jbptitbpp gdl hansenwija 22720 5 2011ta 4

Upload: riyadi-wibowo

Post on 02-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jbptitbpp Gdl Hansenwija 22720 5 2011ta 4

TRANSCRIPT

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    42 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    BAB IV

    TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    4.1 Tektonostratigrafi

    4.1.1 Tektonostratigrafi Formasi Talang Akar (Oligosen-Miosen Awal)

    Berdasarkan penampang seismik yang sudah didatarkan pada horizon

    Formasi Talang Akar (Gambar 4.1), dapat dilihat bahwa pola reflektor Formasi

    Talang Akar di Daerah OCO menunjukan adanya gejala penebalan menuju ke

    bidang sesar, baik sesar OO maupun sesar-sesar lainnya. Hal ini mengindikasikan

    bahwa sesar-sesar tersebut mengontrol pengendapan Formasi Talang Akar pada

    daerah penelitian.

    Pada peta ketebalan interval Formasi Talang Akar (Gambar 4.2), gejala

    penebalan yang menuju ke bidang sesar juga terlihat dari perubahan warna dan

    kontur dari antara dua blok yang dipisahkan oleh sesar tersebut (hanging wall dan

    foot wall). Sedimen Talang Akar yang mengisi daerah di sebelah utara sesar OO

    (blok foot wall) lebih tipis daripada sedimen yang mengisi bagian selatan sesar

    (blok hanging wall), mengindikasikan kemungkinan bahwa sesar OO tersebut

    aktif sebagai sesar normal pada saat berlangsungnya pengendapan interval

    Formasi Talang Akar. Gejala perubahan warna dan kontur peta yang menandakan

    adanya penebalan dari sedimen Talang Akar juga ditunjukan oleh sesar-sesar

    normal berarah utaratimurlaut-selatanbaratdaya, megindikasikan bahwa sesar-

    sesar tersebut juga aktif pada saat pengendapan Formasi Talang Akar. Karena

    keberadaan sesar-sesar normal aktif mengontrol pengendapan interval Formasi

    Talang Akar, maka interval Formasi Talang Akar pada daerah penelitian

    merupakan endapan syn-rift.

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    43 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Gambar 4.1. Penampang timurlaut-tenggara pada crossline 455 yang didatarkan pada puncak interval Formasi Talang Akar. 1, 2, 3,

    dan 4 menunjukan adanya gejala penebalan ke bidang sesar dari pola reflektor Formasi Talang Akar.

    Sesar OO

    1 2 3 4

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    44 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Gambar 4.2. Peta Ketebalan dan arah sedimentasi Formasi Jatibarang di Daerah OCO.

    Sesar OO

    : arah sedimentasi

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    45 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Gambar 4.3 Peta Ketebalan Interval Formasi Baturaja Daerah OCO dengan beberapa daerah yang menebal/menipis.

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    46 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Aktifnya sesar OO sebagai sesar normal mengindikasikan adanya tektonik

    ekstensional yang berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan aktifnya sesar-sesar

    normal utaratimurlaut-selatanbaratdaya pada Daerah OCO mengindikasikan

    adanya tektonik ekstensional yang berarah baratbaratlaut-timurtenggara (relatif

    baratlaut-tenggara). Tektonik ekstensional yang berarah timurlaut-baratdaya

    diduga berhubungan dengan tektonik kompresif pada periode subduksi Meratus

    yang berarah baratlaut-tenggara. Sedangkan tektonik ekstensional berarah

    baratbaratlaut-timurtenggara diduga berhubungan dengan transtensional sesar OO

    dan Brebes yang terjadi kemudian pada periode subduksi Jawa.

    4.1.2 Tektonostratigrafi Formasi Baturaja (Miosen Awal)

    Pada peta ketebalan interval Formasi Baturaja (Gambar 4.3), terlihat

    adanya perubahan warna dan kontur yang mengindikasikan adanya gejala

    penebalan dan penipisan yang terjadi pada daerah-daerah tertentu yang dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

    1. Gejala penebalan terjadi pada endapan Formasi Baturaja yang terdapat pada

    blok hanging wall terhadap blok foot wall sesar OO. Namun dengan melihat

    bukaan fault gap (bukaan heave) dari poligon sesar OO yang memotong

    horizon batas atas Baturaja dan batas bawah Baturaja yang sama lebarnya,

    diduga bahwa gejala penebalan yang terjadi tidak disebabkan oleh aktifnya

    sesar OO pada saat pengendapan interval Formasi Baturaja pada daerah

    penelitian (Lampiran 65 dan Lampiran 66).

    Gambar 4.4 Ilustrasi Fault Gap pada peta ketebalan interval Baturaja.

    Fault Gap

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    47 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    2. Gejala penipisan terjadi pada endapan Formasi Baturaja yang berada pada

    himpitan dua bentukan poligon sesar. Gejala penipisan ini menyebabkan

    endapan Formasi Baturaja berada di luar dua bentukan poligon sesar menjadi

    seakan-akan menebal. Sebenarnya dua bentukan poligon sesar tersebut

    bukanlah bentukan poligon dari dua sesar yang berbeda, melainkan bentukan

    poligon dari satu sesar yang memotong horizon batas atas Baturaja dan batas

    bawah Baturaja (batas atas Talang Akar), ilustrasi dari munculnya dua

    bentukan poligon dari satu sesar ini ditunjukan pada Gambar 4.4.

    3. Gejala penebalan terjadi pada endapan Formasi Baturaja yang berada pada

    bagian tengah peta. Namun gejala penebalan yang berada di dekat Sumur

    OCO-6 ini tidak dikontrol oleh sesar, hal ini terlihat dari perubahan warna dan

    kontur pada peta ketebalan terjadi tanpa keberadaan sesar yang membatasi

    perubahan warna dan kontur tersebut.

    4. Gejala penebalan terdapat pada endapan Formasi Baturaja juga terdapat pada

    hanging wall beberapa sesar yang berada di selatan. Gejala penebalan ini

    hanya terlihat pada dua buah sesar yang berada di selatan Daerah OCO,

    sedangkan pada sesar-sesar baratbaratlaut-timurtenggara lainnya tidak ada

    gejala penebalan.

    Berdasarkan analisis dari peta ketebalan interval Formasi Baturaja yang

    telah dilakukan, diketahui bahwa secara umum sesar-sesar yang aktif pada saat

    pengendapan Formasi Talang Akar menjadi tidak aktif pada saat pengendapan

    Formasi Baturaja, sehingga interval Formasi Baturaja pada Daerah OCO

    merupakan endapan post-rift. Adanya gejala penebalan yang terdapat di sekitar

    sesar OCO (hanging wall) dan di sekitar sumur OCO-6 tidak disebabkan oleh

    keberadaan sesar-sesar yang ada.

    Pada penampang seimsik H-H (Gambar 4.1), terlihat bahwa sesar-sesar

    pada Daerah OCO terlihat memotong Formasi Baturaja yang merupakan endapan

    post-rift dan baru berhenti di reflektor seismik di atas Formasi Baturaja (diduga

    Formasi Cibulakan Atas). Sedangkan pada peta struktur kedalaman dan peta

    ketebalan, terlihat bahwa hampir semua sesar yang memotong interval Formasi

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    48 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Talang Akar juga memotong interval Formasi Baturaja. Kedua hal ini

    mengindikasikan bahwa setelah pengendapan post-rift Formasi Baturaja, terjadi

    reaktivasi kembali sesar-sesar pada daerah penelitian. Sehingga dapat disimpulkan

    bahwa: 1. pada saat pengendapan Formasi Talang Akar sesar-sesar normal pada

    daerah penelitian aktif, 2. sesar-sesar-sesar tersebut menjadi tidak aktif pada saat

    pengendapan Formasi Baturaja, dan 3. terjadi reaktivasi dari sesar-sesar normal

    tersebut setelah pengendapan Formasi Baturaja.

    4.2 Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja

    Pergerakan dari sesar-sesar normal yang terdapat pada daerah penelitian

    mengontrol pengendapan Formasi Talang Akar. Endapan Formasi Talang Akar

    pertama yang mengisi daerah rendahan pada Daerah OCO adalah endapan kipas

    delta. Hal ini disimpulkan dari pola log Sinar Gamma yang blocky (cylindrical)

    dan keberadaan banyak litologi klastik kasar dengan perselingan batulempung dan

    batulanau karbonan pada sumur-sumur yang digunakan di dalam penelitian.

    Korelasi antar sumur yang dilakukan untuk interval Formasi Talang Akar

    memperlihatkan bahwa: 1. fasies kipas delta menerus dari Sumur OCO-3, OCO-1,

    OCO-2, dan OCO-5 yang dibor di sepanjang hanging wall dari sesar OO, 2.

    ketebalan endapan kipas delta menipis dari Sumur OCO-5 di timurlaut menuju

    Sumur OCO-6 di selatan.

    Melihat penyebaran dari endapan kipas delta yang tebal dan menerus

    sepanjang hanging wall sesar OO, diduga pergerakan dari sesar normal OO pada

    saat itu (Oligosen Awal) menyebabkan terbentuknya perbedaan topografi antara

    hangging wall dan foot wall sesar OO. Perbedaan topografi inilah yang

    menyebabkan terjadinya pengendapan di bagian hangging wall dari sesar OO

    membentuk kipas-kipas delta(Gambar 4.5A).

    Di atas endapan kipas delta tersebut dapat dijumpai endapan-endapan-

    endapan yang diidentifikasi sebagai endapan aluvial (point bar, floodplain),

    deltaik (tidal flat/tidal channel fill), dan shoreface sehingga diduga ada suatu

    perubahan lingkungan pengendapan pada Daerah OCO dari kipas delta menjadi

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    49 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    dataran aluvial yang deltaik (Gambar 4.5B). Pada periode ini (Oligosen Akhir),

    transtensional dari sesar OO menyebabkan pembentukan sesar-sesar normal

    berarah utaratimurlaut-selatanbaratdaya. Pergerakan dari sesar-sesar tersebut

    kemudian menghasilkan daerah-daerah rendahan yang kemudian terisi oleh

    sedimen-sedimen fluvio-deltaik Formasi Talang Akar.

    Pada periode selanjutnya, terjadi pendalaman lingkungan pengendapan

    pada Daerah OCO. Sebagian besar dari daerah-daerah yang pada periode

    sebelumnya berada di lingkungan supralitoral mendalam menjadi sublitoral

    dalam. Pendalaman ini kemudian menginisiasi berkembangnya batugamping di

    Daerah OCO (Gambar 4.5C). Lalu kenaikan muka air laut yang terjadi selama

    periode pengendapan Formasi Baturaja (Miosen Awal) dan stabilnya Sub-

    cekungan Jatibarang pada saat itu diduga menyebabkan berkembangnya

    batugamping terrumbu build-up berporositas baik pada Daerah OCO yang

    dicirikan oleh pola log Sinar Gamma yang berpola blocky (cylindrical/keep-up)

    dan tebal pada bagian bawah dari interval Formasi Baturaja pada Sumur OCO-1,

    OCO-2, OCO-3, OCO-5, dan OCO-6. Pola Sinar Gamma yang berpola progradasi

    (catch-up) pada bagian atas interval Formasi Baturaja menunjukan bahwa

    perkembangan batugamping Baturaja pada periode selanjutnya bisa mengimbangi

    perkembangan perubahan muka air laut.

    Pada bagian akhir dari interval Formasi Baturaja dari masing-masing

    sumur sebelum terdapat interval batugamping catch-up, ditemukan interval

    batugamping give-up yang tipis (Lampiran 51 dan Lampiran 52). Keberadaan

    batugamping give-up yang berkembang pada interval Formasi Baturaja ini dapat

    mengindikasikan salah satu dari dua hal ini: terjadi kenaikan muka air laut global

    secara mendadak atau terjadi penurunan cekungan (akibat aktivasi dari sesar-

    sesar yang ada) pada saat berkembangnya batugamping give-up tersebut. Pada

    kurva perubahan air laut global (Gambar 3.6), kurva yang ada tidak menunjukan

    adanya kenaikan muka air laut secara mendadak pada periode pengendapan

    Formasi Baturaja. Pembuatan peta ketebalan yang dilakukan hanya untuk seluruh

    interval Formasi Baturaja, sehingga aktivasi dari sesar-sesar pada akhir dari

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    50 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    pengendapan Formasi Baturaja (pengendapan batugamping give-up) tidak terlihat.

    Analisis yang dilakukan terhadap peta ketebalan hanya menunjukan seluruh

    interval Formasi Baturaja dapat digolongkan sebagai endapan post-rift.

    Dengan melihat karakteristik penebalan dari interval Formasi Baturaja dan

    pola log Sinar Gamma pada masing-masing sumur, diduga pada Daerah OCO

    berkembang batugamping land attached platform dan isolated platform.

    Kemenerusan dari batugamping terumbu keep-up dan catch-up yang menunjukan

    penebalan di sepanjang hanging wall sesar OO mengindikasikan berkembangnya

    batugamping land attached platform, sedangkan penebalan yang tersendiri yang

    berada di sumur OCO-6 menunjukan berkembangnya juga batugamping isolated

    platform pada Daerah OCO (Gambar 4.5D).

  • BAB IV TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

    51 | Tektonostratigrafi dan Pola Sedimentasi Formasi Talang Akar dan Baturaja Daerah OCO, Sub-cekungan Jatibarang, Cekungan Jawa Barat Utara

    Keterangan:

    garis pantai

    kipas delta (delta fan)

    alur sungai

    terumbu gamping Baturaja

    arah ekstensional (tektonik)

    arah sedimentasi (klastik)

    A B

    C D

    Gambar 4.5 Model Tektonostratigrafi

    Pengendapan Formasi

    Talang Akar sampai

    Baturaja Daerah OCO,

    Sub-cekungan Jatibarang,

    Cekungan Jawa Barat

    Utara.

    \n*ZS\ww!Y@"