kajian bioekologi hama-hama penting beras dan...

31
KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Oleh: Dwi Widaningsih PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Upload: others

Post on 21-Dec-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS

DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

Oleh:

Dwi Widaningsih

PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWA, Tuhan Yang

Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat pada waktunya dengan

judul “kajian bioekologi hama-hama penting beras dan upaya

pengendaliannya”. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui dan

mengkaji serangga hama yang menyerang beras dalam penyimpanan dan

upaya-upaya untuk mengendalikannya.

Penulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan data

sekunder dari beberapa pustaka.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari, masih banyak

kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk menyempurnakan makalah

ini, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Hormat

Penulis

Page 3: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. .............................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan. .......................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Hama Gudang. ............................................................................. 4

2.2 Hama Gudang yang Menyerang Beras. ........................................................ 5

2.2.1 Sitophillus oryzae (L)………………………………………………. 5

2.2.2 Tribolium confusum Jacquelin du Val ............................................ 7

2.2.3 Corcyra cephalonica Stainton. ......................................................... 8

2.2.4. Doloessa viridis zell pada beras.. .................................................... 10

2.2.5 Sitophilluszeamais. ............................................................................ 11

2.3 Ekologi Serangga Hama Gudang. ................................................................ 13

2.3.1 Faktor Iklim. ................................................................................................. 13

2.3.2 Faktor Makanan. ......................................................................................... 14

III PEMBAHASAN

3.1 Pengendalian Hama Gudang. ........................................................................ 16

IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................... 24

Page 4: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama dalam masa penyimpanan komoditi pangan dapat

mengalami kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama serangga,

tungau, cendawan, burung dan tikus. Di antara hama-hama gudang

tersebut, serangga hama merupakan penyebab kerusakan terbesar. Serangga

hama pada gudang memiliki kemampuan cepat berkembang biak sehingga

dalam setahun dapat menghasilkan beberapa generasi, dan dapat

berpindah bersama-sama dengan komoditi. Selain itu serangga hama pada

gudang memiliki kemampuan adaptasi yang besar terhadap keadaan kering

sehingga dapat berkembang dengan baik pada kondisi komoditi yang

disimpan dengan kadar air relatif rendah.

Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat

penting untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada

umumnya serangga hama gudang dapat dibagi menjadi hama primer dan

hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama gudang yang mampu

menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp. (weevil),

Rhyzopherta dominica (Iesier grain borer) dan Sitotroga cerealella.

(Angoumois grain moth). Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama

yang hanya mampu menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti

Tribolium spp. (flour beetle) dan Plodiq interpunctella (Indian meal moth)

Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder

tidak mengacu kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi,

melainkan hanya kepada urut-urutannya menyerang produk. Serangga hama

gudang yang menyerang komoditi yang mahal dan banyak menimbulkan

Page 5: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang tidak banyak

menimbulkan kerugian disebut hama non ekonomis.

Pembagian serangga hama gudang/pantri berdasarkan perilaku cara

makan adalah internal feeder, external feeder, scavenger dan hama sekunder.

Internal Feeder. Larva dari serangga kelompok ini ada di dalam biji

(kernel) komoditi yang diserang. Biasanya serangga- serangga ini menyerang

biji komoditi yang masih utuh atau belum diproses. Contohnya adalah

Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopertha dominica (Iesser grainborer), Sitotroga

cerealella (angumois grain moth).

External Feeder. Serangga hama ini menyerang biji komoditi dari luar

biji baik yang masih utuh maupun yang telah diproses. Contohnya adalah

Tribolium spp, Lasioderma serricorne (tobacco beetle), Stegobium paniceum

(drugstore beetle), Trogoderma granarium (khapra beetle), Tenebroides

mauritanicus (cadelle beetle), dan Plodia interpunctella (indian meal moth).

Scavenger. Serangga hama ini hanya dapat menyerang bjian komoditi

yang telah diproses atau rusak secara fisik maupun akibat serangan dari

serangga hama yang lain. Contohnya adalah Oryzaephilus surinamensis

(sawtootthed grain beetle) dan Anagasta kuehniella (mediterranean flour

moth).

Hama sekunder. Serangga hama ini hanya menyerang komoditas yang

telah rusak, lembab/busuk atau telah ditumbuhi jamur/kapang. Contohnya

adalah Tenebrio molitor (yellow mealworm) dan Alphitobius spp (lesser

mealworm beetle).

Page 6: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Dengan semakin berkembangnya industri pengendalian hama

permukiman, sekarang telah dijumpai pembagian hama gudang dan pantri

yang menyerang produk simpanan yang telah dikemas atau dalam kemasan.

Berdasarkan cara menyerang komoditi simpanan yang telah dikemas atau

produk dalam kemasan hama gudang dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu

penetrator dan invader.

Penetrator. Serangga hama mampu menyerang produk makanan

dengan cara merusak kemasan. Ciri utama dari kelompok ini adalah alat

mulut (mandible) yang kuat untuk merobek/merusak kemasan. Contohnya

adalah Lasioderma.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Serangga hama apa saja yang terutama menyerang beras dalam

penyimpanan ?

1.2.2 Bagaimana ekologi serangga hama yang menyerang beras dalam

penyimpanan ?

1.2.3 Bagaimana cara-cara pengendalian serangga yang menyerang beras

dalam penyempanan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1.3.1 Untuk mengetahui bioekologi serangga hama yang menyerang beras

dalam penyimpanan.

1.3.2 Untuk mengetahui cara-cara pengendalian hama yang menyerang beras

dalam penyimpanan.

Page 7: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Serangga Hama Gudang

Serangga hama gudang mempunyai ciri-ciri umum (a) Tubuhnya

terbagi atas 3 bagian kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen), (b) Bagian

luar tubuh tertutup oleh kulit luar (eksoskeleton), (c) Selama hidupnya

mengalami perubahan bentuk (metamorfosa) yang sempurna dan tidak

sempurna dan (d) Serangga dewasa mempunyai tiga pasang kaki.

Serangga hama gudang baik yang berasal dari kelompok kumbang

maupun ngengat mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur, larva,

pupa, dan dewasa (imago).

1. Telur.

Umumnya telur diletakkan di dalam atau di atas permukaan biji-bijian,

pada debu-debu di atas lantai, pada celah dan retakkan gudang penyimpanan.

Stadia telur berbeda-beda antara satu spesies yang satu dengan spesies lainnya.

2. Larva.

Setelah beberapa lama telur menetas menjadi larva

(berbentuk seperti ulat). Stadia larva adalah stadia paling

merugikan, karena larva serangga hama menyerang komoditi dengan sangat

rakus dan merusak. Meskipun demikian, latva merupakan stadia yang paling

rentan untuk dikendalikan dengan insektisida.

3. Pupa.

Page 8: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Pupa adalah periode istirahat dalam perkembangan perubahan larva

menjadi dewasa. Selama periode ini pupa serangga hama tidak makan dan

tidak bergerak. Seperti halnya stadia telur, stadia pupa merupakan stadia yang

paling sulit untuk dibunuh oleh insektisida.

4. Dewasa.

Fungsi utama dari serangga dewasa adalah untuk tugas reproduksi dari

jenisnya. Ukuran tubuh serangga hama dari ordo Coleoptera

umumnya berukuran kecil, tetapi ukuran tubuh serangga tersebut tergantung

pula pada jenis makanan dimana ia hidup. Ukuran kecil sangat memudahkan

serangga hama tersebut untuk menyusup pada celah yang kecil sekalipun.

Ngengat sangat rapuh dan tidak dapat masuk ke dalam timbunan komoditi.

2.2 Hama Gudang yang Menyerang Beras

2.2.1 Sitophillus oryzae (L)

2.2.1.1. Klasifikasi Sitopilus oryzae L (Kalshoven 1981)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family : Curculionidae

Genus : Sitophilus

Spesies : Sitopilus oryzae (L)

Page 9: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Gambar 2.2.1 Sitophillus oryzae (L)

2.2.1.2. Daur Hidup Sitopilus oryzae L

Daur hidup kumbang beras dimulai dari peletakan sebutir telur dilubang

oleh imago pada butiran beras. Selanjutnya lubang itu ditutup dengan

sekresi/air liur kumbang beras yang keras. Kumbang betina dapat bertelur

sampai 300 butir dalam beberapa minggu. Setelah menetas larva memakan

beras tempat tinggalnya dan berkembang sampai menjadi pupa. Pupa

kumbang muda keluar dari beras. Setelah menjadi dewasa kumbang memakan

beras bagian luarnya hingga berlubang. Kumbang betina menggerek butiran

beras dengan moncongnya di lapangan atau di gudang beras. Daur hidup dari

telur sampai dewasa lebih kurang 26 hari. Sementara itu umur kumbang dapat

mencapai 3-5 bulan (Mound 1989). Jika tidak diberi makanan, kumbang betina

masih dapat hidup 6-32 hari (Zewar 1993). Perkembangannnya umumnya

dapat berlangsung pada temperature 17 - 34oC dengan kelembaban relative 15 -

100%. Perkembangan optimum terjadi pada suhu 30 oC dengan kelembaban

relative 70%. Jika kelembaban relative melebih 18 % kumbang bubuk ini akan

berkembang cepat. Toleran terhadap suhu dan bias hidup selama 37 hari pada

suhu 0 oC (Zewar 1993).

Untuk butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang

padat/rapat, sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit

berkolerasi positif dengan ketahanan beras terhadap Sitophilus sp. (Juliano,

1972). Beras yang lunak akan lebih banyak dikonsumsi oleh serangga

dibandingkan beras yang bening, hal ini memungkinkan peningkatan populasi

S. zeamais apabila butir beras besar dan mengapur. Apabila kelembapan relatif

melebihi 15% kumbang bubuk ini sudah akan berkembang cepat. Yang

disenangi kumbang jenis beras pecah kulit, sedang yang sudah diselep sampai

putih kurang disukai. Serangan kumbang bubuk ini kadang-kadang juga

Page 10: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt., sehingga beras menjadi

tambah hancur. Karena serangan bubuk dan kelembaban yang tinggi akan

meninggikan suhu maka cendawan pun akan ikut menyerang beras hingga

bertambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 2007).

2.2.2. Tribolium confusum Jacquelin du Val

2.2.2.1. Klasifikasi T. confusum

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family :Tenebrionidae

Genus : Tribolium

Spesies : Triboliun confusum Jacquelin du Val

Gambar 2.2.2. Tribolium confusum Jacquelin du Val

2.2.2.2. Daur Hidup T. confusum

Kumbang T. confusum tergolong dalam ordo Coleoptera,

famili Tenebrionidae. Dikenal sebagai “Confused flour beetle”.

Kumbang ini dikenal berasal dari Ethiopia dan dapat menyerang

biji kakao, kacang tanah, buncis, ercis dan biji kopi (Dobie et al.,

1991). Hill (1993) menyatakan kumbang ini dapat menyerang

Page 11: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

beras, kopra, dedak, bungkil, biji pala dan wijen. Kumbang ini

merusak material-material yang sudah hancur (Secondary pest).

Kalshoven (1981), menyatakan bahwa kumbang ini dapat bersifat

kanibalis terhadap pupa dan telur.

Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerah-merahan,

bentuk tubuhnya pipih dengan panjang berkisar antara 3 - 4 mm

(Rees, dalam Subramanyam dan Hagstrum, 1995). Kartasapoetra

(1991) menyatakan bahwa tipe antena kumbang ini adalah

menggada. Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan

telur 450 butir sepanjang siklus hidupnya, telur diletakkan dalam

tepung atau pada bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan

pecahan-pecahan kecil. Larva bergerak aktif karena memiliki 3

pasang kaki torakal. Larva-larva ini selama perkembangannya

mengalami pergantian kulit antara 6 -11 kali, tetapi tidak jarang

pula hanya 6-7 kali, ukuran larva yang telah dewasa antara 8–11

mm. Menjelang masa berkepompong larva ini akan muncul di

permukaan material, tetapi setelah menjadi imago selanjutnya

masuk kembali ke dalam material. Siklus hidupnya sekitar 35-45

hari (USDA dalam Kartasapoetra, 1991).

2.2.3. Corcyra cephalonica Stainton

2.2.3.1. Klasifikasi Corcyra cephalonica Stainton

Klasifikasi Corcyra cephalonica Stainton menurut Borror et al. (1996), adalah:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Subordo : Mikrolepidoptera

Page 12: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Family : Pyralididae

Genus : Corcyra

Spesies : Corcyra cephalonica Stainton

2.2.3.2. Daur Hidup Corcyra cephalonica Stainton

Corcyra cephalonica merupakan salah satu hama penting pada

penggilingan beras dan tepung sering pula disebut tawny. Serangga ini toleran

pada kelembaban tinggi dan ditemukan diseluruh dunia, terutama di daerah

tropika. Walaupun mampu memakan biji utuh, hama ini lebih sering ditemukan

cepat berbiak sebagai hama sekunder. Daur hdup optimum selama 26-27 hari

pada 30-32,5oC dengan kelembaban 70 % (Tripod, 2009).

Ngengat beras (Corcyra cephalonica) umumnya menyerang beras giling,

namun di Indonesia ngengat beras juga merusak kopra, kacang-kacangan,

tepung, dan bungkil (Jems Ilato, dkk., )

Hama ini bertelur sebanyak 400 butir (Pracaya, 2007).

Warna telur putih dan bertek halus. Bentuknya lonjong dengn

panjang sekitar 0,3 x 0,5 mm, menempel pada bahan pangan atau

serat karung di penyimpanan. Setelah sepuluh hari, telur akan

menetas dan menjadi larva. Larva berwarna krem sampai putih

kecuali bagian kapsul kepala dan protoraks berwarna cokelat

(Tripod, 2009). Panjang tubuh lebih kurang 17 mm. Biasanya

larva membuat pintalan yang mengandung kotoran dan sisa-sisa

makanan. Warna pintalan tersebut sesuai dengan objek yang

diserangnya, apabila yang diserangnya beras putih, warna

pintalannya juga putih. Selanjutnya, ulat tersebut menjadi

kepompong setelah 9 hari. Kepompongnya berwarna kuning

Page 13: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

cokelat, panjangnya sekitar 8 mm. Kepompong terletak dalam

kokon yang warnanya putih. Kepompong kemudian akan menjadi

ngengat setelah 7 hari (Pracaya, 2007).

2.2.4. Doloessa viridis zell pada beras.

2.2.4.1. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pyralidae

Genus : Doloessa

Spesies : Doloessa viridis (Zell)

2.2.4.2. Daur Hidup Doloessa viridis (Zell)

Serangga ini mempunyai sinonim Thagora figurana WLK

(ngengat beras hijau) Ngengat ini merusak beras, bekatul, padi, jagung,

kacang panjang, buncis, kopra dan bungkil dalam gudang. Ngengat ini

berwarna hijau, sayap belakangnya berwarna putih dengan tepi

berwarna cokelat, lebar sayap sekitar 25 mm. Ulatnya berwarna

kemerahan atau kuning tergantung dari jenis makanannya. Panjang

ulat sekitar 16 mm. Kepompong berwarna putih, sedangkan pupanya

berwarna cokelat, panjang pupa sekitar 11 mm (Pracaya, 2007).

Page 14: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Ngengat betina bertelur sekitar 250 butir, telur akan menetas

setelah tujuh hari, stadium ulat tersebut sekitar 19-30 hari, sedangkan

stadium kepompong lebih kurang 6-9 hari. Musuh alami dari ngengat ini

adalah kumbang Cleridae (Pracaya, 2007).

Doloessa viridis bersifat polipag, yang tidak hanya memiliki

1 inang saja, habitat hidupnya di dalam gudang dengan kelambaban dan

suhu yang optimum, serta kadar air untuk beras berkisar 14 %.

2.2.5 Sitophilus zeamais

2.2.5.1 Klasifikasi Sitophilus zeamais (Kalshoven 1981)

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthopoda

Kelas : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family : Curculionidae

Genus : Sitophilus

Spesies : Sitopilus oryzae (L)

2.2.5.1 Daur Hidup Sitophilus zeamais (Kalshoven 1981)

Daur hidup S. zeamais hampir serupa dengan S. oryzae (bubuk beras).

Bubuk dewasa panjangnya 2,5 – 4,5 mm, berwarna cokelat, moncongnya

sempit, panjang, dan berantenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih

gemuk tak berkaki dan kadang-kadang berkembang dalam satu butir jagung.

Bedanya kumbang ini dapat terbang kuat tak seperti bubuk beras yang

kurang kuat. Karenanya dengan mudah kumbang ini menyerbu biji-biji jagung

yang telah masuk dilapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap

Page 15: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

lubang yang dibor dimasuki satu butir telur kemudian ditutup dengan sekresi

yang keras. Larvanya makan dan berkembang dalam satu butir jagung dan

menjadi pupa disitu juga. Setelah selesai menjadi pupa lalu menjadi kumbang

dan keluar dari butir jagung dan mulai makan butiran jagung, sehingga banyak

yang rusak. Bubuk jagung ini bisa berumur sampai lebih kurang 5 bulan.

Dalam keadaan optimm, daur hidup dari telur sampai dewasa kira-kira 30

hari. Yang betina bisa bertelur sampai 300 butir dalam beberapa minggu

(Pracaya 1991).

Memiliki rostrum yang sangat karakteristik dan antena yang menyiku.

Antena memiliki delapan ruas dan saat serangga ini berjalan, antenanya

menjulur keluar. Pada elitra, biasanya terdapat empat buah tanda oval

berwarna cokelat kemerahan atau cokelat jingga. Larvanya tidak meiliki kaki

(apoda) dan biasanya ditemukan di dalam lubang gerekan pada biji.

Ditemukan di daerah tropis, namun kadang-kadang juga di daerah beriklim

dingin. Dewasanya memiliki periode hidup panjang (beberapa bulan sampai

satu tahun). Serangga betina bertelur sepanjang stadium dewasa. Setiap betina

mampu bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per satu dalam

lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya. Telur

dilindungi oleh lapisan lilin hasil sekresi serangga betina. Periode telur

berlangsung selama 6 hari pada suhu 250

C. Setelah menetas, larva segera

memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang

gerekan. Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam

biji. Serangga dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar dengan

cara mengunyah bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang

karakteristik. Total periode perkembangan serangga ini antara 35-110 hari,

tergantung jenis dan mutu biji yang diserangnya. Serangga ini dapat diparasit

oleh Pteromalids (kadang-kadang Hymenoptera lain), yang sangat umum

Page 16: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

adalah Anisopteromalus calandrae (Howard), Lariophagus distinguendus

(Forster) dan Choetospila elegans Westwood.

Gambar 2.2.5.1 Daur Hidup Sitophilus zeamais (Kalshoven 1981)

2.3 Ekologi Serangga Hama Gudang

Faktor ekologi yang mempengaruhi perkembangan ataupun penurunan

populasi hama pascapanen diantaranya adalah:

2.3.1. Faktor Iklim

Unsur-unsur iklim mikro yang sangat berpengaruh pada perkembangan

hama gudang, yaitu: temperatur, kelembaban, kadar air dan aerasi. Unsur-

unsur ini dapat mengembangkan, melumpuhkan, menghambat

perkembangbiakan atau memusnahkan populasi hama pascapanen. Suhu

lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi masa perkembangan. Pada ordo Coleoptera dan Lepidoptera,

kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan.

Kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan hama

pascapanen pada batas tertentu. Hal ini menjelaskan pengaruh suhu terhadap

pemendekan masa perkembangan serangga pascapanen. Fluktuasi suhu yang

Page 17: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

terjadi setiap harinya juga mempengaruhi perkembangan hama pascapanen.

Serangga yang hidup pada suhu tinggi masa perkembangannya lebih singkat

daripada suhu fluktuatif walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi.

Sementara itu pada suhu rendah, masa perkembangannya lebih lama

dibandingkan suhu fluktuatif dengan rata-rata sama rendah. Kadar air bahan

simpan mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air bahan simpan yang

rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak

terpengaruh.

Serangga memiliki kisaran suhu optimum untuk perkembangannya.

Apabila suhu optimum tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi penurunan

populasi hama pascapanen contohnya pada Tribolium (Coleoptera berumur

panjang), suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37,5°C. Ketahanan hidup

hama tersebut akan turun apabila hidup pada lingkungan di luar kisaran suhu

tersebut dan kematian terbanyak terjadi pada larva instar awal. Hal serupa

terjadi juga pada hama pascapanen Rhyzopertha, Oryzaephilus dan Cryptolestes.

Peranan temperatur juga mempengaruhi perkembangan hidup hama

pascapanen, apalagi pada perlakuan fumigasi. Dilaporkan hama pascapanen

yang hidup pada temperatur tinggi akan lebih peka terhadap perlakuan

fumigasi.

Kadar air pada biji berhubungan dengan ketahanan hidup hama

pascapanen. Apabila kadar air tinggi akan membuat kondisi lingkungan sesuai

untuk perkembangan hama pascapanen, sehingga ketahanan hidupnya pun

meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar

air pada biji rendah. Implikasinya, kalaupun pengendalian hama tidak bisa

dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), perlakuan pengeringan dan

pemanasan juga dapat dilakukan untuk pengendalian.

2.3.2 Faktor Makanan

Page 18: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen

tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Dalam kondisi normal,

gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga

adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar

serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan

terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan.

Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan hama

pascapanen akan mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya

makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan akan

menyebabkan hama tidak menyukai bahan simpan/makanan tersebut atau akan

dapat menekan populasi hama tersebut. Ketidakcocokan makanan dapat timbul

karena:

1. Kurangnya kandungan unsur yang diperlukannya;

2. Rendahnya kadar air dalam kandungan makanan;

3. Permukaan material (bahan pangan) terlalu keras;

4. Bentuk material (bahan pangannya).

Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur.

Lepidoptera biasanya mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan

memproduksi telur dalam jumlah banyak hanya pada hari-hari pertama

menjadi imago. Imago Coleoptera biasanya hidup lebih lama dan memproduksi

telur sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata. Dengan demikian,

imago Coleoptera berumur panjang dan membutuhkan nutrisi sepanjang

hidupnya.

Peningkatan suhu dan kadar air dari bahan simpan akan meningkatkan

produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup

tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama. Seperti

Page 19: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

yang terjadi pada Tribolium, ketahanan hidup dan produksi telur yang

dihasilkan pada tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 270

C dan

kadar air 16%. Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila

menemukan sumber air, demikian pula kumbang Dermestes, Callosobruchus

juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi.

III PEMBAHASAN

Setelah mempelajari ekologi hama pascapanen, dapat mempermudah

tindakan yang harus dilakukan untuk mengendalikan distribusi dan

kelimpahan hama pascapanen di penyimpanan/gudang. Tindakan pengendalian

dengan memanipulasi ekologi hama pascapanen yang biasa digunakan antara

lain:

a. Sortasi, yaitu memilih dan memisahkan produk yang akan disimpan dalam

gudang, mana yang terserang hama dan mana pula yang keadaan atau

kualitasnya benar-benar baik;

b. Pengolahan, dimana produk-produk yang telah terserang hama pascapanen

dipisahkan, terutama jika kadar air masih tinggi, dilakukan pengeringan

yang dapat dilakukan dengan cara penjemuran;

Page 20: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

c. Penataan, yang dimaksud disini ialah penempatan produk di dalam gudang

secara teratur dalam keadaan ruangannya yang bersih (Pamuji

Setyolaksono).

3.1 Pencegahan dan Pengendalian Hama Gudang Secara Umum

Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan

dengan dua cara yakni secara alami dan kimiawi. Secara umum pencegahan

dan pengendalian hama gudang antara lain:

3.1.1 Menjaga kebersihan gudang

Hama gudang menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan karena

ukurannya yang kecil, secara sekilas sering tidak terlihat. Oleh karena itu

pengusaha atau produsen beras hendaknya senantiasa menjaga kebersihan

gudang mulai dari sejak di gudang penggilingan hingga gudang penyimpanan.

Untuk menjaga kebersihan gudang dapat dilakukan hal beriku:

- Memasang lantai keramik.

- Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel.

- Pintu gudang harus selalu tertutup.

- Petugas gudang harus melepas alas kaki saat masuk.

3.1.2 Kemasan kedap udara

Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk

aktivitas pernafasan. Oleh karena itu salah satu yang dapat dilakukan adalah

dengan mendesain kemasan beras yang kedap udara.

3.1.3 Menurunkan tingkat kadar air

Page 21: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air

meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan

hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen

menurun bila kadar air biji rendah.

3.1.4 Meningkatkan derajat sosoh

Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam

bekatul atau tepung karena banyak mengandung lemak, protein dan vitamin.

3.1.5 Mencegah kutu datang

Pencegahan kutu datang juga dapat dilakukan dengan cara

menggantungkan kantong-kantong berisi cabe merah kering atau daun jeruk

purut.

Tindakan pengendalian yang umum dilakukan untuk mengurangi serangan

hama gudang misalnya:

1) Kebersihan dan pengelolaan gudang.

Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan

hibernasi pada saat gudang kosong. Oleh karena itu, pengendalian hama di

dalam gudang difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah aspek

penting dalam strategi pengendalian terpadu, yang bertujuan untuk

mengeliminasi populasi serangga yang dapat terbawa pada penyimpanan

berikutnya. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur

gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari

gudang. Karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua

struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak di mana

serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida pada dinding

maupun plafon gudang. Semua kegiatan ini harus diselesaikan dua minggu

Page 22: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

sebelum penyimpanan beras. Persiapan beras yang disimpan. Parameter

penting yang dapat mempengaruhi kualitas biji, adalah kadar air biji beras.

Kadar air biji <12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Pada

kadar air 8%, kumbang bubuk tidak dapat merusak biji (Bergvinson 2002).

Populasi kumbang bubuk meningkat pada kadar air biji 15% atau lebih.

2) Pengendalian secara fisik dan mekanis.

Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan

populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 35

0C,

perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat

perkembangan kumbang bubuk (Paul and Muir 1995). Sortasi dengan

memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh)

termasuk cara untuk menekan perkembangan serangga. Bahan nabati yang

digunakan untuk melindungi biji dipenyimpanan bervariasi, bergantung pada

daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode

penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp.,

Hyptis spricigera, Lantana camara (Bergvinson 2002), daun Ageratum conyzoides,

dan Chromolaena odorata (Bouda et al. 2001), akar Khaya senegelensis, Acorus

calamus, bunga Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji Annona sp. dan

Melia sp. (Bergvinson 2002).

3) Pengendalian hayati

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dimaksudkan untuk

menurunkan atau menekan populasi hama. Penggunaan agensi patogen dapat

mengendalikan kumbang bubuk. Aplikasi Beauveria bassiana pada konsentrasi

109 konidia/ml dengan takaran 20ml/kg biji dapat membunuh 50% kumbang

bubuk (Hidalgo et al.1998). Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae

(Howard) juga mampu menekan perkembangan kumbang bubuk (Brower et

al.1995; Haines 1991).

4) Fumigasi.

Page 23: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Fumigan merupakan senyawa kimia, yang dalam suhu dan tekanan tertentu

berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan.

Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas, kemudian ditutup rapat

dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan

sistem kedap udara, seperti penyimpanan dalam silo dengan menggunakan

kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen

plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen

dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang

paling banyak digunakan adalah phospine (PH3) dan methyl bromida (CH3Br)

(Anonim 2000, Subramanyam and Hagstrum 1995). Rhyzoperta dominica

(Fabricius), Bostrichidae, Coleoptera Bioekologi R. dominica (Fab) merupakan

hama utama biji jagung, sorgum, jewawut, beras, dan gaplek. Ukuran

tubuhnya kecil, disebut lesser grain borer, menginfeksi biji dengan bau khas

yang tajam. Bau ini diproduksi oleh serangga betina sebagai Hama Sekunder

dan Primer.

Upaya untuk mengurangi resiko kerusakan akibat serangan spesies C

cephalonica dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen penyimpanan.

Sistem penyimpanan sifatnya buatan sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan.

Pengendalian serangan C cephalonica melalui sistem penyimpanan dapat

dilakukan dengan memperbaiki struktur bangunan tempat penyimpanan,

penerapan sistem First In First Out dan mengendalikan kondisi bahan pakan

yang disimpan. Kadar air bahan pakan berkorelasi yang erat dengan

kelembapan relative. Kandungan air bahan pakan yang disimpan diupayakan

serendah mungkin. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan dengan

penjemuran ataupun dengan meniupkan udara panas terhadap bahan pakan.

Batas kadar air yang dinilai aman untuk penyimpanan adalah 13 - 14% dan

kelembaban kurang dari 70%. Pengendalian C cephalonica dapat dilakukan

dengan zat kimia. Penggunaan zat kimia harus dilakukan secara hati-hati agar

Page 24: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

tidak mencemari bahan pakan. Fumigan dan insektisida merupakan zat kimia

yang dapat digunakan dalam pengendalian hama gudang yang telah menyerang

bahan pakan. Fumigan merupakan senyawa kimia yang pada suhu dan tekanan

tertentu terdapat dalam bentuk gas. Fumigan membunuh C. cephalonica

melalui sistem pernafasan. Tindakan membunuh serangga hama gudang dengan

fumigant disebut fumigasi. Fumigasi bersifat kuratif, membunuh hama yang

ada dalam gudang, tidak dapat mencegah hama yang akan masuk kemudian.

Dosis penggunaan fumigant tergantung pada suhu komuditas yang akan

difumigasi, waktu minimal yang dibutuhkan agar fumigasi efektif bekerja,

jumlah fumigas yang hilang akibat kebocoran, keseragaman distribusi gas,

kedalaman penetrasai gas, jenis serangga hama dan fase kehidupan.

Penyemprotan insektisida merupakan tindakan yang biasa dilakukan pada

kemasan yang telah difumigasi dan akan meninggalkan residu yang dapat

membunuh C.cephalonica yang menyerang bahan pakan kembali.

Pengendalian Doloessa viridis (Zell) yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

Beras yang akan disimpan dijemur sampai kering.

Tempat penyimpanan harus bersih.

Tempat penyimpanan beras (gudang) didesinfeksi terlebih dahulu

dengan karbon disulfide yang berbentuk cairan. Dosis yang

digunakan 30-50 cc per meter kubik karbon disulfide selama 24

jam (Pracaya, 2007).

Musuh-musuh alami dari hama Doloessa viridis ini biasanya berupa

parasit dan predator, serupa dengan parasit dan predator yang menyerang

hama (telur dan larvanya) dari spesies Corcyra cephalonica, yaitu parasit

Trichogramma sp. dan predatornya adalah semut pemangsa telur D. viridis ini.

Adapun upaya-upaya pengendalian dari hama D. viridis adalah:

Page 25: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

a. Penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar

matahari, sebaiknya dilakukan beberapa kali sehingga kontak

sinar matahari dengan tubuh hama yang masih hidup dapat

berlangsung sempurna. Kontak yang sempurna dapat mematikan

langsung hama tersebut.

b. Pengaturan penyimpanan bahan dengan baik, teratur, pada

tempat yang kering dan terawat dengan baik (steril).

c. Penggunaan alat-alat sederhana juga bisa digunakan untu

mengatasi dan mengurangi serangan serangga hama gudang

seperti hal berikut:

Perangkap Kertas (Card Trap)

Alat ini berupa lembaran kertas karton dengan

permukaan bergelombang berukuran 5 cm x 15 cm, dan di

letakkan di antara tumpukan karung beras di penyimpan.

Metoda ini sesuai untuk menangkap kumbang Tribolium, larva

ngengat Corcyra cephalonica dan Ephestia.

Perangkap Berperekat (Sticky Trap)

Pernagkap berperekat ini berupa lem berupa kertas

karton atau plastik yang di lapis lem perekat serangga. Sesuai

untuk menangkap berbagai serangga terbang seperti ngengat

gudang Sitrotoga sp, kumbang moncong Sitophillus sp. dan

berbagai parasitoid dalam gudang.

Perangkap lampu (Light Trap)

Page 26: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

Perangkap lampu ini berupa unit lampu perangkap yang

dilengkapi dengan alat pembunuh serangga. Perangkap ini

mampu menarik berbagai jenis serangga (nocturnal) yang

tertarik pada cahaya lampu.

Umpan (Food Trap)

Umpan ini berupa kantong kecil berbahan kain kasa nilon

yang diisi umpan berupa biji-bijian untuk menarik kedatangan

serangga. Kantong tersebut diletakkan didalam dan di luar

gudang.

Penyedot (Suction Trap)

Penyedot ini berupa mesin penghisap untuk menyedot

berbagai jenis serangga di lantai, celah-celah kecil, di bawah valet,

dan karung kemasan.

Feromon (Pheromone Trap)

Feromon merupakan senyawa kimia yang dihasilkann

olehn serangga untuk berkomunikasi dengan individu lain dalam

satu spesies. Feromon biasanya bersifat spesifik spesies dan pada

seranggga dikenal 2 macam feromon, yaitu agregat feromon dan

sex feromon. Sex feromon lebih popular dan telah digunakan

secara luas untuk pengendalian. Misalnya eugenol yang

dihasilkan oleh serangga betina (siap kawin) untuk memanggil

serangga jantan. Contoh serangga T. castaneum dan T. confusum,

keduanya tertarik pada attraktan 4.8- dimethyldecanal yang

dihasilkan oleh serangga jantan (Suzuki 1980, 1981).

Page 27: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Serangga hama yang menyerang beras dalam penyimpanan adalah

Sitophillus oryzae, Tribolium confusum, T. casteneum, Corcyra chepalonica,

Doloesa dan S. zeamais.

2. Pengendalian terhadap serangga hama di atas banyak cara, di antaranya

pengendalian dengan sanitasi, pengendalian mekanis dengan alat-alat

sederhana, pengendalian secara kimiawi dan pengendalian secara hayati, serta

pengendalian dengan bahan nabati.

4.2 Saran

Disarankan agar bahan-bahan pertanian yang disimpan terhindar dari

serangan serangga hama gudang, hendaknya material yang disimpan harus

memiliki kualitas persyaratan untuk standar produk penyimpanan.

Page 28: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

DAFTAR PUSTAKA

Anggara AW & Sudarmaji. 2009. Hama Pasca Panen Padi dan Pengendaliannya. Balai

Besar Penelitian Tanaman Padi. BKPPP. 2012. Data Kandungan Gizi Bahan

Pangan dan Hasil Olahannya.

Brower, J. 2003. Stored Product Management. Oklahoma Cooperative

Extension Service Division of Agricultural Sciences and Natural

Resources Oklahoma State University. www.okstate.edu/ag/aged

cm4h/pearl/ e912/ch13/ch13f29

DEPKES. 1996. Pedoman penerapan cara pembuatan makanan yang baik.

BPOM.

DepKes Rl.

Haines, C.P. 1991. Insect and Arachinids of Tropical Stored Product Their Biology

and Identification. Natural Resource Institute, Central Avenue, Chatam

Maritime, Kent Mey 4 TB, United Kingdom

Hinton, H. E.A A. S. Corbet. 1972. Common insects pests of stored products (A

guide to their identification). Trustees of The British Museum (Natural

History). London. IIK.

Hagstrum, D,W., W. F. PauI, Ei W. H. Ralph. 1996. Ecology. Dalam

Subramanyam, B. et aI (ed.). Management of Insects in Stored product.

New York - Basel-Hongkong.

Jems Ilato1, M. F. Dien dan C. S. Rante. Jenis dan Populasi dan Populasi

Serangga

Hama pada Beras di Gudang Tradisional dan Modern di Propinsi

Gorontalo

Kalshoven, L.G.E. dan Van Der Laan. 1981. Pest of Crops in Indonesia.

Jakarta. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Kamble S.T, D.L. Keith et l.A. Kalisch. Insects pests of stored food in

kitchen and pantry. Httfi ://ianrpubs.unl. edu./insectsigl 1 j0.him.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta.

Jakarta. ISBN: 979-518-205-6. 146 Hal.

Page 29: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan

MaIIis, A. 1990. Handbook of pest control 4th Ed.. Cle'eland, Ohio. USA.

Mound, L. (Editor). (1989). Common insect pests of stored food products.

Economic Series No. 15. (7th Edn). pp. 68. British Museum (Natural

History). London, UK.

Mueller, D. K. 1995. Stored Products Protection. A periode of transition.

Indianapolis. Indiana . USA .

Munro, l. W. 1966. Pests of stored products. Hutchinson of London. The

Rentokil Library.

Pederson, R., R. Higgins, & F.R. Henderson. 1996. Stored products

pest control. Pesticide Application Training. www. Oznet lesn edu/

Iibrary/entmlg/516p.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rees, D. P. 1996. Coleoptera. Dalam Subramanyam, B. et al (ed.).

Management of insects in stored product. New york - Basel-Hongkong.

Sedlacek, l. D., P. A. Weston €t R. J. Bamey.1996. Lepidoptera and Psocoptera.

Dalam Subramanyam, B. et al (ed.). Management of insects

in stored Product. New York - Basel-Hongkong.

Subramanyam, B. A W. H. Daoids. 1996. Sampling. Dalam Subramanyam, B.

et aI

(ed.). Management of insects in stored product. New York - Basel-

Hongkong.

Suzuki, T. 1980. 4Ð8-dimethyldecanal: the aggregation pheromone of the ßour

beetles Tribolium castaneum and Tribolium confusum (Coleoptera:

Tenebrionidae). Agric. Biol. Chem. Tokio 44: 2519Ð2520.

Suzuki, T. 1981. IdentiÞcation of the aggregation pheromone of ßour beetles

Triboliumcastaneumand Tribolium confusum (Coleoptera:

Tenebrionidae). Agric. Biol. Chem. Tokio 45: 1357Ð1364.

Talbot, M. €j P. Koehler. Pest management strategies for storing grains in

FIorida. Http: // e di s.ifa s.ufl. e du/BODY AF. 138.

Zewar, M.M. (1993). The use of high temperatures for disinfesting wheat from

Sitophilus granarius L., and cowpea Callosobruchus maculatus (F.).

Egyptian Journal of Agricultural Research. 71: 3, 671-678.

Page 30: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan
Page 31: KAJIAN BIOEKOLOGI HAMA-HAMA PENTING BERAS DAN …erepo.unud.ac.id/id/eprint/3832/1/e0a1242a920afc9d7679d243ad8bdd5c.pdfPenulisan makalah ini berdasarkan kajian pustaka, referensi dan