agama jual beli

11
MU’AMALAH (Tugas Terstruktur Mata Kuliah Agama Islam) Dosen Pengampu: Muhammad Taufiq Oleh: 1. Eko Brasil Anugroh (135100100111053) 2. Erlinda Nurwidiya Ningrum (135100101111001) 3. Annisa Ayu Pratiwi (135100101111003) 4. Dyah Rahmawati (135100101111007) 5. Muhammad Luthfan (135100101111009) 6. Nilta Shabrinal Itsnani (135100101111011) FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: muhammad-luthfan

Post on 09-Aug-2015

78 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

MU’AMALAH

(Tugas Terstruktur Mata Kuliah Agama Islam)

Dosen Pengampu:

Muhammad Taufiq

Oleh:

1. Eko Brasil Anugroh (135100100111053)

2. Erlinda Nurwidiya Ningrum (135100101111001)

3. Annisa Ayu Pratiwi (135100101111003)

4. Dyah Rahmawati (135100101111007)

5. Muhammad Luthfan (135100101111009)

6. Nilta Shabrinal Itsnani (135100101111011)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli berarti pertukaran mutlak, kata al-bai (jual) dan as-syira (beli),

penggunaannya disamakan antara keduanya. Dua kata tersebut masing-masing

memiliki pengertian lafaz yang sama dan pengertian berbeda.

Dalam pandangan Islam, jual beli adalah pertukaran harta tertentu dengan harta

lain berdasarkan keridaan antar keduanya atau dengan kata lain memindahkan hak

milik dengan hak milik lain berdasarkan persetujuan dan perhitungan materi.

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q.S Al-

Baqarah: [2] 275)

Rasulullah SAW, menjelaskan dalam hadisnya.

“Nabi SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab,

‘Seorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrar”. (H.R. Bajjar,

Hakim membenarkannya dari Rifa’ah bin Rafi’).

2. Landasan Atau Dasar Hukum Mengenai Jual Beli

Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan

berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ yakni :

a) Al Qur’an

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan

jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka

sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah :

275).

b) Hadist

yang mengatakan: ”Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian

yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan

tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang

menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist

adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.

c) Ijma’

Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang

lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.

Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah

(boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi

sunnah, wajib, haram, dan makruh.

3. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual

beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).

(a) Rukun Jual Beli:

1) Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli

2) Objek akad (barang dan harga)

3) Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)

(b) Syarat Jual Beli:

1) Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli )

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :

i. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.

ii. Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh dihukumi tidak sah.

Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik

atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang

harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.

iii. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan

harta milik orang yang sangat bodoh (idiot tidak sah jual belinya.

Firman Allah ( Q.S. An-Nisa’(4): 5)

2) Sigat atau Ucapan

Ijab danKabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli

adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam

hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul

(dari pihak pembeli).

Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :

i. Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baligh.

ii. Kabul harus sesuai dengan ijab.

iii. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.

4. Barang yang Diperjual Belikan

Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara

lain :

a) Barang yang diperjual-belikan itu halal.

b) Ba rang i t u ada manfaa tnya

c) Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.

d) Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.

e) Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan

jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.

5. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam

Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari

segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.

a) Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun

dan sayarat-syaratnya.

b) Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun

atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak

disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).

c) Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak

membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.

d) Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat bahwa jual beli

dikategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dapat

memilih.

e) Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.

f) Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan,

atau pun sakit.

g) Jual beli malja’ adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari

perbuatan zalim.

h) Jual beli dengan mengikuti tradisi jahiliyah.

i) Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada

kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang

sebab shiqat sebagai berikut:

i. Jual beli Mu’athah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad,

berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab

kabul.

ii. Jual beli melalui surat atau melalui utusan dikarenakan kabul yang

melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak

sampai ketangan orang yang dimaksudkan.

iii. Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak

dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.

iv. Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena

tidak memenuhi syarat in’iqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian

antara ijab dan kabul.

v. Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau

ditangguhkan pada waktu yang akan datang.

j) Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan) Ma’qud alaih ada l ah ha r t a

yang d i j ad ikan a l a t pe r t uka ran o l eh o r ang yang akad , yang b i a sa

d i s ebu t m a b i ’ (barang jualan) dan harga.

k) Terlarang Sebab Syara’. Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara’ nya

diantaranya adalah :

i. Jual beli riba.

ii. Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan. Contohnya jual

beli khamar, anjing, bangkai.Jual beli barang dari hasil pencegatan

barang yakni mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju

tempat yang dituju sehingga orang yang mencegat barang itu

mendapatkan keuntungan.

iii. J ua l be l i wak tu adzan j um’a t . Terlarang dikarena bagi laki-laki yang

melakukan transaksi jual belidapa t mengganggukan ak t i f i t a s

kewa j ibannya s ebaga i mus l im dalam mengerjakan shalat jum’at.

iv. Jual beli anggur untuk dijadikan khamar.

Sebagaimana hadis Rasulullah SAW.

Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamar (minuman keras),

bangkai, babi, dan berhala. Rasul ditanya, ‘Bagaimana dengan minyak

bangkai untuk kapal, melicinkan kulit dan untuk penerangan bagi

manusia?’ Nabi SAW menjawab, ‘tidak halal’ itu perbuatan haram.”

v. Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain. Menjual

barang yang telah diakad oleh pihak lain hukummnya haram,

seperti yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu

Umar r.a. dari Rasulullah SAW yang bersabda.

“Janganlah di antara kamu menjual barang yang telah diakad

pihak lain.” (H.R. Ahmad dan Nasa’i).

vi. Jual beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain

dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.

6.   Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern sampai sekarang ini

berupa uang).

Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu adalah :

1.      Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.

2.      Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara

hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.

3.      Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang yang

dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang)

Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :

1. Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.

2. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil. Terlarang dikarenakan anak kecil belum

cukup dewasa untuk mengetahui perihal tentang jual beli.

3. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak

dapat membedakan barang yang jelek dan barang yang baik.

4. J u a l b e l i t e r p a k s a

Daftar Pustaka

Insan, W. 2008. Fikih Untuk Kelas IX MTs. Bandung: Grafindo Media Pertama.

Ilmy, B. 2008. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung:

Grafindo Media Pertama.