jbptitbpp gdl teguhpriba 31510 3 2008ta 2

19
-1- BAB II DASAR TEORI 2.1 Desain Struktur Desain struktur dapat didefinisikan sebagai suatu perpaduan ilmu pengetahuan dan seni yang mengkombinasikan perasaan intuitif seorang perencana berpengalaman mengenai perilaku struktur dengan didasari pengetahuan yang mendalam mengenai prinsip-prinsip statika, dinamika, mekanika bahan dan analisis struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang aman dan ekonomis sehingga dapat berfungsi seperti yang diharapkan. (Salmon. Johnson,1996) Hal-hal ilmiah dan ilmu pengetahuan akan menolong perencana menemukan dasar-dasar berpikir untuk mengambil keputusan, akan tetapi hal itu sering tidak mencukupi untuk menentukan keputusan akhir. Disinilah perlunya intuisi seorang perencana dalam mengambil keputusan akhir yang mungkin secara ilmiah sulit untuk diuraikan. Intuisi seorang perencana juga diperlukan pada saat proses desain struktur berlangsung. Sehingga data-data keluaran hasil analisis struktur tidak diterima begitu saja, terutama jika menggunakan keluaran dari suatu program analisis struktur dengan komputer, akan tetapi perlu ditambahkan pertimbangan perencana (engineer review) sebelum data-data keluaran tersebut dikatakan layak untuk digunakan. Dengan kata lain proses desain struktur bukanlah suatu proses kaku yang hanya menjalankan prosedur perhitungan struktur dari awal hingga akhir, akan tetapi lebih diharapkan menjadi suatu ajang pemunculan kreativitas perencana dalam memadukan ilmu pengetahuan, seni dan intuisi untuk mencapai suatu desain yang optimal, oleh karena itu pengetahuan perencana secara ilmu pengetahuan harus ditunjang dengan pemahaman realisasi desain dilapangan melalui pengalaman-pengalaman desain yang telah dilakukan maupun dari sharing sesama perencana sehingga intuisi seorang perencana terasah dengan baik.

Upload: dimas-recha-syahputra

Post on 15-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dfdfdfd

TRANSCRIPT

  • -1-

    BAB II DASAR TEORI

    2.1 Desain Struktur Desain struktur dapat didefinisikan sebagai suatu perpaduan ilmu pengetahuan dan seni

    yang mengkombinasikan perasaan intuitif seorang perencana berpengalaman mengenai

    perilaku struktur dengan didasari pengetahuan yang mendalam mengenai prinsip-prinsip

    statika, dinamika, mekanika bahan dan analisis struktur, untuk menghasilkan suatu

    struktur yang aman dan ekonomis sehingga dapat berfungsi seperti yang diharapkan.

    (Salmon. Johnson,1996)

    Hal-hal ilmiah dan ilmu pengetahuan akan menolong perencana menemukan dasar-dasar

    berpikir untuk mengambil keputusan, akan tetapi hal itu sering tidak mencukupi untuk

    menentukan keputusan akhir. Disinilah perlunya intuisi seorang perencana dalam

    mengambil keputusan akhir yang mungkin secara ilmiah sulit untuk diuraikan.

    Intuisi seorang perencana juga diperlukan pada saat proses desain struktur berlangsung.

    Sehingga data-data keluaran hasil analisis struktur tidak diterima begitu saja, terutama

    jika menggunakan keluaran dari suatu program analisis struktur dengan komputer, akan

    tetapi perlu ditambahkan pertimbangan perencana (engineer review) sebelum data-data

    keluaran tersebut dikatakan layak untuk digunakan. Dengan kata lain proses desain

    struktur bukanlah suatu proses kaku yang hanya menjalankan prosedur perhitungan

    struktur dari awal hingga akhir, akan tetapi lebih diharapkan menjadi suatu ajang

    pemunculan kreativitas perencana dalam memadukan ilmu pengetahuan, seni dan intuisi

    untuk mencapai suatu desain yang optimal, oleh karena itu pengetahuan perencana secara

    ilmu pengetahuan harus ditunjang dengan pemahaman realisasi desain dilapangan

    melalui pengalaman-pengalaman desain yang telah dilakukan maupun dari sharing

    sesama perencana sehingga intuisi seorang perencana terasah dengan baik.

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-2 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    2.2 Pengetahuan Struktur Baja Baja struktural adalah baja yang bisa digunakan pada proses konstruksi, baja jenis ini

    harus memenuhi beberapa parameter yang dibutuhkan oleh sebuah disain struktur yaitu

    berupa tegangan leleh minimum (minimum yield stress), kekuatan tarik minimum

    (minimum tensile strength), daktilitas (ductility), dapat di las (Weldability) dan modulus

    elastisitas bahan (umumnya 200.000 MPa). Parameter-pameter tersebut beragam nilainya

    sesuai dengan mutu baja yang dikehendaki, mutu ini ditentukan oleh zat tambahan

    (additive) dan perlakuan proses pembentukannya, beberapa diantaranya adalah carbon

    steel, high strength low-alloy steels (HSLA), corrosion resistant HSLA steels, quenched

    and tempered alloy steels.

    Baja struktural mempunyai beragam profil yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam

    desain konstruksi, ada beberapa cara proses pembentukan profil-profil baja diantaranya

    adalah Hot rolled structural shape, Cold termed shape, Welding, Fasteners (bolts, stud

    shear connector). Profil-profil baja ini akan dipakai untuk berbagai fungsi seperti

    dijadikan balok, kolom, rangka batang, bresing, gider, pelat, dll.

    Struktur baja yang paling sering dijumpai adalah struktur rangka (skeleton construction).

    Dimana elemen penyusunnya terdiri dari batang tarik, batang tekan, elemen lentur atau

    kombinasi ketiganya. Sebagai contoh: konstruksi rangka atap Penyusun utama struktur

    jenis ini umumnya terdiri dari elemen batang tekan, batang tarik dan batang lentur yang

    dirangkai sedemikian rupa sehingga terbentuk struktur rangka atap yang kokoh, bisa

    berupa dua dimensi ataupun tiga dimensi. Hubungan elemen-elemen batang tersebut

    dapat berupa hubungan kaku (rigid) ataupun sederhana. Contoh lain adalah gedung,

    bangunan industri, gelangang (auditorium) dan bangunan lainnya pada umumnya

    menggunakan struktur rangka baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja.

    Jembatan pun kebanyakan merupakan struktur rangka baik jembatan dengan susunan

    balok dan gelagar ataupun struktur rangka batang (truss).

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-3 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    2.3 Elemen Struktur Baja Secana umum elemen penyusun struktur baja dapat dikelompokkan atas tiga kategori,

    yaitu: batang tarik, batang tekan dan elemen lentur. Masing-masing elemen memiliki sifat

    dan fungsi khusus dalam struktur baja. Suatu struktur baja dibentuk oleh kombinasi

    elemen-elemen tersebut dan disambungkan satu dengan yang lain menggunakan

    sambungan baut atau sambungan las sehingga terbentuklah satu struktur utuh.

    2.3.1 Batang Tarik

    Batang tarik adalah elemen struktur baja yang hanya memikul/ mentransfer gaya aksial

    tarik antara dua titik pada struktur. Batang tarik didesain untuk mencegah beberapa mode

    keruntuhan yang mungkin akibat gaya yang bekerja pada batang dalam kondisi normal,

    keruntuhan tersebut diantaranya, leleh di seluruh luasan penampang, fraktur di luasan

    efektif penampang, blok geser, retak akibat geser sepanjang sambungan. Secara teoritis,

    kekuatan penampang batang tarik dapat dimobilisasikan secara maksimal hingga

    penampang mencapai keruntuhan. Akan tetapi pada kondisi sebenarnya, kekuatan batang

    tarik harus direduksi dengan adanya lobang pada sambungan dan tidak sentrisnya gaya

    tarik bekerja. Dengan ungkapan lain, kekuatan batang tarik ditentukan oleh seberapa luas

    suatu penampang secara efektif ikut serta memikul gaya aksial tarik tersebut.

    2.3.1.1 Kapasitas Kuat Tarik Rencana

    Kuat tarik nominal batang tarik, tanpa lubang, dinyatakan sebagai perkalian luas bruto

    profil dengan tegangan leleh baja profil yang digunakan. Walaupun kekuatan aktual dari

    suatu batang tarik bisa saja melampaui tegangan lelehnya sebagai akibat dari pengerasan

    regangan (strain hardening). Akan tetapi nilai tersebut tidak diambil, karena pelelehan

    umum di sepanjang batang akan menyebabkan perubahan yang terlalu besar pada batang

    tarik sehingga dikhawatirkan tidak berfungsi lagi seperti yang diharapkan. Komponen

    struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Nu harus memenuhi:

    Nu Nn . . . ( 2. 1 )

    dengan Nn adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai terendah di

    antara dua perhitungan menggunakan harga-harga dan Nn di bawah ini:

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-4 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    Keruntuhan leleh di seluruh luasan penampang

    n g yN A f= . . . ( 2. 2 ) Keruntuhan fraktur di luasan penampang efektif

    n e uN A f= . . . ( 2. 3 ) Keruntuhan blok geser:

    Jika u nt u nvF A 0.6F A maka terjadi leleh geser-fraktur tarik 0,60n y gv u ntN f A f A= + . . . ( 2. 4 )

    Jika u nt u nvF A < 0.6F A maka terjadi leleh tarik-fraktur geser

    0,60n u nv y gtN f A f A= + . . . ( 2. 5 ) Keterangan:

    = 0,9 faktor tahanan untuk keruntuhan leleh di seluruh luasan penampang

    = 0,75 faktor tahanan untuk keruntuhan fraktur di luasan efektif penampang

    = 0,75 faktor tahanan untuk keruntuhan blok geser

    , y uf f adalah tegangan leleh minimum dan kuat tarik

    gA adalah luas penampang bruto

    eA adalah luas penampang efektif

    gvA adalah luas penampang geser bruto

    gvA adalah luas penampang tarik netto

    gvA adalah luas penampang geser netto

    gvA adalah luas penampang tarik bruto

    2.3.1.2 Penampang efektif

    Luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan

    sebagai berikut: Ae = AU . . . ( 2. 6 )

    Keterangan :

    A adalah luas penampang, mm2

    U adalah faktor reduksi

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-5 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    = 1 - (x / L) 0,9, . . . ( 2. 7 )

    x adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik

    berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm

    L adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut

    yang terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, mm

    Bila komponen struktur tarik dilas kepada pelat menggunakan las longitudinal

    di kedua sisinya,

    A U A

    2 U=1,01,5 2 U=0,87

    1,5 U=0,75

    e g l wl w

    w l ww l w

    =

    < . . . ( 2. 8 )

    Gambar 2. 1 las longitudinal

    Bila komponen struktur tarik dihubungkan menggunakan las transversal saja,

    kontakA U A A Ae g g= = = . . . ( 2. 9 )

    Gambar 2. 2 las transversal

    Bila komponen struktur tarik dihubungkan kepada baja bukan pelat

    menggunakan las longitudinal/transversal

    A U A Ae g g= = . . ( 2. 10 )

    2.3.2 Batang Tekan

    Sama halnya seperti batang tarik, batang tekan juga hanya memikul/ mentransfer gaya

    aksial antara dua titik pada struktur. Akan tetapi sifat gaya aksial yang diterima adalah

    gaya aksial tekan. Sehingga pengaruh tekuk (buckling) atau lenturan tiba-tiba akibat

    ketidakstabilan merupakan persoalan yang mendapat perhatian lebih pada batang tekan.

    Dengan ungkapan lain, kekuatan batang tekan tidak hanya dipengaruhi kekuatan

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-6 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    bahannya akan tetapi turut dipengaruhi bentuk geometris penampang (jari-jari girasi

    penampang). Model keruntuhan yang mungkin terjadi pada elemen batang tekan

    diantaranya; leleh(tekuk plastik) , tekuk inelastik dan tekuk elastik.

    Tekuk yang terjadi pada penampang batang tergantung dari rasio kelangsingan

    penampang () batangnya. Penampang dengan rasio kelangsingan rendah cenderung

    mengalami keruntuhan leleh (tekuk plastik) sedangkan elemen batang dengan rasio

    kelangsingan yang tinggi cenderung mengalami keruntuhan tekuk elastik. Sebagian besar

    elemen batang tekan didesain agar mengalami keruntuhan tekuk inelastik yaitu elemen

    batang dengan rasio kelangsingan menengah, hal ini agar desain yang dilakukan optimal

    karena memiliki kuat tekan efektif dan dimensi yang efisien bila dibanding skenario

    tekuk elastik dan tekuk plastik. Seluruh tekuk yang terjadi pada batang akan mengkuti

    salah satu dari 3 macam tekuk yang ada, yaitu; lentur, lokal, torsi. Penjelasan ketiga

    macam tekuk ini adalah sebagai berikut; Tekuk lentur (flexural buckling) adalah tekuk

    menyebabkan elemen batang mengalami lentur terhadap sumbu lemah batang, tekuk

    lokal (local buckling) adalah tekuk yang terjadi pada elemen pelat penampang (sayap/

    badan) yang menekuk karena terlalu tipis. Ini dapat terjadi sebelum batang menekuk

    lentur secara keseluruhan. Tekuk torsi (torsionsl buckling) adalah tekuk yang terjadi pada

    elemen pelat yang menyebabkan penampang berputar/ memuntir terhadap sumbu batang.

    2.3.2.1 Kapasitas Kuat Tekan Rencana

    Sebuah batang yang memikul gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor, Nu harus

    direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :

    nN Nu n . . . ( 2. 11 ) Keterangan:

    n adalah faktor reduksi kekuatan nN adalah kuat tekan nominal komponen struktur

    Tekuk lentur

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-7 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    g crfyNn A f Ag = = . . . ( 2. 12 )

    fyfcr = . . . ( 2. 13 ) dimana :

    kondisi leleh umum : 0, 25c maka 1,0 =

    kondisi tekuk inelastik : 0, 25 1, 2c< < maka 1,43

    1,6 0,67 c =

    kondisi tekuk elastik : 1,2c maka 21,25 c =

    dengan

    1 kc

    L fyr E

    = . . . ( 2. 14 ) Keterangan:

    gA adalah luas penampang bruto, mm2

    crf adalah tegangan kritis penampang , MPa

    yf adalah tegangan leleh material, Mpa

    Tekuk Lentur Torsi

    u n nltN N . . . ( 2. 15 ) Dengan nlt g cltN A f= . . . ( 2. 16 )

    ( )4

    1 12

    cry crzclt

    cry crz

    f f Hfcry fcrsfH f f

    + = + . . . ( 2. 17 ) 2 22 2 2

    2 21x y o o

    ocrz o oo

    I I x yGJf r x y HAAr r

    + += = + + = . . . ( 2. 18 )

    Keterangan:

    r = adalah jari-jari girasi polar terhadap pusat geser

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-8 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    2 2o ox y+ adalah koordinat pusat geser terhadap titik berat, x 0 = 0 untuk siku

    ganda dan profil T (sumbu y - sumbu simetris)

    fyfcr = untuk tekuk lentur terhadap sumbu lemah y-y, dan dengan menggunakan harga

    c, yang dihitung dengan rumus ky y

    cy

    L fr E

    = dengan kyL adalah panjang tekuk dalam arah sumbu lemah yy.

    Gambar 2. 3 Harga Koefisien penjepitan (Kc ) pada elemen tekan (SNI,2003)

    2.3.3 Elemen Lentur

    Elemen lentur adalah batang-batang yang mendapat beban transversal. Balok adalah

    contoh umum elemen lentur. Beberapa komponen struktur yang merupakan kategori

    balok adalah balok lantai (baik sebagai joist, spandrel beam, maupun main beam), balok

    jembatan (baik stringers elemen balok yang searah alur jalan maupun girder balok yang

    tegak lurus jalan), balok lintel dan gording pada sistem atap. Dengan posisi batang dalam

    memikul beban. maka elemen lentur didominasi oleh momen lentur bersamaan dengan

    gaya geser/lintang dan dalam kondisi tertentu juga memikul kemungkinan terjadinya

    torsi.

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-9 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    Ketika elemen balok melentur, maka serat bawah akan mengalami tarik dan serat atas

    akan mengalami tekan. Serat bawah akan berperilaku seperti batang tarik dan serat atas

    akan berperilaku seperti batang tekan. Dengan demikian, elemen lentur merupakan

    kombinasi antara prinsip batang tarik dan tekan.

    Dalam kondisi lain, sering dijumpai suatu elemen bisa saja memikul gaya aksial

    (umumnya aksial tekan) dan gaya lentur secara bersamaan. Suatu batang yang memikul

    gaya aksial tekan dan lentur secara bersamaan disebut elemen balok-kolom. Perilaku

    elemen ini merupakan kombinasi keduanya. Jika elemen tersebut didominasi gaya aksial,

    maka prilakunya akan lebih cenderung seperti batang tarik atau batang tekan dan

    sebaliknya, jika elemen tersebut didominasi gaya lentur, maka prilakunya akan lebih

    cenderung seperti elemen lentur.

    2.3.3.1 Kapasitas Lentur Rencana

    Sebuah balok yang memikul beban lentur murni terfaktor, Mu harus direncanakan

    sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :

    uxM M . . . ( 2. 19 ) Keterangan:

    Mux adalah momen lentur terfaktor, N-mm

    adalah faktor reduksi = 0,9

    Mn adalah kuat nominal dari momen lentur penampang, N-mm

    a. Kuat Nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal

    Penampang kompak ( )p n pM M= . . . ( 2. 20 )

    Penampang tak- kompak ( )p r < ( ) pn p p r

    r p

    M M M M

    = . . . ( 2. 21 )

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-10 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    Penampang langsing ( )r 2

    rn rM M

    = . . . ( 2. 22 ) Keterangan:

    y yM f S= (momen leleh) 1.5p y yM f Z M= (kuat lentur plastis)

    ( )r y rM S f f= (momen batas tekuk) rf =tegangan sisa, nilai dengan ketentuan sbb;

    Penampang dirol =75Mpa

    Penampang dilas =115 Mpa

    Secara umum =0.3 yf

    b. Kuat Nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lateral dengan

    penampang kompak ( )p

    1. Kondisi plastis sempurna ( pL L ) * 1.5*n p x y yM M Z f M= = . . . ( 2. 23 )

    2. Kondisi tekuk Torsi-lateral inelastik ( )p rL L L< <

    ( ) rn b r p r pr p

    L LM C M M M ML L

    = + . . . ( 2. 24 ) Keterangan:

    bC =faktor pengali momen lentur nominal (bending coefficients)

    max

    max 1/ 4 1/ 2 3/ 4

    12,52,5 3 4b L L L

    MCM M M M

    = + + + . . . ( 2. 25 ) Keterangan :

    Mmax adalah momen maksimum dari bentang yang ditinjau

    M1/4L adalah momen pada 1/4 bentang yang ditinjau

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-11 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    M1/2L adalah momen pada 1/2 bentang yang ditinjau

    M3/4L adalah momen pada 3/4 bentang yang ditinjau

    Nilai nM dibatasi tidak boleh lebih besar dari nilai pM yaitu harga momen lentur pada kondisi plastik sempurna tanpa mengalami tekuk lokal maupun torsi-lateral

    3. Kondisi Tekuk Torsi Lateral Elastik (L Lp)

    n crM M= . . . ( 2. 26 )

    2

    cr y y wEM Cb EI GJ I I Mp

    L L = + . . . . Untuk profil I dan kanal ganda

    Kuat Nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lateral dengan penampang tak

    kompak ( )p r < 'n nM M= . . . ( 2. 27 )

    Apabila 'pL L maka ( ) pn p p rr p

    M M M M

    = . . . ( 2. 28 )

    Apabila 'pL L> maka ( ) rn b r p r pr p

    L LM C M M M ML L

    = + . . . ( 2. 29 )

    Keterangan:

    1,76p yy

    EL rf

    = . . . ( 2. 30 )

    yy

    Ir

    A=

    . . . ( 2. 31 )

    2121 1r y L

    L

    XL r X ff

    = + + L y rf f f= . . . ( 2. 32 )

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-12 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    1 2EGJAX

    S=

    . . . ( 2. 33 )

    2

    2 4 wy

    ISXGJ I

    = . . . ( 2. 34 ) Keterangan:

    wI adalah konstanta puntir lengkung S adalah modulus penampang elastik Z adalah modulus penampang plastis

    yr adalah jari-jari girasi penampang E adalah modulus elastisitas=200.000 Mpa

    J adalah konstanta puntir torsi31

    3 i ib t=

    G Modulus geser = ( )2 1E

    + = 80.000Mpa poissons ratio 0,3=

    ( ) '' p np p r pp r

    M ML L L L

    M M = +

    . . . ( 2. 35 )

    2.4 Komponen Struktur Yang Mengalami Gaya Kombinasi Batang penyusun elemen struktur memikul gaya-gaya dalam berupa tekan, tarik atau gaya aksial

    dan gaya momen atau lentur, gaya-gaya dalam ini bekerja secra bersamaan terhadap batang

    sehingga batang memikul gaya kombinasi dari gaya-gaya dalam tersebut,.

    2.4.1 Gaya dan momen terfaktor Nu merupakan gaya aksial terfaktor (tarik atau tekan) yang terbesar yang bekerja pada komponen

    struktur dan Mu, yaitu Mux dan Muy, merupakan momen lentur terfaktor (terhadap sumbu-x dan

    sumbu-y) yang terbesar yang dihasilkan oleh beban pada rangka dan beban lateral pada

    komponen struktur, dan telah memperhitungkan kontribusi momen lentur orde kedua yang terjadi

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-13 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    pada konfigurasi struktur yang telah berdeformasi. Mu harus ditentukan dari salah satu metode

    analisis

    2.4.2 Komponen struktur dengan penampang simetris yang mengalami momen lentur dan gaya aksial

    Komponen struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan

    memenuhi ketentuan sebagai berikut:

    Untuk 0,2

    untuk 0, 2 :

    8 1,09

    u

    n

    uyu ux

    n b nx b ny

    NN

    MN MN M M

    + +

    . . . ( 2. 36 )

    untuk 0,2 :

    1,02

    u

    n

    uyu ux

    n b nx b ny

    NN

    MN MN M M

    < + + . . . ( 2. 37 )

    Keterangan:

    uN adalah gaya aksial (tarik atau tekan) terfaktor, N

    nN adalah kuat nominal penampang, N

    - uN adalah gaya aksial tarik, atau

    - uN adalah gaya aksial tekan

    adalah faktor reduksi kekuatan: - untuk gaya aksial tarik, atau sama dengan 0,85 untuk gaya aksial tekan

    uxM , uyM adalah momen lentur terfaktor terhadap sumbu-x dan sumbu-y, N-mm

    nxM , nyM adalah kuat nominal lentur penampang terhadap sumbu-x dan sumbu-y, N-mm

    b = 0,9 adalah faktor reduksi kuat lentur

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-14 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    2.5 Elemen Sambungan Sambungan merupakan bagian tidak terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan

    berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam (momen, lintang/geser dan aksial) antar

    komponen-komponen struktur yang disambung, sesuai dengan perilaku struktur yang

    direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja untuk bekerja dengan mekanisme yang

    direncanakan sangat tergantung oleh keandalan sambungan. Sambungan terdiri dari

    komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat

    penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).

    Beberapa tipe sambungan yang umum dipakai pada pekerjaan konstruksi diantaranya;

    Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang

    dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk

    menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan

    oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan.

    Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu

    tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan

    sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang

    bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak.

    Berdasarkan perilaku struktur yang direncanakan, sambungan dapat dibagi menjadi:

    1. Sambungan Kaku Sambungan yang memiliki kekakuan cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara

    komponen-komponen struktur yang disambungkan. Hal ini disebabkan sambungan

    mampu memikul momen yang bekerja, sehingga deformasi titik kumpul tidak terlalu

    berpengaruh terhadap distribusi gaya dalam maupun terhadap deformasi keseluruhan

    struktur.

    2. Sambungan Semi-kaku Sambungan yang tidak memiliki kekakuan cukup untuk mempertahankan sudut-sudut

    diantara komponen struktur yang disambung, akan tetapi memiliki kapasitas yang cukup

    untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut

    tersebut.

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-15 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    3. Sambungan Sendi atau Sederhana Sambungan yang tidak memiliki kekakuan untuk mempertahankan sudut-sudut diantara

    komponen struktur yang disambung. Ujung komponen struktur yang disambung dianggap

    tidak menahan kekangan sehingga dianggap bebas momen.

    Suatu sistem sambungan terdiri dari :

    a. komponen struktur yang disambung, dapat berupa balok, kolom, batang tarik atau

    batang tekan

    b. alat penyambung, dapat berupa pengencang (fastener): baut biasa (ordinary

    bolts), baut mutu tinggi (high-strength bolts) dan paku keling (rivet), atau

    sambungan las (weld), las tumpul (groove welds), las sudut (filled welds) dan las

    pengisi (plug and slot welds)

    c. elemen penyambung, berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung.

    Filosopi dasar perencanaan sambungan adalah suatu sistem sambungan harus

    direncanakan lebih kuat daripada komponen struktur yang disambungkan dan

    deformasi yang tenjadi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan

    deformasi sambungan. Dengan demikian, keandalan struktur akan ditentukan oleh

    kekuatan elemen-elemennya.

    3.1.1 Perencanaan sambungan Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang

    dihitung. Pada laporan ini sambungan didesain agar lebih kuat dari kuat penampang yang

    disambungnya, atau biasa disebut capacity design, hal ini diambil mengingat bahwa

    kegagalan struktur pada sambungan sangat berbahaya, karena terjadi secara tiba-tiba

    (sambungan bersifat getas), diharapkan keruntuhan yang terjadi pada penampang bukan

    pada sambungan, namun konsekuensi yang harus diambil adalah tingginya biaya

    sambungan mengingat pada struktur baja jumlah sambungan sangat banyak. Pada laporan

    ini diasumsikan biaya tinggi tidak menjadi masalah, karena merupakan struktur terminal

    bandara yang memiliki fungsi yang penting dan strategis, Secara umum sesuai SNI 03-

    1729-2002 perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan berikut:

    a. Gaya-dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-gaya yang

    bekerja pada sambungan;

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-16 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    b. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi

    sambungan;

    c. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya

    yang bekerja padanya.

    2.6 Pembebanan

    Proses penentuan beban-beban yang bekerja pada struktur mungkin merupakan tahapan

    terpenting sekaligus tersulit yang harus dihadapi perencana struktur dalam suatu

    rangkaian proses desain. Disebut demikian karena untuk mencapai hasil rancangan yang

    tepat dan akurat perencana harus :

    a. mampu menentukan nilai maksimum beban yang akan ditanggung struktur selama

    masa layan

    b. mampu menentukan penempatan beban yang paling memberikan pengaruh paling

    buruk (worst) terhadap struktur

    c. pada struktur tertentu perencana juga dituntut harus mampu menentukan tahapan

    pembebanan yang tepat, misalnya pada struktur komposit dimana tahapan

    pembebanan menentukan kapasitas suatu penampang.

    Disinilah diperlukan kejelian dan intuisi perencana untuk memperkirakan (predicting)

    hal-hal tersebut diatas. Secara umum, ada tiga kategori beban yang harus dikenal baik

    oleh perencana struktur, yaitu: beban mati, beban hidup dan beban lingkungan. Beban-

    beban tersebut dapat membebani struktur dalam arah vertikal maupun horizontal dan

    dalam bentuk beban terpusat (membebani struktur dalam area relatif kecil), beban garis

    berupa berat sendiri elemen ataupun berat dinding partisi ataupun beban permukaan yang

    menyebar merata diatas permukaan lantai. Karakteristik masing-masing beban diuraikan

    lebih lanjut pada bab-bab berikut ini. Berdasarkan SNI, beban yang bekerja pada struktur

    bandara adalah :

    1. Beban sendiri termasuk beban tambahan, seperti mechanical electrical (ME),

    atap metal, dan sebagainya.

    2. Beban hidup

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-17 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    3. Beban angin

    4. Beban hujan

    5. Beban gempa

    2.6.1 Beban Mati

    Beban mati adalah beban yang membebani struktur secara menetap selama masa layan

    struktur. Umumnya beban mati berasal dari berat sendiri struktur dan komponen-

    komponen lain yang melekat pada struktur. Sebagai contoh: berat balok, berat lantai,

    berat lantai atap, langi-langit, dinding-dinding partisi, pipa-pipa dan peralatan

    mechanical-electrical (ME) yang menetap pada struktur. Besar nilai beban mati dapat

    ditentukan dengan mengetahui dimensi dan jenis material yang digunakan. Untuk

    peralatan ME, berat peralatan dapat diperoleh dari pabrikannya.

    2.6.2 Beban Hidup

    Berbeda dengan beban mati, beban hidup adalah beban gravitasi yang memiliki besar

    dan/atau posisi yang berubah dari waktu ke waktu (moving loads) selama masa layan

    struktur. Sebagai contoh adalah beban orang, funiture, perkakas, beban kendaraan pada

    struktur jembatan dan beban lain yang dapat bergerak. Karena sifatnya yang berubah-

    ubah, umumnya beban hidup sangat sulit ditentukan secara pasti. Yang dilakukan adalah

    menentukan beban hidup minimum yang harus diperhitungkan pada suatu struktur, pada

    umumnya mengacu pada peraturan pembebanan yang ditentukan oleh pemerintah. Untuk

    Indonesia pengaturan nilai minimum beban hidup untuk berbagai fungsi bangunan diatur

    dalam Peraturan Pembehanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIG 1983). Beban-beban

    ini pada umumnya bersifat empiris dan konservatif yang dapat diterima secara umum.

    Namun adakalanya nilai yang diberikan tidak tepat, untuk kondisi demikian menentukan

    beban hidup sendiri dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-18 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    2.6.3 Beban Angin

    Berdasarkan PPIG 1987, beban angin didefinisikan sebagai tekanan angin yang menerpa

    struktur baik berupa gaya tekan ataupun gaya hisap. Umumnya beban angin baru

    diperhitungkan untuk struktur yang memiliki minimal 4 lantai atau memiliki tinggi

    bangunan minimal 16 m. Angin yang bergerak menabrak struktur dianggap bekerja

    sebagai tekanan positif pada sisi yang berhadapan langsung dengan arah angin dan

    tekanan negatif (isap) pada sisi belakangnya. Tekanan tiup angin yang bekerja pada

    struktur untuk daerah normal sebesar 25 kg/m2 dan untuk daerah pantai diambil 40 kg/m2.

    2.6.4 Beban Gempa

    Beban gempa terjadi akibat pergerakan tanah dasar ke arah horizontal atau vertikal secara

    tiba-tiba dalam periode tertentu. Umumnya pergerakan arah horizontal memiliki

    guncangan yang lebih besar. Gerakan tanah yang diakibatkan oleh getaran gempa bumi

    meliputi percepatan, kecepatan, dan perpindahan. Ketiganya pada umumnya

    teramplifikasi sehingga menimbulkan gaya dan perpindahan yang dapat melebihi

    kapasitas yang dapat ditahan oleh struktur yang bersangkutan. Nilai maksimum besarnya

    gerakan tanah yaitu kecepatan tanah puncak, percepatan tanah puncak, dan perpindahan

    tanah puncak menjadi parameter-parameter utama dalam desain struktur tahan gempa.

    2.6.5 Kombinasi Pembebanan

    Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus mampu memikul

    semua kombinasi pembebanan di bawah ini:

    1. 1,4D . . . ( 2. 38 )

    2. 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) . . . ( 2. 39 )

    3. 1,2D + 1,6 (La atau H) ) + ( L L atau 0,8W) . . . ( 2. 40 )

    4. 1,2D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) . . . ( 2. 41 )

    5. 1,2D 1,0E + L L . . . ( 2. 42 )

    6. 0,9D (1,3W atau 1,0E) . . . ( 2. 43 )

  • SI40Z1-Tugas Akhir

    ARIEF BUDIMAN 15004081 II-19 TEGUH PRIBADI D.N. 15004116

    Keterangan:

    D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk dinding,

    lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap

    L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi

    tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain

    La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,

    dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak

    H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air

    W adalah beban angin

    E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 0317261989, atau penggantinya

    dengan,

    L = 0,5 bila L< 5 kPa, dan L = 1 bila L 5 kPa.

    Pengecualian:

    Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan pada persamaan ke 3,4 dan 5 yang

    diambil dari SNI, harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk

    pertemuan umum, dan semua daerah di mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa.

    Lampiran .pdfMathcad - Kolom-TR4Mathcad - P1-D6-6Mathcad - P1-D7-10reMathcad - P1-D8-6Mathcad - P1TR4-D8-10reMathcad - P-TR1-2-D8-12reMathcad - w1-200x100x5.5x8Mathcad - w1-200x150x8x10Mathcad - w2-150x75x5x7Mathcad - w3-400x400x13x21Mathcad - w4-wf-250x250x9x14reMathcad - w4-wf-300x150x6.5x9Mathcad - w5-wf-250x125x6x9