jual beli salam3

8
JUAL BELI SALAM Pengertian Salam Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karenaitu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon,namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harusditentukan secara pasti. Dalam praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akanmenjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secaracicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambahkeuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harusmenyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual- beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksiini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditi pertanianoleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau secara cicilan. Landasan Syariah Salam Al-Qur'an “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktuyang

Upload: kartika-dwi-rachmawati

Post on 23-Jun-2015

126 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jual beli saham-pelajaran Akidah Akhlak SMA

TRANSCRIPT

Page 1: Jual beli salam3

JUAL BELI SALAM

Pengertian Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karenaitu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon,namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harusditentukan secara pasti.

Dalam praktek perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akanmenjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secaracicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambahkeuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harusmenyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual- beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksiini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditi pertanianoleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau secara cicilan.

Landasan Syariah Salam

 Al-Qur'an

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktuyang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (Al-Baqarah 2: 282).

 Al-Hadits

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. datang ke Madinah dimana penduduknyamelakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun.Beliau berkata, "Barangsiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengantakaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui."

  Dasar Hukum Dasar hukum Salam adalah firman Allah: :”Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secar atunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah (2) : 282)

Page 2: Jual beli salam3

Berkenaan dengan ayat ini Ibn Abbas berkata; “Saya bersaksi bahwa Salaf (Salam) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya”. Ia lalu membaca ayat tersebut di atas. [4][4]

Dasar hukum lainnya adalah hadis yang berkaitan dengan tradisi penduduk Madinah yang didapati oleh Rasulullah pada awal hijrah beliau ke sana, yaitu tradisi akad Salaf (Salam) dalam buah-buahan untuk jangka waktu satu tahun atau dua tahun.

Operasional Salam

Syarat utama salam adalah barang atau hasil produksi yang akan diserahkan kemudian tersebutdapat ditentukan spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya.Apabila ternyata nantinya barang yang diserahkan tidak sesuai dengan spesifikasi yangditentukan di awal maka nasabah harus bertanggung jawab dengan cara menyediakan barangsejenis yang sesuai dengan spesifikasi atau mengembalikan seluruh uang yang telah diterima.12

 

Contohnya petani tembakau membutuhkan uang saat ini sedangkan panen belum tiba, maka petani tersebut dapat meminta kepada Bank Syariah untuk membeli hasil panen yang akandatang dan bank akan menjualnya kembali kepada petani tersebut dengan cicilan yang disepakatidalam jangka waktu tertentu. Tentunya Bank Syariah akan menerapkan persentase keuntungantertentu sesuai kesepakatan.

Contoh lainnya, petani tembakau ingin menjual hasil panennya 2 bulan mendatang kepada pedagang. Dalam hal ini katakan pedagang belum memiliki uang. Maka kedua pihak tersebutdapat pergi ke Bank Syariah dan mengajukan pembiayaan salam. Bank Syariah akanmemberikan uang tunai kepada petani tembakau dan pedagang tersebut memiliki utang kepadaBank Syariah dan sesuai dengan kesepakatan akan dicicil dan dilunasi dalam jangka waktutertentu. Bank akan menambahkan sejumlah persentase keuntungan yang disepakati.

Rukun salam:

Muslam atau pembeli Muslam ilaih atau penjual Ra’sul mal atau modal/uang Muslam fiihi atau barang Sighat atau ucapan/akad

[4]

Page 3: Jual beli salam3

Syarat salam:

Modal

1) M o d a l h a r u s d i k e t a h u i Barang harus diketahui jenis, kualitas, dan jumlahnya. Hukum awal mengenai pembayaran harus dalam bentuk uang tunai.

2 ) P e n e r i m a a n p e m b a y a r a n s a l a m

Pembayaran salam dilakukan di tempat kontrak (kebanyakan ulama). Pembayaran salam tidak bisa dalam bentuk pembebasan utang yang harus

dibayar dari muslam ilaih (penjual).

Ketentuan umum salam:

Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100 kg mangga harum maniskualitas "A" dengan harga Rp5000 / kg, akan diserahkan pada panen dua bulanmendatang.

Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad makanasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengembalikandana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.

Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salamkepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti bulog, pedagang pasar induk ataurekanan. Mekanisme seperti ini disebut dengan paralel salam.

Salam paralel:

Karena yang dibeli oleh Bank adalah barang seperti padi, jagung dan cabai, dan Bank tidak  berniat untuk menjadikannya sebagai inventory, dilakukanlah akad salam kepada pembeli kedua,misalnya kepada Bulog, pedagang pasar induk, atau grosir.

 

Inilah yang dikenal sebagai SalamParalelDibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat:

Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan

Page 4: Jual beli salam3

Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

Salam

1.       Pengertian Salam

Kata salam, huruf sin dan lam diberi harakat fathah, adalah semakna dengan kata salaf. Sedangkan hakikat salam menurut syar’i adalah jual beli barang secara ijon dengan menentukan jenisnya ketika akad dan harganya dibayar di muka. (Fiqhus Sunnah III: 171).

2.      Pensyari’atan Salam

Allah swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS al-Baqarah: 282).

Ibnu Abbas ra berkata, “Saya bersaksi bahwa jual beli secara ijon yang jangka waktunya ditentukan sampai waktu tertentu, benar-benar telah dihalalkan Allah dalam Kitab-Nya, dan padanya Dia membolehkannya.” Kemudian ia membaca ayat di atas. (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 1369, Mustadrak Hakim II: 286 dan Baihaqi VI: 18).

 Darinya (Ibnu Abbas) ra, ia berkata, “Nabi saw datang di Madinah, sedang mereka biasa membeli kurma secara ijon, dua tahun dan tiga tahun, maka tentukanlah dengan takaran tertentu, timbangan tertentu, buat satu masa tertentu.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari IV: 429 no: 2240, Muslim III: 1226 no: 1604, Tirmidzi II: 387 no: 1325, ‘Aunul Ma’bud IX: 348 no: 3446, Ibnu Majah II: 765 no: 2280 dan Nasa’i VI: 290).

3.       Jual Beli Secara Salam dengan Orang yang Tidak Punya Modal

Dalam jual beli secara ijon tidak dipersyaratkan pihak penjual secara ijon harus sebagai pemilik penuh.

Dari Muhammad bin Abi al-Mujahid, ia berkata: Saya pernah diutus oleh Abdullah bin Syaddad dan Abu Burdah untuk menemui Abdullah bin Abi Aufa ra, maka mereka berdua berkata, “Tanyakanlah kepada Abdullah bin Abi Aufa, apakah para sahabat Nabi saw pada masa Beliau saw biasa membeli hinthah secara ijon?” (Setelah ditanya), Abdullah bin Abi Aufa menjawab, “Dahulu kami biasa membeli hinthah, sya’ir dan minyak kepada petani dari Syam secara ijon dengan takaran tertentu dan sampai waktu tertentu (pula).” Saya bertanya, “Kepada orang yang punya modal pokok?” Jawab Abdullah, “Pada waktu itu, kami tidak menanyakan hal itu kepada mereka.” Kemudian saya diutus oleh Abu Burdah menemui Abdurrahman bin Abza, “Adalah para sahabat Nabi saw biasa membeli barang secara ijon pada masa Beliau saw namun kami tidak pernah bertanya kepada mereka, apakah

Page 5: Jual beli salam3

mereka punya ladang ataukah tidak.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 1370, Fathul Bari IV: 430 no: 2244 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, ‘Aunul Ma’bud IX: 349 no: 3447, Nasa’I VII: 290 dan Ibnu Majah II: 766 no: 2282).

Dengan demikian, “jual beli salam” adalah akad jual beli yang memiliki kekhususan (karakteristik) yang berbeda dari jenis jual beli lainnya, dengan dua hal:

1. Pembayaran dilakukan di awal (secara kontan di majelis akad), dan dari sinilah sehingga “jual beli salam” dinamakan juga “as-salaf”.

2. Serah terima barang oleh pembeli yang membelinya diakhirkan sampai waktu yang telah ditentukan dalam majelis akad (dari kitab Nihayatul Muhtaj Syarah Minhaj Ath-Thalibin, karya Ar-Ramli. Penulis nukil dari artikel Syekh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar dalam kitab Buhuts Fiqhiyyah fi Qadhaya Iqtishad Al-Mu’asharah, 1:183).

Para ulama sering mengungkapkan proses akad jual beli semacam ini dengan ungkapan, “Zaid adalah seorang yang menyerahkan seribu dinar kepada Ali untuk menyerahkan lima ton beras.”

Pembeli yang diungkapkan dengan nama “Zaid” dinamakan “al-muslim”, “al-muslif”, atau “rabb as-salam”. Penjual yang diungkapkan dengan nama “Ali” dinamakan “al-muslam 'ilaihi” atau “al-muslaf 'ilaihi”. Nilai pembayaran kontan dimuka yang diungkapkan dengan “seribu dinar” dinamakan “modal as-salam” (ra`sumal as-salam). Barang yang dipesan, yang diungkapkan dengan “beras”, dinamakan “al-muslam fihi” atau “dain as-salam” (utang as-salam)

 

APLIKASI PEMBIAYAAN SALAM PERBANKAN SYARI’AHAbstrak: Tulisan ini berupaya mengenalisis aplikasi akad-akad pembiayaan di perbankan syariah dengan menggunakan skim Salam, yakni jual-beli yang harganya dibayar di muka, sedangkan barangnya diserahkan kemudian sesuai dengan waktu yang disepakati. Mengenai dasar kebolehannya dikalangan fuqaha’ terdapat perbedaan pendapat antara berdasarkan nash ataukah istihsan bi al-nash. Namun demikian tidak ada seorangpun fuqaha yang mengharamkannya. Dalam prakteknya di perbankan syariah, akad Salam diaplikasikan setidaknya dengan tiga model. Pertama, model akad Salam Tunggal Hakiki, dimana bank benar-benar melakukan pembelian barang dan kemudian terjun langsung dalam bisnis penjualan barang itu. Kedua, model akad Salam Tunggal Hukmi (formal), dimana bank tidak benar-benar bermaksud membeli barang, karena setelah itu bank menjualnya kembali kepada penjual pertama dengan akad Bay’ Murabahah Bisaman Ajil, atau menyuruh menjualnya ke pihak lain dengan akad Wakalah. Ketiga, model akad Salam Paralel, dimana bank melakukan dua akad Salam secara simultan, yakni akad Salam dengan nasabah yang butuh barang dan akad Salam dengan nasabah yang butuh dana untuk memproduksi barang.

Meski tidak berbeda substansinya, rumusan definisi Salam yang diberikan oleh para fuqaha berbeda-beda. Fuqaha Hanafiyah mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang yang ciri-cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari”.

Page 6: Jual beli salam3

Fuqaha Hanabilah dan Syafi’iyah mendefinisikannya dengan “Akad yang telah disepakati untuk membuat sesuatu dengan ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli dikemudian hari”.

Sedangkan Fuqaha Malikiyah mendefinisikannya dengan : Jual Beli dibayar terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan sesuai dengan waktu yang telah disepakati”. Jadi Salam adalah jual-beli barang dimana pembeli memesan barang dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, dengan pembayaran yang dilakukan sebelum barang tersebut selesai dibuat, baik secara tunai maupun angsuran, dan penyerahan barangnya dilakukan pada suatu saat yang disepakati di kemudian hari.