k a t a - pompom.go.id/ppid/2015/rpusat/renstra_deputi_iii.pdfstruktur organisasi badan pom secara...

113

Upload: others

Post on 17-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Page 2: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

i

ebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta mendukung Agenda Prioritas

Pembangunan (Nawa Cita) dan pencapaian program-program prioritas Badan

Pengawas Obat dan Makanan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana Strategis

(Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan,

indikator, target, sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasi kedeputian

untuk periode 2015-2019.

Rencana strategis Deputi III tahun 2015-2019 merupakan panduan dalam perencanaan

dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Deputi III untuk 5 (lima) tahun ke depan dan

menjadi acuan kerja bagi unit-unit kerja di lingkungan Deputi III sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing. Renstra ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja

di lingkungan Deputi III sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan

diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa

berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

berkonstribusi dalam penyusunan Renstra Deputi III tahun 2015-2019.

Jakarta, 3 Juni 2015 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan

Pangan dan Bahan Berbahaya

Drs. Suratmono, MP.

S

K a t a Pengantar

Page 3: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Page 4: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Page 5: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Page 6: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan
Page 7: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

1

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAMPIRAN KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA NOMOR HK.04.05.04.15.1780 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA TAHUN 2015-2019

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran kondisi umum dipaparkan mencakup peranan Deputi Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya (Deputi III), Sumber Daya Manusia

(SDM) dan hasil pencapaian program dan kegiatan pada periode tahun 2010 – 2014.

Sedangkan potensi dan permasalahan diungkapkan berdasarkan faktor lingkungan

internal sebagai kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal sebagai peluang dan

tantangan. Kondisi umum, serta potensi dan permasalahan tersebut akan menjadi input

dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pada periode pembangunan selanjutnya

yaitu tahun 2015 – 2019.

1.1 KONDISI UMUM

Dalam rangka mendukung implementasi RPJMN 2015-2019 yang merupakan

tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025 yang merupakan amanat Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan

mendukung Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) pada butir 5: Meningkatkan

kualitas hidup manusia Indonesia, utamnya di sektor kesehatan; butir 6: Meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; serta butir 7: Mewujudkan

kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestic,

serta mendukung pencapaian program-program prioritas Badan Pengawas Obat dan

Page 8: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

2

Makanan (BPOM), maka Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya (Deputi III) sesuai kewenangan, tugas dan fungsinya menyusun Rencana

Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan

kegiatan kedeputian untuk periode tahun 2015-2019.

Proses penyusunan Renstra Deputi III tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan

amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian

kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra

Deputi III. Renstra Deputi III ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja Badan POM

khususnya di Deputi III sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

1.1.1 Peran Deputi III Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan pada Bab VII Pasal

231, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya merupakan

unsur pimpinan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

BPOM dan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan

keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi :

a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang

pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

b. penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

c. perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

bidang penilaian keamanan pangan;

Page 9: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

3

d. perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

bidang standardisasi produk pangan;

e. perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

bidang inspeksi dan sertifikasi pangan;

f. perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan;

g. perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria dan prosedur,

pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya;

h. pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

i. koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

keamanan pangan dan bahan berbahaya;

j. evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan

berbahaya;

k. pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang tugasnya.

1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya merupakan

salah satu eselon I di Badan POM yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM.

Struktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 10: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

4

Gambar 1. Struktur Organisasi BPOM RI

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan Pasal 233, Deputi

Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya terdiri dari:

a. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan;

b. Direktorat Standardisasi Produk Pangan;

c. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan;

d. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan;

e. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya;

Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan

Inspektorat

1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Hubungan

Masyarakat 4. Biro Umum

Sekretariat Utama

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional

Pusat Riset Obat dan Makanan

Pusat Informasi Obat dan Makanan

Deputi I Bidang Pengawasan Produk

Terapetik dan Napza

Deputi II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen

Deputi III Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Beahaya

Balai Besar/Balai POM

Page 11: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

5

f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara rinci, struktur organisasi Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan

Bahan Berbahaya

Jumlah SDM yang dimiliki Deputi III untuk melaksanakan tugas dan fungsi

pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya sampai tahun 2014 adalah 184

orang, yang tersebar di lima direktorat sebagai berikut :

a. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, sejumlah 52 orang;

b. Direktorat Standardisasi Produk Pangan, sejumlah 30 orang;

c. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, sejumlah 47 orang;

d. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, sejumlah 32 orang;

Page 12: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

6

e. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya, sejumlah 23 orang;

Adapun profil pegawai Deputi III berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014

dapat dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini:

No Unit Kerja S2

Ap

ote

ke

r

S1

Pa

ng

an

S1

Giz

i

S1

la

inn

ya

No

n s

arj

an

a

Jum

lah

1 Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

12 18 8 6 4 4 52

2 Direktorat Standardisasi Produk Pangan

8 10 8 - - 4 30

3 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

6 21 8 2 2 8 47

4 Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

12 3 11 1 3 2 32

5 Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

7 8 - -

3 5 23

TOTAL 45 60 35 9 12 23 184

Tabel 1. Profil pegawai Deputi III berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar 33% pegawai di kedeputian III

memiliki latar belakang pendidikan apoteker, 24% sarjana strata 2, 19% sarjana bidang

pangan/teknologi pangan dan 4,89% sarjana bidang gizi. Selain itu terdapat 6,5% sarjana

lainnya dan 13% non sarjana. Komposisi sarjana strata 2 atau apoteker terbanyak

terdapat pada Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya sebesar 65%, dan

komposisi non sarjana terbanyak terdapat pada Direktorat Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya sebesar 22%.

Page 13: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

7

Selain pendidikan formal, Deputi III memerlukan kompetensi khusus terkait tugas

dan fungsinya, antara lain inspektur pangan, evaluator pangan, tenaga penyuluh

keamanan pangan, district food inspector. Profil kompetensi dapat dilihat pada Tabel 2.

No Unit Kerja

Inspektur Pangan

Ev

alu

ato

r

Pe

ny

ulu

h

Ke

am

an

an

P

an

ga

n

Dis

tric

t F

oo

d

Insp

ect

or

(DF

I)

Dasar Muda Madya

1 Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

- - 1 34 - -

2 Direktorat Standardisasi Produk Pangan

- - 1 - - -

3 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

11 6 25 - 1 1

4 Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

- 3 - - 27 20

5 Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

- - 2 - - -

TOTAL 11 9 29 34 28 21

Catatan : seorang pegawai dapat memiliki kompetensi lebih dari satu

Tabel 2. Profil pegawai Deputi III berdasarkan kompetensi tahun 2014

Kelompok jabatan fungsional di Deputi III berupa jabatan fungsional tertentu yang

disebut sebagai Pengawas Farmasi dan Makanan, Pranata Komputer, Arsiparis,

Pengadministrasi Umum dan Verifikator Keuangan. Profil kompetensi dapat dilihat pada

Tabel 3.

Page 14: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

8

No Unit Kerja P

FM

Mu

da

PF

M P

ert

am

a

PF

M T

era

mp

il

Pe

lak

san

a l

an

juta

n

PF

M T

era

mp

il

Pe

lak

san

a

PF

M T

era

mp

il

Pe

ny

eli

a

Pra

na

ta K

om

pu

ter

pe

rta

ma

Pra

na

ta K

om

pu

ter

Te

ram

pil

Pra

na

ta K

om

pu

ter

Ah

li

Ars

ipp

ari

s

Pe

ng

ad

min

istr

asi

u

mu

m

Pe

ng

ad

min

istr

asi

k

eu

an

ga

n

Ve

rifi

ka

tor

ke

ua

ng

an

1 Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

10 22 1 2 2 1 3

2 Direktorat Standardisasi Produk Pangan

1 12 1 2 1 1 1

3 Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

16 9 2 2 2 2 3 1

4

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

2 27 1 2

5

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

1 6 1 4

TOTAL 30 76 2 5 2 2 5 1 2 13 1 2

Tabel 3. Profil pegawai Deputi III berdasarkan jabatan fungsional tahun 2014

Berdasarkan Analisis Beban Kerja (ABK) Tahun 2014, Deputi III membutuhkan tambahan

sumber daya manusia sebanyak 182 orang agar tiap Direktorat di kedeputian III dapat

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Data kebutuhan pegawai berdasarkan

ABK tiap Direktorat di kedeputian III dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 15: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

9

No Jabatan

Pegawai yang dibutuhkan

Pegawai yang Ada Kekurangan Pegawai

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

1 PFM Ahli Madya 2 - - - - 1 - - - - 1 - - - -

2 PFM Ahli Muda 23 28 9 35 3 3 15 0 2 1 20 13 9 33 2

3 PFM Ahli Pertama 27 35 17 35 14 27 19 14 15 7 0 16 3 20 7

4 PFM Terampil Penyelia 6 2 - - 1 0 1 - - 0 6 1 - - 1

5 PFM Terampil Pelaksana 7 - - - 2 1 - - - 1 6 - - - 1

6 Bendahara - - - 1 1 - - 0 1 - - - 1 0

7 Analis Barang dan Jasa / Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa Muda

4 - - - - 0 - - - - 4 - - - -

8 Analis Pengelola Barang Milik Negara (BMN)/Pengelola BMN

1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1

9 Analis Data dan Informasi / Pranata Komputer Ahli Pertama

4 4 - 2 1 2 2 - 1 1 2 2 - 1 0

10 Pranata Komputer Terampil

- - 1 - - - - 1 - - - - 0 - -

11 Pengadministrasi Anggaran

2 2 - - - 1 1 - - - 1 1 - - -

12 Penata Bahan Evaluasi dan Monitoring Kegiatan 3 1 - - - 1 0 - - - 2 1 - - -

13 Verifikator Keuangan 1 1 1 - 1 1 0 - - 0 0 1 - -

14 Pengadministrasi Umum 2 3 4 3 3 0 3 0 2 3 2 0 4 1 0

15 Analis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

1 1 - - - 0 0 - - - 1 1 - - -

Page 16: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

10

No Jabatan

Pegawai yang dibutuhkan

Pegawai yang Ada Kekurangan Pegawai

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

Dit.

Pen

ilaia

n K

eam

anan

Pan

gan

Dit.

Insp

eksi

dan

Ser

tifik

asi P

anga

n

Dit.

Sta

ndar

disa

si P

rodu

k P

anga

n

Dit

. Su

rvei

lan

& P

eny

ulu

han

Kea

man

an P

anga

n

Dir

ekto

rat

Pen

gaw

asan

Pro

du

k &

Bah

an B

erb

ahay

a

16 Pengadministrasi Keuangan

2 1 3 2 - 0 0 1 0 - 2 1 2 2 -

17 Arsiparis Terampil 3 3 1 - - 0 1 0 - - 3 2 1 - -

TOTAL 88 82 37 79 26 37 43 16 20 14 51 39 21 59 12

Tabel 4. Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Analisis Beban Kerja Tahun 2014

1.1.3 Capaian Kinerja Deputi III periode tahun 2010-2014

Arah kebijakan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya periode tahun 2010-2014 dilakukan melalui 5 (lima) strategi, yaitu:

Strategi Pertama

Peningkatan intensitas pengawasan pre-market pangan, untuk menjamin

keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk, diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Penapisan penilaian pangan olahan sebelum beredar sebagai antisipasi

globalisasi, termasuk ACFTA.

b. Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran pangan melalui online

registration.

Page 17: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

11

c. Pengawasan pengembangan teknologi pangan (PPRG, iradiasi), untuk

perlindungan konsumen dan ketersediaan pangan.

d. Peningkatan pemenuhan Good Manufacturing Practices (GMP) industri

pangan dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing.

Strategi kedua :

Peningkatan pengawasan post-market pangan, diselenggarakan melalui fokus

prioritas :

a. Pemantapan sampling dan pengujian pangan, berdasarkan risk based

approaches.

b. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal.

c. Perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS), melalui

operasionalisasi Mobil Laboratorium.

d. Pengawasan sarana post-market sesuai dengan GMP dan Good Retail Practices

(GRP)

e. Pengawasan pangan yang tercemar bahan berbahaya

f. Pengawasan pangan fortifikasi

Strategi ketiga:

Pemantapan regulasi dan standar di bidang pengawasan pangan, diselenggarakan

melalui fokus prioritas :

a. Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis di

bidang pengawasan pangan.

b. Peningkatan penerapan standar pangan termasuk kemasan pangan yang

terharmonisasi.

Page 18: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

12

Strategi keempat :

Perkuatan Institusi, diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Implementasi Reformasi Birokrasi Badan POM termasuk peningkatan

pelayanan publik.

b. Perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan komunikasi

(TIK) termasuk strategi media komunikasi

c. Perkuatan human capital management Badan POM.

d. Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan

strategis.

e. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom

Up Planning dan Quality System Evaluation

f. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan pangan

Strategi kelima :

Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pembagian Peran Badan

POM dengan Lintas Sektor terkait, yang diselenggarakan melalui fokus prioritas :

a. Pemantapan koordinasi pengawasan pangan

b. Pemantapan Sistem Kerjasama Operasional Pengawasan pangan

c. Peningkatan operasi terpadu pengawasan pangan pangan

d. Perkuatan jejaring komunikasi

e. Pemberdayaan masyarakat melalui KIE

Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka sasaran strategis yang dicapai

dalam Renstra BPOM tahun 2010-2014 sebagaimana diuraikan pada Tabel 4.

Page 19: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

13

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PROGRAM

2010 2011 2012 2013 2014 Memperkuat Sistem Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan

Tersusunnya standar makanan yang mampu menjamin pangan aman, bermanfaat dan bemutu

Jumlah Standar yang Dihasilkan dalam rangka Antisipasi Perkembangan Isu Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

10 standar

10 standar

10 standar

10 standar

10 standar

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Jumlah Standar yang Dihasilkan dalam rangka Mendukung Program Rencana Aksi Peningkatan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

- - 4 standar

4 standar

4 standar

Persentase UMKM yang meningkat daya saingnya berdasarkan hasil grading (dihitung dari 1800 UMKM)

- - - 50% 60%

Meningkatnya perlindungan masyarakat dari makanan yang beresiko terhadap kesehatan

Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi makanan

Persentase sarana produksi pangan MD yang memenuhi standar GMP yang terkini (dihitung dari 1000 sarana yang diperiksa)

45 55 60 65 70 Program Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase sarana penjualanan pangan yang memenuhi standar GRP/GDP

5 15 35 45 55

Page 20: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

14

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PROGRAM

2010 2011 2012 2013 2014 (dihitung dari 6000 sarana yang diperiksa) Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan produk pangan (dihitung dari 1000 temuan ketidaksesuaian)

- - 80 85 90

Jumlah sekolah yang disampling PJAS

- - 750 975 1268

Persentase sarana UMKM yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 1800 sarana yang diperiksa)

- - - 50% 55%

Meningkatnya perlindungan masyarakat dari produk pangan yang berisiko terhadap kesehatan

Meningkatnya jumlah produk pangan yang memiliki Izin Edar.

Persentase keputusan penilaian pangan yang diselesaikan tepat waktu

90% 90% 90% 90% 90%

Persentase keputusan penilaian pangan industri UMKM yang diselesaikan tepat waktu

- - - 90% 90%

Meningkatnya Perlindungan Masyarakat dari Produk Pangan yang Berisiko

Meningkatnya pemberdayaan Pemda Kabupaten/Kota melalui advokasi keamanan pangan, serta

Persentase Kabupaten/Kota yang menerbitkan P-IRT sesuai ketentuan yang berlaku

- - - 5 10

Jumlah profil resiko

- - - 2 2

Page 21: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

15

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PROGRAM

2010 2011 2012 2013 2014 terhadap Kesehatan

menguatnya rapid alert system keamanan pangan

keamanan pangan yang dikategorikan sebagai early warning untuk merespon permasalahan keamanan pangan Persentase Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang memenuhi persyaratan keamanan pangan

- - 70 80 90

Jumlah e-Learning tenaga PKP dan DFI di Indonesia

- - - 2 2

Meningkatnya efektivitas pengawasan obat dan pangan dalam rangka melindungi masyarakat

Menurunnya pangan yang mengandung bahan berbahaya

Persentase pangan yang mengandung cemaran bahan berbahaya/dilarang*)

25 20 17 - -

Persentase temuan kemasan pangan yang melepaskan migran berbahaya yang melampaui ketentuan ke dalam pangan **)

25 20 17 - -

Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang

- - - 40 48

Page 22: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

16

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA PROGRAM

2010 2011 2012 2013 2014 untuk pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan Persentase kemasan pangan dari pangan terdaftar, yang tidak memenuhi syarat

- - - 15 14

Jumlah advokasi lintas sektor yang dilakukan terkait bahan berbahaya yang disalahgunakan pada PJAS (provinsi)

- - 15 15 10

Jumlah Pasar yang di intervensi menjadi pasar bebas bahan berbahaya (kumulatif)

- - - 62 77

Keterangan:

*) = Indikator sesuai dokumen renstra sebelum revisi dan sudah tidak berlaku

**) = Indikator sesuai dokumen trilateral meeting/ RKP 2012 dan sudah tidak berlaku

Tabel 5. Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Berbahaya Tahun 2010-2014

Page 23: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

17

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Deputi III

tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja pada Tabel 6.

Page 24: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

18

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Tabel 6. Capaian kinerja Deputi III periode 2010-2014.

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014

T R % C T R % C T R % C T R % C T R % C

Tersusunnya standar pangan yang mampu menjamin pangan aman, bermanfaat dan bemutu

Jumlah Standar yang Dihasilkan dalam rangka Antisipasi Perkembangan Isu Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

10 11 110% 10 14 140% 10 12 120% 10 10 100% 10 10 100%

Jumlah Standar yang Dihasilkan dalam rangka Mendukung Program Rencana Aksi Peningkatan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

4 4 100% 4 4 100% 4 1 25%

Persentase UMKM yang meningkat daya saingnya berdasarkan hasil grading (dihitung dari 1800 UMKM)

50% 33,89% 67,78% 60% 43,67% 72,78%

Page 25: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

19

Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi pangan

Persentase sarana produksi pangan MD yang memenuhi standar GMP yang terkini (dihitung dari 1.000 sarana yang diperiksa)

45% 44% 97,78% 55% 51,60% 93,82% 60% 54,44% 90,74% 60% 75% 125% 65% 61,19% 94,13%

Persentase sarana penjualan pangan yang memenuhi standar GRP/ GDP (dihitung dari 6.000 sarana yang diperiksa)

5% 0 0 15% 67,77% 451,80% 35% 68,27% 195,06% 45% 66,06% 132,12% 55% 64,88% 117,97%

Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan produk pangan (dihitung dari 1.000 temuan ketidaksesuaian)

80% 67,50% 84,37% 85% 110% 129,29% 90% 100,51% 111,68%

Jumlah sekolah yang disampling PJAS

750 990 132,00% 975 1.601 164,21% 1.268 1.448 114,20%

Page 26: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

20

Persentase sarana UMKM yang memenuhi ketentuan (dihitung dari 1800 sarana yang diperiksa)

50% 72,03% 144,07% 55% 69,03% 125,52%

Meningkatnya jumlah produk pangan yang memiliki Izin Edar.

Persentase keputusan penilaian pangan yang diselesaikan tepat waktu

90% 89,74% 99,71% 90% 84,45% 93,83% 90% 87% 96,67% 90% 92,93% 103,25% 90% 73,77% 81,97%

Persentase keputusan penilaian pangan industri UMKM yang diselesaikan tepat waktu

90% 92,30% 102,56% 90% 58,96 65,51%

Meningkatnya kualitas tindaklanjut informasi jejaring regional dan internasional dalam post market alert/rapid alert Pangan

Persentase penyelesaian tindak lanjut informasi jejaring nasional, regional dan internasional terkait dan persentase respon terhadap permasalahan keamanan pangan

50% 50% 100% 70% 70,40% 100,57%

Page 27: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

21

Meningkatnya pemberdayaan Pemda Kabupaten/Kota melalui advokasi keamanan pangan, serta menguatnya rapid alert system keamanan pangan

Persentase Kabupaten/Kota yang menerbitkan P-IRT sesuai ketentuan yang berlaku

5% 5% 100% 12 10 83%

Jumlah profil resiko keamanan pangan yang dikategorikan sebagai early warning untuk merespon permasalahan keamanan pangan

2

paket 2 paket 100%

2 paket

2 paket 100%

Persentase Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang memenuhi persyaratan keamanan pangan

70 76 108,57% 80% 80,79% 100% 90 76,18 84,64%

Jumlah e-Learning tenaga PKP dan DFI di Indonesia

2

paket 2 paket 100%

2 paket

2 paket 100%

Menurunnya pangan yang mengandung bahan berbahaya

Persentase pangan yang mengandung cemaran bahan berbahaya/ dilarang*)

25 20 17

Page 28: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

22

Persentase temuan kemasan pangan yang melepaskan migran berbahaya yang melampaui ketentuan ke dalam pangan **)

25 20 17

Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang untuk pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan

40% 41% 103,66% 48

Persentase kemasan pangan dari pangan terdaftar, yang tidak memenuhi syarat

15% 14% 101,04% 14

Jumlah advokasi lintas sektor yang dilakukan terkait bahan berbahaya yang disalahgunakan pada PJAS (provinsi)

15 15% 13% 86,67% 10

Page 29: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

23

Jumlah Pasar yang di intervensi menjadi pasar bebas bahan berbahaya (kumulatif)

62% 62% 100% 77

Keterangan : T = target, R = realisasi, % C = prosentase capaian

Page 30: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

21

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kegiatan yang capaian

melebihi target indikator yang ditetapkan, namun masih ada beberapa kegiatan yang

capaiannya belum memenuhi target yang ditetapkan.

Pencapaian indikator kinerja utama Deputi III yaitu pangan yang memenuhi syarat

selama periode tahun 2010-2014 ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Profil Pangan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa persentase pangan yang memenuhi syarat dari tahun

ke tahun cenderung mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010, meskipun pada

tahun 2013 mengalami sedikit penurunan.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun global,

permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks.

Globalisasi membawa keleluasaan informasi, peningkatan arus distribusi barang dan jasa

yang berdampak pada munculnya isu-isu yang berdimensi lintas bidang. Percepatan arus

informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber

daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim, ketegangan lintas-batas antarnegara,

76.03% 76.41%

83.94%82.88%

85.32%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

100.00%

2010 2011 2012 2013 2014

Page 31: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

22

serta percepatan penyebaran wabah penyakit, mencerminkan rumitnya tantangan yang

harus dihadapi oleh BPOM termasuk Deputi III. Hal ini menuntut peningkatan peran dan

kapasitas Deputi III dalam melakukan fungsi pengawasan pangan.

1. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang

mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan

berkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasi

dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya

dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya

suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh globalisasi tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk

dalam perjanjian-perjanjian internasional, antara lain perjanjian ASEAN-6 (Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) Free Trade Area,

ASEAN-China FTA, ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-

Korea Free Trade Agreement (AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA) dan

ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Dalam hal ini, negara-

negara tersebut dimungkinkan membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang

bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional, berpeluang besar

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, serta menciptakan pasar regional. Hal

ini membuka peluang peningkatan nilai ekonomi sektor barang dan jasa serta

memungkinkan sejumlah produk pangan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran

domestik negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam

menghadapi FTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan

industri pangan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar

negeri. Untuk itu, penerapan globalisasi dan perjanjian-perjanjian internasional tersebut

perlu menekankan prinsip kedaulatan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Page 32: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

23

Memasuki era globalisasi dengan perdagangan bebas tersebut merupakan

persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini

Indonesia telah menjadi pasar bagi pangan dari luar negeri.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu ekonomi saja,

namun juga merambah pada isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan

muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup

dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan kesehatan.

Perdagangan bebas membuka peluang perdagangan pangan yang tinggi dengan

memanfaatkan kebutuhan konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau sehingga

terdapatnya risiko beredarnya pangan ilegal (tanpa izin edar) dan atau mengandung

bahan berbahaya yang dapat merugikan masyarakat.

Dilihat dari sisi ekonomi, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

memperkirakan bahwa pada tahun 2015 capaian penjualan produk pangan mencapai Rp

1.000 triliun (Gambar 4). Sementara itu, data Bank Indonesia menyatakan bahwa

pertumbuhan rata-rata tahunan indeks penjualan riil makanan, minuman dan tembakau

pada 2014 lebih tinggi daripada 2013. Data BPS menunjukkan, selama 10 tahun terakhir,

rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan minuman sebesar 51% dari

total pengeluaran. Sementara studi AC Nielsen menunjukkan 48% dari total belanja

middle class income di Indonesia adalah untuk fast moving consumer goods (FMCG),

terutama makanan dan minuman. Industri pangan memiliki banyak diferensiasi produk.

Meningkatnya populasi masyarakat middle class income akan memberikan dampak yang

signifikan bagi perkembangan industri pangan olahan di Indonesia. Healthy, convenience

and lifestyle food product diperkirakan akan tumbuh pesat seiring meningkatnya

kesejahteraan masyarakat dan perubahan gaya hidup. Dari sisi produksi, industri pangan

menjadi kontributor terbesar pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri

manufaktur nonmigas Indonesia dengan pangsa sekitar 30%.

Page 33: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

24

Gambar 4. Nilai Penjualan Produk Pangan Tahun 2008 – 2015 (GAPMMI:2014)

Industri pangan dilihat dari sisi keamanan dan mutu pangan, berdasarkan data

BPOM tahun 2015, jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan yang ditemukan

pada Operasi Gabungan Nasional 2014 sebanyak 166 kasus, temuan produk tidak

memenuhi syarat (TMS) sebanyak 5.640 item dengan nilai ekonomi sebesar Rp10,978

M. Dari Operasi Gabungan Daerah ditemukan produk TMS sebanyak 4.632 item dengan

nilai ekonomi sebesar Rp9,297 M. Hal ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi

BPOM.

Hasil intensifikasi pengawasan keamanan pangan tahun 2014, yang dilaksanakan

pada hari besar keagamaan dan tahun baru, telah dilakukan pengamanan dan

pemusnahan dengan nilai ekonomi mencapai Rp29.933.308.800,-(dua puluh sembilan

miliar sembilan ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus delapan ribu delapan ratus rupiah) di

sarana retail dan gudang importir pangan dengan rincian 1.324.059 produk (76,83%)

Tanpa Izin Edar (TIE), 348.754 produk (20,24%) kedaluwarsa, 28.920 produk (1,68%)

rusak, 21.302 produk (1,24%) TMK Label, dan 229 produk (0,01%) produk tanpa bahasa

Indonesia. Jumlah ini meningkat sebanyak 11,46% dibandingkan hasil temuan produk

pada tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk hasil pengawasan produk rutin di tahun 2014, total temuan

sebesar Rp. 3.163.414.804,- dengan rincian produk Tanpa Izin Edar (TIE) 58759 kemasan

Page 34: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

25

(22.42%), rusak 10.888 kemasan (4.15%), kedaluwarsa 73.074 kemasan (27.88%), TMK

label 110.338 kemasan (45.54%). Jumlah temuan intensifikasi pengawasan pangan ini

lebih besar daripada temuan rutin dikarenakan tingginya demand di hari besar

keagamaan dan tahun baru, yang dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung

jawab dengan mengedarkan pangan yang tidak memenuhi ketentuan.

Jika dilihat lebih jauh hasil pengawasan rutin untuk produk MD/ML dan P-IRT,

pada kurun waktu 2010-2014 untuk produk MD/ML produk yang tidak memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan mikrobiologi berkisar antara 7,96 % - 14 % dengan

trend menurun (Gambar 5). Sedangkan hasil pengawasan produk P-IRT menunjukkan

bahwa produk yang tidak memenuhi persyaratan berkisar antara 22.09 – 36 % (Gambar

6).

Gambar 5. Hasil Pengawasan Produk Pangan MD/ML Tahun 2010-2014

N;5.967 N: 12.323 N:10.684 N:13.379

9

N:13.084

Page 35: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

26

Gambar 6. Hasil Pengawasan Produk Pangan P-IRT Tahun 2010-2014

Sementara itu, kualitas sarana produksi MD dan IRTP menunjukkan bahwa pada

kurun waktu 2010 -2014 sarana MD yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) berkisar

45,25 – 48,46 % dengan tren fluktuatif (Gambar 7). Apabila dibandingkan data tahun 2014

dengan tahun sebelumnya terdapat penurunan TMK sebesar 4,47 %. Sedangkan untuk

hasil pemeriksaan sarana IRTP pada kurun waktu 2010-2014 berkisar antara 33,60 –

55,86% dengan tren menurun (Gambar 8). Hasil pengawasan tahun 2014 apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,67%.

Gambar 7. Hasil Pengawasan Sarana Produksi MD Tahun 2010-2014

N:12.740 N: 9.277 N:11.828 N:3.241 N:3.155

N:1066 N:1.169 N:879 N:710 N:643

Page 36: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

27

Gambar 8. Hasil Pengawasan Sarana Produksi IRTP Tahun 2010-2014

Hasil pengawasan sarana distribusi pangan pada periode tahun 2010 -2014 yang

TMK berkisar 29.61% - 36.29 % dengan tren naik (Gambar 9). Apabila dibandingkan data

tahun 2014 dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sarana TMK sebesar 1,1 %.

Gambar 9. Hasil pengawasan sarana distribusi pangan tahun 2010-2014

Menghadapi komunitas ASEAN, daya saing UMKM pangan perlu dibenahi.

Rendahnya pengetahuan dan kemampuan teknis untuk memenuhi persyaratan

pendaftaran/standar mutu, rendahnya kesadaran dalam mendaftarkan produk,

keterbatasan kemampuan akses terhadap aplikasi elektronik, keterbatasan pembiayaaan

N:2.349 N:3.866 N:2.639 N:2.100 N:1.913

N:9.343 N:9.682 N:13.069 N:7.877 N:7.400

Page 37: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

28

penyesuaian standar dan sertifikasi internasional (Hazard Analysis Critical Control

Point/HACCP, GMP, halal, International Standard Organization/ISO, analisa, sertifikasi),

maupun rendahnya penguasaan teknologi pelaku UMKM pangan perlu mendapat

perhatian BPOM. Perlu ada intervensi pembinaan (regulatory assistance) dan kebijakan

yang berpihak kepada UMKM.

2. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian

khususnya produk bahan pangan di Indonesia. Perubahan iklim dapat mengakibatkan

berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga

yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang

akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan dunia.

3. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-ekonomi,

yakni pendapatan perkapita sebesar USD 3.500 tahun 2013 dan pada tahun 2014 telah

ditetapkan World Bank menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli masyarakat Indonesia.

Secara teori dan fakta, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi

masyarakat terhadap pangan yang memiliki standar dan kualitas.

4. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun

2010, dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa (sebesar 1,49% per

tahun). Dengan laju pertumbuhan sebesar itu, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia

pada tahun 2035 akan mencapai 450 juta jiwa. Dari Gambar 10 di bawah ini, dapat dilihat

Page 38: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

29

bahwa jumlah populasi terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-19 tahun, namun

menunjukan tren penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54 tahun justru

menunjukan tren meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia

di atas 65 tahun menunjukan tren yang meningkat tetapi dengan jumlah yang beda.

Semakin meningkat usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga

semakin meningkat.

Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013

Gambar 10. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur

Tahun 2009-2013

Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi, yakni 9,079

juta tahun 2010 dan akan naik menjadi 29,047 juta pada tahun 2020, akan mengalami

perubahan pola penyakit yaitu meningkatnya beban kronik untuk kaum lansia. Hal ini

membutuhkan obat dan konsumsi pangan khusus sesuai kondisi kesehatan dan gizi,

untuk penggunaan jangka panjang yang lebih berkualitas.

Perkembangan penyakit tidak menular (PTM) yang mungkin disebabkan karena

pola makan yang tidak tepat, perlu diantisipasi melalui penanganan pola konsumsi dan

penyediaan pangan yang tepat sehingga dapat mengurangi kondisi PTM. Gambaran

tentang profil beban penyakit berdasarkan sebab tahun 2010 sd 2014 dapat dilihat pada

Gambar 11.

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

jum

lah

pe

nd

ud

uk

(dal

am 0

00

)

Kelompok Umur

2009

2010

2011

2012

2013

Page 39: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

30

Gambar 11. Profil Beban Penyakit Berdasarkan Sebab Tahun 1990-2010

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada transisi

status kesehatan dan gizi masyarakat. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban

kerja Deputi III dalam melakukan pengawasan pangan termasuk menyiapkan standar dan

melakukan penilaian terhadap produk pangan yang diperlukan untuk keperluan medis

khusus dan diet khusus sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi masyarakat tersebut.

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan

terhadap pangan juga akan semakin meningkat, sehingga penawaran produk pangan juga

akan meningkat. Potensi pasar yang besar membuat para produsen pangan baik lokal

maupun internasional semakin meningkatkan volume produksi maupun variasinya.

Bertambahnya jumlah volume produksi dan pangan ini tentunya menuntut semakin

besarnya peran Deputi III dalam proses penilaian dan pengawasannya. Kurangnya

pemenuhan prinsip cara produksi pangan olahan yang baik oleh produsen dalam

memproduksi pangan menjadi tantangan Deputi III dalam melakukan pengawasan dan

pembinaan.

Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi potensi

berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi. Kondisi ini menjadi tantangan

dan peluang bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di

Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan mampu

memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.

Page 40: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

31

Berdasarkan peta demografi, penduduk Indonesia dalam usia produktif telah

mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya beli lebih tinggi ditambah dengan

kenaikan jumlah penduduk kelas menengah (middle class) yang terjadi pada tahun 2040.

Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class atau consuming

class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010 hanya 45 juta orang, maka

proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan pada tahun 2030 sudah mencapai

135 juta orang. Kelompok ini akan banyak mempengaruhi pola konsumsi pangan serta

gaya hidup masyarakat Indonesia.

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula

sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi

salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah.

Hal ini berdampak pada pengawasan pangan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak

mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satu komando), sehingga

apabila terdapat suatu produk pangan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera

ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan

pangan di antaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di

daerah sehingga tindak lanjut hasil pengawasan pangan belum optimal.

Untuk menunjang tugas dan fungsi Deputi III dalam pengawasan diperlukan

komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pemangku

kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, termasuk swasta dengan

mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing untuk menghasilkan tata

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik. Pemberlakuan Undang-Undang No

23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah merupakan tantangan bagi Deputi III untuk

menyiapkan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam

melaksanakan kegiatan terkait pengawasan pangan.

Page 41: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

32

6. Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi produksi di bidang pangan meliputi perkembangan pangan

hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi, perkembangan teknologi nano untuk produk dan

kemasannya serta produk hasil inovasi lainnya. Hal tersebut merupakan sebagian dari

kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Kemajuan teknologi telah memungkinkan industri di bidang pangan untuk

berproduksi dalam skala besar dengan cakupan yang luas. Selain itu, dengan kemajuan

teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang,

berbagai produk itu dimungkinkan dalam waktu relatif singkat mencapai seluruh wilayah

negeri ini hingga ke pelosok-pelosoknya. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak satu

potential problem bagi pengawasan pangan, antara lain bila terdapat produk yang tidak

memenuhi standar, peredarannya dapat menjangkau areal yang luas dalam waktu yang

relatif singkat. Untuk itu, antisipasi pengawasan pangan juga harus sama cepatnya.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi yang bermakna

bagi Deputi III untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan

akses dan jangkauan masyarakat. Teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan untuk

melakukan sosialisasi, komunikasi, dan edukasi kepada masyarakat. Namun di sisi lain,

teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi BPOM terkait tren pemasaran dan

transaksi produk pangan secara online, yang juga perlu mendapatkan pengawasan

dengan berbasis pada teknologi informasi.

7. Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan

Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran

Page 42: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

33

industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi

diantaranya dengan dukungan fortifikasi mikronutrien penting.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan

tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkan

fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguan

kesehatan karena kurang yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan

pengawasan. Hasil pengawasan terhadap garam beryodium dalam kurun waktu tiga

tahun terakhir (2010–2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS mengalami

kenaikan, yaitu berkisar 29%-43%. Hasil pengawasan tepung terigu dalam kurun waktu

tiga tahun terakhir (2010-2013) menunjukkan bahwa jumlah sampel yang TMS juga

mengalami kenaikan, yaitu berkisar 4%-23%.

Untuk mengawal program ini, BPOM mendapatkan mandat strategis baik dalam

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi Daerah Pangan

dan Gizi (RAD-PG), utamanya pada Pokja III Bidang Mutu dan Keamanan Pangan. Kegiatan

Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dan garam)

merupakan upaya pengawasan pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan

(compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui

verifikasi terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik

penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang Baik di

sarana peredaran. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap pangan baik di sarana

produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku

pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter keamanan

dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label, monitoring

iklan serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui

sampling dan pengujian.

Page 43: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

34

8. Jejaring Kerja

Sistem pengawasan pangan di Indonesia merupakan sistem yang terintegrasi

dimana berbagai kementerian dan lembaga terlibat dalam pengawasan tersebut sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya.

Untuk itu Badan POM dalam hal ini Deputi III mengembangkan kerjasama dan

jejaring dengan lembaga-lembaga, baik di pusat, daerah, maupun internasional.

Pembentukan jejaring dengan cakupan yang luas ini sangat strategis posisinya dalam

mendukung tugas-tugas Deputi III maupun pemangku kepentingan. Beberapa jejaring

kerja yang sudah dimiliki BPOM yang terkait pangan yaitu Jejaring Keamanan Pangan

Nasional/Daerah, Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF), Jaringan

Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan

Makanan Ilegal (Pusat dan Daerah), Indonesia Criminal Justice System (ICJS). Di tingkat

regional maupun internasional terdapat jejaring kerja dengan ASEAN Rapid Alert System

for Food and Feed (ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex Alimentarius

Commission, ASEAN Referrences Laboratories (AFL). Peluang kerjasama ini terbuka

tentunya karena citra BPOM yang baik di tingkat internasional.

Jejaring kerjasama ini perlu penguatan karena belum semuanya berjalan efektif.

Sebagai contoh adanya INRASFF akan mendukung pengawasan secara cepat tanggap

terhadap adanya outbreak dan risiko pada pangan. Namun, ada beberapa hal yang masih

menjadi tantangan yaitu: (i) Upstream Notification masih belum optimal, (ii) Asesmen

risiko keamanan pangan impor masih belum optimal, (iii) Tindak lanjut notifikasi di

Competent Contact Point (CCP) belum cepat, dan (iv) Sistem traceability di rantai suplai

pangan masih lemah. Untuk itu, ke depan akan dilakukan pembentukan Local Competent

Contact Point (LCCP) di 5 Propinsi: Medan, Lampung, Surabaya, Denpasar, dan Manado,

serta Pengembangan Pusat Kewaspadaan dan Respon Keamanan Pangan Nasional, yang

mana selain pangan, juga akan dikembangkan untuk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,

dan Suplemen Kesehatan.

Page 44: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

35

Contoh lainnya adalah Indonesia Risk Assessment Centre (INA-RAC), yang mana

sejak pencanangan oleh Menteri Kesehatan pada 20 November 2014, masih menghadapi

beberapa kendala, seperti ketersediaan data nasional kajian risiko keamanan pangan

yang minim dan belum terintegrasi. Tantangan kedepan adalah: (i) Meningkatkan jumlah

kajian risiko keamanan pangan nasional di sepanjang rantai pangan; (ii) Pembentukan

pool of expert database untuk Komite Ilmiah dan Panel Pakar; serta (iii) Melaksanakan

National Capacity Building untuk Risk Assessment.

9. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM melaksanakan

reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-

2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit dalam

pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir

pelaksanaan RB sebagaimana Gambar 12 di bawah ini:

Gambar 12 Pola Pikir Pelaksanaan RB

PO

LA

PIK

IR D

AN

BU

DA

YA

KE

RJ

A

PE

LA

YA

NA

N P

UB

LIK

ME

NIN

GK

AT

NY

A K

AP

AS

ITA

S

DA

N A

KU

NTA

BIL

ITA

S

KIN

ER

JA

BIR

OK

RA

SI

TERWUJUDNYA

PEMERINTAHAN

YANG BERSIH

DAN BEBAS

KORUPSI,

KOLUSI, DAN

NEPOTISME

PENGUNGKIT HASIL

INOVASI & PEMBELAJARAN

PENGAWASAN INTERNAL

PENATAAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

AKUNTABILITAS KINERJA

MENINGKAT-

NYA

KUALITAS

PELAYANAN

PUBLIK

ORGANISASI

SDMTATA

LAKSANA

Page 45: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

36

Sebagai bagaian dari BPOM, Deputi III mendukung pelaksanaan reformasi

Birokrasi oleh Badan POM dalam semua area perubahan dalam rangka Reformasi

Birokrasi yang meliputi : (a) Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi; (b) Penataan

Tatalaksana; (c) Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum; (d)

Penguatan Akuntabilitas Kinerja; (e) Penguatan Pengawasan; (f) Penataan Sistem

Manajemen SDM Aparatur; (g) Peningkatan Pelayanan Publik; (h) Manajemen Perubahan.

Uraian untuk masing-masing area perubahan tersebut sebagai berikut :

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Penataan dan penguatan struktur organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan BPOM termasuk

Deputi III. Untuk itu, Deputi III mendukung hal tersebut melalui kajian dan evaluasi,

menyampiakan rekomendasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi III.

b. Penataan Tatalaksana

BPOM berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang

berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta

memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM

tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan

secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality

Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S

Quality System Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001:2007;

ISO 27001:2013 Information Security Management System; WHO Quality System

Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Persyaratan

Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan pengembangan

(KNAPPP02:2007).

Page 46: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

37

Upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja juga dilakukan melalui penerapan e-

government atau penggunaan teknologi informasi di lingkungan BPOM, di antaranya

pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional) dan berbagai penyelenggaraan

manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan

informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-

government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat

diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan

secara efektif dan efisien.

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan

teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada

selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.

Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan

belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang.

Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian

tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka Regulasi. Adanya

kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah pelaksanaan RPJMN/RKP

membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-undangan dan

meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu mengambil kesempatan ini dengan

mengusulkan peraturan perundang-undangan yang akan masuk dalam prolegnas setiap

tahunnya bersamaan dengan penyusunan rencana kerja. Selain itu sesuai kerangka

regulasi, untuk memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan diratifikasi

memberikan manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit analysis.

Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu dilakukan regulatory

impact assessment.

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain ketersediaan

NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan

ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Page 47: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

38

Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas

untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu

lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan

peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk

Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.

Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum

seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan

persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke

area preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu

diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara secara ekonomi

maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPOM telah

mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan

baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014 memperoleh nilai B.

Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi

kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM

masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen

pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

Ke depan, untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku

institusi pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK.

e. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya

pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan

Page 48: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

39

efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM termasuk Deputi III serta

menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

Pengawasan yang dilakukan BPOM termasuk Deputi III antara lain melalui

kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

(SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system,

penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas

dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan

pendayagunaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan

penganggaran.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang dilakukan

tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Salah satu hal

yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP dan unit pengawas fungsional

(Inspektorat) sebagai internal-consultant yang melaksanakan fungsi pembinaan,

penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan dukungan SDM yang memadai secara

kualitas dan kuantitas serta berfokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk

mencegah potensi kesalahan yang mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi

dan dapat menimbulkan kerugian negara.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan

profesionalisme SDM aparatur BPOM termasuk Deputi III yang didukung oleh sistem

rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh

gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan

pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan

pegawai dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi

jabatan dilakukan secara terbuka. Pengajuan usulan kebutuhan pegawai diawali dari

Analisis Beban Kerja dari masing-masing unit kerja yang menyampaikan jumlah dan

kompetensi pegawai yang dibutuhkan.

Page 49: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

40

Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang

selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk

pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan

kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung

oleh sistem informasi kepegawaian.

Kualitas SDM Deputi III terus ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat

kompetensinya untuk mendukung capaian kinerja yang telah ditetapkan. Dari sisi

kuantitas SDM Deputi III belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsinya..

g. Peningkatan Pelayanan Publik

Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen untuk

melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan

secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada

seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui penerapan

sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan

dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008;

Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S Quality System Requirement for

Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013 Information

Security Management System; WHO Quality System Requirement for National GMP

Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan

Pengembangan untuk sistem riset dan pengembangan (KNAPPP02:2007).

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga

dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi di

lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional) dan

berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan secara

elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu

dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM tersebut

Page 50: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

41

seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya

dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Secara khusus sasaran yang akan dicapai dari proses reformasi birokrasi pada

aspek pelayanan publik yang akan dilakukan di Badan POM adalah mengedepankan ke

empat belas aspek pelayanan serta mampu memberikan tingkat kepuasan masyarakat

yang tinggi sehingga didapat kepercayaan publik pada Badan POM.

Dalam rangka peningkatan pelayanan publik, telah dilakukan berbagai upaya

perbaikan dalam pengawasan pre market maupun post market di Deputi III, antara lain

terdiri dari kegiatan pendaftaran pangan olahan dan pelaksanaan sertifikasi impor dan

ekspor pangan agar dapat dilaksanakan secara prima (perbaikan layanan secara terus

menerus). Selain itu, dilakukan revitalisasi sumber daya manusia, intensifikasi sistem

layanan, memangkas birokrasi layanan, atasi keluhan pelanggan dengan motto pelayanan

publik CEPPATT (Cekatan, Efisien, Profesional, Pasti waktu dan biaya, Akurat, Transparan

dan Tanggap).

Page 51: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

42

Deputi III berupaya agar terjadi perbaikan terus menerus pada pelayanan publik

yang dilakukan. Upaya yang telah dilakukan bahkan jauh sebelum arus utama reformasi

birokrasi mengemuka adalah melaksanakan sistem pelayanan satu atap, upaya perbaikan

yang akan dilakukan adalah single sign on serta upaya pelayanan registrasi online dan

percepatan pelayanan. Deputi III sebagai salah satu eselon I pemberi pelayanan publik

perlu melakukan pembenahan terus menerus sesuai dengan peluang dan tantangan baik

internal maupun eksternal. Hasil survey integritas sektor publik tahun 2009 oleh KPK,

Evaluasi produk sebelum beredar termasuk lima belas unit layanan dengan skor

integritas tertinggi. Standar minimal integritas yang ditetapkan oleh KPK dalam survey

ini sebesar 6,00 dari skala 0 - 10,00, semakin besar nilai semakin baik integritasnya. Hasil

survey integritas sektor publik tahun 2010 oleh KPK untuk layanan pendaftaran MD/ML

Badan POM termasuk 10 (sepuluh) teratas unit layanan dengan nilai integritas 7,48

sedangkan untuk perizinan ekspor/impor yang termasuk dalam kategori makanan dan

obat-obatan memiliki nilai integritas 7,13.

Pada area perubahan peningkatan kualitas pelayanan publik sasaran yang harus

dicapai oleh Deputi III meliputi:

1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat (lebih cepat, lebih aman,

lebih mudah dijangkau, lebih murah) dengan indikatornya adalah pelayanan publik

murah, terjangkau, cepat dan aman. Capaian yang telah dilaksanakan antara lain

menerapkan dan mengembangkan pendaftaran pangan secara online (e-registration),

notifikasi dan e-payment serta penerapan SKI paperless sehingga mendukung

efisiensi dan efektivitas sistem NSW dan diharapkan pelayanan akan semakin cepat,

efisien, efektif dan lebih transparan.

2. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat

Untuk mengukur kinerja pelayanan publik, Direktorat Penilaian Keamanan

Pangan selain melaksanakan survey kepuasan pelanggan juga merupakan salah satu unit

di Badan POM yang pernah mengikuti Kompetisi Layanan Publik dalam rangka Open

Government Indonesia (OGI) yang diselenggarakan oleh UKP-PPP pada tahun 2012.

Page 52: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

43

Kompetisi ini bertujuan untuk lebih mendorong dan mengapresiasi unit layanan publik

yang memiliki keinginan kuat untuk melakukan peningkatan kualitas layanan publik.

Peserta dalam kompetisi ini terdiri dari 62 unit layanan publik yang berasal dari 34

Kementerian/Lembaga. Keikutsertaan dalam Kompetisi Layanan Publik OGI ini sejalan

dengan Reformasi Birokrasi BPOM RI, dimana “Pelayanan Publik” merupakan salah satu

dari 8 area perubahan. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan berhasil mendapat

peringkat ke – 7.

h. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan

konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja

individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran

RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, telah dibentuk agent

of change di masing-masing unit kerja sebagai role model serta forum bagi pembelajaran

atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan

pimpinan dan seluruh pegawai secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur

pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka

pelaksanaan RB.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya

resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk

mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk

pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

ANALISA TERHADAP LINGKUNGAN STRATEGIS (STRENGTHS, WEAKNESSES,

OPPORTUNITIES, THREATS)

Secara garis besar, lingkungan strategis yang dihadapi oleh Deputi bidang

pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya diidentifikasi berdasarkan

pengamatan terhadap kondisi internal (strenghts dan weaknesses) dan eksternal

Page 53: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

44

(opportunities dan threats) organisasi, selanjutnya dilakukan analisa terhadap kekuatan

(strength), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats).

A. FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL

Kekuatan

Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

Komitmen Pimpinan dan seluruh pegawai di Kedeputian III untuk menerapkan

Reformasi Birokrasi

Sistem pengawasan pangan yang komprehensif mencakup pre-market dan post

market

Penerapan dan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008 di seluruh unit

kerja

Networking yang kuat dengan lembaga-lembaga pusat/daerah/regional/

internasional

Pengembangan dan penerapan pengawasan pangan berbasis risiko

Peraturan dan standar yang mengacu standar internasional

Intensifikasi kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Keamanan Pangan

Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan

Pengakuan kompetensi SDM keamanan pangan melalui pembentukan Lembaga

Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan

Terbentuknya INRASFF dan INARAC sebagai bagian dari penguatan pengawasan

pangan olahan

Koordinasi dan komunikasi antar unit kerja di Deputi III/ pusat yang semakin kuat

dan lancar.

Trend anggaran yang meningkat

Menguatnya Jejaring Keamanan Pangan Nasional

Page 54: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

45

Kelemahan

Payung hukum pengawasan pangan belum memadai, peraturan pelaksanaan UU

dan NSPK yang terbaru dengan pemerintah daerah

Jumlah dan sebaran pengawas pangan belum memadai dibandingkan dengan

cakupan tugas dan wilayah pengawasan.

Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

Belum optimalnya dukungan sistem IT dalam pengawasan pangan olahan

Kelembagaan Pusat dan Balai belum sinergi

Unit pelaksana teknis terbatas hanya di tingkat provinsi

Pemberdayaan stakeholder dan konsumen masih belum optimal

Kompetensi dan profesionalitas tenaga pengawas/evaluator perlu ditingkatkan.

Jumlah ASN belum memadai dibandingkan dengan beban kerja (berdasarkan

Analisis Beban Kerja)

Pelaksanaan Regulatory Impact Assessment/RIA belum optimal

Keterbatasan kemampuan pengujian untuk mengawal fungsi pengawasan.

B. FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL

Peluang

Kebijakan Program Fortifikasi Pangan secara nasional

Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana pengawasan keamanan

pangan termasuk KIE

Pengakuan stakeholder terhadap peran Badan POM (Deputi III) sebagai leading

sektor dalam INRASFF dan INARAC.

Jumlah dan variasi industri pangan yang berkembang pesat

Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

Page 55: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

46

Peranan industri pangan dalam perkembangan ekonomi nasional

Peningkatan demand pangan

Globalisasi perdagangan MEA, harmonisasi ASEAN dll

Perkembangan teknologi di bidang pangan

Komitmen manajemen untuk bermitra dalam keamanan pangan

Peningkatan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pangan yang aman

Jumlah industri pangan yang berkembang pesat termasuk industri UMKM

Kuatnya dukungan dari stakeholder

Perkembangan regulasi global terkait pangan

Tantangan

Perubahan iklim dunia yang mempengaruhi pola penyakit akibat pangan

Penjualan pangan ilegal secara online

Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Perubahan pola hidup masyarakat (sosial dan ekonomi) termasuk pola makan

Munculnya (kembali) berbagai penyakit baru (re-emerging pahogen bacteria)

Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang pangan

Bidang kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren

antara pusat dan daerah

Lemahnya penegakan hukum

Kebijakan peredaran pangan di wilayah perbatasan

Berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas dengan harga yang

kompetitif

Desentralisasi bidang kesehatan belum optimal

Belum optimalnya tindaklanjut hasil pengawasan pangan oleh pemangku

kepentingan di daerah

Luasnya jangkauan area pengawasan pangan

Page 56: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

47

Penyakit tidak menular akibat pangan; terkait isu Gula- Garam-Lemak, 1000 Hari

Pertama Kehidupan, Stunting, Kualitas Manula

Masih munculnya Kejadian Luar Biasa (outbreak)

Daya saing IRTP/UMKM masih rendah

Kemampuan telusur produk masih rendah (traceability)

Masih banyaknya pelanggaran di bidang pangan

Page 57: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

48

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN DEPUTI

BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi

ke depan, maka Deputi III sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai unit organisasi yang

bertanggungjawab dalam melaksanakan pengawasan pangan dituntut untuk dapat

menjamin keamanan, mutu dan manfaat pangan sesuai persyaratan yang telah

ditetapkan.

2.1 VISI

Visi dan Misi Pembangunan Nasional untuk tahun 2105-2019 telah ditetapkan

dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Visi pembangunan nasional untuk tahun

2015-2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan

Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini

adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan

negara hukum,

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim,

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera,

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing,

Page 58: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

49

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional, dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Sejalan dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019, maka BPOM

telah menetapkan Visi BPOM 2015-2019 yaitu :

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya

Saing Bangsa”

Mengingat Deputi III memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian Visi

BPOM, maka Visi Deputi III yang akan dicapai sesuai Renstra periode 2015-2019 adalah

sama dengan Visi BPOM. Diharapkan Deputi III memberikan kontribusi yang signifikan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya bagi keberhasilan pencapaian Renstra BPOM

2015-2019 terutama dalam bidang pangan.

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Pangan harus melibatkan masyarakat dan

pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk

menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka

pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Pangan telah melalui

analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah

seminimal mungkin/ dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat

digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa manfaat pangan

meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah

memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional,

sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa depan.

Page 59: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

50

2.2 MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi Deputi III dalam bentuk misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan sistem pengawasan pangan berbasis risiko untuk melindungi

masyarakat

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

pangan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Penjelasan Misi :

1. Meningkatkan sistem pengawasan pangan berbasis risiko untuk melindungi

masyarakat

Pengawasan pangan merupakan pengawasan komprehensif (full spectrum)

mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum.

Dengan penjaminan mutu produk pangan yang konsisten, yaitu memenuhi standar

aman, bermanfaat dan bermutu, diharapkan Deputi III mampu melindungi

masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Deputi III,

maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan pangan semakin tinggi, sementara

sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam

penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan pangan seharusnya didesain

berdasarkan analisis risiko, untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

Deputi III perlu melakukan mitigasi risiko di semua proses bisnis Deputi III,

antara lain pada pengawasan sarana dan produk, Deputi III secara proaktif

Page 60: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

51

memperkuat pengawasan lebih ke hulu melalui pengawasan importir bahan baku

dan produsen.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan

pangan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan

Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan pangan harus diubah

yang sebelumnya adalah “watchdog” control menjadi “pro-active control” dengan

mendorong penerapan Risk Management Program oleh industri.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam dalam pengawasan

pangan. Pelaku usaha harus bertanggungjawab memenuhi standar dan persyaratan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi pangan

sehingga menjamin pangan yang diproduksi dan diedarkan aman, bermanfaat dan

bermutu.

Sebagai unit organisasi pengawas, Deputi III harus mampu membina dan

mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk pangan yang aman,

bermanfaat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan

diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan

keamanan pangan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk

Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri pangan terhadap Pendapatan Nasional

Bruto (PDB) cukup signifikan. Industri pangan, minuman dan tembakau memiliki

kontribusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri

Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012).

Perkembangan industri pangan dan minuman dari tahun 2004 sampai dengan 2012

mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang

luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Page 61: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

52

Industri dalam negeri harus mampu bersaing baik di pasar dalam maupun luar

negeri. Kemajuan industri pangan secara tidak langsung dipengaruhi dari sistem

serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh Deputi III. Sehingga Deputi III

berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan

keamanan, manfaat dan mutu pangan.

Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat strategis

dalam pengawasan pangan. Sebagai salah satu pilar pengawasan pangan, masyarakat

diharapkan dapat memilih dan menggunakan pangan yang memenuhi standar, dan

diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait pangan. Untuk itu, Deputi

III melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan,

Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan

pemangku kepentingan lainnya sehingga mampu melindungi diri sendiri dan

terhindar dari produk pangan yang mengandung bahan berbahaya dan ilegal.

Perkembangan ilmu dan teknologi pengolahan dan pengemasan pangan,

metode dan teknik pemasaran dan perdagangan pangan, serta peningkatan

kesadaran tentang kesehatan, telah mendorong berbagai inovasi produk pangan.

Jenis pangan yang diperkenalkan semakin bervariasi; diantaranya pangan organik,

bahan tambahan pangan, pangan iradiasi, pangan produk rekayasa genetik, pangan

untuk bayi, usia lanjut dan kebutuhan medis khusus. Menyadari hal tersebut, sejak

awal penyusunan regulasi, Badan POM telah mengikutsertakan para pemangku

kepentingan. Pertimbangan keamanan pangan, perlindungan konsumen, penerapan

oleh industri pangan dan implementasi perdagangan yang jujur dan bertanggung

jawab didiskusikan secara transparan dan kondusif.

Meningkatkan kemitraan dengan pemangku kepentingan termasuk industri

pangan, merupakan salah satu misi Deputi III, oleh karena itu komunikasi yang sudah

terjalin selama ini antara lain dalam perumusan regulasi, sosialisasi implementasi

Page 62: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

53

regulasi, penanganan emerging issue, diskusi antisipasi Harmonisasi ASEAN, dan

pendampingan UMKM perlu terus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya.

Meningkatnya pangan yang memenuhi syarat adalah salah satu target Deputi

III. Direncanakan penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) akan

menjadi persyaratan mendasar yang wajib dilaksanakan dan

dipertanggungjawabkan setiap industri pangan agar tidak ditemukan lagi

penggunaan bahan dan proses produksi yang membahayakan kesehatan dan higiene

sanitasi yang buruk, termasuk dengan pendekatan Hazard Analysis and Critical

Control Point (HACCP) untuk tindakan pencegahan sehingga tingkat kepercayaan

terhadap keamanan dan kualitas pangan di Indonesia meningkat.

Partisipasi aktif dilakukan oleh Deputi III dalam rangka persiapan

diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community) pada

tahun 2015, dimana pangan dan kemasan pangan menjadi salah satu prioritas yang

akan diharmonisasikan. Badan POM sebagai national competent authority di bidang

keamanan pangan berpartisipasi aktif dalam forum – forum diskusi di tingkat

nasional dan internasional untuk meningkatkan kompetensi pelaku usaha di dalam

negeri dalam rangka persiapan pasar bebas ASEAN. Sejumlah standar, pedoman dan

peraturan juga telah dipersiapkan dalam mendukung perlindungan konsumen dan

industri dalam negeri menyambut era perdagangan bebas ASEAN.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Deputi III tidak dapat berjalan sendiri,

sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan

lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan,

peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di

bidang kesehatan. Pengawasan Pangan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu

dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di

seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan

tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan

Page 63: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

54

dari Pemerintah Daerah sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini membutuhkan

sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi. Sumber daya dalam hal

ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang

kinerja. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya,

menuntut Deputi III harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal

mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang

telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien

menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Di samping itu, Deputi III untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya

bersifat teknis semata (techno structure), namun juga melaksanakan fungsi

pengaturan (regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering).

Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut

meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,

serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi Deputi III diadaptasi dari misi BPOM yang merupakan langkah utama yang

disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market

yang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Deputi III

menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk pangan yang

konsisten, yaitu memenuhi standar aman, bermanfaat dan bermutu, diharapkan Deputi

III mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

Dari segi organisasi, Deputi III perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning

organization). Untuk mendukung itu, maka Deputi III perlu untuk memperkuat

Page 64: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

55

koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling

bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati

dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai

luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh

anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya, adalah:

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai

luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4 TUJUAN

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, Deputi III menetapkan 2

(dua) tujuan yang akan dicapai Deputi III dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai

berikut:

Page 65: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

56

1. Meningkatnya jaminan produk pangan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka

meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing pangan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu

dan mendukung inovasi.

Tujuan pertama adalah sesuai dengan tugas pokok Deputi III sebagaimana

diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Deputi III

diharapkan mampu melakukan tugasnya sehingga dapat memberikan jaminan bagi

masyarakat atas tersedianya pangan olahan yanag memenuhi persyaratan keamanan,

mutu dan gizi dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia.

Sedangkan tujuan kedua, terkait dengan perkembangan dan perubahan

lingkungan strategis dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Deputi

III diharapkan meberikan kontribusi dalam hal peningkatan daya saing produk baik di

pasar lokal maupun regional dan global melalui penjaminan mutu dan dukungan

terhadap inovasi yang dilakukan oleh industri pangan.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk kedua tujuan tersebut di atas,

dijelaskan dalam bagian Sasaran Strategis.

2.5 SASARAN STRATEGIS

Keberhasilan pencapaian visi dan tujuan organisasi sangat ditentukan oleh

keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan dilaksanakan oleh masing-masing

Direktorat. Keberhasilan tersebut perlu diukur dalam bentuk sasaran strategis dengan

indikator dan target capaian yang ditetapkan per tahun.

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai Deputi

III, dengan mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis, tantangan masa depan

dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki.

Sasaran strategis Deputi III dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan (2015-

2019) adalah sebagai berikut:

Page 66: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

57

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Makanan

Pangan yang menjadi obyek pengawasan Deputi III merupakan komoditi yang

dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat baik yang sehat maupun sakit, dengan

berbagai golongan dan strata masyarakat dalam berbagai kesempatan. Oleh karena

itu maka pengawasan terhadap pangan menjadi hal yang mutlak dilakukan oleh

Pemerintah dalam hal ini Deputi III dengan sistem yang menyeluruh dan

komprehensif untuk mengurangi kemungkinan dampak negatif atau merugikan bagi

masyarakat sebagai konsumen. Dalam konteks ini, pengawasan tidak dapat

dilakukan secara parsial hanya pada produk akhir yang beredar di masyarakat. Pada

seluruh mata rantai pengawasan tersebut, harus ada sistem yang dapat mendeteksi

secara dini jika terjadi degradasi mutu, produk sub standar dan hal-hal lain untuk

dilakukan pengamanan sebelum merugikan konsumen/masyarakat.

Sistem pengawasan pangan yang diselenggarakan oleh Deputi III merupakan suatu

proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-market.

Ruang lingkup pengawasan pangan meliputi :

1. Standardisasi

Fungsi standardisasi meliputi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan

terkait dengan pengawasan pangan. Standardisasi pangan dilakukan secara

terpusat dengan maksud untuk menghindari perbedaan standar dan kualitas

produk yang dihasilkan oleh masing-masing daerah apabila setiap provinsi

membuat standar tersendiri.

Page 67: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

58

2. Penilaian (pre-market evaluation)

Penilaian pangan merupakan proses evaluasi terhadap pangan olahan yang

dilakukan dalam rangka penerbitan izin edar / persetujuan pendaftaran. Izin

edar/persetujuan pendaftaran pangan olahan diterbitkan apabila berdasarkan

hasil penilaian terhadap aspek keamanan, mutu, gizi serta informasi pada label

telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan. Penilaian

dilakukan terpusat dan terstandar dengan sistem elektonik berbasis web

sehingga memudahkan pelaku usaha untuk menyampaikan permohonan

pendaftaran dan memudahkan petugas untuk melakukan proses penilaian. Izin

edar / persetujuan pendaftaran pangan olahan berlaku secara nasional.

3. Pengawasan setelah beredar (post-market control)

Pengawasan produk di peredaran dilakukan untuk melihat konsistensi mutu

produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan melakukan

sampling produk pangan yang beredar, pemeriksaan sarana produksi dan

distribusi, pengawasan label dan monitoring iklan. Pengawasan post-market

dilakukan secara nasional dan terpadu, konsisten, dan terstandar. Pelaksanaan

pengawasan ini melibatkan petugas Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi

termasuk wilayah yang sulit terjangkau dan daerah perbatasan yang dilakukan

oleh Pos Pengawasan Obat dan Makanan (Pos POM).

Sampling produk pangan beredar dilakukan secara terencana berbasis risiko.

Disamping pengawasan yang terencana dan rutin, pengambilan sampel juga

dapat dilakukan sewaktu waktu jika diperlukan misalnya dalam rangka

intensifikasi atau terjadinya kasus akibat pangan di peredaran.

4. Pengujian laboratorium

Produk pangan yang disampling kemudian diuji di laboratorium untuk melihat

konsistensi kesesuaian dan pemenuhan terhadap persyaratan keamanan,

manfaat dan mutu produk di peredaran. Hasil uji laboratorium ini merupakan

dasar ilmiah yang digunakan sebagai alat bukti untuk menetapkan sanksi, jika

Page 68: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

59

terjadi pelanggaran atau ketidak sesuaian terhadap persyaratan, sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5. Penegakan hukum

Penegakan hukum di bidang pangan didasarkan pada bukti hasil pengujian,

pemeriksaan, maupun investigasi awal. Sanksi hukum yang dapat diberikan

terhadap pelanggaran di bidang pangan meliputi sanksi administratif (seperti

larangan untuk diedarkan, penarikan dari peredaran, pencabutan izin edar,

pengamanan dan pemusnahan) serta sanksi pidana.

Prinsip ini sudah sejalan dengan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsi pengawasan full

spectrum di bidang pangan yang berlaku secara internasional. Diharapkan melalui

pelaksanaan pengawasan pre-market dan post-market yang profesional dan

independen akan dihasilkan produk pangan yang aman, dan bermanfaat dan

bermutu.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, ditetapkan indikator dan target

sebagai berikut:

“Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada

akhir 2019.”

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Kebijakan pengawasan pangan merupakan kebijakan multisektoral dengan

keterlibatan berbagai sektor baik pemerintah maupun non pemerintah. Hal tersebut

dikenal dengan 3 (tiga) pilar pengawasan pangan yang meliputi Pemerintah, Pelaku

usaha dan Masyarakat. Agar fungsi dan tujuan pengawasan pangan dapat terwujud,

diperlukan koordinasi dan komunikasi yang baik dan intensif antar pihak tersebut,

termasuk dalam pilar Pemerintah yang melibatkan berbagai kementerian dan

Page 69: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

60

lembaga. Peranan masing-masing pilar pengawasan sangat penting dalam

pelaksanaan fungsi pengawasan pangan.

Pengawasan oleh pelaku usaha seyogyanya dilakukan sejak dari hulu sampai hilir,

dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk

tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam

memberikan jaminan produk pangan yang memenuhi syarat (aman, bermanfaat dan

bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengawasan pangan, pelaku

usaha perlu memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk mengembangkan dan

memelihara sistem manajemen risiko secara mandiri.

Pemerintah dalam hal ini Deputi III Badan POM bertugas dalam menyusun kebijakan

dan regulasi terkait persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dan industri

pangan didorong untuk menerapkan Risk Management Program. Dengan demikian,

diharapkan kemandirian pelaku usaha tersebut dapat berkontribusi secara nyata

terhadap peningkatan daya saing produk pangan di pasar lokal, regional maupun

global.

Tanpa meninggalkan tugas utama di bidang pengawasan, Deputi III berupaya

memberikan dukungan kepada pelaku usaha dalam upaya pemenuhan persyaratan

yang ditetapkan melalui pemberian insentif, clearing house, dan pendampingan

regulatory.

Terkait dengan subsistem pengawasan pangan oleh masyarakat sebagai konsumen,

perlu diciptakan kondisi masyarakat yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi

terhadap pentingnya pangan yang aman, bermutu dan bergizi. Masyarakat harus

lebih cerdas dalam memilih dan mengkonsumsi pangan yang aman, bermanfaat dan

bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tersebut dilakukan oleh Deputi

III melalui kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan

Informasi, dan Edukasi (KIE). Apabila masyarakat sudah cerdas dalam memilih dan

menentukan pangan yang sesuai untuk dikonsumsinya, akan berdampak secara

nyata terhadap pelaku usaha untuk memproduksi dan mengedarkan produk pangan

Page 70: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

61

yang memenuhi ketentuan serta bersaing dengan jujur dan bertanggung jawab

dalam mempromosikan produknya.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka ditetapkan

indikator dan target sebagai berikut:

“Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan

pada tahun 2019”

Ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Deputi III

periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR

KINERJA

Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

Meningkat kan sistem pengawasan pangan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Meningkatnya jaminan produk pangan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

Menguatnya Sistem Pengawasan Makanan

Persentase makanan yang memenuhi syarat

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan pangan serta memper kuat kemitraan dengan pemangku kepentingan

Meningkatnya daya saing pangan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendu kung inovasi

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan;

Tabel 7. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Deputi III periode

2015-2019

Page 71: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

62

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Deputi III

adalah :

1. Persentase makanan yang memenuhi syarat;

2. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan;

Page 72: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

61

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk mencapai visi, misi,tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah

diuraikan dalam Bab II, ditetapkan arah kebijakan dan strategi Deputi III, yang mengacu

kepada arah kebijakan dan strategi Badan POM.

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Dalam rangka mencapai sasaran strategis Badan POM untuk periode 2015-2019,

maka ditetapkan arah kebijakan dan strategi sebagai acuan langkah-langkah

penyusunan target outcome program. Arah kebijakan dan strategi BPOM disusun untuk

mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi masyarakat. Upaya

secara terintegratif dalam fokus dan lokus pengawasan Obat dan Makanan dilakukan

demi tercapainya tujuan dan sasaran strategis.

Arah Kebijakan BPOM :

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi

masyarakat

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari

perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan

spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu

dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih

besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan

BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di bidang pengawasan

Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu

diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus

Page 73: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

62

dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat

dan Makanan di catchment area-nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk

meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usia

sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain

melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN.

Pada pengawasan pangan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi

mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan

manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko

tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak

Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian

pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat

dan Makanan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam

kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program secara

mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga

pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi

pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan

bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian

tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan

Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya

yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan

partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh BPOM

dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain,

Page 74: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

63

tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya

ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi

pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif

dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan

proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai

kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku

usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media

dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa

Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan

fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam

kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi, Informasi

dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan.

Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan,

memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan,

serta mampu menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut

(misalnya memanfaatkan berbagai media sosial).

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan struktur yang

kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai

dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif

dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas

laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan

publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk

based control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta

implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.

Page 75: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

64

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan,

para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan

upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan

perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas laporan keuangan (LK),

peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan

penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan

evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan

penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, BPOM perlu

mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses

secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta

penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat dan Makanan), peta capaian

hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian

kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis

kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input

dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan ini perlu

disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak

eksternal yang strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan;

Page 76: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

65

Internal:

1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

3) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan

untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

4) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah

secara lebih proporsional dan akuntabel;

5) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan

lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil).

Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal

maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan

sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi

dan kelembagaan BPOM sendiri. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada

pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM

sendiri. Poin penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena

kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan terarah,

arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada perencanaan tahunan

dengan penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan Nawacita) dan atau

mengacu alternatif penekanan sebagai berikut :

– Tahun 2016 :

Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan program strategis dalam

pengawasan Obat dan Makanan serta memaksimalkan fungsi pelayanan publik.

(Dalam hal ini Penguatan Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana

menjadi pra syarat yang harus dipenuhi)

Page 77: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

66

– Tahun 2017 :

Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan termasuk Pelaksanaan

Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data pre dan post terintegrasi antara

pusat dan daerah (sistem pemeriksaan penyidikan dan pengujian), dan Penguatan

Kapasitas dan Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk

memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.

– Tahun 2018 :

Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan

didukung dengan analisis dampak efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial

untuk mendukung pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic

burden akibat pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban

pemerintah secara nasional).

– Tahun 2019 :

Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi program (Renstra 2015-

2019) dalam rangka peningkatan kinerja pengawasan Obat dan Makanan periode

berikutnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan Obat

dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode

2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai

berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan

Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam

pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian

kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai

standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana

Page 78: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

67

distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum,

serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas BPOM, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan :

1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre dan post-market);

2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;

3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui

penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.

4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,

sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi pangan

dan bahan berbahaya;

5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;

6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara lain

regulatory science, life science;

9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku

kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,

Keuangan;

Page 79: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

68

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan

Makanan;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana

dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan

Hubungan Masyarakat.

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI III

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, Renstra Deputi Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya (Deputi III) disusun berdasarkan Renstra

Kepala BPOM tahun 2015-2019.

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan Renstra

periode sebelumnya, Renstra Deputi III ditujukan untuk meningkatkan jaminan produk

pangan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka mendukung terwujudnya visi

organisasi BPOM yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pengawasan

keamanan pangan dan bahan berbahaya, pada periode tahun 2015-2019, Deputi III

mendukung agenda Nawacita ke 5, 6 dan 7 sebagaimana dicantumkan pada Tabel 6

dibawah ini.

AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) TERKAIT DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (Pembangunan kesehatan

khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat)

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

(Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi)

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis

ekonomi domestik (peningkatan kedaulatan pangan)

Tabel 8. Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA) yang terkait dengan Deputi III

Page 80: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

69

Nawa Cita 5 : Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

Program prioritas:

1. Revitalisasi Pengawasan Pangan Fortifikasi

2. Kontribusi Badan POM dalam Perlindungan Kesehatan Anak Sekolah

(PJAS)

Nawa Cita 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional

Program prioritas:

1. Perkuatan Program pasar aman bahan berbahaya (mendukung 5000

pasar tradisional)

2. Intensifikasi Pengawasan Produk Impor Ilegal

Nawa Cita 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik

Program prioritas:

1. Perkuatan UMKM Pangan

2. Perkuatan Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD)

Uraian Program Prioritas dan Kegiatan di Deputi III yang terkait dengan masing-masing

Nawacita diuraikan pada Tabel 9.

Nawa Cita Program Prioritas Kegiatan Prioritas

5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

Revitalisasi Pengawasan Pangan Fortifikasi

Pengawasan Pangan Fortifikasi

Kontribusi Badan POM dalam Perlindungan Kesehatan Anak Sekolah

Pengawalan 18.000 SD

Intervensi Keamanan PJAS di SMP/SMU

6 Meningkatkan Perkuatan Program Monitoring dan Evaluasi

Page 81: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

70

Nawa Cita Program Prioritas Kegiatan Prioritas

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

pasar aman bahan berbahaya (mendukung 5000 pasar tradisional)

Implementasi Pasar Aman dari Bahan Berbahaya

Intensifikasi Pengawasan Produk Impor Ilegal

Perkuatan pengawasan pangan ilegal

7 Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

Penguatan UMKM Pangan

Forum koordinasi dalam pembinaan dan pemberdayaan UMKM diantara K/L

Pendampingan UMKM untuk pemenuhan persyaratan mutu dan keamanan pangan (CPPOB pelabelan pangan dan penggunaan BTP)

Perkuatan Gerakan Keamanan Pangan Desa

Bulan Keamanan Pangan

Perkuatan kapasitas desa

Pemberdayaan komunitas desa

Tabel 9. Program Prioritas dan Kegiatan di Deputi III yang mendukung Nawacita

Dalam Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019, Badan POM dalam hal ini Deputi III

termasuk dalam 2 (dua) bidang yaitu :

1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama – Sub bidang Kesehatan dan Gizi

Masyarakat,

Fokus pada pembangunan sub bidang kesehatan dan Sumber Daya Manusia,

tantangan ke depan adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif, yang

mencakup:

– peningkatan kesehatan keluarga melalui pangan yang aman,

– perbaikan gizi (spesifik dan sensitif),

– peningkatan pengawasan pangan

– peningkatan akses pangan yang aman, serta

– peningkatan dan pemeliharaan kompetensi SDM di bidang keamanan pangan.

Page 82: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

71

Pada matriks Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama,

terdapat 3 (tiga) program lintas di bawah koordinasi Menteri Koordinator

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) yang melibatkan Deputi III, yaitu:

a. Program Lintas Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat,

Program ini terdiri atas 12 Program di 11 K/L termasuk Program Pengawasan

Obat dan Makanan yang dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan dan diukur

dengan ukuran 1 (satu) indikator kinerja program (IKP) dan 5 (lima) indikator

kinerja kegiatan (IKK), sebagaimana diuraikan dalam Tabel 10.

Kode Program/Kegiatan Indikator

1.2 Program Pengawasan Pangan Persentase pangan yang memenuhi syarat

1.2.1

Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan berbahaya sesuai ketentuan

1.2.2 Penilaian Pangan Olahan Persentase keputusan penilaian pangan olahan yang diselesaikan

1.2.3 Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Jumlah hasil kajian profil risiko keamanan pangan Jumlah Kabupaten/Kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP Jumlah desa pangan aman yang menerima Intervensi Pengawasan Keamanan pangan

Tabel 10. Program / Kegiatan Keamanan Pangan terkait Lintas Perbaikan

Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat dan Indikatornya

b. Program Lintas Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pengendalian Penyakit

Program ini terdiri atas program Dukungan Manajemen Kemenkes, P2PL,

Kepemudaan dan Olahraga, serta Program Pengawasan Obat dan Makanan yang

dilaksanakan melalui 3 (tiga) kegiatan dengan ukuran 1 (satu) IKP dan 7 (tujuh)

IKK, sebagaimana diuraikan dalam Tabel 11.

Page 83: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

72

Kode Program/Kegiatan Indikator

1.2 Program Pengawasan Pangan Persentase pangan yang memenuhi syarat 3.4.2

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam rangka pendalaman mutu dan sertifikasi Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan keamanan produk pangan Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

3.4.7 Penyusunan Standar Pangan Jumlah Standar Pangan yang disusun 1.2.1 Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya

Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan berbahaya sesuai ketentuan Persentase kemasan pangan yang memenuhi syarat keamanan Jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya

Tabel 11. Program / Kegiatan Keamanan Pangan terkait Lintas Peningkatan

Promosi Kesehatan dan Pengendalian Penyakit dan Indikatornya

2) Bidang Ekonomi – Sub bidang UMKM dan Koperasi

Fokus pada pembangunan sub bidang UMKM dan Koperasi, tantangan ke depan

adalah membantu industri pangan dalam negeri, khususnya UMKM pangan yang

tidak hanya menghadapi permasalahan dari dalam, tetapi juga harus bersiap

menghadapai masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Produk dalam negeri harus bisa

bersaing dengan produk luar dengan mutu dan harga yang lebih baik. UMKM

pangan menjadi tulang punggung pada sektor pangan di Indonesia dan memainkan

peran penting dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia. Dengan demikian

sasaran pokok Deputi III di sub bidang ini menacakup bagaimana meningkatkan

kemampuan UMKM pangan memenuhi persyaratan keamanan pangan, karena

keamanan pangan tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga

meningkatkan fasilitasi perdagangan, yang pada akhirnya akan meningkatkan

ekonomi Indonesia secara lebih luas.

Page 84: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

73

Sasaran pokok ini dilaksanakan melalui 4 kegiatan dengan ukuran 1 (satu) IKP dan

5 IKK, sebagaimana diuraikan dalam Tabel 12.

Kode Program/Kegiatan Indikator

1.2 Program Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase pangan yang memenuhi syarat

3.4.2

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

1.2.1

Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya

1.2.2

Penilaian Pangan Olahan Persentase keputusan penilaian pangan olahan yang diselesaikan

1.2.3 Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Jumlah Kabupaten/kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP Jumlah desa pangan aman yang menerima Intervensi Pengawasan Keamanan pangan

Tabel 12. Program / Kegiatan Keamanan Pangan terkait Peningkatan Kemampuan

UMKM Pangan dan Indikatornya

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan

Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, dimana terdapat satu arah kebijakan pembangunan

di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan Badan POM, yaitu

“Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan”.

Untuk itu, Deputi III menetapkan 6 (enam) strategi sebagai berikut :

1. Perkuatan sistem pengawasan pangan berbasis risiko;

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas pangan;

3. Perkuatan kemitraan pengawasan pangan dengan pemangku kepentingan;

4. Peningkatan kemandirian pengawasan pangan berbasis risiko oleh masyarakat dan

pelaku usaha;

5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong

peningkatan daya saing produk pangan; dan

Page 85: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

74

6. Perkuatan kapasitas dan kapabilitas pengujian pangan.

Berdasarkan arah kebijakan Renstra BPOM tahun 2015-2019, maka arah

kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Deputi III tahun 2015-2019

adalah:

1) Perkuatan sistem pengawasan pangan berbasis risiko untuk melindungi

masyarakat

Pendekatan analisis risiko dilakukan dengan memprioritaskan pengawasan

pangan baik pre market maupun post market terhadap hal-hal yang memiliki

dampak risiko lebih besar dengan tujuan pengawasan yang dilakukan lebih

optimal seperti meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi

bayi, balita, anak usia sekolah, orang sakit, ibu hamil, orang dengan

immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui

pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng),

pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), pengawasan pangan fortifikasi

dan Gerakan Keamanan Pangan Desa (GKPD).

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya

saing produk pangan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan Deputi III dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing pangan. Pendekatan dalam kebijakan

ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan

terus menerus oleh produsen pangan. Ketersediaan tenaga pengawas internal atau

auditor internal merupakan tanggung jawab produsen. Namun Deputi III perlu

memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui

pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi

kemandirian tersebut.

Page 86: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

75

3) Peningkatan koordinasi, kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi

publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi

masyarakat dalam pengawasan pangan

Dengan keterbatasannya dari sisi kelembagaan dan sumber daya (SDM dan biaya),

Deputi III memerlukan kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengawasan pangan. Dalam hal ini

Deputi III harus proaktif dalam meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan

melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur

pemerintah, pelaku usaha, asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan

organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa

pangan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk

kerjasama/kemitraan harus dirancang dengan fleksibel, namun tetap mengikat

dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta terpantau dan

berkelanjutan.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik merupakan salah satu upaya yang

strategis dalam pengawasan pangan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa

materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas

menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau khalayak

yang ingin dituju. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan berbagai media

sosial yang ada.

4) Perkuatan kapasitas kelembagaan pengawas pangan melalui penataan

struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,

budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber

daya yang efektif dan efisien

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif

dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, perkuatan kapasitas

Page 87: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

76

laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan

publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung

risk based control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta

implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda

prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan,

para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi

dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan

perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas laporan keuangan (LK),

peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan

penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan

evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan

penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, Deputi III

perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat

diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta

penyebaran sarana produksi & sarana distribusi pangan), peta capaian hasil

kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian

kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis

kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input

dalam pelaksanaan program pengawasan pangan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi Deputi III, kebijakan ini perlu

disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke

pihak eksternal yang strategis.

Page 88: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

77

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1. Perkuatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan pangan;

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE) kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang pangan;

Internal:

1. Perkuatan regulatory system pengawasan pangan berbasis risiko;

2. Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

4. Meningkatkan kapasitas SDM di Deputi III secara lebih proporsional dan akuntabel;

5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam

mendukung tugas pengawasan pangan, termasuk pemanfaatan teknologi informasi.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan

lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarak sipil).

Adapun kerjasama dan kemitraan yang telah dibangun Kedeputian Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya dalam rangka penguatan kemitraan dengan

lintas sektor terkait pengawasan pangan, yaitu :

1) Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN)

Indonesia telah memiliki Sistem Keamanan Pangan Terpadu yang diwujudkan

melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 23

tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN).

Subsite JKPN dapat diakses pada http://skpt.pom.go.id.

JKPN membangun kemitraan dan koordinasi di bidang keamanan pangan baik di

pusat maupun di daerah serta mengidentifikasi cara-cara koordinasi yang dapat

membuat instansi di sepanjang rantai suplai pangan dapat melaksanakannya

secara individual, serta bersama-sama, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Page 89: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

78

JKPN akan memastikan keterlibatan berkelanjutan mitra kerja dari semua

stakeholder di sepanjang rantai suplai pangan termasuk asosiasi industri pangan,

akademi, dan masyarakat untuk memahami dan bertindak atas kemajuan dan

perkembangan sistem pengawasan keamanan pangan nasional dengan pendekatan

pencegahan. Tiga jejaring akan diperkuat pada tingkat pusat yaitu Jaringan

Intelejen Pangan (JIP), Jaringan Pengawasan Pangan (JPP) dan Jaringan Promosi

Keamanan Pangan (JPKN). Pada tingkat daerah, jejaring yang akan diperkuat ialah

JPP dan JPKN, karena JIP akan difokuskan pada tingkat Pusat.

2) Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF)

Saat ini sudah dibentuk Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF)

dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP) bertindak

selaku National Contact Point (NCP). Untuk mendukung kebijakan joint FAO/WHO,

Direktorat SPKP juga bertindak selaku Emergency Contat Point (ECP) untuk

International Food Safety Authotities Network (INFOSAN). INRASFF working group

terdiri dari otoritas kompeten keamanan pangan di tingkat pusat (CCP) dan juga di

tingkat daerah (LCCP). CCP INRASFF terdiri dari perwakilan di Kementerian

Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan BPOM. INRASFF

dirancangan sebagai subsiteearly warning keamanan pangan untuk Indonesia.

Subsite INRASFF merupakan sumber utama informasi untuk mempersiapkan dan

menanggapi notifikasi pangan baik yang bersifat upstream (sumber informasi dari

dalam negeri) maupun downstream (sumber informasi dari luar negeri). Situs ini

terus menindaklanjuti notifikasi dan memberikan informasi publik yang

dibutuhkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

3) Indonesia Risk Assessment Center (INARAC)

INARAC merupakan forum utuk memfasilitasi pengumpulan data, pool of expert di

bidang kajian risiko di tingkat nasional, peningkatan kapasitas serta berkomunikasi

dengan kementerian atau lembaga. INARAC merupakan bentuk kemitraan dengan

Page 90: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

79

berbagai pihak dalam rangka melakukan kajian risiko keamanan pangan secara

terintegrasi, dimana hasil kajiannya dikomunikasikan dengan baik kepada para

pengambil kebijakan dan pihak yang berkepentingan. INARAC untuk menjawab

salah satu persyaratan World Trade Organization (WTO) dalam Sanitary Phyto

Sanitary (SPS) Agreement, yaitu sebagai anggota WTO jika komplain atau protes

harus berbasis ilmiah.

Strategi eksternal lainnya yaitu peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat dan pelaku usaha di

bidang pangan. Terkait hal ini, Deputi III mempromosikan respon awareness publik

melalui komunikasi risiko dan menyebarluaskan hasil kajian risiko keamanan pangan

dengan disain promosi keamanan pangan yang komprehensif. Kebutuhan untuk

komunikasi risiko yang efektif semakin diakui oleh pemerintah, industri pangan dan

konsumen. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan Jejaring Promosi Keamanan

Pangan (JPKP) untuk pertukaran informasi dan opini mengenai risiko dan faktor risiko

terkait diantara asesor risiko, manajer risiko, komunikator risiko dan konsumen,

termasuk pihak lain yang berkepentingan dalam rangka komunikasi risiko yang efektif,

sekaligus sebagai sarana KIE.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi

dan kelembagaan serta sumber daya pegawai di Deputi III sendiri. Poin penting yang

harus diperhatikan di sini adalah peningkatan kapasitas SDM pengawas di Deputi III,

secara lebih proporsional dan akuntabel, karena kunci keberhasilan sebuah lembaga

sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.

SDM yang kompeten dalam bidang keamanan pangan akan mampu melaksanakan

tugasnya dengan baik. Untuk meningkatkan, memastikan dan memelihara kompetensi

SDM, telah dikembangkan sistem kompetensi bidang keamanan pangan, yaitu

penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Keamanan

Pangan yang perlu direview setiap 5 tahun seiring dengan perkembangan ilmu dan

teknologi. Badan POM RI telah memiliki lisensi sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

Keamanan Pangan.

Page 91: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

80

LSP Keamanan Pangan Badan POM RI saat ini telah siap melakukan asesmen

kompetensi untuk tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector

(DFI), sedangkan untuk National Food Inspector (NFI) sedang dalam proses persiapan.

LSP Keamanan Pangan ini didukung dengan sistem pembelajaran keamanan pangan

jarak jauh berbasis kompetensi (E-Learning). Ke depan akan dikembangkan kompetensi

bidang keamanan pangan lainnya, baik yang ada di lingkungan Badan POM RI maupun di

industri pangan.

Agar pembangunan pengawasan pangan menjadi tajam dan terarah, arah

kebijakan dan strategi BPOM sudah dijabarkan pada perencanaan tahunan dengan

penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan Nawacita). Mengacu hal

tersebut, Deputi III menetapkan penekanan tahunan sebagai berikut :

– Tahun 2016 :

Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan program strategis dalam

pengawasan pangan serta memaksimalkan fungsi pelayanan publik.

– Tahun 2017 :

Penguatan regulasi di bidang pengawasan pangan termasuk pelaksanaan regulatory

impact analysis, penguatan sistem data pre dan post terintegrasi antara pusat dan

daerah (sistem pemeriksaan penyidikan dan pengujian).

– Tahun 2018 :

Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan pangan didukung dengan

analisis dampak efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk

mendukung pencapaian pembangunan nasional.

– Tahun 2019 :

Percepatan pengawasan pangan serta evaluasi program (Renstra 2015-2019) dalam

rangka peningkatan kinerja pengawasan pangan periode berikutnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan pangan,

Deputi III menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu

program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut:

Page 92: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

81

Program Teknis

Program Pengawasan Pangan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Deputi III untuk

menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu dan keamanan pangan

melalui serangkaian kegiatan penetapan standar produk pangan, penilaian

keamanan pangan olahan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi,

pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian pangan yang

beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku

kepentingan, termasuk industri pangan.

Program Generik

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana di Kedeputian Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas Deputi III, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan pengawasan pangan :

1) Penyusunan standar pangan berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria

(NSPK) pengawasan pangan (pre dan post-market);

2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian pangan olahan

berbasis risiko;

3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu pangan beredar melalui penetapan

prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.

Page 93: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

82

4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi pangan, sarana

pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi pangan dan

bahan berbahaya;

5) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku

kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,

Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kedeputian Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan

Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur Kedeputian Bidang Pengawasan

Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya;

4) Peningkatan dan Pemeliharaan Kompetensi Aparatur Kedeputian Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan Konsumen dan

Hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran

strategis dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model

perencanaan. Adapun logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan

Deputi III dapat dilihat pada Gambar 13

Page 94: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

83

Gambar 13. Logframe Kedeputian

Uraian tentang Program, Sasaran Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan, dan Indikator

di Deputi III digambarkan pada Tabel 13 berikut ini.

Program Sasaran

Program Kegiatan Strategis

Sasaran Kegiatan

Indikator PIC

Program Pengawasan Makanan

Menguatnya sistem pengawasan pangan

Penyusunan Standar Pangan

Tersusunnya standar pangan dalam rangka menjamin pangan yang beredar aman dan bermutu

Jumlah standar pangan yang disusun

Dit. Standardisasi Produk Pangan

Penilaian Pangan Olahan

Tersedianya Pangan memenuhi standar

Persentase Keputusan Penilaian Pangan yang diselesaikan

Dit. Penilaian Keamanan Pangan

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi pangan

1. Persentase hasil inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang memerlukan pendalaman mutu dan sertifikasi 2. Persentase penyelesaian tindaklanjut

Dit. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Page 95: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

84

Program Sasaran

Program Kegiatan Strategis

Sasaran Kegiatan

Indikator PIC

pengawasan mutu dan keamanan produk pangan 3. Persentase berkas permohonan sertifikasi pangan yang mendapatkan keputusan tepat waktu

Pengawasan Produk dan BB

Menurunnya bahan berbahaya yang disalahgunakan dan migran berbahaya dalam pangan

1. Persentase sarana distribusi yang menyalurkan BB sesuai ketentuan 2. Persentase kemasan pangan yang memenuhi syarat keamanan 3. Jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari BB

Dit. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Meningkatnya intervensi hasil pengawasan keamanan pangan dan penguatan rapid alert sysitem keamanan pangan

1. Jumlah hasil kajian profil risiko keamanan pangan 2. Jumlah Kab/Kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP 3. Jumlah desa pangan aman yang menerima intervensi pengawasan keamanan pangan

Dit. Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Meningkat nya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan,

Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha pangan olahan

Pelaku usaha menjamin mutu produk pangan olahan

1. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

Dit. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Page 96: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

85

Program Sasaran

Program Kegiatan Strategis

Sasaran Kegiatan

Indikator PIC

dan partisipasi masyarakat

Tabel 13. Program, Sasaran Program, Kegiatan, Sasaran Kegiatan, dan Indikator di

Deputi III

3.3 KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan keamanan pangan dan bahan

berbahaya untuk mencapai sasaran strategis dan target kinerja Deputi III, dibutuhkan

adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai unit Eselon I

yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus

dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat administratif dan strategis.

Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya merupakan tugas pemerintahan

yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh Deputi III, dan dalam praktiknya dibutuhkan

kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah maupun swasta. Untuk itu,

regulasi perlu dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tugas pengawasan pangan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan pangan masih dijumpai kendala yang

berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Seperti di daerah, Balai

Besar/Balai POM dalam melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi

dengan dinas kabupaten/kota setempat yang membawahi bidang kesehatan terkait

dengan kewenangan pangan atau dinas provinsi atau kota yang membawahi bidang

perindustrian dan perdagangan terkait dengan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan

tugas dan fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-

undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Pengawasan pangan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi.

Dari segi kesehatan, pangan secara langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat

kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, namun menyangkut

Page 97: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

86

kehidupan seorang manusia. Pangan tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap

inferior dibanding faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di

bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, pangan merupakan potensi yang sangat besar bagi

pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri pangan dapat menyediakan

lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah

pengangguran.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan pangan secara optimal, maka

Deputi III perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan perundang-undangan yang kuat

dalam lingkup pengawasan pangan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan oleh

Deputi III dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan pangan

Peraturan ini dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM atau

Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang perlu disusun untuk meningkatkan

efektivitas pengawasan pangan. Beberapa contoh peraturan ini adalah Undang-

undang tentang Pengawasan Bahan Berbahaya (percepatan RUU tentang Bahan

Kimia), Rancangan Peraturan yang terkait dengan Pendaftaran Pangan Olahan,

Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang Pengawasan terhadap Standar

Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol, Rancangan Peraturan Kepala BPOM

tentang Pedoman Teknis Pengawasan Periklanan Pangan Olahan, Pemutakhiran

Peraturan Kepala BPOM tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dan Rancangan Peraturan Kepala Badan POM

tentang Keamanan Kemasan Pangan Daur Ulang dan Active Packaging

2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan

serta RPP Label dan Iklan Pangan sebagai amanat Undang-Undang No 18 Tahun

2012 tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan pangan perlu

dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan

pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja, namun juga

Page 98: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

87

pada keamanan dan mutu pangan serta pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap

amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama

dan keyakinan masyarakat Indonesia.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah

konkuren. Diharapkan NSPK ini juga mencakup pola tindak lanjut hasil pengawasan

Pangan antara BPOM dengan daerah terkait, termasuk penetapan sanksi terhadap

sarana produksi dan distribusi pangan serta penetapan kewenangan instansi

pemberi sanksi sebagai acuan daerah dalam menyelenggarakan pengawasan di

daerah. Diharapkan terbentuknya NSPK ini akan dapat menciptakan sinergi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam

hal: (1) Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dan (2) Sebagai pedoman

Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk

mendukung upaya ini perlu penguatan koordinasi dengan melibatkan kementerian

terkait (contoh. Kemendagri) dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan

di daerah, monitoring efektivitas implementasi NSPK. Hal ini bertujuan agar

pengawasan pangan dapat berjalan lebih lancar, dan hasil pengawasan dapat

ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait. Contoh NSPK yang sudah

diterbitkan dan perlu direvisi adalah Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Kepala Badan POM No. 43 dan No.2 tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan

Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan.

4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Keamanan Pangan.

Diharapkan dengan dikembangkannya SKKNI Bidang Keamanan Pangan tersebut,

Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya dapat

meningkatkan pengawalan keamanan dan mutu Pangan terhadap isu terkini (AEC,

Post MDGs, MEA, dll.).

5. Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan pangan di

wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau. Hal

Page 99: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

88

ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance/monitoring mutu untuk

daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau.

6. Regulasi yang mendukung optimalisasi pusat kewaspadaan pangan dan Early

Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: Peraturan baru terkait KLB dan

Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat

membantu mempeaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan

informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi

outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan pangan.

7. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta

Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan

efektivitas pengawasan pangan di daerah. Dalam hal ini BPOM perlu meningkatkan

advokasi tentang peranan pemerintah daerah dalam pengawasan pangan.

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Deputi III dalam melaksanakan mandat

Renstra 2015-2019, maka dilakukan beberapa inisiatif penataan kelembagaan, baik

penataan dalam lingkup intraorganisasi Deputi III maupun penataan yang bersifat

interorganisasi dalam bentuk koordinasi lintas unit Eselon I, lintas instansi/lembaga,

maupun hubungan dengan para pemangku kepentingan utama.

Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan dikoordinasikan agar

lebih efisien dan efektif adalah :

1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Deputi III sesuai dengan

perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019

Penataan dalam kerangka kelembagaan bagi organisasi induk dilakukan dengan

memperhatikan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen, antara lain melalui penguatan unit kerja di Deputi III

dalam fungsi dan peran sebagai policy center (pengkaji, perumus, dan penetapan

kebijakan) dalam bidang pangan.

Page 100: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

89

National Regulatory Authority (NRA) yang kuat dan mendapat pengakuan dari

internasional akan meningkatkan kepercayaan negara lain terhadap produk pangan

yang beredar dan diawasi oleh NRA tersebut. Dengan demikian, perkuatan lembaga

BPOM khususnya Deputi III sebagai ujung tombak perlindungan masyarakat

terhadap produk pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizinya,

secara tidak langsung akan mendorong daya saing produk pangan dalam pasar

nasional dan internasional. Oleh sebab itu penjajakan dan peningkatan kerjasama

Deputi III dalam fora internasional baik pada tingkat bilateral, regional dan

multilateral diarahkan pada aspek :

a. Perkuatan Sistem Pengawasan produk pangan sesuai standar internasional.

b. Peningkatan kemampuan SDM dalam mengawasi produk pangan berdasarkan

standar internasional.

c. Harmonisasi standar produk pangan tanpa mengabaikan kemampuan UMKM.

Gambaran tentang penguatan kerangka kelembagaan Deputi III yang dikaitkan

dengan peningkatan daya saing dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Ilustrasi penguatan kerangka kelembagaan Deputi III untuk peningkatan daya saing pangan

NRA yang kuat

Produk terjamin aman, bermutu dan berkhasiat sesuai standar internasional

Daya Saing Produk pangan

meningkat

a. Kualitas SDM yang mampu

mengawasi produk pangan

sesuai standar internasional

b. Sistem pengawasan pangan

sesuai standar internasional

c. Harmonisasi standar

produk pangan tanpa

mengabaikan kemampuan

UMKM

Koordinasi yang kuat dengan Lintas Sektor dalam rangka peningkatan standar produk UMKM

Page 101: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

90

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama

dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan.

3. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan Deputi III

untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola

pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta

manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan.

Page 102: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

90

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 TARGET KINERJA

Mengacu kepada Program Badan Pengawas Obat dan Makanan di Lingkungan

Kedeputian yaitu Pengawasan Obat dan Makanan, Deputi III menetapkan program

pengawasan pangan dengan sasaran strategis :

a. Menguatnya sistem pengawasan pangan, dan

b. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi masyarakat.

Uraian tentang Indikator dan Target Kinerja untuk masing-masing sasaran

strategis tersebut diuraikan pada Tabel 14.

Sasaran Strategis

Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase Pangan yang memenuhi syarat

88,1 88,6 89,1 89,6 90,1

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

3 5 7 9 11

Tabel 14. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Page 103: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

91

a. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Pangan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Pangan

dilaksanakan program pengawasan pangan melalui kegiatan-kegiatan:

1. Penyusunan Standar Pangan

Penyusunan standar pangan dibutuhkan sebagai prequisite pelaksanaan tugas

pengawasan pangan. Ketersedian dan pemutakhiran standar perlu dilakukan dalam

rangka menjamin pangan aman, bermanfaat, dan bermutu untuk menjawab tantangan

terkait SDGs, perkembangan teknologi, maupun lingkungan strategis lainnya.

Selain itu, dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas rakyat dan daya

saing di pasar internasional, terkait regulasi di bidang pangan, beberapa kegiatan

prioritas yang akan dilakukan diantaranya memberikan dukungan regulasi dan

regulatory assistance kepada pelaku usaha; penyusunan standar di tingkat ASEAN,

Regional, dan Internasional; dan Intensifikasi sosialisasi standar, pedoman, regulasi

produk pangan kepada stakeholder (pelaku usaha, konsumen dan lintas sektor).

Pencapaian kegiatan ini diukur dengan indikator jumlah standar pangan yang

disusun, dengan target 70 standar sampai dengan tahun 2019.

2. Penilaian Pangan Olahan

Program penilaian pangan olahan akan difokuskan pada pemantapan penilaian

pangan berbasis tingkat risiko (risk-based evaluation), penyempurnaan sistem

elektronisasi pendaftaran pangan olahan (e-registration) untuk meningkatkan

kemudahan bagi pengguna (user), peningkatan kemampuan SDM sesuai dengan

kompetensi yang ditetapkan, serta peningkatan kualitas pelayanan publik termasuk

sarana dan prasarana.

Pencapaian kegiatan ini diukur dengan indikator Persentase Keputusan Penilaian

pangan olahan yang diselesaikan, dengan target 89% pada tahun 2019.

Page 104: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

92

3. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Untuk mencapai peningkatan sarana produksi dan distribusi pangan, beberapa

program prioritas dalam melaksanakan kegiatan Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yaitu

Perkuatan Risk Management Program; Review dan Ujicoba Code of Practice’s (Pedoman

Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan berdasarkan pengendalian tahapan kritis proses

produksi per kategori produk); dan Pengembangan database sarana produksi, risk

cluster dan risk ranking.

Pencapaian kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam

rangka pendalaman mutu dan sertifikasi, dengan target 700 pada tahun 2019.

b) Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan keamanan produk

pangan, dengan target 94% pada tahun 2019.

c) Persentase berkas permohonan sertifikasi pangan yang mendapatkan keputusan

tepat waktu, dengan target 80% pada tahun 2019.

4. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

Dalam melaksanakan pengawasan produk dan bahan berbahaya di era MEA saat

ini, BPOM dihadapkan pada tantangan seperti belum optimalnya pengawasan bahan

berbahaya di sektor hulu oleh instansi terkait, dan masih ditemukannya bahan

berbahaya dan migran berbahaya dalam pangan. Untuk mencapai sasaran menurunnya

bahan berbahaya yang disalahgunakan dan migran berbahaya dalam pangan, BPOM

melaksanakan kegiatan berupa Perkuatan sistem pengawasan produk dan bahan

berbahaya melalui advokasi dalam rangka implementasi peraturan bersama;

pengawasan terpadu mengacu kepada peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan

Kepala Badan POM No. 43 Tahun 2013 dan No. 2 Tahun 2013 tentang Pengawasan

Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan, dan Koordinasi lintas sektor

dalam rangka tindak lanjut hasil pengawasan; Perkuatan sistem pengawasan kemasan

pangan melalui Penyusunan RSNI Uji Migrasi Zat Kontak Pangan, Mapping database

industri kemasan pangan dan Penyusunan dan Implementasi Pedoman Inspeksi Sarana

Page 105: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

93

Produksi Kemasan Pangan; serta Pengembangan pasar aman dari bahan berbahaya

melalui TOT Fasilitator Pasar Aman dari Bahan Berbahaya, Bimtek terhadap petugas

pengawas pasar, dan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Program Pasar Aman dari

Bahan Berbahaya.

Pencapaian kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan berbahaya sesuai ketentuan,

dengan target 58% pada tahun 2019.

b) Persentase kemasan pangan yang memenuhi syarat keamanan, dengan target 90%

pada tahun 2019.

c) Jumlah pasar yang diintervensi menjadi pasar aman dari bahan berbahaya dengan

target 201 pasar pada tahun 2019.

5. Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Sesuai dinamika lingkungan strategis, berbagai intervensi hasil pengawasan

keamanan pangan akan dilakukan. Di antaranya adalah penguatan gerakan keamanan

pangan desa dan peningkatan keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu.

Sebagai input intervensi pengawasan, kaitannya dengan implementasi 3 Peraturan

Kepala BPOM terkait IRTP akan dilakukan cost benefit analysis serta regulatory impact

assesment. Selain itu, pada Renstra 2015-2019 akan dilakukan penguatan rapid alert

system keamanan pangan dengan melakukan kajian risiko.

Indikator kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a) Jumlah hasil kajian profil risiko keamanan pangan, dengan target 25 profil risiko

hingga tahun 2019.

b) Jumlah Kabupaten/kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang

IRTP, dengan target 100 kabupaten/kota hingga tahun 2019.

c) Jumlah desa pangan aman yang menerima intervensi pengawasan keamanan

pangan, dengan target 500 hingga tahun 2019.

Page 106: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

94

Selain melalui Program Pengawasan Pangan, Sasaran Strategis ini juga didukung

dengan program dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya. Kegiatan teknis

lain yang perlu berkoordinasi dengan unit kerja dan atau instansi lain terkait antara lain

kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum,

layanan pengaduan konsumen, dan hubungan masyarakat.

b. Kegiatan Dalam Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Pelaku

Usaha, Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan, dan Partisipasi

Masyarakat

Untuk mencapai sasaran strategis meningkatnya kemandirian pelaku usaha,

kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat dilaksanakan

Program Pengawasan Obat dan Makanan melalui Kegiatan Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan/Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha Pangan Olahan.

Dalam rangka meningkatkan daya saing dan kesiapan menghadapi Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA), kemandirian pelaku usaha di bidang pangan merupakan hal

mutlak yang harus disiapkan dan dimiliki oleh pelaku usaha dalam negeri.

Untuk itu, pelaku usaha perlu diberikan pembinaan dan pendampingan dalam

menerapkan program manajemen risiko yang dikembangkan oleh Deputi III.

Kemandirian pelaku usaha dibidang pangan dapat dilihat dari indikator Persentase

industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan,

dengan target 11% sampai dengan tahun 2019. Dengan meningkatnya kemandirian

pelaku usaha dalam menghasilkan produk yang aman dan bermutu, maka masyarakat

Indonesia akan semakin terlindingi dari peredaran pangan yang tidak memenuhi

ketentuan. Selain itu, peningkatan keamanan dan mutu pangan yang diproduksi di

Indonesia dapat meningkatkan daya saing produk tersebut di peredaran dan pada

akhirnya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan nasional.

Page 107: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

95

4.2 KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja untuk masing-masing indikator kinerja yang telah

ditetapkan maka telah ditetapkan kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian

tujuan dan sasaran strategis Deputi III periode tahun 2015-2019, sebagaimana

diuraikan pada Tabel 15 dibawah ini.

Sasaran Strategis

Indikator Alokasi (Rp Milyar) Penanggung

jawab 2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Menguatnya Sistem Pengawasan Makanan

57,9 88,0 95,0 102,0 94,0 Kedeputian III dan BB/BPOM

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

Kedeputian III

Tabel 15. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Matriks kinerja dan pendanaan BPOM per kegiatan sebagaimana diuraikan pada

Lampiran 1.

Page 108: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

96

BAB V

PENUTUP

Renstra Deputi III tahun 2015-2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Deputi III untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra

tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM

dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf Deputi III. Renstra

ini merupakan upaya untuk menggambarkan peta permasalahan, titik-titik lemah,

peluang, tantangan, program yang ditetapkan, dan strategi yang akan dijalankan selama

kurun waktu lima tahun, serta output yang ingin dihasilkan dan outcome yang diharapkan.

Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra tahun 2015-2019, setiap tahun

akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan/revisi muatan

Renstra Deputi III, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai

dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Deputi III.

Renstra Deputi III Tahun 2015-2019 menjadi acuan kerja bagi unit-unit kerja di

lingkungan Deputi III sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta senantiasa

berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit kerja dan kinerja pegawai.

Evaluasi Renstra Deputi III merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan

perencanaan strategis Deputi III, sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan

dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja tahunan Deputi III. Selain

sebagai bahan evaluasi, Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden

tentang SAKIP yang dikoordinasikan oleh Kementerian PAN dan RB.

Dokumen Rencana strategis ini diharapkan dapat dikomunikasikan ke seluruh

jajaran organisasi, dan juga stakeholder terkait secara keseluruhan. Diseminasi ini akan

memungkinkan seluruh anggota organisasi memiliki kesamaan pandangan tentang ke

Page 109: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

97

mana organisasi akan dibawa (tujuan bersama), bagaimana peran serta setiap anggota

organisasi dalam mencapai tujuan bersama, dan bagaimana kemajuan dan tingkat

keberhasilan nantinya akan diukur. Dengan demikian, seluruh kegiatan Deputi III yang

direncanakan akan terlaksana, terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara

terintegrasi untuk tercapainya tujuan-tujuan strategis.

Page 110: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

Update 2 April 2015

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

57.9 88.0 95.0 102.0 94.0 Kedeputian III

1 Menguatnya sistem pengawasan Obat

dan Makanan1.5. Persentase makanan yang memenuhi

syarat

33 Provinsi 88.10 88.60 89.10 89.60 90.10 Kedeputian III dan

33 BB/BPOM

2 Meningkatnya kemandirian pelaku

usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi

masyarakat

2.4. Persentase industri pangan olahan yang

mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan

Pusat 3 5 7 9 11 Kedeputian III

9.1 9.0 9.0 9.0 10.0

1 Jumlah Standar pangan yang disusun Pusat 14 14 14 14 14

10.3 8.0 8.0 8.0 9.0 Dit. PKP

Meningkatnya Jumlah Produk pangan olahan

yang memiliki izin edar (memenuhi

persyaratan kemananan, mutu dan gizi )

Anak Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Program/KegiatanSasaran Program (Outcome)/Sasaran

Kegiatan (Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-

B-NS-

BS

Penyusunan Standar Pangan Dit. Sandardisasi

Produk PanganTersusunnya standar pangan yang mampu

menjamin makanan aman, bermanfaat dan

bermutu

Penilaian Pangan Olahan

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Page 111: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Program/Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran

Kegiatan (Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

Unit Organisasi

Pelaksana

K/L-N-

B-NS-

BS

Program Pengawasan Obat dan Makanan1 Persentase Keputusan Penilaian pangan

olahan yang diselesaikan

Pusat 85 86 87 88 89

16.9 18.0 20.0 23.0 25.0

1 Jumlah inspeksi sarana produksi dan

distribusi pangan yang dilakukan dalam

rangka pendalaman mutu dan sertifikasi

Pusat 500 550 600 650 700

2 Persentase penyelesaian tindak lanjut

pengawasan mutu dan keamanan

produk pangan

Pusat 90 90 90 92 94

3 Persentase berkas permohonan

sertifikasi pangan yang mendapatkan

keputusan tepat waktu

Pusat 70 72 75 78 80

4 Persentase industri pangan olahan yang

mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan

Pusat 3 5 7 9 11

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Dit. Insert Pangan

Meningkatnya mutu sarana produksi dan

distribusi Pangan

Page 112: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan

1 Peraturan Perundang-undangan terkait

pengawasan Pangan

Meningkatkan efektifitas pengawasan pangan 1. Direktorat Standardisasi Produk

Pangan

2. Direktorat Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya

3. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan

4. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi

Pangan

5. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Keamanan Pangan

6. Biro Hukum dan Humas

2 RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan

RPP Label dan Iklan Pangan terkait

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012

tentang Pangan

1. Direktorat Standardisasi Produk

Pangan

2. Biro Hukum dan Humas

3 Norma, standar, prosedur, dan kriteria

(NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23

tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah konkuren

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan

Daerah berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal

16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan pangan

2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam

penyelenggaraan pengawasan pangan

1. Biro Hukum dan Humas

2. Direktorat Standardisasi Produk

Pangan

1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kementerian

Kesehatan

4 Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (SKKNI) Bidang Keamanan

Pangan

Meningkatkan pengawalan keamanan dan mutu

Pangan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs,

MEA, dll.)

1. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Keamanan Pangan

5 Memorandum of Understanding (MoU)

Penguatan sistem pengawasan Obat dan

Makanan di wilayah Free Trade Zone

(FTZ), daerah perbatasan, terpencil, dan

gugus pulau

Belum optimalnya quality surveilance /monitoring

mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil,

dan gugus pulau

1. Biro Hukum dan Humas

2. Direktorat Insert dan Pengawasan

Kedeputian 1,2,3

6 Regulasi yang mendukung optimalisasi

Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan

dan EWS yang informatif, antara lain:

- Peraturan baru terkait KLB

- Mekanisme pelaksanaan Sistem

Outbreak response dan EWS

Sistem Outbreak response dan EWS belum

optimal dan informatif. Diperlukan response yang

cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak

bencana yang berkaitan dengan pangan

1. Direktorat Surveilan Penyuluhan

Keamanan Pangan

2. Biro Hukum dan Humas

7 Peraturan Kepala BPOM tentang

koordinasi dengan pemerintah daerah

serta Peraturan Kepala Daerah

(Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan

Obat dan Makanan di daerah

Pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat

berhasil tanpa adanya kerjasama dan komitmen

dari daerah dalam mendukung BPOM

ANAK LAMPIRAN 2. MATRIKS KERANGKA REGULASI

NoArah Kerangka Regulasi dan/atau

Kebutuhan regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi

Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab

Unit Terkait/

Institusi

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA 2015-2019

Page 113: K a t a - POMpom.go.id/ppid/2015/rpusat/Renstra_Deputi_III.pdfStruktur Organisasi Badan POM secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan