balai besar pom di samarinda

102

Upload: nguyenquynh

Post on 23-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 i

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr Wb

Salam Sejahtera,

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang

telah memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya

sehingga dapat terselesaikan Rencana Strategis

(Renstra) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Samarinda tahun 2015-2019.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005-2025 dan Perpres No.5 Tahun2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang

implementasinya Balai Besar POM di Samarinda menuangkannya dalam bentuk

Rencana Strategis (Renstra). Renstra ini disusun untuk jangka waktu 5 (lima)

tahun ke depan dari tahun 2015-2019, untuk pelaksanaannya tiap tahun

dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK)

sehingga dapat menjadi panduan penyelesaian tugas dan fungsi pengawasan.

Renstra merupakan bentuk rencana-rencana dan langkah-langkah strategis

dalam menjalankan tugas fungsi pengawasan. Kerangka pikir dalam Renstra ini

adalah bagaimana Program Pengawasan Obat dan Makanan bisa dilaksanakan

sesuai Visi, Misi dan Budaya Organisasi untuk mencapai tujuan meningkatkan

perlindungan masyarakat dari produk Obat dan Makanan yang berisiko

terhadap kesehatan sesuai sasaran strategis yang diprioritaskan.

Dalam Renstra ini memuat tentang pencapaian program dan kegiatan Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda 5 (lima) tahun sebelumnya

dari tahun 2011 – 2014 dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan,

kondisi umum, potensi yang dimiliki dan permasalahan yang dihadapi.

Disamping itu, untuk menjawab tantangan pengawasan Obat dan Makanan yang

semakin kompleks, Badan POM RI telah menetapkan Visi, Misi dan Budaya

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 ii

Organisasi yang baru untuk mencapai tujuan dan sasaran startegis yang juga

dituangkan dalam Renstra ini. Untuk dapat terlaksananya program dan kegiatan

yang menjadi prioritas dalam Renstra ini telah ditetapkan 4 (empat) Arah

Kebijakan dan 5 (lima) Strategi yang mengacu pada arah kebijakan Badan POM

RI sebagai pilar dan acuan pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di

Kalimantan Timur.

Harapan kami, dengan Renstra ini anggota organisasi bisa meraih peluang dan

menjawab tantangan yang ada di lingkungan strategis Balai Besar POM di

Samarinda sehingga fungsi pengawasan bisa ditingkatkan dan mempunyai daya

ungkit dalam meningkatkan perlindungan kepada masyarakat Kalimantan

Timur dan Kalimantan Utara dari produk Obat dan Makanan yang berisiko

terhadap kesehatan.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

menyelesaikan penyusunan Renstra ini, semoga dapat dijadikan acuan dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan di Kalimantan

Timur.

Wassalaamu’alaikum Wr Wb.

Samarinda, 10 Juni 2015

Kepala Balai Besar POM di Samarinda

Drs. Fanani Mahmud., Apt, M.Kes.

NIP 19580422 198603 1 001

Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iii

DAFTAR ISI

Halaman

Pengantar ……………………………………………………………………………………………. i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………. iii

Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Surat Keputusan

……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………….

v vi

vii

viii Bab I Pendahuluan……………………………………..…………………………………. 1 I.1. Kondisi Umum…………………………….……………………..…………. 1 A. Peran BBPOM di Samarinda berdasarkan Peraturan …..

B. Sturuktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ………... C. Hasil Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda

periode

2010-2014………………………………………………..

2 5

10

I.2. Potensi dan Permasalahan………….….…………….……………...... I.2.1. SKN ………………………………………………………………...…………...

14 15

I.2.2. SJSN ………………..…………………………………………………………... I.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas, dan komitmen Internasional………………………..…………………………………….....

16

17 I.2.4. Perubahan Iklim ………………………………………………………….. 19 I.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat ………………….. 20 I.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk …………... 21 I.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah ……………………………... 24 I.2.8. Perkembangan Teknologi …………………………………………….. 25 I.2.9. Analisis Lingkungan Strategis (SWOT)…………………………... 26 Bab II Visi, Misi, Budaya Organisasi, Tujuan dan Sasaran Strategis.........

II.1. Visi……………………………………………..…………………………………. II.2. Misi……………………………………...……………………………….……...... II.3. Budaya Organisasi……………...………………………………………….. II.4. Tujuan…………………………...…………………………………………….... II.5. Sasaran Program……...………………………………………………….....

36 35 36 40 41 42

Bab III Arah Kebijakan dan Strategi……………………………..…………………….. III.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM………………………………….

48 48

Renstra Balai Besar POM di SamarindaTahun 2015-2019 iv

III.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBPOM di Samarinda…………… III.3. Kerangka Regulasi ………………………………………….……………..... III.4. Kerangka Kelembagaan……………………….…………………….….…

55 58 61

Bab IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan……..…………………………. 62 IV.1. Target Kinerja ………………………………………………………………… 62 IV.2 Kerangka Pendaanaan .……………………………………………………. 65 Bab V Lampiran

Penutup …………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………….

67 67

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 v

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda………………………... 6

Gambar 2. Profil Pegawai BBPOM Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2013……………………………………………………………... 8

Gambar 3. Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasar

kan Analisa Beban Kerja ………………………………………………... 9

Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014…

13

Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis Tahun

2010 s.d 2014…………………………………………………………… 13

Gambar 6. Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional

21

Gambar 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2009-2013 ……………………………………………….. 23

Gambar 8. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan

Dampaknya………………………………………………………………. 32

Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BBPOM

di Samarinda……………………………………………………………... 34

Gambar 10. Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019 ................................................ 36

Gambar 11. Log Frame BBPOM di Samarinda .............................................................. 57

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Profil Pegawai BBPOM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2014…………………………………………………………….. 8

Tabel 2 Capaian Kinerja BBPOM di Samarinda Periode 2010-2014.................. 10

Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT……………………………………………. 33

Tabel 4 Penguatan Peran BBPOM di Samarinda Tahun 2015-2019………….. 34

Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM

Periode 2015 – 2019………………………………………………….. 45

Tabel 6 Program, Sasaran Program, Kegistan Strategis, Sasaran Kegiatan dan

Indikator Balai………………………………………………………….. 57

Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja………………………………... 62

Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja ....................………………….. 64

Tabel 9 Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan…………………...

65

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Matriks Kinerja dan Pendanaan BBPOM di Samarinda…………… 67 Lampiran 2 Matrik Kerangka Regulasi …………………………………………………….. 70

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA

Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR POM DI SAMARINDA Nomor : HK.05.02.101.04.15.0060.

Tanggal :20 April 2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR POM DI SAMARINDA TAHUN 2015-2019

KEPALA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SAMARINDA

Menimbang : 1. Bahwa dengan berakhirnya RPJMN tahap dua dan Rencana Strategis

Balai Besar POM di Samarinda tahun 2010-2014, perlu dilakukan penyusunan Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda sebagai penjabaran RPJMN tahap tiga tahun 2015-2019;

2. Bahwa Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun

2015-2019 memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pengawasan Oba dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang hendak dicapai;

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Besar POM di Samarinda tentang Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA

Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

6. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

8. Peraturan Menteri Negara Perancanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) 2015-2019;

9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;

10. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009;

11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14

Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2

Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan POM Tahun 2015-2019 Tanggal 30 Maret 2015.

MEMUTUSKAN Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Samarinda tentang Tim Penyusun Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015 - 2019.

Pertama : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda yang selanjutnya

dalam keputusan ini disingkat Renstra Balai Besar POM di Samarinda tahun 2014-2019 berisi gambaran umum pembangunan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan

B A L A I B E S A R P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N D I S A M A R I NDA

Jl. Let.JendSoeprapto No. 3 Samarinda 75123 Telp. 0541 – 741630, Fax. 0541 – 741630, 747743 E-mail : bbpom_smd@ yahoo.com

Kalimantan Utara, meliputi aspek-aspek pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; produk terapetik dan PKRT; produk tembakau, obat tradisional; produk komplemen dan kosmetik; narkotika, psikotropika dan precursor; pemberdayaan konsumen di bidang Obat dan Makanan; penyidikan dan penegakan hukum di bidang Obat dan Makanan; penguatan kapasitas laboratorium; serta pemantapan jejaring lintas sektor.

Kedua : Rencana Strategis Balai Besar POM di Samarinda tahun 2015-2019 diharapkan menjadi landasan dalam melaksanakan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Tahun 2015-2019.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila

dikemudian harit erdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Samarinda Pada tanggal : 20 April 2015

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa perencanaan pembangunan

nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana

Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 memiliki

maksud untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh

komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi

menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap

ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap

kedua, RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan

secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian

daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber

daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung

pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai Besar POM di

Samarinda sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun

Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

serta program dan kegiatan Balai Besar POM di Samarindauntuk periode 2015-

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 2

2019. Penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaini berpedoman pada

RPJMN periode 2015-2019 dan mengacu pada Renstra Badan POM 2015 -

2019.Proses penyusunan Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-

2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja periode2010-2014, serta

melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Balai Besar POM di

Samarinda.Selanjutnya Renstra Balai Besar POM di Samarindaperiode 2015-

2019 diharapkan dapat meningkatkankinerja Balai Besar POM di

Samarindadibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Balai Besar POM di Samarinda pada saat ini

berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

A. Peran Balai Besar POM di SamarindaBerdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan

Balai Besar POM di Samarinda adalah unit pelaksana teknis Badan POM

sebagai Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas

mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik,

dan makanan di wilayah Kalimantan Timur dan Utara. Tugas, fungsi, dan

kewenangan Balai Besar POM di Samarinda diatur dalam Keputusan

PresidenNomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non

Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden

Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keppres 103 Tahun

2001. Sesuai amanat ini, Balai Besar POM di Samarindamenyelenggarakan

fungsi:

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 3

dan bahan berbahaya.

3. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi

5. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran

hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi

tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan.

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Dilihat dari fungsiBalai Besar POM di Samarindasecara garis besar,

terdapat 3 (tiga) inti kegiatan atau pilar lembaga, yakni:(1) Penapisan produk

dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-

market)melalui Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good Manufacturing Practices

(GMP) dan Good Distribution Practice (GDP) terkini; dan (2)Pengawasan Obat

dan Makananpasca beredar di masyarakat (post-market) melalui: a)

Pengambilan sampel dan pengujian; b)Peningkatan cakupan pengawasan

sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanandi Balai Besar POM di

Samarinda, termasuk Pasar Aman dari Bahan Berbahaya; c) Investigasi awal

dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanandi Balai Besar

POM di Samarinda d) Penguatan kapasitas laboratorium Balai Besar POM di

Samarinda. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan

Edukasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan

Makanan di Balai Besar POM di Samarinda melalui: a) Tindak lanjut terhadap

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 4

Public Warning; b) Penyuluhan kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang

Obat dan Makanan, serta; c) Peningkatan Pengawasan terhadap Pangan

Jajanan Anak Sekolah (PJAS), dan advokasi kepada masyarakat.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Balai Besar POM di Samarinda

sebagai lembaga pemerintah yang merupakan garda depan dalam hal

perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM di Samarinda idealnya

dapat menjalankan tugasnya secara lebih proaktif, tidak reaktif, yang bergerak

ketika sudah ada kasus-kasus yang dilaporkan. Dengan luas wilayah daratan

198.441,17 km2 dan wilayah laut 40.693,92 km2 terletak antara 113º44’ dan

119º00’ Bujur Timur serta diantara 4º24’ Lintang Utara dan 2º25’ Lintang

Selatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat sulit bagi Balai Besar

POM di Samarinda melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif.

Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara terletak di sebelah paling

Timur Pulau Kalimantan dan sekaligus merupakan wilayah perbatasan

dengan Negara Malaysia, khususnya Negara Sabah dan Sarawak. Tepatnya

provinsi ini berbatasan langsung dengan:

Negara Malaysia di sebelah Utara,

Laut Sulawesi dan Selat Makasar di sebelah Timur,

Provinsi Kalimantan Selatan di sebelah Selatan,

Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Negara Malaysia di

sebelah Barat.

Letak geografis tersebut mengakibatkan terdapat banyak pintu masuk

bagi berbagai Obat dan Makanan keProvinsi Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara. Namun hal ini, tidak menjadi hambatan dan justru menjadi

tantangan tersendiri bagi Balai Besar POM di Samarinda untuk melakukan

revitalisasi tehadap kinerjanya dalam hal mengawasi Obat dan Makanan

poduksi dalam negeri maupun impor yang beredar di masyarakat. Di sisi lain,

perkembangan modernisasi suatu bangsa akan berpengaruh pada pola hidup

masyarakat. Dengan perkembangan modernisasi atau pola hidup tersebut

menjadikan sulit bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup,

terutama pemenuhan standar kesehatan.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 5

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda melakukan

upaya-upaya strategis guna tercapainya tugas dan fungsinya yang berdampak

pada perlindungan konsumen, dalam rangka melindungi masyarakat

Kalimantan Timur dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat,

substandar, ilegal dan palsu, yang juga merupakan unsur penting dalam

meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global.

Munculnya perdagangan bebas di era globalisasi ini, pengawasan diarahkan

untuk dapat melindungi masyarakat melalui pengawasan pre marketdan post

market dengan mekanisme penyaringan produk yang beredar di wilayah

Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menjawab

ekspektasi masyarakat yang tinggi, Balai Besar POM di Samarinda mengawal

peraturan untuk membina pelaku usaha memproduksi Obat dan Makanan

yang aman, berkhasiat, bermanfaat dan bermutu serta melindungi masyarakat

dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak

bermanfaat dan tidak bermutu maka disusun Rencana Strategis ( Renstra),

Rencana Kerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja (PK) untuk pelaksanaan

tugas dan fungsi pengawasan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi

dan semakin kritisnya konsumen dalam memilih produk yang akan

dikonsumsi, pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar menjadi

sangat penting sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi baik di

Kalimantan Timur maupun nasional.

Tahun ini merupakan tahun ke pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN 2015-2019). Badan POM,

sebagai bagian integral dari pembangunan bidang kesehatan telah menyusun

upaya yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pengawasan obat

dan makanan yang diamanatkan oleh pemerintah. Upaya yang telah disusun

Badan POM secara konsisten mengacu pada kebijakan prioritas pembangunan

nasional bidang kesehatan dan sesuai dengan arahan Presiden RI. Arah

kebijakan dan strategi pengawasan obat dan makanan yang telah disusun

diharapkan mampu mendukung upaya pembangunan kesehatan secara

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 6

optimal utamanya dalam mencapai beberapa target Millenium Development

Goals (MDGs) serta menghadapi pemberlakuan Sistem jaminan Sosial

Nasional (SJSN) tahun 2014. Badan POM harus siap mendukung upaya ini

secara maksimal. Harus dirumuskan upaya-upaya strategis dan terobosan

baru yang akan memberikan daya ungkit yang signifikan pada pencapaian

tujuan bersama tersebut.

Balai Besar POM di Samarinda telah melaksanakan beberapa kegiatan

yang bersifat new initiatives dalam upaya dalam meningkatkan efektifitas

pengawasan obat dan makanan dalam rangka perlindungan kepada

masyarakat dan peningkatan daya saing, misalnya kegiatan pengawasan

pangan jajanan anak sekolah, perkuatan pengawasan post market dan

pengamanan pasar dalam negeri untuk mengantisipasi dampak notifikasi

kosmetik dan peningkatan daya saing industri farmasi nasional. Kegiatan new

initiatives untuk meningkatkan efisiensi business process sehingga tercipta tata

kelola kepemerintahan yang baik dan mewujudkan SDM aparatur yang

responsive; professional; transparan dan akuntabel. New initiative tersebut

antara lain adalah pengembangan e-government yang meliputi e-recruitment; e-

procuremen;, e-archive; e-registration; dan pengembangan serta penerapan

Reformasi Birokrasi, pengembangan dan penerapan Quality Management

System (QMS).

B. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan

Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231

Tahun 2004.Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun

berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan

Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 7

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mengacu pada Struktur Organisasi

Balai Besar POM di Samarinda. Dari struktur organisasi yang ada, Balai Besar

POM di Samarinda terdiri dari unit-unit kerja sebagai berikut : (1) Bidang

Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan

Produk Komplemen, (2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan

Mikrobiologi, (3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, (4) Bidang Sertifikasi

dan Layanan Informasi Konsumen, serta (5) Sub Bagian Tata Usaha.

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar POM di Samarinda

Disamping tugas pokok dan fungsi Balai Besar POM di Samarinda, masing-

masing Bidang/Seksi/Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok dan

fungsi sebagai berikut :

1. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk Komplemen

Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik

dan Produk Komplemen mempunyai tugas :

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 8

Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium pengujian dan penilaian

mutu Produk Terapetik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi :

Bidang Pengujian Pangan , Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi

mempunyai tugas :

Melaksanakan penyusunan rencana dan program evaluasi dan laporan

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara

laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan

Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan mempunyai tugas :

Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian,

dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta

penyidikan kasus pelanggaran hukumdi bidang produk terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas

Melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi laporan

pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

serta layanan informasi konsumen

5. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 9

Memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar

POM.

6. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas :

Melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Untuk mendukung tugas-tugas Balai Besar POM di Samarinda sesuai

dengan peran dan fungsinya diperlukan sejumlah SDM yang memiliki

keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai Besar

POM di Samarindauntuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat

dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 74 orang. Adapun jumlah

pegawai Balai Besar POM di Samarinda berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dijelaskan pada Tabel 1di bawah ini:

Tabel 1 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

NO TINGKATPENDIDIKAN JUMLAH %

1 S2 2 2.70

2 APOTEKER 32 43.24

3 S1BIOLOGI 1 1.35

4 S1LAIN 14 18.92

5 D3FARMASI/Komputer 7 9.46

6 SMF 14 18.92

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 10

7 SLTA Umum 3 4.05

8 SD 1 1.35

Dari Tabel 1di atas dapat diketahui bahwa 33.78 % pegawai Balai Besar

POM di Samarinda adalah non sarjana. Pendidikan terbesar di Balai Besar

POM di Samarinda berturut-turut adalah Apoteker (43.24%), S1 Lainnya

(18.92%) dan SMF (18.92%).Dibawah adalah gambar2berisi grafik komposisi

prosentase Sumber Daya ManusiaBalai Besar POMdi Samarinda menurut

tingkat Pendidikan.

Gambar 2 Profil Pegawai Balai Besar POM di Samarinda Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2013

0

10

20

30

40

2

32

1

14

7

14

31

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 11

Gambar 3 Kebutuhan SDM Balai POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Berdasarkan Analisa Beban Kerja

Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium

pegawai selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada

penambahan pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini

menyebabkan terjadinya kesenjangan pegawai BBPOM, karena dalam lima

tahun tersebut diperkirakan sejumlah 13 pegawai akan pensiun, pindah dan

sebagainya, sementara beban kerja semakin meningkat. Adanya kekurangan

pegawai yang signifikan tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi

pengawasan belum dapat dilakukan secara optimal.

Dari komposisi SDM pada Balai Besar POM di Samarinda sampai

dengan tahun 2014 sesuai dengan Tabel 1 dan Gambar 2 di atas, dirasakan

bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin

dinamis khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu

dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM pada Balai Besar POM

di Samarinda agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis

tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun ke

depan.

0

20

40

60

80

100

120

2014 2015 2016 2017 2018 2019

STANDAR KEBUTUHAN ABK TAHUN 2013

120 120 120 120 120 120

SDM TERSEDIA 74 82 82 82 82 82

SDM PENSIUN, PINDAH dll 0 4 3 3 2 1

KEKURANGAN SDM 46 38 38 38 38 38

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 12

C. Hasil Capaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda periode 2010-2014

Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai

Besar POM di Samarinda adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis,

yaitu :

1. Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam

rangkamelindungi masyarakat Provinsi Kalimantan Timur dan

Kalimantan Uatara;

2. Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang

moderndengan jaringan kerja di Seluruh Indonesia dangan kompetensi

dankapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara ;

3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang

ungguldalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan;

4. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan dan

pengendalianterhadap program dan administrasi di Lingkungan Balai

Besar POM di Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu;

5. Meningkatnya ketersediaan Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan.

Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai

Besar POM di Samarindatersebut dapat dilihat sesuai dengan

pencapaianindikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada Tabel 2di

bawah ini.

Tabel 2.Capaian Kinerja Balai Besar POM di SamarindaPeriode 2010-2014

URAIAN TARGET KINERJA REALISASI

TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 2

3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8

Meningkatkan perlindungan masyarakat dari produk Obat dan

1 Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka

1

Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar

0.08% 1.00% 0.24% 0,26% 0.81% 3.01% 0.24% 0.15% -0.35% 1.33%

2 Persentase 0.20% 2.00% 3.86% 4,19% 25.86% 6.95% 3.86% 12.71% -2.54% 4.69%

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 13

Makanan yang berisiko terhadap kesehatan

melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di Provinsi Kalimantan Timur

kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar

3

Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar

0.20% 2.00% 1.71% 1,88% 8.27% 3.49% 1.71% 0.67% -2.48% 0.30%

4

Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar

0.40% 2.00% 2.52% 2.77% 1.70% 0.86% 2.52% 2.98% -2.00% 2.82%

URAIAN TARGET KINERJA REALISASI

TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 2

3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8

5

Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar

3.00% 12.84% 15.03% 16.53% 3.18% 0.19% 15.03% 4.70% -

14.74% 12.45%

6

Proporsi Obat yang memenuhi standar (Aman, Manfaat, dan Mutu)

99.23% 99.23% 99.27% 99.31% 98.83% 99.03% 99.27% 99.42% 99.83% 97.50%

7

Proporsi OT yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)

2.00% 2.00% 1.79% 1.40% 2.94% 2.83% 1.79% 3.81% 2.73% 0.84%

8

Proporsi Kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya

3.00% 3.00% 0.67% 0.50% 1.18% 1.19% 0.67% 0.61% 1.08% 2.25%

9

Proporsi Suplemen Makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan

4.00% 4.00% 3.47% 2.73% 3.30% 5.88% 3.47% 0.47% 3.30% 0.49%

10

Proporsi Makanan yang memenuhi syarat

75.00% 75.00% 76.02% 77.50% 73.63% 72.01% 76.02% 80.91% 73.63% 86.08%

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 14

2 Terwujudnya laboratorium pengawasan Obat dan Makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di Provinsi Kalimantan Timur

11

Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini

42.00%

42.00%

62.00%

58.40%

74.50%

62.16%

55.20%

71.58%

74.50%

70.30%

TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

TAHUN TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 2

3 4 5 6 7 8 4 5 6 7 8

3 Meningka tnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan Obat dan Makanan

12

SDM yang ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi

70.00%

70.00%

75.00%

75%

80.00%

15.10%

15.00%

70.83%

84.05%

91.82%

13

Pemenuhan SDM sesuai dengan beban kerja

60.00%

60.00%

65.00%

65%

70.00%

76.90%

75.00%

69.70%

61.4%

64.35%

4

Meningkatnya Koordinasi Perencanaan, Pembinaan, Pengendalian terhadap Program dan Administrasi di Lingkungan BBPOM Samarinda sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu

14

Persentase Unit Kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

100.00%

40.00% 75.00% 100.00%

100.00%

100%

5

Tercapainya koordinasi dengan lintas sector terkait dalam pengawasan Obat dan Makanan

15

Persentase pelaksanaan tata hubungan kerja (advokasi) ke lintas sektor dalam pengawasan

70.00% 72.00%

75.00%

90.00% 90.25%

40.00%

40.00%

85.71%

81.82%

108.30%

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 15

Obat dan Makanan

SebagaimanaTabel2pencapaian kinerja pada Renstra periode 2010-2014

tersebut di atas, kinerja Balai Besar POM di Samarindatelah menunjukkan

kinerja yang baik. Hal ini bisa dilihat dari seluruh kinerja Balai Besar POM di

Samarinda sesuai dengan tugas utamanya melakukan pengawasan Obat dan

Makanan. Adapun penjelasan pencapaian masing-masing indikator tersebut

adalah sebagai berikut: Untuk indikator kinerja Obat yang beredar telah

memenuhi syarat tercapai sebesar 99,43%, sedangkan Obat Tradisional beredar

telah tercapai memenuhi syarat 80,20%, untuk kinerja Kosmetik beredar telah

memenuhi syarat sebesar 98,84%, dan kinerja Suplemen Makanan tercapai

sebesar 99,23%, dan Makanan beredar yang memenuhi syarat sebesar 83,94%.

Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi

mainstreaming di Renstra 2015-2019.

Dibawah ini dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja Balai Besar

POM di Samarinda dari tahun 2010-2014.

PERSENTASE KENAIKAN OBAT YANG MEMENUHI STANDAR

TA

HU

N 2

009

SE

BA

GA

I BA

SE

LIN

E

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.08 3.01 3,762.50 1.00 0.24 24.00 0.24 0.15 62.50 0,26 (0.35) - 0.81 1.33 -

PERSENTASE KENAIKAN OBAT TRADISIONAL YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.20 6.95 3,475.00 2.00 3.86 193.00 3.86 12.71 329.27 4,19 (2.54) - 25.86 4.69 -

PERSENTASE KENAIKAN KOSMETIK YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.20 3.49 1,745.00 2.00 1.71 85.50 1.71 0.67 39.18 1,88 (2.48) - 8.27 0.30 -

PERSENTASE KENAIKAN SUPLEMEN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

0.40 0.86 215.00 2.00 2.52 126.00 2.52 2.98 118.25 2.77 (2.00) (72.20) 1.70 2.82 -

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 16

PERSENTASE KENAIKAN MAKANAN YANG MEMENUHI STANDAR

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian Target Real %Capaian

3.00 0.19 6.33 12.84 15.03 117.06 15.03 4.70 31.27 16.53 (14.74) (89.17) 3.18 12.45 -

Gambar 4. Rasio Pencapaian Kinerja Balai Besar POM di Samarinda Periode

2010-2014

Gambar 5. Profil Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran Strategis 1 tahun

2010 s.d 2014

Berdasarkan capaian kinerja utama Balai Besar POM Samarinda sesuai

dengan Tabel2 dan Gambar 3diatas, terlihat bahwa kinerja Balai Besar POM

Samarindamasih memerlukan peningkatan sesuai dengan tugas dan

kewenangannya terlebih adanya perubahan lingkungan strategis yang sangat

dinamis, sehingga tantangan dan permasalahan akan makin berkembang. Balai

Besar POM Samarinda diharapkan terus meningkatkankinerja yang telah

dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaituagar pengawasan obat dan

makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik nasional maupun

global, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5

% c

apai

an

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 17

kompleks. arus besar globalisasi membawa keleluasaan informasi, fleksibilitas

distribusi barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu yang

berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga

berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam

yang memunculkan isu perubahan iklim (climate change), ketegangan lintas-

batas antarnegara, serta percepatan penyebaran wabah penyakit,

mencerminkan rumitnya tantangan yang harus dihadapi oleh Balai Besar POM

Samarinda. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas instansi Balai

Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran produk Obat dan

Makanan. Konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan serta kemampuan mengoptimalkan partisipasi masyarakat, akan

menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan. Terbentuknya provinsi baru Kalimantan Utara

pada Tahun 2012, memunculkan tantangan tersendiri untuk BBPOM

Samarinda karena ke depan tentunya berpotensi di bentuk Balai baru di

Kalimantan Utara guna meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan di

provinsi tersebut. Peran BBPOM Samarinda sangatlah dibutuhkan untuk

mempersiapkan Balai baru tersebut dari sisi struktur organisasi, kompetensi

dan kuantitas SDM,sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas

sektor tentunya dengan dukungan penuh dari Badan POM.

Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat eksternal yang

dihadapi oleh Balai Besar POM Samarinda terdiri atas2(dua) isu mendasar,

yaitu kesehatan dan globalisasi. Isu kesehatan yang akan diulas disini adalah

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Sedangkan terkait globalisasi, akan diulas tentang perdagangan bebas,

komitmen internasional, post MDGs 2015, perubahan iklim, dan demografi.Isu-

isu tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Adapun lingkungan strategis

yang mempengaruhi peran Balai Besar POM Samarinda baik internal maupun

eskternal adalah sebagai berikut:

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 18

1.2.1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

SKN merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, yangmemadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia

dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama

terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN merupakan bagian

dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam

mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta menuntut peran aktif

masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan tersebut.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh semua

pihak (pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat) melalui

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan

kesehatan. Bentuk pelayanan kesehatan tersebut berupa layanan rumah sakit,

Puskesmas, dan kegiatan peran serta masyarakat melalui Posyandu.Semakin

banyak pelayanan kesehatan yang disediakan, maka akan semakin

mempengaruhi kebutuhan pelayanan pendukung kepada kesehatan

masyarakat tersebut, yang antara lain tentunya adalah kebutuhan akan obat

semakin meningkat. Penjaminan mutu obat merupakan bagian yang tidak

terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.Hal ini

merupakan tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Balai Besar POM

Samarinda dalam penyediaan obat-obatan yang aman dan bermutu.

Penjaminan mutu obat tidak terlepas dari kualitas obat tersebut.Beberapa

permasalahan lainnya yang juga memerlukan perhatian dalam penjaminan mutu

obatadalah semakin meluasnya penggunaan jamu dan obat-obat tradisional, serta

pengobatan secara tradisional di masyarakat yang memerlukan peningkatan

penelitian ilmiah lebih lanjut. Disamping itu juga munculnya bibit penyakit baru

atau bibit penyakit yang dulu pernah ada dan sudah langka kasusnya sekarang,

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 19

namun kini berjangkit kembali. Penyakit ini,baik menular maupun yang tidak

menular sebagai akibat dari adanya perubahan iklim secara global, fluktuasi

ekonomi, model perdagangan bebas dan kemajuan teknologi maupun transisi

dari demografi, juga turut mengubah pola dan gaya hidup dari masyarakat

Indonesia dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan.

Untuk itu, permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Balai Besar

POM Samarinda untuk dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dalam

mengkonsumsi Obat yang beredar di pasaran. Dalam menciptakan rasa aman

bagi masyarakat, Balai Besar POM Samarinda selama inimelakukan kontrol

dalam bentuk penilaiansebelum produk beredar dipasar dan pengawasan secara

ketat terhadap produk yang sudah beredar luas di masyarakat. Selain itu, Balai

Besar POM Samarinda juga dapat memberikan informasi dan edukasi pada

masyarakat mengenai produk obat yang murah, aman dan bermutu.

1.2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan salah satu bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya

kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat. Sistem ini

merupakan program negara (pemerintah/masyarakat) dalam rangka

mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini

diharapkan dapat menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun

usia lanjut dan resiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan

(ends)dalam mewujudkan kesejahteraan.Untuk itu, dalam sistem jaminan

sosial nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan.

Implementasi SJSN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak

langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah

meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran produk obat,baik dari dalam

maupun luar negeri karena perusahaan/industri obat akan berlomba-lomba

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 20

menjadi supplier obat untuk program pemerintah tersebut. Selain jumlah obat

yang akan diregistrasi, jenis obat pun akan sangat bervariasi. Hal ini, karena

adanya demand terhadap obat sebagai salah satu produk yang dibutuhkan.

Sementara dampak tidak langsungnya diasumsikan adalah terjadinya

peningkatan konsumsi obat,baik jumlah dan jenisnya.

Disamping itu,permintaan pemenuhan persyaratan CPPOB (Cara

Produksi Pangan Olahan yang Baik)dan CDOB (Cara Distribusi Obat yang

Baik) juga akan terjadi peningkatan. Dampak tersebut akan mengakibatkan

peran Balai Besar POM Samarinda semakin besar, salah satunya adalah

mengantisipasi dampak tersebut melalui intensifikasi post market control.

1.2.3. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas,

yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan.

Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi,

dan transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara

dalam sistem pengelolaannya.Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus

tantangan bagi pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum

sepenuhnya dilakukan persiapan dalam menghadapi tantangan dan peluang

tersebut, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan,

sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang

responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi

tersebut telah mengakibatkan Indonesia masuk dalam perjanjian-perjanjian

internasional, khususnya ekonomi yang menghendaki adanya area

perdagangan bebas (free trade area). Ini dimulai dari perjanjian ASEAN-6

(Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina,Singapura, dan

Thailand)Free Trade Area, ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN Japan

Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), ASEAN-Korea Free Trade Agreement

(AKFTA), ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA), dan ASEAN-Australia-

New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).Dalam hal ini, memungkinkan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 21

negara-negara tersebut membentuk suatu kawasan bebas perdagangan yang

bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional dan

berpeluang besar menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta

menciptakan pasar regional. Hal ini membuka peluang peningkatan nilai

ekonomi sektor barang dan jasa serta memungkinkan sejumlah produk Obat

dan Makanan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik

negara-negara yang tergabung dalam perjanjian pasar regional tersebut. Dalam

menghadapi FTA dan masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015, diharapkan

industri farmasidan makanandalam negeri mampu untuk menjaga daya saing

terhadap produk luar negeri. Balai Besar POM Samarinda terlibat aktif dalam

perundingan bilateral Indonesia Malaysia (Sosek Malindo) khususnya antara

Provinsi Kalimantan Utara dan Negara Bagian Sabah untuk pengawasan

peredaran Obat dan Makanan di daerah perbatasan.

Dengan masuknya produk perdagangan bebas tersebut yang antara lain

adalah Obat, Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain,

merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas

menunjukkan bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat

dan Makanandari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan

mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan

proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan

tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu-isu

ekonomi saja namun juga merambah pada isu-isu kesehatan. Terkait isu

kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan

yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa

diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Permasalahan ini akan semakin kompleks dengan sulitnya Pemerintah dalam

membuka akses kesehatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat, khususnya

untuk masyarakat yang berada di pelosok desa dan perbatasan. Sebagai

contoh, saat ini akses masyarakat untuk mendapatkan obat legal dari apotek

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 22

masih terbatas sehingga menyebabkan harga obat menjadi lebih mahal.Secara

umum, jumlah apotek yang ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara masih kurang, belum semua kecamatan terjangkau dengan layanan

apotek.

Perdagangan bebas membuat kepekaan “berbisnis” menjadi sangat

tinggi, kebutuhan obat yang tinggi dengan ketersediaan yang rendah ditambah

lemahnya pengawasan dan penegakan hukummembuat banyak beredar obat-

obat yang tidak memenuhi ijin edar dan mengandung bahan baku yang

berbahaya. Hal ini jelas akan sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data

WHO, praktik pemalsuan produk obat di dunia rata-rata mencapai 10%, dan

mencapai 20-40% untuk negara berkembangtermasuk Indonesia.

Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki potensi

pengembangan pasar pengobatan tradisional yang cukup besar. Saat ini baru

terdapat 6 (enam) industri skala kecil. Namun dengan melihat potensi tanaman

obat yang spesifik tumbuh di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara yang berjumlah 27 (dua puluh tujuh) diantaranya adalah : Anggrek

hitam/ Black orchid (Coelogyne pandurata), Bawang tiwai (Eleutherine

americana), Tahongai (Kleinhovia hospita), Kelakai (Stenochlaena palustris).

Melihat besarnya potensi tersebut, diperlukan dukungan pemerintah

untukmemacu pertumbuhan industri obat tradisional. Dengan adanya Free

Trade Area (FTA), maka Pemerintah harus mengembangkan kesiapan distribusi

sediaan farmasi untuk dapat mendukung pemerataan, keterjangkauan, dan

ketersediaan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat sehingga mampu

bersaing dengan produk obat dari luar negeri.

1.2.4. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim dunia, akan semakin dirasakan oleh sektor

pertanian khusunya produk bahan pangan di Indonesia. Musim hujan yang

tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang semakin tidak pasti,

berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi pertanian.

Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat mengancam

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 23

ketersediaan pangan di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang

kompetitif.

Dari sisi ekonomi makro, bahwa industri makanan dan minuman

dimasa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok

pangan dunia. Namun, terkait dengan fenomena lanina yang mengakibatkan

terjadinya perubahan iklim dunia akan mempengaruhi stok pangan dunia.

Indonesia sebagai negara tropis akan banyak mendapatkan peluang dan

berperan dalam penyediaan pangan dunia. Indonesia dapat memanfaatkan

peluang ini dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Semakin besarnya kontribusi industri pengolahan, dengan sub-sektor

makanan, minuman dan tembakau serta sub-sektor pupuk, kimia dan barang

dari karet terhadap output nasional, maka akan semakin besar juga tugas dari

Badan POM termasuk Balai Besar POM Samarinda untuk mengawasi dan

menjamin keamanan proses produksi produk makanan dari hulu hingga hilir.

Ekonom Faisal Basri dalamKompasiana, Nopember 2010, menyatakan bahwa

industri makanan dan minuman berperan penting dalam pertumbuhan

ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari hasil ekspor-impor produk

makanan dan minuman serta peringkat pertumbuhan industri.Namun hasil

peningkatan ini masih perlu didukung dengan peran teknologi (inovasi

produk, kemasan dan lainnya), infrastruktur (logistik kebutuhan industri),

institusi (peraturan yang terkait industri makanan dan minuman), health and

primary education (sumber daya manusia Indonesia). Jadi peran dan fungsi dari

Balai Besar POM Samarinda akan semakin berat dan sangat dibutuhkan dalam

upaya mencegah peredaran makanan serta obat yang mengandung bahan

berbahaya di dalam tubuh.

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan

munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari virus. Bibit penyakit baru

tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 24

banyak, dan mudah tersebar dari satu negara ke negara lain. Penyebaran virus

ini dapat melalui hewan unggas, serangga, orang maupun udara. Saat ini,

masyarakat sudah mengenalvirus flu burung (H2N1), demam cikungunya

yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, flu babi dan lain sebagainya yang

berkembang di negara-negara tropis seperti Indonesia.

Perubahan iklim yang ditandai dengan meningkatnya intensitas curah

hujan dan suhu udara, dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit yang

disebabkan oleh nyamuk. Menurut Kementerian Kesehatan bekerja sama

dengan Research Center for Climate Change Universitas Indonesia (RCCC-UI)

tahun 2013,yang melaksanakan kajian dan pemetaan model kerentanan

penyakit infeksi akibat perubahan iklim, Indonesia merupakan wilayah

endemik untuk beberapa penyakit yang perkembangannya terkait dengan

pertumbuhan vektor pada lingkungan, misalnya Demam Berdarah Dengue dan

Malaria. Jadi di Indonesia, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat

perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu

Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Diare. Bukti ilmiah yang

diperoleh hingga saat ini menyatakan bahwa pertumbuhan penyakit yang

disebabkan olehvariabilitas dan perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap

epidemiologi penyakit yang ditularkan baik oleh vector (vector-borne disease),

air (water-borne disease), dan udara (air-borne disease).

Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang

banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran

Pernapasan(ISPA)dan penyakit batu ginjal. Kedua penyakit ini dapat dicegah

dengan mengkonsumsi obat-obat tradisonal yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses

perubahan iklim, diperlukan peranan dari Badan POM termasuk Balai Besar

POM Samarinda dalam mengawasi peredaran varian produk obat yang baru

dari jenis penyakit tersebut, baik yang diproduksi di dalam negeri, maupun

yang berasal dari luar negeri. Selain dari obat farmasi, varian obat baru ini juga

diikuti pula dengan jenis obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 25

paling banyak beredar di pasar.Kondisi ini menuntut kerja keras dari BBPOM

Samarinda melakukan pengawasan terutama terhadap peredaran obat

tersebut.

1.2.5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat (Perubahan Pola Hidup

Masyarakat)

Kemajuan dari ekonomi Indonesia dapat dilihat dari indikator makro-

ekonomi, yakni pendapatan per kapita sebesar USD 3000 tahun 2010 dan

diproyeksikan pada tahun 2025 mencapai USD 14.250–15.500 (Bappenas; 2012),

dan telah menjadi 10 (sepuluh) besar negara yang mendominasi kekuatan

ekonomi dunia. Indikator ini menunjukan besarnya daya beli yang ada pada

masyarakat Indonesia. Secara teori dan fakta, bahwa semakin tinggi

pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat

dan Makanan yang memiliki standar dan kualitas.

Berdasarkan data konsumsi Obat yang dilakukan masyarakat Indonesia

pada Gambar 5, sebagian besar penduduk masih banyak yang mengkonsumsi

obat modern dibandingkan dengan obat tradisional. Konsumsi obat modern

pada tahun 2012 mencapai 91,40%, sedangkan obat tradisional hanya sebanyak

24,33%. Beberapa penyakit degeneratif, yakni penyakit yang dimiliki para

kaum lanjut usia justru banyak menggunakan obat-obatan dalam jangka

waktu yang relatif lebih lama.

91.63% 90.76% 90.96% 91.40%

22.24%27.57%

23.63% 24.33%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

Obat Modern

Obat Tradisional

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 26

Gambar 6

Persentase Penduduk yang Mengonsumsi Obat Modern dan Tradisional

Sumber: Susenas BPS 2009-2012

Dengan dengan asumsi masyarakat Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara juga banyak yang mengkonsumsi obat modern,untuk itu perlu

mendapatkan perhatian dan pengawasan yang serius dari Balai Besar POM

Samarinda.

1.2.6. Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus

penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta jiwa

(sebesar 1,49% pertahun) sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kalimantan

Timur dan Kalimantan Utara tahun 2011-2013 menurut Kalimantan Timur dalam

angka tahun 2014 adalah 2,97%. Dengan laju pertumbuhan sebesar itu,

diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 akan mencapai 450

juta jiwa. Dari Gambar 6.1 di bawah ini dapat dilihat bahwa jumlah populasi

terbesar berada pada kelompok umur remaja 15-19 tahun yang paling banyak,

namun menunjukan trend penurunan. Sementara usia produktif antara 30-54

tahun justru menunjukan trend meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan

usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend yang meningkat

tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat usia harapan hidup,

artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin meningkat.

Indonesia sebagai negara ke-4 dengan populasi lanjut usia tertinggi,

yakni 9,079 juta tahun 2010 dan akan naik pada tahun 2020 menjadi 29,047 juta

(BPS Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010). Maka perubahan pola beban

penyakit untuk kaum lansia dengan beban yang lebih kronik dan

membutuhkan layanan kesehatan pada jangka panjang yang lebih berkualitas.

Secara umum, bahwa transisi demografi juga akan menimbulkan efek pada

transisi kesehatan di masyarakat, sehingga terjadi peningkatan dalam

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 27

penggunaan layanan kesehatan baik secara personal, korporat maupun

masyarakat luas. Efek ini akan dapat mempengaruhi besarnya beban fasilitas

kesehatan dan sistem jaminan kesehatan masyarakat Indonesia, dan sekaligus

akan menambah beban kerja dari BBPOM Samarinda sebagai pengawas di

bidang Obat dan Makanan.

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan

cukup besar pada kelompok usia produktif, karena pola hidup dan orientasi

konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga

penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen

obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi

BBPOM di Samarinda untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai jenis

obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin

bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap

produk Obat dan Makanan juga akan semakin meningkat. Jika permintaan

terhadap produk Obat dan Makanan semakin meningkat maka penawaran

dari produk Obat dan Makanan juga akan meningkat. Adanya potensi pasar

membuat para produsen baik lokal maupun internasional untuk memproduksi

produk Obat dan Makanan. Bertambahnya jumlah produsen ini tentunya akan

menambah beban pekerjaan BBPOM di Samarinda dalam

prosespengawasannya. Kurangnya pemenuhan GMP (Good Manufacturing

Practice) oleh produsen dalam memproduksi Obat dan Makananmenjadi

tantangan BBPOM di Samarinda dalam melakukan pengawasan.

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

jum

lah

pe

nd

ud

uk

(dal

am 0

00

)

Kelompok Umur

2009

2010

2011

2012

2013

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 28

Gambar 7

Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur Tahun

2009-2013

Sumber: BPS Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2013

Peningkatan jumlah penduduk jika ditata dengan baik akan menjadi

potensi berupa sumber daya manusia bagi pembangunan ekonomi (yaitu

dengan adanya bonus demografi). Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang

bagi pemerintah untuk dapat memanfaatkan fase Bonus Demografi di

Indonesia untuk menciptakan aktivitas ekonomi yang sangat besar dan

mampu memberikan kontribusi yang besar juga dalam APBN.

Bonus demografi yang terjadi di Indonesia akan memberi dampak yang

besar jika pendidikan dan ekonomi yang terkait dengan tenaga kerja cukup

baik ketersediaannya. Indonesia dapat menjadi negara dengan perekonomian

terbesar ketujuh di dunia, jika dapat memanfaatkan potensi bonus demografi

yang ada. Laporan McKinsey Global Instittute (September 2012), memprediksi

bahwa ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada 2030.

Prediksi ini berpatokan pada pemetaan demografi bahwa penduduk Indonesia

dalam usia produktif telah mencapai 80%. Penduduk ini telah memiliki daya

beli lebih tinggi ditambah dengan kenaikan jumlah penduduk kelas menengah

(middle class) yang terjadi pada tahun 2040.

Di samping menyiapkan pemanfaatan Bonus Demografi, juga sudah

harus mulai dipikirkan permasalahan-permasalahan yang timbul pasca

berakhirnya masa Bonus Demografi,dimana jumlah lansia meningkat.

Laporan Mc Kinsey (2012) menunjukkan bahwa kelompok middle class

atau consuming class Indonesia naik dari waktu ke waktu, yakni tahun 2010

hanya 45 juta orang, maka proyeksi tahun 2020 naik menjadi 85 juta orang dan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 29

pada tahun 2030 sudah mencapai 135 juta orang. Kelompok ini akan banyak

mempengaruhi pola konsumsi Obat dan Makanan serta gaya hidup

masyarakat Indonesia.

Syarat agar Bonus Demografi dapat dimanfaatkan dengan baik adalah

dengan mempersiapkannya dari mulai perencanaan sampai dengan

implementasinya di tingkat lapangan. Persiapan ini antara lain melalui: a)

Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat; b) Peningkatan kualitas dan

kuantitas pendidikan; c) Pengendalian jumlah penduduk; d) Kebijakan

ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja danpasar, serta

keterbukaan perdagangan dan tabungan nasional.

1.2.7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah belum

dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor dan dukungan

peraturan perundangan merupakan tantangan yang sangat penting.

Manajemen kesehatan yang meliputi kebijakan kesehatan, administrasi

kesehatan, sistem informasi kesehatan, dan hukum kesehatan yang mencakup

perlindungan masyarakat, penegakan dan kesadaran hukum belum

sepenuhnya mendukung pembangunan kesehatan. Meskipun sistem informasi

kesehatan sangat penting untuk mendukung pembangunan kesehatan, akan

tetapi tidak mudah dalam pengembangannya agar berhasil-guna dan berdaya-

guna. Desentralisasi di bidang kesehatan belum dapat berjalan sesuai yang

diharapkan.

Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaanfarmasi,

alat kesehatan dan makanan minuman telah dilakukan secara komprehensif.

Sementara itu pemerintah telah berusaha untuk menurunkan harga obat,

namun masih banyak kendala yang dihadapi. Penggunaan obat rasional belum

dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak

pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium. Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar penyediaan obat di

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 30

pelayanan kesehatan publik. DOEN tersebut telah disusun sejak tahun 1980

dan direvisi secara berkala sampai tahun 2008.

Untuk menjamin keterjangkauan obat esensial, Pemerintah telah

menetapkan harga obat generik esensial untuk pelayanan kesehatan mencakup

455 item obat. Disamping itu, masyarakat miskin juga telah mendapatkan

pengutamaan dalam pelayanan kesehatan dasar, khususnya pelayanan obat

melalui subsidi pemerintah sebesar Rp.3.800/kapita tahun 2007 dan Rp.

4.200/kapita di tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebesar 225 juta,

yang secara bertahap harus terus ditingkatkan untuk mencapai minimum

$.2,00/kapita USD sesuai dengan rekomendasi WHO. Sementara ini, melalui

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk masyarakat miskin,

pemerintah menyediakan pula dana untuk pelayanan kesehatan yang sebagian

diantaranya untuk belanja obat, namun demikian masih belum dapat

memenuhi kebutuhan obat sebagaimana yang diharapkan.

Ketersediaan Obat Generik Berlogo tinggi, harga murah tapi akses

masyarakat terhambat karena asymetric information dan praktek pemasaran

yang kurang baik.Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas

merupakan obat esensial generik. Namun tidak diikuti oleh sarana pelayanan

kesehatan lainnya, seperti di rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan

apotek. Hal ini menunjukkan bahwa konsep obat esensial generik belum

sepenuhnya diterapkan.

Agar tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda berjalan dengan

baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik

dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang baik (sound governance).Pembangunan kesehatan harus

diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan),

rasional, professional, serta bertanggung jawab dan bertanggung-gugat

(akuntabel). Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan

menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah pusat

dan daerah, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 31

mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Dengan berlakunya

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan

tantangan bagi BBPOM di Samarindauntuk menyiapkan dan mengusulkan

Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria bagi Pemerintah Daerah dalam

melaksanakan kegiatan terkait Obat dan Makanan yang dilimpahkan ke

daerah.

1.2.8.Perkembangan Teknologi

Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik,

namun penyediaan bahan baku obat yang diperoleh dari impor mencapai 96%

dari kebutuhan. Padahal Indonesia memiliki 9.600 jenis tanaman berpotensi

mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah

digunakan sebagai bahan baku. Dengan kemajuan teknologi dan besarnya

kebutuhan produk obat, Badan POM dapat mendorong industri farmasi

khususnya industri obat tradisional untuk mengoptimalkan penggunaan

bahan baku obat Tradisional dalam negeri.

Selain teknologi produksi juga didukung dengan teknologi transportasi.

Perkembangan industri transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa

pengiriman barang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sehingga

distribusi Obat dan Makanan secara masal dapat dilakukan lebih efisien.

Untuk itu, dampak pengawasan atas peredaran Obat dan Makanan semakin

tinggi, dikarenakan distribusi Obat dan Makanan ketempat tujuan di seluruh

wilayah Indonesia semakin cepat, sehingga antipasi pengawasan obat dan

makanan juga harus sama cepatnya.

Disamping itu, teknologi pangan juga semakin berkembang. Dan

dengan adanya perubahan iklim ikut mendorong berbagai inovasi dari

perkembangan IPTEKtersebut, yang menjadikan varian bahan makanan yang

sama dapat diproduksi secara berbeda, misalnya melalui rekayasa genetika

yang terkadang tingkat keamanannya belum teruji. Hal ini harus menjadi

perhatian dan antisipasi Badan POM termasuk BBPOM di Samarinda dalam

menghadapi hal tersebut.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 32

Untuk itu, dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi

juga dapat menjadi potensi bagi BBPOM di Samarinda untuk dapat melakukan

pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan

masyarakat yang ada di Indonesia. Di sisi lain, teknologi informasi juga dapat

menjadi tantangan bagi BBPOM di Samarinda akan banyaknya pemasaran dan

transaksi produk Makanan dan Obat secara online, yang tentu saja juga perlu

mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

1.2.9. Analisa terhadap Lingkungan Strategis (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, Threats/SWOT)

Sebagaimana dinamika perubahan lingkungan strategis yang telah

dijelaskan di atas baik secara internal maupun eksternal, maka Balai Besar

POM di Samarinda harus melakukan upaya-upaya agar pengaruh lingkungan

khususnya eskternal dapat menjadi suatu peluang bukan ancaman yang dapat

mempengaruhi peran Balai Besar POM di Samarinda sebagai lembaga yang

bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap Obat dan

Makanan di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Atas dasar pengaruh lingkungan strategis tersebut, maka selanjutnya

akan menjadi dasar dalam melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan,

peluang dan hambatan melalui analisa SWOT,sehingga dari analisa tersebut

dapat ditetapkan arah strategis dan kebijakan Balai Besar POM di Samarinda

kedepan, agar dapat terwujud tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM

di Samarinda dalam Renstra Periode 2015-2019. Adapun hasil analisa SWOT

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. KEKUATAN (STRENGTHS)

Balai Besar POM di Samarinda sebagai UPT Badan Pengawas Obat dan

Makanan saat ini memiliki kualitas SDM yang sangat memadai,

khususnya tenaga-tenaga yang terampil dalam melakukan pengujian

laboratorium dan inspeksi sarana dalam melaksanakan pengawasan

produk Obat dan Makanan yang ada.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 33

Disamping itu, Badan POM secara menyeluruh telah memiliki hasil

penilaian atas Integritas Pelayanan Publik yang diakui secara Nasional.

Pelayanan ini sangat mutlak harus memiliki integritas karena dampak

pelayanan yang diberikan oleh Balai Besar POM di Samarinda terhadap

pengujian laboratorium dan inspeksi sarana Obat dan Makanan akan

langsung dirasakan oleh masyarakat.

Sebagai UPT Badan POM, Balai Besar POM Samarinda memiliki jaringan

(networking) yang kuat dengan lembaga-lembaga di provinsi Kalimantan

Timur dan Kalimantan Utara. Jaringan yang kuat dan luas ini sangat

strategis posisinya dalam mendorong dan memastikan tugas-tugas pokok

Balai Besar POM Samarinda sebagai pengawas Obat dan Makanan pada

provinsi tersebut.

Di sisi lain, Balai Besar POM Samarinda telah menerapkan Pedoman

Pengawasan yang jelas untuk acuan pengujian/inspeksi dalam

pengawasan atas Obat dan Makanan yang dikeluarkan oleh Badan POM,

sehingga seluruh pengujian/inspeksi tersebut telah memiliki standar

baku sebagai penjamin\ quality assurance kesamaan prosedur.

Dalam mendorong pencapaian tujuan organisasi Balai Besar POM

Samarinda, Komitmen PimpinanBalai Besar POM Samarinda menjadi

mutlak sebagai landasan untuk mewujudkan visi dan misi serta tujuan

dari peran Badan POM dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan

kesehatan masyarakat.

2. KELEMAHAN (WEAKNESSES)

Saat ini SDM Balai Besar POM Samarinda sudah memiliki kualitas yang

memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai Besar POM Samarinda

belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi

sebagai UPT Badan POM.

Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan,

baik ditingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 34

manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan

penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien.

Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, diperlukan

sarana dan prasarana yang sangat memadai. Hal ini juga untuk

mengimbangi peredaran Obat dan Makanan yang semakin canggih.

Untuk itu, penyiapan sarana dan prasarana yang memadai tersebut

menjadi mutlak dilakukan dalam mendukung tugas pokok dan fungsi

Balai Besar POM Samarinda.

Disamping itu, untuk mendukung kepatuhan pelaku usaha dalam proses

produksi dan distribusiserta penyebarluasan informasi mengenai Obat

dan Makanan perlu didukung dengan teknologi informasi yang

memadai.

Peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda juga harus didukung

oleh struktur organisasi dan tata kerja yang tepat. Saat ini pembagian

kewenangan atau beban kerja masih belum menunjukkan ukuran yang

sesuai. Diharapkan usulan penataan kelembagaan ke Badan POM ke

depannya bisa sesuai dan mengikuti prinsip structur follow function follow

strategy, sehingga struktur organisasi dan tata kerja (fungsi) dapat

mewujudkan tujuan organisasi.

3. PELUANG (OPPORTUNITIES)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan

sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama terhimpun

dalam berbagai sistem kemasyarakatan. SKN dan JKN merupakan bagian

dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama

dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta berperan

aktif masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan. Untuk itu, SKN dan

JKN merupakan tantangan atau peluang bagi Badan POM khususnya

Balai Besar POM Samarinda dalam mendorong upaya kesehatan

masyarakat yang lebih baik lagi dalam menghadapi pola perilaku dan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 35

lingkungan sehat khususnya obat dan makanan di lingkungan

Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Dengan kemajuan teknologi dan besarnya kebutuhan produk obat dan

makanan, Balai Besar POM Samarinda dapat mendorong pelaku usaha

industri kecil untuk dapat berkembang menjadi industri obat tradisional

dan industri pangan skala besar.

Arus urbanisasi ke Kalimatan Timur dan Kalimantan Utara akan semakin

mengakibatkan bertambahnya penduduk dan berkembangnya varian

penyakit maka akan mengakibatkan kebutuhan Obat dan Makanan

semakin meningkat. Hal ini mendorongindustri rumah tangga akan

semakin bertambah jumlahnya dan juga akan semakin berkembang pesat.

Selain industri rumah tangga, kemungkinan juga akan muncul industri

lain yang belum ada selama ini yaitu industri farmasi, industri kosmetik

dan industri obat tradisional. Hal ini menjadi peluangan dan tantangan

Balai Besar POM Samarinda dalam mengawasi peredaran Obat dan

Makanan.

Kerjasama dengan Pemerintah Daerah (PEMDA) dan SKPD/Instansi

terkait merupakan hal yang sangat mutlak agar upaya pembangunan

kesehatan dapat tercapai. Peluang kerjasama dengan instansi terkait

dapat mendorong efektifitas dan efesiensi pengawasan Obat dan

makanan khususnya dengan instansi aparatur penegak hukum maupun

instansi terkait lainnya.

Otonomi dan Desentralisasi bidang kesehatan dan komitmen pemerintah

belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Kerjasama lintas sektor

dan dukungan peraturan perundangan merupakan tantangan yang

sangat penting.

3. ANCAMAN (THREATS)

Pengaruh perubahan iklim dunia, khususnya untuk produk bahan

pangan di Indonesia semakin dirasakan ancamannya. Musim hujan yang

tidak menentu dan diikuti dengan perubahan cuaca yang ekstrem

berdampak pada bencana alam dan kerugian besar dalam produksi

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 36

pertanian. Adanya gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia dapat

berdampak ketersediaan pangan yang menipis di Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara. Akibatnya harga bahan pangan mengalami kenaikan

yang cukup tinggi. Dengan demikian, perubahan iklim dapat

mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas,

sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif sehingga permintaan

akan produk pangan semakin meningkat. Hal ini akan sulit mengimbangi

dan mengawasi distribusi barang yang masuk yang sesuai dengan

standardisasi kesehatan.

Tingginya arus produk Obat dan Makanan yang beredar, mengakibatkan

adanya produk-produk yang tersedia dipasar tidak memenuhi kualifikasi

standar yang dipersyaratkan. Hal ini menjadi masalah dalam peredaran

Obat dan Makanan. Di sisi lain, lemahnya penegakan hukum terhadap

pelanggaran seperti ini mengakibatkan ancaman bagi masyarakat. Untuk

itu, diharapkan koordinasi dan kerjasama dalam bidang Penegakan

Hukum (Criminal Justice System /CJS) harus lebih aktif lagi agar dapat

meminimalkan permasalahan tersebut. Belum optimalnya Pengawasan

dan Penegakan Hukum terhadap produk Obat dan Makanan Ilegal di

daerah Perbatasan Kalimantan Utara – Negara bagian Sabah menjadi

ancaman terbesar terhadap keberhasilan Balai Besar POM di Samarinda

dalam melindungi masyarakat terhadap risiko produk yang merugikan

kesehatan.

Dengan semakin tumbuhnya perekonomian Indonesia akan

mempengaruhi perubahan pola perilaku hidup sosialnya, salah

satunyadalam mengkonsumsi Obat dan Makanan. Hal ini menjadi

ancaman bagi masyarakat apabila pengunaan Obat dan Makanan tidak

diantisipasi dengan pemberian informasi, komunikasi dan edukasi atas

penggunaan Obat dan Makanan tersebut.

Sisi lain, globalisasi yang mendorong lahirnya area perdagangan bebas

(free trade area) menjadikan peredaran Obat dan Makanan juga semakin

sulit untuk dikontrol. Dengan masuknya berbagai produk Obat,

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 37

Makanan dan Kosmetik, termasuk jamu dari negara lain merupakan

persoalan krusial yang perlu diantisipasi segera. Realitas menunjukan

bahwa saat ini Indonesia telah menjadi pasar bagi produk Obat dan

Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan

kualitasnya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan

proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi produk Obat

dan Makanan tersebut.

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut sensus

penduduk tahun 2010, dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 32,5 juta

jiwa (sebesar 1,49% pertahun). Sementara usia produktif antara 30-54

tahun justru menunjukkan trend meningkat dari waktu ke waktu.

Sedangkan usia 55-64 tahun dan usia di atas 65 tahun menunjukan trend

yang meningkat tetapi dengan jumlah yang berbeda. Semakin meningkat

usia harapan hidup, artinya tingkat kesehatan masyarakat juga semakin

meningkat.Dengan asumsi yang sama berlaku untuk Kalimantan Timur

dan Kalimantan Utara Perkembangan jumlah penduduk yang sangat

cepat, jika tidak ditata dengan baik akan menjadi potensi ancaman bagi

kesehatan masyarakat.Di bawah ini, tabel 3Rangkuman Analisis SWOT

sesuai dengan pengaruh lingkungan strategis dari internal dan eskternal.

Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Kualitas SDM

2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

3. Networking yang kuat dengan Stake holder di

lingkungan provinsi Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara 4. Pedoman Pengawasan yang jelas

5. Komitmen Pimpinan

Kelemahan 1. Masih terbatasnya jumlah SDM

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 38

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

(Weaknesses) 2. Masih belum optimalnya sistem manajemen kinerja

3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung

maupun utama

4. Masih kurangnya dukungan IT

5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja

Tantangan

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)

2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat

3. Jumlah Industri rumah tangga pangan yang

berkembang pesat

4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Ancaman

(Threats)

1. Perubahan iklim dunia

2. Lemahnya penegakan hukum

3. Perubahan pola hidup masyarakat

4. Adanya Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade

Area)

5 Perpindahan penduduk yang sangat cepat

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai Besar

POM di Samarindatersebut telah diupayakan secara optimal sesuai dengan

target hasil pencapaian kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih

menyisakan permasalahan yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan

masyarakat, antara lain (1) Belum sepenuhnya tercapai penapisan produk

dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-market), 2)

Belum optimalnya Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di

masyarakat (post-market) (3) dan belum efektifnya pemberdayaan masyarakat

melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam rangka meningkatkan

efektifitas pengawasan Obat dan Makanan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas terdapat beberapa

penyebab permasalahan yang sangat strategis dan sangat penting bagi peran

Balai Besar POM Samarinda dalam melakukan pembenahan di masa

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 39

mendatang sehingga diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih

optimal. Di bawah ini pada Gambar 4terdapat diagram yang menunjukkan

analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan

kewenangan Balai Besar POM Samarindaadalah sebagai berikut:

PERAN BALAI BESAR POM SAMARINDA

Penguatan Pelaksanaan Kebijakan Teknis Pengawasan (RegulatorySystem)

Pembinaan dan Bimbingan kepada

pemangku kepentingan

Gambar 8 Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan Dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai

Besar POM Samarindasebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih

perlu terus dilakukan penguatan secara kelembagaan agar pencapaian kinerja

di masa datang dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan

Makanan yang lebih baikdalam menjaga keamanan, mutu serta

khasiat/manfaatObat dan Makanan tersebut,dan diharapkan dapat

memberikan kontribusi bagi pembangunan kesehatan masyarakat.

Untuk itu, ada 3 (tiga) isustrategis dari permasalahan pokok yang

dihadapi Balai Besar POM Samarinda sesuai dengan peran dan kewenangan

agar lebih optimal,yang perlu terus diperkuat dalam peningkatan kinerja

dimasa yang akan datang sebagai berikut:

BELUM OPTIMALNYA PERAN BBPOM SAMARINDA DALAM

MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Belum Optimalnya Penguatan Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan

Masih lemahnya Pembinaan dan Bimbingan kepada

pemangku kepentinganmelalui Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik

Masih terbatasnya Kapasitas

Kelembagaan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 40

1. Perlu adanya penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Perlunyameningkatkan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama,

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat

dan Makanan serta mendorong peningkatan kemitraan dengan berbagai

pemangku kepentingan.

3. Memperkuat kapasitas kelembagaan, serta meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pengelolaan sumber daya.

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atasuntuk memperkuat

peran dan kewenangan secara efektif, maka Badan POM secara menyeluruh

perlu melakukanpenguatan organisasi dan kelembagaanserta penguatan

regulasi, khususnya peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran

dan tugas pokok dan fungsinyaagar faktor-faktor lingkungan strategis yang

mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Balai Besar POM Samarindadan

mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan

sesuai dengan kebutuhan zamansebagai unit pelaksana teknis Badan POM.

Dilihat dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan

kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,

posisi organisasi Balai Besar POM Samarinda sebagai unit pelaksana teknis

Badan POM harusnyamelakukan pengembangan dan perluasan organisasi

agar dapat bersinergi mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Badan

POM periode 2015-2019.

Untuk itu, dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal

sesuai dengan peran dan kewenangan Balai Besar POM Samarinda yang

merupakan unit pelaksana teknis Badan POM sebagai lembaga yang

mengawasi Obat dan Makanan, maka diusulkan penguatan peran dan

kewenanganBalai Besar POM Samarinda sesuai dengan bisnis proses Balai

Besar POM Samarinda yang mengacu peran dan kewenanganserta bisnis

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 41

proses Badan POM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada gambar dan

tabel di bawah ini:

Kegiatan Utama Berndasarkan Bisnis Proses Utama BPOM

Standarisasi

Kebijakan Teknis

Pengawasan

Obat dan Makanan

PRE MARKET POST MARKET

Pembinaan dan

Bimbingan Kepada

Stakeholder

Pengawasan OM

Sesuai Standar

Pengawasan Sarana

Produksi sesuai

Standar

Penyidikan dan

Penegakan Hukum

Pembinaan dan

Bimbingan Kepada

Stakeholder

SISTEM (STANDARISASI) PENGAWASAN (REGULATOR) KEMANDIRIAN

STAKEHOLDERS

Pengawasan Sarana

Distribusi sesuai

Standar

Sampling Produk dan

Pengujian

Laboratorium

Gambar 9. Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM

Tabel 4.Penguatan Peran Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 42

• Pengawasan sarana produksi sesuai standar • Pengawasan sarana distribusi sesuai standar • Sampling dan pengujian laboratorium • Penyidikan dan penegakan hukum

Penguatan Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan

• Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha melaluiKomunikasi, Informasi dan Edukasi publik termasuk peringatan publik

• Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan • Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan

Makanan yang tidak sesuai dengan standar • Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang

tidak memenuhi standar

Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 43

BAB II VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN

SASARAN STRATEGIS

2.1 Visi

Di era globalisasi dengan segala bentuk dinamikanya, untuk

mewujudkan suatu Pengawasan Obat dan Makanan yang Solid, Andal,

Terpadu dan Utuh (SATU) serta untuk menjawab tantangan ke depan,

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda mempunyai cita-

cita sebagaimana Visi Badan POM RI, yaitu :

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan

Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan makanan harus

melibatkanmasyarakat dan pemangku kepentingan, dilaksanakan secara

akuntabel sertadiarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang

lebih baik. Sejalandengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing

adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat danMakanan

telah melalui analisa dan kajian, sehingga risikoyang mungkin masih timbul

adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat

digunakan padamanusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat

Obatdan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya

terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang

telahmemenuhi standar, baik standar nasional maupuninternasional, sehingga

produk lokal unggul dalammenghadapi pesaing di masa depan.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 44

Gambar 10 Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019

2.2 Misi

Misi Balai Besar POM di Samarinda, Sebagaimana Misi Badan POM RI,

didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk :

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

SH 1.Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman,

berkhasiat/bermanfaat, & bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat.

STA

KEH

OLD

ER

PR

OC

ESSE

S C

AP

AB

ILIT

Y

SH 3. Menguatnya Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

I2. Meningkatkan

mutu sarana produksi

dan distribusi Obat

dan Makanan

L1. Meningkatkan

pengelolaan

Human Capital

Management

(HCM)

F1.Meningkatkan akuntanbilitas

Anggaran

SH 4. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku

kepentingan, dan partisipasi masyarakat

SH 2. Meningkatnya daya saing Obat

dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung

inovasi.

I4. Meningkatkan

pemberdayaan

masyarakat dan

kemitraan

I3. Meningkatkan penegakan hukum

terhadap pelanggaran Obat dan Makanan

L2. Meningkatkan efektivitas

Organisasi, Tata Laksana dan RB

I1. Meningkatkan

mutu pengujian

Obat dan Makanan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 45

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata

sesuai dengan penguatan peran BPOM termasuk BBPOM di Samarinda

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I terhadap peran BPOM.

Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai dengan peran-peran BPOM

tersebut untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full

spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta

penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban BPOM

dalam melindungi masyarakat dari produk yang tidak aman dengan

tujuan akhir adalah masyarakat sehat, serta berdaya saing, maka perlu

disusun suatu sasaran strategis khusus yang mampu mengawalnya. Di

satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi,

sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya

prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan

Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional

untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen mempunyai peran yang

sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan,

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 46

utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan

Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya

peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan

yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi

dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif

dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan

upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam

mendukung pengawasan. Upaya-upaya tersebut salah satunya dilakukan

melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang

tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia.

Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk

Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric information yang dapat

dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang murah

namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan

sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak

lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang

kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan

serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan

Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang

ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di seluruh Indonesia.

Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas

pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan

kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas

pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi dengan lintas sektor

terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien

dalam upaya mencapai tujuan.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 47

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam

menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan

pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang

memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait

dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap

pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta

pembinaan dengan baik. BPOM harus mampu membina dan mendorong

pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,

bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara

berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai

kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia,

termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan

terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri

makanan, minuman, dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di

tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi

sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012).

Perkembangan industri makanan, minuman, dan farmasi (obat) dari tahun

2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini

tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut

berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya

bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai

contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar

dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat

berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, di mana pasar

dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia sangat

potensial. Industri kosmetik, obat tradisional, dan suplemen kesehatan pun

mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 48

Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta

dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM

berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui

jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang meliputi 5 M (man, material, money,

method, and machine), yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia

dan sarana- prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka BPOM harus mampu

mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat

mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah

ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen

organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah

untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata

(techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan

(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk

itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut

meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi BPOM merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas

pokok dan fungsi BPOM. Pengawasan pre- dan post-market yang berstandar

internasional diterapkan dalam rangka memperkuat BPOM menghadapi

tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan

Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 49

berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu

melindungi masyarakat dengan optimal.

BPOM juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait

kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya,

yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang

baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga

mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan

Makanan yang mengandung bahan baku berbahaya dan ilegal.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi

pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM

perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3 Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati serta diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya. Nilai - nilai luhur yang hidup dan

tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh

anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Budaya organisasi Balai

Besar POM di Samarinda mengacu pada budaya organisasi yang

ditetapkan oleh Badan POM RI yaitu :

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas,

ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung

tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 50

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang

baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4 Tujuan

Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pembangunan

pengawasan Obat dan Makanan tahun 2015-2019 adalah :

1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat,

dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim

inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan

Makanan di pasar lokal dan global.

Berdasarkan Tujuan tersebut disusun Indikator Tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan

bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan

indikator:

a. Meningkatnya perilaku masyarakat untuk mengonsumsi Obat dan

Makanan yang memenuhi standar;

b. Menurunnya kasus keracunan Obat dan Makanan.

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya iklim

inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan

Makanan di pasar lokal dan global, dengan indikator :

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 51

a. Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam

memenuhi ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pemangku kepentingan terhadap pemberian

jaminan pembinaan dan bimbingan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5. Sasaran Strategis

Sasaran Program Balai Besar POM di Samarinda selama lima tahun

mengacu pada sasaran strategis Badan POM yang disusun berdasarkan

visi dan misi yang ingin dicapai BBPOM Samarinda, dengan

mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki BBPOM Samarinda. Dalam kurun waktu 5

(lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan mencapai sasaran strategis

sebagai berikut :

2.5.1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Indikator Sasaran Program pertama merupakan indikator kinerja utama

(IKU) Badan POM yang meliputi :

a. Persentase Obat yang memenuhi syarat

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat yang memenuhi

syaratsebesar 94,0%

b. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat.

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Obat Tradisional yang

memenuhi syarat sebesar 71 %

c. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat.

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Kosmetik yang

memenuhi syarat sebesar 93 %

d. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat.

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Suplemen Makanan

yang memenuhi syarat sebesar 83 %

e. Persentase Makanan yang memenuhi syarat.

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Makanan yang

memenuhi syarat sebesar 88,10 %

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 52

2.5.2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan

pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yangterkait

dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah.Untuk itu

perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasiyang baik.

Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke

hilir,dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi

hinggaproduk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha

mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan

yangmemenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui

prosesproduksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha

memilikikemampuan teknis dan finansial untuk memelihara sistem

manajemen risikosecara mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, BPOM

bertugas dalammenyusun kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan

yang harusdipenuhi oleh pelaku usaha dan mendorong penerapan Risk

ManagementProgram oleh industri. Kemandirian pelaku usaha diasumsikan

akanberkontribusi pada peningkatan daya saing Obat dan Makanan.

Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM

berupayamemberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh

kemudahandalam usahanya yaitu dengan memberikan insentif, clearing house,

danpendampingan regulatory.Kerjasama yang telah dilakukan oleh BBPOM di

Samarinda belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis.

Kerjasamadengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis

dalammenopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat

BBPOM di Samarinda. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yanglebih

sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkatkepentingan

setiap lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor swastadan

kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarinda,

identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masinginstitusi tersebut

dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BBPOM di Samarinda, dan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 53

menentukan indikator bersama atas keberhasilanprogram kerjasama.

Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan salingmendukung serta

berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yangtersedia di masing-

masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukantujuan dan kerangka

kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan”program-program yang ada di

BBPOM di Samarinda kepada lembaga/kelompok masyarakat yang memiliki

program yang sejalan dengan BPOMdengan mendukung pembiayaan

program lembaga tersebut. Untukmemastikan bahwa kerjasama ini bisa

berjalan dengan baik danberkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan

(MoU) yang mengikat keduabelah pihak dengan mengacu pada tujuan

kerjasama yang telah disepakatitermasuk mekanisme dan sistem monitoring

dan evaluasi.

Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah merupakan

halyang wajib dilakukan BBPOM di Samarinda sebagai tindak lanjut

hasilpengawasan. Untuk itu 5 (lima) tahun ke depan, BBPOM di Samarinda

perlu melakukan pertemuan koordinasi dengan dinas terkait. Hal

inidiutamakan untuk pertemuan koordinasi dalam pengawalan obat dalam

JKN.

Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan

Makananoleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait

Obat danMakanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan

Makanan yangdiproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih

berpotensi untuktidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih

cerdas dalammemilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang

aman,bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran

masyarakatdilakukan BBPOM di Samarinda melalui kegiatan pembinaan

danbimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis Balai BBPOM di

Samarinda ini, maka indikator sebagai berikut:

a. Tingkat Kepuasan Masyarakat

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 54

Hingga akhir RPJMN ditargetkan persentase Tingkat kepuasan

Masyarakat sebesar 83 %.

b. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk

pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan

alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Hingga akhir RPJMN target kerjasama yang ditetapkan sebesar 12

Kab/Kota.

2.5.3 Meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan Balai Besar

POM di Samarinda

Sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance)seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk

terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan.

Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang

berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat.

Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan

dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda (1 dan 2). Penerapan tata kelola

pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya

aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip

good governancedalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk

menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM.

Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan

hasilpenilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. BBPOM

di Samarinda turut mensinergikan target tersebut dengan menerapkan RB,

memperbaiki hasil audit APIP sebelumnya dan SAKIP. Selainupaya internal,

peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi dengan adanya

dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i) dukungan kebijakan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 55

pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM diBadan POM agar beban kerja

lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii) dukungan anggaran yang

tentunya akan berdampak pada peningkatan hasil penilian terhadap BBPOM

di Samarinda.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, andmachine)

merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BBPOM di

Samarinda untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan

secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan

kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang

efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh

elemen organisasi.

Untuk melaksanakan tugas BBPOM di Samarinda, diperlukan

penguatan kelembagaan/ organisasi. Penataan dan penguatan organisasi

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara

proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan

pelaksanaan tugas dan fungsi BBPOM di Samarinda. Tata laksana ini bertujuan

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja.

Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan

penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal

ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang

dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii)

pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja,

disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii)

perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua,sampai dengan (viii)

pemberhentian.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis BBPOM di

Samarinda, maka indikatornya adalah:

Nilai SAKIP BBPOM di Samarinda dari Badan POM, dengan target

Apada tahun 2019.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 56

Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja BPOM periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah

sebagai berikut :

Tabel 5 : Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM

Periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA

Obat Dan

Makanan

Aman

Meningkatkan

Kesehatan

Masyarakat

dan Daya

Saing Bangsa

Meningkatkan

sistem

pengawasan

Obat dan

Makanan

berbasis risiko

untuk

melindungi

masyarakat

Meningkatnya

jaminan Obat

dan

Makanan

aman

Menguatnya

sistem

pengawasan

Obat

dan Makanan

1. Persentase

obat

yang memenuhi

syarat*);

2. Persentase

Obat

Tradisional yang

memenuhi

syarat*);

3. Persentase

Kosmetik

yang memenuhi

syarat*);

4. Persentase

Suplemen

Makanan

yang memenuhi

syarat*);

5. Persentase

Makanan yang

memenuhi

syarat*).

Mendorong Meningkatnya Meningkatnya 1. Tingkat

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 57

kemandi rian

pelaku usaha

dalam

memberikan

jaminan

keamanan

Obat

dan Makanan

serta memper

kuat

kemitraan

dengan

pemangku

kepentingan

daya

saing Obat

dan

Makanan di

pasar

Lokal dan

Global

dengan

menjamin

mutu dan

mendukung

inovasi

kemandirian

pelaku usaha,

kemitraan

dengan

pemangku

kepentingan

dan

partisipasi

masyarakat

Kepuasan

Masyarakat*);

2. Jumlah

Kabupaten/Kota

yang

memberikan

komitmen untuk

pelaksanaan

pengawasan

Obat

dan Makanan

dengan

memberikan

alokasi anggaran

pelaksanaan

regulasi Obat

dan

Makanan.

Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan

Balai POM di

Samarinda

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BBPOM di

Samarinda

1. Nilai SAKIP

BBPOM di

Samarinda dari

Badan

POM.

*) Indikator Kinerja Utama

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama

Balai

POM di Samarinda adalah :

1. Persentase obat yang memenuhi syarat;

2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat;

3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat;

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 58

4. Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat:

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat;

6. Tingkat Kepuasan Masyarakat.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 59

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

III.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode

2015-2019, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi

pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup

manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi-misi ini

selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas

pembangunan yang disebut NAWA CITA.Diantara Nawa Cita tersebut

yang terkait dengan BPOM adalah Nawa Cita ke 3 yang berbunyi :

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-

daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan (pengurangan

ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat),

Selain itu, Nawa Cita ke 5 yang berbunyi :

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia (pembangunan

kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia sehat),

Berdasarkan berbagai permasalahan, tantangan, hambatan,

maupun peluang yang dihadapi pembangunan bidang kesehatan dan

gizi masyarakat tahun 2015-2019, maka sasaran bidang yang akan dicapai

adalah diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat, antara lain tercermin dari indikator yang juga menjadi

tanggungjawab BPOM, sebagai berikut:

“Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu

Pelayanan, serta Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber

Daya Kesehatan,” yang terkait kewenangan BPOM, indikator yang

ditetapkan, yaitu:

No Indikator Status Awal Target 2019

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 60

1 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,0 94,0

2 Persentase makanan yang memenuhi

syarat 87,6 90,1

(Sumber: Buku I Rancangan Awal RPJMN 2015-2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang

Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, maka salah satu arah

kebijakan dan strategi pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi

Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah “Meningkatkan

Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui:

1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;

3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas

sektor;

4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;

5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka

mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan;

dan

6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan

gizi masyarakat, dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM

periode 2015-2019,dilakukan upaya secara terintegrasi dalam fokus dan

lokus pengawasan Obat dan Makanan.

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat.

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis,

ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 61

pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan

kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan

yang dilakukan lebih optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia

memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan

terutama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan

berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena

secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di

masyarakat berbeda pada setiap lokus atau wilayah di daerah.

Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah

dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchmentarea-

nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga

didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan

meliputi balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada

pengawasan Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan

keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada

pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi

mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan

immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain

melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan

produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan

pengawasan pangan fortifikasi.

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan

daya saing produk Obat dan Makanan.

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat

meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan

Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain

penerapan RiskManagement Program secara mandiri dan terus menerus

oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 62

merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu

memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut

melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media

informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat

dalam pengawasan Obat dan Makanan.

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun

sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka

kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci

yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

pengawasan Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab

pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada

di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli

BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk

ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut.

Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong

kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok

kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku

usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak

universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait

lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang

beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. Bentuk draft dan

model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel,

tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam

kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam

pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan

bahwa materi KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif

dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 63

menjangkau khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya

memanfaatkan berbagai media sosial).

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan

melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang

tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi

serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal

secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi

birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih,

efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan

aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi

teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT

sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control,

penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi

keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas

pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga

dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran,

peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas

proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN

(aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi,

peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan

penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,

BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta

(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data

kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi

Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya

peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya).

Selain itu datadata perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 64

kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam

pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan

internal:

Eksternal:

1) Penguatan pelaksanaan regulatory system pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko;

2) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat

dan Makanan; dan

3) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang

Obat dan Makanan.

Internal:

1) Membangun manajemen kinerja dari kinerja lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

2) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan

pegawai;

3) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan Pengawasan Obat

dan Makanan di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional

dan akuntabel; dan

4) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun

utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I

tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian

dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 65

konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum

ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan

kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan

fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan

oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di

level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama

dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin

penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena

kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan

terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada

perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini

(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan

sebagai berikut :

Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan

program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta

memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan

Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra

syarat yang harus dipenuhi)

Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan

Makanan termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan

sistem data pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem

pemeriksaan penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan

Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk

memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.

Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang

pengawasan Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak

efektifitas pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 66

pencapaian pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden

akibat pengawasan Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi

beban pemerintah secara nasional).

Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi

program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja

pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga

pengawasan Obat dan Makanan tersebut, BPOM menetapkan program-

programnya sesuai RPJMN periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis)

dan program pendukung (generik), sebagai berikut:

a) Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Badan

Pengawasan Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi

dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan

melalui serangkaian kegiatan penetapan standar pengawasan, penilaian

Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana

produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan

pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta

pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b) Program Generik

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-

kegiatan prioritas BPOM, sebagai berikut:

a) Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan

Makanan

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 67

1) Penyusunan standar Obat dan Makanan berupa Norma, Standar,

Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan Obat dan Makanan (pre

dan postmarket);

2) Peningkatan efektivitas evaluasi pre-market melalui penilaian Obat;

3) Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar

melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk

iklan dan penandaan.

4) Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan

Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan

sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

5) Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat

adiktif;

6) Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya

laboratorium Obat dan Makanan;

7) Penyidikan terhadap pelanggaran Obat dan Makanan;

8) Peningkatan penelitian terkait pengawasan Obat dan Makanan antara

lain regulatory science, life science;

9) Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan

pemangku kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b) Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program

dan Anggaran, Keuangan;

2) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan

Pengawas Obat dan Makanan;

3) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta

Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;

4) Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM;

5) Peningkatan kualitas produk hukum, serta Layanan Pengaduan

Konsumen dan Hubungan Masyarakat.

III.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBPOM di Samarinda

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 68

Arah Kebijakan dan Strategi pada Renstra BBPOM di Samarinda

bersinergis dengan Arah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh BPOM sesuai

dengan tugas dan fungsinya dalam Pengawasan Obat dan Makanan di

Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Arah kebijakan dan strategi

untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode

2015-2019, dilakukan secara terintegrasi dalam fokus dan lokus pengawasan

Obat dan Makanan.

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan :

1. Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan

Utara dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk

Obat dan Makanan

3. Peningkatan Kerjasama Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik

melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat di

Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dalam pengawasan

Obat dan Makanan

4. Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan

melalui memaksilamlkan struktur dan fungsi yang ada, lebih

mengefektifkan proses bisnis, budaya kerja yang sesuai dengan nilai

organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Berdasarkan Arah Kebijakan tersebut diatas, maka strategi yang akan

dilaksanakan pada Renstra BBPOM di Samarinda periode 2015-2019adalah :

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi

dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 69

Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai BBPOM di Samarinda;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BBPOM Samarinda secara

lebih proporsional dan akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama

dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi

Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarakat sipil). Dalam rangka pembagian peran BBPOM di Samarinda

dengan Lintas Sektor terkait, peningkatan kerja sama dilaksanakan melalui

fokus prioritas pemantapan sistem kerjasama operasional pengawasan Obat

dan Makanan, peningkatan operasi terpadu pengawasan obat tradisional,

kosmetik dan makanan, perkuatan jejaring komunikasi, pemberdayaan

masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) serta

peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam Crime Justice System (CJS)

untuk substainable lawenforcement tindak pidana Obat dan Makanan.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BBPOM di Samarinda

sendiri. Disamping itu penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan

Makanan berbasis risiko di Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

dilakukan dengan fokuspada pelaksanaan Sampling dan Pengujian Obat dan

Makanan sesuai dengan petunjuk teknis, serta penerapan pola tindak lanjut

terhadap hasil pengawasan sesuai dengan yang telah ditetapkan secara

konsisten

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 70

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka Balai Besar POM

di Samarindamenjabarkan sasaran program periode 2015-2019 sebagai berikut :

Gambar 11

Log Frame Balai Besar POM di Samarinda

Tabel 6

Program/Kegiatan Strategis, Sasaran Program/Kegiatan, dan Indikator Balai

PROGRAM

SASARAN PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS

SASARAN KEGIATAN

INDIKATOR

PIC

PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM

1. Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar 2. Meningkatn

1. Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis 2. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan 3.

Balai Besar/Balai POM

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 71

ya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar 3. Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi standard 4. Meningkatnya hasil tindaklanjut penyidikan terhadap Pelanggaran Obat dan Makanan

Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK) 4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan 5. Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

Meningkat nya kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi

6. Jumlah layanan publik BB/BPOM 7. Jumlah komunitas yang diberdayakan Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai BPOM

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang

8. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 72

Terkait Pengawasan Obat dan Makanan 2. Penyusunan Perencanaan, Penganggaran, Keuangan dan Evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

9. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

III.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan,

dibutuhkan adanya regulasi yang kuat guna mendukung sistem

pengawasan. Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)

yang mempunyai tugas teknis, tidak hanya regulasi yang bersifat teknis

saja yang harus dipenuhi, melainkan perlu adanya regulasi yang bersifat

adminitratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan

tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam

praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik

pemerintah maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang

sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan

Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih

dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku

kepentingan. Seperti Balai Besar POM di Samarinda melaksanakan

pengawasan harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan

kabupaten/kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi

instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-

undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 73

Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu

aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat

dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap

derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan,

namun menyangkut kehidupan seorang manusia. Obat dan Makanan

tidak dapat dipandang sebelah mata dan dianggap inferior dibanding

faktor-faktor lain yang menentukan derajat kesehatan. Selain di bidang

kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi

yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor

industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang

cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa

mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa

dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin

keamanan, manfaat, dan mutunya maka secara tidak langsung akan

membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan

makanan yang bergizi maka seseorang akan tumbuh dengan baik jasmani

dan rohaninya/kecerdasannya. Obat yang aman dan bermutu akan dapat

menurunkan tingkat risiko kematian akibat penyakit yang tidak

berkhasiat, dan pasien dapat tertolong dengan obat yang bermutu.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan

secara optimal, maka perlu ditunjang oleh regulasi atau peraturan

perundang-undangan yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan

Makanan.

Untuk itu, diperlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan

oleh BPOM dalam rangka memperkuat sistem pengawasan antara lain:

1. Diperlukan UU pengawasan sediaan farmasi dan peraturan

perundang-undangan turunannya. UU ini untuk memperkuat sistem

pengawasan di Free Trade Zone, daerah perbatasan, terpencil, dan

gugus pulau.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 74

2. Terkait dengan implementasi PP 28 Tahun 2004, perlu penguatan

koordinasi dengan melibatkan kementerian terkait (Kemendagri)

dalam penyusunan regulasi dan pelaksanaan kegiatan di daerah,

monitoring efektivitas implementasi NSPK. Untuk itu, diperlukan

peraturan bersama dengan Kemendagri sebagai pembina daerah

dalam hal pelaksanaan NSPK didaerah.

3. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur :

- Program advokasi kepada stakeholder, penguatan tata-laksana,

- Penguatan kerjasama dengan SKPD terkait grand design promosi

dan komunikasi JKPN,

- Grand desain outbreak response,

4. Undang-Undang No 8 Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang

berkaitan dengan pengawasan makanan perlu dibuat peraturan

pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan

pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja,

namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan

penyesuaian terhadap amanat UU pangan itu sendiri, yaitu pangan

tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat

Indonesia.

5. Peraturan perundangan setingkat Undang-Undang yang menjelaskan

pelaksanaan tugas, fungsi, kewenangan dan penjabaran peranan serta

posisi BPOM dalam mencapai sasaran pembangunan nasional sub-

bidang kesehatan serta NSPK yang jelas terkait peran pemangku

kepentingan dalam pengawasan Obat dan Makanan.

6. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis dapat

diidentifikasi oleh unit kerja baik di pusat maupun balai sebagai

pelaksana dari kegiatan.

7. Peraturan-peraturan setingkat Kepala BPOM yang berkoordinasi

dengan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah.

Peraturan ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 75

dan Makanan antara BPOM dengan daerah terkait. Hal ini bertujuan

agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil

pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

8. Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan Norma, Standar,

Pedoman dan Kriteria, dalam hal ini terkait dengan Norma yang harus

disinkronkan antara tugas Kementerian Kesehatan dengan tugas

BPOM dalam bidang pengawasan Obat dan Makanan.

III.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Pengawasan Obat dan Makanan memiliki aspek permasalahan

berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem

pengawasan yang komprehensif untuk menjamin keamanan,

khasiat/manfaat dan mutu produk Obat dan Makanan.Pengawasan

tersebut dimulai darisertifikasi sarana produksi, pengawasan post-

marketproduk dan sarana, sampling dan pengujian serta sekaligus

melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk Obat dan

Makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, ketentuan dan

ilegal/palsu. Penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat

(community empowerment) juga merupakan bagian dari pengawasan yang

dilakukan Balai Besar POM di Samarinda.

Untuk memenuhi pengawasan tersebut, Balai Besar POM di Samarinda

membutuhkan kerangka kelembagaan yang lebih kuat dalam

mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM periode 2015-2019.

Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan dan

dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah:

1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai

dengan perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019;

2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki

tugas sama dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas

pembangunan kesehatan;

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 76

3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki

tugas sama dalam rangka penyidikan hukum yang tergabung dalam

aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena

peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang

masuk dalam sistem peradilan pidana.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 77

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis BBPOM di Samarinda sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator

masing-masing sasaran strategis dan sasaran kegiatan adalah sebagai

berikut:

Tabel 7 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat*)

92 92,5 93 93,5 94

Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat*)

67 68 69 70 71

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat*)

89 90 91 92 93

Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat*)

79 80 81 82 83

Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat*)

86,10 86,60 87,10 87,60 88,10

Peningkatan Tingkat Kepuasan Masyarakat*)

82 82,5 83 83 83

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

4 6 8 10 12

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM B A A A A

*)Indikator Kinerja Utama (IKU)

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat

Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 78

4.1.1. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

Untuk mencapai Sasaran Strategis Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan, BBPOM di Samarinda melaksanakan Pengawasan mencakup

pengawasan pre dan post market. Namun dalam hal ini pre-market

controldilakukan dalam lingkup kewenangan tertentu, tidak termasuk

penyusunan standar.Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis, dengan target

2.500 pada tahun 2019;

b) Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK), dengan

target 100% pada tahun 2019;

c) Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan,

dengan target 100% pada tahun 2019;

d) Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan,

dengan target 26% pada tahun 2019;

e) Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan, dengan target 10 sampai

dengan tahun 2019.

4.1.2. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku

usaha,kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi

masyarakat

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,

kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat

dilaksanakan, pengawasan yang dilaksanakan BBPOM di Samarinda

mencakup pemberian layanan informasi dan edukasi kepada masyarakat,

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 79

pemberdayaan masyarakat, advokasi dan kerjasama dengan lintas sektor.

Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda, dengan target 701 pada

tahun 2019.

b) Jumlah Komunitas yang diberdayakan, dengan target 21 pada tahun

2019.

4.1.3. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas

kapasitaskelembagaan BBPOM di Samarinda

Sebagai satuan kerja di daerah, BBPOM di Samarinda tidak hanya berperan

melaksanakan tugas teknis, tugas terkait dengan manajemen perlu

dilaksanakan dalam upaya mendukung sasaran strategis Meningkatnya

Kapasitas Kualitas Kelembagaan. Balai mempunyai peran dalam mencapai

indikator terkait dengan kualitas RB, SAKIP, serta opini BPK terhadap laporan

keuangan dan BMN.

Kinerja kegiatan ini diukur dengan indikator:

a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang

dilaporkan tepat waktu, dengan target 10 pada tahun 2019;

b) Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar, dengan target

79,90% pada tahun 2019.

Untuk lebih ringkasnya, Tabel 7 menjelaskan indikator dari sasaran kegiatan

dengan target kinerja tahun 2015 - 2019

Tabel 8

Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja

Sasaran Kegiatan Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan di BBPOM di Samarinda

1. Jumlah Sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

2500 2500 2500 2500 2500

2. Pemenuhan target sampling produk Obat di sector publik (IFK)

100% 100% 100% 100% 100%

3. Persentase cakupan pengawasan sarana Produksi Obat dan

53% 55% 58% 60% 63%

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 80

Makanan

4. Persentase cakupan pengawasan sarana Distribusi Obat dan Makanan

24,5% 25% 25,5% 26% 26%

5. Jumlah Perkara di bidang Obat dan Makanan

8 8 9 9 10

6. Persentase Pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

63,10 74,52 75,14 78,39 79,90

7. Jumlah layanan publik BBPOM di Samarinda

681 686 691 696 701

8. Jumlah Komunitas yang diberdayakan

9 12 15 18 21

9. Jumlah dokumen perencanaan, penanggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

10 10 10 10 10

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 81

IV.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah

ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian

tujuan dan sasaran strategis BBPOM di Samarinda periode 2015-2019

adalah sebagai berikut :

Tabel 9

Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis

Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC

2015 2016 2017 2018 2019

Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat

12.910 17.997 20.106 18.019 18.842

- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik

- B -

Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat

Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat

Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

Peningkatan TingkatKepuasan masyarakat

1.706 1.876 2.157 2.373 2.724

- Bidang Serlik

Persentase pencapaian kerja sama terhadap target kerja sama yang ditetapkan

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

Nilai SAKIP BBPOM Samarinda dari BPOM

10.711 11.782 12.961 14.257 15.682 - Bidang Serlik - Sub Bag TU

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 82

Sasaran Strategis

Indikator Alokasi (Rp Milyar)

PIC 2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia

Jumlah sample yang diuji menggunakan parameter kritis

2.479 2.727 3.000 3.300 3.630

- Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi

Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)

- Bidang Pemdik

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

0.101

0.133

0.147

0.162

0.178

- Bidang Pemdik

Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

1.887

2.076

2.284

2.513

2.765

- Bidang Pemdik

Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

0.866 0.953 1.180 1.298 1.586

- Bidang Pemdik

Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar

4.45 8.67 9.62 6.48 5.88

- Sub Bag TU -

Jumlah layanan publik BB/BPOM

1.164 1.280 1.501 1.651 1.930 - Bidang Serlik

Jumlah Komunitas yang diberdayakan

0.542 0.596 0.656 0.722 0.794 - Bidang Serlik

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 83

Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

1.420 1.562 1.718 1.890 2.079

- Bidang Pemdik - Bidang Pengujian Teranokoko - Bidang Pengujian Pangan, BB dan Mikrobiologi - Bidang Serlik - Sub Bag TU

BAB V

PENUTUP

Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 adalah panduan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBPOM di Samarindauntuk 5 (lima)

tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode 2015-2019 sangat

ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber

pendanaannya, serta komitmen semua pimpinan dan staf BBPOM di

Samarinda. Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra

periode 2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan,

dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra BBPOM di

Samarinda,termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai

dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan BBPOM di

Samarindayaitu meningkatkan kinerja lembaga dan pegawai dengan mengacu

kepada RPJMN 2015-2019.

Renstra Balai Besar POM di Samarinda Tahun 2015-2019 Page 84

Renstra BPOM periode 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi unit-

unit kerja di BBPOM di Samarindasesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakannya dengan

akuntabel serta senantiasa berorientasi pada peningkatan kinerja lembaga, unit

kerja dan kinerja pegawai.

Renstra BBPOM di Samarindaperiode 2015-2019 selanjutnya akan

dievaluasi setiap tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006

tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS).

Disamping hasil evaluasi, juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan

Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan

Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra BBPOM di Samarinda

periode 2015-2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan

program kerja Badan POM dan selanjutnya menunjang visi, misi dan program

kerja Pemerintah periode tahun 2014-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia

yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan

Makanan12.910 17.997 20.106 18.016 18.842

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

92.0% 92.0% 92.5% 93.0% 93.5% 94.0%

1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi

syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

66.60% 67% 68% 69% 70% 71%

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

88.00% 89% 90% 91% 92% 93%

1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang

memenuhi syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

78.00% 79% 80% 81% 82% 83%

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

86.08% 86.10% 86.60% 87.10% 87.60% 88.10%

SS 2Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,

kemitraan dengan pemangku kepentingan

dan partisipasi masyarakat

1.706 1.876 2.157 2.373 2.724

2.1. Tingkat Kepuasan MasyarakatProvinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

82% 82% 82.50% 83% 83% 83%

2.2.

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan

komitmen untuk pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan

Makanan

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

4 4 6 8 10 12

SS 3Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM10.711 11.782 12.961 14.257 15.682

3.1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM A B A A A A

Unit

Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BSBaseline

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai Besar POM Samarinda

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

67

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Unit

Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BSBaseline

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

SP 1Menguatnya sistem pengawasan Obat dan

Makanan

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

92.0% 92.0% 92.5% 93.0% 93.5% 94.0%

1.2.Persentase obat Tradisional yang memenuhi

syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

66.60% 67% 68% 69% 70% 71%

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

88.00% 89% 90% 91% 92% 93%

1.4.Persentase Suplemen Kesehatan yang

memenuhi syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

78.00% 79% 80% 81% 82% 83%

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

86.08% 86.10% 86.60% 87.10% 87.60% 88.10%

SP 2Meningkatnya kemandirian pelaku usaha,

kemitraan dengan pemangku kepentingan

dan partisipasi masyarakat

2.1. Tingkat Kepuasan MasyarakatProvinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

82% 82% 82.50% 83% 83% 83%

2.2.

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan

komitmen untuk pelaksanaan pengawasan

Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi

anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan

Makanan

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

4 4 6 8 10 12

SP 3Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

3.1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM A B A A A A

Program Pengawasan Obat dan Makanan

68

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Unit

Organisasi

Pelaksana

K/L-N-B-NS-

BSBaseline

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Samarinda

Program/

Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

1Jumlah sample yang diuji menggunakan

parameter kritis

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

3500 2500 2500 2500 2500 2500 2.479 2.727 3.000 3.300 3.630

2Pemenuhan target sampling produk Obat di

sektor publik (IFK)

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

100% 100% 100% 100% 100% 100%

3Persentase cakupan pengawasan sarana

produksi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

100% 100% 100% 100% 100% 100% 0.101 0.133 0.147 0.162 0.178

4Persentase cakupan pengawasan sarana

distribusi Obat dan Makanan

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

24,3% 24,5% 25% 25,5% 26% 26% 1.887 2.076 2.284 2.513 2.765

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makananProvinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

9 8 8 9 9 10 0.866 0.953 1.180 1.298 1.586

6Persentase pemenuhan sarana prasarana

sesuai standar

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

59.33 63.10 74.52 75.14 78.39 79.90 4.45 8.67 9.62 6.48 5.88

7 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

677 680 685 690 695 700 1.164 1.280 1.501 1.651 1.930

8 Jumlah Komunitas yang diberdayakan

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

6 9 12 15 18 21 0.542 0.596 0.656 0.722 0.794

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran,

dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Kalimantan

Timur dan

Kalimantan Utara

10 10 9 10 9 10 1.420 1.562 1.718 1.890 2.079

Pengawasan Obat dan Makanan di BPOM Samarinda

Meningkatnya kinerja pengawasan obat dan makanan

di seluruh Indonesia

69

Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi No.

1

2

3

4

5

6

7

Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasi

RUU Pembinaan, Pengawasan, dan

Pengembangan Sediaan Farmasi

Peraturan Perundang-undangan terkait Pengawasan

Obat dan Makanan

RPP Keamanan Mutu dan Gizi Pangan dan RPP

Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) terkait

pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan

pemerintah konkuren

Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP

Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat

Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early Warning

System (EWS) yang informatif

Memorandum of Understanding (MoU) Penguatan

sistem pengawasan Obat dan Makanan dengan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi

Eksisting, Kajian dan Penelitian

Regulasi pengawasan Obat dan Makanan untuk wilayah Provinsi NTB

belum lengkap. Payung hukum yang ada belum efektif untuk

pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan di

wilayah Provinsi NTB

Terciptanya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah

berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 pasal 16 dalam hal: 1.

Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan 2. Sebagai

pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

pengawasan Obat dan Makanan

Untuk pengawalan mutu Obat dan Makanan oleh Balai Besar POM

di Mataram terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan,

dll).

Memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum

optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat

dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan

dengan bahan obat dan makanan khususnya di Balai Besar POM di

Mataram.

Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality

surveilance/monitoring mutu dilaksanakan secara mandiri oleh

Balai Besar POM di Mataram yang hanya berkedudukan di Ibu Kota

Provinsi

Unit Penanggungjawab

1. Direktorat Standardisasi Obat

2. Direktorat Standardisasi Obat

Tradisional Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan

3. Biro Hukum dan Humas

4. PPOM

1. Direktorat Standardisasi Obat

2. Direktorat Standardisasi Obat

Tradisional Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan

3. Biro Hukum dan Humas

1. Direktorat Standardisasi Pangan 2.

Biro Hukum dan Humas

1. Biro Hukum dan Humas

2. Direktorat Standardisasi Obat

3. Direktorat Standardisasi Obat

Tradisional Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan

4. Direktorat Standardisasi Produk

Pangan

5. Balai Besar POM di Mataram

1. PPOMN

2. Biro Hukum dan Humas

1. Direktorat Surveilan Penyuluhan

Keamanan Pangan

2. Direktorat Penilaian Obat

Tradisional,

Kosmetik, dan Suplemen Kesehatan

3. Direktorat Pengawasan Distribusi

Obat

4. Biro Hukum dan Humas

1. Biro Hukum dan Humas

2. Direktorat Insert dan Pengawasan

Kedeputian 1,2,3

3. Balai Besar POM di Samarinda

Unit Terkait/

Institusi

1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kementerian Kesehatan

4. Kemendag

5. Kemenperin

6. Kemendagri

1. DPR

2. Kemenkumham

3. Kementerian

Kesehatan

4. Pemerintah Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah

NTB

Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di

Wilayah Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utara

No.

8

9

10

Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasi

Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang

mengatur regulatory insentive melalui bimbingan teknis,

fast track registrasi (crash program)

Peraturan Kepala Badan POM tentang koordinasi

dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala

Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk

meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan

Makanan di daerah

Juknis/pedoman untuk pengintegrasian penyebaran

informasi Obat dan Makanan

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi

Eksisting, Kajian dan Penelitian

Peningkatan mutu pengawasan khususnya Balai Besar POM di

Samarinda

Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di

wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara oleh

Balai Besar POM di Samarinda

Dapat memperbaiki Sistem penyebaran informasi Obat dan

Makanan yang belum terintegrasi

Unit Penanggungjawab

1. Direktorat Standardisasi Obat

2. Direktorat Standardisasi Obat

Tradisional Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan

3. Biro Hukum dan Humas

4. PPOM

1. Balai Besar POM di Samarinda

1. PIOM

2. Biro Hukum dan Humas

3. Biro Umum

Unit Terkait/

Institusi

Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota di

Wilayah Kalimantan Timur dan

Kalimantan Utar