jtstikesmuhgo gdl nurlalia 213 1 askepga s

Upload: istiy-dulcom-thayangdedemhilaslalu

Post on 17-Mar-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gastroenteritis

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN GASTROENTERITIS

Oleh: Nuriaila, S.Kep, NsA. Definisi

Gastroenteritis adalah suatu

dengan frekuensi buang air besar

pada neonatus lebih dari 4 kalikeadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006 : 12).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005 : 224).

Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, VIruS dan pathogen parasitik (Wong, 2003 : 492).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai

sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.

Salah satu komplikasi dari

gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi tingkat dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah :

1. Dehidrasi ringan

Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

2. Dehidrasi sedang

Apabila kehilangan cairan 5-8%

dari berat badan atau rata-rata

75 ml/kg BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.

3. Dehidrasi Berat

Apabila kehilangan cairan 8-

10% dari berat badan atau rata- rata 125 ml/kg BB, pada

dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus ).

B. EtiologiFaktor penyebab diare menurut N gastiyah (2005) yaitu :

1. Faktor infeksi

Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencemaan

makanan yang merupakan

lamblia, Trichomonas hominis)

dan jamur (Candida albicans).

2. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencemaan makanan seperti : otitis media akut (OMA) , tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

3. Faktor malabsorpsi

Malabsorpsi

karbohidrat,

misalnya disakarida(intoleransi laktosa,

maltosa dan sukrosa),

penyebab utama gastroenteritis

monosakarida

(intoleransipadaanak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : infeksi

bakteri, seperti vibrio, E.coli,

glukosa, fruktosa dan galaktosa); Malabsorpsi lemak

dan Malabsorpsi protein.Salmonella, Campylobacter,

Shigella, Yersinia,

4. Faktor makanan, makanan basi, beracun,alergi terhadap

Aeromonas, dan sebagainya; Infeksi VIruS yaitu Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-virus,

Rotavirus, dan lain-lain);

makanan.

5. Faktor Psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadipada anak yang lebih

besar).Infeksi parasit : cacing (Ascaris, C. PatofisiologiTrichuris,

Oxyuris,

Gastroenteritis

adalahStrongyloides),

protozoa

peningkatan keenceran dan(Entamoeba histolytica, Giardia

frekuensi tinja. Gastroenteritis

dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar.

Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.

Iritasi usus oleh suatu

penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi au dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yangbesar.

Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal Ini terjadi karena sindrom

malabsorpsi meningkatkanpatogen

mempengaruhi lapisan mukosausus, sehingga terjadi

motilitas

Meningkatnya

ususintestinal. motilitasdan

peningkatan produk -produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapis an otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk

cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,

kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolik.

Gastroenteritis akut di tandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (Adenovirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menhinfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat pencemaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus halus (Corwin, 2000 :

520).

D. Manifestasi KlinisPasien yang menderita gastroenteritis, mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Wama tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitamya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak di absorpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah,

2005 : 225).

Frekuensi BAB (huang air besar) pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari

4 kali sehari, bentuk cair pada buang air besamya kadang-kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan menurun, wamanya lama kelamaan menjadi kehijauan karena bercampur empedu, muntah, rasa haus, malaise, adanya lecet pada daerah sekitar anus,

feses bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus, adanya tanda dehidrasi, kemudian dapat terjadi diuresis yang berkurang (oliguria sampai dengan anuria) atau sampai dengan terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat dengan pemafasan kusmaul (Hidayat, 2006 : 13).

E. PenatalaksanaanDasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan (Rehidrasi)

Hal-hal yang hams diperhatiakan dalam rehidrasi adalah jems cairan, cara memberikan cairan, dan jumlah pemberiannya. Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi adalah jika belum ada dehidrasi : anjurkan anak untuk minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi, Dehidrasi ringan :

1 jam pertama 25-50 ml/kg BB per oral (intragastrik), Selanjutnya 125 ml/kg BB I hari ad libitum. Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB per oral I intragastrik (sonde), Selanjutnya 125 ml/kg BB I hari ad libitum. Dehidrasi berat

di lakukan rehidrasi sesuai dengan umur dan berat badan pasien sebagai berikut :

a. Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun berat badan 3-10 kg.

1 jam pertama = 40 ml/kg

BB/jam = 10 tetes /kg BB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes /kg BB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes). 7 jam berikutnya = 12 ml/kg BB/jam 3 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml =15 tetes) atau 4 tetes/kg

BB/menit (set infus 1 ml =20 tetes). 16 jam berikutnya yaitu 125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrim bila anak tidak mau minum teruskan DG an intravena 2 tetes/kg BB/menit (set infus

1 ml = 15 tetes) atau 3

tetes/kg BB/menit (set infus

1 ml = 20 tetes).

b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahundengan berat badan

10-15 kg

1 jam pertama yaitu 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (i ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1

ml = 20 tetes). 7 jam berikutnya yaitu 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 16 jam berikutnya yaitu 125 ml/kg BB oral it peroral atau intragastrik. Bila anak: tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

c. Untuk anak: lebih 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

1 jam pertama yaitu 20 ml/kg BBI jam atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 7 jam berikutnya yaitu 10 ml/kg BB/jam atau 21/2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 16 jam yaitu

105 ml/kg BB oralit peroral

atau bila anak: tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes)

atau 11/2 tetes/kg BB/menit

(1 ml = 20 tetes).

d. Untuk bayi barn lahir (neonatus)dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairannya yaitu

125 ml + 100 ml + 25 ml =

250 ml/kg BB124 jam. Jenis cairan = Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHC03 11/2 %). Kecepatan pemberian cairan yaitu 4 jam pertama = 25 ml/kg BB/jam atau 6 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya

yaitu 150 ml/kg BB120 jam atau 2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 21/2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

e. Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg. Kebutuhancairannya adalah

250 ml/kg BB124 jam. Jenis cairan yang diberikan yaitu cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% = 1 bagian NaHC03 11/2 ). Kecepatan pemberian terapi rehidrasi

sama dengan pada bayi baru lahir. Cairan untuk: pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat misalnya untuk: anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg. Jenis eairan : DG aa. Jumlah eairan : 250 ml/kg BB/24 jam. Keeepatan

: 4 jam pertama = 60 ml/kg

BB/jam atau 15 ml/kg BB/jam atau = 4 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya = 190 ml/kg BB/20 jam atau 10 ml/kg BB/jam atau 21/2 tetes/kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (1

ml = 20 tetes).

makanansesuai dengan umur dan berat badannya.

Syarat diit pada pasien gastroenteritis adalah pasien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam 24 jam pertama, pemberian ASI diutamakan, makanan eukup energi dan protein, makanan tidak merangsang saluran peneernaan yaitu tidak mengandung bumbu tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberikan bertahap dari makanan ringan (mudah cerna) dalam bentuk: yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit, makanan diberikan dalam porsi keeil dengan frekuensi sering.

Jenis diit untuk:2. Dieteticmakanan)

(eara pemberian

penderitagastroenteritis pada anakadalah susu LLM dan

Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan seeukupnya untuk: memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberatkan kerja usus, meneegah dan mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan agar anak segera mendapat

bubur tempe. Susu LLM merupakan susu yang rendah laktosa sehingga sangat baik bagi anak yang menderita gastroenteritis karena intoleransi laktosa. Manfaat dari bubur tempe adalah memenuhi kebutuhan nutrisi. Keuntungan dari diit bubur tempe adalah

makanan mudah di cerna dan diabsorpi dalam usus halus sehingga tidak memperberat kerja usus.

3. Obat-obatan.

Obat anti sekresi. Asetosal. Dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30mg klorpomazin.dosis 0,5-1 mg/kg bb/hari.

Obat spasmolitik dan

lain2.umumnyaobat spasmolitikseperti papaverin

,ekstrak beladona ,opium loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan lagi.

Antibiotik. Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia (Ngastiyah,

2005 : 230).

F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (causal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Adapun pemeriksaan yang perlu dikarjakan menurut Mansjoer (2000) adalah :

1. Pemeriksaan feses

Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai natibiotik serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.

Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut feses berwarna pekat/putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tinggi susu dan produk

susu. Feses berwama orange atau hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwama putih disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah VIruS. Feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalarnnya terdapat unsur pus atau mukus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto,

2008).

2. Pemeriksaan darah

Darah peri fer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit

(terutama Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang - kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorpsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

3. Pemeriksaan elektrolit tubuh

Untuk mengetahui kadar Natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.

4. Duodenal intubationUntuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

G. PathwayIntoleransilaktosa

Faktor infeksi Makanan basi / Malabsorpsi beracun

Peningkatan enzim asam laktatMeningkatkan stimulussekresi getah lambung

!Masuk ke saluranpencemaan!Bakterimengeluarkan

Masuk ke saluranpencemaanMakJan tidak

!Tekanan osmotik dalam lumen usus meningkatPergeseran airdapat di absorpsi

dan

elektrolittoksinJ. ! ke rongga ususKadar asam lambungmeningkat

Sekresi cairan

dan Hyperperistaltik !1Mengiritasimukosa lambung~Cairan dan elektrolit

elektrolit dalam rongga

usus meningkat lsi rongga usus! meningkatKemampuanabsorpsimenurunMengiritasimasuk ke lumen usus Gastroenteritis ----+- F eses Bersifat Asam ----+-.! outU! menm~! I 1

rektal

lSI rong"ga usus ~memngkat

dan AbsSoOrnrspiSI Hospi"ta1"IsaS"IMual, muntah dan

nafsumakan menurun

menurunlDehidrasi

8Prosedur invasif

KuranginformasiDefisit pengetahuanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan tubuh+Merangsang pusat pengaturansuhu di hipotalamus

Kerusakan integritas kulit ~

Port de entre mikro organisme patogen

Resiko Infeksi(Corwin, 2000 : 521)

H. PengkajianPengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevalusi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang di butuhkan, di kumpulkan dan di analisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan data, menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah- langkah dalam pengkajian IDl dalah sebagai berikut :

1. Riwayat Keperawatan

Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua. Keluhan utama pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa adanya lendir dan darah sebanyak lebih dari 3

kali sehari, berwarna kehijau- hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafsu makan, dan disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anak- anak yang menderita infeksi usus.

Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan masing-masing orang berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan sosial, ekonomi, hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan anak menjadi rewel dan menjadi gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum, tidaka ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pemah di derita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam

keluarga pemah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pemah menderita penyakit kronis sehingga harns dirawat di rumah sakit.

Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan, dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir dan keadaan anak setelah lahir.

Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau kemandirian.

Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadawal pemberian serta efek

sampmg dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.

Psikososial yang di tanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang di gunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stres mencakup juga harapan- harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.

Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak di sukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti frekuansi buang air besar dan buang air kecil di rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, wama dan bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur slang, malam, kebiasaan sebelum dan sesudah tidur.

Pola aktivitas Juga di tanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.

Kesehatan mental meliputi pol a interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit anaknya.

Kesehatan sosial dan

berkurang,

keelastisitasnya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB, adanya nyeri atau disentri abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat badan (Gunawan, 2009).

b. Pola Fungsional Kesehatan Polafungsional kesehatan

dapat di kaji melalui

pola Gordon dimana

pendekatan Ill!memungkinkan perawat

untuk mengumpulkan dataspiritual yang ditanyakan adalah

kultural atau norma

perlu pola

yang

secara sistematis dengan cara mengevaluasi pola

fungsi kesehatan danberlaku dalam keluarga dan pol a rekreasi serta keadaan lingkungan rumah.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum klien

Pada anak terdapat keluhan dan kelainan- kelainan yang perlu mendukung perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering, dan turgor kulit

memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus. Model konsep & tipologi pola kesehatan fungsional menurut gordon:

1) Pola Persepsi- Managemen Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,

pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2) Pola Nurtisi dan

MetabolikMenggarnbarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit. Nafsu makan,

pola makan, diet,

4) Pola Latihan-Aktivitas

Menggarnbarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pemafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan I gerak dalarn keadaan sehat dan sakit,gerak tubuh dan

kesehatan berhubunganfluktuasi BB dalarn 6

satu

sarna

lain.

bulan terakhir, kesulitan menelan, Mual/muntah,

Kemarnpuan dalarnmenata

klien diri

Kebutuhan jumlah zat gIZI, masalah I penyembuhan kulit, makanan kesukaan.

3) Pola Eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri, d11), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dan lain-lain.

apabila tingkat kemarnpuan 0: mandiri,

1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang dan alat 4 tergantung dalarn melakukan ADL, kekuatan otot danRange Of Motion, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalarn nafas, bunyi nafas riwayat penyakit pam.

5) Pola KognitifPerseptual

Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi

pengkajian penglihatan,

fungsi

n, persepsi sensori

(nyeri), penciuman, danpendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya

terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung

kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau barn terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan

nama (orang, atau

lain-lain.

6) Pola Istirahat dan Tidur

Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang energy. Jumlah Jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, msomma atau rmmpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

7) Pola Konsep Diri- persepsi Diri

Menggambarkanbenda yang

Tingkat pendidikan,persepsi

lain).

sikap tentang diri sendiri dan persepsi

terhadap kemampuan.nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan

Kemampuankonsep diriantara lain

untuk

mengikuti,

gambaran diri, harga

menilai nyeri skala 0-

10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian

tubuh atau fungsinya,

diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana

keseluruhan bagiantingkatkesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan

manusia berinteraksi

lingkungannya.

akan dengan

penglihatan,pendengara

Disamping sebagai

system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau

sosio-kultural spriritual

dan dalam pandangan secara holistic. Adanya

dirasakan seksualitas.

sakit

denganDampak terhadapkecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya,

gugup I relaks.

seksualitas, riwayat haid,pemeriksaan

mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex,pemeriksaan

genital.

10) Pola Pertahanan Diri

(Coping- Toleransi Stres

)8) Pola PeranHubungan

dan

Menggambarkan kemampuanuntuk

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive I agresif teradap orang lain, masalah keuangan, dan lain-lain.

9) PolaReproduksi/Seksual

menanngam stress dan penggunaan system pendukung.

Penggunaan obat untuk menangani

stress,interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata,metode koping yang biasa digunakan,efek

penyakitterhadap tingkat stress.

11) Pola Keyakinan Dan

Nilai

Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.

Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit (Winugroho, 2008).

I. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

berhubungan dengan mual, muntahdan intake inadekuat.

3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungandengan iritasi rectal karena diare.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkunganterhadap patogen.

6. Defisit pengetahuan tentang penyakit

dan cara perawatannya berhubungan dengankurang paparan sumber informasi.

7. Ansietas berhubungan denganhospitalisasi dan stress.

J. Fokus Intervensi1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dengandehidrasi (Wilkinson, 2007: 174).

pasien gastroenteritis menurut

Wilkinson (2007) adalah :

1. Kekurangan volume cairan

Tujuan dilakukan keperawatan

Setelah asuhan diharapkantubuh berhubungan dengan

dehidrasi.

kekurangan volume cairan

akan teratasi dan2. Perubahan nutrisi

dari kebutuhan

kurang tubuh

keseimbangan elektrolit dan

asam basa dapat tercapai

dengan kriteria hasil hidrasi dan status nutrisi adekuat, frekuensi rrama

sesuai toleransi. Rasional : karena pemberian diet normal secara dini bersifat

dan nadi dalam rentang

yang diharapkan, frekuensi

menguntungkan

menurunkan

untuk jumlah

dan irama nafas dalam rentang yang diharapkan,

defekasi dan penurunan

berat badan sertakewaspadaan mental dan

pemendekan

durasiorientasi kognitif tidak ada gangguan, elektrolit serum (misalnya natrium, kalium, kalsium, dan magnesium)

dalam batas normal, serum

penyakit; ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas laktosa, atau formula

yang mengandung setengahdan pH urine dalam batas normal.

laktosa. Rasional mempertahankan

untuk terapi

Intervensi yang dapat dilakukan adalah beri larutan rehidrasi oral (LRO)

cairan; pantau intake dan output (urin, feses, dan

emesis). Rasional : untuksedikit khususnya

tapi bila

sering anak

mngevaluasi

keefektifan intervensi;pantau berat

muntah. Rasional untuk rehidrasi

LROdan

jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi. Rasional :

penggantian kehilangan cairan melalui feses; Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan. Rasional : untuk mengobati patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan; setelah rehidrasi, berikan diet reguler pada anak

untuk mengkaji hidrasi; timbang berat badan anak. Rasional : untuk mengkaji hidrasi; kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental setiap 4 Jam atau sesuai indikasi. Rasional untuk mengkaji hidrasi; hindari masukan carran jemih

seperti jus buah, mmuman berkarbonat dan gelatin. Rasional carran nu biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolalitas tinggi; instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan dan keluaran dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional : untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik.

2. Perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah

dan intake inadekuat (Wilkinson, 2007

: 319).Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : asupan makanan dan cairan adekuat, zat gizi terpenuhi, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, mencapai berat badan yang ideal.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian AS!. Rasional : hal mi penting untuk mengurangi kehebatan dan durasi penyakit; hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel, dan roti panggang atau teh. Rasional

: karena diet ini rendan energi dan protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat dan rendah elektrolit; observasi dan catat respon terhadap pemberian makan. Rasional untuk mengkaji toleransi pemberian makanan; instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat. Rasional : untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik; anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering. Rasional pemberian makanan calf sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastrik sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah;

timbang berat badan setiap hari. Rasional untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari; gali masalah dan prioritas anggota keluarga. Rasional : untuk memperbaiki kepatuhan terhadap program terapeutik.

3. Hipertermi berhubungan

dapat membantu dalam diagnosis sehingga dapat ditentukan intervensi yang tepat; beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila dan lipat paha. Rasional kompres hangat dapat mengurangi demam; monitor tanda-tanda vital

setiap 1 Jam. Rasional :dengan dehidrasi

(Wilkinson, 2007 : 220) Tujuansetelah

sebagai perkembangan

klien; anjurkan

indikator keadaan

untukdilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil

: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi dan pemafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna kulit tidak ada, keletihan dan mudah tersinggung tidak tampak.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertai. Rasional suhu

38-410 C menunjukan proses infeksius akut sehingga

rmnum cukup. Rasional : intake cairan yang adekuat membantu penurunan suhu tubuh serta mengganti jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi; anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Rasional mempercepat proses evaporasi. Jumlah selimut perlu dibatasi untuk mempertahankan suhu mendekati normal; kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik. Rasional digunakan untuk mnegurangi demam dengan aksi sentralnya di

hipotalamus;kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare

sangat mengiritasi kulit; pajankan dengan nngan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungandengan iritasi rectalkarena diare

Rasional meningkatkan penyembuhan;

untukhindari(Wilkinson, 2007 : 460).

menggunakan tissue basahTujuan dilak:ukan

setelah asuhan

yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada

keperawatan

diharapkan integritaskulit tidak

kulit yang teriritasi. Rasional karena dapat

mengalamikerusakan dengan kriteria hasil : suhu,

menyebabkan menyengat;

rasa observasi

elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang di harapkan, terbebas dari adanya lesi janngan, keutuhan kulit terjaga.

Intervensi yang dapat dilak:ukan adalah ganti popok jika basah atau kotor. Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering; bersihkan bokong perlahan - lahan dengan sabun lunak, non - alkalin, dan air atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut. Rasional : karena feses diare

bokong dan perinium akan adanya infeksi. Rasional : untuk mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi dan untuk memberikan terapi yang sesuai; kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat berupa salep pelindung pada kulit. Rasional : untuk mempercepat penyembuhan.

5. Resiko infeksi berhubungan denganport de entre mikroorganismepatogen (Wilkinson, 2007: 261).

Setelah dilak:ukan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak:

terjadi infeksi dengan tangan. Rasional : untukkriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, status

mencegah terjadinya penyebaran infeksi.

imunitas adekuat,

baik,nutrisi 6. Ansietas berhubungan mendapatkandengan hospitalisasi dan

imunisasi yang tepat, nadidan suhu dalam rentang

stress (Wilkinson, 2007 :

20).yang diharapkan. Setelah dilakukan

Intervensi yang asuhan keperawatan dapat dilakukan adalah diharapkan ansietas pertahankan CUCI tangan berkurang atau teratasi

yang benar. Rasional : untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi; pakaikan popok dengan tepat. Rasional : mengurangi kemungkinan penyebaran

feses; gunakan popok sekali

dengan kriteria hasil pasien tidak tampak cemas atau gelisah, pasien dapat beristirahat atau tidur dengan nyenyak, pasien dapat merencanakan strategi

koping untuk situasi-situasipakai.Rasional yang membuat stress, superabsorbent

untuk mampu mempertahankan menampung

feses dan penampilan peran,

menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis popok; ajarkan anak, bila mungkin tindakan perlindungan diri misal dengan cuci tangan setelah menggunakan toilet. Rasional : untuk mencegah penyebaran infeksi; anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci

melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori, tidak ada kecemasan secara fisiko

Intervensi yang dapat dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan. Rasional respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang di pelajari; pertahankan kontaksering dengan orang tua, selalu sedia untuk mendengarkan dan bicara bila di butuhkan. Rasional : persepsi yang menyimpang

dari situasi mungkin dapat

7. Defisit pengetahuan tentang penyakit

dan cara perawatannya

berhubungan dengankurang paparan sumber

informasi

(Wilkinson, 2007 : 274).memperbesar identifikasi

perasaan;

cara-cara

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

dimana pasien mendapat bantuan jika di butuhkan. Rasional memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk melihat realisasi dari penyakit atau pengobatan yang diberikan; berikan informasi yang sesuai kebutuhan dan jika diminta oleh pasien atau orang terdekat. Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk mendukung dan membantu; beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya, misal : dengan terapi bermain. Rasional : untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

diharapkan keluarga pasien termotivasi untuk merawat anaknya yang menderita gastroenteritis dengan baik dan benar dengan kriteria hasil keluarga pasien mengerti pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari gastroenteritis, cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita gastroenteritis, serta mampu mendemonstrasikan cara membuat oralit dan LGG dengan baik dan benar.

Intervensi yang dapat dilakukan adalah kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan cara perawatan anaknya. Rasional : untuk menentukan intervensi secara tepat dengan masalah yang ada; berikan

penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya. Rasional : menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya; berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan. Rasional berbagai tingkat

bantuan mungkin di

DAFTARPUSTAKACarpenito,Lynda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Corwin, E, S. 2000. Buku SakuPatofisiologi. Jakarta: EGC.

Frida. 2008. Askep Gastrointestinal. http://alfreedr.blogspot.coml2010106/askep-gastroenteritis.html

perluk:an kebutuhan;

berdasarkan berikan

Gunawan.2009. Asuhan KeperawatanAnak Dengan Gastrointestinal.

penjelasan kepada orang tua tentang perawatan anak dengan gastroenteritis di rumah, seperti pembuatan larutan gula garam (LGG). Rasional : pembuatan LOG di lakukan sebagai penanganan pertama untuk: mengganti cairan tubuh yang hilang akibat gastroenteritis.

http://ilmukeperawatan.comlasuhan keperawatan diare.ht ml

Hidayat, Alimul, Aziz, A. 2006.

Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta Salemba Medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan AnakSakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Robbins,dkk. 2007. Buku Ajar Patofisiologi.Edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC.

Staff PengajarIlmu Kesehatan Anak, FKUI.2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta

: Infomedika.

Suprianto.2008. Asuhan Keperawatan

Dengan Masalah

Eliminasi Alvi. http://perawatsupri. wordpress

.coml2008/07 107lasuhan-

keperawatan -dengan- masalah -eliminasi -alvil

Syaifudin. 2001. Anatomi fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wilkinson,M, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Winugroho. 2008. Model KonsepKeperawatan. http://winugroho-emt- n.hlogspot.coml2008/08/mod el-konsep-tipologi-pola- kesehatan.html.

Wong,

Donna, L. 2003. Pedoman KlinisKeperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Hipertermi