repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/bab iv - v.doc · web view“kalau dalam mengikuti...

44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas 4.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Jeuram terletak di Desa Parom Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 35 desa dengan jumlah penduduk 15.493 jiwa yang ada di Kecamatan Seunagan. Jarak dari Puskesmas ke Ibukota Kabupaten Nagan Raya lebih kurang 10 km. Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 8 km 2 . Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Jeuram yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Seunagan Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cot Peuradi, Desa Blang Sapek, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat. 4.1.2 Sejarah Puskesmas Jeuram Sejak tahun 2004 Puskesmas Perawatan Jeuram telah dipimpin oleh 16 orang kepala Puskesmas. Adapun pegawai yang bertugas dilingkungan Puskesmas Jeuramberjumlah 85 54

Upload: others

Post on 27-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas

4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Jeuram terletak di Desa Parom Kecamatan Seunagan

Kabupaten Nagan Raya. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 35 desa dengan

jumlah penduduk 15.493 jiwa yang ada di Kecamatan Seunagan. Jarak dari

Puskesmas ke Ibukota Kabupaten Nagan Raya lebih kurang 10 km. Sedangkan

luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 8 km2. Adapun batas wilayah kerja

Puskesmas Jeuram yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Seunagan

Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cot Peuradi, Desa Blang Sapek,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong, Sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Aceh Barat.

4.1.2 Sejarah Puskesmas Jeuram

Sejak tahun 2004 Puskesmas Perawatan Jeuram telah dipimpin oleh 16

orang kepala Puskesmas. Adapun pegawai yang bertugas dilingkungan Puskesmas

Jeuramberjumlah 85 orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskesmas

Pembantu) dengan berbagai jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan

tinggi, baik yang berlatar belakang kesehatan maupun umum, bhkan saat ini ada

beberapa orang yang sedang menempuh pendidikan pada program strata I

Kesehatan Masyarakat di Universitas Setempat.

54

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

55

Tabel 4.1 Tenaga Pelaksana (Teknis) di Puskesmas Perawatan Jeuram sebagai berikut :No Tenaga Pelaksana Jumlah1 Dokter Umum 3 Orang2 Dokter Gigi 1 Orang3 Sarjana Kesehatan Masarakat 1 Orang4 Perawat 25 Orang6 Perawatan Gigi 3 Orang7 Bidan 38 Orang8 Petugas Gigi (D III) 2 Orang9 Sanitarian (D III) 2 Orang10 Analis Kesehatan 1 Orang11 Asisten Apoterker 1 Orang12 SLTA (LOPK) 8 Orang

Total 85 Orang

4.1.3 Visi dan Misi Puskesmas Perawatan Jeuram

1. Visi

Puskesmas Jeuram yang informatif dan optimal dalam pelayanan menuju

masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat di tahun 2020.

2. Misi

a. Merencanakan dan melaksanakan semua program berdasarkan data fakta

(Evidence Base).

b. Pelayanan kesehatan yang prima.

c. Mengembangkan sumber daya manusia.

d. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.

f. Mengembangkan kemampuan masyarakat agar mandiri untuk hidup sehat.

g. Mengembangkan kemampuan puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan

mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Di sisi lain, pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara sengaja (purposive sampling). Jadi peneliti tidak menilai positif maupun

negatif jawaban yang diberikan oleh . informan yang ditentukan oleh peneliti

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

56

merupakan orang-orang yang menurut peneliti mampu mewakili dalam pemberian

informasi lengkap yang dibutuhkan oleh peneliti.

Tabel 4.2 Informan PenelitianNo Kode Informan Pekerjaan Desa

1. IU Kepala Puskesmas -

2. IU1 Bidan Koordinator -

3. IP1 Bidan Desa Paya Udeng

4. IP2 Bidan Desa Krueng Ceuko

5. IP3 Bidan Desa Blang Baro

6. IP4 Kader Paya Udeng

7. IP5 Kader Krueng Ceuko

8. IP6 Kader Blang Baro

Total 8 Orang

Sumber : Puskesmas Jeuram, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui tentang Pelaksanaan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu.

4.2 Hasil Penelitian

1. Komunikasi dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang komunikasi dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Kader (IP4, IP5, IP6) hal

ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Bagaimanakah interaksi para kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

57

desa ibu?

“Komunikasi antara bidan dan kader didesa lancar, misalnya besok ada jdwal posyandu ada ditelpon, sebelum posyandu kan dibilang dulu (IP4 dan IP5), (komunikasi antara bidan dan kader kiban lancar di desa ibu, meu sijih singoe beungoe posyandu na ditelpon, sebelum posyandu keun peugah dile (IP4). (ow lancar, nyoe lage bidan kiban lancar (IP5). cuma kadang kala ada juga terjadi suatu kesenjangan seperti kader kurang aktif dan kurang memenuhi syarat sebagai kader, contohnya kadang kala permasalahan tulis-menulis menunggu pada satu orang, kemudian eemm kalau ada kesalahan sering kali dipersalahkan pada satu orang (IP6)”. (cuma kadang kala na ciet terjadi suatu kesenjangan dipat karena kamoe na aneuk baik kadang-kadang na ciet yang kurang aktif dan kurang memenuhi syarat sebagai kader, contoh jieh kadang kala kader nyoe bak teumuleh preh bak sidroe ureng, kemudian emm cara kader bekerja nyoe menyoe na kesalahan sering kali dipersalahkan pada satu orang(IP6).

2. Adakah hambatan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu?

“Ada hambatan selama posyandu yaitu karena bermasalah dengan bidan yang tidak membuka polindes yang suka-suka hati menentukan jadwal yang sebelumnya telah disepakati jadi menyebabkan posyandu tidak jalan (IP4, IP5 dan IP6)”. (na hambatan selama posyandu nyoe karena bermasalah ngeun bidan tapeugeut posyandu nyoe menyoe hana seupakat antara bidan ngeun kader keun hana jalan Cuma galak-galak bidan manteng (IP4). (na hambatan selama posyandu, karena bermasalah dengon bidan yang hana dibuka polindes, galak-galak hate di petenteu jadwal yang segolom jieh ka sepakat jadi menyebabkan posyandu hana jalan (IP5). (jelas nyoe kalau hambatan na karena desa nyan tempt jieh kurang memadai, kadang pindah-pindah, kalau posyandu entek biasa jieh tergantung entek bak pengumuman kamoe peu bak meunasah, peu bak kanto desa (IP6).

3. Bagaimanakah solusi dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi?

“Kalau ada permasalahan didesa ini gimana kami tidak berbicara, kami melapor pada kepala desa, kepala desa melapor kepada puskesmas setelah itu dengan musyawarah bersama (IP4 dan IP5), (nyoe na bermasalah di desa ibu nyoe kiban menyoe menghadapi kamo marib kader dile nyan teuk laporan pak geucik oleh pak geucik teuk mungkin gop nyan ngelapor upukesmas nyan lagenyan, jadi untuk solusi jieh musyawarah bersama (IP4). (kamoe melapor bak geuchik, geuchik melapor bak puskesmas dan tanggapan masyarakat hana peu bidan nyan sementara (IP5). cara kami mengatasi untuk pergi semua ke posyandu karena tempat berpindah-pindah harus kita kasih tahu kerumah-rumah karena sewaktu diumumkan melalui mikrofon di mushalla kadang ada yang tidak tahu (IP6)”. (cara kamoe mengatasi untuk dijak bandum sedangkan tempat berpindah-pindah harus tajak jeut-jeut rumoh hanjeut le ta umumkan melalui contoh mikrofon di meunasah kadang enteuk na yang hana tepeu (IP6).

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

58

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang komunikasi dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan desa (IP1, IP2,

IP3) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Bagaimanakah komunikasi antara kader dan bidan dalam kegiatan posyandu?

“Komunikasinya lancar apa tidak lancar, untuk sementara, saya tidak bisa pergi untuk melaksanakan kegiatan ataupun jadwal posyandu, saya telpon ketua kadernya aatau anggota-anggota kadernya seperti itu, jadi nantik ibu telpon ke ketua kader kasih tau sama yang lain, yayaya sudah pasti (IP1, IP2 dan IP3)”. (komunikasi jieh lancar puhana lancar, komunikasi lancar, untuk sementara (IP1).

2. Bagaimanakah cara ibu mengkoordinasikan para kader agar mau mengikuti

kegiatan posyandu?

“Ya sudah sebagai bidan di desa ini memotivasi mereka bahwa diantara salah satu tidak datang dalam posyandu atau untuk bayi dan ibu hamil, jadi waktu ada bantuan seperti uang kader mereka sudah bisa menerima, mereka tahu bahwa dulu mereka tidak datang (IP1), (ka keuh sebagai desa inoe memotivasi awak nyan diantara salah sidroe hana jak dalam posyandu atau untuk dan ibu hamil, jadi wate na bantuan seperti peng kader awaknya sudah bisa menerima ditupu bahwa awaknyan hana dijak (IP1). eemm cara saya memotivasi para kader, ya kalau seandainya waktu dan tanggal pelaksanaan posyandu yang telah ditetapkan saya kabarin atau sebaliknya, kalau saya lupa kader yang kabarin saya gitu, kemudian kok misalnya kegiatan posyandu, baik ada kader atau tidak ada kader emang harus dilaksanakan (IP2), bicara maslah mengkoordinasi para kader dalam kegiatan posyandu, saya menerapkan agar semua harus berpartisipasi dalam kegiatan posyandu, agar posyandu yang kita lakukan atau yang ingin dilakukan tercapai tujuan yang diharapkan, karena jika kader kurang, maka kegiatan posyandu tidak semulus yang diharapkan, karena nanti kader-kader ada tugas masing-masing yang harus dilakukan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, nanti juga kader kerumah masyarakat untuk mengundang masyrakat karenatanpa kader posyandu tidak berjalan (IP3)”.

3. Bagaimanakah cara memotivasi para kader dalam mengikuti kegiatan

posyandu?

“Kadang-kadang kaderkan tidak mau datang, jadi gimana cara untuk memotivasi kader supaya mau datang dengan telpon kalau sudah ditetapkan jadwal posyandu, kalau jadwal posyandu tanggal 11 yang ditetapkan kader ditelpon bahwa mereka siap msal hari kamis, dan kader-

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

59

kader yang telpon 4 orang nanti mereka datang semua, kecuali ada sibuk pergi kesawah atau ada acara (IP1), (kadang-kadang kader keun hana ditemjak jadi kiban cara untuk memotivasi kader untuk dijak pu dengan telpon nyoe ka ditetapkan jadwal posyandu, jadwal posyandu tanggal 11 meu ditelpon kamoe siap uroe kamis dan kader-kader yang telpon loen peugah 4 droe teuk awaknya jak bandum kecuali gawoi jak u blang atau na kanduri (IP1). ya eemm, disinikan yang namanya kesehatan itu penting, eemm keberhasilan posyandu itu ada adalam tangan kader, karena dipoyandu inikan ada kader, misalnya ga ada kader posyandunya tidak akan berhasil gitu, jadi agar mengikuti posyandu kader-kader seperti yang sudah saya terapkan agar beberapa orang inikan agar mau dia melaksanakan posyandu setiap bulan, saya memotivasi kepada mereka dan memberikan tahu itu kesehatan sangat penting bagi masyarakat gitu, jadi para kader harus rutin tiap bulan harus aktif dia mengikuti posyandu, misalnya dengan sela-sela posyandu nanti ada waktu khusus saya bilang sama mereka tidak ada posyandu dilaksanakan kek gitu, jangan sampai satu bulan penuh itu posyandu tidak ada sama sekali, itukan sangat fatal bagi kita, tanggapan kader ya mereka mau memenuhinya ya tapikan yang namanya ada kesibukan mereka masing-masing harus di mengerti dan di maklumi gitu, tapi ooww mereka berusaha aktif dalam posyandu, dan disini ada 5 kader (IP2), memotivasi para kader dalam kegiatan posyandu salah satu untuk meningkatkan keberhasilan posyandu, cara saya memotivasi para kader dengan cara terkadang saya memberikan sedikit ilmu atau sarana untuk mereka agar nantinya berguna bagi mereka dan keluarga mereka, tentang masalah kesehatan, salah satunya yaitu kegiatan posyandu ini karena berhubungan dengan kesehatan baik itu anak, bayi, bumil, lansia dan lain sebagainya, nanti saya arahkan juga agar para kader sedekat mungkin dengan masyarakat agar masyarakat tau apa-apa saja nanti yang dilaksanakan di posyandu, agar nantinya tidak ada lagi masalah-masalah kesehatan yang mungkin tidak kita inginkan yang mengakibatkan kematian, jadi dengan mereka tahu mereka mau mengikuti kegiatan posyandu (IP3)”.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang komunikasi dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan Koordinator dan

Kepala Puskesmas (IK, IU) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan

jawaban dari informan :

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

60

1. Adakah dukungan dari para petugas dalam berbagai pelayanan untuk

memberikan semangat bagi para pengunjung?

“Ada, kalau yang tidak hadir petugas datang kerumah seperti ibu menyusui baru lahiran mana mungkin kepuskesmas, jadi bidan disini memeriksa langsung, berkunjung kerumah, untuk memeriksa kesehatan, untuk pasien lain ada juga kita jenguk tapi tergantung pasiennya, menderita apa misalnya sudah tua atau keluarga tidak peduli lagi atau sudah tinggal sendiri, nanti kita kunjungi, kita lihatkan, ibu cepat kali kasihan liat orang-orang seperti itu cepat ibu (IK)”.

2. Apakah pemerintahan setempat (melalui petugas) sudah baik dalam mensosialisasikan setiap perubahan kegiatan posyandu dibidang kesehatan?

“Hampir ada juga nanti yang belum sepenuhnya sosialisasikan, alasannya karena kesibukan yang lain tapi memang harus kita sosialisasikan agar bidang kesehatan ini menjadi lebih baik untuk kedepan (IK)”.

3. Bagaimanakah petugas mengkoordinasikan setiap kegiatan posyandu?

“Salah satu dengan cara melihat jadwal yang telah, kemudian langsung bersiap-siap untuk membawa persiapan yang diperlukan baik obat-obat yang diperlukan dan langsung menuju desa dimana untuk melakukan kegiatan posyandu, nanti lebih jelas bisa ditanyakan sama bidan-bidan yang telah terjun kelapangan langsung (IU”).

4. Apakah para kader aktif dalam berbagai kegiatan posyandu?

“Menurut ibu dengar-dengar dari bidan yang sudah terjun langsung sebagian kader ada yang aktif ada yang tidak, seharusnya kader harus aktif karena kita tahu tercapainya suatu kegiatan posyandu dengan kerja keras para kader dan dibantu oleh bidan-bidan, karena posyandu untuk masyarakat cuma dibantu oleh tenaga kesehatan (IU”.)

Intisari dari jawaban diatas adalah :

Menunjukkan bahwa komunikasi yang terjalin antara kader dan bidan lancar

tetapi terjadi hambatan dimana masih ada kader yang kurang memenuhi syarat

sebagai kader disebabkan kader kurang aktif. Kemudian masih ada bidan desa

yang membuat jadwal sesuai kesibukannya sehingga jadwal posyandu kadang

tidak ada ketepatannya setiap bulan, kemudian masih ada posyandu yang

dilaksanakan tanpa kehadiran bidan desa. Dalam hal ini menunjukkan bahwa

revitalisasi dalam posyandu yang ingin dijalankan sama sekali belum mendekati

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

61

sebuah pelaksanaan yang berhasil disebabkan tingkat komunikasi yang masih

terhambat antar kader dengan kader, atau antar kader dengan bidan.

2. Sumberdaya dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang sumber daya

dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Kader (IP4, IP5,

IP6) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Apakah kader yang ada saat ini telah mencukupi dalam melaksanakan kegiatan posyandu?

“Misalnya didesa ada 5 orang atau lebih berarti dari kader ada tugas masing-masing dan berganti giliran misal seperti menimbang, dan kalau ada yang sibuk satu orang ditutupi oleh kader lain, kalau kita bilang 5 meja mencukupi, cuma itu tempat tadi, meja tidak ada eemm kursi tidak ada dan menulis dilantai (IP 5, IP4 dan IP6)”. (Musi jieh di desa ibu na 5 droe atau na tugas masing-masing tapi bergiliran keun yang timbang keun mesti timbang tok tiap bulen ganti-ganti nyan (IP4). (kader peuna peuhana kader na sabe kader 5 droe meja nyan na tuduk inan cuma meja ureng tan (IP 5). (cuma kalau menurut kegiatan 5 meja, nyoe ta peugah 5 meja mencukupi, cuma nyan keuh tempat jieh bunoe, meja hana, eemm kursi hana dan na yang teumuleh di lantai (IP6).

2. Apakah fasilitas sarana dan prasarana yang ada di posyandu ibu saat ini?“Fasilitas kadang seperti ibu melahirkan ada ruang tersendiri lengkap, ada

timbangan, apa nama untuk ukur badan pokoknya lengkap, dan tempat tidur ada disitu (IP4 dan IP5), (fasilitas kadang lage ibu melahirkan na ruang roe na lengkap, meunyoe fasilitas na timbangan penan tapeugah untuk ukoe pokok jieh lengkap (IP4). (fasilitas na inan meu siejieh na untuk tempat ureng meulahe na bandum lengkap, timbang banyak, na tempat eh na inan (IP5). Fasilitas tidak tahu kita bilang emang gada, alat-alat tidak ada makanya tidak sibuk karena posyandu di mushalla pinjam sebentar, fasilitas yang ada cuma timbangan itu yang ada yang lain tidak ada sedangkan timbangan untuk bayi yang timbangan tidur belum ada, ada diusul dari desa cuma jawaban sabar yang ada, sampai kapan? (IP6)”. (fasilitas hana ta tuoh peugah emang hana, alat-alat hana maka jieh maka jieh hana sibuk karena posyandu di meunasah pinjam siat, fasilitas nyan keuh timbangan nyan keuh nyan, dan timbangan aneuk bayi pun galom na, timbangan untuk balita, nyoe bayi keuh timbangan tidur nyan hana, na usul-usul dari gampong cuma jawaban sabar nyan jawaban, sampai kapan? (IP6).

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

62

3. Bagaimanakah tingkat kehadiran ibu dalam mengikuti kegiatan posyandu?

“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi setahun belum mencukupi target kadang-kadang ibu seperti itu tidak pergi ke posyandu dalam setahun sekali (IP4), (kalau dalam mengikuti posyandu hana mungkin 100% tingkat 800% na, sigoe-sigoe na cit abeuh dijak bandum tapi dalam sithon peuna mencukupi target loem-galom mencukupi target kadang-kadang ibu jnoe haek jak posyandu jak puskesmas emang na sidroe lage nyan tapi jinoe han le cit ijak posyandu hana lage tapeugah bunoe dalam sithon (IP4). ibu disini pergi semua seperti ibu hamil, ibu balita selalu pergi yang kendala cuma bidan (IP5), (ibu-ibu inoe peuna ijak bandum peu hana jak mandum kamoe, ibu hamil, ibu balita sabe ijak, kendala jieh cuma bidan (IP5). kalau ibu-ibu seperti kita bilang tadi kalau sewaktu polindes tidak ada kesibukan didesa seperti pertanian potong padi, kalau tidak sibuk insya allah 50% datang kadang ada juga yang tidak datang karena bandel sendiri (IP6)”. (meu nyoe ibu-ibu lageu ta peugah bunoe, nyoe polindes nyoe hana but digampong teuk, nyoe but digampong koen pertanian, contoh jieh nyoe hana sibuk, insya allah 50%, dijak entek kadang na ciet yang hana dijak karena batab kedroe (IP6).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang sumber daya dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan (IP1, IP2, IP3) hal

ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Apakah ada bangunan khusus untuk posyandu dilaksanakan?

“Ada bangunan khusus, kami gunakan seperlunya saja karena polindes belum terlalu akatif, kadang-kadang saya sendiri sibuk, kadang-kadang kadernya juga sibuk, eemm rumah saya pun agak jauh dari polindes ini, lumayan lah untuk ketempat ini ada beberapa jam (IP1, IP2), (Na bangunan khusus (IP1). belum ada banguna khusus untuk kami lakukan posyandu, cua numpang dikantor bapak kepala desa atau mushalla desa, masalah itu sudah saya sama aparat gampong untuk segera membuat polindes atau tempat khusus untuk dilakukan posyandu agar masyarakat lebih nyaman jika mereka mengunjungi, tapi tanggapan dari semua aparat gampong butuh proses untuk membuat bangunan tersebut dan kami harus sabar (IP3)”.

2. Apakah sudah menerapkan sistem 5 meja pada posyandu?

“Belum ada, karena kurang aktif, posyandu jadwalnya tidak menetap. kurang partisipasi, kader semua ada karena bukan seorang datang, jadi jangan nanti waktu sudah keluar uang 1 bulan sekali jangan jadi masalah siapa yang datang itu ada uang, jadi 5 meja itu tidak ada yang ada hanya 1 meja, kalau untuk sepenuhnya belum bisa dikatakan, tidak ada ya, kalau sewaktu posyandu siapa-siapa yang datangkan ada satu kader yang

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

63

datang langsung menulis atau kader lain untuk menimbang (IP1 dan IP2), (golom na karena kader kurang aktif posyandu jadwal jieh hana menetap, kurang pastisipasi, na bandum karena keun sidro hana dijak jadi bek singoeh teka ditubit peng kader 1 bulan singoe bek jeut keumasalah soe yang jak nyan na peng, jadi 5 boeh meja hana, Cuma saboeh meja (IP1). Bangunan belum ada jadi yang dikatakan 5 meja tidak ada disini didesa blang baro (IP3)”.

3. Apakah pelaksaan posyandu telah sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

“Apa sudah sesuai jadwal, tidak sesuai karena kader kurang aktif kegiatan posyandu sih apan ada waktu kader, walaupun jadwal hari ini misal dibilang sama kader tidak siap, hari rabu saja jadi walaupun tidak siap hari H harus datang karena sudah dijadwalkan oleh kader (IP1, IP2 dan IP 3).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang sumber daya dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan Koordinator dan

Kepala Puskesmas (IK, IU) hal ini dapat dilihat dalam pertanyaan dan kutipan

jawaban dari informan :

1. Apakah fasilitas-fasilitas seperti timbangan yang ada disetiap posyandu dapat

mendukung berbagai kegiatan posyandu?

“Sudah ya nanti ada juga yang dibawa kepuskesmas, jadi fasilitas cukup untuk fasilitas buat pasien mana ada ibu-ibu diperdesaan, kadang banyak malas dan menggangap tidak penting keposyandu, ada juga yang tahu jadi mereka tahu manfaat untuk anak atau kesehatan mereka begitu (IK)”

2. Apakah para bidan dan kader membantu masyarakat dalam penyelesaikan masalah kesehatan?

“Menyelesaikan baik bidan dan kader nanti kita kasih masukan atau arahan sedikit baik tentang kesehatan atau hal-hal yang harus kita arahkan baik keluarga atau anak-anak mereka harus selalu menjaga kesehatan dan harus selalu hidup sehat agar penyakit jauh dari mereka, Kalau masalah kesehatan ibu misal anak pasien sakit dari rumah pas kebetulan saya di posyansdu langsung saja kita bawa ke puskesmas, kalau sampai kepuskesmas tidak sanggup oleh keluarga pasien bisa dirujuk kerumah sakit (IK)”.

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

64

3. Apakah ada petugas khusus yang bertanggung jawab seperti kader dan bidan

pada pelaksanaan program disetiap kegiatan posyandu?

“Ada, setiap desa ada bidan khusus yang kami tugaskan, untuk melakukan kegiatan posyandu setiap desa 1 bidan dan 5 kader, sesuai dengan kemampuan masing-masing kader yang ada didesa tersebut. Ya harus bersedialah, karena setiap bidan disaat melaksanakan program, mereka mendapatkan dana walaupun tidak seberapa, jadi semua bidan harus siap untuk melakukan kegiatan posyandu, karena sudah ada jadwal masing-masing untuk pelaksanaan kegiatan posyandu pada setiap desa (IU)”.

4. Adakah pelatihan khusus untuk meningkatkan kinerja para bidan?

"Pelatihan khusus ada setiap bidan ada pelatihan khusus untuk membekali mereka baik program posyandu atau program lainnya, agar mereka mampu mengelola program kesehatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, agar tidak terjadi angka kematian ibu dan anak, dengan apa adanya pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan skill para bidan yang belum maksimal (IU)”.

Intisari dari jawaban diatas adalah :

menunjukkan bahwa sumber daya yang ada dibeberapa posyandu ada yang

lengkap tapi masih ada posyandu bahkan tidak memiliki bangunan untuk

melaksanakan posyandu, masih belum terwujudnya kegiatan 5 meja disebabkan

kader yang kurang aktif dan tidak ikut berpartisipasi dalam melaksanakan

posyandu, serta kurang adanya dukungan dari pihak setempat dengan hanya

menjanjikan bangunan posyandu yang belum ada, dan masih kurangnya fasilitas

yang tidak memadai seperti timbangan yang hanya 1 jenis. Kemudian untuk

pelaksanaan posyandu yang ingin diwujudkan melalui kebijakan revitalisasi

posyandu menjadi sesuatu hal yang masih belum bisa terwujud dengan baik,

dikarenakan fasilitas-fasilitas yang belum tercukupi seperti salah satu posyandu

yang tidak memiliki bangunan posyandu dan disertai dengan kader yang belum

aktif mengikuti pelaksanaan posyandu.

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

65

3. Sikap dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang variabel sikap dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Kader (IP4, IP5, IP6) hal

ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Bagaimanakah tanggapan dari para kader dari kegiatan posyandu yang telah

berjalan?

“Untuk kedepan tetap harus berjalan walaupun kadang kader ada yang sibuk, posyandu harus tetap berjalan walaupun bidan tidak ada posyandu harus tetap dilaksanakan, gada bidan kader kan ada, untuk menimbang bayi dan balita dan catat, kalau ada PMT bagi PMT, kalau ada bidan untuk imunisasi, periksa ibu hamil seperti itu, tetapi walau tidak ada kadang-kadang posyandu tetap juga ada cuma seprti itu saja bagi PMT dan timbang (IP4), (tetap harus berjalan kadang teuk kader na yang gawo posyandu harus tetap berjalan, bidan laksanakan ju posyandu sedangkan bidan hana, hana bidan kader keun eee timang aneuk mit, catat keun nyoe na PMT bagi PM (IP4). untuk sementara berjalan polindes tidak berjalan jadi kedepannya kalau bisa dibuka posyandu karena disitu lengkap barang-barangnya seperti alat-alat, obat-obatan, kalau suntik KB ada yang ada dan ada yang tidak ada (IP5), (untuk jinoe berjalan polindes hana berjalan jadi ukeu jieh kalau jeut bisa dibuka posyandu, karena inan lengkap barang-barang jieh seperti alat-alat, ubat-ubat, kalau suntik KB na yang na, dan na yang hana (IP5). Kalau selama ini lancar tapi kami ingin kelancarannya ada lah tempat jangan seperti itu, kalau ada tempat bisa kita tempel oh disitu posyandu, kemudian seperti poster yang diberikan puskesmas misalnya membasmi penyakit ini, bisa kita tempel kalau ada tempat, misalnya polindes sudah difungsikan bisa kita tempel disitu, itu poster ada sama saya ga tau mau saya tempel kemana, jadi kader yang 5 orang seperti kita bilang tadi ada yang sibuk yang bekerja, ganti-gantian (IP6)”. (kalau selama berjalan nyoe lancar tapi kamoe ingin kelancaran nyoe beuna lah tempat bek lageunyan sabeu, menyoe na tempat jeut ta tempel oh inan posyandu, kemudian poster-poster yang dijok deuk puskesmas missal jieh membasmi wabah peunyakit ini, bisa tanyoe kalau na tempat, misal polindes na difungsikan bisa ta tempel inan, poster nyan na sama tempel inan, nyan poster na bak loen hana ku tuho meu tempel, jadi kader yang 5 droe na yang sibuk kereuja, ganto-ganto (IP6).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang sikap dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan (IP1, IP2, IP3) hal

ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

66

1. Bagaimana cara para ibu-ibu memberikan pelayanan pada setiap pengunjung

yang datang ke posyandu?

“Gimana cara saya memberikan pelayanan untuk masyarakat yang sudah hadir kemari, seandainya ada pasien misalnya datang berobat lagi sakit paha atau gatal-gatal jadi saya sarankan minum obat 2 kali sehari atau 3 kali sehari, cuma kalau tidak kerumah seandainya dia setelah minum obat itu saya suruh kembali lagi seminggu setelah obat itu habis, itulah seperti itu saja (IP1), (kiban cara ibu nyejok pelayanan untuk masyarakat yang katok keuno, seandai jieh na pasien meu seu jieh berobat lage saket pana atau gatal-gatal jadi kak sarankan nyoe jieb jih 2 ge siuroe atau 3 ge siuroe obat nya kak yu balik loem seminggu setelah nyan uleun nyan akeun lage nyan manteng (IP1). itu tergantung pelayanan yang bagaimana, kitakan disini pelayanannya banyak, ibu hamil, pelayanan balita, ada pelayanan bayi, usila, jadi tergantung pelayanannya gitu, nanti bagaimana kita pelayanan sama ibu hamil, itukan udah ada set-setnya gitu (IP2 dan IP3)”.

2. Adakah salah satu desa yang tidak memiliki cakupan kunjungan yamg kurang

mencapai target? berapa persenkah target yang seharusnya dicapai pada setiap

tahun?

“Kalau setiap desa saya tidak tahu, tapi kalau desa sendiri yaitu desa paya udeng sasaran ibu hamil 10, sasaran ibu nifas 10, setiap pertahun persennya tidak mencukupi target, khusus didesa ini tidak mencukupi target seharusnya dalam tahun 2016 ini harus ada 10 orang, sedangkan tahun 2016 ini sedangkan ibu hamil tidak mencukupi target (IP1), (kalau setiap desa kak hana kutupu, tapi kalau desa droe target sasaran desa paya udeng ibu hamil 10, sasaran ibu nifas 11, setiap pertahun hana mencukupi target, khusus di desa nyoe tidak mencukupi target seharus jieh dalam tahun 2016 ini harus ada 10 orang sedangkan tahun 2016 ini sedangkan ibu hamil hana mencukupi target (IP1). ooww kalau masalah target kita maunya 100%, yayaya, tapi kalau kita liat belum lah, tapi kalau desa-desa lain saya tidak tahu (IP2), belum mencukupi target 50% ada, kalau mencukupi belum tercukupi (IP3)”.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang sikap dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan Koordinator dan

Kepala Puskesmas (IK, IU) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan

jawaban dari informan :

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

67

1. Apakah agenda yang dilaksanakan sudah baik dalam setiap pelayanan

diposyandu?

“Belum baik, kadang-kadang waktu hari posyandu nanti tidak bisa bidan berhalangan atau kader sebaliknya ditunda dulu hari selanjutnya baru dilaksanakan, untuk penukaran bidan mana bisa ditukar karena setiap bidan desa sudah ada desa sendiri, dan sudah kami bagi jadi itu tanggung jawab sendiri bidan-bidan desa (IK)”.

2. Menurut ibu apakah setiap masyarakat sudah berpartisipasi dan mengikuti

secara langsung setiap kegiatan posyandu?

“Setengah sudah, yang lain tidak tau apa-apa dan tidak tau menahu, hahaha, jadi untuk yang tidak tahu itulah kalian anak kesehatan masyarakat harus terjun langsung kesetiap desa untuk memberikan penyuluhan yang sangat penting didesa yang jauh dari pusat kesehatan, misal didaerah terpencil. Kalau dari kami ada juga nanti kita beri masukan sedikit tentang kesehatan agar mau berkunjung ke posyandu atau puskesmas (IK)”.

3. Apakah setiap program pelaksanaan kegiatan posyandu sudah sesuai target

group atau kelompok sasaran? dan berapa target yang seharusnya tercapai?

“Belum sesuai, karena seperti saya bilang tadi tiap bulan/tahun bumil harus ada 10 atau lebih baik lagi, seharusnya target 100% baru dikatakan mencukupi target (IK)”.

4. Apasaja masalah yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu?

“Sebagian desa bidan sama kader yang kurang bekerja sama, kemudian masih ada sebagian desa yang belum ada bangunan atau fasilitas yang seharusnya sudah lengkap tetapi belum ada sama sekali, target pun belum mencapai sasaran yang seharusnya (IU)” .

5. Solusi apakah yang diberikan pada setiap masalah yang terjadi dalam kegiatan

posyandu?

Sesekali untuk meninjau kami langsung kedaerah-daerah titik permaslahan yang terjadi, untuk bermusyawarah dengan aparat-aparat kampung untuk memberikan arahan agar sudi kiranya untuk membangun baik bangunan atau fasilitas yang diperlukan agar dengan adanya itu semua masyarakat bisa lebih puas. Kalau masalah bangunan terkadang ada bantuan dari pusat jadi bisa digunakan dengan baik, kalau masalah keaktifan kader dan bidan, ada pelatihan tersendiri agar bisa meningkatkan kinerja masing-masing bidan agar tercapainya kegiatan posyandu sesuai dengan yang diinginkan dan mencapai sasarannya (IU).

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

68

Intisari dari jawaban diatas adalah :

menunjukkan bahwa sikap kader dan bidan desa yang belum memuaskan

masyarakat terbukti dengan belum tercapainya kelompok sasaran yang masih jauh

dari angka yang diharapkan, masih ada pelayanan yang diberikan yang tidak

memuaskan masyarakat disebabkan kerja sama antara bidan dan kader tidak

berjalan lancar. Dalam hal ini sikap menjadi salah satu penentuan kebijakan

revitalisasi ponyandu, dalam hasil penelitian diatas sikap yang terjalin antara

kader dan bidan masih menjadi penyebab yang utama terhambatnya pelaksanaan

revitalisasi posyandu seperti bidan yang kurang disegani masyarakat.

4. Struktur Birokrasi dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang struktur birokrasi

dengan Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Kader (IP4, IP5,

IP6) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Bagaimanakah pembagian tugas untuk kelancaran kegiatan posyandu?

“Gimana mau lancar kadang dalam setahun sekali tidak mungkin lancar selalu, disini yang sudah berjalan kalau ada bidan ditempat, dan kalau tidak bermasalah seperti ini dengan bidan kami tetap posyandu setiap bulan walaupun kader cuma 2 orang yang hadir (IP4), (kiban buk lancar kadang keun dalam sithon keun hana mungkin lancar sabe nyan kiban nyoe inoe be yang kaberjalan kecuali na bidan yang uroe nyan, nyoe hana bermasalah bidan kamoe tetap posyandu tip-tip bulan walaupun kader cit 2 droe yang na tapi posyandu tetap na (IP4). Tugas 5 kader ada kalau posyandu lancar, cuma sama bidan, bidanpun aktif cuma polindes harus dibuka lah, seperti orang yang datang berobat tidak sembuh karena ada 3 minggu dibuka setelah itu tidak ada (IP5), (tugas dari 5 kader, na nyoe kamoe na nyoe lancar posyandu kamoe inoe, cuma bak bidan, bidan pieh aktif cuma polindes harus dibuka lah keuh, lage ureng yang meu ubat-ubat uroe-uroe han pu laen me sigoe minggu keun na meu 3 goe dibuka nyoe tan (IP5). pembagian tugas kadang kala sewaktu PMT nanti buat secara bergiliran supaya tidak terjadi konflik kan ada dana walaupun sedikit, dibagi misalnya bagi wilayah si A atau wilayah si B, kalau tidak seperti itu capek sendiri-sendiri (IP6)”. (pembagian tugas kadang kala bak PMT nyan teuk peugeut sigoe-sigoe sapoe jeut beuk terjadi komplik nyan keun na dana walaupun bacut nyan keuh nyan

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

69

teuk cara mengundang jieh bagi wilayah si A wilayah misalnya dusun B nyan lageunyan singoeh dusun jieh, nyan lageu nyan hana heuk sidroe-sidroe (IP6).

2. Apakah masyarakat merasa puas dengan kinerja para petugas posyandu?

“Kalau masalah masyarakat lebih baik kita Tanya langsung kan tidak mungkin kader yang jawab,kan tidak mungkin kader bilang masyarakat puas, tapi ada sebagian masyarakat tidak puas, kalau ada yang puas masyarakat ada bertanya kapan posyandu, tapi sekarang sudah ramai masyarakat datang ke posyandu karena sudah tahu manfaat dan fungsi posyandu, dan kalau dulu masyarakat tidak mau datang kalau tidak ada PMT karena menurut mereka tidak dikasih apa-apa (IP4), (meunyoe masyarakat lebeh ngeut tata nyoung lansung bak masyarakat, menyoe kader yang jaweb keun hana mungkin menyoe kader peugah puas tapi na sebahagian masyarakat na yang hana puas tapi meunyoe sebagian masyarakat na yang puas karena menyoe galom posyandu mantong tanyong pajan posyandu”tapi jinoe keun le masyarakat kamoe item kajak bak posyandu karena ka ditupu mafaat posyandu dile nyoe hana PMT hana ditem jak hana dibi sapu (IP4). Cuma bayi dan balita yang puas yang lain tidak ada, misalnya ada obat gatal dikasih obat apa yang ada, kalau perbedaan bidan yang dulu ada semua selalu ada posyandu, sedangkan bidan sekarang masyarakat tidak puas, pelayanannya, biasa posyandu kami ada berobat ini tidak ada, dan tidak dibuka (IP5), (cuma aneuk mit manteng yang laen keun hana, na ubat gatai ijok ubat pe yang perleu nyoe keun hana perbedaan 2 bidan nyan dileu na numpu, kamoe inoe posyandu na sedangkan bidan nyoe polindes hana teu buka masyarakat hana puas, pelayanan jieh, biasa kamoe posyandu yak meuubat nyoe jinoe hana (IP5). kalau kita bilang mana ada manusia yang puas, missal kalau ada PMT kadang masyarakat suka, di desa in jangan putus dikasih dana dari puskesmas, karena anak balita suka kalau dikasih PMTdan mereka datang dibawa orang tuanya, kalau misalnya roti yang lain dibawa oleh bidan seala kadar anak-anak tidak mesti harus yang penting ada (IP6)”. (meuyoe ta peugah manusia pat yang hana puas, missal enteuk na PMT kadang masyarakat nyan galak teuk jadi desa beuk putoh geujok dana dari puskesmas, karena aneuk balita nyan galak, missal jieh roti yang laen geumei teuk le bidan desa, ala kadar jieh teuk lage nyan ma aneuk mit keun hana meuceh yang penteng na (IP6).

3. Apakah pelaksanaan posyandu rutin tiap bulannya dan mencukupi target?

“Kalau mencukupi target seperti kita bilang tadi ibu hamil belum tapi posyandu rutin setiap bulan ada, tapi selama diganti bidan tidak ada masalah komunikasi lancar, jadwal yang ditetapkan tanggal 20 tapi kalau ada kesibukan dalam tanggal 20 misalnya ke sawah, posyandu dilaksanakan lebih awal 8 hari misalnya tanggal 12, yang penting posyandu tetap dilaksanakan karena kalau tidak ada kader tidak mungkin bidan datang dari rumah ke rumah, karena kami disini tiap-tiap

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

70

bulan mengundang sasaran datang ke rumah nya memberitahu posyandu dilaksanakan misalnya jam 10 (IP4), (meunyoe mencukupi target lage tapeugah bunoe ibu hamil galom tapi rutin tiap bulan na, tapi selama ka diganto hana masalah, untuk bidan jinoe komunikasi lancar, tanggal 20 selama sibak hana peuget jadi jadwal hana tetap pokok jieh sigolom tanggal 20 posyandu tetap karena tanggal 12 misal na wate 8 uroe, uroe nyan keun meu nyoe keadaan sibuk hana peugeut dile sampai tanggal 18 lage nyoe teugoh ublang buk bulan nyoe Cuma jinoe, missal poeh 10 (IP4). khusus 2016 belum mencukupi target, kalau posyandu ada meskipun bidan tidak hadir kader-kader sudah bisa, posyandu tidak dilaksanakan pada hari-hari minggu dan tanggal merah tidak akan dijadwalkan termasuk apabila bertepatan dengan orang meninggal dan missal dijadwalkan tanggal 14 tetap dilaksanakan tanggal 14 (IP5), (khusus 2016 belum mencukupi target tapih galom kalau posyandu na walau hana bidan tetap posyandu kader-kader na kajeut untuk seandainya jieh bidan hana dijak nyoe hana, peugeut posyandu cuma tanggal merah ngeun uroe minggu, uroe nyoe tetap uroe nyoe, missal tanggal 14 tetap tanggal 14 (IP5). Rutin, tapi kalau target mungkin belum cukup kalau kita pikir, karena kenapa, misal target 40% sekian yang datang cuma 20%, itulah seperti saya bilang tadi 50% kalau untuk mencukupi belum, kita usahakan 100%, tapi mana mungkin karena ada yang bandel 20%, ibu hamil dari bulan 1-5 sekarang berapa orang, ibu hamil yang sudah melahirkan dulu 7 tinggal 3 orang (IP6)”. (rutin, tapih kalau target, mungkin galom sep nyoe ta pike, karena pakeun, missal target 40 selain yang na ijak cuma 20% nyan keuh loem peugah bunoe 50% kalau untuk mencukupi galom, ta usahakan keun 100% ma pat tacok, kadang kala yang batat bunoe 20%, ibu hamil dari buleun 1-5 nyoe, ibu hamil nyan yang ka melahirkan uroe nyan tanggal 7 tinggai 3 (IP6).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang struktur birokrasi dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan (IP1, IP2, IP3) hal

ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan jawaban dari informan :

1. Apakah struktur birokrasi seperti struktur organisasi dan unit-unit yang ada

diposyandu dapat memberikan kepuasan pada ibu yang melakukan kunjungan?

“Yang semua dari unit agenda, obat sudah memuaskan bagi pasien, seandainya ada datang pasien, nanti saya tanya nanti sore saja saya datang kerumah, untuk mereka datang kemari tidak ada obat nanti sore saya yang antar, karena saya tidak bawa obat saat posyandu,untuk suntik ada ruang tersendiri, yayaya (IP1), (yang bandum dari unit lage agenda, obat ka memuaskan bagi pasien, seandai jieh na dijak pasien, ateuk kak tanyeng ateuk sepot mantong kak jak urumoh untuk awaknyan jak keuno hana kujok obat hana,walaupun kujak rumoh harus kucok intat, untuk

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

71

suntik na ruang tersendiri, yayaya (IP1). eemm kalau bahas masalah kepuasan tidak ada manusia yang puas gitu, cuma setengah merasa puas, eemm tidak terlalu lengkap, kita memberitahukan kepada mereka ke puskesmas kalau obatnya tidak ada disini (IP2 dan IP3)”.

2. Apakah program-program kesehatan yang dilakukan sesuai dengan fasilitas yang ada di posyandu?

“Ya, fasilitas yang ada (IP1 dan IP2), (ya, fasilitas yang na (IP1).tidak karena fasilitas tidak ada satupun, jadi kalau ke posyandu bawa obat-obatan saja yang dibutuhkan dan seperlunya saja, karena tidak mungkinkan fasilitas ada, sedangkan bangunan tidak ada mau diletakkan dimana, seperti kadang poster kesehatan mau diltempel dimana, kalau misalnya ada tempat atau bangunan khusus untuk posyandu itu baru enak, posyandu pun mungkin lebih baik lagi (IP3)”.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang struktur birokrasi dengan

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu terhadap Bidan Koordinator dan

Kepala Puskesmas (IK, IU) hal ini dapat dilihat dalam kutipan pertanyaan dan

jawaban dari informan :

1. Apakah sudah terjalin koordinasi lintas program yang baik dalam setiap

kegiatan posyandu?

“Belum terjalin yang baik, karena posyandu kan milik masyarakat yang didesa, itukan milik masyarakat disitu, kemudian kalau lintas program dalam setiap kesehatan posyandu belum sepenuhnya, seharusnya disitu ada camat, BKKBN, sedangkan ini cuma dari puskesmas saja, kemudian kita juga tau seharusnya posyandu itu harus berjalan dengan lancar dan dengan kita semua kerja sama pihak itu mungkin koordinasi lintas programbisa berjalan dengan baikya kan ini tidak cuma orang kesehatan saja, tidak ada kerja sama dengan lintas sektor lain (IK)”.

2. Apakah ada anggaran kesehatan khusus untuk membantu pembuatan media

promosi kesehatan tentang masalah posyandu?

“Kalau anggaran ada tapi dari pusat atau langsung dikasih spanduk untuk ditempelkan di puskesmas, jadi nanti oleh bidan desa bisa dibawa ketempat posyandu atau polindes oleh mereka bisa ditempelkan agar masyarakat kita bisa melihat atau untuk dibaca, agar mereka tahu nanti apa yang ditulis diposter itu, seandainya ada masyarakat yang tidak bisa membaca ya nanti kita jelaskan oleh bidan desa atau petugas-petugas yang lain begitu, eemmm (IK),

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

72

3. Apakah evaluasi bulanan oleh koordinasi program kebidan desa sudah maksimal?

Mendekati maksimal, tapi belum tercapai sasaran, karena kita disini kadang-kadang ibu hamil masih menyembunyikan kehamilan mereka, kalau kita tanyak ibu hamilkan? dia bilang tidak hamil, kami sudah tahu, tahu dari mana buk? yang karena sebelumnya banyak yang datang untuk kita cek baik itu kesehatan atau hal lain, filing kami seperti hamil bisa jadi kemungkinan hamil, jadi nanti kita tidak tahu baik masa kehamilan atau sudah berjalan karena tidak datang kepuskesmas, kemudian kalau ada posyandu diadakan batang hidung saja tidak Nampak. Ada juga tidak mau membawa anak ke posyandu, ibu-ibu sekarang asik pergi dan tidak tahu tujuan kemana, kan mereka ke posyandu tidak kepuskesmas juga tidak, itu ibu tidak tau mau jawab apa, kecuali nanti waktu mau melahirkan baik semua atau keluarga telpon bidan disini atau dibawa kesini baru nanti kita ambil tindakan medis (IK)”.

4. Apakah petugas kesehatan mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang

ada di posyandu?

petugas kesehatan cuma bidan ada satu kalau dari puskesmas petugas-petugas dari dinas kesehatan atau lain tidak ada (IU).

5. Adakah monitoring atau evaluasi yang diberikan kepada para petugas

posyandu?

“Ada 6 bulan sekali ada untuk melihat langsung proses pelaksanaan posyandu tersebut, sehingga dengan adanya monitoring sehingga tidak terjadi masalah-masalah kesehatan yang tidak diinginkan (IU).

Intisari dari jawaban diatas adalah :

menunjukkan bahwa masih ada strukutur birokrasi yang tidak sesuai seperti saat

dilaksanakann posyandu hanya 2 kader yang datang, pembagian tugas yang masih

belum sesuai, pelaksanaan kegiatan yang belum sepenuhnya masyarakat hadir

diakibatkan tidak tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini

revitalisasi menjadi faktor yang terhambat apabila struktur birokrasi antar kader

dan bidan serta masyarakat belum terjalin dengan baik.

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

73

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, mengenai

Implementasi kebijakan revitalisasi posyandu di wilayah kerja puskesmas Jeuram

Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya, hasil wawancara peneliti dengan

kepala puskesmas, Bidan Koordinator, Bidan Desa dan Kader, secara umum

implementasi kebijakan revitalisai posyandu telah dibuat perencanaan sesuai

harapan, Namun demikian, masih ada pemaparan petugas kesehatan yang

menyatakan dalam mewujudkan pelaksanaan revitalisasi posyandu masih banyak

kendala yang dihadapi.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan 6 orang informan

pendukung (Bidan desa dan kader) menyatakan bahwa dari 4 variabel yang

mencakup komunikasi, sumber daya, sikap dan struktur birokrasi, menunjukkan

bahwa masih ada belum terciptanya kerja sama yang baik antara kader dan bidan

desa dikarenakan masih ada jalinan komunikasi yang kurang baik, masih ada

polindes yang tidak berjalan disebabkan karena bidan yang bertugas didesa

tersebut tidak mau membuka polindes meskipun masyarakat sudah menghimbau

untuk membuka polindes, adanya kader yang belum memenuhi syarat dan kurang

aktif dalam kegiatan posyandu disebabkan karena kesibukan sendiri sehingga

sebagian kader tidak memiliki kepeduliaan terhadap posyandu sewaktu

dilaksanakan, tidak aktifnya polindes, jadwal posyandu yang masih belum

terlaksana sesuai jadwal yang ditentukan, pelayanan yang diberikan tidak

memuaskan masyarakat, serta masih kurangnya sarana dan prasarana seperti

bangunan yang masih meminjam kantor kepala desa dan mushalla, meski bidan

yang ditempatkan didesa sudah menghimbau kepada kepala desa dan aparat

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

74

gampong tetapi solusi yang diberikan hanya jawaban semua program butuh

proses. Dengan demikian proses kebijakan revitalisasi posyandu masih menjadi

suatu perencanaan yang belum bisa terwujud dikarenakan berbagai faktor yang

terjadi dilapangan, mulai pelaksanaan yang dirancang tidak sesuai dengan fakta

yang diharapkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dari keempat variabel yang ada secara

langsung berhubungan terhadap implementasi kebijakan revitalisai posyandu di

wilayah kerja puskesmas Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya.

4.3.1 Komunikasi

Berdasarkan hasil dari penelitian maka komunikasi menjadi peran penting

dalam implementasi kebijakan revitalisasi posyandu karena komunikasi

merupakan suatu proses di dalam upaya membangun saling pengertian. Dalam

suatu organisasi biasanya selalu menekankan bagaimana pentingnya sebuah

komunikasi antar anggota organisasi untuk menekan segala kemungkinan

kesalahpahaman yang bisa saja terjadi.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, menunjukkan bahwa

komunikasi yang terjalin antara kader dan bidan lancar tetapi terjadi hambatan

dimana masih ada kader yang kurang memenuhi syarat sebagai kader disebabkan

kader kurang aktif. Kemudian masih ada bidan desa yang membuat jadwal sesuai

kesibukannya sehingga jadwal posyandu kadang tidak ada ketepatannya setiap

bulan, kemudian masih ada posyandu yang dilaksanakan tanpa kehadiran bidan

desa. Dalam hal ini menunjukkan bahwa revitalisasi dalam posyandu yang ingin

dijalankan sama sekali belum mendekati sebuah pelaksanaan yang berhasil

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

75

disebabkan tingkat komunikasi yang masih terhambat antar kader dengan kader,

atau antar kader dengan bidan.

Komunikasi dalam implementsai kebijakan revitalisasi dapt diukur dari

beberapa indikator, yaitu sebagai berikut: (1) Transmisi. (2) Kejelasan. (3)

Konsistensi. Informasi kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar

para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi,tujuan,

arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan agar para pelaku kebijakan

dapatmempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan

untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dansasaran

kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. (George C. Edward III

dalam Widodo, 2011).

Sejalan dengan penelitian (Silvia, 2013) pada kenyataannya Posyandu

pada akhir-akhir ini ternyata berjalan ditempat (tidak aktif) karena berbagai faktor

yakni, kader dan aparat desa kurang aktif dan kurang semangat ikut dalam

kegiatan Posyandu.

4.3.2 Sumber Daya

Berdasarkan hasil dari penelitian maka sumberdaya menjadi hal yang tidak

dapat dipisahkan dari pelaksanaan kebijakan revitalisasi posyandu karena

sumberdaya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan) berakibat

tidak dapat dilaksanakannya program revitalisasi posyandu secara sempurna

karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf

pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan

skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program.

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

76

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, menunjukkan bahwa sumber

daya yang ada dibeberapa posyandu ada yang lengkap tapi masih ada posyandu

bahkan tidak memiliki bangunan untuk melaksanakan posyandu, masih belum

terwujudnya kegiatan 5 meja disebabkan kader yang kurang aktif dan tidak ikut

berpartisipasi dalam melaksanakan posyandu, serta kurang adanya dukungan dari

pihak setempat dengan hanya menjanjikan bangunan posyandu yang belum ada,

dan masih kurangnya fasilitas yang tidak memadai seperti timbangan yang hanya

1 jenis. Kemudian untuk pelaksanaan posyandu yang ingin diwujudkan melalui

kebijakan revitalisasi posyandu menjadi sesuatu hal yang masih belum bisa

terwujud dengan baik, dikarenakan fasilitas-fasilitas yang belum tercukupi seperti

salah satu posyandu yang tidak memiliki bangunan posyandu dan disertai dengan

kader yang belum aktif mengikuti pelaksanaan posyandu.

Sumber Daya merupakan sarana yang digunakan untuk

mengoperasionalisasikan implementasi kebijakan. Suatu implementasi kebijakan

akan efektif apabila para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan mempunyai sumber-sumber daya untuk melakukan

pekerjaan secara efektif. Sumber Daya ini meliputi Sumber Daya Manusia (

staff ), Sumber Daya Anggaran, Sumber Daya Peralatan ( facility), dan Sumber

Daya Informasi dan Kewenangan. (Liliweri, 2012).

Sejalan dengan penelitian (Lisnawati, 2015) sarana yang tidak mencukupi

sehingga beberapa kegiatan di Posyandu harus terhambat, tidak adanya inisiatif

masyarakat untuk ke Posyandu, serta kurangnya pemberdayaan masyarakat,

belum jelasnya siapa `pemilik' Posyandu dan pokja serta pokjanal Posyandu yang

tidak berjalan.

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

77

4.3.3 Sikap

Berdasarkan hasil dari penelitian maka ada tiga bentuk sikap/respon

implementor terhadap kebijakan ; kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana

untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari

respon tersebut. Para pelaksana program posyandu mungkin memahami maksud

dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan

program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya

sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, menunjukkan bahwa sikap

kader dan bidan desa yang belum memuaskan masyarakat terbukti dengan belum

tercapainya kelompok sasaran yang masih jauh dari angka yang diharapkan, masih

ada pelayanan yang diberikan yang tidak memuaskan masyarakat disebabkan

kerja sama antara bidan dan kader tidak berjalan lancar. Dalam hal ini sikap

menjadi salah satu penentuan kebijakan revitalisasi ponyandu, dalam hasil

penelitian diatas sikap yang terjalin antara kader dan bidan masih menjadi

penyebab yang utama terhambatnya pelaksanaan revitalisasi posyandu seperti

bidan yang kurang disegani masyarakat.

Disposisi (Disposition) Disposisi akan menjelaskan mengenai kemauan

para pelaku kebijakan sehingga memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan

yang sedang diimplementasikan. Dengan adanya Pengetahuan, Pendalaman, dan

Pemahaman kebijakan maka akan menimbulkan sikap menerima, acuh tak acuh,

dan menolak terhadap kebijakan. (Wahab, 2012).

Sejalan dengan penelitian (Lusilia, 2012) pada kenyataannya secara umum

sikap masyarakat yang menganggap bahwa posyandu itu menjadi tanggung jawab

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

78

pemerintah khususnya oleh dinas kesehatan/puskesmas dan bahkan sikap

masyarakat yang semacam ini juga menjadi sikap yang dilakukan bagi aparat

kecamatan

4.3.3 Struktur Birokrasi

Berdasarkan hasil dari penelitian maka struktur birokrasi merupakan hal

penting dalam pelaksanaan kebijakan revitalisasi posyandu karena struktur

birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi

berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik

potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan

kebijakan.

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, menunjukkan bahwa masih

ada strukutur birokrasi yang tidak sesuai seperti saat dilaksanakann posyandu

hanya 2 kader yang datang, pembagian tugas yang masih belum sesuai,

pelaksanaan kegiatan yang belum sepenuhnya masyarakat hadir diakibatkan tidak

tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini revitalisasi menjadi

faktor yang terhambat apabila struktur birokrasi antar kader dan bidan serta

masyarakat belum terjalin dengan baik.

Implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif karena adanya

ketidakefisien struktur birokrasi. Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek

seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit

organisasiyang ada dalam organisasi yang bersangkutan. (Tachjan, 2010).

Sejalan dengan penelitian (Rosihan, 2012), sebagai organisasi yang

bersifat fungsional, Posyandu dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh para

pelaksana yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

79

dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga yang bertugas

mengadministrasikan kegiatan posyandu. Kemudian mengenai pengelolaan

Posyandu, disebutkan bahwa bahwa keanggotaannya dipilih dari kalangan

masyarakat setempat, dengan seorang ketua yang dipilih dari para anggota.

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil

penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Komunikasi, hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa komunikasi

yang terjalin antara kader dan bidan tidak efektif, terjadi hambatan dimana

masih ada kader yang kurang memenuhi syarat sebagai kader disebabkan kader

kurang aktif.

2. Sumberdaya, hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa sumber daya

yang ada dibeberapa posyandu ada yang lengkap tapi masih ada posyandu

bahkan tidak memiliki bangunan untuk melaksanakan posyandu, masih belum

terwujudnya kegiatan 5 meja.

3. Sikap, hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa kader dan bidan desa

yang belum memuaskan masyarakat terbukti dengan belum tercapainya

kelompok sasaran yang masih jauh dari angka yang diharapkan.

4. Struktur Birokrasi, hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa masih ada

strukutur birokrasi yang tidak sesuai seperti saat dilaksanakann posyandu dan

pembagian tugas yang masih belum sesuai dengan, pelaksanaan kegiatan

posyandu.

80

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

81

5.2 Saran

1. Bagi pihak Puskesmas diharapkan untuk meninjau setiap kegiatan posyandu

dan melakukan pembinaan secara rutin bagi para pelaksana kegiatan Posyandu

untuk mewujudkan posyandu yang memiliki kebijakan yang optimal.

2. Pihak pihak Aparat Desa maupun tokoh masyarakat diharapkan untuk turut

terlibat dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu disetiap wilayah kerja dan

membuat komitmen resmi untuk membantu pelaksanaan Posyandu.

3. Bagi pihak masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan posyandu untuk

terwujudnya pelaksanaan posyandu yang lebih baik untuk meningkat derajat

kesehatan yang optimal.

4. Bagi para kader diharapkan dapat bekerja sama dengan bidan desa dalam

melaksanakan posyandu, dengan ikut serta berpartisipasi mencapai sasaran

yang ditetapkan.

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

82

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arikunto S. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineke Cipta.

BKKBN. 2009. Pelayanan Posyandu. Jakarta.

Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. 2011. Kementrian kesehatan Republik Indonesia.

Dinkes Prov. Aceh. 2012. Perkembangan Posyandu Aceh. Dinkes Prov. Aceh. Aceh.

Hastono, S.P. 2010. Basic Data Analysis Health Research Training. FKM-UI. Depok.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Direktorat Bina Gizi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Direktorat Bina Gizi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011. Jakarta.

Kresno, B.S. (2010). Imunologi: Diagnosis dan Proses Laboratorium. Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 179.

Lilliweri. Alo, 2012. Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Lisnawati. 2015. Analisis Faktor Kinerja Kader dalam Upaya Revitalisasi Posyandu di Desa Cikunir. Jurnal Bidan (Ikatan Bidan Indonesia).

Lusilia, 2012. Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu Di Puskesmas Kawat Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau. Governance, Jurnal Mahasiswa PRODI IP FISIP UNTAN.Volume 1.

Machfoedz. 2010. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya.

Miles. Matthew B. dan A. Michael Huberman. 2010. Analisis dan Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. UI Press, Jakarta.

82

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1065/2/BAB IV - V.doc · Web view“Kalau dalam mengikuti posyandu tidak mungkin 100% tingkat 80% ada, sekali-kali ada juga datang semua tapi

83

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Cetakan Kedua Puluh Dua. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Nilawati. 2011. Perkembangan Posyandu Indonesia. Jakarta : Tri Dharma.

Notoatmodjo. S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Rosihan, 2012. Kebijakan Revitalisasi Posyandu Di Provinsi Kalimantan Selatan. DIA, Jurnal Publik Administrasi, Vol. 10

Sari, dkk, 2014. Hubungan antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarmasin Surakarta. Jurnal Kesehatan Vol. 5, No.2, Desember 2014.

Sembiring, N. 2014. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Bagian Kependudukan dan Biostatistik, FKM-USU, Medan.

Silvia, 2013. Gambaran Implementasi Kebijakan Revitalisasi Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Imandi Kecamatan Dumoga Timur. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Alfabeta: Bandung.

Tachjan. H. 2010. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung. AIPI Bandung-Luslit KP2W Lemlit Unpad.

Wahab, S. 2012. Analisis kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, J. 2011, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia, Surabaya.

Poerwadarminta. W.J.S. 2012. Kamus Besar Bahasa  Indonesia.  Jakarta : PN. Balai Pustaka.

World Healt Organization, 2014. Posyandu. WHO.