kajian ekonomi regional provinsi bengkulu - bi.go.id · 6.1 prospek ekonomi makro 79 6.2 prakiraan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI BENGKULU
Triwulan II Tahun 2014 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis
perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam
buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,
keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini
bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi
perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada
stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan
Sarwoto : Analis Ekonomi
Neva Andina : Analis Ekonomi
Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme), Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya Kajian Ekonomi Regional
Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014
stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi
kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan
prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan.
Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014
tumbuh sebesar 5,86% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu
tercatat sebesar 5,79% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang
kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau
proses pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait.
Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang
disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi
penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan
melindungi setiap langkah kita.
Bengkulu, 15 Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI BENGKULU
H.M. Azhar Achlusyani Deputi Kepala Perwakilan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GRAFIK ix
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU xi
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 7
1.1 PDRB Sisi Penggunaan 8
1.1.1 Konsumsi 9
1.1.2 Investasi 13
1.1.3 Ekspor dan Impor 14
1.2 PDRB Sisi Sektoral 18
1.2.1 Sektor Pertanian 20
1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 21
1.2.3 Sektor Jasa-Jasa 23
1.2.4 Sektor-Sektor Lainnya 24
Boks 1 Hasil Liaison Triwulan II 2014
Boks 2 Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
Pertumbuhan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu
27
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33
2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa 35
2.2 Perkembangan Inflasi Fundamental 43
2.3 Perbandingan Inflasi antar Kota di Sumatera 44
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN 47
3.1 Bank Umum 47
3.1.1 Kelembagaan 48
3.1.2 Perkembangan Aset 48
3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat 50
3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan 51
vi
3.1.5 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM 54
3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum 56
3.3 Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 58
3.4 Sistem Pembayaran 60
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai 60
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 63
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 67
4.1 Realisasi Sisi Penerimaan 67
4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu 67
4.1.2 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu 69
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH 73
5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 73
5.2
5.3
Perkembangan Kesejahteraan
Perkembangan Kemiskinan
75
76
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79
6.1 Prospek Ekonomi Makro 79
6.2 Prakiraan Inflasi Daerah 82
LAMPIRAN 85
DAFTAR ISTILAH 89
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan
9
Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu
15
Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu
16
Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu
18
Tabel 1.5 Porsi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu
19
Tabel 1.6
Tabel 1.7
PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral
Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu
20
22
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Provinsi
Bengkulu
35
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi
Bengkulu
36
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan
Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu
37
Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &
Bahan Bakar Provinsi Bengkulu
38
Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu 39
Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu 39
Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga Provinsi Bengkulu
40
Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu
41
Tabel 2.9 Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi
Bulanan di Provinsi Bengkulu
42
Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu 48
Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu 49
Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
51
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu
53
Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu
54
viii
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis
Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu 55
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM di Provinsi Bengkulu
56
Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu 59
Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu 60
Tabel 3.10 Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu
63
Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu
64
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 68
Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Provinsi Bengkulu 70
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat
pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu
74
Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama
75
Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu 77
Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi
Bengkulu
78
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)
7
Grafik 1.2 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu
10
Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu 10
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu
11
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 12
Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu
12
Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum 13
Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu
14
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 17
Grafik 1.10 Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral 19
Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 21
Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu
22
Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu 24
Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 24
Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 25
Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu
26
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 34
Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Triwulan II 2014 (Tahun Kalender, ytd) 34
Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)
37
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa
42
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Kota Bengkulu 43
Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang
44
Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera 45
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan 45
Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu
47
x
Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu 49
Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu 50
Grafik 3.4 Porsi DPK Per Jenisnya 50
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu
52
Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu
57
Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu 58
Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu 58
Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu
60
Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu
61
Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu 61
Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu
62
Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu di Provinsi 65
Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 69
Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu 71
Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 76
Grafik 6.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
79
Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
80
Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu 81
Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 82
Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu 83
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xi
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU
a. Inflasi dan PDRB
INDIKATOR 2012 2013 2014
IV I II III IV I II
MAKRO
IHK Kota Bengkulu 142,35 146,43 148,69 155,51 156,50 113,29
113,00
Laju Inflasi (y-o-y) 4,61 7,68 7,89 9,54 9,94 8,35 5,79 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 2.411 2.434 2.477 2.541 2.600 2607 2622 - Pertanian 878 891 904 918 945 945 937 - Pertambangan & Penggalian 86 85 85 83 86 86 87 - Industri Pengolahan 108 108 110 114 117 117 118 - Listrik, Gas dan Air Bersih 12 12 12 12 12 13 13 - Bangunan 79 77 76 78 83 81 82 - Perdagangan, Hotel&Restoran 482 493 506 523 527 530 540 - Pengangkutan & Komunikasi 201 202 206 213 215 216 219 - Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 122
123 126 128 131 132 134
- Jasa-jasa 444 443 452 471 485 487 492 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 5,67 5,44 5,32 6,19 7,83 7,13 5,86 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
110 85 102 60 74 64 64
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
1.306 862 1.058 511 927 721 688
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 2,31 - 0,66 1,34 3,76 0,97 3,34 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
1,94 - 8,42 16,88 21,84 8,1 15,21
Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara;
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xii
b. Perbankan
INDIKATOR 2012 2013 2014
IV I II III IV I II
PERBANKAN
Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 11,40 11,77 12,54 13,02 13,23 13,25 14,69 DPK (Triliun Rp) 7,37 7,57 8,07 8,38 7,68 8,00 8,94 - Tabungan (Triliun Rp) 4,18 3,69 3,93 4,38 4,83 4,20 4,40 - Giro (Triliun Rp) 1,78 2,28 2,42 2,41 1,39 2,19 2,71 - Deposito (Triliun Rp) 1,41 1,60 1,71 1,59 1,46 1,61 1,83
Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 12,08 12,36 13,41 13,65 13,97 14,34 14,74
- Modal Kerja 3,67 3,96 3,92 3,95 3,95 4,21 4,34 - Konsumsi 6,58 6,40 7,22 7,41 7,67 7,74 8,03 - Investasi 1,83 1,80 2,27 2,29 2,35 2,39 2,37 - LDR (%) 163,85 169,71 162,62 162,89 181,90 179,25 164,99 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 9,36 9,74 10,53 11,03 11,29 11,44 11,97 - Modal Kerja 3,16 3,28 3,41 3,51 3,56 3,62 3,81 - Konsumsi 5,22 5,47 5,91 6,24 6,39 6,42 6,77 - Investasi 0,98 1,00 1,21 1,28 1,34 1,39 1,39 - LDR (%) 127,04 128,78 130,46 131,59 146,99 143,04 133,89 Kredit MKM Bank Umum Menurut
Lokasi Proyek 1)
Kredit MKM (Triliun Rp) 3,56 2,84 3,83 3,97 4,03 4,19 4,43 Kredit Mikro (Triliun Rp) 0,78 0,72 1,00 1,06 1,14 1,22 1,31 - Kredit Modal Kerja 0,65 0,55 0,83 0,79 0,82 0,86 0,91 - Kredit Investasi 0,13 0,14 0,17 0,28 0,32 0,36 0,40 Kredit Kecil (Triliun Rp) 1,35 1,41 1,42 1,45 1,46 1,49 1,57 - Kredit Modal Kerja 1,13 1,10 1,17 1,16 1,15 1,15 1,21 - Kredit Investasi 0,22 0,21 0,24 0,29 0,31 0,34 0,36 Kredit Menengah (Triliun Rp) 1,43 1,45 1,43 1,45 1,43 1,48 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,97 0,72 1,09 1,08 1,08 1,14 1,21 - Kredit Investasi 0,46 0,59 0,32 0,37 0,35 0,34 0,34 BPR/BPRS Total Aset (Miliar Rp) 162 161 158 160 157 155 163 DPK (Miliar Rp) 99 104 102 105 94 106 109 - Tabungan (Miliar Rp) 31 32 31 32 23 34 36 - Deposito (Miliar Rp) 68 71 71 73 71 72 73
Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek1) 32,2 32,3 33,7 32,7 30,62 30,66 30,69
- Modal Kerja 17,8 18,2 18,5 17,8 15,86 15,86 15,86 - Konsumsi 8,9 8,8 10,4 10,6 10,9 10,9 10,93 - Investasi 5,5 5,4 4,8 4,3 3,8 3,9 3,9 LDR 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59 119,16 118,07
1) Data sampai dengan Juni 2014 Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum & BPR, SEKD Provinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
xiii
c. Bank Umum Syariah
INDIKATOR 2012 2013 2014
IV I II III IV I II
Total Aset (Miliar Rp) 641 671 711 762 847 861 868 DPK (Miliar Rp) 384 349 374 400 446 421 430 - Tabungan (Miliar Rp) 216 219 230 262 301 278 280 - Giro (Miliar Rp) 34 25 24 31 32 26 27 - Deposito (Miliar Rp) 134 106 121 107 112 116 124 Pembiayaan (Miliar Rp) Lokasi Kantor
546 590 665 714 773 796 830
- FDR (%) 142,05 168,72 177,63 178,63 173,44 189,24 192,83
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Bengkulu
d. Sistem Pembayaran
Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar
INDIKATOR 2012 2013 2014
IV I II III IV I II
SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,26 0,65 0,11 0,54 0,19 0,63 0,15 Outflow 0,89 0,40 0,75 1,09 1,02 0,55 1,01 Pemusnahan Uang 0,06 0,01 0,12 0,13 0,16 0,27 0,14 Nominal Transaksi RTGS 36 24 50 40 40 35 56,75 Volume Transaksi RTGS 22.650 16.946 19.775 19.244 21.601 18.479 22.545 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS
0,58 0.55 0,80 0,62 0,64 0,58 0,93
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS
371 477 314 296 343 308 370
Nominal Kliring Kredit 165 97 99 103 146 230 128 Volume Kliring Kredit 15.305 4.907 4.759 4.441 5.830 8.247 5.239 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit
2,70 1,61 1,6 1,67 2,39 3,84 2,10
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit
251 82 76 73 96 137 87
Nominal Kliring Debet 564 692 707 845 865 703 709 Volume Kliring Debet 18.430 25.154 26.335 29.505 31.846 24.701 25.845 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet
9,24 11,53 11,22 13,85 14,18 11,73 11,62
Rata-rata Harian Volume Kliring Debet
302 419 418 484 522 412 424
Nominal Kliring Pengembalian 20 30 26 30 27 37 25 Volume Kliring Pengembalian 674 813 851 933 769 770 688 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian
0,32 0,50 0,41 0,50 0,44 0,61 0,41
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian
11 14 14 15 13 13 11
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong
16 27 23 26 24 29 17
Volume Tolakan Cek/BG Kosong
556 722 757 844 674 612 600
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong
0,27 0,45 0,36 0,43 0,40 0,48 0,28
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong
9 12 12 14 11 10 10
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu
Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 1
BANK INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perlambatan
ekonomi Provinsi
Bengkulu pada
triwulan II 2014
masih berlanjut
Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014
masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II
2014 tercatat sebesar 5,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai 7,13% (yoy).
Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq),
juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama
tahun 2013 sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan
laporan terutama didorong oleh terbatasnya investasi yang tercermin dari
melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi dan
tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru
mencapai 28,19% pada semester I 2014. Namun, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan II 2014 masih tergolong tinggi, ditopang oleh masih
kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Selain itu,
terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi
yang lebih dalam pada triwulan laporan.
Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama
disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi
Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan
tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut
mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari
kontribusinya, sektor jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan
ekonomi terbesar pada triwulan II 2014, diikuti sektor PHR, dan sektor
pertanian.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi
Provinsi Bengkulu
mereda dengan
Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda.
Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 2
BANK INDONESIA
realisasi 5,79%
(yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy).
Sepanjang triwulan laporan, tingkat inflasi bulanan relatif rendah, dengan
deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei 2014. Adapun realisasi inflasi
tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat sebesar
0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada
periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd).
Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya
jumlah pasokan bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim
panen pada triwulan laporan ditengah relatif stabilnya permintaan
masyarakat. Komoditas bahan makanan subkelompok bumbu-bumbuan
seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi pada bulan April
dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami
inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada triwulan laporan masih
cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak penerapan surcharge pada tarif
angkutan udara dan peningkatan permintaan. Peningkatan inflasi hanya
terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan,
rekreasi dan olahraga.
Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih
menjadi penentu arah inflasi triwulan II 2014. Meskipun demikian, laju
inflasi volatile food tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,59%
(yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas
administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Fungsi intermediasi
perbankan dan
sistem pembayaran
Provinsi Bengkulu
dalam kondisi yang
cukup kondusif
Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan
II 2014 berjalan relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing
to Deposit Ratio (L/FDR) yang sebesar 133,89% disertai dengan tingkat
Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang cukup terjaga sebesar
2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar
13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga
Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 3
BANK INDONESIA
(DPK) tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum
meningkat sebesar 17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu,
kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan, tercermin dari peningkatan
jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi penyaluran
kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I 2014.
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada
triwulan II 2014 secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem
pembayaran non tunai melalui kliring mengalami koreksi sebesar 11,37%
(qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan transaksi RTGS secara total
mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04 triliun pada
triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net
outflow sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami net intflow.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kinerja keuangan
pemerintah mulai
terakselerasi
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014
menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan
sebelumnya dan periode yang sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut
terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang meningkat,
masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi
anggaran pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) berupa pendapatan pajak daerah yang mencapai
46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai
22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran pendapatan
pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara
realisasi belanja sebesar 28,19%.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT)
turun, jumlah
penduduk miskin
berkurang
Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan
perbaikan, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang
sebesar 1,62%. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja terutama terjadi di
sektor jasa kemasyarakatan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR).
Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi
Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 4
BANK INDONESIA
Bengkulu secara umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal
ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada
Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni 2014. NTP dibawah 100 juga
menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai
Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional
pertanian juga tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha
pertanian masih menguntungkan (NTUP>100). NTUP turun dari 102,75
pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan II 2014.
Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun
dibanding posisi September 2013. Jumlah penduduk miskin di Provinsi
Bengkulu berjumlah 320.950 jiwa atau 17,48% dari total penduduk,
turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada September 2013
yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di
daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Perekonomian
Provinsi Bengkulu
triwulan III 2014
diperkirakan
meningkat,
tekanan inflasi
mereda
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III
2014 diperkirakan meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan
ekonomi didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga. Selain itu,
investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih tinggi
seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II 2014. Realisasi
proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong
pertumbuhan investasi lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, kinerja
ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan perbaikan harga
komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi
sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan
sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas
perkebunan diperkirakan akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan
sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian Provinsi Bengkulu
pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5% (yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif
stabilnya inflasi volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut
pada triwulan III 2014. Namun, terdapat potensi peningkatan inflasi yang
Ringkasan Eksekutif Triwulan II 2014 5
BANK INDONESIA
bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) pada
bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg pada
pertengahan Agustus 2014. Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014
diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 7
BANK INDONESIA
Perlambatan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 masih berlanjut.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 5,86%
(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 yang mencapai
7,13% (yoy)1. Secara triwulanan, perekonomian Bengkulu tumbuh sebesar 0,56% (qtq),
juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2013
sebesar 1,77% (qtq). Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan terutama didorong oleh
terbatasnya investasi yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan Pembentuk Modal
Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Selain itu, belanja pemerintah juga mengalami kontraksi
dan tercermin dari realisasi belanja APBD Provinsi Bengkulu yang baru mencapai 28,19%
pada semester I 2014. Namun, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih
tergolong tinggi, ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya
ekspor. Selain itu, terbatasnya impor turut menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi
yang lebih dalam pada triwulan laporan.
Dari sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh
menurunnya kinerja sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu. Dari sektor pertanian, baik
tabama maupun perkebunan tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor jasa-jasa turut
mengalami kontraksi, meskipun masih tumbuh tinggi. Dilihat dari kontribusinya, sektor
jasa-jasa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II 2014,
diikuti sektor PHR, dan sektor pertanian.
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
1 Revisi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 berdasarkan rilis BPS 5 Agustus 2014
5.86%
0.56%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Mili
ar
Rp
PDRB (skala kiri) LPE (yoy; skala kanan)LPE (qtq; skala kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 8
BANK INDONESIA
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 melambat.
Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu sebesar 5,86% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,13% (yoy). Realisasi
pertumbuhan ini berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12%
(yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh perlambatan
pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang tercermin dari
Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh melambat dari 9,60% (yoy)
menjadi 8,47% (yoy). Sementara itu, masih rendahnya serapan belanja modal APBD
Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menjadi faktor melambatnya konsumsi
pemerintah. Namun, konsumsi rumah tangga yang masih kuat dan perbaikan ekspor
mampu menahan perlambatan pertumbuhanan ekonomi lebih dalam. Konsumsi rumah
tangga masih tumbuh cukup tinggi sebesar 6,59% (yoy), sedangkan ekspor mulai
menunjukkan perbaikan setelah mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I 2014.
Hal ini selaras dengan kinerja sektor pertambangan yang meningkat pada triwulan
laporan. Secara umum, sektor-sektor utama tumbuh melambat, terutama sektor pertanian
yang melambat cukup dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,66% (yoy)
pada triwulan II 2014.
Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan 3 (tiga) tahun terakhir. Pertumbuhan
ekonomi triwulan II 2014 tercatat sebesar 0,56% (qtq), sedikit rendah dibandingkan rata-
rata pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang
mencapai 1,31% (qtq). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan antara lain
dipengaruhi oleh inflasi yang cenderung turun, pemilu legislatif dan presiden, persiapan
tahun ajaran baru dan hari raya, serta pengaruh penurunan produksi pertanian.
1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama
disebabkan oleh perlambatan investasi dan konsumsi pemerintah. Investasi yang
tercermin dari Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh sebesar 8,47%
(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai 9,60%
(yoy). Penyelenggaraan pemilu 2014 diperkirakan menjadi salah satu faktor tertahannya
realisasi investasi pada triwulan II 2014. Sementara itu, konsumsi pemerintah turut
melambat dari 8,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,31% (yoy) pada triwulan
laporan. Perlambatan ini juga tercermin dari realisasi belanja modal APBD Provinsi
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 9
BANK INDONESIA
Bengkulu semester I 2014 yang baru terealisasi sebesar 23,8% dari total belanja modal
APBD Provinsi Bengkulu yang mencapai Rp292 miliar.
Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat di tengah perlambatan
sektor-sektor utama perekonomian. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar
6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
6,40% (yoy). Sementara itu, kinerja ekspor membaik, tercermin dari peningkatan nilai
ekspor Provinsi Bengkulu ke mancanegara yang meningkat. Perbaikan terutama terjadi
pada ekspor CPO dan karet seiring peningkatan permintaan dari negara-negara mitra
dagang. Di sisi lain, pertumbuhan impor masih melambat dari 9,21% (yoy) pada triwulan I
2014 menjadi 8,28% (yoy). Secara keseluruhan, ekspor netto membaik walaupun masih
tumbuh negatif sebesar -12,97% (yoy) (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan
miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Jenis Penggunaan II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
Nilai Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan
Konsumsi Rumah
Tangga 1.555 6,20% 1.596 5,99% 1.616 6,25% 1.635 6.40% 1.657 6,59%
Konsumsi Lembaga
Nirlaba 24 (1,12%) 24 (3,67%) 26 0,91% 27 15.43% 28 15,33%
Konsumsi Pemerintah 392 1,76% 414 3,97% 440 5,62% 411 8.23% 421 7,31%
Pembentuk Modal
Tetap Domestik Bruto 294 7,31% 308 9,77% 324 10,43% 309 9.60% 319 8,47%
Perubahan stok (3) (95,89%) 11 (114,80%) (22) (82,26%) 21 (153.75%) 10 (399.06%)
Ekspor 739 1,14% 725 (0,98%) 746 (0,44%) 742 (0,32%) 754 2,08%
Impor 523 17,84% 537 13,42% 529 10,47% 537 9,21% 567 8,28%
PDRB 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83% 2.608 7,13% 2622 5,86%
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 masih tumbuh kuat.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 6,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,40% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan
konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengindikasikan masih terjaganya daya
beli masyarakat. Hal ini didukung pula dengan tingkat inflasi bulanan Bengkulu yang
cenderung rendah dan stabil. Selain itu, pelaksanaan Pemilu tahun 2014 dan tahun ajaran
baru yang berlangsung dalam periode yang sama turut mendorong peningkatan konsumsi
rumah tangga, terutama konsumsi makanan/minuman dan sandang. Secara triwulanan
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,34% (qtq), lebih tinggi dibanding
pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 1,17% (qtq).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 10
BANK INDONESIA
Grafik 1.2 Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu
miliar rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah
Grafik 1.3 Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 juga tercermin
dari Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme
masyarakat terhadap perekonomian. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat
dari 109,33 pada triwulan I 2014 menjadi 116,78 pada triwulan II 2014. Namun, SK juga
menyatakan masyarakat masih persimis ketersediaan lapangan kerja saat ini dan
ketepatan waktu membeli barang (NS<100). Untuk 6 (enam) bulan ke depan, masyarakat
optimis terhadap perbaikan kondisi ekonomi, perkiraan penghasilan, dan ketersediaan
lapangan kerja.
6.40%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
-100
100
300
500
700
900
1,100
1,300
1,500
1,700
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi RT
g(yoy)
5.79%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
123456789101112123456789101112123456789101112123456
2011 2012 2013 2014
Inflasi yoy (%)
116.78
94.44
139.11
45
60
75
90
105
120
135
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 11
BANK INDONESIA
Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga terlihat dari peningkatan
konsumsi rata-rata listrik PLN. Pada triwulan II 2014, konsumsi listrik rata-rata segmen
rumah tangga mencapai 49 juta Kwh/bulan, naik 27% dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2013. Konsumsi listrik ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi listrik
rata-rata pada triwulan sebelumnya yang sebesar 47 juta Kwh/bulan. Sementara itu,
jumlah pelanggan listrik rumah tangga PLN meningkat sebesar 12,39% (yoy) menjadi 379
ribu rumah tangga (posisi Mei 2014). Pertumbuhan pelanggan listrik PLN rumah tangga ini
sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pelanggan triwulan I 2014 yang
mencapai 13,38% yoy (posisi Maret 2014) (Grafik 1.4).
Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tercermin melalui
peningkatan pembelian kendaraan baru (Grafik 1.4). Berdasarkan data jumlah
kendaraan baru triwulan II 2014 (sampai data Mei 2014), terlihat peningkatan jumlah
pendaftaran rata-rata kendaraan baru, baik roda dua maupun roda tiga/lebih. Pada
triwulan II 2014, jumlah pendaftaran kendaraan baru roda dua/tiga/lebih tercatat
sebanyak 5.483 unit/bulan, meningkat dibandingkan pendaftaran rata-rata kendaraan
baru pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5.012 unit/bulan.
Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu
Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu dan PLN Bengkulu, diolah
Konsumsi rumah tangga melalui kredit konsumsi dari perbankan masih
menunjukkan perlambatan. Kredit konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar
14,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang mencapai
17,39% (yoy). Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Juni 2014
sebesar Rp6,8 triliun (Grafik 1.5). Perlambatan ini sejalan dengan proses penyesuaian
27%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Juta
Kw
h
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
g (yoy)
4779
574
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2012 2013 2014
Jumlah Kendaraan Baru
Roda 2 (kiri)
Roda 3 & lebih (kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 12
BANK INDONESIA
dalam perekonomian nasional dan global yang juga mengalami perlambatan. Suku bunga
acuan (BI Rate) Juni 2014 berada pada level 7,5%, telah bertahan sejak Nopember 2013.
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum
Grafik 1.6 Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu
miliar rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah
Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami perlambatan. Konsumsi
pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat tumbuh sebesar 7,31% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan I 2014 yang mencapai 8,23% (yoy) (Grafik 1.6). Kondisi ini juga
tercermin dari serapan belanja APBD Provinsi Bengkulu Semester I 2014 yang baru
terealisasi sebesar 28,19%. Belanja hibah dan belanja pegawai merupakan komponen
dengan realisasi terbesar masing-masing sebesar 50,27% dan 41,54%. Sementara itu,
belanja modal yang mencakup belanja tanah, peralatan/mesin, bangunan/gedung,
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya baru terealisasi sebesar 23,82%.
14.64%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
Juta
Rp
g(yoy)
7.31%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kons. Pemerintah
g(yoy)
15.33%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
17
19
20
22
23
25
26
28
29
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kons. Lemb. Nirlaba
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 13
BANK INDONESIA
Masih belum optimalnya serapan APBD juga tercermin dari giro milik
pemerintah di perbankan. Giro milik pemerintah di bank umum pada bulan Juni 2014
tercatat sebesar Rp2,2 triliun atau meningkat 14,44% dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2013 (Grafik 1.7). Kondisi ini mengindikasikan pembayaran proyek-proyek
pemerintah belum dilakukan pada Semester I 2014. Sesuai dengan pola serapan anggaran
pada tahun-tahun sebelumnya, realisasi APBD akan optimal pada akhir triwulan III dan IV
2014.
Grafik 1.7 Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum
dalam juta rupiah kecuali dinyatakan lain
Sumber : Laporam Bank Umum, diolah
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba relatif stabil.
Lembaga nirlaba mengalami pertumbuhan sebesar 15,33% (yoy), sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,43% (yoy). Berlangsungnya pemilu
presiden setelah pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 merupakan faktor utama
peningkatan konsumsi nirlaba. Hal ini terkait pengeluaran partai politik, yayasan, dan LSM
sebagai lembaga non profit untuk melakukan kampanye pada masa pemilu.
1.1.2 Investasi
Pertumbuhan investasi di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014
melambat. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
(PMTDB) tumbuh sebesar 8,47% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I
2014 yang mencapai 9,67% (yoy). Walaupun masih tumbuh cukup tinggi, pelaku usaha
cenderung membatasi investasi menjelang pemilu 2014. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil
liaison yang menyatakan pelaku usaha cenderung menahan kegiatan investasi. Investasi
14.44%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
100,000
350,000
600,000
850,000
1,100,000
1,350,000
1,600,000
1,850,000
2,100,000
2,350,000
I II I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Giro Milik Pemerintah
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 14
BANK INDONESIA
yang dilakukan pada triwulan II 2014 terbatas pada perbaikan/pemeliharaan aset yang
telah ada.
Terbatasnya investasi selaras dengan penyaluran kredit investasi yang
mengalami perlambatan. Secara tahunan, kredit investasi yang disalurkan perbankan di
Provinsi Bengkulu tumbuh 14,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 39,43% (yoy). Sampai dengan Juni
2014, kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan sebesar Rp1,4 triliun atau turun
0,28% (qtq). Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit investasi beberapa periode
sebelumnya, perlambatan kredit investasi pada triwulan laporan cukup dalam. Hal ini
mengkonfirmasi adanya dampak pemilu terhadap realiasi investasi di Provinsi Bengkulu.
Investasi di bidang bangunan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari
konsumsi semen pada triwulan laporan yang meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II 2014, konsumsi semen mencapai 138 ribu ton, lebih tinggi
dibandingkan konsumsi semen triwulan I 2014 yang sebesar 125 ribu ton. (Grafik 1.8).
Masih berlanjutnya penyelesaian beberapa proyek bangunan diperkirakan menjadi faktor
pendorong peningkatan konsumsi semen pada triwulan II 2014. Beberapa proyek yang
masih berlangsung antara lain: pembangunan perhotelan, perumahan dan ruko.
Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu
`
Sumber : Laporan Bank Umum dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah
1.1.3 Ekspor dan Impor
Di tengah tekanan harga komoditas, kegiatan ekspor/impor yang
mencakup kegiatan perdagangan antar provinsi maupun antar negara membaik
pada triwulan II 2014 (Tabel 1.2). Ekspor Provinsi Bengkulu meningkat dari -0,32%
(yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 2,08% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan
14.56%
-10%
5%
20%
35%
50%
65%
80%
350,000
500,000
650,000
800,000
950,000
1,100,000
1,250,000
1,400,000
1,550,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kredit Investasi (juta rupiah)
g(yoy)
35.05%
-45%
-30%
-15%
0%
15%
30%
45%
60%
25,000
32,500
40,000
47,500
55,000
62,500
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kons. Semen (ton)g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 15
BANK INDONESIA
ekspor didorong oleh perbaikan ekspor antar negara, terutama peningkatan ekspor karet
yang sebelumnya terus mengalami penurunan. Sementara itu, eskpor antar daerah masih
relatif stabil ditengah menurunnya kinerja sektor pertanian, baik perkebunan maupun
tabama.
Impor antar daerah dan luar negeri Provinsi Bengkulu melambat.
Pertumbuhan impor pada triwulan II 2014 sebesar 8,28% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,21% (yoy). Impor
Provinsi Bengkulu masih didominasi oleh impor antar daerah sebesar 99%, sedangkan
impor luar negeri hanya 1%. Perlambatan impor antar daerah mencerminkan terdapat
perbaikan kemampuan Provinsi Bengkulu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi. Namun
demikian, ketergantungan terhadap pasokan provinsi lain masih cukup besar yang
tercermin dari porsi impor antar daerah yang masih besar dalam struktur PDRB. Secara
total, ekspor netto Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mencatatkan penurunan
sebesar 12,97% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun hingga
18,91% (yoy).
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu
miliar rupiah, %
Nominal 2012 2013 2014
II III IV I II III IV I II
Ekspor 730 732 749 744 739 725 746 742 754
Impor 444 473 479 492 523 537 529 537 567
% yoy 2012 2013 2014
II III IV I II III IV I II
Ekspor 4,61% 3,00% 2,09% 6,94% 1,14% -0,98% -0,44% -0,32% 2,08%
Impor 21,58% 19,68% 16,19% 17,19% 17,84% 13,42% 10,47% 9,21% 8,28%
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara
Sementara itu, berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor
komoditas Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 meningkat (Tabel 1.3). Nilai
ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai USD 64,41 juta, sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar USD 64,39 juta. Namun, jika dilihat dari
volume ekspor, terdapat penurunan sebesar 4,57% (qtq) dari 721 ribu ton pada triwulan I
2014 menjadi 688 ribu ton pada triwulan II 2014. Dilihat dari porsinya, batubara masih
menjadi ekspor paling besar, baik secara nilai (51,40%) maupun volume (92,94%).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 16
BANK INDONESIA
Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton
Komoditas Ket. 2012 2013 2014 Porsi
(II-2014) IV I II III IV I II
CPO Nilai 12.386 9.150 14.059 13.433 13.323 17.432 17.615 27,35%
Volume 15.400 12.500 17.500 22.811 16.500 20.000 19.380 2,82%
Kakao Nilai 262 146 - - - - - -
Volume 100 50 - - - - - -
Batubara Nilai 66.910 49.069 56.863 28.649 44.758 34.456 33.106 51,40%
Volume 1.254.493 822.652 1.006.358 480.807 855.846 647.898 639.750 92,94%
Karet Nilai 29.571 26.171 29.834 17.478 11.956 10.338 12.003 18,64%
Volume 10.702 8.956 11.259 7.512 5.187 4.842 6.771 0,98%
Lainnya Nilai 1.720 1.417 1.711 - 3.763 2.166 1.684 2,61%
Volume 25.935 17.880 23.105 - 50.312 48.559 22.394 3,26%
Total Nilai 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 64.392 64.408 100%
Volume 1.306.630 862.039 1.058.222 511.129 927.846 721.298 688.318 100% Sumber : Dirjen Bea dan Cukai berdasarkan Harmonised System
Peningkatan kinerja ekspor Provinsi Bengkulu terutama didorong oleh
perbaikan kinerja eskpor karet. Ekspor karet meningkat dari 4,8 ribu ton pada triwulan
I 2014 menjadi 6,8 ribu ton pada triwulan II 2014. Peningkatan ini disebabkan adanya
peningkatan permintaan dari Amerika Serikat sebagai pembeli karet utama. Selain itu,
produksi karet diperkirakan sudah membaik seiring dengan berakhirnya musim trek. Di sisi
lain, ekspor batubara cenderung turun. Volume ekspor batubara turun dari 648 ribu ton
menjadi 640 ribu ton pada triwulan II 2014. Penurunan ini merupakan dampak
berkurangnya produksi batubara seiring dengan penutupan beberapa tambang batubara.
Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bengkulu,
jumlah perusahaan pertambangan batubara sampai Juni 2014 tidak lebih dari 10 (sepuluh)
perusahaan. Harga batubara yang belum meningkat diperkirakan menjadi salah satu
faktor tutupnya beberapa operasional penambangan. Sementara itu, ekspor CPO relatif
stabil. Pada triwulan II 2014 ekspor batubara mencapai 19,4 ribu ton, sedikit lebih rendah
dibandingkan ekspor triwulan I 2014 yang sebesar 20 ribu ton. Stagnannya ekspor CPO
Provinsi Bengkulu disebabkan belum adanya mitra dagang baru sepanjang 2014.
Sepanjang Januari-Juni 2014, hanya Belgia yang menjadi mitra dagang Provinsi Bengkulu
terkait ekspor CPO.
Depresiasi nilai tukar rupiah mendorong peningkatan nilai ekspor. Nilai
ekspor karet tumbuh tertinggi sebesar 16,10% (qtq). Hal ini selaras peningkatan volume
ekspor karet yang tumbuh tinggi. Sementara itu, ditengah volume ekspor dan harga CPO
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 17
BANK INDONESIA
yang turun, nilai ekspor CPO menunjukkan peningkatan sebagai dampak melemahnya
nilai tukar. Di sisi lain, nilai ekspor batubara cenderung turun. Dampak positif depresiasi
nilai tukar rupiah tidak dapat mengimbangi penurunan produksi batubara dan pelemahan
harga komoditas tersebut di pasar internasional. Harga batubara pada Juni 2014 telah
turun 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (Grafik 1.9).
Grafik 1.9 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/100 kg untuk karet.
US$/metric ton untuk CPO & batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah
Belgia, India dan Phillipina masih menjadi negara-negara mitra dagang
utama Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan (Tabel 1.4). Jumlah transaksi ketiga
negara tersebut sebesar USD 39,6 juta atau sekitar 61,4% dari total nilai ekspor pada
triwulan II 2014. Namun, jika dilihat pertumbuhannya, ekspor ke Jepang meningkat paling
tinggi dengan komoditas utama karet olahan (crumb rubber), sedangkan ekspor ke Belgia,
India, dan Philipina sebagai mitra dagang utama hanya tumbuh 0,09% (qtq). Bahkan
ekspor ke Philipina dengan komoditas utama batubara telah turun sebesar 31,14% (qtq)
230
760
61
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
(100)
100
300
500
700
900
1,100
1,300
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2010 2011 2012 2013 2014
Karet (Skala Kiri) CPO (Skala Kiri) Batubara (Skala Kanan)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 18
BANK INDONESIA
Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu
nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton
Negara Pembeli Ket. 2012 2013 2014
IV I II III IV I II
Amerika Serikat Nilai 15.551 13.292 5.945 4.441 5.208 5.084 3.840
Volume 5.662 4.527 2.230 1.955 2.265 2.445 2.099
Philipina Nilai 1.634 1.227 160 5.507 5.785 8.294 5.712
Volume 24.257 17.417 2.460 81.335 86.211 133.665 98.264
Singapura Nilai 11.118 4.690 16.621 5.312 710 - 1.625
Volume 58.489 1.676 6.308 2.230 302 - 706
Malaysia Nilai 5.583 7.888 6.136 4.640 4.897 2.380 5.112
Volume 80.379 118.195 72.227 73.088 82.321 37.061 80.675
Hongkong Nilai - - - - - -
Volume - - - - -
Belgia Nilai 13.152 10.538 14.644 14.095 13.920 18.022 19.609
Volume 15.662 12.944 17.702 16.943 16.742 20.262 20.368
India Nilai 12.276 11.541 28.089 13.146 17.276 13.203 14.232
Volume 289.010 223.894 532.551 241.844 375.047 270.288 303.925
Jepang Nilai 5.881 5.450 6.830 3.582 4.487 2.941 4.193
Volume 40.413 58.777 58.713 18.544 31.564 21.539 37.990
Tiongkok Nilai 26.098 8.287 5.924 - 7.618 4.236 1.811
Volume 519.150 155.221 99.978 - 149.267 100.548 41.856
Lainnya Nilai 19.555 23.042 18.118 8.835 13.900 10.232 8.274
Volume 273.609 269.389 166.047 75.191 184.127 135.490 102.436
Total Nilai 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 64.392 64.408
Volume 1.065.64 1.306.63 862.039 511.130 927.846 721.298 688.318
Sumber : Dirjen Bea dan Cukai; diolah
1.2 PDRB Sisi Sektoral
Berdasarkan sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014
terutama disebabkan oleh perlambatan sektor-sektor utama Provinsi Bengkulu
(Tabel 1.5). Sektor pertanian melambat paling dalam dari 6,11% (yoy) pada triwulan I
2014 menjadi 3,66% (yoy) pada triwulan II 2014. Sementara itu, sektor perdagangan,
hotel dan restoran (PHR) tumbuh melambat dari 7,64% (yoy) menjadi 6,60% (yoy),
sedangkan sektor jasa-jasa tumbuh 8,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy).
Namun demikian, sektor pertanian, PHR dan jasa-jasa masih menjadi penyumbang
terbesar pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014. Sektor jasa-jasa berkontribusi tertinggi
sebesar 27,30%, disusul sektor PHR sebesar 23,04%. Sementara itu, walaupun porsi
sektor pertanian dalam PDRB Provinsi Bengkulu paling dominan mencapai 37,58%,
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 19
BANK INDONESIA
kontribusi terhadap perekonomian hanya menempati urutan ketiga sebesar 22,87%
sebagai dampak perlambatan subsektor perkebunan dan tabama yang cukup dalam.
Tabel 1.5. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000
miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Lapangan Usaha
I I -2013 I I I -2013 IV -2013 I -2014 I I -2014
Nilai Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan Nilai
Pertumb.
Tahunan
Pertanian 904 3,06% 918 3,71% 945 7,63% 945 6,11% 937 3,66%
Pertambangan dan
Penggalian 85 -0,52% 83 -0,67% 86 -0,25% 86 1.31% 87 2,16%
Industri Pengolahan 110 7,56% 114 7,04% 117 7,60% 117 8.83% 118 8,07%
Listrik, Air dan Gas 12 4,84% 12 5,13% 12 4,49% 13 3.14% 13 3,55%
Bangunan 76 3,04% 78 4,64% 83 4,85% 81 5.90% 82 7,51%
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 506 7,35% 523 8,83% 527 9,45% 530 7.64% 540 6,60%
Angkutan dan
Komunikasi 206 5,45% 213 7,52% 215 7,09% 216 6.65% 219 6,50%
Keuangan dan Persewaan 126 8,23% 128 7,77% 131 7,30% 132 6.99% 134 6,97%
Jasa-jasa 452 7,94% 471 8,73% 485 9,17% 487 9.91% 492 8,76%
PDRB 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83% 2.608 7,13% 2.622 5,86%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
Grafik 1.10 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2014 Sektoral
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu relatif sama dibandingkan
periode-periode sebelumnya. Namun, porsi sektor pertanian di dalam perekonomian
Bengkulu pada triwulan laporan sedikit berkurang. Perlambatan subsektor perkebunan
sebagai dampak melemahnya harga komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi salah
satu faktor pendorong pergeseran porsi sektor pertanian. Sementara itu, pelaksanaan
pemilu 2014 mendorong peningkatan kontribusi sektor PHR dalam perekonomian. Di sisi
22.87%
1.19%
6.14%
0.34%
3.92%
23.04%
9.22%5.97%
27.30%
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.
Jasa-JasaKeterangan : porsi sumbangan
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 20
BANK INDONESIA
lain, porsi sektor jasa-jasa relatif stabil dari 16,86% pada triwulan I menjadi 16,99% pada
triwulan II 2014 (Tabel 1.5).
Tabel 1.6 Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu dalam %
Lapangan Usaha 2013 2014
I II III IV I II
1. Pertanian 38.52% 38.53% 38.06% 38.26% 38.09% 37.58%
2. Pertambangan dan Penggalian 4.01% 3.93% 3.79% 3.82% 3.83% 3.79%
3. Industri Pengolahan 4.47% 4.45% 4.52% 4.53% 4.54% 4.55%
4. Listrik. Gas dan Air 0.53% 0.53% 0.53% 0.52% 0.52% 0.52%
5. Bangunan 3.73% 3.65% 3.82% 3.96% 3.86% 3.83%
6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 19.35% 19.47% 19.63% 19.19% 19.35% 19.68%
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8.08% 8.11% 8.14% 7.98% 8.00% 8.07%
8. Keuangan dan Persewaan 4.94% 4.97% 4.92% 4.90% 4.95% 5.00%
9. Jasa jasa 16.36% 16.34% 16.59% 16.84% 16.86% 16.99%
PDRB 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara
1.2.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian tumbuh melambat, didorong oleh perlambatan subsektor
perkebunan dan tabama. Pada triwulan II 2014 sektor pertanian tumbuh sebesar
3,66% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 6,11% (yoy). Subsektor perkebunan hanya tumbuh sebesar 5,00% (yoy),
sedangkan triwulan I 2014 mampu tumbuh mencapai 9,00% (yoy). Pelemahan harga
komoditas CPO dan karet diperkirakan menjadi penyebab utama perlambatan subsektor
perkebunan. Harga CPO di pasar internasional turun 0,1% (yoy), sedangkan harga karet
telah turun sebesar 21,58% (yoy). Selain itu, permintaan dari mitra dagang diperkirakan
masih terbatas sebagai penyesuaian terhadap kondisi ekonomi global. Di sisi lain,
subsektor tabama turun dari 5,75% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 3,23% (yoy) pada
triwulan laporan. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I BPS, diperkirakan terdapat
penurunan luas panen sebesar 6,64% dan penurunan produktivitas padi sebesar 1,94%.
Beberapa daerah yang diperkirakan mengalami penurunan produksi padi antara lain
Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Mukomuko, dan Kota Bengkulu.
Melambatnya sektor pertanian selaras dengan pandangan pelaku usaha
terhadap sektor ini. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014
menunjukkan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume produksi/penjualan
kegiatan usaha sektor pertanian lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha. Hal
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 21
BANK INDONESIA
ini mencerminkan kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 tidak sesuai dengan
ekpektasi pelaku usaha sektor pertanian.
Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan penyaluran
kredit pertanian oleh perbankan Provinsi Bengkulu yang terbatas (Grafik 1.11).
Kredit yang disalurkan oleh perbankan di sektor pertanian tumbuh sebesar 3,08% (qtq),
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,79%
(qtq). Melambatnya pertumbuhan kredit sesuai dengan kebijakan suku bunga ketat yang
ditetapkan bank sentral. Secara nominal, kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada
sektor pertanian di Provinsi Bengkulu sampai Juni 2014 sebesar Rp890 miliar. Sebanyak
99% dari total kredit di sektor pertanian disalurkan pada pertanian Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Dilihat dari komoditasnya, sebagian besar kredit pertanian diserap
oleh perkebunan, sementara kredit kepada pertanian padi relatif kecil hanya sebesar
Rp2,2 miliar.
Grafik 1.11 Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum Bank Indonesia dan Bea Cukai, diolah
1.2.2 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh melambat dari
7,64% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 6,60% (yoy) pada triwulan II 2014.
Pertumbuhan ini merupakan yang terendah pada periode yang sama dalam 3 (tiga) tahun
terakhir. Perlambatan kinerja PHR disebabkan oleh lemahnya kinerja perdagangan besar
dan eceran yang turun dari 7,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,38% (yoy)
pada triwulan laporan. Dampak persiapan pemilu legislatif pada triwulan I diperkirakan
lebih besar dibandingkan persiapan pemilu presiden pada triwulan II yang tercermin dari
penggunaan atribut kampanye. Di sisi lain, pertumbuhan subsektor hotel dan restoran
34.35%
-40%
10%
60%
110%
160%
210%
175,000
275,000
375,000
475,000
575,000
675,000
775,000
875,000
975,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kredit Pertanian (Rp Juta)
g(yoy)
50%
-155%
-80%
-5%
70%
145%
220%
295%
370%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 22
BANK INDONESIA
pada triwulan II 2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Kampanye pemilu
2014 dan persiapan hari raya yang berlangsung bersamaan diperkirakan mendorong
pertumbuhan subsektor ini.
Tabel 1.7 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Bengkulu
Klasifikasi Hotel 2013 2014
12 1 2 3 4 5 6
Bintang 1 21,85 40,90 55,45 50,97 46,88 59,37 61,62
Bintang 2 47,54 31,85 55,47 51,11 50,63 63,00 54,27
Bintang 3 47,12 33,63 50,45 49,52 48,46 68,39 49,73
Rata- Rata 41,48 35,05 52,06 49,99 48,30 65,70 52,80
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan subsektor perhotelan juga terindikasi dari tingkat hunian
hotel pada triwulan II 2014. Tingkat hunian rata-rata untuk hotel bintang 1, 2, dan 3
mengalami peningkatan dari 45,7% pada triwulan I 2014 menjadi 55,6% pada triwulan II
2014. Sepanjang April-Juni 2014, tingkat hunian hotel tertinggi terjadi pada bulan Mei
2014 seiring dengan pelaksanaan kampanye pemilu presiden pada periode tersebut.
Grafik 1.12 Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Perlambatan sektor PHR searah dengan Survei Konsumen (SK) triwulan II
2014 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Masyarakat cenderung membatasi
konsumsinya sehingga berdampak pada sektor PHR secara keseluruhan. Terbatasnya
konsumsi ini tercermin dari persepsi responden yang menyatakan bahwa triwulan laporan
bukan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods).
Selaras dengan itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014
17.11%
-23.00%
-3.00%
17.00%
37.00%
57.00%
77.00%
150,000
650,000
1,150,000
1,650,000
2,150,000
2,650,000
3,150,000
3,650,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
Kredit PHR (Rp Juta)
g(yoy)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 23
BANK INDONESIA
Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, realisasi volume/produksi kegiatan usaha sektor PHR
tercatat lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku usaha.Di tengah perlambatan
pertumbuhan sektor PHR, kredit di sektor ini tetap tumbuh tinggi. Secara
triwulanan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan II 2014 mencapai 8,51% (qtq),
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,75% (qtq).
Masih tingginya potensi penyaluran kredit di sektor ini diperkirakan menjadi salah satu
faktor pendorong pertumbuhan kredit PHR di tengah perlambatan pertumbuhan kredit
perbankan secara umum.
1.2.3 Sektor Jasa - Jasa
Sektor jasa-jasa tumbuh paling tinggi pada triwulan II 2014. Pertumbuhan
sektor jasa-jasa pada triwulan laporan sebesar 8,76% (yoy), melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,91% (yoy). Melemahnya kinerja
subsektor jasa pemerintahan umum merupakan penyebab utama perlambatan ini.
Subsektor jasa pemerintah umum yang memiliki porsi 75,2% dari total sektor jasa-jasa
hanya tumbuh 8,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014
yang mencapai 10,04% (yoy). Pertumbuhan jasa pemerintahan umum juga terindikasi dari
jumlah pendaftaran kendaraan baru maupun mutasi masuk kendaraan pada triwulan II
2014 sebesar 15.784 unit, meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 15.619.
Sementara itu, jasa swasta yang terdiri dari sosial kemasyarakatan, hiburan/rekreasi, dan
jasa perorangan/rumah tangga turut mengalami kontraksi, namun masih tumbuh tinggi
diatas 8% (yoy). Momen pemilu 2014 yang bersamaan dengan liburan dan persiapan
bulan Ramadhan diperkirakan menjadi faktor pendorong masih tingginya pertumbuhan
subsektor jasa swasta.
Di tengah perlambatan sektor jasa-jasa, kredit perbankan pada sektor ini
tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan,
penyaluran kredit untuk sektor jasa pada triwulan II 2014 meningkat sebesar 10,70%
(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,05% (qtq).
Hal ini selaras dengan membaiknya persepsi pelaku usaha di sektor ini yang terlihat dari
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2014. Hasil SKDU menunjukkan
adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi volume/produksi kegiatan
usaha sektor jasa-jasa dibandingkan dengan kondisi triwulan I 2014 (Grafik 1.13).
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 24
BANK INDONESIA
Grafik 1.13 Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu
Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara
1.2.4 Sektor-Sektor Lainnya
Pada triwulan II 2014, sektor bangunan mengalami percepatan
pertumbuhan. Sektor bangunan tumbuh sebesar 7,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 5,90% (yoy). Masih berlangsungnya pembangunan
beberapa perumahan, hotel, dan pertokoan yang dimulai sejak awal tahun diperkirakan
menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor ini. Hal ini juga terindikasi dari
penyaluran kredit bangunan, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh dari
3,11% (qtq) pada triwulan I 2014 menjadi 15,96% (qtq) pada triwulan laporan (Grafik
1.14).
Grafik 1.14 Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah
50,000
125,000
200,000
275,000
350,000
425,000
500,000
575,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor Jasa (juta Rp)
PDRB Sektor Jasa (juta Rp)
2.30
-11.00
-6.00
-1.00
4.00
9.00
14.00
19.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi Volume Produksi Sektor Jasa (hasil SKDU)
35.05%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kons. Semen (ton)
g(yoy)
212
1,494
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2013
Penyaluran Kredit Sektor Bangunan (miliar Rp)
KonstruksiPerumahan
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 25
BANK INDONESIA
Pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari peningkatan konsumsi
semen pada triwulan II 2014 (Grafik 1.14). Konsumsi semen pada triwulan laporan
tercatat sebesar 138 ribu ton atau naik 10,39% (qtq).
Pada triwulan II 2014, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih membaik.
Percepatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan
sektor air bersih yang tumbuh dari 0,72% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 1,62% (yoy)
pada triwulan II 2014. Terselesaikannya perbaikan jaringan distribusi air oleh PDAM Tirta
Darma diprediksi menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan kinerja subsektor air
bersih pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan subsektor listrik melambat. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan pelanggan listrik PLN yang turun dari 13,10% (yoy) pada
triwulan I 2014 menjadi 12,32% (yoy) pada triwulan II 2014. Namun, konsumsi listrik rata-
rata cenderung meningkat. Pada triwulan II 2014, konsumsi rata-rata listrik PLN sebesar
60,3 juta KWh/bulan, meningkat dibandingkan konsumsi rata-rata triwulan sebelumnya
yang hanya sebesar 55,8 juta KWh/bulan.
Pertumbuhan sektor listrik, air dan gas selaras dengan peningkatan
pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini. Walaupun masih tumbuh negatif,
pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor listrik, gas dan air bersih
tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor ini tumbuh -0,23%
(qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang sebesar -1,42% (qtq)
(Grafik 1.15). Kredit sektor listrik, air dan gas relatif terbatas di Provinsi Bengkulu. Total
kredit yang disalurkan di sektor ini hanya sebesar Rp24,4 miliar (posisi Juni 2014) sebab
sebagian besar dana pengembangan air dan listrik menggunakan dana alokasi dari
perusahaan terkait.
Grafik 1.15 Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu
Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah
394
62
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2012 2013 2014
JutaRib
u
Konsumsi Listrik
Jml. Pelanggan (orang, axis kiri)
Konsumsi (KWh, axis kanan)-5.29%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)
gYOY
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 26
BANK INDONESIA
Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II 2014
masih terbatas. Walaupun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014,
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan masih rendah
sebesar 2,16% (yoy). Tekanan harga komoditas batubara di pasar internasional
diperkirakan menjadi faktor utama masih lemahnya kinerja sektor ini. Selain itu, isu
lingkungan dan sosial turut mendorong melemahnya kinerja sektor pertambangan
batubara. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi
Bengkulu, beberapa perusahaan pertambangan batubara telah menutup operasional
penambangan. Hal ini juga tercermin dari penurunan volume ekspor batubara ke
mancanegara dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Grafik 1.16 Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah
Penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertambangan dan penggalian
masih tumbuh negatif (Grafik 1.16). Secara triwulan, kredit kepada sektor
pertambangan dan penggalian tercatat turun sebesar 8,07% (qtq) atau sebesar Rp61,5
miliar. Jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun lalu, penyaluran kredit
perbankan terhadap sektor ini telah turun sebesar 33,0% (yoy). Berdasarkan hasil liaison,
perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit kepada sektor pertambangan
terkait potensi kredit bermasalah. Namun, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) triwulan II 2014, para pelaku usaha di sektor pertambangan dan penggalian
menyatakan terdapat perbaikan kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini
tercermin dari adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi
volume/produksi kegiatan usaha sektor pertambangan dibandingkan dengan kondisi
triwulan sebelumnya.
-32.96%
-60.0%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Kredit Sektor Pertambangan dan penggalian(juta Rp)
gYOY
0
-5.00
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi Volume Produksi Sektor Pertambangan (Hasil SKDU)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 27
BANK INDONESIA
Bo
ks
1
Hasil Liaison KPw BI Provinsi Bengkulu Triwulan II 2014
Ringkasan Liaison
Secara umum, liaison2 yang dilaksanakan pada triwulan II 2014 mengindikasikan
kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan. Hal ini
tercermin dari likert scale kinerja contact liaison yang tumbuh positif, meskipun masih
dibawah pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan terutama terjadi pada sektor pertanian
subsektor perkebunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) subsektor hotel,
dan sektor jasa-jasa.
Di tengah tekanan kenaikan biaya produksi terutama kenaikan biaya bahan
baku, penjualan barang dan jasa di pasar domestik secara tahunan (year on
year/yoy) masih mencatatkan peningkatan. Peningkatan penjualan terutama terjadi
pada penjualan subsektor perkebunan, subsektor hotel, subsektor lembaga keuangan non
bank, subsektor jasa telekomunikasi, dan jasa perorangan. Peningkatan ini terlihat dari
peningkatan penjualan komoditas kelapa sawit, pembiayaan kendaraan roda dua, serta
peningkatan penjualan jasa telekomunikasi terutama pada volume transaksi komunikasi
data. Sedangkan dari perhotelan, terjadi peningkatan tingkat okupansi hotel terutama
untuk Meeting, Incentive, Conventioan and Exhibition (MICE). Di sisi lain, peningkatan
jasa perorangan didorong oleh peningkatan jasa kesehatan, terutama jasa kedokteran.
Grafik 1. Likert Scale Penjualan Grafik 2. Survei Konsumen
Kinerja ekspor tumbuh terbatas. Hal ini tercermin dari likert scale penjualan ekspor yang
mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan informasi contact, peningkatan ini bersifat
musiman dan sudah disepakati sebagaimana kontrak forward (1 bulan). Selain peningkatan
2Laporan Liaison Triwulan II 2014 merupakan gambaran kondisi sektor riil berdasarkan informasi dari 9 (sembilan)
contact yang dilakukan sampai dengan 19 Juni 2014. Pemilihan contact liaison di Triwulan II 2014 ini ditujukan ke
sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi Bengkulu (Pertanian, Perdagangan Hotel
dan Restoran dan Jasa-jasa). Kegiatan Liaison dilakukan kepada contact yang memiliki pangsa pasar tinggi di
masing-masing sektor usaha.
-4
-2
0
2
4
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
LS Penjualan Domestik
LS Penjualan Ekspor
-50.00
100.00 150.00
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini(IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IKK)
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 28
BANK INDONESIA
permintaan pada triwulan II 2014, depresiasi nilai tukar rupiah juga merupakan pendorong
meningkatnya nilai penjualan ekspor.
Penjualan komoditas ekspor cenderung meningkat. Komoditas yang mengalami kenaikan
adalah karet dan CPO yang didorong oleh peningkatan permintaan dari India, Philipina,
dan sebagian negara Eropa. Sementara itu, menurunnya produksi batubara sebagai
dampak penutupan beberapa pertambangan batubara turut mendorong penurunan
penjualan ekspor batubara
Secara umum kapasitas utilisasi pada triwulan II 2014 sedikit mengalami
peningkatan. Kapasitas utilisasi triwulan II 2014 sedikit lebih tinggi dibandingkan pada
triwulan yang sama tahun 2013. Rata-rata tingkat utilisasi triwulan II 2014 sebesar
83,25%. Kenaikan kapasitas utilisasi sejalan dengan pertumbuhan penjualan.
Kenaikan kapasitas utilisasi terjadi pada lembaga keuangan non bank dan hotel.
Peningkatan kapasitas utilisasi ini terkait dengan faktor musiman dimana permintaan
terhadap kredit kendaraan bermotor selalu tinggi menjelang lebaran. Sementara itu,
tingginya permintaan terhadap fasilitas perhotelan terkait dengan penyelenggaraan
rangkaian kampanye pemilu 2014.
Sebagian contact (50%) masih melakukan investasi, walaupun masih tumbuh di
bawah rata-rata. Namun contact liaison optimis terhadap kondisi perekonomian
kedepan. Beberapa contact menyatakan masih akan melanjutkan investasi, terutama
dalam pembelian mesin baru, perluasan lahan, replanting, penambahan peralatan, dan
pembangunan sarana pendukung usaha. Di sisi lain beberapa contact juga melakukan
investasi dengan membuka kantor cabang, membuka outlet untuk produk baru dan juga
investasi yang bersifat tetap antara lain penambahan/peningkatan kualitas jaringan
melalui pembangunan tower BTS pada sektor komunikasi.
Tabel 1. Rincian Realisasi Investasi Menurut Sektor/Subsektor
Penggunaan jumlah tenaga kerja triwulan II 2014 masih relatif stabil, hal tersebut
dipengaruhi kenaikan tingkat upah dan kenaikan biaya bahan baku yang mendorong
perusahaan melakukan efisiensi. Namun, pada sektor perdagangan besar dan sektor
perkebunan terdapat penambahan tenaga kerja. Hal ini terkait investasi perusahaan untuk
perluasan usaha.
Sektor/Subsektor Jenis Investasi Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan Perikanan
Replanting dan peremajaan mesin-mesin produksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran Membuka kantor cabang baru dan peningkatan fasilitas kantor cabang
Sektor Jasa-jasa Menambah peralatan pendukung pemeriksaan kesehatan
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan : Subsektor Lembaga Keuangan Non Bank
Menambah jenis produk dan membuka oulet baru dengan jenis usaha baru (retail)
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Penambahan dan perbaikan kualitas jaringan dan pembangunan tower BTS
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 29
BANK INDONESIA
Grafik 5. Tenaga Kerja Grafik 6. Biaya Produksi
Kenaikan biaya produksi terutama didorong oleh peningkatan biaya bahan baku
dan energi, sedangkan biaya upah relatif stabil. Kondisi ini direspon pelaku usaha
dengan cara menaikkan harga jual dengan mempertimbangkan faktor daya beli
konsumen dan daya saing dengan perusahaan sejenis. Sehingga secara rata-rata margin
contact masih stabil dibandingkan tahun lalu.
Harga jual sedikit meningkat. Sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi pada
komponen biaya bahan baku, sebagian besar contact liaison (75%) telah melakukan
penyesuaian pada harga jualnya. Namun, contact tetap mempertimbangkan faktor daya
beli konsumen dan persaingan dengan perusahaan sejenis.
Perolehan margin usaha relatif stabil. Keputusan contact untuk menaikkan harga jual
di tengah kenaikan biaya produksi menyebabkan margin perusahaan yang diperoleh
relatif tetap. Peningkatan margin hanya terjadi pada sektor hotel serta sektor jasa
telekomunikasi. Permintaan yang masih tinggi pada kedua subsektor ini menjadi
pendorong utama peningkatan margin, meskipun contact menaikkan harga jualnya.
Grafik 7. Harga Jual dan Margin
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
LS Jumlah Tenaga Kerja
00.5
11.5
2
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
LS Biaya Bahan Baku
LS Biaya Energi
LS Biaya Tenaga Kerja
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
LS Harga Jual LS Margin
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 30
BANK INDONESIA B
ok
s 2
Paradoks Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan
Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu
Sesuai dengan peranan ekonomi dalam pembangunan, pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) hendaklah memiliki arah yang sama dengan pertumbuhan penyaluran
kredit. Kondisi tersebut diharapkan terjadi khususnya pada sektor pertanian yang merupakan
sektor ekonomi utama penunjang perekonomian daerah dengan kontribusi lebih dari sepertiga
perekonomian Provinsi Bengkulu. Peningkatan kinerja perekonomian di sektor pertanian, akan
menstimulus perbankan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor ini. Di lain sisi,
penyaluran kredit ke sektor pertanian tentunya akan mendorong akselerasi pertambahan nilai
di sektor ini. Namun, keadaan aktualnya sedikit berbeda. Adanya peningkatan kredit di sektor
pertanian tidak selalu membuahkan peningkatan nilai PDRB untuk sektor tersebut, demikian
pula sebaliknya.
Pada Provinsi Bengkulu, pertumbuhan PDRB memiliki arah yang konvergen dengan
pertumbuhan kredit secara umum sebagaimana terlihat pada Grafik 1. Bila dicermati lebih
lanjut, peningkatan pertumbuhan PDRB akan direspon oleh perbankan dengan ekspansi
penyaluran kredit. Namun demikian, kondisi tersebut mengalami perubahan pada akhir
triwulan III 2013 hingga 2014. Pertumbuhan kredit perbankan terlihat menurun secara tajam,
meskipun perekonomian daerah masih mencatatkan pertumbuhan. Kondisi ini dipengaruhi
oleh pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang mendorong perbankan
untuk melakukan penyesuaian suku bunga kreditnya.
Grafik 1. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Provinsi Bengkulu
Perkembangan kredit sektor pertanian, tidak terlepas dari struktur yang membentuk
sektor pertanian tersebut. Sektor pertanian Provinsi Bengkulu terutama ditopang oleh subsektor
tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan, masing masing dengan share 43,39%
dan 37,04% dari total PDRB sektor pertanian. Sementara subsektor peternakan dan hasil-
hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan secara total memilki share 19,57%.
Pertanian bahan makanan dibudidayakan secara luas, namun memiliki nilai tambah yang
terbatas. Sementara, perkembangan subsektor tanaman perkebunan terakselerasi cukup baik
seiring dengan proses penciptaan nilai tambah yang menyertai produknya. Pertumbuhan
subsektor tanaman bahan makanan rata-rata lima tahun terakhir tercatat sebesar 3,80%,
Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan II 2014 31
BANK INDONESIA
sementara subsektor tanaman perkebunan tumbuh rata-rata 6,87%.
Perbandingan pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan pertumbuhan kredit sektor
pertanian menunjukkan arah yang cukup konvergen sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 2.
Peningkatan kredit sektor pertanian yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012. Hal
tersebut didukung oleh kondisi perekonomian yang kondusif serta ekspansi sektor pertanian,
khususnya subsektor tanaman perkebunan. Bila lihat lebih lanjut, kredit pertanian sebagian
besar ditujukan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dengan share 62,68%, kemudian
diikuti oleh pelaku usaha perkebunan karet dan getahnya dengan share 28,28% dari kredit
pertanian. Sementara itu, kredit subsektor tanaman bahan makanan hanya memiliki share
sekitar 153% dari total kredit pertanian yang disalurkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dukungan perbankan terhadap subsektor
yang menguasai hajat hidup orang banyak dan memiliki share yang dominan dalam
pembentukan PDRB seperti subsektor tanaman bahan makanan masih sangat minim. Kondisi
ini dipicu oleh beberapa hal, antara lain mulai dari terbatasnya akses pelaku usaha pertanian
tanaman bahan makanan terhadap perbankan, kurangnya pengetahuan mengenai akses
pemodalan perbankan, terbatasnya kepemilikan agunan sebagai bagian dari persyaratan kredit,
hingga persepsi perbankan akan tingginya tingkat resiko yang dimiliki oleh usaha pertanian
tanaman bahan makanan. Kondisi ini harus segera dibenahi, karena tanpa dukungan yang
memadai, dalam hal ini dari sisi perbankan maupun pemerintah selaku pembuat kebijakan,
subsektor tanaman bahan makanan akan stagnan. Ketika subsektor ini stagnan, maka
ketahanan pangan daerah menjadi taruhannya.
Grafik 2. Pertumbuhan PDRB dan Penyaluran Kredit Sektor Pertanian
Pe
endahuluan
n
Penelitian
Halaman in
Jalur Distri
ni sengaja d
ibusi dan P
Penyum
dikosongkan
embentukambang Inflas
n
n Harga Kosi Di Kota B
omoditas Bengkulu
4
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 33
BANK INDONESIA
Tekanan inflasi Kota Bengkulu pada triwulan II 2014 mereda. Secara tahunan,
inflasi Kota Bengkulu tercatat sebesar 5,79% (yoy). Sepanjang triwulan laporan, tingkat
inflasi bulanan relatif rendah, dengan deflasi terjadi pada dua bulan, April dan Mei 2014.
Adapun realisasi inflasi tahun kalender triwulan II 2014 (Januari-Juni 2014) tercatat
sebesar 0,57% (ytd), lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender pada periode yang
sama tahun lalu yang mencapai 4,45% (ytd).
Melambatnya laju inflasi terutama didorong oleh bertambahnya jumlah pasokan
bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim panen pada triwulan laporan
ditengah relatif stabilnya permintaan masyarakat. Komoditas bahan makanan
subkelompok bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan beras tercatat mengalami deflasi
pada bulan April dan Mei. Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan mengalami
inflasi sebesar 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 11,24% (yoy). Di sisi lain, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan pada triwulan laporan masih cukup tinggi. Hal ini merupakan dampak
penerapan surcharge pada tarif angkutan udara dan peningkatan permintaan.
Peningkatan inflasi hanya terjadi pada kelompok komoditas sandang dan kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok komoditas pendidikan,
rekreasi dan olahraga.
Berdasarkan disagregasi inflasi, kelompok volatile food masih menjadi penentu
arah inflasi triwulan II 2014. Meskipun demikian, laju inflasi volatile food tercatat lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,73% (yoy) pada triwulan I 2014
menjadi 6,59% (yoy) pada triwulan II 2014.Kondisi serupa juga dialami oleh komoditas
administered prices. Sementara inflasi komoditas inti cenderung stabil.
Inflasi tahunan Provinsi Bengkulu1 pada triwulan II 2014 lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu sebesar
5,79% (yoy), turun dibandingkan inflasi triwulan I 2014 yang mencapai 8,35% (yoy).
Inflasi Provinsi Bengkulu tercatat berada di bawah inflasi nasional yang sebesar 6,70%
(yoy) (Grafik 2.1). Penurunan laju inflasi tahunan yang cukup tajam terutama terjadi pada
kelompok bahan makanan, terutama subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta
subkelompok bumbu-bumbuan.
1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 34
BANK INDONESIA
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Tekanan inflasi sepanjang triwulan II 2014 tercatat rendah, tercermin dari
deflasi yang sebesar 0,26% (qtq). Realisasi inflasi pada triwulan laporan ini lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulanan pada periode yang sama pada tahun 2013 yang sebesar
1,80% (qtq). Pencapaian inflasi pada triwulan II 2014 ini merupakan yang terendah
sepanjang lima tahun terakhir. Rata-rata inflasi triwulanan pada triwulan II 2014 adalah
sebesar 0,97% (qtq).
Berkurangnya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama didorong
oleh peningkatan pasokan komoditas bahan makanan seiring dengan
berlangsungnya masa panen. Pasokan komoditas bahan pangan dan hortikultura yang
berasal dari sentra-sentra produksi di Provinsi Bengkulu maupun wilayah sekitarnya
meningkatkan ketersediaan pasokan di Kota Bengkulu. Selain didukung oleh pasokan
yang melimpah, penurunan tekanan inflasi juga didukung oleh masih terjaganya
permintaan pada tingkatan yang stabil.
Grafik 2.2 Realisasi Inflasi Tahun 2014 (Tahun Kalender, ytd)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
5.79%
6.70%
-0.26%
0.57%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Bengkulu (yoy) Nasional (yoy) Bengkulu (qtq) Nasional (qtq)
0.57%
1.99%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
Bengkulu (ytd) Nasional (ytd)
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 35
BANK INDONESIA
Deflasi terjadi pada bulan April dan Mei 2014, sementara pada bulan Juni
peningkatan tekanan inflasi mulai terjadi. Pada Juni 2014, inflasi terjadi pada semua
kelompok barang dan jasa. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang, kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar. Peningkatan ini disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan
masyarakat seiring dengan berlangsungnya musim liburan dan menjelang bulan puasa.
2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Provinsi
Bengkulu
Kelompok Barang/Jasa
IV-2013 I-2014 II-2014
IHK Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq) IHK
Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq) IHK
Inflasi
(% yoy)
Inflasi
(% qtq)
Bahan makanan 190,70 15,04 0,00 120,29 11,24 1,52 116,71 4,54 ( 2,19)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 167,12 6,36 0,75 110,51 5,86 0,82 111,38 6,23 0,72
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
146,58 6,54 1,06 106,73 4,38 0,57 107,72 3,07 0,77
Sandang 154,11 2,09 -0,11 105,83 4,18 0,48 106,99 6,7 0,99
Kesehatan 136,86 6,92 1,01 110,91 8,69 0,91 112,97 5,48 1,51
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 150,12 3,11 0,00 110,06 3,88 0,25 110,86 4,37 0,54
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
124,84 16,37 1,62 119,71 15,46 0,56 119,68 11,01 -( 0,87 )
Inflasi Umum 156,50 9,94 0,64 113,25 8,35 0,83 133 5,79 (0,26)
Cat: Mulai triwulan I 2014, tahun dasar SBH 2012=100 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pada triwulan II 2014, bila dilihat secara tahunan, inflasi terjadi pada
seluruh kelompok barang dan jasa (Tabel 2.1). Kelompok bahan makanan yang
memiliki bobot konsumsi terbesar mencatatkan penurunan inflasi yang signifikan dari
11,24% (yoy) menjadi 4,54% (yoy). Kondisi penurunan tingkat inflasi juga terjadi pada
kelompok komoditas perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar, kelompok komoditas
kesehatan, kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sementara
itu, laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok
sandang, dan kelompok pendidikan, komunikasi dan olahraga mencatatkan peningkatan,
meskipun relatif kecil. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
inflasi paling tinggi mencapai 11,01% (yoy). Pendorong utama inflasi pada kelompok ini
adalah peningkatan tarif angkutan udara pada subkelompok transportasi yang merupakan
imbas dari penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2014 yang
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 36
BANK INDONESIA
menetapkan biaya tambahan (surcharge) dalam tarif angkutan penumpang kelas ekonomi
angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri.
Secara triwulanan (qtq), tekanan inflasi tertinggi dicatat oleh kelompok
komoditas kesehatan yaitu sebesar 1,51% (qtq). Kondisi ini didorong oleh
peningkatan harga obat-obatan akibat tekanan terhadap nilai tukar rupiah serta
penyesuaian harga dari produsen akibat kenaikan harga BBM dan tarif listrik. Informasi
tersebut juga diperoleh dari hasil liaison terhadap pelaku usaha di sektor perdagangan,
khususnya yang terkait dengan kesehatan, yang telah mengindikasikan kemungkinan
peningkatan harga jual pada triwulan II 2014.
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
5,32 (2,28) 4,08 3,24 10,52 6,51 10,71 3,01 9,31 (3,71)
Daging-dan hasil-hasilnya
5,95 20,84 23,50 8,23 1,43 (16,77) 14,50 3,85 6,88 13,37
Ikan segar 12,24 5,37 6,32 8,97 12,73 (6,58) 3,37 (2,41) 2,7 1,93
Ikan diawetkan 14,69 7,97 19,87 8,29 14,24 (3,53) 25,85 10,16 16,53 0,15
Telur, susu dan hasil-hasilnya
3,53 0,15 6,07 3,30 9,70 2,87 9,77 2,61 13,37 3,76
Sayur-sayuran 17,49 0,47 31,03 23,32 31,46 (1,44) 34,42 5,91 32,13 (0,11)
Kacang-kacangan 10,70 0,08 3,55 7,29 0,34 (3,11) 6,30 0,50 6,91 0,64
Buah-buahan 29,23 7,28 23,96 4,90 38,28 12,58 28,57 2,73 16,47 1,70
Bumbu-bumbuan 29,57 (0,59) 37,12 (11,40) 39,48 5,69 (5,29) (7,34) (38,24) (30,83)
Lemak dan minyak 2,61 0,22 (5,01) (2,58) (1,22) 2,00 8,38 6,77 13,01 4,49
Bahan makanan lainnya
2,98 1,76 6,11 3,04 4,64 0,45 6,59 1,30 6,54 2,06
Inflasi Bahan Makanan
11,40 2,73 13,14 5,19 15,04 0,00 11,24 1,52 4,54 (2,19)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Secara tahunan, tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan di
Triwulan II 2014 mereda. Meningkatnya pasokan bahan makanan di Kota Bengkulu,
khususnya komoditas padi dan komoditas hortikultura, baik yang bersumber dari produksi
lokal Bengkulu maupun yang didatangkan dari provinsi lain mendukung rendahnya
pencapaian inflasi bahan makanan. Kondisi ini terutama didukung oleh menurunnya
inflasi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang memiliki nilai
konsumsi terbesar. Subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mencatatkan
inflasi tahunan 9,31% (yoy) dari 10,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Subkelompok bumbu-bumbuan mencatatkan penurunan tingkat inflasi
tahunan yang signifikan. Subkelompok ini mencatatkan deflasi sebesar 38,24% (yoy)
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 37
BANK INDONESIA
dari deflasi 5,29% (yoy) pada triwulan I 2014. Penurunan inflasi signifikan ini didorong
oleh koreksi harga yang terjadi pada komoditas cabai merah akibat jumlah produksi lokal
dan pasokan dari luar daerah yang meningkat. Subkelompok daging dan hasilnya yang
sempat mengalami peningkatan harga pada bulan Mei 2014, menunjukkan tekanan
inflasi yang mereda dengan pencapaian inflasi tahunan sebesar 6,88% (yoy) pada Juni
2014. Hal ini disebabkan oleh tercukupinya permintaan masyarakat melalui pasokan yang
mencukupi, salah satunya melalui impor daging. Sementara itu, pasokan ikan segar yang
membaik seiring dengan kondusifnya kondisi cuaca perairan, mendorong rendahnya
inflasi komoditas tersebut.
Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi pada kelompok bahan makanan terjadi pada telur, susu dan
hasilnya, kacang-kacangan dan lemak dan minyak. Peningkatan harga terjadi antara
lain pada komoditas telur ayam ras, kacang hijau, kelapa dan minyak goreng. Pencapaian
inflasi ini diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan permintaan komoditas tersebut
menjelang bulan puasa.
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Makanan jadi 6,75 0,63 10,34 4,88 8,46 1,23 6.64 0,57 6,94 0,87 Minuman tidak
beralkohol 5,18 0,34 1,69 1,13 1,16 0,03 4.30 1,59 4,65 0,57
Tembakau dan
minuman beralkohol 3,77 0,00 7,87 3,95 4,25 0,00 5.06 0,91 5,56 0,48
Inflasi Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau
5,75 0,43 8,49 4,13 6,36 0,76 5,86 0,82 6,23 0,72
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
2.70%
-38.24%
9.31%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Ikan Segar Bumbu-bumbuanPadi, Umbi & hasilnya
6.88%
32.13%
16.47%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Daging dan hasilnya Sayur-sayuran
Buah-buahan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 38
BANK INDONESIA
Inflasi komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau
menunjukkan peningkatan. Kondisi ini terlihat dari tingkat inflasi tahunan yang tercatat
meningkat menjadi sebesar 6,23% (yoy). Bila dilihat dari siklus triwulanannya, inflasi
kelompok komoditas ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan II 2013.
Peningkatan inflasi terbesar terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol
dengan inflasi sebesar 5,56% (yoy). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh
peningkatan harga pada komoditas peningkatan cukai pada rokok kretek filter.
Makanan jadi mencatatkan inflasi sebesar 6,94% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya. Subkelompok komoditas ini menentukan arah inflasi kelompok
komoditas mengingat nilai konsumsinya yang tertinggi dibandingkan dengan
subkelompok lainnya. Inflasi didorong terutama antara lain oleh komoditas makanan jadi
yang berbahan baku daging ayam dan daging sapi. Kenaikan harga komoditas bahan
baku tersebut ditengarai mendorong pelaku usaha untuk menyesuaikan harga jual mereka
atau mengurangi kualitas produknya.
Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Biaya tempat tinggal 6,60 2,88 7,54 0,42 8,22 0,94 4,00 0,33 2,13 0,52 Bahan bakar,
penerangan dan air 4,78 1,41 4,70 1,73 6,04 1,46 7,92 1,36 6,76 0,91
Perlengkapan rumah
tangga 2,15 1,02 1,54 0,33 2,46 0,91 2,64 0,86 2,08 0,28
Penyelenggaraan
rumah tangga 5,06 1,15 1,21 (1,76) 2,29 0,70 0,03 0,07 1,79 2,79
Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
5,57 2,14 5,61 0,58 6,54 1,07 4,38 0,57 3,07 0,77
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, inflasi
tahunan tercatat menurun menjadi sebesar 3,07% (yoy) dari 4,38% (yoy) di
triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi dicatatkan oleh subkelompok bahan bakar,
penerangan dan air yang didorong oleh kenaikan tarif listrik dan kenaikan harga bahan
bakar rumah tangga. Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga ditengarai terjadi karena
adanya peningkatan permintaan, khususnya bagi LPG 3 Kg yang kerap mengalami
fluktuasi harga jual di tingkat eceran. Subkelompok bahan bakar, penerangan dan air
mencatatkan inflasi 6,76% (yoy).
Peningkatan tertinggi inflasi terjadi pada subkelompok komoditas
penyelenggaraan rumah tangga yang mencatatkan inflasi sebesar 1,79% (yoy).
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 39
BANK INDONESIA
Komoditas yang menyumbang kenaikan inflasi pada subkelompok komoditas ini antara
lain pelembut cucian, pembasmi nyamuk, dan pembersih lantai. Kondisi ini diperkirakan
merupakan dampak dari penyesuaian biaya distribusi maupun produksi terkait kenaikan
BBM subsidi dan tarif dasar listrik bagi golongan produsen tertentu.
Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Sandang laki-laki 3,34 0,00 4,15 2.77 5,72 2,63 4,88 0,02 5,83 0,91 Sandang wanita 7,46 1,89 6,17 3.65 7,20 1,38 7,23 0,47 7,57 1,89
Sandang anak-anak 6,17 0,34 6,92 6.37 6,83 0,10 5,13 0,26 5,76 1,05
Barang pribadi dan
sandang lainnya (9,04) (10,98) (7,49) 10.32 (6,70) (3,39) (1,51) 1,36 7,71 (0,17)
inflasi Sandang 0,66 (3,14)
1,10
6.03
2,09 (0,11) 4,18 0,48
6,70
0,99
sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi tahunan kelompok sandang lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya. Inflasi tahunan kelompok sandang tercatat sebesar 6,70% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,18% (yoy) (Tabel 2.5).
Peningkatan tekanan inflasi kelompok komoditas ini terjadi pada seluruh subkelompok
komoditas, dengan tekanan tertinggi terjadi pada subkelompok barang pribadi dan
sandang lainnya. Komoditas penyumbang antara lain emas perhiasan dan hasil
manufaktur seperti jam tangan. Subkelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 7,71% (yoy),
meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar
1,51% (yoy). Sementara itu, inflasi komoditas sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak
juga menunjukkan kecenderungan peningkatan inflasi, seiring dengan peningkatan
konsumsi masyarakat menjelang tahun ajaran baru dan persiapan hari raya Idul Fitri.
Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu
Subkelompok
Barang/Jasa
II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Jasa Kesehatan 14,07 11,52 14,36 1,62 14,36 0,00 14,32 0,08 1,51 0,06
Obat-obatan (1,22) 0,17 (1,62) 0,15 1,38 3,23 2,69 (0,69) 5,13 2,56
Jasa Perawatan Jasmani 17,65 3,84 17,34 0,31 4,17 0,00 4,90 1,11 3,71 2,18
Perawatan Jasmani dan kosmetika
6,39 0,35 4,98 3,61 5,22 0,90 7,64 2,32 9,6 2,17
Inflasi Kesehatan 7,71 3,71 7,05 2,10 6,92 1,01 8,69 0,91 5,48 1,51
sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 40
BANK INDONESIA
Tekanan inflasi kelompok kesehatan pada triwulan laporan mereda
dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi subkelompok ini pada triwulan II 2014
tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar
8,69% (yoy) (Tabel 2.6). Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari
subkelompok jasa kesehatan serta jasa perawatan jasmani. Tarif jasa kesehatan relatif
stabil setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan I 2014.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang menguat dibandingkan triwulan sebelumnya
berdampak terhadap turunnya harga obat-obatan yang umumnya berbahan baku impor.
Inflasi tertinggi kelompok kesehatan terjadi pada subkelompok perawatan
jasmani dan kosmetika. Inflasi subkelompok ini meningkat dari 7,64% (yoy) pada
triwulan I 2014, menjadi 9,60% (yoy) pada triwulan laporan. Inflasi didorong oleh
peningkatan harga produk perawatan tubuh seperti deodoran dan parfum yang
meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya,masing-masing yaitu
2,51% (yoy) dan 5,30% (qtq).
Tabel 2.7 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu
SubKelompok
Barang/Jasa
II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Jasa pendidikan 21,06 0,00 6,37 4,53 4,53 0,00 5,51 0,00 5,51 - Kursus-kursus /
pelatihan 0,04 0,03 0,03 0,00 0,03 0,00 0,32 0,30 0,3 -
Perlengkapan /
peralatan pendidikan 2,89 (0,23) 1,62 1,85 1,62 0,00 1,73 0,04 3,82 1,89
Rekreasi 2,17 0,73 0,80 0,03 0,77 0,00 1,77 1,29 2,63 1,44
Olahraga 1,99 (0,73) 1,99 0,00 1,78 0,21 1,40 1,40 3,37 1,94
Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
12,47 0,06 4,18 3,00 3,11 0,00 3,88 0,25 4,37 0,54
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga meningkat. Inflasi
tahunan tercatat sebesar 4,37% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 3,88% (yoy) (Tabel 2.7). Pada triwulan II 2013 inflasi kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga tecatat sebesar 0,06% (qtq), sementara pada triwulan II 2014
tercatat sebesar 0,54%. Kondisi ini menggambarkan adanya pergerakan siklus yang
berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kenaikan inflasi yang
cukup signifikan terjadi pada subkelompok perlengakapan/peralatan pendidikan, reakreasi
dan olahraga. Hal ini diperkirakan juga merupakan imbas lanjutan dari berbagai
penyesuaian tarif/harga komoditas administered price.
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 41
BANK INDONESIA
Secara umum, tekanan inflasi kelompok transportasi/komunikasi dan jasa
keuangan menunjukkan kecenderungan menurun. Inflasi tahunan tercatat sebesar
11,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,46%
(yoy) (Tabel 2.8). Hal ini didorong oleh menurunnya inflasi pada subkelompok transpor
serta stabilnya inflasi pada subkelompok komunikasi dan pengiriman dan subkelompok
jasa keuangan. Tekanan inflasi yang mereda pada subkelompok transpor didukung oleh
membaiknya kondisi tarif angkutan udara dan harga sepeda motor dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar 14,71% (qtq),
sementara sepeda motor deflasi sebesar 13,44% (qtq).
Tabel 2.8 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu
SubKelompok
Barang/Jasa
II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
% yoy
% qtq
Transpor 11,19 4,75 20,38 12,08 21,38 2,16 22,67 0,55 15,75 (1,52) Komunikasi dan
pengiriman 0,03 0,07 0,07 0,00 0,07 0,00 0,27 0,00 0 -
Sarana dan penunjang
transpor 3,70 3,19 9,25 5,36 8,71 0,00 9,22 1,85 8,28 1,50
Jasa keuangan 2,42 0,00 0,88 0,00 0,88 0,00 0,00 0,00 0 -
Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
8,41 3,78 15,66 9,38 16,37 1,62 15,46 0,56
11,01
(0,87)
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Bila dilihat dari perkembangan secara bulanan, komoditas bahan makanan
memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah inflasi daerah (Tabel 2.9).
tingkat persediaan pasokan yang belum stabil mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga.
Terbatasnya produksi lokal mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan Provinsi
Bengkulu terhadap pasokan dari wilayah lain. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2.9,
penurunan harga komoditas produksi lokal bernilai konsumsi tinggi pada masa panen
mampu menekan tingkat inflasi daerah.
Sepanjang triwulan II 2014, beberapa komoditas mengalami fluktuasi
harga cukup signifikan antara lain cabai merah, beras, daging ayam ras, telur
ayam ras dan angkutan udara. Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
memiliki kontribusi terhadap inflasi sebesar 47,37%, kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar berkontribusi sebesar 18,42%, dan kelompok sandang memiliki
kontribusi 15,79% terhadap pembentukan inflasi triwulan II 2014. Sementara itu,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki kontribusi sebesar
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 42
BANK INDONESIA
7,89%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 5,26%. Kelompok bahan
makanan dan kesehatan memiliki kontribusi sebesar 2,63% (Grafik 2.4).
Tabel 2.9 Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu
Persen (%)
No
April 2014 Mei 2014 Juni 2014
Komoditas Andil*
(%) Komoditas
Andil* (%)
Komoditas Andil*
(%)
1, Cabai Merah -0.327 Cabai Merah -0.551 Tomat Buah -0.183
2, Angkutan Udara 0.099 Angkutan Udara -0.510 Angkutan Udara 0.159
3, Beras -0.092 Tomat Buah 0.166 Daging Ayam Ras 0.136
4, Bawang Putih 0.062 Daging Ayam Ras 0.154 Jeruk 0.069
5, Daging Ayam Ras 0.026 Beras -0.119 Bahan Bakar RT 0.036
6, Kontrak Rumah 0.025 Minyak Goreng 0.063 Kacang Panjang -0.029
7, Sate 0.024 Mobil 0.043 Nila 0.028
8, Bawang Merah 0.023 Jengkol 0.038 Telur Ayam Ras 0.028
9, Ikan Bakar 0.019 Telur Ayam Ras 0.027 Jengkol 0.025
10 Bumbu Masak Jadi -0.018 Sabun Deterjen 0.018 Pembalut wanita 0.021
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
*Diurutkan dari andil terbesar hingga kecil berdasarkan angka absolut
Keterangan :
Kelompok Bahan Makanan Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga
Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/ Tembakau
Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan
Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/ Bahan Bakar
Kelompok Kesehatan
Kelompok Sandang
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan II 2014 Per Kelompok Barang/Jasa
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Bahan Makanan; 2.6%
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau; 7.9%
Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan
Bakar; 18.4%
Sandang; 15.8%
Kesehatan; 2.6%Pendidikan, Rekreasi,
Olahraga; 5.3%
Transpor, Komunikasi,Jasa
Keuangan; 47,37%
Keterangan : Kelompok komoditas; % sumbangan
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 43
BANK INDONESIA
2.2 Perkembangan Inflasi Fundamental
Berdasarkan pendekatan kelompok disagregasi, inflasi tahunan volatile
food (VF) dan administered price (AP) mengalami penurunan, sementara inflasi
core relatif stabil (Grafik 2.5). Inflasi VF pada triwulan laporan sebesar 6,59% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,73% (yoy). Selaras
dengan itu, inflasi kelompok AP pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 9,20% (yoy), turun
dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 12,48% (yoy). Sementara itu, inflasi core
relatif terjaga sepanjang triwulan II 2014 pada tingkat 5,27% (yoy), hampir sama
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,13% (yoy).
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu
5.27
9.20
6.59
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
%,yoy
Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)
Bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi pada periode yang sama selama
tiga tahun terakhir, inflasi kelompok VF pada triwulan laporan tergolong cukup
rendah. Inflasi kelompok core masih berada dalam pergerakan yang serupa dalam tiga
tahun terakhir. Sementara inflasi kelompok AP tergolong cukup tinggi. Rata-rata inflasi
tiga tahun terakhir kelompok komoditas tersebut masing-masing sebesar komoditas VF
8,55%, komoditas core 5,77%dan komoditas AP, 5,22%.
Meningkatnya produksi lokal beberapa bahan makanan di masa panen
triwulan II 2014 serta relatif stabilnya permintaan merupakan pendorong utama
meredanya tekanan inflasi. Kondisi ini mendorong terjadinya koreksi harga yang cukup
signifikan, khususnya pada komoditas cabai merah. Komoditas pangan utama, beras, juga
mencatatkan koreksi harga yang signifikan pada triwulan II 2014 ini. Harga cabai merah
turun sekitar 15-20% dari triwulan sebelumnya, sementara beras mengalami penurunan
harga sekitar 5-6%. Peningkatan harga pada komoditas VF antara lain terjadi pada
komoditas daging-dagingan dan telur ayam ras.
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 44
BANK INDONESIA
Pergerakan harga pada komoditas core relatif terbatas. Pada triwulan II
2014, pergerakan inflasi komoditas core didorong oleh pergerakan harga emas perhiasan
serta komoditas kesehatan. Sementara itu, inflasi pada kelompok AP didorong oleh
kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian tarif cukai rokok.
Grafik 2.6 Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Tingkat inflasi yang relatif menurun pada triwulan II 2014 telah terindikasi
sebelumnya melalui hasil Survei Konsumen (SK) triwulan I 2014. Hasil survei
menunjukkan hanya sedikit penurunan Nilai Saldo (NS) ekspektasi harga tiga bulan yang
akan datang sebagaimana terlihat pada Grafik 2.6. Nilai Saldo (NS) ekpektasi harga tiga
bulan yang akan datang tercatat sebesar 169,33. Sementara itu, potensi akan masih
terjadinya inflasi pada triwulan II 2014, telah terindikasi melalui Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK) yang meningkat menjadi 129,78.
2.3 Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera
Secara umum, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan
laporan 2014 lebih rendah dibanding inflasi triwulan I 2014. Dari 21 kota di Pulau
Sumatera yang menjadi kota penghitungan inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
terdapat 5 (lima) kota dengan inflasi di atas inflasi nasional (6,70% yoy). Kota Bengkulu
berserta 15 kota lainnya, mencatatkan inflasi yang lebih rendah dari inflasi Nasional.
Kota-kota dengan inflasi tahunan terendah pada triwulan II 2014 adalah Palembang
(4,33% yoy), Bungo (4,58% yoy), dan Sibolga (4,75% yoy). Sementara kota Bengkulu
tercatat sebagai peringkat 10 inflasi terendah di Sumatera (Grafik 2.7).
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
IEK 136 132 117 118 95. 117 105 121 105 122 110 115 132 114 109 115 129 139
Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) 160 176 156 176 174 177 154 153 189 177 145 156 164 173 176 177 169 177
139.11
176.67
0
25
50
75
100
125
150
175
200
75.0
85.0
95.0
105.0
115.0
125.0
135.0
145.0
IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan)
Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan II 2014 45
BANK INDONESIA
Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Bulan Juni 2014 Kota-Kota di Sumatera
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sementara itu bila dibandingkan dengan kota lain di wilayah Sumatera
Bagian Selatan, inflasi tahunan Kota Bengkulu nomor tiga tertinggi dibandingkan
kota lainnya. Kota Metro mencatatkan inflasi paling tinggi sebesar 11,51% (yoy),
kemudian diikuti Kota Pangkal Pinang berada di urutan kedua dengan inflasi 6,12% (yoy).
Sementara itu, inflasi Kota Bandar Lampung, Lubuk Linggau dan Palembang masing-
masing tercatat sebesar 5,47% (yoy), 3,19% (yoy) dan 4,33% (yoy).
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan.
Sumber : Badan Pusat Statistik
5.79%
Inflasi Nasional = 6,70%
0.0%
1.5%
3.0%
4.5%
6.0%
7.5%
9.0%
10.5%
12.0%
13.5%
4.33%
5.47%
6.12%
11.51%
3.19%0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
Bengkulu Palembang Lampung
Pangkal Pinang Metro Lubuk Linggau
Pe
endahuluan
n
Penelitian
Halaman in
Jalur Distri
ni sengaja d
ibusi dan P
Penyum
dikosongkan
embentukambang Inflas
n
n Harga Kosi Di Kota B
omoditas Bengkulu
4
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 47
BANK INDONESIA
Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 berjalan
relatif baik yang tercermin dari tingginya Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) yang
sebesar 133,89% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang
cukup terjaga sebesar 2,32%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat
sebesar 13,67% (yoy) menjadi Rp11,97 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK)
tumbuh 10,76% (yoy) menjadi Rp8,94 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar
17,11% (yoy) menjadi Rp14,67 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan
perbaikan, tercermin dari peningkatan jumlah aset dan DPK serta tertahannya koreksi
penyaluran kredit/pembiayaan dibandingkan dengan pencapaian triwulan I 2014.
Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014
secara umum menunjukkan kondisi yang kondusif. Sistem pembayaran non tunai melalui
kliring mengalami koreksi sebesar 11,37% (qtq) menjadi Rp836,74 miliar, sedangkan
transaksi RTGS secara total mengalami peningkatan menjadi Rp56,75 triliun dari Rp35,04
triliun pada triwulan sebelumnya. Sementara pembayaran tunai mengalami net outflow
sebesar Rp861,74 miliar, berbeda arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mengalami net intflow.
3.1 Bank Umum
Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-
Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu.
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Pada triwulan II 2014, kinerja bank umum baik konvensional maupun
syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi yang kondusif. Kondisi ini
tercermin dari pertumbuhan aset bank umum, Dana Pihak Ketiga (DPK), penyaluran
133.89%
2.32%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
2.20%
2.40%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
150%
160%
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
LDR (kiri) NPL (kanan)
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 48
BANK INDONESIA
kredit/pembiayaan serta kondisi rasio penyaluran kredit/pembiayaan terhadap simpanan
(Loan/Financing to Deposit Ratio) dan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) yang baik.
Perkembangan bank umum syariah dan BPR/BPRS berada dalam kondisi
yang baik dengan aset, dana pihak ketiga maupun pembiayaan yang masih
mencatatkan pertumbuhan. Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan pencapaian
yang cukup tinggi yaitu 193,83% dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) 4,20%.
Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan perbaikan dibandingkan kondisi pada
triwulan I 2014. Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/BPRS menunjukkan peningkatan
pertumbuhan. Penyaluran kredit/pembiyaan BPR/BPRS menunjukkan tertahannya koreksi.
Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik berimbas pada kinerja
kredit/pembiayaan BPR/BPRS.
3.1.1 Kelembagaan
Bank umum di wilayah Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan berjumlah
20 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 bank pemerintah
dan 15 bank swasta dengan 5 diantaranya merupakan bank syariah dan 1 unit
usaha syariah. Jaringan kantor pelayanan bank umum di Provinsi Bengkulu tertera pada
Tabel 3.1 dibawah.
Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu
KP KC KCP KK Unit PP ATM
Kota Bengkulu 1 22 23 15 12 2 109
Bengkulu Selatan - 2 12 1 7 - 6
Bengkulu Utara - 2 17 6 9 - 11
Rejang Lebong - 2 14 4 6 - 20
Lebong - 1 3 1 3 - 1
Kepahiang - 1 5 2 2 - 7
Kaur - - 4 1 4 - 2
Seluma - - 4 2 3 - 3
Muko-Muko - 1 12 2 4 - 6
Jumlah 1 31 94 34 50 2 165 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, hingga data Mei 2014
3.1.2 Perkembangan Aset
Aset perbankan umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan
pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, aset
perbankan Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 17,11% (yoy) menjadi sebesar Rp14,69
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 49
BANK INDONESIA
triliun (Tabel 3.2). Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 12,58% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset tercatat
pada bank umum pemerintah, sementara aset bank umum swasta mencatatkan
perlambatan pertumbuhan. Aset bank umum pemerintah pada triwulan II 2014 tumbuh
sebesar 19,36% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
12,03% (yoy). Sementara, aset bank umum swasta pada triwulan II 2014 melambat
menjadi 10,75% dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,10% (yoy).
Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah kecuali disebutkan lain
Kelompok Bank
2013 2014 Pangsa
Pert. yoy I II III IV I II
Bank Pemerintah
8.675.469 9.270.080 9.568.942 9.659.966 9.719.448 11.064.601 75,34% 19,36%
Bank Swasta 3.099.249 3.270.275 3.455.948 3.572.361 3.536.172 3.621.715 24,66% 10,75%
Bank Umum (Total)
11.774.719 12.540.355 13.024.890 13.232.327
13.255.620
14.686.316
100% 17,11%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah
Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu, termasuk bank umum syariah
Berdasarkan pangsanya, aset bank pemerintah mendominasi total aset
yang terdapat di Provinsi Bengkulu dengan pangsa 75,34%. Sebaran aset bank
umum saat ini masih terkonsentrasi di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar
66,32% (Grafik 3.2). Sementara aset perbankan terkecil terdapat di Kabupaten Bengkulu
Utara dan Mukomuko yang memiliki share sebesar 10,91% dari total aset. Pertumbuhan
aset perbankan tahunan terbesar terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur
yaitu sebesar 20,47% (yoy)
Kab. Bengkulu Selatan, Seluma, Kaur, 11.15%
Kab. Bengkulu Utara, Mukomuko,
10.91%
Kab. Rejang Lebong, Lebong &
Kepahiang, 11.63%Kota Bengkulu,
66.32%
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 50
BANK INDONESIA
3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat
Penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan II
2014 meningkat 10,76% (yoy) atau menjadi Rp8,94 triliun (Grafik 3.3). Pertumbuhan
ini membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,65%
(yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK didorong oleh meningkatnya pertumbuhan DPK
pada bank umum pemerintah, sementara DPK bank umum swasta masih mencatatkan
perlambatan pertumbuhan. Akselerasi DPK bank umum pemerintah didorong oleh
peningkatan giro.
Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu
Grafik 3.4 Porsi DPK per Jenisnya
Triliun Rp % yoy
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Berdasarkan porsinya, tabungan memiliki porsi terbesar mencapai 49,23%
dari total DPK, sedangkan giro dan deposito memiliki pangsa masing-masing
30,26% dan 20,52% (Grafik 3.4). Tabungan mencatatkan pertumbuhan tertinggi
mencapai 11,93% (yoy), meskipun demikian pertumbuhan ini masih lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 13,84% (yoy). Giro mencatatkan
peningkatan pertumbuhan sebesar 11,57% (yoy), setelah triwulan sebelumnya mengalami
mencatatkan penurunan nominal. Sementara itu, deposito pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 6,95% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu
tumbuh 0,23% (yoy). Bila dilihat dari jenis kepemilikan DPK, pertumbuhan DPK terjadi
pada dana milik pemerintah sebesar 19,04% (yoy), dana perseorangan sebesar 12,89%
(yoy) dan swasta sebesar 5,05% (yoy). Sementara DPK milik BUMN mencatatkan
penurunan.
Jika dilihat dari struktur kepemilikan dana, dana perorangan merupakan
komponen terbesar pembentuk DPK perbankan. Porsi kepemilikan dana perorangan
10.76
0
5
10
15
20
25
30
35
3
4
5
6
7
8
9
10
III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
DPK g (yoy)
30.26%
49.23%
20.52%
Giro Tabungan Deposito
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 51
BANK INDONESIA
pada periode laporan mencapai 59,04%, diikuti oleh dana milik pemerintah sebesar
30,18%, dana milik BUMN dan BUMD sebesar 4,57%, dan dana milik swasta sebesar
6,18%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan
laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 81,83%,
sedangkan 18,17% berada di bank swasta. DPK bank umum pemerintah tumbuh
sebesar 10,30% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,69%
(yoy) (Tabel 3.3). Sementara, DPK bank umum swasta tumbuh 12,87% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,56% (yoy). Pada bank umum
pemerintah, komponen giro mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi sebesar 12,66%
(yoy). Sementara itu, pada bank umum swasta pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh
komponen deposito sebesar 16,71% (yoy). Komponen tabungan baik di bank umum
pemerintah maupun bank umum swasta mencatatkan perlambatan pertumbuhan.
Tabungan bank umum pemerintah tumbuh 11,16% (yoy), melambat dari triwulan
sebelumnya 12,37% (yoy). Sedangkan tabungan bank umum swasta tumbuh 14,35%
(yoy), melambat dari 18,59% (yoy) pada triwulan I 2014.
Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah
Keterangan 2013 2014 Ptumb.
I II III IV I II yoy
Bank Umum(Total) 7.569.279 8.070.497 8.378.872 7.679.757 7.996.751 8.938.853 10,76%
Giro 2.280.764 2.424.232 2.407.368 1.386.932 2.194.291 2 .704.606 11,57%
Tabungan 3.686.361 3.931.331 4.378.492 4.830.444 4.196.551 4.400.155 11,93%
Deposito 1.602.154 1.714.934 1.593.012 1.462.381 1.605.909 1.834.092 6,95%
Bank Pemerintah 6.205.890 6.631.787 6.830.516 6.023.618 6.434.909 7.315.021 10,30%
Giro 2.126.284 2.268.467 2.226.813 1.216.059 2.069.626 2.555.695 12,66%
Tabungan 2.813.932 2.983.582 3.373.007 3.689.073 3.161.917 3.316.450 11,16%
Deposito 1.265.675 1.379.738 1.230.696 1.118.485 1.203.366 1.442.876 4,58%
Bank Swasta 1.363.388 1.438.710 1.548.356 1.656.139 1.561.842 1.623.832 12,87%
Giro 154.480 155.765 180.555 170.873 124.665 148.911 -4,40%
Tabungan 872.430 947.749 1.005.485 1.141.371 1.034.634 1.083.705 14,35%
Deposito 336.479 335.196 362.316 343.895 402.543 391.216 16,71%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum
syariah
3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum di Provisi Bengkulu pada
triwulan II 2014 mencapai Rp11,97 triliun atau tumbuh 13,67% (yoy) (Grafik 3.5).
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 52
BANK INDONESIA
Tingkat pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang sebesar 17,35% (yoy). Namun demikian, bila dilihat secara triwulanan,
kredit/pembiayaan masih mengalami peningkatan sebesar 4,63% (qtq). Selain karena
kondisi perekonomian yang belum stabil, penerapan peraturan mengenai Loan To Value
(LTV) serta kebijakan pengetatan moneter yang masih dijalankan, membatasi ekspansi
kredit/pembiayaan di tahun 2014.
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah
Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit/pembiayaan perbankan
masih didominasi oleh kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai 56,58%
diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 31,82% dan kredit/pembiayaan investasi
11,61%. Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 14,64%
(yoy) menjadi sebesar Rp6,77 triliun, melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang
tumbuh sebesar 17,39% (yoy). Searah dengan pertumbuhan kredit/pembiayaan konsumsi,
kredit/pembiayaan investasi juga tumbuh melambat menjadi 14,56% (yoy) dari 39,43%
(yoy) pada triwulan I 2014. Sementara itu, kredit/pembiayaan modal kerja tumbuh
11,69% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,55% (yoy).
Ditinjau dari penyaluran kredit/pembiayaan berdasarkan sektoral,
pertumbuhan kredit/pembiayaan terbesar terjadi pada sektor pertanian yang
tumbuh sebesar 34,35% (yoy) (Tabel 3.4). Meskipun demikian, pertumbuhan
kredit/pembiayaan pertanian ini juga mengalami perlambatan dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 46,71% (yoy). Sektor lainnya yang mencatatkan
pertumbuhan kredit/pembiayaan yang tinggi yaitu, sektor jasa sosial sebesar 28,99%
(yoy). Sementara itu, sektor pertambangan masih mencatatkan penurunan
13.67
0
5
10
15
20
25
30
3
5
7
9
11
13
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
KreditPertumbuhan
Triliun Rp %, yoy
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 53
BANK INDONESIA
kredit/pembiayaan yang signifikan yaitu sebesar 32,96% (yoy). Kondisi ini sebagai
dampak dari belum membaiknya kondisi usaha sektor tersebut yang antara lain ditandai
dengan minimnya jumlah perusahaan yang saat ini masih aktif beroperasi. Secara umum,
sebagian besar sektor mengalami perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan
dibanding triwulan I 2014. Peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis
kredit/pembiayaan non sektoral, yaitu dari 14,09% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi
15,24% (yoy) pada triwulan II 2014. Berdasarkan pangsanya, sektor lainnya masih
mendominasi penyerapan kredit/pembiayaan, diikuti sektor perdagangan dan sektor
pertanian.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis
Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu
Dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2013 2014 Pertumbuhan yoy
I II III IV I II Rp. %
Jenis Penggunaan
9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%
Modal Kerja 3.278.286 3.409.363 3.512.105 3.558.306 3.624.027 3.807.873 398.510 11,69%
Investasi 999.097 1.212.610 1.276.064 1.341.382 1.393.088 1.389.155 176.545 14,56%
Konsumsi 5.470.466 5.906.774 6.237.516 6.389.077 6.421.768 6.771.249 864.475 14,64%
Sektor Ekonomi
9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%
Pertanian 588.389 662.287 740.017 808.309 863.227 889.803 227.516 34,35%
Pertambangan 120.144 91.755 85.072 77.194 66.908 61.508 (30.247) -32,96%
Perindustrian 282.239 304.867 300.138 302.474 293.286 298.782 (6.085) -2,00%
Listrik. Air. Gas 23.238 25.772 25.661 24.815 24.464 24.407 (1.365) -5,30%
Konstruksi 123.471 184.057 204.235 178.927 172.373 212.311 28.254 15,35%
Perdagangan 2.445.527 2.734.974 2.810.641 2.872.434 2.951.524 3.202.796 467.822 17,11%
Pengangkutan 55.302 49.141 52.038 52.292 52.768 51.425 2.284 4,65%
Jasa dunia usaha
339.400 406.046 402.178 406.869 404.089 210.028 (196.019) -48,27%
Jasa sosial 140.487 160.818 167.599 175.053 187.391 207.445 46.626 28,99%
Lain-lain 5.629.653 5.909.030 6.238.106 6.390.397 6.422.854 6.809.773 900.743 15,24%
Kelompok Bank
9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 11.438.884 11.968.277 1.439.529 13,67%
Bank Pemerintah
6.934.035 7.532.028 7.939.343 8.141.444 8.214.976 8.646.173 1.114.145 14,79%
Bank Swasta 2.813.815 2.996.719 3.086.343 3.147.320 3.223.907 3.322.104 325.384 10,86%
Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. termasuk bank umum syariah
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 54
BANK INDONESIA
Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu
Jenis Penggunaan
2013 2014 Pertumbuhan deviasi (%) I II III IV I II
Modal Kerja 3,16% 2,93% 3,19% 3,06% 3,19% 3,74% 0,55%
Investasi 5,44% 3,81% 3,50% 3,82% 4,45% 6,16% 1,71%
Konsumsi 0,69% 0,65% 0,71% 0,67% 0,69% 0,74% 0,05%
Total 2,01% 1,76% 1,82% 1,80% 1,94% 2,32% 0,38%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Kualitas kredit/pembiayaan bank umum di Provinsi Bengkulu
menunjukkan kinerja yang relatif stabil dengan potensi peningkatan NPL yang
terbatas. Hal ini tercermin dari pengukuran rasio Non Performing Loan/Financing (NPL/F)
yang pada triwulan laporan berada pada level 2,32%. Pencapaian ini meningkat
dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,94%, namun masih dalam batasan
yang aman (Tabel 3.5). Relatif terjaganya rasio NPL/F mengindikasikan keberhasilan
perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit/pembiayaan dan
melakukan mitigasi resiko terkait dengan kondisi perekonomian pada triwulan laporan.
3.1.5 Perkembangan Kredit//Pembiayaan UMKM
Kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan
dibandingkan periode sebelumnya. Kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar
19,85% (yoy) menjadi Rp4,69 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan I 2014 yang mencapai 17,64% (yoy). Pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM
cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit/pembiayaan secara keseluruhan mengingat
share-nya yang cukup tinggi yaitu mencapai 39,19% dari total
kredit/pembiayaan/pembiayaan bank umum.
Peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM terutama didorong
oleh meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja UMKM. Kredit/pembiayaan
modal kerja UMKM tumbuh menjadi 16,85% (yoy), dari 9,72% (yoy) pada triwulan I
2014. Dilain sisi, kredit/pembiayaan investasi UMKM tumbuh 30,39% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 50,39% (yoy). Dari segi pangsanya,
kredit/pembiayaan UMKM didominasi oleh kredit/pembiayaan modal kerja yang mencapai
72,92% dari total kredit/pembiayaan UMKM atau senilai Rp3,42 triliun. Sedangkan
kredit/pembiayaan investasi berkontribusi sebesar 27,08%.
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 55
BANK INDONESIA
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu
juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2013 2014
Pertumbuhan yoy
I II III IV I II Rp. %
Jenis Penggunaan
3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 4.291.564 4.690.096 776.645 19,85%
Modal Kerja 2.836.624 292.7085 2.976.220 3.053.121 3.112.438 3.420.241 493.157 16,85%
Investasi 773.416 973.914 1.024.504 1.085.683 1.163.148 1.269.855 295.940 30,39%
Konsumsi 38.118 12.452 13.087 14.342 15.979 - (12.452) -100,00%
Sektor Ekonomi 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 4.291.564 4.690.096 776.645 19,85%
Pertanian 531.207 602.573 683.287 753.756 811.918 884.414 281.842 46,77%
Pertambangan 77.678 55.050 55.121 50.274 46.849 41.656 (13.394) -24,33%
Perindustrian 80.576 79.069 84.785 87.562 83.844 94.101 15.032 19,01%
Listrik. Air. Gas 23.238 25.772 25.661 24.815 24.464 24.357 (1.415) -5,49%
Konstruksi 113.450 170.433 169.735 148.398 145.241 183.502 13.069 7,67%
Perdagangan 2.267.072 2.540.076 2.557.326 2.633.947 2.710.033 2.999.707 459.631 18,10%
Pengangkutan 51.816 45.034 45.324 47.124 48.556 50.098 5.064 11,24%
Jasa dunia usaha 190.786 246.034 240.227 248.194 249.237 176.462 (69.572) -28,28%
Jasa sosial 115.031 134702 138.668 143.414 154.358 198.209 63.507 47,15%
Lain-lain 197.304 14.708 13.677 15.661 17.065 37.588 22.880 155,57%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Secara sektoral, kredit/pembiayaan UMKM bank umum Provinsi Bengkulu
utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan pangsa
masing-masing sebesar 63,96% dan 18,86% (Tabel 3.6). Pada sektor perdagangan,
penyaluran kredit/pembiayaan UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan
eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan, minuman dan tembakau
sebesar Rp610,71 miliar dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan
makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp389,68 miliar. Sementara itu, pada sektor
pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM
terbesar mencapai Rp539,36 miliar, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan
penghasil getah lainnya sebesar Rp244,88 miliar.
Penyaluran kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian maupun sektor
perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan. Kredit/pembiayaan UMKM
sektor pertanian tumbuh sebesar 46,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2014
yang tumbuh sebesar 52,84% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor
perdagangan dari 19,54% (yoy) pada triwulan I 2014, menjadi 18,10 % (yoy) pada
triwulan II 2014. Perlambatan kredit/pembiayaan UMKM yang terjadi hampir diseluruh
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 56
BANK INDONESIA
sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga
mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang
masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan
laporan yaitu sektor industri, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial.
Tabel 3.7 Perkembangan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor UMKM
di Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah (kecuali persentase NPL)
KOLEK-TIBILITAS
KETERANGAN 2013 2014
I II III IV I II
1 Lancar 3.230.970 3.436.791 3.529.801 3.753.231 3.763.989 4.072.089
2 Dalam Perhatian Khusus
282.106 341.770 343.197 254.880 366.612 396.765
3 Kurang Lancar 37.923 34.144 34.567 29.911 29.658 40.854
4 Diragukan 40.782 29.605 29.335 25.331 41.964 65.544
5 Macet 56.378 71.140 76.910 89.792 89.341 114.845
NPL 3.70% 3.45% 3.51% 3.49% 3,75%
4,72%
Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Kualitas penyaluran kredit/pembiayaan UMKM menunjukkan kondisi yang
kurang kondusif dibandingkan kondisi pada triwulan I 2014. Kondisi ini terlihat dari
rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan yang sebesar 4,72%,
meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% (Tabel 3.7). Rasio NPL/F kredit
UMKM ini masih berada pada batas wajar, namun demikian peningkatan NPL/F yang
terjadi secara bertahap ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari perbankan.
Peningkatan rasio NPL/F ini ditengarai terjadi karena dampak finansial yang diderita oleh
perseorangan/pelaku usaha akibat ketidakpastian kondisi ekonomi sepanjang 2013 hingga
awal 2014 ini.
Rasio NPL/F kredit/pembiayaan UMKM lebih tinggi dibandingkan NPL/F
penyaluran kredit/pembiayaan secara keseluruhan yang hanya sebesar 2,32%.
Pada triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan UMKM pada sektor pertambangan
mencatatkan NPL/F tertinggi yaitu sebesar 37,68%, kemudian diikuti oleh sektor
konstruksi yang sebesar 6,20%. Sementara NPL/F sektor UMKM terendah dicatat oleh
sektor listrik, gas dan air.
3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum
Pada triwulan laporan, kinerja intermediasi perbankan syariah di Provinsi
Bengkulu berada dalam kondisi yang relatif baik. Hal ini tercermin dari Financing to
Deposit Ratio (FDR) yang cukup tinggi yaitu sebesar 192,83% (Grafik 3.6). Kondisi FDR
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 57
BANK INDONESIA
yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh peningkatan jumlah
penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK).
FDR perbankan syariah di Provinsi Bengkulu masih berada di atas FDR nasional yang
sebesar 95,50%. Tingginya FDR perbankan syariah Provinsi Bengkulu ini didukung dengan
kualitas pembiayaan yang baik, tercermin dari tingkat NPF perbankan syariah yang masih
terjaga pada level 4,20%. Meskipun demikian, perlu ada perhatian dari pihak perbankan
syariah mengingat terdapat indikasi tren kenaikan NPF, khususnya sejak awal tahun 2014.
Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu
Sumber : LBUS Bank Pelapor & Statistik Perbankan
Pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan mengalami
pertumbuhan sebesar 24,84% (yoy) menjadi sejumlah Rp830,11 miliar.
Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mengalami perlambatan bila dibandingkan
pertumbuhan pembiayaan pada triwulan I 2014 yang sebesar 34,95% (yoy). Pembiayaan
perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan modal kerja dengan porsi sebesar
39,31%, sementara pembiayaan konsumsi dan investasi masing-masing mengambil porsi
sebesar 42,97% dan 17,72%. Pembiayaan modal kerja pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 14,47% (yoy) menjadi senilai Rp326,29 miliar, melambat dibandingkan triwulan I
2014 yang tumbuh sebesar 29,59% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada
pembiayaan investasi yaitu tumbuh sebesar 10,49% (yoy) atau menjadi senilai Rp147,09
miliar. Sementara pembiayaan untuk konsumsi tumbuh meningkat menjadi 44,55% (yoy)
atau menjadi senilai Rp356, 72 dari 29,43% (yoy) di triwulan sebelumnya.
Secara sektoral, pembiayaan didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 32,11% dari total pembiayaan, kemudian diikuti oleh sektor
jasa dunia usaha sebesar 7,38%. Pembiayaan non sektoral mencatatkan share
pembiayaan terbesar yaitu 47,31% dari total pembiayaan, dan sektor perdagangan
192.83%
95.50%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
FDR Bengkulu
FDR Nasional
192.83%
4.20%
0.0%0.5%1.0%1.5%2.0%2.5%3.0%3.5%4.0%4.5%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
FDR NPF
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 58
BANK INDONESIA
sebesar 17,32%. Sektor perdagangan mencatatkan peningkatan pertumbuhan
pembiayaan sebesar 138,91% (yoy) menjadi senilai Rp266,55 miliar dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,52% (yoy). Sementara sektor jasa dunia
usaha pada triwulan II 2014 mencatatkan penurunan pembiayaan sebesar 71,74% (yoy)
menjadi senilai Rp61,29 miliar.
Dari sisi aset, perbankan syariah Provinsi Bengkulu mencatatkan
pertumbuhan sebesar 22,12% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 15,00%
(yoy). Pertumbuhan aset perbankan syariah ini lebih rendah dibandingkan triwulan I
2014 yang sebesar 28,14% (yoy), sehingga tercatat menjadi senilai Rp867,86 miliar.
Sementara itu, DPK perbankan syariah yang tercatat senilai Rp430,49 miliar tumbuh
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,31% (yoy). Saat
ini, DPK perbankan syariah mengambil porsi 4,82 % dari total DPK bank umum.
Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu
Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu
miliar Rp yoy (%) miliar Rp yoy (%)
Sumber : LBUS-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
3.3 Bank Perkreditan/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPR/BPRS) di Provinsi Bengkulu saat ini sebanyak 6 (enam) BPR/BPRS yang terdiri
dari 4 (tiga) BPR konvensional dan 2 (dua) BPR syariah. Adapun jumlah kantor BPR/S
sebanyak 25 kantor dengan sebaran kantor di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab.
Bengkulu Utara, Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Kepahiang.
Kinerja BPR/BPRS Provinsi Bengkulu pada triwulan II 2014 menunjukkan
perbaikan. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu mengalami
pertumbuhan 2,88% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan
24.84%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Pembiayaan
Growth
15.00%
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
-50
100 150 200 250 300 350 400 450 500
III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Dana Pihak KetigaGrowth
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 59
BANK INDONESIA
penurunan aset sebesar 1,03% (yoy). DPK BPR/BPRS mencatatkan peningkatan
pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,40% (yoy) dari 3,17% (yoy) pada
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh meningkatnya
pertumbuhan tabungan yang mencapai 19,10 % (yoy), yang juga dibarengi dengan
peningkatan deposito berjangka sebesar 2,34% (yoy). Kedua komponen DPK tersebut,
mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan I 2014. Disisi
lain, penyaluran kredit/pembiayaan masih mengalami penurunan meskipun dalam
persentase yang lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit/pembiayaan
BPR/BPRS tercatat turun sebesar 5,97% (yoy), sementara triwulan sebelumnya turun
8,81%.
Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu
dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)
Keterangan 2013 2014 Pertumb.
(yoy) I II III IV I II
Total Aset 161.355 158.224 160.068 157.331 155.093 162,782 2,88%
Kredit/pembiayaan/Pembiayaan
140.122 137.311 131.077 126.986 126.423 129,113 -5,97%
DPK 103.507 101.817 105.432 94.351 106.091 109,352 7,40%
L/FDR (%) 135.37 134.86 124.32 134.59 119.16% 118,07% -
Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu tercatat menurun dengan
rasio LDR/FDR sebesar 118,07%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat rata-rata sepanjang tiga tahun terakhir.
Penurunan ini didorong oleh rendahnya ekspansi kredit/pembiayaan akibat masih
terbatasnya perbaikan kondisi ekonomi. Kendala pada penyaluran kredit/pembiayaan
terindikasi sejak semester II 2013 yang mencatatkan pertumbuhan penyaluran
kredit/pembiyaan yang cukup rendah yaitu 0,93% (yoy).
Laba yang diperoleh BPR/BPRS menunjukkan adanya tren menurun.
Pencapaian laba diindikasikan oleh perhitungan spread bunga/marjin antara pendapatan
dengan biaya bunga/bagi hasil BPR/BPRS sebagaimana dicerminkan oleh Net Interest
Margin (NIM)/Net Margin. Net Interest Margin (NIM)/Net Margin pada triwulan II 2014
tercatat sebesar 14,07%, turun dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 16,04%.
Kondisi perekonomian, khususnya disektor pertanian/perkebunan yang masih dalam
pemulihan mengakibatkan masih adanya tekanan pada kinerja BPR/BPRS di Provinsi
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 60
BANK INDONESIA
Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik perkembangan Net Interest Margin/Net
Margin BPR/S (Grafik 3.9).
Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu
Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; diolah
3.4 Sistem Pembayaran
3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan II 2014, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia
Bengkulu mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp861,74 miliar,
berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencatatkan kondisi net cash inflow.
Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash ouflow pada triwulan II 2014 ini
sejalan dengan siklus tahunan. Namun demikian, kondisi net cash outflow pada triwulan
laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan pada triwulan II 2013 lalu (Tabel 3.9).
Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu juta rupiah
Keterangan 2013 2014 Pert.
q-t-q I II III IV I II
Inflow 653.052 107.185 543.719 188.814 626.476 149,431 -76,15%
Outflow ( 404.585) (754.227) 1.090.781 1.023.700 553.951 1,011,170 82,54%
Netflow 248.467 (647.043) (547.062) (834.886) 72.524 (861,739) -1.288,21%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu;
Net cash outflow pada triwulan laporan mencerminkan peningkatan
kebutuhan uang kartal di masyarakat seiring dengan peningkatan kegiatan
ekonomi daerah. Kondisi ini sejalan dengan hasil liaison dan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dimana pada triwulan
14.07%
10%
14%
17%
21%
24%
28%
31%
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 61
BANK INDONESIA
II 2014 pelaku usaha mencatatkan kenaikan realisasi kegiatan usaha. Peningkatan ini
terjadi hampir diseluruh sektor usaha.
Sepanjang April hingga Juni 2014, transaksi uang kartal di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu mengalami net cash outflow. Bila
dibandingkan dengan kondisi pada triwulan I 2014, terlihat adanya penurunan inflow
yang signifikan mencapai 76,15% (qtq) pada triwulan laporan. Sementara itu, terjadi
peningkatan aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia (outflow) sebesar
82,54% (qtq). Secara tahunan, inflow maupun outflow triwulan II 2014 meningkat
signifikan masing-masing sebesar 39,41% (yoy) dan 34,07% (yoy) (Grafik 3.10).
Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu
juta rupiah
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
i. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu
%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu:
35,422
301,375
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
Inflow Outflow
68.62
119.33
47.34
99.40
63.7071.40
35.91
59.99
42.98 39.17
6.81
23.1415.26
113.39
24.39
86.10
43.12
95.89
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 62
BANK INDONESIA
Rasio jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap inflow
pada triwulan laporan sebesar 95,89%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan I
2014 yang mencatatkan rasio sebesar 43,12%. Peningkatan rasio jumlah PTTB terhadap
inflow ini didorong oleh berkurangnya jumlah inflow pada periode laporan. Dengan
demikian, terlihat adanya indikasi peningkatan jumlah uang dalam kondisi lusuh yang
diterima oleh Bank Indonesia. Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di
masyarakat (clean money policy), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) secara
rutin. UTLE selanjutnya akan dimusnahkan melalui proses peracikan atau Pemberian Tanda
Tidak Berharga (PTTB) dengan menggunakan mesin racik. Jumlah PTTB pada triwulan II
2014 tercatat sebesar Rp143,28 miliar, turun 46,96% (qtq) dari triwulan I 2014 yang
tercatat Rp270,13 miliar.
ii. Penemuan Uang Palsu
Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada
triwulan II 2014 menurun, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank
Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 24 lembar. Jenis pecahan
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan
Rp100.000.00 sejumlah 22 lembar dan pecahan Rp50.000.00 sejumlah 2 lembar.
Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat
kecil yaitu hanya sebesar 0.0055%.
Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di
Provinsi Bengkulu
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
15 22
293
28 23 5 6
37 28 4 6 13 9 18 23
112
56 24
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 63
BANK INDONESIA
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai
i. Perkembangan Kliring Lokal
Pada triwulan II 2014, transaksi kliring secara nominal mengalami koreksi,
yaitu dari Rp944,07 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp836,74 miliar atau
turun 11,37% (qtq). Kondisi ini berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang
mencatatkan pertumbuhan nominal transaksi kliring 7,13% (qtq). Sejalan dengan
turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 6,05% (qtq). Arah yang
serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami
penurunan 12,82% (qtq) atau menjadi senilai Rp13,72 miliar per hari.
Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu
Keterangan 2013 2014 Ptumb.
qtq I II III IV I II
Bank Peserta Kliring 19 19 19 19 19 20 %
Perputaran Kliring
Nominal (juta Rp.) 788.149 806.112 844.566 881.238 944.066 836,741 -11.37%
Warkat (lembar) 30.061 31.114 29.505 32.347 33.182 31,174 -6.05%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari
Nominal (juta Rp.) 13.136 12.795 12.993 13.988 15.734 13,717 -12.82%
Warkat (lembar) 501 494 454 513 553 511 -7.59%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro
Nominal 3.82% 3.19% 3.58% 2.76% 3.50% 2.96% -
Warkat 2.70% 2.74% 3.15% 2.08% 1.87% 2.21% -
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami
peningkatan dari sisi jumlah warkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,21% dari
total warkat yang ditransaksikan (Tabel 3.10). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan
penolakan cek dan bilyet giro pada triwulan sebelumnya yang tercatat 1,87%. Sementara
bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,96% dari total
transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak
dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup,
dan saldo tidak cukup.
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 64
BANK INDONESIA
ii. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
Perkembangan transaksi pembayaran melalui sistem Real Time Gross
Settlement (RTGS) mengalami peningkatan signifikan. Pada triwulan laporan,
nominal dan warkat transaksi masuk meningkat masing-masing sebesar 71,86% (qtq)
atau menjadi sebesar Rp35,87 triliun dan 23,34% (qtq) atau menjadi sebesar 8.483
lembar. Hal serupa juga terjadi pada transaksi keluar Provinsi Bengkulu serta antar
nasabah di dalam Provinsi Bengkulu. Kedua jenis transaksi tersebut mengalami
peningkatan nominal masing-masing sebesar 54,95% (qtq) untuk transaksi keluar Provinsi
Bengkulu dan 7,97% (qtq). Peningkatan transaksi RTGS ditengah turunnya transaksi
kliring, mengindikasikan meningkatnya transaksi oleh kegiatan ataupun investasi usaha,
mengingat umumnya transaksi RTGS dilakukan untuk transaksi bernominal besar.
Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
iii. Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Sejak akhir tahun 2007, Bank Indonesia memberlakukan sistem Transaksi Uang
Kartal Antar Bank (TUKAB) dimana melalui sistem ini pemenuhan kebutuhan uang oleh
perbankan yang kekurangan uang kartal (short) tidak lagi langsung melalui kas Bank
Indonesia melainkan terlebih dahulu melalui bank lainnya yang berada dalam kondisi
kelebihan uang kartal (long). Selanjutnya, apabila seluruh bank berada dalam posisi short
(atau long) maka akan dipenuhi dari (atau disetorkan ke) kas Bank Indonesia.
Keterangan 2013 2014 Ptumb.
qtq I II III IV I II
Transaksi Keluar Daerah (from)
Nominal (miliar Rp.) 7.876 15.275 12.411 12.846 11.893 18,428 54.95%
Warkat (lembar) 8.492 9.172 9.298 11.058 8.931 10,613 18.83%
Transaksi Masuk Bengkulu (to)
Nominal (miliar Rp.) 15.063 30.761 25.528 24.806 20.868 35.865 71.86%
Warkat (lembar) 6.466 7.843 7.401 7.797 6.878 8,483 23.34%
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)
Nominal (miliar Rp.) 1.127 4.023 2.319 2.839 2.276 2,458 7.97%
Warkat (lembar) 1.988 2.760 2.545 2.746 2.670 3,449 29.18%
Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan II 2014 65
BANK INDONESIA
Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu juta rupiah
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan
(Grafik 3.13). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp959,20
miliar, lebih tinggi 43,00% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
sebesar Rp670,75 triliun. Peningkatan transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan
Juni 2014. Peningkatan volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal
dimasyarakat. Kondisi ini searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank
Indonesia yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB tinggi dan
pada waktu yang sama perbankan meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank
Indonesia (outflow), maka mengindikasikan kebutuhan uang tunai pada periode tersebut
sedang tinggi.
26.81%
-30%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
g (yoy)
Pe
endahuluan
n
Penelitian
Halaman in
Jalur Distri
ni sengaja d
ibusi dan P
Penyum
dikosongkan
embentukambang Inflas
n
n Harga Kosi Di Kota B
omoditas Bengkulu
4
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 67
BANK INDONESIA
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya dan periode yang
sama pada tahun yang lalu. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bengkulu triwulan II 2014 yang
meningkat, masing-masing terealisasi sebesar 29,71% dan 17,87%. Realisasi anggaran
pendapatan diakselerasi oleh peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa
pendapatan pajak daerah yang mencapai 46,41% dan dana perimbangan dari pemerintah
pusat yang mencapai 22,77% dari anggaran. Secara semesteran, realisasi angaran
pendapatan pada semester I 2014 tercatat sebesar 48,03% dari anggaran, sementara
realisasi belanja sebesar 28,19%.
4.1. Realisasi APBD
4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu
Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan
II 2014 tercatat sebesar 29,71%. Realisasi ini lebih baik dibandingkan dengan realisasi
pendapatan pada triwulan II 2013 yang sebesar 24,83%. Pendapatan telah terealisasi
sebesar Rp536,51 miliar. Secara kumulatif, sepanjang semester I 2014 realisasi
pendapatan APBD Provinsi Bengkulu tercatat sebesar Rp867,11 miliar atau sebesar
48,03% dari total APBD.
Dilihat dari strukturnya, porsi komponen dana perimbangan mendominasi
penerimaan APBD triwulan II 2014 sebesar 53,83% dari total pendapatan.
Pendapatan Asli Daerah berkontribusi sebesar 46,10% dan Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah sebesar 0,07%. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan realisasi PAD
yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2014, dimana realisasi PAD
terhadap total pendapatan hanya sebesar 2,22%. Sepanjang semester I 2014, realisasi
pendapatan ditopang oleh dana perimbangan yang berkontribusi sebesar 70,03%,
sementara PAD berkontribusi sebesar 29,89%. Kondisi ini mengindikasikan sangat
terbatasnya sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ketergantungan yang besar
terhadap dana dari Pemerintah Pusat.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan laporan tercatat
sebesar 46,41% dari target, lebih baik dibandingkan realisasi PAD triwulan yang
sama tahun 2013. Persentase realisasi pendapatan tertinggi berasal dari pendapatan
pajak daerah sebesar Rp206,39 miliar rupiah. Pendapatan pajak daerah berkontribusi
38,47% dari total pendapatan pada triwulan laporan. Sepanjang semester I 2014,
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 68
BANK INDONESIA
pendapatan pajak daerah telah mencatatkan realisasi sebesar 51,47% dari total anggaran.
Realisasi pendapatan pajak daerah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan kondisi tahun lalu.
Pencapaian PAD tertinggi selanjutnya yaitu komponen lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp22,93 miliar. Sementara itu, pendapatan
retribusi daerah terealisasi cukup minim sebesar Rp1,46 miliar atau 012,92% dari total
anggaran. Komponen pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
mencatatkan realisasi diatas target anggaran, yaitu sebesar 118,38% dengan nilai
Rp16,55 miliar.
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi
Bengkulu Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Uraian APBD Realisasi % Realisasi
2013 2014 II-2013 II-2014 II-2013 II-2014
Pendapatan Asli Daerah 507.999 532.938 125.089 247.332 24,62 46,41
1. Pendapatan Pajak Daerah 393.560 400.991 91.529 206.391 23,26 51,47
2. Pendapatan Retribusi Daerah 8.830 11.329 1.160 1.463 13,14 12,92
3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan
12.146 13.981 12.054 16.550 99,24 118,38
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
93.462 106.637 20.346 22.927 21,77 21,50
Pendapatan Perimbangan 971.418 1.268.252 245.089 288.820 24,94 22,77
1. Dana Bagi Hasil Pajak 55.258 54.018 22.576 8.540 40,86 15,81
2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
9.925 11.537 8.851 18.629 89,17 161,48
3. Dana Alokasi Umum 854.648 955.095 213.662 159.183 25,00 16,67
4. Dana Alokasi Khusus 51.587 53.927 - 4 - 0,01
5. Dana Penyesuaian - 193.675 - 102.464 23,57 52,90
Lain-lain Pendapatan yang Sah 207.629
4.326
418.879 355 17,89 8,22
Total Pendapatan 1.687.046 1,805,516 789.057 536.507 24,83 29,71
Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
Pada triwulan laporan, pendapatan pajak daerah memiliki kontribusi yang
signifikan dalam realisasi PAD, mencapai 83,45% dari total anggaran PAD. Pajak
kendaraan bermotor memiliki share yang besar dalam komponen pendapatan pajak
daerah yaitu pada kisaran 77%. Dengan demikian, data Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor dapat digunakan sebagai salah satu indikator
realisasi PAD. Pada triwulan laporan, pendaftaran kendaraan baru menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2014, baik untuk kendaraan beroda dua
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 69
BANK INDONESIA
maupun beroda empat. Pendaftaran kendaraan baru beroda dua tercatat meningkat
3,05% (qtq), sementara kendaraan beroda empat meningkat 63,99% (qtq) (Grafik 4.1).
Peningkatan ini ditengarai didorong oleh adanya perbaikan pendapatan masyarakat
seiring dengan berlangsungnya masa panen dan perbaikan harga komoditas unggulan
lokal. Kondisi ini juga dikonfirmasi oleh hasil liaison kepada pelaku usaha leasing
kendaraan, dimana pelaku usaha menyatakan adanya peningkatan kegiatan usaha pada
triwulan II 2014.
Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu
Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu
Sementara itu, pendapatan perimbangan pada triwulan II 2014 terealisasi
sebesar 22,77% dari anggaran atau senilai Rp288,82 miliar. Realisasi ini lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan II 2013 lalu yang sebesar 24,94%. Realisasi pendapatan
perimbangan ditopang oleh realisasi dana alokasi umum sebesar Rp159,18 miliar atau
16,67% dari anggaran dan realisasi dana penyesuaian sebesar Rp102,46 miliar atau
52,90% dari anggaran. Komponen dana bagi hasil pajak bukan pajak (SDA) mencatatkan
realisasi yang telah melebihi target anggaran yaitu sebesar Rp18,63 miliar. Sementara itu
realisasi dana bagi hasil pajak dan dana alokasi khusus mencatatkan realisasi yang masih
minim.
4.1.2 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu
Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada triwulan II
2014 senilai Rp338,96 miliar atau tercatat sebesar 17,87% dari total anggaran
yang ditetapkan. Realisasi ini lebih baik dibandingkan triwulan II 2013 yang sebesar
16,18% dari total anggaran. Realisasi belanja didorong oleh realisasi pada komponen
belanja operasi yang mencapai 18,68%. Realisasi belanja operasi mengambil porsi sebesar
13,516
101
90
110
130
150
170
190
210
230
250
270
290
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Roda 2
Kendaraan Baru (kiri)
Mutasi Masuk (kanan)
1735
412
150
350
550
750
950
1150
1350
1550
1750
1950
2150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Roda 4 & Bus/Truk
Kendaraan Baru Mutasi Masuk
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 70
BANK INDONESIA
79,50% dari total realisasi anggaran belanja triwulan II 2014. Sementara realisasi belanja
modal menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 23,62% dari total
anggaran. Sepanjang semester I 2014, realisasi belanja belanja operasi telah terealisasi
sebesar 32,21%, sementara belanja modal terealisasi sebesar 23,82%.
Realisasi belanja pegawai dan belanja barang merupakan komponen pada
belanja operasi dengan nilai belanja tertinggi. Belanja pegawai pada triwulan II 2014
mencatatkan realisasi sebesar Rp118,08 miliar atau 20,70% dari total anggaran. Realisasi
ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2013. Sementara belanja
barang terealisasi Rp99,23 miliar atau 14,60% dari total anggaran, lebih baik
dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2013. Belanja pegawai triwulan II 2014
berkontribusi 38,84% terhadap total realisasi belanja, sementara belanja barang
berkontribusi 27,21%.
Tabel 4.2 Realisasi Belanja Triwulan II 2014 APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu
Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)
Uraian APBD Realisasi % Realisasi
2013 2014 II-2013 II-2014 II-2013 II-2014
Belanja Operasi 1.313.802 1.442.404 251.470 269.466 19,14 18,68
1. Belanja Pegawai 543.165 570.472 134.593 118.082 24,78 20,70
2. Belanja Barang 549.106 631.514 62.316 92.225 11,35 14,60
3. Belanja Hibah 213.803 219.542 50.027 59.106 23,40 26,92
4. Belanja Bantuan Sosial - - - - - -
5. Belanja Bantuan Keuangan 7.728 20.877 4.533 54 58,66 0,26
Belanja Modal 300.141 294.253 13.644 69.492 4,55 23,62
1. Belanja Tanah 3.350 6.296 - 85 - 1,35
2. Belanja Peralatan dan Mesin 50.114 37.722 7.393 6.441 14,75 17,08
3. Belanja Gedung dan Bangunan
64.908 39.287 1.633 4.568 2,52 11,63
4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
177.444 208.962 4.580 58.301 2,58 27,90
5. Belanja Aset Tetap Lainnya 4.324 - 37 97 0,86 -
6. Belanja Aset Lainnya 1.986 - - - - -
Belanja Tidak Terduga 11.048 10.907 - - - -
Transfer 143.338 149.067 21.035 - 14,68 -
Total Belanja 1.768.329 1.896.631 286.149 338.958 16,18 17,87
Sumber : Biro Keuangan, Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu
Pada triwulan laporan, belanja modal terealisasi sebesar Rp69,49 miliar
atau 23,62% dari anggaran yang telah ditetapkan. Realisasi ini meningkat signifikan
Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan II 2014 71
BANK INDONESIA
dibandingkan dengan triwulan I 2014 (0,20%) maupun periode yang sama ditahun 2013
lalu (4,55%). Kondisi ini mencerminkan adanya upaya dari pemerintah daerah untuk
melakukan percepatan realisasi APBD. Seluruh komponen belanja modal telah
mencatatkan realisasi, dengan realisasi terbesar berasal pada komponen belanja jalan,
irigasi dan jaringan sebesar 27,90% dari anggaran yang ditetapkan. Selanjutnya, diikuti
realisasi belanja peralatan dan mesin sebesar 17,08% dari anggaran yang telah
ditetapkan. Belanja modal pengadaan konstruksi jalan dan konstruksi air mencatatkan
share realisasi yang tertinggi pada komponen belanja jalan, irigasi dan jaringan, masing-
masing sebesar 67,75% dan 20,91%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) milik pemerintah masih menunjukkan
peningkatan (Grafik 4.2). Kondisi ini menunjukkan adanya transfer atau peningkatan
pendapatan keuangan daerah pada triwulan laporan. Selain itu, hal ini juga
mengindikasikan masih terbatasnya realisasi keuangan daerah. Dana milik pemerintah
pusat yang terdapat di perbankan terlihat mengalami peningkatan sebesar 9,90% (qtq)
atau menjadi Rp140,10 miliar. Sementara dana milik pemerintah daerah meningkat
33,00% (qtq) menjadi Rp2,56 triliun. Dengan adanya komitmen dan upaya dari
Pemerintah Daerah untuk mempercepat proses pengadaan berbagai proyek pemerintah,
diharapkan realisasi anggaran belanja dapat mengalami akselerasi pada triwulan III 2014.
Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu
Juta Rp Juta Rp
Sumber : LBU Bank Umum, BI Bengkulu
9.90%
-60.0%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Pemerintah Pusat
g(QTQ) 33.00%
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Pemerintah Daerah
g(QTQ)
Pe
endahuluan
n
Penelitian
Halaman in
Jalur Distri
ni sengaja d
ibusi dan P
Penyum
dikosongkan
embentukambang Inflas
n
n Harga Kosi Di Kota B
omoditas Bengkulu
4
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 73
BANK INDONESIA
Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan,
tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebesar 1,62%. Pertumbuhan
jumlah tenaga kerja terutama terjadi di sektor jasa kemasyarakatan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR).
Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi Bengkulu secara
umum menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai
Tukar Petani (NTP) dari 97,86 pada Maret 2014 menjadi 96,78 pada Juni 2014. NTP
dibawah 100 juga menandakan petani belum sejahtera. Selaras dengan itu, tingkat Nilai
Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mencerminkan imbal balik operasional pertanian juga
tercatat lebih rendah, meskipun secara umum usaha pertanian masih menguntungkan
(NTUP>100). NTUP turun dari 102,75 pada triwulan I 2014 menjadi 101,38 pada triwulan
II 2014.
Persentase jumlah penduduk miskin pada Maret 2014 turun dibanding posisi
September 2013. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu berjumlah 320.950 jiwa
atau 17,48% dari total penduduk, turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada
September 2013 yang mencapai 17,75. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di
daerah pedesaan, sementara di perkotaan cenderung meningkat.
5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
Jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu menurun, hal tersebut
tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2014 yang
sebesar 1,62% dari sebelumnya 2,07% pada Februari 2013 dan 1,88% pada
Agustus 20131. Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 968.200 orang
atau meningkat sebesar 1,59% (yo). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 952.500
telah bekerja. Jumlah ini meningkat sebesar 2,06% dibandingkan pada periode yang sama
tahun 2013. Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah angkatan kerja
serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya perbaikan kondisi perekonomian
di Provinsi Bengkulu dibanding dengan Februari 2013 dan Agustus 2013.
1 Berdasarkan rilis BPS 5 Mei 2014 dengan menggunakan hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk
Februari 2014
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 74
BANK INDONESIA
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bengkulu
Pengangguran 2012 2013 2014
Feb. Agus. Feb. Agus Feb.
Jumlah Angkatan Kerja (orang)
Bekerja (orang) 922.100 926.700 933.300 941.900 952.500
Pengangguran (orang) 20.100 20.350 19.700 18.150 15.700
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 74,89 74,64 74,47 74.37 74,38
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Jumlah (orang) 20.100 20.350 19.700 18.150 15.700
TPT (%) 2,13 2,15 2,07 1,88 1,62
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor Pertanian menyerap
tenaga kerja terbesar mencapai 58,30%, diikuti sektor Jasa Kemasyarakatan,
Sosial, dan Perorangan sebesar 15,35% dan sektor Perdagangan, Restoran, dan
Jasa Akomodasi sebesar 15,31% (Tabel 5.2). Meskipun pertanian merupakan penyerap
tenaga kerja terbesar, namun sepanjang satu tahun terakhir jumlah tenaga kerja di sektor
ini mengalami penurunan hingga 1,3% atau tercatat sebanyak 555,3 ribu orang.
Penurunan jumlah tenaga kerja juga terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian,
sektor industri, sektor konstruksi dan lembaga keuangan. Kondisi ini diperkirakan terjadi
karena besarnya tekanan terhadap sektor-sektor tersebut sejak akhir 2012 akibat
melemahnya perekonomian dunia, yang berimbas pada terhambatnya kinerja berbagai
sektor ekonomi di Provinsi Bengkulu. Menurunnya pendapatan masyarakat serta
penerapan aturan Loan To Value (LTV) diperkirakan mendorong pelaku usaha lembaga
keuangan untuk melakukan efisiensi sumber dayanya. Dilain sisi, sektor jasa
kemasyarakatan dan sektor perdagangan mengalami peningkatan jumlah penduduk kerja
masing-masing sebesar 16,28% atau menjadi 146,2 ribu orang dan 15,36% atau menjadi
145,8 ribu orang.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 75
BANK INDONESIA
Tabel 5.2 Angkatan Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pengangguran Feb 2012 Feb 2013 Feb 2014
Ribu Orang
% Porsi Ribu
Orang % Porsi
Ribu Orang
% Porsi
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan
540,0 58,57 562,6 60,29 555,3 58,30
2. Pertambangan dan Penggalian 5,70 0,62 7,7 0,82 4,8 0,50
3. Industri 36,5 3,96 37,4 4,00 35,9 3,77
4. Listrik, Gas & Air Minum 0,5 0,06 1,3 0,14 3,1 0,32
5. Kosntruksi 37,8 4,10 32,8 3,52 29,7 3,12
6. Perdagangan, Restoran & Akomodasi 140,6 15,25 126,4 13,54 145,8 15,31
7. Transportasi, pergudangan & komunikasi
21,7 2,35 22,6 2,42 24,3 2,55
8. Keuangan 9,2 0,99 16,7 1,79 7,3 0,77
9. Jasa Kemasyarakatan 130,1 14,11 125,7 13,47 146,2 15,35
T O T A L 922,1 100 933,3 100 952,5 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Pekerja di Provinsi Bengkulu didominasi oleh pekerja buruh/karyawan
dengan porsi 26,21% dari total jumlah penduduk bekerja. Selanjutnya diikuti
dengan buruh tidak tetap sebanyak 24,50% dan pekerja keluarga/tidak dibayar 24,42%
dari total jumlah penduduk bekerja. Sementara itu, tingkat pengangguran terbesar dilihat
dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan berada pada lulusan universitas yaitu sebesar
5,71% dari total pengangguran. Persentase pengangguran jenis tersebut menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan sepanjang 3 (tiga) tahun terakhir. Kondisi ini
menunjukkan dua kemungkinan yaitu lapangan kerja di Provinsi Bengkulu belum memiliki
kebutuhan yang tinggi untuk tenaga kerja yang berpendidikan atau kualitas lulusan
universitas yang ada dianggap belum memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh pelaku
usaha.
5.2 Perkembangan Kesejahteraan
Secara triwulanan, daya beli petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) mengalami penurunan cukup tajam sebesar 1,10% (qtq) atau menjadi 96,78,
yang mengindikaskan petani belum sejahtera. Nilai NTP menggambarkan indeks
harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan
indeks harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi rumah
tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (NTP dibawah 100). Sepanjang
triwulan II 2014, kesejahteraan petani cenderung turun yang tercermin dari penurunan
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 76
BANK INDONESIA
NTP April-Juni 2014. Masih lemahnya harga komoditas perkebunan diperkirakan menjadi
salah satu faktor penurunan ini.
Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah
NTP kelompok holtikultura, peternakan dan perikanan tercatat diatas 100.
Peningkatan permintaan pada periode bulan Ramadhan dan persiapan hari raya Idul Fitri
diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di
sektor tersebut. Sementara itu, NTP kelompok tanaman pangan dan tanaman perkebunan
rakyat turun dibanding Maret 2014. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena kondisi
ekonomi nasional dan global yang masih menekan kinerja perkebunan, terutama masih
lemahnya harga komoditas CPO dan karet.
Nilai Nukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar
101,38, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 102,75.
Indeks NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks
harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang
modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya (NTUP>100). NTUP kelompok
perkebunan rakyat turun paling dalam dari 102,50 pada Maret 2014 menjadi 97,97 pada
Juni 2014. Sementara itu, periode panen beberapa jenis holtikultura pada triwulan II 2014
mendorong NTUP sektor holtikultura tumbuh paling tinggi pada Juni 2014.
5.3 Perkembangan Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2014 di Provinsi Bengkulu
berjumlah 320.950 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi
Bengkulu, penduduk miskin mencapai 17,48%. Jika dibandingkan dengan persentase
0.00%
-2.0%
-1.5%
-1.0%
-0.5%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
93 94 95 96 97 98 99
100 101 102 103 104
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
NTP g (mtm)
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 77
BANK INDONESIA
jumlah penduduk miskin pada periode pencatatan 2 (dua) tahun terakhir, jumlah
penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat lebih rendah. Hal ini mencerminkan
terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, jumlah penduduk miskin
turun terutama di daerah pedesaan, sedangkan di perkotaan cenderung naik.
Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebanyak 98,59 ribu
jiwa atau 17,29% dari total penduduk perkotaan, naik menjadi 18,22% atau 104,54 ribu
jiwa pada Maret 2014. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada
Maret 2014 menurun, yaitu dari 224,86 ribu jiwa pada September 2013 menjadi 216,41
ribu jiwa atau turun menjadi 17,14% dari total penduduk pedesaan. Dampak inflasi non
makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perubahan perkembangan
kemiskinan di perkotaan dan pedesaan.
Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu
Kemiskinan 2012 2013 2014
Mar Sep Mar Sep Mar
Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah (orang) 311.660 310.470 327.350 320.410 320.950
%* 17,70 17,51 18,34 17,75 17.48
*Persentase terhadap jumlah penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Garis Kemiskinan naik sebesar 2,92% dari Rp327.358/kapita/bulan pada
bulan September 2013 menjadi Rp336.930/kapita/bulan pada bulan Maret 2014.
Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari
besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%.
Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan
Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi
September 2013, porsi Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di
perkotaan maupun pedesaan. Hal ini terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap
perumahan, pendidikan, dan transportasi.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
pada Maret 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan September 2013.
P1 turun dari 3,24 pada September 2013 menjadi 2,78 pada Maret 2014. Sementara P2
turun dari 0,89 pada September 2013 menjadi 0,70 pada Maret 2014. Penurunan nilai
indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Triwulan II 2014 78
BANK INDONESIA
semakin mendekati Garis Kemiskinan, sementara peningkatan nilai indeks P2
menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit.
Tabel 5.4 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu
Daerah
2012 2013 2014
Mar Sep Mar Sep Mar
P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
Perkotaan 3,14 0,86 2,72 0,66 2,29 0,51 3,11 0,82 2,90 0,73
Pedesaan 4,63 1,65 3,20 0,87 3,32 0,84 3,30 0,92 2,72 0,68
Perkotaan+Pedesaan 4,17 1,40 3,05 0,80 3,00 0,74 3,24 0,89 2,78 0,70
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 79
BANK INDONESIA
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan
meningkat. Perkiraan percepatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih kuatnya
konsumsi rumah tangga. Selain itu, investasi dan konsumsi pemerintah diperkirakan
tumbuh lebih tinggi seiring dengan disahkannya APBD-P pada semester II 2014. Realisasi
proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
pada triwulan III 2014 juga berpotensi mendorong pertumbuhan investasi lebih tinggi dari
perkiraan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan turut membaik seiring dengan
perbaikan harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu di pasar global. Dari sisi
sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan ditopang oleh pertumbuhan sektor pertanian,
PHR, dan jasa-jasa. Perbaikan harga komoditas perkebunan diperkirakan akan menjadi
faktor pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Secara keseluruhan, perekonomian
Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,2-6,5%
(yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diprediksi mereda. Relatif stabilnya inflasi
volatile food pada level yang rendah diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2014. Namun,
terdapat potensi peningkatan inflasi yang bersumber dari penyesuaian tarif tenaga listrik
(tariff adjustment) pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan harga LPG 12 kg
pada pertengahan Agustus 2014. Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2014
diperkirakan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).
6.1 Prospek Ekonomi Makro
Grafik 6.1 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
PDRB dalam juta Rp, LPE dalam persen yoy
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu, angka sementara dan perkiraan
Proyeksi 6,2-6,5%
1.00%
3.00%
5.00%
7.00%
9.00%
11.00%
1,650,000
1,800,000
1,950,000
2,100,000
2,250,000
2,400,000
2,550,000
2,700,000
2,850,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp
2010 2011 2012 2013 2014
PDRB Konstan (axis kiri)LPE (axis kanan)
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 80
BANK INDONESIA
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014. Laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2014 diprediksi berada pada kisaran 6,2-6,5% (yoy).
Dari sisi permintaan, percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu
diprediksi terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah
tangga dan investasi. Daya beli masyarakat diperkirakan semakin membaik seiring
dengan perbaikan sektor-sektor utama perekonomian. Hal ini sesuai dengan peningkatan
optimisme pelaku usaha sebagaimana tercermin pada Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Bank Indonesia triwulan II 2014. Sementara itu, realisasi proyek MP3EI yang
dijadwalkan dimulai pada tahun 2014 diperkirakan mendorong investasi tumbuh lebih
tinggi. Proyek MP3EI yang dijadwalkan dimulai pada 2014 antara lain pembangunan
SPAM Regional Provinsi Bengkulu senilai Rp747 miliar. Di sisi lain, perbaikan harga
komoditas perkebunan diprediksi akan mendorong peningkatan volume ekspor ke
mancanegara, disamping masih stabilnya perdagangan antar daerah.
Grafik 6.2 Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu
Sumber : Hasil SK & SKDU, BI Bengkulu
Sumber : Laporan Bank Umum
Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dikonfirmasi oleh hasil
Survei Konsumen (SK) triwulan II 2014 yang menunjukkan optimisme masyarakat
akan kondisi ekonomi ke depan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Saldo (NS) Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) yang meningkat dari 129,78 menjadi 139,11. Optimisme
tersebut mencakup perbaikan kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang, perkiraan
peningkatan penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Namun, konsumsi masyarakat
melalui fasilitas perbankan diperkirakan masih tertahan, hal ini tercermin dari perlambatan
139.11
28.33
-
5
10
15
20
25
30
35
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
SK & SKDU
IEK (kiri)
Ekspektasi Kegiatan Usaha- 3 bln ke depan (kanan)
14.64%
-10%
5%
20%
35%
50%
65%
80%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
Juta
Rp
Kredit Konsumsi
g(yoy)
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 81
BANK INDONESIA
penyaluran kredit konsumsi sampai posisi Juni 2014 (Grafik 6.2). Peningkatan biaya dana
(cost of fund) seiring kenaikan bunga simpanan menjadi pertimbangan perbankan untuk
menaikkan suku bunga kredit.
Dari sisi sektoral, sektor pertanian, PHR dan, jasa-jasa diperkirakan masih
berkontribusi paling tinggi pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu di
triwulan III 2014. Membaiknya harga CPO dan crumb rubber di pasar global diprediksi
akan mendorong perbaikan harga TBS dan karet di tingkat petani sehingga mendorong
peningkatan volume produksi. Di sisi lain, produksi tabama diperkirakan relatif stabil
dengan didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah daerah seperti penyediaan pupuk
dan bibit bersubsidi. Sementara itu, peningkatan pendapatan masyarakat seiring
membaiknya harga komoditas perkebunan diprediksi akan berdampak positif terhadap
sektor PHR dan jasa-jasa, antara lain peningkatan pembelian barang tahan lama (durable
goods)/kendaraan bermotor.
Grafik 6.3 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Pelaku usaha optimis terhadap kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu
pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Hal ini tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan III 2014 (Grafik 6.3). Menurut
pelaku usaha, sektor pertanian akan tumbuh paling tinggi pada triwulan III 2014, disusul
oleh sektor pengangkutan/komunikasi dan PHR.
5.00
28.33
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
SBT Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 82
BANK INDONESIA
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah
Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi diperkirakan mereda. Inflasi volatile
food sepanjang semester I 2014 yang relatif rendah diperkirakan akan stabil hingga
triwulan III 2014. Hal ini didukung oleh relatif minimnya gangguan produksi di sentra-
sentra produksi lokal. Selain itu, pasokan dari provinsi lainnya diperkirakan lancar pada
triwulan mendatang. Namun, pemerintah daerah tetap perlu melakukan pengawasan
terhadap ketersediaan pupuk dan bibit untuk menjamin keberhasilan panen. Namun,
tekanan inflasi dapat meningkat seiring dengan penyesuaian tarif listrik (tariff adjustment)
tahap II pada bulan September 2014 dan rencana kenaikan LPG 12 kg sebesar Rp1.000-
Rp1.500/kg pada pertengahan Agustus 2014. Penyesuaian tarif listrik dan LPG 12 kg ini
berpotensi mengakibatkan inflasi pada komoditas inti, seperti makanan jadi dan produk-
produk hasil industri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pada triwulan III
2014 inflasi Bengkulu diperkirakan akan berada pada kisaran 4,70±1% (yoy).
Grafik 6.4 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu
Perkembangan laju inflasi juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK)
triwulan II 2014 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bengkulu. Survei Konsumen (SK) menunjukkan peningkatan ekspektasi konsumen
mengenai kondisi harga-harga pada tiga bulan yang akan datang. Hal ini tercermin dari
Nilai Saldo kondisi harga-harga tiga bulan ke depan yang mencapai 176,67. Dari sisi
pelaku usaha juga terlihat adanya ekspektasi kenaikan harga jual sebagaimana terlihat
dari peningkatan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi harga jual/suku
bunga/tarif pada triwulan III 2014, terutama sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(PHR) yang naik cukup tinggi (Grafik 6.5).
Proyeksi4,70±1%
0%
2%
3%
5%
6%
8%
9%
11%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIp
2010 2011 2012 2013 2014
Prospek Perekonomian Daerah Triwulan II 2014 83
BANK INDONESIA
Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu
Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Bengkulu
26.67
176.67
-
50
100
150
200
-
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2,014
Ekspektasi Harga Jual (axis kiri) Inflasi 3 bulan kedepan (axis kanan)
Pe
endahuluan
n
Penelitian
Halaman in
Jalur Distri
ni sengaja d
ibusi dan P
Penyum
dikosongkan
embentukambang Inflas
n
n Harga Kosi Di Kota B
omoditas Bengkulu
4
Lampiran Data Triwulan II 2014 83
BANK INDONESIA
LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN PROVINSI BENGKULU
Periode Triwulan IV 2012 s.d Triwulan II 2014
Lampiran Data Triwulan II 2014 85
BANK INDONESIA
1. Data Ekonomi Makro
TABEL DATA PDRB
(dalam juta Rp)
IV I II III IV I II
Berdasarkan penggunaan
a. Harga berlaku 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394 7,308,990 7,439,484
3,744,190 3,874,925 3,977,873 4,192,589 4,265,989 4,366,596 4,482,609
59,009 55,644 57,444 59,348 63,420 67,848 69,760
Konsumsi Pemerintah 1,054,653 979,059 1,025,105 1,104,958 1,187,914 1,118,724 1,158,845
701,080 689,247 728,211 781,401 828,928 797,682 829,852
Perubahan stok (348,409) (145,972) (111,244) (145,409) (180,180) (76,725) (125,226)
Ekspor 2,054,278 1,982,127 2,000,560 1,991,824 2,094,557 2,093,855 2,155,909
Impor 879,523 915,727 987,467 1,034,646 1,032,234 1,058,989 1,132,264
b. Harga konstan 2,411,440 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173 2,607,557 2,622,265
1,520,690 1,536,889 1,554,802 1,595,571 1,615,750 1,635,261 1,657,191
25,314 23,421 23,859 24,155 25,544 27,035 27,517
Konsumsi Pemerintah 416,736 379,355 392,215 413,748 440,145 410,567 420,872
293,133 281,789 294,160 308,338 323,693 308,836 319,089
Perubahan stok (114,536) (39,702) (3,372) 11,143 (21,581) 21,339 10,084
Ekspor 749,137 744,207 738,718 724,661 745,810 741,820 754,094
Impor 479,035 491,980 523,250 536,592 529,188 537,302 566,582
Berdasarkan sektor ekonomi
a. Harga berlaku 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394 7,308,990 7,439,484
Pertanian 2,434,714 2,511,291 2,577,907 2,645,512 2,765,265 2,783,951 2,795,420
Pertambangan & Penggalian 263,803 261,460 263,187 263,288 275,903 279,777 281,915
Industri Pengolahan 288,647 291,584 297,944 313,893 327,325 331,969 338,733
Listrik, Gas dan Air 35,234 34,856 35,738 36,702 37,692 38,181 38,853
Bangunan 248,909 243,463 244,361 265,346 286,379 282,087 284,584
1,226,914 1,261,810 1,302,663 1,364,111 1,387,442 1,414,605 1,463,773
Pengangkutan & Komunikasi 516,943 526,566 542,382 565,952 576,643 584,695 600,227
317,005 321,828 332,745 341,921 354,496 361,739 372,162
1,053,110 1,066,446 1,093,556 1,153,341 1,217,249 1,231,985 1,263,817
b. Harga konstan 2,411,440 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173 2,607,557 2,622,265
Pertanian 877,727 890,996 904,133 917,627 944,694 945,444 937,266
Pertambangan & Penggalian 86,057 85,265 85,134 83,251 85,841 86,380 86,971
Industri Pengolahan 108,293 107,642 109,599 114,386 116,527 117,144 118,445
Listrik, Gas dan Air 11,937 12,151 12,273 12,424 12,473 12,533 12,708
Bangunan 78,925 76,733 76,153 78,286 82,754 81,258 81,872
481,829 492,736 506,119 523,360 527,364 530,371 539,501
Pengangkutan & Komunikasi 200,475 202,184 205,808 212,881 214,695 215,633 219,189
121,857 123,410 125,558 127,721 130,755 132,041 134,313
444,340 442,862 452,356 471,089 485,070 486,752 492,000
Pertumbuhan (%)
Triwulanan (q-t-q) 0.78% 0.93% 1.77% 2.58% 2.33% 0.28% 0.56%
Tahunan (y-o-y) 5.67% 5.44% 5.32% 6.19% 7.83% 7.13% 5.86%
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta
Perdagangan, Hotel & Restoran
Perdagangan, Hotel & Restoran
Konsumsi Rumah Tangga
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perhubungan
Pembentuk Modal Tetap
Domestik Bruto
Pembentuk Modal Tetap
Domestik Bruto
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perhubungan
Konsumsi Lembaga Swasta
Lampiran Data Triwulan II 2014 86
BANK INDONESIA
TABEL DATA INFLASI
2012
IV I II III IV I II
1. Inflasi
Bulanan (m-t-m) 0.58% 0.71% 1.72% 0.33% 0.35% 0.04% 0.38%
Tahunan (y-o-y) 4.61% 7.44% 7.89% 9.24% 9.94% 8.35% 5.79%
Kumulatif (y-t-d) 4.61% 2.60% 4.45% 9.54% 9.94% 0.83% 0.57%
20142013
TABEL DATA EKSPOR IMPOR
2012
IV I II III IV I II
1.
73,611 85,954 102,467 59,559 73,801 64,392 64,408
- Minyak Sawit 5,801 9,150 14,059 13,433 13,323 17,432 17,615
- Karet 19,762 26,171 29,834 17,478 11,956 10,338 12,003
- Batubara 46,066 49,069 56,863 28,649 44,758 34,456 33,106
- Kakao 262 146 - - - - -
- Lainnya 1,720 1,417 1,711 - 3,763 2,166 1,684
2.2,311 - 664 1,344 3,756 965 3,339
3. Net ekspor 71,300 85,954 101,803 58,215 70,045 63,427 61,069
4.910,516 862,039 1,058,222 511,129 927,846 721,298 688,318
- Minyak Sawit 6,900 12,500 17,500 22,811 16,500 20,000 19,380
- Karet 7,230 8,956 11,259 7,512 5,187 4,842 6,771
- Batubara 870,350 822,652 1,006,358 480,807 855,846 647,898 639,750
- Kakao 100 50 - - - - -
- Lainnya 25,935 17,880 23,105 - 50,312 48,559 22,417
Realisasi ekspor (Ribu
US$)
Realisasi impor (Ribu
US$)
20142013
Realisasi ekspor (Ton)
2. Perbankan
TABEL DATA KELEMBAGAAN, ASET DAN DPK BANK UMUM
(dalam miliar Rp) 2012
IV I II III IV I II
1. Kelembagaan
a.Jumlah Bank Umum (dlm
satuan) 19 19 19 19 19 20 20
b.Jumlah kantor & ATM
bank (dlm satuan) 350 358 366 398 372 379 377
2. Total Asset 11,400 11,775 12,540 13,025 13,232 13,256 14,686
3. 7,368 7,569 8,070 8,379 7,680 7,997 8,939
a. Giro 1,781 2,281 2,424 2,407 1,387 2,194 2,705
b. Tabungan 4,182 3,686 3,931 4,378 4,830 4,197 4,400
c. Deposito Berjangka 1,405 1,602 1,715 1,593 1,462 1,606 1,834
Total Dana yang dihimpun
20142013
Lampiran Data Triwulan II 2014 87
BANK INDONESIA
TABEL DATA PERKREDITAN BANK
(dalam juta Rp) 2012
IV I II III IV I II
1.9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277
- Lancar 8,855,288 9,134,358 9,867,520 10,324,414 10,709,057 10,684,805 11,112,544
-
Dalam Perhatian
Khusus 373,779 417,678 476,366 500,158 376,942 531,999 577,739
- Kurang Lancar 25,637 53,717 43,463 50,825 41,890 38,264 53,268
- Diragukan 23,793 49,550 36,393 38,455 33,977 52,831 75,475
- M a c e t 82,060 92,546 105,005 111,833 126,898 130,984 149,250
NPL - nominal 131,490 195,814 184,861 201,113 202,766 222,079 277,993
NPL - % 1.40% 2.01% 1.76% 1.82% 1.80% 1.94% 2.32%
127.04% 128.78% 130.46% 131.59% 146.99% 143.04% 133.89%
2. 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277
- Pertanian 514,738 588,389 662,287 740,017 808,309 863,227 889,803
- Pertambangan 130,505 120,144 91,755 85,072 77,194 66,908 61,508
- Industri 299,435 282,239 304,868 300,138 302,474 293,286 298,782
- Listrik, gas & air 20,183 23,238 25,772 25,661 24,815 24,464 24,407
- Konstruksi 135,003 123,471 184,057 204,235 178,927 172,373 212,311
- Perdagangan 2,383,597 2,445,527 2,734,974 2,810,641 2,872,434 2,951,524 3,202,796
- Pengangkutan 55,553 55,302 49,141 52,038 52,292 52,768 51,425
- Jasa dunia usaha 307,773 339,400 406,046 402,178 406,869 404,089 210,028
- Jasa sosial 135,780 140,487 160,818 167,599 175,053 187,391 207,445
- Lainnya 5,377,990 5,629,653 5,909,030 6,238,106 6,390,397 6,422,854 6,809,773
3. 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765 11,438,884 11,968,277
- Modal kerja 3,155,777 3,278,286 3,409,363 3,512,105 3,558,306 3,624,027 3,807,873
- Investasi 984,172 999,097 1,212,610 1,276,064 1,341,382 1,393,088 1,389,155
- Konsumsi 5,220,609 5,470,466 5,906,774 6,237,516 6,389,077 6,421,768 6,771,249
Kredit yang diberikan
per kolektibilitas
Kredit berdasarkan
sektor ekonomi
Kredit berdasarkan
jenis penggunaan
Loan to Deposit Ratio
(LDR)
20142013
Daftar Istilah Triwulan II 2014 89
BANK INDONESIA
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan
tarif dasar listrik.
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan
penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar
bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap
tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah
Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah
(persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank
pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur
setiap bulannya.
BI-RTGS
Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian
kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk
setiap instruksi transfer dana.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Cash inflows
Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan
penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
Daftar Istilah Triwulan II 2014 90
BANK INDONESIA
Cash Outflows
Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran
uang masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy
Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor
Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil
maupun bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik
dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank
konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini
dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia
Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal
kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
Inflasi
Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).
Daftar Istilah Triwulan II 2014 91
BANK INDONESIA
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan
indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor
Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil
maupun bukan komersil.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring
Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama
peserta maupun atas nama nasabah.
Kredit
Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, termasuk :
1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement
(NPA)
2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran
pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam
Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia
Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual
sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia
dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Net Cashflows
Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri
dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows,
dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Daftar Istilah Triwulan II 2014 92
BANK INDONESIA
Non Performing Loans (NPL)
Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan
klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi
Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau
tahunan).
Porsi Ekonomi
Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai
dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu
sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu
wilayah dalam satu triwulan tertentu.
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)
Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio
ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik
Daftar Istilah Triwulan II 2014 93
BANK INDONESIA
kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank
syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)
Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time)
dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai
perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang
penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral
Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang
sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan
sistem moneter.
Uang kartal
Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang
kas pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods
Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat
fluktuatif.
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.