jump 3 7 kulit 2 lintang
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
1/14
JUMP 3, 7 KULIT 2 LINTANG
JUMP 3 KULIT 2 LINTANG
Patomekanisme terjadinya bintul merah pada kulit dapat dijelaskan dengan respon
imun yang melibatkan peranan limfosit, langerhans epidermal, eosinofil, dan IgE secara
global. Leung (199! menyatakan mekanisme timbulnya reaksi radang tergantung pada IgE
sudah terpapar dengan alergen, sel mast yang permuakaannya mengandung IgE akan
mengeluarkan beberapa mediator, sitokin, dan faktor kemotaktik leukosit (immediate
reaction! setelah itu timbul late cphase reaction (LP"! yang juga dipengaruhi oleh IgE dan
ditandai dengan timbulnya beberapa molekul adhesi pada endotel pembuluh darah sehingga
menimbulkan infiltrat sel eosinofil, netrofil, sel mononuklear ke jaringan setempat yang akan
menimbulkan reaksi radang IL#1 dan $%a berperan timbulnya molekul EL'#1, I)'#1,
dan *)'#1 sehingga terjadinya infiltrasi sel leukosit ke jaringan yang meradang tersebur,
sehingga mengakibatkan bertambahnya sel radang di tempat tersebut. +elain itu, didapatkan
pula adanya korelasi peningkatan jumlah *)'#1 dengan jumlah sel eosinofil termasuk
P, EP-, E)P dan disimpulkan baha ekspresi *)'#1 akan meningkatkan
pengumpulan dan infiltrat sel#sel eosinofil ke tempat radang , sehingga memperburuk lesi
dermatitis atopik. Ekspresi molekul adhesi ini dapat dihambat oleh antibodi IL#1 dan $%a
akan meningkatkan jumlah sel#sel radang ke tempat terjadinya radang.
$erjadinya kelainan kulit pada dermatitis atopik juga ditentukan oleh adanya trauma
pada kulit. $rauma makanis pada keratinosit menyebabkan dikeluarkannya sitokin yang
dapat menginduksi peradangan melalui pelepasan IL#1, $%a, dan IL#/. +itokin tersebut
selanjutnya menginduksi molekul adhesi (misalnya EL'#1, I)'#1 dan *)'#1! yang
menyebabkan limfosit, makrofag, dan eosinofil masuk ke dalam peradangan kulit.
&aktor pelepasan histamin ditemukan untuk mengakti0asi basofil melalui peningkatan
IgE. adi penderita yang hipersensitif terhadap makanan dan terpajan untuk memproduksi
antigen sitokin (faktor pelepasan histamin! interaksi dengan IgE akan mengikat pada
permukaan basofil dan menyebabkan terjadinya pelepasan histamin. Proses inflamasi terjadi
saat mediator histamin dilepaskan ketika antigen memasuki area kulit yang spesifik. +ecara
lokal, histamin yang dilepaskan akan menimbulkan 0asodilatasi yang menginduksi timbulnya
kemerahan dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit
kemudian akan terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas.
2istamine yang ada dalam tubuh berasal dari mastosit dan basofil. 'ktifitas histamineterjadi bila histamine berikatan dengan reseptor pada target cell. 2istamine dapat
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
2/14
menyebabkan sel endothel memproduksi relaksan otot polos seperti prostasiklin dan o3ida
nitrat yang mengakibatkan 0asodilatasi. 'kti0itas histamine ini juga menimbulkan edema,
flushing, dan pruritus sebagai triple response of leis. 2istamine juga menarik eosinofil dan
neutrofil ke arah tertentu (chemotaksis!. Pelepasan neutrofil yang keluar dari pembuluh darah
menuju ke jaringan yang mengalami inflamasi mengakibatkan terjadinya edema oleh
neutrofil yang dipusatkan pada lokasi inflamasi. 2istamine ini juga bersifat gatal sehingga
bercak merah yang dialami penderita juga diiringi oleh sensasi pruritus. 2istamin tersebut
merangsang sel#sel saraf pada kulit sehingga menimbulkan rasa gatal.
JUMP 7
DERMATITIS ATOPIK
Pendahuluan
4ermatitis atopik (4'! adalah penyakit kulit kronik berulang yang terjadi paling sering semasa aal bayi
dan anak. 5alaupun etiologi penyakit tidak sepenuhnya dipahami, 4' dianggap sebagai produk dari interaksi
komplek antara lingkungan host, gen#gen suseptibel, disfungsi fungsi saar kulit, dan disregulasi system imun
lokal dan sistemik. Elemen utama dalam disregulasi imun adalah sel Langerhans (L)!, inflammatory dendritic
epidermal cells (I4E)!, monosit, makrofag, limfosit, sel mast, dan keratinosit, semuanya berinteraksi melalui
rangkaian rumit sitokin yang mengarah ke dominasi sel $h6 terhadap sel $h1, sehingga sitokin $h6 (IL#/, IL#7,
IL#18, dan IL#1! meningkat dalam kulit dan penurunan sitokin $h1 (I&%#: dan IL#6!.
Estimasi terbaru mengindikasikan baha 4' adalah problem kesehatan masyarakat utama di seluruh
dunia, dengan pre0alensi pada anak 18#68; di 'merika, Eropa
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
3/14
chronically relapsing dermatitis
/. Personal or family history of
atopy (eg, asthma, alergic
rhinitis, atopic dermatitis
eyes (allergic
shiners=-rbital
darkening!
/. &acial pallor=facial
erytherma
7. Pityriasis alba. Beratosis pilaris
C. Ichthyosis 0ulgaris
D. 2yperlinearity of palms
and soles
9. 5hite dermographism
(hite line appear on skin
ithin 1 minute of being
stroked ith blunt
instrument!
18. )onjuncti0itis
11. Beratoconus
16. 'nterior subcapsular
cataracts
1. Ele0ated total serum IgE
infection (eg,
ith +taph
aureus, 2+*,
other 0iruses,
arts,
molluscum,dermatophytes!
1C. Perifollicular
accentuation
1D. Early age of
onset
19. Impaired cell#
mediated
immunity
68. 'nterior neck
folds
61. )ourse
influenced by
en0ironment=
emotional factors
66. Pruritus ith
seating
6. Intolerance to
ool and lipid
sol0ents
6/. Peripheral blood
eosinophilia
67. 2and and=or foot
dermatitis
6. )heilitis
6C. %ipple ecema
+umber> 4iagnostic criteria for '4 by 2anifin , "ajka F. 'cta 4erm *enereol +uppl (+tockh!. 19D8@96>//G/C (no 17#6C!.
Tabel 1.& Briteria diagnostik dermatitis atopik pada bayi
Maor 'eatures Minor 'eatures
1. Pruritic dermatitis
6. $ypical facial or e3tensor ecematous or
lichenified dermatitis
Aerosis=Ichthyosis=hyperlinear palms
Perifollicular accentuation
)hronic scalp scaling
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
4/14
. &amily history of atopy (asthma, allergic
rhinitis, 'topic dermatitis!
Peri#auricular fissures
+umber> +pergel ? +chneider, 1999. 'topic dermatitis. $he Internet ournal of 'sthma, 'llergy andImmunology 1
Etiolo(i dan pato(enesis
4' adalah penyakit kulit inflamatori yang sangat gatal yang terjadi akibat interaksi komplek antar gen#gen
suseptibel (mengakibatkan tidak efektifnya saar kulit, kerusakan sistem imun alami, dan meningkatnya respon
imunologik terhadap alergen dan antigen mikrobial!. enurunnya fungsi saar kulit akibat donregulasi gen
cornified envelope(filaggrin dan loricrin!, penurunan le0el ceramid, peningkatan le0el enim proteolitik
endogen, dan peningkatan kehilangan cairan trans#epidermal, selain tidak ada inhibitor terhadap protease
endogen.
Penambahan sabun dan detergen ke kulit akan meningkatkan p2, yang berakibat meningkatkan akti0itas
protease endogen, yang selanjutnya menambah kerusakan fungsi saar kulit. +aar epidermis dapat pula
dirusak oleh pajanan protease eksogen dari house dust mitedan + aureus. Perubahan epidermis di atas
berkontribusi meningkatkan absorpsi alergen dan kolonisasi mikrobial ke dalam kulit. enurunnya fungsi saar
kulit dapat bertindak sebagai lokasi untuk sensitisasi alergen dan merupakan predisposisi bagi anak untuk
mendapat alergi pernafasan di kemudian hari.
Imunopatolo(i DA
Bulit pasien 4' yang bebas lesi klinis menampakkan hiperplasia epidermal ringan dan infiltrat peri0askuler
yang jarang. Lesi kulit eksematosa akut ditandai edema interseluler nyata (spongiosis! epidermis. +el
Langerhans (L)! dan makrofag dalam lesi kulit dan sedikit dalam kulit tanpa lesi, menampakkan molekul IgE,
selain didapati pula sedikit infiltrat sel $ dalam epidermis. 4i dalam dermis dari lesi akut, tampak influ3 sel $.
Infiltrat limfositik tersebut terdiri terutama atas sel $ memori aktif yang membaa )4, )4/ dan )4/7 "-
(bukti dari pajanan sebelumnya dengan antigen!. Eosinofil jarang ditemukan pada 4' akut, sedangkan sel mast
dalam jumlah normal dalam stadium degranulasi berbeda.
Lesi kronik likenifikasi ditandai oleh epidermis hiperplastik dengan pemanjangan rete ridges, hiperkeratosis
jelas, dan spongiosis minimal. $erdapat peningkatan sel L) yang membaa IgE dalam epidermis, dan makrofag
mendominasi infiltrate dermis. umlah sel mast meningkat dan umumnya dalam stadium degranulasi penuh. +el
netrofil tidak ditemui dalam lesi kulit 4' alaupun terjadi peningkatan kolonisasi dan infeksi + aureus.
Eosinofil meningkat dalam lesi kulit 4' kronik, dan sel ini mengalami sitolisis dan melepas kandungan protein
granul ke dalam dermis atas dari kulit berlesi (major basic proteindengan pola fibriler!. Eosinofil diduga
berkontribusi dalam inflamasi alergik dengan mensekresikan sitokin dan mediator yang meningkatkan inflamasi
alergik dan menginduksi kerusakan jaringan melalui produksi reactive oxygen intermediate("-I! dan pelepasan
protein toksik dari granul.
Sitokin dan kemokin
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
5/14
+itokin $%H dan IL#1 dari keratinosit, sel mast, dan sel dendritik (4)! mengikat reseptor pada endotel
0askuler, mengaktifkan jalur sinyal, yang berakibat pada induksi molekul adesi sel endotel 0askuler. Bejadian di
atas, mengaali proses tethering, akti0asi, dan adesi sel radang ke endotel 0askuler dilanjutkan dengan
ekstra0asasi sel radang ke dalam kulit. +etelah berada dalam kulit, sel radang merespon chemotactic gradients
oleh pengaruh kemokin yang muncul dari lokasi kerusakan atau infeksi.
4' akut disertai dengan produksi sitokin dari sel $h6, IL#/ dan IL#1, yang memediasi pergeseran isotip
imunoglobulin ke sintesis IgE, dan upregulasi ekspresi molekul adesi pada sel endotel. +ebaliknya, IL#7
berperan dalam perkembangan dan kelangsungan hidup eosinofil, dan hal ini dominan pada 4' kronik.
Produksi F#)+& yang meningkat akan menghambat apoptosis monosit, sehingga berkontribusi dalam
persistensi 4'. ertahannya 4' kronik melibatkan pula sitokin sel $h1#like, IL#16 dan IL#1D, IL#11, dan $F
1.
Bemokin spesifik kulit, cutaneous $cell-attracting chemokine()$')B!, )) chemokine ligand6C
())L6C!, di upregulatepada 4' dan berfungsi menarik sel $ yang memiliki )) chemokin receptor18
())"18! dan )L'J ke dalam kulit. +el $ )L'J dapat pula mengikat ))L1C pada endotel 0askuler dari 0enule
kulit. Pengerahan selektif sel $h6 yang mengekspresikan ))"/, dimediasi oleh kemokin dari makrofag dan
sitokin dari timus dan activation-regulated cytokine. +elain itu, kemokin fractalkine, inducible protein18 (IP
18!, dan monokin diupregulasi secara kuat pada keratinosit dan mengakibatkan migrasi sel $h1 ke arah
epidermis, terutama pada 4' kronik. Peningkatan ekspresi )) chemokine, macrophage chemoattractant
protein#/ ()P#/!, eota3in, dan regulated on activation normal$#cell expressed and secreted ("'%$E+!
mempunyai andil untuk infiltrasi makrofag, eosinofil, dan sel $ ke dalam lesi kulit 4' akut maupun kronik.
Tipe sel kun!i dalam kulit DASel penyai anti(en. Bulit 4' mengandung 6 jenis 4) yang membaa reseptor IgE berafinitas tinggi, yaitu sel
L) dan inflammatory dendritic epidermal cells(I4E)!, yang berperan penting dalam presentasi alergen kulit
kepada sel $h6 sebagai penghasil IL#/. +el L) yang membaa reseptor IgE, hanya didapati pada lesi kulit
pasien 4'. +el L) mampu menangkap dan menginternalisasi alergen, dan selanjutnya memproses serta
mempresentasikannya kepada sel $. +el L) yang telah menangkap alergen, selain mengaktifkan sel $h6
memori yang telah berada dalam kulit atopik, juga bermigrasi ke kelenjar getah bening (BF! untuk
menstimulasi sel $ naveuntuk menjadi sel $h6. +timulasi &cK"I pada permukaan sel L) oleh alergen akan
menginduksi pelepasan sinyal kemotaktik dan pengerahan prekursol I4E) dan sel $. +timulasi &cK"I pada
I4E) menyebabkan pelepasan sinyal pro#inflamasi dalam jumlah besar, yang berkontribusi dalam amplifikasi
respon imun alergik. 4idapati pulaplasmacytoid4) (p4)! dalam jumlah kecil dalam lesi kulit 4'. +el ini
yang terdapat dalam sirkulasi pasein 4' membaa 0arian trimerik &cK"I pada permukaannya, yang diikat oleh
IgE. &ungsi imun p4) yang mengalami modifikasi pada 4', berkontribusi pada defisiensi I&% tipe I, sehingga
meningkatkan kerentanan pasien 4' terhadap infeksi 0irus kulit seperti eksema herpetikum.
Sel T. sel $h6 memoriskin homing, berperan penting dalam pathogenesis 4', terutama selama fase akut.
+elama fase kronik, terjadi pergeseran ke sel $h1 yang menghasilkan I&%#:. +el $h6#like menginduksi akti0asi
dan apoptosis keratinosit. +elain kedua jenis sel di atas, didapati pula subset sel $, yaitu sel $ regulator ($reg!
yang mempunyai fungsi imunosupresi dan mempunyai profil sitokin yang berbeda dari sitokin sel $h1 dan $h6.
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
6/14
+el $reg mampu menghambat perkembangan sel $h1 dan $h6. ila ada superantigen stafilokokus, fungsi sel
$reg berubah yaitu meningkatkan inflamasi kulit.
Keratinosit. Beatinosit memainkan peran kritis dalam meningkatkan inflamasi kulit atopik. Beratinosit 4'
mensekresikan profil sitokin dan kemokin unik setelah terpajan sitokin proinflamasi, di antaranya yaitu
"'%$E+ setelah stimulasi $%H dan I&%#:. +el tersebut merupakan pula sumber penting dari thymic stromal
lymphopoietin($+LP!, yang mengaktifkan sel 4) untuk aktifkan sel $ naivemenghasilkan IL#/ dan IL#1
(untuk diferensiasi sel $h6!.
Beratinosit berperan pula pada respon imun alami melalui ekspresi Toll-like receptor($L"!, produksi
sitokin pro#inflamasi, dan peptid antimikrobial (human defensin dan cathelicidins! sebagai respon terhadap
kerusakan jaringan atau in0asi mikroba. eberapa penelitian menunjukkan baha keratinosit 4' menghasilkan
peptid antimicrobial dalam jumlah kecil sehingga menjadi predisposisi untuk mengalami kolonisasi dan infeksi
+ aureus, 0irus dan jamur. 4efek ini diperoleh akibat pengaruh sitokin sel $h6 (IL#/, IL#18, IL#1! yang
menghambat $%& dan I&%#: (yang berfungsi menginduksi produksi peptid antimikrobial!.
)aktor (enetik
4' adalah penyakit yang diturunkan secara familial dengan pengaruh kuat ibu. $erdapat peran potensial dari
gen barier kulit=diferensiasi epidermal dan gen respon imun=host defence.
2ilangnya fungsi akibat mutasi protein saar epidermal, filaggrin, terbukti merupakan factor predisposisi
utama 4'. Fen filaggrin terdapat pada kromosom 161, yang mengandung gene (loricrin dan +188 calcium binding
proteins! dalam komplek diferensiasi epidermal, yang diketahui diekspresikan selama diferensiasi terminal epidermis.
'nalisis 4%' microarraymembuktikan adanya upregulasi +188 calcium binding proteinsdan donregulasi loricrin
dan filaggrin pada 4'. *ariasi dalam gen +PI%B7 (yang diekspresikan dalam epidermis teratas! yangmenghasilkan LEB1, menghambat 6 serine proteases yang terlibat dalam skuamasi dan inflamasi (trypticdan
chymotryptic enzymes!, mengakibatkan gangguan keseimbangan antara protease dan inhibitor protease.
Betidakseimbangan tersebut berkontribusi dalam inflamasi kulit pasien 4'.
Produk gen yang terlibat dalam patologi 4', terdapat pada kromosom 71#. Bromosom ini mengandung
gen sitokin yang berhubungan secara fungsional, yaitu IL#, IL#/, IL#7, IL#1, dan F#)+& (diekspresikan
oleh sel $h6!.
Peranan pruritus pada DA
Beluhan gatal adalah gambaran menonjol dari 4', dimanifestasikan sebagai hiperreakti0itas kulit dan
garukan setelah pajanan alergen, perubahan kelembaban, keringat berlebihan, dan iritan konsentrasi rendah.
Penanganan pruritus penting karena kerusakan mekanis akibat garukan dapat menginduksi pelepasan sitokin
proinflamasi dan kemokin, menyebabkan vicious scratch-itch cycleyang memperparah lesi kulit 4'. ekanisme
pruritus pada 4' belum banyak diketahui. 2istamin yang berasal dari sel mast bukan penyebab eksklusif gatal
pada 4', karena antihistamin tidak efektif mengontrol gatal pada 4'. erdasarkan obser0asi, baha terapi
steroid topikal dan inhibitor kalsineurin efektif mengurangi gatal, menunjukkan baha sel radang berperan
penting pada pruritus. olekul yang dikaitkan dengan pruritus adalah sitokin IL#1 dari sel $, neuropeptid,
protease, eikosanoid, dan protein yang berasal dari eosinofil.
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
7/14
*ambaran klinis
4iagnosis 4' didasarkan pada konstelasi gambaran klinis ($abel 1/#1!. 4' tipikal mulai selama bayi.
Bisaran 78; timbul pada tahun pertama kehidupan dan 8; timbul antara 1#7 tahun. Bisaran 78 dan D8;
pasien 4' bayi akan mendapat rhinitis alergika atau asma pada masa anak.
*ambar 1.14ermatitis atopic pada bayi.
+esi kulit
Beluhan gatal dapat intermiten sepanjang hari dan lebih parah menjelang senja dan malam. +ebagai
konsekuensi keluhan gatal adalah garukan, prurigo papules, likenifikasi, dan lesi kulit eksematosa. Lesi akut
ditandai keluhan gatal intens, papul eritem disertai ekskoriasi, 0esikel di atas kulit eritem, dan eksudat serosa.
Lesi subakut ditandai papul eritem, ekskoriasi, skuamasi. 4' kronik ditandai oleh plakat kulit tebal, likenifikasi
(accentuated skin markings!, dan papul fibrotik (prurigo nodularis!.
4istribusi dan pola reaksi kulit ber0ariasi menurut usia pasien dan akti0itas penyakit. Pada bayi, 4'umumnya lebih akut dan terutama mengenai ajah, scalp, dan bagian ekstensor ekstremitas. 4aerah diaper
(popok! biasanya tidak terkena. Pada anak yang lebih tua, dan pada yang telah menderita dalam aktu lama,
stadium penyakit menjadi kronik dengan likenifikasi dan lokalisasi berpindah ke lipatan fleksura ekstremitas.
*ambar 1.&. 4ermatitis atopik pada anak dengan likenifikasi pada fosa antecubiti dan plakat ekematosageneralisata.
4' sering mereda dengan pertambahan usia, dan indi0idu deasa tersebut mempunyai kulit yang peka terhadap
gatal dan peradangan bila terpajan iritan eksogen. Eksema tangan kronik mungkin merupakan manifestasi primer dari
banyak orang deasa dengan 4'.
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
8/14
*ambar 1.$. Papul, 0esikel, dan eosi tipikal pada dermatitis atopic tangan.
Tes +aboratorium
Le0el IgE serum meningkat pada C8#D8; pasien 4', yang disertai dengan sensitisasi terhadap alergen
inhalan dan makanan. Pada 68#8; pasien 4', tidak terjadi peningkatan IgE dan pasien ini tidak menunjukkan
sensitisasi terhadap alergen makanan dan inhalan, tetapi beberapa pasien masih mempunyai IgE sensitiation
terhadap antigen microbial (toksin + aureus, ) albicans atau alasseia sympodialis! dan menunjukkan reaksi
positif memakai atopy patch test alaupun tes kulit imediatenya negatif. +ebagian besar pasien menunjukkan
peningkatan eosinofil darah tepi, meningkatnya pelepasan histamine spontan dari sel basofil. +el $ )L'J secara
spontan melepas IL#7 dan IL#1 yang secara fungsuional memperpanjang hidup eosinofil dan menginduksi
sintesis IgE.
Dia(nosis dan dia(nosis bandin(
4iagnosis didasarkan pada konstelasi gambaran klinis oleh 2anifin dan "ajka ($abel 1.1!.
4alam diagnosis banding, terdapat sejumlah penyakit kulit inflamasi, imunodefisiensi, penyakit genetik, penyakit
infeksi, dan infestasi yang mempunyai gejala dan tanda yang sama dengan 4', yang harus dieksklusi sebelum
diagnosis 4' dibuat, yaitu>
1. 4ermatitis kontak (alergik dan iritan!
6. 4ermatitis seboroik
. +kabies
/. Psoriasis
7. Iktiosis 0ulgaris
. 4ermatofitosis
C. Ecema asteatotik
D. Liken simplek kronikus
9. 4ermatitis numularis
Komplikasi
Problem mata
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
9/14
4ermatitis palpebra dan blefaritis kronik dapat menyebabkan gangguan 0isus dan skar kornea.
Beratokonjungti0itis atopic biasanya bilateral dan menimbulkan gejala gatal, terbakar, keluar air mata dan
sekresi mukoid. Beratokonus adalah deformitas konikal kornea akibat gosokan kronik. Batarak dilaporkan
terjadi pada 61; pasien 4' berat. elum jelas apakah ini akibat manifestasi primer 4' atau sebagai akibat
pemakaian ekstensif steroid topical dan sistemik.
Infeksi
4' dapat mengalami komplikasi infeksi 0irus berulang yang merupakan refleksi dari defek local fungsi sel
$. Infeksi 0irus yang paling serius adalah akibat infeksi herpes simplek, menghasilkanKaposi varicelliform
eruptionataue!,ema herpeti!um. +etelah inkubasi 7#16 hari, lesi 0esikopustular, multipel dan gatal timbul
dalam pola diseminata@ lesi 0esikuler ber umbilated dan cenderung berkelompok, dan sering mengalami
perdarahan dan berkrusta, menghasilkan erosi punch#out dan sangat nyeri. Lesi dalam bergabung menjadi area
besar (dapat seluruh tubuh! yang mengelupas dan berdarah.
*ambar 1.-. Eksema herpetikum.
*aksinasi smallpo3 pada pasien 4' (bahkan pajanan pasien dengan indi0idu yang mendapat 0aksinasi!,
dapat menyebabkan erupsi luas berat (eczema vaccinatum! yang tampak sangat mirip dengan ecema
herpeticum.
Pasien 4' menunjukkan peningkatan pre0alensi infeksi $ rubrum dibandingkan control nonatopik. 'ntibodi
(IgE! terhadap furfur biasa dijumpai pada pasien 4', sebaliknya jarang pada control normal dan pasien
asmatik. furfur dan dermatofit lain penting karena setelah terapi anti jamur, akan terjadi penurunan keparahankulit 4'.
+taphylococcus aureus dijumpai pada M 98; lesi kulit 4'. Brusta kuning madu, folikulitis, pioderma dan
pembesaran BF regional, merupakan indikasi adanya infeksi sekunder (biasanya oleh + aureus! dan
memerlukan terapi antibiotik. Pentingnya + aureus pada 4' didukung oleh obser0asi baha pasien 4' berat,
alaupun tanpa infeksi berat, dapat menunjukkan respon klinis terhadap terapi kombinasi dengan antibiotik dan
steroid topikal.
4ermatitis tangan
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
10/14
Pasien 4' sering mengalami dermatitis tangan nonspesifik. 4ermatitis ini sering dipicu oleh basah
berulang dan pencucian tangan dengan sabun, detergen, dan desinfektan.
4ermatitis=eritroderma eksfoliatif
Bomplikasi ini terjadi akibat superinfeksi, seperti + aureus penghasil toksin atau infeksi herpes simplek,
iritasi berulang, atau terapi yang tidak mencukupi. Pada beberapa kasus, penghentian steroid sistemik yang
dipakai mengontrol 4' berat dapat menjadi factor pencetus eritroderma eksfoliatif.
Pro(nosis dan peralanan penyakit
Penyakit cenderung lebih berat dan persisten pada anak, dan periode remisi lebih sering bila anak bertambah usia.
"esolusi spontan dilaporkan terjadi setelah usia 7 tahun pada /8#8; pasien yang menderita sejak bayi. 5alaupun
penelitian terdahulu menunjukkan baha kisaran D/; anak akan terus menderita 4' sampai deasa, tetapi studi yang
lebih baru melaporkan baha 4' sembuh pada kisaran 68; anak, dan menjadi kurang parah pada 7;. &aktor prediktif
berikut berkorelasi dengan prognosis jelek 4' > 4' luas pada masa anak, disertai rhinitis alergik dan asma, riayat 4'
pada orang tua atau saudara, aitan 4' pada usia lebih dini, anak tunggal, dan le0el IgE sangat tinggi.
Penatalaksanaan
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
11/14
*ambar 1.. Pendekatan pada pasien dengan dermatitis atopik.
Terapi topi!al
/idrasi kulit. Pasien 4' menunjukkan penurunan fungsi saar kulit dan 3erosis yang berkontribusi untuk terjadinya
fissure mikro kulit yang dapat menjadi jalan masuk pathogen, iritan dan alergen. Problem tersebut akan diperparah
selama inter dan lingkungan kerja tertentu. Lukearm soaking baths minimal 68 menit dilanjutkan dengan occlusi0e
emollient (untuk menahan kelembaban! dapat meringankan gejala. $erapi hidrasi bersama dengan emolien menolong
mngembalikan dan memperbaiki saar lapisan tanduk, dan dapat mengurangi kebutuhan steroid topical.
Steroid topi!al. Barena efek samping potensial, pemakaian steroid topikal hanya untuk mengontrol 4' eksaserbasi
akut. +etelah control 4' dicapai dengan pemakaian steroid setiap hari, control jangka panjang dapat dipertahankan pada
sebagian pasien dengan pemakaian fluticasone 8.87; 6 3=minggu pada area yang telah sembuh tetapi mudahmengalami eksema. +teroid poten harus dihindari pada ajah, genitalia dan daerah lipatan. +teroid dioleskan
pada lesi dan emolien diberikan pada kulit yang tidak terkena. +teroid ultra#poten hanya boleh dipakai dalam
aktu singkat dan pada area likenifikasi (tetapi tidak pada ajah atau lipatan!. +teroid mid#poten dapat
diberikan lebih lama untuk 4' kronik pada badan dan ekstremitas. Efek samping local meliputi stria, atrofi
kulit, dermatitis perioral, dan akne rosasea.
Inhibitor kalsineurin topi!al. $akrolimus dan pimekrolimus topikal telah dikembangkan sebagai imunomodulator
nonsteroid. +alap takrolimus 8.8; telah disetujui sebagai terapi intermiten 4' sedang#berat pada anak N 6 tahun
dan takrolimus 8.1; untuk deasa. Brim pimekrolinus 1; untuk anak N 6 tahun dengan 4' ringan#sedang.
Bedua obat efektif dan dengan profil keamanan yang baik untuk terapi / tahun bagi takrolimus dan 6 tahun untuk
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
12/14
pimekrolimus. Bedua bahan tersebut tidak menyebabkan atrofi kulit, sehingga aman untuk ajah dan lipatan@ dan tidak
menyebabkan peningkatan kecenderungan mendapat superinfeksi 0irus.
Identi'ikasi dan eliminasi 'aktor pen!etus.
&aktor pencetus yang perlu diidentifikasi di antaranya sabum atau detergen, pajanan kimiai, rokok,
pakaian abrasif, pajanan ekstrim suhu dan kelembaban.
Aler(en spesi'ik. 'lergen potensial dapat didentifikasi dengan anamnesis detil, uji tusuk selektif, dan le0el IgE
spesifik.
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
13/14
Terapi 'oto.
-
7/24/2019 JUMP 3 7 Kulit 2 Lintang
14/14
Probiotik. Pemberian probiotik (Lactobacillus rhamnosus strain FF! saat perinatal, menunjukkan penurunan
insiden 4' pada anak berisiko selama 6 tahun pertama kehidupan. Ibu diberi placebo atau lactobasilus FF
perhari selama / minggu sebelum melahirkan dan kemudian baik ibu (menyusui! atau bayi terus diberi terapi
tiap hari selama bulan. 2asil di atas menunjukkan baha lactobasilus FF bersifat pre0entif yang berlangsung
sesudah usia bayi. 2al ini terutama didapat pada pasien dengan uji kulit positif dan IgE tinggi.
4'&$'" P 5olff B,Foldsmith L', Bat +I, Filchrest ', Paller '+, 4a0id . Leffell 4, editors. &itpatricks 4ermatology inFeneral edicine, *II ed. %e Oork> cFra#2ill@ 688D. p. 1/#17D.
6. 2anifin , "ajka F. 4iagnostic features of atopic dermatitis. 'cta 4em *enereol 19D8@96>//.
. +pergel ? +chneider, 1999. 'topic dermatitis. $he Internet ournal of 'sthma, 'llergy and Immunology1>
Leung 4O et al. %e insights into atopic dermatitis. )lin In0est 688/@11>71.