kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · nilai-nilai strategis merupakan nilai-nilai...

99
AGUSTUS 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Upload: trancong

Post on 16-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

AGUSTUS 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

-----

Keterangan Cover:

Biji Kakao Siap Olah di Perusahaan Pengolah Kakao Sulawesi Tenggara

Fotografer: Daniel AP

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

ridha- Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara

Agustus ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem

keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan.

Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor

Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun

sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi

stakeholder di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan

dinas-dinas terkait, BPS Sulawesi Tenggara, BULOG Divre Sultra, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, PLN, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi

dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran serta

masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan kajian yang lebih

baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan

menerangi setiap langkah kita.

Kendari, 22 Agustus 2017

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Minot Purwahono

KATA PENGANTAR

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia,

manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku,

yang terdiri atas:

Trust and Integity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork

VISI MISI BANK INDONESIA

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Visi Misi Bank Indonesia ii

Daftar Isi iii

Daftar Grafik v

Daftar Tabel viii

Tabel Indikator Terpilih ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5

1.1. KONDISI UMUM 6

1.2. SISI PERMINTAAN 7

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8

1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9

1.2.3. Investasi 10

1.2.4. Ekspor dan Impor 11

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 14

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 15

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 17

1.3.3. Industri Pengolahan 18

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 19

1.3.5. Konstruksi 21

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 22

BAB II KONDISI FISKAL DAERAH 23

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2017 24

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 24

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 24

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 26

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN 27

2.3.1. Realisasi APBN Provinsi 27

2.3.2. Realisasi APBN Kabupaten/Kota 28

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN 29

2.4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 29

2.4.2. Realisasi Anggaran Belanja 30

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

3.1. KONDISI UMUM 34

3.1.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) 34

3.1.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) 36

3.2. DISAGREGASI INFLASI 38

3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 40

DAFTAR ISI

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

iv

BOKS 1. Upaya Pengendalian Inflasi Sayur Hortikultura 42

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 45

4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 46

4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 46

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 47

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 51

4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 52

4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 55

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 55

4.2.2. Kinerja Korporasi 55

4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 58

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 60

4.3.1. Aset Bank Umum 60

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 60

4.3.3. Penyaluran Kredit 62

4.3.4. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara 65

4.3.5. Perbankan Syariah 65

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat 67

4.4. AKSES KEUANGAN 67

4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 67

4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 70

BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 71

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 72

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 72

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 73

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 73

5.2.1. Aliran Uang Kartal 73

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 74

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 74

BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 75

6.1. KETENAGAKERJAAN 76

6.2. KESEJAHTERAAN 77

BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 79

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 80

7.1.1. Triwulan IV 2017 80

7.1.2. Tahun 2017 81

7.2. PROSPEK INFLASI 82

7.2.1. Triwulan IV 2017 82

7.2.1. Tahun 2017 83

Daftar Istilah

Tim Penyusun

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6

Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan IV 2016 6

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 8

Grafik 1.4 Indeks Pengeluaran Saat Ini 8

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tenggara 9

Grafik 1.6 Konsumsi Semen Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kerdit Investasi Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor 12

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.14 Arus Muat Barang 13

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 14

Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang Di Pelabuhan 14

Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian 16

Grafik 1.18 Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 16

Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 16

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 16

Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel 18

Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 18

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara 19

Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mikro Dan Kecil 19

Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 19

Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri 19

Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari 20

Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 20

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 21

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 22

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 24

Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 24

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

26

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi Dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

26

Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 34

Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahun Tahunan Sultra dan Andilnya Berdasarkan Kelompok 34

Grafik 3.3 Peta Spasial Inflasi Tahunan 35

Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari Dan Kota BauBau Berdasarkan Kelompok 35

Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Triwulan II 2017 Dan Tracking Juli 2017 35

Grafik 3.6 Pergerakan Dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 37

Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari Dan Kota BauBau Triwulan II 2017 37

Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi 38

Grafik 3.9 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang 39

Grafik 3.10 Indeks Harga Triwulan III 39

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 46

DAFTAR GRAFIK

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

vi

Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 46

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 47

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 47

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 47

Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 47

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 48

Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 48

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 49

Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

49

Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 49

Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga 49

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 50

Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 50

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan 50

Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 50

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 51

Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 51

Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 51

Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 51

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 52

Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 52

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 52

Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 52

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 53

Grafik 4.26 NPL Dan Suku Bunga KPR 53

Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 54

Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB 54

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 54

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna 54

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional 55

Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor 55

Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 56

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 57

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 57

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 57

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 58

Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi 58

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 58

Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 58

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 59

Grafik 4.42 Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 59

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 60

Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 60

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 60

Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 60

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 62

Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan DPK di Sulawesi 62

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 65

Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 65

Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum 66

Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum 66

Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah 67

Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 67

Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah 67

Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah 68

Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR 68

Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 68

Grafik 4.59 Pertumbuhan Kredit BPR 68

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

vii

Grafik 4.60 Pangsa Kredit BPR per Sektoral 68

Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM 68

Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM 68

Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 69

Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 69

Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 69

Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 69

Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 70

Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 70

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 72

Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 72

Grafik 5.3 Perputaran kliring harian di Sulawesi Tenggara 72

Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) 72

Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 73

Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 73

Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara 73

Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara 73

Grafik 5.9 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar 74

Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 74

Grafik 6.1 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 76

Grafik 6.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja 76

Grafik 6.3 Indeks Penghasilan Konsumen 77

Grafik 6.4 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 77

Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara. 78

Grafik 6.6 Gini Rasio Sulawesi Tenggara 78

Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 80

Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 80

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia 82

Grafik 7.4 Proyeksi Harga Komoditas Internasional 82

Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi dari Sisi Konsumen 82

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Kawasan Sulawesi 6

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 7

Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 15

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Semester I 2017

25

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Pada Semester I 2017

27

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja APBN Pada Semester I 2017

28

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa 29

Tabel 2.5 Pencapaian APBN Kota/Kabupaten 30

Tabel 2.6 Pencapaian Pendapatan dan Belanja Kota/Kabupaten 31

Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 61

Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya 61

Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Tri Wulan II 2017 61

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 63

Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya 63

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2017 63

Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II 2017 64

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 81

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 81

Tabel 7.3 Faktor Risiko Inflasi Tahun 2017 84

DAFTAR TABEL

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

ix

TABEL INDIKATOR

PDRB DAN IHK

I II III IV I II

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 120,18 120,72 121,65 121,68 123,06 128,17

- Baubau 126,94 128,20 129,58 128,87 129,29 131,62

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 4,75 3,49 3,28 2,69 2,25 5,21

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan4.433 4.508 4.580 4.749 4.646 4.799

2. Pertambangan dan Penggalian 3.415 3.948 3.867 4.188 4.002 4.435

3. Industri Pengolahan 1.161 1.189 1.241 1.244 1.247 1.294

4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11 11

5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39 39

6. Konstruksi 2.144 2.480 2.719 2.930 2.387 2.531

7. Perdagangan Besar & Eceran, 2.191 2.394 2.632 2.564 2.321 2.596

8. Transportasi dan Pergudangan 825 880 956 936 906 970

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum106 113 115 119 114 121

10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489 494

11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 462 474

12. Real Estate 303 314 300 327 308 329

13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42 45

14. Adm Pemerintahan, 964 1.077 1.033 1.035 967 1.089

15. Jasa Pendidikan 932 941 975 945 949 958

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 191 188 195 193 194 200

17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285 294

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga8.989 9.167 9.419 9.483 9.516 9.769

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212 218

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.308 2.926 2.817 2.941 2.462 2.956

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7.227 7.892 8.195 8.936 8.314 8.601

5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 328 394

6. Eksport Luar Negeri 431 656 691 1.165 921 1.036

7. Import Luar Negeri 764 1.210 1.040 1.598 2.007 1.770

8. Net Eksport Antar Daerah (445) (431) (524) (675) (379) (525)

Total PDRB (Rp Miliar) 17.918 19.320 19.922 20.580 19.367 20.677

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5,5 6,8 6,0 7,6 8,1 7,0

2017Indikator

2016

TABEL INDIKATOR

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

x

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II

Total Asset (Rp miliar) 22.003 22.895 22.906 23.347 23.194 25.207

- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21.732 22.603 22.632 23.038 22.900 24.881

- BPR 271 292 274 309 294 327

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15.367 15.690 15.442 14.872 15.882 17.058

- Giro 4.211 4.030 3.790 2.545 4.016 4.529

- Tabungan 7.245 7.665 7.717 8.627 7.635 8.109

- Deposito 3.912 3.995 3.934 3.700 4.230 4.420

Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16.915 17.910 18.119 18.266 18.813 19.450

- Modal Kerja 4.669 5.002 5.061 5.071 5.155 5.490

- Investasi 1.823 1.962 1.920 1.920 1.968 1.854

- Konsumsi 10.423 10.946 11.140 11.275 11.690 12.105

NPL Bank Umum(%) 2,61 2,48 2,79 2,69 3,23 3,27

LDR (%) 110 114 117 123 118 114

- Inflow 1.279 579 1.140 492 1.243 667

- Outflow 282 1.612 1.044 1.550 403 2.089

- Net (Inflow - Outflow) 997 (1.033) 96 (1.058) 840 (1.422)

- Volume (transaksi) 58 64 56 62 55 46

- Nominal (Rp miliar) 2.084 2.437 2.172 2.404 2.000 1.634

- Volume (transaksi) 481 529 478 539 525 504

- Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587 631

*Lokasi Bank

2016

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

2017

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Agustus 2017

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

2

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Perlambatan laju pertumbuhan

investasi, konsumsi rumah tangga dan

kegiatan ekspor menyebabkan terjadi

pelambatan perekonomian Sultra

Tekanan inflasi Sultra mengalami

peningkatan akibat adanya peningkatan

kelompok bahan makanan dan

kelompok perumahan, air,

listrik dan bahan bakar.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar

7,0% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan

oleh melambatnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah dan

kegiatan ekspor pada sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perlambatan

pada kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan lapangan

usaha konstruksi merupakan penyebab utama terjadinya perlambatan laju

pertumbuhan.

Pada triwulan III 2017 perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan

masih mengalami akselerasi yang didorong oleh percepatan yang terjadi

pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha

industri pengolahan dan lapangan usaha konstruksi.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017 mengalami peningkatan yang

cukup tinggi dari 2,25% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 5,21% (yoy).

Peningkatan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh

peningkatan inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau.

Sumber utama naiknya tekanan inflasi tersebut berasal dari kelompok bahan

makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama

Bank Indonesia selama triwulan II 2017 difokuskan untuk melaksanakan

pemantauan harga kebutuhan strategis di pasar dan pemantauan

ketersediaan stok serta menjaga ekspektasi masyarakat terhadap harga

kebutuhan strategis menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

Namun demikian, tekanan inflasi pada triwulan III 2017 diperkirakan akan

mengalami penurunan. Tekanan inflasi masih pada triwulan tersebut masih

bersumber dari kelompok bahan makanan, sementara kelompok yang lain

secara umum sudah mengalami penurunan tekanan dibandingkan triwulan II

2017.

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

3

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Stabilitas keuangan

daerah masih terjaga terutama dari

ketahanan rumah tangga

Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, namun untuk realisasi belanja APBN

mengalami peningkatan

Sistem pembayaran non tunai melalu RTGS mengalami

peningkatan. Namun sistem pembayaran

melalui kliring mengalami penurunan.

Sementara untuk transaksi tunai

terjadi net outflow

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor

rumah tangga. Meskipun menghadapi kerentanan yang disebabkan oleh

adanya potensi tekanan harga, namun tingkat konsumsi yang masih

dalam batas wajar, perilaku berutang yang membaik dan risiko kredit yang

masih terjaga berdampak minimal pada stabilitas sistem keuangan.

Sementara itu dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih

cukup stabil meskipun terjadi penurunan dan kenaikan kinerja pada

beberapa sektor utama sehingga mampu meredam kerentanan yang

terjadi. Meskipun demikian, perekonomian yang masih terkonsolidasi

mempengaruhi kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di

Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga masih

melanjutkan tren peningkatan, sementara itu penyaluran kredit kembali

mengalami perlambatan. Meskipun demikian, risiko kredit masih terjaga.

Keuangan Pemerintah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017 mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan anggaran tahun 2016. Pada triwulan II 2017, realisasi

pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 49,5%,

menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 52,5%. Sejalan dengan kondisi tersebut, realisasi

belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan dari

35,9% pada tahun 2016 menjadi 32,0% di periode laporan. Namun

demikian untuk realisasi belanja APBN Provinsi pada triwulan II tahun 2017

mampu terealisasi sebesar 31,4%, jauh lebih tinggi jika dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 26,7%.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Pada triwulan II 2017, aktivitas sistem pembayaran nontunai melalui RTGS

di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan baik secara nominal

maupun jumlah transaksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Namun demikian, pembayaran nontunai melalui sistem kliring tercatat

mengalami penurunan. Di sisi sistem pembayaran tunai, pada triwulan II

2017 terjadi net outflow uang kartal sesuai dengan pola musimannya

pada saat Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, KPw Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan kelayakedaran dari

uang kartal dan meminimalkan peredaran uang palsu.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

4

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Sejalan dengan

perlambatan yang terjadi, kondisi

ketenagakerjaan dan kesejahteraan

mengalami penurunan.

Pertumbuhan ekonomi Sultra pada

triwulan IV 2017 diperkirakan akan meningkat namun

juga disertai dengan peningkatan tekanan

inflasi

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017

diindikasikan mengalami penurunan meskipun tidak signifikan. Hal ini

juga sejalan dengan terjadinya perlambatan ekonomi pada periode

triwulan II 2017.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Tenggara cenderung mengalami penurunan. Hal

tersebut tercermin dari Nilai Tukar Pertani (NTP) yang menurun di periode

laporan.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan IV 2017, perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan

mengalami akselerasi dan tumbuh pada kisaran 8,7% - 9,1% (yoy). Hal

ini mendorong perekonomian Sultra selama tahun 2017 diperkirakan

dapat tumbuh sebesar 8,0% - 8,4%. Akselerasi tersebut disebabkan oleh

perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian,

lapangan usaha industri pengolahan serta lapangan usaha konstruksi dari

sisi penawaran. Sementara dari sisi permintaan adanya akselerasi pada

konsumsi pemerintah, peningkatan investasi serta ekspor Sulawesi

Tenggara. Selain itu, stabilnya konsumsi rumah tangga juga turut

memberikan andil positif.

Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra pada triwulan IV 2017

diperkirakan akan dominan dipengaruhi oleh peningkatan harga pada

kelompok volatile food dan administered prices. Meskipun demikian,

inflasi pada akhir tahun diperkirakan masih tetap berada dalam batas

target inflasi nasional 4% + 1%.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

1 Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari

Foto: Daniel

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

6

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan

II 2017 tumbuh sebesar 7,0% (yoy), mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 8,1%

(yoy) (Grafik 1.1). Dari sisi permintaan,

perlambatan tersebut disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan investasi, konsumsi

pemerintah dan kegiatan ekspor. Sementara itu

dari sisi penawaran, perlambatan pada kinerja

lapangan usaha pertambangan dan penggalian

dan lapangan usaha konstruksi menjadi sumber

utama melemahnya pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada periode tersebut.

Meskipun memiliki arah pertumbuhan yang

sama dengan perekonomian nasional, namun

pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara

masih lebih besar. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada periode yang sama hanya

tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi

Tenggara masih memiliki ruang untuk tumbuh

akibat pangsa ekonomi Sulawesi Tenggara yang

masih sangat kecil hanya mencapai 0,84%.

Berdasarkan spasial kawasan Sulawesi,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang

tercatat tumbuh sebesar 7,0% (yoy) pada

triwulan II 2017 seperti pada triwulan

sebelumnya masih merupakan pertumbuhan

yang tertinggi di kawasan, bahkan pada periode

tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Pada periode triwulan II 2017, perekonomian

Provinsi Sulawesi Tenggara menyumbang

13,8% terhadap perekonomian Kawasan

Sulawesi. Nilai tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

memberikan andil sebesar 13,7% terhadap

perekonomian di kawasan Sulawesi.

Perekonomian Kawasan Sulawesi secara

dominan disumbang oleh Provinsi Sulawesi

Selatan (48,0%), diikuti oleh Provinsi Sulawesi

Tengah (16,4%) dan provinsi Sulawesi Tenggara

(13,8%).

Memasuki triwulan III 2017, perkembangan

beberapa indikator ekonomi di Sulawesi

Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan

dengan tren meningkat dan diperkirakan

mampu tumbuh pada kisaran 8,3% - 8,7%

(yoy). Hasil survei yang dilakukan oleh KPw Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Sulawesi

Sumber: BPS , ADHK, diolah

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Sulawesi Tenggara Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian

Sulawesi Tenggara Triwulan IIV 2016

Keterangan Tw I 2017 Tw II 2017

Sulawesi Utara 6,4% 5,8%

Sulawesi Tengah 3,9% 6,6%

Sulawesi Selatan 7,5% 6,6%

Sulawesi Tenggara 8,1% 7,0%

Gorontalo 7,3% 6,6%

Sulawesi Barat 7,4% 4,8%

Sulawesi 6,8% 6,5%

8,1%

7,0%

5,0% 5,0%

3,0%

4,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

9,0%

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Sultra2015=6,9% Sultra

2016=6,5%23,221,46,3

12,212,6

Pertanian

Pertambangan

Industri

Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan

Lainnya

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

7

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

pendalaman informasi yang dilakukan melalui

liaison juga mengindikasikan akan terjadi

percepatan pertumbuhan ekonomi. Lapangan

usaha yang diperkirakan akan mengalami

percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha

pertambangan dan penggalian, lapangan usaha

industri pengolahan dan lapangan usaha

konstruksi. Namun demikian, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan serta

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

diperkirakan akan mengalami perlambatan

sehingga menahan laju akselerasi ekonomi yang

terjadi. Sementara dari sisi permintaan,

percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan berasal dari adanya

peningkatan konsumsi pemerintah, investasi

dan ekspor.

1.2. SISI PERMINTAAN

Realisasi Triwulan II 2017

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen

pengeluaran pada PDRB), perlambatan laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2017 disebabkan oleh melemahnya

pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah

dan ekspor luar negeri. Perlambatan yang terjadi

pada investasi disebabkan oleh melambatnya

pembangunan proyek pemerintah maupun

swasta seiring adanya gangguan cuaca maupun

telah mulai selesainya pembangunan smelter.

Sementara untuk konsumsi pemerintah,

perlambatan tersebut didorong penurunan

realisasi belanja pegawai akibat pembayaran gaji

ke-13 yang dilakukan pada awal triwulan III

2017. Selain itu, kinerja ekspor Sulawesi

Tenggara yang turun akibat adanya penurunan

ekspor komoditas perikanan juga turut

menyebabkan perlambatan yang terjadi pada

triwulan pertama tahun 2017.

Di sisi lain, akselerasi konsumsi rumah tangga

yang terjadi seiring peningkatan konsumsi

masyarakat pada saat Ramadhan dan Idul Fitri

serta adanya penurunan impor pada periode

triwulan II 2017 menahan laju perlambatan

perekonomian Sulawesi Tenggara. Penurunan

impor terutama terjadi pada impor mesin dan

peralatan dalam rangka pembangunan smelter

yang sedang memasuki tahap penyelesaian.

Dari sisi rasio komponen pengeluaran terhadap

total PDRB, konsumsi rumah tangga masih

mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara

dengan rasio sebesar 47,2% diikuti oleh

pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar

41,6%. Selain itu, konsumsi pemerintah juga

masih memiliki peran yang cukup besar dengan

rasio mencapai 14,3% sehingga realisasinya

perlu mendapat perhatian agar dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

optimal dan berkelanjutan. Sementara itu,

ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara hanya

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy) Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw II 2017 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga

Sumber: BPS, ADHK, diolah

I II III IV I II IIIP

Konsumsi Rumah Tangga 6,7 6,8 6,0 5,1 5,9 6,6 6,1 - 6,5 47,2%

Konsumsi LNPRT 6,6 7,2 3,2 1,5 12,1 12,5 12,4 - 12,8 1,1%

Konsumsi Pemerintah 4,8 11,4 1,2 -6,9 6,7 1,0 11,0 - 11,4 14,3%

PMTB 11,5 10,9 7,0 2,6 15,0 9,0 12,3 - 12,7 41,6%

Perubahan Inventori -110,5 -16,5 44,3 -230,1 -2145,6 209,4 (482) - (484) 1,9%

Eksport Luar Negeri -49,7 -29,7 -3,0 63,2 113,6 58,0 171 - 172 5,0%

Import Luar Negeri -22,7 28,0 4,0 6,3 162,6 46,2 43 - 44 -8,6%

Net Eksport Antar Daerah 36,9 -22,8 -4,3 -38,8 -14,8 21,8 43 - 44 -2,5%

PDRB 5,5 6,8 6,0 7,6 8,1 7,0 8,3 - 8,7 100%

*Keterangan Meningkat Melambat

Rasio2016 2017

Komponen Pengeluaran

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

8

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

memberikan kontribusi sebesar 5,0% jika

dibandingkan dengan keseluruhan PDRB. (Tabel

1.2).

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017 yang sedang berjalan

diperkirakan akan terjadi percepatan

pertumbuhan ekonomi yang masih didorong

oleh peningkatan konsumsi pemerintah,

kegiatan investasi serta peningkatan ekspor di

Sulawesi Tenggara. Adanya pembayaran gaji ke-

13 kepada PNS/ASN dan TNI/Polri pada periode

ini menyebabkan adanya peningkatan konsumsi

pemerintah. Di samping itu, mulai berjalannya

proyek pemerintah turut mendorong akselerasi

kegiatan investasi. Sementara itu, adanya

relaksasi ekspor nikel kadar rendah juga

diperkirakan akan semakin mendorong

akselerasi pertumbuhan ekonomi yang akan

terjadi.

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 konsumsi rumah tangga

tercatat mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy),

meningkat jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,7% (yoy).

Akselerasi laju pertumbuhan konsumsi rumah

tangga tersebut sebagai akibat dari masih

berlanjutnya peningkatan daya beli serta

kualitas konsumsi masyarakat seiring masuknya

bulan Ramadhan dan Idul Fitri di akhir periode.

Berdasarkan jenis pengeluaran konsumsinya,

pengeluaran rumah tangga yang mengalami

peningkatan pada periode tersebut terjadi pada

konsumsi makanan dan minuman selain

restoran, konsumsi pakaian dan alas kaki,

konsumsi kesehatan dan pendidikan, serta

konsumsi restoran dan hotel. Sementara untuk

konsumsi perumahan dan perlengkapan,

konsumsi restoran dan hotel serta konsumsi

lainnya tercatat tumbuh melambat sehingga

menahan laju percepatan yang terjadi (Grafik

1.3).

Konsumsi rumah tangga Sulawesi Tenggara

masih didominasi oleh konsumsi makanan dan

minuman sebesar 46,6%, diikuti oleh konsumsi

untuk transportasi dan komunikasi sebesar

20,5%. Sementara itu konsumsi perumahan

dan peralatan rumah tangga berada pada posisi

ke-3 dengan pangsa sebesar 12,4%.

Percepatan laju pertumbuhan konsumsi rumah

tangga tersebut juga masih disebabkan oleh

adanya peningkatan UMP tahun 2017. Pada

tahun 2017, UMP Provinsi Sulawesi Tenggara

ditetapkan sebesar Rp2.002.625, naik sebesar

8,25% dari UMP tahun sebelumnya. Hal ini

terlihat juga hasil Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) yang meningkat. Berdasarkan hasil survei

tersebut terdapat peningkatan ITK dari 98,57

pada triwulan I 2017 menjadi 111,59 pada

triwulan II 2017 seiring dengan adanya

peningkatan pendapatan rumah tangga. Selain

itu, volume konsumsi barang dan jasa rumah

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga

Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

Ma

kan

an

da

nM

inu

ma

n,

sela

inR

esto

ran

Pakaia

n d

an A

las

Ka

ki

Pe

rum

aha

n d

an

Pe

rle

ng

ka

pa

nR

um

ah

Ta

ng

ga

Ke

se

hata

n d

an

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

rta

si da

nK

om

un

ika

si

Resto

ran d

an H

ote

l

Ko

nsu

msi la

inn

ya

Tw I 2017 Tw II 2017

%, yoy

90

95

100

105

110

115

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017Indeks Tendensi Konsumen

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen

indeks

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

9

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

tangga pada periode laporan juga mengalami

peningkatan akibat adanya bulan Ramadhan

dan Idul Fitri (Grafik 1.4).

Meskipun konsumsi masyarakat meningkat,

namun hal tersebut tidak diikuti oleh

peningkatan kredit konsumsi. Pertumbuhan

kredit konsumsi pada periode tersebut masih

mengalami tren perlambatan sejak tahun 2016.

Pada triwulan II 2017, kredit konsumsi di

Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp13,0

triliun atau tumbuh sebesar 11,2% (yoy),

sedangkan pada triwulan sebelumnya dapat

tumbuh sebesar 12,6% (yoy) (Grafik 1.5).

Tracking Triwulan III 2017

Memasuki triwulan III 2017, perkembangan

berbagai indikator terkini mengindikasikan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih

akan tumbuh tinggi meskipun cenderung

melambat yakni pada kisaran 6,1% - 6,5%

(yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh

kembali normalnya konsumsi masyarakat

pascaramadhan dan Idul Fitri. Hal ini juga

tercermin dari hasil Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) pada triwulan mendatang yang menurun

1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oleh pemerintah antara lain keamanan dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi.

2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan

menjadi sebesar 107,1, setelah pada periode

triwulan II tercatat sebesar 111,59.

Meskipun demikian, adanya pembayaran gaji

ke13 bagi TNI/POLRI dan PNS/ASN pada awal

triwulan ini diperkirakan akan meningkatkan

konsumsi masyarakat terutama untuk

komoditas pendidikan sehingga mampu

menahan perlambatan konsumsi rumah tangga

yang diperkirakan akan terjadi.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi Triwulan II 2017

Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja

pemerintah pada triwulan II 2017 tumbuh

melambat dan merupakan salah satu penyebab

perlambatan ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada

periode tersebut konsumsi pemerintah tercatat

tumbuh sebesar 1,0% (yoy), jauh menurun jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 6,7% (yoy).

Perlambatan tersebut disebabkan oleh

penurunan biaya pegawai pada periode

tersebut. Pada tahun 2017, pembayaran THR

(gaji ke-14) dilakukan pada triwulan II dan gaji

ke-13 dilakukan pada triwulan III, sementara

pada tahun 2016 kedua tambahan penghasilan

tersebut diberikan pada triwulan II.

Perlambatan konsumsi pemerintah tersebut

terjadi pada konsumsi kolektif1 dan konsumsi

individual pemerintah2. Pada periode tersebut

konsumsi kolektif pemerintah hanya tumbuh

sebesar 0,9%(yoy), setelah pada periode

sebelumnya tercatat mengalami pertumbuhan

sebesar 6,6% (yoy). Sedangkan untuk konsumsi

individual pemerintah hanya mampu tumbuh

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara

13,01

11,2%10,0%

11,0%

12,0%

13,0%

14,0%

15,0%

16,0%

17,0%

18,0%

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

10

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

sebesar 1,2% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh

sebesar 6,9% (yoy).

Hal tersebut tercermin dari realisasi anggaran

belanja pemerintah yang berasal dari APBN pada

triwulan II 2017 hanya sebesar Rp466,6 miliar

atau terkontraksi cukup dalam mencapai 14,3%

(yoy). Kondisi tersebut jauh menurun

dibandingkan dengan periode triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 6,8%

(yoy).

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan konsumsi

pemerintah diperkirakan masih akan mengalami

perbaikan. Pada triwulan mendatang konsumsi

pemerintah diperkirakan akan kembali

meningkat dan tumbuh sebesar 11,0% - 11,4%

(yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh adanya

pembayaran gaji ke-13 kepada PNS/ASN dan

TNI/Polri. Selain itu, adanya tindakan percepatan

realisasi proyek-proyek pemerintah yang

diharapkan pada periode mendatang telah

terealisasi seluruhnya diperkirakan akan

menyebabkan akselerasi pertumbuhan.

1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan II 2017

Komponen investasi di Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2017 tercatat melambat jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Investasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2017 tercatat mampu tumbuh cukup tinggi

mencapai 9,0% (yoy) dibandingkan pada

periode sebelumnya mampu tumbuh sebesar

15,0% (yoy).

Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh

terbatasnya pembangunan proyek pemerintah

maupun swasta. Untuk pengerjaan proyek

pemerintah, tingginya curah hujan

menyebabkan terganggunya pembangunan

proyek seperti jalan dan jembatan. Namun

adanya proses pengerjaan Bendungan Ladongi

mampu memberikan kontribusi positif pada

investasi Sulawesi Tenggara. Sementara untuk

proyek swasta disebabkan oleh beberapa proyek

smelter nikel yang mulai memasuki tahap

penyelesaian di beberapa daerah seperti

Konawe dan Bombana.

Hal tersebut juga tercermin dari data konsumsi

semen yang tercatat mengalami penurunan.

Konsumsi semen pada periode tersebut tercatat

sebesar 162,2 ton atau terkontraksi lebih dalam

mencapai 2,8%, setelah pada periode

sebelumnya hanya terkontraksi sebesar 0,7%

(yoy) (Grafik 1.6). Selain itu, investasi

nonbangunan juga tercatat mengalami

perlambatan dari 24,8% (yoy) menjadi sebesar

14,2% (yoy) pada triwulan II 2017.

Berdasarkan status penanaman modalnya,

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

merupakan sumber perlambatan investasi di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II 2017,

jumlah PMDN adalah sebanyak 38 proyek

dengan total investasi mencapai Rp1,06 triliun

atau tumbuh hingga mencapai 19,2% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya mencapai Rp1,41triliun. Sedangkan

untuk Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat

mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada

triwulan II 2017 jumlah PMA adalah sebanyak

50 proyek dengan nilai investasi sebesar US$

167,4 ribu atau tumbuh sebesar 2.599,3%

(yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan

periode triwulan I 2017 yang tercatat tumbuh

sebesar 1.272,6% (yoy).

Investasi pemerintah yang sedang berjalan pada

periode triwulan II 2017 antara lain

pembangunan Jembatan Teluk Kendari,

Revitalisasi Teluk Kendari, Pembangunan Mesjid

Al Alam, Pembangunan Bendungan Ladongi

dan Bendungan Pelosika, Pembangunan akses

jalan menuju Kawasan Industri Konawe.

Sejalan dengan perlambatan yang terjadi,

penyaluran kredit investasi untuk proyek-proyek

yang ada di Sulawesi Tenggara tercatat

terkontraksi sebesar 9,9% (yoy), jauh menurun

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

11

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh cukup tinggi mencapai

35,6% (yoy). Sampai dengan periode triwulan II

2017 tersebut, jumlah outstanding kredit

investasi adalah sebesar Rp4,59 triliun,

sementara pada triwulan sebelumnya mencapai

Rp4,87 triliun. (Grafik 1.7)

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan berjalan kegiatan investasi di

Sultra diperkirakan akan mengalami akselerasi

jika dibandingkan dengan triwulan II 2017. Pada

triwulan berjalan kegiatan investasi diperkirakan

akan tumbuh sebesar 12,3% - 12,7% (yoy).

Kondisi tersebut didorong oleh adanya

peningkatan investasi baik dari belanja modal

pemerintah. Realisasi belanja modal pemerintah

juga diperkirakan mengalami peningkatan pada

triwulan III 2017 mendatang akibat kembali

berjalannya proyek-proyek pemerintah yang

sempat terhambat akibat kondisi cuaca yang

tidak kondusif. Sementara untuk investasi

swasta di pertambangan akan tumbuh stabil

seiring telah masuknya tahap penyelesaian

beberapa smelter nikel.

1.2.4. Ekspor dan Impor

Realisasi Ekspor Triwulan II 2017

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2017 tercatat

mengalami perlambatan yang cukup dalam

namun masih dapat tumbuh pada level yang

tinggi. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi

Tenggara tercatat hanya tumbuh sebesar 58,0%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mampu tumbuh

sebesar 114,5% (yoy) (Tabel 1.2).

Perlambatan kinerja ekspor tersebut disebabkan

oleh penurunan pengiriman ekspor ikan, aspal

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi

Tenggara

Sumber: BKPM, diolah Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

162,2

-2,78%-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Th

ou

sa

nd

s

Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)

Ton yoy

4.588

-9,9%-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

167,4

2599%

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

PMA (US$ Juta) Pertumbuhan(sb. Kanan)

US$ (Juta) yoy

1.063

19,15%-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

PMDN (Rp miliar) Pertumbuhan(sb. Kanan)

US$ (Juta) yoy

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

12

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

dan kakao olahan. Ekspor komoditas perikanan

pada periode laporan menunjukkan adanya

penurunan sehingga turut menjadi faktor utama

pendorong perlambatan pertumbuhan ekspor

Sulawesi Tenggara.

Pada triwulan II 2017, ekspor komoditas

perikanan tercatat senilai 5,8 juta dolar AS atau

mengalami pertumbuhan sebesar 107,5% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencapai 6,4 juta dolar AS

dan mengalami pertumbuhan sebesar 121,9%

(yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan

oleh penurunan pengiriman ekspor gurita senilai

1,13 juta dolar AS dan udang senilai 1,12 juta

dolar AS (Grafik 1.13). Selain itu, perlambatan

ekspor Sulawesi Tenggara dipengaruhi juga oleh

penurunan ekspor aspal dan kakao yang

masing-masing tercatat senilai 184,8 ribu dolar

AS dan 180,0 ribu dolar AS pada triwulan II

2017.

Meskipun demikian, ekspor komoditas nikel

olahan tercatat mengalami peningkatan

sehingga ekspor Sulawesi Tenggara masih dapat

tumbuh pada level yang tinggi. Komoditas

ekspor Sultra secara dominan diwakili oleh

komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar

70% dari total ekspor atau senilai 43,48 juta

dolar AS (Grafik 1.11). Kondisi tersebut

meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencapai 64,0% dari total

ekspor Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan

bahwa ketergantungan kinerja ekspor di

Sulawesi Tenggara terhadap komoditas

feronikel kembali mengalami peningkatan.

Peningkatan kinerja ekspor feronikel tersebut

sejalan dengan kondisi industri pengolahan nikel

di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil liaison,

korporasi-korporasi tersebut mengkonfirmasi

bahwa pada triwulan II 2017 melakukan ekspor

nikel olahan sebanyak 5.228,2 WMT, jauh

meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat melakukan ekspor

feronikel sebanyak 2.562,4 WMT atau

terkontraksi sebesar 2,4%. Kondisi tersebut

terjadi seiring dengan tidak adanya gangguan

produksi seperti pada periode sebelumnya.

Selain itu, perlambatan ekspor Sulawesi

Tenggara juga tertahan oleh peningkatan

ekspor minyak nilam yang tercatat sebesar 4,13

juta dolar AS setelah pada periode sebelumnya

tercatat sebesar 3,74 juta dolar AS pada triwulan

II 2017.

Mitra dagang utama Sulawesi Tenggara untuk

ekspor mengalami sedikit perubahan

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara

31.2%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Feronikel, 43,480 ,

70%

Nikel Mentah

12%

Perikanan9%

Minyak Nilam

7%

Lainnya2%

USD

43

2.3%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

13

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Pangsa terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi

Tenggara pada pertengahan tahun 2017 adalah

India yang mencapai 30,5%, lalu diikuti oleh

dengan pengiriman ke Korea Selatan (20,2%)

dan ke Taiwan (16,8%). Sementara pada

periode awal tahun pangsa terbesar negara

tujuan ekspor Sulawesi Tenggara pada awal

tahun 2017 adalah Korea Selatan yang

mencapai 37,1%, lalu diikuti dengan

pengiriman ke India (13,8%) dan ke Tiongkok

(10,3%). Perubahan tersebut disebabkan oleh

adanya peningkatan ekspor komoditas nikel

olahan ke India.

Di sisi lain, melambatnya kinerja ekspor juga

tercermin dari arus muat barang di pelabuhan

peti kemas yang pada periode laporan tercatat

berjumlah 75,5 ribu MT atau tumbuh sebesar -

3,6% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya terkontraksi sebesar 2,3% (yoy) (Grafik

1.14).

Realisasi Impor Triwulan II 2017

Sejalan dengan ekspor, aktivitas impor luar

negeri di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami

perlambatan pada periode laporan. Penurunan

tersebut disebabkan oleh pembangunan smelter

di Sulawesi Tenggara yang memasuki tahap

akhir. Selama triwulan II 2017, aktivitas impor

hanya tumbuh sebesar 46,2% (yoy), jauh

melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh mencapai 162,6%

(yoy).

Impor luar negeri Sulawesi Tenggara didominasi

oleh impor barang (97,4%) yang pada periode

laporan mengalami peningkatan dan hanya

tumbuh sebesar 47,3% (yoy), setelah pada

periode sebelumnya tumbuh sebesar 169,9%

(yoy). Sementara untuk impor jasa juga tumbuh

positif sebesar 13,7% (yoy), setelah periode

sebelumnya tercatat tumbuh 15,0% (yoy).

Pada triwulan II 2017, impor Sulawesi Tenggara

didominasi oleh impor barang antara yang

mencapai 71,3%, lalu diikuti oleh barang modal

28,6% dan barang konsumsi 0,1%. Kondisi

tersebut berbeda dengan periode sebelumnya

yang didominasi oleh impor barang modal

mencapai 78,5% lalu barang antara 21,4% dan

barang konsumsi 0,1%. Pergeseran tersebut

merupakan dampak dari penurunan impor

barang modal untuk pembangunan smelter.

Untuk negara asal barang, pada triwulan II 2017

impor Sultra tersebut seluruhnya berasal dari

Tiongkok.

Tracking Triwulan III 2017

Memasuki triwulan III 2017, kinerja ekspor luar

negeri diperkirakan masih akan membaik. Pada

triwulan mendatang ekspor Sulawesi Tenggara

diperkirakan akan tumbuh sebesar 171% -

172% (yoy). Hal ini selain disebabkan oleh

adanya peningkatan ekspor komoditas nikel

olahan seiring dengan mulai adanya

peningkatan harga komoditas nikel olahan

dunia serta sudah mulai beroperasinya smelter

baru di Sulawesi Tenggara. Selain itu, adanya

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Arus Muat Barang

263 390

58

1,378 1,206

245 343

15

1,125 1,137

Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita

Tw I 2017 Tw II 2017

ribu USD

75,475

-3.6%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017Arus muat g Arus muat (sb. Kanan)

Volume (T/M3) yoy

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

14

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah oleh

pemerintah pusat menyebabkan akselerasi

pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara.

Masih adanya faktor base effect juga turut

memberikan pengaruh yang kuat pada

akselerasi ekspor pada triwulan mendatang.

Pada tahun sebelumnya, ekspor Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan akibat

rendahnya harga komoditas nikel dunia pada

saat itu.

Selain itu, ekspor komoditas perikanan

diperkirakan juga akan mengalami akselerasi

seiring dengan faktor musiman yang

mengakibatkan adanya peningkatan produksi

ikan pada periode mendatang.

Sedangkan impor Sulawesi Tenggara pada

triwulan berjalan diperkirakan masih akan

tumbuh stabil dengan kecenderungan

menurun. Pada periode tersebut impor

diperkirakan akan tumbuh sebesar 43% - 44%

(yoy). Stabilnya pertumbuhan tersebut terutama

terjadi pada impor barang modal seiring

kegiatan investasi pembangunan smelter

pengolahan nikel yang telah memasuki tahap

penyelesaian.

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN

USAHA UTAMA

Realisasi Triwulan II 2017

Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2017 disebabkan oleh perlambatan yang terjadi

pada kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian serta lapangan usaha konstruksi.

Namun kondisi tersebut sedikit tertahan oleh

adanya akselerasi pada kinerja lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan

usaha industri pengolahan serta lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

Perlambatan laju pertumbuhan yang terjadi

pada lapangan usaha pertambangan dan

penggalian disebabkan oleh penurunan

produksi barang galian golongan C, terutama

batu dan pasir akibat faktor cuaca. Sedangkan

untuk lapangan usaha konstruksi dipicu oleh

rendahnya realisasi pembangunan terutama

yang dilakukan oleh pemerintah maupun

swasta.

Tracking Triwulan III 2017

Sementara itu, pada triwulan III yang sedang

berjalan diperkirakan akan terjadi percepatan

pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh

percepatan yang terjadi pada lapangan usaha

pertambangan dan penggalian, lapangan usaha

industri pengolahan serta lapangan usaha

konstruksi. Namun demikian, adanya

perlambatan pertumbuhan pada lapangan

usaha pertanian, kehutanan dan perikanan

seiring telah berlalunya panen raya dan

lapangan usaha perdagangan akibat berlalunya

Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan

memberikan andil yang negatif sehingga

menahan percepatan laju pertumbuhan

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan

1,063

19.15%

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

PMDN (Rp miliar)

US$ (Juta) yoy

305,428

-11.3%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)

Volume (T/M3) yoy

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

15

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

ekonomi Sulawesi Tenggara pada periode

tersebut.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan

(selanjutnya disebut usaha pertanian)

mengalami akselerasi pertumbuhan. Kinerja

lapangan usaha tersebut mampu tumbuh

sebesar 6,4% (yoy), setelah pada periode

sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,8% (yoy).

Jika diperhatikan dari sublapangan usahanya,

maka seluruh sublapangan usaha yakni

pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa

pertanian, kehutanan dan penebangan kayu

serta perikanan mengalami peningkatan.

Dilihat dari komposisinya, pangsa terbesar

sublapangan usaha ini adalah usaha pertanian,

peternakan, perburuan dan jasa pertanian

(54,5%), diikuti oleh usaha perikanan (42,9%)

dan usaha kehutanan dan penebangan kayu

(2,7%) (Grafik 1.17).

Pada triwulan II 2017, sublapangan usaha

pertanian, peternakan, perburuan dan jasa

pertanian tumbuh sebesar 4,7% (yoy),

mengalami percepatan jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 2,7% (yoy). Penyebab utama dari

akselerasi pertumbuhan yang terjadi adalah

peningkatan produksi tanaman bahan makanan

akibat masuknya musim panen pada periode

tersebut. Selain itu, adanya upaya pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah guna

meningkatkan produksi melalui perluasan lahan

pertanian, pemberian bibit unggul dan

penyediaan sarana prasarana pertanian melalui

program Upsus Pajale (padi, jagung, dan

kedelai) turut mendorong akselerasi

pertumbuhan yang terjadi.

Hal tersebut tercermin juga dari luas panen padi

yang mengalami peningkatan. Pada triwulan II

2107 jumlah luas panen padi mampu mencapai

61,4 ribu Ha atau tumbuh positif sebesar 14,5%

(yoy), jauh mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra

Sumber: BPS, ADHK, diolah

I II III IV I II IIIP

Pertanian, Kehutanan, & Perikanan 11,0 5,7 5,5 9,0 4,8 6,4 5,8 - 6,2 23,2%

Pertambangan dan Penggalian (7,4) 3,7 (6,0) 10,2 17,2 12,3 18,2 - 18,6 21,4%

Industri Pengolahan 8,6 5,4 13,7 8,1 7,4 8,8 9,5 - 9,9 6,3%

Pengadaan Listrik, Gas 11,6 7,9 12,3 (6,5) 3,0 4,6 2,8 - 3,2 0,1%

Pengadaan Air 8,8 3,0 14,3 9,8 0,0 3,6 6,2 - 6,6 0,2%

Konstruksi 9,8 8,3 8,8 4,9 11,3 2,1 5,1 - 5,5 12,2%

Perdagangan Besar dan Eceran 6,1 6,2 16,3 11,1 5,9 8,4 6,1 - 6,5 12,6%

Transportasi dan Pergudangan 9,5 12,5 16,0 8,5 9,8 10,2 9,6 - 10,0 4,7%

Penyediaan Akomodasi & Makan 7,7 8,3 7,7 4,9 7,1 7,0 3,7 - 4,1 0,6%

Informasi dan Komunikasi 13,2 9,2 8,2 8,7 9,4 9,8 4,4 - 4,8 2,4%

Jasa Keuangan 14,5 21,6 14,0 11,1 5,8 4,0 1,1 - 1,5 2,3%

Real Estate 0,4 1,2 (4,6) 6,6 1,5 4,7 13,3 - 13,7 1,6%

Jasa Perusahaan 10,0 8,1 7,7 7,0 3,9 6,6 3,6 - 4,0 0,2%

Administrasi Pemerintahan 2,7 8,2 1,0 (2,9) 0,3 1,1 5,9 - 6,3 5,3%

Jasa Pendidikan 11,9 12,8 14,5 1,5 1,8 1,8 1,3 - 1,7 4,6%

Jasa Kesehatan dan Keg. Sosial 9,2 4,5 8,3 3,2 1,3 6,3 6,9 - 7,3 1,0%

Jasa Lainnya 8,5 9,4 6,1 6,1 2,0 0,6 3,3 - 3,7 1,4%

PDRB 5,5 6,8 6,0 7,6 8,1 7,0 8,3 - 8,7 100%

*Keterangan Meningkat Melambat

Pangsa2016 2017

Lapangan Usaha

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

16

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

tumbuh negatif sebesar 37,4% (yoy). Namun

demikian, jumlah luas panen jagung mengalami

penurunan dari seluas 16,3 ribu hektar menjadi

sebesar 15,2 ribu hektar pada periode laporan.

Komoditas hortikultura juga mengalami

penurunan produksi akibat terganggunya

proses produksi akibat curah hujan yang tinggi

pada periode tersebut. Adanya penurunan

produksi komoditas jagung dan hortikultura

tersebut menyebabkan tertahannya akselerasi

kinerja sublapangan usaha pertanian,

peternakan, perburuan dan jasa pertanian.

Sementara itu, akselerasi sublapangan usaha

perikanan yang tercatat tumbuh dari 7,3% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar

8,8% (yoy) mampu memberikan andil yang

positif pada pertumbuhan lapangan usaha

pertanian pada periode yang sama. Penyebab

utama dari akselerasi tersebut adalah

peningkatan hasil tangkapan ikan. Pada

triwulan II 2017 pemerintah pusat maupun

daerah melakukan upaya peningkatkan

tangkapan ikan melalui pemberian bantuan

kapal kepada beberapa Kota/Kabupaten seperti

Kota Kendari, Kab Kolaka Utara, Kab Buton

Selatan, Kab Buton Utara, Kab Konawe Utara,

Kab Buton dan Kab Muna. Selain itu, beberapa

komoditas perikanan air payau juga mengalami

peningkatan seperti udang vanname dan

bandeng.

Berbeda dengan pertumbuhan lapangan usaha

pertanian yang meningkat, penyaluran kredit

pada lapangan usaha tersebut mengalami

perlambatan. Pada triwulan II 2017 kredit

pertanian hanya tumbuh sebesar 36,0% (yoy),

setelah pada periode sebelumnya mampu

tumbuh sebesar 61,8% (yoy). Jumlah

penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut

tercatat sebesar Rp730,2 miliar (Grafik 1.19).

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan III mendatang, lapangan usaha

pertanian diperkirakan akan mengalami tren

penurunan. Pada periode mendatang lapangan

usaha ini diperkirakan tumbuh sebesar 5,8% -

Sumber: BPS, diolah Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara

Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari Grafik 1.20 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara

54,5

42,9

2,7

Pertanian,

Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

Kehutanan dan

Penebangan Kayu

Perikanan

61.4

14.5%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha)yoy

6.0

-2.6%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Thousands

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

Jumlah (ribu ton)yoy 730.22

36.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

17

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

6,2% (yoy). Penyebab utama penurunan

disebabkan oleh adanya penurunan hasil

produksi komoditas tabama. Hal ini tercermin

jumlah perkiraan luas panen yang hanya

mencapai 30,7 ribu ha, setelah pada periode

sebelumnya tercatat 61,4 ribu ha.

Namun demikian, mulai masuknya panen pada

komoditas perkebunan seperti komoditas kakao

pada triwulan III diperkirakan dapat memberikan

andil positif pada pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara. Selain itu, komoditas

perikanan diperkirakan juga akan mengalami

peningkatan sesuai dengan pola musimannya

sehingga menahan perlambatan laju

pertumbuhan. Disisi lain, kondisi curah hujan

yang menurun pada triwulan mendatang juga

menjadi risiko penurunan kinerja lapangan

usaha pertanian.

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan II 2017

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian pada periode triwulan II 2017 masih

tercatat tumbuh cukup tinggi walaupun

cenderung melambat dan merupakan salah satu

penyebab terjadinya perlambatan ekonomi di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II 2017 kinerja

lapangan usaha ini tercatat tumbuh sebesar

12,3% (yoy), menurun dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mampu tumbuh

sebesar 17,2% (yoy).

Perlambatan tersebut utamanya disebabkan

oleh perlambatan pada sublapangan usaha

pertambangan dan penggalian lainnya. Hal

tersebut disebabkan oleh berkurangnya

permintaan terhadap barang galian golongan C

seperti batuan dan pasir. Penurunan tersebut

terjadi seiring tingginya curah hujan yang

menghambat proses pembangunan proyek-

proyek seperti jalan dan jembatan.

Selain itu, berdasarkan hasil liaison diketahui

bahwa masih terjadi penurunan penjualan

komoditas aspal yang disebabkan oleh

minimnya permintaan yang berasal dari proyek

pemerintah. Kondisi ini turut memberikan andil

yang negatif terhadap laju pertumbuhan yang

terjadi di lapangan usaha pertambangan dan

penggalian.

Namun demikian, berlanjutnya tren perbaikan

harga nikel olahan dunia menyebabkan

peningkatan permintaan nikel mentah di

Sulawesi Tenggara. Peningkatan permintaan

bahan baku nikel olahan tersebut selain berasal

dari dalam Sulawesi Tenggara juga berasal dari

luar provinsi (Sulawesi Tengah dan Banten).

Terjadinya peningkatan harga nikel olahan

dunia tersebut terjadi seiring adanya penurunan

produksi nikel mentah maupun nikel olahan di

Filipina sebagai produsen penghasil biji nikel

terbesar di dunia. Filipina menyumbang sekitar

25% produksi nikel global. Selain itu, adanya

kebijakan pemerintah yang tertuang dalam

Permen ESDM no.6 tahun 2017 terkait relaksasi

penjualan ekspor nikel kadar rendah <1,7%

(kadar rendah) juga masih turut mengakibatkan

adanya peningkatan aktivitas penambangan

komoditas nikel di Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan hasil liaison pada beberapa

perusahaan tambang di Sulawesi Tenggara,

pada triwulan II 2017 mampu memproduksi ore

nickel sekitar 840,3 ribu MWT, jauh meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya memproduksi sebesar 232,1 ribu MWT.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya

kenaikan kebutuhan pembuatan nikel olahan

dan ekspor nikel kadar rendah.

Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi

lapangan usaha pertambangan, penyaluran

kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat

jauh menurun. Pada triwulan II 2017

pertumbuhan penyaluran lapangan usaha

pertambangan tercatat tumbuh negatif sebesar

14,5% (yoy), jauh menurun dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mampu

tumbuh tinggi mencapai 76,6% (yoy) (Grafik

1.22).

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

18

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Tracking Triwulan III 2017

Memasuki triwulan III 2017, kinerja lapangan

usaha ini diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan positif pada kisaran sebesar

18,2%-18,6% (yoy). Kondisi tersebut

mengalami percepatan jika dibandingkan

dengan periode triwulan sebelumnya. Adanya

relaksasi pemerintah serta membaiknya harga

nikel olahan dunia diperkirakan masih mampu

menyebabkan pertumbuhan yang tinggi pada

lapangan usaha pertambangan.

1.3.3. Industri Pengolahan

Realisasi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 kinerja lapangan usaha

industri pengolahan mengalami percepatan

sehingga mampu menahan laju perlambatan

pertumbuhan perekonomian Sulawesi

Tenggara. Kinerja lapangan usaha industri

pengolahan tumbuh sebesar 9,7%(yoy),

mengalami akselerasi dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

8,8%(yoy). Berdasarkan data BPS Prov Sultra,

akselerasi tersebut terutama terjadi pada

produksi industri manufaktur besar dan sedang

yang tumbuh dari 5,72% (yoy) menjadi 7,90%

(yoy).

Peningkatan produksi industri besar dan sedang

tersebut terutama terjadi pada produksi

feronikel di Sulawesi Tenggara akibat telah

kembali normalnya proses produksi. Hal

tersebut terutama terjadi di salah satu industri

pengolahan nikel terbesar di Sulawesi Tenggara

yang telah berhasil melakukan perbaikan

tungku produksi setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami gangguan.

Kondisi tersebut juga terkonfirmasi dari hasil

liaison pada produsen nikel olahan di Sulawesi

Tenggara yang menyatakan mengalami

peningkatan produksi. Pada periode laporan,

produksi feronikel di Sulawesi Tenggara tercatat

mampu tumbuh positif mencapai 62,0% (yoy),

setelah pada periode sebelumnya tumbuh

negatif sebesar 32,7% (yoy).

Meskipun demikian produksi industri

manufaktur mikro dan kecil mengalami

perlambatan produksi dari 13,86% (yoy)

menjadi hanya tumbuh sebesar 2,45% (yoy).

Perlambatan tersebut terutama terjadi pada

industri tekstil dan pakaian jadi.

Berbeda dengan akselerasi yang terjadi pada

lapangan usaha tersebut, penyaluran kredit

lapangan usaha industri pengolahan mengalami

perlambatan yang cukup dalam. Pada triwulan II

2017, outstanding kredit ke lapangan usaha

industri pengolahan mencapai Rp463,7 miliar

atau hanya tumbuh sebesar 15,9% (yoy),

menurun jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar

111,1% (Grafik 1.23).

Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara

745.4

-

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Indeks

2,143.89

-14.5%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Pertambangan

Rp Miliar yoy

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

19

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Tracking Triwulan III 2017

Pada periode mendatang, kondisi lapangan

usaha industri pengolahan diperkirakan masih

akan tumbuh tinggi dengan kecenderungan

yang meningkat. Pertumbuhan kinerja lapangan

usaha tersebut pada triwulan III 2017

diprakirakan tumbuh pada kisaran 9,5% -9,7%

(yoy). Tingginya pertumbuhan tersebut

utamanya disebabkan oleh tingginya realisasi

produksi feronikel pada triwulan III mendatang

seiring dengan telah selesainya pembangunan

beberapa smelter di Sulawesi Tenggara. Selain

itu, membaiknya harga nikel olahan dunia juga

turut menyebabkan peningkatan produksi.

Namun demikian, untuk industri manufaktur

mikro dan kecil diperkirakan akan mengalami

perlambatan laju pertumbuhan seiring kembali

normalnya konsumsi rumah tangga

pascaramadhan dan Idul Fitri.

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran

Realisasi Triwulan II 2017

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran pada triwulan II 2017 tercatat mengalami

percepatan laju pertumbuhan sehingga mampu

menahan perlambatan perekonomian. Pada

triwulan tersebut lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran mampu tumbuh sebesar 8,4%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya mampu tumbuh

sebesar 5,9% (yoy). Akselerasi yang terjadi pada

triwulan tersebut didorong oleh peningkatan

perdagangan domestik seiring adanya bulan

Ramadhan dan Idul Fitri pada periode laporan.

Sementara untuk kinerja ekspor mengalami

perlambatan sehingga menahan laju

pertumbuhan yang tinggi pada lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

Kondisi peningkatan perdagangan domestik

tersebut tercermin dari meningkatnya aktivitas

bongkar yang mendominasi kegiatan di

pelabuhan Kendari. Dari data PT. Pelindo IV,

diketahui bahwa pada triwulan II 2017

pertumbuhan arus bongkar barang tercatat

mengalami kontraksi sebesar 11,3% (yoy),

mengalami perbaikan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi cukup

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

246.41135.5%

-300%

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra

Volume (ribu ton) yoy

62

51

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017Nilai Eksport Nilai Import

Juta USD

463.67

15.9%0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

140.0%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Besar dan Sedang Mikro dan Kecil

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

20

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

dalam mencapai 27,5% (yoy). Berbeda dengan

aktivitas bongkar, aktivitas muat barang tercatat

mengalami penurunan dari terkontraksi sebesar

2,3% (yoy) menjadi sebesar 3,6% (yoy) pada

periode laporan (Grafik 1.27).

Secara total, aktivitas di pelabuhan Kendari

sebagai salah satu sentra aktivitas bongkar-muat

di Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh negatif

sebesar 9,8% (yoy), jauh membaik

dibandingkan dengan kinerja pada triwulan

sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar

23,0% (yoy).

Sementara itu, kinerja perdagangan ekspor luar

negeri pada periode laporan mengalami

perlambatan sehingga menahan laju akselerasi

pertumbuhan lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran. Pada triwulan II 2017, total

ekspor provinsi Sulawesi Tenggara tercatat

sebesar 246,4 ribu ton atau tumbuh mencapai

57,3% (yoy) (Grafik 1.22).

Pada triwulan tersebut, komoditas utama yang

menyebabkan perlambatan pertumbuhan pada

perdagangan luar negeri adalah komoditas nikel

olahan. Perdagangan ekspor komoditas nikel

olahan tercatat sebesar 21,9 ribu ton atau

tumbuh sebesar 40,2% (yoy). Kondisi tersebut

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar

41,6% (yoy). Namun demikian, untuk

komoditas ikan segar mengalami peningkatan

dari sebelumnya tercatat tumbuh negatif

mencapai 93,1% (yoy) pada triwulan I 2017

menjadi hanya tumbuh negatif sebesar 1,1%

(yoy) atau sebesar 561,9 ton pada triwulan II

2017.

Berbeda dengan akselerasi pada lapangan usaha

perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran

kredit ke lapangan usaha tersebut mengalami

perlambatan. Pada periode laporan total

penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut

tercatat sebesar Rp4,98 triliun atau tumbuh

sebesar 3,3% (yoy), melambat dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,1% (yoy) (Grafik 1.28).

Tracking Triwulan III 2017

Memasuki triwulan III, kinerja usaha

perdagangan besar dan eceran diperkirakan

akan tumbuh cukup tinggi dengan

kecenderungan melambat pada kisaran 6,1%

s.d 6,5% (yoy). Perlambatan kinerja usaha

tersebut dipengaruhi oleh perdagangan

domestik seiring dengan kembali normalnya

daya beli masyarakat pasca bulan Ramadhan

dan Idul Fitri. Namun demikian, adanya

peningkatan produksi nikel olahan akibat sudah

mulai beroperasinya beberapa smelter dan

adanya relaksasi ekspor nikel mentah kadar

rendah diperkirakan akan menyebabkan

akselerasi pertumbuhan dan memberikan andil

positif di lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran.

1.3.5. Konstruksi

Sumber: PT Pelindo, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari

Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara

-11.3%

-3.6%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Arus bongkar Arus muat

%, yoy

4,979.07

3.3%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

21

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Realisasi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, kinerja lapangan usaha

konstruksi tercatat mengalami perlambatan

sehingga turut menyumbang pada perlambatan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

periode laporan. Pada periode tersebut, kinerja

usaha konstruksi hanya mampu tumbuh sebesar

2,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

kinerja periode sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 11,3% (yoy). Kondisi tersebut

terjadi karena adanya penurunan realisasi

pembangunan oleh pemerintah daerah maupun

pembangunan yang dilakukan oleh swasta.

Dari sisi realisasi pembangunan pemerintah,

rendahnya realisasi proyek pembangunan pada

periode laporan disebabkan oleh tingginya

curah hujan sehingga mengganggu pengerjaan

fisik proyek pemerintah terutama pembangunan

jalan dan jembatan. Namun demikian, adanya

pembangunan bendungan Ladongi mampu

menahan laju perlambatan yang terjadi.

Dari sisi realisasi pembangunan proyek swasta,

berdasarkan hasil liaison diperoleh informasi

bahwa pembangunan smelter di beberapa

daerah seperti di Konawe dan Bombana yang

telah selesai merupakan penyebab utama

perlambatan lapangan usaha konstruksi pada

periode laporan.

Perlambatan laju pertumbuhan lapangan usaha

konstruksi tersebut juga tercermin dari konsumsi

semen di Sulawesi Tenggara yang mengalami

penurunan. Pada triwulan II 2017 konsumsi

semen di Sulawesi Tenggara sebanyak 162,2 ton

atau terkontraksi sebesar 2,8% (yoy), menurun

jika dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 0,7%(yoy).

Sejalan dengan perlambatan laju pertumbuhan

ekonomi, penyaluran kredit pada lapangan

usaha tersebut juga mengalami perlambatan.

Pada triwulan II 2017, outstanding kredit ke

lapangan usaha konstruksi mencapai Rp962,4

miliar atau mengalami pertumbuhan yang

negatif sebesar 4,5% (yoy). Kondisi tersebut

jauh menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 21,4%

(yoy).

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017, lapangan usaha

konstruksi diperkirakan akan mampu tumbuh

dengan kecenderungan meningkat seiring

adanya peningkatan kegiatan investasi di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan mendatang

lapangan usaha tersebut diperkirakan mampu

tumbuh sebesar 6,2% - 6,6% (yoy).

Peningkatan tersebut terutama bersumber dari

pembangunan proyek pemerintah akibat

adanya percepatan pembangunan proyek-

proyek pemerintah dan kondisi cuaca yang

diperkirakan akan membaik sehingga tidak

mengganggu proses pengerjaan proyek.

Sementara itu, investasi swasta juga

diperkirakan masih stabil. Kondisi ini

dipengaruhi oleh masih berlangsungnya

penyelesaian pembangunan smelter. Selain itu

adanya kebijakan pemerintah pusat untuk

relaksasi ekspor nikel lowgrade yang masih

mewajibkan adanya pembangunan smelter

diperkirakan akan mendorong investor

melakukan percepatan aktivitas pembangunan

smelter-nya.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara

962.38

-4.5%-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Ekonomi Makro Regional

22

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA

LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN

Realisasi Triwulan II 2017

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada periode triwulan II

2017, pertumbuhan ekonomi

nonpertambangan juga mengalami sedikit

perlambatan. Pada triwulan II 2017

pertumbuhan ekonomi nonpertambangan

tercatat tumbuh sebesar 5,7% (yoy), setelah

pada periode sebelumnya mencapai 5,9% (yoy).

Hal ini menunjukkan bahwa kontraksi lapangan

usaha pertambangan pada periode laporan

merupakan penyebab utama terjadinya

perlambatan pertumbuhan.

Pada periode triwulan II 2017, lapangan usaha

yang tercatat mengalami akselerasi adalah

lapangan usaha pertanian seiring dengan

masuknya musim panen serta industri

pengolahan akibat peningkatan produksi

industri besar dan sedang. Selain itu, adanya

peningkatan perdagangan domestik yang

didorong oleh peningkatan daya beli

masyarakat di Bulan Ramadhan dan Idul Fitri

mampu memberikan andil positif pada

pertumbuhan pada periode tersebut. Namun

demikian lapangan usaha konstruksi yang

mengalami perlambatan mampu menahan laju

akselerasi yang terjadi.

Dari sisi rasio komponen lapangan usaha

terhadap total PDRB nonpertambangan,

lapangan usaha pertanian masih mendominasi

perekonomian Sulawesi Tenggara dengan rasio

sebesar 29,5%. Namun demikian rasio tersebut

menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mampu mencapai 30,2%.

Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh

adanya peningkatan rasio pada lapangan usaha

lainnya seperti usaha perdagangan dari 15,1%

menjadi 16,0% dan usaha konstruksi dari

15,5% menjadi 15,6%.

Tracking Triwulan III 2017

Pada triwulan III 2017 mendatang lapangan

usaha nonpertambangan diperkirakan akan

mampu tumbuh terakselerasi berada di kisaran

5,9% - 6,3%(yoy), terutama didorong oleh

kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan

lapangan usaha konstruksi.

Usaha industri pengolahan diperkirakan akan

mengalami peningkatan produksi seiring

perbaikan harga nikel olahan dan telah

selesainya pembangunan beberapa smelter.

Sementara untuk usaha konstruksi, peningkatan

didorong oleh realisasi pembangunan proyek

pemerintah. Namun demikian, akselerasi

tersebut diperkirakan akan tertahan oleh

perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha

pertanian seiring telah berlalunya musim panen

komoditas tabama.

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

2011 2012 2013 2014 2015 2016 I II III IV I II III IV I II III IV I II

. 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra

%, yoy

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

2

KONDISI FISKAL DAERAH

Gudang Bulog

Foto: Daniel

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Fiskal Daerah

24

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN

2017

Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD

2017 meningkat dibandingkan dengan

anggaran APBD Perubahan tahun 2016.

Anggaran pendapatan meningkat menjadi

Rp3,55 triliun atau naik cukup tinggi sebesar

43,3% dibanding dengan tahun 2016. Begitu

pula dengan anggaran belanja yang meningkat

menjadi Rp3,50 triliun atau naik sebesar 17,0%.

Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran

pendapatan tersebut terjadi pada anggaran

Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan

transfer. PAD Sulawesi Tenggara pada tahun

2017 ditargetkan mencapai Rp743,9 miliar atau

meningkat 33,2% jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Sementara untuk

pendapatan transfer pada tahun 2017

ditargetkan mencapai Rp2,8 triliun atau

meningkat 35,2% dari tahun sebelumnya.

Dari sisi belanja, peningkatan anggaran belanja

pada tahun 2017 didorong hanya oleh

meningkatnya anggaran belanja operasi.

Sementara untuk anggaran belanja modal

mengalami penurunan. Pada tahun 2017

anggaran belanja operasi mencapai Rp2,4

triliun atau meningkat sebesar 41,3%. Kondisi

berbeda terjadi pada anggaran belanja modal

yang hanya mencapai Rp774,6 miliar atau

menurun sebesar 3,5% jika dibandingkan

dengan periode tahun sebelumnya.

Secara historis, APBD Provinsi Sulawesi Tenggara

selalu mencatatkan defisit sejak tahun 2010.

Namun demikian pada APBD tahun 2017, defisit

anggaran tercatat jauh lebih rendah jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Defisit

APBD tahun 2017 adalah sebesar Rp51,96 miliar

atau menurun sebesar Rp297,47 miliar

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat Rp349,43 miliar.

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBD PROVINSI

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara pada semester I 2017 relatif

lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi

pendapatan pemerintah daerah pada periode

yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sampai

pertengahan tahun 2017 baru terealisasi senilai

Rp1,74 Triliun atau sebesar 49,48% dari target

total pendapatan dalam APBD 2017. Angka

serapan tersebut tercatat lebih rendah jika

dibandingkan dengan realisasi pada periode

yang sama pada tahun 2016 yang tercatat

sebesar 52,53% dari target dalam APBD tahun

2016 atau sebesar Rp1,38 Triliun. Penurunan

realisasi tersebut disebabkan oleh adanya

peningkatan target pendapatan dalam APBD

2017. Realisasi pendapatan pada tahun 2017

tersebut juga lebih rendah dibandingkan

dengan rata-rata realisasi pendapatan pada

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara

3.545

43,3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pendapatan Growth Pendapatan

(miliar)

3.497

17,0

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Growth Belanja

Miliar % yoy

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

25

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

semester I selama lima tahun terakhir yaitu

sebesar 51,9%.

Sumber pendapatan daerah Sulawesi Tenggara

berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan pendapatan transfer yang bersumber dari

Dana Perimbangan (Daper). Pangsa PAD

Sulawesi Tenggara tercatat stabil dari

sebelumnya 21,1% pada tahun 2016 menjadi

21,0% pada tahun 2017. Kondisi ini

mengindikasikan belum adanya perbaikan

kemandirian fiskal pemerintah provinsi.

Sementara itu, pangsa Daper sedikit meningkat

menjadi 78,96% pada tahun 2017 dari tahun

sebelumnya sebesar 78,4%.

Realisasi pendapatan transfer pada semester I

2017 tercatat hanya mampu mencapai 51,38%

dari total target dalam APBD tahun 2017 atau

sebesar Rp1,43 Triliun. Di sisi lain, pada periode

yang sama tahun 2016, realisasi pendapatan

mampu mencapai 53,42% dari total target

pendapatan transfer tahun 2016 atau senilai

Rp1,1 Triliun. Berdasarkan komponennya,

sumber pendapatan utama pemerintah Sulawesi

Tenggara berasal dari transfer pemerintah pusat

seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana

Alokasi Khusus (DAK).

Sementara untuk realisasi PAD Sulawesi

Tenggara pada semester I tahun 2017 tercatat

hanya sebesar Rp302,29 miliar atau mencapai

41,66%, menurun dibandingkan dengan

realisasi tahun sebelumnya yang mampu

mencapai 50,03%. Sumber utama PAD

Sulawesi Tenggara berasal dari komponen pajak

daerah, dengan pangsa 84,4% dari total PAD,

diikuti oleh lain-lain PAD yang sah (10,8%), hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

(3,2%) dan sisanya bersumber dari retribusi

daerah (1,2%).

Adapun pajak daerah yang dipungut oleh

provinsi diantaranya adalah pajak kendaraan

bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor,

pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak

air permukaan dan pajak rokok. Sampai dengan

pertengahan tahun 2017, pendapatan pajak

daerah tersebut hanya mampu terealisasi

sebesar 31,81% dari total anggaran. Kondisi

tersebut mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan periode tahun

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Semester I

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran RealisasiSerap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)Anggaran Realisasi Serap (%)

PENDAPATAN 2.342,79 1.284,54 54,83 2.641,12 1.387,50 52,53 3.535,20 1.749,13 49,48

PENDAPATAN ASLI DAERAH 539,90 285,27 52,84 558,39 279,35 50,03 743,89 309,92 41,66

Pendapatan Pajak Daerah 415,49 205,50 49,46 455,62 221,69 48,66 628,12 199,78 31,81

Hasil Retribusi Daerah 16,67 8,87 53,25 10,07 5,54 55,06 11,97 5,66 47,28

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,45 22,89 97,61 23,45 24,27 103,49 23,45 37,87 161,49

Lain-lain PAD 84,30 48,01 56,95 69,26 27,85 40,22 80,35 66,61 82,90

PENDAPATAN TRANSFER 1.785,51 986,51 55,25 2.071,73 1.106,65 53,42 2.801,31 1.439,21 51,38

Transfer Pemerintah Pusat 1.383,88 782,05 56,51 1.498,36 817,97 54,59 2.748,76 1.412,94 51,40

Dana Bagi Hasil Pajak 66,42 12,58 18,94 62,45 29,06 46,53 - - -

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 54,64 57,30 104,87 44,36 31,16 70,23 - - -

Dana Alokasi Umum 1.176,42 686,25 58,33 1.200,63 700,37 58,33 - - -

Dana Alokasi Khusus 86,40 25,92 30,00 190,92 57,39 30,06 - - -

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 408,18 204,46 50,09 573,36 288,68 50,35 52,55 26,28 50,00

Dana Otonomi Khusus - - - - - - - - -

Dana Penyesuaian 408,18 204,46 50,09 573,36 288,68 50,35 - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - 12,76 11,00 1,50 13,64 - - -

Pendapatan Lainnya - 12,76 - - - - - - -

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2017APBD 2016

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Fiskal Daerah

26

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

sebelumnya yang mampu mencapai 48,66%

dari total anggaran.

Sementara itu, komponen Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang Sah tercatat mengalami

peningkatan. Pada awal tahun 2017, realisasi

pos ini tercatat sebesar 82,9%, meningkat

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar

40,22%. Keseluruhan pendapatan tersebut

berasal dari pos hibah. Sementara untuk realisasi

hasil pengelolaan yang dipisahkan pada tahun

2017 tidak dianggarkan.

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja

Sejalan dengan kinerja di sisi pendapatan,

penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi

Sulawesi Tenggara pada awal 2017 juga tercatat

lebih rendah dibandingkan dengan realisasi

anggaran tahun 2016. Realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara hingga

pertengahan tahun 2017 tercatat 32% atau

sebesar Rp1,15 triliun, lebih rendah

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mampu merealisasikan

anggaran sebesar 35,93%. Menurunnya

persentase realisasi ini terutama didorong oleh

masih berhati-hatinya pemerintah daerah dalam

merealisasikan anggaran seiring adanya

pengetatan fiskal oleh pemerintah pusat.

Penurunan tersebut terjadi baik pada realisasi

belanja operasional maupun belanja modal.

Realisasi belanja operasional hanya mencapai

39,32% atau sebesar Rp943,97 miliar.

Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan

oleh belum optimalnya realisasi belanja pegawai

yang hanya mencapai 39,38%, belanja barang

yang mencapai 38,42% dan belanja hibah yang

hanya 37,79%

Sedangkan, realisasi belanja modal pada periode

laporan juga menunjukkan kinerja yang kurang

maksimal dengan tingkat realisasi sebesar

18,13% atau senilai Rp140,45 miliar. Kondisi

tersebut menurun dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya

yang dapat mencapai 25%. Penurunan tersebut

disebabkan oleh rendahnya seluruh komponen

belanja modal seperti realisasi belanja peralatan

dan mesin yang hanya mencapai 13,32%,

realisasi belanja bangunan dan gedung yang

hanya mencapai 22,16% dan juga belanja jalan,

irigasi dan jaringan yang hanya sebesar 16,94%.

Berdasarkan sumbangannya, pangsa belanja

modal terbesar adalah pembangunan jalan,

irigasi dan jaringan yang mencapai 46,3%,

diikuti oleh belanja bangunan dan gedung

sebesar 38,6% dan belanja peralatan dan mesin

13,0%.

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

60,03%

52,03%

37,06% 33,48%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2016 2017

Target Realisasi

56,30% 55,49%

26,64%

37,81%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2016 2017

Target Realisasi

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

27

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi

Tenggara selama semester I 2017 relatif di

bawah target yang ditetapkan. Pada semester I

2017, kondisi realisasi keuangan Pemprov Sultra

baru mencapai 33,48% di bawah target

52,03% bahkan lebih rendah dibandingkan

dengan pencapaian pada tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 37,06%. Sementara itu

kondisi penyelesaian fisik baru mencapai

37,81%, di bawah target yaitu sebesar 55,5%.

Namun pencapaian tersebut lebih tinggi jika

dibandingkan dengan periode tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 26,64%.

Sementara untuk proses pengadaan barang dan

jasa, hingga akhir semester I 2017 tercatat

bahwa dari total aktivitas strategis yang terdiri

dari 1.242 paket atau senilai Rp880 miliar,

terdapat 2 proyek yang berstatus provisional

hand over (PHO) atau telah di lakukan serah

terima. Sedangkan yang sedang dalam tahap

kontrak mencapai 12% atau 154 proyek.

Sementara proyek yang dalam tahap

pemilihan/pelaksanaan adalah sebanyak 15%

atau 186 proyek dengan 172 proyek sudah

memiliki hasil pemilihan.

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBN

2.3.1 Realisasi APBN Provinsi

Alokasi anggaran APBN Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017 mengalami sedikit

peningkatan jika dibandingkan dengan tahun

2016. Tercatat, terjadi kenaikan anggaran APBN

sebesar 2,5% dari sebelumnya Rp1,62 triliun

pada tahun 2016 menjadi Rp1,66 triliun pada

tahun 2017.

Berdasarkan jenisnya, belanja barang

dianggarkan sebesar Rp837 miliar atau sebesar

50,4% dari total APBN Provinsi Sulawesi

Tenggara 2017, diikuti oleh belanja modal

sebesar Rp806,28 miliar (48,5%), belanja

pegawai sebesar Rp12,85 miliar (0,8%) dan

belanja bantuan sosial Rp4,43 miliar (0,3%).

Komposisi tersebut relatif tidak mengalami

perubahan jika dibandingkan dengan periode

tahun 2016.

Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan

mengalami perbaikan. Sampai pertengahan

tahun 2017, realisasi APBN tercatat sebesar

Rp521,92 miliar atau sebesar 31,43%,

meningkat dibandingkan dengan periode yang

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Semester I

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran RealisasiSerap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)

BELANJA 2.300,96 790,16 34,34 2.768,76 994,76 35,93 3.597,16 1.150,78 31,99

BELANJA OPERASI 1.445,49 588,11 40,69 1.699,15 749,24 44,10 2.400,67 943,97 39,32

Belanja Pegawai 593,62 234,72 39,54 622,06 291,41 46,85 1.360,28 535,71 39,38

Belanja Barang 313,54 100,33 32,00 385,93 135,17 35,03 321,14 123,37 38,42

Belanja Bunga 24,16 10,09 41,75 18,55 10,17 54,85 12,23 6,93 56,68

Belanja Hibah 412,99 210,82 51,05 584,66 294,87 50,43 707,03 267,21 37,79

Belanja Bantuan Keuangan 101,18 32,15 31,77 87,95 17,62 20,03 - 10,75 -

BELANJA MODAL 592,53 115,56 19,50 802,24 200,47 24,99 774,55 140,45 18,13

Belanja Tanah 21,81 10,79 49,49 11,00 - - 12,50 - -

Belanja Peralatan dan Mesin 51,72 12,30 23,78 55,42 24,90 44,92 100,45 13,38 13,32

Belanja Bangunan dan Gedung 185,48 20,89 11,26 275,72 94,36 34,22 298,86 66,22 22,16

Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 331,64 71,58 21,58 459,06 81,16 17,68 358,54 60,75 16,94

Belanja Aset Tetap Lainnya 1,89 0,0009 0,05 1,04 0,05 4,43 4,20 0,10 2,34

BELANJA TIDAK TERDUGA 38,03 - - 25,25 - - 10,46 1,08 10,31

Belanja Tak Terduga 38,03 - - 25,25 - - 10,46 1,08 10,31

TRANSFER 224,91 86,49 38,46 242,12 45,05 18,61 411,47 65,28 15,86

APBD 2016

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2017

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Fiskal Daerah

28

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

sama tahun 2016 yang tercatat sebesar

Rp432,2miliar atau 26,7% dari APBN provinsi

Sulawesi Tenggara 2016.

Realisasi belanja pegawai tercatat sebesar

Rp12,85miliar atau sebesar 39,9%, menurun

jika dibandingkan dengan periode tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,5miliar

atau 46,5%. Adapun realisasi belanja barang

pada tahun 2017 sebesar Rp264,64 miliar atau

31,61% dari total yang dianggarkan dalam

APBN 2017. Angka tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 yaitu

Rp229,7 miliar atau 28,9% dari total anggaran

belanja barang dalam APBN 2016.

Sementara itu, realisasi belanja modal pada

tahun 2017 tercatat sebesar Rp252,15 atau

31,27% dari total anggaran, lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp196,3 miliar atau 24,4% dari total anggaran

belanja modal dalam APBN 2016. Peningkatan

tersebut juga disebabkan oleh adanya

pengerjaan beberapa proyek infrastruktur yang

sempat tertunda pada akhir tahun 2016 akibat

adanya penundaan transfer DAU oleh

pemerintah pusat. Sedangkan untuk belanja

bantuan sosial, sampai pertengahan tahun 2017

belum ada dana yang terealisasi. Sedangkan

pada periode yang sama pada tahun 2016 dana

bantuan sosial terealisasi sebanyak 7,1% atau

Rp600 juta.

Dana Desa

Sesuai dengan data dari Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara,

sampai dengan bulan Juni 2017, telah dilakukan

realisasi Dana Desa Tahap I sebesar Rp805,47

miliar. Dengan demikian, besaran Dana Desa

yang telah direalisasikan kepada masyarakat

adalah sebesar 54% dari total pagu Dana Desa

Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,48 triliun.

Meskipun demikian, terdapat kabupaten yang

belum mendapatkan rekomendasi pencairan

Dana Desa Tahap I yaitu Kabupaten Buton.

Selain itu beberapa kabupaten juga tidak

mencapai realisasi sebesar 60%, karena sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

49/PMK/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian,

Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan

Evaluasi Dana Desa menyebutkan bahwa

penyaluran Dana Desa Tahap I adalah sebesar

60% dan dilakukan sampai bulan Maret serta

Tahap II sebesar 40% yang dilakukan sampai

bulan Agustus.

Beberapa kendala dalam pencairan antara lain:

1) adanya kendala transfer dari kas daerah ke

kas desa karena perbedaan perhitungan pagu

anggaran, 2) belum ada Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) Dana Desa tahun

2016 oleh desa, 3) adanya penjabaran program

penggunaan Dana Desa yang tidak sesuai

dengan program pada RPJMDes, RKPDes dan

APBDes.

2.3.2 Realisasi APBN Kabupaten/Kota

Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk Kabupaten/Kota pada tahun 2017

tercatat sebanyak Rp7,34 triliun. Dana ini

dibagikan kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Semester I

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Belanja Pegawai 13,68 6,4 46,9% 11,90 5,5 46,5% 12,85 5,13 39,90%

Belanja Barang 1012,83 123,8 12,2% 794,51 229,7 28,9% 837,20 264,64 31,61%

Belanja Modal 1475,02 209,5 14,2% 804,41 196,3 24,4% 806,28 252,15 31,27%

Belanja Bantuan Sosial 308,73 97,8 31,7% 8,44 0,6 7,1% 4,43 - -

Total 2810,26 437,6 15,6% 1619,26 432,2 26,7% 1660,76 521,92 31,43%

Jenis

Tahun 2015

Pagu Realisasi

Tahun 2016

Pagu Realisasi%

Realisasi

%

RealisasiPagu Realisasi

Tahun 2017

%

Realisasi

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

29

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Sulawesi Tenggara. Anggaran APBN

Kabupaten/kota terbagi atas anggaran belanja

pegawai sebesar Rp1,67 triliun atau 22,8% dari

total anggaran APBN untuk Kabupaten/Kota di

Sulawesi Tenggara, anggaran belanja barang

sebesar Rp1,54 triliun (21%), belanja modal

sebesar Rp1,23 triliun (16,8), belanja bantuan

sosial Rp11,5 miliar (0,2%), Dana Alokasi

Khusus Fisik Rp1,3 triliun (17,7%), dan dana

desa Rp1,48 miliar (20,2%).

Dari data realisasi anggaran belanja pegawai 17

kabupaten/kota di Sulawesi tenggara, diperoleh

rata-rata realisasi anggaran sebesar 42%, lebih

tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja

negara dari APBN di tingkat provinsi yaitu

39,9%.

Hal serupa juga terjadi pada realisasi belanja

barang. Secara rata-rata realisasi belanja barang

kabupaten kota mencapai 33% pada semester I

2017 ini sedangkan realisasi belanja barang

APBN provinsi Sultra sebesar 31,61%. Namun

terdapat beberapa daerah yang masih memiliki

angka realisasi cukup rendah yaitu Kabupaten

Kolaka Timur dan Muna Barat.

Realisasi belanja modal di kabupaten/kota juga

lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi APBN

di tingkat provinsi. Sampai pertengahan tahun

2017 ini anggaran belanja modal

kabupaten/kota telah terealisasi sebesar 35%

sementara di tingkat provinsi terealisasi sebesar

31,27%. Sejalan dengan anggaran belanja

lainnya, anggaran belanja bantuan sosial dari

APBN Sulawesi Tenggara pada semester I 2017

bahkan belum ada yang terealisasi. Sementara

belanja bantuan sosial di anggaran APBN

Kabupaten/kota telah terealisasi 16%.

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN

2.4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari realisasi

Kota/Kabupaten di Sulawesi Tenggara terdapat

beberapa Kota/Kabupaten yang realisasi

pendapatannya melebihi realisasi anggaran

provinsi yaitu, Kabupaten Konawe Utara,

Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Muna,

Kota Bau-Bau dan Kabupaten Muna Barat.

Kabupaten dengan capaian realisasi anggaran

tertinggi adalah Kabupaten Konawe Utara yang

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/KotaPagu

(Rp Miliar)

Realisasi

(Rp Miliar)Realisasi %

Bombana 94,3 56,57 60%

Konawe 222,0 132,38 60%

Konawe Kepulauan 69,7 41,25 59%

Konawe Selatan 252,3 148,57 59%

Konawe Utara 120,8 72,49 60%

Buton 65,7 0,00 0%

Buton Selatan 49,5 29,71 60%

Buton Tengah 54,0 32,42 60%

Buton Utara 62,2 37,30 60%

Wakatobi 60,7 35,68 59%

Kolaka 78,4 47,04 60%

Kolaka Timur 91,0 54,61 60%

Kolaka Utara 99,2 59,49 60%

Muna 97,8 57,95 59%

Muna Barat 64,4 38,67 60%

Sulawesi Tenggara 1482,0 805,47 54%

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Fiskal Daerah

30

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

mencapai 24,3%. Capaian tinggi tersebut

disebabkan oleh capaian realisasi anggaran

pendapatan asli daerah yang mencapai 92%.

Sementara kabupaten dengan capaian realisasi

anggaran terendah adalah Kabupaten Konawe

Selatan (31%), rendahnya capaian tersebut

disebabkan oleh rendahnya capaian pendapatan

asli daerah yang hanya sebesar 18%.

2.4.2. Realisasi Anggaran Belanja

Berbeda dengan realisasi anggaran pendapatan,

realisasi anggaran belanja Kota/Kabupaten

relatif lebih rendah. Hal ini terlihat dari hanya

terdapat 1 (satu) daerah yang memiliki realisasi

belanja di atas realisasi provinsi.

Capaian realisasi belanja pada semester I 2017

yang tertinggi adalah Kabupaten Konawe Utara

yang mencapai 40%. Tingginya capaian realisasi

anggaran belanja tersebut disebabkan oleh

tingginya realisasi belanja operasi (43%).

Sementara daerah dengan capaian realisasi

terendah adalah Kabupaten Muna Barat yang

hanya mencapai 22%. Rendahnya capaian

tersebut terjadi akibat rendahnya realisasi

belanja modal (5%).

Tabel 2.5 Pencapaian APBN Kota/Kabupaten

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Belanja

Bantuan

Sosial

DAK Fisik Dana Desa

Buton 44% 28% 29% 12% 30% 0%

Muna 47% 43% 39% 12% 30% 59%

Kolaka 51% 35% 34% 2% 30% 60%

Konawe Selatan 48% 40% 30% 44% 30% 59%

Bombana 44% 48% 30% 12% 30% 60%

Wakatobi 44% 40% 24% 35% 30% 59%

Kolaka Utara 46% 23% 61% 9% 31% 60%

Konawe 47% 39% 21% 11% 30% 60%

Konawe Utara 42% 42% 69% 39% 30% 60%

Buton Utara 29% 24% 17% 0% 30% 60%

Kolaka Timur 29% 7% 11% 0% 30% 60%

Konawe Kepulauan 24% 18% 10% - 30% 59%

Kendari 47% 37% 38% 27% 30% -

Baubau 47% 39% 23% 0% 30% -

Muna Barat 43% 7% 8% - 30% 60%

Buton Selatan 39% 45% 60% - 60% 60%

Buton Tengah 41% 40% 83% - 30% 60%

% Realisasi

Kabupaten/ Kota

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

31

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Tabel 2.6 Pencapaian Pendapatan dan Belanja Kota/Kabupaten

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Sulawesi Tenggara 49% 42% 51% 32% 39% 18%

Kendari 44% 22% 53% 34% 35% 30%

Baubau 51% 58% 50% 27% 35% 5%

Kolaka 35% 43% 39% 37% 39% 30%

Kolaka Timur 52% 34% 52% 34% 38% 29%

Konawe 40% 21% 44% 33% 38% 17%

Konawe Selatan 31% 18% 31% 31% 23% 16%

Konawe Utara 53% 45% 52% 40% 43% 29%

Buton Tengah 51% 43% 52% 25% 30% 11%

Muna 51% 33% 52% 22% 32% 9%

Muna Barat 52% 92% 51% 22% 28% 5%

Belanja

ModalKabupaten/Kota Pendapatan

Pendapatan

Asli Daerah

Pendapatan

Transfer Belanja

Belanja

Operasi

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Fiskal Daerah

32

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Sayuran di Pasar Mandonga Kendari

Foto: Daniel

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

34

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

11Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan

menggunakan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara

Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahunan Sultra dan Andilnya Berdasarkan Kelompok

5,21%

4,37%

4,46%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Sultra Nasional Sulawesi

yoy

-2,000,002,004,006,008,00

10,0012,00

Ba

ha

n M

aka

na

n

Ma

kan

an

Ja

di

Pe

rum

aha

n

Sa

nd

an

g

Ke

se

hata

n

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

r

Tw I 2017 Tw II 2017

2,26

0,860,64 0,54 0,42 0,21 0,17

0,00

1,00

2,00

3,00

Andil

%a

nd

il

%yo

y

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

35

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau Berdasarkan Kelompok

Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Triwulan II 2017 dan Tracking Juli 2017

Grafik 3.3 Peta Spasial Inflasi Tahunan

0,00

5,00

10,00

15,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

Um

um

Ba

ha

n M

aka

na

n

Ma

kan

an

Ja

di

Pe

rum

aha

n

Sa

nd

an

g

Ke

se

hata

n

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

r

Tw I 2017 Tw II 2017

Ken

dari

Bau

bau

%yo

y

%yo

y

6,17

2,67

5,21 4,37 4,27

5,84

3,58

5,21 3,88

3,97

Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimur

Tw II 2017 Jul-17

%, (yoy)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

36

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

2Andon penangkapan ikan adalah kegiatan penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan

kapal perikanan berukuran tidak lebih dari 30 (tiga puluh) grose tonnage (GT), dengan daerah penangkapan ikan sesuai dengan SIPI Andon namun berada di luar wilayah domisili administrasinya.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

37

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Grafik 3.6 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau Triwulan II 2017

-0,27

0,54

3,24

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015 2016 2017

%, mtm

-0,13-0,67

0,68

0,17

3,58

2,32

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Kendari Baubau

Apr-17 Mei-17 Jun-17

%, mtm

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

38

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12

14

16

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2015 2016 2017

Inflasi Umum Inflasi Inti

Volatile Food Administered Prices

inflasi (%,yoy)

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

39

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Grafik 3.9 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang

Grafik 3.10 Indeks Harga Triwulan III

142

120

130

140

150

160

170

180

190

II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

indeks

157

168

145

155

165

175

185

195

II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Indeks Harga Indeks Harga Bahan Makanan

indeks

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

40

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

41

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

42

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

TW II

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

43

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

840

446,6

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

Sangat Tinggi

Tinggi

Menengah

Rendah

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Perkembangan Inflasi Daerah

44

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

4 Aktivitas Pelabuhan Kendari

Foto: Daniel

STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

46

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor

Rumah Tangga

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi

keuangan rumah tangga adalah tingkat

pendapatan, ketersediaan lapangan pekerjaan,

tingkat konsumsi, dan kondisi

pembiayaan/kredit oleh rumah tangga. Secara

umum, tingkat pendapatan dan ketersediaan

lapangan pekerjaan dipengaruhi oleh kinerja

perekonomian. Pada triwulan II 2017, kondisi

perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami

perlambatan (lihat Bab 1). Perlambatan tersebut

disebabkan oleh melambatnya kinerja ekspor

luar negeri, pengeluaran pemerintah dan

investasi.

Meskipun perekonomian melambat, konsumsi

rumah tangga pada periode tersebut masih

mampu tumbuh sebesar 6,6% (yoy), lebih tinggi

daripada periode sebelumnya yang hanya

tumbuh sebesar 5,9% (yoy) (Grafik 4.1). Namun

sesuai dengan pola historisnya, pangsa

konsumsi terhadap PDRB mengalami penurunan

pada triwulan II, yaitu dari 49,1% menjadi

47,2%. Hal ini terjadi karena semakin besarnya

kontribusi net ekspor dan konsumsi pemerintah

pada periode tersebut.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Pulau Sulawesi, pertumbuhan konsumsi rumah

tangga di Sulawesi Tenggara tersebut

meningkat cukup tinggi dan telah berada di atas

rata-rata pertumbuhan konsumsi se-Sulawesi

(Grafik 4.2). Meskipun demikian, peran konsumsi

rumah tangga dalam perekonomian masih

merupakan yang terendah. Kondisi ini

disebabkan karena tingginya peranan investasi

di Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar

43,5%, di atas rata-rata Sulawesi yang hanya

sebesar 39,0%

Peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga

selama triwulan II 2017 tersebut juga didukung

oleh tingkat optimisme rumah tangga untuk

melakukan kegiatan konsumsi. Selama periode

tersebut, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) masih berada di atas 100, yaitu sebesar

131,3. Akan tetapi apabila dibandingkan

dengan periode sebelumnya maka IKK tersebut

relatif lebih rendah karena sebelumnya dapat

mencapai 139,1. (Grafik 4.3). Relatif

berkurangnya optimisme konsumen tersebut

terjadi karena konsumen memprediksi adanya

risiko berkurangnya ketersediaan lapangan kerja

dan kemungkinan penurunan usaha dalam

enam bulan ke depan.

Meskipun demikian, ekspektasi konsumen akan

penghasilan mereka masih cukup tinggi

sehingga bisa meredam kerentanan sektor

rumah tangga dalam sektor keuangan di

Sulawesi Tenggara. (Grafik 4.4). Berdasarkan

hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw

BI Sulawesi Tenggara, peningkatan penghasilan

rumah tangga pada triwulan II 2017 dialami oleh

35% responden, sementara hanya 12% saja

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara

Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-Sulawesi

49,147,2

5,96,6

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

40,0

45,0

50,0

55,0

60,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Pangsa gKonsumsi RT (sb.kanan)

Pangsa thd PDRB (%) %, yoy %, yoy

%

Pe

rtum

buha

n K

onsum

si

RT

Pangsa Konsumsi RT dalam PDRB

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

40.0 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0

TwI-17 TwII-17

Sulteng

Sultra Sulsel

Sulawesi

SulutSulbar

Gorontalo

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

47

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

yang mengalami penurunan penghasilan dan

sisanya masih mendapatkan penghasilan

yang sama dibandingkan dengan enam bulan

sebelumnya. Berdasarkan sektornya, hampir

seluruh sektor usaha mengalami peningkatan

penghasilan, kecuali sektor transportasi dimana

lebih banyak konsumen yang merasa bahwa

pendapatannya menurun. Bahkan tidak ada

penurunan penghasilan pada responden rumah

tangga yang bekerja pada sektor industri, listrik,

air, jasa keuangan, real estate, jasa profesional

dan Pendidikan (Grafik 4.5).

Sumber kerentanan yang berasal dari sisi

penghasilan rumah tangga diperkirakan masih

dapat terjaga pada periode mendatang. Hasil

dari Survei Konsumen juga menunjukkan bahwa

responden masih memperkirakan terjadinya

peningkatan penghasilan di enam bulan

berikutnya. Responden yang memperkirakan

kenaikan penghasilan yang berasal dari

kenaikan omzet sebanyak 23%, sementara yang

berasal dari kenaikan gaji mencapai 17% (Grafik

4.6).

Sumber kerentanan keuangan rumah tangga

lainnya adalah terkait dengan adanya potensi

tekanan harga. Kenaikan inflasi pada triwulan II

2017 turut menjadi faktor menurunnya

optimisme dari konsumen dengan capaian

inflasi pada periode tersebut sudah berada di

luar target sasaran inflasi nasional 4%±1%.

(lihat Bab 3). Sumber utama meningkatnya

tekanan inflasi berasal dari kenaikan harga

kelompok bahan makanan dan tarif listrik.

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Secara umum, penggunaan keuangan rumah

tangga lebih banyak ditujukan untuk keperluan

konsumsi. Pada triwulan II 2017, pengeluaran

untuk konsumsi mengambil porsi sebesar

58,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (Grafik 4.7). Hal ini

menyebabkan dana rumah tangga yang

ditabung mengalami penurunan dari 33,7%

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 Bulan yang lalu

Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

200.0

1234567891011121234567891011121234567891011121234567

2014 2015 2016 2017Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Kondisi EkonomiIndeks Ekspektasi KonsumenPoly. (Indeks Keyakinan Konsumen)

indeks

optim

ipesim

is

148 151 144

160

146 139

159

141

129

60

80

100

120

140

160

180

EkspektasiPenghasilan

EkspektasiLap.Kerja

EkspektasiUsaha

Est. Oct 17 Est. Nov 17 Est. Des 17

indeks

optim

ispesim

is

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

48

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

menjadi 26,7%. Hal serupa terjadi pada pangsa

dana rumah tangga yang digunakan untuk

membayar cicilan turun dari 21,8% menjadi

14,7%.

Apabila dilihat berdasarkan pendapatannya

(menggunakan pendekatan pengeluaran),

tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi

dilakukan oleh kelompok rumah tangga

berpendapatan menengah (dengan total

pengeluaran sebesar Rp4,1-Rp6,0 juta).

Meskipun demikian, tingkat konsumsi terendah

ada pada kelompok rumah tangga dengan

tingkat pendapatan tinggi (dengan total

pengeluaran Rp6,1-8,0 juta). Hal tersebut juga

menyebabkan tingkat dana yang dikeluarkan

untuk tabungan/simpanan paling besar

dilakukan oleh kelompok rumah tangga

tersebut (Grafik 4.8).

Debt Service Ratio

Sementara itu jika dilihat dari perilaku

berhutang, maka risiko kredit masih relatif

terjaga karena secara agregat jumlah rumah

tangga yang memiliki debt service ratio (DSR)

lebih dari 30% (DSR>30%) masih lebih rendah

daripada rumah tangga dengan DSR di bawah

30% meski mengalami sedikit peningkatan.

Pada triwulan II 2017, jumlah rumah tangga

dengan DSR>30% mencapai 43,2%, meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

hanya sebesar 38,1% (Grafik 4.9). Meskipun

demikian, perlu diperhatikan bahwa pada

rumah tangga dengan tingkat pengeluaran per

bulan mencapai Rp6,1 juta-Rp8 juta memiliki

pangsa DSR>30% yang terbesar, yaitu

mencapai 100% dari sampel responden.

Institusi keuangan menilai bahwa rumah tangga

dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi

dan dapat menjadi penyebab NPL (non

performing loan).

Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank

Dari sisi rumah tangga yang merupakan debitur

bank, salah satu hasil Survei Konsumen juga

menunjukkan kondisi keuangan rumah tangga

masih berada dalam batas yang aman. Sebanyak

70% responden menyatakan bahwa

pendapatan yang diterima masih cukup untuk

memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan,

bahkan masih terdapat sisa untuk ditabung

guna pemenuhan kebutuhan kesehatan dan

pendidikan. Bahkan terdapat 8,0% responden

yang menyatakan bahwa pendapatan yang

diterima dalam kategori sangat cukup yaitu

terdapat dana lebih untuk investasi dan rekreasi

dan sebanyak 2,7% responden yang

menyatakan lebih dari cukup karena

pendapatannya sebagian besar dialokasikan

untuk investasi, berlibur, dan membeli

kebutuhan tersier seperti mobil dan perabotan

mewah lainnya. Meskipun masih dalam batas

aman, kecukupan keuangan RT debitur bank

tetap memerlukan perhatian khusus. Terutama

karena terdapat peningkatan jumlah responden

yang berada dalam kondisi pas-pasan (17,3%

dari 11,8% pada periode sebelumnya) dan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga

Sulawesi Tenggara Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga

Berdasarkan Pengeluaran/Bulan

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

49

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

dalam kondisi keuangan yang tidak mencukupi

(2,0% dari 1,8% pada periode sebelumnya)

(Grafik 4.10).

Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang

Kondisi keuangan rumah tangga juga berada

dalam kondisi yang aman karena beban

cicilan/pinjaman yang diperkirakan akan

semakin ringan. Rumah tangga yang

memperkirakan bahwa posisi pinjaman mereka

pada 6 bulan mendatang akan berkurang

sebanyak 37,3%. Pengurangan tersebut

sebagian besar karena sesuai dengan jadwal

pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil

yang karena adanya percepatan pelunasan

(Grafik 4.11). Sementara itu, rumah tangga yang

memperkirakan posisi pinjaman akan sama

sebanyak 60% dan yang memperkirakan akan

bertambah hanya sebanyak 2,7%.

Saving Ratio

Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran

rumah tangga, sebagian besar rumah tangga di

Sulawesi Tenggara yang menjadi responden

Survei Konsumen telah memiliki tabungan dan

hanya sebesar 5,3% dari keseluruhan

responden yang tidak memiliki tabungan (Grafik

4.12). Bahkan pada triwulan II 2017, jumlah

rumah tangga yang memiliki saving ratio > 30%

mencapai 41,3%. Kondisi ini menunjukkan

bahwa rumah tangga di Sulawesi Tenggara

memiliki ketahanan keuangan yang relatif baik.

Responden dengan tingkat pengeluaran tinggi

pun (> Rp6 juta) sudah memiliki pemahaman

mengenai keuangan yang cukup baik dengan

tidak adanya responden pada kelompok

tersebut yang tidak memiliki tabungan pada

triwulan berjalan.

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara

Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan

Mendatang Debitur Bank Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

50

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Dana Cadangan

Dilihat dari ketahanan rumah tangga dalam

antisipasi kejadian tak terduga, rumah tangga

di Sulawesi Tenggara memiliki ketahanan

yang relatif baik. Hal ini terlihat dari

kepemilikan dana cadangan berupa

tabungan, deposito maupun uang tunai yang

dimiliki oleh sebanyak 83,3% responden

meskipun menurun dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mencapai 90,3%

(Grafik 4.13). Dana cadangan yang dimiliki oleh

33,2% rumah tangga adalah sebesar 1 bulan

pendapatannya dan masing-masing sebesar

16,4% rumah tangga yang memiliki dana

cadangan sebesar 1-3 bulan dan 3-6 bulan

pendapatannya (Grafik 4.14).

Kepemilikan Produk Perbankan

Rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang

menjadi responden Survei Konsumen relatif

telah memiliki produk-produk perbankan.

Sebanyak 96,7% responden rumah tangga

telah memiliki tabungan di bank dan sebanyak

81,0% telah memiliki kartu debit yang

merupakan fasilitas standar tabungan

perbankan (Grafik 4.15). Sementara itu dari sisi

kredit, rumah tangga paling banyak memiliki

kredit kendaraan dengan pangsa 27,7% dan

kepemilikan kartu kredit sebanyak 21,3%.

Selain itu, dari sisi kepemilikan uang elektronik,

hanya sebanyak 1,0% dari responden rumah

tangga di Sulawesi Tenggara yang memilikinya.

Dengan demikian perlu adanya upaya lebih

intensif dalam memasyarakatkan GNNT

(Gerakan Nasional Non Tunai).

Dalam memilih simpanan di bank, rumah

tangga memiliki preferensi yang berbeda-beda.

Secara agregat, rumah tangga memilih

berdasarkan faktor keamanan (24%) seperti

adanya jaminan pemerintah atau Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS). Faktor kedua adalah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash

Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Rp1,0-2juta

Rp2,1-4juta

Rp4,1-6juta

Rp6,1-8juta

>Rp8 juta SULTRA

<1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan

6-12 bulan >1tahun Tdk Jawabpangsa

pengeluaran/bulan

Keamanan24%

Pelayanan22%

Lokasi Bank21%

Suku Bunga16%

Kepemilikan Bank17%

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

51

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

pelayanan berupa keramahan dan kemudahan

dalam melakukan transaksi. Faktor ketiga utama

adalah lokasi bank yaitu dari sisi jarak tempuh

dan aksesibilitas (Grafik 4.16).

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di

Perbankan

Sektor rumah tangga masih mendominasi dana

pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan

Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa

DPK perseorangan yang mencapai 67,3% dari

keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan

nominal mencapai Rp11,5 triliun (Grafik 4.17).

Selain itu, DPK perseorangan juga dapat

tumbuh relatif tinggi sebesar 13,20% (yoy),

lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh 13,15% (yoy) (Grafik 4.18).

Preferensi rumah tangga dalam melakukan

penempatan masih didominasi oleh fasilitas

tabungan dan deposito. Bahkan porsi tabungan

perseorangan pada perbankan Sulawesi

Tenggara mencapai 66,7% dibandingkan

dengan total keseluruhan DPK perseorangan.

Sementara itu porsi DPK dalam bentuk deposito

juga masih dominan dilakukan oleh nasabah

perseorangan dengan porsi mencapai 27,9%

dan sisanya merupakan nasabah pemegang

rekening giro (Grafik 4.19).

Dari sisi pertumbuhannya, peningkatan DPK

perseorangan didorong oleh adanya

peningkatan pada nasabah pemegang rekening

giro. Pada triwulan II 2017, giro milik

perseorangan tumbuh sebesar 72,1% (yoy),

lebih tinggi daripada sebelumnya yang hanya

tumbuh sebesar 20,0% (yoy). Kondisi ini sejalan

dengan preferensi rumah tangga untuk dapat

memiliki dana cadangan yang lebih besar dari 1

bulan pendapatan. Sebaliknya, pertumbuhan

DPK perseorangan dalam bentuk fasilitas

tabungan hanya tumbuh sebesar 3,5% (yoy),

lebih rendah daripada triwulan sebelumnya

yang dapat tumbuh sebesar 5,3% (yoy). Begitu

juga dengan fasilitas deposito yang tumbuh

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

Perseorangan Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Tenggara Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis

Penempatan

Kredit konsumsi oleh perseorangan digunakan

untuk berbagai keperluan. Paling besar adalah

dalam bentuk kredit multiguna yang mencapai

pangsa sebesar 73,8% dari keseluruhan kredit

konsumsi perseorangan. Penggunaan kedua

terbesar adalah kredit kepemilikan rumah (KPR)

yang mencapai pangsa 19,2%. Sementara itu

kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB)

dan kredit peralatan rumah tangga masih relatif

kecil dengan pangsa masing-masing sebesar 6,0%

dan 1,1% (Grafik 4.22).

Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit konsumsi

rumah tangga tumbuh sebesar 11,4% (yoy) pada

triwulan II 2017, lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang mencapai 12,9% (yoy).

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

52

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

34,6% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh 36,2% (yoy) (Grafik

4.20).

4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah

Tangga

Dari sisi kredit perbankan, rumah tangga di

Sulawesi Tenggara mendominasi realisasi

penyaluran kredit. Hal ini terlihat dari pangsa

kredit untuk perseorangan pada triwulan II 2017

yang mencapai 80,0% dibandingkan dengan

keseluruhan kredit yang direalisasikan untuk

daerah ini (Grafik 4.21). Dari sisi penggunaannya,

sebagian besar kredit perseorangan tersebut

digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar

68,8%, sedangkan sisanya digunakan untuk

kegiatan produktif seperti untuk modal kerja

dan investasi dengan pangsa masing-masing

sebesar 23,8% dan 7,4% (Grafik 4.22).

Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit

konsumsi rumah tangga mengalami

perlambatan dengan tumbuh sebesar 11,4%

(yoy) pada triwulan II 2017, menurun

dibandingkan dengan pencapaian triwulan I

2017 yang sebesar 12,9% (yoy). Perlambatan

tersebut terjadi karena adanya perlambatan

pada kredit multiguna yang hanya mampu

tumbuh 12,9% (yoy) pada triwulan II 2017

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang sebesar 16,3% (yoy). Sementara itu, kredit

kendaraan bermotor (KKB) dan kredit

kepemilikan rumah (KPR) mengalami tren

perbaikan sehingga dapat menahan

perlambatan yang terjadi (Grafik 4.23).

Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga

kredit konsumsi rumah tangga menunjukkan

arah yang lebih rendah. Pada triwulan II 2017,

suku bunga tertimbang kredit perseorangan di

Sulawesi Tenggara mencapai 12,86% per

tahun, sedikit lebih rendah daripada periode

sebelumnya yang mencapai 12,95% (Grafik

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT

Konsumsi Modal Kerja Investasi

68,823,8

7,4

Multiguna KPR KKB Alat RT

73,819,2

6,01,1

*Lokasi Proyek

Tw II 2017

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

53

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

4.24). Sementara itu, dari sisi risiko kredit, kredit

konsumsi rumah tangga masih menunjukkan

tekanan yang minimal. Hal ini tercermin dari NPL

kredit perseorangan yang berada pada level

1,50%.

Kredit Kepemilikan Rumah

Pada triwulan II 2017, KPR di Sulawesi Tenggara

kembali menunjukkan adanya peningkatan dan

tumbuh sebesar 8,1% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 4,5% (yoy) (Grafik

4.25). Peningkatan yang terjadi pada KPR

tersebut terutama didorong oleh peningkatan

realisasi kredit untuk pembelian rumah tipe kecil

(KPR s.d tipe 21) dan tipe sedang (KPR tipe 21

s.d 70). Pertumbuhan KPR tipe kecil dapat

tumbuh sampai 22,0% (yoy), sementara tipe

sedang tumbuh sebesar 16,9% (yoy) pada

triwulan II 2017. Hal ini juga dipengaruhi oleh

kebijakan program subsidi perumahan rakyat

(KPR bersubsidi). Sebaliknya, penyaluran KPR

untuk tipe besar (>T.70) dan KP Ruko masih

melanjutkan kontraksi.

Dari sisi risiko kredit KPR, perilaku rumah tangga

dalam melakukan pembayaran cicilan

pembayaran kredit rumah masih terjaga

meskipun memiliki tekanan lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan II 2017, NPL gross KPR mencapai

4,69%, lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya

sebesar 4,55% (Grafik 4.27). Risiko kredit yang

perlu mendapatkan perhatian dari institusi

keuangan adalah pada penyaluran KP Ruko

yang kembali meningkat dan berada di atas

threshold 5%. Risiko lainnya berasal dari kredit

rumah tipe kecil yang pada triwulan II 2017

masih sedikit berada di atas threshold 5 %

Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar

12,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,0%

(yoy). Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

peningkatan yang signifikan dari kredit

kendaraan bermotor selain kendaraan roda 4

(mobil) dan kendaraan roda 2 (motor) yang

mencapai 305,6% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

69,2% (yoy).

Selain itu, kredit mobil juga turut memberikan

sumbangan atas pertumbuhan ini dengan

mampu tumbuh sebesar 9,2% (yoy) meskipun

mengalami perlambatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mencapai 18,4%

(yoy). Sementara itu, kredit motor masih

melanjutkan tren pada periode sebelumnya

dengan tetap terkontraksi sebesar 19,8% (yoy)

setelah pada periode sebelumnya terkontraksi

sebesar 2,9% (yoy) (Grafik 4.27).

Dari sisi risiko kredit, NPL gross KKB masih

terjaga pada level 2,37% pada triwulan II 2017

meskipun mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,34% (Grafik 4.28). Hal ini

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

54

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

ditopang oleh terjaganya risiko kredit

kepemilikan mobil dengan NPL sebesar 2,21%

dan kredit kepemilikan sepeda motor dengan

NPL sebesar 2,16%.

Kredit Multiguna

Besarnya penggunaan kredit konsumsi

perseorangan secara multiguna menunjukkan

bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga

lainnya masih cukup besar, di luar kebutuhan

untuk memiliki rumah, kendaraan bermotor

maupun peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi

karena pengajuan kredit multiguna relatif

mudah dengan menggunakan jaminan/agunan

yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu

penggunaan dana yang diterima dapat secara

leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam

melakukan aktivitas konsumsi seperti

merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya

pendidikan, biaya pengobatan, maupun

pembelian barang berharga/elektronik, dan

bahkan dapat digunakan untuk modal usaha.

Pada triwulan II 2017, kredit multiguna tumbuh

sebesar 12,1% (yoy), lebih rendah daripada

periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar

15,4% (yoy) (Grafik 4.29). Perlambatan tersebut

disebabkan oleh melambatnya kredit multiguna

dengan pangsa terbesar yaitu pinjaman >Rp100

juta s.d Rp500 juta, yang tumbuh sebesar

23,3% (yoy). Sementara itu kredit multiguna

dengan nominal kredit di bawah Rp100 juta

masih mengalami kontraksi.

Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk

fasilitas multiguna berada dalam kondisi risiko

yang rendah. Pada triwulan II 2017, NPL kredit

multiguna hanya sebesar 0,45% dan NPL pada

pinjaman >Rp100 juta s.d Rp500 juta hanya

sebesar 0,32% (Grafik 4.30). Yang perlu menjadi

perhatian khusus adalah kredit multiguna

dengan nominal pembiayaan di atas Rp500 juta

dikarenakan NPL-nya sangat tinggi dengan

melewati threshold 5%. Meskipun begitu,

eksposur keuangan rumah tangga masih

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna

0,55

13,30

11

12

13

14

0,0

2,5

5,0

7,5

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017Multiguna <Rp50jt>Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt>Rp500jt Sk.Bunga

NPL % sk. bunga %

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

55

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

berdampak minimal pada institusi keuangan

maupun pada sistem keuangan di Sulawesi

Tenggara karena pangsanya yang hanya sebesar

1,7% dari keseluruhan kredit multiguna.

4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara

pada triwulan II 2017 bersumber dari penurunan

kinerja usaha pertambangan dan penggalian

dan usaha konstruksi. Kondisi ini dapat menjadi

sumber kerentanan sistem keuangan di Sulawesi

Tenggara yang berasal dari sektor korporasi.

Meskipun demikian, sektor dominan lainnya di

Sulawesi Tenggara yaitu usaha pertanian, usaha

perdagangan dan industri pengolahan

mengalami peningkatan. Beberapa sektor

dominan tersebut dapat meredam sumber

kerentanan sistem keuangan dari sektor

korporasi di Sulawesi Tenggara.

Di sisi lain, pada triwulan II 2017,

ketergantungan ekspor Sulawesi Tenggara pada

ekspor komoditas feronikel kembali meningkat.

Pangsa ekspor komoditas tersebut mencapai

87% dari keseluruhan nilai ekspor Sulawesi

Tenggara, lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 64%.(Grafik

4.32). Meningkatnya permintaan feronikel

tersebut dapat membantu meredam risiko pada

korporasi pertambangan nikel di saat harga

nikel kembali mengalami perlambatan.

Setelah sempat mengalami rebound pada

periode-periode sebelumnya, harga nikel mulai

kembali menurun rata-rata harga pada triwulan

II 2017 hanya sebesar USD9.209/metric ton,

melambat sebesar 4,3% (yoy) dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mampu

tumbuh 20,7% (yoy) (Grafik 4.31).

4.2.2. Kinerja Korporasi

Omzet Penjualan

Dari hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi

di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017,

terdapat penurunan omzet penjualan domestik

pada korporasi perdagangan besar dan eceran,

akomodasi (hotel dan restoran), pertambangan

aspal, dan industri. Penurunan yang terjadi lebih

disebabkan oleh terlambatnya realisasi

pengerjaan proyek pemerintah dan adanya

pengurangan jadwal penerbangan ke destinasi

wisata untuk sektor akomodasi.

Di sisi lain, masih terdapat sektor usaha yang

mengalami peningkatan omzet domestik yaitu

pada korporasi perikanan, pertanian, dan

pertambangan nikel. Bahkan kenaikan yang

dirasakan oleh korporasi pertanian dan

korporasi pertambangan nikel cukup tinggi.

Peningkatan yang terjadi pada sektor pertanian

disebabkan oleh meningkatnya hasil produksi

panen pertama pada tahun 2017 yang

berlangsung di bulan April hingga Juni.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh

meningkatnya produktivitas lahan dari yang

sebelumnya berkisar di angka 4-4,8 ton per

hektar menjadi 5-5,8 ton per hektar. Hal ini juga

didukung dengan tingginya tingkat konsumsi

beras di masyarakat. Sementara itu,

peningkatan pada sektor pertambangan nikel

didukung oleh tingginya tingkat kebutuhan ore

Sumber: Bloomberg, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor

9.2094,3

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017Harga Nikel Perubahan yoy (sb.kanan)

USD/metric ton %, yoy

Minyak Nilam2%

Perikanan6%

Aspal1%

Mete2%Kakao olah

1%

Feronikel

87%

Lainnya1%

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

56

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

nickel untuk pasar dalam negeri. Hal tersebut

juga diindikasikan dengan tingginya tingkat

pembangunan infrastruktur yang menunjukkan

adanya peningkatan perkembangan ekonomi baik

di dalam maupun di luar negeri (Grafik 4.33).

Sementara itu dari sisi penjualan ekspor,

korporasi pertambangan aspal mengalami

peningkatan penjualan meskipun hanya pada

skala likert 0,50. Peningkatan tersebut masih

berada pada tingkat kewajaran atau berada di

bawah penurunan normal yang pernah dialami.

Kondisi tersebut terjadi karena adanya realisasi

dari pembaharuan kontrak kerja sama yang

timbul pada tahun 2016 dan dialihkan ke tahun

2017.

Biaya

Pada triwulan II 2017, seluruh korporasi

menyatakan terjadinya kenaikan biaya.

Korporasi yang bergerak pada sektor pertanian

mengalami kenaikan yang paling tinggi

meskipun tetap berada pada pola normalnya.

Hal ini terjadi karena kenaikan harga gabah yang

berada pada nilai Rp4.350 per kilogram

dibandingkan dengan kondisi rata-rata pada

umumnya yang bekisar di angka Rp3.700-

Rp3.800 per kilogram. Namun hal itu cukup

dapat dipahami mengingat kualitas dari gabah

tersebut juga membaik yang tercermin dari

tingkat rendemennya yang mencapai 57%

dibandingkan dengan sebelumnya yang sebesar

53%.

Selain itu, kenaikan biaya juga terjadi

diakibatkan oleh meningkatnya biaya tenaga

kerja sesuai dengan kenaikan UMR. Meskipun

demikian, peningkatan biaya masih dapat

diredam dengan melakukan efisiensi proses

yang ditunjukkan dengan penurunan biaya

energi.

Margin Keuntungan

Pada triwulan II 2017, perolehan laba atau

margin keuntungan dari korporasi pada

beberapa sektor masih cenderung normal atau

sedikit mengalami peningkatan seperti yang

dialami di sektor akomodasi dan pertambangan

aspal. Meskipun mengalami penurunan pada

omzet penjualan dan adanya kenaikan biaya,

korporasi masih dapat mempertahankan margin

keuntungan dengan melakukan peningkatan

harga jual.

Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor

pedagang besar dan eceran yang mengalami

penurunan margin keuntungan cukup

signifikan. Meskipun begitu, penurunan yang

terjadi masih dianggap sesuai dengan pola

normalnya yang tercermin pada skala likertnya

Keterangan Skala Likert:

+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi

+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal

+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya

+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya

Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison

(2,50) (2,00) (1,50) (1,00) (0,50)

- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00

PenjualanDomestik

PenjualanEkspor

KapasitasUtilisasi

Persediaan Investasi Biaya Harga Jual Marjin

Perikanan Pertanian PBE PHR Pertambangan Aspal Pertambangan Nikel Industri

Skala Likert

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

57

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

yang bernilai -2,0. Hal ini terjadi karena adanya

penurunan penjualan sementara dari sisi biaya

mengalami peningkatan.

Kondisi likuiditas keuangan korporasi

Secara umum, dari hasil SKDU, likuiditas

keuangan korporasi menunjukkan posisi yang

masih aman meskipun dengan kondisi dalam

level mencukupi kebutuhan operasional

usahanya. Pada triwulan II 2017, pangsa

korporasi yang memiliki kondisi likuiditas baik

hanya sebesar mencapai 36,05%, berkurang

daripada triwulan sebelumnya yang mencapai

47,70% dari total responden korporasi di

Sulawesi Tenggara (Grafik 4.34).

Sebagian besar responden, sebanyak 60,5%

menyatakan memiliki likuiditas yang cukup

untuk melangsungkan kegiatan usahanya. Di sisi

lain, terdapat 3,5% responden korporasi yang

mengalami kondisi likuiditas yang buruk dan

dapat berisiko pada pembayaran angsuran

kredit maupun aktivitas investasi yang sedang

dilakukan.

Jika dilihat secara sektoral, korporasi yang

berada pada kondisi likuiditas baik adalah

korporasi yang bergerak di sektor jasa. Jumlah

korporasi yang memiliki likuiditas keuangan

baik di sektor tersebut mencapai 45,2%.

Sementara itu, korporasi pada sektor konstruksi

hanya memiliki likuiditas yang cukup seiring

dengan melambatnya kinerja sektor tersebut

pada triwulan II 2017 (Grafik 4.35).

Beban Angsuran Hutang Korporasi

Dari sisi kemampuan membayar hutang,

korporasi di Sulawesi Tenggara secara umum

masih memiliki risiko yang relatif terjaga. Kondisi

ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) pada triwulan II 2017 yang

menunjukkan bahwa terdapat 80,0%

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral

-50,0

-18,2

-25,0

-14,3

-10,0

50,0

50,0

15,4

9,1

10,0

-100,0 -50,0 0,0 50,0 100,0

Pertanian

Pertambangan

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Hotel Restoran

Angkutan

Jasa

Total

Tambah Berat Tambah Ringan

Pangsa %

TETAP

18,00

15,38

33,33

40,00

38,24

45,83

44,44

22,58

29,07

Responden Sebagai Debitur Bank (%)

47,70%

50,00%2,30%

36,05%60,47%3,49%

Tw I 2017 Tw II 2017

Baik Cukup Buruk

7,7

16,7

32,4

37,5

44,0

44,4

45,2

100,0

84,6

83,3

64,7

58,3

56,0

33,3

51,6

7,7

2,9

4,2

22,2

3,2

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Konstruksi

Tambang

Industri

Perdagangan

Hotel Resto

Pertanian

Transportasi

Jasa jasa

Baik Cukup Buruk

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

58

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

responden korporasi yang merasakan bahwa

beban angsuran perbankan tetap seperti

periode sebelumnya. Bahkan terdapat 10,0%

korporasi yang sedang memiliki kredit

perbankan menyatakan bahwa beban angsuran

kredit ke depan akan semakin ringan terhadap

pendapatan perusahaan. Jumlah responden

SKDU yang merupakan debitur perbankan pun

menurun dari 31,61% menjadi 29,07% dari

keseluruhan responden (Grafik 4.36).

4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di

daerah, kerentanan yang terjadi pada sektor

korporasi tetap perlu diwaspadai meskipun

eksposur kredit perbankan pada sektor ini hanya

sebesar 19,96% dari total kredit di Sulawesi

Tenggara (berdasarkan lokasi proyek). Faktor

tersebut terjadi karena kondisi keuangan sektor

rumah tangga yang menjadi eksposur dominan

kredit perbankan di Sulawesi Tenggara juga

dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi,

terutama dari sisi penghasilan dan penyerapan

tenaga kerja.

Kredit perbankan pada sektor korporasi di

Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017

mencapai Rp4,71 triliun, terkontraksi sebesar

7,1% (yoy), dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,4% (yoy)

(Grafik 4.38). Penurunan kredit korporasi

tersebut terutama terjadi pada kredit investasi.

Kredit investasi yang memiliki pangsa paling

besar (67,9%) mengalami kontraksi sebesar

9,8% (yoy) setelah pada periode sebelumnya

mampu tumbuh sebesar 59,0% (yoy).

Sementara itu kredit modal kerja tumbuh 0,2%

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan

Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi

4,8

10,212,8

-5,5

11,2

-12,2-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

Konstruksi Perdagangan Pertambangan

Tw I17 Tw II17%, yoy

pa

ng

sa

(%

) lainnya

44,4 36,1 9,80%

5%

10%

15%

20%

Konstruksi Perdagangan Pertambangan Modal KerjaKorporasi

Tw I17 Tw II17

%, NPL

risiko menurun

risiko terkendali

risiko terkendali

threshold

risiko menurun

31,6 %67,9 %0,4 %

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi-7,1

0,2

-9,8-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit Korporasi Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

%, yoy

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

59

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

(yoy) mengalami perlambatan dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 7,5% (yoy).

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi kredit modal kerja korporasi pada triwulan

II 2017 mencapai Rp1,49 triliun atau tumbuh

sebesar 0,2% (yoy), melambat dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 7,5% (yoy). Perlambatan yang

terjadi disebabkan karena dua dari tiga sektor

dominan penyaluran kredit modal kerja di

Sulawesi Tenggara mengalami kontraksi, yaitu

pada sektor konstruksi dan pertambangan.

Kredit modal kerja pada sektor konstruksi dan

pertambangan masing-masing terkontraksi

sebesar 5,5,% (yoy) dan 12,2% (yoy). Namun

kontraksi pada dua sektor tersebut masih dapat

diredam dengan tumbuhnya kredit modal kerja

pada sektor perdagangan yang juga merupakan

salah satu sektor dominan penyaluran kredit

modal kerja korporasi. Kredit modal kerja pada

sektor perdagangan mampu tumbuh sebesar

11,2% (yoy) (Grafik 4.39). Dari sisi pangsanya,

kredit modal kerja didominasi oleh kredit

kepada sektor konstruksi (pangsa 44,4%) dan

sektor perdagangan (pangsa 36,1%).

Sementara itu, pangsa sektor pertambangan

menempati posisi ke-3 dengan pangsa sebesar

9,8%.

Dari sisi risiko kredit, terjadi penurunan tekanan

dari sisi kredit modal kerja namun masih berada

di atas threshold 5%. NPL kredit modal kerja

korporasi pada triwulan II 2017 sebesar menjadi

5,59% lebih rendah dari periode sebelumnya

yang tercatat sebesar 6,39% (Grafik 4.40).

Penurunan tekanan risiko kredit tersebut berasal

dari penurunan risiko pada sektor perdagangan.

Sebaliknya kredit modal kerja pada sektor

pertambangan memiliki risiko yang rendah

dengan NPL sebesar 0,62%.

Kredit Investasi Korporasi

Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan II

2017 mencapai Rp3,20 triliun atau mengalami

kontraksi sebesar 9,8% (yoy), setelah di periode

sebelumnya tercatat tumbuh 5,9% (yoy).

Berbeda dengan kredit modal kerja, pangsa

terbesar kredit investasi korporasi berada pada

sektor pertambangan dan penggalian (pangsa

61,4%). Diikuti oleh penyaluran kredit ke sektor

pertanian (pangsa 9,,6%) dan sektor perhotelan

(pangsa 8,1%) (Grafik 4.41).

Penurunan kredit investasi korporasi

dipengaruhi oleh penurunan kredit ke sektor-

sektor dominan pada penyaluran kredit investasi

korporasi. Pada triwulan II 2017, baki debet

kredit di sektor pertambangan terkontraksi

sebesar 15,2% (yoy), jauh lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

87,0% (yoy). Sementara itu kredit investasi

korporasi ke sektor pertanian mengalami

perlambatan dengan tumbuh sebesar 32,8%

(yoy) dibandingkan dengan triwulan lalu yang

mampu tumbuh sebesar 88,1% (yoy) (Grafik

4.41).

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan

Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi

87,0 88,1

-4,1-15,2

32,8

-6,5-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Pertambangan Pertanian Perhotelan

Tw I 17

Tw II 17

%, yoy

pangsa (%)

lainnya

61,4 9,6 8,1

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

Tambang Pertanian Perhotelan InvestasiKorporasi

Tw I 17 Tw II 17

%, NPL

risiko terjaga

risiko terjaga

risiko terjaga

risiko terjaga

threshold

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

60

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Sementara itu dari sisi risiko kredit, kredit

investasi korporasi masih memiliki risiko yang

terjaga di bawah threshold 5%. Pada triwulan II

2017, NPL kredit ini hanya sebesar 1,59% (Grafik

4.42). Dengan kondisi tersebut, NPL kredit

korporasi secara keseluruhan hanya sebesar

2,85% pada triwulan tersebut dan secara umum

masih memiliki risiko kredit yang terjaga dan

relatif aman dalam mendukung stabilitas

keuangan di daerah.

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA

4.3.1. Aset Bank Umum

Aset bank umum yang berada di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2017 mencapai

Rp24,88 triliun, atau tumbuh sebesar 10,1%

(yoy). Pertumbuhan aset bank umum tersebut

lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang

hanya 5,4% (yoy) (Grafik 4.43). Pertumbuhan

tersebut terjadi karena adanya pertumbuhan

penambahan aset bank pemerintah, terutama

dari bank persero. Secara umum berdasarkan

pangsanya, bank pemerintah masih

mendominasi industri perbankan di Sulawesi

Tenggara dengan porsi aset mencapai 84,0%,

sedangkan total bank swasta nasional hanya

sebesar 16,0% dari total aset bank umum di

Sulawesi Tenggara (Grafik 4.44).

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun

oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2017 mampu tumbuh

pada level yang cukup baik yaitu sebesar 8,7%

(yoy). Pertumbuhan DPK tersebut cukup

signifikan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya dapat tumbuh 3,3%

(yoy) (Grafik 4.45). Dengan demikian, total DPK

di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2017

mencapai Rp17,06 triliun.

Sebagian besar DPK yang dihimpun oleh bank

umum di Sulawesi Tenggara ditempatkan pada

fasilitas tabungan dengan pangsa 47,5%, diikuti

dengan penempatan pada giro 26,6% dan

deposito dengan pangsa 25,9%. Pada triwulan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan

24,88

10,1

5,8

18

19

20

21

22

23

24

25

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Aset Bank (sb.kanan) gAset Bank Pemerintah

gAset Total gAset Bank Swasta

%, yoy Rp triliun

84%16%

Aset Bank Pemerintah

Aset Bank Swasta

Rp3,99

Rp20,89

triliun

triliun

17,06

8,7

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

DPK (sb.kanan) gDPK

%, yoy Rp triliun

26,6% 47,5% 25,9%

12,410,6

5,8

-20,0-10,0

0,010,020,030,040,050,060,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

gDPK GirogDPK DepositogDPK Tabungan

%, yoy

pangsa thd total DPK

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

61

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

II 2017, peningkatan DPK terjadi pada seluruh

fasilitas yang tersedia dengan fasilitas giro

mengalami pertumbuhan paling besar, yaitu

12,4% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang berkontraksi sebesar 4,6%.

Pertumbuhan pada fasilitas deposito juga

tumbuh cukup signifikan, yaitu 10,6% (yoy) dan

penempatan pada tabungan juga relatif

mengalami peningkatan sebesar 5,8% (yoy).

(Grafik 4.46).

Secara spasial, penghimpunan DPK di Sulawesi

Tenggara masih terkonsentrasi di Kota Kendari,

Kota Bau-Bau dan Kab. Kolaka. Ketiga daerah

tersebut merupakan pusat aktivitas bisnis dan

keuangan di Sulawesi Tenggara. DPK di Kota

Kendari yang memiliki pangsa sebesar 37,7%

dapat tumbuh sebesar 10,9% (yoy). Adapun

pertumbuhan DPK tertinggi berada di Kab.

Konawe Selatan dengan DPK yang dapat

tumbuh 34,4% (yoy), diikuti oleh Kab. Konawe

(18,3%, yoy) dan Kab. Wakatobi (16,1%, yoy).

Hal ini menunjukkan aktivitas perekonomian

sudah semakin merata dan perbankan juga

sudah aktif menjangkau daerah kabupaten

(Tabel 4.3).

Tabungan

Pada triwulan II 2017, penghimpunan dana

tabungan mampu tumbuh sebesar 5,8% (yoy),

lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 5,4% (yoy). Jumlah tabungan

masyarakat di Sulawesi Tenggara sampai

dengan periode tersebut adalah sebesar Rp8,10

triliun.

Adapun pangsa terbesar pemegang rekening

tabungan adalah nasabah perseorangan sebesar

94,41%, diikuti oleh korporasi sebesar 4,54%

dan sisanya adalah nasabah pemerintah.

Preferensi penempatan oleh pemilik dana dari

pemerintah pusat dan daerah lebih besar

menempatkan dananya di bank pemda.

Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2017

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

62

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada

penempatan dana oleh korporasi di bank pemda

dengan pangsa mencapai 21,42%, jauh

meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 11,26% (Tabel

4.1).

Berdasarkan nilai tabungannya, sebagian besar

penabung di Sulawesi Tenggara memiliki

tabungan di bawah Rp100 juta dengan jumlah

penabung mencapai 99,16% dari keseluruhan

rekening tabungan. Sementara itu penabung

dengan nilai di atas Rp1 miliar masih sedikit

dengan pangsa hanya sebesar 0,02%).(Tabel

4.2).

Deposito

Penghimpunan dana di deposito pada triwulan

II 2017 masih mampu tumbuh 10,6% (yoy),

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Jumlah

penghimpunan deposito sampai periode

tersebut mencapai Rp4,4 triliun.

Ketergantungan perbankan Sulawesi Tenggara

terhadap deposan besar pada triwulan laporan

tercatat cukup tinggi. Dari hasil pengelompokan

deposito berdasarkan nilainya, rekening dengan

nilai deposito di atas Rp1 miliar mencapai 57,4%

dari total deposito perbankan di Sulawesi

Tenggara (Tabel 4.5). Sementara itu berdasarkan

jangka waktu penempatan deposito, terdapat

variasi yang kecil pada penempatan 1 bulan, 3

bulan dan 1 tahun atau lebih. Kondisi ini relatif

aman bagi perbankan karena penempatan

deposito tidak terkonsentrasi pada salah satu

tenor tertentu.

Giro

Pada triwulan II 2017, penempatan dana di giro

mampu tumbuh sebesar 12,4% (yoy).

Pertumbuhan ini sangat signifikan jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 4,6% (yoy).

Pertumbuhan giro ini disebabkan oleh

pertumbuhan signifikan pada giro yang dimiliki

oleh korporasi sebesar 40,0% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya hanya tumbuh 6,8% (yoy).

Pertumbuhan yang signifikan juga terjadi pada

penempatan giro oleh perseorangan yang

mencapai 72,1% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

mampu tumbuh 20,0% (yoy). Sementara itu

dana giro pemerintah menguat terbatas dengan

tumbuh 0,1% (yoy) setelah mengalami

kontraksi 10,5%. pada triwulan sebelumnya.

Dari sisi kepemilikan, pangsa terbesar pemilik

giro adalah nasabah pemerintah (76,6%),

korporasi (14,5%), dan perseorangan (8,9%).

4.3.3. Penyaluran Kredit

Berbeda dengan kinerja penghimpunan dana

yang mengalami peningkatan, fungsi

penyaluran kredit perbankan oleh bank umum

yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara

keseluruhan juga mengalami perlambatan. Pada

triwulan II 2017, kredit perbankan tumbuh

sebesar 8,6% (yoy) lebih rendah dibandingkan

dengan kinerja periode sebelumnya yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi Tenggara

19,5

8,6

0

5

10

15

20

25

0,02,04,06,08,0

10,012,014,016,018,020,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Kredit (sb.kanan) Pertumbuhan Kredit

%, yoy Rp triliun

9,8

-5,5

10,6

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Modal Kerja Investasi Konsumsi

%, yoy Rp triliun

pangsa kredit (%) 28,2% 9,5% 62,2%

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

63

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

mampu tumbuh sebesar 11,2% (yoy). Secara

nominal, kredit perbankan yang disalurkan

sampai dengan triwulan II 2017 mencapai

Rp19,4 triliun (Grafik 4.47).

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

Secara spasial, penyaluran kredit masih

terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa

sebesar 59,3% dari seluruh penyaluran kredit

yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi

Tenggara. Meskipun demikian, pertumbuhan

kredit di Kota Kendari hanya sebesar 7,1% (yoy)

berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit

Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan kredit

tertinggi berada di Kabupaten Buton sebesar

29,5% (yoy), diikuti oleh penyaluran di Kab.

Buton Utara yang tumbuh sebesar 21,9% (yoy)

(Tabel 4.6).

Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,

sebagian besar kabupaten masih mengandalkan

penyaluran pada kredit konsumsi. Terdapat 7

kabupaten dari 12 kabupaten/kota (masih

menggunakan daftar daerah otonomi tahun

2005) yang memiliki pangsa kredit konsumsi di

atas 90%. Sebaliknya hanya terdapat 4 daerah

yang memiliki pangsa kredit modal kerja di atas

20%, yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab.

Kolaka dan Kab. Muna, sedangkan 1 daerah

(Kab. Buton) sudah mulai mengalami

peningkatan baik itu untuk kredit investasi

ataupun kredit modal kerja.

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Pada triwulan II 2017, perlambatan penyaluran

kredit terjadi pada seluruh jenis penggunaan.

Kredit konsumsi yang memiliki pangsa terbesar

(62,2%) hanya tumbuh 10,6% (yoy) setelah

pada triwulan sebelumnya tumbuh 12,2% (yoy).

Hal yang sama juga terjadi pada kredit modal

kerja. Dengan pangsa sebesar 28,2%, kredit

modal kerja mengalami perlambatan dengan

hanya tumbuh sebesar 9,8% (yoy) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 10,4% (yoy). Perlambatan ini

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2017

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

64

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

juga turut disebabkan oleh terkontraksinya

kredit investasi sebesar 5,5% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya tumbuh 7,9% (yoy). (Grafik

4.48).

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Berdasarkan penyaluran kredit pada sektor

ekonomi, perlambatan kredit yang terjadi

terutama disebabkan karena melambatnya

penyaluran kredit ke sektor perdagangan yang

merupakan penyaluran kredit produktif (kredit

modal kerja dan kredit investasi) dengan pangsa

terbesar. Pada triwulan II 2017, kredit ke sektor

perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di

Sulawesi Tenggara hanya tumbuh sebesar 3,2%

(yoy), lebih rendah dari sebelumnya yang

tumbuh sebesar 72,% (yoy). Selain

perdagangan, 10 sektor ekonomi lain yang

termasuk dalam kredit produktif juga

mengalami perlambatan seperti pertanian,

akomodasi makan dan minum, dan industri

pengolahan (Tabel 4.7).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Kondisi intermediasi perbankan yang

diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) menunjukkan penurunan. Pada

triwulan II 2017 LDR bank umum di Sulawesi

Tenggara mencapai 114,0%, lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 118,5% (Grafik 4.49). Hal tersebut terjadi

karena terdapat peningkatan DPK sementara

kredit tumbuh melambat. Nilai LDR yang lebih

dari 100 juga menunjukkan bahwa kapasitas

pembiayaan perekonomian di Sulawesi

Tenggara memerlukan dana dari daerah lain.

Kondisi ini terlihat dari adanya peningkatan

kewajiban antarkantor (penerimaan dari kantor

bank yang sama di daerah lain) sebesar 5,37%

(qtq) pada triwulan II 2017.

Non Performing Loan (NPL)

Dari sisi risiko kredit, penyaluran kredit oleh

bank umum yang ada di Sulawesi Tenggara

masih berada pada batas yang aman. Hal ini

terlihat dari indikator Non Performing Loan (NPL)

Gross pada triwulan II 2017 yang hanya sebesar

3,27%, sedikit meningkat daripada periode

sebelumnya yang mencapai 3,23% (Grafik 4.50).

Pada periode tersebut penyaluran kredit

investasi memiliki risiko kredit terbesar yaitu

dengan NPL sebesar 7,88%. Sementara itu

kredit modal kerja juga masih memiliki NPL

relatif tinggi dengan melebihi nilai batas

Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan II 2017

Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

65

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

threshold 5%, yaitu sebesar 5,86%. Di sisi lain,

penyaluran kredit konsumsi masih memiliki

risiko kredit terendah dengan NPL hanya sebesar

1,39%.

Dari sisi NPL sektoral, NPL pada sektor

perdagangan yang memiliki pangsa penyaluran

kredit terbesar mencapai 6,8% dan berada di

atas threshold 5%. Sementara itu, NPL pada

kredit konstruksi juga mencapai 9,4%. Hal

tersebut menyebabkan NPL kredit produktif

masih berada di atas threshold 5%. Meskipun

demikian, NPL pada sektor lainnya seperti sektor

pertanian dan industri pengolahan masih relatif

rendah dan dapat menurunkan tekanan risiko

kredit dari perbankan di Sulawesi Tenggara.

4.3.4. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi

Tenggara

Rentabilitas suatu bank umum dipengaruhi dari

kemampuan mendapatkan pendapatan dari

aset yang dimiliki dan kemampuan unt uk

melakukan efisiensi biaya. Pada triwulan II 2017,

kondisi rentabilitas bank umum di Sulawesi

Tenggara relatif berada dalam kondisi yang baik.

Hal ini diindikasikan dengan tingkat Net Interest

Margin (NIM) yang relatif tinggi pada level

9,24% (Grafik 4.51). Kondisi tersebut terjadi

karena spread suku bunga (selisih antara bunga

kredit dengan bunga DPK) di Sulawesi Tenggara

relatif membesar dari sebelumnya pada kisaran

9,76% menjadi 9,86%% (Grafik 4.52).

Selain itu, dari sisi efisensi operasional

perbankan juga menunjukkan terjadinya

peningkatan. Konidisi ini tercermin dari rasio

BOPO (Biaya Operasional per Pendapatan

Operasional) yang semakin rendah. Pada

triwulan II 2017, BOPO perbankan di Sulawesi

Tenggara sebesar 69,43%, lebih rendah

daripada periode sebelumnya yang mencapai

73,49% (Grafik 4.51). Apabila rasio BOPO

semakin rendah maka rentabilitas semakin baik

karena bank dapat meningkatkan efisiensi

operasionalnya. Sebaliknya jika rasio BOPO

semakin tinggi, maka bank semakin tidak efisien

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

4.3.5. Perbankan Syariah

Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara

masih relatif kecil di tengah kondisi masyarakat

yang religius. Dari sisi aset, perbankan syariah

hanya memiliki aset sebesar Rp1,09 triliun, atau

sebesar 4,4% dari keseluruhan aset bank umum

di Sulawesi Tenggara (Grafik 4.53). Kondisi yang

sama juga terjadi pada penghimpunan dana dan

penyaluran pembiayaan. Pada triwulan II 2017,

pangsa pembiayaan hanya mencapai 4,7% dari

total realisasi kredit oleh bank umum.

Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah

hanya sebesar 4,1% dari seluruh DPK se

Sulawesi Tenggara.

Apabila dibandingkan dengan kinerja

perbankan syariah di Pulau Sulawesi, maka

perkembangan aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara menunjukkan arah yang lebih baik.

Pertumbuhan aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara mencapai 16,2% (yoy), lebih tinggi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara

Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara

114,7111,0105,1110,9110,1114,1

117,3

122,8

118,5

114,0

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

DPK (sb.kanan) LDR Kredit (sb.kanan)

LDR (%) Rp triliun

3,27

5,86

7,88

1,39

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

NPL NPL K.MK NPL K.Inv NPL K.Kons

%, NPL

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

66

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

daripada rata-rata pertumbuhan aset bank

syariah se-Sulawesi yang hanya tumbuh sebesar

2,9% (yoy) pada triwulan II 2017. Sementara itu,

pangsa aset bank syariah di Sulawesi Tenggara

yang mencapai 4,4% sudah berada di atas rata-

rata pangsa aset bank syariah di Sulawesi yang

hanya sebesar 4,1%. Meskipun demikian,

pangsa aset bank syariah yang terbesar berada

di Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai

5,1% terhadap keseluruhan aset perbankan di

provinsi tersebut (Grafik 4.54).

Sampai dengan triwulan II 2017, penyaluran

pembiayaan syariah cenderung melemah

terbatas. Pada periode tersebut pembiayaan

syariah tumbuh sebesar 10,0% (yoy) dengan

baki debet sebesar Rp918,05 miliar,

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 10,1% (yoy) dengan baki debet

sebesar Rp906,15 miliar (Grafik 4.56). Sama

dengan penyaluran perbankan umum,

penyaluran pembiayaan syariah juga paling

banyak dilakukan untuk penggunaan konsumsi

sebanyak 68,2% dan tumbuh sebesar 18,5%

(yoy). Sementara itu, penyaluran pembiayaan

untuk modal usaha dengan pangsa sebanyak

18,9% mengalami terkontraksi sebesar 5,0%

(yoy).

Seiring dengan kinerja penyaluran

pembiayaannya, penghimpunan DPK perbankan

syariah juga menunjukkan peningkatan. Pada

periode tersebut jumlah DPK bank syariah

mencapai Rp690,9 miliar, tumbuh sebesar

15,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 10,2%

(yoy). Peningkatan tersebut disebabkan karena

terjadi peningkatan pada penempatan DPK di

seluruh fasilitas, yaitu giro sebesar 32,2% (yoy),

deposito sebesar 15,6% (yoy), dan tabungan

sebesar 13,9% (yoy). Dari sisi risiko pembiayaan,

tekanan pada risiko kredit mengalami

perbaikan. Hal ini terlihat dari NPF (Non

Performing Financing) yang mulai menurun dari

5,29% menjadi 4,50%.

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat

Pada triwulan II 2017, kinerja BPR relatif

membaik dalam hal penambahan aset dan

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Aset

BPR tumbuh sebesar 11,9% (yoy), lebih tinggi

dari periode sebelumnya yang hanya dapat

tumbuh sebesar 8,4% (yoy) sehingga secara

nominal asetnya mencapai Rp326,7 miliar (Grafik

4.57).

Penghimpunan dana dari masyarakat pun sudah

mengalami perbaikan setelah mengalami

kontraksi pada periode sebelumnya.

Penghimpunan DPK tumbuh sebesar 10,3%

(yoy) atau tercatat sebesar Rp137,7 miliar,

setelah terkontraksi pada periode sebelumnya

sebesar 9,1% (yoy). (Grafik 4.58).

Sementara itu, kinerja penyaluran kredit BPR

masih menunjukkan perlambatan dan hanya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum

69,43%

9,24%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

10,00%

11,00%

12,00%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017BOPO Net Interest Margin (Sb. Kanan)

% %

9,86

4,004,254,504,755,005,255,505,756,006,256,506,757,007,257,507,758,00

8

8,5

9

9,5

10

10,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Spread Suku Bunga BI Rate (sb.kanan)BI 7 DRR (sb.kanan)

% %

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

67

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

dapat tumbuh sebesar 15,6% (yoy) dengan

nominal sebesar Rp236,4 miliar (Grafik 4.59).

Perlambatan tersebut terjadi pada seluruh jenis

penggunaan, termasuk kredit modal kerja yang

memiliki pangsa paling besar. Kredit BPR di

Sulawesi Tenggara pada triwulan tersebut

banyak disalurkan pada sektor perdagangan

hotel dan restoran (PHR) (Grafik 4.60).

Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada triwulan

II 2017 mencapai 171,7 yang berarti kredit yang

disalurkan oleh BPR menggunakan dana dari

institusi keuangan lainnya. Dengan demikian

risiko yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan

risiko pada institusi keuangan lainnya.

Sementara itu, risiko kredit pada BPR masih

sangat tinggi yaitu sebesar 19,1%, di atas

threshold 5%.

1 Penentuan UMKM dilakukan berdasarkan kriteria dalam UU No. tahun 2008. Usaha mikro merupakan usaha

dengan aset maksimal Rp50 juta dan omzet maksimal Rp300 juta. Usaha kecil merupakan usaha dengan aset antara Rp50 juta s.d Rp500 juta dan omzet antara Rp300 juta s.d Rp2,5 miliar. Usaha menengah merupakan usaha dengan aset antara Rp500 juta s.d Rp10 miliar dan omzet antara Rp2,5 miliar s.d Rp50 miliar.

4.4. AKSES KEUANGAN

4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Pada triwulan II 2017, kredit yang diterima oleh

UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan

lokasi proyek) mencapai Rp6,44 triliun. Secara

pangsa mencapai mencapai 27,3%

dibandingkan dengan total kredit di Sulawesi

Tenggara. Kredit kepada UMKM1 tersebut,

sebagian besar diberikan kepada usaha kecil

sebesar 43,7% dan usaha mikro dengan pangsa

sebesar 30,9%. Sedangkan untuk usaha

menengah memiliki pangsa sebesar 25,4% dari

total kredit UMKM (Grafik 4.61).

Seiring dengan kredit perbankan secara umum

yang mengalami perlambatan, laju

pertumbuhan kredit UMKM juga mengalami

perlambatan dari 6,1% (yoy) menjadi 3,0%

(yoy) pada triwulan II 2017. Hal ini terjadi karena

terdapat perlambatan pada kredit usaha kecil

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah

Bank Konvensional Bank Syariah

Aset

4,4%Rp 1,09

triliunPembiayaan

4,7%Rp 918

miliar DPK

4,1%Rp 690

miliar

16,20

7,97

0,30

6,08

-3,99

0,352,89

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0

Tw I 17

Tw II 17

Sulut

Gorontalo

SulbarSulteng

SULAWESISulsel

Sultra

32,2

13,9

15,6

15,6

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017gGiro gTabungan gDeposito gDPK

%, yoy

pangsa DPK 7,0% 57,6% 35,4%

-5,0%

-4,1%

18,5%

10,0%

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017gMdl.Kerja gInv gKonsumsi gPembiayaan

%, yoy

pangsa pembiayaan

18,9% 13,0% 68,2%

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

68

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

sebesar 4,8% (yoy) bahkan usaha menengah

berkontraksi sebesar 2,7% (yoy), sementara itu

kredit usaha mikro menunjukkan adanya

perbaikan (Grafik 4.62).

Secara sektoral, perlambatan kredit UMKM

tersebut dipengaruhi oleh penurunan kredit

UMKM pada sektor perdagangan yang

merupakan kontributor terbesar dengan pangsa

68,2%. Pada triwulan II 2017, kredit UMKM

sektor perdagangan tumbuh melambat sebesar

1,6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 6.1%. Selain itu

sektor lainnya juga menunjukkan adanya

perlambatan penyaluran kredit, bahkan untuk

sektor konstruksi juga masih mengalami

kontraksi (Grafik 4.63).

Dari sisi risiko kreditnya, secara umum kredit

UMKM masih berada sedikit di atas threshold

5%. Pada triwulan II 2017 NPL kredit UMKM

mencapai 5.77%, mengalami penurunan dari

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,88%.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh penurunan

tingkat risiko yang cukup signifikan pada sektor

konstruksi dan transportasi meskipun masih

terjadi peningkatan tingkat risiko pada sektor

perdagangan (Grafik 4.64).

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.59 Pertumbuhan Kredit BPR Grafik 4.60 Pangsa Kredit BPR per Sektoral

30,9%

43,7%

25,4%

Non UMKM

72.7%

UMKM

27.3%Rp6,44 triliun

UsahaMenengah

UsahaKecil

UsahaMikro

5,74,8

-2,7

3,0

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Mikro Kecil Menengah UMKM

%, yoy

326,7

11,9%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Aset BPR gAset (sb.kanan)

Aset (Rp miliar) %, yoy

7,1%

12,4%

10,3%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017gDeposito gTabungan gDPK

%, yoy

pangsa DPK 37,8% 62,2%

7,0%-2,1%

52,7%

15,6%

-20,0%0,0%

20,0%40,0%60,0%80,0%

100,0%120,0%140,0%

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017gMdl.Kerja gInvestasi gKonsumsi gKredit

%, yoy

pangsa kredit 71,1% 2,5% 26,4%

Pertanian10%

Tambang1%

Industri3%

LGA0%

Konstruksi10%

PHR41%Tansport

1%

Jasa-Jasa8%

Lainnya26%

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

69

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Seiring dengan adanya perubahan kebijakan

KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017,

terdapat peningkatan penyaluran kredit

tersebut kepada UMKM. Sampai dengan

triwulan II 2017, baki debet KUR di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp1,18 triliun dengan

jumlah debitur aktif mencapai 64.382 usaha

(Grafik 4.65). Salah satu kebijakan yang

mendorong peningkatan adalah penurunan

suku bunga dari 12% efektif per tahun menjadi

9% efektif dan tambahan beberapa bank

swasta dan BPD Sultra sebagai bank penyalur

KUR. Penyaluran KUR di Sulawesi Tenggara

masih terkonsentrasi pada usaha di sektor

perdagangan mencapai 65,4%. Sementara itu

penyaluran pada produksi primer seperti ke

pertanian dan perikanan sudah menunjukkan

adanya peningkatan.

4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara

terutama dari sisi penghimpunan dana

mengalami peningkatan, begitu juga dari sisi

kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap

penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara

tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana

pada triwulan II 2017 rasio tersebut tercatat

sebesar 148,8% (Grafik 4.67). Rasio yang lebih

besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat

penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara

yang memiliki rekening simpanan lebih dari

satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga

mengindikasikan adanya penduduk bukan

angkatan kerja yang juga memiliki rekening

seperti siswa sekolah maupun mahasiswa.

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit

terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Tenggara masih stabil pada kisaran 18,4%

(Grafik 4.68). Meskipun demikian, rasio tersebut

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank

Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara

68,2%7,1%

6,3%4,4%

3,6%

6,1

2,6

46,3

24,6

7,61,6

-1,2

39,6

21,1

8,7

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

Tw I 17

Tw II 17

%, yoy

pangsa

0,0

5,0

10,0

15,0

Perd

ag

an

ga

n

Ko

nstr

uksi

Pe

rta

nia

n

Industr

i

Tra

nsp

ort

asi

Tw I 17 Tw II 17

%, NPL

theshold

1.185,1

64.382

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

KUR Rekening (sb.kanan)

Baki Debet (Rp miliar)

Nasabah

Perdagangan, 65,4%

Akomodasi Mamin, 2,9%

Industri Pengolahan,

6,0%Jasa

masyarakat, 4,3%

Pertanian, 15,6%

Perikanan, 3,4%

Transportasi, 1,3%

Jasa usaha, 0,9%

Lainnya, 0,2%

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Stabilitas Keuangan Daerah

70

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

masih rendah karena pada awal tahun 2016

rasio dapat mencapai 21,0. Masih rendahnya

rasio rekening kredit menunjukkan bahwa

fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan

oleh masyarakat di provinsi ini dan masih

terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran

kredit di masa yang akan datang.

Upaya pengembangan akses keuangan memiliki

peran penting dalam menjaga stabilitas sistem

keuagan dan mendorong pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu,

KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya

memberikan dan memfasilitasi berbagai

kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan

untuk memberikan informasi mengenai produk

dan jasa keuangan serta menumbuhkan

kesadaran masyarakat pada umumnya untuk

menabung dan melakukan pengelolaan

keuangan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

1.7031.875

115,5118,0125,1

133,7

126,9

130,6

133,1

134,6135,2

148,8

02004006008001.0001.2001.4001.6001.8002.000

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Rekening DPK (sb. Kanan) Rasio DPK

% nasabah (ribu)

228232

19,7 20,021,3 22,0 21,0 22,0

18,1 18,4 18,1 18,4

200

210

220

230

240

250

260

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017

Rekening Kredit (sb. Kanan) Rasio Kredit

% nasabah (ribu)

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kantor Bank Indonesia

Foto: Daniel

SISTEM PEMBAYARAN

& PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

72

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.3 Perputaran Kliring Harian di Sulawesi

Tenggara

Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong)

1633,78

-32,97-50

0

50

100

150

200

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017Nominal (Rp miliar) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

%, yoyRp miliar

46,42

-27

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Lembar (ribu) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

%, yoyTransaksi

30,8

875,8

0

200

400

600

800

1.000

1.200

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Nominal/hari Transaksi/hari(sb.kanan)

TransaksiRp miliar

25,02

916

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017Nominal/hari Transaksi/hari(sb.kanan)

TransaksiRp miliar

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

73

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara

848 874

689

801

587631

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II

2016 2017

Rp, Miliar

481529

478

539 525504

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II

2016 2017

transaksi

15

30

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Inflow Outflow

g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Miliar

840,1

-1422,4-2000

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Rp Miliar

net in

flow

net outf

low

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

74

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Grafik 5.9 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan

61,6

-81,54

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Nominal UTLE g Nominal UTLE (sb.Kanan)

Rp, Miliar %, yoy

Pecahan 100.000 Pecahan 50.000 Pecahan 20.000

11,3%87,4%

1,3%

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

6 Petani di Konawe

Foto: Suharjono

KONDISI TENAGA KERJA

& KESEJAHTERAAN

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan

76

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

6.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara

pada triwulan II 2017 diindikasikan mengalami

penurunan meskipun tidak signifikan. Hal ini

juga sejalan dengan terjadinya perlambatan

ekonomi pada periode triwulan II 2017. Kondisi

ketenagakerjaan di suatu daerah tergantung

pada penawaran lapangan pekerjaan (labor

demand) dan angkatan kerja yang tersedia

(labor supply). Masih belum adanya perbaikan

kondisi ketenagakerjaan yang signifikan pada

triwulan II 2017 tercermin dari peningkatan

kondisi labor demand yang masih relatif kecil.

Hal tersebut tercermin dari hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI

Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara umum

pelaku usaha masih memiliki jumlah tenaga

kerja yang sama sejak awal tahun 2017 (83,4%

responden). Namun, lebih banyak responden

yang melakukan pengurangan tenaga kerja

(9,8%) dibandingkan dengan responden yang

melakukan penambahan tenaga kerja (6,7%).

Dari hasil survei tersebut juga didapatkan

informasi bahwa tenaga kerja di sektor usaha

pertambangan relatif tidak mengalami

perubahan. Sementara itu, sektor akomodasi,

konstruksi dan industri mengalami penurunan

jumlah karyawan yang paling signifikan

dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Penurunan tersebut disebabkan oleh 2 faktor

utama, yaitu produksi yang menurun dan

tenaga kerja pensiun atau mengundurkan diri.

Meskipun demikian, masih terdapat sektor yang

mampu menyerap tambahan tenaga kerja

seperti sektor angkutan (Grafik 6.1).

Sebaliknya, rumah tangga sebagai penyedia

tenaga kerja melihat bahwa terjadi penurunan

penyerapan tenaga kerja pada triwulan II 2017.

Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK)

yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi

Tenggara. Indeks ketersediaan lapangan kerja

menurun dari 106,3 pada triwulan I 2017

menjadi 102,0 pada triwulan II 2017 (Grafik 6.2).

Pengangguran

Di sisi lain, berdasarkan data BPS Provinsi

Sulawesi Tenggara diketahui bahwa

pengangguran terbuka pada bulan Februari

2017 adalah sebanyak 39,6 ribu jiwa.

Sedangkan untuk angkatan kerja adalah

sebanyak 1,26 juta jiwa. Kondisi tersebut

menyebabkan tingkat pengangguran terbuka

pada bulan Februari 2017 adalah sebesar

3,14%, mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan periode survei

sebelumnya yakni Agustus 2016 yang tercatat

sebesar 2,72%.

Pangsa terbesar pekerjaan di Sulawesi Tenggara

adalah di sektor pertanian (39,6%), diikuti

sektor perdagangan (19,4%) dan sektor jasa

(18,4%). Sementara untuk jenis pekerjaan yang

dominan pada bulan Februari 2017 adalah

kelompok orang yang bekerja sebagai

Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah

Grafik 6.1 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha

Grafik 6.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja

4,0%

8,8%

8,3%

22,2%

9,1%

90,0%

84,6%

100,0%

80,0%

82,4%

70,8%

77,8%

81,8%

6,0%

15,4%

20,0%

8,8%

20,8%

9,1%

0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0%

Pertanian

Industri

Pertambangan

Konstruksi

Perdagangan

Hotel & Resto

Angkutan

Jasa

Meningkat Tetap Menurun

102

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

indeks

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

77

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

buruh/karyawan. Jumlah tenaga kerja yang

bekerja pada sektor formal hanya sebesar 383,8

ribu jiwa atau 31,5% dari total penduduk

bekerja di Sulawesi Tenggara.

6.2. KESEJAHTERAAN

Penghasilan Petani (NTP) Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang

terjadi, kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tenggara cenderung mengalami penurunan

pada triwulan II 2017. Hal ini terlihat dari

penurunan indeks penghasilan masyarakat dan

Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode tersebut

jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

NTP merupakan suatu indikator perbandingan

antara Indeks harga yang diterima petani

dengan indeks harga yang dibayar petani. Oleh

karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk

tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya

yang bekerja di sektor pertanian.

Pada triwulan II 2017, NTP Sulawesi Tenggara

tercatat sebesar 94,7 atau menurun

dibandingkan dengan triwulan I 2017 yang

tercatat sebesar 97,0 (Grafik 6.4). Penurunan NTP

terjadi pada hampir seluruh subsektor pertanian.

Hanya sektor perikanan yang masih cukup stabil

dengan mengalami penurunan yang cukup

kecil, yaitu dari 113,9 pada triwulan I 2017

menjadi 113,6 pada triwulan II 2017.

Selain subsektor perikanan, hanya subsektor

peternakan yang memiliki NTP di atas 100.

Sementara 3 subsektor lainnya memiliki NTP di

bawah 100, yang berarti bahwa total

pendapatan yang diterima oleh para petani

pada subsektor tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan total pengeluaran untuk

memproduksi hasil usahanya.

Penghasilan Umum Penurunan kesejahteraan juga terjadi pada

tingkat konsumen yang dicerminkan pada

terjadinya penurunan tingkat penghasilan

masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi

Sulawesi Tenggara yang menunjukkan

penurunan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK)

dari 137,0 pada triwulan I 2017 menjadi 122,7

pada triwulan II 2017 (Grafik 6.3).

Kemiskinan Di sisi lain, berdasarkan data BPS Provinsi

Sulawesi Tenggara diketahui bahwa penduduk

miskin pada bulan Maret 2017 (rilis bulan Juli

2017) tercatat sebanyak 331,7 ribu jiwa atau

sebesar 12,8% dari total penduduk Sulawesi

Tenggara (Grafik 6.5). Jumlah tersebut

cenderung tetap jika dibandingkan dengan data

pada bulan Maret 2016 yang tercatat sebanyak

12,8% dari total penduduk Sulawesi Tenggara.

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, terdapat

perbaikan angka kemiskinan pada daerah

pedesaan. Sedangkan untuk daerah perkotaan

mengalami peningkatan angka kemiskinan.

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.3 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.4 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

123

110

115

120

125

130

135

140

145

150

155

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

indeks

94,7

90,3

88,9

90,2

104,7

113,6

97,0

92,7

90,2

94,0

105,9

113,9

- 50,0 100,0 150,0

Total

TanamanPangan

Hortikultura

PerkebunanRakyat

Peternakan

Perikanan

Tw I 2017 Tw II 2017

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan

78

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 81,1%

atau 269,0 ribu jiwa berada di daerah pedesaan

sedangkan sisanya sebesar 18,9% atau 62,8

ribu jiwa berada di daerah perkotaan.

Konsentrasi jumlah penduduk miskin di

pedesaan menjadi tantangan pembangunan

ekonomi dan wilayah oleh pemangku

kepentingan khususnya pemerintah daerah,

mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi

Tenggara yang dominan berada di daerah

pedesaan khususnya di sektor primer yaitu

sektor pertanian namun hasilnya belum secara

optimal mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan secara lebih luas.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di

daerah perkotaan yang terus meningkat juga

harus mendapatkan perhatian khusus

mengingat jumlahnya pada bulan Maret 2017

tersebut merupakan yang tertinggi dalam

periode 5 tahun terakhir.

Ketimpangan Pengeluaran Penduduk

Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tenggara juga masih belum mengalami

perbaikan bahkan cenderung semakin besar.

Hal tersebut tercermin dari adanya peningkatan

gini ratio dari 0,388 pada bulan September 2016

menjadi 0,394 pada bulan Maret 2017. Semakin

tinggi nilai gini ratio menunjukkan ketimpangan

suatu daerah yang semakin tinggi.

Berdasarkan daerah tempat tinggalnya,

peningkatan gini ratio terjadi baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Untuk daerah

perkotaan gini ratio pada bulan September

2016 tercatat sebesar 0,395, meningkat

menjadi sebesar 0,403 pada periode Maret

2017. Sementara untuk daerah pedesaan juga

meningkat dari 0,352 pada bulan September

2016 menjadi 0,358 pada bulan Maret 2017.

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi

Tenggara Grafik 6.6 Gini Rasio Sulawesi Tenggara

53,1862,75

274,11

268,96

12,812,8

12

12

13

13

14

14

15

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17

Penduduk Miskin Desa

Penduduk Miskin Kota

Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)

ribu jiwa %

0.403

0.358

0.394

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

Mar

-13

Jun-

13

Sep

-13

Dec

-13

Mar

-14

Jun-

14

Sep

-14

Dec

-14

Mar

-15

Jun-

15

Sep

-15

Dec

-15

Mar

-16

Jun-

16

Sep

-16

Dec

-16

Mar

-17

Perkotaan Pedesaan SULTRA

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

7

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Prospek Ekonomi Daerah

80

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

7.1.1. Triwulan IV 2017

Dengan didasarkan pada beberapa indikator

pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan IV 2017 diprakirakan berada pada

kisaran 8,7% - 9,1% (yoy), mengalami

akselerasi jika dibandingkan dengan periode

triwulan III 2017 yang diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan sebesar 8,3% - 8,7%

(yoy).

Perkiraan akselerasi yang terjadi pada triwulan

IV 2017 tersebut sesuai dengan arah perkiraan

kegiatan usaha yang diungkapkan oleh para

pelaku perekonomian terutama dari sisi

konsumen dan dari sisi pelaku usaha (Grafik 7.1).

Dari sisi konsumen berdasarkan hasil Survei

Konsumen yang dilakukan, Indeks Perkiraan

Kegiatan Usaha tercatat mengalami

peningkatan dari 155 pada triwulan III 2017

menjadi 155,7 pada triwulan IV 2017.

Sedangkan dari sisi pelaku usaha masih

memperkirakan akan mengalami percepatan

pertumbuhan. Hal ini tercermin hasil liaison

diketahui bahwa pelaku usaha memperkirakan

akan terdapat peningkatan omzet penjualan

pada triwulan tersebut (Grafik 7.2).

Percepatan kinerja yang terjadi pada lapangan

usaha pertanian disebabkan oleh adanya

peningkatan produksi komoditas tabama

terutama tanaman padi seiring dengan

masuknya musim panen komoditas tersebut

pada periode triwulan IV 2017 mendatang.

Selain itu, produksi komoditas perikanan juga

diperkirakan meningkat sesuai dengan pola

historisnya.

Peningkatan yang terjadi pada lapangan usaha

industri pengolahan diperkirakan akan terjadi

pada triwulan IV 2017 akibat adanya

peningkatan produksi seiring dengan telah

berfungsinya beberapa smelter pengolahan

nikel di beberapa daerah seperti Konawe dan

Bombana serta peningkatan harga nikel olahan

dunia. Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil

liaison pada produsen nikel olahan di Sulawesi

Tenggara yang menyatakan adanya kebutuhan

untuk pemenuhan target produksi pada periode

tersebut. Pada periode triwulan IV mendatang,

produksi feronikel di Sulawesi Tenggara

diperkirakan akan mencapai mampu

memproduksi sebesar 6.730 MWT atau tumbuh

positif sebesar 14,1% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan periode triwulan III

diperkirakan akan tumbuh sebesar 9,1% (yoy).

Lapangan usaha konstruksi juga diperkirakan

mengalami akselerasi yang disebabkan oleh

peningkatan realisasi pembangunan proyek

pemerintah. Selain itu, rendahnya based effect

akibat kebijakan pemerintah pusat melakukan

penundaan transfer DAU pada akhir tahun 2016

juga turut memberikan andil positif pada

pertumbuhan lapangan usaha tersebut pada

periode triwulan IV mendatang.

Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen

Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi

-

5

10

15

20

25

30

35

40

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

PDRB Indeks Perkiraan Usaha

YOY SBT

(1.5)

(1.0)

(0.5)

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor LS Ekspektasi Penjualan

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

81

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

Sementara itu, akselerasi lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran juga

diperkirakan akan terjadi pada triwulan IV 2017

didorong oleh peningkatan perdagangan

domestik seiring dengan adanya perayaan natal

dan libur akhir tahun. Selain itu perdagangan

luar negeri juga diperkirakan meningkat sebagai

dampak adanya peningkatan ekspor berbagai

komoditas pertambangan dan perikanan pada

periode triwulan IV mendatang.

Sedangkan dari sisi permintaan, akselerasi

perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan

IV 2017 disumbangkan oleh akselerasi konsumsi

pemerintah, peningkatan investasi serta ekspor

Sulawesi Tenggara. Selain itu stabilnya konsumsi

masyarakat seiring dengan terjaganya daya beli

masyarakat diperkirakan akan memberikan andil

positif.

Rendahnya based effect pada tahun sebelumnya

seiring dengan kebijakan pemerintah pusat

untuk melakukan penundaan transfer DAU

pada akhir tahun 2016 juga diperkirakan akan

menyebabkan percepatan laju pertumbuhan

konsumsi pemerintah dan investasi pada

triwulan IV 2017.

Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan IV juga

diperkirakan memberikan andil akselerasi

pertumbuhan akibat adanya kebijakan

pemerintah untuk melakukan ekspor nikel kadar

rendah. Selain nikel mentah, komoditas ikan

dan nikel olahan juga diperkirakan akan

meningkat.

7.1.2. Tahun 2017

Berdasarkan beberapa indikator pendukung,

hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2017

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

I II IIIP IVP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.8 6.4 5.8 - 6.2 7.1 - 7.5 5.0 6.0 - 6.4

Pertambangan dan Penggalian 17.2 12.3 18.2 - 18.6 15.6 - 16.0 0.1 15.7 - 16.1

Industri Pengolahan 7.4 8.8 9.5 - 9.9 10.8 - 11.2 8.9 9.1 - 9.5

Pengadaan Listrik, Gas 3.0 4.6 2.8 - 3.2 8.6 - 9.0 5.7 4.7 - 5.1

Pengadaan Air 0.0 3.6 6.2 - 6.6 13.0 - 13.4 8.9 5.6 - 6.0

Konstruksi 11.3 2.1 5.1 - 5.5 6.3 - 6.7 7.7 5.9 - 6.3

Perdagangan Besar dan Eceran 5.9 8.4 6.1 - 6.5 7.3 - 7.7 10.0 6.9 - 7.3

Transportasi dan Pergudangan 9.8 10.2 9.6 - 10.0 12.1 - 12.5 11.6 10.4 -10.8

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.1 7.0 3.7 - 4.1 9.1 - 9.5 7.1 6.6 - 7.0

Informasi dan Komunikasi 9.4 9.8 4.4 - 4.8 9.7 - 10.1 9.8 8.2 - 8.6

Jasa Keuangan 5.8 4.0 1.1 - 1.5 4.9 - 5.3 15.1 3.8 - 4.2

Real Estate 1.5 4.7 13.3 - 13.7 2.0 - 2.4 0.9 5.1 - 5.5

Jasa Perusahaan 3.9 6.6 3.6 - 4.0 4.7 - 5.1 8.2 4.6 - 5.0

Administrasi Pemerintahan 0.3 1.1 5.9 - 6.3 5.7 - 6.1 2.1 3.2 - 3.6

Jasa Pendidikan 1.8 1.8 1.3 - 1.7 1.1 - 1.5 9.9 1.4 - 1.8

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.3 6.3 6.9 - 7.3 7.4 - 7.8 6.2 5.4 - 5.8

Jasa Lainnya 2.0 0.6 3.3 - 3.7 3.5 - 3.9 7.5 2.2 - 2.6

PDRB 8.1 7.0 8.3 - 8.7 8.7 - 9.1 6.5 8.0 - 8.4

Lapangan Usaha 201720162017

I II IIIP IVP

Konsumsi Rumah Tangga 5.9 6.6 6.1 - 6.5 6.3 - 6.7 6.1 6.1 - 6.5

Konsumsi LNPRT 12.1 12.5 12.4 - 12.8 12.5 - 12.9 4.5 12.3 - 12.7

Konsumsi Pemerintah 6.7 1.0 11.0 - 11.4 13.6 - 14.0 2.0 8.1 - 8.5

PMTB 15.0 9.0 12.3 - 12.7 13.6 - 14.0 7.6 12.4 -12.8

Perubahan Inventori -2145.6 209.4 (482) - (484) (587) - (588) 18.1 (218) - (219)

Eksport Luar Negeri 113.6 58.0 171 - 172 181 - 182 -8.5 141 - 142

Import Luar Negeri 162.6 46.2 43 - 44 76 - 77 3.9 75 - 76

Net Eksport Antar Daerah -14.8 21.8 43 - 44 96 - 97 -18.1 43 - 44

PDRB 8.1 7.0 8.3 - 8.7 8.7 - 9.1 6.5 8.0 - 8.4

*Keterangan

Meningkat

Melambat

Komponen Pengeluaran2017

2016 2017

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Prospek Ekonomi Daerah

82

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

diprakirakan berada pada kisaran 8,0% - 8,4%

(yoy) mengalami akselerasi yang cukup tinggi

jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada

periode 2016 yang tumbuh sebesar 6,5% (yoy).

Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut

searah dengan prakiraan perekonomian

Indonesia dan dunia yang juga diperkirakan

mengalami peningkatan. Kinerja lapangan

usaha pertambangan, industri pengolahan dan

konstruksi yang masih mendominasi

perekonomian Sultra secara signifikan

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

Beberapa asumsi yang menjadi pendorong

perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2017

adalah (1) peningkatan kinerja lapangan usaha

utama, (2) peningkatan konsumsi rumah

tangga, (3) peningkatan realisasi investasi, dan

(4) Peningkatan ekspor komoditas utama akibat

adanya peningkatan produksi maupun adanya

kebijakan pemerintah pusat untuk merelaksasi

ekspor nikel mentah kadar rendah.

7.2. PROSPEK INFLASI

7.2.1. Triwulan IV 2017

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan

IV 2017 mendatang diperkirakan akan berada

pada tekanan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perkiraan inflasi pada akhir triwulan III

2017. Inflasi pada akhir tahun 2017

diperkirakan masih berada pada sasaran inflasi

nasional yang sebesar 4% + 1% namun pada

batas atas.

Peningkatan tersebut utamanya lebih

disebabkan oleh based point effect yang sangat

rendah pada tahun sebelumnya seiring dengan

terjadinya deflasi yang cukup dalam mencapai

0,59% (mtm) di bulan November 2016. Deflasi

tersebut disebabkan oleh melimpahnya stok

ikan segar serta penurunan tarif angkutan udara

akibat dibukanya rute penerbangan Kendari-

Baubau. Andil kedua komoditas tersebut di

bulan November 2016 sangat besar mencapai -

0,46% dan -0,18%.

Sedangkan untuk kondisi harga komoditas

pangan diperkirakan akan mengalami

penurunan walaupun tidak sebesar tahun lalu

sebelumnya. Kondisi ini juga searah dengan

perkiraan konsumen sesuai dengan hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Sultra.

Konsumen memperkirakan akan terjadi

Sumber: OECD (Juni 2016), diolah Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Oct 2016, diolah

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia

Grafik 7.4 Proyeksi Harga Komoditas Internasional

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.5 Perkiraan Inflasi dari Sisi Konsumen

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

2013 2014 2015 2016 2017

Sultra Indonesia (OECD) Dunia (OECD)

%, yoy

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Nickel Kakao (sb.kanan)

US$/mt US$/kg

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Inflasi Perkiraan Harga 3 Bulan Perkiraan Harga 6 Bulan

YOY SBT

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

83

KA

NTO

R P

ERW

AKILA

N B

AN

K IN

DO

NESIA

Pro

vinsi Sula

wesi Te

nggara

penurunan harga pada triwulan IV 2017, lebih

rendah daripada periode sebelumnya (Grafik

7.11). Hal ini didorong oleh peningkatan pasokan

komoditas bahan makanan terutama komoditas

beras yang akan memasuki musim panen serta

komoditas ikan yang sesuai dengan pola

historisnya memasuki musim puncak produksi.

7.2.2. Tahun 2017

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun

2017 mendatang diperkirakan akan meningkat

namun masih berada pada sasaran inflasi

nasional yaitu sebesar 4% + 1%. Meskipun

demikian, kondisi supply demand yang terjadi di

Sulawesi Tenggara mendorong inflasi lebih

tinggi dan berada pada kisaran batas atas

sasaran tersebut. Peningkatan tekanan inflasi

pada tahun tersebut didorong oleh peningkatan

tekanan volatile foods akibat faktor cuaca yang

mengganggu proses produksi dan administered

prices terkait dengan kebijakan energi.

1. Tekanan inflasi volatile foods meningkat

Kinerja produksi bahan pangan di Sultra

pada tahun 2017 diperkirakan akan

menurun terutama pada komoditi

hortikultura dan ikan. Penurunan tersebut

diperkirakan akibat oleh tinggi curah hujan

yang mengganggu proses produksi serta

tidak beroperasinya kapal andon dari

Sulawesi Selatan seiring dengan belum

adanya Perjanjian Penangkapan Ikan

antarprovinsi.

Meskipun demikian, peningkatan pasokan

bahan pangan seperti sayur-sayuran dan

beras seiring adanya Program kerja

peningkatan bahan pangan sebagai salah

satu program Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Sultra diperkirakan akan

menahan peningkatan harga yang

diperkirakan akan terjadi.

Di sisi lain, dengan terbentuknya TPID di

seluruh Kota/Kabupaten maka kerja sama/

koordinasi antardaerah dalam rangka

penyediaan pasokan dan distribusi bahan

pangan diperkirakan akan semakin lancar.

Selain itu, terbangunnya jalan dan

pelabuhan yang memadai diperkirakan akan

meningkatkan jumlah dan memperlancar

arus barang di Sultra. Kedua hal tersebut

diperkirakan akan turut menyebabkan

penurunan tekanan inflasi di Sulawesi

Tenggara.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Prospek Ekonomi Daerah

84

KA

JIA

N E

KO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI SU

LAW

ESI TE

NG

GA

RA

A

gus

tus

20

17

2. Tekanan inflasi administered price

meningkat.

Peningkatan kelompok administered price di

Sultra banyak dipengaruhi oleh pengaturan

subsidi, terutama pada listrik dan BBM. Hal

ini untuk lebih meningkatkan kapasitas

keuangan negara.

3. Tekanan inflasi inti relatif meningkat

Perkembangan inflasi inti dipengaruhi oleh

faktor domestik dan faktor eksternal.

Permintaan domestik diperkirakan masih

tinggi seiring dengan peningkatan

penghasilan masyarakat. Mulai aktifnya

pertambangan dan harga nikel dunia yang

sudah berangsur membaik menyebabkan

tingkat penghasilan masyarakat juga akan

meningkat. Kondisi tersebut akan

mendorong terciptanya lapangan kerja baru

dan adanya migrasi tenaga kerja dari daerah

maupun negara lain.

Tabel 7.3 Faktor Risiko Inflasi Tahun 2017

Faktor Risiko PotensiDampak thdp

Inflasi IHK

Volatile Food

a. Pasokan:

• Faktor cuaca dan serangan hama di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara dapat berpotensi mengganggu produksi bahan makanan.

• Gelombang laut juga berpotensi menggangu pasokan komoditas ikan segar baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau.

MEDIUM

b. Distribusi:

• Faktor cuaca juga dapat berpotensi menggangu aktivitas pelayaran, sehingga dapat menghambat distribusi barang di Sulawesi Tenggara. Selain itu, tingginya curah hujan di periode triwulan II 2017. Selain itu, tingginya curah hujan juga berpotensi menggangu distribusi jalur darat akibat longsor

• Pengaturan perdagangan yang tidak memperhatikan kecukupan lokal seringkali menyebabkan terjadinya inflasi karena pedagang menjual ke daerah lain dengan harga yang lebih tinggi.

Adm.Prices

• Penyesuaian tarif BBM yang tidak diikuti oleh penurunan tarif angkutan baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau.

• Penyesuaian TTL sesuai harga keekonomian (faktor penentu: harga minyak, nilai tukar, dan inflasi) masih menjadi risiko sepanjang tahun karena bergantung pada keputusan pemerintah.

• Adanya peningkatan permintaan angkutan udara, terutama di Kota Baubau.

MEDIUM

Core • Pergerakan nilai tukar yang masih dalam tren depresiasi terhadap US$ menambah tekanan dari sisi imported inflation, khususnya untuk komoditas pangan berbahan baku impor, kosmetika, dan obat.

• Dampak second-round dari kebijakan harga pemerintah.

• Harga emas global mengalami kecenderungan yang menurun dalam beberapa pekan terakhir.

LOW

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---

100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

DAFTAR ISTILAH

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan

dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

menurun danmengabaikan jawaban sama .

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak

dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar ... Konsumsi Rumah Tangga 8 1 ... Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Minot Purwahono

([email protected])

KOORDINATOR PENYUSUN

Harisuddin

([email protected])

TIM PENULIS

Daniel Agus Prasetyo

([email protected])

Argo Hadianto

([email protected])

KONTRIBUTOR

Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan

Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

TIM PENYUSUN