kajian ekonomi regional provinsi bengkulu - bi.go.id · 6.1 prospek ekonomi makro 79 6.2 prakiraan...

122
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan Sarwoto : Analis Ekonomi Neva Andina : Analis Ekonomi Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Upload: dangdien

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BENGKULU

Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis

perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam

buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,

keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini

bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi

perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada

stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan

Sarwoto : Analis Ekonomi

Neva Andina : Analis Ekonomi

Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme), Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya Kajian Ekonomi Regional

Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014

stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan

oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi

kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan

prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan.

Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014

tumbuh sebesar 5,86% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu

tercatat sebesar 5,79% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang

kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau

proses pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang

disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan

melindungi setiap langkah kita.

Bengkulu, 15 Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI BENGKULU

H.M. Azhar Achlusyani Deputi Kepala Perwakilan

iv

halaman ini sengaja dikosongkan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU xi

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 7

1.1 PDRB Sisi Penggunaan 8

1.1.1 Konsumsi 9

1.1.2 Investasi 13

1.1.3 Ekspor dan Impor 14

1.2 PDRB Sisi Sektoral 18

1.2.1 Sektor Pertanian 20

1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 21

1.2.3 Sektor Jasa-Jasa 23

1.2.4 Sektor-Sektor Lainnya 24

Boks 1 Hasil Liaison Triwulan II 2014

Boks 2 Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan

Pertumbuhan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu

27

30

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa 35

2.2 Perkembangan Inflasi Fundamental 43

2.3 Perbandingan Inflasi antar Kota di Sumatera 44

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN 47

3.1 Bank Umum 47

3.1.1 Kelembagaan 48

3.1.2 Perkembangan Aset 48

3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat 50

3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan 51

vi

3.1.5 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM 54

3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum 56

3.3 Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 58

3.4 Sistem Pembayaran 60

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai 60

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 63

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 67

4.1 Realisasi Sisi Penerimaan 67

4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu 67

4.1.2 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu 69

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH 73

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 73

5.2

5.3

Perkembangan Kesejahteraan

Perkembangan Kemiskinan

75

76

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79

6.1 Prospek Ekonomi Makro 79

6.2 Prakiraan Inflasi Daerah 82

LAMPIRAN 85

DAFTAR ISTILAH 89

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan

9

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

15

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

16

Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

18

Tabel 1.5 Porsi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu

19

Tabel 1.6

Tabel 1.7

PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral

Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu

20

22

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Provinsi

Bengkulu

35

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi

Bengkulu

36

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan

Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu

37

Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &

Bahan Bakar Provinsi Bengkulu

38

Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu 39

Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu 39

Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga Provinsi Bengkulu

40

Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu

41

Tabel 2.9 Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi

Bulanan di Provinsi Bengkulu

42

Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu 48

Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu 49

Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu

51

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu

53

Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu

54

viii

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis

Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu 55

Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM di Provinsi Bengkulu

56

Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu 59

Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu 60

Tabel 3.10 Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu

63

Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu

64

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 68

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 70

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat

pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu

74

Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama

75

Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu 77

Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi

Bengkulu

78

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)

7

Grafik 1.2 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

10

Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu 10

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu

11

Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 12

Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

12

Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum 13

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

14

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 17

Grafik 1.10 Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral 19

Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 21

Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu

22

Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu 24

Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 24

Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 25

Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu

26

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 34

Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Triwulan II 2014 (Tahun Kalender, ytd) 34

Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)

37

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa

42

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Kota Bengkulu 43

Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang

44

Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera 45

Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan 45

Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu

47

x

Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu 49

Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu 50

Grafik 3.4 Porsi DPK Per Jenisnya 50

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu

52

Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu

57

Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu 58

Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu 58

Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu

60

Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu

61

Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu 61

Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu

62

Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu di Provinsi 65

Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 69

Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu 71

Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 76

Grafik 6.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu

79

Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

80

Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu 81

Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 82

Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu 83

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU

a. Inflasi dan PDRB

INDIKATOR 2012 2013 2014

IV I II III IV I II

MAKRO

IHK Kota Bengkulu 142,35 146,43 148,69 155,51 156,50 113,29

113,00

Laju Inflasi (y-o-y) 4,61 7,68 7,89 9,54 9,94 8,35 5,79 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 2.411 2.434 2.477 2.541 2.600 2607 2622 - Pertanian 878 891 904 918 945 945 937 - Pertambangan & Penggalian 86 85 85 83 86 86 87 - Industri Pengolahan 108 108 110 114 117 117 118 - Listrik, Gas dan Air Bersih 12 12 12 12 12 13 13 - Bangunan 79 77 76 78 83 81 82 - Perdagangan, Hotel&Restoran 482 493 506 523 527 530 540 - Pengangkutan & Komunikasi 201 202 206 213 215 216 219 - Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 122

123 126 128 131 132 134

- Jasa-jasa 444 443 452 471 485 487 492 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 5,67 5,44 5,32 6,19 7,83 7,13 5,86 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)

110 85 102 60 74 64 64

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

1.306 862 1.058 511 927 721 688

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2,31 - 0,66 1,34 3,76 0,97 3,34 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

1,94 - 8,42 16,88 21,84 8,1 15,21

Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara;

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xii

b. Perbankan

INDIKATOR 2012 2013 2014

IV I II III IV I II

PERBANKAN

Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 11,40 11,77 12,54 13,02 13,23 13,25 14,69 DPK (Triliun Rp) 7,37 7,57 8,07 8,38 7,68 8,00 8,94 - Tabungan (Triliun Rp) 4,18 3,69 3,93 4,38 4,83 4,20 4,40 - Giro (Triliun Rp) 1,78 2,28 2,42 2,41 1,39 2,19 2,71 - Deposito (Triliun Rp) 1,41 1,60 1,71 1,59 1,46 1,61 1,83

Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 12,08 12,36 13,41 13,65 13,97 14,34 14,74

- Modal Kerja 3,67 3,96 3,92 3,95 3,95 4,21 4,34 - Konsumsi 6,58 6,40 7,22 7,41 7,67 7,74 8,03 - Investasi 1,83 1,80 2,27 2,29 2,35 2,39 2,37 - LDR (%) 163,85 169,71 162,62 162,89 181,90 179,25 164,99 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 9,36 9,74 10,53 11,03 11,29 11,44 11,97 - Modal Kerja 3,16 3,28 3,41 3,51 3,56 3,62 3,81 - Konsumsi 5,22 5,47 5,91 6,24 6,39 6,42 6,77 - Investasi 0,98 1,00 1,21 1,28 1,34 1,39 1,39 - LDR (%) 127,04 128,78 130,46 131,59 146,99 143,04 133,89 Kredit MKM Bank Umum Menurut

Lokasi Proyek 1)

Kredit MKM (Triliun Rp) 3,56 2,84 3,83 3,97 4,03 4,19 4,43 Kredit Mikro (Triliun Rp) 0,78 0,72 1,00 1,06 1,14 1,22 1,31 - Kredit Modal Kerja 0,65 0,55 0,83 0,79 0,82 0,86 0,91 - Kredit Investasi 0,13 0,14 0,17 0,28 0,32 0,36 0,40 Kredit Kecil (Triliun Rp) 1,35 1,41 1,42 1,45 1,46 1,49 1,57 - Kredit Modal Kerja 1,13 1,10 1,17 1,16 1,15 1,15 1,21 - Kredit Investasi 0,22 0,21 0,24 0,29 0,31 0,34 0,36 Kredit Menengah (Triliun Rp) 1,43 1,45 1,43 1,45 1,43 1,48 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,97 0,72 1,09 1,08 1,08 1,14 1,21 - Kredit Investasi 0,46 0,59 0,32 0,37 0,35 0,34 0,34 BPR/BPRS Total Aset (Miliar Rp) 162 161 158 160 157 155 163 DPK (Miliar Rp) 99 104 102 105 94 106 109 - Tabungan (Miliar Rp) 31 32 31 32 23 34 36 - Deposito (Miliar Rp) 68 71 71 73 71 72 73

Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek1) 32,2 32,3 33,7 32,7 30,62 30,66 30,69

- Modal Kerja 17,8 18,2 18,5 17,8 15,86 15,86 15,86 - Konsumsi 8,9 8,8 10,4 10,6 10,9 10,9 10,93 - Investasi 5,5 5,4 4,8 4,3 3,8 3,9 3,9 LDR 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59 119,16 118,07

1) Data sampai dengan Juni 2014 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum & BPR, SEKD Provinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xiii

c. Bank Umum Syariah

INDIKATOR 2012 2013 2014

IV I II III IV I II

Total Aset (Miliar Rp) 641 671 711 762 847 861 868 DPK (Miliar Rp) 384 349 374 400 446 421 430 - Tabungan (Miliar Rp) 216 219 230 262 301 278 280 - Giro (Miliar Rp) 34 25 24 31 32 26 27 - Deposito (Miliar Rp) 134 106 121 107 112 116 124 Pembiayaan (Miliar Rp) Lokasi Kantor

546 590 665 714 773 796 830

- FDR (%) 142,05 168,72 177,63 178,63 173,44 189,24 192,83

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Bengkulu

d. Sistem Pembayaran

Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar

INDIKATOR 2012 2013 2014

IV I II III IV I II

SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,26 0,65 0,11 0,54 0,19 0,63 0,15 Outflow 0,89 0,40 0,75 1,09 1,02 0,55 1,01 Pemusnahan Uang 0,06 0,01 0,12 0,13 0,16 0,27 0,14 Nominal Transaksi RTGS 36 24 50 40 40 35 56,75 Volume Transaksi RTGS 22.650 16.946 19.775 19.244 21.601 18.479 22.545 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS

0,58 0.55 0,80 0,62 0,64 0,58 0,93

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS

371 477 314 296 343 308 370

Nominal Kliring Kredit 165 97 99 103 146 230 128 Volume Kliring Kredit 15.305 4.907 4.759 4.441 5.830 8.247 5.239 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit

2,70 1,61 1,6 1,67 2,39 3,84 2,10

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit

251 82 76 73 96 137 87

Nominal Kliring Debet 564 692 707 845 865 703 709 Volume Kliring Debet 18.430 25.154 26.335 29.505 31.846 24.701 25.845 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet

9,24 11,53 11,22 13,85 14,18 11,73 11,62

Rata-rata Harian Volume Kliring Debet

302 419 418 484 522 412 424

Nominal Kliring Pengembalian 20 30 26 30 27 37 25 Volume Kliring Pengembalian 674 813 851 933 769 770 688 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian

0,32 0,50 0,41 0,50 0,44 0,61 0,41

Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian

11 14 14 15 13 13 11

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong

16 27 23 26 24 29 17

Volume Tolakan Cek/BG Kosong

556 722 757 844 674 612 600

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong

0,27 0,45 0,36 0,43 0,40 0,48 0,28

Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong

9 12 12 14 11 10 10

Sumber : Bank Indonesia Bengkulu

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xiv

halaman ini sengaja dikosongkan

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 1

BANK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perlambatan

ekonomi Provinsi

Bengkulu pada

triwulan II 2014

masih berlanjut

Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014

masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II

2014 tercatat sebesar 5,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai 7,13% (yoy).

Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq),

juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama

tahun 2013 sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan

laporan terutama didorong oleh terbatasnya investasi yang tercermin dari

melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi dan

tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru

mencapai 28,19% pada semester I 2014. Namun, pertumbuhan ekonomi

pada triwulan II 2014 masih tergolong tinggi, ditopang oleh masih

kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Selain itu,

terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi

yang lebih dalam pada triwulan laporan.

Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama

disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi

Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan

tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut

mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari

kontribusinya, sektor jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan

ekonomi terbesar pada triwulan II 2014, diikuti sektor PHR, dan sektor

pertanian.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi

Provinsi Bengkulu

mereda dengan

Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda.

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 2

BANK INDONESIA

realisasi 5,79%

(yoy)

Secara tahunan, inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy).

Sepanjang triwulan laporan, tingkat inflasi bulanan relatif rendah, dengan

deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei 2014. Adapun realisasi inflasi

tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat sebesar

0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada

periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd).

Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya

jumlah pasokan bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim

panen pada triwulan laporan ditengah relatif stabilnya permintaan

masyarakat. Komoditas bahan makanan subkelompok bumbu-bumbuan

seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi pada bulan April

dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami

inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan laporan masih

cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak penerapan surcharge pada tarif

angkutan udara dan peningkatan permintaan. Peningkatan inflasi hanya

terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan,

rekreasi dan olahraga.

Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih

menjadi penentu arah inflasi triwulan II 2014. Meskipun demikian, laju

inflasi volatile food tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,59%

(yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas

administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Fungsi intermediasi

perbankan dan

sistem pembayaran

Provinsi Bengkulu

dalam kondisi yang

cukup kondusif

Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan

II 2014 berjalan relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing

to Deposit Ratio (L/FDR) yang sebesar 133,89% disertai dengan tingkat

Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang cukup terjaga sebesar

2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar

13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 3

BANK INDONESIA

(DPK) tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum

meningkat sebesar 17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu,

kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan, tercermin dari peningkatan

jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi penyaluran

kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I 2014.

Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada

triwulan II 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem

pembayaran non tunai melalui kliring mengalami koreksi sebesar 11,37%

(qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan transaksi RTGS secara total

mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04 triliun pada

triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net

outflow sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami net intflow.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kinerja keuangan

pemerintah mulai

terakselerasi

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan

sebelumnya dan periode yang sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut

terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang meningkat,

masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi

anggaran pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) berupa pendapatan pajak daerah yang mencapai

46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai

22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran pendapatan

pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara

realisasi belanja sebesar 28,19%.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (TPT)

turun, jumlah

penduduk miskin

berkurang

Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan

perbaikan, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang

sebesar 1,62%. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja terutama terjadi di

sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR).

Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 4

BANK INDONESIA

Bengkulu secara umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal

ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada

Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni 2014. NTP dibawah 100 juga

menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai

Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional

pertanian juga tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha

pertanian masih menguntungkan (NTUP>100). NTUP turun dari 102,75

pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan II 2014.

Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun

dibanding posisi September 2013. Jumlah penduduk miskin di Provinsi

Bengkulu berjumlah 320.950 jiwa atau 17,48% dari total penduduk,

turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada September 2013

yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di

daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perekonomian

Provinsi Bengkulu

triwulan III 2014

diperkirakan

meningkat,

tekanan inflasi

mereda

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III

2014 diperkirakan meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan

ekonomi didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain itu,

investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi

seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II 2014. Realisasi

proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong

pertumbuhan investasi lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, kinerja

ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga

komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi

sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan

sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas

perkebunan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan

sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian Provinsi Bengkulu

pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5% (yoy).

Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif

stabilnya inflasi volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut

pada triwulan III 2014. Namun, terdapat potensi peningkatan inflasi yang

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 5

BANK INDONESIA

bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) pada

bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg pada

pertengahan Agustus 2014. Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014

diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).

Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 6

BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

   

BAAB I PEKERKEMKONO

MBANGMI MA

GAN AKRO

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 7

BANK INDONESIA

Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 masih berlanjut.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,86%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai

7,13% (yoy)1. Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq),

juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2013

sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan terutama didorong oleh

terbatasnya investasi yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal

Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi

dan tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru mencapai 28,19%

pada semester I 2014. Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih

tergolong tinggi, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya

ekspor. Selain itu, terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi

yang lebih dalam pada triwulan laporan.

Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh

menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik

tabama maupun perkebunan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut

mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari kontribusinya, sektor

jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II 2014,

diikuti sektor PHR, dan sektor pertanian.

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

1 Revisi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 berdasarkan rilis BPS 5 Agustus 2014

5.86%

0.56%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Mili

ar

Rp

PDRB (skala kiri) LPE (yoy; skala kanan)LPE (qtq; skala kanan)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 8

BANK INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 melambat.

Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu sebesar 5,86% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,13% (yoy). Realisasi

pertumbuhan ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12%

(yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan

pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang tercermin dari

Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh melambat dari 9,60% (yoy)

menjadi 8,47% (yoy). Sementara itu, masih rendahnya serapan belanja modal APBD

Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menjadi faktor melambatnya konsumsi

pemerintah. Namun, konsumsi rumah tangga yang masih kuat dan perbaikan ekspor

mampu menahan perlambatan pertumbuhanan ekonomi lebih dalam. Konsumsi rumah

tangga masih tumbuh cukup tinggi sebesar 6,59% (yoy), sedangkan ekspor mulai

menunjukkan perbaikan setelah mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I 2014.

Hal ini selaras dengan kinerja sektor pertambangan yang meningkat pada triwulan

laporan. Secara umum, sektor-sektor utama tumbuh melambat, terutama sektor pertanian

yang melambat cukup dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,66% (yoy)

pada triwulan II 2014.

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 3 (tiga) tahun terakhir. Pertumbuhan

ekonomi triwulan II 2014 tercatat sebesar 0,56% (qtq), sedikit rendah dibandingkan rata-

rata pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang

mencapai 1,31% (qtq). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan antara lain

dipengaruhi oleh inflasi yang cenderung turun, pemilu legislatif dan presiden, persiapan

tahun ajaran baru dan hari raya, serta pengaruh penurunan produksi pertanian.

1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama

disebabkan oleh perlambatan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang

tercermin dari Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 8,47%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 9,60%

(yoy). Penyelenggaraan pemilu 2014 diperkirakan menjadi salah satu faktor tertahannya

realisasi investasi pada triwulan II 2014. Sementara itu, konsumsi pemerintah turut

melambat dari 8,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,31% (yoy) pada triwulan

laporan. Perlambatan ini juga tercermin dari realisasi belanja modal APBD Provinsi

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 9

BANK INDONESIA

Bengkulu semester I 2014 yang baru terealisasi sebesar 23,8% dari total belanja modal

APBD Provinsi Bengkulu yang mencapai Rp292 miliar.

Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat di tengah perlambatan

sektor-sektor utama perekonomian. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar

6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar

6,40% (yoy). Sementara itu, kinerja ekspor membaik, tercermin dari peningkatan nilai

ekspor Provinsi Bengkulu ke mancanegara yang meningkat. Perbaikan terutama terjadi

pada ekspor CPO dan karet seiring peningkatan permintaan dari negara-negara mitra

dagang. Di sisi lain, pertumbuhan impor masih melambat dari 9,21% (yoy) pada triwulan I

2014 menjadi 8,28% (yoy). Secara keseluruhan, ekspor netto membaik walaupun masih

tumbuh negatif sebesar -12,97% (yoy) (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan

miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Jenis Penggunaan II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

Nilai Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan

Konsumsi Rumah

Tangga 1.555 6,20% 1.596 5,99% 1.616 6,25% 1.635 6.40% 1.657 6,59%

Konsumsi Lembaga

Nirlaba 24 (1,12%) 24 (3,67%) 26 0,91% 27 15.43% 28 15,33%

Konsumsi Pemerintah 392 1,76% 414 3,97% 440 5,62% 411 8.23% 421 7,31%

Pembentuk Modal

Tetap Domestik Bruto 294 7,31% 308 9,77% 324 10,43% 309 9.60% 319 8,47%

Perubahan stok (3) (95,89%) 11 (114,80%) (22) (82,26%) 21 (153.75%) 10 (399.06%)

Ekspor 739 1,14% 725 (0,98%) 746 (0,44%) 742 (0,32%) 754 2,08%

Impor 523 17,84% 537 13,42% 529 10,47% 537 9,21% 567 8,28%

PDRB 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83% 2.608 7,13% 2622 5,86%

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 masih tumbuh kuat.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,40% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan

konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengindikasikan masih terjaganya daya

beli masyarakat. Hal ini didukung pula dengan tingkat inflasi bulanan Bengkulu yang

cenderung rendah dan stabil. Selain itu, pelaksanaan Pemilu tahun 2014 dan tahun ajaran

baru yang berlangsung dalam periode yang sama turut mendorong peningkatan konsumsi

rumah tangga, terutama konsumsi makanan/minuman dan sandang. Secara triwulanan

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,34% (qtq), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 1,17% (qtq).

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 10

BANK INDONESIA

Grafik 1.2 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

miliar rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah

Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 juga tercermin

dari Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme

masyarakat terhadap perekonomian. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat

dari 109,33 pada triwulan I 2014 menjadi 116,78 pada triwulan II 2014. Namun, SK juga

menyatakan masyarakat masih persimis ketersediaan lapangan kerja saat ini dan

ketepatan waktu membeli barang (NS<100). Untuk 6 (enam) bulan ke depan, masyarakat

optimis terhadap perbaikan kondisi ekonomi, perkiraan penghasilan, dan ketersediaan

lapangan kerja.

6.40%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

-100

100

300

500

700

900

1,100

1,300

1,500

1,700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi RT

g(yoy)

5.79%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

123456789101112123456789101112123456789101112123456

2011 2012 2013 2014

Inflasi yoy (%)

116.78

94.44

139.11

45

60

75

90

105

120

135

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 11

BANK INDONESIA

Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga terlihat dari peningkatan

konsumsi rata-rata listrik PLN. Pada triwulan II 2014, konsumsi listrik rata-rata segmen

rumah tangga mencapai 49 juta Kwh/bulan, naik 27% dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2013. Konsumsi listrik ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi listrik

rata-rata pada triwulan sebelumnya yang sebesar 47 juta Kwh/bulan. Sementara itu,

jumlah pelanggan listrik rumah tangga PLN meningkat sebesar 12,39% (yoy) menjadi 379

ribu rumah tangga (posisi Mei 2014). Pertumbuhan pelanggan listrik PLN rumah tangga ini

sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pelanggan triwulan I 2014 yang

mencapai 13,38% yoy (posisi Maret 2014) (Grafik 1.4).

Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tercermin melalui

peningkatan pembelian kendaraan baru (Grafik 1.4). Berdasarkan data jumlah

kendaraan baru triwulan II 2014 (sampai data Mei 2014), terlihat peningkatan jumlah

pendaftaran rata-rata kendaraan baru, baik roda dua maupun roda tiga/lebih. Pada

triwulan II 2014, jumlah pendaftaran kendaraan baru roda dua/tiga/lebih tercatat

sebanyak 5.483 unit/bulan, meningkat dibandingkan pendaftaran rata-rata kendaraan

baru pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5.012 unit/bulan.

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu

Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu dan PLN Bengkulu, diolah

Konsumsi rumah tangga melalui kredit konsumsi dari perbankan masih

menunjukkan perlambatan. Kredit konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar

14,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai

17,39% (yoy). Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Juni 2014

sebesar Rp6,8 triliun (Grafik 1.5). Perlambatan ini sejalan dengan proses penyesuaian

27%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Juta

Kw

h

Konsumsi Listrik Rumah Tangga

g (yoy)

4779

574

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2012 2013 2014

Jumlah Kendaraan Baru

Roda 2 (kiri)

Roda 3 & lebih (kanan)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 12

BANK INDONESIA

dalam perekonomian nasional dan global yang juga mengalami perlambatan. Suku bunga

acuan (BI Rate) Juni 2014 berada pada level 7,5%, telah bertahan sejak Nopember 2013.

Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum

Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

miliar rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah

Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami perlambatan. Konsumsi

pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 7,31% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2014 yang mencapai 8,23% (yoy) (Grafik 1.6). Kondisi ini juga

tercermin dari serapan belanja APBD Provinsi Bengkulu Semester I 2014 yang baru

terealisasi sebesar 28,19%. Belanja hibah dan belanja pegawai merupakan komponen

dengan realisasi terbesar masing-masing sebesar 50,27% dan 41,54%. Sementara itu,

belanja modal yang mencakup belanja tanah, peralatan/mesin, bangunan/gedung,

jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya baru terealisasi sebesar 23,82%.

14.64%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

Juta

Rp

g(yoy)

7.31%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Kons. Pemerintah

g(yoy)

15.33%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

17

19

20

22

23

25

26

28

29

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Kons. Lemb. Nirlaba

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 13

BANK INDONESIA

Masih belum optimalnya serapan APBD juga tercermin dari giro milik

pemerintah di perbankan. Giro milik pemerintah di bank umum pada bulan Juni 2014

tercatat sebesar Rp2,2 triliun atau meningkat 14,44% dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2013 (Grafik 1.7). Kondisi ini mengindikasikan pembayaran proyek-proyek

pemerintah belum dilakukan pada Semester I 2014. Sesuai dengan pola serapan anggaran

pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD akan optimal pada akhir triwulan III dan IV

2014.

Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum

dalam juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Laporam Bank Umum, diolah

Sementara itu, pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba relatif stabil.

Lembaga nirlaba mengalami pertumbuhan sebesar 15,33% (yoy), sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,43% (yoy). Berlangsungnya pemilu

presiden setelah pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 merupakan faktor utama

peningkatan konsumsi nirlaba. Hal ini terkait pengeluaran partai politik, yayasan, dan LSM

sebagai lembaga non profit untuk melakukan kampanye pada masa pemilu.

1.1.2 Investasi

Pertumbuhan investasi di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014

melambat. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB) tumbuh sebesar 8,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I

2014 yang mencapai 9,67% (yoy). Walaupun masih tumbuh cukup tinggi, pelaku usaha

cenderung membatasi investasi menjelang pemilu 2014. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil

liaison yang menyatakan pelaku usaha cenderung menahan kegiatan investasi. Investasi

14.44%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

100,000

350,000

600,000

850,000

1,100,000

1,350,000

1,600,000

1,850,000

2,100,000

2,350,000

I II I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Giro Milik Pemerintah

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 14

BANK INDONESIA

yang dilakukan pada triwulan II 2014 terbatas pada perbaikan/pemeliharaan aset yang

telah ada.

Terbatasnya investasi selaras dengan penyaluran kredit investasi yang

mengalami perlambatan. Secara tahunan, kredit investasi yang disalurkan perbankan di

Provinsi Bengkulu tumbuh 14,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 39,43% (yoy). Sampai dengan Juni

2014, kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp1,4 triliun atau turun

0,28% (qtq). Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit investasi beberapa periode

sebelumnya, perlambatan kredit investasi pada triwulan laporan cukup dalam. Hal ini

mengkonfirmasi adanya dampak pemilu terhadap realiasi investasi di Provinsi Bengkulu.

Investasi di bidang bangunan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari

konsumsi semen pada triwulan laporan yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan II 2014, konsumsi semen mencapai 138 ribu ton, lebih tinggi

dibandingkan konsumsi semen triwulan I 2014 yang sebesar 125 ribu ton. (Grafik 1.8).

Masih berlanjutnya penyelesaian beberapa proyek bangunan diperkirakan menjadi faktor

pendorong peningkatan konsumsi semen pada triwulan II 2014. Beberapa proyek yang

masih berlangsung antara lain: pembangunan perhotelan, perumahan dan ruko.

Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

`

Sumber : Laporan Bank Umum dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

1.1.3 Ekspor dan Impor

Di tengah tekanan harga komoditas, kegiatan ekspor/impor yang

mencakup kegiatan perdagangan antar provinsi maupun antar negara membaik

pada triwulan II 2014 (Tabel 1.2). Ekspor Provinsi Bengkulu meningkat dari -0,32%

(yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 2,08% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan

14.56%

-10%

5%

20%

35%

50%

65%

80%

350,000

500,000

650,000

800,000

950,000

1,100,000

1,250,000

1,400,000

1,550,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kredit Investasi (juta rupiah)

g(yoy)

35.05%

-45%

-30%

-15%

0%

15%

30%

45%

60%

25,000

32,500

40,000

47,500

55,000

62,500

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kons. Semen (ton)g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 15

BANK INDONESIA

ekspor didorong oleh perbaikan ekspor antar negara, terutama peningkatan ekspor karet

yang sebelumnya terus mengalami penurunan. Sementara itu, eskpor antar daerah masih

relatif stabil ditengah menurunnya kinerja sektor pertanian, baik perkebunan maupun

tabama.

Impor antar daerah dan luar negeri Provinsi Bengkulu melambat.

Pertumbuhan impor pada triwulan II 2014 sebesar 8,28% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,21% (yoy). Impor

Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh impor antar daerah sebesar 99%, sedangkan

impor luar negeri hanya 1%. Perlambatan impor antar daerah mencerminkan terdapat

perbaikan kemampuan Provinsi Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi. Namun

demikian, ketergantungan terhadap pasokan provinsi lain masih cukup besar yang

tercermin dari porsi impor antar daerah yang masih besar dalam struktur PDRB. Secara

total, ekspor netto Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mencatatkan penurunan

sebesar 12,97% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun hingga

18,91% (yoy).

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

miliar rupiah, %

Nominal 2012 2013 2014

II III IV I II III IV I II

Ekspor 730 732 749 744 739 725 746 742 754

Impor 444 473 479 492 523 537 529 537 567

% yoy 2012 2013 2014

II III IV I II III IV I II

Ekspor 4,61% 3,00% 2,09% 6,94% 1,14% -0,98% -0,44% -0,32% 2,08%

Impor 21,58% 19,68% 16,19% 17,19% 17,84% 13,42% 10,47% 9,21% 8,28%

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

Sementara itu, berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor

komoditas Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 meningkat (Tabel 1.3). Nilai

ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai USD 64,41 juta, sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar USD 64,39 juta. Namun, jika dilihat dari

volume ekspor, terdapat penurunan sebesar 4,57% (qtq) dari 721 ribu ton pada triwulan I

2014 menjadi 688 ribu ton pada triwulan II 2014. Dilihat dari porsinya, batubara masih

menjadi ekspor paling besar, baik secara nilai (51,40%) maupun volume (92,94%).

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 16

BANK INDONESIA

Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

Komoditas Ket. 2012 2013 2014 Porsi

(II-2014) IV I II III IV I II

CPO Nilai 12.386 9.150 14.059 13.433 13.323 17.432 17.615 27,35%

Volume 15.400 12.500 17.500 22.811 16.500 20.000 19.380 2,82%

Kakao Nilai 262 146 - - - - - -

Volume 100 50 - - - - - -

Batubara Nilai 66.910 49.069 56.863 28.649 44.758 34.456 33.106 51,40%

Volume 1.254.493 822.652 1.006.358 480.807 855.846 647.898 639.750 92,94%

Karet Nilai 29.571 26.171 29.834 17.478 11.956 10.338 12.003 18,64%

Volume 10.702 8.956 11.259 7.512 5.187 4.842 6.771 0,98%

Lainnya Nilai 1.720 1.417 1.711 - 3.763 2.166 1.684 2,61%

Volume 25.935 17.880 23.105 - 50.312 48.559 22.394 3,26%

Total Nilai 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 64.392 64.408 100%

Volume 1.306.630 862.039 1.058.222 511.129 927.846 721.298 688.318 100% Sumber : Dirjen Bea dan Cukai berdasarkan Harmonised System

Peningkatan kinerja ekspor Provinsi Bengkulu terutama didorong oleh

perbaikan kinerja eskpor karet. Ekspor karet meningkat dari 4,8 ribu ton pada triwulan

I 2014 menjadi 6,8 ribu ton pada triwulan II 2014. Peningkatan ini disebabkan adanya

peningkatan permintaan dari Amerika Serikat sebagai pembeli karet utama. Selain itu,

produksi karet diperkirakan sudah membaik seiring dengan berakhirnya musim trek. Di sisi

lain, ekspor batubara cenderung turun. Volume ekspor batubara turun dari 648 ribu ton

menjadi 640 ribu ton pada triwulan II 2014. Penurunan ini merupakan dampak

berkurangnya produksi batubara seiring dengan penutupan beberapa tambang batubara.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu,

jumlah perusahaan pertambangan batubara sampai Juni 2014 tidak lebih dari 10 (sepuluh)

perusahaan. Harga batubara yang belum meningkat diperkirakan menjadi salah satu

faktor tutupnya beberapa operasional penambangan. Sementara itu, ekspor CPO relatif

stabil. Pada triwulan II 2014 ekspor batubara mencapai 19,4 ribu ton, sedikit lebih rendah

dibandingkan ekspor triwulan I 2014 yang sebesar 20 ribu ton. Stagnannya ekspor CPO

Provinsi Bengkulu disebabkan belum adanya mitra dagang baru sepanjang 2014.

Sepanjang Januari-Juni 2014, hanya Belgia yang menjadi mitra dagang Provinsi Bengkulu

terkait ekspor CPO.

Depresiasi nilai tukar rupiah mendorong peningkatan nilai ekspor. Nilai

ekspor karet tumbuh tertinggi sebesar 16,10% (qtq). Hal ini selaras peningkatan volume

ekspor karet yang tumbuh tinggi. Sementara itu, ditengah volume ekspor dan harga CPO

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 17

BANK INDONESIA

yang turun, nilai ekspor CPO menunjukkan peningkatan sebagai dampak melemahnya

nilai tukar. Di sisi lain, nilai ekspor batubara cenderung turun. Dampak positif depresiasi

nilai tukar rupiah tidak dapat mengimbangi penurunan produksi batubara dan pelemahan

harga komoditas tersebut di pasar internasional. Harga batubara pada Juni 2014 telah

turun 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (Grafik 1.9).

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/100 kg untuk karet.

US$/metric ton untuk CPO & batubara

Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah

Belgia, India dan Phillipina masih menjadi negara-negara mitra dagang

utama Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan (Tabel 1.4). Jumlah transaksi ketiga

negara tersebut sebesar USD 39,6 juta atau sekitar 61,4% dari total nilai ekspor pada

triwulan II 2014. Namun, jika dilihat pertumbuhannya, ekspor ke Jepang meningkat paling

tinggi dengan komoditas utama karet olahan (crumb rubber), sedangkan ekspor ke Belgia,

India, dan Philipina sebagai mitra dagang utama hanya tumbuh 0,09% (qtq). Bahkan

ekspor ke Philipina dengan komoditas utama batubara telah turun sebesar 31,14% (qtq)

230

760

61

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

(100)

100

300

500

700

900

1,100

1,300

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2010 2011 2012 2013 2014

Karet (Skala Kiri) CPO (Skala Kiri) Batubara (Skala Kanan)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 18

BANK INDONESIA

Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton

Negara Pembeli Ket. 2012 2013 2014

IV I II III IV I II

Amerika Serikat Nilai 15.551 13.292 5.945 4.441 5.208 5.084 3.840

Volume 5.662 4.527 2.230 1.955 2.265 2.445 2.099

Philipina Nilai 1.634 1.227 160 5.507 5.785 8.294 5.712

Volume 24.257 17.417 2.460 81.335 86.211 133.665 98.264

Singapura Nilai 11.118 4.690 16.621 5.312 710 - 1.625

Volume 58.489 1.676 6.308 2.230 302 - 706

Malaysia Nilai 5.583 7.888 6.136 4.640 4.897 2.380 5.112

Volume 80.379 118.195 72.227 73.088 82.321 37.061 80.675

Hongkong Nilai - - - - - -

Volume - - - - -

Belgia Nilai 13.152 10.538 14.644 14.095 13.920 18.022 19.609

Volume 15.662 12.944 17.702 16.943 16.742 20.262 20.368

India Nilai 12.276 11.541 28.089 13.146 17.276 13.203 14.232

Volume 289.010 223.894 532.551 241.844 375.047 270.288 303.925

Jepang Nilai 5.881 5.450 6.830 3.582 4.487 2.941 4.193

Volume 40.413 58.777 58.713 18.544 31.564 21.539 37.990

Tiongkok Nilai 26.098 8.287 5.924 - 7.618 4.236 1.811

Volume 519.150 155.221 99.978 - 149.267 100.548 41.856

Lainnya Nilai 19.555 23.042 18.118 8.835 13.900 10.232 8.274

Volume 273.609 269.389 166.047 75.191 184.127 135.490 102.436

Total Nilai 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 64.392 64.408

Volume 1.065.64 1.306.63 862.039 511.130 927.846 721.298 688.318

Sumber : Dirjen Bea dan Cukai; diolah

1.2 PDRB Sisi Sektoral

Berdasarkan sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014

terutama disebabkan oleh perlambatan sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu

(Tabel 1.5). Sektor pertanian melambat paling dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I

2014 menjadi 3,66% (yoy) pada triwulan II 2014. Sementara itu, sektor perdagangan,

hotel dan restoran (PHR) tumbuh melambat dari 7,64% (yoy) menjadi 6,60% (yoy),

sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 8,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy).

Namun demikian, sektor pertanian, PHR dan jasa-jasa masih menjadi penyumbang

terbesar pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014. Sektor jasa-jasa berkontribusi tertinggi

sebesar 27,30%, disusul sektor PHR sebesar 23,04%. Sementara itu, walaupun porsi

sektor pertanian dalam PDRB Provinsi Bengkulu paling dominan mencapai 37,58%,

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 19

BANK INDONESIA

kontribusi terhadap perekonomian hanya menempati urutan ketiga sebesar 22,87%

sebagai dampak perlambatan subsektor perkebunan dan tabama yang cukup dalam.

Tabel 1.5. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000

miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Lapangan Usaha

I I -2013 I I I -2013 IV -2013 I -2014 I I -2014

Nilai Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan

Pertanian 904 3,06% 918 3,71% 945 7,63% 945 6,11% 937 3,66%

Pertambangan dan

Penggalian 85 -0,52% 83 -0,67% 86 -0,25% 86 1.31% 87 2,16%

Industri Pengolahan 110 7,56% 114 7,04% 117 7,60% 117 8.83% 118 8,07%

Listrik, Air dan Gas 12 4,84% 12 5,13% 12 4,49% 13 3.14% 13 3,55%

Bangunan 76 3,04% 78 4,64% 83 4,85% 81 5.90% 82 7,51%

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 506 7,35% 523 8,83% 527 9,45% 530 7.64% 540 6,60%

Angkutan dan

Komunikasi 206 5,45% 213 7,52% 215 7,09% 216 6.65% 219 6,50%

Keuangan dan Persewaan 126 8,23% 128 7,77% 131 7,30% 132 6.99% 134 6,97%

Jasa-jasa 452 7,94% 471 8,73% 485 9,17% 487 9.91% 492 8,76%

PDRB 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83% 2.608 7,13% 2.622 5,86%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Grafik 1.10 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu relatif sama dibandingkan

periode-periode sebelumnya. Namun, porsi sektor pertanian di dalam perekonomian

Bengkulu pada triwulan laporan sedikit berkurang. Perlambatan subsektor perkebunan

sebagai dampak melemahnya harga komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi salah

satu faktor pendorong pergeseran porsi sektor pertanian. Sementara itu, pelaksanaan

pemilu 2014 mendorong peningkatan kontribusi sektor PHR dalam perekonomian. Di sisi

22.87%

1.19%

6.14%

0.34%

3.92%

23.04%

9.22%5.97%

27.30%

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.

Jasa-JasaKeterangan : porsi sumbangan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 20

BANK INDONESIA

lain, porsi sektor jasa-jasa relatif stabil dari 16,86% pada triwulan I menjadi 16,99% pada

triwulan II 2014 (Tabel 1.5).

Tabel 1.6 Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu dalam %

Lapangan Usaha 2013 2014

I II III IV I II

1. Pertanian 38.52% 38.53% 38.06% 38.26% 38.09% 37.58%

2. Pertambangan dan Penggalian 4.01% 3.93% 3.79% 3.82% 3.83% 3.79%

3. Industri Pengolahan 4.47% 4.45% 4.52% 4.53% 4.54% 4.55%

4. Listrik. Gas dan Air 0.53% 0.53% 0.53% 0.52% 0.52% 0.52%

5. Bangunan 3.73% 3.65% 3.82% 3.96% 3.86% 3.83%

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 19.35% 19.47% 19.63% 19.19% 19.35% 19.68%

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.08% 8.11% 8.14% 7.98% 8.00% 8.07%

8. Keuangan dan Persewaan 4.94% 4.97% 4.92% 4.90% 4.95% 5.00%

9. Jasa jasa 16.36% 16.34% 16.59% 16.84% 16.86% 16.99%

PDRB 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh melambat, didorong oleh perlambatan subsektor

perkebunan dan tabama. Pada triwulan II 2014 sektor pertanian tumbuh sebesar

3,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mencapai 6,11% (yoy). Subsektor perkebunan hanya tumbuh sebesar 5,00% (yoy),

sedangkan triwulan I 2014 mampu tumbuh mencapai 9,00% (yoy). Pelemahan harga

komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi penyebab utama perlambatan subsektor

perkebunan. Harga CPO di pasar internasional turun 0,1% (yoy), sedangkan harga karet

telah turun sebesar 21,58% (yoy). Selain itu, permintaan dari mitra dagang diperkirakan

masih terbatas sebagai penyesuaian terhadap kondisi ekonomi global. Di sisi lain,

subsektor tabama turun dari 5,75% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,23% (yoy) pada

triwulan laporan. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I BPS, diperkirakan terdapat

penurunan luas panen sebesar 6,64% dan penurunan produktivitas padi sebesar 1,94%.

Beberapa daerah yang diperkirakan mengalami penurunan produksi padi antara lain

Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Mukomuko, dan Kota Bengkulu.

Melambatnya sektor pertanian selaras dengan pandangan pelaku usaha

terhadap sektor ini. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014

menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume produksi/penjualan

kegiatan usaha sektor pertanian lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha. Hal

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 21

BANK INDONESIA

ini mencerminkan kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 tidak sesuai dengan

ekpektasi pelaku usaha sektor pertanian.

Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan penyaluran

kredit pertanian oleh perbankan Provinsi Bengkulu yang terbatas (Grafik 1.11).

Kredit yang disalurkan oleh perbankan di sektor pertanian tumbuh sebesar 3,08% (qtq),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,79%

(qtq). Melambatnya pertumbuhan kredit sesuai dengan kebijakan suku bunga ketat yang

ditetapkan bank sentral. Secara nominal, kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada

sektor pertanian di Provinsi Bengkulu sampai Juni 2014 sebesar Rp890 miliar. Sebanyak

99% dari total kredit di sektor pertanian disalurkan pada pertanian Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM). Dilihat dari komoditasnya, sebagian besar kredit pertanian diserap

oleh perkebunan, sementara kredit kepada pertanian padi relatif kecil hanya sebesar

Rp2,2 miliar.

Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum Bank Indonesia dan Bea Cukai, diolah

1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh melambat dari

7,64% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,60% (yoy) pada triwulan II 2014.

Pertumbuhan ini merupakan yang terendah pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun

terakhir. Perlambatan kinerja PHR disebabkan oleh lemahnya kinerja perdagangan besar

dan eceran yang turun dari 7,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,38% (yoy)

pada triwulan laporan. Dampak persiapan pemilu legislatif pada triwulan I diperkirakan

lebih besar dibandingkan persiapan pemilu presiden pada triwulan II yang tercermin dari

penggunaan atribut kampanye. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor hotel dan restoran

34.35%

-40%

10%

60%

110%

160%

210%

175,000

275,000

375,000

475,000

575,000

675,000

775,000

875,000

975,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kredit Pertanian (Rp Juta)

g(yoy)

50%

-155%

-80%

-5%

70%

145%

220%

295%

370%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 22

BANK INDONESIA

pada triwulan II 2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kampanye pemilu

2014 dan persiapan hari raya yang berlangsung bersamaan diperkirakan mendorong

pertumbuhan subsektor ini.

Tabel 1.7 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu

Klasifikasi Hotel 2013 2014

12 1 2 3 4 5 6

Bintang 1 21,85 40,90 55,45 50,97 46,88 59,37 61,62

Bintang 2 47,54 31,85 55,47 51,11 50,63 63,00 54,27

Bintang 3 47,12 33,63 50,45 49,52 48,46 68,39 49,73

Rata- Rata 41,48 35,05 52,06 49,99 48,30 65,70 52,80

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan subsektor perhotelan juga terindikasi dari tingkat hunian

hotel pada triwulan II 2014. Tingkat hunian rata-rata untuk hotel bintang 1, 2, dan 3

mengalami peningkatan dari 45,7% pada triwulan I 2014 menjadi 55,6% pada triwulan II

2014. Sepanjang April-Juni 2014, tingkat hunian hotel tertinggi terjadi pada bulan Mei

2014 seiring dengan pelaksanaan kampanye pemilu presiden pada periode tersebut.

Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Perlambatan sektor PHR searah dengan Survei Konsumen (SK) triwulan II

2014 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Masyarakat cenderung membatasi

konsumsinya sehingga berdampak pada sektor PHR secara keseluruhan. Terbatasnya

konsumsi ini tercermin dari persepsi responden yang menyatakan bahwa triwulan laporan

bukan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods).

Selaras dengan itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014

17.11%

-23.00%

-3.00%

17.00%

37.00%

57.00%

77.00%

150,000

650,000

1,150,000

1,650,000

2,150,000

2,650,000

3,150,000

3,650,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

Kredit PHR (Rp Juta)

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 23

BANK INDONESIA

Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, realisasi volume/produksi kegiatan usaha sektor PHR

tercatat lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha.Di tengah perlambatan

pertumbuhan sektor PHR, kredit di sektor ini tetap tumbuh tinggi. Secara

triwulanan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan II 2014 mencapai 8,51% (qtq),

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,75% (qtq).

Masih tingginya potensi penyaluran kredit di sektor ini diperkirakan menjadi salah satu

faktor pendorong pertumbuhan kredit PHR di tengah perlambatan pertumbuhan kredit

perbankan secara umum.

1.2.3 Sektor Jasa - Jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh paling tinggi pada triwulan II 2014. Pertumbuhan

sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar 8,76% (yoy), melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy). Melemahnya kinerja

subsektor jasa pemerintahan umum merupakan penyebab utama perlambatan ini.

Subsektor jasa pemerintah umum yang memiliki porsi 75,2% dari total sektor jasa-jasa

hanya tumbuh 8,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014

yang mencapai 10,04% (yoy). Pertumbuhan jasa pemerintahan umum juga terindikasi dari

jumlah pendaftaran kendaraan baru maupun mutasi masuk kendaraan pada triwulan II

2014 sebesar 15.784 unit, meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 15.619.

Sementara itu, jasa swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan/rekreasi, dan

jasa perorangan/rumah tangga turut mengalami kontraksi, namun masih tumbuh tinggi

diatas 8% (yoy). Momen pemilu 2014 yang bersamaan dengan liburan dan persiapan

bulan Ramadhan diperkirakan menjadi faktor pendorong masih tingginya pertumbuhan

subsektor jasa swasta.

Di tengah perlambatan sektor jasa-jasa, kredit perbankan pada sektor ini

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan,

penyaluran kredit untuk sektor jasa pada triwulan II 2014 meningkat sebesar 10,70%

(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,05% (qtq).

Hal ini selaras dengan membaiknya persepsi pelaku usaha di sektor ini yang terlihat dari

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014. Hasil SKDU menunjukkan

adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume/produksi kegiatan

usaha sektor jasa-jasa dibandingkan dengan kondisi triwulan I 2014 (Grafik 1.13).

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 24

BANK INDONESIA

Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu

Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara

1.2.4 Sektor-Sektor Lainnya

Pada triwulan II 2014, sektor bangunan mengalami percepatan

pertumbuhan. Sektor bangunan tumbuh sebesar 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 5,90% (yoy). Masih berlangsungnya pembangunan

beberapa perumahan, hotel, dan pertokoan yang dimulai sejak awal tahun diperkirakan

menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor ini. Hal ini juga terindikasi dari

penyaluran kredit bangunan, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh dari

3,11% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 15,96% (qtq) pada triwulan laporan (Grafik

1.14).

Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah

50,000

125,000

200,000

275,000

350,000

425,000

500,000

575,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor Jasa (juta Rp)

PDRB Sektor Jasa (juta Rp)

2.30

-11.00

-6.00

-1.00

4.00

9.00

14.00

19.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Realisasi Volume Produksi Sektor Jasa (hasil SKDU)

35.05%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kons. Semen (ton)

g(yoy)

212

1,494

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2013

Penyaluran Kredit Sektor Bangunan (miliar Rp)

KonstruksiPerumahan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 25

BANK INDONESIA

Pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari peningkatan konsumsi

semen pada triwulan II 2014 (Grafik 1.14). Konsumsi semen pada triwulan laporan

tercatat sebesar 138 ribu ton atau naik 10,39% (qtq).

Pada triwulan II 2014, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih membaik.

Percepatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan

sektor air bersih yang tumbuh dari 0,72% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 1,62% (yoy)

pada triwulan II 2014. Terselesaikannya perbaikan jaringan distribusi air oleh PDAM Tirta

Darma diprediksi menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja subsektor air

bersih pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan subsektor listrik melambat. Hal

ini tercermin dari pertumbuhan pelanggan listrik PLN yang turun dari 13,10% (yoy) pada

triwulan I 2014 menjadi 12,32% (yoy) pada triwulan II 2014. Namun, konsumsi listrik rata-

rata cenderung meningkat. Pada triwulan II 2014, konsumsi rata-rata listrik PLN sebesar

60,3 juta KWh/bulan, meningkat dibandingkan konsumsi rata-rata triwulan sebelumnya

yang hanya sebesar 55,8 juta KWh/bulan.

Pertumbuhan sektor listrik, air dan gas selaras dengan peningkatan

pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini. Walaupun masih tumbuh negatif,

pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor listrik, gas dan air bersih

tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini tumbuh -0,23%

(qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang sebesar -1,42% (qtq)

(Grafik 1.15). Kredit sektor listrik, air dan gas relatif terbatas di Provinsi Bengkulu. Total

kredit yang disalurkan di sektor ini hanya sebesar Rp24,4 miliar (posisi Juni 2014) sebab

sebagian besar dana pengembangan air dan listrik menggunakan dana alokasi dari

perusahaan terkait.

Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu

Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah

394

62

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2012 2013 2014

JutaRib

u

Konsumsi Listrik

Jml. Pelanggan (orang, axis kiri)

Konsumsi (KWh, axis kanan)-5.29%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)

gYOY

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 26

BANK INDONESIA

Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II 2014

masih terbatas. Walaupun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014,

pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan masih rendah

sebesar 2,16% (yoy). Tekanan harga komoditas batubara di pasar internasional

diperkirakan menjadi faktor utama masih lemahnya kinerja sektor ini. Selain itu, isu

lingkungan dan sosial turut mendorong melemahnya kinerja sektor pertambangan

batubara. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi

Bengkulu, beberapa perusahaan pertambangan batubara telah menutup operasional

penambangan. Hal ini juga tercermin dari penurunan volume ekspor batubara ke

mancanegara dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah

Penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertambangan dan penggalian

masih tumbuh negatif (Grafik 1.16). Secara triwulan, kredit kepada sektor

pertambangan dan penggalian tercatat turun sebesar 8,07% (qtq) atau sebesar Rp61,5

miliar. Jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun lalu, penyaluran kredit

perbankan terhadap sektor ini telah turun sebesar 33,0% (yoy). Berdasarkan hasil liaison,

perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada sektor pertambangan

terkait potensi kredit bermasalah. Namun, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) triwulan II 2014, para pelaku usaha di sektor pertambangan dan penggalian

menyatakan terdapat perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini

tercermin dari adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi

volume/produksi kegiatan usaha sektor pertambangan dibandingkan dengan kondisi

triwulan sebelumnya.

-32.96%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Kredit Sektor Pertambangan dan penggalian(juta Rp)

gYOY

0

-5.00

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Realisasi Volume Produksi Sektor Pertambangan (Hasil SKDU)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 27

BANK INDONESIA

Bo

ks

1

Hasil Liaison KPw BI Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014

Ringkasan Liaison

Secara umum, liaison2 yang dilaksanakan pada triwulan II 2014 mengindikasikan

kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan. Hal ini

tercermin dari likert scale kinerja contact liaison yang tumbuh positif, meskipun masih

dibawah pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan terutama terjadi pada sektor pertanian

subsektor perkebunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) subsektor hotel,

dan sektor jasa-jasa.

Di tengah tekanan kenaikan biaya produksi terutama kenaikan biaya bahan

baku, penjualan barang dan jasa di pasar domestik secara tahunan (year on

year/yoy) masih mencatatkan peningkatan. Peningkatan penjualan terutama terjadi

pada penjualan subsektor perkebunan, subsektor hotel, subsektor lembaga keuangan non

bank, subsektor jasa telekomunikasi, dan jasa perorangan. Peningkatan ini terlihat dari

peningkatan penjualan komoditas kelapa sawit, pembiayaan kendaraan roda dua, serta

peningkatan penjualan jasa telekomunikasi terutama pada volume transaksi komunikasi

data. Sedangkan dari perhotelan, terjadi peningkatan tingkat okupansi hotel terutama

untuk Meeting, Incentive, Conventioan and Exhibition (MICE). Di sisi lain, peningkatan

jasa perorangan didorong oleh peningkatan jasa kesehatan, terutama jasa kedokteran.

Grafik 1. Likert Scale Penjualan Grafik 2. Survei Konsumen

Kinerja ekspor tumbuh terbatas. Hal ini tercermin dari likert scale penjualan ekspor yang

mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan informasi contact, peningkatan ini bersifat

musiman dan sudah disepakati sebagaimana kontrak forward (1 bulan). Selain peningkatan

2Laporan Liaison Triwulan II 2014 merupakan gambaran kondisi sektor riil berdasarkan informasi dari 9 (sembilan)

contact yang dilakukan sampai dengan 19 Juni 2014. Pemilihan contact liaison di Triwulan II 2014 ini ditujukan ke

sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi Bengkulu (Pertanian, Perdagangan Hotel

dan Restoran dan Jasa-jasa). Kegiatan Liaison dilakukan kepada contact yang memiliki pangsa pasar tinggi di

masing-masing sektor usaha.

-4

-2

0

2

4

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

LS Penjualan Domestik

LS Penjualan Ekspor

-50.00

100.00 150.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini(IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IKK)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 28

BANK INDONESIA

permintaan pada triwulan II 2014, depresiasi nilai tukar rupiah juga merupakan pendorong

meningkatnya nilai penjualan ekspor.

Penjualan komoditas ekspor cenderung meningkat. Komoditas yang mengalami kenaikan

adalah karet dan CPO yang didorong oleh peningkatan permintaan dari India, Philipina,

dan sebagian negara Eropa. Sementara itu, menurunnya produksi batubara sebagai

dampak penutupan beberapa pertambangan batubara turut mendorong penurunan

penjualan ekspor batubara

Secara umum kapasitas utilisasi pada triwulan II 2014 sedikit mengalami

peningkatan. Kapasitas utilisasi triwulan II 2014 sedikit lebih tinggi dibandingkan pada

triwulan yang sama tahun 2013. Rata-rata tingkat utilisasi triwulan II 2014 sebesar

83,25%. Kenaikan kapasitas utilisasi sejalan dengan pertumbuhan penjualan.

Kenaikan kapasitas utilisasi terjadi pada lembaga keuangan non bank dan hotel.

Peningkatan kapasitas utilisasi ini terkait dengan faktor musiman dimana permintaan

terhadap kredit kendaraan bermotor selalu tinggi menjelang lebaran. Sementara itu,

tingginya permintaan terhadap fasilitas perhotelan terkait dengan penyelenggaraan

rangkaian kampanye pemilu 2014.

Sebagian contact (50%) masih melakukan investasi, walaupun masih tumbuh di

bawah rata-rata. Namun contact liaison optimis terhadap kondisi perekonomian

kedepan. Beberapa contact menyatakan masih akan melanjutkan investasi, terutama

dalam pembelian mesin baru, perluasan lahan, replanting, penambahan peralatan, dan

pembangunan sarana pendukung usaha. Di sisi lain beberapa contact juga melakukan

investasi dengan membuka kantor cabang, membuka outlet untuk produk baru dan juga

investasi yang bersifat tetap antara lain penambahan/peningkatan kualitas jaringan

melalui pembangunan tower BTS pada sektor komunikasi.

Tabel 1. Rincian Realisasi Investasi Menurut Sektor/Subsektor

Penggunaan jumlah tenaga kerja triwulan II 2014 masih relatif stabil, hal tersebut

dipengaruhi kenaikan tingkat upah dan kenaikan biaya bahan baku yang mendorong

perusahaan melakukan efisiensi. Namun, pada sektor perdagangan besar dan sektor

perkebunan terdapat penambahan tenaga kerja. Hal ini terkait investasi perusahaan untuk

perluasan usaha.

Sektor/Subsektor Jenis Investasi Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan Perikanan

Replanting dan peremajaan mesin-mesin produksi

Perdagangan, Hotel dan Restoran Membuka kantor cabang baru dan peningkatan fasilitas kantor cabang

Sektor Jasa-jasa Menambah peralatan pendukung pemeriksaan kesehatan

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan : Subsektor Lembaga Keuangan Non Bank

Menambah jenis produk dan membuka oulet baru dengan jenis usaha baru (retail)

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Penambahan dan perbaikan kualitas jaringan dan pembangunan tower BTS

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 29

BANK INDONESIA

Grafik 5. Tenaga Kerja Grafik 6. Biaya Produksi

Kenaikan biaya produksi terutama didorong oleh peningkatan biaya bahan baku

dan energi, sedangkan biaya upah relatif stabil. Kondisi ini direspon pelaku usaha

dengan cara menaikkan harga jual dengan mempertimbangkan faktor daya beli

konsumen dan daya saing dengan perusahaan sejenis. Sehingga secara rata-rata margin

contact masih stabil dibandingkan tahun lalu.

Harga jual sedikit meningkat. Sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi pada

komponen biaya bahan baku, sebagian besar contact liaison (75%) telah melakukan

penyesuaian pada harga jualnya. Namun, contact tetap mempertimbangkan faktor daya

beli konsumen dan persaingan dengan perusahaan sejenis.

Perolehan margin usaha relatif stabil. Keputusan contact untuk menaikkan harga jual

di tengah kenaikan biaya produksi menyebabkan margin perusahaan yang diperoleh

relatif tetap. Peningkatan margin hanya terjadi pada sektor hotel serta sektor jasa

telekomunikasi. Permintaan yang masih tinggi pada kedua subsektor ini menjadi

pendorong utama peningkatan margin, meskipun contact menaikkan harga jualnya.

Grafik 7. Harga Jual dan Margin

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

LS Jumlah Tenaga Kerja

00.5

11.5

2

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

LS Biaya Bahan Baku

LS Biaya Energi

LS Biaya Tenaga Kerja

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

LS Harga Jual LS Margin

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 30

BANK INDONESIA B

ok

s 2

Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan

Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu

Sesuai dengan peranan ekonomi dalam pembangunan, pertumbuhan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) hendaklah memiliki arah yang sama dengan pertumbuhan penyaluran

kredit. Kondisi tersebut diharapkan terjadi khususnya pada sektor pertanian yang merupakan

sektor ekonomi utama penunjang perekonomian daerah dengan kontribusi lebih dari sepertiga

perekonomian Provinsi Bengkulu. Peningkatan kinerja perekonomian di sektor pertanian, akan

menstimulus perbankan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor ini. Di lain sisi,

penyaluran kredit ke sektor pertanian tentunya akan mendorong akselerasi pertambahan nilai

di sektor ini. Namun, keadaan aktualnya sedikit berbeda. Adanya peningkatan kredit di sektor

pertanian tidak selalu membuahkan peningkatan nilai PDRB untuk sektor tersebut, demikian

pula sebaliknya.

Pada Provinsi Bengkulu, pertumbuhan PDRB memiliki arah yang konvergen dengan

pertumbuhan kredit secara umum sebagaimana terlihat pada Grafik 1. Bila dicermati lebih

lanjut, peningkatan pertumbuhan PDRB akan direspon oleh perbankan dengan ekspansi

penyaluran kredit. Namun demikian, kondisi tersebut mengalami perubahan pada akhir

triwulan III 2013 hingga 2014. Pertumbuhan kredit perbankan terlihat menurun secara tajam,

meskipun perekonomian daerah masih mencatatkan pertumbuhan. Kondisi ini dipengaruhi

oleh pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang mendorong perbankan

untuk melakukan penyesuaian suku bunga kreditnya.

Grafik 1. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu

Perkembangan kredit sektor pertanian, tidak terlepas dari struktur yang membentuk

sektor pertanian tersebut. Sektor pertanian Provinsi Bengkulu terutama ditopang oleh subsektor

tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan, masing masing dengan share 43,39%

dan 37,04% dari total PDRB sektor pertanian. Sementara subsektor peternakan dan hasil-

hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan secara total memilki share 19,57%.

Pertanian bahan makanan dibudidayakan secara luas, namun memiliki nilai tambah yang

terbatas. Sementara, perkembangan subsektor tanaman perkebunan terakselerasi cukup baik

seiring dengan proses penciptaan nilai tambah yang menyertai produknya. Pertumbuhan

subsektor tanaman bahan makanan rata-rata lima tahun terakhir tercatat sebesar 3,80%,

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 31

BANK INDONESIA

sementara subsektor tanaman perkebunan tumbuh rata-rata 6,87%.

Perbandingan pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan pertumbuhan kredit sektor

pertanian menunjukkan arah yang cukup konvergen sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 2.

Peningkatan kredit sektor pertanian yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012. Hal

tersebut didukung oleh kondisi perekonomian yang kondusif serta ekspansi sektor pertanian,

khususnya subsektor tanaman perkebunan. Bila lihat lebih lanjut, kredit pertanian sebagian

besar ditujukan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dengan share 62,68%, kemudian

diikuti oleh pelaku usaha perkebunan karet dan getahnya dengan share 28,28% dari kredit

pertanian. Sementara itu, kredit subsektor tanaman bahan makanan hanya memiliki share

sekitar 153% dari total kredit pertanian yang disalurkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dukungan perbankan terhadap subsektor

yang menguasai hajat hidup orang banyak dan memiliki share yang dominan dalam

pembentukan PDRB seperti subsektor tanaman bahan makanan masih sangat minim. Kondisi

ini dipicu oleh beberapa hal, antara lain mulai dari terbatasnya akses pelaku usaha pertanian

tanaman bahan makanan terhadap perbankan, kurangnya pengetahuan mengenai akses

pemodalan perbankan, terbatasnya kepemilikan agunan sebagai bagian dari persyaratan kredit,

hingga persepsi perbankan akan tingginya tingkat resiko yang dimiliki oleh usaha pertanian

tanaman bahan makanan. Kondisi ini harus segera dibenahi, karena tanpa dukungan yang

memadai, dalam hal ini dari sisi perbankan maupun pemerintah selaku pembuat kebijakan,

subsektor tanaman bahan makanan akan stagnan. Ketika subsektor ini stagnan, maka

ketahanan pangan daerah menjadi taruhannya.

Grafik 2. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Sektor Pertanian

Pe

endahuluan

n

Penelitian

Halaman in

Jalur Distri

ni sengaja d

ibusi dan P

Penyum

dikosongkan

embentukambang Inflas

n

n Harga Kosi Di Kota B

omoditas Bengkulu

4

   

BAAB II PINERKEMNFLASI

MBANG DAER

GAN RAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 33

BANK INDONESIA

Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda. Secara tahunan,

inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy). Sepanjang triwulan laporan, tingkat

inflasi bulanan relatif rendah, dengan deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei 2014.

Adapun realisasi inflasi tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat

sebesar 0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd).

Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya jumlah pasokan

bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim panen pada triwulan laporan

ditengah relatif stabilnya permintaan masyarakat. Komoditas bahan makanan

subkelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi

pada bulan April dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami

inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan pada triwulan laporan masih cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak

penerapan surcharge pada tarif angkutan udara dan peningkatan permintaan.

Peningkatan inflasi hanya terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan,

rekreasi dan olahraga.

Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih menjadi penentu

arah inflasi triwulan II 2014. Meskipun demikian, laju inflasi volatile food tercatat lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014

menjadi 6,59% (yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas

administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil.

Inflasi tahunan Provinsi Bengkulu1 pada triwulan II 2014 lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu sebesar

5,79% (yoy), turun dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 8,35% (yoy).

Inflasi Provinsi Bengkulu tercatat berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 6,70%

(yoy) (Grafik 2.1). Penurunan laju inflasi tahunan yang cukup tajam terutama terjadi pada

kelompok bahan makanan, terutama subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta

subkelompok bumbu-bumbuan.

1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 34

BANK INDONESIA

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Tekanan inflasi sepanjang triwulan II 2014 tercatat rendah, tercermin dari

deflasi yang sebesar 0,26% (qtq). Realisasi inflasi pada triwulan laporan ini lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulanan pada periode yang sama pada tahun 2013 yang sebesar

1,80% (qtq). Pencapaian inflasi pada triwulan II 2014 ini merupakan yang terendah

sepanjang lima tahun terakhir. Rata-rata inflasi triwulanan pada triwulan II 2014 adalah

sebesar 0,97% (qtq).

Berkurangnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama didorong

oleh peningkatan pasokan komoditas bahan makanan seiring dengan

berlangsungnya masa panen. Pasokan komoditas bahan pangan dan hortikultura yang

berasal dari sentra-sentra produksi di Provinsi Bengkulu maupun wilayah sekitarnya

meningkatkan ketersediaan pasokan di Kota Bengkulu. Selain didukung oleh pasokan

yang melimpah, penurunan tekanan inflasi juga didukung oleh masih terjaganya

permintaan pada tingkatan yang stabil.

Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Tahun 2014 (Tahun Kalender, ytd)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

5.79%

6.70%

-0.26%

0.57%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Bengkulu (yoy) Nasional (yoy) Bengkulu (qtq) Nasional (qtq)

0.57%

1.99%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

Bengkulu (ytd) Nasional (ytd)

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 35

BANK INDONESIA

Deflasi terjadi pada bulan April dan Mei 2014, sementara pada bulan Juni

peningkatan tekanan inflasi mulai terjadi. Pada Juni 2014, inflasi terjadi pada semua

kelompok barang dan jasa. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang, kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar. Peningkatan ini disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan

masyarakat seiring dengan berlangsungnya musim liburan dan menjelang bulan puasa.

2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Provinsi

Bengkulu

Kelompok Barang/Jasa

IV-2013 I-2014 II-2014

IHK Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq) IHK

Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq) IHK

Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq)

Bahan makanan 190,70 15,04 0,00 120,29 11,24 1,52 116,71 4,54 ( 2,19)

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 167,12 6,36 0,75 110,51 5,86 0,82 111,38 6,23 0,72

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

146,58 6,54 1,06 106,73 4,38 0,57 107,72 3,07 0,77

Sandang 154,11 2,09 -0,11 105,83 4,18 0,48 106,99 6,7 0,99

Kesehatan 136,86 6,92 1,01 110,91 8,69 0,91 112,97 5,48 1,51

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 150,12 3,11 0,00 110,06 3,88 0,25 110,86 4,37 0,54

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

124,84 16,37 1,62 119,71 15,46 0,56 119,68 11,01 -( 0,87 )

Inflasi Umum 156,50 9,94 0,64 113,25 8,35 0,83 133 5,79 (0,26)

Cat: Mulai triwulan I 2014, tahun dasar SBH 2012=100 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pada triwulan II 2014, bila dilihat secara tahunan, inflasi terjadi pada

seluruh kelompok barang dan jasa (Tabel 2.1). Kelompok bahan makanan yang

memiliki bobot konsumsi terbesar mencatatkan penurunan inflasi yang signifikan dari

11,24% (yoy) menjadi 4,54% (yoy). Kondisi penurunan tingkat inflasi juga terjadi pada

kelompok komoditas perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar, kelompok komoditas

kesehatan, kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara

itu, laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok

sandang, dan kelompok pendidikan, komunikasi dan olahraga mencatatkan peningkatan,

meskipun relatif kecil. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami

inflasi paling tinggi mencapai 11,01% (yoy). Pendorong utama inflasi pada kelompok ini

adalah peningkatan tarif angkutan udara pada subkelompok transportasi yang merupakan

imbas dari penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2014 yang

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 36

BANK INDONESIA

menetapkan biaya tambahan (surcharge) dalam tarif angkutan penumpang kelas ekonomi

angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.

Secara triwulanan (qtq), tekanan inflasi tertinggi dicatat oleh kelompok

komoditas kesehatan yaitu sebesar 1,51% (qtq). Kondisi ini didorong oleh

peningkatan harga obat-obatan akibat tekanan terhadap nilai tukar rupiah serta

penyesuaian harga dari produsen akibat kenaikan harga BBM dan tarif listrik. Informasi

tersebut juga diperoleh dari hasil liaison terhadap pelaku usaha di sektor perdagangan,

khususnya yang terkait dengan kesehatan, yang telah mengindikasikan kemungkinan

peningkatan harga jual pada triwulan II 2014.

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya

5,32 (2,28) 4,08 3,24 10,52 6,51 10,71 3,01 9,31 (3,71)

Daging-dan hasil-hasilnya

5,95 20,84 23,50 8,23 1,43 (16,77) 14,50 3,85 6,88 13,37

Ikan segar 12,24 5,37 6,32 8,97 12,73 (6,58) 3,37 (2,41) 2,7 1,93

Ikan diawetkan 14,69 7,97 19,87 8,29 14,24 (3,53) 25,85 10,16 16,53 0,15

Telur, susu dan hasil-hasilnya

3,53 0,15 6,07 3,30 9,70 2,87 9,77 2,61 13,37 3,76

Sayur-sayuran 17,49 0,47 31,03 23,32 31,46 (1,44) 34,42 5,91 32,13 (0,11)

Kacang-kacangan 10,70 0,08 3,55 7,29 0,34 (3,11) 6,30 0,50 6,91 0,64

Buah-buahan 29,23 7,28 23,96 4,90 38,28 12,58 28,57 2,73 16,47 1,70

Bumbu-bumbuan 29,57 (0,59) 37,12 (11,40) 39,48 5,69 (5,29) (7,34) (38,24) (30,83)

Lemak dan minyak 2,61 0,22 (5,01) (2,58) (1,22) 2,00 8,38 6,77 13,01 4,49

Bahan makanan lainnya

2,98 1,76 6,11 3,04 4,64 0,45 6,59 1,30 6,54 2,06

Inflasi Bahan Makanan

11,40 2,73 13,14 5,19 15,04 0,00 11,24 1,52 4,54 (2,19)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Secara tahunan, tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan di

Triwulan II 2014 mereda. Meningkatnya pasokan bahan makanan di Kota Bengkulu,

khususnya komoditas padi dan komoditas hortikultura, baik yang bersumber dari produksi

lokal Bengkulu maupun yang didatangkan dari provinsi lain mendukung rendahnya

pencapaian inflasi bahan makanan. Kondisi ini terutama didukung oleh menurunnya

inflasi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang memiliki nilai

konsumsi terbesar. Subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mencatatkan

inflasi tahunan 9,31% (yoy) dari 10,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Subkelompok bumbu-bumbuan mencatatkan penurunan tingkat inflasi

tahunan yang signifikan. Subkelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 38,24% (yoy)

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 37

BANK INDONESIA

dari deflasi 5,29% (yoy) pada triwulan I 2014. Penurunan inflasi signifikan ini didorong

oleh koreksi harga yang terjadi pada komoditas cabai merah akibat jumlah produksi lokal

dan pasokan dari luar daerah yang meningkat. Subkelompok daging dan hasilnya yang

sempat mengalami peningkatan harga pada bulan Mei 2014, menunjukkan tekanan

inflasi yang mereda dengan pencapaian inflasi tahunan sebesar 6,88% (yoy) pada Juni

2014. Hal ini disebabkan oleh tercukupinya permintaan masyarakat melalui pasokan yang

mencukupi, salah satunya melalui impor daging. Sementara itu, pasokan ikan segar yang

membaik seiring dengan kondusifnya kondisi cuaca perairan, mendorong rendahnya

inflasi komoditas tersebut.

Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi pada kelompok bahan makanan terjadi pada telur, susu dan

hasilnya, kacang-kacangan dan lemak dan minyak. Peningkatan harga terjadi antara

lain pada komoditas telur ayam ras, kacang hijau, kelapa dan minyak goreng. Pencapaian

inflasi ini diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan permintaan komoditas tersebut

menjelang bulan puasa.

Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Makanan jadi 6,75 0,63 10,34 4,88 8,46 1,23 6.64 0,57 6,94 0,87 Minuman tidak

beralkohol 5,18 0,34 1,69 1,13 1,16 0,03 4.30 1,59 4,65 0,57

Tembakau dan

minuman beralkohol 3,77 0,00 7,87 3,95 4,25 0,00 5.06 0,91 5,56 0,48

Inflasi Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau

5,75 0,43 8,49 4,13 6,36 0,76 5,86 0,82 6,23 0,72

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

2.70%

-38.24%

9.31%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Ikan Segar Bumbu-bumbuanPadi, Umbi & hasilnya

6.88%

32.13%

16.47%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Daging dan hasilnya Sayur-sayuran

Buah-buahan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 38

BANK INDONESIA

Inflasi komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau

menunjukkan peningkatan. Kondisi ini terlihat dari tingkat inflasi tahunan yang tercatat

meningkat menjadi sebesar 6,23% (yoy). Bila dilihat dari siklus triwulanannya, inflasi

kelompok komoditas ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan II 2013.

Peningkatan inflasi terbesar terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol

dengan inflasi sebesar 5,56% (yoy). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh

peningkatan harga pada komoditas peningkatan cukai pada rokok kretek filter.

Makanan jadi mencatatkan inflasi sebesar 6,94% (yoy), meningkat dari

triwulan sebelumnya. Subkelompok komoditas ini menentukan arah inflasi kelompok

komoditas mengingat nilai konsumsinya yang tertinggi dibandingkan dengan

subkelompok lainnya. Inflasi didorong terutama antara lain oleh komoditas makanan jadi

yang berbahan baku daging ayam dan daging sapi. Kenaikan harga komoditas bahan

baku tersebut ditengarai mendorong pelaku usaha untuk menyesuaikan harga jual mereka

atau mengurangi kualitas produknya.

Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Biaya tempat tinggal 6,60 2,88 7,54 0,42 8,22 0,94 4,00 0,33 2,13 0,52 Bahan bakar,

penerangan dan air 4,78 1,41 4,70 1,73 6,04 1,46 7,92 1,36 6,76 0,91

Perlengkapan rumah

tangga 2,15 1,02 1,54 0,33 2,46 0,91 2,64 0,86 2,08 0,28

Penyelenggaraan

rumah tangga 5,06 1,15 1,21 (1,76) 2,29 0,70 0,03 0,07 1,79 2,79

Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

5,57 2,14 5,61 0,58 6,54 1,07 4,38 0,57 3,07 0,77

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, inflasi

tahunan tercatat menurun menjadi sebesar 3,07% (yoy) dari 4,38% (yoy) di

triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi dicatatkan oleh subkelompok bahan bakar,

penerangan dan air yang didorong oleh kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga bahan

bakar rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga ditengarai terjadi karena

adanya peningkatan permintaan, khususnya bagi LPG 3 Kg yang kerap mengalami

fluktuasi harga jual di tingkat eceran. Subkelompok bahan bakar, penerangan dan air

mencatatkan inflasi 6,76% (yoy).

Peningkatan tertinggi inflasi terjadi pada subkelompok komoditas

penyelenggaraan rumah tangga yang mencatatkan inflasi sebesar 1,79% (yoy).

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 39

BANK INDONESIA

Komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi pada subkelompok komoditas ini antara

lain pelembut cucian, pembasmi nyamuk, dan pembersih lantai. Kondisi ini diperkirakan

merupakan dampak dari penyesuaian biaya distribusi maupun produksi terkait kenaikan

BBM subsidi dan tarif dasar listrik bagi golongan produsen tertentu.

Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Sandang laki-laki 3,34 0,00 4,15 2.77 5,72 2,63 4,88 0,02 5,83 0,91 Sandang wanita 7,46 1,89 6,17 3.65 7,20 1,38 7,23 0,47 7,57 1,89

Sandang anak-anak 6,17 0,34 6,92 6.37 6,83 0,10 5,13 0,26 5,76 1,05

Barang pribadi dan

sandang lainnya (9,04) (10,98) (7,49) 10.32 (6,70) (3,39) (1,51) 1,36 7,71 (0,17)

inflasi Sandang 0,66 (3,14)

1,10

6.03

2,09 (0,11) 4,18 0,48

6,70

0,99

sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi tahunan kelompok sandang lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya. Inflasi tahunan kelompok sandang tercatat sebesar 6,70% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,18% (yoy) (Tabel 2.5).

Peningkatan tekanan inflasi kelompok komoditas ini terjadi pada seluruh subkelompok

komoditas, dengan tekanan tertinggi terjadi pada subkelompok barang pribadi dan

sandang lainnya. Komoditas penyumbang antara lain emas perhiasan dan hasil

manufaktur seperti jam tangan. Subkelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 7,71% (yoy),

meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar

1,51% (yoy). Sementara itu, inflasi komoditas sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak

juga menunjukkan kecenderungan peningkatan inflasi, seiring dengan peningkatan

konsumsi masyarakat menjelang tahun ajaran baru dan persiapan hari raya Idul Fitri.

Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Jasa Kesehatan 14,07 11,52 14,36 1,62 14,36 0,00 14,32 0,08 1,51 0,06

Obat-obatan (1,22) 0,17 (1,62) 0,15 1,38 3,23 2,69 (0,69) 5,13 2,56

Jasa Perawatan Jasmani 17,65 3,84 17,34 0,31 4,17 0,00 4,90 1,11 3,71 2,18

Perawatan Jasmani dan kosmetika

6,39 0,35 4,98 3,61 5,22 0,90 7,64 2,32 9,6 2,17

Inflasi Kesehatan 7,71 3,71 7,05 2,10 6,92 1,01 8,69 0,91 5,48 1,51

sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 40

BANK INDONESIA

Tekanan inflasi kelompok kesehatan pada triwulan laporan mereda

dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi subkelompok ini pada triwulan II 2014

tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar

8,69% (yoy) (Tabel 2.6). Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari

subkelompok jasa kesehatan serta jasa perawatan jasmani. Tarif jasa kesehatan relatif

stabil setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan I 2014.

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang menguat dibandingkan triwulan sebelumnya

berdampak terhadap turunnya harga obat-obatan yang umumnya berbahan baku impor.

Inflasi tertinggi kelompok kesehatan terjadi pada subkelompok perawatan

jasmani dan kosmetika. Inflasi subkelompok ini meningkat dari 7,64% (yoy) pada

triwulan I 2014, menjadi 9,60% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi didorong oleh

peningkatan harga produk perawatan tubuh seperti deodoran dan parfum yang

meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya,masing-masing yaitu

2,51% (yoy) dan 5,30% (qtq).

Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu

SubKelompok

Barang/Jasa

II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Jasa pendidikan 21,06 0,00 6,37 4,53 4,53 0,00 5,51 0,00 5,51 - Kursus-kursus /

pelatihan 0,04 0,03 0,03 0,00 0,03 0,00 0,32 0,30 0,3 -

Perlengkapan /

peralatan pendidikan 2,89 (0,23) 1,62 1,85 1,62 0,00 1,73 0,04 3,82 1,89

Rekreasi 2,17 0,73 0,80 0,03 0,77 0,00 1,77 1,29 2,63 1,44

Olahraga 1,99 (0,73) 1,99 0,00 1,78 0,21 1,40 1,40 3,37 1,94

Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

12,47 0,06 4,18 3,00 3,11 0,00 3,88 0,25 4,37 0,54

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga meningkat. Inflasi

tahunan tercatat sebesar 4,37% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 3,88% (yoy) (Tabel 2.7). Pada triwulan II 2013 inflasi kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga tecatat sebesar 0,06% (qtq), sementara pada triwulan II 2014

tercatat sebesar 0,54%. Kondisi ini menggambarkan adanya pergerakan siklus yang

berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kenaikan inflasi yang

cukup signifikan terjadi pada subkelompok perlengakapan/peralatan pendidikan, reakreasi

dan olahraga. Hal ini diperkirakan juga merupakan imbas lanjutan dari berbagai

penyesuaian tarif/harga komoditas administered price.

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 41

BANK INDONESIA

Secara umum, tekanan inflasi kelompok transportasi/komunikasi dan jasa

keuangan menunjukkan kecenderungan menurun. Inflasi tahunan tercatat sebesar

11,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,46%

(yoy) (Tabel 2.8). Hal ini didorong oleh menurunnya inflasi pada subkelompok transpor

serta stabilnya inflasi pada subkelompok komunikasi dan pengiriman dan subkelompok

jasa keuangan. Tekanan inflasi yang mereda pada subkelompok transpor didukung oleh

membaiknya kondisi tarif angkutan udara dan harga sepeda motor dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 14,71% (qtq),

sementara sepeda motor deflasi sebesar 13,44% (qtq).

Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu

SubKelompok

Barang/Jasa

II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Transpor 11,19 4,75 20,38 12,08 21,38 2,16 22,67 0,55 15,75 (1,52) Komunikasi dan

pengiriman 0,03 0,07 0,07 0,00 0,07 0,00 0,27 0,00 0 -

Sarana dan penunjang

transpor 3,70 3,19 9,25 5,36 8,71 0,00 9,22 1,85 8,28 1,50

Jasa keuangan 2,42 0,00 0,88 0,00 0,88 0,00 0,00 0,00 0 -

Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

8,41 3,78 15,66 9,38 16,37 1,62 15,46 0,56

11,01

(0,87)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Bila dilihat dari perkembangan secara bulanan, komoditas bahan makanan

memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah inflasi daerah (Tabel 2.9).

tingkat persediaan pasokan yang belum stabil mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga.

Terbatasnya produksi lokal mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan Provinsi

Bengkulu terhadap pasokan dari wilayah lain. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.9,

penurunan harga komoditas produksi lokal bernilai konsumsi tinggi pada masa panen

mampu menekan tingkat inflasi daerah.

Sepanjang triwulan II 2014, beberapa komoditas mengalami fluktuasi

harga cukup signifikan antara lain cabai merah, beras, daging ayam ras, telur

ayam ras dan angkutan udara. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

memiliki kontribusi terhadap inflasi sebesar 47,37%, kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar berkontribusi sebesar 18,42%, dan kelompok sandang memiliki

kontribusi 15,79% terhadap pembentukan inflasi triwulan II 2014. Sementara itu,

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki kontribusi sebesar

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 42

BANK INDONESIA

7,89%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 5,26%. Kelompok bahan

makanan dan kesehatan memiliki kontribusi sebesar 2,63% (Grafik 2.4).

Tabel 2.9 Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu

Persen (%)

No

April 2014 Mei 2014 Juni 2014

Komoditas Andil*

(%) Komoditas

Andil* (%)

Komoditas Andil*

(%)

1, Cabai Merah -0.327 Cabai Merah -0.551 Tomat Buah -0.183

2, Angkutan Udara 0.099 Angkutan Udara -0.510 Angkutan Udara 0.159

3, Beras -0.092 Tomat Buah 0.166 Daging Ayam Ras 0.136

4, Bawang Putih 0.062 Daging Ayam Ras 0.154 Jeruk 0.069

5, Daging Ayam Ras 0.026 Beras -0.119 Bahan Bakar RT 0.036

6, Kontrak Rumah 0.025 Minyak Goreng 0.063 Kacang Panjang -0.029

7, Sate 0.024 Mobil 0.043 Nila 0.028

8, Bawang Merah 0.023 Jengkol 0.038 Telur Ayam Ras 0.028

9, Ikan Bakar 0.019 Telur Ayam Ras 0.027 Jengkol 0.025

10 Bumbu Masak Jadi -0.018 Sabun Deterjen 0.018 Pembalut wanita 0.021

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

*Diurutkan dari andil terbesar hingga kecil berdasarkan angka absolut

Keterangan :

Kelompok Bahan Makanan Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga

Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/ Tembakau

Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan

Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/ Bahan Bakar

Kelompok Kesehatan

Kelompok Sandang

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Bahan Makanan; 2.6%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau; 7.9%

Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan

Bakar; 18.4%

Sandang; 15.8%

Kesehatan; 2.6%Pendidikan, Rekreasi,

Olahraga; 5.3%

Transpor, Komunikasi,Jasa

Keuangan; 47,37%

Keterangan : Kelompok komoditas; % sumbangan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 43

BANK INDONESIA

2.2 Perkembangan Inflasi Fundamental

Berdasarkan pendekatan kelompok disagregasi, inflasi tahunan volatile

food (VF) dan administered price (AP) mengalami penurunan, sementara inflasi

core relatif stabil (Grafik 2.5). Inflasi VF pada triwulan laporan sebesar 6,59% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,73% (yoy). Selaras

dengan itu, inflasi kelompok AP pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,20% (yoy), turun

dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 12,48% (yoy). Sementara itu, inflasi core

relatif terjaga sepanjang triwulan II 2014 pada tingkat 5,27% (yoy), hampir sama

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,13% (yoy).

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu

5.27

9.20

6.59

-10

-5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

%,yoy

Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)

Bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode yang sama selama

tiga tahun terakhir, inflasi kelompok VF pada triwulan laporan tergolong cukup

rendah. Inflasi kelompok core masih berada dalam pergerakan yang serupa dalam tiga

tahun terakhir. Sementara inflasi kelompok AP tergolong cukup tinggi. Rata-rata inflasi

tiga tahun terakhir kelompok komoditas tersebut masing-masing sebesar komoditas VF

8,55%, komoditas core 5,77%dan komoditas AP, 5,22%.

Meningkatnya produksi lokal beberapa bahan makanan di masa panen

triwulan II 2014 serta relatif stabilnya permintaan merupakan pendorong utama

meredanya tekanan inflasi. Kondisi ini mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup

signifikan, khususnya pada komoditas cabai merah. Komoditas pangan utama, beras, juga

mencatatkan koreksi harga yang signifikan pada triwulan II 2014 ini. Harga cabai merah

turun sekitar 15-20% dari triwulan sebelumnya, sementara beras mengalami penurunan

harga sekitar 5-6%. Peningkatan harga pada komoditas VF antara lain terjadi pada

komoditas daging-dagingan dan telur ayam ras.

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 44

BANK INDONESIA

Pergerakan harga pada komoditas core relatif terbatas. Pada triwulan II

2014, pergerakan inflasi komoditas core didorong oleh pergerakan harga emas perhiasan

serta komoditas kesehatan. Sementara itu, inflasi pada kelompok AP didorong oleh

kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian tarif cukai rokok.

Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Tingkat inflasi yang relatif menurun pada triwulan II 2014 telah terindikasi

sebelumnya melalui hasil Survei Konsumen (SK) triwulan I 2014. Hasil survei

menunjukkan hanya sedikit penurunan Nilai Saldo (NS) ekspektasi harga tiga bulan yang

akan datang sebagaimana terlihat pada Grafik 2.6. Nilai Saldo (NS) ekpektasi harga tiga

bulan yang akan datang tercatat sebesar 169,33. Sementara itu, potensi akan masih

terjadinya inflasi pada triwulan II 2014, telah terindikasi melalui Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK) yang meningkat menjadi 129,78.

2.3 Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera

Secara umum, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan

laporan 2014 lebih rendah dibanding inflasi triwulan I 2014. Dari 21 kota di Pulau

Sumatera yang menjadi kota penghitungan inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS),

terdapat 5 (lima) kota dengan inflasi di atas inflasi nasional (6,70% yoy). Kota Bengkulu

berserta 15 kota lainnya, mencatatkan inflasi yang lebih rendah dari inflasi Nasional.

Kota-kota dengan inflasi tahunan terendah pada triwulan II 2014 adalah Palembang

(4,33% yoy), Bungo (4,58% yoy), dan Sibolga (4,75% yoy). Sementara kota Bengkulu

tercatat sebagai peringkat 10 inflasi terendah di Sumatera (Grafik 2.7).

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

IEK 136 132 117 118 95. 117 105 121 105 122 110 115 132 114 109 115 129 139

Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) 160 176 156 176 174 177 154 153 189 177 145 156 164 173 176 177 169 177

139.11

176.67

0

25

50

75

100

125

150

175

200

75.0

85.0

95.0

105.0

115.0

125.0

135.0

145.0

IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan)

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 45

BANK INDONESIA

Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Bulan Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera

Sumber : Badan Pusat Statistik

Sementara itu bila dibandingkan dengan kota lain di wilayah Sumatera

Bagian Selatan, inflasi tahunan Kota Bengkulu nomor tiga tertinggi dibandingkan

kota lainnya. Kota Metro mencatatkan inflasi paling tinggi sebesar 11,51% (yoy),

kemudian diikuti Kota Pangkal Pinang berada di urutan kedua dengan inflasi 6,12% (yoy).

Sementara itu, inflasi Kota Bandar Lampung, Lubuk Linggau dan Palembang masing-

masing tercatat sebesar 5,47% (yoy), 3,19% (yoy) dan 4,33% (yoy).

Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan.

Sumber : Badan Pusat Statistik

5.79%

Inflasi Nasional = 6,70%

0.0%

1.5%

3.0%

4.5%

6.0%

7.5%

9.0%

10.5%

12.0%

13.5%

4.33%

5.47%

6.12%

11.51%

3.19%0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

Bengkulu Palembang Lampung

Pangkal Pinang Metro Lubuk Linggau

Pe

endahuluan

n

Penelitian

Halaman in

Jalur Distri

ni sengaja d

ibusi dan P

Penyum

dikosongkan

embentukambang Inflas

n

n Harga Kosi Di Kota B

omoditas Bengkulu

4

 

BA

 

AB IIIPPS

PERKEPERBASISTEM

MBANANKANM PEM

NGAN  DAERBAYAR

RAH DARAN 

AN 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 47

BANK INDONESIA

Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 berjalan

relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) yang

sebesar 133,89% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang

cukup terjaga sebesar 2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat

sebesar 13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK)

tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar

17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan

perbaikan, tercermin dari peningkatan jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi

penyaluran kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I 2014.

Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014

secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem pembayaran non tunai melalui

kliring mengalami koreksi sebesar 11,37% (qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan

transaksi RTGS secara total mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04

triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net outflow

sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mengalami net intflow.

3.1 Bank Umum

Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-

Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu.

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Pada triwulan II 2014, kinerja bank umum baik konvensional maupun

syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi yang kondusif. Kondisi ini

tercermin dari pertumbuhan aset bank umum, Dana Pihak Ketiga (DPK), penyaluran

133.89%

2.32%

1.00%

1.20%

1.40%

1.60%

1.80%

2.00%

2.20%

2.40%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

LDR (kiri) NPL (kanan)

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 48

BANK INDONESIA

kredit/pembiayaan serta kondisi rasio penyaluran kredit/pembiayaan terhadap simpanan

(Loan/Financing to Deposit Ratio) dan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang baik.

Perkembangan bank umum syariah dan BPR/BPRS berada dalam kondisi

yang baik dengan aset, dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang masih

mencatatkan pertumbuhan. Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan pencapaian

yang cukup tinggi yaitu 193,83% dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) 4,20%.

Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan dibandingkan kondisi pada

triwulan I 2014. Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/BPRS menunjukkan peningkatan

pertumbuhan. Penyaluran kredit/pembiyaan BPR/BPRS menunjukkan tertahannya koreksi.

Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik berimbas pada kinerja

kredit/pembiayaan BPR/BPRS.

3.1.1 Kelembagaan

Bank umum di wilayah Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan berjumlah

20 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 bank pemerintah

dan 15 bank swasta dengan 5 diantaranya merupakan bank syariah dan 1 unit

usaha syariah. Jaringan kantor pelayanan bank umum di Provinsi Bengkulu tertera pada

Tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu

KP KC KCP KK Unit PP ATM

Kota Bengkulu 1 22 23 15 12 2 109

Bengkulu Selatan - 2 12 1 7 - 6

Bengkulu Utara - 2 17 6 9 - 11

Rejang Lebong - 2 14 4 6 - 20

Lebong - 1 3 1 3 - 1

Kepahiang - 1 5 2 2 - 7

Kaur - - 4 1 4 - 2

Seluma - - 4 2 3 - 3

Muko-Muko - 1 12 2 4 - 6

Jumlah 1 31 94 34 50 2 165 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, hingga data Mei 2014

3.1.2 Perkembangan Aset

Aset perbankan umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan

pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, aset

perbankan Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 17,11% (yoy) menjadi sebesar Rp14,69

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 49

BANK INDONESIA

triliun (Tabel 3.2). Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 12,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset tercatat

pada bank umum pemerintah, sementara aset bank umum swasta mencatatkan

perlambatan pertumbuhan. Aset bank umum pemerintah pada triwulan II 2014 tumbuh

sebesar 19,36% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

12,03% (yoy). Sementara, aset bank umum swasta pada triwulan II 2014 melambat

menjadi 10,75% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,10% (yoy).

Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah kecuali disebutkan lain

Kelompok Bank

2013 2014 Pangsa

Pert. yoy I II III IV I II

Bank Pemerintah

8.675.469 9.270.080 9.568.942 9.659.966 9.719.448 11.064.601 75,34% 19,36%

Bank Swasta 3.099.249 3.270.275 3.455.948 3.572.361 3.536.172 3.621.715 24,66% 10,75%

Bank Umum (Total)

11.774.719 12.540.355 13.024.890 13.232.327

13.255.620

14.686.316

100% 17,11%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah

Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu, termasuk bank umum syariah

Berdasarkan pangsanya, aset bank pemerintah mendominasi total aset

yang terdapat di Provinsi Bengkulu dengan pangsa 75,34%. Sebaran aset bank

umum saat ini masih terkonsentrasi di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar

66,32% (Grafik 3.2). Sementara aset perbankan terkecil terdapat di Kabupaten Bengkulu

Utara dan Mukomuko yang memiliki share sebesar 10,91% dari total aset. Pertumbuhan

aset perbankan tahunan terbesar terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur

yaitu sebesar 20,47% (yoy)

Kab. Bengkulu Selatan, Seluma, Kaur, 11.15%

Kab. Bengkulu Utara, Mukomuko,

10.91%

Kab. Rejang Lebong, Lebong &

Kepahiang, 11.63%Kota Bengkulu,

66.32%

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 50

BANK INDONESIA

3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat

Penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan II

2014 meningkat 10,76% (yoy) atau menjadi Rp8,94 triliun (Grafik 3.3). Pertumbuhan

ini membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65%

(yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK didorong oleh meningkatnya pertumbuhan DPK

pada bank umum pemerintah, sementara DPK bank umum swasta masih mencatatkan

perlambatan pertumbuhan. Akselerasi DPK bank umum pemerintah didorong oleh

peningkatan giro.

Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu

Grafik 3.4 Porsi DPK per Jenisnya

Triliun Rp % yoy

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Berdasarkan porsinya, tabungan memiliki porsi terbesar mencapai 49,23%

dari total DPK, sedangkan giro dan deposito memiliki pangsa masing-masing

30,26% dan 20,52% (Grafik 3.4). Tabungan mencatatkan pertumbuhan tertinggi

mencapai 11,93% (yoy), meskipun demikian pertumbuhan ini masih lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 13,84% (yoy). Giro mencatatkan

peningkatan pertumbuhan sebesar 11,57% (yoy), setelah triwulan sebelumnya mengalami

mencatatkan penurunan nominal. Sementara itu, deposito pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 6,95% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu

tumbuh 0,23% (yoy). Bila dilihat dari jenis kepemilikan DPK, pertumbuhan DPK terjadi

pada dana milik pemerintah sebesar 19,04% (yoy), dana perseorangan sebesar 12,89%

(yoy) dan swasta sebesar 5,05% (yoy). Sementara DPK milik BUMN mencatatkan

penurunan.

Jika dilihat dari struktur kepemilikan dana, dana perorangan merupakan

komponen terbesar pembentuk DPK perbankan. Porsi kepemilikan dana perorangan

10.76

0

5

10

15

20

25

30

35

3

4

5

6

7

8

9

10

III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

DPK g (yoy)

30.26%

49.23%

20.52%

Giro Tabungan Deposito

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 51

BANK INDONESIA

pada periode laporan mencapai 59,04%, diikuti oleh dana milik pemerintah sebesar

30,18%, dana milik BUMN dan BUMD sebesar 4,57%, dan dana milik swasta sebesar

6,18%.

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan

laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 81,83%,

sedangkan 18,17% berada di bank swasta. DPK bank umum pemerintah tumbuh

sebesar 10,30% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,69%

(yoy) (Tabel 3.3). Sementara, DPK bank umum swasta tumbuh 12,87% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,56% (yoy). Pada bank umum

pemerintah, komponen giro mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi sebesar 12,66%

(yoy). Sementara itu, pada bank umum swasta pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh

komponen deposito sebesar 16,71% (yoy). Komponen tabungan baik di bank umum

pemerintah maupun bank umum swasta mencatatkan perlambatan pertumbuhan.

Tabungan bank umum pemerintah tumbuh 11,16% (yoy), melambat dari triwulan

sebelumnya 12,37% (yoy). Sedangkan tabungan bank umum swasta tumbuh 14,35%

(yoy), melambat dari 18,59% (yoy) pada triwulan I 2014.

Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah

Keterangan 2013 2014 Ptumb.

I II III IV I II yoy

Bank Umum(Total) 7.569.279 8.070.497 8.378.872 7.679.757 7.996.751 8.938.853 10,76%

Giro 2.280.764 2.424.232 2.407.368 1.386.932 2.194.291 2 .704.606 11,57%

Tabungan 3.686.361 3.931.331 4.378.492 4.830.444 4.196.551 4.400.155 11,93%

Deposito 1.602.154 1.714.934 1.593.012 1.462.381 1.605.909 1.834.092 6,95%

Bank Pemerintah 6.205.890 6.631.787 6.830.516 6.023.618 6.434.909 7.315.021 10,30%

Giro 2.126.284 2.268.467 2.226.813 1.216.059 2.069.626 2.555.695 12,66%

Tabungan 2.813.932 2.983.582 3.373.007 3.689.073 3.161.917 3.316.450 11,16%

Deposito 1.265.675 1.379.738 1.230.696 1.118.485 1.203.366 1.442.876 4,58%

Bank Swasta 1.363.388 1.438.710 1.548.356 1.656.139 1.561.842 1.623.832 12,87%

Giro 154.480 155.765 180.555 170.873 124.665 148.911 -4,40%

Tabungan 872.430 947.749 1.005.485 1.141.371 1.034.634 1.083.705 14,35%

Deposito 336.479 335.196 362.316 343.895 402.543 391.216 16,71%

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum

syariah

3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum di Provisi Bengkulu pada

triwulan II 2014 mencapai Rp11,97 triliun atau tumbuh 13,67% (yoy) (Grafik 3.5).

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 52

BANK INDONESIA

Tingkat pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang sebesar 17,35% (yoy). Namun demikian, bila dilihat secara triwulanan,

kredit/pembiayaan masih mengalami peningkatan sebesar 4,63% (qtq). Selain karena

kondisi perekonomian yang belum stabil, penerapan peraturan mengenai Loan To Value

(LTV) serta kebijakan pengetatan moneter yang masih dijalankan, membatasi ekspansi

kredit/pembiayaan di tahun 2014.

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah

Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit/pembiayaan perbankan

masih didominasi oleh kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai 56,58%

diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 31,82% dan kredit/pembiayaan investasi

11,61%. Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 14,64%

(yoy) menjadi sebesar Rp6,77 triliun, melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang

tumbuh sebesar 17,39% (yoy). Searah dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan konsumsi,

kredit/pembiayaan investasi juga tumbuh melambat menjadi 14,56% (yoy) dari 39,43%

(yoy) pada triwulan I 2014. Sementara itu, kredit/pembiayaan modal kerja tumbuh

11,69% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,55% (yoy).

Ditinjau dari penyaluran kredit/pembiayaan berdasarkan sektoral,

pertumbuhan kredit/pembiayaan terbesar terjadi pada sektor pertanian yang

tumbuh sebesar 34,35% (yoy) (Tabel 3.4). Meskipun demikian, pertumbuhan

kredit/pembiayaan pertanian ini juga mengalami perlambatan dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 46,71% (yoy). Sektor lainnya yang mencatatkan

pertumbuhan kredit/pembiayaan yang tinggi yaitu, sektor jasa sosial sebesar 28,99%

(yoy). Sementara itu, sektor pertambangan masih mencatatkan penurunan

13.67

0

5

10

15

20

25

30

3

5

7

9

11

13

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

KreditPertumbuhan

Triliun Rp %, yoy

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 53

BANK INDONESIA

kredit/pembiayaan yang signifikan yaitu sebesar 32,96% (yoy). Kondisi ini sebagai

dampak dari belum membaiknya kondisi usaha sektor tersebut yang antara lain ditandai

dengan minimnya jumlah perusahaan yang saat ini masih aktif beroperasi. Secara umum,

sebagian besar sektor mengalami perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan

dibanding triwulan I 2014. Peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis

kredit/pembiayaan non sektoral, yaitu dari 14,09% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi

15,24% (yoy) pada triwulan II 2014. Berdasarkan pangsanya, sektor lainnya masih

mendominasi penyerapan kredit/pembiayaan, diikuti sektor perdagangan dan sektor

pertanian.

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis

Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu

Dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2013 2014 Pertumbuhan yoy

I II III IV I II Rp. %

Jenis Penggunaan

9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%

Modal Kerja 3.278.286 3.409.363 3.512.105 3.558.306 3.624.027 3.807.873 398.510 11,69%

Investasi 999.097 1.212.610 1.276.064 1.341.382 1.393.088 1.389.155 176.545 14,56%

Konsumsi 5.470.466 5.906.774 6.237.516 6.389.077 6.421.768 6.771.249 864.475 14,64%

Sektor Ekonomi

9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%

Pertanian 588.389 662.287 740.017 808.309 863.227 889.803 227.516 34,35%

Pertambangan 120.144 91.755 85.072 77.194 66.908 61.508 (30.247) -32,96%

Perindustrian 282.239 304.867 300.138 302.474 293.286 298.782 (6.085) -2,00%

Listrik. Air. Gas 23.238 25.772 25.661 24.815 24.464 24.407 (1.365) -5,30%

Konstruksi 123.471 184.057 204.235 178.927 172.373 212.311 28.254 15,35%

Perdagangan 2.445.527 2.734.974 2.810.641 2.872.434 2.951.524 3.202.796 467.822 17,11%

Pengangkutan 55.302 49.141 52.038 52.292 52.768 51.425 2.284 4,65%

Jasa dunia usaha

339.400 406.046 402.178 406.869 404.089 210.028 (196.019) -48,27%

Jasa sosial 140.487 160.818 167.599 175.053 187.391 207.445 46.626 28,99%

Lain-lain 5.629.653 5.909.030 6.238.106 6.390.397 6.422.854 6.809.773 900.743 15,24%

Kelompok Bank

9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%

Bank Pemerintah

6.934.035 7.532.028 7.939.343 8.141.444 8.214.976 8.646.173 1.114.145 14,79%

Bank Swasta 2.813.815 2.996.719 3.086.343 3.147.320 3.223.907 3.322.104 325.384 10,86%

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. termasuk bank umum syariah

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 54

BANK INDONESIA

Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu

Jenis Penggunaan

2013 2014 Pertumbuhan deviasi (%) I II III IV I II

Modal Kerja 3,16% 2,93% 3,19% 3,06% 3,19% 3,74% 0,55%

Investasi 5,44% 3,81% 3,50% 3,82% 4,45% 6,16% 1,71%

Konsumsi 0,69% 0,65% 0,71% 0,67% 0,69% 0,74% 0,05%

Total 2,01% 1,76% 1,82% 1,80% 1,94% 2,32% 0,38%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Kualitas kredit/pembiayaan bank umum di Provinsi Bengkulu

menunjukkan kinerja yang relatif stabil dengan potensi peningkatan NPL yang

terbatas. Hal ini tercermin dari pengukuran rasio Non Performing Loan/Financing (NPL/F)

yang pada triwulan laporan berada pada level 2,32%. Pencapaian ini meningkat

dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,94%, namun masih dalam batasan

yang aman (Tabel 3.5). Relatif terjaganya rasio NPL/F mengindikasikan keberhasilan

perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit/pembiayaan dan

melakukan mitigasi resiko terkait dengan kondisi perekonomian pada triwulan laporan.

3.1.5 Perkembangan Kredit//Pembiayaan UMKM

Kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan

dibandingkan periode sebelumnya. Kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar

19,85% (yoy) menjadi Rp4,69 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan I 2014 yang mencapai 17,64% (yoy). Pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM

cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit/pembiayaan secara keseluruhan mengingat

share-nya yang cukup tinggi yaitu mencapai 39,19% dari total

kredit/pembiayaan/pembiayaan bank umum.

Peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM terutama didorong

oleh meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja UMKM. Kredit/pembiayaan

modal kerja UMKM tumbuh menjadi 16,85% (yoy), dari 9,72% (yoy) pada triwulan I

2014. Dilain sisi, kredit/pembiayaan investasi UMKM tumbuh 30,39% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 50,39% (yoy). Dari segi pangsanya,

kredit/pembiayaan UMKM didominasi oleh kredit/pembiayaan modal kerja yang mencapai

72,92% dari total kredit/pembiayaan UMKM atau senilai Rp3,42 triliun. Sedangkan

kredit/pembiayaan investasi berkontribusi sebesar 27,08%.

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 55

BANK INDONESIA

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu

juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2013 2014

Pertumbuhan yoy

I II III IV I II Rp. %

Jenis Penggunaan

3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 4.291.564 4.690.096 776.645 19,85%

Modal Kerja 2.836.624 292.7085 2.976.220 3.053.121 3.112.438 3.420.241 493.157 16,85%

Investasi 773.416 973.914 1.024.504 1.085.683 1.163.148 1.269.855 295.940 30,39%

Konsumsi 38.118 12.452 13.087 14.342 15.979 - (12.452) -100,00%

Sektor Ekonomi 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 4.291.564 4.690.096 776.645 19,85%

Pertanian 531.207 602.573 683.287 753.756 811.918 884.414 281.842 46,77%

Pertambangan 77.678 55.050 55.121 50.274 46.849 41.656 (13.394) -24,33%

Perindustrian 80.576 79.069 84.785 87.562 83.844 94.101 15.032 19,01%

Listrik. Air. Gas 23.238 25.772 25.661 24.815 24.464 24.357 (1.415) -5,49%

Konstruksi 113.450 170.433 169.735 148.398 145.241 183.502 13.069 7,67%

Perdagangan 2.267.072 2.540.076 2.557.326 2.633.947 2.710.033 2.999.707 459.631 18,10%

Pengangkutan 51.816 45.034 45.324 47.124 48.556 50.098 5.064 11,24%

Jasa dunia usaha 190.786 246.034 240.227 248.194 249.237 176.462 (69.572) -28,28%

Jasa sosial 115.031 134702 138.668 143.414 154.358 198.209 63.507 47,15%

Lain-lain 197.304 14.708 13.677 15.661 17.065 37.588 22.880 155,57%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Secara sektoral, kredit/pembiayaan UMKM bank umum Provinsi Bengkulu

utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan pangsa

masing-masing sebesar 63,96% dan 18,86% (Tabel 3.6). Pada sektor perdagangan,

penyaluran kredit/pembiayaan UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan

eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan, minuman dan tembakau

sebesar Rp610,71 miliar dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan

makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp389,68 miliar. Sementara itu, pada sektor

pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM

terbesar mencapai Rp539,36 miliar, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan

penghasil getah lainnya sebesar Rp244,88 miliar.

Penyaluran kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian maupun sektor

perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Kredit/pembiayaan UMKM

sektor pertanian tumbuh sebesar 46,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2014

yang tumbuh sebesar 52,84% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor

perdagangan dari 19,54% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 18,10 % (yoy) pada

triwulan II 2014. Perlambatan kredit/pembiayaan UMKM yang terjadi hampir diseluruh

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 56

BANK INDONESIA

sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga

mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang

masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan

laporan yaitu sektor industri, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial.

Tabel 3.7 Perkembangan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM

di Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah (kecuali persentase NPL)

KOLEK-TIBILITAS

KETERANGAN 2013 2014

I II III IV I II

1 Lancar 3.230.970 3.436.791 3.529.801 3.753.231 3.763.989 4.072.089

2 Dalam Perhatian Khusus

282.106 341.770 343.197 254.880 366.612 396.765

3 Kurang Lancar 37.923 34.144 34.567 29.911 29.658 40.854

4 Diragukan 40.782 29.605 29.335 25.331 41.964 65.544

5 Macet 56.378 71.140 76.910 89.792 89.341 114.845

NPL 3.70% 3.45% 3.51% 3.49% 3,75%

4,72%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Kualitas penyaluran kredit/pembiayaan UMKM menunjukkan kondisi yang

kurang kondusif dibandingkan kondisi pada triwulan I 2014. Kondisi ini terlihat dari

rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan yang sebesar 4,72%,

meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% (Tabel 3.7). Rasio NPL/F kredit

UMKM ini masih berada pada batas wajar, namun demikian peningkatan NPL/F yang

terjadi secara bertahap ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari perbankan.

Peningkatan rasio NPL/F ini ditengarai terjadi karena dampak finansial yang diderita oleh

perseorangan/pelaku usaha akibat ketidakpastian kondisi ekonomi sepanjang 2013 hingga

awal 2014 ini.

Rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM lebih tinggi dibandingkan NPL/F

penyaluran kredit/pembiayaan secara keseluruhan yang hanya sebesar 2,32%.

Pada triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan UMKM pada sektor pertambangan

mencatatkan NPL/F tertinggi yaitu sebesar 37,68%, kemudian diikuti oleh sektor

konstruksi yang sebesar 6,20%. Sementara NPL/F sektor UMKM terendah dicatat oleh

sektor listrik, gas dan air.

3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum

Pada triwulan laporan, kinerja intermediasi perbankan syariah di Provinsi

Bengkulu berada dalam kondisi yang relatif baik. Hal ini tercermin dari Financing to

Deposit Ratio (FDR) yang cukup tinggi yaitu sebesar 192,83% (Grafik 3.6). Kondisi FDR

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 57

BANK INDONESIA

yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh peningkatan jumlah

penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK).

FDR perbankan syariah di Provinsi Bengkulu masih berada di atas FDR nasional yang

sebesar 95,50%. Tingginya FDR perbankan syariah Provinsi Bengkulu ini didukung dengan

kualitas pembiayaan yang baik, tercermin dari tingkat NPF perbankan syariah yang masih

terjaga pada level 4,20%. Meskipun demikian, perlu ada perhatian dari pihak perbankan

syariah mengingat terdapat indikasi tren kenaikan NPF, khususnya sejak awal tahun 2014.

Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu

Sumber : LBUS Bank Pelapor & Statistik Perbankan

Pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan mengalami

pertumbuhan sebesar 24,84% (yoy) menjadi sejumlah Rp830,11 miliar.

Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mengalami perlambatan bila dibandingkan

pertumbuhan pembiayaan pada triwulan I 2014 yang sebesar 34,95% (yoy). Pembiayaan

perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan modal kerja dengan porsi sebesar

39,31%, sementara pembiayaan konsumsi dan investasi masing-masing mengambil porsi

sebesar 42,97% dan 17,72%. Pembiayaan modal kerja pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 14,47% (yoy) menjadi senilai Rp326,29 miliar, melambat dibandingkan triwulan I

2014 yang tumbuh sebesar 29,59% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada

pembiayaan investasi yaitu tumbuh sebesar 10,49% (yoy) atau menjadi senilai Rp147,09

miliar. Sementara pembiayaan untuk konsumsi tumbuh meningkat menjadi 44,55% (yoy)

atau menjadi senilai Rp356, 72 dari 29,43% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Secara sektoral, pembiayaan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran sebesar 32,11% dari total pembiayaan, kemudian diikuti oleh sektor

jasa dunia usaha sebesar 7,38%. Pembiayaan non sektoral mencatatkan share

pembiayaan terbesar yaitu 47,31% dari total pembiayaan, dan sektor perdagangan

192.83%

95.50%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

FDR Bengkulu

FDR Nasional

192.83%

4.20%

0.0%0.5%1.0%1.5%2.0%2.5%3.0%3.5%4.0%4.5%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

FDR NPF

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 58

BANK INDONESIA

sebesar 17,32%. Sektor perdagangan mencatatkan peningkatan pertumbuhan

pembiayaan sebesar 138,91% (yoy) menjadi senilai Rp266,55 miliar dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,52% (yoy). Sementara sektor jasa dunia

usaha pada triwulan II 2014 mencatatkan penurunan pembiayaan sebesar 71,74% (yoy)

menjadi senilai Rp61,29 miliar.

Dari sisi aset, perbankan syariah Provinsi Bengkulu mencatatkan

pertumbuhan sebesar 22,12% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 15,00%

(yoy). Pertumbuhan aset perbankan syariah ini lebih rendah dibandingkan triwulan I

2014 yang sebesar 28,14% (yoy), sehingga tercatat menjadi senilai Rp867,86 miliar.

Sementara itu, DPK perbankan syariah yang tercatat senilai Rp430,49 miliar tumbuh

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,31% (yoy). Saat

ini, DPK perbankan syariah mengambil porsi 4,82 % dari total DPK bank umum.

Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu

Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu

miliar Rp yoy (%) miliar Rp yoy (%)

Sumber : LBUS-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

3.3 Bank Perkreditan/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Jumlah Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPR/BPRS) di Provinsi Bengkulu saat ini sebanyak 6 (enam) BPR/BPRS yang terdiri

dari 4 (tiga) BPR konvensional dan 2 (dua) BPR syariah. Adapun jumlah kantor BPR/S

sebanyak 25 kantor dengan sebaran kantor di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab.

Bengkulu Utara, Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Kepahiang.

Kinerja BPR/BPRS Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menunjukkan

perbaikan. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu mengalami

pertumbuhan 2,88% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan

24.84%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Pembiayaan

Growth

15.00%

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%

-50

100 150 200 250 300 350 400 450 500

III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Dana Pihak KetigaGrowth

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 59

BANK INDONESIA

penurunan aset sebesar 1,03% (yoy). DPK BPR/BPRS mencatatkan peningkatan

pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,40% (yoy) dari 3,17% (yoy) pada

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh meningkatnya

pertumbuhan tabungan yang mencapai 19,10 % (yoy), yang juga dibarengi dengan

peningkatan deposito berjangka sebesar 2,34% (yoy). Kedua komponen DPK tersebut,

mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan I 2014. Disisi

lain, penyaluran kredit/pembiayaan masih mengalami penurunan meskipun dalam

persentase yang lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit/pembiayaan

BPR/BPRS tercatat turun sebesar 5,97% (yoy), sementara triwulan sebelumnya turun

8,81%.

Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2013 2014 Pertumb.

(yoy) I II III IV I II

Total Aset 161.355 158.224 160.068 157.331 155.093 162,782 2,88%

Kredit/pembiayaan/Pembiayaan

140.122 137.311 131.077 126.986 126.423 129,113 -5,97%

DPK 103.507 101.817 105.432 94.351 106.091 109,352 7,40%

L/FDR (%) 135.37 134.86 124.32 134.59 119.16% 118,07% -

Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu tercatat menurun dengan

rasio LDR/FDR sebesar 118,07%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini

lebih rendah dibandingkan dengan tingkat rata-rata sepanjang tiga tahun terakhir.

Penurunan ini didorong oleh rendahnya ekspansi kredit/pembiayaan akibat masih

terbatasnya perbaikan kondisi ekonomi. Kendala pada penyaluran kredit/pembiayaan

terindikasi sejak semester II 2013 yang mencatatkan pertumbuhan penyaluran

kredit/pembiyaan yang cukup rendah yaitu 0,93% (yoy).

Laba yang diperoleh BPR/BPRS menunjukkan adanya tren menurun.

Pencapaian laba diindikasikan oleh perhitungan spread bunga/marjin antara pendapatan

dengan biaya bunga/bagi hasil BPR/BPRS sebagaimana dicerminkan oleh Net Interest

Margin (NIM)/Net Margin. Net Interest Margin (NIM)/Net Margin pada triwulan II 2014

tercatat sebesar 14,07%, turun dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 16,04%.

Kondisi perekonomian, khususnya disektor pertanian/perkebunan yang masih dalam

pemulihan mengakibatkan masih adanya tekanan pada kinerja BPR/BPRS di Provinsi

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 60

BANK INDONESIA

Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik perkembangan Net Interest Margin/Net

Margin BPR/S (Grafik 3.9).

Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu

Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; diolah

3.4 Sistem Pembayaran

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai

Pada triwulan II 2014, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia

Bengkulu mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp861,74 miliar,

berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencatatkan kondisi net cash inflow.

Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash ouflow pada triwulan II 2014 ini

sejalan dengan siklus tahunan. Namun demikian, kondisi net cash outflow pada triwulan

laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan pada triwulan II 2013 lalu (Tabel 3.9).

Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu juta rupiah

Keterangan 2013 2014 Pert.

q-t-q I II III IV I II

Inflow 653.052 107.185 543.719 188.814 626.476 149,431 -76,15%

Outflow ( 404.585) (754.227) 1.090.781 1.023.700 553.951 1,011,170 82,54%

Netflow 248.467 (647.043) (547.062) (834.886) 72.524 (861,739) -1.288,21%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu;

Net cash outflow pada triwulan laporan mencerminkan peningkatan

kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan peningkatan kegiatan

ekonomi daerah. Kondisi ini sejalan dengan hasil liaison dan Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dimana pada triwulan

14.07%

10%

14%

17%

21%

24%

28%

31%

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 61

BANK INDONESIA

II 2014 pelaku usaha mencatatkan kenaikan realisasi kegiatan usaha. Peningkatan ini

terjadi hampir diseluruh sektor usaha.

Sepanjang April hingga Juni 2014, transaksi uang kartal di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu mengalami net cash outflow. Bila

dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I 2014, terlihat adanya penurunan inflow

yang signifikan mencapai 76,15% (qtq) pada triwulan laporan. Sementara itu, terjadi

peningkatan aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia (outflow) sebesar

82,54% (qtq). Secara tahunan, inflow maupun outflow triwulan II 2014 meningkat

signifikan masing-masing sebesar 39,41% (yoy) dan 34,07% (yoy) (Grafik 3.10).

Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu

juta rupiah

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

i. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu

%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu:

35,422

301,375

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

Inflow Outflow

68.62

119.33

47.34

99.40

63.7071.40

35.91

59.99

42.98 39.17

6.81

23.1415.26

113.39

24.39

86.10

43.12

95.89

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 62

BANK INDONESIA

Rasio jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap inflow

pada triwulan laporan sebesar 95,89%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan I

2014 yang mencatatkan rasio sebesar 43,12%. Peningkatan rasio jumlah PTTB terhadap

inflow ini didorong oleh berkurangnya jumlah inflow pada periode laporan. Dengan

demikian, terlihat adanya indikasi peningkatan jumlah uang dalam kondisi lusuh yang

diterima oleh Bank Indonesia. Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di

masyarakat (clean money policy), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Bengkulu melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) secara

rutin. UTLE selanjutnya akan dimusnahkan melalui proses peracikan atau Pemberian Tanda

Tidak Berharga (PTTB) dengan menggunakan mesin racik. Jumlah PTTB pada triwulan II

2014 tercatat sebesar Rp143,28 miliar, turun 46,96% (qtq) dari triwulan I 2014 yang

tercatat Rp270,13 miliar.

ii. Penemuan Uang Palsu

Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada

triwulan II 2014 menurun, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank

Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 24 lembar. Jenis pecahan

uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan

Rp100.000.00 sejumlah 22 lembar dan pecahan Rp50.000.00 sejumlah 2 lembar.

Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat

kecil yaitu hanya sebesar 0.0055%.

Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di

Provinsi Bengkulu

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

15 22

293

28 23 5 6

37 28 4 6 13 9 18 23

112

56 24

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 63

BANK INDONESIA

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai

i. Perkembangan Kliring Lokal

Pada triwulan II 2014, transaksi kliring secara nominal mengalami koreksi,

yaitu dari Rp944,07 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp836,74 miliar atau

turun 11,37% (qtq). Kondisi ini berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang

mencatatkan pertumbuhan nominal transaksi kliring 7,13% (qtq). Sejalan dengan

turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 6,05% (qtq). Arah yang

serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami

penurunan 12,82% (qtq) atau menjadi senilai Rp13,72 miliar per hari.

Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu

Keterangan 2013 2014 Ptumb.

qtq I II III IV I II

Bank Peserta Kliring 19 19 19 19 19 20 %

Perputaran Kliring

Nominal (juta Rp.) 788.149 806.112 844.566 881.238 944.066 836,741 -11.37%

Warkat (lembar) 30.061 31.114 29.505 32.347 33.182 31,174 -6.05%

Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari

Nominal (juta Rp.) 13.136 12.795 12.993 13.988 15.734 13,717 -12.82%

Warkat (lembar) 501 494 454 513 553 511 -7.59%

% Penolakan Cek dan Bilyet Giro

Nominal 3.82% 3.19% 3.58% 2.76% 3.50% 2.96% -

Warkat 2.70% 2.74% 3.15% 2.08% 1.87% 2.21% -

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami

peningkatan dari sisi jumlah warkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,21% dari

total warkat yang ditransaksikan (Tabel 3.10). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan

penolakan cek dan bilyet giro pada triwulan sebelumnya yang tercatat 1,87%. Sementara

bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,96% dari total

transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak

dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup,

dan saldo tidak cukup.

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 64

BANK INDONESIA

ii. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)

Perkembangan transaksi pembayaran melalui sistem Real Time Gross

Settlement (RTGS) mengalami peningkatan signifikan. Pada triwulan laporan,

nominal dan warkat transaksi masuk meningkat masing-masing sebesar 71,86% (qtq)

atau menjadi sebesar Rp35,87 triliun dan 23,34% (qtq) atau menjadi sebesar 8.483

lembar. Hal serupa juga terjadi pada transaksi keluar Provinsi Bengkulu serta antar

nasabah di dalam Provinsi Bengkulu. Kedua jenis transaksi tersebut mengalami

peningkatan nominal masing-masing sebesar 54,95% (qtq) untuk transaksi keluar Provinsi

Bengkulu dan 7,97% (qtq). Peningkatan transaksi RTGS ditengah turunnya transaksi

kliring, mengindikasikan meningkatnya transaksi oleh kegiatan ataupun investasi usaha,

mengingat umumnya transaksi RTGS dilakukan untuk transaksi bernominal besar.

Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

iii. Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Sejak akhir tahun 2007, Bank Indonesia memberlakukan sistem Transaksi Uang

Kartal Antar Bank (TUKAB) dimana melalui sistem ini pemenuhan kebutuhan uang oleh

perbankan yang kekurangan uang kartal (short) tidak lagi langsung melalui kas Bank

Indonesia melainkan terlebih dahulu melalui bank lainnya yang berada dalam kondisi

kelebihan uang kartal (long). Selanjutnya, apabila seluruh bank berada dalam posisi short

(atau long) maka akan dipenuhi dari (atau disetorkan ke) kas Bank Indonesia.

Keterangan 2013 2014 Ptumb.

qtq I II III IV I II

Transaksi Keluar Daerah (from)

Nominal (miliar Rp.) 7.876 15.275 12.411 12.846 11.893 18,428 54.95%

Warkat (lembar) 8.492 9.172 9.298 11.058 8.931 10,613 18.83%

Transaksi Masuk Bengkulu (to)

Nominal (miliar Rp.) 15.063 30.761 25.528 24.806 20.868 35.865 71.86%

Warkat (lembar) 6.466 7.843 7.401 7.797 6.878 8,483 23.34%

Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)

Nominal (miliar Rp.) 1.127 4.023 2.319 2.839 2.276 2,458 7.97%

Warkat (lembar) 1.988 2.760 2.545 2.746 2.670 3,449 29.18%

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 65

BANK INDONESIA

Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu juta rupiah

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan

(Grafik 3.13). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp959,20

miliar, lebih tinggi 43,00% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

sebesar Rp670,75 triliun. Peningkatan transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan

Juni 2014. Peningkatan volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal

dimasyarakat. Kondisi ini searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank

Indonesia yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB tinggi dan

pada waktu yang sama perbankan meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank

Indonesia (outflow), maka mengindikasikan kebutuhan uang tunai pada periode tersebut

sedang tinggi.

26.81%

-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

g (yoy)

Pe

endahuluan

n

Penelitian

Halaman in

Jalur Distri

ni sengaja d

ibusi dan P

Penyum

dikosongkan

embentukambang Inflas

n

n Harga Kosi Di Kota B

omoditas Bengkulu

4

 

BA

 

AB IVVPKPERKEKEUAN

MBANNGAN 

NGAN  DAERAAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 67

BANK INDONESIA

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya dan periode yang

sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang

meningkat, masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi anggaran

pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa

pendapatan pajak daerah yang mencapai 46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah

pusat yang mencapai 22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran

pendapatan pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara

realisasi belanja sebesar 28,19%.

4.1. Realisasi APBD

4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu

Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan

II 2014 tercatat sebesar 29,71%. Realisasi ini lebih baik dibandingkan dengan realisasi

pendapatan pada triwulan II 2013 yang sebesar 24,83%. Pendapatan telah terealisasi

sebesar Rp536,51 miliar. Secara kumulatif, sepanjang semester I 2014 realisasi

pendapatan APBD Provinsi Bengkulu tercatat sebesar Rp867,11 miliar atau sebesar

48,03% dari total APBD.

Dilihat dari strukturnya, porsi komponen dana perimbangan mendominasi

penerimaan APBD triwulan II 2014 sebesar 53,83% dari total pendapatan.

Pendapatan Asli Daerah berkontribusi sebesar 46,10% dan Lain-lain Pendapatan Daerah

Yang Sah sebesar 0,07%. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan realisasi PAD

yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2014, dimana realisasi PAD

terhadap total pendapatan hanya sebesar 2,22%. Sepanjang semester I 2014, realisasi

pendapatan ditopang oleh dana perimbangan yang berkontribusi sebesar 70,03%,

sementara PAD berkontribusi sebesar 29,89%. Kondisi ini mengindikasikan sangat

terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ketergantungan yang besar

terhadap dana dari Pemerintah Pusat.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan laporan tercatat

sebesar 46,41% dari target, lebih baik dibandingkan realisasi PAD triwulan yang

sama tahun 2013. Persentase realisasi pendapatan tertinggi berasal dari pendapatan

pajak daerah sebesar Rp206,39 miliar rupiah. Pendapatan pajak daerah berkontribusi

38,47% dari total pendapatan pada triwulan laporan. Sepanjang semester I 2014,

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 68

BANK INDONESIA

pendapatan pajak daerah telah mencatatkan realisasi sebesar 51,47% dari total anggaran.

Realisasi pendapatan pajak daerah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan

dengan kondisi tahun lalu.

Pencapaian PAD tertinggi selanjutnya yaitu komponen lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp22,93 miliar. Sementara itu, pendapatan

retribusi daerah terealisasi cukup minim sebesar Rp1,46 miliar atau 012,92% dari total

anggaran. Komponen pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

mencatatkan realisasi diatas target anggaran, yaitu sebesar 118,38% dengan nilai

Rp16,55 miliar.

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi

Bengkulu Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Uraian APBD Realisasi % Realisasi

2013 2014 II-2013 II-2014 II-2013 II-2014

Pendapatan Asli Daerah 507.999 532.938 125.089 247.332 24,62 46,41

1. Pendapatan Pajak Daerah 393.560 400.991 91.529 206.391 23,26 51,47

2. Pendapatan Retribusi Daerah 8.830 11.329 1.160 1.463 13,14 12,92

3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan

12.146 13.981 12.054 16.550 99,24 118,38

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

93.462 106.637 20.346 22.927 21,77 21,50

Pendapatan Perimbangan 971.418 1.268.252 245.089 288.820 24,94 22,77

1. Dana Bagi Hasil Pajak 55.258 54.018 22.576 8.540 40,86 15,81

2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

9.925 11.537 8.851 18.629 89,17 161,48

3. Dana Alokasi Umum 854.648 955.095 213.662 159.183 25,00 16,67

4. Dana Alokasi Khusus 51.587 53.927 - 4 - 0,01

5. Dana Penyesuaian - 193.675 - 102.464 23,57 52,90

Lain-lain Pendapatan yang Sah 207.629

4.326

418.879 355 17,89 8,22

Total Pendapatan 1.687.046 1,805,516 789.057 536.507 24,83 29,71

Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu

Pada triwulan laporan, pendapatan pajak daerah memiliki kontribusi yang

signifikan dalam realisasi PAD, mencapai 83,45% dari total anggaran PAD. Pajak

kendaraan bermotor memiliki share yang besar dalam komponen pendapatan pajak

daerah yaitu pada kisaran 77%. Dengan demikian, data Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor dapat digunakan sebagai salah satu indikator

realisasi PAD. Pada triwulan laporan, pendaftaran kendaraan baru menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2014, baik untuk kendaraan beroda dua

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 69

BANK INDONESIA

maupun beroda empat. Pendaftaran kendaraan baru beroda dua tercatat meningkat

3,05% (qtq), sementara kendaraan beroda empat meningkat 63,99% (qtq) (Grafik 4.1).

Peningkatan ini ditengarai didorong oleh adanya perbaikan pendapatan masyarakat

seiring dengan berlangsungnya masa panen dan perbaikan harga komoditas unggulan

lokal. Kondisi ini juga dikonfirmasi oleh hasil liaison kepada pelaku usaha leasing

kendaraan, dimana pelaku usaha menyatakan adanya peningkatan kegiatan usaha pada

triwulan II 2014.

Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu

Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu

Sementara itu, pendapatan perimbangan pada triwulan II 2014 terealisasi

sebesar 22,77% dari anggaran atau senilai Rp288,82 miliar. Realisasi ini lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan II 2013 lalu yang sebesar 24,94%. Realisasi pendapatan

perimbangan ditopang oleh realisasi dana alokasi umum sebesar Rp159,18 miliar atau

16,67% dari anggaran dan realisasi dana penyesuaian sebesar Rp102,46 miliar atau

52,90% dari anggaran. Komponen dana bagi hasil pajak bukan pajak (SDA) mencatatkan

realisasi yang telah melebihi target anggaran yaitu sebesar Rp18,63 miliar. Sementara itu

realisasi dana bagi hasil pajak dan dana alokasi khusus mencatatkan realisasi yang masih

minim.

4.1.2 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu

Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan II

2014 senilai Rp338,96 miliar atau tercatat sebesar 17,87% dari total anggaran

yang ditetapkan. Realisasi ini lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 yang sebesar

16,18% dari total anggaran. Realisasi belanja didorong oleh realisasi pada komponen

belanja operasi yang mencapai 18,68%. Realisasi belanja operasi mengambil porsi sebesar

13,516

101

90

110

130

150

170

190

210

230

250

270

290

2,000

7,000

12,000

17,000

22,000

27,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Roda 2

Kendaraan Baru (kiri)

Mutasi Masuk (kanan)

1735

412

150

350

550

750

950

1150

1350

1550

1750

1950

2150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

Roda 4 & Bus/Truk

Kendaraan Baru Mutasi Masuk

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 70

BANK INDONESIA

79,50% dari total realisasi anggaran belanja triwulan II 2014. Sementara realisasi belanja

modal menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 23,62% dari total

anggaran. Sepanjang semester I 2014, realisasi belanja belanja operasi telah terealisasi

sebesar 32,21%, sementara belanja modal terealisasi sebesar 23,82%.

Realisasi belanja pegawai dan belanja barang merupakan komponen pada

belanja operasi dengan nilai belanja tertinggi. Belanja pegawai pada triwulan II 2014

mencatatkan realisasi sebesar Rp118,08 miliar atau 20,70% dari total anggaran. Realisasi

ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2013. Sementara belanja

barang terealisasi Rp99,23 miliar atau 14,60% dari total anggaran, lebih baik

dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2013. Belanja pegawai triwulan II 2014

berkontribusi 38,84% terhadap total realisasi belanja, sementara belanja barang

berkontribusi 27,21%.

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu

Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Uraian APBD Realisasi % Realisasi

2013 2014 II-2013 II-2014 II-2013 II-2014

Belanja Operasi 1.313.802 1.442.404 251.470 269.466 19,14 18,68

1. Belanja Pegawai 543.165 570.472 134.593 118.082 24,78 20,70

2. Belanja Barang 549.106 631.514 62.316 92.225 11,35 14,60

3. Belanja Hibah 213.803 219.542 50.027 59.106 23,40 26,92

4. Belanja Bantuan Sosial - - - - - -

5. Belanja Bantuan Keuangan 7.728 20.877 4.533 54 58,66 0,26

Belanja Modal 300.141 294.253 13.644 69.492 4,55 23,62

1. Belanja Tanah 3.350 6.296 - 85 - 1,35

2. Belanja Peralatan dan Mesin 50.114 37.722 7.393 6.441 14,75 17,08

3. Belanja Gedung dan Bangunan

64.908 39.287 1.633 4.568 2,52 11,63

4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

177.444 208.962 4.580 58.301 2,58 27,90

5. Belanja Aset Tetap Lainnya 4.324 - 37 97 0,86 -

6. Belanja Aset Lainnya 1.986 - - - - -

Belanja Tidak Terduga 11.048 10.907 - - - -

Transfer 143.338 149.067 21.035 - 14,68 -

Total Belanja 1.768.329 1.896.631 286.149 338.958 16,18 17,87

Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu

Pada triwulan laporan, belanja modal terealisasi sebesar Rp69,49 miliar

atau 23,62% dari anggaran yang telah ditetapkan. Realisasi ini meningkat signifikan

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 71

BANK INDONESIA

dibandingkan dengan triwulan I 2014 (0,20%) maupun periode yang sama ditahun 2013

lalu (4,55%). Kondisi ini mencerminkan adanya upaya dari pemerintah daerah untuk

melakukan percepatan realisasi APBD. Seluruh komponen belanja modal telah

mencatatkan realisasi, dengan realisasi terbesar berasal pada komponen belanja jalan,

irigasi dan jaringan sebesar 27,90% dari anggaran yang ditetapkan. Selanjutnya, diikuti

realisasi belanja peralatan dan mesin sebesar 17,08% dari anggaran yang telah

ditetapkan. Belanja modal pengadaan konstruksi jalan dan konstruksi air mencatatkan

share realisasi yang tertinggi pada komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan, masing-

masing sebesar 67,75% dan 20,91%.

Dana Pihak Ketiga (DPK) milik pemerintah masih menunjukkan

peningkatan (Grafik 4.2). Kondisi ini menunjukkan adanya transfer atau peningkatan

pendapatan keuangan daerah pada triwulan laporan. Selain itu, hal ini juga

mengindikasikan masih terbatasnya realisasi keuangan daerah. Dana milik pemerintah

pusat yang terdapat di perbankan terlihat mengalami peningkatan sebesar 9,90% (qtq)

atau menjadi Rp140,10 miliar. Sementara dana milik pemerintah daerah meningkat

33,00% (qtq) menjadi Rp2,56 triliun. Dengan adanya komitmen dan upaya dari

Pemerintah Daerah untuk mempercepat proses pengadaan berbagai proyek pemerintah,

diharapkan realisasi anggaran belanja dapat mengalami akselerasi pada triwulan III 2014.

Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu

Juta Rp Juta Rp

Sumber : LBU Bank Umum, BI Bengkulu

9.90%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Pemerintah Pusat

g(QTQ) 33.00%

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Pemerintah Daerah

g(QTQ)

Pe

endahuluan

n

Penelitian

Halaman in

Jalur Distri

ni sengaja d

ibusi dan P

Penyum

dikosongkan

embentukambang Inflas

n

n Harga Kosi Di Kota B

omoditas Bengkulu

4

 

B

 

BABB VKETDANDAE

TENAGAN KESEERAH

AKERJAEJAHTE

AAN ERAAN 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 73

BANK INDONESIA

Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan,

tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebesar 1,62%. Pertumbuhan

jumlah tenaga kerja terutama terjadi di sektor jasa kemasyarakatan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR).

Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi Bengkulu secara

umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai

Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni 2014. NTP

dibawah 100 juga menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai

Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional pertanian juga

tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha pertanian masih menguntungkan

(NTUP>100). NTUP turun dari 102,75 pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan

II 2014.

Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun dibanding posisi

September 2013. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu berjumlah 320.950 jiwa

atau 17,48% dari total penduduk, turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada

September 2013 yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di

daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat.

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan

Jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu menurun, hal tersebut

tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2014 yang

sebesar 1,62% dari sebelumnya 2,07% pada Februari 2013 dan 1,88% pada

Agustus 20131. Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 968.200 orang

atau meningkat sebesar 1,59% (yo). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 952.500

telah bekerja. Jumlah ini meningkat sebesar 2,06% dibandingkan pada periode yang sama

tahun 2013. Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah angkatan kerja

serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya perbaikan kondisi perekonomian

di Provinsi Bengkulu dibanding dengan Februari 2013 dan Agustus 2013.

1 Berdasarkan rilis BPS 5 Mei 2014 dengan menggunakan hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk

Februari 2014

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 74

BANK INDONESIA

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu

Pengangguran 2012 2013 2014

Feb. Agus. Feb. Agus Feb.

Jumlah Angkatan Kerja (orang)

Bekerja (orang) 922.100 926.700 933.300 941.900 952.500

Pengangguran (orang) 20.100 20.350 19.700 18.150 15.700

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Persentase TPAK (%) 74,89 74,64 74,47 74.37 74,38

Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Jumlah (orang) 20.100 20.350 19.700 18.150 15.700

TPT (%) 2,13 2,15 2,07 1,88 1,62

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor Pertanian menyerap

tenaga kerja terbesar mencapai 58,30%, diikuti sektor Jasa Kemasyarakatan,

Sosial, dan Perorangan sebesar 15,35% dan sektor Perdagangan, Restoran, dan

Jasa Akomodasi sebesar 15,31% (Tabel 5.2). Meskipun pertanian merupakan penyerap

tenaga kerja terbesar, namun sepanjang satu tahun terakhir jumlah tenaga kerja di sektor

ini mengalami penurunan hingga 1,3% atau tercatat sebanyak 555,3 ribu orang.

Penurunan jumlah tenaga kerja juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian,

sektor industri, sektor konstruksi dan lembaga keuangan. Kondisi ini diperkirakan terjadi

karena besarnya tekanan terhadap sektor-sektor tersebut sejak akhir 2012 akibat

melemahnya perekonomian dunia, yang berimbas pada terhambatnya kinerja berbagai

sektor ekonomi di Provinsi Bengkulu. Menurunnya pendapatan masyarakat serta

penerapan aturan Loan To Value (LTV) diperkirakan mendorong pelaku usaha lembaga

keuangan untuk melakukan efisiensi sumber dayanya. Dilain sisi, sektor jasa

kemasyarakatan dan sektor perdagangan mengalami peningkatan jumlah penduduk kerja

masing-masing sebesar 16,28% atau menjadi 146,2 ribu orang dan 15,36% atau menjadi

145,8 ribu orang.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 75

BANK INDONESIA

Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Pengangguran Feb 2012 Feb 2013 Feb 2014

Ribu Orang

% Porsi Ribu

Orang % Porsi

Ribu Orang

% Porsi

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan

540,0 58,57 562,6 60,29 555,3 58,30

2. Pertambangan dan Penggalian 5,70 0,62 7,7 0,82 4,8 0,50

3. Industri 36,5 3,96 37,4 4,00 35,9 3,77

4. Listrik, Gas & Air Minum 0,5 0,06 1,3 0,14 3,1 0,32

5. Kosntruksi 37,8 4,10 32,8 3,52 29,7 3,12

6. Perdagangan, Restoran & Akomodasi 140,6 15,25 126,4 13,54 145,8 15,31

7. Transportasi, pergudangan & komunikasi

21,7 2,35 22,6 2,42 24,3 2,55

8. Keuangan 9,2 0,99 16,7 1,79 7,3 0,77

9. Jasa Kemasyarakatan 130,1 14,11 125,7 13,47 146,2 15,35

T O T A L 922,1 100 933,3 100 952,5 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pekerja di Provinsi Bengkulu didominasi oleh pekerja buruh/karyawan

dengan porsi 26,21% dari total jumlah penduduk bekerja. Selanjutnya diikuti

dengan buruh tidak tetap sebanyak 24,50% dan pekerja keluarga/tidak dibayar 24,42%

dari total jumlah penduduk bekerja. Sementara itu, tingkat pengangguran terbesar dilihat

dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan berada pada lulusan universitas yaitu sebesar

5,71% dari total pengangguran. Persentase pengangguran jenis tersebut menunjukkan

peningkatan yang cukup signifikan sepanjang 3 (tiga) tahun terakhir. Kondisi ini

menunjukkan dua kemungkinan yaitu lapangan kerja di Provinsi Bengkulu belum memiliki

kebutuhan yang tinggi untuk tenaga kerja yang berpendidikan atau kualitas lulusan

universitas yang ada dianggap belum memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh pelaku

usaha.

5.2 Perkembangan Kesejahteraan

Secara triwulanan, daya beli petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani

(NTP) mengalami penurunan cukup tajam sebesar 1,10% (qtq) atau menjadi 96,78,

yang mengindikaskan petani belum sejahtera. Nilai NTP menggambarkan indeks

harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan

indeks harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi rumah

tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (NTP dibawah 100). Sepanjang

triwulan II 2014, kesejahteraan petani cenderung turun yang tercermin dari penurunan

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 76

BANK INDONESIA

NTP April-Juni 2014. Masih lemahnya harga komoditas perkebunan diperkirakan menjadi

salah satu faktor penurunan ini.

Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah

NTP kelompok holtikultura, peternakan dan perikanan tercatat diatas 100.

Peningkatan permintaan pada periode bulan Ramadhan dan persiapan hari raya Idul Fitri

diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di

sektor tersebut. Sementara itu, NTP kelompok tanaman pangan dan tanaman perkebunan

rakyat turun dibanding Maret 2014. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena kondisi

ekonomi nasional dan global yang masih menekan kinerja perkebunan, terutama masih

lemahnya harga komoditas CPO dan karet.

Nilai Nukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar

101,38, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 102,75.

Indeks NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks

harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang

modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya (NTUP>100). NTUP kelompok

perkebunan rakyat turun paling dalam dari 102,50 pada Maret 2014 menjadi 97,97 pada

Juni 2014. Sementara itu, periode panen beberapa jenis holtikultura pada triwulan II 2014

mendorong NTUP sektor holtikultura tumbuh paling tinggi pada Juni 2014.

5.3 Perkembangan Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2014 di Provinsi Bengkulu

berjumlah 320.950 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi

Bengkulu, penduduk miskin mencapai 17,48%. Jika dibandingkan dengan persentase

0.00%

-2.0%

-1.5%

-1.0%

-0.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

93 94 95 96 97 98 99

100 101 102 103 104

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6

2011 2012 2013 2014

NTP g (mtm)

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 77

BANK INDONESIA

jumlah penduduk miskin pada periode pencatatan 2 (dua) tahun terakhir, jumlah

penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat lebih rendah. Hal ini mencerminkan

terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, jumlah penduduk miskin

turun terutama di daerah pedesaan, sedangkan di perkotaan cenderung naik.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebanyak 98,59 ribu

jiwa atau 17,29% dari total penduduk perkotaan, naik menjadi 18,22% atau 104,54 ribu

jiwa pada Maret 2014. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada

Maret 2014 menurun, yaitu dari 224,86 ribu jiwa pada September 2013 menjadi 216,41

ribu jiwa atau turun menjadi 17,14% dari total penduduk pedesaan. Dampak inflasi non

makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perubahan perkembangan

kemiskinan di perkotaan dan pedesaan.

Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu

Kemiskinan 2012 2013 2014

Mar Sep Mar Sep Mar

Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah (orang) 311.660 310.470 327.350 320.410 320.950

%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48

*Persentase terhadap jumlah penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Garis Kemiskinan naik sebesar 2,92% dari Rp327.358/kapita/bulan pada

bulan September 2013 menjadi Rp336.930/kapita/bulan pada bulan Maret 2014.

Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari

besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%.

Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan

Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi

September 2013, porsi Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di

perkotaan maupun pedesaan. Hal ini terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap

perumahan, pendidikan, dan transportasi.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

pada Maret 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan September 2013.

P1 turun dari 3,24 pada September 2013 menjadi 2,78 pada Maret 2014. Sementara P2

turun dari 0,89 pada September 2013 menjadi 0,70 pada Maret 2014. Penurunan nilai

indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 78

BANK INDONESIA

semakin mendekati Garis Kemiskinan, sementara peningkatan nilai indeks P2

menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit.

Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu

Daerah

2012 2013 2014

Mar Sep Mar Sep Mar

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

Perkotaan 3,14 0,86 2,72 0,66 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73

Pedesaan 4,63 1,65 3,20 0,87 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68

Perkotaan+Pedesaan 4,17 1,40 3,05 0,80 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

 

BA

 

AB VI PROSPEREK

PEK KONOMMIAN DAERAAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 79

BANK INDONESIA

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan

meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih kuatnya

konsumsi rumah tangga. Selain itu, investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan

tumbuh lebih tinggi seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II 2014. Realisasi

proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong pertumbuhan investasi lebih tinggi dari

perkiraan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan

perbaikan harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi

sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian,

PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas perkebunan diperkirakan akan menjadi

faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian

Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5%

(yoy).

Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif stabilnya inflasi

volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2014. Namun,

terdapat potensi peningkatan inflasi yang bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik

(tariff adjustment) pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg

pada pertengahan Agustus 2014. Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014

diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).

6.1 Prospek Ekonomi Makro

Grafik 6.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu

PDRB dalam juta Rp, LPE dalam persen yoy

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu, angka sementara dan perkiraan

Proyeksi 6,2-6,5%

1.00%

3.00%

5.00%

7.00%

9.00%

11.00%

1,650,000

1,800,000

1,950,000

2,100,000

2,250,000

2,400,000

2,550,000

2,700,000

2,850,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp

2010 2011 2012 2013 2014

PDRB Konstan (axis kiri)LPE (axis kanan)

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 80

BANK INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014

diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014. Laju pertumbuhan ekonomi

Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diprediksi berada pada kisaran 6,2-6,5% (yoy).

Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu

diprediksi terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah

tangga dan investasi. Daya beli masyarakat diperkirakan semakin membaik seiring

dengan perbaikan sektor-sektor utama perekonomian. Hal ini sesuai dengan peningkatan

optimisme pelaku usaha sebagaimana tercermin pada Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia triwulan II 2014. Sementara itu, realisasi proyek MP3EI yang

dijadwalkan dimulai pada tahun 2014 diperkirakan mendorong investasi tumbuh lebih

tinggi. Proyek MP3EI yang dijadwalkan dimulai pada 2014 antara lain pembangunan

SPAM Regional Provinsi Bengkulu senilai Rp747 miliar. Di sisi lain, perbaikan harga

komoditas perkebunan diprediksi akan mendorong peningkatan volume ekspor ke

mancanegara, disamping masih stabilnya perdagangan antar daerah.

Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Hasil SK & SKDU, BI Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum

Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dikonfirmasi oleh hasil

Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme masyarakat

akan kondisi ekonomi ke depan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Saldo (NS) Indeks

Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dari 129,78 menjadi 139,11. Optimisme

tersebut mencakup perbaikan kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang, perkiraan

peningkatan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Namun, konsumsi masyarakat

melalui fasilitas perbankan diperkirakan masih tertahan, hal ini tercermin dari perlambatan

139.11

28.33

-

5

10

15

20

25

30

35

-

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

SK & SKDU

IEK (kiri)

Ekspektasi Kegiatan Usaha- 3 bln ke depan (kanan)

14.64%

-10%

5%

20%

35%

50%

65%

80%

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit Konsumsi

g(yoy)

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 81

BANK INDONESIA

penyaluran kredit konsumsi sampai posisi Juni 2014 (Grafik 6.2). Peningkatan biaya dana

(cost of fund) seiring kenaikan bunga simpanan menjadi pertimbangan perbankan untuk

menaikkan suku bunga kredit.

Dari sisi sektoral, sektor pertanian, PHR dan, jasa-jasa diperkirakan masih

berkontribusi paling tinggi pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu di

triwulan III 2014. Membaiknya harga CPO dan crumb rubber di pasar global diprediksi

akan mendorong perbaikan harga TBS dan karet di tingkat petani sehingga mendorong

peningkatan volume produksi. Di sisi lain, produksi tabama diperkirakan relatif stabil

dengan didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah daerah seperti penyediaan pupuk

dan bibit bersubsidi. Sementara itu, peningkatan pendapatan masyarakat seiring

membaiknya harga komoditas perkebunan diprediksi akan berdampak positif terhadap

sektor PHR dan jasa-jasa, antara lain peningkatan pembelian barang tahan lama (durable

goods)/kendaraan bermotor.

Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Pelaku usaha optimis terhadap kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu

pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Hal ini tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Menurut

pelaku usaha, sektor pertanian akan tumbuh paling tinggi pada triwulan III 2014, disusul

oleh sektor pengangkutan/komunikasi dan PHR.

5.00

28.33

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2014

SBT Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 82

BANK INDONESIA

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah

Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi diperkirakan mereda. Inflasi volatile

food sepanjang semester I 2014 yang relatif rendah diperkirakan akan stabil hingga

triwulan III 2014. Hal ini didukung oleh relatif minimnya gangguan produksi di sentra-

sentra produksi lokal. Selain itu, pasokan dari provinsi lainnya diperkirakan lancar pada

triwulan mendatang. Namun, pemerintah daerah tetap perlu melakukan pengawasan

terhadap ketersediaan pupuk dan bibit untuk menjamin keberhasilan panen. Namun,

tekanan inflasi dapat meningkat seiring dengan penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment)

tahap II pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan LPG 12 kg sebesar Rp1.000-

Rp1.500/kg pada pertengahan Agustus 2014. Penyesuaian tarif listrik dan LPG 12 kg ini

berpotensi mengakibatkan inflasi pada komoditas inti, seperti makanan jadi dan produk-

produk hasil industri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pada triwulan III

2014 inflasi Bengkulu diperkirakan akan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).

Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu

Perkembangan laju inflasi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK)

triwulan II 2014 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Bengkulu. Survei Konsumen (SK) menunjukkan peningkatan ekspektasi konsumen

mengenai kondisi harga-harga pada tiga bulan yang akan datang. Hal ini tercermin dari

Nilai Saldo kondisi harga-harga tiga bulan ke depan yang mencapai 176,67. Dari sisi

pelaku usaha juga terlihat adanya ekspektasi kenaikan harga jual sebagaimana terlihat

dari peningkatan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi harga jual/suku

bunga/tarif pada triwulan III 2014, terutama sektor perdagangan, hotel, dan restoran

(PHR) yang naik cukup tinggi (Grafik 6.5).

Proyeksi4,70±1%

0%

2%

3%

5%

6%

8%

9%

11%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp

2010 2011 2012 2013 2014

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 83

BANK INDONESIA

Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Bengkulu

26.67

176.67

-

50

100

150

200

-

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2010 2011 2012 2013 2,014

Ekspektasi Harga Jual (axis kiri) Inflasi 3 bulan kedepan (axis kanan)

Pe

endahuluan

n

Penelitian

Halaman in

Jalur Distri

ni sengaja d

ibusi dan P

Penyum

dikosongkan

embentukambang Inflas

n

n Harga Kosi Di Kota B

omoditas Bengkulu

4

Lampiran Data Triwulan II 2014 83

BANK INDONESIA

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN PROVINSI BENGKULU

Periode Triwulan IV 2012 s.d Triwulan II 2014

Lampiran Data Triwulan II 2014 84

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

Lampiran Data Triwulan II 2014 85

BANK INDONESIA

1. Data Ekonomi Makro

TABEL DATA PDRB

(dalam juta Rp)

IV I II III IV I II

Berdasarkan penggunaan

a. Harga berlaku 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394 7,308,990 7,439,484

3,744,190 3,874,925 3,977,873 4,192,589 4,265,989 4,366,596 4,482,609

59,009 55,644 57,444 59,348 63,420 67,848 69,760

Konsumsi Pemerintah 1,054,653 979,059 1,025,105 1,104,958 1,187,914 1,118,724 1,158,845

701,080 689,247 728,211 781,401 828,928 797,682 829,852

Perubahan stok (348,409) (145,972) (111,244) (145,409) (180,180) (76,725) (125,226)

Ekspor 2,054,278 1,982,127 2,000,560 1,991,824 2,094,557 2,093,855 2,155,909

Impor 879,523 915,727 987,467 1,034,646 1,032,234 1,058,989 1,132,264

b. Harga konstan 2,411,440 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173 2,607,557 2,622,265

1,520,690 1,536,889 1,554,802 1,595,571 1,615,750 1,635,261 1,657,191

25,314 23,421 23,859 24,155 25,544 27,035 27,517

Konsumsi Pemerintah 416,736 379,355 392,215 413,748 440,145 410,567 420,872

293,133 281,789 294,160 308,338 323,693 308,836 319,089

Perubahan stok (114,536) (39,702) (3,372) 11,143 (21,581) 21,339 10,084

Ekspor 749,137 744,207 738,718 724,661 745,810 741,820 754,094

Impor 479,035 491,980 523,250 536,592 529,188 537,302 566,582

Berdasarkan sektor ekonomi

a. Harga berlaku 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394 7,308,990 7,439,484

Pertanian 2,434,714 2,511,291 2,577,907 2,645,512 2,765,265 2,783,951 2,795,420

Pertambangan & Penggalian 263,803 261,460 263,187 263,288 275,903 279,777 281,915

Industri Pengolahan 288,647 291,584 297,944 313,893 327,325 331,969 338,733

Listrik, Gas dan Air 35,234 34,856 35,738 36,702 37,692 38,181 38,853

Bangunan 248,909 243,463 244,361 265,346 286,379 282,087 284,584

1,226,914 1,261,810 1,302,663 1,364,111 1,387,442 1,414,605 1,463,773

Pengangkutan & Komunikasi 516,943 526,566 542,382 565,952 576,643 584,695 600,227

317,005 321,828 332,745 341,921 354,496 361,739 372,162

1,053,110 1,066,446 1,093,556 1,153,341 1,217,249 1,231,985 1,263,817

b. Harga konstan 2,411,440 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173 2,607,557 2,622,265

Pertanian 877,727 890,996 904,133 917,627 944,694 945,444 937,266

Pertambangan & Penggalian 86,057 85,265 85,134 83,251 85,841 86,380 86,971

Industri Pengolahan 108,293 107,642 109,599 114,386 116,527 117,144 118,445

Listrik, Gas dan Air 11,937 12,151 12,273 12,424 12,473 12,533 12,708

Bangunan 78,925 76,733 76,153 78,286 82,754 81,258 81,872

481,829 492,736 506,119 523,360 527,364 530,371 539,501

Pengangkutan & Komunikasi 200,475 202,184 205,808 212,881 214,695 215,633 219,189

121,857 123,410 125,558 127,721 130,755 132,041 134,313

444,340 442,862 452,356 471,089 485,070 486,752 492,000

Pertumbuhan (%)

Triwulanan (q-t-q) 0.78% 0.93% 1.77% 2.58% 2.33% 0.28% 0.56%

Tahunan (y-o-y) 5.67% 5.44% 5.32% 6.19% 7.83% 7.13% 5.86%

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta

Perdagangan, Hotel & Restoran

Perdagangan, Hotel & Restoran

Konsumsi Rumah Tangga

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perhubungan

Pembentuk Modal Tetap

Domestik Bruto

Pembentuk Modal Tetap

Domestik Bruto

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perhubungan

Konsumsi Lembaga Swasta

Lampiran Data Triwulan II 2014 86

BANK INDONESIA

TABEL DATA INFLASI

2012

IV I II III IV I II

1. Inflasi

Bulanan (m-t-m) 0.58% 0.71% 1.72% 0.33% 0.35% 0.04% 0.38%

Tahunan (y-o-y) 4.61% 7.44% 7.89% 9.24% 9.94% 8.35% 5.79%

Kumulatif (y-t-d) 4.61% 2.60% 4.45% 9.54% 9.94% 0.83% 0.57%

20142013

TABEL DATA EKSPOR IMPOR

2012

IV I II III IV I II

1.

73,611 85,954 102,467 59,559 73,801 64,392 64,408

- Minyak Sawit 5,801 9,150 14,059 13,433 13,323 17,432 17,615

- Karet 19,762 26,171 29,834 17,478 11,956 10,338 12,003

- Batubara 46,066 49,069 56,863 28,649 44,758 34,456 33,106

- Kakao 262 146 - - - - -

- Lainnya 1,720 1,417 1,711 - 3,763 2,166 1,684

2.2,311 - 664 1,344 3,756 965 3,339

3. Net ekspor 71,300 85,954 101,803 58,215 70,045 63,427 61,069

4.910,516 862,039 1,058,222 511,129 927,846 721,298 688,318

- Minyak Sawit 6,900 12,500 17,500 22,811 16,500 20,000 19,380

- Karet 7,230 8,956 11,259 7,512 5,187 4,842 6,771

- Batubara 870,350 822,652 1,006,358 480,807 855,846 647,898 639,750

- Kakao 100 50 - - - - -

- Lainnya 25,935 17,880 23,105 - 50,312 48,559 22,417

Realisasi ekspor (Ribu

US$)

Realisasi impor (Ribu

US$)

20142013

Realisasi ekspor (Ton)

2. Perbankan

TABEL DATA KELEMBAGAAN, ASET DAN DPK BANK UMUM

(dalam miliar Rp) 2012

IV I II III IV I II

1. Kelembagaan

a.Jumlah Bank Umum (dlm

satuan) 19 19 19 19 19 20 20

b.Jumlah kantor & ATM

bank (dlm satuan) 350 358 366 398 372 379 377

2. Total Asset 11,400 11,775 12,540 13,025 13,232 13,256 14,686

3. 7,368 7,569 8,070 8,379 7,680 7,997 8,939

a. Giro 1,781 2,281 2,424 2,407 1,387 2,194 2,705

b. Tabungan 4,182 3,686 3,931 4,378 4,830 4,197 4,400

c. Deposito Berjangka 1,405 1,602 1,715 1,593 1,462 1,606 1,834

Total Dana yang dihimpun

20142013

Lampiran Data Triwulan II 2014 87

BANK INDONESIA

TABEL DATA PERKREDITAN BANK

(dalam juta Rp) 2012

IV I II III IV I II

1.9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277

- Lancar 8,855,288 9,134,358 9,867,520 10,324,414 10,709,057 10,684,805 11,112,544

-

Dalam Perhatian

Khusus 373,779 417,678 476,366 500,158 376,942 531,999 577,739

- Kurang Lancar 25,637 53,717 43,463 50,825 41,890 38,264 53,268

- Diragukan 23,793 49,550 36,393 38,455 33,977 52,831 75,475

- M a c e t 82,060 92,546 105,005 111,833 126,898 130,984 149,250

NPL - nominal 131,490 195,814 184,861 201,113 202,766 222,079 277,993

NPL - % 1.40% 2.01% 1.76% 1.82% 1.80% 1.94% 2.32%

127.04% 128.78% 130.46% 131.59% 146.99% 143.04% 133.89%

2. 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277

- Pertanian 514,738 588,389 662,287 740,017 808,309 863,227 889,803

- Pertambangan 130,505 120,144 91,755 85,072 77,194 66,908 61,508

- Industri 299,435 282,239 304,868 300,138 302,474 293,286 298,782

- Listrik, gas & air 20,183 23,238 25,772 25,661 24,815 24,464 24,407

- Konstruksi 135,003 123,471 184,057 204,235 178,927 172,373 212,311

- Perdagangan 2,383,597 2,445,527 2,734,974 2,810,641 2,872,434 2,951,524 3,202,796

- Pengangkutan 55,553 55,302 49,141 52,038 52,292 52,768 51,425

- Jasa dunia usaha 307,773 339,400 406,046 402,178 406,869 404,089 210,028

- Jasa sosial 135,780 140,487 160,818 167,599 175,053 187,391 207,445

- Lainnya 5,377,990 5,629,653 5,909,030 6,238,106 6,390,397 6,422,854 6,809,773

3. 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277

- Modal kerja 3,155,777 3,278,286 3,409,363 3,512,105 3,558,306 3,624,027 3,807,873

- Investasi 984,172 999,097 1,212,610 1,276,064 1,341,382 1,393,088 1,389,155

- Konsumsi 5,220,609 5,470,466 5,906,774 6,237,516 6,389,077 6,421,768 6,771,249

Kredit yang diberikan

per kolektibilitas

Kredit berdasarkan

sektor ekonomi

Kredit berdasarkan

jenis penggunaan

Loan to Deposit Ratio

(LDR)

20142013

Lampiran Data Triwulan II 2014 88

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

Daftar Istilah Triwulan II 2014 89

BANK INDONESIA

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan

tarif dasar listrik.

Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar

bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap

tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui

bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah

(persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank

pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur

setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian

kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk

setiap instruksi transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan

penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Daftar Istilah Triwulan II 2014 90

BANK INDONESIA

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran

uang masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil

maupun bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik

dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank

konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini

dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal

kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Daftar Istilah Triwulan II 2014 91

BANK INDONESIA

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan

indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil

maupun bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama

peserta maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga, termasuk :

1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement

(NPA)

2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran

pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam

Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual

sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia

dengan pelaku usaha/sumber data.

m-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri

dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows,

dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Daftar Istilah Triwulan II 2014 92

BANK INDONESIA

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan

klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

tentang kualitas aktiva produktif.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau

tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai

dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu

sebagai dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto satu tahun

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto triwulanan

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu triwulan tertentu.

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio

ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik

Daftar Istilah Triwulan II 2014 93

BANK INDONESIA

kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank

syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh

dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time)

dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai

perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang

penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang

sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan

sistem moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang

kas pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat

fluktuatif.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Daftar Istilah Triwulan II 2014 94

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan