lebih lanjut pada

aplikasi model. Metode umum yang digunakan adalah skenario terbaik-terburuk.

Jenis analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini berupa intervensi

fungsional.

f. Perumusan Kebijakan

Hasil analisis dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui posisi

masing-masing aspek ketahanan pangan akan diperoleh mengenai kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada yang selanjutnya digunakan untuk

merumuskan strategi pencapaian ketahanan pangan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),

serta dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).

Page 50: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

50

IV. ANALISIS RISIKO Beberapa faktor yang berpeluang menjadi penyebab tak tercapainya

tujuan atau tidak terselesaikannya pekerjaan dalam penelitian dan cara

antisipasinya tersaji dalam Tabel 3 dan 4 berikut ini: Tabel 3. Daftar Risiko

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Lokasi penelitian tidak kondusif untuk melakukan survey. (pengumpulan data),

Adanya instabilitas politik dan keamanan nasional dan atau situasi ketertiban dan keamanan

Proses pengumpulan data primer terhambat

2. Adanya penundaan kegiatan

kebijakan pemerintah terkait dengan realokasi anggaran untuk mengatasi situasi darurat,

Proses penelitian mundur

3. Pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilakukan dengan normal

Adanya bencana alam dan gangguan keamanan

Proses penelitian dan hasilnya kurang optimal

Tabel 4. Daftar Penanganan Risiko No. Risiko Penyebab Penanganan Risiko 1. Lokasi penelitian

tidak kondusif untuk melakukan survey. (pengumpulan data),

Adanya instabilitas politik dan keamanan nasional dan atau situasi ketertiban dan keamanan

Untuk mengantisipasi risiko yang timbul dalam kaitannya dengan ketertiban dan keamanan di lokasi penelitian, yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan adanya lokasi pengganti (cadangan) berdasarkan atas justifikasi ilmiah agar kualitas hasil penelitian dapat dipertahankan

3. Adanya penundaan kegiatan

kebijakan pemerintah terkait dengan realokasi anggaran untuk mengatasi situasi darurat,

Perancangan Kerangka Acuan Penelitian disusun melalui penjaringan isu-isu kebijakan yang dipandang strategis. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh institusi.

4. Pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilakukan dengan normal

Adanya bencana alam dan gangguan keamanan

Dalam kondisi yang tak mungkin dihindari, antisipasi yang dapat dilakukan adalah melalui perampingan dan pembatasan tujuan penelitian, yang dalam konteks ini dapat difokuskan pada aspek-aspek yang dapat dikaji melalui analisis data sekunder saja

Page 51: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

51

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Susunan Tim Pelaksana kegiatan

No Nama Gol/Pangkat Jabatan

Fungsional

Kedudukan

dalam Tim

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Dr. Hermanto

Prof. Dr. Erizal Jamal

Prof. Dr. I. Wayan Rusastra

Dr. Benny Rachman

Dr. Adang Agustian

Ir. Supena Friyatno, Msi

Drs. Deri Hidayat

Dr. Agung Prabowo

Dr. Setiyadjit MAApSc

Prof. Dr. Irsal Las

Prof. Dr. Syamsul Bahri

Dr. Retno S.H.M

Dr. Haris Syahbuddin

IV/d

IV/d

IV/e

IV/e

IV/a

III/d

III/d

IV/

IV/

IV/e

IV

IV

IV

Peneliti Utama

Peneliti Utama

Peneliti Utama

Peneliti Utama

Peneliti Madya

Peneliti Madya

Peneliti

Peneliti

Peneliti Utama

Peneliti Utama

Peneliti Utama

Peneliti

Peneliti

Ketua

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

5.2. Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan/Aktivitas Bulan ( 1 = Januari), Tahun 2013 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan

Review

Pengumpulan data

Pengolahan dan Analisis Data

Penulisan Laporan Penelitian

Seminar Hasil Penelitian

Finalisasi Laporan Penelitian

Pendayagunaan Hasil Penelitian

Page 52: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

52

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana. M, O. 2008. Lintasan dan Marka Jalan Menuju Ketahanan Pangan Terlanjutkan dalam Era Perdagangan Bebas. Pengembangan Inovasi Pertanian I (1), 2008: 17-46.

Agustian, A., S. Friyatno, B. Sayaka, B. Winarso, N.K. Agustian. 2012. Analisis Permintaan, Penawaran Dan Kebijakan Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan Utama Dalam Program MP3EI di Koridor Sulawesi. Makalah Seminar Hasil Penelitian Internal PSE-KP. Pusat Sosek dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Bappenas. 2011. Lampiran Perpres 29/2011 tentang RKP 2012. Jakarta.

BPS. 2012. Data Produksi Padi Indonesia. www.bps.go.id (4 Pebruari 2013).

Edyanto, CB H. 2007. Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara Di Kalimantan Barat. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia Vol. 9 No. 3 Desember 2007 Hlm. 120-129.

FAO. 2012. The State of Food and Agriculture. FAO. Rome.

Firmansyah. 2006. Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (I-O) untuk Ekonomi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hadi, P.U, A.Agustian, A.H. Malian, S.H. Suhartini, dan A.M. Djulin. Perdagangan Komoditas Pertanian 2001. Pulitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Haryono. 2012. Bahan Pemaparan Koridor Ekonomi Kalimantan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Irianto, G. 2011. Ketersediaan Lahan Pertanian dan Air Untuk Mencapai Kedaulatan Pangan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian.

Iskandar, M. A. Peranan BPPT dalam Penguasaan Inovasi Teknologi dan Pengembangan Kompetensi SDM di Daerah. Rapat Koordinasi SDM & IPTEK Koridor Ekonomi Sulawesi, Makasar, 10 mei 2012.

Jhingan, M.L. 1990. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasryno, F. 2012. Pelaksanaan MP3EI Koridor Jawa Akan Menyebabkan Kerawanan Ketahanan Pangan Nasional Semakin Parah. Draft Tulisan dalam Buku MP3EI. Litbang Kemtan. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2012. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2013-2045 Menuju Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan. Kemtan. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014. Kementerian Pertanian, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2012. Strategi Induk Pembangunan Pertanian

Page 53: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

53

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2010. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

Kementerian Pertanian.2012. Dukungan Kementerian Pertanian di Bidang SDM dan Iptek untuk MP3EI Koridor Ekonomi Sulawesi. RAKOR TIMJA SDM DAN IPTEK MAKASAR, 10-11 MEI 2012

Komite Ekonomi Nasional (KEN). 2012. Prospek Ekonomi Indonesia 2013. KEN. Jakarta

Khudori. 2011. Salah Kaprah Diversifikasi Pangan. Republika 01 Jun 11. Jakarta.

Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi). Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

Lakitan, B. 2012. Strategi Peningkatan Peran dan Kontribusi Iptek dalam Kerangka SINas untuk Mendukung Keberhasilan MP3EI. Workshop Peningkatan Kontribusi Iptek dalam Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Dewan Riset Nasional, Jakarta 10 Mei 2012.Dewan Riset Nasional.

Nurlina. 2011. Peran Pertanian di Indonesia. Isjd.pdii.lipi.go.id (6 Pebruari 2013).

Nugrayasa, O. 2012. Lima Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di Indonesia. www.setkab.go.id (Diunduh 1 Desember 2012).

Parsons, S.T. 1975. The Present Status of Structural-Functional Theory in Sociology. The Free Press. New York.

Pinto, L. C. G., 2006. Pillars of Wisdom. Our Planet, The Magazine of The United Nation Environment Programme (UNEP), Special Edition. dirujuk melalui website http://www.unep.org/PDF/OurPlanet/OurPlanet_WorldBank_ web_ en.pdf. 6 Februari 2013, pukul 21.15 WIB.

Salim, E. 2012. Menggagas Pembangunan Integratif Sosial Ekonomi dalam Konteks Penguatan Pembangunan Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta 31 Mei 2012. Kantor Menko Perekonomian.

Sekretariat Tim Kerja MP3EI Koridor Ekonomi Kalimantan. 2013. Implementasi Proyek Berbasis Lahan (MP3EI) Koridor Ekonomi Kalimantan. Jakarta.

Setyawati, N. 2008. Analisis Peran Sektor Pertanian Di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 – 182

Sukirno, S. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Timmer, C.P. 2009. A World Without Agriculture? The Historical paradox of Agricultural Development. American Enterprise Institute for Public Policy Research. Washington

Todaro. 1994. Economic Development. Longman. London.

Todaro, M. P. Smith, S. C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid ke-1. Edisi Ke-8. Dalam Munandar dan Puji [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Page 54: KONSORSIUM PENELITIAN PROSPEK PERTUMBUHAN PANGAN DALAM ...pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_13.pdf · Logistik Nasional, Sistem Transportasi Nasional, Pengembangan

54

Widjaja, S. 2012. Kebijakan Peningkatan Produktivitas Bidang Kelautan dan Perikanan Terkait Dalam MP3EI ke Sulawesi. Rapat Koordinasi SDM & IPTEK Koridor Ekonomi Sulawesi, Makasar, 10 mei 2012.