prakiraan musim hujan

22
PRAKIRAAN MUSIM HUJAN STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jl. PIPIT NO 150, SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR TELP: 0541-741160, FAX 0541-201060 web: bmkgsamarinda.com email: [email protected] KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2020/2021

Upload: others

Post on 16-Apr-2022

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Jl. PIPIT NO 150, SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR

TELP: 0541-741160, FAX 0541-201060

web: bmkgsamarinda.com email: [email protected]

KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2020/2021

Page 2: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

i STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Hujan 2020 Provinsi Kalimantan Timur ini disusun berdasarkan hasil

pantauan kondisi fisis atmosfer dan data curah hujan yang diterima dari stasiun dan pos hujan

kerja sama di wilayah Kalimantan Timur. Buletin Prakiraan Musim Hujan 2020 ini memuat

Informasi Prakiraan Awal Musim Hujan 2020, Perbandingan antara Awal Musim Hujan 2020

terhadap Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), Prakiraan Sifat Hujan selama periode

Musim Hujan 2020, dan Prakiraan Puncak Musim Hujan.

Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanan di seluruh

wilayah Indonesia, maka secara klimatologis wilayah Indonesia terdiri atas:

a) Daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan

periode musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Zona Musim (ZOM).

b) Daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan

musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Non Zona Musim (Non ZOM).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun terakhir (tahun

1981–2010), wilayah Kalimantan Timur terdiri dari 10 Zona Musim (ZOM) dan 2 Non Zona

Musim (Non ZOM).

Ucapan terima kasih serta harapan kami sampaikan kepada instansi terkait,

khususnya kepada para pengamat stasiun/pos hujan kerja sama yang telah secara rutin

mengukur dan mengirimkan data curah hujan yang selama ini telah berjalan menjadi semakin

baik dan tepat waktu. Kami berharap para pengamat stasiun/pos hujan kerja sama dapat lebih

mengintensifkan pengamatan agar data-data tersebut dapat kami sampaikan dalam bentuk

informasi kepada masyarakat secara cepat dan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami berharap informasi ini dapat bermanfaat

sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan bagi semua pihak yang berkepentingan. Kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan

terhadap apa yang telah kami sampaikan.

Samarinda, 24 September 2020

Kepala Stasiun Meteorologi Samarinda

RIZA ARIAN NOOR

Page 3: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

ii STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iii

I. PENDAHULUAN 1

II. RINGKASAN 4

III. ZONA MUSIM (ZOM) KALIMANTAN TIMUR 8

IV. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 ZONA MUSIM

KALIMANTAN TIMUR 9

V. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 PROVINSI

KALIMANTAN TIMUR 13

LAMPIRAN 14

Page 4: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

iii STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Pergerakan SOI 4

Gambar 2 Analisis Sifat Hujan Agustus 2020 5

Gambar 3 SST Agustus 2020 6

Gambar 4 Anomali SST 7

Gambar 5 Peta ZOM Kalimantan Timur 8

Gambar 6 Peta Awal Musim Hujan 2020/2021 9

Gambar 7 Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021 10

Gambar 8 Peta Prakiraan Sifat Musim Hujan 2020/2021 11

Gambar 9 Peta Prakiraan Puncak Musim Hujan 2020/2021 12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penjabaran Wilayah Zona Musim (ZOM) Kalimantan Timur 8

Tabel 2 Prakiraan Musim Hujan 2020/2021 13

Page 5: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

1 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

I. PENDAHULUAN

Posisi geografis Indonesia sangat strategis yaitu berada di daerah tropis dengan diapit

oleh Benua Asia dan Benua Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dilalui

garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, serta

dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki tingkat keragaman

cuaca dan iklim yang tinggi.

Keragaman iklim Indonesia dipengaruhi oleh antara lain fenomena global seperti El Nino

Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena regional, seperti

sirkulasi angin monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter

Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan kondisi suhu permukaan laut di sekitar wilayah

Indonesia.

Provinsi Kalimantan Timur mempunyai topografi bergelombang dari kemiringan landai

sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 meter di atas permukaan laut dengan

kemiringan antara 0-60 persen. Daerah dataran rendah pada umunya dijumpai pada kawasan

sepanjang sungai. Sementara, daerah pegunungannya memiliki ketinggian rata-rata lebih dari

1.000 mdpl dengan kemiringan 300 persen. Sisi timurnya berbatasan dengan sebagian (12 mil)

Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Karakteristik wilayah ini berpengaruh menimbulkan

fenomena lokal serta ketinggian daerah dari permukaan laut ini juga menjadi salah satu faktor

berpengaruh pada unsur-unsur curah hujan dan tinggi rendahnya suhu yang ada sehingga

memengaruhi cuaca, iklimnya, dinamika hidrologi dan kerentanan terhadap erosi.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), wilayah Kalimantan

Timur secara klimatologis terdiri atas 12 pola iklim, di mana 10 pola merupakan Zona Musim

(ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim

Kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 2 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non

ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara

periode musim hujan dan musim kemarau, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah

hujannya tinggi atau rendah.

Fenomena yang mepengaruhi Iklim / Musim di Indonesia

1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi

lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah

Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif

(lebih panas dari rata-ratanya) maka disebut El Nino. Sebaliknya, jika anomali suhu

permukaan lautnya negatif disebut La Nina. Pengaruh El Nino terhadap curah hujan di

Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kondisi suhu perairan

Page 6: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

2 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara

signifikan bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin (anomali

negatif). Namun bila kondisi suhu perairan lebih hangat (anomali positif), El Nino tidak

signifikan mepengaruhi curah hujan di Indonesia. Sedangkan La Nina secara umum

menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan

menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Pengaruh El Nino dan La

Nina juga tergantung musim. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, dampak El Nino / La

Nina tidaklah merata atau seragam di seluruh wilayah.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera

Hindia yang dimonitor melalui perhitungan perbedaan nilai antara anomali suhu muka laut

perairan pantai timur Afrika (West Tropical Indian Ocean, WTIO) dengan perairan di

sebelah barat Sumatera (Southeast Tropical Indian Ocean, SETIO). Perbedaan nilai

anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). Kejadian IOD

positif, umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia terutama di

bagian barat. Sedangkan nilai IOD negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah

hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia–Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di daratan

Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam

setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia berubah arahnya secara

musiman atau biasa disebut angin monsun. Angin monsun didefinisikan sebagai sirkulasi

angin yang mengalami perubahan arah setiap (kurang lebih) setengah tahun sekali. Pola

angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia dan umumnya berkaitan

dengan berlangsungnya musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pola angin

timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia dan biasanya berkaitan

dengan berlangsungnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan

posisi berubah mengikuti pergerakan semu matahari ke arah utara dan selatan garis

khatulistiwa, yang menjadi pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan belahan

bumi selatan. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi

pertumbuhan awan-awan hujan.

Page 7: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

3 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah

satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya

dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut

dingin maka potensi kandungan uap air di atmosfer sedikit, sebaliknya panasnya suhu

permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer.

Page 8: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

4 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

II. RINGKASAN

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena

iklim, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi

Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan laut

Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi

pada Musim Hujan 2020/2021, adalah sebagai berikut :

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD

a) El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Sejak bulan Juli tahun 2020, kondisi anomali suhu permukaan laut di Ekuator

Pasifik Tengah (region Nino3.4) berada pada kondisi normal dengan indeksnya bernilai

-0.11, yang mengindikasikan ENSO berada pada status netral. Secara umum

berdasarkan model-model prediksi ENSO dari BMKG dan juga institusi internasional

lain (https://iri.columbia.edu) baik model dinamis maupun statistik memprakirakan

ENSO akan berada pada kategori netral hingga La Nina.

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Mei sampai dengan Agustus 2020 umumnya

bervariasi positif dan negatif namun masih dalam kisaran normalnya, memasuki bulan

Agustus 2020, indeks SOI dengan nilai mencapai +3 yang mengindikasikan terjadi

penambahan jumlah curah hujan. Hal ini selaras dengan curah hujan pada bulan

Agustus 2020 di wilayah Kalimantan Timur yang didominasi sifat hujan atas normal

(Gambar 2).

Gambar 1 Grafik Pergerakan SOI

(Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/#tabs=Pacific-Ocean)

Page 9: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

5 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

Gambar 2 Analisis Sifat Hujan Agustus 2020

(Sumber: BMKG Samarinda)

b) Indian Ocean Dipole (IOD)

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi IOD pada bulan Juli 2020 menunjukkan

fenomena Dipole Mode dalam kondisi Netral dengan IOD sebesar 0.27. Prediksi

BMKG, kondisi IOD diprakirakan akan tetap netral pada periode Agustus hingga

November 2020 kemudian bulan Desember 2020 berpotensi terjadi Dipole Mode

Negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa pada awal Musim Hujan 2020/2021,

kemungkinan besar tidak terjadi anomali perpindahan uap air antara wilayah Indonesia

dengan Samudera Hindia.

2. Monitoring dan Prakiraan Monsun Asia-Australia dan ITCZ

a) Monsun Asia–Australia

Hingga akhir Juli 2020 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya memiliki pola yang

mirip dengan normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850 mb menunjukkan bahwa

aliran angin monsun Australia masih mendominasi seluruh wilayah Indonesia. Prediksi

nilai indeks monsun Australia menunjukkan bahwa aliran monsun Australia akan tetap

aktif hingga November 2020 dengan intensitas relatif sama dengan klimatologisnya.

Namun, monsun Asia diprakirakan akan mulai aktif pada November 2020, khususnya

Page 10: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

6 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

di wilayah bagian utara ekuator, dengan intensitas yang sedikit lebih kuat dibanding

klimatologisnya. Penguatan monsun Asia berpotensi meningkatkan peluang

pembentukan awan hujan terutama di wilayah Indonesia bagian utara khatulistiwa.

b) Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

Posisi ITCZ pada akhir Juli 2020 masih berada di utara garis ekuator dan akan

bergerak ke arah selatan menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya.

Secara umum, berdasarkan prediksi angin periode Agustus hingga November 2020

menunjukkan ITCZ akan berada pada posisi sesuai dengan normalnya. Namun pada

Desember 2020 hingga Januari 2021, angin baratan diprediksi telah mendominasi

hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan zona ITCZ sedikit lebih ke utara

dibandingkan dengan normalnya. Hal ini diprediksi dapat berimplikasi terhadap awal

musim dan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa

Tenggara yang berpotensi mundur dibandingkan kondisi normalnya.

3. Monitoring dan Prakiraan Suhu Permukaan Laut Indonesia

Pada bulan Agustus 2020, nilai suhu permukaan laut di sekitar wilayah

Kalimantan khususnya Selat Makassar dalam kategori hangat dengan nilai 28-29 oC.

Nilai tersebut mengindikasikan bahwa terdapat potensi penguapan yang cukup tinggi,

sehingga meningkatkan proses pembentukan awan.

Gambar 3 SST Agustus 2020

(Sumber: http://www.bom.gov.au/products/IDYOC063.Global.SSTAnalysis.shtml)

Page 11: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

7 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

Anomali suhu permukaan laut di sekitar wilayah Kalimantan bagian utara dan

timur (Selat Makassar) berkisar antara -0,5 s.d. +1,5 0C. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa penguapan yang terjadi relatif tinggi, sehingga meningkatkan potensi terjadinya

hujan di wilayah Samarinda dan sekitarnya dengan intensitas hujan ringan hingga

sangat lebat.

Gambar 4 Anomali SST

(Sumber: http://www.bom.gov.au/products/IDYOC063.Global.SSTAnomaly.shtml)

Suhu permukaan laut di Indonesia menjelang dan pada awal Musim Hujan

2020/2021 diprakirakan sebagai berikut :

a) Pada bulan Agustus–Oktober 2020, suhu permukaan laut di perairan Indonesia

diprakirakan didominasi anomali positif, kemudian November 2020 mulai

meluruh menuju kondisi normal dari sebelah utara Papua hingga seluruh

wilayah perairan Indonesia bagian utara. Sedangkan wilayah perairan selatan

Jawa, perairan Maluku bagian selatan dan Papua bagian selatan umumnya

diprakirakan akan lebih hangat dengan anomali suhu permukaan laut berkisar

+0.5 °C hingga +1°C.

b) Pada bulan Desember 2020 – Januari 2021, suhu permukaan laut di wilayah

perairan Indonesia diprakirakan akan berada dalam kondisi normal.

Page 12: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

8 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

III. ZONA MUSIM (ZOM) KALIMANTAN TIMUR

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data periode 30 tahun terakhir (tahun

1981-2010), wilayah Kalimantan Timur terdiri dari 10 Zona Musim (ZOM).

Tabel 1 Penjabaran Wilayah Zona Musim (ZOM) di Kalimantan Timur

ZOM PENJABARAN WILAYAH

267 Kabupaten Mahakam Ulu bagian selatan.

277 Kabupaten Paser bagian tenggara.

278 Kabupaten Paser bagian barat, Kabupaten Kutai Barat bagian tenggara, Kabupaten Penajam Paser Utara bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian tenggara.

279 Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian tenggara.

280 Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian timur.

281 Kabupaten Kutai Timur bagian timur, Kabupaten Berau bagian tenggara, Kota Bontang, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian timur laut.

282 Kabupaten Kutai Kartanegara bagian tengah, Kabupaten Kutai Timur bagian selatan.

283 Kabupaten Kutai Barat bagian tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian barat.

284 Kabupaten Kutai Timur bagian barat, Kabupaten Kutai Kartanegara bagian utara, Kabupaten Mahakam Ulu bagian utara, Kabupaten Berau bagian barat.

285 Kabupaten Kutai Timur bagian tengah, Kabupaten Berau bagian tengah.

Gambar 5 Peta ZOM Kalimantan Timur

Page 13: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

9 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

IV. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 ZONA MUSIM KALIMANTAN TIMUR

1. Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021

Secara umum, prakiraan awal musim hujan 2020/2021 wilayah Kalimantan

Timur terjadi pada bulan September – November. Prakiraan awal musim hujan paling

awal terjadi pada September Dasarian III pada ZOM 267 yaitu wilayah Kab. Mahakam

Ulu bagian selatan. Sedangkan prakiraan awal musim hujan paling akhir terjadi pada

November Dasarian I pada ZOM 279 (Kota Balikpapan, Kab. Penajam Paser Utara

bagian tengah, Kab. Kutai Kartanegara bagian tenggara) dan ZOM 280 (Kota

Samarinda, Kab. Kutai Kartanegara bagian timur).

Gambar 6 Peta Awal Musim Hujan 2020/2021

Page 14: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

10 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

2. Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021 terhadap Rata-Ratanya

(Periode 1981-2010).

Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun. Secara umum,

prakiraan awal musim hujan 2020/2021 wilayah Kalimantan Timur mengalami

kemunduran mencapai lebih dari 3 dasarian dari kondisi normalnya. Untuk ZOM 283

prakiraan awal musim hujannya mengalami kemajuan sebanyak 1 dasarian dari kondisi

normalnya. Sedangkan prakiraan awal musim hujan untuk ZOM 267, 277, 278, 285

masih sama dengan kondisi normalnya.

Gambar 7 Peta Perbandingan Prakiraan Awal Musim Hujan 2020/2021

Page 15: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

11 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

3. Prakiraan sifat Hujan Musim Hujan 2020/2021

Secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2020/2021 di wilayah

Kalimantan Timur diprakirakan normal. Kecuali untuk wilayah ZOM 277 (meliputi

wilayah Kab. Paser bagian tenggara), 282 (meliputi wilayah Kab. Kutai Kartanegara

bagian tengah, dan Kab. Kutai Timur bagian selatan) dan 284 (meliputi wilayah Kab.

Kutai Timur bagian barat, Kab. Kutai Kartanegara bagian utara, Kab. Mahakam Ulu

bagian utara, dan Kab. Berau bagian barat) yang diprakirakan mengalami sifat hujan

atas normal.

Gambar 8 Peta Prakiraan Sifat Musim Hujan 2020/2021

Page 16: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

12 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

4. Prakiraan Puncak Musim Hujan 2020/2021

Puncak Musim Hujan 2020/2021 di wilayah Kalimantan Timur diprakirakan

umumnya terjadi pada bulan Desember 2020 – Januari 2021. Wilayah yang diprakirakan

mengalami puncak musim hujan pada Bulan Desember 2020 meliputi ZOM 278, 281 dan

284. Sedangkan wilayah yang diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan

Januari 2021 meliputi ZOM 279, 280, 282 dan 285.

Gambar 9 Peta Prakiraan Puncak Musim Hujan 2020/2021

Page 17: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

13 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

V. PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2020/2021 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis disertai pertimbangan kondisi

fisis dan dinamika atmosfer di wilayah Indonesia dan sekitarnya, maka Prakiraan

Musim Hujan 2020 di Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut :

Tabel 2 Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

Kabupaten /

Kota Daerah

Awal

Musim

Hujan

Perbandingan

Terhadap Rata-

rata

(Dasarian)

Sifat

Hujan

Puncak

Musim

Paser Paser bagian tenggara

Paser bagian barat

NOV I

OKT III

Sama

Sama

AN

N

JUN

DES

PPU PPU bagian barat laut

PPU bagian tengah

OKT III

NOV II

Sama

Mundur 5 Dasarian

N

N

DES

JAN

Balikpapan Kota Balikpapan NOV II Mundur 5 Dasarian N JAN

Kutai

Kartanegara

Kukar bagian tenggara

Kukar bagian timur

Kukar bagian timur laut

Kukar bagian tengah

Kukar bagian barat

Kukar bagian utara

NOV II

NOV II

NOV I

OKT III

OKT I

OKT II

Mundur 5 Dasarian

Mundur 5 Dasarian

Mundur 4 Dasarian

Mundur 1 Dasarian

Maju 1 Dasarian

Mundur 1 Dasarian

N

N

N

AN

N

AN

JAN

JAN

DES

JAN

NOV

DES

Samarinda Kota Samarinda NOV II Mundur 5 Dasarian N JAN

Bontang Kota Bontang NOV I Mundur 4 Dasarian N DES

Kutai Timur Kutim bagian timur

Kutim bagian selatan

Kutim bagian barat

Kutim bagian tengah

NOV I

OKT III

OKT II

OKT III

Mundur 4 Dasarian

Mundur 1 Dasarian

Mundur 1 Dasarian

Sama

N

AN

AN

N

DES

JAN

DES

JAN

Kutai Barat Kubar bagian tenggara

Kubar bagian tengah

OKT III

OKT I

Sama

Maju 1 Dasarian

N

N

DES

NOV

Berau Berau bagian tenggara

Berau bagian barat

Berau bagian tengah

NOV I

OKT II

OKT III

Mundur 4 Dasarian

Mundur 1 Dasarian

Sama

N

AN

N

DES

DES

JAN

Mahakam

Ulu

Mahakam Ulu bagian

selatan

Mahakam Ulu bagian

utara

SEP III

OKT II

Sama

Mundur 1 Dasarian

N

AN

NOV

DES

Page 18: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

14 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

Lampiran 1

ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM

1. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang

datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter,

artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi

satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

2. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang

waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata

panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM).

3. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola

hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau

dan musim hujan, disebut Non ZOM.

Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi

pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten,

dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.

4. Awal Musim Kemarau : ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian

(10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan

musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari

normalnya (rata-rata 1981-2010).

5. Awal Musim Hujan : ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10

hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya.

Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur)

dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

6. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :

a) Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10.

b) Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.

c) Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan.

Page 19: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

15 STASIUN METEOROLOGI TEMINDUNG SAMARINDA

Lanjutan Lampiran 1

7. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang

waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau)

dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a) Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.

b) Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya.

c) Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.

8. Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan curah hujan normal,

menggunakan data periode 1981-2010.

9. Puncak Musim Hujan : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan

tertinggi selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada

pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim hujan adalah

dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada.

10. Puncak Musim Kemarau : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan

terendah selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada

pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau

adalah dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada. Jika terdapat minimal 3 (tiga) dasarian

bernilai 0 mm, maka bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau diambil di

tengah periode tersebut.

Page 20: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Prakiraan Musim Hujan 2020/2021

Lampiran 2

RATA–RATA CURAH HUJAN DASARIAN (MM) PERIODE 1981 – 2010

ZONA MUSIM (ZOM) DI KALIMANTAN TIMUR

ZOM JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES

JML 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

267 107 101 98 100 98 88 114 105 121 121 119 101 106 90 79 70 51 47 46 44 59 39 44 58 48 49 51 71 77 100 103 105 125 124 101 113 3073

277 80 79 93 78 71 74 60 65 71 72 75 64 45 40 54 63 46 43 53 43 41 23 14 45 23 30 28 38 43 47 55 68 71 74 66 84 2019

278 87 75 81 66 69 62 84 72 94 78 73 59 49 36 40 39 36 39 30 25 33 22 19 34 24 35 31 40 45 51 68 73 90 93 86 102 2040

279 84 71 88 83 86 47 74 76 107 85 77 86 75 75 60 97 87 60 82 43 43 42 23 38 36 30 61 56 54 65 68 64 88 76 81 89 2457

280 67 54 70 65 62 35 61 67 62 71 79 57 67 52 55 79 58 35 47 43 46 41 39 47 44 38 50 45 57 97 66 66 67 80 61 82 2112

281 70 60 72 76 65 45 67 60 71 60 74 60 82 69 62 72 59 50 45 44 46 29 32 50 48 40 53 51 46 70 71 65 82 68 68 79 2161

282 125 63 69 92 85 60 85 58 138 89 72 84 72 63 44 36 38 34 29 30 31 18 24 37 30 26 41 39 56 75 77 76 108 66 65 83 2218

283 92 86 79 89 98 75 101 96 101 100 98 85 106 80 63 58 52 54 38 38 46 25 23 34 41 49 45 28 61 82 74 107 106 133 119 108 2670

284 53 39 31 34 31 35 30 57 59 46 50 38 55 52 56 52 36 56 34 28 34 36 40 60 74 45 18 64 37 62 50 51 53 56 25 57 1634

285 119 97 88 37 42 52 75 46 152 108 93 166 118 161 92 56 110 59 60 33 55 20 23 59 59 24 28 55 39 59 77 145 42 85 95 94 2723

Page 21: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN
Page 22: PRAKIRAAN MUSIM HUJAN

Penanggung Jawab:

Riza Arian Noor

Redaktur:

1. Ana Kaniya Annisa

2. Anindya Nuraini

3. Wiwi Indasari Azis

4. Yuni Dwiyanti

Anggota:

1. Aliansyah

2. Roby

3. Sutrisno

4. Brian Eko Permadi

5. Faizal Wempy

6. Primarisky Wahyu M

7. Fergian Yoga A